STRATEGI MEMAHAMI TEKS PIDATO BAHASA INGGRIS DENGAN METODE THINK ALOUD PROTOCOLS (TAPs) Siti Drivoka Sulistyaningrum
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Jakarta Abstract In the process of translating, the translator sometimes has different approaches to acquire the ideal translation. Nevertheless, the initial step and the most natural way for translator, either beginner or expert, to translate is by using the Think Aloud Protocols (TAPs). In this step, we are trying to translate a text or phrase spontaneously based on our knowledge and insight. In general, this study is to gain a better understanding of the psychological and linguistic mechanism involved in the activity of translating. Hence, this study emerges two main questions namely: (1) What kind of the decision making that commonly used in process that the translators commit and (2) In what kind of event that the pauses, hesitation, and the alteration do occurs. This leads to the idea that the study covers the discussion on the kind of decision making that translators commit when translating particular text given and at the same time will strictly focus on the pauses, hesitation, and the alteration when translating it. The research employed descriptive analytical method. The writer began by collecting data based on recording data of target interviewee, in this matter the translator. The classification of the data is based on the mental process made by translator namely: pause, alteration, and hesitation. The study resulted several finding namely there are 22 or 48% pauses , 12 or 29% alteration, and 8 or 19%hesitations, so there are 25 mental process occurred this ext. Based on the types of target language, the data shows different when it comes to the target text from English to or vice versa. The percentage of alteration from Bahasa to English is higher (42.73%) than English to Bahasa (31.82%). It indicates that the translator have difficulty to make adequate word or create fluent verbalization. While from English to Bahasa the result shows different. As a matter a fact, the percentage of this target language type for pause shows higher value than English to Bahasa which is 50% or 22 pauses. It indicates that the translator have less trouble to make adequate word or create fluent verbalization. The translator also put very much attention in the quality of the product by always thinking it deep. Keywords: Think Aloud Protocol (TAPs) method, memahami teks, speech.
PENDAHULUAN Dalam masyarakat modern membaca dan menulis merupakan bagian yang tidak dapat dikesampingkan karena tanpa kemampuan ini dunia kita akan tertutup dan terbatas hanya pada apa yang ada disekitar kita. Karena itu, manusia modern umumnya dapat membaca dan menulis.Menurut Bialystock dalam membaca ada dua tahap yakni: (a) tahap pemula dan (b) tahap lanjutan (Bialystok, 2001). Tahap pemula adalah tahap yang mengubah manusia dari tidak dapat membaca menjadi dapat membaca. Tahap lanjut adalah tahap di mana prosesnya terkonsentrasi pada makna yang terkandung dalam bacaan. Untuk itu dalam penelitian
ini, penulis akan fokus pada tahap membaca lanjutan. Dengan kata lain Ram dan Moorman menyimpulkan tahap lanjutan merupakan suatu proses untuk menganalisis input yang berupa bahan tertulis dan menghasikan output yang berupa pemahaman atas atas bahan tersebut (Aswin dan Kenneth Moorman, 1999). Dalam penelitian ini penulis akan membahas bagaimana strategi seorang mahasiswi, Nikmah Nasution berusia 20 tahun memahami sebuah teks pidato berbahasa Inggris dengan menggunakan metode Think Aloud Protocol (TAPs). Untuk memahami sebuah teks pidato bukanlah perkara mudah terlebih teks pidato
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 2, Juli 2011
89
berbahasa Inggris. Ada beberapa prasyarat dalam memahami sebuah bacaan.Pertama, kemampuan memahami pemrosesan kata, frasa dan kalimat. Kedua, adalah kemampuan untuk memahami apa yang tersirat dalam bacaan karena seorang penulis tidak selamanya menyatakan sesuatu secara eksplisit. Ketiga, memiliki pengetahuan tentang dunia, pengalaman dimasa lampau, dan memori untuk dapat memahami yang tersirat. Keempat, kemampuan untuk menangani ikhwal yang baru, dan prasyarat kelima adalah kemampuan untuk memilih. Orang memb aca karen a ada tujuan nya (Dardjowidjojo, 2008). Nikmah kerap mengalami kesulitan ketika diminta untuk memahami isi dan pesan dari sebuah teks pidato berbahasa Inggris, namun dengan cara memverbalkan kata, frasa dan kalimat melalui konteks maka dapat mempengaruhi caranya kata, frasa ataupun kalimat dipersepsi dan diinterpretasi. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Gleason yaitu metode membaca Top Down. Alasan Penulis memilih metodeThink Aloud Protocols karena TAPs mampu mengungkap bagaimana proses berfikir seseorang dalam memahami sebuah bacaan atau tulisan.Disamping itu, TAPs terbukti mampu memecahkan kendala dan permasalahan dalam penelitian psikologi dan sosial seperti memebaca, menulis dan proses penerjemahan. Seperti di jelaskan oleh Crutcher: Think-aloud protocol (or think-aloud protocols, or TAPs) is a method used to gather data in usability testing in product design and development, in psychology and a range of social sciences (e.g., reading, writing and translation process research) (Ericsson, 2000). Ericsson dan Crutcher menambahkan: Think Aloud Protocols are used to model comprehension processes such as making predictions, creating images, linking information in text with prior knowledge, monitoring comprehension, and overcoming problems with word recognition or comprehension. 90
Dengan mengamati bagaimana strategi Nikmah dalam memahami teks pidato, yakni dengan memverbalkan bagaimana proses berfikir itu berjalan melalui prediksi, mengkreasikan bagaimana image kata, frasa, dan kalimat itu dibagun dengan mengaitkan informasi utama dengan informasi lainnya sehingga mampu memahami konteks dan isi sebuah teks, merupakan hal yang sangat menarik untuk dikaji bagi penulis . Masalah penelitian:1) mengapa Nikmah mengalami kesulitan dalam memahami teks pidato bahasa Inggris? 2) mengkaji bagaimana proses strategi Nikmah dalam memahami teks pidato bahasa Inggris dengan metode Think Aloud Protocols (TAPs)? Penelitian ini akan membahas bagaimana proses strategi Nikmah dalam memahami teks pidato bahasa Inggris dengan metode Think Aloud Protocol. Memahami teks pidato bahasa Inggris meliputi; a) bagaimana memahami topik dari sebuah pidato bahasa Inggris, b) bagaimana memahami ide pokok dan ide penjelas dalam teks pidato bahasa Inggris, c) bagaimana memahami tujuan dari seuah pidato, d) bagaimana memahami tone dari sebuah pidato, d) bagaimana memahami pesan tersirat dari sebuah pidato bahasa Inggris. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empiris den gan mendeskripsikan hasil rekaman, catatan verbal yang terjadi dalam proses memahami teks pidato bahasa Inggris melalui metode Think Aloud Protocols (TAPs).. KAJIAN TEORI Bab ini akan membahas topik-topik terkait dengan pemahaman membaca teks pidati bahasa Inggris melalui Think Aloud Protocols (TAPs). (1) Pemahaman dan Produksi, (2) Pemahaman Membaca, (3) Reading: Proses Tingkat Tinggi, (4) Permasalahan dalam Membaca, (5) Sistem Penggambaran Dalam Pengenalan Kata, (6) Hal Yang Mendasar Dalam Pemahaman Membaca, (7) Proses Kognitif Dalam Membaca dan Pembelajaran Lainnya, (8) Teks Pidato Bahasa Inggris, (9) Metode Think Aloud Protocols (TAPs) dalam Membaca,
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 1, Juni 2011
(10) Keunggulan Relevansi TAPs terhadap Pemahaman Membaca, (11) Peran Pengamat (observer) dalam Menjalankan Think Aloud Protocol (TAPS), (12) Proses Umun Membaca Menggunakan TAPs 1. Pemahaman dan Produksi Manusia, baik anak maupun dewasa, mempunyai dua tingkat kemampuan yang berbeda dalam berbahasa. Sebagai orang dewasa, kita menyadari bahwa jumlah kosa kata yang kita pakai secara aktif adalah lebih rendah daripada kata-kata yang dapat kita mengerti. Begitu juga anak: di mana pun juga kemampuan anak untuk memahami apa yang dikatakan orang jauh lebih cepat dan jauh lebih baik daripada produksinya. Dalam penelitian Benedict dalam Fletcher dan Garman, ditemukan sebagian peneliti mengatakan bahwa kemampuan anak dalam komperehensi adalah lima kali lipat dibandingkan dengan produksinya (Bennedict, 1995). Sementara itu Fenson dkk dalam Barret mengtakan bahwa pada saat anak dapat memproduksi 10 kata, komprehensinya adalah 110 kata; jadi, 11 kali lipat daripada produksinya (Barret, 1999). 2. Pemahaman Membaca Dari sudut pandang ilmu psikolinguistik , ada dua macam pemahaman atau komprehensi menurut Clark dan Clark. Pertama, komprehensi yang berkaitan dengan pemahaman atas ujaran yang kita dengar. Kedua, komprehensi yang berkaitan dengan tindakan yang perlu dilakukan setelah pemahaman itu terjadi. Untuk macam yang pertama, komprehensi dapat didefinisikan sebagai suatu proses mental dimana pendengar mempersepsi bunyi-bunyi untuk membentuk suatu interpretasi tentang apa yang kiranya dimaksud oleh pembicara tadi. Secara mudah, komprehensi adalah pembentukan makna dari bunyi (Clark, 1977). Setelah pemahaman atas bacaan itu terjadi, pembaca menentukan apakah ada tindakan yang perlu dilakukan sesuai apa yang difahami.Proses mental ini dinamakan pelaksanaan kalimat (utilization of sentences). Sementara menurut schovel psycholinguis-
tic have also examined the way we process text (Schovel, 2000). Menurutnya, kita cenderung mengingat kalimat-kalimat dalam sebuah bentuk yang sederhana daripada struktur yang kompleks dari bacaan yang kita baca. Scovel menambahkan jika inti dari pemahaman membaca adalah mengingat bukan terkonsentrasi pada tata bahasa. Dalam penelitian psikolinguistik dalam buku Scovel “Psycholinguistics” juga di jelaskan ada tidaknya latar belakang pengetahuan pembaca terhadap teks akan berpengaruh pada cara kita mengingat sebuah wacana. Di dalam buku Scovel “Psycholinguistics” dijelaskan: in the psycholingistic experiment that constrasted subjects’ ability to recall paragraph like this, those who were given an appropriate title first demonstrated much more accurate recall than those who were not. Seperti halnya Gleason yang mengungkapkan model Top Down demikian halnya Schovel dengan memiliki background knowledge dari sebuah teks akan sangat membantu memahami unit bahasa uyang lebih luas karena akan membantu mengaktifkan hubungan mental terhadap konsepsi pemahaman membaca. Sebagaimana perkembangan bahasa lisan membuat manusia menjadi spesies yang unik, bahasa tulisan merubah manusia dalam berbagai cara. Hal itu merubah kemampuan kognitif kita Olson 1980, 1986 (dalam Gleason); merubah berbagai macam pengetahuan yang kita dapat miliki Haveloc, 1976 (dalam Gleason); dan itu mungkin pula telah merubah neuron anatomi kita Geschwind, 1974 (dalam Gleason) Mungkin tak ada aktifitas manusia yang telah merubah bagian dari indiviidu dan perkembangan kebudayaan (Gleason, ). Dalam Gleason dijelaskan lebih lanjut mengenai dua pendapat yang kritis: Pertama, sistim penulisan yang digunakan hampir di seluruh dunia hari ini menunjukkan bahasa lisan dalam cara yang cukup berbeda dan membuat syarat yang berbeda untuk pelajar. Kedua, seperti yang Adam perhatikan (1990, hal. 43), penemuan yang satu itu “simbol dapat mewakili bunyi dari bahasa tersebut, daripada petun-
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 2, Juli 2011
91
juknya,” merubah sejarah penulisan Dardjowidjojo, ). Di samping untuk kemampuan untuk berbahasa, manusia juga mempunyai kemampuan lain yang spesifik: membaca. Manusia dapat menuangkan apa yang ada dalam pikirannya pada secarik kertas dan kemudian disimpan untuk sehari, sebulan, setahun, atau bahkan lebih dari itu. Bahan dalam bentuk tulisan ini dimengerti oleh siapa pun yang membacanya selama mereka memakai bahasa yang sama meskipun untuk tujuan yang berbeda, apa yang yang dikatakan oleh Carnie dalam Soenjono berikut sangat mengena: … there is some set of neurons in my head firing madly away that allows me to sit here and produce this set of letters, and there is some other set of neurons in your head firing away that allows you to translate these squiggles into coherent ideas and thought. Tidak ada makhluk lain di dunia ini yang dapat berkomunikasi dengan simbol-simbol seperti di atas. Namun berbeda dengan kemampuan berujar, kemampuan membaca bukanlah sesuatu yang kodrati. Maksudnya, orang tidak harus dapat membaca untuk dapat mempertahankan hidupnya. Menurut UNESCO tahun 2002, ada 20.3% dari seluruh penduduk dunia ini yang pada tahun 2000 masih buta huruf. Dengan kata lain membaca merupakan suatu keterampilan yang harus diajarkan oleh orang tua atau orang dewasa dan dipelajari oleh anak. Untuk memahami sebuah bacaan atau teks Havelock 1976, hal. 24 (dalam Gleason) menambahkan bahwa jika kondisi terakhir dipertemukan, tindakan membaca dapat mencapai status “refleks yang tidak sadar” atau apa yang teori kognitif dan psikolingustik mengarah kepada otomatisitas atau kefasihan (lihat pembahasan di LaBerge dan Samuels, 1974; Logan, 1998; Stanovich, 1990; Wolf, 1991a) . Abjad bahasa Yunani mampu menemukan ketiga kondisi, dan dalam proses “menciptakan tingkat dan dasar pemikiran kebahasaan modern” Havelock, 1976, hal. 44 (dalam Gleason). Dengan penyebaran prinsip alfabet ini, penulisan memulai untuk membuat ekspisit beberapa aspek pengetahuan yang tak diucapkan yang dibawa oleh bahasa lisan Olson, 1980 92
(dalam Gleason). Dalam prosesnya, dua akibat yang bersifat kritis menghasilkan lintas kebudayaan: Pertama adalah mengajar dan selanjutnya sebuah pemikiran kembali tentang pengetahuan sebelumnya. Kedua, bahasa tulisan membuat hal tersebut lebih mudah untuk membentuk sebuah perbedaan baru antara informasi faktual dan penafsiran dari informasi tersebut Olson, 1986 dalam Gleason. Olson 1960. Hal.2 (dalam Gleason) menjelaskan bahwa penulisan “membagi proses pemahaman menjadi dua bagian; bagian yang dipertahankan melalui teks, dan penafsiran” (Gleason,). Dengan kata lain, pemahaman membaca adalah proses berpikir ketika membaca. Seperti dijelaskan oleh Mikulecky dan Jeffries, comprehending means thinking while you are read (Mikulecky, 2007). Memahami apa yang dibaca itu lebih kompleks daripada memahami kata. Pemahaman yang sebenarnya adalah memiliki makna pada saat membaca, mengaitkan ide di dalam teks dengan apa yang sudah diketahui.
a. Reading: Proses Tingkat Tinggi Memahami proses pada tulisan (visual material) merupakan proses memahami konsep yang tentunya sangat berbeda dengan perceptual level. Dengan kata lain, membaca merupakan proses tingkat tinggi (Field, 2005). Proses tingkat tinggi tersebut meliputi: 1. Konstruksi makna abstrak dari materi linguistic yang telah direkam (decoded) 2. Drawing inferences 3. Memanfaatkan pengetahuan eksternal untuk mendukung dan memperkaya pemahaman. 4. Integrating incoming information into the mental representation of the text so far. 5. M o n i t o r i n g c o m p r e h e n s i o n Dengan mencermati penjelasan di atas, menjadi jelas bahwa kemampuan memamahami teks membutuhkan keterampilan dan pemahaman yang kompleks.
b. Permasalahan dalam Membaca Sebagian ahli berargumentasi bahwa masalah membaca umumnya terjadi pada aspek keterbatasan dalam linguistik, hal lain karena
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 1, Juni 2011
keterbatasan dalam decoding di tingkat kata. Yang jelas menurut Field pembaca yang lemah biasanya juga lemah dalam mendengar. Hal ini berlaku umum apakan pada lower-level problem atau higher-level problem atau bahkan keduanya. Berikut beberapa karakteristik unskilled reading: (a) An inability to decode words as automatically as a skilled reader, (b) Weak syntactic parsing, (c) Less inference, (d) Poor integration, (e) Inadequate selfmonitoring. Dalam prakteknya nanti pada bab analisis dapat dicermati alasan Nikmah tidak mampu memahami sebuah teks pidato berbahasa Inggris disebabkan faktor-faktor yang mana. 3. Hal Yang Mendasar Dalam Pemahaman Membaca Banyak proses yang terlibat dalam membaca, kerumitan masing-masing sifat dasar, dan tuntutan yang diajukan oleh interaksi secara tepat, membantu pembelajar untuk mengerti kesulitan pemahaman prinsip alphabet. Pembahasan ini akan dibagi menjadi sebuah gambaran tentang cara penggambaran yang mendukung pengenalan kata dalam sebuah ejaan alphabet, dan sitem kognitif yang terlibat dalam hal membaca dan pengetahuan. Seperti seorang anak kecil belajar membaca kata yang sudah tercetak. awalnya hanya tanda di atas kertas-secara bertahap diinvestasikan dengan berbagai macam hal yang berhubungan dengan lingustik dimana mungkin lebih atau kurang penting, tergantung tingkat perkembangan membaca anak tersebut. Properti ini berasal dari korespondensi kode lingustik yang gambarannya abstrak mental dari subsistem bahasa yang berbeda yakni: kode fonologi, kode semantik, dan sintak atau kode tata bahasa. Ketiga properti tersebut sangat berperan relevansinya dalam memahami teks atau bacaan. Kode fonologi merupakan gambaran mental bunyi dari kata tertulis dan lisan (fonem) dan aturan impilsit untuk mengatur dan menggabungkan hal tersebut Chomsky & Halle, 1968 ( dalam Gleason). Fungsi terakhir dari pengetahuan fonologi ini adalah alat untuk proses melampirkan bunyi yang cocok untuk bagian biasa seperti
morfem terikat (-ed, -ing) dan suku kata (-ve dalam love dan dove). Sehingga fasilitas dalam kode fonologi secara kritis sangat penting dalam pembelajaran untuk mengidentifikasi kata dalam alphabet berdasarkan pengejaan. Kode semantik merupakan hal yang saling berhubungan antara gambaran makna mental yang ditempatkan dalam satuan bahasa. Kode ini mengarah baik kepada makna kata itu sendiri atau makna secara luas yang disampaikan oleh kumpulan kata. Untuk menghubungkan kata lisan dengan imbangan dalam tulis, anak harus mempunyai pegangan yang cukup tentang makna dari kata tersebut, baik di dalam dan luar konteks teks tersebut. Mereka juga harus mempunyai kemampuan untuk membuat perbedaan secara jelas antara makna kata dan makna dari kata lain. Kode semantik menjadi sangat penting sebagai jumlah kata baru yang ditemui dalam tulisan luas, khususnya dalam pembelajaran untuk mengidentifikasi hal yang tidak siap dibagi menggunakan bunyi korespondensi yang regular (contohnya, was, saw, their, dan sebagainya). Kode sintaksis merupakan gambaran yang abstrak tentang aturan untuk penyusunan kata dalam bahasa-aturan untuk membuat kalimat. Kode tata bahasa menunjukkan jenis kata (contohnya kata benda, kata kerja), dan hal tersebut menetapkan kegunaannya dalam kalimat. Dalam hubungannya dengan kode ini adalah gambaran tentang morfem terikat (biasanya morfem yang berinfleksi), yang dapat merubah kata dalam hal, jenis kelamin, tense, mood dan sebagainya. Pembelajar harus belajar bagaimana menggunakan aturan sintaksis ini dalam bagian kalimat ke dalam unsur pokok grammar dan selanjutnya memutuskan bagaimana unsur pokok itu berhubungan satu sama lain. Unsur pokok tata bahasa berisi komponen sebenarnya dari sebuah kalimat dan aturan sintaksis menyusunnya dengan cara yang dapat membantu pemahaman. Kemampuan dalam tata bahasa dan sintaksis suatu bahasa membantu dalam pengenalan kata minimal dalam tiga cara yang berbeda. Pertama, kompetensi menolong pembelajar memahami kalimat dan menggunakan konteks kalimat tersebut untuk menjaga kata
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 2, Juli 2011
93
yang mana yang mungkin muncul dalam susunan kalimat selanjutnya. Kedua, kompetensi membantu dalam proses menempatkan kata yang tercetak yang disbut juga function codes. Function adalah gambaran yang menandakan sebuah kata khusus dalam kalimat. Kode fungsi ini sangat penting dalam membedakan antara yang bukan isinya, contoh fungsi kata seperti if, and, for, from, and of. Kata tesebut berhubungan dengan kode fonologi, sangat penting dalam pencapaian produksi aturan morfonemik yang membantu untuk memperbaiki pengucapan yang salah dari kata asal, misalnya bomber dan bombardier dan infleksinya seperti –ed and –ing. Pengetahuan tentang produksi aturan morfonemik adalah cara ketiga dimana kompetensi tata bahasa dan sintaksis membantu pengenalan kata yang tercetak. 4. Proses Kognitif dalam Membaca dan Pembelajaran Lainnya Sebagai tambahan dalam gambaran tentang sistem dan proses yang terlibat secara khusus dalam membaca (reading), proses kognitif yang secara umum dilibatkan adalah pembelajaran membaca, dan juga pembelajaran yang lain. Penyelewengan fungsi dalam setiap prosesnya diduga merupakan sebagai penyebab ketidakmampuan dalam membaca.
a. Perhatian Keberhasilan dalam hubungan apa pun dengan belajar seperti belajar membaca, tergantung pada kemampuan pembelajar secara selektif menyertakan perbedaan attribute yang sedang berusaha dipelajari. Hal itu juga penting agar pembelajar bisa membedakan antara sesuatu yang berlainan dan tidak berlainan sehingga efisiensi kita meningkat dalam hal mencari attribute yang berbeda. Gibson 1969 (dalam Gleason) menamakan ini jenis proses pembelajaran persepsi. Bagaimanapun, sebagaimana yang pembelajar kemukan, bukan jaminan mampu memperhatikan atau mendengar sasaran. Perhatian yang secara efisien dan selektif memerlukan waktu analisis yang panjang yang dipengaruhi oleh tiga kemungkinan:1) keadaan emosional yang mungkin menghasilkan per94
hatian, 2) Motivasi untuk sadar belajar membaca, 3)Pengetahuan yang cukup untuk membantu menarik perhatian (Gleason,). Kemungkinan pertama berhubungan dengan keutuhan komponen sistem kegelisahan yang bertanggung jawab untuk timbulnya tingkat emosional. Kemungkinan kedua berhubungan dengan kemauan anak dan kesungguhannya. Tanpa ketertarikan yang cukup dalam kemahiran pengetahuan dalam suatu bidang yang disampaikan, anak akan menemukan kesulitan untuk menyertakan cara yang kemungkinan mengoptimalkan pembelajaran. Tidak dapat diragukan banyak pembelajar mempunyai kesulitan untuk membaca karena tidak adanya motivasi/kemauan. Kemungkinan ketiga hal ini melibatkan peran utama dari pengetahuan yang sebelumnya dalam keadaan belajar. Contohnya, anak kecil yang akrab dengan kata lion, awalnya mereka menggunakan kata baru loin, mereka cendrung salah dalam menamakan karena pengetahuan sebelumnya secara visual sama. Setelah mereka menambahkan loin ke daftar kata mereka, mereka memulai untuk menempatkan huruf tengah dalam penyusunan kata lion. Setelah itu maksud penyusunan dua kata merubah cara mereka untuk secara selektif menempatkan huruf tengah pada sebuah kata. Pada tahap awal pengenalan, proses membutuhkan banyak kemampuan kognitif, seiring dengan berjalannya waktu hal itu terjadi secara otomatis. LaBerge dan Samuels,1974 (dalam Gleason) telah memperlihatkan bahwa attribut yang berbeda dalam mengenali secara akurat dan selektif, mudah memberi perhatian ke attribute, berhubungan dengan tolak ukur dalam memproses huruf dan kata.
b. Penggabungan Ilmu Belajar Kemampuan untuk menggabungkan satu dengan yang lain adalah dasar mekanisme kognitif yang sangat penting untuk pembelajaran secara general dan pengenalan kata secara khusus. Hal ini mendasari kemampuan pembelajar untuk membangun ikatan antara kata secara tertulis dan bagiannya dalam bahasa lisan. Dalam makna yang sebenarnya, penggabungan berdasar kepada salah satu kemampuan kognitif
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 1, Juni 2011
dasar, yaitu kemampuan untuk membuat simbol. Seperti kita menempatkan makna yang sama untuk suatu kata, dalam percakapan atau tulisan. Bagaimana kita mempelajari hubungan tersebut—apakah dengan “insightful discovery” dari perbedaan dan memediasikan komponen-komponen tersebut secara bertahap dalam “cognitive bond” melalui cara berlatih dan penguatan—merupakan sesuatu isu yang kontroversial dengan cerita panjang yang kita tidak perlu untuk dijelaskan di sini Gibson, 1969 (dalam Gleason). Teori pembelajaran kontemporer dan daya ingat menyarankan bahwa setiap konsep ini perlu validasi (Gleason ). Penggabungan belajar terlihat melibatkan sebuah bentuk pencarian dan penemuan implicit mediators (sering disebut cues retrieval) yang mungkin menggabungkan dua penggabungan dalam sebuah komponen memori yang disebut semantic network. Pembelajaran ini sering terlihat secara bertahap karena dibutuhkan untuk mengeliminasi persaingan dari atrribut yang sama.
c. Cross Modal Transfer Ketika ikatan yang hubungan dibangun antara infomasi yang tersimpan dalam gambaran sistem yang berbeda dan mengakses salah satu jenis informasi dari ingatan menjadi kesempatan dalam mengakses yang hal lain, apa yang kita punyai ini disebut cross-modal transfer dan intersensory integration. Membaca mencakup hubungan gambaran yang tersimpan dalam satu sistem (seperti gambaran mental yang abstrak pada percakapan) dengan gambaran yang disimpan pada system yang lain (seperti gambaran abstrak pada bahasa tulis) Hubungan pendengaran dan gambaran visual adalah salah satu jenis dari cross modal transfer. Kemampuan ini menggabungkan simbol yang disimpan dalan sistem gambaran berbeda adalah mekanisme dasar untuk pembelajaran yang muncul lebih awal dalam hidup. Membaca biasanya melibatkan kegunaan satu set arbitrary tetapi hal ini dapat dengan mudah terlibat dalam penggunaan simbol lain seperti tactile simbol dalam huruf Braile.Hubungan cross-modal
bervariasi sesuai dengan sistem penulisan.
d. Ingatan berantai Ingatan berantai merupakan sebuah pertanyaan mengenai kepentingan kesadaran pembelajar ―seperti bagaimana pembelajar mengingat urutan dimana elemen tersebut berada? Pertanyaan yang berkaitan adalah apakah ingatan untuk elemen individual dalam memberikan aturan atau sistem itu terpisah dari ingatan tempat dimana elemen tersebut tersusun. Beberapa hal bersugesti bahwa ingatan berantai merupakan kemampuan yang sama rata yang menentukan susunan dalam memproses seluruh informasi. Sebagai contoh, sebagian besar dasar studi klinis gangguan neurologi orang dewasa, beberapa investigator (lihat Luria, 1996) mengasumsikan bahwa ingatan berantai secara umum merupakan kapabilitas berdasar neurologi yang bergantung pada integritas dari belahan bagian kiri (Das, Kirby,& Jarman, 1975). Menurut pendangan ini, belahan bagian kiri bertanggung jawab untuk mepertanyakan dan memproses semua jenis susunan informasi (lihat Tzeng & Wang, 1984). Ini termasuk gambaran bermacam-macam jenis informasi, seperti susunan dimana elemen stimulus aturan ditunjukkan pada tugas ingatan, pengaturan susunan pada sistem yang kompleks seperti sistem bahasa, sistem matematika, dan seterusnya. Sementara bagian belahan kanan bertanggung jawab untuk mepernyataankan dan memproses secara simultan aturan informasi, contohnya, konsep spasial. Pembagian tugas ini disebut berturut-turut dan proses serentak, (Luria, 1973). Pandangan alternatif dari ingatan berantai ini adalah pada perbedaan struktur neurologi yang mendukung kemampuan merangkai modalitas tertentu (Johnson & Mykelbust, 1964 (dalam Gleason). Contohnya, kemampuan untuk merangkai informasi visual dipisahkan dari kemampuan untuk merangkai kemampuan auditori. Dengan demikian, beberapa deskripsi klinis mengenai ingatan yang tersusun telah mengindikasikan bahwa ingatan berantai merupakan kemampuan umum, sementara yang lain telah mengindikasikan bahwa hal tersebut merupakan kumpulan dari kemampuan modali-
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 2, Juli 2011
95
tas spesifik. Penelitian yang dilakukan oleh psikolog kognitif, mendukung kesimpulan bahwa proses berantai merupakan fungsi kognitif generik, tetapi itu berbeda-beda dengan jenis informasi yang dirangkai. Ini jelas bahwa bagaimana kita mepernyataankan urutan berantai dimana hal tersebut berada berbeda dengan bagaimana kita mepernyataankan hal itu sendiri (lihat Bower & Minaire, 1974; Healy, 1974; Houston, 1976, untuk dokumen eksperimental). Sisi dari kesadaran ini diilustrasikan dengan perbedaan antara komponen sintaktik dan semantik bahasa: sintaks merupakan aturan abstrak dalam susunan kata menurut tata bahasa, dan semantik merupakan makna kata dari segi atribut konseptualnya. Ilustasi yang lebih relevan untuk diskusi ini adalah perbedaan antara susunan yang sama, yang mana huruf dari kata yang tercetak dan huruf individu itu sendiri. Aturan yang mengatur susunan huruf dalam kata melekat dalam sistem penulisan, bukan dalam kode yang mepertanyakan huruf itu sendiri. Sistem penulisan mengandung ketentuan ortografik yang sebagian besar ditentukan oleh berbagai cara karakter alphabet dipetakan dengan padanan suaranya. 5. Teks Pidato Bahasa Inggris Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak. Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya.Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik/umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik. Namun dalam penelitian ini yang dikaji adalah teks pidato berbahasa Inggris. Biasanya pidato umumnya dikaukan atas beberapa hal: (1) Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka rela, (2) Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain, dan (3)Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga 96
orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan. Sementara jenis-Jenis/macam-Macam/ sifat-sifat Pidato dapat dibedakan berdasarkan pada sifat dari isi pidato, pidato dapat dibedakan menjadi: (1)Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara atau mc, (2) Pidato Pengarahan adalah pidato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan. (3) Pidato Sambutan, yaitu merupakan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian. (4) Pidato Peresmian, adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu. (5) Pidato Laporan, yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan. (6) Pidato Pertanggungjawaban, adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban. Pidato-pidato resmi umumnya dengan menggunakan naskah yang telah dibuat sebelumnya, terlebih naskah pidato seorang Presiden yang dibawakan biasanya naskahnya dibuatkan oleh staff ahli presiden. Skema susunan teks suatu pidato yang baik terdiri dari: (1) Pembukaan dengan salam pembuka, (2) Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi, (3) Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll., (4). Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll) 6. Metode Think Aloud Protocols (TAPs) dalam Membaca Sejak awal tahun 1980 Think Aloud Protocols (TAPs) telah mempengaruhi dunia penerjemahan. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data dalam penggunaan tes pada produk dan dan pengembangan di wilayah psikologi dan ilmu-ilmu sosial seperti membaca, menulis, dan proses penelitian penerjemahan.
Think-aloud protocol (or think-aloud protocols, or TAPs) is a method used to gather data in usability testing in product design and development, in psychology and a range of social sciences (e.g., reading, writing and translation process research).
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 1, Juni 2011
Sementara Ericsson dan Simon menjelaskan bahwa Think Aloud Protocols (TAPs) merupakan suatu metode yang digunakan partisipan dengan cara memverbalkan atau mengatakan proses apa yang dipikirkan, dirasakan, dan pendapatnya yang dilakukan pada proses evaluasi. Metode ini biasanya digunakan untuk mengetahui evaluasi seorang pembelajar dalam memahami teks secara individual. Dengan kata lain, metode ini merupakan aplikasi dari psikologi kognitif untuk mendapatkan data dan informasi mengenai proses berpikir seseorang (Ericsson, 1980). Hal senada dalam Wikipedia dijelaskan, TAPs merupakan suatu metode yang mengamati seorang pembelajar dengan mengajak mereka untuk menggali pemahamannya dengan “think aloud” memverbalkannya secara lisan tentang sesuatu yang dipikirkan terkait dengan teks yang dibacanya. Dalam Wikipedia dijelaskan lebih lanjut: Think aloud protocols consist of observing a user working with an interface while encouraging them to "think-aloud"; to say what they are thinking and wondering at each moment. Think-aloud protocols are of particular value because they focus on the problems a user has; when the user is working without difficulty, direct observation (and hence the think -aloud protocol itself) is of very limited use. This is because the user is unable to communicate as fast as they think and act, unless a specific problem arises which slows them down. It is at these times when this method really shines as it allows the observer to correlate the actions and statements of the participant. Dengan kata lain, TAPs merupakan metode perseptif dan informatif yang dapat digunakan secara efektif dan dapat menghasilkan banyak informasi dan data yang valid tentang kesulitan dalam pemahaman membaca. Mengajarkan pembelajar untuk masuk ke dalam teks, berdialog dengan penulis (author) teks merupakan hal penting. Hal senada di jelaskan oleh Pennington: Teaching students to carry on an internal dialogue with the author and text as they read is vitally im-
portant. “Talking to the text” significantly increases reader comprehension and promotes retention as well. However, this is not a skill acquired by osmosis. It requires effective modeling using the ThinkAloud strategy. Pembelajar yang baik akan beradaptasi pada pelaksanaannya dengan menggunakan strategi metakognitif, yakni sebuah kata yang mengandung makna dalam “thinking about thinking”. Menurut Pennington penelitian menunjukkan 50% pemahaman membaca berdasarkan pada apa yang dibawa pembaca sebagai pengetahuan utama dan dialog internal. Pembelajar yang mempraktekan model strategi self-monitoring yang dibuat oleh guru menggunakan TAPs akan lebih baik pemahaman membacanya daripada yang tidak menggunakan TAPs.
a. Keunggulan Relevansi TAPs terhadap Pemahaman Membaca Seperti telah di jelaskan sebelumnya pada komponen membaca; kode fonologi, kode semantic, kode sintaksis dan tata bahasa melibatkan keterkaitan tulisan dengan kognitif. Dalam memahami teks atau bacaan bahwa TAPs memiliki banyak keunggulan diantaranya: Cepat, kualitas tinggi, feedback yang efektif (jika dibandingkan dengan kuesioner Data yang di dapat memiliki cakupan lebih luas, seperti pada saat observasi langsung ketika proses subject (kegiatan membaca) berlangsung dan dapat didengar langsung pada proses pemelajaran memahami teks. Jika subject (kegiatan membaca) mengalami kesulitan, maka pengamat dapat mengklarifikasi situasi pembelajaran. TAPs memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi dan eksperimen dapat dimonitor oleh pengamat. Dengan adanya pengamat dan partisipan diamati menjadi lebih bermakna dalam melakukan dialog. Di samping itu protocol dalam melaksanakan TAPS dapat dilakukan dengan dua scenario. Pengamat menentukan latihan yang telah dipersiapkan secara lengkap, pada proses ini, penga-
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 2, Juli 2011
97
mat dapat berkonsentrasi atau fokus pada latihan tertentu yang dianggap menarik. Open-ended task, tidak ada latihan tertentu, maksudnya pembelajar dapat memilih sendiri latihan yang diinginkan. Dalam hal ini pengamat dapat mengamati proses pemahaman membaca teks pidato secara alami dengan kendalakendala yang ada di dalamnya. TAPs dapat berjalan dengan maksimal jika dilaksanakan melalui latihan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang realistis dan dapat membantu pengamat dalam mendapatkan informasi dan data yang valid. Dalam Wikipedia dijelaskan: This may be answered by giving an overview of how a think-aloud protocol should be conducted in practice, in order for its results to be realistic and helpful to the observer. The purpose of the experiment, e.g. to examine in detail a specific 'corner' of the interface, or to gain an outline of its general efficacy, should of course be decided upon initially. This will allow the observer to choose one of the scenarios given above, and to tailor the protocol accordingly. b. Peran Pengamat (observer) dalam Men-
jalankan Think Aloud Protocol (TAPS)
Sebagai pengamat (observer) maka perlu mempertimbangkan hal-hal berikut: 1. Pengamat dalam setiap waktu diharapkan memberikan komen secara liberal pada aksi, tujuan, dan apa yang dipikirkan partisipan atau pembelajar. 2. Pengamat memberikan peluang bagi pembelajar untuk menyelesaikan masalanya sendiri ketika proses memahami teks dengan meminta dan memancing pembelajar untuk mengatakan apa yang dipikirkannya sehingga pengamat dapat menelusuri apa dan bagaimana strategi pembelajar dalam memahami teks pidato bahasa Inggris. 3. Pada saat note taking, disarankan pengamat mencatat semua hal yang terjadi pada saat pembelajar atau partisipan menjawab atau mengatakan. 4. Pada saat pengamat mencatat hanya dilakukan sekali pada saat pembelajar mengatakan sesuatu, sebab kegitan tersebut akan terekam. 98
5. Pada saat pencatatan telah disediakan sheet yang telah terstruktur meliputi kategori yang diamati dan komponen yang secara dadakan akan ditanyakan in prompts to. 6. Pada saat rekaman dilakukan tidak semua hal direkam, jikalau ada hasil rekaman bersifat ambigu.
c. Proses Umun Membaca Menggunakan TAPs Ada beberapa strategi, yang disebut dengan general reading process, peneliti dapat melakukan kajian setiap waktu pada pembaca. 1. Aktifkan latar belakang pembelajar sesuai dengan latar belakang pengetahuan pembelajar mengenai isi dari latihan-latihan yangakan diberikan, 2. Rekam hasil teks ke dalam kata-kata dan makna, 3. Tetapkan tujuan dari membaca (apakah untuk mendapatkan kesenangan, mendapatkan informasi, tujuan menulis), 4. Tentukan prediksi ( tentukan hipotesa dan dilanjutkan untuk mendapatkan informasi) 5. Visualize (“ lihat” apa yang sedang dibaca; kreasikan rekayasa cerita visual atau mental model – dengan teks yang mengandung informasi – yang merepresentasikan makna dari teks tersebut, 6. Berikan pertanyaan sebelum, selama, dan setelah membaca, 7. Simpulkan, 8. Monitor understanding/self-correct, 9. Reflect on meaning (konsolidasikan pengetahuan dengan pengetahuan sebelumnya. 10.Persiapkan untuk mengaplikasikan terhadap apa yang telah dipelajari (kreasikan struktur pengetahuan baru). METODE PENELITIAN Bagian metodologi membahas hal-hal yang berkaitan dengan mekanisme dan metode penelitian yang mencakup subyek penelitian, data dan sumber data, waktu dan tempat penelitian, metode penelitian, prosedur pengumpulan data, dan prosedur analisis data. Anak perempuan dengan nama lengkap Nikmah Amah Nasution. Dia dilahirkan pada
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 1, Juni 2011
tanggal 24 April 1991 di Sumatra Barat (Padang) dan sejak dilahirkan tumbuh di lingkungan keluarga Padang dengan berkomunikasi aktif dalam bahasa Padang dan Indonesia. Namun sejak lulus SMA Nikmah pindah ke Tangerang untuk kuliah di STBA jurusan Bahasa dan Sastra Inggris. Namun sejak kecil minatnya terhadap bahasa Inggris sangatlah tinggi. Kerap Peneliti mencermati dan mendengar bagaimana Nikmah berbicara dalam berbahasa Inggris dalam hasil proses rekaman sangatlah fasih. Namun dalam keterampilan kemampuan membaca, Nikmah kerap mengalami kesulitan. Penelitian lapangan yang dilakukan di rumah subyek dan penelitian dan tempat lain yang memungkinkan terjadinya komunikasi seperti mal atau di kampus. Penelitian dalam bentuk pengamatan yang tidak didokumentasikan dilakukan sejak Januari 2011. Sejak April 2011 baru didokumentasikan. Data dikumpulkan dengan 1) mengobservasi dan mencatat kendala-kendala apa saja yang dihadapi Nikmah ketika memahami teks pidato bahasa Inggris. 2) Mencatat dan merekam dengan tape recorder strategi-strategi yang dilakukan Nikmah dalam memahami teks pidato bahasa Inggris. 3) Mencatat dan merekam upaya dalam memverbalkan apa yang dipikirkan, dirasakan, dan pendapat Nikmah dalam memahami topic sentence, main idea, supporting details,the purpose of the speech, tone of speech text, dan message of speech text melalui metode TAPs. Waktu penelitian dilakukan mulai April 2011 – Juni 2011 dan tempat penelitian dilakukan, di rumah Nikmah, di rumah peneliti, di taman Lippo juga di Mall. Nikmah diberi beberapa latihan membaca yang di dalamnya telah berisi lengkap pertanyaan yang terkait dengan pemahaman membaca teks pidato bahasa Inggris. Kemudian Nikmah diminta untuk menjawabnya dengan mengatakan atau memverbalkan apa yang dipikirkan, diimajinasikan, dirasakan, dan pendapatnya tentang pertanyaan-pertanyaan terkait. Dalam hal ini Peneliti akan mencatat berbagai informasi terkait yang penting (note taking), checklist komponen obesrvasi terkait dengan konsep pemahaman membaca teks pidato bahasa Inggris dan merekamnya dengan tape re-
corder.
Prosedur analisis data: (a) Mentranskrip hasil rekaman, (b) Menganalisis hasil transkip data rekaman dengan mengklasifikasi kesulitankesulitan dan strategi yang digunakan Nikmah dalam memahami komponen pemahaman yang telah tersedia pada checklist data dan menyesuaikannya dengan teori yang relevan, (c) Menginterpretasi hasil data yang ada, (d) Membuat kesimpulan dan rekomendasi. HASIL DAN BAHASAN Temuan dan bahasan memaparkan hasil penelitian dan membahasnya berdasarkan kajian teoretis pada subbahasan sebelumnya. Namun, untuk memaparkan temuan dan memperjelas pembahasan pertama akan disajikan deskripsi dan analisis dalam bentuk table presentasi dan table analisis. 1. Deskripsi dan Analisis Data Temuan dan Bahasan Kesulitan dalam Memahami Teks Pidato Bahasa Inggris Berikut adalah temuan dan bahasan mengenai pertanyaan pertama dari penelitian ini:1) Mengapa Nikmah mengalami kesulitan dalam memahami teks pidato bahasa Inggris? Seperti telah dijelaskan dalam bab II, ada beberapa faktor yang meneyebabkan Nikmah sulit memahami teks pidato bahasa Inggris:
An inability to decode words as automatically as a skilled reader; ketidakmampuan Nikmah untuk memahami kata secara otomatis. Data yang ditemukan pada saat tekhnis TAPs dilakukan, Nikmah kerap balik mundur kembali membaca kata dan frasa sebelumnya, hal ini menjadi hambatan pada proses pemahaman berikutnya. Seperti telah dijelaskan pada bab II menurut Field bisa jadi keterbatasan ini terjadi karena cara kerja memori otak (working memory) yang terjadi pada Nikmah lambat, terlebih jika ia harus mengkonstruksi makna hingga level struktur yang paling tinggi. Proses membaca yang hadir secara otomatis membutuhkan cara kerja memori yang lumayan ekstra. Agaknya dalam hal ini Nikmah masih mengalami banyak kendala. Belum lagi jika kata-kata yang
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 2, Juli 2011
99
terdapat dalam teks pidato tersebut sangat asing baginya (di luar pengetahuan Nikmah sebelumnya), maka semakin sulitlah Nikmah memahami isi dari teks pidato tersebut. Berikut deskripsi cuplikan teks pidato bahasa Inggris yang dibaca Nikmah pada paragraf pertama, yang diambil dari Yutube, 20 Mei 2011 pukul 07:30 am, yang merupakan pidato dari Barak Obama dengan judul: “Osama Bin Laden Killed”. “ Good evening. Tonight, I can report to the America people and to the world that the United States has conducted an operation that killed Osama bin Laden, the Leader of Al-Qaeda, and a terrorist who’s responsible for the murder of thousands of innocent men, women, and children.” Pada paragraf ini peneliti bertanya apa maksud dari Obama pada paragraf ini? Untuk bisa menjawab pertanyaan peneliti. Pertama Nikmah mengulang membaca paragraf ini hingga tiga kali. Ia membaca mundur kembali sebanyak dua kali pada frasa an operation that killed setelah selesai membaca sampai a terrorist who responsible for the murder of thousands innocent men,…. Kedua, frasa innocent men, women and children pun diulangnya tiga kali, terutama pada kata innocent yang kemudian ia bertanya apa ya innocent pada makna konotatifnya? bukan denotatifnya. Lalu ia coba menjelaskan bahwa ia pernah membaca hasil diskusi di blog dunia maya bahwa sebutan innocent telah menjadi stigma sebutan bagi Osama yang terjadi secara dialogis berkomunikasi dengan teman-teman Nikmah dari Amerika, Inggris dan Jerman. Pada proses ini Nikmah berupaya memanggil kembali memori ingatannya tentang kata innocent pada pemahamannya tentang kata tersebut. Sehingga pada saat membaca dan proses memahami paragraf tersebut ia kembali back-track membaca mundur ke frasa sebelumnya. Ketiga, setelah berulang kali ia membaca paragraf tersebut baru Nikmah menjawab pertanyaan peneliti, bahwa tujuan paragraf tersebut memberi informasi bagi warga Amerika juga dunia bahwa Barak Obama telah terbunuh oleh tim operasi dari Amerika. Secara keseluruhan dari 22 paragraf, proses verbalisasi 100
hasil rekaman, pada aplikasi TAPs Nikmah melakukan pengulangan membaca mundur sebanyak 66 kali. Karena rata-rata dalam setiap paragraf Nikmah bisa membaca mundur (back-track) rata-rata tiga kali tergantung banyak tidaknya dalam pargaraf tersebut mengandung kata atau frasa asing baginya. Weak syntactic parsing; lemah dalam pemahaman dan cenderung membaca kata demi kata daripada memahami struktur sintaktis pada level tinggi. Secara keseluruhan frekwensi kesalahan dalam memenggal frasa atau kalimat sebanyak 73 kali.Dalam hal ini pembaca cenderung lemah memperoleh kata kunci clues/a key word, sehingga pada proses verbalisasi membaca dan memahami banyak mengalami pausing, intonasi yang tidak beraturan bahkan tidak tepat. Secara keseluruhan rekaman yang didapat Nikmah pada bagian ini lemah memperoleh kata kunci sebanyak 13 kata. Berikut hasil rekaman verbalisasi yang di dapat pada saat menjawab pertanyaan di paragraf ke dua. Pada paragraf ini peneliti bertanya,” informasi rinci apa yang Nikmah dapatkan dalam paragraf ini? Dan apa ide utama dari paragraf ke dua? Berikut kutipan paragraf kedua. “It was nearly 10 years ago that a brihgt September day was darkened by the worst attack on the American people in our history. The images of 9/11 are seared into our national memory-hijacked planes cutting through a cloudless September sky; the Twin Towers collapsing to the ground; black smoke billowing up from the Pentagon; the wreckage of Flight 93 in Shanksvile, Pennsylvania, where the actions heroic citizen saven even more heartbreak and destruction.” Pada paragraf ini Nikmah agaknya kesulitan mencari key words yang terkait dengan informasi rinci yang akan ia sebutkan dan jelaskan, terlebih mendapatkan ide utama dalam paragraf ini. Pertama, kecepatan Nikmah dalam membaca teks ini agak lambat karena ia membaca perkata bukan berdasarkan dimana ia harus berhenti titik atau
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 1, Juni 2011
koma. Kedua, Ia pun agak lama menemukan kata kunci (key words) dalam paragraf ini, meski akhirnya ia dapatkan key words dalam paragraf ini. Ketiga, berikut hasil rekaman pada paragraf ini, yang bisa kita cermati ketidaktepatan Nikmah dalam memenggal frasa atau kalimat yang tidak sesuai dengan sintaksis, juga lamanya membaca dari mulai kata satu ke kata lainnya hingga 3-4 detik. “It was//.. nearly 10 years ago//… that a bright// September// day was darkened//… by the worst// attack//… on the American people in our history. The images of// 9/11 are//.. seared…. into our national// memory-hijacked planes//…. cutting ..//through a cloudless//… September sky;… the Twin //Towers//… collapsing//…. to the ground; black smoke //… billowing up//… from the Pentagon; the wreckage//…. of Flight 93 in //Shanksvile,//… Pennsylvania, //…where the actions// heroic citizen//… saven //even.. more heartbreak//…. and destruction.”
Less inference; keterbatasan pembaca dalam mendapatkan instantiation; proses menginterpretasikan kata-kata terbatas, berdasarkan konteks yang ada di dalam teks. Pada komponen ini Nikmah mengalami less inference sebanyak 20 kata. Sebagai contoh kata yang tidak dipahami secara konteks oleh Nikmah pada paragraf tiga misalnya pada frasa the empty seat pada kalimat the empty seat at the dinner table. Dalam rekaman dan catatan didapat Nikmah bertanya pada peneliti bu ini kenapa the empty seat maksudnya terkait dengan konteks itu kejadian 9 september itu apa ya? Lalu Nikmah kembali membaca paragraf tersebut dari awal, kemudian ia mendapatkan keywords frasa worst images. Lalu Nikmah menjawab,” bu berarti ini ada kaitannya dengan deskripsi kejadian 9 September ya bu? Berarti banyak korban, makanya Obama pada pidatonya mengilustrasikan dengan imaji empty seat at the dinner table. Nikmah bertanya namun akhirnya ia temukan jawabannya sendiri
dengan proses membacanya ulang balik mundur dan mendapatkan key word, sehingga dapat memaknai konteks frasa tersebut. Berikut kutipan paragraf tiga. “And yet we know that the worst image are those that were unseen to the world. The empty seat sat the dinner table. Children who were forced to grow up without their mother or their father. Parents who would never know the feeling of their chil’ds embrace. Nearly 3.000 citizen taken from us, leaving a gaping hole in our heart”.
Poor Integration; ketidak mampuan pembaca mengintegrasikan ide yang ada dalam representasi teks, yakni ketidak mampuan mengintegrasikan antara ide-ide pokok dan ide-ide penjelas yang merupakan kesatuan makna yang terintegrasi utuh. Seperti teori yang dikemukakan oleh Gernbacher (dalam Field) yang terkenal dengan teori Gernbacher’s Structure Building Framework: readers proceed by building informational substructure when information comes in that appears to be unrelated to the current one. Less skilled comprehenders fail to perceive connections and shift too often, creating too many low-level substructures. Kemampuan pemahaman Nikmah dalam memahami teks pidato bahasa Inggris yang terintegrasi antara ide-ide pokok (main ideas) dan ide-ide penjelas (supporting details), belum seperti yang diharapkan. Secara keseluruhan dari ke 22 paragraf hanyan 50% dari paragraf tersebut yang dapat dimaknai secara terintegrasi. Maksudnya 11 paragraf yang bisa dikuasai tingkat pemahamannya dengan mengecek jawaban yang didapat dalam lembar jawaban juga rekaman verbal dan catatan yang dilakukan oleh peneliti. Sebagai ilustrasi keberhasilan yang dilakukan Nikmah dalam menggali informasi dan memahami ide utama dari paragraf empat. Berdasarkan hasil rekaman Nikmah menjawab,” paragraf empat ini ide utamanya mengenai how the America reaffirm all the component of citizen to the united as one America family. Nikmah menjelaskan mengapa pern-
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 2, Juli 2011
101
yataan tersebut menjadi ide utama? Nikmah menjawab karena fakta dari kalimat pertama dan seterusnya merepresentasikan tentang kebersamaan Amerika sebagai negara yang satu. Misalnya pada kalimat pertama “On September 11, 2001, in our time of grief, the America people came together. Frasa America people came together representasi kebersamaan. Kalimat kedua, We offered our neighbours a hand, and we offered the wounded our blood. Kalimat ini juga mengandung makna pemahaman tentang konsepsi kebersamaan pada kata yang tercetak biru. Seperti itu dan seterusnya ke kalimat berikutnya. Berikut kutipan paragraf keempat secara utuh: “On September 11, 2001, in our time of grief, the America people came together. We offered our neighbours a hand, and we offered the wounded our blood. We reaffirmed our ties to each other, and our love of community and country. On that day no matter where we came from, what God we prayed to, or qhat race or ethnicity we were, we were united as one America family”.
Inadequate
self-monitoring; ketidak mampuan dalam memonitor pemahaman terhadap teks atau tidak konsisten dalam memonitor pemahaman teks. Hal ini terkait dengan daya tampung memori penge-
tahuan dan kata-kata yang ada dalam otak. Sehingga proses keluarnya pemahaman kata dari memori tidak konsisten. Hal ini tercatat dalam rekaman dan catatan pada paragraf delapan bahwa Nikmah begitu lemah memahami paragraf ini karena selain hambatan kata-kata asing (kata-kata yang tidak ada dalam (bakground knowledge) baginya seperti kata: disrupt, dismantle, defeat. Meskipun Nikmah berulang membaca kata tersebut back track, hingga beberapa kali dengan melihat kalimat sebelum dan sekitarnya, tetap saja Nikmah tak mampu menduga atau memprediksi makna kata tersebut berdasarkan ungkapanverbal yang ia utarakan. Ia baru menemukan arti dan makna kata-kata tersebut setelah ia mengecek dalam kamus. Ini adalah salah satu temuan jika ia lemah dalam memonitor tingkat pemahamannya terhadap suatu teks. Berikut kutipan lengkap paragraf delapan. “And so shortly after taking office, I directed Leon Panetta, the director of the CIA, to make the killing or capture of bin Laden the top priority of our war against Al-Qaeda, even as we continued our broader efforts to disrupt, dismantle, and defeat his network”. Dapat disimpulkan dari 22 paragraf yang
Tabel 1. Komponen Ketidak Mampuan Membaca dalam Memahami Teks Pidato Bahasa Inggris
NO
KOMPONEN
FREKWENSI & KETERANGAN
1.
An inability to decode words as automatically as a skilled reader
66 kali
2.
Weak syntactic parsing
73 kali
3.
Less inference
20 kata
4.
Poor Integration
11 paragraf yang dikuasai (50%)
5.
Inadequate self-monitoring
8 kali
102
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 1, Juni 2011
Tabel 2. Komponen Faktor yang Mempengaruhi Hambatan Membaca
NO
KOMPONEN
1 2
Keadaan emosi Motivasi
3
Pengetahuan
KURANG
CUKUP
BAIK
√ √ √
Tabel 3. Self-Evaluation (General Processes Check Sheet) NO
SELF-EVALUATION
NOT MUCH
SOMETIMES
OFTEN
1.
Used personal background knowledge
2.
Made predictions
3.
Corrected predictions
4.
Asked questions
√
5.
Used images to see
√
6.
Was aware of problems
√
7.
Used fix-ups
√
ada dalam teks pidato tersebut ada sekitar 8 (delapan) paragraf Nikmah mengalami self- monitoring yang rendah. Kesimpulan dari lima komponen ketidakmampuan dan alasan mengapa Nikmah mengalami hambatan dalam memahami teks pidato sebagai berikut: Di samping lima komponen di atas faktor yang mempengaruhi hambatan dalam membaca juga dipengaruhi tiga aspek seperti di jelaskan Gibson dalam Gleason yakni: 1) keadaan emo si on al yan g mung kin menghasilkan perhatian, 2) Motivasi untuk sadar belajar membaca, 3) Pengetahuan yang cukup untuk membantu menarik perhatian dalam membaca. Berikut tabel hasil catatan ketiga komponen tersebut. Berikut tabel self-evaluation yang diisi oleh Nikmah (Tabel 2 dan 3): 2.
Deskripsi dan Analisis Data Temuan Proses Strategi dalam Memahami Teks Pidato Bahasa Inggris dengan Metode Think Aloud Protocols (TAPs) Berikut adalah temuan dan bahasan
√ √ √
mengenai pertanyaan kedua dari penelitian ini: 2) mengkaji bagaimana proses strategi Nikmah dalam memahami teks pidato bahasa Inggris dengan metode Think Aloud Protocols (TAPs)? a) bagaimana memahami topik dari sebuah pidato bahasa Inggris (topic), b) bagaimana memahami ide pokok dan ide penjelas dalam teks pidato bahasa Inggris (main ideas dan supporting details), c) bagaimana memahami tujuan dari sebuah pidato( the purpose of the text), d) bagaimana memahami tone dari sebuah pidato (tone), d) bagaimana memahami pesan tersirat dari sebuah pidato bahasa Inggris ( message). Seperti telah di jelaskan sebelumnya pada bab I menurut Soenjono bahwa ada beberapa prasyarat dalam memahami sebuah bacaan.Pertama, kemampuan memahami pemrosesan kata, frasa dan kalimat. Kedua,adalah kemampuan untuk memahami apa yang tersirat dalam bacaan karena seorang penulis tidak selamanya menyatakan sesuatu secara eksplisit. Ketiga, memiliki pengetahuan tentang dunia,
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 2, Juli 2011
103
Tabel 4. Prasyarat dalam Memahami Teks Pidato Bahasa Inggris NO
KOMPONEN
1.
Kemampuan memahami pemrosesan kata, frasa dan kalimat Kemampuan untuk memahami apa yang tersirat dalam bacaan Memiliki pengetahuan tentang dunia, pengalaman di masa lampau, dan memori untuk dapat memahami yang tersirat Kemampuan untuk menangani ikhwal yang baru kemampuan untuk memilih
2. 3. 4. 5.
KURANG
pengalaman di masa lampau, dan memori untuk dapat memahami yang tersirat. Keempat, kemampuan untuk menangani ikhwal yang baru, dan prasyarat kelima adalah kemampuan untuk memilih. Orang membaca karena ada tujuannya. Berikut tabel hasil temuan berdasarkan catatan dan rekaman yang dilakukan peneliti tentang lima komponen prasyarat dalam memahami sebuah teks pidato bahasa Inggris. Kelima konmponen berikut sangat erat relevansinya terhadap pemahaman membaca Nikmah pada teks pidato bahasa Inggris. Mulai dari otografi makna dari kata, frasa, kalimat. Hal-hal tersirat berupa metafora, pengetahuan, minat terhadap hal-hal baru, dan pilihannya pada teks-teks politik menyangkut budaya, agama, social, dan lain-lain menjadi subjek menarik bagi seorang Nikmah. Berikut ilustrasi contoh-contoh dan analisa dari lima komponen di atas: 1. Kemampuan memahami pemrosesan kata, frasa dan kalimat. Dalam catatan dan hasil rekaman ditemukan bagaimana Nikmah Nikmah makna kata diretrif, dan keterkaitan makna kata satu dengan makna kata lainnya. Yakni seperti dijelaskan dalam metode top down yang langsung dari ortografi ke makna. Sebagai contoh pada paragraf 19, bagaimana Nikmah mengaitkan makna kata professionalism, patriorism, unparalled 104
CUKUP
BAIK
√ √ √ √ √
courage, dan heaviest share dengan konteks kalimat pada paragraf 19. Bahwa kata-kata tersebut merupakan kata-kata yang mengandung kesuksesan bagi counterpart Amerika yang telah berhasil beroperasi membunuh Osama bin Laden. Berikut kutipan paragraf 19 secara lengkap. “We give thanks for the men who carried out this operation, for they exemply the professionalism, patriorism, and unparalled courage of those who serve our country. And they are part of generation that has borne the heaviest share of the burden since that September day.” Pada paragraf ini Nikmah ditanya apa ide pokok dari paragraf ini? Nikmah menjawab ini sepertinya ucapan terima kasi Osama pada counterpart yang telah bekerja secara professional, penuh semangat, sebagai generasi baru yang telah menunjukan prestasi, atau dalam bahasa Inggrisnya the success of America counterpart who succeed in killing Osama. Kata kunci yang bisa dibaca pada parahraf tersebut yaitu secara tersirat utuh mulai dari kalimat pertama hingga kalimat kedua. 2. Kemampuan untuk memahami apa yang tersirat dalam bacaan. Pada rekaman dan catatan yang di dapat bisa dicermati pada paragraf 13. Nikmah menjelaskan bahwa dalam paragraf ini Obama membangun image pada Osama bahwa Osama
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 1, Juni 2011
adalah musuh Islam, yang secara eksplisit dapat dicermati pada kalimat Bid Laden was not a Muslim leader; he was a mass murderer of Muslims. Nikmah menambahkan bahwa secara tersirat Barak Obama meminta simpati pada warga Amerika, dunia, dan Islam bahwa Osama memang harus ditolak aktifitas dan pahamnya sebagai musuh Islam. Hal ini ditambahkan pada kalimat berikutnya Indeed, Al-Qaeda has slaughtered scores of Muslims in many countries including our own. Berikut kutipan lengkap dari paragraf 13. “As we do, we must also reaffirm that the United States is not-and never will be- at war with Islam. I’ve made clear, jus as President Bush did not shortly 9/11, that our war is not against Islam. Bid Laden was not a Muslim leader; he was a mass murderer of Muslims. Indeed, Al-Qaeda has slaughtered scores of Muslims in many countries including our own. So his demise should be welcomed by all who believe in peace and human dignity”. 3. Memiliki pengetahuan tentang dunia, pengalaman di masa lampau, dan memori untuk dapat memahami yang tersirat. Nikmah cukup banyak mengikuti informasi tentang berita-berita politik mengenai terbunuhnya Osama. Bahwa hasil rekaman yang ada, Nikmah menjelaskan bahwa Osama tidak berpihak pada Pakistan, karena Osama juga menyerang warga Pakistan, menurut penjelasan Nikmah. Bisa dicermati kutipan dalam paragraf 14, But it’s important note that our counterterrorism cooperation with Pakistan helped lead us to bin Laden and the compound where he was hiding. Indeed, bin Laden had declared war against Pakistan as well, and ordered attack against the Pakistani people. 4. Kemampuan untuk menangani ikhwal yang baru. Sebagai contoh ilustrasimengenai ikhwal baru pada paragraf 4, we offered the wounded our blood. Mengandung makna konotasi yang berarti ikut bersimpati dan berempati, bukan makna denotatif. Menurut penjelasan Nikmah bahwa gaya bahasa Obama senang untu mendeskripsikan terlebih dahulu rangkaian cerita agar masyarakat Amerika, dunia, atau muslim menjadi turut berempati dan bisa berapresiasi atas
keberhasilan Amerika membunuh Osama. Dengan kutipan pada paragraf 11, The death of bin Laden marks the most significant achievement to date in our nation’s effort to defeat Al-Qaeda. 5. Kemampuan untuk memilih. Untuk teks pidato yang tersedia atau disediakan oleh peneliti memang sangat disukai oleh Nikmah, artinya Nikmah memang senang pada tema-tema berat seperti politik, terkait ideologi, dan lain-lain yang lebih menantang baginya untuk digali lebih lanjut. Lalu bagaimana strategi Nikmah dalam memahami topic, main ideas, suppoting details, the pupose of the speech text, tone dan message. 1. Bagaimana strategi Nikmah memahami topik dari sebuah pidato bahasa Inggris (topic). Starategi Nikmah dalam memahami topik dengan membaca judul dan memahaminya yakni Osama bin Laden Killed. Ketika ditanya oleh peneliti, “bagaimana kamu bisa meyakini jika kesuluruhan topik pidato tersebut terkait dengan kematian Osama? Nikmah menjawab jika kita cermati di setiap paragraf sering muncul ilustrasi bagaimana counterpart dan sekutu Amerika berhasil membunuh Osama setelah 10 tahun lamanya. Nikmahpun menambahkan jika dicermati pada pidato tersebut ada beberapa kata yang bermakna bahwa Amerika telah berhasil menunjukkan pada dunia jika Amerika telah menunjukkan prestasinya dan berhasil membunuh Osama. Bisa dicermati pada paragraf 11, 10, 21, dan 22. 2. bagaimana memahami ide pokok dan ide penjelas dalam teks pidato bahasa Inggris (main ideas dan supporting details). Dalam pengamatan dan catatan Nikmah cukup detail membaca pada tingkat pemahaman yang lumayan tinggi, karena dari setiap paragraf yang ditanyakan sekitar 90% dapat dijawab dari 20 pertanyaan terkait main ideas dan supporting details. 3. bagaimana memahami tujuan dari sebuah pidato (the purpose of the text). Menurut penjelasan Nikmah teks pidato tersebut mengajak pembaca untuk memberi apre-
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 2, Juli 2011
105
siasi pada Amerika karena telah sukses membunuh Osama. Di samping itu Barakpun membangun image dengan merangkul semua agama, negara untuk bersama-sama berbahagia atas kematian Osama yang telah menghancurkan simbol kejayaan amerika dengan membom Twin Tower di Amerika. Nikmah menggunakan strategi dengan memahami konteks dan membaca teks secara keseluruhan, kemudian mengidentifikasi kata-kata detail yang asing menurut ia dan mencari maknanya. 4. bagaimana memahami tone dari sebuah pidato (tone). Nikmah menjelaskan tone secara keseluruhan (makro) dan perparagraf (mikro). Nikmah berulang ulang mengkaji dan mencermati bagaimana tone dari pidato tersebut, secara makro lebih kearah optimis, semangat, dan penuh simpati. Untuk setiap paragraf sangat bervariatif. Contoh untuk paragraf 3: tonenya sedih (sad/sorrowful), paragraf 4: tonenya simpatik (sympathetic) 5. bagaimana memahami pesan tersirat dari sebuah pidato bahasa Inggris. Nikmah menjelaskan bahwa pesan dari pidato Barak Obama dengan mencermati setiap paragraf merepresentasikan bagaimana kematian Osama dapat ditumpas oleh Amerika dan timnya. Obama ingin dunia mengetahui bagaimana prestasi Amerika
dalam membunuh Osama sela 10 tahun merupakan suatu prestasi bagi warga Amerika. Pernyataan Nikmah tentang pesan dari pidato tersebut: Barack Obama informed to all people in the world especially to all America about the USA has conducted an operation that killed Osama bin Laden, the leader of al Qaeda. The death of bin Laden marks the most significant achievement to date in their nation’s effort to defeat Al Qaeda. SIMPULAN Disimpulkan ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidak mampuan Nikmah dalam memahami teks pidato. 1) ketidak mampuan merekam kata secara otomatis sebanyak 66 kali, 2)lemah dalam memaknai konsep sintaksis sebanyak 73 kali, 3) lemah dalam mencari kata kunci dalam paragraf sebanyak 20 kali, 4) lemah dalam melakukan integrasi antara ide-ide pokok dan ide penjelas sebanyak 11 paragraf, sekitar 50%, 5) lemah dalam melakukan self monitoring sebanyak 8 kali. Faktor lain yang menghambat ketidak pahaman Nikmah dalam membaca: keadaan emosi, motivasi, dan pengetahuan. Motivasi dan pengetahuan yang Nikmah miliki baik, hanya keaadaan emosi yang cukup. Faktor lain yang mempengaruhi kurangnya
Tabel 5. Strategi Tingkat Pemahaman Membaca Teks Pidato Bahasa Inggris
NO 1. 2. 3. 4. 5.
106
KOMPONEN Strategi memahami topik Strategi memahami ide utama dan ide pikiran penjelas Strategi memahami tujuan dari teks pidato Strategi memahami tone dalam teks pidato Strategi memahami pesan tersirat dalam teks pidato
KURANG
CUKUP
BAIK √ √ √
√ √
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 1, Juni 2011
pemahaman Nikmah dalam membaca teks pidato bahasa Inggris: 1) Kemampuan memahami pemrosesan kata, frasa dan kalimat: cukup, 2) Kemampuan untuk memahami apa yang tersirat dalam bacaan: baik, 3) Memiliki pengetahuan tentang dunia, pengalaman di masa lampau, dan memori untuk dapat memahami yang tersira: baik, 4) Kemampuan untuk menangani ikhwal yang baru: cukup,5) kemampuan untuk memilih: cukup. Berikut adalah simpulan bagaimana strategi Nikmah dalam memahami teks pidato bahasa Inggris: 1) Strategi memahami topik: baik, 2) Strategi memahami ide utama dan ide pikiran penjelas: baik, 3) Strategi memahami tujuan dari teks pidato: baik, 4) Strategi memahami tone dalam teks pidato: cukup, 5) Strategi memahami pesan tersirat dalam teks pidato: baik. DAFTAR PUSTAKA K. A., Ericsson & R. J. Crutcher. 2000. Introspection and verbal reports on cognitive processes - two approaches to the study of thought processes: Aresponse to New Ideas in Psychology. Barrett. Martyn. 1999. The development of Language. Sussex: Psychology Press. Bialystok. Ellen. 2001. Bilingualism in Development: Language, Literacy, and Cognition. Cambridge: Cambridge University Press. Benerdict dalam Fletcher Paul dan Garman.1995. The handbook of Child Language . Ann Arbor: The University of Michigan Press.
Clark Harbert H.dan Clark Eve . 1977. Psychology and language: An Introduction and Language. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc. Darjowidjojo. Soejonono. 2008. Psikolinguistik, Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Dornyei Zoltan. 2005. The Psychology of the Language Learner.London: Lawrence Elbaum Associates,Inc. Ericsson . K., & H. "Verbal reports as data". Psychological Review 87, May 1980 . Field. Jhon. 2005. Psycholinguistics: The Key Concepts.USA dan Canada: Routledge. Gleason Jean Berko dan Ratner.Nan Bernstein. 2000. Psycholinguistics. Harcourt Brace College Publishers. http://wikipedia/definisi pidato.13/03/2008 10:29pm http://en.wikipedia.org/wiki/ Think_aloud_protocol http://www.psy.gla.ac.uk/~steve/HCI/cscln/ trail1/Lecture5.html Kozulin Alex. 1986. Thought and Language. London: The Massachusetts Institute of Thechnology. Mikulecky Beatrice S. dan. Linda Jeffries. 2007.Advance Reading Power.USA: Pearson Longman. Mukalel C. Joseph. 2003. Psychology of Language Learning. New Delhi: Discovery Publishing House. Pennington. http://www.readingrockets.org/ article/102/, 17 November 2009. Ram Ashwin dan Moorman. Kenneth. 1999 Introduction: Toward a Theory of Reading and Understanding. Cambridge, MA: The MIT Press. Schovel. Thomas. 2000. Psycholinguistics. Oxford University Press.
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Tahun 10, No. 2, Juli 2011
107