ngkrik yang memecahkan keheningan, kesemuanya itu menambah keseraman dan kengerian disekitar tempat itu. Sementara itu, dari atas gundukan tanah pekuburan telah bermunculan enam sosok bayangan manusia, bagaikan sambaran burung elang . . . . . "Sreeet! Sreeet!" di ringi desingan angin tajam, mereka terjun ke tengah arena dan mengepung Ku See hong sekalian. Menyaksikan kesempurnaan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki ke enam sosok bayangan manusia itu, paras muka Lam-ciau Pak-siang segera berubah amat hebat.... Rupanya ke enam orang anggota Thi-kiong-pang tersebut tak lain adalah ke enam orang Hiangcu dibawah pinpinan Sin-kiong tongcu..., rata-rata berilmu tinggi dan merupakan jago kelas satu didalam dunia persilatan. Ketika Cu-sing-hui Ciong Keh-teng menyaksikan orang-orangnya sudah berdatangan semua, keberaniannya semakin besar, sambil tertawa dingin segera jengeknya: "Enghiong dari manakah saudara ini? Aduh lagaknya sombong benar .....!" 374
Walaupun begitu, nada ucapannya sudah tidak sebuas tadi lagi, jelas dia merasa agak keder juga oleh keseraman wajah serta ketajaman mata dari Ku See hong. Paras muka Ku See hong tetap kaku tanpa emosi, dengan nada sinis ujarnya: "Manusia-manusia kelas tiga macam kalian masih belum pantas untuk mengetahui namaku..., sekarang, bersiap saja untuk menerima kematian!" Anggota perkumpulan Thi-kiong-pang rata-rata adalah manusia bengis yang banyak melakukan kejahatan, naik pitamlah mereka setelah mendengar kejumawaan Ku See hong. Kontan saja dengan kening berkerut, mata melotot, mereka awasi si anak muda itu tanpa berkedip.
Tadi, Cau-sang hui Ciong Keh-teng mau merendahkan diri untuk mencari tahu nama lawannya, hal ini tak lain karena dia agak keder oleh sikap musuhnya yang luar biasa, tapi setelah menyaksikan keangkuhannya yang begitu tebal, tanpa terasa kemarahannya meluap juga. Kontan saja dia mendongakkan kepalanya dan memperdengarkan suara tertawanya yang menggidikkan hati: '"Heeehhh.....heeehhh..... heeehhh,..... malam ini, aku orang she Ciong ingin sekali menyaksikan sampai dimanakah kelihayan dari kau si bocah keparat sehingga begitu besar lagaknya dan bertindak semena-mena terhadap kami!" Sementara suasana makin menegang, Biau-ki-siang-su In Han Im telah meninjau situasi yang dihadapinya, ia tahu ilmu silat yang dimiliki Ku See hong lihay sekali, paling tidak ia masih sanggup untuk menang-kan Cau-sanghui..., itu berarti dia berdua harus melawan enam orang sisanya, dan dia yakin kekuatannya berdua di paksakan,masih sanggup untuk melayani mereka... 375
Dasar orangnya memang cerdik dan cekatan, setelah meninjau keadaan yang dihadapi, Biau-ki siang-su menjadi agak lega hatinya, setelah tertawa nyaring, katanya: "Ciong Keh-teng, masih selisih jauh sekali bila kau ingin mengandalkan ilmu silat `kucing kaki tigàmu untuk bertarung melawannya! Aku rasa lebih baik kau selesaikan dulu hutangmu pada tiga tahun berselang dengan kami berdua!" Tergerak hati Cau sang hui Ciong Keh-teng, setelah mendengar ucapan itu dia segera tertawa licik. "Bagus sekali! Bagus sekali! Boleh saja bila kau ingin mampus lebih dahulu, pokoknya siapa duluan siapa belakangan, selisih waktunya sudah pasti tak akan terlalu lama.!" "Orang she Ciong...!" bentak Sin hong hwee ciau dengan suara menggeledek, "Apa gunanya ngebacot melulu dengan mulut baumu itu? Kalau memang jagoan, hayo maju, mari kita bereskan mati
hidup kita diujung tinju! " Agak geli juga hati Ku See hong setelah mendengar perkataan itu, dia tak menyangka kalau lelaki kasar dan berangasan macam Sin hong hwee ciau ternyata lihay juga dalam bersilat lidah. Cau sao hui Ciong Keh-teng segera tertawa dingin dengan suara yang menyeramkan: "Heeehhh.... heeehhh.... heeehhh.... Lui-Ki, jika kau pingin cepat-cepat mampus, baiklah, aku orang she Ciong menghantar keberargkatanmu lebih dulu!" Baru saja katàdulù diucapkan keluar, sepasaag kaki Cau sang hui Ciong Keh-teng sudah menjejak tanah, secepat sambaran petir tubuhnya menerjang maju kemuka, telapak tangan kirinya berputar menciptakan segulung desingan angin tajam, sementara telapak tangan kanannya bagaikan sebilah pisau tajam menyodok kedepan dari suatu sudut serangan yang sangat aneh. Sebagai seorang jago kawakan yang sudah banyak tahun berkecimpung dalam dunia persilatan, sudah barang tentu Sin hong 376
hwee ciau Lui-Ki cukup mengenali kelihayan dari jurus serangan tersebut.., dengan gusar dia membentak keras, kakinya berputar seperti pusaran angin berpusing, tubuhnya yang tinggi besar segera melayang sejauh tiga depa ke depan dan berbalik menerjang sayap kiri tubuh lawan. Diantara getaran lengannya yang besar dan kasar, secara beruntun dia telah lepaskan tiga buah serangan berantai, menyusul kemudian kaki kirinya diayunkan kemuka menendang jalan darah Im-kok hiat dilutut sebelah kiri lawan. Agaknya Ciu sang hui Ciong Keh-teng tidak menyangka kalau Sin hong hwee ciau yang tampaknya kaku bebal serta lamban itu ternyata memiliki kelincahan yang luar biasa. Sambil terawa dingin telak tangan kirinya diayunkan kedepan, tubuhnya segera turut berputar pula dengan kencang...... "Weess. .. .!" telapak tangan kanannya dengan membawa deruan angin pukulan yang berat seperti gulungan ombak samudra, menghajar jalan darah Yang-wong hiat ditubuh Sin hong hwee ciau. Buat seorang ahli silat hanya dalam satu gebrakan saja sudah
dapat diketahui apakah musuhnya berisi atau tidak, maka begitu mereka berdua saling menyerang sebanyak dua gebrakan, kedua belah pihak segera sadar kalau musuhnya bukan seorang lawan yang enteng. Sepintas lalu Sin hong hwee ciau Lui-Ki tampaknya seperti kasar dan berangasan, padahal dia adalah seorang yang cermat dan seksama. Begitu pertarungan berkobar, ia segera menyadari kalau tenaga pukulan musuhnya bukan saja tidak selisih jauh dengan kekuatannya, malah dalam hal ilmu meringankan tubuh serta keanehan jurus serangannya, musuh lebih tinggi setingkat daripada diri sendiri. Kenyataan tersebut dengan cepat membuat Sin hong hwee ciau yang selalu memandang tinggi diri sendiri itu, merasa malu sendiri. 377
Diam-diam Sin hong hwee ciau Lui-Ki segera menggigit bibirnya dan bertekad hendak beradu jiwa dengan orang itu, telapak targannya yang besar seperti kipas segera diputar memainkan bayangan pukulan yang berlapis lapis, dalam waktu singkat semua jalan darah penting ditubuh lawan sudah dikurung olehnya. Pada dasarnya dia berperawakan tinggi besar, tenaga pukulannya pun sudah termasyur karena hebatnya, tampaklah serangan tersebut dengan membawa deruan angin pukulan yang amat kencang segera menggulung kemuka dengan hebatnya. Dari gerak jurus serangan yang dipergunakan lawannya, Cau sang hui Ciong Keh-teng segera sadar kalau musuhnya hendak beradu kekuatan dengan mengandalkan tenaga dalamnya yang sempurna, sambil membentak keras, secepat kilat kakinya berputar kencang dan bergerak kian kemari mengandalkan kelincahan tubuhnya. Dalam keadan begini, kititiran angin pukulan Sin hong hwee ciau yang bertubitubi itu semuanya mengenai sasaran yang kosong. Suatu ketika, Cau sang hui Ciong Keh-teng berhasil menemukan peluang yang sangat baik, sambil tertawa seram sepasang telapak tangannya segera diputar sambil dirangkap menjadi satu, lalu
secara tiba-tiba dibalikkan keluar. Segulung angin pukulan yang amat dahsyat segera mengalir keluar mengikati gerak telapak tangannya itu bagaikan bendungan yang jebol saja, serangan itu dengan cepatnya menghantam tubuh Sin hong hwee ciau. Tampanya Sin hong hwee ciau Lui-ki berniat untuk beradu kekerasan, ia tak ambil perduli resiko yang bakal dihadapi, sambil membentak keras tiba-tiba sepasang tangannya diayunkan pula kedepan melepaskan dua gulung tenaga pukulan yang maha dasyat untuk menyambut datangnya ancaman lawan. Ketika itu Ku See hong telah berhasil menemukan kalau dibalik serangan dan Cau sang hui terselip serangan mematikan yang maha keji, tampaknya orang itu memang bertujuan untuk memancing Sin 378
hong hwee-ciau agar menyambut datangnya ancaman tersebut dengan kekerasan. Dalam kaget dan tercekatnya, buru-buru ia membentak keras: -oo0dw0ooJilid: 12 “SAUDARA Lui, jangan kau sambut serangan itu dengan keras lawan keras...!" Seraya berseru, tubuh Ku See hong bagaikan sukma gentayangan saja segera menerjang kesamping Sin hong hwee ciau, telapak tangan kirinya diayunkan kedipan melepaskan sebuah pukulan yang maha dahsyat. Deruan angin pukulan itu menerobos masuk lewat celah-celah antara kedua gulungan tenaga pukulan tersebut dan langsung menyergap jalan darah kematian dipinggang Cau sang hui Ciong Keh-teng. Tenaga dalam yang dimilikinya sekarang telah memperoleh kemajuan yang amat pesat, meski serangan tersebut dilancarkan dengan begitu saja, namun dibalik serangan tersebut justru terselip ancaman mematikan yang mengerikan. Sesungguhnya Cau sang hui Ciong Keh teng berhasrat untuk
mencelakai Sin hong hwee ciau secara diam-diam ketika tenaga pukulan masing-masing pihak saling membentur nanti, dia akan segera mengeluarkan ilmu pukulan paling keji untuk membinasakan lawannya. Tapi, setelah dilihatnya ada sesosok bayangan manusia menerjang tiba sekarang, lalu muncul segulung angin pukulan yang sangat kuat menembusi ancaman yang dilancarkan olehnya terkesiaplah gembong iblis ini, dia tak berani menyambut dengan kekerasan, sambil menghimpun tenaganya mendadak tubuhnya melejit ke atas. 379
Kepandaian yang paling diandalkan Cau-sang-hui Ciong Keh teng dihari-hari biasa adalah ilmu meringankan tubuh, tampak tubuhnya melejit ke tengah udara dengan kecepatan luar biasa, begitu mencapai ketinggian dua kaki, dia segera berjumpalitan dan melayang turun dua kaki dari posisi semula. Demonstrasi ilmu meringankan tubuh yang dilakukan olehnya ini memang menunjukkan kelihayan kepandaiannya, hal mana membuat Ku See hong segera berkerut kening. Rupanya dia sedang berpikir didalam hatinya, Cau Sang-hui Ciong Keh-teng didalam perkumpulan Thi kiong pang tak lebih hanya seorang jago kelas satu belaka, tapi ilmu silatnya sudah mencapai sedemikian lihaynya, bisa diketahui kalau kepandaian silat yang dimiliki pangcu serta para Hu-hoat nya pasti tak terkirakan. Selain itu, diapun teringat dengan pesan terakhir dari San tian han jiau (Cakar dingin secepat kilat) paman Sangkoan menjelang ajalnya, menurut paman Sangkoan, musuh besarnya adalah perkumpulan Thi-kiong pang serta Tian-khi pang, tapi dibalik layar masih ada dalangnya…., dari sini dapat diketahui bahwa otak atau dalang dibalik layar itu tentu memiliki ilmu silat yang amat dahsyat, kalau tidak bagaimana mungkin kedua buah perkumpulan besar ini dapat dikuasai olehnya? Àaaai...! Apa yang dikatakan suhu memang benar, kekuatan dari pihak lawan amat dahsyat, sehingga bahkan dia sendiripun tak berani menghadapinya dengan kekerasan.’ Begitulah, setelah malayang turun keatas tanah, Cau sang hui CiongKeh-teng segera tertawa dingin, lalu sindirnya dengan nada sinis:
"Huuuh. . . ., namanya saja Sin hong hwee-ciau yang tersohor di dunia, tak tahunya cuma manusia kerdil yang mengharapkan perlindungan diri seorang bocah muda, heeehhh.....heeehh....... heeehh….... bila kabar ini sampai tersiar keluar, aku ingin tahu, apakah kau masih punya muka untuk berjumpa dengan rekan rekan persilatan!" 380
Cau sang hui Ciong Keh-teng merasa agak terkesiap menghadapi kepandaian silat Ku See hong yang tinggi tak terukur itu, dia sadar bahwa kepandaiannya seorang diri tak mungkin bisa menangkan anak muda itu. Maka timbullah niatnya untuk memanasi hati Sin hong hwe ciau yang berangasan agar dia melancarkan serangannya lebih dahulu, kemudian dengan suatu serangan kilat dia hendak menyingkirkan orang ini lebih dulu. Bila musuhnya berhasil disingkirkan, baru lah dia akanbekerja sama dengan ketiga orang hiangcu-nya untuk mengalahkan Ku See hong. Sin hong hwe Ciau Lui-Ki merasa gusar sekali, sekalipun dia tahu kalau tujuan musuh hanya untuk memanasi hatinya, tapi orang mati meninggalkan nama, macan mati menirggalkan kulit, bagaimana mungkin dia bisa menahan penghinaan serta cemoohan tersebut. "Tua bangka she Ciong, aku akan beradu jiwa denganmu!" Berbareng dengan suara bentakan tersebut, angin pukulan dan bayangan tendangan segera menyambar ke tubuh Cau san hui Ciong Keh-teng dengan kedahsyatan seperti hembusan angin puyuh. Angin pukulan yang maha dahsyat segera bermunculan diangkasa bagaikan mega yang berlapis-lapis, kekuatannya luar biasa sekali, sedemikian rapatnya ancaman itu sehingga setitik celah pun tak ada. Serangan tersebut
dilancarkan dalam keadaan marah, kelihayannya tak terlukiskan dengan kata-kata. Paras muka Cau sang hui Keh-teng segera berubah hebat, sambil tertawa seram sepasang telapak tangannya di ayunkan ke udara menciptakan serangkaian angin pukulan yang menyelimuti seluruh angkasa bagaikan sarang laba-laba. Untuk sesaat, kedua orang itu segera terlibat dalam suatu pertarungan yang amat sengit. 381
Tampak debu dan pasir beterbangan memenuhi seluruh angkasa, udara menjadi sesak dan badan berputar amat kencang, sulit untuk membedakan mana Cau-sang-hui dan mana Sin-hong-hwee-ciau. Kekuatan tenaga pukulan dari kedua belah pihak pun ibaratnya bukit yang berguguran, kehebatannya luar biasa. Sementara pertarungan sengit masih berlangsung disebelah sini, dipihak lain Biau-ki-siang-su In-Han-im juga sedang dikurung oleh enam orang hiangcu tersebut. Enam batang busur baja seperti enam ekor ular sakti menciptakan cahaya hitam yang memenuhi angkasa, jurus demi jurus serangan dilancarkan beruntun tertuju pada bagian bagian mematikan di tubuh Biau-ki-siang-su. Mana dahsyat, keji lagi. Betul Biau-ki-siang-su In Han-im terhitung seorang tokoh persilatan yang tersohor namanya, tapi bagaimana mungkin dia bisa tahan menghadapi serangan gabungan dari ke enam orang itu? Baru beberapa gebrakan, ia sudah terdesak sampai kacau balau tak karuan, dengan cepat posisinya terdesak dibawah angin dan terancam ancaman maut. Sepasang alis mata Ku See hong segera berkenyit, sorot matanya memancarkan sinar pembunuhan yang menggidikkan hati, pekikan nyaring yang memekikkan telinga dengan cepat berkumandang memecahkan keheningan........
Ku See hong segera melompat ke udara seperti seekor burung raksasa, sesudah berputar satu lingkaran, lalu bagaikan naga sakti terbang di angkasa, dengan suatu kecepatan yang luar biasa ia terjang ke arah ke enam orang Hiangcu yang sedang mengerubuti Biau-ki-siang-su In Han im tersebut. Ketika salah satu diantara ke enam orang Hiangcu itu menyaksikan Ku See hong menerjang datang dengan kecepatan luar biasa-, busur baja ditangannya segera diputar satu lingkaran menciptakan selapis cahaya hitam yang menyilaukan mata, 382
kemudian di sertai suara guntur dan angin yang mende ru deru, ia hantam batok kepala Ku See hong. Kawanan Hiangcu itu merupakan jago jago kelas satu dalam dunia persilatan yang berilmu tinggi, tenaga dalam yang mereka miliki pun amat sempurna, tak terlukiskan dahsyatnya serangan yang dilancarkan itu. "Cri ing!" "Crii ng..!” dentingan nyaring menggelegar bersama dengan datangnya sambaran dari busur baja itu. Bukan cuma jurus serangannya saja yang amat cepat, ancamannya juga mengerikan sekali. Berada ditengah udara, mendadak Ku See hong berjumpalitan ke samping meloloskan diri dari ancaman berbahaya itu, lalu sambil tertawa dingin mendadak tubuhnya berkelit kesamping, bagaikan sukma gentayangan dia sudah berpujar ke sebelah kananHiangcu tersebut. Agaknya Hiangcu tersebut tidak menyangka kalau sergapan kilatnya berhasil dihindari lawan dengan amat mudah, tapi diapun cukup pintar dan cekatan, begitu serangannya gagal, badannya berputar dan melejit sejauh delapan depa dengan gesit, sementara busur bajanya diayunkan ke muka menciptakan selapjs cahaya tingkatan yang dalam bagaikan samudra..... "'Sreeet!" di ringi suara desingan tajam, busur baja itu bagaikan seekor ular lincah mendadak menyerang jalan darah Pay-gi hiat di punggung Ku See hong.
Jurus serangan ini selain keji juga ganas tapi indah sekali gerakannya. Ku See hong mendengus dingin, kakinya berputar secara aneh, ke lima jari tangan kirinya direntangkan bagaikan cakar elang dan mencengkeram busur baja itu secara tiba-tiba, kemudian sambil menyentil, benda itu digetarkan keras-keras. Hiangcu itu segera merasakan pergelangan tangannya menjadi kaku dan kesemutan, tahu-tahu busur baja itu terlepas dari cekalan, 383
sementara tubuhnya turut terseret pula ke depan oleh segulung tenaja kuat itu sehingga terseret kedepan. Ilmu Ki-nah-jiu-hoat yang dipergunakan Ku See hong kali ini betul-betul sangat lihay dan luar biasa, begitu busur baja tersebut berhasil dirampasnya, kebetulan Hiangcu itu pun sedang menerjang datang, hal mana segera menimbulkan napsu membunuh didalam hatinya. Busur baja yang berada ditangan kirinya dengan membawa desingan angin tajam segera dibabat kedepan. Tak sempat menjerit kesakitan lagi, batok kepala Hiangcu itu segera terpapas oleh busur baja yang tajam itu, ditengah percikan darah segar, batok kepala itu menggelinding sejauh tiga kaki lebih. Cara membunuh orang semacam ini boleh dibilang tak pernah dijumpai sebelumnya, kekejamannya cukup menggidikkan hati orang. Sambil menggengam busur bajanya erat-erat ditangan kiri, Ku See hong bergerak makin kedepan, kali ini dia menyambar ke samping seseorang hiangcu yang lain, tangan kirinya diputar dan busur baja itu dengan menciptakan selapis cahaya hitam langsung membacok tubuh Hiangcu tersebut. Dikala menangkap bergemanya suara desingan angin tajam dari arah belakang, Hiangcu itu segera berpaling ke belakang, dengan cepat dia telah bertemu dengan sepasang sorot mata yang tajam seolah-olah hendak menembusi ulu hati orang saja. Dalam terperanjatnya, busur bajanya segera disapu ke depan dengan gerakan datar menyusul kemudian tubuhnya ikut berkelebat pula keluar.
Busur baja ditangan kiri Ku See hong segera mencukil pelan, busur baja lawan dengan cepat tercukil sehingga terlepas dari cekalan. 384
Seperti bayangan setan, Ku See-hong segera melompat maju kedepan, busur bajanya sekali lagi menyapu ke muka dengan jurus serangan yang aneh, ganas dan buas. Serentetan jeritan aneh yang memilukan hati kembali berkumandang memecahkan keheningan, diantara percikan darah yang memancar ke empat penjuru, Hiangcu itupun menjadi setan tanpa kepala . . . . Dalam sekali lompat saja, Ku See hong telah membunuh dua orang Hiangcu dari perkumpulan Thi-kiong-pang. Serentetan gerakan ini dilakan tak lebih dalam sekejap mata, kenyataan yang amat menggidikkan hati ini kontan saja membuat keempat orang Hiangcu lainnya menjadi gempar, serentak mereka berlompatan keluar dari arena pertarungan. Dengan mundurnya keempat orang hiangcu tersebut, Biau-kisiang-su In Han Im baru memperoleh kesempatan untuk mengatur napas mimpipun dia tak menyangka kalau kepandaian silat yang dimiliki Ku See hong telah mencapai tingkatan yang begitu tinggi, tapi setelah menyaksikan caranya membunuh orang, bergidik juga hatinya. Dia lantas sadar bahwa dunia persilatan telah muncul seorang pembunuh, malah kemungkinan besar keganasannya tidak berbeda dibawah kebuasan Bun-ji-koan-su dimasa lalu. Dalam pada itu, hawa napsu membunuh dari Ku See hong telah berkobar, menyaksikan keempat orang Hiang-cu itu mundur ia segera memperdengarkan suara
tertawa panjang yang menggidikkan sukma........ Seperti bayangan saja dia mengejar kemuka, busur bajanya berputar bagaikan serentetan cahaya hitam yang menyilaukan mata, bagaikan ombak samudra saja, dengan cepatnya menyebar ke empat penjuru dan menggulung semua rintangan yang dihadapinya. Sebagai anggota Thi-kiong-pang, ke empat orang Hiangcu itu sudah memperoleh pendidikan yang cukup ketat, mereka sadar bahwa meacerai-beraikan kekuatan tak lebih hanya mempercepat 385
kematian sendiri, maka timbul ah tekad mereka untuk menggabungkan kekuatan mereka yang ada untuk bersama-sana menghadapi serangan lawan. Serentak keempat orang itu memperdengarkan suara pekikan anehnya sebagai tanda, empat buah busur baja bergabung menciptakan berlapis-lapis cahaya dingin yang tebal bagaikan sebuah bianglala panjang, dalam waktu singkat tenaga itu sudah menyambar keempat punjuru dan membendung datangnya hawa pembunuhan yang terpancar keluar dari si anak muda itu. Tapi gejala semacam itupun hanya berlangsung untuk sesaat, dalam waktu singkat suasana tadi tercerai-berai kembali oleh terjangan hawa pembunuhan yang menggetarkan sukma. Seluruh benak Ku See hong ketika itu sudah dipenuhi oleh hawa
napsu mengerikan, sorot matanya memancarkan cahaya bengis yang menggetarkan sukma lalu tertawa dingin. Suara tertawanya kedengaran bagaikan hembusan angin dingin muncul dari gudang-salju, membuat siapapun yang mendengarkan merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri. Setelah tertawa dingin busur baja ditangan kiri Ku See hong segera meluncur kedepan seperti sebatang anak panah yang terlepas dari busurnya, serangan itu tertuju kearah salah seorang diantara keempat orang Hiangcu tersebut, sementara tangan kanannya pada saat yang hampir bersamaan melepaskan segulung desingan angin pukulan yang dingin dan kuat menyerang kearah orang yang sama. Hiangcu itu segera merasakan timbulnya segulung desingan angin pukulan berhawa dingin yang menyesakkan napas menekan keatas wajahnya. Mendadak serentetan cahaya hitam meluncur tiba pula dengan kecepatan tinggi, sedemikian cepatnya sehingga ia tak sempat melihat jelas benda apakah itu. Jeritan ngeri yang memilukan hati kembali berkumandang memecahkan keheningan tahu-tahu badannya sudah tertembus oleh sambaran busur baja itu hingga tembus dipunggungnya. 386
"Blaamm.......!" ditengah benturan dahsyat badannya termakan pula oleh tenaga pukulan yang sanggup menghancurkan batu cadas itu. Tak ampun lagi, keempat anggota badannya tercerai-berai, daging dan darah berserakan memenuni permukaan tanah, kematiannya benar-benar mengerikan. Berhasil menghabisi nyawa orang itu, Ku See hong segera merentangkan kelima jari tangan kirinya, setelah membuat satu lingkaran busur lalu disentilnya kedepan. "Sreet.., sreet..!" ditengah desingan yang menderu-deru, lima gulung angin serangan yang tajam menyergap Hiangcu lainnya.
Sedemikian cepatnya serangan itu dilancarkan, seolah olah baru saja tangan kirinya menyambitkan busur baja itu,tangan kanannya turut bergerak pula. Baru saja salah seorang Hian Su, diantara tiga orang yang masih hidup, mendengar rekannya menjerit kesakitan, segulung desingan angin tajam yang luar biasa hebatnya telah menembusi lapisan cahaya busur bajanya yang tebal. Didalam kaget dan tercekatnya, serentak ketiga orang itu melompat mundur ke belakang. Tapi sayang, gembong pembunuh muda itu sudah terlanjur mengincar seorang korbannya, secepat-cepatnya orang itu berkelit, toh waktunya tetap terlambat selangkah. 'Sreet...! Sreet…!' ditengah desingan angin tajam, serentetan jeritan ngeri yang memilukan hati kembali berkumandang memecahkan keheningan. Bagian mematikan dari tubuh bagian atas orang itu tahu-tahu sudah ditembusi oleh kelima gulung desingan angin tajam itu hingga tembus kedalam dadanya, darah segar segera memancar keluar seperti sumber mata air. Tubuhnya yang tinggi kekar itu kontan mercelat sejauh enam tujuh langkah oleh hembusan angin pukulan 387
yang sangat kuat itu sehingga badannya roboh terkapar ditanah dan tewas seketika. Dua orang sisanya segera sadar kalau gelagat tidak menguntungkan, bila sekarang tidak kabur, bisa jadi jiwanya akan terancam. Maka mereka berdua segera menyebarkan dirikekiri dan kanan kemudian melesat kedepan untuk menyelamatkan diri. Ku See hong bepekik panjang dengan suara yang membetot sukma, tubuhnya seperti seekor burung elang raksasa segera meluncur ke tengah udara dengan kecepatan tinggi. Mendadak......., pada saat itulah serentetan pekikan nyaring kembali bergema memecahkan keheningan . . . . . Kini ditangan Ku See hong telah bertambah dengan sebilah pedang panjang yang memancarkan cahaya merah yang berkilauan. Itulah pedang Ang-soat-kiam yang pernah menggetarkan dunia
persilatan pada tigaratus tahun berselang atau sekarang lebih dikenal sebagai pedang mestika Hu-thian seng-kiam! Pada saat pedang itu dilancarkan, tubuh Ku See hong telah membaur menjadi satu dengan cahaya pedang yang memancar bagaikan air terjun itu, secepat kilat berkelebat lewat ditengah udara. Sedemikian cepatnya cahaya pedang tersebut berkelebat lewat sehingga pada hakekatnya sukar untuk membedakan mana cahaya pedang dan mana yang cahaya bianglala. Serentetan jeritan ngeri yang memilukan hati kembali berkumandang memecahkan keheningan. Tubuh si Hiangcu yang melayang di angkasa itu sudah terpapas kutung menjadi tiga bagian ditengah udara, darah segar berhamburan kemana-mana, kematiannya benar-benar mengerikan. Berada ditengah udara, tiba-tiba Ku See hong memutar badannya, lalu membentak keras, seluruh tubuhnya telah berputar arah dan meluncur ke arah seseorang lainnya. 388
Gerakan pedangnya berkelebat lewat seperti hembusan angin puyuh, selapis cahaya tajam meluncur ke depan menciptakan selapis bukit pedang yang berwarna warni. Selapis hawa pedang yang menggidikkan hati dengan cepat menyergap ke arah tubuh si Hiangcu yang baru saja akan melayang turun keatas tanah itu. Serentetan jeritan ngeri yang memilukan hati kembali berkumandang memecahkan keheningan, sebutir batok kepala telah terpapas hancur oleh kilatan cahaya pedang, darah segar segera memancar ke mana mana dan kematiannya amat mengenaskan.
Setelah itu.... seluruh hawa pedang yang menyilaukan maka menjadi pudar, Ku See hong dengan wajah dingin seperti es dan bertangan kosong telah berdiri kaku diatas tanah, sementara sepasang matanya yang tajam menggidikkan hati menatap ke enam sosok mayat yang tak utuh itu tanpa berkedip. Sedihkah dia? Atau merasa gembira dengan hasil yang berhasil dicapainya kini? Biau-ki siang-su In Han im merasakan pandangan matanya seolah olah menjadi kabur..., dia hanya merasa selapis kabut merah yang menyilaukan mata berkelebat lewat didepan mata, lalu dalam beberanpa kali kelebatan saja, dua orang yang terakhirpun telah roboh binasa diatas tanah. Ternyata ilmu pedang yang dpergunakan Ku See hong adalah salah satu jurus serangan dari tiga jurus ilmu pedang yang tercantum dalam kitab kecil peninggalan Si hong Lo jin yang disebut Hui-hong-che ki-hiat seng-wi (Bianglala tiba-tiba Muncul Bau A mis dan Memancar)...! Si-hong lo jin adalah seorang tokoh sakti yang luar biasa dari dunia persilatan, ilmu pedangnya boleh dibilang sudah merajai seluruh kolong langit. Sebelum ajalnya tiba, dia telah menghimpun semua inti sari ilmu pedang yang ada didunia ini, dengan mengorbankan waktu selama tiga tahun untuk menciptakan jurus pedang baru. 389
Bisa dibayangkan betapa sakti dan luar biasanya jurus serangan hasil ciptaannya itu, selain ganas juga lihay sekali. Setelah meloloskan pedang Hu-thian seng-kiamnya dari dalam sarung tadi, Ku See hong segera melebur tubuhnya menjadi satu dengan senjata tersebut untuk membunuh seseorang ditengah udara, kemudian sambil membalikkan badan dia membunuh pula Hiangcu yang terakhir, semua gerakan ini dilakukannya dengan kecepatan luar biasa. Oleh karena itu, Biau-ki siang-su In Han im hanya merasakan berkelebatnya cahaya bianglala didepan mata, sedemikian cepatnya gerakan itu sehingga pada hakekatnya ia tak sempat menyaksikan gerakan Ku See hong sewaktu mencabut pedang maupun
menyarungkan kembali pedangnya. Mendadak....., Dari arah sebelah sana berkumandang suara dengusan tertahan, lalu tampaklah bahu kiri Sin hong hwee ciau Lui-Ki kena dihajar telak oleh serangan Cau seng hui Ciang Keh-teng sehingga muntah darah segar, dengan sempoyongan tubuhnya segera mundur sejauh beberapa langkah. Sementara pertarungan sengit berkobar tadi, Cau sang hui Ciong Keh-teng telah mengetahui kalau enam orang hiangcu-nya telah mati secara mengerikan semua ditangan pemuda itu. Dengan hati yang amat sakit seperti ditusuk pisau, dia segera mengeluarkan sejurus serangan mematikan yang amat ganas, dengan telak ancaman itu bersarang ditubuh Sin hong hwee-ciau. Saat ini, kobaran hawa napsu membunuhnya sudah membara dalam dadanya, ia bertekad untuk membunuh setiap musuh yang dijumpainya, melihat Sin hong hwee ciau mundur dengan membawa luka, sudah barang tentu dia tak akan melepaskan korbannya dengan begitu saja. Serentetan suara pekikan nyaring mirip jeritan setan atau lolongan serigala dengan cepat bergema memecahkan keheningan. 390
Secepat sambaran petir Cau sang hui Ciong keh-teng mengejar kedepan, kesepuluh jari tangannya direntangkan lebar-lebar dengan membawa serentetan desingan angin pukulan yang tajam, ia cengkeram belasan buah jalan darah penting ditubuh bagian atas Sin hong hweeciau. Pada dasarnya dia memang sudah berniat untuk membunuh lawannya, tentu saja kekuatan yang disertakan dalam serangan itu luar biasa sekali hebatnya. Sejak termakan pukulan dahsyat dari Cau sang hui Ciong Kehteng tadi, Sin hong hwee ciau Lui-Ki sudah merasakan darah panas dalam dadanya bergolak keras, coba kalau tenaga dalamnya tidak sempurna, niscaya selembar jiwanya sudah melayang. Walaupun begitu, pada saat itu ia sudah tak sanggup lagi untuk menghindarkan
diri dari sergapan maut itu, tampaknya ia segera akan tewas diujung telapak tangan lawan. Ketika Biau-ki siang-su In Han im menyaksikan adik angkatnya berada ditepi jurang kematian, dengan cepat dia membentak keras, tubuhnya segera melayang maju ke depan. Tapi sesosok bayangan manusia lain bagaikan sambaran setan gentayangan saja tahu-tahu sudah tiba lebih dulu disisi tubuh Siu hong hweeciau, sebuah pukulan yang bertenaga lembek segera meluncur keluar dari balik telapak tangan kanannya. Mendadak.... udara serasa diliputi kabut tebal dan angin menderu-deru, kemudian menyusul munculnya selapis cahaya merah yang berkilauan, daya tekanan yang timbul diempat penjuru pun makin lama semakin memberat bagaikan gencetan bukit karang. 000OdwO000 Bab 18 391
“BLAAAAMMM . . . . !” benturan keras yang memekikkan telinga segera bergema bersamaan dengan saling membenturnya dua gulung kekuatan yang maha dahsyat. Desingan angin tajam segera memancar ke empat penjuru....... Rambut panjang Cau sang hui Ciong Keh-teng terurai kacau ke bawah, noda darah membasahi ujung bibirnya paras mukanya pucat kehijau-hijauan, kulit mukanya mengejang keras menahan penderitaan. Dengan sempoyongan tubuhnya mundur sejauh empat lima langkah dari posisi semula, lalu dengan sorot mata yang memerah membara, dia awasi wajah Ku See hong dengan penuh kegusaran. Paras muka Ku See hong sendiripun dingin seperti es, matanya
memancarkan cahaya menggidikkan, dengan suara yang kaku, katanya: “Ciong Keh-teng, sekarang kau sudah berada di ambang pintu kematian, agar kau mampus dalam keadaan jelas, maka akupun akan memberi sedikit keterangan kepadamu, aku bersikap demikian kepada kalian karena perbuatan keji kalian telah menggusarkan Thian dan merisaukan umat persilatan. “Sauya-mu tak lain adalah putranya Ku-Kiam-cong, pangcu dari perkumpulan Kim-to-pang yang bernama Ku See hong ..., “ “Manusia aneh dari dunia persilatan Bun-ji-koan-su adalah guruku!” “Nah, beberapa macam dendam kesumat sedalam lautan ini tentunya pantas bukan bila kutuntut balas?! Sekarang, kau boleh mampus dengan perasaan lega!” Ketika selesai mendengarkan perkataan dari anak muda itu, paras muka Cau-sang-hui C iong Keh-teng yang semula berwarna pucat pias itu, kini telah berubah makin mengenaskan, kulit wajahnya mengejang keras membentuk garis garis kerutan yang,penuh dengan rasa mengerikan…. 392
Mati adalah suatu kejadian yang akan dialami setiap manusia. Tapi bila seseorang sudah berada diambang pintu kematiannya entah bagaimanapun buas dan kejinya dia, sedikit banyak rasa sedih dan menyesal akan timbul juga diatas wajahnya. Yaa, sesungguhnya dari dulu sampai sekarang, hanya berapa orangkah yang bisa memandang kematian sebagai sesuatu kejadian yang wajar? Semut saja masih ingin hidup, apalagi manusia... Pelan-pelan Ku See hong mengangkat telapak tangan kanannya, kelima jari tangannya direntangkan lebar-lebar, kemudian diantara sentilan dan getaran tangannya, lima gulung desingan angin tajam segera meluncur keluar dari ujung jarinya. Mendadak.....
Serentetan jeritan ngeri yang memekikkan telinga berkumandang membelah keheningan malam. Tampak sepasang tangan Can sang hui Ciong Keh menekan diatas dada serta lambungnya, lalu dengan wajah pucat pias keabu-abuan selangkah demi selangkah ia mundur ke belakang, darah kental bercucuran dari ujung dada dan bibir, lambungnya. Sepasang mata Cau sang hui Ciong Keh-teng terbelalak lebarlebar, sorot mata tajam memancar keluar dari balik matanya, tapi sekarang bukan sarot mata yang diliputi rasa benci dan buas. Tapi sorot matanya sekarang adalah sorot mata yang lembut, penuh rasa penyesalan,rasa malu dan iba . . . . . Bibir Cau sang hui Ciong Keh-teng bergetar seperti ingin mengucapkan sesuatu,tapi tenaganya sudah tidak memenuhi keinginan hatinya, tapi anehnya dia masih tetap berdiri tegak, matanya masih tetap menatap wajah Ku See hong tanpa barkedip. Akhirnya dari tenggorokannya berkumandang suara gemuruh yang parau dan tidak jelas: "Ku sauhiap, loo.... lohu tidak mee...me..nyesal mee....meski tewas di ...ditangan...mu.., tapi . . . . . . . . Ban-sia-kaucu 393
tee...te..lah menggerakkan kekuatannya uuu...untuk menguasai jaa...ja... jagad............ kau......!" Yaa, bila seseorang sudah tahu kalau ajalnya hampir tiba, apa yang diucapkan sebagai akhir katanya adalah kata-kata yang bernada jujur dan penuh kebajikan. Beberapa patah kata dari Cau sang hui Ciong Keh-teng ini diucapkan dengan nada yang mengenaskan, membuat semua orang yang mendengarkan serta merta merasakan hatinya menjadi iba. Dengan suatu gerakan cepat Biau-ki siang-su In Han im segera menubruk kemuka, setelah mendengar ucapan tersebut, tiba-tiba
saja hatinya merasa gemetar keras. "Saudara Ciong..!" serunya dengan gelisah "Tolong berbicara agak jelas, Ban-sia kaucu hendak melaksanakan rencana kejinya terhadap siapa? Cepat katakan! Cepat katakan..!" Agaknya Cau sang hui Ciong Keh-teng masih sempat mendengar perkataannya itu, bibirnya bergetar seperti mau menjawab akan tetapi tiada suara yang terdengar, cengkeraman maut dari malaikat kematian telah merenggut selembar jiwanya dari tubuh kasarnya. Ku See hong segera menghela napas sedih, gumamnya: "Heran, mengapa manusia selalu keras kepala, sebelum ajalnya menjelang tiba ia enggan menjadi sadar, aaai....! Inilah suatu tragedi bagi umat manusia; juga merupakan watak paling jelek dari umat manusia..... selama hidup Ciong Ken-teng melakukan banyak kejahatan, seluruh tubuhnya penuh dengan dosa tapi menjelang saat ajalnya, dia telah menemukan kembali kemuliaan hatinya, bila dibandingkan dengan orang-orang berdosa yang sampai manjelang ajalnya tiba pun tak mau bertobat, ia memang jauh lebih tangguh! " Biau-ki siang-su In Han im turut menghela napas sedih, pelanpelan dia menghampiri Sin hong hwee ciau, merogoh kedalam sakunya mengeluarkan sebuah botol kecil, lalu mengeluarkan sebutir pil dan dicekokkan kedalam mulutnya. 394
Pelan-pelan Ku See hong turut berjalan mendekat, lalu tanyanya dengan suara lembut: "Paman In, siapakah yang dimaksudkan sebagai Ban-sia kaucu oleh Ciong Keh teng menjelang ajalnya tadi?" Biau-ki siang-su in Han Im menghela napas panjang. "Aaai.... ancaman bahaya maut yang mengancam dunia persilatan belakangan ini adalah kelompok dari perkumpulan Ban-sia kau. Tentang keadaan yang sebenarnya dari Ban-sia-kau dan organisasi macam apakah perkumpulan itu, aku belum sempat menyelidikinya sampai jelas, konon kaucu-nya adalah seorang wanita, tapi ilmu silatnya begitu lihay sehingga tak tertuliskan dengan katakata !" Ku See hong termenung dan berpikir sebentar, lalu tanyanya lagi: "Apakah Ban-sia-kau yang telah menguasahi Thi-kiong
pang serta Jian-khi pang?" Biau-ki siang-su In Han im segera mengangguk. "Yaa, benar. Ban-sia kau memang merupakan perkumpulan yang telah menguasahi Thi kiong pang dan Jian khi pang menurut dugaanku, Ban-sia-kau sudah pasti ada hubungannya dengan pertarungan berdarah di bukit Soat-san tempo dulu, lenyapnya sekawanan jago lihay didalam dunia persilatan pun besar kemungkinan merupakan rencana keji dari Ban-sia-kau…. . . . .!!" Begitu mendengar tentang pertarungan berdarah di bukit Soatsan, Ku See hong segera merasakan darah panas didalam tubuhnya mendidih, gurunya dan kedua orang tuanya telah terlibat dalam pertempuran berdarah itu, kemudian terbunuh pula secara mengenaskan, siapakah dalang dari semua peristiwa berdarah ini? Mendadak..... Biau-ki-siang-su In-Han-im bertanya kepada Ku See hong: 395
"Ku lote…, sebelum mati apakah gurumu pernah mengungkap keadaan yang sebenarnya tentang peristiwa berdarah di bukit Soat-san?" Ku See hong merasakan hatinya bergetar keras, menjelang ajalnya Bun-ji koan-su memang telah mengisahkan ceritanya yang mengenaskan, ia menyuruhnya agar mengingat selalu kisah tersebut, tapi melarang untuk diberitahukan kepada orang lain. Betul Biau-ki-siangsu terhitung seorang pendekar kaum lurus dalam dunia persilatan, namun dia tak ingin mengingkari sumpahnya terhadap gurunya. Maka dengan wajah berat hati serta nada minta maaf, Ku Seehong berkata: "Paman In, menjelang ajalnya guruku memang pernah membicarakan tentang peristiwa dibukit Soat-san, tapi dia orang tua pernah berpesan agar aku tidak
membocorkannya kepada orang lain. Oleh sebab itu harap kau suka memaafkan kesulitanku ini." "Aaaai . . . !" Biau-ki siangsu In-Han-im menghela napas sedih, "Setiap orang yang turut hadir dalam pertempuran di bukit Soatsan, asal dia termasuk seorang berjiwa lurus, kalau bukan jejaknya tak diketahui lagi,... pasti tewas secara mengenaskan! Yang tersisa pun kini hanya tinggal manusia-manusia laknat berhati busuk dan keji." "Dalam dunia persilatan yang begini luas, hanya kau seorang yang mungkin mengetahui duduk persoalan ini yang sebenarnya ...!" "Orang persilatan memang mengutamakan soal kepercayaan, aku cukup memahami kesulitanmu itu, harap jangan merasa sedih. Sekarang aku akan berusaha untuk mengungkapkan semua jejak atau titik terang yang berhasil kuketahui kepadamu, bila bahan bahan keteranganmu tentang pertarungan dibukit Soat-san sehingga berhasil menyelidiki usal usul dari Ban-sia kaucu tersebut. Andaikata kau dapat menyelamatkan umat persilatan dari suatu 396
badai pembunuhan, jasa ini benar-benar suatu jasa yang amat mulia." Ku See hong merasa amat terharu, serunya dengan cepat: "Paman In, aku benar-benar berterima kasih sekali atas kasih sayangmu, budi kebaikan ini terukir dalam dalam dilubuk hatiku sampai matipun tak dapat kulupakan. Terus terang kukatakan, dendam kesumat diriku sendiri juga ada sangkut pautnya dengan peristiwa ini, jika teka-teki ini dapat diungkapkan, sekalipun harus mendaki bukit golok atau terjun kecuali berisi minyak mendidih sampai hancurpun, aku pasti akan berusaha untuk melenyapkan kaum laknat tersebut!" "Selama hidup aku In Han im, tak pernah menaruh perhatian terhadap orang lain......" kata Biau-ki siang-su In Han im kemudian dengan penuh perhatian,
“Tapi semenjak bertemu dengan lote, aku merasa amat menguatirkan sekali tentang keselamatanmu, aku merasa seakanakan mempunyai ikatan batin denganmu, apalagi dikalangan kaum lurus dalam dunia persilatan dewasa ini, hanya kau seorang yang mengetahui rahasia pertempuran berdarah dibukit Soat-san. Bila hal ini sampai diketahui oleh gembong-gembong iblis tersebut, sudah dapat dipastikan keselamatan jiwamu pasti akan terancam setiap saat!" Mencorong sinar buas yang menggidikkan hati dari balik mata Ku See hong, katanya dengan penuh kebencian: "Mati atau hidup sudah digariskan oleh takdir, beruntung atau sengsara sudah merupakan nasib, bila kawanan gembong iblis itu berani datang mencari gara-gara denganku.... Hmmm! Akan kuberikan suatu pertunjukan bagus kepada mereka satu persatu akan kujagal mereka sampai ludas!" "Ku lote…!" kata Biau-ki siang-su In Han im, "Meskipun kau memiliki ilmu silat yang amat tinggi, namun musuh berjumlah banyak dan lagi merupakan gembong-gembong 397
iblis dan pentolan-pentolan Liok-lim yang termashur namanya didunia ini, sepasang tangan sukar melawan empat tangan, aku harap kau suka bertindak lebih berhati-hati janganlah terlalu menuruti emosi. Ketahuilah, nasib dari beribu-ribu umat persilatan serta kewajiban untuk menegakkan kembali keadilan serta kebenaran dalam dunia persilatan telah terjatuh ditanganmu seorang, kematianmu memang soal kecil tapi akibatnya besar!” Mendengar perkataan itu, diam-diam Ku See hong merasakan hatinya terkesiap, pikirnya; 'Dulu suhu tidak menjelaskan sebab musababnya justeru lantaran takut kalau aku bertindak secara gegebah. . ., betul ilmu silat yang kumiliki belakangan ini telah mendapat kemajuan yang pesat, apalagi akupun memiliki pedang Ku-thian-seng-kiam yang sangat tajam,tapi untuk menghadapi musuh yang berjumlah begitu banyak, aku memang merasa kecil sekali, aaai...!
Nasibku telah ditakdirkan begini, siapa pula yang bisa merubahnya? Apalagi jika pedang Hu-thian seng-kiam sampai diketahui orang sebagai pedang Ang-soat-kiam -nya Sihong lo jin dimasa lalu, bukan cuma orang-orang dari golongan sesat, saja yang akan merebutkannya, bahkan orang-orang dari golongan putih pun akan secara terang-terangan memusuhi aku.’ Berpikir sampai diini, Ku See hong betul-betul merasa amat sedih, murung dan kesepian. Tapi selang beberapa saat kemudian, dengan kening berkerut dan nada yang tegas dia berkata: "Bagaimanapun juga, aku akan memikul tanggung jawab atas mati-hidupnya dunia persilatan, tapi aku Ku See-hong sudah ditakdirkan hidup seorang diri. Musuhku mungkin bukan cuma orang-orang dari kaum sesat saja, melainkan seluuh umat persilatan yang ada didunia ini." Terkesiap sekali Biau-ki siang-su In Han im setelah mendengar perkataannya itu. Dengan perasaan tidak mengerti segera tanyanya: 398
"Apa maksud perkataan itu?" "Paman In " ujar Ku See Hong dengan sedih, rahasia di balik kesemuanya itu akan kau pahami sendiri dikemudian hari, sekarang maafkanlah kalau aku tak dapat memberitahukan kepadamu." Biau-ki siangsu In Han im adalah seorang yang cerdas, semenjak berjumpa denga Ku See hong, dia sudah merasakan bahwa pemuda ini memiliki banyak keistimewaan yang berbeda dengan manusia biasa. Dalam hal apapun dia selalu mendatangkan suatu perasaan rahasia dan misterius membuat orang jadi tak habis mengerti. Maka setelah mendengar perkataan itu, dia lantas tahu kalau asal usul maupun kehidupan selanjutnya dari pemuda itu bukanlah suatu kehidupan yang biasa... Dengan cepat Biau-ki siang-su In Han im mengalihkan pembicaraan ke soal lain, katanya kemudian: "Situasi didalami dunia persilatan dewasa ini sudah bukan masalah perselisihan antara perguruan atau dendam kusumat antara perorangan lagi, Keadaannya sekarang betul-betul sudah kalut dan kacau balau sehingga segenap umat persilatan boleh
dibilang sudah terlibat dan bersama-sama menuju ke hari Kiamat. . .!" "Kini sembilan Partai besar dari daratan Tionggoan sudah tak dapat berpeluk tangan belaka; mereka masing-masing telah mengirim jago-jago lihaynya untuk menyelidiki keadaan yang sebenarnya, namun kunci paling penting diantara sekian masalah masih tetap terletak pada tubuh Ban-sia kaucu tersebut!" "Oleh sebab itu, tugas pertama yang harus dilaksanakan sekarang adalah menyelidiki siapakah kaucu dari Ban-sia-kau tersebut, serta sampai dimanakah cakar iblis mereka telah dibentangkan, . . . . kalau didengar dari ucapan Ciong Keh teng menjelang saat ajalnya tadi, tampaknya rencana busuk Ban-sia kaucu untuk menguasai dunia persilatan sudah mulai dilaksanakan!" 399
"Pendapat paman In memang tepat sekali!" puji Ku See hong , "Kini api sudah membakar alis mata, yang jauh tak akan memadamkan api didepan mata, tugas paling penting yang harus kita kerjakan sekarang adalah mencari tahu lebih dulu keadaan yang sebenarnya dari perkumpulan Ban sia kau tersebut." Menurut penyelidikanku baru-baru ini, dapat kusimpulkan bahwa perkumpulan Ban-sia kau tersebut bukan saja ada sangkut pautnya dengan pertempuran dibukit Soat-san, bahkan yang menjadi ketuanya sepertinya juga mempunyai sangkut-paut yang erat sekali dengan Bun-ji koan-su locianpwe . . .!" "Ku lote, coba pikirkanlah, diantara orang penting yang terlibat langsung dalam pertarungan dibukit Soat-san tempo hari, siapakah yang paling besar kemungkinannya menjadi ketua dari perkumpulan Ban-sia-kau ?" Ku See hong segera termenung sambil memutar otak. Cerita yang pernah didengarnya dari Bun-ji koan-su tempo hari melintas kembali didalam benaknya satu persatu. Mendadak Ku See hong menjerit kaget: "Aaah . . . , jangan-jangan mereka? Benar-benar hanya kedua orang ini yang paling besar kemungkinannya. Ooh suhu! Betapa mengenaskannya nasibmu,.....semua yang tidak kau beritahukan kepadaku dimasa lalu kini sudah tertera jelas, aku pasti akan
melaksanakan menurut kehendak hatimu, entah bagaimanapun juga, aku pasti akan memenuhi keinginanmu itu, tak akan kusiasiakan harapan kau Orang Tua! Legakanlah hatimu . . .!!" Ku See hong berpekik dengan pedih, air matanya berucuran deras, dalam hatinya ia meresa amat benci kepada orang itu, ia bersumpah akan membuatnya mati dalam keadaan mengerikan. . .! Pada saat itu Ku See hong sedang diliputi oleh rasa sedih dan gusar yang tak terlukiskan dengan kata, darah panas bergelora didalam dadanya, api dendam membakar seluruh tubuhnya. Dipengaruhi oleh gejolak emosi, dia segera mendongakkan kepalanya sambil menyanyikan lagu "Dendam Sejagad". 400
DENDA M kesumat membentang bagai jagad, Bukit tinggi berhutan lebat disisi sebuah kuil. Sungai besar didepan kuil berombak besar, Dendam kesumat sepanjang abad! DENDA M kesumat membentang bagai Jagad, Burung gagak bersarang dirumput dikala senja. Cinta kasih berlangsung dari muda sampai tua. Memetik kampak membuat lagu: Nadanya dendam!" Menitik air mata darah untuk siapa? Hati pilu menanggung derita menyesal sepanjang masa. DENDA M kesumat membentang bagai Jagad. Ji koan pernah berbuat salah. Menyandang golok menunggang kuda, apalah gunanya? Salju terbang air laut semuanya hambar. DENDA M kesumat membentang bagai Jagad. Curah hujan membuyarkan awan. Air mengalir akhirnya surut. Dendam kesumat tak akan pernah luntur.......... oooOdwOooo
TENAGA DALAM yang dimiliki Ku See hong belakangan ini telah memperoleh kemajuan yang pesat. Suara nyanyian yang dibawakannya segera menggetarkan seluruh jagad, selain suaranya mengandung daya iblis yang membetot sukma, suaranya pun menggema tiada hentinya diseluruh angkasa. 401
Dalam membawakan lagùDendam Sejagad` kali ini, perasaan Ku See hong jauh lebih sedih dan menderita, dia merasa makin simpatik terhadap tragedi yang telah menimpa gurunya, diapun memuji kecerdasan Bun-ji Koan-su dalam mendalami kepandaiannya, semua perasaan yang bercampur-baur itu segera dilampiaskan keluar melalui suara nyanyian maut itu. Hal ini membuat anak muda tersebut makin menyukai lagunya, dia merasa lagu tersebut merupakan lagu yaag paling mengenaskan dan paling memedihkan hati didunia ini. . . . . Rupanya pada saat ini Ku See hong telah berhasil memahami arti kata dari nyanyian "Dendam Sejagad". Nada bait kedua dan bait ketiga jelas melambangkan seluruh penderitaan serta percobaan yang pernah dialami Bun-ji koan-su dalam sejarah kehidupannya. Makin mendalami arti kata dari bait syair lagu "Dendam Kesumat", Ku See hong merasakan hatinya makin sedih, tanpa terasa diapun teringat kembali dengan Keng-Cin-sin, si gadis cantik yang berkorban baginya. Seluruh perasaan cintanya yang membara dan selama ini terpendam dalam hati kecilnya segera dilampiaskan keluar, ibarat ombak samudra yang bergulung saling berkejaran, selamanya tak akan pernah berakhir, sementara titik air mata jatuh bercucuran membasahi seluruh tubuhnya . . . . . . .
Waktu itu persis kentongan ketiga tengah malam. Rembulan berada diangkasa memancarkan cahayanya yang indah dan menawan, bintang-bintang bertaburan diangkasa menghiasi langit yang gelap. Tapi suasana disekitar tempat itu penuh diliputi oleh kesuraman, keheningan, keseraman yang mengerikan. Mayat demi mayat bergeletak diatas tanah tanpa berkutik, ketika angin barat yang kencang berhembus lewat menimbulkan suara gemerisik daun pek-yang yang berguguran. 402
Jeritan keras burung malam bercampur dengan nyanyian yang membetot sukma ini, menjadikan suasana seram. Dengan termangu-mangu seperti orang yang kehilangan ingatan, Biau-ki siangsu serta Sin-hong-hwee-biau berdiri tak berkutik disitu, demikian pula dengan Ku See hong yang lagi dirundung kesedihan. Ditengah tanah pekuburan yang penuh berserakan batu nisan, mereka berdiri bagaikan tiga sosok mayat hidup. Bila secara kebetulan ada orang yang datang kesitu, niscaya mereka akan ketakutan setengah mati. Mendadak, pada saat itulah . . . . Dari balik pekuburan yang berserakan itu pelan-pelan berjalan keluar se-sosok mayat hidup yang mengenakan pakaian serba putih! Bukan . . . ,`dia bukan mayat hidup', melainkan seorang pemuda berbaju putih yang berwajah sedingin es ! Sebilah pedang berbentuk ular yang berwarna kuning perak tersoreng dipunggungnya. Gerakan tubuh orang itu sangat ringan seperti sukma
gentayangan, kakinya tidak menginjak tanah, tanpa menimbulkan sedikit suara-pun dia mendekati Ku See-hong sekalian, lalu berhenti tak bergerak pada jarak dua kaki dihadapan mereka. Dengan sorot mata yang dingin bagikan salju, diawasinya tiga orang yang berada dihadapannya bergantian. Tiba-tiba sekulum senyum sinis penuh cemoohan tersungging diujung bibirnya. Setelah hening beberapa saat, pemuda berbaju putih itu mendongakkan kepala dan tertawa seram. Suaranya dingin menggidikkan hati, sedemikian menggidikkan sehingga sama sekali tidak membawa bau kehidupan manusia. Dengungan keras menggema di angkasa ,menyusul berakhirnya tertawa dingin itu. Dari sini bisa diketahui kalau tenaga dalamnya telah mencapai puncak kesempurnaan. Mendengar suara tertawa 403
yang menusuk telinga bagaikan beribu ekor kuda lari bersama itu-, mecorong sinar menggidikkan dari balik mata Ku See hong, dengan cepat ia mengalihkan pandangannya kearah orang itu. Diam-diam ia agak terkesiap, tapi selanjutnya dengusan dingin penuh hinaan bergema memenuhi angkasa. Bian-ki siang-su In Han im serta Sia hong hwee ciau Lui-Ki segera tersadar kembali oleh tertawa itu. Begitu melihat siapa pendatangnya, Biau-ki siangsu merasa terkesiap-, ia sadar kalau suatu pertempuran sengit tak dapat dihindari jika orang itu benar seperti apa yang diduganya, maka berarti tiada keyakinan lagi Ku See hong, untuk menangkan pertarungan ini. Andaikata pemuda she Ku itu sampai kalah, maka sudah dapat dipastikan, nasib tragis menanti didepan mata. Dengan wajah dingin dan kaku serta sikap yang angkuh dan jumawa pemuda berbaju putih itu menegur dengan suara dalam, "Siapa yang telah membawakan nyanyian barusan?" Ku See hong berkerut kening, dari balik matanya terpancar pula sinar keangkuhan yang jauh lebih tebal, sambil mendongakkan kepalanya dia tertawa panjang, suaranya nyaring bagaikan pekikan naga. Kemudian sambil berhenti tertawa ujarnya dengan suara yang
jauh lebih dingin daripada pemuda berbaju putih itu, "Saudara lebih baik kurangi sedikit sikap congkakmu dihadapan pembawa lagu itu !" Paras muka pemuda berbaju putih itu masih tetap dingin tanpa emosi, ia termenung sebentar, lalu ujarnya dingin: "Kalau begitu kau adalah murid manusia aneh dari dunia persilatan Bun-ji koan-su yang bernama Ku See hong!?" Baik, sikap maupun nada suaranya amat angkuh dan jumawa sedikitpun tiada rasa kehangatan. 404
Suara semacam itu hanya membuat bulu kuduk pada bangun berdiri, dan peluh dingin jatuh bercucuran. Ku See hong mendengus dingin, "Saudara, kalau begitu kau pastilah Cing-hay khi sau yang tersohor karena keangkuhannya itu?" katanya pula sinis. Agak terkesiap pemuda berbaju putih itu, setelah mendengar perkataan lawan, tapi diluaran dia tetap berkata dengan wajah tanpa emosi: "Hmm, tampaknya cukup tajam juga pandangan matamu, bagus, sekarang aku hendak bertanya kepadamu-, taklukkah kau dengan ilmu silat dari Cing hay pay?" "Akupun hendak bertanya kepadamu taklukkah kau dengan ilmu silat dari Bun-ji koan-su . . .?" Ku See hong balik bertanya. Tampaknya pemuda berbaju putih itu seperti tak pernah menyangka kalau Ku See hong bakal mengajukan pertanyaan serupa, setelah tertegun sesaat dengan cepat wajahnya pulih kembali dalam sikap yang dingin dan kaku. Dengan senyum tak senyum dia berkata: "Bagus! Bagus sekali! Agaknya malam ini aku sudah bertemu dengan musuh yang tangguh." Setelah hening sejenak, mendadak dengan wajah dingin dan suara keras dia membentak:
' Ilmu silat dari daratan Tionggoan cuma permainan buruk dari anak kecil, aku orang she Ciu tidak takluk!" Mencorong sinar tajam dari balik mata Ku See hong, dia segera balas membentak: "Ilmu silat aliran Ciang hay pay hanya ilmu sesat dari golongan hitam, ilmu yang tak seberapa itu lebih mirip permainan anak kecil, tentu saja aku orang she Ku pun tidak takluk !!" 405
"Bagus, bagus, kalau begitu tak ada salahnya jika kita saling mencoba kepandaian masing-masing.!" ujar pemuda berbaju putih itu sambil tertawa hambar. "Bagus sekali!" jengek Ku See hong pula sambil tertawa dingin, "kalau cuma beradu mulut belaka sama sekali tak ada gunanya, lebih baik kita saling beradu kepandaian saja!" "Biau-ki siangsu In Han im cukup sadar seandainya dua orang jagoan muda ini sampai saling bertarung, sudah pasti akibatnya akan mengerikan. Òrang bilang bila dja ekor harumau berkelahi, salah satu diantaranya pasti terlukà. Betul si pemuda berbaju putih itu sombong dan jumawa, namun wajahnya memancarkan sinar kegagahan..., jelas dia bukan serang manusia buas dari golongan sesat. Dalam keadaan dunia persilatan yang sedang terancam bahaya maut, dimana pengaruh iblis sedang meraja-lela, andaikata dua orang jago itu sampai bertarung dan sama-sama terluka, bukankah hal ini akan sangat merugikan kepentingan umat persilatan dari golongan golongan lurus didunia ini.. ?' Biau-ki siangsu In Han im segera putar otak sambil berpikir keras, mendadak dia maju dua langkah kedepan, lalu ujarnya deagan suara lantang: "Ciu sauhiap ...., Ku sauhiap, ujung langit adalah tetangga, empat penjuru adalah saudara, untuk saling mengukur kepandaian mah boleh saja, tapi tak perlu saling ngotot untuk beradu jiwa, lebih baik pertarungan dibatasi saling menutul saja, Asal menang kalah sudah ditentukan, pertarungan tak usah dilanjutkan dan alangkah baiknya bila kalian bisa damai sebagai teman.” “Ketahuilah, dunia persilatan dewesa ini sedang diliputi oleh ancaman badai yang amat dasyat, setiap orang sedang dicekam perasaan takut dan jiwa setiap orang diancam maut, suatu bencana besar sudah
mulai berkembang dalam dunia persilatan, aku harap 406
sauhiap berdua suka bekerja sama saja untuk melawan datangnya ancaman maut yang sedang mengincar umat persilatan daripada membuang tenaga untuk saling mengukur kepandaian, toh sumber dari ilmu silat sesungguhnya adalah sama?" Ketika mendengar perkataan dari In Han in yang amat gagah dan masuk diakal itu, baik Ku See hong mau pun pemuda berbaju putih itu sama-sama merasakan hatinya bergetar, tapi dasar anak muda yang berdarah panas, mungkinkah mereka dapat mengesampingkan pertarungan tersebut dengan begitu saja? Dalam pada itu, pemuda berbaju putih tersebut telah berseru dengan suara dingin: "Orang she Ku, silahkan kau lancarkan seranganmu !" "Orang she Ciu !" balas Ku See hong dengan wajah sedingin es, "Kau datang dari Cing-hay, hitung-hitung sebagai tamu yang datang dari jauh, lebih baik kau saja yang melancarkan serangan lebih dahulu!" Ku See hong adalah pemuda yang angkuh dan dingin, ia tidak 'memandang serius setiap pertarungan yang kemungkinan akan berlangsung. Akan tetapi, berhadapan dengan pemuda berbaju putih itu entah mengapa tiba tiba saja hatinya terasa tegang dan wajahnya berubah menjadi amat serius. Dia cukup mengetahui betapa, seriusnya persoalan yang sedang dihadapinya, maka dia semakin tak berani memandang secara gegabah, begitu berdiri tegak, segenap perhatiannya dipusatkan menjadi satu, hawa murninya dihimpun menjadi satu dan seluruh kesiagaannya ditingkatkan setinggi-tingginya. Pemuda berbaju putih itu sendiripun tak berani bertindak secara gegabah, dia tahu pemuda yang berada dihadapannya itu meski diluarannya tampak biasa, sesungguhnya dia memiliki ilmu silat yang belum pernah dihadapi sebelumnya, diam-diam hawa murni yang dimilikipun dihimpun menjadi satu. 407
Empat jalur sinar mata yang tajam menggidikan hati segera saling bertatapan tanpa berkedip, suasana disekeliling tempat itupun menjadi sunyi senyap tak terdengar sedikit suarapun. Ditengah suasana hening yang menggidikkan hati itu, penuh diliputi keseraman, kengerian serta ketegangan yang memuncak. Hawa pembunuhan telah menyelimuti seluruh angkasa, setiap saat suatu pertarungan yang menggidikkan hati kemungkinan besar akan meletu serta berkobar. Mendadak pemuda berbaju putih itu tertawa dingin dengan suara menyeramkan. Suara tertawa dingin itu rendah dan berat menggetarkan sukma, membuat Lam-ciau pak-siang yang menonton jalannya pertarungan itu segera merasakan hatinya turut tercekat. Menyusul kemudian terdengar suara seseorang mendengus dingin. "Weess....!" ditengah desingan angin tajam, segulung angin pukulan yang sangat tajam dan kuat segera meluncur kemuka. Diantara pusaran angin berpusing yang menyebar keempat penjuru, Ku See hong dan pemuda berbaju putih itu berdiri saling bertatapan muka empat mata bertemu, dengan masing masing memancarkan cahaya kegusaran. Lam-ciau pak-siang yang menyaksikan kejadian itu sama-sama merasa terkesiap... rupanya berbareng dengan bergemanya suara tertawa dingin tadi, pemuda berbaju putih dan Ku See hong telah saling bertukar satu pukulan dengan kecepatan luar biasa! ooooOdwOoooo Bab 19 SAKING CEPATNYA gerakan tubuh kedua belah pihak didalam melakukan penyerangan tadi, ternyata dengan ketajaman mata 408
Lam-ciau pak-siang pun tak sempat melihat jelas dengan jurus apakah kedua belah pihak saling bertukar pukulan. Tapi mereka sempat juga menyaksikan tubuh kedua orang itu saling menerkam dengan kecepatan tinggi, tangan kanan masingmasing pihak melepaskan sebuah pukulan aneh dari suatu sudut yang tak terduga, kemudian masing-masing pihak telah balik kembali keposisinya semula. Setelah terjadinya bentrokan secepat kilat itulah, perasaan masing-masing pihak bertambah hebat, pikirnya hampir berbareng: Ùntung aku mempunyai ketajaman mata yang luar biasa, coba tidak, bisa jadi aku sudah mampus diujung serangannya itu.` Suasana tegang, menyeramkan masih tetap menyelimuti seluruh angkasa, bagaikan mengikuti berlalunya sang waktu, makin lama suasana semacam itu semakin menebal. Di bawah timpaan cahaya rembulan dan bintang, pemuda berbaju putih dan Ku See hong masing-masing menggerakkan langkah kaki mereka yang pelan dan berat, mendekati pihak lawannya.... Bagi jago lihay yang sedang bertarung, bila ada setitik kelemahan saja yang terbuka, niscaya peluang tersebut akan dimanfaatkan lawannya untuk merobohkan lawan, maka geseran kaki mereka berdua pun dilakukan secara beraturan, setitik kelemahanpun sama sekali tak boleh terlihat. Makin lama makin mendekat . . . . Kini jarak kedua belah pihak sudah tinggal tiga depa, tapi berhubung tiada kesempatan yang bisa dimanfaatkan, serta merta mereka berdua sama-sama menghentikan gerakan tubuhnya. Dengan suatu gerakan cepat Ku See hong mengangkat telapak tangan kirinya ke atas, sementara tangan kanannya dengan mengepal kencang disilangkan didepan dada. Pada saat yang bersamaan, pemuda berbaju putih itupun mengangkat telapak tangan kanannya menghadap langit dengan
409
telapak tangan kiri disilangkan didepan dada, kaki kiri diluruskan ke belakang sementara kaki kanan agak menekuk, bentuknya sangat aneh. Dikombinasikan wajahnya yang dingin menyeramkan, posisinya sekarang cukup membikin hati siapapun bergidik........ Lam-ciau pak-siang adalah seorang tokoh persilatan yang sudah lama termashur dalam dunia persilatan, pemandang gaya serangan yang ditunjukkan ke dua orang itu, diam-diam mereka merasa kagum sekali atas kelihayan ilmu silat yang dimiliki kedua orang pemuda tersebut. Sebab didalam gaya serangan mana, pada hakekatnya mustahil bagi orang untuk menyarangkan serangannya ditubuh lawan, sebab hampir semua bagian yang penting dan mematikan ditubuh lawan telah terlindung rapat, entah jurus serangan macam apapun yang digunakan lawan, sulit bagi lawan untuk meloloskan diri dari jurus serangan ampuh yang tersembunyi dan mematikan. Begitulah, dua orang jago muda yang berilmu tinggi itu saling berhadapan tanpa bergerak..., Seperminum teh sudah lewat tanpa terasa, namun kedua belah pihak belum juga melakukan suatu tindakan. Padahal, sekalipun tubuh mereka tak bergerak, otak mereka berputar bagai putaran roda kereta, dengan suatu kecepatan yang luar biasa mereka berusaha memeras otak dan mencari gerakan yang bisa dipakai untuk mematahkan pertahanan lawan. Mendadak..... Ujung kaki kanan pemuda berbaju putih itu dihentakkan keraskeras keatas tanah, kemudian seluruh badannya menyusup keluar bagaikan kilatan cahaya kilat, gerakan mundur tanpa melancarkan serangan ini jelas merupakan suatu pancingan untuk memancing pihak lawan melancarkan serangan. Walaupun Ku See hong tahu kalau gerakan pancingan, namun pemuda yang angkuh dan keras hati ini berhasrat besar untuk mencoba kelihayan jurus serangan lawan. 410
Maka dia mendengus sinis, ilmu gerakan tubuh Mi-khi biau-tiong yang maha dahsyat segera dikerahkan, berada di udara tubuhnya laksana kilatan cahaya bintang meluncur ke luar. Dalam waktu singkat dia telah mengikuti gerakan tubuh pemuda berbaju putih itu melayang turun ke tanah. Pemuda berbaju putih itu segera mendengus dingin, tubuhnya bagaikan gulungan ombak ditengah samudra segera menggulung balik ditengah gulungan mana sepasang telapak tangannya diayunkan ke depan, kakinya melancarkan tendangan bersama dengan gerakan aneh. Dalam sekejap mata, dia telah lepaskan duabelas tendangan dengan delapan belas buah pukulan terantai, kecepatannya benar-benar menyilaukan mata. Angin pukulan menderu-deru dan menyesakkan napas, bagaikan gunung yang ambruk saja, seluruh angkasa penuh dengan pusaran angin yang amat menyilaukan mata. Ku See hong membentak gusar, sepasang lengannya diputar pula dengan cepat melancarkan serentetan pukulan dahsat. Angin pukulan yang lembut tapi menyesakkan napas, bagaikan jaring langit, dengan membawa kekuatan yang maha dahsyat segera menggulung kedepan. Begitu rapatnya ancaman tersebut sehingga sukar untuk menemukan setitik celah kosong pun. -oo0dw0ooJilid: 13 BAYANGAN telapak tangan, bayangan kaki berhamburan memenuhi angkasa, untuk sesaat sulit buat orang untuk mengetahui jurus serangan apakah yang mereka pergunakan. Dalam waktu singkat, kedua orang itu sudah melancarkan seratus dua puluhan kali tendangan serta tigaratus enampuluhan 411
pukulan, tapi kedua belah pihak sama-sama tak sunggup melukai lawan. Semakin cepat gerakan tubuh mereka berputar, jurus serangan yang di pergunakan pun makin lama semakin gencar dan dahsyat. Menyaksikan pertarungan sengit yang belum pernah di jumpai sebelumnya ini, Lam-ciau dan Pak-ciang diam-diam menghela napas panjang. Pada hakekatnya jurus serangan yang dipergunakan kedua orang ini amat dasyat, lihay dan jarang sekali dijumpai dalam dunia persilatan,... Bila dibandingkan dengan ilmu silat yang mereka miliki, jelas sekali perbedaanya ibarat bintang dan kunang kunang. Meski kagum dengan kelihayan kungfu orang, Biau-ki siangsu In Han im pun diam-diam merasa lega, dia bersyukur dikolong langit dewasa ini masih terdapat dua orang pendekar sejati yang memiliki ilmu silat amat lihay, ini berarti umat persilatan makin ada kesempatan(harapan) untuk meloloskan diri dari ancaman bencana. Namun diapun merasa amat gelisah, sebab dalam pertarungan yang berlangsung begitu sengit sudah jelas akhirnya pasti ada yang luka. Lalu apa yang harus dilakukan sekarang untuk menanggulangi situasi semacam itu? Ku See hong sendiri semakin bertarung semakin terkejut..., dia merasa bukan saja tenaga dalam lawan amat sempurna, hawa pukulannya yang bersambunganpun ibarat gulungan ombak ditengah samudra, jurus-jurus serangan yang digunakan rata-rata aneh, lihay, ganas dan jarang dijumpai dikolong langit. Ia kaget oleh ilmu silat lawan...., demikian pula halnya dengan si pemuda berbaju putih yang juga merasa terkejut oleh tenaga dalam dan jurus serangan yang dimiliki Ku See hong. Yang paling mengejutkan hatinya adalah diantara jurus-jurus serangan yang digunakan lawan, ternyata ada sebagian yang mirip sekali dengan ilmu silat aliran Cing-hay pay, tapi bila dibandingkan maka terasa pula perbedaan yang amat jauh. Kenyataan ini membuatnya benar-benar merasa tidak habis mengerti. 412
Sedari dahulukala, ilmu silat aliran Cing-hay pay sudah merupakan suatu kepandaian silat yang berdiri sendiri, padahal ilmu silat yang dimilikinya sekarang justru dipelajari dari kitab pusaka Pek-ke cinkeng, sebuah
kitab pusaka yang memuat ilmu sakti aliran Cing-hay. Mungkinkah pihak lawan pernah mengintip kitab pusaka tersebut serta menyadap ilmu rahasia dari Cing-hay pay? Akan tetapi, bila diperhatikan lebih seksama, maka terasa kalau jurus serangan tersebut sama sekali tidak mirip dengan ilmu silat yang tercantum dalam kitab pusaka Pek-ke-cinkeng. Mengapa bisa demikian? Rupanya Ku See hong yang berhasil memperoleh jurus pedang dari peninggalan Si-hong lo jin, setelah menekuninya selama dua bulan lebih, bukan saja ketiga jurus gerakan pedang itu berhasil dikuasahi dengan matang, bahkan diapun berhasil pula memahami banyak sekali jurus ampuh yang aneh-aneh dan sakti... Si Kakek menyendiri atau Si-hong lo jin, merupakan manusia paling aneh dalam dunia persilatan jaman itu, setiap patah kata yang ditulis olehnya pada hakekatnya mengandung suatu pelajaran silat yang sangat mendalam. Misalnya saja ketiga jurus ilmu pedang peninggalannya itu, jangan dilihat hanya tediri dari tiga gerakan belaka..., pada hal jurus itu dicipiakan dengan susah payah dan harus mengoroankan banyak tenaga dan pikiran. Tentu saja diantara gerakan mana terkandung pula pelbagai ilmu rahasia dari perbagai perguruan serta aliran didunia ini. Sebagai seorang ahli waris dari perguruan Cing-hay pay, otomatis dalam sepuluh jurus yang diciptakan olehnya, ada delapan diantaranya yang berbau ilmu silat Cing-hay pay. Tak heran kalau jurus jurus serangan yang kemudian berhasil dipahami dan dikuasahi Ku See hong, mustahil dapat melepaskan diri dari jurus-jurus serangan aliran Cing-hay pay, namun bila diteliti 413
dengan seksama maka akan terlihat bahwa gerakan silatnya sama sekali terlepas dari gerakan ilmu silat Cing-hay pay. Bagaimana mungkin bisa demikian? Rupanya ketika Si-hong lo jin menciptakan tiga jurus ilmu pedang itu, dia bukan cuma berdasarkan ilmu silat aliran Cing-hay pay saja, melainkan telah menghimpun segenap inti sari pelajaran ilmu pedang yang ada dipelbagai aliran dan pelbagai perguruan didunia ini, otomatis gerak serangannya jauh berbeda dengan aliran ilmu silat Cing-hay pay. Apalagi setelah kepandaian itu muncul atas ilham dan pengertian Ku See hong, selisihnya boleh dibilang semakin jauh lagi. Malah oleh Ku See hong jurus serangan yang sebenarnya digunakan pedang
telah dirubahnya menjadi pukulan, bayangkan saja bagaimana mungkin gerakan itu bisa mirip dengan aliran C iang-hay-pay? Tak heran kalau si anak muda berbaju putih itupun dibikin melonggo dan tidak habis mengerti. Begitulah, makin bertarung kemarahan Ku See hong makin berkobar, tiba-tiba dia berpekik keras, mencorong sinar tajam dari balik matanya, setelah sepasang tangannya diputar mcmbentuk satu lingkaran besar mendadak sepasang tangannya di tolak kedepan. Segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat, bagaikan gulungan ombak di tengah samudra segera meluncur ke muka. Serangan itu dilancarkan secara tiba-tiba, kekuatannya pun cukup membut orang berubah muka. Mencorong pula serentetan cahaya mata yang menggidikan hati dari balik mata pemuda berbaju putih itu, sepasang telapak tangannya disilangkan lalu dilontarkan ke muka bersama-sama, hembusan angin puyuh bagaikan jala langit yang disertai suara desingan tajam, lansung menyambar kedepan. Ku See-hong merupakan seorang pemuda yang cerdas, dia tahu tenaga dalam lawan sama sekali tidak berada dibawah kepandaiannya, bila mereka harus beradu tenaga, sudah pasti akan 414
menyebabkan luka atau kematian, maka sewaktu melancarkan serangan i u tadi, sesungguhnya dibalik ancaman mana terselip pula suatu tipu muslihat. Sebagaimana diketahui, dalam pertarungan antara sesama jago lihay, bukan hanya tenaga dalam saja yang diandalkan, melainkan juga kecerdasan serta kelincahannya dalam menghadapi keadaan, yang lebih penting lagi adalah memaafkan kesempatan paling baik guna meraih suatu kemenangan. Disaat pemuda berbaju putih itu siap melancarkan serangan dengan mengayunkan sepasang telapak tangannya ke depan, tibatiba dia membuyarkan serangannya sambil menyusup ke samping kiri lawan dengan gerakan Mi-khi biau-tiong yang aneh tapi sakti itu. Di ringi bentakan keras, sepasang tangan Ku See hong membentuk, satu gerakan lingkaran busur dari samping, kemudian dengan membawa
segulung tenaga serangan yang lembek bagaikan samudra, secepat kilat meluncur kedepan. Pepatah bilang: 'Kebenaran meningkat sedepa, kejahatan meningkat setombak'. Pemuda berbaju putih itu bukan manusia sembarangan, sudah barang tentu rencana licik dari Ku See hong pun sudah dapat ditebak olehnya, maka jikalau Ku See hong melancarkan serangan ke depan itulah . . . . . . Mendadak pemuda berbaju putih itu menarik pula segenap tenaga serangannya, kaki badannya berputar, telapak tangan kanannya diayunkan kedepan: Serentetan cahaya tajam berbentuk bintang bagaikan letusan mercon yang berantai menggelegar ditengah udara. Mencorong sinar tajam dari balik mata Ku See hong setelah dilihatnya pihak lawan mengambil tindakan untuk beradu kekerasan, diam diam hawa pukulannya dilipatkan menjadi dua kali, sepasang lengannya segera digetarkan membentuk gerak gelombang yang dahsyat. 415
Hawa pukulan tak berwujud yang melingkar-lingkar, bagaikan hembusan angin puyuh, dengan membawa deruan yang memekikkan telinga langsung meluncur kemuka. "Blaaaa! Blaaam! Blaaam . . . ....!" Ditengah serangkaian benturan keras, desingan angin pukulan yang tajam segera memancar ke empat penjuru... Tiba-tiba saja Ku See hong merasakan datangnya segulung
tenaga tak berwujud yang menembusi jaringan hawa murninya sendiri dan menekan amat dahsyat sehingga sukar untuk bernapas, tak kuasa lagi tubuhnya mencelat setinggi satu kaki lebih dari pososi semula, namun ia tidak me