PENIN NGKATA AN PEMBELAJA ARAN MATER RI TEKN NOLOGI PRODU UKSI, K KOMUNIKASI, TRANS SPORTA ASI MELA ALUI JIIGSAW PADA SISWA S K KELAS IV V SEKO OLAH DA ASAR NE EGERI PES SURUNG GAN LOR R 1 TEG GAL
Skripsi disajikan sebagai s salahh satu syarat untuk mempperoleh gelaar Sarjana Peendidikan Jurrusan Pendiddikan Guru Sekolah S Dasaar
oleh Siti Indah Cahyaani 11402408276
JUR RUSAN PE ENDIDIK KAN GURU U SEKOL LAH DASA AR FAK KULTAS ILMU PE ENDIDIKA AN UNIVE ERSITAS S NEGERII SEMAR RANG 2012
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa isi skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat pada skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Tegal, 31 Juli 2012
Siti Indah Cahyani 1402408276
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diuji ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Hari, tanggal
: Selasa, 14 Agustus 2012
Tempat
: Tegal
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Umi Setijowati, M. Pd.
Drs. Noto Suharto, M. Pd.
19570115 198403 2 001
19551230 198203 1 001
Mengetahui, Koordinator PGSD UPP Tegal
Drs. Akhmad Junaedi, M. Pd. 19630923 198703 1 001
iii
PENGESAHAN Skripsi dengan judul Peningkatan Pembelajaran Materi Teknologi Produksi, Komunikasi, Transportasi Melalui Jigsaw pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal, oleh Siti Indah Cahyani 1402408276, telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FIP UNNES pada tanggal 14 Agustus 2012.
PANITIA UJIAN
Ketua
Sekretaris
Drs. Hardjono, M.Pd. 19510801 197903 1 007
Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd. 19630923 198703 1 001
Penguji Utama
Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd. 19630923 198703 1 001
Penguji Anggota 1
Penguji Anggota 2
Drs. Noto Suharto, M. Pd. 19551230 198203 1 001
Dra. Umi Setijowati, M. Pd. 19570115 198403 2 001 iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto: Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, hanya kepada Tuhanmulah kamu berharap. (Q.S. Al Insyiroh: 6-8) Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Allah adalah sebaik-baiknya pelindung. (Q.S. Ali Imran: 173) Kesempatan anda untuk sukses di setiap kondisi selalu dapat diukur oleh seberapa besar kepercayaan anda pada diri sendiri. (Robert Collier) Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan, dan saya percaya pada diri saya sendiri. (Muhammad Ali) Ujian bagi seseorang yang sukses bukanlah pada kemampuannya untuk mencegah munculnya masalah, tetapi pada waktu menghadapi dan menyelesaikan setiap kesulitan saat masalah itu terjadi. (David J. Schwartz)
Persembahan: Kepada Allah SWT dzat yang maha kuasa, atas kebahagiaan ini, saya berbagi kepada: Abah dan Umi Kakak-kakak dan adik-adikku, serta Tunanganku
v
PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat iman, keselamatan dan kesehatan kepada penulis. Berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Pembelajaran Materi Teknologi Produksi, Komunikasi, Transportasi Melalui Jigsaw Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini, tanpa peranan mereka penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang.
2.
Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
3.
Dra. Hartati, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
4.
Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. vi
5.
Dra. Umi Setijowati, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
6.
Drs. Noto Suharto, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
7.
Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar di UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
8.
Makmuri, S.Pd.SD., Kepala SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal yang telah memberi ijin untuk mengadakan penelitian.
9.
Siti Latifah, S.Pd.SD., dan rekan-rekan guru SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal yang telah membantu jalannya proses penelitian tindakan kelas.
10. Siswa Kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. 11. Semua pihak yang telah nmembantu terselesaikannya skripsi ini, baik secara moral maupun material yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Tegal, 31 Juli 2012 Penulis
vii
ABSTRAK Cahyani, Siti Indah. 2012. Peningkatan Pembelajaran Materi Teknologi Produksi, Komunikasi, Transportasi Melalui Jigsaw pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dra. Umi Setijowati, M.Pd. II: Drs. Noto Suharto, M.Pd. Kata Kunci: Jigsaw; Pembelajaran IPS; Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi Berdasarkan latar belakang masalah, hasil belajar IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal semester 2 tahun pelajaran 2010/ 2011, termasuk dalam kategori rendah. Dari jumlah 30 siswa, yang memenuhi KKM hanya 6 siswa atau sebesar 20%. Hal ini dimungkinkan karena guru belum mengelola pembelajaran dengan model yang mengaktifkan siswa. Di samping itu, pendayagunaan media dan penggunaan metode belum bervariasi. Berdasarkan kecenderungan tersebut, peneliti mengadakan inovasi pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan performansi guru, aktivitas belajar siswa, dan hasil belajar. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subyek penelitian meliputi guru dan siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. Teknik pengumpulan data berupa tes, observasi, angket, dan dokumentasi. Analisis data berupa analisis data kuantitatif dan kualitatif. Indikator keberhasilan mencakup nilai performansi guru minimal 71 (B), aktivitas belajar siswa minimal 70%, dan rata-rata nilai hasil belajar ≥71 dengan ketuntasan belajar klasikal ≥75%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa performansi guru pada siklus I memperoleh nilai akhir sebesar 81,16 (AB) meningkat menjadi 92,35 (A), dan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memperoleh nilai sebesar 80,56 dengan kriteria AB pada siklus I meningkat menjadi 91,67 dengan kriteria A, pada siklus II. Aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 70,10% dengan kriteria tinggi meningkat pada siklus II menjadi 88,39% dengan kriteria sangat tinggi. Selain itu, aktivitas kelompok pada siklus I sebesar 75,13% dengan kriteria sangat tinggi meningkat menjadi 92,38% dengan kriteria sangat tinggi, pada siklus II. Selanjutnya, rata-rata nilai tes formatif siklus I sebesar 75,87 meningkat pada siklus II menjadi 93,03. Ketuntasan belajar klasikal pada siklus I sebesar 60,61% meningkat pada siklus II menjadi 87,88%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan performansi guru, aktivitas belajar siswa, dan hasil belajar IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. viii
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ................................................................................................................
i
PERNYATAAN..................................................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii PENGESAHAN .................................................................................................. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................
v
PRAKATA .......................................................................................................... vi ABSTRAK .......................................................................................................... viii DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi 1.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang .......................................................................................
1.2.
Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah....................................... .... 11
1
1.2.1. Rumusan Masalah................................................................................ ... 11 1.2.2. Pemecahan Masalah............................................................................. ... 11 1.3.
Tujuan Penelitian..................................................................................... 12
1.3.1. Tujuan Umum...................................................................................... ... 12 1.3.2. Tujuan Khusus......................................................................................... 12 1.4.
Manfaat Penelitian................................................................................... 13
1.4.1. Bagi Siswa........................................................................................... .... 13 1.4.2. Bagi Guru............................................................................................ .... 13 1.4.3. Bagi Sekolah....................................................................................... .... 14 2.
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Kerangka Teori.................................................................................... .... 15
2.1.1. Pengertian Belajar............................................................................... .... 15 2.1.2. Arti Belajar bagi Siswa SD................................................................. .... 18 2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ........................................ .... 19 ix
2.1.4. Pengertian Mengajar dan Pembelajaran ............................................. .... 28 2.1.5. Hakekat Mengajar di SD .................................................................... .... 30 2.1.6. Aktivitas Belajar Siswa ...................................................................... .... 31 2.1.7. Hasil Belajar........................................................................................ .... 32 2.1.8. Karakteristik Siswa SD....................................................................... .... 35 2.1.9. Performansi Guru .............................................................................. ..... 41 2.1.10. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) .......................................................... ..... 45 2.1.11. Pembelajaran IPS Materi Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi ............................................................................................ 48 2.1.12. Manfaat Mempelajari IPS Materi Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi . .................................................................................... 58 2.1.13. Model Pembelajaran Kooperatif ....................................................... ..... 58 2.1.14. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.................................... ..... 68 2.2.
Kajian Empiris ....................................................................................... 74
2.3.
Kerangka Berpikir ................................................................................... 76
2.4.
Hipotesis Tindakan........................................................................... ....... 79
3.
METODE PENELITIAN
3.1.
Rancangan Penelitian .............................................................................. 80
3.1.1. Perencanaan ............................................................................................. 80 3.1.2. Pelaksanaan ............................................................................................. 81 3.1.3. Pengamatan ............................................................................................. 81 3.1.4. Refleksi.................................................................................................... 82 3.2.
Perencanaan Tahap Penelitian ................................................................. 83
3.2.1. Perencanaan Siklus I...................................................................... ......... 83 3.2.2. Perencanaan Siklus II .............................................................................. 87 3.3.
Subjek Penelitian ..................................................................................... 92
3.4.
Tempat Penelitian .................................................................................... 92
3.5.
Data dan Teknik Pengumpulan Data.................................................... ... 93
3.5.1. Jenis Data ................................................................................................ 93 3.5.2. Sumber Data ............................................................................................ 94 3.5.3. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 95 3.5.4. Alat Pengumpul Data .............................................................................. 97 x
3.6.
Teknik Analisis Data ............................................................................... 102
3.6.1. Analisis Angket Siswa ............................................................................ 102 3.6.2. Data Performansi Guru............................................................................ 103 3.6.3. Data Aktivitas Belajar Siswa................................................................... 104 3.6.4. Data Hasil Belajar Siswa ......................................................................... 105 3.7.
Indikator Keberhasilan.......................................................................... .. 106
3.7.1. Hasil Belajar Siswa ................................................................................ 106 3.7.2. Aktivitas Belajar Siswa .......................................................................... 106 3.7.3. Performansi Guru .................................................................................... 106 4.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian..................................................................................... .. 107
4.1.1. Deskripsi Data Pelaksanaan Siklus I ....................................................... 112 4.1.2. Deskripsi Data Pelaksanaan Siklus II...................................................... 130 4.2.
Pembahasan ............................................................................................. 149
4.2.1. Pemaknaan Temuan Penelitian ............................................................... 149 4.2.2. Implikasi Hasil Temuan .......................................................................... 164 5.
PENUTUP
5.1.
Simpulan.................................................................................................. 172
5.2.
Saran ........................................................................................................ 174
LAMPIRAN ........................................................................................................ 175 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 230
xi
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
2.1
Sintaks Pembelajaran Kooperatif .............................................................. 67
2.2
Predikat Penghargaan Kelompok .............................................................. 74
3.1
Kriteria Respon Siswa ............................................................................... 103
3.2
Konversi Nilai Angka ke dalam Nilai Huruf ............................................. 103
3.3
Kualifikasi Prosentase Keaktifan Siswa .................................................... 104
3.4
Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Klasikal ........................................ 106
4.1
Hasil Pretes Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPS Materi Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi .................................................. 110
4.2
Hasil Angket Motivasi Siswa terhadap Mata Pelajaran IPS...................... 111
4.3
Data Hasil Belajar IPS Siklus I.................................................................. 113
4.4
Nilai Peningkatam dan Kriteria Penghargaan Kelompok Jigsaw Siklus I 115
4.5
Data Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I ................. 117
4.6
Hasil Pengamatan Aktivitas Kelompok Siswa pada Siklus I .................... 119
4.7
Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Kelompok Siswa pada Siklus I...... 120
4.8
Data Penilaian RPP pada Siklus I .............................................................. 122
4.9
Data Penilaian terhadap Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus I............ 122
4.10 Rekapitulasi Data Penilaian Performansi Guru pada Siklus I ................... 123 4.11 Data Hasil Penilaian terhadap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siklus I........................................................ 124 4.12 Data Hasil Belajar IPS pada Siklus II ........................................................ 132 4.13 Nilai Peningkatam dan Kriteria Penghargaan Kelompok Jigsaw Siklus II................................................................................................................. 134 4.14 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II ................ 136 4.15 Hasil Pengamatan Aktivitas Kelompok Siswa pada Siklus II ................... 138 4.16 Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Kelompok Siswa pada Siklus II .... 139 4.17 Data Penilaian RPP pada Siklus II ............................................................ 140 4.18 Data Penilaian terhadap Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus II .......... 140 4.19 Rekapitulasi Data Penilaian Performansi Guru pada Siklus II .................. 141 4.20 Data Hasil Penilaian terhadap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siklus II ...................................................... 142 xii
4.21 Hasil Postes Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPS Materi Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi .................................................... 148 4.22 Data Hasil Pengamatan terhadap Perencanaan Pembelajaran ................... 150 4.23 Data Penilaian terhadap Pelaksanaan Pembelajaran.................................. 153 4.24 Data Rekapitulasi Hasil Pengamatan terhadap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ....................................................... 156 4.25 Data Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Belajar Siswa ........................ 157 4.26 Data Hasil Aspek Pengamatan terhadap Aktivitas Kelompok Siswa........ 158 4.27 Data Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Kelompok Siswa ................... 159 4.28 Data Hasil Belajar IPS Materi Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi Siswa Kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal ........... 161
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1.
Alat Teknologi Produksi Tradisional ........................................................ 50
2.
Alat Teknologi Produksi Modern .............................................................. 50
3.
Alur Proses Produksi Pakaian.................................................................... 51
4.
Alat Teknologi Komunikasi Tradisional ................................................... 52
5.
Alat Teknologi Komunikasi Modern ......................................................... 52
6.
Alat Teknologi Transportasi Tradisional ................................................... 53
7.
Alat Teknologi Transportasi Modern ........................................................ 54
8.
Hasil Produksi Batik Celup Ikat Sederhana .............................................. 55
9.
Alat dan Bahan Pembuatan Batik Celup Ikat Sederhana........................... 55
10.
Alur Proses Pembuatan Batik Celup Ikat Sederhana................................. 56
11.
Kelas Model Jigsaw................................................................................... 69
Bagan 2.1
Arus Praktek Batik Celup Ikat ................................................................... 57
2.2
Kerangka Berpikir dalam PTK .................................................................. 79
3.1
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas .......................................................... 82
Diagram 4.1
Hasil Rata-rata Nilai Siklus I ..................................................................... 114
4.2
Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Siklus I ....................................... 115
4.3
Rata-rata Nilai Kelompok Siswa dalam Jigsaw pada Siklus I .................. 116
4.4
Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I ................................... 118
4.5
Peningkatan Aktivitas Kelompok Siswa pada Siklus I ............................. 121
4.6
Penilaian Performansi Guru pada Siklus I ................................................. 123
4.7
Hasil Rata-rata Nilai Siklus II ................................................................... 133
4.8
Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Siklus II ...................................... 134
4.9
Rata-rata Nilai Kelompok Siswa dalam Jigsaw pada Siklus II ................. 135
4.10 Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II ................................ 137 4.11 Peningkatan Aktivitas Kelompok Siswa pada Siklus II ............................ 139 4.12 Penilaian Performansi Guru pada Siklus II ............................................... 141 4.13 Peningkatan Performansi Guru Siklus I dan II ......................................... 155 xiv
4.14 Peningkatan Rata-rata Nilai Hasil Belajar IPS Materi Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi ................................................... 162 4.15 Peningkatan Ketuntasan Belajar Klasikal IPS Materi Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi .................................................... 163
xv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1. Silabus IPS Kelas IV SD/ MI....................................................................... 176 2. Daftar Nilai IPS Kelas IV Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011 ............ 177 3. Daftar Kelompok Jigsaw ............................................................................. 178 4. Kisi-kisi Instrumen Pretes dan Postes .......................................................... 179 5. Soal Pretes dan Postes .................................................................................. 181 6. Perangkat Pembelajaran Siklus I Pertemuan Pertama ................................. 184 7. Perangkat Pembelajaran Siklus I Pertemuan Kedua .................................... 205 8. Perangkat Pembelajaran Siklus II Pertemuan Pertama ................................ 206 9. Perangkat Pembelajaran Siklus II Pertemuan Kedua ................................... 216 10. Data Skor Perkembangan Kelompok Jigsaw pada Siklus I ......................... 223 11. Data Skor Perkembangan Kelompok Jigsaw pada Siklus II........................ 224 12. Surat Ijin Penelitian...................................................................................... 225 13. Surat Keterangan Mengajar ......................................................................... 226 14. Dokumentasi ................................................................................................ 227
xvi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab I Pasal 1 menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari pengertian di atas, pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Hal ini, pendidikan memegang peran sangat penting maka perlu adanya upaya memperbaiki kualitas sumber daya manusia (SDM). Berbagai upaya terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, yang salah satunya yaitu upaya inovasi di bidang pendidikan dan pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan sebagai tenaga pendidik yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran. Mengingat pentingnya peran pendidikan tersebut, maka penyelenggaraan pendidikan pada setiap jenjangnya harus sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan demi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukan harus benar-benar terarah untuk mencapai tujuan yang dicapai sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan. Kurikulum ini disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan 1
2
pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Pada semua jenjang pendidikan termasuk sekolah dasar (SD), kurikulum yang digunakan sekarang ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Di dalam KTSP terdapat beberapa mata pelajaran yang harus diberikan kepada siswa di tingkat sekolah dasar. Salah satunya yaitu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD. Menurut Sihabuddin (2006: 92), “isi dari materi pembelajaran IPS berjenjang mulai dari fakta, konsep, generalisasi dan teori.” Sementara, Nasution dalam Masitoh, Susilo, dan Soewarso (2010: 1), mengutarakan bahwa IPS mempelajari manusia dalam lingkungan fisik maupun sosial, dan bahan pembelajaran IPS diambil dari berbagai ilmu-ilmu sosial, seperti geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik dan psikologi sosial. Bahan pembelajaran IPS dirancang dan diajarkan untuk mencapai tujuan mata pelajaran IPS. Pencapaian tujuan mata pelajaran IPS perlu diselaraskan pula dengan fungsi mata pelajaran IPS. Fungsi mata pelajaran IPS dinyatakan oleh Hernawan, dkk (2008: 8.28), “mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan
Sosial
berfungsi
sebagai
ilmu
pengetahuan
untuk
mengembangkan kemampuan dan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial, serta kemampuan tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia di masa lampau dan masa kini.” Oleh karena itu, diperlukan serangkaian proses pembelajaran yang mendukung untuk mencapai tujuan tersebut. Pada jenjang pendidikan dasar, proses pembelajaran dilaksanakan berdasarkan ruang lingkup pembelajaran IPS. Dalam Peraturan Menteri
3
Pendidikan Nasional RI No. 14 tahun 2007 tentang Standar Isi untuk Program Paket A (Permendiknas 2007: 107), menyatakan bahwa “ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut (1) manusia, tempat, dan lingkungan, (2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, (3) sistem sosial dan budaya, dan (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan.” Ruang lingkup tersebut dapat dijabarkan menjadi tiga pembahasan, yaitu lingkungan lokal (rumah), lingkup nasional (Indonesia) dan lingkup Internasional (dunia). Adapun materi pembelajaran IPS SD dimulai dari lingkungan rumah, sekolah, Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), tingkat kecamatan, kabupaten, dan propinsi sampai dengan lingkup nasional serta internasional. Karakteristik bahan materi mata pelajaran IPS yang penuh dengan pesanpesan yang bersifat abstrak, berseberangan dengan cara berpikir siswa SD. Perkembangan kognitif anak pada usia SD berkisar 7-11 tahun berada pada tahap operasional konkret. Perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Haditono (2006: 223), dijelaskan bahwa anak pada tahap ini sudah mampu untuk melakukan aktivitas logis dalam situasi yang konkret. Dengan demikian, materi IPS yang abstrak perlu dikonkretkan agar dapat dipelajari oleh siswa SD. Materi pembelajaran IPS SD di kelas IV semester dua salah satunya yaitu materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. Dalam proses pembelajaran, guru perlu mengaplikasikan materi tersebut melalui benda konkret maupun praktek langsung agar siswa kelas IV sekolah dasar dapat menerima dan memahami materi tersebut, serta memperoleh pengalaman yang bermakna.
4
Masitoh, Susilo, dan Soewarso (2010: 41), berpendapat bahwa pembelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang kurang populer dikalangan siswa. Kekurangpopuleran ini menjadikan IPS sebagai ilmu yang kurang menarik minat dan perhatian siswa. Selain itu, siswa lebih cenderung tertarik pada keterampilan baca, tulis dan hitung, karena siswa dapat mengetahui jawaban yang tepat dan pasti atas hasil pekerjaannya. Sementara, mata pelajaran IPS cenderung sebagai mata pelajaran yang berorientasi pada penguasaan fakta-fakta seperti nama-nama gunung, sungai, tokoh sejarah, dan sebagainya. Selanjutnya, Sihabuddin (2006: 91), menyatakan bahwa “IPS lama juga ditandai dengan pembelajaran rasa nasionalisme yang tidak kritis (dogmatis), dan sangat berorientasi pada buku teks,” sehingga menjadikan IPS kurang diminati oleh siswa. Pada hakekatnya kekurangpopuleran IPS dikarenakan kurang dipahaminya apa sebenarnya IPS baik oleh guru maupun siswa. Peran guru menjadi salah satu faktor kurang diminatinya IPS. Proses pembelajaran IPS yang saat ini masih berpusat pada guru (teacher centre) dan peran siswa hanya menjadi objek pembelajaran sehingga pola interaksi hanya terjadi satu arah. Menurut Lindgren dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 119), mengemukakan bahwa “interaksi satu arah, di mana guru bertindak sebagai penyampai pesan dan siswa sebagai penerima pesan.” Dalam hal ini, guru kurang dapat berkreasi untuk menciptakan metode yang inovatif dalam mengajar. Proses pembelajaran yang terjadi cenderung menggunakan metode ekspositori yang berpusat pada guru sehingga menyebabkan siswa bersikap pasif. Metode yang sering diterapkan yaitu metode konvensional yang terlalu verbalistik yaitu penggunaan metode ceramah yang
5
cenderung monoton dan tanpa alat peraga maupun media yang mendukung. Selain itu, dalam menyampaikan materi pelajaran terkadang guru juga tidak mempunyai acuan yang jelas sehingga materi pelajaran tidak sesuai dengan tingkat perkembangan dan konteks kehidupan siswa. Peran guru dalam pembelajaran belum dapat menjadi fasilitator dan motivator akibatnya kurang dapat mengaktualisasikan potensi siswa dalam pembelajaran sehingga siswa pasif dan kurang tertarik untuk belajar mandiri. Proses evaluasi dalam pembelajaran IPS turut menjadi faktor penentu diminatinya IPS oleh para siswa. Menurut Sudjana dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 191), “pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi, dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.” Evaluasi mata pelajaran IPS yang telah berlangsung saat ini hanya menitikberatkan pada penilaian hasil belajar yaitu pada aspek kognitif yang hanya mencakup materi yang diajarkan. Dalam hal ini, siswa hanya diberikan fakta-fakta yang harus dihafalkan yang akan keluar dalam soal tes. Teknik yang digunakan dalam evaluasi yakni dengan teknik tes. Siswa dalam mengisi soal tes, terkadang dengan berbagai cara mencari jawaban yang paling tepat agar dapat menjawab benar dari suatu evaluasi. Hal ini menjadikan hasil belajar siswa kurang optimal. Proses evaluasi yang seharusnya dilakukan yaitu penilaian terhadap proses dan hasil belajar. Penilaian proses dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung dan penilaian hasil belajar dilaksanakan di akhir pembelajaran. Bloom dalam Sudjana (2010: 22), mengemukakan bahwa klasifikasi hasil belajar secara garis besar terdiri dari tiga yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotoris. Jika proses evaluasi mata pelajaran IPS melalui prosedur
6
yang sesuai maka akan menjadikan proses dan hasil belajar siswa lebih optimal atau bahkan dapat meningkat. Pembelajaran IPS di SD sebaiknya berlangsung sesuai dengan tujuan pembelajaran mata pelajaran IPS. Banks (1990) dalam Sihabuddin (2006: 91), menyatakan bahwa “pengajaran IPS pada abad 21 ini dirancang untuk mempersiapkan siswa agar mampu berpartisipasi secara efektif pada masyarakat post-industri.” Hal ini, menjadikan pandangan baru bagi para guru untuk mengupayakan pencapaian tujuan dan peran pembelajaran IPS. Sebagaimana “tujuan dan peran kritis/misi IPS, yaitu mendidik dan membekali siswa dengan seperangkat pengetahuan, sikap, nilai, moral, dan keterampilan untuk memahami lingkungan sosial masyarakat dapat dicapai” (Solihatin dan Raharjo 2008: 3). Sementara Masitoh, Susilo, dan Soewarso (2010: 7), menyatakan bahwa “bahan kajian IPS bukanlah hal yang bersifat hafalan belaka, melainkan yang mendorong daya nalar yang kreatif.” Pernyataan tersebut, mengandung maksud bahwa materi pelajaran difokuskan pada upaya membantu dan memfasilitasi siswa agar mereka memiliki kemampuan untuk berpartisipasi sebagai warga komunitas, warga negara, dan warga dunia dengan tingkat perubahan yang amat cepat. Dengan demikian, materi IPS dapat menarik siswa dan melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, sehingga mata pelajaran IPS tidak lagi membosankan. Selain itu, proses evaluasinya juga tidak hanya berorientasi pada penilaian hasil saja, melainkan meliputi pula penilaian proses. Penilaian yang dilakukan perlu mencakup tiga ranah sesuai klarifikasi Bloom yaitu meliputi ranah pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Dalam hal
7
ini, teknik penilaian yang digunakan dalam penilaian juga menggunakan teknik tes maupun non tes yaitu meliputi penilaian hasil dan proses belajar. Kondisi yang demikian juga terjadi pada proses pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan Siti Latifah guru kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal diperoleh bahwa pembelajaran IPS yang telah berlangsung selama ini belum menggunakan model pembelajaran inovatif, melainkan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, penugasan dan diskusi. Dalam proses diskusi belum berjalan secara maksimal, sehingga aktivitas siswa terlihat pasif. Media yang digunakan berupa gambar dan peta. Selain itu, di dalam pembelajaran terdapat permasalahan yang sering muncul yaitu adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPS yang tidak terarah. Kebanyakan siswa di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal sering ngobrol sendiri saat diterangkan materi oleh guru. Hal ini berdampak negatif pada hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS kelas IV semester dua materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. Rata-rata nilai siswa kelas IV mata pelajaran IPS semester dua tahun pelajaran 2010/ 2011 sebesar 50,67. Ketuntasan belajar klasikal memperoleh angka sebesar 20%. Artinya, dari jumlah 30 siswa, hanya 6 siswa yang memenuhi KKM (≥ 61). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa rendah. Hal ini perlu ada upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Data hasil belajar siswa selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Dari uraian di atas, menegaskan bahwa IPS tidak diminati oleh para siswa. Akan tetapi, apabila materi pelajaran dikemas dalam sajian yang baru dan keterampilan guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan
8
menyenangkan, maka mata pelajaran IPS dapat menarik minat dan perhatian siswa. Proses pembelajaran IPS di SD seharusnya tidak lagi berpusat pada guru, melainkan harus berpusat pada siswa (student centre). Artinya, peran siswa tidak lagi sebagai penerima pesan atau objek pembelajar tetapi sebagai subjek pembelajar. Kreativitas guru dalam hal ini sangat penting. Guru seharusnya dapat menggunakan model pembelajaran inovatif salah satunya yaitu pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Penggunaan model pembelajaran inovatif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di SD. Slavin (2010: 4), mengemukakan bahwa “pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.” Dalam kegiatan tersebut, pola interaksi yang terjadi yaitu interaksi multiarah, sehingga potensi siswa dapat berkembang secara optimal dan siswa mampu belajar mandiri serta bergairah dalam mempelajari IPS. Juliati dalam Isjoni (2010: 15), mengemukakan bahwa “pembelajaran kooperatif lebih tepat digunakan pada pembelajaran IPS.” Hal ini membuktikan bahwa model kooperatif tepat untuk membelajarkan IPS khususnya di jenjang sekolah dasar. Model pembelajaran kooperatif terdapat berbagai tipe. Salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw atau disebut juga tim ahli. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran yang sesuai dengan sifat dan tujuan dari proses pendidikan IPS di sekolah. Pernyataan ini juga disampaikan oleh Lie (2010: 69), mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat juga diterapkan dalam beberapa mata pelajaran
9
seperti ilmu pengetahuan alam (IPA), ilmu pengetahuan sosial (IPS), matematika, agama dan bahasa. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat menanamkan konsep-konsep abstrak mata pelajaran IPS dan memunculkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS. Pembelajaran IPS di SD seperti pada materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi akan lebih baik jika pembelajarannya dilakukan dengan melibatkan keaktifan siswa. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini, selain meningkatkan hasil belajar IPS siswa, juga dapat membangun keakraban antarsiswa serta dapat menanamkan konsep materi IPS. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berpotensi menjadikan siswa senang, tidak membosankan, dan memberi ruang bagi siswa untuk aktif dalam mengikuti proses pembelajaran IPS di kelas. Penelitian yang mengkaji tentang jigsaw telah banyak dilakukan oleh para ahli. Penelitian yang relevan yaitu skripsi Sumardi yang dilaksanakan tahun 2011 dengan judul “Peningkatan Aktivitas Belajar IPS melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas IV SDN Siasem 03 Brebes.” Hasilnya membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan performansi guru, aktivitas belajar siswa, dan hasil belajar di SDN Siasem 03 Brebes. Hasil penelitian tersebut menegaskan bahwa jigsaw dapat meningkatkan pembelajaran IPS. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga diteliti oleh Astiti (2011) dalam skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Padasugih 01 Brebes pada Materi Perjuangan Mempertahankan
10
Kemerdekaan Indonesia” membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw efektif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V pada materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di SD Negeri Padasugih 01 Brebes. Selanjutnya, Ashshiddiqi (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Pembelajaran IPA Materi Rangka dan Alat Indera Manusia melalui Model Jigsaw di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Watesalit 02 Batang” menyimpulkan bahwa pembelajaran model jigsaw dapat meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran rangka dan alat indera manusia pada siswa kelas IV SD Negeri Watesalit 02 Batang tahun pelajaran 2011/ 2012. Berdasarkan hal tersebut, peneliti terinspirasi untuk mengadakan inovasi pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Pembelajaran Materi Teknologi Produksi, Komunikasi, Transportasi melalui Jigsaw pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal”.
1.2
Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah Dalam proses pembelajaran perlu adanya interaksi belajar yang aktif dan menyenangkan. Untuk menciptakan hal tersebut, maka model pembelajaran menduduki peran yang sangat penting. Demikian pula dalam pembelajaran IPS khususnya materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. Karena hal tersebut, maka timbul permasalahan sebagai berikut: (1)
Bagaimana cara meningkatkan performansi guru melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran IPS
11
materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal? (2)
Bagaimana cara meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui penerapan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
jigsaw
dalam
pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal? (3)
Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal?
1.2.2 Pemecahan Masalah Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka pemecahan masalah yang diajukan yaitu dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diharapkan dapat meningkatkan performansi guru, aktivitas belajar siswa, dan hasil belajar IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini terdiri atas tujuan umum dan khusus. Adapun tujuan penelitian tersebut yaitu sebagai berikut: 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan memberikan alternatif model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang lebih inovatif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPS kelas IV di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal.
12
1.3.2 Tujuan Khusus (1) Untuk meningkatkan performansi guru dalam pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. (2) Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. (3) Untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, diantaranya yaitu bagi siswa, guru, dan sekolah. Manfaat yang dapat diberikan yaitu : 1.4.1 Siswa (1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. (2) Dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal.
13
(3) Dapat melatih keterampilan sosial siswa secara produktif dalam pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. 1.4.2 Guru (1) Dapat meningkatkan performansi guru dalam pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. (2) Membantu mengatasi rendahnya hasil belajar dan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. (3) Sebagai umpan balik bagi guru dalam membelajarkan IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. 1.4.3 Sekolah (1) Sebagai masukan dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw . (2) Membantu tanggung jawab sekolah dalam pelaksanaan kurikulum melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mata
14
pelajaran IPS kelas IV materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi, sehingga dapat membantu memperlancar tercapainya visi dan misi SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. (3) Sebagai masukan dalam pemberdayaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sehingga dapat diterapkan pada mata pelajaran lain di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal.
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA Dalam kajian pustaka dipaparkan mengenai kerangka teori, kajian empiris, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Uraian selengkapnya sebagai berikut:
2.1 Kerangka Teori Kerangka teori dalam penelitian ini akan membahas mengenai pengertian belajar, arti belajar bagi siswa SD, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, pengertian mengajar dan pembelajaran, hakekat mengajar di sekolah dasar, aktivitas belajar siswa, hasil belajar, karakteristik siswa SD, dan performansi guru. Selanjutnya, membahas mengenai hakekat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi, manfaat mempelajari IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi, dan model pembelajaran kooperatif, serta model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 2.1.1 Pengertian Belajar Pengertian belajar menurut para ahli memiliki definisi yang berbeda-beda, bergantung pada sudut pandang dan pola pikir para ahli. Menurut Skiner dalam Anni, dkk. (2006: 20), mengemukakan bahwa “belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku.” Sementara, menurut Winkel (1989) mendefinisikan bahwa Belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan yang relatif menetap/ bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Kurnia 2007: 1-3). 15
16
Kedua pernyataan tersebut ditegaskan lagi oleh Gagne memberikan dua definisi tentang belajar. Pertama, belajar ialah suatu proses yang mendorong individu mendapatkan sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan, maupun perubahan tingkah laku. Kedua, belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu secara sengaja untuk menguasai suatu pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh melalui suatu perintah (Slameto 2010: 13). Berdasarkan pendapat Gagne, belajar diartikan sebagai suatu sistem di mana didalamnya terdapat komponen-komponen yang sistematis dan saling berkaitan. Komponen tersebut meliputi input (siswa), proses, dan output (perubahan perilaku). Dalam sistem tersebut, mencakup beberapa unsur yang saling berkaitan dan berkelanjutan. Menurut Gagne, unsur-unsur belajar terbagi atas empat unsur, yaitu sebagai berikut: (1)
Siswa Siswa merupakan individu yang memiliki organ penginderaan untuk menangkap
rangsangan,
diantaranya
yaitu
otak
untuk
mentransformasikan hasil penginderaan ke dalam memori yang kompleks, dan syaraf atau otot untuk mempraktekkan atas apa yang telah dipelajari. (2)
Rangsangan (stimulus) Rangsangan dapat diterima oleh siswa melalui alat indera. Dalam proses belajar siswa perlu memfokuskan pada rangsangan tertentu terhadap apa yang siswa lihat, dengar, dan rasakan.
17
(3)
Memori Memori pada siswa berisi sejumlah kemampuan, baik pengetahuan, sikap, maupun keterampilan hasil dari kegiatan belajar sebelumnya.
(4)
Respon Respon merupakan aktivitas siswa terhadap memori yang diwujudkan dalam bentuk tindakan. Respon tersebut dapat diamati melalui setelah siswa melakukan kegiatan belajar (Rifai dan Anni 2009: 84-5). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor melalui interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku tersebut terlihat dengan bertambahnya kemampuan, misalnya dengan belajar siswa yang tidak tahu menjadi tahu, yang tidak bisa menjadi bisa dan memiliki sejumlah keterampilan yang bermanfaat dalam kehidupannya. Selain itu, perubahan tingkah laku tersebut sebagai hasil belajar yang terjadi secara sadar, bersifat berkelanjutan, relatif permanen, dan mengarah pada tujuan serta bersifat progresif. Selanjutnya, Syah (2009: 109), menambahkan bahwa “proses belajar diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.” Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor melalui interaksi antara stimulus dengan isi memori. Perubahan tingkah laku tersebut terlihat dengan bertambahnya kemampuan, misalnya dengan belajar siswa yang tidak tahu menjadi tahu, yang tidak bisa menjadi bisa, dan memiliki sejumlah
18
keterampilan yang bermanfaat dalam kehidupannya. Selain itu, perubahan yang terjadi merupakan hasil belajar yang diperoleh secara sadar, berkelanjutan, relatif permanen, dan mengarah pada tujuan serta bersifat progresif. Guru yang profesional dan kompeten, mempunyai wawasan landasan atau teori yang dapat dipakai dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang menarik dan menantang. Teori yang dapat digunakan oleh guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran IPS yaitu teori belajar konstruktivisme. Menurut Isjoni (2010: 46), menyatakan bahwa “konstruktivisme adalah suatu pandangan bahwa siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada.” Sementara, Suprijono (2010: 39), mengemukakan bahwa “konstruktivisme juga memberikan kerangka pemikiran belajar sebagai proses sosial atau belajar kolaboratif dan kooperatif. Belajar merupakan hubungan timbal balik dan fungsional antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, serta kelompok dan kelompok.” Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar dimaknai sebagai proses perubahan tingkah laku aktif yang ditunjukkan dengan adanya upaya membangun pengetahuan sendiri dan keterlibatan antarindividu dalam interaksi sosial untuk mencapai pemahaman bersama. Proses interaksi sosial tersebut meliputi siswa bekerja dalam kelompok dan saling bertukar pendapat atau informasi, sehingga diperoleh pengetahuan dan pemahaman yang utuh. 2.1.2 Arti Belajar bagi Siswa SD Menurut Sumantri dan Permana (2001: 14), mengemukakan bahwa “dalam konteks sekolah seorang anak dikatakan telah belajar apabila perubahan-
19
perubahan yang terjadi pada anak sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sekolah dan masyarakat.” Dalam hal ini, dapat diartikan bahwa walaupun siswa telah memperoleh pengalaman dan perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan, belum tentu dikatakan belajar. Hal tersebut terjadi karena perubahan perilaku tersebut bersifat negatif dan tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah dan masyarakat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa arti belajar bagi siswa SD yaitu serangkaian proses yang sengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan tingkah laku sesuai dengan kebutuhan lingkungan (sekolah dan masyarakat) sebagai akibat pengalaman. 2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdiri dari dua faktor, yaitu faktor internal (dari dalam) dan faktor eksternal (dari luar). Anni dkk (2006: 14), mengemukakan bahwa “kondisi internal mencakup kondisi fisik, kondisi psikis, dan kondisi sosial, sedangkan, faktor eksternal meliputi variasi dan derajat kesulitan materi yang dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya masyarakat belajar.” Selanjutnya, menurut Slameto, mengemukakan bahwa faktor intern yang mempengaruhi belajar, meliputi faktor jasmaniah, psikologis dan kelelahan, sedangkan faktor ekstern meliputi faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. 2.1.3.1 Faktor Intern Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, psikologis dan kelelahan yaitu: 2.1.3.1.1 Jasmaniah Faktor jasmaniah meliputi kesehatan dan cacat tubuh yaitu:
20
(1) Kesehatan Kesehatan akan mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Jika kesehatan siswa terganggu maka akan berdampak negatif pada kesiapan siswa dalam belajar. Siswa menjadi kurang bersemangat, cepat lelah, dan adanya gangguan-gangguan pada alat inderanya sehingga dapat mengganggu proses belajar. (2) Cacat Tubuh Cacat tubuh merupakan kurang lengkapnya maupun kurang sempurnanya alat indera yang dimiliki siswa. Siswa yang cacat tubuh akan merasa rendah diri di hadapan anak yang sempurna. 2.1.3.1.2 Psikologis Faktor psikologis terdiri atas inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Uraian selengkapnya yaitu sebagai berikut: (1) Inteligensi Inteligensi merupakan kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan dalam menghadapi dan menyesuaikan situasi baru secara cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif dan mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. (2) Perhatian Perhatian merupakan langkah awal dalam belajar. Siswa harus memiliki perhatian terhadap bahan yang sedang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka siswa akan merasa cepat bosan.
21
(3) Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Jika siswa memiliki minat maka akan timbul perhatian dan berujung pada rasa senang. (4) Bakat Bakat merupakan kemampuan untuk belajar. Jika siswa belajar sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajar akan lebih baik. (5) Motif Motif yaitu suatu dorongan yang mendasari untuk melakukan sesuatu. Motif berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai. Oleh karena itu, motif sebagai daya penggerak atau pendorong untuk belajar. (6) Kematangan Kematangan seseorang berpengaruh terhadap proses belajar. Kematangan berkaitan dengan tingkat/fase pertumbuhan seseorang. Kematangan menentukan kesiapan terhadap penerimaan terhadap sesuatu kegiatan. (7) Kesiapan Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon. Kesiapan muncul dari dalam diri seseorang dan berkaitan erat dengan kematangan. 2.1.3.1.3 Kelelahan Kelelahan terdiri atas kelelahan jasmani dan rohani (psikis). Kelelahan jasmani ditunjukkan dengan lemahnya badan dan timbulnya kecenderungan untuk membaringkan badan, sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya
22
kelesuan dan kebosanan sehingga menurunkan semangat dan minat seseorang terhadap suatu kegiatan. 2.1.3.2 Faktor Ekstern 2.1.3.2.1 Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pendidikan awal siswa. Siswa belajar dengan kedua orang tuanya. Keberadaan keluarga berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Faktor tersebut meliputi cara mendidik, relasi antaraggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan, yaitu sebagai berikut : (1) Cara Orang Tua Mendidik Cara mendidik anak dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa belajar di sekolah. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anak, berdampak negatif pada kegagalan anak tersebut. Sebaliknya, orang tua yang peduli terhadap pendidikan anak akan menciptakan keberhasilan anak tersebut. Walaupun demikian, faktor tersebut dipengaruhi pula oleh faktor-faktor lain. (2) Relasi Antaranggota Keluarga Hubungan yang baik yaitu hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai juga adanya bimbingan dari anggota keluarga. Relasi atau hubungan yang sehat akan mengantarkan siswa dalam situasi dan konsi psikis yang sehat pula sehingga siswa tersebut dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan memperoleh hasil yang lebih baik.
23
(3) Suasana Rumah Suasana rumah merupakan tempat di mana siswa tinggal dan menjalani kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dipengaruhi juga gaya belajar siswa yang berbeda-beda. (4) Keadaan Ekonomi Keluarga Keadaan ekonomi keluarga berpengaruh terhadap belajar siswa. Hal tersebut berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan siswa, misalnya kebutuhan makan, pakaian, kesehatan dan sebagainya. (5) Pengertian Orang Tua Belajar perlu adanya dorongan dan perhatian dari orang tua dan keluarga. Siswa yang dibebani dengan tugas rumah akan menghambat kegiatan belajarnya. (6) Latar Belakang Kebudayaan Tingkat pendidikan atau kebiasaan dalam keluarga akan berpengaruh terhadap sikap anak dalam belajar. Kebudayaan berkaitan dengan pembiasaan pada siswa. 2.1.3.2.2 Sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar siswa meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Adapun penjelasannya yaitu: (1) Metode Mengajar Metode mengajar adalah suatu cara/ jalan yang digunakan dalam membelajarkan siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya korelasi antara
24
hasil belajar siswa dengan metode yang digunakan. Siswa dapat menguasai bahan pelajaran jika dikemas dalam sajian yang menarik perhatian siswa sehingga hasil belajar yang diraih pun akan optimal. (2) Kurikulum Kurikulum diartikan sebagai seperangkat kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan tersebut berupa proses mempelajari, menerima, menguasai dan menerapkan serta mengembangkan bahan pelajaran yang diberikan guru. Oleh karena itu, peran kurikulum merupakan pondasi bagi keberlangsungan proses belajar siswa, sehingga perlu disesuaikan dengan kemampuan, bakat, minat dan perhatian siswa. (3) Relasi Guru dengan Siswa Hubungan guru dengan siswa mempengaruhi proses belajar. Jika guru dan siswa terjalin hubungan yang harmonis dalam pembelajaran maka akan tercipta suasana menyenangkan dalam kelas. Suasana yang kondusif akan mendukung proses belajar siswa. Begitu pula dengan keadaan psikis siswa, dengan pembelajaran yang menyenangkan siswa akan menjadi lebih perhatian dalam belajar. (4) Relasi Siswa dengan Siswa Hubungan sehat yang terjalin antarsiswa akan berdampak positif terhadap belajar siswa. Hubungan yang baik tersebut dimunculkan dengan adanya sikap saling manghargai dan persaingan antarsiswa secara sehat. Suasana demikian akan menjadikan siswa nyaman belajar di kelas.
25
(5) Disiplin Sekolah Kedisiplinan berkaitan erat dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan belajar. Kedisiplinan meliputi disiplin pemimpin, guru dan staf karyawan. Guru yang disiplin akan senantiasa memberi teladan bagi siswa dalam menaati tata tertib, misalnya siswa yang tidak mengerjakan PR akan mendapatkan hukuman dan sebagainya. Hal tersebut akan membangkitkan semangat siswa untuk giat belajar. (6) Alat Pelajaran Alat pelajaran dapat berupa alat peraga, media dan sumber belajar yang digunakan guru dan siswa dalam belajar. Alat pelajaran mempengaruhi belajar siswa. Dengan adanya alat pelajaran akan memudahkan siswa menerima, menguasai dan menerapkan bahan materi yang diajarkan guru. Peran alat pelajaran dapat mengatasi kesulitan belajar siswa. Penggunaan alat pelajaran disesuaikan dengan gaya belajar siswa, yaitu visual, audio, audiovisual maupun kinestetis. Peran guru dalam pelaksana pembelajaran sebaiknya dapat mendayagunakan media pelajaran dengan optimal. Dengan demikian, diharapkan akan memudahkan siswa belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa. (7) Waktu Sekolah Waktu sekolah yang dimaksud yaitu waktu yang ditetapkan oleh sekolah untuk mengatur jadwal siswa belajar di sekolah. Pengelolaan waktu sebaiknya menyesuaikan dengan kondisi fisik dan psikis siswa.
26
(8) Standar Pelajaran di atas Ukuran Standar pelajaran beracuan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan guru. Sebaiknya guru tidak perlu terlalu banyak menuntut agar siswa dapat menguasai seluruh bahan pelajaran. Hal tersebut akan lebih baik, namun akan berdampak negatif pada kondisi fisik dan psikis/kejiawaan siswa. Guru perlu menyesuaikan dan memahami kebutuhan siswa yang berbeda-beda. Hal utama yang perlu diperhatikan yaitu tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. (9) Keadaan Gedung Keadaan gedung berkaitan dengan lingkungan tempat di mana siswa belajar. Jika keadaan guru tidak memadahi sedangkan jumlah siswa yang banyak dan variatif, maka akan menganggu konsentrasi siswa. (10) Metode Belajar Metode belajar yaitu cara yang digunakan siswa dalam belajar. Siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Metode belajar yang salah akan berdampak negatif pada hasil belajar. Siswa harus dapat mengatur waktu dengan baik, misalnya perlu waktu untuk belajar, makan, beristirahat dan bermain. (11) Tugas Rumah Tujuan diadakan tugas rumah yaitu untuk membiasakan siswa mempelajari kembali materi yang telah dipelajari di sekolah. Namun, tugas yang tidak sesuai dengan kebutuhan siswa akan menjadikan siswa terbebani sehingga siswa tidak memiliki waktu untuk melakukan kegiatan lain seperti bermain dan sebagainya.
27
2.1.3.2.3 Masyarakat Masyarakat merupakan lingkungan kedua bagi anak. Peran lingkungan yang baik akan senantiasa mendidik anak menjadi anak yang baik pula. Keberadaan lingkungan mempengaruhi belajar siswa yang sebagai berikut: (1) Kegiatan Siswa dalam Masyarakat Kegiatan siswa di masyarakat perlu ditanamkan sejak dini. Pengenalan kegiatan kemasyarakatan pada siswa perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. (2) Mass Media Yang termasuk mass media yaitu media hiburan, misalnya bioskop, TV, radio, majalah/koran/komik/surat kabar dan sebagainya. Mass media berpengaruh terhadap belajar siswa. Sebaikya mass media yang kurang cocok dengan siswa tidak diberikan pada siswa. (3) Teman Bergaul Pengaruh teman bergaul akan lebih cepat masuk dalam jiwa seorang anak dibandingkan dengan pengaruh orang tua terhadap anak. (4) Bentuk Kehidupan Masyarakat Bentuk kehidupan masyarakat berkaitan dengan kebisaan yang tertanam dalam
lingkungan
tersebut.
Kebiasaan
hidup
yang
baik
turut
mempengaruhi belajar anak (Slameto 2010: 54-72). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu hasil interaksi antara pembelajar dengan faktorfaktor yang mempengaruhinya baik faktor internal maupun faktor eksternal. Pengaruh yang ditimbulkan antarfaktor saling berkaitan sehingga perlu adanya
28
perhatian terhadap keadaan siswa baik fisik, psikis dan lingkungan di mana siswa tinggal. Keterkaitan antarfaktor tersebut dapat memberikan dampak positif dan negatif pada siswa. Oleh karena itu, perlua upaya kerjasama antara orang tua, sekolah dan masyarakat diperlukan agar siswa dapat belajar dengan sebaikbaiknya. 2.1.4 Pengertian Mengajar dan Pembelajaran Nasution (2010: 14), memaparkan definisi mengajar yaitu sebagai berikut: (1) mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak. (2) mengajar adalah menyampaikan kebudayaan pada anak. (3) mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasikan
atau
mengatur
lingkungan
sebaik-baiknya
dan
menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Slameto (2010: 29), pengertian mengajar secara tradisional bahwa “mengajar ialah penyerahan kebudayaan berupa pengalamanpengalaman dan kecakapan kepada anak didik kita. Atau mewariskan kebudayaan masyarakat pada generasi berikut sebagai generasi penerus.” Dalam hal ini, mengajar diartikan sebagai proses transfer kebudayaan dari guru kepada siswa sebagai pewaris kebudayaan. Selanjutnya, Alvin dalam Slameto (2010: 32), mengartikan bahwa “mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge.” Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada siswa dalam rangka mewariskan kebudayaan
melalui
kegiatan
membimbing
siswa
untuk
mendapatkan
29
pengetahuan, sikap, dan keterampilan, sehingga siswa dapat mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya untuk meraih cita-cita dan penghargaan atas prestasinya. Berdasarkan pengertian mengajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa mengajar atau pengajaran hanya memfokuskan pada tindakan ajar. Artinya, dalam proses belajar mengajar, guru hanya mengajar dan siswa belajar. Interaksi dalam kegiatan tersebut terjalin hanya satu arah, di mana guru sebagai subjek, sedangkan siswa bertindak sebagai objek pembelajar. Selanjutnya, pengertian pembelajaran berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 mendefinisikan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.” Dengan kata lain, dalam proses pembelajaran terjadi interaksi multi arah antara guru, siswa dan sumber belajar. Suprijono (2010: 13), mengemukakan bahwa ”pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari.” Dalam hal ini, pembelajaran merupakan suatu proses dalam bentuk perbuatan mempelajari sesuatu pada suatu lingkungan belajar yang dilakukan oleh guru kepada siswa. Sementara, Isjoni (2010: 14), menjelaskan bahwa ”pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.” Dalam hal ini, guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga guru dan siswa saling berinteraksi edukatif antara satu dengan lainnya. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian proses organik dan konstruktif dalam
30
menyampaikan materi pembelajaran oleh guru kepada siswa dengan tujuan membantu siswa belajar yaitu dengan cara-cara yang dipilih dan digunakan untuk memfasilitasi siswa belajar, sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 2.1.5 Hakekat Mengajar di SD Mengajar merupakan suatu seni yang berasal dari sifat dan perasaan, serta naluri seorang guru yang mengutamakan penampilan yang khas dan unik (Sumantri dan Permana 2001: 21). Penampilan guru dalam mengajar merupakan kegiatan yang kompleks. Dalam hal ini, mengajar di SD perlu disesuaikan dengan karekteristik siswa SD yang unik dan khas. Guru perlu mempunyai cara-cara yang khas dalam mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Menurut Piaget, kegiatan mengajar di SD dapat dilakukan dengan menyediakan lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi siswa menemukan sesuatu melalui eksperimen, sedangkan menurut Vygotsky mengartikan kegiatan mengajar di SD dalam rangka mengembangkan belajar siswa perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan tugas perkembangan siswa, kemudian menurut sudut pandang Bruner, mengungkapkan bahwa mengajar di SD dilakukan dengan cara menyediakan situasi nyata bagi siswa untuk bereksplorasi melalui bendabenda sekitar yang sudah dikenal siswa (Sumantri dan Permana 2001: 22-4). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mengajar di SD merupakan kegiatan yang kompleks dan dilakukan oleh guru kepada siswa dalam rangka membantu
mengembangkan
perkembanganya
yang
perkembangan siswa SD.
belajar
disesuaikan
siswa dengan
untuk
memenuhi
karekteristik
dan
tugas tingkat
31
2.1.6 Pengertian Aktivitas Belajar Siswa Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar merupakan hal terpenting dalam melaksanakan penilaian proses pembelajaran. Pengertian aktivitas siswa dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Chaniago (2010), mengemukakan bahwa “aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.” Keaktifan tersebut dilakukan baik fisik maupun non fisik. Dalam penelitian ini, aktivitas yang dimaksud yaitu aktivitas belajar siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku meliputi: (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya, melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis, kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya (Sudjana 2010: 61).
Selanjutnya, menurut Diedrich aktivitas siswa digolongkan menjadi delapan macam yaitu: (1)
Aktivitas Visual, meliputi kegiatan membaca dan memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, dan sebagainya.
32
(2)
Aktivitas Lisan, meliputi kegiatan bercerita, bertanya, berpendapat, menanggapi, wawancara, dan sebagainya.
(3)
Aktivitas Pendengaran, meliputi kegiatan mendengarkan penjelasan, musik, pidato, percakapan, diskusi, dan sebagainya.
(4)
Aktivitas Menulis, seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya.
(5)
Aktivitas Menggambar, seperti kegiatan menggambar maupun membuat diagram/grafik, peta, pola/motif, dan sebagainya.
(6)
Aktivitas
Motorik,
seperti
melakukan
percobaan,
membuat
konstruksi/model, bermain, berkebun, membatik, dan sebagainya. (7)
Aktivitas Mental, seperti mengingat, memecahkan soal, memutuskan, menganalisis, menghubungkan, dan sebagainya.
(8)
Aktivitas Emosional, seperti berminat, merasa senang, berani, tenang, ragu, malu, dan sebagainya (Hamalik 2008: 172-3).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah suatu proses interaksi antara guru dan siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran baik secara fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar yakni adanya perubahan tingkah laku baik pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. 2.1.7 Pengertian Hasil Belajar Menurut Anni (2006: 5), “hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.” Perubahan perilaku tersebut merupakan hasil dari apa yang telah dipelajari oleh siswa. Sudjana (2010: 22), mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan-
33
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.” Pengalaman tersebut berupa perubahan tingkah laku baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Menurut Suprijono (2010: 7), mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.” Dalam hal ini, hasil belajar tersebut tidak terlihat secara terpisah, melainkan secara keseluruhan (komprehensif). Selain itu, Sugandi, dkk (2007: 63), mengemukakan bahwa hasil belajar “merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan ‘apa yang harus digali, dipahami, dikerjakan siswa?’ Hasil belajar ini merefleksikan keleluasaan, kedalaman dan kompleksitas (secara bergradasi) dan digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik penilaian tertentu.” Dalam hal ini, proses penilaian hasil belajar dirancang sedemikian rupa untuk mengukur ketercapaian kompetensi dan menggambarkan penguasaan konsep tertentu dengan teknik penilaian yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang dilakukan. Menurut Bloom, secara garis besar hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: (1)
Ranah Kognitif, yaitu hasil belajar yang berkenaan dengan intelektual, meliputi enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek pertama dan kedua merupakan kognitif tingkat rendah dan aspek selanjutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
(2)
Ranah Afektif, yaitu berkenaan dengan sikap, meliputi lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
34
(3)
Ranah Psikomotoris, yaitu berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak, meliputi enam aspek, yakni gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif (Sudjana 2010: 22).
Selanjutnya, salah satu keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat melalui hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Sudjana (2010: 62), mengemukakan bahwa aspek hasil belajar yang dilihat melalui: (1) Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya; (2) Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa; (3) Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75 dari jumlah instruksional yang harus dicapai; (4) Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan berikutnya. Dalam KTSP, tidak lagi menggunakan istilah tujuan instruksional, melainkan dengan istilah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Standar kompetensi terdiri atas beberapa kompetesi dasar, kompetensi dasar dijabarkan ke dalam sejumlah indikator, dan indikator dirinci pula menjadi tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran inilah yang hendak dicapai oleh siswa melalui pengukuran dan pengamatan oleh guru. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar ialah perubahan perilaku yang dimiliki siswa sebagai hasil pengalaman dan belajar yang dilakukan dengan cara diamati dan diukur. Adapun perubahan perilaku tersebut meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor khususnya dalam pembelajaran IPS berupa kemampuan
35
untuk menguasai materi IPS dan memiliki sikap positif serta keterampilan yang bermanfaat di kehidupan sekolah maupun di masyarakat. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu nilai yang diperoleh siswa setelah pembelajaran IPS dengan materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. Pembelajaran IPS dikatakan berhasil jika terjadi pencapaian hasil belajar siswa memperolah angka lebih dari 71. Nilai tersebut sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal tahun pelajaran 2011/ 2012. Selain itu, keberhasilan pembelajaran IPS dipengaruhi pula nilai ketuntasan belajar secara klasikal. 2.1.8 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Menurut Piaget, ada empat tingkat perkembangan kognitif anak yaitu sebagai berikut: (1) Tahap Sensorimotorik (usia 0-2 tahun). Dalam tahap perkembangan ini, terbentuknya konsep “kepermanenan objek” dan kemajuan gradual dari perilaku reflektif ke perilaku yang mengarah kepada tujuan. Pada akhir tahap ini, akan terlihat pola sensorimotorik yang lebih kompleks. (2) Tahap Praoperasional (usia 2-7 tahun). Tahap perkembangan ini, perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan objek-objek dunia. Pemikiran anak masih animisme, egosentris, dan intuitif. (3) Tahap Operasional Konkret (usia 7-11 tahun). Pada tahap ini, perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif. Di samping itu,
36
pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi, dan pemecahan masalah tidak
begitu
dibatasi
oleh
keegosentrisan.
Kemampuan
untuk
menggolongkan sudah ada tetapi belum dapat memecahkan masalah yang abstrak. (4) Tahap Operasional Formal (> usia 11 tahun). Pada tahap ini, anak sudah mampu berpikir abstrak, idealis, dan logis. Di samping itu, anak sudah mampu menyusun rencana untuk pemecahan masalah-masalah melalui penggunaan eksperimentasi sistematis (Rifai dan Anni 2009: 27-30). Berdasarkan teori Piaget tersebut, yang mengutarakan bahwa siswa sekolah dasar berada direntang usia 7-12 tahun yaitu tahap operasional konkret. Dalam tahap ini, siswa sudah dapat berpikir secara operasional, cara berfikir logis, dan adanya kecenderungan pada objek-objek konkret, tetapi belum bisa berpikir secara abstrak. Sehingga, sulit bagi siswa memahami konsep dalam IPS yang cenderung masih bersifat abstrak. Jika hal tersebut terjadi, maka akan berdampak pada pencapaian hasil belajar yang rendah. Selanjutnya, perkembangan kognitif anak usia sekolah dasar mempunyai banyak kecakapan yang dapat dikembangkan dalam usia tersebut. Salah satunya yaitu kecakapan melihat dan memahami persepsi orang lain untuk memperluas keterampilan komunikasi anak tersebut (Satori 2008: 3.14). Selain itu, anak usia sekolah dasar sudah dapat mengadakan pembicaraan interaktif dengan orang dewasa maupun teman sebaya. Dalam hal ini, anak usia sekolah dasar perlu diberi kesempatan untuk melakukan eksplorasi, berpikir, dan berinteraksi, maupun
37
berkomunikasi dengan anak lain. Salah satunya yaitu dengan memberi kesempatan kepada siswa sekolah dasar untuk bekerja dalam kelompok kecil. Manurut Sumantri dan Syaodih (2011: 6.3-4), mengemukakan bahwa karakteristik yang menonjol pada anak usia sekolah dasar yaitu sebagai berikut : (1) Senang Bermain Karakteristik pertama anak SD yaitu senang bermain karena minat dan kegiatan bermain anak semakin meluas dalam situasi lingkungan yang bervariasi. Meraka tidak lagi bermain dalam lingkungan keluarga dan teman di sekitar rumah, melainkan meluas dengan teman-teman di sekolah. Hal tersebut, menuntut guru SD untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang bermuatan permainan. Guru perlu merancang model pembelajaran
yang
memuat
unsur
permainan,
sehingga
dapat
menciptakan pembelajaran bermakna sesuai dengan minat dan karakter anak SD. (2) Senang Bergerak Karekteristik kedua yaitu senang bergerak. Anak SD berbeda dengan orang dewasa, anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Hal tersebut, menuntut guru agar merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain. (3) Senang Bekerja dalam Kelompok Senang bekerja dalam kelompok merupakan karakteristik yang ketiga. Berdasarkan karakter tersebut, anak SD senang bergaul dengan teman sebaya. Mereka akan merasa lebih mudah menerima atau mempelajari
38
sesuatu dari teman sejawat. Selain itu, melalui kerja kelompok, mereka dapat belajar aspek-aspek penting dalam proses sosialisasi, meliputi belajar memenuhi aturan kelompok, menumbuhkan rasa setia kawan, belajar tidak bergantung pada orang lain, belajar bekerja sama, tanggung jawab, bersaing secara sehat (sportif), mempelajari olahraga dan permainan kelompok, serta belajar tentang keadilan dan demokrasi. (4) Senang Merasakan atau Meragakan Sesuatu secara Langsung Karakteristik keempat yaitu anak SD senang merasakan sesuatu secara langsung. Berdasarkan teori perkembangan kognitif, anak SD termasuk pada tahap operasional konkret. Pada tahap tersebut, siswa belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep lama. Konsep tersebut meliputi konsep angka, ruang waktu, moral dan sebagainya. Dengan demikian, guru sebaiknya merancang model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan sesuatu secara langsung, sehingga materi yang diajarkan akan lebih dipahami oleh siswa. Sementara, Kurnia (2007: 1.19-20) menambahkan bahwa karakteristik perkembangan masa anak akhir atau anak usia sekolah dasar sebagai berikut: (1) Usia yang Menyulitkan Masa anak akhir berada dalam usia yang menyulitkan karena anak usia ini lebih baik banyak dipengaruhi oleh teman sebaya daripada orang tuanya, sehingga sulit diatur dan cenderung tidak menghiraukan perintah dari orang tuanya.
39
(2) Usia Tidak Rapi Masa anak akhir juga termasuk pada usia tidak rapi. Mereka cenderung kurang
memperhatikan
penampilannya,
sehingga
mereka
sering
meremehkan tanggung jawab atas apa yang mereka kenakan maupun ceroboh terhadap benda-benda yang mereka miliki. (3) Usia Bertengkar Usia bertengkar merupakan karakteristik masa anak akhir. Mereka cenderung ingin menang sendiri, sehingga sering terjadi perilaku saling melecehkan satu sama lain yang berujung pada pertengkaran. (4) Usia Sekolah Dasar Para pendidik sering menyebutnya sebagai usia sekolah dasar karena pada usia ini, anak sudah siap untuk belajar di jenjang sekolah dasar agar mendapat dasar-dasar pengetahuan dan sejumlah keterampilan yang bermanfaat bagi anak untuk kehidupan di masa depan. (5) Usia Kritis dalam Dorongan Berprestasi Anak usia SD juga termasuk dalam usia kritis dalam dorongan berprestasi karena mereka cenderung memiliki cita-cita dan harapan yang akan dicapai. (6) Usia Berkelompok Anak usia SD disebut juga dalam usia berkelompok. Pada usia ini, keinginan
diterima
oleh
teman-teman
sebaya
sebagai
kelompoknya merupakan perhatian utama dari anak usia SD.
anggota
40
(7) Usia Penyesuaian Diri Usia penyesuaian diri pada anak SD dilakukan ketika mereka bergaul dan berinteraksi dengan teman sebaya. Mereka akan berusaha menyesuaikan diri dengan aturan atau standar yang telah dibentuk dan disepakati oleh kelompoknya, seperti dalam berpenampilan, gaya berbicara, dan sebagainya. (8) Usia Kreatif Usia anak SD termasuk juga sebagai usia kreatif. Mereka memiliki daya imajinasi yang baik. Kecenderungan kreatif pada anak usia SD perlu mendapatkan bimbingan dan dukungan dari orang tua maupun guru, sehingga daya kreatif anak akan terarah dan berkembang ke arah yang positif serta bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. (9) Usia Bermain Usia bermain merupakan karakteristik anak usia SD. Mereka cenderung senang bermain dengan teman sebaya. Tingkah laku anak usia SD pada usia bermain akan memberi dampak positif terhadap perkembangan sosial anak. Mereka akan belajar bersosialisasi dengan orang di sekitarnya khususnya dengan teman sebaya. Selain itu, usia bermain juga dapat mengarahkan anak pada kemampuan verbal maupun motorik. Oleh karena itu, guru perlu menerapkan model pembelajaran sesuai dengan karekteristik siswa SD antara lain melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Melalui model tersebut siswa dapat mengonstruksikan atau membengun sendiri pemahamannya yang bersifat konkret melalui proses interaksi dan komunikasi dengan teman sejawat. Selain itu, siswa dapat memecahkan
41
permasalahan dalam pembelajaran IPS sesuai dengan pemahaman konsep yang mereka miliki. Mereka secara aktif bekerjasama dengan teman sekelompoknya untuk bekerja sama dalam memahami konsep, sehingga memudahkan dalam menyelesaikan kesulitan belajar yang dihadapi.memiliki Dengan demikian, hasil belajar yang dicapai lebih optimal. 2.1.9 Performansi Guru Performansi berasal dari kata “performance” dalam Bahasa Inggris, yang artinya kinerja. Menurut Gordon (2011), mengemukakan bahwa “kinerja guru merupakan suatu upaya untuk mengetahui kecakapan maksimal yang dimiliki oleh guru bekenaan dengan proses dan hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan atas dasar criteria [sic] tertentu.” Berkaitan dengan pendapat tersebut, bahwa kecakapan yang ditunjukan untuk melakukan suatu pekerjaan tersebut berkaitan erat dengan adanya kompetensi.
Adapun pengertian kompetensi
menurut Saud (2009: 44), menjelaskan bahwa “kompetensi itu menunjukkan kepada tindakan (kinerja) rasional yang dapat mencapai tujuan-tujuannya secara memuaskan berdasarkan kondisi (prasyarat) yang diharapkan.” Kompetensi tersebut meliputi keterampilan-keterampilan yang menunjang profesi. Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 Bab III Pasal 10 Ayat (1), memaparkan bahwa “kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.” Hubungan antarkompetensi mempunyai keterhubungan yang hierarkis, artinya kompetensi satu dapat mendasari kompetensi yang lainnya. Selain itu, keempat kompetensi tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan
42
dan saling mempengaruhi antar kompetensi satu dengan lainnya. Menurut Rifai dan Anni (2009: 7-11), menjelaskan empat kompetensi pendidik sebagai berikut: (1) Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran meliputi pemahaman terhadap siswa, merancang dan melaksanakan
pembelajaran,
mengembangkan
potensi
mengevaluasi
siswa
untuk
hasil
belajar,
dan
mengaktualisasikan
diri.
Kompetensi pedagogik yang dimiliki guru meliputi penguasaan karakteristik siswa, menguasai teori dan prinsip-prinsip belajar, menguasai kurikulum, terampil melakukan kegiatan yang mendidik, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan pendidikan,
memfasilitasi
pengembangan
potensi
siswa
untuk
mengaktualisasikan potensinya, berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan siswa, terampil melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, dan memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi, serta melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. (2) Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan yang berkenaan dengan performansi pribadi seorang pendidik. Kompetensi kepribadian meliputi bertindak sesuai dengan norma dan kebudayaan Indonesia, menampilkan pribadi yang berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat, arif, dan berwibawa. Selanjutnya, kompetensi kepribadian ditunjukkan dengan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
43
menjadi pendidik, dan rasa percaya diri, serta menjunjung kode etik profesi pendidik. (3) Kompetensi Profesional Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam untuk membimbing siswa mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Kompetensi profesional guru, meliputi penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan, serta menguasai standar kompetensi maupun kompetensi dasar setiap mata pelajaran. Selanjutnya,
profesional
guru
juga
meliputi
kreativitas
dalam
pengembangan materi pembelajaran, mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakkukan refleksi, serta memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam rangka pengembanngan diri. (4) Kompetensi Sosial Kompetensi sosial merupakan kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik dengan siswa, guru, tenaga pendidik, oarang tua siswa, maupun masyarakat. Kompetensi sosial guru, meliputi bersikap inklusif, objektif, dan tidak diskriminatif, melakukan komunikasi secara efektif dan santun, dan dapat menyesuaikan diri di tempat tugas, serta mengadakan komunikasi dengan anggota komunitas seprofesi maupun dengan anggota profesi lain secara lisan, tulisan, dan sebagainya. Pencapaian keempat kompetensi diperlukan indikator atau kriteria dalam kegiatan penilaian. Selanjutnya, perlu ada kriteria tertentu dalam melaksanakan kompetensi profesional yaitu:
44
kompetensi kinerja profesi keguruan (generic teaching competencies) dalam penampilan aktual dalam proses belajar mengajar, minimal memiliki empat kemampuan, yakni kemampuan (1) merencanakan proses belajar mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin/ mengelola proses belajar mengajar, (3) menilai kemajuan proses belajar mengajar, dan (4) menguasai bahan pelajaran. (Saud 2009: 50). Berdasarkan penjelasan tersebut, kompetensi kinerja profesi guru berkaitan erat dengan keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Keterampilan tersebut merupakan hal utama dalam keahlian guru yang profesional. Dalam mengajar, guru memerlukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk kelancaran proses pembelajaran agar berjalan secara efektif dan efisien. Keterampilan yang dimaksud ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana kondusif dalam kegiatan pembelajaran, agar minat dan perhatian siswa terpusat pada apa yang akan dipelajarinya (Saud 2009: 75). Keterampilan guru dalam pembelajaran merupakan implementasi atas kemampuan yang telah dimilikinya, baik dalam hal bahan pembelajaran, hubungan interaksi dan komunikasi dengan siswa, penguasaan metode pembelajaran, dan sebagainya. Beberapa indikator untuk menilai dan mengukur keterampilan atau kemampuan guru dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut: (1) (2) (3) (4) (5)
menguasai bahan pelajaran yang disampaikan kepada siswa, terampil berkomunikasi dengan siswa, menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan kegiatan siswa, terampil menggunakan berbagai alat dan sumber belajar, terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulisan. (Sudjana 2010: 62).
Adapun wujud keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang dipaparkan Saud (2009: 56-74), yaitu sebagai berikut:
45
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan menggunakan media pembelajaran, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengadakan variasi, dan keterampilan mengajar perorangan dan kelompok kecil.
Keterampilan tersebut termasuk dalam kriteria yang digunakan dalam penilaian
proses
pembelajaran.
Untuk
mencapai
keberhasilan
proses
pembelajaran, maka guru senantiasa memiliki kompetensi dan sejumlah keterampilan mengajar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa performansi guru merupakan kinerja guru yang berkaitan dengan kecakapan (keterampilan) guru dalam melaksanakan tugasnya yang berprinsip pada empat kompetensi dan sembilan keterampilan demi keberhasilan proses pembelajaran yang berlangsung. 2.1.10 Hakekat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Menurut Nasution dalam Masitoh, Susilo, dan Soewarso (2010: 1), mengemukakan bahwa “IPS suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan, yang pokoknya mempersoalkan manusia dan lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya, dan yang bahannya diambil dari berbagai ilmuilmu sosial: geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik, dan psikologi sosial”. Telah dijelaskan bahwa ilmu sosial meliputi berbagai cabang, tetapi dalam proses pembelajaran IPS di SD materi ajar disajikan secara terpadu dan tidak terkotak-kotak. Berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI Nomor 14 Tahun 2007 tentang Standar Isi untuk Program Paket A (SD/ MI) (2007: 107), “IPS
46
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada Paket A mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.” Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS adalah ilmu yang mengkaji tentang manusia dan dunia sekelilingnya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya dan bahan kajian IPS merupakan ilmu-ilmu sosial meliputi sejarah, geografi, dan sebagainya. Mata pelajaran IPS di SD mulai diajarkan dari kelas satu hingga kelas enam. Kelas satu dan dua, siswa dikenalkan dengan pengetahuan tentang diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitarnya. Sementara, kelas tiga sampai dengan kelas enam siswa diajarkan pengetahuan sosial, dan sejarah yang mencakup pengetahuan tentang lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan serta sejarah yang mencakup pengetahuan tentang proses perkembangan masyarakat Indonesia dari masa lampau hingga masa kini. Banks dalam Sihabuddin (2006: 91), menjelaskan bahwa “pengajaran IPS abad pada 21 dirancang untuk mempersiapkan siswa agar mampu berpartisipasi secara efektif pada masyarakat post-industri” yaitu memiliki karakteristik yang serba global. Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa. Kemampuan dasar tersebut berguna untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pernyataan tersebut sependapat dengan Solihatin dan Raharjo (2008: 3), bahwa “tujuan dan peran kritis/ misi IPS yaitu mendidik dan membekali siswa
47
dengan seperangkat pengetahuan, sikap, nilai, moral, dan keterampilan untuk memahami lingkungan sosial masyarakat dapat dicapai.” Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan 23 Tahun 2006 menyebutkan bahwa: Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global (Permendiknas 2006: 159). Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya perlu ada suatu pola pembelajaran untuk dapat menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Salah satu upaya untuk menjembatani pencapaian tujuan tersebut menurut Kosasih yaitu “kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode, dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan” (Solihatin dan Raharjo 2009: 15). Peran guru sebagai pelaksana pembelajaran dan sebagai fasilitator perlu diperkuat dengan memunculkan ide kreatif dalam menjalankan proses pembelajaran. Kreatifitas guru dituntut untuk dapat
menciptakan
suasana
pembelajaran
yang
bermakna
pada
siswa.
Pendayagunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan tujuan pembelajaran IPS. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS yaitu penguasaan konsep-konsep dalam IPS, melatih siswa berpikir kritis, kreatif dan
48
logis dalam memecahkan masalah, tertanamnya sikap sesuai dengan nilai-nilai sosial dan memiliki berbagai keterampilan yang bermanfaat untuk dirinya di masyarakat pada masa yang akan datang. 2.1.11 Pembelajaran IPS Materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi untuk Siswa kelas IV Sekolah Dasar Pembelajaran
IPS
materi
Teknologi
Produksi,
Komunikasi,
dan
Transportasi diajarkan pada siswa kelas IV semester dua. Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar SD/ MI (2006: 163), menerangkan bahwa materi tersebut ada pada standar kompetensi kedua (SK 2) yaitu mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi, dan kompetensi dasar ketiga (KD 2.3) yaitu mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. Selanjutnya, materi tersebut menjelaskan tentang pengertian teknologi, pengertian produksi, komunikasi, dan trasportasi, serta kelebihan dan kekurangan masing-masing teknologi tersebut, serta berisi materi membandingkan antara teknologi jaman dahulu dengan sekarang. Selain itu, materi tersebut mengharapkan agar siswa mempunyai pengalaman menggunakan teknologi baik produksi, komunikasi, maupun transportasi sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan. Pujiati dan Yuliati (2008: 164), memaparkan pengertian teknologi bahwa “teknologi merupakan ilmu yang menggali berbagai ilmu terapan. Teknologi juga sering dipakai untuk menyebut berbagai jenis peralatan yang mempermudah
49
hidup kita.” Dalam hal ini, teknologi memiliki peran yang sangat penting dalam mempermudah manusia dalam menyelesaikan pekerjaan. Teknologi dibedakan menjadi tiga yaitu teknologi produksi, komunikasi dan trsanportasi. Jenis teknologi digolongkan menjadi dua yaitu teknologi jaman dahulu (tradisional) dan jaman sekarang (modern). Teknologi tradisional masih menggantungkan pada tenaga hewan dan alam, sedangkan teknologi modern sudah memanfaatkan tenaga mesin. 2.1.11.1 Perkembangan Teknologi Produksi Radjiman dan Triyono (2009: 137), menjelaskan bahwa “proses untuk menghasilkan barang-barang itu disebut proses produksi.” Proses produksi membutuhkan berbagai cara dan peralatan. Peralatan yang canggih dapat menghasilkan barang dalam waktu yang singkat. Hal tersebut, mendasari dibutuhkan teknologi dalam proses produksi. Teknologi produksi merupakan teknologi yang digunakan untuk mengolah bahan mentah menjadi barang jadi. Teknologi tersebut digolongkan dalam teknologi produksi tradisional dan modern. Selanjutya, teknologi produksi dibedakan menjadi teknologi produksi pertanian dan obat-obatan, pakaian dan bahan bangunan. (1) Teknologi Produksi Tradisional Teknologi produksi tradisional di bidang makanan menggunakan pewarna makanan alami berupa daun pandan dan manggis, bidang pertanian masih menggunakan alu dan lesung untuk menumbuk padi, kerbau untuk membajak dan sebagainya. Di bidang pakaian, misalnya canting dan kompor untuk proses membatik, masih menggunakan alat
50
tenun tenaga manusia dan sebagainya. Jenis produksi tradisional meliputi pembuatan tempe dan tahu tradisional, pembuatan sapu ijuk, kain tenun, dan sebagainya. Berikut ini gambar alat teknologi produksi tradisional.
Gambar 2.1 Alat Teknologi Produksi Tradisional (2) Teknologi Produksi Modern Alat teknologi produksi modern misalnya pewarna makanan, traktor dan penggiling padi dalam bidang pertanian, mesin tenun dan cap dalam bidang pakaian, dan gergaji mesin dalam bidang bangunan. Jenis produksi modern seperti, minuman dan makanan dalam kemasan, barang elektronik, mainan anak, dan sebagainya. Berikut ini contoh gambar teknologi produksi modern.
Gambar 2.2 Alat Teknologi Produksi Modern
51
Masiing-masing teknologi tersebut t mem miliki kelebbihan dan kelemahan. k K Kelebihan teeknologi traadisional, sallah satunya yaitu mamppu menampuung tenaga k kerja lebih banyak, seddangkan keleemahannya yaitu biayaa produksi leebih besar. S Sementara, kelebihan teknologi t prroduksi modern yaitu mampu meemproduksi b barang lebihh banyak dengan prosess yang cepatt, tetapi keleemahannya yaitu y dapat m menimbulka an polusi. Seelain itu, setiiap kegiatan n produksi m mempunyai sistem yang b berurutan daan berkesinambungan yaang disebut alur a produksi. Salah h satu conttoh alur prooduksi dalaam bidang ppakaian tersaji dalam g gambar 2.3.
(Pujiati dan d Yuliani 2008: 2 170) G Gambar 2.3 Alur A Proses Produksi Paakaian 2 2.1.11.2 Perrkembangan n Teknologi Komunikassi Radjiman dan Triyono ((2009: 143)), mengem mukakan bah hwa “alat dapat diartik k komunikasi kan alat unttuk berhubunngan.” Dalam m hal ini beerhubungan y yang dimaksud yaitu mengirim m mauupun menerrima pesan. Teknologi komunikasi k d dibedakan menjadi m tekn nologi komuunikasi lisan n, tertulis daan komunikasi dengan i isyarat. Med dia komuniikasi juga terbagi atas media cetaak dan elekktronik. Di
52
s samping ituu, teknolog gi komunikkasi terbagi menjadi dua, yaitu teknologi k komunikasi j jaman dahullu dengan jaaman sekaranng. (1)
Teknologi T K Komunikasi T Tradisional Alat A komun nikasi jamann dahulu meeliputi kentongan, tali, telik t sandi, surat, s dan kuurir (Hisnu dan d Winardii 2008: 176)). Salah satuu kelebihan teknologi t in ni yaitu hargganya murah h dan tidakk menimbulk kan polusi, sedangkan s k kelemahanny ya yaitu janggkauan terbaatas dan mem mbutuhkan waktu w yang cukup lama untuk sampai ke tujuan..
mbar 2.4 Alat Teknolog gi Komunikaasi Tradisionnal Gam (2)
Teknologi T K Komunikasi M Modern Alat A teknoloogi komunikkasi terdiri atas media cetak dan elektronik. Alat A komunnikasi jamann sekarang sudah s memaanfaatkan allat canggih misalnya m m media cetak,, televisi, radio, r HP, faximile, e-mail e dan sebagainya. s Salah satu kkelemahannyya yaitu janggkauan luas, sedangkan kelemahanny k ya yaitu m menimbulkan polusi yanng dapat mengganggu m kesehatan. k
G Gambar 2.5 A Alat Teknoloogi Komunikkasi Modernn
53
2 2.1.11.3 Perrkembangan n Teknologi Transportassi “Tran nsportasi sam ma artinya angkutan” a (R Radjiman daan Triyono 2009: 2 146). S Sejak zaman n dahulu oraang sudah m mengenal alatt transportasi. “Transporrtasi adalah p pengangkuta an barang/ orang
darii satu temppat ke tempat lain, menggunakan
b berbagai jennis kendaraaan” (Asyarii, dkk 20088: 134). Meeskipun maasih sangat s sederhana. D Dengan adannya perkembbangan tekn nologi, alat trransportasi mengalami m p perubahan yang pesat.. Teknologii transportaasi dibedakaan menjadi teknologi t transportasi darat, laut dan udara.. Di sampinng itu, teknnologi terseb but terbagi m menjadi duaa yaitu jamann dahulu (traadisional) daan jaman sekkarang (modeern). (1)
Teeknologi Traansportasi Trradisional Paada jaman dahulu alatt transportaasi darat, laaut dan uddara belum menggunakan m n mesin, melainkan massih mamanfaaatkan tenagga manusia maupun m hew wan, seperti kuda, sap pi, dan kerrbau. Selain n itu, alat traansportasi tradisional t masih menggantungkann pada alaam, seperti anngin, uap daan sebagainyya. Alat transportasi daraat tradisionaal misalnya deelman, gerobbak, pedati, dan sebagaainya. Alat ttransportasi air seperti peerahu dayun ng, perahu layar, dan raakit. Selanjuutnya, alat transportasi t ud dara jaman dahulu menngandalkan tenaga t anginn berupa baalon udara. Saalah satu keelebihan tekknologi ini yaitu tidak menimbulk kan polusi, seedangkan kellemahannyaa yaitu cukupp lama untukk sampai ke tujuan. t
Gam mbar 2.6 Alaat Teknologi Transportaasi Tradision nal
54
(2)
Teknologi Transportasi Modern Sejak ditemukannya mesin uap, berkembang pula kendaraan bermesin lainnya, seperti sepeda motor, mobil, kereta api, dan sebagaimya. Di zaman sekarang, alat transportasi semakin banyak model dan jenisnya. Dengan
perkembangan
teknologi
transportasi,
diciptakan
alat
transportasi air yang digerakkan dengan uap. Kemudian dikembangkan lagi menjadi kapal yang menggunakan mesin. Selain itu, perkembangan teknologi transportasi udara di jaman modern juga berkembang. Pesawat terbang merupakan salah satu contoh teknologi transportasi modern. Kelebihan teknologi trasnportasi modern yaitu cepat sampai tujuan, tetapi kelemahannya yaitu sering terjadi kecelakaan dan dapat menimbulkan polusi.
Gambar 2.7 Alat Teknologi Transportasi Modern 2.1.11.4 Pengalaman Menggunakan Teknologi Perkembangan teknologi masa lalu dan masa kini masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Teknologi tradisional cenderung lambat dan hasilnya sedikit tetapi bebas polusi. Sementara, teknologi modern lebih cepat dan hasilnya lebih banyak tetapi cenderung menimbulkan polusi. Dalam penelitian ini, pengalaman menggunakan teknologi produksi berupa kegiatan praktek membuat batik celup ikat sederhana. Berikut ini salah satu contoh hasil produksi yang dapat diterapkan pada siswa kelas IV sekolah dasar.
55
Gambar 2.8 Hasil Prodduksi Batik Celup C Ikat Sederhana S Dalaam praktek tersebut, t dibbutuhkan alaat dan bahann dalam pebuuatan batik c celup ikat sederhana. s B Bahan yangg perlu dipeersiapkan m meliputi kainn putih, air p panas, air diingin, pewarrna Napthol dan garam Diazo, pelarrut Napthol dan garam D Diazo, bahann pengikat motif m (tali raafia), dan baahan pembanntu pembentu ukan motif ( (jarum, benaang, kelerenng, maupun biji-bijian sejenis). s Di ssamping itu, alat yang d digunakan m meliputi emb ber plastik, ggelas ukur, sendok s plasttik (pengadu uk), sarung t tangan plasttik, dan gunnting (Soem marjadi, Ram manto, dan Z Zahri 2001: 137-143). A dan bahhan tersebut tersaji dalam Alat m gambar 2.9.
Gam mbar 2.9 Alatt dan Bahan Pembuatan Batik B Celup Ikat Sederh hana Seteelah alat daan bahan suudah disiapk kan, kemuddian malakuukan tahap p pembuatan batik celupp ikat sederrhana. Adappun alur prooses pembuuatan batik t tersebut disaajikan dalam m gambar 2.10.
56
Gam mbar 2.10 Alur A Proses P Pembuatan Batik B Celup Ikat I Sederhan na Prakttek membattik yang dilaksanakan dalam peneelitian ini disesuaikan d d dengan kem mampuan sisw wa kelas IV V SD Negerii Pesurungann Lor 1 Teggal. Semua p prosedur terrsebut diawaasi dan dalaam pengarahhan serta bim mbingan guuru. Desain m motif batik ditentukan d seecara bebas, artinya desaain sesuai deengan kreatiffitas siswa. S Sebelum pew warnaan, desain tersebutt dikonsultassikan dengann guru terlebbih dahulu. H tersebutt dengan maaksud untuk mendapatkaan persetujuuan guru apaakah ikatan Hal k sehinggga tidak pudar saat pewaarnaan. Langgkah-langkahh tersebut daapat dilihat kuat d dalam bagann 2.1.
57
Mulai Buat Desain Motif
Konsultasikan kepada Guru
Aduk Bahan dan Celupkan Napthol
Persiapan Bahan dan Alat Celup
Apakah Desain Baik
Aduk Garam Diazo
Apakah Desain Baik
Apakah Desain Baik
Persiapan Bahan Pengikat
Ikat pada Motif yang didesain
Apakah Desain Baik
Celupkan kain ke dalam Air Dingin
Apakah Desain Baik
Celupkan kain sampai merata
Buka Tali Pengikat
Keringkan
Selesai
(Soemarji, Ramanto, dan Zahri 2001: 155) Bagan 2.1 Arus Praktek Batik Celup Ikat Selain itu, dalam materi ini juga membahas pengalaman menggunakan teknologi komunikasi, berupa pengalaman mengirim pesan melalui HP, telepon, dan sebagainya, sedangkan, pengalaman menggunakan teknologi transportasi yaitu dengan menceritakan pengalaman menggunakan alat transportasi seperti mengendarai sepeda, menaiki angkutan umum seperti taxi, bus, kereta api, dan sebagainya. Pengalaman menggunakan teknologi tersebut memotivasi siswa giat belajar sehingga dapat menciptakan berbagai teknologi ramah lingkungan untuk mempermudah pekerjaan manusia.
58
2.1.12 Manfaat Mempelajari IPS Materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi Setelah mempelajari IPS materri Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi siswa dapat menjelaskan pengertian teknologi baik produksi, komunikasi, maupun transportasi. Selanjutnya, siswa dapat menyebutkan kelemahan dan kelebihan dari masing-masing jenis teknologi tersebut. Siswa juga dapat membandingkan antara teknologi yang satu dengan yang lain. Di samping itu, materi tersebut bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari, seperti siswa lebih dapat berhati-hati dan cermat dalam menggunakan jenis teknologi tertentu dengan mempertimbangkan dampak yang akan terjadi. Siswa juga dibekali pengalaman yang bermakna dalam menggunakan teknologi tersebut, sehingga siswa dapat mencipkan teknologi tertentu yang lebih ramah lingkungan. Praktek penggunaan teknologi produksi dapat memberi pengalaman yang bermakna bagi siswa yaitu siswa dapat memproduksi batik celup ikat sederhana dengan memanfaatkan teknologi tradisional yang dikolaborasikan dengan teknologi modern. Dari kegiatan tersebut akan menambah pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang dapat dikembangkan lagi oleh siswa, serta melatih jiwa wirausaha pada siswa. Demikian juga dengan praktek menggunakan teknologi komunikasi dan transportasi, di mana dapat memotivasi siswa untuk memanfaatkan teknologi yang tersedia dan menciptakan teknologi yang lebih ramah lingkungan. 2.1.13 Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Joyce dalam Trianto (2007: 5), mengutarakan bahwa “model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
59
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.” Dalam hal ini, model pembelajaran mengarahkan kepada guru untuk mendesain pembelajaran dalam rangka membantu siswa belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sejalan dengan pendapat di atas, Suprijono (2010: 46), menyatakan bahwa “model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.” Selanjutnya, Kardi dan Nur dalam Trianto (2007: 6), mengatakan bahwa model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut yaitu sebagai berikut: (1) Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, (2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, (4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan pola yang dirancang oleh guru dalam suatu kegiatan pembelajaran yang di dalamnya terdapat sintaks atau rangkaian langkah-langkah pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian dapat didefinisikan bahwa model pembelajaran sebagai kerangka pembelajaran yang mencakup prosedur sistematis yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan
60
pengelolaan kelas dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Arends mengungkapkan bahwa ada enam model pembelajaran yang sering digunakan oleh guru yaitu presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas (Trianto 2007: 9). Dalam penelitian ini, model pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran kooperatif. Ada beberapa pengertian tentang pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Menurut Lie (2010: 28), mengemukakan bahwa “falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius. Berlawanan dengan teori Darwin, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.” Hal tersebut mengandung arti bahwa dalam kehidupan, manusia membutuhkan pertolongan dan kerjasama dengan orang lain. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif, yang menekankan adanya kerjasama dalam kelompok. sejalan dengan pendapat tersebut, Solihatin dan Raharjo (2008: 4), bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengarahkan siswa memiliki sikap saling membantu dan bekerjasama dalam kelompok yang terdiri dua orang atau lebih yang berkontribusi terhadap kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Selanjutnya, Slavin (1985) dalam Isjoni (2010: 15), mengemukakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.” Sementara, Trianto (2007: 41),
61
memaparkan bahwa pembelajaran kooperatif muncul dari konsep di mana siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit ketika para siswa saling berinteraksi dan kerkomunikasi untuk mendiskusikan konsep tersebut dengan teman sekelompoknya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Asma (2006: 12), mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif menekankan kerjasama
siswa
dalam
kelompok,
di
mana
masing-masing
siswa
bertanggungjawab pada aktivitas belajar anggota kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompoknya dapat menguasai materi pelajaran dengan baik. Di samping itu, pembelajaran kooperatif juga disebut sebagai suatu sistem pembelajaran yang tidak hanya memanfaatkan guru dan sumber belajar tertentu saja, melainkan memanfaatkan teman sejawat (siswa) sebagai sumber belajar utama. Menurut pendapat Dyson dan Grineski (2001: 28), mengemukakan bahwa “It is defined as small-group instruction and practice that uses positive student interactions as a means of achieving instructional goals. Students work as heterogeneous teams in an inclusive learning environment, with each student's contribution needed for team goal achievement.” Berdasarkan pendapat tersebut, gambaran penggunaan model pembelajaran kooperatif yaitu sebagai suatu perintah dalam kelompok kecil dan praktek penggunaan interaksi positif antarsiswa sebagai alat menuju keberhasilan tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan tersebut, siswa bekerja dalam kelompok heterogen dalam sebuah lingkungan belajar inklusi, di mana masing-masing siswa diperlukan dan berkontribusi terhadap pencapaian tujuan keberhasilan kelompok. Selanjutnya, model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang bernaung pada teori pembelajaran konstruktivis. Vigotsksy dalam Suprijono
62
(2010: 55), menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif berdasarkan paham konstruktivis “yang menekankan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain.” Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem yang dirancang dalam sebuah pembelajaran secara kelompok dengan melibatkan kinerja siswa secara aktif untuk saling bertukar informasi dan bekerja sama, serta menjalin hubungan ketergantungan positif dalam rangka mencapai tujuan bersama. Tiga tujuan pembelajaran kooperatif yang dirangkum Ibrahim, et al, yaitu: (1) Pencapaian hasil belajar Pencapaian hasil belajar yang dimaksud yaitu meningkatnya kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Dalam pembelajaran kooperatif selain untuk meningkatkan berbagai tujuan sosial, juga memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa. Adanya proses konstruksi atas konsep yang akan dipelajari sehingga siswa dapat menerima, menguasai dan mengembangan submateri yang dipelajarinya. Selain itu, penerapan model kooperatif dengan pengadaan penghargaan akan membangkitkan semangat dan persaingan dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sehingga terjalin hubungan ketergantungan positif antarsiswa maupun kelompok. (2) Penerimaan terhadap perbedaan Penerimaan yaitu penerimaan secara luas dari orang yang berbeda berdasarkan, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuan. Karekteristik siswa siswa SD yang egosentris cenderung mementingkan
63
kepentingan pribadi. Oleh karena itu, dalam pembelajaran kooperatif guru berperan sebagai fasilitator. Guru bertanggung jawab untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa atas perbedaan-perbedaan yang terjadi. Terciptanya hubungan yang mengutamakan kebersamaan dan menghargai perbedaan antarsiswa akan dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Penerimaan terhadap perbedaan individu bagi siswa SD terlihat cukup sulit, oleh karena itu perlu ada kerja keras dan pembiasaan dari guru. (3) Pengembangan keterampilan sosial Pengembangan keterampilan sosial yaitu mengajarkan pada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Hal tersebut merupakan tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif. Keterampilan sosial perlu dimiliki siswa sebagai warga masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan keterampilan sosial diharapkan siswa dapat mengatasi masalah-masalah sosial yang semakin kompleks dan menghadapi persaingan global (Isjoni 2010: 39-41), Sejalan dengan tujuan di atas, Trianto (2007: 42), menambahkan bahwa tujuan
pembelajaran
kooperatif
“untuk
meningkatkan
partisipasi
siswa,
memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya”. Berdasarkan pendapat tersebut, pentingnya penerapan model pembelajaran kooperatif akan membantu siswa dan guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
64
Tujuan tersebut tidak hanya pada pencapaian prestasi hasil belajar, melainkan ditekankan pula pada aspek afektif dan psikomotor. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif merupakan langkah yang tepat dalam melatih dan mengasah kedua aspek tersebut. Implementasi aspek afektif dan psikomotor dalam kegiatan pembelajaran akan memberi dampak positif dan menjadikan proses pembelajaran lebih bermakna. Dengan demikian, tujuan model pembelajaran kooperatif yaitu untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran meliputi perhatian, keberanian bertanya, bekerja sama, melatih tanggung jawab dan mendidik siswa mandiri dalam bekerja. Selain itu, model ini juga ditujukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Sebagaimana tujuan yang dikemukakan oleh Aronson & Patnoe, 1997; Johnson, Johnson, & Smith, 1991b; Kluge, 1990; Totten et al., mengemukakan bahwa elemens of cooperative learning. some form of the following five are often cited as essential elements, (1) possitive interdependence, (2) face to face interaction all student, (3) individual accountability and personal responsibility, (4) social skill, and (5) group evaluation of learning goals and group process (Steiner, S. 1999: 254-5). Berdasarkan pendapat tersebut, menjelaskan bahwa unsur-unsur terpenting dalam pembelajaran kooperatif terdiri dari lima unsur, yaitu (1) ketergantungan positif, (2) interaksi (tatap muka) antarsiswa, (3) tanggung jawab individu, (4) keterampilan sosial, dan (5) pemrosesan kelompok. Selanjunya, Roger dan David Johnson berpendapat bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam penerapan model kooperatif diperlukan lima unsur yang harus diterapkan yaitu:
65
(1) Saling ketergantungan positif Siswa SD memiliki karakteristik senang bermain dalam kelompok. Namun, proses kelompok yang berlangsung hanya persaingan yang tidak sehat. Oleh karena itu, perlu upaya untuk mengarahkan proses kelompok siswa ke dalam hubungan yang positif. Ketergantungan positif dalam pembelajaran kooperatif terjalin melalui tanggung jawab individu atas tugas yang menjadi tanggung jawabnya dalam kelompok. (2) Tanggung jawab perseorangan Tujuan pembelajaran kooperatif yaitu membentuk anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat dan berjiwa sosial. Oleh karena itu, dengan penerapan model pembelajaran kooperatif akan melatih tanggung jawab siswa terhadap tugas yang menjadi tanggung jawabnya. (3) Interaksi promotif Interaksi promotif akan menciptakan ketergantungan positif. Siswa akan saling membantu secara efektif dan efisien, bertukar informasi, mengingatkan, membantu, percaya dan memotivasi untuk mencapai keberhasilan kelompok. (4) Komunikasi antaranggota Komunikasi antaranggota berkaitan dengan keterampilan sosial. Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran perlu melatih siswa untuk memiliki kemampuan akademik dan keterampilan sosial. Langkah yang dapat dilakukan yaitu dengan cara memberikan rasa saling percaya dan mengenal, melatih berkomunikasi secara efektif, saling menerima dan mendukung serta menyelesaikan masalah secara konstruktif.
66
(5) Pemrosesan kelompok Pemrosesan diartikan sebagai proses menilai. Tujuan pemrosesan kelompok yaitu meningkatkan efektivitas anggota dalam berkontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Pemrosesan kelompok dapat mengidentifikasi melalui kegiatan yang dilakukan siswa dalam kegiatan kelompok sehingga akan terlihat siswa mana yang membantu dan siswa yang tidak membantu (Suprijono 2010: 58-61). Selanjutnya, unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Lungdren memaparkan tujuh unsur dalam model pembelajaran kooperatif. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. (Isjoni 2010: 16-7).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa unsur pembelajaran kooperatif meliputi ketergantungan positif, interaksi antarsiswa, tanggung jawab individu, melatih keterampilan sosial dan kerja sama dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Tabel 2.1 merupakan sintaks pembelajaran kooperatif.
67
Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif Fase
Tingkah Laku Guru
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Guru mencari cara untuk menghargai, baik upaya Fase-6 Memberikan penghargaan maupun hasil belajar individu dan kelompok Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Fase-2 Menyampaikan informasi Fase-3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok Fase-4 Membimbing kelompok Fase-5 Evaluasi
(Trianto 2007: 48-49) Menurut Slavin (2010: 11) menjelaskan bahwa ada lima metode pembelajaran kooperatif, meliputi metode Student Teams Achievement Divisions (STAD), Teams Games Tournament (TGT), jigsaw II, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), dan Team Accelerated Instruction (TAI). Hedeen (2003: 325), mengemukakan bahwa “elementary and secondary educators have been succesfull with a variety of cooperative learning methods, including
Circles
of
Learning,
Team-Accelerated
Instruction,
Group
Investigation, and the Jigsaw classroom”. Berdasarkan pendapat tersebut, menjelaskan bahwa guru di jenjang dasar dan menengah telah berhasil dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran kooperatif, diantaranya yaitu metode pembelajaran melingkar, percepatan pengejaran kelompok, investigasi kelompok dan kelas jigsaw.
68
Dengan demikian, pembelajaran kooperatif dapat terbagi atas berbagai macam tipe yaitu STAD, TGT, jigsaw, CIRC, TAI, GI, Circles of Learning. Dalam penelitian ini, model yang diterapkan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Jigsaw termasuk dalam pembelajaran koperatif yang dapat merangsang keaktifan siswa dalam belajar berkelompok. 2.1.14 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw “Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal” (Isjoni 2010: 77). Selanjutnya, menurut Zaini, Munthe, dan Aryani (2008: 56), mengemukakan bahwa jigsaw merupakan strategi yang menarik, menyenangkan, dan mengaktifkan siswa karena di dalamnya mempelajari materi yang terbagi atas beberapa bagian dan siswa dapat belajar maupun mengajar temannya. Smith and Chang (2005: 31), mengemukakan bahwa “the jigsaw is a collaborative learning technique that emphasizes the fact that we can learn by teaching.” Berdasarkan pendapat tersebut bahwa jigsaw merupakan suatu teknik belajar kolaboratif yang menekankan fakta bahwa kita dapat belajar dengan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dari Aronson merupakan jigsaw orisinal. Slavin (2010: 237) mengemukakan bahwa “bentuk adaptasi jigsaw yang lebih praktis dan mudah, yaitu jigsaw II.” Dalam penelitian ini, menggunakan model pembelajaran koopreatif tipe jigsaw II, yang merupakan bentuk adaptasi oleh Slavin. “Kelebihan dari jigsaw II adalah bahwa semua siswa membaca semua materi, yang akan membuat konsep-konsep yang telah disatukan menjadi lebih mudah untuk dipahami” (Slavin 2010: 245).
69
Dalam jigsaw II para siswa bekerja dalam tim yang heterogen, dan siswa tersebut diberikan tugas untuk membaca dan lembar ahli yang terdiri atas topiktopik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca. Selanjutnya, siswa dari kelompok berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam kelompok ahli. Para ahli tersebut kemudian kembali pada kelompok asal dan secara bergantian mengajari teman satu kelompoknya mengenai topik yang menjadi tanggung jawabnya. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan kegiatan kuis, di mana skor kuis yang diperoleh setiap siswa akan dikontribusikan ke dalam skor kelompok asal (Slavin 2010: 237). Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa jigsaw adalah salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dengan pengelompokan siswa secara heterogen dan mengutamakan kerjasama kelompok, serta tanggung jawab individu terhadap informasi yang harus dibagikan maupun melalui teman.
Kelompok ahli
Kelompok asal (Wena 2011: 194) Gambar 2.11 Kelas Model Jigsaw
70
Menurut para ahli langkah-langkah jigsaw bervarisi. Variasi tersebut dipengaruhi oleh sudut pandang yang berbeda. Berikut ini langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menurut Trianto (2007: 56-57) yaitu: (1) Siswa dibagi beberapa kelompok (anggotanya 3-4 orang). (2) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab. (3) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. (4) Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikannya. (5) Guru mengawasi kerja kelompok dan memberikan kesempatan kepada siswa yang akan bertanya. (6) Tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguhsungguh. (7) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. (8) Guru bersama siswa membuat simpulan. (9) Guru memberikan soal tes/kuis dan menjelaskan cara kerjanya. (10) Guru memberikan evaluasi. (11) Guru memberikan penghargaan Selanjutnya, Slavin (2010: 241), menjelaskan jigsaw II terdiri atas siklus regular dari kegiatan-kegiatan pembelajaran yaitu sebagai berikut: (1) Membaca yaitu para siswa menerima materi bacaan ahli dan membaca materi yang diminta untuk menemukan informasi yang menjadi tanggung jawabnya, (2) Diskusi kelompok ahli yaitu para siswa dengan keahlian yang sama, bertemu untuk mendiskusikan materi ahli yang akan diinformasikan kepada kelompok asal, (3) Laporan tim di mana para ahli kembali ke dalam kelompok asal untuk memberikan informasi atas hasil diskusi dari kelompok ahli dan mengajari materi ahli mereka kepada teman satu timnya,
71
(4) Tes yaitu siswa mengerjakan kuis mencakup semua materi ahli, dan (5) Rekognisi tim merupakan skor tim berdasarkan skor perkembangan. Sementara, Priyanto (2007) dalam Wena (2011: 194-5) memaparkan delapan langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu: (1) Pembentukan kelompok asal Pembagian siswa ke dalam kelompok asal yang beranggota 4-5 secara heterogen. Kelompok asal bertugas sebagai kelompok induk. Artinya, dalam kelompok asal terdapat berbagai submateri yang akan dibahas dalam kelompok ahli. (2) Pembelajaran pada kelompok asal Pembagian submateri kepada setiap siswa kelompok asal dan meminta siswa membaca dan mempelajari submateri tersebut. (3) Pembentukan kelompok ahli Pembentukan kelompok ahli berdasarkan pada kesamaan submateri yang menjadi tanggung jawabnya. Masing-masing anggota dengan submateri sama bertemu membentuk kelompok baru (kelompok ahli). (4) Diskusi kelompok ahli Diskusi kelompok ahli yaitu mengerjakan tugas dan saling berdiskusi mengenai masalah-masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap anggota kelompok ahli menguasai dan memecahkan masalah kelompok ahli sehingga mencul kesepakatan dan keyakinan untuk menyampaikan submateri yang menjadi tanggung jawabnya kepada kelompok asal.
72
(5) Diskusi kelompok asal (induk) Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal kemudian setiap anggota
kelompok
asal
menyampaikan
informasi
yang
telah
diperolehnya di kelompok ahli. Masing-masing anggota menjelaskan dan bertanya jawab mengenai submateri yang menjadi keahliannya. Demikian berlangsung hingga semua anggota mendapatkan giliran. Hal tersebut bertujuan menjalin ketergantungan positif antarsiswa. (6) Diskusi kelas Diskusi kelas dibimbing oleh guru, dengan tujuan untuk menyamakan persepsi dan meluruskan kesalahpahaman pada siswa. Bahan diskusi disesuaikan dengan submateri yang telah dipelajari siswa. (7) Pemberian kuis Kuis diberikan kepada siswa untuk dikerjakan secara individu. Perolehan nilai kuis akan dikontribusikan ke dalam nilai kelompok asal. Hal tersebut bertujuan agar siswa mampu berkompetisi secara sehat dan termotivasi untuk mendapatkan penghargaan kelompok. (8) Pemberian penghargaan kelompok Penghargaan kelompok diberikan kepada kelompok yang telah berhasil mendapatkan
skor
kelompok
terbaik.
Pemberian
penghargaan
disesuaikan dengan nilai perolehan kelompok. Adapun bentuk penghargaan berupa piagam/sertifikat, bonus nilai, dan sebagainya. Hal tersebut nertujuan agar siswa termotivasi untuk belajar lebih giat dan terjalin persaingan yang sehat antarkelompok.
73
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa langkahlangkah penerapan jigsaw terdiri atas beberapa tahap. Tahap tersebut diawali dengan pembagian kelompok (kelompok asal dan kelompok ahli) secara heterogen sesuai dengan submateri yang akan dibahas, siswa ditugaskan untuk mempelajari submateri yang menjadi tanggung jawabnya untuk didiskusikan dalam kelompok ahli, kemudian siswa kembali ke kelompok asal untuk memberikan informasi yang telah diperolehnya. Tahap selanjutnya, diadakan presentasi dari perwakilan kelompok dan kelompok lain menanggapi. Setelah presentasi, siswa diberi tes/ kuis individu untuk mengukur penguasaan materi yang telah dipelajari melalui kelompoknya dan diakhiri dengan pemberian penghargaan kelompok. Penilaian model pembelajaran koopertif tipe jigsaw sama dengan penilaian model pembelajaran kooperatif tipe STAD, seperti yang dikemukakan oleh Slavin (2010: 244) bahwa “Perhitungan skor untuk jigsaw sama dengan perhitungan STAD, termasuk untuk skor awalnya, poin-poin kemajuan, dan prosedur pengitungan skor.” Uraian penghitungan skor dijelaskan sebagai berikut: (1)
Menentukan Skor Awal Skor awal merupakan skor rata-rata kuis sebelumnya. Dalam memulai jigsaw, menggunakan rata-rata skor kuis tersebut sebagai skor awal. Selain itu, hasil nilai terakhir siswa dari tahun lalu juga dapat digunakan sebagai skor awal (Slavin 2010: 151). Namun, dalam penelitian ini, skor awal berdasarkan perolehan hasil pretes.
(2)
Menghitung Skor Individual dan Tim Skor perkembangan individu dihitung menggunakan pedoman berikut:
74
Skor Kuis Poin Kemajuan Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 10-1 poin di bawah skor awal Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal Lebih dari 10 poin di atas skor awal Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) (Slavin 2010: 159)
5 10 20 30 30
Slavin mengemukakan bahwa untuk menghitung skor tim, menggunakan rumus berikut: jumlah total perkembangan anggota jumlah anggota kelompok yang ada
N
(Asma 2006: 91) (3)
Merekognisi prestasi tim Pemberian
penghargaan
disesuaikan
dengan
perolehan
poin
perkembangan kelompok. Predikat penghargaan tersebut terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu kelompok baik, hebat, dan super. Tabel 2.2 merupakan sajian predikat penghargaan tersebut. Tabel 2.2. Predikat Penghargaan Kelompok No.
Perolehan rata-rata poin
Predikat
1
15
Good Team/kelompok baik
2
20
Great Team/kelompok hebat
3
25
Super Team/kelompok super
(Asma 2006: 91)
2.2 Kajian Empiris Beberapa penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dapat dijadikan kajian dalam penelitian ini yaitu Sumardi, Astiti dan Ashshiddiqi.
75
Sumardi (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Aktivitas Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas IV SD Negeri Siasem 03 Brebes” hasilnya membuktikan bahwa rerata nilai siswa pada siklus I yaitu 55 meningkat pada siklus II menjadi 81,60. Selain itu, ketuntasan belajar klasikal pada siklus I mencapai 76,00% meningkat pada siklus II menjadi 92,50%. Aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai 54,69% meningkat menjadi 96,90%, pada siklus II. Selanjutnya, performansi guru pada siklus I mencapai 90,00 meningkat pada siklus II menjadi 92,50. Begitu juga terjadi peningkatan pada penerapan jigsaw, pada siklus I mencapai 67,05 meningkat menjadi 82,90, pada siklus II. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga diteliti oleh Pungkas Astiti (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas
V
SD
Negeri
Padasugih
01
Brebes
pada
Materi
Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia”. Hasilnya membuktikan bahwa penggunaan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
jigsaw
efektif
untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di SD Negeri Padasugih 01 Brebes. Hal ini, dapat dilihat dari keaktifan belajar siswa pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih dari 75%, hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, dengan rata-rata nilai hasil belajar kelas ekperimen 78,14 dan kelas kontrol 70,30. Selanjutnya, skripsi Ashshiddiqi (2011) yang berjudul “Peningkatan Pembelajaran IPA Materi Rangka dan Alat Indera Manusia melalui Model Jigsaw
76
di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Watesalit 02 Batang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar dan aktivitas siswa, baik secara individu maupun kelompok pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I. Rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 68,83 meningkat menjadi 75,33, pada siklus II. Peningkatan hasil belajar diikuti pula peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus I sebesar 86,04% menjadi 90%, pada siklus II. Selain itu, aktivitas kelompok pun meningkat yaitu 83,03% pada siklus I menjadi 98%, pada siklus II. Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, serta performansi guru. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran lebih terarah untuk saling bekerja sama dan saling membantu, bertukar informasi dan saling bertanggung jawab atas kerja kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini berdampak positif pada peningkatan hasil belajar siswa.
2.3 Kerangka Berpikir Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa SD. Keberadaan IPS dianggap kurang populer dan masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Terbukti bahwa materi kajian mata pelajaran IPS bersifat abstrak dan berisi fakta-fakta masa lalu hingga masa kini yang harus dihafalkan oleh siswa. Proses pembelajaran saat ini guru belum menggunakan model pembelajaran inovatif. Hal ini, menyebabkan minat dan
77
perhatian siswa terhadap mata pelajaran IPS menjadi berkurang dan aktivitas siswa dalam pembelajaran terlihat pasif. Siswa tidak diberi kesempatan untuk mengalami kegiatan membangun pengetahuan sendiri. Interaksi sosial antar siswa juga kurang terbangun. Hal ini dapat berdampak negatif pada rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka perlu adanya upaya peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa pada pembelajaran IPS khususnya jenjang sekolah dasar. Salah satu upaya peningkatan pembelajaran IPS yaitu dengan menerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Model jigsaw menjadikan siswa belajar dalam kelompok kecil. Siswa melakukan aktivitas belajar untuk menemukan konsep, memberi dan menerima pengetahuan, membangun kerja sama, dan siswa berlatih menerima perbedaan (ras, budaya, kelas sosial, dan kemampuan) serta dilatih adanya rasa tanggung jawab dan kemandirian serta ketergantungan positif antarsiswa. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sudah banyak diterapkan di sekolah baik jenjang dasar maupun menengah. Namun, masih banyak kekurangan yang terjadi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Kekurangan tersebut yaitu kontribusi dari siswa yang berprestasi rendah akan menjadi kurang. Sementara, siswa yang memiliki prestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan yang disebabkan karena siswa tersebut harus membantu temannya yang berkemampuan rendah. Hal ini dikarenakan peran anggota kelompok yang pandai lebih dominan. Dalam penelitian tindakan kelas ini, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sedikit berbeda dengan jigsaw yang telah banyak digunakan. Perbedaan tersebut yaitu dengan cara
78
mengadaptasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan situasi dan kebutuhan untuk mengatasi kekurangan yang terjadi pada model pembelajaran kooperatif. Proses adaptasi tersebut berdasarkan pada prinsipprinsip dasar yaitu dengan menawarkan semacam penghargaan (rekognisi) bagi tim yang berhasil dengan baik, mengadakan “kelompok laboratorium” dimana setiap siswa memiliki tugas dan tanggung jawab membuat laporan tunggal untuk memotivasi siswa melakukan yang terbaik, dan penentuan sistem skor yang memberikan kesempatan pada siswa untuk berkontribusi terhadap skor tim yang harus dicapai. Selain itu, dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, peneliti juga memodifikasi dengan penggunaan nama kelompok dan identitas anggota kelompok serta penggunaan media pembelajaran IPS yang lebih interaktif. Dengan demikian, keberadaan kelompok siswa akan lebih berdayaguna dan termotivasi supaya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran lebih terarah. Pembelajaran yang terjadi tidak lagi berpusat pada guru melainkan berpusat pada siswa. Begitu juga dengan hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar tidak lagi pada aspek kognitif saja melainkan mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Sehingga, dapat mencapai tujuan pembelajaran IPS. Berikut ini, bagan 2.2 merupakan bagan kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas mata pelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan tersebut, maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil
79
belajar dan aktivitas siswa dalam mata pelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal.
1. 2. 3. 4.
Kondisi awal sebelum penerapan jigsaw
Guru belum menggunakan model jigsaw Pola interaksi yang terjadi hanya satu arah Siswa pasif dalam pembelajaran Hasil belajar siswa masih rendah
1. Guru menggunakan model jigsaw 2. Pola interaksi yang terjadi yaitu multi arah 3. Siswa berdiskusi baik kelompok ahli/ kelompok asal 4. Siswa mempresentasikan hasil kerjanya 5. Kelompok lain memberikan tanggapan 6. Menyimpulkan hasil diskusi 7. Pemberian penghargaan kelompok
Pelaksanaan jigsaw
Kondisi akhir setelah penerapan jigsaw
1. Hasil belajar IPS meningkat 2. Aktivitas siswa meningkat 3. Performansi guru meningkat
Bagan 2.2 Kerangka Berpikir dalam PTK
2.4 Hipotesis Tindakan Dari latar belakang dan kajian pustaka tersebut, maka peneliti merumuskan hipotesis tindakan yaitu “melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan performansi guru, aktivitas belajar siswa, dan hasil belajar IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal.”
BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini akan membahas mengenai rancangan penelitian, perencanaan tahap penelitian, subjek penelitian, tempat penelitian, data dan teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan indikator keberhasilan.
3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Setiap pertemuan diadakan tes formatif. Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti menyelenggarakan pretes sebagai kegiatan penjajagan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan awal siswa. Selanjutnya, hasil pretes digunakan sebagai skor dasar dalam jigsaw. Selain itu, peneliti juga mengadakan pengisian angket untuk mengetahui motivasi siswa sebelum mengikuti pembelajaran IPS khususnya materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. Pada akhir tindakan, peneliti menyelenggarakan postes untuk mengetahui kemajuan yang dicapai siswa di akhir program pembelajaran. Secara garis besar Arikunto memaparkan bahwa terdapat empat tahapan dalam siklus penelitian tindakan kelas yang lazim digunakan, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi (Arikunto, Suhardjono, dan Supardi 2009: 16). Adapun penjelasan tahapan tersebut yaitu sebagai berikut: 3.1.1 Perencanaan (Planning) Menurut Suhardjono mengemukakan bahwa tahap perencanaan merupakan tahapan awal yang berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan 80
81
tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan (Arikunto, Suhardjono, dan Supardi 2009: 75). Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan tindakan yaitu menyusun rancangan sesuai dengan identifikasi masalah dan alternatif pemecahan masalah. Pada penelitian ini, rancangan yang disusun mengacu pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Selanjutnya, peneliti merancang tindakan yang dilakukan dalam penelitian meliputi mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, membuat rancangan pretes, tes formatif, dan postes, menyiapkan lembar observasi, serta angket siswa. 3.1.2 Pelaksanaan (Action) Menurut Arikunto tahap pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan (Arikunto, Suhardjono, dan Supardi 2009: 18). Pada tahap pelaksanaan, guru sekaligus sebagai peneliti melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rumusan yang ada dalam rancangan. Pada tahap ini, peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw seperti yang telah direncanakan.
Sebelum
penerapan
model
tersebut
(prasiklus),
peneliti
melaksanakan pretes dan pengisian angket siswa sesuai dengan kisi-kisi yang telah disusun. Kemudian, di akhir tindakan diadakan postes. Dalam usaha ke arah perbaikan, perencanaan tersebut bersifat fleksibel dan siap dilakukan perubahan sesuai dengan apa yang terjadi dalam proses pelaksanaan di lapangan. 3.1.3 Pengamatan (Observing) Menurut Arikunto dalam Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2009: 9), mengemukakan bahwa “pengamatan adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat”. Kegiatan tersebut dilaksanakan sesuai dengan pedoman observasi yang telah dirancang oleh peneliti. Dengan demikian, observasi
82
merupakan kegiatan pengamatan (pengumpulan data) yang selanjutnya dikaji secara menyeluruh untuk mengukur seberapa jauh efek tindakan dalam mencapai sasaran. Dalam penelitian ini, kegiatan pengamatan difokuskan pada aktivitas belajar siswa dan performansi guru dalam proses pembelajaran. 3.1.4 Refleksi (Reflection) Menurut Supardi dalam Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2009: 133), mengemukakan bahwa “refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis (reflektive) tentang perubahan yang terjadi (a) pada siswa, (b) suasana kelas, dan (c) guru.” Selanjutnya, Arikunto menyatakan bahwa tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan yaitu mengevaluasi dan menganalisis hasil observasi untuk mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Selain itu, kekurangan yang diperoleh dari hasil refleksi digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki siklus berikutnya. Bagan 3.1 merupakan bagan alur penelitian tindakan kelas (PTK) dalam Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2009: 16).
Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan ?
Bagan 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
83
3.2 Perencanaan Tahap Penelitian 3.2.1 Siklus I Pada siklus I terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Uraian selengkapnya sebagai berikut: 3.2.1.1 Perencanaan Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan perencanaan untuk mempersiapkan kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran IPS submateri Teknologi Produksi dan Komunikasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan siklus I yaitu: (1)
Menyusun lembar observasi aktivitas siswa dan performansi guru selama
pembelajaran
IPS
submateri
Teknologi
Produksi
dan
Komunikasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, (2)
Menyusun lembar observasi yang berisi indikator ketercapaian dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,
(3)
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran IPS submateri Teknologi Produksi dan Komunikasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,
(4)
Menyiapkan media dan alat peraga berupa benda konkret untuk pembelajaran IPS submateri Teknologi Produksi dan Komunikasi,
(5)
Menyusun materi ajar, lembar kerja siswa (LKS), kuis IPS submateri Teknologi Produksi dan Komunikasi, dan lembar skor kelompok, dan
(6)
Menyusun kisi-kisi dan membuat soal tes formatif IPS submateri Teknologi Produksi dan Komunikasi, beserta kunci jawaban dan pedoman penilaian,
84
3.2.1.2 Pelaksanaan Pelaksanaan
merupakan
kegiatan
melakukan
tindakan
untuk
mengimplikasikan rencana yang telah disusun. Pada tahap ini, tindakan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan siklus I sebagai berikut: (1)
Menyiapkan media pembelajaran submateri Teknologi Produksi dan Komunikasi dan instrumen penelitian yang digunakan meliputi lembar observasi aktivitas belajar siswa, performansi guru, dan keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,
(2)
Pengondisian siswa, mengadakan salam, presensi, menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi, dan pemaparan materi pokok,
(3)
Menjelaskan submateri Teknologi Produksi dan Komunikasi secara garis besar dengan memanfaatkan media presentasi power point dengan bantuan LCD dan alat peraga berupa benda konkret.
(4)
Pembagian materi ajar dan meminta siswa untuk membacanya,
(5)
Pembagian lembar skor kelompok yang berisi kolom nama siswa, skor dasar, skor kuis dan skor kemajuan, serta identitas kelompok,
(6)
Pembagian kelompok dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yaitu dengan membentuk 5 kelompok yang terdiri atas 6-7 siswa secara heterogen yang disebut sebagai kelompok asal. Dalam kelompok tersebut dibagikan LKS, masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mendapatkan tugas yang berbeda sesuai jumlah soal dalam LKS; selanjutnya, siswa dengan soal yang sama bertemu dalam satu kelompok membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli; di dalam kelompok ahli, siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan
85
dan memecahkan soal LKS yang menjadi tanggung jawabnya; setelah mendiskusikan dalam kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok asal untuk bertukar informasi pada anggota kelompok asal dan mengisi LKS yang telah dibagikan; kemudian perwakilan siswa dari masing-masing kelompok asal maju untuk membacakan hasil LKS yang mereka kerjakan; selanjutnya diadakan kuis individu; perolehan nilai kuis dikontribusikan dalam nilai kelompok asal; dilanjutkan dengan penghitungan skor kemajuan tiap siswa dengan cara membandingkan skor dasar dengan skor kuis sesuai pedoman penghitungan poin kemajuan; dan diakhiri dengan pemberian penghargaan sesuai dengan perolehan rata-rata poin kemajuan kelompok asal. (7)
Konfirmasi dari guru atas hasil presentasi perwakilan kelompok siswa untuk meluruskan kesalahpahaman pada siswa,
(8)
Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran IPS submateri Teknologi Produksi dan Komunikasi,
(9)
Pelaksanaan tes formatif 1 mata pelajaran IPS submateri Teknologi Produksi dan tes formatif 2 submateri Teknologi Komunikasi,
(10) Pengoreksian tes formatif dan mengevaluasi hasil tes formatif (11) Pemberian tindak lanjut yaitu remidi bagi siswa yang belum tuntas dan pengayaan bagi siswa yang tuntas, (12) Menutup pelajaran dengan salam dan memaparan materi yang akan diajarkan pada pertemuan berikutnya, dan (13) Mengimplementasikan tindakan berdasarkan rambu-rambu aktivitas siswa dan performansi guru selama pembelajaran IPS submateri
86
Teknologi Produksi dan Komunikasi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 3.2.1.3 Pengamatan Peneliti dibantu oleh pengamat melakukan kegiatan observasi sesuai dengan pedoman observasi terhadap aktivitas siswa dan performansi guru dari awal sampai akhir pembelajaran. Kegiatan pengamatan yang dilakukan yaitu : (1)
Mengamati aktivitas belajar siswa dan aktivitas kelompok selama pembelajaran dari awal hingga akhir dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPS submateri Teknologi Produksi dan Komunikasi,
(2)
Mengamati performansi guru meliputi penguasaan materi, penguasaan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan pengelolaan kelas (menejemen kelas) dalam membelajarkan IPS submateri Teknologi Produksi dan Komunikasi.
3.2.1.4 Refleksi Refleksi dilakukan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan pada siklus I. Pada tahap refleksi, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut: (1)
Menilai hasil belajar siswa yaitu dengan menghitung nilai tes formatif, rata-rata tes formatif, dan ketuntasan belajar klasikal mata pelajaran IPS submateri Teknologi Produksi dan Komunikasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,
(2)
Menganalisis lembar observasi terhadap aktivitas belajar siswa, aktivitas kelompok, dan performansi guru selama pembelajaran IPS
87
submateri Teknologi Produksi dan Komunikasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, (3)
Merancang tindakan baru untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus I dan atau untuk meningkatkan pembelajaran pada siklus II.
3.2.2 Siklus II Perencanaan tahap siklus II meliputi empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Uraian selengkapnya yaitu sebagai berikut: 3.2.2.1 Perencanaan Perencanaan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus II merupakan penyempurnaan dari perencanaan siklus I. Peneliti melakukan perencanaan siklus II dengan mempersiapkan kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran IPS submateri Teknologi Transportasi dan Pengalaman Menggunakan Teknologi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berdasarkan hasil refleksi siklus I. Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan siklus II yaitu : (1) Menyusun lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan performansi guru selama pembelajaran IPS submateri Teknologi Transportasi dan Pengalaman Menggunakan Teknologi dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, (2)
Menyusun lembar observasi yang berisi indikator ketercapaian dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,
(3)
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran IPS submateri Teknologi Transportasi dan Pengalaman Menggunakan Teknologi dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,
88
(4)
Menyiapkan media dan alat peraga untuk pembelajaran IPS submateri Teknologi Transportasi dan Pengalaman Menggunakan Teknologi sehingga dapat mempermudah tersampaikannya materi pada siswa,
(5)
Menyusun uraian materi ajar, lembar kerja siswa (LKS), kuis IPS submateri Teknologi Transportasi dan Pengalaman Menggunakan Teknologi, dan lembar skor kelompok, serta identitas kelompok,
(6)
Menyusun kisi-kisi dan membuat soal tes formatif IPS submateri Teknologi Transportasi dan Pengalaman Menggunakan Teknologi, beserta kunci jawaban dan pedoman penilaian,
3.2.2.2 Pelaksanaan Pelaksanaan merupakan kegiatan untuk mengimplikasikan rencana yang telah disusun. Tindakan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan siklus II yaitu : (1)
Menyiapkan media dan alat peraga pembelajaran IPS submateri Teknologi Transportasi dan Pengalaman Menggunakan Teknologi, dan instrumen penelitian yang digunakan meliputi lembar observasi aktivitas belajar siswa, performansi guru, serta lembar observasi untuk mengamati keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,
(2)
Pengondisian siswa, mengadakan salam, presensi, menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi, dan pemaparan materi pokok,
(3)
Menjelaskan mata pelajaran IPS submateri Teknologi Transportasi dan Pengalaman Menggunakan Teknologi secara garis besar dengan memanfaatkan media presentasi power point dengan bantuan LCD dan alat peraga berupa benda konkret untuk pelaksanaan praktek.
(4)
Pembagian materi ajar dan meminta siswa untuk membacanya,
89
(5)
Pembagian lembar skor kelompok yang berisi kolom nama siswa, skor dasar, skor kuis dan skor kemajuan, serta identitas kelompok,
(6)
Pembagian kelompok dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yaitu dengan membentuk 5 kelompok yang terdiri atas 6-7 siswa secara heterogen yang disebut sebagai kelompok asal. Dalam kelompok tersebut dibagikan LKS, masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mendapatkan tugas yang berbeda sesuai jumlah soal dalam LKS; selanjutnya, siswa dengan soal yang sama bertemu dalam satu kelompok membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli; di dalam kelompok ahli, siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan dan memecahkan soal LKS yang menjadi tanggung jawabnya; setelah mendiskusikan dalam kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok asal untuk bertukar informasi pada anggota kelompok asal dan mengisi LKS yang telah dibagikan; kemudian perwakilan siswa dari masing-masing kelompok asal maju untuk membacakan hasil LKS yang mereka kerjakan; selanjutnya diadakan kuis individu; perolehan nilai kuis dikontribusikan dalam nilai kelompok asal; dilanjutkan dengan penghitungan skor kemajuan tiap siswa dengan cara membandingkan skor dasar dengan skor kuis sesuai pedoman penghitungan poin kemajuan; dan diakhiri dengan pemberian penghargaan sesuai dengan perolehan rata-rata poin kemajuan kelompok asal.
(7)
Guru dan siswa mengadakan tanya jawab sebagai kegiatan konfirmasi terhadap hasil presentasi perwakilan kelompok siswa untuk meluruskan kesalahpahaman pada siswa,
90
(8)
Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran IPS submateri Teknologi Transportasi dan Pengalaman Menggunakan Teknologi,
(9)
Siswa diberi kesempatan untuk mencatat hasil simpulan,
(10) Pelaksanaan tes formatif 3 IPS submateri Teknologi Transportasi dan tes formatif 4 submateri Pengalaman Menggunakan Teknologi, (11) Pengoreksian tes formatif dan mengevaluasi hasil tes formatif, (12) Pemberian tindak lanjut yaitu remidi bagi siswa yang belum tuntas dan pengayaan bagi siswa yang tuntas, (13) Menutup pelajaran dengan salam, dan (14) Mengimplementasikan tindakan berdasarkan rambu-rambu aktivitas siswa dan performansi guru selama pembelajaran, 3.2.2.3 Pengamatan Kegiatan pengamatan dilakukan sesuai dengan pedoman observasi terhadap aktivitas siswa dan performansi guru dari awal sampai akhir pembelajaran. Pada siklus II kegiatan pengamatan yang dilakukan yaitu sebagai berikut: (1)
Mengamati aktivitas belajar siswa dan aktivitas kelompok selama pembelajaran dari awal hingga akhir dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPS submateri Teknologi Transportasi dan Pengalaman Menggunakan Teknologi,
(2)
Mengamati performansi guru meliputi penguasaan materi, penguasaan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan pengelolaan kelas (menejemen kelas) dalam membelajarkan IPS submateri Teknologi Transportasi dan Pengalaman Menggunakan Teknologi.
91
3.2.2.4 Refleksi Refleksi dilakukan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan yang dilakuakan pada siklus II. Pada tahap refleksi, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut: (1)
Menilai hasil belajar siswa yaitu dengan menghitung nilai tes formatif, rata-rata tes formatif, dan ketuntasan belajar klasikal mata pelajaran IPS submateri Teknologi Transportasi dan Pengalaman Menggunakan Teknologi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,
(2)
Menganalisis lembar observasi terhadap aktivitas belajar siswa, aktivitas kelompok, dan performansi guru selama pembelajaran IPS submateri Teknologi Transportasi dan Pengalaman Menggunakan Teknologi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,
(3)
Melakukan penyimpulan apakah hipotesis tindakan tercapai atau tidak. Jika berhasil, ditandai dengan hasil belajar dan aktivitas siswa serta performansi
guru
telah
sesuai
dengan
indikator
keberhasilan
(meningkat), maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dikatakan berhasil. Berdasarkan hasil refleksi siklus I dan II, diperoleh simpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal maupun performansi guru pada pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi.
92
3.3 Subjek Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas ini yaitu siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal tahun pelajaran 2011/ 2012. Jumlah subjek penelitian terdapat 33 siswa terdiri dari 14 laki-laki dan 19 perempuan. Karakteristik siswa kelas IV di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal memiliki motivasi belajar siswa pada umumnya rendah, ada beberapa siswa hiperaktif dan kebanyakan siswa sering ngobrol dengan teman saat pembelajaran sehingga suasana kelas yang kurang kondusif dan proses pembelajaran tersendat. Selain itu, guru juga terlibat menjadi subjek dalam penelitian tindakan kelas ini. Keterlibatan tersebut dikarenakan guru menjadi subjek pelaku tindakan dalam penelitian. Guru yang dimaksud yaitu peneliti yang juga berperan sebagai guru kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal dalam membelajarkan IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
3.4 Tempat Penelitian Tempat penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal yang beralamat di jalan Samadikun 55 Kelurahan Pesurungan Lor Kecamatan Margadana Kota Tegal. Berdekatan dengan kantor kelurahan Pesurungan, satu kilometer ke arah barat terdapat terminal Kota Tegal dan satu kilometer ke arah utara terdapat tempat pembuangan akhir (TPA) serta 200 meter ke selatan jalan raya Kolonel Sugiono sehingga sering tercium bau tidak sedap dan kebisingan yang dapat mengganggu proses pembelajaran. Selain itu,
93
disekeliling tempat penelitian, kebanyakan warga bermata pencaharian sebagai peternak itik sehingga berdampak negatif pada suasana pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan sering tercium aroma tidak sedap yang berasal dari ternak tersebut.
3.5 Data dan Teknik Pengumpulan Data Dalam subbab ini akan membahas tentang: (1) jenis data, (2) sumber data, (3) teknik pengumpulan data, dan (4) alat pengumpulan data. Uraian selengkapnya yaitu: 3.5.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan berupa data kuantitatif dan kualitatif. Uraian selengkapnya sebagai berikut: 3.5.1.1 Data Kuantitatif Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa hasil belajar siswa yang diperoleh melalui nilai tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa. Tes yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga macam yaitu tes kemampuan awal (pretes) yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan tindakan siklus I, tes formatif yang dilaksanakan pada akhir setiap pertemuan siklus I dan II, dan postes yang dilaksanakan setelah akhir program yaitu setelah pelaksanaan tindakan siklus II. 3.5.1.2 Data Kualitatif Data kualitatif yang akan dikumpulkan berupa data hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dan aktivitas kelompok selama pembelajaran
94
dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dan data hasil pengamatan terhadap performasi guru dalam menerapkan pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 3.5.2 Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini yaitu segala sesuatu yang menunjuk pada asal data diperoleh. Adapun sumber data yang digunakan yaitu sebagai berikut: 3.5.2.1 Siswa Siswa yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini yaitu siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal tahun pelajaran 2011/ 2012 yang berjumlah 33 siswa terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 19 perempuan. Informasi dari siswa berkenaan dengan keadaan dan karekteristik siswa, pandangan siswa mengenai bahan dan media maupun alat peraga, kemampuan dan sikap guru dalam pembelajaran, cara belajar siswa di sekolah, cara penilaian hasil belajar, dan kesulitan belajar siswa, serta hasil belajar yang dicapai siswa. Dalam penelitian ini, pengambilan data yang berasal dari siswa meliputi: (1)
Aktivitas belajar siswa dan aktivitas kelompok selama proses pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
(2)
Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
95
3.5.2.2 Guru Guru yang dimaksud dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu peneliti yang berperan sebagai guru kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal dan sekaligus sebagai peneliti PTK. Informasi dari guru berkenaan dengan program pendidikan sebagai sumber kegiatan pembelajaran, sumber dan bahan pembelajaran, karakteristik dan aktivitas siswa, media pembelajaran dan alat peraga, interaksi guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa, sistem penilaian yang digunakan, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, sumber data dari guru berupa performansi guru selama proses pembelajaran IPS dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. 3.5.2.3 Data dokumen Data dokumen (paper) tidak hanya dibatasi pada kertas, melainkan juga dalam simbol yang berupa grafis, baik berupa tulisan, gambar, tabel, denah, motif dan sebagainya (Arikunto dan Jabar 2010: 88). Data dokumen yang dipakai dalam penelitian ini yaitu data hasil evaluasi siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal tahun pelajaran 2010/ 2011, daftar nama siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal tahun pelajaran 2011/ 2012, identitas siswa, daftar kelompok siswa, daftar presensi siswa, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS) dan sebagainya. 3.5.3 Teknik Pengumpulan Data Secara lebih rinci teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
96
3.5.3.1 Tes Teknik tes dalam proses pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan di awal dan akhir pembelajaran pada setiap siklus. Tes digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Dalam hal ini, tes yang digunakan berbentuk tes tertulis dengan bentuk tes pilihan ganda dan uraian. Tes ini disusun berdasarkan dengan kisi-kisi soal disertai pula kunci jawaban dan pedoman penilaian. 3.5.3.2 Pengamatan (Observasi) Menurut Narbuko dan Achmadi (2008: 70) mengemukakan bahwa pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Senada dengan pendapat Arikunto dan Jabar (2010: 115) mengemukakan bahwa “observasi merupakan proses yang kompleks yaitu suatu proses yang tersusun atas proses biologis dan psikologis.” Yang dimaksud dari proses biologis dan psikologis tersebut yaitu adanya proses pengamatan oleh alat indera dan proses ingatan yang berkaitan dengan perhatian. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh pengamat (observer) pada saat pembelajaran berlangsung sesuai dengan panduan pengamatan. Observasi dimaksudkan untuk mengetahui aktivitas siswa dan performansi guru selama proses pembelajaran. 3.5.3.3 Angket (Kuesioner) Menurut Narbuko dan Achmadi (2008: 76) mengemukakan bahwa “metode kuesioner [angket] adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian
97
pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti.” Angket dalam penelitian ini mengacu pada angket dengan skala Likert. Namun, peneliti merancang angket tersebut menjadi lebih sederhana dan disesuaikan dengan karakteristik siswa sekolah dasar (SD). Jenis angket yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu angket tertutup dan diisi oleh siswa secara langsung. Adapun tujuan penggunaan angket ini yaitu untuk mengetahui motivasi siswa terhadap pembelajaran IPS. 3.5.3.4 Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang berupa dokumen. Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi. Arikunto dalam Sanjaya (2011) mengemukakan bahwa “dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variasi yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah kabar, majalah, prasasti, notulen, raport, leger dan sebagainya.” Senada dengan pendapat tersebut, Arikunto dan Jabar (2010: 117) mengemukakan bahwa data yang terkandung dalam dokumen yaitu mengenai suatu kejadian yang ditulis atau dicetak, seperti surat, catatan harian, dokumen lainnya yang relevan. Dijelaskan pula bahwa akan lebih sempurna jika peneliti menggunakan alat perekam seperti kamera foto maupun kamera video. 3.5.4 Alat Pegumpulan Data Alat pengumpulan data merupakan instrumen yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu :
98
3.5.4.1 Tes Poerwanti (2008: 4-3), “tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab, pertanyaan-pertanyaan yang harus dipilih/ ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes.” Dalam proses pembelajaran aspek yang dimaksud yaitu indikator pencapaian kompetensi. Tujuan penulisan soal tes yaitu untuk mengukur hasil belajar khususnya pada mata pelajaran IPS kelas IV materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes tertulis. Hasil tes berfungsi untuk menunjukkan seberapa besar pemahaman siswa terhadap bahan ajar yang disampaikan. Terdapat tiga tes yang digunakan yaitu: (1) Pretes Pretes dalam penelitian ini dilaksanakan sebelum tindakan siklus I. Hasil pretes digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan awal siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal sebelum pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Selain itu, hasil pretes digunakan pula sebagai skor dasar dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Soal pretes disusun sesuai dengan kisi-kisi soal dengan bentuk tes objektif 30 soal pilihan ganda. (2) Tes Formatif “Tes formatif dilakukan pada saat program pengajaran sedang berlangsung (progress), tujuannya untuk memperoleh informasi tentang jalannya pengajaran sampai tahap tertentu” (Poerwanti 2008: 4-8).
99
Dalam penelitian ini diadakan empat tes formatif pada masing-masing pertemuan dalam setiap siklus. Materi tes formatif dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada tiap submateri. Siklus I pertemuan pertama mencakup submateri Teknologi Produksi dengan jumlah soal pilihan ganda sebanyak lima butir dan uraian tiga butir, sedangkan pada pertemuan kedua meliputi submateri Teknologi Komunikasi dengan jumlah 10 soal pilihan ganda. Sementara, tes formatif pada siklus II pertemuan pertama dan kedua mencakup sebmateri Teknologi Transportasi dan Pengalaman Menggunakan Teknologi masing-masing berjumlah 10 soal pilihan ganda. Hasil tes formatif digunakan pula untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran sehingga hasil tersebut dapat dijadikan sebagai perbaikan pada pertemuan berikutnya. Penyusunan butir soal disesuaikan dengan kisikisi yang telah dirancang. Selain itu, tes ini telah dikonsultasikan dan mendapat rekomendasi dari tim ahli yaitu dosen pembimbing dan guru kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. (3) Postes Postes dalam penelitian ini dilaksanakan di akhir program yaitu setelah tindakan siklus II. Hasil postes digunakan untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal setelah pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Soal postes yang digunakan sama dengan soal pretes yang
100
disusun sesuai dengan kisi-kisi soal mencakup 30 soal dengan bentuk tes objektif pilihan ganda. Dalam penelitian ini, peneliti tidak menggunakan uji validitas soal, oleh karena itu soal-soal tersebut hanya dianalisis oleh ahli yaitu oleh dosen pembimbing dan guru kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. 3.5.4.2 Non Tes Alat pengumpulan data teknik non tes berupa angket, lembar observasi, dan dokumentasi. (1) Angket Alat (instrumen) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa angket motivasi siswa terhadap mata pelajaran IPS. Angket ini disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dirancang. Tujuan pengisian angket oleh siswa yaitu untuk mengetahui seberapa besar motivasi siswa terhadap mata pelajaran IPS. Selain itu, digunakan juga untuk mengetahui khusunya
keinginan jigsaw.
siswa dalam pembelajaran
Angket
tersebut
berupa
check
berkelompok list
yang
disederhanakan yaitu hanya terdapat jawaban “Ya atau Tidak”. Siswa diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang tersedia dengan jawaban tersebut. Penyederhanaan ini disesuaikan dengan karakter siswa SD untuk mempermudah siswa dalam pengisian angket. (2) Lembar Observasi Observasi digunakan sebagai pedoman peneliti dan pengamat dalam melakukan observasi untuk memperoleh data yang diinginkan meliputi aktivitas belajar siswa kelas IV di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal
101
selama pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. Lembar observasi dibuat dan dikonsultasikan pada dosen pembimbing. Observasi dilakukan oleh observer yaitu guru kelas IV dan teman sejawat. Observasi ini dilakukan dengan cara memberi tanda check list lembar observasi yang telah disediakan. Kemudian hasil dari observasi tersebut dianalisis dan dideskripsikan dalam bentuk uraian kalimat. Adapun alat (instrumen) yang digunakan untuk mengamati aktivitas siswa yaitu dengan lembar observasi aktivitas siswa dan kelompok siswa. Sementara, untuk mengamati performansi guru menggunaka instrumen berupa alat penilaian kemampuan guru (APKG). Adapun jenis APKG yaitu APKG 1 untuk penilaian terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan APKG 2 untuk penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, peneliti melengkapi dengan
instrumen
yang
digunakan
untuk
mengamati
model
pembelajaran yang diterapkan yaitu dengan lembar observasi model pembelajaran
kooperatif
tipe
jigsaw.
Lembar
observasi
dan
deskriptornya secara lengkap ada pada lampiran. (3) Dokumentasi Alat dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), daftar presensi siswa, daftar kelompok siswa, daftar nilai siswa, dan data lain yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti melengkapi pula dengan foto dan video hasil rekaman selama proses pembelajaran.
102
3.6 Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data. Berdasarkan data dan hasil pengolahan data yang telah terkumpul, kemudian dianalisis. Semua data dikaji dan dibahas bersama antara peneliti dengan observer. Selanjutnya, kegiatan refleksi dan kegiatan penyimpulan. Dalam subbab ini akan membahas tentang teknik analisis data meliputi: (1) analisis angket siswa, (2) performansi guru, dan (3) aktivitas belajar siswa, serta (4) data hasil belajar siswa. 3.6.1 Analisis Angket Siswa Angket motivasi siswa terhadap pembelajaran IPS terdiri dari 10 indikator, setiap indikator terbagi menjadi empat pernyataan sehingga jumlah pernyataan yang tersedia berjumlah 40 butir. Dengan rincian 20 butir pernyataan positif (+) dan 20 pernyataan negatif (-). Penskoran angket tersebut berdasarkan kesesuaian respon dengan pernyataan angket. Artinya, pernyataan yang bermuatan negatif maka dijawab “Tidak” dan pernyataan positif dengan jawaban “Ya”. Apabila respon siswa sesuai dengan pernyataan angket maka mendapat skor 1. Skor yang diperoleh untuk tiap indikator diakumulasikan menjadi skor perolehan angket. Cara menghitung persentase menggunakan rumus berikut: Persentase
skor keseluruhan yang diperoleha siswa x 100 jumlah siswa x skor maksimum
(Yonny dkk 2010: 177) Selanjutnya, persentase hasil angket ditetapkan dengan kualifikasi kriteria berikut ini: Tabel 3.1 Kriteria Respon Siswa
103
Prosentase
Kriteria
75% - 100%
Sangat Tinggi
50% - 74,99%
Tinggi
25% - 49,99%
Sedang
0% - 24,99%
Rendah
(Yonny dkk 2010: 176) 3.6.2 Data Hasil Performansi Guru Rumus menghitung hasil pengamatan terhadap performansi guru yaitu: (1)
Penilaian lembar pengamatan perencanaan pembelajaran APKG 1 N1
(2)
Penilaian lembar pengamatan pelaksanaan pembelajaran APKG 2 N2
(3)
skor perolehan x 100 skor maksimal
skor perolehan x 100 skor maksimal
Penentuan nilai akhir menggunakan rumus berikut: Nilai Akhir NA
2N1
2N2 4
Setelah diperoleh nilai akhir performansi guru, kemudian tetapkan nilai akhir tersebut dengan tabel kriteria berikut: Tabel 3.2 Konversi Nilai Angka ke dalam Nilai Huruf Nilai angka Nilai huruf A > 85 – 100 AB > 80 – 85 B > 70 – 80 BC > 65 – 70 C > 60 – 65 CD > 55 – 60 D > 50 – 55 ≤ 50 E (Pedoman Akademik UNNES 2009: 49) 3.6.3 Data Aktivitas Belajar Siswa
104
Data kualitatif yaitu hasil observasi sebagai penilaian oleh peneliti dan pengamat mengenai aspek yang diamati. Data tersebut dianalisis dengan proses koding untuk mengorganisir data yaitu dengan penggambaran atau deskripsi dari hasil observasi dan dokumentasi yang telah dikelompokan berdasarkan aspekaspek yang menjadi fokus analisis. Data hasil observasi dalam penelitian ini diperoleh dari hasil skor pada lembar observasi yang digunakan. Persentase perolahan skor pada lembar observasi diakumulasi untuk menentukan seberapa besar keaktifan siswa dalam pembelajaran pada setiap siklusnya. Untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPS, maka analisis ini dilakukan pada instrumen lembar pengamatan dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut (Yonny dkk 2010: 176): (1)
Rumus persentase aktivitas siswa secara individu Persentase
skor keseluruhan yang diperoleh siswa x 100% jumlah siswa x skor maksimum
(2) Rumus persentase aktivitas kelompok siswa Persentase
skor keseluruhan yang diperoleh kelompok x 100% jumlah kelompok x skor maksimum
Persentase keaktifan siswa diperoleh dari rata-rata persentase pada setiap pertemuan. Hasil data observasi dianalisis dengan pedoman berikut: Tabel 3.3 Kualifikasi Prosentase Keaktifan Siswa Prosentase Kriteria 75% - 100% Sangat Tinggi 50% - 74,99% Tinggi 25% - 49,99% Sedang 0% - 24,99% Rendah (Yonny dkk 2010: 175-6) 3.6.4 Data Hasil Belajar Siswa
105
Berdasarkan data penelitian yang sudah terkumpul, maka data tersebut ditabulasi kemudian dianalisis untuk mencapai tujuan-tujuan penelitian. Hasil pretes dibandingkan dengan hasil siklus I, dan hasil siklus I dibandingkan dengan siklus II. Selanjutnya, hasil siklus II dibandingkan dengan hasil postes. 3.6.1.1 Nilai Akhir Hasil Belajar Untuk menentukan nilai akhir hasil belajar siswa yaitu dengan rumus: Nilai Akhir NA
Skor Perolehan x 100 Skor Maksimal
(BSNP 2007: 25) 3.6.1.2 Rata-rata Kelas Untuk menentukan nilai rata-rata kelas menggunakan rumus berikut ini: X
∑X N
Keterangan : X
= Rata-rata (mean)
∑X
= Jumlah seluruh skor
N
= Banyaknya subjek
(Sudjana 2010: 109) 3.6.1.3 Tuntas Belajar Klasikal (TBK) Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar klasikal menggunakan rumus sebagai berikut: p
∑ siswa yang tuntas belajar x 100% ∑ siswa
(Aqib dkk 2010: 41) Selanjutnya, persentase tersebut disesuaikan dengan kriteria tingkat keberhasilan belajar dalam tabel 3.4. Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Klasikal
106
Tingkat Keberhasilan > 80% 60-79% 40-59% 20-39% < 20% (Aqib dkk 2010: 41)
Kriteria Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
3.7 Indikator Keberhasilan Untuk dapat mengetahui meningkatnya proses dan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal melalui jigsaw, maka perlu dibuat indikator sebagai berikut: 3.7.1
Performansi Guru Nilai akhir performansi guru dalam pembelajaran minimal 71 (B). Adapun
penjabaran skor perolehan dan nilai minimal untuk setiap APKG yaitu: (1)
APKG I perolehan skor terendah sebesar 23 dengan nilai 71,875.
(2)
APKG II perolehan skor terendah sebesar 29 dengan nilai 72,50. Demikian juga, guru dikatakan berhasil dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw apabila telah mencapai nilai minimal 71 (B). 3.7.2 Aktivitas Belajar Siswa Siswa dikatakan aktif apabila keaktifan siswa, baik dalam aktivitas belajar individu maupun kelompok mencapai persentase keaktifan siswa sebesar 70% dengan kriteria keaktifan tinggi. 3.7.3 Hasil Belajar Siswa Siswa dikatakan tuntas apabila rata-rata kelas sekurang-kurangnya 71 (KKM IPS kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal tahun pelajaran 2011/ 2012) dan persentase ketuntasan klasikal sekurang-kurangnya 75%.
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan persiapan-persiapan yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian. Persiapan tersebut meliputi (1) mengajukan surat ijin penelitian dari lembaga, (2) bertanya kepada siswa mengenai kegiatan pembelajaran IPS yang telah dilaksanakan di kelas, berkomunikasi dengan guru kelas mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan dan menanyakan mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw serta mengkomunikasikan tentang waktu dan materi serta sumber belajar yang digunakan, (3) meminjam dan mengkomunikasikan program semester mensinkronisasikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan perangkat pembelajaran lainnya yang telah dibuat peneliti kepada guru kelas IV di SD tersebut, serta (4) mengadakan observasi kelas, pretes dan pengisian angket siswa. Adapun paparan selengkapnya yaitu sebagai berikut:
4.1 Hasil Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai guru kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal yang mengelola kegiatan pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Guru kelas IV di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal berperan sebagai pengamat dibantu teman sejawat mahasiswa. Penelitian 107
108
tindakan kelas ini dilakukan sebanyak empat kali pertemuan. Siklus I dua pertemuan dan siklus II dua pertemuan. Pertemuan pertama siklus I berlangsung tanggal 25 April 2012. Pertemuan kedua siklus I tanggal 2 Mei 2012, sedangkan pertemuan pertama siklus II berlangung pada tanggal 12 Mei 2012 dan pertemuan kedua siklus II tanggal 19 Mei 2012. Sebelum melaksanakan tindakan siklus I dan II, peneliti memberikan penjelasan kepada siswa bahwa kegiatan pembelajaran yang diterapkan merupakan kegiatan pembelajaran kelompok, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Tahapan jigsaw meliputi: (1) pembentukan kelompok asal secara heterogen, (2) pembelajaran pada kelompok asal, (3) pembentukan kelompok ahli, (4) diskusi kelompok ahli, (5) diskusi kelompok asal, (6) diskusi kelas, (7) pemberian kuis, dan (8) pemberian penghargaan kelompok. Perlu diketahui bahwa dalam tahapan jigsaw, pemberian penghargaan berdasarkan pada perolehan rata-rata poin kemajuan yang diperoleh setiap siswa kemudian dikontribusikan pada nilai kelompok, sedangkan poin kemajuan diperoleh dari peningkatan skor dasar dengan skor kuis dari masing-masing siswa. Oleh karena itu, perlu ada skor dasar untuk memulai tahapan jigsaw. Selain tujuan pretes yang digunakan sebagai tes kemampuan awal siswa, hasil pretes juga digunakan sebagai skor dasar dalam tahapan jigsaw. Peneliti juga menjelaskan bahwa dalam kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS tersebut dikerjakan secara individu di dalam kelompok asal, kemudian jawaban yang diperoleh didiskusikan dengan anggota kelompok ahli. Hasil diskusi kelompok ahli ditulis dalam lembar jawab LKS. Selanjutnya, hasil
109
diskusi tersebut disampaikan kepada anggota kelompok asal. Hal tersebut dilakukan agar siswa dapat bertukar informasi sehingga siswa dengan mudah dapat menemukan sendiri pengetahuannya. Selain itu, kegiatan tersebut secara tidak langsung melatih tanggung jawab siswa dan penerimaan perbedaan individu di dalam kelompoknya, sehingga terjalin hubungan saling ketergantungan positif yang berdampak positif pada terciptanya interaksi antarsiswa dalam persaingan yang sehat. Kelompok yang sudah selesai dalam mengerjakan tugas diberi kesempatan untuk mempresentasikan jawaban di depan kelas, kemudian ditanggapi oleh kelompok lain. Selanjutnya, peneliti mengadakan konfirmasi untuk meluruskan kesalahpahaman siswa dan pengadaan kuis. Skor kuis dibandingkan dengan skor awal, sehingga diperoleh poin kemajuan. Akumulasi poin kemajuan tiap siswa menjadi rata-rata kelompok asal, kemudian dikualifikasi dengan kriteria penghargaan kelompok jigsaw. Penghargaan kelompok diberikan secara bertingkat yaitu sesuai dengan perolehan rata-rata nilai kelompok. Adapun kriteria penghargaan kelompok jigsaw dari kualifikasi tertinggi sampai dengan terendah meliputi kelompok super, hebat, dan baik. Dalam kegiatan pembelajaran kelompok, setiap siswa harus berperan aktif agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Peneliti menjelaskan kepada siswa bahwa dengan belajar kelompok dapat melatih siswa memiliki kemampuan berkomunikasi, berpendapat, dan bekerja sama, sehingga bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan bermasyarakat. Pada subbab ini diuraikan tentang deskripsi data pelaksanaan tindakan siklus I dan II. Hasil penelitian ini meliputi hasil tes dan non tes. Hasil tes berupa
110
pretes, tes formatif, dan postes, sedangkan non tes berupa hasil angket dan data observasi terhadap aktivitas belajar siswa dan performansi guru. Kegiatan pretes bertujuan untuk mengukur kemampuan awal siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal pada mata pelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi, nilai pretes digunakan pula untuk skor dasar pada penerapan model jigsaw. Kegiatan pretes dilaksanakan pada tanggal 21 April 2012 diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Pretes Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPS Materi Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi Kelas Interval
Jumlah siswa
23 - 34 1 35 - 46 4 47 - 58 14 59 - 70 2 71 - 82 5 83 - 94 7 Rata-rata nilai
Ketuntasan Belajar 3,03% 12,12% 42,42% 6,06% 15,15% 21,21%
Jumlah
Persentase Ketuntasan Belajar
Ket.
21
63,64%
Belum tuntas
12
36,36%
Tuntas
61,82
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, diperoleh rata-rata nilai pretes mata pelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi sebesar 63,64 dengan persentase ketuntasan belajar klasikal mencapai 36,36%. Artinya, hanya 12 siswa yang memenuhi nilai KKM (≥71) dari jumlah 33 siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal dikatakan masih rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan perolehan rata-rata nilai 61,82 dengan ketuntasan belajar klasikal yang
111
baru mencapai 36,36% dan hanya 12 dari 33 siswa yang memenuhi KKM (mencapai nilai lebih dari sama dengan 71). Pada kegiatan prasiklus, dilaksanakan pengisian angket untuk mengetahui seberapa besar motivasi siswa terhadap mata pelajaran IPS. Pengisian angket dilakukan pada tanggal 23 April 2012 diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil Angket Motivasi Siswa terhadap Mata Pelajaran IPS No.
Indikator
1 2 3
Memiliki rasa ingin tahu terhadap IPS Memiliki perhatian dalam IPS Memiliki minat mempelajari IPS Memiliki rasa percaya diri dalam pemecahan masalah Memiliki kesungguhan dalam melaksanakan nilai-nilai sosial Memiliki kesadaran untuk menghargai diri sendiri Memiliki keterampilan berkomunikasi dalam kelompok model jigsaw Memiliki keterampilan bekerja sama dalam kelompok model jigsaw Memiliki keterampilan berkompetisi (bersaing) secara sehat model jigsaw Memiliki keterampilan menghargai perbedaan dalam kelompok
4 5 6 7 8 9 10
Rata-rata
Skor Persentase
Kriteria
110 107 104
91,67% 89,17% 86,67%
Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
101
84,17%
Sangat Tinggi
111
92,50%
Sangat Tinggi
102
85,00%
Sangat Tinggi
100
83,33%
Sangat Tinggi
105
87,50%
Sangat Tinggi
106
88,33%
Sangat Tinggi
100
83,33%
Sangat Tinggi
104,6 87,17%
Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, diketahui bahwa pengisian angket diikuti oleh 30 siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal yang memperoleh respon dengan kriteria sangat tinggi ditunjukkan dengan hasil angket rata-rata sebesar 87,17%. Perolehan angka tersebut berbanding terbalik dengan hasil pretes. Rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas IV diperkuat dengan perolehan nilai IPS
112
siswa kelas IV tahun pelajaran 2010/ 2011 dengan persentase ketuntasan belajar klasikal hanya 20%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal sudah memiliki motivasi yang sangat tinggi terhadap IPS, tetapi dengan pembelajaran IPS yang telah berlangsung selama ini mempengaruhi rendahnya perolehan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, perlu adanya upaya perbaikan dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. Upaya tersebut dilakukan dengan cara menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sehingga diharapkan dapat meningkatkan proses dan hasil belajar IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal.
4.1.1 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan pertama pada siklus I mempelajari submateri Teknologi Produksi dan pertemuan kedua pada submateri Teknologi Komunikasi. Masingmasing pertemuan tersedia alokasi waktu tiga jam pelajaran (3JP) atau sama dengan 3x35 menit. Pada deskripsi data pelaksanaan tindakan siklus I ini akan membahas deskripsi hasil belajar, deskripsi hasil observasi proses pembelajaran, refleksi, dan revisi siklus I. 4.1.1.1 Paparan Hasil Belajar Berdasarkan hasil pretes siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal tergolong rendah, maka perlu upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
113
tipe jigsaw. Hasil belajar tersebut meliputi hasil belajar individu dan hasil belajar yang diperoleh dari kelompok. Setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terjadi peningkatan hasil belajar melalui tes formatif baik pertemuan petama maupun kedua, pada siklus I. Hasil tes formatif pertemuan pertama dan kedua pada siklus I sebagai berikut: Tabel 4.3 Data Hasil Belajar IPS Siklus I
Hasil Belajar Skor ≥ 71 Skor < 71 Rata-rata nilai Rata-rata
Siklus I Pertemuan 1 Pertemuan 2 Ketuntasan Belajar Ket. Banyak Banyak Persentase Persentase Klasikal Siswa Siswa 18 54,55 22 66,67 60,61% Tuntas Belum 15 45,45 11 33,33 39,39% Tuntas 69,32
82,42 75,87
Berdasarkan tabel 4.3 tersebut, diperoleh nilai rata-rata pada siklus I pertemuan pertama sebesar 69,32 dan pertemuan kedua meningkat menjadi 82,42. Selanjutnya, ketuntasan belajar klasikal pada pertemuan pertama memperoleh angka 54,55% dengan jumlah siswa yang memenuhi KKM sebanyak 18 siswa. Sementara, ketuntasan belajar klasikal pada pertemuan kedua meningkat menjadi 66,67% dengan jumlah siswa yang telah memenuhi KKM (≥71) sebanyak 22 dari 33 siswa. Dari pemaparan hasil belajar siklus I, maka dapat dikatakan bahwa penerapan model kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa
114
k kelas IV SD D Negeri Peesurungan L Lor 1 Tegal. Peningkataan tersebut dilihat d dari p perbandinga an rata-rata nilai n pretes ddengan hasil siklus I paada mata pellajaran IPS m materi Teknnologi Produuksi, Komuunikasi, dan Transportassi. Perolehaan rata-rata n nilai pretes sebesar 61,82 meninngkat menjaadi 75,87 ppada siklus I setelah m menerapkan n model pem mbelajaran kooperatif tippe jigsaw. K Kenaikan rata-rata nilai y yang diperooleh siswa pada pelaksanaan prettes maupun pada masiing-masing p pertemuan siklus I dapatt dilihat padaa diagram beerikut ini:
2 55.12
Pre Tes
69.32
Perteemuan 1
822.42
Pertemuaan 2
Diaggram 4.1 Hasil Rata-Rataa Nilai Sikluus I Selain n itu, kenaikan terjadi pula pada ketuntasan belajar klassikal. Pada p pelaksanaan n pretes, kettuntasan bellajar klasikaal yang hannya mencap pai 36,36% m meningkat p pada siklus I menjadi 60,61%. Perssentase ketuuntasan belajjar klasikal s siklus I dapaat dilihat dalam diagram 4.2.
115
39,39% persentaase ketuntassan belajar klasikal > 75%
60,61%
persentaase ketidakttuntasan belajar kklasikal
D Diagram 4.2 Persentase K Ketuntasan Belajar B Klasiikal Siklus I upun demikian, pada sikklus I baik pertemuan p pertama mauppun kedua, Walau k ketuntasan belajar b secara klasikal beelum mencappai angka 755%, sehingga perlu ada u upaya perbaaikan pada siklus s berikuutnya yaitu pada sikluss II. Selanjuutnya, pada s siklus I menunjukkan m n peningkattan hasil belajar b kelompok sisw wa dalam p pembelajara an dengan model m pembbelajaran kooperatif tipee jigsaw daapat dilihat p pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Nilai N Peningk katan dan Krriteria Penghhargaan Keloompok Jigsaaw Siklus I
Nama kelo ompok Diponegorro Pattimura Soedirman n Imam Bonj njol Antasari
Rata-rata Pooin Kemajuan R P Pertemuan 1 2 17 7 21 24 4 25 24 4 23 21 23 15 16
Kriterria Pengharrgaan Pertem muan 1 2 Baik Heebat Hebat Suuper Hebat Heebat Hebat Heebat Baik Baaik
Berdassarkan tabel 4.4 di atas, dapat diketaahui bahwa penghargaan p n kelompok y yang diberik kan pada sik klus I pertem muan pertam ma yaitu keloompok baik dan hebat. K Kelompok b baik diraih oleh o kelomppok Diponeggoro dan Anntasari dengaan rata-rata n nilai pening gkatan kelom mpok sebessar 17 dan 15, Kelomppok hebat diraih d oleh
116
kelompok Pattimura dan Soedirman dengan rata-rata nilai peningkatan kelompok sebesar 24, sedangkan kelompok Imam Bonjol dengan rata-rata nilai peningkatan kelompok sebesar 21. Dengan demikian, kelompok yang mendapatkan penghargaan dengan kriteria super (rata-rata nilai peningkatan ≥ 25) belum ada. Pada siklus I pertemuan kedua, terjadi peningkatan penghargaan kelompok siswa. Penghargaan kelompok yang diberikan pada pertemuan kedua yaitu kelompok super, hebat dan baik. Kelompok super diraih oleh kelompok Pattimura dengan rata-rata nilai sebesar 25. Kelompok hebat diraih oleh kelompok Diponegoro, Soedirman dan Imam Bonjol dengan rata-rata nilai masing-masing 21, 23 dan 23, sedangkan kelompok baik diraih oleh kelompok Antasari dengan rata-rata nilai 16. Dengan demikian, pada siklus I pertemuan kedua terdapat satu kelompok yang memperoleh kriteria kelompok super (rata-rata nilai ≥ 25). Selanjutnya, perolehan rata-rata nilai kelompok siswa dalam jigsaw pada siklus I dapat digambarkan dalam diagram 4.3 berikut: 100 80 60 40 20 0
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Diponegoro Pattimura Soedirman
Imam Bonjol
Antasari
Diagram 4.3 Rata-rata Nilai Kelompok Siswa dalam Jigsaw pada Siklus I Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas IV baik secara individu maupun kelompok dalam pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi melalui penerapan
117
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal dikatakan meningkat. Akan tetapi, pada ketuntasan belajar klasikal siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan (≥75%) sehingga perlu adanya upaya perbaikan pada berikutnya yaitu siklus II. 4.1.1.2 Deskripsi Observasi Proses Pembelajaran Observasi digunakan untuk memantau proses aktivitas siswa dan peneliti selama proses pembelajaran. Uraian selengkapnya sebagai berikut: 4.1.1.2.1 Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I Tabel 4.5 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I
No. 1.
Aspek yang Diamati
Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Eksplorasi 2. (Penjelasan Materi) Kegiatan Elaborasi 1 3. (Pembentukan kelompok asal dan pembagian tugas) Kegiatan Elaborasi 2 4. (diskusi kelompok ahli) Kegiatan Elaborasi 3 5. (diskusi kelompok asal) Kegiatan Konfirmasi 6. (Pelurusan kasalahpahaman dan penyimpulan) Kegiatan Penutup 7. (Tes formatif dan tindak lanjut) Jumlah Rata-rata Kriteria
Hasil Aktivitas Belajar Siswa (%) Rata-rata (%) Pertemuan 1 2 62,50 84,09 73,30 56,82
80,30
68,56
67,05
81,06
74,06
51,14
79,55
65,35
50,76
76,14
63,45
51,14
83,33
67,24
72,35
85,23
78,79
411,76 58,82 Tinggi
569,70 81,39 Sangat Tinggi
490,73 70,10 Tinggi
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I telah mencapai 70,10% dengan kriteria tinggi. Angka tersebut menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 70%. Namun, aktivitas belajar
118
s siswa pada siklus I dapat dilihat baahwa ada em mpat aspek yang y belum memenuhi i indikator keeberhasilan. Aspek terseebut melipuuti kegiatan ekplorasi, elaborasi e 2 d 3 dan pada kegiattan konfirm dan masi. Kegiataan eksploraasi hanya memperoleh m a angka 68,566% khususnnya pada kkegiatan meengajukan ppertanyaan pada guru m mengenai materi m yang belum jelass. Sementaraa, aspek elaaborasi 2 memperoleh m 6 63,35% khuususnya padda kegiatan berani mennanggapi peendapat tem man dengan s sopan, sedanngkan padaa kegiatan eeksplorasi 3 mendapatkaan 63,45% khususnya p pada keberaanian siswa dalam d merespon (menannggapi) hasiil presentasii kelompok l lain. Selanju utnya, kegiaatan konfirm masi mempeeroleh 67,244% yang maasih belum m mencapai inndikator kebberhasilan 770 %, khusuusnya pada aktivitas sisswa dalam m membuat sim mpulan/ ranngkuman pellajaran. Wallaupun dem mikian, aktiviitas belajar s siswa pada siklus I padda dasarnya mengalami peningkatann di setiap pertemuan. p B Berikut ini sajian s peninggkatan aktiviitas belajar siswa s pada setiap pertem muan.
100.00% 81.39% % 50.00% 58.82% 0.00% Pertemuaan 1
Perttemuan 2
Diagram 4.4 Peningkatan P A Aktivitas Beelajar Siswa pada Siklus I
Sementara, aktivvitas kelom mpok siswa dalam pem mbelajaran IPS I materi T Teknologi P Produksi, Komunikasi, dan Transportasi dengaan menerapk kan model p pembelajara an kooperatiff tipe jigsaw pada siklus I dapat dilihhat pada tabeel 4.6. Tabell 4.6 Hasil Pengamatan Aktivitas A Keelompok Sisw wa pada Sikklus I
119
No. Aspek yang Diamati Mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang akan dipelajari secara garis besar. Mempelajari submateri yang telah 2 diberikan guru Kerjasama siswa dalam belajar 3 dengan kelompok ahli Keberanian siswa dalam 4 mengemukakan pendapat/ tanggapan Ketekunan siswa dalam tugas yang 5 menjadi tanggung jawab individu Kemampuan siswa dalam menyampaikan hasil kerja dengan 6 dengan kelompok ahli kepada anggota kelompok asal Kerjasama siswa dalam kelompok 7 asal untuk menyatukan hasil kerja dari masing-masing tim ahli Keberanian siswa dalam 8 mempresentasikan hasil kerjanya kepada teman sekelas Pembagian peran dan tugas anggota 9 dalam kelompok Ketepatan waktu menyelesaikan 10 tugas Jumlah Rata-rata 1
Kriteria
Pertemuan 1 2
Rata-rata Kriteria
57,50%
82,50% 70%
Tinggi
57,50%
70%
63,75% Tinggi
75%
75%
75%
62,50%
77,50% 70%
80%
92,50% 86,25% Sangat Tinggi
72,50%
72,50% 72,50% Tinggi
77,50%
85%
81,25% Sangat Tinggi
80%
80%
80%
75%
90%
82,50% Sangat Tinggi
60%
80%
70%
Sangat Tinggi Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
697,50% 805,00% 751,25% 69,75% 80,50% 75,13% Sangat Sangat Tinggi Tinggi Tinggi
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, pada siklus I pertemuan pertama, aktivitas kelompok siswa dalam pembelajaran jigsaw memperoleh angka 69,75% dengan kriteria tinggi. Meskipun sudah dalam kriteria tinggi, tetapi angka tersebut belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan sebesar 70%, sedangkan aktivitas kelompok siswa pada pertemuan kedua mencapai 80,50% dengan kriteria sangat tinggi sehingga pada pertemuan kedua dapat dikatakan berhasil karena telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
120
Aktivitas kelompok siswa pada siklus I memperoleh rata-rata sebesar 75,13% dengan kriteria sangat tinggi dan angka tersebut telah mencapai indikator keberhasilan 70%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi dapat meningkatkan aktivitas kelompok siswa kelas IV di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. Namun, ada satu aspek yang belum memenuhi indikator keberhasilan yaitu aspek mempelajari submateri yang telah diberikan guru. Aspek tersebut memperoleh rata-rata sebesar 63,75%. Oleh karena itu, perlu upaya perbaikan pada siklus berikutnya. Data hasil pengamatan terhadap aktivitas kelompok pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Data Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Kelompok Siswa Siklus I Nilai Nama Kelompok Diponegoro Pattimura Soedirman Imam Bonjol Antasari Jumlah Rata-rata Kriteria
Pertemuan 1 2 Observer Observer 1 2 1 2 73 55 90 73 83 65 95 85 80 63 88 75 80 70 83 73 78 58 80 63
Rata-rata (%) Pertemuan 1
2
64 74 71,50 75 68 352,5 70,50
81,50 90 81,50 78 71,50 402,5 80,50 Sangat Tinggi
Tinggi
Rata-rata (%)
72,75 82 76,50 76,50 69,75 377,50 75,50 Sangat Tinggi
Kriteria
Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, aktivitas kelompok siswa pada siklus I dikatakan meningkat yaitu rata-rata nilai pada pertemuan pertama sebesar 70,50% dengan kriteria tinggi menjadi 80,50% dengan kriteria sangat tinggi pada pertemuan kedua. Selanjutnya, rata-rata nilai aktivitas kelompok siswa pada siklus I memperoleh angka sebesar 75,50% dengan kriteria sangat tinggi. Perolehan rata-
121
r rata nilai pada p siklus I telah mencapai m inndikator kebberhasilan yang y telah d ditetapkan. P Peningkatan aktivitas keelompok sisw wa pada setiaap pertemuaan disajikan d dalam diagraam 4.5 berikkut: Pertemuuan 1 100 80 60 40 20 0
81.5 64
Diponegoro
74
90
Pattimura
71.5
Perttemuan 2 81.55
75 788
Soedirmaan Imam Bonnjol
68 711.5
Antasaari
Diaggram 4.5 Penningkatan Akktivitas Keloompok Sisw wa Pada Sikluus I Kelom mpok tertingggi diperoleh kelompok Pattimura P deengan rata-raata nilai 82 d dalam kriteria tingggi, sedangkkan kelomppok terendahh diperoleh kelompok dan A Antasari seebesar 69,75% dengann kriteria tinggi. t Denngan demikian, dapat d disimpulkan n bahwa aktiivitas kelom mpok siswa kelas k IV di S SD Negeri Pesurungan P L 1 Tegall pada sikluss I telah meeningkat dalaam pelaksannaan pembellajaran IPS Lor m materi Tekknologi Prooduksi, Kom munikasi, dan d Transpoortasi denggan model p pembelajara an kooperatiff tipe jigsaw. 4 4.1.1.2.2 Data Performaansi Guru daalam Pembelajaran IPS Siklus S I Berikuut ini disajjikan data penilaian performansi guru padaa siklus I p p pertemuan 1 dan 2. Peenilaian perrformansi gu uru mengguunakan Alatt Penilaian K Kemampuan n Guru (AP PKG) melipputi APKG 1 dan 2. B Berikut dataa penilaian k kemampuan n guru dalam m merencannakan pembbelajaran (A APKG 1) yang tersaji d dalam tabel 4.8. Tabeel 4.8 Data Penilaian P RP PP pada Sikluus I
122
No.
Aspek yang diamati
1 Indikator pembelajaran 2 Tujuan pembelajaran 3 Materi ajar 4 Alokasi waktu 5 Metode pembelajaran 6 Kegiatan pembelajaran 7 Penilaian 8 Sumber belajar/ media Jumlah Nilai APKG 1 Kriteria
Skor Pertemuan 1 2 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 25 28 78,13 87,50
Rata-rata 4 3 3 3,5 3,5 3 3 3,5 26,5 82,81 AB
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, diketahui bahwa rata-rata nilai kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran pada siklus I memperolah skor 26,5 dan mencapai nilai 82,81 dengan kriteria A. Perolehan angka tersebut telah sesuai dengan indikator keberhasilan yaitu perolehan skor APKG 1 minimal 23. Tabel 4.9 Data Penilaian terhadap Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus I No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Aspek yang diamati
Kegiatan pendahuluan Kegiatan Eksplorasi Kegiatan Elaborasi 1 Kegiatan Elaborasi 2 Kegiatan Konfirmasi 1 Kegiatan Konfirmasi 2 Kemampuan mengelola kelas Keterapan antara waktu dan materi pelajaran Menyampaikan materi sesuai dengan hierarki 9 belajar dan karakter siswa 10 Kegiatan penutup Jumlah Nilai APKG 2 Kriteria
Skor Pertemuan 1 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
Rata-rata 3,5 3 3 3 3 3 3 3,5
3
3
3
3 30 75
3 32 80
3 31 77,50 B
Berdasarkan tabel 4.9, pelaksanaan pembelajaran siklus I memperoleh nilai 77,50 dalam kriteria B dengan jumlah skor 31. Perolehan angka tersebut telah sesuai dengan indikator keberhasilan perolehan skor APKG 2 minimal 28,4.
123
D Dengan dem mikian, dappat diperolehh data rekaapitulasi hassil penilaiann terhadap p performansi guru yang dapat d dirangkkum dalam tabel t 4.10. 4 Rekapitulasi Data Penilaian P Performansi Guru G pada Sik klus I Tabel 4.11
No.
APKG
1 APKG 1 2 APKG 2 Nilai akhirr (NA) Kriteria
Jumlah h Skor Pertem muan 1 2 25 28 30 32
Nilai Pertemuaan 1 2 78,13 887,50 75 80
Nilai N (N) siklus I 82,81 77,50 81,16 AB
Berdassarkan tabell 4.10 di ataas, nilai akhhir performaansi guru pada siklus I m memperoleh h nilai sebesar 81,16 denngan kriteriaa AB. Nilai tersebut meenunjukkan b bahwa perfoormansi guruu pada sikluss I telah menncapai indikkator keberhaasilan yang d ditetapkan y yaitu ≥71. Perolehan P haasil penilaiaan performannsi guru padda siklus I t terangkum d dalam diagraam 4.6. 82.81
0 77.50
100 50 0 APKG 1
APKG 2
Diagram 4.6 4 Penilaiann Performanssi Guru padaa Siklus I 4 4.1.1.2.3 Data Hasil Penerapan Moodel Pembelaajaran Koopeeratif tipe Jig gsaw Data hasil peenilaian perrformansi guru dalam m penerapan
model
p pembelajara an kooperatif tipe jigsaw w pada mata pelajaran IPS materi Teknologi P Produksi, Komunikasi, K dan Transportasi siswaa kelas IV S SD Negeri Pesurungan P L 1 Tegal tersaji dalam Lor m tabel 4.11..
124
Tabel 4.11 Data Hasil Penilaian terhadap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada Siklus I Skor No. Aspek yang diamati Pertemuan 1 2 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa 3 4 2 Menyampaikan informasi 4 4 3 Pembentukan kelompok asal dan kelompok ahli 3 3 Membaca materi dan LKS 4 3 3 5 Diskusi kelompok ahli 3 4 Diskusi kelompok asal (laporan kelompok) 6 3 3 7 Diskusi kelas (Laporan Klasikal) 3 3 Pemberian kuis 8 3 3 9 Pemberian penghargaan kelompok 3 3 Jumlah 28 30 Nilai 77,78 83,33 Kriteria
Rata-rata 3,5 4 3 3 3,5 3 3 3 3 29 80,56 AB
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi memperoleh nilai sebesar 80,56 dengan kriteria AB. Nilai tersebut telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu minimal 71. 4.1.1.3 Refleksi Data yang diperoleh dalam pelaksanaan siklus I yaitu berupa tes dan non tes. Hasil tes menggunakan nilai pretes dan tes formatif, sedangkan non tes menggunakan angket motivasi siswa terhadap IPS, lembar aktivitas belajar siswa dan aktivitas kelompok, lembar penilaian performansi guru dalam proses pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, serta lembar penilaian performansi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Data-data hasil pengamatan tersebut dilakukan oleh guru mitra dan teman sejawat.
125
Selanjutnya, data tersebut direfleksi oleh peneliti. Tujuan melakukan refleksi yaitu untuk mengevaluasi hasil tindakan penelitian yang telah dilakukan pada siklus I. Hasil evaluasi berupa kekurangan-kekurangan pada pelaksanaan tindakan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mata pelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. Selanjutnya, hasil evaluasi digunakan sebagai acuan perbaikan dalam penyusunan rencana tindakan pada siklus berikutnya (siklus II). Proses evaluasi dilakukan oleh peneliti di akhir setiap pertemuan pada tindakan siklus I yang didasarkan pada hasil diskusi peneliti bersama guru mitra dan teman sejawat mengenai hambatan-hambatan dan masalah yang terjadi dalam melaksanakan pembelajaran siklus I. Sebelum pelaksanaan siklus I, peneliti mengadakan pretes dan pengisian angket tentang motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS. Adapun hasil nilai pretes yang diikuti oleh 33 siswa yaitu sebesar 61,82 (36,36%). Hal ini, menunjukkan bahwa hasil pretes belum sesuai harapan (KKM ≥71) dan belum mencapai persentase ketuntasan klasikal sebesar 75%. Walaupun demikian, motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS cukup tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil angket memperoleh persentase 87,17% dengan kriteria sangat tinggi. Dengan demikian, hasil belajar siswa sebelum diadakan tindakan siklus I masih termasuk dalam ketegori rendah. Rendahnya hasil belajar disebabkan karena guru dalam kegiatan pembelajaran belum optimal, penggunaan model pembelajaran belum variatif dan inovatif. Setelah
pretes
dan
pengisian
angket,
selanjutnya
diterapkan
tindakan
pembelajaran inovatif yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
126
tipe jigsaw. Rata-rata nilai tes formatif siklus I diperoleh angka sebesar 75,87 (60,61%). Dengan demikian, hasil belajar siswa pada putaran pertama belum mencapai ketuntasan belajar kasikal 75%. Selain itu, persentase rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 70,10% dengan kriteria tinggi dan hasil penilaian aktivitas kelompok siswa memperoleh angka sebesar 75,13% dengan kriteria sangat tinggi. Berdasarkan rata-rata nilai tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada siklus I telah mengalami peningkatan secara klasikal. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perolehan nilai pada siklus I telah melebihi nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 71. Namun, ketuntasan belajar klasikal belum memenuhi indikator keberhasilan sebesar 75%. Aktivitas belajar siswa pada siklus I pertemuan pertama masih di bawah indikator keberhasilan yang ditetapkan sebesar 70%, yaitu hanya 58,82% dengan kriteria tinggi. Hal ini disebabkan siswa kurang percaya diri meskipun mereka mampu memecahkan masalah dalam kelompok, siswa kurang berani bertanya dan mengungkapkan pendapat dan siswa terkesan ragu dan malu ketika diberi kesempatan mengemukakan pendapat. Sementara, pada siklus I pertemuan kedua, aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 81,39% dengan kriteria sangat tinggi. Perolehan angka tersebut telah mencapai indikator keberhasilan sebesar 70%. Peningkatan aktivitas belajar siswa pada pertemuan kedua siklus I, ditunjukkan dengan ketika diberi kesempatan, terdapat beberapa siswa yang berani berpendapat. Terdapat pula beberapa siswa berani menjawab pertanyaan dari guru mengenai materi yang sedang dipelajari. Selain itu, aktivitas kelompok siswa pada siklus I juga meningkat. Dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata nilai pada pertemuan pertama sebesar
127
69,75% dengan kriteria tinggi menjadi 80,50% dalam kriteria sangat tinggi. Dengan demikian, aktivitas kelompok siswa pada siklus I juga telah meningkat yaitu dengan perolehan rata-rata nilai siklus I mencapai 75,13% dengan kriteria sangat tinggi dan telah mencapai indikator keberhasilan 70%. Performansi guru dalam merencanakan pembelajaran pada siklus I mendapat nilai 82,81 dengan kriteria AB, dan penilaian pelaksanaan pembelajaran pada siklus I sebesar 77,50 dengan kriteria B. Nilai akhir performansi guru pada siklus I sebesar 81,16 dengan kriteria AB. Hal tersebut telah mencapai indikator keberhasilan dalam perfomansi guru sebesar 71. Pada siklus I pertemuan pertama, performansi guru dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memperoleh nilai sebesar 77,78. Perolehan angka tersebut dapat dikategorikan dalam kriteria B. Namun, pada pelaksanaan model tersebut, guru terlihat belum dapat mengondisikan kelas, guru masih berpusat pada satu kelompok tertentu dan kurang memperhatikan alokasi waktu yang ditentukan sehingga pembelajaran yang berlangsung terlihat tergesa-gesa. Selain itu, penggunaan media power point belum dimanfaatkan secara maksimal, terbukti belum adanya interaksi antara siswa dengan media tersebut. Guru hanya berpusat pada tampilan materi pada laptop sehingga aktivitas siswa tidak terarah dan diluar bimbingan guru. Selanjutnya, pada pertemuan kedua, performansi guru dalam menerapkankan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw meningkat menjadi 83,33 dengan kriteria AB. Perolehan nilai performansi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus I sebesar 80,56 dengan kriteria AB.
128
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada siklus I terjadi peningkatan pada pertemuan pertama dan kedua. Peningkatan tersebut diupayakan melalui proses refleksi pada setiap akhir pertemuan. Hal ini bertujuan agar peningkatan terjadi tidak hanya pada setiap siklus saja, melainkan peningkatan juga terjadi pada setiap pertemuan. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada setiap pertemuan dijadikan sebagai acuan perbaikan pada pertemuan selanjutnya sehingga diharapkan terjadi peningkatan yang berkelanjutan. Walaupun demikian, peningkatan tersebut belum mencapai indikator keberhasilan. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan mencari solusi untuk memecahkan masalah yang telah diidentifikasi. Kekurangan atau masalah yang berhasil diidentifikasi saat pelaksanaan tindakan siklus I tersebut diperoleh dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan performansi guru. Identifikasi masalah atau hambatan yang berasal dari siswa yaitu: (1) Keberadaan siswa yang belum terbiasa belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, (2) Siswa kesulitan dalam mengadakan perpindahan dari kelompok asal ke kelompok ahli dan sebaliknya, (3) Ketika pengerjaan LKS atau tes formatif, terlihat ada siswa yang berusaha mencari jawaban dari teman (mencontek), (4) Siswa belum berani bertanya maupun berpendapat, (5) Siswa mengalami kebingungan dalam menghitung skor kemajuan kelompok dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sehingga masih dibantu guru,
129
(6) Keberanian siswa dalam menjelaskan materi pada kelompok asal terlihat ragu dan malu, dikarenakan siswa belum terbiasa mengajar teman sendiri, dan Sementara, hasil pengamatan terhadap performansi guru menunjukkan adanya kekurangan dalam proses pembelajaran. Kekurangan tersebut yaitu: (1)
Guru belum memberi kesempatan siswa untuk bertanya,
(2)
Guru belum memberikan arahan dalam pembagian kelompok,
(3)
Guru masih terlau cepat dalam menjelaskan materi,
(4)
Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa, sehingga beberapa siswa masih cenderung pasif dalam kegiatan diskusi kelompok,
(5)
Guru belum memberi siswa dalam mencatat rangkuman pelajaran,
(6)
Guru kurang optimal dalam mengelola pembelajaran, sehingga kekurangan waktu dalam menganalisis hasil belajar siswa, dan
(7)
Guru masih sebagai pusat pembelajaran, sehingga masih banyak siswa yang pasif dalam mengikuti pembelajaran.
4.1.1.4 Revisi Berdasarkan data hasil refleksi siklus I, maka perlu ada upaya peningkatan pembelajaran pada siklus II. Langkah-langkah dalam perbaikan siklus I yaitu: (1)
Mengarahkan siswa untuk lebih berkonsentrasi dan menyimak arahan dari guru agar proses pembelajaran berjalan efektif dan siswa dapat menguasai materi dengan lebih baik,
(2)
Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya dengan memberikan penguatan/ hadiah yang diberikan pada siswa yang berani bertanya,
130
(3)
Memberi
kesempatan
berlatih
kepada
siswa
untuk
berani
mempresentasikan di depan teman-teman. (4)
Membimbing siswa dalam menghitung poin kemajuan,
(5)
Menggunakan media yang konkret,
(6)
Menjelaskan langkah-langkah pembentukan kelompok ahli,
(7)
Menggunakan penghargaan yang menarik dan bermakna sehingga menarik kelompok siswa untuk saling berkompetisi,
(8)
Menayangkan gambar dan video melalui LCD dan laptop yang berkaitan dengan materi yang sedang dijelaskan sehingga siswa memiliki gambaran atas materi yang dipelajari,
(9)
Memberi kesempatan bagi siswa untuk mencatat rangkuman pelajaran, dan
(10) Mengadakan praktek atau percobaan sebagai penanaman pengalaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Berdasarkan langkah perbaikan di atas, diharapkan dapat meningkatan proses dan hasil belajar pada siklus II. 4.1.2 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pelaksanaan tindakan siklus II mengacu pada perbaikan-perbaikan masalah yang terdapat pada refleksi siklus I. Berdasarkan perubahan-perubahan dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, tampak terjadi peningkatan pada performansi guru, aktivitas belajar siswa, dan
hasil belajar dalam proses
pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal.
131
Pelaksanaan tindakan siklus II telah dilakukan dalam dua pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2012 dengan submateri Teknologi Transportasi dan pertemuan kedua tanggal 19 Mei 2012 pada submateri Pengalaman Menggunakan Teknologi. Masing-masing pertemuan tersedia alokasi waktu tiga jam pelajaran (3JP) atau sama dengan 3x35 menit. Pelaksanaan pembelajaran siklus II pertemuan pertama peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPS submateri Teknologi Transportasi dengan memanfaatkan media power point dan bantuan LCD. Sementara, pada pertemuan kedua submateri Pengalaman Menggunakan Teknologi selain memanfaatkan media tersebut, peneliti juga mengadakan praktek. Kegiatan praktek tersebut sebagai upaya perbaikan atas kekurangan yang terjadi pada siklus I. Praktek tersebut disesuaikan dengan materi yang sedang diajarkan yaitu pengalaman menggunakan teknologi produksi. Dalam penelitian ini, praktek yang dilakukan yaitu membuat batik berupa batik ikat sederhana. Pelaksanaan praktek tersebut dalam rangka mewujudkan tujuan pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi yang telah ditetapkan dan memberikan pengalaman pada siswa kelas IV di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. Hal tersebut berdampak positif pada penilaian pada aspek afektif dan psikomotor siswa. Pada deskripsi data pelaksanaan tindakan siklus II ini akan membahas deskripsi hasil belajar, deskripsi hasil observasi proses pembelajaran, refleksi, dan revisi siklus I. Deskripsi data pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus II secara rinci dipaparkan sebagai berikut:
132
4.1.2.1 Paparan Hasil Belajar Berdasarkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal pada siklus I yang memperolah rata-rata nilai sebesar 75,87 (60,61%) dan belum memenuhi ketuntasan belajar klasikal 75%, maka perlu upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal yaitu dengan melakukan perbaikan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus II. Hasil belajar tersebut meliputi hasil belajar individu dan hasil belajar yang diperoleh oleh kelompok siswa dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya hasil tes formatif baik pertemuan petama maupun kedua, pada siklus II. Paparan data hasil tes formatif siklus II tersaji dalam tabel 4.12. Tabel 4.12 Data Hasil Belajar IPS Submateri Teknologi Transportasi dan Pengalaman Menggunakan Teknologi pada Siklus II
Hasil Belajar Skor ≥ 71 Skor < 71 Rata-rata nilai Rata-rata
Siklus II Pertemuan 1 Pertemuan 2 Banyak Banyak Persentase Persentase Siswa Siswa 27 81,82% 31 93,94% 6
18,18% 91,51
2
6,06%
Ketuntasan Belajar Klasikal
Ket.
87,88%
Tuntas
12,12%
Belum Tuntas
94,55 93,03
Berdasarkan tabel 4.12, pada siklus II pertemuan pertama, hasil belajar siswa kelas IV di SD Negeri Pesurungan Lor 1 mata pelajaran IPS submateri Teknologi Transportasi melalui penerapan model kooperatif tipe jigsaw memperoleh rata-rata nilai 91,51. Sementara, ketuntasan belajar secara klasikal mendapatkan angka sebesar 81,82%. Artinya, siswa yang mendapatkan nilai ≥71
133
s sebanyak 27 7 siswa darii 33 siswa. Selanjutnyaa, pada sikluus II pertem muan kedua r rata-rata nillai IPS subbmateri Penngalaman Menggunaka M an Teknologgi melalui p penerapan m model koopeeratif tipe jiggsaw meninggkat menjadi 94,55 dan ketuntasan b belajar secara klasikal memperolah m h angka sebeesar 93,94% %. Artinya, siswa s yang m mendapatkan n nilai ≥71 sebanyak 31 3 siswa darri 33 siswa.. Perolehan persentase k ketuntasan b belajar tersebbut telah menncapai indikkator keberhaasilan 75%. Dari paparan hasil h belajarr siklus II, maka dappat dikatakkan bahwa p penerapan model m kooperratif tipe jigssaw pada maata pelajarann IPS materi Teknologi P Produksi, Komunikasi, K dan Transpoortasi dapat meningkatkkan hasil belajar siswa k kelas IV SD D Negeri Peesurungan L Lor 1 Tegal. Peningkataan tersebut dilihat d dari p perbandinga an hasil belaj ajar siklus I dengan hasiil belajar sikklus II, baik pertemuan p pertama mau upun kedua.. Kenaikan rrata-rata nilaai siswa disetiap pertem muan siklus I dapat dilihhat pada diaggram 4.7 berrikut ini: II
Nilai
94.55 96 94 92 90 88
991.51
Pertemuaan 1
Perttemuan 2
Diaggarm 4.7 Hassil Rata-Rataa Nilai Sikluus II Selain itu, kenaikaan terjadi pula pada ketuuntasan belajjar klasikal. Persentase k ketuntasan b belajar sikluss II dapat dillihat pada diagram 4.8.
134
12,112%
persentaase ketuntasaan belajar kklasikal > 755%
87,88%
persentaase ketidakttuntasan belajar kklasikal
D Diagram 4.8 Persentase P K Ketuntasan Belajar B Klasiikal Siklus III Selanjuutnya, peninngkatan terjadi pula paada hasil beelajar kelom mpok siswa d dalam pemb belajaran deengan modeel pembelajaaran kooperratif tipe jiggsaw pada s siklus II dap pat dilihat paada tabel 4.133. Tabel 4.13 Nilai Peninggkatan dan P Penghargaann Kelompok Jigsaw padaa Siklus II Rata-rata Poin Kemaju uan n Nam ma kelompok Pertemuan 1 2 Diponnegoro 20 18
Kriterria Penghargaan Pertem muan 1 2 Baik Baik
Pattim mura
27
28
Super
Super
Soedirman
24
30
Hebat
Super
Imam m Bonjol
26
21
Super
Hebat
Antassari
24
30
Hebat
Super
Berdassarkan tabel 4.13 di atass, penghargaaan kelompook yang dibeerikan pada s siklus II perrtemuan perttama meliputti kelompok k super, hebaat, dan baik. Kelompok s super diraih h oleh kelom mpok Pattim mura dan Im mam Bonjol dengan rataa-rata nilai s sebesar 27 dan d 26, Kelompok hebat diraih oleh kelompok k A Antasari dan Soedirman d dengan rataa-rata nilai 24, sedanggkan kelom mpok baik ddiraih oleh kelompok dengan raata-rata nilaai 20. Den D Diponegoro ngan demikkian, kelom mpok yang m mendapatkan n penghargaaan dengan kriteria k superr telah diraihh oleh dua keelompok.
135
Selanjutnya, pad da siklus II pertemuuan kedua, terjadi peningkatan p penghargaan n kelompok siswa. Adaa tiga kelom mpok peraih kelompok super s yaitu k kelompok P Pattimura, S Soedirman, dan Antasaari. Kelomppok hebat diraih d oleh k kelompok Imam I Bonjjol, sedangkkan kelomppok baik ddiraih oleh kelompok D Diponegoro . Pada sikllus II perteemuan keduua, terdapat tiga kelom mpok yang m memperoleh h kriteria keelompok supper (rata-ratta nilai ≥ 25). Dengan demikian, d dapat disimp pulkan bahw wa perolehann hasil belajar kelompokk jigsaw pad da siklus II m mengalami peningkatann. Hal terseebut dibuktikkan dengan peningkataan predikat p penghargaan n hebat oleeh kelompokk Soedirmaan dan Antasari pada pertemuan p pertama meenjadi predik kat kelompook super, pada pertemuuan kedua. Kelompok P Pattimura berposisi sebbagai kelom mpok terbaik k yang mem mperoleh peenghargaan s sebagai kelo ompok superr pada pertem muan pertam ma dan keduua, siklus II.. Perolehan r rata-rata nilai kelompok k siswa dalaam jigsaw pada p siklus II dapat diggambarkan d dalam diagraam berikut:
Peertemuan 1
Rata-rata Nilai
30
Peertemuan 2
20 10 0 D Diponegoro
P Pattimura
Sooedirman
Imam Bonjol B
Anntasari
Namaa Kelompok k
Diagram m 4.9 Rata-raata Nilai Kellompok Sisw wa dalam Jiggsaw pada Siiklus II Berdasarkan paparran tersebut, dapat disim mpulkan bahhwa melalui penerapan m model pem mbelajaran kooperatif k ttipe jigsaw pada pem mbelajaran IPS materi
136
Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV baik secara individu maupun kelompok. 4.1.2.2 Deskripsi Observasi Proses Pembelajaran Observasi digunakan untuk memantau proses aktivitas siswa dan peneliti selama proses pembelajaran. Observasi pada penelitian ini dilakukan pada tiap pertemuan. Observasi terhadap siswa dilakukan secara kolaboratif antara guru mitra dengan teman sejawat, sedangkan observasi terhadap aktivitas peneliti dilakukan oleh guru mitra. Dalam kegiatan pengamatan pada penelitian ini, peneliti menggunakan lembar pengamatan sebagai instrumen dalam penelitian. 4.1.2.2.1 Aktivitas Belajar Siswa selama Mengikuti Pembelajaran Siklus II Hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa pada siklus II tersaji dalam tabel 4.14. Tabel 4.14 Data Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No. 1. 2.
Aspek yang Diamati
Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Eksplorasi Kegiatan Elaborasi 1 3. (pembentukan kelompok asal) Kegiatan Elaborasi 2 4. (diskusi kelompok ahli) Kegiatan Elaborasi 3 5. (diskusi kelompok asal) 6. Kegiatan Konfirmasi 7. Kegiatan Penutup Jumlah Rata-rata Kriteria
Aktivitas Belajar Siswa (%) Pertemuan 1 2 90,53 89,02 83,33 88,26
Rata-rata (%)
Kriteria
89,78 85,80
Sangat Tinggi Sangat Tinggi
87,50
91,29
89,40
Sangat Tinggi
83,33
90,15
86,74
Sangat Tinggi
85,23
89,39
87,31
Sangat Tinggi
84,09 92,80 606,81 86,69 Sangat Tinggi
90,15 92,42 630,68 90,10 Sangat Tinggi
87,12 92,61 618,75 88,39 Sangat Tinggi
Sangat Tinggi Sangat Tinggi
137
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, diketahui bahwa persentase aktivitas belajar siswa pada siklus II telah mencapai 88,39% dengan kriteria sangat tinggi. Angka tersebut menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan sebesar 70%. Aktivitas belajar siswa pada siklus II dapat dilihat bahwa semua aspek yang sudah memenuhi indikator keberhasilan. Aspek tersebut meliputi kegiatan pendahuluan, ekplorasi, elaborasi 1, 2 dan 3, konfirmasi, dan penutup. Aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama siklus II sebesar 86,69% dengan kriteria sangat tinggi meningkat menjadi 90,10% dengan kriteria sangat tinggi, pada pertemuan kedua. Berikut ini sajian peningkatan aktivitas belajar siswa pada setiap pertemuan.
100.00% 95.00% 90.00%
90.10%
86.69%
85.00%
Aktivitas belajar siswa
80.00% Pertemuan 1
Pertemuan 2
Diagram 4.10 Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa selama Pembelajaran Siklus II Selanjutnya, hasil pengamatan terhadap aktivitas kelompok siswa dalam proses pembelajaran IPS dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus II tersaji dalam tabel 4.15. Tabel 4.15 Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Kelompok Siswa pada Siklus II
138
No. Aspek yang Diamati Mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang akan dipelajari secara garis besar. 2 Mempelajari submateri yang telah diberikan guru 3 Kerjasama siswa dalam belajar kelompok ahli Keberanian siswa dalam mengemukakan 4 pendapat/ tanggapan Ketekunan siswa dalam tugas yang menjadi 5 tanggung jawab individu Kemampuan siswa dalam menyampaikan hasil 6 kerja dengan dengan kelompok ahli kepada anggota kelompok asal Kerjasama siswa dalam kelompok asal untuk 7 menyatukan hasil kerja dari tiap kelompok ahli Keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil 8 kerjanya kepada teman sekelas 9 Pembagian peran dan tugas anggota kelompok 10 Ketepatan waktu menyelesaikan tugas Jumlah Rata-rata 1
Kriteria
Pertemuan 1 2
Rerata
87,50%
92,50%
90%
90% 90%
92,50% 95%
91,25% 92,50%
95%
97,50%
96,25%
92,50%
90%
91,25%
100%
97,50%
98,75%
90%
100%
95%
90%
92,50%
91,25%
92,50% 77,50% 905,00% 90,50% Sangat Tinggi
95% 90% 942,50% 94,25% Sangat Tinggi
93,75% 83,75% 923,75% 92,38% Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel 4.15 di atas, pada siklus II pertemuan pertama, aktivitas kelompok siswa dalam pembelajaran jigsaw memperoleh rata-rata 90,50% dengan kriteria sangat tinggi meningkat menjadi 94,25% dengan kriteria sangat tinggi, sehingga siklus II sudah dikatakan berhasil karena telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebesar 70%. Sementara, aktivitas kelompok siswa pada siklus II memperoleh rata-rata sebesar 92,38% dengan kriteria sangat tinggi dan angka tersebut telah mencapai indikator keberhasilan 70%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi dapat meningkatkan aktivitas kelompok siswa kelas IV di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. Tabel 4.16 Data Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Kelompok Siswa Siklus II
139
Nilai Pertemuan n Nama Kelompok Diponegoro Pattimura Soedirman Imam Bonjol Antasari Jumlah Rata-rata
1 Observer 1 2 85 80 97,50 92,5 50 92,50 95 95 100 90 87,5 50
Rata-ra ata Nilai (%) Pertem muan
2 Observer 1 2 87,50 87,,50 100 97,,50 97,50 97,,50 92,50 95 95 92,,50
Kriteria
1 82,50 95 93,75 97,5 88,75 457,50 91,50 Sangat Tinggi
Siiklus II Kriteria (% %)
2 87,50 98,75 97,50 93,75 93,75 471,25 94,25 Sangat Tinggi
855 966,88 955,63 95,63 911,25 4464,38 992,88 Saangat Tinggi
Sangatt Tinggi Sangatt Tinggi Sangatt Tinggi Sangatt Tinggi Sangatt Tinggi
Berdassarkan tabell 4.16 di attas, aktivitas kelompokk siswa pada siklus II m mengalami peningkatan p disetiap perrtemuan. Perrtemuan perttama mempeeroleh ratar nilai seb rata besar 91,50% % dengan kriiteria sangatt tinggi meniingkat menjaadi 94,25% d dengan kriteeria sangat tinggi t pada pertemuan kedua. Selaanjutnya, rataa-rata nilai a aktivitas keelompok sisw wa pada siiklus II memperoleh aangka sebesar 92,88% d dengan kritteria sangat tinggi. Peerolehan rataa-rata nilai pada sikluus II telah m mencapai inndikator kebberhasilan yang y telah ditetapkan. Peningkatann aktivitas k kelompok siiswa pada seetiap pertemuuan disajikan n dalam diaggram 4.11 beerikut: Pertemuann 1 100.00 0 90.00 0
87.50 0 82.50
Pertem muan 2
98.775 97.5 50 95 93.75
97.50
993.75
88.75
93.75
80.00 0 70.00 0 Diponegorro
Pattimurra
Soedirm man Imam Boonjol
Antasari
Diagrram 4.11 Penningkatan A Aktivitas Keloompok Sisw wa Pada Sikluus II Dengaan demikian,, dapat disim mpulkan bahw wa pada sikllus II peneraapan model p pembelajara an kooperatiff tipe jigsaw w dalam pelaaksanaan peembelajaran IPS materi T Teknologi Produksi, P Ko omunikasi, ddan Transporrtasi dapat m meningkatkaan aktivitas k kelompok siiswa kelas IV V di SD Neggeri Pesurunggan Lor 1 Teegal.
140
4.1.2.2.2 Data Performansi Guru dalam Pembelajaran IPS Siklus II Data penilaian kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran tersaji dalam tabel 4.17. Tabel 4.17 Data Penilaian RPP (APKG 1) pada Siklus II No.
Aspek yang diamati
Skor Pertemuan 1 4 4 3 3 4 4 3 4 29 90,63
1 Indikator pembelajaran 2 Tujuan pembelajaran 3 Materi ajar 4 Alokasi waktu 5 Metode pembelajaran 6 Kegiatan pembelajaran 7 Penilaian 8 Sumber belajar/ media Jumlah Nilai APKG 1 Kriteria
Rata-rata
2 4 4 4 3 4 4 3 4 30 93,75
4 4 3,5 3 4 4 3 4 29,5 92,19 A
Berdasarkan tabel 4.17 di atas, diketahui bahwa nilai kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran pada siklus II dengan jumlah skor 29,5 dan mencapai nilai 92,19 dengan kriteria A. Tabel 4.18 Data Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran (APKG 2) pada Siklus II No.
Aspek yang diamati
1 Kegiatan pendahuluan 2 Eksplorasi 3 Elaborasi 1 4 Elaborasi 2 5 Konfirmasi 1 6 Konfirmasi 2 7 Kemampuan mengelola kelas 8 Keterapan antara waktu dan materi pelajaran 9 Menyampaikan materi sesuai hierarki dan karakter siswa 10 Kegiatan penutup Jumlah Nilai APKG 2 Kriteria
Skor Pertemuan 1 2 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 36 38 90 95
Ratarata 4 3,5 4 3,5 4 4 3 3 4 4 37 92,50 A
Berdasarkan tabel 4.18, pada pelaksanaan siklus II pertemuan 1 dan 2 diperoleh nilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran mencapai 92,50 dalam kriteria A dengan skor 37. Perolehan angka tersebut telah sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu perolehan skor APKG 2 minimal 28,4. Selanjutnya, diperoleh nilai akhir siklus II tersaji dalam tabel 4.19.
141
Tabel 4.19 4 Rekapittulasi Data Penilaian P Perrformansi Guuru pada Sik klus II
No.
APKG
1 A APKG 1 2 A APKG 2 Nilai akhirr (NA) Kriteria
Jumlah h Skor Pertem muan 1 2 29 30 36 38
Nilaii Pertemu uan 1 2 90,63 93,75 90 95
Nilai (N) N Siklus S I 92,19 92,50 92,35 A
Berdassarkan tabell 4.19 di ataas, nilai akhiir performannsi guru pad da siklus II m memperoleh h nilai sebessar 92,35 deengan kriteriia A. Nilai tersebut meenunjukkan b bahwa perfo ormansi guruu pada sikluss II telah men ncapai indikkator keberhaasilan yang d ditetapkan y yaitu ≥71. Perolehan P haasil penilaian n performannsi guru padda siklus II t terangkum d dalam diagraam 4.12 berikkut ini: 92.19
92.50
100
APK KG 1
50
APK KG 2
0 APKG A 1
APKG 2
Diagram 4.12 Penilaiann Performansi Guru padaa Siklus II 4..1.2.2.3 Datta Pengamattan Penerapaan Model Pem mbelajaran Kooperatif K tipe Jigsaw Tabel 4..20 Data Penngamatan M Model Pembeelajaran Koooperatif tipe Jigsaw J No.
Asspek yang diamati
1 Menyam mpaikan tujuan dan memotivasii siswa 2 Menyam mpaikan inform masi 3 Pemben ntukan kelompok asal dan kelom mpok ahli 4 Membaaca materi dan LKS L 5 Diskusi kelompok ahli 6 Diskusi kelompok asal (laporan kelomppok) 7 Diskusi kelas (Laporann Klasikal) 8 Pemberrian kuis 9 Pemberrian penghargaann kelompok Jumlah Nilai Kriteria
Skor Perrtemuan 1 2 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 32 34 88,899 94,44
Rata-rata 4 4 3,5 3 4 4 4 3,5 3 33 91,67 A
142
Berdasarkan tabel 4.20 di atas, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus II memperoleh nilai sebesar 91,67 dengan kriteria A. Nilai tersebut telah mencapai indikator keberhasilan performansi guru yang ditetapkan yaitu minimal 71. 4.1.2.3 Refleksi Data yang diperoleh dalam pelaksanaan siklus II yaitu berupa tes dan non tes. Hasil tes menggunakan nilai tes formatif, sedangkan non tes menggunakan lembar aktivitas belajar siswa dan aktivitas kelompok, lembar penilaian performansi guru dalam proses pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, serta lembar penilaian performansi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Data-data hasil pengamatan tersebut dilakukan oleh peneliti, guru mitra, dan teman sejawat. Selanjutnya, data tersebut direfleksi oleh peneliti. Tujuan melakukan refleksi yaitu untuk mengevaluasi hasil tindakan penelitian yang telah dilakukan pada siklus II. Pelaksanaan tindakan siklus II didasarkan pada hasil refleksi siklus I. Adapun kegiatan yang dilakukan pada siklus II yaitu sebagai berikut: (1)
Mengarahkan siswa untuk lebih berkonsentrasi dan menyimak arahan dari guru agar proses pembelajaran berjalan efektif dan siswa dapat menguasai materi dengan lebih baik,
(2)
Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya dengan memberikan penguatan/ hadiah yang diberikan pada siswa yang berani bertanya,
(3)
Memberi
kesempatan
berlatih
kepada
mempresentasikan di depan teman-teman.
siswa
untuk
berani
143
(4)
Membimbing siswa dalam menghitung poin kemajuan,
(5)
Menggunakan media yang konkret,
(6)
Menjelaskan langkah-langkah pembentukan kelompok ahli,
(7)
Menggunakan penghargaan yang menarik dan bermakna sehingga menarik kelompok siswa untuk saling berkompetisi,
(8)
Menayangkan gambar dan video melalui LCD dan laptop yang berkaitan dengan materi yang sedang dijelaskan sehingga siswa memiliki gambaran atas materi yang dipelajari
(9)
Memberi kesempatan bagi siswa untuk mencatat rangkuman pelajaran, dan
(10) Mengadakan praktek atau percobaan sebagai penanaman pengalaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Proses evaluasi dilakukan oleh peneliti di akhir setiap pertemuan pada tindakan siklus II yang didasarkan pada hasil diskusi peneliti bersama guru mitra dan teman sejawat mengenai kelebihan dan hambatan-hambatan yang terjadi dalam melaksanakan pembelajaran siklus II. Pelaksanaan pembelajaran siklus II pertemuan pertama peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPS submateri Teknologi Transportasi dengan memanfaatkan media power point dan bantuan LCD. Sementara, pada pertemuan kedua submateri Pengalaman Menggunakan Teknologi selain memanfaatkan media tersebut, peneliti juga mengadakan praktek. Kegiatan praktek tersebut sebagai upaya perbaikan atas kekurangan yang terjadi pada siklus I. Praktek tersebut disesuaikan dengan materi yang sedang diajarkan yaitu pengalaman menggunakan teknologi produksi. Dalam penelitian ini, praktek yang dilakukan
144
yaitu membuat batik berupa batik ikat sederhana. Pelaksanaan praktek tersebut dalam rangka mewujudkan tujuan pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi yang telah ditetapkan dan memberikan pengalaman pada siswa kelas IV di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. Hal tersebut berdampak positif pada penilaian pada aspek afektif dan psikomotor siswa. Setelah pelaksanaan pembelajaran siklus II dengan mengadakan perbaikan yang terjadi pada siklus I, maka pada siklus II mulai tampak keaktifan belajar siswa dan performansi guru dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ditunjukkan dengan aktivitas sebagai berikut: (1) Siswa dapat mengadakan perpindahan dari kelompok asal ke kelompok ahli dan sebaliknya secara efektif, (2) Munculnya keberanian siswa untuk mengajukan pertanyaan maupun dalam berpendapat, (3) Siswa dapat menghitung skor kemajuan kelompok dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tanpa bantuan guru, (4) Timbulnya rasa percaya diri siswa dalam menjelaskan materi kepada anggota kelompok asal, sehingga siswa berani mengajar teman sendiri, dan (5) Ketika pengerjaan LKS dan tes formatif secara mandiri, siswa mengerjakan dan berusaha menjawab sesuai dengan kemampuannya tanpa melihat jawaban teman.
145
Selanjutnya, hasil evaluasi pada siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terhadap performansi guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Peningkatan performansi guru ditunjukkan dengan aktivitas guru sebagai berikut: (1)
Guru sudah memberi kesempatan siswa untuk bertanya,
(2)
Guru memberikan arahan dalam pembagian kelompok,
(3)
Guru lebih terampil dalam menjelaskan materi seperti bahasa yang digunakan sesuai dengan karakter siswa, intonasi tidak terlalu cepat, lafal jelas dan ekspresi dalam menjelaskan dapat memotivasi siswa dalam belajar,
(4)
Guru sudah memberikan motivasi kepada siswa, sehingga siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi kelompok,
(5)
Guru sudah memberi kesempatan kepada siswa untuk mencatat rangkuman pelajaran,
(6)
Guru dapat mengoptimalkan waktu dalam mengelola pembelajaran, sehingga waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien dalam menganalisis hasil belajar siswa, dan
(7)
Pusat pembelajaran berada pada siswa, sehingga aktivitas belajar siswa terpantau dalam proses pembelajaran.
Hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan disetiap pertemuan. Rata-rata nilai siswa pada siklus II sebesar 93,03 dengan ketuntasan belajar klasikal 87,88%. Angka tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan sebesar 75%. Perolehan aktivitas belajar siswa pada siklus II mencapai 88,39%
146
dengan kriteria sangat tinggi dan aktivitas kelompok siswa sebesar 92,38% dengan kriteria sangat tinggi. Persentase tersebut telah mencapai angka 70%. Perolehan hasil belajar dan persentase aktivitas belajar siswa pada siklus II dapat dikatakan berhasil karena telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Sementara, performansi guru pada siklus II memperoleh nilai akhir 92,35 dengan kriteria A. Performansi guru pada kegiatan perencanaan pembelajaran (APKG 1) memperoleh nilai 92,19 dengan kriteria A dan penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran (APKG 2) memperoleh nilai 92,50 dengan kriteria A. Selanjutnya, hasil penilaian terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memperoleh nilai 91,67 dengan kriteria A. Perolehan performansi guru pada siklus II sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan sehingga dikatakan berhasil. 4.1.2.4 Revisi Berdasarkan hasil refleksi di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw telah berlangsung dengan baik dan telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV di SD tersebut mampu mengurangi masalah yang terjadi dan dapat meningkatan performansi guru, aktivitas belajar siswa, dan hasil belajar. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
147
berhasil meningkatkan pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal, sehingga peneliti tidak perlu melakukan pembelajaran di siklus berikutnya. Setelah pelaksanaan tindakan siklus II dilanjutkan dengan kegiatan postes yang dilaksanakan di akhir program. Hasil postes digunakan untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal setelah pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Soal postes disamakan dengan soal pretes IPS yang berbentuk pilihan ganda dengan jumlah soal 30 butir yang mencakup materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. Kegiatan postes dilaksanakan pada tanggal 21 Mei 2012 diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.21 Data Hasil Postes Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPS Materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi Persentase Jumlah Ketuntasan Nilai Jumlah Ketuntasan Ket. siswa Belajar Belajar 100 23 69,70% 97 2 6,06% 93 2 6,06% 90 2 6,06% 87 1 3,03% 32 96,97% Tuntas 83 0 0% 80 1 3,03% 77 0 0% 73 1 3,03% 70 0 0% 1 3,03% Belum Tuntas 67 0 0% 63 1 3,03% Rata-rata nilai 95,85
148
Berdasarkan tabel 4.21 di atas, diperoleh rata-rata nilai postes (setelah siklus II) mata pelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi sebesar 95,85 dengan persentase ketuntasan belajar klasikal mencapai 96,97%. Artinya, perolehan angka tersebut telah mencapai indikator 75%. Dengan demikian, pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal dapat dikatakan berhasil.
4.2 Pembahasan Pada subbab ini membahas mengenai pemaknaan temuan penelitian dan implikasi hasil penelitian. Pembahasan tersebut didasarkan pada hasil tes dan hasil nontes yang dilaksanakan dalam dua siklus, baik siklus I maupun siklus II. Hasil tes, meliputi pretes dan tes formatif yang dilaksanakan disetiap pertemuan dan diambil rata-rata pada tiap siklusnya. Sementara, hasil nontes, meliputi hasil respon angket motivasi siswa terhadap IPS, hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar dan aktivitas kelompok siswa kelas IV, serta performansi guru pada pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siklus I dan II di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. 4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian Kegiatan pemaknaan temuan penelitian meliputi performansi guru dan aktivitas belajar siswa, serta hasil belajar siswa.
149
4.2.1.1 Performansi Guru Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan penting dalam pendidikan formal. Peran guru di bidang pendidikan khususnya dalam pembelajaran terdiri atas peran guru memahami siswa, mengembangkan rancangan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran dan menejemen kelas, serta peran guru dalam evaluasi pembelajaran (Satori 2011: 3.1). Dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Tujuan penelitian tersebut tidak hanya untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa, melainkan juga untuk meningkatkan performansi guru dalam pembelajaran. Pelaksanaan model ini, perlu adanya kemauan dan kemampuan, serta kreatifitas guru dalam mengelola pembelajaran di lingkungan kelas (Isjoni 2010: 91). Oleh karena itu, dituntut adanya kesiapan dan kematangan dari guru dalam penerapan model ini. Kesiapan dan kemampuan guru dalam pembelajaran dapat dinilai dan diamati meliputi aspek penilaian dalam merancang pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran. Selain itu, penilaian juga difokuskan pada penilaian kompetensi kepribadian dan sosial guru. Alat yang digunakan untuk mengukur sejumlah kompetensi tersebut menggunakan alat penilaian kemampuan guru yang disebut APKG. Untuk mengamati kegiatan guru dalam merancang pembelajaran menggunakan APKG 1 dan untuk mengamati kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan APKG 2.
150
Tabel 4.22 Data Hasil Pengamatan terhadap Perencanaan Pembelajaran No.
Rata-rata skor Siklus I 4 3 3 3,5 3,5 3 3 3,5 26,5 82,81 AB
Aspek yang diamati
1 Indikator pembelajaran 2 Tujuan pembelajaran 3 Materi ajar 4 Alokasi waktu 5 Metode pembelajaran 6 Kegiatan pembelajaran 7 Penilaian 8 Sumber belajar/ media Jumlah Nilai APKG 1 Kriteria
Rata-rata skor Siklus II 4 4 3,5 3 4 4 3 4 29,5 92,19 A
Keterangan Ada Peningkatan Ada Peningkatan Ada Peningkatan Ada Peningkatan Ada Peningkatan Ada Peningkatan Ada Peningkatan Ada Peningkatan
Berdasarkan tabel 4.22 di atas, dapat diketahui bahwa perolehan nilai dalam
kegiatan
merencanakan
pembelajaran
telah
mencapai
indikator
keberhasilan 71 (B) di setiap siklusnya. Hal tersebut dibuktikan dengan perolehan nilai pada siklus I sebesar 82,81 dengan kriteria AB dan pada siklus II meningkat menjadi 92,19 dengan kriteria A. Kreatifitas guru dalam merencanakan pembelajaran dibutuhkan ketelitian dan
kecermatan
mempengaruhi
dalam
mempertimbangkan
pembelajaran.
Kemampuan
komponen-komponen guru
dalam
yang
merencanakan
pembelajaran meliputi merumuskan indikator keberhasilan, tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, maupun sumber belajar dan atau media. Keterkaitan komponen tersebut akan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Selain itu, kreatifitas guru muncul ketika guru memilih metode pembelajaran yang akan digunakan. Selajan dengan pendapat Isjoni (2010: 110), mengemukakan bahwa “guru memiliki kemampuan dalam proses pembelajaran yang berkaitan erat dengan kemampuannya dalam memilih model pembelajaran yang dapat memberi
151
keefektivitasan kepada siswa.” Pemilihan
metode harus disesuaikan dengan
komponen yang lainnya seperti tujuan pembelajaran, alokasi waktu, materi ajar, pengelolaan proses pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar atau media yang akan digunakan. Pembelajaran IPS yang cenderung abstrak dan banyak materi yang harus dihafal memposisikan IPS sebagai mata pelajaran yang membosankan sehingga berdampak negatif pada kepasifan siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut menginspirasi peneliti untuk berinovasi dalam pembelajaran yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatuf tipe jigsaw. Penelitian ini menuntut ketelitian
dan
kecermatan
peneliti
dalam
merencanakan
pembelajaran
menggunakan model tersebut. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw cocok untuk pembelajaran yang berbentuk narasi seperti dalam mata pelajaran IPS khususnya materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. Dengan demikian, pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran. Selain itu, melatih guru dalam mencermati tujuan pembelajaran sebagai komponen utama yang harus dicapai, karakteristik materi yang akan diterapkan dengan jigsaw dan mempertimbangkan alokasi waktu yang tersedia serta penggunaan media yang mendukung. Apabila guru dapat merencanakan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan tepat, maka akan tercipta pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna serta tercapainya tujuan pembelajaran yang direncanakan.
152
Setelah merencanakan pembelajaran, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun. Peran guru dalam pelaksanaan kooperatif yaitu sebagai fasilitator, mediator, director motivatori, dan evaluator (Isjoni 2010: 92). Guru sebagai fasilitator harus mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan, memotivasi siswa dalam menyampaikan gagasannya, menyediakan sumber belajar dan media yang dapat membantu siswa dalam belajar, dan menjelaskan tujuan dan manfaat kegiatan kelompok dalam pembelajaran kooperatif. Peran guru sebagai mediator yaitu guru sebagai penghubung antara materi pelajaran yang sedang dibahas dengan masalah nyata yang ditemukan di masyarakat. Selain itu, guru sebagai director motivatori, yaitu guru berperan membimbing kelancaran jalannya diskusi dan memberi semangat kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi kelompok. Di samping itu, peran guru dalam mengelola pembelajaran di kelas harus dapat menciptakan iklim yang kondusif, agar terjalin komunikasi yang efektif dan efisien di antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Peran guru sebagai evaluator yaitu melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Selanjutnya, sajian data hasil pengamatan terhadap performansi guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi melalui model kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal dapat dilihat dalam tabel 4.23.
153
Tabel 4.23 Data Hasil Pengamatan terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Reerata Siklus I 1 Kegiatan pendahuluan 3,5 2 Eksplorasi 3 3 Elaborasi 1 3 4 Elaborasi 2 3 5 Konfirmasi 1 3 6 Konfirmasi 2 3 7 Kemampuan mengelola kelas 3 8 Ketepatan antara waktu dan materi 3,5 Menyampaikan materi sesuai dengan 9 3 hierarki belajar dan karakter siswa 10 Kegiatan penutup 3 Jumlah 31 Nilai APKG 2 77,50 Kriteria B No. Aspek yang diamati
Rerata Siklus II 4 3,5 4 3,5 4 4 3 3
Keterangan Ada Peningkatan Ada Peningkatan Ada Peningkatan Ada Peningkatan Ada Peningkatan Ada Peningkatan -
4
Ada Peningkatan
4 37 92,50 A
Ada Peningkatan Ada Peningkatan Ada Peningkatan Ada Peningkatan
Berdasarkan tabel 4.23 di atas, dapat diketahui bahwa perolehan nilai dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran telah mencapai indikator keberhasilan 71 (B) di setiap siklusnya. Hal tersebut dibuktikan dengan perolehan nilai pada siklus I sebesar 77,50 dengan kriteria B dan pada siklus II meningkat menjadi 92,50 dengan kriteria A. Selanjutnya, dalam penerapan model pembelajaran kooperatif, guru tidak hanya sebagai satu-satunya nara sumber, tetapi siswa juga dapat belajar dari temannya. Guru dalam pembelajaran berperan sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator. Hal tersebut disebabkan karena pengetahuan siswa akan lebih mudah diperoleh jika dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antar siswa. Siswa lebih mudah mencerna materi pelajaran dari penjelasan teman daripada penjelasan guru. Oleh karena itu, proses tutor sebaya yang terjalin dalam model pembelajaran kooperatif akan mengarahkan siswa untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Peran guru dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tidak sepenuhnya sebagai penyampai informasi.
154
Sementara, Stahl (1994) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif, guru perlu memperhatikan konsep yang mendasari yaitu (1) kejelasan rumusan tujuan pembelajaran, (2) penerimaan siswa dalam pembelajaran, (3) saling membutuhkan diantara guru dan siswa, (4) keterbukaan dalam interaksi pembelajaran, (5) tanggung jawab individu, (6) heterogenitas kelompok, (7) sikap dan perilaku sosial yang positif, (8) refleksi, dan (9) kepuasan siswa dalam belajar (Isjoni 2010: 98). Keberhasilan performansi guru dalam melaksanakan pembelajaran didukung oleh aktivitas belajar siswa. Keaktifan siswa dalam pembelajaran kooperatif ditunjukkan dengan penerimaan siswa terhadap keberadaan guru, rasa ingin tahu siswa yang memotivasi guru untuk lebih mengeksplorasi dan mengembangkan pengetahuan siswa, dan keterlibatan siswa dalam pemanfaatan media power point menambah suasana pembelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw semakin hidup. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Isjoni (2010: 103), mengemukakan bahwa “keberhasilan siswa dalam pembelajaran ini akan berdampak pada keberhasilan guru dalam mengelola kelasnya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif”. Pada siklus I dan siklus II menunjukkan peningkatan performansi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Peningkatan tersebut dapat dilihat dalam diagram 4.13.
92.19 10 00
82.81
92.5 77.5
88.75 76.25
155
50 5 0 APK KG 1 Sikklus I
APKG 2
Sikklus II
APK KG 3
Diaagram 4.13 Peningkatan P n II Performansii Guru pada Siklus I dan
matan terhaddap penerappan model Selannjutnya, rekkapitulasi haasil pengam p pembelajara an kooperatif tipe jigsaw w pada mata pelajaran IPS materi Teknologi P Produksi, Komunikasi, K , dan Trannsportasi paada siswa kkelas IV SD S Negeri P Pesurungan Lor 1 Tegall tersaji dalam m tabel 4.244. n Model Tabel 4.224 Data Rekkapitulasi Haasil Pengamaatan terhadapp Penerapan Peembelajarann Kooperatif Tipe Jigsaw w R Rata-rata sko or Siiklus I Siklus II 1 Mennyampaikann tujuan dan memotivasi m siswa 3,5 4 2 Mennyampaikann informasi 4 4 3 Pem mbentukan kelompok asaal dan kelom mpok ahli 3 3,5 4 Mem mbaca materri dan LKS 3 3 5 Disk kusi kelomppok ahli 3,5 4 6 Disk kusi kelomppok asal (lapooran kelomp pok) 3 4 7 Disk kusi kelas (L Laporan Klasikal) 3 4 8 Pem mberian kuis 3 3,5 9 Pem mberian pengghargaan kellompok 3 3 Jumlah 299 33 3 Nilai 800,56 91,67 A Kriteria AB No.
Asp pek yang diiamati
Berddasarkan tabbel 4.24, menunjukkan m peningkataan dalam menerapkan m m model pembbelajaran koooperatif tipee jigsaw. Haal tersebut tterbukti darii perolehan n nilai pada siklus s I sebeesar 80,56 dengan d kriteeria AB menningkat men njadi 91,67 d dengan kriteeria A, pada siklus II.
156
4.2.1.2 Aktivitas Belajar Siswa Slavin (2010: 100), mengemukakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, melainkan memiliki manfaat penting untuk memperluas
perkembangan
interpersonal
dan
keefektifan
dengan
cara
menciptakan keceriaan dan lingkungan yang prososial di dalam kelas. Manfaat tersebut terjadi pula pada meningkatnya aktivitas belajar siswa, baik secara individu maupun kelompok yang tersaji dalam tabel 4.25.
Tabel 4.25 Data Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Belajar Siswa
No.
Aspek yang Diamati
1. 2.
Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Eksplorasi (Penjelasan materi) Kegiatan Elaborasi 1 3. (Pembentukan kelompok asal dan pembagian tugas) 4. Kegiatan Elaborasi 2 (Diskusi kelompok ahli) 5. Kegiatan Elaborasi 3 (Diskusi kelompok asal) Kegiatan Konfirmasi 6. (Pelurusan kasalahpahaman dan penyimpulan) 7. Kegiatan Penutup (Tes formatif dan tindak lanjut) Jumlah Rata-rata Kriteria
Hasil Aktivitas Belajar Siswa (%) Siklus I II 73,30 89,78 68,56 85,80 74,06
89,40
65,35 63,45
86,74 87,31
67,24
87,12
78,79 490,73 70,10
92,61 618,75 88,39 Sangat Tinggi
Tinggi
Berdasarkan tabel 4.25, dapat diketahui bahwa ada peningkatan aktivitas belajar siswa, baik pada siklus I maupun siklus II. Pada siklus I memperoleh ratarata 70,10% dengan kriteria tinggi dan pada siklus II meningkat menjadi 88,39% dengan kriteria sangat tinggi. Perolehan angka tersebut telah mencapai indikator
157
keberhasilan
70%,
sehingga
dapat
dikatakan
bahwa
penerapan
model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. Selanjutnya, menurut Slavin (2010: 35-6) “dalam kelompok kooperatif, pembelajaran menjadi sebuah aktivitas yang bisa membuat para siswa lebih unggul di antara teman-teman sebayanya.” Keunggulan siswa ditunjukkan dengan
adanya peningkatan hasil pengamatan terhadap
aktivitas belajar siswa. Selain itu, data hasil pengamatan terhadap aktivitas kelompok siswa tersaji pada tabel 4.26.
Tabel 4.26 Data Hasil Aspek Pengamatan terhadap Aktivitas Kelompok Siswa Rerata Nilai Siklus I
Reraata Nilai Siklus II
No.
Aspek yang Diamati
1
Mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang 70% akan dipelajari secara garis besar.
90%
2
Mempelajari submateri yang telah diberikan guru
63,75%
91,25%
3
Kerjasama siswa dalam belajar dengan kelompok ahli
75%
92,50%
4
Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat/ 70% tanggapan
96,25%
5 6 7
Ketekunan siswa dalam tugas yang menjadi tanggung 86,25% jawab individu Kemampuan siswa dalam menyampaikan hasil kerja dengan dengan kelompok ahli kepada anggota kelompok 72,50% asal Kerjasama siswa dalam kelompok asal untuk menyatukan 81,25% hasil kerja dari masing-masing tim ahli
8
Keberanian siswa dalam mempresentasikan kerjanya kepada teman sekelas
9 10
hasil
91,25% 98,75% 95%
80%
91,25%
Pembagian peran dan tugas anggota dalam kelompok
82,50%
93,75%
Ketepatan waktu menyelesaikan tugas
70%
83,75%
751,25% 75,13% Sangat Tinggi
923,75% 92,38% Sangat Tinggi
Jumlah Rata-rata Kriteria
158
Berdasarkan tabel 4.26, dapat diketahui bahwa ada peningkatan aktivitas kelompok. Rata-rata aktivitas kelompok pada siklus I sebesar 75,13% dengan kriteria sangat tinggi dan pada siklus II meningkat menjadi 92,38% dengan kriteria sangat tinggi. Perolehan persentase tersebut telah mencapai indikator keberhasilan
70%,
sehingga
dapat
dikatakan
bahwa
penerapan
model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga meningkatkan aktivitas kelompok siswa kelas IV di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. Selanjutnya, Allport (1954) mengemukakan bahwa dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif, posisi anggota tim yaitu setara, artinya setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang substansial kepada timnya (Slavin 2010: 103). Demikian juga dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dimana setiap siswa dalam kelompok asal mendapatkan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan insentif kepada siswa untuk berpartisipasi aktif, saling membantu, dan memotivasi siswa agar melakukan usaha yang maksimal. Salah satu prinsip dasar motivasi terpenting dalam penerapan pembelajaran kooperatif bahwa tujuan kooperatif yaitu menciptakan norma-norma kelompok yang mendukung pencapaian tinggi (Slavin 2010: 127). Pencapaian tinggi yang dimaksud yaitu perolehan aktivitas kelompok siswa dalam pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang tersaji pada tabel 4.27.
159
Tabel 4.27 Data Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Kelompok Siswa Siklus I Nama Kelompok Diponegoro Pattimura Soedirman Imam Bonjol Antasari Jumlah Rata-rata Kriteria
Siklus II
Hasil Aktivitas Kriteria kelompok (%)
Hasil Aktivitas Kriteria kelompok (%)
72,75 82 76,5 76,5 69,75 377,50 75,50 Sangat Tinggi
85 96,88 95,63 95,63 91,25 464,38 92,88 Sangat Tinggi
Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi
Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel 4.27 di atas, manunjukkan bahwa ada peningkatan persentase aktivitas dari tiap kelompok. Pada siklus I rata-rata hasil pengamatan terhadap aktivitas dari tiap kelompok memperoleh 75,50% dengan kriteria sangat tinggi. Pada siklus II meningkat menjdi 92,88% dengan kriteria sangat tinggi. Perolehan angka tersebut telah mencapai indikator keberhasilan 70%. Dengan demikian, pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas siswa, baik secara individu maupun kelompok. Hal tersebut dibuktikan melalui penerapan model tersebut memberikan kesempatan kepada siswa untuk sukses. Siswa berusaha mencapai kesuksesan dan tujuan yang bermakna. Tujuan yang dimaksud sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 14 tahun 2007, salah satunya yaitu agar siswa memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik di tingkat lokal, nasional maupun global.
160
4.2.1.3 Hasil Belajar Salah satu tujuan model pembelajaran kooperatif yaitu untuk meningkatkan hasil belajar akademik. Isjoni (2010: 39), mengutarakan bahwa “para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar”. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. Sebelum proses pembelajaran, siswa dibagi dalam lima kelompok (kelompok asal) yang terdiri dari 6-7 siswa secara heterogen. Kelompok tersebut bersifat permanen, artinya dalam pembentukan kelompok asal secara langsung terbentuk kelompok yang tetap. Sementara, pembentukan kelompok ahli bersifat dinamis, artinya kelompok ahli terbentuk berdasarkan kesamaan nomor soal dan tanggung jawab siswa. Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa akan saling belajar satu sama lain mengenai konten materi yang menjadi tanggung jawabnya, dan dalam proses diskusi akan muncul konflik kognitif maupun argumen yang kurang tepat, sehingga proses tersebut memunculkan pemahaman siswa dengan kualitas yang lebih tinggi (Slavin 2010: 38). Pemahaman yang diperoleh siswa direkonstruksi dengan pengetahuan yang baru sehingga terjadi proses rekonstruksi pada diri siswa. Selanjutnya, pengetahuan yang dimiliki siswa tersebut digunakan untuk memecahkan persoalan atau permasalahan yang dihadapi, khususnya mata pelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. Dalam hal ini, perolehan hasil belajar siswa dilakukan melalui pengisian LKS, kuis
161
i individu dann tes formatiif. Hasil belaajar dalam penelitian p inni meliputi hasil belajar i individu dann hasil belaajar kelompook. Data haasil belajar IPS materi Teknologi P Produksi, Ko omunikasi, dan d Transpoortasi yang diperoleh d sisw wa kelas IV SD Negeri P Pesurungan Lor 1 Tegall dapat dilihaat pada tabell 4.28. Tabel 4.28 Data Hasil Belajar B IPS Materi Tekn nologi Produuksi, Komunnikasi, dan Transpportasi padaa Siswa Kelaas IV SD Neg geri Pesurunngan Lor 1 Tegal T Indikatoor Keberhasilan Hasil Belajar B Siswa a Rata-rata Ketuntasan Belajar B Klasikkal (%)
Prretes 611,82 366,36
Rerata Nilai Tess Formatif Sik klus I Siklus II 755,87 93,03 600,61 87,88
Postes 95,85 96,97
Berdassarkan tabell 4.28 di attas, dapat diketahui d baahwa ada peningkatan s secara klasikkal pada hassil pretes, sikklus I, sikluss II, dan posttes. Perolehaan rata-rata n nilai pretes 61,82 menuunjukkan baahwa sebelum m penerapann model pem mbelajaran k kooperatif tiipe jigsaw haasil belajar ssiswa kelas IV I di SD Neegeri Pesurun ngan Lor 1 T Tegal tergollong rendah karena beluum mencapaai nilai kriterria ketuntasaan minimal ( (KKM) sebeesar 71. Selaain itu, hasill belajar pad da pelakasannaan siklus I, I siklus II, d postes memproleh dan m r rata-rata nilaai di atas KK KM ≥71. Penningkatan hasil belajar
Rata-rata Nilai
s siswa dapat dilihat pada diagram 4.114 berikut: 100 80
93.03
60 40 20
95.85
75.87
Rata--rata Nilai
61.82
0 Pretes
Siklus I
Siklus II
Postes
Diagraam 4.14 Peniingkatan Ratta-rata Nilai Hasil Belajaar siswa kellas IV
162
Selanjutnya, dapatt diketahui juuga bahwa ada a peningkaatan ketuntaasan belajar s secara klasikkal pada hassil pretes, sikklus I, sikluss II, dan posttes. Perolehaan rata-rata k ketuntasan belajar klaasikal pretees sebesar 36,36%, menunjukkaan bahwa k ketuntasan b belajar sebellum penerappan model peembelajaran kooperatif tipe t jigsaw k ketuntasan b belajar klassikal IPS m materi Teknoologi Produuksi, Komunnikasi, dan T Transportasi i pada siswaa kelas IV dii SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegaal tergolong r rendah kareena belum mencapai indikator keberhasilan k 75%. Padaa siklus I k ketuntasan b belajar klasikkal sebesar 660,61%. An ngka tersebutt juga belum m mencapai i indikator keberhasilan (75%). Selannjutnya, ketu untasan belajjar klasikal pada p siklus I mencapai 87,88% dan II n postes menningkat menj njadi 96,97% %. Perolehan persentase t tersebut telaah mencapaai indikator keberhasilan n 75% sehiingga dapatt dikatakan b berhasil. Penningkatan keetuntasan bellajar klasikaal dapat dilihhat pada diaggram 4.15.
100% 80% 60% 40%
96.97% 87 7.88%
Ketuntasan K Belajar Klasikal K
600.61% 36.3 36%
20% 0%
Pretes
Siklus I
Siklus III
Postes
Diagram 4.15 4 Peningkkatan Ketuntasan Belajarr Klasikal Peneelitian ini berrtujuan untuuk meningkaatkan hasil belajar akadeemik siswa. P Penerapan
model
peembelajaran
kooperatiff
juga
daapat
mengeembangkan
p pengetahuan n, kemampuuan, dan keterampilaan secara ppenuh dalaam proses p pembelajara an yang demo okratis (Isjoni 2010: 43)). Pernyataann tersebut mengandung m m maksud bahhwa dalam proses p pembbelajaran ko ooperatif yanng bersifat demokratis d
163
(terbuka) dapat mengarahkan siswa memiliki pengetahuan khususnya IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. Di samping itu, pemaknaan penelitian ini juga diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS yaitu membekali siswa dengan kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, memiliki rasa ingin tahu, menemukan pengetahuan sendiri, dan dapat memecahkan masalah, serta melatih siswa kelas IV di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal untuk terampil dalam bekerja sama, bertanya, berpendapat, menerima saran dari orang lain, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang. Selanjutnya, penerapan model pembelajaran kooperatif juga berdampak positif pada aktualisasi diri siswa kelas IV di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal baik secara personal maupun dalam proses kelompok. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Weiner dan Kulka, mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif cenderung dapat meningkatkan kesuksesan aktual para siswa, dan kesuksesan tersebut menumbuhkan rasa percaya diri sehingga siswa akan lebih berusaha mencapai kesuksesan dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah mengalaminya (Slavin 2010: 128). Dengan demikian, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal.
4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar dan
164
aktivitas belajar siswa kelas IV, serta performansi guru pada mata pelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi di SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tersebut dapat diimplikasikan pada mata pelajaran selain IPS dan materi pelajaran lain selain materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi, serta dapat diimplikasikan di kelas lain maupun di sekolah lain. Walaupun demikian, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw perlu memperhatikan halhal
yang
berkaitan
dengan
komponen
pendukung
keberhasilan
dalam
pembelajaran. Langkah konkret yang dapat dilakukan dalam mengimplikasikan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu guru perlu menyusun serangkaian program pembelajaran dengan baik, terarah, simultan, dan berkesinambungan. Salah satunya yaitu diwujudkan dengan merumuskan tujuan-tujuan kurikulum berbagai mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya, khususnya tujuan pembelajaran di setiap mata pelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara operasional agar dapat diukur dan diamati, serta disesuaikan dengan kondisi kelas maupun karakter siswa yang akan diajar. Selanjutnya, langkah tersebut ditindaklanjuti dengan menerapkan pembelajaran sesuai rancangan yang telah disusun yaitu melaksanakan proses pembelajaran dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman bagi siswa sehingga siswa dapat memiliki sejumlah kemampuan baik akademik, emosional, maupun sosial. Di samping itu, dalam merencanakan pembelajaran, guru juga perlu memilih bentuk kegiatan pembelajaran yang paling tepat, antara lain model
165
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dalam model tersebut guru harus menjelaskan secara rinci mengenai apa yang harus dilakukan, dan apa yang diharapkan. Selanjutnya, guru memberikan tugas yang paling tepat dalam pembelajaran, menyiapkan materi, sumber belajar, dan media agar memudahkan siswa dalam belajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diawali dengan pengelompokkan siswa, mengembangkan sistem pujian untuk kelompok maupun perorangan agar siswa termotivasi untuk lebih giat dalam belajar, dan memberikan bimbingan kepada siswa baik secara individu maupun dalam kelompok. Kegiatan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diakhiri dengan penilaian dan menganalisis, serta mengevaluasi terhadap hasil belajar siswa yang dikontribusikan dalam penilaian kelompok. Apabila akan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, maka perlu menelaah karakteristik mata pelajaran dan materi yang akan diajarkan. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw cocok untuk diterapkan pada berbagai mata
pelajaran.
Hal
tersebut
sejalan
dengan
pendapat
Juliati
(2000)
mengemukakan, model pembelajaran kooperatif lebih tepat diterapkan pada mata pelajaran IPS, tetapi tidak menutup kemungkinan model pembelajaran kooperatif juga dapat diterapkan pada mata pelajaran matematika yang berisi materi berhitung karena pada dasarnya model ini efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa (Isjoni 2010: 15). Materi pelajaran yang akan diterapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw perlu dicermati lebih mendalam agar dalam pelaksanaannya dapat diorganisir secara efektif. Apabila akan menerapkan model pembelajaran
166
kooperatif tipe jigsaw, maka karekteristik materi ajar yang tepat untuk dilaksanakan model ini yaitu materi yang memiliki subbagian, sehingga dapat dipilah menjadi beberapa bagian. Bagian materi tersebut didistribusikan kepada sejumlah siswa dalam kelompok asal. Hal tersebut sesuai dengan tahapan jigsaw di mana setiap siswa dalam kelompok asal mendapat tugas dan tanggung jawab yang berbeda. Siswa dari kelompok asal yang mendapatkan bagian materi yang sama berkumpul membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli. Di dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan masalah yang menjadi tanggung jawabnya untuk dicarikan jawaban yang tepat atas hasil diskusi dengan kelompok ahli. Hasil diskusi kelompok ahli dijadikan pengetahuan baru yang harus disampaikan kepada siswa yang berada di kelompok asal sehingga terjadi interaksi antarsiswa dan tercipta ketergantungan positif. Proses tersebut akan memudahkan siswa untuk menerima pengetahuan dari temannya. Siswa akan lebih dapat memahami suatu pengetahuan jika diajar oleh temannya. Hal tersebut sesuai dengan teori belajar konstruvistik bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika siswa saling mendiskusikan masalahmasalah tersebut dengan temannya (Isjoni 2010: 121). Dengan demikian, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw perlu disesuaikan dengan karekteristik materi yang akan diajarkan. Selanjutnya, dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw perlu
mencermati
tingkatan
kelas
yang
akan
diajar.
Tingkatan
kelas
mempengaruhi keberhasilan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran berkelompok, di mana siswa dituntut untuk memecahkan masalah
167
melalui diskusi dengan kelompoknya. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik siswa SD yang senang berkelompok. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat diterapkan di jenjang sekolah dasar sehingga diharapkan dapat melatih siswa dalam memecahkan masalah melalui diskusi kelompok di jenjang berikutnya. Selain itu, guru juga perlu mengetahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih cocok diterapkan pada siswa kelas tinggi karena tingkat perkembangan kognitif siswa kelas tinggi sudah dapat berpikir secara kritis dan logis. Siswa kelas tinggi sudah dapat memecahkan masalah melalui diskusi kelompok. Melalui diskusi akan terjalin komunikasi antarsiswa, sehingga dapat meningkatkan daya nalar, keterlibatan siswa dalam pembelajaran, dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya, sedangkan aktivitas siswa dalam berkelompok juga dapat mengarahkan siswa pada tingkah laku yang positif. Secara tidak langsung siswa terlatih untuk bekerja sama, saling membantu, dan mendorong teman satu kelompoknya untuk bersama-sama memecahkan masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Slavin (2010: 123), mengemukakan bahwa “dalam metode jigsaw, para siswa dibuat supaya merasa penting karena mereka memiliki informasi yang sangat penting bagi kelompoknya.” Hal tersebut menunjukkan pengaruh positif dari jigsaw terhadap rasa harga diri para siswa. Dengan demikian, akan terjalin hubungan kerja sama yang baik di antara siswa dalam proses kelompok. Selain itu, guru juga harus mampu mengorganisasikan materi dan tugastugas siswa yang mencerminkan siswa kerja dalam kelompok kecil, khususnya dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pembentukan kelompok terdiri atas 4-7 siswa. Penerapan model ini dapat diimplikasikan pada kelas dengan
168
jumlah siswa yang tidak terlalu banyak (kelas gemuk) karena dikhawatirkan guru sulit dalam mengadakan pengelolaan siswa dalam proses diskusi. Pembentukan kelompok yang lebih dari 7 siswa dimungkinkan terdapat siswa yang hanya bergantung pada siswa lain. Hal tersebut dapat berdampak negatif pada pencapaian hasil belajar siswa. Selain itu, aktivitas siswa yang tidak terarah akan menjadikan suasana kelas menjadi gaduh sehingga materi ajar tidak tersampaikan secara utuh. Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih tepat diterapkan pada kelas yang memiliki siswa tidak terlalu banyak maupun sedikit. Artinya, jumlah siswa dalam kelas akan mempengaruhi proses pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pengalokasian waktu pada setiap mata pelajaran turut mempengaruhi proses implikasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Apabila akan menerapkan model ini, maka diperlukan mata pelajaran yang memiliki alokasi waktu minimal tiga jam pelajaran (3JP) karena dalam pelaksanaannya perlu waktu yang cukup untuk setiap tahapan jigsaw. Tahapan jigsaw yang terdiri dari delapan tahapan, masing-masing perlu dialokasikan secara cermat agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Pengalokasian waktu pada tahapan diskusi kelompok asal maupun ahli dibutuhkan porsi yang cukup banyak dibanding yang lain. Dalam pelaksanaan diskusi kelompok asal dan ahli disesuaikan dengan kemampuan berpikir dan kerja sama siswa. Oleh karena itu, pelaksanaan pembelajaran
berpacu
pada
alokasi
waktu
yang
direncanakan,
tetapi
dimungkinkan di dalam proses pembelajaran terjadi hal-hal di luar rencana sehingga perlu kreatifitas guru dalam mengelola alokasi waktu tersebut yang bersifat fleksibel.
169
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga dapat meningkatkan performansi guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran ini, menjadikan guru lebih cermat dalam merencanakan pembelajaran. Guru dituntut lebih profesional dalam memilih dan memodifiksi model pembelajaran ini dalam rangka mencapai keberhasilan pembelajaran. Dalam menyusun tahapan jigsaw ini mengajak guru untuk memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pembelajaran lebih bermakna. Selain itu, kreativitas guru akan tergali dalam menentukan materi pelajaran yang akan diajarkan, menyusun LKS dan kuis, menyusun lembar pengamatan aktivitas belajar siswa, sumber belajar, dan media yang akan digunakan untuk memudahkan siswa belajar, serta kreatif dalam menentukan penghargaan kelompok siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru tidak lagi menyampaikan materi secara utuh karena pemahaman dan pendalaman materi akan dilakukan siswa ketika belajar bersama dalam kelompok. Guru hanya menjelaskan pokok-pokok materi dengan tujuan siswa memiliki wawasan dan orientasi mengenai materi yang diajarkan. Selanjutnya, guru lebih dilatih untuk aktif membimbing siswa pembentukan kelompok asal maupun ahli, dan dalam proses belajar kelompok. selain itu, aktivitas guru juga dituntut untuk mengadakan monitoring dan mengobservasi kegiatan belajar siswa berdasarkan lembar observasi yang telah dirancang. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memberikan peran yang lebih luas kepada guru. Peran tersebut tidak lagi sebagai penyampai informasi, melainkan peran guru yang lebih kompleks yaitu sebagai fasilitator, mediator,
170
motivator, dan evaluator. Peran guru sebagai moderator terlihat ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Hal tersebut termasuk dalam kegiatan konfirmasi di mana guru mengarahkan dan mengoreksi pemahaman siswa terhadap materi dan hasil kerja siswa sehingga dapat meluruskan kesalahpahaman siswa. Sementara, peran guru sebagai evaluator meliputi menyusun instrumen penilaian, mengadakan penilaian, dan menganalisis hasil penilaian, serta mengadakan tindak lanjut untuk mengukur ketercapaian pembelajaran yang telah berlangsung. Peran guru yang kompleks dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, menuntut guru untuk lebih mendalami teori tentang model pembelajaran tersebut. Kegiatan tersebut ditujukan agar guru dapat mengetahui secara jelas mengenai model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sehingga dalam menerapkan model tersebut guru akan lebih variatif dan inovatif dengan memadukan media dan sumber belajar yang lebih mendukung.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan,
penerapan
model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan performansi guru dalam pembelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal juga meningkat. Dari kegiatan pembelajaran tersebut, performansi guru pada siklus I memperoleh nilai sebesar 81,16 dengan kriteria AB meningkat menjadi 92,35 dengan kriteria A, pada siklus II. Kemudian peningkatan terjadi pula pada performansi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pada siklus I performansi guru dalam menerapkan model jigsaw memperoleh nilai sebesar 80,56 dengan kriteria AB meningkat menjadi 91,67 dengan kriteria A, pada siklus II. Pembelajaran
IPS
materi
Teknologi
Produksi,
Komunikasi,
dan
Transportasi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. Hal tersebut dapat ditunjukkan berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan aktivitas kelompok dalam pembelajaran. Dari kegiatan pembelajaran tersebut, aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I memperoleh angka sebesar 70,10% dengan kriteria tinggi dan aktivitas kelompok sebesar 75,13% dengan kriteria 171
172
sangat tinggi. Kemudian pada siklus II mengalami peningkatan aktivitas siswa menjadi 88,39% dengan kriteria sangat tinggi dan aktivitas kelompok memperoleh angka sebesar 92,38% dengan kriteria sangat tinggi. Selanjutnya, dari segi hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal pada mata pelajaran IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi juga meningkat. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari rata-rata nilai siswa, yaitu rata-rata nilai pretes, rata-rata nilai tes formatif siklus I dan siklus II, serta rata-rata nilai postes. Perolehan rata-rata nilai pretes sebesar 61,82 dengan ketuntasan belajar klasikal 36,36% yang berarti bahwa dari jumlah 33 siswa, hanya 12 siswa yang telah memenuhi KKM. Pada siklus I, rata-rata nilai tes formatif siswa mencapai 75,87 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 60,61%, sedangkan pada siklus II hasil belajar siswa meningkat menjadi 93,03 dan ketuntasan belajar klasikal menjadi 87,88%. Artinya, pada siklus II ketuntasan belajar klasikal telah mencapai indikator keberhasilan sebesar 75%. Selain itu, peningkatan terjadi pula pada hasil postes dengan rata-rata nilai 95,85 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 96,97% yang berarti bahwa terdapat 32 siswa yang telah memenuhi KKM dari jumlah 33 siswa. Dengan demikian, hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan performansi guru, aktivitas belajar siswa, dan hasil belajar IPS materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi pada siswa kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal.
173
5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut: (1) Hendaknya guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam mengelola pembelajaran di kelas dengan memperhatikan tahap-tahap pelaksanaannya. (2) Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, perlu adanya persiapan yang matang agar pelaksanaannya berjalan efektif dan efisien. (3) Dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, guru perlu menguasai materi, menngarahkan tugas secara jelas, membimbing dan memotivasi siswa dalam diskusi, sehingga penerapan model tersebut berjalan sesuai dengan waktu yang direncanakan. (4) Kepada kepala sekolah, disarankan agar mendukung dan memfasilitasi para guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sehingga hal tersebut dapat memperlancar tercapainya visi dan misi sekolah.
174
SILABU US Nama Sek kolah : SD D Negeri Pesurung gan Lor 1 Tegal Mata Pelaajaran : ILM MU PENGETAH HUAN SOSIAL (IIPS) Kelas / Seemester : IV / 2 Standar K Kompetensi : 2. M Mengenal sumberr daya alam, kegiiatan ekonomi dan n kemajuan teknoologi di lingkungan kabupaten / koota dan provinsi Sumberr Materi Penilaian Kompeten nsi K Kegiatan A Alokasi pokok IIndikator pencap paian kompetenssi Belajarr/ Dasar pembelajaran W Teknik Benttuk Contoh Waktu Alat Perkemb M M 2.3 Menjelaskan Membandingkan//membedakan jennis teknologi prodduksi pada masa Tertulis jawaaban Jelaskan, 12 x 35 - Bukuu llalu dan masa sekkarang uraian singkkat m menit IPS kelaas Mengenaal angan memban perkembaan teknolo M Membanding M Menyebutkan maacam alat produkssi masa lalu dan m masa kini pert 9 - IV dingkan, gi 12 Asy’ari gan kaan, M Menceritakan pen ngalaman mengguunakan alat produuksi lalu dan produk Erl teknologii ssekarang mengelo (4 4 si, produksi M Mengelompok C Cara menggunakaan secara sederhaana teknologi produksi masa lalu mpokkan minggu) m komunikaa si komuni kaan, ddan masa kini menun kasi, dan dan M Membandingkan//membedakan jennis teknologi kom munikasi pada masa - Gambarr jukkan, transportaa si transpor m menunjukkan llalu dan masa sekkarang teknolog gi tasi serta M Menyebutkan maacam alat komunikkasi masa lalu daan kini membe produksii pengala dakan m membedakan M Menceritakan pen ngalaman mengguunakan alat komu unikasi lalu dan man daan ssekarang menggun dan nak C Cara menggunakaan secara sederhaana teknologi kom munikasi masa lallu - Komun ni annya m menggunakan ddan kini kasi menggu tek knologi M Membandingkan//membedakan jennis teknologi transportasi pada masa nakan prroduksi, llalu dan masa sekkarang koomunikasi, M Menyebutkan maacam alat transporrtasi masa lalu daan kini - Transpo or dan M Menceritakan pen ngalaman mengguunakan alat transp portasi lalu dan tasi traansportasi ssekarang C Cara menggunakaan teknologi transsportasi masa lalu u dan kini
Karakter siswa yang d diharapkan :
Diisiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan n perhatian ( respecct ), Tekun ( diligence ) , Jujur ( fairn nes ) dan Ketelitian n ( carefulness)
Mengetahu ui, Kepala SD DN Pesurungan Lor 1 Tegal
Tegaal, Januari 2012 Guruu Kelas IV
Makmuri, S.Pd.SD NIP. 19610630 198201 1 004
Siti L Latifah, S.Pd.SD NIP. 19640905 19840 05 2 004
175
Lampiran 2 L D DAFTAR N NILAI IPS SEMESTER S R 2 SISWA KELAS IV V S SDN PESUR RUNGAN LOR L 1 TEG GAL TAHU UN PELAJA ARAN 2010// 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nom mor Induk Jenis Kelaamin 36222 L 36338 L 36339 L 36449 P 36555 L 3719 L 37226 P 37334 L 37339 P 37448 P 37551 P 37998 L 37999 L 38000 L 38001 P 38002 P 38003 P 38004 L 38008 L 38009 L 3810 L 3812 L 3814 P 3815 L 3816 L 3817 L 3818 P 38222 P 38225 P 38227 P 38228 L 38229 L 4017 L 4018 P
Mengetahui, M K Kepala SDN P Pesurungan Lo or 1 M Makmuri, S.P Pd. SD N NIP. 1961063 30 198201 1 0 004
Nam ma Siswa Ahm mad Aris Fauuzi Khaairul Arga Deestianto Khaaerul Miftakhhudin Rism ma Indah Sarri Slam met Riyadi Bagaas Pangestu Intann Trisna Dhaanti Muhh. Abdul Aziiz Nur Jayanti Selv viana Tri Sopiyanti S Aguung Prasetyo Adi Saputra Alfin n Sopian Sapputro Citraa Waluya Seejati Denni Amalia Dwii Oktaviana Dew wangga Setiaa Pratama Fard dial Asbar Indrii Diaz Permaai Imam m Kambali Khoerun Nasukhha Meggawati Muhhammad Nurr Aziz Muhhammad Rizkky F. Muhhammad Nazzar Sayiidati Asyiyahh Stefaani Kusuma Dewi Wahhyu Nuraida Wiw wit Citra Harrtati Zidaan Pramudyaa P. Achm mad Muhrom m Aziz Nuruul Zaeni Novia Dewi Lessmana
Nilai 45 45 40 50 50 60 65 65 50 60 45 55 60 50 50 35 25 40 55 45 30 45 80 50 35 65 35 85 65 40 -
Tegal, 1 10 Juni 2011 Guru Keelas IV, Siti Latiffah, S.Pd.SD NIP. 196 640905 198405 2 004
176
Lampiran 3 L D DAFTAR K KELOMPO K JIGSAW W SISWA KE ELAS IV S SDN PESUR RUNGAN LOR L 1 TEG GAL TAHU UN PELAJA ARAN 2011// 2012 Kelom mpok
Nomor 1 2 3 4 5 6 7
Nama Sisw wa Rangga Baayu Pamungkkas Sapta Yoga Pamungkass Nur ‘Afni Hidayah Dewi Ratnna Eli Trisnaw wati Anita Silviiani Tegar Priyyanto
Pattim mura
1 2 3 4 5 6
M. Trijayaa M. Riyan E Erlangga Dwi Oktavviani Toto Sudirrharjo Winda Yunniati Kholifatunnnisa
Jendeeral Soedirman
1 2 3 4 5 6 7
Rudi Riantto Noval Septtiawan Nada Adhaani Mubarokaah Nada Adhaana Mukarom mah Sela Zaenaa Sari Amanda Partisia Saepul Muubarok
Imam m Bonjol
1 2 3 4 5 6 7
Eva Rifatuul Ilya Abdul Qiroom Lukman N Nur Kusuma Noviana N Nisa Uljanah Ahmad Fauuzi Kartika Yaasmin R. Nur Alita P Putri
Pangeeran Antasari
1 2 3 4 5 6
Khaerul m miftakhudin M. Miftakhhul Fikri Sefti Annuur Rifani Safa Risqiaana Aulia Ria Puji A Astuti Muhamad Tegar Prasetyyo Peneliti, Siti Indah C Cahyani NIM. 14024 408276
Pangeeran Diponegoro
Mengetahui, M Guru Kelas IV G Siti Latifah, S. S Pd.SD 5 198405 2 0 NIP. 1964090 N 004
177
KISI-KISI INSTRUMEN PRETES DAN POSTEST Mata Pelajaran : IPS Kelas/Semester : IV/ 2 Waktu : 60 menit Standar Kompetensi : Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten / kota dan provinsi Kompetensi Dasar 2.3 Mengenal perkemba ngan teknologi produksi komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakan nya
Indikator soal − − − − − − −
Siswa dapat menjelaskan pengertian produksi. Disajikan gambar alat produksi zaman dahulu berupa mesin tenun tradisional, Siswa dapat menyebutkan jenis alat produksi tersebut Disajikan gambar alat produksi zaman sekarang berupa gergaji mesin, siswa dapat menyebutkan kegunaan jenis alat produksi tersebut Disajikan langkah‐langkah pembuatan minyak goreng, Siswa dapat menentukan nama produk dari proses produksi tersebut. Disajikan gambar teknologi produksi pada zaman dahulu dan zaman sekarang, siswa dapat membandingkan teknologi tersebut Disajikan gambar peralatan teknologi produksi zaman dahulu, siswa dapat menjelaskan kelemahan/ kelebihan alat teknologi tersebut. Disajikan gambar peralatan teknologi produksi zaman sekarang, siswa dapat menjelaskan kelemahan/ kelebihan teknologi tersebut.
Bentuk Soal Pilihan Ganda
Ranah Kognitif C1
Tingkat Kesulitan Mudah Sedang 9
C1
9
Nomor Sulit Soal 1 2
C1
9
C3
9
C2
9
C2
9
C2
9
3 4 5 6 7 8
−
Disajikan langkah‐langkah membuat batu bata secara acak, siswa dapat menyusun langkah‐langkah tersebut dengan benar.
C3
9
−
Siswa dapat menjelaskan pengertian komunikasi.
C1
9
−
Siswa dapat menyebutkan jenis alat komunikasi zaman dahulu
C1
9
9 10
−
Siswa dapat menyebutkan jenis alat komunikasi zaman sekarang
C1
9
11
−
Siswa dapat menyebutkan 3 macam saluran komunikasi.
C2
9
12
−
Disajikan gambar peralatan teknologi komunikasi zaman dahulu dan sekarang, siswa dapat membandingkan keduanya. Disajikan gambar peralatan teknologi komunikasi zaman dahulu, siswa dapat menjelaskan kelemahan peralatan teknologi tersebut Disajikan gambar peralatan teknologi komunikasi zaman sekarang, siswa dapat menjelaskan kelebihan teknologi tersebut
C2
9
C2
9
C2
9
− −
13 14 15
178
−
Siswa dapat mengklasifikasi jenis teknologi komunikasi yang berbentuk media elektronik melalui saluran internet.
C3
9
16
−
Siswa dapat mengurutkan cara berkomunikasi melalui telepon genggam.
C3
9
17
−
Siswa dapat menjelaskan pengertian transportasi.
C1
9
18
−
Disajikan gambar alat transportasi yang memanfaatkan angin, siswa dapat menyebutkan tenaga yang dimanfaatkan oleh alat transportasi tersebut Siswa dapat memasangkan satu alat transportasi zaman dahulu dengan tenaga yang digunakan untuk menggerakkannya Disajikan tabel macam‐macam alat transportasi, Siswa dapat mengklasifikasikan masing‐masing 1 contoh teknologi transportasi darat, laut dan udara zaman dahulu Disajikan gambar alat transportasi pada zaman dahulu dan zaman sekarang, siswa dapat membandingkan jenis teknologi tersebut
C1
9
C1
9
C2
9
C2
9
− − −
19 20 21 22
−
Siswa dapat menjelaskan kelemahan peralatan teknologi transportasi zaman dahulu
C2
9
23
−
Siswa dapat menjelaskan kelebihan peralatan teknologi transportasi zaman sekarang
C2
9
24
−
Disajikan tabel nama kendaraan dengan tempat peberhentiannya, Siswa dapat memasangkan tempat pemberhentian masing‐masing alat transportasi darat, laut maupun udara.
C2
9
−
Siswa dapat menentukan jenis kapal berdasarkan fungsinya.
C3
9
26
−
Siswa dapat mendaftar bahan baku pembuatan telur asin.
C1
9
27
−
Siswa dapat mengurutkan langkah‐langkah menggunakan mengirim surat lewat pos.
C2
9
28
−
Disajikan gambar alat transportasi sepeda, siswa dapat menjelaskan cara menggunakan teknologi transportasi tersebut. Disajikan gambar sikap tidak tertib lalu lintas, siswa dapat menentukan sikap positif untuk mencegah hal tersebut.
C2
9
C3
9
30
10
15
5
30
− Jumlah
Keterangan: C1 = pengetahuan C2 = pemahaman C3 = penerapan
25
29
179
L Lampiran 5 RETES DA AN POSTES S SOAL PR Mata pelajarran M K Kelas/ semester M Materi pokook A Alokasi wakktu H Hari/ tanggaal
: Ilmu I Pengettahuan Sosiaal (IPS) : IV I /2 : Teknologi T P Produksi, Komunikasi daan Transportasi : 60 6 menit :
B Berilah tanda silang (X X) huruf a, b b, c, atau d pada jawab ban yang tap pat! 1.
Proses mengolah bahan b baku menjadi barang jaadi disebut ... . c. prodduksi a. kon nsumsi b. disttribusi d. kom misi
a. b. c.
2 2.
Gambar di bawah inni merupakann produksi kain, yaaitu dengan alat tradisioonal yang disebut dengan d ... . a. mesin jahit b. alat sablon c. alat tenun d. alat press
d. 6.
Perhatiikan gambar di d bawah ini! Sabit atau arit adalah alat a tradisioonal untuk k memotoong rumputt,kelemahan sabit s yaitu ... . a. lebiih tajam darripada mesinn pemotong rum mput b. arit lebih tahan lama (awet) c. muddah dan praaktis dibawaa kemana manna d. proses pemotonggan lama
7.
d bawah ini! Perhatiikan gambar di
3 Gambar di bawah ini merupaakan alat 3. produksi modern yangg berguna untuuk .. . a. menggiling padi s b. membajak sawah c. memotong kkayu d. menumbuk padi 4 Perhatikaan urutan berikut ini ! 4. (1) Siapkkan buah kelaapa yang sudaah tua. (2) Kupaas dan parutlaah daging buahh kelapa. (3) Perasslah hingga menjadi m santann. (4) Rebuus terus-menerrus hingga beening dan (5) Siap digunakan. d Berdasarkkan langkah-llangkah tersebut akan menghasiilkan barang berupa b ... . a. minnyak tanah b. minnyak goreng c. jus kelapa k d. es kelapa 5 Perhatikaan gambar di bawah 5. b ini!
Berdasarrkan gambarr di atas, ppernyataan yang bennar yaitu ... .
trraktor lebih cepat untuk membajak saawah keerbau lebih cepat untuk membajak saawah trraktor lebih lambat l untukk membajak saawah trraktor dan keerbau sama-saama lambat unntuk membajak sawah
Batik cap c lebih dikeenal daripada batik tulis, keuntuungan mengguunakan alat baatik cap yaitu .... a. proses lebih cepaat dan hasilnyya banyak b. mennimbulkan po olusi dan murrah c. hargganya mahal dan lama proosesnya d. tidaak menggunak kan tenaga mesin m 8. Perhatikkan urutan membuat m batu bbata berikut ini! (1) Mennyiapkan tanaah liat. (2) Battu bata cetakkan yang suudah kering dikuumpulkan. (3) Tannah liat digilinng menjadi addonan. (4) Adoonan dicetak satu per satu. (5) Battu bata disussun dalam tungku t lalu dibaakar dan siap dipakai.
180
m batuu bata yang benar yaitu Urutan membuat ... a. (1), (2), (3), (4), (5) b. (1), (4), (2), (3), (5) c. (1), (3), (4), (2), (5) d. (1), (2), (4), (3), (5) 9 Kegiatan mengirim dan menerim 9. ma pesan disebut... . a. prodduksi c. teknnologi b. trannsportasi d. kom munikasi 10. Salah saatu alat komuunikasi yang digunakan d pada zam man dahulu yaaitu ... . c. faxim a. inteernet mile b. kennthongan d. e-maail 11. Di baw wah ini yang y termasuk alat komunikkasi zaman sekarang s yanng berupa media ellektronik yaitu u ... . c. koraan a. hanndphone b. majalah d. suraat 12. Saluran yang dapaat digunakaan untuk berkomunnikasi yaitu .... . a. lisann, kenthongann dan bedug b. isyaarat, majalah, dan asap c. isyaarat, lisan, dann asap d. lisann, isyarat, dann tulisan d bawah ini! 13. Perhatikan gambara di
Pernyataaan yang benaar mengenai ggambar di atas yaituu ... . a. Ken nthongan lebbih modern daripada penngeras suara merupakann b. Ken nthongan alat kom munikasi tradiisional c. Pen ngeras suarra merupakkan alat kom munikasi tradiisional d. Ken nthongan dan n pengeras suuara samasam ma modern 14. Perhatikan gambar di bawah ini! mahan komunnikasi Kelem mengggunakan beddug yaitu .... a. pesaan cepat samppai b. dim miliki oleh bannyak orang c. prak ktis dan modeern d. sulit dan jarang ditemukan d
15. Perhatiikan gambar di d bawah ini! Han ndphone meruupakan alat kom munikasi masaa kini, keuuntungan mennggunakan HP yaitu ... a. muddah dan cepatt b. hargganya mahal c. ceppat rusak d. bannyak gangguann komunikasii elektronnik yang 16. Alat memannfaatkan saluraan internet yaaitu ... . a. telepon c. e-m mail b. Handy H Talky (H HT) d. beedug 17. Perhatikkan langkahh-langkah meenggunakan teleponn berikut ini ! (1) Anngkat genggaam telepon. (2) Teekan nomor yang y akan dituuju. (3) Tuutup genggam m telepon. (4) Beerbicaralah seeperlunya. Urutan menggunak kan telepon yang benar yyaitu ... . a. (1)), (2), (3), (4) b. (1)), (4), (2), (3) c. (1)), (3), (4), (2) d. (1)), (2), (4), (3) 18. Kegiataan memindahhkan barang atau orang dari suaatu tempat kee tempat lainnnya disebut ... . a. trannsportasi c. prooduksi b. kom munikasi d. koonsumsi 19. Alat transportasi lauut pada gambbar di bawah ini mennggunakan teenaga ... . a. mannusia b. hew wan c. anggin d. batuu bara 20. Perhatikkan alat transportasi berikuut ini !
(1)
(2) (
(3)
Berdasaarkan gambarr di atas, pasaangan yang sesuai dengan d tenagaa yang digunaakan untuk menggeerakkannya yaitu ... . a. Gam mbar (1) digeerakkan tenaga hewan b. Gam mbar (2) digeerakkan tenagga angin c. Gam mbar (3) digeerakkan tenaga hewan d. Gam mbar (2) digeerakkan tenaga angin
181
2 Perhatikaan tabel berikuut ini ! 21. No.
A Alat Alat trransportas Alat transsportasi laut trransportasi udara daarat 1 T Truk Kap pal selam Jet 2 Kereeta api Praahu rakit Helikopter 3 De elman J Jetski Baalon udara
Berdasarkkan tabel di atas, a yang term masuk alat transportaasi zaman dah hulu yaitu ... . a. truk, kapal selam, jet b. keretaa api, prahu rakit, r helikoptter c. delmaan, prahu rakit, balon udarra d. delmaan, prahu rakit, jet 2 Perhatikan gambar di bawah ini ! 22.
t pernnyataan Berdasarrkan gambar tersebut, yang bennar yaitu ... . a. Sepedda motor merupakaan alat transpportasi tradisiional. merupakaan b. Sepedda motor alat transpportasi yang digerakkan d olleh udara. c. Delm man merupakkan alat transportasi yang digerakkan oleh o mesin. d. Delm man merupakkan alat transportasi yang digerakkan oleh o tenaga heewan. 2 Salah saatu kelemahaan menggunakan alat 23. transportaasi zaman dahhulu yaitu ... . a. seringg terjadi keceelakaan b. cepatt sampai ke teempat tujuan c. lama untuk sampaai ke tempat tuujuan d. digerrakkan oleh teenaga mesin 2 Salah saatu keuntungan menggunnakan alat 24. transportaasi zaman sek karang yaitu … . a. membbutuhkan wakktu perjalanann lama b. cepatt sampai tujuaan c. menim mbulkan poluusi d. mengggunakan tenaaga hewan 2 Perhatikaan tabel berikuut ini ! 25. No Alat mpat Tem trransportasi pemberhentian 1 Bus Ban ndara 2 Kereta api Term minal 3 Pesawat terbangg Pelabuhan
Berdasaarkan tabel dii atas, pasangan manakaah yang sesuaai antara alat transportasi t dengan tempat pemb berhentiannyaa yaitu ... . a. Buss berhenti di bandara b b. Kerreta api berheenti di terminaal c. Pessawat terbangg berlabuh di ppelabuhan d. Buss berhenti di terminal t 26. Menuruut fungsinya,, ada bermaccam-macam jenis kapal. Kaapal yang berfungsi menganngkut minyakk yaitu kapal ... . c. Barang a. Ferr rry b. Tannker d. Tunda 27. Bahan bbaku yang digunakan untuuk membuat telur asin yaitu ... . d garam a. telur asin, tanah liat, batu bata dan b. telur asin, kecap,, pewarna makanan dan m garam c. telur asin, kecap, batu b bata dan garam d. telur asin, tanah liat, pewarna dan d kecap 28. Perhatikkan langkah--langkah menngirim surat berikut ini ! Menyiapkan alat a tulis, prrangko dan (1) M am mplop. (2) Tuulis surat denggan alat tulis (3) Liipat dan masukkan m kerrtas dalam am mplop (4) Teempelkan praangko pada am mplop (5) Tuuliskan alamaat tujuan padaa amplop (6) Suurat siap kirim m lewat pos Urutan mengirim surat lelalui pos yang benar yyaitu ... . a. (1)), (2), (3), (4), (5), (6) b. (4)), (2), (3), (1), (5), (6) c. (3)), (4), (2), (1), (5), (6) d. (2)), (4), (3), (5), (6), (1) 29. Perhatiikan gambar di d bawah ini ! Alat transportasi t d atas, cara di meng ggerakkannyaa yaitu dengaan cara ... . c. ditarik a. dikaayuh d. didorong b. didaayung Perrhatikan gambbar di bawah ini ! Sikapp yang harus ddilakukan untukk mencegah perilaku p terseb but yaitu denggan ... . a. ikutt naik di atap kereta b. mennasehati dan tidak t ikut-ikuutan c. mellempari orangg di atap denggan batu d. mennyuruh orangg lain agar ikkut naik ke atapp
182
Lampiran 6 PERANGKAT PEMBELAJARAN SIKLUS I PERTEMUAN PERTAMA Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah : SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas / semester : IV (empat) / 2 (dua) Alokasi Waktu : 3 x 35 menit ( 3 JP ) Pelaksanaan : Rabu, 25 April 2012 A. Standar Kompetensi 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi. B. Kompetensi Dasar 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. C. Indikator 1. Menyebutkan macam-macam alat produksi zaman dahulu dan zaman sekarang 2. Membandingkan jenis teknologi produksi zaman dahulu dan zaman sekarang 3. Membedakan produksi zaman dahulu dan zaman sekarang. D. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menyebutkan minimal dua contoh alat produksi zaman dulu kepada guru dan teman sekelasnya. 2. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menyebutkan minimal dua contoh alat produksi zaman sekarang kepada guru dan teman sekelasnya. 3. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat membandingkan minimal satu jenis barang produksi dengan teknologi produksi zaman dahulu dan zaman sekarang kepada guru dan teman sekelasnya. 4. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menjelaskan minimal satu kekurangan teknologi produksi zaman dahulu kepada guru dan teman sekelompoknya. 5. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menjelaskan minimal satu kelebihan teknologi produksi zaman dahulu kepada guru dan teman sekelompoknya. 6. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menjelaskan minimal satu kekurangan teknologi produksi zaman sekarang kepada guru dan teman sekelompoknya. 7. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menjelaskan minimal satu kelebihan teknologi produksi zaman sekarang kepada guru dan teman sekelompoknya. 8. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menyusun diagram alur proses produksi (minimal satu) kepada guru dan teman sekelasnya.
183
E. Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), rasa hormat dan perhatian (respect ), tekun ( diligence ) , jujur ( fairnes ) dan ketelitian (carefulness). F. Materi Pokok “Perkembangan Teknologi Produksi” 1. Teknologi produksi zaman dahulu No. Jenis Produksi 1 Produksi pertanian 2 3
Produksi pakaian Produksi bangunan
Alat produksi kerbau cangkul ani‐ani atau sabit Alu dan lesung alat tenun dari kayu Daun atau kulit pohon kapak Sekop
Kegunaan Untuk membajak sawah untuk menggemburkan sawah untuk memotong padi untuk menumbuk padi Untuk membuat kain Untuk bahan pewarnanya Untuk memotong kayu Untuk mengambil pasir
2. Teknologi produksi zaman sekarang No. Jenis Produksi 1 Produksi pertanian 2 Produksi pakaian
3
Produksi bangunan
Alat produksi Traktor Mesin penggilingan padi Mesin tenun Pewarna kimia Gergaji mesin Traktor
Kegunaan Untuk membajak sawah untuk menggemburkan sawah untuk menumbuk padi Untuk membuat kain. ‐Kapas untuk membuat katun. ‐Bulu domba untuk kain wol. ‐Bahan sintetis untuk kain nilon. Untuk bahan pewarnanya Untuk memotong kayu Untuk mengambil pasir
3. Perbandingan teknologi produksi zaman dahulu dengan sekarang No Teknologi produksi zaman dahulu 1 Pembuatan kain tenun tradisional. Pengolahan sawah dengan cangkul atau 2 bajak. Pembuatan makanan dan minuman dengan 3 cara tradisional. Pembuatan peralatan rumah tangga tradisional seperti sapu dan tungku.
4
Teknologi produksi zaman sekarang Pembuatan kain dengan mesin di pabrik. Pengolahan sawah dengan traktor. Pembuatan makanan dan minuman dalam kemasan dan botol. Pembuatan peralatan rumah tangga modern seperti penyedot debu dan kompor gas.
4. Kelebihan dan kekurangan teknologi produksi zaman dahulu No. 1 2 3 4 5
Kelebihan Kekurangan Peralatan sederhana, tidak bergantung pada mesin. Produksinya lambat Menggunakan tenaga manusia Bergantung pada kondisi alam. Tidak menimbulkan polusi/ pencemaran,udara, air Tidak dapat memenuhi pesanan maupun suara dalam jumlah banyak Menampung banyak tenaga kerja sehingga mengurangi Biaya yang dibutuhkan lebih pengangguran. besar Tidak banyak mengalami hambatan Barang produksi sedikit
184
5. Kelebih han dan kek kurangan teeknologi prooduksi zamaan sekarangg No. Kelebih N han 1 1 Peralattan canggih 2 2 Mengggunakan tenagga mesin 3 3
Kekuranggan Membutu uhkan modal awal yang saangat besar Banyak m mengalami hambatan, teru utama bila terrjadi kerusakan mesin Dapat meenimbulkan p polusi/ pencemaran, baik u udara, air maupun suara Harus dittangani oleh ttenaga ahli Menimbu ulkan banyak pengangguraan
Produkksinya cepat kkarena waktu u yang dibutuhkan leb bih singkat Biaya o operasional produksi kecil Tenagaa kerja lebih ssedikit Dapat memenuhi peesanan dalam m m Tidak berrgantung pada suasana dan kondisi alam h besar jumlah
4 4 5 5 6 6
6. Alur prroses produksi Kelapa K meruppakan bahan baku untuk membuat m minyak gorenng. Alur produkssi minyak gooreng yaitu ssebagai berik kut : a. Siiapkan buah kelapa yangg sudah tua. b. Bu uah kelapa dikupas. d c. Keroklah/ K parrutlah dagingg buah kelappa tersebut. d. Peeraslah paruttan kelapa teersebut menjjadi santan. e. Reebus santan kelapa hinggga menjadi minyak m goreeng siap pakaai. Adapun bagann alur prosess produksi minyak m gorenng yaitu :
G. Metodee Pembelajaaran 1. Cerramah 2. Tannya jawab 3. Kerrja kelompokk 4. Pen nugasan Semua metode m di attas, dikolaboorasikan dalaam model peembelajarann kooperatif (Cooperrative Learnning) tipe Jiggsaw. ah - langkah h Pembelajaaran H. Langka 1. Keggiatan Awall (10 menit) a. Salam S (ramah) , berdoaa (taqwa) b. Presensi P sisw wa (disiplin)) c. Menyiapkan M n media dan alat peraga d. Pengondisia P an siswa dan pengondisiaan kelas (perrsiapan) 2. Keggiatan Inti (8 85 menit) Taahap 1
2
Kegiatan pembelajaran Men nyampaikan ttujuan dan memotivasi sisw wa a. Memberikan M uan pelajaran n yang hend dak motivasi dengan menyampaikan tuju dicapai dan p d pentingnya meempelajari m materi ini b. Apersepsi : A Bertanya jaw B ab tentang produksi telor asin (rasa ho ormat dan peerhatian) Eksp plorasi Men nyampaikan informasi a. Guru menjela G askan materi “teknologi prroduksi” secara keseluruhaan.
Waktu 10 menit
15 menit
185
3
4
5
b. Siswa diberikan bahan bacaan tentang materi tersebut untuk dipelajari. Elaborasi Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar a. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar secara heterogen. b. Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok dan selanjutnya disebut dengan “kelompok asal” yang beranggotakan 6‐7 siswa. c. Guru membagi tugas kelompok sesuai dengan materi yang akan dipelajari, masing‐masing siswa dalam “kelompok asal” mendapat tugas yang berbeda‐ beda sesuai dengan jumlah soal pada LKS yaitu kelompok I beranggotakan A, B, C, D, E, F dan G. A mengerjakan soal no.1, B mengerjakan soal no 2 dan seterusnya sesuai dengan materi kelompok Jigsaw (terlampir pada bagan). d. Guru membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Membimbing kelompok bekerja dan belajar a. Guru menugaskan masing‐masing siswa yang memiliki tugas yang sama berkumpul dalam satu kelompok untuk menjadi “tim ahli” sesuai dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. b. Guru menugaskan tim ahli agar belajar bersama, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan memahami hasil temuannya. (dapat dipercaya) c. Guru membimbing kelompok‐kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. d. Guru melakukan pengamatan terhadap proses kelompok. Konfirmasi Evaluasi dan penghargaan a. Setelah tim ahli selesai mengerjakan tugas, guru meminta masing‐masing siswa dalam tim ahli kembali ke kelompok asal. (tekun) b. Masing‐masing siswa dalam kelompok asal, menyampaikan hasil temuannya dengan kelompok ahli kepada anggota kelompok asal yang lain. (tanggung jawab dan ketelitian) c. Perwakilan siswa mempresentasikan hasil diskusinya. (berani) d. Kelompok lain memberi tanggapan. (rasa hormat dan perhatian) e. Guru mengklarifikasi jawaban kelompok siswa. f. Guru mengadakan kuis (jujur). g. Siswa bersama guru menghitung total skor kelompok. h. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berprestasi. i. Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran hari ini. j. Siswa mengerjakan tes formatif 1.
3. Kegiatan Akhir (10 menit) a. Guru memberikan tindak lanjut melalui tugas yang dikerjakan di rumah (PR) berupa mengulang kembali pelajaran yang belum dikuasai bagi siswa yang belum tuntas (remidi) dan bagi siswa yang tuntas diberikan tugas membuat kliping yang berkaitan dengan pelajaran hari ini (pengayaan) (tanggung jawab). b. Guru dan siswa menutup pelajaran dengan salam (ramah).
10 menit
25 menit
25 menit
186
I. Media dan d Sumberr Belajar 1. Med dia: Gam mbar teknoloogi produksii zaman dahu ulu (power point) p Gam mbar teknoloogi produksii zaman sekaarang (powerr point) Lapptop dan LCD LK KS yang dilenngkapi dengaan gambar-ggambar 2. Sum mber belajarr: Silabbus IPS kelaas IV semestter 2 SD/ MII Hisnnu, Tantya dan d Winardi, P. 2008. BSSE IPS untukk SD/ MI kellas 4. Jakarta: Pusat Perbuukuan, Depddiknas. Halam man 169-1744. Asy y’ari, dkk. 20008. BSE IPSS SD untuk Kelas K IV KTS TSP 2006. Jakkarta: Erlanggga. Halaman 125-131. Radj djiman dan Triyono, T A. 22009. BSE Illmu Pengetahhuan Sosial 4 untuk Sekolahh Dasar Kelaas IV. Jakartaa: Pusat Perbbukuan, Deppdiknas. Halaman 136 - 142.. Pujiiati, Retno Heny H dan Yuliati, Umi. 2008. 2 Cerdass Pengetahuaan Sosial 4 untuk Kelas K IV SD/M MI. Jakarta: Pusat Perbuukuan, Depdiiknas. Halaman 163-171. J. Evaluassi 1. Proseddur Tes T awal Tes T dalam proses Tes T akhir 2. Teknikk Tes T Non N tes 3. Bentuk k Tes 4. Kisi-kiisi soal 5. Alat tees 6. Pensko oran 7. Remiddi dan pengayyaan
: ada (kegiatan ( aw wal sebelum ttindakan) : ada (pada ( saat siswa bekerja kelompok) : ada (pada ( kegiataan akhir) : LKS dan tes form matif : lembbar observasii : pilihan ganda dan uraian : terlam mpir : terlam mpir : terlam mpir : terlam mpir
Observer, Sitti Latifah, S.Pd.SD NIP. 19 9640905 1984 405 2 004
TTegal, 25 Aprill 2012 Peneliti,
SSiti Indah Cah hyani N NIM. 1402408276
Mengeetahui, Kepala SSD Negeri Pessurungan Lor 1 Tegal
Makmuri,, S.Pd.SD NIP. 19610630 198201 1 004 4
187
Siswa A mendapat tugas no. 1 (sebutkan minimal dua contoh alat produksi zaman dulu dan gambarkan 1 bagan proses produksi zaman dahulu)
Siswa B mendapat tugas no. 2, (sebutkan minimal dua contoh alat produksi zaman sekarang dan gambarkan 1 bagan proses produksi zaman sekarang) )
Siswa C mendapat tugas no. 3, (bandingkan minimal satu jenis barang produksi dengan teknologi produksi zaman dahulu dan zaman sekarang)
Siswa D mendapat tugas no. 4 (jelaskan minimal satu kekurangan teknologi produksi zaman dulu)
Siswa E mendapat tugas no. 5 (jelaskan minimal satu kelebihan teknologi produksi zaman dulu)
Siswa F mendapat tugas no. 6 (jelaskan minimal satu kelebihan teknologi produksi zaman sekarang)
Siswa G mendapat tugas no. 7 (jelaskan minimal satu kekurangan teknologi produksi zaman sekarang)
Nama kelompok: .......................... Anggota: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
188
Nama ............................ No absen : ............................ Kelompok : ............................ Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Salah satu kelemahan teknologi produksi masa lalu yaitu ... . a. prosesnya lama c. menimbulkan polusi b. menggunakan mesin d. hasilnya kurang bagus 2.
Bahan baku pembuatan kertas yaitu ... . a. karet c. kapas b. kayu d. bambu
3.
Industri tekstil yaitu industri yang menghasilkan ... . a. kain c. mobil b. ban d. kertas
4.
Proses mengolah bahan baku menjadi barang jadi disebut ... . a. konsumsi c. distribusi b. produksi d. komisi
5.
Langkah awal membuat telur asin yaitu ... . a. rebus telur bebek dan pangganglah b. bungkus telur dengan adonan batu bata dan siap dijual c. panggang telur asin dan telur asin siap dijual d. bersihkan telur dan siapkan adonan batu bata
***** Selamat Mengerjakan *****
Kunci Jawaban: 1. a 2. b 3. a 4. b 5. d Penilaian Nilai = Jumlah Jawaban Benar x 100 Skor Maksimal
:
189
KISI-KISI SOAL TES FORMATIF I SIKLUS I PERTEMUAN PERTAMA “MATERI TEKNOLOGI PRODUKSI” Mata Pelajaran Kelas/Semester Hari/ tanggal Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
: : : : :
IPS IV/ 2 10 menit Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten / kota dan provinsi Indikator soal
Siswa dapat menyebutkan macam alat produksi masa lalu 2.3 Mengenal perkembangan Siswa dapat menyebutkan macam alat produksi masa kini teknologi produksi Disajikan gambar teknologi produksi bidang pertanian, komunikasi dan membandingkan/membedakan jenis teknologi produksi pada masa lalu dan masa transportasi serta sekarang pengalaman menggunakannya Siswa dapat menjelaskan kelemahan peralatan teknologi produksi masa lalu
Jenis Soal
Pilihan Ganda
Siswa dapat menjelaskan kelebihan peralatan teknologi produksi modern Siswa dapat menjelaskan kelemahan dan kelebihan teknologi produksi zaman dahulu. Siswa dapat menyusun rancangan bagan alur proses produksi minyak goreng Jumlah Butir Soal
Keterangan: C1 = pengetahuan C2 = pemahaman C3 = penerapan C4 = analisis
Uraian
Ranah Kognitif
Tingkat Kesukaran
Nomor Soal
C1
Mudah
1
C1
Mudah
2
C4
Sedang
3
C2
Sedang
4
C2
Sedang
5
C3
Sulit
6
C3
Sulit
7 7
190
TE ES FORMA ATIF 1 SD NEGER RI PESURU UNGAN LO OR 1 IPS KE ELAS IV SE EMESTER 2 Nama No. Abseen Waktu
: ...................... : ............... : 10 m menit
I Pilihan Ga anda B Berilah tandda silang (X) a, b, c, atauu d pada jawaaban yang paaling tepat ! 1. Teknologi pertanian sekarang daalam mengollah tanah meenggunakan …. a. bajakk b. traktor c. ani-aani d. kerbaau 2 Pengolah 2. han bahan-bahan di pabrrik yang besar digunakann teknologi ... . a. Sedeerhana b. Supeer c. Kuno o d. modeern 3 Berdasarrkan gambarr di bawah inni, pernyataaan yang benaar yaitu: 3.
a. traktor lebih cepaat untuk mem mbajak sawaah mbajak sawaah b. kerbaau lebih cepat untuk mem c. traktor lebih lam mbat untuk m membajak saw wah ma lambat unntuk membajak sawah d. traktor dan kerbaau sama-sam 44. Salah sattu kelemahaan teknologi produksi zam man dahulu yaitu …. a. mengggunakan tennaga mesin b. meniimbulkan poolusi c. proseesnya lama d. pekerjanya sedikkit 5 Salah sattu keuntungaan menggunnakan teknolo 5. ogi produksii modern yaiitu …. a. proseesnya lama b. meniimbulkan poolusi c. meng ggunakan ten naga manusiia d. hasillnya cepat daan banyak III Uraian 6 Jelaskann 1 kelebihann dan kekurrangan dari teknologi 6. t prooduksi zamaan dahulu ! 7 Buatlah 7. h (susunlah) alur a proses produksi p minnyak gorengg dalam bentuuk bagan ! * ***** selam mat mengerja akan *****
191
SD NEGER RI PESURU UNGAN LO OR 1 IPS KE ELAS IV SE EMESTER 2 KUNCI JAW WABAN
JJawaban piilihan gandaa 1. b. traktoor 2. d. modeern 3. a. trakto or lebih cepaat untuk mem mbajak sawaah 4. c. Proseesnya lama 5. d. hasilnnya cepat daan banyak Jawaban Uraian U 6. Kelebih han teknolog gi produksi zzaman dahu ulu (minimaal satu) : o Perallatan sederhaana, tidak beergantung paada mesin. o Meng ggunakan teenaga manusia o Tidak k menimbulkkan polusi o Menaampung bannyak tenaga kerja. k Kelema ahan teknoloogi produksii zaman dah hulu (minim mal satu) : o Tidak k banyak meengalami ham mbatan o Prod duksinya lam mbat o Berggantung padaa kondisi alam o Tidak k dapat mem menuhi pesannan dalam ju umlah banyaak o Biaya yang dibuttuhkan lebihh besar o Barang produksi sedikit 7. a. b. c. d. e.
Siapkkan buah kelapa tua. Buahh kelapa dikuupas. Kero oklah/ parutlaah dagingnyya. Perasslah parutan kelapa. Rebuus santan kellapa hingga menjadi m min nyak goreng siap pakai. (jawaaban dengann hanya gambbar skor 10, jika jawabaan lengkap skkor 25)
SKOR PENILAIA AN
Pilgan P S Setiap jawab ban yang bennar diberi skkor 10, U Uraian S Setiap jawab ban yang bennar diberi skkor 25,
S Skor maksim mal
50
Skor maksim S mal Total skorr
50 + 100
192
SD NEGER RI PESURU UNGAN LO OR 1 IPS KE ELAS IV SE EMESTER 2 LEMBAR R JAWAB
II. Pilgan 1. a b c d 2 2. a b c d b c d 3 3. a b c d 4 4. a b c d 5 5. a I Uraian II. 6 .............................................................................................................................. 6. .......................................................................................................................... 7 .............................................................................................................................. 7. ..............................................................................................................................
REMIDI
Bacalah kembali k matteri tentang “ teknologgi produksi ” !
PENG GAYAAN Buattlah klipin ng tentan ng bagan alur prosses produk ksi yang ada si s daerah hmu !
193
BAGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW MATERI “TEKNOLOGI PRODUKSI” SIKLUS I PERTEMUAN PERTAMA KELOMPOK ASAL I
KELOMPOK AHLI I
PRODUKSI ZAMAN DULU
KELOMPOK ASAL II
KELOMPOK AHLI II
PRODUKSI ZAMAN SEKARANG
KELOMPOK ASAL III
KELOMPOK ASAL IV
KELOMPOK AHLI III
KELOMPOK AHLI IV
PERBANDINGAN PRODUKSI
KELEMAHAN PRODUKSI ZAMAN DULU
KELOMPOK ASAL V
KELOMPOK AHLI V
KELEBIHAN PRODUKSI ZAMAN DULU
KELOMPOK AHLI VI
KELEMAHAN PRODUKSI ZAMAN SEKARANG
KELOMPOK AHLI VII
KELEBIHAN PRODUKSI ZAMAN SEKARANG
194
Lampiran 7 PERANGKAT PEMBELAJARAN SIKLUS I PERTEMUAN KEDUA Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah : SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas / semester : IV (empat) / 2 (dua) Alokasi Waktu : 3 x 35 menit ( 3 JP ) Pelaksanaan : A. Standar Kompetensi 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi. B. Kompetensi Dasar 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. C. Indikator 1. Menyebutkan macam-macam alat komunikasi zaman dahulu dan zaman sekarang 2. Membandingkan jenis teknologi komunikasi zaman dahulu dan zaman sekarang 3. Membedakan komunikasi zaman dahulu dan zaman sekarang D. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menyebutkan minimal dua contoh alat komunikasi zaman dulu kepada guru dan teman sekelasnya. 2. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menyebutkan minimal dua contoh alat komunikasi zaman sekarang kepada guru dan teman sekelasnya. 3. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat membandingkan minimal satu jenis barang komunikasi dengan teknologi komunikasi zaman dahulu dan zaman sekarang kepada guru dan teman sekelasnya. 4. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menjelaskan minimal satu kelebihan teknologi komunikasi zaman dahulu kepada guru dan teman sekelasnya. 5. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menjelaskan minimal satu kekurangan teknologi komunikasi zaman dahulu kepada guru dan teman sekelasnya. 6. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menjelaskan minimal satu kelebihan teknologi komunikasi zaman sekarang kepada guru dan teman sekelasnya. 7. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menjelaskan minimal satu kekurangan teknologi komunikasi zaman sekarang kepada guru dan teman sekelasnya. 8. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menuliskan langkah-langkah menggunakan alat komunikasi (minimal satu) kepada guru dan teman sekelasnya.
195
E. Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), rasa hormat dan perhatian (respect ), tekun ( diligence ) , jujur ( fairnes ) dan ketelitian (carefulness). F. Materi Pokok “Perkembangan Teknologi Komunikasi” 1. Teknologi komunikasi zaman dahulu, yaitu : a. Kentongan b. Telik sandi c. Kurir d. Tali Pohon 2. Teknologi komunikasi zaman sekarang, yaitu sebagai berikut : a. Surat e. Radio b. Telepon f. Televisi c. Hand Phone (HP) g. Media Cetak d. HT (Handy Talkie) h. Internet 3. Perbandingan teknologi komunikasi zaman dahulu dengan sekarang Jenis No. Zaman Dahulu Zaman Sekarang Komunikasi 1 Komunikasi 9 pesawat telepon 9 Radio, lisan 9 tali pohon 9 Telepon seluler (HP) 9 telik sandi 9 Televisi 9 Internet (web cam) 9 kertas dengan cara tulis tangan atau 2 Komunikasi 9 daun, diketik tertulis 9 pelepah pohon, 9 koran, majalah, buku 9 kulit batang, 9 surat 9 SMS (Short Message Service) 9 e‐mail (surat elektronik) 9 Pak pos (pengantar surat) 9 Kurir 9 melalui kantor pos (pengantar surat) 9 dengan berjalan 9 lewat faksimile kaki / menunggang kuda 9 alarm 3 Komunikasi 9 kentongan 9 pengeras suara melalui isyarat 9 bedug 9 sirine 9 lonceng 9 lampu 9 asap 4. Kelebihan dan kekurangan teknologi komunikasi zaman dahulu No. Kelebihan Kekurangan 1 murah jangkauannya terbatas 2 alatnya sederhana susah dibawa kemana‐mana 3 jika rusak, memperbaikinya mudah lama dalam menyampaikan pesan 4 tidak terlalu bergantung pada alat Sulit ditemukan di zaman sekarang 5 tidak mengganggu kesehatan Perlu tenaga dan biaya dalam menggunakan
196
5. Kelebihan dan kekurangan teknologi komunikasi zaman sekarang No. Kelebihan Kekurangan 1 jangkauannya luas harganya mahal 2 alatnya modern dan canggih sangat tergantung pada alat/onderdil 3 dapat dibawa kemana‐mana (praktis) jika rusak sulit memperbaiki perlu tenaga ahli 4 cepat dalam menyampaikan pesan bisa mengganggu kesehatan 5 Hemat tenaga dan biaya dalam Perlu pengetahuan untuk menggunakannya. menyampaikan pesan
G. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Kerja kelompok 4. Penugasan Semua metode di atas, dikolaborasikan dalam model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) tipe Jigsaw. H. Langkah - langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Salam (ramah) , berdoa (taqwa) b. Presensi siswa (disiplin) c. Menyiapkan media dan alat peraga d. Pengondisian siswa Pengondisian kelas (persiapan) 2. Kegiatan Inti (85 menit) Tahap Kegiatan pembelajaran Waktu 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa a. Memberikan motivasi dengan menyampaikan tujuan pelajaran yang hendak 10 dicapai dan pentingnya mempelajari materi ini menit b. Apersepsi : Menanyakan kepada siswa bagaimana cara menyampaikan berita kepada orang lain/ saudara di luar kota? (Perhatian) 2 Eksplorasi Menyampaikan informasi 15 a. Guru menjelaskan materi “teknologi komunikasi”. menit b. Siswa diberikan bahan bacaan tentang materi tersebut untuk dipelajari. 3 Elaborasi Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar a. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar secara heterogen. b. Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok disebut dengan “kelompok asal” yang beranggotakan 6‐7 siswa. 10 c. Guru membagi tugas kelompok sesuai dengan materi yang akan dipelajari, menit masing‐masing siswa dalam “kelompok asal” mendapat tugas yang berbeda‐beda sesuai dengan jumlah soal pada LKS yaitu kelompok I beranggotakan A, B, C, D, E, F dan G. A mengerjakan soal no.1, B mengerjakan soal no 2 dan seterusnya sesuai dengan materi kelompok Jigsaw (terlampir pada bagan).
197
4
5
d. Guru membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Membimbing kelompok bekerja dan belajar a. Guru menugaskan masing‐masing siswa yang memiliki tugas yang sama berkumpul dalam satu kelompok untuk menjadi “tim ahli” sesuai dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. b. Guru menugaskan tim ahli agar belajar bersama, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan memahami hasil temuannya. (dapat dipercaya) c. Guru membimbing kelompok‐kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. d. Guru melakukan pengamatan terhadap proses kelompok. 30 e. Setelah tim ahli selesai mengerjakan tugas, guru meminta siswa dalam tim menit ahli kembali ke kelompok asal. f. Masing‐masing siswa dalam kelompok asal, menyampaikan hasil temuannya dengan kelompok ahli kepada anggota kelompok asal. (tanggung jawab) g. Perwakilan siswa mempresentasikan hasil diskusinya. h. Kelompok lain memberi tanggapan. i. Guru mengklarifikasi jawaban kelompok siswa. j. Guru mengadakan kuis (jujur). k. Siswa bersama guru menghitung total skor kelompok. l. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berprestasi. Konfirmasi Evaluasi dan penghargaan a. Guru dan siswa mengadakan tanya jawab dalam rangka meluruskan 20 kesalahpahaman siswa pada saat kerja kelompok. b. Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran materi “teknologi menit komunikasi”. c. Siswa diberi kesempatan untuk mencatat hasil pelajaran. d. Siswa mengerjakan tes formatif II.
3. Kegiatan Akhir (10 menit) a. Guru mengevaluasi hasil tes formatif II. b. Guru menganalisis hasil evaluasi. c. Guru memberikan tindak lanjut melalui tugas yang dikerjakan di rumah (PR) berupa mengulang kembali pelajaran yang belum dikuasai bagi siswa yang belum tuntas (remidi) dan bagi siswa yang tuntas diberikan tugas yang berkaitan dengan pelajaran hari ini (pengayaan). d. Guru dan siswa menutup pelajaran dengan salam (ramah). I. Media dan Sumber Belajar 1. Media: a. Gambar teknologi komunikasi zaman dahulu (power point) b. Gambar teknologi komunikasi zaman sekarang (power point) c. Laptop dan LCD d. Hand Phone (HP) dan Telepon kabel. e. Kertas surat, Amplop dan Prangko.
198
2. Sum mber belajarr: Silabbus IPS kelaas IV semestter 2 SD/ MII Hisnnu, Tantya dan d Winardi, P. 2008. BSSE IPS untukk SD/ MI kellas 4. Jakarta: Pusat Perbuukuan, Depddiknas. Hal. 175-182. 1 Asy y’ari, dkk. 20008. BSE IPSS SD untuk Kelas K IV KTS TSP 2006. Jakkarta: Erlanggga. Hal. 131-133. Radj djiman dan Triyono, T A. 22009. BSE Illmu Pengetahhuan Sosial 4 untuk Sekolahh Dasar Kelaas IV. Jakartaa: Pusat Perbbukuan, Deppdiknas. Hal. 1433-145. Pujiiati, Retno Heny H dan Yuliati, Umi. 2008. 2 Cerdass Pengetahuaan Sosial 4 untuk Kelas K IV SD/M MI. Jakarta: Pusat Perbuukuan, Depdiiknas. Hal. 172-1755. J. Evaluassi 1. Proseddur : ada (kegiatan a. Tees awal ( aw wal sebelum ttindakan) b. Tees dalam prooses : ada (pada ( saat siswa bekerja kelompok) c. Tees akhir : ada (pada ( kegiataan akhir) 2. Teknikk a. Tees : LKS dan tes form matif b. Non tes : lembbar observasii 3. Bentuk k Tes : pilihan ganda 4. Kisi-kiisi soal mpir : terlam 5. Alat tees : terlam mpir 6. Pensko oran : terlam mpir 7. Remiddi dan pengayyaan : terlam mpir Observer, Sitti Latifah, S.Pd.SD NIP. 19 9640905 1984 405 2 004
TTegal, 2 Mei 2 2012 Peneliti, SSiti Indah Cah hyani N NIM. 1402408276
Mengeetahui, Kepala SSD Negeri Pessurungan Lor 1 Tegal
Makmuri,, S.Pd.SD NIP. 19610630 198201 1 004 4
199
Siswa A mendapat tugas no. 1 (sebutkan minimal dua contoh alat komunikasi zaman dulu)
Siswa B mendapat tugas no. 2, (sebutkan minimal dua contoh alat komunikasi zaman sekarang)
Siswa C mendapat tugas no. 3, (bandingkan minimal satu jenis barang komunikasi dengan teknologi Komunikasi zaman dahulu dan zaman sekarang)
Siswa E mendapat tugas no. 5 sebutkan minimal satu kelebihan teknologi komunikasi zaman dulu !
Siswa F mendapat tugas no. 6 sebutkan minimal satu kelemahan teknologi komunikasi zaman sekarang!
Siswa G mendapat tugas no. 7 sebutkan minimal satu kelebihan teknologi komunikasi zaman sekarang!
Nama Kelompok: ............................. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
200
Nama: No. : .......... Silanglah huruf a, b,c atau d pada jawaban yang benar! 1. Di bawah ini yang termasuk alat komunikasi tradisional yaitu .... a. HP c. telepon b. HT d. telik sandi 2.
Kelebihan menggunakan Hand Phone yaitu ... . a. mahal c. jangkauan sempit b. praktis d. prosesnya lama
3.
Yang menemukan pesawat telepon yaitu ... . a. James Watt c. A. Graham Bell b. G. Marconi d. John L. Baird
4.
Kelamahan menggunakan TV yaitu ... . a. mengganggu kesehatan b. prosesnya cepat c. canggih dan modern d. jangkauan luas
5.
Perbandingan e-mail dengan faximile yaitu ... . a. E-mail menggunakan telepon b. Faximile menggunakan jaringan komputer c. Faximile dan e-mail menggunakan telepon d. E-mail menggunakan jaringan komputer
Kunci Jawaban: 1. d 2. b 3. c 4. a 5. d Penilaian Nilai = Jumlah Jawaban Benar x 100 Skor Maksimal
..........
201
KISI-KISI SOAL TES FORMATIF 2 SIKLUS I PERTEMUAN KEDUA MATERI “TEKNOLOGI KOMUNIKASI” Mata Pelajaran : IPS Kelas : IV (empat) Waktu : 10 menit Semester : 2 (dua) Standar Kompetensi : Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten / kota dan provinsi Bentuk Soal
Ranah Tingkat Nomor Kognitif Kesulitan Soal
Pilihan Ganda
C1
Mudah
1
C1
Mudah
2
Siswa dapat menyebutkan alat komunikasi elektronik di zaman sekarang.
C1
Mudah
3
Disajikan gambar radio, siswa dapat menjelaskan sarana pemanfaatan radio.
C2
Sedang
4
Disajikan gambar kentongan dan pengeras suara, siswa dapat membandingkan keduanya.
C4
Sulit
5
Siswa dapat menjelaskan kelemahan peralatan teknologi komunikasi zaman dahulu seperti tali pohon.
C2
Sedang
6
Siswa dapat menjelaskan kelebihan menggunakan Handy Talkie (HT).
C2
Sedang
7
Disajikan langkah‐langkah mengirim pesan singkat (SMS). Siswa dapat mengurutkan langkah‐ langkah mengirim SMS dengan benar.
C4
Sulit
8
Disajikan gambar laptop, siswa dapat menjelaskan kelemahan laptop.
C2
Sedang
9
Disajikan langkah‐langkah mengirim surat melalui pos secara acak, siswa dapat menyusun kembali langkah‐langkah tersebut dengan benar.
C4
Sulit
10
Kompetensi Dasar
Indikator soal
2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya
Siswa dapat menyebutkan macam alat komunikasi zaman dahulu. Siswa dapat menyebutkan bahan pembuatan alat komunikasi zaman dahulu.
Jumlah Butir Soal
Keterangan: C1 = pengetahuan C2 = pemahaman C4 = analisis
10
202
TES FORMATIIF 2 SD D NEGERI PESURUNG P GAN LOR 1 IPS KELA AS IV SEME ESTER 2 N Nama : ...................... N Absen No. : ............... W Waktu : 10 mennit B Berilah tanda silang (X X) a, b, c, atau d pada jawaban yan ng paling teepat ! 1. Salah sattu alat komunnikasi yang digunakan d pada zam man dahulu yaaitu ... . c. faxim a. inteernet mile b. kenntongan d. e-maail 2 2.
Bedug merupakan m allat komunikaasi zaman dahulu yang y terbuat dari d ... . c. kacaa a. besii b. plasstik d. kulitt sapi
3 3.
Yang teermasuk alat komunikassi berupa media ellektronik yaitu u ... c. kenttongan a. hanndphone b. majalah d. suraat
4 4.
Gambar di sampingg ini yaitu kasi modern gambar alat komunik manfaatkan melalui m ... dapat dim a. gam mbar c. gerak b. suarra d..suara dan gam mbar
5 5.
Perhatikan gambar di d bawah ini, di bawah b yaitu ... . ini pernyyataan yang benar
a. b. c. d.
Ken nthongan lebbih modern daripada penngeras suara Ken nthongan alat merupakann kom munikasi tradiisional Pen ngeras suarra merupakkan alat kom munikasi tradiisional Ken nthongan dan n pengeras suuara samasam ma modern
6 6.
Kelemah han komunikkasi menggunnakan tali pohon yaaitu ... . a. murrah dan praktiis b. murrah dan mudaah didapat c. prak ktis dan modeern d. rum mit dan jarang ditemukan
7 7.
Handy Talkie T meruppakan alat koomunikasi elektroniik, kelebihaan menggunaakan HT yaitu... a. dapat digunakan jarak jauh
b. laama sampai kee tujuan c. haanya dapat diigunakan jaraak dekat d. ceepat rusak dann butuh tenagga ahli 8.
Langkaah-langkah mengirim m pessan melalui Handpphone (HP) yaaitu sebagai berikut: (1)) kirim ke noomor yang dituuju (2)) klik menu pesan p (3)) aktifkan HP P (4)) tulis pesan Urutann langkah yanng benar yaituu ... . a. (11),(2),(3),(4) b. (22),(4),(1),(3) c. (33),(2),(4),(1) d. (44),(2),(1),(3)
9.
Laptopp telah dim miliki banyyak orang, kelemaahan menggun nakan laptop yaitu ... a. rinngan dan mudah m dibaw wa kemanam mana b. daapat terhubunng dengan inteernet c. peerlu orang ahlli jika terjadi kerusakan d. mudah m ditemuii dan murah
10. Perhatikkan uruttan langkkah-langkah mengiriim surat berikkut ini ! (1) Mennyiapkan alaat tulis, praangko, dan ampplop. (2) Tullis surat dengaan alat tulis (3) Lippat dan masu ukkan kertass ke dalam ampplop (4) Tem mpelkan prangko pada ampplop (5) Tulliskan alamatt yang akan dituju pada ampplop (6) Surrat siap kirim lewat pos Urutan mengirim su urat lewat poss yang benar yaitu .... . a. (1)), (2), (3), (4), (5), (6) b. (4)), (2), (3), (1), (5), (6) c. (3)), (4), (2), (1), (5), (6) d. (2)), (4), (3), (5), (6), (1) ***** Selam mat Mengerjjakan *****
203
SD D NEGERI PESURUNG P GAN LOR 1 IPS KELA AS IV SEME ESTER 2 KUN NCI JAWAB BAN JJawaban piilihan gandaa 1 b 1. 6. d 7. a 2 d 2. 8. c 3 a 3. 9. c 4 b 4. 10. a 5 b 5. SKOR PENILAIAN
Pilgan P S Setiap jawab ban yang bennar diberi skkor 10,
S Skor maksim mal
100
LEMBAR JAWAB J
II. Pilihan ga anda 1. a b b 2 2. a b 3 3. a b 4 4. a b 5 5. a
c c c c c
d d d d d
6. 7. 8. 9. 10.
a a a a a
b b b b b
c c c c c
d d d d d
REMIDI
Bacalah kembaali materi teentang “ tek knologi kom munikasi ” !
PENGAYAA AN
Buatlah surat priibadi (beb bas) yang dutujuka an kepada da guru, kemudia an kirimla lah melalu ui pos !
204
BAGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW MATERI “TEKNOLOGI KOMUNIKASI” SIKLUS I PERTEMUAN KEDUA KELOMPOK ASAL I
KELOMPOK AHLI I
KOMUNI KASI ZAMAN DULU
KELOMPOK ASAL II
KELOMPOK AHLI II
KOMUNI KASI ZAMAN SEKARANG
KELOMPOK ASAL III
KELOMPOK ASAL IV
KELOMPOK AHLI III
KELOMPOK AHLI IV
PERBANDINGAN KOMUNIKASI
KELEMAHAN KOMUNIKASI ZAMAN DULU
KELOMPOK ASAL V
KELOMPOK AHLI V
KELEBIHAN KOMUNIKASI ZAMAN DULU
KELOMPOK AHLI VI
KELEMAHAN KOMUNIKASI ZAMAN SEKARANG
KELOMPOK AHLI VII
KELEBIHAN KOMUNIKA SI ZAMAN SEKARANG
205
Lampiran 8 PERANGKAT PEMBELAJARAN SIKLUS II PERTEMUAN PERTAMA Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah : SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas / semester : IV (empat) / 2 (dua) Alokasi Waktu : 3 x 35 menit ( 3 JP ) Pelaksanaan : A. Standar Kompetensi 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi. B. Kompetensi Dasar 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. C. Indikator 1. Menyebutkan macam-macam alat transportasi zaman dahulu dan zaman sekarang 2. Membandingkan jenis teknologi transportasi zaman dahulu dan zaman sekarang 3. Membedakan alat transportasi zaman dahulu dan zaman sekarang D. Tujuan Pembelajaran 1. Melalui tabel isian, siswa dapat menyebutkan tiga contoh alat transportasi darat, air, dan udara. 2. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat membandingkan alat transportasi jaman dahulu dengan zaman sekarang melalui tabel isian. 3. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menjelaskan kelebihan dan kekurangan teknologi jaman dahulu maupun jaman sekarang. 4. Melalui contoh alat transportasi darat, siswa dapat menuliskan langkahlangkah menggunakan salah satu alat transportasi darat (sepeda, motor, bus, kereta api, ataupun becak). K. Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), rasa hormat dan perhatian (respect ), tekun ( diligence ) , jujur ( fairnes ) dan ketelitian (carefulness). L. Materi Pokok “Perkembangan Teknologi Transportasi” 1. Teknologi transportasi zaman dahulu a) Alat transportasi darat 9 Delman atau andong (kereta kuda) digerakkan oleh tenaga kuda 9 Gerobak ditarik oleh tenaga lembu/ sapi, kerbau, keledai 9 Pedati ditarik oleh sapi b) Alat transportasi air • perahu dayung digerakkan dengan tenaga manusia.
206
• rakit digerakkan dengan tenaga manusia. • perahu layar digerakkan dengan tenaga angin. c) Alat transportasi udara • balon udara yang mengandalkan tenaga angin. 2. Teknologi transportasi zaman sekarang a) Alat transportasi darat - Sepeda listrik - kereta api diesel - becak bermotor - Taxi - sepeda motor - kereta api listrik. - Bus Way, bus, truk - mobil b) Alat-alat transportasi air • Kapal sudah digerakkan dengan mesin diesel dan nuklir : - Kapal barang - Kapal riset - Kapal penumpang - Kapal perang - Kapal tanker. - Kapal tunda - Kapal ikan c) Alat transportasi udara • Helikopter - Pesawat penumpang - Pesawat tempur (jet) 3. Perbandingan teknologi transportasi zaman dahulu dengan sekarang Kereta Kuda Kereta Api Keunggulan Kelemahan Keunggulan Kelemahan Tidak menyebabkan Kuda tidak secepat Lebih cepat dari Menyebabkan polusi polusi kereta api pada kuda Pembuatannya Pembuatannya sulit Harga perawatan Kuda membutuhkan mudah dan murah dan mahal daripada kereta api lebih mahal perawatan khusus daripada kereta api kereta kuda dan perlu tenaga ahli Tidak membutuhkan jalur khusus
Jumlah penumpang terbatas
Mengangkut lebih banyak penumpang
Membutuhkan rel khusus
4. Kelemahan teknologi transportasi zaman dahulu a) mudah rusak dan sulit ditemui b) jalannya tidak cepat dan jangkauan terbatas c) jumlah barang terbatas dan tidak banyak diminati d) masih menggantungkan pada tenaga manusia dan hewan 5. Kelebihan teknologi transportasi zaman dahulu a) biayanya murah dan tidak bergantung pada mesin b) bahan yang digunakan mudah didapat c) aman dipergunakan dan tidak mengganggu kesehatan d) dapat dijadikan koleksi dan mudah untuk memperbaikinya e) tidak menimbulkan polusi baik udara, tanah atau air
6. Kelemahan teknologi transportasi zaman sekarang a) harganya mahal dan pembuatannya sulit b) bergantung pada mesin dan perlu tenaga ahli untuk memperbaikinya c) menimbulkan polusi dan dapat mengganggu kesehatan
207
7. Kelebihan teknologi transportasi zaman sekarang a) bisa cepat jalannya dan tersedia dimana saja b) diminati banyak orang dan waktunya lebih cepat c) nyaman digunakan dan praktis G. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Kerja kelompok 4. Penugasan Semua metode di atas, dikolaborasikan dalam model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) tipe Jigsaw. H. Langkah - langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Salam (ramah) , berdoa (taqwa) b. Presensi siswa (disiplin) c. Menyiapkan media dan alat peraga d. Pengondisian siswa e. Pengondisian kelas (persiapan) 2. Kegiatan Inti (85 menit) Tahap 1
2
3
Kegiatan pembelajaran Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa a. Memberikan motivasi dengan menjelaskan pentingnya mempelajari materi ini b. Apersepsi : Menyanyikan lagu “delman” secara bersama-sama (rasa hormat dan perhatian) c. Menyampaikan tujuan pelajaran yang hendak dicapai. Eksplorasi Menyampaikan informasi a. Guru menjelaskan materi “teknologi transportasi” secara keseluruhan. b. Siswa diberikan bahan bacaan untuk dipelajari. Elaborasi Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar a. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar secara heterogen. b. Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok disebut dengan “kelompok asal” yang beranggotakan 6-7 siswa. c. Guru membagi tugas kelompok sesuai dengan materi yang akan dipelajari, masing-masing siswa dalam “kelompok asal” mendapat tugas yang berbeda-beda sesuai dengan jumlah soal pada LKS yaitu kelompok I beranggotakan A, B, C, D, E, F dan G. A mengerjakan soal no.1, B mengerjakan soal no 2 dan seterusnya sesuai dengan materi kelompok Jigsaw (terlampir pada bagan).
Waktu
10 menit
15 menit
10 menit
208
4
5
d. Guru membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Membimbing kelompok bekerja dan belajar a. Guru menugaskan masing-masing siswa yang memiliki tugas yang sama berkumpul dalam satu kelompok untuk menjadi “tim ahli” sesuai dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. b. Guru menugaskan tim ahli agar belajar bersama, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan memahami hasil temuannya. (dapat dipercaya) c. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. d. Guru melakukan pengamatan terhadap proses kelompok. e. Setelah tim ahli selesai mengerjakan tugas, guru meminta siswa dalam tim ahli kembali ke kelompok asal. f. Masing-masing siswa dalam kelompok asal, menyampaikan hasil temuannya kepada anggota kelompok asal. g. Perwakilan siswa mempresentasikan hasil diskusinya. h. Kelompok lain memberi tanggapan. i. Guru mengklarifikasi jawaban kelompok siswa. j. Guru mengadakan kuis (jujur). k. Siswa bersama guru menghitung total skor kelompok. l. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berprestasi. Konfirmasi Evaluasi dan penghargaan a. Guru dan siswa mengadakan tanya jawab dalam rangka meluruskan kesalahpahaman siswa pada saat kerja kelompok. b. Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran materi “teknologi transportasi”. c. Siswa diberi kesempatan untuk mencatat hasil pelajaran. d. Siswa mengerjakan tes formatif III.
3. Kegiatan Akhir (10 menit) a. Guru mengevaluasi hasil tes formatif III. b. Guru menganalisis hasil evaluasi. c. Guru memberikan tindak lanjut melalui tugas yang dikerjakan di rumah (PR) berupa mengulang kembali pelajaran yang belum dikuasai bagi siswa yang belum tuntas (remidi) dan bagi siswa yang tuntas diberikan tugas yang berkaitan dengan pelajaran hari ini (pengayaan). d. Guru dan siswa menutup pelajaran dengan salam (ramah). I. Media dan Sumber Belajar 1. Media: a. Gambar teknologi transportasi zaman dahulu (power point) b. Gambar teknologi transportasi zaman sekarang (power point) c. Laptop dan LCD d. LKS dan materi bacaan yang disertai gambar-gambar 2. Sumber belajar: Silabus IPS kelas IV semester 2 SD/ MI
30 menit
20 menit
209
Hisnnu, Tantya dan d Winardi, P. 2008. BSSE IPS untukk SD/ MI kellas 4. Jakarta: Pusat Perbuukuan, Depddiknas. Hal. 182-190. 1 Asy y’ari, dkk. 20008. BSE IPSS SD untuk Kelas K IV KTS TSP 2006. Jakkarta: Erlanggga. Hal. 134-138. Radj djiman dan Triyono, T A. 22009. BSE Illmu Pengetahhuan Sosial 4 untuk Sekolahh Dasar Kelaas IV. Jakartaa: Pusat Perbbukuan, Deppdiknas. Hal. 1466-151. Pujiiati, Retno Heny H dan Yuliati, Umi. 2008. 2 Cerdass Pengetahuaan Sosial 4 untuk Kelas K IV SD/M MI. Jakarta: Pusat Perbuukuan, Depdiiknas. Hal.1766 - 184.
J. Evaluassi 1. Proseddur a. Tees awal b. Tees dalam prooses c. Tees akhir 2. Teknikk a. Tees b. Non tes 3. Bentuk k Tes 4. Kisi-kiisi soal 5. Alat tees 6. Pensko oran 7. Remiddi dan pengayyaan
: ada (kegiatan ( aw wal sebelum ttindakan) : ada (pada ( saat siswa bekerja kelompok) : ada (pada ( kegiataan akhir) : LKS dan tes form matif : lembbar observasii : pilihan ganda mpir : terlam : terlam mpir : terlam mpir : terlam mpir
Observer, Sitti Latifah, S.Pd.SD NIP. 19 9640905 1984 405 2 004
TTegal, 12 Mei 2012 Peneliti,
SSiti Indah Cah hyani N NIM. 1402408276
Mengeetahui, Kepala SSD Negeri Pessurungan Lor 1 Tegal
Makmuri,, S.Pd.SD NIP. 19610630 198201 1 004 4
210
Mata pelajaran Kelas/ Semester Materi
: IPS : IV (empat)/ 2 (dua) :“Teknologi Transportasi”
Siswa A mendapat tugas no. 1 Sebutkan minimal dua contoh alat transportasi zaman dulu ! Siswa B mendapat tugas no. 2, Sebutkan minimal dua contoh alat transportasi zaman sekarang ! Siswa C mendapat tugas no. 3, Bandingkan minimal satu jenis barang transportasi dengan teknologi transportasi zaman dahulu dan zaman sekarang ! Siswa D mendapat tugas no. 4 Sebutkan minimal satu kelemahan teknologi transportasi zaman dahulu ! Siswa E mendapat tugas no. 5 Sebutkan minimal satu kelebihan teknologi transportasi zaman dulu ! Nama kelompok: Siswa F mendapat tugas no. 6 Sebutkan minimal satu kelemahan teknologi transportasi zaman sekarang ! Siswa G mendapat tugas no. 7 Sebutkan minimal satu kelebihan teknologi transportasi zaman sekarang !
.......................... Anggota: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
211
TES FORM T MATIF 3 M pelajarran Mata : Ilmu I Pengettahuan Sosiaal (IPS) K Kelas/ semester : IV I /2 H Hari/tanggal l : W Waktu : 10 menit N Nama : ................... N Absen No. : ................... B Berilah tanda silang (xx) pada huru uf a, b, c ataau d pada jaawaban yan ng paling beenar! 1. Berikut ini i yang term masuk alat transportasi darat zam man dahulu yaaitu … a. seped da listrik b. kereta listrik c. becakk bermotor d. delman 2 2. a. manu usia b. hewaan 3 3.
a. b. c. d. 7.
Alat pada transportasi di gambarr samping, mengguunakan tenagga ... . c. angin d.. batu bara
Berdasarrkan gambar di bawah inni, kalimat yang bennar yaitu … .
a. Perah hu lebih cepatt daripada kappal mesin b. Perah hu menimbulkkan polusi airr daripada kapall mesin c. Kapaal mesin lebihh cepat daripada perahu d. Perah hu dapat menampung banyak penum mpang daripaada kapal messin 4 Salah saatu keuntungan menggunnakan alat 4. transportaasi zaman dahhulu yaitu … . a. tidak menimbulkaan polusi b. cepatt sampai tujuaan c. menim mbulkan poluusi d. mengggunakan tenaaga mesin 5 Salah saatu kelemahaan menggunakan alat 5. transportaasi masa kini yaitu ... . a. seringg terjadi keceelakaan b. cepatt sampai tujuaan c. lebih murah d. digerrakkan oleh teenaga mesin di baw 6 Perhatikaan 6. gambar wah ini! Pemb alat berhentian transpportasi tersebbut yaitu di ...
pelaabuhan term minal stassiun banndara pada transportaasi Alat bar di samping, gamb memanfaatkan tennaga ... .
a. b. c. d. 8.
mannusia hew wan anggin batuu bara
Berdassarkan gambaar di bawah ini, kalimat yang bbenar yaitu ... .
moto or merupaakan alat a. Seppeda trannsportasi tradiisional b. Seppeda moto or merupaakan alat trannsportasi yangg digerakkan oleh o udara c. Delman merupakan alat transportasi yanng digerakkan oleh mesin d. Delman merupakan alat transportasi yanng digerakkan oleh tenaga hewan h 9. Salah ssatu keuntun ngan mengguunakan alat transportasi masa kin ni yaitu … . a. mem mbutuhkan waktu w perjalannan lama b. ceppat sampai tujuan c. mennimbulkan poolusi d. mennggunakan teenaga hewan 10. Perhatiikan gambbar di baawah ini, alat pem mberhentian trannsportasi terssebut yaitu di .... a. pelaabuhan b. term minal c. stassiun d. banndara
212
SD NEGER S RI PESURU UNGAN LOR 1 I KELAS IPS S IV SEMES STER 2
KUNCI JA AWABAN JJawaban tes formatif 3 1 d 1. 6. c 2 b 2. 7. c 8. d 3 c 3. 9. b 4 a 4. 10. b 5 a 5. SKOR PENILAIAN
S Setiap jawab ban yang bennar diberi skkor 10,
S Skor maksim mal
100
LEMBAR JAWAB J
1. 2 2. 3 3. 4 4. 5 5.
a a a a a
b b b b b
c c c c c
d d d d d
6. 7. 8. 9. 10.
a a a a a
b b b b b
c c c c c
d d d d d
REMIDI dan PENG GAYAAN N Bacalah B kem mbali materri tentang “ teknologi transportassi ” !
Siapka an alat da an bahan n untuk pe embuatan n batik ikat!
213
BAGAN JIGSAW DALAM PEMBAGIAN MATERI “TEKNOLOGI TRANSPORTASI” SIKLUS II PERTEMUAN PERTAMA KELOMPOK ASAL I
KELOMPOK AHLI I
TRANSPO RTASI ZAMAN DULU
KELOMPOK ASAL II
KELOMPOK AHLI II
TRANSPOR TASI ZAMAN SEKARANG
KELOMPOK ASAL III
KELOMPOK ASAL IV
KELOMPOK ASAL V
KELOMPOK AHLI III
KELOMPOK AHLI IV
KELOMPOK AHLI V
PERBANDINGAN TRANSPORTASI
KELEMAHAN TRANSPORTA SI ZAMAN DULU
KELEBIHAN TRANSPORTA SI ZAMAN DULU
KELOMPOK AHLI VI
KELOMPOK AHLI VII
KELEMAHAN TRANSPORTASI ZAMAN SEKARANG
KELEBIHAN TRANSPOR TASI ZAMAN SEKARANG
214
Lampiran 9 PERANGKAT PEMBELAJARAN SIKLUS II PERTEMUAN KEDUA Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah : SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas / semester : IV (empat) / 2 (dua) Alokasi Waktu : 3 x 35 menit ( 3 JP ) Pelaksanaan : A. Standar Kompetensi 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi. B. Kompetensi Dasar 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. C. Indikator 1. Menceritakan pengalaman menggunakan teknologi produksi. D. Tujuan Pembelajaran 1. Melalui penjelasan guru tentang teknologi produksi pembuatan batik ikat (celup), siswa dapat menyebutkan 3 alat dan bahan yang digunakan untuk membuat batik ikat (celup). 2. Melalui penugasan, siswa dapat menggambar 3 pola dasar batik ikat (celup) pada kain. 3. Melalui tanya jawab, siswa dapat menjelaskan langkah-langkah membatik dengan teknik ikat (celup). 4. Melalui kerja kelompok, siswa dapat membuat produk batik ikat (celup) sederhana. E. Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), rasa hormat dan perhatian (respect ), tekun ( diligence ) , jujur ( fairnes ) dan ketelitian (carefulness). F. Materi Pokok Pengalaman Menggunakan Teknologi Produksi “ Produksi Batik Ikat (Celup) Sederhana “ Produksi adalah proses menghasilkan barang dengan cara mengolah bahan mentah menjadi barang jadi. Produksi batik ikat (celup) merupakan salah satu teknik membatik sederhana. Batik ikat (celup) berciri khas menggunakan motif ikatan-ikatan tali atau benang. Alat dan bahan yang digunakan untuk membuat betik ikat (celup) yaitu sebagai berikut: 1. Kain putih. 2. Pewarna tekstil (indantrent meupun naptol) dan garam (soda) 3. Tali 4. Benang 5. Jarum 6. Kelereng atau sejenisnya 7. Air panas 8. Tempat air panas semacam ember
215
9. Sarung tangan 10. Pengaduk Adapun bentuk motif dasar batik ikat (celup) antara lain: 1. Lingkaran kelereng atau biji-bijian 2. Jelujur jarum dan benang yang dibentuk sesuai keinginan 3. Wiru lipatan kain secara berulang dan berturut-turut Cara pembuatan batik ikat (celup) yaitu sebagai berikut: 1. Siapkan pola pada selembar kain putih 2. Buat bentuk sesuai pola yang telah digambar pada kain 3. Larutkan pewarna dan air panas pada ember yang telah tersedia 4. Celupkan kain tersebut pada larutan pewarna 5. Angkat dan tiriskan kain yang telah diwarnai 6. Masukkan kain tersebut pada larutan garam (soda) 7. Angkat dan keringkan. 8. Lepaskan ikatan-ikatan pada kain 9. Cuci bersih dan keringkan 10. Batik ikat (celup) siap digunakan. Pengalaman menggunakan teknologi memotivasi kita untuk giat belajar agar dapat menciptakan berbagai teknologi yang mempermudah pekerjaan manusia dan juga ramah lingkungan. G. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Kerja kelompok 4. Penugasan Semua metode di atas, dikolaborasikan dalam model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) tipe Jigsaw. H. Langkah - langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Salam (ramah) , berdoa (taqwa) b. Presensi siswa (disiplin) c. Menyiapkan media dan alat peraga d. Pengondisian siswa dan pengondisian kelas (persiapan) 2. Kegiatan Inti (85 menit) Tahap Kegiatan pembelajaran Waktu 10 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa a. Memberikan motivasi dengan Menyampaikan tujuan pelajaran yang hendak menit dicapai. b. Apersepsi : Bertanya jawab tentang materi sebelumnya mencakup alat teknologi produksi dan bertanya jawab melalui gambar batik yang ditampilkan guru. (rasa hormat dan perhatian) 15 2 Eksplorasi menit Menyampaikan informasi a. Guru menjelaskan materi “batik ikat (celup)” secara keseluruhan. b. Siswa diberikan bahan bacaan tentang materi tersebut untuk dipelajari. 3 Elaborasi 10
216
4
5
menit Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar a. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar secara heterogen. b. Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok dan selanjutnya disebut dengan “kelompok asal” yang beranggotakan 5‐7 siswa. c. Guru membagi tugas kelompok sesuai dengan materi yang akan dipelajari, masing‐masing siswa dalam “kelompok asal” mendapat tugas yang berbeda‐ beda sesuai jumlah soal LKS. yaitu kelompok I beranggotakan A, B, C, dan seterusnya. Siswa A tugas no. 1, Siswa B mendapat tugas no. 2, dan seterusnya. d. Guru membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien 30 Membimbing kelompok bekerja dan belajar a. Guru menugaskan masing‐masing siswa yang memiliki tugas yang sama menit berkumpul dalam satu kelompok untuk menjadi “tim ahli” sesuai dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. b. Guru menugaskan tim ahli agar belajar bersama, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan memahami hasil temuannya. (dapat dipercaya) c. Guru membimbing kelompok‐kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. d. Guru melakukan pengamatan terhadap proses kelompok. e. Setelah tim ahli selesai mengerjakan tugas, guru meminta siswa kembali ke kelompok asal. f. Masing‐masing siswa dalam kelompok asal, menyampaikan hasil temuannya dengan kelompok ahli kepada anggota kelompok asal. (tanggung jawab) g. Perwakilan siswa mempresentasikan hasil diskusinya. h. Kelompok lain memberi tanggapan. i. Guru mengklarifikasi jawaban kelompok siswa. j. Guru mengadakan kuis (jujur). k. Siswa bersama guru menghitung total skor kelompok. l. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berprestasi. 20 Konfirmasi menit Evaluasi dan penghargaan a. Guru dan siswa mengadakan tanya jawab dalam rangka meluruskan kesalahpahaman siswa pada saat kerja kelompok. b. Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran. c. Siswa diberi kesempatan untuk mencatat hasil pelajaran. d. Siswa mengerjakan tes formatif IV.
3. Kegiatan Akhir (10 menit) a. Guru mengevaluasi hasil tes formatif IV. b. Guru menganalisis hasil evaluasi. c. Guru memberikan tindak lanjut melalui tugas yang dikerjakan di rumah (PR) berupa mengulang kembali pelajaran yang belum dikuasai bagi siswa yang belum tuntas (remidi) dan bagi siswa yang tuntas diberikan tugas yang berkaitan dengan pelajaran hari ini (pengayaan). d. Guru dan siswa menutup pelajaran dengan salam (ramah).
I. Media dan Sumber Belajar 1. Media: a. Gambar teknologi produksi b. Gambar contoh batik ikat (celup)
217
c. Batik ikat (celup) ( kat (celup) anntara lain : d. Alat dan baahan pembuatan batik ik 1) Kain putih p dan Pew warna tekstil 2) (indan ntrent meupuun naptol) daan garam (sooda) 3) Tali, Benang, B Jaruum, Kelereng g atau sejenisnya 4) Air paanas 5) Tempaat air panas ssemacam em mber 6) Sarungg tangan dann Pengaduk 2. Sum mber belajarr: Silab bus IPS kelas IV semester 2 SD/ MI Asy’’ari, dkk. 200 08. BSE IPS SSD untuk Kela as IV KTSP 20006. Jakarta: Erlangga. Hal. 125-137. Hisn nu, Tantya dan n Winardi, P.. 2008. BSE IPS IP untuk SD// MI kelas 4. Jakarta: J Pusat Perbukuan, Deppdiknas. Hal. 171-189. Pujiaati, Retno Heny dan Yuliatti, Umi. 2008 8. Cerdas Penngetahuan Sossial 4 untuk Kelas IV V SD/MI. Jakaarta: Pusat Perrbukuan, Deppdiknas. Hal. 180. Radjjiman dan Triiyono, A. 20009. BSE Ilmu Pengetahuan P n Sosial 4 untu uk Sekolah Dasar Kelas K IV. Jakarrta: Pusat Perrbukuan, Depddiknas. Hal. 137-148. 1
Soeemarjadi, M.. Ramanto, ddan W. Zahrri. 2001. Penndidikan Ketterampilan. Malang: Penerbit Universitas Negeri N Malanng. Hal. 134 - 157. J. Evaluassi 1. Proseddur a. Tees awal b. Tees dalam prooses c. Tees akhir 2. Teknikk a. Tees b. Non tes k Tes 3. Bentuk 4. Kisi-kiisi soal 5. Alat tees 6. Pensko oran 7. Remiddi dan pengayyaan
: ada (kegiatan ( aw wal sebelum ttindakan) : ada (pada ( saat siswa bekerja kelompok) : ada (pada ( kegiataan akhir) : LKS dan tes form matif : lembbar observasii : pilihan ganda mpir : terlam : terlam mpir : terlam mpir : terlam mpir
Observer, Sitti Latifah, S.Pd.SD NIP. 19 9640905 1984 405 2 004
TTegal, 19 Mei 2012 Peneliti,
SSiti Indah Cah hyani N NIM. 1402408276
Mengeetahui, Kepala SSD Negeri Pessurungan Lor 1 Tegal
Makmuri,, S.Pd.SD NIP. 19610630 198201 1 004 4
218
Mata pelajaran Kelas/ Semester Submateri
: IPS : IV (empat)/ 2 (dua) :“Pengalaman menggunakan Teknologi”
Siswa A mendapat tugas no. 1
(buatlah motif 1 lingkaran!)
Siswa B mendapat tugas no. 2,
(buatlah motif 2 lingkaran!) Siswa C mendapat tugas no. 3,
(buatlah motif 1 wiru!) Siswa D mendapat tugas no. 4
(buatlah motif 3 lingkaran susun!) Siswa E mendapat tugas no. 5
(buatlah motif 2 tepi wiru !) Siswa F mendapat tugas no. 6
(Buatlah 2 tepi wiru dan 2 motif lingkaran!) Siswa G mendapat tugas no. 7
(Buatlah 2 tepi wiru, 3 lingkaran kecil, dan 3 lingkaran susun!)
Nama kelompok: .......................... Anggota: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
219
Nama: .......... No. : .......... Silanglah huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang benar! 1. Di bawah ini yang termasuk alat produksi batik celup ikat tradisional yaitu .... a. mesin tenun c. tali dan biji-bijian b. mesin jahit d. malam dan canting 2.
Langkah awal pembuatan batik ikat yaitu ... . a. membuat pola c. penjemuran b. pewarnaan d. pelepasan ikatan
3.
Pewarna yang digunakan yaitu pewarna ... . a. indantrend c. sintetis b. naptol d. malam
4.
Motif lipatan dihasilkan dengan teknik ... . a. kelereng b. tusukan c. jelujur d. wiru
5.
Langkah membuat batik celup ikat yaitu ... . a. Pola, pewarnaan, penggaraman, pencucian b. Pencucian, penggaraman, pewarnaan, pola c. Pencucian, pola, penggaraman, pewarnaan d. Pewarnaan, pola, penggaraman, pencucian *****Selamat Mengerjakan***** Kunci Jawaban: 1. c 2. a 3. b 4. d 5. a Penilaian Nilai = Jumlah jawaban benar x 100 Skor Maksimal
220
TES FOR RMATIF 4 Mata pelajarran M : Ilmu I Pengettahuan Sosiaal (IPS) K Kelas/ semester : IV I /2 H Hari/tanggal l : W Waktu : 10 menit : .................... Nama N N Absen No. : .................... B Berilah tanda silang (xx) huruf a, b b, c, atau d pada p jawaban yang ben nar! 1. Berikut ini yang terrmasuk alat teknologi produksi batik celup ikkat yaitu … . a. besi b. mesinn tenun c. kelereng/ biji-bijiaan m dan cantingg d. malam 2 2.
a. napthhol b. indan ntrend 3 3.
Perhatikan gambar P g di s samping, pewarna y yang telah digunakan d d dalam batik ikat yaitu p pewarna ... . c. sinteesis d. alam mi
Berdasarrkan gambarr di bawah ini, Pola tersebut menggunakann teknik … .
7.
a. b. c. d. 8.
Peerhatikan gambar g di saamping, langkah peencelupan kain k yang peertama yaitu ppada larutan ... . pew warna naptholl garam napthol pem manis buatan pew warna dan garram
Untuk membentuk motif bulat, teknik yang digunaakan yaitu tekknik... . a. jeluujur b. wiru ru c. biji d. silaang
9. Berikutt ini langkkah-langkah pembuatan batik ceelup ikat sedeerhana! a. ikat ur b. jeluju
c. kelereng d. cap
4. Batik celup ikat seederhana meenggunaka teknolog gi produksi zaaman … . a. modeern c. mutaakhir b. cangggih d. tradiisional 5 Langkah awal dalam membuat baatik celup 5. ikat yaituu ... . a. dianggkat dan ditiskkan b. langssung diceluupkan padaa cairan pewaarna c. langssung dicelupk kan pada laruttan garam d. membbuat pola pad da kain 6 6.
a. b. c. d.
Peerhatikan gaambar di saamping ini, kegunaan alaat tersebut yaaitu untuk ... menccegah reaksi bahan b pewarnna kimia memp percantik tanggan yang mem mbuat tangaan menjadi inddah aksessoris tangan agar a lebih baggus
(1) Massukkan kain teersebut pada laarutan garam (sodda) (2) Leppaskan ikatan-ikkatan pada kain (3) Celuupkan kain terssebut pada laruutan pewarna (4) Cucci bersih dan keeringkan (5) Siappkan pola padda selembar kaain putih dan benttuk pola tersebbut
Urutan langkah-langgkah yang bennar yaitu ... . a. (1),, (2), (3), (4), (5) b. (2),, (4), (1), (3), (5) c. (4),, (3), (1), (2), (5) d. (5),, (3), (1), (2), (4) mennggunakan teknologi, 10. Pengallaman memottivasi untuk giat belajar agar dapat mencipptakan berbaggai teknologi yang.... a. mem mpermudah pekerjaan manusia m dan jugaa ramah lingkkungan lingkungann b. mem mcemari dan menndapatkan unntung c. menncegah poluusi dan meenghabiskan sum mber daya alam m pekerjaaan d. mem mpermudah dan menncemari lingk kungan
221
SD NEGER S RI PESURU UNGAN LOR 1 I KELAS IPS S IV SEMES STER 2
KUNCI JA AWABAN J Jawaban tes formatif 3 11. c 6. a 7. b 2 a 2. 8. c 3 b 3. 9. d 4 d 4. 10. a 5 d 5. SKOR PENILAIAN
S Setiap jawab ban yang bennar diberi skkor 10,
S Skor maksim mal
100
LEMBAR JAWAB J
1. 2 2. 3 3. 4 4. 5 5.
a a a a a
b b b b b
c c c c c
d d d d d
6. 7. 8. 9. 10.
a a a a a
b b b b b
c c c c c
d d d d d
REMIDI dan PENG GAYAAN N Catatlah alat, bahan, dan d cara pem mbuatan baatik celup ik kat !
Buatla lah kliping g tenteng g batik cellup ikat!
222
Lampiran 10 DAFTAR SKOR PERKEMBANGAN KELOMPOK JIGSAW SIKLUS I Nama Siswa Diponegoro Rangga Bayu P. Sapta Yoga P. Nur ‘Afni Hidayah Dewi Ratna Eli Trisnawati Anita Silviani Tegar P. Rata-rata Kriteria Pattimura M. Trijaya M. Riyan Erlangga Dwi Oktaviani Toto Sudirharjo Winda Yuniati Kholifatunnisa Rata-rata Kriteria Soedirman Rudi Rianto Noval S. Nada Adhani M. Nada Adhana M. Sela Zaena Sari Amanda Partisia Saepul Mubarok Rata-rata Kriteria Imam Bonjol Eva Rifatul Ilya Abdul Qirom Lukman Nur K. Noviana Nisa U. Ahmad Fauzi Kartika Yasmin R. Nur Alita Putri Rata-rata Kriteria Antasari Khaerul M. M. Miftakhul Fikri Sefti Annur Rifani Safa Risqiana A. Ria Puji Astuti M. Tegar P. Rata-rata Kriteria
Pertemuan Pertama Kuis Skor Skor Skor Dasar Kuis Kemajuan
Pertemuan Kedua Kuis Skor Skor Dasar Kuis
90 47 83 80 73 47 50 17 BAIK
80 60 60 80 80 60
20 5 5 20 30 20
75,0 75,0 77,5 77,5 50,0 65,0 21 HEBAT
80 60 80 60 80 80
20 30 20 5 30 20
57 43 63 87 40 23 24 HEBAT
100 80 80 80 -
30 30 5 30 -
75 75 77 75 25 SUPER
80 80 80 100 80 60
20 30 20 30 20 30
53 83 47 53 57 47 87 24 HEBAT
80 100 60 80 60 20 80
30 30 30 30 20 5 20
72,5 67,5 68,5 77,5 77,5 37,5 75,0 23 HEBAT
80 60 80 80 80 60 100
20 10 30 20 20 30 30
57 93 87 40 43 77 21 HEBAT
80 60 60 80 60 80 80
30 5 5 30 30 30 20
67,5 80,0 75,0 67,5 62,5 62,5 75,0 23 HEBAT
60 100 100 60 80 80 80
10 30 30 10 30 30 20
53 70 57 57 73 73 15 BAIK
40 100 60 60 60 40
5 30 20 20 10 5
60 75 70 75 75 55 16 BAIK
60 60 60 80 80
10 10 10 20 30
Skor Kemajuan
223
Lampiran 11 DAFTAR SKOR PERKEMBANGAN KELOMPOK JIGSAW SIKLUS II Nama Siswa Diponegoro Rangga Bayu P. Sapta Yoga P. Nur Afni Hidayah Dewi Ratna Eli Trisnawati Anita Silviani Tegar P. Rata-rata Kriteria Pattimura M. Trijaya M. Riyan Erlangga Dwi Oktaviani Toto Sudirharjo Winda Yuniati Kholifatunnisa Rata-rata Kriteria Soedirman Rudi Rianto Noval S. Nada Adhani M. Nada Adhana M. Sela Zaena Sari Amanda Partisia Saepul Mubarok Rata-rata Kriteria Imam Bonjol Eva Rifatul Ilya Abdul Qirom Lukman Nur K. Noviana Nisa U. Ahmad Fauzi Kartika Yasmin R. Nur Alita Putri Rata-rata Kriteria Antasari Khaerul M. M. Miftakhul Fikri Sefti Annur Rifani Safa Risqiana A. Ria Puji Astuti M. Tegar P. Rata-rata Kriteria
Pertemuan Pertama Kuis Skor Skor Skor Dasar Kuis Kemajuan
Pertemuan Kedua Kuis Skor Skor Skor Dasar Kuis Kemajuan
100 60 100 100 60 100 70 20 BAIK
75 75 100 100 75 75 75
5 30 30 30 30 5 10
80 100 100 90 90 100 100 18 BAIK
100 80 90 100 80 90 100
30 5 10 30 10 10 30
90 60 80 90 80 80 27 SUPER
100 100 100 100 100 100
20 30 30 20 30 30
100 90 100 100 70 70 28 SUPER
100 90 100 100 90 90
30 20 30 30 30 30
70 90 60 80 70 70 90 25 HEBAT
100 75 100 100 100 100 100
30 5 30 30 30 30 20
100 100 100 90 70 70 100 30 SUPER
100 100 100 100 100 100 100
30 30 30 30 30 30 30
80 100 100 80 70 60 100 26 SUPER
100 100 100 100 50 75 100
30 30 30 30 5 30 30
100 90 100 80 70 60 100 21 HEBAT
100 80 100 100 60 80 70
30 10 30 30 10 30 5
80 60 90 100 100 80 24 HEBAT
100 100 100 80 100 100
30 30 20 5 30 30
100 100 100 100 100 100 30 SUPER
100 100 100 100 100 100
30 30 30 30 30 30
224
Lam mpiran 13
225
226
Lampiran 14 L 1 DOKUMEN D NTASI PENE ELITIAN PEMBELAJ P JARAN JIG GSAW
P Pengisian An ngket
P Pemanfaata an media LC CD dan Gam mbar
Peenjelasan Materi M
Pengaawasan oleh Pengamat
227
Diskusi Kelompok Asal
Diskusi Kelompok Ahli
Keberanian Siswa
Presentasi Kelompok Asal
Membimbing Kelompok Siswa
Antusias Siswa dalam Bertanya
Pengisian Kuis dan Tes Formatif
Perhatian Siswa terhadap Media Pembelajaran (Power Point)
228
Prak ktek Membu uat Batik Ceelup Ikat Seederhana
H Hasil Karya Siswa
Pengghargaan Kelompok K
DAFTAR PU USTAKA
229
Anni, C.T. dkk. 2006. Psikologi Belajar (Edisi Revisi). Semarang: Penerbit Universitas Negeri Semarang. Aqib, Z. dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, TK. Bandung: Yrama Widya. Arikunto, S. dan S. A. Jabar. 2010. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan (Edisi Kedua). Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Ashshiddiqi, M. H. 2011. Peningkatan Pembelajaran IPA Materi Rangka dan Indera Manusia melalui Model Jigsaw di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Watesalit 02 Batang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Asma, N. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan. Astiti, P. 2011. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Padasugih 01 Brebes pada Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Asyari. dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial SD untuk Kelas IV. Jakarta: Erlangga. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Mendikdasmen Direktorat Pembinaan TK dan SD. Chaniago, D. A. (2010). Aktivitas Belajar. http://id.shvoong.com/sosialscieces/1961162-aktivitas-belajar/ 24/12/11]
Online [diakses
Daftar Nilai Siswa Kelas IV SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal Tahun Pelajaran 2010/ 2011. Tegal: SD Negeri Pesurungan Lor 1 Tegal. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dyson, B. dan S. Grineski. 2001. Using Cooperative Learning Structures in Physical Education. JOPERD--The Journal of Physical Education, Recreation & Dance. Gale Education, Religion and Humanities Lite Package. 72/2: 28 - 33. Hamalik, O. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
230
Hedeen, T. 2003. The Reverse Jigsaw: A Process of Cooperative Learning and Discussion. Teaching Sociology ProQuest Sociology. 31/3: 325 - 32. Hernawan, A. H. dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka. Hisnu, T. dan Winardi. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/ MI Kelas 4. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas. Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Konsep Kinerja Guru. Online at http://elearning.unesa.ac.id/tag/pengertian-kinerja-guru [diakses 08/03/12] Kurnia, I. dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas. Lie, A. 2010. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruangruang Kelas. Jakarta: Gramedia. Masitoh, Susilo, dan Soewarso. 2010. Pendidikan IPS di Sekolah Dasar. Salatiga: Widya Sari. Monks, F. J. dan A. M. P. Knoers. 1982. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Diterjemahkan oleh Haditono, S. R. 2006. Yogyakarta: Penerbit Universitas Gajah Mada. Narbuko, C. Dan A. Achmadi. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Nasution, S. 2010. Didakdik Asas-asas Mengajar (Edisi Kedua). Jakarta: Bumi Aksara. Pedoman Akademik Universitas Negeri Semarang 2009/ 2010. Semarang: Penerbit Universitas Negeri Semarang. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Standar Penilaian Pendidikan dan Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Cipta Jaya. Poerwanti, E. dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas. Pujiati, R. H. dan U. Yuliati. 2008. Cerdas Pengetahuan Sosial untuk SD/ MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas. Radjiman dan A. Triyono. 2009. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas 4. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas. Rifai, A. dan C. T. Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Penerbit Universitas Negeri Semarang.
231
Sanjaya, A. 2011. Metode Penelitian. http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/03/metode-penelitian.html 03/03/12]
Online [diakses
Satori, D. dkk. 2008. Profesi Keguruan (Edisi Kesatu). Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka. Saud, U. S. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta. Sihabuddin, R. 2006. Indahnya Pelangi dalam Kesadaran Multikultur Masyarakat Indonesia. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Diterjemahkan oleh Yusron, N. 2010. Bandung: Nusa Media. Smith, J. I. dan L. Chang. 2005. Teaching Community Ecology as a Jigsaw. The American Biology Teacher ProQuest Biology Journals. 67/1: 31 - 6. Soemarjadi, M. Ramanto, dan W. Zahri. 2001. Pendidikan Keterampilan. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang. Solihatin, E. dan Raharjo. 2008. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar SD/ MI Peraturan Mendiknas No. 22 dan 23 Tahun 2006. Jakarta: Cipta Jaya. Steiner, S. et al. 1999. Using Cooperative Learning Strategies in Social Work Education. Journal of Social Work Education ProQuest Sociology. 35/2: 253 63. Sudjana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugandi, A. dan Haryanto. 2007. Teori Pembelajaran (Edisi Revisi). Semarang: Penerbit Universitas Negeri Semarang. Sumantri, M. dan J. Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Maulana. Sumantri, M. dan N. Syaodih. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka. Sumardi. 2011. Peningkatan Aktivitas Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas IV SDN Siasem 03 Brebes. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
232
Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Syah, M. 2009. Psikologi Belajar (Edisi Revisi). Jakarta: Rajawali. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka. Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara. Undang-Undang Guru dan Dosen beserta Angka Kredit Guru dan Pengawas Sekolah Tahun 2005. Semarang: Duta Nusindo Semarang. Wena, M. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara. Yonny, A. dkk. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia. Zaini, H., B. Munthe, dan S. A. Aryani. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insani Madani.