PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA SMA SIT FAJAR HIDAYAH KOTAWISATA – CIBUBUR (Penelitian Tindakan Kelas di SMA SIT Fajar Hidayah pada Kelas X)
SKRIPSI
Disusun Oleh: Alisiah Nurwati NIM: 105015000626
JURUSAN PENDIDIKAN IPS FAKULATAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1430 H
ABSTRAK
Alisiah Nurwati. Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi Siswa SMA SIT Fajar Hidayah KotawisataCibubur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesulitan siswa dalam proses pembelajaran sosiologi di dalam kelas serta untuk mengetahui penerapan pembelajaran kooperatif model group investigation untuk meningkatkan hasil belajar sosiologi siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMA SIT Fajar Hidayah dengan mengambil sampel kelas X, agar permasalah-permasalah yang ada di kelas benar-benar teratasi maka guru melakukan tindakan supaya lebih tahu perkembangan siswa. Instrumen hasil belajar berupa test berbentuk pilihan ganda sebanyak 10 butir soal setiap akhir siklus yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan program Anatest. Tindakan dilakukan dengan dua siklus, pada siklus pertama siswa belum terlihat kemajuannya hal ini dapat dilihat pada hasil belajar siswa setelah tindakan siklus pertama yaitu rata-rata N-gain 0,34 dan hal itu diperlukan tindakan selanjutnya yaitu tindakan siklus II dalam siklus ini sudah mulai membaik dengan terlihatnya perkembangan dan peningkatan hasil belajar siswa yang dapat dibuktikan dengan rata-rata N-gain 0,67. Kata kunci = Pembelajaran kooperatif model group investigation, sosiologi dan hasil belajar.
KATA PENGANTAR
Bismillâhirrahmânirrahîm. Puji dan syukur dipersembahkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada akhirul anbiyâ sayidinâ Muhammad SAW, kepada keluarganya yang suci dan para sahabatnya yang telah memuliakan Islam serta seluruh muslimin dan muslimat. Sembah bakti terlebih dahulu penulis haturkan kepada kedua orangtua tercinta, ayahanda Parji dan ibunda Sukinem, yang telah mendidik dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan serta tak bosanbosannya mendo’akan penuh ketulusan untuk putri tersayang. Semoga Allah mengampuni dan memaafkan kesalahan serta menyayangi keduanya sebagaimana mereka menyayangi diri penulis sedari kecil hingga akhir hayat nanti. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa diri ini adalah makhluk sosial yang tidak mungkin dapat hidup sendiri, begitu pula dalam proses pelaksanaan penyusunan skipsi ini penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan do’a dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sebagai
ungkapan
rasa
hormat
yang
teramat
sangat,
penulis
menyampaikan ucapan trima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
i
2. Bapak Drs. H. Nurochim, MM, Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dan dosen pembimbing. Berkat jasa beliau, penulis dapat menyelesaikan penulisan sekripsi ini dengan baik. 3. Ibu Fortin Sri Haryani, S.Si, kepala sekolah SMA Sekolah Islam Terpadu Fajar Hidayah Kotawisata-Cibubur. Atas bantuan dan support-nyalah penulis dapat menyelesaikan penelitian tindakan kelas di sekolah tersebut. 4. Seluruh guru SMA Sekolah Islam Terpadu Fajar Hidayah, Ms.Rina, Ms.Eko, Ms.Ulfa,
Ibu Alfi, Bapak Ghofur, Bapak Rozikin, Ibu
Zubaidah, Ibu Retno, Ibu Marni, Ibu Nurul, Ibu Lia, Ibu Tami. Terimakasih atas support dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian dan mengajar di SMA Sekolah Islam Terpadu Fajar Hidayah. 5. Seluruh
Civitas
Akademika
Universitas
Islam
Negeri
Syarif
Hidayatullah Jakarta. Trimakasih atas pelayanan yang penuh dedikasi selama peneliti menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Suami tercinta, “AA” Syaiful Amri, S.Thi, yang selalu sabar dan tulus menemani dalam suka maupun duka serta senantiasa memanjatkan do’a untuk istri tercinta, dan tak henti-hentinya memberikan motivasi agar penulis dapat melakukan yang terbaik dalam hidup dan keluarga. 7. Kakak-kakaku tersayang, Mas Moni, Mba Eva dan keponakanku Farel, yang telah memberikan motivasi dan do’anya. 8. Keluarga besar yang ada di Bojongkulur, yang telah memberi warna hidup penulis dan do’anya setiap saat. 9. Para sahabat penulis, yakni: Masobihatul Lailiyah, Zuhrotul Azmina, Yani, Rika, Ida, Mita, Hilda, Tarsih, Nunung, Abi, Aniq, Ulum, yang selalau menemani perjalanan dan memberikan bantuan, dukungan dan do’a yang tulus. 10. Sahabat-sahabat seperjuangan pendidikan IPS angkatan 2005, yang telah memberi banyak pengalaman dan inspirasi.
ii
11. Sahabat-sahabat PMII Cabang Ciputat, yang telah memberikan pengalaman, do’a serta dukungan. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang turut memberikan do’a dan dukungan selama proses penyususnan sekripsi ini. Penulis panjatkan do’a kepada Allah SWT, semoga jasa yang telah mereka berikan menjadi amal shaleh dan mendapatkan balasan yang jauh lebih baik dari Allah Swt. Amin. Pepatah lama mengatakan, “tidak ada gading yang tak retak”, pun demikian dalam hal penyusunan skripsi ini penulis yakin masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran serta koreksi yang konstruktif dari berbagai pihak guna kesempurnaan penulisan skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Wallâhu al-muâfiq ilâ aqwami al-tharîq Wassalâmu’alaikum warahmatullâhi wabarakâtuh
Jakarta, 16 Juni 2010 Penulis
Alisiah Nurwati
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………… i Daftar isi ……….…………………………………………………… … . iv Daftar Grafik ……………………………………………………………..vii Daftar Tabel ……………………………………………………………...viii Daftar Lampiran …………………………………………………………. ix Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah …………………………………………... 1 B. Identifikasi Masalah .…………………………………………….. 5 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah …………………………....... 5 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………….... 6 Bab II Kajian Teoritis dan Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan A. Acuan Teori dan Fokus yang diteliti …………..………..………..... 7 1.
Hakikat Belajar dan Hasil Belajar ….…………………..…………. 7 a.
Hakikat Belajar ……………….………………………..……… 7
b. Hakikat Hasil Belajar …………………...……………..…….... 9 c.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ..…….…….. 10
2. Sosiologi …………………....………………………………........... 11 a.
Pengertian Sosiologi ……………………………….....…….… 11
b.
Tujuan Sosiologi ………………………………………… …... 12
3. Hakikat Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian…...…………… 12
iv
4. Pembelajaran Kooperatif ………………………………………….. 13 a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif …………………………… 13 b. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif ……………………. 15 c. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif …………………… 16 5. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif ………………………. 17 6. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif ……………………….. 18 7. Implikasi Pembelajaran Kooperatif ………………………………… 19 8. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ………………………... 19 9. Model Group Investigasi …………………………………………… 20 B. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigasi dalam Pembelajaran Sosilogi ………………………………........... 22 C. Acuan Teori Rancangan-Rancangan Alternatif atau Disain- Disain Interval Tindakan yang Dipilih …………………………………… 23 D. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan ……………………. 24 E. Bahasan hasil-hasil yang relevan ………………………………….. 25 F. Hipotesis Tindakan ………………………………………………… 27 Bab III Metodologi Penelitian A. Tempat dan Waktu penelitian …………………………………….. 28 B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus penelitan ………………………………………………….... 28 C. Subjek partisipasi yang Terlibat dalam Penelitian………….……... 31 D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitain………………………... 31 E. Tahapan Intervensi Tindakan…………….……………………….. 32 F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan……………………… 32 G. Data dan Sumber Data…………………………………………….. 32 H. Instrumen Pengumpulan Data yang Digunakan…………………... 32 I. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………….. 35 J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (trusworthness) studi………. 36 K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis……………………… 39 L. Tindak Lanjut/Pengembangan Rencana Tindakan………………… 39
v
Bab IV Deskripsi Analisis Data, Interpretasi Hasil Analisis Dan Pembahasan A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/Hasil Intervensi Tindakan Siklus I …………………………………………………. 42 1. Kegiatan Belajar Mengajar …………………………………….. 42 B. Pemeriksaan Keabsahan Data ……………………………………… 45 C. Analisis Data ………………………………………………………. 45 1. Hasil Belajar Siswa …………………………………………….. 45 2. Hasil Wawancara dengan Siswa Setelah Tindakan …………….. 47 3. Analisis dan Interpretasi Data Berdasarkan Hasil Angket ……... 50 D. Intervensi Hasil Analisis …………………………………………... 52 1. Siklus I …………………………………………………………. 52 2. Siklus II ……………………………………………………….... 55 E. Pembahasan Temuan Penelitian …………………………………… 59 Bab V Penutup Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ………………………………………………………… 61 B. Saran ……………………………………………………………….. 62 Daftar Pustaka Lampiran
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kategori Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Tabel 3.3 Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban Dengan Skala Likert Tabel 4.4 Hasil Belajar Siklus I Tabel 4.5 Hasil Belajar Siklus II Tabel 4.6 Hasil Wawancara Respon Siswa Tabel4.7 Nilai Respon Siswa Setelah Belajar Sosiologi Dengan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation Tabel 4.8 Jumlah Siswa Berdasarkan Kategori Respon Terhadap Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation Tabel 4.9 PBM Siklus I Tabel 4.10 PBM SIKLUS II
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi pendidikan menjadi sangat penting, karena merupakan aspek yang dapat menunjang kemajuan masa depan bangsa. Apabila pendidikan suatu masyarakat berkembang dengan baik, maka masyarakat tersebut akan semakin berkualitas. Dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, maka sekolah sebagai lembaga penyelenggaraan pendidikan formal merupakan komponen penting dalam mempersiapkan generasi anak bangsa untuk mampu menghadapi kompetisi secara global di dalam aktivitas kehidupan masyarakat. Proses pendidikan merupakan proses perubahan dan pembentukan kepribadian individu, seperti halnya pendapat para ahli tentang pendidikan sebagai berikut: John Dewey, “pendidikan adalah proses pembentukan kecakapankecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia”. 1 Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti
1
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1997), hal.2
1
perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. 2 Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan secara langsung dalam perkembangan serta kehidupan masyarakat, kehidupan kelompok, dan kehidupan setiap individu. Jika bidang-bidang lain seperti ekonomi, pertanian, perindustrian berperan menciptakan sarana dan prasarana bagi kepentingan manusia, maka pendidikan berusaha langsung dengan pembentukan manusianya. Pendidikan menentukan model manusia yang akan dihasilkannya. Pendidikan juga memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa, dan merupakan wahana dalam menterjemahkan pesan-pesan konstitusi, serta sarana dalam membangun watak bangsa.” 3 Dengan pendidikan maka manusia dan masyarakat akan mendapat jati dirinya, bukan hanya pendidikan lingkungan masyarakat akan tetapi pendidikan formal juga sangat berpengaruh dalam perkembangan individu dan kualitas sumber daya manusia di masyarakat. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global. Dan satu-satunya wadah untuk meningkatkan kualitas SDM adalah melalui pendidikan. Untuk
mencapai
tujuan
pendidikan
nasional
pemerintah
telah
menyelenggarakan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis jenjang. Namun fakta di lapangan belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih rendah. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi 2
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), cet.1, hal.1 3 Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenagkan), (Jakarta, PT Remaja Rosdakarya, 2005), cet-1, hal 3-4
2
guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya. Menurut Arends (1997): “it is strange that we expect students to learn yet seldom teach then about learning, we expect student to solve problems yet seldom teach then problem solving.” 4 Kalimat di atas mempunyai makna bahwa dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga lebih menyuruh siswa untuk menyelesaikan masalah, tetapi jarang mengajarkan bagaimana siswa harus menyelesaikan masalah. Berdasarkan masalah-masalah yang ada dewasa ini yang perlu kita lakukan sebagai seorang pendidik adalah memperhatikan komponen-komponen pembelajaran yang kita gunakan apakah masih konvesional, pembelajaran yang berpusat pada guru atau sudah menggunakan pembelajaran inovatif, progresif dan menyenangkan? Model-model pembelajaran inovatif-progresif merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan
antara
pengetahuan
yang
dimilikinya
dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pemebelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa, strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam pembelajaran sosiologi misalnya, pembelajaran ditekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan potensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami lingkungan sekitar secara ilmiah. Sosiologi adalah salah satu mata pelajaran yang menarik untuk dikaji karena dalam setiap materi sangat berhubungan erat dengan proses kehidupan sehari-hari, seperti pada materi; interaksi sosial, pengendalian sosial, tindakan sosial, 4
Trianto, Mendesain Model…hal.7, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet-1, hal.7
3
konflik sosial, perubahan sosial, globalisasi, dan lain sebagainya. Pendidikan sosiologi diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat, sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang diri
sendiri dan lingkungan sekitarnya. Selanjutnya siswa diharapkan dapat mengembangkan dan menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menambah keaktifan siswa dalam belajar atau membahas materi yang diberikan oleh guru, maka dapat digunakan dengan model pembelajaran berkelompok. Salah satu model pembelajaran berkelompok yang aktif yaitu dengan model Student Groups Achievement Division (STAD), Jigsaw dan Group Investigation Melihat kondisi yang ada di lingkungan SMA Sekolah Islam Terpadu (selanjutnya disingkat SIT) Fajar Hidayah tempat penulis melakukan penelitian, dalam hal sarana belajar mengajar sudah masuk kategori memadai, hanya saja keadaan siswa yang kurang antusias mengikuti pelajaran sosiologi menyebabkan hasil belajar kurang maksimal dan latar belakang siswa yang kebanyakan dari lingkungan perumahan yang mengedepankan individualis dan mengakibatkan jiwa sosial siswa kurang peka, maka perlu dicarikan solusi terutama model mengajar yang dapat meningkatkan efektifitas dan hasil belajar siswa. Selama penulis melakukan pengamatan dan penelitian dalam pelajaran sosiologi di sekolah tersebut, tampak bahwa para siswa memang kurang antusias dalam belajar sosiologi. Akibatnya mereka kurang mampu untuk memecahkan soal-soal sosiologi sehingga hasil belajarnya pun kurang memuaskan. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka dalam skripsi ini penulis akan meneliti tentang penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model Group Investigation (Penelitian Kelompok) dalam rangka meningkatkan efektifitas dan hasil belajar sosiologi para siswa kelas X SMA SIT Fajar Hidayah.
4
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka timbul masalahmasalah sebagai berikut : a. Ketidakaktifan siswa dan kurangnya antusiasme dalam pembelajaran akan mengakibatkan lemahnya pemahaman tentang materi yang diajarkan dan mempengaruhi hasil belajar siswa. b. Keaktifan siswa dalam pembelajaran adalah keikutsertaannya dalam merancang pembelajaran yang menarik dan kreatif. c. Dengan model pembelajaran yang kostruktif dan inovatif maka hasil belajar dan keaktifan siswa akan meningkat.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah Dari identifikasi masalah di atas serta mengingat luasnya permasalahan yang ada, maka untuk mempermudah penulisan skripsi ini agar menjadi lebih terarah, penulis membatasi masalah ini pada: Penerapan pendekatan pembelajaran
kooperatif
model
Group
Investigation
dalam
proses
pembelajaran sosiologi untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar sosiologi siswa. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut; Apakah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model group investigation dalam pelajaran sosiologi dapat meningkakan hasil belajar sosiologi para siswa kelas X SMA SIT Fajar Hidayah.
5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara ilmiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan meningkatkan ilmu pengetahuan serta tekhnologi. Tujuan penelitian secara umum adalah untuk membentuk kemampuan dan keterampilan menggunakan rancangan-rancangan statistik penelitian yang berpedoman pada pemecahan masalah yang sedang diteliti. 5 Dengan dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini peneliti sebagai guru bidang studi mempunyai tujuan-tujuan, antara lain: a. Ingin mengetahui seberapa tinggi hasil penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajari melalui pembelajaran kooperatif model Group Investigation b. Meningkatkan kualitas pembelajaran sosiologi di SMA SIT Fajar Hidayah dengan cara menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif model group investigation 2. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan : a. Menjadi bahan masukan guru untuk meningkatkan prestasi dan kreatifitas siswa, khususnya dalam mata pelajaran sosiologi dan semua mata pelajaran pada umumnya, agar proses belajar mengajar menjadi lebih efektif. b. Sebagai sumbangan data ilmiah mengenai model pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. c. Dengan penelitian ini penulis berharap dapat memahami lebih jauh tentang pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran sosiologi sebagai bekal dikemudian hari.
5
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h.1
6
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti 1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar a. Hakikat Belajar Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. “Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat”. 1 Artinya bahwa proses perubahan setelah belajar dalam diri seseorang tidak dapat disaksikan, melainkan dapat dirasakan dari adanya gejala-gejala perubahan prilaku yang nampak dari mereka yang belajar. Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap (permanent) dan tidak hanya terjadi pada prilaku yang saat ini nampak (immediate behavior), tetapi prilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior). Oleh karena itu, perubahan-perubahan terjadi karena pengalaman. 2
1
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasiskompetensi, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), Cet 3, h.90 2 . Irwanto, dkk. Psikologi Umum, (Jakarta: PT Prenhallindo, 2002), h. 105
7
Menurut Gronbach, “learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. 3 Maksudnya adalah belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami. Dalam mengalami itu si pelajar menggunakan panca indranya. Dalam buku Educational Psychology, Witherington menyatakan bahwa, “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai
suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian, atau pengertian”. 4 Dengan demikian, ketika seseorang melakukan proses belajar maka akan mengalami perubahan tingkah laku yang menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis. “Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan”. 5 Oleh sebab itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Menurut James O. Wittaker, “Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”. 6 “Belajar atau yang disebut dengan learning adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada prilaku yang diperoleh dari pengalamanpengalaman”. 7 Perubahan yang terjadi karena pengalaman ini membedakan dengan perubahan-perubahan lain yang disebabkan oleh kerusakan fisik, baik karena pengaruh obat-obatan berbahaya maupun karena kecelakaan atau penyakit
3
. Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), Cet. 11, h. 231 4 . Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 22, h. 84 5 . Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 13, h.89 6 . Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), Cet. 5, h. 104 7 . Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), Cet.1, h. 76
8
tertentu. Akan tetapi perubahan yang terjadi pada individu dari segala aspek, yaitu aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan Dapat disimpulkan bahwa hanya melalui proses belajar seorang individu akan mengalami perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
b. Hakikat Hasil Belajar “Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.” 8 Kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol disebut dengan kegiatan pembelajaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu oleh guru. Jadi, anak yang berhasil
dalam belajar
ialah
yang
berhasil
mencapai
tujuan-tujuan
pembelajaran. Keberhasilan seorang guru dari proses belajar mengajar adalah ketika siswanya mengerti dan memahami atas apa yang disampaikannya. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan dalam hasil belajar. Untuk mencapai hasil belajar yang ideal, dituntut kemampuan para pendidik untuk membimbing siswanya dalam proses belajar. Seorang guru harus selalu siap dengan berbagai kondisi dalam menghadapi siswa dan lingkungannya, juga harus memiliki kompetensi yang tinggi untuk dapat menjalankan kewajibannya sebagai guru teladan, agar tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, kegiatan belajar akan lebih terarah dan sistematis jika disertai dengan proses pembelajaran. Belajar dengan proses pembelajaran akan lebih efektif, karena ada guru, bahan ajar, metode, serta ada lingkungan yang kondusif yang sengaja diciptakan. “Di dalam sistem pendidikan nasional mengenai rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin S. Bloom
8
Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Renika Cipta, 1999), Cet. 1, h.28
9
secara garis besar mengacu kepada tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik”. 9 Seseorang yang telah melalui proses belajar akan nampak dalam perubahan tingkah lakunya. Perubahan ini meliputi tingkah laku secara keseluruhan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Di sekolah biasanya hasil belajar siswa dinyatakan dengan angka, hasil belajar ini diukur melalui test atau penilaian hasil belajar terhadap pengetahuan, kemampuan, kebiasaan, keterampilan dan sikap siswa selama mengikuti proses belajar dalam jangka waktu tertentu.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Pada dasarnya hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Hasil belajar siswa yang baik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah bukan hanya disebabkan oleh kecerdasan siswa saja, melainkan masih ada hal lain yang juga menjadi faktor penentu yang tidak dapat dipisahkan dalam mencapai keberhasilan belajar siswa, yang akan dibahas lebih lanjut. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu; yang bersumber dari dalam diri manusia dan manusia yang belajar yang disebut sebagai faktor internal, dan faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar disebut sebagai faktor eksternal”. 10 Secara ringkas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar tersebut dapat digambarkan dalam bagan seperti di bawah ini. 9
. Mulyono Abdurahman, Pendidikan…..,h. 38 Suharsimin Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta, PT Rineka Cipta 1990), Cet. 1, h, 21 10
10
Prestasi belajar
Faktor internal Biologis : usia, kematangan, dan kesehatan Psikologis: minat, motivasi, suasana hati
Faktor eksternal Manusia: dikeluarga, disekolah, dimasyarakat Non manusia: udara, suara, bau-bauan
2. Sosiologi a. Pengertian Sosiologi Secara harfiah atau etimologis sosiologi berasal dari bahasa latin: socius (teman, kawan, sahabat) dan logos (ilmu penetahuan). Jadi sosiologi adalah ilmu tentang cara berteman, berkawan, bersahabat yang baik, atau bergaul yang baik dalam masyarakat. 11 Sedangkan secara operasional, beberapa pakar sosiologi mendefinisikan sebagai berikut : Menurut Mayor Polak sosiologi adalah; “suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis.” 12 Menurut Horton dan Hunt (1987:41) Menyatakan bahwa, Sosiologi pada hakikatnya bukanlah semata-mata ilmu murni (pure science) yang hanya mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak demi usaha peningkatan kualitas itu sendiri, namun sosiologi bisa juga menjadi ilmu terapan (applied science) yang menyajikan cara-cara untuk mempergunakan pengetahuan ilmiahnya guna memecahkan masalah praktis atau masalah sosial yang perlu ditanggulangi. 13 Menurut Emile Durkheim, “Sosiologi ialah suatu ilmu yang mempelajari apa yang dinamakannya fakta sosial (fait social). Menurut Durkheim fakta sosial merupakan cara-cara bertindak, berpikir, dan berperasaan, yang berada 11
Ari Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta, Rineka Cipta 2000), cet ke-1, hal,3-4 Ari Gunawan, Sosiologi…, hal,3-4 13 . J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan,(Jakarta: Prenada Media Group, 2007), Cet. 3, h. 2. 12
11
di
luar
individu,
mengendalikannya”.
dan
mempunyai
kekuatan
memaksa
yang
14
Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah; “ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.” 15 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan dan pengaruh timbal balik di dalam masyarakat antara lain mengenai gejala-gejala sosial, struktur sosial, maupun perubahan sosial.
b.Tujuan Sosiologi Tujuan sosiologi adalah meningkatkan daya atau kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Caranya adalah dengan mengembangkan pengetahuan yang objektif mengenai gejala-gejala kemasyarakatan yang dapat dimanfaatkan secara efektif untuk memecahkan masalah-masalah.
3. Hakikat Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian Individu-individu masyarakat manusia menguasai sejumlah norma-norma di dalam dirinya bukan karena proses-proses yang bersifat kodrati, melainkan memperolehnya melalui suatu proses belajar (learning proses) atau meurut istilah sosiologi adalah proses sosialisasi. Melalui proses-proses sosialisasi, individu-individu masyarakat belajar mengetahui dan memahami tingkah pekerti, tingkah pekerti apa yang harus dilakukan, dan tingkah pekerti apa pulakah yang tidak harus dilakukan di dalam masyarakat. “Kepribadian adalah kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah pekerti sosial tertentu, baik tingkah pekerti yang bersifat tertutup
14
. Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1993) h. 13 15 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1993), h. 19-20
12
(seperti berperasaan, berkehendak, berfikir, dan bersikap), maupun tingkah pekerti yang terbuka”. 16 Di dalam sosiologi kepribadian dibentuk karena adanya sosialisasi, dan kepribadian seseorang akan berkembang dan mengalami perubahan karena mengikuti
proses
sosialisasi
yang
sempurna.
Hubungannya
dengan
kebudayaan adalah dengan sosialisasi kebudayaan-kebudayaan yang ada di masyarakat akan dikenal oleh seorang individu.
Dengan sosialisasi yang
sempurna maka individu akan diterima oleh masyarakat dan dapat memahami kebudayaan yang ada di masyarakat tersebut.
4. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif “Pembelajaran
kooperatif
merupakan
sebuah
kelompok
strategi
pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.” 17 Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi
siswa,
memfasilitasi
siswa
dengan
pengalaman
sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latarbelakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.
Ada
unsur-unsur
dasar
pembelajaran
kooperatif
yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang asal-asalan. Pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik
16
J. Dwi Narwoko-Bagong Suryanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta, kencana prenada Media Group), cet ke-3, h, 74 dan 84 17 Trianto, Mendesain… h. 58
13
mengelola kelas dengan lebih efektif yang akan dibahas lebih dalam pada uraian selanjutnya. “Pembelajaran
kooperatif
sangat
tepat
digunakan
untuk
melatih
keterampilan-keterampilan kerja sama dan kolaborasi, dan juga keterampilanketerampilan tanya jawab”. 18 Model pembelajaran cooperative learning mempunyai asumsi bahwa untuk mencapai hasil yang optimal dalam pembelajaran, siswa paling tidak menjadi bagian dari satu sistem kerja sama dalam kelompok. Dengan demikian, keberhasilan belajar tidak diperoleh semata-mata dari guru, melainkan juga dari pihak lain sesamanya yang terlibat dalam pembelajaran, khususnya siswa. Pihak lain yang disebut di atas bisa juga dalam arti yang lebih luas, misalnya teman sebaya, per group, dan lain-lain. Yusri Panggabean dalam buku Strategi, Model, dan Evalusai menjelaskan bahwa, hal yang
penting diperhatikan dalam Model Pembelajaran
Cooperative Learning adalah, keberhasilan belajar tidak hanya ditentukan oleh kemampuan individu semata, tetapi juga oleh peran masing-masing anggota secara bersama di dalam kelompok. Dengan demikian, model pembelajaran ini mempunyai karakteristik antara lain sebagai berikut: a. Individual accountability: tiap individu dalam kelompok mempunyai peran dan tanggung jawab yang tidak bisa dilepaskan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapai kelompok sebagai masalah bersama. Keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh pelaksanaan peran dan tanggung jawab setiap anggotanya. b. Social Skills: model pembelajaran ini mendidik siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri atau pengendalian diri demi mencapai kepentingan atau tujuan kelompok. Dalam kelompok siswa belajar memberi dan menerima, memikul dan menyerahkan tanggung jawab, menghormati orang lain, dan membentuk kesadaran sosial. c. Positive interdevendence: siswa belajar saling tergantung satu sama lain secara positif dalam kelompok. Suasana ini menyediakan kepada siswa pengalaman nyata dimana siswa dalam bekerja sama dapat berkolaborasi bukan berkompetisi. d. Group Processing: ada begitu banyak masalah yang ditemui dalam kehidupan ini, yang kalau dihadapi secara sendirian kita akan 18
Trianto, Mendesain… h. 60
14
kehilangan kekuatan. Karena itu, kita membutuhkan bantuan dan pertolongan dari orang lain. Kekuatan kita sendiri sangat terbatas dibanding tantangan yang kita hadapi. Dalam hal ini, Model Pembelajaran Cooperative Learning memberikan kepada siswa pengalaman langsung dimana proses perolehan jawaban atas masalah yang dihadapi dikerjakan oleh kelompok secara bersama. Pengalaman mengalami proses bersama (dalam menghadapi tantangan) di dalam kelompok ini sangat penting dan mahal harganya. e. Getting better together: di atas semuanya, dan yang menjadi puncaknya, adalah siswa mendapatkan sesuatu yang lebih baik secara bersama di dalam kebersamaan. Dengan demikian, mereka secara bersama dan individu, mengalami pertumbuhan ke arah yang lebih baik. 19 Jadi pembelajaran kooperatif adalah suatu variasi pembelajaran di mana siswa belajar, bekerja dan berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil. Kelompok-kelompok tersebut siswa saling bekerjasama, saling membantu, berdiskusi dan berargumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta bekerjasama dalam mengerjakan tugas kelompok, baik dalam tutorial, latihan maupun koreksi teman sebaya. Selain kelompok belajar kooperatif, ada beberapa kelompok belajar tradisional yang sering diterapkan di sekolah, seperti kelompok diskusi, kelompok tugas, dan kelompok belajar lainnya.
b. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Kelebihan model pembelajaran kooperatif yaitu: a. Meningkatkan harga diri tiap individu b. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar. c. Konflik antar pribadi berkurang d. Sikap apatis berkurang e. Pemahaman yang lebih mendalam f. Retensi atau penyimpanan lebih lama g. Meningkatkan kebaikan budi,kepekaan dan toleransi. h. Model pembelajaran kooperatif dapat mencegah keagresivan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif. i. Meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik). j. Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif 19
Yusri Panggabean dkk, Strategi, Model Dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2006, (Bina Media Informasi, Mei 2007) Cet.Pertama, hal.75-76.
15
k. Menambah motivasi dan percaya diri. l. Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi temanteman sekelasnya. m. Mudah diterapkan dan tidak mahal. 20 c. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Kelemahan model pembelajaran koopertaif yaitu: a. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakukan di luar kelas seperti di laboratorium matematika, aula atau di tempat yang terbuka. b. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam model pembelajaran kooperatif bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok. c. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain. d. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam model pembelajaran kooperatif pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dapat memotivasi belajar siswa dimana kekurangan yang mungkin terjadi dapat diminimalisirkan. 21
20
http://ayobelajarfisika.blogdetik.com/2009/09/06/metode-pembelajaran-kooperatif/, diakses tgl.13 April 2010, jam.16:42 21
http://ayobelajarfisika.blogdetik.com/2009/09/06/metode-pembelajaran-kooperatif/, diakses tgl.13 April 2010, jam.16:42
16
5. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif Adapun unsur-unsur dasar pemebelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Anita Lee dalam buku Cooperatif Learning adalah sebagai berikut: a. Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenganggungan bersama” b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu dalam kelompoknya, seperti mereka sendiri. c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara kelompoknya. e. Siswa akan dikenakan evaluasi dan juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. g. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. 22 Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional Kelompok Belajar Kooperatif
Kelompok Belajara Konvensional
adanya saling ketergantungan positif, saling
guru sering memberikan adanya siswa yang
membantu, dan saling memberikan motivasi
mendominasi kelompok atau menggantungkan
sehingga ada interaksi promotif
diri pada kelompok
adanya akuntabilitas individual yang mengukur
akuntabilitas
penguasaan materi pelajaran tiap anggota
sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah
kelompok, dan kelompok diberi umpan balik
seorang
tentang hasil belajar para anggotanya sehingga
kelompok
dapat
keberhasilan “pemborong”.
saling
memerlukan
mengetahui bantuan
dan
siapa
yang
siapa
yang
baik
dalam
induvidual
anggota lainnya
sering
kelompok hanya
diabaikan
sedangkan
“mendompleng”
memberikan bantuan. kelompok
belajar
heterogen,
kelompok belajar biasanya homogen
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan
sebagainya
sehingga
dapat
saling
mengetahui siapa yang memerlukan bantuan
22
Anita Lee, Cooperatif Leaarning, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), h
28
17
dan siapa yang memberikan bantuan. pimpinan kelompok dipilih secara demokratis
pemimpin kelompok sering ditentukan oleh
atau bergilir untuk memberikan pengalaman
guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih
memimpin bagi para anggota kelompok.
pemimpinnya dengan cara-cara masing-masing
ketrampilan sosial yang diperlukan dalam kerja
ketrampilan sosial sering tidak secara langsung
gotong
diajarkan.
royong
kemampuan
seperti
kepemimpinan,
berkomunikasi,
mempercayai
orang lain, dan mengelola konflik secara lansung diajarkan. pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung
pemantauan melalui observasi dan intervensi
guru terus melakukan pemantauan melalui
sering tidak dilakukan oleh guru pada saat
observasi dan melakukan intervensi jika terjadi
belajar kelompok sedang berlangsung.
masalah dalam kerja sama antara anggota kelompok. guru memerhatikan secara proses kelompok
guru
sering
yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
kelompok
tidak
yang
memperhatikan
terjadi
dalam
proses
kelompok-
kelompok belajar. penekanan tidak hanya pada penyelesaian
penekanan sering hanya pada penyelesaian
tugastetapi
juga
hubungan
tugas. 23
(hubungan
antar
pribadi
interpersonal yang
saling
menghargai).
6. Peran Guru Dalam Pembelajaran Kooperatif Peran guru dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai fasilitator, motivator dan manajer belajar. Pemberian bantuan secara scaffolding sangat diperlukan. Scaffolding adalah pemberian sejumlah bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka mampu.
Bantuan
tersebut
berupa
petunjuk,
peringatan,
dorongan,
menguraikan. Masalah pada langkah-langkah pemecahan, memberi contoh, ataupun hal-hal yang memungkinkan siswa tumbuh mandiri. Berikut perbandingan peranan guru yang menggunakan model pembelajaran kooperatif dan pembelajaran tradisional. 23
Trianto, Mendesain… h.58-59
18
7. Implikasi Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Ibrahim, dkk. (2000) “bahwa belajar kooperatif belajar dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antara siswa. Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka dalam belajar kooperatif daripada dari guru”. 24 Davidson
(1991)
memberikan
sejumlah
implikasi
positif
dalam
pembelajran dengan menggunakan strategi belajar kooperatif yaitu sebagai berikut: 1. Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar kelompok kecil membentuk suatu forum dimana siswa menanyakan pertanyaan, mendiskusikan pendapat, belajar dari pendapat orang lain, memberikan kritik yang membangun dan menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk tulisan. 2. Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa. Interaksi dalam kelompok dirancang untuk semua anggota mempelajari konsep dan strategi pemecahan masalah. 3. Suatu masalah idealnya cocok untuk didiskusikan secara kelompok, sebab memiliki solusi yang dapat didemontrasikan secara objektif. Seorang siswa dapat memengaruhi siswa lain dengan argumentasi yang logis. 4. Siswa dalam kelompok dapat membantu siswa lain untuk menguasai masalah-masalah dasar dan prosedur perhitungan yang perlu dalam onteks permainan, teka teki, atau pembahasan masalah-masalah yang bermanfaat. 5. Ruang lingkup materi dipenuhi oleh ide-ide menarik dan menantang yang bermanfaat bila didiskusikan.25
8. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif.
24
. Trianto, mendesain... h.62 Trianto, Mendesain…hal.62
25
19
Tabel 2. 2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase
Tingkah laku guru
fase 1
guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
fase 2
guru menyajikan informasi kepada siswa
menyajikan informasi
dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan.
fase 3
guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
mengorganisasikan siswa kedalam kelompok
membantu
kooperatif
setiap
kelompok
belajar
dan
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
fase 4
guru membimbing kelompok-kelompok belajar
membimbing kelompok bekerja dan belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
fase 5
guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
evaluasi
yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersembahkan hasil kerjanya.
fase 6
guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
memberikan penghargaan
upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok 26
9. Model Group Investigasi Model pembelajaran kooperatif telah diyakini oleh banyak ahli pendidikan sebagai model pembelajaran yang dapat memberi peluang siswa untuk terlibat dalam diskusi, berpikir kritis, berani dan mau mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri. 27 Model ini dapat dipakai untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial. 28
26
. Trianto, Mendesain…hal.66-67 Trianto, Mendesain….,hal.68 28 Trianto, Mendesain….,hal.68 27
20
Model pembelajaran kooperatif dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif, sebab siswa akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan (contructing) dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung jawab individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran. 29 Asumsi pengembangan pembelajaran kooperatif tipe group investigasi, yaitu: 1. Untuk meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dapat ditempuh melalui pengembangan proses kreatif menuju suatu kesadaran dan pengembangan alat bantu yang secara eksplisit mendukung kreativitas. 2. Komponen emosional lebih penting daripada intelektual, yang tak rasional lebih penting daripada yang rasional. 3. Untuk meningkatkan peluang keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah harus lebih dahulu memahami komponen emosioanl dan irrasional. 30 Model pembelajaran group investigasi ini bertumpu pada kesanggupan berpartisipasi dalam proses sosial yang demokratis. Melalui kegiatan yang terkombinasi antara keterampilan antar pribadi (dalam kelompok) dengan keterampilan-keterampilan penentuan akademik, akan dilahirkan pribadi yang tangguh dan rendah hati. 31 Investigasi
kelompok
(group
investigation)
merupakan
model
pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam perkembangannya model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya peyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang berpusat pada guru. Pendekatan ini juga
29
http://ayobelajarfisika.blogdetik.com/2009/09/06/metode-pembelajaran-kooperatif/, diakses tgl.13 April 2010, jam:16:42 30 Trianto, Mendesain… 31 Pangabean, Yusri dkk, (Jakarta, strategi model, dan evaluasi, 2008), Cet. 1. h, 79
21
memerlukan mengajarkan siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik. 32 Tabel 2. 3 Perbandingan Pendekatan Kelompok Penyelidik dan Pendekatan Struktural
Pendekatan Unsur Tujuan Kognitif
Kelompok Penyelidik informasi akademik tingkat tinggi
Pendekatan Struktural informasi akademik sederhana
dan ketrampilan inkuiri Tujuan Sosial
Struktur Kelompok
kerjasama dalam kelompok
keterampilan kelompok dan
kompleks
sosial
kelompok belajar homogen
bervariasi berdua, bertiga,
dengan 5-6 orang anggota
kelompok dengan 4-6 orang anggota
Pemilihan Topik
biasanya siswa
biasanya guru
Tugas Utama
siswa menyelesaikan inkuiri
siswa menyelesaikan tugas-tugas
kelompok
yang diberikan baik sosial maupun kognitif
menyelesaikan proyek dan
Penilaian
bervariasi
membuat laporan, dapat menggunakan tes esai Pengakuan
lembar pengakuan dan publikasi
bervariasi 33
lain
B. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigasi dalam Pembelajaran Sosilogi Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif model group investigasi diharapkan dapat terjadi interaksi aktif antar siswa, baik secara fisik, intelektual dan emosional. Dengan segala perbedaan yang ada pada siswa, mereka dapat saling membantu dengan saling berdiskusi, bekerja sama dan saling melengkapi kekurangan masing-masing dalam memahami pokok pembahasan sosialisasi dan pembentukan kepribadian. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar dan tidak bosan 32 33
Trianto, Mendesain…. h 79 Trianto, Mendesain… h 79
22
mengikuti pembelajaran sosiologi. Dengan memberikan kesempatan siswa aktif serta interaksi antar siswa yang kemudian mengadakan penyelidikan untuk menemukan atau menyelesaikan masalah akan meningkatkan pemahaman konsep-konsep dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam pokok bahasan sosialisasi dan pembentukan kepribadian.
C. Acuan Teori Rancangan-Rancangan Alternatif atau Disain-Disain Interval Tindakan yang Dipilih Pelaksanaan tindakan pembelajaran melalui model group investigation, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 orang siswa yang heterogen, selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Kemudian siswa menyiapkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas. Sharan, dkk (1984) membagi langkah-langkah pelaksanaan model investigasi kelompok (group investigation) meliputi enam fase. a). Memilih topik Siswa memilih subtopik khusus suatu daerah masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademik maupun etnis b). Perencanaan kooperatif Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama. c). Implementasi Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar berbeda baik di dalam atau di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila perlu. d). Analisis dan sintesis Siswa menganalisis dan menyintesis yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.
23
e). Presentasi hasil final Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasikan dikoordinasi oleh guru. f). Evaluasi Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap-tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individu atau kelompok. 34 Penelitian dilaksanakan di SMA SIT Fajar Hidayah Kotawisata Cibubur pada kelas X dan fokus permasalahan yang diteliti adalah saat ini proses pembelajaran yang terjadi di kelas hanya berpusat pada guru (teacher center), sehingga siswa tidak dapat mengembangkan pengetahuan awal yang dimilikinya. Untuk mengatasi masalah ini pemilihan metode mengajar yang baik dan optimal merupakan hal yang sangat penting. Agar siswa memahami pelajaran secara mendalam, dapat dilakukan dengan perubahan lingkungan belajar di mana siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Seorang pendidik diharapkan menguasai materi dan dapat melaksanakan penyajian materi yang sesuai untuk mencapai suatu tujuan pengajaran, serta terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar yang baik. Perubahan lingkungan belajar ini dapat dilakukan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model group investigation yang dapat merubah siswa pasif dalam pembelajaran menjadi siswa aktif dan meningkatkan hasil belajar siswa.
D. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan Tabel 2. 4 SIKLUS
PERENCANAAN:
I
Identifikasi dan alternatif
34
Merencanakan pembelajaran yang akan
masalah diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. penetapan Menentukan pemecahan Mengembangkan
Trianto, ….h. 80
24
pokok skenario
bahasan. pembelajaran.
masalah.
Menyusun lembar kerja siswa. Menyiapkan sumber belajar. Mengembangkan format evaluasi. Mengembangkan format observasi pembelajaran
TINDAKAN
Menerapkan
tindakan
mengacu
pada
skenario dan lembar kerjas siswa. PENGAMATAN
Melakukan
observasi
dengan
memakai
format observasi. Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa. REFLEKSI
Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.
Melakukan
pertemuan
untuk
membahas hasil evaluasi tentang skenario, lembar kerja siswa dan lain-lain. SIKLUS
PERENCANAAN
Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan
II
masalah.
Pengembangan
program tindakan. TINDAKAN
Pelaksanaan program tindakan II
PENGAMATAN
Pengumpulan data tindakan II
REFLEKSI
Evaluasi II Siklus-siklus selanjutnya Kesimpulan
E. Bahasan hasil-hasil yang relevan Siti Maesaroh dalam skripsinya yang berjudul “Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa” (Studi eksperimen di Kelas I MTs. Manaratul Islam Jakarta Selatan). Memberikan kesimpulan sebagai berikut:
25
1. Pembelajaran kooperatif dengan menggunakan model Group Investigation dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar Matematika, tidak jenuh atau membosankan seperti proses pembelajaran yang selama ini diterapkan dalam pembelajaran matematika, siswa aktif dalam proses pembelajaran sedangkan guru hanya bertugas mengawasi dan mengarahkan siswa. Dengan demikian pembelajaran kooperatif dengan model Group Investigasi dapat merevisi paradigma lama yang menyatakan bahwa pikiran siswa ibarat kertas kosong yang siap menunggu coretan-coretan gurunya, siswa hanya duduk, diam, dengar, catat dan hafal. Juga merupakan solusi alternatif dalam mengatasi masalah pendidikan di Indonesia. 2. Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa Mts Manaratul Islam dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, indikasi dari hal ini bisa kita lihat dari nilai rata-rata yang diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigasi lebih tinggi dibanding dengan rata-rata siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Selain itu setelah diuji menggunakan statistik uji-t dapat dibuktikan bahwa hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif dengan model Group Investigasi lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. 3. Keberhasilan siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Group Investigasi ini tidak terlepas berbagai komponen yang terkait, diantaranya kemampuan guru dalam mengelola kelas, siswa dan lingkungan kelas. Jika komponenkomponen ini dapat dioptimalkan dengan baik maka diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai serta meningkatkan hasil belajar siswa. 35 Penulis belum menemukan literatur hasil penelitian pada mata pelajaran sosiologi penerapan pembelajaran kooperatif model group ivestigation. Anita Ulama dalam sekripsinya “Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Pensemaran Lingkungan (Penelitian tindakan Kelas di kelas VII SMP Negri 83 Jakarta Barat)” memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Siswa merasa lebih tertarik belajar Biologi, karena mereka semua merasa terlibat dalam kegiatan kooperatif. 35
Siti Maesaroh, Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. (studi eksperimen di kelas I MTs Manaratul Islam Jakarta Selatan), Skripsi (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 2005), hal 61-62
26
2. Penerapan metode kooperatif model group investigation dapat meningkatkan pemahaman dan perolehan kemampuan siswa. 3. Pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif model group investigation efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 36 F. Hipotesis Tindakan Pelajaran
sosiologi
apabiala
dilakukan
dengan
mengembangkan
pembelajran kooperatif model group investigation akan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
36
Anita Ulama, Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan, Sekripsi (jakarta: Universitas islam Negri Syarif Hidayatullah 2008), hal 62
27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian Tempat yang dipilih sebagai lapangan penelitian adalah SMA SIT Fajar Hidayah, Kotawisata – Cibubur, tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian dilakuakan pada semester genap (II) mulai tanggal 11 Januari – 1 Maret 2010.
B. Metode Dan Desain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas pelaksanaan pembelajaran kooperati dengan model group investigation, siswa terlibat langsung salam perencanaan, baik dalam memilih topik maupun prosedur atau langkah-langkah yang harus diikuti oleh siswa dalam penyelidikan mereka. Di samping itu juga memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit, dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Dalam penerapan model ini, guru perlu membelajarkan siswa tentang keterampilan berkomunikasi dan proses berkelompok yang baik. Penerapan pembelajaran kooperatif model group investigasi ini siswa dibagi dalam kelompok-kelompok dengan 5 sampai dengan 6 anggota kelompok belajar yang heterogen. Faktor lain yang dapat dipertimbangkan adalah keakraban dan persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu.
28
Desain Penelitian Tindakan Kelas I. Tahap Persiapan PTK :
Siklus I
I. -
Tahap Persiapan PTK : Analisis dan perumusan masalah Penyiapan /pengadaan referensi Pemilihan metodelogi Penyusunan proposal penelitian
-
Tahap Perencanaan Tindakan : Diagnosis kesulitan siswa oleh guru Diagnosis kesulitan guru dalam KBM Perencanaan strategi pembelajaran
Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Observasi : Pelaksanaan KBM Pengelolaan sarana penunjang KBM Pelaksanaan observasi Tahap evaluasi tindakan Evaluasi KBM oleh peneliti Evaluasi pencapaian hasil belajar siswa (tes I)
-
-
Tahap Analisis dan Refleksi Analisis dan refleksi terhadap hasil observasi siklus I Analisis dan refleksi terhadap hasil tes I
Tahap Perencanaan Tindakan : Revisi KBM siklus I Revisi sarana penunjang KBM ikl I
SIKLUS II. dst
Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Observasi : Pelaksanaan KBM Pengelolaan sarana penunjang KBM Pelaksanaan observasi oleh peneliti Tahap Evaluasi Tindakan : Evaluasi KBM oleh peneliti Evaluasi pencapaian hasil belajar siswa (tes II)
-
Siklus selanjutnya
Tahap Analisis dan Refleksi Analisis dan refleksi terhadap hasil observasi siklus II Analisis dan refleksi terhadap hasil tes II
Jika Sudah Baik
Jika Belum Baik
I. -
Tahap Diseminasi PTK : Penyempurnaan model Seminar hasil penelitian Pelaporan hasil penelitian
Rancangan Siklus Penelitian 1. Perencanaan/ide awal Memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran Sosiologi 2. Temuan awal
29
Saat ini pembelajaran masih berisi konsep dan prinsip yang harus dihafal siswa, guru “melupakan” latar belakang dan hakikat pembelajaran, metode menagajar masih bersifat ceramah – pengajaran pasif. 3. Diagnosa (hipotesis) Penggunaan metode mengajar yang berupa tugas ditambah dengan diskusi dan pendekatan konstruktivistik dapat meningkatkan kualitas/hasil belajar siswa. 4. Perencanaan Penerapan pembelajaran kooperatif model group investigation untuk pokok bahasan sosialisasi dan pembentukan kepribadian : a. Format tugas: pembagian kelompok kecil sesuai dengan jumlah pokok bahasan, dipilih ketua dan anggota kelompok, membagi pokok bahasan untuk kelompok secara random, dan dilakukan dengan cara yang menyenangkan. b. Kegiatan kelompok: melakukan observasi lapangan dengan mengamati proses sosialisasi di Taman al-Qur’an (selanjutnya disingkat TQ) yang ada di bawah naungan Yayasan Fajar Hidayah, untuk memberikan solusi atas permasalahan yang telah ditemukan untuk dipresentasikan di hadapan kelas. c. Presentasi dan diskusi pleno: masing-masing kelompok menyajikan kelompok diskusinya dalam pleno kelas, guru bertindak sebagai moderator, siswa melakukan diskusi, kemudian guru mengambil kesimpulan sebagai hasil pembelajaran. d. Jenis data yang dikumpulkan: hasil observasi kelompok dan data siswa yang aktif dalam observasi dan diskusi. 5. Tindakan Sebelum memulai proses belajar mengajar, pemeliti/guru melakukan test kemampuan awal (pre test) siswa mengenai pokok bahasan yang akan dipelajari. Guru memberikan suatu permasalahan berupa cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa yang erat hubungannya dengan materi sosialisasi dan pembentukan kepribadian, kemudian guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5 hingga 6 orang, siswa berdiskusi dengan
30
kelompoknya untuk memberikan solusi atas permasalahan yang telh dikemukakan untuk dipresentasikan di depan kelas. Guru memberikan test akhir (post test) kepada siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dengan pembelajaran kooperatif model group investigation. 6. Pengamatan Data yang dikumpulkan berupa aktivitas siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung, catatan lapangan untuk merekam kejadian-kejadian selama proses pembelajaran berlangsung, wawancara yang dilakukan guru oleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung dan test tertulis berbentuk pilihan ganda. 7. Refleksi Menggunakan data untuk melakukan evaluasi dan refleksi untuk membuat revisi perbaikan pada tindakan siklus berikutnya. 8. Siklus II dan selanjutnya 9. Penulisan laporan penelitian
C. Subjek/Partisipasi yang Terlibat dalam Penelitian Pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah; peneliti (sebagai guru sosiologi), kepala sekolah SMA SIT Fajar Hidayah sebagai pengaawas, dan siswa-siswi Sekolah Islam Terpadu SMA Fajar Hidayah Kotawisata – Cibubur.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Peneliti berperan sebagai observer sekaligus guru kelas yang berkolaborasi dengan satu orang guru sebagai pengawas dalam proses pembelajaran (dalam hal ini dilakukan langsung oleh Kepala Sekolah SMA SIT Fajar Hidayah) untuk mengevaluasi kelebihan dan kekurangan peneliti dalam proses pembelajaran kooperatif dengan model group investigation pada konsep sosialisasi dan pembentukan kepribadian.
31
E. Tahapan Intervensi Tindakan Pembagian kelompok kecil sesuai dengan jumlah pokok bahasan, dipilih ketua, sekretaris dan anggota kelompok, membagi topik pembahasan untuk masing-masing kelompok secara random yang dilakukan secara menyenangkan. Mengumpulkan bacaan melalui diskusi anggota kelompok belajar untuk memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam selembar kertas untuk persiapan presentasi. Masing-masing kelompok menyajikan hasil diskusinya dalam pleno kelas, guru bertindak sebagai moderator, siswa melakukan diskusi dan guru mengambil kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.
F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan 1. Tercipta kelompok belajar yang aktif 2. Situasi belajar yang menyenangkan 3. Hasil belajar siswa meningkat
G. Data dan Sumber Data Sumber data diperoleh dari siswa-siswi SMA SIT Fajar Hidayah, Kotawisata – Cibubur, dan data yang diperoleh dari situasi dan suasana kelas saat proses belajar mengajar berlangsung dan hasil belajar siswa yang meningkat setelah mengikuti proses belajar mengajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model group investigation.
H. Instrument Pengmpulan Data yang Digunakan 1. Test (pre-test dan post test) Lembar tes tertulis ini berupa pre-test dan post test soal-soal pada pokok bahasan sosialisai dan pembentukan kepribadian berbentuk pilihan ganda. Perangkat test berupa 10 soal pilihan ganda. Skor yang digunakan untuk soal adalah bernilai 1 (satu) untuk soal yang dijawab benar dan bernilai 0 (nol) untuk soal yang dijawab salah. Test ini diberikan kepada siswa kelas X sebelum dan
32
sesudah pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model group investigation untuk memperoleh gambaran hasil belajar siswa sebelum dan sesudah aktivitas siswa saat proses pembelajaran. Sebelumnya test ini telah diujikan pada kelas yang tidak dijadikan objek penelitian dan dihitung validitasnya, realibilitas dan taraf kesukaran soal. 2. Catatan lapangan Catatan lapangan diperlukan untuk merekam kejadian-kejadian selama proses pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan meliputi; rencana, tindakan, observasi dan refleksi. Berdasarkan hasil refleksi ini peneliti dapat melakukan perbaikan-perbaikan terhadap rencana awal. 3. Instrumen wawancara pada akhir siklus Wawancara dilakukan dari guru oleh siswa setelah proses pembelajaran berakhir. Wawancara dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir. Pedoman wawancara dengan siswa menitikberatkan pada tanggapan siswa selama proses pembelajaran, serta saran siswa terhadap pembelajran selanjutnya. 4. Angket Angket diberikan kepada siswa setelah berakhirnya penelitian, tujuannya adalah untuk mengetahui respon siswa setelah belajar sosiologi dengan pembelajaran kooperati model group investigation. Respon siswa yang ingin diketahui adalah apakah responnya baik, sedang atau buruk, dengan kategori sebagai berikut: Tabel.3.1 Kategori Respon Siswa Setelah Belajar Sosiologi dengan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigasi Respon
Interval Nilai
Baik
35-50
Sedang
18-34
Buruk
1-17
33
Jenis angket yang digunakan berbentuk daftar cek (Cheklist) yang terdiri dari 10 pertanyaan, 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Alternatif jawaban yang diberikan adalah; Selalu (S), Sering (SR), Kadang-kadang (K), Jarang (J) dan Tidak Pernah (TP). 1 Tabel.3.2 Kisi-kisi Angket Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi Siswa Variabel
Dimensi
Metode Group
-
Indikator
Keaktifan
-
Item Pernyataan
Aktif belajar dengan
Investigasi
1 (+), 2 (-)
metode Group
(X)
Investigasi
Hasil Belajar
-
Sosiologi (Y)
Usaha
dalam
beajar -
Pemahaman
-
Kepuasan
-
Peningkatan
-
Semangat belajar
-
Lebih
3 (+), 4 (-)
mudah
memahami konsep -
5 (+), 6 (-)
Nilai sosiologi yang diperoleh
-
Hasil
7 (+), 8 (-) belajar
sosiologi
9 (+), 10 (-)
Adapun kriteria penskorannya adalah sebagai berikut: Tabel.3.3 Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban dengan Skala Likert No.
Pernyataan
Skor SS
S
N
TS
STS
1.
Positif
5
4
3
2
1
2.
Negatif
1
2
3
4
5
1
Riduwan, Metode dan Tekhnik Menyusun Tesis, (Bandung: Alfabeta, 2008), cet. Ke-4, h.86
34
I. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan test sebagai instrumen penelitian. Jenis test yang digunakan adalah test prestasi (achievement test) yaitu test yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Jadi test ini diberikan setelah siswa yang dimaksud mempelajari hal-hal yang diteskan, dalam hal ini menggunakan pembelajaran kooperatif dengan model group investigation. Adapun urutan pengumpulan data dilakukan sebagai berikut: 1. Sebelum memulai proses belajar mengajar, peneliti (guru sosiologi) melakukan test kemampuan awal (pre-test) siswa mengenai pokok bahasan yang akan dipelajari. 2. Guru memberikan suatu permasalahan berupa cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang erat hubungannya dengan materi sosialisasi dan pembentukan kepribadian. 3. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. 4. Siswa dengan kelompoknya melakukan observasi lapangan dengan mengamati proses sosialisasi di TQ yang ada di bawah naungan Yayasan Fajar Hidayah, untuk memberikan solusi atas permasalahan yang telah ditemukan untuk dipresentasikan di hadapan kelas. 5. Guru memberikan tes akhir (post-test) kepada siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dengan pembelajaran kooperatif model group investigation. 6. Guru sekaligus peneliti menilai hasil test, kemudian dimasukan ke dalam blanko penilaian untuk selanjutnya dilakukan analisis data dan mempersiapkan laporan penelitian.
35
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (trusworthiness) Studi Sebelum test dilakukan, test tersebut harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi, “instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu, valid dan variabel. 2 1. Validitas Salah satu ciri tes itu baik adalah apabila test itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur, atau istilahnya valid atau sahih. Dalam penelitian ini digunakan validitas isi (content validity) yang berarti tes disusun sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran khusus. Sedangkan pengujian validitas instrumen (validitas butir) menggunakan rumus korelasi biserial:3 rpbi = Mp − Mt SDt
p /r = X - X bis i i q
Pi qi
Keterangan : rpbi
: Koefisien korelasi point yang dianggap sebagai koefisien validitas item
Mp
: Skor rata-rata hitung yang menjawab benar
Mt
: Skor rata-rata total
SDt
: Standar Deviasi
p
: Proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item
q
: Proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item.
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka hasil perhitungan rbis dibandingkan rtabel product moment yaitu 0.361. Jika hasil perhitungan rbis > atau = rtabel, maka soal tersebut valid. Jika hasil perhitungan rbis < rtabel, maka soal dinyatakan tidak valid.
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1995) h.158 Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2000) cet-3, h.185 3
36
2. Reliabilitas Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi, sedangakan alat evaluasi atau test disebut reliabel, jika test tersebut dapat dipercaya, konsisten atau stabil produktif, jadi yang diperhitungkan di sini adalah ketelitiannya. Pengujian reliabilitas ini menggunakan rumus K-R 20 (Kuder-Richardson 20) yaitu: 2 ⎡ n ⎤ ⎡ s − ∑ pq ⎤ r11 : ⎢ ⎢ ⎥ s2 ⎣ n −1⎥⎦ ⎣⎢ ⎦⎥
Keterangan : r11
: Reliabilitas menggunakan persamaan KR-20
p
: Proporsi siswa yang menjawab benar
q
: Proporsi sisawa yang menjawab salah
n
: Banyaknya soal
s2 n
: Standar deviasi atau simpangan baku
3. Pengujian Taraf kesukaran Untuk mengetahui apakah soal itu sukar, sedang atau mudah maka soal-soal tersebut diujuikan taraf kesukarannya terlebih dahulu. Pengujian taraf kesukaran ini menggunakan rumus: 4 I=
B N
Keterangan : I
: Indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B
: Banyak siswa yang menjawab benar untuk setiap butir soal
N
: Banyak siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksud
Kriteria indeks kesukaran : 5 0.00 – 0.30
: sukar
4
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1999)
5
Nana Sudajana,….hal.137
h.137
37
0.31 – 0.70
: sedang
0.70 – 1.00
: mudah
4. Daya Pembeda Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang mampu (lemah prestasinya). Cara perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut : D = PA – PB, dimana BB PA = BA dan PB = JB JA
Keterangan : D
: Daya pembeda soal
PA
: Proporsi kelas atas
PB
: Proporsi kelas bawah
BA
: Banyak siswa kelas atas yang menjawab benar untuk setiap butir soal
BB
: Banyak siswa kelas bawah yang menjawab benar untuk setiap butir soal
JA
: Jumlash siswa kelas atas
JB
: Jumlah siswa kelas bawah
Klasifikasi Daya Pembeda Soal D < 0.2
: buruk
D = 0.2 – 0.4 : cukup D = 0.4 – 0.7 : baik D = 0.7 – 1
: sangat baik
38
K. Analisa Data dan Interpretasi Hasil Analisis
Setelah data terkumpul maka dilakukan teknik analisis data, yaitu penelitian memberi uraian mengenai hasil penelitian. Menganalisis data merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya orang yang meneliti, tetapi juga orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian. Data yang didapat berupa hasil belajar siswa pada ranah kognitif, lembar observasi kegiatan siswa dan guru pada prose pembelajaran, catatan lapangan, dan respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif model group investigation. Dalam menganalisis data hasil belajar pada aspek kognitif atau penguasaan materi menggunakan analisis deskriptif dari siklus dengan menggunakan gain skor. Gain adalah selisih antara nilai postes dan pretes, gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau pengusaan materi siswa setelah pembelajaran dilakukan oleh guru. Untuk mengetahui selisih nilai tersebut, menggunakan rumus Normalized Gain.
N gain =
SkorPostTest − Skor Pr eTest SkorIdeal − Skor Pr eTest
Dengan kategori: G tinggi
: nilai (g) > 0,70
G sedang : 0,70 > (g) > 0,3 G rendah : nilai (g) < 0,3 L. Tindak Lanjut/Pengembangan Perencanaan Tindakan
Dengan memperhatikan hasil tindakan dalam siklus 1, maka penelitian ditindaklanjuti untuk memperbaiki kekurangan pada siklus pertama, dengan berbagai tahapan berikut ini: 1. Perencanaan tindakan Perencanaan pembelajaran kooperatif model group investigation untuk pokok bahasan sosialisai dan pembentukan kepribadian pada sub materi sosialisasi.
39
a. Format tugas Pembagian kelompok kecil sesuai dengan pokok bahasan, kemudian dipilih ketua, sekretaris dan anggota kelompok, membagi topik bahasan secara random yang dilakukan dengan cara yang menyenangkan. b. Kegiatan kelompok Melakukan observasi lapangan untuk mengetahui proses sosialisasi di TQ Fajar Hidayah, untuk memahami materi dan menuliskan hasil penemuannya untuk persiapan presentasi. c. Presentasi dan diskusi pleno Masing-masing kelompok menyajikan diskusinya dalam pleno kelas, guru bertindak sebagai moderator, siswa melakukan diskusi dan guru mengambil kesimpulan sebagai hasil pembelajaran. d. Jenis data yang dikumpulkan Lembar hasil observasi dan data siswa yang aktif dalam diskusi dan observasi. 2. Tindakan Sebelum memulai proses belajar mengajar, guru melakukan test kemampuan awal (pre-test) siswa mengenai pokok bahasan yang akan dipelajari, kemudian guru memberikan suatu permasalahan berupa cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang erat hubungannya dengan materi sosialisai dan pembentukan kepribadian. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan memberikan tugas untuk melakukan observasi lapangan, kemudian siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk memberikan solusi atas permasalahan yang telah ditemukan untuk dipresentasikan di depan kelas, kemudian guru memberikan test akhir (post-test) kepada siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dengan pembelajaran kooperatif model group investigation. 3. Pengamatan Data yang dikumpulkan dalam proses pengamatan berupa aktivitas siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung, catatan lapangan untuk merekam
40
kejadian-kejadian selama proses pembelajaran berlangsung, wawancara yang dilakukan baik dengan siswa oleh guru maupun dengan guru oleh peneliti setelah proses pembelajaran berlangsung dan tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda. 4. Refleksi Mengolah dan menganalisa data, kemudian menarik kesimpulan mengenai hasil yang dicapai dalam proses pembelajaran selama penelitian baik kelebihan maupun kekurangannya melalui model pembelajaran dan media yang digunakan dalam pembelajaran. 5. Evaluasi Guru sekaligus observer mencatat kegiatan belajar mengajar siswa, kemudian mengadakan post test pada akhir siklus dan mengadakan wawancara mengenai pembelajaran yang berlangsung dalam siklus ini, kemudian menggunakan data yang ada dilakuan evaluasi dan refleksi untuk membuat revisi pada tindakan di siklus selanjutnya.
41
BAB IV DESKRIPSI ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS
DAN
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/ Hasil Intervensi Tindakan Siklus I 1. Kegiatan Belajar Mengajar Subjek penelitian ini adalah siswa SMA SIT Fajar Hidayah Kotawisata - Cibubur kelas X sebanyak 27 siswa. Sekolah ini telah menggunakan pembelajaran kooperatif dan integrasi alQur’an, akan tetapi masih saja banyak kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran terutama pelajaran sosiologi, karena latar belakang siswa yang berbeda-beda membuat sedikit kesulitan dalam melaksanakan pemebelajaran yang efektif. Kendala-kendala yang dihadapi pada saat proses pembelajaran sosiologi di kelas X di antaranya adalah, kondisi kelas yang gaduh mengurangi daya konsentrasi siswa, sebagian siswa menganggap tidak penting pelajaran sosiologi, sehingga banyaknya istilah-istilah dalam sosiologi sulit untuk membedakannya, pada akhirnya siswa merasa kebingungan. Berdasarkan kendala-kendala tersebut, maka peneliti (selaku guru sosiologi) ingin menerapkan model pembelajaran yang membuat siswa aktif dan terlibat langsung dalam proses pemebelajaran sosiologi, yaitu model Cooperatif Learning Model Group Investigasi. Dengan model pembelajaran ini siswa berperan langsung dari awal perencanaan hingga proses berlangsungnya pembelajaran. model pembelajaran yang dapat memberi peluang siswa untuk terlibat dalam diskusi, berpikir kritis, berani dan mau mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri. Oleh sebab itu, objek penelitian tindakan ini adalah pembelajaran kooperatif model group investigasi, hasil belajar, materi sosiologi, serta aktivitas dan sikap siswa. Penelitian
42
dilakukan sebanyak dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi atau pengamatan, dan refleksi. Pada tahap perencanaan, peneliti selaku guru sosiologi mengembangkan rencana tindakan berdasarkan hasil pengamatan awal terhadap proses pembelajaran secara kritis, tujuannya adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran sosiologi dan meningkatkan hasil belajar siswa. Sebelum melakukan tindakan, pada tahap ini peneliti membuat Recana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan melibatkan siswa dalam merancang kegiatan selama pembelajan berlangsung. Pada siklus pertama diawali pertemuan pertama, proses pembelajaran diawali dengan melaksanakan pre-test selama 15 menit, tujuannya adalah untuk mengukur seberapa jauh siswa telah memiliki kemampuan mengenai hal-hal yang akan dipelajari. Kemudian, guru menyampaikan ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan sosialisaisi dan pembentukan kepribadian, lalu siswa dibagi menjadi 6 kelompok, proses pembuatan kelompok ini dilakukan dengan cara menyenangkan yaitu memberikan jumlah kata atau nomor surat alQur’an yang jumlahnya sama dalam satu kelompok supaya anak dapat berbaur dengan yang lain dan tidak pilih-pilih teman kelompok. Setelah terbentuk sebuah kelompok-kelompok belajar kemudian setiap kelompok mendiskusikan bagaimana memainkan peran-peran sesuai cerita yang mereka buat yang berkaitan dengan sosialisasi dan pembentukan kepribadian yang kemudian setiap kelompok membuat kesimpulan sesuai dengan cerita dan dikaitkan dengan materi pembelajaran. Terakhir adalah tahap analisis dan refleksi, dimana peneliti bersama kepala sekolah yang bertugas sebagai observer menganalisis sekaligus mengevaluasi proses pembelajaran pada siklus I, tindakan yang telah diberikan sesuai atau belum dengan konsep penelitian. Kemudian hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Tahap refleksi tujuannya untuk memperbaiki dan menyempurnakan tindakan yang diberikan di siklus berikutnya. Melalui refleksi, berbagai kendala yang muncul saat proses pembelajaran didiskusikan untuk mencari solusi yang dapat memperbaiki mutu pembelajaran sosiologi. Kendala yang muncul pada saat proses pembelajaran di antaranya adalah beberapa siswa belum berperan aktif dalam kerja kelompok, sebagian kelompok tidak fokus dalam melakukan tugas sehingga tanggung jawab setiap anggota kelompok kurang.
43
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai hasil penelitian di siklus I, peneliti merasa penelitiannya harus dilanjutkan ke siklus II karena dirasakan belum berhasil menerapkan menerapkan pembelajaran kooperatif model group investigation pada pelajaran sosiologi, selain itu hasil belajar siswa pun masih perlu ditingkatkan. Meski demikian, sebagian besar siswa telihat senang dan semangat ketika belajar sosiologi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model group investigasi . Pada siklus II, peneliti melaksanakan tindakan berdasarkan perencanaan yang telah dikembangkan setelah melakukan refleksi di siklus II. Pelaksanaan pembelajaran di siklus II juga dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan pertama disiklus II agak sedikit berbeda dengan pembelajaran disiklus I. dengan tujuan agar siswa tidak merasa bosan belajar sosiologi selalu dilakukan di ruangan tertutup. Jadi, pada pertemuan pertama ini proses pembelajaran diawali dengan melakukan pre-test selama 15 menit. Kemudian sebelum melaksanakan tugas, guru memberikan aprersepsi agar tugas observasi yang dilakukan tidak terjadi kekacauan dan siswa diharapkan fokus pada masalah yang ada, kemudian guru bersama dengan siswa membuat kelompok-kelompok belajar. setelah terbentuk sebuah kelompok belajar kemudian setiap kelompok mendiskusikan apa yang akan dilakukan selama observasi yang dilakukan di Taman al-Qur’an (TQ) untuk mengetahui proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian anak secara langsung. Observasi dilakukan pada pertemuan kedua, proses pembelajaran ini berlangsung selama 45 menit. Kemudian siswa mendiskusikan hasil temuannya dan mempresentasikan. Diakhiri oleh pos-test untuk mengukur pemahaman siswa setelah melakukan pembelajaran model group investigasi. Tahap terakhir adalah analisis dan refleksi, di mana peneliti bersama guru pendamping menganalisis sekaligus mengevaluasi proses pembelajaran pada siklus II, tindakan yang telah diberikan sudah sesuai atau belum dengan konsep penelitian. Kemudian hasil penelitian siklus II dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Proses pembelajaran kooperatif dengan memakai model group investigasi sudah berjalan dengan baik. Meskipun belum mencapai kesempurnaan, akan tetapi guru dianggap sudah berhasil. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar sosiologi siswa. Peneliti merasa tindakannya sudah mencapai indikator keberhasilan, shingga penelitian dihentikan di siklus II.
B. Pemeriksaan Keabsahan Data
44
Instrumen yang digunakan untuk menguji hasil belajar sosiologi siswa pada masingmasing siklus adalah 10 soal. Soal tersebut berasal dari 20 soal yang diujikan dahulu melalui validitas dan Reliabilitas. Proses pengambilan data hasil belajar pada masing-masing instrumen melalui pre-test dan pos-test diambil dalam dua kali dalam setiap siklus. Peneliti menguji cobakan soal yang telah dibuat pada kelas yang telah mempelajari materi yang akan diajarkan oleh peneliti pada saat penelitian, yaitu dengan menggunakan anates untuk mengetahui validitasnya. Pada siklus I, di dapatkan 10 soal yang valid yakni nomor 1, 2, 3, 4, 5, 9, 13, 14, 18, 19. Sedangkan pada siklus II didapatkan 10 soal juga yang valid yakni nomor 1, 3, 7, 9, 10, 15, 16, 17, 18, 20. sedangkan reabilitas pada instrumen di atas tergolong cukup, yaitu siklus I 0,45 dan siklus II 0,62.
C. Analisis Data 1. Hasil Belajar Siswa Pembelajaran sosiologi dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif model group investigasi pada materi sosialisasi dan pembentukan kepribadian bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar sosiologi siswa. Data hasil belajar (pre-test dan post-test) pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel.4.4 Hasil belajar siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Siswa L L L L P L L P P P L L P L L L P
Pre-Test 45 20 25 30 30 50 30 50 35 50 55 50 30 20 40 30 45
Post-Test 70 45 50 60 55 70 45 70 55 60 60 60 50 45 55 55 85
45
N-Gain I 0.45 0.31 0.33 0.43 0.36 0.40 0.21 0.40 0.31 0.20 0.11 0.20 0.29 0.31 0.25 0.36 0.73
Kategori Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Sedang Tinggi
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
L P P P P P P L L P jumlah rata-rata
50 55 35 40 30 40 25 30 50 50 1040 38.51
65 70 50 75 55 60 50 50 65 80 1610 59.62
0.30 0.33 0.23 0.58 0.36 0.33 0.33 0.29 0.30 0.60 9.30 0.34
Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang
Hasil belajar siswa di siklus I masih harus ditingkatkan. Hal itu dapat dibuktikan Tabel.4.5 Hasil Belajar Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Siswa L L L L P L L P P P L L P L L L P L P P P P P P L L P
Pre-Test
Post-Test 30 50 50 50 40 55 45 60 45 60 60 50 55 50 45 55 60 50 45 55 55 50 45 30 35 55 60
75 70 85 75 85 95 85 85 70 80 85 95 80 70 85 75 85 95 85 75 90 85 95 90 85 85 95
46
N-Gain II 0.64 0.40 0.70 0.50 0.75 0.89 0.73 0.63 0.45 0.50 0.63 0.90 0.56 0.40 0.73 0.44 0.63 0.90 0.73 0.44 0.78 0.70 0.91 0.86 0.77 0.67 0.88
Keterangan Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
jumlah ratarata
1340
2260
18.09
49.62
83.70
0.67
Berdasarkan tabel di atas agar lebih jelas hasil belajar sosiologi yang diperoleh siswa, maka dapat dilihat grafik di bawah ini dengan perbandingan siklus I dan siklus II. Grafik. 4.1 PERBANDINGAN N-GAIN SIKLUS I DAN SIKLUS II
18 16 14 12 10 JUMLAH SISWA
SIKLUS I
8
SIKLUS II 6 4 2 0 TINGGI
SEDANG
RENDAH
KATEGORI
2. Hasil Wawancara dengan Siswa Setelah Tindakan Wawancara dilakukan pada hari Senin, 15 Februari 2010 tepatnya setelah melakukan penelitian siklus II, setelah diberikan tindakan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model group investigasi. Siswa terlebih dahulu dikelompokkan menjadi criteria rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan test hasil belajar di setiap akhir siklus. Tabel. 4.6 Hasil Wawancara Responden Siswa Siswa dengan Hasil Belajar Tinggi Peneliti: Apakah anda suka pelajaran sosiologi Siswa: “Sangat suka karena materinya menyenangkan, banyak membicarakan tentang keadaan yang nyata yang ada di masyarakat” Peneliti: Apakah anda suka apabila guru menuliskan judul dan tujuan pembelajaran Siswa: “Suka karena akan mengingatkan kita apa yang akan dipelajari”
47
Peneliti: Apakah anda merasa senang diajar dengan mengunakan pembelajaran kooperatif model group investigation Siswa: “Senang karena belajarnya keluar ruangan dan melihat dengan nyata seperti pembelajaran anak-anak TQ yang kita amati” Peneliti: Apakah anda menyukai cara kerja kelompok? Siswa: Suka karena rame dan banyak teman peneliti: Bagaimana kerja kelompok anda saat melakukan pembelajaran? Siswa: Kompak tapi kadang ada teman yang tidak mengerjakan, itu yang membuat saya kurang suka kerja kelompok. peneliti: apakah anda menyukai cara belajar berdiskusi? Siswa: Suka karena menambah pengetahuan Peneliti: Apakah anda menyukai jika guru membimbing kerja kelompok? Sisiwa: Suka, karena kalo tidak dibimbing nanti mau tanya sama siapa. Peneliti: Apakah anda memahami materi yang di ajarkan (sosialisai dan pembentukan kepribadian) dengan mengunakan pembelajaran kooperatif group investigation dan bagaimana dengan hasil nilaimu. Siswa: Paham dan mudah dimengerti, bisa dibuktikan dengan nilai saya kok.hehe… Siswa dengan Hasil Belajar Sedang Peneliti: Apakah anda suka pelajaran sosiologi Siswa: “Suka karena mudah dimengeti” Peneliti: Apakah anda suka apabila guru menuliskan judul dan tujuan pembelajaran Siswa: “iya saya senang karena biar mudah dimengeti” Peneliti: Apakah anda merasa senang diajar dengan mengunakan pembelajaran kooperatif model group investigation Siswa: “senang, karena mengasikkan” Peneliti: Apakah anda menyukai cara kerja kelompok? Siswa: “Saya suka tapi kalo ada teman yang hanya numpang nama saya kurang suka” Peneliti: Bagaimana kerja kelompok anda saat melakukan pembelajaran? Siswa: “kompak tapi ada juga teman yang tidak mau bekerja” peneliti: apakah anda menyukai cara belajar berdiskusi? Siswa: “Suka karena saling memberi tau”
48
Peneliti: Apakah anda menyukai jika guru membimbing kerja kelompok? Sisiwa: “Suka, karena kalo tidak dibimbing nanti mau tanya sama siapa”. Peneliti: Apakah anda memahami materi yang di ajarkan (sosialisai dan pembentukan kepribadian) dengan mengunakan pembelajaran kooperatif model group investigation dan bagaimana dengan hasil nilaimu. Siswa: “Paham, dan saya menyukai belajar seperti ini karena membuat nilai saya naik” Siswa dengan Hasil Belajar Rendah Peneliti: Apakah anda suka pelajaran sosiologi Siswa: “Saya senang karena mudah dimengerti” Peneliti: Apakah anda suka apabila guru menuliskan judul dan tujuan pembelajaran Siswa: “Suka” Peneliti: Apakah anda merasa senang diajar dengan mengunakan pembelajaran kooperatif model group investigation Siswa: “Senang karena menambah wawasan saya” Peneliti: Apakah anda menyukai cara kerja kelompok? Siswa: “Suka karena rame dan banyak teman” peneliti: Bagaimana kerja kelompok anda saat melakukan pembelajaran? Siswa: “Kompak bu” Peneliti: Apakah anda menyukai cara belajar berdiskusi? Siswa: “Suka karena menambah pengetahuan” Peneliti: Apakah anda menyukai jika guru membimbing kerja kelompok? Sisiwa: “Suka, karena kalo tidak ada guru kita suka bingung” Peneliti: Apakah anda memahami materi yang di ajarkan (sosialisai dan pembentukan kepribadian) dengan mengunakan pembelajaran kooperatif model group investigation dan bagaimana dengan hasil nilaimu. Siswa: Saya paham dan belajar dengan lingkungan sangat mengasikkan, nilai saya alhamdulillah naik. Berdasarkan wawancara pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan Cooperatif Learning Model Group Investigation lebih memudahkan siswa dalam memahami materi sosiologi. Dengan begitu siswa tidak merasa bosan selam
49
proses pembelajaran sosiologi. Siswa dapat menemukan konsep-konsep baru dalam pembelajaran ini, dan siswa juga lebih kritis dalam melihat lingkungan belajarnya. Dengan menggunakan metode ini siswa merasa senang dan ingin melakukannya kembali dalam pembelajran selanjutnya. Hasil nilai siswapun mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal itu menunjukkan bahwa penelitian tindakan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dengan model group investigation telah berhasil dilaksanakan oleh peneliti, karena implikasinya positif terhadap proses pembelajaran sosiologi dan hasil belajar siswa.
3. Analisis dan Interpretasi Data Beradsarkan Hasil Angket Angket diberikan kepada siswa setelah berakirnya penelitian, tujuannya adalah untuk mengetahui respon siswa setelah belajar sosiologi dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model group investigation. Hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel. 4.7 No
Responden
Nilai
1
01`
39
2
02
41
3
03
41
4
04
38
5
05
42
6
06
34
7
07
37
8
08
40
9
09
43
10
10
45
11
11
44
12
12
35
13
13
33
14
14
31
15
15
42
16
16
47
50
17
17
44
18
18
48
19
19
46
20
20
45
21
21
30
22
22
31
23
23
38
24
24
44
25
25
42
26
26
41
27
27
48
Berdasarkan tabel 4. di atas, diperoleh data berikut Tabel. 4.8 Jumlah Siswa Berdasarkan Kategori Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation Respon
Interval Nilai
Jumlah Siswa
Baik
35-50
23
Sedang
18-34
4
Buruk
1-17
0 27
Jumlah
Grafik. 4.2
RESPON TERHADAP PEMBELAJARAN MODEL GROUP INVESTIGASI
Dari grafik di
25 20 JUMLAH 15 KORESPONDEN 10 5 0
23
atas, dapat 4
0
35-50
18-34
1-17
Baik
Sedang 51
Buruk
KATEGORI
disimpulkan bahwa respon siswa setelah belajar sosiologi dengan pembelajaran kooperatif model group investigation adalah baik.
D. Interpretasi Hasil Analisis Hasil penelitian diuraikan dalam beberapa tahap yang berupa siklus-siklus pembelajaran yang dilakukan dalam proses kegiatan belajar mengajar (KMB) di kelas. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan dalam dua siklus. Berikut adalah pemaparan. 1. Siklus I Siklus ini terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi serta replanning (perencanaan kembali), seperti berikut ini. a. Perencanaan 1. penelitian selaku guru mata pelajaran sosiologi membuat rancangan penelitian yang kemudian diperiksa oleh kepala sekolah. 2. Menyiapkan instrumen (test, lembar observasi, catatan lapangan, angket). 3. Melakukan uji instrumen. b. Pelaksanaan Satu siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pada pertemuan pertama pelaksaan pembelajaran belum sesuia dengan rencana. Hal ini disebabkan a. Siswa belum bisa melakukan kerja kelompok dengan baik, disebabkan masih ada anggota- anggota kelompok yang belum bertanggung jawab dengan tugasnya. b. Siswa belum mengetahui secara baik langkah-langkah pembelajaran denan model group investigasi. Ketika membuat hasil temuannya masih kebingungan untuk membuat intisarinya. Masalah tersebut harus segera ditanggulangi oleh peneliti yang bertindak sebagai guru, karena tujuan dari penerapan pembelajaran kooperatif model Group Investigasi selain untuk meningkatkan hasil belajar sosiologi siswa juga untuk membiasakan siswa bekerja sama dengan baik dan bertanggung jawab. Maka dari itu, peneliti melakukan upaya untuk mengatasi masalah tersebut, yakni dengan cara: a. Memberikan penjelasan mengenai pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model group investigation.
52
b. Menjelaskan langkah-langkah pembuatan intisari dari hasil temuan. Pada pertemuan kedua, siswa mulai terbiasa belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model group investigation. Hal itu terlihat dengan meningkatnya aktivitas siwa dalam proses pembelajaran. Ketika dilakukan tugas kelompok, siswa dengan mudah mendapat pemahaman konsep-konsep sosiologi yang sedang dipelajarinya. c. Observasi 1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar Mengajar Selama Siklus I Dapat Dilihat Pada Tabel Berikut. Tabel. 4.9 PBM Siklus I No
Ya
Aktivitas Siswa
1
Melaksanakan test awal (pre-test)
2
Telah mempelajari materi yang akan diajarkan
3
Membuat kelompok belajar
√
4
Melakukan diskusi kelompok
√
5
Mempresentasikan hasil diskusi
√
6
Tidak Jumlah
√
27 √
2
Aktif dan bertanggungjawab dalam kerja kelompok
√
5
7
Membuat laporan akhir
√
8
Melaksanakan test akhir (post test)
√
27
2. Hasil Observasi Siklus I Mengenai Aktivitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Hasil observasi guru dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I masih rendah. Hal ini terjadi karena guru kurang memperhatikan jalannya diskusi kelompok dan cenderung memperhatikan kelompok putri, kurang memberikan pengarahan tentang jalannya pembelajaran kooperatif model group investigasi akirnya siswa merasa kesusahan dalam menulis hasil temuannya. 3. Hasil Evaluasi Siklus I Mengenai Penguasaan Konsep Siswa Terhadap Materi Pembelajaran.
53
Penguasaan konsep siswa terhap materi pembelajaran masih tergolong rendah. Dari skor ideal hasil belajar 100% skor perolehan rata-rata pretes hanya 38, 5 dan saat postes rata-ratanya 59,6 N-gain siklus I hanya 0, 34. d. Refleksi Pada siklus I ini, masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki ketika memberi tindakan di siklus II. Adapun kegagalan yang terjadi pada siklus I adalah sebagai berikut. 1. Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah kepada pendekatan pembelajaran dengan mengunakan pembelajaran kooperatif model group investigasi 2. Suasana belajar masih kurang tertib, dengan adanya siswa yang belum melakukan pembelajaran kelompok dengan baik. 3. Guru kurang memberi bimbingan kepada kelompok, sehingga siswa masih kebingungan dalam melaksanakan tugasnya dan menulis hasil temuannya. 4. Siswa kurang serius untuk mengikuti proses pembelajaran kooperatif dengan model group investigasi 5.
Penguasaan konsep siswa mengenai materi pembelajaran masih rendah.
6.
Pemusatan perhatian belajar siswa harus lebih ditingkatkan.
Berdasarkan hasil observasi, masih banyak yang harus diperbaiki dalam pemberian tindakan guru kepada siswa. Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II perlu dibuat pengembangan perencanaan tindakan berdasarkan hasil refleksi dari siklus I. 2.Siklus II Seperti pada siklus I, siklus ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. a. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka perencanaan di siklus II ini lebih dikembangkan agar indikator keberhasilannya tercapai, perencanaannya adalah sebagai berikut: 1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2. Meningkatkan aktivitas pengajaran yang mengarah kepada pembelajaran kooperatif dengan model group investigation
54
3. Memberi motivasi kepada siswa baik secara individu maupun kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran. 4. Untuk meningkatkan pemusatan perhatian siswa pada saat pembelajaran di siklus II ini, setelah melakukan pretest sebelum memulai aktivitas observasi siswa ke TQ Fajar Hidayah
guru sebagai peneliti memberikan brefing kepada kelompok-
kelompok siswa dan memberi pengarahan serta kisi-kisi observasi. 5. Lebih intensif dalam memberikan bimbingan kepada setiap kelompok, tujuannya agar seluruh siswa mudah untuk memahami materi sehingga dapat membuat hasil penemuannya dengan benar. 6. Mengamati kesulitan belajar agar siswa mudah memahami materi pembelajaran, dengan begitu pemahaman konsep siswa pun akan meningkat. b. Pelaksanaan 1. Suasana pembelajaran sudah lebih mengarah kepada pembelajaran kooperatif dengan model group investigation. Siswa lebih antusias, aktif, dan kerjasama kelompoknya mulai membaik sehingga tanggung jawab setiap anak tumbuh dan pemahaman terhadap materi semakin baik. 2. Laporan penemuan siswa sudah lebih baik dari sebelumnya. 3. Suasana pembelajaran yang kooperatif dan efektif sudah mulai terlihat. 4. Sebagian besar siswa merasa termotovasi belajar dengan pembelajaran kooperatif model group investigation. c. Observasi 1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar Selama Siklus I Dapat Dilihat Pada Tabel Berikut. Tabel. 4.10 PBM Siklus II No
Ya
Aktivitas Siswa
Tidak Jumlah
1
Melaksanakan test awal (pre-test)
√
27
2
Telah mempelajari materi yang diajarkan
√
6
3
Membuat kelompok
√
4
Melakukan observasi
√
5
Menganalisis hasil observasi
√
55
26
6
Mempresentasikan hasil observasi
√
7
Aktif dan bertanggungjawab dalam kerja kelompok
√
8
Membuat laporan akhir
√
9
Melaksanakan test akhir (post test)
√
15 27
2. Hasil Observasi Siklus I Mengenai Aktivitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Setelah mengalami kegagalan di siklus I, pada siklus II ini aktivitas guru mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan terciptanya pembelajaran kooperatif dengan model group investigation yang efektif dan menyenangkan, walaupun guru harus mengeluarkan kekuatan yang ekstra karena para siswa terlalu aktif sehingga perlu banyak bimbingan. Sehingga siswa merasa lebih semangat mengikuti pembelajaran sosiologi. 3. Hasil Evaluasi Siklus I Mengenai Penguasaan Konsep Siswa Terhadap Materi Pembelajaran. Di siklus II ini, siswa mengalami peningkatan penguasaan materi yang signifikan. Terbukti dengan adanya peningkatan nilai rata-rata pada saat pretes dan postes. Rata-rata pretes siklus II 49,7 dan postes 83,6. peningkatan penguasaan materi siswa dapat dilihat dengan adanya peningkatan nilai Normal gain di setiap siklus. N-gain I 0,34 sedangkan N-gain II 0,67. d. Refleksi Keberhasilan siswa yang dicapai pada siklus II adalah sebagai berikut: a. Aktivitas guru semakin meningkat dan mampu mempertahankan serta lebih meningkatkan suasana pembelajaran
yang mengarah pada pembelajaran
kooperatif model group investigation. b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran sudah mengarah ke pembelajaran kooperatif model group investigation secara lebih baik. Siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan sehingga tingkat penguasaan materinya meningkat. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai N-gain di siklus II yakni 0, 67 selain itu, siswa pun semakin aktif, antusias, lebih berani, dan juga lebih kreatif dalam membuat laporan penumannya. c. Meningkatkan nilai N-gain di siklus I yakni 0,34 menjadi 0,67 disiklus II.
56
d. Pada siklus II peningkatan penguasaan materi siswa sangat tinggi, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya siswa yang memperoleh hasil belajar dengan skor ideal. Nilai pretesnya 60 dan nilai postesnya 95 sehingga N-gain yang diperoleh adalah 0,88, termasuk kategori tinggi. Di bawah ini dapat dilihat dokumentasi kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung, yakni dua siklus sebanyak empat kali pertemuan.
Proses Pembelajaran di Siklus I
Proses Pembelajaran di Siklus I
57
Proses Pembelajaran di Siklus II
Proses Pembelajaran di Siklus II
E. Pembahasan Temuan Penelitian Berdasarkan hasil pengamatan langsung, ditemui beberapa masalah dalam pembelajaran sosiologi termasuk hasil belajarnya. Di antaranya adalah kondisi kelas yang gaduh mengurangi daya konsentrasi siswa, sebagian siswa menganggap tidak penting pelajaran sosiologi, sehingga banyaknya istilah-istilah dalam sosiologi sulit untuk membedakannya, pada akhirnya siswa merasa kebinggungan. Masalah-masalah tersebut akan menghambat siswa untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Pada akhirnya hasil belajar yang diperoleh pun tidak maksimal. Pada siklus I, mayoritas siswa belum mengerti membuat laporan penemuannya. Siswa tidak mempunyai inisiatif dan kreativitas untuk membuat sebuah laporan dan mempresentasikannya di depan teman-teman. Dalam kerja kelompok siswa belum maksimal dalam
mengerjakan
tugasnya
dan
masih
58
ada
anggota
kelompok
yang
belum
bertanggungjawab penuh dalam melaksanakan tugasnya sehingga ia tidak memahami keseluruhan proses pembelajaran yang berlangsung. Hal itu terjadi karena siswa belum terbiasa mengikuti pembelajaran kooperatif dengan model group investigation. Berdasarkan hasil penghitungan Normal Gain, hasil belajar disiklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar di siklus I. hal ini membuktikan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model group investigation berhasil meningkatkan hasil belajar sosiologi siswa SMA SIT Fajar Hidayah Kotawisata - Cibubur. Rata-rata N-gain siklus I adalah 0,34 sedangkan rata-rata N-gain siklus II adalah 0,67. Hasil wawancara dengan siswa setelah tindakan juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dengan menggunakan model group investigation lebih memudahkan siswa memahami materi sosiologi, dengan begitu siswa tidak merasa bosan selama proses pembelajaran berlangsung, bahkan siswa merasa senang belajar dengan pembelajaran kooperatif model group investigation. Siswa menjadi lebih aktif dan mudah menganalisis lingkungan sosial. Sementara berdasarkan hasil analisis angket, respon siswa setelah belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model group investigation adalah baik. Hal itu dibuktikan dengan adanya peningkatan pemahaman materi siswa yang dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh dan hasil laporan yang dibuat. Belajar sosiologi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model group investigation berhasil menigkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Selain itu, motivasi belajar pun meningkat dalam pembelajaran sosiologi.
59
BAB V PENUTUP KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan pembelajaran kooperatif model group investigation dapat meningkatkan hasil belajar sosiologi siswa kelas X di SMA SIT Fajar Hidayah Kota Wisata – Cibubur, dan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar sosiologi siswa dari siklus I ke siklus II. Nilai rata-rata N-gain siklus I adalah 0,34. sedangkan siklus II rata-rata N-gainnya mencapai 0,67 2. Setelah belajar dengan pembelajaran kooperatif model group investigation, siswa menjadi lebih aktif dan mudah menganalisis lingkungan sosialnya. Dapat dilihat pada hasil respon siswa dan hasil wawancara siswa yang mana menunujukkan bahwa siswa lebih aktif dan hasil belajarnya meningkat.
B. Saran Dengan
telah
terbuktinya
pembelajaran
kooperatif
model
group
investigation dapat meningkatkan hasil belajar sosiologi siswa, maka penulis sarankan hal-hal sebagai berikut.
61
1. Sistem pembelajaran kooperatif model group investigation sangat efektif diterapkan pada mata pembelajaran sosiologi. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menggunakan sistem pembelajaran
kooperatif
model
group
investigation
untuk
meningkatkan hasil belajar sisawa. 2. Lingkungan belajar bukan hanya di dalam kelas, siswa akan lebih peka dan lebih kritis apabila dihadapkan dengan lingkungan belajar yang riil. Karena salah satu tujuan pembelajaran sosiologi adalah sikap kritis dan kepekaan siswa terhadap lingkungan sosialnya. 3. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pembelajaran sosiologi.
62
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT Renika Cipta, Cet. 1, 1999 Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet-3, 2000. Anita Lee, Cooperatif Learning, Jakarta: Gramedia Widiasarna Indonesia, 2000 Anita Ulama, “Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Grup Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Pencemaran Lingkungan”, Sekripsi Jakarta: Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah 2005. Ari Gunawan, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Renika Cipta, Cet-1, 2000 Arikunto, Suharsimi, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet.1, 1990 , Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta 1995 Djamarah,Saiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. 1, 2002 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997 Irwanto, dkk, Psikologi Umum, Jakarta: PT Prehallindo, 2002 Iska, Zikri Neni, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother’s, Cet.1, 2006 J Dwi Narwoko-Bagong Suryanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet.3
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sirtifikasi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007 Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelaajran Kreatif dan Menyenangkan, Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, Cet.1 2005 Pangabean, Yusri, dkk, Strategi, Model dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum, Cet.1, 2006 Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remadja Karya CV, Cet.1 1984 Riduwan, Metode dan Tekhnik Menyusun Tesis, Bandung: Alfabeta, 2008, Cet. 4 Sanjaya, Wina, Pembelajran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Prenada Media Group, Cet. 3, 2008 Siti Maesaroh, “Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Model Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa: Studi Eksperimen di Kelas 1 MTS Manarul Islam Jakarta Selatan”, Sekripsi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2005. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Renika Cipta, Cet. 1, 2004 Soekanto, Soejono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo, 1993 Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1993. Supardan, Dadang, Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008 Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. 11, 2002 Syah, Darwan, dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Faza Media, 2006, Cet. 1 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. 13
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta: Kencana Predana Media Group, Cet.1, 2009 http:/ayobelajarfisika.blogdetik.com/2009/09/06/metode-pembelajarankooperatif/,di akses tgl.13 April 2010, jam.16:42
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Perbandingan N-gain Siklus I dan Siklus II Grafik 4.2 Nilai Respon Siswa setelah Belajar Sosiologi dengan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation
vii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 RPP Siklus I sampai Siklus II LAMPIRAN 2 Soal Siklus I LAMPIRAN 3 Soal Siklus II LAMPIRAN 4 Kunci Jawaban LAMPIRAN 5 Hasil Wawancara pada saat selesai Pembelajaran LAMPIRAN 6 Catatan Lapangan LAMPIRAN 7 Lembar Pengamatan Aktivitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar LAMPIRAN 8 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa LAMPIRAN 9 Angket Respon Siswa Setelah Belajar Sosioligi dengan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation LAMPIRAN 10 Nama Kelompok Belajar Siswa LAMPIRAN 11 Kisi-kisi Observasi Siswa LAMPIRAN 12 Pedoman Wawancara Setelah Tindakan LAMPIRAN 13 Hasil Belajar Siklus I LAMPIRAN 14 Hasil Belajar Siklus II LAMPIRAN 15 Uji Validitas Anatest Siklus I LAMPIRAN 16 Uji Validitas Anatest Siklus II
ix