STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN SARANA DAN PRASARANA UNTUK MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI MTS PONPES DARUL MUTTAQIEN PARUNG BOGOR
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh: Ika Oktavianti NIM 1112018200017
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Skripsi berjudul Strategi Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien Parung Bogor disusun oleh IKA OKTAVIANTI Nomor Induk Mahasiswa 1112018200017, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 03 Januari 2017 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S I (S.Pd) dalam bidang Manajemen Pendidikan. Jakarta, 13 Januari 2017 Panitia Ujian Munaqasah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd NIP. 19661009 199303 1 004 Penguji I Dr. Jejen Musfah, MA NIP. 19770602 200501 1 004
jt/ ;-17-
Penguji II
10/
Dra. Nurdelima Waruwu, M. Pd NIP. 19671020 200112 2 001 Mengetahui,
s Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Ponpes MTs Darul Muttaqien Parung Bogor disusun oleh Ika Oktavianti, NIM. 1112018200017, Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 07 Desember 2016
Yang Mengesahkan,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr. Fathi Ismail, MM
Drs. Ali Nordin, M.Pd
NIP. 150 183 109 00
NIP. 19550601198103 1 005
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Ika Oktavianti
NIM
: 1112018200017
Jurusan I Prodi
: Manajemen Pendidikan
Alamat
: Kp. Rawa Bebek RT 09/010 No. 13 Kota Baru, Bekasi Barat, Bekasi, J awa Barat 1713 9
MENYATAKANDENGANSESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Ponpes MTs Darul Muttaqien Parung-Bogor adalah benar hasil karya saya sendiri
dibawah bimbingan dosen: Nama Pembimbing I
:Dr. Fathi Ismail, MM
NIP
: 150 183 109 00
Nama Pembimbing 2
: Drs. Ali Nurdin, M.Pd
NIP
: 19550601 198103 1 005
Program Studi
: Manajemen Pendidikan
Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri. Jakarta, 07 Desember 2016
Ika Oktavianti
ABSTRAK
Ika Oktavianti (NIM: 1112018200017). Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien Parung Bogor. Kepala Sekolah sebagai seorang Manajer harus mempunyai strategi dalam mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan, karena salah satu indikator yang paling mudah diukur untuk mengetahui suatu sekolah itu bermutu atau tidak, dapat dilihat dari kelengkapan sarana dan prasarana pendidikannya dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan penjelasan tentang strategi kepala sekolah dalam mengembangkan sarana dan prasarana serta dampak atau pengaruhnya terhadap mutu pembelajaran, dimana manfaat lain dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi mahasiswa Program Studi Manajemen Pendidikan, yang nantinya akan mengabdikan dirinya di dunia pendidikan baik menjadi pendidik maupun kepala sekolah. Penelitian ini menggunakan Pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, di mana data dikumpulkan melalui teknik wawancara, studi dokumen dan observasi. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, kemudian penulis memaparkan data yang diperoleh sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian, Strategi Kepala MTs Ponpes Darul Muttaqien dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran telah berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dari adanya kesesuaian standar sarana dan prasarana yang telah ditetapkan dengan kondisi sarana dan prasarana yang sebenarnya. Hal ini berdampak terhadap peningkatan mutu pembelajaran dilihat dari prestasi akademik dimana rata-rata nilai raport siswa pada dua tahun terakhir berada pada kategori sangat baik dan prestasi non akademik dimana siswa/I meraih juara I di berbagai lomba seperti pidato dan olahraga pada tahun 2015.
Kata Kunci: Strategi Kepala Sekolah, Sarana dan Prasarana, Mutu Pembelajaran.
i
ABSTRACT
Ika Oktavianti (NIM: 1112018200017). The Principal Strategy in Developing Facilities and Infrastructure to Improve The Quality of Learning at MTs Ponpes Darul Muttaqien. Principal as a manager must have a strategy to develop the educational facilities and Infrastructure. Because, as one of the most easily measured indicators to determine the school’s qualification, can be seen from the completeness of its facilities and infrastructure to support the learning process in schools. The purpose of this study is to get an explanation of the principal strategy in developing facilities and Infrastructure, and the impact or influence on the quality of learning, which is another benefit of this research was expected to contribute positively to the students of Education Management, that will be devote himself in the world of education either educators or principals. This research uses a qualitative approach with descriptive method, data were collected through interview, observation and documentation studies. After the required data were collected, then the authors presented the obtained data in accordance with the facts on the ground. Based on the results of the research, the principal strategy MTs Ponpes Darul Muttaqien in developing facilities and infrastructure to improve the quality of learning has been going well. This is evident from their standard conformity infrastructure that has been set by the condition of the actual infrastructure. In the case an impact on improving the quality of learning visits of academic achievement where the average value of students in the two years ago in the very good category and non academic achievements which students won in various competitions such as speech and sports in 2015.
Keywords: Principal Strategy, Facilities and Infrastructure, Quality of Learning.
ii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, nikmat, dan hidayah yang diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman. Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien Parung Bogor” penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan namun demikian penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari kekurangan tersebut. Tidak dipungkiri selama proses penyusunan penulis banyak menerima bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu. Semoga atas bantuan yang diberikan senantiasa mendapatkan pahala dan keridhoan Allah SWT. Khususnya kepada: 1.
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd, Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan izin atas penyusunan skripsi ini.
3.
Rusydy Zakaria, M. Ed, M. Phil, Dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktu dan kesabarannya untuk membimbing penulis terkait kegiatan akademik selama perkuliahan dan membantu penulis dalam menyelesaikan masalah-masalah akademik selama penulis menempuh pendidikan di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Dr. Fathi Ismail, MM, Dosen pembimbing pertama yang bersedia dikunjungi rumahnya oleh penulis dan selalu meluangkan waktu untuk membimbing, dan memberikan semangat penulis hingga selesainya skripsi ini. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan keberkahan dalam hidupnya. Amiin.
iii
5.
Drs. Ali Nurdin, M. Pd, Dosen pembimbing kedua yang selalu memberikan semangat dan doa agar skripsi penulis cepat selesai serta mempermudah penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6.
Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosendosen di Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah banyak memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Semoga amal baik mereka mendapatkan ridho Allah SWT.
7.
Abdullah Hudri, SS, M. Pd, Kepala MTs Ponpes Darul Muttaqien, yang dengan ramah menerima, mengizinkan, serta sangat membantu penulis dalam mengumpulkan data ketika melakukan penelitian di MTs Ponpes Darul Muttaqien sehingga penelitian ini berjalan dengan cepat dan lancar. Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan dalam hidupnya. Amiin.
8.
Bapak dan ibu guru MTs Ponpes Darul Muttaqien, serta bagian tata usaha yang sangat ramah dalam memberikan informasi yang penulis butuhkan dalam skripsi ini. Khususnya kepada: Heri Hasary, S.Pd.I, Darojat, S.Pd.I, Maria Ulfah, S.Pd, Siti Hajar, S.Pd, Muhammad Maasur, S.Pd.I, Samuji S.Pd, Ismuhu, dan siswa/i yang telah bersedia diganggu waktu belajarnya untuk melengkapi informasi yang penulis butuhkan.
9.
Ayah tersayang Sadih dan Mama tercinta Purwanti terima kasih atas ketulusan dan kesabarannya yang telah mendidik dan menasehati untuk terus berusaha dalam meraih apapun yang diinginkan, menjadi orang tua terhebat yang selalu mendukung penulis baik materil dan moril, menyertai langkah penulis dengan doa terbaik, dan selalu menguatkan ketika mengalami masa sulit sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan baik.
10. Adikku tersayang Dinda Armanita, serta sepupuku Ashrafil Ardifiar, , Pawas Ulwan, Jihan Cahaya Aulia, Jodi Rizki Alfaro, Ahmad Sofian dan (alm) Muhamad Fadilllah terimakasih untuk selalu mendukung, menghibur, dan memberikan semangat kakak selama proses penyusunan skripsi ini. 11. Paman dan Bibiku tersayang yaitu Endang Sriyanti, Yulianti, Darussalam, Darmawangsa, Ari Oktaviar dan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan
iv
satu persatu yang selalu memberikan dukungan materil dan moril sejak awal penulis kuliah hingga akhirnya selesai dalam penyusuan skripsi ini. 12. Sahabat-sahabatku tersayang (Syarifatul Hilwa, Nurfitriani, Septi Nurhikmah, Nuning Yulistika, Zurqotunnajah, Rizka Choirunnisa dan adikku Atina Mahdiyya Theofani) yang selalu memberikan keceriaan, menemani ketika aku sakit, saling berbagi masalah serta saling mendukung dan menguatkan dalam usaha menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. 13. Kepada seluruh teman-teman angkatan 2012 Manajemen Pendidikan mulai dari grup romli bimbingan skripsi, hayaters, power rangers, maupun bunglon MP A yang telah menemani berproses dan berjuang bersama penulis selama kuliah di UIN Jakarta. Semoga Allah selalu memberikan kemudahan dan kesempatan untuk meraih cita-cita yang kita inginkan. 14. Kepada seluruh kakak, rekan sejawat, dan adikku tersayang di Pojok Seni Tarbiyah (POSTAR) khususnya Elemen Degung Sunda Tarbiyah, Terima kasih telah menerima penulis sebagai bagian dari keluarga besar kalian serta memberikan perhatian dan cinta yang banyak untuk penulis selama ini. Semoga segala kebaikan yang telah dilakukan selama ini mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin ya rabbal alamien Pada akhirnya, Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi semua pembaca. Penulis sadar betul dalam penyusunan skripsi ini terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis berharap adanya saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk perbaikan pelaksanaan penelitian mendatang maupun kemajuan penulis ke depannya. Jakarta, 07 Desember 2016 Penulis
Ika Oktavianti
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i ABSTRACT ................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix DAFTAR TABEL ......................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .............................................................. 6 C. Pembatasan Masalah ............................................................. 6 D. Perumusan Masalah .............................................................. 6 E. Tujuan Penelitian .................................................................. 6 F. Manfaat Penelitian ................................................................ 7
BAB II
KAJIAN TEORI A. Strategi Kepala Sekolah 1. Pengertian Kepala Sekolah ............................................... 8 2. Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah ................................... 8 3. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah .............................. 10 4. Pengertian Strategi ........................................................... 12 5. Analisis SWOT ................................................................. 13 6. Implementasi Strategi ....................................................... 16 7. Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sarana
dan Prasarana Pendidikan ................................................. 18 B. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikan 1. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan ................... 20 2. Jenis-Jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan .................. 21 3. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ................ 23
vi
4. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan .................. 27 5. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan .............. 29 6. Standarnisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan ............. 30 C. Mutu Pembelajaran 1. Pengertian Mutu Pembelajaran ........................................ 35 2. Mutu Pembelajaran dilihat dari Aspek Sarana dan Prasarana .......................................................................... 38 2.1 Mutu Sarana dan Prasarana ....................................... 38 2.2 Strategi Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan di Madrasah ............................................................... 39 D. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................. 41 E. Kerangka Berpikir ................................................................. 44 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 46 B. Metode Penelitian .................................................................. 47 C. Sumber Data .......................................................................... 47 D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 48 E. Teknik Analisis Data ............................................................. 49 F. Kisi-Kisi Instrumen ............................................................... 50
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Darul Muttaqien .............................. 55 1. Sejarah MTs Darul Muttaqien .......................................... 55 2. Profil MTs Darul Muttaqien ............................................ 56 3. Visi dan Misi MTs Darul Muttaqien ................................ 56 4. Tujuan dan Program MTs Darul Muttaqien .................... 57 5. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Madrasah ... 57 6. Data Pendidik dan Tendik MTs Darul Muttaqien ............ 61 7. Data Peserta Didik MTs Darul Muttaqien ........................ 61 8. Data Sarana dan Prasarana MTs Darul Muttaqien .......... 62
vii
9. Data Prestasi Siswa/I MTs Darul Muttaqien .................... 64 B. Deskripsi dan Analisis Data 1. Tugas dan Fungsi Kepala MTs Darul Muttaqien ............. 66 2. Gaya Kepemimpinan Kepala MTs Darul Muttaqien ....... 67 3. Menyusun Rencana Kebutuhan MTs Darul Muttaqien .... 72 4. Strategi Kepala Sekolah dalam Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana Kepala MTs Darul Muttaqien ...... 77 5. Strategi Kepala Sekolah dalam Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kepala MTs Darul Muttaqien .......................... 85 6. Dampak Pengembangan Sarana dan Prasarana terhadap Mutu Pembelajaran di MTs Darul Muttaqien .................. 89 7. Strategi Peningkatan Mutu dilihat dari Aspek Sarana dan Prasarana di MTs Darul Muttaqien ........................... 98 C. Temuan Hasil Penelitian ....................................................... 102
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................ 104 B. Saran ....................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 106 LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENULIS
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tahap Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana ............... 34
Tabel 2.2
Hasil Penelitian yang Relevan ................................................... 41
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................................................... 46
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Wawancara ................................................ 50
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Observasi ................................................... 52
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen Studi Dokumen ......................................... 53
Tabel 4.1
Data Peserta Didik MTs Darul Muttaqien ................................. 62
Tabel 4.2
Data Kondisi Sarana dan Prasarana MTs Darul Muttaqien
Tabel 4.3
Data Prestasi Siswa/I MTs Darul Muttaqien ............................. 65
Tabel 4.4
Hasil Raport kelas VIII dan IX pada Tahun Ajaran 2014-2015
64
dan 2015-2016 ........................................................................... 90
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Kerangka Kerja Analisis SWOT ............................................ 16
Gambar 4.1
Ruang Perpustakaan .............................................................. 80
Gambar 4.2
Laboratorium IPA ................................................................. 80
Gambar 4.3
Laboratorium Komputer ........................................................ 81
Gambar 4.4
Lapangan Sepak Bola ............................................................ 81
Gambar 4.5
Gedung Yaman ...................................................................... 88
Gambar 4.6
Ruangan Kelas ...................................................................... 88
Gambar 4.7
Suasana Olimpiade MIPA, IPS, dan PAI Putra dan Putri MTs Darul Muttaqien Tahun 2016 ....................................... 97
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 :
Pedoman dan Hasil Wawancara
Lampiran 2 :
Ujian Referensi
Lampiran 3 :
Lembar Uji Referensi
Lampiran 4 :
Lembar Hasil Check list Studi Dokumen
Lampiran 5 :
Lembar Hasil Observasi Kondisi Sarana dan Prasarana
Lampiran 6 :
Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 7 :
Surat Izin Penelitian MTs Darul Muttaqien
Lampiran 8 :
Surat Keterangan Telah Penelitan di MTs Darul Muttaqien
Lampiran 9 :
Struktur Organisasi MTs Darul Muttaqien
Lampiran 10 : Data Guru/Staff Pengajar MTs Darul Muttaqien Lampiran 11 : Data Prestasi Akademik dan Non Akademik MTs Darul Muttaqien Lampiran 12 : Data Keadaan Sarana dan Prasarana MTs Darul Muttaqien Lampiran 13 : Laporan Hasil Notulen Evaluasi Bidang Sarana dan Prasarana Lampiran 14 : Rencana Program Kerja Kepala Madrasah Tahun 2016-2017 Lampiran 15 : Laporan Program Kerja Kepala Madrasah Tahun 2016-2017 Lampiran 16 : Laporan Hasil Pengadaan Barang Inventaris Tahun 2016-2017 Lampiran 17 : Laporan Hasil Pemeliharaan Rutin Fasilitas Tahun 2016-2017 Lampiran 18 : Pedoman Kerja Wakabid dan TU Sarana dan Prasarana Lampiran 19 : Data Leger Raport siswa/i kelas VIII dan IX tahun ajaran 20142015 dan 2015-2016 Lampiran 20 : Data Hasil Penghitungan Leger Raport siswa/i kelas VIII dan IX tahun ajaran 2014-2015 dan 2015-2016 Lampiran 21 : Hasil Dokumentasi MTs Darul Muttaqien Lampiran 22 : Contoh Surat Izin Permohonan Penggunaan Laboratorium Lampiran 23 : Contoh Berita Acara Penggunaan Laboratorium
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan khususnya mutu pembelajaran. Faktor penyebabnya antara lain: lemahnya kepemimpinan kepala sekolah, rendahnya kinerja guru dan staff, terbatasnya sarana dan prasarana, kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten, pelayanan yang kurang memadai dan faktor-faktor lainnya yang dapat menjadi penghambat tercapainya mutu pendidikan. Para pakar pendidikan sering kali menegaskan bahwa guru merupakan sumber daya manusia yang sangat menentukan keberhasilan program pendidikan. Oleh karena itu, peningkatan mutu performa guru mutlak dilakukan secara terus menerus dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Namun, tidak berarti bahwa keberadaan unsur-unsur lainnya tidak begitu penting bagi peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan khususnya pembelajaran di sekolah perlu adanya layanan yang profesional dibidang sarana dan prasarana bagi guru dan kepala sekolah sehingga memudahkan mereka dalam melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Oleh karena itulah, perlu adanya manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang baik untuk menunjang teraktualisasinya mutu pembelajaran di sekolah.1 Menurut UU. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional menyatakan bahwa “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan
1
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), Cet. 2, h. 1.
1
2
intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik”.2 Namun, pada realitanya
sekolah
masih
mengalami
beberapa
kendala
dalam
mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan. Kendala-kendala dalam pengembangan sarana dan prasarana antara lain: keterbatasan biaya, kelebihan sarana dan prasarana yang sebenarnya tidak urgent dibutuhkan sekolah, ketersediaan jumlah sarana dan prasarana pendidikan dalam menunjang pembelajaran tidak sebanding dengan jumlah siswa dan guru di sekolah tersebut serta tersedianya sarana dan prasarana tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik sehingga sarana dan prasarana tersebut hanya tersimpan di dalam gudang dan lama kelamaan menjadi rusak sebelum digunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran di Sekolah. Masalah atau kendala ini dapat terjadi karena kurangnya kesadaran seluruh komponen yang ada di Sekolah mengenai pentingnya pengembangan sarana dan prasarana pendidikan secara tepat, khususnya Kepala Sekolah. Pada kenyataannya, belum banyak Kepala Sekolah yang mampu mengelola sarana dan prasarana pendidikan secara tepat. Padahal, salah satu indikator yang paling mudah diukur untuk mengetahui suatu sekolah itu bermutu atau tidak, dapat dilihat dari kelengkapan sarana dan prasarana pendidikannya dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah. Semakin baik dan lengkap sarana dan prasarana pendidikan yang terdapat di suatu sekolah maka persepsi masyarakat terhadap mutu sekolah tersebut juga akan semakin baik. Dengan
diberlakukannya
desentralisasi
pendidikan
berarti
pemerintah memberikan kesempatan kepada sekolah untuk berinisiatif dan berkarya sesuai dengan kemampuan lembaga pendidikan atau sekolah masing-masing termasuk dalam pengembangan sarana dan prasarana. Dengan adanya kebijakan ini diharapkan sekolah dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki sekolahnya dengan sebaik mungkin dalam rangka usaha memajukan pendidikan di Indonesia, karena yang paling tahu kekurangan, kelebihan, dan kebutuhan suatu sekolah hanyalah sekolah itu sendiri. Jika sarana dan prasarana sekolah dikelola oleh orang yang mempunyai kemampuan untuk mengelola sarana dan prasarana secara tepat maka 2
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta: Kaukaba. 2012), Cet. 1, h. 155.
3
kegiatan pembelajaran di sekolah akan berlangsung secara optimal karena adanya sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran di sekolah tersebut. Selain itu, diperlukan adanya partisipasi seluruh warga sekolah dalam pengembangan sarana dan prasarana yang akan diadakan atau ditambahkan jumlahnya agar pengembangan ini tidak sia-sia dan sesuai dengan kebutuhan pemakainya baik guru, siswa, ataupun karyawan di Sekolah tersebut. Kepala Sekolah sebagai seorang Manajer harus mempunyai strategi dalam mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan. beliau harus mempunyai kemampuan dasar dalam menyusun analisis kebutuhan dan perencanaan sarana dan prasarana pendidikan sehingga adanya kesesuaian antara kebutuhan sekolah dengan sarana dan prasarana yang ingin ditambahkan. Selain itu, peran Kepala Sekolah dalam mengikutsertakan guru dan siswa dalam perencanaan sarana dan prasarana pendidikan juga sangat dibutuhkan karena sarana dan prasarana ini nantinya yang akan menunjang aktivitas mereka selama berada di lingkungan sekolah. Jadi, strategi kepala sekolah dalam melibatkan baik secara langsung maupun tidak pihak guru dan siswanya akan mempengaruhi tingkat keberhasilan pengembangan sarana dan prasarana di suatu sekolah. Untuk mengetahui secara lebih konkretnya mengenai pengembangan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah, maka penulis melakukan observasi awal di Pondok Pesantren Modern Darul Muttaqien pada jenjang Madrasah Tsanawiyah. Persepsi yang berkembang dalam masyarakat mengenai pondok pesantren adalah bahwa suatu pondok pesantren dapat berkembang dengan baik walaupun dengan sarana dan prasarana yang minim contohnya adalah fenomena pesantren salafi yang sukses mencetak hafidz dan hafidzah Al-Qur’an meskipun hanya bermodalkan kitab kuning dan dengan media pembelajaran yang seadanya. Tetapi bukankah di era globalisasi dan modernisasi ditambah lagi dengan kenyataan bahwa Indonesia telah memasuki pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), kita membutuhkan generasi-generasi muda yang mempunyai kompetensi dan keterampilan yang beragam tetapi tetap memiliki karakter yang kuat dan akhlak yang mulia
4
sehingga mampu bersaing di dunia internasional. Selain itu, landasan agama yang kuat menjadi poin yang sangat penting bagi generasi muda indonesia agar tidak mudah jatuh dalam budaya asing yang menyimpang dari ajaran agama Islam. Oleh karena itu, Pesantren dalam era sekarang ini harus lebih membuka dirinya dengan perubahan positif seperti adanya pengembangan sarana
dan
prasarana
untuk
menunjang
proses
pembelajaran
dan
mempermudah guru maupun karyawan dalam menjalankan tugas mengajar maupun kegiatan administratif. Hal ini sejalan dengan Hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim yaitu: “Tiap orang yang dilahirkan membawa fitrah, ayah dan ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”(HR. Bukhari dan Muslim). Dalam hadis ini diisyaratkan bahwa pendidikan islam memiliki tanggungjawab mengupayakan agar membimbing manusia untuk senantiasa mewujudkan kecenderungan yang baiknya dan menghindari dari mengikuti kecenderungan yang buruk.3 Jadi, pada era Globalisasi yang semakin tak terkendali dan krisis karakter dalam diri generasi muda saat ini, Peran Pesantren modern dalam mencetak generasi muda yang berakhlak mulia, berkepribadian yang kuat dan keterampilan yang beragam sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, kurikulum pesantren modern saat inilah yang dianggap sesuai dan mampu menjawab tuntutan masa depan akan sosok penerus bangsa yang cerdas dalam pikiran, tutur kata, tindakan maupun hati nuraninya. Dalam menjawab tantangan ini, pesantren juga harus bekerja keras dalam memenuhi segala kebutuhan peserta didik akan ilmu pengetahuan, teknologi, kepribadian, dan keagamaan. Setelah melakukan observasi awal di MTs Darul Muttaqien pada tanggal 04 November 2015 melalui wawancara secara langsung dengan Wakasek Bidang Sarana dan Prasarana yaitu Ustad Heri Hasary diperoleh informasi bahwa program-program pengembangan sarana dan prasarana secara tertulis di MTs Darul Muttaqien belum ada. Adapun kendala yang dihadapi sekolah dalam mengembangkan sarana dan prasarana adalah keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh Yayasan. Sebab, dana yang 3
. Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2016), Cet. 1, h. 137-138.
5
diperoleh hanya berasal dari uang awal masuk santri, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan uang SPP bulanan santri. Pihak yayasan sama sekali tidak melakukan kerjasama dengan pihak luar untuk memperoleh bantuan dana karena mereka memiliki prinsip “Selama masih bisa menggunakan dana dari pihak pesantren sendiri, jangan pernah berharap bantuan dari orang lain yang belum tentu bersedia membantu memenuhi kebutuhan pesantren”. Kendala berikutnya yaitu kesulitan dalam menentukan milik dari suatu jenjang pendidikan karena pada hakekatnya semua milik pesantren, sehingga tidak ada yang namanya milik salah satu jenjang pendidikan. Hal ini menyulitkan pihak MTs dan MA ketika menghadapi akreditasi dari Pemerintah. Oleh karena itu, setiap ada lembaga akreditasi yang akan menilai salah satu jenjang pendidikan baik MTs maupun MA, maka sekolah akan mempersiapkan diri membuat dokumen-dokumen yang diperlukan seolaholah itu adalah milik MTs atau MA. Masalah lainnya adalah sering kali terjadi perbedaan pendapat atau konflik antara Kepala Sekolah dengan Kepala Yayasan Darul Muttaqien. sulit untuk mencapai kesepakatan antara Kepala Sekolah dan Kepala Yayasan terkait pengambilan keputusan penting baik untuk pengembangan sarana dan prasarana maupun sektor lainnya pada suatu jenjang pendidikan.4 Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien Parung Bogor’’.
4
Hasil wawancara dengan Bapak Heri Hasary, Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana dan Prasarana, Pada hari Rabu, 04 November 2015, Pukul 10.00 WIB, di Ruang TMI Darul Muttaqien.
6
B. Identifikasi Masalah Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikan antara lain faktor kepemimpinan, kemampuan manajerial, kerjasama antara seluruh warga sekolah, budaya sekolah, lingkungan masyarakat, masalah finansial dan peraturan pemerintah. Berdasarkan uraian di atas, maka ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi antara lain: 1. Terbatasnya anggaran dalam Pengembangan Sarana dan Prasarana. 2. Lemahnya
komunikasi
dan
koordinasi
Kepala
Sekolah
dalam
Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikan. 3. Rendahnya Partisipasi warga sekolah dalam Pengembangan Sarana dan Prasarana. 4. Lemahnya Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan. 5. Lemahnya SDM dalam Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikan.
C. Pembatasan Masalah Mengacu pada identifikasi di atas maka fokus penelitian dapat dibatasi tinjauannya pada: 1. Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana Pendidikan. 2. Dampaknya terhadap Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah.
D. Perumusan Masalah Dari identifikasi masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimana Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien Parung Bogor?”
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk Menjelaskan Strategi Kepala Sekolah dalam Pengembangan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien Parung Bogor.
7
F. Manfaat Penelitian Adapun tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah: 1. Manfaat Akademis: Hasil Penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman penulis tentang standar kemampuan manajerial yang harus dimiliki oleh kepala sekolah, kontribusi kemampuan manajerial tersebut dalam mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan, serta pengaruh sarana dan prasarana terhadap mutu pembelajaran di sekolah. 2. Manfaat umum: hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan, evaluasi serta
menambah
paradigma
baru
bagi
Sekolah
dalam
upaya
mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan dengan memanfaatkan keterlibatan seluruh komponen yang ada di sekolah, khususnya Kepala Sekolah yang merupakan seorang manajer dalam upaya pengembangan sarana dan prasarana pendidikan ini sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan kriteria yang diharapkan. 3. Manfaat untuk pembaca : sebagai salah satu sumber untuk memperkaya pemahaman para pelaksana di lapangan. Khususnya Kepala Sekolah, tenaga pendidik dan kependidikan yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam upaya pengembangan sarana dan prasarana pendidikan.
BAB II KAJIAN TEORI A. STRATEGI KEPALA SEKOLAH 1. Pengertian Kepala Sekolah Studi keberhasilan kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah seseorang yang menentukan titik pusat dan irama sekolah. Jadi, mereka merupakan orang yang banyak mengetahui tugas-tugas mereka dan menentukan irama di sekolah. Sebelum menjelaskan peran kepala sekolah lebih jauh, perlu diketahui bahwa ada dua buah kata kunci yang dapat dipakai sebagai landasan untuk memahami tugas dan fungsi kepala sekolah. Menurut KBBI yang dikutip oleh Wahjosumidjo dalam bukunya, Kedua kata tersebut adalah „kepala‟ dan „sekolah‟. Kata „kepala‟ dapat diartikan „ketua‟ atau „pemimpin‟ dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan „sekolah‟ adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Dengan demikian secara
sederhana kepala
sekolah dapat
didefinisikan sebagai “seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid menerima pelajaran”.1 Jika melihat dari definisi dan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah seseorang yang diberi tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah yang didalamnya terjadi proses kegiatan belajar mengajar antara guru yang memberi pelajaran dan siswa yang menerima pembelajaran.
2. Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah Agar visi dan misi sekolah dapat tercapai perlu ditunjang oleh kemampuan kepala sekolah dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Meskipun pengangkatan kepala sekolah tidak sembarangan, bahkan 1
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik Permasalahannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Jakarta, 2010), Cet. 7, h. 83.
8
dan
9
diangkat dari guru yang sudah berpengalaman atau mungkin yang sudah lama menjabat sebagai wakil kepala sekolah.2 Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah telah dijelaskan bahwa seorang kepala sekolah harus menguasai lima dimensi kompetensi kepala sekolah yang terdiri dari komponen kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial beserta aspek-aspek dari masing komponen tersebut agar kepala sekolah dapat menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pemimpin di sekolah sehingga visi, misi, dan tujuan sekolah dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.3 Dinas pendidikan juga telah menetapkan bahwa kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, administrator, dan supervisor (EMAS). Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, motivator, figur, dan mediator (EMASLIM-FM). Dengan demikian pekerjaan kepala sekolah semakin hari semakin meningkat dan akan selalu meningkat sesuai dengan perkembangan pendidikan yang diharapkan. Semua fungsi itu harus dipahami oleh kepala sekolah dan yang lebih penting adalah bagaimana kepala sekolah mampu mengamalkan dan menjadikan hal tersebut dalam bentuk tindakan nyata di sekolah. Pelaksanaan peran, fungsi dan tugas tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena saling terkait dan saling mempengaruhi, serta menyatu dalam pribadi seorang kepala sekolah yang profesional. Kepala sekolah yang demikianlah yang akan mampu mendorong visi menjadi aksi dalam paradigma baru manajemen pendidikan.4
2
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 12, h. 98. 3 Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah. 4 Mulyasa. loc. cit.
10
Selain itu, Kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sangat ditentukan oleh kapasitasnya dalam melakukan tugas-tugas administratif dengan
proses
kerja
menurut
prosedur
administrasi
yang
benar.
Pengembangan kapasitas kepala sekolah sangat penting diarahkan pada kemampuannya melakukan audit program dan kegiatan sekolah yang telah direncanakan sebelumnya.5 Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat modern tidak dapat dipungkiri bahwa kompetensi dan fungsi seorang kepala sekolah dalam memimpin sekolahnya akan lebih beragam dan banyak bukan hanya EMASLIM-FM saja. Oleh karena itu, alangkah lebih baiknya jika para kepala
sekolah
terus
mengupdate
informasi
dan
mengupgrade
kemampuannya untuk menjawab tantangan masa depan dan masyarakat yang terus berubah agar sekolah yang dipimpinnya menjadi sekolah yang bermutu dan unggul dibandingkan dengan yang lainnya. 3. Kepemimpinan Kepala Sekolah Keberhasilan sekolah merupakan keberhasilan dari kepala sekolah dan keberhasilan kepala sekolah merupakan keberhasilan sekolah.6 Salah satu syarat mutlak kriteria keberhasilan sekolah yaitu diperlukan adanya kepemimpinan kepala sekolah yang efektif sehingga tujuan dan mutu pembelajaran dapat berjalan sesuai rencana. Seperti yang telah diketahui bahwa proses kepemimpinan kepala sekolah berkaitan dengan gaya kepemimpinan yang digunakannya. Dari berbagai gaya kepemimpinan kepala sekolah, gaya kepemimpinan situasional cenderung lebih fleksibel dalam kondisi operasional sekolah. Gaya kepemimpinan ini dipilih karena adanya anggapan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan kepala sekolah yang
5
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran: Dalam Proses Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 1, h. 121. 6 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Jakarta, 2010), Cet. 7, h. 101.
11
terbaik, melainkan tergantung dari kondisi dan situasi yang dihadapi sekolah saat itu.7 Setiap gaya kepemimpinan yang ada seperti gaya kepemimpinan otokratis, pseudo demokratis, demokratis, ataupun kharismatik mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam implementasinya di sekolah sehingga akan sulit untuk menentukan mana yang terbaik. oleh karena itu kepemimpinan situasionallah yang dianggap paling sesuai bagi kepala sekolah untuk mengatasi berrbagai masalah dan pengambilan keputusan dari berbagai kondisi dan situasi yang dihadapi sekolah. Selain itu, adapun aspek kunci peran kepemimpinan dalam pendidikan yaitu memberdayakan para guru untuk memberi mereka kesempatan secara maksimum guna mengembangkan belajar siswanya. Stanley Spanbaeur dalam Sailis yang dikutip oleh Rohiat di dalam bukunya menyatakan
pendapatnya
mengenai
kepemimpinan
kepala
sekolah.
Kesimpulan Spanbauer ialah: a. Libatkan guru dan semua staff dalam aktivitas penyelesaian masalah. b. Tanyakan kepada para guru bagaimana mereka berpikir mengenai sesuatu dan bagaimana suatu proyek akan dilakukan bukan mengatakan apa yang akan terjadi. c. Berbagilah informasi manajemen sebanyak mungkin untuk membantu komitmen mereka. d. Tanyakan kepada staff sistem dan prosedur mana yang menjadi penghambat dalam memberikan mutu kepada pelanggan mereka. e. Menerapkan komunikasi yang sistematis dan terus menerus antar setiap orang yag terlibat dalam sekolah. f. Mengembangkan keahlian dalam penyelesaian konflik, masalah dan negosiasi ketika menampilkan toleransi yang lebih besar bagi apresiasi konflik. g. Menjadi model, dengan cara menampilkan karakteristik personalitas yang diharapkan, menghabiskan waktu untuk berkeliling serta mendengarkan guru dan pelanggan lainnya. h. Belajar untuk lebih menjadi pelatih daripada seorang BOS. 8
7
Mulyasa, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. 3, h. 20. 8 Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), Cet. 2, h. 37-38.
12
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa indikator kepemimpinan kepala sekolah efektif yang harus dimiliki dan dipahami oleh seorang pemimpin di sekolah merupakan kunci dari keberhasilan sekolah. Karena keberhasilan sekolah tergantung bagaimana metode kepemimpinan yang dilakukan kepala sekolah. Semakin baik kepemimpinan kepala sekolah maka akan semakin baik pula mutu sekolah tersebut. Selain itu, seperti yang telah disimpulkan Spanbaeur bahwa kemampuan kepala sekolah dalam memberdayakan guru dan staffnya juga menjadi kunci atau poin penting untuk mencapai keberhasilan dalam memimpin suatu sekolah.
4. Pengertian Strategi Agar strategi yang telah direncanakan berjalan secara efektif dan sesuai dengan visi dan misi sekolah, maka kepala sekolah harus mengetahui, menyadari, dan memahami tiga hal: (a) mengapa pendidikan yang bermutu dibutuhkan di sekolah, (b) apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu sekolah, (c) bagaimana mengelola sekolah secara efektif untuk mencapai prestasi yang tinggi. Kemampuan dalam menjawab pertanyaan inilah yang dijadikan tolak ukur standar kelayakan apakah seseorang dapat menjadi kepala sekolah yang efektif atau tidak.9 Menurut Bracker Secara etimologis, pengertian strategi bersumber dari kata Yunani Klasik, yakni “strategos” (jenderal) yang pada dasarnya diambil dari pilahan kata-kata Yunani untuk “pasukan” dan “memimpin.”. Penggunaan kata kerja Yunani yang berhubungan dengan “strategos” ini dapat diartikan sebagai “perencanaan dan pemusnahan musuh-musuh dengan menggunakan cara yang efektif berlandaskan sarana-sarana yang dimiliki”.10 Sementara,
Learned,
Christensen,
Andrews,
dan
Guth
mengemukakan bahwa Strategi merupakan alat untuk menciptakan
9
Mulyasa, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. 3, h. 22. 10 Faisal Afiff dan Ismeth Abdullah (eds.), Manajemen Strategi Keorganisasian Publik, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010), Cet. 1, h. 53.
13
keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak ada.11 Pengertian lain mengenai Strategi menurut Argyris (1985), Mintzberg (1979), Steiner dan Miner (1977) yaitu respons secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi.12 Kesimpulan dari berbagai Konsep mengenai “strategi” di atas adalah suatu alat atau acuan untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan dan menciptakan keunggulan dalam bersaing yang dilakukan secara terus menerus dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan yang terdapat di lingkungan internal serta peluang dan ancaman yang terdapat di lingkungan eksternal suatu organisasi/intansi. Jadi, Strategi kepala sekolah merupakan suatu alat atau acuan yang diterapkan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin di suatu sekolah untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh sekolah tersebut.
5. Analisis SWOT SWOT merupakan singkatan dari: Strengths (kekuatan) yang merupakan kondisi internal positif yang memberikan keuntungan. Weakness (kelemahan) merupakan kondisi internal negatif yang dapat merendahkan penilaian terhadap organisasi. Opportunities (peluang) adalah kondisi sekarang atau masa depan yang menguntungkan organisasi. Threats (ancaman) adalah kondisi eksternal organisasi baik sekarang maupun di masa mendatang yang tidak menguntungkan organisasi.13 Tools ini menyediakan kerangka kerja analisis suatu organisasi yang dapat mengembangkan dan mengubah strateginya.14
11
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014), Cet. 8, h. 3. 12 Ibid., h. 4. 13 . Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan: Konsep & Prinsip Pengelolaan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), Cet.1, h. 160. 14 . Nanang Fattah, Manajemen Stratejik Berbasis Nilai, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2015), Cet.1, h. 78.
14
Analisis-analisis
yang
menggunakan
pendekatan
SWOT
merupakan suatu bentuk lompatan pemikiran yang menawan dalam upaya merumuskan strategi apa yang diperlukan, karena SWOT menganalisis keadaan organisasi sekarang dan sekaligus menghadirkan kemungkinan penginventarisasian alternatif-alternatif strategis yang menawarkan jaminan terbaik bagi penciptaan suatu kreativitas nilai ke masa depan.15 Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa alat analisis ini juga memperoleh sejumlah kritik sebagaimana disebutkan Wheelen dan Hunger sebagai berikut: a. Analisis SWOT menghasilkan daftar peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan yang sangat panjang. b. Analisis SWOT sering kali menggunakan kata-kata atau frasa yang mengandung arti ambigu/mendua. c. Faktor yang sama dapat ditempatkan dalam dua kategori, misalnya kekuatan bisa juga sekaligus dianggap kelemahan perusahaan. d. Hasil analisis SWOT sering kali tidak memiliki keterkaitan secara logis dengan implementasi strategis.16 Analisis SWOT dalam dunia pendidikan dapat digunakan untuk melihat kekuatan dan kelemahan di dalam sekolah, sekaligus memantau peluang dan tantangan yang dihadapi sekolah. Analisis SWOT adalah salah satu tahap dalam manajemen strategik yang merupakan pendekatan analisis lingkungan. Analisis SWOT menyediakan informasi bagi para pengambil keputusan yang dapat dijadikan sebagai dasar dan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan atau tindakan. Jika keputusan itu diterapkan secara efektif akan memungkinkan sekolah untuk mencapai tujuannya. Organisasi sekolah juga harus mengambil manfaat dari kekuatannya secara optimal dan berusaha untuk mengatasi kelemahannya agar terhindar dari kerugian baik waktu maupun anggaran.
15
. Faisal Afiff dan Ismeth Abdullah (eds.), Manajemen Strategik Keorganisasian Publik, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010), Cet. 1, h. 148. 16 Ismail Solihin, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga, 2012), h, 164-165.
15
Analisis SWOT dalam penyelenggaraan sekolah dapat membantu pengalokasian sumber daya seperti anggaran, sarana dan prasarana, sumber daya manusia, fasilitas sekolah, potensi lingkungan, dan sebagainya yang lebih efektif. Analisis SWOT dalam program sekolah dapat dilakukan dengan membuat matriks SWOT.17 Adapun contoh dari penggunaan strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT sebagai berikut: a. Strategi Strength-Oppurtinity Strategi ini menggunakkan kekuatan pesantren untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar pesantren. Dengan demikian, jika pada hasil analisis ternyata diketahui bahwa pesantren memiliki banyak kelemahan, maka pesantren harus segera mengatasinya agar menjadi kuat. Sedangkan, jika pesantren menghadapi banyak ancaman, pesantren harus berusaha menghindarinya dan konsentrasi pada berbagai peluang yang ada. b. Strategi Weakness-Oppurtinity Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan pesantren dengan memanfaatkan peluang-peluang. Mungkin saja, pesantren kesulitan memanfaatkan peluang-peluang yang ada karena banyaknya kelemahan internal pesantren. c. Strategi Strength-Threat Melalui strategi ini, pesantren harus berupaya untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman. d. Strategi Weakness-Threat Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan serta mengurangi ancaman.18
17
Kompri, Manajemen Pendidikan - Jilid 3, (Bandung : Alfabeta, 2015), Cet. 1, h. 258. Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan: Konsep & Prinsip Pengelolaan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), Cet. 1, h. 165. 18
16
ENVIRONMENTAL SCAN
External Analysis
Internal Analysis
Strength
Weaknes s
Opportunnity
Threats
SWOT MATRIX
Gambar 2.1 Kerangka Kerja Analisis SWOT 19 6. Implementasi Strategi Implementasi strategi dalam manajemen sekolah melibatkan upaya besar yang bertujuan mentransformasikan tujuan strategi ke dalam aksi yaitu penyelenggaraan program sekolah. Betapapun hebatnya suatu strategi, apabila tidak diimplementasikan tentu saja strategi itu tidak akan bermakna bagi pengembangan sekolah.20 Langkah implementasi ini juga dijadikan ajang pembuktian bagi suatu strategi apakah sudah optimal atau belum. Dalam penerapan strategi/pengimplementasian suatu strategi maka perlu dilakukan hal sebagai berikut: a. Mengidentifikasi misi, arah dan sasaran organisasi Kepala sekolah harus menetapkan misi sekolah secara utuh dengan melibatkan pemilik, pelanggan, dan pegawai sebagai konstituen organisasi. Selain itu, sasaran yang akan ditetapkan juga harus dapat terukur sehingga arah dapat ditentukan secara lebih jelas. b. Mengidentifikasi assessment lingkungan eksternal organisasi. Dalam hal ini, kepala sekolah harus memperhatikan kondisi yang sedang terjadi dan kemungkinan perubahan yang akan terjadi, termasuk pada organisasi sekolah lain yang serupa sehingga
19
. Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta: Kaukaba, 2012), Cet. 1, h. 167. 20 Kompri, Manajemen Pendidikan - Jilid 3, (Bandung : Alfabeta, 2015), Cet. 1, h. 255.
17
sekolah
dapat
mengambil
keputusan
yang
tepat
dalam
mengembangkan sekolahnya. c. Mengidentifikasi assessment lingkungan internal organisasi Selain memperhatikan kondisi dari lingkungan eksternal sekolah, kepala sekolah juga harus mengetahui kemampuan dan kondisi internal dari sekolah yang dipimpinnya. 21 d. Merumuskan strategi Dalam tahap ini, kepala sekolah harus mempersiapkan strategi alternatif, memilih strategi dan memutuskan strategi apa yang akan digunakan. e. Melaksanakan strategi Suatu strategi dapat dikatakan berhasil, jika penerapannya sesuai dengan yang direncanakan. f. Mengendalikan strategi Untuk mengetahui atau melihat sejauh mana efektivitas dari implementasi strategi, maka diperlukan evaluasi strategi guna memperbaiki kekurangan atau kesalahan yang terjadi.22 Penerapan merupakan hasil dari suatu perencanaan. Sehingga sebelum melakukan proses perencanaan maka perlu dilakukan analisis untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh sekolah. Dalam menerapkan strategi juga diperlukan pengawasan sehingga apa yang diterapkan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa strategi yang dilakukan oleh kepala sekolah harus berdasarkan hasil analisis SWOT yang terdiri dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh sekolah sehingga strategi tersebut dapat memberikan dampak positif terhadap kemajuan sekolah.
21
. Ibid., h. 245. . Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan: Konsep & Prinsip Pengelolaan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), Cet. 1, h. 158. 22
18
7. Strategi
Kepala
Sekolah
dalam
Mengembangkan
Sarana
dan
Prasarana Pendidikan Sasaran
dari
pengembangan
sarana
dan
prasarana
adalah
terwujudnya sarana dan prasarana pendidikan di sekolah yang sesuai Standar Nasional Pendidikan yaitu dengan memanfaatkan dana yang ada atau mencari terobosan lain dalam penambahan dana untuk (1) perbaikan/pengadaan/pembangunan gedung dan ruangan sesuai dengan kebutuhan sekolah, (2) pengadaan/perbaikan/penambahan peralatan praktik laboratorium
IPA,
Bahasa,
dan
Komputer,
(3)
pengadaan/perbaikan/penambahan modul, buku, referensi, manual, diktat, majalah, jurnal, dll, (4) pengadaan/perbaikan/penambahan media pendidikan pada semua mata pelajaran, (5) peningkatan perawatan sarpras sekolah (6) pengadaan/perbaikan/penambahan
sarana
pengadaan/perbaikan/penambahan
sarpras,
TU, (8)
(7)
Pelaksanaan
pelaksanaan
evaluasi
pengembangan sarpras, (9) dan sebagainya sesuai dengan sasaran dan program. Masalah yang dihadapi untuk mencapai sasaran tersebut berdasarkan analisis SWOT adalah (1) kurang efektifnya koordinasi antar warga sekolah, (2) rendahnya pemahaman karyawan/guru dalam pemanfatan teknologi informasi atau lab di sekolah, (3) rendahnya dana atau anggaran yang dimiliki oleh sekolah, (4) lemahnya pemahaman sekolah terkait sarana dan prasarana yang dibutuhkan sekolah. Strategi yang dapat dilakukan oleh sekolah berdasarkan analisis masalah di atas untuk mewujudkan sasaran dari pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana antara lain: (1) membentuk tim khusus, (2) melaksanakan workshop/pelatihan secara internal di sekolah, (3) melakukan kerjasama dengan Komite Sekolah, (4) melakukan kerjasama dengan lembaga/instansi lain, khususnya dalam pengadaan sarpras, (5) mengadakan kunjungan ke sekolah lain, (6) melakukan kerjasama dengan
19
LPTI/perguruan
tinggi,
(7)
melakukan
usaha/industri, (8) dan sebagainya.
kerjasama
dengan
dunia
23
Dalam proses manajemen sarana dan prasarana, perencanaan gedung sekolah termasuk perencanaan untuk fasilitas merupakan pekerjaan yang kompleks dan makan waktu serta memerlukan terbentuknya hubungan kerja sama yang akrab dengan masyarakat. Oleh sebab itu, perencanaan gedung sekolah memerlukan kepemimpinan kepala sekolah yang dinamis. Kepala sekolah mempunyai tanggungjawab yang signifikan untuk mengkoordinasikan bahan-bahan masukan/input dari para guru, peserta didik, orang tua, dan warga setempat.24 Selain itu, dalam melakukan perencanaan sarana dan prasarana pendidikan. seorang kepala sekolah mempunyai peranan yang strategis. Kepala sekolah dituntut untuk serba bisa, karena bukan saja harus memiliki pengetahuan yang memadai mengenai bangunan sekolah, melainkan juga banyak pengetahuan mengenai perabot dan perlengkapan. Kepala sekolah bersama-sama dengan staff menyusun daftar kebutuhan sekolah, kemudian mempersiapkan perkiraan tahunan untuk untuk diusahakan penyediaannya sesuai dengan kebutuhan. Menyimpan dan memelihara serta mendistribusikan kepada guru-guru yang bersangkutan, dan menginventarisasi alat/sarana tersebut pada akhir tahun pelajaran.25 Demikian banyak dan kompleksnya sumber daya sekolah yang harus dibina oleh kepala sekolah, sehingga betapa penting peranan kepemimpinan kepala sekolah di dalam merencanakan dan memelihara fasilitas sekolah. Merencanakan fasilitas yang baru maupun yang diperbarui memerlukan keterlibatan secara tepat dari para guru, siswa, dan masyarakat sehingga fasilitas sekolah dirasakan bermanfaat, dapat dipakai dan fleksibel.
23
Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), Cet. 2, h. 90. Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Jakarta, 2010), Cet. 7, h. 328. 25 Wahyu Sri Ambar, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta: CV. Multi Karya Mulia, 2007), Ed. 1, h. 39. 24
20
B. PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN 1. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan Berikut di bawah ini dijelaskan tentang pengertian sarana dan prasarana pendidikan menurut para ahli yaitu: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah memberikan gambaran secara umum mengenai pengertian sarana pendidikan yaitu sarana pendidikan diartikan sebagai semua fasilitas yang menunjang proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan termasuk personil dan kurikulum.26 Ibrahim Bafadal mengungkapkan bahwa sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di Sekolah. Sementara menurut pendapat Mulyasa, Pada hakikatnya, sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi serta alat-alat dan media pengajaran. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan adalah semua fasilitas atau peralatan yang digunakan secara langsung sebagai penunjang kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Selanjutnya, Pengertian prasarana pendidikan menurut Mulyasa adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, ruang kantor, kantin, tempat parkir, toilet, dan sebagainya.27 Sementara secara etimologis prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, maka prasarana pendidikan adalah alat yang tidak langsung digunakan untuk mencapai tujuan
26 27
1, h. 212.
Ibid., h. 6. Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2015), Cet.
21
pendidikan. misalnya: bangunan sekolah, lapangan olahraga, asrama guru, dan sebagainya.28 Membahas mengenai sarana dan prasarana ini, maka tidak bahas secara terpisah melainkan langsung disatukan saja, karena antara sarana dan prasarana mempunyai hubungan yang sangat erat dan sulit untuk dipisahkan atau dibedakan.29 Sebagai contoh taman sekolah merupakan salah satu prasarana di sekolah karena secara tidak langsung menunjang proses pembelajaran. Lain halnya jika taman sekolah tersebut digunakan untuk pembelajaran biologi maka komponen tersebut akan berubah menjadi sarana pendidikan
karena
dimanfaatkan
secara
langsung
untuk
proses
pembelajaran. jadi, suatu fasilitas dapat berubah menjadi sarana ataupun prasarana pendidikan tergantung dari pemanfaatan secara langsung ataupun tidak fasilitas tersebut dalam menunjang proses pembelajaran.30
2. Jenis-Jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan Secara garis besar, sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Lahan, yaitu sebidang tanah yang dijadikan tempat untuk mendirikan bangunan sekolah. b. Ruangan, yaitu tempat yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, administrasi, dan penunjang pembelajaran. c. Perabot, yaitu seperangkat kursi, meja, lemari dan sejenisnya yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan di sekolah. d. Alat, yaitu sesuatu yang digunakan untuk membantu pelaksanaan kegiatan tertentu di sekolah. e. Bahan praktik, yaitu semua jenis bahan alami atau buatan yang digunakan untuk kegiatan praktik di sekolah. f. Bahan ajar, yaitu seluruh sumber bacaan yang berisi ilmu pengetahuan untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang mencakup modul, buku pegangan, buku pelengkap, buku sumber, dan buku bacaan. g. Sarana olahraga, baik yang di luar maupun di dalam ruangan.31
28
Wahyu Sri Ambar ., op. cit. h. 7. Kompri, Manajemen Sekolah: Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2014), Cet. 1, h. 193. 30 Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan secara Mandiri, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media 2011), Cet. 1, h. 252. 31 Kompri., op. cit., h. 194. 29
22
Secara lebih rinci Sarana dan prasarana pendidikan dapat digolongkan sebagai berikut : Ditinjau dari Fungsinya Terhadap Proses Belajar Mengajar (PBM) a. Berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan). Contoh: tanah, halaman, pagar, tanaman, gedung/bangunan. b. Berfungsi langsung (kehadirannya sangat menentukan) terhadap PBM, seperti alat pelajaran, alat peraga, alat praktik, dan media pendidikan. Ditinjau dari Jenisnya antara lain: a. Fasilitas fisik atau fasilitas materiil, yaitu segala sesuatu yang berwujud benda mati atau dibendakan yang mempunyai peran untuk memudahkan atau melancarkan suatu usaha, seperti kendaraan, mesin tulis, komputer, perabot, alat peraga, model, media, dan sebagainya. b. Fasilitas nonfisik, yaitu sesuatu yang bukan benda mati atau kurang dapat disebut benda atau dibendakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan atau melancarkan suatu usaha seperti manusia, jasa, dan uang. Ditinjau dari Sifat Barangnya antara lain: a. Barang bergerak atau barang berpindah /dipindahkan, dikelompokkan menjadi barang habis pakai dan barang tidak habis pakai. b. Barang habis pakai adalah barang yang susut volumenya ketika dipergunakan, dan dalam jangka waktu tertentu barang tersebut dapat susut terus hingga habis atau tidak berfungsi lagi, seperti kapur tulis, tinta, kertas, spidol, penghapus, sapu, dan sebagainya. (Keputusan Menteri Keuangan Nomor 225/MK/V/1971 tanggal 13 April 1971). Sementara Barang tidak habis pakai adalah barang-barang yang dapat dipakai berulang kali serta tidak susut volumenya ketika digunakan dalam jangka waktu yang realatif lama, tetapi tetap memerlukan perawatan agar selalu siap pakai untuk pelaksanaan tugas, seperti mesin tulis, komputer, mesin stensil, kendaraan, perabot, media pendidikan dan sebagainya.
23
c. Barang tidak bergerak adalah barang yang tidak berpindah-pindah letaknya
atau
tidak
bisa
dipindahkan,
seperti
bangunan/gedung, sumur, menara air dan sebagainya.
tanah,
32
3. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Pengembangan sarana dan prasarana pendidikan dimulai dari tahap perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, dan pengawasan. Dalam suatu hadis Rasullullah SAW bersabda bahwa “Kebenaran yang tidak diatur (diorganisasi) dapat dikalahkan oleh kebatilan yang diatur (diorganisasi) dengan baik”. Dari hadis ini sudah jelas bahwa sesuatu yang tidak direncanakan dengan baik meskipun hal tersebut mempunyai tujuan yang baik maka hasilnya tidak akan maksimal begitupun sebaliknya. Konsep ini juga dapat ditransformasikan dalam pengembangan sarana dan prasarana pendidikan, meskipun tujuan pengadaan suatu barang itu mempunyai tujuan yang baik yaitu menunjang pembelajaran di sekolah tetapi apabila tidak direncanakan dengan baik dan pertimbangan yang matang maka dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi sekolah.33 Untuk menyusun suatu program Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikan, diperlukan persiapan dan perencanaan yang matang dan teliti agar program tersebut dapat berjalan dengan sukses sesuai dengan harapan seluruh pihak baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Dalam membuat perencanaaan ini, urutan dalam mengembangkan program Sarana dan Prasarana itu dapat diutarakan sebagai berikut: a. Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa Dalam proses belajar yang dimaksud dengan kebutuhan adalah kesenjangan antara kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang. Sebelum program dibuat kita harus meneliti 32
Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2015), Cet. 1,
h. 214. 33
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2016), Cet. 1, h. 266.
24
dengan baik pengetahuan awal dan prasyarat yang dimiliki siswa yang menjadi sasaran program kita. Penelitian ini biasanya dapat dilakukan dengan tes. Bila tes ini tidak dapat dilakukan karena keterbatasan biaya, waktu, maupun alasan lainnya pengembangan program sedikitnya harus memiliki asumsi-asumsi mengenai pengetahuan dan keterampilan prasyarat yang harus dimiliki siswa serta pengetahuan awal yang diduga telah dimiliki oleh siswa. b. Perumusan Tujuan Tujuan dapat dijadikan acuan ketika kita mengukur apakah tindakan kita betul atau salah, ataukah tindakan kita berhasil atau gagal. Dalam proses belajar mengajar tujuan instruksional merupakan faktor yang sangat penting. Tujuan dapat memberi arah kemana siswa akan pergi, bagaimana ia harus pergi kesana, dan bagaimana ia tahu bahwa telah sampai ke tempat tujuan. Tujuan ini merupakan pernyataan yang menunjukkan perilaku yang harus dapat dilakukan siswa setelah ia mengikuti proses instruksional tertentu. c. Pengembangan Materi Pelajaran Dalam proses belajar mengajar, jika tujuan instruksional jelas dan kita telah mengetahui kemampuan dan keterampilan apa yang diharapkan dapat dilakukan siswa, maka langkah selanjutnya adalah kita harus memikirkan bagaimana caranya supaya siswa memiliki kemampuan dan keterampilan tersebut. apa yang harus dipelajari atau pengalaman belajar apa yang harus dilakukan siswa supaya tujuan instruksional tersebut tercapai? Kepada setiap tujuan itu pertanyaan yang sama harus diajukan yaitu kemampuan apa yang harus dimiliki siswa sebelum siswa memiliki kemampuan yang dituntut oleh tujuan khusus ini? Dengan cara ini kita akan mendapatkan sub kemampuan dan sub keterampilan serta sub-sub kemampuan dan keterampilan yang telah kita identifikasi akan memperoleh bahan instruksional terperinci yang mendukung tercapainya tujuan itu.
25
d. Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan Dalam setiap kegiatan instruksional, kita perlu mengkaji apakah tujuan instruksional dapat dicapai atau tidak pada akhir kegiatan instruksional itu. Untuk keperluan tersebut kita perlu mempunyai alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa. Alat pengukur keberhasilan siswa ini perlu dirancang dengan seksama dan seyogyanya dikembangkan sebelum program pengembangan sarana dan prasarana
dilakukan
atau
sebelum
kegiatan
belajar
mengajar
dilaksanakan menggunakan sarana dan prasarana baru yang telah direncanakan. Alat ini dapat berupa tes, penugasan, ataupun daftar cek perilaku.34 Jika urutan program pengembangan sarana dan prasarana ini dapat dilakukan dengan tepat oleh sekolah maka perencanaan akan berjalan dengan efektif sehingga peningkatan mutu dapat tercapai sesuai dengan harapan sekolah tersebut. Dalam mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan, kegiatan yang harus diperhatikan adalah perencanaan sarana dan prasarana pendidikan. Perencanaan sarana dan prasarana dapat didefinisikan sebagai keseluruhan
proses
perkiraan
secara
matang
rancangan
mengenai
pembelian, pengadaan, rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan
yang sesuai dengan
kebutuhan pendidikan.35
Untuk
mengetahui jumlah kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam suatu unit kerja maka diperlukan data dan informasi yang lengkap mengenai sarana dan prasarana yang telah tersedia dan yang seharusnya ada sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain itu, diperlukan data hasil proyeksi penduduk usia sekolah yang akan ditampung menjadi siswa baru di sekolah tersebut di masa mendatang, hal ini dapat mengurangi resiko kelebihan
34
Arief. S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Jakata, 2010), Cet. 14, h. 99-114. 35 Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan secara Mandiri, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Cet. 1, h. 251.
26
ataupun kekurangan sarana dan prasarana ketika siswa baru masuk ke sekolah tersebut.36 Proses perencanaan ini harus dilakukan dengan cermat dan teliti dengan mempertimbangkan karakteristik sarana dan prasarana yang dibutuhkan, jumlah, jenis, dan kendala (manfaat yang didapatkan), beserta harganya. “Jones(1969) menjelaskan bahwa perencanaan pengadaan perlengkapan pendidikan di sekolah harus diawali dengan analisis jenis pengalaman pendidikan yang diprogramkan di sekolah”.37 Analisis tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Boeni Sukarna yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal yaitu: a. Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah yang diajukan oleh setiap unit kerja dan/atau menginventarisasi kekurangan perlengkapan sekolah. b. Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk periode tertentu, misalnya untuk satu triwulan atau satu tahun ajaran. c. Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan perlengkapan yang tersedia sebelumnya. Dalam hal ini, perencana mencari informasi yang akurat mengenai perlengkapan yang telah tersedia untuk dijadikan acuan untuk mendaftar semua perlengkapan yang dibutuhkan tetapi belum tersedia. d. Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran sekolah yang tersedia. Jika dana yang tersedia tidak mencukupi untuk semua pengadaan perlengkapan yang dibutuhkan, maka perlu diadakan seleksi terhadap kebutuhan perlengkapan yang urgent untuk didaftar dan didahulukan pengadaanya. e. Jika ternyata masih melebihi anggaran yang tersedia perlu diadakan seleksi lagi dengan melihat skala prioritas dari daftar kebutuhan perlengkapan yang urgent untuk diadakan. f. Penetapan rencana pengadaan akhir.38 Selain itu, adapun manfaat yang dapat diperoleh dari Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan yaitu: dapat membantu dalam menentukan tujuan, 36
meletakkan
dasar-dasar
dan
menetapkan
langkah-langkah,
Matin Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2016), Cet. 1, h. 7. 37 Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2015), Cet. 1, h. 217. 38 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet. 2, h. 29.
27
menghilangkan ketidakpastian, dapat dijadikan dasar atau pedoman untuk melakukan pengawasan, pengendalian dan bahkan juga penilaian atau tolak ukur agar nantinya kegiatan berjalan dengan efektif dan efisien.39 Dari keseluruhan uraian diatas mengenai perencanaan sarana dan prasarana pendidikan maka dapat ditegaskan bahwa Untuk menyusun suatu program Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikan, diperlukan persiapan dan perencanaan yang matang dan teliti agar program tersebut dapat berjalan dengan sukses sesuai dengan harapan seluruh pihak baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung.40 4. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Proses selanjutnya adalah pengadaan sarana dan prasarana pendidikan. Dalam konteks persekolahan, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan adalah segala kegiatan yang dilakukan dengan cara menyediakan keperluan barang atau jasa berdasarkan hasil dari perencanaan untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan ini harus disesuaikan dengan kebutuhan anak didik dan mempertimbangkan manfaat yang akan diperoleh dari pengadaan tersebut di masa mendatang.41 Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan fungsi operasional kedua dalam manajemen sarana dan prasarana setelah perencanaan. Fungsi ini pada hakikatnya merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu maupun
tempat,
dengan
harga
dan
sumber
yang
dapat
dipertanggungjawabkan.42 Agar usaha pengadaan suatu barang sesuai dengan apa yang diharapkan maka rencana yang disusun harus berjalan 39
Wahyu Sri Ambar, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta: CV. Multi Karya Mulia, 2007), Ed. 1, h. 21. 40 Arief S Sadiman, dkk., Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), Cet. 14, h. 99. 41 Wahyu Sri Ambar,, op. cit., h. 46-47. 42 Matin, Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2016), Cet. 1, h. 21.
28
dengan hati-hati. Adapun tahap-tahap dalam mengadakan perencanaan kebutuhan alat pelajaran antara lain: a. Mengadakan analisis terhadap materi pelajaran mana yang membutuhkan alat atau media dalam menyampaiannya. Hasil analisisnya berupa daftar alat atau media yang dibutuhkan dan dilakukan oleh guru bidang studi. b. Apabila kebutuhan yang diajukan ternyata melebihi kemampuan daya beli atau daya pembuatan, maka harus diadakan seleksi menurut skala prioritas terhadap alat-alat yang mendesak pengadaannya dan kebutuhan lain dapat dipenuhi pada masa mendatang. c. Mengadakan inventarisasi terhadap alat atau media yang telah tersedia. Alat yang telah tersedia di reinventarisasi, jika ditemukan alat yang harus diperbaiki atau diubah sebaiknya dipisahkan agar dapat diperbaiki oleh ahlinya. d. Mengadakan seleksi terhadap alat atau media yang masih dapat dimanfaatkan dengan metode reparasi, modifikasi maupun tidak. e. Mencari dana (bila belum ada). Dalam tahap ini dilakukan kegiatan perencanaan tentang bagaimana cara memperoleh dana baik rutin maupun tidak rutin. f. Menunjuk beberapa orang yang memenuhi kriteria yang mumpuni untuk melaksanakan pengadaan alat atau media.43 Jika tahapan perencanaan kebutuhan telah selesai, maka langkah selanjutnya adalah melakukan Prosedur Pengadaan barang di sekolah yang pada umumnya melalui prosedur antara lain: a. Menganalisis kebutuhan dan fungsi barang . b. Mengklasifikasikan barang tersebut. c. Membuat proposal pengadaan barang yang ditujukan kepada pemerintah bagi sekolah negeri dan pihak yayasan bagi sekolah swasta. d. Bila disetujui, selanjutnya akan ditinjau dan dinilai kelayakannya untuk mendapat persetujuan dari pihak yang dituju. e. Setelah dikunjungi dan disetujui maka barang akan dikirim ke sekolah yang mengajukan permohonan pengadaan barang tersebut.44 Selain beberapa tahapan di atas, adapula beberapa alternatif yang dapat dijadikan pilihan sebagai cara pengadaan sarana dan prasarana sekolah diantaranya yaitu: 43
Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan secara Mandiri, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Cet. 1, h. 259-260. 44 Wahyu Sri Ambar, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta: CV. Multi Karya Mulia, 2007), Ed. 1, h. 49.
29
a. Dropping dari Pemerintah. Hal ini merupakan bantuan yang diberikan pemerintah kepada sekolah. Bantuan ini sifatnya terbatas sehingga pengelola sarana dan prasarana pendidikan di sekolah tetap harus mengusahakan dengan cara lain. b. Pengadaan sarana dan prasarana sekolah dengan cara membeli baik secara langsung maupun melalui pemesanan terlebih dahulu. c. Permintaan sumbangan dari wali murid atau pengajuan proposal bantuan pengadaan sarana dan prasarana sekolah ke lembaga-lembaga sosial yang tidak mengikat. d. Pengadaan perlengkapan dengan cara menyewa atau meminjam ke tempat lain. e. Pengadaan perlengkapan sekolah dengan cara menukar barang yang dimiliki dengan barang lain yang dibutuhkan sekolah.45 Selain itu, perlu diketahui bahwa jenis sarana yang disediakan di sekolah dan cara pengadministrasiaannya mempunyai pengaruh yang besar terhadap program pembelajaran. Tanggung jawab seorang kepala sekolah dalam hal ini berkaitan dengan pengadaan sarana dan prasarana, penyimpanan, pemeliharaan, dan pendistribusian. Sementara seorang guru mempunyai andil dalam pengadaan sarana pendidikan mengingat bahwa guru lebih banyak berhubungan dengan sarana pengajaran. Pengadaan barang kadang memerlukan keterlibatan guru karena semua barang yang dipergunakan dalam pembelajaran harus sesuai dengan rancangan kegiatan belajar mengajar dan hanya gurulah yang mengetahui prioritas dari barang yang dibutuhkan untuk menunjang pembelajaran tersebut.46
5. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Setelah sarana prasarana tersedia, langkah berikutnya yaitu melakukan
pemeliharaan
terhadap
sarana
dan
prasarana
tersebut.
Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan ini adalah kegiatan untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan sarana dan prasarana agar selalu dalam keadaan baik dan siap digunakan secara berdayaguna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan.47 Di sekolah, kegiatan tersebut berguna untuk menjaga agar perlengkapan yang dibutuhkan oleh personel 45
Kompri, Manajemen Sekolah: Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2014), Cet. 1,
h. 201. 46
Wahyu Sri Ambar,, op. cit., h. 50-51. Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Mandiri, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Cet. 1, h. 268-269. 47
Pendidikan
secara
30
sekolah dalam kondisi siap pakai sehingga akan membantu kelancaran proses pembelajaran. Ditinjau dari sifat ataupun waktunya, terdapat beberapa macam pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah, yaitu: a. Pemeliharaan yang bersifat pengecekan, pencegahan, perbaikan ringan, dan perbaikan berat. b. Pemeliharaan
sehari-hari
(membersihkan
ruang
dan
perlengkapannya) dan c. Pemeliharaan berkala, seperti pengecetan dinding, pemeriksaan bangku, genteng, dan perabotan lainnya.48 Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan antara lain: a. Untuk mengoptimalkan usia pakai peralatan. Dari segi iaya hal ini sangat penting, karena jika membeli suatu peralatan akan jauh lebih mahal dibandingkan dengan merawatnya. b. Untuk menjamin kesiapan operasional peralatan untuk mendukung kelancaran pekerjaan sehingga diperoleh hasil yang optimal. c. Untuk menjamin ketersediaan peralatan yang diperlukan melalui pengecekan secara rutin dan teratur. d. Untuk
menjamin
keselamatan
orang
atau
siswa
yang
menggunakan alat tersebut.49
6. Standarnisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan Pemerintah melalui menteri pendidikan menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2007 tentang Standar sarana dan prasarana. Standar sarana dan prasarana berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan,
48
Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2015), Cet.
1, h. 219. 49
Matin Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2016), Cet. 1, h. 92.
31
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.50 Untuk memenuhi standar sarana dan prasarana, sekolah harus melakukan upaya-upaya pemenuhan antara lain pengadaan sarana dan prasarana, merenovasi sarana dan prasarana, meningkatkan perawatan sarana dan prasarana, dan meningkatkan keamanan sarana dan prasarana.51 Kebanyakan dari lembaga sekolah hanya berfokus terhadap pemenuhan standar nasional pendidikan yang pada akhirnya mengabaikan proses-proses pengelolaan, seperti diskusi, menentukan prioritas, membagi tanggung jawab, dan lainnya. Asalkan standar terpenuhi, pengelolaan sarana dan prasarana sudah efektif dan efisien. Padahal, belum tentu sarana prasarana ysng diadakan itu mendesak untuk dipenuhi atau jangan-jangan tidak begitu menunjang dalam proses pembelajaran. Analogi yang tepat dari standar sarana dan prasarana ini adalah seperti membangun sangkar emas dan kemudian baru dicarikan isinya. Padahal, isi (substansi) ini yang sangat penting bagi sebuah proses pembelajaran, bukan megahnya sarana dan prasarana. Pemerintah sepertinya memang mengesampingkan substansi pengembangan sarana dan prasarana yang sesuai dengan perkembangan peserta didik melainkan lebih memfokuskan pemerataan sarana dan prasarana bagi sekolah di Indonesia tanpa memperhatikan apa yang sebenarnya diperlukan oleh sekolah tersebut. Sehingga, dana APBN yang diberikan oleh pemerintah untuk pembangunan sekolah menjadi sia-sia tanpa membawa perubahan yang signifikan terhadap mutu pendidikan di Indonesia.52 Berikut ini akan diuraikan standar sarana dan prasarana minimum yang harus dipenuhi pada jenjang Sekolah Menengah Pertama yaitu: 50
Rusdiana, op. cit., h. 211. Teguh Triwiyanto, & Ahmad Yusuf Sobri, Panduan Mengelola Sekolah Bertaraf Internasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010) , Cet.1, h. 111-112 51
52
Ibid., h. 113-114.
32
a. Ruang Kelas di Sekolah Menengah Pertama Ruang kelas adalah ruang yang berfungsi sebagai tempat kegiatan pembelajaran teori dan praktik yang tidak memerlukan peralatan khusus dan/atau peralatan khusus yang mudah dihadirkan. Banyak ruang kelas di satu SMP minimum sesuai dengan banyak rombongan belajar, kapasitas maksimum 32 peserta didik, rasio minimum 2 m2/peserta didik dan untuk rombongan belajar kurang dari 15 orang luas ruang kelas minimum 30 m2 dan lebarnya 5 m, memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar ruangan, memiliki pintu yang memadai sehingga memudahkan peserta didik dan guru keluar ruangan jika terjadi bahaya dan dapat dikunci dengan baik ketika tidak digunakan. Ruang kelas minimum harus dilengkapi dengan sarana antara lain: 1 buah kursi/peserta didik, 1 buah meja/peserta didik, 1 buah kursi guru/guru, 1 buah meja guru/guru, 1 buah lemari/ruang, 1 buah papan pajang/ruang, 1 buah papan tulis/ruang, 1 buah tempat sampah/ruang, 1 buah tempat cuci tangan/ruang, 1 jam dinding/ruang, dan 1 soket listrik/ruang.53 b. Ruang Laboratorium IPA di Sekolah Menengah Pertama Ruang laboratorium IPA adalah ruang yang digunakan untuk melakukan pecobaan-percobaan sehubungan dengan pelajaran IPA. Ruang tersebut mampu menampung minimum satu rombongan belajar. Rasio minimum luas ruang adalah 2,4 m2/peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang maka luas minimum adalah 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m2. Lebar minimum 5 m dilengkapi fasilitas pencahayaan yang
53
Matin Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2016), Cet. 1, h. 158.
33
memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan, dan tersedia air bersih. Ruang laboratorium IPA harus dilengkapi sarana sebagai alat bantu pendukung kegiatan pembelajaran sebagai berikut: 1 buah kursi/ peserta didik ditambah 1 buah/guru, 1 buah meja/7 peserta didik, 1 buah meja demonstrasi /lab, 1 meja persiapan/lab, 1 lemari alat/lab, 1 buah bak cuci/2 kelompok ditambah 1 buah di ruang persiapan, 6 buah mistar, jangka sorong, stopwatch, thermometer 1000C, gelas ukur, batang magnet, garpu tala, dynamometer, model molekul sederhana, pembakar sepirtus, cawan penguapan, kaca pembesar, dan pelat tetes, 30 buah gelas kimia, 3 buah timbangan, massa logam, dan balok kayu, 1 buah model/gambar tubuh manusia, pencernaan manusia, peredaran darah manusia, sistem pernapasan manusia dan organ vital manusia lainnya, 1 buah papan tulis/lab, alat pemadam kebakaran, peralatan P3K, tempat sampah, jam dinding.dan peralatan lainnya sesuai dengan standar.54 c. Ruang Perpustakaan di Sekolah Menengah Pertama Ruang perpustakaan merupakan tempat kegiatan peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka sekaligus tempat petugas perpustakaan mengelola perpustakaan. Luas minimum perpustakaan sama dengan ruang kelas dan lebar minimum 5 m, dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku, terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai dan dilengkapi sarana seperti 1 eksemplar buku teks pelajaran/peserta didik, buku referensi 20 judul/sekolah, sumber belajar lain 20 judul/sekolah, I set rak buku, 1 buah rak majalah dan surat kabar/sekolah, 15 buah meja baca/sekolah, 15 buah kursi baca/sekolah, 1 buah meja sirkulasi/petugas, dan peralatan lainnya sesuai dengan standar perpustakaan.55
54 55
Ibid., h. 162-163. Ibid., h. 159-161.
34
d. Tempat Bermain/Berolahraga di Sekolah Menengah Pertama Tempat bermain/berolahraga adalah tempat yang berfungsi untuk area bermain, berolahraga, melaksanakan pendidikan jasmani, upacara dan kegiatan ekstrakurikuler. Rasio minimum luas tempat bermain/berolahraga adalah 3 m2/peserta didik. Untuk sekolah yang memiliki peserta didik kurang dari 334, luas minimum tempat bermain/berolahraga adalah 1000 m2. Tempat bermain/berolahraga harus berada pada lokasi yang tidak mengganggu proses pembelajaran di kelas, tidak digunakan sebagai tempat parkir, memiliki permukaan yang datar, tidak terdapat pohon, saluran air dan benda-benda lain yang menggangu kegiatan olahraga. Sarana di tempat bermain/berolahraga ini harus dilengkapi dengan 1 buah tiang bendera dan benderanya/sekolah, 1 set peralatan bola voli, sepak, basket, senam, dan atletik/sekolah.56 Tabel 2.1 Tahap Perencanaan dan Pengadaan Sarana Prasarana 57 No 1
2
3
4
5
Alat Pelajaran Merencanakan kebutuhan buku, alat praktik, bahan praktik, dan alat laboratorium berdasarkan kurikulum yang berlaku dengan memerhatikan jumlah siswa. Mendiskusikan jenis alat pelajaran yang dibeli dan yang dapat dikembangkan sendiri
Alat Peraga Menyusun kebutuhan alat peraga menurut jenisnya dengan memerhatikan jumlah siswa. Mendiskusikan jenis alat peraga yang dibeli dan yang dapat dikembangkan.
Media Pengajaran Menyusun dan menentukan kebutuhan media pengajaran
Mendiskusikan jenis media pengajaran yang dibeli dan yang dapat dikembangkan sendiri. Menyusun prioritas alat yang Menyusun prioritas alat Menyusun prioritas akan diadakan. peraga yang akan media pengajaran diadakan. yang akan diadakan. Mencatat fasilitas perpustakaan Menetapkan Menetapkan dengan cermat dan tertib. penanggung jawab alat penanggung jawab peraga. media pengajaran Menetapkan penanggungjawab laboratorium dan perpustakaan. 56
Ibid., h. 172-173. Teguh Triwiyanto, & Ahmad Yusuf Sobri, Panduan Mengelola Sekolah Bertaraf Internasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010) , Cet.1, h. 113. 57
35
C. MUTU PEMBELAJARAN 1. Pengertian Mutu Pembelajaran Mutu dalam pendidikan bukanlah barang melainkan layanan, di mana mutu harus dapat memenuhi kebutuhan, harapan, dan keinginan semua pihak/pemakai dengan fokus utamanya terletak pada peserta didik. Mutu pendidikan berkembang seirama dengan tuntutan kebuttuhan hasil pendidikan yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat pada wujud pengembangan kualitas sumber daya manusia. 58 Mutu yang diharapkan tidak akan terjadi begitu saja. Mutu tersebut harus direncanakan dengan matang. Mutu perlu menjadi sebuah bagian penting dalam strategi sebuah institusi dan untuk meraihnya wajib menggunakkan pendekatan yang sistematis dengan menggunakkan proses perencanaan yang matang.59 Mutu pembelajaran dapat dilihat dari sejauhmana kemampuan sumber daya sekolah dalam mentransformasikan beragam jenis masukan dan situasi untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu dari peserta didik, sehingga pembelajaran yang bermutu dapat terwujud sesuai dengan harapan semua praktisi pendidikan dan masyarakat pada umumnya. Pengembangan mutu dalam sektor pendidikan ini sesungguhnya mengadopsi berbagai konsep (walaupun yang paling dominan adalah konsep mutu dalam bidang industri).60 Oemar Malik berpendapat bahwa pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu segi normatif dan deksriptif. Dalam arti normatif, mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan (kriteria) intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kriteria intrinsik, mutu pendidikan merupakan produk pendidikan, yakni manusia yang terdidik sesuai standar ideal. Berdasarkan kriteria ekstrinsik, pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik tenaga
58
Sofan Amri, Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar & Menengah, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2013), Cet. 1, h. 18. 59 Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), Cet. 2, h. 52. 60 Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Cet. 1, h. 325.
36
kerja terlatih. Dalam artian deskriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan senyatanya, misalkan hasil tes prestasi siswa.61 Sementara, Crosby menyatakan bahwa mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang diisyaratkan atau distandarkan. Jadi, suatu produk dapat dikatakan bermutu jika sesuai dengan standar atau kriteria yang telah ditentukan baik dari segi input, proses maupun outputnya.62 Menurut Edward Sallis sebagaimana dikutip oleh Sri Minarti bahwa mutu dapat dipandang sebagai sebuah konsep yang absolut sekaligus relatif. Dalam definisi absolut, sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari standar yang sangat tinggi dan tidak dapat diungguli. Sedangkan mutu yang relatif dipandang sebagai suatu yang melekat pada sebuah produk sesuai dengan kebutuhan pelanggannya.63 Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa mutu adalah terpenuhinya standar atau kriteria dari harapan pelanggan terhadap suatu produk. Dengan kata lain, Suatu produk dapat dikatakan bermutu jika sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggannya. Selanjutnya, kata pembelajaran berasal dari kata belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Dalam bahasa sederhana kata belajar dimaknai sebagai menuju kearah yang lebih baik dengan cara runtut atau sistematis.64 Menurut Smith, R.M sebagaimana yang dikutip oleh Anisah Basleman bahwa pembelajaran tidak dapat didefinisikan dengan tepat karena banyak digunakan dalam berbagai hal. Pembelajaran digunakan untuk menunjukkan: “(1) pemerolehan dan penguasaan tentang apa yang telah diketahui mengenai sesuatu, (2) penyuluhan dan penjelasan mengenai 61
Ibid., h. 328-329. Abdul Haris dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet. 2, h. 85. 63 Sri Minarti, op. cit., h. 326. 64 Nurul Aini, “Mutu Pembelajaran Akuntansi”, Skripsi pada Sekolah SMK Negeri 50 Jakarta, Jakarta, 2016, h. 8, tidak dipublikasikan. 62
37
arti pengalaman seseorang, atau (3) suatu proses pengujian gagasan yang terorganisasi yang relevan dengan masalah. Dengan kata lain, pembelajaran digunakan untuk menjelaskan suatu hasil, proses, atau fungsi”. Sementara,
Konsensus
Knowles
mengemukakan
bahwa
pembelajaran merupakan suatu proses tempat perilaku diubah, dibentuk, atau dikendalikan. Jika istilah pembelajaran ini digunakan untuk menyatakan fungsi maka tekanannya diletakkan pada aspek-aspek penting tertentu (seperti motivasi) yang diyakini dapat membantu hasil belajar.65 Pendapat lain juga diungkapkan oleh Muhammad Surya bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.66 Dari beberapa pendapat di atas mengenai pembelajaran dapat dipahami bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk mengubah, membentuk atau mengendalikan suatu perilaku secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam uraian sebelumnya, mutu diartikan sebagai terpenuhinya standar atau kriteria dari harapan pelanggan terhadap suatu produk. Sementara, pembelajaran diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan seseorang untuk mengubah, membentuk atau mengendalikan suatu perilaku secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan teori analisis dapat disimpulkan, bahwa mutu pembelajaran adalah segala aktivitas atau proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa untuk mengubah suatu perilaku dalam rangka 65
Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 1, h. 12-13. 66 Asep Herry Hernawan, Asra dan Laksmi Dewi, Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: UPI Press, 2007), Cet. 1, h. 3.
38
mencapai standar atau kriteria yang telah ditetapkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran bermutu ini akan bermuara pada kemampuan guru dalam menyampaikan pelajaran kepada siswanya. Untuk menyampaikan materi dengan baik ini diperlukan suatu media yang dapat membantu siswa dalam memahami suatu pelajaran. Oleh karena itulah, keberadaan suatu sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran sangatlah dibutuhkan dalam rangka menunjang mutu proses pembelajaran di sekolah. 2. Mutu Pembelajaran dilihat dari Segi Sarana dan Prasarana Pendidikan 2.1. Mutu Sarana dan Prasarana Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu proses belajar mengajar sangat kompleks karena melibatkan banyak faktor yang saling terkait satu sama lain. Salah satunya adalah keberadaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Meskipun hanya sebagai faktor penunjang dalam pembelajaran tetapi kontribusinya tidak dapat diabaikan dalam usaha meningkatkan mutu proses dan hasil proses belajar mengajar di kelas. Fasilitas belajar dalam jumlah yang memadai di suatu institusi pendidikan, berkontribusi besar dalam memfasilitasi guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. Tanpa adanya fasilitas yang memadai maka interaksi antara guru dan peserta didik tidak akan berjalan optimal. Selain itu, apabila infrastruktur suatu institusi pendidikan kurang memadai dan memenuhi syarat, maka akan berpengaruh juga terhadap interaksi pembelajaran di sekolah. Misalnya, suatu sekolah telah memiliki gedung sebagai tempat pembelajaran, tetapi tidak tersedia dalam jumlah memadai sesuai dalam jumlah peserta didiknya akan berdampak terhadap interaksi belajar mengajar yang tidak optimal.67
67
Abdul Haris dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet. 2, h. 111.
39
Ada beberapa kondisi Lingkungan fisik sekolah yang dapat mempengaruhi mutu pembelajaran di sekolah diantaranya adalah: Ruang kelas tidak terlalu penuh sesak dengan banyaknya siswa, para siswa merasa nyaman dan aman berada di sekolah, keteraturan pada ruang kelas, ruang kelas dan lapangan sekolah teratur, ruang kelas yang menarik, tingkat kebisingan sekolah yang rendah, ruang tempat pembelajaran dan aktivitas mencukupi. serta kepemilikan buku dan media pengajaran para guru cukup. Sementara, Kondisi lingkungan fisik yang berlawanan dan dapat menghambat proses pembelajaran, yaitu: Ruang kelas terlalu penuh sesak dengan banyaknya siswa, terjadinya tindak kekerasan pada siswa di sekolah, ketidakteraturan ruang kelas, ketidakteraturan lapangan sekolah, ruang kelas yang kotor dan tidak terawat, tingkat kebisingan sekolah yang tinggi, ruang tempat pembelajaran dan aktivitas tidak mencukupi, serta Keterbatasan dan minimnya buku dan media pengajaran yang dimiliki guru.68 2.2. Strategi Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan di Madrasah Strategi peningkatan mutu dan relevansi madrasah ini dilakukan dalam 4 (empat) Aspek yaitu: kurikulum, guru dan tenaga kependidikan lainnya, sarana pendidikan, serta kepemimpinan madrasah. Strategi yang dimaksudkan dalam memperbaiki mutu pembelajaran berupa usaha dan kegiatan yang dilakukan kepala sekolah secara memadai untuk meraih keberhasilan dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Dalam hal ini kepala sekolah melipatkan gandakan usaha dan memaksimalkan usahanya didalam membuat keputusan, merumuskan tujuan, membuat kebijakan, menyusun program, menggunakan sumber daya agar usahanya dalam meningkatkan mutu pendidikan dapat berhasil. Suatu penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah memahami dengan baik dalam membuat keputusan untuk memilih tindakan yang tepat, kapan, kepada siapa dan bagaimana supervisi pengawasan professional semestinya 68
Depdiknas, Pengembangan Kultur Sekolah, 2009, h. 17-18.
40
dilakukan. Selain itu, keberhasilan kepala sekolah menggunakan pengawasan professional sebagai supervisi dalam usaha meningkatkan mutu, dapat dipengaruhi oleh ketepatannya dalam memilih strategi dengan membaca keadaan di sekolahnya.69 Di dalam skripsi ini, penulis fokus terhadap kajian Strategi peningkatan mutu dan relevansi madrasah dari aspek ketiga yaitu pengadaan dan pendayagunaan sarana dan prasarana pendidikan di madrasah. Pengadaan dan pendayagunaan sarana dan prasarana pendidikan di madrasah ini meliputi : (a) menjamin tersedianya buku pelajaran, buku teks, dan buku-buku lainnya, satu buku untuk untuk setiap peserta duduk; (b) melengkapi kebutuhan ruang belajar, (c) mengefektifkan pengelolaan dan pendayagunaan sarana dan prasarana pendidikan yang dikaitkan dengan sistem insentif; (d) menyediakan dana pemeliharaan
yang
memadai
untuk
pemeliharaannya;
(e)
mengembangkan lingkungan madrasah sebagai pusat pembudayaan dan pembinaan peserta didik.70
69
Dadang Suhardan, Supervisi Profesional: Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 4, h. 146-147. 70 Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta: Kaukaba, 2012), Cet. 1, h. 140-141.
41
C. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Tabel 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan No
Penelitian Relevan
1.
Nama
: Zaiyadi Abdillah
Tahun
: 2013
Universitas : UNIVERSITAS BENGKULU Judul
: Kinerja Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah (Studi Deskriptif Kualitatif di SMA Negeri 8 Seluma).
Hasil
: Hasil penelitian tesis ini menunjukkan bahwa kinerja kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada walaupun terdapat kendala yang dihadapi tetapi kepala sekolah berusaha mengatasi kendala tersebut.
Persamaan
: Persamaan penelitian terletak pada fokus penelitian yaitu mengetahui
peran
kepala
sekolah
dalam
upaya
peningkatan mutu di sekolah. Metode yang digunakan Kualitatif Deskriptif dan teknik pengumpulan
datanya
menggunakkan
wawancara,
observasi dan studi dokumentasi. Perbedaan
: Yang membedakan dengan skripsi penulis ialah: 1. Penulis
memfokuskan
pada
strategi
kepala
sekolah dalam mengembangkan sarana prasarana. 2. Penulis hanya mengambil salah satu aspek mutu pendidikan yaitu mutu pembelajaran sebagai variabel bebas di penelitian ini. Sementara Zaiyadi
variabel
cakupannya
yaitu
bebasnya mutu
lebih
luas
pendidikan
lagi yang
didalamnya membahas mutu yang dilihat dari
42
berbagai aspek atau indikator mutu. 2.
Nama
: Sri Wulandari
Tahun
: 2013
Universitas : UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Judul
: Kinerja Kepala Sekolah dalam Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan di MTs Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir Pamulang.
Hasil
: Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
adanya
musyawarah dan koordinasi antara kepala sekolah dengan guru-guru, karyawan, serta siswa/i dalam mengelola sarana dan prasarana pendidikan di sekolah. Persamaan
: Persamaan penelitian terletak pada fokus utama yaitu Peran Kepala Sekolah dalam mengelola sarana dan Prasarana Pendidikan.
Perbedaan
: Yang membedakan dengan skripsi penulis ialah: 1. Penulis menggunakan variabel peningkatan mutu pembelajaran sebagai dampak pengembangan sarana dan prasarana pendidikan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah. 2. Responden
dalam
pengumpulan
data
yang
dilakukan oleh Sri adalah kepala sekolah, guru, staf, dan siswa/i. sedangkan penulis melakukan penelitian dengan respondennya yaitu Kepala Sekolah, Wakasek Bidang Sarana dan Prasarana, Tata Usaha Bidang Sarana dan Prasarana, Guru Mata Pelajaran dan Siswa/I 3.
Nama
: Dhiza Namira Fatihany
Tahun
: 2015
Universitas
: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Judul
: Implementasi Rencana Strategi Sarana Prasarana di SMPN 5 Tangerang Selatan.
Hasil
: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan sarana
43
dan prasarana di sekolah tersebut belum terlaksana dengan baik sehingga suasana di Sekolah menjadi kurang kondusif. Persamaan
: Persamaan penelitian terletak pada fokus utama yaitu menjadikan strategi sebagai suatu rencana dalam mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan.
Perbedaan
: Yang membedakan dengan skripsi penulis ialah: 1. Penulis menggunakan variabel peningkatan mutu pembelajaran sebagai dampak pengembangan sarana dan prasarana pendidikan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah. 2. Penulis memfokuskan peran kepala sekolah juga dalam
mengelola
sarana
prasarana
meningkatkan mutu pembelajaran.
Dari beberapa hasil penelitian terdahulu terdapat beberapa kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Akan tetapi dari penelitian tersebut tidak ada yang benar-benar sama dengan masalah yang akan diteliti sehingga mencegah terjadinya duplikasi dari hasil penelitian terdahulu.
untuk
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di MTs Darul Muttaqien yang terletak di Jalan Raya Parung Bogor KM 41 Jabon Mekar Parung Bogor Provinsi Jawa Barat. Adapun waktu pelaksanaan dimulai dari bulan Oktober 2015 sampai dengan Oktober 2016 dengan rincian sebagai berikut. Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian No
Kegiatan
2015-2016 Okt
Nov
Feb
Jun
Sept
Okt
√
√
√
1.
Pengesahan Proposal Skripsi
√
2.
Memberikan Surat Izin Observasi.
√
3.
Konsultasi dengan dosen pembimbing.
√
√
4.
Observasi di MTs Darul Muttaqien.
√
√
5.
Memberikan surat izin penelitian
6.
Pengumpulan data
√
7.
Pengolahan / Analisis data
√
√
46
47
B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakkan Pendekatan kualitatif dengan metode deksriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian yang menggambarkan secara apa adanya mengenai kondisi atau fenomena yang ada di lapangan tanpa dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut.1 Data yang terkumpul akan diklasifikasikan menurut jenis, sifat atau kondisinya jika datanya telah lengkap baru dapat ditarik sebuah kesimpulan.2 Metode Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan obyek penelitian atau keadaan pada saat itu, untuk mengkaji permasalahan pada saat penelitian ini dilakukan. penelitian ini berusaha mendeksripsikan dan menginterpretasikan apa adanya sesuai dengan yang terjadi di lapangan dan dibandingkan dengan teori yang relevan. Penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini dengan tujuan untuk menggambarkan kondisi sarana dan prasarana sekolah, kondisi mutu pembelajaran di sekolah, strategi kepala sekolah dalam mengembangkan sarana dan prasarana, dan kendala-kendala yang dialami kepala sekolah dalam mengembangkan sarana dan prasarana untuk meningkatkan mutu pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien. C. Sumber Data Berdasarkan kebutuhan penelitian di MTs Ponpes Darul Muttaqien maka sumber data yang diperoleh adalah dari pihak-pihak yang terkait didalamnya antara lain: 1. Kepala Sekolah. 2. Wakasek bidang Sarana dan Prasarana. 3. Tata Usaha Bidang Sarana dan Prasarana.
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: PT. Alfabeta, 2011) , Cet. 13, h. 9. 2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013), Cet. 15, h. 3.
48
4. Guru yang dibatasi pada lima rumpun mata pelajaran yang diwakili oleh lima guru yaitu Guru Bahasa (1 Orang), Guru IPA (1 Orang), Guru IPS (1 Orang), Guru Agama (1 orang), dan Guru Keterampilan (1 Orang). 5. Siswa kelas VIII dan IX yang dilihat dari nilai raport, data prestasi dan wawancara langsung. D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Wawancara Teknik ini digunakan untuk menggali data mengenai Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana Pendidikan dan Pengaruh/dampaknya terhadap Mutu Pembelajaran. Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak dapat dilihat melalui observasi ataupun studi dokumen yang berkaitan dengan motivasi, kendala, peluang maupun tantangan yang dihadapi sekolah. Wawancara yang dilakukan peneliti dilakukan bersifat terbuka, responden tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula maksud dari wawancara tersebut. Selain itu, Wawancara ini juga dapat dilakukan secara terstruktur, semi terstruktur, dan tidak terstruktur tergantung kondisi di lapangan dan data yang dibutuhkan pada saat penelitian berlangsung.3 2. Observasi Teknik observasi digunakan untuk mengamati dan mencatat seluruh aspek yang berkaitan dengan fokus masalah yang akan diteliti yaitu Kepemimpinan Kepala sekolah dan Kondisi fisik sarana dan prasarana agar data yang diperoleh lebih lengkap.4
3
. Sugiyono, op. cit., h. 233. Ibid., h. 230.
4
49
3. Studi Dokumentasi Dalam Penelitian Kualitatif, Metode dokumentasi berupa dokumen dapat dijadikan sebagai pelengkap dari penggunaan teknik observasi dan wawancara.5 Studi dokumentasi dilakukan dengan menemukan informasi tertulis yang berkaitan fokus penelitian yaitu Tugas Pokok dan Fungsi Kepala
Sekolah,
hasil
diskusi
rapat
atau
evaluasi
pada
akhir
semester/tahun ajaran baru terkait sarana dan prasarana, Rencana Program Semester/Tahunan di bidang sarana dan prasarana, Laporan hasil pengadaan sarana dan prasarana, Laporan pemeliharaan sarana dan prasarana, Hasil Raport siswa dan Data prestasi yang diraih siswa agar data yang telah diperoleh lebih kredibel. E. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Aktivitas dalam analisis data, yaitu: 1. Data Reduction (Reduksi Data) Analisis data melalui reduksi data berarti memfokuskan pada hal-hal yang penting, membuat kategori berdasarkan macam atau jenisnya, dan membuang data yang tidak diperlukan. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila data tersebut diperlukan. 2. Data Display (Penyajian data) Setelah data direduksi, Langkah selanjutnya adalah mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dalam langkah ini dilakukan penyajian dengan menghubungkan antar 5
Ibid., h. 240.
50
kategori dan memisahkan pola yang berbeda sesuai jenis atau macamnya. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. 3. Conclusion Drawing / verification Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan hanya bersifat sementara, dan akan berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung kesimpulan tersebut pada tahap pengumpulan data selanjutnya. Sebaliknya, jika Kesimpulan ini didukung oleh bukti-bukti yang kuat dan valid ketika penulis kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data maka kesimpulan tersebut dapat dikatakan kredibel.6 F. Kisi-Kisi Instrumen Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan kebutuhan penulis, maka diperlukan kisi-kisi instrumen yang terkait dengan “Strategi Kepala Sekolah dalam
Mengembangkan
Sarana
dan
Prasarana
Pendidikan
untuk
Meningkatkan Mutu Pembelajaran”. Adapun Kisi-kisi Instrumen sebagai berikut: 1. Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara No
Variabel
Aspek/Dimensi
Indikator
Penelitian 1.
Strategi Sekolah
Kepala A. Pengembangan Sarana 1. Kondisi dalam
Mengembangkan 6
Ibid., h. 247-252.
dan Prasarana. - Perencanaan.
eksternal prasarana.
internal
dan
sarana
dan
51
Sarana Prasarana
dan
- Pengadaan. - Pemeliharaan.
2. Membentuk tim khusus terkait perencanaan dan pengadaan
sarana
dan
prasarana. 3. Mengadakan
rapat
koordinasi
terkait
perencanaan sarana dan prasarana. 4. Melakukan dengan
kerjasama pihak
khususnya
lain dibidang
pengadaan
sarana
dan
prasarana. 5. Melakukan pelatihan/workshop terhadap staff atau guru di sekolah
khususnya
dibidang
sarana
dan
prasarana. 6. Melakukan
pengadaan
sarana
prasarana
dan
sekolah. 7. Melakukan sarana
penambahan
dan
prasarana
sekolah. 8. Melakukan terhadap
perawatan sarana
dan
prasarana milik sekolah.
52
9. Melakukan terhadap
perbaikan sarana
dan
prasarana milik sekolah. 10. Membentuk unit usahausaha
tertentu
yang
dikelola oleh yayasan atau sekolah. 2.
Peningkatan Mutu Pembelajaran
B. Mutu Pembelajaran
1. Kondisi
mutu
pembelajaran
- Kondisi mutu.
khususnya
dalam aspek sarana dan
- Dampak mutu.
prasarana.
- Strategi peningkatan
2. Dampak
positif
pengembangan sarana dan mutu
prasarana. 3. Dampak
negatif
pengembangan sarana dan prasarana. 4. Rencana jangka panjang terkait
pengembangan
sarana dan prasarana.
2. Kisi-Kisi Instrumen Observasi Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Observasi No
Variabel Penelitian
1.
Strategi Kepala Sekolah
Dimensi/Aspek yang diamati 1.1 Gaya
Kepemimpinan
Kepala Sekolah.
53
2.
Mutu Pembelajaran
1.1 Kondisi
kelas
tempat
sebagai
Pembelajaran
berlangsung. 1.2 Kondisi Fisik Lingkungan Sekolah.
3.
Kisi-Kisi Instrumen Studi Dokumen Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Studi Dokumen
No
Dokumen
1.
Profil Sekolah
2.
Visi dan Misi Sekolah
3.
Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Sekolah
4.
Struktur Organisasi Sekolah tahun 2016-2017.
5.
Data Guru dan Staff tahun 20162017.
6.
Data Inventaris Sarana dan Prasarana tahun ajaran 20162017.
7.
Laporan Hasil Pengadaan Sarana dan Prasarana tahun ajaran
Ada
Tidak Ada
Ket
54
2016-2017 7.
Laporan Hasil Pemeliharaan Sarana dan Prasarana tahun ajaran 2016-2017
8.
Data Nilai Raport/Hasil Belajar Siswa kelas VIII dan IX (dua semester terakhir) pada dua tahun terakhir.
9.
Laporan hasil rapat pada akhir Semester/Tahun ajaran bidang Sarana dan Prasarana Pendidikan tahun 2015-2016.
10.
Data rencana program Semester/Tahunan bidang Sarana dan Prasarana Pendidikan tahun 2016-2017
11.
Laporan program kerja Kepala Sekolah periode 2016-2017.
12.
Pedoman kerja Wakasek Bidang Sarana dan Prasarana.
13.
Data prestasi siswa/I dari tahun ajaran 2012-2016.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MTS Darul Muttaqien 1. Sejarah MTs Darul Muttaqien MTs Darul Muttaqien merupakan salah satu jenjang pendidikan berbasis pesantren yang bernaung di bawah Yayasan Darul Muttaqien. Pondok Pesantren Darul Muttaqien ini terletak di wilayah Desa Jabon Mekar Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Resmi berdiri sebagai lembaga pesantren pada tanggal 18 Juli 1988. Sejarah berdirinya Darul Muttaqien terkait erat dengan pemberian tanah wakaf seluas 1,8 ha oleh pemiliknya H. Mohamad Nahar (alm.), seorang mantan wartawan senior Kantor Berita Antara kepada KH. Sholeh Iskandar (alm) ketua BKSPPI (Badan Kerjasama Pondok Pesantren seIndonesia) pada tahun 1987. Niat pemberian tanah wakaf sebagaimana pernah disampaikan Alm. H. Mohamad Nahar agar didirikan lembaga pendidikan Islam (pondok pesantren) yang standar, baik dari segi kualitas pendidikannya, pelayanan maupun manajemen pengelolaannya. Niat ini muncul sebagai rasa keprihatinan dan keterpanggilan melihat kenyataan lulusan pesantren belum memiliki kualitas yang standar, masih jauh dari harapan. Dari rangkaian sejarah berdirinya, awalnya Darul Muttaqien berafiliasi pada Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta. Namun, berdasarkan pertimbangan dan kepentingan yang lebih luas, terkait dengan kemandirian dan efektifitas organisasi, maka didirikanlah Yayasan Darul Muttaqien pada tanggal 29 Januari 1992, dengan H. Muhammad Nahar sebagai ketua. Sejak berdirinya, dari tahun ke tahun Pondok Pesantren Darul Muttaqien telah mengalami kemajuan yang cukup signifikan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Saat ini, Pesantren Darul Muttaqien berdiri di
55
56
atas lahan kurang lebih 15 hektar dengan KH. Mad Rodja Sukarta sebagai Pimpinannya. 2. Profil MTs Darul Muttaqien Hingga saat ini kegiatan pendidikan yang dikembangkan Yayasan Darul Muttaqien meliputi Raudhotul Althfal, SD Islam Terpadu, SMP Islam Terpadu, TMI (Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah) Berasrama, Taman Pendidikan Qur’an, dan Diniyah Takmiliah. Berikut ini akan dipaparkan identitas/profil salah satu jenjang pendidikan yang terdapat di Yayasan Darul Muttaqien. Nama Madrasah
: MTs Darul Muttaqien
Status Madrasah
: Swasta
Status Akreditasi
: A
Alamat
: Jl. Raya Parung Bogor KM 41 Desa Jabon Mekar Parung Bogor Kode Pos 16330 Provinsi Jawa Barat
Telepon
: (0251) 8615522
Website
: darul-muttaqien.com
Email
: info.darul-muttaqien.com
3. Visi dan Misi Visi : Menjadi Madrasah Tsanawiyah berstandar nasional yang mampu mencetak generasi islami yang berprestasi. Misi : a. Menyelenggarakan pendidikan yang berstandar nasional. b.
Melaksanakan Manajemen Berbasis Madrasah.
c. Menumbuhkembangkan perilaku siswa yang berlandaskan aqidah dan syari’at Islam. d. Menciptakan lingkungan, kondisi dan proses pendidikan yang islami. e. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dan efektif. f. Menyelenggarakan pembelajaran dengan mengembangkan PAIKEM/CTL. g. Menyelenggarakan pengembangan diri yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan bakat siswa.
57
4. Tujuan dan Program MTs Darul Muttaqien Tujuan Utama MTs Darul Muttaqien a. Menanamkan aqidah shohihah dan akhlaq karimah. b. Meningkatkan intelektualitas. c. Membentuk sikap mandiri. d. Mengembangkan keterampilan hidup. Program Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien a. Pelaksanaan KBM yang efektif, kreatif dan menyenangkan. b. Pembinaan aqidah, ibadah dan akhlaq secara intensif. c. Penciptaan suasana islami di lingkungan madrasah. d. Pengembangan intelektualitas. e. Peningkatan motivasi belajar dan prestasi. f. Pengembangan kurikulum. g. Pengembangan kemampuan berbahasa Arab dan Inggris. h. Pengembangan kemandirian dan keterampilan hidup. 5. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Madrasah Berikut ini adalah Analisis lingkungan menggunakan Analisis SWOT mengenai kondisi MTs Ponpes Darul Muttaqien antara lain: 5.1 Kekuatan (Strengths) a. Lokasi sekolah strategis karena berada di daerah yang mudah dijangkau siswa dan jauh dari keramaian sehingga cocok untuk dijadikan tempat belajar dan mengajar. b. Berada di lingkungan yang islamis yaitu dalam pondok pesantren sehingga sangat cocok bagi masyarakat yang ingin membentuk karakter anak mereka menjadi anak yang berakhlak mulia.
58
c. Mayoritas masyarakat di sekitar lingkungan Madrasah beragama islam sehingga situasi dan kondisinya semakin mendukung dalam menciptakan lingkungan yang islamis bagi santri. d. Lahan yang dimiliki oleh yayasan dikelilingi oleh pepohonan rindang dan sangat bersih sehingga warga sekolah merasa nyaman berada di dalam lingkungan pondok pesantren. e. Lahan yang dimiliki yayasan sangat luas sehingga memungkinkan pembangunan gedung-gedung baru untuk menunjang aktivitas pembelajaran di sekolah. f. Sistem sanitasinya baik dan berada di daerah bebas banjir. g. Ruang kelas untuk belajarnya telah memenuhi standar minimal ruang kelas yang ditetapkan oleh Pemerintah. h. Gedung sekolah sudah memenuhi standar sarana dan prasarana. i. Sarana pendukung KBM sudah cukup baik. j. Tersedia fasilitas yang cukup memadai; k. Lahan parkir yang luas. l. Adanya rapat rutin mengenai sarana dan prasarana. m. Adanya tim khusus di bawah naungan pesantren yang melakukan perawatan dan perbaikan rutin sarana dan prasarana di sekolah. n.
Memiliki perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana pertahun.
o. Adanya pemberdayaan guru dan staff sebagai penanggungjawab laboratorium. p. Adanya kerjasama yang baik antara staff tata usaha dengan office boy dalam perawatan dan perbaikan sarana dan prasarana.
59
5.2. Kelemahan (Weakness) a. Dana yang dimiliki yayasan terbatas sehingga tidak semua permintaan madrasah dapat dipenuhi. b. Banyak guru yang belum paham mengenai cara penggunaan ruang laboratorium dan teknologi informasi secara tepat. c. Kurangnya kesadaran guru terkait pentingnya kontribusi mereka dalam pengembangan sarana dan prasarana. d. Lemahnya SDM yang memahami manajemen sarana dan prasarana. e. Kurang kreatifnya guru dalam menggunakan media pembelajaran untuk kegiatan belajar dan mengajar. f. Kebutuhan sarana dan prasarana belum 100% terpenuhi di bidang studi tertentu. g. Kurangnya kesadaran siswa dalam memelihara sarana dan prasarana di sekolah. h. Waktu pengadaan dan pemeliharaan yang terkadang tidak tepat waktu atau tertunda. i. Kurangnya alat-alat praktik dan CD-CD pembelajaran di ruang laboratorium dan multimedia. j. Kurangnya buku-buku referensi umum di perpustakaan. k. Ruangan lab yang tidak difungsikan dengan baik l. Tidak adanya jadwal penggunaan laboratorium kecuali lab komputer pada awal tahun ajaran baru sehingga guru harus mengikuti prosedur penggunaan lab jika ingin menggunakan ruangan lab untuk KBM.
60
5.3. Peluang (Oppurtinities) a. Penduduk usia sekolah di sekitar lingkungan sekolah banyak bahkan banyak juga penduduk usia sekolah yang berasal dari luar daerah. b. Daya beli atau kondisi ekonomi masyarakat berada pada kelas menengah
sedikit
ke
atas
karena
pekerjaanya
rata-rata
wirausahawan, pegawai negeri dan pegawai swasta di kantor. c. Penggunaan
media
sosial
yang
semakin
tinggi
sehingga
memudahkan untuk mempromosikan sekolah kepada seluruh masyarakat Indonesia. d. Adanya kecenderungan masyarakat yang lebih memilih sekolah berbasis pesantren modern sebagai tempat untuk menuntut ilmu pengetahuan sekaligus membentuk karakter dan memperdalam ilmu agama anak-anak mereka. e. Kerjasama dengan pihak lain untuk pengadaan dan penambahan sarana dan prasarana. f. Penggunaan lahan yang masih kosong untuk unit usaha pesantren. g. Dukungan pemerintah daerah dalam melengkapi sarana dan prasarana. 5.4. Ancaman (Threats) a. Banyak sekolah lain yang berbasis pesantren di daerah Bogor. b. Semakin mudahnya budaya luar atau asing masuk ke Indonesia. c. Lemahnya pengadministrasian dokumen-dokumen penting sekolah. d. Keberadaan teknologi yang semakin canggih tetapi tidak sesuai dengan budaya pesantren. e. Keterlambatan bantuan dari pemerintah (BOS)
61
6. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan MTs Darul Muttaqien MTs Darul Muttaqien dikepalai oleh Abdullah Hudri, SS, M.Pd yang dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh wakil bidang kesiswaan yaitu Abdul Hasan, M.Pd, wakil bidang sarana dan prasarana yaitu Darojat, S. Pd.I dan wakil bidang akademik yaitu Heri Hasary, S.Pd.I. Jumlah Tenaga pendidik keseluruhannya adalah 55 orang yang terdiri dari 29 guru laki-laki dan 26 guru perempuan. Pendidik di MTs Darul Muttaqien memiliki latar belakang pendidikan minimal sarjana (S1), bahkan terdapat 2 pendidik yang telah menyelesaikan studi magister (S2). Pendidik di MTs Darul Muttaqien juga merupakan orang yang telah memiliki pengalaman dalam bidang pendidikan agama karena mayoritas adalah tamatan pondok pesantren dan eksak yang berasal dari perguruan tinggi dalam dan luar negeri seperti Al-Azhar Cairo Mesir, UIN Jakarta, UMJ, UNJ, IPB, Gajah Mada, UIK Bogor, STAIS, UT, Universitas Paramadina dan Perguruan tinggi lainnya. Jika dilihat secara umum, mayoritas dari tenaga pendidik di MTs ini adalah lulusan dari perguruan tinggi islam. Adapun tenaga kependidikan di MTs Darul Muttaqien berjumlah 6 orang yang terdiri dari Kepala TU, Bendahara TU, dan 4 Staff TU. Untuk posisi Kepala TU dan Bendahara TU dijabat oleh mereka yang telah menempuh pendidikan sarjana (S1), sementara semua staff TUnya merupakan lulusan Madrasah Aliyah saja. Untuk lebih jelasnya mengenai data pendidik dan tenaga kependidikan dapat dilihat di data guru MTs Darul Muttaqien tahun 20162017 pada halaman lampiran. 7. Data Peserta Didik MTs Darul Muttaqien Pada tahun pelajaran 2016 / 2017 ini, jumlah peserta didik seluruhnya berjumlah 833 orang yang terbagi menjadi 29 Rombel yaitu kelas VIIA – VIIL, VIIIA – VIIIH, dan IXA – IXI. Dengan rincian sebagai berikut:
62
Tabel 4.1 Data Siswa MTs Darul Muttaqien Tahun 2016/2017 Kelas Jenis kelamin
Jumlah VII
VIII
IX
Laki-laki
198
144
140
482
Perempuan
150
82
119
351
Jumlah
348
226
259
833
Sumber: Data Pokok MTs Darul Muttaqien Tahun 2016-2017 Untuk Ruang Kelas karena MTs Darul Muttaqien berbasis Pesantren maka untuk kegiatan belajar mengajar dan aktivitasnya dipisah antara siswa laki-laki dan perempuan. Adapun untuk kegiatan belajar mengajar siswa laki-laki terdiri dari VIIA-VIIG, VIIIA-VIIIE, dan IXA1XE. Sementara, kelas siswi perempuan terdiri dari VIIH-VIIL, VIIIFVIIIH, dan IXF-IXI. Berdasarkan ekonomi keluarga, peserta didik rata-rata berasal dari lingkungan menengah sedikit ke atas, dilihat dari biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua untuk menyekolahkan anaknya di MTs Darul Muttaqien yang jika dikatakan mahal masih banyak sekolah lain yang lebih mahal dan jika dikatakan murah banyak juga orang tua yang tidak mampu menyekolahkan anaknya di MTs Darul Muttaqien. Jika dilihat dari segi pendidikan rata-rata orang tua peserta didik umumnya rata-rata sudah menempuh pendidikan S1 (Sarjana) dan pekerjaannya mereka jika dipersentasekan sekitar 60% telah mempunyai usaha sendiri (wiraswasta), dan 40% nya adalah pegawai negeri dan pegawai swasta. 8. Data Sarana dan Prasarana MTs Darul Muttaqien MTs Darul Muttaqien memiliki total lahan seluas 160000 m2 dari total keseluruhan Yayasan Darul Muttaqien yang terdiri dari 11959 m2 lahan
63
bangunan, 204 m2
luas halaman, 200 m2 luas lapangan olahraga dan
upacara, serta 500 m2 luas kebun. Jumlah bangunannya sebanyak 40 lokal yang terdiri dari Ruang Kegiatan belajar peserta didik terdiri dari 29 Rombel dengan kondisi yang baik, 1 Ruang Perpustakaan dengan kondisi baik, 4 laboratorium komputer dengan kondisi baik, 1 laboratorium MIPA dengan kondisi baik, 1 Laboratorium bahasa dengan kondisi baik, 2 Laboratorium PAI dengan kondisi baik, 2 Ruang Multimedia dengan kondisi baik dan beberapa sarana penunjang seperti sarana olahraga, sarana kesenian, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, ruang UKS, ruang BK, ruang OSIS, ruang Gudang, Aula, Asrama, Kamar Mandi, dan halaman/taman. Untuk penggunaan Laboratorium karena yang menggunakannya bukan hanya satu kelas saja melainkan digunakan oleh semua kelas di MTs Darul Muttaqien dan menghindari terjadinya bentrok ketika pemakaian ruangan tersebut maka dibuatlah jadwal pemakaian ruang laboratorium baik Lab Komputer, IPA, Bahasa, MIPA, maupun PAI. Agar guru dapat menggunakan ruangan laborotorium tersebut, guru mata pelajaran yang ingin melaksanakan pembelajaran disana harus mengisi surat permohonan penggunaan lab, selanjutnya pihak penanggungjawab lab akan memeriksa jadwal penggunaan lab tersebut apakah pada hari dan waktu yang guru ajukan sudah ada yang akan menggunakannya atau belum. Jika belum ada yang akan menggunakan lab pada hari itu, maka surat permohonan guru tersebut akan diterima dan guru dapat menggunakan ruang sesuai dengan hari dan waktu yang diajukan. Pada saat guru menggunakan lab tersebut, guru wajib mengisi berita acara yang tersedia sebagai bukti bahwa guru tersebut telah menggunakan lab pada hari dan waktu yang telah dijadwalkan. Selanjutnya, penanggungjawab lab menandatangi berita acara yang telah diisi oleh guru yang bersangkutan. Jika ingin mengetahui contoh surat permohonan dan berita acara penggunaan lab dapat dilihat pada halaman lampiran.
64
Selanjutnya, untuk lebih jelasnya mengenai kondisi sarana dan prasarana di MTs Darul Muttaqien dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel 4.2 Data Kondisi Sarana dan Prasarana MTs Darul Muttaqien No
Nama Fasilitas
Luas (m2)
Jumlah
Daya Tampung
Kondisi
Jadwal Pemakaian
A
Fasilitas Pembelajaran
1
Ruang Kelas Belajar
8 x 9,5
30
35
Baik
Setiap KBM
2
Ruang Lab. Bahasa
8 x 9,5
1
35
Baik
Kondisional
3
Ruang Lab. Komputer
8 x 9,5
4
35
Baik
Setiap KBM
4
Ruang Lab. PAI
8 x 9,5
2
35
Baik
Kondisional
5
Ruang Lab. MIPA
8 x 9,5
1
35
Baik
Kondisional
6
Ruang Perpustakaan
8 x 9,5
1
± 100
Baik
Kondisional
7
Ruang Multimedia
8 x 9,5
2
35
Baik
Kondisional
B
Fasilitas Penunjang
1
Ruang Pertemuan/Aula
1
± 2500
Baik
Kondisional
2
Ruang Kesenian
8 x 9,5
2
20
Baik
Kondisional
3
Lapangan Sepak Bola
40 x 80
1
± 2500
Baik
Setiap Sore
4
Lapangan Basket
15 x 29
1
± 100
Baik
Setiap Sore
5
Asrama
8 x 9,5
14
16
Baik
Setiap Hari
6
Kamar Mandi
1,5 x 1,25
40
1
Baik
Setiap Hari
Sumber: Data Pokok MTs Darul Muttaqien Tahun 2016-2017
9. Data Prestasi Siswa/I MTs Darul Muttaqien Meskipun
bersekolah
di
lingkungan
pesantren
yang
mengedepankan pelajaran keagamaan tetapi tidak menjadi batasan bagi santri untuk berprestasi sesuai dengan potensi, minat dan bakat yang dimilikinya bahkan pihak madrasah memberikan ruang atau wadah bagi mereka yang ingin mengembangkan diri dan membuktikan bahwa mereka
65
mampu bersaing dan berprestasi baik di tingkat kabupaten, kota, provinsi maupun nasional. Berikut ini adalah tabel Prestasi akademik dan non akademik terbaik yang diraih oleh siswa/i di MTs Darul Muttaqien pada tahun 2015 silam, antara lain: Tabel 4.3 Data Prestasi Siswa/I MTs Darul Muttaqien No
Nama Kejuaraan
Peringkat
Thn
Tempat
Tingkat
Kegiatan A.
Prestasi Akademik
1.
Pidato B. Inggris
Juara 1
2015
2.
Pidato B. Arab
Juara 2
2015
3.
Pidato B. Indonesia
Juara 1
2015
KKM Parung
4.
Olimpiade PAI
Juara 2
2015
KKM Parung
5.
Olimpiade MIPA
Juara 2
2015
KKM Parung
B.
Prestasi Non Akademik
1.
Volly Ball
Juara 1
2015
KKM Parung
2.
Wushu
Juara 1
2015
DKI Jakarta
3.
Bulu Tangkis
Juara 1
2015
KKM Parung
4.
Tenis Meja
Juara 1
2015
KKM Parung
5.
Atletik
Juara 1
2015
KKM Parung
PP Darunnajah Jakarta PP Darunnajah Jakarta
Nasional Nasional KKM Parung KKM Parung KKM Parung
KKM Parung Se DKI KKM Parung KKM Parung KKM Parung
Sumber: Data Pokok MTs Darul Muttaqien Tahun 2016-2017 B. Deskripsi dan Analisis Data Berikut ini disajikan deskripsi dan analisis data penelitian yang berkaitan dengan strategi kepala sekolah dalam mengembangkan sarana dan prasarana untuk meningkatkan mutu pembelajaran di MTs Darul Muttaqien. Secara rinci hasil temuan penelitian di lapangan diperoleh melalui instrumen penelitian yang berupa hasil wawancara terhadap Kepala Sekolah, Wakasek Bidang Sarana dan
66
Prasarana, Tata Usaha Bidang Sarana dan Prasarana, Guru Mata Pelajaran dan Siswa/I. 1. Tugas dan Fungsi Kepala MTs Darul Muttaqien MTs Darul Muttaqien merupakan salah satu sekolah yang berada di daerah Parung Bogor, yang dipimpin oleh Abdullah Hudri, SS, M.Pd. Kepala Madrasah sebagai seseorang yang diberikan amanah dan tanggung jawab untuk memimpin dan mengelola proses pendidikan di Madrasah mempunyai tugas yang sangat beragam. Agar madrasah dapat bermutu maka sangat dibutuhkan kepala madrasah yang mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Beragam dan besarnya tanggung jawab yang diemban oleh seorang kepala madrasah dapat
dilihat
dari
kepemimpinannya.
tugas
dan
fungsinya
dalam
menjalankan
roda
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bapak
Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien bahwa: “Tugas kepala Madrasah secara umum adalah mengelola secara keseluruhan lembaga pendidikan formal dalam hal ini madrasah. Pengelolaan ini mencakup delapan standar pendidikan nasional. Kalau Fungsinya sebagai manajer, supervisor, edukator, konselor. Secara umum Kepala Madrasah berfungsi sebagai penanggung jawab berjalannya lembaga pendidikan dari mulai perencanaan sampai dengan evaluasi dan pelaporan”. Lebih lanjut Beliau mengatakan bahwa ada banyak hal yang harus dimiliki secara pasti oleh kepala madrasah baik dari segi dari sikap, kualifikasi, maupun kompetensi apabila ingin lembaga pendidikan ini berjalan dengan baik dan lebih baik lagi ke depannya. Secara teori, kompetensi dan kualifikasi kepala sekolah sudah dijelaskan oleh Pemerintah dalam Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Hanya saja menurut beliau untuk di MTs Darul Muttaqien ini, seorang Kepala Madrasah penting mempunyai kesungguhan bekerja sepenuh hati, fokus dan kuat dalam berkomunikasi secara verbal dengan para wakamad, TU, terlebih kepada guru. Selain itu, Kepala Madrasah juga harus konsisten dengan keteladanan yang
67
baik dalam segala hal, khususnya dalam menjalankan tata tertib yang mengikat dirinya dan guru secara umumnya.1 Pendapat Kepala MTs Darul Muttaqien diatas, sedikit berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh E.Mulyasa dalam buku “Menjadi Kepala Sekolah Professional” yang mengatakan bahwa tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, motivator, figur, dan mediator (EMASLIM-FM). Perbedaan keduanya terletak pada tugas kepala sekolah sebagai administrator, innovator, leader, dan figur.2 Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa tugas dan fungsi kepala sekolah sangat beragam mulai dari sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, motivator, figur, dan mediator (EMASLIM-FM). Bahkan untuk di MTs Darul Muttaqien selain fungsi tersebut, kepala sekolahnya harus mempunyai kesungguhan bekerja sepenuh hati, fokus dan kuat dalam berkomunikasi secara verbal baik dengan wakamad, TU, dan guru. Selain itu, harus konsisten dengan keteladanan yang baik dalam segala hal, khususnya dalam menjalankan tata tertib yang mengikat dirinya dan guru secara umumnya. Tugas dan fungsi yang diemban kepala sekolah ini harus sejalan dengan kompetensi dan kualifikasi diri yang dimilikinya sehingga kepala sekolah tersebut mampu mengatasi berbagai masalah dan menjawab tantangan masa depan pendidikan yang dihadapi oleh madrasah khususnya kendala atau tantangan dalam pengembangan sarana dan prasarana. 2. Kepemimpinan Kepala MTs Darul Muttaqien Setiap kepala sekolah pasti memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda dalam mengembangkan sarana dan prasarana untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Begitupun halnya dengan Kepala MTs Darul Muttaqien yaitu Abdullah Hudri, SS, M.Pd yang bekerja berdasarkan target dan tujuan 1
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada hari Minggu, 16 Oktober 2016 2 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 12, h. 98.
68
yang jelas serta sesuai dengan prosedur yang berlaku. Beliau lebih condong kepada gaya kepemimpinan Demokrasi akan tetapi keputusan akhirnya diputuskan sendiri oleh Kepala Madrasah. Terkait dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah, Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien mengatakan bahwa: “Secara teori, saya tidak mengiblat ke salah satu gaya kepemimpinan tertentu. Saya memimpin dengan target dan tujuan yang jelas yang sudah diamanahkan kepada saya. Saya bekerja lebih senang berdasarkan prosedur, saya suka bermusyawarah meminta pendapat wakil-wakil saya, guru, atau tata usaha untuk menyelesaikan permasalahan yang kami hadapi di lapangan. Hanya saja saya paham bahwa segala keputusan pada akhirnya harus saya sendiri yang memutuskan dan saya yang bertanggungjawab atas berjalannya keputusan itu di lapangan”.3 Gaya kepemimpinan kepala sekolah ini dipandang oleh wakil kepala madrasah, Tata Usaha, dan beberapa guru efektif digunakan oleh kepala madrasah di MTs Darul Muttaqien. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh salah satu wakilnya di sekolah yaitu Bapak Heri Hasary wakil kepala sekolah bidang kurikulum yang juga guru mata pelajaran pendidikan agama islam yang berpendapat bahwa: “Beliau adalah sosok Kepala Sekolah yang senang akan perubahan demi kemajuan guru dan murid-muridnya, Bersikap proaktif dan mempunyai komunikasi yang baik, Memiliki kemampuan manajemen sekolah yang cukup baik, delegatif dan konsultatif dan Insya Allah Efektif karena pasti Kepala Sekolah memiliki manajemen yang sangat baik untuk mengelola sekolah ini”.4 Senada dengan pendapat Ibu Siti Hajar guru mata pelajaran IPA tentang gaya kepemimpinan kepala madrasah. Beliau mengatakan: “Sosok Kepala Sekolah Darul Muttaqien khususnya MTs adalah seorang Kepala Sekolah yang memiliki kemampuan manajemen sekolah dan memiliki sikap delegatif, partisipatif, dan konsultatif. Gaya kepemimpinan beliau Insya Allah efektif,
3
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada hari Minggu, 16 Oktober 2016. 4 Hasil Wawancara bersama Bapak Hery Hasary Guru PAI pada hari Minggu, 16 Oktober 2016.
69
karena pada dasarnya setiap Kepala Sekolah harus memiliki kemampuan dalam manajemen sekolah”.5 Meskipun rata-rata mengatakan bahwa kepala sekolah mempunyai kemampuan manajemen yang baik, delegatif, dan konsultatif. Tetapi terdapat jawaban yang cukup berbeda diungkapkan oleh Ibu Maria Ulfah guru mata pelajaran IPS/PKN mengenai gaya kepemimpinan kepala sekolah. Beliau mengatakan bahwa: “Beliau adalah orang yang Bertanggungjawab. tegas, memiliki wawasan manajemen sekolah, demokratis, dan kharismatik. Gaya kepemimpinannya analitis, karena ketika mengambil keputusan selalu berdasarkan proses analisis secara logika dari informasi yang ada. Asertif, Karena agresif dalam memberikan perhatian untuk pengendalian personal guru dan lebih terbuka dalam konflik dan kritik sehingga sangat efektif kepemimpinannya”.6 Sejalan dengan pendapat Bapak Samuji guru olahraga yang mengemukakan bahwa: “Kepala Sekolah orangnya tegas dan komitmen. Gaya kepemimpinannya Efektif diterapkan di sekolah kami”.7 Pendapat lain dikemukakan oleh Bapak Ismuhu S staff Tata Usaha bidang Sarana dan Prasarana di MTs Darul Muttaqien bahwa: “Kepala Sekolah menurut saya adalah sosok yang tegas tapi bersahabat tidak membedakan jabatan, sehingga para bawahannya tidak merasa canggung dan dapat bekerja dengan nyaman dan gaya kepemimpinan beliau efektif digunakan di sekolah ini”.8 Dari Hasil observasi yang penulis lakukan di MTs Darul Muttaqien jika dilihat dari interaksi dan komunikasi dengan wakasek, guru, staff, dan siswa, Beliau adalah orang yang ramah, tegas, terbuka pemikirannya, penuh 5
Hasil Wawancara bersama Ibu Siti Hajar Guru IPA pada hari Minggu, 16 Oktober
6
Hasil Wawancara bersama Ibu Maria Ulfah Guru IPS pada hari Minggu, 16 Oktober
2016. 2016. 7
Hasil Wawancara bersama Bapak Samuji Guru Olahraga pada hari Minggu, 16 Oktober 2016. 8 Hasil Wawancara bersama Bapak Ismuhu TU Bidang Sarana dan Prasarana pada hari Minggu, 16 Oktober 2016.
70
perhatian terhadap bawahannya, mempertimbangkan pendapat bawahannya, selalu bekerja dengan mengutamakan keteladanan dan kesesuaian dengan prosedur yang berlaku,
serta bertanggungjawab terhadap jabatan yang
diembannya.9 Selain itu, siswa dan siswi di MTs Darul Muttaqien juga memberikan pendapat mereka mengenai kepemimpinan kepala madrasah yang salah satunya dikemukakan oleh Salman Harris Andryana siswa yang juga Wakil Ketua Kelas VIII-C bahwa: ”Kepala sekolah disini itu baik, tegas, suka menjaga kebersihan dan kalau ada sampah sedikit saja pasti langsung disuruh bersihkan”.10 Sedikit berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Yuliko Hana Zahiah Wakil siswi yang juga Ketua Kelas IX-F bahwa “Orangnya baik, ramah dan selalu memberitahu kalau kita itu belajar bukan hanya sekedar mengejar nilai bagus saja tetapi yang terpenting kita paham pelajarannya tersebut”.11 Gaya kepemimpinan Kepala MTs Darul Muttaqien ini juga diterapkan dalam mekanisme pengambilan keputusan kepala madrasah yang terkait dengan pengembangan sarana dan prasarana untuk meningkatkan mutu pembelajaran di MTs Darul Muttaqien antara lain: a. Kepala madrasah menganalisa dan mengamati masalah di lingkungan madrasah secara langsung baik melalui keliling lingkungan madrasah ataupun menanyakan kepada guru dan karyawan mengenai kendalakendala yang mereka alami. b. Dari hasil pengamatan dan analisa itu, selanjutnya akan didiskusikan dengan petugas apakah itu wakamad, TU atau guru mengenai segala sesuatunya yang berkenaan dengan situasi kondisi tersebut sekaligus berkenaan dengan analisa kepala madrasah sebelum mengambil suatu keputusan. 9
Hasil Observasi tidak terstrukur mengenai gaya kepemimpinan kepala sekolah pada tanggal 04 s/d 30 Oktober 2016. 10 Hasil Wawancara bersama Salman Harris Andryana Siswa Kelas VIII-C pada hari Minggu, 16 Oktober 2016. 11 Hasil Wawancara bersama Yuliko Hana Zahiah Siswi Kelas IX-F pada hari Minggu, 16 Oktober 2016.
71
c. Keputusan akhir diputuskan sendiri oleh Kepala Madrasah dengan mempertimbangkan pendapat dari bawahannya dan hasil analisa beliau sendiri. d. Pada situasi dan kondisi yang mendesak, kepala madrasah akan memutuskan segala sesuatunya sendiri dengan cepat tanpa berdiskusi lagi dengan bawahannya. e. Kepala madrasah akan mengawasi dan bertanggungjawab atas berjalannya keputusan yang telah beliau buat.12 Kemampuan kepala madrasah dalam mengambil keputusan ini tercermin dari kemampuannya dalam mengambil keputusan yang selalu melibatkan bawahannya walaupun pada situasi tertentu kepala madrasah mengambil keputusan sendiri. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Stanley Spanbaeur dalam Sailis yang dikutip oleh Rohiat dalam bukunya menyatakan secara mendalam pendapatnya tekait kepemimpinan. Kesimpulan Stanley Spanbauer ialah: a. Libatkan guru dan semua staff dalam aktivitas penyelesaian masalah. b. Tanyakan kepada para guru bagaimana mereka berpikir mengenai sesuatu dan bagaimana suatu proyek akan dilakukan bukan mengatakan apa yang akan terjadi. c. Berbagilah informasi manajemen sebanyak mungkin untuk membantu komitmen mereka. d. Tanyakan kepada staff sistem dan prosedur mana yang menjadi penghambat dalam memberikan mutu kepada pelanggan mereka. e. Menerapkan komunikasi yang sistematis dan terus menerus antar setiap orang yag terlibat dalam sekolah. f. Mengembangkan keahlian dalam penyelesaian konflik, masalah dan negosiasi ketika menampilkan toleransi yang lebih besar bagi apresiasi konflik. g. Menjadi model, dengan cara menampilkan karakteristik personalitas yang diharapkan, menghabiskan waktu untuk berkeliling serta mendengarkan guru dan pelanggan lainnya. h. Belajar untuk lebih menjadi pelatih daripada seorang BOS.13 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mekanisme pengambilan keputusan Kepala MTs Darul Muttaqien sudah baik dan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Spanbaeur dalam Sailis. Akan tetapi memang tidak 12
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada hari Minggu, 16 Oktober 2016. 13 Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), cet. 2, h. 37-38.
72
bisa
dipungkiri
bahwa
seorang
kepala
madrasah
harus
mampu
mempertimbangkan segala kemungkinan dalam mengambil keputusan terkait madrasah dan bertanggungjawab penuh atas berjalannya keputusan tersebut, baik keputusan itu disepakati secara musyawarah maupun oleh kepala madrasah sendiri.
3. Menyusun Rencana Kebutuhan MTs Darul Muttaqien Langkah awal sebelum melakukan perencanaan pengadaan sarana dan prasarana adalah Menyusun rencana kebutuhan sekolah. Dalam hal ini, Kepala Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien selalu melibatkan wakasek bidang sarana dan prasarana selaku penanggungjawab operasional, Tata Usaha bidang Sarana dana Prasarana selaku pelaksana, Guru Mata Pelajaran dan Siswa/I selaku Pengguna/Pemakai dalam menyusun rencana kebutuhan terkait sarana dan prasarana yang perlu diadakan, diperbaiki, ditambah, ataupun dipelihara untuk menunjang mutu pembelajaran di Madrasah. Terkait Keterlibatan pihak yang terkait dalam Penyusunan Rencana Kebutuhan sarana dan prasarana ini, Bapak Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien mengatakan: “… Dengan mensosialisasikan situasi dan kondisi sarpras madrasah selama tahun ini kepada seluruh warga sekaligus rencana-rencana pengembangan sarpras yang akan dilakukan madrasah. saya melibatkan mereka dalam rapat rutin sebelum tahun ajaran baru dimulai dan didalam rapat tersebut semua yang ada dalam ruangan tersebut memiliki hak untuk berbicara terkait kendala atau masalah sarpras yang mereka alami sendiri atau temukan selama tahun ajaran ini …”.14 Pernyataan kepala sekolah ini didukung dengan adanya data dokumen berupa hasil rapat evaluasi dan rencana bidang sarana dan prasarana yang rutin dilakukan sebelum tahun ajaran baru dimulai. Dari data dokumen hasil rapat evaluasi tahun ajaran 2015-2016 diketahui bahwa kondisi cat tembok di berbagai ruang sudah kotor dan perlu dicat ulang dan papan tulis di dalam 14
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada hari Minggu, 16 Oktober 2016.
73
kelas sebagian sudah rusak dan harus diganti. Untuk menyelesaikan masalah ini maka rencana program bidang sarana dan prasarana tahun ajaran 2016-2017 yaitu Merehab Kelas yang salah satunya adalah pengecatan dinding yang kotor dan melengkapi standar sarpras ruang kelas yang salah satunya adalah pengadaan papan tulis baru. Untuk data yang lebih lengkap mengenai data hasil notulen rapat evaluasi dan rencana program sarana dan prasarana dapat dilihat dihalaman lampiran.15 Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh salah satu wakilnya di sekolah yaitu Bapak Darojat wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana yang juga guru mata pelajaran TIK terkait keterlibatan bawahan dalam menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana. Beliau berpendapat bahwa: “Ya, beliau selalu melibatkan bawahan dan mempertimbangkan saran/masukan dari bawahannya dalam pengembangan sarana dan prasarana. Jika ada masalah terkait sarpras biasanya beliau berdiskusi dengan saya secara individual maupun melalui rapat mingguan yang ada di Madrasah sebelum membuat keputusan”.16 Senada dengan Pendapat Bapak Ismuhu S staff Tata Usaha bidang Sarana dan Prasarana di MTs Darul Muttaqien mengatakan bahwa: “Kepala Sekolah selalu melibatkan Tata Usaha bagian sarpras dalam tiap keputusannya yang berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan dan setiap keputusan adalah hasil musyawarah dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, dan Kepala Tata Usaha ”.17 Sementara, Bapak Muhammad Maasur guru mata pelajaran Bahasa Inggris mengatakan bahwa: “Iya, guru dilibatkan biasanya akan dibahas dalam
15
Hasil Notulen Rapat Madrasah, Evaluasi Bidang Sarana Prasarana Tahun 2015-2016 dan Rencana Program Bidang Sarana dan Prasarana pada tanggal 01 Juni 2016. 16 Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat Wakil Bidang Sarana dan Prasarana pada hari Minggu, 16 Oktober 2016. 17 Hasil Wawancara bersama Bapak Ismuhu TU Bidang Sarana dan Prasarana pada hari Minggu, 16 Oktober 2016.
74
rapat sebelum tahun ajaran baru dan seluruh guru wajib ikut karena ini akan membahas untuk satu tahun ke depan …”.18 Meskipun rata-rata mengatakan bahwa Kepala MTs Darul Muttaqien selalu melibatkan semua pihak yang terkait dalam menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana. Tetapi terdapat jawaban yang sedikit berbeda diungkapkan oleh Ibu Maria Ulfah guru mata pelajaran IPS/PKN yang mengatakan bahwa: “Ya, karena Kepala Sekolah sangat terbuka pada informasi, kritik, dan saran sehingga selalu mempertimbangkan pendapat dari guru dalam pengembangan sarana dan prasarana”.19 Pendapat lain dikemukakan oleh Bapak Heri Hasary guru mata pelajaran pendidikan agama islam mengatakan bahwa: “ Ya, melibatkan guru. misalnya dalam merencanakan sarana dan perlengkapan yang menunjang dan sangat dibutuhkan untuk kemajuan mata pelajaran di sekolah. Contohnya: Pembelian DVD, Alat Praktek MIPA, dan lain-lain”.20 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepala MTs Darul Muttaqien selalu melibatkan bawahannya dalam menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana khususnya guru melalui rapat evaluasi rutin sebelum tahun ajaran mulai yang diikuti oleh wakasek bidang sarana dan prasarana, TU bidang sarana dan prasarana, dan guru mata pelajaran serta hasilnya akan dijadikan sebagai pedoman dalam menyusun rencana program pengembangan sarana dan prasarana selama satu tahun ajaran ke depan. Selain itu, kepala madrasah juga memberikan kesempatan bagi guru ataupun staff untuk mengajukan pengadaan media atau alat pembelajaran yang mereka butuhkan dalam rangka meningkatkan kinerja mereka di madrasah pada pertengahan tahun ajaran jika mereka memang membutuhkannya. Berikutnya,
18
Hasil Wawancara bersama Bapak Muhammad Maasur Guru Bahasa Inggris pada hari Minggu, 30 Oktober 2016. 19 Hasil Wawancara bersama Ibu Maria Ulfah Guru IPA pada hari Minggu, 16 Oktober 2016. 20 Hasil Wawancara bersama Bapak Heri Hasary Guru PAI pada hari Minggu, 16 Oktober 2016.
75
Kepala madrasah akan mempertimbangkan apakah permintaannya dapat diproses atau tidak dengan melihat kondisi keuangan madrasah, melihat urgensi kebutuhan alat/media tersebut bagi staf/guru yang mengajukannya dan prioritas kebutuhan sarana dan prasarana madrasah. Jika nanti permintaan guru atau staf disetujui, kepala madrasah akan menuntut peningkatan hasil kinerja mereka dengan adanya perubahan atau perbedaan yang positif dari sebelum dan sesudah mereka menggunakkan media atau alat yang telah mereka ajukan sehingga pengadaan alat atau media yang disetujui oleh madrasah tidak menjadi sia-sia dan memberikan manfaat nyata bagi sekolah dalam rangka peningkatan kinerja dan mutu madrasah. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala MTs Darul Muttaqien bahwa: “… Saya tidak pernah mempersulit guru yang membutuhkan media baik itu buku referensi maupun VCD-VCD pelajaran, saya hanya mengonfirmasi kepada mereka apakah mereka benar-benar membutuhkannya, kapan rencananya media tersebut akan digunakan, bagaimana cara pembeliannya apakah mereka yang beli sendiri lalu kuitansinya dilaporkan kepada pihak bendahara madrasah ataukah dari bendahara madrasah bersama guru tersebut yang beli media tersebut. Tetapi saya tetap mengawasi benar tidak mereka butuh itu kemudian lihat kemungkinan harganya jika masih bisa dipenuhi maka saya akan setujui permintaan tersebut… .21 Selain itu, biasanya kepala madrasah melakukan kunjungan kelas dan berkeliling ke lingkungan madrasah untuk menguatkan mengenai sarpras yang dibutuhkan madrasah dari hasil laporan wakamad, guru, atau TU. Hal ini sejalan dengan pendapat M. Aufa Rafqi L siswa yang juga Ketua Kelas VIII-C mengenai kunjungan kepala MTs Darul Muttaqien. Aufa mengatakan “Kadang-kadang, biasanya mengecek keadaan kelas. Ada gurunya
21
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016.
76
atau tidak, bersih atau tidak. Kalau kotor biasanya suruh bersih-bersih dahulu baru bisa belajar jadi belajarnya agak telat”.22 Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Salman Harris Andryana siswa yang juga Wakil Ketua Kelas VIII-C bahwa “Terkadang dan biasanya mendadak. Biasanya kepala sekolah memeriksa keadaan kelas ada gurunya atau tidak, mengecek kelas bersih kalau kelasnya ga bersih kita suruh bersihin kelas dahulu baru bisa belajar”.23 Pendapat lain dikemukakan oleh Juva Salma Chotika siswi sekaligus Ketua Kelas IX-I bahwa: “Terkadang, itu biasanya sekedar ngontrol-ngontrol saja dan tidak tentu waktunya lebih sering ustad-ustad yang sudah ditugaskan yang mengontrol ke kelas”.24 Pernyataan siswa/i ini di dukung dengan adanya data dokumentasi berupa Laporan Program Kerja MTs Darul Muttaqien tahun ajaran 2016-2017 yang menunjukan bahwa Kepala MTs Darul Muttaqien telah melakukan kun Jones jungan kelas melalui kegiatan mengontol kebersihan madrasah yang dilakukan rutin setiap satu bulan minimal sekali dari bulan Juli hingga Agustus 2016 ini.25 Uraian di atas terkait penyusunan rencana kebutuhan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (1969) menjelaskan bahwa perencanaan pengadaan perlengkapan pendidikan di sekolah harus diawali dengan analisis jenis pengalaman pendidikan yang diprogramkan di sekolah. Analisis tersebut menurut Sukarna (1987) yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal adalah sebagai berikut: a. Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah yang diajukan oleh setiap unit kerja dan/atau menginventarisasi kekurangan perlengkapan sekolah.
22
Hasil Wawancara bersama M. Aufa Rafqi L Siswa Kelas VIII-C pada hari Minggu, 16 Oktober 2016. 23 Hasil Wawancara bersama Salman Harris Andryana Siswa Kelas VIII-C pada hari Minggu, 16 Oktober 2016. 24 Hasil Wawancara bersama Juva Salma Chotika SiswI Kelas IX-I pada hari Minggu, 16 Oktober 2016. 25 Laporan Program Kerja Kepala MTs Darul Muttaqien tahun ajaran 2016-2017 dari bulan Juli - September.
77
b. Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk periode tertentu, misalnya untuk satu triwulan atau satu ajaran. c. Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan perlengkapan yang tersedia sebelumnya. d. Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran sekolah yang tersedia. e. Memadukan rencana (daftar) kebutuhan perlengkapan yang urgen dengan dana atau anggaran yang tersedia. Dengan demikian perlu diadakan seleksi lagi dengan melihat skala prioritas. f. Penetapan rencana pengadaan akhir.26 Dilihat dari kesesuaian antara teori, hasil wawancara dan studi dokumen mengenai penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana di MTs Darul Muttaqien dapat dikatakan sudah baik karena kepala madrasah selalu berusaha untuk melibatkan bawahannya terutama guru sebagai pengguna karena merekalah yang paling tahu apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja mereka. Akan tetapi, alangkah lebih baiknya jika semua guru turut hadir dan berpartisipasi aktif dalam rapat rutin sebelum tahun ajaran baru agar semua aspirasi
mereka
terkait
pengembangan
sarana
dan
prasarana
dapat
tersampaikan dengan baik. Selain itu, guru juga harus lebih aktif dalam mengajukan segala media atau alat pelajaran yang mereka butuhkan. Sehingga, kepala madrasah dapat menyesuaikan media atau alat yang akan dibeli dengan kebutuhan guru-guru tersebut. Khususnya pada pengadaan buku karena kepala madrasah biasanya hanya melakukan pengadaan buku secara umum untuk menambah koleksi buku di perpustakaan bukan buku sumber referensi guru. Diharapkan
untuk
buku
sumber
referensi
dalam
menunjang
proses
pembelajaraan, guru sendirilah yang aktif untuk mendiskusikannya dengan kepala madrasah terkait kebutuhan pengadaan buku referensi tersebut. 4. Strategi Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana MTs Darul Muttaqien Strategi kepala madrasah dalam Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana di MTs Darul Muttaqien adalah mengajukan permintaan terkait 26
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet. 2, h. 29.
78
sarana dan prasarana kepada pihak yayasan berdasarkan hasil analisis SWOT yang telah dilakukan. Sementara, untuk keputusannya disetujui atau tidak, murni keputusan dari Pihak Yayasan Darul Muttaqien. Oleh karena itu, biasanya kepala madrasah akan melakukan pertimbangan mengenai dana yang dimiliki Yayasan saat itu dengan dana yang dibutuhkan untuk sarana dan prasarana yang diajukan. Kepala madrasah cenderung mengajukan pengadaan sarana dan prasarana terhadap yayasan yang kira-kira dapat disetujui oleh yayasan dan jika menurut pertimbangan beliau, sarana dan prasarana tersebut tidak akan disetujui maka pihak madrasah tidak akan mengajukannya kepada pihak yayasan. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala madrasah bahwa: “Saya suka dengan yayasan itu, ketika memang ada sesuatu yang harus ditangani oleh yayasan itu misalnya pengecetan karena kelasnya sudah mulai kotor biasanya mereka mengiyakan permintaan kita walaupun melihat situasi dan kondisi terlebih dahulu. biasanya yayasan mempunyai pertimbangan sendiri mengenai sekolah mana yang lebih membutuhkan pengadaan atau perbaikan segera. Makanya juga kalau meminta suatu pengadaan ya saya pertimbangkan dahulu mana yang kira-kira dapat dipenuhi oleh yayasan jika kira-kira tidak dapat dikabulkan oleh yayasan ya lebih baik tidak usah diajukan”.27 Lebih lanjut Bapak Hudri mengatakan bahwa satu bulan minimal dua kali diselenggarakan rapat bersama yayasan yang diikuti oleh semua kepala madrasah di setiap jenjang yang berada dibawah naungan Yayasan Darul Muttaqien dan Pihak Rumah Tangga Pesantren yang membahas mengenai situasi dan kondisi masing-masing madrasah, evaluasi kinerja kepala madrasah, dan mengemukakan kendala-kendala yang dialami madrasah yang dipimpinnya dalam kurun waktu tertentu dan pada rapat inilah madrasah juga dapat mengajukan proposal pengadaan sarana dan prasarana madrasah yang
27
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada hari Sabtu , 22 Oktober 2016.
79
dipimpinnya selain melalui membuat janji bertemu langsung dengan pihak yayasan secara mandiri.28 Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Darojat wakil kepala bidang sarana dan prasarana MTs Darul Muttaqien, yaitu: “Yayasan mendukung setiap program pengadaan sarana dan prasarana berdasarkan analisis kebutuhan dengan mempertimbangkan kondisi keuangan Yayasan”.29 Kepala MTs Darul Muttaqien lebih banyak berperan dalam perencanaan sarana dan prasarana di Madrasah khususnya pada pengadaan sarana dan prasarana yang sifatnya besar seperti Pengadaan gedung baru, pemeliharaan gedung, rehabilitasi ruangan-ruangan dan pengadaan lain yang sifatnya besar. Meskipun begitu, kepala madrasah juga melakukan pengadaan sarana
dan prasarana
yang berhubungan
langsung dengan kegiatan
pembelajaran dan skalanya tidak terlalu besar seperti Pengadaan Alat Tulis Kantor, Pengadaan Alat Kebersihan, Pengadaan buku-buku referensi dan alat elektronik,
Pengadaan
media
pembelajaran
seperti
CD-CD
untuk
pembelajaran, bahkan terkadang jika dana dari yayasan tidak mencukupi untuk perbaikan ruangan-ruangan atau fasilitas biasanya pihak madrasah yang akan menutupi atau mengcover kekurangan dana tersebut. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala MTs Darul Muttaqien bahwa : “Hal-hal yang sifatnya rutinitas yang kita lakukan untuk menunjang kinerja dan pembelajaran misalnya Pengadaan ATK tiap bulan ataupun semester, Pengadaan alat kebersihan setiap awal semester, pengadaan buku-buku referensi dan komputer jika dibutuhkan, pengadaan yang sifatnya rutin tahunan seperti pengadaan papan tulis ataupun lemari di kelas. Selain itu, adapun pengadaan media pembelajaran jika dibutuhkan oleh guru. Sementara untuk pengembangan sarpras berskala besar itu menjadi tanggungjawab pesantren seperti pengecetan sekolah setiap tahun
28
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada hari Minggu, 30 Oktober 2016. 29 Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat Wakil Bidang Sarana dan Prasarana pada hari Minggu, 16 Oktober 2016.
80
ajaran baru, pengadaan gedung baru, pergantian keramik atau atap sekolah itu menjadi tanggungjawab pihak pesantren” .30 Adanya pengadaan sarana dan prasarana yang dilakukan madrasah ini didukung dengan adanya data dokumen berupa Laporan Program Kerja Kepala MTs Darul Muttaqien tahun 2016-2017 yang menunjukan pada bulan Agustus - September program pengadaan alat-alat tambahan ekskul, Menambah koleksi buku referensi untuk perpustakaan madrasah, dan penambahan fasilitas olahraga telah terealisasi dengan baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di halaman lampiran.31 Pernyataan di data dokumen tersebut dibuktikan dengan adanya laporan hasil pengadaan barang inventaris MTs Darul Muttaqien pada tahun 2016-2017 yang menunjukkan bahwa pihak madrasah telah melakukan pengadaan sarana dan prasarana berupa peralatan ATK, peralatan Olahraga, CD sebagai media pembelajaran, dan beberapa peralatan atau faslitas yang dibutuhkan di beberapa ruangan di MTs Darul Muttaqien.32 Selain data dokumen di atas, Berikut ini penulis akan memperlihatkan beberapa potret Kondisi Sarana dan Prasarana di MTs Darul Muttaqien. Jika ingin mengetahui Potret kondisi sarana dan prasarana lebih lengkap dapat dilihat di halaman lampiran.
Gambar 4.1 Ruang Perpustakaan 30
Gambar 4.2 Lab. MIPA
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada hari Sabtu , 22 Oktober 2016. 31 Laporan Program Kerja Kepala MTs Darul Muttaqien tahun ajaran Kepala MTs Darul Muttaqien 2016-2017 dari bulan Juli - September. 32 Laporan Hasil Pengadaan Barang Inventaris MTs Darul Muttaqien tahun ajaran 20162017.
81
Gambar 4.3 Lab Komputer
Gambar 4.4 Lapangan Sepak Bola
Gambar 4.1 adalah potret ruang perpustakaan MTs Darul Muttaqien. ruangan tersebut dalam kondisi baik yang mampu menampung sebanyak ± 100 siswa/i dan dapat digunakan secara kondisional tergantung terhadap jadwal yang telah ditetapkan dan bukanya mengikuti jam pelajaran madrasah. Sementara, gambar 4.2 adalah potret ruang lab MIPA MTs Darul Muttaqien yang juga dalam kondisi baik dengan daya tampung hanya 35 siswa/i atau satu rombongan belajar saja. Jika ingin menggunakan fasilitas lab MIPA ini, guru harus menulis surat permohonan izin penggunaan lab dan jika sudah menggunakan ruang lab tersebut, guru juga harus menulis berita acara yang nantinya diserahkan kepada penanggungjawab lab. Berikutnya, gambar 4.3 adalah potret kondisi Ruang Komputer di MTs Darul Muttaqien yang baik dan mampu menampung sekitar 35 siswa/I dalam satu ruangan. Jumlah komputer diruangan ini sesuai dengan jumlah siswa/I dalam satu rombongan belajar dan jadwal pemakaiannya disesuaikan dengan KBM dan sudah ditentukan jadwalnya pada awal tahun ajaran sehingga guru tidak harus membuat surat permohonan penggunaan lab sebelum menggunakan ruangan tersebut. Selain itu, pada gambar 4.4 terdapat potret kondisi lapangan sepak bola MTs Darul Muttaqien yang mampu menampung sekitar ± 2500 siswa/I dengan kondisi baik dan layak pakai. Lapangan ini biasanya digunakan pada sore hari untuk olahraga, kegiatan ekstrakurikuler siswa/I, upacara, dan pagelaran seni untuk perayaan hari-hari besar nasional dan islam di MTs Darul Muttaqien.33
33
Hasil Observasi Terstruktur mengenai kondisi fisik sarana dan prasarana di MTs Darul Muttaqien pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016.
82
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa perencanaan pengadaan sarana dan prasarana sudah terkoordinasi cukup baik antara pihak yayasan, kepala madrasah, dan guru-guru di MTs Darul Muttaqien. Akan tetapi, masih terdapat kendala yang dihadapi oleh pihak madrasah salah satunya adalah dana atau anggaran yang diberikan oleh yayasan untuk pengembangan sarana dan prasarana sangat terbatas bahkan pihak madrasah sendirilah yang harus menutupi kekurangan dana tersebut melalui dana BOS yang dikelola madrasah. Sumber dana untuk pengembangan sarana dan prasarana baik dari segi pengadaan, perbaikan, penambahan maupun pemeliharaan berasal dari dana bantuan Pemerintah berupa dana Badan Operaional Sekolah, bantuan Provinsi yang bersifat satu paket misalnya pemberian buku-buku pelajaran, dan Komite sekolah melalui Uang Infaq Awal Tahun dan SPP bulanan siswa/I MTs Darul Muttaqien. Keuntungan pihak MTs Darul Muttaqien adalah dana BOS dikelola sendiri oleh madrasah tanpa campur tangan dari Yayasan. Sehingga madrasah dapat memenuhi kebutuhannya terkait pembelajaran tanpa harus bergantung pada dana dari Yayasan. Sementara, uang infaq awal tahun dan SPP bulanan siswa/i MTs Darul Muttaqien dikelola langsung oleh pihak Yayasan Darul Muttaqien sehingga jika ada kerusakan gedung atau fasilitas lainnya yang bersifat besar, Madrasah hanya harus melapor ke Yayasan dan selanjutnya Yayasanlah yang akan mengurus segala kerusakan gedung atau ruangan di MTs tersebut. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala MTs Darul Muttaqien bahwa: “Sumber dana pengadaan sarpras dari orang tua siswa melalui SPP dan dana bantuan Pemerintah melalui BOS. Dari provinsi juga ada tapi sifatnya satu paket dan waktunya tidak tentu Bagusnya di Madrasah ini BOS itu dikelola oleh kepala madrasah jadi kita memiliki kebebasan dalam menggunakan dana tersebut untuk memenuhi kebutuhan madrasah dalam menunjang pembelajaran tanpa tergantung dari dana yayasan bahkan jika yayasan hanya mampu memberikan dana sesuai kemampuan
83
mereka dan ternyata masih kurang untuk pengembangan sarpras maka biasanya saya yang tangani atau saya tambah dengan dana dari BOS” .34 Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Darojat wakil kepala bidang sarana dan prasarana MTs Darul Muttaqien, yaitu: “Dana untuk sarana dan prasarana di MTs kami berasal dari Yayasan, Komite Madrasah, dan dana BOS”.35 Jadi, dapat diketahui bahwa sumber dana pengembangan sarana dan prasarana hanya berasal dari Dana BOS, SPP, dan uang infaq awal tahun siswa/i baru di Mts Darul Muttaqien. Pihak Madrasah tidak mempunyai unit usaha yang dikelola oleh pihak MTs sendiri, dan di Pesantren hanya terdapat usaha-usaha yang pengelolaannya dibawah naungan pihak yayasan dan hasilnyapun tidak hanya digunakan untuk pengembangan sarana dan prasarana secara keseluruhan tetapi juga untuk kebutuhan yang lainnya. Dana untuk pengembangan sarana dan prasarana di MTs Darul Muttaqien ini sudah cukup stabil tetapi alangkah lebih baiknya jika pihak yayasan mengadakan kerjasama dengan beberapa pihak luar seperti pihak penerbit atau pihak-pihak lain yang dapat menambah atau mengurangi dana untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana dan alangkah lebih baiknya jika madrasah mempunyai unit usaha dalam pesantren yang dapat menambah pemasukan Yayasan Darul Muttaqien. Sementara, untuk menentukan sarana dan prasarana yang terlebih dahulu dilakukan pengadaannya biasanya pihak madrasah akan melakukan rapat dengan wakamad bidang sarana dan prasarana dan para guru untuk menentukan mana yang lebih diprioritaskan untuk didahulukan dilihat dari jangka waktu dibutuhkannya sarana dan prasarana tersebut. Adanya penentuan skala prioritas ini didukung dengan adanya data dokumen berupa Rencana Program kerja kepala MTs Darul Muttaqien yang menyatakan bahwa rapat kerja madrasah awal tahun termasuk salah satu program strategis kepala madrasah untuk tahun ajaran 2016-2017. Untuk lebih 34
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada hari Minggu, 30 Oktober 2016. 35 Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat Wakil Bidang Sarana dan Prasarana pada hari Minggu, 16 Oktober 2016.
84
jelasnya mengenai Rencana Program Kerja Kepala Madrasah dapat dilihat pada halaman lampiran.36 Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala Madrasah bahwa “Kalau untuk menentukan skala prioritas itu dilakukan pada saat akhir tahun untuk pengadaan yang skalanya cukup besar. Saya tidak dapat memutuskan skala prioritas ini sendiri sehingga harus diagendakan dalam rapat mengenai pengadaan apa yang sifatnya urgent dan mendesak yang harus ada dalam waktu dekat… ”.37 Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Darojat wakil kepala bidang sarana dan prasarana MTs Darul Muttaqien, yaitu: “Ya, kami menentukan skala prioritas mengenai sarpras yang akan didahulukan pengadaannya di Madrasah ini setiap awal tahun ajaran baru”.38 Selain itu, pernyataan diatas juga dibuktikan dengan adanya data dokumen berupa Laporan Program Kerja Kepala MTs Darul Muttaqien pada tahun 2016-2017 yang menunjukkan bahwa rapat kerja madrasah awal tahun yang salah satu agendanya membahas mengenai pengadaan sarana dan prasarana
yang
mendesak
untuk
diprioritaskan
pengadaannya
telah
terealisasikan pada bulan Juli tahun 2016 ini.39 Adapun pihak-pihak yang ditunjuk oleh Kepala Madrasah sebagai penanggungjawab dalam pengadaan sarana dan prasarana yaitu wakamad bidang sarana dan prasarana, bendahara madrasah, dan guru-guru yang telah ditunjuk untuk operasional pengadaan sarana dan prasarana. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala Madrasah bahwa: “Penanggungjawab seluruhnya tentu Kamad, pelaksananya
36
Rencana Program Kerja Kepala MTs Darul Muttaqien tahun ajaran 2016-2017. Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada hari Sabtu , 22 Oktober 2016. 38 Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat Wakil Bidang Sarana dan Prasarana pada hari Minggu, 16 Oktober 2016. 39 Laporan Program Kerja Kepala MTs Darul Muttaqien tahun ajaran 2016-2017 dari bulan Juli - September. 37
85
adalah wakamad bidang sarpras atau TU bidang sarpras. selain itu, saya juga sering melibatkan guru-guru dalam operasional pengadaan sarpras tetapi itu hanya tugas tambahan dan di luar jam mengajar mereka”.40 Sedikit berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Darojat wakil kepala bidang sarana dan prasarana MTs Darul Muttaqien, yaitu: “yang bertanggungjawab mengadakan sarpras adalah Wakamad Bidang Sarana dan Prasarana karena itu memang sudah menjadi tugasnya sebagai wakamad bidang sarana dan prasarana”.41 Pernyataan Bapak Darojat ini didukung dengan adanya data dokumen berupa Pedoman kerja wakil bidang sarana dan prasarana MTs Darul Muttaqien yang menyatakan bahwa tugas seorang wakil bidang sarana dan prasarana adalah Melaksanakan inventaris barang / alat per unit kerja.42 Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perencanaan pengadaan sarana dan prasarana telah berjalan dengan cukup baik namun alangkah lebih baiknya jika semua warga sekolah dapat berperan aktif dalam mendukung program pengembangan sarana dan prasarana yang terdapat di madrasah. 5. Strategi Kepala Sekolah dalam Pemeliharaan Sarana dan Prasarana MTs Darul Muttaqien Setelah sarana dan prasarana telah tersedia, langkah selanjutnya adalah pemeliharaan sarana dan prasarana. Manfaat pemeliharaan sarana dan prasarana bagi madrasah adalah sarana dan prasarana akan tahan lebih lama dan dana perbaikan dapat dialokasikan untuk kebutuhan yang lainnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala Madrasah bahwa: “Manfaat pemeliharaan sarpras pastinya semua sarpras dapat awet digunakan secara fisik maupun kegunaaannya. Selain itu, dapat 40
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada hari Minggu, 30 Oktober 2016. 41 Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat Wakil bidang sarana dan prasarana pada hari Minggu, 16 Oktober 2016. 42 Pedoman Kerja Wakabid dan TU Sarana dan Prasarana MTs Darul Muttaqien tahun ajaran 2016-2017.
86
mengurangi dana yang harusnya untuk pengadaan sarpras tersebut karena kondisinya masih baik dan layak jadi dana tersebut bisa dialokasikan untuk kebutuhan madrasah yang lebih mendesak”.43 Sedikit berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Darojat wakil kepala bidang sarana dan prasarana MTs Darul Muttaqien, yaitu: “ Banyak sekali manfaat yang diperoleh dari pemeliharaan sarana dan prasarana salah satunya seluruh proses Kegiatan Belajar Mengajar menjadi lancar karena sarana dan prasarana dalam kondisi yang baik dan siap pakai”.44 Adapun strategi kepala sekolah dalam memelihara sarana dan prasarana yaitu dengan memaksimalkan kinerja Office Boy dalam memeriksa kondisi segala sarana dan prasarana sebelum digunakan sambil mereka melaksanakan tanggungjawabnya untuk menjaga kebersihan madrasah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala Madrasah bahwa: “Strategi saya dalam bidang sarpras, pertama harus punya SOP Pemeliharaan sarpras yang kita miliki agar tetap terjaga dan dalam kondisi baik. Bila ada kerusakan segera diperbaiki, dan seterusnya. Kemudian, menetapkan jangka waktu habis pakai sarpras yang dimiliki. Kami pasti akan mengganti sarpras yang sudah habis waktu pakainya atau minimal kita memperbaharuinya sehingga masa pakainya menjadi lebih panjang”.45 Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa pemeliharaan sarana dan prasarana sudah terdapat polanya, kepala madrasah menekankan pada Tata Usaha ataupun wakamad bidang sarpras bahwa Office Boy bukan hanya bertanggungjawab
terhadap
kebersihan
sekolah
tetapi
juga
mereka
bertanggungjawab untuk mengecek sarana dan prasarana baik yang terdapat di ruang kelas maupun di ruang pelayanan seperti ruang guru, TU, dan lain-lain setiap minggunya apakah ada yang perlu diperbaiki atau tidak. Selain itu, adapun laporan yang harus dibuat mengenai hasil pengamatan mereka mengenai apa yang perlu diperbaiki, diganti, ataupun ditambah. Seminggu 43
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri pada hari Minggu, 16 Oktober
44
Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat pada hari Minggu, 16 Oktober 2016. Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri pada hari Minggu, 16 Oktober
2016. 45
2016.
87
sekali ini biasanya para OB ini dikumpulkan di ruang staff TU bidang sarpras untuk melaporkan hasil temuan mereka. Nanti staff TU tersebut mencatat hasil laporan tersebut dan melaporkannya langsung kepada kepala madrasah atau wakamad. Setelah mendapat laporan tersebut kepala marasah melakukan pengecekan langsung apakah benar sarpras tersebut perlu diperbaiki, diganti atau ditambah. Jika sudah disetujui maka selanjutnya TU akan berkoordinasi dengan Bendahara mengenai cara pengadaannya.46 Pernyataan kepala MTs Darul Muttaqien ini didukung dengan adanya data dokumen berupa Laporan Program Kerja Program Kerja Kepala MTs Darul Muttaqien pada tahun 2016-2017 yang menunjukkan pada bulan Juli 2016 telah dilakukan rehabilitasi/renovasi sarpras KBM termasuk pengecetan dinding meliputi ruang, kamar mandi, lab, lapangan olahraga, dan meubeler. Sementara, pada bulan September dan Oktober 2016 telah dilakukan perawatan bulanan sarpras madrasah yang meliputi Alat elektronik, ATK, media pembelajaran.47 Dari hasil observasi yang penulis lakukan di MTs Darul Muttaqien mengenai kondisi sarana dan prasarana jika dilihat dari hasil foto kondisi gedung dan ruangan yang telah di renovasi dan di rehabilitasi hasilnya sudah terlihat baik dari kondisi cat yang seperti baru lagi dan kondisi meubeler yang meliputi meja, kursi, papan tulis, dan lemari yang bersih dari coretan-coretan sehingga gedung dan ruangan menjadi lebih bersih, menarik, nyaman dan rapih untuk dijadikan tempat Kegiatan Belajar dan Mengajar siswa/I di MTs Darul Muttaqien. Berikut ini adalah potret gedung dan ruangan yang telah di rehabilitasi pada awal tahun ajaran 2016-2017.48
46
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016. 47 Laporan Program Kerja Kepala MTs Darul Muttaqien tahun ajaran 2016-2017 dari bulan Juli - September. 48 Hasil Observasi Terstruktur mengenai kondisi fisik sarana dan prasarana di MTs Darul Muttaqien pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016.
88
Gambar 4.5 Gedung Yaman
Gambar 4.6 Ruangan Kelas
Selain itu, Untuk Pemeliharaan sarana dan prasarana di Pesantren terdapat RTP (Rumah Tangga Pesantren) yang tugasnya adalah memfasilitasi atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan Pesantren. Jika terjadi masalah atau kerusakan pada fasilitas madrasah maka pihak madrasah dapat melaporkannya ke pihak RTP dengan cara menghubungi mereka, nanti mereka akan segera datang untuk memperbaiki kerusakan tersebut secepat mungkin. RTP ini membawahi semua lini dari setiap jenjang pendidikan yang dikelola oleh Yayasan Darul Muttaqien, sehingga semua masalah kerusakan dan perbaikan yang berada dalam lingkungan pesantren di Yayasan Darul Muttaqien akan ditangani oleh mereka. Tetapi, terkadang pihak RTP tidak dapat datang secepatnya ke MTs jika sedang melakukan perbaikan di jenjang pendidikan lain yang lebih membutuhkan perbaikan segera. Pihak MTs sendiri telah memaklumi situasi dan kondisi ini, karena memang pihak yayasan mempunyai pertimbangan mana yang lebih mendesak dan mana yang penting untuk segera diperbaiki atau direnovasi oleh RTP dan telah disesuaikan pula dengan dana atau anggaran yang dimiliki oleh Yayasan pada saat itu. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala Madrasah bahwa: “Untuk pemeliharaan yang kaitannya dengan milik pesantren atau sarpras yang berskala besar itu menjadi tanggungjawab pesantren seperti pengecetan sekolah yang sudah kotor, pengadaan gedung baru, pergantian keramik atau atap sekolah itu menjadi tanggungjawab pihak pesantren, saya hanya melaporkan melalui telepon ke pihak Rumah Tangga Pesantren untuk memperbaikinya pada hari itu juga. Biasanya paling lama 2 atau 3 hari pasti mereka akan datang untuk memeriksa dan memperbaikinya. Tetapi ya kita memaklumi karena RTP itu bukan hanya mengurusi MTs
89
dan MA saja tetapi seluruh jenjang yang terdapat di Yayasan Darul Muttaqien ini …. ”.49 Adanya pemeliharaan sarana dan prasarana ini didukung dengan adanya data dokumen berupa laporan hasil pemeliharaan fasilitas MTs Darul Muttaqien tahun 2016-2017 yang menunjukkan bahwa pihak MTs Darul Muttaqien telah menyelesaikan Pengecetan dinding sebanyak 5 gedung yang tediri dari gedung Madinah, Mekah, Mesir, Jeddah dan Yaman yang dilakukan secara berkala setiap 6 bulan sekali dengan kondisi cat temboknya sudah kotor dan setelah diperbaiki dengan dicat ulang tembok gedung tersebut menjadi bersih dan rapih.50 Jadi, dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa Strategi Kepala Madrasah dalam memelihara sarana dan prasarana sudah baik, bisa dilihat dari koordinasi antara pihak MTs Darul Muttaqien dan pihak RTP yang selalu bersinergi dalam merenovasi atau memperbaiki sarana dan prasana madrasah yang mengalami kerusakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di MTs Darul Muttaqien. Akan tetapi, karena bukan hanya Pihak MTs saja yang membutuhkan perbaikan segera sehingga terkadang laporan perbaikan yang diajukan madrasah tidak dapat langsung diproses dan dikerjakan hari itu juga apalagi jika jenjang lain yang juga di kelola oleh Yayasan membutuhkan perbaikan yang sangat mendesak. 6. Dampak Pengembangan
Sarana dan Prasarana terhadap
Mutu
Pembelajaran di MTs Darul Muttaqien Salah satu aspek untuk meningkatkan mutu pembelajaran di MTs Darul Muttaqien adalah adanya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala Madrasah bahwa:
49
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016. 50 Laporan hasil Pemeliharaan/Perbaikan Rutin Fasilitas MTs Darul Muttaqien tahun ajaran 2016-2017.
90
“Pembelajaran yang bermutu adalah pembelajaran yang memiliki perencanaan yang baik dan komprehensif dari mulai memuat detail pelaksanaan pembelajaran, bagaimana menjalankannya, media atau sarpras apa yang digunakan sampai evaluasi ketercapaian pembelajaran yang terukur. Kriteria lainnya adalah ketika pembelajaran dapat dinikmati bukan hanya oleh guru tetapi juga oleh siswa”.51 Untuk melihat signifikansi mutu pembelajaran di MTs Darul Muttaqien, penulis telah melakukan analisis terhadap hasil data dokumen berupa sampel Leger Hasil Belajar Siswa kelas VIII dan IX selama dua tahun terakhir. Penulis hanya mengambil satu kelas sebagai sampel yang mewakili beberapa rombongan belajar pada kelas VIII dan IX dan sampel tersebut dipilih secara acak karena setiap tahunnya siswa/i MTs Darul Muttaqien mengalami rolling kelas. Untuk lebih jelasnya mengenai data hasil leger raport tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:52 Tabel 4.4 Hasil Raport kelas VIII dan IX pada tahun ajaran 2014-2015 dan 2015-2016 No
Kelas
Semester
Tahun Ajaran
Jumlah Nilai
Nilai Rata-rata
Keseluruhan
Kelas
1.
VIII
1
2014-2015
42.048
87,60
2
VIII
2
2014-2015
41.468
86,39
3
IX
1
2014-2015
29.981
81,47
4
IX
2
2014-2015
29.591
80,41
5
VIII
1
2015-2016
41.433
89,30
6
VIII
2
2015-2016
39.583
85,31
7
IX
1
2015-2016
42.467
88,47
8
IX
2
2015-2016
41.659
86,79
Sumber Data Leger Raport tahun 2014-2015 dan 2015-2016 Dilihat dari sampel hasil rata-rata nilai raport siswa/i dapat diketahui bahwa pada semester 1, nilai siswa/i cenderung mengalami peningkatan dan 51
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada hari Minggu, 16 Oktober 2016. 52 Data Hasil sample Leger Raport siswa/i kelas VIII dan IX Pada tahun ajaran 20142015 dan 2015-2016.
91
sebaliknya di semester 2, nilai siswa/i cenderung mengalami penurunan. Fenomena hasil ini terjadi baik di kelas VIII maupun IX dan berulang pada dua tahun berturut-turut. Dilihat dari tabel tersebut, Penurunan nilai rata-rata paling drastis terjadi pada kelas VIII tahun ajaran 2015-2016 yaitu dari 89,30 menjadi 85,31. Penurunan nilai rata-rata pada kelas VIII tersebut sebanyak 3,99. Sementara, penurunan nilai paling rendah terjadi pada kelas IX tahun ajaran 2014-2015 yaitu dari 81,47 menjadi 80,41. Penurunan nilainya pada kelas IX tahun tersebut sebanyak 1,06.53 Hasil analisis yang penulis lakukan dari data wawancara konfirmasi dengan kepala sekolah, guru mata pelajaran, dan siswa di peroleh informasi yang beragam penyebab nilai raport siswa yang mengalami peningkatan pada semester awal dan penurunan pada semester akhir. Dari hasil wawancara dengan Bapak Abdullah Hudri diperoleh informasi bahwa pada semester satu siswa tidak banyak dibebani dengan banyak kegiatan-kegiatan di Pesantren sehingga siswa bisa lebih fokus untuk belajar dan meraih prestasi di kelasnya. Untuk kelas IX juga pada semester 2 beban mereka menjadi bertambah karena setelah melaksanakan Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh Pemerintah, siswa/i MTs Darul Muttaqien harus mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh pihak madrasah untuk memperoleh nilai raport kelulusan dari MTs Darul Muttaqien. Karena bagaimanapun pesantren mempunyai standar kelulusan yang sedikit berbeda dengan sekolah lain bukan hanya dinilai dari Hasil Ujian nasional saja tetapi juga dilihat dari hasil penilaian lain yang telah ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang digunakan oleh Pesantren Darul Muttaqien. Selain itu, menurut pendapat beberapa siswa/i MTs Darul Muttaqien diperoleh informasi bahwa banyak siswa kelas VIII dan IX yang mengikuti ekstrakurikuler lebih dari satu dan mereka aktif di dalam ekstrakurikuler tersebut bahkan banyak yang berprestasi dalam mengembangkan minat dan bakatnya tersebut sehingga menimbulkan motivasi untuk terus berjuang dan
53
Data Hasil Penghitungan Sampel Leger Raport siswa/i kelas VIII dan IX Pada tahun ajaran 2014-2015 dan 2015-2016.
92
bersaing dalam mengikuti lomba-lomba yang membutuhkan pelatihan intensif sehingga nilai raport dikelasnya menjadi menurun. Banyak faktor yang dapat menjadi alasan atau penyebab dari fenomena hasil raport siswa ini dan untuk menemukan penyebab yang sesuai dibutuhkan waktu dan penelitian yang mendalam agar hasil yang diperoleh dapat dikatakan valid. Namun, dalam hal ini penulis melakukan analisis jika dilihat dari aspek sarana dan prasarana. peningkatan nilai rata-rata siswa/i pada semester 1 atau awal tahun ajaran baru dapat terjadi karena pada awal tahun ajaran baru selalu diadakan pengembangan sarana dan prasarana berdasarkan hasil evaluasi madrasah selama satu tahun sebelumnya. Pengembangan sarana dan prasarana ini dilakukan dengan mempertimbangkan pendapat guru-guru dan karyawan sebagai pengguna sarana dan prasarana di madrasah sehingga sarana dan prasarana yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan guru, karyawan dan siswa/i dan hal ini akan berdampak pada peningkatan kinerja mereka dalam mencapai mutu pembelajaran di madrasah. Misalnya, Setiap tahun ajaran baru biasanya sekolah melakukan pengadaan buku, media pembelajaran berupa CD dan alat-alat laboratorium untuk menunjang pembelajaran siswa/i di MTs Darul Muttaqien. Selain itu, jika dilihat dari kondisi Sarana dan Prasarana pada awal tahun ajaran baru semuanya tampak seperti baru karena dinding gedung sekolah, kamar mandi, dan meubeler dicat ulang sehingga lebih bersih, rapih, dan cerah. Bukan hanya itu, keramik yang pecah, pintu yang rusak, atap asramapun diganti dengan yang lebih bagus dan tahan lama. Secara psikologis, kondisi lingkungan fisik madrasah yang mendukung untuk belajar ini dapat meningkatkan semangat atau motivasi yang tinggi baik pada guru yang memberikan pelajaran maupun siswa/i yang menerima pelajaran di kelas untuk memperoleh prestasi yang tinggi dalam pelajaran sehingga berdampak pada hasil raport pada semester satu (awal).
93
Berdasarkan standar sarana dan prasarana yang berlaku, sarana dan prasarana di MTs Darul Muttaqien dapat dikatakan memenuhi standar karena memenuhi kriteria jumlah peserta didik dalam satu rombel yang tidak lebih dari 32 orang karena jumlah siswa di sekolah ini dalam satu rombelnya paling banyak hanya 30 orang. Selain itu, ruang kelas di MTs Darul Muttaqien memiliki rasio 8 x 9.5 m2 dan dilengkapi oleh sarana dan prasarana sesuai dengan standar yang berlaku. Untuk ruang perpustakaan juga telah memenuhi standar karena rasionya sama dengan rasio kelas sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah. Analisis ini juga didukung oleh beberapa pendapat dari guru mata pelajaran yang memandang bahwa media pembelajaran yang memadai ini berpengaruh bagi motivasi atau semangat belajar siswa/i di kelas sehingga membuat suasana pembelajaran menjadi lebih variatif dan menyenangkan bagi mereka yang berdampak terhadap peningkatan hasil belajar siswa/I di MTs Darul Muttaqien. Pengembangan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan madrasah berdampak cukup besar dalam meningkatkan mutu pembelajaran, akan tetapi itu bukanlah satu-satunya aspek yang mempengaruhi mutu pembelajaran masih ada beberapa aspek lainnya yang berpengaruh cukup besar agar mutu pembelajaran madrasah akan tercapai. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala Madrasah
mengenai
dampak
sarana
dan
prasarana
terhadap
mutu
pembelajaran. Beliau mengatakan bahwa: “Peningkatan mutu pembelajaran salah satu aspek yang mempengaruhinya adalah ketersediaan sarpras yang optimal digunakan dan tepat sasaran. Dampak positif dari pengembangan sarpras pastilah kalau makin banyak fasilitas terpenuhi ditambah kreativitas guru atau skill/kemampuan guru dalam menggunakan fasilitas tersebut maka pembelajaran akan lebih bermutu. Kalau dikatakan berpengaruh ya berpengaruh, besar atau tidak
94
besar pengaruhnya tetapi apakah satu-satunya tentu saja tidak, masih ada aspek lain yang harus diperhatikan”.54 Lebih lanjut Beliau mengemukakan bahwa selain dampak positif tersebut adapun dampak negatif pengembangan sarana dan prasarana yaitu dari segi anggaran atau dana yang dibutuhkan cukup besar apalagi jika ada pengadaan dalam skala yang besar pasti akan berpengaruh terhadap anggaran kebutuhan yang lain tetapi untuk anggaran gaji guru tidak akan berpengaruh. Jadi sebesar apapun pengadaan yang akan dilaksanakan tidak akan mempengaruhi kesejahteraan guru karena gaji guru itu mutlak tidak bisa diganggu gugat.55 Adanya Pengaruh dari pengembangan sarana dan prasarana ini juga diungkapkan oleh Bapak Ismuhu Tata Usaha bidang sarana dan prasarana. Beliau mengatakan: “Sarana dan prasarana ini sangat berpengaruh terutama untuk pelajaran yang memang sering menggunakan media, jika media tersebut rusak, pasti pembelajaran tidak dapat dilanjutkan atau terhambat. Selain itu, jika sarana dan prasarana kurang memadai, maka kinerja tata usaha pun akan menurun dikarenakan banyaknya pekerjaan yang terbengkalai. Karena untuk pelaporan atau pengadministrasian dibutuhkan sarana yang baik. Contoh: Komputer, printer, kertas, dll ”.56 Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ibu Maria Ulfah guru IPS/PKN
mengenai
pengaruh
sarana
dan
prasarana
terhadap
mutu
pembelajaran yaitu: “Pengaruhnya ketika media yang digunakan memadai akan memberikan motivasi belajar bagi siswa dan kemudahan dalam penyampaian materi bagi guru sehingga mutu pembelajaran dapat dicapai oleh Madrasah kami”.57
54
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016. 55 Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada hari Minggu, 30 Oktober 2016. 56 Hasil Wawancara bersama Bapak Ismuhu TU bidang Sarana dan prasarana pada hari Minggu, 16 Oktober 2016. 57 Hasil Wawancara bersama Ibu Maria Ulfah Guru IPS pada hari Minggu, 16 Oktober 2016.
95
Senada dengan pendapat Ibu Siti Hajar guru IPA yang mengatakan bahwa: “Akan ada pengaruhnya kelengkapan media dengan mutu pembelajaran. Semakin lengkap media pembelajaran maka akan semakin baik proses pembelajaran sehingga akan mempengaruhi hasil dari pembelajaran tersebut. Selain itu, akan terlihat perbedaan baik motivasi maupun hasil belajar ketika dalam proses pembelajaran menggunakan media dan tidak menggunakan media”.58 Meskipun rata-rata guru mengatakan bahwa terdapat pengaruh ketersediaan sarana dan prasarana terhadap mutu pembelajaran. Adapun pendapat yang sedikit berbeda dikemukakan oleh Bapak Samuji guru olahraga mengenai pengaruh sarana dan prasarana terhadap mutu pembelajaran ini yaitu: “Ketersediaan sarana dan prasarana ini sangat penting untuk menunjang keberhasilan pendidikan baik bagi guru maupun siswa. Selain itu, dengan adanya sarana dan prasarana guru dan siswa mudah menyampaikan dan menyerap materi ajar yang disampaikan”.59 Pendapat lain juga diungkapkan oleh Bapak Muhammad Maasur guru Bahasa Inggris bahwa “Pengaruhnya pasti besar karena tidak akan jadi monoton dalam pembelajaran, siswa juga melihat dengan cara yang berbeda dan lebih mudah memahami materinya karena baik guru dan siswa butuh sesuatu yang berbeda agar pembelajaran menjadi lebih dinamis”.60 Siswa/I MTs Darul Muttaqien juga memberikan pendapatnya mengenai pengaruh sarana dan prasarana terhadap mutu pembelajaran. Salah satunya diungkapkan oleh Salman Harris Andryana Wakil Ketua Kelas VIII-C bahwa: “Lebih senang kalau pakai alat, karena kalau disuruh ngebayangin sesuatu kadang-kadang suka tidak dapat juga bayangannnya. Jadi lebih suka
58
Hasil Wawancara bersama Ibu Siti Hajar Guru IPA pada hari Minggu, 16 Oktober
2016. 59
Hasil Wawancara bersama Bapak Samuji guru Olahraga pada hari Minggu, 16 Oktober 2016. 60 Hasil Wawancara bersama Bapak Muhammad Maasur guru Bahasa Inggris pada hari Minggu, 16 Oktober 2016.
96
pake alat. Tetapi pelajaran yang paling sering pake media ya cuma TIK dan sudah pasti di lab belajarnya”.61 Senada dengan pendapat Yuliko Hana Zahiah Wakil Ketua Kelas IXF yang mengungkapkan pendapatnya yaitu : “Lebih nyaman pakai alat peraga dan media kadang-kadang kalau menonton jadi lebih tahu kaya misalnya materi sejarah begitu nonton langsung sejarahnya jadi lebih masuk materinya. Kita juga jadi cepat paham kalau belajar ada materi juga tapi pakai media juga ngajarnya”. 62 Meskipun beberapa siswa/i juga mengemukakan pendapat bahwa lebih mudah memahami pelajaran jika menggunakan media atau alat tetapi ada beberapa siswa/I yang berpendapat sebaliknya. Salah satunya diungkapkan oleh M. Aufa Rafqi L Ketua Kelas VIII-C mengungkapkan bahwa: “Lebih suka belajar cara manual, ditulis saja begitu di papan tulis kalau gambar malah tidak paham dan lebih cepat tanggap kalo menghapal. Jadi kalau misalnya pakai alat/media saya kurang cepat paham malah fokus ke gambarnya saja”.63 Sejalan dengan pendapat Juva Salma Chotika Ketua Kelas IX-I yang mengemukakan bahwa: “Kalau aku lebih suka buat nulis saja lebih cepat nanggapnya daripada pakai alat kalau melihat gambar tidak begitu paham. Terus juga kalau dicatatkan kalau kita lupa bisa lihat catatan buku kita kalau gambarkan tidak sekedar ingat sebentar dan nanti kalau lupa tidak bisa dilihat lagi”.64 Selain itu, bukan hanya dari hasil raport siswa/I yang dapat dijadikan tolak ukur prestasi akademik, pada tahun 2016 ini siswa/I dan guru mata pelajaran telah bersinergi untuk membantu mengembangkan kemampuan siswanya agar dapat berprestasi dalam olimpiade MIPA, IPS dan PAI yang diselenggarakan oleh Pesantren. Olimpiade ini dirancang menjadi lebih 61
Hasil Wawancara bersama Salman Harris Andryana Siswa Kelas VIII-C pada hari Minggu, 16 Oktober 2016. 62 Hasil Wawancara bersama Yuliko Hana Zahiah Siswi kelas IX-F pada hari Minggu, 16 Oktober 2016. 63 Hasil Wawancara bersama M. Aufa Rafqi L Siswa kelas VIII-C pada hari Minggu, 16 Oktober 2016. 64 Hasil Wawancara bersama Juva Salma Chotika Siswi kelas IX-I pada hari Minggu, 16 Oktober 2016.
97
menarik dengan konsep seperti acara rangking satu yang ditayangkan oleh salah satu televisi swasta. Olimpiade ini disambut antusias baik oleh guru maupun siswa/i yang ingin mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka mengenai mata pelajaran MIPA, IPS, dan PAI. Berikut adalah potret dari suasana ketika olimpiade MIPA, IPS, dan PAI yang diselenggarakan pada April tahun 2016 ini.
Gambar 4.7 Suasana Olimpiade MIPA, IPS, dan PAI Putra dan Putri MTs Darul Muttaqien Tahun 2016. Jika dilihat dari pendapat dan data prestasi siswa secara akademik maupun non akademik bahwa pengembangan sarana dan prasarana memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi mutu pembelajaran. Hal ini bisa di lihat dari hasil rata-rata raport siswa yang meskipun mengalami penurunan pada semester 2 di dua tahun ajaran terakhir ini, tetapi rata-rata nilainya masih di atas 8,00 yang termasuk dalam kategori baik. Agar madrasah kedepannya
menjadi
lebih
baik
sebaiknya
kepala
madrasah
dapat
memberdayakan guru menjadi lebih kreatif dan inovatif baik dalam hal pengembangan, pemanfaatan, dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang tersedia di Madrasah sehingga pembelajaran di kelas dapat lebih variatif, menyenangkan, dan semakin mudah dipahami oleh siswa/I dan berdampak pada peningkatan mutu pembelajaran yang semakin baik.
98
7. Strategi Peningkatan Mutu dilihat dari Aspek Sarana dan Prasarana di MTs Darul Muttaqien Untuk meningkatkan mutu pembelajaran, ada beberapa strategi yang telah diterapkan oleh kepala madrasah melalui aspek pengembangan sarana dan prasarana di MTs Darul Muttaqien. Bapak Abdullah Hudri mengatakan bahwa: Ada
beberapa
strategi
yang
diterapkan
dalam
meningkatkan
mutu
pembelajaran melalui sarana dan prasarana, yaitu: a. Menganalisa kebutuhan, merencanakan perbaikan dan pengadaan sesuai situasi dan kondisi madrasah dan menyesuaikan dengan visi, misi dan tujuan madrasah. b. Memberdayakan lab Multimedia difasilitasi dan dibuka administrasinya sehingga guru dapat kapan saja menggunakkan ruangan tersebut. c. Membuka peluang kepada guru jika mereka ingin mengajukan fasilitas atau media tertentu yang mereka butuhkan untuk menunjang pembelajaran dan kinerja mereka. Nanti dipertimbangkan dan pelajari apakah bisa dipenuhi atau tidak. Jika memang pada saat itu belum ada uangnya paling tidak tetap akan dipertimbangkan oleh pihak madrasah. d. Mengadakan pelatihan atau workshop penggunaan laboratorium bahasa walaupun hasilnya kurang maksimal karena pelatihan tersebut malah lebih ke pelatihan bahasanya bukan penggunaan lab bahasa.65 e. Pengadaan buku referensi sebanyak 7-10 % dari dana BOS sehingga diharapkan untuk ke depannya siswa tidak perlu membeli buku lagi karena kebutuhan buku siswa telah terpenuhi. f. Melakukan perawatan secara berkala terhadap sarana dan prasarana dan mengganti sarana dan prasarana yang sudah rusak. g. Memberdayakan guru untuk menjadi pendukung yang terdapat di sekolah.
penanggungjawab
fasilitas
h. Mengadakan rapat koordinasi terkait sarana dan prasarana. i. Melakukan kerjasama dengan pihak lain terkait pengadaan sarana dan prasarana di sekolah. 65
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016.
99
Lebih lanjut Bapak Abdullah Hudri mengatakan selain strategi yang sudah diterapkan oleh kepala MTs Darul Muttaqien di atas, Kepala Madrasah juga memiliki rencana jangka panjang dalam pengembangan sarana dan prasarana. Beliau mengatakan: “ Rencana paling jauh saya ingin semua aktivitas pembelajaran sudah berbasis IT. Saya inginnya setiap kelas sudah ada infocusnya, soundnya, bahkan ada PC/Komputernya sudah permanen di kelas sehingga guru ke kelas hanya tinggal membawa flashdisk saja. Tetapi yang paling penting adalah adanya teralis karena lingkungannya kan masih kampung bukan kota dan masyarakat masih dapat bebas keluar masuk lingkungan pesantren. Sebenarnya jika hanya pengadaan komputer dan proyektor tiap kelasnya kita masih bisa dilakukan. Selain itu saya ingin akan ada pelatihan pemanfaatan IT agar guru semakin kreatif dalam menggunakan media pembelajaran”.66 Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bapak Darojat mengenai strategi pengembangan sarana dan prasarana. Beliau mengatakan bahwa:“ Menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Jadi strategi/upaya kepala sekolah dalam pengembangan sarana dan prasarana berdasarkan hasil analisis SWOT dan pendapat dari guru dan staf”. Lebih lanjut beliau mengatakan mengenai Rencana jangka Panjang madrasah yaitu: “Salah satunya, ingin menyediakan 1 Proyektor untuk setiap kelas untuk memudahkan proses pembelajaran di kelas dan membuat pembelajaran menjadi lebih dinamis”.67 Hal ini belum dapat terealisasi dengan baik karena beberapa kendala seperti yang dikatakan Bapak Abdullah Hudri antara lain: a. Untuk pemeliharaan dan penjagaannya yang membutuhkan dana yang cukup besar salah satunya adalah pemasangan teralis di setiap kelas untuk pengamanan alat-alat tersebut dan harus menambah daya listrik lagi yang biayanya pasti tidak sedikit dan setiap bulan pasti anggaran untuk bayar listrik akan semakin besar dan biaya perawatan agar barang elektronik tersebut tahan lama. 66
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada hari Minggu, 30 Oktober 2016. 67 Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat wakil madrasah bidang sarana dan prasarana pada hari Minggu, 16 Oktober 2016.
100
b. Kendala lainnya jika madrasah melaksanakan pembelajaran berbasis IT kemungkinan hanya dari sebatas gurunya saja sementara siswanya tetap manual. hal ini bertentangan dengan peraturan pesantren bahwa siswa tidak boleh membawa alat elektronik seperti laptop ataupun tablet sehingga pembelajaran berbasis IT tidak akan berjalan maksimal seperti yang dilakukan oleh sekolah lain.68 Adapun beberapa harapan di bidang pengembangan sarana dan prasarana dikemukakan oleh salah satu guru bahasa inggris di MTs Darul Muttaqien yaitu Bapak Muhammad Maasur. Beliau mengemukakan bahwa: “Harapan saya untuk sarpras yaitu ditingkatkan lagi kualitas tempatnya dan media pembelajarannya diperbanyak. Selain itu saya inginnya untuk pembelajaran bahasa inggris ada kelas tersendiri jadi siswanya yang menghampiri kelas tersebut bukan guru mata pelajarannya. Selain itu, akan lebih baiknya di kelas tersebut sudah lengkap dengan fasilitas pembelajarannya seperti LCD, Proyektor, CD Pembelajaran dan lain-lain jadi pembelajaran menjadi lebih dinamis dan menyenangkan bagi siswa”.69 Sementara pendapat beberapa guru lain rata-rata sama yaitu ingin madrasah memilki sarana dan prasarana yang lebih lengkap. Seperti yang dikemukakan oleh Bapak Darojat wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana yang juga guru mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi mengemukakan bahwa: “Khusus dibidang sarana dan prasarana, semoga Madrasah kami di masa yang akan datang memiliki sarpras yang lebih lengkap dan memadai, sehingga proses KBM dapat berjalan lancar dan dapat memenuhi Standar Nasional Pendidikan”.70 Pendapat lain juga diungkapkan oleh salah satu siswa MTs Darul Muttaqien Salman Harris Andyana Wakil Ketua Kelas VIII-C mengenai harapan mengenai pengembangan sarana dan prasana. Salman mengungkapkan bahwa: “Inginnya ada tambahan medianya jadi kalau ada pelajaran yang suruh ngebayangin jadi cepat tergambar karena ada medianya begitu. Apalagi kaya
68
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada hari Minggu, 30 Oktober 2016. 69 Hasil Wawancara bersama Bapak Muhammad Maasur guru Bahasa Inggris pada hari Minggu, 16 Oktober 2016. 70 Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat Wakil Bidang Sarana dan Prasarana pada hari Minggu, 16 Oktober 2016.
101
belajar IPA atau bahasa, kalau di IPA alatnya dibanyakin lagi misalnya gelas ukur dan kalau bahasa lebih dibanyakin prakteknya biar lebih cepat paham”.71 Pendapat yang sangat berbeda diungkapkan oleh M. Aufa Rafqi L Ketua Kelas VIII-C yang mengatakan bahwa: “Alat-alat piketnya ditambahin karena suka ilang ilangan. Kalau di putra baru sehari dikasih biasanya suka langsung hilang dipakai main dikelas”.72 Harapan dari Kepala Madrasah, wakamad bidang sarana dan prasarana, guru mata pelajaran dan siswa memang sangat beragam akan tetapi semua yang mereka ungkapkan adalah harapan positif yang ingin mereka wujudkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di MTs Darul Muttaqien menjadi semakin baik dan baik lagi dari tahun ke tahun. Dari uraian di atas mengenai Strategi kepala sekolah dalam mengembangkan sarana dan prasarana unuk meningkatkan mutu pembelajaran telah terlaksana dengan baik dapat dilihat dari kepala madrasah yang selalu berusaha melibatkan secara aktif wakil kepala sekolah, Tata Usaha, Guru dalam menentukan sarana dan prasarana yang akan direncanakan, pengadaan harian sarana dan prasarana, pemeliharaan sarana dan prasarana ataupun sebagai penanggungjawab atau pengelola harian suatu ruangan baik ruangan lab, perpustakaan, asrama atau ruangan lain. Selain itu, kepala madrasah juga selalu terbuka bagi guru atau karyawan yang ingin memberikan pendapatnya untuk menyediakan suatu sarana dan prasarana untuk menunjang kinerja mereka dalam rangka meningkatkan mutu madrasah. Tetapi tidak dipungkiri bahwa kepala MTs Darul Muttaqien lebih banyak berperan dalam pengembangan sarana dan prasarana yang berhubungan langsung dengan pembelajaran. Sementara, untuk pengembangan sarana dan prasarana milik pesantren yang skalanya relatif besar dan membutuhkan dana yang cukup besar juga seperti gedung atau ruangan, tanggungjawab kepala 71
Hasil Wawancara bersama Salman Harris Andryana siswa kelas VIII-C pada hari Minggu, 16 Oktober 2016. 72 Hasil Wawancara bersama M. Aufa Rafqi L siswa kelas VIII-C pada hari Minggu, 16 Oktober 2016.
102
madrasah hanya sebatas melaporkan dan jika ada yang perlu diperbaiki atau mengajukan proposal pengadaan jika madrasah menginginkan penambahan gedung atau ruangan baru dalam menunjang aktivitas dan kinerja di madrasah sehingga standar mutu madrasah dapat terpenuhi. Selain itu, untuk pengadaan atau pemeliharaan sarana dan prasarana yang sifatnya rutin berjalan sebagaimana mestinya tanpa harus dirapatkan terlebih dahulu karena bawahan dari kepala sekolah ini telah memahami tugas dan fungsinya masing-masing terkait sarana dan prasarana di MTs Darul Muttaqien. C. Temuan Hasil Penelitian Dari hasil deskripsi dan analisis data di atas mengenai Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien, penulis menemukan beberapa hasil penelitian antara lain: 1. Tidak semua guru mata pelajaran terlibat aktif dalam menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana. Sebab, dari hasil data dokumen evaluasi madrasah dibidang sarana dan prasarana pada rapat rutin tahunan yang diselenggarakan sebelum tahun ajaran baru hanya beberapa guru yang ikut dan berpartisipasi dalam rapat tersebut. Sehingga, tidak semua aspirasi guru terkait sarana dan prasarana dapat tersampaikan dengan baik kepada kepala madrasah padahal merekalah yang paling tahu mengenai sarana atau media yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan belajar dan mengajar di kelas sehingga peningkatan mutu pembelajaran dapat tercapai. 2. Kurang optimalnya pemakaian laboratorium MIPA, PAI, Bahasa, dan ruang multimedia dalam kegiatan belajar dan mengajar di MTs Darul Muttaqien. Hal ini dikarenakan guru yang kurang kreatif dalam menggunakan media pembelajaran sehingga dari data laporan penggunaan laboratorium hanya beberapa guru yang sering menggunakan lab untuk menunjang KBM di MTs Darul Muttaqien. Selain itu, ruangan laboratorium ini juga dipakai bersama oleh pihak MTs dan MA di yayasan Darul Muttaqien sehingga waktu untuk menggunakan ruangan tersebut
103
sangat terbatas dan membuat guru merasa lebih nyaman jika mengajar di ruang kelas walaupun dengan sarana prasarana yang terbatas. 3. Strategi perencanaan sarana dan prasarana yang kurang tepat dalam pemberdayaan ruang laboratorium. Sebab, jika ingin menggunakan ruang laboratorium kecuali laboratorium komputer guru harus membuat surat permohonan izin penggunaan laboratorium agar tidak bentrok dengan kelas lain dan jika jadwal yang diminta guru telah diisi oleh guru lain maka guru tersebut harus menunggu atau mengganti hari lain yang masih kosong. Hal ini yang menyebabkan beberapa guru lebih memilih untuk belajar di kelas dibandingkan dengan di laboratorium. 4. Terbatasnya dana atau anggaran yang diberikan oleh yayasan untuk pengembangan sarana dan prasarana sehingga tidak semua permintaan pihak MTs Darul Muttaqien dapat dipenuhi bahkan terkadang pihak madrasah sendirilah yang harus menutupi kekurangan dana untuk pengembangan sarana dan prasarana tersebut. Hal ini dikarenakan jenjang pendidikan yang berada dibawah naungan Yayasan Darul Muttaqien bukan hanya MTs saja. Sehingga, hanya permintaan yang sangat mendesak menurut pertimbangan yayasan dan sesuai dengan anggaran yang dimiliki oleh yayasanlah yang dapat disetujui oleh pihak Yayasan Darul Muttaqien. Sementara, permintaan lainnya yang belum disetujui tidak tolak hanya saja ditangguhkan terlebih dahulu dan akan dipenuhi jika tidak ada kebutuhan yang mendesak dan tersedianya dana di yayasan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian penulis di MTs Darul Muttaqien maka dapat disimpulkan bahwa Strategi Kepala MTs Darul Muttaqien dalam Mengembangkan
Sarana
dan
Prasarana
untuk
Meningkatkan
Mutu
Pembelajaran sudah berjalan dengan baik, hal ini terbukti dari: 1. Hasil analisis SWOT yang menunjukan bahwa kelemahan yang dimiliki oleh MTs Ponpes Darul Muttaqien adalah terbatasnya dana/anggaran dalam pengembangan sarana dan prasarana, kurangnya kreativitas guru dalam penmanfaatan sarana dan prasarana, lemahnya SDM yang memahami pengembangan sarana dan prasarana, rendahnya partisipasi warga sekolah dalam pengembangan sarana dan prasarana pendidikan serta terbatasnya sarana dan prasarana . 2. Strategi kepala sekolah dalam mengembangkan sarana dan prasarana berdasarkan analisis masalah atau SWOT di atas antara lain: Melakukan kerjasama dengan pihak komite sekolah, lembaga/instansi lain dan dunia usaha/industri, melaksanakan workshop/pelatihan terhadap guru secara internal di sekolah, memberikan pelatihan terhadap staff atau guru mengenai manajemen sarana dan prasarana di dalam sekolah ataupun di lembaga lain , meningkatkan kesadaran warga sekolah mengenai pentingnya keberadaan sarana dan prasarana baik melalui bimbingan, penyuluhan, maupun kegiatan lainnya, melakukan pengadaan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan sekolah serta melakukan perbaikan dan perawatan sarana dan prasarana milik sekolah. 3. Pengembangan sarana dan prasarana ini memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap mutu pembelajaran di MTs Darul Muttaqien. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian standar sarana dan prasarana dengan kondisi sarana dan prasarana di MTs Darul Muttaqien yang menunjukan bahwa
104
105
jumlah siswa, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, dan lapangan telah memenuhi standar kriteria minimal yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Selain itu, hasil raport siswa dalam kurun waktu dua tahun terakhir juga menunjukan hasil yang amat baik yaitu berada di atas 8,00.
B. Saran Meskipun strategi kepala sekolah dalam mengembangkan sarana dan prasarana sudah berjalan baik dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di MTs Darul Muttaqien, namun ada beberapa hal yang dapat disarankan oleh penulis, antara lain: 1. Untuk Kepala Madrasah, Dalam menerapkan strategi pengembangan sarana dan prasarana, Kepala Madrasah diharapkan bersikap lebih tegas agar semua guru mata pelajaran ikut dan aktif dalam menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana melalui undangan wajib rapat evaluasi bidang sarana dan prasarana sebelum tahun ajaran baru dimulai. Selain itu, dalam rangka pengoptimalan ruang laboratorium MIPA, PAI, Bahasa, dan ruang multimedia lebih baik dibuat jadwal penggunaannya sebelum tahun ajaran baru dimulai sehingga penggunaan laboratorium tersebut menjadi lebih efektif dan efisien. 2. Untuk Guru, Dalam penyusunan rencana kebutuhan sebaiknya guru menyadari pentingnya partisipasi mereka dalam menentukan prioritas sarana dan prasarana yang akan direncanakan, sehingga mereka bersedia ikut dan aktif dalam menyampaikan pendapat mengenai kebutuhannya pada rapat evaluasi sarana dan prasarana. 3. Untuk Yayasan, Terkait dana atau anggaran yayasan yang terbatas untuk pengembangan sarana dan prasarana, alangkah lebih baiknya jika pihak yayasan melakukan kerjasama dengan beberapa donatur baik dari Komite Sekolah, Pengusaha, maupun Pemerintah Daerah sehingga sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan oleh semua jenjang pendidikan dibawah naungan yayasan Darul Muttaqien dapat terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA Amri, Sofan. Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar & Menengah. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya. Cet. 1. 2013. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Cet. 15. 2013. Aini, Nurul. “Mutu Pembelajaran Akuntansi”. Skripsi pada Sekolah SMK Negeri 50 Jakarta. Jakarta. 2016. tidak dipublikasikan. Bafadal, Ibrahim. Manajemen Perlengkapan Sekolah. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Cet. 2. 2004. Basleman, Anisah dan Syamsu Mappa. Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet. 1. 2011. Departemen Pendidikan Nasional. Pengembangan Kultur Sekolah. 2009. Fattah, Nanang. Manajemen Stratejik Berbasis Nilai. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet.1. 2015.
Haris, Abdul dan Nurhayati. Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Cet. 2. 2012. Heene, Aime. Dan Sebastian Desmidt. “Manajemen Strategik Keorganisasian Publik”. dalam Faisal Afiff, dan Ismeth Abdullah (ed), Bandung: PT. Refika Aditama. Cet.1. 2010. Herry, Asep Hernawan. Asra dan Laksmi Dewi. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press. Cet. 1. 2007. Hidayat, Ara dan Imam Machali. Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah. Yogyakarta: Kaukaba. Cet. 1. 2012. Kompri. Manajemen Pendidikan - Jilid 3. Bandung: Alfabeta. Cet.1. 2015. ------, Manajemen Sekolah: Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta. Cet. 1. 2014 . Kurniadin, Didin dan Imam Machali. Manajemen Pendidikan: Konsep & Prinsip Pengelolaan Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Cet.1. 2012.
106
107
Matin, Nurhattati Fuad. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Cet. 1. 2016. Minarti, Sri. Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan secara Mandiri. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Cet. 1. 2011. Mulyasa, E. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Ed.1. Cet. 3. 2013. ------ . Menjadi Kepala Sekolah Professional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet. 12. 2011. Nata, Abuddin. Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Prenada Media Grup. Cet. 1. 2016. Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah /Madrasah. Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Cet. 8. 2014. Rohiat. Manajemen Sekolah. Bandung: PT. Refika Aditama. Cet. 2. 2009. Rusdiana. Pengelolaan Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia. Cet. 1. 2015. Sadiman, Arief S. dkk. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Cet. 14. 2010. Sagala, Syaiful. Supervisi Pembelajaran: Dalam Proses Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Cet. 1. 2010. Solihin, Ismail. Manajemen Strategik. Jakarta: Erlangga. 2012. Sri Ambar, Wahyu. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan. Jakarta: CV. Multi Karya Mulia. Ed. 1. 2007. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT. Alfabeta. Cet. 13. 2011. Suhardan, Dadang. Supervisi Profesional: Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta. Cet. 4. 2010. Triwiyanto, Teguh & Ahmad Yusuf Sobri. Panduan Mengelola Sekolah Bertaraf Internasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Cet.1. 2010. Wahjosumidjo: Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Jakarta. Cet. 7. 2010.
Lampiran 1
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Responden
: Abdullah Hudri, SS, M.Pd
TTL
: Bogor, 06 Desember 1979
Pendidikan
: S1 Bahasa dan Sastra Arab UIN Jakarta 2003 S2 Manajemen Pendidikan UNJ 2015
Jabatan
: Kepala Madrasah MTs Darul Muttaqien
Lama Masa Kerja
: 10 Tahun
Pertanyaan Wawancara 1. Apa saja tugas pokok dan fungsi kepala sekolah? Jawab: Tugas kepala madrasah secara umum adalah mengelola secara keseluruhan lembaga pendidikan formal dalam hal ini madrasah. Pengelolaan ini mencakup delapan standar pendidikan nasional. Fungsinya sebagai manajer, supervisor, educator, konselor. Secara umum Kepala Madrasah berfungsi sebagai penanggung jawab berjalannya lembaga pendidikan dari mulai perencanaan sampai dengan evaluasi dan pelaporan. 2. Apa saja masalah atau tantangan di bidang pendidikan yang dihadapi oleh sekolah pada saat ini khususnya di bidang sarana dan prasarana? Jawab: Masalah selalu ada, begitu juga tantangan dalam mengelola lembaga ini. Permasalahan sarana dan prasarana yang saat ini sedang dihadapi adalah keinginan kami untuk menambah media-media pembelajaran interaktif untuk kegiatan belajar mengajar dari seluruh mata pelajaran yang ada. Selain itu, kami juga ingin menyempurnakan sarpras pengajaran,
khususnya berkaitan dengan fasilitas olahraga dan keterampilan. Kami menginginkan guru menjadi lebih kreatif dan lebih semangat dengan mediamedia, alat-alat, fasilitas-fasilitas pendukung dalam pelaksanaan pengajaran di kelas maupun di luar kelas. Tantangannya selain masalah pendanaan yang harus kita rencanakan dan atur pemasukan dan pengeluarannya untuk memenuhi kebutuhan sarpras tersebut, begitu juga dengan up grading kompetensi atau kemampuan guru dalam penggunaan media-media, alat-alat, fasilitas-fasilitas pendukung dalam pelaksanaan pengajaran tersebut. 3. Apakah gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh bapak? Dan mengapa memilih gaya tersebut? Jawab: Secara teori, saya tidak mengiblat ke salah satu gaya kepemimpinan tertentu. Saya memimpin dengan target dan tujuan yang jelas yang sudah diamanahkan kepada saya. Saya bekerja lebih senang berdasarkan prosedur, saya suka bermusyawarah meminta pendapat wakil-wakil saya, guru, atau tata usaha untuk menyelesaikan permasalahan yang kami hadapi di lapangan. Hanya saja saya paham bahwa segala keputusan pada akhirnya harus saya sendiri yang memutuskan dan saya yang bertanggungjawab atas berjalannya keputusan itu di lapangan. 4. Sebagai kepala sekolah apakah anda lebih sering melibatkan bawahan dalam mengambil suatu keputusan atau tidak khususnya dalam mengembangkan sarana dan prasarana? Dan Langkah apa saja yang dirumuskan sebelum bapak mengambil keputusan tersebut? Jawab: Saya termasuk orang yang suka melihat dan menganalisa masalah lingkungan madrasah secara langsung. Dari hasil pengamatan dan analisa itu, biasanya saya bicarakan dengan petugas apakah itu wakamad, TU atau guru mengenai
segala sesuatunya yang berkenaan dengan situasi kondisi tersebut sekaligus berkenaan dengan analisa saya sebelum saya mengambil suatu keputusan. 5. Menurut anda sikap dan keterampilan dasar apa sajakah yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah agar berhasil dalam menjalankan tugasnya khususnya dalam mengembangkan sarana dan prasarana? Jawab: Banyak hal sebenarnya yang harus dimiliki secara pasti oleh kamad dari sikap, kualifikasi, maupun kompetensi apabila ingin lembaga pendidikan ini berjalan dengan baik dan lebih baik lagi ke depannya. Secara teori, kompetensi dan kualifikasi kamad sudah dijelaskan oleh Pemerintah dalam Permendiknas
nomor
13
tahun
2007
tentang
Standar
Kepala
Sekolah/Madrasah, semuanya itu benar adanya. Hanya saja menurut saya untuk di MTs Darul Muttaqien ini, Kamad penting mempunyai kesungguhan bekerja sepenuh hati, fokus dan kuat dalam berkomunikasi secara verbal dengan para wakamad, TU, terlebih kepada guru. Selain itu, harus konsisten dengan keteladanan yang baik dalam segala hal, khususnya dalam menjalankan tata tertib yang mengikat dirinya dan guru secara umumnya. 6. Bagaimanakah strategi/kebijakan yang anda lakukan dalam mengelola atau mengembangkan sarana dan prasarana? Jawab: Strategi saya dalam bidang sarpras, pertama harus punya SOP Pemeliharaan sarpras yang kita miliki agar tetap terjaga dan dalam kondisi baik. Bila ada kerusakan segera diperbaiki, dan seterusnya. Kemudian, menetapkan jangka waktu habis pakai sarpras yang dimiliki. Maksudnya, setiap sarpras pasti memiliki jangka waktu ketahanan atau kekuatan dalam kondisi baik. Kami pasti akan mengganti sarpras yang sudah habis waktu pakainya atau minimal kita memperbaharuinya sehingga masa pakainya menjadi lebih panjang. Kalau untuk sarpras biasanya kita sudah punya polanya, saya selalu bilang ke TU ataupun wakamad bidang sarpras bahwa OB disini bukan hanya
bertanggungjawab
terhadap
kebersihan
sekolah
tetapi
juga
mereka
bertanggungjawab untuk mengecek sarana dan prasarana baik yang terdapat di ruang kelas maupun di ruang pelayanan seperti ruang guru, TU, dan lain-lain setiap minggunya apakah ada yang perlu diperbaiki atau tidak, jadi mereka itu tahu apa saja yang harus mereka periksa setiap harinya sebelum kegiatan sekolah dimulai meskipun tidak tertulis peraturannya dan setiap minggunya ada laporan yang harus mereka buat mengenai hasil pengamatan mereka mengenai apa yang perlu diperbaiki, diganti, ataupun ditambah. Seminggu sekali ini biasanya para OB ini dikumpulkan di ruang staff TU bidang sarpras untuk melaporkan hasil temuan mereka. Nanti staff TU tersebut mencatat hasil laporan tersebut dan melaporkannya langsung kepada saya atau wakamad. Setelah mendapat laporan tersebut saya melakukan pengecekan langsung apakah benar sarpras tersebut perlu diperbaiki, diganti atau ditambah. Nanti kalau saya sudah setuju, TU tersebut langsung ke bendahara madrasah. Nanti mereka yang berdiskusi bagaimana proses membelinya dan pelaporannya. 7. Apa dasar atau pedoman bapak dalam menentukan kebijakan terkait pengembangan sarana dan prasarana? Untuk peningkatan layanankah atau karena ada kelebihan dana? Jawab: Kalau dari yayasan pedoman untuk kinerja ada tetapi tidak detail. Landasannya ada pasti tetapi ya landasan utamanya adalah kita harus bersih, pelayanan juga harus maksimal, dan hal-hal yang perlu dilakukan ya kita lakukan. Jadi, landasan hukum itu tidak berpengaruh bagi kita justru yang berpengaruh itu adalah mindset dalam pikiran kita bahwa pelayanan semaksimal mungkin untuk pendidikan itu harus dilakukan baik dari segi kebersihannya, fasilitasnya maupun kebutuhan-kebutuhan mengajar yang lain diperlukan guru. Saya orangnya cukup terbuka dengan guru-guru, saya bilang dengan guru-guru butuh apapun baik media pembelajaran atau buku referensi
silahkan konsultasikan dengan saya, kalau misalnya kita belum ada uang konsultasikan saja dengan saya dahulu tidak apa-apa. Guru butuh apa kan tidak mungkin mereka beli apapun untuk kebutuhan sekolah tanpa konsultasi dengan saya. Saya tidak pernah mempersulit guru yang membutuhkan media baik itu buku referensi maupun VCD-VCD pelajaran, saya hanya mengonfirmasi kepada mereka apakah mereka benar-benar membutuhkannya, kapan rencananya media tersebut akan digunakan, bagaimana cara pembeliannya apakah mereka yang beli sendiri lalu kuitansinya dilaporkan kepada pihak bendahara madrasah ataukah dari bendahara madrasah bersama guru tersebut yang beli media tersebut. Tetapi saya tetap mengawasi benar tidak mereka butuh itu kemudian lihat kemungkinan harganya jika masih bisa dipenuhi maka saya akan setujui. Meskipun saya tidak terlalu paham tentang keuangan madrasah tetapi saya tahu kemungkinan anggaran yang dimiliki oleh madrasah. Jadi, jika menurut pertimbangan saya pengadaan tersebut masih wajar dan bisa dipenuhi oleh madrasah ya saya akan setujui permintaan mereka. 8. Bagaimana cara untuk melibatkan dan memberdayakan secara aktif semua warga sekolah untuk dalam mengembangkan sarana dan prasarana? Jawab: Untuk membuat semua warga madrasah aktif dalam mengembangkan sarpras yaitu pertama dengan mensosialisasikan situasi dan kondisi sarpras madrasah selama tahun ini kepada seluruh warga sekaliigus rencana-rencana pengembangan sarpras yang akan dilakukan madrasah. Kemudian, melibatkan guru, TU atau pegawai madrasah lainnya dalam pemeliharaan sarpras madrasah tersebut. 9. Siapa saja yang terlibat dalam perencanaan sarana dan prasarana? Jawab:
Untuk perencanaan sarpras yang terlibat adalah Kepala Madrasah, Wakamad Bidang Sarana dan Prasarana, TU Bagian Sarana dan Prasarana, dan beberapa guru yang telah ditunjuk oleh kepala madrasah. 10. Apakah bapak sering mengadakan kunjungan kelas untuk mengetahui kondisi sarpras dan kebutuhan siswa? Jawab: Kunjungan ke kelas adalah pekerjaan rutin harian kamad. Namun, apabila kamad berhalangan maka akan dikunjungi oleh wakamad atau guru piket yang mewakili kamad. 11. Strategi apa yang digunakan kepala sekolah dalam perencanaan sarana dan prasarana apakah bottom-up atau up-bottom? Jawab: Terkadang dari bawah ke atas apabila ada aduan dan temuan dari guru atau wakamad bidang sarpras. Terkadang juga dari atas ke bawah apabila kamad merasa perlu mengambil langsung keputusan di lapangan. 12. Apa saja pengembangan sarana dan prasarana baik dari segi pengadaan, perbaikan, penambahan, atau pemeliharaan sarpras yang dilakukan oleh pihak MTs sendiri? Hal-hal yang sifatnya rutinitas untuk menunjang kinerja dan pembelajaran misalnya Pengadaan ATK tiap bulan ataupun semester, Pengadaan alat kebersihan setiap awal semester, pengadaan buku-buku referensi dan komputer jika dibutuhkan, pengadaan yang sifatnya rutin tahunan seperti pengadaan papan tulis ataupun lemari di kelas. Selain itu, adapun pengadaan media pembelajaran jika dibutuhkan oleh guru. Adapun kegiatan yang sifatnya pemeliharaan untuk meningkatkan daya tahan suatu fasilitas agar masa pakainya jauh lebih lama. Jika dipertengahanpun dibutuhkan suatu pengadaan yang urgent maka akan kita lakukan.
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Responden
: Darojat S.Pd.I
TTL
: Bogor, 18 Juni 1979
Pendidikan
: S1Pendidikan
Jabatan
: Wakil Bidang Sarana dan Prasarana
Lama Masa Kerja
: 4 Tahun
Pertanyaan Wawancara 1. Sebagai wakasek sarpras, apa saja tugas bapak yang terkait sarana dan prasarana? Jawab: Merencanakan, mengadakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan Yayasan/Madrasah, mengontrol keadaan (pemeliharaan) sarana dan prasarana, dan evaluasi kegiatan. 2. Apa saja masalah atau tantangan di bidang pendidikan yang dihadapi oleh sekolah pada saat ini khususnya di bidang sarana dan prasarana? Jawab: Keterbatasan dana Yayasan/Madrasah sehingga tidak semua kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dapat diadakan. 3. Menurut Bapak, apakah kepala sekolah lebih sering melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan atau tidak khususnya di bidang sarana dan prasarana? Jawab: Ya, selalu melibatkan bawahan dan mempertimbangkan saran/masukan dari bawahannya. Jawab:
4. Bagaimana koordinasi dan komunikasi antara kepala sekolah dengan wakasek dalam menyukseskan program sekolah khususnya di bidang sarana dan prasarana? Jawab: Secara individual maupun melalui melalui rapat mingguan yang ada di Madrasah. 5. Bagaimana kebijakan/strategi kepala sekolah dalam mengelola sarana dan prasarana? Jawab: Menggunakan analisis SWOT. Jadi strategi/upaya kepala sekolah dalam pengembangan sarana dan prasarana berdasarkan hasil analisis SWOT dan pendapat dari guru dan staf. 6. Dalam mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan, kapan perencanaan /analisa kebutuhan biasanya dilakukan? Jawab: Sebelum Tahun Ajaran Baru melalui rapat rutin tahunan madrasah. 7. Perencanaan sarana dan prasarana apa saja yang dilakukan sekolah dalam jangka waktu pendek, menengah, dan panjang? Jangka Pendek: a. Menginventarisir sarana dan prasarana sekolah secara detail dan rapi. b. Penanganan 3K lebih baik lagi. c. Penambahan alat-lat praktek. d. Pembuatan papan nama setiap gedung. e. Perbaikan ringan seluruh sarpras.
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Responden
: Ismuhu S
TTL
: Bogor, 16 Oktober 1985
Pendidikan
: MI Miftahul Anwar MTs Darul Muttaqien MA Darul Muttaqien
Pekerjaan
: Tata Usaha Bidang Sarana dan Prasarana
Pertanyaan Wawancara 1. Apa sajakah tugas Tata Usaha terkait sarana dan prasarana pendidikan? Jawab : Tugas Tata Usaha terkait sarana dan prasarana pendidikan adalah sebagai penanggung jawab atas sarana dan prasarana yang digunakan untuk pembelajaran. Contohnya: mempersiapkan infocus untuk digunakan guru dalam proses pembelajaran dan dicatat dalam buku peminjaman barang dan mengadministrasikan semua barang keluar dan masuk. 2. Bagaimana sosok kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah ini? Jawab: Kepala Sekolah menurut saya adalah sosok yang tegas tapi bersahabat tidak membedakan jabatan, sehinggaa para bawahannya tidak merasa canggung dan dapat bekerja dengan nyaman. 3. Menurut Bapak, Apakah gaya kepimimpinan yang diterapkan oleh kepala efektif jika diterapkan di sekolah? Jawab: Menurut saya efektif. 4. Bagaimana harapan anda di masa mendatang terkait mutu pembelajaran sekolah? Jawab: Harapan saya, semoga sekolah menjadi lebih baik lagi.
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Responden
: Maria Ulfah S.Pd
TTL
: Bogor, 25 September 1986
Pendidikan
: S1 Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Mapel yang diampu
: Guru IPS/PKN
Lama Masa Kerja
: 3 Tahun
Pertanyaan Wawancara 1. Bagaimana sosok kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah ini? Bertanggungjawab.
tegas,
memiliki
wawasan
manajemen
sekolah,
demokratis, dan kharismatik. 2. Bagaimana gaya kepimimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah? Apakah efektif jika diterapkan di sekolah? -
Gaya kepemimpinannya analitis, karena ketika mengambil keputusan selalu berdasarkan proses analisis secara logika dari informasi yang ada.
-
Sangat efektif kepemimpinannya.
3. Apakah guru dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan sarana dan prasarana? Ya, karena Kepala Sekolah sangat terbuka pada informasi, kritik, dan saran. 4. Dalam
perencanaan
kebutuhan,
apakah
kepala
sekolah
selalu
mempertimbangkan pendapat dari guru sebagai pengguna terkait apa yang mereka butuhkan? Ya, selalu mempertimbangkan pendapat dari guru. 5. Seberapa pentingkah adanya sarana dan prasarana bagi guru dalam menunjang pembelajaran di kelas? Sangat penting karena sarana prasarana merupakan alat atau media dalam proses pembelajaran.
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA Responden
: Siti Hajar S.Pd
TTL
: Pandeglang, 17 Oktober 1985
Pendidikan
: S1 Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Mapel yang diampu
: Guru IPA
Lama Masa Kerja
: 4 Tahun
Pertanyaan Wawancara 1. Bagaimana sosok kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah ini? Sosok Kepala Sekolah Darul Muttaqien khususnya MTs adalah seorang Kepala Sekolah yang memiliki kemampuan manajemen sekolah dan memiliki sikap delegatif, partisipatif, dan konsultatif. 2. Bagaimana gaya kepimimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah? Apakah efektif jika diterapkan di sekolah? Insya Allah efektif, karena pada dasarnya setiap Kepala Sekolah harus memiliki kemampuan dalam manajemen sekolah. 3. Apakah guru dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan sarana dan prasarana? Ya, guru tiap mata pelajaran akan dilibatkan dalam proses perencanaan sarana dan prasarana tiap mata pelajaran. 4. Dalam
perencanaan
kebutuhan,
apakah
kepala
sekolah
selalu
mempertimbangkan pendapat dari guru sebagai pengguna terkait apa yang mereka butuhkan? Ya, Kepala Sekolah akan mempertimbangkan pendapat dari tiap guru mata pelajaran terkait kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan pada tiap mata pelajaran. 5. Seberapa pentingkah adanya sarana dan prasarana bagi guru dalam menunjang pembelajaran di kelas? Sangat
penting, dengan adanya sarana dan prasarana guru dapat
menyampaikan materi pembelajaran lebih baik.
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Responden
: Heri Hasary, S.Pd.I
TTL
: Jakarta, 14 Mei 1975
Pendidikan
: S1 UMJ Cirendeu
Mapel yang diampu
: Guru Pendidikan Agama Islam
Lama Masa Kerja
: 18 Tahun.
Pertanyaan Wawancara 1. Bagaimana sosok kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah ini? Sosok Kepala Sekolah di Sekolah ini yaitu senang akan perubahan, Bersikap proaktif dan mempunyai komunikasi yang baik, Memiliki kemampuan manajemen sekolah yang cukup baik. 2. Bagaimana gaya kepimimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah? Apakah efektif jika diterapkan di sekolah? Insya Allah Efektif, karena pasti Kepala Sekolah memiliki manajemen yang sangat baik untuk mengelola sekolah ini. 3. Apakah guru dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan sarana dan prasarana? Ya, Kepala Sekolah akan melibatkan secara efektif dalam proses perencanaan sarana prasarana tiap mata pelajaran. 4. Dalam
perencanaan
kebutuhan,
apakah
kepala
sekolah
selalu
mempertimbangkan pendapat dari guru sebagai pengguna terkait apa yang mereka butuhkan? Ya, misalnya dalam merencanakan sarana dan perlengkapan yang menunjang dan sangat dibutuhkan untuk kemajuan mata pelajaran di sekolah. 5. Seberapa pentingkah adanya sarana dan prasarana bagi guru dalam menunjang pembelajaran di kelas? Sangat penting, dengan adanya sarana prasarana guru dapat mengembangkan dan menyampaikan materi dengan mudah dan baik.
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Responden
: Samuji, S.Pd.I
TTL
: Ponorogo, 21 April 1975
Pendidikan
: S1 Penddikan
Mapel yang diampu
: Guru Penjaskes
Lama Masa Kerja
: 4 Tahun
Pertanyaan Wawancara 1. Bagaimana sosok kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah ini? Baik dan Bijaksana. 2. Bagaimana gaya kepimimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah? Apakah efektif jika diterapkan di sekolah? Tegas dan Komitmen. Efektif 3. Apakah guru dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan sarana dan prasarana? Selalu dilibatkan. 4. Dalam
perencanaan
kebutuhan,
apakah
kepala
sekolah
selalu
mempertimbangkan pendapat dari guru sebagai pengguna terkait apa yang mereka butuhkan? Selalu. 5. Seberapa pentingkah adanya sarana dan prasarana bagi guru dalam menunjang pembelajaran di kelas? Sangat penting untuk menunjang keberhasilan pendidikan baik bagi guru maupun siswa.
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Responden
: Muhammad Maasur
TTL
: NTB, 09 Agustus 1986
Pendidikan
: S1 ISID
Mapel yang diampu
: Guru Bahasa Inggris
Lama Masa Kerja
: 5 Tahun
Pertanyaaan Wawancara 1. Bagaimana sosok kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah ini? Alhamdulillah bisa memimpin dengan baik, pengertian, dan mampu menempatkan gurunya sesuai dengan kapasitasnya 2. Bagaimana gaya kepimimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah? Apakah efektif jika diterapkan di sekolah? Fleksibel, tegas, dan mendahulukan prioritas daripada yang penting. 3. Apakah guru dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan sarana dan prasarana? Kalau guru mungkin hanya dilibatkan pada saat pengajuan sarpras saja, untuk diterima atau tidak usulan kita tergantung keputusan kepala sekolah. 4. Dalam
perencanaan
kebutuhan,
apakah
kepala
sekolah
selalu
mempertimbangkan pendapat dari guru sebagai pengguna terkait apa yang mereka butuhkan? Iya, guru dilibatkan biasanya akan dibahas dalam rapat sebelum tahun ajaran baru dan seluruh guru wajib ikut karena akan dibahas untuk setahun ke depan. 5. Seberapa pentingkah adanya sarana dan prasarana bagi guru dalam menunjang pembelajaran di kelas? Sangat penting, karena alatkan salah satu tujuannya untuk membantu meningkatkan mutu pembelajaran anak-anak, siswa juga melihat dengan cara yang berbeda dan lebih mudah memahami dengan materinya.
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Nama Siswa/I : Yuliko Hana Zahiah Kelas
: IX-F
Pertanyaan Wawancara 1. Menurut kalian, kepala sekolah orangnya bagaimana? Baik, ramah dan selalu memberitahu kita karena beliau kan juga ngajar nahu kalo kita tuh belajar bukan hanya sekedar mengejar nilai bagus saja tetapi yang terpenting kita paham pelajarannya tersebut. 2. Apakah kepala sekolah sering melakukan kunjungan ke kelas kalian? Jika iya biasanya apa yang dilakukan kepala sekolah ketika berkunjung ke kelas? Sering, kalau ada pelajarannya kadang-kadang juga sering keliling-keliling kelas juga biasanya suka melihat kelas kita sudah rapih atau belum, guru yang mengajar masuk atau tidak. 3. Apakah Kalian lebih paham jika belajar menggunakan bantuan media pembelajaran seperti gambar, sketsa, alat peraga, proyektor atau alat bantu lainnya atau tidak menggunakkan media atau alat bantu apapun? Lebih enakan pake alat peraga dan media-media kadang-kadang kan kalau nonton jadi lebih tahu kaya misalnya materi sejarah gitu nonton langsung sejarahnya jadi lebih masuk gitu materinya. Kita juga jadi cepet paham kalau belajar ada materi juga tapi pake media juga ngajarnya 4. Apa harapan untuk sekolah kalian di masa mendatang? Guru-gurunya lebih semangat lagi dalam mengajar biar muridnya juga jadi semangat juga belajarnya dan kelasnya dibuat lebih menarik biar kalau dikelas ga cepet ngantuk.
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Nama Siswa/I : Salman Harris Andryana Kelas
: VIII-C
Pertanyaan Wawancara 1. Menurut kalian, kepala sekolah orangnya bagaimana? Baik tegas suka menjaga kebersihan dan kalau ada sampah sedikit saja pasti langsung kita suruh bersihkan. 2. Apakah kepala sekolah sering melakukan kunjungan ke kelas kalian? Terkadang dan biasanya mendadak. Biasanya kepala sekolah Memeriksa keadaan kelas ada gurunya atau tidak, mengecek kelas bersih kalau kelasnya ga bersih kita suruh bersihin kelas dahulu baru bisa belajar. 3. Apakah Kalian lebih paham jika belajar menggunakan bantuan media pembelajaran seperti gambar, sketsa, alat peraga, proyektor atau alat bantu lainnya atau tidak menggunakkan media atau alat bantu apapun? Lebih senang kalau pake alat, karena kalau disuruh ngebayangin sesuatu kadang-kadang suka ga dapet juga bayangannnya. Jadi lebih suka pake alat. Tetapi pelajaran yang paling sering pake media ya cuma TIK dan sudah pasti di lab belajarnya. Kalau di kelas yang sering pakai media biasanya guru piqih sering bawa boneka domba jika sedang belajar tentang Qurban dan lain-lain. 4. Apa harapan untuk sekolah kalian di masa mendatang? Pengen ada tambahan medianya jadi kalau ada pelajaran yang suruh ngebayangin jadi cepet tergambar karena ada medianya gitu. Apalagi kaya belajar IPA atau bahasa gitu, kalau di IPA alatnya dibanyakin lagi kaya gelas ukur dan kalau bahasa lebih dibanyakin prakteknya biar lebih cepat paham.
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Nama Siswa/I : M. Aufa Rafqi L Kelas
: VIII-C
Pertanyaan Wawancara 1. Menurut kalian, kepala sekolah orangnya bagaimana? Baik, suka senyum, ramah, tegas juga. 2. Apakah kepala sekolah sering melakukan kunjungan ke kelas kalian? Kadang-kadang, biasanya mengecek keadaan kelas. Ada gurunya atau tidak, bersih atau tidak. Kalo kotor biasanya suruh bersih-bersih dahulu baru bisa belajar.jadi belajarnya agak telat. 3. Apakah Kalian lebih paham jika belajar menggunakan bantuan media pembelajaran seperti gambar, sketsa, alat peraga, proyektor atau alat bantu lainnya atau tidak menggunakkan media atau alat bantu apapun? Lebih suka belajar cara manual, ditulis aja gitu di papan tulis kalau gambar malah ga paham dan lebih cepat tanggep kalo menghapal. Jadi kalau misalnya pakai alat/media saya kurang cepet paham malah fokus ke gambarnya aja. 4. Apa harapan untuk sekolah kalian di masa mendatang? Alat-alat piketnya ditambahin karena suka ilang ilangan. Kalau di putra baru sehari dikaseh biasanya suka langsung ilang dipake main dikelas.
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Nama Siswa/I : Juva Salma Chotika Kelas
: IX-I
Pertanyaan Wawancara 1. Menurut kalian, kepala sekolah orangnya bagaimana? Orangnya baik, bijaksana, ramah, terus enjoy dan lucu kalo ngajar jadi lebih cepet paham materinya 2. Apakah kepala sekolah sering melakukan kunjungan ke kelas kalian? Terkadang itu biasanya cuma ngontrol-ngontrol saja dan ga tentu waktunya lebih sering ustad-ustad yang sudah ditugaskan yang mengontrol ke kelas. 3. Apakah Kalian lebih paham jika belajar menggunakan bantuan media pembelajaran seperti gambar, sketsa, alat peraga, proyektor atau alat bantu lainnya atau tidak menggunakkan media atau alat bantu apapun? Kalau aku lebih suka buat nulis aja lebih cepet nanggepnya daripada pake alat kalau liat gambar ga begitu paham. Terus juga kalau dicatatkan kalau nanti kita lupa bisa liat catatan buku kita kalau gambarkan ngga cuma inget sebentar dan nanti kalau lupa ga bisa diliat lagi. 4. Apa harapan untuk sekolah kalian di masa mendatang? Kalau untuk dikelas kayanya sudah cukup deh kalau untuk sekarang.
Lampiran 2
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi yang berjudul "Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien ParungBogor" yang disusun oleh Ika Oktavianti, NIM. 1112018200017, Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Telah disetujui kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal,
Jakarta, 07 Desember 2016
Mengetahui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
WDr. Fathi Ismail, MM
Drs. Ali Nurdin, M.Pd
NIP. 150 183 109 00
NIP. 19550601198103 1 005
Lampiran 3
DAFTAR REFERENSI
Judul
: Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien Parung-Bogor.
Nama
: Ika Oktavianti.
NIM
: 1112018200017
Dosen Pembimbing
: 1. Dr. H. Fathi Ismail, MM 2. Drs. Ali Nurdin, M.Pd
Rujukan /Somber
BAB
Ibrahim
Bafadal,
Perlengkapan
Manajemen
Nomor Footnote
Hal Skripsi
1
1
Sekolah, (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2010), Cet. 2, h. 1 Ara Hidayat dan Imam Machali,
2
Parafl
Paraf2
»
.AI~
~
~
j1~
~
1
Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, I
Mengelola
dan
Aplikasi Sekolah
dalam dan
Madrasah, (Yogyakarta: Kaukaba.
'
2012), Cet. 1, h. 155. Abuddin Nata, Pendidikan dalam
Perspektif Al-Qur 'an,
(Jakarta:
Prenada Media Grup, 2016), Cet.
3
4
"'\
~
-
1, h. 137-138. Hasil wawancara dengan Bapak Heri
Hasary,
Sekolah
Wakil
bidang
4
5
1
8
Kepala
Sarana
dan
Prasarana, pada hari Rabu, 04 November 2015
pukul 10.00
WIB,
TMI
di
Ruang
Darul
Muttaqien.
Kepemimpinan
Wahjosumidjo,
Kepala
Sekolah:
Tinjauan
Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta:
PT.
Raja
AN
Grafindo
/
Persada Jakarta, 2010),
Cet. 7,
h. 83. E. Mulyasa,
Menjadi Kepala
2
9
3
9
4
10
5
10
6
10
Sekolah Professional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 12, h. 98. Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala
Sekolah. Mulyasa. loc. cit. Syaiful II
Sagala,
Pembelajaran:
Dalam
Supervisi Proses
Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 1, h. 121. Wahjosumidjo,
Kepala
Kepemimpinan
Sekolah:
Tinjauan
Teoritik dan Permasalahannya,
(Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada
~
Jakarta, 2010), Cet. 7, h. 101. Mulyasa,
Manajemen
7
11
~
Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),
/IN' /
Cet. 3, h. 20.
Ibid., h. 20-22.
8
__.......,.,
12
- - ·. L
,11},/
~ u ...
/fA/
~
.4Jtl'
~
#/
~
Rohiat,
Manajemen
Sekolah,
9
12
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), cet. 2, h. 37-38.
Manajemen
Mulyasa,
10
13
Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 3,
2013),
h. 22.
Aime Heene, Sebastian Desmidt,
"Manajemen
11
Strategi
Faisal Afiff, dan Ismeth Abdullah (Bandung:
;'
13
Keorganisasian Publik, ", dalam
(ed.),
/
PT.
Refika
/
Aditama, 2010), Cet. 1, h. 53. Freddy
Rangkuti,
Ana/isis
12
13
SWOT: Teknik Membedah Kasus
-
Bisnis, (Jakarta: PT Gramedia
'L1 ,_ _JJ.-.1
~
Pustaka Utama, .2014), Cet. 8,
/
h. 3.
Ibid., h. 4.
13
14 .-
Kompri, Manajemen Pendidikan -
Jilid
3,
(Bandung:
Alfabeta,
14
14
-~ ~
M-\
/"'¥ r
Lampiran 4 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
7.
8.
9.
10.
11. 12. 13. 14.
Lembar Check List Dokumen Dokumen Ada Profil Sekolah Visi dan Misi Sekolah Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Sekolah Struktur Organisasi Sekolah tahun 2016-2017. Data Guru dan Staff tahun 20162017. Data Inventaris Sarana dan Prasarana tahun ajaran 2016-2017. Laporan Hasil Pengadaan Sarana dan Prasarana tahun ajaran 20162017 Laporan Hasil Pemeliharaan Sarana dan Prasarana tahun ajaran 20162017 Data Nilai Raport/Hasil Belajar Siswa kelas VIII dan IX (dua semester terakhir) pada dua tahun terakhir. Laporan Hasil rapat pada akhir Semester/Tahun ajaran bidang Sarana dan Prasarana Pendidikan tahun 2015-2016. Data Rencana Program Semester/Tahunan bidang Sarana dan Prasarana Pendidikan Tahun 2016-2017 Laporan Program Kerja Kepala Sekolah Periode 2016-2017. Pedoman Kerja Wakasek Bidang Sarana dan Prasarana. Data Prestasi siswa/I dari tahun ajaran 2012-2016. Contoh Surat Permohonan dan berita acara penggunaan Laboratorium
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√
√
√ √ √ √
Tidak Ada
Ket
Lampiran 5 LEMBAR HASIL OBSERVASI KONDISI SARANA DAN PRASARANA MTs DARUL MUTTAQIEN TAHUN PENDIDIKAN 2016-2017 No
Nama Fasilitas
Luas (m2)
Jumlah
Daya Tampung
Kondisi
Jadwal Pemakaian
A
Fasilitas Pembelajaran
1
Ruang Kelas Belajar
8 x 9,5
30
35
Baik
Setiap KBM
2
Ruang Lab. Bahasa
8 x 9,5
1
35
Baik
Kondisional
3
Ruang Lab. Komputer
8 x 9,5
4
35
Baik
Setiap KBM
4
Ruang Lab. PAI
8 x 9,5
2
35
Baik
Kondisional
5
Ruang Lab. MIPA
8 x 9,5
1
35
Baik
Kondisional
6
Ruang Perpustakaan
8 x 9,5
1
± 100
Baik
Kondisional
7
Ruang Multimedia
8 x 9,5
2
35
Baik
Kondisional
B
Fasilitas Penunjang
1
Ruang Kepala Sekolah
8 x 9,5
1
1
Baik
Setiap Hari KBM
2
Ruang Guru
8 x 9,5
4
25
Baik
Setiap Hari KBM
3
Ruang Tata Usaha
8 x 9,5
1
7
Baik
Setiap Hari KBM
4
Ruang Konseling
8 x 9,5
2
30
Baik
Kondisional
5
Ruang OSIS/OPDM
8 x 9,5
2
30
Baik
Kondisional
6
Ruang UKS
8 x 9,5
2
10
Baik
Kondisional
7
Ruang Pertemuan/Aula
1
± 2500
Baik
Kondisional
8
Ruang Kesenian
8 x 9,5
2
20
Baik
Kondisional
9
Lapangan Sepak Bola
40 x 80
1
± 2500
Baik
Setiap Sore
10
Lapangan Basket
15 x 29
1
± 100
Baik
Setiap Sore
11
Asrama
8 x 9,5
14
16
Baik
Setiap Hari
12
Kamar Mandi
1,5 x 1,25
40
1
Baik
Setiap Hari
13
Halaman/Taman
2,5 m2
9
Baik
-
14
Ruang Gudang
3x3
1
Baik
-
~-
-
Lampiran 7
•
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK
FORM (FR)
Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia
No. Dokumen Tgl. Terbit No. Revisi: Hal
FITK-FR-AKD-082 1 Maret 2010 01 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
Nomor: Un.01/F1/KM.01.3/Jh~h./2016 Lamp. : Outline/Permohonan Data Hal : Permohonan lzin Penelitian
Jakarta, 26 September 2016
Kepada Yth. Kepala Sekolah MTs Darul Muttaqien di Tempat
Assalamu'alaikum wr. wb. Dengan hormat kami sampaikan bahwa: Nama
: lka Oktavianti
NIM
: 1112018200017
Jurusan
: Manajemen Pendidikan
Semester
: IX (Sembilan)
Judul Skripsi : Strategi Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MTs Darul Muttaqien.
adalah benar mahasiswi Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menyusun Skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di sekolah yang Saudara pimpin. Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan melaksanakan penelitian dimaksud.
mahasiswa tersebut
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum tivr. wb.
Tembusan: 1. Dekan FITK 2. Pembantu Dekan Bidang Mahasiswa yang bersangkutan 3. Mahasiswa
BIODATA PENULIS Ika Oktavianti, lahir di Jakarta, 05 Oktober 1994. Anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Sadih dan Purwanti. Jenjang pendidikan yang sudah ditempuh: SDN Kota Baru IV tamat tahun 2006, SMP Negeri 13 Bekasi tamat tahun 2009, SMA Negeri 12 Bekasi tamat tahun 2012, dan meneruskan jenjang pendidikan S1 Jurusan Manajemen Pendidikan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat SMA penulis lebih aktif pada kegiatan ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis) dan Pramuka. Aktifitas berorganisasi tidak hanya berlangsung pada saat penulis SMA. Di kampus mengikuti kegiatan Degung Sunda Tarbiyah di Pojok Seni Tarbiyah (POSTAR), dengan pengalaman bermain alat musik tradisional ini penulis dapat berkesempatan mengikuti berbagai pementasan baik di dalam maupun di luar kampus. Selain itu, penulis juga mendapat pengalaman berorganisasi sekaligus melestarikan budaya Indonesia yang salah satunya adalah gamelan sunda. Menimba ilmu di bidang manajemen pendidikan dan berorganisasi, membuat penulis ingin terus belajar dan belajar untuk hal-hal baru yang belum penulis ketahui dan terus berupaya untuk selalu menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang-orang yang berada di sekitar penulis.