STRATEGI KOMUNIKASI MUHAMMADIYAH TERHADAP AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA LOKAL DI DESA SOMAGEDE KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : Mahdi Musthaffa NIM: 109051000141
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 1 Juni 2013
Mahdi Musthaffa
ABSTRAK Strategi Komunikasi Muhammadiyah Terhadap Akulturasi Budaya Islam Dan Budaya Lokal di Desa Somagede Kabupaten Banyumas Jawa Tengah Akulturasi antara budaya Islam dan budaya lokal menjadi bagian dalam struktur kehidupan masyarakat Jawa. Di Somagede, akulturasi nampak ketika dalam peringatan hari besar keagamaan. Misalnya, dalam memperingati 1 Muharram masyarakat mengadakan pagelaran wayang, kiraban, gunungan, dan lain-lain. Masyarakat memperingatinya secara sejajar antara nilai-nilai keagamaan dengan kearifan budaya lokal. Akulturasi menjadi tantangan baru bagi para pembawa ajaran Islam di sebuah organisasi/lembaga seperti Muhammadiyah. Salah satu persyarikatan Islam di Indonesia yang bergerak di bidang syiar agama ialah Muhammadiyah. Berkembang pesat di tanah Jawa dan tersebar ke seluruh Indonesia. Dengan tujuan memurnikan ajaran Islam yang tercampur dengan budaya asli di seluruh penjuru tanah air. Sebagai pendatang, Muhammadiyah memerlukan strategi penyampaian yang tepat agar diterima oleh budaya asli. Maka, bagaimanakah strategi komunikasi Muhammadiyah terhadap akulturasi budaya Islam dan budaya lokal di Desa Somagede Kabupaten Banyumas Jawa Tengah? Strategi komunikasi yang digunakan dalam menghadapi perpaduan budaya Islam dan budaya lokal ialah dengan melakukan syiar atau dakwah bil-lisan. Muhammadiyah menyelaraskan tradisi yang dilakukan masyarakat dengan sisipan ajaran Islam yang murni. Menyampaikan materi kajian Islam disertai dengan perilaku yang sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga secara tidak langsung menimbulkan perubahan atas penilaian masyarakat terhadap ajaran Islam yang murni. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Menggambarkan atau melukiskan situasi tertentu dengan melakukan wawancara dan observasi. Mengamati langsung subjek penelitian sebagai sumber informasi untuk mengetahui strategi komunikasi Muhammadiyah di Desa Somagede Banyumas. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa strategi komunikasi yang digunakan Muhammadiyah Cabang Somagede terhadap akulturasi budaya lokal dan budaya Islam tidak berjalan efektif. Muhammadiyah tidak banyak menggunakan penyampaian khusus kepada masyarakat. Strategi yang ada hanya dengan dakwah bil-lisan melalui pengajian. Seperti melakukan kegiatan pengajian rutin setiap minggu wage dan tanggal 12 setiap bulan di masjid/mushola binaan Muhammadiyah Cabang Somagede. Keywords: Strategi, Komunikasi, Muhammadiyah, budaya, dan Islam.
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan rasa syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, serta memberikan kesehatan lahir dan batin, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga Allah SWT limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa Al-Qur’an dan Hadist-Nya beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya. Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT dan Rasullullah SAW penulis berhasil menciptakan karya tulis yang besar dan patut dibanggakan atas segala rintangan dan kesulitan penulis dalam menyajikan dengan sebaik-baiknya. Sekalipun skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Muhammadiyah Terhadap Akulturasi Budaya Lokal Dan Budaya Islam Di Desa Somagede Kabupaten Banyumas Jawa Tengah” ini masih jauh dari sempurna. Maka, penulis yakin bahwa skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangan yang perlu diperbaiki, mengingat kemampuan dan pengetahuan penulis yang terbatas. Namun berkat doa, motivasi bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Arief Subhan M.A, Wakil Dekan I Bidang Akademik, Drs. Wahidin Saputra, M.A, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, ii
Drs. Mahmud Jalal, M.A, serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Drs. Study Rizal L.K, M.A. 2. Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Ibu Umi Musyarofah, M.A selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 3. Zakaria, M.Ag selaku Penasehat Akademik yang telah meluangkan waktunya kepada penulis untuk berdiskusi dan memberi masukan atas judul skripsi yang penulis ajukan. 4. Ibu Umi Musyarrofah, MA. sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu memberikan bimbingan dan arahan secara terperinci kepada penulis dalam tahapan pembuatan skripsi sampai terselesaikan dengan baik. 5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mewariskan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama masa perkuliahan. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis dan menjadi amal sholeh yang pahalanya akan terus mengalir dari Allah SWT, Amin. 6. Segenap karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu dan Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memudahkan penulis mendapatkan referensi. Serta bersedia melayani penulis meminjamkan buku dengan ramah dan santun. 7. Bapak Moh. Prakoso, S.Pd.I., Bapak H. Suhodo Anshori, Bapak Drs. Sumuyut selaku Pengurus Muhammadiyah Cabang Somagede yang bersedia untuk diwawancara dan membantu penulis mencari informasi ditempat penelitian. iii
8. Ucapan terima kasih yang begitu mendalam kepada kedua orang tua penulis Bapak H. Safrudin dan Ibu Hj. Opih Karyati juga adik-adikku tersayang, yang telah memberikan doa, motivasi, semangat, dan kasih sayang. Sehingga membuat penulis selalu optimis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Sahabat-sahabat perjuangan penulis di kelas KPI.D 2009 Eko Wahyudi sahabat yang penulis anggap sebagai keluarga sendiri yang telah memberikan ilmu, motivasi, semangat dan perhatian lebih terhadap skripsi penulis. Juga Yusuf, Zidni, Bowo, Ryan, Riza, Angga, Ridwan, Rizky, Ari, Bayu, Levi, Ririn, Nofal, Dina, Tika, Tari, Fitri, Fajrin, Yuli, Rina, Noflim, Okta, Anna, Yudid, Zakiyah, Fadli, Rikza, Devi, Rizal, terima kasih atas segala dukungan, perhatian dan memberikan nuansa kekeluargaan selama lebih dari tiga tahun bersama-sama menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sukses buat sahabat-sahabatku, semangat terus demi meraih masa depan. 10. Kawan-kawan KKN SUPER dan adik-adik kelas sekalian terima kasih atas semangat yang diberikan kepada penulis dalam menulis skripsi ini 11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini baik moril maupun materil kepada penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Jakarta, 1 Juni 2013
Mahdi Musthaffa iv
DAFTAR ISI ABSTRAK..........................................................................................................i KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................ 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 6 D. Metodologi Penelitian ................................................................... 8 E. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 12 F. Sistematika Penulisan ................................................................... 13 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Komunikasi ................................................................ 15 B. Pengertian Strategi ....................................................................... 19 C. Teori Strategi Komunikasi ........................................................... 21 D. Unsur-Unsur Komunikasi Antarbudaya ...................................... 24 E. Akulturasi dan Budaya ................................................................ 30 1. Pengertian Akulturasi ........................................................... 30 2. Faktor Akulturasi .................................................................. 32 3. Pengertian Budaya dan Asimilasi ......................................... 33 F. Pengertian Budaya Islam ................................................................ 38 G. Pengertian Budaya Lokal ................................................................ 41 H. Muhammadiyah .............................................................................. 43 BAB III GAMBARAN UMUM MUHAMMADIYAH DAN AKULTURASI BUDAYA DI KECAMATAN SOMAGEDE BANYUMAS A. Profil Muhammadiyah Cabang Somagede .................................... 49 1. Sejarah Berdirinya ..................................................................... 49 2. Visi-Misi.................................................................................... 51 3. Struktur Organisasi dan Kepengurusan ..................................... 52 4. Program-Program Kerja ............................................................ 54 5. Tujuan dan Sasaran ................................................................... 56 6. Sarana dan Prasarana ................................................................. 57 B. Budaya Islam dan Budaya Lokal di Kecamatan Somagede Banyumas .............................................. 58 BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Strategi Komunikasi Muhammadiyah Cabang Somagede ............ 60 B. Perubahan Masyarakat Akan Hadirnya Muhammadiyah Terhadap Akulturasi Budaya Islam dan Lokal di Kecamatan Somagede ................................................................ 67
v
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................... 71 B. Saran .............................................................................................. 72 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 74 LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Surat Izin Penelitian dan Wawancara dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2.
Surat Keterangan Penelitian dari KESBANGPOL Kabupaten Banyumas
Lampiran 3.
Surat Keterangan Banyumas
Penelitian
dari
BAPPEDA
Kabupaten
Lampiran 4.
Surat Keterangan Penelitian Kabupaten Banyumas
dari
Kecamatan
Somagede
Lampiran 5.
Pedoman Wawancara
Lampiran 6.
Hasil Wawancara
Lampiran 7.
Foto-foto dan Dokumentasi
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia menganggap bahwa agama identik dengan seperangkat simbol kebudayaan dan gagasan yang memusatkan perhatian dan memberikan makna pada kehidupan manusia dan alam yang tidak diketahui. Simbol kebudayaan tersebut menggambarkan visi dan tujuan akhir dari dunia alamiah dan manusiawi serta mengajarkan pada masyarakat tentang sistem kepercayaan terhadap wujud tertinggi.1 Manusia adalah makhluk sosio-budaya yang memperoleh perilakunya lewat belajar. Apa yang dipelajari pada umumnya dipengaruhi oleh kekuatan sosial dan budaya.2 Dalam kenyataan sosial disebutkan bahwa manusia tidak dapat dikatakan berinteraksi sosial kalau tidak berkomunikasi. Demikian pula dapat dikatakan bahwa interaksi atarbudaya yang efektif sangat tergantung dari komunikasi antarbudaya. Konsep ini sekaligus menerangkan bahwa tujuan komunikasi antarbudaya akan tercapai komunikasi yang sukses, bila bentuk-bentuk hubungan antar budaya menggambarkan upaya yang sadar dari peserta komunikasi untuk memperbaharui relasi antara komunikator dengan komunikasi.3
1
Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007 ), h. 194. 2 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya: Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), 2005, h. 137. 3 Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya ,h. 21.
1
2
Keberhasilan agama Islam yang berkembang hingga saat ini nampaknya bergantung pada pencapaian para penyebar ajaran agama yang terampil dalam berkomunikasi ketika menggunakan strateginya menyebarkan syariat Islam. Strategi pertukaran simbol dalam komunikasi bisa menjadi faktor penunjang keberhasilan strategi dalam menyebarkan ajaran Islam. Serta mengetahui perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat ketika penyebaran agama Islam mengenai sasaran. Islam menghimbau kepada setiap muslim untuk mempelajari dan mengamalkan nilai-nilai normatif yang terkandung dalam Al-Qur’an dan AlHadits. Nilai tersebut dijadikan konsep bermasyarakat yang diaplikasikan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Namun terkadang menjadi suatu kekeliruan akibat adanya kesamaan makna antara budaya asli (imigran) dan budaya pribumi mungkin merupakan faktor terpenting yang menunjang potensi akulturasi.4 Masyarakat lokal menganggap kebudayaan yang diwariskan kepada mereka memiliki hubungan dengan nilai-nilai agama karena adanya persamaan makna. Masyarakat lokal memasukkan nilai-nilai warisan kebudayaan dalam kegiatan keagamaan. Memasukkan perilaku budaya dalam menjalankan kegiatan keagamaan. Terlebih pada masyarakat yang memaknai bahwa warisan kebudayaan merupakan keyakinan yang sejalan dengan syariat Islam. Itulah yang terjadi ketika pertukaran simbol antar dua pengaruh yang berbeda dalam komunikasi. Hambatan ini terdapat dalam pelaksanaan hari besar keagamaan yang disertai dengan ritual khusus atas nama warisan dan tradisi. Nampak pada setiap 4
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya: Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), 2005, h. 145.
3
peringatan hari besar keagamaan seringkali mengandung proses akulturasi antara kebudayaan Islam dan kebudayaan lokal. Akulturasi tersebut telah diyakini masyarakat karena menjadi warisan nenek moyang mereka. Misalnya dalam peringatan 1 Muharram dengan mengadakan pagelaran wayang. Masyarakat memperingatinya secara sejajar antara nilai-nilai keagamaan dengan kearifan budaya lokal. Berbicara tentang akulturasi antara wawasan budaya lokal dan budaya Islam bahwa kebudayaan sebagai karya cipta manusia dalam upaya menyesuaikan diri atau menjawab tantangan alam sekitarnya5. Akulturasi menjadi tantangan baru bagi para pembawa ajaran Islam di sebuah organisasi/lembaga keagamaan untuk meluruskan makna yang terkandung hari besar keagamaan. Tantangan tersebut menggerakkan organisasi Islam melancarkan strategi penyampaian yang tepat kepada masyarakat berbudaya lokal. Dengan harapan, apa yang telah disampaikan mampu meluruskan makna sesuai syariat Islam. Itulah tantangan yang dihadapi pada organisasi Islam pada saat ini dalam memperjuangkan pemurnian Islam. Seseorang tidak dapat memisahkan kehidupan manusia dari kesenian dan kebudayaan yang merupakan kecenderungan manusia kepada segala sesuatu yang indah. Namun untuk mengubah kembali pandangan sesuai ajaran Islam maka diperlukan suatu lembaga atau organisasi yang tepat. Suatu organisasi Islam yang bergerak tanpa memberantas rasa kebudayaan dalam yang menyertai umat Islam.
5
h.371
Rusli Karim, Muhammadiyah dalam Kritik dan Komentar (Jakarta: Rajawali, 1986),
4
Walaupun masyarakat Desa Somagede Banyumas tetap mengakui dirinya termasuk kedalam golongan Muslim, dalam hal ketekunan beribadah. Namun ketika hari besar keagamaan mereka cenderung salah memaknai peristiwa tersebut dan memasukkan unsur kebudayaan di dalamnya. Seperti halnya ketika peringatan tahun baru Islam yang dirayakan dengan acara sedekah bumi, pagelaran senibudaya, memotong hewan ternak sebagai persembahan,dll. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai, dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya.6 Maka tidak menutup kemungkinan unsur kepercayaan yang terkandung dalam kebudayaan menjadi sebuah keyakinan dalam kehidupan budayanya. Menyalahgunakan nilai-nilai kebudayaan dan dijadikan sebagai sumber ritual keagamaan telah menjadi kebiasaan masyarakat Desa Somagede terhadap pengalaman-pengalaman budaya . Keyakinan akan budaya tersebut terbentuk sejak lahir. Mereka diajarkan secara turun temurun sehingga melekat dibenak dirinya. Kebudayaan membentuk pola perilaku kehidupan tertentu sesuai dengan dari siapa warisan tersebut berasal. Namun mereka menyadari bahwa dirinya juga terikat oleh nilai keagamaan yang wajib dijalankan sebagai kaum muslim. Satu sisi masyarakat melaksanakan hari besar kegamaan kehidupan berdasarkan kebudayaanya, namun di sisi lain masyarakat tetap menggolongkan dirinya sebagai masyarakat Islam. Gambaran tersebut menjadi sumber pengalaman bagi para da’i dalam sebuah organisasi Islam menghadapi mad’u yang menilai bahwa kebiasaan ritual budaya menyatu dengan ajaran-ajaran Islam. Sebagian besar menyadari akan 6
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya: Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 18.
5
hadirnya pengaruh budaya terhadap kehidupan yang mereka jalani. Budaya mengontrol mereka agar melakukan sesuatu dan menjadikan kita sesuai yang dikehendaki oleh budaya. Kasus ini menjadi kajian yang menarik untuk diteliti, yang menimbulkan beberapa
permasalahan,
Berdasarkan
hasil
pengamatan,
di
satu
sisi
Muhammadiyah sebagai lembaga keagamaan hadir dalam masyarakat di kecamatan Somagede untuk memurnikan Islam yang tercampur dengan kebudayaan. Namun di sisi lain, Muhammadiyah sendiri memandang kegiatan sosio-budaya masyarakat Desa Somagede sebagai sesuatu yang takhayul, bid’ah dan khurafat ketika peringatan hari besar keagamaan berlangsung. Dari perpaduan dua unsur tersebut bagaimana strategi komunikasi yang yang tepat dalam memberikan pengaruh dan seberapa efektif kehadiran Muhammadiyah ketika melakukan pembinaan ajaran-ajaran Islam murni di setiap kegiatan keagamaan kepada masyarakat. Melihat hal ini peneliti tertarik untuk mengkajinya dan mengambil judul “Strategi Komunikasi Muhammadiyah Terhadap Akulturasi Budaya Islam Dan Budaya Lokal di Desa Somagede Kabupaten Banyumas Jawa Tengah” B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar pembahasan ini lebih terarah, maka penulis hanya membatasi penelitian ini pada masalah strategi komunikasi Muhammadiyah. Strategi komunikasi
apa
yang
tepat
dilakukan
oleh
Muhammadiyah
dalam
mengembalikan citra dan nilai-nilai Islam setiap memperingati hari besar keagamaan terhadap akulturasi budaya Islam dan budaya lokal. Secara spesifik
6
penulis ingin meneliti pada stratergi komunikasi Muhammadiyah di Desa Somagede saja tanpa harus melebar luas ke topik pembahasan lain. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang serta identifikasi masalah di atas, maka perumusan masalah dalam bentuk penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimanakah strategi komunikasi yang dilakukan Muhammadiyah dalam menghadapi akulturasi budaya Islam dan budaya lokal pada masyarakat Desa Somagede ? b. Apakah dampak perubahan masyarakat terhadap strategi komunikasi Muhammadiyah cabang Somagede dalam tradisi budaya lokal pada peringatan hari besar keagamaan? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Pada prinsipnya penelitian ini diarahkan pada upaya penyajian suatu deskripsi untuk menjelaskan hasil penelusuran lapangan. Secara material sesuai dengan permasalahan pokok yang terdapat dalam penelitian ini, deskripsi penelitian ini diharapkan agar para tokoh agama yang berperan dalam organisasi Islam Muhammadiyah ini dapat menggunakan kajian kebudayaan sebagai media yang tepat serta menambah nilai-nilai kebudayaan dalam kegiatan penyebaran ajaran Islam. Lebih lanjut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : a. Untuk mengetahui kegiatan keagamaan masyarakat yang berakulturasi antara budaya Islam dengan budaya lokal di Desa Somagede.
7
b. Untuk
mengetahui
strategi
komunikasi
yang
diterapkan
Muhammadiyah Cabang Somagede terhadap masyarakat berbudaya lokal. 2. Manfaat Penelitian Dari tujuan di atas penulis berkeinginan agar penelitian ini bermanfaat bagi peneliti sendiri dan masyarakat umumnya, dan adapun manfaat tersebut antara lain : a. Akademis Dalam segi akademis penelitian ini berguna sebagai wacana bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi pada khususnya dalam wilayah kajian ilmu Komunikasi Antar Budaya dan Agama. Karena penelitian ini erat kaitannya antara Agama dan Kemasyarakatan yang dapat dimanfaatkan Organisasi Islam setiap kehidupan masyarakat. Penelitian ini juga memberikan kontribusi dalam perkembangan penelitian melalui pendekatan ilmu dakwah dan ilmu komunikasi. b. Kegunaan Praktis Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masukkan dalam menambah wawasan bagi para mahasiswa pada khususnya. Juga kepada kalangan teoritis serta praktis pada umumnya untuk lebih dalam mempelajari strategi komunikasi. Menjadikan akulturasi budaya sebagai objek dari materi penyebaran ajaran Islam dalam organisasi/lembaga.
8
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Secara umum penyajian penelitian ini Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode yang menghasilkan data kualitatif deskriptif dan tertulis dengan informasi dari orang yang menghasilkan hipotesis dari penelitian lapangan.7 Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.8 Metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian yang menggambarkan atau melukiskan situasi tertentu dalam kegiatan keagamaan yang dilakukan Organisasi Islam Muhammadiyah terhadap akulturasi budaya Islam dan lokal di Desa Somagede Banyumas. Dan strategi komunikasi yang dilakukan oleh Muhammadiyah dalam kondisi Desa Somagede Banyumas yang terdapat akulturasi antara budaya Islam dan budaya lokal. 2. Subjek dan Objek Penelitian Penelitian ini yang menjadi subjeknya adalah masyarakat lokal dan para pengurus Muhammadiyah Cabang Somagede Banyumas. Dan yang menjadi objek penelitian ini adalah strategi komunikasi yang digunakan
7
. Deddy Maulana, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
h.15. h.3.
8
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,1993),
9
pengurus Muhammadiyah Cabang Somagede Banyumas dalam menghadapi akulturasi budaya Islam dengan budaya lokal. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan lokasi penelitian ditentukan dengan sengaja yakni dipusatkan di kediaman pengurus organisasi Islam Muhammadiyah Cabang Somagede Kabupaten Banyumas Jawa Tengah dan Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah Somagede. Sedangkan waktu pengamatan atau survey telah dilakukan mulai Januari 2013 hingga menjelang penentuan waktu observasi dan wawancara dalam melengkapi data dalam penelitian yaitu tanggal 26-29 April dan 24-27 Mei tahun 2013 setelah Hari Jadi Kabupaten Banyumas yang ke - 431 pada tanggal 6 April 2013. 4. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis hadir langsung ke lokasi penelitian dengan menggunakan teknik-teknik sebagai berikut: a. Observasi, yakni pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.9 Dalam penelitian ini observasi dilaksanakan langsung mendatangi aktifitas warga dalam kegiatan keagamaan seperti masjid/musholla, sekolah dan mendatangi kediaman pengurus cabang Muhammadiyah di Somagede Banyumas. Kegiatan tersebut untuk mendapatkan data relevan tentang penggunaan strategi komunikasi Muhammadiyah
terhadap akulturasi budaya Islam dan
budaya jawa.
9
Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h.83.
10
b. Wawancara (Interview), adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang menunjukkan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba antara lain: menkonstruksi
mengenai
orang,
kejadian,
kegiatan,
organisasi,
perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.10 Untuk kegiatan wawancara ini peneliti mewawancarai pengurus cabang Muhammadiyah, tokoh agama, tokoh masyarakat dan warga sekitaran desa Somagede Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Wawancara ini untuk mengungkap proses akulturasi budaya Islam dan budaya lokal, terutama untuk melengkapi data guna menjawab rumusan masalah. c. Dokumentasi,
adalah data mengenai variabel yang berupa catatan,
buku, angket, surat kabar, dan lain sebagainya11. Penulis akan mengumpulkan foto kegiatan masyarakat dalam kegiatan keagamaan. d. Teknik Penulisan, Mengenai teknik penulisan ini, penulis berpijak pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta CeQDA Tahun 2007.12 5. Teknik Analisis Data Analisa data menurut Patton (1980), adalah proses mengurai data. Mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar. 10
h.135.
11
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosdakarya,1993),
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian sebuah pendekatan praktek (Jakarta:Rineka Cipta, 2001), h.202 12 Hamid Nasuhi dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Jakarta : CeQDA (Center For Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah , 2007, cet.II.
11
Membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.13 Secara garis besar analisis data yang akan dilakukan, dengan mulai memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Data-data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan. Selanjutnya, dari data yang telah diperoleh lalu mencari hubungan, persamaan, hal-hal yang sering muncul. Kemudian mengidentifikasikan data dan hasil wawancara dalam perumusan masalah yang diambil. Menelaah hasil wawancara dan pengamatan untuk menemukan fakta baru melalui observasi dan dokumentasi pada objek penelitian. 6. Teknik Keabsahan Data Untuk mendapatkan tingkat kepercayaan atau kebenaran hasil penelitian, ada berbagai cara yang dapat dilakukan, yakni : a. Memperpanjang masa observasi; b. Mengamati terus menerus; c. Triangulasi; Tujuan triangulasi adalah mengecek kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian dilapangan, pada waktu yang berlainan, dan dengan menggunakan metode yang berlainan. d. Membicarakannya dengan orang lain;
13
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,1993 cet. Ke-1, h. 103.
12
e. Menganalisis kasus negatif, kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian tertentu; f. Menggunakan referensi; g. Mengadakan member check. Agar informasi yang diperoleh dan gunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud informan.14 E. Tinjauan Pustaka Sebelum penelitian ini dimulai, peneliti melakukan beberapa pengamatan skripsi di Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Namun peneliti tidak menemukan penelitian skripsi yang objeknya sama dengan skripsi peneliti. Untuk menghindari penjiplakan atas karya orang lain, maka peneliti mempertegas perbedaan antara masing-masing judul masalah yang dibahas pada skripsi sebelumnya dengan isi atau konten permasalahan yang akan peneliti teliti. Skripsi yang menjadi acuan penulis sebagai contoh dan pembanding adalah skripsi berjudul “Akulturasi Budaya Antara Tradisi Sunda Wiwitan Dengan Islam Dalam Bentuk Ritual Sesajen Di Desa Narimbang, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang”. Penelitian tersebut ditulis oleh Pipit Pitriani mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Penelitian ini mengidentifikasikan penelitiannya secara jelas mengenai adanya proses akulturasi dan asimilasi antara warisan Hindu-Budha dengan unsur baru yaitu Islam.
14
Suwardi, Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2006
13
Selanjutnya
skripsi
yang
membahas
tentang
“Peran
Dakwah
Muhammadiyah Ranting Cibeber Bogor Dalam Membentuk Masyarakat Berakhlak Mulia” oleh Usman Usmana mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Pada skripsi ini menjelaskan peran dan kegiatan dakwah yang dilakukan Muhammadiyah dalam membentuk masyarakat berakhlak mulia. Peneliti juga meninjau skripsi “Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Adat Baduy Luar Dengan Masyarakat Luar Baduy Di Banten” oleh Raden Dimas Anugrah Dwi Satria mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Permasalahannya mengetahui komunikasi, budaya dan agama yang digunakan masyarakat Baduy Luar di Banten. Namun dalam penulisan skripsi ini tidak ada persamaan. Penelitian ini disusun berdasarkan analisis yang peneliti lakukan dengan pengamatan langsung terhadap objek yaitu “Strategi Komunikasi Muhammadiyah Terhadap Akulturasi Budaya Lokal Dan Budaya Islam di Desa Somagede Banyumas Jawa Tengah”. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini diklasifikasikan menjadi lima bab dan dirinci kedalam sub-sub sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Memaparkan latar belakang penulisan, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan. Metodologi penelitian berisi tentang metode penelitian, subjek dan objek penelitian, lokasi dan waktu penelitian. Teknik pengumpulan data yang berupa observasi, wawancara, dokumentasi, teknik penulisan, teknik analisa data dan teknik keabsahan data. Tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
14
BAB II : LANDASAN TEORITIS Tinjauan teoritis komunikasi berisi Pengertian Komunikasi, Pengertian Strategi,
Teori
Strategi
Komunikasi,
Unsur-Unsur
Komunikasi
Antarbudaya. Akulturasi dan budaya berisi Pengertian Akulturasi dan Faktor Akulturasi, Pengertian Budaya dan Asimilasi. Pengertian Budaya Islam, Pengertian Budaya Lokal dan Muhammadiyah. BAB III : GAMBARAN UMUM MUHAMMADIYAH DAN AKULTURASI BUDAYA DI KECAMATAN SOMAGEDE BANYUMAS Memuat tentang Profil Muhammadiyah, terdiri dari Sejarah Berdirinya, Visi-Misi, Struktur Organisasi dan Kepengurusan, Program-Program Kerja, Tujuan dan Sasaran, Serta Sarana dan Prasarana Muhammadiyah Cabang Somagede. Budaya Islam dan Budaya Lokal Di Kecamatan Somagede Banyumas. BAB IV : HASIL TEMUAN DAN ANALISA DATA Hasil Temuan berupa; Strategi komunikasi dan Perubahan masyarakat akan hadirnya Muhammadiyah terhadap akulturasi budaya Islam dan Lokal di Kecamatan Somagede. BAB V : PENUTUP Kesimpulan pada uraian-uraian dan bahasan pada bab-bab sebelumnya dan memuat saran-saran serta dilengkapi dengan daftar pustaka.
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Komunikasi Kata Komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama” , “communico”, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) yang paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata Latin lainnya yang mirip.1 Secara garis besar kata komunikasi didefinisikan sebagai ucapan yang terdiri dari beberapa kata. Kata yang dikeluarkan berdasarkan hasil pemikiran, baik lambat maupun cepat tergantung kemampuan individu dan lawan bicaranya. Banyak
definisi
tentang
kata
“komunikasi”,
Tubbs
dan
Moss
mendefinisikan komunikasi sebagai “proses penciptaan makna antara dua orang (komunikator 1 dan komunikator 2) atau lebih”, menurut definisi tersebut terdapat dua bentuk umum tindakan yang dilakukan oleh yang terlibat dalam komunikasi, yaitu penciptaan pesan dan penafsiran pesan.2 Manusia dikatakan berhasil dalam berkomunikasi apabila dirinya dinyatakan mampu menafsirkan pesan, mengolah kata dalam pemikiran dan mengucapkannya dengan susunan kata yang baik. Pengertian komunikasi dapat digolongkan menjadi tiga yaitu pengertian secara etimology, terminology, dan paradigmatis.
1
Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008) , h. 46. 2 Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, h. 65.
15
16
1. Secara etimology, komunikasi dipelajari menurut asal-usul kata, yaitu komunikasi berasal dari bahasa Latin „communicatio‟ dan perkataan ini bersumber pada kata „comminis‟ yang berarti sama makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. 2. Secara teminology, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. 3. Secara paradigmatis, komunikasi berarti pola yang meliputi sejumlah komponen berkorelasi satu sama lain secara fungsional untuk mencapai tujuan tertentu.3 Setiap segi kehidupan manusia membutuhkan komunikasi, maka manusia tidak dapat menghindari terjadinya proses komunikasi. Seperti halnya manusia yang bergantung pada sandang pangan dan papan. Maka komunikasi harus juga dipenuhi untuk mendukung jalannya kehidupan. Semua kebutuhan hidup manusia hanya dapat terpenuhi jika komunikasi berlangsung di dalamnya. Dalam memahami pesan harus disesuaikan dengan gaya bahasa agar komunikasi berjalan baik dan lancar. Saundra Hybels dan Richard L. Weaver mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses pertukaran informasi, gagasan, dan perasaan. Informasi yang disampaikan tidak hanya secara lisan dan tulisan, juga dengan bahasa tubuh, penampilan diri, atau dengan alat bantu di sekeliling untuk memperkaya pesan.4 Komunikasi dapat membuat orang lain mengambil bagian untuk memberi dan mengalihkan informasi sebagai berita atau gagasan. 3
Tommy Suprapto, Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi (Yogyakarta : Media Presindo, 2009), h. 7. 4 Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya (Yogyakarta: LKiS, 2002),h. 3.
17
Komunikasi juga berarti sebuah kegiatan untuk menyebarkan informasi, mengatur kebersamaan satu sama lain, menghubungkan keakraban dan menjadi bagian dalam kebersamaan.5 Kemampuan dalam berkomunikasi membantu mengungkapkan ide, pikiran, gagasan dan pendapat yang disampaikan kepada orang lain. Kemampuan berkomunikasi yang baik menghasilkan susunan kata sesuai pesan tersebut disampaikan. Sehingga memudahkan “komunikan” sebagai receiver dalam menafsirkan isi pesan tersebut. Manusia tidak lepas dari kehidupan komunikasi karena manusia terlahir dari aktivitas komunikasi. Artinya komunikasi telah menjadi bagian dari dalam diri manusia sejak lahir. Agar lebih memahami pengertian komunikasi, maka perlu diketahui sudut pandang proses berkomunikasi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Komunikasi sebagai suatu proses, suatu aktivitas simbolis, dan pertukaran makna antarmanusia. Hal itu yang menjadi sudut pandang terhadap pentingnya menggunakan komunikasi dalam kehidupan. Berikut ini tiga pandangan komunikasi. Komunikasi sebagai Aktivitas Simbolis Dikatakan aktivitas simbolis karena aktivitas berkomunikasi menggunakan simbol bermakna yang diubah ke dalam kata-kata (verbal) untuk ditulis dan diucapkan atau simbol „bukan kata-kata verbal‟ (nonverbal) untuk „diperagakan‟. Simbol komunikasi itu dapat berbentuk aktivitas manusia, atau tampilan objek yang mewakili makna tertentu. Makna di sini adalah persepsi, pikiran atau perasaan yang dialami seseorang yang pada giliranya dikomunikasikan kepada orang lain.
5
Tommy Suprapto, Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi (Yogyakarta : Media Presindo, 2009), h. 5.
18
Komunikasi sebagai proses. Disebut proses karena komunikasi merupakan aktivitas yang dinamis, aktivitas yang terus berlangsung secara bersinambung sehingga dia terus mengalami perubahan. Proses komunikasi terinci dalam rangkaian-rangkaian aktivitas yang berbeda-beda, namun saling berkaitan, bahkan mungkin rangkaianrangkaian itu diaktifkan secara bertahap dan berubah sepanjang waktu. Komunikasi sebagai pertukaran makna Kegiatan komunikasi merupakan kegiatan mengirim atau menerima pesan, namun pada kenyataanya pesan sama sekali tidak bertukar atau berpindah, yang berpindah adalah makna pesan tersebut. Jadi, makna bukan sekedar kata-kata verbal atau perilaku nonverbal, tetapi makna adalah pesan yang dimaksudkan oleh pengirim dan diharapkan akan dmengerti pula oleh penerima. Agar setiap kata-kata menjadi
bermakna
dibutuhkan
pengalaman
bersama
dalam
kehidupan
komunikasi.6 Pesan tersebut mengandung makna yang dapat diartikan. Jadi komunikasi didefinisikan sebagai apa yang terjadi bila makna diberikan kepada suatu perilaku. Bila seseorang memperhatikan perilaku dan memberinya makna, maka komunikasi telah terjadi. Terlepas dari apakah menyadari perilaku atau tidak dan disengaja atau tidak. Karena tidak mungkin seseorang yang tidak melakukan sebuah perilaku dalam hidupnya. Maka tidaklah mungkin seseorang untuk tidak berkomunikasi dengan kata lain seseorang tidak dapat tidak berkomunikasi.7
6
Tommy Suprapto, Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi (Yogyakarta : Media Presindo, 2009), h. 6. 7 Dedy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya : Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), h. 13.
19
B. Pengertian Strategi Strategi dapat dijelaskan sebagai suatu rangkaian yang dapat ditepaah sebagai suatu „prinsip dasar‟ utama (content) strategi yang selalu memikirkan organisasi dapat hidup dan berkembang pada suatu „konteks‟ (context) apa pun bidangnya.8 Penelusuran lebih mendalam dari kata strategy/ strategi yang berasal dari bahasa Yunani yaitu „strategos‟ (stratus = tentara atau militer, dan ag = memimpin) memiliki arti seni berperang, atau dengan definisi yang lebih lengkap untuk orang Yunani (dihubungkan dengan strategi militer). Pada abad ke-19 dan ke-20 faktor militer yang menggunakan istilah strategi telah bercampur dengan faktor – faktor politik, ekonomi, teknologi dan psikologis. Istilah strategi lalu muncul dengan nama baru grand strategy atau strategi tingkat tinggi, yang berarti seni memanfaatkan semua sumber daya suatu bangsa atau kelompok bangsa untuk mencapai sasaran perang dan damai (Matloff,1967). 9 Definisi strategi berbeda tergantung bidang instansi yang terkait di dalamnya. Di bidang manajemen, definisi mengenai strategi cukup bervariasi dari beberapa ahli. Gerry Johnson & Kevan Scholes mendefinisikan strategi sebagai arah dan cakupan jangka panjang organisasi untuk mendapatkan keunggulan melalui konfigurasi sumber daya dalam lingkungan yang berubah untuk mencapai kebutuhan pasar dan memenuhi harapan pihak yang berkepentingan. Henry Mintzberg mendefinisikan strategi sebagai 5 p yaitu: strategi sebagai perspektif, posisi, perencanaan, pola kegiatan, dan strategi sebagai “penipuan” (ploy) yaitu muslihat rahasia. Sebagai perspektif, di mana strategi dalam 8
Jemsly Hutabarat dan Martani Huseini, Pengantar Manajemen Strategik Kontemporer : Strategik Di Tengah Operasional (Jakarta : Elex Media Komputindo, 2006), h. 17. 9 J. Salusu, Pengambilan Keputusan Strategik (Jakarta : Grasindo, 2004), h. 85.
20
membentuk misi kepada semua aktivitas. Sebagai posisi, di mana dicari pilihan untuk bersaing. Sebagai perencanaan, dalam hal strategi menentukan tujuan performansi perusahaan. Sebagai pola kegiatan, di mana strategi dibentuk pola, yaitu umpan balik dan penyesuaian.10 Selain definisi-definisi strategi yang bersifat umum, ada juga yang lebih khusus, Hamel dan Prahald (1995), yang mengangkat kompetensi inti sebagai hal yang penting. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.”11 Strategi komunikasi baik secara makro (planned multi-media strategy) maupun secara mikro (single communication medium strategy) berfungsi ganda: 1. Menyebarluaskan pesan komunikasi bersifat informatif, persuasif dan instruktif secara sistematik dalam memperoleh hasil optimal. 2. Menjembatani atau cultural gap akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.12 Shirley (1978) lebih suka memakai istilah determinan atau faktor yang menetukan. Jadi, determinan strategi menurutnya ialah peluang ekstern, kendalakendala ekstern, kapabilitas intern dan nilai-nilai perorangan dari pejabat-pejabat teras. Sebagai kesimpulan, berikut ini elemen-elemen strategi:
10
Jemsly Hutabarat dan Martani Huseini, Pengantar Manajemen Strategik Kontemporer : Strategik Di Tengah Operasional (Jakarta : Elex Media Komputindo, 2006), h. 18. 11 Husein Umar, Strategis Management In Action (Jakarta : Gramedia, 2008), h. 31. 12 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003), h. 300.
21
(1) Tujuan dan Sasaran. Strategi didefinisikan sebagai penetapan dari tujuan dan sasaran jangka panjang suatu organisasi serta penggunaan serangkaian tindakan dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Harvey (1982) mencoba menjelaskan : (a) organizational goals adalah keinginan yang hendak dicapai pada waktu yang akan datang, digambarkan secara umum dan relatif tidak mengenal batas waktu, sedangkan (b) organizational objectives adalah pernyataan yang mengarah pada kegiatan untuk mencapai goals, terikat waktu, dapat diukur dan dihitung. (2) Lingkungan.
Sasaran
organisasi
senantiasa
berhubungan
dengan
lingkungan, di mana bisa terjadi bahwa lingkungan mampu mengubah sasaran. Sebaliknya sasaran organisasi dapat mengontrol lingkungan. (3) Kemampuan internal. Kemampuan internal digambarkan sebagai apa yang dapat dibuat (can do) karena kegiatan akan terpusat pada kekuatan. (4) Kompetisi.Kompetisi ini tidak dapat diabaikan dalam merumuskan strategi. (5) Pembuat strategi. Ini penting untuk menunjuk siapa yang kompeten membuat strategi. (6) Komunikasi. Melalui komunikasi yang baik, strategi bisa berhasil. Informasi yang tersebia dalam lingkungan pada umumnya tidak lengkap dan berpengaruh dalam mengatur strategi. Sungguhpun demikian, informasi serupa ini haruslah tetap dikomunikasikan sebab hanya dengan komunikasi dapat mengetahui pihak lain. C. Teori Strategi Komunikasi Seperti halnya dengan strategi di bidang apapun, strategi komunikasi harus didukung oleh teori, sebab teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman
22
yang sudah diuji kebenarannya. Harold D. Laswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Who Says What In Whish Channel To Whom With What Effect?” Untuk mantapnya strategi komunikasi, maka segala sesuatunya harus dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan dalam rumusan Laswell tersebut.13 -
Who?
(Siapakah komunikatornya?)
-
Says What?
(Pesan apa yang dinyatakannya?)
-
In Which Channel?
(Media apa yang digunakannya?)
-
To Whom?
(Siapa komunikannya?)
-
Whit What Effect?
(Efek apa yang diharapkannya?)
Tambahan pertanyaan tersebut dalam strategi komunikasi sangat penting, karena pendekatan (approach) terhadap efek yang diharapkan dari suatu kegiatan komunikasi bisa berjenis-jenis, yakni: -
Information atau menyebarluaskan informasi
-
Persuasion atau melakukan persuasi
-
instruction atau melaksanakan instruksi14 Rumus Laswell tersebut mengandung pertautan dengan berbagai teori
komunikasi lainnya. Pertama-tama fokus perhatian perlu ditujukan kepada komponen komunikan. Dalam bukunya Melvin L. DeFleur yang berjudul Theories of Mass Communication, mengemukakan empat teori ialah sebagai berikut15 : 13
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), h. 29. 14 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003), h. 302. 15 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), h. 30.
23
a. Individual Differences Theory Teori ini menyatakan bahwa khalayak yang secara selektif memperhatikan suatu pesan komunikasi, khususnya apabila bersangkutan dengan kepentingannya, akan sesuai dengan sikapnya, kepercayaannya, dan nilai-nilainya. Tanggapanya terhadap pesan komunikasi seperti itu akan diubah oleh tataan psikologisnya. b. Social Categories Theory Asumsi dasar dari teori ini ialah bahwa kendatipun masyarakat modern sifatnya heterogen, orang yang mempunyai sejumlah sifat yang sama akan memiliki pola hidup tradisional yang sama. Kesamaan orientasi dan perilaku ini akan mempunyai kaitan dengan gejala yang diakibatkan media massa. Suatu kelompok dari khalayak akan memilih isi pesan komunikasi yang kira-kira sama dan akan memberikan tanggapan yang kira-kira sama pula. c. Social Relationship Theory Menurut teori tersebut, sebuah pesan komunikasi mula-mula disiarkan melalui media massa kepada sejumlah perorangan yang teranglengkap atau well informed, dan dinamakan “pemuka pendapat” atau opinion leaders. Oleh pemuka pendapat ini pesan komunikasi tersebut diteruskan melalui saluran antarpersona (dari mulut ke mulut), kepada orang-orang yang kurang terpaannya oleh media massa atau, dengan perkataan lain, orang-orang yang tidak berlangganan surat kabar, radio dan televisi. Dalam hubungan sosial yang seperti itu, si pemuka pendapat tadi bukan saja meneruskan informasi, tetapi juga menginterprestasikannya.
24
d. Cultural Norms Theory Pada hakikatnya merupakan anggapan yang mendasar bahwa, melalui penyajian yang selektif dan penekanan pada tema tertentu, media massa menciptakan kesan-kesan pada khalayak bahwa norma-norma budaya yang sama mengenai topik-topik tertentu dibentuk dengan cara yang khusus.16 D. Unsur – Unsur Komunikasi Antar Budaya
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Banyak aspek budaya turut menetukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Unsur sosio-budaya mempunyai pengaruh yang besar dan langsung atas makna-makna yang dibangun dalam persepsi. Unsur
budaya
ini
mempengaruhi
persepsi,
unsur-unsur
tersebut
mempengaruhi aspek-aspek makna yang bersifat pribadi dan subjektif. Persepsi adalah proses internal yang dilakukan untuk memilih, mengevaluasi, dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan ekseternal. Dengan kata lain, persepsi adalah cara mengubah energi fisik lingkungan menjadi pengalaman bermakna. Perilaku dipelajari sebagai bagian dari pengalaman budaya. Budaya cenderung menetukan kriteria mana yang penting ketika mempersepsi sesuatu.17 Bila memadukan unsur tersebut, sebagaimana yang dilakukan saat berkomunikasi, unsur-unsur tersebut bagaikan komponen-komponen suatu sistem stereo – setiap komponen berhubungan dengan komponen lainnya. Dalam keadaan sebenarnya, unsur-unsur tersebut tidak terisolasi dan tidak berfungsi sendiri16
h. 30.
17
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004),
Dedy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya : Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) , h. 25.
25
sendiri. Unsur-unsur tersebut membentuk suatu matriks yang kompleks mengenai unsur-unsur yang sedang berinteraksi yang beroperasi bersama-sama, yang merupakan suatu fenomena kompleks yang disebut komunikasi antarbudaya. Dalam kajian komunikasi antar budaya, dikenal tiga unsur utama sosial budaya utama, ialah sebagai berikut :18 1. Sistem Kepercayaan (belief) dan Nilai – nilai (values) Kepercayaan mengkaitkan hubungan antara objek yang diyakini individu, dengan sifat-sifat tertentu objek tersebut secara berbeda-beda. Tingkat, derajat, kepercayaan itu menunjukkan pula kedalaman dan isi kepercayaan seseorang. Jika seseorang merasa lebih pasti dalam kepercayan maka lebih besar pulalah kedalaman dan isi kepercayaan. Budaya
memaninkan
peranan
dalam
proses
pembentukan
kepercayaan. Terlepas dari benar atau salahnya penerimaan dan penggunaannya oleh individu yang berbeda latar belakang kebudayaan dalam komunikasi antar budaya. Dengan kata lain komunikasi antar budaya tidak dipersoalkan keyakinannya itu salah atau benar sepanjang berkaitan dengan sesuatu kepercayaan. Hendaknya seseorang hadapi kepercayaan itu sebagaimana adanya, apabila seseorang menginginkan komunikasi efektif dan dapat berhasil dengan memuaskan. Sistem kepercayaan erat kaitannya dengan nilai-nilai (values) yang ada, sebab nilai-nilai itu adalah aspek evaluatif dari sistem-sistem kepercayaan, nilai dan sikap, yang meliputi kualitas atau asas-asas seperti:
18
Alex. H. Rumondor, dkk., Komunikasi Antar Budaya (Jakarta : UT , 1995), h. 58.
26
-
kemanfaatan
-
kebaikan
-
keindahan (estetika)
-
kemampuan memuaskan kebutuhan dan kesenangan Di antara nilai-nilai (values) itu ada yang sudah membaku dan meresap lama melalui proses internalisasi kepada individu-individu. Nilainilai budaya ini erat kaitannya dengan nilai agama sehingga sering istilahnya digabung menjadi sistem nilai-nilai budaya dan nilai agama. Kesemua nilai dan norma tersebut adalah aspek evaluatif dari sistem kepercayaan yang menentukan perilaku-perilaku mana yang baik dan buruk, mana yang dituruti dan dihindari. Dibandingkan dengan pemahaman klasifikasi kepercayaan dan nilai, klasifikasi kepercayaan dan sikap sulit memastikannya dilingkungan kelompok.
Kesulitannya
sejauh
mana
faktor
kepercayaan
yang
mempengaruhi sikap terhadap diri sendiri dan orang lain serta yang terjadi diantara mereka.19 2. Sikap dan Pandangan Dunia (world view) Sikap didefinisikan sebagai suatu kecenderungan yang diperoleh dengan cara belajar untuk merespons suatu objek. Sikap dipelajari dalam suatu konteks budaya. Bagaimanapun lingkungan akan turut membentuk sikap, kesiapan untuk merespons dan akhirnya perilaku diri sendiri.20
19
Alex. H. Rumondor, dkk., Komunikasi Antar Budaya (Jakarta : UT , 1995), h. 60. Dedy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya : Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 27. 20
27
Jika dihubungkan dengan komunikasi antarbudaya, sikap (attitude) adalah kesiapan jawaban (respons) perilaku sehari-hari terhadap dunia, manusia dan peristiwa di lingkungan. Kesiapan sikap perilaku tersebut adalah hasil dan cara belajar merespons lingkungan dalam kawasan budaya tertentu. Proses terbentuknya kecenderungan sikap meliputi tiga unsur: -
Unsur kognisi dan keyakinan
-
Unsur evaluasi
-
Unsur intensitas harapan21 Ketiga unsur tersebut berintegrasi dalam proses kejiwaan yang
menciptakan kecenderungan-kecenderungan bereaksi terhadap lingkungan. Semua unsur - unsur kebudayaan, adat istiadat, pranata, sistem sosial dan sistem kepribadian sampai pada sistem organik, melatarbelakangi perspektif sikap dan perilaku seseorang. Sikap bukanlah sebuah motif atau reaksi tetapi yang hanya dipahami melalui klasifikasi: - Sikap positif atau konstruktif - Sikap negatif atau destruktif22 Pandangan Dunia ( World of View) Pandangan dunia berkaitan dengan orientasi suatu budaya terhdap hal-hal seperti Tuhan, kemanusiaan, alam, alam semesta, dan masalahmasalah filosofis lainnya yang berkenaan dengan konsep makhluk. Pandangan dunia membantu untuk mengetaui posisi dan tingkatan
21 22
Alex. H. Rumondor, dkk., Komunikasi Antar Budaya (Jakarta : UT , 1995), h. 60. Alex. H. Rumondor, dkk., Komunikasi Antar Budaya, h. 61
28
seseorang dalam alam semesta. Oleh karena pandangan dunia begitu kompleks, sulit melihatnya dalam suatu interaksi antarbudaya. Dengan cara-cara yang tak terlihat dan tidak nyata, pandangan dunia mempengaruhi komunikasi antarbudaya, oleh karena sebagai anggota suatu budaya setiap pelaku komunikasi mempunyai pandangan dunia yang tertanam dalam jiwa yang sepenuhnya dianggap benar dan otomatis menganggap bahwa pihak lainnya memandang dunia sebagaimana seseorang memandangnya.23 Cara pemahaman pandangan hidup mengenai dunia (world view) itu adalah melalui substansi dan kerumitan dari pengaruh kuatnya terhadap kebudayaan masyarakat, bangsa-bangsa, yang seringkali tidak disadari. Pandangan hidup mengenai manusia dan alam ini satu dalam keseimbangan dan keselarasanya baik makro dan mikro kosmosnya. Sedangkan pandangan hidup lainnya memandang manusia itulah pusatnya, terpisah dari alam semesta, sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi harus dikuasai manusia. Umumnya dikenal tiga tipe pandangan dunia : Afrosentris, Eurosentris dan Asiosentris. -
Afrosentris, cara pandang bahwa semua realitas itu berada dalam keadaan terpadu dan hidup secara keseluruhan dan dalam keagungan. Tidak ada pemisahan dari segi spiritual dan material.
-
Asiosentris, cara pandang bahwa materi itu hanyalah sebagai ilusi. Yang bersumber dari alam spiritual itulah yang nyata (real).
23
Dedy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya : Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 29.
29
-
Eurosentris adalah memandang materi itu nyata atau riil. Yang spiritual itu adalah ilusi semata.24
3. Organisasi Sosial Organisasi sosial sebagai unsur budaya, merupakan cara bagaimana suatu budaya mengorganisasikan dirinya dan bagaimana lembagalembaganya mempengaruhi cara anggota-anggota budaya itu mepersepsi dunia serta bagaimana pula mereka berorganisasi. Dikenal dua jenis bentuk pengorganisasian yang mempengaruhi komunikasi antarbudaya. a. Kebudayaan geografis di lingkungan batas-batas wilayah: negara, suku bangsa, kasta, sekte keagamaan dan sebagainya. b. Kebudayaan dalam kedudukan dan peranan sosialnya yang berkaitan dengan cara-cara berperilaku, profesi dan ideologi tertentu. Anggota organisasi sosial masyarakat modern di Indonesia umumnya berperan pada berbagai jenis organisasi sosial di samping sebagai anggota keluarga, ataukah warga RT/RW, karyawan kantor pemerintahan dan swasta. Nilai-nilai dan norma (kaidah) di setiap organisasi dalam peranan dan profesinya tersebut adalah bagian dari nilai-nilai dan norma yang berlaku di lingkungan sebagai keseluruhan unsur budaya. Ada dua faktor yang berpengaruh dalam peranan keorganisasian: pertama, bahwa persepsinya akan berbeda, dan kedua, apa yang dikomunikasikan adalah pencerminan dari apa yang dipersepsikan oleh kebudayaannya.25
24 25
Alex. H. Rumondor, dkk., Komunikasi Antar Budaya (Jakarta : UT , 1995), h. 61 Alex. H. Rumondor, dkk., Komunikasi Antar Budaya (Jakarta : UT , 1995), h. 64
30
E. Akulturasi dan Budaya 1. Pengertian Akulturasi Menurut istilah ilmu antropologi budaya, akulturasi merupakan proses pencampuran antara dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi. Akulturasi sebagai istilah yang menunjukkan adanya pengaruh dari satu pihak dalam proses percampuran yang mengandung pengertian adanya pertukaran kebudayaan dan timbal balik. Proses
akulturasi
umumnya
menyebabkan
martabat
kedua
kebudayaan itu meningkat kepada taraf yang lebih tinggi. Dalam bidang psikiatri berarti proses perubahan budaya, apabila individu dipindahkan dari suatu lingkungan budaya ethnik tertentu ke lingkungan budaya ethnik lain.26 Akulturasi diberikan pengertian sebagai perpaduan antara dua kebudayaan atau lebih dan telah menyatu sehingga unsur-unsur kebudayaan pembentuknya sudah tidak dapat terlihat lagi. Akulturasi akan mencakup berbagai aspek kehidupan termasuk di dalamnya adalah bahasa, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kesenian.27 Dalam proses transformasi budaya, ada dua hal unsur penting terhadap pentingnya perubahan nilai, yaitu terjadinya proses inkulturasi dan akulturasi. kedua proses tersebut mempunyai hubungan timbal balik, dan berganti-ganti – dapat merupakan penghalang atau pendorong satu sama lain, dan mengalami proses kelanjutan atau pembekuan.
26 27
Franklin Books Programs, Ensiklopedi Umum (Yogyakarta:Kanisius, 1973), h. 30. Andreas Soeroso, Sosiologi 1 (Jakarta:Yudhistira Quadra, 2008), h. 63.
31
Inkulturasi merupakan penempaan-penempaan setiap individu sebagai subjek kebudayaan, cita-cita kebudayaan yang diharapkan, kontrol melawan penyelewengan, dan ketegangan terhadap daya cipta seseorang. Inkulturasi dianggap berhasil jika terjadi penggabungan antara tradisi dan ekspresi pribadi, sehingga dengan demikian nilai-nilai dapat berasimilasi secara dinamis. Di samping inkulturasi, para proses transformasi budaya terjadi pula apa yang disebut sebagai akulturasi. Proses ini merupakan wahana atau area dua kebudayaan bertemu, di mana masing-masing dapat menerima nilainilai bawaanya. Untuk dapat berhasil dengan baik, proses akulturasi perlu memenuhi beberapa syarat, diantaranya syarat persenyawaan (affinity), yaitu penerimaan kebudayaan tanpa rasa terkejut.
Gillin
mengibaratkan
persenyawaan ini sebagai „menyerap‟, sebagai bagian organik, sedangkan Amman melihatnya sebagai „penjiwaan‟ kebudayaan. Syarat
lain
terbentuknya
proses
akulturasi
adalah
adanya
keseragaman (homogenity), seperti nilai baru yang tercerna akibat keserupaan tingkat dan corak budayanya. Kemudian syarat fungsi, seperti nilai baru yang diserap hanya sebagai suatu manfaat yang tidak penting atau hanya sekadar tampilan, sehingga proses akulturasi dapat berlangsung dengan cepat. Dengan demikian, suatu nilai yang tepat fungsi dan bermanfaat bagi kebudayaan sehingga akan memiliki daya tahan lama. Ciri terjadinya proses akulturasi yang utama adalah diterimanya kebudayaan luar yang diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan asal. Sedangkan Soekanto,
32
mengelompokkan unsur kebudayaan asing yang mudah diterima, di antaranya adalah „kebudayaan benda‟, sesuatu yang besar manfaatnya, dan unsur „kebudayaan‟ yang mudah disesuaikan. Unsur „kebudayaan yang sulit diterima‟, adalah kepercayaan, ideologi, falsafah, dan unsur yang membutuhkan proses sosialisasi.28 2. Faktor Akulturasi Pola-pola akulturasi tidaklah seragam di antara individu-individu tetapi beraneka ragam, bergantung pada potensi akulturasi yang dimiliki imigran sebelum bermigrasi. Berikut ini faktor akulturasi dalam memberi andil kepada potensi akulturasi yang besar. Kemiripan antara budaya asli (imigran) dan budaya pribumi mungkin merupakan faktor terpenting yang menunjang potensi akulturasi. Begitu seseorang imigran memasuki budaya pribumi, proses akulturasi mulai berlangsung. Proses akulturasi akan terus berlangsung selama imigran mengadakan kontak langsung dengan sistem sosio-budaya pribumi. Usia pada saat berimigrasi. Imigran yang lebih tua umumnya mengalami banyak kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan budaya yang baru dan mereka lamban dalam memperoleh pola-pola budaya baru.29 Latar belakang pendidikan. Faktor penguasaan bahasa ikut juga menentukan. Imigran yang sudah menguasai bahasa masyarakat pribumi, lebih besar potensi akulturasinya. Latar belakang pendidikan imigran
28
Agus Sachari, Budaya Visual Indonesia (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 29. Dedy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya : Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 27. 29
33
sebelum berimigrasi mempermudah akulturasi. Pendidikan, terlepas dari konteks budayanya, ternyata memperbesar kapasitas seseorang untuk menghadapi pengalaman baru dan mengatasi tantangan hidup. Dalam beberapa kasus, proses pendidikan seorang imigran di negeri asalnya meliputi kursus bahasa asing yang memberi individu suatu bekal untuk mengembangkan kecakapan berkomunikasi setelah berimigrasi. Beberapa karakteristik kepribadian seperti bersahabat dan toleransi. Faktor-faktor kepribadian seperti suka berteman, toleransi, mau mengambil risiko, keluwesan kognitif, keterbukaan dan sebagainya. Karakteristik-karakteristik
kepribadian
ini
bisa
membantu
imigran
membentuk persepsi, perasaan dan perilakunya yang memudahkan dalam lingkungan yang baru. Penting juga sifat kepribadian yang terbuka, toleransi, solidaritas yang kesemuanya dapat membentuk persepsi dan perilaku yang memudahkan akulturasi di lingkungan sosio-budaya baru.30 Pengetahuan tentang budaya pribumi sebelum berimigrasi. Pengetahuan imigran tentang budaya pribumi sebelum berimigrasi yang diperoleh dari kunjungan sebelumnya, kontak-kontak antarpersona, dan lewat media massa, juga dapat mempertinggi potensi akulturasi imigran.31 3. Pengertian Budaya dan Asimilasi Istilah budaya dalam bahasa Inggris Culture masih dapat diketahui asal usulnya, yaitu Colere (Latin) yang berarti mengumpulkan atau membudayakan. Kata ini jelas-jelas berkaitan dengan kegiatan manusia 30
Alex. H. Rumondor, dkk., Komunikasi Antar Budaya (Jakarta : UT , 1995), h. 95. Dedy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2005) h. 145. 31
34
dalam pertanian. Dalam bahasa Indonesia, analisis kata Budaya atau Kebudayaan kembali ke kata Budi yaitu alat batin yang merupakan paduan akal dan perasaan untuk menimbang baik buruk. Dari kata budi ini dikembangkanlah kata-kata : -
Budi daya
: usaha yang bermanfaat dan memberi hasil
-
Budaya
: pikiran dan hasil
-
Kebudayaan
: hal-hal berkaitan dengan budaya, pikiran dan batin.
Budaya adalah konsep yang menumbuhkembangkan perhatian suatu objek lingkungan dalam sistem sosial. Budaya diartikan sebagai berikut: -
Budaya adalah tatanan kemampuan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hierarki, agama, waktu, peranan konteks ruang, pandangan hidup mengenai dunia dan alam semesta.
-
Budaya termasuk milik yang diperoleh sekelompok besar manusia dari generasi ke generasi melalui usaha individu atau kelompok tertentu.
-
Budaya juga merupakan pengetahuan. Sifat-sifat perilakunya berupa kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan atau kebiasaan lain, yang diperoleh dari anggota masyarakat.32 Asal kata kebudayaan terutama mengenai maknanya, yaitu berasal
dari kata budhayah, yaitu jamak dari buddhi yang berarti “budi” dan “akal” sehingga kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan akal. Berikut pengertian kebudayaan menurut para ahli, Selo Soemardjan mengatakan bahwa kebudayaan merupakan semua hasil karya, rasa, dan cipta manusia. Koentjaraningrat berpendapat kebudayaan merupakan 32
Alex. H. Rumondor, dkk., Komunikasi Antar Budaya (Jakarta : UT , 1995), h. 48.
35
keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dimiliki manusia dengan belajar.33 Clifford Geerts (1973) menyatakan budaya dapat dipahami sebagai pola makna yang tertanam dalam simbol dan ditransmisikan secara historis, sebuah sistem konsepsi turunan yang diekspresikan dalam bentuk simbolik yang digunakan orang-orang untuk berkomunikasi dan mengembangkan pengetahuan mereka tentang hidup dan sikap terhadapnya. Selanjutnya menurut Kluckhohn, mendefinisikan budaya terdiri dari berbagai pola tingkah laku, eksplisit dan implisit, dan pola tingkah laku itu diperoleh dan dipindahkan melalui simbol, merupakan karya khusus kelompok-kelompok manusia, termasuk penjelmaanya dalam bentuk hasil budi manusia. Inti utama budaya terdiri dari ide-ide tradisional, terutama nilai-nilai yang melekatnya.34 Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hierarki, agama, waktu, peranata, objek-objek materi dan milik yang diperoleh individu dan kelompok. Budaya berkesinambungan dan hadir di mana-mana; budaya meliputi semua peneguhan perilaku yang diterima selama satu periode kehidupan. Budaya juga berkenaan dengan bentuk dan struktur fisik serta lingkungan sosial yang mempengaruhi hidup seseorang.35
33
Tedi Sutardi, Antropologi : Mengungkap Keragaman Budaya (Bandung:Setia Purna Inves, 2007), h. 10. 34 Abu Bakar M. Luddin, Dasar-Dasar Konseling : Tinjauan Teori dan Praktik (Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2010), h. 102. 35 Dedy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya : Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 18.
36
Akulturasi merupakan suatu proses yang dilakukan imigran untuk menyesuaikan diri dengan dan memperoleh budaya pribumi, yang akhirnya mengarah kepada asimilasi. Asimilasi merupakan derajat tertinggi akulturasi yang secara teoritis mungkin terjadi. Kebanyakan imigran, asimilasi mungkin merupakan tujuan sepanjang hidup. Asimilasi adalah proses kogitif di mana seseorang mengintegrasikan persepsi dan pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada di dalam pikirannya. Skema tersebut awalnya tidak hanya tetap dipakai, tetapi juga dikembangkan dan dilengkapi. Jadi Asimilasi merupakan salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan/tantangan baru sehingga pengertian orang itu berkembang.36 Asimilasi terjadi pada kelompok masyarakat dengan kebudayaan yang berbeda, hidup berdampingan sehingga anggota dari kelompok tadi bergaul dengan sesamanya secara langsung dan akrab dalam waktu yang lama. Dengan demikian, memungkinkan kebudayaan kelompok tersebut saling berusaha mendekati satu sama lain dan lambat laun menjadi satu.37 Asimilasi cenderung sejajar dengan hilangnya etnisitas (Kim, 1988:30). “Suatu bentuk yang secara alami segera mengikuti asimilasi struktural adalah asimilasi psikologis, hilangnya identitas etnik yang khas” (Alba, 1985:12). Senada dengan itu, Van der Berghe berpendapat, Asimilasi merujuk kepada ”sejauh mana suatu kelompok yang semula khas telah kehilangan identitas subjektifnya dan telah terserap ke dalam struktur sosial suatu kelompok lain…Memang, 36
Paul Suparno,Teori Perkembangan Kognitif (Yogyakarta : Kanisius, 2005), h. 22. Tedi Sutardi, Antropologi : Mengungkap Keragaman Budaya (Bandung:Setia Purna Inves, 2007), h. 62. 37
37
Akulturasi adalah suatu prasyarat, atau sekurang-kurangnya seiring dengan asimilasi, karena bagaimana mungkin seseorang kehilangan perasaan khasnya dan sepenuhnya diterima suatu kelompok lain kecuali bila ia lancar dalam bahasa dan budaya kelompok penerima (1981:216).38 Sebuah definisi asimilasi dikemukakan Park dan Burgess: Asimilasi adalah suatu proses interprenetasi dan fusi. Melalui proses ini orang-orang dan kelompok-kelompok memperoleh memorimemori, sentimen-sentimen dan sikap-sikap orang-orang atau kelompok-kelompok lainnya, dengan berbagai pengalaman dan sejarah, tergabung dengan mereka dalam suatu kehidupan budaya yang sama (1969:735). Asimilasi merupakan akibat kelompok-kelompok minoritas memasuki budaya dominan dan bahwa kelompok-kelompok minoritas secara bertahap akan kehilangan identitas etnik mereka yang membedakan mereka dari kelompok dominan. Dalam hal ini, Asimilasi menghasilkan dua akibat: (1) Kelompok
minoritas
kehilangan
keunikannya
dan
menyerupai
kelompok mayoritas. Dalam proses itu kelompok mayoritas tidak berubah. (2) Kelompok etnik dan kelompok kehilangan keunikannya, lalu muncul produk unik lainnya, suatu proses yang disebut Belanga Pencampuran. Milton Gordon (1962) membedakan tujuh dimensi asimilasi, yakni: asimilasi kultural, struktural, martial, identifikasional, penerimaan sikap, penerimaan perilaku dan kewarganegaraan. Asimilasi kultural ditandai dengan perubahan pola budaya kelompok minoritas seperti bahasa,
38
Dedy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya, h. 158.
38
nilai, pakaian. Sementara asimilasi struktural ditandai dengan masuknya kelompok minoritas ke dalam lembaga pribumi. Asimilasi struktural-lah yang menimbulkan asimilasi sempurna. Sekali asimilasi struktural terjadi, maka bentuk asimilasi lainnya menyusul secara alami.39 F. Pengertian Budaya Islam Unsur-unsur budaya yang erat kaitannya dengan penyebaran ajaran Islam masuk dalam setiap aspek kehidupan masyarakat tanpa menimbulkan perubahan kebudayaan secara radikal. Dengan kata lain, unsur-unsur budaya Islam tersebut masuk dengan tidak mengubah kebudayaan yang sudah ada, tapi justru unsur-unsur budaya Islam disesuaikan dan dipadukan dengan kebudayaan . Tujuannya, agar masyarakat dengan mudah menerima Islam tanpa merasakan adanya perubahan kebudayaan yang selama ini melekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. 40 Kebudayaan Islam adalah hasil akal, budi, cipta rasa, karsa dan karya manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal manusia untuk berkiprah dan berkembang. Dalam perkembangannya kebudayaan perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani dan setan, sehingga akan merugikan dirinya sendiri. Di sini agama berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban Islami.41
39
Dedy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya, h. 161. 40 Nana Supriatna, Sejarah: Buku Pelajaran untuk Kelas XI SMA, (Bandung:Grafindo, 2008), h. 59. 41 Wahyudin, Achmad. dkk. Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:Grasindo,2009) h. 119
39
Dalam perkembangan dakwah Islam di Indonesia para penyiar Islam mendakwahkan ajaran Islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh para Wali di tanah Jawa. Karena kehebatan para Wali dalam mengemas ajaran Islam dengan bahasa budaya setempat, sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam masuk dan menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-hari. 42 Adanya berbagai ritual dan tradisi yang dilaksanakan secara Islami oleh umat Islam telah memperkokoh eksistensi esensi ajaran Islam di tengah masyarakat Indonesia. Ajaran Islam justru menjadi kuat ketika ia telah mentradisi dan membudaya di tengah kehidupan masyarakat, di mana esensi ajarannya sudah memasuki atau include ke dalam tradisi masyarakat setempat. Islam hadir sebagai mercusuar rahmat semesta dan masyarakat merasakan berkah dan jaminan kesejahteraan (batiniah) dengan Islam dalam apresiasi atas berbagai ritual dalam siklus kehidupan masyarakat. Tradisi dan budaya dalam Islam Jawa menjadi sangat menentukan kelangsungan syiar Islam, ketika tradisi dan budaya itu kemudian menyatu dengan esensi ajaran Islam. Inilah antara lain yang terjadi antara Islam dan Jawa, dan kemudian membentuk gugusan budaya Islam Jawa.43 Contoh kebudayaan yang digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam tersebut di antaranya dalam Hari Raya Idul Fitri yang merupakan hari suci umat Islam dirayakan di Indonesia dengan sangat meriah. Ditandai dengan acara silaturahmi antarkeluarga dan tetangga, serta halal bihalal atau saling memaafkan. Selain itu, sebagai bentuk rasa hormat terhadap
42 43
Wahyudin, Achmad. dkk. Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:Grasindo,2009), h. 119. Muhammad Solikhin, Ritual & Tradisi Islam Jawa, (Yogyakarta: Narasi, 2010), h. 14
40
orangtua dan nenek moyang, masyarakat Islam Indonesia juga menjalankan tradisi berziarah. Tradisi seperti ini terutama dilakukan pada hari-hari besar Islam, seperti Idul Fitri dan Mulud. Kunjungan ke makam tersebut dilakukan dengan berbagai tujuan, bukan hanya ingin berziarah dan mendoakan arwah yang telah meninggal, melainkan sebaliknya memohon restu dan berkah atau didoakan oleh arwah yang meninggal tersebut.44 Tradisi Selametan yang dilakukan orang Jawa terutama di pedesaan. Untuk memperingati orang meninggal yang diadakan mulai hari 1, 7, 40, 100 sampai 1000 hari dengan mengadakan ritual berupa selametan yang dilengkapi dengan hidangan nasi dan sesaji dengan diberi doa secara Islami juga merupakan bentuk budaya Islam. Perhitungan waktu beserta hidangan nasi dan sesaji adalah bentuk ritual Jawa pra-Islam tidak begitu penting karena bersifat wadah, sedangkan doanya adalah doa cara Islami inilah yang menjadi isi atau intinya. Oleh karenanya budaya tersebut dimiliki oleh orang Islam Jawa, di sini label Islam lebih penting. 45 Sentuhan-sentuhan Islam mewarnai dalam berbagai ritual dan tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia, sebagai bukti keberhasilan dakwah Islam, yang berwajah rahmatan lil’alamin.46 Secara garis besar masyarakat Jawa terbagi dalam dua kelompok budaya Islam : 1. Budaya Islam Sinkretis Sistem budaya yang dibawa oleh kelompok petani abangan-sinkretis adalah sistem budaya yang menggambarkan percampuran antara budaya Islam dengan budaya lokal. Budaya Islam sinkretis merupakan gambaran suatu genre keagamaan 44
Nana Supriatna, Sejarah: Buku Pelajaran untuk Kelas XI SMA, (Bandung:Grafindo, 2008), h. 66. 45 Sutiyono, Benturan Budaya Islam : Puritan & Sinkretis, (Jakarta: Kompas, 2010), h. 45. 46 Muhammad Solikhin, Ritual & Tradisi Islam Jawa, (Yogyakarta: Narasi, 2010), h. 14
41
yang sudah jauh dari sifatnya yang murni. Sebagai contoh budaya sinkretis yang diwujudkan antara lain dalam bentuk tradisi selametan, tahlilan, yasinan, wayangan, sesaji, ngalap berkah, ziarah dan seterusnya. 2. Budaya Islam Puritan Sistem budaya yang dibawa oleh kelompok petani puritan adalah sistem budaya yang menginginkan kembalinya sistem kehidupan beragama Islam yang serba otentik (asli) dengan berpedoman pada sistem budaya yang berasal dari teks suci. Kelompok puritan berusaha untuk meningkatkan penggalian pustaka suci dalam bentuk hukum Islam atau dalam rangka pemurnian syariat. Dalam bidang penyiaran Islam diputuskan mengintensifkan pelarangan aktivitas agama yang berbentuk suatu penyimpangan keyakinan Islam, dengan cara menegakkan gerakan menolak takhayul, bid‟ah, khurafat berupa selametan, tahlilan, yasinan, ziarah, wayangan, sesaji, ngalap berkah, dan sebagainya. Ajakan kaum puritan adalah untuk menjadi masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.47 G. Pengertian Budaya Lokal Seiring perkembangan zaman dan sistem sosial budaya, dewasa ini budaya lokal dimaknai sebagai pengetahuan bersama yang dimiliki sejumlah orang. Budaya lokal meliputi berbagai kebiasaan dan nilai bersama yang dianut masyarakat tertentu. Pengertian budaya lokal sering dihubungkan dengan kebudayaan suku bangsa. Konsep suku bangsa sendiri sering dipersamakan dengan konsep kelompok etnik. Menurut Fredrik Barth sebagaimana dikutip oleh Parsdi Suparlan, suku bangsa hendaknya dilihat sebagai golongan yang khusus. Kekhususan suku bangsa 47
Sutiyono, Benturan Budaya Islam : Puritan & Sinkretis, (Jakarta: Kompas, 2010), h. 8.
42
diperoleh secara turun temurun dan melalui interaksi antarbudaya. Budaya lokal atau dalam hal ini budaya suku bangsa menjadi identitas pribadi ataupun kelompok masyarakat pendukungnya. Ciri-ciri yang telah menjadi identitas itu melekat seumur hidup seiring kehidupannya. Dengan demikian, pengertian budaya lokal tidak dapat dibedakan secara tegas. Mattulada sebagaimana dikutip Zulyani Hidayah, mengemukakan lima ciri pengelompokan suku bangsa dalam pengertian yang dapat disamakan dengan budaya lokal.48 Pertama, adanya komunikasi melalui bahasa dan dialek di antara mereka. Kedua, pola-pola sosial kebudayaan yang menumbuhkan perilaku dinilai sebagai bagian dari kehidupan adat istiadat yang dihormati bersama. Ketiga, adanya perasaan keterikatan antara satu dan yang lainnya sebagai suatu kelompok dan yang menimbulkan rasa kebersamaan di antara mereka. Keempat, adanya kecenderungan menggolongkan diri ke dalam kelompok asli, terutama ketika menghadapi kelompok lain pada berbagai kejadian sosial kebudayaan. Kelima, adanya perasaan keterikatan dalam kelompok karena hubungan kekerabatan dan ikatan kesadaran teritorial. Beberapa budaya lokal dapat langsung dikenali dari bahasa yang digunakan di antara mereka. Bahasa merupakan simbol identitas, jati diri, dan pengikat di antara suku bangsa. Budaya lokal merupakan suatu kebiasaan dan adat istiadat daerah tertentu yang lahir secara alamiah, berkembang, dan sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah. Kekayaan budaya lokal di Nusantara dijadikan laboratorium antropolog. Budaya lokal yang bersifat tradisional yang masih
48
Tedi Sutardi, Antropologi : Mengungkap Keragaman Budaya (Bandung:Setia Purna Inves, 2007) , h. 11.
43
dipertahankan. Tidak semua nilai tradisional buruk dan harus dihindari. Justru nilai tradisional itu harus digali dan digunakan untuk mendukung dan membangun agar tidak bertentangan dengan nilai modern. Dewasa
ini,
budaya
lokal
semakin
berkembang.
Apalagi
sejak
berkembangnya teknologi informasi yang canggih. Banyak budaya lokal yang diangkat dalam program acara di televisi. Budaya lokal diedarkan melalui sinetron dan film dengan sisipan bahasa daerah dan adanya kosakata dalam bahasa daerah tersebut itu menjadi kosakata nasional. Contohnya, kata jomblo dari bahasa Sunda yang artinya perempuan yang belum memiliki pasangan. Kata jomblo masuk menjadi kata umum yang berarti seseorang yang belum memiliki pasangan. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak keluar dari akar budayanya. Melestarikan budaya daerah bukan berarti ketinggalan zaman atau kuno, melainkan justru orang modern yang bisa mengembangkan budaya daerah.49 Keanekaragaman budaya Indonesia dari satu daerah dengan daerah lain menunjukkan arti penting adat sebagai perwujudan budaya lokal. Keanekaragaman adat merupakan simbol perbedaan kultural, dan kebanyakan komunitas etnik seringkali memberi pembenaran pada adat sebagai sumber identitas khas mereka.50 H. Muhammadiyah Sejarah perkembangan keagaman di Indonesia telah membuktikan bahwa sebelum Islam dipeluk dan diyakini oleh mayoritas penduduk Nusantara ini, penduduk pribumi telah merasuk kepercayaan animisme, dinamisme, Hindu dan
49
Tedi Sutardi, Antropologi : Mengungkap Keragaman Budaya (Bandung:Setia Purna Inves, 2007), h. 13. 50 Erni budiwanti, Islam Sasak: Wetu Telu versus Waktu Lima (Yogyakarta :LkiS, 2000), h. 47
44
Budha.51 Sejak awal masuknya kolonial Belanda di Pulau Jawa, misalnya, persoalan kemurnian ajaran Islam ini sangat terasa karena unsur-unsur lokal sangat berpengaruh dalam proses sosialisasi ajaran di dalam masyarakat seperti yang terlihat pada: sekaten dan wayang. Menurut T.S. Raffles tentang Islam di Jawa pada awal abad XIX. Yang menyatakan bahwa orang Jawa yang berpengetahuan cukup tentang Islam dan berprilaku sesuai dengan ajaran Islam hanya beberapa orang saja. Hadirnya gerakan Islam Muhammadiyah yang didirikan pada tanggal 18 November 1912 di Kauman Yogyakarta oleh K.H. Ahmad Dahlan itu merupakan Line Life Reformed of Islam = rentetan kebangunan pembaharuan Islam Asia.52 Organisasi baru ini diajukan pengesahannya pada tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim ”Statuten Muhammadiyah” (AD Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912), kemudian disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914. Dalam ”Statuten Muhammadiyah” yang pertama itu, tanggal resmi yang diajukan ialah 18 November 1912, tidak mencantumkan tanggal Hijriyah.53 Menurut asal katanya, Muhammadiyah diambil dari bahasa wahyu atau juga bahasa Arab, nama Rasul terakhir yaitu Muhammad SAW. Muhammadiyah diesebutkan sebagai orang-orang Islam yang hidup dimasa dan sesudah Nabi Muhammad SAW yang mengikuti segala sunnah, tuntunan dan ajaran beliau sepanjang ajaran Islam.
51
Margono Poespo Suwarno, Gerakan Islam Muhammadiyah (Yogyakarta : Persatuan, 1995), h. 43. 52 Margono Poespo Suwarno, Gerakan Islam Muhammadiyah (Yogyakarta : Persatuan, 1995), h. 24. 53 Sejarah Singkat Berdirinya Muhammadiyah, artikel diakses pada 11 Mei 2013 dari http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-178-det-sejarah-singkat.html
45
Secara etimology, Muhammadiyah berasal dari Bahasa Arab “Muhammad” + yah yang artinya pengikut-pengikut Muhammad SAW, sedangkan peninjauan terminologinya atau istilahnya ialah mengingat, sifat watak dan tujuannya, Muhammadiyah menghimpun umat Islam untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW. Maka Muhammadiyah berarti jama‟ah umat Islam yang mengikuti (ittiba‟) sunnaturrasul Muhammad SAW. Setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air. Sebelum resmi menjadi organisasi, Muhammadiyah merupakan gerakan dalam rangka melaksanakan agama Islam secara bersama. Jadi didirikannya merupakan penyempurnaan pelaksanaan gerakan yang telah dilakukan sebelumnya.54 Di tanah suci Kyai Dahlan menemukan kitab-kitab yang tidak ada di Indonesia, yaitu kitab-kitab yang disusun oleh pemimpin yang menganjurkan untuk kembali kepada Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Dari sini Kyai Dahlan mulai mengenal apa Islam itu sesungguhnya. Dari sini pula Kyai Dahlan menemukan wujud, bentuk, faham dan keyakinan agamanya dengan mantap. Sejak itulah kalau beliau tidak lagi mempelajari agama melalui kitab-kitab karangan ulama, tetapi langsung membaca ayat-ayat Al-Qur‟an yang dijelaskan dengan Hadits begitu rupa.
55
Ditinjau dari
faktor-faktor yang melatar belakangi berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah, dapat dibedakan menjadi dua faktor yaitu :
54
Tim Pembina Al-Islam dan Kemuhammadiyahan , Muhammadiyah : Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha, ( Malang : Pusat Dokumentasi dan Publikasi, 1990), h. 3. 55 Tim Pembina Al-Islam dan Kemuhammadiyahan , Muhammadiyah : Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha ( Malang : Pusat Dokumentasi dan Publikasi, 1990), h. 5-6.
46
a. Faktor Subyektif Faktor
ini
menjadi
penentu
yang
mendorong
berdirinya
Muhammadiyah yaitu hasil pendalam Kyai Ahmad Dahlan terhadap Al-Qur‟an baik dalam hal gemar membaca maupun menelaah, membahas dan mengkaji kandungan isinya. Kyai Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk membangun sebuah perkumpulan, organisasi atau persyarikatan yang teratur dan rapi yang tugasnya berkhidmat melaksanakan misi dakwah Islam amar makruf nahi munkar di tengah-tengah masyarkat luas.56 Jadi esensi yang mendorong kelahiran Muhammadiyah adalah faham dan keyakinan agama Kyai Ahmad Dahlan yang dilengkapi dengan penghayatan dan pengalaman agamanya. Inilah yang membentuk Kyai Ahmad Dahlan sebagai subyek yang mendirikan Muhammadiyah. Karenanya kalau mendirikan Cabang ataupun Ranting Muhammadiyah harus mendapatkan subyek-subyek yang seperti itu, yang pemahaman agamanya dilengkapi dengan penghayatan, sehingga membentuk keyakinan dan cita-cita.57 b. Faktor Obyektif Yang dimaksud dengan faktor obyektif dari kalangan umat Islam sendiri ialah kenyataan bahwa ajaran agama Islam yang masuk di Indonesia ―kemudian menjadi agama Islam di Indonesia― ternyata sebagai akibat perkembangan Agama Islam pada umumnya, sudah tidak utuh dan tidak murni lagi. Tidak murni artinya tidak diambil dari sumber yang sebenarnya. Hanya bagian-bagian tertentu yang difahami dan kemudian diamalkan. 56
Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: LPPI, 2002), h. 120. 57 Tim Pembina Al-Islam dan Kemuhammadiyahan , Muhammadiyah : Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha ( Malang : Pusat Dokumentasi dan Publikasi, 1990), h. 7.
47
Pemerintah Hindia Belanda merupakan keadaan obyektif ekstern umat Islam pertama yang melatar-belakangi berdirinya Muhammadiyah. Demi kelangsungan kekuasaanya di Indonesia, pemerintah Hindia Belanda berpendirian bahwa ajaran Agama Islam yang utuh dan murni tidak boleh hidup dan tidak boleh berkembang di tanah jajahan. Faktor obyektif di luar umat Islam lainnya adalah dari angkatan muda yang sudah mendapat pendidikan Barat, lalu mengadakan gerakan-gerakan untuk memusuhi apa yang menjadi maksud gerakan Muhammadiyah. Itu semua lebih mendorong menyalakan ledakan keyakinan Kyai Ahmad Dahlan. Mengobarkan semangat dan mendorong Kyai Ahmad Dahlan memperjuangkan faham dan keyakinan agamamnya dengan mendirikan Persyarikatan
Muhammadiyah.58
Maksud
dan
tujuan
Persyarikatan
Muhammadiyah dalam hasil Muktamar ke 41 adalah Menegakkan dan menjujung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarkat utama, adil, dan makmur yang diridhai Allah SWT. Pendirian dalam mewujudkan maksud dan tujuan itulah persyarikatan Muhammadiyah selalu mencanangkan ayat 104 surat Ali Imron: َوَلْتَكُهْ مِنْكُمْ أُمَةٌ يَدْعُىنَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِبلْمَعْرُوفِ وَيَنْ َهىْنَ عَهِ الْمُنْكَرِ وَأُولَ ِئكَ هُمُ الْمُفْلِحُىن Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang benar dan mencegah dari yang salah; mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
58
Tim Pembina Al-Islam dan Kemuhammadiyahan , Muhammadiyah : Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha ( Malang : Pusat Dokumentasi dan Publikasi, 1990), h. 8-10.
48
Maksud dan tujuan Muhammadiyah sebagaimana yang telah dirumuskan dalam Anggaran Dasa Muhammadiyah sebagai berikut: a. Menjungjung Tinggi, berarti membawa atau menjungjung di atas segala-galanya, mengindahkan serta menghormatinya. b. Agama Islam, yaitu Agama Allah SWT yang diwahyukan kepada para Rasul-Nya sebagai rahmat Allah kepada umat sepanjang zaman, serta menjamin kesejahteraan duniawi dan ukhrawi. c. Terwujud,berarti menjadi satu kenyataan akan terwujudnya sesuatu. d. Masyarakat utama, yaitu senantiasa mengejar kemaslahatan hidup umat untuk bersikap takzim terhadap Allah SWT. e. Adil dan makmur, yaitu suatu kondisi masyarakat yang di dalamnya terpenuhi dua kebutuhan hidup yang pokok, yaitu : 1) Adil, suatu kondisi masyarakat yang positif dari aspek batiniah, dapat diwujudkan secara konkret, riil atau nyata maka akan terciptalah masyarakat yang damai, aman dan tentram. 2) Makmur, yaitu suatu kondisi masyarakat yang positif dari aspek lahiriah, yang sering digambarkan secara sederhana dengan rumusan terpenuhnya kebutuhan sandang, pangan, dan papan 3) Yang diridhai Allah SWT, artinya dalam rangka mengupayakan terciptanya keadilan maka jalan dan cara yang ditempuh haruslah selalu semata-mata mencari keridlaan Allah belaka.59
59
Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: LPPI, 2002), h. 134.
BAB III GAMBARAN UMUM MUHAMMADIYAH DAN AKULTURASI BUDAYA DI KECAMATAN SOMAGEDE BANYUMAS
A. Profil Muhammadiyah Cabang Somagede 1. Sejarah Berdirinya Muhammadiyah Cabang Somagede Gerakan Islam Muhammadiyah di desa Somagede menjadi salah satu organisasi Islam dari beberapa organisasi Islam yang ada seperti Nahdhatul Ulama (NU), Aisyiyah, Masyumi, LDII, Hizbuh Tahrir dan sebagainya. Salah satu penasehat dan mantan ketua pimpinan Muhammadiyah Cabang Somagede menuturkan bahwa Muhammadiyah Cabang Somagede mulai awal didirikanya pada tahun 2003.1 Organisasi Muhammadiyah di Somagede telah ada sejak awal kemerdekaan sekitar tahun 1950-an. Pada masa itu belum terdapat amal usaha karena simpatisan belum begitu banyak. Hingga tahun 1985 yang sangat nyata perkembangannya dengan resmi mendirikan ranting somagede dan diketuai oleh Bapak H. Suhodo. Namun amal usaha masih minim dengan bermodal satu unit mushola. Muhammadiyah sangat beruntung memiliki tokoh besar H. Suhodo yang melakukan amal usaha di bidang pendidikan demi perkembangan Muhammadiyah Cabang Somagede.2 Bermula Muhammadiyah di kecamatan Somagede hanya sebagai ranting dengan simpatisan yang masih sedikit. Pada tahun 2003 dalam rapat 1
Wawancara Pribadi dengan H.Suhodo, Penasehat PCM Somagede, Banyumas, 28
April
2013. 2
Wawancara Pribadi dengan Bapak Prakoso, Ketua PCM Somagede, Banyumas, 27 Mei,
2013.
49
50
kerja Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banyumas mengubah status Ranting menjadi Cabang. Yang pertama kali sebagai ketuanya ialah bapak H. Moch. ElBadrun, S.Pd.I. dan kini menjabat sebagai wakil ketua Muhammadiyah Cabang Somagede. Amal usaha yang berkembang hingga saat ini dapat dilihat dari jumlah masjid/mushola milik Muhammadiyah sebanyak lima unit bangunan.3 Dengan bukti tersebut dapat diketahui bahwa berdirinya organisasi Muhammadiyah terbilang Ormas Islam yang mengalami kemajuan. Namun apa yang diajarkan oleh Muhammadiyah tidak serta merta diterima pada masyarakat Desa Somagede yang majemuk. Bahkan bagi anggotanya sendiri tidak semua amar ma’ruf dalam tuntunan Muhammadiyah dapat
diterima
dengan
baik
dan
murni.
Karena
disekitar
anggota
Muhammadiyah masih banyak masyarakat Sinkritisme atau kejawen yaitu mencampuradukan Islam dengan yang lainnya. Sehingga ajaran Muhammadiyah kurang diminati oleh orang-orang yang bukan Muhammadiyah walaupun mereka Islam. Sinkritisme itu sendiri berasal dari Hindu Budha dan Nasrani dan juga berasal dari Islam itu sendiri. Dan Muhammadiyah bertujuan untuk memurnikan ajaran tersebut.4 Sementara itu, sinkretisme sebagaimana dipahami John R. Bowen dalam tulisannya Religious Practice (2002) adalah percampuran antara dua tradisi atau lebih, yang terjadi ketika masyarakat mengadopsi sebuah agama baru dan berusaha membuatnya tidak bertabrakan dengan gagasan dan praktik budaya lama. Budaya jawa selalu dipengaruhi oleh tiga aspek, yakni religius, 3
Wawancara Pribadi dengan Bapak Prakoso, Ketua Umum PCM Somagede, Banyumas, 27 Mei, 2013. 4 Wawancara Pribadi dengan H.Suhodo, Penasehat PCM Somagede, Banyumas, 28 April 2013.
51
estetika, dan gotong-royong.5 Itulah penyebab sulitnya Muhamadiyah di Desa Somagede diterima oleh masyarakat secara alami dan utuh. Masih banyak tradisi masyarakat yang tidak bersesuaian dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sebagai bentuk persyarikatan modern, Muhammadiyah mewajibkan tatanan musyawarah dalam memajukan dirinya sebagai sebuah gerakan (bersifat dinamis), seperti Muktamar, Muswil, Musda, Muscab dan Musran. (AD-ART
Muhammadiyah).
Perhitungan
eksistensi
persyarikatan
Muhammadiyah cukup aktif dan berkembang di Kecamatan Somagede dengan berdirinya sebuah Cabang dan lima Ranting sejak tahun 2003.6 Dengan Amal Usaha seperti SMK Muhammadiyah, Taman Kanak-Kanak Aisyiah dan Masjid/Mushola binaan Muhammadiyah termasuk Majlis Ta’lim. 2. Visi dan Misi Muhammadiyah Cabang Somagede Secara spesifik, dalam rumusan tujuan Program Jangka Panjang yang dijadikan sebagai Visi Muhammadiyah 2015 adalah “Mewujudkan Islam yang sebenar-benarnya sesuai Al-Qur’an dan Al-Hadits”. Adapun yang menjadi misi Muhammadiyah Cabang Somagede yaitu : 1. Menegakkan tauhid yang murni dalam rangka beriman kepada Allah SWT. 2. Menentukan ibadah sesuai dengan tuntunan Islam berdasarkan AlQur’an dan Al-Hadits sesuai yang diajarkan Rasulullah. 3. Berusaha untuk pencerahan umat dengan cara mencari ilmu 4. Mengadakan gerakan dakwah Islam menuju amar ma’ruf nahi munkar.
5 6
Sutiyo, Benturan Budaya Islam : Puritan dan Sinkretis (Jakarta : Kompas, 2010), h. 65. Data Proposal Muscab PCM Somagede Banyumas, 9 Juli 2006
52
5. Mengadakan kerja sama dengan siapa saja di semua sektor dalam mencari rahmatan lil alamin.7 3. Struktur dan Kepengurusan Muhammadiyah Cabang Somagede Struktur adalah perhubungan yang kurang lebih tetap dan mendasar antara unsur-unsur, bagian-bagian atau pola-pola dalam suatu keseluruhan yang terorganisir dan menyatu. Struktur adalah komposisi, pengaturan dari bagianbagian pendukung, dan susunan dari suatu keseluruhan kompleks; keseluruhan yang tersusun membentuk satuan-satuan pengalaman, berkenaan dengan kedudukan dan fungsi saling ketergantungan antara bagian-bagiannya.8 Struktur Organisasi adalah kesesuaian pembagian pekerjaan antara struktur dan fungsi, di mana terjadi penumpukan atau kekosongan pelaksanaan perkerjaan, dan ada tidaknya hubungan dan urutan di antara unit-unit kerja yang ada.9
Struktur organisasi Muhammadiyah mengenalkan kelembagaan
dalam tanggung jawab kepemimpinan sentral yang disebut persyarikatan. Anggota pimpinan (pengurus) persyarikatan, dipilih secara langsung oleh anggota melalui mekanisme persidangan yang disebut musyawarah, sesuai tingkat masing-masing dari Musyawarah Cabang (setingkat kecamatan) hingga tingkat nasional yang disebut Muktamar. Selanjutnya, untuk memenuhi tanggung jawab dan tugas organisasi, pimpinan persyarikatan yang dipilih secara
langsung
tersebut,
kemudian
membentuk
berbagai
lembaga.
Muhammadiyah disebut Organisasi Otonom (Ortom), Majelis adan Lembaga
7
Wawancara pribadi dengan Bapak Sumuyut, Bendahara PCM Somagede, Banyumas, 25 Mei , 2013. 8 Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama (Yogyakarta : Kanisius, 1995), h. 30. 9 Hessel Nogi S. Tangkilisan, Manajemen Publik (Jakarta : Grasindo, 2007), h. 203.
53
atau Badan.10 Muhammadiyah Cabang Somagede membentuk organisasi Otonom yakni Pemuda Muhammadiyah dan Pandu HW (Hizbul Wathon) sedangkan untuk kaum hawa kegiatannya dihimpun dalam NA (Nasyiatul Aisyiah).11
Di kecamatan Somagede ini terdapat lima ranting di bawah
Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Somagede yang di mulai tahun 2003, antara lain di Piyasa Kulon, Planjan, Jero Tengah, Tanggeran dan Kemawi.12 Susunan Pengurus Pimpinan Cabang Muhammadiyah Somagede Periode 2010-201513 I. Penasehat
: 1. H. Muthoha : 2. H. Suhodo Anshori : 3. Adam Suparjo(Alm) : Moh. Prakoso, S.Pd.I. : H. Moch. El-Badrun, S.Pd.I. : Hari Indra Kustiwa, SIP.,S.Pd. : H. Paryono, S.Pd. : Sukirman, S.Pd. : Drs. Sumuyut : Drs. Bambang Budiarso
II. Ketua Wakil Ketua 1 Wakil Ketua 2 Sekretaris Wakil Sekretaris Bendahara Wakil Bendahara III. Majelis dan Lembaga 1. Majelis-majelis : A. Majelis Tarjih dan Tajdid : 1. Masngudi, S.Ag. 2. Ichrom 3. Pangarso Aminudin B. Majelis Tabligh : 1. Arief Ritade Aswas, S.Pd.I. 2. Sutarjo 3. Pujo Mashuri C. Majelis Dikdasmen : 1. Sayudi, S.Pd. 2. Aji Gunadi, B.A. 3. Sartim, S.Pd. 10
Abdul Munir Mulkhan, Kiai Ahmad Dahlan : Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan (Jakarta : Kompas, 2010), h. 168. 11 Wawancara Pribadi dengan Bapak Prakoso, Ketua PCM Somagede, Banyumas, 28 April 2013. 12 Laporan Raker Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banyumas, Sumpiuh, 18 Mei 2012. 13 Data profil Muhammadiyah Cabang Somagede, Desember, 2011.
54
D. Majelis Pendidikan Kader : 1. Zaenal Musrofi 2. Sarip Sukamto 3. Fauzan E. Majelis PKU : 1. Budi Prasojo 2. Ardila Nugroho 3. Gandar Apriliandy F. Majelis Pelayanan Sosial : 1. H. Triyono 2. Kholid Ismawan 3. Sapin G. Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan : 1. Haris Cahyadi 2. Moch. Anggun 3. Budi Waluyo H. Majelis Wakaf dan Kehartabendaan:1. Sulam 2. Dasim 3. Naswan I. Majelis Pemberdayaan Masyarakat : 1. Saring Mulyadi 2. Ir. Udiarto, MT. 3. Sumeri 2. Lembaga-lembaga A. Jejaring Pengumpul dan Salur (JPS) LAZIZMU : 1. Sunarso 2. Syahrir 3. Saryono B. Seni dan Olah Raga : 1. Rekarso, S.Pd. 2. Andi Sayudi 3. Nurdi 4. Program-Program Kerja Program kerja Muhammadiyah dicanangkan untuk memenuhi amal usaha diberbagai bidang dalam rangka pemurnian ketauhidan dan ibadah masyarakat menuju ajaran Islam yang utuh yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Program kerja yang terbilang cukup aktif hanya lima bidang atau majelis saja. Karena ke lima bidang tersebut terdapat amal usahanya. Adapun programprogram tersebut antara lain sebagai berikut. 1. Bidang Tabligh Berikut program PCM Somagede di bawah kepengurusan majelis tabligh :
55
a. Melangsungkan pengajian umum tiap minggu wage di tiap-tiap masjid/mushola binaan PCM Somagede dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mencintai Rasulnya. b. Mengumpulkan
seluruh
anggota
dan
masyarakat
seluruhnya
berdasarkan empat ranting yang ada di bawah PCM Somagede. c. Pengajian Selapanan atau 35 hari sekali oleh PCM Somagede. d. Menyelenggarakan pengajian membaca Iqra dan Al-Qur’an bagi siswa SD dan SLTP di tiap-tiap masjid/mushola binaan PCM Somagede.14 2. Bidang Tarjih dan Tajdid Berikut program kerja majelis tarjih dan tajdid PCM Somagede : a. Membahas Ilmu Al-Qur’an b. Memutuskan suatu perkara dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah c. Merumuskan satu pikiran yang tidak bertentangan dengan As-Sunnah.15 3. Bidang Wakaf dan Kehartabendaan Berikut program kerja majelis tarjih dan tajdid PCM Somagede : a. Menyelesaikan sisa penyertifikatan tanah wakaf sampai akhir periode b. Bekerja sama dengan cabang-cabang untuk menyusun kerangka pengelolaan wakaf c. Mengatasi perkara wakaf yang belum jadi16 4. Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan Adapun kegiatan majelis ekonomi dan kewirausahaan PCM Somagede :
14
Wawancara Pribadi dengan H.Suhodo, Penasehat PCM Somagede , Banyumas, 28 April
2013. 15
Wawancara pribadi dengan Bapak Sumuyut, Bendahara PCM Somagede, Banyumas, 25 Mei , 2013. 16 Laporan Raker Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banyumas, Sumpiuh, 18 Mei 2012.
56
a. Mengadakan sosialisasi dengan petani gula aren tentang pemberian bibit kelapa yang memudahkan petani memanen mirah (bahan dasar gula aren). Kegiatan tersebut bekerja sama dengan Kampus IPB Bogor. b. Membuat batik yang dikelola oleh SMK Muhammadiyah sebagai amal usaha PCM Somagede. c. Mendirikan toko Karunia 2000 milik H. Suhodo dan anggota majelis ekonomi dan kewirausahaan Haris Cahyadi. Menjadikan usaha tokonya sebagai koperasi simpan pinjam simpatisan dan masyarakat umum. d. Kerjasama dengan pengusaha Muhammadiyah Cabang lainnya dalam rangka ikut pemasaran aneka produk seperti batik bermotifkan Islami dan bibit kelapa gula aren. 5. Bidang Pendidikan Adapun program kerja majelis pendidikan PCM Somagede ialah : 1. Menyiapkan SMK Muhammadiyah Somagede sebagai sekolah unggulan. Diskusi membahas program sekolah yang diikuti oleh guru SMK Muhammadiyah dan Majelis Dikdasmen. 2. Memasukkan
materi
pelajaran
kemuhammadiyahan
di
SMK
Muhammadiyah Somagede.17 5. Tujuan dan Sasaran Muhammadiyah Cabang Somagede Dalam persyarikatan tingkat Cabang, Muhammadiyah memiliki tujuan dan sasaran yang hampir sama dengan semua tingkat Cabang. PCM Somagede tidak membuat secara tertulis tujuan dan sasaran dalam Muscab.18
17
Laporan Raker Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banyumas, Sumpiuh, 18 Mei 2012.
57
a. Tujuan a). Menjaga eksistensi Persyarikatan Muhammadiyah di Kecamatan Somagede khususnya dan Kabupaten Banyumas umumnya. b). Memurnikan kembali secara utuh dan logis syariat Islam menurut dua sumber Al-Qur’an dan As-Sunnah dari ajaran Islam yang tidak sesuai. c). Meningkatkan kualitas SDM Persyarikatan dan pengimplementasian kepekaan dan kepedulian sosial kemasyarakatan. b. Sasaran a). Tersosialisasinya aktifitas Pimpinan Cabang Somagede secara utuh sebagai bagian dari ormas yang ada di Kecamatan Somagede khususnya. b). Tersalurkannya aspirasi warga Muhammadiyah untuk memajukan desa dalam bidang Pendidikan, Agama, dan Sosial. c). Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia pengelola Persyarikatan dan warga Muhammadiyah khususnya serta umat Islam di Somagede umumnya. 6. Sarana dan Prasarana Muhammadiyah Cabang Somagede Disamping majelis dan lembaga, terdapat organisasi Ortonom, yaitu organisasi yang bernaung di bawah organisasi induk untuk mengatur AD/ART sendiri. Dalam PCM Somagede terdapat beberapa unit, yaitu : a. Masjid sebanyak 2 unit bangunan b. Mushola sebanyak 3 unit bangunan
18
Mei 2013.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Prakoso, Ketua PCM Somagede, Banyumas, 27
58
c. Ranting sebanyak 5 unit kepengurusan : Planjan, Wlahar, Kemawi, Piyasa Kulon, Jero Tengah, dan Tanggeran. d. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) e. Taman Kanak-Kanak Aisyiah (TK) f. Pandu Hizbul Wathan (Anggota Simpatisan Pemuda) g. Nasyiatul Aisyiah (Anggota Simpatisan Pemudi) B. Budaya Islam dan Budaya Lokal di Kecamatan Somagede Banyumas Muhammadiyah memandang kegiatan sosio-budaya masyarakat ketika peringatan hari besar keagamaan berlangsung sebagai sesuatu yang takhayul, bid’ah dan khurafat. Takhayul ialah mempercayai sesuatu hal yang mempunyai kekuatan ghaib, bid’ah adalah mengadakan kegiatan yang tidak ada tuntunannya dalam ajaran Rasulullah. Khurafat merupakan mengaitkan kejadian di alam sebagai tanda adanya suatu peristiwa nyata yang akan terjadi. Misalnya, mendengar suara burung kutilang sebagai tanda adanya orang yang meninggal.19 Di Somagede banyak kegiatan masyarakat yang dianggap Muhammadiyah sebagai TBC atau takhayul, bid’ah dan khurafat. Adapun kegiatan masyarakat yang termasuk dalam unsur budaya lokal di Desa Somagede ialah sebagai berikut: 1. Menjelang satu Suro masyarakat memotong hewan dan kepalanya dikubur dibelakang rumah. 2. Sedekah bumi dan gunungan berupa hasil pertanian.20 3. Masyarakat petani membuat sesaji ketika akan menanam padi.
19
Wawancara pribadi dengan Bapak Sumuyut, Bendahara PCM Somagede, Banyumas, 25 Mei , 2013. 20 Wawancara Pribadi dengan Bapak H.Suhodo, Penasehat PCM Somagede , Banyumas, 28 April 2013.
59
4. Menggelar acara yang mengandung unsur seni kebudayaan seperti kuda lumping, pagelaran wayang, karawitan, kelenengan dan lain sebagainya.21 5. Membuat sesajen dalam menggelar acara kesenian. 6. Mengunjungi kuburan untuk menggelar acara ziarah kubur di makam keramat. Sedangkan yang termasuk budaya Islam di Desa Somagede ialah : 1. Tarling atau taraweh keliling masjid/mushola dalam bulan Ramadhan. 2. Mengumpulkan dan memotong hewan kurban di lapangan desa dalam Hari Raya Idul Adha. 3. Menggelar Shalat Ied di lapangan Desa Somagede.22 4. Silaturahim kepada sanak saudara dan tetangga setelah pelaksanaan shalat Idul Fitri . 5. Menggelar acara kesenian Hadroh atau musik rebana dalam menyambut hari besar keagamaan. 23 6. Obor keliling oleh anak-anak dan remaja di setiap dusun dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri.
21
Wawancara pribadi dengan Bapak Timin, Tokoh Masyarakat Somagede, Banyumas, 30 April, 2013. 22 Wawancara Pribadi dengan Bapak H.Suhodo, Penasehat PCM Somagede, Banyumas, 28 April 2013. 23 Wawancara pribadi dengan Bapak Timin, Tokoh Masyarakat Somagede, Banyumas, 30 April, 2013.
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Strategi Komunikasi Muhammadiyah Cabang Somagede Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan atau planning dan manajemen atau management untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis, dalam arti kata bahwa pendekatan atau approach bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi.1 Pendekatan yang dilakukan oleh organisasi Islam seperti Muhammadiyah harus melihat situasi dan kondisi sosial-budaya sebagai taktis operasionalnya. PCM Somagede menanggapi akulturasi terdapat dalam peringatan 1 Suro di Somagede yang dilakukan oleh kebanyakan orang Islam. Masyarakat yang hafal Surat Yasin mencari tempat petuah nenek moyang untuk meminta keberkahan. Sebetulnya yang namanya membaca Yasin boleh saja. Tetapi Yasinan beralkulturasi dengan unsur penyuguhan makanan itulah yang Muhammadiyah tidak setuju. Dan kebanyakan masyarakat percaya surat Yasin itu ampuh. Padahal semua ayat di dalam Al-Qur’an itu ampuh. 2
1
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003), h. 300-301. 2 Wawancara Pribadi Dengan Bapak Sumuyut, Bendahara PCM Somagede, Banyumas, 26 Mei 2013.
60
61
Selain itu, Tahlil di anjurkan oleh Islam dengan membaca ayat-ayat Allah. Namun masyarakat menyebutnya tahlilan dan -lan nya itu yang tidak dibenarkan oleh Islam. Oleh karena itu, masyarakat mengisikan bacaan dalam Tahlil diisi dengan puja-pujaan, jamuan-jamuan. dan
shalawat-shalawat di luar Rasul.
Muhammadiyah tidak alergi terhadap budaya, tergantung bentuk budayanya. Jangan budaya yang dijadikan agama. Yang benar adalah agama di budayakan seperti membudayakan Shalat, Puasa, Zakat. Itulah konsep akulturasi menurut pandangan PCM Somagede.3 PCM Somagede mengakui bahwa belum menemukan cara yang tepat untuk mengubah pola perpaduan antara unsur Jawa dan Islam. Padahal Strategi komunikasi
dibutuhkan
karena
mempunyai
fungsi
dalam
menjembatani
kesenjangan budaya atau culture gap.4 Kesenjangan budaya disini ialah antara budaya Islam dengan budaya lokal. Contohnya seperti tahlilan, ziarah kubur, ziarah wali, dan kegiatan keagamaan yang bernilai seni. Muhammadiyah tahu akan adanya perpaduan unsur tersebut, namun tidak bisa mencegah. Karena masyarakat hanya mengikuti kebiasaan menggelar kesenian dalam memperingati hari besar keagamaan yang tidak tahu dasarnya.5 PCM Somagede sendiri berkomitmen dalam menyelenggarakan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan menganggap unsur Keislaman yang berbau budaya itu merupakan Bid’ah atau penyakit ibadah, yaitu melaksanakan yang tidak ada dasar
3
Wawancara Pribadi Dengan Bapak Sumuyut, Bendahara PCM Somagede, Banyumas, 26
Mei 2013. 4
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003), h. 300. 5 Wawancara Pribadi Dengan Bapak Prakoso, Ketua PCM Somagede, Banyumas, 29 April 2013.
62
hukumnya.6 Imam Syafi’i menyampaikan dalam sebuah hadits, “Imam Syafi’i ra berkata –Segala hal yang baru (tidak terdapat di masa Rasulullah) dan bertentangan dengan Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijma’ (sepakat Ulama) dan Atsar (Pernyataan sahabat) adalah bid’ah yang sesat (bid’ah dholalah). Dan segala kebaikan yang baru (tidak terdapat di masa Rasulullah) dan tidak bertentangan dengan pedoman tersebut maka ia adalah bid’ah yang terpuji (bid’ah mahmudah atau bid’ah hasanah), bernilai pahala. (Hasyiah Ianathuth-Thalibin –Juz 1 hal. 313). Hadits tersebut menerangkan bahwa yang termasuk bid’ah dholalah yakni perkara baru atau mencontohkan atau meneladankan perkara di luar perkara syariat yang bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadits, bergunjing, menghasut, mencela, menghujat saudara muslim lainnya.7 Namun Bapak Prakoso berbeda berpendapat, beliau mengatakan bahwa dalam Muhammadiyah tidak ada istilah bid’ah hasanah, melainkan ijtihad. Beliau juga mengatakan bahwa Rasulullah bersabda “qullu bidatun dholalatun”, artinya setiap hal yang bid’ah adalah sesat. Seperti orang meninggal yang dingajikan, maka dinyatakan sesat.8 Dengan pernyataan seperti itu maka Muhammadiyah di Somagede membutuhkan suatu pendekatan dalam melancarkan komunikasi lebih baik. Maka mempergunakan pendekatan yang disebut A-A
atau from Attention to Action
Prosedure. AA Procedure ini sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat AIDDA. 6
Wawancara Pribadi Dengan Bapak Prakoso, Ketua PCM Somagede, Banyumas, 29 April
2013. 7
Forum Studi Islam Fakultas Pertanian Universitas Lampung,” Marilah memahami hadits kullu bid’ah dengan ilmu balaghah dan nahwu”, Artikel diakses pada 28 Mei 2013 dari http://staff.unila.ac.id/fosifpunila/2012/12/15/marilah-memahami-hadits-kullu-bidah-dengan-ilmubalaghah-dan-nahwu/ 8 Wawancara Pribadi Dengan Bapak Prakoso, Ketua PCM Somagede, Banyumas, 29 April 2013.
63
A = Attention atau perhatian I = Interest atau Minat D = Desire atau Hasrat D = Decision atau Keputusan A = Action atau Kegiatan9 Proses pentahapan komunikasi ini mengandung maksud bahwa komunikasi hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hubungan ini komunikator harus membangkitkan daya tarik. Daya tarik yang dilakukan PCM Muhammadiyah untuk mendapat perhatian atau attention ialah dengan mendirikan sarana pendidikan melalui SMK Muhammdiyah Somagede. SMK Muhammadiyah di terbukti berhasil menciptakan batik sendiri yang memiliki nilai kebudayaan dan dipadukan dengan unsur Keislaman di motifnya.10 Batik
berpotensi
sebagai
bentuk
kewirausahaan
dalam
mengembangkan
perekonomian masyarakat. Selain melalui bidang pendidikan, PCM Somagede juga melakukan kegiatan syiar dakwah agar menarik masyarakat. Contohnya : 1. Mengadakan Qurban pada Hari Raya Idul Adha 2. Idul Fitri dan Idul Adha di lapangan desa Somagede 3. Dalam bulan Ramadhan Pengurus PCM Somagede berdakwah ke masjid-masjid desa luar Somagede. 4. Pengajian setiap 35 hari sekali atau disebut selapan11
9
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003), h. 304. 10 Wawancara Pribadi Dengan Bapak H.Suhodo, Penasehat PCM Somagede, Banyumas, 28 April 2013. 11 Wawancara Pribadi Dengan Bapak Sumuyut, Bendahara PCM Somagede, Banyumas, 26 Mei 2013.
64
Karena masih banyak masyarakat desa Somagede tergolong Sinkretisme yaitu mencampuradukan Islam dengan yang lainnya, sehingga apapun bentuk kegiatan yang diselenggarakan Muhammadiyah dalam rangka pemurnian Islam kurang diminati oleh orang-orang yang bukan Muhammadiyah walaupun mereka sendiri mengaku Islam.12 Dalam sinkretisme terdapat dua unsur yaitu budaya Islam dan budaya lokal. Kedua-duanya tidak bisa lebih unggul. Budaya Islam yang sengaja hadir dalam kebudayaan lokal tidak dapat menghilangkan keasliannya. Sebagian masyarakat Desa Somagede masih mengikuti ajaran Islam menurut perpaduan unsur tersebut.13 Maka Muhammadiyah hadir untuk memurnikannya kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah melalui dakwah bil-lisan sebagai action atau kegiatannya. Dakwah billisan disampaikan dengan membawa beberapa materi seperti : 1. Mengajak masyarakat beriman kepada Allah SWT sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan Al-Hadits 2. Menentukan ibadah sesuai dengan tuntunan Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits 3. Berusaha untuk pencerahan umat dengan cara mencari ilmu pengetahuan 4. Mengadakan gerakan dakwah Islam Amar ma’ruh Nahi Mungkar 5. Bekerja sama lintas sektoral atau bekerja sama dengan siapa saja. Dalam mencari rahmatan lil alamin.
12
Wawancara Pribadi Dengan Bapak H.Suhodo, Penasehat PCM Somagede, Banyumas, 28 April 2013. 13 Wawancara Pribadi Dengan Bapak Prakoso, Ketua PCM Somagede, Banyumas, 29 April 2013.
65
6. Dalam shalat Muhammadiyah tidak menyebutkan Sayyidina Muhammad dalam bacaan takhyatul.14 Dari Tidak semua amal usaha PCM Somagede diterima oleh masyarakat. Seperti halnya PCM Somagede membuat tim pengurus jenazah, namun tidak bertahan lama karena kurang diminati masyarakat.15 Dalam kegiatan hari besar keagamaan, sebagian masyarakat desa percaya bahwa terkandung unsur akulturasi antara budaya Islam dan budaya lokal. Namun Islam sendiri sesungguhnya tidak menentang perkembangan kesenian, yang ditentang ialah seni yang merendahkan martabat kemusyrikan atau seni yang merendahkan martabat manusia, yang bersumber dari nafsu rendah manusia itu sendiri.16 Seperti halnya Para Walisanga di Jawa. Pada masa awal-awal penyebaran Islam di tanah Jawa, para Walisanga juga memperhatikan kesenian. Bahkan memanfaatkan kesenian seperti gamelan, wayang, dan sebagainya sebagai sarana berdakwah.17 Dalam pelaksanaan strategi komunikasi hendaknya harus melihat situasi dan kondisi dari setiap individu atau masyarakat. Namun Muhammadiyah Cabang Somagede tidak memerhatikan hal tersebut. Muhammadiyah memandang kegiatan di desa Somagede banyak yang tidak bersesuaian dengan PCM Somagede yaitu memurnikan kembali secara utuh ajaran yang dibawa oleh Rasulullah. Maka untuk mendukung strategi komunikasi melalui dakwah bil-lisan diperlukan perbuatan nyata atau mencontohkan kepada masyarakat menurut ajaran 14
Wawancara Pribadi Dengan Bapak Sumuyut, Bendahara PCM Somagede, Banyumas, 26 Mei 2013. 15 Wawancara Pribadi Dengan Bapak Prakoso, Ketua PCM Somagede, Banyumas, 29 April 2013. 16 Drs.M.Rusli Karim, Muhammadiyah dalam Kritik dan Komentar (Jakarta: Rajawali, 1986), h.375. 17 Drs. M. Rusli Karim, Muhammadiyah dalam Kritik dan Komentar (Jakarta: Rajawali, 1986), h.367.
66
PCM Muhammadiyah yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Untuk mengetahui strategi komunikasi apa yang digunakan oleh PCM Somagede, maka perlu di jabarkan komponen-komponen dalam rumusan Laswell.18 a. Who ? (Siapakah Komunikatornya?) Seorang komunikator hendaknya memiliki persyaratan yaitu memiliki kredibilitas dan keahlian (skill). Sebagai lembaga Islam, Dakwah melalui lisan menjadi faktor penentu Muhammadiyah Cabang Somagede dalam indikator strategi komunikasi. Tokoh besar PCM Somagede seperti Bapak H.Suhodo, Bapak Prakoso, dan Bapak Badrun yang menjadi khatib jumat keliling dan khatib Shalat Ied di Kecamatan Somagede. Menjadi mad’u yang mengisi pengajian di masjid/mushola binaan PCM Somagede. b. Says What ? (Pesan apa yang dinyatakannya?) Pesan menjadi indikator penting dalam strategi komunikasi. Dengan pesan maka terlihatlah tujuan sebuah instansi. Muhammadiyah Cabang Somagede selalu berpesan dalam dakwahnya agar mencintai Rasulullah SAW.19 Karena Muhammadiyah sangat berkomitmen untuk menjalankan perintah Allah SWT sesuai yang diajarkan Rasulullah SAW dan sering menjadi materi pengajian. c. In Which Channel ? (Media apa yang digunakannya?) Setelah menyusun pesan yang akan disampaikan, maka diperlukan sarana sebagai perantara pendukung dalam memudahkan penyampaian pesan tersebut, PCM Somagede menggunakan metode tatap muka atau komunikasi 18
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003), h. 301. 19 Wawancara Pribadi Dengan Bapak H.Suhodo, Penasehat PCM Somagede, Banyumas, 28 April 2013.
67
secara langsung melalui ceramah, tatap muka, forum diskusi, Musyawarah Cabang, Musyawarah Ranting dan lain sebagainya. Muhammadiyah
Cabang
Somagede
memanfaatkan
sarana
pendidikan sebagai media dalam menyampaikan pesan seperti SMK Muhammadiyah, TK Aisyiah, dan TPQ. Juga sarana peribadatan seperti masjid/mushola binaan Muhammadiyah Cabang Somagede. Itu artinya dakwah melalui lisan menjadi media yang sesuai dengan kondisi masyarakat. d. To Whom ? (Siapa Komunikannya?) Dengan melihat tujuan dan sasaran Muhammadiyah Cabang Somagede yaitu memurnikan kembali secara utuh dan logis syariat Islam menurut dua sumber Al-Qur’an dan As-Sunnah dari ajaran Agama Islam yang tidak sesuai. Jelas terlihat bahwa yang menjadi komunikannya ialah masyarakat di Kecamatan Somagede. B. Perubahan Masyarakat Akan Hadirnya Muhammadiyah Terhadap Akulturasi Budaya Islam dan Lokal di Kecamatan Somagede Setiap strategi komunikasi yang dilancarkan oleh individu atau lembaga mempunyai tujuan dan target tertentu yang ingin dicapai pada khalayaknya sebagai sasaran. Dalam tujuan tersebut terdapat perubahan dalam diri khalayak sebagai efek yang telah dilakukan komunikator kepada komunikannya, yaitu: 1. Terjadinya perubahan pendapat (to change the opinion). Setiap lembaga memengaruhi khalayaknya dalam menyampaikan pesan. Sehingga menimbulkan berbagai macam persepsi dan pandangan. PCM Somagede melakukan penekanan atas ajaran yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang diberikan masyarakat. Bapak Prakoso selaku Ketua PCM
68
Somagede mengaku tidak sama sekali mengikuti acara tetangga seperti selametan, tahlilan, yasinan, dan kenduri. Walaupun masyarakat mengundang khusus Bapak Prakoso untuk memimpin pembacaan yasin dan tahlil. 2. Terjadinya perubahan sikap (to change the attitude). Sikap didefinisikan sebagai suatu kecenderungan yang diperoleh dengan cara belajar untuk merespons suatu objek. Sikap dipelajari dalam suatu konteks budaya. Bagaimanapun lingkungan akan turut membentuk sikap, kesiapan untuk merespons dan akhirnya perilaku diri sendiri.20 Dengan hadirnya Muhammadiyah sebagai objek lembaga di desa Somagede terdapat perubahan sikap pada masyarakat sebagai khalayak. Masyarakat kini berkeyakinan bahwa hadirnya Muhammadiyah mengajarkan kepada bentuk Islam yang sesungguhnya yaitu sesuai dengan AlQur’an dan As - Sunnah. Sebagian masyarakat meninggalkan tradisi kejawen karena menyadari bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam.21 Sehingga masyarakat kini bersikap lebih teliti dan kritis terhadap keyakinan berdasarkan penilaian dalam dakwah yang dilakukan oleh PCM Somagede. 2. Terjadinya perubahan perilaku (to change behavior). Perilaku dipelajari sebagai bagian dari pengalaman budaya. Budaya cenderung menentukan kriteria mana yang paling penting ketika memberikan
20
Dedy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya : Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 27. 21 Wawancara Pribadi Dengan Bapak Prakoso, Ketua PCM Somagede, Banyumas, 29 April 2013.
69
suatu persepsi.22 Kebanyakan masyarakat Somagede itu sejatinya ingin berubah namun harus sesuai dengan ajaran yang umumnya saja diluar ketentuan PCM Somagede.23 Terdapat beberapa bentuk perubahan perilaku sebagai hadirnya Muhammadiyah di Somagede : a. Dahulu menjelang peringatan hari 1 Suro atau malam 1 Muharram. Masyarakat
memotong hewan kemudian kepala hewan tersebut
dikubur. Selain itu juga, masyarakat berkurban untuk acara sedekah bumi. Sekarang dengan hadirnya Muhammadiyah telah diganti dengan kurban dalam peringatan Hari Raya Idul Adha.24 b. Perubahan sangat baik ditengah-tengah masyarakat jawa dan aneka macam
budaya
ialah
meningkatnya
jumlah
pelajar
di
SMK
Muhammadiyah yang kini mencapai 500 siswa dan menjadi bukti baik perubahan masyarakat terhadap akulturasi budaya. c. Dalam hal berpakaian Muhammadiyah tidak mempermasalahkan yang penting menutup aurat. Adat jawa menggunakan kebaya namun tidak memakai kerudung dan yang dipakai ialah konde. Muhammadiyah menggantinya dengan mengenakan kerudung dalam pakaian kebaya.25 d. Melaksanakan Shalai Ied di lapangan desa yang dahulu hanya dilakukan di Masjid saja.
22
Dedy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya : Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 25. 23 Wawancara Pribadi Dengan Bapak Sumuyut, Bendahara PCM Somagede, Banyumas, 26 Mei 2013. 24 Wawancara Pribadi Dengan Bapak H.Suhodo, Penasehat PCM Somagede, Banyumas, 28 April 2013. 25 Wawancara Pribadi Dengan Bapak Prakoso, Ketua PCM Somagede, Banyumas, 29 April 2013.
70
e. Dengan hadirnya PCM Somagede telah didirikan masjid sebanyak 2 unit bangunan dan mushola 3 unit bangunan. Berdasarkan tinjauan itu PCM Somagede menjadi suatu gerakan Keislaman yang sangat besar perananya dalam pembinaan ajaran Islam sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah. PCM Somagede berhasil menjalankan tugasnya dalam memurnikan nilai-nilai Islam di tengah-tengah masyarakat yang dipengaruhi kebiasaan nenek moyang. Dibuktikan dengan adanya perubahan kebiasaan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan keagamaan. Hal ini sangat membantu para pelaku penyebaran Islam ketika menghadapi keadaan masyarakat desa. Maka kehadiran Muhammadiyah tepat dalam memurnikan nilai-nilai Islam di Desa Somagede.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penetapan dan pelaksanaan strategi komunikasi Muhammadiyah Cabang Somagede terhadap akulturasi budaya lokal dan budaya Islam ialah : PCM Somagede menerapkan strategi penyampaiannya berupa dakwah billisan seperti menggelar pengajian rutin saja dan hanya dilakukan di masjid/mushola binaan PCM Somagede. Sebagai individu ataupun lembaga yang terlibat dalam kegiatan keagamaan, strategi penyampaian disertai dengan memberikan contoh sesuai aturan PCM Somagede seperti membiasakan masyarakat untuk melaksanakan Shalat Ied di lapangan dan hingga saat ini efektif dijalankan masyarakat. Salah satu bentuk strategi penyampaian PCM Somagede yang berhasil ialah membangun SMK Muhammadiyah dan Taman Kanak-Kanak Aisyiah di tengahtengah masyarakat yang memadukan unsur budaya Islam dan budaya lokal. Dengan cara mengembangkan ajaran melalui bidang pendidikan seperti itulah PCM Somagede dapat mengajarkan ajarannya sesuai pedoman Al-Qur’an dan Sunnah. Selain itu, SMK Muhammadiyah telah mengembangkan kegiatan sekolah seperti membuat batik dengan motif Islami. Itu artinya Muhammadiyah juga melakukan pendekatan atau approach dalam dakwah bil-hal dan sebagai bentuk akulturasi antara budaya Islam dan budaya lokal.
71
72
Muhammadiyah Cabang Somagede berdiri sejak 2003 dan amal usahanya dengan membangun 5 masjid/mushola binaan Muhammadiyah. Dengan begitu masyarakat Somagede mengalami perubahan akibat masuknya kebudayaan Islam. Masyarakat mulai teliti dalam mencerna setiap ajaran yang disampaikan oleh Muhammadiyah. Hasilnya masyarakat mulai meninggalkan tradisi kejawen dengan alasan tidak sesuai pada ajaran Islam yang murni. Contohnya, masyarakat mulai meninggalkan kebiasaan memotong hewan pada perayaan 1 Suro dan menggantinya di Hari Raya Idul Adha. B. Saran – Saran Berdasarkan hasil penelitian skripsi ini, maka penulis dapat memberikan beberapa saran, yaitu : 1. Kepada pengurus Muhammadiyah Cabang Somagede secara manusiawi memiliki tingkat dan kedudukan yang sama di masyarakat. Menyampaikan materi secara tatap muka langsung agar dikenal masyarakat. Pengurus PCM Somagede harus solid dan teguh memegang ajaran yang dibawa Rasulullah yaitu Al-Qur’an dan As – Sunnah. Tidak hanya dalam materi pengajian tetapi dalam perbuatan atau dakwah bil-hal. 2. Kepada Muhammadiyah Cabang Somagede untuk menetapkan strategi penyampaian dan mengolah pesan yang akan disampaikan. Agar lebih beraneka ragam cara penyampaiannya. Yaitu dengan mengambil beberapa materi pengajian seperti ilmu fiqih dan tauhid. Dan pesan yang disampaikan
harus
dibarengi
contoh
peristiwa
dalam
kehidupan
masyarakat. Sehingga menarik hasrat dan perhatian masyarakat untuk kembali keajaran Islam yang murni dan utuh.
73
3. Kepada Muhammadiyah Cabang Somagede harus melihat sisi baik buruknya sebuah kondisi sosial budaya yang ada. Jangan menganggap sesuatu itu bid’ah ataupun ijtihad. Berikan dasar-dasarnya terlebih dahulu. Kemudian berikan masukan yang benar sesuai ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Gunakan pendekatan yang mudah diterima masyarakat agar penyampaian pesan berjalan efektif .
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian : Sebuah Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2001 Budiwanti, Erni, Islam Sasak: Wetu Telu versus Waktu Lima Yogyakarta :LkiS, 2000 Dhavamony, Mariasusai, Fenomenologi Agama, Yogyakarta : Kanisius, 1995 Effendy, Onong Uchjana, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003 Endraswara, Suwardi, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2006 Franklin Books Programs, Ensiklopedi Umum, Yogyakarta : Kanisius, 1973 Hutabarat, Jemsly dan Martani Huseini, Pengantar Manajemen Strategik Kontemporer : Strategik Di Tengah Operasional, Jakarta : Elex Media Komputindo, 2006 Karim, Rusli, Muhammadiyah dalam Kritik dan Komentar, Jakarta: Rajawali, 1986 Liliweri, Alo, Dinamika Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004 --------------, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: LKiS, 2002 Luddin, Abu Bakar M., Dasar-Dasar Konseling : Tinjauan Teori dan Praktik, Bandung : Citapustaka Media, 2010 Moeleng, Lexy. J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,1993 Mulkhan, Abdul Munir, Kiai Ahmad Dahlan : Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan, Jakarta : Kompas, 2010 Mulyana, Deddy dan Jalaludin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya: Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005
74
75
Mulyana, Dedy, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008 ----------------, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Nasuhi ,Hamid; dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Jakarta : CeQDA (Center For Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah, 2007 Pasha, Musthafa Kamal dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah, Yogyakarta: LPPI, 2002 Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003 Rangkuti, Freddy, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta : Gramedia, 2006 Rumondor, Alex H., Komunikasi Antar Budaya, Jakarta : UT , 1995 Sachari, Agus, Budaya Visual Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2007 Sadily, Hasan, Ensiklopedi Umum, Yogyakarta : Kanisius, 1977 Salusu, J., Pengambilan Keputusan Strategik, Jakarta : Grasindo, 2004 Soeroso, Andreas, Sosiologi 1, Jakarta : Yudhistira Quadra, 2008 Solikhin, Muhammad, Ritual & Tradisi Islam Jawa, Yogyakarta : Narasi, 2010 Suparno, Paul, Teori Perkembangan Kognitif, Yogyakarta: Kanisius, 2005 Suprapto, Tommy, Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi, Yogyakarta : Media Presindo, 2009 Supriatna, Nana, Sejarah: Buku Pelajaran untuk Kelas XI SMA, Bandung : Grafindo, 2008 Sutardi, Tedi, Antropologi : Mengungkap Keragaman Budaya, Bandung:Setia Purna Inves, 2007 Sutiyo, Benturan Budaya Islam : Puritan dan Sinkretis, Jakarta : Kompas, 2010 Suwarno, Margono Poespo, Gerakan Islam Muhammadiyah, Yogyakarta : Persatuan, 1995
76
Syukir, Asmuni. Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Usaha Nasional, 1983 Tangkilisan, Hessel Nogi S., Manajemen Publik, Jakarta : Grasindo, 2007 Umar, Husein, Strategis Management In Action, Jakarta : Gramedia, 2008 Wahyudin, Achmad. dkk. Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Grasindo, 2009
Sumber Lain Data Proposal Muscab PCM Somagede Banyumas, 9 Juli 2006 Forum Studi Islam Fakultas Pertanian Universitas Lampung,” Marilah memahami hadits kullu bid’ah dengan ilmu balaghah dan nahwu”, Artikel diakses pada 28 Mei 2013 dari http://staff.unila.ac.id/fosifpunila/2012/12/15/marilah-memahamihadits-kullu-bidah-dengan-ilmu-balaghah-dan-nahwu Sejarah Singkat Berdirinya Muhammadiyah, artikel diakses pada 11 Mei 2013 dari http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-178-det-sejarah-singkat.html Tim Pembina Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, Muhammadiyah : Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha, Malang : Pusat Dokumentasi dan Publikasi, 1990
HASIL WAWANCARA
Nama
: H. Suhodo Anshori (Penasehat PCM Somagede)
Tempat
: Kediaman Beliau
Tanggal Wawancara : 28 April 2013 Waktu
: Pukul 19.30-20.30 Wib
1. Apa saja kegiatan Muhammadiyah cabang Somagede yang rutin dilaksanakan pada hari besar keagamaan? Dakwah yang pertama kali adalah mendirikan ranting-ranting, sehingga terdapat 4 ranting sekecamatan. Salah satunya mengadakan tarling (taraweh keliling) ke 4 ranting yang dilakukan oleh anggota pengurus muhammadiyah. Mengadakan kegiatan keagamaan pada satu tempat dipusatkan di SMK MUHAMMADIYAH, lalu mengikuti kegiatan hari besar di tingkat daerah , di Somagede berisikan materi pengajian yang intinya mencintai Rasulullah SAW. Mengumpulkan seluruh anggota dan masyarakat seluruhnya berdasarkan ranting-ranting. 2. Bagaimana
cara
Muhammadiyah
menjelaskan
kepada
masyarakat
di
Kecamatan Somagede yang memadukan unsur jawa dan Islam dalam kegiatan keagamaan? Salah satu Muhammadiyah Somagede memadukan dengan budaya lokal yaitu dengan cara mendirikan sekolah SMK Muhammadiyah. Jadi kesemua ajaran Muhammadiyah melalui siswa SMK Muhammadiyah. Melalui masyarakat melalui peringatan seperti isra miraj, kegiatan seperti itu kurang mendapat
tanggapan
masyarakat.
Karena
masyarakat
masih
Sinkritisme
yaitu
mencampuradukan Islam dengan yang lainnya dan sulit dihilangkan, sehingga kurang diminati oleh orang-orang yang bukan Muhammadiyah walaupun mereka Islam. Sinkretisme berasal dari Hindu Budha dan Nasrani dan juga berasal dari Islam itu sendiri. Muhammadiyah memurnikan ajaran tersebut. Sekarang Aqiqah telah membudaya yang pertama kali dilaksanakan dikediaman bapak suhodo tahun 1994 dan pertama kali di Somagede. Memanggil Drs. H Sairi Dahlan untuk mengisi pengajian dalam rangka Haji dan Aqiqah. Sejak itu terus berkembang sampai sekarang dan hampir semua bayi yang lahir telah menggunakan kegiatan itu dan berhasil 100 %. Karena pada masyarakat yang tidak mampu untuk menyunati maka melaksanakan Aqiqah terlebih dahulu.
Dahulu menjelang hari 1 Suro atau malam 1
Muharram memotong hewan dan kepalanya dikubur dibelakang rumah kediaman Bapak Suhodo. Dan sekarang telah diganti dengan kurban, dan berhasil, caranya ada 3 macam kurban. 1. Kurban oleh 1 orang, 1 sapi untuk 1 keluarga, 2.
1 sapi untuk 7 keluarga selama 7 tahun, caranya tahun pertama 7 orang beli sapi 1 untuk 7
keluarga, tahun kedua beli 1 sapi untuk 7 keluarga,
kemudian selanjutnya hingga 7 sapi. 3. 1 sapi 21 orang selama 7 tahun. Sebelum itu berkurban untuk acara sedekah bumi, dan sekarang lenyap karena telah diganti dengan Hari Raya Idul Adha. Tokoh yang menemukan dan merintis pertama kali cara 7 ekor sapi selama 7 tahun dalam kelompok seperti yang dijelaskan tadi adalah Muhammadiyah yang dilaksanakan di lapangan
Somagede. Nilai yang terkandung dalam kegiatan tersebut yaitu kebersamaan dalam mencari kelompok dalam 7 keluarga tersebut. 3. Bagaimana strategi
penyampaian materi keagamaan
yang digunakan
Muhammadiyah? Strategi penyampaian materi keagamaan banyak dilakukan dalam Shalat Idul Adha dilapangan menjadi salah satu cara muhammadiyah mengembangkan ajaranya dan berhasil dilaksanakan hingga sekarang. 4. Bagaimana cara menggerakkan kaum muda untuk mengikuti kegiatan dilaksanakan Muhammadiyah cabang Somagede? Dalam kaum muda Muhammadiyah terjun dalam bidang pendidikan yaitu mendirikan di SMK Muhammadiyah sejak tahun 2005. Tiap tahunya meningkat dari awalnya 3 kelas sekarang menjadi 480 siswa. 5. Seberapa efektifkah kegiatan Muhammadiyah cabang Somagede pada masyarakat yang memadukan unsur jawa dan Islam? Penyampaian melalui pengajian dengan taraweh keliling dalam bulan Ramadhan. 6. Apa saja dampak perubahan pada masyarakat yang disebabkan perpaduan unsur jawa dan Islam dalam kegiatan keagamaan? Perubahan yang nyata dalam kehadiran Muhammadiyah telah mendirikan 5 masjid di kecamatan Somagede. Melaksanakan 2 kali pengajian rutin tiap minggu wage dan tiap tgl 12 malam. yang dilakukan keliling oleh pengurus. 7. Bagaimana cara mengubah pola perpaduan unsur jawa dan Islam yang telah melekat pada masyarakat terutama dalam kegiatan keagamaan?
Cara mengubah pola perpaduan unsur jawa dan Islam melalui batik yang dilakukan oleh siswa SMK Muhammadiyah dapat mengubah pola kebudayaan menjadi Islami dengan membuat batik ukiran kalimat Islam dalam motifnya. Perubahan sangat baik, ditengah-tengah masyarakat jawa dan aneka macam budaya peningkatan jumlah siswa di SMK Muhammadiyah mencapai 500 siswa dan menjadi bukti baik perubahan masyarakat terhadap akulturasi budaya. Muhammadiyah cabang Somagede mulai awal didirikanya tahun 1988.
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
Nama
: Bapak Badrun
Jabatan
: Ketua Pengurus Muhamadiyah Somagede
Tempat Wawancara : Kediaman Rumah Tanggal Wawancara : 20 April 2013
1. Apa saja kegiatan Muhammadiyah cabang Somagede yang rutin dilaksanakan pada hari besar keagamaan? 2. Bagaimana cara Muhammadiyah menjelaskan kepada masyarakat di Kecamatan Somagede yang memadukan unsur jawa dan Islam dalam kegiatan keagamaan? 3. Bagaimana strategi penyampaian materi keagamaan yang digunakan Muhammadiyah? 4. Bagaimana cara menggerakkan kaum muda untuk mengikuti kegiatan dilaksanakan Muhammadiyah cabang Somagede? 5. Seberapa efektifkah kegiatan Muhammadiyah cabang Somagede pada masyarakat yang memadukan unsur jawa dan Islam? 6. Apa saja dampak perubahan pada masyarakat yang disebabkan perpaduan unsur jawa dan Islam dalam kegiatan keagamaan? 7. Bagaimana cara mengubah pola perpaduan unsur jawa dan Islam yang telah melekat pada masyarakat terutama dalam kegiatan keagamaan?
Interviwer
(Mahdi Musthaffa)
Interviewee
(Bapak Badrun)
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA PENELITIAN
Nama
: Bapak H. Suhodo Anshori
Jabatan
: Penasehat PCM Somagede
Tempat Wawancara : Kediaman Rumah Tanggal Wawancara : 28 April 2013
1. Apa saja kegiatan Muhammadiyah cabang Somagede yang rutin dilaksanakan pada hari besar keagamaan? 2. Bagaimana
cara
Muhammadiyah
menjelaskan
kepada
masyarakat
di
Kecamatan Somagede yang memadukan unsur jawa dan Islam dalam kegiatan keagamaan? 3. Bagaimana strategi
penyampaian materi keagamaan
yang digunakan
Muhammadiyah? 4. Bagaimana cara menggerakkan kaum muda untuk mengikuti kegiatan dilaksanakan Muhammadiyah cabang Somagede? 5. Seberapa efektifkah kegiatan Muhammadiyah cabang Somagede pada masyarakat yang memadukan unsur jawa dan Islam? 6. Apa saja dampak perubahan pada masyarakat yang disebabkan perpaduan unsur jawa dan Islam dalam kegiatan keagamaan? 7. Bagaimana cara mengubah pola perpaduan unsur jawa dan Islam yang telah melekat pada masyarakat terutama dalam kegiatan keagamaan?
Interviewer
Interviewee
Mahdi Musthaffa
H. Suhodo Anshori
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA PENELITIAN
Nama
: Bapak Timin
Jabatan
: Tokoh Masyararakat Somagede
Tempat Wawancara : Kediaman Rumah Tanggal Wawancara : 21 April 2013
1. Apa saja kegiatan yang rutin dilaksanakan pada hari besar Islam, misalnya peringatan 1 Muharram, Idul Fitri, Maulid Nabi, dll ? 2. Bagaimana cara pengembangan kegiatan tersebut dalam membentuk kesadaran kepada masyarakat pentingnya pelestarian budaya? 3. Adakah pesan Keislaman yang disampaikan dalam kegiatan kebudayaan tersebut? 4. Bagaimana cara menggerakkan kaum muda agar tertarik melestarikan kebudayaan? 5. Apakah kegiatan kebudayaan yang diselenggarakan dapat menarik perhatian masyarakat? 6. Apa dampak perubahan yang dirasakan masyarakat setelah menyelenggarakan kegiatan kebudayaan di hari besar keislaman? 7. Apakah terdapat perpaduan unsur jawa/tradisi dalam hari besar Keislaman?
Interviwer
(Mahdi Musthaffa)
Interviewee
(Bapak Timin)
Lampiran 7 Foto-Foto dan Dokumentasi
Foto Bersama setelah wawancara dengan Bapak Prakoso (Ketua Muhammadiyah Somagede)
( Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah yang berdiri pada tahun 2005 di bawah binaan Muhammadiyah Cabang Somagede
( Taman Kanak-Kanak Aisyiyah binaan PCM Somagede)
Kantor Sekretariat PCM Somagede. Lokasi di kediaman Bapak Sumuyut.
(Masjid Binaan PCM Somagede)
Foto bersama setelah wawancara dengan Bapak Timin (Tokoh Masyarakat Somagede)
Menjelang Shalat Idul Fitri 1433 H di lapangan Desa Somagede
Pagelaran Kesenian Ebeg (sebutan warga desa Somagede) atau Kuda Lumping. Dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2013 H+5 Idul Fitri 1433 H.
Makam Keramat Mbah Sukhun. Lokasi di Pemakaman Dusun Wlahar, Somagede.
Antusias warga Somagede saat menyaksikan pemain Ebeg atau Kuda Lumping yang sedang kesurupan
Berbagai sesaji dan topeng dipersiapkan sebagai pelengkap pagelaran kesenian Ebeg untuk para pemain yang kerasukan
Pagelaran Tradisi Kiraban atau penyucian benda pusaka. Dilaksanakan pada tanggal 25 Januari 2013 H+1 Maulid Nabi Muhammad SAW 1434 H
Peta Wilayah Kecamatan Somagede
HASIL WAWANCARA
Nama
: Drs. Sumuyut (Bendahara PCM Somagede)
Tempat
: Kediaman Beliau
Tanggal Wawancara : 27 Mei 2013 Waktu
: Pukul 19.30-20.30 Wib
1. Apakah TBC itu ? Tahayul adalah mempercayai suatu benda yang mempunyai kekuatan. Bid’ah adalah mengadakan yang tidak ada tuntunannya dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Yang tidak diajarkan oleh Rasulullah SAW. Seperti mendengar suara burung, 2. Apakah PCM Somagede dapat mengubah akulturasi masyarakat Somagede? Islam yang mengandung bid’ah banyak sekali dan kebanyakan itu memang kita tidak bisa menghentikan itu. karena sebelum islam datang sudah ada kepercayaan . dan itu sudah dilakukan sejak jaman nenek moyang kita. 3. Apakah akulturasi bisa dihilangkan ? Bisa hilang kalau yang bersangkutan itu mau belajar.
tapi kebanyakan
masyarakat tidak mau berpikir. Apa yang disampaikan Kiyainya diterima saja. 4. Adakah cara khusus Muhammadiyah mengembalikan kembali hal yang bid’ah? sangat
sulit.
karena
masyarakat
somagede
bukan
semua
anggota
Muhammadiyah. yang jelas Muhammadiyah ingin mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Masyarakat Islam yang berpedoman pada AlQur’an dan Hadits. Hadits-haditsnya pun yang shahih. Dan hadits yang maqbulan dan bisa menjadi hijah.
5. Apakah ada perubahan dengan hadirnya PCM di Somagede? Kebanyakan masyarakat Somagede itu sejatinya mau berubah tapi harus sesuai dengan ajaran yang umumnya saja diluar ketentuan PCM. Kalau yang tua-tua sudah tidak masalah. yang muda-muda tidak jelas arahnya. tetapi yang mudamuda banyak yang tidak dekat dengan agama manapun. 6. Apakah hadirnya PCM Somagede dapat mengubah pemuda ? Penyebab utama pemuda tidak mau berpikir karena mereka serba instan. Di sekolahan dasar yang belajar umum sungguh-sungguh hanya 25 % saja. hal tersebut Faktor orang tua dan lingkungan. 7. Apakah didirikannya SMK Muhammadiyah berpengaruh terhadap pemuda? Dengan adanya SMK masyarakat sudah memahami walaupun belum banyak anak-anak somagede yang belajar disini. Karena faktor ekonomi. orangtua masih menggunakan pola pikir lama. trus anak-anak tidak hanya sekedar belajar umum saja. dan tidak mendalami Kemuhammadiyahan. 8. Apa saja Materi pengajian dakwah PCM Somagede? 1. Beriman kepada Allah SWT sesuai tuntutan Al-Qur’an dan Al-Hadits 2. Menentukan ibadah sesuai dengan tuntunan Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits 3. Berusaha untuk pencerahan umat dengan cara mencari ilmu 4. Mengadakan gerakan dakwah Islam Amar ma’ruh Nahi Mungkar 5. Muhammadiyah mengadakan kerja sama lintas sektoral atau bekerja sama dengan siapa saja. Dalam mencari rahmatan lil alamin. 6. Muhammadiyah kalau shalat tidak ada Sayyidina Muhammad di takhyatul.
9. Apa saja amal usaha PCM Somagede dalam Syiar dakwah ? 1. Mengadakan Qurban, dahulu diawali dengan Muhammadiyah. 2. Idul Fitri dan Idul Adha 3. Dalam Ramadhan melakukan dakwah keberbagai masjid desa sebelah namun ada yang ditolak 4. Pengajian selapanan atau 35 hari sekali. Misalkan bulan ini pada ahad wage, maka selanjutnya diadakan ahad wage kembali. 10. Apa saja akulturasi budaya lokal dan Islam yang nampak di Somagede? Kegiatan yang mengandung unsur kebudayaan Islam dan lokal,
PDM
Banyumas dengan wayang. Namun sekarang jarang diangkat. Satu suro Muharram di Somagede, yang melakukan kebanyakan orang Islam. mereka apal surat yasin,mencari tempat2 petuah nenek moyang, Sebetulnya yang namanya baca yasin boleh saja. kalau yasinan itu ada unsur di dalamnya penyuguhan makanan. yang muhammadiyah tidak setuju. jadi menurut Islam tidak dibenarkan. Dan kebanyakan mereka percaya yasin itu ampuh. padahal semua ayat di dalam al-quran itu ampuh. Masyarakat hanya mengikuti apa yang dikatakan kiyainya. Tahlil di anjurkan oleh Islam. Baca-baca ayat-ayat Allah. Akhirnya masyarakat menyebutnya tahlilan dan lan nya itu yang tidak dibenarkan oleh Islam. Biasanya berisi pujapujaan. jamuan-jamuan. berisi shalawat2 di luar Rasul. 11. Bagaimana cara PCM somagede menaggapi hal akulturasi tersebut? Muhammadiyah tidak alergi terhadap budaya, tergantung budaya yang seperti apa dulu. jangan budaya yang di agamakan. itu salah. Yang benar Agama di
budayakan. Seperti membudayakan Shalat, puasa, zakat. Muhammadiyah lahir karena disekitar itu banyak TBC. banyak yang tidak sesuai ajaran Islam. Masjid Muhammadiyah terdapat banyak tanah wakaf tetapi belum diurus yang tersebar di berbagai wilayah somagede.
HASIL WAWANCARA
: Moh. Prakoso, S.Pd.I.
Nama
( Ketua Muhammadiyah Cabang Somagede) Tempat
: Kediaman Beliau
TanggalWawancara
: Senin, 29 April 2013
Waktu
: Pukul 17.00-18.30 Wib
1. Apa saja kegiatan Muhammadiyah Cabang Somagede yang rutin dilaksanakan pada hari besar keagamaan? Melalui Penyembelihan hewan qurban berupa sapi maupun kambing. untuk satu desa
sampai 12 ekor sapi. Mengadakan shalat taraweh atau (Tarhim)
taraweh dan silaturahim ke tempat-tempat shalat taraweh di desa somagede dan masjid desa se kecamatan somagede. Materinya berisikan pengajian yang biasanya dilaksanakan sebelum teraweh. 2. Bagaimana cara Muhammadiyah menjelaskan kepada masyarakatdi Kecamatan Somagede yang memadukan unsur jawa dan Islam dalam kegiatan keagamaan? Melalui pengajian-pengajian dan kajian-kajian Islam. Salah satu unsur jawa dan Islam yang nampak dalam kegiatan keagamaan ialah silaturahim sehabis shalat Ied. Jadi tidak bisa dipadu antara unsur Islam dan jawa. seperti contoh ummat Muhammadiyah tidak melaksanakan tahlil. Muhammadiyah belum berjalan mulus dalam mengajarkan ajaran Islam. Muhammadiyah di Somagede belum bisa memulai sesuai ajaran Sunnah. Seperti halnya membuat tim
pengurus jenazah oleh Muhamamdiyah, namun tidak diminati masyarakat. Sebagian besar mengikuti ajaran Muhammadiyah seperti upacara pengantinan sungkeman dalam acara pernikahan tetap diikuti oleh Muhammadiyah. 3. Bagaimana strategi
penyampaian
materi
keagamaan
yang digunakan
Muhammadiyah? Dalam
pengajian
setelah
shalat
maghrib
di
masjid/musolah
milik
Muhammadiyah Somagede dan kuliah subuh. Pengajian rutin yang dilaksanakan pada hari ahad wage pada tingkatan cabang Somagede. materi yang disampaikan berupa isi Al-Quran dan As-Sunnah. Menyelenggarakan TPQ bagi anak usia 5 tahun ke atas di masjid/musola Muhammadiyah. 4. Bagaimana cara menggerakkan kaum muda untuk mengikuti kegiatan dilaksanakan Muhammadiyah Cabang Somagede? Pengurus muhammadiyah telah berusia lanjut dan anak muda sangat jarang sekali. Maka dibentuk organisasi Otonom yakni pemuda muhammadiyah dan Pandu HW (Hizbul Wathon) sedangkan untuk kaum hawa kegiatannya dihimpun dalam NA (Nasyiatul Aisyiah). Muhammadiyah merupakan organisasi yang diberikan kebebasan untuk melaksanakan kegiatan dan membuat anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sendiri. 5. Seberapa efektifkah kegiatan Muhammadiyah Cabang Somagede pada masyarakat yang memadukan unsur jawa dan Islam? Masih sangat minim karena tidak semua unsur jawa dapat dilaksanakan oleh Muhammadiyah. Kurang efektif karena unsur jawa tidak sesuai dengan AlQuran
dan
Sunnah.
Muhammadiyah
sendiri
komitmen
dalam
menyelenggarakan Quran dan Sunnah. Dalam muhammadiyah tidak ada istilah
bid’ah hasanah, paling adanya ijtihad. Abu bakar dan sahabat menyusun kitab suci al-quran itu bukan bid’ah namun ijtihad. Bid’ah itu penyakit ibadah, yaitu melaksanakan yang tidak ada dasar hukumnya. Justru ada orang yang berusaha menghilangkan bid’ahnya. Bid’ah hasanah, Dholalah, sebenarnya itu menyalahi. Rasul menyatakan qullu bidatun dholalatun, artinya setiap hal yang bid’ah adalah sesat. Seperti ada yang orang meninggal dingajikan yaitu sesat. Muhammadiyah tidak mempermasalahkan pakaian yang penting menutup aurat. Adat jawa menggunakan kebaya tidak memakai kerudung tetapi konde, kalau muhammadiyah mengenakan kerudung dalam pakaian kebayanya. 6. Apa saja dampak perubahan pada masyarakat yang disebabkan perpaduan unsur jawa dan Islam dalam kegiatan keagamaan? Sebagian masyarakat jawa masih ada yang mau meninggalkan tradisi kejawen karena menyadari bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam. 7. Bagaimana cara mengubah pola perpaduan unsur jawa dan Islam yang telah melekat pada masyarakat terutama dalam kegiatan keagamaan? Muhammadiyah belum menemukan cara yang tepat untuk mengubah pola perpaduan. Unsur jawa dan Islam contohnya tahlilan, ziarah kubur, ziarah wali, Muhammadiyah tahu tapi tidak bisa mencegah, masyarakat hanya mengikuti kebiasaan tersebut tapi tidak tahu dasarnya.
HASIL WAWANCARA
Nama
: Bapak Timin (Tokoh Masyarakat Desa Somagede)
Tempat
: Di Rumah Bapak Timin
Tanggal Wawancara : 29 April 2013 Waktu
: Pukul 19.30-20.30 Wib
1. Apa saja kegiatan yang rutin dilaksanakan pada hari besar Islam, misalnya peringatan 1 Muharram, Idul Fitri, Maulid Nabi, dll ? Dalam hari-hari besar Islam termasuk maulid Nabi dan lain-lain yang di isi pengajian kerohanian. Hadroh atau musik rebana digunakan dalam acara Keagamaan dan dalam lomba yang diikuti oleh anak-anak TPQ di masjid. Kalau kegiatan kesenian jarang dalam hari besar keagamaan, Paling tidak diisi acara rebana, dan itu masuknya dalam kesenian. Pengajian dan musik rebana menjadi kesenian yang mengandung Islam. Kesenian Karawitan itu salah satu alat musik gamelan. Dalam kegiatan keagamaan, unsur kesenian yang paling sering diadakan seperti rebana. Rebana dapat dipadukan antara unsur jawa dengan unsur Islam terutama dalam kegiatan keagamaan. Tapi kalau hari besar Islam contoh ketika memperingati 1 Muharram biasa di isi dengan acara pagelaran wayang, karawaitan, kelenengan. acara tersebut kegiatan kesenian di luar unsur keislaman. 2. Bagaimana cara pengembangan kegiatan tersebut dalam membentuk kesadaran kepada masyarakat pentingnya pelestarian budaya?
Cara pengembangan, awalnya membuat organisasi. membuat kelompok yang akan dilatih untuk kesenian tertentu. Yang melatih biasanya tergantung kesadaran masyarakat. Dan tumbuh dari masyarakat, tanpa menunjuk. Masyarakat tertarik berdasarkan jiwa seni dalam diri sendirinya. Itulah seni. Contoh gamelan dibawakan dengan lagu-lagu Islam yang bernafaskan Islam yang mengandung unsur tradisional. 3. Adakah pesan Keislaman yang disampaikan dalam kegiatan kebudayaan tersebut? Kesan Islam dalam rebana yang dinyanyikan yaitu memperbanyak shalawat, karena menyanyikan shalawat, atau kasidahan. 4. Bagaimana cara menggerakkan kaum muda agar tertarik melestarikan kebudayaan? Cara mengarahkan ke generasi dengan pelan-pelan dan memberikan contoh oleh para tetua dengan semangat. Memang sekarang ini sulit mencari bakat karena remaja terakulturasi budaya luar dengan musik yang keras. Namun tetap saja yang dituakan harus melestarikannya. Tapi di Somagede banyak kesenian, seperti kuda lumping, lengger, karawitan dalam satu desa mencapai 3 sampai 4 grup. dan mempunyai alat kesenian yang komplit. Dusun-dusun di Karanganyar Wlahar, Pereng, Planjan, Wanalaba. Termasuk kuda lumping, dusun Planjan terdapat 2 grup, Wlahar 1 grup dan Wanalaba 1 grup. Untuk menarik antusias remaja, sebagai contoh disini ada grup kuda kepang, paling tidak kita arahkan, karena mereka senang melihat jogetnya otomatis remaja senang irama gamelan dan tumbuh rasa senang terhadap alat musiknya.
5. Apakah kegiatan kebudayaan yang diselenggarakan dapat menarik perhatian masyarakat? Nyatanya penonton masih banyak hingga ratusan maka masyarakat masih senang dan peduli. dan masyarakat ingin belajar. dan memang harus pelan sabar, dan yang tua mencontohkan ke generasi harus sabar. 6. Apa dampak perubahan yang dirasakan masyarakat setelah menyelenggarakan kegiatan kebudayaan di hari besar keislaman? Kini masyarakat banyak yang ingin belajar kesenian . 7. Apakah terdapat perpaduan unsur jawa/tradisi dalam hari besar Keislaman? Masalah mistik atau tidaknya unsur jawa tergantung pengendalian diri sendiri. Jangan kita yang dikendalikan tapi kita yang mengendalikan makhluk lain. Maka kuasailah hukum Islam dulu. Agamanya diperdalam lalu pelajari keseniannya, maka tidak akan keliru. Sebelum mengadakan acara di program dahulu konsep acaranya. Dan para peserta kuda lumping mengingat programnya ketika mabuk. Disinilah terjadi perpaduan antara budaya dan agama itulah misinya, budayanya diimbangkan dengan agamanya. Mangkanya kita harus mempelajari agamanya dulu baru kita mempelajari budaya, tidak mungkin seseorang yang sudah tahu pondasi agama akan terombang ambing. Jangan kita menarik kebudayaannya saja, Untuk antisipasi agar orang jangan sampai terlewat, seperti syirik, maka harus sejajar antara agama dan budaya. Kalau budaya itu kan tadinya masyarakat Jawa agamanya buddha, jadi kalau langsung memotong ajaran tersebut dengan agama tidak akan bisa diterima. Karena Islam di Indonesia hadir melalui budaya, makanya tidak bisa meninggalkan budaya secara Islam.
Lampiran 5
PEDOMAN WAWANCARA 1
1. Apa saja kegiatan Muhammadiyah cabang Somagede yang rutin dilaksanakan pada hari besar keagamaan? 2. Bagaimana cara Muhammadiyah menjelaskan kepada masyarakat
di
Kecamatan Somagede yang memadukan unsur jawa dan Islam dalam kegiatan keagamaan? 3. Bagaimana strategi penyampaian materi keagamaan
yang digunakan
Muhammadiyah? 4. Bagaimana cara menggerakkan kaum muda untuk mengikuti kegiatan dilaksanakan Muhammadiyah cabang Somagede? 5. Seberapa efektifkah kegiatan Muhammadiyah cabang Somagede pada masyarakat yang memadukan unsur jawa dan Islam? 6. Apa saja dampak perubahan pada masyarakat yang disebabkan perpaduan unsur jawa dan Islam dalam kegiatan keagamaan? 7. Bagaimana cara mengubah pola perpaduan unsur jawa dan Islam yang telah melekat pada masyarakat terutama dalam kegiatan keagamaan?
PEDOMAN WAWANCARA 2
1. Apa saja kegiatan yang rutin dilaksanakan pada hari besar Islam, misalnya peringatan 1 Muharram, Idul Fitri, Maulid Nabi, dll ? 2. Bagaimana cara pengembangan kegiatan tersebut dalam membentuk kesadaran kepada masyarakat pentingnya pelestarian budaya? 3. Adakah pesan Keislaman yang disampaikan dalam kegiatan kebudayaan tersebut? 4. Bagaimana cara menggerakkan kaum muda agar tertarik melestarikan kebudayaan? 5. Apakah kegiatan kebudayaan yang diselenggarakan dapat menarik perhatian masyarakat? 6. Apa dampak perubahan yang dirasakan masyarakat setelah menyelenggarakan kegiatan kebudayaan di hari besar keislaman? 7. Apakah terdapat perpaduan unsur jawa/tradisi dalam hari besar Keislaman?
FOTO BERSAMA PASCA PELAKSANAAN SIDANG SKRIPSI JUM’AT/ 31 MEI 2013