IMPLEMENTASI PENDEKATAN SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY) PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV DI MI Al-ISLAM KAUMAN SUKOREJO KENDAL TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Disusun Oleh :
Oleh: Nita Idmeiawati Setyaningsih NIM: 073911019
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Nita Idmeiawati Setyaningsih NIM : 073911019 Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 19 Desember 2011 Saya yang menyatakan,
Nita Idmeiawati Setyaningsih NIM : 073911019
ii
iii
NOTA PEMBIMBING
Semarang,19 Desember 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: Implementasi Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Tahun 2011
Nama
: Nita Idmeiawati Setyaningsih
NIM
: 073911019
Jurusan
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Pembimbing I,
Dr. Hj. Sukasih, M.Pd. NIP. 19570202 199203 200
iv
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 19 Desember 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: Implementasi Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Tahun 2011
Nama
: Nita Idmeiawati Setyaningsih
NIM
: 073911019
Jurusan
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Pembimbing II,
H. Fakhrur Rozi, M.Ag NIP. 19691220 199503 1 001
v
ABSTRAK Judul
: Implementasi Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Tahun 2011 Penulis : Nita Idmeiawati Setyaningsih NIM : 073911019 Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan penerapan pendekatan SETS (Science, Environment,Technology, and Society) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal. Kajiannya dilatarbelakangi oleh keinginan meningkatkan kualitas pendidikan dengan mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Dengan cara pendidik melakukan eksplorasi mengenai pendekatan, strategi, maupun metode baru. Dalam pemilihan mengenai semua itu harus disesuaikan dengan setiap komponenkomponen pembelajarannya, agar tujuan yang hendak dicapai berhasil dengan baik. Pendekatan yang dibahas dalam penelitian ini adalah pendekatan SETS (Science, Environment,Technology, and Society). Pendekatan ini bisa digunakan dalam materi ilmu pengetahuan, akan tetapi dalam kenyataannya pendidik tertarik untuk menerapkan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), karena mata pelajaran tersebut selain mencakup materi yang terlalu global pembahasannya, juga dirasa membosankan dan materinya relatif cenderung memusatkan pada penghafalan. Dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan salingtemas ini, pendidik menggunakan metode diskusi untuk memacu (merangsang) dan memicu (menumbuhkan) semangat belajar karena di dalamnya terdapat proses interaksi yang akan menumbuhkan pengetahuan baru setelah adanya pertukaran ide ataupun pengalaman peserta didik mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Tidak hanya itu saja pada pertemuan berikutnya pendidik mengajak peserta didik untuk memperkuat pemahaman mereka melalui pengamatan langsung ke objek-objek yang berhubungan dengan materi pokok yang dipelajari. Dari semangat belajar dan penguatan mengenai pemahaman peserta didik tersebut diharapkan hasil dari pembelajaran akan meningkat. Di dalam skripsi ini hanya dibatasi pada pembelajaran mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) kelas IV dalam bab yang berjudul “Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi”. Dalam pembelajarannya pendidik memulai dari konsep-konsep yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar kehidupan seharihari peserta didik, karena mengingat subjek kegiatan belajar masih pada jenjang pendidikan dasar, agar mereka lebih mudah memahami keterkaitan antar unsur yang ada di dalam konsep SETS dan juga metode observasi (pengamatan langsung).
vi
TRANSLITERASI ARAB LATIN Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543b/Untuk1987. Penyimpangan penulisan kata sandang (al-) disengaja secara konsisten agar sesuai teks Arabnya.
ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض Bacaan madd: a> = a panjang i> = I panjang
ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ه ء ي
a b t s| j h} kh d z| r z s sy s} d}
Bacaan diftong:
= اَ ْوau ْ = اَيa
u> = u panjang
vii
t} z} ‘ gh f q k l m n w h ’ y
KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga menjadikan kita lebih bermakna dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa cahaya Illahi kepada umat manusia sehingga dapat mengambil manfaatnya dalam memenuhi tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dengan moral dan bantuan apapun yang sangat besar artinya bagi penulis. Ucapan terima kasih terutama penulis sampaikan kepada: 1. Dr. Suja’i, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. 2. H. Fakhrur Rozi, M.Ag dan Amin Farih, M.Ag selaku Ketua Jurusan
dan
Sekretaris Jurusan yang telah merestui pembahasan skripsi ini. 3. Drs. Mahfud Junaidi, M.Ag, selaku dosen wali studi yang telah banyak berjasa memberikan motivasi, bimbingan untuk penulis selama masa studi. 4. Dr. Hj. Sukasih, M.Pd dan Fakhrur Rozi, M.Ag, selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen beserta karyawan di lingkungan fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 6. Muhammad Taftazani selaku Kepala Sekolah dan Ahmad Mabrur, S.Ag selaku guru kelas IV MI Al- Islam Kauman Sukorejo Kendal yang telah memberikan ijin dan bantuan terhadap pelaksanaan penelitian ini. 7. Bapak dan Ibu tercinta yang rela ikhlas mendo’akan dan merestui penulis selama menuntut ilmu sehingga memudahkan dalam menjalaninya, serta telah memberikan materi yang tiada henti tanpa mengharap balasan.
viii
8. Adik-adikku (Andik Susianto dan Shofi Yuddien) yang saya sayangi kalianlah yang selalu memberikan banyak inspirasi dan membuat saya terus tanpa henti untuk berusaha menjadi uswah kalian, kalianlah yang saya banggakan, semoga kalian menjadi anak yang sholeh sehingga kelak mampu menjadi generasi bangsa yang berguna bagi keluarga, agama, negara dan bangsa. 9. Mas Haqi yang selalu memberikan semangat, motivasi dan kesediaanya untuk selalu menemani penulis selama menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-temanku PGMI angkatan 2007 yang selalu memberi motivasi, membantu serta berjuang bersama dalam menyelesaikan skripsi. 11. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Dengan iringan do’a, semoga segala bantuannya menjadi amal shaleh dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Pada akhirnya penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
Semarang, 19 Desember 2011 Penulis
Nita Idmeiawati S. NIM: 073911019
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ ii PENGESAHAN ...................................................................................................... iii NOTA PEMBIMBING .......................................................................................... iv ABSTRAK ............................................................................................................. vi TRANSLITERASI.................................................................................................. vii KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii DAFTAR ISI ..........................................................................................................
x
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................
6
BAB II : PENGETAHUAN SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY) PADA MATA PELAJARAN IPS A. Kajian Pustaka ................................................................................
9
B. Kerangka Teoritik .......................................................................... 12 1. Ilmu Pengetahuan (Science) ...................................................... 12 a. Pengertian Ilmu Pengetahuan ............................................... 12 b. Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan .................................................. 15 c. Jenis-jenis Ilmu Pengetahuan .............................................. 18 2. Ilmu Pengetahuan Sosial ........................................................... 20 a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ........................... 20 b. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) .................. 23 c. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ................................ 24
3. Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) 26 a. Pengertian SETS (Science, Environment, Technology, and Society) .................................................................................. 26
b. Ciri atau Karakteristik Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) .................................... 30
c. Hakikat dan Tujuan Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) ........................................................ 32
4. Tinjauan Materi .......................................................................... 32 a. Pengertian Teknologi ........................................................... 33 b. Perkembangan Teknologi Produksi ..................................... 33 c. Perkembangan Teknologi Komunikasi ................................ 34 d. Perkembangan Teknologi Transportasi ............................... 36 5. Penerapan Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) dalam pembelajaran .............................................. 37
BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ................................................................................. 41 B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 41 C. Sumber Penelitian ............................................................................ 42 D. Fokus Penelitian ............................................................................... 42 E. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 43 F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 45
BAB IV: ANALISIS HASIL PENELITIAN TENTANG IMPLEMENTASI PENDEKATAN SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY) PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV DI MI AL-ISLAM KAUMAN SUKOREJO KENDAL TAHUN 2011 A. Tinjauan Umum MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal ................ 46 1. Sejarah singkat MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal .......... 46 2. Keadaan Pendidik MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal ..... 47 3. Keadaan Peserta Didik MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal 49
xi
4. Keadaan Sarana dan Prasarana MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal ...................................................................................... 50 5. Struktur Organisasi MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal ... 51 6. Kegiatan Sekolah MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal ...... 51 B. Implementasi
Pendekatan
SETS
(Science,
Environment,
Technology, and Society) pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal ................................................. 52 1. Persiapan ................................................................................... 52 2. Materi dan Pelaksanaan ............................................................. 54 3.
Materi ...................................................................................... 54
4. Pelaksanaan ............................................................................... 56 5. Alat dan Bahan Pembelajaran .................................................. 77 6. Evaluasi .................................................................................... 77
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan....................................................................................... 80 B. Saran ................................................................................................. 81 C. Penutup ............................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia menggunakan kurikulum KTSP. “KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik”.1 Pencanangan KTSP ini yaitu sebagai pemenuhan amanat yang tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22, 23, dan 24 tahun 2006.2 Kurikulum ini menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan). Perubahan tersebut harus pula diikuti oleh guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran di sekolah (di dalam kelas maupun di luar kelas).3 Prinsip dari kurikulum ini antara lain adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungan, beragam dan terpadu, tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Pada kenyataannya pelaksanaan pembelajaran belum sesuai dengan KTSP. Salah satu faktornya adalah metode ceramah masih dioptimalisasikan dalam proses pembelajaran. Keadaan tersebut akan berdampak negatif bagi kedua pihak baik pendidik maupun peserta didik, yaitu selain menjadi beban bagi pendidik karena ia berkedudukan sebagai sumber dan pemasok ilmu pengetahuan, pendidik juga tidak akan kreatif melakukan inovasi dalam menggunakan metode pembelajaran. Sedangkan dampak bagi peserta didik antara lain adalah mereka bersifat pasif, 1
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 8. 2
Khaeruddin, et. al., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Konsep dan Implementasinya di Madrasah, (Jogjakarta: Nuansa Aksara, 2007), hlm. 5 3
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 2.
1
karena mereka beraktifitas hanya mendengarkan saja akibatnya adalah dalam kegiatan pembelajaran akan terasa jenuh dan membosankan. Sehingga dengan keadaan tersebut keberhasilan pendidik dalam mentransfer ilmu pengetahuan tidak akan optimal. Sisi lain kemajuan sains dan teknologi semakin berkembang yang menimbulkan dampak kepada lingkungan serta masyarakat. Dengan keadaan ini pendidik
tidak sadar dituntut untuk mengubah cara pembelajaran yang pasif
tersebut ke pembelajaran yang aktif, tanggap dan bermakna bagi diri peserta didik maupun lingkungan masyarakat di sekelilingnya. Maka perlu pendekatan untuk mengubah keadaan tersebut, salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society). Kata SETS (Science, Environment, Technology, and Society) dapat dimaknakan sebagai sains, lingkungan, teknologi, dan masayarakat, merupakan satu kesatuan yang dalam konsep pendidikan mempunyai implementasi agar peserta didik mempunyai kemampuan berfikir tingkat tinggi (higher order thinking). Pendidikan SETS dapat diawali dengan konsep-konsep yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar kehidupan sehari-hari peserta didik atau konsep-konsep rumit sains ataupun non sains.4 Program SETS ini sekurang-kurangnya dapat membuka wawasan peserta didik untuk memahami hakikat pendidikan sains, lingkungan, teknologi, masyarakat secara utuh. Adapun hakikat dari pendekatan ini dalam pendidikan adalah merefleksikan bagaimana harus melakukan dan apa saja yang bisa dijangkau oleh pendidikan SETS. Pendidikan SETS harus mampu membuat peserta didik yang mempelajarinya benar-benar mengerti hubungan tiap-tiap elemen dalam SETS. Mengenai hal tersebut pendidikan SETS ditujukan untuk membantu siswa mengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana perkembangan sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik. Selain itu pendekatan ini juga bertujuan agar siswa mengetahui cara menyelesaikan masalahmasalah yang timbul akibat berkembangnya masalah yang berkaitan dengan
4
Pristiadi Utomo, “Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan SETS”, dalam http:// ilmuwanmuda.wordpress.com/pembelajaran-fisika-dengan-pendekatan-sets/, diakses14 Juni 2011
2
masyarakat.5 Jadi fokus pengajaran SETS haruslah mengenai bagaimana cara membuat peserta didik agar dapat melakukan penyelidikan, berarti memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan lebih jauh pengetahuan yang telah mereka peroleh agar mereka dapat menyelesaikan masalah-masalah yang diperkirakan akan timbul di sekitar kehidupannya baik mengenai kekayaan bumi maupun isu-isu sosial serta isu-isu global. Pendekatan ini bisa digunakan dalam materi ilmu pengetahuan, akan tetapi Berdasarkan hasil wawancara dengan pendidik mata pelajaran IPS kelas IV di MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, diketahui bahwa pendidik lebih tertarik menerapkan pendekatan SETS dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), karena mata pelajaran tersebut selain mencakup materi yang terlalu global pembahasannya, juga dirasa membosankan dan materinya relatif cenderung memusatkan pada penghafalan. Akan tetapi dalam penerapannya disesuaikan dengan materi ajar yang akan disampaikan agar peserta didik memahami penggunaan pendekatan SETS dan pembelajarannya serta materi yang diajarkan.6 Sedangkan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bukanlah mata pelajaran yang berdiri sendiri, tapi terdiri dari beberapa disiplin ilmu, yaitu sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan tata negara.7 Akan tetapi pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup mata pelajaran ini dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada lingkungan sekitar peserta didik MI/SD.8 Ilmu Pengetahuan Sosial ini adalah sebagai disiplin operasional yang efektif dan memperhatikan studi tentang manusia di masyarakat, dalam situasi global saat ini dapat memainkan peranan yang sangat penting. Namun demikian berdasarkan 5
Nono Sutarno, Materi Pokok dan Pembelajaran IPA SD, (Jakarta: Universitas Terbuka), 2008, hlm. 9.24. 6
Hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Mabrur S.Ag, selaku pendidik mata pelajaran IPS Kelas IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, pada hari Selasa tanggal 29 Maret 2011 di kantor 7
Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: PT. Ciputat Press), hlm. 27. 8
IrfanTamwifi, et.al.,Ilmu Pengetahuan Sosial 1, (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009),hlm. 11.
3
data keberadaanya, dalam mengajarkan ilmu-ilmu pendidikan sosial didominasi oleh proses belajar mengajar dengan buku teks. Tidaklah salah jika dikatakan bahwa pelajaran yang diberikan sepintas, dengan sedikit atau tidak ada signifikan sama sekali dengan apa yang dihadapi peserta didik dalam kehidupannya di masyarakat.9 Setelah kita memahami secara mendalam ternyata pendidikan di Indonesia ini cenderung pasif. Dengan adanya keadaan tersebut pendidik sebenarnya tidak sadar dituntut untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan melakukan eksplorasi dan terobosan-terobosan mengenai pendekatan maupun metode baru. Berbagai pendekatan banyak ditawarkan untuk meningkatkan hasil belajar diantaranya adalah pendekatan SETS tersebut. Penerapan
pendekatan ini di kota-kota besar cukup
berjalan dengan baik, maka para pendidik di MI Kauman Sukorejo Kendal ingin meningkatkan kualitas peserta didik dengan ikut aktif menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ini khususnya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Adanya latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang penerapan mengenai pendekatan SETS, untuk mengkaji lebih lanjut melalui skripsi yang berjudul : “Implementasi Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Tahun 2011” Untuk memudahkan pemahaman serta menghindari kesalahpahaman tentang judul penelitian ini, maka peneliti perlu menegaskan berbagai istilah, yaitu sebagai berikut: 1. Implementasi Implementasi berarti pelaksanaan atau penerapan10, sedangkan penerapan sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah salah satu proses menerapkan (hal mempraktikkan).11 Hal ini merupakan suatu tindakan untuk mempengaruhi kegiatan pembelajaran di kelas. Adapun pengertian lain dari kata penerapan ini
9
Arnie Fajar, Portofolio dalam Pembelajaran IPS, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), hlm.
32. 10
Adi Gunawan, Kamus Praktis; Ilmiah Populer, (Surabaya: Kartika), hlm. 178.
11
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2005), hlm. 1180.
4
adalah kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan suatu ide, teori, konsep, prinsip, atau informasi ke dalam situasi yang baru. Jadi pengertian implementasi di sini merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap.12 Dalam pengertian ini penulis memfokuskan istilah penerapan pada pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan SETS
(Science, Environment, Technology, and
Society). 2. Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran menurut Sanjaya (2007) memiliki kemiripan dengan strategi. Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi dan metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber dari pendekatan tertentu.13 Pendekatan dalam penelitian ini difokuskan pada suatu pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan SETS (Science, Environment, Technology,and Society). Sebagaimana sudah dijelaskan di atas pendekatan ini adalah suatu pendekatan yang melibatkan unsur sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Pendekatan SETS didefinisikan sebagai belajar dan mengajar mengenai sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. 3. IPS Pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para ahli IPS atau social studies. Di sekolah-sekolah Amerika pengajaran IPS dikenal dengan social studies. Jadi, istilah IPS merupakan terjemahan social studies. Dengan demikian IPS dapat diartikan dengan “menelaah atau mengkaji tentang masyarakat”. Dalam mengkaji masyarakat, pendidik dapat melakukan kajian dari berbagai perspektif sosial seperti 12
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2005), hlm. 93. 13
Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), hlm. 6.
Menyenangkan, (Yogyakarta:
5
kajian melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik pemerintah, dan aspek psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.14 Menurut Moeljono Cokrodikardjo, IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdispliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi,, ilmu politik, dan ekologi manusia yang diformulasikan untuk tujuan intruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari. Sedangkan menurut pendapat S. Nasution yang juga dikutip oleh Irfan Tamwili, dkk. mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.15 Di dalam pembelajaran IPS Sekolah Dasar (SD/MI), materi yang dibahas adalah semua cabang dari ilmu sosial tersebut akan tetapi dikemas dalam lingkup yang sederhana mengingat penyesuaian dengan jenjang pendidikan dasar.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi inti permasalahan dalam penelitian ini adalah 1.
Bagaimana pelaksanaan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) pada mata pelajaran IPS kelas IV di MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal tahun 2011?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan penerapan pendekatan SETS
(Science, Environment,
14
Irfan Tamwifi, et.al., Ilmu Pengetahuan Sosial 1, (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009), hlm. 9.
15
Irfan Tamwifi,et.al., Ilmu Pengetahuan Sosial 1, hlm. 10.
6
Technology, and Society) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal tahun 2011. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis Dapat memberikan masukan dan informasi secara teori sesuai dengan judul dan tema skripsi, utamanya masalah penerapan pendekatan SETS
(Science,
Environment, Technology, and Society) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Tahun 2011. 2. Secara Praktis a. Bagi pendidik 1) Meningkatkan kemampuan pendidik untuk memecahkan permasalahan yang muncul dari peserta didik. 2) Membantu memberikan informasi untuk meningkatkan kemampuan serta pemahaman peserta didik mengenai pelajaran yang sedang dipelajari. 3) Dapat meningkatkan pemahaman pendidik terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society). 4) Dapat meningkatkan minat pendidik untuk menggunakan pendekatan maupun metode yang sesuai dengan keadaan peserta didik, mata pelajaran dan materi yang akan dipelajari. b. Bagi peserta didik 1) Adanya peningkatan dalam pemahaman serta hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). 2) Motivasi dan minat peserta didik terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat meningkat. c. Bagi sekolah 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian bersama untuk rujukan pembelajaran di MI Al-Islam Kauman Sukorejo.
7
2) Mendapatkan
panduan
tentang
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society). d. Bagi peneliti 1) Memberikan wawasan baru kepada peneliti tentang pendekatan salingtemas. 2) Mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society),
sekaligus
sebagai
contoh
yang
dapat
dilaksanakan
dan
dikembangkan kelak di lapangan. 3) Memberi bekal bagi peneliti sebagai calon guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang siap melaksanakan berbagai pendekatan serta model pembelajaran di lapangan.
8
BAB II PENDEKATAN SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY) PADA MATA PELAJARAN IPS A. Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan informasi dasar rujukan yang digunakan dalam penelitian ini, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi plagiat dan pengulangan dalam penelitian. Berdasarkan survei yang dilakukan ada beberapa penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian yang berjudul “Implementasi Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) pada Mata Pelajaran IPS” tersebut adalah: 1.
Efektivitas Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, Society) terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI pada Materi Pokok Sistem Koloid di MA NU Limpung Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2008/2009, oleh Mariyana (03104191), Jurusan Kimia, Fakultas Tarbiyah, IAIN Walisongo. Dalam skripsi ini menjelaskan bahwasanya ada perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada pembelajaran kimia materi pokok sistem koloid. Perbedaan tersebut terbukti bahwa kelompok eksperimen yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan SETS lebih baik dari pada kelompok kontrol yang memperoleh pembelajaran tanpa pendekatan SETS. Hal ini terbukti dari nilai akhir rata-rata pada kelas eksperimen sebesar 7,28 sedangkan akhir rata-rata kelas pada kelas kontrol sebesar 6,33. Ini berarti bahwa pembelajaran dengan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, Society) pada materi pokok sistem koloid efektif bagi siswa kelas XI IPA di MA NU Limpung Kabupaten Batang. 1
2.
Pendekatan
SETS
(Science,
Environment,
Technology,
Society)dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Biologi Materi Pokok Sistem
1
Mariyana, “Efektifitas Pendekatan SETS (Science, Environment, Technologi, Society) terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI pada Materi Pokok Sistem Koloid di MA NU Limpung Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2008/2009”, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. (Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo, 2009)
9
Ekskresi pada Manusia Kelas XI di SMA Nasima Semarang Tahun Ajaran 2009/2010, oleh Jamal Saputra (053811283), Jurusan Biologi, Fakultas Tarbiyah, IAIN Walisongo. Penelitian ini membahas adanya peningkatan hasil belajar pada materi pelajaran biologi materi pokok ekskresi pada manusia ini dengan pendekatan SETS, di dalamnya berisi tentang hasil penelitian yang menyebutkan signifikan terhadap hasil belajar siswa. Persentase keberhasilan penerapan pendekatan SETS sebagai pendekatan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik di SMA Nasima Semarang ditunjukkan dengan adanya perubahan kemampuan hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran yaitu kesiapan dan keaktifan pada saat proses pembelajaran, juga ditunjukkan adanya peningkatan nilai skor tes akhir dari masing-masing siklus. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor yang dipresentasikan. Persentase peningkatan ketuntasan hasil belajar dari siklus I dan II yaitu dari 60 ke 92 di atas rata-rata yang ditentukan yaitu 65. Dan nilai individu tertinggi pada siklus I dari 80 meningkat menjadi 95, dan terendah dari siklus I dari 60 naik menjadi 70 pada siklus II. Sedangkan peningkatan tes akhir dari siklus I ke siklus II dapat dilihat dari nilai rata-rata yaitu 72,4 meningkat menjadi 80,2. Siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 13 orang dan pada siklus II meningkat menjadi 23 orang. Peningkatan tersebut sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 74.2 Peneliti menggunakan beberapa skripsi tersebut sebagai rujukan untuk penelitian ini, walaupun sebenarnya mata pelajaran dan jenis penelitian yang dipakai tidak relevan dengan judul peneliti, akan tetapi dalam pembahasan skripsi tersebut memberikan gambaran tentang hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) yaitu mengenai teorinya.
2
Jamal Saputra, “Pendekatan SETS (Science, Environment, Technologi, Society) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Biologi Materi Pokok Sistem Ekskresi pada Manusia Kelas XI di SMA Nasima Semarang Tahun Ajaran 2009/2010”, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. (Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo, 2010)
10
Sedangkan buku-buku yang dijadikan referensi untuk penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut: 1.
Filsafat Ilmu Pengetahuan; Persoalan Eksistensi dan Hakikat Ilmu Pengetahuan, yang ditulis oleh Suparlan Suhartono. Pendekatan SETS adalah pendekatan yang melibatkan
unsur sains,
lingkungan, teknologi dan masyarakat. Dalam pengertian yang sempit sains diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif. Dan seiring dengan perkembangan jaman maka akan berkembang pula dan bersifat global karena ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya, salah satunya adalah sosial. Peneliti menggunakan referensi ini karena di dalamnya menjelaskan mengenai ilmu pengetahuan, yang pada akhirnya memberi pandangan yang mendukung bahwasanya pendekatan yang peneliti angkat tidak hanya relevan untuk mata pelajaran IPA akan tetapi juga relevan untuk mata pelajaran IPS. 2. Ilmu dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan tentang Hakikat Ilmu, yang ditulis oleh Jujun S. Suriasumantri. Dalam buku ini menjelaskan tentang pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) serta perbedaan antara keduanya. Sehingga dengan penjelasan tersebut peneliti bisa memaparkan khususnya tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). 3. Buku mengenai materi SETS, adalah sebagai berikut: a. Dalam buku Nono Sutarno yang berjudul Materi Pokok Materi dan Pembelajaran
IPA
SD
memang
menjelaskan
tentang
model-model
pembelajaran IPA, akan tetapi bisa dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam penelitian ini. Karena di dalamnya juga menjelaskan tentang pendekatan yang peneliti angkat, yaitu pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society). Pembahasan yang dipaparkan dalam buku ini adalah mengenai pendekatan tersebut seperti mengenai karakteristik dan penerapannya dalam pembelajaran.
11
b. Pembelajaran Bahasa Indonesia, yang ditulis oleh Isah Cahyani. Peneliti menggunakan buku ini menjadi salah satu referensi dari skripsi, karena di dalamnya menjelaskan tentang teori yang berhubungan dengan pendekatan salingtemas, yaitu mengenai pengertian dan ruang lingkup pembelajaran salingtemas.
B. Kerangka Teoritik 1. Ilmu Pengetahuan (Science) a. Pengertian ilmu pengetahuan Istilah ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa Inggris science, yang berasal dari bahasa Latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui.3 Sedangkan dalam Webster’s New Collegiate Dictionary yang dikutip oleh Suparlan Suhartono menjelaskan istilah science, berarti (1) possession of knowledge as distinguished from ignorance or misunderstanding; knowledge attain through study or practice, (2) a department of systematized knowledge as an object of study (the science of theology), (3) knowledge covering general truths or the operation of general laws esp. As obtained and tested through scientific method; such knowledge concerned with the physical world and its phenomena (natural science); (4) a system or method based or purporting to be based on scientific principle.4 Ilmu pengetahuan, berarti (1) penyimpangan ilmu pengetahuan terletak pada ketidakpedulian atau ketidaktahuan; ilmu pengetahuan itu didapatkan dari studi atau praktik yang dilakukan secara terus-menerus, (2) bagian dari sistem pengetahuan sebagai sebuah objek studi (teologi ilmu pengetahuan), (3) pengetahuan yang mencakup kebenaran umum atau pengambilan hukum umum sebagai perolehan dan percobaan yang terus-menerus dengan menggunakan metode ilmu pengetahuan seperti pengetahuan mengenai fisis dan fenomena (ilmu pengetahuan alam), (4) sebuah sistem atau metode dasar atau yang berarti dasar pada prinsip ilmu pengetahuan ilmiah.
3
A. Fuad Hisan, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hlm. 108.
4
Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan: Persoalan Eksisten dan Hakikat Ilmu Pengetahuan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2005), hlm. 84.
12
Dari penjelasan Webster tersebut, dapat ditarik simpulan bahwasanya science, di dalamnya terkandung adanya pengetahuan yang pasti, lebih praktis, sistematik, metodik, ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi yang lebih bersifat fisis (natural). Dan dapat dipahami bahwa ilmu pengetahuan adalah sebagai ilmu yang mempunyai cakupan sempit dan khusus dalam arti metodis, sistematis, dan ilmiah.5 Adapun menurut Bahm
definisi ilmu pengetahuan melibatkan paling
tidak enam macam komponen, yaitu masalah (problem), sikap (attitude), metode (method), aktivitas (activity), kesimpulan (conclusion), dan pengaruh (effects). 1) Masalah (Problem) Masalah bisa diartikan dengan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Ada tiga karakteristik yang harus dipenuhi untuk menunjukkan bahwa suatu masalah bersifat scientific, yaitu communicability, the scientific attitude, dan the scientific method. a) Communicability berarti masalah adalah sesuatu yang dikomunikasikan. b) The scientific attitude paling tidak memenuhi karakteristik curiosity (rasa ingin tahu), speculativeness (yang penuh arti/memiliki keberanian untuk mengungkapkan pendapat), willing to be objective (kemauan untuk objektif), willingness to suspend judgment, dan tentatively. c) The scientific method berarti masalah harus dapat diuji (testable). 2) Sikap (Attitude) Karakteristik yang harus dipenuhi antara lain: a) Curiosity berarti adanya rasa ingin tahu tentang bagaimana sesuatu itu ada, bagaimana sifatnya, fungsinya, dan bagaimana sesuatu dihubungkan dengan sesuatu yang lain. b) Speculativeness, scientist harus
mempunyai usaha dan hasrat untuk
mencoba memecahkan masalah, melalui hipotesis-hipotesis yang diusulkan.
5
Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan: Persoalan Eksisten dan Hakikat Ilmu Pengetahuan, hlm. 84-85.
13
c) Willingness to be objective, hasrat dan usaha untuk bersikap dan bertindak objektif (sesuai dengan fakta), merupakan hal yang penting bagi seorang scientist.6 Yang dimaksud dengan kemauan untuk bersikap objektif, yaitu kemauan untuk mengikuti keingintahuan ilmiah kemanapun arahnya, kemauan untuk dipandu oleh pengalaman dan nalar, kemauan untuk dirubah oleh objek, kemauan untuk salah (tidak takut salah), dan kemauan untuk konsisten/istiqomah.7 d) Willingness to suspend judgment, ini berarti bahwa seseorang scientist dituntut untuk bertindak sabar dalam mengadakan observasi, dan bersikap bijaksana dalam menemukan kebijakan berdasarkan bukti-bukti yang telah dikumpulkan karena apa yang diketemukan masih serba tentatif. 8 e)
Keterbukaan.9 Artinya mau menerima masukan baik positif maupun negatif.
3) Metode (Method)10 Kata metode berasal dari kata Yunani: “Meta” = jalan; “hodos” = melalui; “meta+hodos” = sepanjang jalan. Jadi metode adalah jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan atau “cara bekerja” menurut aturan-aturan atas dasar objeknya.11
Menurut S. Suhartono, metode ini berarti cara
bagaimana proses mengetahui.12 Dan menurut Senn yang dikutip oleh Jujun,
6
A. Fuad Hisan, Filsafat Ilmu, hlm. 110-111.
7
Mahfud Junaedi, Fundamental Structure of Scientific Knowledge (Struktur Fundamental Ilmu Pengetahuan), Makalah disajikan dalam Perkuliahan Filsafat Ilmu, Semarang, 2010, hlm. 3. 8
A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, hlm. 111.
9
Mahfud Junaedi, Fundamental Structure of Scientific Knowledge (Struktur Fundamental Ilmu Pengetahuan), Makalah disajikan dalam Perkuliahan Filsafat Ilmu, Semarang, 2010, hlm. 3. 10
A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, hlm. 111.
11
A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, hlm. 97.
12
Suparlan Suhartono,Filsafat Ilmu Pengetahuan: Persoalan Eksisten dan Hakikat Ilmu Pengetahuan, hlm. 51.
14
metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis.13 Jadi ilmu pengetahuan ini akan muncul karena diawali dengan adanya masalah, proses berfikir yang selanjutnya diikuti dengan tindakan untuk memecahkan masalah tersebut. Sedangkan berkenaan dengan sifat metode scientific, para scientist tidak selalu memiliki ide yang (pasti) yang dapat ditunjukkan sebagai sesuatu yang absolut atau mutlak, karena penggunaan metode tersebut disesuaikan dengan masalah yang ada. 4) Aktivitas (Activity) Science adalah aktivitas, yang dilakukan oleh seseorang. Ilmu pengetahuan tidak hanya satu aktivitas tunggal saja, melainkan suatu rangkaian aktivitas sehingga merupakan sebuah proses. Rangkaian aktivitas itu bersifat rasional, kognitif, dan teleologis. 5) Kesimpulan (Conclusions) Kesimpulan yang merupakan pemahaman yang dicapai sebagai hasil pemecahan masalah adalah tujuan dari science, yang diakhiri dengan pembenaran dari sikap, metode, dan aktivitas. 6) Beberapa Pengaruh (Effect) Sebagian dari apa yang dihasilkan melalui science pada gilirannya memberi berbagai pengaruh. Pertimbangannya dibatasi oleh dua penekanan, yaitu pertama, pengaruh ilmu terhadap teknologi dan industri, melalui apa yang disebut dengan applied science (ilmu terapan), dan kedua, pengaruh ilmu terhadap alam, masyarakat serta membudayakannya menjadi berbagai macam nilai. 14
b. Ciri-ciri ilmu pengetahuan Ciri pengetahuan ilmiah antara lain adalah persoalan dalam ilmu itu penting untuk segera dipecahkan dengan maksud untuk memperoleh jawaban.
13
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: CV. Muliasari, 1996), hlm.119 14
A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, hlm. 112.
15
Dalam hal ini memang ilmu muncul dari adanya problema dan harus dari problema, tetapi masalah itu telah diketahuinya sebagai suatu persoalan yang tidak terselesaikan dalam pengetahuan sehari-harinya. Di samping itu, setiap ilmu dapat memecahkan masalah sehingga mencapai suatu kejelasan dan kebenaran, walaupun bukan kebenaran akhir yang abadi dan mutlak. Kemudian bahwa setiap jawaban dalam masalah ilmu telah berupa kebenaran harus dapat diuji oleh orang lain. Pengujiannya baik dengan pembenaran atau penyangkalan. Hal lain juga bahwa setiap masalah dalam ilmu pengetahuan harus dapat
dijawab dengan cara penelaahan atau penelitian
keilmuan yang seksama, sehingga dapat dijelaskan dan didefinisikan. Dengan menilik persoalan keilmuan pada dasarnya masalah yang terkandung dalam ilmu adalah selalu harus merupakan suatu problema yang telah diketahuinya atau ingin diketahuinya, kemudian agar dapat diperoleh kejelasan tentunya dengan mempergunakan metode yang relevan untuk mencapai kebenaran yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya. Menurut Van Melsen ada delapan ciri yang menandai ilmu, yaitu sebagai berikut: 1) Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis koheren. Itu berarti adanya sistem dalam penelitian (metode) maupun harus susunan logis. 2) Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tanggung jawab ilmuwan. 3) Universalitas ilmu pengetahuan. 4) Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif. 5) Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan. 6) Progresivitas, artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila mengandung pertanyaan baru dan menimbulkan problem baru lagi. 7) Kritis, artinya tidak ada teori yang definitif, setiap teori terbuka bagi setiap peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru. 8) Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertautan antara teori dan praktik.15
15
A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, hlm. 114-115.
16
Sedangkan menurut Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag yang dikutip oleh Burhanudin Salam, mengemukakan ciri-ciri ilmu, yaitu: 1) Bahwa ilmu itu rasional 2) Bahwa ilmu itu bersifat empiris 3) Bahwa ilmu itu bersifat umum. 4) Bahwa ilmu itu bersifat komulatif.16 Ilmu dikatakan rasional, karena ilmu merupakan hasil dari proses berpikir dengan menggunakan akal, atau hasil berpikir secara rasional. Ilmu bersifat empiris, artinya pernyataan dari ilmu harus bisa dibuktikan kebenarannya. Jadi hal ini ilmu bukan merupakan sesuatu yang direkayasa dengan kemauan manusia tanpa melihat objek yang diteliti dan metode untuk memperolehnya. Ilmu itu bersifat umum, berarti bahwasanya ilmu itu masih mengandung hal yang bersifat luas, maka perlu diadakan pembagian ilmu menurut objek yang diteliti agar lebih spesifik. Dan ilmu itu bersifat akumulatif, artinya bahwa hasil daripada ilmu yang telah lalu dapat dipergunakan untuk penyelidikan dan penemuan hal-hal yang baru. Jadi dengan ini perkembangan ilmu akan berjalan seiring dengan kemajuan cara berpikir manusia, jaman dan teknologi yang mendukung untuk proses pengembangan tersebut. Di sisi lain demi objektivitas ilmu, ilmuwan harus bekerja dengan cara yang ilmiah. Sifat ilmiah dalam ilmu dapat diwujudkan, apabila dipenuhi syaratsyarat yang intinya adalah: 1) Ilmu harus mempunyai objek, ini berarti bahwa kebenaran yang hendak diungkapkan dan dicapai adalah persesuaian antara pengetahuan dan objeknya. 2) Ilmu harus mempunyai metode, ini berarti bahwa untuk mencapai kebenaran yang objektif, ilmu tidak dapat bekerja tanpa metode yang rapi.
16
Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 24.
17
3) Ilmu harus sistematik, ini berarti bahwa dalam memberikan pengalaman. Objeknya dipadukan secara harmonis sebagai suatu kesatuan yang teratur. 4) Ilmu harus bersifat universal, ini berarti bahwa kebenaran yang diungkapkan oleh ilmu tidak mengenai sesuatu yang bersifat khusus, melainkan itu berlaku umum. Disamping itu yang perlu disadari bahwasanya ilmu itu bukan hal yang statis, melainkan bergerak secara dinamis sesuai dengan pengembangan yang diusahakan oleh manusia dalam mengungkap dalam tabir alam semesta ini. Usaha pengembangan tersebut mempunyai arti juga bahwa kebenaran yang telah diungkap oleh ilmu tertentu adalah kebenaran yang masih terbuka untuk diuji.
17
Sedangkan menurut The Liang Gie yang dikutip oleh A. Fuad Ihsan, ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah mempunyai 5 ciri pokok yaitu: 1) Empiris. Ciri ini menekankan bahwa setiap pernyataan harus dapat dibuktikan,
artinya
bahwa
pengetahuan
itu
diperoleh
berdasarkan
pengamatan dan percobaan. 2) Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur. 3) Objektif, berarti bahwasanya pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi.18 Maksudnya adalah mengesampingkan unsur pribadi yaitu dengan mengutamakan pemikiran logika, netral dalam arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian.19 4) Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu. 5) Verifikatif, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun juga.20
17
A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, hlm. 115-116.
18
A. Fuad Hisan, Filsafat Ilmu, hlm. 113
19
Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, hlm. 11.
20
A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010) , hlm. 113.
18
c. Jenis-jenis ilmu pengetahuan Menurut Randall yang dikutip oleh Burhanuddin S. , mengemukakan bahwa ada dua jenis ilmu (science) yang mencakup: 1) Formal science, yang meliputi matematika dan logika formal. 2) Empirical science (ilmu pengetahuan empiris), yang mencakup dua cabang ilmu, yaitu: a) Physical science, lebih dikenal dengan ilmu pengetahuan alam, seperti: kimia, biologi dan fisika. b) Social science, sering disebut dengan ilmu pengetahuan sosial, seperti: sosiologi, psikologi, antropologi, psikologi sosial, dan sebagainya. 21 Formal science adalah ilmu pengetahuan yang tidak tergantung pada pengalaman dan tidak berhubungan dengan gejala-gejala alam. Dan pengertian formal menunjukkan, bahwa para ahli di bidang formal science, menitikberatkan pada kerangka atau bentuk-bentuk pernyataan atau pemikiran, atau pada materi apa yang dibicarakan. Formal science tidak menaruh perhatian pada pengalaman empiris, juga tidak pada intuisi, melainkan pada hubungan-hubungan logis matematis. Karakteristik ilmu pengetahuan ini adalah deduktif hipotesis, maksudnya adalah ilmu tersebut berasal dugaan sementara (hipotesis) yang berawal dari teori yang bersifat umum ditarik fakta-fakta tertentu yang bersifat khusus. Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwasanya objek ilmu formal bersifat abstrak, dapat berupa angka-angka, konsep, ide, yang berada dalam pemikiran manusia. Sebaliknya, bahwasanya empiris science merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan aspek-aspek pengalaman namun pengalaman ini bukan hanya sekedar pengalaman biasa akan tetapi pengalaman yang metodologis (melalui proses dan cara-cara tertentu). Selain itu ilmu empiris berhubungan dengan hal-hal atau sifat-sifat yang abstrak. Sifat-sifat abstrak ini
21
Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, hlm. 6.
19
diperlukan dalam rangka merumuskan hipotesis, membuat sesuatu generalisasi atau hukum-hukum.22 Cakupan ilmu ini adalah physical science dan social science, akan tetapi dalam pembahasan skripsi penulis membatasi hanya tentang social science (Ilmu Pengetahuan Sosial). Memang mengenai materi ajar IPS sudah disesuaikan dengan tingkat jenjang pendidikan. Dalam kaitan ini pendidikan dasar seperti MI/SD materi ajar dipelajari adalah materi dasar. Walaupun sudah disederhanakan pembahasannya, peserta didik khususnya masih mengalami kesulitan. Maka dengan adanya sebab tersebut, pendidik dituntut untuk menggunakan pendekatan maupun metode pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari, agar peserta didik mudah memahaminya.
2. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a.
Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Dalam kajian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terdapat beberapa istilah yang kadang-kadang sering diartikan secara tumpang-tindih antara yang satu dengan yang lain. Istilah-istilah tersebut adalah ilmu-ilmu sosial, studi sosial dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Meskipun pada masing-masing istilah itu samasama terdapat kata-kata “sosial” tetapi dalam pengertian dan maknanya ada perbedaan. Sesuai dengan sebutannya sebagai ilmu, ilmu sosial itu tekanannya kepada keilmuan yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat atau kehidupan sosial. Tentang ilmu sosial, sebagaimana yang dikutip Safruddin Nurdin yaitu mengenai penjelasan Achmad Sanusi “ilmu sosial terdiri atas disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi”.23
22
Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, hlm. 6-7.
23
Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: PT. Ciputat Press,2005), hlm. 21.
20
Dari penjelasan tersebut maka dapat dipahami bahwasanya ilmu sosial secara khusus dipelajari dan dikembangkan di tingkat pendidikan tinggi. Garapan dari ilmu sosial sebenarnya sangat luas dan bersifat akademis-teoritis, sehingga untuk mendalaminya memerlukan perhatian yang sungguh. Selain daripada itu pembinaan perhatian tersebut harus dilakukan bersinambungan mulai dari tingkat terendah yaitu mulai dari sekolah dasar bahkan mungkin sebelumnya sampai pada tingkat yang lebih tinggi.24 Mengenai studi sosial (social studies), istilah ini mulai dikenal di Amerika Serikat sekitar tahun 1913. Studi sosial merupakan suatu studi yang mengkaji dan menelaah gejala-gejala serta masalah-masalah sosial yang berhubungan dengan perkembangan dan struktur kehidupan manusia.25 Jadi studi sosial ini lebih bersifat praktis, yang memberikan kemampuan kepada peserta didik dalam mengelola dan memanfaatkan kekuatan-kekuatan fisik dan sosial dalam menciptakan kehidupan yang serasi. Studi sosial ini juga mempersiapkan peserta didik untuk mampu memecahkan masalah sosial dan memiliki keyakinan akan kehidupan yang akan datang. Dan sudah menjadi gejala umum bahwasanya social studies adalah program studi yang dirumuskan dan dikemas untuk disajikan di tingkat sekolah dasar dan menengah bukan untuk perguruan tinggi.26 Maka dapat dipahami bahwa antara ilmu sosial dan studi sosial mempunyai perbedaan yaitu jika ilmu sosial hanya diajarkan di Perguruan Tinggi, dan lebih menitikberatkan kepada teori dan konsep keilmuanya. Sedangkan studi sosial diajarkan dan dipelajari sejak dari pendidikan dasar, serta lebih menitikberatkan pada masalah-masalah yang dapat dibahas dengan meninjau berbagai sudut yang ada hubungannya satu sama lain.
24
Sardjiyo, et.al., Pendidikan IPS di SD, (Jakarta: Universitas terbuka, 2008), hlm.1. 22-1.23.
25
Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, hlm. 19. 26
Sapriya, et.al., Konsep Dasar IPS, (Bandung: Upi Press, 2006), hlm. 4.
21
Sedangkan mengenai Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), istilah ini secara resmi mulai dipergunakan di Indonesia sejak tahun 1975 adalah istilah Indonesia untuk pengertian studi sosial (social studies), seperti di Amerika Serikat.27 IPS seperti halnya IPA, matematika, Bahasa Indonesia merupakan bidang studi. Dengan demikian, IPS sebagai bidang studi memiliki garapan yang dipelajari cukup luas. Bidang garapannya itu meliputi gejala-gejala dan masalah kehidupan masyarakat bukan pada teori dan keilmuannya, melainkan pada kenyataan kehidupan kemasyarakatan. Dari gejala dan masalah sosial tadi ditelaah,
dianalisis
faktor-faktornya
sehingga
dapat
dirumuskan
jalan
pemecahannya. Disamping itu rumusan tentang pengertian telah banyak dikemukakan oleh para ahli IPS. Telah dipaparkan sedikit di atas, bahwasanya di sekolahsekolah Amerika pengajaran IPS lebih dikenal dengan social studies. Jadi, istilah IPS merupakan terjemahan social studies. Dengan demikian IPS dapat diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang masyarakat”, dan mengkaji tentang masyarakat”. Dalam mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari berbagai perspektif sosial, seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi,
politik-pemerintahan,
dan
aspek
psikologi
sosial
yang
disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.28 Menurut pendapat S. Nasution yang juga dikutip oleh Irfan Tamwili, dkk. : IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikolog sosial.29 Di sini maksudnya adalah IPS dan pembelajarannya yang dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, 27
Sardjiyo, Pendidikan IPS di SD, hlm. 1.21.
28
Irfan Tamwifi, et.al., Ilmu Pengetahuan Sosial 1, (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009), hlm. 9.
29
Irfan Tamwifi, et.al., Ilmu Pengetahuan Sosial 1, hlm. 10.
22
menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing. Di dalam pembelajaran IPS Sekolah Dasar (SD/MI), materi yang dibahas adalah semua cabang dari ilmu sosial tersebut akan tetapi dikemas dalam lingkup yang sederhana mengingat penyesuaian dengan jenjang pendidikan dasar. Dalam penyempurnaan/penyesuaian kurikulum 1994 (suplemen GBPP) mata pelajaran IPS untuk Sekolah Dasar/MI (1999) dijelaskan bahwa “Ilmu pengetahuan sosial(IPS) adalah mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan tata negara ”. Khusus untuk IPS yang diajarkan di SD (1999) terdiri atas dua bahan kajian pokok yaitu pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan kajian pengetahuan sosial mencakup antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi, dan tata negara. Dan sejarah, yang bahan kajiannya meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini.30 b. Ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya, memanfaatkan sumber daya yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kebutuhan masyarakat manusia. Singkatnya, IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem, kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan pertimbangan bahwa manusia dalam konteks sosial demikian luas, pengajaran IPS pada jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemampuan peserta didik tiap jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan perguruan tinggi. 30
Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, hlm. 23.
23
Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik MI/SD.31 Sedangkan dalam buku yang ditulis oleh Sardjiyo dkk. menyebutkan bahwasanya ruang lingkup mata pelajaran IPS SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Manusia, tempat dan lingkungan. 2) Waktu, keberlanjutan dan perubahan. 3) Sistem sosial dan budaya. 4) Perilaku ekonomi dan sosial.32 c. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Tujuan IPS biasanya terlalu umum dan kurang memberi arah bagi proses belajar dan mengajar. Jadi, karena tujuan itu sangat umum, maka ada jurang antara tujuan dan isi pelajaran sehingga keeratan hubungan antara isi, proses belajar, dan tujuan sukar untuk dikembangkan. Akibat penyajian pelajaran yang kurang mendapat bimbingan dari tujuan, maka proses belajarnya sangat ditentukan oleh buku. Hal ini dapat mengakibatkan tujuan pengajaran kurang mengenai sasarannya. Dilihat dari perencanaan kurikulum, apabila tujuan tidak jelas, maka sulitlah bagi pendidik untuk mengembangkan suatu program pendidikan. Karena itu, perlu adanya suatu cara bagaimana menjabarkan tujuan yang sifatnya umum itu menjadi tujuan operasional. Maksudnya ialah agar setiap rumusan itu bisa diikuti maksud dari setiap rumusan tersebut, sehingga memudahkan bagi penyusunan teknik mengajar dan evaluasinya.33 Sama halnya dalam bidang-bidang yang lain, tujuan pembelajaran IPS bertumpu pada tujuan yang lebih tinggi. Secara hirarki, tujuan pendidikan nasional pada tataran operasional dijabarkan dalam tujuan institusional tiap jenis
31
Irfan Tamwifi, et.al., Ilmu Pengetahuan Sosial 1, hlm. 1.11.
32
Sardjiyo et.al., Pendidikan IPS di SD , hlm.1.29.
33
Muhammad Numan Sumantri, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 259-262.
24
dan jenjang pendidikan. Selanjutnya pencapaian tujuan institusional ini secara praktis dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran pada setiap setiap studi dalam kurikulum, termasuk bidang studi IPS. Akhirnya tujuan kurikuler secara praktis operasional dijabarkan dalam tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran. Adapun tujuan dari pembelajaran IPS sekurang-kurangnya meliputi hal-hal berikut: 1) Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat; 2) Membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat; 3) Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian; 4) Membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan keterampilan dalam lingkungan hidup yang menjadi bagian kehidupannya yang tidak terpisahkan; dan 5) Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat, dan perkembangan ilmu dan teknologi.34 Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwasanya pembelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat, makhluk sosial dan budaya, agar nantinya mampu hidup di tengah-tengah masyarakat dengan baik. Kelima tujuan di atas harus dicapai dalam pelaksanaan kurikulum IPS di berbagai lembaga pendidikan dengan keluasan, kedalaman, dan bobot yang disesuaikan dengan jenis dan jenjang pendidikan yang dilaksanakan. Kemudian dalam berbagai buku social studies, sering dijumpai bahwa para ahli merumuskan tujuan IPS dengan mengaitkannya pada usaha mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik.35 Tanpa disadari bahwasanya mata pelajaran IPS ini juga dapat mengcounter berbagai masalah sosial yang timbul oleh perkembangan sains dan
34
Irfan Tamwifi, et.al., Ilmu Pengetahuan Sosial 1, hlm. 12.
35
Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, hlm. 24.
25
teknologi. IPS dapat dijadikan sebagai media dalam memberikan pemahaman tentang sains dan teknologi dalam kehidupan manusia. Peran IPS di sini bukanlah untuk mencetak para ilmuwan atau penghasil teknologi, melainkan lebih menitikberatkan pada berfikir bagaimana menghadapi dampak sosial dari perkembangan dan penerapan sains dan teknologi. Hal ini diperlukan agar masyarakat khususnya pada tingkat persekolahan dapat menerima berbagai hasil sains dan teknologi dengan disertai pemahaman yang cukup, sehingga pada akhirnya dapat menerima hasil teknologi tanpa disertai gejolak-gejolak sosial bahkan dapat digunakan untuk kemajuan masyarakat sendiri.
3. Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society). a. Pengertian SETS (Science, Environment, Technology, and Society) Pendekatan SETS memiliki kepanjangan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Secara mendasar dapat dikatakan bahwa setelah menggunakan pendekatan ini siswa akan memiliki kemampuan memandang suatu cara terintegrasi dengan memperhatikan keempat unsur salingtemas, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang dimiliki. Urutan ringkasan pendekatan ini membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains (S-pertama) ke bentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (S-kedua) diperlukan pemikiran tentang berbagai implikasinya pada lingkungan (E) secara fisik maupun mental. Secara tidak langsung, hal ini menggambarkan arah pendekatan SETS yang relatif memiliki kepedulian terhadap lingkungan kehidupan atau sistem kehidupan (manusia).36 Jadi, pendidikan SETS ini bukan pendidikan di angan-angan atau di atas kertas saja, melainkan pendidikan SETS benar-benar membahas sesuatu yang nyata yaitu, bisa dipahami, dapat dilihat dan dibahas dan bisa dipecahkan jalan keluarnya. Dengan kata lain pendekatan ini didefinisikan sebagai belajar dan mengajar mengenai sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Ini 36
Nono Sutarno, Materi Pokok dan Pembelajaran IPA SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 9.24.
26
berarti bahwa peserta didik dalam pembelajarannya selain mempelajari teori tentang sains (ilmu pengetahuan) mereka juga menengok kehidupan nyata mereka yang berhubungan dengan teori yang dipelajari, sehingga akan berdampak positif dalam pemahaman peserta didik. Maka dari penjelasan di atas, hasil pembelajaran ini diharapkan mampu memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa dalam mengembangkan kehidupan sebagai manusia pribadi, anggota masyarakat, warga negara, sehingga siap untuk mengikuti pendidikan selanjutnya.37 “Adapun teori belajar yang digunakan dalam pendekatan SETS adalah konstruktivisme, behaviorisme, cognitive development, dan social cognitive”.38 Belajar
berdasarkan
konstruktivisme
adalah
“mengonstruk”
pengetahuan.39 Di sini berarti belajar akan bermakna apabila peserta didik belajar mengkonstruksikan (membangun) pengetahuan, sikap, atau ketrampilannya sendiri. Sebagaimana di dalam buku yang ditulis oleh Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni bahwa “konstruktivisme itu memahami hakikat belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya”.40 Menurut teori konstruktivisme pengetahuan bukan merupakan kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya. Oleh karena itu, dalam belajar harus diciptakan lingkungan yang mengundang atau merangsang
perkembangan
otak/kognitif
peserta
didik.
Jadi
Teori
konstruktivisme yang landasan dasarnya schema. Teori schema memandang bahwa proses pembelajaran sebagai perolehan pengetahuan baru dalam diri
37
Isah Cahyani, Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Islam Departemen Agama RI, 2009), hlm.100.
Direktorat Jendral Pendidikan
38
Nono Sutarno, Materi Pokok dan Pembelajaran IPA SD, hlm. 9.35.
39
Agus Suprijono, Cooperative Learning; Teori & Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 85. 40
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori belajar dan pembelajaran , (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 115-116.
27
peserta didik dengan cara mengaitkannya dengan struktur kognitif yang sudah ada. Hasil belajar merupakan hasil dari pengorganisasian struktur kognitif yang baru, yaitu integrasi antara pengetahuan lama dengan pengetahuan baru. Jadi, struktur kognitif yang baru nantinya menjadi dasar pada kegiatan belajar berikutnya. Belajar menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh peserta didik sendiri. Maka peserta didik harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna sesuatu yang dipelajarinya. 41 Kegiatan ini terlihat dalam pembelajaran dengan menggunakan SETS, peserta didik dituntut untuk bisa menghubungkaitkan antara unsur-unsur SETS. Ini bisa diawali dengan menggunakan contoh yang mereka alami sendiri atau yang mereka pahami mengenai kehidupan sehari-hari mereka. Dengan adanya pemahaman itu mereka bisa mengkonstruk (membangun) pengetahuan yang baru, salah satunya adalah melalui interaksi, baik dengan pendidik maupun antar peserta didik. Sebagaimana pendapat Slavin yang dikutip oleh Trianto, konstruktivisme adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui pemahaman dan interaksi mereka.42 Maka dengan penjelasan tersebut tidak salah apabila teori social cognitive ini juga berperan dalam penerapan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology,and Society). Teori ini menjelaskan bahwasanya keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial memberikan mekanisme penting untuk pengembangan pemikiran peserta didik.43 Jadi dukungan teori social cognitive adalah interaksi sosial dalam diskusi kelompok sehingga peserta didik saling bekerjasama. Dari kegiatan ini mereka 41
Bambang Warsito, Teknologi Pembelajaran; Landasan & Aplikasinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta), hlm. 77-78. 42
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 74. 43
Agus Suprijono, Cooperative Learning; Teori & Aplikasi PAIKEM,, hlm. 55.
28
akan menciptakan lingkungan belajar yang positif serta melakukan keterampilan berfikir sehingga terjadinya perkembangan berpikir. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya banyak manfaat bagi peserta didik setelah melakukan kerjasama. Sesungguhnya sikap tersebut telah dianjurkan oleh Allah SWT, karena kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup, yaitu dalam Surat al-Maidah ayat 2:
.... .... “...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran...” (Q.S. al-Maidah/5: 2).44 Selain itu teori yang menjadi landasan pendekatan SETS adalah cognitive development,
atau
sering
diartikan
dengan
perkembangan
kognitif.
Perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetika yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Dengan bertambahnya umur maka susunan syaraf seseorang akan semakin kompleks dan ini memungkinkan kemampuannya meningkat.45 Oleh karena itu, proses belajar peserta didik akan mengikuti perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya. Dalam kenyataannya perkembangan kognitif tersebut juga perlu adanya dukungan dari lingkungan yang berupa pengalaman ataupun interaksi sosial agar perkembangan tersebut menjadi maksimal. Sebagaimana pendapat Vygotsky, bahwasanya
ia percaya
interaksi
sosial
dengan orang lain
memacu
pengonstruksian ide-ide baru dan meningkatkan perkembangan intelektual pelajar.46
44
Menteri Agama RI, Al-quran dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1995), hlm. 156. 45
Bambang Warsito, Teknologi Pembelajaran; Landasan & Aplikasinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), hlm. 69. 46
Sugianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), hlm. 154.
29
Teori yang terakhir yang digunakan dalam pendekatan SETS adalah teori behaviorisme. Menurut teori behaviorisme, manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang akan memberikan pengalamanpengalaman belajar. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya stimulan dan respons yang dapat diamati. Seseorang dianggap telah
belajar
apabila
mampu
menunjukkan
perubahan
tingkah
laku.
Behaviorisme menekankan pada tingkah laku yang objektif, empiris (nyata), konkret dan dapat diamati (observable). Maka teori ini tidak heran kalau lebih menekankan hasil belajar. Dalam menerapkan teori behaviorisme ini yang terpenting adalah para guru, perancang pembelajaran, dan pengembang program-program pembelajaran harus memahami karakteristik peserta didik dan karakteristik lingkungan belajar agar tingkat keberhasilan peserta didik selama kegiatan pembelajaran dapat diketahui. Tuntutan dari teori ini adalah pentingnya merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan spesifik supaya mudah dicapai dan diukur.47 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) menggunakan beberapa teori yang saling mendukung, sehingga terjadi keberhasilan dalam proses maupun hasil pembelajarannya. Dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) ini, maka pendidik menggunakan metode diskusi untuk memacu (merangsang) dan memicu (menumbuhkan) semangat belajar karena di dalamnya terdapat proses interaksi yang akan menumbuhkan pengetahuan baru setelah adanya pertukaran ide ataupun pengalaman peserta didik mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dari semangat belajar tersebut diharapkan hasil dari pembelajaran akan meningkat. Dan untuk menambah pemahaman peserta didik, pada pertemuan kedua pendidik menggunakan metode pengamatan langsung mengenai objek-objek
47
Bambang Warsito, Teknologi Pembelajaran; Landasan & Aplikasinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), hlm. 66-67.
30
yang berhubungan dengan materi pokok, seperti di pabrik, pasar, WarNet, Bank BRI, dan sebagainya.
b. Ciri atau karakteristik dari pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) Sejumlah ciri atau karakteristik dari pendekatan salingtemas adalah sebagai berikut: 1) Tetap memberi pengajaran sains. 2) Murid dibawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat. 3) Murid dibawa untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi dalam proses pentransferan sains tersebut ke bentuk teknologi. 4) Murid diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur sains yang dibincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitan antara unsur tersebut. 5) Murid dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian dari pada menggunakan konsep sains tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi. 6) Dalam konteks konstruktivisme, murid dapat diajak berbincang tentang SETS dari berbagai macam arah dan dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan.48 Jadi dari ciri dan karakteristik di atas menjelaskan bahwasanya, pendidikan SETS harus dapat membuat peserta didik memahami hakekat dari “SainsLingkungan-Teknologi-Masyarakat” sebagai satu kesatuan. Maksudnya adalah peserta didik harus selalu memperhitungkan saling keterkaitan antara elemen-elemen dalam SETS. Pendidikan SETS tidak hanya memperhatikan sains, teknologi, masyarakat tetapi juga dampak positif/negatif yang diakibatkan oleh sains dan teknologi yang dipakai oleh masyarakat pada lingkungan dan masyarakat itu sendiri. Untuk lebih jelasnya, keterkaitan keempat unsur SETS dapat dilihat pada gambar berikut:
48
Nono Sutarno, Materi Pokok dan Pembelajaran IPA SD, hlm. 9.29-9.30.
31
Society
Science
Environment
Tecnology
Gambar 1. Hubungan timbal balik unsur-unsur pendidikan SETS49 Dari gambar di atas terlihat bahwa keseluruhan keempat unsur SETS tersebut akan selalu menyatu dan tak terpisahkan dalam pembelajaran. Dan kurang pada tempatnya jika pembahasan SETS hanya sebatas elemen per elemen yang terpisah satu sama lain. Apabila hal itu dilakukan sama artinya dengan memfokuskan pada salah satu unsur dari pendekatan ini.
c. Hakikat dan tujuan pendekatan Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) Hakikat dan tujuan pembelajaran SETS adalah agar melalui pembelajaran ini dapat membuat siswa mengerti unsur-unsur utama SETS serta keterkaitan antar unsur-unsur tersebut pada saat mempelajari sains. Dengan kata lain, diperlukan pemikiran yang kritis untuk belajar setiap elemen dari pendekatan ini dengan memperhatikan berbagai keterhubungan antara unsur-unsurnya. Pendekatan ini juga bertujuan untuk membantu siswa mengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana perkembangan sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi, dan masyarakat secara timbal balik. Selain itu pendekatan ini juga bertujuan agar siswa mengetahui cara menyelesaikan masalah-masalah yang timbul akibat berkembangnya masalah yang berkaitan dengan masyarakat. 50
49
Pristiadi Utomo, “Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan SETS”, dalam http:// ilmuwanmuda.wordpress.com/pembelajaran-fisika-dengan-pendekatan-sets/, diakses 14 Juni 2011 50
Nono Sutarno, Materi Pokok dan Pembelajaran IPA SD, hlm. 9.24.
32
Jadi, agar peserta didik lebih memahami unsur-unsur yang dimaksud dalam pembelajaran SETS mereka harus dibimbing oleh pendidik dengan diawali konsep-konsep yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar kehidupan sehari-hari peserta didik. Dengan demikian peserta didik akan lebih mudah menangkap apa yang dijelaskan oleh pendidik, dan tujuan dari pembelajaran SETS ini akan tercapai.
4. Tinjauan Materi Adapun materi ajar yang dijadikan sebagai objek penelitian kelas IV semester II adalah sebagaimana dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut: Standar Kompetensi 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi
Kompetensi Dasar 2.3 Mengenal perkembangan teknologi, produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya.51
Materi ini dijelaskan dalam Bab yang berjudul “Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi”, adapun penjabaran materinya adalah sebagai berikut: a.
Pengertian Teknologi Teknologi ada hubungannya dengan kata “teknik”. Kata teknik artinya cara atau metode. Teknologi di sini berarti keseluruhan sarana atau alat yang digunakan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan manusia.52 Pengertian lain dari teknologi adalah kemampuan teknik yang berlandaskan ilmu pengetahuan untuk membuat dan menggunakan sesuatu. Teknologi diciptakan manusia dengan tujuan untuk mempermudah dan
51
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: Standar Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI dan SDLB, (Jakarta, 2006), hlm. 583. 52
Tantya Hisnu P. dan Winardi, Ilmu Pengetahuan Sosial 4 untuk SD/MI kelas 4, (Jakarta: Pusat Perbukuan, 2008), hlm. 170.
33
membantu manusia.53 Ada bermacam-macam teknologi yang diciptakan oleh manusia, diantaranya adalah teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi. b. Perkembangan Teknologi Produksi Kegiatan produksi adalah kegiatan yang menghasilkan suatu barang atau jasa.54 Kegiatan ini dilakukan untuk membuat barang-barang yang dikonsumsi oleh manusia, yaitu dari bahan baku yang diolah melalui proses sehingga dihasilkan barang jadi yang siap untuk dikonsumsi. Tidak hanya itu saja, ada juga produksi yang menghasilkan jasa yang dibutuhkan oleh manusia. Seiring dengan bertambahnya kemajuan jaman dan ilmu pengetahuan, teknologi pun muncul sehingga mempermudahkan manusia dalam melakukan proses produksi. Dalam kaitannya dengan hal ini manusia berusaha untuk selalu mengembangkan peralatan untuk membuat barang. Oleh karena itu, kita mengenal ada dua macam teknologi produksi, yaitu: 1) Teknologi produksi sederhana Pemanfaatan sumber daya alam untuk menghasilkan barang-barang kebutuhan sudah dilaksanakan oleh masyarakat sejak zaman dahulu. Namun masyarakat tradisional menggunakan teknologi produksi yang sangat sederhana. Pada zaman dahulu masyarakat hanya menggunakan peralatan sederhana yang didukung oleh tenaga otot. Contohnya adalah para petani pada zaman dahulu mengolah tanah dengan menggunakan bajak yang ditarik oleh kerbau atau sapi dan juga didukung oleh tenaga manusia sendiri. 2) Teknologi produksi modern. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong manusia untuk menciptakan alat-alat produksi yang menggunakan mesin modern, misalnya: traktor untuk membajak sawah.55
53
Sigit P., et.al., Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI, (Solo: CV. Sindunata), hlm. 59.
54
Ahmad Zuber dan Lukman Hakim, Aktif Belajar IPS 4; untuk Kelas IV SD dan MI, (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), hlm. 157. 55
Muh. Arif, Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI, 2009), hlm. 242-243.
34
c. Perkembangan Teknologi Komunikasi Dalam topik ini yang dimaksud adalah komunikasi antar manusia. Komunikasi bisa diartikan sebagai kegiatan berinteraksi untuk mendapatkan informasi, berita, pesan, kemauan atau ide tertentu. Berdasarkan bentuknya, komunikasi dibedakan menjadi 3 macam, yaitu komunikasi lisan, komunikasi tulisan, dan isyarat. Komunikasi lisan adalah komunikasi yang umum dilakukan manusia. Komunikasi lisan dilakukan tanpa peralatan kecuali alat ucap manusia itu sendiri. Bentuk komunikasi lisan antara lain bercakap-cakap, ceramah, menelepon, bertanya, dan diskusi. Komunikasi tulisan adalah komunikasi yang dilakukan secara tidak langsung, namun melalui alat perantara, yaitu tulisan. Komunikasi tulisan dilakukan apabila kita hendak berhubungan dengan orang lain di tempat yang berlainan dan tidak memungkinkan untuk bertatap muka secara langsung. Sedangkan komunikasi isyarat adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat dalam bentuk gerakan tubuh atau kebiasaan-kebiasaan tertentu.56 Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia berusaha untuk menciptakan alat yang bisa untuk memudahkan mereka untuk melakukan komunikasi. Kedudukan teknologi komunikasi ini erat kaitannya dengan alat dan media komunikasi. Dalam perkembangannya, teknologi komunikasi semakin menunjukkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Berdasarkan sifatnya dikenal dua macam teknologi komunikasi, yaitu: 1) Teknologi komunikasi tradisional adalah teknologi komunikasi pada masa lalu yang bersifat sederhana, baik bentuk maupun wujudnya. Cara penggunaannya pun sederhana dan mudah dilakukan, misalnya kentungan dan bedug dengan cara dipukul.57 Adapun contoh yang lain adalah telik sandi, kurir, dan tali pohon.58
56
Dwi Tyas Utami et.al., Pengetahuan Sosial SD untuk Kelas IV, (Jakarta: Erlangga, 2004), hlm. 45-46. 57
Ahmad Zuber dan Lukman Hakim, Aktif Belajar IPS 4; untuk Kelas IV SD dan MI, hlm. 162-
163. 58
Tantya Hisnu P. dan Winardi, Ilmu Pengetahuan Sosial 4 untuk SD/MI kelas 4, hlm. 176-177.
35
2) Teknologi komunikasi modern, dengan bentuk dan fungsi yang beragam. Untuk memperlancar hubungan antara dua pihak atau lebih, maka diperlukan suatu alat atau sarana yang disebut dengan media komunikasi. Media komunikasi pada masa kini dapat dibedakan menjadi media cetak dan media elektronik. Media cetak merupakan sarana media massa yang dicetak dan diterbitkan secara berkala. Berbagai contoh media cetak yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari antara lain surat kabar, majalah, buku, pamflet, brosur, poster, spanduk, serta alat cetak jarak jauh seperti telegraf dan faksimile. Sedangkan yang dimaksud dengan media elektronik adalah sarana media massa yang mempergunakan elektronik modern. Media elektronik menampilkan bentuk komunikasi melalui tulisan, gambar, dan suara (audio visual). Beberapa contoh media elektronik antara lain adalah telepon, televisi, radio, dll.59 d. Perkembangan Teknologi Transportasi. Transportasi adalah pengangkutan barang atau orang dari satu tempat ke tempat yang lain. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia memerlukan alat angkutan untuk membawa barang dan orang. Sedangkan teknologi transportasi adalah teknologi yang berkaitan dengan kendaraan. Seperti halnya teknologi produksi dan teknologi komunikasi, teknologi transportasi juga mengalami perkembangan, yaitu: 1) Teknologi transportasi pada masyarakat tradisional. Masyarakat tradisional membuat alat transportasi yang sederhana untuk mengangkut penumpang atau barang dari suatu tempat menuju tempat menuju tempat yang lain. Mereka belum bisa membuat mesin modern. Oleh karena itu alat transportasi yang dibuat hanya menggunakan tenaga otot atau dengan bantuan tenaga angin saja. Itulah sebabnya masyarakat tradisional belum mengenal alat transportasi udara. Yang
dikenal hanyalah alat
transportasi darat dan air. Itupun hanya menggunakan teknologi seadanya. 59
Ahmad Zuber dan Lukman Hakim, Aktif Belajar IPS 4; untuk Kelas IV SD dan MI, hlm. 163-
164.
36
Alat-alat transportasi darat yang dikenal adalah tandu, kuda, dokar, gerobak, dan kereta. Sedangkan alat transportasi air yang dikenal adalah rakit dan perahu. 2) Teknologi transportasi pada masyarakat modern. Penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendukung pembuatan transportasi dengan menerapkan teknologi modern. Dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi itu pula masyarakat berhasil menciptakan berbagai macam alat transportasi. Alat-alat tersebut digerakkan dengan tenaga mesin. Alat transportasi darat yang berhasil diciptakan untuk membantu manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya adalah bis, truk, kereta api, mobil, dan kendaraan motor lainnya. Untuk mendukung alat transportasi darat pemerintah membangun jalan-jalan raya, jembatan, dan terminal. Sedangkan contoh dari transportasi air adalah kapal ferry dan kapal-kapal besar yang dapat mengangkut barang ratusan ton. Untuk mendukung transportasi laut pemerintah membangun pelabuhan-pelabuhan. Untuk keperluan transportasi udara masyarakat modern telah berhasil menciptakan,
antara
lain
adalah
pesawat
terbang,
helikopter,
dll.
Pengangkutan dengan menggunakan transportasi udara jauh lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan alat transportasi darat dan air jenis apapun. Untuk mendukung transportasi udara pemerintah membangun bandar udara.60
C. Penerapan Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) dalam Pembelajaran Di dalam pembelajaran menggunakan pendekatan SETS murid diminta menghubungkan
antara
unsur-unsurnya.
Yang
dimaksud
adalah
murid
menghubungkaitkan antara konsep sains yang dipelajari dengan benda-benda yang berkenaan dengan konsep tersebut pada unsur lain di dalamnya, sehingga
60
Muh. Arif, Ilmu Pengetahuan Sosial, hlm. 252-253.
37
kemungkinan murid memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keterkaitan konsep tersebut dengan unsur lain di dalam SETS, baik dalam bentuk kelebihan atau kekurangannya.61 Dengan meletakkan sains sebagai fokus perhatian, maka pendidik sains serta peserta didik yang menghadapi pelajaran sains dapat dibawa melihat bentuk keterkaitan sebenarnya dari ilmu yang dipelajarinya dikaitkan dengan unsur lain dalam SETS. Oleh karena seperti yang diungkapkan di atas, bahwa masing-masing unsur itu saling terkait, maka dalam pembelajaran sains seharusnya pendidik dan peserta didik dapat mengambil berbagai contoh serta fakta yang ada atau kemungkinan fakta yang dapat dikaitkan secara terpadu dalam pengenalan atau pembelajaran konsep sains yang dihadapi sesuai dengan tujuan pengajaran dan pada saat memungkinkan peserta didik mengembangkan diri (mengenai pengetahuannya tersebut) berdasarkan pengetahuan yang dipelajari. Jangan hanya memberi perhatian lebih terhadap sains tanpa memperhatikan konteks SETS. Tidak menutup kemungkinan bahwa arah kegiatan sains yang mereka lakukan itu sepenuhnya memfokuskan pada entitas sains itu sendiri (dengan kemungkinan gerak ke arah teknologi) tanpa memikirkan dampaknya pada masyarakat ataupun lingkungan. Akan tetapi apabila ketekunan mereka di bidang sains tersebut selalu dikaitkan dengan unsur lain dalam SETS secara terintegratif dan bertanggung jawab, maka kesejahteraan kehidupan di muka bumi itulah yang dapat kita diperoleh. Secara umum dapat dikatakan bahwa pembelajaran ini memiliki makna pengajaran sains dikaitkan dengan unsur lain dalam SETS, yakni lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Sains tidak berdiri sendiri di masyarakat karena keterkaitan dan ketergantungannya pada unsur-unsur tersebut. Demikian pula kepentingan masyarakat sendiri juga dibatasi oleh kemampuan sains serta teknologi dan sumber daya yang ada di lingkungan. Yang terpenting, kondisi lingkungan sangat ditentukan oleh kesadaran masyarakat akan kepentingannya, adanya teknologi
61
Nono Sutarno, Materi Pokok dan Pembelajaran IPA SD, hlm. 9.30.
38
yang akan menjaga atau menghancurkannya, serta keberadaan sains yang memerlukan eksistensinya. Di dalam pembelajaran SETS, tidak hanya memperhatikan isu yang ada di masyarakat dan lingkungan yang telah ada dan mengkaitkannya dengan unsur lain, akan tetapi juga pada cara melakukan sesuatu untuk kepentingan masyarakat dan lingkungan itu yang memungkinkan kehidupan masyarakat serta kelestarian lingkungan terjaga sementara kepentingan lain terpenuhi. Maka di dalam kegiatan pengajaran topik yang merupakan pokok bahasan yang paling aktual dan sesuai dengan subjek yang dipelajari haruslah merupakan pilihan utama bagi pendidik. Topik-topik terpilih dapat merupakan bahasan konsep sains yang berkaitan dengan teknologi dan lingkungan sesuai dengan topik sains yang perlu diajarkan. Dengan adanya latar belakang tersebut, di dalam skripsi ini peneliti hanya membatasi pada pembelajaran mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) kelas IV dalam Bab yang berjudul “Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi”. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pengajaran dengan menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) ini pendidik dapat memulai dari konsep-konsep yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar kehidupan sehari-hari peserta didik, mengingat subjek kegiatan belajar masih pada jenjang pendidikan dasar, agar mereka lebih mudah memahami keterkaitan antar unsur yang ada di dalam konsep SETS. Dalam penerapannya pendidik menggunakan beberapa metode pembelajaran, seperti metode ceramah, diskusi, pengamatan langsung, tanya jawab, dan penugasan. Pelaksanaannya dilakukan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama, pendidik menggunakan metode ceramah, dengan maksud menjelaskan konsep SETS dengan mengaitkan dengan contoh-contoh yang ada di sekitar kehidupan peserta didik. Ini bertujuan agar peserta didik lebih mudah memahami keterkaitan antar elemen dari konsep SETS tersebut. Setelah metode ceramah digunakan pendidik menggunakan metode diskusi, dengan membagi peserta didik menjadi 5 kelompok, yang masing-masing kelompok terdiri dari 8 anggota. Dalam kegiatan diskusi ini peserta didik harus dengan senang
39
hati menerima penetapan yang telah ditentukan oleh pendidik mengenai pembagian kelompok. Mereka tidak boleh membeda-bedakan teman dengan kata lain bahwa harus menganggap setiap dari mereka adalah teman. Dengan tujuan agar kegiatan diskusi dapat berjalan dengan baik tanpa adanya rasa diskriminasi. Dan apabila masih merasa bingung dengan pembagian kelompok yang telah dijelaskan oleh pendidik, maka peserta didik jangan merasa segan untuk bertanya. Sebagaimana telah dikemukakan oleh Muhammad Syakir bahwa:
Duduklah di tempat yang telah ditentukan oleh gurumu, jangan duduk di tempat lain. Bila salah seorang teman kamu hendak menempati tempat dudukmu, janganlah kamu bertengkar atau mengganggunya, tetapi kemukakanlah kepada gurumu agar beliau memberi tempat duduk tertentu62. Pada kegiatan diskusi yang akan dilakukan setiap kelompok diberi tema diskusi yang berbeda dengan tugas mengaitkan konsep SETS dengan contoh di sekitar kehidupan peserta didik yang disesuaikan dengan tema masing-masing. Dalam pelaksanaannya pendidik menggunakan media kertas HVS, yang digunakan untuk mencatat hasil diskusi dan sumber materi tambahan untuk memperlancar proses diskusi. Setelah kegiatan diskusi selesai, perwakilan dari setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Apabila hasil dari diskusinya kurang baik, maka kelompok lain diperbolehkan untuk menyempurkan dengan memberi masukan yang bersifat membangun. Pada pertemuan kedua, pendidik menggunakan metode observasi (pengamatan langsung). Ini dimaksudkan agar peserta didik lebih memahami materi yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Yaitu dengan cara pendidik mengajak peserta didik untuk observasi ke tempat-tempat yang terdapat berbagai teknologi 62
Muhammad Syakir, Pelajaran Dasar tentang akhlak: Washaya Al-Abaa’ Lil Abnaa’, (Surabaya: Al-Miftah, 2001), hlm. 29.
40
yang sesuai dengan materi pokok. Tempat-tempat tersebut seperti pasar, pabrik, Bank BRI, dan sebagainya. Dalam proses pengamatan tersebut pendidik memberi penjelasan dengan mengaitkan fakta dengan konsep yang terdapat dalam SETS.
41
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.1 Dalam kaitannya dengan hal ini maka penelitian kualitatif ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang diamati tersebut. Dan beberapa deskripsi tersebut digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada simpulan. Sedangkan metode yang digunakan adalah deskriptif, di mana penelitian ini berusaha memberikan gambaran secara sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat-sifat populasi tertentu.2 Dalam hal ini mengenai ruang lingkup pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) pada mata pelajaran IPS yang ada di MI Al-Islam Kauman Sukorejo. Dalam pendekatan kualitatif di sini peneliti mencoba mendeskripsikan mengenai pelaksanaan pendekatan tersebut dengan memaparkan keadaan objek yang diteliti sebagaimana adanya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian Proses penelitian ini dilaksanakan di MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal
yang beralamat di Jln. Kauman 01 Sukorejo Kendal. Peneliti memilih tempat di sekolah ini karena sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah terbaik di Kendal.
1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), hlm. 60. 2
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), hlm.14.
41
2.
Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini berlangsung kira-kira selama dua bulan mulai dari
tanggal 21 Maret – 1 Juni 2011.
C. Sumber Penelitian Adapun data yang digunakan sebagai sumber penelitian ini adalah: 1.
Primer, yaitu data yang dikumpulkan langsung dari individu-individu yang diselidiki.3 Berarti di sini yang dimaksud adalah sumber-sumber data yang secara langsung didapatkan di lokasi atau objek penelitian. Data primer tersebut meliputi: sejarah tentang berdiri MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, data pendidik,
peserta
didik,
serta
penerapan
pendekatan
SETS
(Science,
Environment, Technology, and Society) pada mata pelajaran IPS kelas IV. 2.
Sekunder, yaitu data yang ada dalam pustaka-pustaka.4 sumber data ini diperoleh dari kegiatan mengumpulkan data melalui penelusuran terhadap buku-buku dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian, yaitu mengenai teori tentang pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) dan penerapannya dalam pembelajaran.
D. Fokus Penelitian Fokus penelitian menyatakan pokok persoalan apa yang menjadi
pusat
perhatian dalam penelitian. Penetapan fokus penelitian merupakan tahap yang sangat menentukan dalam penelitian kualitatif. Hal ini karena “suatu penelitian kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang kosong tetapi dilakukan berdasarkan persepsi seseorang terhadap masalah”,5 Jadi fokus dari penelitian itu pada dasarnya adalah sumber pokok dari masalah penelitian itu sendiri.6
3
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), hlm.23.
4
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, hlm.23.
5
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 92. 6
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 386.
42
Yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan SETS (Science, Environment,
Technology, and Society) pada mata pelajaran IPS yang ada di MI Al-Islam Kauman Sukorejo.
E. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Metode pengamatan Langsung/Observasi “Metode observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung”.7 Jenis observasi yang peneliti gunakan adalah observasi berperan serta (participant observation), yaitu sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data. Sehingga dengan melakukan observasi partisipan ini, maka yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.8 Dalam penelitian ini metode observasi dilakukan dengan cara mengamati secara langsung mengenai proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS dan hal-hal yang berkaitan dengannya yaitu mengenai pendidik, peserta didik, materi yang diajarkan, alokasi waktu yang dibutuhkan, metode yang digunakan, media serta alat pembelajarannya. Maka dengan kegiatan observasi ini akan diperoleh data yang dapat mendukung dalam penelitian. 2.
Metode Wawancara/Interview Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara
langsung, berupa interview secara mendalam terhadap informan. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
7
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 149. 8
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010),
hlm. 204.
43
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.9 Dalam wawancara diharapkan terjadi hubungan yang baik antara pewawancara dengan responden sehingga tidak timbul kecurigaan dan dapat menghasilkan data yang lebih lengkap. Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan alat pengumpulan data yang berupa pedoman wawancara, yaitu instrument yang berbentuk pertanyaan yang diajukan secara langsung kepada informan dan responden di tempat penelitian. Dalam hal ini yang diwawancarai adalah: a. Kepala Sekolah MI Al-Islam Kauman Sukorejo. b. Waka Kurikulum MI Al-Islam Kauman Sukorejo c. Pendidik mata pelajaran IPS kelas IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo Metode ini dilakukan dengan tujuan agar peneliti mengetahui apakah pendekatan SETS
(Science, Environment, Technology,and Society) memang
diterapkan dalam pembelajaran di MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, khususnya pada mata pelajaran IPS kelas IV. 3.
Metode Dokumentasi “Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di
dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya”.10 Metode ini digunakan untuk melengkapi data-data dalam penelitian. Metode ini digunakan untuk mencari dan mengumpulkan data dan informasi tertulis dari informan yang berhubungan dengan penelitian. Data yang didapatkan tersebut dapat pula untuk memperkuat dalam lapangan saat wawancara dan observasi. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk daftar nama peserta didik, guru, dan arsip-arsip lain yang berhubungan dengan penelitian, serta foto yang menggambarkan tentang proses pembelajaran di kelas IV pada pembahasan mata
9
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 186.
10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2006), hlm. 158.
44
pelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan SETS
(Science, Environment,
Technology, and Society).
F. Teknik Analisis Data Berdasarkan pada tujuan penelitian yang akan dicapai, maka peneliti memulai dengan menelaah seluruh data yang sudah tersedia dari berbagai macam sumber yaitu melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi dengan melakukan reduksi data. Reduksi data di sini adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Analisis data ini bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasi. Dalam memberikan interpretasi data yang diperoleh, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang.11 “Metode ini bertujuan membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diselidiki”.12
11
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, ( Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm. 64. 12
Moh. Nazir, Metodologi Penelitian, ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), hlm. 54.
45
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN TENTANG IMPLEMENTASI PENDEKATAN SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY) PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV DI MI AL-ISLAM KAUMAN SUKOREJO KENDAL TAHUN 2011
A. Tinjauan Umum MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal 1.
Sejarah Singkat MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal MI Al-Islam merupakan sekolah dasar yang bernuansa Islam yang didirikan
oleh yayasan MASUMI yang awalnya dinamai Madrasah Wajib Belajar (MWB) yaitu sekolah setingkat Sekolah Rakyat (SR) dan peresmian berdirinya sekolah ini berdasarkan hasil keputusan bersama antara masyarakat sekitar dan pengurus pada tahun 1963. Dan seiring dengan perkembangan pendidikan maka sekolah yang awalnya bernama Madrasah Wajib Belajar ini berubah menjadi Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Islam sebagaimana disesuaikan dengan lembaga yang mengelolanya yaitu berbasis Islam. Perubahan nama sekolah ini di bawah naungan Yayasan Islam (Solo) pada tahun 1964, saat itu Madrasah ini telah berstatus terdaftar sampai tahun 1995. Dengan adanya bertambahnya zaman dan kerja keras pengelola, pendidik serta dukungan dari masyarakat Madrasah Ibtidaiyah Al-Islam ini mengalami perubahan status yang semakin baik sebagaimana faktanya dari tahun 1995-2001 dari awalnya berstatus terdaftar menjadi berstatus diakui, kemudian mendapatkan status disamakan dari tahun 2001-2006 dan akhirnya dari tahun 2006 sampai sekarang telah berstatus terakreditasi B.1 Adapun letak geografis MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal adalah berada di tengah kecamatan Sukorejo yang merupakan tempat strategis dengan alamat yaitu Jln. Kauman 01, kode pos 51363, Tlp. (0294) 451358.2 Sedangkan keberadaan MI Al
1
Hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Taftazani selaku kepala sekolah MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, pada hari Rabu tanggal 1 Juni 2011 di ruang Kepala Sekolah. 2
Data dokumentasi MI Al Islam Kauman Sukorejo Kendal yang didapat pada hari Jumat tanggal 1 April 2011.
46
Islam Kauman Sukorejo Kendal ini dipisah oleh Masjid Besar Sukorejo dengan batas-batas sebagai berikut: a. Sebelah Barat
: permukiman penduduk lebih tepatnya adalah desa Kauman
b. Sebelah Timur
: pertokoan
c. Sebelah Selatan
: pertokoan dan pasar Sukorejo
d. Sebelah Utara
: bunderan Sukorejo
2. Keadaan Pendidik MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Keberhasilan tujuan pendidikan di MI Al-Islam tidak terlepas dari dukungan dari para pendidik. Karena pendidik merupakan salah satu komponen pembelajaran yang sangat penting. Di jenjang pendidikan dasar ini kedudukan pendidik tidak lain juga sebagai wali kelas khususnya kelas bawah pada sekolah dasar, yaitu kelas 1, 2, dan 3. Adapun tugas dari wali kelas dan pendidik adalah sebagai berikut: a. Wali kelas membantu kepala sekolah dalam kegiatan sebagai berikut: 1) Pengelolaan kelas 2) Menyelenggarakan administrasi kelas, meliputi: a) Denah tempat duduk peserta didik b) Papan absensi kelas c) Daftar pelajaran kelas d) Buku absensi siswa e) Daftar piket kelas f) Tata tertib kelas 3) Penyusunan pembuatan struktur bulanan peserta didik 4) Pengisian daftar kumpulan nilai peserta didik 5) Pembuatan catatan khusus tentang peserta didik 6) Pencatatan mutasi peserta didik 7) Pengisian buku laporan penilaian hasil belajar 8) Pembagian buku laporan penilaian hasil belajar.3
3
Data dokumentasi MI Al Islam Sukorejo Kendal yang didapat pada hari Jumat 8 April 2011.
47
b. Pendidik bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secar efektif dan efisien. Tugas dan tanggung jawab seorang pendidik, meliputi: 1) Membuat perangkat program pengajaran 2) Melaksanakan program pembelajaran 3) Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan harian, ulangan umum, ujian akhir. 4) Melaksanakan analisis hasil ulangan harian 5) Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan 6) Mengisi daftar nilai peserta didik 7) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar peserta didik 8) Melaksanakan tugas tertentu di sekolah.4 Sebagaimana telah dijelaskan sekilas di atas bahwasanya di jenjang pendidikan dasar baik SD maupun MI sebagaimana halnya di MI Al-Islam mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lain yaitu adanya wali kelas atau sering disebut dengan guru kelas khususnya kelas bawah pada sekolah dasar yaitu kelas 1, 2, dan 3, yang mempunyai tugas mengajarkan semua mata pelajaran di kelas yang ia tanggungjawabi. Jadi Guru kelas mempunyai dua tugas yaitu selain menjadi wali kelas juga menjadi pendidik semua mata pelajaran. Adapun penjelasan mengenai pendidik MI Al-Islam Kauman Sukorejo dapat dilihat pada tabel berikut ini:
4
Data dokumentasi MI Al Islam Sukorejo Kendal yang didapat pada hari Jumat 8 April 2011.
48
Tabel 4.1 Tenaga Pendidik MI Al-Islam Tahun 2011-20125 No
Nama
L/P
Jabatan Kepala Sekolah Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru
1
M. Taftazani
L
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Siti Sudarini Tarmuji Ahmad Mabrur Kholida Fitriani Imam Badrudin Ahmad Nawawi Susapto Nur Hidayah Nazula Arifani Ani Faizah Dwi Anggoro P. Sri Rahayu Bakhrudin Kirno ,S.Ag
P L L P L L L P P P L P L L
Pendidikan Terakhir D2
Tahun Bekerja 27-12-85
PGA SI SI SI SI S1 SI D2 SMA D2 Sm3 D2 D2 SI
30-7-84 21-7-97 1-3-01 23-9-02 5-10-02 1-8-03 19-7-04 5-4-06 1-7-06 17-7-06 30-8-07 1-8-08 1-1-10 1-7-00
3. Keadaan Peserta Didik MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Peserta didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar untuk mengembangkan potensi kemampuan untuk mencapai tujuan belajar. Mengenai jumlah peserta didik, di MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal ini dari awal berdiri hingga sekarang mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena MI Al-Islam senantiasa berusaha meningkatkan kualitas anak didiknya. MI Al-Islam bertekad untuk memberikan pelayanan maksimal melalui tenaga pendidik yang profesional dalam mendidik anak didiknya dengan penuh kesabaran, ramah, lugas, berwibawa, menguasai materi, dan memiliki kesiapan dalam menyampaikan materi serta didukung dengan kurikulum yang dipersiapkan dengan baik. Selain itu MI Al-Islam juga dilengkapi sarana dan prasarana yang sangat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga menjadi tempat proses belajar mengajar yang baik, kondusif dan menyenangkan bagi anak didiknya.6 5
Data dokumentasi MI Al Islam Sukorejo Kendal yang didapat pada hari Rabu 1 Juni 2011.
6
Hasil wawancara dengan Bapak Kirno selaku kepala Waka kurikulum MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, pada hari Senin tanggal 21 Maret 2011 di kantor.
49
Berdasarkan dokumentasi data peserta didik yang melakukan pendidikan di MI Al-Islam ini adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Jumlah peserta didik tahun 2011-20127 No 1 2 3 4 5 6
4.
Kelas I II III IV V VI Jumlah
Jumlah 54 62 56 60 65 54 351
Keadaan Sarana dan Prasarana MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan pendidikan di MI Al-Islam
merupakan salah satu aspek yang mempunyai peran yang sangat penting untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam perkembangannya, MI Al-Islam mempunyai beberapa sarana dan prasarana yang selalu diusahakan dengan baik. MI Al-Islam sendiri berada di antara masjid agung Sukorejo, yang mana kelas rendah (I, II, III) berada di sebelah kanan masjid agung Sukorejo dan kelas tinggi (IV, V, VI) berada di sebelah kiri masjid agung Sukorejo. Dan mengenai bangunan/ruang dan perlengkapan MI dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.3 Keadaan Bangunan MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal8 No. Keterangan Jumlah Keadaan 1 Unit/Gedung 2 buah Cukup baik 2 Ruang kelas 11 Buah Cukup Baik 3 Ruang KS 1 Buah Baik 4 Ruang Guru 1 Buah Baik 5 Ruang Administrasi 1 Buah Cukup Baik 6 Kamar Mandi/WC 4 Buah Baik 7 Halaman Bermain 1 Buah Cukup Baik 8 Tempat Parkir 1 Buah Cukup Baik
7
Data dokumentasi MI Al Islam Sukorejo Kendal yang didapat pada hari Rabu 1 Juni 2011.
8
Data dokumentasi MI Al Islam Sukorejo Kendal yang didapat pada hari Rabu 1 Juni 2011.
50
Tabel 4.4 Keadaan Perlengkapan MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal9 No. 1 2 3 4 5
Keterangan Meja Murid 1 Anak Meja Murid 2 Anak Bangku Murid 1 Anak Bangku Murid 2 Anak Meja/Kursi Tamu
Jumlah 60 Buah 149 Buah 257 Buah 40 Buah 1 Set
Keadaan Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Baik
Sedangkan mengenai alat peraga pembelajaran diletakkan di ruang guru, agar perawatan dan keamanan lebih terjamin. 5.
Struktur Organisasi Sekolah Untuk menciptakan ketertiban dan kelancaran dalam mengelola sekolah, maka
perlu dibentuk organisasi sekolah. Pembentukan organisasi tersebut adalah langkah awal dalam pencapaian tujuan yang mengenai visi dari sekolah. Sebagaimana halnya di sekolah MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan juga membentuk suatu organisasi, adapun susunannya dapat dilihat pada lampiran 4. 6.
Kegiatan Sekolah Sekolah
MI
Al-Islam
Kauman
Sukorejo
Kendal
menyelenggarakan
pembelajaran seperti halnya di sekolah dasar yang lain, akan tetapi di sini ada penambahan pendidikan keagamaan yang lebih mendalam. Ini terbukti bahwa sebelum memulai pelajaran peserta didik diberi waktu untuk bertadarus bersama, dan juga seringnya diajarkan bagaimana tata cara melakukan shalat dhuha bersama-sama, selain itu juga keteraturan mengikuti shalat dzuhur secara berjamaah. Adanya dukungan fasilitas masjid yang berada di antara sekolah MI Al-Islam ini kegiatan ini bisa lancar dilaksanakan. Kegiatan sekolah yang di berikan kepada peserta didik selain pada jam pelajaran adalah kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok peserta didik. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler antara satu sekolah dengan sekolah yang lain bisa saling berbeda, 9
Data dokumentasi MI Al Islam Sukorejo Kendal yang didapat pada hari Rabu 1 Juni 2011.
51
yaitu karena variasinya sangat ditentukan oleh kemampuan pendidik, peserta didik, dan kemampuan sekolah. Adapun kegiatan sekolah yang diselenggarakan di MI AlIslam Kauman Sukorejo Kendal adalah Baca Tulis al-Quran (BTQ), bahasa Inggris, bahasa daerah, marching band &drum band, lukis, qiro’ati, dan karate.10 B. Implementasi Pendekatan Salingtemas pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal 1.
Persiapan Pada hakikatnya bila suatu kegiatan direncanakan terlebih dahulu maka tujuan
dari kegiatan tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil. Demikian pula dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan salingtemas di kelas IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, pendidik di sana melakukan beberapa persiapan. Diantaranya yaitu persiapan pribadi dan persiapan teknis. Hal ini penting, karena tanpa persiapan pembelajaran dengan pendekatan salingtemas ataupun pendekatan-pendekatan lainnya tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Dengan kata lain tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan maksimal. Itulah sebabnya seorang pendidik harus memiliki kemampuan dalam merencanakan pengajaran. Persiapan pribadi ini berkaitan dengan persiapan yang mutlak dimiliki oleh pendidik. Persiapan ini meliputi persiapan fisik, mental dan penguasaan dalam materi yang akan diajarkan serta penguasaan dalam teori pendekatan salingtemas yang kemudian pendidik harus mampu mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan konsep salingtemas agar peserta didik bisa paham dengan penjelasan pendidik tersebut. Persiapan teknis yang dilakukan pendidik MI Al-Islam kauman Sukorejo Kendal khususnya kelas IV seperti keadministrasian (administrasi program tahunan, program semester, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), absen kelas, daftar perkembangan peserta didik mengenai hasil belajar (raport)) merupakan keharusan jika dihadapkan pada target pencapaian tujuan pembelajaran. 10
Hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Taftazani selaku kepala sekolah MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, pada hari Senin tanggal 21 Maret 2011 di kantor MI Al-Islam..
52
Sebelum pendidik melakukan persiapan teknis tersebut ia melakukan analisis materi pelajaran. Karena tidak lain fungsi dari analisis materi pelajaran itu adalah acuan untuk menyusun program pengajaran, yaitu program tahunan, program semester, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kegiatan menganalisis ini pendidik meneliti isi dari Standar Isi (SI) yang meliputi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) kemudian mengkaji materi dan menjabarkannya serta mempertimbangkan penyajiannya. Analisis materi pelajaran ini merupakan salah satu bagian dari rencana kegiatan belajar-mengajar yang berhubungan erat dengan materi pelajaran dan strategi penyajiannya. Kegiatan penyusunan analisis materi pelajaran ini berupa penjabaran dan penyesuaian isi dari Standar Isi (SI). langkah-langkahnya adalah menjabarkan kurikulum dan menyesuaikan kurikulum, adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut: a. Menjabarkan kurikulum Yaitu menguraikan bahan pelajaran, menguraikan tema/konsep pokok bahasan yang mengacu pada tujuan pembelajaran. b. Menyesuaikan kurikulum Yaitu menyesuaikan pembelajaran dalam kurikulum nasional dengan keadaan setempat agar proses belajar dan hasil belajar dapat dicapai secara efektif dan efisien, sesuai dengan tujuan. Kegiatan penyesuaian kurikulum mencakup pemilihan pendekatan maupun metode, pemilihan sarana pembelajaran dan pendistribusian waktu belajar-mengajar.11 Mengenai program tahunan, di dalamnya memuat alokasi waktu untuk setiap pokok bahasan dalam satu tahun pelajaran. Dalam penyusunan program semester pendidik menyesuaikan dari program tahunan yang telah ada. Program semester ini memuat alokasi waktu setiap bahasan setiap semester.12 Dalam menyusun program semester dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
11
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah; Wawasan Baru, Beberapa Metode Pendukung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), hlm. 24-25 12
Hasil wawancara dengan Bapak Kirno selaku waka kurikulum MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal pada hari Senin tanggal 21 Maret 2011.
53
a. Menghitung hari dan jam efektif selama satu semester. b. Mencatat mata pelajaran yang akan diajarkan selama satu semester. c. Membagi alokasi waktu yang tersedia selama satu semester.13 Sedangkan yang dimaksud dengan silabus adalah salah satu bagian dari program pembelajaran yang memuat satuan bahasan untuk disajikan dalam beberapa kali pertemuan. Sehubungan dengan penyusunan silabus, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah karakteristik dan kemampuan awal peserta didik, Tujuan Instruksional Khusus (TIK), bahan pelajaran, metode mengajar, sarana/alat pendidikan, dan strategi evaluasi.14 Sedangkan mengenai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah penjabaran secara detail dari silabus yang telah ditentukan sebelumya. Dengan adanya RPP ini pendidik memiliki pedoman dan sebagai acuan untuk melaksanakan KBM agar terarah dan berjalan efisien dan efektif.
2. Materi dan Pelaksanaan Pembelajaran Kelas IV a. Materi Berdasarkan data dalam bab sebelumnya, pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan salingtemas ini digunakan pada sub bab 3 yaitu lebih tepatnya adalah materi pokok yang berjudul “perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi” Di dalam materi pokok ini terdapat penjelasan yang dijabarkan melalui beberapa judul, seperti: 1) Perkembangan teknologi produksi 2) Perkembangan teknologi komunikasi 3) Perkembangan teknologi transportasi Setiap judul di atas masing-masing menjelaskan tentang perkembangannya sejak zaman dahulu atau sering disebut dengan teknologi sederhana dan
13
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah; Wawasan Baru, Beberapa Metode Pendukung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus, hlm. 25. 14
Hasil wawancara dengan Bapak Kirno selaku waka kurikulum MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal pada hari Senin tanggal 21 Maret 2011.
54
perkembangannya pada zaman sekarang atau bisa disebut dengan teknologi modern serta contoh-contoh dari teknologi tersebut. Untuk menyampaikan materi tersebut pendidik dituntut untuk menyesuaikan dengan kenyataan dalam lingkungan yang ada di sekitar peserta didik agar pemahaman mereka bisa optimal. Tujuan ini akan terwujud apabila pendidik tepat dalam memilih pendekatan maupun metode pembelajarannya. Salah satu pendekatan yang sesuai untuk menjelaskan materi tentang teknologi dan perkembangannya adalah dengan pendekatan SETS. Akan tetapi karena peserta didik masih dalam taraf pendidikan dasar maka pendidik dalam menjelaskan materi tersebut diharuskan dengan menggunakan bahasa yang sederhana serta dihubungkan dengan konsep SETS. Tidak hanya itu saja, pendidik juga harus memperhatikan mengenai kesesuaian antara materi ajarnya mengenai teknologi, perkembangan serta penggunaannya dalam kehidupan bermasyarakat dan dampak yang didapat dari pemakaian teknologi tersebut. Berarti tidak heran apabila penyampaian materi dengan menggunakan pendekatan SETS merupakan pilihan yang tepat oleh pendidik, karena dalam konsep SETS terdapat unsur sains, teknologi, masyarakat dan lingkungan. Di dalam pembahasannya tema yang berisi teori disebut dengan konsep sains, macam-macam dari teknologi adalah bentuk aplikasi dari konsep perkembangan sains, sedangkan manfaat dari teknologi bagi kehidupan manusia dapat dijelaskan melalui konsep SETS yaitu unsur masyarakat, sedangkan unsur dari lingkungan yang terdapat pada konsep SETS pendidik dapat dijabarkan khususnya melalui dampak negatif yang bersifat sosial maupun alami dari penggunaan teknologi tersebut. Dengan penjelasan melalui pendekatan SETS, serta metode yang digunakan adalah diskusi kelompok, maka banyak manfaat yang didapat, yaitu sebagai berikut: 1) Untuk pendidik yang tidak terlalu menguasai metode ceramah, ia bisa menjelaskan
melalui
point-point
yang sederhana
sehingga
walaupun
penjelasannya sedikit akan tetapi pemahaman siswa bisa optimal. Pemberian contoh ini juga harus disesuaikan dengan
kehidupan yang ada di sekitar
peserta didik. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
55
pendekatan SETS bisa melalui metode diskusi kelompok, sehingga dengan keadaan itu juga bisa memberikan titik aman bagi pendidik yang tidak begitu memiliki ketrampilan berceramah. 2) Dengan adanya penggunaan pendekatan melalui konsep SETS ini, efisien waktu yang dibutuhkan untuk menjelaskan pokok materi “perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi” akan didapat. Karena penjelasan cenderung menyebutkan point-pointnya saja. Pendalamannya bisa terlaksana ketika pemahaman peserta didik menyebutkan contoh dari masingmasing unsur SETS yang dihubungkan dengan materi yang sedang dipelajari. 3) Kerjasama dan keakraban akan terjalin karena adanya diskusi kelompok. Seperti dalam bab sebelumnya telah dijelaskan bahwasanya hasil pembelajaran SETS ini diharapkan peserta didik
mampu memberikan bekal
kemampuan dasar dalam mengembangkan kehidupan sebagai manusia pribadi, anggota masyarakat, warga negara, sehingga siap untuk mengikuti pendidikan selanjutnya. b. Pelaksanaan Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) Kelas IV. Pelaksanaan ini dilakukan dalam dua kali pertemuan. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1) Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama Tujuan dari pembelajaran ini adalah peserta didik dapat menjelaskan makna teknologi serta perkembangannya dalam produksi, komunikasi, dan transportasi. Serta siswa mampu menyebutkan macam-macam dari teknologi tersebut dan menjelaskan dampak positif maupun negatifnya bagi masyarakat. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut maka pendidik harus merencanakan pelaksanaan dari pembelajaran tersebut. Dalam menggambarkan tahap-tahap yang dilakukan oleh pendidik pada saat menjelaskan materi pokok yang
berjudul
”perkembangan
teknologi
produksi,
komunikasi
dan
transportasi”, peneliti memaparkan melalui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai berikut:
56
No.
Langkah-langkah
1
Kegiatan awal (12 menit) a. Pendidik memulai proses pembelajaran dengan salam dan berdo’a bersama serta presensi b. Pendidik mengkondisikan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran c. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan d. Pemberian motivasi dengan menyanyikan lagu “kereta api” secara bersama-sama Kegiatan inti (50 menit) a. Eksplorasi 1) Pendidik menggali pengetahuan awal yang dimiliki oleh peserta didik 2) Peserta didik menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pendidik b. Elaborasi 1) Pendidik menjelaskan secara singkat tentang konsep SETS dengan menggunakan salah satu contoh yang terdapat dalam sub materi pokok 2) Pendidik membagi peserta didik menjadi 5 kelompok yang masingmasing terdiri dari 6 anggota, dan membagikan bahan materi tambahan serta kertas HVS pada tiap-tiap kelompok 3) Memberikan tema bagi tiap-tiap kelompok untuk didiskusikan, dan memberikan waktu untuk berdiskusi 4) Menyuruh perwakilan dari tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian c. Konfirmasi 1) Pembahasan hasil diskusi 2) Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi pembahasan yang belum dipahami
2
Pengorganisasian Siswa Waktu k
5 menit
k
2 menit
k
2 menit
k
3 menit
k
3 menit
k
2 menit
k
6 menit
k
5 menit
g
20 menit
i
5 menit
k k
5 menit 3 menit
57
3) memberikan motivasi kepada peserta didik untuk rajin belajar 3 Kegiatan akhir (8 menit) a. Pendidik menyimpulkan materi yang telah dipelajari b. Pemberian tugas di rumah c. Mengakhiri pelajaran dengan membaca do’a bersama kemudian guru memberikan salam penutup Keterangan : i ; individual, g ; group, k ; klasikal15
k
1 menit
k
5 menit
i k
1 menit 2 menit
Dari pemaparan sekilas tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tersebut di atas peneliti akan menjelaskan secara mendalam tentang proses pembelajarannya melalui beberapa tahap yaitu: a) Pendahuluan Setiap pendidik ketika memasuki ke kelas. Maka pada saat itu pula ia menghadapi dua masalah pokok, yaitu masalah pengajaran dan masalah manajemen. Masalah pengajaran adalah usaha membantu peserta didik dalam mencapai tujuan khusus pengajaran secara langsung. Ini berarti bahwa pendidik mempunyai harus kemampuan menyusun rencana kegiatan dalam proses pembelajaran dengan baik. Yang termasuk di dalam nya adalah ketepatan ia memilih pendekatan ataupun metode pengajaran, media yang akan digunakan untuk membantu proses pembelajaran, ketepatan dalam menentukan evaluasi sebagai alat pengukur tingkat keberhasilan kegiatan belajar peserta didik, dsb.. Sedangkan masalah manajemen adalah usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa, sehingga proses interaksi edukatif dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Dalam hal ini adalah identik dengan usaha pengkondisian kelas. Dengan adanya permasalahan yang telah dijabarkan di atas maka pendidik berusaha untuk menyelesaikannya dengan cara yang sebagaimana seharusnya dilakukan. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas IV pendidik
15
Hasil observasi mengenai pelaksanaan pembelajaran materi pokok Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi kelas IV, pada hari Jumat tanggal 1 April 2011
58
telah merancang pembelajaran dengan sebaik-baiknya agar tujuan dari pendidikan ini dapat tercapai sebagaimana tertulis pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di atas. Tahap pertama dari pelaksanaan pembelajaran
adalah
tahap
pendahuluan,
adapun
runtutan
dari
pelaksanaannya adalah sebagai berikut: Sebelum pendidik menjelaskan tentang materi pokok “perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi”, ia mengkondisikan kelas sehingga nantinya proses belajar mengajar bisa nyaman. Telah dijelaskan diatas bahwa pengkondisian kelas merupakan masalah yang kompleks. Pengkondisian kelas adalah ketrampilan gru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif.16 Maka pendidik harus memperhatikan masalah ini, agar pengajaran bisa berjalan secara efektif serta tujuan dari pembelajaran akan tercapai dengan baik. Kemudian kegiatan selanjutnya yaitu berdoa. Berdo’a adalah adat yang merupakan suatu yang diwajibkan dalam memulai kegiatan. Kegiatan dalam hal ini adalah pembelajaran, maka kegiatan ini dilakukan setiap ingin memulai pelajaran. Sebelum pendidik memulai menjelaskan inti materi ajar, ia menjelaskan sekilas tentang tujuan pembelajaran yang hendak dicapai disertai menyebutkan materi pokok yang akan dipelajari. Selain
itu
motivasi juga hal yang penting bagi peserta didik. Motivasi adalah keadaan internal yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Mengenai motivasi belajar telah kita ketahui bahwasanya terdapat 2 macam, yaitu motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi hal dan keadaan yang datang dari luar
16
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif; Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), hlm. 144.
59
individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.17 Mengenai motivasi yang berasal dari luar maka pendidik berusaha memberikan dengan cara peserta didik menyanyikan lagu “naik kereta api” yang mana lagu ini selain sebagai alat menumbuhkan motivasi peserta didik juga sesuai dengan materi yang akan dipelajari yaitu teknologi, lebih tepatnya adalah contoh dari teknologi transportasi darat. Adapun lirik lagu kereta api adalah sebagai berikut: Naik kereta api, tut tut tuuuuut... Siapa hendak turut...? Ke Bandung, Surabaya... Bolehkah naik dengan percuma...? Ayo temanku lekas naik! Kretaku tak berhenti lama... Sebelum menyanyikan lagu ini pendidik menyuruh peserta didik berdiri di tempat masing-masing dengan menampakkan wajah ceria dan tangan siap untuk ditepuk. Kemudian dengan panduan pendidik lagu tersebut dinyanyikan dengan penuh keceriaan sambil menepuk tangan. Untuk menambah suasana ceria pendidik menyuruh tiap-tiap baris tempat duduk untuk bernyanyi secara bergantian. Melalui tahap pembelajaran pemberian motivasi ini dengan otomatis motivasi intrinsik pada diri peserta didik akan muncul. Memang dalam kenyataannya pada
jenjang pendidikan dasar pemberian motivasi oleh
pendidik perlu dilakukan karena dapat merangsang motivasi pada diri peserta didik. Setelah pemberian motivasi melalui menyanyi bersama seperti di atas peserta didik akhirnya mempunyai motivasi sehingga terlihat suasana belajar di kelas IV ini menjadi penuh keakraban dan keceriaan.
17
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 136.
60
b) Kegiatan inti Tahap selanjutnya adalah kegiatan inti. Kegiatan ini terdiri atas 3 tahap yaitu eksplorasi, Elaborasi, dan konfirmasi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: Pada tahap eksplorasi pendidik memulai dengan memberi gambaran tentang materi yang akan dijelaskan pendidik, yaitu dengan cara memberikan scaffolding tentang contoh-contoh teknologi yang ada di sekitar kehidupan peserta didik. Kegiatan yang dilakukan oleh pendidik bermanfaat bagi peserta didik untuk merangsang pemikiran (kognitif) peserta didik sehingga pemahaman untuk mempelajari materi yang selanjutnya bisa optimal dan juga dijadikan sebagai alat evaluasi untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik.18 Tahap yang kedua adalah Elaborasi. Pada tahap ini pendidik memulai dengan menjelaskan secara singkat tentang konsep SETS dengan menggambarkannya di papan tulis, seperti gambar sebagai berikut: Masyarakat (society)
Sains (science)
Lingkungan (environment)
Dari
Teknologi (technologi)
gambar di atas pendidik menjelaskan keterkaitannya, untuk
mempermudah pemahaman peserta didik, ia menggunakan contoh dari kegiatan produksi, sebagaimana berikut:
18
Hasil observasi mengenai pelaksanaan pembelajaran materi pokok Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi kelas IV, pada hari Jumat tanggal 1 April 2011
61
Produksi tekstil di masyarakat
Produksi tekstil (konsep sains)
Produksi tekstil di lingkungan
Produksi tekstil dalam teknologi
Sains
: produksi tekstil
Teknologi
: pabrik
Masyarakat
: memenuhi kebutuhan primer masyarakat yaitu berkenaan dengan sandang, memajukan kesejahteraan masyarakat, dan pertambahan pendapatan masyarakat
Lingkungan
: dampak bagi kehidupan sosial adalah adanya kesenjangan yang merugikan pihak yang hanya mampu membuat barangbarang dengan sederhana dan juga banyaknya pengangguran, sedangkan dampak bagi lingkungan alam adalah asap (pencemaran udara yang bisa menimbulkan lapisan ozon semakin menipis), limbah air (pencemaran air yang menyebabkan ikan/hewan air mati)
Dari point-point di atas bisa dijelaskan bahwa tema yang diajarkan adalah tentang produksi tekstil, jadi konsep sains itu adalah produksi tekstil, dari adanya konsep itu maka manusia berusaha untuk menciptakan alat atau tempat yang bertujuan memperlancar kegiatan produksi, yaitu salah satunya adalah menciptakan pabrik. Pabrik mempunyai peran penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat salah satunya adalah dengan adanya pabrik maka bisa mempercepat proses membuat barang, serta menghemat pekerja karena sudah tersedianya mesin-mesin pengganti tenaga manusia. Semakin lancar proses produksi maka semakin banyak barang yang
62
dihasilkan, maka dengan keadaan tersebut pendapatan pemilik pabrik akan bertambah. Dengan adanya barang yang dihasilkan maka kebutuhan sandang masyarakat pada umumnya akan terpenuhi, sehingga kesejahteraan masyarakat akan terwujud. Dari pemanfaatan pabrik ini pasti ada dampak bagi kehidupan bermasyarakat (sosial) dan lingkungan alam sekitar. Adapun dampak bagi kehidupan sosial adalah banyaknya pengangguran, ini dikarenakan adanya minimnya penggunaan tenaga pekerja yang mana semua kegiatan produksi sebagian besar telah diganti dengan tenaga mesin-mesin yang canggih. Dampak yang lain adalah adanya kesenjangan sosial antara pemilik pabrik dengan
penduduk
rata-rata
yang
tidak
mempunyai
modal
untuk
meningkatkan produksinya, ini bisa terlihat dari perbedaan tingkat pendapatan masyarakat. Sedangkan dampak bagi lingkungan alam adalah dari proses produksi menggunakan tenaga mesin pada faktanya memberi dampak negatif bagi alam seperti, pencemaran udara yaitu disebabkan oleh asap yang dihasilkan sehingga adanya asap yang tanpa menggunakan filter akan mengganggu keadaan ozon mengakibatkan menipisnya lapisan ini. Selain itu limbah air yang dihasilkan menyebabkan pencemaran air yang berdampak negatif bagi kebersihan air yang ada di sekitar pabrik bahkan ikan atau hewan yang hidup di dalamnya akan mati dan punah. Setelah penjelasan mengenai konsep melalui tema produksi langkah selanjutnya adalah pendidik menggunakan metode diskusi. Dalam kegiatan ini pendidik membagi peserta didik menjadi 5 kelompok, yang masingmasing terdiri dari 8 orang anggota. Pembagian ini dilakukan dengan cara berhitung. Yang mana peserta didik yang mendapatkan nomor yang sama berarti sekelompok. Dalam penempatan duduk setiap kelompok diatur oleh pendidik. Setelah masing-masing mendapatkan posisi, mereka disuruh menata kursi mereka saling berhadapan dengan teman sekelompok, dengan meja di tengah-tengah mereka yang berfungsi sebagai alas untuk menulis dan agar diskusi dapat berjalan lebih efektif.
63
Ketika masing-masing kelompok sudah tertata rapi mengenai tempat duduknya, mereka disuruh oleh pendidik mempersiapkan alat tulis serta buku atau referensi yang telah mereka miliki. Kemudian pendidik membagikan tambahan bahan materi yang berupa fotokopi buku panduan belajar mengenai materi pokok yang sedang dipelajari serta kertas HVS untuk menulis hasil diskusi nantinya. Kegiatan selanjutnya adalah memberikan tema untuk berdiskusi kepada tiap-tiap kelompok. Pembagiannya adalah sebagai berikut: a) Kelompok I mendapatkan tema diskusi yang berjudul “jual beli” b) Kelompok II mendapatkan tema diskusi yang berjudul “komunikasi” c) Kelompok III mendapatkan tema diskusi yang berjudul “transportasi darat” d) Kelompok IV mendapatkan tema diskusi yang berjudul “transportasi laut” e) Kelompok V mendapatkan tema diskusi yang berjudul “transportasi udara” Adapun anggota setiap kelompok dapat dilihat pada lampiran 7. Setelah pembagian telah selesai, pendidik menyuruh masing-masing kelompok menunjuk salah satu dari anggota peserta diskusi menjadi wakil dari kelompok mereka. Perwakilan dari tiap-tiap kelompok ini nantinya yang bertugas untuk menjelaskan hasil diskusi. Dengan adanya pembagian tema tersebut, maka masing-masing kelompok disuruh untuk berdiskusi, dengan mengerjakan seperti apa yang dikerjakan oleh pendidik di papan tulis yaitu hanya menulis point-pointnya saja, sedangkan penjelasan lebih lanjut nanti pada penjelasan di depan kelas. Pemberian waktu untuk berdiskusi adalah 30 menit. Pada saat peserta didik melakukan langkah pembelajaran ini mereka untuk mendapatkan ide tentang contoh dari tiap-tiap konsep salingtemas ini adalah dengan cara berdiskusi antar anggota sekelompok, dan membuka buku pegangan, LKS, atau bahan materi yang telah diberikan oleh mereka.
64
Kegiatan berdiskusi ini tergolong sudah baik, karena mereka saling menuangkan ide untuk menyelesaikan tugas berdiskusi mereka. Tahap yang terakhir dari kegiatan inti adalah konfirmasi. Setelah waktu yang disediakan habis, maka langkah selanjutnya adalah pendidik menyusuh perwakilan dari tiap-tiap kelompok untuk membacakan serta menjelaskan hasil diskusi mereka di depan kelas secara bergantian. Dalam kegiatan ini bagi peserta didik yang malu menjelaskan hasil diskusinya sendirian pendidik memperbolehkan anak tersebut mengajak salah satu teman diskusinya untuk menemaninya di depan kelas.19 Adapun hasil diskusi dari tiap-tipa kelompok adalah sebagai berikut: (a) Kelompok I Kelompok ini sesuai pembagian tadi adalah mendapat tema yang berjudul jual beli, hasil diskusinya adalah sebagai berikut: Jual beli di masyarakat
Jual beli (konsep sains)
Jual beli dalam Teknologi
Jual beli di lingkungan Sains
: jual beli
Teknolog
: dahulu
(uang),
sekarang
(ATM,
rekening
bank),
kendaraan Masyarakat : mempermudah proses jual beli, tidak membutuhkan waktu yang lama.
19
Hasil observasi mengenai pelaksanaan pembelajaran pada materi pokok Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi kelas IV, pada hari Jumat tanggal 1 April 2011
65
Lingkungan : dalam bidang sosial yaitu rawanya tindak kejahatan (pembobolan ATM), kurangnya jalinan silaturahmi antara penjual dan pembeli.20 Dari hasil diskusi tersebut di atas, temannya adalah jual beli. Jadi jual beli di sini adalah sebagai konsep sains. Dari konsep sains tersebut, manusia menciptakan berbagai teknologi yang dapat membantu dan memperlancar proses jual beli, pada jaman dahulu jual beli lebih dikenal dengan barter atau bisa diartikan kegiatan tukar-menukar barang. Kegiatan ini lamban laun seiring dengan perkembangan teknologi mengalami perkembangan maka diciptakan uang. Sebagai pengganti kegiatan pertukaran barang. Kegiatan jual beli dengan menggunakan uang lebih mudah dari pada kegiatan barter. Jaman sekarang dalam sekeliling kehidupan manusia banyak didirikan bankbank, yang menyediakan fasilitas rekening ataupun ATM. Dengan perkembangan teknologi ini maka memberi manfaat bagi masyarakat, antara lain adalah lebih mempermudah kegiatan jual-beli. Dengan adanya jasa yang diberikan oleh bank, maka dapat dimanfaatkan oleh penjual maupun pembeli sehingga kegiatan jual beli mereka tidak perlu membutuhkan waktu yang lama. Manfaat lain dari jasa bank adalah dapat mengurangi/meminimalisir biaya ongkos mengenai transportnya. Dampak dari perkembangan teknologi dalam kegiatan jual beli ini identik dengan dampak bagi kehidupan sosial. Adapun dampaknya adalah rawannya tindak kejahatan. Banyak orang ingin mendapatkan sesuatu melalui jalan pintas yang menyebabkan hasrat untuk mengambil uang dengan cara membobol. Dampak yang lain adalah dari mudahnya kegiatan jual beli yang dilakukan secara tidak langsung akan terjadi kurangnya jalinan silaturahmi antara penjual dan pembeli.
20
Hasil observasi mengenai penjelasan hasil diskusi oleh perwakilan kelompok I kelas IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, pada hari Jumat tanggal 1 April 2011.
66
(b) Kelompok II Komunikasi di masyarakat
Komunikasi (konsep sains) Komunikasi dalamTeknologi
Komunikasi di lingkungan 1)
Sains
: Komunikasi
Teknologi
: Teknologi komunikasi sederhana seperti kentongan, teknik sandi (mata-mata), kurir, tali pohon, dll. Sedangkan teknologi komunikasi modern seperti surat, telegram, telepon, HT (Handy Talkie), pager (radio panggil), radio, televisi, media cetak, internet.
Masyarakat : Mempermudah lahan
cara
pekerjaan,
berkomunikasi,
bertambahnya
menciptakan
pendapatan
bagi
masyarakat. Lingkungan : Dampak bagi lingkungan sosial, yaitu prestasi belajar siswa
menurun,
terjadinya
kesenjangan
sosial,
pengaruh negatif bagi siapa saja. Sedangkan dampak bagi lingkungan alam yaitu keterbatasan barang- barang tambang.21 Hasil diskusi di atas dapat dijelaskan bahwa konsep dari sains itu adalah komunikasi, sedangkan bentuk dari hasil pemikiran manusia mempermudah kegiatan komunikasi adalah penciptaan alat-alat teknologi seperti kentongan, telik sandi (mata-mata), kurir, tali pohon
21
Hasil observasi mengenai penjelasan hasil diskusi oleh perwakilan kelompok II kelas IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, pada hari Jumat tanggal 1 April 2011.
67
dan lain-lain. Pemakaian yang sederhana dan juga cara pembuatannya sehingga alat-alat tersebut disebut dengan teknologi sederhana. Seiring dengan perkembangan pemikiran, teknologi dan jaman, manusia menciptakan alat-alat komunikasi yang lebih modern atau sering disebut dengan teknologi komunikasi modern, contohnya adalah surat, telegram, telepon, HT (Handy Talkie), pager (radio panggil), televisi, media cetak, internet, dan lain-lain. Dengan adanya alat-alat komunikasi tersebut, maka masyarakat akan terpenuhi kebutuhannya dalam hal komunikasi. Manfaat bagi masyarakat antara lain mempermudah cara berkomunikasi. Dengan adanya perkembangan pemikiran tersebut maka manusia berusaha menciptakan yang lebih sehingga banyak pabrik-pabrik yang didirikan untuk membuat alat-alat tersebut. Dengan adanya keadaan ini maka menciptakan lahan pekerjaan bagi yang membutuhkan. Dari usaha tersebut pemilik pabrik alat komunikasi ini akan mendapatkan penambahan pendapatan. Dengan merebaknya penggunaan alat-alat komunikasi modern seperti di atas maka penggunaan alat komunikasi yang telah dicontohkan dapat mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta berita-berita yang sedang aktual. Adapun dampak dari terciptanya alat-alat teknologi modern ini bagi lingkungan sosial adalah prestasi belajar peserta didik akan menurun, ini diakibatkan banyaknya peserta didik lebih suka menonton TV, dan melakukan permainan di internet, tidak hanya itu saja pengaruh negatif terjadi pada semua golongan ini disebabkan karena penyajian di dunia internet terlalu merusak moral. Sedangkan dampak bagi lingkungan alam adalah apabila permintaan alat-lat komunikasi yang terbuat dari barang-barang tambang semakin meningkat, maka menyebabkan naiknya pengkonsumsian barang-barang tambang sebagai bahan baku alat-alat tersebut, seperti aluminium, tembaga, besi, dan lain-lain. Dengan keadaan tersebut akhirnya menyebabkan keterbatasan bahan-bahan tersebut di alam, semakin meningkat.
68
(c) Kelompok III Transportasi darat di masyarakat
Transportasi darat (konsep sains)
Tranportasi darat 2)
di lingkungan
Transportasi darat dalam Teknologi
Sains
: Transportasi darat
Teknolog
: Teknologi transportasi darat sederhana yaitu gerobak, kereta kuda, sedangkan teknologi modernnya yaitu sepeda motor, bajaj, mobil, truk, kereta api
Masyarakat :
mempermudah proses transportasi, menghemat waktu dan biaya transportasi
Lingkungan : Dampak bagi lingkungan sosial yaitu kemacetan lalu lintas semakin meningkat, sedangkan dampak bagi lingkungan alam adalah polusi udara, alat pernapasan terganggu.22 Dari hasil diskusi kelompok III ini dapat dijelaskan bahwa konsep sains adalah transportasi darat. Manusia dalam kehidupannya melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhannya. Dan untuk mencapai tempat yang diinginkan ia melakukan perjalanan. Agar kegiatan tersebut tidak merasa kelelahan maka manusia membutuhkan alat transportasi untuk memudahkan pencapaian tempat yang dituju. Melalui perkembangan pemikiran manusia menciptakan alat-alat transportasi seperti yang disebutkan di atas. Ada alat teknologi 22
Hasil observasi mengenai penjelasan hasil diskusi oleh perwakilan kelompok III kelas IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, pada hari Jumat tanggal 1 April 2011.
69
transportasi sederhana seperti gerobak kereta kuda sedangkan teknologi transportasi darat modern adalah sepeda motor, bajaj, mobil, truk, dan kereta api. Semua alat-alat tersebut memberikan manfaat bagi kehidupan bermasyarakat karena dengan bantuan transportasi darat mempercepat pencapaian tempat yang ingin dituju atau dengan kata lain mempermudah proses transportasi, dan juga menghemat waktu. Manfaat lain adalah memotivasi anggota masyarakat untuk berusaha menciptakan teknologi yang lebih canggih. Adapun dampak bagi kehidupan sosial adalah kemacetan lalu lintas semakin meningkat. Sedangkan dampak bagi lingkungan alam adalah asap yang dihasilkan dari kendaraan tersebut menyebabkan polusi udara, alat pernapasan terganggu. Dan juga dengan adanya peningkatan masyarakat yang menggunakan kendaraan maka akan terjadi juga peningkatan konsumsi bahan bakar, sehingga keterbatasan bahan mentah minyak semakin meningkat pula. (d) Kelompok IV Transportasi air di masyarakat
Transportasi air (konsep sains)
Tranportasi 3) air di
Transportasi air dalamTeknologi
4) lingkungan
Sains
: Transportasi air
Teknologi
: Teknologi sederhana seperti rakit, gethek, sedangkan teknologi
modern
seperti
kapal
barang,
kapal
70
penumpang, kapal tanker, kapal perang, kapal tunda, kapal ikan, kapal riset dll. Masyarakat : Mempermudah menjangkau satu pulau ke pulau yang lainnya, menghemat waktu. Lingkungan : Dampak bagi lingkungan sosial adalah rawannya tindakan asusila dan kejahatan, sedangkan dampak bagi lingkungan alam yaitu keterbatasan bahan mentah minyak akan meningkat, pencemaran air.23 Kelompok IV berdiskusi tentang transportasi air, jadi konsep sainsnya adalah tema tersebut yaitu transportasi air. Telah kita ketahui bahwa Indonesia adalah negara yang terdiri dari pulau-pulau yang mana antara daratan yang satu dengan yang lain ada yang terpisah karena digenangi air. Dengan keadaan tersebut manusia berusaha untuk memecahkan permasalahan ini dengan cara berusaha menciptakan alat transportasi di air. Maka pada awalnya manusia dahulu menciptakan alat transportasi air dengan menggunakan bahan baku bambu, yaitu rakit dan gethek. Alat-alat tersebut hanya sepintas dapat digunakan di sungai atau danau, akan tetapi untuk mengarungi laut atau samudra alat tersebut tidak layak dipakai, karena adanya resiko yang sangat berat apabila memakainya. Semakin lama kebutuhan manusia semakin berkembang maka mereka perlu alat taransportasi air yang bisa digunakan untk membantu manusia mencapai pulau yang lain. Maka dengan adanya pemikiran, masyarakat mampu menciptakan alat-alat transportasi di air yang lebih canggih yaitu seperti kapal penumpang, kapal barang, kapal tangker, kapal perang, kapal tunda, kapal ikan, kapal riset dll. Dengan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwasanya alat-alat tersebut membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Manfaat
lain
yang
didapat
selain
mempermudah
masyarakat
23
Hasil observasi mengenai penjelasan hasil diskusi oleh perwakilan kelompok IV kelas IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, pada hari Jumat tanggal 1 April 2011.
71
menjangkau satu pulau ke pulau yang lain adalah dengan adanya transportasi tersebut dapat menghemat waktu, memberi keamanan kepada penumpang dan barang-barang yang dibawa. Dan memberi peluang kepada masyarakat untuk menciptakan pendidikan yang berhubungan dengan teknisi kelautan. (e) Kelompok V Transportasi udara di masyarakat
Transportasi udara (konsep sains)
Tranportasi udara 5) di lingkungan 6)
Transportasi udara dalam teknologi
Sains
: Transportasi udara
Teknologi
: Balon udara, kapal udara, helikopter, pesawat udara
Masyarakat : Mempercepat perpindahan tempat yang satu ke tempat yang lain Lingkungan : Dampak bagi lingkungan alam adalah bahan mentah minyak semakin habis.24 Dari hasil diskusi kelompok V di atas maka dapat di jelaskan bahwa yang menjadi konsep sains adalah transportasi udara. Telah diketahui bahwa masyarakat dahulu belum bisa membuat transportasi udara dikarenakan pemikiran mereka masih sangat sederhana. Melihat kenyataan mengenai transportasi darat maupun air yang mereka buat adalah menggunakan alat yang sederhana. Dengan adanya pertambahan pemikiran manusia berusaha untuk memecahkan permasalahan ini 24
Hasil observasi mengenai penjelasan hasil diskusi oleh perwakilan kelompok V kelas IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, pada hari Jumat tanggal 1 April 2011.
72
dengan berbagai percobaan ilmiah. Dengan berbagai tahap mereka lakukan sehingga mereka berhasil menciptakan berbagai penemuan canggih diantaranya adalah balon udara, kapal udara, helikopter, pesawat udara, roket dan lain-lain. Yang semuanya itu dapat digunakan oleh masyarakat sebagai alat transportasi udara. Adapun manfaat alatalat
tersebut
bagi
kehidupan
masyarakat
selain
mempercepat
perpindahan tempat yang satu ke tempat yang lain adalah memberikan pengalaman perjalanan yang baru. Perpindahan dengan menggunakan alat transportasi udara lebih cepat daripada menggunakan alat transportasi darat maupun air. Transportasi udara ini sangat bermanfaat untuk mencapai tempat-tempat yang tidak mungkin atau sulit dicapai dengan menggunakan transportasi darat maupun air. Setelah pembahasan hasil diskusi selesai maka selanjutnya pendidik pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi pembahasan yang belum mereka mengerti. Pendidik memberikan kesempatan ini agar pemahaman peserta didik akan lebih berhasil. Dan juga berfungsi sebagai alat ukur apakah pelaksanaan yang telah dilakukan berhasil atau tidak. Yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian motivasi agar peserta didik lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran
c) Kegiatan akhir Setelah peserta didik maupun pendidik telah melalui tahap pelaksanaan maka tahap yang terakhir adalah kegiatan penutup. Kegiatan penutup adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan ini terdiri atas beberapa tahap kegiatan yaitu pendidik menyimpulkan materi yang baru dipelajari. Ini dilakukan agar peserta didik mengerti bahwa pokok pembahasan atau intisari dari apa yang telah dipelajari. Dalam tahap pelaksanaan kegiatan penutup pendidik juga memberikan evaluasi yaitu dengan memberikan beberapa soal. Karena waktu yang tersedia masih
73
sedikit maka soal-soal tersebut dilanjutkan untuk dikerjakan di rumah sebagai tugas rumah agar peserta didik termotivasi untuk belajar di rumah. Biasanya peserta didik pada jenjang pendidikan dasar, mereka cenderung lebih suka bermain dari pada belajar. Dengan adanya pemberian soal atau sering dikenal dengan sebutan pekerjaan rumah ini mereka termotivasi untuk belajar dan mengerjakannya. Sebagai pendidik yang baik maka akan selalu memberi motivasi kepada anak didiknya agar hasil belajar yang didapatkan mereka baik. Kegiatan yang terakhir adalah menutup pelajaran dengan berdoa bersama kemudian pendidik memberikan salam penutup sebagai tanda berakhirnya tatap muka pada mata pelajaran ini. 2) Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua a) Pendahuluan Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan yang kedua ini hampir sama dengan dengan pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan pertama. Ini dikarenakan tujuan dari pembelajaran yang ingin dicapai adalah sama. Yang membedakan adalah metode yang digunakan dalam pembelajarannya. Pada pertemuan pertama metode yang digunakan adalah diskusi kelompok, dan presentasi. Akan tetapi pada pertemuan kedua adalah metode observasi. Ini dilakukan agar peserta didik lebih memahami materi pokok yang diajarkan yang dikaitkan dengan konsep SETS. Sebelum pendidik memulai pelajaran, ia memberi salam. Yang kemudian dilakukan pengkondisian kelas sebelum melakukan kegiatan berdo’a. Serta dilakukan kegiatan presentasi untuk mengetahui kehadiran peserta didik. Kegiatan
selanjutnya
adalah
pendidik
menjelaskan
tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai. Dan pemberian motivasi kepada peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. b) Kegiatan inti Kegaiatan inti ini terdiri dari beberapa tahap pelaksanaan yaitu sebagai berikut:
74
Yang pertama adalah tahap eksplorasi. Pada tahap kegiatan ini pendidik memberi beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan yaitu mengenai materi pokok “perkembangan Teknologi, Komunikasi, dan Transportasi”. Ini bertujuan agar pendidik mengetahui hal-hal yang belum dipahami oleh peserta didik pada pertemuan yang lalu. Tahap yang kedua adalah elaburasi. Kegiatan ini pendidik memulai dengan menjelaskan kembali secara singkat tentang konsep SETS yang dihubungkan dengan contoh “jual beli” dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana yang pernah dijadikan bahan diskusi pada pertemuan yang lalu. Ini dilakukan agar peserta didik mendapat perhatian kembali dan lebih memahami konsep dari pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SETS. Kegiatan selanjutnya adalah pendidik menjelaskan pembelajaran yang akan dilakukan. Yaitu pendidik menjelaskan bahwa kegiatan yang akan dilakukan adalah observasi (pengamatan langsung) ke tempat-tempat yang berhubungan dengan materi pokok. Sebelum kegiatan observasi dilakukan pendidik menyuruh peserta didik menyiapkan peralatan yang diperlukan. Karena jenjang pendidikan masih dalam tingkatan dasar maka pendidik tidak membagi peserta didik dalam beberapa kelompok dengan tugas kelompok yang berbeda, karena mereka masih perlu panduan dari pendidik. Setelah mereka siap untuk melakukan kegiatan selanjutnya, pendidik Kemudian menyuruh peserta didik mengikuti pendidik dalam proses pengamatan secara langsung. Dalam kegiatan pengamatan ini, pendidik didukung dengan letak geografis sekolah yang dekat dengan tempat-tempat yang berhubungan dengan materi pokok yang dipelajari. Ini memberikan kemudahan bagi proses pembelajaran. Pendidik memulai dengan memimpin peserta didik menuju ke pasar dan terminal. Letak kedua tempat ini berdekatan dan tidak jauh dengan sekolah. Pendidik memilih kedua tempat tersebut karena di sana terdapat kegiatan jual-beli, dan peserta didik bisa mengamati alat komunikasi seperti hand phone yang digunakan sebagai pemelancar
75
kegiatan jual beli dan macam-macam alat transportasi darat yang ada. Dalam kegiatan pengamatan pendidik harus bisa mengkondisikan dan memperhatikan peserta didik agar mereka memahami penjelasan yang diberikan. Dalam kegiatan menjelaskan pendidik harus mampu mengaitkan konsep SETS dengan kenyataan yang dapat diamati, sehingga mereka lebih memahami pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SETS. Tempat yang selanjutnya dijadikan sebagai objek pengamatan adalah WarNet dan Bank BRI ini. Tempat-tempat ini adalah berkaitan dengan alat komunikasi dan jual beli sebagaiman yang telah dijadikan sebagai bahan diskusi pada pertemuan yang lalu. Karena waktu yang tersedia untuk pelaksanaan pengamatan telah habis maka pendidik menyuruh peserta didik kembali ke ruang kelas untuk melakukan kegiatan pembelajaran selanjutnya. Kegiatan selanjutnya adalah tahap konfirmasi. Yaitu diawali dengan pembahasan hasil pengamatan oleh pendidik. Ini merupakan kegiatan memberi penguatan tentang teori dan kenyataan yang ada di sekitar kehidupan peserta didik. Untuk sub materi yang belum ditemukan di objekobjek yang telah diamati seperti produksi, transportasi laut dan darat. Pendidik menggunakan buku yang terdapat gambar mengenai contohcontoh dari sub materi tersebut. Dengan gambar-gambar tersebut peserta didik dapat memahami walaupun tidak dapat melihat secara langsung. Kemudian pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami atau kurang dipahami. Dan memberkan motivasi kembali agar peserta didik rajin belajar dan aktif dalam pembelajaran. c) Kegiatan akhir Kegiatan akhir ini pendidik menyimpulkan materi yang telah dipelajari yang dilanjutkan dengan memberikan tugas, dengan memberikan beberapa pertanyaan sebagaimana yang ada di LKS halaman 80, yang terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Peserta didik dalam kegiatan evaluasi ini dikondisikan agar pelaksanaannya lancar.
76
Setelah peserta didik selesai mengerjakan soal-soal yang telah diberikan mereka disuruh mengumpulkan hasil pekerjaannya di meja pendidik. Kegiatan yang selanjutnya adalah mengakhiri pelajaran dengan membaca do’a bersama kemudian pendidik memberikan salam penutup.25 3.
Alat dan Bahan Pembelajaran. Alat pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Alat atau media yang digunakan dalam pembelajaran menggunakan pendekatan SETS pada materi pokok perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi pada pertemuan pertama adalah kertas HVS (digunakan untuk menulis hasil diskusi kelompok), kapur tulis, dan papan tulis. Sedangkan pada pembelajaran yang kedua tidak ada alat khusus yang digunakan karena metode yang digunakan adalah observasi. Akan tetapi peserta didik disuruh untuk membawa perlengkapan yang diperlukan oleh masing-masing dari mereka. Sedangkan bahan atau sumber pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua didapat dari buku paket IPS untuk SD/MI kelas IV, buku-buku yang relevan untuk pembelajaran ini dan Lembar Kerja Siswa (LKS) kelas IV. Yang kesemuanya itu adalah alat yang menunjang dalam proses pembelajaran pada materi pokok ini.
4. Evaluasi Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha, tindakan atau kegiatan untuk menilai hasil belajar. Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi yang telah dipelajari. Dalam hal kegiatan mengevaluasi ini pendidik ingin mengetahui tingkat pemahaman peserta didik tentang materi yang baru saja dipelajari. Adapun penilaian yang dilakukan adalah melalui beberapa tahap, yaitu a. Tes awal, yaitu dilakukan pada saat pendidik hendak memasuki materi yang akan dipelajari. Evaluasi ini berisi tentang pertanyaan mengenai pengetahuan awal
25
Hasil observasi mengenai penjelasan hasil diskusi oleh perwakilan kelompok V kelas IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, pada hari Jumat tanggal 8 April 2011.
77
peserta didik sebelum mereka mempelajari materi pokok perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi. b. Tes akhir yaitu meliputi 2 tahap yaitu melalui 2 kegiatan evaluasi, seperti sebagai berikut: 1) Evaluasi formatif, yaitu penilaian yang dilakukan pendidik setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari oleh peserta didik. Penilaian formatif disebut dengan istilah penilaian pada akhir satuan pelajaran. Penilaian ini berfungsi untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian SKKD yang telah ditentukan dalam setiap satuan pelajaran. Dalam kegiatan mengevaluasi hasil belajar peserta didik pada materi pokok perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi sama dengan kegiatan mengevaluasi tentang materi pokok yang lain. Dalam pemberian soal-soal pendidik menggunakan soal-soal yang ada di Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah dimiliki oleh masing-masing peserta didik. Soal-soal tersebut dikerjakan setelah materi pokok selesai dipelajari oleh peserta didik. Contoh instrumen yang diberikan kepada peserta didik adalah: 1. Teknologi yang digunakan dalam proses produksi disebut ... a. teknologi produksi b. teknologi komunikasi c. teknologi konsumsi d. teknologi transportasi 2. Berikut ini ciri usaha produksi yang menggunakan teknologi modern, yaitu .... a. memakai peralatan sederhana b. menggunakan peralatan mesin c. banyak menggunakan tenaga manusia d. tidak menimbulkan polusi 3. Teknologi yang tidak menimbulkan polusi disebut ... a. teknologi ramah lingkungan b. teknologi tepat guna
78
c. teknologi nuklir d. teknologi lingkungan hidup 4. Berikut ini industri yang masih menggunakan teknologi tradisional, yaitu . a. pabrik tekstil b. usaha pembuatan genteng c. pabrik pembuatan kertas d. pabrik pembuatan minuman kaleng 5. Perkembangan teknologi sejalan dengan perkembangan ... a. Iptek b. mistik c. takhayul d. mitos masyarakat 2) Evaluasi sumatif Evaluasi sumatif, adalah penilaian yang diselenggarakan oleh pendidik setelah jangka waktu tertentu. Evaluasi ini dilakukan pada akhir semester, penilaian ini berguna untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan peserta didik yang dipakai sebagai masukan utama untuk menentukan nilai rapor atau nilai semester. Pemberian soal-soal materi pokok perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi ini digabung dengan materi pokok lain. Jadi dalam melakukan evaluasi ini peserta didik tidak hanya mengerjakan soalsoal yang berhubungan dengan materi pokok perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi saja akan tetapi soal-soal mengenai materi pokok yang lain.
79
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan dari pelaksanaan penerapan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Tahun 2011, yaitu: Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) pada materi pokok perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi di kelas IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal ini berjalan dengan cukup baik dari kegiatan pendahuluan sampai dengan kegiatan penutup. Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah metode ceramah, diskusi, observasi (pengamatan secara langsung), tanya jawab, serta penugasan. Di mana metode ceramah digunakan pendidik untuk menjelaskan konsep SETS (Science, Environment, Technology, and Society) dan penjabarannya melalui salah satu tema dari materi ajar. Sedangkan metode diskusi digunakan agar peserta didik lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, mereka mencoba untuk belajar mengungkapkan pendapat mereka dan menyelesaikan pekerjaan yang telah diamanatkan. Jadi peserta didik tidak hanya pasif mendengarkan penjelasan pendidik. Dan pada pertemuan kedua pendidik menggunakan metode observasi (pengamatan langsung) mengenai tempat-tempat yang berhubungan dengan materi pokok yang dipelajari agar memperkuat pemahaman peserta didik. Adapun alat atau bahan pembelajaranya seperti halnya pendidik mengajarkan materi yang lain yaitu dengan buku panduan dan LKS, serta HVS yang digunakan sebagai alat mencatat hasil dari kegiatan berdiskusi. Dalam hal kegiatan mengevaluasi hasil belajar pendidik menggunakan beberapa tahap penilaian, yaitu tes awal, yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal sebelum materi diajarkan, dan tes akhir yang terdiri dari dua tahap evaluasi yaitu evaluasi formatif, adalah penilaian yang dilakukan pendidik setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari oleh peserta didik.
80
Dan evaluasi sumatif, yaitu penilaian yang diselenggarakan oleh pendidik setelah jangka waktu tertentu. B. Kritik dan Saran Setelah meneliti tentang pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society)pada materi pokok perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi, maka peneliti mencoba memberikan saran-saran yang dapat dijadikan masukan bagi pendidik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) khususnya: 1.
Pendidik agar selalu menggunakan pendekatan, strategi, model atau metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang dipelajari, karakteristik peserta didik, kemampuan mereka, dll.
2.
Kepada pendidik di MI Al-Islam khususnya pendidik mata pelajaran IPS, dalam menjelaskan materi dengan menggunakan konsep SETS (Science, Environment, Technology, and Society) agar lebih mendalam lagi agar pemahaman peserta didik mengenai konsep tersebut menjadi lebih baik, yaitu dengan bahasa yang lebih dimengerti oleh peserta didik.
3.
Pendidik perlu memberikan contoh yang bervariasi dalam menjelaskan konsep SETS (Science, Environment, Technology, and Society).
4.
Pendidik perlu melakukan pendekatan kepada peserta didik agar lebih aktif mengungkapkan pendapat sehingga mereka mampu melakukan komunikasi.
5.
Pendidik perlu memberikan waktu yang cukup untuk berdiskusi agar ketuntasan hasil diskusi akan menjadi optimal.
C. Penutup Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat, taufiq, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwasanya dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis
81
miliki. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini sehingga menjadi lebih sempurna dan bermanfaat. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Amin.
82
DAFTAR KEPUSTAKAAN . Arif, Muh. , Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI, 2009. Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Bahri Djamarah, Sayiful, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif; Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005. Depag RI, Al-quran dan Terjemahnya, Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2005 Fajar, Arnie, Portofolio dalam Pembelajaran IPS, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Guanawan, Adi, Kamus Praktis; Ilmiah Populer, Surabaya: Kartika. Gunefendi, Sahri, Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 1997. Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009.
Menyenangkan, Yogyakarta:
Hisnu P. , Tantya dan Winardi, Ilmu Pengetahuan Sosial 4 untuk SD/MI kelas 4,Jakarta: Pusat Perbukuan, 2008. Ihsan, A. Fuad, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010. Junaedi, Mahfud, Fundamental Structure of Scientific Knowledge (Struktur Fundamental Ilmu Pengetahuan), Makalah Disajikan dalam Perkuliahan Filsafat Ilmu, Semarang, 2010. Maleong, Lexy J. , metodologi penelitian kualitatif, Bandung: PT. Rosda Karya, 2002. Mudhofir, Teknologi Instruksional, Bandung: Remaja Rosdakarya,1999. Mulyasa, E.,Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2005. __________,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 2006 . Nazir, Moh., Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999. Numan Sumantri, Muhammad, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001. Nurdin, Syafruddin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: PT. Ciputat Press,2005.
Purwanto, Ngalim,Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Jakarta: Remaja Rosdakarya,1984. Rachman, Maman, Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian, Semarang: IKIP Semarang Press, 1999. Syakir, Muhammad, Pelajaran Dasar tentang Akhlak: Washaya Al-Abnaa’, Surabaya: AlMiftah S. Suriasumantri, Jujun, Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar populer, Jakarta: CV. Muliasari, 1996. Salam, Burhanuddin, Pengantar Filsafat, Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Sapriya, dkk., Konsep Dasar IPS, Bandung: Upi Press, 2006. Sardjiyo, dkk., Pendidikan IPS di SD, Jakarta: Universitas terbuka, 2008. Sigit P. Dkk., Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI, Solo: CV. Sindunata. Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1989. Sugianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, Surakarta: Yuma Pustaka, 2010. Suhartono, Suparlan, Filsafat Ilmu Pengetahuan: Persoalan Eksisten dan Hakikat Ilmu Pengetahuan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2005. Suprijono, Agus, Cooperative Learning; Teori & Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah; Wawasan Baru, Beberapa Metode Pendukung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009. Sutarno, Nono, Materi Pokok dan Pembelajaran IPA SD, Jakarta: Universitas Terbuka Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000. Syaodih Sukmadinata, Nana, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tamwifi, Irfan, dkk., Ilmu Pengetahuan Sosial 1, Surabaya: Amanah Pustaka, 2009. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2005. Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Trianto,Model-modelpembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007. Utomo, Pristiadi, “Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan SETS”, dalam http://ilmuwanmuda.wordpress.com/pembelajaran-fisika-dengan-pendekatan-sets/, diakses 14 Juni 2011 Warsito, Bambang, Teknologi Pembelajaran; Landasan & Aplikasinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Wijono, Djono, Filsafat dan Etika Penelitian Sosial dan Kesehatan; Pengantar Penelitian, Surabaya: CV. Duta Prima Airlangga. Zuber, Ahmad dan Lukman Hakim, Aktif Belajar IPS 4; untuk Kelas IV SD dan MI, Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009. Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Hubungan Timbal Balik Unsur-unsur Pendidikan SETS, 31
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Wawancara (Interview)
Lampiran 2
Pedoman Wawancara (Interview)
Lampiran 3
Struktur Organisasi Sekolah MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal
Lampiran 4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada Pertemuan Pertama
Lampiran 5
Pedoman Observasi untuk Pendidik
Lampiran 6
Pedomann Observasi untuk Peneliti
Lampiran 7
Pembagian Kelompok Rencana
Lampiran 8
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada Pertemuan Kedua
Lampiran 9
Pedoman Observasi untuk Pendidik
Lamoiran 10 Pedomann Observasi untuk Peneliti
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
Tenaga Pendidik MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Tahun 2011-2012, .49
Tabel 4.2
Jumlah Peserta Didik MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Tahun 2011-2012, 50
Tabel 4.3
Keadaan Bangunan MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, 50
Tabel 4.4
Keadaan Perlengkapan MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal, 51
Lampiran 1 DAFTAR WAWANCARA (INTERVIEW)
No.
Hari/Tanggal
1.
Rabu, 1
Instrument Wawancara pra-riset
Desember
Materi Wawancara Kepala Sekolah - sekilas
2010
Tempat Rumah
tentang Bapak Zani
psikolog
peserta (kepala
didik MI Al-Islam sekolah MI Kauman Sukorejo Al-Islam Kendal
Kauman Sukorejo Kendal)
2.
Jumat,
Wawancara pra-riset
17 Desember
Kepala Sekolah - sekilas
2010
MI
tentang Al-Islam
pembelajaran MI
Kantor
di Kauman
Al-Islam Sukorejo
Kauman Sukorejo Kendal Kendal 3.
Senin,
Wawancara riset
21 Maret 2011
Kepala
sekolah Kantor
dan
Waka Al-Islam
Kurikulum
Kauman
- kegiatan
Sukorejo
pembelajaran MI
MI
di Kendal
Al-Islam
Kauman Sukorejo Kendal 4.
Selasa, 29 Maret 2011
Wawancara Riset
Pendidik
yang Kantor
mengampu
mata Al-Islam
pelajaran IPS kelas Kauman IV
Sukorejo
MI
- pembelajaran mata Kendal pelajaran IPS kelas IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal 5.
Rabu, 1 Juni 2011
Wawancara riset
Kepala Sekolah
Ruang
- sejarah berdirinya kepala sekolah keadaan MI
dan sekolah MI sekolah Al-Islam Al-Islam Kauman
Kauman Sukorejo Sukorejo Kendal
Kendal
Lampiran 2 PEDOMAN WAWANCARA (INTERVIEW)
Instrumen pengumpulan data melalui wawancara (interview) tentang “Implementasi Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Tahun 2011” A. Pokok wawancara dengan kepala sekolah MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal 1. Wawancara pra-riset a. Bagaimana keadaan psikolog peserta didik pada saat kegiatan belajar di sekolah? b. Faktor apa saja yang mempengaruhi psikolog peserta didik? c. Bagaimana cara pendidik mengatasi keadaan psikolog yang beraneka ragam pada diri peserta didik? d. Bagaimana pembelajaran di MI Al-Islam Kauman? 2. Wawancara riset a. Bagaimana pengajaran di MI Al-Islam Kauman? b. Apa kurikulum yang dipakai di MI Al-Islam Kauman? c. Bagaimana keadaan pendidik dan peserta didik yang ada di MI AlIslam Kauman? d. Bagaimana sejarah berdirinya MI Al-Islam Kauman?
B. Pokok wawancara dengan waka kurikulum MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal 1. Bagaimana pembelajaran yang ada di MI Al-Islam, khususnya kelas IV? 2. Media apa saja yang sering digunakan untuk memperlancar proses pembelajaran di MI Al-Islam Kauman? 3. Apa saja pendekatan, strategi, model dan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran di MI Al-Islam Kauman?
C. Pokok wawancara dengan pendidik mata pelajaran IPS kelas IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal 1. Pembelajaran mata pelajaran IPS a. Materi apa yang dapat diterapkan dengan menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society), khususnya pada mata pelajaran IPS? b. Apa saja metode yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society), khususnya pada mata pelajaran IPS? c. Dalam setiap pembelajaran IPS, media apa saja yang dimanfaatkan untuk alat penunjang dalam proses belajar mengajarnya? d. Bagaimana alokasi waktu pelajaran di MI Al-Islam, khususnya untuk mata pelajaran IPS? e. Bagaimana
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan
pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) pada mata pelajaran IPS kelas IV ? 2. Efektivitas Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) dalam pembelajaran IPS di kelas IV MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal a. Bagaimana persiapan dalam menerapkan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) pada mata pelajaran IPS di kelas IV? b. Bagaimana
proses
pembelajaran
mata
pelajaran
IPS
dengan
menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) di kelas IV? c. Bagaimana
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan
pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) pada mata pelajaran IPS kelas IV ?
Lampiran 3
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH MI AL-ISLAM KAUMAN SUKOREJO KENDAL
Nara Sumber
Kepala Sekolah Muhammad Taftazani
Komite
Guru Kelas I
Guru Kelas II
Guru Kelas III
Guru Kelas IV
Guru Kelas V
Guru Kelas VI
Kholida F. Nur HIdayah
Sri Wahyuni Siti Sundarini
Imam B. Ani Faiyah
Nazula Arifani Susapto
Ahmad Mabrur Kirno, S.Ag
Ahmad Hanafi Tarmudi
Kurikulum
Kesiswaan
Sapras
Humas
TU/Bendahara
Perpustakaan
Kirno, S.Ag
Kholida Fitriyani
Ahmad Mabrur
Susapto
Tarmuji
Siti Sundarini
Penjaskes Dwi Anggoro P.
Siswa / Siswi
Masyarakat
Keterangan: : Garis Koordinasi : Garis Komando
Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah
: MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas
: IV/ II
Alokasi Waktu
: 2X35 menit
Pertemuan
: Pertama
Standar Kompetensi : 2.1 Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota, dan provinsi Kompetensi Dasar : 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, transportasi serta pengalaman menggunakannya Indikator :2.3.1 Siswa dapat menjelaskan pengertian teknologi 2.3.2 Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh dari teknologi yang ada di lingkungan sekitar 2.3.3 Siswa dapat menjelaskan perkembangan teknologi produksi 2.3.4 Siswa dapat menjelaskan perkembangan teknologi komunikasi 2.3.5 Siswa dapat menjelaskan perkembangan teknologi transportasi
A. Tujuan Pembelajaran : Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta didik dapat menjelaskan makna teknologi serta perkembangannya dalam produksi, komunikasi, dan transportasi. Serta siswa mampu menyebutkan macam-macam dari teknologi tersebut dan menjelaskan dampak positif maupun negatifnya bagi masyarakat.
B. Materi Ajar Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi C. Metode Pembelajaran Ceramah, diskusi kelompok, presentasi, dan tanya jawab. D. Langkah-langkah Pembelajaran No.
1
Langkah-langkah
Pengorganisasian Siswa
Waktu
k
5 menit
untuk
k
2 menit
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan
k
2 menit
k
3 menit
k
3 menit
yang
k
2 menit
1) Guru menjelaskan secara singkat tentang
k
6 menit
k
5 menit
Kegiatan awal (12 menit) a. Guru memulai proses pembelajaran dengan salam dan berdo’a bersama serta presensi b. Guru
mengkondisikan
siswa
mengikuti pembelajaran
kompetensi yang diharapkan d. Pemberian motivasi dengan menyanyikan lagu“kereta api” secara bersama-sama 2
Kegiatan inti (50 menit) a. Eksplorasi 1) Guru menggali pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa 2) Siswa
menjawab
pertanyaan
diberikan oleh guru b. Elaburasi
konsep SETS
dengan
menggunakan
salah satu contoh yang terdapat dalam sub materi pokok 2) Guru
membagi
siswa
menjadi
5
kelompok yang masing-masing terdiri dari 8 anggota, dan membagikan bahan
materi tambahan serta kertas HVS pada tiap-tiap kelompok 3) Memberikan
g
20 menit
i
5 menit
1) Pembahasan hasil diskusi
k
5 menit
2) Guru memberikan kesempatan kepada
k
3 menit
k
1 menit
k
5 menit
b. Pemberian tugas
i
1 menit
c. Mengakhiri pelajaran dengan membaca do’a
k
2 menit
kelompok
tema untuk
bagi
tiap-tiap
didiskusikan,
dan
memberikan waktu untuk berdiskusi 4) Menyuruh perwakilan dari tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian c. Konfirmasi
siswa untuk bertanya mengenai materi pembahasan yang belum dipahami 3) Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk rajin belajar 3
Kegiatan akhir (8 menit) a. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari
bersama kemudian guru memberikan salam penutup Keterangan : i ; individual, p ; berpasangan, g ; group, k ; klasikal
E. Sumber/Media Pembelajaran - Buku paket IPS untuk SD/ MI kelas IV - Lembar Kerja Siswa (LKS) kelas IV - HVS F. Penilaian 1. Prosedur tes a. Tes awal
b. Tes akhir 2. Jenis tes a. Tes awal
: Lisan
b. Tes akhir
: Tertulis
3. Alat tes a. Tes awal 1. Apa yang kalian ketahui tentang teknologi ? 2. Sebutkan contoh-contoh dari teknologi ? 3. Apa yang kalian tahu mengenai kegiatan produksi? 4. Sebutkan contoh-contoh dari teknologi produksi? 5. Sebutkan contoh-contoh dari teknologi transportasi darat? b. Tes akhir - Tugas rumah (LKS halaman 74-75)
Sukorejo, 1 April 2011
Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Kelas
(Muhammad Taftazani)
(Ahmad Mabrur, S.Ag)
Lampiran 5 PEDOMAN OBSERVASI UNTUK PENDIDIK Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Kelas/Semester : Pertemuan : Nama Pendidik : No. 1.
2.
3.
MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) IV/II Pertama Ahmad Mabrur S.Ag Yang Diamati
Persiapan pendidik dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan SETS a. Pendidik membuat rencana pengajaran sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran b. Pendidik mempersiapkan kertas HVS dan materi ajar c. Pendidik mengkondisikan peserta didik untuk berdo’a d. Pendidik melakukan presensi e. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan f. Pendidik memberikan motivasi Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan SETS a. Pendidik menjelaskan konsep SETS yang dihubungkan dengan contoh dari salah satu sub bab materi ajar b. Pendidik membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok c. Pendidik membagikan kertas HVS dan bahan ajar kepada tiap-tiap kelompok d. Pendidik memberikan tema diskusi pada tiap-tiap kelompok e. Pendidik memberikan waktu kepada peserta didik untuk berdiskusi f. Pendidik menyuruh perwakilan kelompok untuk berpresentasi hasil diskusinya g. Pembahasan hasil diskusi h. Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya i. Memberikan motivasi Kegiatan penutup a. Pendidik menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari b. Pendidik memberikan tugas di rumah c. Berdoa bersama
Keterangan Ya Tidak
Lampiran 6 PEDOMAN OBSERVASI UNTUK PENELITI Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Kelas/Semester : Pertemuan : Nama Peneliti : No. 1.
2.
3.
MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) IV/II Pertama Nita Idmeiawati Setyaningsih Yang Diamati
Persiapan pendidik dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan SETS a. Pendidik membuat rencana pengajaran sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran b. Pendidik mempersiapkan kertas HVS dan materi ajar c. Pendidik mengkondisikan peserta didik untuk berdo’a d. Pendidik melakukan presensi e. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan f. Pendidik memberikan motivasi Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan SETS a. Pendidik menjelaskan konsep SETS yang dihubungkan dengan contoh dari salah satu sub bab materi ajar b. Pendidik membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok c. Pendidik membagikan kertas HVS dan bahan ajar kepada tiap-tiap kelompok d. Pendidik memberikan tema diskusi pada tiap-tiap kelompok e. Pendidik memberikan waktu kepada peserta didik untuk berdiskusi f. Pendidik menyuruh perwakilan kelompok untuk berpresentasi hasil diskusinya g. Pembahasan hasil diskusi h. Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya i. Memberikan motivasi Kegiatan penutup a. Pendidik menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari b. Pendidik memberikan tugas di rumah c. Berdoa bersama
Keterangan Ya Tidak
Lampiran 7 Pembagian Kelompok Kelompok 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nama Siswa Faqih Rosyid Ridho Isna Ade Salsabila Azizatul karimah Putri Iga FN Alfin Firmansyah Baharudin Putri Windy Velana Afrian Frizky Alanda
2
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Fitri Aisyah Intan Sari Saputri Ericco Irfanda Afifudin Candra K Annisa Mei Danty Nabila Juni Arti Fahrur Rozy Ahmad Hanif Wildan
3
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Aufa Abdullah A. Kharisma Maulida W. Aprilia Devi Safitri Mega Oktaviani Sandy Dwi Aksara Triwidiastuti Afandi Wijayanto Novan Arifudin
4
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Deden Iqbal Widodo Agus Prasetyo Luthfiya Ardywati Rian Firmansyah Lahtifa Ardywati Nur Rizky Mukti U. Arina Ardiani Miftahul Fikri Aditya
5
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pandu Atisar R. Alma rosiyani SalMA Ramadhani S Zufar Abdillah A Nazla Aidha BZ. Dwiki Agung D Bagustri M. Alif Rachman Hakim
Lampiran 8
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah
: MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas
: IV/ II
Alokasi Waktu
: 2 X 35 menit
Pertemuan
: Kedua
Standar Kompetensi : 2.1 Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi,
dan
kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota, dan provinsi Kompetensi
Dasar :
2.3
Mengenal
komunikasi,
perkembangan teknologi transportasi
serta
produksi,
pengalaman
menggunakannya Indikator
: 2.3.1 Siswa dapat menjelaskan pengertian teknologi 2.3.2 Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh dari teknologi yang ada di lingkungan sekitar 2.3.3 Siswa dapat menjelaskan perkembangan teknologi produksi 2.3.4 Siswa dapat menjelaskan perkembangan teknologi komunikasi 2.3.5 Siswa dapat menjelaskan perkembangan teknologi transportasi
A. Tujuan Pembelajaran : Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta didik dapat menjelaskan makna teknologi serta perkembangannya dalam produksi, komunikasi, dan transportasi. Serta siswa mampu menyebutkan macam-macam dari teknologi tersebut dan menjelaskan dampak positif maupun negatifnya bagi masyarakat.
B. Materi Ajar Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi C. Metode Pembelajaran Metode observasi (pengamatan secara langsung), tanya jawab, penugasan. D. Langkah-langkah Pembelajaran No.
1
Langkah-langkah
Pengorganisasian Siswa
Waktu
k
5 menit
untuk
k
2 menit
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan
k
1 menit
k
2 menit
k
2 menit
yang
k
2 menit
1) Guru menjelaskan secara singkat tentang
k
5 menit
k
2 menit
k
1 menit
Kegiatan awal (10 menit) a. Guru memulai proses pembelajaran dengan salam dan berdo’a bersama serta presensi b. Guru
mengkondisikan
siswa
mengikuti pembelajaran
kompetensi yang diharapkan d. Pemberian motivasi untuk bersemangat dalam mengikuti pembelajaran 2
Kegiatan inti (50 menit) a. Eksplorasi 1) Guru menggali pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa 2) Siswa
menjawab
pertanyaan
diberikan oleh guru b. Elaburasi materi tentang materi pokok “Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi” 2) Guru menjelaskan proses pelaksanaan pembelajaran
yang
akan
dilakukan
kepada siswa 3) Guru menyuruh siswa untuk menyiapkan
alat tulis yang diperlukan dalam kegiatan pengamatan yang akan dilaksanakan 4) Siswa diajak ke tempat-tempat yang
k
30 menit
k
3 menit
1) Pembahasan hasil observasi
k
2 menit
2) Guru memberikan kesempatan kepada
k
2 menit
k
1 menit
k
1 menit
b. Pemberian evaluasi
i
7 menit
c. Mengakhiri pelajaran dengan membaca do’a
k
2 menit
berhubungan dengan materi pokok yang sedang dipelajari 5) Ketika pengamatan berlangsung guru memberikan pengarahan dan penjelasan yang cukup agar siswa lebih memahami tentang konsep SETS 6) Guru menyuruh siswa untuk kembali ke kelas untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya c. Konfirmasi
siswa untuk bertanya mengenai materi pembahasan yang belum dipahami 3) Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk rajin belajar 3
Kegiatan akhir (10 menit) a. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari
bersama kemudian guru memberikan salam penutup Keterangan : i ; individual, k ; klasikal
E. Sumber/Media Pembelajaran - Buku paket IPS untuk SD/ MI kelas IV - Lembar Kerja Siswa (LKS) kelas IV
F. Penilaian 1. Prosedur tes a. Tes awal b. Tes akhir 2. Jenis tes a. Tes awal
: Lisan
b. Tes akhir
: Tertulis
3. Alat tes a. Tes awal 1. Apa yang kalian ketahui tentang teknologi ? 2. Sebutkan contoh-contoh dari teknologi ? 3. Apa yang kalian tahu mengenai kegiatan produksi? 4. Sebutkan contoh-contoh dari teknologi produksi? 5. Sebutkan contoh-contoh dari teknologi transportasi darat? b. Tes akhir - (LKS halaman 80)
Sukorejo, 8 April 2011
Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Kelas
(Muhammad Taftazani)
(Ahmad Mabrur, S.Ag)
Lampiran 9 PEDOMAN OBSERVASI UNTUK PENDIDIK Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Kelas/Semester : Pertemuan : Nama Pendidik : No. 1.
2.
3.
MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) IV/II Kedua Ahmad Mabrur, S.Ag Yang Diamati
Persiapan pendidik dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan SETS a. Pendidik membuat rencana pengajaran sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran b. Pendidik mempersiapkan materi ajar c. Pendidik mengkondisikan peserta didik untuk berdo’a d. Pendidik melakukan presensi e. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan f. Pendidik memberikan motivasi Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan SETS a. Pendidik menjelaskan secara singkat tentang materi pokok “Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi” b. Pendidik menjelaskan proses pembelajaran yang akan dilakukan kepada peserta didik c. Pendidik menyuruh peserta didik untuk menyiapkan alat tulis yang diperlukan dalam kegiatan pengamatan yang akan dilaksanakan d. Peserta didik diajak ke tempat-tempat yang berhubungan dengan materi pokok yang sedang dipelajari e. Ketika pengamatan berlangsung pendidik memberikan pengarahan dan penjelasan yang cukup agar peserta didik lebih memahami tentang konsep SETS f. Pembahasan hasil pengamatan g. Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya h. Memberikan motivasi Kegiatan penutup a. Pendidik menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari b. Pendidik memberikan evaluasi c. Berdoa bersama
Keterangan Ya Tidak
Lampiran 10 PEDOMAN OBSERVASI UNTUK PENELITI Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Kelas/Semester : Pertemuan : Nama Peneliti : No. 1.
2.
3.
MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) IV/II Kedua Nita Idmeiawati Setyaningsih Yang Diamati
Persiapan pendidik dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan SETS a. Pendidik membuat rencana pengajaran sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran b. Pendidik mempersiapkan materi ajar c. Pendidik mengkondisikan peserta didik untuk berdo’a d. Pendidik melakukan presensi e. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan f. Pendidik memberikan motivasi Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan SETS a. Pendidik menjelaskan secara singkat tentang materi pokok “Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi” b. Pendidik menjelaskan proses pembelajaran yang akan dilakukan kepada peserta didik c. Pendidik menyuruh peserta didik untuk menyiapkan alat tulis yang diperlukan dalam kegiatan pengamatan yang akan dilaksanakan d. Peserta didik diajak ke tempat-tempat yang berhubungan dengan materi pokok yang sedang dipelajari e. Ketika pengamatan berlangsung pendidik memberikan pengarahan dan penjelasan yang cukup agar peserta didik lebih memahami tentang konsep SETS f. Pembahasan hasil pengamatan g. Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya h. Memberikan motivasi Kegiatan penutup a. Pendidik menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari b. Pendidik memberikan evaluasi c. Berdoa bersama
Keterangan Ya Tidak
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas diri 1. Nama Lengkap : Nita Idmeiawati Setyaningsih 2. Tempat dan Tgl. Lahir : Temanggung, 15 Mei 1988 3. NIM : 073911019 4. Alamat Rumah : Ds. Pagersari RT 04 RW 01 Kec. Patean Kab. Kendal, kode pos 51364. HP : 081901906939 B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal a. TK ABA Pagersari, lulus tahun 1994 b. MIM Pagersari, lulus tahun 2000 c. MTs 02 Patean, lulus tahun 2003 d. SMA MIPHA Parakan, lulus tahun 2007 e. Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang, Fakultas Tarbiyah, Prodi PGMI 2. Pendidikan Non-Formal a. Kursus Komputer b. Pondok Modern Assalaam c. KMD 3. Prestasi Akademik 4. Karya Ilmiah Semarang, 19 Desember 2011
Nita Idmeiawati S. NIM : 073911019