SNI 03-3416-1994 Standar Nasional Indonesia
Metode pengujian partikel ringan agregat
ICS 91.100.20
Badan Standarisasi Nasional
BAB I DESKRIPSI
1.1
Maksud dan Tujuan
1.1.1
Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalalm melakukan pengujian partikel ringan dalam agregat.
1.1.2
Tujuan Tujuan metode ini adalah untuk mengetahui kadar partikel ringan dalam agregat .
1.2
Ruang lingkup Metoda pengujian ini meliputi persyaratan, ketentuan-ketentuan dan cara pengujian partikel ringan dalam agregat halus yang tertahan diatas saringan no.50 (0,300 mm) dan agregat kasar yang tertahan diatas saringan no.4 (4,75 mm).
1.3
Pengertian Yang dimaksud dengan : 1) partikel ringan adalah partikel yang mengapung diatas larutan yang berat jenisnya 2; 2) dekantasi adalah ;suatu peiahaan cairan dari satu campuran ciran dan endapan padat dengan cara penuangan dari gelas kimia 1 ke gelas kimia 2 ecara perlahan lahan.
BAB III
KETENTUAN-KETENTUAN
1.4
Benda uji Benda uji harus memenuhi ketentuan, sebagai berikut : 1) agregat halus tertahan diatas sargnan no.50 (0,30); 2) agregat kasar tertahan diatas saringan no.4 (4,75 mm); 3) jumlah minimum contoh agregat yaitu : (1) agregat halus sampai maksimum ukuran butir ¼ in (6,3 mm) = 200 gr; (2) agregat kasar sampai maksimum ukuran butir 3/4 in (19,0 mm) = 200 gr; (3) agregat kasar sampai maksimum ukuran butir 1–1/2 in (37,5 mm)= 5000gr; (4) agregat kasar sampai maksimum ukuran butir 3 in (76,2 mm) = 10000 gr; 4) contoh uji harus diaduk secara merata dengan cara quatering; 5) contoh uji harus dicuci sapai bersih; 6) contoh uji sebelum pengujian harus dalam keadaan kering oven dengan berat tetap pada suhu 110 ± 5o C; 7) pemisahaan partikel ringan dalam agregat harus menggunakan larutan berat jenis 2; 8) volume larutan berat jenis 2 paling sedikit tiga kali dari volumd agregat yang di uji.
3.2
Peralatan Peralatan yang diunakan , sebagai berikut : 1) Timbangan; (1) untuk menimbang agregat halus dipakai timbangan berkapasitas minimal 500 gr dengan ketelitian sampai 0,1 gr; (2) untuk menimbang agregat kasar dipakai timbanganberkapasitas minimal 10.000 gr dengan ketelitian 1 gr; 2) bejana untuk mengeringkan agregat terbuat dari pelat baja lapis seng; 3) oven suhu 110 ± 5o C; 4) saringan no.50 (0,300 mm), no.4 (4,75 mm).dan saringan 3 in (76,2 mm); 5) piknometer 6) beker gelas ukur 1000 cc, 500 cc; 7) sendok logam alat peisah seperti sendok yang ada saringan no.50 (0,3 mm); 8) desikator 9) larutan seng khlorida (ZnCl2) berat jenis 2; 10) aquadest
3.3
Rumus-rumus Perhitungan Rumus-rumus yang digunakan , sebagai berikut : 1) untuk agregat halus :
.......(1)
2) untuk agregat kasar :
.......(2)
keterangan : L
= % berat partikel ringan
W1 = berat kering partikel yg terdekantasi W2 = berat kering agregat halus tertahan di atad saringan no.5 `
(0,300 mm)
W3 = berat kering agregat kasar tertahan di atad saringan no.4 (4,75 mm)
4.2
Proses Pengujian Kadar Partikel Ringan Dengan Menggunakan Agregat Kasar Lakukan pengujian dengan tahap sebagai berikut : 1) keringkan contoh yang akan di oven suhu 110 ± 5o C sampai berat tetap; 2) dinginkan pada suhu kamar, kemudian saring dengan saringan no. 4 (4,75mm); 3) timbang butiran yang tertahan di atas saringan no. 4 (4,75mm) sampai ketelitian 1 gram; 4) lakukan proses sama seperti sub bab 4.1 no.4), no.5), no.6), no.7) dan no.8) 5) dinginkan dan timbang dengan ketelitian 1,0 gram; 6) hitung persen berat partikel ringan dalam agregat kasar dengan rumus 2.
4) susunan panitia kerja STANDARAISASI JABATAN Ketua Sekertaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
NAMA Ir. Djoko Asmoro Ir. Soedaramanto Darmonegoro Ir. Irman Nurdin Ir. P. Sitanggang Ir. Tjitjik WS Ir. KGS. Ahmad Dra. Leksmininsih Tonny Heditono, B.E. Soebandrijo,B.E. Wayan D. , B.E. Agus Surasno B.E. Ir. Nadiroh Ir. Anita Firmanti Ir. Soenardi Ir.M. Anas Aly Ir. Enus Yunus Dr. Ir. Patina Rantetoding, M.Sc Ir. Rachmat Agus Ir. Supriyanto Drs. Nano Tresna
Anggota
Deddy, B.E
Anggota
Dr.Ir.Djunaedi Kosasih
Anggota Anggota
Ir. Rusli Rusan Ir Hidayat Dachlan
LEMBAGA Ditjen Bina Marga Pusat Litbang Jalan Pusat Litbang Jalan Pusat Litbang Jalan Pusat Litbang Jalan Pusat Litbang Jalan Pusat Litbang Jalan Pusat Litbang Jalan Pusat Litbang Jalan Pusat Litbang Jalan Pusat Litbang Jalan Pusat Litbang Pemukiman Pusat Litbang Pemukiman Set. Badan Litbang PU Direktorat BIPRAM Direktorat BIPRAM Direktorat PELTIM Direktorat BIPRAM Direktorat PALAN B4 Teknik Departemen Perindustrian B4 Teknik Departemen Perindustrian Institute Teknologi Bandung A.K.I GAPENSI
5) Peserta prakonsensus NAMA Ir. Irman Nurdin Ir. KGS. Ahmad Ir. P. Sitanggang Ir. Tjitjik WS Dra. Lien Suharlinah Ruchiat Saleh, B.E.
LEMBAGA Pusat Litbang Jalan Pusat Litbang Jalan Pusat Litbang Jalan Pusat Litbang Jalan Pusat Litbang Jalan Pusat Litbang Jalan
DAFTAR ISI HALAMAN BAB I
DESKRIPSI ........................................................................1 1.1
Maksud dan tujuan.........................................................1
1.2
Ruang lingkup................................................................1
1.3
Pengertian ......................................................................1
BAB II
PERSYRATAN PENGUJIAN ...........................................4 2.1 Penanggung Jawab........................................................4 2.2 Laporan Pengujian ........................................................4 2.3 Benda Uji ......................................................................4 2.4 Peralatan........................................................................5
BAB III
KETENTUAN-KETENTUAN...........................................6 3.1 Benda Uji ......................................................................6 3.2 Prosedur Pengujian ......................................................6 3.3 Hasil Uji .......................................................................8
BAB IV
CARA UJI .......................................................................10
BAB V
LAPORAN PENGUJIAN................................................11
LAMPIRAN A : LAMPIRAN B : LAMPIRAN C : .
DAFTAR ISTILAH .............................................12 LAIN-LAIN .........................................................13 DAFTAR NAMA DAN LEMBAGA ..................16
KEPUSTAKAAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
ASTM Designation: D 198-84.” Standard Methods of Static Test of Timbers in Structural Size”, April 1984 ASTM Designation: D2915-84 .” Standard Methods for evaluating allowable Properties for Grades of Structural Lumber “, April 1984 British Standard Institution, “METHOD OF TEST FOR DETERMINATION OF CERTAI PHYSICAL AND MECHANICAL PROPERTIES OF TIMBER IN STRUCTURAL SIZES”, BS5820 : 1979 International Standard, ISO-3133, “WOOD-DETERMINATION OF ULTIMATE STREGHT IN STATIC BENDING” , First Edition, 1975. 12.15 International Standard, ISO-3349,” WOOD-DETERMINATION OF MODULUS ELASTICITY IN STATIC BENDING”, , First Edition, 1975. 12.15 International Standard, ISO-3787, “WOOD-DETERMINATION OF ULTIMATE STRENGHT IN COMPRESSION PARALLEL TO GRAIN” First Edition, 1975. 12.15 International Standard, “ CONIFERUS SAWN TIMBER-DEFECTS MEASURMENT:, ISO 1030-1975 (E/F/R), UDC : 674.032-41:620.19 National Forest Production Association, “ NATIONAL DESIGN SPECIFICATION FOR WOOD CONSTRUCTON”, Washington DC, 1982 Edition Standard Association of New Zeland. “. CODE OF PRACTICE FOR TIMBER DESIGN”, NZS 3603-1981. Standard Association of New Zeland. “New Zeland Standard, Code of Practice for GENERAL STRUCTURAL DESIGN AND DESIGN LOADING FOR BUILDINGS”, Metric Units, !976. Standard Association of Australia, “AUSTRALIAN STANDARD 1720-1976 SAA TIMBER ENGINEERING”, reprintec 1980.
BAB I DESKRIPSI 1.2
Maksud dan Tujuan
1.1.1
Maksud Metode Pengujian Kuat Lentur KAyu Konstruksi Berukuran structural, dimaksudkan untukdipakai sebagi acuan dan pegangan dalam pengujian kuat lentur kayu konstruksi berukuran structural..
1.1.2
Tujuan Tujuan metode ini adalah untuk menentukan kuat lentur dan kelas kuat kayu konstruksi.
1.2
Ruang lingkup Metode pengujian ini mencangkup persyaratan, ketentan, car pegujian dan pelaporan pengujian semua jenis kayu konstruksi berukuran structural kering udar dan tidak bebas-cacad termasuk balok kayu berlapis majemuk
1.3
Pengertian Yang dimaksud dengan : 1) beban batas, adalah beban maksimim yang masih dapat di tahan oleh benda uji sebelum mengalami patah atu pecah; 2) beban batas proporsonal, adalah kondisi pembebanan maksimim yang masuh meberikan hubungan linear antar besarnya beban dengan deformasi yg terjadi. 3) Benda uji, adalah batang kayu berukuran structural yang di anggap mewakili mutu dan atu jelas kuat dari sekelompok kayu yang alan di pakai untuk konstruksi; 4) Benda uji tidak bebas cacad , adalah benda uji yang mempunyai cacad yang dapat melemahkan kekuaatn kayu, tetapi tidak membahayakan konstruksi, seperti retak, mata kayu, serat mring dan bubal; 5) Cacad kayu, adalah kondisi alami atau buatan yang melemahkan kekuatan dan mengurangi mutu kayu konstruksi, seperti tersebut dalam butir ke 4 diatas 6) Kecepatan ujung penekanan, adalah kecepatan dari alat pemberi beban yang dipakai untuk menguji kekuatan atau mutu kayu, dinyatakan dalam mm/detik atau mm/menit 7) Defleksi atau lendutan, adalah deformasi lengkung akibat beban lentur yang diberikan pada benda uji;
8) Deformasi adalah perubahaan bentuk benda uji yang sedang di bebani; 9) Dimensi benda uji, adalah ukuran nyata penampang balok kayu benda uji, dalam millimeter, dan ukuran panjang dalam meter; 10) Kadar air, adalah nilai perbandingan berat air yang terkandung dalam kayu terhadp berat kayu kering oven, dinyatakan dalam persen; 11) Kayu gergajian, adalah hasil dari pemotongan kayu dengan ukuran yang di tentukan oleh standar yang berlaku; 12) Kayu konstruksi, adalah kayu gergajian yang digunakan sebagai kompnnen struktur bangunan; dan mempunyai dimensi penampang tidak lebhdari 50 mm; 13) Kelas kuat, adalah pengelompokan kayu berdasarakan berat jenis kering udara dan kekuatannya; 14) Kenaikan tambahan beban, adalah besarnya tambahan beban pada setiap tahap pembebanan, dinyatakan dala Newton; 15) Kepadatan, atau berat jenis , adalah perbandingan antaar massa dan volume kayu dalam keadaan kering udara, dinyatakan dalam gram /cm3 atau kg/dm3. 16) kekuatan batas, adalah batas kekuatan kayu mendekati saat patah atau rusak akibat pebebanan; 17) lekukan, adalah kerusakan local pada permukaan kayu yang diakibatkan tekanan beban terpusat atau reaksi tumpuan; 18) lendutan geser, adalah deformasi lentur yang trjadi akibat geser, dalam mm; 19) megapascal, adalah satuan tegangan, yang menyatkan besarnya gaya dalam Newton . persatuan luas dalam meter persegi; (1 Pa + 1 N/m2; 1 megapascal = 106 N/m2, atau 106mm2 atau1 N/mm2; 20) metoda bentang sederhan, adalah cara pengujian balok lntur yang diletakan di atas dua tumpuan sendi dan rol bebas tanpa jepitan; 21) momen inersia, adalah nilai sifat mekanik penampang kayu yang didapat dari persamaan I = bh3/12, dimana b dan h masing-masing sama dengn lebar dan tinggi panampang benda uji, dalam meter. 22) pemlihan masinal,adalah metoda pemilihan mutu kayu tanpa merusal tanpa menggunakan mesin, berdasarkan sifat mekanik kayu; 23) radial, serat arah radial, adalah kayu gergajian yang gelang tahunnya membentuk sudut 45o atu lebih terhadap muka potongnya; 24) regangan serat, adalah rasio besarnya nilai pertambahan panjang serat kayu terluar terhadap panjang semula, paa pembebanan elastis; 25) ruang penyesuaian, adlah suatu ruang yang berfungsi untuk mengubah kondisi sifat fisis kayu uji atau kadar air sehingga nsesuai dengan persyaratan uji; 26) tahanan gesek, adalah gesekan antara alat penahan tekukan-lateral dan balok kayu, yang dapat mengahambat deformasilentur balok kayu, yagng perabandingan sisia tegak terhadap sisi datar penampangnya melebihi nilai empat; 27) tangaensial, serat aah tangensial, adlah kayu geragaji yang gelangtahunannya membentuk sudut kuarn dari 450 terhadap muka potong;
28) tekuk, adalah perubahan lekuk terhadap sumbu lemah, akibat ketidak stabilan batang kayu uji yang sedang diberi beban ( tekan aksial atau lentur); 29) third point loading, adalah metode pengujian lentur, pada balok dengan dua beban-titik pada bentangnya yan gberjarak kira-kira sepertiga bentang, dan berjarak simetris dari tumpuan terdekatnya; 30) ukuran strulktural, adalah ukuran benda uji yang sama dengan ukuran kayu-konstruksi yang dipakai sebagai komponen struktur bangunan.
BAB II PERSYARATAN PENGUJIAN 2.1
Penanggung Jawab hasil pengujian harus disyahkan oleh pejabat berwenang yang ditunjuk sebagai panagguna jawab pengujian, dengan disertai nama. tanda tangan, dan cap pengesahan.
2.2
Laporan Pengujian laporan pengujian yang disyahkan oleh pihak berwenang, seperti tersebut dalam ayat 2.1, harus diberi kode atu tanggal [enerbitan.
2.3
Benda Uji
2.3.1
Dimensi benda uji
2.3.2
Lebar dan tebal benda uji harus diukur dalam ilimeter, di tiga posisi pengukuran. Panjang benda uji harus diukur dalam meter di tiga posisi pengukuran. Cacad kayu dan penampang keritis Benda uji tidak perlu bebad cacad. Untuk pengujian kuat-karakteristik. Benda uji boleh mempunyai penampang lemah (penampang keritis) pada arh panjangnya, sedangkan pada lentur terdapat penampang keritos di tengah bentangnya. Penampang keritis terdebut boleh diuji-tidk-russak atu atau dengan cara pemilihan masinal.
2.3.3
Kadar air Kadar air dari benda harus di ukur dan dihitung dari potongan batang benda uji, yang bebas dar mata kayu, dan kantong getah.
2.3.4
Berat jenis Berat jenis benda uji harus dihitung dari potongan batng benda uji, bebas dari mata kayu dan kantonga getah.
2.3.5
Penyesuaian benda uji Sebelum di uji beban, benda ujia harus disiarkan dan disesuaikan dengan kondisi berikut : 1) mempunyai berat konstan 1), pad kelembaban relative udara 60 ± 5% dengan suhu udara ± 5o C 2) 2) bila ketentuan dalam butir 1 tidak dapat terpenuhi, maka pengujian dapat dilaksanakan daka kondisi kadar air seperti adanya, dengan syarat nilai kadr air sebanarnya dalam kayu dilaporkan dalam hasil uji
2.3.6
Nomer Kode Uji Setiap bendsa uji harus diberi kode-uji dan nomor urut, dengan huruf dan angka, yang dapat mencerminkan sifat uji, jenis kayu dan urutan benda uji.
2.3.7
Jumlah benda uji Jumlah benda uji tidak kurang dari tiga untuk setiap jenis kayu yang diuji.
2.4
Peralatan peralatan yang diapakai untuk pengujian, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) peralatan-uji yang dipakai harus telah dikalibrasi dan masih berlaku. 2) Untuk pengujian kuat lentur diperlukan peralatan (1) mesin pemberi beban lentur; (2) alat pengukur waktu; ketelitian dalam detik; (3) alat ukur panjag a) rol meter b) prenggaris skala mm atau jangka sorong; (4) alat pengukur deformasi atau lendutan; (5) alat ukur kdar air dan atau timbangan; (6) batang gauge, dengan panjang batng sebesar 5 kali tinggi nominal penampang balok uji
1) berat benda uji dianggap sudah konstan bila perbedaan berat hasil timbangan berat uji dalam jangka waktu 6 jam, tidak melebihi 0,1 % berat benda uji tersebut; 2) supaya diusahakan agar kondisi (suhu dan kelembaban ) ruangan pegujian sam,a seperti *kamar pengkondisian*. Tetapi bila hal ini tidak mungkin , pegujian harus dilakukan secepatnya, segera setelah benda uji dikeluarkan dari *kamar pengkondisian* tersebut;
BAB III KETENTUAN-KETENTUAN Untuk neguji kuat lentur kayu konstruksi berukurn struktural, ketentuan-ketentuan harus diikuti : 3.1
Benda Uji Benda uji harus memenuhi ketentuan berikut : 1) benda uji harus mempunyai panjang tidak kuran dari 20 kali tinggi nominal penampang, seperti dijelaskan dalam gambar 1 :
GAMBAR 1 BENTUK DAN DIMENSI BENDA UJI
2) tinggi dan lebar penampang diukur dalam millimeter dan panjang diukur dalam meter; 3.2
Prosedur Pengujian Uji kuat lentur hatus dilaksanakan dengan mengikuti ketentuan berikut 1) benda uji harus ditumpu di atas tumpuan sendi dan tumpuan-rol (bebas) yang terbuat dari baja, ataupun dengan cara lain yangdapat mendekati tercapainya kondisi tumpuan-sendi dan rol
2) benda uji harus diletakan pada posis sumbu kuat dan di bebani dengan cara “third point loading”, atau dengan dua beban titik pad panjang bentangnya yang masing-masing panjangnya berjarak a ≥ 3 kali tingginya panampang balok uji, dari tumpuan terdekatnya; 3) panjang bentang total L sama degnan 18 kali panjang tinggi nominal penampang benda uji, seperti dijelaskan pada gambar no 2;
GAMBAR 2 LETAK BEBAN DAN TUMPUAN
4) bila alat uji yang ada tidak memungkinkan pealaksanaan deikian secara akurat, maka jarahk antara dua beban titik harus di tambah dengan 1,5 kali tinggi nominal penampang, dan panjang bentangan juga harus diperbesar dengan tiga kali tinggi nominal penampang, dan posisi pembebanan tetap simitris;
5) sepotong pelat baja dengsn panjang tidak melebihi setengah tinggi benda uji dapat di sisipakan antara permukaan benda uji dan ujung penekan dari mesin-uji, demikian juga pada sisi bawah balok di titik tumpuan, untuk mengurangi terjadinya lekukan pada sisi yang tertekan; 6) tebal pelat baja tersebut pada butir 5, tidak kuran dari 4 mm untuk balok yang mempunyai tinggi penamopang 120mm, tidak kurang dari 13 mm untuk balok yang mempunyai tinggi penampang diantara dua nilai tersebut, tebal pelat dapat ditetapkan dengan interpolasi linear; 7) bila rasio tinggi terhadap lebar penampang balok uji melebihi empat, maka penahan lateral harus di pasang untuk mencegah terjadinya lekuklateral; alat penahan lateral tersebut harus memungkinkan benda uji bebas melendut tanpa menimbulkan tahanan gesek atau friksi yang berarti; 8) alat peberi beban yang dipakai harus mempunyai ketelitian tidak melebihi 1%; 9) lendutan harus diukur ditengah-tengah alat ukur gauge sepanjang 5 kali tinggi penampang balokuji dan alat ukut lendut dipasang di tengah tinggi balok; 10) beban yang diberikan harus kontinu dan meningkat secara teratur, agar beban maksimum dapat di capai dalam waktu 300 ± 120 deti; hubungan antara beban-defleksi harus di catat, sehingga lendutan akibat penambahan beban dapat ditentukan dengn tingkatan ketelitian tidak melebihi1%;
3.3
Hasil-uji Kuat Lentur benda uji harus dihitung dengan persaman -1 berikut : fb =
Pmaks x a 2xW
(persamaan -1 )
Di mana Fb a W Pmaks
= = = =
kuat lentur, dalam N/mm2 jarak antar beban titk dan tumpuan terdekat, dalam mm. mommen tahanan, bh3/6, dalam mm3 beban maksimum, dalam N.
Kuat lentur harus dihitung dan dicatat pada tiga nlai pengukuran yang berarti atau penting. Pola retakan benda uji juga harus di catat.
BAB IV CARA UJI Dalam pelaksanaanpengujian, langkah-langkah berikut harus dilakukan : 1. Tentukan jenuis kayu yang akan di ukur. 2. Tentukan dimensi penampang benda uji sesuai dengan pasal 3.1 butir 1 dan 2. 3. Ukur suhu dan kelembaban relative udar di dalam ruangan uji, sesuai dengan pasal ayat 2,3,5 butir 1 dan 2 4. letakan benda uji di atas tumpuan rol dan sendi yang berjarak 18 kali tinggi penampang balok-uji, sesuai pasal 3.2 butir 1,2,3 dan 4. 5. Atur letak dua beban terpusat, yag masing-sig berjarak tidak kuarng dari tiga kali tinggi nominal penampan balok-uji terhadap tumpuan terdekat, sesuai pasal 3.2 butir 5 dan 6. 6. Sisipkan sepotong pelat baja tebal 4 mm atau lebih, diantara permukaanbenda uji dan cross head, sesuai pasal 3,2 butir 5 dan 6. 7. Pasang penahan tekuk lateral di dua sisi kiri dan kanan balok-uji pada pertengahan betangnya, bila rasio h/b ≥ 4,0 sesuai dengan pasal 3,2 butir 6. 8. Periksa ketelitian alat pemberi beban, sesuai dengan pasal 3.2 butir 7. 9. ukur lendutan pada setiap penambahan beban, sesuai dengfan pasal 3.2 butir 8. 10. Atur kecepatan Atur keccepatan cross head, sesuai dengan pasal 3.2 butir 9. 11. Hitung hasil pengukuran dengan persamaan -1. 12. Buat laporan sesuai dengan bab V.
BAB V LAPORAN PENGUJIAN Laporan pengujian harus mencangkup penjlasan tenteng : 1) 2) 3) 5.1
bahan yang diuji prosedur pengujian hasil pengujian
Bahan Yang Diuji penjelasan berikut harus di berikan : 1) jenis kayu 2) ukuran nominal 3) daerah asal usul kayu 4) metode pemilihan benda uji 5) tingkat/kela mutu atau keterangan lain yang perlu seblumpemilihan benda uji. 6) Metode pengkondisian/penyesuaian suhu dan kelembaban, untuk memenuhi persyaratn benda uji sebelum pengujian dilaksanakan, 7) Informasi lain yang dapat mempengaruhi hasil pengujian, misalnya riwayat proses pengeringan, pengawetan, fabrikasi dan proses lain yang dapat mempengaruh kekuatan mbenda uji.
5.2
Prosedur Pengujian penjelasan berikut harus di berikan : 1) Tipe pengujian, (tekan,tarik, lentur dsb) 2) Suhu dan kelembaban udara pada waktu pengujian 3) Peralatan uji yang di pakai 4) Nilai kuat dan moduli 5) Pola retak dan ragam keruntuhan/rusak/patah 6) Semua informasi yang berguna pada pemakaian hasil uji, misalnya pertumbuhan karakteristik atau parameter/indikasi pemilihan masinal pad penampangan yang patah/rusak
5.3
Hasil Pengujian perhitungan hasil pengujian dilakukan berdasarkan metoda statistika yang berlaku.
LAMPIRAN A DAFTAR ISTILAH
Arah radial, sumbu kuat Arah tangensial, sumbu lemah Balok berlapis majemuk Beban batas Beban batas proporsional Beban terpusat ditengah bentang Benda uji Bentang sederhana Deformasi, perubahan bentuk Modulus elastisitas Modulus elastisitas semu Modulus elastisitas radial Modulus elastisitas tangensial Kadar air Kecepatan ujing penekan Kelembaban relatif Kenaikan beban Kepala pemberi beban Kuata tekan Nomer kode-uji Pemiliahan mutu kayu Penampang lemah Pemilah masinal Penampang lemah Reganan Regangan serat terluar Ruang pengatur kekeringan Tekuk Ujung penekan Ukuran structural Tahan gesek Uji tanpa merusak
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
edgewise flatwise glued laminated timber (glulam) ultimate load proportioanal limit load center loading speciment simple span deformation modulus of elasticity apparent modulus of elasticity edgewisw modulus of elasticity fiatwise modulus of elasticity moisture content cross head speed relative humidity load increment loading head compressive streght test code number stress grading critical section mechanical stress grading critical section strain extreme fibre strain conditioning chamber lateral buckling cross head structural size friction non destructive test
LAMPIRAN B LAIN LAIN 1.
simbol
a A b d Em . app Em . b h I L lg Ltot P R δρ δy
= jarak antara beban titik dan tumpuan terdekat, dalam mm. = luas penampang benda uji, b x h, atu b x d, dalam mm2. = lebar (sisi terbesar) penampang balok uji edgewise ME, atau sisi penampang sejajar dengan arah beban lentur, dalam mm. = lebar (sisi terbesar) penampang balok uji flatwise ME, atau sisi penampang sejajar dengan arah beban lentur, dalam mm. = modulus elastisitas semu, dalam N/ mm2. = modulus elastis murni, tanpa pengaruh geser, dalam N/ mm2. = tinggi (sisi terbesar ) penampang balok uji, atau sisi penapang sejsjar arah beban lentur, dalam m. = momen inersia penampang balok uji, dalam mm4. = jarak antar tumpuan, bentang balok dalam mm. = panjang gauge, dalam mm. = panjang total balok uji, dalam mm. = beban tekan, dalam Newton = kecepatn cross head, dalam mm/detik = tambahan kenaikan beban, dalam Newton. = kenaikan lendutan akibat δρ, dalam mm.
2.
Tabel Konversi
DAFTAR 1 Kilo Mega
= 1000 = 1000000
1 Pa (Pascal) 1 MPa (Megapascal) 1 m2 1MPa
= = = =
Dibulatkan : 1 kg 1 kg/cm2 1 N/mm2
= 10 Newton = 10 N/ 100 mm2 = 0,1 N/ mm2 = 10 kg/cm2
DAFTAR 2 Pa 1,0 1x106 9,80665 x 106 9,80665 x 104
1 N/m2 106 Pascal = 106 N/m2 106 mm2 106 N/ 106m2 = 1 N/ mm2
Mpa atau N/mm2 10 x 10-6 1,0 9,80665 9,80665 x 10-2
Kgf/mm2 1,1097 x 10-7 1,1097 x 10-1 1,0 1 x 10-2
Kg/f/cm2 1,1097 x 10-5 1,1097 x 10 1,0 x 102 1,0
3.
PANJANG DAN BENTANG MINIMUM BENDA UJI KUAT LENTUR TERHADAP SUMBU KUAT ATAU ARAH RADIAL BALOK KAYU BERUKURAN STRUKTURAL TINGGI h (mm)
50 83 10 12 140 150 180 200 220 240 250 280 300
BENTANG Lmin (meter) 6h+1,0 meter 1,300 1,500 1,600 1,720 1,840 1,900 2,080 2,200 2,320 2,440 2,500 2,680 2,800
I8 h 0,900 1,500 1,800 2,160 2,520 2,700 2,440 3,600 3,960 4,320 4,500 5,040 5,400
CATATAN : cetak tebal adalah ukuran yang dipakai; h = tinggi penampang balok uji.
PANJANG TOTAL Ltot (meter) 1,400 1,660 2,000 2,400 2,800 3,000 3,600 4,000 4,400 4,800 5,000 5,600 6,000
LAMPIRAN C DAFTAR NAMA DAN LEMBAGA
1) Pemrakarsa Puslitbang Pemukiman 2) Penyusun
NAMA Suwandojo Siddiq DE Eng
LEMBAGA Puslitbang Pemukiman