SKRIPSI
IDENTIFIKASI TINGKAT KESULITAN PROSES BELAJAR PRAKTIK MEMBATIK SISWA KELAS II PROGRAM KEAHLIAN KRIA TEKSTIL SMK NEGERI 5 YOGYAKARTA
Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh : Dian Mirnayati NIM. 06513245005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010/2011
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Tugas akhir skripsi yang berjudul ”Identifikasi Tingkat Kesulitan Proses Belajar Praktik Membatik Siswa Kelas II Program Keahlian Kria Tekstil SMK Negeri 5 Yogyakarta” ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diujikan.
Yogyakarta, 27 Desember 2010 Dosen Pembimbing
Kapti Asiatun, M.Pd NIP. 19630610 198812 2 001
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Dian Mirnayati
NIM
: 06513245005
Prodi
: Pendidikan Teknik Busana
Jurusan
: Pendidikan Teknik Boga dan Busana
Fakultas
: Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Judul Tugas Akhir
:
“Identifikasi Tingkat Kesulitan Proses Belajar Praktik Membatik Siswa Kelas II Program Keahlian Kria Tekstil SMK Negeri 5 Yogyakarta”
Menyatakan bahwa Tugas Akhir Skripsi ini hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah digunakan sebagai persyaratan untuk penyelesaian studi di Perguruan Tinggi lain, kecuali pada bagian – bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan. Apabila ternyata terbukti pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab saya.
Yogyakarta, 24 Januari 2011 Yang menyatakan,
Dian Mirnayati
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO: W Jika kita terus bergerak maka kehidupan yang akan selalu ada Jika kita diam maka Bukan kehidupan yang akan ada tetapi kematian. Teruslah bergerak dengan niat yang lebih baik untuk kehidupan yang lebih baik. W Kebangaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh (Confusius). W Sukses tidak diukur dari posisi yang dicapai seseorang dalam hidup, tapi dari kesulitankesulitan yang berhasil diatasi ketika berusaha meraih sukses ( Booker T Washington).
PERSEMBAHAN: Seiring curahan puji dan syukur kepada Allah SWT, karya ini kupersembahkan sebagai wujud terimakasihku kepada: ^ Bapak dan ibuku yang tercinta, terimakasih atas curahan doa, kerja keras, perhatian dan semangat yang selalu diberikan, semoga selalu dilimpahkan rizki oleh Allah SWT. ^ Bapak dan Ibu Hadi Sariman terimakasih atas curahan doa, perhatian dan semangat yang selalu diberikan, semoga selalu dilimpahkan rizki oleh Allah SWT. ^ Ervan Priyo H yang dengan sabar dan segenap hati mencurahkan kasih sayang, perhatian, dukungan, semangat dan segalanya. ^ Buah hatiku, engkau semangat bunda, semoga kelak menjadi anak yang cerdas, berbakti pada orang tua, bermanfaat dunia & akhirat..amien. ^ Adik-adikku Widya Hadi, Ardi, Nita, Pephy, Maya terima kasih dukungan, semangat dan teruslah belajar dan kalian harus lebih baik dariku. ^ Keluarga besarku, terimakasih untuk semuanya. ^ Teman-teman ku Amalia, Ely, Erni, Herwi, Hesti, Nana, Nuke, Palupi, Ratna, Retno, Veni, Watik, Yani, Zaen, Yayu’ Eka, teman-teman seperjuangan PKS ’06, kakak & adik tingkat, thank’s for all. ^ Teman-teman KKN Purjo’08 dan semua pihak yang membantu penyusunan laporan skripsi ini, thank’s for all. ^ Almamaterku PTBB UNY terima kasih untuk ilmu.
v
ABSTRAK IDENTIFIKASI TINGKAT KESULITAN PROSES BELAJAR PRAKTIK MEMBATIK SISWA KELAS II PROGRAM KEAHLIAN KRIA TEKSTIL SMK NEGERI 5 YOGYAKARTA Oleh : Dian Mirnayati 06513245005 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; 1) seberapa tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar praktik membatik pada tahap persiapan belajar praktik membatik; 2) seberapa tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar praktik membatik pada tahap pelekatan lilin; 3) seberapa tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar praktik membatik pada tahap pewarnaan; 4) seberapa tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar praktik membatik pada tahap pelepasan lilin. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5, yang beralamat di Jl. Kenari No.71 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas II program studi kria tekstil berjumlah 68 siswa. Teknik pengambilan sampel dengan proportional random sampling sebanyak 54 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan angket (quetionnere). Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dengan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesulitan yang dialami siswa kelas II program keahlian kria tekstil di dalam proses belajar batik di SMK N 5 Yogyakarta sebagai berikut; 1) tahapan persiapan siswa dalam proses belajar praktik membatik dengan kategori cukup sebanyak 20 siswa dengan presentase 37.04%, pada tahapan proses praktik membatik; 2) siswa mengalami tingkat kesulitan pada proses pelekatan lilin dengan kategori cukup sebanyak 29 siswa dengan presentase 53.70%; 3) proses pewarnaan pada motif batik dengan kategori cukup sebanyak 34 siswa dengan persentase 62,97%; 4) proses pelepasan lilin dengan kategori cukup sebanyak 31 siswa dengan persentase 57,41%. Tahapan persiapan materi diperoleh hasil dengan kategori sangat tinggi sebanyak 40 siswa dengan persentase 74,07% dan evaluasi proses belajar praktik membatik diperoleh hasil dengan kategori tinggi sebanyak 32 siswa dengan persentase 59,26%. Dari hasil penelitian dapat diidentifikasi bahwa siswa dalam melakukan tahapantahapan proses belajar praktik membatik masih banyak mengalami kesulitan.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yamg telah memberikan bantuan, baik berupa materi, informasi, bimbingan, dan saran serta kerjasamanya terutama kepada: 1. Dr. Rohmat Wahab, MA, selaku rektor Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Wardan Suyanto, Ed.D, selaku Dekan Fakultas Teknik UNY. 3. Dr. Sri Wening, selaku sekretaris Tugas Akhir Skripsi dan Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Boga Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. 4. Kapti Asiatun, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi. 5. Noor Fitrihana, M.Eng, selaku penguji Tugas Akhir Skripsi 6. Keluarga besar SMKN 5 Yogyakarta yang telah membantu terwujudnya penelitian ini 7. Semua pihak yang memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sesuai yang diharapkan. untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan dalam penulisan penelitian selanjutnya.
Yogyakarta, Januari 2011
Dian Mirnayati
vii
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul........................................................................................................... i Halaman Pengesahan ............................................................................................... ii Lembar Persetujuan.................................................................................................. iii Pernyataan Keaslian Tugas Akhir Skripsi................................................................ iv Motto dan Persembahan ........................................................................................... v Abstrak ..................................................................................................................... vi Kata Pengantar ........................................................................................................ vii Daftar Isi ................................................................................................................. viii Daftar Tabel ............................................................................................................. x Daftar Gambar ......................................................................................................... xi BAB I Pendahuluan ............................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 5 C. Batasan Masalah ....................................................................................... 6 D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7 E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8 F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8 BAB II
Kajian Pustaka ......................................................................................... 10
A. Deskripsi Teori ......................................................................................... 10 1. Pengertian Belajar ............................................................................. 10 2. Pengertian Belajar Praktik.................................................................. 12 3. PengertianKesulitan Belajar ............................................................... 14 4. Pengertian Batik ................................................................................. 23 5. Silabus ............................................................................................... 30 B. Kerangka Berfikir .................................................................................... 34 C. Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 36 BAB III Metodologi Penelitian ............................................................................... 37 A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 37 B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 38 C. Definisi Istilah Penelitian ......................................................................... 38 D. Populasi dan Sampel ................................................................................ 43 viii
1. Populasi ............................................................................................. 43 2. Sampel ............................................................................................... 44 E. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 46 F. Instrumen Penelitian .............................................................................. 46 G. Uji Coba Instrumen ................................................................................ 49 1. Validitas ............................................................................................ 50 2. Reliabilitas.......................................................................................... 52 H. Teknik Analisis Data .............................................................................. 54 BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan .......................................................... 59 A. Analisis Hasil Penelitian ........................................................................ 59 B. Hasil Penelitian ....................................................................................... 60 C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 70 BAB V Kesimpulan dan Saran ............................................................................. 77 A. Kesimpulan ............................................................................................. 77 1. Tahapan Persiapan Proses Belajar Praktik Membatik........................ 77 2. Tahapan Proses Praktik Membatik .................................................... 77 3. Tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik ............................ 78 B. Implikasi ................................................................................................. 78 C. Saran ....................................................................................................... 79 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 81 LAMPIRAN .......................................................................................................... 84
ix
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Silabus Mata pelajaran Membatik kelas II SMK N 5 Yogyakarta ........ 31 Tabel 2. Jumlah Populasi Siswa Kelas II Kria Batik SMK N 5 Yogyakarta ........ 42 Tabel 3. Skor Jawaban dan Kriteria Penilaian ...................................................... 46 Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Tingkat Kesulitan Proses Belajar Praktik membatik siswa kelas II SMK N 5 Yogyakarta ...................................................... 47 Tabel 5. Koefisien Korelasi alfa Cronbach ........................................................... 53 Tabel 6. Penyusunan Kasifikasi untuk Interprestasi Pencapaian .......................... 54 Tabel 7. Distribusi Frekuensi Persiapan Siswa dalam Proses Belajar Praktik Membatik ................................................................................................ 60 Tabel 8. Kategori Kecenderungan Persiapan Siswa dalam Proses Belajar Praktik Membatik ................................................................................................ 61 Tabel 9. Distribusi Frekuensi Pelekatan lilin ........................................................ 62 Tabel 10. Kategori Kecenderungan Pelekatan lilin................................................. 63 Tabel 11. Distribusi Frekuensi Proses Pewarnaan .................................................. 64 Tabel 12. Kategori Kecenderungan Proses Pewarnaan........................................... 65 Tabel 13. Distribusi Frekuensi Proses Pelepasan lilin ............................................ 67 Tabel 14. Kategori Kecenderungan Proses Pelepasan lilin ..................................... 67 Tabel 15. Distribusi Frekuensi Evaluasi hasil Praktik Membatik ........................... 68 Tabel 16. Kategori Kecenderungan Evaluasi hasil Praktik Membatik ................... 69 Tabel 17. Distribusi Frekuensi Tingkat Kesulitan Proses Belajar Praktik Membatik siswa ...................................................................................................... 70 Tabel 16. Kategori Kecenderungan Tingkat Kesulitan Proses Belajar Praktik Membatik siswa ...................................................................................... 71
x
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 1. Diagram Distribusi Frekuensi Data ditinjau dari Persiapan Siswa dalam Proses Belajar Praktik Membatik ......................................................... 62 Gambar 2 Diagram Distribusi Frekuensi Data ditinjau dari Pelekatan lilin .......... 64 Gambar 3 Diagram Distribusi Frekuensi Data ditinjau dari Pewarnaan ................ 66 Gambar 4. Diagram Distribusi Frekuensi Data ditinjau dari Pelepasan lilin ......... 68 Gambar 5 Diagram Distribusi Frekuensi Data ditinjau dari Evaluasi Hasil Praktik siswa ..................................................................................................... 70 Gambar 6 Diagram Distribusi Frekuensi Data ditinjau dari Keseluruhan Proses Praktik .................................................................................................. 72
xi
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam mempersiapkan diri menghadapi era perdagangan bebas, banyak hal yang harus dipersiapkan untuk menghadapi perdagangan internasional. Di situlah akan terjadi persaingan di antara bangsa-bangsa. Salah satu hal yang menjadi persoalan adalah di sektor sumber daya manusia (SDM). Melihat dari segi kuantitas sebenarnya sudah mencukupi, bahkan lebih. Permasalahan yang terjadi adalah kualitas dari SDM itu sendiri. Saat ini kualitas SDM yang dimiliki Indonesia tergolong masih rendah jika di bandingkan dengan Malaysia atau Negara lain, untuk itu perlu adanya perbaikan kualitas SDM dalam menghadapi era perdagangan bebas. Hal ini penting karena kita harus mampu bersaing dengan SDM dan negara lain agar kita dapat tetap eksis dalam persaingan di dunia global. Bidang perididikan merupakan bagian terpenting dalam menghasilkan SDM yang nantinya akan terjun di dunia kerja. Kita tahu kualitas pendidikan di Indonesia juga rnasih tergolong rendah. Sampai saat ini usaha - usaha dalam memperbaiki mutu pendidikan terus diupayakan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, Perlu adanya kerjasama dan semua pihak dalam menciptakan sistem pendidikan yang bermutu dan berkualitas sehingga mampu menghasilkan out put SDM yang unggul dan handal. Bepijak dari tuntutan di atas, usaha pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu sistem untuk menghasilkan manusia yang produktif,
2
efektif, efisien, disiplin dan bertanggung jawab sehingga mereka mampu mengisi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional, yang diharapkan dapat berkembang dalam era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai sekolah pendidikan rnenengah yang salah satu bagian dan pendidikan nasional, yang bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih laujut dalam dunia usaha dan dunia kerja atau pendidikan tinggi. Sekolah sebagai intitusi formal seharusnya bisa memberikan motivasi dan pengetahuan kepada siswa untuk melestarikan batik sebagai salah satu budaya bangsa Indonesia yang pernah diklaim menjadi milik Malaysia. Mereka memiliki hak paten motif batik jauh lebih banyak dibandingkan Solo atau Pekalongan dan Yogyakarta. Solo baru berhasil mematenkan produk batik sekitar 154 motif. Malaysia justru sudah lebih dari 200 motif (Dieny&Yusuf.com). Batik merupakan warisan budaya bangsa Indonesia yang mempunyai nilai seni yang tinggi dan mempunyai makna filosofis yang terkandung pada setiap motifnya. Batik kini mulai dipertanyakan eksistensinya bagi khazanah hasil karya anak bangsa,, semakin pesatnya perkembangan industri tekstil dunia telah menyebabkan kepopuleran batik dalam pandangan masyarakat Indonesia pudar. Generasi muda sebagai penerus sejarah bangsa semakin jarang yang mempunyai
3
keinginan untuk mempelajari proses pembuatan batik dan ada upaya untuk membuat generasi muda tertarik untuk menekuni profesi sebagai pembatik. Setelah UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya Indonesia dan memberikan sertifikat penerapan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemudian menyusul menetapkan hari batik bagi bangsa Indonesia yang jatuh pada tanggal 02 Október 2009. SMK Negeri 5 Yogyakarta merupakan sekolah yang membuka beberapa jurusan salah satunya adalah jurusan tekstil yang memiliki tujuan Program Keahlian Kria Tekstil adalah membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten: a. Mengolah bahan dasar atau material tekstil menjadi suatu produk baru melalui proses pengerjaan, pembahanan, pengolahan dan penyelesaian akhir atau finishing. b. Terampil menggunakan permesinan yang dipakai dalam membuat produk kerajinan tekstil. c. Mencetak perajin terampil yang berorientasi pada pemenuhan produk eksport. Sekolah yang rnembuka jurusan kria tekstil yang didalamya mengajarkan pelajaran batik sebagai mata pelajaran yang wajib tempuh. proses belajar mata diklat batik siswa kelas II SMK Negeri 5 Yogyakarta dilaksanakan dalam enam semester, masing - masing kelas, dua semester dengan pembagian waktu 3 kali pertemuan dalam satu minggu. pelaksanaan belajar tersebut, diharapkan siswa mengerti dan mengetahui jenis, sifat,
4
fungsi alat dan bahan batik sehingga mampu melaksanakan proses membatik sampai dengan tahap akhir. Proses
belajar
praktik
membatik
di
SMK
Negeri
5
Yogyakarta meliputi beberapa tahapan proses diantaranya adalah tahap awal (Pra instruksional), tahap inti (Instruksional), dan tahap penutup. Tahap awal (pra instruksional) meliputi pemberian materi pengetahuan batik, pengenalan alat-alat yang dibutuhkan untuk membatik, cara atau teknik yang digunakan untuk membatik dan pengetahuan kualitas hasil batik yang mempunyai kualitas yang baik. Pada tahapan inti (instruksional) meliputi pengetahuan dan juga ketrampilan dalam proses membatik yang meliputi proses
Pelekatan
lilin
(ngelowong,
nerusi
nembok),
Pewarnaan
(colet,nyeiup), dan Pelepasan lilin (ngelorod). Pada tahapan penutup yang meliputi
pengetahuan
tentang
kualitas
batik
yang
baik
dan
pengetahuan untuk mengurangi kesalahan yang bisa terjadi dalam proses membatik. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan di SMK Negeri 5 Yogyakarta, yang meliputi observasi terhadap proses praktik membatik dan juga hasil jadi kain batik yang telah di selesaikan oleh siswa di SMK Negeri 5 Yogyakarta terdapat beberapa permasalahan yang meliputi pada tahapan praktik membatik pada Pelekatan lilin antara lain proses ngelowong, nerusi dan nembok hasil goresan canting yang kurang maksimal, (blobor dan tidak tembus), masih banyaknya tetesan lilin diatas permukaan kain dan goresan canting yang kurang bagus (masih kaku) selain
5
itu permasalahan lain adalah siswa ada yang belum pas dalam memanaskan malam sehingga lilin belum bisa menembus kain. Permasalahan lain juga terdapat pada Pewarnaan antara lain proses colet yaitu masih banyak pewarna yang keluar dari dalam motif. Pada proses nyelup adalah pencampuran zat warna kurang sesuai dengan ukuran sehingga hasil pencelupan warnanya kurang sesuai dengan hasil yang diinginkan. Permasalahan lain terlihat dan proses Pelepasan lilin antara lain proses ngelorod yaitu ada bekas malam yang masih menempel pada kain batik. Berdasarkan pengamatan dan hasil kain batik yang sudah dihasilkan didapatkan beberapa permasalahan diantaranya hasil goresan canting pada kain batik yang kurang sempurna yang menyebabkan zat wama masuk kedalam kain batik sehingga hasil dan proses kurang baik. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang “Identifikasi Tingkat Kesulitan Proses Belajar Praktik Membatik Siswa Kelas II Program Keahlian Kria Tekstil SMK N 5 Yogyakarta”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka muncul berbagai masalah yang sangat luas berkaitan dengan proses belajar praktik membatik di SMK N 5 Yogyakarta yang meliputi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Seberapa tinggi tingkat kemampuan siswa menguasai teknik membatik dengan waktu, sarana dan prasarana dengan keterbatasan yang ada?
6
2. Seberapa tinggi tingkat kemampuan siswa dalam penggunaan fasilitas di dalam proses pelaksanaan belajar praktik membatik? 3. Seberapa tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar praktik pada tahap persiapan? 4. Seberapa tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar praktik membatik pada tahap pemanasan lilin dengan menggunakan kompor gas? 5.
Seberapa tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar praktik membatik pada tahap pelekatan lilin?
6. Seberapa tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar praktik membatik pada tahap pewarnaan? 7. Seberapa tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar praktik membatik pada tahap pelepasan lilin? C. Batasan Masalah Keberhasilan proses belajar apabila output yang dicapai sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.dengan didasarkan pada suatu sistem dan interaksi yang saling berkaitan antara input (masukan) proses, dan output (hasil). Proses belajar dikatakan berhasil apabila output yang dicapai sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Ketercapaian tujuan belajar sangat dipengaruhi oleh proses itu sendiri. Dalam suatu proses belajar terlebih dahulu diawali dengan suatu perencanaan, pelaksanaan, dan diakhiri dengan evaluasi. Nana Sudjana tahun 2004:147 mengungkapkan bahwa tahapan belajar terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap pendahuluan, tahap inti dan tahap
7
penutup. Permasalahan yang paling menentukan pada proses belajar praktik membatik terdiri dari tiga tahapan tersebut. Keberhasilan dalam praktik membatik ditentukan oleh tiga langkah yaitu : pelekatan lilin, pewarnaan, dan pelepasan lilin. Pembatasan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memfokuskan pemasalahan yang akan dibahas, pada proses praktik membatik. Peneliti akan membatasi pada proses belajar praktik membatik tahapan persiapan siswa belajar praktik, proses pelekatan lilin, proses pewarnaan, proses pelepasan lilin dengan mengidentifikasi tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik siswa kelas II program keahlian kria tekstil di SMK N 5 Yogyakarta. D. Rumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah maka dapat dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian sebagai berikut: 1. Seberapa tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar praktik membatik pada tahap persiapan? 2. Seberapa tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar praktik membatik pada tahap pelekatan lilin? 3. Seberapa tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar praktik membatik pada tahap pewarnaan?
8
4. Seberapa tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar praktik membatik pada tahap pelepasan lilin? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui seberapa tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar praktik membatik pada tahap persiapan? 2. Mengetahui seberapa tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar praktik membatik pada tahap pelekatan lilin? 3. Mengetahui seberapa tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar praktik membatik pada tahap pewarnaan? 4. Seberapa tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar praktik membatik pada tahap pelepasan lilin? F. Manfaat Penelitian. 1. Secara Teoritis Memberikan informasi tentang tingkat dalam proses belajar praktik membatik pada siswa kelas II program keahlian kria tekstil di SMK N 5 Yogyakarta. Serta dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian yang relevan pada masa yang akan datang. 2. Secara praktis, memberikan manfaat bagi: a. Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan pendidikan dan pembinaan lebih lanjut kepada siswa
9
sehubungan dalam proses belajar dan tingkat kesulitan dalam tahapan praktik membatik. b. Jurusan pendidikan teknik busana. Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran tentang tingkat kesulitan dalam proses belajar praktik membatik. c. Peneliti Menambah
pengalaman
di
dalam melakukan
penelitian
dan
menambah pengetahuan tentang tingkat kesulitan dalam proses belajar praktik membatik.
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. DESKRIPSI TEORI 1.
Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu perbuatan yang komplek yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak lahir sarnpai ke liang lahat (Arief Sadiman ,1990: 10). Menurut Suharsimi Arikunto (1992: 19) mengartikan belajar sebagai proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan diri manusia yang melakukan dengan maksud memperoleh perubahan dalam diri baik berupa pengetahuan, keterampilan serta sikap. Belajar merupakan kegiatan mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan pengertian, pemahaman, keterampilan, nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas (Soetomo, 1995). Menurut Rachman Natawidjaya (1997:155) mengemukakan bahwa belajar yaitu proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap/mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar dalam berbagai bidang studi. Slameto (1995:2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh
11
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Menurut Sardiman (1990: 23), Belajar adalah suatu rangkaian kegiatan guru, psikofisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, karsa dan ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai akibat dan latihan atau pengalaman. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar memiliki pengertian yang luas, bisa berupa keterampilan fisik, verbal, intelektual, maupun sikap (www.elearning-po.unp.ac.id). Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif
dan
psikomotor
untuk
memperoleh
tujuan
tertentu
(www.husniabdillah.multiply.com). Menurut Oemar Hamalik(2004:45) Belajar adalah terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku termasuk juga perbaikan perilaku. Hal ini didukung dengan ungkapan Hilgard dan Bower yang dikutip oleh Ngalim Purwanto (2006:84) bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu pemindahan pengetahuan dan pendidik
12
kepada peserta didik yang dilakukan berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan pemahaman, keterampilan, nilai sikap yang secara terprogram dalam disain intruksional yang meliputi tujuan, bahan materi, kegiatan belajar, metode serta evaluasi dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan sehingga dengan tepat dapat menjabarkan bidang ketrampilan tersebut kedalam serangkaian pelatihan yang dapat dipelajari anak didik dengan baik. 2.
Belajar Praktik Merupakan
kegiatan
belajar
yang
mencakup
belajar
pengetahuan dan ketrampilan. Pengetahuan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang menjadi dasar untuk belajar ketrampilan. Sedangkan belajar ketrampilan adalah menyangkut cara organisir gerakan anggota badan seperti tangan, kaki, mata dan anggota badan lainnya secara baik. Menurut
kamus
bahasa
Indonesia
W.J.S.Purwodarminto,
(1985:67) praktik merupakan cara untuk melakukan apa yang terdapat didalam teori, jadi praktik merupakan penerapan dan suatu teori yang direalisasikan dalam bentuk senyatanya. Pentingnya belajar praktik dalam belajar juga diungkapkan oleh Syaiful Bahri Djamarah, beliau menjelaskan bahwa belajar sambil berbuat yaitu dengan praktik termasuk cara yang baik untuk memperkuat ingatan. Dengan praktik
13
yang cukup kesan yang diterima lebih fungsional. Dengan demikian aktivitas praktik dapat mendukung belajar yang optimal. Dalam proses belajar praktik siswa diharapkan mampu menerapkan pengetahuan kemampuan dan ketrampilan dalam menggunakan
peralatan
sehingga
siswa
benar-benar
dapat
melaksanakan belajar praktik dengan hasil optimal. Dalam proses belajar
siswa
harus
menempuh
beberapa
tahapan.
Menurut
Muhammad Chalik (1988:33) kemampuan praktik ada 3 tahapan, yaitu: a) Siswa mendapat petunjuk dan guru pada awal akan memulai pelajaran. b) Mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk yang ada dalam lembar kerja. c) Bimbingan diberikan oleh guru apabila siswa mengalami kesulitan yang timbul pada saat mengerjakan tugas. Ketrampilan kerja praktik merupakan kegiatan yang dapat diamati dan dilihat prosesnya, ketrampilan kerja tersebut menyangkut ketrampilan dalam menganalisa pekerjaan serta kecakapan bertindak dalam menghadapi suatu masalah. Guna mencapai ketrampilan praktik dalam tingkat tertentu diperlukan latihan berulang kali. Frekuensi latihan akan mempengaruhi cepat lambatnya seseorang dalam menguasai ketrampilan praktik. Hal ini dipertegas oleh pendapat HR. Mill dalam penelitian Suliyanto (1996:20) yang mengatakan bahwa untuk mempelajari ketrampilan harus dengan prinsip belajar sambil mengerjakan yang berarti melibatkan otot dan pikiran. Untuk
14
mengembangkan ketrampilan pada tingkat otomatis atau kebiasaan. Keberhasilan siswa dalam praktik dapat diketahui apabila telah diadakan evaluasi. Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa guna mengukur tingkat kemampuan siswa dapat melihat ketentuan berikut: 1) Kualitas pekerjaan yang dapat diselesaikan, ini dapat dilihat dari kecepatan, kecermatan dan ketelitian dalam menyelesaikan pekerjaan dan hasil kerjanya. 2) Ketrampilan dalam menggunakan alat dan mesin, dapat diukur dalam efisiensi dan ketepatan menggunakan alat dan menjaga keselamatan kerja. 3) Kemampuan dalam menganalisa langkah kerja mulai darin awal hingga pekerjaan selesai. 4) Kemampuan untuk membuat keputusan dengan teori yang telah diperoleh. 5) Kemampuan membaca gambar dan simbol-simbol teknik. Dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek yang diukur dalam proses belajar praktik ada dua aspek yaitu aspek proses dan aspek hasil kerja. Aspek proses terdiri dari persiapan, penggunaan alat dan langkah kerja, perawatan mesin dan alat. Aspek hasil kerja terdiri dan kecermatan, ketelitian, kerapian hasil kerja, tidak cacat pada hasil dan tepat pada waktu yang telah ditentukan. 3. Kesulitan Belajar Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar terkadang sangat
15
mencolok antara seseorang siswa satu dengan siswa lainnya. Dari sinilah kemudian timbul apa yang disebut dengan kesulitan belajar yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan. Kesulitan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:337) adalah segala sesuatu yang membuat tidak lancar (lambat). Kesulitan dalam bentuk apapun akan menghalang-halangi seseorang untuk dapat mencapai tujuan. Jadi kesulitan merupakan faktor yang dapat menjadikan seseorang itu menjadi lambat atau berhenti sama sekali dalam mencapai tujuannya. Kegiatan belajar pada prinsipnya merupakan usaha sadar untuk memperoleh sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986:14) belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian (ilmu) atau berubahnya tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Ngalim Purwanto (1992 : 84) mengemukakan, belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dan latihan atau pengalaman. Menurut Winkel (1983:15) menyatakan bahwa proses belajar yang berlangsung pada manusia merupakan suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap konstan. Oleh sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang positif dalam arti tidak
16
memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna. Siswa yang berhasil dalam belajar akan mengalami perubahan dalam aspek kognitifnya. Perubahan tersebut dapat dilihat melalui prestasi yang diperoleh di sekolah atau melalui nilainya. Dalam kenyataannya masih sering dijumpai adanya siswa yang nilainya rendah. Rendahnya nilai atau prestasi siswa ini adanya kesulitan dalam belajarnya. Menurut Entang (1983:12) bahwa siswa yang secara potensial diharapkan akan mendapat nilai yang tinggi, akan tetapi prestasinya biasa-biasa saja atau mungkin lebih rendah dan teman lainnya yang potensinya lebih kurang darinya, dapat dipandang sebagai indikasi bahwa siswa mengalami masalah dalam aktivitasnya. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menghalang-halangi atau memperlambat seorang siswa dalam mempelajari, memahami serta menguasai sesuatu. Adanya kesulitan belajar akan menimbulkan suatu keadaan di mana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya sehingga memiliki prestasi belajar yang rendah. Siswa yang mengalami masalah dengan belajarnya biasanya ditandai adanya gejala: (1) prestasi yang rendah atau di bawah ratarata yang dicapai oleh kelompok kelas; (2) hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan; (3) lambat dalam melakukan tugas belajar (Entang, 1983:13). Kesulitan belajar bahkan dapat menyebabkan suatu keadaan yang sulit dan mungkin menimbulkan
17
suatu keputusasaan sehingga memaksakan seorang siswa untuk berhenti di tengah jalan. Adanya kesulitan belajar pada seorang siswa dapat dideteksi dan kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan tugas maupun soalsoal tes. Kesalahan adalah penyimpangan terhadap jawaban yang benar terhadap suatu butir soal. Ini berarti kesulitan siswa akan dapat dideteksi
melalui
jawaban-jawaban
siswa
yang
salah
dalam
rnengerjakan suatu soal. Faktor-faktor yang dapat menghambat siswa dalam belajar antara lain faktor internal dalam diri siswa, faktor eksternal di luar diri siswa, dan faktor pendekatan belajar. Yang termasuk faktor internal dalam diri siswa adalah faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri siswa. Menurut Sumadi Suryabrata, (1997:233) faktor internal kesulitan belajar siswa digolongkan menjadi dua yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis ini dibedakan menjadi dua macam yaitu keadaan tonus jasmani dan fungsi fisiologis tertentu terutama panca indra. Keadaan tonus jasmani pada umumnya dapat melatarbelakangi aktivitas belajar. Dengan keadaan jasmani yang segar dan tidak lelah akan mempengaruhi hasil belajar dibandingkan dengan keadaan jasmani yang kurang segar dan lelah. Sedangkan faktor psikologis dalam belajar merupakan hal yang mendorong aktivitas belajar siswa. Seperti sifat ingin tahu dan menyelidiki, sifat kreatif, sifat mendapatkan
18
simpati dan orang lain, sifat memperbaiki kegagalan di masa lalu dengan usaha yang baru. Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar siswa adalah faktor yang berasal dan luar siswa. Faktor ini dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor sosial dan faktor non sosial (Sumadi Suryabrata, 1997:233-234). Faktor sosial adalah faktor yang berasal dari manusia baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Kehadiran orang lain pada waktu sedang belajar, sering kali mengganggu aktivitas belajar. Suara gaduh pada waktu siswa sedang belajar juga akan mengganggu siswa. Dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: a. Lingkungan sosial siswa di rumah yang meliputi seluruh anggota keluarga yang terdiri atas: ayah, ibu, kakak atau adik serta anggota keluarga lainnya. b. Lingkungan sosial siswa di sekolah yaitu: teman sebaya, teman lain kelas, guru, kepala sekolah serta karyawan lainnya. c. Lingkungan sosial dalam masyarakat yang terdiri atas seluruh anggota masyarakat. Sedangkan faktor non sosial adalah faktor yang berasal bukan dari manusia. Faktor ini antara lain keadaan udara, cuaca, waktu, tempat atau gedungnya, alat-alat yang dipakai untuk belajar seperti alat-alat pelajaran.
19
1) Keadaan udara mempengaruhi proses belajar siswa. Apabila udara terlalu lembab atau kering kurang membantu siswa dalam belajar. Keadaan udara yang cukup nyaman di lingkungan belajar siswa akan membantu siswa untuk belajar dengan lebih baik. 2) Waktu belajar mempengaruhi proses belajar siswa misalnya: pembagian waktu siswa untuk belajar dalam satu hari. 3) Cuaca yang terang benderang dengan cuaca yang mendung akan berbeda bagi siswa untuk belajar. Cuaca yang nyaman bagi siswa membantu siswa untuk lebih nyaman dalam belajar. 4) Tempat atau gedung sekolah mempengaruhi belajar siswa. Gedung sekolah yang efektif untuk belajar memiliki ciri.-ciri sebagai berikut: letaknya jauh dari tempat-tempat keramaian (pasar, gedung bioskop, bar, pabrik dan lain-lain), tidak menghadap ke jalan raya, tidak dekat dengan sungai, dan sebagainya yang mernbahayakan keselamatan siswa. 5) Alat-alat pelajaran yang digunakan baik itu perangkat lunak (misalnya, program presentasi) ataupun perangkat keras (misalnya Laptop, LCD). Teori di atas juga didukung oleh beberapa tokoh pendidikan seperti yang disebutkan oleh Fadjar Shadiq, yang dalam artikelnya menyebutkan bahwa para ahli seperti Cooney, Davis & Henderson (1975) telah mengidentifikasikan beberapa faktor penyebab kesulitan belajar, di antaranya:
20
a) Faktor Fisiologis Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang berfungsinya otak, susunan syaraf ataupun bagian-bagian tubuh lain. Para guru harus menyadari bahwa hal yang paling berperan pada waktu belajar adalah kesiapan otak dan sistem syaraf dalam menerima, memproses, menyimpan, ataupun memunculkan kembali informasi yang sudah disimpan. Kalau ada bagian yang tidak beres pada bagian tertentu dan otak seorang siswa, maka dengan sendirinya siswa akan mengalami kesulitan belajar. Bayangkan kalau sistem syaraf atau otak anak kita karena sesuatu dan lain hal kurang berfungsi secara sempurna. Akibatnya ia akan mengalami hambatan ketika belajar. Di samping itu, siswa yang sakit-sakitan, tidak makan pagi, kurang baik pendengaran, penglihatan ataupun pengucapannya sedikit banyak akan menghadapi kesulitan belajar. b) Faktor Sosial Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah jika orang tua dan masyarakat sekeliling sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar dan kecerdasan siswa sebagaimana ada yang menyatakan bahwa sekolah adalah cerminan masyarakat dan anak adalah gambaran orang tuanya. Oleh karena itu ada beberapa faktor penyebab kesulitan belajar yang berkait dengan sikap dan keadaan keluarga serta masyarakat sekeliling yang kurang mendukung siswa tersebut untuk belajar sepenuh hati. c) Faktor Psikologis. Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang mendukungnya perasaan hati (emosi) siswa unutuk belajar secara sungguh-sungguh. Beberapa faktor psikologis utama yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif. 1) Bakat individu satu dengan lainnya tidak sama, sehingga menimbulkan belajarnya pun berbeda. Bakat merupakan kemampuan awal anak yang dibawa sejak lahir. 2) Minat individu merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu. Minat belajar siswa yang tinggi menyebabkan belajar siswa lebih mudah dan cepat.
21
3) Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam din siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dan kegiatan belajar (Sardiman, 2006:75). Motivasi belajar, yaitu kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar (Nasution, 1992). Motivasi sudah ada pada saat siswa akan melakukan sesuatu, siswa perlu mengetahui apa sebenarnya motivasi belajar mereka. Bila materi pelajaran dirasa berguna untuk kehidupan sehari-hari, materi itu akan memotivasi siswa untuk mempelajarinya. Motivasi belajar erat kaitannya dengan minat. Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: cita-cita siswa, kemampuan belajar siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan upaya guru membelajarkan siswa. 4) Emosi merupakan kondisi psikologi individu untuk melakukan kegiatan, dalam hal ini adalah untuk belajar. Kondisi psikologis siswa yang mempengaruhi belajar antara lain: perasaan senang, kemarahan, kejengkelan, kecemasan dan lain-lain. Sebagai contoh, terdapat seorang siswa yang tidak suka mata diklat tertentu karena ia selalu gagal mempelajari mata diklat itu. Jika hal ini terjadi, siswa tersebut akan mengalami kesulitan belajar yang sangat berat. Hal ini merupakan contoh dan faktor emosi yang menyebabkan kesulitan belajar. 5) Kemampuan kognitif siswa yang mempengaruhi belajar mulai dari aspek pengamatan, perhatian, ingatan, dan daya pikir siswa. d) Faktor Intelektual Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkaitan dengan kurang sempurna atau kurang normalnya tingkat kecerdasan siswa. Para guru harus meyakini bahwa setiap siswa mernpunyai tingkat kecerdasan berbeda. Semakin individu itu mempunyai tingkat kecerdasan tinggi, maka belajar yang dilakukannya akan sernakin mudah dan cepat. Sebaliknya semakin individu itu memiliki tingkat kecerdasan rendah, maka belajarnya akan lambat dan mengalami kesulitan belajar. e) Faktor Kependidikan. Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkaitan dengan belum mantapnya lembaga pendidikan
22
secara umum. Guru yang selalu meremehkan siswa, guru yang tidak bisa memotivasi siswa untuk belajar lebih giat, guru yang membiarkan siswanya melakukan hal-hal yang salah, guru yang tidak pernah memeriksa pekerjaan siswa, sekolah yang membiarkan para siswa bolos tanpa ada sanksi tertentu, adalah contoh dan faktor-faktor penyebab kesulitan dan pada akhirnya akan menyebabkan ketidak berhasilan siswa tersebut. Faktor pendekatan belajar yang lebih dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang belajar materi tertentu (Muhibbin Syah, 1995:132). Agar siswa dapat menentukan strategi tersebut, maka perlu adanya pengakuan terhadap diri siswa bahwa sebenarnya mereka dapat tumbuh dan berkembang sendiri, sehingga mereka akan lebih aktif dalam proses belajar. Guru hendaknya menumbuhkan pandangan yang menganggap belajar sebagai kegiatan membangun makna/pengertian terhadap pengalaman dan informasi, yang dilakukan oleh siswa itu sendiri, bukan oleh pengajar, serta menganggap mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya dan tidak tergantung pada guru/orang lain bila mereka mempelajari hal-hal baru. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
23
4. Pengertian Batik. Batik dapat diartikan menurut bahasa Jawa kata berasal dan kata “amba” yang artinya menulis dan “titik” yaitu titik-titik, titik kecil, tetesan, atau membuat titik sehingga kemudian menjadi ambatitikambatik-mbatik-batik. Jadi batik mempunyai arti menulis atau melukis titik. Awalnya batik semuanya dikerjakan secara manual yaitu dengan menulis menggunakan tangan sehingga dikenal sebagai batik tulis. Tetapi secara esensial batik diartikan sebagai sebuah proses atau teknik menahan warna dengan menggunakan lilin malam. Artinya, batik adalah sebuah proses menahan warna memakai lilin malam secara berulang-ulang diatas kain. Lilin malam yang digunakan sebagai penahan dan mencegah agar warna tidak meyerap diatas kain didaerah yang ditutup dengan lilin malam tersebut. Lilin tersebut juga dapat berfungsi sebagai pembentuk motif dan corak pada batik tersebut ( http://kitabatik.com) Batik dari sisi geografi dibagi menjadi 2 yaitu batik pesisir dan non pesisir. Batik non pesisir adalah batik tradisional yang umumnya masih memegang pakem. Batik-batik ini banyak kita jumpai di daerah Solo dan Yogyakarta. Batik-batik ini dahulunya kebanyakan dipakai oleh kalangan terbatas saja (kerabat keraton) dan untuk acara tertentu harus menggunakan corak tertentu pula. Batik pesisir memiliki kebebasan berekspresi, yaitu corak-corak tidak memiliki pakem, umumnya berwarna cerah/berani dan motifnya sangat kaya dan
24
cantik-cantik. Batik pesisir ini dapat kita temui di daerah Pekalongan, Cirebon, Lasem, Tuban, dan daerah Madura pada umumnya. Batik dari sisi cara pembuatannya dibagi 4 yaitu batik tulis, batik cap, batik cetak dan batik print. Batik cap menggunakan alat dari tembaga yang telah terpola dan nanti akan dicetak di atas kain yang telah disiapkan. Batik cetak menggunakan alas (terpal/plastik) yang telah dipola yang nantinya akan dilekatkan ke kain yang telah disiapkan. Batik print menggunakan pola yang telah digambar di komputer, dan menggunakan printer sebagai alat cetak motif, maka kain langsung dicetak dengan motif yang diinginkan. Batik tulis seperti yang telah ditulis diawal, dipola, digambar, diwarnai semuanya secara
manual
menggunakan
tangan
dengan
jangka
waktu
pengerjaannya lama (http://kitabbatik.com). Pengelompokan batik secara umum diantaranya batik tulis dan batik cap. Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembuatan batik tulis adalah: a. Tahap pertama atau disebut juga proses pembatikan pertama yaitu pembuatan pola dan motif yang dikehendaki diatas kain putih (sutera) dilukis dengan pensil. b. Tahap kedua, melukis dengan lilin malam menggunakan canting dengan mengikuti pola tersebut pada kedua sisi (bolak-balik). c. Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna). d. Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu. e. Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.
25
f. Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama. g. Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua. h. Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dan kain tersebut dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku. i. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting) untuk menahan warna pertama dan kedua. j. Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan. k. Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai. (www.alhadi.com). Batik cetak atau yang disebut juga dengan batik cap, merupakan proses pembatikan yang menggunakan cap atau alat cetak atau stempel yang terbuat dan tembaga dan pada cap tersebut telah terpola batik. Sehingga proses pembatikan cetak (cap) ini dapat jauh lebih cepat dan mudah. Untuk pengerjaan batik ini dapat diproduksi secara banyak dan juga hanya diperlukan waktu satu minggu untuk menyelesaikan proses pembatikan ini, tahapan-tahapan dalam proses pembutan batik cetak adalah sebagai berikut: 1) Tahap pertama atau disebut juga proses pembatikan pertama, yaitu pembuatan pola dan motif yang dikehendaki diatas kain putth (sutera) dengan dicap/dicetak. Cara yang digunakan dengan mencelupkan alat cap tersebut ke lilin panas dan kemudian ditekan pada kain.
26
2) Tahap selanjutnya yaitu proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu. 3) Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan. 4) Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama. 5) Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua. 6) Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dan kain tersebut dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku. 7) Setelah kain bersih dan lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting) untuk menahan warna pertama dan kedua. 8) Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan. 9) Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkanya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai. (www.alhadi.com). Perbedaan mendasar baik batik cap, batik cetak dan batik print pada umumnya bahan pewarnaan menggunakan bahan-bahan kimia, sedangkan batik tulis untuk bahan pewarnaan semuanya menggunakan bahan-bahan alami seperti kulit pohon, kayu pohon, bunga, buah, akar pohon, daun. Proses pewarnaan, penghilangan lilin dapat dilakukan berkali-kali sampai menghasilkan warna dan kualitas yang diinginkan. Dilihat dari bahan pewarnanya kemudian ada batik dengan istilah lx proses, 2x proses, 3x proses. Sedangkan batik tulis untuk 1x proses, dapat diselesaikan paling cepat dalam jangka waktu 1 minggu, untuk pewarnaan yang melalui 2x proses, 3x proses dan seterusnya, dapat
27
memakan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan lamanya proses. Praktik membatik pada tahap instruksional meliputi tiga rangkaian proses yang diuraikan sebagai berikut: a) Proses pelekatan lilin. Proses pelekatan lilin batik adalah pelekatan lilin atau malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan berwarna putih pada pewarnaan membatik meliputi: (1) Klowong yaitu, menggoreskan lilin dengan canting pada kain/mori sesuai dengan gambar atau motif. (2) Isen - isen yaitu, goresan lilin dengan canting isen untuk memberi isian pada motif batik yang pokok. (3) Nerusi yaitu, menggoreskan lilin dengan canting dan bagian belakang atau sebaliknya mengikuti bekas goresan lilin yang terdahulu. (4) Nembok yaitu, menutup dasaran kain/mori dengan lilin yang nantinya akan tetap putih dan bagian - bagian motif yang akan tetap putih. Tujuannya agar warna yang ditembok atau ditutup dengan lilin tetap sama. Kriteria hasil goresan canting yang baik adalah sebagai berikut: (a) Ngawat yaitu : proses membentuk suatu garis lilin bekas canting tulis yang baik atau seperti kawat. (b) Goresan lilin tidak keluar dari garis pola artinya: garis lilin sesuai dengan pola atau motif ( tidak melebar). (c) Garis lilin tidak terputus - putus.
28
(d) Pada saat memberi isen - isen pada motif batik jarak dan besar cecek atau sawutan sama meskipun dekat tapi tidak berhimpitan. (e) Goresan lilin bisa tembus sampai belakang kain. (f) Pada saat proses nembok lilin tidak melebar sampai mengenai bagian motif. Proses nembok yang baik dilakukan sampai tiga kali yaitu, depan belakang dan kembali kedepan, sedangkan proses nembok yang dua kali yaitu dari belakang baru kedepan (Ir. Ny. TT Suryanto Murtihadi, 1979: 22-27). b) Proses pewarnaan. Pewarnaan dilakukan dengan teknik celup atau teknik colet, zat warna yang dipakai tidak hilang pada saat pengerjaan pelepasan lilin yang disebut juga dengan ngelorod (S.K. Sewan Susanto S. 1980:5). (1) Colet yaitu: memberi warna pada kain batik setempat dengan larutan zat warna yang dikuaskan atau dilukiskan dimana daerah yang diwarnai itu dibatasi oleh garis - garis lilin. (2) Pencelupan yaitu pemberian warna secara keseluruhan pada kain dengan cara menyelupkan kain pada zat warna yang sudah dilarutkan Kriteria hasil proses pewarnaan yang baik sebagai berikut: (a) Pada saat colet warna tidak mengenai atau melebar daerah lain yang dibatasi oleh ganis - garis lilin. (S.K. Sewan Susanto S. 1980:9). (b) Pada saat celup warna yang dihasilkan hasil yang rata secara keseluruhan (Ir. Ny. TT Suryanto Murtihadi 1979: 32-34).
29
c) Proses pelepasan lilin. Proses pelepasan lilin adalah proses menghilangkan lilin secara keseluruhan dengan cara memasukkan kain yang sudah selesai proses pelekatan lilin dan pewarnaan kedalam air mendidih.
30 Tabel I. Silabus Pembelajaran Membatik Siswa Kelas II Program Keahlian Kria Tekstil SMK N 5 Yogyakarta Kompetensi Indikator Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Dasar 1.Menjelaskan 1.1Siswa dapat menjelaskan 1. Pengertian batik tulis 1. Tes penjajakan secara lisan atau 1.Tes cara membuat pengertan batik tulis tertulis klasik tradisional dan tertulis (pre – test) batik tulis klasik tradisioanal dan (Uraian) modern tradisional modern 2. Menjelaskan jenis, 2. Menjelaskan dan tanya jawab dan moderen 1.2Siswa,dapat menjelakan 2.Tes lisan sifat, dan fungsi alat tentang pengertian batik tulis jenis, sifat an fungsi alat tulis batik tradisonal klasik/tradisional (tanya batik tulis tradisional jawab) dan modern dan modern 3. Menjelaskan dan tanya jawab 3. jenis sifat dan fungsi 3.Tugas 1.3Sifat dapat menyebutkan tentang jenis, sifat dan fungsi alat bahan untuk batik tulis praktek bahan untuk membuat batik tulis tradisional dan modern klasik/ dan modern (hasil batik tulis tradisional yaitu: (mori, warna alam, karya dan modern • Alat untuk membatik sintesis/lilin) • Alat untuk mewarna celup dan colet • alat untuk nglorod dan finishing • Menjelaskan dan tanya jawab tentang bahan pokok untuk batik tulis klasik tradisional dan modern 1.4Siswa dapat 4. Guru menjelaskan dan tanya jawab menyebutkan ciri batik 4. ciri – ciri batik tentang ciri – ciri batik tradisional tradisional an modern tradisional dan modern dan modern • cara membuat batik • Guru menjelaskan dan tanya tulis klasik/tradisional jawab tentang cara membuat dan modern batik tulis klasik/tradisional dan
Alokasi Waktu TM PS PI
31
1.5 Siswa dapat menjelaskan pengertian batik tulis tradisional 5.Pengertian batik tulis dan modern klasik /tradisional dan modern 1.6 Siswa dapat menjelaskan jenis, sifat dan fungsi alat batik tulis tradisional dan modern
6.Menjelaskan jenis sifat, dan fungsi alat tulis batik tradisional dan modern
1.7 Siswa dapat menyebutkan jenis, sifat dan fungsi alat batik 7.Jenis sifat dan fungsi tulis tradisional dan bahan untuk batik tulis modern klasik /tradisional dan 1.8 Siswa dapat modern ( mori, warna menyebutkan ciri – cirri alam, sintesis/lilin) batik tulis tradisional 8.Ciri – ciri batik dan modern tradisional dan modern 1.9 Siswa dapat menjelaskan cara membuat batik tulis 9.Cara membuat batik tradisional dan moderen tulis klasik /tradisional dan modern
modern • post test /evaluasi dengan cara tertulis 5.Test penjajakan secara lisan atau tertulis (pre – test) • Guru menjelaskan dan tanya jawab tentang pengertian batik tulis /tradisional dan modern 6.Guru menjelaskan dan tanya jawab tentang jenis, sifat dan fungsi alat batik tulis tradisional dan modern yaitu • alat untuk membatik • Alat untuk mewarna celup dan colet • finshing 7.Guru menjelaskan dan tanya jawab tentang bahan pokokuntuk batik tulis klasik tradisional dan modern 8.Guru menjelaskn dan tanya jawab tentang ciri – ciri batik tradisional dan modern 9.Guru menjelaskan dan tanya jawab tentang cara membuat batik tulis klasik /tradisional dan modern • post testevaluasi dengan cara tertulis
32 2. Membuat batik tulis klasik /tradisional
2.1 Siswa dapat menyebutkan bahan dan alat untuk membuat desain batik klasik atau tradisional 2.2 Siswa dapat membuat desain batik klasik atau tradisional dengan benar 2.3 Siswa dapat menyiapkan bahan dan alat untuk memindah pola dengan baik 2.4 Siswa dapat memindah pola desain pada kain dengan benar 2.5 Siswa dapat membatik dengan alat canting tulis secara baik
1,Siswa dapat 1.Tes penjajakan secara lisan atau menyebutkan bahan dan tertulis (pretes) alat untuk membuat • Memilih bahan dan alat yang desain batik tepat untuk membuat desain batik 2.Cara membuat desain 2.Menggambar desain batik batik tradisional tradisional 3.Bahan dan alat untuk 3.Menyiapkan bahan dan alat yang memindah pola kain diperlukan dala pemindahan pola mori, pensil, meja pola
4.Peralatan untuk memindah pola desain (pensil, meja pola) 5. Jenis sifat dan fungsi canting tulis • pelekatan lilin dengan alat canting tulis sesuai fungsinya 2.6 Siswa dapat 6.Fungsi alat pencoletan mewarna colet /celup /celup dengan zat warna alam • berbagai warna atau sintesis untuk pencoletan dan pencelupan • proses 2.7 Siswa dapat 7.jenis dan fungsi alat melorod/pelepasan lilin pelorodan batik batik pada kain yang • Bahan dan alat pertama dengan baik
4.Memindah gambar pola batik pada kain dengan cara menjiplak 5.Menentukan canting tulis sesuai fungsinya, memilih malam/lilin batik untuk membatik pada kain • Melaksanakan tugas membatik lih zat warna yang tepat • Menentukan komposisi • percampuran warna • Mencolet /mencelup warna batik pada kain yang selesai dibatik 7.Memilih bahan dan alat yang tepat untuk nglorod • Melaksanakan proses pelorodan/pelepasan lilin batik pada kain yang pertama
33 pelorodan batik • bahan dan alat pelorodan disiapkan sesuai dengan kebutuhan • proses pelorodan 2.8 Siswa dapat 8.proses membatik membatik yang kedua setelah dilorod yang setelah dilorod pertama (nembokan, ( nembokan, isen – isen – isen) isen) 2.9 Siswa dapat 9.Proses pencelupan membatik mewarna batik dengan celup yang yang kedua kedua secara benar 2.10Siswa dapat melorod pelepasan lilin 10.Proses pelorodan yang batik yang kedua kedua dengan baik 2.11Siswa dapat melaksanakan pekerjaan finishing dengan baik dan membersihkan ruang kerja dengan baik
11.Penyelesaian karya sampai tahap akhir sesuai dengan fungsinya
8.Mengerjakan tugas membatik setelah dilorod dengan baik
9.Mewarna yang kedua dengan zat warna sintesis dengan teknik celup sesuai dengan SOP 10.Melaksanakan proses pelorodan yang kedua dengan baik 11.Mengerjakan penyelesaian pada karya sampai pada tahap akhir sesuai dengan fungsinya • Membersihkan alat dan tempat yang digunakan serta mengatur kembali pada tempatnya
34
B. Kerangka Berfikir Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai akibat dan latihan atau pengalaman. Belajar merupakan kegiatan mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan pengertian, pemahaman, keterampilan, nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas. Tujuan yang diharapkan dalam belajar secara praktis adalah perincian tujuan umum sampai pada taraf tujuan menjadi rangkaian tujuantujuan khusus. Sifat tujuan khusus harus dapat diukur dan dinilai. Taraf pencapaian tujuan belajar serta menilai setiap aspek perubahan tingkah laku yang diharapkan terjadi, dalam merumuskan tujuan khusus belajar harus ditinjau dan dipusatkan pada tingkah laku peserta didik dan harus realistik. Karena belajar adalah suatu pemindahan pengetahuan dan pendidik kepada peserta didik yang dilakukan berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan pemahaman, keterampilan, nilai sikap yang secara terprogram dalam disain intruksional yang meliputi tujuan, bahan materi, kegiatan belajar, metode serta evaluasi dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan sehingga dengan tepat dapat menjabarkan bidang ketrampilan tersebut kedalam serangkaian pelatihan yang dapat dipelajari anak didik dengan baik. Kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam belajar merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi. Kesulitan belajar dapat diartikan
35
sebagai segala sesuatu yang menghalang-halangi atau memperlambat seorang siswa dalam mempelajari, memahami serta menguasai sesuatu. Adanya kesulitan belajar akan menimbulkan suatu keadaan di mana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya sehingga memiliki prestasi belajar yang rendah. Adanya kesulitan belajar pada seorang siswa dapat dideteksi dan kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan tugas, soalsoal tes maupun dalam praktiknya. Banyak hal yang menjadi kesulitan belajar dalam proses praktik membatik. Membatik adalah sebuah proses atau teknik menahan warna dengan menggunakan lilin malam. Artinya, batik adalah sebuah proses menahan warna memakai lilin malam secara berulang-ulang diatas kain. Lilin malam yang digunakan sebagai penahan dan mencegah agar warna tidak meyerap diatas kain didaerah yang ditutup dengan lilin malam tersebut. Lilin tersebut juga dapat berfungsi sebagai pembentuk motif dan corak pada batik. Untuk pengerjaan batik dapat diproduksi secara banyak dan juga diperlukan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan proses membatik. Sebagian besar masalah yang timbul dilihat dan hasil kain batik yang sudah jadi didapatkan beberapa permasalahan diantaranya goresan canting yang masih kaku sehingga ukuran goresan yang dihasilkan tidak sama, pada tahap pewarnaan hasil goresan canting pada kain batik yang kurang sempurna yang menyebabkan zat warna masuk kedalam kain batik sehingga hasil kurang baik.
36
Guna mencapai tujuan belajar, perlu adanya pengidentifikasian kesulitan belajar dalam praktik membatik, hal ini sangat menentukan pemahaman siswa terhadap proses praktik membatik dan kualitas yang akan dihasilkan.
C. Pertanyaan Penelitan. 1. Seberapa tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar praktik membatik pada tahap persiapan? 2. Seberapa tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar praktik membatik pada tahap pelekatan lilin? 3. Seberapa tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar praktik membatik pada tahap pewarnaan? 4. Seberapa tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar praktik membatik pada tahap pelepasan lilin?
37
BAB III METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berfungsi mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum/generalisasi (Sugiyono, 1994: 24). Menurut Suharsimi Arikunto (1995:3 1) penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Penelitian deskriptif merupakan penelitian dengan tujuan mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan survey dengan bentuk data kuantitatif, karena data yang dikumpulkan berbentuk angka – angka yang dideskripsikan. Jadi
penelitian
deskriptif
merupakan
penelitian
untuk
mendeskripsikan tentang obyek yang diteliti sebagaimana adanya dan berlaku pada saat itu pula, sehingga hasil penelitian saat ini belum tentu sama dengan penelitian yang akan datang. Hal ini sesuai dengan data
38
sampel atau populasi yang akan diteliti dan tidak membuat kesimpulan secara umum. Penelitian tentang Identifikasi Tingkat Kesulitan Proses Belajar Praktik Membatik Siswa Kelas II Program Keahlian Kria Tekstil SMK N 5 Yogyakarta, merupakan penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini bertujuan untuk rnengetahui tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar praktik membatik. B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 5 Yogyakarta beralamatkan di Jl. Kenari No.71 Yogyakarta. Pemilihan SMK N 5 Yogyakarta sebagai tempat penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa SMK N 5 Yogyakarta adalah salah satu SMK yang telah lama berdiri dan juga memberikan mata pelajaran batik sebagai salah satu pelajaran di jurusan kria tekstil. C. DEFINISI ISTILAH PENELITIAN Definisi penelitian dalam penelitian Identifikasi Tingkat Kesulitan Proses Belajar Praktik Membatik Siswa Kelas II Program Keahlian Kria Tekstil SMK N 5 Yogyakarta adalah sebagai berikut: 1. Belajar Belajar merupakan kegiatan mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan pengertian, pemahaman, keterampilan, nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas (Soetomo, 1995). Menurut Rachman Natawidjaya
39
(1997:155) mengemukakan bahwa belajar yaitu proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalarn bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap/mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar dalam berbagai bidang studi. Disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu pemindahan pengetahuan dan pendidik kepada peserta didik yang dilakukan secara terprogram dalam disain intruksional yang meliputi tujuan, bahan materi, kegiatan belajar mengajar, metode, media serta evaluasi dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan menerima pelajaran. 2. Belajar Praktik Menurut
kamus
bahasa
Indonesia
(W.J.S.Purwodarminto,
1985:67) praktik merupakan cara untuk melakukan apa yang terdapat didalam teori, jadi praktik merupakan penerapan dari suatu teori yang direalisasikan dalam bentuk senyatanya. Pentingnya belajar praktik juga diungkapkan oleh Syaiful Bahri Djamarah, beliau menjelaskan bahwa belajar sambil berbuat yaitu dengan praktik termasuk cara yang baik untuk memperkuat ingatan. Dengan praktik yang cukup kesan yang diterima lebih fungsional. Dengan demikian aktivitas praktik dapat mendukung belajar yang optimal. Proses belajar praktik ada dua aspek yaitu aspek proses dan aspek hasil kerja. Aspek proses terdiri dari persiapan, penggunaan alat dan langkah kerja, perawatan mesin dan alat. Aspek hasil kerja terdiri dan
40
kecermatan, ketelitian, kerapian hasil kerja, tidak cacat pada hasil dan tepat pada waktu yang telah ditentukan. 3. Kesulitan belajar Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menghalang-halangi
atau
memperlambat
seorang
siswa
dalam
mempelajari, memahami serta menguasai sesuatu. Adanya kesulitan belajar akan menimbulkan suatu keadaan di mana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya sehingga memiliki prestasi belajar yang rendah. Adanya kesulitan belajar pada seorang siswa dapat dideteksi dan kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan tugas maupun soal-soal tes. Kesalahan adalah penyimpangan terhadap jawaban yang benar terhadap suatu butir soal. Ini berarti kesulitan siswa akan dapat dideteksi
rnelalui
jawaban-jawaban
siswa
yang
salah
dalam
rnengerjakan suatu soal. 4. Batik Batik adalah sebuah proses menahan warna memakai lilin malam secara berulang-ulang diatas kain. Lilin malam yang digunakan sebagai penahan dan mencegah agar warna tidak meyerap diatas kain didaerah yang ditutup dengan lilin malam tersebut. Lilin tersebut juga dapat berfungsi sebagai pembentuk motif dan corak pada batik tersebut. Batik dari sisi cara pembuatannya dibagi 4 yaitu batik tulis, batik cap, batik cetak dan batik print. Batik cap menggunakan alat dari tembaga yang
41
telah terpola dan nanti akan dicetak di atas kain yang telah disiapkan. Batik cetak menggunakan alas (terpal/piastik) yang telah dipola yang nantinya akan dilekatkan ke kain yang telah disiapkan. Batik print menggunakan pola yang telah digambar di komputer, dan menggunakan printer sebagai alat cetak motif, maka kain akan langsung dicetak dengan motif yang diinginkan. Batik tulis seperti yang telah ditulis diawal,
dipola,
digambar,
diwarnai
semuanya
secara
manual
menggunakan tangan dengan jangka waktu pengerjaannya lama (http://kitabatik.com). Tahapan praktik membatik meliputi tiga rangkaian proses yang diuraikan sebagai berikut: a) Proses pelekatan lilin. Proses pelekatan lilin batik adalah pelekatan lilin atau malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan berwarna putih pada pewarnaan membatik meliputi: (1) Klowong yaitu, menggoreskan lilin dengan canting pada kain/mori sesuai dengan gambar atau motif. (2) Isen - isen yaitu, goresan lilin dengan canting isen untuk memberi isian pada motif batik yang pokok. (3) Nerusi yaitu, menggoreskan lilin dengan canting dan bagian belakang atau sebaliknya mengikuti bekas goresan lilin yang terdahulu.
42
(4) Nembok yaitu, menutup dasaran kain/mori dengan lilin yang nantinya akan tetap putih dan bagian - bagian motif yang akan tetap putih. Tujuannya agar warna yang ditembok atau ditutup dengan lilin tetap sama. b) Proses pewarnaan. Pewarnaan dilakukan dengan teknik celup atau teknik colet, zat warna yang dipakai tidak hilang pada saat pengerjaan pelepasan lilin yang disebut juga dengan ngelorod (S.K. Sewan Susanto S. 1980:5). (1) Colet yaitu: memberi warna pada kain batik setempat dengan larutan zat warna yang dikuaskan atau dilukiskan dimana daerah yang diwarnai itu dibatasi oleh garis - garis lilin. (2) Pencelupan yaitu pemberian warna secara keseluruhan pada kain dengan cara menyelupkan kain pada zat warna yang sudah dilarutkan Kriteria hasil proses pewarnaan yang baik sebagai berikut: (a) Pada saat colet warna tidak mengenai atau melebar daerah lain yang dibatasi oleh ganis - garis lilin. (S.K. Sewan Susanto S. 1980:9). (b) Pada saat celup warna yang dihasilkan hasil yang rata secara keseluruhan (Ir. Ny. TT Suryanto Murtihadi 1979: 32-34).
43
c) Proses pelepasan lilin. Proses pelepasan lilin adalah proses menghilangkan lilin secara keseluruhan dengan cara memasukkan kain yang sudah selesai proses pelekatan lilin dan pewarnaan kedalam air mendidih. D. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi Populasi
adalah
wilayah
generalisasi
yang
terdiri
atas
objek/subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
kemudian
ditarik
kesirnpulanya (Sugiyono,1996:89). Menurut Sukardi (2008:53) populasi adalah semua anggota kelompok yang tinggal bersama-sama dan secara teoritis menjadi hasil penelitian. Sedangkan menurut Riduwan dan Akdon (2005:238) populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuruan kuantitatif maupun kualitatif pada karateristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap. Sedang menurut Suharsimi Arikunto, (1998:115), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi obyek penelitian. Populasi didalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II program keahlian Kria Tekstil SMK N 5 Yogyakarta yang mengikuti pelajaran praktik membatik yang keseluruhannya berjumlah 68 siswa,
44
yang terbagi dalam 2 kelas secara rinci jumlah siswa dapat dilihat dalam tabel 02, sebagai berikut : Tabel 02. Jumlah Populasi Siswa Kelas II Kria Batik SMK Negeri 5 Yogyakarta No 1 2
Kelas II Kria batik 1 II Kria batik 2 Jumlah
Jumlah Populasi 34 siswa 34 siswa 68siswa
2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007:81), menurut Sukardi (2008:54) sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data. Sedangkan menurut Riduwan dan Akdon (2005:239) sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Menurut
Sutrisno
Hadi
(yang
dikutip
oleh
Cholid
Narbuko,2007:111) teknik pengambilan sampel pada dasarnya dibedakan menjadi dua yaitu: a. Teknik random sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel yang meliputi teknik acak (random), teknik stratifikasi (memilih sampel karena populasinya berstrata), teknik klaster (berdasarkan daerah populasi).
45
b. Teknik non random sampling yaitu cara pemgambilan sampel yang tidak semua populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel, meliputi sampel sistematis (memilih sampel berdasarkan urutan dalam daftar), sampel kuota (memilih sampel yang mempunyai ciri tertentu sesuai dengan jumlah yang diinginkan), sampel aksidental (secara kebetulan yang ada), sampel pertimbangan (sampel yang mempunyai ciri relevan dengan penelitian), sampel jenuh (seluruh populasi dijadikan sampel) dan snowball sampling (seluruh sampel yang mula-mula jumlahnya kecil kemudian membesar). Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk menentukan anggota sampel yaitu dengan menggunakan teknik proportional random sampling. Alasan menggunakan teknik ini karena dapat memberikan kesempatan yang sama pada masing-masing siswa yang diteliti. Menurut Sugiyono (2005:62) pengambilan sampel berdasarkan dengan r table. Harga kritik product moment untuk N= 14 dengan taraf signifikan 5%, jadi sampel yang diperoleh mempunyai kepercayaan 95% terhadap populasi. Maka dalam penelitian ini mengacu berdasarkan r tabel yaitu dengan jumlah populasi 68 siswa diperoleh sampel 54 siswa dan r table 0,532 dengan demikian butirbutir soal dinyatakan sahih apabila memiliki harga r hitung lebih besar dari 0,532. Sebaliknya butir gugur jika harga r hitung lebih rendah dari r table. Selanjutnya didalam pengambilan sampel untuk masing-masing kelas dilakukan dengan cara acak (random) melalui undian. Untuk menghindari faktor iri antar siswa didalam kelas, maka semua siswa
46
setiap kelasnya diberi kesempatan untuk mengisi angket. Setelah semua angket terkumpul baru diadakan undian. E. METODE PENGUMPULAN DATA Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian ( Sugiyono, 2 006:23). Agar metode yang digunakan tepat, maka perlu disesuaikan dengan jenis data yang diperlukan. Bila dilihat dan teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket, observasi pengamatan), dan gabungan ketiganya. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian mi adalah kuesioner (angket). Kuesioner (angket) adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau penyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2006:158). Dalam penelitian ini metode kuesioner (angket) digunakan untuk mengungkap data tentang Identifikasi Tingkat Kesulitan Proses Belajar Praktik Membatik Siswa Kelas II Program Keahlian Kria Tekstil SMK N 5 Yogyakarta, yang meliputi tentang tingkat kesulitan yang ada didalam proses belajar praktik membatik. F. INSTRUMENT PENELITIAN Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2006:114). Instrumen
47
penelitian
dapat
diwujudkan
kedalam
benda
misalnya
angket
(quetionnere), daftar cocok (chek list), alat pedoman wawancara (interview guide dan interview scadule), lembar pengamatan atau panduan pengamatan (observation sheet atau observation scadule), soal tes, inventori (Suharsimi Arikunto, 2002:136). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket (quetionnere), yang ditujukan kepada responden yaitu siswa kelas II kria tekstil SMK N 5 Yogyakarta yang menempuh mata pelajaran batik. Pedoman angket ini berisi pernyataan-pernyataan untuk ditanggapi oleh siswa. Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan tanda chek list yang sesuai dengan butir pernyataan. Untuk mengetahui tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik siswa kelas II program keahlian kria tekstil, menggunakan angket, untuk pengolahan data dan menganalisa data yang diperoleh disediakan, altenatif jawaban dengan empat alternativ jawaban yaitu semua (S), sebagian besar (SB), sebagian kecil (SK), tidak sama sekali (TS), kriteria penilaian dari setiap jawaban. Dimana jawaban diberi bobot: Tabel 03: skor jawaban dan kriteria penilaian. Pernyataan Positif Kriteria
Pernyataan Negatif Nilai
Kriteria
Nilai
Semua (S)
4
Semua (S)
1
Sebagian Besar ( SB )
3
Sebagian Besar ( SB )
2
Sebagian Kecil ( SK )
2
Sebagian Kecil ( SK )
3
Tidak Sama sekali (TS)
1
Tidak Sama sekali (TS)
4
48
Untuk jawaban semua (S) dapat diartikan bahwa setiap kali tatap muka/ praktik membatik siswa selalu atau 100% menemui tingkat kesulitan. Untuk jawaban sebagian besar (SB) diartikan bahwa 80% dalam setiap kali pertemuan ada kemungkinan 1 atau 2 kali proses belajar praktik membatik menemui kesulitan. Untuk jawaban sebagian kecil (SK) berarti kurang dari 80 % kesulitan yang ditemui siswa dalam praktik. Untuk jawaban tidak sama sekali (TS) berarti sama sekali tidak menemui kesulitan dalam praktik membatik. Untuk memudahkan penyusunan instrumen maka dibuat kisi-kisi instrumen identifikasi tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik siswa kelas II program keahlian Kria Tekstil SMKN 5 Yogyakarta. Adapun kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada tabel 04 berikut:
49
Tabel 04. Kisi-kisi instrumen Identifikasi tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik siswa kelas II program keahlian kria tekstil SMKN 5 Yogyakarta Variabel
Indikator
Sub indikator
Identifikasi
Persiapan
proses
Kesiapan
Tingkat
belajar
Kesulitan
membatik
No. item
alat-alat
1,2
praktik
praktik
1.Proses ngelowong
3,4
2. Proses nerusi
5,6
3. Proses nembok
7,8
1. Proses nyolet
9,10
2. Proses celup
11,12
Proses ngelorot
13,14,15,16,
Proses Belajar
a.Proses
Belajar
praktik
Praktik
Pelekatan
Membatik
lilin
Siswa Kelas II
Program b. Proses
Keahlian Kria
Belajar
Praktik Pewarnaan
Tekstil SMKN Yogyakarta
5 c.Proses
Belajar
Praktik Pelepasan
17,18,19,20,
lilin
21
G. UJI COBA INSTRUMEN Pengujian instrumen meliputi uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui kesahihan butir, sedangkan uji reliabilitas bertujuan untuk mengukur sejauh mana instrumen tersebut dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliable dalam pengumpulan data maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliable. Instrumen yang tidak teruji validitas dan reliabilitasnya akan menghasilkan data yang sulit dipercaya kebenarannya. Instrumen yang reliable belum tentu valid, reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu walaupun instrumen yang
50
valid umumnya pasti reliable, tetapi pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan. 1. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat - tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Validitas instrumen adalah kemampuan instrumen untuk mengukur dan menggambarkan keadaan suatu aspek sesuai dengan maksudnya, untuk apa instrumen tersebut dibuat. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti mempunyai validitas yang rendah ( Suharsimi Arikunto, 1996: 158). Sebuah instrurnen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variable yang akan diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran validitas yang dimaksud. Uji validitas yang dilakukan peneliti adalah validitas konstruk. Menurut Wuradji (2006: 66) validitas konstrak disusun dengan mendasarkan diri pada pertimbangan-pertimbangan rasional dan konseptual yang didukung dengan teori yang sudah mapan. Validitas konstruk adalah validitas yang didasarkan pada logika atau konstruk dan suatu teori. Alat ukur dikatakan mempunyai validitas konstruk tinggi apabila alat ukur tersebut secara logika mampu mengukur yang seharusnya
51
diukur. Dalam hal ini alat ukur berupa angket yang berisi butir-butir yang menurut teori merupakan pecahan dari ubahan yang akan diukur. Setelah pengujian dari ahli selesai, maka dilakukan uji coba instrumen kepada siswa SMKN 5 Yogyakarta 14 orang. Setelah dilakukan uji coba kemudian dilakukan analisis faktor yaitu mengkorelasikan antar skor item instrumen, dengan menggunakan rumus product moment yaitu dengan mengkorelasikan antara nilai-nilai tiap butir pertanyaan dengan skor total. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung korelasi product moment dari Karl Pearson adalah sebagai berikut: r xy =
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{N ∑ X − (∑ X )}{N ∑ Y − (∑ Y ) } 2
2
2
2
Keterangan : r xy
: Angka Indeks korelasi “r” product moment
∑x2
: Jumlah nilai X kuadrat
∑y
: Jumlah nilai y (skor faktor)
∑y2
: Jumlah nilai y kuadrat
N
: Number of cases
∑xy
: Jumlah hasil dari X dan Y (Sutrisno Hadi, 1990: 21-23)
Setelah mengkorelasikan antara skor butir dan skor total maka akan diperoleh harga koefisien korelasi validitas, kemudian dikonsultasikan dengan r table. Harga kritik product moment untuk N= 14 dengan taraf signifikan 5 % diperoleh r table 0,532 dengan demikian butir-butir soal
52
dinyatakan sahih apabila memiliki harga r hitung lebih besar dari 0,532. Sebaliknya butir gugur jika harga r hitung lebih rendah dari r table. Dalam uji validitas menggunakan komputer program SPSS 12.0 for windows. Dengan melihat kriteria batas besarnya koefisien korelasi uji validitas, dari 31 butir item untuk 14 responden, siswa Kelas XI di SMKN 5 Yogyakarta ada 1 butir yang gugur yaitu no.10. Butir instrumen yang gugur tidak diganti, karena instrumen yang lain sudah mewakili dan dapat digunakan untuk pengambilan data. 1. Reliabilitas Reliabilitas suatu alat pengukur adalah derajat keajekan alat tersebut dalam mengukur apa saja yang diukurnya (Arif Furchan, 2007: 310). Reliabilitas adalah suatu pengertian yang menunjuk hasil dan suatu pengukuran yang dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajekan. Suatu instrumen dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila instrumen yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur. Artinya apabila dilakukan tes mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes kembali. Untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan secara Tes Konsistensi Internal yaitu suatu instrument diujicobakan kepada responden sekali saja, kemudian dihitung skor-skornya dan akhirnya diuji konsistensi inter item-itemnya. Untuk maksud tersebut
53
dapat digunakan tiga cara yaitu dengan rumus : KR20, KR21, Alpha CronbachTes (Menurut Husaini dan R. Purnomo, 1995:289). Konsistensi Internal karena mencobakan instrumen dengan hanya satu kali, kemudian data yang diperoleh dikonsistesi inter item-itemnya dengan menggunakan teknik Alfa Cronbach. Rumus ini digunakan mengingat dalam instrument ini tidak terdapat jawaban benar atau salah, melainkan variasi skor yang berkisar antara 1 samapi 4. Alasan penggunaan
rumus
tersebut
karena
pengukuran
reliabilitas
menggunakan pengukuran reliabilitas konsistensi internal dengan skala likert. Adapun rurnusnya adalah sebagai berikut: rtt =[
k ][1- ∑ si² ] k-1 s t²
Ket : rtt
: reliabilitas instrumen
k
: mean kuadrat antara subyek
∑ si²
: mean kuadrat kesalahan
s t²
: varian total
( Sugiyono, 2007 )
Tingkat reliabilitas instrumen ditentukan berdasarkan besarnya nilai koefisien reliabilitasnya yang dimiliki. Semakin tinggi koefisien reliabilitasnya maka semakin tinggi pula reliabilitasnya instrumen tersebut, begitu pula sebaliknya. Pedoman untuk menentukan tinggi rendahnya reliabilitasnya instrument berdasarkan pada klasifikasi dari Sugiyono (2005:216) sebagai berikut:
54
Tabel 05. Koefisien korelasi alfa cronbach Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0.00 – 0.199
Sangat rendah
0.20 – 0.399
Rendah
0.40 – 0.599
Sedang
0.60 – 0.799
Tinggi
0.80 – 1.00
Sangat tinggi
Berdasarkan uji coba reliabilitas yang dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 12.0 for windows dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach, diperoleh nilai reliabilitasnya sebesar 0,968. Hal ini berarti instrumen penelitian mempunyai tingkat keandalan yang sangat tinggi. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada lampiran. H. TEKNIK ANALISIS DATA. Analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan (Rochajat Harun, 2007: 74). Menurut S. Nasution (2003: 126) analisis data adalah proses penyusunan data dan menggolongkan data ke dalam pola tema atau kategori agar dapat ditafsirkan. Analisis data dimaksudkan untuk mencari jawaban atas pertanyaan penelitian tentang permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Menurut Bogdan dalam yang dikutip Sugiyono (2005: 88) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dan hasil wawancara, catatan lapangan dan lain-lain. Teknik analisis data dimaksudkan untuk mencari jawaban atas pernyataan penelitian tentang permasalahan yang dirumuskan sebelumnya.
55
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif
dengan
persentase
yaitu
cara
untuk
mengidentifikasi
kecenderungan sebaran data dari subyek/obyek penelitian. Menurut Sukardi untuk instrumen dalam bentuk nontest kriteria penilaian menggunakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan jumlah butir valid dan nilai yang dicapai dari skala nilai yang digunakan. Oleh karena itu kriteria penilaian dalam penelitian ini disusun dengan cara pengelompokan skor (interval nilai). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 06 berikut, Tabel. 06. Penyusunan kasifikasi untuk interprestasi pencapaian Jawaban Semua Sebagian Besar Sebagian Kecil Tidak pernah
Nilai Nilai Pernyataan Pernyataan + 3 1 2 2 1
Interprestasi
Interval nilai
Sangat baik Baik
Smin ≤ S ≤ (Smin + p-1) (Smin + p) ≤ S ≤ (Smin + 32p-1)
3
(Smin + 2p) ≤ S ≤ (Smin + 3p-1) Cukup
1
4
(Smin +3p) ≤ S ≤ Smak Kurang
Keterangan : S = skor responden Smin = skor terendah P = panjang kelas interval Smak = skor tertinggi Maka untuk analisis data dalam penelitian ini diperlukan, jumlah butir valid dan skala nilai. Dari perkalian jumlah butir valid dikalikan nilai tertinggi diperoleh skor maksimum, sedangkan dari perkalian butir valid
56
dengan nilai terendah diperoleh skor maksimum. Langkah-langkah penghitungannya sebagai berikut : a. Menentukan jumlah kelas interval, yakni 4. b. Menghitung rentang skor, yaitu skor maksimum-skor minimum c. Menghitung panjang kelas (p), yaitu rentang skor dibagi jumlah kelas, d. Menyusun kelas interval dimulai skor terkecil sampai terbesar. Dengan demikian dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat kesulitan siswa dalam proses belajar praktik membatik diperlukan jumlah butir yang valid dan skala nilai. Dari perkalian jumlah butir yang valid dikalikan nilai tertinggi diperoleh skor maksimum, sedangkan dari perkalian butir valid dengan nilai
terendah
diperoleh
skor
minimum.
Dalam
penelitian
ini,
kecenderungan tiap-tiap indikator dikategorikan menjadi 4 jenjang kategori yaitu sangat baik,baik, cukup, kurang. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskripsi persentase dengan menggunakan program komputer SPSS 12.0 for windows, data yang diperoleh kemudian dideskripsikan dan disajikan dalam bentuk tabel atau gambar yang dimaksudkan untuk menampilkan data agar lebih komunikatif. Sugiyono (2005:45) mengemukakan selain dapat dijelaskan dengan menggunakan tabel/gambar, dapat juga dijelaskan dengan menggunakan statistik yang disebut mean (Me), median (Md), modus (Mo), simpangan baku. Analisis data adalah suatu cara yang digunakan untuk mengolah simpangan baku dengan ketentuan sebagai berikut:
57
Mean (Me) merupakan teknik
penjelasan kelompok yang
didasarkan atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Rata-rata mean ini diperoleh dengan menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok itu. Kemudian dibagi menjadi jumlah individu yang ada pada kelompok tersebut. hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Me =
∑ fx n
(Sugiyono, 2005:45)
Keterangan: Me = mean untuk data ∑fx = jumlah perkalian antara nilai (x) dengan frekuensi n
= jumlah sample Median adalah suatu teknik penjelasan kelompok yang didasarkan
atas nilai tengah kelompok yang didasarkan atas nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun urutannya dari yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya, untuk menghitung median menggunakan rumus:
⎡1 / 2n − Md = b + p ⎢ f ⎣
f⎤ ⎥ ⎦
( Sugiyono, 2005:46)
Keterangan: Md = Median b
= batas bawah, dimana median akan berada
n
= jumlah sample
f
= frekuensi Modus (mode) merupakan teknik penjelasan kelompok yang
didasarkan atas nilai yang sedang popular atau yang sering muncul dalam
58
kelompok tersebut. Untuk menghitung modus dapat digunakan rumus sebagai berikut:
⎡ b1 ⎤ Mo = b + p ⎢ ⎥ (Sugiyono, 2005:46) ⎣ b1 + b2 ⎦ Keterangan : Mo = Modus b
= batas kelas interval dengan frekuensi terbanyak
p
= panjang interval dengan frekuensi terbanyak
b1 = frekuensi pada kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sebelumnya b2 = frekuensi kelas modus dikurangi kelas interval berikutnya Simpangan baku (standar deviasi) untuk mencari simpangan baku digunakan rumus sebagai berikut: S=
Σ ( x1 − x 2 ) ( n − 1)
2
(Sugiyono,2005: 47)
Keterangan: (X1 –X2)2
= Simpangan
S
= Simpangan baku sample
n
= Jumlah sample Menurut Anas Sudiyono (1994: 40-41), data hasil jawaban dicari
presentase Adapun rumus analisis data presentase adalah sebagai berikut : p=
f X 100 % N
Keterangan : f : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya N : Number of case (jumlah frekuensi/banyaknya individu) p : Angka porsentase.
59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. ANALISIS HASIL PENELITIAN. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 5 Yogyakarta, yang berlokasi di Jl. Kenari No.70 Yogyakarta. SMK Negeri 5 merupakan salah satu SMK di Yogyakarta dengan program keahlian kria tekstil, dimana mata pelajarannya melingkupi kria batik, kria kayu (ukir). Visi dari SMK Negeri 5 Yogyakarta adalah Menjadikan SMK Negeri 5 Yogyakarta sebagai lembaga diklat yang unggul untuk menghasilkan tamatan yang mampu berkompetisi di era global dengan berbasiskan Budaya Daerah yang dilandasi iman dan taqwa dan responsive terhadap perkembangan IPTEK. Misi dari SMK Negeri 5 Yogyakarta adalah a) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan Peserta diklat melalui pembinaan Agama sesuai agama dan kepercayaan masing - masing. b) Menjadikan SMK Negeri 5 Yogyakarta sebagai lembaga diklat Senirupa dan Kria yang berstandart internasional.c) Mewujudkan tamatan yang mampu mandiri, Produktif, Kreatif dan Profesional dalam mengembangkan kariernya masing masing. d) Menyelenggarakan program layanan manajemen yang prima. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2009-Desember 2010. Data pada penelitian ini adalah data kualitatif yang ditransformatifkan terlebih dahulu berdasarkan bobot skor yang telah ditetapkan menjadi data
60
kuantitatif, yakni satu, dua, tiga, dan empat. Data ini merupakan data kuantitatif yang selanjutnya dianalisis dengan statistik deskriptif.
B. HASIL PENELITIAN. Distribusi Frekuensi dan Histogram data tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik siswa kelas II program keahlian kria tekstil SMK N 5 Yogyakarta a. Persiapan siswa dalam proses belajar praktik membatik Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik siswa kelas II program keahlian kria tekstil SMK N 5 Yogyakarta dengan jumlah keseluruhan butir pernyataan tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik ditinjau dari persiapan siswa dalam proses belajar praktik membatik terdiri dari 2 butir pernyataan yang terdiri dari 4 jawaban alternatif, dengan jumlah responden 54 orang, maka diperoleh skor tertinggi 2 x 4 = 8, skor terendah 1 x 2 = 2. Dengan demikian diketahui rentang interval (R) = 6, jumlah kelas (K) = 4, panjang interval (P) = 1.5 dibulatkan menjadi 2. Sehingga diperoleh tabel distribusi frekuensi kategori tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik ditinjau dari persiapan siswa dalam proses belajar praktik membatik,yaitu: Tabel 07. Distribusi frekuensi persiapan siswa dalam proses belajar praktik membatik Klas Interval Kategori 2 s/d 3 Kurang > 4 s/d 5 Cukup > 6s/d 7 Baik > 8s/d 9 Sangat Baik
61
Tabel 08. Kategori kecenderungan persiapan siswa dalam proses belajar praktik membatik Klas Interval
2-3 > 4-5 > 6-7 > 8-9 Jumlah
Kategori Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Frekuensi 24 20 10 0 54
Persentase 44.44% 37.04% 18.52% 0% 100%
Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang diolah menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 12.0, dapat diketahui nilai ratarata (M)= 5.05, Median = (Me) 9, Modus (Mo) =10 dan Standar Deviasi (SD)= 1.23. Selain itu berdasarkan tabel diatas dapat juga diketahui bahwa data persiapan siswa dalam proses praktik membatik kategori sangat baik sebanyak 0 siswa (0%), kategori baik sebanyak 10 siswa (18,52%), kategori cukup sebanyak 20 siswa (37,04%), dan kategori kurang sebanyak 24 siswa ( 44,44%). Dengan demikian, untuk nilai rata-rata (M) = 5.05, apabila dilihat berdasarkan tabel 8. Maka nilai tersebut dalam kategori cukup yang dicapai oleh 20 siswa (37.04%). Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesulitan praktik membatik ditinjau dari persiapan siswa dalam belajar praktik membatik kategori cukup. Selain itu, berdasarkan tabel diatas dapat diketahui pula bahwa data bahwa tingkat kesulitan praktik membatik ditinjau dari persiapan siswa dalam proses belajar praktik membatik, mata pelajaran membatik kelas II SMKN 5 Yogyakarta termasuk dalam kategori cukup (37.04%).
62
30 jumlah sisw wa
20 24
10
20 0 10
0 Kurang
up Cuku
0 Baik
SSangat baik
Gambar 05. Histoggram distrib busi frekueensi data tingkat kesu ulitan ditinjau dari d proses persiapan p beelajar praktiik membatikk b. Proses peelekatan lilinn Jum mlah keseluuruhan butir pernyataaan hambataan pembelaajaran praktik membatik m d ditinjau darii proses peelekatan lilin dari 6 butir pernyataaan yang terdiri dari 4 jawaban alternatif, dengan ju umlah respondenn 54 orang, maka dip peroleh skorr tertinggi 4 x 6= 24,, skor terendah 1 x 6 = 6, dengan d dem mikian dikettahui rentanng interval (R) = K) = 4, paanjang inteerval (P) = 4.5 dibullatkan 18, jumlaah kelas (K menjadi 5. Sehinggga diperoleeh tabel distribusi freekuensi kattegori tingkat keesulitan prooses belajar praktik meembatik ditiinjau dari proses p pelekatann lilin yaitu: Tabel 09. Distribusi Frekuensi Proses P pelekkatan lilin Klas Inteerval Kateegori 6 s/d 10 Kurrang > s/d 15 >11 Cukup > s/d 20 >16 Baaik > s/d 26 >21 Sangaat Baik
63
Tabel 10. Kategori kecenderungan Proses pelekatan lilin Kategori Klas Interval Frekuensi Persentase Kurang 6 - 10 12 22.22% Cukup >11 - 15 29 53.70% Baik >16 - 20 7 12.96% Sangat Baik >21 - 26 6 11.11% Jumlah 54 100% Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang diolah menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 12.0, dapat diketahui nilai ratarata (M)= 15.76, Median = (Me) 15, Modus (Mo) =16 dan Standar Deviasi (SD)= 2.001. Selain itu berdasarkan tabel diatas dapat juga diketahui bahwa data persiapan siswa dalam proses praktik membatik kategori sangat baik sebanyak 6 siswa (11.11%), kategori baik sebanyak 7 siswa (12,96%), kategori cukup sebanyak 29 siswa (53,70%), dan kategori kurang sebanyak 12 siswa ( 22,22%). Dengan demikian, untuk nilai rata-rata (M)=15.76, apabila dilihat berdasarkan tabel 10. Maka nilai tersebut dalam kategori cukup yang dicapai oleh 29 siswa (53.70%). Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik ditinjau dari proses pelekatan lilin kategori cukup. Selain itu, berdasarkan tabel diatas dapat diketahui pula bahwa data tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik ditinjau dari proses pelekatan lilin, mata pelajaran membatik kelas II SMKN 5 Yogyakarta termasuk dalam kategori cukup (53.70%).
64
jumlah sisw wa 30 20 10
1 12
29
0
7 Kuraang
Cukup
Baik
6 San ngat baaik
Gambar 05. Histoggram distrib busi frekueensi data tingkat kesu ulitan proses belajar praktikk membatik k ditinjau daari pelekatann lilin
c. Proses peewarnaan Jum mlah keseluuruhan butirr pernyataaan tingkat kesulitan proses p belajar prraktik membbatik ditinjaau dari prosses pewarnaaan terdiri dari d 4 butir pernnyataan yanng terdiri daari 4 jawabaan alternatiff, dengan ju umlah respondenn 54 orang,, maka dipeeroleh skoor tertinggi 4 x 4= 16,, skor terendah 1 x 4 = 4, dengan d dem mikian dikettahui rentanng interval (R) = 12, jumlaah kelas (K)) = 4, panjan ng interval (P) = 3. Sehhingga dipeeroleh tabel disttribusi frekkuensi kateegori tingkaat kesulitann proses belajar praktik membatik m dittinjau dari proses p pewaarnaan yaituu: Tabel 11. Distribusi Frekuensi Proses P pewaarnaan K Intervaal Klas K Kategori 4 s/d 6 Kurrang 7 s/d 9 Cukup 10 s/d 12 Baaik 13 s/d 16 Sangaat Baik
Tabel 12. Kategori kecenderung k gan Proses pewarnaan. p
65
Klas Interval 4- 6 7- 9 10 - 12 13 - 16 Jumlah
Kategori Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Frekuensi
Persentase
10
18.52%
34
62.97%
10
18.52%
0 54
0% 100%
Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang diolah menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 12.0, dapat diketahui nilai ratarata (M)= 8.78, Median = (Me) 13, Modus (Mo) =12 dan Standar Deviasi (SD)= 1.836. Selain itu berdasarkan tabel diatas dapat juga diketahui bahwa data persiapan siswa dalam proses praktik membatik kategori sangat baik sebanyak 0 siswa (0%), kategori baik sebanyak 10 siswa (18.52%), kategori cukup sebanyak 34 siswa (62.97%), dan kategori kurang sebanyak 10 siswa (18.52%). Dengan demikian, untuk nilai rata-rata (M) = 8,78, apabila dilihat berdasarkan tabel 12. Maka nilai tersebut dalam kategori cukup yang dicapai oleh 34 siswa (62,97%). Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik ditinjau dari proses pewarnaan kategori cukup. Selain itu, berdasarkan tabel diatas dapat diketahui pula bahwa data bahwa tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik ditinjau dari proses pewarnaan kategori cukup, mata pelajaran membatik kelas II SMKN 5 Yogyakarta termasuk dalam kategori cukup (62,97%).
66
40 jumlah sisw wa 20
34 10
0
10 Kurang
Cukup p
0 Baik
Saangat b baik
Gambar 05. Histoggram distrib busi frekueensi data tingkat kesu ulitan proses belajar praktikk membatik k ditinjau daari proses peewarnaan d. Proses peelepasan lilinn Juumlah keselluruhan buttir pernyataaan tingkat kesulitan proses p belajar prraktik mem mbatik ditinj njau dari prroses pelepaasan lilin terdiri t dari 9 buutir pernyataan yang teerdiri dari 4 jawaban aalternatif, deengan jumlah reesponden 544 orang, maaka diperoleeh skor terttinggi 4 x 9= 9 36, skor terenndah 1 x 9 = 9, dengaan demikiann diketahui rentang intterval (R) = 27, jumlah keelas (K) = 4, panjang interval (P P) = 9. Sehingga diperolehh tabel distrribusi freku uensi kategoori tingkat kesulitan proses p belajar prraktik membbatik ditinjaau dari prosees pelepasan lilin yaitu u: Diistribusi frrekuensi tin ngkat kesuulitan ditinjjau dari proses p pelepasann lilin dapatt dilihat pad da tabel beriikut: Tabel 13. Distribusi Frekuensi Proses P peleppasan lilin Klas In nterval 9 s/d 177 18 s/d 26 27 s/d 35 36 s/d 45
Kategori K K Kurang C Cukup Baik Sanngat Baik
67
Tabel 14. Kategori kecenderungan Proses pelepasan lilin. Klas Interval Kategori Frekuensi Persentase 9 - 17 Kurang 8 14,82% 18 - 26 Cukup 31 57,41% 27 - 35 Baik 9 16,67% 36 - 45 Sangat Baik 6 11,11% Jumlah 54 100% Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang diolah menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 12.0, dapat diketahui nilai ratarata (M)= 26,45, Median (Me)=27, Modus (Mo)= 29 dan Standar Deviasi (SD)= 2,528. Selain itu berdasarkan tabel diatas dapat juga diketahui bahwa data persiapan siswa dalam proses praktik membatik kategori sangat baik sebanyak 6 siswa (11,11%), kategori baik sebanyak 9 siswa (16,67%), kategori cukup sebanyak 31 siswa (57,41%), dan kategori kurang sebanyak 8 siswa (14,82%). Dengan demikian, untuk nilai rata-rata (M)= 26,45, apabila dilihat berdasarkan tabel 14. Maka nilai tersebut dalam kategori cukup yang dicapai oleh 31 siswa (57,41%). Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik ditinjau dari proses pelepasan lilin kategori cukup. Selain itu, berdasarkan tabel diatas dapat diketahui pula bahwa data bahwa tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik ditinjau dari proses pelepasan lilin mata pelajaran membatik kelas II SMKN 5 Yogyakarta termasuk dalam kategori cukup (57,41%).
68 40 jumlah siswa 20 31 1 0
8 9 Kurang
up Cuku
Baik
6 SSangat baik
Gambar 05. Histoggram distrib busi frekueensi data tingkat kesu ulitan proses belajar praktikk membatik k ditinjau daari proses peelepasan liliin
e. Tingkat kesulitan k prooses belajarr praktik meembatik Tiingkat kesuulitan prosess belajar praaktik membbatik siswa kelas II, program keahliaan kria tek kstil mata diklat membatik
diukur d
yataan menggunakan angkeet non tes yang terdirri dari 21 bbutir perny yang terddiri dari 4 jawaban j altternatif, dengan jumlaah respondeen 54 orang, maaka diperoleh skor terrtinggi 4 x 21 = 84, skkor terendaah 1 x 21= 21, dengan d dem mikian diketahui rentanng interval ((R) = 63. Ju umlah kelas 4, panjang innterval 15..5 dibulatkkan menjaddi 16. Sehingga diperolehh tabel 15 distribusi frekuensi kategori tiingkat kesu ulitan proses belajar praktikk membatik k yaitu: t kesuulitan prosees belajar prraktik Tabel 15 Distribusi Frekuensi tingkat membatikk Klass Interval 21 s/dd 36 36 s/dd 51 52 s/dd 66 67 s/dd 82
Kategori K Kurang Cukup Baik Saangat Baik
69
Tabel 166. Kategori kecenderun ngan tingkkat kesulitann proses belajar praktik membatik m Klas Interval 211 - 36 366 - 51 522 - 66 677 - 82 Juumlah
Kategori Kuran ng Cukup p Baik k Sangat Baik B
Frrekuensi 12 14 17 11 54
Persentase 14,82% % 57,41% % 16,67% % 11,11% % 100% %
nakan Beerdasarkan hasil analisis deskriptif yang diolaah menggun bantuan program p kom mputer SPS SS versi 12.00, dapat dikketahui nilaii ratarata (M)= = 80.32, Median M (Mee)= 96.87, Modus (M Mo) =103.52 2 dan Standar
Deviasi (SD)= 9.8 81. Dengann demikiann data terrsebut
mbatik menunjukkkan bahwaa tingkat kessulitan proses belajar ppraktik mem ditinjau dari d keseluruuhan prosess, kategori sangat s baik adalah 11 siswa (20,37%); kategori baik adalah h 17 siswaa (31,48%); kategori cukup c gori kurang adalah 12 ssiswa (22,22 2%). adalah 144 siswa (25,993%); kateg jumlah siswa
40 30 20 10
20 0
29
34
31
0
Gambar 05. Histoggram distrib busi frekueensi data tingkat kesu ulitan proses belajar praktikk membatik k ditinjau daari keseluruhhan proses.
70
Diagram batang tersebut menunjukkan bahwa data tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik ditinjau dari keseluruhan proses, tahap proses persiapan belajar praktik membatik adalah 20 siswa (37.04%). proses pelekatan lilin adalah 29 siswa (53.70%); proses pewarnaan kain batik adalah 34 siswa (62,97%); proses pelepasan lilin adalah 31 siswa (57,41%). C. Pembahasan Hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tingkat Kesulitan Proses Belajar Praktik Membatik siswa kelas II Program Keahlian Kria Tekstil SMK N 5 dalam tahapan pelaksanaan proses belajar praktik membatik. 1. Hasil Proses Belajar Praktik Membatik a. Persiapan siswa dalam proses belajar praktik membatik Setelah melakukan uji coba lapangan untuk mengetahui tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik siswa kelas II program keahlian kria tekstil SMK N 5 dilakukan sebanyak 54 responden ditinjau dari persiapan siswa dalam proses belajar praktik membatik diperoleh hasil penelitian dengan kategori sangat baik sebanyak 0 siswa (0%), kategori baik sebanyak 10 siswa (18,52%), kategori cukup sebanyak 20 siswa (37,04%), dan kategori kurang sebanyak 24 siswa ( 44,44%). Dengan rerata (M) sebesar 5.05. Dengan interpretasi data dari skor siswa di atas rerata (M) adalah termasuk kategori rendah pada skor 4-5 sebanyak 20 siswa dengan presentase (37,04%). Hasil penelitian ini
71
menunjukkan peserta didik menyatakan bahwa persiapan siswa dalam proses belajar praktik membatik rendah. Indikator
hasil
penelitian
proses
praktik
membatik
dapat
diidentifikasi bahwa kesiapan siswa untuk mempelajari dan mengikuti pelajaran praktik membatik mulai dari persiapan, memeriksa dan memilih alat-alat yang digunakan untuk praktik, misalnya alat canting yang tepat. Apabila ujung canting tidak rata, maka ujung canting di amplas atau diasah dengan logam. Guru juga memberikan petunjukpetunjuk
dan
telah
menerangkan
cara
yang
digunakan
dalam
mempersiapkan peralatan yang digunakan. b. Proses pelekatan lilin Hasil penelitian ditinjau dari proses pelekatan lilin diperoleh hasil penelitian dengan kategori sangat tinggi sebanyak 6 siswa (11.11%), kategori sangat baik sebanyak 6 siswa (11.11%), kategori baik sebanyak 7 siswa (12,96%), kategori cukup sebanyak 29 siswa (53,70%), dan kategori kurang sebanyak 12 siswa ( 22,22%). Dengan rerata (M) sebesar 15.76. Dengan interpretasi data dari skor siswa di atas rerata (M) adalah termasuk cukup pada skor >16 – 20 sebanyak 29 siswa dengan presentase 53,70 %. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pelekatan lilin dalam kategori cukup. Indikator hasil penelitian dapat diidentifikasi bahwa pada proses pelekatan lilin batik ada kesalahan-kesalahan yang dilakuan oleh siswa yaitu, goresan canting melebar, lilin batik menetes pada bagian yang
72
tidak dikehendaki, goresan canting tidak terkontrol ( kering atau putusputus, tidak tembus, jarak dan ukuran isen – isen tidak sama. Kesalahan tersebut terjadi karena, siswa mengalami kesulitan dalam mengatur suhu lilin supaya tetap stabil, memegang posisi canting pada saat menggores atau menitik, mengatur emosi pada saat mengores atau menitik santing kekain dan memilih alat canting dan bahan yang tepat. Untuk mengatasi kesulitan pada pelekatan lilin batik klowong, isen – isen, nerusi dan nembok siswa memeriksa suhu lilin secara rutin supaya lilin batik tetap pada suhu yang stabil, apabila ada tetesan lilin pada kain, maka bisa dijos dengan logam panas atau dikerik. c. Proses pewarnaan Ditinjau dari proses pewarnaan, hasil penelitian diperoleh hasil dengan kategori sangat baik sebanyak 0 siswa (0%), kategori baik sebanyak 10 siswa (18.52%), kategori cukup sebanyak 34 siswa (62.97%), dan kategori kurang sebanyak 10 siswa (18.52%). Dengan rerata (M) sebesar 8,78. Dengan interpretasi data dari skor siswa di atas rerata (M) adalah termasuk cukup pada skor 7-9 sebanyak 34 siswa dengan persentase 62,97 %. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pewarnaan dalam kategori cukup. Indikator hasil penelitian dapat diidentifikasi
bahwa siswa
melakukan praktik membatik pada proses pewarnaan ada kesalahankesalahan yang dapat mempengaruhi hasil pewarnaan, kesalahan tersebut yaitu, warna melebar, warna kusam atau bladus, warna tidak rata atau
73
belang-belang dan warna melebar. Kesalahan tersebut terjadi karena siswa mengalami kesulitan dalam menetukan kelembaban kain yang tepat untuk pewarnaan colet atau celup, menentukan kepekatan warna colet dan celup, menggunakan bak yang terbatas pada pencelupan pada warna langsung melebar, tidak rata dan menetes ke motif lain dan siswa sulit mendapatkan kepekatan warna yang sesuai. Hal ini disebabkan kemampuan siswa dalam membedakan antara kain basah atau lembab. Pada saat mencolet kain ditempatkan pada tempat yang datar dan hidrotropis. Pada pewarnaan teknik celup untuk mendapatkan hasil warna yang baik siswa melakukan pencelupan secara berulang – ulang minimal dua sampai tiga kali pencelupan, tujuannya agar warna tidak luntur, pudar dan warna menjadi pekat. d. Proses Pelepasan lilin Ditinjau dari proses pelepasan lilin hasil penelitian diperoleh kategori sangat baik sebanyak 6 siswa (11,11%), kategori baik sebanyak 9 siswa (16,67%), kategori cukup sebanyak 31 siswa (57,41%), dan kategori kurang sebanyak 8 siswa (14,82%). Dengan rerata (M) sebesar 26,45. Dengan interpretasi data dari skor siswa di atas rerata (M) adalah termasuk cukup pada skor 18–26 sebanyak 31 siswa dengan persentase 57,41 %. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa mampu melakukan praktik pada saat proses pelepasan lilin dalam kategori cukup. Indikator hasil penelitian dapat diidentifikasi proses pelepasan lilin batik mengalami kesalahan adalah lilin batik sulit lepas dari kain.
74
Kesalahan tersebut terjadi karena siswa kurang memperhatikan alat dan bahan yang digunakan pada saat proses pelepasan lilin batik. Akibatnya lilin batik yang menempel pada kain sulit untuk dilepaskan. Selain itu siswa itu pada saat kain direbus, siswa hanya mendiamkan kain begitu saja, tidak mengangkat-angkat kain sesuai dengan prosedur yang benar. Saat kain direbus, kain harus harus selalu diangkat dengan menggunakan kayu atau stik, tujuannya agar lilin batik yang menempel pada kain mudah lepas. Siswa juga kurang memperhatikan kondisi air untuk pelepasan lilin batik, Air yang digunakan untuk merebus harus benarbenar mendidih. Pada proses pelepasan lilin harus tetap memperhatikan urutan prosedur dan aturan yang ada. e. Tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik Secara keseluruhan proses belajar praktik pada tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik program keahlian kria tekstil SMKN 5 Yogyakarta diperoleh hasil tahap proses persiapan belajar praktik membatik adalah 20 siswa (37.04%). proses pelekatan lilin adalah 29 siswa (53.70%); proses pewarnaan kain batik adalah 34 siswa (62,97%); proses pelepasan lilin adalah 31 siswa (57,41%). Indikator hasil penelitian dapat diidentifikasi secara keseluruhan proses belajar praktik pada tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik masih terdapat siswa yang kurang memahami tahapan-tahapan praktik membatik dengan adanya demonstrasi yang dilakukan belum dapat
75
memberikan pemahaman secara keseluruhan, karena demonstrasi yang dilakukan belum menyeluruh kesemua siswa. 2. Persiapan materi dan evaluasi proses belajar praktik membatik. a. Persiapan materi proses belajar praktik membatik Hasil penelitian tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik siswa kelas II program keahlian kria tekstil SMK N 5 dilakukan sebanyak 54 responden ditinjau dari persiapan materi proses belajar praktik dalam proses belajar praktik membatik diperoleh hasil penelitian dengan kategori sangat tinggi yang dicapai oleh 40 siswa (74.07%); kategori tinggi sebanyak 14 siswa (25,93%), kategori sedang sebanyak 0 siswa (0%), dan kategori rendah sebanyak 0 siswa (0%). Dengan rerata (M) sebesar 13.53. Dengan interpretasi data dari skor siswa di atas rerata (M) adalah termasuk sangat tinggi pada skor 13-16 sebanyak 40 siswa dengan persentase 74,07%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persiapan materi proses belajar praktik dalam kategori sangat tinggi. Pada dasarnya diawal pelajaran praktik membatik dimulai siswa telah mendapat pengarahan, demonstrasi dari guru sesuai dengan materi yang akan dipraktikan pada tiap kali tatap muka belajar praktik. Sehingga pada tiap kali praktik diharapkan siswa sangat memahami dengan apa yang akan dipraktikan dan menghindari sekecil mungkin kesalahan yang terjadi oleh siswa.
76
b. Evaluasi proses belajar praktik membatik Hasil penelitian tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik ditinjau dari evaluasi hasil praktik siswa hasil penelitian diperoleh hasil dengan kategori sangat tinggi yang dicapai oleh 18 siswa (33,33 %); kategori tinggi sebanyak 32 siswa (59,26%), kategori sedang sebanyak 4 siswa (07,41%), dan kategori rendah sebanyak 0 siswa (0%). Dengan rerata (M) sebesar 13.53. Dengan interpretasi data dari skor siswa di atas rerata (M) adalah termasuk tinggi pada skor 19-24 sebanyak 32 siswa dengan persentase 59,26%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persiapan materi proses belajar praktik dalam kategori tinggi. Evaluasi dilakukan dengan cara guru memberi komentar dan masukan terhadap kekurangan siswa pada saat praktik. Evaluasi juga dilakukan dengan memberikan pertanyaan dan memberikan tugas rumah yang berhubungan dengan materi praktik membatik yang telah dipelajari pada tiap kali praktik. Dalam proses belajar praktik membatik guru selalu melakukan penilaian yang sesuai dengan tiap tahapan langkah praktik membatik pada tiap-tiap siswa.
77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan secara keseluruhan sebagaimana diuraikan dalam bab IV dalam tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik siswa kelas II program keahlian kria tekstil SMK N 5 Yogyakarta, tingkat kesulitan yang dialami siswa didalam pelaksanaan proses belajar praktik membatik meliputi tahapan pelaksanaan proses belajar maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut 1. Tahapan persiapan proses belajar praktik membatik Pada tahap uji lapangan dilakukan sebanyak 54 responden, yaitu siswa kelas II SMKN 5 Yogyakarta tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik ditinjau dari persiapan siswa dalam proses belajar praktik membatik termasuk kategori cukup yang dicapai oleh 20 siswa dengan persentase 37.04%. 2. Tahapan Proses praktik membatik a. Tingkat kesulitan pelaksanaan proses belajar ditinjau dari Proses pelekatan lilin kategori cukup yang dicapai oleh 29 siswa dengan presentase 53,70 %. b. Tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik ditinjau dari proses pewarnaan kategori kurang sebanyak 10 siswa dengan persentase 18.52%.
78
c. Tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik ditinjau dari proses pelepasan lilin hasil penelitian kategori cukup yang dicapai oleh 31 siswa dengan persentase 57,41 %. 3. Tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik. Secara keseluruhan proses belajar praktik pada tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik program keahlian kria tekstil SMKN 5 Yogyakarta diperoleh hasil pada tahap proses persiapan belajar praktik membatik adalah 20 siswa (37.04%). proses pelekatan lilin adalah 29 siswa (53.70%); proses pewarnaan kain batik adalah 34 siswa (62,97%); proses pelepasan lilin adalah 31 siswa (57,41%). Tahapan persiapan materi dan evaluasi proses belajar praktik membatik. Hasil penelitian tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik siswa kelas II program keahlian kria tekstil SMK N 5 dilakukan sebanyak 54 responden ditinjau dari persiapan materi proses belajar praktik dalam proses belajar praktik membatik diperoleh hasil dengan kategori sangat tinggi sebanyak 40 siswa dengan persentase 74,07%. Hasil penelitian tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik ditinjau dari evaluasi hasil praktik siswa hasil penelitian diperoleh hasil dengan kategori tinggi sebanyak 32 siswa dengan persentase 59,26%. B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut :
79
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pihak sekolah SMK Negeri 5 Yogyakarta, dalam meningkatkan penguasaan terhadap teknik membatik oleh para siswa, hal ini dapat tercapai jika antara komponen komponen yang ada didalam SMK Negeri 5 Yogyakarta saling berkerjasama untuk mencapai tujuan penguasaan teknik membatik, guru sebagai salah satu komponen di dalam proses belajar hendaknya mampu memberikan pengetahuan, evaluasi dan bimbingan di dalam upaya peningkatan mutu belajar praktik batik di SMK Negeri 5 Yogyakarta, sedangkan siswa hendaknya lebih bersungguh-sungguh di dalam mengikuti proses belajar praktik membatik dan juga mengikuti setiap kegiatan yang telah ditentukan sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan oleh guru di SMK Negeri 5 Yogyakarta, sehingga tercapai tujuan belajar yang telah ditentukan dengan hasil yang baik. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dapat dikemukakan beberapa saran, antara lain : 1. Bagi pihak sekolah SMK Negeri 5 Yogyakarta, perlu melakukan upaya antara lain dengan lebih meningkatkan di dalam melengkapi peralatan yang mendukung proses belajar supaya siswa lebih mudah didalam memahami pelajaran membatik dan juga melengkapi peralatan praktik yang secara modern digunakan didalam kegiatan membatik, pihak sekolah juga perlu melakukan upaya untuk lebih meningkatkan konsentrasi siswa di dalam kegiatan belajar.
80
Untuk pelajaran praktik hendaknya guru lebih memperhatikan alatalat praktik yang digunakan siswa dalam setiap kali praktik masih memadai ataukah sudah tidak layak digunakan lagi dan memperdalam penguasaan siswa di dalam materi proses pelekatan lilin, pewarnaan kain batik, pelepasan lilin. Penggunaan ruang kelas juga harus diperhatikan karena siswa mengalami tingkat kesulitan di dalam penggunaan ruang kelas yang belum kondusif untuk pelajaran sehingga akan menggangu siswa di dalam proses belajar praktik. 2. Bagi pihak siswa SMK Negeri 5 Yogyakarta, perlu melakukan upaya antara lain dengan lebih meningkatkan konsentrasi dalam pelaksanaan proses belajar serta meningkatkan penguasaan materi praktik dan lebih rajin berlatih didalam meningkatkan kemampuan praktik membatik pada setiap tahapan-tahapan membatik (proses pelekatan lilin, pewarnaan kain batik, pelepasan lilin) sehingga bisa mencapai tujuan belajar dan juga meningkatkan pengetahuan tentang proses dan sejarah batik dengan lebih rajin membaca referensi tentang batik.
81
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono. 1987. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Arif Furchan. (2007). Pengantar Pendidikan Dalam Penelitian. Surabaya: Usaha Nasional. Arif S Sadiman, 1990, Media Pendidikan Pengertian Pengembangan Dan Pemanfaatanya, Jakarta: CV. Rajawali. Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. (2007). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Muhibin Syah, 1995, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung, Remaja Rhosdha Karya. Nana Sudjana (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algesindo. Nana Sudjana, 1995, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo. Nana Sudjana. (2004). Dasar – dasar Proses Belajar Mengaja. Bandung: Sinar Baru Algensindo Ofset. Ngalim Purwanto. (1992). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. NY.TT Suryanto. (1997). Penuntun Praktik Batik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. P. Purnomo, Pepak, sabda, orang/pustaka.com/30/Desember/2009 Poerwodarminto. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarata: Balai Pustaka. Riduwan dan Akdon. (2005). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung : Alfabeta Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta . 2006. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta
82
. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta Suharsimi Arikunto (1992) Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto. (2002) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sardiman. (1990) Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT.Raja Grasindo Persada. Slameto. (1991) Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara. Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sumadi Suryabrata. (1997). Psikologi Pendidikan. Jakarta : CV Rajawali Per. Sutrisno Hadi. 2004. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset Syaiful Bahri Djamarah (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta. S. Nasution, 2003, Metodologi Penelitian Naturalistik, Bandung : PT. Remaja Rhosdakarya SK. Sewan Susanto. (1980). Seni Kerajinan Batik. Balai Penelitian Batik dan Kerajinan. W.S Winkel, 1983, Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. www.alhadi.com/Selasa/15 Mei /2010/10:27:20. www.dieny&yusuf.com/Selasa/15 Mei /2010/10:26:23
83
www.elearningpo.unp.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&i d=114&Itemid=222/Selasa/15 Mei /2010/11.37. www.husniabdillah.multiply.com/journal/item/8/pengertian_belajar_dari_ beberapa_sumber/Selasa/15 Mei /2010/11.19. www.wikipipedia.org/wiki/pembelajaran/selasa/15Mei/2010/12.18. www.kita batik.blogspot/ 14 Juni/ 2009/8:26:10.
ANGKET TINGKAT KESULITAN PROSES BELAJAR PRAKTIK MEMBATIK DI SMK N 5 YOGYAKARTA
A. Identitas Pribadi Nama
:
Kelas
:
B. Petunjuk Pengisian Angket 1. Tulis data diri anda pada tempat yang telah disediakan. 2. Bacalah angket penelitian ini dengan seksama dan jawablah semua pertanyaan / pernyataan sesuai dengan keadaan dan keyakinan anda. 3. Berilah tanda cheklist ( √ ) pada kolom jawaban yang telah disediakan. 4. Bila sudah selesai mengisi lembar angket, mohon segera dikembalikan. 5. Selamat mengisi, terima kasih atas partisipasi anda dalam mengisi angket penelitian ini.
ANGKET PENELITIAN I
Tingkat Kesulitan Proses Belajar Praktik Membatik Petunjuk pengisian: Pilihlah jawaban yang tersedia dengan cara mencantumkan tanda (√ ) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia. Dengan ketentuan sebagai berikut : -
S SB
: Semua : Sebagian Besar
- SK - TS
: Sebagian Kecil : Tidak Sama sekali
No.
Pertanyaan
1
Apakah anda mengetahui alat untuk membatik tradisional maupun modern Apakah anda mampu menggunakan alat yang digunakan untuk membatik Apakah di setiap kali praktik membatik anda mampu disemua proses ngelowong dengan benar Apakah pada saat anda praktik ngelowong, tidak ada goresan canting melebar atau mblobor keluar dari garis motif Apakah anda mampu mengerjakan proses nerusi pada setiap kali proses praktik. Apakah saat praktik nerusi, anda mengetahui alat yang digunakan Apakah saat praktik anda mampu mengerjakan secara keseluruhan didalam proses menggoreskan canting pada tahapan nembok. Apakah saat praktik proses nembok goresan canting anda sama besarnya dengan hasil goresan pada saat proses ngelowong. Apakah saat praktik membatik secara keseluruhan dapat dengan baik anda lakukan didalam pencampuran warna untuk proses nyolet. Pada setiap praktik membatik proses nyolet, warna yang digoreskan tidak mlobor atau melebar. Apakah saat praktik anda dapat secara keseluruhan mengerjakan proses pencelupan. Apakah warna yang dihasilkan dalam proses mencelup sesuai dengan warna yang diinginkan. Pada saat proses mencelup, anda mengetahui alat yang seharusnya digunakan. Apakah anda dengan benar melakukan praktik secara keseluruhan didalam proses pelepasan lilin atau ngelorot. Pada saat praktik ngelorot anda mengetahui alat yang digunakan. Apakah alat yang ada disekolah memenuhi atau tersedia seluruhnya untuk proses ngelorot. Apakah saat praktik ngelorot anda melakukan sekali jadi. Apakah anda mengetahui secara keseluruhan tentang tahapan proses ngelorot. Apakah proses ngelorot selalu bisa sekali proses saja. Apakah hasil ngelorot sesuai dengan harapan anda atau memenuhi kriteria Pada saat ngelorot apakah dalam proses 1x lilin bisa langsung hilang atau bersih.
2 3. 4. 5. 6 7. 8. 9.
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Jawaban S SB SK TS
ANGKET PENELITIAN II
Tingkat Kesulitan Proses Belajar Praktik Membatik Tahap Persiapan dan Penutup Petunjuk pengisian: Pilihlah jawaban yang tersedia dengan cara mencantumkan tanda (√ ) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia. Dengan ketentuan sebagai berikut : -
S SB SK TS
: Semua : Sebagian Besar : Sebagian Kecil : Tidak Sama sekali
No.
Pertanyaan
22
Sebelum pelajaran dimulai apakah guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai dalam mata pelajaran praktik membatik? Apakah anda tertarik dengan materi yang disampaikan oleh guru setip kali pertemuan? Apakah pada akhir pelajaran, guru memberi pertanyaan mengenai materi praktik yang sudah dipelajari? Apakah pada akhir pelajaran, guru memberi pertanyaan mengenai kesulitan yang anda alami selama praktik membatik? Selain memberikan nilai apakah guru juga menjelaskan kesalahan yang dilakukan oleh siswa? Selama proses belajar praktik membatik apakah guru melakukan penilaian terhadap pekerjaan siswa pada setiap proses? Apakah guru memberikan solusi atau cara yang benar terhadap hasil pekerjaan praktik siswa yang kurang memenuhi kriteria? Apakah guru memberikan contoh hasil setengah jadi kain batik yang bagus memenuhi kriteria? Apakah guru memberikan contoh hasil jadi kain batik yang bagus atau memenuhi kriteria? Apakah pada akhir pelajaran guru memberikan tugas pada siswa tentang praktik membatik?
S
23 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Jawaban SB SK TS
DATA HASIL PERHITUNGAN •
Data Hasil Penelitian ditinjau dari Persiapan siswa dalam proses belajar praktik membatik No.resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
No. skor butir 1 2 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3
3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3
4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3
Jumlah 14 13 15 14 14 13 12 14 14 13 14 12 16 16 12 16 14 12 15 14 12 13 13 14 14 16 13 12 12 12 14 12 13 14 12
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 •
4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3
3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4
3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4
3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4
13 14 15 13 12 13 14 12 13 12 14 13 15 14 14 16 12 14 15
Data Hasil Penelitian ditinjau dari proses pelekatan lilin no.resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
5 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4
No. skor butir 6 7 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4
8 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3
9 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3
11 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3
jumlah 22 19 20 20 21 19 22 23 20 18 23 19 24 22 20 21 21
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4
3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3
3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3
4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3
4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4
4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 2 4 3 3 3
22 18 22 18 19 21 18 21 20 18 22 21 18 21 22 18 20 23 19 20 21 22 22 20 21 21 24 20 22 20 20 22 19 21 21 22 20
•
Data Hasil Penelitian ditinjau dari proses pewarnaan
No.resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
No. skor butir 12 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4
13 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4
14 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3
15 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3
Jum 14 13 14 13 14 12 13 12 13 12 13 13 15 14 13 14 13 13 12 14 12 12 14 12 13 14 12 13 13 12 15 13 12 15 14 12 14 12 13 12 12 14
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3
3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4
3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4
3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4
12 12 12 12 14 14 13 13 12 14 12 15
•
Hasil penelitian ditinjau dari proses pelepasan lilin No.resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
16 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3
17 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3
18 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3
19 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3
No. skor butir 20 21 22 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3
23 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3
24 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3
Jum 36 31 33 29 36 27 32 28 28 28 29 30 36 29 36 36 32 36 27 36 27 36 32 36 29 36 28 29 36 36 28 36 36 36 30 27
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3
4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3
4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3
4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4
4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4
4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4
4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4
4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4
4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4
36 28 36 32 36 31 30 36 27 31 36 28 36 30 36 34 36 33
• Hasil penelitian TINGKAT KESULITAN PROSES BELAJARPRAKTIK MEMBATIK ditinjau dari keseluruhan proses, mata pelajaran membatik kelas II No.resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
skor untuk item no 1 2 3 4 5 6 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4
7 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3
8 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4
9 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4
11 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4
12 13 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4
14 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3
15 16 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4
17 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4
18 19 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4
20 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4
21 22 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4
23 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4
24 25 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3
26 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4
27 28 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3
29 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4
30 31 JUM 3 4 111 3 3 98 3 3 106 3 4 100 3 3 109 3 4 93 3 3 103 4 4 100 4 3 98 3 4 93 3 3 103 3 4 96 4 3 118 3 3 105 3 3 102 3 4 111 4 4 104 4 4 108 3 4 94 3 4 110
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3
3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3
3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3
3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3
3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3
3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4
3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3
3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3
3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4
3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3
3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3
3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3
3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3
3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3
3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3
3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3
3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3
3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3
3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3
3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3
3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3
3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3
3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3
3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3
3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3
3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4
3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4
3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4
3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4
90 102 102 100 103 108 96 102 107 101 102 107 101 108 105 95 107 98 107 102 105 105 102 109 96
46 47 48 49 50 51 52 53 54
4 3 4 4 4 4 3 3 3
4 4 4 3 3 4 3 4 4
3 3 4 3 3 4 3 4 4
3 3 3 4 4 4 3 3 4
3 3 3 4 3 4 3 4 4
4 3 4 3 3 3 4 4 3
4 4 3 4 4 3 4 4 3
4 3 4 3 3 4 4 4 3
4 3 3 4 4 3 3 3 4
3 4 3 4 2 4 3 3 3
3 4 3 4 3 3 3 3 3
3 4 3 3 3 3 4 3 4
3 3 4 3 3 3 4 3 4
3 3 4 3 4 3 3 3 4
3 4 3 4 4 4 4 4 3
4 4 3 4 4 4 4 4 3
3 4 3 4 3 4 4 4 3
3 4 3 4 3 4 4 4 4
3 4 3 4 3 4 4 4 4
4 4 4 4 3 4 4 4 4
4 4 3 4 4 4 3 4 4
4 4 3 4 3 4 3 4 4
3 4 3 4 3 4 4 4 4
4 4 3 4 4 4 3 3 3
3 4 4 4 3 4 4 3 3
3 3 3 4 4 4 3 3 3
3 4 4 3 3 3 3 3 4
3 3 4 3 3 3 4 4 4
3 4 4 3 3 3 3 3 4
4 4 3 3 3 4 4 3 4
102 109 102 109 99 110 105 106 108
HASIL ANALISIS DATA IDENTIFIKASI TINGKAT KESULITAN PROSES BELAJAR PRAKTIK MEMBATIK Statistik deskriptif Frekuensi
Ditinjau dari Persiapan siswa dalam belajar praktik membatik Statistics
N
Valid
54
Missing
0
Mean
5,05370
Median
9,0000
Mode
10,00
Std. Deviation
1,23949
Minimum
12,00
Maximum
16,00
Frequency Table butir 1
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
4
7,4
7,4
7,4
3,00
35
64,8
64,8
72,2
4,00
15
27,8
27,8
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 2
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
10
18,5
18,5
18,5
3,00
31
57,4
57,4
75,9
4,00
13
24,1
24,1
100,0
Total
54
100,0
100,0
Statistik deskriptif Frekuensi
Ditinjau dari proses pelekatan lilin Statistics N
Valid
54 0
Missing Mean
15,7581
Median
15,0000
Mode
16,00
Std. Deviation
2,00180
Variance
1,940
Range
6,00
Minimum
10,00
Maximum
16,00
Frequency Table butir 3
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
4
7,4
7,4
7,4
3,00
29
53,7
53,7
61,1
4,00
21
38,9
38,9
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 4
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
4
7,4
7,4
7,4
3,00
35
64,8
64,8
72,2
4,00
15
27,8
27,8
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 5
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
5
9,3
9,3
9,3
3,00
33
61,1
61,1
70,4
4,00
16
29,6
29,6
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 6
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
9
16,7
16,7
16,7
3,00
32
59,3
59,3
75,9
4,00
13
24,1
24,1
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 7
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
7
13,0
13,0
13,0
3,00
34
63,0
63,0
75,9
4,00
13
24,1
24,1
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 8
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
4
7,4
7,4
7,4
3,00
35
64,8
64,8
72,2
4,00
15
27,8
27,8
100,0
Total
54
100,0
100,0
Ditinjau dari proses pewarnaan Statistics N
Valid
54 0
Missing Mean
8,78444
Median
13,0000
Mode
12,00
Std. Deviation
1,83690
Variance
3,374
Range
8,00
Minimum
16,00
Maximum
24,00
Butir 1
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
8
14,8
14,8
14,8
3,00
39
72,2
72,2
87,0
4,00
7
13,0
13,0
100,0
Total
54
100,0
100,0
Butir 2
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
10
18,5
18,5
18,5
3,00
23
42,6
42,6
61,1
4,00
21
38,9
38,9
100,0
Total
54
100,0
100,0
Butir 3
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
5
9,3
9,3
9,3
3,00
38
70,4
70,4
79,6
4,00
11
20,4
20,4
100,0
Total
54
100,0
100,0
Burir 4
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
3
5,6
5,6
5,6
3,00
36
66,7
66,7
72,2
4,00
15
27,8
27,8
100,0
Total
54
100,0
100,0
Ditinjau dari proses pelepasan lilin Statistics N
Valid
54
Missing
0
Mean
26,4459
Median
27,5000
Mode
28,00
Std. Deviation
2,52842
Variance
7,466
Range
12,00
Minimum
24,00
Maximum
36,00
Butir 1
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
12
22,2
22,2
22,2
3,00
27
50,0
50,0
72,2
4,00
15
27,8
27,8
100,0
Total
54
100,0
100,0
Butir 2
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
7
13,0
13,0
13,0
3,00
33
61,1
61,1
74,1
4,00
14
25,9
25,9
100,0
Total
54
100,0
100,0
Butir 3
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
3
5,6
5,6
5,6
3,00
35
64,8
64,8
70,4
4,00
16
29,6
29,6
100,0
Total
54
100,0
100,0
Butir 4
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
3
5,6
5,6
5,6
3,00
39
72,2
72,2
77,8
4,00
12
22,2
22,2
100,0
Total
54
100,0
100,0
Butir 5
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
9
16,7
16,7
16,7
3,00
34
63,0
63,0
79,6
4,00
11
20,4
20,4
100,0
Total
54
100,0
100,0
Butir 6
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
6
11,1
11,1
11,1
3,00
36
66,7
66,7
77,8
4,00
12
22,2
22,2
100,0
Total
54
100,0
100,0
Butir 7
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
4
7,4
7,4
7,4
3,00
33
61,1
61,1
68,5
4,00
17
31,5
31,5
100,0
Total
54
100,0
100,0
Butir 8
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
7
13,0
13,0
13,0
3,00
31
57,4
57,4
70,4
4,00
16
29,6
29,6
100,0
Total
54
100,0
100,0
Butir 9
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
3
5,6
5,6
5,6
3,00
34
63,0
63,0
68,5
4,00
17
31,5
31,5
100,0
Total
54
100,0
100,0
Tingkat kesulitan proses belajar praktik membatik Statistics N
Valid
54
Missing
0
Mean
80,3189
Median
96,8743
Mode
103,52
Std. Deviation
9,80786
Variance
3,912
Range
7,00
Minimum
20,00
Maximum
27,00
Sum
1236,00
Frequency Table butir 1
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
4
7,4
7,4
7,4
3,00
35
64,8
64,8
72,2
4,00
15
27,8
27,8
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 2
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
10
18,5
18,5
18,5
3,00
31
57,4
57,4
75,9
4,00
13
24,1
24,1
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 3
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
4
7,4
7,4
7,4
3,00
29
53,7
53,7
61,1
4,00
21
38,9
38,9
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 4
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
4
7,4
7,4
7,4
3,00
35
64,8
64,8
72,2
4,00
15
27,8
27,8
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 5
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
5
9,3
9,3
9,3
3,00
33
61,1
61,1
70,4
4,00
16
29,6
29,6
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 6
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
9
16,7
16,7
16,7
3,00
32
59,3
59,3
75,9
4,00
13
24,1
24,1
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 7
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
7
13,0
13,0
13,0
3,00
34
63,0
63,0
75,9
4,00
13
24,1
24,1
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 8
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
4
7,4
7,4
7,4
3,00
35
64,8
64,8
72,2
4,00
15
27,8
27,8
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 9
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
8
14,8
14,8
14,8
3,00
39
72,2
72,2
87,0
4,00
7
13,0
13,0
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 10
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
10
18,5
18,5
18,5
3,00
23
42,6
42,6
61,1
4,00
21
38,9
38,9
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 11
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
5
9,3
9,3
9,3
3,00
38
70,4
70,4
79,6
4,00
11
20,4
20,4
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 12
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
3
5,6
5,6
5,6
3,00
36
66,7
66,7
72,2
4,00
15
27,8
27,8
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 13
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
12
22,2
22,2
22,2
3,00
27
50,0
50,0
72,2
4,00
15
27,8
27,8
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 14
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
7
13,0
13,0
13,0
3,00
33
61,1
61,1
74,1
4,00
14
25,9
25,9
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 15
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
3
5,6
5,6
5,6
3,00
35
64,8
64,8
70,4
4,00
16
29,6
29,6
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 16
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
3
5,6
5,6
5,6
3,00
39
72,2
72,2
77,8
4,00
12
22,2
22,2
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 17
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
9
16,7
16,7
16,7
3,00
34
63,0
63,0
79,6
4,00
11
20,4
20,4
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 18
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
6
11,1
11,1
11,1
3,00
36
66,7
66,7
77,8
4,00
12
22,2
22,2
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 19
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
4
7,4
7,4
7,4
3,00
33
61,1
61,1
68,5
4,00
17
31,5
31,5
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 20
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
7
13,0
13,0
13,0
3,00
31
57,4
57,4
70,4
4,00
16
29,6
29,6
100,0
Total
54
100,0
100,0
butir 21
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2,00
3
5,6
5,6
5,6
3,00
34
63,0
63,0
68,5
4,00
17
31,5
31,5
100,0
Total
54
100,0
100,0
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Identifikasi Tingkat Kesulitan Proses Belajar Praktik Membatik Siswa Kelas II SMKN 5 Yogyakarta.
Item1
Item2
Item3
Item4
Item5
Item6
Item7
Item8
Item9
Item10
Item11
Item12
Item13
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation ,659* ,010 14 , 695* * ,006 14 , 889* * ,000 14 ,798* * ,001 14 , 687* * ,007 14 , 735* * ,003 14 , 654* * ,011 14 , 562* ,037 14 , 717* * ,004 14 , 359 ,207 14 , 740* * ,002 14 , 573 * ,032 14 , 679* * ,008 14
Status Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Item14
Item15
Item16
Item17
Item18
Item19
Item20
Item21
Item22
Item23
Item24
Item25
Item26
Item27
Item28
Item29
Item30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
, 563 * ,036 14 , 784* * ,001 14 , 644 * ,013 14 , 716* * ,004 14 , 807* * ,000 14 , 700* * ,005 14 , 608 * ,021 14 , 892* * ,000 14 , 814* * ,000 14 , 671* * ,009 14 , 892* * ,000 14 , 707* * ,005 14 , 835* * ,000 14 , 864* * ,000 14 , 729* * ,003 14 , 788* * ,001 14 , 847* * ,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
N 14 Pearson Correlation , 691* * Sig. (2-tailed) ,006 N 14 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Item31
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)
Valid
Nilai-Nilai r Product Moment (Sugiyono, 2006)
N 3 4 5
Taraf Signifikan N Taraf Signifikan 5% 1% 5% 1% 0,487 0,999 27 0,381 0,997 0,478 0,990 28 0,374 0,950 0,470 0,959 29 0,367 0,878
N 55 60 65
Taraf Signifikan 5% 1% 0,345 0,266 0,330 0,254 0,317 0,244
6 7 8 9 10
0,811 0,754 0,707 0,666 0,632
0,917 0,874 0,834 0,798 0,765
30 31 32 33 34
0,361 0,355 0,349 0,344 0,339
0,463 0,456 0,449 0,442 0,436
70 75 80 85 90
0,235 0,227 0,220 0,213 0,207
0,306 0,296 0,286 0,278 0,270
11 12 13 14 15
0,602 0,576 0,553 0,532 0,514
0,735 0,708 0,684 0,661 0,641
35 36 37 38 39
0,334 0,329 0,325 0,320 0,316
0,430 0,424 0,418 0,413 0,408
95 100 125 150 175
0,202 0,195 0,176 0,159 0,148
0,263 0,256 0,230 0,210 0,194
16 17 18 19 20
0,497 0,482 0,468 0,456 0,444
0,623 0,606 0,590 0,575 0,561
40 41 42 43 44
0,312 0,308 0,304 0,301 0,297
0,403 0,398 0,393 0,389 0,384
200 300 400 500 600
0,138 0,113 0,098 0,088 0,080
0,181 0,148 0,128 0,115 0,105
21 22 23 24 25 26
0,433 0,423 0,413 0,404 0,396 0,388
0,549 0,537 0,526 0,515 0,505 0,496
45 46 47 48 49 50
0,294 0,291 0,288 0,284 0,281 0,279
0,380 0,376 0,372 0,368 0,364 0,361
700 800 900 1000
0,074 0,070 0,065 0,062
0,097 0,091 0,086 0,081
Reliability Case Processing Summary Cases
Valid Excluded (a) Total
N 12
% 100,0
0
,0
12 100,0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,965
N of Items 30