POLITEKNOSAINS VOL. XIV NO. 2
September 2015
PENGARUH WAKTU PENEMPELAN(START TIME TO PRESSURE/STP)SAMBUNGAN SINGLE LAP JOINT (SLJ) ANTARA AL 2024 DAN CFRP TERHADAP KEKUATAN GESER Bi Asngali Politeknik Negeri Madiun
[email protected]
ABSTRACT The objective of this research is to investigate the effect of start time pressure and pressure level to adhesive epoxy/ Al-powder to the shear strength tensile of single lap joint between Al 2024 and CFRP. The variations of start time pressure used were 0, 20, 40, 60 and 80 minutes. The specimensand theirs testing are based on the ASTM D 1002. The resultsof this research shows that start time pressure can increase shear strength of the joint. For start time to pressure 20 minutes,the joint has the highest shear strength (8.51 MPa). In this condition,fractions surfaces show that the types of failure are light fiber tear. Keywords: srart time to pressure, epoxy / Al-powder, shear strength, Single Lap Joint
PENDAHULUAN Penggunaan bahan-bahan aluminium dan komposit sudah banyak menjadi alternatif pengganti baja pada kendaraan karena memiliki massa jenis yang lebih ringan dan tidak mudah terkorosi. Pada kendaraan, penggunaan bahan yang lebih ringan berdampak pada penghematan bahan bakar.Menurut Moller et al., (2010), sambungan carbon fiber reinforced polymers (CFRP) dengan logam digunakan pada industri pesawat (misalnya bagian lambung pesawat), industri mobil (misalnya struktur atap mobil). Proses penyambungan yang sering digunakan adalah dengan paku keling atau baut, karena sederhana dan Pengaruh Waktu Penempelan…
mudah untuk pembongkaran. Namun menurut Banea dan Silva (2009), apabila sambungan tersebut menerima beban tinggi atau benturan,kerusakan akan terjadi pada lubang karena terjadi konsentrasi tegangan. Lubang untuk sambungan tersebut sering menjadi penyebab retaksehingga membahayakan kontruksi. Resin epoksi digunakan sebagai perekat antara logam karena kemampuannya yang tidak mudah menguap dan penyusutan yang rendah(kurang dari 0,5%) pada curing(Tai dan Szklarska-Smialowska, 1993). Perekat epoksi memiliki afinitas yang baik untuk permukaan paduan aluminium dan lapisan oksida
66
POLITEKNOSAINS VOL. XIV NO. 2
yang dihasilkan selama persiapan permukaan (Chasser et al., 1993). Suatu kontruksi mesin pasti membutuhkan sistem sambungan yang kuat dan efisien seperti sambungan adhesive.Penambahan filler serbuk aluminium pada epoksi dapat meningkatkan kualitas perekat (adhesive).Penerapan curing time pada sambungan SLJ menarik untuk diteliti. Dengan pengaturan waktu jeda untuk menempelkan (melekatkan) akan diperoleh kekuatan sambungan yang optimal. KAJIAN PUSTAKA Perkembangan teknologi sambungan kususnya sambungan yang menggunakan adhesive joint telah banyak dipelajari.Pengujian sambungan adhesive joint yang paling sering digunakan adalah sambungan tumpang tunggal (singlelap joint/SLJ) (Adams, 2005). Umumnya, sambungan adhesive jointdapat dikategorikan sebagai berikut (Matsuzaki et al., 2008, Möller et al., 2010): -
September 2015
-
Logam / logam (mis Al / Al) Polimer / logam (mis CFRP / Al, GFRP / Al)
Mölleret et al., (2010) menyampaikan bahwa bahan carbon fiber reinforced polymers (CFRP) dan logam semakin banyak digunakan, diantaranya ditemukan di industri kedirgantaraan (misalnya segmen lambung), industri mobil (misalnya struktur atap CFRP). Jenis kegagalan pada Single Lap Joint Banea dan Silva (2009) membagi beberapa jenis kegagalan yaitu kegagalan adhesive, kegagalan cohesive, kegagalan thinlayer cohesive, kegagalan fibertear, kegagalan lightfibertear dan kegagalan stock-break.Kegagalan adhesive adalah kegagalan antarmuka antara perekat dan salah satu adherend.Kegagalan ini merupakan indikasi dari batas lapisan perekat yang lemah.Kegagalan cohesive terjadi ketika hasil rekahan pada lapisan perekat tersisa pada kedua permukaan adherend.
Polimer / polimer (misalnya CFRP / CFRP, GFRP / GFRP)
Pengaruh Waktu Penempelan…
67
POLITEKNOSAINS VOL. XIV NO. 2
September 2015
Gambar 1 Jenis kegagalan yang mungkin terjadi pada sambungan adhesive yang melibatkan komposit (Banea dan Silva, 2009).
Patah sambungan karena kegagalan fiber tear terjadi ketika kekuatan perekat mampu merobek fiber. Kegagalan stock break terjadi jika salah satu adherend patah.Jenis kegagalan pada adhesive dapat menjadi indikasi tegangan geser dari spesimen uji.Dibandingkan dengan adhesive failure, cohesive failure memiliki tegangan geser yang lebih tinggi. Kegagalan sambungan menurut Adams dan Peppiatt (1974) sering terjadi karena faktor void dan microcracks pada perekat. Lebih lanjut Silva (2006) mengatakan void sebagai initial crack penyebab terjadinya konsentrasi tegangan saat menerima beban. Tipe kegagalan yang terjadi pada sambungan ini adalah cohesive failure.Dibandingkan dengan adhesive failure, cohesive failure memiliki tegangan geser yang lebih baik.(Banea dan Silva, 2009).Tipe kegagalan
Pengaruh Waktu Penempelan…
lightfibertear memiliki harga kekuatan tarik geser dengan harga 4,5-5,5 MPa pada ketebalan 0,4-0,6 mm perekat epoksi/NS. Kekuatan sambungan dengan harga 3-4,5 MPa menunjukkan kegagalan cohesive dan thinlayercohesive pada ketebalan 0,10,3 mm dan 0,7-1 mm perekat epoksi/NS, sedangkan pada perekat epoksi dengan ketebalan 0,4-0,9 mm. Kegagalan thinlayer cohesive merupakan pengembangan kegagalan cohesive, perbedaannya terletak pada jumlah perekat yang melekat pada masing-masing adherend. Sambungan dengan harga kekuatan kurang dari 3 MPa memperlihatkan kegagalan adhesive pada ketebalan 0,1-0,3 mm dan 1 mm dengan perekat epoksi. Perekat terlihat melekat pada adherend komposit yang menunjukkan ikatan dengan adherend alumunium lemah Tipe kegagalan adhesive menunjukkan ikatan yang lemah antara perekat dan adherend, sehingga kekuatan tarik geser sambungan rendah.Kegagalan cohesive merupakan kegagalan yang 68
POLITEKNOSAINS VOL. XIV NO. 2
bisa diterima pada industri penerbangan. Ikatan yang sama kuat antara perekat dan adherend diperlihatkan pada kegagalan cohesive. Tipe kegagalan light fibertear atau interlaminar menghasilkan kekuatan tarik geser yang tinggi.Kerusakan pada salah satu adherend menunjukkan ikatan yang sangat kuat pada perekat dengan adherend tersebut (Flinn et al., 2006). Perekat Perekat adalah bahan yang memiliki kemampuan mengikat dua benda melalui ikatan permukaan.Penggunaan perekat, harus dipilih perekat yang dapat memberikan ikatan yang baik pada kedua permukaan dalam jangka waktu yang panjang pada sebuah struktur.Firmansyah (2013) mengatakan epoxy resin dibentuk lewat reaksi kimia, dimana resin denganhardener atau resin dengan katalis dicampur dalam satu tempat kemudian terjadilah proses pengerasan (polimerisasi). Sekali terjadi pengerasan, epoxy ini tidak bisa mencair lagi sekalipun dilakukan pemanasan sehingga resin ini memiliki karakteristik mekanik yang bagus, daya penyusut yang rendah, perekat yang bagus untuk banyak bahan logam, dan tahan terhadap kelembaban udara serta tahan terhadap tekanan. Epoxy merupakan perekat khusus yang digunakan untuk menghubungkan logam dengan kayu
Pengaruh Waktu Penempelan…
September 2015
atau logam dengan logam.Pemakaian perekat epoksi amat luas, karena daya rekatnya yang sangat tinggi, dapat merekatkan berbagai macam benda seperti bahan-bahan logam, kayu, gelas, keramik, beton, plastik thermoset (polyester, bisphenolic).Perekat epoksi terdiri dari dua kompoen, epoksi resin (A) dan hardener (B).Epoksi resin diproduksi dari reaksi epichlorohydrin dan bisphenol-A.Sedangkan hardener terbuat dari polyaminoamide. Perbandingan antara epoksi resin dan epoksi hardener adalah 1:1.Epoksi bereaksi dengan hardener/katalis membentuk struktur crosslinking.Ini membuat epoksi ini bersifat adhesive dan tegangan yang cukup tinggi.Kebanyakan epoksi berbasis diglycidyl ether of bisphenol A (DGEBA).Resin epoksi dibentuk oleh polimerisasi hasil reaksi bisphenolA dan epichlorohydrin. Resin epoksi merupakan product intermediate (hasil antara) yang harus di cured atau crosslinked untuk menghasilkan resin yang mempunyai karakteristik baik. Dalam proses curing atau crasslingking ke bahan epoksi ditambahkan curing agent yang mempunyai atom hidrogen aktif. Beberapa senyawa yang dapat digunakan sebagai bahan tersebut ialah berbagai jenis amina, dan asam anhidrida (Augustsson, 2004). Reaksi polimerisasi pembentukan crosslinked resin epoksi menjadi polimer epoksi, dengan penambahan curing agent atau hardener. Proses ini 69
POLITEKNOSAINS VOL. XIV NO. 2
sederhana tidak perlu penambahan panas atau radiasi untuk membentuk ikatan silang karena reaksi terjadi secara eksotermis. Panas reaksi yang timbulcukup untukmengeraskan campuran. Proses reaksi pada perekat antara resin dan hardener membetuk struktur molekul. Callister et al., (2010) mengelompokkan struktur molekul seperti polimer linear, polimer cabang, polimer ikat silang dan polimer jaringan : -
Polimerlinier
Polimer linier yang tersusun atas tersambung dalam (lihat gambar 2a).
adalah polimer monomer yang rantai tunggal. Polimer linier
September 2015
memiliki ikatan antarmolekul jenis van der Waals dan ikatan hidrogen. Contoh polimer linier antara lain PE, PVC, PS, dan nylon. -
Polimer bercabang (branched polymer)
Polimer bercabang adalah polimer yang memiliki rantai cabang yang terhubung dengan rantai utama (lihat gambar 2b). Dengan adanya cabang polimer maka densitas polimer tersebut akan turun. Contohnya: HDPE (High Density Polyethylene) memiliki rantai lurus saja. Sedangkan LDPE (Low Density Polyethylene) memiliki rantai bercabang.
b.
a.
c.
d.
Gambar 2. Struktur Polimer; a) linear, b) bercabang, c) ikat silang, d) jaringan (Callister et al., 2010)
-
Polimer ikat silang (crosslinked polymer)
Polimer ikat silang terbentuk karena adanya rantai linier yang terhubung satu dengan yang lain oleh ikatan kovalen di berbagai tempat
Pengaruh Waktu Penempelan…
(lihat gambar 2c). Biasanya polimer ikat silang terbentuk selama sintesis atau reaksi kimia nonreversible.Biasanya polimer yang demikian terhubung oleh atom atau molekul tambahan yang terikat secara
70
POLITEKNOSAINS VOL. XIV NO. 2
kovalen. Contoh: karet ban ketika divulkanisir. -
Polimer Jaringan (network polymer)
Monomer multifungsi yang membentuk tiga atau lebih ikatan kovalen aktif akan membentuk jaringan tiga dimensi (lihat gambar 2d). Polimer yang demikian itu sering disebut polimer jaringan.Sebenarnya polimer yang sangat banyak terikat silang juga dapat diklasifikasikan sebagai polimer jaringan. Tanaka dan Bauer (1988) menyampaikan bahwa mekanisme cure dari epoksida amina primer akan bereaksi dengan epoxy-1-propil fenil eter untuk menghasilkan amina sekunder. Setelah itu, amina sekunder akan bereaksi yang sama untuk menghasilkan amina tersier. Augustsson (2004) mengatakan pada tahap reaksi pertama, salah satu atom hidrogen amina bereaksi dengan oksigen kelompok epoksi, menyebabkan pembentukan kelompok hidroksil (OH-) pada saat yang sama sebagai amina primer direduksi menjadi amina sekunder. Reaksinyasebagai berikut : Amina sekunder bereaksi dengan kelompok epoksi lain dan reaksi lengkap. Resin ini terdiri dari monomer atau polimer rantai pendek dengan kelompok epoksida di kedua ujung. Proses polimerisasi disebut "curing", dan proses dapat dalam menit. Waktu yang dibutuhkan resin untuk berubah Pengaruh Waktu Penempelan…
September 2015
dari fasa liquid menjadi fasa solid disebut curing time.(Augustsson, 2004) Sebagai hardener (curing agent) epoksi yang digunakan adalah primarily diamines dan polyamine.NH2 adalah grup utama dari amino.Pada reaksi awal, satu dari atom hidrogen amine bereaksi dengan grup epoksi oksigen menghasilkan rumus hidroksil grup OH-, pada saat yang bersamaan primary amine mengalami reduksi menjadi secondary amine (Prime, 1997). Prime (2008) mengatakan bahwa pemadatan dimulai dengan pertumbuhan dan percabangan rantai polimer.Sebagai hasil reaksi, peningkatan percepatan berat molekulyang menyebabkan peningkatan viskositas, dan pengurangan jumlah total molekul.Bagian akhir beberapa rantai menjadi ikatan bersama ke jaringan berat molekul yang tak terbatas.Transformasi tiba-tiba dan tidak dapat diubah dari cairan kental ke gel elastis atau karet disebut titik gel.Titik gel dari sistem cross-linking kimia dapat didefinisikan sebagai saat di mana berat molekul rata-rata menyimpang hingga tak terbatas. Gambar 3 menjelaskan proses pemadatan termoset (curing thermoset) secara dua dimensi. Pemadatan (cure) dimulai daritahap– Aatau monomerdan oligomeryang tidak memadat (a); hasil pertumbuhan ikatan linear dan bercabang, membuat
71
POLITEKNOSAINS VOL. XIV NO. 2
bahan lebih kental sampaidi bawah titik gel, merupakan tahap-B (b); berlanjut dengan pembentukan gel tapi dengan jaringan silang yang tidak lengkap (c); dan selanjutnya berakhir dengan sepenuhnya padat,dan ini
0
Steady State Propertes
September 2015
merupakan termoset (d)(Prime, 2008).
Conversion
o
tahap-C
100
Ge
Newtonian Liquid
Network at the gel point
Hookean solid
Gambar 3 Titik Gel ( Prime, 2008)
Perkembangan pemadatan secara makroskopik diilustrasikan pada Gambar.3 Pada tahap awal pengerasan termoset dapat ditandai dengan peningkatan viskositasnya .Titik gel sesuai dengan penampilan pertama dari keseimbangan (atau waktuindependen) modulus seperti yang ditunjukkan.Reaksi terus melewati titik gel untuk melengkapi pembentukan jaringan, di mana sifatsifat fisik seperti modulus di bentuk ke tingkat karakteristik jaringan yang sempurna.Pengembanganmakroskopik dari sifat-sifat rheological dan mekanik selama pembentukan jaringan, digambarkan dengan peningkatan viskositas h, yang menuju kekentalan tidak terbatas pada titik Pengaruh Waktu Penempelan…
gel.Penempakan awal dari keseimbangan modulus Gepada titik gel; dan peningkatan modulus mulai sempurnanya jaringan (Prime, 2008). METODE PENELITIAN Metode sambungan ditunjukkan pada gambar 3.3. Aluminium berada di bawah diberi adhesive epoksi/serbuk-Al setebal 0,5 mm. Di atas adhesiveepoksi/serbuk-Al diletakkan CFRP sesuai Start Time to Pressure. Start Time to Pressureyang optimal dalam proses penyambungan antara Aluminium dengan CFRP divariasikan antara 0 menit sampai 80 menit. Perekat epoxy/serbuk Al dipoles pada salah satu sisi Aluminium. Satu 72
POLITEKNOSAINS VOL. XIV NO. 2
sisi dari Aluminium yang sudah ada perekatnya akan ditempel diatasnya CFRP. Ketebalan perekat akan diatur dengan plat tipis 0,5 mm,overlepdiatur sepanjang 25,4 mm. Besar tekanannya pada penelitian ini adalah sebesar 0,7 MPa(Matsuzaki et al., 2008).Pengujian sambungan mekanik
September 2015
antara dua bahan dilakukan dengan pengujiangeser.Pada pengujian ini, bentuk spesimen adalah mengacu pada ASTM D-1002 seperti ditunjukkan pada gambar4.Hasil tes uji geser akan baik ketika tumpahan perekat dibersihkan termasuk kontrol fillet sekitar sambungan.
Gb4.Spesimen pengujian geser berdasarkan ASTM D-1002 (dalam mm)
Pengaruh waktu mulai penekanan memberikan hasil yang berbeda pada masing-masing variasi waktu. Hasil start time to pressure ditunjukkan pada gambar 5.
10,00 Tegangan Geser (MPa)
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Variasi Waktu menempel Terhadap sifat geser
8,51
8,00
Pengaruh Waktu Penempelan…
7,60
7,28
6,00 4,00 2,00 0,00 0
Jenis kegagalan pada specimen uji dengan STP 0 menit menunjukkan jenis kegagalan kombinasi antara kegagalan cohesive dan kegagalan light fiber tear. Berdasar luas area kegagalan, bahwa kegagalan cohesivelebih dominan dari pada kegagalan light fiber tear.
7,76
8,33
20
40
60
80
Time to Pressure… Gambar 5.Tegangan geser sambungan Al/CFRP dengan variasi start time to pressure
Hasil ini menunjukkan bahwa sambungan tersebut dapat dikatagorikan memiliki tegangan geser tinggi karena adanya kegagalan light fiber tearsecara parsial pada adherend CFRP (Banea dan Silva, 2009)
73
POLITEKNOSAINS VOL. XIV NO. 2
September 2015
berada pada kondisi uncured. Pada kondisi itu pertumbuhan ikatan epoksi A dan epoksi B masih sangat minim. Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan Prime (2008) dimana pada STP 0 menit masih dikatagorikan sebagai tahap-A awal proses pemadatan termoset (curing thermoset).
Hasil penelitian menunjukkan bahwategangan geser tertinggi terjadi pada STP20 menit(gambar 5).Tegangan geser sambungan dengan SPT 0 menit lebih rendah dari tegangan geser sambungan dengan STP 20 menit. Hal ini disebabkan kondisi monomer dan oligomer masih Plat Aluminium
a
kerusakanlig ht fiber tear
CFRP
Serat karbon yang terbawa plat Aluminium b
Serat karbon terkelupas c
Plat Aluminium
Adhesive (Epoxi+serbuk Al)
Adhesive (Epoxi+serbuk Al)
a. CFRP.
CFRP
b. Aluminium.
Gambar.6. Photo Makro pada permukaan kerusakan spesimen Al dan CFRP Start Time to Pressure 20 menit
Hasil penelitian menunjukkan tegangan geser sambungan dengan SPT 20 menit lebih tinggi dibanding SPT 0 menit (Gambar 5).Beberapa indikasi kekuatan SPT 20 menit Pengaruh Waktu Penempelan…
adalah tipe kegagalannya light fibertear pada permukaan adherendCFRP (Gambar 6).Hal ini ditunjukkan dengan serat karbon lapisan luarterlepas dari CFRP.Hal ini 74
POLITEKNOSAINS VOL. XIV NO. 2
September 2015
menunjukkan terdapat tegangan tarik yang kuat antara dua adherends.
adherend aluminium dan CFRP, sehingga kekuatannya menutun.
Hasil foto makro STP 20 menit pada plat aluminium menunjukkan lapisan serat karbon yang terlepas dari CFRP dan melekat pada plat aluminium (Gambar 6b). Pada CFRP sebagian kecil perekat epoksi tertinggal pada CFRP dan kerusakan terjadi pada CFRP ditunjukkan terkelupasnya serat karbonpada lapisan pertama (Gambar 6c).
Permukaan kerusakan sambungan Al/CFRP, STP 20 menit, PL 0,7 MPa. Gambar 4.9 menunjukkan jenis kegagalan light fiber tear yang terjadi pada CFRP STP 20 menit, PL 0,7 MPa. Gambar 4.11a dan b merupakan hasil dari foto SEM .Dalam gambar 4.11a terlihat serat karbon yang terangkat. Serat karbon yang terangkat menunjukkan retakan sebagai akibat gayaadhesi dengan adherend karena proses perlawanan saat pengujian geser. Beberapa serat karbon melekat kuat pada adherend aluminium.
Berdasarkan tahapan curing thermoset, start time to pressure20 menitini berada pada tahap-B.Pada tahap ini polimer mengalami pertumbuhan linear simultan dan bercabang dan semakin kental di bawah titik gel (gel point) (Prime, 2008).Hal ini merupakan waktu terbaik untuk dilakukan perekatan. Tegangan geser sambungan Al/CFRP dengan variasi start time to pressure40, 60 dan 80 menit mengalami penurunan seperti pada gambar 4.1.Hal ini disebabkan sifat dari perekat epoksi/serbuk-Al sudah mulai mengeras.Seiring dengan berjalannya waktu kemampuan adhesive untuk merekat adherend juga mengalami penurunan.Hal ini ditunjukkan oleh tipe kegagalan cohesive dan kegagalan light fiber tearpada adherend CFRP. Sebagian dari adherend CFRP mengalami terangkatnya serat karbon seperti ditunjukkan pada gambar 4.4c.Tetapi sebagian adhesive terbagi pada kedua
Pengaruh Waktu Penempelan…
Gambar 4.10Foto SEM pada permukaan kerusakan sambungan CFRP, Start Time to Pressure 20 menit Hasil foto SEM menunjukkan permukaan patah sambungan pada STP 20 menit danPL 0,7 MPa berupa patahan serat karbon. Serat karbon terlihat jelas akibat kerusakan permukaan komposit yang melekat pada perekat epoksi. Kegagalan light fiber tear ditunjukkan dengan
75
POLITEKNOSAINS VOL. XIV NO. 2
sebagian serat karbon terangkat dan sebagian putus(Gambar 4.10). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat di simpulkan bahwa : Perekat epoksi/serbuk-Aldengan variasistart time to pressure terbaik pada waktu 20 menit tepat pada titik gel (gel point). Tegangan geser ratarata mencapai 8,51 MPa. Dari hasil foto makro dan SEM menunjukkan tipe kegagalan light fiber-tear.
DAFTAR PUSTAKA Adams, R.D. 2005. In: Adams, R.D. (Ed.), Adhesive Bonding: Science, Technology and Application. Woodhead Publising Limited, Cambridge. Adams, R. D. and Peppiatt, N. A. 1974.Stress analysis of adhesive-bonded lap joints. J. Strain Anal. 9, 185–196. Augustsson, Curt 2004. NM Epoxy Handbook. Nils Malmgren AB Annual Book of ASTM Standards. 1992. American Society for Testing and Materials, vol.15.06. ASTM, Philadelphia, PA, pp. 47-50. Banea,
M.D. dan Silva, L.F.M. 2009.Adhesively Bonded Joints in Composite Materials: An Overview. Proceedings of the Institution
Pengaruh Waktu Penempelan…
September 2015
of Mechanical Engineers, Part L: Journal of Materials Design and Applications 223: 1 DOI: 10.1243/14644207JMDA219 Callister, William D dan David G Rethwisch. 2010. Materials Science and Engineering an Introduction 8th Edition. John Wiley & Sons: USA Chasser, A.M., Makhlouf, J.M., dan Schneider, J.R., 1993.RubberBased Structural Adhesive is A New Option for Metal Bonding. Adhes. Age, 36-39 March 1993. Firmansyah, Astuti 2013, ,Sintesis dan Karakterisasi Sifat Mekanik Bahan Nanokomposit EpoxyTitanium Dioksida.Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 2. ISSN 2302-8491 Flinn, D. dan Phariss, M. 2009. The Effect of Peel-Ply Surface Preparation Variables on Bond Quality.Department of Material Science and Engineering University of Washington Seattle, WA 98103.DOT/FAA/AR-06/28, Federal Aviation Administration, August 2006 Matsuzaki Ryosuke, Motoko Shibata, Akira Todoroki. 2008. Improving performance of GFRP/aluminum single lap joints using bolted/co-cured hybrid method. Composites.: Part A 39(2008):154–163.
76
POLITEKNOSAINS VOL. XIV NO. 2
September 2015
Möller, F., Thomy, C., Vollertsen, F., Schiebel, P., Hoffmeister, C., Herrmann, A. S. 2010.Novel method for joining CFRP to aluminum. Physics Procedia 5:37–45. Prime, R. B. Chapter 6 “Thermosets” in Thermal Characterization of Polymeric Materials (E. A. Turi, ed.) Academic Press, San Diego (1997). Prime,
R. B. “An Intruduction toThermosets” www.primethermosets.com 10 April 2008.
Silva, L.F.M., Rodrigues, T.N.S.S., Figueiredo, M.A.V., de Moura, M.F.S.F., dan Chousal, J.A.G., 2006. Effect of Adhesive Type and Thickness on The Lap Shear Strength. J. Adhes. 82, 1091– 1115. Tai,
R.C.L. dan SzklarskaSmialowska, Z., 1993.Absorption of Water by Different Fillers-Incorporated Automotive Epoxy Adhesives. J. Mater. Sci. 28, 6199–6204.
Tanaka, Y. and Bauer, R. S. "Curing Reactions." in Epoxy Resins Chemistry and Technology, May, C. A., 2nd ed., Marcel Dekker, Inc., New York, 285, 1988.
Pengaruh Waktu Penempelan…
77