BAB
I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1. Posisi Pendidikan Dalam Keluarga Menunjang bangunan Jangka Panjang Tahap II (PJPT II).
"Pembangunan Jangka
Panjang
Kedua diarahkan
meningkatkan kualitas manusia dan
masyarakat
agar
sejahtera
makin
maju,
Pancasila".
(GBHN.
arahan PJPT II
mandiri
dan
1993:24). Untuk
tersebut
diatas,
maka
ayah-ibu,
serta
mendapat
family),
sentral
meneropati
posisi
tersebut dimungkinkan karena
1992; Ki Suratman,
H.M.I Soelaiman, 1992 s
sebagai didikan
paling
satuan dalam
awal
yang
selanjutnya; c) pendidikan
ruh
besar
bagi
bagi
dalam
kepribadian
strategis.
dalam
dan
utama;
dari
(extended
Hal
Achmad,
Adiuikarta,
sebagai satuan
landasan
Dalam
anggota
{Sjamsiah
pendidikan
pertama
keluarga
dan
dan
menurut.:
a)
dari
luas
Sudardja
1992;
terwujudnya
terutama
sokongan
keluarga
Indonesia
Pendidikan
tua
keluarga lainnya dalam arti
untuk
berdasarkan
mendukung
Keluarga yang diberlakukan oleh orang
pihak
Pem-
1988;
keluarga
b)
pen
pendidikan
yang
satuan
pendidikan
keluarga,
berpenga-
maupun
bagi
tumbuh
kembang seseorang dikemudian hari, yang melipUti pertumbuhan fisik, perkembangan mental, intelektual, spiritual,
sosial
dan
emosi;
d)
istilah
"pertama"
hendaklah tidak hanya dilihat dalam urutan kronologi
dari
pendidikan yang ditempuh anak dalam hidupnya. istilah "pertama" kiranya
lebih tepat dilihat dari
intensitas dan tanggung jawab
Namun, dalam realita
Karena
orang
perkembangan
tua
infra
struktur
adanya pluralisasi mempengaruhi
ideologi,
setiap
mengaktualisasikan
agama
orang
tugas
segala
tua
berupa
penolakan,
kritis
terbuka
yang
Dalam
keadaan
bodoh-,
demikian
mengemukakan : {Warsley Peter 1991;
Bambang
Su*tarnor
yaitu
sebagai
bersifat
kodrati
tertutupnya
apatisme,
dituangkan dalam
yang
untuk
mau
terhadap kemajuan tersebut,
masa
yang
sangat
(ayah-ibu)
bagi anak-anaknya. Keluarga bagaimanapun tak mau harus merespons
serta
budaya,
utamanya
pendidikan yang utama dan pertama
jaringan
bidang,
dan
dan
bentuk:
(transportasi),
komunikasi massa, komputerisasi di
anak.
pengetahuan
teknologi (IPTEK) yang serba cepat misalnya dalam
perluasan
sudut
terhadap
ilmu
itu
itu,
dalam
1991;
mau pun
sikap
pendidikan
anak.
beberapa
pakar
Hartona
Mohamad
meminimalkan
member! peluang kebebasan kepada
1991):
a)
persaudaraan
kontrol
anak-anak,
konflik perkawinan, dan merubah skop dan
Hadikusuma,
Ali,
semakin lemahnya ikatan keluarga dan ikatan
merupakan social costs atau
baik
orang,
meningkatkan
sifat
kenakalan
remaja; b) keluarga telah menjadi unit terisolir, terpisah
dari kerabat yang lebih luas; c) secara dalam keluarga
Persons Talcolt,
menjadi
sederajat.
Pada
interen
hubungan
pihak
lainnya,
dalam Bals, (1991:168) kurang sependapat
dengan gagasan—gagasan tersebut "gambaran sekali masih
itu
terlalu
kehilangan menjadi
demikian,
di
gampangan.
atas, Keluarga
fungsi-fungsinya.
tanggungjawab
dikemukakan: belum
Fungsi
keluarga
sosialisasi
inti".
Dengan
dalam kerangka mewujudkan manusia Indonesia yang
berkualitas dituntut
fisik dan
moralnya,
kemampuannya
dalam
terutama yang berkaitan
para orang
tua
berbagai bidang
dengan
pengasuhan
semakin kehidupan
anak
keluarga. Sebab pembinaaan dan pengembangan anak,
dalam
memiliki
spektrum yang demikian kompleks meliputi peningkatan gizi,
pembinaan
belajar
dan
kehidupan
daya
kreatifitas,
keagamaan,
nalar,
penumbuhan
peningkatan
penanaman kesadaran
idealisme dan patriotisme,
daya
hidup
penumbuhan
( Wapres,
seseorang anak
ditentukan
Tri Sutrisnaf
akan
menjadi
di sekolah
di dalam keluarga.
( J.
dan
adalah
Statistik Ibu dan
Anak
membangun
kata lain, data di atas
serta
upaya—upaya lain,
Indonesia
tidak
melainkan
1993).
sebanyak
di
dan
semangat
perguruan tinggi,
"Jumlah penduduk Indonesia
1990,
cipta
1993). Dengan kata
2. Pendidikan Dalam Keluarga Sosial Ekonomi Budaya dan
tahuan
minat
pemupukan
seorang
Drostr
mutu
sehat,
dan penyesuaian diri dengan lingkungan lainnya.
sama
Dalam Dimensi Ekologi.
sesuai
sensus
182.650,4
Indonesia,
menunjukkan
juta"
1990:79)
bahwa
Status
penduduk
(Profil
Dengan
sebanyak
69%
keluarga—keluarga bermungkim di pedesaan dan bekerja dalam
bidang
pertanian,
Ditilik
dari
tingkat
pendapatan,
terdapat 27 juta penduduk Indonesia yang tergolonn (Pidato
Sidang
Pertanggungjawaban
UMUM
MPR
R.I,
Presiden
Maret,
keluarga-keluarga tergolong anak-anak
pada
usia
1993).
miskin
dini
Soeharto
bekerja
di
Dari
tersebut,
miskin Depan
kalangan melibatkan
membantu
sumber
pendapatan orang tuanya. Berdasarkan data dari "Biro Pusat
Statistik (BPS) tahun 1990 terdapat
10-14
tahun
atau
tersebut telah {Maria
11%
dari
bekerja pada
Hartiningsih,
2.450.641
anak
usia
penduduk
pada
usia.
total berbagai
1993).
bentuk
pekerjaan"
Perlibatan
anak
dalam
pekerjaan pada usia dini dalam arti tidak menjadikan
sebagai sumber pendapatan
keluarga,
bukanlah
yang keliru. Dalam hal lainnya jika anak
tidak
dilibatkan
oleh
orang
tuanya
suatu
pada
atau
usia
orang
budaya
dalam
pluralis,
orientasi sentripetal dari
orang
tua"
1993:36).
Ditegaskan,
orang sasaran
dan ada juga yang berpandangan
lain,
yaitu
penerus
Ada
eksistensi
keluarga.
nilai
{Soepardjo tua
menghendaki anak sebagai andalan atau
lain masih
nilai
Adikusumo,
dini
kita,
dalam refrensi majemuk, referensi pihak
hal
lain
disekitarnya, Anak akan sangat tergantung pada orang dan sulit mandiri. "Nilai anak dalam
anak
bisa
kecintaan, anak
anak
adalah sebagai
andalan kecintaan bahkan sampai pada kecintaan memanjakan, atau menjadikan anak sebagai "Sapi perah". Disarankan kita harus bisa memadukan nilai
anak
berdasarkan
referensi
budaya. "..., tetapi
dilain
mempengaruhi keluarga di etnis-tradisional
keluarga
kita
"
pihak
Indonesia
(Magenda,
tetap
orang
tua
kepada
persatuan,
keselarasan,
dan
yang
masih
tetap
berpola
1979:89)
atau
"dalam
beroperasi
diturunkan
nilai-nilai
norma-norma anak.
Yang
keseimbangan"
1982:355). Kondisi yang digambarkan
asli
di
yang
bercirikan (Darmaputra,
atas,
sepatutnya
direkayasa dalam arti transformasi nilai-nilai dari orang tua
sadar
kepada
dan
anak-anaknya,
insaf
belajar bukan
yang
harus
menjadikan
semata-mata
dilakukan
secara
sebagai
subyek
anak
sebagai
pihak
objek
otoritas
dari
pihak orang tuanya. Tampaknya tranformasi nilai-nilai yang
berpola etnis-tradisional diberlakukan oleh para orang tua dalam
berbagai
strata
kehidupan
kalangan terdidik, yang tidak yang miskin.
Shonkpff Jack
Massachusetts, AS, (1992) antara lain, kan
lO
"rata-rata
kesalahan
terdidik,
peneliti
dalam orang
sehari
sosial,
yang
kaya
dari atau
Pusat
Kesehatan
penelitiannya
menemukan
tua
di
apakah
yang
antara
baik
lain,
roelaku-
tidak
sabar
dalam menghadapi anak, menaruh harapan terlalu tinggi atau terlalu rendah,
tidak
menjadi
pendengar
yang
baik
dan
tidak konsisten dalam penerangan disiplin, membiarkan anak terlalu banyak nonton televisi, serta (overprotective). Khon,
(1963) dalam
terlalu Hanna
melindungi
Widjaja
dkk,
(1989:18) dalam penelitian menemukan:
Para orang tradisional
tua dari terhadap
kelompok pekerja pendidikan
bersikap anak-anak
mereka, sedangkan para orang tua dari kelas menengah bersikap lebih positip terhadap perubahan-perubahan sosial. Orang tua kelas pekerja mendidik agar mengikuti nilai-nilai yang dianut orang
kelas menengah lebih menekankan pendidikan dapat menentukan sendiri nilai-nilai dan anak agar dapat menentukan sendiri perilaku yang pantas ditampilkan.
Temuan-temuan
mempersoalkan
yang
tentang
terungkap
pola
anak tua
anak agar pendidikan
nilai-nilai
di
dan
atas
pengasuhan
itu
anak
orang
tua dilihat dari status sosial ekonomi keluarga, dan tidak menjelaskan apakah yang dimaksud dengan juga mewakili orang tua yang
kelompok
bermukim
di
kota, demikian juga dengan keluarga yang
pekerja
desa
atau
tergolong
kelas
menengah. Dilihat dari dinamika pengasuhan para orang terutama
pada
kelompok
yang
tergolong
ekonomi kurang
(lemah),
terdapat
dengan
berbagai
tua
temuan
mewujudkan
berprestasi apakah itu dalam akademik lainnya.
"Dari
berbagai
studi
atau
terungkap
anak-anak dari status sosial-ekonomi
(SSE)
tinggi
lebih
Akibatnya
tetap
bidang akses
pendidikan (yang kualitasnya baik). tinggi
anak-anak
bahwa,
SSE
SSE-nya
rendah
terhadap "dominasi"
bertahan
sementara
mobilitas sosial vertikal golongan SSE rendah akan
( Dedi Supriadi,
1992:
12)
Tetapi
dalam
dengan
tingkat
dilakukan oleh Golden & Sirs
di
I.Q
anak,
Amerika
sulit"
kondisi
dengan temuan-temuan yang mengkaji tentang latar SSE orang tua
yang
memiliki
dalam
besar daripada akses anak-anak dari
golongan yang
tua
status
mengungkap bahwa, status sosial ekonomi keluarga akses terhadap kemampuan orang
di
lain
belakang
sebagaimana
Serikat,
dalam
Ratna
Megawangi,
staf
pengajar
pada
jurusan
gizi
masyarakat dan sumber daya keluarga, IPB, 1993) menegaskan bahwa:
"tidak ada perbedaan
I.Q anak dari berbagai
kelas
sosial". Tampaknya temuan tersebut menekankan bahwa, kelas sosial-ekonomi keluarga
satu-satunya intelegensi
keluarga
untuk
tidak boleh dijadikan tolok
menentukan
potensi
seseorang (anak). Singkatnya
apakah
tergolong tinggi status-sosial
status-sosial
ataupun
pada
keluarga-keluarga
tergolong
rendah
terdapat
keluarga tersebut memiliki reputasi
dalam
bidang
Pendidikan dalam keluarga sejak dikala
anak-anak
menjadi
dewasa,
ekonomi
yang
anak-anak
dari
tinggi
usia
dalam
bidang
Yang
jelas,
dini
ataupun
memiliki
kontribusi
tertentu terhadap perwujudtan anak-anak sehingga mencapai prestasi tertentu dalam misteri
yang
hidupnya.
dengan
(miskin)
lainnya. anak
atau
fceluarga-
dengan
ekonomi
atau
dari
itu
bermukim di desa, atau di kota,
akademik,
kognitif
ukur
berhasil
Itulah
suatu
perlu dijawab sebagai solusi dalam kerangka
membantu para orang
tua,
agar
memberlakukan
pengasuhan
yang sesuai dengan potensi dan kodrat anak.
3. Keluarga Dalam
Kawasan dan wawasan
pendidikan Luar
Sekolah (PLS)
KI Hadjar
Denantara
pelaksanaan pendidikan
anak
(1977),
dengan
mengemukakan
teori
yang
tentang
disebut
"Tripusat pendidikan yaitu, lingkungan keluarga, lingkung an perguruan dan lingkungan kemasyarakatan" {Ki
Suratman,
8
1992:2). Mengingat pentingnya peranan
keluarga, maka pemerintah
melalui
pendidikan
dalam
undang-undang
Tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 9 ayat 3
mengemukakan
bahwa: "satuan
meliputi keluarga, kelompok
pendidikan
belajar,
luar
kursus
sekolah
dan
satuan
pendidikan sejenis". Pasal 9 ayat 3 tersebut di atas jelas
menetapkan bahwa, keluarga atau pendidikan dalam termasuk kewenangan dari PLS, tentu dalam
keluarga
kerangka
lebih
mengefektifkan peran orang tua sebagai pendidik yang utama dalam
1ingkungannya
dapat
pada
bagian
NO. 2
Tahun
1989
dari
sendiri-sendiri,
penjelasan
sebagaimana
pasal lO
di atas. Dalam
pasal
ayat 5 dari lO
ayat
merupakan
diselenggarakan keyakinan
bagian
dalam
agama,
dari
keluarga
nilai
ketrampilan". Dalam
dan
budaya,
Peraturan
jalur
PLS
yang
4
nilai
dinyatakan
pendidikan
:
yang
dilembagakan sekolah
"pendidikan
moral
Pemerintah R.I.,
diselenggarakan
maupun
luar di
sebagaimana
ditetapkan
dalam
73 ayat
adalah
sekolah
tidak". Sekaitan tujuan
dan
NO.
sekolah luar
yang
memberikan
Tahun 1991, tentang Pendidikan Luar Sekolah, Pasal 1
luar
UU
undang-undang dimaksud dinyatakan bahwa: "Pendidikan
keluarga
1
ter
baik
pendidikan peraturan
pemerintah tersebut di atas, pada pasal 2 ayat 1, 2 dan
3
dinyatakan bahwa:
Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, ketrampilan
dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, kerja mencari nafkah dan melanjutkan ketingkat dan/atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi; dan memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah. Tentang
bentuk
penyelenggarakan
sekolah yaitu kursus,
kelompok
pendidikan
belajar
lainnya, diatur dalam pasal 17 dan pasal
Selain sebagai
produk—produk
pedoman
sebagai salah juga
bahwa
satu
dikemukakan
hukum
oleh
yang
dapat
Sudjana,
keluarga
luar
sekolah,
(1989:79)
pendidikan keluarga (family life education) dunia
yaitu
pendidikan
pertama,
didasarkan
kehidupan
kehidupan masyarakat
yang
terjadi . di
dan
bahwa
keluarga
permasalahan
kedua,
lingkungan
kehidupan keluarga. Kedua
tumbuh
dan
atas
berhadapan
pada
menunjukkan
dengan
lingkungan
pada
perubahan
berpengaruh
di
dalam
fenomena
berpengaruh
sekitar,
di
bahwa:
muncul dua
keadaan
fenomena
senantiasa
yang
atas
keluarga
digunakan
dalam
pendidikan
H.D.
satuan
19.
pendidikan
satuan
dan
luar
berbagai
sekitar,
yang
antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Sehubungan
dengan
berbagai
pendidikan keluarga, dikemukakan oleh
bidang
H.
D.
garapan
Sudajana,
(1989:82-83) adalah sebagai berikut:
Hubungan dalam keluarga, penyadaran diri, pertum— buhan dan perkembangan anak, persiapan untuk memasuki pernikahan dan menjadi orang tua, pemeliharaan anak, sosialisasi anak muda untuk memasuki peran orang dewasa, pendidikan sex, kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, interaksi antara keluarga dan masyarakat serta pengaruh perubahan terhadap pola-pola budaya keluarga.
10
Bertolak
dari bidang garapan pendidikan
tersebut di atas, maka anak
berprestasi
sentral kajian
dalam
pengasuhan oleh
dalam
pendidikan
orang
bidang akademik
penelitian
ini
keluarga tua
sebagai
kajian
dalam
bidang
terroasuk
luar sekolah.
4- Kendala dan Potensi Pendukung Pelaksanaan kan
Pendidik-
Keluarga Di Sulawesi Utara.
Proses
pelaksanaan
kerangka mewujudkan
pendidikan
anak
keluarga
dalam
berkualitas, ditentukan
oleh
berbagai faktor yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Secara
mencakup
anak,
garis
besar
fisik
keadaan
Misalnya
serta dalam
program keluarga
dalam
memiliki
agama,
tingkat
(gizi),
diantaranya
apakah
pemberian
pelibatan
pola
pengasuhan
itu
dorongan,
anak
berupa penerusan
dalam
pekerjaan,
penerapan hubungan yang berkualitas, pelibatan anak
pekerjaan,
pengawasan
dan
perhatian
belajar anak di dalam atau di
Berkenaan
Penduduk
dan
dengan
Penduduk
Per
dalam
suatu
rumah
terhadap
dalam
kegiatan
luar rumah.
keadaan
Rumah
Sulawesi Utara tahun 1985-1990 keluarga
peran
berencana (akeeptor XB} dan
keluarga,
disiplin,
nilai-nilai
yang
tua, kondisi kesehatan
nan fisik, termasuk
penegakan
keluarga
yang
tersebut
jumlah anggota keluarga dengan
orang
orang tua
faktor-faktor
setiap
penghasilan
faktor
bagi
Rumah
Tangga
dimana
Tangga,
di
Propinsi
jumlah
anggota
tangga, dilihat
dari aspek
11
kedudukan keluarga
sebagai lembaga pendidikan yang
dan pertama bagi anak tua untuk
Hal
ini
besar
turut mempengaruhi kemampuan
melaksanakan
didasarkan
jumlah
tugas
pada
anggota
dan
peranannya
pemikiran
tersebut.
bahwa,
semakin rumah
tangga (keluarga) itu artinya dari segi pembiayaan
apakah
dan
yang
perumahan,
berhubungan
dalam
orang
suatu
itu, pembiayaan
keluarga
utama
berhubungan dengan
ataupun
pendidikan
sandang, pangan
kebutuhan
khusus
anak, akan semakin
yang
sulit
di
penuhi oleh orang tua.
Kondisi lain yang berkaitan dengan
dan
berpengaruh
terhadap pelaksanaan pendidikan keluarga yaitu berhubungan dengan keadaan/status gizi keluarga terutama anak
Berdasarkan data dari Biro Pusat
Statistik,
Status
Balita Tahun 1989, (1990:96) tentang persentase balita menurut propinsi dan status gizi, Propinsi Sulawesi Utara ditemukan
balita dengan gizi 28,377.,
gizi
baik
kurang,
Kenyataan
ini
memang
dikaitkan
dengan
sebanyak
5,70%
dan
sangat
kualitas
melegakan
fisik
didukung dengan proses pengasuhan
berikut:
gizi
65,56%,
generasi yang berkualitas baik dari
maupun kualitas moral/mental
besar segi
spiritual.
anak
sedang, 0,037%.
hati
terutama
muda,
bila
tua
dalam
orang
keluarga, terpadu dengan kualitas proses belajar di sekolah yang baik. Kemungkinan
untuk
buruk,
generasi
oleh
Gizi
banyaknya
khususnya
sebagai
gizi
balita.
akan
mengajar mewujudkan
kualitas
Disisi
fisik
lainnya,
12
seirama dengan program pemerintah khususnya mengentaskan
berbagai
kemiskinan
tanggapan
yang
sekaitan
dewasa
ini
dengan
digunakan, dimana untuk Propinsi
dalam
menimbulkan
tolok
Sulaweis
ukur Utara
14,33% di
kota,
dari
dari
jumlah
16,75%
penduduk
di
yang
menurut
Biro Pusat Statistik (BPS) 1990, terdapat 15,08% yang tergolong miskin terdiri
rangka
penduduk desa
dan
2.477.946
jiwa,
dengan 70% tinggal di desa. Kepala Dinas Perkebunan
P.H.
Ranis, (1992) mengemukakan: "dari 250.000 kepala (KK)
petani
di
Sulut,
baru
sekitar
penghasilan rata-rata 1000 dolar
yang
lainnya
masih
digambarkan tersebut,
di
AS
15%
dikaitkan
perhatian orang tua untuk
memperoleh
pertahun,
bawah nilai itu".
dengan
mendidik
sementara
Keadaan
bermata
pencaharian
dan
anak-anaknya
dalam
sebagai
sangat terbatas. Dengan kata lain, jurang
"si kaya dan si miskin" terutama dalam pendidikan (sekolah)
yang
kemampuan
keluarga khususnya para orang tua yang bermukim yang umumnya
keluarga
di
desa,
petani,
pemisah
rangka
akan
antara
memperoleh
akan semakin terbuka lebar.
Hal
ini
terbukti dengan tingkat angka partisipasi murid/siswa yang melanjutkan studi pada akhir PELITA
sekolah
dasar
ke
sekolah
IV
lanjutan
dimana:
"lulusan
tingkat
pertama
diperoleh persentase sebesar 89,9% atau 10,2%
tidak melanjutkan ke SMTP. Lulusan
SLTP
ke
lulusan
SLTA
prosentase sebesar 81,62%, atau 18,38% lulusan SLTP
SD
dengan tidak
melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat atas" {A.P.P.Undap
13
dkk., 1990:16). Memahami
data yang
terungkap di
atas,
terutama yang berkaitan dengan lulusan sekolah dasar yang tidak melanjutkan
studi
ke
jenjang
Menengah Tingkat Pertama (SMTP), tidak
sempat
melanjutkan
pendidikan
dan
lulusan
SMTP yang
ke
jenjang
pendidikan
studi
Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA), telah berbagai hal orang
tua
termasuk terhadap
diantaranya, pendidikan
Sekolah
menggambarkan
kurangnya
anak,
perhatian
rendahnya
status
sosial-ekonomi orang tua, atau faktor lainnya. Persoalan
utama
yang
memerlukan
jawaban
mengapa dari kalangan keluarga (orang tua) yang
adalah:
tergolong
dengan status sosial-ekonomi rendah (miskin) ataupun
kalangan
keluarga
bermungkim
berhasil
di
desa
mencapai
sekolahannya orang
yang
tergolong
atau
di
prestasi
kaya,
kota
terdapat
akademik
memungkinkan
pada
setiap
anak-anaknya
baik
pola
keluarga berhasil
itu
anak-anak
yang
masing-masing. Bagaimana
tua
apakah
dari
di
pengasuhan
tersebut meraih
yang
prestasi
akademik terbaik di sekolahnya.
Berdasarkan kemukakan
di
Fungsi Keluarga
judul:
Studi
latar
atas,
belakang
ditetapakn
mengembangkan
Pendidikan
Luar
permasalahan yang judul
potensi anak,
Sekolah
Pengasuhan Orang Tua Bagi Anak Berprestasi Akademik Utara.
Pada
Beberapa
penelitian
Keluarga
Di
dengan
mengenai
Tinggi
Provinsi
di ini:
sub
Pola
Bidang Sulawesi
14
B.
Permasalahan
1.
Analisis Masalah
Setiap
manusia
pada
saat
mahkluk tak berdaya, dan untuk
kelahirannya
roemenuhi
sebagai
fcebutuhannya
harus dibantu oleh lingkungannya sampai ia mandiri
ia
untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu. Lingkungan yang terdekat
dan yang pertama membantu
anak,
adalah
(ayah-ibu)
lingkungan keluarga besar (keluarga inti kakek, nenek, paman, bibi,
dan
ditambah
sebagainya).
atau
dengan
Jika
sejak
kelahirannya itu anak tidak mendapat bantuan yang bersifat
pendidikan, maka anak tak dapat melangsungkan kehidupannya secara wajar. B.S. Mardiatmadja, (1986:26)
menegaskan: prases utama
...,pendidikan pada hakekatnya merupakan pemanusiaan dan pemanusiawian, maka petugas proses
pendidikan
adalah
si
manusia
sendiri. Pembantu utama proses itu Sebab merekalah tokah-takoh utama
peserta
didik
adalah orang tua. dan pertama dalam
setiap terjadinya manusia atas perkenaan Tuhan. Mereka pemeran serta perdana dalam perjalanan kodrati
pembentukan
manusia. Dalam
dunia
modern,
orang
tua
memerlukan bantuan orang lain atau masyarakat terdidik.
Dengan kata lain; "keluarga yang sempuna sifatnya
dan
itu
ujudnya
tempat
pendidikan
daripada
pusat-pusat
lainnya,untuk melangsungkan pendidikan ke arah
budi pekerti, (pembentukan
watak
individu)
persediaan hidup kemasyarakatan. Alam
tiap-tiap
orang
adalah
kecerdasan
dan
keluarga
itu
buat
yang
permulaan,
bersifat
pendidikan,
dari orang tua yang berkedudukan sebagai guru
(penuntun),
pendidikan di situ pertama
pendidikan
sebagai
kalinya
sebagai pengajar dan sebagai pernimpin
pekerjaan
(pemberi
15
ContohJ"
(Ki
kodrati
Hadjar
orang
menanamkan
pemimpin
tua
budi,
untuk sebagai
pekerjaan
sangkal
status
guru,
sebagai
anak-anaknya
mandiri
dan
dengan sendirinya 7.
bahwa, dari kalangan
formal
bermukim di desa
atau
tua secara intensif,
orang
studi
dan
tua
disangkal pula tersebut,
di kota, dengan
dalam
bahwa,
dari
orangtuanya.
didari
(miskin)
dengan
apakah
mereka
pengasuhan orang yang
berhasil
tak
dapat
keluarga-keluarga
tidak sedikit anak-anak mereka
salah asuh dari pihak
dapat
dapat
Tetapi
kalangan
dan
rangka
dikaji
anak-anak
hidupnya.
pengajar
tak
rendah,
terdapat
kecerdasan,
dalam
Memang
(sekolah)
Apakah
berkualitas
sosial-ekonomi tergolong rendah
pendidikan
dalam
1977:375).
meningkatkan
bagi
mewujudkan anak yang diwujudkan
Dewantara,
menjadi
Demikian
korban
juga
dari
kalangan keluarga dengan status sosial-ekonomi
tergolong
tinggi (kaya) dengan tingkat pendidikan formal
(sekolah)
tinggi (terdidik)
kota
yang
umumnya
bermukim
di
dan
sebagian kecil bermukim di desa, terdapat anak-anak
berhasil, juga gagal baik
hidupnya.
Jika
dalam
demikian,
dimana
Apakah orang-orang berhasil adalah mungkin
kodrat juga
atau
baginya,
karena
studi
letak
gagal
atau
pengaruh
atau
kali harus
kita
ingat
dalam
masalahnya
dalam
karena
7.
hidupnya keturunan,
lingkungan
orang tersebut dididik dan dibesarkan oleh "Pertama
pun
yang
dimana
orangtuanya.
bahwa, pendidikan
itu
16
hanya satu tuntutan di dalam
hidup
itu terletak diluar kecakapan
pendidik. Anak-anak itu hidup,
teranglah
sendiri"
"(Ki
Hadjar
atau
sebagai
hidup
dan
dan
tidak akan dapat
mahluk,
Dewantara,
menghasiikan buah jagung
atau
kita
Tetapi
kaum
benda
kodratnya
menurut
1977:21).
tanaman
anak-anak
sebagai
tersebut
sebagainya.
merubah
kehendak
tumbuh
seorang petani menanamkan padi membasmi hama
tumbuhnya
Diibaratkan
berbuah petani
padi
lainnya,
lebat, tersebut
tersebut
atau
untuk
mengganti
kodrat-iradatnya padi ia tak akan dapat. Dengan kata lain
seseorang anak dengan potensi bawaan (keturunan/genetika) yang baik bukanlah jaminan ia menjadi baik/berhasil tanpa dukungan dari pihak orang tua sebagai pendidik yang utama dalam keluarganya. Pelacakan dan penemuan pola pengasuhan
orang tua sebagai nelayan, sebagai petani di desa, dan pola pengasuhan
yang
bermukim
orang tua keluarga
negeri sipil (PNS) yang bermukim di kota,
yang
anak-anak berprestasi bidang akademik, adalah
pegawai memiliki
suatu
yang urgen untuk ditemukan, dalam kerangka membantu
orang
tua
proses
atau
pihak
pengasuhan
lain
anak,
yang agar
berkecimpung mampu
hal para
dalam
melaksanakan
pengasuhan, sesuai dengan potensi dan kodrat anak. 2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
analisis masalah
yang dipaparkan
di
atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
17
berikut:
"Bagaimana
pola
pengasuhan
oleh
orang tua
keluarga
nelayan modern/tradisional, keluarga petani petani pemilik
/penggarap dan keluarga
pegawai
II/III
anak
yang
memiliki
negeri
sipil,
berprestasi
golongan
tinggi
bidang
akademik berdasarkan kajian pendidikan luar sekolah". 3.
Fokus Penelitan
Bertolak dari rumusan masalah
di
atas,
ditetapkan
fokus, dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Bagaimana
internal)
keadaan
anak-anak
modern; keluarga
di desa/tepi
masukan
berprestasi
mentah
pada
keluarga
tradisional
nelayan
pantai; keluarga
petani
(faktor
nelayan
yang
bermukim
pemilik, penggarap
yang bermukim di desa/pegunungan; keluarga pegawai sipil golongan II dan golongan III yang yang mencakup: (1) keadaan
negeri
bermukim di
fisik : a) tinggi
dan
kota berat
badan, b) mata dan c) telinga; (2) minat pada olah raga kesenian dan (3)
kepemimpinan.
faktor
eksternal:
& (1)
status sosial-ekonomi orang tua: a) tingkat pendidikan, b) peran
serta
dalam
pendapatan/usaha, d)
organisasi
status
sosial,
c)
rumah/kelengkapan
sumber
fasilitas
rumah tangga, dan e) ukuran keluarga.
b. Bagaimana keadaan nelayan modern;
keluarga
masukan sarana nelayan
petani pemilik; keluarga petani pegawai
negeri
sipil
golongan
pada
keluarga
tradisional?
keluarga
penggarap, II
dan
dan
keluarga
golongan
III
18
tentang: (1) sumber
belajar
utama;
(2)
sumber
belajar
lainnya; (3) keadaan fasilitas belajar, berlatih/ bermain;
(4)
kejelasan
cita-cita;
(5)
kemampuan
membiayai
pendidikan anak.
c. Bagaimana
keadaan
setiap keluarga yang meliputi: (2)
keadaan suhu;
(3)
Budaya;
(jumlah guru, kelengkapan bermain
dan
kegiatan
(1)
masukan lingkungan
keadaan
(4)
fasilitas
intra/ekstra
transportasi
keadaan
sekolah:
belajar,
berlatih
kurikuler)
dan
(5)
keadaan lingkungan sekitar.
d.
Bagaimana
proses
keluarga
nelayan
pemilik/
penggarap;
golongan II disiplini
oleh
modern/tradisional;
golongan (2)
pengasuhan
III,
pemberian
keluarga
pegawai
keluarga
dalam
hal
dorongan,
orang
petani
negeri
: (1) (3)
tua
sipil
penerapan pelaksanaan
pendidikan agama, (4) kualitas makanan, (5) kebersihan,(6) interaksi,
(7)
aktivitas
anak
dalam
keluarga,
(8)
pengawasan, dan (9) perhatian.
e. Bagaimana
keadaan
akademik yang diraih anak
keluaran
dari
setiap
tentang
prestasi
keluarga,
sesuai
jenjang pendidikan mereka masing-masing.
f. Bagaimana keadaan
nelayan
masukan
lain
pada
modern; keluarga nelayan tradisional;
petani; pemilik; keluarga petani penggarap, dan
keluarga
keluarga
keluarga
pegawai negeri sipil golongan II dan golongan III tentang: bantuan pembiayaan untuk kelanjutan pendidikan
anak-anak
19
mereka.
4. Definisi Operasional
a. Fungsi Keluarga Mengembangkan Potensi Anak
H.M.I.
Soeleman,
(1992:54)
mengemukakan
keluarga memiliki fungsi yaitu: "fungsi edukasi, fungsi ekonomi afeksi,
fungsi
rekreasi".
dan
normatif,
Sekaitan
fungsi fungsi
dengan
bahwa
biologis,
fungsi
sosialisasi,
fungsi
religius
potensi
dan
anak,
fungsi Rousseau
(1712-1778) dalam H. Nana Syaodih Sukmadinata, dan Djam'an Satori, (1991:1) mengemukakan: "anak lahir dengan potensi-potensi, potensi untuk menguasai
kecakapan-kecakapan,
serta
potensi
membawa
pengetahuan
untuk
berkembang
sendiri". Bertolak dari kedua pandangan tersebut di maka yang dimaksud dengan
fungsi
keluarga
potensi anak dalam penelitian ini adalah: orang
tua
(ayah-ibu)
untuk
fungsi keluarga sebagaimana rangka
membantu
anak,
memenuhi
agar
berbagai
di
potensinya
pengetahuan, dan kecakapan-kecakapan,
atas,
mengembangkan
dan
dikemukakan
dan
dapat
upaya
melaksanakan
atas,
dalam
menguasai berkembang
secara optimal.
b. Studi Pendidikan Luar Sekolah Mengenai Pola Pengasuhan oleh Orang Tua, Bagi Anak Berprestasi Tinggi Bidang
Yang
dimaksud
sekolah mengenai
pola
Akademik.
dengan
studi
pengasuhan
orang
pendidikan
tua
bagi
berprestasi tinggi bidang akademik, dalam penelitian
adalah: suatu kajian terhadap berbagai bentuk upaya
luar
anak ini
orang
20
tua
(ayah-ibu)
melatih dan
untuk
merawat
memelihara, anak
yang
bidang akademik, berdasarkan proses
pendidikan
proses pendidikan
H.D. Sudjana, S.
luar
memiliki
mendidik,
prestasi
tinggi
wawasan komponen—komponen
sekolah.
dan
Komponen-komponen
dan
luar sekolah sebagaimana dikemukakan
oleh
(1989:50) adalah:
mentah, masukan lingkungan,
lain". Selanjutnya
(1989:50-56)
mendorong,
"masukan sarana,
proses,
dijelaskan
bahwa
masukan
keluaran
oleh
sarana
masukan
dan
H.D.
masukan
Sudjana,
(instrumental
S.
input)
meliputi: keseluruhan sumber dan fasilitas yang memungkinkan bagi
seseorang
atau
kelompok,
dapat
belajar. Ke dalam masukan ini termasuk
program,
sumber
Masukan mentah
belajar)
(raw
dengan
antara lain:
belajar,
fasilitas
input),
berbagai
sikap,
yaitu
minat,
faktor
berjalannya
lingkungan program
belajar
peserta
pengalaman,
yang
pendidikan
kegiatan
diantaranya:
karakteristik
kebutuhan belajar. Masukan Lingkungan yaitu
melakukan
tujuan
dan
biaya.
didik
(warga
yang
dimilikinya
keterampilan
(inveromental
menunjang misalnya:
atau teman
dan
input)
mendorong bergaul,
lokasi tempat tinggal, dan budaya. Proses menyangkut: interaksi antara masukan sarana terutama pendidik dengan mentah yaitu peserta didik (warga belajar). Proses
masukan ini ter-
diri atas kegiatan belajar—membelajarkan, bimbingan nyuluhan
dan pe—
serta evaluasi. Masukan lain (orther input) adalah
daya dukung lain yang memungkinkan para peserta didik
dapat
21
menggunakan
kemampuan
yang
dimilikinya
untuk
kemajuan
kehidupannya.
Dalam
penelitian
ini,
pengasuhan keluarga nelayan
modern
mencari dan menangkap ikan di utama
untuk
menggunakan
memenuhi
pukat,
kajian
yaitu
laut sebagai
kebutuhan
motor
tertuju
pada
pola
keluarga
yang
sumber
keluarga,
tempel,
nafkah
dengan
perahu
yang
cara
mampu
mengangkut lima sampai sepuluh ton barang, dan membutuhkan
tenaga manusia lebih"dari satu orang untuk menggunakannya. Kedudukan
keluarga
nelayan
modern
ini
adalah
pemilik alat—alat penangkapan ikan sebagaimana di atas.
Indikator
digunakan sebagai
mencari
pembeda dengan
perahu londe,
menangkap ikan,
memiliki
modenr
atau menangkap ikan di
snar dan kail,
keluarga
nelayan
pemilik,
berupa kelapa,
cengkih,
laut dengan cara,
menunjuk
pala,
sekaligus
nelayan tradisional,
dimana
lahan pertanian dengan
disebutkan
tersebut,
untuk
dapat diusahakan sendiri
petani
sebagai
mengail,
mencari
(seorang).
pada
berbagai
yang
keluarga
atau Untuk
yang
jenis
tanaman,
atau jenis tanaman
lainnya.
Sedangkan keluarga
petani penggarap adalah keluarga yang
berusaha
kebutuhan
menyewa
memenuhi
keluarganya
tenaga untuk memanjat pohon
lahan untuk
ditanami
padi
kurang dari seperempat sipil golongan kepangkatan
II
dari
kelapa,
memiliki
lahan
hektar.
Keluarga
pegantai
atau
cara
membersihkan
dan
atau golongan ayah
dengan
pertanin
negeri
III, menunjuk pada tingkat ibu
atau
keduanya sebagai
pegawai negeri sipil, digunakan
sebagai
dimana
sumber
bidang
nafkah
pekerjaan
utama
tersebut
untuk
memenuhi
kebutuhan keluarganya.
c. Anak Berprestasi Tingggi
Yang dimaksud
dengan
Bidang Akademik
anak
bidang akademik, dalam penelitian
berprestasi adalah:
tinggi
peserta
didik
yang menduduki peringkat umum I, II atau III dalam
akademik dengan mata ini
pada
jenjang
indikatornya
pendidikan
adalah
tertentu
nilai-nilai
pelajaran sesuai raport
baik
bidang
di sekolah,
bidang
disaat
studi/
penelitian
diadakan, maupun sebelumnya. d. Disiplin
Ki
Hadjar
bahwa disiplin
Dewantara,
(1970:453)
mengemukakan
adalah:
Peraturan tata tertib yang dilakukan dengan tegas dan keras. Disiplin menghendaki adanya sanksi, yakni kepastian atau keharusan dijatuhkannya hukuman kepada siapapun yang berani melanggar atau mengabaikan peraturan yang Sudah ditetapkan.
Jadi disiplin
dan
penghargaan;
demokratis"
penelitian
dengan
(Hurlock
ini,
mengandung
cara
unsur-unsur:
otoriter,
Elizabeth,
disiplin
"hukuman
permisif
1991:84-98).
diartikan
sebagai
Dalam
peraturan,
hukuman, dan penghargaan yang diberlakukan oleh orang
(ayah-ibu)
dalam
keluarga
bagi
anak,
kegiatan belajar,
bermain,
membantu
berkenan
orang
atau
tua,
tua
dengan apakah
diterapkan dengan cara otoriter, permisif atau demokratis.
e. Dorongan
Dorongan dalam penelitian ini berhubungan
kegiatan atau upaya orang tua (ayah-ibu) untuk kan
minat
belajar
anak,
dapat
meningkat-
meraih
prestasi
akademik tinggi di sekolah. Apakah dorongan itu
berbentuk
hadiah (benda), memuji,
agar
dengan
mengajak,
memberi
contoh,
atau
menghukum (hukuman fisik atau psikologis)/paksaan. f. Pendidikan Agama
Pendidikan agama dalam
penelitian
ini
menunjuk
pada kegiatan orang tua untuk menanamkan nilai-nilai agama sesuai
yang
dianut
contoh-contoh
orang
(perbuatan)
tua,
dalam
apakah
itu
kehidupan
anjuran atau melibatkan anak pada lembaga
berbentuk
sehari-hari,.
keagamaan
yang
relevan.
g.
Kualitas Makanan
Kualitas makanan dalam hal ini berupa
makanan yang dihidangkan oleh orangtua
anak,
dengan
tolok
ukur
setiap
makanan
yang
unsur—unsur "empat sehat lima sempurna" yaitu:
umbi-umbian sayu*
dan
sayuran,
(4)
kacang-kacangan,
(2)
buah-buahan dan (5)
kadar gizi
hari
mengandung "(1) beras,
lauk-pauk, susu"
bagi
(3)
(Direktorat
Gizi Departemen Kesehatan R.I, 1979:17). h.
Kebersihan anak
Kebersihan anak dalam hal ini berhubungan dengan
frekuensi anak mandi,
apakah
"odol", sumber air, keadaan
menggunakan pakaian,
sabun,
sarana
sikat,
pembuangan
limbah rumah tangga, dan kebersihan lingkungan rumah. i.
Interaksi
Interaksi (interaction)
dan tanggapan antar antara
manusia,
fihak-fihak
1985:254).
Jadi
adalah:
(2)
hubungan
tertentu"
interaksi
"(1)
stimulasi
timbal-balik
(Soerjono
dalam
kajian
dengan frekuensi hubungan antara orang
ini
tua
Soekanto
berkaitan
dengan
juga berkaitan dengan kualitas interaksi tersebut,
anak,
apakah
itu bersifat formal, informal, hangat dan menyenangkan. j. Aktivitas Anak dalam Keluarga
Aktivitas
anak
dalam
keluarga
menunjuk
pada
kegiatan anak setiap hari di rumah, apakah itu berhubungan dengan kegiatan
mengurus
kebutuhan
diri
sendiri,
membantu pekerjaan dalam keluarga, misalnya:
atau
membersihkan
tempat tidur, mencuci piring, menangkap ikan di laut, atau
kekebun mencari kayu api, memberikan makanan
ternak,
membersihkan halaman rumah/pekarangan serta berbelanja warung
dan di
(kedai).
k. Pengan/asan
sebagai
Dalam
penelitian
ini,
upaya
dari
ayah-ibu
kegiatan anak, apakah
pihak
dalam
hal
pengawasan
untuk
belajar
diartikan
mengontrol
atau
kegiatan
pada
kegiatan
lainnya, baik di dalam atau diluar rumah. 1 -
Perhatian
Perhatian dalam hal ini
orang tua
mendukung
kegiatan
menunjuk
belajar
anak
misalnya.
25
menghadiri
rapat
orangtua
murid
dan
guru,
mengadakan
fasilitas belajar, berlatih/bermain dan cinta kasih. C.
Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum
Untuk menemukan pola pengasuhan orang nelayan
modern/tradisional, keluarga
tua
keluarga
petani
pemilik/
penggarap, keluarga pegawai negeri sipil golongan
yang memiliki anak berprestasi
tinggi
bidang
II/III,
akademik,
sesuai jenjang pendidikan anak di lokasi penelitian. 2.
Tujuan Khusus
Untuk mengidentifikasi, mendeskripsi, menemukan
menganalisis:
a)
pola
pengasuhan
nelayan modern,
yang
memiliki
bidang akademik
pada
jenjang
(SD);
pengasuhan
orang
anak
tua
keluarga
berprestasi
pendidikan
dan
tinggi
sekolah
dasar
keluarga
nelayan
tinggi
bidang
akademik pada jenjang pendidikan sekolah menengah
tingkat
atas (SMTA); c) pola pengasuhan orang tua keluarga
petani
b)
pola
tradisional,
memiliki
orang
anak
tua
berprestasi
pemilik, memiliki anak berprestasi tinggi bidang akademik, pada jenjang
pendidikan sekolah dasar
pengasuhan orang tua keluarga petani
anak berprestasi pendidikan
pola sipil pada
tinggi
sekolah
pengasuhan golongan jenjang
menengah
orang II,
bidang
tua
tingkat
keluarga
sekolah
d)
penggarap,
akademik,
memiliki anak
pendidikan
(SD);
memiliki
pada
atas
jenjang
(SMTA); e)
pegawai
berprestasi dasar
(SD),
pola
negeri tinggi
dan
f)
poia pengasuhan orang tua memiliki anak bidang akademik, pada jenjang
berprestasi
pendidikan
sekolah
tinggi
menengah
tingkat atas (SMTA). D. Manfaat Hasil Penelitian
Bertolak dari latar
belakang,
analisis
dan
rumusan
masalah, fokus dan tujuan penelitian, secara ekspiisit upaya untuk meneliti masalah yang dikemukakan, mengandung ganda. Pertama, dilihat dari aspek teoritis dari
manfaat
penelitian
ini, diharapkan mendapat gagasan baru sekaitan dengan roeningkatkan pengtahuan, sikap,
keterampilan
dan
upaya
perilaku
para orang tua agar dapat melakukan pengasuhan sesuai dengan potensi dan kodrat anak dalam keluarga, sebagai
salah
satuan
dari
pendidikan luar sekolah. Kedua, dilihat
satu
aspek
praktis, temuan-temuan dalam penelitian ini dapat memberikan
kontribusi tertentu pelaksana berbagai
sekolah,
khususnya
potensi
anak
bagi
para
program
yang
dalam
pengelola,
dan
kegiatan
bertalian
keluarga.
perencana, pendidikan
dan luar
dengan
pengembangan
Artinya,
peningkatan,
pengetahuan, sikap, keterampilan dan perilaku orangtua dalam mengasuh anak, seharusnya mendapat
diusahakan segera, misalnya melalui dan latihan yang
melibatkan
perhatian
pelaksanaan
berbagai
pakar
paedagog, psikolog, sosiolog, antropolog, pakar gisi, dan teolog.
khusus
untuk
pendidikan
antara
lain:
kedokteran
anak,