PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS HASIL WAWANCARA MENJADI NARASI MENGGUNAKAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBASIS KARAKTER PADA SISWA KELAS VII MTs NEGERI KENDAL
SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh Nama
: Jihan Noor Fitriana
NIM
: 2101411067
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan
: Bahasa dan Sastra Indonesia
FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015
1
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi.
Semarang,27 Juli 2015 Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. Wagiran, M.Hum. NIP 196703131993031002
Septina Sulistyaningrum, S.Pd., M.Pd. NIP 198109232008122004
ii
iii
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan di Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang pada hari : ................................................. tanggal
:..................................................
Panitia Ujian Skipsi Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. (196008031989011001) Ketua
____________________
Sumartini, S.S, M.A. (197307111998022001) Sekretaris
____________________
Ahmad Syaifudin, S.S, M.Pd. (198405022008121005) Penguji I
____________________
Septina Sulistyaningrum, S.Pd.,M.Pd. (198109232008122004) Penguji II/Pembimbing II
____________________
Drs. Wagiran, M.Hum. (196703131993031002) Penguji III/Pembimbing I
____________________
Mengetahui, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. (196008031989011001)
iii
iv
PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter pada Siswa Kelas VII MTs Negeri Kendal” benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Juli 2015
Jihan Noor Fitriana 2101411067
iv
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto “Belajarlah mengalah sampai tak seorang pun kan mengalahkanmu. Belajarlah merendah sampai tak seorangpun kan merendahkanmu”
“Bermimpilah yang sebesar-besarnya, tapi bersegeralah untuk mengerjakan sekecil-kecilnya kebaikan yang terdekat” (Mario Teguh)
Persembahan Skripsi ini saya persembahkan untuk 1. Abahku, Ibuku, yang selalu menyayangiku, memberi motivasi, memberi nasihat, dan mengiringi langkahku dengan doa. 2. Kakak-kakakku tersayang, yang selalu memberi motivasi. 3. Almamater.
v
vi
SARI Fitriana, Jihan Noor. 2015. Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter pada Kelas VII MTs Negeri Kendal. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Pembibing I: Drs. Wagiran, M.Hum, Pembimbing II: Septina Sulistyaningrum, S.Pd., M.Pd. Kata Kunci : keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, metode student facilitator and explaining, berbasis karakter. Kemampuan siswa dalam pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi di MTs Negeri Kendal masih rendah. Hal ini disebabkan motivasi siswa dalam menulis masih kurang, konsep atau bahan yang dimiliki siswa untuk dikembangkan menjadi tulisan sangat terbatas, kurangnya kemampuan siswa menuangkan gagasan atau pikiran ke dalam bentuk kalimatkalimat yang mempunyai kesatuan yang logis dan padu. Selama ini pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi masih dibutuhkan sarana yang menunjang dan metode pembelajaran belum efektif. Kemudian kebutuhan pendidikan karakter pada saat ini sangat meningkat, karena krisis karakter yang dialami bangsa Indonesia saat ini. Berdasarkan beberapa sebab rendahnya kemampuan menulis siswa, maka perlu penanganan dalam proses pembelajaran ini. Oleh karena itu, diharapkan penerapan metode student facilitator and explaining berbasis karakter mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu (1) bagaimanakah proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan penerapan metode student facilitator and explaining berbasis karakter di MTs Negeri kendal, (2) bagaimanakah peningkatan hasil pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan penerapan metode student facilitator and explaining berbasis karakter di MTs Negeri Kendal, dan (3) bagaimana perubahan sikap siswa setelah mengikuti pembelajaran keterampillan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter di MTs Negeri Kendal. Adapun tujuan penelitian selaras dengan rumusan masalah yaitu mendeskripsikan proses, memaparkan peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dan menjelaskan perubahan sikap siswa. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, guru, dan siswa. Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas melalui dua tahap, yaitu siklus I dan siklus II. Tiap siklus terdiri atas proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi siswa kelas VII A. Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu siswa kelas VII A dengan jumlah 35 siswa.
vi
vii
Teknik pengambilan data adalah dengan tes dan nontes berupa jurnal siswa, jurnal guru, wawancara, dan dokumentasi. Proses pembelajaran siklus II berjalan lebih tertib dan lancar dibandingkan siklus I. Hasil penelitian ini diketahui bahwa kualitas proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara wawancara menjadi narasi berjalan baik dan lancar meskipun ada beberapa siswa yang kurang mengikuti pembelajaran tetapi dapat diatasi oleh peneliti. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter pada siswa kelas VII A MTs Negeri Kendal. Selain itu, hasil tes keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi mengalami peningkatan dengan nilai tes prasiklus siswa dari keseluruhan aspek memperoleh nilai rata-rata sebesar 66,5. Pada siklus I, hasil tes siswa rata-rata kelas meningkat 15,4% menjadi sebesar 73,3 dan termasuk kategori cukup dan masih jauh dari kriteria ketuntansan minimal di sekolah yaitu 80. Pada siklus II nilai rata-rata meningkat 13,8% menjadi 83,5 dan masuk dalam kategori baik. Hasil tes siklus II tersebut menunjukkan bahwa seluruh siswa kelas VII A yang berjumlah 35 siswa dinyatakan tuntas. Adapun secara keseluruhan sikap siswa mengalami perubahan ke arah yang positif. Misalnya ketika siswa mengumpulkan tugas tepat waktu yang mencerminkan sikap disipiln. Saran untuk guru bahasa Indonesia agar menggunakan dan menerapkan pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter. Bagi peneliti lain disarankan agar melakukan penelitian serupa dengan menggunakan strategi, teknik, atau metode yang lain agar memberikan alternatif dalam pembelajaran.
vii
viii
PRAKATA Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter pada Siswa Kelas VII MTs Negeri Kendal” ini tanpa halangan yang berarti. Skripsi ini disusun dengan baik berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada Drs. Wagiran, M. Hum., selaku pembimbing I dan Septina Sulistyaningrum, S.Pd., M.Pd., pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini. Tidak lupa peneliti juga menyampaikan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang; 2. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian; 3. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilititas adminitrasi dalam penulisan skripsi ini; 4. Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan bekal kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini;
viii
ix
5. keluarga besar MTs Negeri Kendal yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian; 6. keluargaku tercinta, Abah, Ibu, dan Kakak-kakakku yang selalu memberi motivasi, memberi nasihat, dan mengiringi langkahku dengan doa; 7. teman-temanku, yang saling membantu dan memotivasi dalam penyusunan skripsi ini. 8. seluruh pihak yang telah membantu peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Peneliti berharap semoga segala sesuatu yang tersirat maupun tersurat pada skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada peneliti khususnya dan kepada pembaca pada umumnya.
Semarang, Juli 2015
Peneliti
ix
x
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL ..........................................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN ....................................................................
iii
PERNYATAAN ............................................................................................
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................
v
SARI ..............................................................................................................
vi
PRAKATA .................................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xix DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... xxi DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xxii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xxiii
BABIPENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1
Latar Belakang Masalah ......................................................................
1
1.2
Identifikasi Masalah .............................................................................
9
1.3
Pembatasan Masalah .............................................................................
10
1.4
Rumusan Masalah .................................................................................
11
1.5
Tujuan Penelitian ..................................................................................
12
1.6
Manfaat Penelitian ................................................................................
12
x
xi
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANTASAN TEORETIS ....................
14
2.1
Kajian Pustaka ...................................................................................
14
2.2
Landasan Teoretis .............................................................................
21
2.2.1 Pengertian Mengubah ........................................................................
22
2.2.2 Pengertian Teks Hasil Wawancara ....................................................
22
2.2.3 Unsur-unsur Teks Hasil Wawancara .................................................
24
2.2.4 Pengertian Narasi ..............................................................................
24
2.2.5 Ciri-ciri Narasi ...................................................................................
26
2.2.6 Unsur-unsur Narasi ...........................................................................
27
2.2.7 Jenis-jenis Narasi ...............................................................................
29
2.2.8 Langkah-langkah Menulis Narasi .....................................................
30
2.2.9 Kriteria Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi .............
31
2.2.10 Langkah-langkah Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi .................................................................................................
31
2.2.11 Persamaan dan Perbedaan Teks Hasil Wawancara dengan Narasi ..
36
2.2.12 Metode Student Facilitator and Explaining .......................................
36
2.2.13 Kelebihan dan Kekurangan Metode Student Facilitator and Explaining .........................................................................................
40
2.2.14 Langkah –langkah Metode Student Facilitator and Explaining .......
42
2.2.15 Konsep Pendidikan Berbasis Karakter ..............................................
43
2.2.16 Nilai-nilai Karakter ...........................................................................
47
2.2.17 Penerapan Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter ..................................
50
2.3
54
Kerangka Berpikir ...........................................................................
xi
xii
2.4
Hipotesis Tindakan .........................................................................
57
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................
58
3.1
Desain Penelitian ............................................................................
58
3.1.1
Proses Tindakan Siklus I .................................................................
59
3.1.1.1 Perencanaan Siklus I .......................................................................
60
3.1.1.2 Tindakan Siklus I ............................................................................
62
3.1.1.3 Observasi Siklus I ...........................................................................
64
3.1.1.4 Refleksi Siklus I ..............................................................................
66
3.1.2
Proses Tindakan Siklus II ...............................................................
66
3.1.2.1 Perencanaan Siklus II ......................................................................
66
3.1.2.2 Tindakan Siklus II ...........................................................................
67
3.1.2.3 Observasi Siklus II ..........................................................................
70
3.1.2.4 Refleksi Siklus II .............................................................................
71
3.2
Subjek Penelitian ............................................................................
72
3.3
Variabel Penelitian ..........................................................................
73
3.3.1
Variabel Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi ................................................................................
73
Variabel Penggunaan Metode Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter ..................................................
74
3.3.3
Variabel Sikap Siswa Selama Pembelajaran ...................................
75
3.4
Instrumen Penelitian .......................................................................
77
3.4.1
Instrumen Tes ..................................................................................
77
3.4.2
Instrumen Nontes ............................................................................
80
Pedoman Observasi ......................................................................
80
3.3.2
3.4.2.1
xii
xiii
3.4.2.2
Wawancara ...................................................................................
83
3.4.2.3
Jurnal ............................................................................................
84
3.4.2.4
Dokumentasi .................................................................................
85
3.5
Teknik Pengumpulan Data ...........................................................
86
3.5.1
Teknik Tes ....................................................................................
86
3.5.2
Teknik Nontes ..............................................................................
87
3.5.2.1
Observasi ......................................................................................
87
3.5.2.2
Wawancara ...................................................................................
88
3.5.2.3
Jurnal ............................................................................................
89
3.6
Teknik Analisis Data ....................................................................
91
3.6.1
Teknik Kuantitatif ........................................................................
91
3.6.2
Teknik Kualitatif ..........................................................................
92
3.7
Indikator Keberhasilan .................................................................
92
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................
93
4.1
Hasil Penelitian .............................................................................
93
4.1.1
Hasil Penelitian Prasiklus .............................................................
93
4.1.2
Hasil Penelitian Siklus I ...............................................................
97
4.1.2.1
Proses Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter Siklus I... ..............
98
4.1.2.2
Peningkatan Hasil Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter Siklus I ... 110
4.1.2.2.1 Aspek Kesesuaian Isi Siklus I ...................................................... 114
xiii
xiv
4.1.2.2.2 Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung Siklus I .......................................................................................... 115 4.1.2.2.3 Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus I ..................... 116 4.1.2.2.4 Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus I .......................................... 117 4.1.2.2.5 Aspek Pemilihan Kata Siklus I ..................................................... 117 4.1.2.2.6 Aspek Urutan Cerita Siklus I ........................................................ 118 4.1.2.2.7 Aspek Kerapian Tulisan Siklus I .................................................. 119 4.1.2.3
Sikap Siswa Siklus I ..................................................................... 120
4.1.2.4
Refleksi Siklus I ........................................................................... 125
4.1.2.4.1 Refleksi Proses Siklus I ................................................................ 125 4.1.2.4.2 Refleksi Hasil Siklus I .................................................................. 126 4.1.2.4.3 Refleksi Sikap Siswa Siklus I ....................................................... 127 4.1.3
Hasil Penelitian Siklus II .............................................................. 128
4.1.3.1
Proses Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter Siklus II ... .......... 129
4.1.3.2
Peningkatan Hasil Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter Siklus II 142
4.1.3.2.1 Aspek Kesesuaian Isi Siklus II ..................................................... 146 4.1.3.2.2 Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung Siklus II ........................................................................................ 147 4.1.3.2.3 Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus II .................... 148 4.1.3.2.4 Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus II ......................................... 149 4.1.3.2.5 Aspek Pemilihan Kata Siklus II .................................................... 150 4.1.3.2.6 Aspek Urutan Cerita Siklus II ...................................................... 151
xiv
xv
4.1.3.2.7 Aspek Kerapian Tulisan Siklus II ................................................. 151 4.1.3.3
Sikap Siswa Siklus II .................................................................... 152
4.1.3.4
Refleksi Siklus II .......................................................................... 157
4.1.3.4.1 Refleksi Proses Siklus II ............................................................... 158 4.1.3.4.2 Refleksi Hasil Siklus II ................................................................. 158 4.1.3.4.3 Refleksi Sikap Siswa Siklus II ...................................................... 159 4.2
Pembahasan .................................................................................. 160
4.2.1
Proses Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter .............................. 160
4.2.2
Peningkatan Hasil Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi ................................................ 168
4.2.3
Perubahan Sikap ........................................................................... 176
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 184 5.1
Simpulan ....................................................................................... 184
5.2
Saran ............................................................................................. 187
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 188 LAMPIRAN .................................................................................................. 191
xv
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif ...................
30
Tabel 2.2 Contoh Menyunting dalam Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi ...........................................................................
32
Tabel 2.3 Contoh Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi ......
33
Tabel 2.4 Persamaan dan Perbedaan Teks Hasil Wawancara dengan Narasi .........................................................................................
36
Tabel 3.1 Pedoman Penilaian .....................................................................
78
Tabel 3.2 Rubrik Penilaian Karangan Narasi .............................................
78
Tabel 3.3 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining ........
81
Tabel 3.4 Lembar Observasi Sikap Siswa dalam Pembelajaran ................
82
Tabel 4.1 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Prasiklus ...........................................................
94
Tabel 4.2 Hasil Observasi Poses Langkah 1 Siklus I .................................
99
Tabel 4.3 Hasil Observasi Poses Langkah 2 Siklus I .................................
99
Tabel 4.4 Hasil Observasi Poses Langkah 3 dan 4 Siklus I ....................... 102 Tabel 4.5 Hasil Observasi Poses Langkah 6 Siklus I ................................. 104 Tabel 4.6 Hasil Observasi Poses Langkah 7 Siklus I ................................. 105 Tabel 4.7 Hasil Observasi Poses Langkah 8 Siklus I ................................. 108 Tabel 4.8 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I .............................................................. 111 Tabel 4.9 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Siklus I .................................... 114
xvi
xvii
Tabel 4.10 Hasil Tes Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung Siklus I ....................................................................... 115 Tabel 4.11 Hasil Teks Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus I. . 116 Tabel 4.12 Hasil Tes Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus I ........................ 117 Tabel 4.13 Hasil Tes Aspek Pemilihan Kata Siklus I .................................. 118 Tabel 4.14 Hasil Tes Aspek Urutan Cerita Siklus I ..................................... 119 Tabel 4.15 Aspek Kerapian Tulisan Siklus I................................................. 120 Tabel 4.16 Hasil Observasi Sikap Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Siklus I ................................ 121 Tabel 4.17 Hasil Observasi Poses Langkah 1 Siklus II ................................ 132 Tabel 4.18 Hasil Observasi Poses Langkah 3 Siklus II ................................ 133 Tabel 4.19 Hasil Observasi Poses Langkah 4 Siklus II ................................ 135 Tabel 4.20 Hasil Observasi Poses Langkah 5 Siklus II ................................ 135 Tabel 4.21 Hasil Observasi Poses Langkah 6 dan 7 Siklus II ...................... 136 Tabel 4.22 Hasil Observasi Poses Langkah 8 Siklus II ................................ 139 Tabel 4.23 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II ............................................................ 142 Tabel 4.24 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Siklus II ................................... 146 Tabel 4.25 Hasil Tes Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung Siklus II ..................................................................... 147 Tabel 4.26 Hasil Teks Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus II.. 148 Tabel 4.27 Hasil Tes Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus II ...................... 149 Tabel 4.28 Hasil Tes Aspek Pemilihan Kata Siklus II ................................. 150 Tabel 4.29 Hasil Tes Aspek Urutan Cerita Siklus II .................................... 151 Tabel 4.30 Aspek Kerapian Tulisan Siklus II ............................................... 152
xvii
xviii
Tabel 4.31 Hasil Observasi Sikap Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Siklus II .............................. 153 Tabel 4.32 Perbandingan Hasil Observasi Proses Siklus I dan Siklus II ..... 162 Tabel 4.33 Peningkatan Tiap Aspek dari Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ... 174 Tabel 4.34 Perbandingan Hasil Observasi Sikap Siklus I dan Siklus II ...... 177
xviii
xix
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 4.1
Aktivitas Guru Memberikan Penjelasan Tujuan, Manfaat, dan Motivasi Pembelajaran ...................................................
98
Gambar 4.2
Aktivitas Siswa Mengamati Contoh Teks Hasil Wawancara
100
Gambar 4.3
Aktivitas Guru Memberikan Penjelasan Materi .................... 101
Gambar 4.4
Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Kelompok ..................... 103
Gambar 4.5
Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Kelompok ..................... 103
Gambar 4.6
Aktivitas Guru Mengulang Materi yang Belum Dipahami Siswa ...................................................................................... 103
Gambar 4.7
Aktivitas Perwakilan Kelompok Mempresentasikan Hasil Kerjanya ................................................................................ 106
Gambar 4.8
Aktivitas Siswa Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Secara Individu .......................................................... 108
Gambar 4.9
Aktivitas Siswa Mempresentasikan Hasil Kerjanya Secara Individu .................................................................................. 109
Gambar 4.10 Aktivitas Guru Mengubah Tempat Duduk Menjadi Bentuk “U” ......................................................................................... 130 Gambar 4.11 Aktivitas Siswa Aktif Bertanya ............................................. 131 Gambar 4.12 Aktivitas Siswa Mengamati Contoh Teks Hasil Wawancara
132
Gambar 4.13 Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Kelompok ..................... 134 Gambar 4.14 Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Kelompok ..................... 134 Gambar 4.15 Aktivitas Siswa Menempel Hasil Karya Kelompok dan Mengomentari ........................................................................ 137 Gambar 4.16 Aktivitas Siswa Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Secara Individu .......................................................... 139
xix
xx
Gambar 4.17 Aktivitas Siswa Bermain Tempat Pensil Berjalan ................. 140 Gambar 4.18 Aktivitas Siswa Mempresentasikan Hasil Kerjanya Secara Individu .................................................................................. 141 Gambar 4.19 Aktivitas Siswa Mempresentasikan Hasil Kerjanya Secara Individu .................................................................................. 141
xx
xxi
DAFTAR DIAGRAM
Halaman Diagram 4.1 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Prasiklus .......................................................
95
Diagram 4.2 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Prasiklus .........................
96
Diagram 4.3 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I .........................................................
112
Diagram 4.4 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I ............................
113
Diagram 4.5 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II ........................................................
144
Diagram 4.6 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II ..........................
145
Diagram 4.7 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I .........................................................
169
Diagram 4.8 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I ............................
170
Diagram 4.9 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II ........................................................
172
Diagram 4.10 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II ..........................
173
Diagram 4.11 Peningkatan Tiap Aspek dari Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II .................................................................................
175
xxi
xxii
DAFTAR BAGAN
Halaman Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ......................................................................
57
Bagan 3.1 Model Siklus Arikunto, dkk (2008:16) ......................................
59
xxii
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I .........................
191
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ........................
199
Lampiran 3
DaftarNilai Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II.. ...........................................................................................
208
Rekapitulasi Nilai Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Prasiklus ...................................
209
Rekapitulasi Nilai Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I .....................................
210
Rekapitulasi Nilai Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II ....................................
211
Lampiran 7
Pedoman Lembar Observasi Proses ......................................
212
Lampiran 8
Pedoman Wawancara Siswa ..................................................
214
Lampiran 9
Pedoman Jurnal Siswa ...........................................................
215
Lampiran 10 Pedoman Jurnal Guru ............................................................
216
Lampiran 11 Pedoman Observasi Sikap .....................................................
217
Lampiran 12 Hasil Observasi Proses Siklus I .............................................
219
Lampiran 13 Hasil Wawancara Siklus I ......................................................
221
Lampiran 14 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I (1)...................................
223
Lampiran 15 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I (2)...................................
224
Lampiran 16 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I (3)..................................
235
Lampiran 17 Hasil Jurnal Guru Siklus I .....................................................
226
Lampiran 18 Rekapitulasi Hasil Observasi Sikap Siklus I .........................
227
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
xxiii
xxiv
Lampiran 19 Hasil Observasi Proses Siklus II.............................................
230
Lampiran 20 Hasil Wawancara Siklus II .....................................................
232
Lampiran 21 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II (1) .................................
234
Lampiran 22 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II (2) .................................
235
Lampiran 23 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II (3) ................................
236
Lampiran 24 Hasil Jurnal Guru Siklus II .....................................................
237
Lampiran 25 Rekapitulasi Hasil Observasi Sikap Siklus I .........................
238
Lampiran 26 SK Pembimbing .....................................................................
241
Lampiran 27 Surat Permohonan Izin Penelitian Unnes ..............................
242
Lampiran 28 Surat Keterangan dari MTs Negeri Kendal ...........................
243
Lampiran 29 Surat Keterangan Lulus UKDBI ...........................................
244
Lampiran 30 Surat Keterangan Selesai Bimbingan Penulisan Skripsi .......
245
Lampiran 31 Lembar Pembimbingan Penulisan Skripsi .............................
246
Lampiran 32 Contoh Teks Hasil Wawancara Siklus I ................................
250
Lampiran 33 Contoh Teks Hasil Wawancara Siklus II ...............................
254
Lampiran 34 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I (Nilai Baik) .......
258
Lampiran 35 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I (Nilai Cukup) ....
260
Lampiran 36 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I (Nilai Kurang)... .
262
Lampiran 37 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II (Nilai Baik) ......
264
Lampiran 38 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II (Nilai Cukup) ...
266
xxiv
xxv
Lampiran 39 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II (Nilai Kurang)... 268
xxv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pokok yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah. Pelajaran bahasa Indonesia juga merupakan pelajaran yang diujikan untuk memenuhi standar kelulusan siswa pada saat Ujian Nasional. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Salah satu keterampilan berbahasa yaitu menulis. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa untuk berkomunikasi secara tidak langsung dengan orang lain (Tarigan 2008:3). Salah satu bentuk keterampilan menulis adalah mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi merupakan kegiatan menyampaikan informasi yang terdapat dalam teks wawancara secara tidak langsung kepada orang lain atau pembaca. Dalam Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi tersebut harus dikuasai oleh siswa kelas VII SMP pada semester genap. Dalam KD tersebut, siswa difokuskan untuk mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi secara tertulis. Artinya siswa akan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi tertulis dalam bentuk karangan narasi.
1
2
Selanjutnya teks hasil wawancara tersebut dapat diubah menjadi narasi. Menurut Keraf (2010:136), narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan jelas kepada pembaca tentang suatu peristiwa yang telah terjadi. Dengan demikian, pengertian narasi itu mencakup dua unsur dasar, yaitu perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu (Keraf 2010:136). Narasi juga berusaha menjawab pertanyaan apa yang terjadi. Keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi bertujuan untuk menyampaikan informasi yang terdapat dalam teks hasil wawancara kepada pembaca. Informasi tersebut dapat dipahami oleh orang lain, dipilihlah jenis karangan narasi yang sesuai untuk mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Namun, dalam kenyataannya pembelajaran bahasa Indonesia sering dianggap pelajaran yang membosankan oleh siswa, sehingga hasil pembelajaran yang dicapai tidak maksimal. Padahal setiap mata pelajaran memiliki peran penting dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Terlebih pada keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling sulit untuk dikuasai siswa dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Selain itu, pembelajaran keterampilan menulis pada keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi tampaknya belum menggembirakan. Salah satu realita konkret yang mendukung pernyataan tersebut adalah kondisi pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi di kelas VII A di MTs Negeri
3
Kendal. Berdasarkan pengalaman guru dan hasil observasi terhadap keadaan pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi di sekolah tersebut serta wawancara awal yang dilakukan dengan sejumlah guru bahasa Indonesia di sekolah tersebut, diperoleh informasi bahwa motivasi dan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi siswa masih sangat rendah yang ditandai siswa sering merasa jenuh jika disuruh mengarang, tidak ada siswa yang mempunyai keterampilan yang menonjol dalam pembelajaran mengarang, dan hasil karangan siswa yang kurang memuaskan yang dibuktikan dengan hasil tes mengarang siswa rata-rata yang hanya sekitar 66,5. Seharusnya siswa mencapai target KKM 80. Fenomena lain yang tampak berdasarkan observasi awal di sekolah yang diteliti adalah pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi yang diterapkan oleh guru cenderung monoton dan masih menggunakan metode konvensional. Masalah yang timbul dalam proses pembelajaran menulis serta keterampilan siswa dalam mengarang yang belum memadai (masih rendah) sebagaimana uraian tersebut disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu: faktor siswa dan faktor dari luar diri siswa. Adapun faktor yang berasal dari siswa, antara lain: (1) motivasi siswa dalam menulis sangat minim; (2) konsep atau bahan yang dimiliki siswa untuk dikembangkan jadi tulisan sangat terbatas; (3) keterampilan siswa menuangkan gagasan atau pikiran ke dalam bentuk kalimat-kalimat yang mempunyai kesatuan yang logis dan padu serta diikat oleh struktur bahasa. Adapun faktor yang berasal dari luar diri siswa, antara lain: (1) sarana dan metode pembelajaran menulis belum efektif. Hal tersebut
4
mengisyaratkan bahwa dibutuhkan pembenahan dalam pembelajaran menulis. Kompetensi siswa dalam menulis karangan narasi dapat ditingkatkan dengan membenahi segala hal yang menjadi titik kelemahan siswa dalam menulis. Secara umum, menulis sebagai suatu proses berupa pengelolaan ide atau gagasan dari tema atau topik yang dipilih untuk dikomunikasikan dan pemilihan jenis wacana tertentu yang sesuai atau tepat dengan situasi dan konteksnya. Keterampilan menulis yang menuntut kemampuan untuk dapat melahirkan dan menyatakan kepada orang lain tentang hal yang dirasakan, dikehendaki, dan dapat dipikirkan dengan bahasa tulisan. Keterampilan menulis bukanlah kemampuan yang diwarisi secara turun-temurun dan tidak datang dengan sendirinya. Keterampilan ini menuntut pelatihan yang cukup dan teratur serta pembelajaran yang terprogram. Program-program tersebut disusun dan direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar menulis, berbagai keterampilan itu tidak mungkin dikuasai siswa secara bersamaan. Semua kemampuan itu dapat dikuasai siswa melalui suatu proses, serta tahap demi tahap. Karena keeterampilan itu tidak bisa dikuasai secara serentak. Suatu karangan merupakan pernyataan gagasan atau ide yang bersumber dari pengalaman, pengamatan, imajinasi, pendapat, dan keyakinan, dengan menggunakan media tulis sebagai alatnya. Kemudian siswa harus memiliki pengetahuan, gagasan, dan ide yang luas. Terkadang mereka tidak mampu merangkai kata-kata untuk membentuk sebuah karangan, terlebih pada wacana. Siswa juga kurang menyadari hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Pada akhirnya, sering dijumpai beberapa kalimat sumbang.
5
Kalimat sumbang sendiri dalam sebuah karangan dapat menimbulkan kekaburan makna atau isi sebuah karangan. Begitu pula sebaliknya, sebuah karangan akan lebih mudah dipahami jika kalimat-kalimatnya tersusun rapi, jelas kohesi dan koherensi antar kalimatnya. Sebuah karangan pada dasarnya merupakan perwujudan hasil penalaran siswa. Penalaran ini merupakan proses pemikiran untuk memperoleh ide yang logis. Penalaran ini berkaitan dengan proses penafsiran fakta sebagai ide dasar untuk dikembangkan menjadi sebuah tulisan. Setiap penulis harus dapat menuangkan pikiran atau gagasannya secara cermat ke dalam tulisannya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memunculkan ide adalah dengan curah gagasan. Curah gagasan digunakan untuk menuntun siswa mengembangkan idenya berdasarkan fakta yang ada di sekitar siswa atau peristiwa yang pernah dialami siswa. Selain itu, untuk memperoleh bahan informasi atau bahan yang akan ditulis oleh siswa, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menuntun siswa mencermati suatu bentuk teks dan menyajikannnya kembali dalam bentuk teks yang berbeda, misalnya dari teks hasil wawancara menjadi narasi. Hal ini merupakan salah satu kompetensi dasar menulis yang diharapkan dimiliki oleh siswa kelas VII A MTs Negeri Kendal sebagai hasil dari pembelajaran menulis, yaitu keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Pengubahan tersebut dari teks hasil wawancara yang berbentuk dialog ke dalam bentuk wacana yang berbentuk monolog, yaitu narasi. Teks hasil wawancara dapat diubah dan disajikan dalam bentuk kerangka karangan. Kerangka karangan tersebut selanjutnya disusun menjadi sebuah tulisan yang utuh. Keberhasilan pembelajaran
6
menulis narasi ini juga ditentukan oleh faktor lingkungan dan suasana pembelajaran.
Pada
dasarnya
dalam
melaksanakan
pembelajaran
faktor
lingkungan dan suasana pembelajaran pun haruslah menarik dan menyenangkan dari segi psikologis peserta didik. Ada kecenderungan pada saat ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik apabila diciptakan belajar yang bernuansa alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami hal yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, akan tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Oleh karena itu, untuk menciptakan suasana belajar yang kooperatif interaktif, menyenangkan, dan bermakna, guru harus cermat memilih dan menerapkan strategi pembelajaran, seperti salah satu metode pembelajaran yaitu metode student facilitator and explaining. Metode student facilitator and explaining merupakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang berorientasi pada masyarakat belajar (learning community) yang menganggap bahwa siswa lebih mudah menentukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan sesama temannya. Hal ini dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif siswa terhadap pembelajaran
keterampilan
menulis,
khususnya
menulis
narasi.
Hasil
pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif diharapkan mampu memberikan pengalaman
bermakna
sehingga
sukar
dilupakan
oleh
siswa.
Melalui
pembelajaran ini, siswa akan terlatih berpikir dan menghubungkan hal yang
7
mereka pelajari dengan situasi dunia nyata sehingga menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. Pembelajaran kooperatif ini merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill) berupa hasil belajar, sekaligus keterampilan sosial (social skill) berupa kecakapan berkomunikasi, bekerja bersama, dan solidaritas serta interpersonal skill berupa kemampuan untuk mengerti dan peka terhadap orang lain. Dengan kata lain, model pembelajaran kooperatif menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran yang memberikan kesempatan besar dalam memberdayakan potensi siswa secara optimal. Interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru pun dapat terjalin baik dengan pembelajaran ini. Salah satu pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan untuk menumbuhkan minat dan suasana belajar yang kondusif bagi siswa, khususnya pada pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi adalah metode pembelajaran student facilitator and explaining. Jadi, metode student facilitator and explaining merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif. Penerapan metode pembelajaran student facilitator and explaining dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan relatif mudah oleh seorang guru. Guru memberikan pendampingan aktivitas yang dilakukan siswa serta mengondisikan siswa agar belajar dengan kelompoknya. Setiap kelompok memperoleh tugas presentasi dan diskusi untuk menyajikan beberapa kompetensi dasar bahasa Indonesia. Guru memberikan penekanan kembali tentang materimateri yang penting dikuasai serta bersama siswa mengevaluasi sumbangan anggota dan prestasi kelompoknya pada akhir kegiatan pembelajaran. Dalam
8
Qohar (2009:36) Whithin mengemukakan bahwa kemampuan komunikasi menjadi penting ketika diskusi antarsiswa dilakukan. Metode student facilitator and explaining merupakan suatu metode dimana siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada siswa lainnnya (Suyatno, 2009:126). Langkah-langkah pembelajaran dengan metode student facilitator and explaining yaitu guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, guru menyajikan materi, memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnnya baik melalui bagan atau peta konsep maupun yang lainnya, guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa sekaligus memberi penjelasan singkat, evaluasi, dan penutup. Melalui metode student facilitator and explaining siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa yang lain, siswa dapat mengeluarkan ide-ide yang ada di pikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut. Dengan demikian proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining diharapkan dapat meningkatkan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Kemudian selain itu, dalam proses pembelajaran ini tidak hanya pengetahuan saja yang dibutuhkan, namun pendidikan karakter juga sangat dibutuhkan. Kebutuhan pendidikan karakter pada saat ini sangat meningkat. Hal itu disebabkan karena generasi pemuda saat ini tidak memperhatikan tingkah laku mereka. Padahal negara Indonesia sangat menjunjung budaya ketimuran yaitu tentang budaya karakter. Oleh karena itu, guru di sekolah harus menanamkan nilai-nilai karakter sejak usia dini di lingkungan sekolah. Menurut Kamus Besar
9
Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari orang lain. Krisis karakter yang dialami bangsa Indonesia saat ini sudah berada pada titik yang sangat mengkhawatirkan. Sifat tulus, luhur, mulia, jujur, kesopanan, dan tanggung jawab terkikis seketika tergantikan dengan rasa cemas, kekerasan, perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai, keyakinan, norma-norma, agama, adat istiadat yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Pendidikan
karakter
di
sekolah,
dianggap
akan
dapat
mencegah
meningkatnya perilaku menyimpang pelajar. Pendidikan karakter diharapkan menciptakan generasi unggul, tangguh dan mempunyai daya saing. Pada kenyataannya, siswa mengalami penurunan etika dalam berkomunikasi dengan guru dalam proses pembelajaran. Selama jam sekolah berlangsung, siswa yang sedang berada di kelas pada proses pembelajaran, bebas berjalan, keluar-masuk kelas, mengerjakan tugas mata pelajaran lain, dan sibuk melakukan aktifitas lain seperti menggunakan laptop maupun telepon genggam yang tidak berkaitan dengan materi. Peserta didik tidak begitu memperhatikan guru yang sedang memberikan petunjuk serta penjelasan mengenai materi dan tugas. Oleh karena itu, diterapkannya pendidikan karakter di sekolah sangatlah penting.
1.2 Identifikasi Masalah Sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006) siswa kelas VII SMP, pemerintah telah menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa dengan nilai ketuntasan yang telah
10
ditentukan. Salah satu dari kompetensi dasar tersebut adalah menulis narasi dari teks hasil wawancara. Secara tidak langsung mengharuskan siswa untuk memahami semua hal yang berkaitan dengan kaidah penulisan yang baik. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di MTs Negeri Kendal, peneliti menemukan adanya kelemahan dan keterampilan menulis khususnya dalam indikator kesesuaian isi, ejaan dan tanda baca, kohesi dan koherens dan juga urutan cerita. Fakta menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi di MTs Negeri Kendal belum menampakkan adanya suatu keberhasilan karena masih jauh dari harapan. Siswa memiliki kemampuan menuangkan ide dan gagasan menjadi sebuah karangan yang masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor yang berasal dari dalam atau internal yaitu motivasi siswa dalam menulis sangat minim dan kurangnya wawasan dan pengetahuan siswa tentang keterampilan menulis khususnya narasi. Faktor dari luar siswa atau eksternal meliputi sarana dan metode atau strategi pembelajaran menulis belum efektif. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang akan diatasi adalah rendahnya keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi yang disebabkan oleh hal-hal berikut (1) motivasi siswa dalam menulis sangat minim, (2) konsep atau bahan yang dimiliki siswa untuk dikembangkan jadi tulisan sangat terbatas, (3) kemampuan siswa menafsiran fakta untuk ditulis sangat rendah, (4) kemampuan siswa menuangkan
11
gagasan atau pikiran ke dalam bentuk kalimat-kalimat yang mempunyai kesatuan yang logis dan padu serta diikat oleh struktur bahasa, dan (5) sarana dan metode atau strategi pembelajaran menulis belum efektif. Kemudian peneliti membatasi pada penelitian tindakan kelas untuk mengetahui peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter pada siswa kelas VII MTs Negeri Kendal. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimanakah proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter di MTs Negeri Kendal? 2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter di MTs Negeri Kendal? 3. Bagaimanakah perubahan sikap siswa setelah mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter di MTs Negeri Kendal?
12
1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, tujuan dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter di MTs Negeri Kendal. 2. Memaparkan peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi pada siswa kelas VII MTs Negeri Kendal setelah mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter. 3. Menjelaskan perubahan sikap siswa kelas VII MTs Negeri Kendal setelah mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat. Manfaat penelitian ini ada dua yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat memberikan informasi terhadap penerapan metode student facilitator and explaining pada pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi diharapkan menjadi lebih variatif, inovatif dan menarik.
13
2. Manfaat Praktis a. Bagi guru, sebagai bahan masukan tentang cara menerapkan metode Student Facilitator and Explaining untuk meningkatkan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi siswa kelas VII MTs Negeri Kendal. b.
Bagi
sekolah,
dapat
memberikan
konstribusi
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
sekolah
dalam
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka Penelitian biasanya mengacu pada penelitian lain yang dapat dijadikan tolok ukur dalam penelitian selanjutnya, sehingga penelitian murni atau yang berawal dari nol jarang ditemukan. Dengan demikian, peninjauan dari nol sangat diperlukan, sebab bisa digunakan sebagai relevansi dalam penelitian. Selain itu, penelitian tersebut digunakan untuk membandingkan seberapa besar keaslian dari penelitian yang akan dilakukan. Upaya meningkatkan keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji dan diteliti. Hal ini terbukti dengan banyaknya upaya meningkatkan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi yang telah dilakukan oleh para peneliti. Arikunto, dkk. (2008:3) mengatakan penelitian tindakan kela s merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut demi menyempurnakan penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang dijadikan kajian dalam penelitian ini yaitu Jayanty, dkk (2012), Rumiana (2013), Irlinawati (2013), Sinaga (2013), Suhendariyanti (2014), Aisyah (2014) dan Hidayati, dkk (2014).
14
15
Jayanty, dkk (2012) melakukan penelitian dengann judul “Peningkatan Menarasikan Teks Wawancara dengan Teknik Pemodelan Siswa Kelas VII.4 SMPN 6 Bukittinggi.” Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa nilai siswa dalam kompetensi mengubah teks wawancara menjadi narasi rata-rata nilai siswa yang belum mencapai KKM yang telah ditetapkan 70. Pada prasiklus 54,78%. Setelah dilakukan tindakan siklus I rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 79,1% dan pada siklus II juga mengalami peningkatan menjadi 90,5%. Dari hasil analisis deskriptif kualitatif dapat diketahui bahwa rata-rata pertama, memperluas pengetahuan pembaca pada prasiklus 53,15%, pada siklus I 84,40% dan pada siklus II 95,87%. Kedua, menyampaikan informasi suatu kejadian 55,28%, pada siklus I 92,72% dan pada siklus II 100%. Ketiga, didasarkan pada penalaran, 53,12%, pada siklus I 75,03% dan pada siklus II 88,65%. Keempat, menggunakan bahasa informatif 53,09%, pada siklus I 80,25% dan pada siklus II 88,65%. Kelima, EYD 56,31, pada siklus I 65,72% dan padasiklus II 83,5%. Persamaannya penelitian Jayanty, dkk (2012) dengan peneliti yaitu memiliki kompetensi dasar penelitian yang sama. Kemudian perbedaan yaitu pada teknik pembelajaran yang digunakan. Pada peneliti ini menggunakan teknik pemodelan sedangkan penulis menggunakan metode studen facilitator and explaining. Kelemahann yang terdapat pada penelitian ini yaitu pada subjek dan teknik pembelajaran yang digunakan. teknik pemodelan memiliki kelemahan yang hampir sama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yakni ada beberapa siswa yang harus berperan sebagai model sehingga mereka tidak dapat mengikuti pembelajaran secara maksimal.
16
Penelitian Skripsi Rumiana (2013) tentang “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi dengan Metode Pencarian Informasi melalui Media Kartun Bercerita pada Kelas VII D SMP Negeri 30 Semarang.” Proses peningkatan pembelajaran menunjukkan kriteria baik. Hal tersebut dapat dilihat pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 70,7 sendangkan pada siklus II meningkat menjadi 81. Peningkatan masing-masing aspek penilaian dari siklus I ke siklus II yaitu pada aspek kesesuaian isi mengalami peningkatan sebesar 12,5% dari 72 menjadi 81. Aspek penggunaan kalimat langsung dan tak langsung mengalami peningkatan sebesar 10% dari 68,6 menjadi 75,5. Aspek penggunaan ejaan dan tanda baca mengalami peningkatan sebesar 23,7% dari 67,9 menjadi 84. Aspek kohesi dan koherensi mengalami peningkatan sebesar 16,8% dari 73,6 menjadi 86. Aspek pemilihan kata mengalami peningkatan sebesar 17,6% dari 71,4 menjadi 84. Aspek urutan cerita mengalami pengingkatan sebesar 10% dari 80 menjadi 88. Aspek kerapian tulisan mengalami peningkatan sebesar 23,5% dari 66,4 menjadi 82. Persamaannya penelitian Rumiana (2013) dengan peneliti yaitu memiliki kompetensi dasar penelitian yang sama mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Kemudian perbedaan yaitu pada metode dan media pembelajaran yang digunakan. Pada penelitian Rumiana (2013) ini menggunakan metode pencarian informasi dengan media kartun bercerita sedangkan peneliti menggunakan metode studen facilitator and explaining dan tidak menggunakan media. Selanjutnya, pada tahun 2013 Irlinawati melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada
17
Perkalian Bilangan Bulat.” Dari penelitian ini dikaji peran model student facilitator and explainig untuk meningkatkan perkalian bilangan bulat. Diperoleh data dari hasil siklus I mencapai 32,5% dengan nilai rata-rata kelas 65,03. Hasil siklus II menunjukkan skor rata-rata kelas 76,2 dan mengalami peningkatan menjadi 81,4%. Aktivitas peserta didik selama pembelajaran mengalami peningkatan setiap siklusnya dari 67,43% pada siklus pertama, menjadi 82,02% pada siklus kedua. Relevansi penelitian yang dilakukan Irliawati dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji mengenai metode pembelajaran student facilitator and explaining. Perbedaannya adalah pada subjeknya yaitu pada Irliawati pada perkalian bilangan bulat sedangkan peneliti ini pada keterampilan mengubah teks hasil observasi menjadi narasi. Penelitian yang dilaksanakan oleh Sinaga (2013) tentang “Pengaruh Metode Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Universitas
HKBP
Nommensen.”
Proses
penerapan
pembelajaran menunjukkan kriteria baik sekali dengan perolehan analisis dan observasi pada uji hipotesis penelitian dengan kriteria pengujian adalah Ha diterima dan Ho ditolak jika <
>
serta Ha ditolak dan Ho diterima jika
dengan taraf signifikan 95 % atau taraf nyata = 0,05. Derajat
keabsahan untuk uji distribusi t adalah dk = (n1 + n2 – 2). Untuk uji hipotesis diperoleh data menunjukkan bahwa
= 4,29 dan >
= 1,66 pada taraf nyata = 0,05. Hasil ini (4,26 >1,66), dengan demikian Ha diterima
dan Ho ditolak artinya ada pengaruh yang positif yang signifikan metode
18
pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap prestasi belajar mahasiswa pada program studi pendidikan ekonomi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas HKBP Nommensen. Penelitian ini memiliki kesamaan pada penggunaan metode Student Facilitator and Explaining. Penelitian yang dilakukan Sinaga (2013) memiliki kesamaan dengan peneliti yaitu pada metode pembelajaran yang diteliti tentang student facilitator and explainig, sedangkan perbedaannya terletak pada subjeknya yaitu pada Dearlina prestasi belajar mahasiswa pada program studi pendidikan ekonomi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas HKBP Nommensen sedangkan pada penelitian ini pada keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Penelitian Suhendariyanti (2014) berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar IPA melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining Siswa Kelas IXE SMP Negeri 01 Wonoasri Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2013/2014.” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining dapat meningkatkan keterampilan siswa. Hal ini terbukti dari siklus pertama diperoleh hasil prosentase rata-rata kelas 70,63 dan ketuntasan belajar baru mencapai 54,17% atau siswa yang mendapat nilai > 70 baru 26 siswa, pada siklus kedua, nilai rata-rata mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu 80,63 dan ketuntasan belajar mencapai 95,83% atau siswa yang mendapat nilai > 70 sudah 37 siswa, sehingga secara klasikal kelas sudah mencapai ketuntasan belajar yang sesuai dengan indikator ketuntasan belajar yaitu 85%. Hal ini menujukkan
19
bahwa penggunaan metode student facilitator and explaining dapat meningkatkan prestasi belajar siwa dalam mata pelajaran IPA. Penelitian yang dilakukan Suhendariyanti (2014) memiliki kesamaan dengan peneliti yaitu pada metode pembelajaran yang diteliti, sedangkan perbedaannya terletak pada subjeknya yaitu pada Suhendariyanti prestasi belajar IPA sedangkan pada penelitian ini pada keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Kelemahan pada penelitian ini yaitu penerapan metode yang kurang maksimal. Kemudian penelitian Aisyah (2014) berjudul “The Implementation of Character Education Through Contextual Teaching And Learning at Personality Development Unit in the Sriwijaya University Palembang.” Dari penelitian ini dikaji pelaksanaan pendidikan karakter di Universitas Sriwijaya Palembang. Diperoleh data dari hasil penelitian mahasiswa Sriwijaya mengalami perubahan sikap yaitu 90% dari siswa menyapa dengan sopan (menghormati teman-teman dan mengamalkan ajaran agama), 99% dari tugas yang diberikan dikumpulkan tepat waktu, rapi, bersih dan tidak ada kecurangan, kecuali mahasiswa yang sakit, atau yang tidak bisa mengikuti kelas (menunjukkan rasa percaya diri), mahasiswa bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, aktif, berpartisipasi, dan dapat berdiskusi bersama-sama (mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan sopan, selalu berkolaborasi dengan teman sekelas, terutama dalam memecahkan masalah di luar kelas (bekerjasama), dalam kelompok telah mengunjungi beberapa panti jompo dan pondok pesantren di dekat kampus, hasilnya cukup memuaskan, siswa peduli lingkungan kampus mereka (yang
20
menunjukkan kepedulian terhadap orang lain dalam hidup), Ketika dosen memasuki kelas, kelas bersih, rapi, ketika di dalam kelas, dan terakhir para mahasiswa menggunakan bahasa Indonesia yang baik, sopan dan hormat, bahkan meskipun mereka berasal dari kelompok etnis dan ras yang berbeda (menerapkan nilai-nilai bersama dalam masyarakat, bangsa dan negara) Relevansi penelitian yang dilakukan Aisyah (2014) dengan penelitian ini adalah
sama-sama
mengkaji
mengenai
pendidikan
karakter.
Kemudian
perbedaannya adalah pada objeknya yaitu pada penelitian Aisyah dilakukan di Universitas Sriwijaya Palembang, sedangkan peneliti pada siswa kelas VII MTs Negeri kendal. Hidayati, dkk (2014)
melakukan penelitian dengann judul
“The
Development of Character Education Curriculum For Elementary Student in West Sumatera.” Hasil dari penelitian ini diketahui dari kuesioner yang dibagikan dalam pengembangan kurikulum pendidikan karater siswa SMP di Sumatera Barat menunjukkan sebanyak 80,66% menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter dalam kategori baik, 12,2 % dalam kategori baik, dan 7,4 % berada dalam kategori rendah. Persamaannya penelitian Hidayati, dkk (2014) dengan peneliti yaitu samasama mengkaji tentang pendidikan karakter. Kemudian perbedaan yaitu objek penelitiannya. Pada penelitian Hidayati, dkk (2014) ini dilaksanakan kepada siswa beberapa SMP di Sumatera Barat sedangkan peneliti melaksanakan hanya pada satu sekolah yaitu di MTs Negeri Kendal.
21
Berdasarkan kajian pustaka di atas, peneliti berusaha melanjutkan dan melengkapi penelitian mengenai narasi dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Peneliti mencoba menerapkan pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter. Kemudian peneliti berharap keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dapat meningkat dan dapat membantu guru dalam proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi pada kurikulum KTSP.
2.2 Landasan Teoretis Pada bagian ini akan membahas beberapa teori tentang pengertian mengubah, pengertian teks hasil wawancara, unsur-unsur teks hasil wawancara, pengertian narasi, ciri-ciri narasi, unsur-unsur narasi, jenis-jenis narasi, langkahlangkah menulis narasi, kriteria mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, langkah-langkah mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, persamaan dan perbedaan teks hasil wawancara dengan narasi, metode student facilitator and explaining, kelebihan dan kekurangan metode student facilitator and explaining, langkah-langkah metode student facilitator and explaining, konsep pendidikan berbasis karakter, nilai-nilai karakter, dan penerapan pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter.
22
2.2.1
Pengertian Mengubah Mengubah berasal dari kata dasar “ubah” yang artinya bertukar (beralih,
berganti) menjadi sesuatu yang lain. Kemudian kata dasar “ubah” dapat imbuhan me- menjadi “mengubah.” Mengubah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah menjadikan lain dari semula, menukar bentuk. Mengubah biasa disebut juga konversi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konversi adalah perubahan dari satu sistem pengetahuan ke sistem yang lain, perubahan dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian mengubah adalah perubahan dari semula manjadi bentuk yang lain.
2.2.2
Pengertian Teks Hasil Wawancara Dalam kegiatan wawancara dibutuhkan suatu teks hasil wawancara agar
proses wawancara berjalan lancar. Pengertian teks menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato, dsb. Wawancara merupakan suatu bentuk kegiatan berbahasa dengan jalan mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau responden untuk memperoleh informasi. Wawancara harus dilakukan berdasarkan tujuan yang jelas. Tanpa suatu tujuan, kegiatan wawancara tak mungkin berlangsung dengan baik. Modal seorang pewawancara adalah keterampilan dalam berbahasa. Hal ini pun senada dengan pendapat Indrawati dan Durianto (2008:113) mengemukakan bahwa
23
wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan ataupun pendapat tentang suatu masalah. Dan selajutnya Anindyarini dan Ningsih (2008:78) juga mengungkapkan bahwa wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal untuk dimuat dalam surat kabar, siaran melalui radio, atau ditanyangkan di layar televisi. Djuraid (2009:121) menjelaskan wawancara adalah kegiatan liputan untuk mendapatkan informasi dari sumber berita mengenai sebuah masalah. Hal lain juga dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (dalam Sulistyarini dan Novianti, 2012:2) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pihak yang mengajukan pertanyaan dan pihak yang diwawancara (interviewee) sebagai pihak yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Stewart
(dalam
Sulistyarini
dan
Novianti
2012:2)
mendefinisikan
wawancara sebagai proses komunikasi interaksional antara dua orang atau lebih dengan suatu tujuan dan biasanya berisi pertanyaan serta jawaban dari suatu pertanyaan. Kemudian menurut Mahardhika (2013:28) teks wawancara merupakan bentuk penyajian informasi berupa tanya jawab antara pewawancara dan narasumber. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teks hasil wawancara merupakan naskah yang berisi tentang interaksi antara dua orang yaitu
24
pewawancara dengan narasumber dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tertentu. 2.2.3
Unsur-unsur Teks Hasil Wawancara Unsur-unsur dalam teks hasil wawancara sebagai berikut.
1) Tema yaitu pokok pikiran yang menjadi suatu dasar peristiwa. 2) Tokoh yaitu dalam teks hasil wawancara ada pewawancara dan narasumber. 3) Alur atau plot yaitu rangkaian peristiwa yang dijalin dengan seksama sehingga membentuk peristiwa yang menarik.
2.2.4
Pengertian Narasi Mata pelajaran bahasa Indonesia berisi berbagai macam karangan. Jika
dilihat dari cara penyajian dan tujuannya, karangan dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu (1) narasi, (2) deskripsi, (3) eksposisi, (4) argumentasi, dan (5) persuasi. Suparno dan Yunus (2006:49) mengungkapkan bahwa narasi adalah karangan yang berisi tentang rangkaian peristiwa. Karangan narasi memberi pengertian kepada pembaca tentang sebuah kejadian atau serentetan kejadian supaya pembaca dapat mengambil hikmah dari cerita tersebut. Selain itu, juga untuk memberikan amanat kepada para pembaca tentang suatu kejadian yang telah terjadi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Suparno dan Yunus (2008:4.31) mengungkapkan bahwa istilah narasi atau sering disebut naratif berasal dari kata bahasa Inggris narration (cerita) dan narrative (yang menceritakan). Karangan yang disebut narasi menyajikan serangkaian peristiwa. Karangan ini berusaha
25
menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. Dengan kata lain, karangan semacam ini hendak memenuhi kingintahuan pembaca yang selalu bertanya, “Apa yang terjadi?.” Selanjutnya, Keraf (2010:87) narasi merupakan suatu bentuk karangan yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkai menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Hal ini dilakukan agar pembaca dapat memahami isi narasi sehingga pesan yang ingin disampaikan oleh penulis dapat dimengerti oleh pembaca. Atau dapat juga dirumuskan narasi adalah suatu bentuk karangan yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang suatu peristiwa yang telah terjadi. Pendapat lain diungkapkan oleh Dalman (2014:105) mengungkapkan bahwa narasi adalah cerita. Cerita ini berdasarkan pada urutan-urutan suatu (serangkaian) kejadian atau peristiwa. Dalam kejadian itu ada tokoh atau (beberapa tokoh), dan tokoh ini mengalami atau menghadapi suatu (serangkain) konflik atau tikaian. Narasi juga dapat berupa fakta bisa pula berupa fiksi atau rekaan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa narasi bersifat menceritakan kisah yang telah terjadi. Menceritakan kembali sebuah cerita sama saja dengan menyejarakan peristiwa tersebut dalam bentuk tulisan. Selain itu, Finoza (dalam Dalman 2014:105) karangan narasi (berasal dari naration berarti bercerita) adalahh suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan,
26
dan merangkaikan tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuat peristiwa secara kronologis atau berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Berdasarkan pendapat Suparno dan Yunus (2008:4.31), Keraf (2010:87) Dalman (2014:105) dan Finoza (dalam Dalman 2014:105) dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan narasi oleh peneliti adalah suatu jenis karangan yang berisi suatu rangkaian cerita atau peristiwa yang terjadi secara jelas dengan tujuan tertentu. 2.2.5
Ciri-ciri Narasi Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup berbagai macam karangan.
Masing-masing karanagn mempunyai ciri yang berbeda dengan jenis karangan yang lain. Salah satu jenis karangan yang ada yaitu narasi. Menurut Kusmayadi (2008: 35) narasi pempunyai ciri sebagai berikut. 1) Adanya unsur perbuatan atau tindakan. 2) Adanya unsur rangkaian waktu. 3) Adanya unsur Informatif. 4) Adanya sudut pandang penulis. Selain itu, Semi (dalam Dalman 2014:110) mengungkapkan beberap ciri narasi, yaitu (1) berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia, (2) kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, dapat berupa imajinasi, maupun gabungan keduanya, (3) berdasarkan konflik karena tanpa konflik narasi biasanya tidak menarik, (4) memiliki nilai estetika, (5) menekankan susunan kronologis, dan (6) biasanya memiliki dialog.
27
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Keraf (dalam Dalman 2014:110) bahwa ciri-ciri narasi, yaitu (1) menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan, (2) dirangkai dalam urutan waktu, (3) berusaha menjawab pertanyaan apa yang terjadi?, (4) ada konfilk, narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Ciri-ciri narasi adalah sebagai berikut (1) diceritakan dari sudut pandang tertentu, (2) membuat dan mendukung suatu sudut pandang, (3) diisi dengan detail yang tepat, (4) menggunakan kata kerja yang jelas, (5) menggunakan konflik dan urutan cerita, dan (6) dapat menggunakan dialog. Terdapat beberapa perbedaan antara narasi dengan jenis lainnya, ada beberapa ciri narasi yang dapat kita gunakan sebagai pembeda, yaitu (1) bersumber pada fakta atau sekadar fiksi, (2) berupa rangkaian peristiwa, dan (3) bersifat menceritakan. Berdasarkan pendapat Kusmayadi (2008:35), Semi (dalam Dalman, 2014:110), dan Keraf (dalam Dalman, 2014:110) dapat disimpulkan bahwa ciriciri narasi yaitu (1) berupa rangkaian peristiwa, (2) terdapat tokoh, (3) adanya latar, dan (4) menekankan susunan kronologis. 2.2.6
Unsur-unsur Narasi Menurut Kusmayadi (2008:35) narasi dapat dibangun dengan unsur-unsur
berikut. 1) Tema adalah pokok pembicaraan yang menjadi dasar penceritaan penulis. 2) Alur (plot) adalah jalinan cerita, bagaimana cerita itu disusun sehingga peristiwa demi peristiwa dapat terjalin dengan baik.
28
3) Watak atau karakter berhubungan dengan perangai si pelaku atau tokoh dalam suatu narasi. 4) Suasana berhubungan dengan kesan yang ditimbulkan sehingga pembaca dapat ikut membayangkan dan merasakan suasana yang dihadapi pelaku. 5) Sudut pandang berhubungan dengan dari mana penulis memandang suatu peristiwa. Dia boleh memandang dari sudut pandang orang pertama atau orang ketiga. Selain itu, Keraf (2010:145) mengungkapkan bahwa struktur narasi dapat dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya: perbuatan, penokohan, latar, sudut pandang, dan alur. Alur merupakan kerangka dasar yang terpenting dalam suatu kisah. Alur mengatur bagaimana watak para tokoh digambarkan, serta situasi dan perasaan tokoh yang terkait dalam satu kesatuan waktu. Keraf (2010:147) membatasi alur sebagai suatu interelasi fungsional antara unsur-unsur narasi yang timbul dari tindak-tanduk, karakter, pikiran, dan sudut pandang. Tindak-tanduk perbuatan sebagai satu kesatuan unsur dalam alur. Dalam narasi setiap tindakan harus diungkapkan secara terperinci dalam komponenkomponennya sehingga pembaca seolah-olah merasakan sendiri kejadian itu. Berdasarkan pendapat Kusmayadi (2008:35) dan Keraf (2010:145) dapat disimpulkan struktur utama pembentuk narasi yaitu terdiri atas perbuatan, penokohan, latar, sudut pandang, dan alur cerita. Tindak-tanduk dalam sebuah narasi biasanya mengambil suatu tempat. Tempat itulah yang dinamakan latar. Latar dapat menjadi unsur utama maupun unsur tambahan dalam narasi. Selain itu, sudut pandang juga merupakan salah satu unsur penting. Tujuan sudut
29
pandang adalah sebagai pedoman atau tindak-tanduk karakter dalam sebuah pengisahan. 2.2.7
Jenis-jenis Narasi Menurut Dalman (2014:111) karangan narasi ada dua, yaitu narasi
ekspositoris dan narasi sugestif. a. Narasi Ekspositoris (Narasi Faktual) Narasi Ekspositoris adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas orang tentang kisah seseorang. Narasi ekspositoris merupakan jenis karangan narasii yang mengutamakan kisah yang sebenarnya dari tokoh yang diceritakan. b. Narasi Sugestif (Narasi Artistik) Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung tampak seolah-olah melihat. Dalam hal ini, seorang penulis harus mampu menggambarkan atau mendeskripsikan perwatakan para tokoh dan menggambarkan kejadian atau peristiwa yang dialami para tokoh, dan tempat terjadinya peristiwa yang dialami para tokoh tersebut secara detail sehingga pembaca seolah-olah mengalaminya sendiri. Berikut ini akan dikemukakan perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif agar lebih jelas. Keraf (2010:138) mengungkapkan perbedaan narasi ekspositoris dan sugestif sebagai berikut.
30
Tabel 2.1 Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif No
Narasi Ekspositoris
1.
Memperluas pengetahuan.
2. 3.
4.
Narasi Sugestif
Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat. Menyampaikan informasi Menimbulkan daya khayal. mengenai suatu kejadian. Didasarkan pada penalaran untuk Penalaran hanya berfungsi sebagai mencapai kesepakatan rasional. alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran perlu dilanggar. Bahasanya lebih condong ke Bahasanya lebih condong bahasa bahasa informatif dengan titik figuratif dengan menitik beratkan berat pada penggunaan kata-kata penggunaan kata-kata konotatif. denotatif. Pokok-pokok perbedaan seperti yang dikemukakan di atas merupakan garis
yang menojol antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Antara keduanya itu masih terdapat percampuran-percampuran, dari narasi ekspositoris yang murni berangsur-angsur mengandung ciri-ciri narasi sugestif yang semakin meningkat hingga ke narasi sugestif yang murni. 2.2.8
Langkah-langkah Menulis Narasi Suparno dan Yunus (2008:4.50) mengungkapkan langkah-langkah menulis
narasi yaitu (1) tentukan tema dan amanat yang akan disampaikan, (2) tetapkan sasaran pembaca, (3) rancang peristiwa-peristiwa yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur, (4) membagi peristiwa utama ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita, (5) rinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita, dan (6) susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang. Berdasarkan pendapat Suparno dan Yunus (2008:4.50), langkah-langkah pokok dalam menulis karangan narasi yaitu menentukan tema, sasaran pembaca,
31
menyusun peristiwa dan mengembangkannya, serta menentukan tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang. 2.2.9
Kritreria Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Untuk menceritakan atau menyampaikan kembali hasil wawancara kepada
orang lain, teks wawancara perlu diubah dalam bentuk narasi. Narasi merupakan bentuk karangan pengisahan suatu cerita atau kejadian. Dalam proses pengubahan teks wawancara menjadi narasi dibutuhkan kriteria-kriteria sehingga akan menghasilkan narasi yang baik. Adapun kriteria-kriteria pengubahan teks wawancara menjadi narasi yang baik antara lain : (1) kesesuaian isi, (2) memperhatikan penggunaan kalimat langsung dan tidak langsung, (3) penggunaan ejaan dan tanda baca yang tepat, (4) memperhatikan kohesi dan koherensi, (5) pemilihan kata yang tepat, dan (6) memperhatikan urutan cerita. 2.2.10 Langkah-langkah Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Berdasarkan uraian diatas tentang langkah-langkah menulis narasi, kita dapat menarasikan teks hasil wawancara dengan baik. Langkah-langkahnya sebagai berikut. 1. Bacalah teks hasil wawancara dengan cermat. 2. Catatlah pokok-pokok isi teks hasil wawancara. 3. Buatlah kerangka karangan narasi berdasarkan pokok-pokok isi teks wawancara. 4. Narasikan isi teks hasil wawancara dengan mengembangkan pokok-pokok isi; 5. Lengkapilah narasi dengan bagian penutup.
32
6. Suntinglah jika ada kesalahan bahasa maupun tulisan.
Tabel 2.2 Contoh Menyuntuing dalam Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi No
Kutipan
1.
“Ya, pastinya saya sangat bangga sekali bermain untuk Timnas Indonesia, karena saya berdarah campuran Indonesia. Dan saya yang terpenting sekarang adalah fokus kepada pertandingan AFF dan mencoba untuk memenangkannya”, jawab Irfan.
Pokok-pokok Isi Wawancara a. Irfan mengatakan bahwa dia bangga bermain untuk Timnas Indonesia. b. Menurut Irfan yang terpenting fokus pada perbandingan dan mencoba untuk memenangkannya .
Narasi Irfan sangat bangga bermain untuk Timnas Indonesia. Menurutnya yang terpenting sekarang ia harus fokus pada pertandingan AFF dan berusaha agar Indonesia dapat memenangkannya.
Teks hasil wawancara yang akan digunakan adalah hasil wawancara antara wartawan dan Irfan Bachdim. Kutipan jawaban Irfan dapat digunakan untuk menentukan pokok-pokok isi wawancara dan narasi.
33
Tabel 2.3 Contoh Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi No 1.
Pokok-pokok Isi Narasi Wawancara “Saya sangat bangga dan Irfan sangat bangga Irfan sangat bangga senang bisa mencetak dan senang bisa dan senang bisa gol.” mencetak gol. mencetak gol pertama untuk Indonesia. Kutipan
2.
“Ya, pastinya saya sangat a. Irfan mengatakan bangga sekali bermain dia bangga untuk Timnas Indonesia, bermain untuk karena saya berdarah Timnas Indonesia. campuran Indonesia. Dan b. Menurut Irfan saya yang terpenting yang terpenting sekarang adalah fokus fokus pada kepada pertandingan AFF pertandingan dan dan mencoba untuk mencoba untuk memenangkannya.” memenangkannya.
3.
“Saya bisa bermain a. Christian Gonzales Christian Gonzales dengan Christian Gonzales dan Bambang dan Bambang dan Bambang Pamungkas. Pamungkas Pamungkas Keduanya sangat bagus merupakan pemain merupakan pemain dan saya ingin belajar dari yang sangat bagus. yang sangat bagus mereka, karena mereka b. Irfan ingin belajar dan Irfan ingin idola saya di Timnas.” dari mereka. belajar dari mereka.
4.
“Tim terkuat di Grup A a. Menurut Irfan tim Menurut Irfan tim sudah pasti Indonesia.” terkuat di grup A terkuat di grup A adalah Indonesia. adalah Indonesia.
5.
“Ya, saya pikir Thailand a. Indonesia akan cukup bagus, tapi saya bermain bagus tidak takut dengan lawan sehingga bisa kita, karena kita pasti akan mengalahkan bermain bagus sehingga lawan-lawannya. kita bisa mengalahkan mereka.”
Menurut Irfan Indonesia akan bermain bagus sehingga bisa mengalahkan lawanlawannya.
6.
Tidak penting siapa yang a. Menurut Irfan akan mencetak gol, yang yang terpeting terpenting untuk kita Indonesia dapat memenangkan memenangkan pertandingan. Jadi saya pertandingan. tidak harus mencetak gol, b. Meskipun ia tidak
Menurut Irfan yang terpenting Indonesia dapat memenangkan pertandingan, meskipun ia tidak mencetak gol dalam
Irfan sangat bangga bermain untuk Timnas Indonesia dan menurutnya yang terpenting fokus pada pertandingan AFF dan berusaha agar Indonesia dapat memenangkannya.
34
saya tidak punya target pribadi. Dan bila saya tidak mencetak gol selama turnamen ini, tidak masalah bagi saya, asalkan kita menang dalam turnamen ini, saya menang.”
mencetak gol, turnamen ini. asalkan Indonesia menang, ia akan senang.
Bentuk narasinya sebagai berikut :
Saat ini tim nasional sepak bola Indonesia sedang mengikuti turnamen piala AFF. Dalam turnamen ini timnas Indonesia melibatkan beberapa permainan turunan, diantaranya Irfan Bachdim. Sebelum masuk dalam tim nasional Indonesia, Irfan bermain sepakbola di Belanda. Irfan merasa senang dan bangga bisa bermain untuk tim nasional Indonesia dalam turnamen AFF, apalagi dia bisa mencetak gol pertama untuk Indonesia dalam turnamen ini. Menurutnya yang terpenting sekarang adalah fokus pada pertandingan dan berusaha agar Indonesia dapat memenangkannya. Dalam tim nasional, Irfan bermain di lini depan berpasangan dengan Christian Gonzales dan Bambang Pamungkas. Menurutnya kedua pemain tersebut merupakan pemain yang bagus dan Dia ingin belajar dari mereka. Turnamen AFF ini terbagi dalam beberapa grup dan Indonesia masuk dalam grup A bersama beberapa Negara lain. Tim-tim dari Negara lain dalam grup A merupakan tim-tim yang bagus, termasuk tim nasional Thailand. Tapi menurut Irfan, Indonesia adalah tim terkuat di grup A dan akan bermain bagus sehingga bisa mengalahkan lawan-lawannya dalam turnamen. Selama beberapa kali mengikuti turnamen AFF, Indonesia belum pernah menjadi juara. Oleh karena itu, ia bertekad agar Indonesia bisa menjadi pemenang dalam turnamen ini
Pada langkah-langkah keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi ini diperlukan keterampilan menulis. Menulis merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan segala ide, gagasan, pikiran, dan pendapat sehingga bisa diketahui oleh orang lain. Melalui menulis, semua orang bisa berkomunikasi dengan orang lain meskipun tidak secara langsung. Apa yang telah ditulis biasanya merupakan cerminan dari apa yang dirasakan. Tarigan (2008:3)
35
mengatakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Hal ini memang benar, karena menulis itu bisa karena terbiasa, bukan karena bawaan bakat dari lahir sehingga siapa saja dapat menjadi penulis jika mau berusaha. Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam (Tarigan 2008:1). Pembelajaran bahasa tidak dapat dipisahkan dari keempat keterampilan dasar lainnya. Menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang aktif dan produktif. Hal ini disebabkan karena saat seseorang menulis dituntut aktif untuk menghasilkan sebuah tulisan apapun itu bentuknya. Setiap keterampilan berbahasa memiliki hubungan yang sangat erat dengan keterampilan berbahasa lainnya. Hubungan ini sangat beragam. Tarigan (2008:1) mengatakan bahwa dalam memperoleh keterampilan berbahasa, seseorang harus melalui suatu urutan hubungan yang teratur. Mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu belajar membaca dan menulis. Hal tersebut merupakan bentuk konkrit hubungan keempat aspek berbahasa. Kemudian menulis merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan oleh seorang pelajar. Menulis mempunyai peranan penting bagi mereka. Hal ini senada dengan pendapat Suparno dan Yunus (2008:1.3) yang menegaskan bahwa menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya. Selain itu,
36
adapula yang mengatakan bahwa keterampilan menulis merupakan kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut. Pendapat yang lain juga diungkapkan oleh Dalman (2014:3) bahwa menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Aktivitas menulis melibatkan beberapa unsur, yaitu: penulis sebagai penyampaian pesan, isi tulisan, saluran atau media, dan pembaca. Berdasarkan pendapat Tarigan (2008:3), Suparno dan Yunus (2008:1.3), dan Dalman (2014:3) pengertian menulis dapat disimpulkan oleh penulis yaitu salah satu keterampilan berbahasa dengan suatu kegiatan berkomunikasi secara tidak langsung antara penulis dan pembaca yang mempunyai tujuan mengekspresikan ide, gagasan, pikiran, pesan atau pendapat melalui lambang-lambang bahasa agar dapat dipahami oleh pembaca. 2.2.11 Persamaan dan Perbedaan Teks Hasil Wawancara dengan Narasi Persamaan dan perbedaan teks hasil wawancara dengan narasi adalah sebagai berikut. Tabel 2.4 Persamaan dan Perbedaan Teks Hasil Wawancara dengan Narasi Persamaan
Perbedaan
Pada unsurnya sama-sama Pada unsur narasi terdapat watak/karakter, terdapat tema, dan alur. suasana, dan sudut pandang sedangkan pada unsur teks hasil wawancara tidak ada. Sama-sama mempunyai tujuan Pada teks hasil wawancara berupa dialog tertentu. dan pada narasi berupa monolog.
37
2.2.12 Metode Student Facilitator and Explaining Menurut Sudjana (2009:76) metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Dengan metode ini diharapkan tumbuh sebagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik ketika siswa banyak aktif dibandingkan dengan guru. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa. Selain itu, perasaan bersahabat merupakan ciri-ciri dan sifat interaksi remaja dalam kelompok sebayanya. Mereka sadar bahwa dirinya dituntut untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan teman lain dalam kelompok, meskipun beberapa saat tertentu mereka kurang dapat memenuhi tuntutan kelompok tersebut. Teman sejawat merupakan hal penting yang tidak dapat diremehkan pada masa-masa remaja. Diantara para remaja terdapat jalinan perasaan yang sangat kuat. Pada kelompok teman sejawat itu untuk pertama kalinya remaja menerapkan prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerjasama. Dalam jalinan yang kuat itu terbentuk norma, nilai-nilai dan simbol-simbol tersendiri yang lain dibandingkan apa yang ada di rumah mereka masing-masing. Terkadang pertentangan nilai dan norma yang sering terjadi antara norma dan nilai kelompok pada satu pihak dengan nilai dan norma keluarga pada lain pihak, sering kali timbul pada masa
38
remaja. Dalam hal ini penyesuaian diri dihadapi oleh remaja. Remaja berusaha untuk tidak melanggar peraturan rumah tangga, sementara ia juga merasa takut dikucilkan teman sebaya sekelompok mereka Penyesuaian diri remaja dalam kelompok teman sejawat, umumnya terjadi dalam kelompok yang heterogen, minat, sikap dan sifat, usia dan jenis kelamin yang berbeda. Dalam kelompok besar semacan itu, remaja menyesuaikan diri dengan cara lebih banyak mengabaikan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompoknya. Tetapi yang sesungguhnya terjadi adalah karena remaja itu sendiri merasa takut atau menghindari keterkucilan dari kelompok. Dengan kata lain bahwa dalam hal-hal yang tidak membuat remaja yang bersangkutan terlalu dirugikan, remaja cenderung mengikuti kemauan kelompok. Akan tetapi bila pertentangan yang terjadi menyangkut hal prinsip bagi seorang remaja, maka seorang remaja akan menyesuaikan dalam bentuk lain. Teman sejawat biasanya berpengaruh terhadap sikap remaja pada sikap dan perilaku remaja tergantung pada sikap dan aktivitas yang ada di dalam kelompok serta kebutuhan individu. Jika unsur prestasi atau hasil belajar yang lebih diutamakan oleh kelompok umumnya anggota kelompok menunjukan prestasi atau hasil belajarnya. Jika yang menjadi pilihan kekerasan dan kenakalan maka pilihan itu segera diterjemahkan ke dalam sikap dan perilaku individu. Kelompok teman sebaya baik yang terjadi di masyarakat maupun di sekolah terdiri kelompok-kelompok sosial yang beranggotakan beberapa orang. Dalam kelompok ini sering terjadi tukar-menukar pengalaman, berbagai pengalaman, kerja sama, tolong-menolong, tenggang masa dalam kelompok sebaya adalah
39
tinggi. Karakteristik teman sejawat cenderung saling tolong menolong, tenggang rasa. Apabila tolong-menolong tersebut dalam hal yang positif maka tentu terjadi pergaulan yang baik. Contohnya antar teman sejawat tersebut membuat kelompok belajar, maka prestasi mereka akan naik di bidang akademik di sekolahnya. Tetapi apabila tolong-menolong tersebut dalam hal yang negatif, maka dapat dipastikan terjadi pergaulan yang jelek yang dapat meremberi kearah kenakalan remaja. Sikap remaja akan cenderung berubah bila mereka masuk ke suatu kelompok yang baru. Sikap dan perilakunya disesuaikan dengan nilai-nilai dan norma-norma kelompok yang baru walaupun tidak seluruhnya sikap dan perilakunya berubah. Teman sejawat cukup berperan dalam pembentukan sikap dan perilaku yang kurang baik. Hal ini bisa terjadi karena remaja suka melakukan peniruan yaitu bahwa anak adalah peniru sikap-sikap yang mereka tangkap sebagaimana mereka mempelajarinya. Salah satu upaya pencapaian keberhasilan proses pembelajaran telah dibahas pada bagian sebelumnya, yaitu melalui pemilihan metode pembelajaran salah satunya adalah metode student facilitator and explaining. Student facilitator and explaining ini merupakan salah satu dari tipe model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Metode student facilitator and explaining merupakan suatu metode dimana siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada siswa lainnya. Sedangkan
40
menurut Suprijono (2009:129) metode student facilitator and explaining mempunyai arti metode yang menjadikan siswa dapat membuat peta konsep maupun bagan untuk meningkatkan kreatifitas siswa dan prestasi belajar siswa. Perbedaan metode student facilitator and explaining dengan metode diskusi terletak pada cara pertukaran pikiran antar siswa. Dalam metode student facilitator and explaining siswa dapat menerangkan dengan bagan atau peta konsep. Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa metode student facilitator and explaining menjadikan siswa sebagai fasilitator dan diajak berpikir secara kreatif sehingga menghasilkan pertukaran informasi yang lebih mendalam dan lebih menarik serta menimbulkan rasa percaya diri pada siswa. Kegiatan yang terjadi pada metode ini memberikan kebebasan siswa baik untuk mengemukakan ide atau gagasan mereka maupun menanggapi pendapat siswa lainnya. Sehingga menuntut adanya komunikasi antarsiswa agar proses pembelajaran menjadi optimal. Selain itu, tanggung jawab terhadap ide atau pendapat yang mereka sampaikan sangat diperlukan. 2.2.13 Kelebihan dan Explaining
Kekurangan
Metode
Student
Facilitator
and
Dalam pelaksanaannya, setiap metode yang sudah ada selama ini memiliki kelebihan dan kekurangan begitu juga dengan metode student facilitator and explaining memiliki kedua hal tersebut. Adapun menurut Prasetya (dalam Andari 2013:13) kelebihan dan kekurangan dari model ini sebagai berikut. a. Kelebihan
41
1) Dapat mendorong tumbuh dan kembangnya potensi berpikir kritis siswa secara optimal. 2) Melatih siswa aktif, kreatif dalam menghadapi setiap permasalahan. 3) Mendorong
tumbuhnya
tenggang
rasa,
mau
mendengarkan
dan
menghargai pendapat orang lain. 4) Mendorong tumbuhnya sikap demonstrasi. 5) Melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling bertukar pendapat secara objektif, rasional guna menentukan suatu kebenaran dalam kerjasama anggota kelompok. 6) Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat siswa secara terbuka. 7) Melatih siswa untuk selalu dapat mandiri dalam menghadapi setiap masalah. 8) Melatih kepemimpinan siswa. 9) Memperluas wawasan siswa melalui kegiatan saling bertukar informasi, pendapat dan pengalaman antar mereka. b. Kekurangan 1) Timbul rasa yang kurang sehat antar siswa satu dengan yang lainnya. 2) Peserta didik yang malas mungkin akan menyerahkan bagian pekerjaanya kepada siswa yang pintar. 3) Penilaian individu sulit karena tersembunyi dibalik kelompoknya. 4) Metode student facilitator and explaining memerlukan persiapan yang rumit dibanding dengan model lain, misalnya model ceramah.
42
5) Apabila terjadi persaingan yang negatif hasil pekerjaan akan memburuk. 6) Peserta didik yang malas memiliki kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompoknya, dan memungkinkan akan memperngaruhi kelompoknya sehingga usaha kelompok tersebut gagal. 2.2.14 Langkah-langkah Metode Student Facilitator and Explaining Suprijono (2009:128) mengungkapkan langkah-langkah yang digunakan dalam proses pembelajaran menggunakan metode student facilitator and explaining sebagai berikut. a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. b. Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi. c. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui bagan atau peta konsep. d. Guru menyimpukan ide atau pendapat dari siswa. e. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu. f. Penutup. Dari pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa metode student facilitator and explaining mempunyai tahapan atau langkah-langkah seperti berikut. 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai atau kompetensi dasar. 2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran. 3) Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran. 4) Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa.
43
5) Guru menerangkan materi yang disajikan saat itu. 6) Penutup. 7) Evaluasi. Selain itu, peran siswa sebagai facilitator and explaining dan penjelas dalam metode ini yaitu merencanakan bagaimana cara mereka mengajari materi yang sedang dipelajari kepada satu sama lain dan menyampaikan secara lisan melalui bagan kepada anggota kelompok lainnya. Selain itu, menggambarkan bagaimana cara menyelesaikan tugas yang diberikan (tanpa memberikan jawabannya), memberikan umpan balik yang spesifik mengenai pekerjaan siswa lain, dan menyelesaikan tugas dengan meminta siswa lain untuk mendemonstrasikan cara menyelesaikan tugas tersebut. Sedangkan peran guru yaitu sebagai manager, guru memonitoring disiplin kelas dan hubungan interpesonal, dan memonitoring ketepatan penggunaan waktu dalam menyelesaikan tugas. Selain itu sebagai mediator, guru memandu menjembatani mengaitkan materi pembelajaran yang sedang dibahas dengan permasalahan yang nyata dikemukakan di lapangan. Dengan kata lain, guru memberikan pengarahan kepada kelompok dengan menyatakan tujuan dari tugas atau materi yang diberikan, mendorong dan memastikan siswa untuk berpartisipasi. Membuat siswa mendapatkan giliran adalah salah satu cara untuk menarik partisipasi seluruh anggota kelompok. Selain itu, memberikan kesempatan untuk menyampaikan umpan balik positif kepada semua anggota. 2.2.15 Konsep Pendidikan Berbasis Karakter
44
Secara faktual, data realistis menunjukkan bahwa moralitas maupun karakter bangsa saat ini telah runtuh. Runtuhnya moralitas dan karakter bangsa tersebut telah mengundang berbagai musibah dan bencara di negeri ini. Musibah dan bencana tersebut meluas pada ranah sosial-keagamaan, hukum, maupun politik. Kondisi kualitas sumber daya manusia yang rendah dapat memperburuk kehidupan masyarakat. Pendidikan sekarang ini masih melahirkan generasi yang ahli dalam pengetahuan sains dan teknologi, hal ini bukan merupakan suatu prestasi,
karena
kepribadian
pendidikan
yang unggul
seharusnya
dan
sekaligus
menghasilkan menguasai
generasi ilmu
dengan
pengetahuan.
Pembentukan karakter merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Agama yang menjadi faktor penting dalam pembentukan karakter peserta didik hanya ditempatkan pada posisi yang sangat minim, dan tidak menjadi landasan dari seluruh aspek. Karakter juga dapat disebut dengan moral. Menurut Suseno (dalam Budiningsih 2008:24) bahwa kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Kemudian menurut Koesoema (2010:4) pendidikan karakter bukan hanya berurusan dengan penanaman nilai bagi siswa, namun merupakan sebuah usaha bersama untuk menciptakan sebuah lingkungan pendidikan tempat setiap individu dapat menghayati kebebasannya sebagai sebuah persyaratan bagi kehidupan moral yang dewasa. Oleh karena itu, ada dua macam paradigma dalam pendidikan karakter. Yang pertama memandang pendidikan karakter dalam cakupan
45
pemahaman moral yang sifatnya lebih sempit. Yang kedua melihat pendidikan karakter dalam sudut pandang pemahaman isu-isu moral yang lebih luas, terutama melihat keseluruhan peristiwa dalam dunia pendidikan itu sendiri. Selanjutnya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Sulhan, 2010:1) karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Hal lain juga disebutkan bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehinggga menjadi manusia insan kamil (Narwanti 2011:14). Pendidikan karakter, menurut Megawati (dalam Kesuma dkk. 2012:5) adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Definisi lainnya dikemukakan oleh Gaffar (dalam Kesuma dkk. 2012:5) bahwa pendidikan karakter
merupakan
sebuah
tranformasi
nilai-nilai
kehidupan
untuk
ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Pada hakikatnya, tujuan pendidikan nasional tidak boleh melupakan landasan konseptual filosofi pendidikan yang membebaskan dan mampu menyiapkan generasi masa depan untuk dapat bertahan hidup (survive) dan berhasil menghadapi tantangan-tantangan zamannya (Kesuma dkk. 2012: 6).
46
Amin (dalam Suyadi 2013:6)
mengemukakan bahwa kehendak (niat)
merupakan awal terjadinya akhlak (karakter) pada diri seseorang jika kehendak itu diwujudkan dalam bentuk pembiasan sikap dan perilaku. Hal tersebut juga ditegaskan bahwa pendidikan karakter dapat diartikan sebagai upaya sadar dan terencana dalam mengetahui kebenaran atau kebaikan, mencintainya dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari (Suyadi 2013:6). Orang yang berkarakter adalah orang yang berkepribadian, berperilaku bersifat, bertabiat, atau berwatak tertentu, dan watak tersebut yang membedakan dirinya dengan orang lain (Suyadi 2013:5). Kemudian, fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional menurut UUSP No.20 tahun 2003 Bab 2 Pasal 3 (dalam Kesuma dkk. 2012:6). Pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan
dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esaa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Mencermati
fungsi
pendidikan
nasional,
yakni
mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak dan beradaban bangsa seharusnya memberikan pencerahan yang memadai bahwa pendidikan harus berdampak pada watak manusia atau bangsa Indonesia. Fungsi ini amat berat untuk dipikul oleh pendidikan
nasional,
terutama
apabila
dikaitkan
bertanggungjawab untuk keberlangsungan fungsi ini.
dengan
siapa
yang
47
Menurut Daryanto, dkk (2013:3) ada enam pilar karakter (the six pillars of character) atau enam aturan dasar dalam kehidupan (six basic rules of living) meliputi kejujuran (trustworthiness), rasa hormat (respect), tanggung jawab (responsibility), keadilan (fairness), kepedulian (caring), dan warga negara yang baik (good citizenship). Dalam konteks pendidikan karakter, bahwa kemampuan yang harus dikembangkan pada peserta didik melalui sekolah adalah berbagai kemampuan yang akan menjadikan manusia sebagai makhluk yang berketuhanan (tunduk patuh pada konsep ketuhanan) dan mengemban amanah sebagai pemimpin di dunia. Kemampuan yang perlu dikembangkan pada peserta didik Indonesia adalah kemampuan mengabdi kepada Tuhan yang menciptakannya, kemampuan untuk menjadi dirinya sendiri, kemampuan untuk hidup seccara harmoni dengan manusia dan makhluk lainnya, dan kemampuan untuk menjadikan dunia ini sebagai wahana kemakmuran dan kesejahteraan bersama.
2.2.16 Nilai-nilai Karakter Menurut Suyadi (2013:6), beerikut ini akan dikemukakan 18 nilai karakter versi Kemendiknas sebagaimana tertuang dalam buku Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang disusun Kemendiknas melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum (Kementrian Pendidikan Nasional 2010). Nilai-nilai tersebut, yaitu (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan atau nasionalisme, (11) cinta tanah air, (12) menghargai
48
prestasi, (13) komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab. Dalam pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dibutuhkan beberapa sikap karakter yang perlu dimiliki oleh sisiwa, yaitu (1) jujur, (2) disiplin, (3) kerja keras, (4) kreatif, (5) mandiri, (6) rasa ingin tahu, dan (7) tanggung jawab. Penjelasan dari masing-masing karakter sebagai berikut. (1) Jujur, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara pengetahuan, perkataan dan perbuatan (mengetahui yang benar, mengatakan yang benar dan melakukan yang benar), sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya. Contoh sikap jujur pada pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara misalnya, siswa selalu mengerjakan tugas sendiri, dan siswa tidak berbohong pada kegiatan membuat kerangka narasi dann mengembangkan menjadi karangan narasi yang utuh. (2) Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku. Contoh sikap disiplin pada pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara misalnya, siswa masuk kelas tepat waktu, dan siswa selalu mengerjakan tugas dengan baik dan dikumpulkan tepat waktu. (3) Keja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya. Contoh
49
sikap kerja keras pada pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara misalnya, siswa aktif mencatat penjelasan guru, siswa aktif bertanya kepada guru maupun temannya ketika kurang paham tentang materi yang diajarkan, siswa bersunggug-sungguh dalam mengerjakan tugas, dan siswa berusaha menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh. (4) Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya. Contoh sikap kreatif pada pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara misalnya, siswa menuangkan ide atau gagasan baru dalam mengerjakan tugas. (5) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini bukan berarti tidak boleh kerja sama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh melempar tugas dan tanggung jawab kepada orang lain. Contoh sikap mandiri pada pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara misalnya, siswa mengerjakan tugas mengembangkan kerangka kangan narasi menjadi karangan narasi yang utuh sendiri tanpa bantuan teman. (6) Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam. Contoh sikap rasa ingin tahu pada pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara misalnya, siswa mendengarkan penjelasan guru dengan penuh perhatian, siswa aktif bertanya
50
kepada guru, dan siswa aktif menjawab pertanyaan atau memberikan tanggapan. (7) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial masyarakat, bangsa, negara maupun agama. Contoh sikap tanggung jawab pada pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara misalnya, siswa selalu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik pada kegiatan pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, dan siswa selalu menyelesaikan tugas dengan data atau informasi yang dipercaya. 2.2.17 Penerapan Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter Pembelajaran menulis karangan narasi berdasarkan teks hasil wawancara ini menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining
berbasis
karakter.
Sudah
dipaparkan
sebelumnya,
metode
pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining berbasis karakter ini dipilih karena akan menjadikan siswa lebih aktif dan memberikan siswa pengalaman belajar yang tinggi. Siswa akan belajar mengenai tanggung jawab, kerja sama, dan sumbang saran. Di samping itu, siswa akan mendapatkan bimbingan dari guru dan teman yang lain secara bertahap, melihat bahwa siswa kurang mendapakan pelatihan sebelumnya, sehingga setiap siswa memahami pembelajaran yang diberikan dan mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal.
51
Dalam penerapan pembelajaran ini, satu kelas terdiri atas 35 siswa, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri atas 5 orang, siswa tersebut mendiskusikan mengenai pemodelan yang diberikan guru. Guru berperan sebagai motivator bukan sebagai pemberi informasi sehingga siswa lebih aktif dalam mencari informasi. Berikut ini tahapan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi
dengan metode pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining berbasis karakter. Berdasarkan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses, pelaksanaan pembelajaran terdiri atas 3 kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti yang terdiri atas eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, lalu kemudian yang terakhir kegiatan penutup. Pertemuan pertaman pada tahap yang pertama adalah kegiatan pendahuluan diawali dengan apersepsi yang diberikan oleh guru kepada siswa. Guru memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat yang akan diperoleh siswa jika telah menguasai kompetensi mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Motivasi pun tak lupa guru sampaikan dengan menceritakan kisah kesuksesan penulis agar siswa bersemangat selama mengikuti pembelajaran. Pada tahap inti merupakan tahapan pelaksanaan metode student facilitator and explaining. Langkah-langkah yang dilakukan guru pada tahapan inti yang pertama eksplorasi yaitu siswa diberikan contoh teks hasil wawancara dan karangan narasi oleh guru. Selain itu, guru menjelaskan persamaan dan perbedaan teks hasil wawancara dengan narasi, guru menjelaskan bagaimana cara mengubah
52
teks hasil wawancara menjadi narasi. Selanjutnya tahapan inti yang kedua elaborasi yaitu siswa dikelompokkan, setiap kelompok terdiri atas 5 anak, tiap kelompok dibagikan contoh teks hasil wawancara oleh guru, guru menugaskan kepada siswa untuk mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, siswa berdiskusi membahas mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, siswa secara berkelompok membuat kerangka karangan narasi berdasarkan teks wawancara yang telah dibagikan, setelah membuat kerangka karangan. Lalu tahapan inti yang terakhir konfirmasi yaitu setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa kerangka karangan dan kelompok yang lain memberi masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal, setelah semua kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, selanjutnya mengembangkan kerangka karangan dengan dipandu oleh guru, setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya lagi dan kelompok yang lain memberi masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal, hasil akhir pekerjaan kelompok ditempelkan di papan tempel, siswa dengan dibimbing guru mengoreksi hasil pekerjaan kelompok lain, tiap kelompok memperbaiki karangannya berdasarkan komentar yang telah diberikan oleh kelompok lain. Selanjutnya tahap terakhir pada pertemuan pertama yaitu penutup. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, dan guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. Kemudian, guru memberi penjelasan kepada siswa untuk persiapan apa saja yang dibutuhkan pada pertemuan yang akan datang.
53
Pada pertemuan kedua terdiri atas tiga tahap pula. Tahapan itu yaitu terdiri atas tiga tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pelaksanaan pembelajaran harus sesuai dengan perencanaan yang telah disiapkan agar mencapai tujuan pembelajaran. Tahapan pertama pertemuan kedua yaitu pendahuluan. Tahapan ini terdiri atas beberapa langkah yaitu guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran, guru menjelaskan tentang tujuan dan manfaat pembelajaran, guru memotivasi siswa agar semangat dalam belajar, guru bertanya kepada siswa tentang wawancara dan narasi untuk mengarahkan pemahaman siswa tentang materi yang akan dipelajari, dan siswa diberikan kesempatan untuk bertanya jika ada materi yang belum dipahami. Tahap inti pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator and explaining, siswa dibagikan selembaran contoh teks hasil wawancara oleh guru, guru membagikan LK 1 (kerangka narasi) dan LK 2 (pengembangan karangan narasi), siswa secara individu menyusun karangan narasi pada LK 1 dan 2 berdasarkan contoh teks wawancara
yang
telah
dibagikan
oleh
guru,
setelah
selesai
siswa
mempresentasikan hasil pekerjaan mereka, dan guru menjelaskan materi yang belum dipahami siswa selama pembelajaran berlangsung. Tahap terakhir pada pertemuan kedua yaitu penutup. Langkah-langkah pada tahapan ini yaitu (1) guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, dan
54
(2) guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. 2.3 Kerangka Berpikir Keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi di MTs Negeri Kendal ditengarai masih rendah. Sebagian besar siswa mendapatkan nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal. Hal ini disebabkan karena siswa merasa bosan dan minimnya motivasi siswa selama pembelajaran sehingga tidak memperhatikan materi yang diberikan oleh guru. Sarana dan metode pembelajaran menulis belum efektif. Menyelipkan pendidikan karakter pada karangan siswa dimaksudkan untuk mendidik menjadi siswa yang berkarakter baik. Perlu diadakan suatu upaya untuk meningkatkan nilai siswa. Metode student facilitator and explaining dipilih untuk meningkatkan motivasi, konsentrasi serta ketelitian siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi berbasis karakter sehingga mereka akan lebih aktif dan bersemangat. Guru sebagai pendidik memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Melalui proses belajar mengajar, guru dituntut untuk menampilkan keahliannya di depan kelas. Salah satu keahlian yang dimiliki guru yaitu kemampuan menyampaikan pelajaran. Agar penyampaian pelajaran tepat pada tujuan pembelajaran maka harus memilih metode pembelajaran yang inovatif dan tidak monoton. Pemilihan metode pembelajaran pada materi mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi misalnya dengan metode yang melibatkan
55
keaktifan siswa dan menuntut siswa untuk menemukan konsep sendiri, sehingga memudahkan siswa untuk memahaminya. Penggunaa metode student facilitator and explaining menyajikan cara pembelajaran baru yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam menulis, khususnya dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Metode student facilitator and explaining akan mendorong siswa untuk bekerjasama antar teman sehingga hasil pekerjaannya memuaskan karena telah mendapatkan masukan-masukan dari teman yang lain. Setelah mendapatkan informasi yang lengkap, maka langkah siswa membuat sebuah kerangka karangan narasi dengan merangkai informasi yang telah didapatkan dari lembaran teks hasil wawancara yang telah disediakan oleh guru. Setelah menyusun kerangka karangan, lalu siswa mengembangkan kerangka tersebut menjadi suatu karangan yang utuh. Metode Pembelajaran student facilitator and explaining merupakan metode pembelajaran dimana siswa belajar mempresentasikan pendapat kepada teman-teman siswa yang lainnya. Dalam pelaksanaanya siswa diminta untuk berkelompok, dengan kelompoknya membuat kerangka karangan narasi yang telah dibuat dengan kelompok kemudian mempresentasikannya. Metode ini memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk bertindak sebagai seorang pengajar/penjelas materi dan seorang yang memfasilitasi proses pembelajaran terhadap siswa lain, kemudia kelompok yang yang dapat memberi tambahan kepada temannya yang sedang presentasi sehingga hasil akhir yang didapatkan memuaskan. Dengan metode ini, siswa yang selama ini tidak mau terlibat akan
56
ikut serta dalam pembelajaran secara aktif. Sehingga siswa dapat lebih mudah memahami menulis narasi dan pemahaman siswa akan meningkat. Dengan meningkatnya pemahaman terhadap keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi melalui penerapan metode student facilitator and explaining berbasis karakter dalam pembelajaran, diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif maupun psikomotorik siswa. Metode student facilitator and explaining pada penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus. Pelaksanaan penelitian ini mengacu pada instrumen yang sudah disusun pada tahap perencanaan berupa silabus dan RPP. Penyusunan RPP pada siklus II mengacu pada hasil penelitian dari siklus I dengan materi yang berbeda. Pembelajaran
mengubah
teks
hasil
wawancara
menjadi
narasi
menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter diharapkan
dapat
mengatasi
permasalahan
yang
berhubungan
dengan
pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Penilaian terhadap hasil belajar kognitif siswa dilaksanakan setiap akhir siklus. Penilaian hasil belajar efektif dan psikomotorik diambil dari pengamatan selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Kemudian hasil penilaiannya dikumpullkan untuk dianalisis peningkatan hasil belajarnya. Jika hasil belajar siswa setelah dianalisis belum memenuhi indicator ketuntasan belajar baik ranah kognitif, ranah afektif maupun ranah psikomotorik, maka kekurangan penelitian akan diperbaiki pada siklus berikutnya.
57
Berdasarka uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Kerangka Berpikir Penerapan Metode Pembelajaran
Student
Facilitator
and
Explaining
untuk
Meningkatkan
Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Berbasis Karakter. Bagan kerangka berpikir digambarkan sebagai berikut.
Kurang terampil dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi
INPUT
Penemuan metode pembelajaran student facilitator and explaining berbasis karakter
Pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran student facilitator and explaining berbasis karakter
PELAKSANAAN
SIKLUS I 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pengamatan
SIKLUS II 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pengamatan
Hasil belajar siswa mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode pembelajaran student facilitator and explaining berbasis karakter
Bagan 1.1 Kerangka Berpikir
OUTPUT
58
2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah setelah dilaksanakan pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter maka siswa akan mengalami peingkatan kompetensi tersebut dan perubahan sikap ke arah yang lebih baik.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian tentang peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter pada siswa kelas VII MTs Negeri Kendal adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dan penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyantoro (2007:7) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk kajian yang sistematis reflektif, dilakukan oleh pelaku tindakan (guru), dan dilakukan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran. Kajian ini dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan yang dilaksanakan serta memperbaiki kondisi-kondisi praktik-praktik tesebut yang dilaksanakan. Penelitian tindakan kelas terdiri atas dua siklus, yaitu proses tindakan pada siklus. Tiap siklus terdiri dari empat komponen, yaitu, perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rancangan mengajar termasuk mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Selanjutnya peneliti melakukan kegiatan pembelajaran dengan melaksanakan tindakan yang akan dilakukan pada penelitian. Siklus bertujuan untuk mengetahui keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Jika siklus I dinyatakan belum berhasil maka dilaksanakan siklus II. Siklus digunakan sebagai
59
60
refleksi untuk melaksanakan siklus selanjutnya. Hasil proses tindakan pada siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi setelah dilakukan perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus I. Adapun rancangan penelitian yang digunakan penulis adalah siklus model yang dikemukakan oleh Arikunto, dkk. (2008:16). Beliau menyatakan bahwa secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk maisng-masing tahap adalah sebagai berikut.
Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
?
Bagan 2.1 Model Siklus Arinkunto, dkk (2008:16)
61
3.1.1
Proses Tindakan Siklus I Penelitian dilakukan melalui dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Siklus I
merupakan tahapan awal pelaksanaan penelitian. Siklus I digunakan sebagai refleksi untuk melakukan siklus II. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian. Setiap tahapan dilaksanakan secara maksimal agar penelitian dapat berjalan lancar dan tepat sasaran. Pada siklus ini dilakukan empat tahapan penelitian yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. 3.1.1.1 Perencanaan Siklus I Tahap perencanaan ini berupa rencana kegiatan menentukan langkahlangkah yang dilakukan penelitian untuk memecahkan masalah. Masalah yang dialami dalam pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi di MTs Negeri Kendal yaitu masih rendahnya keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi karena berbagai faktor, baik faktor siswa maupun dari luar diri siswa. Adapun faktor yang berasal dari siswa, antara lain: motivasi siswa dalam menulis sangat minim, konsep atau bahan yang dimiliki siswa untuk dikembangkan jadi tulisan sangat terbatas, kemampuan siswa menafsiran fakta untuk ditulis sangat rendah,
kemampuan siswa
menuangkan gagasan atau pikiran ke dalam bentuk kalimat-kalimat yang mempunyai kesatuan yang logis dan padu serta diikat oleh struktur bahasa. Adapun faktor yang berasal dari luar diri siswa, antara lain: sarana dan metode atau strategi pembelajaran menulis belum efektif. Upaya untuk mengatasi
62
permasalahan tersebut adalah dengan mengubah metode pembelajaran agar minat siswa dan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran meningkat. Pada tahap perencanaan siklus I, dilakukan persiapan pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator and explaining. Langkah-langkah pembelajarannya yaitu (1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter, (2) guru memberi pemahaman awal kepada siswa tentang cara mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, (3) siswa diberitahu tema teks hasil wawancara yang akan diubah menjadi narasi, (4) siswa dibagi menjadi kelompok, masingmasing kelompok beranggotakan 5 siswa (pembagian kelompok dibentuk berdasarkan posisi lajur kursi siswa). Alternatif tindakan untuk tahap ini adalah siswa dikelompokkan ditentukan oleh guru dengan mempertimbangkan berbagai hal, antara lain: karakter siswa, jenis kelamin, keakraban siswa untuk melakukan diskusi secara bersama-sama, (5) siswa dibagi contoh teks hasil wawancara yang telah disiapkan oleh guru. Setiap kelompok mendapatkan 1 teks hasil wawancara yang telah disiapkan oleh guru, (6) setelah setiap kelompok mendapatkan lembaran teks hasil wawancara, mereka bekerjasama membuat narasi dengan mengembangkan teks hasil wawancara yang telah disediakan oleh guru, (7) setiap langkah pembuatan dipresentasikan kepada kelompok lain, agar mendapat masukan dan koreksi dari kelompok lain. Lalu narasi tersebut diperbaiki disempurnakan, (8) setelah disempurnakan, semua karangan siswa dalam satu kelompok ditempel pada karton manila, lalu dipajang di dinding, (9) setiap
63
kelompok mengunjungi, menilai, dan memilih karya yang dianggap terbaik sesuai dengan aturan, dan (10) pemberian penghargaan terhadap karya siswa yang terbaik. 3.1.1.2 Tindakan Siklus I Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Tindakan merupakan langkah inti dalam suatu pembelajaran yang harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai sasaran. Tindakan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah dirancang sebelumnya. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas dua pertemuan. Masing-masing pertemuan terdiri atas tiga tahap pembelajaran yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pertemuan pertama, tahap pendahuluan yaitu (1) diawali dengan apersepsi yang diberikan oleh guru kepada siswa, (2) guru memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat yang akan diperoleh siswa jika telah menguasai kompetensi mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi (3) motivasi pun tak lupa guru sampaikan dengan menceritakan kisah kesuksesan penulis agar siswa bersemangat selama mengikuti pembelajaran. Tahap inti merupakan tahapan pelaksanaan metode student facilitator and explaining. Langkah-langkah yang dilakukan guru pada tahapan inti yaitu (1) siswa diberikan contoh teks hasil wawancara dan karangan narasi oleh guru, (2) guru menjelaskan persamaan dan perbedaan teks hasil wawancara dengan narasi, (3) guru menjelaskan bagaimana cara mengubah teks hasil wawancara menjadi
64
narasi, (4) siswa dikelompokkan, setiap kelompok terdiri atas 5 anak, (5) tiap kelompok dibagikan selembaran contoh teks hasil wawancara oleh guru, (6) guru menugaskan kepada siswa untuk mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, (7) siswa berdiskusi membahas mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, (8) siswa secara berkelompok membuat kerangka karangan narasi berdasarkan teks hasil wawancara yang telah dibagikan, (9) setelah membuat kerangka karangan, setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa kerangka karangan dan kelompok yang lain memberi masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal, (10) setelah semua kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, selanjutnya mengembangkan kerangka karangan dengan dipandu oleh guru, (11) setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya lagi dan kelompok yang lain memberi masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal, (12) hasil akhir pekerjaan kelompok ditempelkan di papan tempel, (13) siswa dengan dibimbing guru mengoreksi hasil pekerjaan kelompok lain, (14) tiap kelompok memperbaiki karangannya berdasarkan komentar yang telah diberikan oleh kelompok lain. Tahapan tahapan terakhir pada pertemuan pertama yaitu penutup. Langkahlangkah pembelajaran pada bagian penutup yaitu (1) guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, (2) guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung, dan (3) guru memberi penjelasan kepada siswa untuk persiapan apa saja yang dibutuhkan pada pertemuan yang akan datang.
65
Pertemuan kedua terdiri atas tiga tahap pula. Tahapan itu yaitu terdiri atas tiga tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pelaksanaan pembelajaran harus sesuai dengan perencanaan yang telah disiapkan agar mencapai tujuan pembelajaran. Tahapan pertama pertemuan kedua yaitu pendahuluan. Tahapan ini terdiri atas beberapa langkah yaitu (1) guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran, (2) guru menjelaskan tentang tujuan dan manfaat pembelajaran, (3) guru memotivasi siswa agar semangat dalam belajar, (4) guru bertanya kepada siswa tentang wawancara dan narasi untuk mengarahkan pemahaman siswa tentang materi yang akan dipelajari, dan (5) siswa diberikan kesempatan untuk bertanya jika ada materi yang belum dipahami. Tahap inti pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut (1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator and explaining, (2) siswa dibagikan selembaran contoh teks hasil wawancara oleh guru, (3) guru membagikan LK 1 (kerangka narasi) dan LK 2 (pengembangan karangan narasi), (4) siswa secara individu menyusun karangan narasi pada LK 1 dan 2 berdasarkan contoh teks hasil wawancara yang telah dibagikan oleh guru, (5) setelah selesai siswa mempresentasikan hasil pekerjaan mereka, dan (6) guru memberi penguatan dengan menanggapi pekerjaan siswa dan memberi penilaian. Tahap terakhir pada pertemuan kedua yaitu penutup. Langkah-langkah pada tahapan ini yaitu (1) guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, dan
66
(2) guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. 3.1.1.3 Observasi Siklus I Observasi merupakan kegiatan mengamati reaksi dan perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi atau pengamatan dilaksanakan untuk mengumpulkan data tentang metode yang digunakan yaitu metode student facilitator and explaining selama proses pembelajaran berlangsung. Pengambilan data dilakukan melalui tes dan nontes. Proses pengambilan data tes dilakukan untuk melihat kemampuan materi yang diserap oleh siswa. Kegiatan yang dilakukan berupa data tes individu siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi serta peningkatan keterampilan siswa setelah dilakukan pembelajaran. Proses pengambilan data nontes dilakukan oleh peneliti untuk melihat perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Beberapa aspek yang diamati adalah perilaku dan aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran, respons siswa terhadap metode yang digunakan dalam pembelajaran, keaktifan siswa di dalam kelas yang berupa menjawab pertanyaan dari guru maupun bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahaminya. Berdasarkan data nontes dapat diketahui apakah metode yang digunakan peneliti dapat diterima dengan baik oleh siswa atau tidak. Data nontes diperoleh melalui beberapa tahap. Tahapan untuk memperoleh data nontes yaitu (1) observasi siswa untuk mengetahui perilaku atau aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, (2) jurnal penelitian untuk guru dan siswa dalam proses pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi
67
dengan metode student facilitator and explaining, (3) wawancara untuk mengetahui pendapat siswa yang dilakukan di luar pembelajaran kepada perwakilan siswa yang memperoleh nilai rendah, sedang, dan tinggi, (4) dokumentasi foto yang digunakan sebagai laporan yang berupa gambar dan aktivitas selama pembelajaran berlangsung. Semua data tersebut dijelaskan dalam bentuk deskripsi secara lengkap. 3.1.1.4 Refleksi Siklus I Peneliti melakukan refleksi dengan menganalisis hasil tes dan nontes setelah melakukan tindakan siklus I. Refleksi dilakukan sebagai upaya mengkaji segala hal yang terjadi pada tahap tindakan siklus I. Hasil refleksi ini digunakan sebagai bahan masukan dalam menetapkan langkah selanjutnya. Refleksi pada siklus I dijadikan masukan dalam menentukan langkah pada siklus II sehingga hasil yang didapatkan dapat maksimal. Masalah-masalah pada siklus I dapat dicari pemecahannya,
sedangkan
kelebihan-kelebihannya
dipertahankan
dan
ditingkatkan, sehingga akan diperoleh hasil pembelajaran yang lebih baik pada siklus II. 3.1.2
Proses Tindakan Siklus II Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam siklus II terdiri atas empat
tahap seperti layaknya pada siklus I. Empat tahap tersebut yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang merupakan tindak lanjut dan perbaikan dari siklus I. Hasil refleksi pada siklus I diperbaiki pada siklus II sehingga hasilnya lebih maksimal.
68
3.1.2.1 Perencanaan Siklus II Berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus I, peneliti memperbaiki proses pembelajaran pada siklus II. Pada proses penelitian tindakan kelas siklus II dilakukan beberapa perbaikan dan penyempurnaan pada perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Peneliti mempersiapkan hal-hal yang akan dilaksanakan pada siklus II dengan memperbaiki hasil refleksi pada siklus I. Peneliti melakukan beberapa perbaikan pada beberapa aspek. Perbaikan yang dilakukan sebagai bentuk perencanaan pada siklus II meliputi (1) identifikasi masalah yang timbul pada siklus I sehingga memerlukan perbaikan, yakni perbaikan cara penyampaian materi oleh guru, (2) menentukan langkah-langkah perbaikan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator and explaining dengan merevisi instrumen yang berupa data tes yaitu: tes individu mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi berupa lembar kerja, dan (3) menyiapkan perangkat pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi yang akan digunakan dalam evaluasi hasil belajar siklus II. 3.1.2.2 Tindakan Siklus II Tindakan pada siklus II merupakan hasil revisi tindakan yang dilakukan pada siklus I. Revisi tersebut dilakukan berdasarkan beberapa masukan setelah melakukan tindakan pada siklus I. Masukan dari siswa menjadi salah satu pertimbangan peneliti untuk melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
69
Tindakan yang dilakukan pada siklus II dilakukan dalam dua kali pertemuan yang terbagi atas tiga tahap yaitu tahap pendahuluan, inti, dan penutup. Pertemuan pertama, tahap pendahuluan yaitu (1) diawali dengan apersepsi yang diberikan oleh guru kepada siswa, (2) guru memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat yang akan diperoleh siswa jika telah menguasai kompetensi mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi (3) motivasi pun tak lupa guru sampaikan dengan menceritakan kisah kesuksesan penulis agar siswa bersemangat selama mengikuti pembelajaran. Tahap inti merupakan tahapan pelaksanaan metode student facilitator and explaining. Langkah-langkah yang dilakukan guru pada tahapan inti yaitu (1) siswa diberikan contoh teks hasil wawancara dan karangan narasi oleh guru, (2) guru menjelaskan persamaan dan perbedaan teks hasil wawancara dengan narasi, (3) guru menjelaskan bagaimana cara mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, (4) siswa dikelompokkan, setiap kelompok terdiri atas 5 anak, (5) tiap kelompok dibagikan selembaran contoh teks hasil wawancara oleh guru, (6) guru menugaskan kepada siswa untuk mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, (7) siswa berdiskusi membahas mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, (8) siswa secara berkelompok membuat kerangka karangan narasi berdasarkan teks hasil wawancara yang telah dibagikan, (9) setelah membuat kerangka karangan, setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa kerangka karangan dan kelompok yang lain memberi masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal, (10) setelah semua kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, selanjutnya mengembangkan kerangka karangan dengan dipandu oleh
70
guru, (11) setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya lagi dan kelompok yang lain memberi masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal, (12) hasil akhir pekerjaan kelompok ditempelkan di papan tempel, (13) siswa dengan dibimbing guru mengoreksi hasil pekerjaan kelompok lain, (14) tiap kelompok memperbaiki karangannya berdasarkan komentar yang telah diberikan oleh kelompok lain. Tahapan terakhir pada pertemuan pertama yaitu penutup. Langkah-langkah pembelajaran pada bagian penutup yaitu (1) guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, (2) guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung, dan (3) guru memberi penjelasan kepada siswa untuk persiapan apa saja yang dibutuhkan pada pertemuan yang akan datang. Pertemuan kedua terdiri atas tiga tahap pula. Tahapan itu yaitu terdiri atas tiga tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pelaksanaan pembelajaran harus sesuai dengan perencanaan yang telah disiapkan agar mencapai tujuan pembelajaran. Tahapan pertama pertemuan kedua yaitu pendahuluan. Tahapan ini terdiri atas beberapa langkah yaitu (1) guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran, (2) guru menjelaskan tentang tujuan dan manfaat pembelajaran, (3) guru memotivasi siswa agar semangat dalam belajar, (4) guru bertanya kepada siswa tentang wawancara dan narasi untuk mengarahkan pemahaman siswa tentang materi yang akan dipelajari, dan (5) siswa diberikan kesempatan untuk bertanya jika ada materi yang belum dipahami.
71
Tahap inti pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut (1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator and explaining, (2) siswa dibagikan contoh teks hasil wawancara oleh guru, (3) guru membagikan LK 1 (kerangka narasi) dan LK 2 (pengembangan karangan narasi), (4) siswa secara individu menyusun karangan narasi pada LK 1 dan 2 berdasarkan contoh teks hasil wawancara yang telah dibagikan oleh guru, (5) setelah selesai, siswa mempresentasikan hasil pekerjaan mereka dengan cara bermain tempat pensil berjalan, dan (6) guru menjelaskan materi yang belum dipahami siswa selama pembelajaran berlangsung. Tahap terakhir pada pertemuan kedua yaitu penutup. Langkah-langkah pada tahapan ini yaitu (1) guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, dan (2) guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. 3.1.2.3 Observasi Siklus II Pada siklus II peneliti juga melakukan observasi seperti pada siklus I. Observasi adalah kegiatan mengamati reaksi dan perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan observasi, peneliti dibantu oleh seorang teman selama proses pembelajaran berlangsung. Teman membantu peneliti dalam melakukan observasi. Pada tindakan siklus II ini masih dilakukan observasi untuk melihat peningkatan keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dan perubahan tingkah laku siswa setelah dilakukan tindakan
72
siklus II. Observasi siklus II juga masih sama dengan siklus I yaitu dilakukan melalui data tes dan nontes. Selama proses observasi, data diperoleh melalui beberapa cara yaitu (1) tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap materi, dan tes keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, (2) observasi untuk mengetahui sikap dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, (3) jurnal diberikan untuk mengetahui apa yang dirasakan oleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran, (4) wawancara untuk mengetahui pendapat siswa yang dilakukan di luar pembelajaran kepada perwakilan siswa yang memperoleh nilai rendah, sedang, dan tinggi, (5) dokumentasi foto yang digunakan sebagai laporan yang berupa gambar dan aktivitas selama pembelajaran berlangsung. Semua data tersebut dijelaskan dalam bentuk deskripsi secara lengkap. Observasi pada siklus II dilakukan dengan cara melihat peningkatan hasil tes dan melihat perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang meliputi keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas. Kegiatan wawancara juga dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran terutama pada siswa yang mendapatkan nilai tertinggi, sedang, dan rendah. 3.1.2.4 Refleksi Siklus II Refleksi pada siklus II ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan penggunaan metode student facilitator and explaining dan untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan perbaikan tindakan pada siklus I. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes keterampilan mengubah teks hasil wawancara
73
menjadi narasi dan hasil nontes yang dilakukan pada siklus II. Hasil nontes berupa observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto juga dilakukan untuk mengetahui
perubahan
tingkah
laku
siswa
setelah
mengikuti
kegiatan
pembelajaran. Refleksi pada siklus II dilakukan untuk merefleksi hasil evaluasi belajar siswa pada siklus I dan II. Tujuan refleksi ini adalah untuk menentukan kemajuankemajuan yang telah dicapai selama proses pembelajaran dan untuk mencari kelemahan-kelemahan yang muncul dalam proses pembelajaran. Kemajuan yang dicapai pada siklus II adalah peningkatan tes keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dan perubahan tingkah laku siswa dari negatif menjadi positif. 3.2 Subjek Penelitian Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi siswa kelas VII MTs Negeri Kendal. Peneliti mengadakan penelitian dikelas VII A karena dalam kurikulum kelas VII terdapat kompetensi dasar mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Harapannya, siswa MTs Negeri Kendal kelas VII A telah memiliki bekal yang cukup untuk melakukan proses menulis dan mengetahui bagaimana mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan bahasa yang baik dan benar. Selain itu, diharapkan siswa memiliki minat dalam mengikuti pembelajaran menulis. Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru bahasa Indonesia di MTs Negeri Kendal, tingkat keterampilan menulis khususnya menulis menjadi masih rendah. Salah satunya adalah kompetensi dasar mengubah teks hasil wawancara menjadi
74
narasi. Siswa cenderung mementingkan panjang karangan daripada kualitas dari isi karangan tersebut sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai. Penelitian dilaksanakan di kelas VII A dengan jumlah siswa 35 siswa yang terdiri atas 17 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Peneliti mengambil subjek tersebut dengan alasan berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia di MTs Negeri Kendal yang mengajar di kelas VII A, saat ini kondisi kemampuan akademik relatif rendah, khususnya keterampilan menulis dan siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran menulis narasi. 3.3 Variabel Penelitian Penelitian tindakan kelas ini menggunakan tiga variabel yaitu (1) variabel keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, (2) variabel metode student facilitator and explaining, dan (3) Variabel perilaku siswa selama pembelajaran. 3.3.1
Variabel Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Dalam penelitian ini, siswa akan disajikan teks hasil wawancara. Kemudian
siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi teks hasil wawancara yang diberikan untuk diubah menjadi narasi. Kompetensi menulis teks hasil wawancara menjadi narasi merupakan salah satu kompetensi dasar aspek menulis dalam kurikulum 2006 yang harus dicapai siswa kelas VII SMP. Keterampilan menulis membutuhkan kesabaran ekstra sehingga banyak siswa yang kurang meminati aspek menulis. Keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi yang dimaksud di sini adalah keterampilan siswa dalam mengolah sebuah teks
75
hasil wawancara menjadi karangan narasi dengan memperhatikan beberapa aspek seperti penggunaan kalimat langsung dan tak langsung. Selain itu, kesesuaian isi, penggunaan kalimat langsung dan tak langsung, ejaan dan tanda baca, kohesi dan koherensi, pemilihan kata, urutan cerita, dan kerapian tulisan juga harus diperhatikan oleh siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Dalam penelitian tindakan kelas ini, siswa dikatakan berhasil dalam pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi paragraf narasi apabila telah mencapai nilai ketuntasan belajar yaitu 80. Dalam hal ini peneliti mengambil sampel keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi siswa kelas VII A MTs Negeri Kendal. 3.3.2
Variabel Penggunaan Metode Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter Proses penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe student facilitator
and explaining untuk mengarahkan siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk saling bekerjasama dalam kelompok agar siswa dapat saling menyumbang saran dan membantu temannya yang belum mengerti mengenai pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi paragraf narasi. Metode student facilitator and explaining dimaksudkan agar dalam pembelajaran siswa dapat bekerja sama dengan teman. Guru di sini secara eksplisit memberikan pengarahan ketika proses menulis dan menunjukkan penulisan-penulisan yang benar kepada siswa. Metode student facilitator and explaining digunakan untuk mencapai penulisan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran.
76
Kemudian, langkah-langkah yang dilakukan pada pembelajaran ini yaitu, siswa, siswa diberikan contoh teks hasil wawancara dan karangan narasi oleh guru, guru menjelaskan materi yang berkaitan dengan pembelajaran, siswa dikelompokkan, setiap kelompok terdiri atas 5 anak, tiap kelompok dibagikan contoh teks hasil wawancara oleh guru, guru menugaskan kepada siswa berdiskusi untuk mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, siswa secara berkelompok membuat kerangka karangan narasi berdasarkan teks hasil wawancara yang telah dibagikan, setelah membuat kerangka karangan, setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa kerangka karangan dan kelompok yang lain memberi masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal, selanjutnya mengembangkan kerangka karangan dengan dipandu oleh guru, setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya lagi dan kelompok yang lain memberi masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal, hasil akhir pekerjaan kelompok ditempelkan di papan tempel, siswa secara individu menyusun karangan narasi pada LK 1 dan 2 berdasarkan contoh teks hasil wawancara yang telah dibagikan oleh guru, setelah selesai siswa mempresentasikan hasil pekerjaan mereka. Diharapkan metode pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining mampu memacu keaktifan siswa dan sekaligus mendidik karakter, dari awal sampai akhir proses pembelajaran. 3.3.3
Variabel Sikap Siswa Selama Pembelajaran Sikap adalah suatu perasaan, pikiran, dan kecenderungan yang ada pada
diri manusia yang menggerakkannya untuk berbuat dalam aktivitas sosial dengan perasaan tertentu, juga dalam menanggapi objek situasi atau kondisi di sekitarnya.
77
Kcenderungan bertindak ini dipengaruhi oleh faktor-faktor kognisi, afeksi, dan konasi dari sikap seseorang. Dapat diketahui bahwa menilai sikap siswa sebagai salah satu kompetensi hasil belajar disetiap mata pelajaran khusunya mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penilaian sikap siswa pada pembelajaran ini terdiri atas sikap jujur, disiplin, kerja keras, religius, kreatif, rasa ingin tahu, dan lainnya. Karena itu, agar penilaian sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dapat dilakukan dengan baik, maka perlu dipertimbangkan objek sikap yang akan dijadikan penilaian dari guru sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran. Dari beberapa nilai-nilai yang bersumber dari Permendiknas No 23 tahun 2006, peneliti memilih aspek sikap yang sesuai dengan pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, yaitu sikap jujur, sikap disiplin, sikap kerja keras, sikap kreatif, sikap rasa ingin tahu, dan sikap tanggung jawab. Selain itu, krisis karakter yang dialami bangsa Indonesia saat ini sudah berada pada titik yang sangat mengkhawatirkan. Sifat tulus, luhur, mulia, jujur, kesopanan, dan tanggung jawab terkikis seketika tergantikan dengan rasa cemas, kekerasan, perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai, keyakinan, normanorma, agama, adat istiadat yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Penerapan karakter di proses pembelajaran ini agar siswa tidak hanya menguasai materi saja. Diharapkan dengan diterapkannya karakter dapat memperbaiki perilaku siswa menjadi lebih baik. Selain itu, penerapan karakter disekolah sangat baik dan untuk menyiapkan generasi yang unggul.
78
Indikator keberhasilan penilaian sikap yang diharapkan adalah siswa mampu memiliki sikap positif sesuai dengan aspek penilaian setelah mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter tersebut. 3.4 Instrumen Penelitian Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua bentuk instrumen yaitu instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen tes yang digunakan berupa penugasan siswa secara individu untuk mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Instrumen nontes yang digunakan berupa observasi, jurnal siswa, jurnal guru, wawancara, dan dokumentasi foto. 3.4.1
Intrumen Tes Instrumen tes adalah instrumen yang berupa pemberian proyek yang
berupa tes tertulis pada siswa untuk mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.
Siswa
ditugaskan
membuat
kerangka
karangan
narasi
dan
memngembangkannya menjadi narasi yang utuh dari teks hasil wawancara yang telah peneliti bagikan. Pada instrumen tersebut menggunakan pedoman penilaian keterampilan mengubah teks wawacara menjadi narasi. Standar kompetensi: mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat. Kompetensi dasar: mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan memerhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung. Indikator : (1) mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks hasil wawancara.
79
(2) mampu menentukan ciri-ciri karangan narasi, (3) mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung, (4) mampu mengubah teks hasil wawancara menjadi karangan narasi, dan (5) mampu menyunting karangan yang telah dibuat. Tabel 3.1 Pedoman Penilaian No
Aspek Penilaian
1.
Kesesuaian isi narasi dengan teks wawancara Penggunaan kalimat langsung dan tak langsung Ejaan dan tanda baca Kohesi dan koherensi Pemilihan kata Urutan cerita Kerapian tulisan Jumlah
2. 3. 4. 5. 6. 7.
5
Skor 3 2
1
8
Bobot x skor 40
5
25
2 3 5 7 5 35
10 15 25 35 25 175
Bobot
Tabel 3.2 Rubrik Penilaian Karangan Narasi No Aspek 1. Kesesuaian isi
a.
b. c.
d.
2.
Penggunaan a. kalimat langsung dan tak langsung b.
Kategori Nilai Keterangan Isi narasi sesuai dengan teks 5 Sangat baik wawancara, tepat, bahasanya bervariatif dan lengkap. Isi narasi sesuai dengan teks 4 Baik wawancara, tapi kurang bervariatif. Isi narasi cukup sesuai dengan teks 3 Cukup wawancara namun kurang lengkap dan kurang bervariatif Isi narasi tidak sesuai dengan teks 2 Kurang wawancara, tidak bervariatif dan tidak lengkap. Penggunaan kalimat langsung dan 5 Sangat baik tak langsung tepat dan penulisannya benar dan komunikatif. Penggunaan kalimat langsung dan 4 Baik tak langsung tepat dan cukup
80
bervariatif. c. Penggunaan kalimat langsung dan tak langsung ada beberapa yang salah, namun cukup bervariatif. d. Penggunaan kalimat langsung dan tak langsung banyak yang salah dan tidak bervariatif. 3.
4.
5.
6.
7.
Ejaan dan a. Penggunaan ejaan dan tanda baca tanda baca tepat semua. b. Kesalahan ejaan dan tanda baca kurang dari tiga kesalahan c. Kesalahan penggunaan ejaan dan tanda baca lebih dari tiga sampai delapan kesalahann d. Kesalahan penggunaan ejaan dan tanda baca lebih dari delapan kesalahan Kohesi dan a. Kohesi dan koherensi tepat koherensi sehingga mudah dipahami dan bervariatif b. Kohesi dan koherensi tepat namun kurang bervariatif c. Kohesi dan koherensi cukup tepat namun tidak bervariasi d. Tidak ada kohesi dan koherensi. Sehingga sulit dipahami. Pemilihan a. Pemilihan kata tepat, sesuai, dan kata (diksi) bervariasi. b. Pemilihan kata tepat, sesuai, tetapi tidak bervariasi. c. Beberapa pemilihan cukup tepat tetapi bervariasi dan masih bisa dipahami. d. Pemilihan kata tidak tepat, tidak bervariasi sehingga sulit dipahami. Urutan cerita a. Urutan cerita tepat dan runtut. b. Urutan cerita tepat dan cukup runtut. c. Urutan cerita cukup tepat dan cukup runtut d. Cerita banyak yang salah dan tidak runtut. Kerapian a. Tulisan rapi dan mudah dibaca. tulisan b. Tulisan rapi namun ada beberapa coretan.
3
Cukup
2
Kurang
5
Sangat baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang
5
Sangat baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang
5
Sangat baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang
5 4
Sangat baik Baik
3
Cukup
2
Kurang
5 4
Sangat baik Baik
81
c. Tulisan kurang rapi dan banyak coretan. d. Tulisan tidak rapi dan sulit dibaca.
3
Cukup
2
Kurang
Perhitungan nilai adalah sebagai berikut:
Kategori Penilaian No 1 2 3 4
3.4.2
Skor >85 75-85 65-74 <65
Kategori Nilai Sangat baik Baik Cukup Kurang
Instrumen Nontes Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman
observasi, wawancara, jurnal dan dokumentasi. 3.4.2.1 Pedoman Observasi Pedoman Instrumen nontes yang berupa lembar observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui perilaku siswa melalui pengamatan pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan sikap positif dan sikap negatif. Aspek perilaku yang diamati dalam penelitian ini meliputi (1) siswa memperhatikan penjelasan guru, (2) siswa mendengarkan pertanyaan pancingan dengan baik dan langsung bisa menjawab, (3) siswa terlihat antusias dan saat berdiskusi dengan pasangan, (4) siswa terlihat aktif dan antusias
82
ketika praktik mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, (5) respon siswa ketika mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode pembelajaran student facilitator and explaining. a. Lembar Observasi Proses Tabel 3.3 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining N o
1 2 3
Respo nden
R1 R2 R3
Aspek Kegiatan Kegiatan 1 Kegiatan 2 Kegiatan ... 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Keterangan Kegiatan Kegiatan 1: Siswa membaca dan mengamati contoh teks hasil wawancara yang telah dibagikan oleh guru. Kegiatan 2: Siswa mendengarkan beberapa pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis isi teks wawancara. Kegiatan 3: Siswa dikelompokkan. Masingmasing kelompok terdiri atas 5 anak. Kegiatan 4: Setiap kelompok membuat kerangka karangan narasi yang terdapat pada LK I. Kegiatan 5: Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa kerangka karangan dan yang lain memberi masukan. Kegiatan 6: Setiap kelompok mengembangkan kerangka karangan menjadi narasi yang utuh yang terdapat pada LK 2. Langkah 7: Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa karangan narasi dan yang lain memberi masukan.
83
Kegiatan 8: siswa secara individu mengubah teks hasil wawancara menjadi karangan narasi.
Berilah tanda (√) pada setiap kegiatan yang telah diikuti oleh siswa Keterangan penskoran: 1. Skor 1 : BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 2. Skor 2 : MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguhsungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 3. Skor 3 : MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguhsungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 4. Skor 4 : MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguhsungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. b. Lembar Observasi Sikap Tabel 3.4 Lembar Observasi Sikap Siswa dalam Pembelajaran No 1
Sikap/ Nilai Jujur
Aspek Pengamatan Siswa selalu mengerjakan tugas sendiri, tidak plagiat. Siswa tidak berbohong pada kegiatan membuat kerangka narasi dan mengembangkan menjadi karangan narasi yang utuh
Hasil Observasi Catatan Baik Cukup Kurang
84
2
3
4
5
6
Siswa tidak menyontek ketika ulangan Disiplin Siswa masuk kelas tepat waktu Siswa selalu mengerjakan tugas dengan baik dan dikumpulkan tepat waktu Kerja Siswa aktif mencatat keras penjelasan guru Siswa aktif bertanya kepada guru maupun temannya ketika kurang paham tentang materi yang diajarkan Siswa bersungguhsungguh dalam mengerjakan tugas Siswa berusaha menyelesaikan tugas dengan sungguhsungguh Kreatif Siswa menuangkan ide atau gagasan baru dalam mengerjakan tugas Rasa Siswa mendengarkan ingin tahu penjelasan guru dengan penuh perhatian Siswa aktif bertanya kepada guru Siswa aktif menjawab pertanyaan atau memberikan tanggapan Tanggung Siswa selalu jawab melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik pada kegiatan pembelajaran mengubah teks hasil observasi menjadi narasi Siswa selalu menyelesaikan tugas dengan data atau informasi yang dapat dipercaya
85
3.4.2.2 Pedoman Wawancara Wawancara digunakan untuk mengetahui pendapat dan motivasi siswa mengenai proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode pembelajaran student facilitator and explaining. Pelaksanaan wawancara tidak dilakukan kepada semua siswa, tetapi hanya kepada enam siswa yang terdiri dari, dua siswa yang nilainya berkategori kurang, dua siswa yang nilainya berkategori cukup, dan dua siswa yang nilainya berkategori baik. Hal-hal yang ditanyakan kepada siswa di dalam wawancara yaitu: 1) pendapat siswa mengenai pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode pembelajaran student facilitator and explaining, 2) pendapat siswa mengenai metode pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining yang digunakan dalam pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, 3) pendapat siswa mengenai pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, 4) kesulitan yang dialami siswa ketika diminta untuk mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode pembelajaran student facilitator and explainig, 4) manfaat apa yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode pembelajaran student facilitator and explaining, 5) kesan, pesan dan saran mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan.
86
3.4.2.3 Jurnal Jurnal merupakan catatan yang dibuat baik oleh guru atau pun siswa. Pedoman jurnal yang dibuat adalah pedoman jurnal siswa dan guru. Jurnal guru memuat segala sesuatu yang terjadi dalam pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, seperti minat siswa dalam mengikuti pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining, respon dan keaktifan siswa dalam pembelajaran, tingkah laku siswa dalam mengikuti diskusi kelompok, dan fenomena-fenomena lain yang muncul dalam proses pembelajaran. Jurnal digunakan untuk mendapat data kualitatif, yaitu berupa jurnal peneliti atau jurnal guru dan jurnal siswa yang diperoleh pada akhir pembelajaran. Jurnal guru berisi antara lain (1) catatan mengenai kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, (2) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, (3) catatan tentang tanggapan siswa terhadap tugas pada kegiatan pembelajaran, (4) tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran student facilitator and explaining, dan (5) catatan kejadian-kejadian di dalam kelas, sedangkan jurnal siswa berisi (1) materi yang dipelajari, (2) perasaan siswa selama mengikuti pembelajaran pada hari ini, (3) kesulitan apa yang dialami siswa, dan (4) saran yang dapat siswa berikan untuk pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator and explaining. 3.4.2.4 Dokumentasi Alat yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini berupa kamera yang digunakan untuk foto kegiatan siswa pada saat pembelajaran
87
berlangsung. Aspek yang diamati pada perekaman (kamera) meliputi (1) aktivitas guru memberikan penjelasan tujuan, manfaat, dan motivasi pembelajaran, (2) aktivitas siswa mengamati contoh teks hasil wawancara, (3) aktivitas guru memberikan penjelasan materi, (4) aktivitas siswa berdiskusi dengan kelompok, (5) aktivitas guru mengulang materi yang belum dipahami siswa, (6) aktivitas perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, (7) aktivitas siswa mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi secara individu, (8) aktivitas siswa mempresentasikan hasil kerjanya secara individu, (9) aktivitas guru mengubah tempat duduk menjadi bentuk “u”, (10) aktivitas siswa aktif bertanya, (11) aktivitas siswa menempel hasil karya kelompok dan mengomentari. Masingmasing kegiatan dalam pembelajaran diambil satu dokumen, dan (12) aktivitas siswa bermain tempat pensil berjalan. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian kali ini dilakukan dengan dua teknik, yaitu tes dan nontes. Teknik tes dilakukan untuk mendapatkan nilai siswa, sedangkan data nontes diperoleh dengan cara observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi. 3.5.1
Teknik Tes Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes yang
dilakukan sebanyak dua kali. Tes dilakukan pada siklus I dan siklus II. Teknik tes diberikan guna mengetahui data keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator and explaining.
88
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes. Tes ini dilakukan secara individu. Evaluasi proses pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining ini digunakan tes uji hasil produk yaitu berupa karangan narasi. Hasil tes penelitian setelah dianalisis untuk mengetahui kelemahan siswa, selanjutnya sebagai dasar perbaikan untuk melakukan siklus berikutnya. 3.5.2
Teknik Nontes Teknik pengumpulan data nontes ini meliputi observasi, jurnal, wawancara,
dan dokumentasi. Teknik nontes digunakan untuk mengetahui sejauh mana perubahan sikap siswa setelah diadakan proses pembelajaran menggunakan metode student facilitator and explaining. 3.5.2.1 Observasi Teknik observasi ini digunakan untuk mengamati keadaan, respon, sikap, dan keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh bantuan seorang teman selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan agar pembelajaran yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan memberikan tanda check pada lembar obsevasi. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai proses dan perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hasil dari observasi tersebut kemudian dianalisis dan dideskripsikan dalam bentuk uraian kalimat sesuai dengan perilaku nyata yang ditunjukkan siswa.
89
Adapun tahap observasinya yaitu (1) mempersiapkan lembar observasi yang berisi butir-butir sasaran amatan tentang keaktifan siswa dalam mendengarkankan penjelasan guru, keaktifan siswa dalam mengerjakan tes, (2) melaksanakan observasi selama proses pembelajaran yaitu mulai dari penjelasan guru, proses belajar-mengajar sampai dengan siswa mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, dan (3) mencatat hasil observasi dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan. Terdapat beberapa langkah pokok yang menjadi aspek observasi yaitu (1) siswa membaca dan mengamati contoh teks hasil wawancara yang telah dibagikan oleh guru, (2) siswa mendengarkan beberapa pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis isi teks hasil wawancara, (3) siswa dikelompokkan, masing-masing kelompok terdiri atas 5 anak, (4) setiap kelompok membuat kerangka karangan narasi yang terdapat pada LK 1, (5) perwakian kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa kerangka karangan dan yang lain memberi masukan, (6) setiap kelompok mengembangkan kerangka karangan menjadi narasi yang utuh yang terdapat pada LK 2, (7) perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa karangan narasi dan yang lain memberi masukan, dan (8) siswa secara individu mengubah teks hasil wawancara menjadi karangan narasi. 3.5.2.2 Wawancara Teknik wawancara digunakan untuk mengungkapkan data penyebab kesulitan dan hambatan dalam pembelajaran. Wawancara dilakukan pada para siswa yang hasil tesnya berkategori baik, cukup, dan kurang. Masing-masing kategori diambil satu siswa. Diharapkan jawaban yang diberikan dapat mewakili
90
pendapat dari seluruh siswa kelas VIIA. Adapun cara yang ditempuh peneliti dalam pelaksanaan wawancara yaitu (1) mempersiapkan lembar wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang akan diajukan pada siswa, (2) menentukan siswa yang nilai tesnya kurang, cukup, dan baik untuk kemudian diajak wawancara, (3) mencatat hasil wawancara dengan menulis tanggapan terhadap tiap butir pertanyaan, dan (4) peneliti meneliti jawaban siswa. Pertanyaan untuk wawancara yaitu (1) apakah kamu suka mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, (2) biasanya kamu mengubah teks hasil waawancara menjadi narasi untuk apa, (3) apakah penjelasan guru mengenai materi pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi sudah dipahami, (4) materi apa yang kurang kamu pahami dalam pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, (5) apa kamu tertarik mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi tadi, (6) kesulitan apa yang kamu peroleh setelah mengikuti pembelajaran tadi, (7) manfaat apa yang kamu peroleh setelah mengikuti pembelajaran tadi, (8) bagaimana perasaan kamu ketika mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, (9) adakah perbedaan sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, dan (10) apa saran kamu terhadap pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi yang akan datang.
91
3.5.2.3 Jurnal Jurnal digunakan untuk mendapat data kualitatif, yaitu berupa jurnal peneliti atau jurnal guru dan jurnal siswa yang diperoleh pada akhir pembelajaran. Sebelum melalui pembelajaran, siswa diberi tahu terlebih dahulu bahwa nanti pada akhir pembelajaran siswa akan diminta untuk mengisi jurnal kegiatan selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam jurnal siswa yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru. Siswa bebas menuliskan pendapatnya, kritik maupun saran terhadap pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator and explainig. Pertanyaan dalam jurrnal siswa yaitu (1) bagaimana perasaan Anda selama mengikuti pembelajaran menulis narasi dari teks hasil wawancara pada hari ini, (2) apa kesulitan yang Anda alami dalam menulis narasi dari teks hasil wawancara, (3) bagaimana tanggapan Anda mengenai metode student facilitator and explaining yang digunakan, (4) bagaimana kesan Anda terhadap gaya mengajar yang dilakukan oleh guru, dan (5) saran apa yang Anda berikan untuk pembelajaran menulis narasi dari teks hasil wawancara melalui metode pembelajaran student facilitator and explaining berbasis karakter. Selain itu, pertanyaan untuk jurnal guru yaitu (1) bagaimana persiapan siswa sebelum mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator and explaining berbasis karakter, (2) bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator
92
and explaining berbasis karakter, (3) bagaimana perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran, (4) bagaimana situasi kelas saat pembelajaran, dan (5) kejadiankejadian apa saja yang muncul pada saat pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator and explaining berbasis karakter. Sementara itu, guru juga mengisi jurnal guru yang sudah dipersiapkan sebelumnya, ketika pembelajaran sudah berakhir. Jurnal guru digunakan untuk mendeskripsikan atau mencatat fenomena-fenomena pada saat pembelajaran yaitu respon siswa terhadap pembelajaran, serta keaktifan siswa. 3.6 Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik kuantitatif dan teknik kualitatif. 3.6.1
Teknik Kuantitatif Teknik kuantatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif yang
diperoleh dari data tes keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode pembelajaran student facilitator and explaining berbasis karakter, pada siklus I dan siklus II. Hasil tes ditulis secara persentase dengan langkah-langkah berikut (1) merekap nilai yang diperoleh siswa, (2) menghitung nilai-nilai komulatif dari tugas-tugas siswa, (3) menghitung nilai rata-rata, dan (4) menghitung prosentase.
93
Presentase ditulis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan : P : Nilai presentase kemampuan siswa K : Nilai komulatif (jumlah nilai) dalam satu kelas N : Nilai maksimal soal tes R : Jumlah responden dalam satu kelas Hasil perhitungan dari masing-masing siklus kemudian dibandingkan yaitu antara hasil siklus I dan siklus II. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai presentase peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator and explaining. 3.6.2
Teknik Kualitatif Data kualitatif ini diperoleh dari data nontes, yaitu data observasi, jurnal,
wawancara, dan dokumentasi. Adapun langkah-langkah penganalisian data kualitatif adalah dengan menganalisis lembar observasi yang telah diisi saat pembelajaran dan mengklarifikasikannya dengan teman peneliti yang membantu dalam penelitian. Data jurnal dianalisis dengan membaca seluruh jurnal siswa dan guru. Data wawancara dianalisis dengan cara membaca lagi data wawancara. Hasil tersebut untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran, untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran, dan sebagai dasar untuk mengetahui peningkatan keterampilan mengubah teks hasil
94
wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining serta untuk mengetahui perubahan perilaku siswa pada siklus I dan siklus II. Selain itu, juga untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan metode student facilitator and explaining. 3.7 Indikator Keberhasilan Siklus dalam penelitian ini akan berakhir apabila keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi yang diperoleh telah mencapai ketuntasan klasikal yaitu, 80% siswa telah memperoleh nilai 80,00. Berarti siswa tersebut sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan dapat melanjutkan kemampuan dasar berikutnya.
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian tindakan kelas, maka simpulan penelitian ini sebagai berikut. 1. Penelitian tentang keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter secara keseluruhan pada siklus I dan siklus II mempunyai langkah pembelajaran yang hampir sama. Pada siklus II merupakan perbaikan dari siklu I. Langkah-langkah pembelajaran tersebut sebagai berikut: 1) siswa diberikan contoh teks hasil wawancara oleh guru, 2) guru menyampaikan materi tentang teks hasil wawancara dan narasi, 3) siswa dikelompokkan, setiap kelompok terdiri atas 5 anak, 3) tiap kelompok dibagikan contoh teks hasil wawancara oleh guru, 4) masing-masing kelompok membuat kerangka karangan narasi berdasarkan teks hasil wawancara yang telah dibagikan, 5) perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa kerangka karangan dan kelompok yang lain memberi masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal, 6) masing-masing kelompok berdiskusi kembali mengembangkan kerangaka karangan menjadi narasi yang utuh, 7) perwakilan kelompok mempresentasikan kembali hasil pekerjaannya berupa
189
190
narasi yang utuh dan kelompok yang lain memberi masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal, 8) hasil akhir pekerjaan kelompok ditempelkan di papan tempel, 9) masing-masing kelompok memperbaiki karangan berdasarkan masukan yang telah diberikan oleh kelompok lain, 10) siswa secara inidividu menyusun kerangka karangan narasi pada LK 1, 11) siswa secara individu mengembangkan kerangka karangan menjadi narasi yang utuh pada LK 2 berdasarkan contoh teks hasil wawancara yang telah dibagikan oleh guru, 12) siswa mempresentasikan hasil pekerjaan mereka. Proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi kelas VII A MTs Negeri Kendal telah mengalami perbaikan pada siklus II daripada siklus I. Pada siklus I masih terdapat beberapa kendala dalam pembelajaran, namun hal ini dapat diperbaiki pada siklus II. Salah satu kendala yang muncul yaitu banyak siswa yang tidak ramai dan gaduh ketika guru menjelaskan materi. Setelah melakukan refleksi, peneliti memutuskan mengubah tempat duduk menjadi berbentuk “U”. Proses pembelajaran siklus II pun menjadi lancar. Kemudian perbedaan yang lain pada siklus II yaitu, pada langkah mempresentasikan hasil pekerjaannya secara individu dengan bermain tempat pensil berjalan. 2. Terdapat peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi kelas VII A di MTs Negeri Kendal setelah mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter. Selain itu, hasil tes keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi mengalami
191
peningkatan dengan nilai tes prasiklus siswa dari keseluruhan aspek memperoleh nilai rata-rata sebesar 63,5. Pada siklus I, hasil tes siswa rata-rata kelas meningkat 15,4% menjadi sebesar 73,3 dan termasuk kategori cukup dan masih jauh dari kriteria ketuntansan minimal di sekolah yaitu 80. Pada siklus II nilai rata-rata meningkat 13,8% menjadi 83,5 dan masuk dalam kategori baik. Hasil tes siklus II tersebut menunjukkan bahwa seluruh siswa kelas VII A yang berjumlah 35 siswa dinyatakan tuntas. Perolehan hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter pada kelas VII A MTs Negeri Kendal dapat dikatakan berhasil. 3. Terjadi perubahan sikap yang lebih positif pada siklus II terhadap pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter. Peningkatan tiap aspek sikap dari siklus I ke siklus II berbeda. Pada aspek sikap jujur 6,51%, aspek sikap
disiplin 4,6%, aspek sikap kerja keras
sebanyak 24,2%, aspek sikap kreatif 7,4%, aspek sikap rasa ingin tahu 69,5%, dan yang terakhir aspek sikap tanggung jawan 0%. Perubahan sikap tersebut dapat dibuktikan dengan siswa yang menunjukkan keantusiasan yang lebih baik selama proses pembelajaran, menjadi serius dan semangat dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Dengan demikian, metode student facilitator and explaining berbasis karakter dapat meningkatkan
192
keterampilan siswa dalam keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.
5.2 Saran 1. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia seharusnya dapat memanfaatkan metode student facilitator and explaining sebagai salah satu alternatif untuk variasi dalam pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Selain itu, guru hendaknya memiliki kreativitas yang tinggi dan dapat menghadirkan pembelajaran yang menarik dan efektif. 2. Para peneliti di bidang pendidikan atau peneliti lain hendaknya dapat melakukan penelitian serupa dengan strategi, teknik, metode, atau media pembelajaran
yang
lain
sehingga
didapatkan
alternatif
lain
untuk
pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Namun, sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, hendaknya peneliti sudah mengenal terlebih dahulu siswa yang akan dijadikan sebagai responden sehingg siswa tidak merasa asing terhadap peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah. 2014. “The Implementation of Character Education Through Contextual Teaching and Learning at Personality Development Unit in The Sriwijaya University Palembang”. International Journal of Education and Research. October 2014. Vol. 2 No.10. Agusnain, Yusron. 2010. “PeningkatanKeterampilan Menarasikan Teks Wawancara melalui metode student teams achievement division pada siswa kelas VII C SMP N 3 Getasan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2009/2010”, mengkaji peran metode student teams achievement division.Skripsi.Unnes. Andari, Dita Wuri. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Kelas VIII SMP Nurul Islam”. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Anindyarini, Atikah dan Sri Ningsih. 2008. Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Budiningsih, C. Asri. 2008. Pembelajaran Moral. Jakarta: PT Rineka Cipta. Dalman. 2014. Keteranpilan Menulis. Jakarta: Rajawali Pers. Rosdakarya. Daryanto, dkk. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Gava Media. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Djuraid, Husnun N. 2009. Panduan Menulis Berita. Malang: UPT Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang. Hidayati, Abnan, dkk. 2014. “The Development of Character Education Curriculum for Elementary Student in West Sumatera”. International Journal of Education and Research, June 2014, Vol. 2 No.6. Indrawati, Dwi dan Didik Durianto. 2008. Aktif Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
193
194
Irlinawati, Dewi. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada Perkalian Bilangan Bulat”. Jurnal Pendidikan Matematika, September 2013, Vol. 1 No. 2 ISSN. 2337-8166. Jayanty, Venny, dkk.. 2012. Peningkatan Menarasikan Teks Wawancara dengan Teknik Pemodelan Siswa Kelas VII.4 SMPN 6 Bukittinggi. Laporan Hasil Penelitian. Padang: Universitas Negeri Padang. Keraf, Gorys. 2010. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kesuma, Darma, dkk. 2012. Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Koesoema, Doni. 2010. Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Grasindo. Kusmayadi, Ismail. 2008. Think Smart Bahasa Indonesia. Bandung: Gravindo Media Pratama Leech, Beth L. 2006. “Asking Questions: Teqniques for Semistructured Interviews”. Stor. January 2006. Vol. 35 No.4. Mahardika, Bagus. 2013. “Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Narasi dari Teks Wawancara dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Explisit Instructions Teknik Kronologis Peristiwa pada Siswa Kelas VII I SMP Negeri 3 Ungaran”. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Narwati, Sri. 2011. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Familia (Grup Relasi Inti Media) Qohar, Abdul. 2009. “Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Komunikasi, dan Koneksi Matematis Siswa SMP Melalui Reciprocal Teaching”. Thesis. Bandung: Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Rumiana. 2013. “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi dengan Metode Pencarian Informasi melalui Media Kartun Bercerita pada Kelas VII D SMP Negeri 30 Semarang”. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Rubiah. 2009. “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Karangan Narasi dengan Teknik Concept Map pada siswa Kelas VII SMP N 3 Juwana”. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Sinaga, Dearlina. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pada Program Studi
195
Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen”. Keguruan, Juli-Desember 2013, Vol. 1 No. 2 Hal. 111 – 120. Subyantoro. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Rumah Indonesia. Suhendariyanti. 2014. “Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining Siswa Kelas IXE SMP Negeri 01 Wonoasri Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2013/2014”. Jurnal Florea Volume 1 No. 2, Nopember 2014, 30-36. Sudjana, Nana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sulhan, Najib. 2010. Pendidikan Berbasis Karakter. Surabaya: PT JePe Press Media Utama (Jawa Pos Grup). Sulistyarini, Indah Ria dan Nur Pratiwi N. 2012. Wawancara sebagai Metode Aktif unutk Memahami Perilaku Manusia. Bandung: Karya Putra Darwati. Suparno dan Mohamad Yunus. 2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
196
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I Satuan Pendidikan Mata pelajaran Kelas Semester Alokasi Waktu Karakter
: MTs Negeri Kendal : Bahasa Indonesia : VII :2 : 4 x 40 menit (2x pertemuan) : Jujur, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Rasa ingin tahu, Tanggung jawab.
A. STANDAR KOMPETENSI Menulis: 12. Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat. B. KOMPETENSI DASAR 12.2 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung. C. INDIKATOR 1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung. 2. Mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks wawancara. 3. Mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi. 4. Mampu menyunting karangan narasi yang telah dibuat. D. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Siswa mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung. 2. Siswa mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks wawancara. 3. Siswa mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi. 4. Siswa mampu menyunting karangan narasi yang telah dibuat. E. MATERI AJAR 1. Kalimat Langsung dan Tak Langsung 2. Langkah-langkah Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi 3. Kriteria Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi
197
F. METODE PEMBELAJARAN Metode : Student Facilitator and Explaining Teknik : Ceramah, Diskusi, dan Tanya jawab. G. MEDIA PEMBELAJARAM Media : Video Wawancara, Teks wawancara. Sumber : Buku Paket Airlangga Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII. 1. Media : Contohteks hasil wawancara 2. Alat/Bahan :Laptop, AlatTulis, tekswawancara 3. SumberPembelajaran : Dwi Indrawati dan Didik Durianto. 2008. Aktif Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. H. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN Pertemuan Pertama Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Metode
1. Guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran.
Tanya Jawab
2. Siswa menjawab sapaan guru, berdoa, dan mengondisikan diri siap belajar.
Tanya Jawab
Alokasi waktu
3. Guru menjelaskan tentang tujuan Ceramah dan manfaat pembelajaran. 4. Guru memotivasi siswa dengan Ceramah cara menceritakan salah satu kisah penulis sukses. Setelah mendengar Pendahuluan cerita ini diharapkan siswa mulai tertarik untuk menulis. 5. Guru bertanya kepada siswa tentang wawancara dan narasi untuk mengarahkan pemahaman siswa tentang materi yang akan dipelajari.
Tanya Jawab
10 menit
198
Kegiatan Inti
Deskripsi Kegiatan
Metode
EKSPLORASI 1. Siswa diberikan contoh teks Ceramah wawancara dan karangan narasi oleh guru.
Alokasi waktu 10 menit
2. Guru menjelaskan persamaan dan Ceramah perbedaan teks hasil wawancara dengan narasi. 3. Guru menjelaskan bagaimana cara Ceramah mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. ELABORASI 4. Siswa dikelompokkan, setiap kelompok terdiri atas 5 anak. 5. Tiap kelompok dibagikan contoh teks hasil wawancara oleh guru.
45 menit Diskusi Diskusi
6. Guru menugaskan kepada siswa untuk mengubah teks hasil Ceramah wawancara menjadi narasi. 7. Siswa berdiskusi membahas mengubah teks hasil observasi menjadi narasi dengan kerja keras dan rasa ingin tahu. 8. Siswa secara berkelompok membuat kerangka karangan narasi berdasarkan teks wawancara yang telah dibagikan dengan kreatif.
Diskusi dan Inquiri Student Facilitat or and Explaini ng
Student 9. Setelah membuat kerangka Facilitat karangan, setiap perwakilan or and kelompok mempresentasikan hasil Explaini kerjanya berupa kerangka karangan ng dan kelompok yang lain memberi masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal dengan tpenuh Ceramah anggung jawab.
199
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan 10. Guru memberi penguatan dengan menanggapi pekerjaan siswa dan memberi penilaian. 11. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, selanjutnya mengembangkan kerangka karangan dengan dipandu oleh guru dengan penuh tanggung jawab.
Metode
Alokasi waktu
Student Facilitat or and Explaini ng Student Facilitat or and Explaini ng
12. Setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya lagi dan kelompok yang lain memberi masukan sehingga Ceramah hasilnya menjadi maksimal. 13. guru juga memberi penguatan dengan menanggapi pekerjaan Ceramah siswa dan memberi penilaian. 14. Siswa dengan dibimbing guru mengoreksi hasil pekerjaan kelompok lain dengan jujur.
Inquiri
15. Tiap kelompok memperbaiki karangannya berdasarkan komentar yang telah diberikan oleh kelompok lain dengan jujur dan rasa ingin tahu.
Penutup
KONFIRMASI 16. Guru menjelaskan materi yang Ceramah belum dipahami siswa selama dan pembelajaran berlangsung. Tanya Jawab 1. Guru bersama siswa Ceramah menyimpulkan materi dan pembelajaran. Tanya Jawab 2. Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan Tanya pembelajaran yang telah Jawab berlangsung.
5 menit
10 menit
200
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Metode
3. Guru menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran menulis narasi untuk pertemuan berikutnya.
Inquiri
Alokasi waktu
Pertemuan Kedua Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Metode
Pendahuluan 1. Guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran.
Tanya Jawab
2. Guru menjelaskan tentang tujuan dan manfaat pembelajaran.
Tanya Jawab
3. Guru memotivasi siswa agar semangat dalam belajar.
Ceramah
4. Guru bertanya kepada siswa tentang wawancara dan narasi untuk mengarahkan pemahaman siswa tentang materi yang akan dipelajari.
Tanta jawab dan Ceramah
5. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya jika ada materi yang belum dipahami.
Tanya Jawab
EKSPLORASI 1. Siswa dibagikan contoh teks hasil wawancara oleh guru.
Ceramah
2. Guru membagikan LK 1 (kerangka narasi) dan LK 2 (pengembangan karangan narasi).
Ceramah
Inti
ELABORASI 3. Siswa secara individu menyusun karangan narasi pada LK 1 berdasarkan contoh teks wawancara yang telah dibagikan oleh guru dengan kerja keras dan kreatif.
Inquiri
Alokasi waktu 10 menit
5 menit
60 menit
201
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan 4. Setelah selesai mempresentasikan pekerjaan mereka.
Metode
Alokasi waktu
siswa Demonstr hasil asi
5. Guru memberi penguatan dengan menanggapi pekerjaan siswa dan memberi penilaian.
Ceramah
6. Secara individu siswa Inquiri mengembangkan kerangka karangan narasi pada LK 2 menjadi narasi yang utuh dengan mandiri dan tanggung jawab. 7. Siswa kembali mempresentasikan Demonstr asi pekerjaannya. Dan siswa yang lain memberi masukan dengan tanggung jawab. 8. Guru memberi penguatan dengan menanggapi pekerjaan siswa dan memberi penilaian.
Penutup
Tanya KONFIRMASI 9. Guru menjelaskan materi yang Jawab belum dipahami siswa selama pembelajaran berlangsung. 1. Guru bersama siswa Tanya menyimpulkan materi Jawab pembelajaran. 2. Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.
I.
Ceramah
PENILAIAN 1. Teknik : Tes dan Nontes 2. Bentuk : a. Rubrik penilaian b. Lembar Observasi Proses c. Lembar Observasi Sikap d. Jurnal Catatan Guru
Tanya Jawab
10 menit
202
3. Rubrik penilaian Pedoman Penilaian Karangan Narasi No Aspek 1. Kesesuai an isi
e.
f. g.
h.
2.
Pengguna e. an kalimat langsung f. dan tak langsung g.
h.
3.
Ejaan e. dan tanda baca f. g.
h. 4.
Kohesi e. dan koherensi f. g. h.
Kategori Nilai Keterangan Isi narasi sesuai dengan teks 5 Sangat baik wawancara, tepat, bahasanya bervariatif dan lengkap. Isi narasi sesuai dengan teks 4 Baik wawancara, tapi kurang bervariatif. Isi narasi cukup sesuai dengan teks 3 Cukup wawancara namun kurang lengkap dan kurang bervariatif Isi narasi tidak sesuai dengan teks 2 Kurang wawancara, tidak bervariatif dan tidak lengkap. Penggunaan kalimat langsung dan tak 5 Sangat baik langsung tepat dan penulisannya benar dan komunikatif. Penggunaan kalimat langsung dan tak langsung tepat dan cukup bervariatif. 4 Baik Penggunaan kalimat langsung dan tak langsung ada beberapa yang salah, namun cukup bervariatif. 3 Cukup Penggunaan kalimat langsung dan tak langsung banyak yang salah dan tidak bervariatif. 2 Kurang Penggunaan ejaan dan tanda baca tepat 5 Sangat baik semua. Kesalahan ejaan dan tanda baca kurang 4 Baik dari tiga kesalahan Kesalahan penggunaan ejaan dan tanda 3 Cukup baca lebih dari tiga sampai delapan kesalahann Kesalahan penggunaan ejaan dan tanda 2 Kurang baca lebih dari delapan kesalahan Kohesi dan koherensi tepat sehingga 5 Sangat baik mudah dipahami dan bervariatif Kohesi dan koherensi tepat namun kurang bervariatif 4 Baik Kohesi dan koherensi cukup tepat namun tidak bervariasi 3 Cukup Tidak ada kohesi dan koherensi. Sehingga sulit dipahami. 2 Kurang
203
No Aspek 5. Pemiliha n kata (diksi)
6.
7.
Urutan cerita
Kerapian tulisan
Kategori kata tepat,
Nilai Keterangan dan 5 Sangat baik
e. Pemilihan sesuai, bervariasi. f. Pemilihan kata tepat, sesuai, tetapi tidak bervariasi. g. Beberapa pemilihan cukup tepat tetapi bervariasi dan masih bisa dipahami. h. Pemilihan kata tidak tepat, tidak bervariasi sehingga sulit dipahami. e. Urutan cerita tepat dan runtut. f. Urutan cerita tepat dan cukup runtut. Urutan cerita cukup tepat dan cukup runtut g. Cerita banyak yang salah dan tidak runtut. e. Tulisan rapi dan mudah dibaca. f. Tulisan rapi namun ada beberapa coretan. g. Tulisan kurang rapi dan banyak coretan. h. Tulisan tidak rapi dan sulit dibaca.
4
Baik
3
Cukup
2 5 4 3
Kurang Sangat baik Baik Cukup
2
Kurang
5 4
Sangat baik Baik
3
Cukup
2
Kurang
Perhitungan nilai adalah sebagai berikut:
Pedoman Penilaian No Skor 1 >85 2 75-85 3 65-74 4 <65
Kategori Nilai Sangat baik Baik Cukup Kurang Kendal, 20 Maret 2015
Guru Bahasa Indonesia
Peneliti
Hj. Lina Andriyani S.Pd. NIP 19740712 200501 2 002
Jihan Noor Fitriana NIM 2101411067
204
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS II Satuan Pendidikan Mata pelajaran Kelas Semester Alokasi Waktu Karakter
: MTs Negeri Kendal : Bahasa Indonesia : VII :2 : 4 x 40 menit (2x pertemuan) : Jujur, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Rasa ingin tahu, Tanggung jawab.
A. STANDAR KOMPETENSI Menulis: 12. Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat. B. KOMPETENSI DASAR 12.2 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung. C. INDIKATOR 1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung. 2. Mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks wawancara. 3. Mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi. 4. Mampu menyunting karangan narasi yang telah dibuat. D. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Siswa mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung. 2. Siswa mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks wawancara. 3. Siswa mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi. 4. Siswa mampu menyunting karangan narasi yang telah dibuat. E. MATERI AJAR 1. Kalimat Langsung dan Tak Langsung 2. Langkah-langkah Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi 3. Kriteria Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi
205
F. METODE PEMBELAJARAN Metode : Student Facilitator and Explaining Teknik : Ceramah, Diskusi, dan Tanya jawab. G. MEDIA PEMBELAJARAM Media : Video Wawancara, Teks wawancara. Sumber : Buku Paket Airlangga Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII. 1. Media : Video wawancara, contohteks wawancara 2. Alat/Bahan :Laptop, AlatTulis, tekswawancara 3. SumberPembelajaran : Dwi Indrawati dan Didik Durianto. 2008. Aktif Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. H. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN Pertemuan Pertama Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Metode
1. Guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran.
Tanya Jawab
2. Siswa menjawab sapaan guru, berdoa, dan mengondisikan diri siap belajar.
Tanya Jawab
3. Guru memerintahkan siswa untuk Ceramah mengubah tempat duduk menjadi bentuk “U” dengan disiplin.
Pendahuluan
4. Guru menjelaskan tentang tujuan Ceramah dan manfaat pembelajaran. 5. Guru memotivasi siswa dengan cara menceritakan salah satu kisah Ceramah penulis sukses. Setelah mendengar cerita ini diharapkan siswa mulai tertarik untuk menulis. 6. Guru bertanya kepada siswa tentang wawancara dan narasi untuk mengarahkan pemahaman siswa tentang materi yang akan dipelajari.
Tanya Jawab
Alokasi waktu 10 menit
206
Kegiatan Inti
Metode
Deskripsi Kegiatan
EKSPLORASI 1. Siswa diberikan contoh teks Ceramah wawancara dan karangan narasi oleh guru. 2. Guru menyajikan wawancara.
Alokasi waktu 10 menit
contoh Ceramah dan Tanya Jawab
3. Guru menjelaskan persamaan dan Ceramah perbedaan teks hasil wawancara dengan narasi. 4. Guru menjelaskan bagaimana cara Ceramah mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. ELABORASI 1. Siswa dikelompokkan, setiap kelompok terdiri atas 5 anak. 2. Tiap kelompok dibagikan contoh teks hasil wawancara oleh guru.
45 menit Diskusi Diskusi
3. Guru menugaskan kepada siswa Ceramah untuk mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. 4. Siswa berdiskusi membahas mengubah teks hasil observasi menjadi narasi dengan kerja keras dan tanggung jawab. 5. Siswa secara berkelompok membuat kerangka karangan narasi berdasarkan teks wawancara yang telah dibagikan dengan jujur dan kreatif. 6. Setelah membuat kerangka karangan, setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa kerangka karangan
Diskusi dan Inquiri Student Facilitat or and Explaini ng Student Facilitat or and Explaini
207
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Metode
Alokasi waktu
dan kelompok yang lain memberi ng masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal dengan rasa ingin tahu. 7. Guru memberi penguatan dengan Ceramah menanggapi pekerjaan siswa dan memberi penilaian. 8. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, selanjutnya mengembangkan kerangka karangan dengan dipandu oleh guru dengan kreatif.
Student Facilitat or and Explaini ng
9. Setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya lagi dan kelompok yang lain memberi masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal dengan penuh tanggung jawab.
Student Facilitat or and Explaini ng
10. Guru kembali memberi penguatan dengan menanggapi pekerjaan siswa dan memberi penilaian. 11. Hasil akhir pekerjaan kelompok ditempelkan di papan tempel.
12. Siswa dengan dibimbing guru mengoreksi hasil pekerjaan kelompok lain dengan jujur.
Ceramah
Student Facilitat or and Explaini ng Ceramah
Inquiri 13. Tiap kelompok memperbaiki karangannya berdasarkan komentar yang telah diberikan oleh kelompok lain dengan jujur.. Ceramah KONFIRMASI 14. Guru menjelaskan materi yang dan belum dipahami siswa selama Tanya pembelajaran berlangsung. Jawab
5 menit
208
Kegiatan Penutup
Metode
Deskripsi Kegiatan 1. Guru bersama menyimpulkan pembelajaran.
siswa Ceramah materi dan Tanya Jawab
2. Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung.
Tanya Jawab
3. Guru menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran menulis narasi untuk pertemuan berikutnya
Inquiri
Alokasi waktu 10 menit
Pertemuan Kedua Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Metode
Pendahuluan 1. Guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran.
Tanya Jawab
2. Guru menjelaskan tentang tujuan dan manfaat pembelajaran.
Tanya Jawab
3. Guru memotivasi siswa agar semangat dalam belajar.
Ceramah
4. Guru bertanya kepada siswa tentang wawancara dan narasi untuk mengarahkan pemahaman siswa tentang materi yang akan dipelajari.
Tanta jawab dan Ceramah
5. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya jika ada materi yang belum dipahami. EKSPLORASI 1. Siswa dibagikan contoh teks hasil wawancara oleh guru.
Tanya Jawab
Inti
Ceramah
Alokasi waktu 10 menit
5 menit
209
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Metode
2. Guru membagikan LK 1 (kerangka narasi) dan LK 2 (pengembangan karangan narasi). ELABORASI 3. Siswa secara individu menyusun karangan narasi pada LK 1 dan 2 berdasarkan contoh teks wawancara yang telah dibagikan oleh guru dengan jujur dan kreatif.
Ceramah
Inquiri
Demonstr 4. Siswa mempresentasikan hasil asi pekerjaan mereka. Guru membuat permainan dengan tempat pensil berjalan. Permaianan ini berjalan diawali dengan membuat formasi lingkaran. Kemudian, semua siswa menyanyikan sebuah lagu dengan memegang tempat pensil secara bergantian. Dan ketika selesai menyanyikan lagu, siapa yang memegang kotak pensil yang terakhir maka siswa tersebut yang mempresentasikan pekerjaannya. Begitu pula selanjutnya dengan tanggung jawab dan rasa ingin tahu. Ceramah 5. Siswa secara individu mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan narasi yang utuh dengan kerja Demonstr asi keras dan kreatif. 6. Siswa kembali mempresentasikan hasil kerjanya. Guru kembali dengan bermain kotak pensil berjalan dengan tanggung jawab.
Alokasi waktu
60 menit
210
Kegiatan
Penutup
Deskripsi Kegiatan
7. Guru memberi penguatan dengan Ceramah menanggapi pekerjaan siswa dan memberi penilaian. KONFIRMASI 8. Guru menjelaskan materi yang Tanya belum dipahami siswa selama Jawab pembelajaran berlangsung. 1. Guru bersama siswa Tanya menyimpulkan materi Jawab pembelajaran. 2. Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.
I.
Metode
Alokasi waktu
5 menit
10 menit
Tanya Jawab
PENILAIAN 1. Teknik : Tes dan Nontes 2. Bentuk : a. Rubrik penilaian 1. Lembar Observasi Proses 2. Lembar Observasi Sikap 3. Jurnal Catatan Guru 3. Rubrik penilaian Rubrik Penilaian Karangan Narasi
No Aspek 1. Kesesuaian isi
a.
b. c.
d.
Kategori Nilai Keterangan Isi narasi sesuai dengan teks 5 Sangat baik wawancara, tepat, bahasanya bervariatif dan lengkap. Isi narasi sesuai dengan teks 4 Baik wawancara, tapi kurang bervariatif. Isi narasi cukup sesuai dengan teks 3 Cukup wawancara namun kurang lengkap dan kurang bervariatif Isi narasi tidak sesuai dengan teks 2 Kurang wawancara, tidak bervariatif dan tidak lengkap.
211
No Aspek Kategori Nilai Keterangan 2. Penggunaan a. Penggunaan kalimat langsung dan 5 Sangat baik kalimat tak langsung tepat dan penulisannya langsung benar dan komunikatif. dan tak b. Penggunaan kalimat langsung dan langsung tak langsung tepat dan cukup 4 Baik bervariatif. c. Penggunaan kalimat langsung dan tak langsung ada beberapa yang 3 Cukup salah, namun cukup bervariatif. d. Penggunaan kalimat langsung dan tak langsung banyak yang salah dan 2 Kurang tidak bervariatif. 3. Ejaan dan a. Penggunaan ejaan dan tanda baca 5 Sangat baik tanda baca tepat semua. b. Kesalahan ejaan dan tanda baca 4 Baik kurang dari tiga kesalahan c. Kesalahan penggunaan ejaan dan 3 Cukup tanda baca lebih dari tiga sampai delapan kesalahann d. Kesalahan penggunaan ejaan dan 2 Kurang tanda baca lebih dari delapan kesalahan 4. Kohesi dan a. Kohesi dan koherensi tepat sehingga 5 Sangat baik koherensi mudah dipahami dan bervariatif b. Kohesi dan koherensi tepat namun kurang bervariatif 4 Baik c. Kohesi dan koherensi cukup tepat namun tidak bervariasi 3 Cukup d. Tidak ada kohesi dan koherensi. Sehingga sulit dipahami. 2 Kurang 5. Pemilihan a. Pemilihan kata tepat, sesuai, dan 5 Sangat baik kata (diksi) bervariasi. b. Pemilihan kata tepat, sesuai, tetapi 4 Baik tidak bervariasi. c. Beberapa pemilihan cukup tepat 3 Cukup tetapi bervariasi dan masih bisa dipahami. d. Pemilihan kata tidak tepat, tidak 2 Kurang bervariasi sehingga sulit dipahami. 6. Urutan a. Urutan cerita tepat dan runtut. 5 Sangat baik cerita b. Urutan cerita tepat dan cukup runtut. 4 Baik c. Urutan cerita cukup tepat dan cukup runtut 3 Cukup d. Cerita banyak yang salah dan tidak runtut. 2 Kurang
212
No Aspek 7. Kerapian tulisan
a. b. c. d.
Kategori Nilai Keterangan Tulisan rapi dan mudah dibaca. 5 Sangat baik Tulisan rapi namun ada beberapa 4 Baik coretan. Tulisan kurang rapi dan banyak 3 Cukup coretan. Tulisan tidak rapi dan sulit dibaca. 2 Kurang
Perhitungan nilai adalah sebagai berikut:
Pedoman Penilaian No Skor 1 >85 2 75-85 3 65-74 4 <65
Kategori Nilai Sangat baik Baik Cukup Kurang
Kendal, 20 Maret 2015 Guru Bahasa Indonesia
Peneliti
Hj. Lina Andriyani S.Pd. NIP 197407122005012002
Jihan Noor Fitriana NIM 2101411067
213
Lampiran 3 Daftar Nilai Tes Keterampilan Megubah Teks Hasil Wawancara Menjadi NarasiSiklus I dan Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Nama Abdul Mutolib Ahmad Khoerul Anam Ahmad Maulana Dzikri Akhmad Fatkur Rohman Alfi Farabida Alfina Fahalisda Hakimah Aprilia Iva Nabila Ari Nur Rokhim Bagus Setiawan Buyung Rajatman Dewi Wahyuni Dheni Rizki Angelinawati Dian Rizky Sulestyaningrum Fatih Izzati Fikran Ali Fahmi Ida Lestari Ikhsan Nudin Wahid Ilham Prasetyo Istiqomah Lafina Kholisatul Ulya Lia Nurdila M.Mu'allifil Ma'ruf Maftuchin Septiaji Muhammad Misbahudin Muhammad Utomo Mulyadi Mukhamad Bagas Kurniawan Noor Khawatun Choirunnisa Rismatul Hidayah Saila Qothrinnada Siti Nafillatussa'adah Siti Nurul Hikmah Siti Rokhaniah Siti Wakhidatul Inayah Ujang Roni Zidan Ilman Arzaq Jumlah Rata-rata
Nilai Prasiklus 77 91 68 77 65 68 88 54 65 85 57 68 54 65 65 65 54 77 65 60 65 77 54 65 54 54 65 68 57 62 68 65 65 65 77 2329 66,5
Nilai Siklus I 88 91 77 88 74 77 88 60 68 91 65 85 60 65 77 71 60 88 85 62 68 85 60 74 57 60 68 71 60 65 85 65 74 68 88 2568 73,3
Nilai Siklus II 88 94 82 91 80 82 85 80 80 91 82 88 80 80 85 82 80 91 88 82 80 88 80 82 80 82 80 80 80 85 82 80 82 82 85 2919 83,4
214
Lampiran 4 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Megubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Prasiklus No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Responden R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 Jumlah Rata-rata
1 4 5 4 4 4 3 5 3 4 4 4 4 2 5 4 4 3 5 3 3 2 4 3 4 4 3 5 3 3 4 5 4 5 4 4 105 60 (K)
2 3 5 4 2 3 2 3 2 5 4 2 3 3 4 4 5 2 4 5 3 3 5 3 2 2 2 4 4 2 3 4 5 4 4 4 137 78,2 (B)
3 4 3 3 5 3 4 5 2 2 5 3 2 3 2 3 3 2 3 4 2 5 4 2 3 2 3 2 2 4 2 3 3 2 2 3 102 58,3 (K)
4 5 4 3 5 4 4 4 3 2 5 2 4 2 3 2 3 3 4 3 4 4 2 2 4 2 2 3 4 3 4 4 3 3 3 4 92 52,6 (K)
5 4 5 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 2 2 2 4 2 4 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 4 2 3 136 77,7 (B)
6 4 5 2 4 2 4 5 3 4 3 2 4 4 3 3 2 2 4 2 2 3 4 2 3 2 4 3 3 2 2 2 2 2 3 4 101 57,7 (K)
7 3 5 4 4 3 4 5 2 3 5 4 3 2 4 5 4 3 5 2 5 4 5 4 5 4 3 4 5 4 5 3 4 3 5 5 105 60 (K)
Skor 77 91 68 77 65 68 88 54 65 85 57 68 54 65 65 65 54 77 65 60 65 77 54 65 54 54 65 68 57 62 68 65 65 65 77 2329 66,5
Kat B SB C B C C SB K C B K C K C C C K C C K C B K C K K C C K K C C C C B
215
Lampiran 5 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Megubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Responden R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 Jumlah Rata-rata
1 5 4 3 4 4 3 5 3 4 5 3 4 3 3 4 4 2 4 4 3 4 4 3 4 2 3 3 4 3 2 5 4 4 4 4 127 72,8 (C)
2 5 5 4 5 4 4 5 3 4 5 4 5 4 2 5 3 4 5 5 3 4 5 4 4 2 3 3 4 2 4 5 4 4 4 5 141 80,5 (B)
3 4 5 3 4 3 4 4 3 3 5 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 5 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 117 66,8 (C)
4 4 5 4 5 4 3 5 2 4 4 3 4 2 3 4 4 2 5 5 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 132 75,5 (B)
5 4 5 4 4 3 4 4 4 4 5 4 5 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 5 137 78,3 (B)
6 4 4 4 4 4 4 5 3 3 5 4 5 3 4 4 4 3 5 5 4 3 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 140 80 (B)
7 5 4 5 5 4 5 3 3 2 3 2 3 2 4 4 3 3 3 4 2 3 3 2 4 3 2 4 2 4 4 4 2 4 2 4 115 65,7 (C)
Skor 88 91 77 88 74 77 88 60 68 91 65 85 60 65 77 71 60 88 85 62 68 85 60 74 57 60 68 71 60 65 85 65 74 68 88 2568 73,3 (C)
Kat SB SB B SB B B SB K C SB C B K C B C K SB B K C B K C K K C C K C B C C C SB
216
Lampiran 6 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Megubah Teks Hasil Wawancara menjadi Narasi Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Responden R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 Jumlah Rata-rata
1 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 3 4 4 3 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 143 81,7 (B)
2 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 3 5 4 5 5 4 4 4 5 4 3 4 4 4 5 4 3 4 5 4 4 4 4 3 4 146 83,4 (B)
3 5 5 3 5 3 3 5 5 4 4 5 5 4 3 3 3 3 5 5 3 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 3 4 4 5 145 82,7 (B)
4 5 5 5 4 5 5 4 3 5 5 5 3 3 5 5 5 5 3 4 5 3 5 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 5 4 147 84 (B)
5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 148 85,2 (B)
6 5 4 4 5 3 5 4 4 3 5 4 4 5 4 4 3 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 149 88 (SB)
7 3 5 4 4 5 4 5 4 3 3 4 5 4 4 4 5 5 5 3 5 4 4 3 4 3 4 4 4 3 5 5 5 4 5 4 146 83,4 (B)
Skor 88 94 82 91 80 82 85 80 80 91 82 88 80 80 85 82 80 91 88 82 80 88 80 82 80 82 80 80 80 85 82 80 82 82 85 2919 83,4 (B)
Kat SB SB B SB B B SB B B SB B SB B B B B B SB SB B B SB B B B B B B B B B B B B B
217
Lampiran 7 Pedoman Lembar Observasi Proses
No
Respon den
Kegiatan 1
Kegiatan 2
Kegiatan 3
Kegiatan 4
Kegiatan 5
Kegiatan 6
Kegiatan 7
Kegiatan 8
Keterangan Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10
Kegiatan 1: Siswa membaca dan mengamati contoh teks hasil wawancara yang telah dibagikan oleh guru. Kegiatan 2: Siswa mendengarkan beberapa pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis isi teks wawancara. Kegiatan 3: Siswa dikelompokkan. Masing-masing kelompok terdiri atas 5 anak. Kegiatan 4: Setiap kelompokmembuat kerangka karangan narasi yang terdapat pada LK I.
218
No 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Respon den
Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Keterangan Kegiatan Kegiatan 5: Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa kerangka karangan dan yang lain memberi masukan. Kegiatan 6: Setiap kelompokmengembangkan kerangka karangan menjadi narasi yang utuh yang terdapat pada LK 2. Langkah 7: Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa karangan narasi dan yang lain memberi masukan. Kegiatan 8: siswa secara individu mengubah teks hasil wawancara menjadi karangan narasi.
Jumlah Berilah tanda (√) pada setiap nilai kegiatan yang telah diikuti oleh siswa Keterangan penskoran: 1. Skor 1 : BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 2. Skor 2 : MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalammengikuti kegiatan pembelajaran.
219
3. Skor 3 4. Skor 4
: :
MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
220
Lampiran 8 Pedoman Wawancara Siswa Nama siswa
:
Kelas/No. Presensi : Hari, tanggal
:
1.
Apakah kamu suka mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi?
2.
Biasanya kamu mengubahteks hasil wawancara menjadi narasiuntuk apa?
3.
Apakah penjelasan guru mengenai materi pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasimudah dipahami?
4.
Materi apa yang kurang kamu pahami dalam pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi?
5.
Apa kamu tertarik mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi tadi?
6.
Kesulitan apa yang kamu hadapi ketika mengikuti pembelajaran tadi?
7.
Manfaat apa yang kamu peroleh setelah mengikuti pembelajaran tadi?
8.
Bagaimana perasaan kamu ketika mengikuti pembelajaran tadi?
9.
Adakah perbedaan sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi?
10. Apa saran kamu terhadap pembelajaranketerampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasiyang akan datang?
221
Lampiran 9 Pedoman Jurnal Siswa Nama siswa
:
Kelas/No. Presensi : Hari, tanggal
:
1. Bagaimana perasaan Anda selama mengikuti pembelajaran menulis narasi dari teks hasil wawancara pada hari ini? ............................................................................................................................ Alasan : .............................................................................................................. ................................................................................................. ........................... 2. Apa kesulitan yang Anda alami dalam menulis narasi dari teks hasil wawancara? ............................................................................................................................ Alasan : .............................................................................................................. ................................................................................................. ........................... 3. Bagaimana tanggapan Anda mengenai metode pembelajaran student facilitator and explaining yang digunakan? ............................................................................................................................ Alasan : .............................................................................................................. ................................................................................................. ........................... 4. Bagaimana kesan Anda terhadap gaya mengajar yang dilakukan oleh guru? ............................................................................................................................ Alasan : .............................................................................................................. ................................................................................................. ........................... 5. Saran apa yang dapat Anda berikan untuk pembelajaran menulis narasi dari teks hasil wawancara melalui metode pembelajaran student facilitator and explainingberbasis pendidikan karakter? ............................................................................................................................ ............................................................................................................................
222
Lampiran 10 Pedoman Jurnal Guru Guru pengampu : Hari, tanggal
:
1. Bagaimana persiapan siswa sebelum mengikuti pembelajaran menulis narasi dari teks hasil wawancara dengan metode pembelajaran student facilitator and explainingberbasis karakter? ............................................................................................................................ ............................................................................................................................ 2. Bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis narasi dari teks hasil wawancara melalui metode pembelajaran student facilitator and explainingberbasis karakter? ............................................................................................................................ ............................................................................................................................ 1. Bagaimana perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran?
............................................................................................................................ ............................................................................................................................ ............................................................................................................................ 4. Bagaimana situasi kelas saat pembelajaran? ............................................................................................................................ ............................................................................................................................ ............................................................................................................................ 5. Kejadian-kejadian apa saja yang muncul pada saat pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode pembelajaran student facilitator and explaining berbasis karakter? ............................................................................................................................ ............................................................................................................................
223
Lampiran 11
Pedoman Lembar Observasi Sikap No 1
2
3
4
5
Sikap/ Nilai Jujur
Aspek Pengamatan
Siswa selalu mengerjakan tugas sendiri, tidak plagiat. Siswa tidak berbohong pada kegiatan membuat kerangka karangan narasi dan mengembangkan menjadi narasi yang utuh Siswa tidak menyontek ketika ulangan Disiplin Siswa masuk kelas tepat waktu Siswa selalu mengerjakan tugas dengan baik dan dikumpulkan tepat waktu Kerja Siswa aktif mencatat keras penjelasan guru Siswa aktif bertanya kepada guru maupun temannya ketika kurang paham tentang materi yang diajarkan Siswa bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas Siswa berusaha menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh Kreatif Siswa menuangkan ide atau gagasan baru dalam mengerjakan tugas Rasa Siswa mendengarkan ingin tahu penjelasan guru dengan penuh perhatian Siswa aktif bertanya kepada
Hasil Observasi Catatan Baik Cukup Kurang
224
No
6
Sikap/ Nilai
Aspek Pengamatan
guru Siswa aktif menjawab pertanyaan atau memberikan tanggapan Tanggung Siswa selalu melaksanakan jawab tugas dan kewajibannya dengan baik pada kegiatan pembelajaran mengubah teks hasil observasi menjadi narasi Siswa selalu menyelesaikan tugas dengan data atau informasi yang dapat dipercaya
Hasil Observasi Catatan Baik Cukup Kurang
225
Lampiran 12
Hasil Observasi Proses Siklus 1
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 No
Respon den R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 Respon den
Kegiatan 1
Kegiatan 2
Kegiatan 3
Kegiatan 4
Kegiatan 5
Kegiatan 6
Kegiatan 7
Kegiatan 8
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8
Keterangan Kegiatan Kegiatan 1: Siswa membaca dan mengamati contoh teks hasil wawancara yang telah dibagikan oleh guru. Kegiatan 2: Siswa mendengarkan beberapa pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis isi teks wawancara. Kegiatan 3: Siswa dikelompokkan. Masing-masing kelompok terdiri atas 5 anak. Kegiatan 4: Setiap kelompokmembuat kerangka karangan narasi yang terdapat pada LK I. Keterangan Kegiatan
226
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5: Perwakilan R17 √ √ √ √ √ √ √ √ Kegiatan kelompok mempresentasikan R18 √ √ √ √ √ √ √ √ hasil kerjanya berupa kerangka R19 √ √ √ √ √ √ √ √ karangan dan yang lain memberi R20 √ √ √ √ √ √ √ √ masukan. R21 √ √ √ √ √ √ √ √ 6: Setiap R22 √ √ √ √ √ √ √ √ Kegiatan kelompokmengembangkan R23 √ √ √ √ √ √ √ √ kerangka karangan menjadi R24 √ √ √ √ √ √ √ √ narasi yang utuh yang terdapat R25 √ √ √ √ √ √ √ √ pada LK 2. R26 √ √ √ √ √ √ √ √ Langkah 7: Perwakilan R27 √ √ √ √ √ √ √ √ kelompok mempresentasikan R28 √ √ √ √ √ √ √ √ hasil kerjanya berupa karangan R29 √ √ √ √ √ √ √ √ narasi dan yang lain memberi masukan. R30 √ √ √ √ √ √ √ √ R31 √ √ √ √ √ √ √ √ Kegiatan 8: siswa secara R32 √ √ √ √ √ √ √ √ individu mengubah teks hasil R33 √ √ √ √ √ √ √ √ wawancara menjadi karangan R34 √ √ √ √ √ √ √ √ √ narasi. R35 √ √ √ √ √ √ √ √ Jumlah Berilah tanda (√) pada setiap nilai kegiatan yang telah diikuti oleh siswa 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Keterangan penskoran: 1. Skor 1 : BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 2. Skor 2 : MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalammengikuti kegiatan pembelajaran. 3. Skor 3 : MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
227
4. Skor 4
:
MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
228
Lampiran 13
Hasil Wawancara Siswa Siklus I
1.
Apakah kamu suka mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi? Jawaban: No Responden 2 : Senang karena sering menulis narasi 16 : Biasa saja 25 : Tidak suka karena tidak bisa mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.
2.
Biasanya kamu mengubahteks hasil wawancara menjadi narasi untuk apa? Jawaban: No Responden 2 : Untuk membuat tugas 16 : Untuk membuat tugas 25 : Membuat tugas
3.
Apakah penjelasan guru mengenai materi pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi mudah dipahami? Jawaban: No Responden 2 : Mudah sekali 16 : Mudah dipahami 25 : sangat mudah
4.
Materi apa yang kurang kamu pahami dalam pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi? Jawaban: No Responden 2 : Semua materi bisa dipahami 16 : Semua materi bisa dipahami namun sulit menerapkan terutama harus sesuai dengan kronologis peristiwa 25 : sangat mudah
5.
Apa kamu tertarik mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi tadi? Jawaban: No Responden 2 : Tertarik karena menyenangkan 16 : tertarik karena semakin mudah saat mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi 25 : Tertarik karena menyenangkan
6.
Kesulitan apa yang kamu hadapi ketika mengikuti pembelajaran tadi?
229
Jawaban: No Responden 2
: Kesulitan saat menentukan ide pokok dan harus sesuai dengan kronologis peristiwa 16 : Menentukan ide pokok dan sesuai dengan kronologis peristiwa 25 : kesulitan menentukan ide pokok dan harus sesuai dengan kronologis peristiwa
7.
Manfaat apa yang kamu peroleh setelah mengikuti pembelajaran tadi? Jawaban: No Responden 2
: Jadi tahu langkah mudah mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi 16 : Berpikir bahwa menulis narasi itu mudah 25 : Semakin cepat saat menulis narasi
8.
Bagaimana perasaan kamu ketika mengikuti pembelajaran tadi? Jawaban: No Responden 2 : Senang 16 : Sangat senang 25 : Senang
9.
Adakah perbedaan sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi? Jawaban: No Responden 2
: Jadi tahu langkah mudah mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi 16 : Semakin cepat saat menulis narasi 25 : Semakin cepat saat menulis narasi
10. Apa saran kamu terhadap pembelajaranketerampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasiyang akan datang? Jawaban: No Responden 2
: Agar guru meminta siswa mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi sendiri dari awal 16 : Sudah baik dan tidak ada saran apa-apa. 25 : Sudah baik dan tidak ada saran apa-apa.
230
Lampiran 14
Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I (1)
231
Lampiran 15
Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I (2)
232
Lampiran 16
Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I (3)
233
Lampiran 17
Hasil Jurnal Guru Siklus I Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakterdapat dilihat ketika peneliti memasuki kelas, siswa telah siap di tempat duduk masing-masing. Suasan kelas menjaditenang ketika guru memulai pembelajaran. Keaktifan siswa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran sudah terlihat dengan baik. Namu, masih ada siswa yang masih terlihat malu dan belukm aktif. Siswa dapat menerima materi dengan semangat dan antusias. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang aktif, senang dan bersemangat baik ketika menerima materi maupun saat melakukan tes mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Perilaku siswa selama proses pembelajaran sebagian besar sudah menunjukan perilaku positif artinya siswa memperhatikan penjelasan guru dengan seksama dan sungguh-sungguh dalam mengerjakan tes yang diberikan, meskipun ada siswa yang kurang serius dan berbicara sendiri ketika guru memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran. Tanggapan
siswa
terhadap
proses
pembelajaran
bermacam-macam.
Beberapa siswa putri memberikan tanggapan yang antusias terhadap materi yang diberikan. Namun sebagian siswa putra terlihat enggan melakukan pembelajaran ini. Siswa merasa kesulitan mengembangkan cerita dan masih kesulitan dalam pilihan kata dan ejaan. Selain hal di atas, kejadian lain yang muncul ketika proses pembelajaran adalah adanya beberapa siswa putra yang mencoba menggangu temanya yang sedang mengerjakan, sehingga menggangu konsentrasi teman yang lain.
234
Lampiran 18 Rekapitulasi Hasil Observasi Sikap Siklus 1
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 No
Respon den Aspek 1 R1 B R2 C R3 B R4 B R5 B R6 B R7 B R8 B R9 C R10 B R11 B R12 B R13 B R14 B R15 C R16 B R17 B Respon den
Jujur Aspek 2 B B B B B B C B B B B B K B B B B Jujur
Tanggung Jawab Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek 3 1 2 1 2 3 4 1 1 2 3 1 2 B B B C B C B B B K B B B B B B B B B C B B K B B B B B B B C B B C B B C B B B B B B K B B B C B B B B B C B B B B B B B C K B B B B B B C B B B B C K B B B B B B B K B B B B C B B B B B C B B K B B K B B B B B B B K C B B B B K B B B B B B C B B C K B B B B B B B B B B C B B B C B B B B B B C B B B C K B B B B B B B C B B C B B B B B B B B C K B B B B B C B B B B B B B C B B B B K B B B B B B C K B B B K B B C B K B K B B B B C B B B B Tanggung Disiplin Kerja Keras Kreatif Rasa Ingin Tahu Jawab Disiplin
Kerja Keras
Kreatif
Rasa Ingin Tahu
235
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Ju ml ah
Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek 1 2 3 1 2 1 2 3 4 1 1 2 3 1 2 B B B B B C B B B B C K B B R18 B R19 B C B B B B B B B C B B C B B R20 B B B B B B C B B B B K B B B R21 B B B B B C B C B B B K B B B R22 B B B B C B B B C K B B K B B R23 B B B B B B C K B B B B K B B R24 C B B B B B B C B B B B K B B R25 B B B B B B B B K B B C B B K R26 B B C B B B B B B C B K B B B R27 B B B B B C C B B B B B K B B R28 B K B B B B B B C B B B B B B R29 B B B B B B C B B B B K B B B R30 B C B B B B K B B B C B K B B R31 C B B B B B B B B K B B B B B R32 B B B B B B B B C B B K B B B R33 B B B B B B B C B B K B B B B R34 B B B B B B K B B B B C K B B R35 B B B C B B B K B B C K B B B B 30 30 34 32 34 29 20 25 28 27 28 17 15 35 33 C 5 3 1 2 1 5 11 6 5 5 5 5 9 0 1 K 0 2 0 1 0 1 4 4 2 3 2 13 11 0 1 Keterangan nilai: B: Baik,C: Cukup, dan K: Kurang.
236
Keterangan Aspek Sikap: Sikap Jujur
Disiplin Kerja keras
Kreatif Rasa ingin tahu Tanggung jawab
1. 2. 3. 1. 2. 1. 2. 3. 4. 2. 1. 2. 3. 1. 2.
Aspek Siswa selalu mengerjakan tugas sendiri, tidak plagiat. Siswa tidak berbohong pada kegiatan membuat kerangka karangan narasi dan mengembangkan menjadi narasi yang utuh. Siswa tidak menyontek ketika ulangan. Siswa masuk kelas tepat waktu. Siswa selalu mengerjakan tugas dengan baik dan dikumpulkan tepat waktu. Siswa aktif mencatat penjelasan guru. Siswa aktif bertanya kepada guru maupun temannya ketika kurang paham tentang materi yang diajarkan. Siswa bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas. Siswa berusaha menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh. Siswa menuangkan ide atau gagasan baru dalam mengerjakan tugas. mendengarkan penjelasan guru dengan penuh perhatian. Siswa aktif bertanya kepada guru. Siswa aktif menjawab pertanyaan atau memberikan tanggapan. Siswa selalu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik pada kegiatan pembelajaran mengubah teks hasil observasi menjadi narasi Siswa selalu menyelesaikan tugas dengan data atau informasi yang dapat dipercaya
237
Lampiran 19 Hasil Observasi Proses Siklus 2
No
Respon den
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16
No
Respon den
Kegiatan 1
Kegiatan 2
Kegiatan 3
Kegiatan 4
Kegiatan 5
Kegiatan 6
Kegiatan 7
Kegiatan 8
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Keterangan Kegiatan Kegiatan 1: Siswa membaca dan mengamati contoh teks hasil wawancara yang telah dibagikan oleh guru. Kegiatan 2: Siswa mendengarkan beberapa pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis isi teks wawancara. Kegiatan 3: Siswa dikelompokkan. Masing-masing kelompok terdiri atas 5 anak. Kegiatan 4: Setiap kelompokmembuat kerangka karangan narasi yang terdapat pada LK I. Keterangan Kegiatan
238
R17 √ √ √ √ √ R18 √ √ √ √ √ R19 √ √ √ √ √ R20 √ √ √ √ √ R21 √ √ √ √ √ R22 √ √ √ √ √ R23 √ √ √ √ √ R24 √ √ √ √ √ R25 √ √ √ √ √ R26 √ √ √ √ √ R27 √ √ √ √ √ R28 √ √ √ √ √ R29 √ √ √ √ √ R30 √ √ √ √ √ R31 √ √ √ √ √ R32 √ √ √ √ √ R33 √ √ √ √ √ R34 √ √ √ √ √ R35 √ √ √ √ √ Jumlah Berilah tanda (√) pada setiap nilai kegiatan yang telah diikuti oleh siswa Keterangan penskoran: 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1. Skor 1 2. Skor 2 3. Skor 3 4. Skor 4
: : : :
√ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
Kegiatan 5: Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa kerangka karangan dan yang lain memberi masukan. Kegiatan 6: Setiap kelompokmengembangkan kerangka karangan menjadi narasi yang utuh yang terdapat pada LK 2. Langkah 7: Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa karangan narasi dan yang lain memberi masukan. Kegiatan 8: siswa secara individu mengubah teks hasil wawancara menjadi karangan narasi.
BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalammengikuti kegiatan pembelajaran. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
239
Lampiran 20 Hasil Wawancara Siswa Siklus II 1.
Apakah kamu suka mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi? Jawaban: No Responden 2 :Tertarik. 19 : Ya, tertarik. 32 : Tertarik
2.
Biasanya kamu mengubahteks hasil wawancara menjadi narasi untuk apa? Jawaban: No Responden 2 :Menurut saya untuk membuat tugas. 19 : Membuat tugas. 32 : Untuk membuat tugas.
3.
Apakah penjelasan guru mengenai materi pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi mudah dipahami? Jawaban: No Responden 2 : Mudah sekali 19 : Mudah dipahami 32 : Sangat mudah
4.
Materi apa yang kurang kamu pahami dalam pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi? Jawaban: No Responden 2 : Semua materi bisa dipahami 19 : Semua materi bisa dipahami namun sulit menerapkan terutama harus sesuai dengan kronologis peristiwa 32 : Semua materi bisa dipahami namun sulit menerapkan terutama harus sesuai dengan kronologis peristiwa.
5.
Apa kamu tertarik mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi tadi? Jawaban: No Responden 2 : Tertarik karena menyenangkan. 16 : Tertarik karena semakin mudah saat mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. 25 : Tertarik karena semakin mudah saat mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.
6.
Kesulitan apa yang kamu hadapi ketika mengikuti pembelajaran tadi?
240
Jawaban: No Responden 2
: Sudah tidak ada kesulitan dalam keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. 16 : Sudah tidak ada kesulitan dalam keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. 25 : Sudah tidak ada kesulitan dalam keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.
7.
Manfaat apa yang kamu peroleh setelah mengikuti pembelajaran tadi? Jawaban: No Responden 2
: Jadi tahu langkah mudah mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi 16 : Berpikir bahwa menulis narasi itu mudah 25 : Semakin cepat saat menulis narasi
8.
Bagaimana perasaan kamu ketika mengikuti pembelajaran tadi? Jawaban: No Responden 2 : Senang 16 : Sangat senang 25 : Senang
9.
Adakah perbedaan sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi? Jawaban: No Responden 2
: Jadi tahu langkah mudah mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi 16 : Semakin cepat saat menulis narasi 25 : Semakin cepat saat menulis narasi
10. Apa saran kamu terhadap pembelajaranketerampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasiyang akan datang? Jawaban: No Responden 2
: Agar guru meminta siswa mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi sendiri dari awal 16 : Sudah baik dan tidak ada saran apa-apa. 25 : Sudah baik dan tidak ada saran apa-apa.
241
Lampiran 21
Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II (1)
242
Lampiran 22
Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II (2)
243
Lampiran 23
Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II (3)
244
Lampiran 24
Hasil Jurnal Guru Siklus II Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi
narasi
menggunakan
metodestudent
facilitator
and
explainingberbasis karakter ini terlihat lebih baik. Siswa terlihat lebih antusias untuk menerima pembelajaran dibandingkan siklus I. Keaktifan siswa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran siklus II juga lebih baik daripada siklus I. Siswa dapat menerima materi dengan semangat dan antusias. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang aktif, senang dan bersemangat baik ketika menerima materi maupun saat melakukan tes menulis paragraf narasi. Perilaku siswa selama proses pembelajaran siklus II ini juga lebih baik dibandingkan siklus I. Sebagian besar sudah menunjukan perilaku positif artinya siswa memperhatikan penjelasan guru dengan seksama dan sungguh-sungguh dalam mengerjakan tes yang diberikan, meskipun ada siswa yang kurang serius dan berbicara sendiri ketika guru memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran. Tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran bermacam-macam . Beberapa siswa putri memberikan tanggapan yang antusias terhadap materi yang diberikan. Namun, sebagian siswa juga kesulitan dalam pembejaran menulis narasi ini. Selain hal di atas, kejadian lain yang muncul ketika proses pembelajaran adalah adanya beberapa siswa putra yang mencoba menggangu temanya yang sedang mengerjakan, sehingga menggangu konsentrasi teman yang lain. Namun kejadian ini dapat dihentikan oleh peringatan guru.
245
Lampiran 25 Rekapitulasi Nilai Observasi Sikap Siklus 2
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 No
Respon den Aspek 1 R1 B R2 B R3 B R4 B R5 B R6 B R7 B R8 B R9 B R10 B R11 B R12 B R13 B R14 B R15 B R16 B R17 Respon den
B
Jujur Aspek 2 B B B B B C B B B B B B B K B B B Jujur
Tanggung Jawab Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek 3 1 2 1 2 3 4 1 1 2 3 1 2 B B B B C B B B B B B B B B B B B B B B C B B B B B B B B B B C B B B B B B B B B B B B B C B B B B B B B B B B B B B B B C B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B C B B B B B B B B B B B C B B B B B B B B B B B B B B B B C B B B B B B B B B B C B B B B B B B B B C B B B B B B B B B B B B B B B B B B C B B B B B B B B B B B B B C B B B B B B B B B B C B B B B B B B B B B B B B B C B B B B B B B B B B B B B C B B Disiplin
B
B
B
Disiplin
Kerja Keras
C
B
B
Kerja Keras
Kreatif
B
B Kreatif
Rasa Ingin Tahu
B
B
B
Rasa Ingin Tahu
B
B
Tanggung Jawab
246
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Ju ml ah
Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek 1 2 3 1 2 1 2 3 4 1 1 2 3 1 2 R18 C B B B B B B B B B B C B B B R19 B B B B B B B C B C B B B B B R20 B B B B B B B B C B B B B B B R21 B C B B B B B B B B B B B B B R22 B B B B B B B B B C B B B B B R23 B B B B B B B B B C B B B B B R24 B B B B B B B C B B B B B B B R25 B B B B B B C B B B B B B B B R26 B B B B B B B B B B B C B B B R27 B B B B B B B B B B B B C B B R28 B B B B B B B B B B B K B B B R29 B B B B B B C B B B B B B B B R30 B B B B B B B B C B B B B B B R31 B B B B B B B B B B B B B B B R32 C B B B B B B B B B B K B B B R33 B B B B B B C B B B B B B B B R34 B B B B B B B B B B B B B B B R35 B B B B B B B B B B B B B B B B 33 32 35 35 34 33 30 31 32 29 34 28 33 35 35 C 2 2 0 0 1 2 5 4 3 6 1 5 2 0 0 K 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 Keterangan nilai: B: Baik,C: Cukup, dan K: Kurang
247
Keterangan Aspek Sikap: Sikap Jujur
Disiplin Kerja keras
Kreatif Rasa ingin tahu Tanggung jawab
4. 5. 6. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 3. 4. 5. 6. 3. 4.
Aspek Siswa selalu mengerjakan tugas sendiri, tidak plagiat. Siswa tidak berbohong pada kegiatan membuat kerangka karangan narasi dan mengembangkan menjadi narasi yang utuh. Siswa tidak menyontek ketika ulangan. Siswa masuk kelas tepat waktu. Siswa selalu mengerjakan tugas dengan baik dan dikumpulkan tepat waktu. Siswa aktif mencatat penjelasan guru. Siswa aktif bertanya kepada guru maupun temannya ketika kurang paham tentang materi yang diajarkan. Siswa bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas. Siswa berusaha menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh. Siswa menuangkan ide atau gagasan baru dalam mengerjakan tugas. mendengarkan penjelasan guru dengan penuh perhatian. Siswa aktif bertanya kepada guru. Siswa aktif menjawab pertanyaan atau memberikan tanggapan. Siswa selalu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik pada kegiatan pembelajaran mengubah teks hasil observasi menjadi narasi Siswa selalu menyelesaikan tugas dengan data atau informasi yang dapat dipercaya
248
Lampiran 26
249
Lampiran 27
250
Lampiran 28
251
Lampiran 29
252
Lampiran 30
253
Lampiran 31
254
255
256
257
Lampiran 32
Contoh Teks Hasil Wawancara Siklus I 1. Contoh Teks 1
Bahaya Narkoba Angga : Selamat siang, Dok. Apa kabar? Dokter : Siang, Dik. Kabar saya baik-baik saja. Mari, silahkan duduk. Angga : Terima kasih, Dok. Maaf mengganggu waktunya. Nama saya Yusuf Angga Dwitama, siswa kelas VII di SMP Nurul Islam. Dokter : Oh tidak apa-apa, jangan sungkan Dik Yusuf. Jadi ada perlu apa Adik kemari? Angga : Begini Dok, saya ada tugas dari sekolah untuk mewancarai dokter, ini perihal narkoba dan bahayanya bagi manusia. Dokter : Oh, bagus sekali itu untuk diketahui. Jadi, dimulai dari mana ini? Angga : Pertama-tama, menurut dokter apa penyebab generasi muda jaman sekarang mudah terjerumus oleh narkoba dan hal-hal yang diharamkan lainnya? Dokter :
Nah baiklah. Menurut saya, ada 3 penyebab utamanya, Dik. Pertama adalah pergaulan yang bebas dari orang tersebut, kurangnya asuhan dari orang tua, dan terakhir adalah faktor lingkungan. Apabila ketiganya kurang baik, maka ada kemungkinan untuk terjerumus narkoba.
Angga : Oh jadi begitu. Lalu, sebesar apakah sebenarnya bahaya dari pengkonsumsi narkoba ini, Dok? Dokter :
Pertanyaan yang bagus. Sebetulnya bahaya ini tidak hanya untuk pengguna narkobanya, tapi juga kepada pengedarnya. Karena yang harus diketahui, tanpa adanya pengedar pasti tidak akan ada yang menjadi konsumennya. Betul tidak, Dik?
258
Angga :
Iya betul sekali, Dok. Jadi, kira-kira apa dampaknya pengguna narkoba ini untuk kesehatannya sendiri?
Dokter :
Sudah pasti berdampak tidak baik. Pertama, tubuh kita akan mengalami respon yang buruk akibat kinerja otak yang terganggu. Kedua, akan mengalami kecanduan, hingga apabila dihentikan maka pengguna narkoba akan mengalami sakit yang luar biasa. Ketiga, ada perubahan fisik pada kondisi tubuh sehingga semakin lama semakin lemah. Dan terakhir adalah akan menghambat proses kerja jantung yang tertekan oleh kehadiran narkoba ini hingga berakhir kematian sewaktu-waktu. Walau mencicipi saja atau menjadi pecandu ini keduanya sama-sama berdampak buruk. Jadi jangan berani coba-coba, ya!
Angga : Wah, mengerikan sekali ya, Dok. Dokter : Sangat mengerikan memang. Untuk itu Adik harus menjaga diri supaya tidak terjerumus ke hal yang buruk contohnya narkoba, minuman keras, dan begitu juga dengan rokok. Angga :
Untuk penutup, bisakah dokter memberi saran khusus supaya terhindar dari bahaya narkoba?
Dokter :
Ya awalnya memang dari diri sendiri, yakni belajar untuk menghindari diri dari hal-hal negatif. Selanjutnya adalah untuk jangan salah bergaul dengan orang-orang yang tidak benar, kemudian jauhi lingkungan yang kurang baik. Setelah itu jangan lupa juga untuk selalu menuruti perintah dari orang tua. Kira-kira seperti itu intinya. Bisa dimengerti, Dik?
Angga : Iya, Dok. Terimakasih banyak atas informasinya. Dokter : Sama-sama, Dik. Semoga yang sudah saya sampaikan ini bermanfaat ya.
2. Contoh Teks 2 Menyontek
Dita
: Bagaimana dengan sekolahmu hari ini dik?
Ali
: Ya, menyenangkan Kak.
259
Dita
: Menurut Adik apakah sekolah disana menyenangkan?
Ali
: Ya, begitulah Kak, kadang enak kadang juga tidak enak.
Dita
: Apakah Adik tidak ada masalah di sekolah?
Ali
: Baik-baik saja Kak, tidak ada masalah.
Dita
: Kakak tadi sempat bertemu dengan teman Adik. Temanmu banyak cerita dengan Kakak. Apakah benar banyak temanmu yang ketahuan menyontek ketika ulangan bahasa Indonesia?
Ali
: Iya Kak benar.
Dita
: Kalau boleh tau, kenapa teman-temanmu menyontek?
Ali
: Tidak belajar, tidak siap ulangan. Alasan kedua mereka menyepelekan ulangan itu sendiri kak. Dan ada juga yang temanku yang kurang pede dengan jawabannya sendiri. Meskipun sudah menjawab, tapi mereka tetap menyontek karena kurang pede dengan jawabannya sendiri.
Dita
: Tapi kamu tidak menyontek kan?
Ali
: Tidak kak. Memangnya bahaya menyontek itu apa Kak?
Dita
: Ada bahaya jangka pendek ada juga bahaya jangka panjang.
Ali
: Bahaya pendeknya apa Kak?
Dita
: Siswa menjadi tidak pede dengan jawabannya. Padahal barangkali jawabannya lebih benar daripada milik temannya. Menyontek juga membahayakan diri sendiri karena bila ketahuan guru, bisa dipastikan nilai 0. Bagi yang dicontek, tidak menyesalkah bila yang menyontek mendapat hasil ujian yang lebih tinggi daripada yang dicontek? Artinya, kerjasama saat di ujian adalah kesia-siaan, karena teman anda hanya memanfaatkan diri anda, dan anda tidak sadar telah dimanfaatkan. Hal ini sering terjadi. Yang namanya kompetisi, maka setiap peserta harus bersaing, bukannya malah bekerja sama. Karena yang namanya juara itu hanya dimiliki oleh satu orang, bukan tim / kolektif.
Ali
: Kemudian bahaya jangka panjangnya apa kak?
Dita
: Bila seorang siswa terbiasa menyontek, maka kebiasaan itulah yang akan membentuk diri. Beberapa karakter yang dapat dihasilkan dari kegiatan menyontek antara lain: mengambil milik orang lain tanpa izin, menyepelekan, senang jalan pintas dan malas berusaha keras. Bisa dipastikan, saat siswa sudah dewasa dan hidup sendiri, kebiasaan hasil perilaku menyontek mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-
260
hari, seperti mencuri, korupsi, manajemen buruk, pemalas tapi ingin jabatan dan pedapatan tinggi. Ali
: Banyak sekali ya Kak dampaknya.
Dita
: Nah, maka dari itu kamu jangan meyontek karena akan merugikan diri sendiri.
Ali
: Baiklah Kak, sekarang saya mengerti. Saya tidak akan pernah menyontek.
Dita
: Pintar, itu baru adik Kakak.
261
Lampiran33 Contoh Teks Hasil Wawancara Siklus I 1. Contoh Teks 1
Kebersihan Lingkungan Doni
: Bagaimana pendapat anda tentang kebersihan lingkungan sekolah?
Rafa
: Lingkungannya sudah bersih tetapi kelasnya masih kotor.
Doni
: Seberapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan? Dan beri alasan anda!
Rafa
: Penting sekali, karena kebersihan dapat mempengaruhi kesehatan.
Doni
: Setelah anda mengetahui pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, progam apa yang akan anda lakukan?.
Rafa
: Jum’at bersih, Sabtu indah, Minggu sehat.
Doni
: Siapa saja yang berperan dalam kebersihan lingkungan?
Rafa
: Semua warga sekolah.
Doni
: Bagaimana cara menyadarkan semua warga sekolah akan pentingnya kebersihan sekolah?
Rafa
: Dengan mengadakan berbagai kegiatan kebersihan.
Doni
: Menurut anda, seberapa penting kebersihan lingkungan sekolah bagi kelangsungan kegiatan belajar mengajar?
Rafa
: Sangat penting, karena kebersihan lingkungan kenyamanan saat proses belajar mengajar.
Doni
: Bagaimana tanggapan anda mengenai kesadaran para siswaakan kebersihan lingkungan?
Rafa
: Para siswa belum semuanya menyadari akan kepentingan kebersihan sekolah.
Doni
: Apakah kebersihan mengajar ?
lingkungan
mempengaruhi
memberikan
proses
belajar
262
Rafa
: Sangat berpengaruh.
Doni
: Apa alasan mereka tidak memperhatikan kebersihan lingkungan?
Rafa
: Mungkin mereka tidak peduli dengankebersihan dan malas untuk membersihkannya .
Doni
: Bagaimana menurut anda tentang kebersihan ?
Rafa
: Kebersihan itu lingkungan yang tidak kotor dan menciptakan kesehatan pada diri kita.
2. Contoh Teks 2 Kenakalan Remaja Ingrrid
: Assalamu’alaikum.Selamat pagi pemirsa, jumpa lagi dengan saya Inggrid Dwi Safira.Selama 10 menit ke depan kami akan menemani Andadalam acara, “Dialog Interaktif”.Pagi kali inidialog interaktif akan membahas tentang“KenakalanRemaja”.Untuk membahas tema kita kali ini saya tidak sendiri, tentunya bersama para narasumber yaitu Bu Dina selaku Ibu rumah tangga yang mempunyai anak usia remaja. Apakabar ibu?
Bu Dina
: Baik. Selamat pagi.
Ingrrid
: Terima kasih ibu atas kedatangannya di studio kami. Sehubung dengan tema dialog kali ini yakni kenakalan remaja. Sekarang memang banyak sekali terjadi kasus-kasus seputarremaja di negara manapun di dunia ini. Nah, pendapat Ibu Dina sendiri terhadap kenakalan remaja di Indonesia ini bagaimana?
Bu Dina
: Iya, pendapat saya tentang kenakalan remaja di Indonesia memang sangat-sangat mengecewakan, terlebih lagi posisi mereka diIndonesia sangatlah penting yakni sebagai generasi muda bangsa.
Ingrrid
: Menurut Bu Dina yang sehari-hari mengontrol perilaku anak remaja di rumah. Sebenarnya apa saja ya bu, jenis-jenis perilaku para remaja yangharus dibenahi?
Bu Dina
: Sebenarnya banyak sekali jenis-jenis kenakalan remaja saat ini, contoh kecilnya membolos sekolah karena tidak suka dengan gurumata pelajaran, banyaknya remaja yang berpacaran, seperti
263
pegangan tangan. Selain itu, semakin banyak remaja yang merokok. Inggrid
: Bicara soal merokok, Indonesia ini menduduki urutan ke-5 konsumsitembakau tertinggi di dunia. Bagaimana pendapat Ibu mengenai hal ini?
Bu Dina
: Benar-benar parah ya, Bu. Apalagi kan dampak rokok terhadapkesehatan itu sangat berbahaya. Selain untuk kesehatan, merokok juga mempengaruhi psikoligis dan IQ manusia. Terutama remaja.
Inggrid
: Ibu Dina selaku orang tua, bagaimana cara ibu memberi tahu padaanak ibu tentang bahayanyamerokok? Pastinya remaja masa kini sudah mengenal bahkan ada yang sudah pernah merokok.
Bu Dina
: Ya saya menasehati anak saya dengan baik. Memberitahu dampak negatifnya jika merokok. Dan satu hal lagi, tidak boleh kasar terhadap anak. Jadi harus sabar kalau menasehati. Kalau kasar, anak bukannya nurut, tapi malah jengkel terhadap kita sebagai orang tua.
Inggrid
: Mungkin itu bisa dijadikan satu pelajaran untuk para orang tua,bahwa kita tidak boleh terlalu kasar ya terhadap anak. Pastinya itu juga dapat memengaruhi psikologisnya kalau orang tua marah-marah terus. Setelah kita mengetahui jenis-jenis kenakalan remaja Indonesia, menurut ibu Dina apa faktor yang menyebabkan kenakalan remaja semakin marak terjadi?
Bu Dina
: Sebenarnya banyak sekali faktor penyebab kenakalan remaja, salah satunya faktor pergaulan di lingkungan masyarakat dan lingkungan sekitar, anak yang tidak baik akan membuat dampak negatif sangat drastis karena bisa mengubah perbuatan baik menjadi tidak baik. Maka cermatilah jika memilih teman.
Inggrid
: Oke. Saya sekarang akan bertanya kepada Ibu. Bagaimanacara mengontrol anak agar tidak terpengaruh oleh lingkungan pergaulan negatif?
Bu Dina
: Sebaiknya meluangkan waktu dengan keluarga, sehingga menciptakan keharmonisan karena keluarga sangatlah berpengaruh pada anak. Memberikan pendidikan karakter pada anak seperti sopan santun, bertanggungjawab, dan jujur.
Inggrid
: Tapi Bu, faktor keluarga juga bisa menjadi penyebab kenakalanremaja. Contohnya apabila ada anak yang orang tuanya bercerai, sehingga menyebabkan anak itu menjadi liar tak terkendali karena tidak ada yang mengawasi. Akhir-akhirnya narkoba, lalu bunuh diri. Bagaimana itu solusinya, Bu?
264
Bu Dina
: Kalau menurut saya pribadi, sebaiknya para remaja masa kini agar memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan melakukan hal-hal yang positif dan bermanfaat, karena kalau tidak dapat merugikan dirinya sendiri. Dan juga harus bisa memilih perilaku yang mana yang pantas dicontoh dan tidak dicontoh.
Inggrid
: Setelah mendengarkan harapan dari Ibu Dina, selanjutnya saya ingin tahu harapan Ibu Dina terhadap sebagian orang tua yangmembiarkan anaknya terjun ke pergaulan yang tidak baik?
Bu Dina
: Menurut saya, seharusnya orang tua itu lebih memerhatikan tingkahlaku anaknya, dan memberi nasihat yang baik buat anaknya agar merasa kalau dia itu sudah terjerumus ke dalam hal yang tidak baik.
Inggrid
: Wah, memotivasi banget ya jawaban-jawaban dari narasumber kita ini. Terima kasih kepada Ibu Dina yang sudah menyempatkan waktu untuk datang ke acara kami ini. Tujuandiadakannya acara ini adalah untuk meningkatkan keterlibatan para orang tua, para pendidik, media massa dan tokoh masyarakat untuk bersamasama melindungi generasi muda dari kenakalan-kenakalan remaja yang saat ini marak terjadi.
Dinda
: Dan terimakasih kepada semua pemirsa yang setia mengikuti acaraini dan semoga acara ini bermanfaat bagi kita semua. Baiklah, usai sudah perjumpaan kita kali ini. SayaInggrid Dwi Safira mohon undur diri, sampai Jumpa. Wassalamu’alaikum.
265
Lampiran 34
266
267
Lampiran 35
268
Lampiran 36
Siklus I
269
270
271
Lampiran 37
272
273
Lampiran 38
274
275
Lampiran 39
276