SPLEEN SIZE AND THE RATIO OF SPLEEN AND BODY WEIGHT IN THE FRUITS EATER BAT (Cynopterus Sp) Desrayni Hanadhita, Anisa Rahma, Andhika Yudha Prawira, Danang Dwi Cahyadi, Supratikno, Aryani Sismin Satyaningtijas, Srihadi Agungpriyono Study Program of Physiology and Pharmacology, Faculty of Veterinary Medicine, Bogor Agricultural University (IPB), Bogor 16680, Indonesia ABSTRACT As a reservoir host of many zoonotic agents, bats has experimentally used to understand the nature of infection. Immunological defense is the most important component to study about the disease history. One parameter of immunological defense that has attracted recent interest and figured prominently in comparative analyses is spleen size. This study was undertaken to provide the information about normal weight, width, length, thickness, area, and volume of fruit bats (Cynopterus sp.) spleen and their ratio with bodyweight in both female and male fruit bats. The spleen of 9 male and 11 female fruit bats with bodyweight ranging from 55-105 gram were measured and compared with their bodyweight. The present findings concluded that generally female fruit bats has a larger value of spleen weight, width, thickness, area, and volume than male bats with larger ratio value of spleen weight compared with body weight which were 0.5% and 0.4% for female and male bats, respectively. Keywords : Chiroptera; Flying mammals; Lymphoid organ; Morphometry; Organ weights corresponding author:
[email protected],
Srihadi
Agungpriyono,
DVM,
Ph.D,
email:
PENDAHULUAN Kelelawar merupakan satwa liar yang banyak disorot karena berperan sebagai reservoir virus zoonotik yang saat ini bermunculan seperti sudden acute respiratory syndrome (SARS), Ebola, Marburg, Rabies, serta banyak penyakit yang disebabkan paramyxovirus seperti Nipah dan Hendra (Calisher et al. 2006; Damayanti dan Sendow 2015). Berkaitan dengan Seminar Nasional Ke-4, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, Kupang 25 Oktober 2016 ISBN 978-602-6906-21-2
119
perannya sebagai reservoir berbagai agen zoonotik, studi eksperimental infeksi agen penyakit terhadap kelelawar banyak dilakukan (Freuling et al. 2009; Martinez et al. 2013; Jones et al. 2015). Pemahaman terhadap hasil studi eksperimental membutuhkan analisa mendalam terhadap sistem kekebalan tubuh. Salah satu parameter kekebalan tubuh yang saat ini banyak diteliti dan digunakan dalam banyak analisis komparatif adalah ukuran Limpa. Dampak dari infeksi eksperimental terhadap bentuk dan ukuran limpa sering digunakan untuk mempelajari patogenitas dari berbagai mikroorganisme (Brown dan Brown 2002). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Michael et al. (2007), bobot limpa memiliki nilai kepentingan penelitian sebesar 36% dalam bidang farmasi, 33% dalam bidang veteriner, 75% dalam bidang kimia, 100% dalam bidang ilmu nutrisi, dan 67% dalam responden industri dibandingkan bobot organ visceral lain. Limpa merupakan indikator sensitif terhadap imunotoksisitas, stress, dan gangguan fisiologis. Saat ini belum ada penelitian komprehensif yang dilakukan pada limpa kelelawar khususnya spesies Cynopterus sp.. Penelitian ini dilakukan untuk menyediakan informasi bobot, panjang, lebar, tebal, luas, dan volume limpa kelelawar pemakan buah (Cynopterus sp.) yang diambil dari daerah Garut, Jawa Barat. METODE PENELITIAN Kelelawar pemakan buah (Cynopterus sp.) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat dibawa ke laboratorium Anatomi dan Histologi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor. Pada penelitian ini, kelelawar pemakan buah yang digunakan sebanyak 9 ekor jantan dan 11 ekor betina. Setelah proses stabilisasi, kelelawar dianesthesi dengan injeksi ketamin (dosis 10 mg/kg bobot badan) dan xylazine (2 mg/kg bobot badan) (Sohayati et al. 2008). Bobot badan kelelawar ditimbang dengan menggunakan timbangan digital. Pembedahan laparotomi dilakukan dari ventral sehingga rongga perut terbuka. Limpa diambil dengan mempreparir serosa dan pembuluh darah splenik kemudian diamati karakter makroskopisnya berupa bobot, panjang, lebar, tebal, luas, dan volumenya. Pengukuran bobot limpa dilakukan dengan timbangan digital. Pengukuran panjang, lebar, dan tebal dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran luas dilakukan dengan mengalikan panjang dan lebar limpa, sedangkan pengukuran volume dilakukan dengan mengalikan panjang, lebar, dan tebal limpa. Hasil pengukuran limpa berupa bobot, panjang, lebar, tebal, luas, dan volume setiap ekor kelelawar dirata-ratakan
Seminar Nasional Ke-4, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, Kupang 25 Oktober 2016 ISBN 978-602-6906-21-2
120
dan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin. Rasio bobot limpa terhadap bobot badan juga dihitung. HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot badan kelelawar berkisar antara 55-105 gram. Rata-rata bobot badan beserta standar deviasi 9 ekor kelelawar jantan adalah 81.14 ± 7.75 gram sedangkan untuk 11 ekor kelelawar betina adalah 73.02 ± 15.07 gram. Bobot limpa jantan memiliki rata-rata 0.31 ± 0.24 gram sedangkan limpa betina 0.34 ± 0.23 gram. Rasio bobot limpa dibandingkan bobot tubuh kelelawar adalah 0.38 ± 0.28 % dan 0.46 ± 0.26 % untuk jantan dan betina. Rasio bobot limpa dibandingkan bobot tubuh hewan lain yang telah didokumentasikan antara lain kelinci sebesar 0.03-0.05% (Rous dan Robertson 1917), marmut sebesar 0.13% (Carillo 1977), tikus sebesar 0.20.3% (Webster et al. 1947; Losco 1992 dalam Cesta 2006), anjing ras Beagle sebesar 0.41% (Yang dan Gawlak 1989), mencit sebesar 0.7% (Webster dan Liljegren 1955), dan kucing sebesar 1% (Barcroft et al. 1925). Perhitungan terhadap panjang, lebar, dan tebal limpa juga dilakukan. Rata-rata panjang, lebar, serta tebal limpa kelelawar adalah 1.74 ± 0.66 mm dan 1.93 ± 0.29 mm; 0.61 ± 0.35 mm dan 0.59 ± 0.31 mm; serta 0.07 ± 0.04 mm dan 0.15 ± 0.09 mm untuk jantan dan betina. Berdasarkan data di atas diperoleh rata-rata luas limpa adalah 0.88 ± 0.29 mm2 dan 1.14 ± 0.58 mm2 lalu rata-rata volume limpa adalah 0.057 ± 0.041 mm3 dan 0.196 ± 0.190 mm3 untuk jantan dan betina. Data yang diperoleh terangkum pada tabel 1. Tabel 1 Hasil pengukuran bobot badan dan limpa kelelawar pemakan buah (Cynopterus sp.) Jenis Kelamin Jantan Betina
Bobot Badan (g) 81.14 ± 7.75a 73.02 ± 15.07
aRata-rata
Bobot Limpa (g) 0.31 ± 0.24 0.34 ± 0.23
Rasio BL:BB (%) 0.38 ± 0.28 0.46 ± 0.26
Panjang Limpa (mm) 1.74 ± 0.66 1.93 ± 0.29
Lebar Limpa (mm) 0.61 ± 0.35 0.59 ± 0.31
Tebal Limpa (mm) 0.07 ± 0.04 0.15 ± 0.09
Luas Limpa (mm2) 0.88 ± 0.29 1.14 ± 0.58
Volume Limpa (mm3) 0.057 ± 0.041 0.196 ± 0.190
± standar deviasi
Limpa merupakan organ limfoid terbesar yang sangat penting. Organ limpa mencakup tiga sistem di dalamnya yaitu sistem monosit makrofag, sistem limfatik, dan sistem pembuluh darah. Secara mikroskopis parenkim limpaterdiri dari pulpa merah dan pulpa putih. Pulpa merah berperan penting pada pembersihan partikel asing dalam darah via fagosit oleh makrofag, penyimpanan eritrosit matang, dan hematopoiesis pada beberapa kondisi. Pulpa putih merupakan folikel-folikel limfoid yang berperan dalam Seminar Nasional Ke-4, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, Kupang 25 Oktober 2016 ISBN 978-602-6906-21-2
121
aktivasi limfosit T dan B serta sel-sel imunokompeten lainnya (Fry dan McGavin 2007; Brendolan et al. 2007). Ukuran limpa secara makroskopis dapat berubah menjadi besar atau kecil tergantung pada gangguan patologi yang terjadi pada individu. Ukuran limpa yang membesar merupakan imbas dari meningkatnya massa parenkim dan volume dalam limpa. Kondisi patologis yang paling sering menyebabkan meningkatnya ukuran limpa yaitu peningkatan volume darah (kongesti), peningkatan sel sistem monosit makrofag, hiperplasia limfoid, peradangan, dan neoplasia (Fry dan McGavin 2007). Ukuran limpa yang mengecil merupakan indikasi terjadinya hipofungsi dari limpa akibat dari kanker pada organ lain, neoplasma darah, dan penyakit autoimun (Sabatino et al. 2013). Pada manusia, ukuran limpa individu normal berkorelasi positif dengan bobot dan tinggi badan individu. (Nouri et al. 2013; Caglar et al. 2014; Chow et al. 2016). Chow et al. (2016) membandingkan ukuran limpa terhadap tinggi dan bobot badan antara pria dan wanita dewasa. Pria yang memiliki rata-rata tinggi dan bobot badan lebih besar dari wanita memiliki ukuran limpa lebih besar. Lain halnya pada penelitian yang dilakukan Nouri et al. (2013) yang membandingkan ukuran limpa terhadap tinggi dan bobot badan antara anak-anak berjenis kelamin laki-laki dan perempuan berumur 7-13 tahun. Dengan rata-rata bobot badan dan tinggi yang sama, anak perempuan memiliki ukuran limpa yang lebih besar dibandingkan anak lakilaki. Penelitian ini mengindikasikan tinggi dan bobot badan memiliki efek besar terhadap ukuran limpa. Hal ini selaras juga dengan Carillo (1977) yang mengungkapkan adanya hubungan positif antara bobot tubuh dan ukuran limpa pada marmut. Korelasi positif antara ukuran limpa dan bobot tubuh juga dilaporkan oleh Nun (2002) pada 30 spesies primata. Berbeda dengan manusia, ukuran limpa hewan, khususnya satwa liar dipengaruhi oleh banyak faktor. Hewan yang hidup dalam populasi berdensitas tinggi memiliki limpa yang lebih besar akibat adanya penyebaran infeksi parasit dalam satu populasi (Møller et al. 1993; Møller et al. 2001). Keberagaman spesies parasit berperan besar pada evolusi ukuran limpa (Morand dan Poulin 2000; Brown dan Brown 2002). Individu yang mengalami seleksi alam lebih keras dengan resiko paparan ektoparasit dan endoparasit tertinggi memiliki ukuran limpa yang relatif besar untuk ukuran tubuhnya (Møller dan Erritzoe 2002). Status fisiologis individu juga berperan besar dalam menentukan ukuran limpa antar spesies. Kondisi seperti kebuntingan, laktasi, dan kondisi yang secara fisiologis mengalami stress akan mempengaruhi nilai limfosit dan sel-sel imunokompeten lainnya yang akan berefek pada perubahan ukuran limpa (Nun 2002). Hal ini menjelaskan lebih besarnya rasio bobot limpa dibandingkan dengan bobot badan pada Seminar Nasional Ke-4, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, Kupang 25 Oktober 2016 ISBN 978-602-6906-21-2
122
kelelawar betina secara umum lebih besar dibandingkan jantan walaupun pada data ini tidak berbeda secara signifikan. Secara umum hewan betina memiliki perilaku yang labil dan secara somatis lebih rentan mengalami stress sehingga mengalami imbas imunitas dan peradangan yang lebih besar dibandingkan hewan jantan (Chrousos 2010). Komparasi ukuran limpa antar spesies memerlukan pemahaman mendalam terhadap fungsi limpa pada spesies tersebut (Nun 2002). Secara umum, limpa mamalia berperan dalam sistem kekebalan serta produksi dan penyimpanan sel darah merah (Brendolan et al. 2007). Lain halnya dengan limpa unggas yang kurang berperan dalam produksi sel darah merah (Morand dan Poulin 2000). Saat ini belum ada literatur yang mendefinisikan secara rinci peran limpa kelelawar baik dalam sistem kekebalan maupun produksi sel darah merah. Oleh karena itu komparasi limpa kelelawar dengan spesies lainnya memerlukan eksplorasi yang lebih lanjut. KESIMPULAN DAN SARAN Secara umum, ukuran limpa kelelawar betina lebih besar dibandingkan jantan walaupun pada data ini tidak berbeda secara signifikan. Rasio bobot limpa kelelawar dibandingkan bobot tubuh adalah 0.5% untuk betina dan 0.4% untuk jantan. Eksplorasi lebih lanjut mengenai karakter morfologi dan fisiologi limpa kelelawar diperlukan untuk dapat mengkaji lebih dalam sistem kekebalan kelelawar. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis sampaikan kepada Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi atas bantuan pendanaan dalam program Beasiswa Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) Batch II. DAFTAR PUSTAKA Barcroft J, Harris A, Orahovats D, Wriss R. 1925. A contribution to the physiology of the spleen. J Physiol 60: 443-456. Brendolan A, Rosado MM, Carsetti R, Selleri L, Dear TN. 2007. Development and function of the mammalian spleen. BioEssays 29: 166-177. Brown CR, Brown MB.2002. Spleen volume varies with colony size and parasite load in a colonial bird. Proc R Soc Lond B 269:1367–1373
Seminar Nasional Ke-4, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, Kupang 25 Oktober 2016 ISBN 978-602-6906-21-2
123
Caglar V, Kumral B, Uygur R, Alkoc OA, Ozen OA, Demirel H. 2014. Study of volume, weight, and size of normal pancreas,spleen, and kidney in adults autopsies. FMAR 2: 63-69. Calisher CH, Childs JE, Field HE, Holmes KV, Schountz T. 2006. Bats: Important Reservoir Hosts of Emerging Viruses. Clin Microbiol Rev 19(3): 531-545. Carillo CG. 1977. Relationship between bodyweight and spleen size in guinea pigs. Laboratory Animals 11: 175-180. Chow KU, Luxembourg B, Selfried E, Bonig H. 2016. Spleen size is significantly influenced by body height and sex: Establishment of normal values for spleen size at US with a cohort of 1200 healthy individuals. Radiology 000 (0): 1-8. Chrousos GP. 2010. Stress and sex versus immunity and inflammation. Sci Signal 3(143): 1-3. Damayanti NLPI, Sendow I. 2015. Ebola: Penyakit eksotik zoonosis yang perlu diwaspadai. Wartazoa 25(1): 29-38. Freuling C, Vos A, Johnson N, Kaipf L, Denzinger A, Neubet L, Mansfield K, Hicks D, Nunez A, Tordo N, Rupprecht CE, Fooks AR,Muller T. 2009. Experimental infection of serotine bats (Eptesicus serotinus) with European bat lyssavirus type 1a. J Gen Virol 90: 2493-2502. Fry ME, McGavin MD. 2007. Bone Marrow, blood cells, and lymphatic system di dalam: McGavin MD, Zachary JF. 2007. Pathologic Basis of Veterinary Disease 4th Edition. Missouri: Mosby Elsevier. Jones MEB, Schuc AJ, Amman BR, Sealy TK, Sherif RZ, Nichol ST, Towner JS. 2015. Experimental inoculation of Egyptian Rousette Bats (Rousettus aegyptiacus) with Viruses of the Ebolavirus and Marburgvirus genera. Viruses 7: 3420-3442. Losco P. 1992. Normal Development, Growth, and Aging of the Spleen. Pathobiology of Aging Rat. di dalam: Cesta MF. 2006. Normal structure, function, and histology of the spleen. Toxicol Pathol 34: 455-465. Martinez LP, Sandoval HNM, Altamirano MMM, Rojas MS, Flores MMG, Ceballos NA, Marianneau P, Setien AA. 2013. Experimental infection of Artibeus intermedius bats withserotype-2 dengue virus. Comp Immunol Microbiol Infect Dis 36: 193-198. Michael B, YYano B, Sellers RS, Perry R, Morton D,Romme N, Johnson JK, Schaper K. 2007. Evaluation of organ weight for rodent and nonrodent toxicity studies: A review of regulatory guidelines and a survey of current practices.Toxicol Pathol 35: 742-750.
Seminar Nasional Ke-4, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, Kupang 25 Oktober 2016 ISBN 978-602-6906-21-2
124
Møller AP, Erritzoe J. 2002. Coevolution of host immune defence and parasite-induced mortality: relative spleen size and mortality in altricial birds. Oikos 99: 95-100. Møller AP, Dufva R, Allander K. 1993. Parasites and the evolution of host social behavior. Adv St Behav 22: 65–102. Møller AP, Merino S, Brown C, Robertson RJ. 2001. Immune defense and host sociality: a comparative study of swallows and martins. Am Nat 158: 136–145. Morand S, Poulin R. 2000. Nematode parasite species richness and the evolution of spleen size in birds. Can J Zool 78: 1356–1360. Nouri M, Ayad CE, Balla EA, Kajok S. 2013. Establishment local reference of spleen length in Sudanese normal school age children sonographically. GJMR 13(2). Nun CL. 2002. Spleen size, disease risk and sexual selection: A comparative study in primates. Evol Ecol Res 4: 91-107. Sabatino AD, Maffe GC, Brunetti L, Guerci M, Corazza GR. 2013. Splenic hypofunction in patients with an incidental finding of small-sized spleen at abdominal ultrasound. Intern Emerg Med 8:361-362. Sohayati AR, Zaini CM, Hassan L, Epstein J,Suri S, Daszak P, Sharifah SH. 2008. Ketamine and xylazine combinations for short-term immobilization of wild variable flying foxes (Pteropus hypomelanus). J Zoo Widl Med 39(4): 674-676. Webster SH, Liljegren EJ, Zimmer DJ. 1947. Organ: Body-weight ratios for certain organs of laboratory animals. I. Albino Rat. Dev Dyn 81(3): 477-513. Webster SH, Liljegren EJ. 1955. Organ: Body-weight ratios for certain organs of laboratory animals. III. White Swiss mouse. Dev Dyn 97(1): 129-153. Yang TJ, Gawlak SL. 1989. Lymphoid organ weights and organ : body weight ratios of growing beagles. Laboratory Animals 23: 143-146.
Seminar Nasional Ke-4, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, Kupang 25 Oktober 2016 ISBN 978-602-6906-21-2
125