SOLIDARITY 5 (2) (2016)
SOLIDARITY http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/solidarity
POJOKAN SEBAGAI STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN EKONOMI BURUH HARIAN PABRIK KETJAP IKAN LELE DI KECAMATAN PATI KABUPATEN PATI Catur Wijayanti Asma Luthfi & Elly Kismini Jurusan Sosiologi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Info Artikel
Abstrak
Sejarah Artikel: Diterima September 2016 Disetujui Oktober 2016 Dipublikasikan November 2016
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kegiatan pojokan sebagai strategi pemenuhan kebutuhan ekonomi Buruh Harian Pabrik Ketjap Ikan Lele. Pojokan merupakan pertukaran ekonomi yang muncul dari inisiatif salah satu buruh dan sampai sekarang masih dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Konsep redsistribusi dari Karl Polanyi serta Teori Pilihan Rasional dari Friedman dan Hetcher sebagai landasan analisisnya. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa: (1) Kegiatan pojokan sebagai mekanisme redistribusi, karena mekanisme pojokan dilakukan secara terpusat kepada satu orang dan uang yang sudah terkumpul akan dibagikan kembali kepada anggota-anggota kelompok, (2) Buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele mempunyai motivasi tersendiri dalam memilih mengikuti pojokan di pabrik yakni gak kudu metu, sak wayah-wayah dan percoyo. Pilihan mengikuti pojokan dirasa tepat untuk meningkatkan kestabilan kehidupan ekonomi, dan (3) Fungsi dari pojokan terhadap kehidupan buruh antara lain membantu perekonomian buruh, meningkatkan rasa kekeluargaan antarburuh dan menyebabkan timbulnya kecemburuan sosial..
Keywords: Laborers, Economic Life, Ketjap Ikan Lele Factory, Redistribution
Abstract The purpose of this research is to know pojokan as a strategy to fulfillment of a economic needs. Pojokan as economy exchange is performed from the initiative one employee and currently done. This research in a qualitative, using techniques interview, observation and documentation .The concept of Redistribusi from Karl Polanyi and Theory Rational Choice from Friedman and Hetcher to analysis .The result showed, that: ( 1 ) Pojokan as a mechanism redistribution , because pojokan mechanism determined central to one person and the money has been collected will be distributed return to member group , ( 2 ) Laborers Ketjap Ikan Lele have motivation to follow pojokan that is gak kudu metu , sak wayah-wayah and percoyo. Choice to follow pojokan is appropriate to improve the economic stability , and ( 3 ) Function of pojokan of laborers help to economic life, raising a sense of family each other and cause for jealousy
© 2016 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi: Gedung C7 Lantai 1, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 Email:
[email protected]
ISSN 2252-7133
Catur Wijayanti, dkk / Solidarity 5 (2) (2016))
PENDAHULUAN Kehidupan suatu perusahaan tidak terlepas dari kehidupan sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan itu sendiri. Sumber daya manusia sangat berperan dalam keuntungan suatu perusahaan. Perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki etos kerja dan motivasi kerja yang tinggi. Membangun hubungan yang baik antara pihak perusahaan dengan sumber daya manusia juga menentukan kualitas perusahaan. Selain itu, kinerja dari sumber daya manusia memberikan dampak terhadap kualitas perusahaan. Terlebih di dalam perusahaan yang masih milik perorangan (perusahaan perorangan). Sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan perorangan disebut dengan buruh. Menurut Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Kategori buruh dibagi menjadi dua yaitu buruh harian dan buruh borongan. Buruh harian adalah pekerja yang dibayar perhari. Sedangkan, buruh borongan adalah pekerja yang dibayar berdasarkan volume pekerjaan dan satuan hasil kerja yang dihasilkan. Buruh harian yang bekerja di Pabrik Ketjap Ikan Lele rata-rata hanya lulusan SMP, walaupun ada juga yang lulusan SMA. Bahkan ada beberapa buruh yang hanya lulusan SD. Pabrik Ketjap Ikan Lele merupakan pabrik yang berbentuk perusahaan perorangan karena kepemilikannya masih bersifat pribadi dan tertutup. Jumlah buruh yang bekerja di Pabrik Ketjap Ikan Lele ini ada 150 orang. Upah yang diterima oleh buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele masih minim. Pertukaran sosial ekonomi tidak hanya terjadi di lingkungan masyarakat, namun juga terjadi di lingkungan perusahaan. Buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele memiliki rasa solidaritas yang sangat kuat. Buruh mempunyai inisiatif untuk membantu ketika ada salah satu teman yang mengalami kecelakaan, kematian, hajatan dan kelahiran dengan menarik iuran sukarela per orang. Rasa solidaritas timbul dari adanya rasa kekeluargaan yang erat, karena mereka bekerja selama hampir setengah hari. Hal ini menyebabkan intensitas bertemu sangat tinggi ditambah lagi jika lembur. Aktivitas sosial ekonomi buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele ada yang dilakukan di dalam pabrik dan di luar pabrik. Aktivitas sosial ekonomi yang dilakukan di luar pabrik adalah gotong royong, rewang, nyumbang dan lain sebagainya. Aktivitas rewang dan nyumbang dila-
kukan ketika ada salah satu teman pabrik yang mempunyai hajatan. Sedangkan, aktivitas sosial ekonomi yang dilakukan di dalam pabrik adalah arisan dan pojokan. Arisan dan pojokan terjadi di luar konteks pekerjaan mereka sebagai buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele. Pemilik pabrik mengetahui bahwa buruhnya melakukan aktivitas sosial ekonomi tersebut dan membiarkan buruhnya melakukan aktivitas tersebut selama tidak menganggu pekerjaan. Aktivitas sosial ekonomi yang dilakukan oleh buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele merupakan salah satu wujud kebudayaan yang dibentuk oleh suatu kelompok masyarakat. Salah satu pertukaran redistribusi yang dilakukan oleh buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele adalah kegiatan pojokan. Berbeda dengan kegiatan pertukaran ekonomi resiprositas seperti rewang dan nyumbang. Resiprositas biasanya didorong oleh nilai-nilai dan norma dalam masyarakat bahwasanya menolong dan memberi kepada orang lain itu adalah suatu perbuatan yang dianjurkan dan bernilai sosial (Smelser, 1990:3335). Kegiatan seperti rewang dan nyumbang yang dilakukan oleh buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele didasari adanya nilai-nilai sosial. Sebagian besar buruh Pabrik Ketjap Ikan Lele mengikuti kegiatan pojokan. Ada pula buruh yang tidak mengikuti kegiatan pojokan. Ada tiga kelompok pojokan dengan masing-masing pemegang uang pojokan yang berbeda. Kegiatan pojokan ini muncul dari inisiatif buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele. Kegiatan pojokan merupakan aktivitas ekonomi yang berbeda dengan kegiatan redistribusi yang umumnya dapat kita jumpai di masyarakat umum seperti arisan. Berdasarkan fakta yang ada di lapangan buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele merasa upah yang diterima setiap harinya hanya mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Tuntutan biaya hidup yang semakin mahal membuat buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele harus memutar otak untuk bertahan hidup. Buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele rela mengeluarkan uang yang nominalnya cukup besar ketika melakukan aktivitas pertukaran sosial ekonomi yang mana dalam hal ini adalah kegiatan pojokan. Bahkan tidak hanya pojokan, arisan yang nominalnya cukup besar pun diikuti oleh sebagian besar buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele. Ketertarikan untuk melakukan penelitian muncul karena sampai sekarang kegiatan pojokan masih dilakukan oleh buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele, bahkan buruh yang baru diterima kerja pun tertarik untuk ikut dalam kegiatan tersebut. Kegiatan pojokan ini berbeda dengan aktivitas sosial ekonomi seperti arisan dan
113
Catur Wijayanti, dkk / Solidarity 5 (2) (2016)
nabung pada umumnya. Perbedaanya terletak pada mekanisme pembayaran dan pengambilan uang, transparasi uang oleh pemegang uang pojokan, jumlah uang yang dibayarkan, motivasi buruh mengikuti kegiatan pojokan, kendala yang ada dalam kegiatan pojokan serta dampak dari adanya kegiatan pojokan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis ingin melakukan penelitian dengan judul Redistribusi Kegiatan Pojokan Dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Pabrik Ketjap Ikan Lele Pati. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas rumusan masalah yaitu: (1) Bagaimana kegiatan pojokan yang dilakukan oleh buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele ?, (2) Bagaimana motivasi buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele mengikuti pojokan sebagai pemenuhan kebutuhan ekonomi ?, dan (3) Bagaimana fungsi pojokan terhadap kehidupan buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele ? Penelitian tentang sistem pertukaran ekonomi dalam kehidupan sosial di masyarakat telah banyak dilakukan diantaranya: Penelitian Wasak (2012), yang berjudul “Keadaan Sosial-Ekonomi Masyarakat Nelayan Dl Desa Kinabuhutan, Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara” menjelaskan tentang tingkat kesejahteraan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat nelayaan yang masih rendah. Kesejahteraan hidup yang masih rendah tidak menyebabkan hubungan sosial kemasyarakatan longgar. Hubungan sosial kemasyarakatan di sana masih sangat kuat. Hal itu muncul ketika ada salah satu seorang warga mengalami suatu musibah misalnya kematian. Tanpa dikomando masyarakat akan sukarela datang untuk memberi bantuan baik berupa materi atau yang lain. Organisasi sosial serta organisasi ekonomi, seperti karang taruna, majelis tahlim ibu-ibu, organisasi rukun duka dan usaha pengasapan ikan dimanfaatkan untuk peningkatan taraf hidup dan kualitas hidup. Penelitian Wahyuningsih (2011), yang berjudul “Sistem Bagi Hasil Maro Sebagai Upaya Mewujudkan Solidaritas Masyarakat” menjelaskan bahwa pelaksanaan perjanjian bagi hasil tidak hanya meningkatkan perekonomian tetapi juga dapat juga memupuk solidaritas dalam masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan adanya kepedulian antara pemilik dan penggarap sawah yang diwujudkan dengan saling membantu saat salah satu dari mereka mengalami kesulitan. Namun demikian, perhatian dari pemerintah tetap diperlukan guna menjamin hubungan baik antara kedua belah pihak yang bekerjasama. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif dengan alasan data-data akan dianalisis dengan kata-kata bukan dengan angka-angka. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya, secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata (Moleong, 2011:6). Penelitian ini dilakukan di Pabrik Ketjap Ikan Lele yang terletak di Jalan Raya PatiJuwana Km 2. Lokasi penelitian dipilih karena Pabrik Ketjap Ikan Lele merupakan tempat berlangsungnya kegiatan pojokan, yang mana kegiatan tersebut hanya dilakukan oleh buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pemeriksaan sumber. Teknik analisis data dalam penelitian ini mencakup empat hal yaitu pengumpulan data, pengeditan data, penyajian data dan menarik kesimpulan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara geografis wilayah Pabrik Ketjap Ikan Lele terletak di Kota Pati. Letak kota Pati sangat dekat dengan jalan pantura, lebih tepatnya Pabrik Ketjap Ikan Lele berada di Jalan Raya Pati-Juwana Km 2. Menurut pembagian daerah administratif Kota Pati, Pabrik Ketjap Ikan Lele berada di Desa Geritan, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. Luas dari Pabrik Ketjap Ikan Lele ini adalah 1,5 hektar. Wilayah pabrik di sebelah utara berbatasan dengan sawah, sebelah timur berbatasan dengan Pabrik Kacang Garuda, sebelah barat berbatasan dengan gereja dan sebelah selatannya berbatasan langsung dengan Jalan Raya Pati-Juwana. Pabrik Ketjap Ikan Lele merupakan pabrik yang memproduksi kecap manis. Pemilik Pabrik Ketjap Ikan Lele merupakan warga keturunan Cina. Dulunya, Pabrik Ketjap Ikan Lele merupakan industri rumahan yang didirikan oleh Gunawan Pranoto (Go Tjwan Hok) pada tahun 1957. Setelah beberapa tahun, industri rumahan tersebut berkembang menjadi perusahaan perorangan dan memiliki ijin dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1988 yaitu nomor SP 18/11.24/88. Jumlah buruh yang bekerja di Pabrik Ketjap Ikan Lele sebanyak 150 orang dengan kom-
114
Catur Wijayanti, dkk / Solidarity 5 (2) (2016))
posisi jumlah buruh perempuan sebanyak 110 dan buruh laki-laki sebanyak 40 orang. Sebanyak 130 buruh pabrik berusia di atas 50 tahun dan 20 buruh berusia di bawah 50 tahun. Buruh harian yang bekerja di Pabrik Ketjap Ikan Lele ini ada yang memiliki latar belakang pendidikan SD, SMP dan SMA. Namun, sebagian besar buruh hanya lulusan SMP dikarenakan kemampuan ekonomi yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan pendidikan Kegiatan Pojokan Yang Dilakukan Oleh Buruh Harian Pabrik Ketjap Ikan Lele Kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, sedangkan penghasilan yang masih minim menyebabkan seseorang melakukan tindakan. Kegiatan pojokan yang dilakukan oleh buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele muncul karena upah yang diterima oleh buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele masih minim. Upah yang diterima hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga kegiatan seperti pojokan muncul untuk membantu meningkatkan kesejahteraan ekonomi buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele. Sairin (2002), redistribusi merupakan kegiatan yang efektif dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan dimanfaatkan untuk memecahkan masalah ketidakstabilan dalam memperoleh nafkah. Kegiatan pojokan dimanfaatkan buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele pati untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Pojokan termasuk dalam kegiatan redistribusi karena pojokan sendiri merupakan kegiatan yang dibentuk oleh buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele dan dilakukan secara tersentral (terpusat). Aktivitas Sosial Ekonomi Buruh di Dalam Pabrik Kehidupan buruh harian pada saat di pabrik lebih dimanfaatkan untuk bekerja. Setiap hari buruh bekerja mulai dari pukul 07.00-16.00, jika lembur sampai pukul 20.00. Jam istirahat siang pada pukul 12.00 dan jam istirahat sore pukul 16.00 selama satu jam. Buruh mendapatkan jatah makan siang pada saat jam istirahat siang. Buruh yang mengambil jam lembur menggunakan jam istirahat sorenya untuk mandi dan sholat bagi yang muslim. Pabrik Ketjap Ikan Lele tidak menerapkan sistem shift seperti dikebanyakan pabrik yang ada di Kota Pati. Rata-rata sebagian besar buruh memilih untuk mengambil jam lembur. Alasannya, perbedaan jam pulang yang hanya bertambah tiga jam dan tambahan upah yang diterima. Buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele be-
kerja sesuai dengan kelompoknya di pabrik. Kelompok dibagi berdasarkan tugas dalam bekerja. Ada tiga kelompok yakni kelompok yang bertugas di bagian kecap 1 kg (botol dan plastik), bagian kecap ½ kg dan bagian kecap pak kecil. Penggolongan kelompok buruh berdasarkan tugas di pabrik tidak membuat rasa kekeluargaan luntur. Hal ini bisa dibuktikan ketika ada salah satu teman mengalami kesusahan, buruh yang lain langsung berinisiatif untuk membantu. Seperti ketika ada salah satu teman yang keluarganya meninggal, buruh yang lain langsung berinisiatif menarik iuran sukarela untuk diserahkan kepada teman yang mengalami kesusahan tersebut. Aktivitas Sosial Ekonomi Buruh di Lingkungan Sosial Aktivitas sosial ekonomi buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele tidak hanya dilakukan di dalam pabrik, namun juga dilakukan di luar pabrik seperti nyumbang dan rewang. Saat libur kerja dijadikan ajang untuk refreshing, buruh janjian untuk pergi ke tempat wisata atau tempat pemancingan dengan mengajak keluarga. Buruh juga melakukan aktivitas seperti halnya masyarakat pada umumnya, yakni mengikuti arisan RT/RW, PKK bagi yang perempuan, gotong royong antartetangga dan melakukan pekerjaan di rumah Buruh tetap berpartisipasi dalam kegiatan sosial di luar pabrik. Seperti ikut memberikan sumbangan ketika ada kerja bakti walaupun sekedar menyiapkan makanan ringan. Ketika hari minggu atau hari libur lebih digunakan untuk berinteraksi dengan keluarga dan bersosialisasi dengan tetangga. Kegiatan seperti gotong royong dilakukan ketika ada tetangga yang sedang membangun rumah atau pindahan rumah. Gotong royong bersifat timbal balik artinya ketika buruh sedang membangun rumah atau pindahan rumah juga akan dibantu oleh tetangganya. Tidak hanya itu saja, buruh juga ikut bergotong royong ketika ada kegiatan bersih desa yang biasanya dilakukan di hari minggu atau hari menjelang Agustusan. Kegiatan Pojokan Yang Dilakukan Oleh Buruh Harian Pabrik Ketjap Ikan Lele Awal Mula Kegiatan Pojokan di Pabrik Ketjap Ikan Lele Kegiatan pojokan merupakan aktivitas sosial ekonomi yang dilakukan oleh buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele. Kegiatan pojokan hampir sama seperti kegiatan menabung dalam bentuk uang yang dapat kita temui di lingkungan masyarakat. Kegiatan pojokan sendiri sudah berlangsung selama 21 tahun. Tahun 1995 merupakan tahun pertama diadakannya kegiatan pojokan
115
Catur Wijayanti, dkk / Solidarity 5 (2) (2016)
yang mana upah buruh masih sedikit yakni Rp 3000,00 – Rp 5000,00. Awal mula diadakannya kegiatan ini adalah inisiatif dari buruh yang kemudian masih dilakukan sampai sekarang. Nama pojokan sendiri merupakan istilah para buruh untuk menyebut aktivitas menabung tersebut. Sisa-sisa upah yang didapat buruh pojokkan agar bisa terkumpul, dari situlah nama pojokan didapat. Sampai sekarang pojokan masih dilakukan oleh buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele. Bahkan buruh yang baru tertarik untuk mengikuti pojokan. Awalnya buruh yang baru diterima kerja tidak mengetahui pojokan, namun seriring berjalannya waktu buruh mencari tahu tentang pojokan dan dengan sendirinya ikut pojokan. Kegiatan pojokan ini dilakukan dalam satu periode yaitu satu tahun sekali. Kegiatan pojokan ini didukung oleh buruh lainnya dibuktikan dengan rasa antusias dalam mengikuti pojokan yang begitu besar. Tidak hanya buruh lama yang tertarik ikut dalam kegiatan pojokan, namun juga buruh yang baru diterima kerja di pabrik. Tujuan awal diadakannya pojokan sendiri memang untuk menabung agar upah yang diterima buruh tidak cepat habis digunakan untuk hal yang tidak bermanfaat. Mekanisme Kegiatan Pojokan Mekanisme kegiatan pojokan hampir sama dengan kegiatan menabung pada umumnya. Pembayaran pojokan dilakukan setiap hari. Pembayaran bisa dilakukan pada saat jam kerja atau pada saat jam istirahat makan siang. Buruh membayar uang kepada pemegang uang pojokan setiap hari pada hari aktif kerja. Jumlah uang pojokan yang dibayarkan oleh setiap buruh berbeda-beda yaitu sebesar Rp 5000,00 – Rp 10.000,00 per harinya. Namun, sebagian besar buruh ikut yang per hari Rp 5000,00. Tidak ada sebutan khusus untuk pemegang uang pojokan. Awalnya hanya ada satu buruh yang menjadi pemegang pojokan. Kemudian menjadi tiga orang yang memegang uang pojokan karena buruh di pabrik semakin bertambah. Tiga pemegang uang pojokan yang sekarang didasarkan pada kelompok buruh di pabrik yaitu kelompok kecap botol, kelompok kecap kiloan dan kelompok kecap pak kecil. Setiap tahunnya yang memegang uang pojokan adalah orang yang sama dan tidak ada pergantian dengan teman lain. Pemegang uang pojokan adalah buruh yang sudah lama bekerja di pabrik. Tidak ada cara penunjukan khusus untuk menjadi pemegang uang pojokan. Buruh dengan sukarela menawarkan diri untuk menjadi pemegang uang pojokan. Pemegang uang pojokan sudah hapal dengan anggota-anggotanya, ketika semua
anggota sudah membayar dan uang sudah terkumpul akan dicatat pada buku tabungan kecil. Setelah itu, uang pojokan akan dititipkan kepada pemilik pabrik dan tak lupa mencatat tanggal. Pemegang pojokan memilih menitipkan uang pojokan ke pemilik pabrik dengan alasan jaminan keamanan dan tidak harus keluar pabrik karena pojokan dilakukan setiap hari. Jadi, setiap hari pemegang akan menitipkan uang pojokan ke pemilik pabrik. Tidak ada saling curiga antara pemegang dengan pemilik pabrik karena rasa saling percaya yang sudah dibangun sejak awal. Terbukti sampai sekarang setiap pemegang akan mengambil uang pojokan selalu bisa dan tepat waktu. Selama ini tidak pernah ada keterlambatan dalam pengembalian uang pojokan. Buruh akan memberikan imbalan sukarela kepada pemegang uang pojokan pada saat mengambil uang pojokan minimal sebesar Rp 25.000,00. Imbalan tersebut bukan tuntutan dari pemegang uang pojokan, namun muncul dari inisiatif buruh sendiri. Pernah ada buruh yang memberikan imbalan besar, namun dari pemegang uang pojokan mengembalikan sebagian. Hal tersebut dilakukan oleh pemegang uang pojokan karena buruh merasa ikhlas menjadi pemegang uang pojokan tidak meminta imbalan. Jika ada buruh yang tidak memberi imbalanpun buruh tidak akan meminta. Alasanya karena memang uang itu milik buruh para buruh yang mengikuti pojokan. Pengambilan uang pojokan bisa dilakukan setiap lima belas hari pencatatan. Setiap buruh yang mengikuti pojokan dapat melakukan pengambilan pojokan dua kali dalam satu periode. Pengambilan terakhir dapat dilakukan seminggu sebelum lebaran. Buruh yang membutuhkan uang mendadak dapat mengambil uang pojokan. Buruh harus memberitahu pemegang uang pojokan terlebih dahulu agar pemegang pojokan ada persiapan untuk mengambilkan uang pojokan yang sudah dititipkan. Pemegang akan memberikan urutan untuk pengambilan uang pojokan tersebut. Jumlah uang pojokan yang didapatkan berbeda sesuai dengan jumlah pojokan yang diikuti. Jika ikut Rp 5000,00 uang pojokan yang didapat Rp 1.425.000,00 dan jika ikut Rp 10.000,00 dapatnya Rp 2.850.000,00 per periode. Sebagian besar buruh mengambil sebagian uang pojokan di awal karena kebutuhan yang mendadak dan sisanya akan diambil diakhir hari pembagian yakni seminggu sebelum lebaran dengan alasan untuk simpanan pada saat hari lebaran tiba. Berdasarkan mekanismenya, pojokan merupakan salah satu aktivitas redistribusi. Ada
116
Catur Wijayanti, dkk / Solidarity 5 (2) (2016))
kerjasama dari anggota-anggota yang tergabung dalam suatu kelompok yakni kelompok buruh yang mengikuti pojokan ketika sedang melakukan pojokan. Kerjasama yang baik tercipta di antara buruh yang mengikuti pojokan, pemegang pojokan dan pemilik pabrik. Menurut Sairin (2002), redistribusi merupakan kegiatan yang efektif dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan dimanfaatkan untuk memecahkan masalah ketidakstabilan dalam memperoleh nafkah. Kegiatan pojokan dimanfaatkan buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Mekanisme pojokan sama seperti aktivitas redistriburi yang mana kegiatan pojokan merupakan kegiatan yang dibentuk oleh buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele dan dilakukan secara tersentralisasi (terpusat). Menurut Polanyi (1986), ada dua sifat perpindahan yakni perpindahan yang bersifat transaksional (transactional movements) dan perpindahan yang bersifat disposional (disposional movements). Perpindahan transaksional merupakan perpindahan yang terjadi di dalam suatu kelompok. Sedangkan, perpindahan disposional merupakan perpindahan yang terjadi antarkelompok dengan kelompok lain. Pojokan termasuk perpindahan yang bersifat transaksional karena perpindahan terjadi di dalam suatu kelompok. Kelompok yang dimaksud dalam hal ini adalah kelompok buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele yang mengikuti kegiatan pojokan. Perpindahan yang ada dalam kegiatan pojokan adalah perpindahan berupa uang dengan cara ditabungkan. Setelah uang terkumpul akan dibagikan kembali kepada anggota kelompok atau bisa diambil ketika anggota ada yang membutuhkan dengan syarat memberitahu terlebih dahulu kepada pemegang uang pojokan. Hubungan yang terjadi dalam pojokan adalah hubungan antarindividu sebagai anggota kelompok. Individu yang dimaksud adalah buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele sebagai anggota kelompok buruh yang mengikuti pojokan. Seperti yang didefinisikan oleh Sahlins (dalam Sairin, 2002:70), redistribusi sebagai “pooling” yakni perpindahan barang atau jasa yang tersentralisasi dengan melibatkan pengumpulan dari anggota-anggota dari suatu kelompok kemudian dibagi-bagikan kembali pada anggotaanggota kelompok tersebut. Hal ini berarti bahwa perpindahan yang ada dalam kegiatan pojokan merupakan perpindahan yang tersentralisasi karena ada salah satu pihak yang bertugas mengumpulkan uang, yang mana pihak tersebut berasal dari perseorangan dengan mengajukan diri sebagai pemegang uang pojokan.
Mekanisme pojokan sebagai aktivitas redistribusi diperkuat dengan pertukaran sosial (Social Exchange). Pertukaran terjadi karena dilatarbelakangi oleh adanya imbalan yang didapatkan. Pertukaran sosial melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Terdapat unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit) dalam sebuah hubungan.. Homans (dalam Ritzer, 2010:361), semua tindakan yang dilakukan oleh seseorang semakin sering tindakan tertentu memperoleh imbalan, makin cenderung orang tersebut menampilkan tindakan tertentu tadi. Secara eksplisit menjelaskan bahwa satu tindakan tertentu akan berulang dilakukan jika ada imbalannya. Penjelasan lain semakin tinggi nilai hasil suatu perbuatan bagi seseorang, makin besar pula kemungkinan perbuatan tersebut diulanginya kembali. Unsur-unsur yang terdapat dalam pojokan adalah imbalan (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit). Imbalan dalam pojokan didapatkan oleh pemegang pojokan. Pengorbanan yang dimaksudkan adalah dari pihak anggota yang mengorbankan uangnya untuk mengikuti pojokan dan memberikan uangnya kepada oemegang pojokan. Keuntungan dirasakan oleh buruh yang mengikuti pojokan dan pihak pemilik pabrik. Buruh merasa diuntungkan dengan pojokan karena sangat efektif untuk membantu mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. Menurut Cook (1966), pertukaran yang terjadi pada masyarakat modern menggunakan mekanisme uang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap barang atau jasa. Aspek-aspek tentang pemberian imbalan yang diberikan kepada individu terdapat dalam proses pertukaran. Pojokan merupakan salah satu aktivitas pertukaran yang terjadi di masyarakat. Sebagian besar buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele mengikuti pojokan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang nilainya semakin tinggi. Aspek tentang pemberian imbalan juga terdapat dalam pojokan. Buruh memberikan imbalan berupa uang sukarela ketika melakukan pengambilan uang pojokan. Peran dan Tanggung Jawab dalam Kegiatan Pojokan Kegiatan pojokan merupakan kegiatan sukarela tanpa adanya paksaan untuk mengikutinya. Ada beberapa pihak yang terlibat dalam kegiatan pojokan. Pihak-pihak yang terlibat adalah buruh yang mengikuti pojokan, pemegang uang pojokan dan pemilik pabrik. Masing-masing pihak mempunyai peran dan tanggung jawab tersendiri. Setiap buruh yang mengikuti pojokan mempuny-
117
Catur Wijayanti, dkk / Solidarity 5 (2) (2016)
ai peran sebagai anggota dalam suatu kelompok. Kelompok yang dimaksud dalam hal ini adalah kelompok buruh harian yang melakukan kegiatan redistribusi yakni kegiatan pojokan. Selain itu, buruh yang mengikuti pojokan mempunyai tanggung jawab tersendiri. Rasa tanggung jawab tersebut dibuktikan dalam hal kesanggupan untuk membayar per hari, karena buruh sudah memutuskan untuk menjadi bagian dari kelompok tersebut. Pemegang uang pojokan tidak ditunjuk oleh anggota namun buruh dengan ikhlas menawarkan diri sendiri tanpa paksaan dari pihak manapun. Secara tidak langsung pemegang uang pojokan berperan sebagai ketua dalam suatu kelompok yang mana sebagai ketua dalam kelompok harus mempunyai rasa tanggung jawab yang besar. Rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh pemegang uang pojokan adalah tanggung jawab untuk menjaga keamanan uang teman-temannya, menjaga kepercayaan antarteman karena menyangkut uang buruh dan menjaga hubungan antarteman ketika melakukan pojokan agar tidak terjadi perselisihan. Pemilik Pabrik Ketjap Ikan Lele juga terlibat dalam kegiatan pojokan. Pemilik pabrik mengetahui bahwa buruhnya melakukan aktivitas ekonomi dalam pabrik seperti arisan dan pojokan. Pihak pabrik mengijinkan buruhnya melakukan aktivitas tersebut selama tidak menggangu pekerjaan buruh dan tidak menganggu hasil produksi. Peran pemilik Pabrik Ketjap Ikan Lele dalam pojokan hanya sebagai wadah yang melindungi uang pekerjanya bukan sebagai pengelola. Jadi peran yang dimiliki oleh pemilik pabrik hanya sebagai pelindung dari uang-uang buruhnya. Rasa tanggung jawab pemilik pabrik dalam kegiatan pojokan adalah menjaga keamanan uang buruhnya yang sudah dititipkan. Uang yang sudah dititipkan disimpan di dalam brankas pribadi pabrik yang mana hal tersebut memudahkan ketika buruh hendak mengambil uang pojokannya. Tidak hanya menjaga keamanan uang saja, namun juga pemilik pabrik menjaga kepercayaan buruhnya. Kepercayaan yang dibangun dibuktikan dengan uang pojokan yang tepat waktu dalam pembagiannya dan jumlahnya tepaat tidak kurang. Redistribusi terjadi karena individu hidup mengelompok dan kelompok tampil sebagai organisasi yang mengatur distribusi barang atau jasa. Sehubungan dengan kegiatan redistribusi, maka peran dari pihak yang memegang otoritas dalam kelompok sangatlah penting dalam kegiatan tersebut (Sairin, 2002:71). Peran dari pemegang uang pojokan dianggap penting karena
secara tidak langsung memegang otoritas dalam kelompok buruh yang mengikuti pojokan. Peran tersebut juga menyangkut dengan menjaga kepercayaan anggota kelompok yang lain berkaitan dengan uang pojokan yang sudah ditabungkan. Kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, sedangkan penghasilan yang masih minim menyebabkan seseorang melakukan perbuatan. Kegiatan pojokan yang dilakukan oleh buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele muncul karena upah yang diterima oleh buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele masih minim. Upah yang diterima hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga kegiatan seperti pojokan muncul untuk membantu meningkatkan kestabilan ekonomi buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele. Hubungan yang terjadi dalam redistribusi adalah hubungan antarindividu sebagai anggota kelompok. Individu berperilaku bukan mewakili dirinya sebagai pribadi melainkan sebagai anggota kelompok. Ada tekanan normatif dari kelompok terhadap kebebasan individu. Pojokan merupakan aktivitas pertukaran ekonomi yang dilakukan oleh individu sebagai anggota dari suatu kelompok. Buruh yang mengikuti pojokan berperilaku sebagai anggota kelompok. Tekanan normatif dalam kelompok buruh yang mengikuti pojokan yakni buruh harus selalu masuk kerja untuk membayar pojokan. Adanya tekanan tersebut membuat buruh tidak bisa bebas untuk tidak masuk kerja. Dimensi ekonomi, redistribusi merupakan pertukaran yang tidak dilandasi motif komersial seperti dalam pertukaran ekonomi pasar. Motif yang mendasari redistribusi bersifat sosial sebagai suatu citra dari integritas masyarakat yang terintegrasi secara sentralis. Pojokan sebagai mekanisme dari aktivitas redistribusi diperkuat dengan skema redistribusi pemegang otoritas politik dari Cook (1966), menjelaskan ada pemusatan wewenang kepada pemimpin. Ada pihak yang kedudukan politisinya berada di atas dan ada pihak-pihak yang kedudukannya berada di bawah. Pemusatan wewenang dalam pojokan berada di pihak pemilik pabrik. Pihak pemilik pabrik mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pojokan. Pihak pabrik mempunyai kewenangan dalam penentuan pengambilan uang pojokan yang sudah dititipkan yakni setiap lima belas hari pencatatan pojokan. Polanyi (dalam Cook, 1966:68), redistribusi mensyaratkan adanya hubungan asimetris yang ditandai dengan adanya individu-individu tertentu yang menjadi pengorganisir pengumpulan barang atau jasa dari anggota-anggota kelompok. Hubungan yang ada dalam kegiatan pojokan
118
Catur Wijayanti, dkk / Solidarity 5 (2) (2016))
merupakan hubungan asimetris karena ada pihak tertentu yang menjadi pengumpul uang dari buruh yang mengikuti pojokan. Pihak pemilik pabrik merupakan pihak yang menjadi pengorganisir uang pojokan. Kedudukan yang tinggi membuat pihak pemilik pabrik memiliki otoritas yang politik yang tinggi. Buruh yang posisinya dibawah pihak pemilik pabrik harus menaati ketentuan yang telah ditentukan oleh pemilik pabrik yang berkaitan dengan uang pojokan Kendala dalam Kegiatan Pojokan Selama ini tidak ada kendala yang cukup serius dalam kegiatan pojokan. Kendala yang ada dalam kegiatan pojokan hanya masalah penunggakan pembayaran. Penunggakan pembayaran disebabkan bukan karena ketidakmampuan buruh untuk membayar, namun karena buruh tidak masuk kerja. Ketika ada beberapa buruh yang tidak masuk kerja secara otomatis menjadi tanggungan pemegang pojokan untuk menalangi dulu, karena setiap harinya pemegang harus menitipkan uang pojokan dengan jumlah yang sama kepada pemilik pabrik. Keharusan menitipkan uang pojokan dengan jumlah yang sama adalah keputusan dari pemegang uang pojokan sendiri. Ada sanksi sosial kepada buruh yang tidak masuk kerja selama beberapa hari tanpa menitipkan uang pojokan kepada anggota yang lain yakni berupa teguran. Sanksi berupa teguran dilakukan oleh pemegang uang pojokan agar buruh yang tidak masuk selama beberapa hari mempunyai kesadaran untuk menitipkan uang pojokannya kepada teman yang masuk kerja. Teguran tersebut bukan merupakan awal dari timbulnya permusuhan antara buruh karena hal itu hanya sekedar peringatan agar tidak terulang lagi dan tidak dilakukan oleh anggota yang lain. Rasa kekeluargaan yang dimiliki membuat teman yang lain saling membantu ketika ada teman yang menunggak. Antarburuh saling dekat ditunjukkan dengan menalangi pojokan terlebih dahulu. Menurut Sairin (2002), redistribusi meningkatkan kesetiakawanan sosial. Tercermin dari semua pihak yang saling tolong menolong dalam wujud dan bentuk yang berbeda-beda. Kendala yang ada dalam pojokan dapat diatasi dengan rasa kesetiakawanan yang dimiliki oleh buruh dengan menalangi uang pojokan terlebih dulu. Motivasi Buruh Harian Pabrik Ketjap Ikan Lele Mengikuti Pojokan sebagai Pemenuhan Kebutuhan Ekonomi Gak Kudu Metu Buruh lebih memilih untuk mengikuti pojokan di pabrik karena alasan efisien. Buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele lebih suka uangnya di-
tabung dengan mengikuti pojokan daripada harus ditabung ke bank atau ke koperasi. Tidak membuang-buang waktu dan tenaga menjadi alasan buruh memilih mengikuti pojokan, karena jika menabung ke bank atau koperasi harus rela mengorbankan jam kerja. Buruh masuk kerja setiap hari dan libur hanya di hari minggu serta hari libur nasional. Buruh tidak mempunyai waktu untuk ijin keluar pabrik untuk sekedar menabung ke bank atau koperasi. Buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele lebih suka mengikuti pojokan di pabrik karena tidak adanya biaya pemotongan dibandingkan jika menabung di bank atau koperasi. Buruh hanya memberi imbalan sukarela kepada pemegang uang pojokan jika mengambil uang pojokan. Sak Wayah-Wayah Selain efisien, alasan buruh mengikuti pojokan karena lebih praktis. Buruh lebih suka mengikuti pojokan daripada arisan atau menabung di tempat lain karena lebih mudah. Pojokan selalu ada setiap tahun, jika arisan harus menunggu sampai habis kocokannya dan semakin banyak yang ikut semakin lama selesainya. Pojokan lebih praktis karena setiap hari buruh menabung dalam jumlah yang sedikit dibandingkan jika menabung ke bank atau koperasi simpan pinjam harus mengumpulkan uang dulu jika sudah terkumpul banyak baru bisa ditabungkan ke bank atau koperasi. Alasan praktis lainnya karena dengan mengikuti pojokan keinginan untuk mengambil uang yang sudah ditabung lebih kecil dibandingkan jika menabung sendiri di rumah. Praktisnya lagi uang pojokan bisa diambil sewaktu-waktu ketika buruh ada kebutuhan mendadak tanpa melalui prosedur khusus untuk mengisi formulir penarikan uang seperti yang ada di bank-bank. Walapun harus memberitahu kepada pemegang uang pojokan terlebih dahulu, buruh lebih suka mengikuti pojokan daripada harus menabung di bank atau koperasi simpan pinjam. Buruh lebih suka mengambil uang pojokan ketika ada kebutuhan mendadak buruh daripada harus hutang di bank atau ke teman. Hal itu dilakukan karena jika hutang ada bunganya dan akan membesar ketika belum bisa membayar pada hari jatuh tempo. Percoyo Alasan terakhir buruh mengikuti kegiatan pojokan adalah adanya jaminan sosial ekonomi. Buruh percaya bahwa ada perlindungan terhadap uang pojokan. Selama buruh mengikuti pojokan belum pernah kehilangan uang ataupun
119
Catur Wijayanti, dkk / Solidarity 5 (2) (2016)
uangnya berkurang. Ketika tiba waktunya untuk mengambil uang pojokan selalu ada dan selalu tepat waktu dalam pembagian uangnya. Justru buruh merasa kurang aman jika menabung ke bank atau ke koperasi dengan alasan takut apabila uang buruh dibawa kabur pihak koperasi atau uang buruh akan berkurang terus menerus karena pemotongan biaya administrasi per bulan oleh pihak bank. Rasa kepercayaan antara buruh dengan pemegang uang dan pemilik pabrik sangat kuat. Tidak ada rasa saling curiga ataupun rasa takut uang buruh akan dibawa kabur oleh pemegang. Kerjasama juga dilakukan antara pemegang uang pojokan dengan anggota yang lain, jika pemegang uang tidak masuk salah satu teman akan menggantikan sementara untuk menarik uang pojokan. Pemegang pojokan akan menalangi uang pojokan jika ada teman yang tidak masuk dan akan diganti ketika teman sudah masuk kerja kembali. Namun, karena kesadaran dari buruh yang mengikuti pojokan tinggi biasanya buruh akan menitipkan uang pojokan ke teman lain ketika tidak masuk kerja. Menurut Friedman dan Hetcher (dalam Ritzer, 2010:357), aktor yakni manusia mempunyai pilihan rasional yang akan digunakan untuk mencapai tujuan. Tindakan yang dilakukan oleh seseorang adalah upaya untuk mencapai suatu tujuan. Begitupun juga dengan tindakan yang dilakukan oleh buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele khususnya buruh yang mengikuti pojokan adalah upaya buruh untuk mencapai suatu tujuan. Tindakan yang dilakukan oleh buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele dengan mengikuti kegiatan pojokan di pabrik merupakan pilihan yang dirasa tepat untuk membantu meningkatkan kestabilan kehidupan ekonomi. Menurut Ritzer (2010:357), ada dua pemaksa dalam teori pilihan rasional. Pertama, keterbatasan sumber bahwa aktor mempunyai sumber maupun akses yang berbeda dalam mencapai tujuan. Artinya buruh yang mengikuti kegiatan pojokan merasa bahwa jika memilih menabung di bank buruh harus mempunyai uang yang cukup banyak karena ada batasan minimal uang yang ditabungkan sedangkan dengan pojokan dengan keterbatasan uang yang dimiliki bisa ditabungkan sedikit demi sedikit setiap hari. Selain itu, jika uang ditabungkan melalui kegiatan pojokan buruh tidak harus ijin tidak masuk kerja untuk menabung ke bank atau koperasi. Memilih mengikuti kegiatan pojokan dilakukan oleh buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele karena buruh sadar dengan biaya dan akses yang tidak memadai untuk mengejar tujuan yang nilainya tinggi yakni dengan menabungkan
uangnya ke bank atau koperasi simpan pinjam. Pemaksa kedua atas tindakan aktor adalah lembaga sosial bahwa dalam melakukan tindakan aktor merasa diawasi oleh aturan. Ada sisi positif dan negatif dalam kelompok yang membantu mendorong aktor melakukan tindakan tertentu dan menghindari tindakan lain. Sisi positif yang ada dalam kelompok buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele bahwa setiap buruh yang mengikuti pojokan akan merasa terbantu dalam mencukupi kebutuhan ekonomi yang nilainya tinggi dan kepercayaan yang sangat kuat antarburuh menghindarkan buruh dari tindakan menabung di bank. Hal ini mendorong buruh lainnya untuk tertarik mengikuti kegiatan pojokan tersebut. Sedangkan, sisi negatifnya bahwa upah minim yang diterima membuat buruh memutuskan untuk mengikuti pojokan. Menurut Ritzer (2010:357), pilihan atau yang menjadi sumber pilihan aktor tidak menjadi masalah, yang terpenting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor. Seperti halnya buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele bahwa pada dasarnya yang paling penting adalah tujuan buruh dalam mengikuti kegiatan pojokan agar dapat menstabilkan kehidupan ekonomi yang semakin tinggi. Kegiatan pojokan dirasa efektif dalam meningkatkan kesejahteraan hidup buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele. Aktor mempunyai pilihan yang berubahubah sesuai dengan perubahan insentif atau biaya yang dimiliki. Artinya, pilihan yang dipilih oleh aktor disesuaikan dengan biaya yang dimiliki. Seperti yang dilakukan oleh buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele, yang mana selain mengikuti pojokan buruh juga akan mengikuti arisan ketika merasa mempunyai biaya yang lebih. Tidak hanya itu, buruh juga akan memutuskan untuk tidak mengikuti pojokan ataupun arisan ketika merasa terbebani dengan biaya yang dikeluarkan dalam artian tidak mempunyai biaya yang cukup untuk melakukan tindakan. Menurut Ritzer (1990:220), penggabungan tindakan yang dilakukan oleh aktor menghasilkan akibat sosial. Pentingnya informasi yang cukup untuk membuat pilihan di antara berbagai peluang tindakan. Aktor semakin mengenal bahwa kuantitas dan kualitas informasi yang tersedia sangat mempengaruhi pilihan aktor untuk melakukan sebuah tindakan. Akibat-akibat sosial yang timbul dari adanya pojokan antara lain kecemburuan sosial dan meningkatknya rasa kesetiakawanan sosial. Informasi yang didapatkan oleh buruh
120
Catur Wijayanti, dkk / Solidarity 5 (2) (2016))
mengenai kegiatan pojokan yang ada di pabrik sangatlah penting dalam mempengaruhi keputusan buruh untuk mengikuti kegiatan pojokan. Kebanyakan buruh baru yang awalnya tidak mengetahui tentang pojokan. Buruh tersebut mencari tahu tentang pojokan dan manfaatnya kepada buruh yang sudah lama mengikuti pojokan. Kemudian buruh tertarik dan memutuskan untuk mengikuti pojokan. Fungsi Pojokan terhadap Kehidupan Buruh Harian Pabrik Ketjap Ikan Lele Setiap kegiatan yang dilakukan oleh suatu kelompok mempunyai manfaat bagi kehidupan. Pojokan mempunyai fungsi dalam kehidupan buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele baik kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi dari pojokan adalah meningkatkan kesejahteraan ekonomi buruh. Buruh yang bekerja di Pabrik Ketjap Ikan Lele tergolong dalam masyarakat dengan ekonomi rendah. Upah yang diterima setiap harinya hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari. Sedangkan buruh harus memutar otak untuk mencukupi kebutuhan yang nilainya tinggi. Salah satunya adalah dengan mengikuti kegiatan pojokan di pabrik. Keuntungan dalam mengikuti pojokan telah buruh rasakan. Pojokan dapat membantu perekonomian buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele. Uang pojokan yang buruh dapat digunakan untuk kebutuhan yang nilainya tinggi seperti kebutuhan membayar sekolah anak, membeli motor dan membeli peralatan rumah tangga. Uang sekolah anak yang semakin tinggi membuat buruh memutuskan untuk menggunakan uang pojokan tersebut. Buruh menjadi lebih mudah berangkat bekerja ke pabrik setelah mempunyai kendaraan. Alat-alat rumah tangga seperti mesin cuci, almari pakaian, kulkas dan magic com yang harganya semakin mahal dibutuhkan untuk meringankan pekerjaan rumah tangga, dengan uang pojokan buruh dapat membeli alat-alat tersebut. Pojokan dapat membantu perekonomian termasuk ke dalam fungsi ekonomi dari redistribusi. Pojokan yang tergolong dalam redistribusi juga mempunyai fungsi ekonomi yakni meningkatkan kesejahteraan ekonomi buruh harian pabrik kecap lele. Pojokan membantu buruh untuk membayar biaya sekolah anak yang semakin mahal, membantu buruh membeli barang-barang sekunder seperti motor, kulkas, almari, mesin cuci dan lain sebagainya yang tergolong dalam kategori barang mahal bagi buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele.
Sairin (2002: 75), fungsi ekonomi dari redistribusi salah satunya adalah redistribusi merupakan kerjasama ekonomi yang bersifat simbiosis saling menguntungkan. Fungsi tersebut memperhatikan bahwa kedua belah pihak mendapatkan keuntungan yang sama sebanding dari aktivitas redistribusi yang dilakukan. Pojokan merupakan kerja sama ekonomi yang bersifat simbiosis saling menguntungkan karena kedua belah pihak antara pemegang uang pojokan dengan buruh yang mengikuti pojokan saling mendapatkan keuntungan yang sama sebanding dari aktivitas redistribusi yang buruh lakukan. Keuntungan yang didapatkan sebanding karena tidak ada pihak yang mendapatkan keuntungan lebih banyak ataupun lebih sedikit. Fungsi ekonomi yang lain dari aktivitas redistribusi menurut Sairin (2002:78), aktivitas redistribusi sebagai sarana untuk menabung. Tingkah laku menabung menjadi suatu kewajiban sosial. kalau tidak membayar iuran maka akan ditagih dan mendapatkan sanksi sosial maupun ekonomi. Aktivitas redistribusi juga merupakan ajang suatu perkumpulan sosial yang mempunyai fungsi menggalang persatuan dan pergaulan. Pojokan bagi buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele merupakan sarana untuk menabung yang dilakukan per hari. Tindakan menabung secara teratur sudah menjadi kewajiban sosial buruh yang mengikuti pojokan. Buruh yang tidak membayar akan ditagih oleh pemegang uang pojokan dan mendapatkan sanksi sosial maupun ekonomi. Sanksi sosial di sini berupa teguran oleh pemegang uang pojokan agar hal tersebut tidak diulanginya lagi. Sanksi ekonomi yang diterima buruh adalah beban pembayaran dobel senilai dengan jumlah penunggakan yang dilakukan. Aktivitas redistribusi berfungsi sebagai mobilitas pertukaran. Menurut Manning Nash (dalam Sairin, 2002:78), redistribusi ditandai oleh pengumpulan barang atau jasa dari masyarakat kepada pihak elit untuk tujuan yang lebih luas dari kehidupan bermasyarakat. Kegiatan pojokan yang dilakukan oleh buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele juga berfungsi sebagai mobilitas pertukaran yang mana pengumpulan uang dilakukan dengan tujuan untuk kehidupan bermasyarakat. Uang yang sudah terkumpul akan dipakai oleh anggota yang membutuhkan terlebih dahulu dengan urutan yang sudah diberikan oleh pemegang uang pojokan. Uang akan terkumpul lagi dan dibagikan kepada anggota-anggota kelompok ketika hari pembagian tiba. Fungsi Sosial Fungsi lain yang ditimbulkan dengan
121
Catur Wijayanti, dkk / Solidarity 5 (2) (2016)
adanya pojokan ini adalah rasa kekeluargaan antarburuh yang semakin erat. Rasa kekeluagaan yang erat antarburuh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele sudah terkenal di kalangan masyarakat sekitar pabrik kecap lele. Pojokan menambah rasa kekeluargaan antarburuh. Komunikasi antarteman terjaga ketika melakukan kegiatan pojokan sehingga resiko menimbulkan konflik lebih kecil. Fungsi sosial dari redistribusi salah satunya adalah meningkatkan rasa kekeluargaan antarburuh. Tercermin dari buruh yang berbeda-beda sifat, karakter dan latarbelakang keluarga saling bersatu membantu teman ketika kesusahan tanpa pandang buluh. Buruh pada saat membayar akan saling bertemu dan saling menyapa untuk menjaga silaturahmi. Saling membantu ketika temannya tidak masuk kerja dan menalangi terlebih dulu juga merupakan bukti bahwa buruh saling menjaga solidaritas. Rasa kekeluargaan yang dimiliki buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele memang sangat kuat, ditambah lagi dengan adanya kegiatan seperti pojokan dan arisan yang ada di pabrik menambah rasa kekeluargaan tersebut Sairin (2002:74), aktivitas redistribusi dapat meningkatkan kesetiakawanan sosial dan meningkatkan kesejahteraan umum. Kegiatan pojokan dapat meningkatkan rasa kesetiakawanan antarburuh. Semua pihak saling tolong menolong dalam wujud dan bentuk yang berbeda-beda. Buruh saling tolong menolong dalam wujud dana talangan untuk membayar pojokan ketika ada salah satu teman yang tidak masuk kerja. Kecemburuan sosial timbul dari adanya kegiatan pojokan yang dilakukan oleh buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele. Buruh yang tidak mengikuti kegiatan pojokan. Buruh menganggap ketika banyak yang mengikuti pojokan dengan nominal sedikit yaitu Rp 5000,00 tidak menjadikan masalah, namun ketika ada yang ikut lebih itu menyebabkan kecemburuan sosial. Alasan tersebut muncul karena buruh mengatakan bahwa upah yang didapatkan sama, namun ketika membayar ada yang ikut pojokan dengan nominal yang besar. Terkadang ada teman yang merasa iri ketika ada salah satu buruh yang mengambil uang pojokan. Rasa iri tersebut muncul karena rasa ingin tahu alasan temannya mengambil uang pojokan dan digunakan untuk apa uang tersebut. Menurut Sairin (2002:74), kesenjangan sosial dan kecemburuan sosial termasuk dalam fungsi sosial dari aktivitas redistribusi. Fungsi ini memperlihatkan redistribusi menguntungkan pihak yang mampu, sehingga golongan yang tidak mampu merasa tersisihkan. Kegiatan pojokan menyebabkan kecemburuan sosial antara buruh
yang ikut pojokan dengan yang tidak ikut pojokan. Buruh yang tidak mengikuti pojokan merasa tidak mampu membayar karena takut beban hidup semakin bertambah. Kecemburuan sosial juga timbul ketika ada buruh yang mengambil uang pojokan anggota yang lain merasa ingin tahu alasan temannya mengambil uang pojokan. Fungsi Politik Pojokan juga mempunyai beberapa fungsi politik seperti yang ada dalam fungsi redistribusi. Pojokan sebagai mekanisme uang untuk memobilisasi kekuatan guna kepentingan-kepentingan politik. Uang yang sudah terkumpul dititipkan kepada pemilik pabrik. Buruh percaya bahwa uang pojokan tidak akan digunakan oleh pihak pemilik pabrik untuk produksi kecap. Namun, disini ada kepentingan-kepentingan politik dari pihak pemilik pabrik bahwa ada ketentuan dalam pengambilan uang pojokan yakni lima belas hari sekali. Sairin (2002:72), fungsi politik dari redistribusi sebagai mekanisme uang untuk memobilisasi kekuatan guna kepentingan-kepentingan politik dan mengintegrasikan berbagai kelompok dalam masyarakat sebagai satu kesatuan sosial. Melalui aktivitas redistribusi anggota-anggota kelompok menjadi merasa terikat, berbakti kepada kelompok sehingga terwujudlah solidaritas masyarakat dan pemrakarsa redistribusi mendapatkan prestise sosial karena telah mengumpulkan barang dan jasa dari anggota dengan dalih untuk kesejahteraan masyarakat. Pojokan dapat mengintegrasikan berbagai kelompok dalam kesatuan sosial. Pihak pemilik pabrik mempunyai keinginan untuk mengintegrasikan anggota-anggota ke dalam sebuah kelompok sebagai kesatuan sosial, dalam hal ini yang diintegrasikan adalah buruh-buruh di pabrik dengan tujuan dengan mengikuti kegiatan pojokan agar buruh bisa merasa semakin terikat dengan tanggung jawab yang dimiliki. Pojokan juga menyebabkan adanya prestise sosial karena pihak pemilik pabrik dan pemegang uang pojokan secara tidak langsung akan dihormati oleh anggota lain. Prestise sosial diberikan karena pihak pemilik pabrik dan pemegang uang pojokan telah rela menggunakan tenaga serta waktu untuk mengumpulkan uang dan membagikan kembali kepada anggotanya. Pojokan juga membangun rasa solidaritas antarburuh Pabrik Ketjap Ikan Lele. Rasa solidaritas dibuktikan dengan rasa keakraban yang semakin tinggi contohnya ketika ada anggota tidak masuk kerja anggota lain langsung berinisiatif menalangi uang pojokan terlebih dahulu lalu nanti akan dibayar ketika anggota masuk kerja.
122
Catur Wijayanti, dkk / Solidarity 5 (2) (2016)) DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN Kegiatan pojokan merupakan kegiatan yang terbentuk dari inisiatif salah satu buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele. Pojokan membantu mensejahterakan kehidupan ekonomi buruh sehingga kegiatan tersebut masih berlangsung sampai sekarang. Mekanisme pojokan sama seperti mekanisme redistribusi yakni pembayaran dilakukan secara terpusat kepada salah satu pihak yang dilakukan setiap hari aktif kerja. Motivasi buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele dalam mengikuti kegiatan pojokan yakni gak kudu metu, sak wayah-wayah dan percoyo. Buruh memilih mengikuti pojokan karena ingin mencapai sebuah tujuan yakni meningkatkan kestabilan kehidupan ekonomi karena upah yang diterima hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Fungsi pojokan terhadap kehidupan ekonomi buruh harian Pabrik Ketjap Ikan Lele adalah membantu meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Sebelum ada pojokan buruh belum mampu membeli barang-barang sekunder. Setelah mengikuti pojokan buruh mampu membeli barang-barang sekunder seperti motor, almari pakaian, kulkas, mesin cuci dan magic com.
Cook, Scott. 1966. The Obsolete Anti Market Mentality: A Critique Of The Substantive Approach To Economic Anthropology. American Anthropologist. Vol 68, No 2. Hal 323-345. Hudayana, Bambang. 1989. Gotong Royong Di Pedesaan Jawa Ditinjau Dari Konsep Resiprositas Dan Redistribusi Dalam Antropologi Ekonomi. Yogyakarta: Fakultas Sastra UGM. Moleong,L.J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ritzer, George & Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi Klasik dan Moden. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Sahlins, Marshall. 1976. Cultur and Practical Reason. Chicago: University Of Chicago Press. Sairin, Sjafari, et al. 2002. Pengantar Antropologi Ekonomi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Smelser, J. 1990. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Wirasari Wahyuningsih, Tri. 2011. Sistem Bagi Hasil Maro Sebagai Upaya Mewujudkan Solidaritas Masyarakat. Jurnal Komunitas Unnes. Volume 3, No. 2. Hal 197-204. Wasak, Martha. 2012. Keadaan Sosial-Ekonomi Masyarakat Nelayan Dl Desa Kinabuhutan, Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Pacific Journal. Volume 1, No 7. Hal 1339-1342.
123