PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN DAN SOSIAL TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA GURU SMA TERSERTIFIKASI DI KOTA MAKASSAR
Heri Sugeng Waluyo Abstract : This study using proportional random sampling method and data used in this study is primary data in the form of questionnaires and secondary. population numbered 1496 high school teachers who have been certified . While the study sample as many as 205 people . The analysis technique used in this study is the technique of Structural Equation Model (SEM) of the AMOS software version 16.0 . This study presented results indicate that the causal relationship between the variables that influence and Goodness of Fit criteria the Full Model chi square = (747 125) ; Probability = (0.101) ; RMSEA = (0.018) ; CMIN / DF = (1.069), CFI = (0.976), GFI = (0.976), AGFI = (0.860), TLI = (0,972) The results showed that the variables of personal competence , pedagogical competence variable has a positive and significant direct effect on the performance of high school teachers certified in Makassar and social competence variables have a negative and significant direct effect on the performance of certified high school teacher in the city of Makassar. The empirical findings indicate that in order to improve the performance of high school teachers certified in Makassar can be achieved by improving personal competence , pedagogical competence and social competence that high school teachers certified in Makassar who have been certified can improve its performance. Ministry of Education and Culture or the Department of Education needs to pay attention to the factors that affect the performance of certified high school teacher in the city of Makassar , such as personal competence , pedagogical competence and social competence . Because by knowing the influence that relationship can be used as a reference for the design of strategies to improve the performance of high school teachers certified especially in Makassar. Keywords : Personality Competence , Social Competence , Pedagogy Competence , Professional Competence and Performance Certified High School Teacher
PENDAHULUAN Salah satu permasalahan esensial pendidikan yang sampai saat ini masih dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenis, jenjang, jalur, dan satuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan nasional harus memperhatikan komponen pendidikan khususnya sumber daya manusia (SDM) yang mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan keberhasilan sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Oleh karena guru merupakan ujung tombak yang melakukan proses
pembelajaran di sekolah, maka mutu dan jumlah guru perlu ditingkatkan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sekarang dan yang akan datang (Isjoni, 2007: 23). Pendidikan merupakan investasi dalam peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia. Peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia secara berkelanjutan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dengan demikian pendidikan memegang peranan penting dalam upaya peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia. 407
Banyak sekolah yang masih berjuang dengan tanggung jawab dalam membentuk manajemen SDM dan kebijakan pembangunan, termasuk pembinaan pengembangan professional guru mereka. Banyak guru mengalami kesulitan pindah ke peran baru mereka dan tugas yang terkait dengan kompetensi program berbasis pendidikan (Audrey Seezink, Rob F. Poell, 2010). Dalam suatu organisasi pendidikan salah satu pihak yang berperan strategis dalam meningkatkan kemajuan dan kualitas lembaga tersebut adalah kinerja guru atau dosen. Sejalan dengan pernyataan tersebut Khoe Yao Tung dalam Achmad Sanusi (2004: 24) menyatakan bahwa guru dan dosen faktor kunci sukses (key success factor) dari upaya untuk meningkatkan mutu jasa pendidikan. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Abdurrachman dan S Marten Yogaswara dalam Muhardi (2004:34) bahwa nilai keberhasilan pendidikan sangat tergantung dari mutu pengajarnya, guru atau dosen adalah orang yang sangat berperan dalam proses belajar mengajar. Program Sertifikasi Guru, sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Sertifikasi ini diberikan kepada para guru untuk memenuhi standar professional guru. Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilakukan melalui pendidikan profesi di LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah diakhiri dengan uji kompetensi. Pengertian kompetensi guru berdasarkan pasal 10 ayat 1 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa : Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan keprofesionalannya.
Kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi : (a) Kompetensi pedagogik, (b) kompetensi kepribadian, (c) kompetensi professional dan (4) kompetensi sosial. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, dijelaskan bahwa standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru, kinerja guru mempunyai spesifikasi atau kriteria tertentu, kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan system dan praktik pendidikan yang berkualitas. Perspektif sudut pandang manajemen, agar kinerja guru dapat selalu ditingkatkan dan mencapai standar tertentu maka dibutuhkan suatu manajemen kinerja ( performance management ) mengacu pada pemikiran Robert Bacal ( 2001:134 ) dalam bukunya Performance Management berikut akan diuraikan tentang manajemen kinerja guru. Robert Bacal mengemukakan bahwa manajemen kinerja sebagai ” sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan penyelia ” Proses ini meliputi kegiatan membangun harapan yang jelas serta pemahaman 408
mengenai pekerjaan yang akan dilakukan, ini merupakan sebuah system. Artinya ia memiliki sejumlah bagian yang semuanya harus diikut sertakan, kalau system manajemen kinerja ini hendak memberikan nilai tambah bagi organisasi, manajer dan karyawan. ” Selanjutnya Robert Bacal mengemukakan pula bahwa dalam manajemen kinerja diantaranya meliputi, perencanaan kerja, komunikasi kinerja yang berkesinambungan dan evaluasi kinerja. Penilaian kinerja atau Performance Appraisal adalah proses evaluasi seberapa nilai karyawan dalam mengerjakan pekerjaannya, penilaian dilakukan kepada pihak manajemen perusahaan baik para karyawan maupun manajer yang selama ini telah dilakukan pekerjaannya, menurut Robert L Mathis dan John H Jackson ” Penilaian kinerja merupakan proses mengevaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu set standar, dan kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut ” Penilaian yang dilakukan tersebut nantinya akan menjadi bahan masukan yang berarti dalam menilai kinerja yang dilakukan dan selanjutnya dapat dilakukan perbaikan atau yang biasa disebut perbaikan yang berkelanjutan. Ada empat indikator evaluasi yang akan dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yakni kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik , kompetensi sosial dan kompetensi profesional guru. Namun demikian setelah adanya sertifikasi pendidik, kinerja guru masih dirasa kurang meningkat. Kinerja guru dinilai meningkat hanya saat guru-guru belum lolos sertifikasi dan setelah mendapatkan sertifikasi kinerja guru menjadi menurun seperti para guru menjadi enggan untuk mengikuti seminar atau pelatihan untuk peningkatan kualitas diri, padahal
sebelum mendapat sertifikasi para guru menjadi lebih sering mengikuti pelatihan untuk peningkatan kualitas diri. Fenomena
empiris
Laporan
kementerian pendidikan dan Kebudayaan tentang hasil uji kompetensi guru yang dilaksanakan secara nasional menunjukkan Uji Kompetensi Guru ( UKG ) masih di bawah standar yang diharapkan. Berdasarkan data yang telah masuk ratarata nilai UKG adalah 44,55. Untuk nilai tertinggi mencapai 91,12 dan terendah 0. Peta ini kalau kita lihat dengan UKA (Uji Kompetensi Awal) tidak jauh beda, yakni 42,25. Fenomena di Fenomena kecurangan dalam pelaksanaan Sertifikasi Guru Dalam-Jabatan lewat portofolio kian menguak apa yang sesungguhnya telah jadi rahasia umum. Terungkapnya kasus plagiasi 1.700 guru di Riau menunjukkan sebagian kecil dari kecurangan dalam memenuhi portofolio sertifikasi guru. Kenyataan ini menunjukkan proses sertifikasi saja tidaklah cukup sebagai upaya meningkatkan kompetensi guru. Bahkan meski mereka telah menerima tunjangan profesi, bukan berarti mereka telah memiliki kompetensi yang dipersyaratkan oleh Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Berdasarkan berbagai pendapat dan kajian teori di atas maka sangatlah tepat jika dalam penelitian ini indikator kinerja guru yang akan dipergunakan adalah sesuai dengan teacher performance assessment instrument yang dikembangkan oleh Georgia Departement of Education yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat Penilaian Kinerja Guru (APKG) yang meliputi :Perencanaan Pembelajaran (teaching plans and material) atau disebut dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
409
(classroom procedure) dan Penilaian Pembelajaran (Evaluation) Tugas Pokok Pengawas Sekolah, pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen untuk mencapai tujuan pendidikan. Salah satu komponen yang menunjang berlangsungnya proses pendidikan disekolah adalah pengawas sekolah. Pengawasan sekolah penting karena merupakan mata rantai terakhir dan kunci dari proses manajemen pendidikan. Kunci penting dari proses manajemen sekolah yaitu nilai fungsi pengawasan sekolah terletak terutama pada hubungannya terhadap perencanaan dan kegiatan-kegiatan yang didelegasikan (Robbins,1997). Sedangkan tugas pokok pengawas sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Apartur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 21 tahun 2010 pasal 5 adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan professional Guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus. Rumusan Masalah Untuk keperluan tersebut masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah kompetensi kepribadian berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik ? 2. Apakah kompetensi kepribadian berpengaruh terhadap kinerja guru SMA tersertifikasi ? 3. Apakah kompetensi kepribadian berpengaruh terhadap kompetensi professional ?
4.
Apakah kompetensi sosial berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik ? 5. Apakah kompetensi sosial berpengaruh terhadap kinerja guru SMA tersertifikasi ? 6. Apakah kompetensi sosial berpengaruh terhadap kompetensi professional ? 7. Apakah kompetensi pedagogik berpengaruh terhadap terhadap kompetensi professional ? 8. Apakah kompetensi pedagogik berpengaruh terhadap kinerja guru SMA tersertifikasi ? 9. Apakah kompetensi professional berpengaruh terhadap kinerja guru SMA tersertifikasi ? 10. Apakah kompetensi kepribadian berpengaruh terhadap kinerja guru SMA tersertifikasi, melalui kompetensi profesional ? Tujuan Penelitian Berdasarkan konsep dan teori di atas maka penelitian ini bertujuan antara lain untuk menganalisis pengaruh varibel independen terhadap variable dependen baik langsung maupun tidak langsung, seperti diuraikan di bawah ini: 1. Pengaruh kompetensi kepribadian terhadap kompetensi pedagogik ? 2. Pengaruh kompetensi kepribadian terhadap kinerja guru SMA tersertifikasi ? 3. Pengaruh kompetensi kepribadian terhadap kompetensi professional ? 4. Pengaruh kompetensi sosial terhadap kompetensi pedagogik ? 5. Pengaruh kompetensi sosial terhadap kinerja guru SMA tersertifikasi ? 6. Pengaruh kompetensi sosial terhadap kompetensi professional ? METODE Penelitian ini menggunakan data Interval, data interval adalah data hasil pengukuran yang dapat diurutkan atas dasar kriteria tertentu serta menunjukan 410
semua sifat yang dimiliki oleh data ordinal. Kelebihan sifat data interval dibandingkan dengan data ordinal adalah memiliki sifat kesamaan jarak (equality interval) atau memiliki rentang yang sama antara data yang telah diurutkan. Karena kesamaan jarak tersebut, terhadap data interval dapat dilakukan operasi matematika penjumlahan dan pengurangan ( +, – ). Namun demikian masih terdapat satu sifat yang belum dimiliki yaitu tidak adanya angka Nol mutlak pada data interval. Dalam banyak kegiatan penelitian, data skor yang diperoleh melalui kuesioner ( misalnya skala sikap atau intensitas perilaku ) sering dinyatakan sebagai data interval setelah alternatif jawabannya diberi skor yang ekuivalen ( setara ) dengan skala interval, misalnya: Skor (5) untuk jawaban “Sangat Baik/ Sangat Tinggi” Skor (4) untuk jawaban “Baik/ Tinggi ” Skor (3) untuk jawaban “Biasa/ Cukup” Skor (2) untuk jawaban “Tidak Baik/ Rendah” Skor (1) untuk jawaban “Sangat Tidak Baik/ Sangat Rendah” Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur atau Path Analysis. Analisis jalur adalah suatu teknik pengembangan dari regresi linier ganda.Teknik ini digunakan untuk menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar variabel X1 X2 dan Y1 terhadap Y2 serta dampaknya terhadap Y3. ”Analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang tejadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung”. (Robert D. Retherford 1993). Sedangkan definisi lain mengatakan: “Analisis jalur merupakan pengembangan langsung bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk
memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude) dan signifikansi (significance) hubungan sebab akibat hipotetikal dalam seperangkat variabel.” (Paul Webley 1997). Perhitungan menggunakan analisis jalur dengan model dekomposisi pengaruh kausal antar variabel dapat dibedakan menjadi tiga : 1. Direct Causal Effects (Pengaruh Kausal Langsung atau PKL) adalah pengaruh satu variabel eksogen terhadap variabel endogen yang terjadi tanpa melalui variabel endogen lain. 2. Indirect Causal Effects (Pengaruh Kausal Tidak Langsung atau PKTL) adalah pengaruh satu variabel eksogen terhadap variabel endogen yang terjadi melalui variabel endogen lain yang terdapat dalam satu model kausalitas yang sedang dianalisis. 3. Total Causal Effects (Pengaruh Kausal Total atau PKT) adalah jumlah dari pengaruh kausal langsung (PKL) dan Pengaruh Kausal Tidak Langsung (PKTL) atau PKT = PKL + PKTL Bagaimana dekomposisi pengaruh kausalitas antar variabel itu diwujudkan, berikut dijelaskan diagram dekomposisi pengaruh kausalitas antar variabel :Variabel yang diteliti meliputi : X1 = Kompetensi Kepribadian X2 = Kompetensi Sosial Y1 = Kompetensi Pedagogik Y2 = Kompetensi Profesional Y3 = Kinerja Guru Langkah selanjutnya adalah membuat diagram hubungan kausal empiris antar variabel penelitian, langkah ini adalah membuat tabel rangkuman dekomposisi dari koefisien jalur antara pengaruh langsung dan tidak langsung dan pengaruh total
411
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial terhadap kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional serta dampaknya pada kinerja guru SMA tersertifikasi di kota Makassar. Kompetensi profesi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan analisis yang diperoleh melalui hasil pengujian model struktural yang telah dihipotesisikan, sehingga memberikan informasi secara objektif sebagai berikut ini : Terdapat Pengaruh antara Kompetensi Kepribadian terhadap Kompetensi Pedagogik. Parameter estimasi antara kompetensi kepribadian dengan kompetensi pedagogik disimpulkan bahwa hipotesis tersebutditolak, berarti kompetensi kepribadian tidak berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik, artinya dengan pendekatan kompetensi kepribadian yang tinggi tidak serta merta akan semakin tinggi pula berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik. Peran terbesar dalam membangun kompetensi kepribadian adalah indikator X1.4 Satunya kata dan tindakan dan X1.6 Adil dalam memperlakukan siswa. Variabel kompetensi kepribadian dibentuk dari indikator-indikator : Kewibawaan sebagai guru, kearifan dalam mengambil keputusan, menjadi contoh dalam bersikap dan berperilaku,
satunya kata dan tindakan, kemampuan mengendalikan diri dalam berbagai situasi dan kondisi dan adil dalam memperlakukan siswa. Berdasarkan analisis deskriptif terhadap variabel kompetensi kepribadian menunjukkan bahwa beberapa indikator menunjukkan penilaian sangat tidak baik diantaranya adalah indikator X1.3 menjadi contoh dalam bersikap dan berperilaku, X1.1 Kewibawaan sebagai guru dan X1.2 Kearifan dalam mengambil keputusan. Sedangkan variable kompetensi pedagogik dibentuk dari indikator : Kesiapan memberikan pelajaran, keteraturan dan ketertiban penyelenggaraan pembelajaran, kemampuan menghidupkan suasana kelas, kejelasan penyampaian materi dan jawaban terhadap pertanyaan siswa, pemanfaatan media teknologi pembelajaran, keanekaragaman cara mengevaluasi hasil belajar, kesesuaian materi ujian atas tugas dengan tujuan pembelajaran dan kesesuaian nilai yang diberikan dengan hasil belajar. Berdasarkan analisis deskriptif terhadap variabel kompetensi pedagogik menunjukkan bahwa beberapa indikator menunjukkan penilaian sangat tidak baik diantaranya adalah indikator Y1.9 kesesuaian nilai yang diberikan dengan hasil belajar, Y1.2 Keteraturan dan ketertiban penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dan Y1.4 Kejelasan penyampaian materi dan jawaban terhadap pertanyaan di kelas. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kompetensi kepribadian guru SMA di Makassar yang sudah disertifikasi kurang mampu menguasai teori-teori belajar untuk mengoptimalkan potensi peserta didik.Penokan terhadap hipotesis ini disebabkan tidak sedikit guru dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar tidak mempersiapkan administrasi pembelajaran dengan baik, 412
administrasi pembelajaran hanya dibuat dengan cara copy paste dari perangkat pembelajaran yang telah ada. Terdapat pengaruh antara Kompetensi Kepribadian terhadap Kinerja Guru. Parameter estimasi antara kompetensi kepribadian dengan kinerja guru disimpulkan bahwa hipotesis tersebut diterima, berarti kompetensi kepribadian sangat berpengaruh terhadap kinerja guru, artinya dengan pendekatan kompetensi kepribadian yang tinggi, maka akan semakin besar berpengaruh terhadap kinerja guru tersertifikasi. Variabel kompetensi kepribadian dibentuk dari indikator-indikator : Kewibawaan sebagai guru, kearifan dalam mengambil keputusan, menjadi contoh dalam bersikap dan berperilaku, satunya kata dan tindakan, kemampuan mengendalikan diri dalam berbagai situasi dan kondisi dan adil dalam memperlakukan siswa. Sedangkan variable kinerja guru dibentuk dari indikator-indikator : Guru memformulasikan tujuan pembelajaran dalam RPP sesuai dengan kurikulum/ silabus dan memperhatikan karakteristik peserta didik, guru menyusun bahan ajar secara runut, logis, kontekstual dan mutakhir, guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang efektif, guru memilih sumber belajar/ media pembelajaran sesuai dengan materi dan strategi pembelajaran, guru memulai pembelajaran dengan efektif, guru menguasai materi pelajaran, guru menerapkan pendekatan strategi pembelajaran yang efektif, guru memanfaatkan sumber belajar/ media dalam pembelajaran, guru memicu dan atau memelihara ketertiban siswa dalam pembelajaran, guru menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran, guru mengakhiri pembelajaran dengan efektif, guru
merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan belajar peserta didik, guru menggunakan berbagai strategi dan metode penilaian untuk memantau kemajuan dan hasil belajar peserta didik dalam mencapai kompetensi tertentu sebagaimana yang tertulis dalam RPP dan guru memanfaatkan berbagai hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi peesrta didik tentang kemajuan belajarnya dan bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya. Koefisien menunjukkan positif (+) atau searah antara kompetensi kepribadian terhadap kinerja guru, artinya jika terjadi peningkatan kompetensi kepribadian maka kinerja guru tersertifikasi akan meningkat pula. Terdapat pengaruh antara Kompetensi kepribadian terhadap Kompetensi Professional. Parameter estimasi antara kompetensi kepribadian dengan kompetensi professional disimpulkan bahwa hipotesis tersebut diterima, berarti kompetensi kepribadian sangat berpengaruh terhadap kompetensi profesional, artinya dengan pendekatan kompetensi kepribadian yang tinggi, maka akan semakin besar berpengaruh terhadap kompetensi profesional guru tersertifikasi. Variabel kompetensi kepribadian dibentuk dari indikator-indikator : Kewibawaan sebagai guru, kearifan dalam mengambil keputusan, menjadi contoh dalam bersikap dan berperilaku, satunya kata dan tindakan, kemampuan mengendalikan diri dalam berbagai situasi dan kondisi dan adil dalam memperlakukan siswa. Sedangkan variabel kompetensi professional dibentuk dari indikatorindikator : Kemampuan menjelaskan kompetensi dasar/ standar kompetensi secara tepat, kemampuan memberi contoh relevan dari konsep yang 413
diajarkan, kemampuan menjelaskan keterkaitan kompetensi dasar yang diajarkan dengan kompetensi dasar lain, kemampuan menjelaskan keterkaitan kompetensi dasar yang diajarkan dengan konteks kehidupan, penguasaan akan isu-isu mutakhir dalam mata pelajaran yang diajarkan, penggunaan hasil-hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, pelibatan siswa dalam penelitian kajian atau pengembangan rekayasa disain yang diperlukan guru dan kemampuan menggunakan beragam teknologi komunikasi. Bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru yang sudah disertifikasi berpengaruh terhadap kompetensi professional guru itu sendiri. Terdapat pengaruh antara Kompetensi Sosial terhadap Kompetensi Pedagogik. Parameter estimasi antara kompetensi sosial dengan kompetensi pedagogik disimpulkan bahwa hipotesis tersebut diterima, berarti kompetensi sosial sangat berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik, artinya dengan pendekatan kompetensi sosial yang tinggi, maka akan semakin besar berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik guru tersertifikasi. Variabel kompetensi sosial dibentuk dari indikator-indikator : Kemampuan menyampaikan pendapat, kemampuan menerima kritik saran dan pendapat orang lain, mengenal dengan baik siswa yang mengikuti pelajarannya dan toleransi terhadap keberagaman siswa. Sedangkan variable kompetensi pedagogik dibentuk dari indikator : Kesiapan memberikan pelajaran, keteraturan dan ketertiban penyelenggaraan pembelajaran, kemampuan menghidupkan suasana kelas, kejelasan penyampaian materi dan jawaban terhadap pertanyaan siswa,
pemanfaatan media teknologi pembelajaran, keanekaragaman cara mengevaluasi hasil belajar, kesesuaian materi ujian atas tugas dengan tujuan pembelajaran dan kesesuaian nilai yang diberikan dengan hasil belajar. Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua / wali peserta didik, dan, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial ini menjadi syarat seorang guru selain beberapa kompetensi lainnya. Karena mau atau tidak pendidikan harus bersosialisasi dengan masyarajat yang menjadi konsumen pendidikan. Guru yang sudah disertifikasi yang tidak memiliki kopetensi sosial yang baik, cenderung ditinggalkan, sehingga kompetensi sosial sangatlah berperan penting dalam mensuskseskan program pendidikan di Indonesia. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dalam rangka melaksanakan proses pembelajaran yang efektif, jika guru mampu merancang kegiatan pembelajaran yang efektif diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Terdapat pengaruh antara Kompetensi Sosial terhadap Kinerja Guru. Parameter estimasi antara kompetensi sosial dengan kinerja guru disimpulkan bahwa hipotesis tersebut diterima, berarti kompetensi sosial sangat berpengaruh terhadap kinerja guru, artinya dengan pendekatan kompetensi sosial yang tinggi, maka akan semakin besar berpengaruh terhadap kinerja guru tersertifikasi. Koefisien menunjukkan negative (-) atau tidak searah antara kompetensi sosial terhadap kinerja guru, artinya jika 414
terjadi peningkatan kompetensi sosial maka kinerja guru tersertifikasi akan menurun, dan sebaliknya jika apabila kompetensi sosial menurun maka kinerja guru tersertifikasi akan meningkat. Variabel kompetensi sosial dibentuk dari indikator-indikator : Kemampuan menyampaikan pendapat, kemampuan menerima kritik saran dan pendapat orang lain, mengenal dengan baik siswa yang mengikuti pelajarannya dan toleransi terhadap keberagaman siswa. Sedangkan variable kinerja guru dibentuk dari indikator-indikator : Guru memformulasikan tujuan pembelajaran dalam RPP sesuai dengan kurikulum/ silabus dan memperhatikan karakteristik peserta didik, guru menyusun bahan ajar secara runut, logis, kontekstual dan mutakhir, guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang efektif, guru memilih sumber belajar/ media pembelajaran sesuai dengan materi dan strategi pembelajaran, guru memulai pembelajaran dengan efektif, guru menguasai materi pelajaran, guru menerapkan pendekatan strategi pembelajaran yang efektif, guru memanfaatkan sumber belajar/ media dalam pembelajaran, guru memicu dan atau memelihara ketertiban siswa dalam pembelajaran, guru menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran, guru mengakhiri pembelajaran dengan efektif, guru merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan belajar peserta didik, guru menggunakan berbagai strategi dan metode penilaian untuk memantau kemajuan dan hasil belajar peserta didik dalam mencapai kompetensi tertentu sebagaimana yang tertulis dalam RPP dan guru memanfaatkan berbagai hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi peesrta didik tentang kemajuan belajarnya dan bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya.
Terdapat pengaruh antara Kompetensi Sosial terhadap Kompetensi Profesional. Parameter estimasi antara kompetensi sosial dengan kompetensi profesional disimpulkan bahwa hipotesis tersebut ditolak, berarti kompetensi sosial tidak berpengaruh terhadap kompetensi profesional, artinya dengan pendekatan kompetensi sosial yang tinggi tidak semata-mata akan semakin tinggi pula berpengaruh terhadap kompetensi professional guru tersertifikasi. Peran terbesar dalam membangun kompetensi sosial adalah indikator X2.1 Kemampuan menyampaikan pendapat dan X2.3 Menjadi contoh dalam bersikap dan berperilaku. Variabel kompetensi sosial dibentuk dari indikator-indikator : Kemampuan menyampaikan pendapat, kemampuan menerima kritik saran dan pendapat orang lain, mengenal dengan baik siswa yang mengikuti pelajarannya dan toleransi terhadap keberagaman siswa. Berdasarkan analisis deskriptif terhadap variabel kompetensi sosial menunjukkan bahwa beberapa indikator menunjukkan penilaian sangat tidak baik diantaranya adalah indikator X2.2 Kemampuan menerima kritik,saran dan pendapat orang lain, dan X2.4Toleransi terhadap keberagaman siswa. Sedangkan variabel kompetensi professional dibentuk dari indikatorindikator : Kemampuan menjelaskan kompetensi dasar/ standar kompetensi secara tepat, kemampuan memberi contoh relevan dari konsep yang diajarkan, kemampuan menjelaskan keterkaitan kompetensi dasar yang diajarkan dengan kompetensi dasar lain, kemampuan menjelaskan keterkaitan kompetensi dasar yang diajarkan dengan konteks kehidupan, penguasaan akan 415
isu-isu mutakhir dalam mata pelajaran yang diajarkan, penggunaan hasil-hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, pelibatan siswa dalam penelitian kajian atau pengembangan rekayasa disain yang diperlukan guru dan kemampuan menggunakan beragam teknologi komunikasi. Berdasarkan analisis deskriptif terhadap variabel kompetensi professional menunjukkan bahwa beberapa indikator menunjukkan penilaian sangat tidak baik diantaranya adalah indikator Y2.7 Pelibatan siswa dalam penelitian/ kajian dan atau pengembangan/ rekayasa/ desaian yang dilakukan guru, Y2.2 Kemampuan menggunakan beragam teknologi komunikasi dan Y2.5 Penguasaan akan isu-isu mutakhir dalam bidang yang diajarkan. Terdapat pengaruh antara Kompetensi Pedagogik terhadap Kompetensi Profesional. Parameter estimasi antara kompetensi pedagogik dengan kompetensi profesional disimpulkan bahwa hipotesis tersebut diterima, berarti kompetensi pedagogik sangat berpengaruh terhadap kompetensi profesional, artinya dengan pendekatan kompetensi pedagogik yang tinggi, maka akan semakin besar berpengaruh terhadap kompetensi profesional guru tersertifikasi. Variable kompetensi pedagogik dibentuk dari indikator-indikator : Kesiapan memberikan pelajaran, keteraturan dan ketertiban penyelenggaraan pembelajaran, kemampuan menghidupkan suasana kelas, kejelasan penyampaian materi dan jawaban terhadap pertanyaan siswa, pemanfaatan media teknologi pembelajaran, keanekaragaman cara mengevaluasi hasil belajar, kesesuaian materi ujian atas tugas dengan tujuan
pembelajaran dan kesesuaian nilai yang diberikan dengan hasil belajar. Sedangkan variabel kompetensi professional dibentuk dari indikatorindikator : Kemampuan menjelaskan kompetensi dasar/ standar kompetensi secara tepat, kemampuan memberi contoh relevan dari konsep yang diajarkan, kemampuan menjelaskan keterkaitan kompetensi dasar yang diajarkan dengan kompetensi dasar lain, kemampuan menjelaskan keterkaitan kompetensi dasar yang diajarkan dengan konteks kehidupan, penguasaan akan isu-isu mutakhir dalam mata pelajaran yang diajarkan, penggunaan hasil-hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, pelibatan siswa dalam penelitian kajian atau pengembangan rekayasa disain yang diperlukan guru dan kemampuan menggunakan beragam teknologi komunikasi. Terdapat pengaruh Kompetensi Pedagogik terhadap Kinerja Guru. Parameter estimasi antara kompetensi pedagogik dengan kinerja guru disimpulkan bahwa hipotesis tersebut diterima, berarti kompetensi pedagogik sangat berpengaruh terhadap kinerja guru, artinya dengan pendekatan kompetensi pedagogik yang tinggi, maka akan semakin besar berpengaruh terhadap kinerja guru tersertifikasi. Variable kompetensi pedagogik dibentuk dari indikator-indikator : Kesiapan memberikan pelajaran, keteraturan dan ketertiban penyelenggaraan pembelajaran, kemampuan menghidupkan suasana kelas, kejelasan penyampaian materi dan jawaban terhadap pertanyaan siswa, pemanfaatan media teknologi pembelajaran, keanekaragaman cara mengevaluasi hasil belajar, kesesuaian materi ujian atas tugas dengan tujuan pembelajaran dan kesesuaian nilai yang diberikan dengan hasil belajar.
416
Sedangkan variable kinerja guru dibentuk dari indikator-indikator : Guru memformulasikan tujuan pembelajaran dalam RPP sesuai dengan kurikulum/ silabus dan memperhatikan karakteristik peserta didik, guru menyusun bahan ajar secara runut, logis, kontekstual dan mutakhir, guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang efektif, guru memilih sumber belajar/ media pembelajaran sesuai dengan materi dan strategi pembelajaran, guru memulai pembelajaran dengan efektif, guru menguasai materi pelajaran, guru menerapkan pendekatan strategi pembelajaran yang efektif, guru memanfaatkan sumber belajar/ media dalam pembelajaran, guru memicu dan atau memelihara ketertiban siswa dalam pembelajaran, guru menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran, guru mengakhiri pembelajaran dengan efektif, guru merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan belajar peserta didik, guru menggunakan berbagai strategi dan metode penilaian untuk memantau kemajuan dan hasil belajar peserta didik dalam mencapai kompetensi tertentu sebagaimana yang tertulis dalam RPP dan guru memanfaatkan berbagai hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi peesrta didik tentang kemajuan belajarnya dan bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya. Terdapat pengaruh antara Kompetensi Profesional terhadap Kinerja Guru. Parameter estimasi antara kompetensi profesional dengan kinerja guru disimpulkan bahwa hipotesis tersebut ditolak, berarti kompetensi profesional tidak berpengaruh terhadap kinerja guru, artinya dengan pendekatan kompetensi profesional yang tinggi tidak semata-mata akan semakin tinggi pula
berpengaruh terhadap kinerja guru tersertifikasi. Peran terbesar dalam membangun kompetensi profesional adalah indikator Y2.2 Kemampuan memberi contoh relevan dari konsep yang diajarkan dan Y2.1 Kemampuan menjelaskan pokok bahasan/ topic secara tepat. Variabel kompetensi professional dibentuk dari indikator-indikator : Kemampuan menjelaskan kompetensi dasar/ standar kompetensi secara tepat, kemampuan memberi contoh relevan dari konsep yang diajarkan, kemampuan menjelaskan keterkaitan kompetensi dasar yang diajarkan dengan kompetensi dasar lain, kemampuan menjelaskan keterkaitan kompetensi dasar yang diajarkan dengan konteks kehidupan, penguasaan akan isu-isu mutakhir dalam mata pelajaran yang diajarkan, penggunaan hasil-hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, pelibatan siswa dalam penelitian kajian atau pengembangan rekayasa disain yang diperlukan guru dan kemampuan menggunakan beragam teknologi komunikasi. Berdasarkan analisis deskriptif terhadap variabel kompetensi professional menunjukkan bahwa beberapa indikator menunjukkan penilaian sangat tidak baik diantaranya adalah indikator Y2.7 Pelibatan siswa dalam penelitian/ kajian dan atau pengembangan/ rekayasa/ desaian yang dilakukan guru, Y2.2 Kemampuan menggunakan beragam teknologi komunikasi dan Y2.5 Penguasaan akan isu-isu mutakhir dalam bidang yang diajarkan. Sedangkan variable kinerja guru dibentuk dari indikator-indikator : Guru memformulasikan tujuan pembelajaran dalam RPP sesuai dengan kurikulum/ silabus dan memperhatikan karakteristik peserta didik, guru menyusun bahan ajar secara runut, logis, kontekstual dan 417
mutakhir, guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang efektif, guru memilih sumber belajar/ media pembelajaran sesuai dengan materi dan strategi pembelajaran, guru memulai pembelajaran dengan efektif, guru menguasai materi pelajaran, guru menerapkan pendekatan strategi pembelajaran yang efektif, guru memanfaatkan sumber belajar/ media dalam pembelajaran, guru memicu dan atau memelihara ketertiban siswa dalam pembelajaran, guru menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran, guru mengakhiri pembelajaran dengan efektif, guru merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan belajar peserta didik, guru menggunakan berbagai strategi dan metode penilaian untuk memantau kemajuan dan hasil belajar peserta didik dalam mencapai kompetensi tertentu sebagaimana yang tertulis dalam RPP dan guru memanfaatkan berbagai hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi peesrta didik tentang kemajuan belajarnya dan bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan analisis deskriptif terhadap variabel kinerja guru tersertifikasi menunjukkan bahwa beberapa indikator menunjukkan penilaian sangat tidak baik diantaranya adalah indikator Y3.7 Guru menerapkan pendekatan/ strategi pembelajaran yang efektif, Y3.11 Guru mengakhiri pembelajaran dengan efektif, Y3.9 Guru memicu dan atau memelihara ketertiban siswa dalam pembelajaran, Y3.10 Guru menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran dan Y3.14 Guru memanfaatkan berbagai hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik tentang kemajuan belajarnya dan bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya.
Peran terbesar dalam membangun kompetensi kepribadian adalah indikator X1.4 Satunya kata dan tindakan dan X1.6 Adil dalam memperlakukan siswa. Berdasarkan analisis deskriptif terhadap variabel kompetensi kepribadian menunjukkan bahwa beberapa indikator menunjukkan penilaian sangat tidak baik diantaranya adalah indikator X1.3 menjadi contoh dalam bersikap dan berperilaku, X1.1 Kewibawaan sebagai guru dan X1.2 Kearifan dalam mengambil keputusan. Berdasarkan analisis deskriptif terhadap variabel kompetensi professional menunjukkan bahwa beberapa indikator menunjukkan penilaian sangat tidak baik diantaranya adalah indikator Y2.7 Pelibatan siswa dalam penelitian/ kajian dan atau pengembangan/ rekayasa/ desaian yang dilakukan guru, Y2.2 Kemampuan menggunakan beragam teknologi komunikasi dan Y2.5 Penguasaan akan isu-isu mutakhir dalam bidang yang diajarkan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan hubungan kausal empriris antar variabel penelitian memperlihatkan bahwa : 1. Pengaruh langsung variabel kompetensi kepribadian terhadap variabel kompetensi pedagogik = 0.213 2. Pengaruh langsung variabel kompetensi kepribadian terhadap variabel kinerja guru SMA tersertifikasi= 0.658 3. Pengaruh langsung variabel kompetensi kepribadian terhadap variabel kompetensi profesional = 0.332 4. Pengaruh langsung variabel kompetensi sosial terhadap variabel kompetensi pedagogik = 0.287 5. Pengaruh langsung variabel kompetensi sosial terhadap variabel
418
kinerja guru SMA tersertifikasi = 0.674 6. Pengaruh langsung variabel kompetensi sosial terhadap variabel kompetensi profesional = 0.006 7. Pengaruh langsung variabel kompetensi pedagogik terhadap kompetensi profesional = 0.175 8. Pengaruh langsung variabel kompetensi pedagogik terhadap variabel kinerja guru SMA tersertifikasi = 0.313 9. Pengaruh langsung kompetensi profesional terhadap kinerja guru SMA tersertifikasi= -0.153 10. Pengaruh tdak langsung variabel kompetensi kepribadian terhadap kinerja guru SMA tersertifikasi melalui variabel kompetensi profesional = 0.607 Berdasrkan analisis hubungan kausal empriris antar variabel penelitian di atas maka : a. Variabel kompetensi kepribadian yang terbesar pertama yangberpengaruh langsung positif terhadap kinerja guru SMA tersertifikasi (0.658) b. Variabel kompetensi pedagogik yang terbesar kedua yang berpengaruh langsung positif terhadap kinerja guru SMA tersertifikasi (0.313) c. Variabel kompetensi sosial yang terbesar ketiga yang berpengaruh langsung negatif terhadap kinerja guru SMA tersertifikasi (-0.153) PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian tentang pengaruh kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial terhadap kompetensi pedagogik dan profesional serta dampaknya pada kinerja guru tersertifikasi, hasil pengujian secara statistik dan pembahasan yang telah dipaparkan,
diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain sebagai berikut : Berdasarkan analisis Structural Equation Modelling yang telah modifikasi dan model dinyatakan baik sesuai kriteria Goodness of fit Indices. Hasil modifikasi menunjukkan model fit yang ditunjukkan dengan nilai probabilitasnya sebesar 0.101, hasilnya dapat diterima, Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis yang diajukan, kesimpulannya adalah: Pengujian hipotesis 1 tidak terbukti (hipotesis ditolak) karena hasilnya menunjukkan bahwa Kompetensi Kepribadian tidak berpengaruh, langsung, positif dan tidak signifikan antara kompetensi kepribadian terhadap kompetensi pedagogik, artinya setiap unit peningkatan kompetensi kepribadian tidak banyak berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru tersertifikasi. Sekalipun positif artinya setiap unit peningkatan kompetensi kepribadian tidak banyak berpengaruh terhadap peningkatan kompetensi pedagogik, oleh karena itu dapat pula dinyatakan bahwa ada faktor-faktor lain yang lebih dominan dan berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik di luar variabel kompetensi kepribadian. Pengujian hipotesis 2 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh langsung, positif dan signifikan antara Kompetensi Kepribadian dengan Kinerja Guru SMA Tersertifikasi, nilai positif menunjukkan pengaruh kompetensi kepribadian terhadap kinerja guru SMA tersertifikasi searah, artinya jika kompetensi kepribadian sudah memenuhi kriteria yang telah dipersyaratkan maka akan meningkatkan kinerja guru tersertifikasi, semakin tinggi kualitas kompetensi kepribadian guru maka semakin tinggi pula kinerja guru tersertifikasi. Pengujian hipotesis 3 menunjukkan terdapat pengaruh 419
langsung, positif dan signifikan antara Kompetensi Kepribadian dengan Kompetensi Profesional, artinya kedua variabel ini saling terkait dan searah artinya setiap unit peningkatan kompetensi kepribadian akan meningkatkan kinerja guru tersertifikasi, semaikin baik kompetensi kepribadian guru akan semakin baik pula kinerja guru tersertifikasi. Pengujian hipotesis 4 menunjukkan terdapat pengaruh langsung, positif dan signifikan antara Kompetensi Sosial dengan Kompetensi Pedagogik, artinya setiap unit peningkatan kompetensi sosial akan mempengaruhi peningkatan secara signifikan terhadap kompetensi profesional, jadi semakin tinggi kompetensi sosial dan tidak adanya hambatan maka akan semakin meningkatkan kompetensi pedagogik. Pengujian hipotesis 5 menunjukkan terdapat pengaruh langsung, negatif dan signifikan antara Kompetensi Sosial dengan Kinerja Guru SMA Tersertifikasi, pengaruh negatif () artinya berbanding terbalik artinya setiap penurunan kompetensi sosial akan menyebabkan peningkatan kinerja guru tersertifikasi, begitu pula sebaliknya, selain hal tersebut pengaruh yang negatif terhadap kinerja guru tersertifikasi tidak sepenuhnya ditentukan oleh kompetensi sosial saja. Pengujian hipotesis 6 tidak terbukti (hipotesis ditolak) karena hasilnya menunjukkan bahwa tidak berpengaruh, positif dan tidak signifikan antara Kompetensi sosial terhadap Kompetensi Profesional, positif artinya setiap unit peningkatan kompetensi sosial tidak banyak berpengaruh terhadap peningkatan kompetensi profesional. Pengujian hipotesis 7 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh langsung, positif dan signifikan antara Kompetensi Pedagogik dengan
Kompetensi Profesional, artinya setiap unit peningkatan kompetensi pedagogik akan mempengaruhi peningkatan secara signifikan terhadap kompetensi profesional. Pengujian hipotesis 8 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh langsung, positif dan signifikan antara Kompetensi Pedagogik dengan Kinerja Guru SMA Tersertifikasi, hal ini dapat diartikan jika terjadi peningkatan pada indikator-indikator kompetensi pedagogik akan meningkatkan pula kinerja guru tersertifikasi, karena kompetensi pedagogik memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru tersertifikasi. Pengujian hipotesis 9 tidak terbukti (hipotesis ditolak) karena hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh, negatif dan tidak signifikan antara Kompetensi Profesional dengan Kinerja Guru SMA Tersertifikasi, pengaruh negatif (-) ini menunjukkan apabila variabel kompetensi profesional mengalami kenaikan maka akan menyebabkan penurunan pada kinerja guru tersertifikasi. Pengujian hipotesis 10 tidak terbukti (hipotesis ditolak) karena hasilnya menunjukkan bahwa tidak berpengaruh langsung, positif dan tidak signifikan antara Kompetensi kepribadian terhadap kinerja guru SMA tersertifikasi melalui Kompetensi Profesional, positif artinya setiap unit peningkatan kompetensi sosial tidak banyak berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru SMA tersertifikasi melalui kompetensi profesional. Secara keseluruhan, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi pedagogik berpengaruh langsung terhadap kinerja guru SMA tersertifikasi.
420
Saran Dengan adanya problematika dalam upaya meningkatkan kompetensi guru tersertifikasi maka dibutuhkan tindak lanjut sebagai solusi berkenaan dengan permasalahan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru tersertifikasi berpengaruh terbesar terhadap kinerja guru SMA tersertifikasi, untuk itu disarankan kepada pengambil kebijakan pendidikan di kota Makassar Sulawesi Selatan untuk memperhatikan kompetensi kepribadian tersebut melalui peningkatan taraf pengembangan kepribadian guru. Guru tersertifikasi lebih meningkatkan kualitas kompetensi guru tersertifikasi yang sudah dimilikinya sesuai dengan permendiknas No 16 tahun 2007 terutama pada kompetensi kepribadian dan kompetensi pedagogik. Merekomendasikan agar pemerintah pusat dan daerah untuk melakukan revormasi terhadap uji kompetensi guru dan penilaian kinerja guru (PK Guru) yang lebih menekankan kepada kompetensi pedagogik dan profesional dibandingkan kompetensi kerpibadian dan kompetensi sosial. Perlu adanya penelitianpenelitian lain mengenai kompetensi guru tersertifikasi dengan tujuan untuk kemajuan pendidikan secara umum maupun pendidikan khususnya di kota Makassar. DAFTAR PUSTAKA Abdul,
Majid. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda karya.
Aris Wijayanto, H. Musa Hubeis, M. Joko Affandi dan Aji Hermawan “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Kerja Karyawan” Jurnal Institut Pertanian Bogor.
Achmad Sanusi; 2007; Manajemen Strategik Pendidikan (Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan); ISBN: 978-9793786-13-1; UPI Press; Bandung. AMOSS, 2003 Software (Copyright, James L.Arbuckl ) Marketing Dept SPSS Inc. SmallWaters Corp., Chicago. Audrey
Seezink and Robert F.Poell., Epsitemology: A Contemporary Introduction of the Theory of Knowledge, London: Routledge, 1998.
Becker, Brian E., Huselid, Mark A., & Ulrich, Dave. (2009). The HR Scorecard : Mengaitkan Manusia, Strategi, dan Kinerja. Jakarta: Erlangga. Buchari Alma. 2008. Guru Profesional : Menguasai dan Trampil Mengajar. Alfabeta. Bandung. Chen, Li Yueh, 2004, “Examining The Effect Of Organization Culture And Leadership Behaviors On Organizational Commitment, Job Satisfaction, Adan Job Performance At Small And Middle-Sized Firma Of Taiwan,” Journal of American Academy of Business, Sep 2004, 5, 1/2, 432438. Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Guru SLTA. Jakarta. Davis, Bob. 2003. Physical Education and The study of sport. (Second Edition) Mosby Times Mirror International Publisher Limited, UK. 421
. Depdiknas, 2005. Pembinaan Profesionalisme Tenaga Pengajar ( Pengembangan Profesionalisme Guru ) Jakarta Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Depdiknas. Furchan, Arief, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan (terjemahan : Introduction to Research in Education oleh Donald Ary, dkk) Usaha Nasional Surabaya, Indonesia. Fitria F & Hofman 2005. Unity in Diversity ? The Creation of New Local Government Decentralising Indonesia. Jakarta : BIES Vol 41 No 1, April. Hamzah B Uno. 2008. Teori motivasi dan Pengukurannya : Analisis Bidang Pendidikan. Bumi aksara. Bandung. International Education, 2000. Highlights from the Second Word Conggres of Education International, Washington DC, Juli. Isjoni.
2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Pekan Baru : Alfabeta.
Iskandar. 2005. Kinerja Organisasi Badan Pengawas Propinsi Kalimantan Barat dalam Pelaksanaan Tugas-tugas Pengawasan di Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat, Tesis, Unibraw, Malang. Jamal
Anak Usia Dini (PAUD). Yogyakarta: Diva press. Kemendiknas. 2011. Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru.http://www.bermutuprofesi .org Mantja, W. 2007, Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran. Malang: Elang Mas. Meyer & Allen, Benkhoff, Birgit, 1997, Ignoring Commitment is Costly : New Approaches Establish The Missing Link Between and Performance, Human Relations, Vol.50, No.6. Moeheriono. 2005. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan terhadap motivasi Kerja, karier dan Kompetensi PEgawai Pemerintah. Jurnal Ekuitas:Ekonomi dan Keuangan STIESIA Surabaya, Vol 9 JUni. Mathis.R and H.Jackson, 2003. Human Resources Management. Thomson South-Western Mantja, Willem, Landasan-landasan Pendidikan dan Pembelajaran, Program Doktor Manajemen, UM 2011. Musfah, Jejen. (2011). Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana.
Ma’mur, Asmani (2009). Manajemen Strategi Pendidikan 422
Ngabiyanto, 2011 Hasil penelitian kompetensi kepribadian dan sosial guru pasca sertifikasi. Ngabiyanto, 2011. Kompetensi Kepribadian dan Kompetensi Sosial. Universitas Negeri Semarang. Prabu Mangkunegara, 2007: Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. Bogor:Ghalia Indonesia. Putra, I Wayan, Jaman Adi, Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kinerja Kerelasian Nasabah, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, No2 tahun 2009. PP No.19 tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta:Asa Mandiri Permendiknas Nomor 22 tahun 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:Asa Mandiri. Permendiknas No. 16, 17, dan 18 Tahun 2007. Standar Kualifikasi Guru dan Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Jakarta: CV Mini Abadi.
Santoso, Singgih, Structural Equation Modeling Konsep dan Aplikasi dengan AMOS, Jakarta, PT. elex Media Komputindo, 2007. Suparno. 2010. Pendidikan Inkllusif untuk Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Khusus Vol. 7. No. 2. Universitas Negeri Yogyakarta. UMI Makassar, Pedoman Penulisan Usulan Tesis dan Desertasi, Edisi 2011, Makassar. UU
No 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Citra Umbara:Bandung.
UU No.14 tahun 2005, tentang Guru dan Dosen. Citra Umbara: Bandung. Woolfolk, Anita 2008. Educational Psychology : Active Learning Edition. Helly dkk Alih Bahasa. Psikologi Pendidikan. Pustaka Fajar. Yogyakarta. Wijanto. Setyo Hari. 2008. Structural Equation Modelling dengan Lisrel 8.8 Konsep dan Tutorial. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Rivai, Veithzal. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan : Dari Teori ke Praktek. Jakarta: Raja Grafindo.
Wibowo, Mungin Edy, .Sertifikasi Profesi Pendidik., www. suara merdeka.com 2008.
Robotham, David, (1996). Competences: Measuring The Immeasurable, Management Development Review, Vol 9, No.5
*) Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana Kandidat Program Doktor Universitas Muslim Indonesia Makassar
423