PERHATIAN ORANG TUA TENTANG KEBERHASILAN PENDIDIKAN ANAKNYA DI TPQ (STUDI KOMPARASI ORANG TUA YANG PEGAWAI DENGAN NON PEGAWAI DI TPQ BUSTANUL MUBTADIIN KARANG REJO PABELAN KABUPATEN SEMARANG) TAHUN AJARAN 2009 / 2010
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
Oleh : HASYIM NIM : 11408007
FAKULTAS TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id Email :
[email protected]
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi saudara HASYIM dengan Nomor Induk Mahasiswa 11408007 yang berjudul PERHATIAN ORANG TUA TENTANG KEBERHASILAN PENDIDIKAN ANAKNYA DI TPQ (STUDI KOMPARASI ORANG TUA YANG PEGAWAI DENGAN NON PEGAWAI DI TPQ BUSTANUL MUBTADIIN KARANG REJO PABELAN KABUPATEN SEMARANG) TAHUN AJARAN 2009/2010 telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Sabtu, 28 Agustus 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I).
Salatiga, 25 September 2010 Panitia Sidang Ketua
Sekretaris
Dr. Imam Sutomo, M.Ag. NIP. 195808271983031002
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. NIP. 19670121992031005
Penguji I
Penguji II
Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. NIP. 196701151998032002
Dra. Siti Farikhah, M.Pd. NIP. 196106231988032001 Pembimbing
Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag. NIP. 19660215 199103 1 001
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id Email :
[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
:HASYIM
NIM
: 11408007
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lalin. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 23 Agustus 2010 Yang menyatakan,
HASYIM
MOTTO
س ِمّنَا ِمنْ لَ ْم يُوَ ّقِرْ َك ِبيْ َر نَا َو يَرْ حَ ْم صَ ِغيْ َر نَا َ َْلي “Tidak termasuk golongan kami, orang yang tidak hormat terhadap orang tua kita, dan tidak menyayangi anak-anak kecil kita.” (Diriwayatkan Abu Daud, dan At-Tirmidzi yang meng-hasan-kannya).1
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini kepada : 1. Ayah-Ibunda tersayang. 2. Istri, anak, cucu yang tercinta, yang telah
memberikan
motivasi
pada
penulisan skripsi ini. 3. Rekan-rekan seperjuangan.
1
Abu Bakr Jabir Al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim-Minhajul Muslim, Darul Falah, Jakarta : 2000, hlm. 164.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat, taufik serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini meski masih jauh dari kesempurnaan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap terlimpah kepada beliau Rasulullah SAW, nabi akhiruzzaman yang telah memimpin umatnya dan menjadi perantara petunjuk menuju kebenaran cahaya Illahi. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi yang berjudul “PERHATIAN ORANGTUA TENTANG KEBERHASILAN PENDIDIKAN ANAKNYA DI TPQ (STUDI KOMPARASI ORANG TUA YANG PEGAWAI DENGAN NON PEGAWAI DI TPQ BUSTANUL MUBTADIIN KARANG REJO PABELAN KABUPATEN SEMARANG) TAHUN AJARAN 2009 / 2010” merasa tidak mampu tanpa bantuan dari orang lain, baik secara langsung maupun tidak. Untuk itu dengan rasa hormat dan ta’dhim yang sedalam-dalamnya hanya dapat mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag., selaku pembimbing penulisan skripsi ini dari awal sampai berhasilnya penulisan skripsi ini. 3. Seluruh dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan bimbingan sejak semester pertama sampai terakhir. 4. Seluruh guru di TPQ Bustanul Mubtadiin Karang Rejo Pabelan Kab. Semarang yang telah membantu dalam pelaksanaan dalam pengumpulan data, sehingga kami memperoleh data dengan mudah. 5. Pemerintah Kota Salatiga yang telah membiayai dalam menyelesaikan studi di STAIN Salatiga. 6. Segenap karyawan STAIN Salatiga yang telah membantu bidang administrasi demi lancarnya skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat serta semua pihak yang telah membantu dan memberi motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. 8. Istri tercinta yang dengan ikhlas telah memberikan waktu, do’a, dan motivasi untuk terselesainya skripsi ini. Atas segala apa yang mereka berikan dan sumbangkan, penulis tidak dapat membalasnya, kecuali hanya berdo’a semoga amal kebaikan mereka dapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Meskipun dalam penyelesaian skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun kekurangan dan kekhilafan dalam penulisan skripsi ini tidak dapat dihindari. Oleh karena itu penulis mengharap tegur sapa dan kritik dari pembaca yang arif, demi kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis mohon pertolongan semoga dengan terwujudnya skripsi yang sederhana ini bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amien.
Salatiga, 23 Agustus 2010
Penulis
ABSTRAK
Hasyim, 2010, Perhatian Orang Tua Tentang Keberhasilan Pendidikan Anaknya Di TPQ (Studi Komparasi Orang Tua Yang Pegawai Dengan Non Pegawai Di TPQ Bustanul Mubtadiin Karang Rejo Pabelan Kabupaten Semarang) Tahun Ajaran 2009/2010. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag
Kata kunci : perhatian orang tua terhadap anak di TPQ. Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan perhatian orang tua di TPQ karena sangat mempunyai pengaruh kegairahan belajar anak. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini : 1. Bagaimanakah perhatian orang tua pegawai. 2. Bagaimanakah perhatian orang tua non pegawai. 3. Adakah perbedaan perhatian orang tua pegawai dan non pegawai di TPQ Bustanul Mubtadiin Karang Rejo Pabelan. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas maka penelitian ini menggunakan metode komparasi adapun hasilnya diambil dari data dengan menyebar angket untuk mengetahui hasil penelitian. Berdasarkan hasil pengolahan data serta analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa : a. Perhatian orang tua pegawai : 45% kategori tinggi, 40% kategori sedang, dan 15% kategori rendah. b. Perhatian orang tua non pegawai : 25% kategori tinggi, 50% kategori sedang, dan 25% kategori rendah. c. Ternyata dari melihat data diatas dapat ditarik kesimpulan ada perbedaan perhatian orang tua pegawai dengan non pegawai di TPQ Karang Rejo Pabelan.
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
NOTA PEMBIMBING ...................................................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN .....................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................
v
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vi
ABSTRAK .................................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A.
Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B.
Rumusan Masalah ..........................................................................
2
C.
Tujuan Penelitian ...........................................................................
2
D.
Manfaat Hasil Penelitian ................................................................
3
E.
Hipotesis .........................................................................................
3
F.
Metode Penelitian ..........................................................................
4
G.
Sistematika Penulisan Skripsi .........................................................
9
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 11 A.
B.
Perhatian Orang Tua ....................................................................... 11 1.
Faktor yang mempengaruhi perhatian orang tua ...................... 11
2.
Bentuk perhatian orang tua terhadap belajar anak .................... 12
3.
Pengawasan orang tua terhadap belajar..................................... 17
4.
Pemberian motivasi dan penghargaan ....................................... 19
5.
Pemenuhan kebutuhan belajar .................................................. 22
Keberhasilan Pendidikan Agama di TPQ......................................... 23
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN ................................................... 31 A.
B.
Gambaran Umum TPQ Bustanul Mubtadiin Dusun Karang Rejo .... 31 1.
Sejarah berdirinya ................................................................... 31
2.
Pengurus ................................................................................. 33
3.
Jumlah guru ............................................................................ 34
4.
Jumlah siswa ............................................................................ 34
5.
Kegiatan Belajar Mengajar ....................................................... 38
Deskripsi Data Penelitian ............................................................... 42 1.
Kelompok orang tua pegawai .................................................. 42
2.
Kelompok orang tua non pegawai ........................................... 45
BAB IV ANALISIS DATA ............................................................................ 48 A.
Analisis Data Pertama ..................................................................... 48 1.
Nilai jawaban pegawai ............................................................ 49
2.
Nilai jawaban non pegawai ...................................................... 52
B.
Analisis Pengolahan Data................................................................ 56
C.
Analisis Lanjutan ........................................................................... 59
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 60 A.
Kesimpulan ..................................................................................... 60
B.
Saran............................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 62 DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL I DAFTAR GURU TPQ BUSTANUL MUBTADIIN ...................... 34
TABEL II JUMLAH SISWA TPQ BUSTANUL MUBTADIIN ................... 35
TABEL II DATA SAMPEL ORANG TUA PEGAWAI ............................... 35
TABEL IV DATA SAMPEL ORANG TUA NON PEGAWAI .................... 36
TABEL V DATA INVENTARIS TPQ BUSTANUL MUBTADIIN ............ 37
TABEL VI DATA PRESTASI DAN PENGHARGAAN TPQ BUSTANUL MUBTADIIN KARANG REJO PABELAN ................................................. 41
TABEL VII DAFTAR JAWABAN ANGKET PEGAWAI .......................... 42
TABEL VIII NILAI ANGKET PEGAWAI................................................... 44
TABEL IX DAFTAR JAWABAN NON PEGAWAI ................................... 45
TABEL X HASIL JAWABAN NON PEGAWAI ........................................ 46 TABEL XI NILAI ANGKET PEGAWAI .................................................... 49 TABEL XII SKOR JAWABAN PER ITEM SOAL ..................................... 50 TABEL XIII INTERVAL JAWABAN PEGAWAI TERHADAP ANGKET. 52 TABEL XIV HASIL JAWABAN NON PEGAWAI TERHADAP ANGKET 53 TABEL XV SKOR JAWABAN PER ITEM SOAL ..................................... 54 TABEL XVI INTERVAL NON PEGAWAI TERHADAP ANGKET .......... 56 TABEL XVII TABEL KERJA UNTUK MENCARI NILAI CHI KUADRAT PERBEDAAN PERHATIAN ORANG TUA PEGAWAI DAN NON PEGAWAI TERHADAP TPQ ...................................................................... 57
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 01
DAFTAR ANGKET PERHATIAN ORANG TUA
LAMPIRAN 02
DAFTAR TABEL PRODUCT MOMENT
LAMPIRAN 03
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
:
HASYIM
Tempat Tanggal Lahir
:
Salatiga, 20 Maret 1956
Alamat Sekarang
:
Pabelan, RT 04 RW 01 Desa Pabelan, Kec. Pabelan Kab. Semarang
Pendidikan
:
a. SDN Pabelan Kab. Semarang Lulus Tahun 1963 b. PGAN 4 Tahun Salatiga Lulus Tahun 1973 c. PGAN 6 Tahun Salatiga Lulus Tahun 1975 d. Diploma II IAIN Walisongo Semarang Lulus Tahun 1999
Demikian Daftar Riwayat Hidup Penulis saya buat dengan sebenar-benarnya dan harap menjadi maklum.
Salatiga, 23 Agustus 2010 Penulis
HASYIM NIM. 11408007
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu pelajaran yang wajib diajarkan pada semua jenis jenjang pendidikan di Indonesia. Posisi strategis pelajaran tersebut berkaitan dengan upaya pencapaian tujuan Pendidikan Nasional, yaitu pembentukan manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keberadaan pelajaran agama Islam sejajar dengan pelajaran lainnya sebagai satu kebulatan dalam pencapaian tujuan pembelajaran secara komprehensif (luas).1 Keberhasilan pelajaran agama Islam tergantung pada banyak faktor, diantaranya adalah kesiapan anak. Sikap antusias anak terhadap pelajaran agama Islam merupakan faktor yang penting. Ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam menunjang keberhasilan pelajaran agama Islam, yaitu peran orang tua. Anak masih perlu mendapat dorongan langsung dari orang tua. Keterlibatan orang tua dalam pelajaran agama Islam di rumah, sangat dibutuhkan karena alokasi waktu pelajaran agama di sekolah masih sangat kurang (2 jam pelajaran per minggu) untuk kebutuhan bimbingan pendidikan agama Islam bagi anak. Salah satu solusi untuk mengatasi kekurangan jam pelajaran agama Islam di sekolah adalah anak masuk ke TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an) pada sore
1
Proposal Penelitian, STAIN Salatiga, 2002, hlm. 2.
1
2
hari atau malam hari. Dalam kontek ini penulis ingin meneliti seberapa jauh perhatian orang tua siswa terhadap anaknya di TPQ Bustanul Mubtadiin, Karang Rejo Pabelan, Kabupaten Semarang.
B. Rumusan Masalah Pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah perhatian orang tua dari pegawai terhadap anaknya untuk aktif masuk di TPQ. 2. Bagaimanakah perhatian orang tua dari non pegawai terhadap anaknya untuk aktif masuk di TPQ. 3. Adakah perbedaan perhatian antara orang tua yang pegawai dan non pegawai terhadap anaknya di TPQ.
C. Tujuan Penelitian Agar dapat memberikan gambaran konkrit serta arah yang jelas dalam pelaksanaan penelitian ini, maka perlu dirumuskan tujuan yang ingin dicapai, yaitu : 1. Mengetahui perhatian orang tua pegawai terhadap anaknya untuk aktif masuk di TPQ. 2. Mengetahui perhatian orang tua non pegawai terhadap anaknya untuk aktif masuk di TPQ.
3
3. Mengetahui Adakah perbedaan perhatian antara orang tua yang pegawai dan non pegawai terhadap anaknya di TPQ.
D. Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang sejauh mana dukungan orang tua siswa terhadap perhatian dan prestasi anaknya di TPA. Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat untuk memberikan dukungan secara penuh kepada anakanaknya dalam belajar di TPQ. Dari aspek signifikansi, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat dalam perhatiannya terhadap anak-anak untuk aktif di TPQ, walaupun disibukkan berbagai pekerjaan. Secara teoritik, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi TPQ Bustanul Mubtadiin Karang Rejo Pabelan, Kabupaten Semarang, pada khususnya dan khasanah dunia pendidikan Islam yang diperoleh dari penelitian di lapangan.
E. Hipotesis Karena masih merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang harus diuji kebenarannya dengan riset. Oleh karena itu hipotesis adalah dugaan mungkin benar dan mungkin salah. 2 Sedangkan Sutrisno Hadi mendefinisikan hipotesis sebagai “dugaan sementara yang mungkin benar, atau mungkin salah.
2
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset, Bandung, Mandar Maju, 1990, hlm. 78.
4
Dia akan ditolak jika salah satu palsu, dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkan”. 3 Dari kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan sementara terhadap permasalahan penelitian, yang mungkin benar atau salah. Hipotesis ini akan diterima jika benar dan akan ditolak jika salah. Dalam penelitian ini, penulis mendiskripsikan hipotesis sebagai berikut : “Ada perbedaan perhatian orang tua antara pegawai dan non pegawai, terhadap anaknya di TPQ Bustanul Mubtadiin, Karang Rejo Pabelan, Kabupaten Semarang”.
F. Metode penelitian Dalam ilmu metodologi, ada pembahasan komponen yang meliputi : populasi, sampel, komparasi, teknik pengumpulan data, serta teknis analisis data. Dalam hal ini akan dibicarakan sebagai berikut : 1. Populasi dan Sampel a. Populasi Adalah, sejumlah orang atau penduduk disuatu daerah; jumlah orang atau pribadi yang mempunyai ciri-ciri yang sama; jumlah penghuni, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya pada satuan ruang tertentu; sekelompok orang, benda atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel; suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan
3
Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, Yayasan Penerbit Fak. Psikologi UGM Yogyakarta, 1981, hlm. 63.
5
dengan masalah penelitian.4 Jadi populasi adalah sejumlah murid atau siswa di suatu sekolahan, TPA, TPQ yang menjadi sumber pengambilan sampel dengan syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Sedangkan Sutrisno Hadi mengatakan : “semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendak digeneralisasikan, disebut populasi atau universe”. 5 Berdasarkan kedua pendapat di atas populasi adalah seluruh individu dalam wilayah penelitian ini seluruh siswa TPQ Bustanul Mubtadiin, Karang Rejo Pabelan, Kabupaten Semarang.Ada pun jumlah seluruh siswa kurang lebih 96.
b. Sampel Sampel adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sifat suatu kelompok yang lebih besar atau bagian kecil yang mewakili kelompok/keseluruhan yang lebih besar; percontohan.6 Dengan kata lain, penulis simpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari keseluruhan obyek penelitian. Mengenai besar kecilnya sampel tidak ada ketentuan, tetapi perlu diingat bahwa semakin besar sampel, yang diambil, semakin baik hasil yang diperoleh.
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, 2002, hlm. 889. 5 Sutrisno Hadi, op.cit., hlm. 70. 6 Ibid., hlm. 991.
6
Untuk menghemat waktu, tenaga, dan pikiran sekaligus dana, maka penulis menetapkan besarnya sampel kurang 40% dari besarnya populasi yang berjumlah 96 dari kelas I,II,III dan Ula. Tabel Jumlah Subyek Populasi dan Sampel di TPQ Bustanul Mubtadiin Karang Rejo Pabelan, Kabupaten Semarang Pekerjaan orang Tua Group
Kelas
Non Pegawai
Pegawai
I
24
13
11
II
21
8
13
III
24
10
14
Ula
25
18
7
Wusta
9
3
6
Ulya
8
5
3
111
57
54
A
B
Populasi
Jumlah
2. Variabel Penelitian Variabel yang diteliti adalah “perhatian orang tua” di TPQ Bustanul Mubtadiin Karang Rejo Pabelan, Kabupaten Semarang yang pekerjaannya non pegawai dengan pegawai.
7
3. Definisi Operasional Untuk menghindari beberapa penafsiran yang berbeda, perlu akan kami jelaskan kata “perhatian” sebagai kata yang sangat menentukan dalam penelitian ini. Pegawai adalah orang yang bekerja pada pemerintah (perusahaan, dsb); orang yang bekerja pada perusahaan; sekelompok orang yang bekerja sama membantu seorang direktur, ketua, dsb mengelola sesuatu.7 Jadi pegawai adalah orang yang bekerja pada pemerintah atau pabrik dan mendapat upah atau gaji dari pekerjaannya. Perhatian, yang dimaksud adalah minat dalam hal pembuatan. Secara konkrit, yang dimaksud perhatian dalam judul ini adalah segala upaya dengan dilandasi minat yang sungguh-sungguh dari orang tua kepada anaknya untuk aktif di TPQ. Untuk mengukur seberapa jauh perhatian orang tua kepada anaknya, ditentukan indikator ini : 1. Mendaftarkan masuk di TPA 2. Membayar segala bentuk sumbangan dari TPA 3. Mengantar ke TPA 4. Menjemput pulang 5. Mengontrol hasil belajar anak 6. Memberi hadiah karena prestasi belajar 7. Menghadiri setiap undangan dari TPA
7
Ibid ., hlm. 842.
8
8. Selalu memberi motivasi untuk rajin belajar 9. Membiayai kebutuhan sekolah 10. Sikap orang tua terhadap anak, jika anak tidak masuk sekolah 11. Melihat nilai anak kurang baik 12. Cara mengijinkan ketika anak tidak berangkat ke TPA 13. Pernah/belum meminta keluar dari TPA 14. Menunggui belajar di TPA 15. Membimbing belajar ketika anak mendapat tugas di rumah.
3. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data tentang perhatian orang tua kepada anaknya, penulis menggunakan teknik pengumpulan data yang dalam pelaksanaannya sebagai berikut : a. Teknik Angket Teknik angket, sering disebut interview tak langsung, karena penulis tidak harus berhadapan langsung dengan responden. b. Teknik Observasi Sebagai teknik ilmiah, observasi sering diartikan sebagai “pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki”. Teknik ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data tentang perhatian orang tua terhadap anaknya, yang semua daftar diisi oleh responden siswa,
yang mewakili kelompoknya/kelasnya. Dengan
demikian diharapkan perolehan datanya akan lebih akurat dan valid.
9
Kecuali teknik diatas, penulis menggunakan pula teknik bantu yang meliputi wawancara dan dokumentasi. Wawancara ini penulis gunakan sebagai cross check terhadap data yang diperoleh dari angket, sementara teknik dokumentasi penulis gunakan untuk cross check dari observasi. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi di bidang pengetahuan; pemberian atau pengumpulan bukti dan keterangan (seperti gambar, kutipan, guntingan koran dan bahan referensi lain). 8 Dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keadaan TPA dengan mengambil dari dokumentasi yang tersedia di TPA tersebut.
4. Analisis Data Sesuai dengan jenis data penelitian ini, maka akan dilakukan analisis yang terkumpul disusun dari kedua sampel, yaitu dari orang tua yang pegawai dengan non pegawai. Kemudian dikomparasikan untuk mencari nilai signifikansinya.
G. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI Skripsi ini disusun dalam lima bab, yang secara sistematis dijabarkan sebagai berikut :
8
Ibid., hlm. 272.
10
BAB I Pendahuluan Pada Bab I ini berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Masalah, Manfaat Hasil Penelitian, Hipotesis, Metode Penelitian. BAB II Landasan Teori Landasan Teori yang berhubungan dengan teori penelitian khususnya yang terkait dengan variabel. BAB III Laporan Hasil Penelitian Pada Bab ini dikaporkan hasil pengumpulan data dari responden. Disamping itu, juga kami laporkan tentang hal-hal yang terkait dengan tempat pendidikan, seperti monografi sekolah, situasi sekolah, prestasi sekolah, dan lainlain. BAB IV Analisis Data Pada Bab ini akan dilakukan analisis data yang terkumpul, klasifikasi data, perhitungan frekuensi dan presentasi, kemudian dikomparasikan untuk menjawab permasalahan pokok yaitu sejauh mana perhatian orang tua siswa dari pegawai atau non pegawai. BAB V Penutup Mengakhiri penulisan skripsi pada Bab lima akan diuraikan mengenai akhir dari penelitian, saran-saran yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait dari subyek penelitian.
11
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Perhatian Orangtua Perhatian menurut Sumadi Suryabrata adalah “pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek1”. Sedangkan Bimo Walgito mengemukakan bahwa perhatian merupakan “pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan obyek”2. Kemudian Kartini Kartono menyatakan bahwa “perhatian itu merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadaran, yang menyebabkan bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi, dan pembatasan kesadaran terhadap satu obyek”3. Dari beberapa pengertian perhatian menurut para pakar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perhatian adalah pemusatan atau kesadaran jiwa yang diarahkan kepada sesuatu obyek tertentu yang memberikan rangsangan kepada individu, sehingga ia hanya mempedulikan obyek yang merangsang itu. Dari pengertian ini, maka perhatian orang tua dapat diartikan sebagai kesadaran jiwa orang tua untuk memperdulikan anaknya, terutama dalam hal memberikan dan memenuhi kebutuhan anaknya, baik dalam segi emosional maupun material. 1. Faktor yang Mempegaruhi Perhatian Orang Tua Adapun faktor yang mempengaruhi perhatian orang tua terhadap anaknya, di antaranya adalah karena para orang tua khawatir jikalau anaknya menjadi siswa yang nakal di sekolah. Karena rasa kasih sayang 1
Sumadi Suryabrata, Psikologi Perkembangan, Jakarta, Rineka Cipta, 2003, hlm. 14 Bimo Walgito, Psikologi Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2004, hlm. 56 3 Kartini Kartono, Konseling Individual, Bandung, Sinar Baru Algesindo, 2001, hlm. 72 2
11
12
orang tua, maka mereka menjaga baik-baik keselamatan dan kesehatan anaknya. Perhatian juga diberikan orang tua karena ingin agar anak mereka maju dan pemuncak (berprestasi) di kelasnya. Maka para orang tua selalu menyuruh anaknya agar belajar dan belajar sepanjang waktu. Hanya saja, perhatian orang tua makin lama makin berkurang sesuai dengan bertambah besarnya tubuhnya dan bertambah dewasa usianya.
2. Bentuk Perhatian Orang Tua terhadap Belajar Anak Perhatian orang tua, terutama dalam hal pendidikan anak, sangatlah diperlukan. Terlebih lagi yang harus difokuskan adalah perhatian orang tua terhadap aktivitas belajar yang dilakukan anak sehari-hari dalam kapasitasnya sebagai pelajar dan penuntut ilmu, yang akan diproyeksikan kelak sebagai pemimpin masa depan. Bentuk perhatian orang tua terhadap belajar anak dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap belajar anak, pemberian motivasi dan penghargaan serta pemenuhan kebutuhan belajar anak4. a. Pemberian bimbingan dan nasihat 1) Pemberian bimbingan belajar Menurut Oemar Hamalik dengan mengutip pendapat Stikes & Dorcy, menyatakan bahwa bimbingan adalah “suatu proses untuk menolong individu dan kelompok supaya individu itu dapat menyesuaikan
4
diri
Sumadi Suryabrata, op.cit, hlm. 22
dan
memecahkan
masalah-masalahnya.
13
Bimbingan adalah “suatu proses yang terus menerus untuk membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.” Bimbingan adalah “bantuan yang diberikan kepada individu dalam menentukan pilihan dan mengadakan penyesuaian secara logis dan nalar”5. Dari beberapa definisi bimbingan yang telah dikemukakan, jika dikaitkan dengan bimbingan orang tua kepada anak, bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan orang tua kepada anaknya untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Memberikan bimbingan kepada anak merupakan kewajiban orang tua. Hal ini tersirat dalam Al Qur,an dalam surah An Nisaa’ ayat 9 Allah firman:
Artinya: dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar 5
Sofyan S. Willis, Konseling Individual, Bandung, Alfabeta, 2009, hlm. 62
14
Bimbingan belajar terhadap anak berarti pemberian bantuan kepada anak dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup, agar anak lebih terarah dalam belajarnya dan bertanggung jawab dalam menilai kemampuannya sendiri dan menggunakan pengetahuan mereka secara efektif bagi dirinya, serta memiliki potensi yang berkembang secara optimal meliputi semua aspek pribadinya sebagai
individu
yang
potensial.
Di
dalam
belajar
anak
membutuhkan bimbingan. Anak tidak mungkin tumbuh sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Anak sangat memerlukan bimbingan dari orang tua, terlebih lagi dalam masalah belajar. Seorang anak mudah sekali putus asa karena ia masih labil, untuk itu orang tua perlu memberikan bimbingan pada anak selama ia belajar. Dengan pemberian bimbingan ini anak akan merasa semakin termotivasi, dan dapat menghindarkan kesalahan dan memperbaikinya. Dalam upaya orang tua memberikan bimbingan kepada anak yang sedang belajar dapat dilakukan dengan menciptakan suasana diskusi di rumah. Banyak keuntungan yang dapat diambil dari terciptanya situasi diskusi di rumah antara lain; memperluas wawasan anak, melatih menyampaikan gagasan dengan baik, terciptanya saling menghayati antara orang tua dan anak, orang tua lebih memahami sikap pandang anak terhadap berbagai persoalan
15
hidup, cita-cita masa depan, kemauan anak, yang pada gilirannya akan berdampak sangat efektif bagi daya dukung terhadap kesuksesan belajar anak.
2)
Memberikan nasihat Bentuk lain dari perhatian orang tua adalah memberikan nasihat kepada anak. Menasihati anak berarti memberi saran-saran untuk memecahkan suatu masalah, berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan pikiran sehat. Nasihat dan petuah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata anak-anak terhadap kesadaran akan hakikat sesuatu serta mendorong mereka untuk melakukan sesuatu perbuatan yang baik. Betapa pentingnya nasihat orang tua kepada anaknya, sehingga Al Qur’an memberikan contoh, seperti yang terdapat dalam surah Luqman 31:13 Allah berfirman:
Artinya: dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”6. 6
Ibid, hlm. 654
16
Nasihat dapat diberikan orang tua pada saat anak belajar di rumah. Dengan demikian maka orang tua dapat mengetahui kesulitan-kesulitan
anaknya
dalam
belajar.
Karena
dengan
mengenai kesulitan-kesulitan tersebut dapat membantu usaha untuk mengatasi kesulitannya dalam belajar, sehingga anak dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Dalam
upaya
memberikan
nasihat,
memberikan kadang
kala
bimbingan, orang
tua
di
samping
juga
dapat
menggunakan hukuman. Hukuman diberikan jika anak melakukan sesuatu yang buruk, misalnya ketika anak malas belajar atau malas masuk ke sekolah. Tujuan diberikannya hukuman ini adalah untuk menghentikan tingkah laku yang kurang baik, dan tujuan selanjutnya
adalah
mendidik
dan
mendorong
anak
untuk
menghentikan sendiri tingkah laku yang tidak baik. Di samping itu hukuman yang diberikan itu harus wajar, logis, obyektif, dan tidak membebani mental, serta harus sebanding antara kesalahan yang diperbuat dengan hukuman yang diberikan. Apabila hukuman terlalu
berat,
anak
cenderung
untuk
menghindari
atau
meninggalkan. Sifat hukuman yang mendidik, yaitu “a) senantiasa merupakan jawaban atas suatu pelanggaran; b) sedikit-banyaknya selalu bersifat tidak menyenangkan; c) selalu bertujuan ke arah
17
perbaikan; hukuman itu hendaklah diberikan untuk kepentingan anak itu sendiri”7
3)
Pengawasan Orang Tua terhadap belajar Orang tua perlu mengawasi pendidikan anak-anaknya, sebab tanpa adanya pengawasan yang kontinu dari orang tua besar kemungkinan pendidikan
anak
tidak
akan berjalan
lancar.
Pengawasan orang tua tersebut dalam arti mengontrol atau mengawasi semua kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh anak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengawasan yang diberikan orang tua dimaksudkan sebagai penguat disiplin supaya pendidikan anak
tidak
terbengkelai,
karena
terbengkelainya
pendidikan seorang anak bukan saja akan merugikan dirinya sendiri, tetapi juga lingkungan hidupnya. Pengawasan orang tua terhadap anaknya biasanya lebih diutamakan dalam masalah belajar. Dengan cara ini orang tua akan mengetahui kesulitan apa yang dialami anak, kemunduran atau kemajuan belajar anak, apa saja yang dibutuhkan anak sehubungan dengan aktifitas belajarnya, dan lain-lain. Dengan demikian orang tua dapat membenahi segala sesuatunya hingga akhirnya anak dapat meraih hasil belajar yang maksimal. Pengawasan orang tua bukanlah berarti pengekangan terhadap kebebasan anak untuk
7
M. Ngalim Poerwanto, Ilmu Pendidikan, Jakarta, Balai Pustaka, 2001, hlm.236
18
berkreasi tetapi lebih ditekankan pada pengawasan kewajiban anak yang bebas dan bertanggung jawab. Ketika anak sudah mulai menunjukkan tanda-tanda penyimpangan, maka orang tua yang bertindak sebagai pengawas harus segera mengingatkan anak akan tanggung jawab yang dipikulnya terutama pada akibat-akibat yang mungkin timbul sebagai efek dari kelalaiannya. Kelalaiannya di sini contohnya adalah ketika anak malas belajar, maka tugas orang tua untuk mengingatkan anak akan kewajiban belajarnya dan memberi pengertian kepada anak akan akibat jika tidak belajar. Dengan demikian anak akan terpacu untuk belajar sehingga prestasi belajarnya akan meningkat. Pengawasan atau kontrol yang dilakukan orang tua tidak hanya ketika anak di rumah saja, akan tetapi hendaknya orang tua juga terhadap kegiatan anak di sekolah. Pengetahuan orang tua tentang pengalaman anak di sekolah sangat membantu orang tua untuk lebih dapat memotivasi belajar anak dan membantu anak menghadapi masalah-masalah yang dihadapi anak di sekolah serta tugas-tugas sekolah. Untuk mengetahui pengalaman anak di sekolah orang tua diharapkan selalu menghadiri setiap undangan pertemuan orang tua di sekolah, melakukan pertemuan segitiga antara orang tua, guru dan
anak
sesuai
kebutuhan
terutama
ditekankan
untuk
membicarakan hal-hal yang positif serta orang tua sebaiknya secara teratur, dalam suasana santai mendiskusikan dengan anak, kejadian-
19
kejadian di sekolah. Satijan mengemukakan tentang pentingnya pertemuan antara orang tua dan guru sebagai berikut:
4)
Pemberian motivasi dan penghargaan Sebagai pendidik yang utama dan pertama bagi anak, orang tua hendaknya mampu memberikan motivasi dan dorongan. Sebab tugas memotivasi belajar bukan hanya tanggungjawab guru semata, tetapi orang tua juga berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Jika anak tersebut memiliki prestasi yang bagus hendaknya
orang
tua
menasihati
kepada
anaknya
untuk
meningkatkan aktivitas belajarnya. Dan untuk mendorong semangat belajar anak hendaknya orang tua mampu memberikan semacam hadiah untuk menambah minat belajar bagi anak itu sendiri. Namun jika prestasi belajar anak itu jelek atau kurang maka tanggung jawab orang tua tersebut adalah memberikan motivasi atau dorongan kepada anak untuk lebih giat dalam belajar. Dorongan orang tua kepada anaknya yang berprestasi jelek atau kurang itu sangat diperlukan karena dimungkinkan kurangnya dorongan dari orang tua akan bertambah jelek pula prestasinya dan bahkan akan menimbulkan keputusasaan. Tindakan ini perlu dilakukan oleh orang tua baik kepada anak yang berprestasi baik ataupun kurang baik dari berbagai jenis aktivitas, seperti mengarahkan cara belajar, mengatur waktu belajar dan sebagainya,
20
selama pengarahan dari orang tua itu tidak memberatkan anak. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua pada anak yang prestasinya kurang, yaitu8: a) Kenali kemampuan anak. Jangan menuntut anak melebihi kemampuannya. Anak yang sering mendapat tuntutan yang terlalu tinggi, akan mudah menjadi frustrasi dan akhirnya menjadi mogok belajar. b) Jangan membanding-bandingkan. Orang tua sebaiknya jangan membanding-bandingkan anak dengan kakak atau adiknya mengingat setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda. Anak yang sering dibanding-bandingkan dapat kehilangan kepercayaan diri. Bangkitkanlah rasa percaya diri anak dengan menghargai setiap usaha yang telah dilakukan. c) Menerima anak dengan segala kelebihan dan kekurangannya. d) Membantu anak mengatasi masalahnya. Bila anak memang membutuhkan guru les, jangan dipaksakan anak dengan kemampuannya sendiri hanya karena ayah dan ibunya dahulu tidak pernah les. e) Tingkatkan semangat belajar anak. Kita dapat melakukan hal ini dengan, misalnya memberi pujian, pelukan, belaian maupun ciuman.
8
Ibid, hlm. 238
21
f) Jangan mencela anak dengan kata-kata yang menyakitkan. Orang tua harus menghindari mencela anak dengan kata-kata, “bodoh”, “tolol”, “otak udang”, dan sebagainya. Anak yang sering mendapat label atau cap seperti itu pada akhirnya akan mempunyai pandangan bahwa dirinya memang bodoh dan tolol. g) Mendidik adalah tanggung jawab bersama. Ayah dan Ibu mempunyai tanggung jawab yang sama dalam mendidik anak. h) Jangan lupa berdoa agar anak kita mendapat hasil yang terbaik. Di samping itu orang tua juga perlu memberikan penghargaan kepada anak. Penghargaan adalah sesuatu yang diberikan orang tua kepada anaknya karena adanya keberhasilan anak dalam belajar sehingga meraih prestasi. Hal ini sangat berguna bagi anak karena dengan penghargaan anak akan timbul rasa bangga, mampu atau percaya diri dan berbuat yang lebih maksimal lagi untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. Yang harus diperhatikan oleh orang tua adalah memberikan pujian dan penghargaan pada kemampuan atau prestasi
yang
diperoleh
anak.
Pujian
dimaksudkan
untuk
menunjukkan bahwa orang tua menilai dan menghargai tindakan usahanya. Bentuk lain penghargaan orang tua selain memberi pujian adalah dengan memberikan semacam hadiah atau yang lain. Hadiah ini dimaksudkan untuk memberikan motivasi pada anak, untuk
22
menggembirakan, dan untuk menambah kepercayaan pada anak itu sendiri, serta untuk mempererat hubungan dengan anak. Akan tetapi orang tua juga harus tetap memberikan nasihat karena hadiah itu sendiri juga bisa merusak dan menyimpangkan pikiran anak dari tujuan belajar yang sebenarnya.
5)
Pemenuhan Kebutuhan Belajar Kebutuhan belajar adalah segala alat dan sarana yang diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar anak. kebutuhan tersebut bisa berupa ruang belajar anak, seragam sekolah, bukubuku, alat-alat belajar, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan belajar ini sangat penting bagi anak, karena akan dapat mempermudah baginya untuk belajar dengan baik. Dalam hal ini Bimo Walgito menyatakan bahwa semakin lengkap alat-alat pelajarannya, akan semakin dapat orang belajar dengan sebaik-baiknya, sebaliknya kalau alat-alatnya tidak lengkap, maka hal ini merupakan gangguan di dalam proses belajar, sehingga hasilnya akan mengalami gangguan. Tersedianya fasilitas dan kebutuhan belajar yang memadai akan berdampak positif dalam aktivitas belajar anak. Anak-anak yang tidak terpenuhi kebutuhan belajarnya sering kali tidak memiliki semangat belajar. Lain halnya jika segala kebutuhan belajarnya tercukupi, maka anak tersebut lebih bersemangat dan termotivasi dalam belajar.
23
Mengenai perhatian terhadap kebutuhan belajar, kaitannya dengan motivasi belajar mempunyai pengaruh yang sangat kuat. Hal itu dapat diketahui bahwa dengan dicukupinya kebutuhan belajar, berarti anak merasa diperhatikan oleh orang tuanya. Kebutuhan belajar, seperti buku termasuk unsur yang sangat penting dalam upaya meningkatkan prestasi belajar. Karena buku merupakan salah satu sumber belajar, di samping sumber belajar yang lain. Dengan dicukupinya buku yang merupakan salah satu sumber belajar, akan memperlancar proses belajar mengajar di dalam kelas dan mempermudah dalam belajar di rumah. Dan juga akan dapat meningkatkan semangat belajar bagi anak. Dengan demikian
sudah
sepatutnya
bagi
para
orang
tua
untuk
memperhatikan dan berusaha memenuhi kebutuhan belajar anak.
B.
Keberhasilan Pendidikan agama di TPQ Keberhasilan pendidikan agama Islam adalah keberhasilan dalam bimbingan jasmani rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian menurut ukuran-ukuran Islam9. Dari pengertian ini nampaknya ada dua dimensi yang akan diwujudkannya, yaitu dimensi transendental dan dimensi duniawi. Dimensi transendental (lebih dari hanya sekedar ukhrawi) yang berupa ketaqwaan, keimanan dan keikhlasan. Sedangkan dimensi duniawi melalui nilai-nilai material sebagai sarananya,
9
Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2009, hlm. 63
24
seperti pengetahuan, kecerdasan, ketrampilan dan sebagainya. Dengan demikian, pendidikan agama adalah upaya religiosisasi perilaku dalam proses bimbingan melalui dimensi transendental dan duniawi menuju terbentuknya kesalehan (religiositas). Secara normatif pendidikan agama menciptakan sistem makna untuk mengarahkan perilaku kesalehan dalam kehidupan manusia. Pendidikan agama harus mampu memenuhi kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan memenuhi tujuan agama
yaitu
memberikan
kontribusi terhadap
terwujudnya
kehidupan
religiositas10. Religiositas ialah kemampuan memilih yang baik di dalam situasi yang serba terbuka. Setiap kali manusia akan melakukan sesuatu, maka ia akan mengacu pada salah satu nilai yang dipegangi untuk menentukan pilihan dari berbagai alternatif yang ada.
Religiositas juga dimaknai sebagai upaya
transformasi nilai menjadi realitas empiris dalam proses cukup panjang yang berawal dari tumbuhnya kesadaran iman sampai terjadinya konversi. Agama lebih menitikberatkan pada kelembagaan yang mengatur tata cara penyembahan manusia kepada penciptanya dan mengarah pada aspek kuantitas, sedangkan religiositas lebih menekankan pada kualitas manusia beragama.
Agama dan religiositas merupakan kesatuan yang
saling
mendukung dan melengkapi, karena keduanya merupakan konsekuensi logis kehidupan manusia yang diibaratkan selalu mempunyai dua kutub, yaitu kutub pribadi dan kebersamaannya di tengah masyarakat. Religiositas merupakan
10
Ibid, hlm. 65
25
suatu sikap percaya tentang ajaran-ajaran agama tertentu dan dampak dari ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Sebagai suatu kritik, religiositas dimaksudkan sebagai pembuka jalan agar kehidupan orang beragama menjadi semakin inten. Semakin orang religius, hidup orang itu semakin nyata atau semakin sadar terhadap kehidupannya sendiri. Bagi orang beragama, intensitas itu tidak bisa dipisahkan dari keberhasilannya untuk membuka diri terus menerus terhadap pusat kehidupan. Inilah yang disebut religiositas sebagai inti kualitas hidup manusia, karena ia adalah dimensi yang berada dalam lubuk hati dan getaran murni pribadi.
Religiositas sama pentingnya dengan ajaran agama,
bahkan
religiositas lebih dari sekedar memeluk ajaran agama, religiositas mencakup seluruh hubungan dan konsekuensi, yaitu antara manusia dengan penciptanya dan dengan sesamanya di dalam kehidupan sehari-hari. Secara operasional religiositas didefinisikan sebagai praktik hidup berdasarkan ajaran agamanya, tanggapan atau bentuk perlakuan terhadap agama yang diyakini dan dianutnya serta dijadikannya sebagai pandangan hidup dalam kehidupan. Religiositas dalam bentuknya dapat dinilai dari bagaimana sikap seseorang dalam melaksanakan perintah agamanya dan menjauhi larangan agamanya. Dengan pemaknaan tersebut, religiositas bisa dipahami
sebagai
potensi
diri
seseorang
yang
membuatnya
mampu
menghadirkan wajah agama dengan tampilan insan religius yang humanis. Meminjam konsep Abu Hanifah, religiositas harus merupakan kesatuan utuh antara iman dengan Islam. Artinya, religiositas jika diamati dari sisi
26
internal adalah iman dan dari sisi eksternalnya adalah Islam. Sebagai suatu fenomena sosial, rumusan ini menunjukkan bahwa pengalaman beragama terdiri atas respons terhadap ajaran dalam bentuk pikiran, perbuatan serta pengungkapannya dalam kehidupan kelompok11. Agama adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalanpersoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning). Ada lima dimensi religiositas12, yaitu : Pertama, dimensi keyakinan yang berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin tersebut. Kedua, dimensi praktik agama yang mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktik-praktik keagamaan ini terdiri atas dua aspek penting, yaitu aspek ritual dan ketaatan. Ketiga, dimensi pengalaman. Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengaharapanpengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktuakan mencapai pengetahuan subyektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan super natural. Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaanperasaan, persepsi-persepsi dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang. Keempat, dimensi pengetahuan agama yang mengacu kepada harapan bahwa 11 12
Sembodo Ari Widodo, Pendidikan Islam dan Barat, Bandung, Pustaka Setia, 2006, hlm. 24 Ibid, hlm. 28
27
orang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Kelima, dimensi pengamalan. Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibatakibat atau konsekuensi keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari ke hari. Pendidikan adalah upaya sadar untuk melakukan proses pembelajaran peserta didik menuju pendewasaan. Pembelajaran adalah penyampaian pengetahuan atau rangkaian kegiatan untuk memberikan peluang kepada peserta didik agar dapat mengembangkan diri. Kedewasaan sebagai produk pembelajaran bila dihubungkan dengan upaya penanaman nilai agama adalah kesalehan yang belakangan lebih popular dengan istilah religiositas atau keberagamaan. Dengan demikian pembelajaran adalah proses religiosisasi dalam pendidikan agama. Prinsip utama yang dimiliki guru dalam pembelajaran religiositas adalah bahwa proses mengajar tidak terikat oleh ruang dan waktu, dalam artian mengajar bisa terjadi dimanapun selama siswa memiliki minat yang tinggi dalam memahami dan mengembangkan materi pelajaran. Tugas utama guru adalah mengorganaisir suasana dan situasi agar dapat dijadikan proses belajar. Ada tiga hal yang harus diperhatikan keberhasilan pembelajaran agama. Pertama, Asumsi terhadap siswa. Siswa merupakan input utama dalam pembelajaran. Siswa merupakan elemen yang memiliki potensi yang bisa mengarah pada realitas negatif maupun realitas positif. Pembelajaran mengarahkan siswa kearah terwujudnya atau terbentuknya realitas sikap dan
28
perilaku siswa yang positif. Dalam konteks ini, maka proses pembelajaran harus mampu menjawab, memberikan dan menyelesaikan problematika siswa. Dalam PP Nomor 19 tahun 2005, dinyatakan bahwa dalam pendidikan harus ada standar proses, yaitu proses pembelajaran yang diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan minat, bakat dan perkembangan fisik serta psikologis anak. Berdasarkan pesan PP tersebut, dalam pembelajaran harus dikemas dengan sedemikian rupa agar siswa dapat berekspresi secara bebas, siswa memiliki rasa senang dan nyaman dalam belajar, serta memiliki keleluasaan dalam mengembangkan materi sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga siswa benar-benar memahamai dan mampu melaksanakan materi yang diterima. Apabila pembelajaran justru melahirkan situasi dan kondisi dimana siswa tidak mampu melakukan ekspresi secara bebas, maka religiositas tidak akan dapat dicapai. Kedua,
asumsi
terhadap
pembelajaran.
Ibarat
sebuah
pabrik,
pembelajaran adalah proses mencetak sesuatu barang menjadi barang cetakan. Pembelajaran merupakan proses berinteraksinya seluruh elemen dalam pembelajaran, seperti, siswa, tujuan, materi, metode, guru, sarana, lingkungan. Seluruh elemen ini diramu, dikelola guru agar mampu mewujudkan kualitas siswa sesuai dengan harapan. Pembelajaran berarti mengoptimalisasikan seluruh elemen atau faktor dengan cara yang sesuai dengan kapasitas siswa. Pembelajaran harus dikemas dalam suasana yang menyengkan bagi siswa,
29
karena dnegan suasana yang menyenangkan siswa akan mudah menerima dan mengembangkan materi yang diberikan dari guru. Banyak anak-anak tidak suka terhadap materi pelajaran tertentu, bukan disebabkan karena sulitnya materi pelajaran tersebut, tetapi lebih pada faktor siswa pernah memiliki pengalaman pahit di masa lalu terhadap pelajaran tersebut. Oleh sebab itu jika pembelajaran tidak dikemas dengan suasana yang menyenangkan, maka tidak akan dapat melahirkan pembelajaran religiositas. Ketiga, asumsi terhadap guru. Guru diakui atau tidak memiliki peluang sangat besar dalam mewujudkan kualitas pembelajaran. Meskipun demikian, guru tidak bisa bersikap dan berperilaku sembarangan.
Guru tidak
diperbolehkan memiliki anggapan bahwa dirinya merupakan satu-satunya orang yang paling pinter, siswa adalah anak yang tidak mengetahui apa-apa (bodoh). Apa yang dikatakan guru pasti benar dan tidak boleh dibantah. Guru ibarat raja kecil didalam kelas yang harus ditiru segala ucapan dan tindakannya. Jika asumsi demikian yang ada dalam diri guru maka pembelajaran religiositas tidak pernah ada. Pembelajaran agama perlu dikonstruk dengan memperhatikan unsurunsur yang sangat dominan yaitu : pertama, perumusan mengenai pentahapan atau klasifikasi pencapaian tujuan pembelajaran yang lazim disebut taksonomi harus dirumuskan dengan konkret, tidak hanya tetap berakar pada al Qur’an dan Sunnah, tetapi juga mewujudkan sosok kehidupan masa kini yang mampu menunjukkan arah, memberikan motivasi dan menjadi tolok ukur dalam evaluasi kegiatan.
30
Kedua, unsur bahan pembelajaran dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan, bersumber pada wahyu dan yang selanjutnya memberikan penyelesaian praktis permasalahan umat. Cakupan dan arah bahan kemudian didudukkan sebagai kurikulum sebuah kegiatan belajar mengajar. Struktur dan organisasi kurikulum didesain dengan kompak dan utuh, meski susunannya sudah dikemas dalam sosok muatan nasional dan lokal, pada dasarnya berpeluang untuk menentukan jati diri produk pembelajaran dan tidak perlu terkungkung oleh jerat formal. Artinya, unsur kurikulum bisa dibangun dengan membuka pintu baik bidang studi agama maupun non agama. Ini dilakukan karena masing-masing memiliki kaitan fungsional dengan ilmu tentang kenyataan praktis sebagai bagian proses mencapai tujuan. Kemampuan membuka diri masing-masing bidang studi, menentukan kaitan fungsional antar unsur, dan kemudian membangun organisasi kurikulum yang kompak dan utuh untuk mencapai tujuan. Secara lebih operasional, agar pengajaran dan pendidikan agama perlu sinkronisasi, kerjasama dan diinteraksikan dengan pendidikan non agama, sehingga memudahkan peserta didik mengamalkan agama ke dalam kehidupan sehari-harinya. Disinilah pendidikan agama tidak boleh terlampau bersikap menyendiri, tetapi harus saling bekerjasama dengan ilmu lain. Bentuknya bisa berupa
latihan-latihan
pengamalan
keagamaan,
sehingga
pendidikan
menjadikan orang beragama secara transformatif. Artinya pendidikan agama yang bisa mempekokoh kehidupan lewat praktek sosial serta berorientasi pada pemecahan problematika ummat.
31
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum TPQ Bustanul Mubtadiin Dusun Karangrejo 1. Sejarah Berdirinya Dengan semakin berkembanganya wilayah Desa Pabelan dengan berbagai pengaruh, dan semakin berkurangnya minat anak untuk belajar agama, maka timbul suatu gagasan untuk menanggulanginya dengan mengaktifkan kegiatan pembelajaran agama melalui. Akhirnya para tokoh masyarakat sepakat mendirikan Madrasah Diniyah sore yang diprakarsai dari organisasi Nahdlatul 'Ulama (NU) yang dikelola oleh tokoh-tokoh masyarakat setempat, antara lain: a. Bapak K.H. Nasrudin b. Bapak K.H. Abdurrahim c. Bapak Tohari Dilihat dari hasil Madrasah Diniyah sore yang sangat baik sehingga perlu dilanjutkan untuk pendidikan tersebut. Akhirnya pada tanggal 1 Januari 1992 Madrasah Diniyah Sore diubah menjadi Taman Pendidikan Al Qur'an yang diberi nama Taman Pendidikan Al Qur'an Bustanul Mubtadiin. Selanjutnya pada tahun 1992 dari pengurus TPQ Bustanul Mubtadiin menunjuk K.H. Abdurrahim sebagai pengurus.
31
32
DENAH LOKASI TPQ BUSTANUL MUBTADIIN KARANG REJO PABELAN KAB. SEMARANG
TPQ BUSTANUL MUBTADIIN
PASAR PABELAN
RAMAYANA
33
2. Pengurus Untuk mencapai tujuan yang optimal dalam melaksanakan pendidikan diperlukan organisasi yang baik. Organisasi dalam arti yang luas adalah badan yang mengatur segala urusan untuk mencapai tujuan, maka diperlukan organisasi yang teratur. Adapun struktur organisasi TPQ Bustanul Mubtadiin adalah sebagai berikut:
Ketua Pengurus KH. Moh Lasin
Wakil As’ari
Sekretaris
Bendahara
Mahfudz
Siti Badi’ah
Kurikulum
Kesiswaan
Humas
Moh Matori
Haryono
Shodiqin
34
3. Jumlah Guru Guru merupakan alat pendidikan, yakni sebagai tenaga pendidik, guru yang berpotensi sangat mempengaruhi keberhasilan dari kegiatan pembelajaran. Jumlah guru di TPQ Bustanul Mutadiin adalah 7 orang, 1 orang sebagai kepala sekolah dan yang lainnya sebagai guru Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel sebagai berikut: TABEL I DAFTAR GURU TPQ BUSTANUL MUTADIIN No
Nama
Keterangan
1
Mahfudz
Guru
2
Haimin
Guru
3
M. Wahyudi
Guru
4
As’ari
Guru
5
Siti Badi’ah
Guru
6
Shodiqin
Guru
7
Siti Asiyah
Guru
4. Jumlah Siswa Menurut pengamatan penulis dalam penelitian ini yang dilakukan melalui pengumpulan data,
persentase antara siswa laki-laki dan
perempuan mempunyai selisih yang tidak terlalu besar, dimana jumlah siswa laki-laki lebih banyak dari siswa perempuan. Dengan teknik dokumentasi dapat dilihat keadaan siswa pada tabel berikut:
35
TABEL II DAFTAR JUMLAH SISWA TPQ BUSTANUL MUTADIIN No
Kelas
Jumlah Siswa
1
I
22
2
II
19
3
III
19
4
Ula
29
5
Wusta
36
6
Ulya
18
Jumlah
143
TABEL III DATA SAMPEL ORANG TUA PEGAWAI Orang tua No
Nama Anak Nama
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
1
Iful
As’ari
MTs
PNS
3 juta lebih
2
Hafid
Hilas
DII
PNS
2 juta
3
Fahadz
Nasoka
SMA
BUMN
3 juta
4
Anis
Tohari
SMA
BUMD
2 juta
5
Munawiyati
Ismail
Sarjana
PNS
3 juta
6
Wahyudi
Marzuki
SMA
BUMD
2 juta
7
Yuli
Hamid. M
SMA
BUMD
2 juta
36
8
Ifdanil
Furqon
DII
PNS
2 juta
9
Zaenab
Atiq
SMA
Perangkat
-
10
Ayu
Samuri
SMA
PT
1 juta
11
Anas
Mahfud
Sarjana
PNS
3 juta
12
Rahmad
Yulianto
SMA
PT
1 juta
13
Rofiq
Asruri
DII
PT
1,5 juta
14
Sufi
Harun
SMA
Perangkat
-
15
Santi. R
Wanhadi
Sarjana
PNS
3 juta
16
Alif. M
Solekhan
DII
PNS
3 juta
17
Aga
H. Mahendra
Sarjana
PNS
3 juta
18
Slamet
Niandri
SMA
BUMD
2 juta
19
Tasya
S. Diadin
SMA
PT
1,5 juta
20
Putra. B
Sururi
Sarjana
BUMN
4 juta
TABEL IV DATA SAMPEL ORANG TUA NON PEGAWAI Orang tua No
Nama Anak Nama
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
1
Solikhah
Mutaa’in
SD
Buruh
200-300 ribu
2
Nanda Arifin
Dedi. M
SMP
Pedagang
300-500 ribu
3
Y. Nanda
Agus. I
SMP
Buruh
300-500 ribu
4
Adril. A
Sujadi
SMA
Swasta
300-500 ribu
37
5
Yusuf
Asnawi
SD
Swasta
300-500 ribu
6
Aditya
Suparno
SD
Swasta
600-800 ribu
7
M. Rizal
Busri Mulyanto
SD
Swasta
300-500 ribu
8
Vandalia. A
Purwanto
SMP
Swasta
300-500 ribu
9
Febri
Slamet. W
SMP
Swasta
500-700 ribu
10
Diki. A
Marsono
SMP
Swasta
500-700 ribu
11
Rahma Mega
Sakinun
SMA
Pedagang
800ribu -1 juta
12
Mulyani
Jumeri
SD
Pedagang
300-500 ribu
13
Sri Wahyuni
Paiman
SMP
Pedagang
500-700 ribu
14
Nanda. E
Sri Puji Astuti
SMA
Swasta
800ribu -1 juta
15
M. Rizal
Farkan
SMA
Swasta
300-500 ribu
16
Shafira
Zaenudin
SMA
Swasta
800 ribu – 1 juta
17
Nabila. R
Basuki. R
SMA
Buruh
800 ribu – 1 juta
18
Niswatul. F
Rustamin
SD
Petani
-
19
Laras. S
Sunaryo
SMA
Buruh
800 ribu – 1 juta
20
Rafiah
Nawir
SMA
Buruh
1 – 1,5 juta
TABEL V DATA INVENTARIS TPQ BUSTANUL MUBTADIIN No
Nama Barang
Jumlah
1
Meja Belajar
60
2
Kursi Belajar
70
38
3
Meja Guru
8
4
Kursi Guru
11
5
Almari Buku
12
6
Rak Buku
6
7
Papan Tulis
7
8
Pakaian Toga
40
9
Sound system
1 set
10
Buku Pedoman Mengajar
20
11
Papan Demografi
5
12
Peralatan sholat
10 ps
4. Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan belajar mengajar menggunakan waktu dimana anak-anak sudah pulang dari sekolah, dimulai dari pukul 13.30 sampai dengan pukul 16.30. Pada pukul 13.30 pembelajaran dilakukan terhadap anak-anak yang baru masuk TPQ. Seperti disebutkan diatas salah satu tempat penyelenggaraan pendidikan agama adalah di mesjid atau yang kini dikenal dengan sebutan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an), dimana anak akan diajarkan untuk lebih mendalami ilmu agama khususnya kemampuan dalam membaca serta memahami isi Al-Qur’an, shalat, menghafal surat-surat pendek serta doa sehari-hari dan lain sebagainya.
39
Salah satu tujuan berdirinya lembaga-lembaga pendidikan agama seperti TPA/TPQ ini membuktikan betapa pentingnya pendidikan agama, apalagi ditengah kehidupan masyarakat kita yang semakin modern dan canggih yang banyak membawa dampak negatif terutama kepada anakanak. Selain itu motivasi lain berdirinya lembaga ini adalah dilihat dari tujuan dan fungsi pendidikan agama itu sendiri yaitu lebih berat tanggung jawabnya bila dibandingkan dengan fungsi pendidikan pada umumnya. Sebab fungsi dan tujuan pendidikan islam adalah untuk memberdayakan atau berusaha menolong manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Kurikulum pendidikan nasional yang hanya mengalokasikan waktu 2 jam pelajaran setiap minggunya untuk pelajaran agama juga menjadi alas an berdirinya lembaga-lembaga pendidikan agama separti TPA/TPQ. Selain itu, fakta dalam masyarakat mengidentifikasikan bahwa banyak orang islam khususnya usia remaja yang belum bisa membaca dan menulis Al-Qur’an. Hal serupa juga terjadi di Karangrejo Desa Pabelan, dimana banyak masyarakat yang tidak bisa membaca Al-Qur’an, padahal seperti diketahui masyarakat Karangrejo mayoritas beragama Islam. Permasalahan besar ini tidak akan terselesaikan hanya dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan islam seperti TPA. Diperlukan suatu metode yang tepat dalam proses pembelajarannya, terutama dalam hal pelajaran membaca Al-Qur’an, karena sukses atau gagalnya sebuah pembelajaran sangat tergantung pada metode yang digunakan. Selain itu
40
permasalahan juga terjadi pada kemampuan santri dalam hal penguasaan materi agama. Permasalahan mengenai program pendidikan Al-Qur’an pasca
TPQ
dipandang
perlu
mengingat
fakta
dalam
masyarakat
menunjukkan bahwa hasil pendidikan TPQ masih banyak kekurangan dalam penguasaan materi ilmu Al-Qur’an dasar dan materi-materi keislaman lainnya. Berbagai upaya terus dilakukan dalam proses pendidikan agama, mengetahui metode-metode pengajaran yang dianggap kurang efektif menjadi metode pengajaran baru yang lebih efektif sesuai perkembangan zaman, karena lembaga pendidikan islam bukanlah lembaga yang beku, tetapi fleksibel, berkembang dan menutut kehendak waktu dan tempat. Dalam dunia pendidikan islam sendiri dikenal sebuah metode pembelajaran Al-Qur’an yaitu “metode iqra”. Metode ini sudah lama diterapkan di TPATPA di Indonesia dan dianggap paling efektif karena memudahkan para santri untuk lebih cepat dalam belajar membaca Al-Qur’an. Namun tidak bisa kita pungkiri dari sekian banyak TPA yang ada pada umumnya yang masih menerapkan metode tradisional dalam mengajari santrinya membaca Al-Qur’an. Keterbatasan tenaga didik serta metode yang diperoleh secara turun temurun dan susuh dihilangkan, menjadi salh satu alas an masih diterapkannya metode tradisional di beberapa TPA di Karangrejo, yang merupakan daerah pedesaan. Dalam hal ini di perlukan sebuah perubahan terhadap metode yang telah ada dan mengantinya dengan metode baru yang
41
lebih efektif dan efisien, yang nantinya dapat membantu tercapainya tujuan dari pendidikan TPA itu sendiri. TABEL VI DATA PRESTASI DAN PENGHARGAAN TPQ BUSTANUL MUBTADIIN KARANG REJO PABELAN No 1
Nama Kegiatan Lomba CCQ dalam
Tingkat
Tahun
Keterangan
Kecamatan
1995
Juara I
Kecamatan
1995
Juara II
Kelurahan
1997
Juara I
Kelurahan
1997
Juara II putri
Kecamatan
1998
Juara I putra
Kecamatan
1999
Juara III putra
Kecamatan
2001
Juara III
rangka Peringatan Maulid Nabi SAW 2
Lomba Adzan dalam rangka Peringatan Maulid Nabi SAW
3
Lomba Murrotal dalam rangka Nuzulul Qur’an
4
Lomba Wudhu dalam rangka Nuzulul Qur’an
5
Lomba MTQ dalam rangka 17 Agustus 1945
6
Lomba Hafalan suratsurat pendek dalam rangka Maulid Nabi SAW
7
Lomba CCQ dalam
42
rangka Maulid Nabi SAW Lomba Tartil Qur’an
8
Kabupaten
2003
Juara I
Kabupaten
2006
Juara III
Kecamatan
2007
Juara I
dalam rangka HUT Depag 9
Lomba Hafalan suratsurat pendek dalam rangka Hari Jadi TPQ Kauman Lor
10
Lomba Kaligrafi dalam rangka Akhirussanah TPQ
B.
Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan hasil angket yang disampaikan diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Kelompok orangtua pegawai TABEL VII DAFTAR JAWABAN ANGKET PEGAWAI TERHADAP TPQ No Item
No Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 13 14 15
1
A
A
A
B
A
A
A
C
B
A
A
A
A
A
A
2
A
B
A
C
A
A
A
A
A
A
A
B
A
A
A
43
3
B
B
A
C
A
C
C
A
B
A
A
A
A
B
A
4
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
A
A
5
A
B
A
C
A
A
A
A
C
A
A
B
A
A
A
6
A
B
A
B
A
B
A
A
C
C
A
B
A
A
A
7
A
B
A
B
A
C
A
A
B
A
B
C
A
A
A
8
A
A
B
B
A
A
A
A
C
A
A
B
A
A
A
9
A
B
B
B
B
A
A
B
B
A
A
A
A
B
A
10
A
B
A
A
B
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
11
A
B
A
B
A
A
A
A
B
C
A
C
A
A
A
12
A
A
C
B
A
A
A
A
B
A
A
A
A
B
A
13
A
B
A
C
A
A
A
A
B
A
C
B
A
A
A
14
B
C
A
B
A
A
A
A
C
A
A
B
A
A
A
15
A
B
A
B
A
A
A
A
B
A
A
B
A
A
A
16
A
B
A
B
A
A
A
A
B
A
A
B
A
A
A
17
A
B
A
B
A
A
A
A
B
B
A
B
A
A
A
18
A
B
A
B
A
A
A
A
A
A
A
B
A
A
A
19
A
B
A
B
A
A
A
A
B
A
A
B
A
A
A
20
A
B
A
B
A
A
A
A
C
A
A
A
A
A
A
44
TABEL VIII NILAI ANGKET PEGAWAI TERHADAP TPQ No Item No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Jml
1
3
3
3
2
3
3
3
1
2
3
3
3
3
3
3
41
2
3
2
3
1
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
41
3
2
2
3
1
3
1
1
3
2
3
3
3
3
2
3
35
4
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
43
5
3
2
3
1
3
3
3
3
1
3
3
2
3
3
3
39
6
3
2
3
2
3
2
3
3
1
1
3
2
3
3
3
37
7
3
2
3
2
3
1
3
3
2
3
2
1
3
3
3
37
8
3
3
2
2
3
3
3
3
1
3
3
2
3
3
3
40
9
3
2
2
2
2
3
3
2
2
3
3
3
3
2
3
38
10
3
2
3
3
2
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
41
11
3
2
3
2
3
3
3
3
2
1
3
1
3
3
3
38
12
3
3
1
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
40
13
3
2
3
1
3
3
3
3
2
3
1
2
3
3
3
38
14
2
1
3
2
3
3
3
3
1
3
3
2
3
3
3
38
15
3
2
3
2
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
41
16
3
2
3
2
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
41
17
3
2
3
2
3
3
3
3
2
2
3
2
3
3
3
40
18
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
42
45
19
3
2
3
2
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
41
20
3
2
3
2
3
3
3
3
1
3
3
3
3
3
3
41
2. Kelompok orangtua non pegawai TABEL IX DAFTAR JAWABAN NON PEGAWAI TERHADAP ANGKET No Item
No Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15
1
B
A
B
C
A
B
B
A
A
A
B
A
A
A
B
2
B
A
A
A
A
A
A
A
B
A
B
A
B
B
B
3
B
A
A
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
B
4
B
A
B
A
A
B
B
A
A
A
A
A
A
A
A
5
B
A
B
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
6
B
A
B
A
A
A
A
A
B
B
A
A
A
A
B
7
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
8
B
B
A
A
A
A
A
A
B
A
B
B
B
A
C
9
A
B
B
A
A
B
A
A
B
B
A
A
A
A
A
10
B
A
B
A
A
B
B
A
B
B
A
A
A
A
B
11
B
B
B
A
B
B
A
A
A
B
B
A
A
A
A
12
B
A
B
A
B
A
C
A
B
A
A
A
A
A
A
13
B
A
B
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
B
14
B
B
A
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
C
46
15
B
B
A
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
B
16
B
B
A
A
A
B
A
A
B
A
A
A
B
A
A
17
B
B
A
A
A
B
B
A
B
A
A
A
A
A
B
18
B
A
B
A
A
B
B
A
B
B
A
A
A
A
A
19
B
A
B
A
B
A
B
A
A
A
A
B
A
A
B
20
B
A
B
A
A
B
B
B
A
B
A
A
B
A
A
TABEL X HASIL JAWABAN NON PEGAWAI TERHADAP ANGKET No Item No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Jml
1
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
41
2
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
2
2
40
3
2
2
2
3
2
2
3
3
3
2
2
3
3
3
3
38
4
2
3
2
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
41
5
2
2
3
3
3
2
2
3
2
2
3
3
3
3
2
38
6
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
2
2
2
3
2
38
7
3
2
2
3
3
2
3
3
2
2
3
3
3
3
3
40
8
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
2
2
2
3
1
37
9
3
2
2
3
3
2
3
3
2
2
3
3
3
3
3
40
10
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
41
11
2
2
3
3
3
2
2
3
2
2
3
3
3
3
2
38
47
12
2
3
2
3
2
3
1
3
2
3
3
3
3
3
3
39
13
2
3
2
3
2
3
1
3
2
3
3
3
3
3
3
39
14
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
1
40
15
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
41
16
2
2
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
2
3
3
40
17
2
2
3
3
3
2
3
3
2
2
2
3
3
3
3
39
18
2
3
2
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
41
19
2
3
2
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
2
40
20
2
3
2
3
3
2
2
3
2
2
3
3
3
3
3
40
48
BAB IV ANALISIS DATA
A.
Analisis Data Pertama Setelah data terkumpul serta adanya teori yang mendukungnya, maka langkah berikutnya adalah membuktikan ada tidaknya perbedaan perhatian orangtua yang pegawai dan nonpegawai terhadap pendidikan di TPQ. Maka data yang telah diperoleh akan dianalisis statistik karena data yang terkumpul berjumlah banyak dan bersifat kualitatif. Adapun dalam menganalisis data tersebut menggunakan teknik Chi Square dengan rumus:
2
fo fh2 fh
Keterangan: X2
: Chi Kuadrat
fo
: Frekuensi perolehan
fh
: Frekuensi diharapkan Langkah selanjutnya adalah menyiapkan tabel hasil angket perhatian
orang tua yang pegawai dan non pegawai untuk mencari nilai perbedaan melalui uji chi square antara pegawai dan non pegawai terhadap pendidikan di TPQ.
48
49
1.
Nilai Jawaban Pegawai terhadap TPQ Adapun hasil penyebaran angket dapat dilihat dari tabel sebagai berikut: TABEL XI NILAI ANGKET PEGAWAI TERHADAP TPQ No Item No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Jml
1
3
3
3
2
3
3
3
1
2
3
3
3
3
3
3
41
2
3
2
3
1
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
41
3
2
2
3
1
3
1
1
3
2
3
3
3
3
2
3
35
4
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
43
5
3
2
3
1
3
3
3
3
1
3
3
2
3
3
3
39
6
3
2
3
2
3
2
3
3
1
1
3
2
3
3
3
37
7
3
2
3
2
3
1
3
3
2
3
2
1
3
3
3
37
8
3
3
2
2
3
3
3
3
1
3
3
2
3
3
3
40
9
3
2
2
2
2
3
3
2
2
3
3
3
3
2
3
38
10
3
2
3
3
2
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
41
11
3
2
3
2
3
3
3
3
2
1
3
1
3
3
3
38
12
3
3
1
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
40
13
3
2
3
1
3
3
3
3
2
3
1
2
3
3
3
38
14
2
1
3
2
3
3
3
3
1
3
3
2
3
3
3
38
15
3
2
3
2
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
41
50
16
3
2
3
2
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
41
17
3
2
3
2
3
3
3
3
2
2
3
2
3
3
3
40
18
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
42
19
3
2
3
2
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
41
20
3
2
3
2
3
3
3
3
1
3
3
3
3
3
3
41
Berdasarkan hasil angket tersebut kemudian dapat digambarkan jawaban responden per item sebagai berikut: TABEL XII SKOR JAWABAN PER ITEM SOAL Jawaban
Skor Jawaban
No Item A
B
C
3
2
1
1
18
2
0
54
4
0
2
3
16
1
9
32
1
3
17
2
1
51
4
1
4
1
15
4
3
30
4
5
18
2
0
54
4
0
6
16
1
3
48
2
3
7
19
0
1
57
0
1
8
18
1
1
54
2
1
9
4
11
5
12
22
5
10
17
1
2
51
2
2
51
11
18
1
1
54
2
1
12
7
11
2
21
22
2
13
19
1
0
57
2
0
14
17
3
0
51
6
0
15
20
0
0
60
0
0
Berdasarkan tabel V di atas kemudian diintervalkan dengan rumus sebagai berikut: a. Untuk jawaban pegawai terhadap angket dengan jumlah 15 item diketahui nilai tertinggi 43 dan terendah 35 maka berdasarkan rumus interval sebagai berikut: i
xt xr 1 ki
Keterangan: i
= interval ideal
xt
= nilai tertinggi ideal
xr
= nilai terendah ideal
ki
= kelas interval
i
=
43 35 1 3
9 3
=3
52
Kemudian dimasukkan tabel untuk mengetahui berapa banyak pegawai yang memberi tanggapan tinggi, sedang dan kurang TABEL XIII INTERVAL JAWABAN PEGAWAI TERHADAP ANGKET Nilai
Jumlah
Nilai nominasi
41-43
9 (45%)
A
38-40
8 (40%)
B
35-37
3 (15%)
C
Dengan demikian dapat diketahui: a. Untuk pegawai yang menjawab dalam kategori tinggi mendapat nilai antara 41-43 sebanyak 9 siswa b. Untuk pegawai yang menjawab dalam dengan kategori sedang mendapat nilai antara 38-40 sebanyak 8 siswa c. Untuk pegawai yang menjawab dalam dengan kategori kurang mendapat nilai antara 35-37 sebanyak 3 siswa
2.
Nilai Jawaban Non pegawai terhadap Angket Adapun hasil penyebaran angket dapat dilihat dari tabel sebagai berikut: Hasil angket tersebut dapat ditabulasikan sebagai berikut:
53
TABEL XIV HASIL JAWABAN NON PEGAWAI TERHADAP ANGKET No Item No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Jml
1
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
41
2
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
2
2
40
3
2
2
2
3
2
2
3
3
3
2
2
3
3
3
3
38
4
2
3
2
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
41
5
2
2
3
3
3
2
2
3
2
2
3
3
3
3
2
38
6
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
2
2
2
3
2
38
7
3
2
2
3
3
2
3
3
2
2
3
3
3
3
3
40
8
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
2
2
2
3
1
37
9
3
2
2
3
3
2
3
3
2
2
3
3
3
3
3
40
10
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
41
11
2
2
3
3
3
2
2
3
2
2
3
3
3
3
2
38
12
2
3
2
3
2
3
1
3
2
3
3
3
3
3
3
39
13
2
3
2
3
2
3
1
3
2
3
3
3
3
3
3
39
14
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
1
40
15
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
41
16
2
2
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
2
3
3
40
17
2
2
3
3
3
2
3
3
2
2
2
3
3
3
3
39
18
2
3
2
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
41
54
19
2
3
2
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
2
40
20
2
3
2
3
3
2
2
3
2
2
3
3
3
3
3
40
Berdasarkan hasil angket tersebut kemudian dapat digambarkan jawaban responden per item sebagai berikut: TABEL XV SKOR JAWABAN PER ITEM SOAL Jawaban
Skor Jawaban
No Item A
B
C
3
2
1
1
2
18
0
6
36
0
2
13
7
0
39
14
0
3
8
12
0
24
24
0
4
19
0
1
57
0
1
5
17
3
0
51
6
0
6
11
9
0
33
18
0
7
12
7
1
36
14
1
8
19
1
0
57
2
0
9
6
14
0
18
28
0
10
14
6
0
42
12
0
11
16
4
0
48
8
0
12
18
2
0
54
4
0
13
16
4
0
48
8
0
55
14
19
1
0
57
2
0
15
8
10
2
24
20
2
Berdasarkan tabel XI kemudian diintervalkan dengan rumus sebagai berikut: Untuk jawaban nonpegawai terhadap angket dengan jumlah 15 item diketahui nilai tertinggi 42 dan terendah 37 maka berdasarkan rumus interval sebagai berikut: i
xt xr 1 ki
Keterangan: i
= interval ideal
xt
= nilai tertinggi ideal
xr
= nilai terendah ideal
ki
= kelas interval
i
=
42 37 1 3
5 1 3
=2 Kemudian dimasukkan tabel untuk mengetahui berapa banyak nonpegawai yang memiliki perhatian terhadap TPQ dengan kategori tinggi, sedang dan kurang
56
TABEL XVI INTERVAL NONPEGAWAI TERHADAP ANGKET Nilai
Jumlah
Nilai nominasi
41-42
5
A
39-40
10
B
37-38
5
C
Jumlah
20
Dengan demikian dapat diketahui: a. Untuk nonpegawai yang memiliki perhatian dengan kategori tinggi mendapat nilai antara 41-42 sebanyak 5 siswa b. Untuk nonpegawai yang memiliki perhatian dengan kategori sedang mendapat nilai antara 39-40 sebanyak 10 siswa c. Untuk nonpegawai yang memiliki perhatian dengan kategori kurang mendapat nilai antara 37-38 sebanyak 5 siswa
B.
Analisis Pengolahan Data Analisis pengolahan data ini untuk data yang terkumpul dari nilai perbedaan perhatian orang tua pegawai dan nonpegawai terhadap TPQ menggunakan rumus sebagai berikut:
2
fo fh2 fh
57
Analisis ini untuk mengetahui perbedaan perhatian orangtua pegawai dan nonpegawai terhadap TPQ. Untuk lebih jelasnya akan penulis kemukakan dalam tabel berikut: TABEL XVII TABEL KERJA UNTUK MENCARI NILAI CHI KUADRAT PERBEDAAN PERHATIAN ORANGTUA PEGAWAI DAN NONPEGAWAI TERHADAP TPQ 2
No
fo
Fh
fo-fh
(fo-fh)/fh
fo
fh
fo-fh
(fo-fh)/fh
X
Resp
pegawai
pegawai
peg
pegw
nonpegw
nonpegw
nonpegw
nonpegw
total
1
41
45
-4
0.36
41
45
-4
0.36
0.71
2
41
45
-4
0.36
40
45
-5
0.56
0.91
3
35
45
-10
2.22
38
45
-7
1.09
3.31
4
43
45
-2
0.09
41
45
-4
0.36
0.44
5
39
45
-6
0.80
38
45
-7
1.09
1.89
6
37
45
-8
1.42
38
45
-7
1.09
2.51
7
37
45
-8
1.42
40
45
-5
0.56
1.98
8
40
45
-5
0.56
37
45
-8
1.42
1.98
9
38
45
-7
1.09
40
45
-5
0.56
1.64
10
41
45
-4
0.36
41
45
-4
0.36
0.71
11
38
45
-7
1.09
38
45
-7
1.09
2.18
12
40
45
-5
0.56
39
45
-6
0.80
1.36
13
38
45
-7
1.09
39
45
-6
0.80
1.89
14
38
45
-7
1.09
40
45
-5
0.56
1.64
15
41
45
-4
0.36
41
45
-4
0.36
0.71
58
16
41
45
-4
0.36
40
45
-5
0.56
0.91
17
40
45
-5
0.56
39
45
-6
0.80
1.36
18
42
45
-3
0.20
41
45
-4
0.36
0.56
19
41
45
-4
0.36
40
45
-5
0.56
0.91
20
41
45
-4
0.36
40
45
-5
0.56
0.91
Jml
792
900
14.6667
791
900
-109
108 Kemudian dimasukkan ke dalam rumus chi kuadrat sebagai berikut: 2 fo fh 2
fh
(41 45 ) 2 (41 45 ) 2 (35 45 ) 2 (43 45 ) 2 (39 45 ) = 45 45 45 45 45
=
(37 45 ) 2 (37 45 ) 2 (40 45 ) 2 (38 45 ) 2 (41 45 ) 45 45 45 45 45
=
(38 45 ) 2 (40 45 ) 2 (38 45 ) 2 (38 45 ) 2 (41 45 ) 45 45 45 45 45
(41 45 ) 2 (40 45 ) 2 (38 45 ) 2 (41 45 ) 2 (38 45 ) = 45 45 45 45 45
=
(41 45 ) 2 (40 45 ) 2 (35 45 ) 2 (43 45 ) 2 (39 45 ) 45 45 45 45 45
=
(38 45 ) 2 (40 45 ) 2 (37 45 ) 2 (40 45 ) 2 (41 45 ) 45 45 45 45 45
=
(38 45 ) 2 (39 45 ) 2 (39 45 ) 2 (40 45 ) 2 (41 45 ) 45 45 45 45 45
(40 45 ) 2 (39 45 ) 2 (41 45 ) 2 (40 45 ) 2 (40 45 ) = 45 45 45 45 45
13.84444 28.5
59
= 28,5 Nilai Chi square hitung yang diperoleh sebesar 28,5 jika dibandingkan dengan nilai Chi square tabel 5% dengan derajat kebebasan 20-2-1 = 17 sebesar 27,6 maka nilai chi square hitung yang diperoleh lebih besar dari chi square tabel.
C.
Analisis Lanjutan Setelah hasil perhitungan dengan rumus chi square diketahui hasilnya, langkah selanjutnya adalah dilakukan pembuktian analisis yaitu dengan cara mengkonsultasikan nilai chi square yang ada pada tabel. Dalam perhitungan dengan rumus chi square di atas, diketahui bahwa nilai chi square yang diperoleh itu akan dikonsultasikan dengan nilai chi square (pada tabel) apakah terjadi signifikansi atau tidak, atas dasar signifikansi 5% Pada tabel lain chi square dengan jumlah responden = 20, kolom N (membacanya ke kanan) dalam kolom signifikansi 5% dalam tabel diperoleh 27,6, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa: pada taraf signifikansi 5% chi square tabel = 27,6, sehingga chi square hitung > chi square tabel Oleh karena nilai chi square hitung yang diperoleh yaitu 28,5 berada di atas signifikansi 5%. Dengan demikian penulis menerima hipotesis yang berbunyi: Ada perbedaan perhatian orangtua yang pegawai dan nonpegawai terhadap pendidikan di TPQ.
60
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dan beberapa analisis data maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perhatian orangtua yang pegawai terhadap TPQ, yang berada pada kategori tinggi mencapai 45% kategori sedang 40% dan kategori kurang 15 % 2. Perhatian orangtua yang nonpegawai terhadap TPQ yang berada dalam kategori tinggi mencapai 25% kategori sedang 50% dan kategori rendah 25%. 3. Ada perbedaan perhatian orangtua yang pegawai dan nonpegawai terhadap pendidikan di TPQ, dimana chi square hitung yang diperoleh (28,5) memiliki nilai yang lebih besar dari chi square tabel 5% (27,6).
B
Saran-Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh serta pembahasan tentang hasil tersebut maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut : 1. Orangtua perlu memberikan perhatian terhadap anak, mengingat anak dalam usia perkembangan membutuhkan perhatian. 2. Orangtua perlu memberikan perhatian terhadap pergaulan anak sehingga anak tidak terpengaruh hal-hal negatif yang dapat mempengaruhi motivasi belajar anak.
60
61
3. Kepada pembimbing atau guru diharapkan memberi penyuluhan kepada orangtua siswa agar lebih memperhatikan kepada anak didiknya terkait dengan kesuksesan belajar anak di TPQ terutama kepada wali murid non pegawai, walaupun harus mengorbankan waktu, biaya, maupun pikiran. 4. Kepada pengurus TPQ agar dapat menjembatani hubungan yang lebih erat antara orang tua siswa dengan guru, tentang keaktifan belajar anaknya di TPQ. 5. Kepada lembaga / pengurus agar mencari terobosan baru (metode, materi, buku panduan, dsb) agar pelajaran di TPQ Bustanul Mubtadiin lebih bersifat dinamis.
62
DAFTAR PUSTAKA
Akhdiyat, Hendra. 2009. Ilmu Akhlak, Bandung: Pustaka Setia. Djaelani, HM Timur. 2000 Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Djembatan. Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research I. Yogyakarta: BP Fak Psikologi UGM. Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta. Hamid, Abdul. 2008. Konsep Pendidikan Dunia Islam, Bandung: Pustaka Setia. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, 2002. Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Riset. Bandung: Mandar Maju. ____________. 2001. Konseling Individual, Bandung: Sinar Baru Algesindo. Poerwanto, M. Ngalim. 2001. Ilmu Pendidikan, Jakarta: Balai Pustaka. Proposal Penelitian, STAIN Salatiga, 2002. Saebani, Beni Ahmad, 2009 Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia. Sardiman, 2007. Interaksi dalam Belajar Mengajar, Jakarta: Sinar Baru Algesindo. Suryabrata, Sumadi. 2003. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Rineka Cipta. Walgito, Bimo. 2004. Psikologi Pendidikan, Bandung: Alfabeta. Widodo, Sembodo Ari, 2006. Pendidikan Islam dan Barat, Bandung: Pustaka Setia. Willis, Sofyan S. 2009. Konseling Individual, Bandung: Alfabeta.