HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI KEPRIBADIAN KONSELOR DENGAN SIKAP SISWA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 24 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Skripsi
Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1 Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Tia Risdiana Agustina 1301411050
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015 i
ii
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap” (Qs. Al-Insyirah: 6-8)
PERSEMBAHAN Kupersembahkan karya ini untuk: 1. Bapakku Fatkhurohman, S.Pd dan Ibuku Sri Waeni yang tak pernah lelah membimbingku, mendukungku (moril dan materiil), memberikan kasih sayang dan do’a demi keberhasilan putriputrinya 2. Adik-adikku Amel dan Devia yang menjadi motivasiku untuk segera menyelesaikan studi 3. Mas Septian Hendra Harismono, S.Kom yang selalu membantu, memberikan dukungan, doa dan
semangat
yang
luar
biasa
dalam
penyusunan skripsi ini 4. Keluarga Besar Bimbingan dan Konseling FIP 5. Almamaterku UNNES
iv
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Kepribadian Konselor dengan Sikap Siswa Terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling Tahun Pelajaran 2014/2015”. Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor di SMP Negeri 24 Semarang tahun pelajaran 2014/2015, gambaran mengenai sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 24 Semarang tahun pelajaran 2014/2015, dan mengetahui hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dengan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 24 Semarang tahun pelajaran 2014/2015. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa di SMP Negeri 24 Semarang tahun pelajaran 2014/2015 memiliki gambaran persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor berada pada kriteria baik, gambaran mengenai sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling pada kriteria positif, terdapat pula hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dengan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling yang kuat. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor UNNES yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menempuh studi di Jurusan Bimbingan dan Konseling sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan. 2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan FIP UNNES yang telah memberikan ijin penelitian untuk penyelesaian skripsi.
v
3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd, Kons., Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNNES yang telah memberikan rekomendasi ijin penelitian untuk penyelesaian skripsi. 4. Kusnarto Kurniawan, M.Pd, Kons., Dosen pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan dan motivasi sampai terselesaikannya skripsi ini 5. Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd, Kons., Dosen penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik 6. Dr. Supriyo, M.Pd., Dosen penguji kedua yang telah memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik 7. Dr. Awalya, M.Pd, Kons., Sekretaris ujian skripsi yang telah membantu kelancaran proses sidang skripsi 8. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan, bimbingan, dan motivasinya selama mengikuti perkuliahan sampai dengan selesai 9. Drs. Purwanto, M.Pd., Kepala Sekolah SMP Negeri 24 Semarang yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian dan bersedia membantu serta bekerjasama dalam penyelesaian skripsi ini. 10. Dra. Yuniarti, Koordinator guru Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 24 Semarang yang telah memberikan ijin, bersedia membantu dan bekerjasama dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Keluarga tim petugas perpustakaan BK FIP UNNES (mba Hani, Siti, Nirma, Lulu) yang telah memberikan semangat dan pengalaman selama peneliti menjadi voulentir petugas perpustakaan 12. Teman-teman BK angkatan 2011 13. Serta berbagai pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca serta dapat memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan khususnya terkait dengan perkembangan ilmu bimbingan dan konseling. Semarang, Agustus 2015
Penulis
vi
ABSTRAK
Agustina, Tia Risdiana. 2015. Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor dengan Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 24 Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing Kusnarto Kurniawan, M.Pd, Kons Kata Kunci: kompetensi kepribadian konselor, sikap siswa, pelayanan bimbingan dan konseling Pelayanan Bimbingan Konseling merupakan kegiatan yang integral dari keseluruhan kegiatan pendidikan yang ada di sekolah. Pelayanan BK akan berjalan optimal apabila adanya sikap positif yang ditampilkan siswa pada pelaksanaan pelayananan bimbingan konseling di sekolah. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan data awal dilapangan bahwa siswa di SMP Negeri 24 Semarang memiliki sikap yang kurang positif terhadap pelayanan BK di sekolah. Hasil wawancara juga menunjukkan adanya persepsi yang kurang baik terhadap kepribadian konselor di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor di SMP Negeri 24 Semarang, gambaran mengenai sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 24 Semarang, dan mengetahui hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 24 Semarang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa di SMP Negeri 24 Semarang yang berjumlah 756 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah Proporsional Stratified Random Sampling, sampel yang diambil sejumlah 75 siswa. Alat pengumpulan data menggunakan skala psikologis yaitu skala persepsi dan skala sikap. Teknik analisis menggunakan statistik deskriptif dan analisis korelasi product moment. Hasil analisis deskriptif diperoleh rata-rata gambaran persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dalam kriteria baik dengan persentase sebesar 81%, dan rata-rata gambaran sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling dalam kriteria positif dengan persentase sebesar 75,25%. Hasil analisis korelasi product moment menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dengan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling yang ditunjukkan dengan nilai rhitung= 0,633 dengan nilai rtabel= 0,227 pada taraf signifikasi 5%. Dengan demikian harga rhitung> rtabel sehingga hipotesis kerja (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Simpulan dari penelitian ini bahwa di SMP Negeri 24 Semarang (1) persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dalam kriteria baik, (2) sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling dalam kriteria positif, dan (3) ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dengan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu disarankan kepada konselor sekolah untuk meningkatkan kompetensi kepribadiannya dengan cara memperhatikan stabilitas kepribadiannya dengan berperilaku terpuji, menjaga kestabilan emosi, empati, serta peka terhadap siswa dengan harapan nantinya siswa mempunyai persepsi yang baik tentang kompetensi kepribadian konselor sehingga sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan konseling semakin positif. vii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................. i PENGESAHAN ........................................................................................... ii PERNYATAAN .......................................................................................... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv KATA PENGANTAR ................................................................................. v ABSTRAK ................................................................................................... vii DAFTAR ISI ............................................................................................... viii DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii DAFTAR DIAGRAM ................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR................................................................................... xv DAFTAR BAGAN ...................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 1.5 Sistematika Skripsi ................................................................................
1 7 8 8 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 2.2 Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor ................. 2.2.1 Persepsi ............................................................................................... 2.2.1.1 Pengertian Persepsi .......................................................................... 2.2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi .............................................. 2.2.1.3 Proses Terjadinya Persepsi .............................................................. 2.2.2 Kompetensi Kepribadian Konselor .................................................... 2.2.2.1 Pengertian Kompetensi Konselor .................................................... 2.2.2.2 Jenis-jenis Kompetensi Konselor .................................................... 2.2.2.3 Kompetensi Kepribadian Konselor ................................................. 2.2.3 Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor ............... 2.3 Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling ............... 2.3.1 Sikap ................................................................................................... 2.3.1.1 Pengertian Sikap .............................................................................. 2.3.1.2 Ciri-ciri Sikap ..................................................................................
12 15 15 15 17 20 23 23 24 27 36 38 38 38 39
viii
2.3.1.3 Fungsi Sikap .................................................................................... 2.3.1.4 Komponen Sikap ............................................................................. 2.3.1.5 Proses Pembentukan Sikap .............................................................. 2.3.1.6 Pengukuran Sikap ............................................................................ 2.3.1.7 Hubungan Sikap dan Perilaku ......................................................... 2.3.2 Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah ............................... 2.3.2.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling ............................................. 2.3.2.2 Fungsi Bimbingan dan Konseling ................................................... 2.3.2.3 Tujuan Bimbingan dan Konseling ................................................... 2.3.2.4 Asas-Asas Bimbingan dan Konseling ............................................. 2.3.2.5 Layanan Bimbingan dan Konseling ................................................ 2.3.2.6 Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling ............................. 2.3.3 Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling ............. 2.4 Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor dan Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling .............................................................................................. 2.5 Hipotesis Penelitian ...............................................................................
42 44 45 47 49 51 51 54 56 58 62 65 67
69 73
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 75 3.2 Variabel Penelitian ................................................................................. 77 3.2.1 Identifikasi Variabel ............................................................................ 77 3.2.2 Hubungan Antar Variabel .................................................................... 77 3.2.3 Definisi Operasional Variabel ............................................................. 78 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 80 3.3.1 Populasi Penelitian ............................................................................... 80 3.2.2 Sampel Penelitian ................................................................................ 81 3.4 Metode dan Alat Pengumpulan Data ...................................................... 85 3.4.1 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 85 3.4.2 Alat Pengumpulan Data ....................................................................... 85 3.5 Penyusunan Instrumen ............................................................................ 86 3.5.1 Menyusun Kisi-kisi Instrumen ............................................................. 87 3.6 Validitas dan Reliabilitas Penelitian ....................................................... 97 3.6.1 Uji Validitas ......................................................................................... 97 3.6.2 Uji Reliabilitas ..................................................................................... 98 3.7 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ...................................................... 100 3.7.1 Hasil Uji Validitas Skala Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor ........................................................................ 100 3.7.2 Hasil Uji Validitas Skala Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling .................................................................. 101 ix
3.7.3 Hasil Uji Reliabilitas Skala Persepsi siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor ........................................................................ 3.7.4 Hasil Uji Reliabilitas Skala Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling .................................................................. 3.8 Teknik Analisis Data .............................................................................. 3.8.1 Analisis Deskriptif ............................................................................... 3.8.2 Analisis Statistik ................................................................................. 3.8.2.1 Uji Normalitas ................................................................................... 3.8.2.2 Uji Hipotesis ..................................................................................... BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif ...................................................................... 4.1.1.1 Gambaran Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor ........................................................................................ 4.1.1.2 Gambaran Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling ....................................................................................... 4.1.2 Hasil Analisis Statistik ......................................................................... 4.1.2.1 Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor dan Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling ....................................................................................... 4.1.2.1.1 Hasil Uji Normalitas ...................................................................... 4.1.2.1.2 Hasil Uji Hipotesis ......................................................................... 4.2 Pembahasan ........................................................................................... 4.2.1 Gambaran Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor ............................................................................................. 4.2.2 Gambaran Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling ........................................................................................... 4.2.3 Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor dan Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling ........................................................................................... 4.3 Keterbatasan Penelitian ........................................................................... BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ................................................................................................ 5.2 Saran ...................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. LAMPIRAN
x
102 103 103 103 106 106 106
110 110 110 123 134
134 134 135 137 137 144
147 149
152 152 154
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 3.10 3.11 3.12 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5
4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11
Halaman Kompetensi Kepribadian Konselor ..................................................... Jumlah Populasi Penelitian ................................................................. Perhitungan Sampel Penelitian ........................................................... Rekapitulasi Responden Penelitian ..................................................... Bentuk Penskalaan ............................................................................. Kisi-kisi Skala Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor ............................................................................................. Kisi-kisi Skala Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling ............................................................................................ Kriteria Reliabilitas Instrumen ........................................................... Distribusi Butir Item Valid dan Gugur Skala Persepsi ....................... Distribusi Butir Item Valid dan Gugur Skala Sikap ........................... Kriteria Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor.. Kriteria Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling Interpretasi Besarnya “r” product moment ......................................... Hasil Perhitungan Skala Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor ......................................................................... Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor ......................................................................... Deskripsi Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor Hasil Analisis Deskriptif persentase Pada Indikator Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ........................................... Hasil Analisis Deskriptif persentase Pada Indikator Menghargai dan Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Kemanusiaan, Individualitas, dan Kebebasan Memilih ............................................................................ Hasil Analisis Deskriptif persentase Pada Indikator Menjunjung Integritas Stabilitas Kepribadian yang Kuat ....................................... Hasil Analisis Deskriptif persentase Pada Indikator Menampilkan Kinerja Berkualitas Tinggi ................................................................. Hasil Perhitungan Skala Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling .................................................................. Distribusi Frekuensi Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling ..................................................................................... Deskripsi Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling ............................................................................................ Hasil Analisis Deskriptif persentase Sikap Siswa Pada Indikator xi
28 80 82 83 86 88 92 99 100 101 105 106 109 111 113 114 116
118 119 121 123 125 126
4.12 4.13 4.14 4.15 4.16
Pelaksanaan layanan-layanan Bimbingan dan Konseling .................. Hasil Analisis Deskriptif persentase Sikap Siswa Pada Indikator Pelaksanaan Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling ........... Deskripsi Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan Konseling dilihat dari Komponen Sikap .............................................................. Deskripsi Komponen Sikap Berdasarkan Indikator Pelayanan Bimbingan dan Konseling .................................................................. Hasil Uji Normalitas Data Menggunakan Kolmogorov-Smornov ..... Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Korelasi Product Moment ...........
xii
128 130 132 134 135 136
DAFTAR DIAGRAM
Diagram
Halaman
4.1
Hasil Analisis Deskriptif Persentase Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor .................................................... 4.2 Hasil Analisis Deskriptif persentase Pada Indikator Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ........................................... 4.3 Hasil Analisis Deskriptif persentase Pada Indikator Menghargai dan Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Kemanusiaan, Individualitas, dan Kebebasan Memilih ............................................................................ 4.4 Hasil Analisis Deskriptif persentase Pada Indikator Menjunjung Integritas Stabilitas Kepribadian yang Kuat ....................................... 4.5 Hasil Analisis Deskriptif persentase Pada Indikator Menampilkan Kinerja Berkualitas Tinggi ................................................................. 4.6 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling ................................................ 4.7 Hasil Analisis Deskriptif persentase Sikap Siswa Pada Indikator Pelaksanaan layanan-layanan Bimbingan dan Konseling .................. 4.8 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Pelaksanaan Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling ............................... 4.9 Hasil Analisis Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan Konseling dilihat dari Komponen Sikap ............................................ 4.10 Hasil Analisis Komponen Sikap Berdasarkan Indikator Pelayanan Bimbingan dan Konseling ..................................................................
xiii
114 116
118 120 122 127 129 131 133 134
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 3.1 3.2
Halaman
Kerangka Berpikir .............................................................................. 73 Hubungan Antar Variabel ................................................................... 78 Prosedur Penyusunan Instrumen Peneltian ......................................... 87
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 2.2 2.3 2.4
Halaman
Proses Terjadinya Persepsi ................................................................. Pembentukan Sikap ............................................................................ Persepsi ............................................................................................... Hubungan Sikap dan Perilaku ............................................................
xv
22 46 47 49
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
LAMPIRAN I: UJI COBA INSTRUMEN ....................................................
158
1. Kisi-kisi Uji Coba (Try Out) Instrumen Skala Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor 2. Instrumen Uji Coba (Try Out) Skala Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor 3. Kisi-kisi Uji Coba (Try Out) Instrumen Skala Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling 4. Instrumen Uji Coba (Try Out) Instrumen Skala Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling
LAMPIRAN II: HASIL ANALISIS DATA TRY OUT ................................. 179 1. Hasil Uji Coba (Try Out) Skala Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor 2. Perhitungan Validitas Skala Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor 3. Perhitungan
Reliabilitas
Skala
Persepsi
Siswa
tentang
Kompetensi Kepribadian Konselor 4. Hasil Uji Coba (Try Out) Skala Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling 5. Perhitungan Validitas Skala Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling 6. Perhitungan Reliabilitas Skala Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling
LAMPIRAN III: INSTRUMEN PENELITIAN ............................................ 1. Kisi-kisi Instrumen Skala Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor 2. Instrumen Skala Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian xvi
200
Konselor 3. Kisi-kisi Instrumen Skala Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling 4. Instrumen Instrumen Skala Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling
BAB IV: HASIL ANALISIS DESKRIPTIF .................................................
220
1. Hasil Tabulasi Data Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Kepribadian Konselor secara Keseluruhan 2. Hasil Tabulasi Data Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Kepribadian Konselor Perindikator 3. Hasil Tabulasi Data Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling secara Keseluruhan 4. Hasil Tabulasi Data Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling Perindikator
BAB V: HASIL ANALISIS STATISTIK .....................................................
257
1. Hasil Uji Normalitas Data Skala Persepsi dan Skala Sikap 2. Hasil Analisis Korelasional
BAB VI: LAIN-LAIN .................................................................................... 260 1. Panduan Wawancara Pra Penelitian Skripsi 2. Hasil Wawancara Pra Penelitian Skripsi 3. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan 4. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Semarang 5. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari SMP Negeri 24 Semarang 6. Dokumentasi Penelitian
xvii
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pelayanan Bimbingan dan Konseling merupakan kegiatan yang integral dari keseluruhan kegiatan pendidikan yang ada di sekolah. Pada pelaksanaannya ada tiga hal yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pendidikan yaitu: layanan pendidikan, layanan administrasi, dan layanan bimbingan. Pelayanan Bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan secara terprogram, teratur dan berkelanjutan. Pelaksanaan program inilah yang menjadi wujud nyata dari diselenggarakannya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Bentuk pelayanan Bimbingan dan Konseling terhadap siswa dalam mencapai tujuan belajar serta membantu proses pendidikan di sekolah adalah berupa layanan-layanan yang berfungsi dan berperan untuk mengembangkan diri siswa. Dalam BK Pola 17 plus ada sembilan layanan dan lima kegiatan pendukung yang harus konselor selenggarakan di sekolah antara lain: layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan mediasi dan layanan konsultasi. Adapun kegiatan pendukung bimbingan konseling atara lain: aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah dan alih tangan kasus. Layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling tersebut sangatlah
1
2
penting sehingga konselor harus bisa menyelenggarakan pelayanan tersebut dengan baik agar siswa dapat mencapai tugas perkembangannya secara optimal. Pelayanan bimbingan dan konseling akan berjalan optimal apabila adanya sikap positif yang ditampilkan siswa pada pelaksanaan layanan-layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Sikap itu merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya (Walgito, 2003:110-111). Sehingga sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah integrasi antara aspek pemikiran (kognisi), perasaan (afeksi), dan kecenderungan untuk bertindak (konasi) baik yang bersifat positif maupun negatif yang menimbulkan perilaku tertentu yang berkaitan dengan layanan-layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh konselor. Sikap yang ditampilkan siswa sangat dipengaruhi oleh persepsi siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling tersebut. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Astri Dinartiwi. 2010. “Persepsi siswa tentang layanan bimbingan dan konseling di SMK Grafika yayasan Lektur Jakarta Selatan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan persepsi siswa tentang layanan bimbingan dan konseling diperoleh hasil 58,3% dengan kategori cukup baik. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa kurangnya tingkat kepedulian guru BK dengan siswa-siswanya. Dari penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa salah satu cara untuk dapat melaksanakan layanan-layanan bimbingan dan konseling di sekolah dengan baik
3
maka guru BK harus bisa membangun hubungan baik, dan harus lebih peduli dengan siswa-siswanya. Seorang guru BK atau konselor sebagai pribadi harus mampu menampilkan jati dirinya secara utuh, tepat, serta mampu membangun hubungan antarpribadi (interpersonal) yang unik dan harmonis, dinamis, persuasif, dan kreatif, sehingga menjadi motor penggerak keberhasilan layanan bimbingan dan konseling. Alat yang paling penting untuk dipakai dalam pekerjaan seorang konselor adalah dirinya sendiri sebagai pribadi (your self as a person). Dalam Permendiknas No 27 Tahun 2008, tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor, dijelaskan bahwa: “sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan kompetensi professional sebagai salah satu keutuhan. Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dari pelaksanaan pelayanan professional BK, kompetensi akademik dan professional konselor secara integrasi membangun keutuhan kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial, dan professional“. Sesuai dengan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang konselor harus memiliki keempat kompetensi yaitu kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional dalam melaksanakan berbagai layanan bimbingan dan konseling. Salah satu dari empat kompetensi tersebut adalah kompetensi kepribadian yang tidak kalah pentingnya dari kompetensi lainnya dan perlu diperhatikan serta pemahaman yang baik dalam proses pemberian layanan bimbingan dan konseling oleh konselor. Bentuk nyata dari kompetensi tersebut adalah sikap penerimaan yang baik terhadap siswa, mampu berpandangan yang positif, berpegang teguh dan berpedoman pada nilainilai agama dalam menangani siswa, dan membantu untuk mengentaskan masalah
4
dan menciptakan kondisi siswa yang mampu mengembangkan dirinya secara optimal. Dalam Permendiknas No 27 Tahun 2008 menyebutkan bahwa konselor yang mempunyai kompetensi kepribadian yang baik harus memiliki aspek-aspek sebagai berikut : a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, meliputi (1) menampilkan kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain, (3) berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur, b. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih, meliputi (1) mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, social, individual, dan berpotensi, (2) menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan konseli pada khususnya, (3) peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya, (4) menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya, (5) toleran terhadap permasalahan konseli, (6) bersikap demokratis, c. Menunjukkan integritas stabilitas kepribadian yang kuat, meliputi (1) menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan konsisten), (2) menampilkan emosi yang stabil, (3) peka, bersikap empati, serta menghormati karagaman dan perubahan, (4) menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stress dan frustasi. d. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi, meliputi (1) menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif. (2) bersemangat, berdisiplin, dan mandiri, (3) berpenampilan menarik dan menyenangkan, (4) berkomunikasi secara efektif. Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang konselor harus mempunyai kompetensi kepribadian yang baik dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling kepada konseli yaitu konselor harus beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; mengahargai dan menjunjung tinggi
5
nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih; menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat; serta menampilkan kinerja berkualitas tinggi. Konselor yang mempunyai kompetensi kepribadian yang tinggi harus dapat memenuhi aspek-aspek tersebut, apabila konselor tidak mempunyai aspek-aspek tersebut dapat dikatakan konselor tersebut mempunyai kompetensi kepribadian yang rendah. Seorang konselor yang mempunyai profil kompetensi kepribadian yang baik harus menjadi tauladan bagi siswa, maka konselor harus menampilkan pribadi yang baik, bukan hanya baik dari luar tetapi baik pula dari dalam. Kepribadian bukanlah hal yang dapat dinilai dari luar tetapi merupakan sebuah hasil pencitraan dari dalam diri masing-masing individu. Semakin baik kepribadian konselor dalam menangani masalah siswa maka akan baik pula pandangan atau persepsi siswa terhadap konselornya. Berdasarkan data awal mengenai pelaksanaan layanan-layanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 24 Semarang memang sudah berjalan, tetapi belum maksimal karena siswa-siswa secara keseluruhan bersikap kurang positif dalam pelayanan BK yang ada di sekolah. Berdasarkan data evaluasi proses pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah yaitu layanan informasi dikelas VII (8 kelas), hanya 13% partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dan memberikan ide dalam kegiatan layanan atau dari 33 orang dari 252 siswa (8 kelas) yang yang aktif dalam kegiatan layanan, selebihnya siswa bersikap pasif. Sedangkan data evaluasi proses layanan penguasaan konten pada siswa kelas VIII (8 kelas), hanya 15% partisipasi siswa yang mau terlibat aktif dalam kegiatan
6
layanan atau sekitar 39 orang dari 258 siswa (8 kelas) yang bersedia aktif untuk maju mempraktekan konten yang diajarkan guru BK. Sedangkan pada pelaksanaan layanan konseling individual secara keseluruhan, siswa yang mau untuk mendatangi konselor secara sukarela untuk menceritakan masalahanya hanya sekitar 2% saja atau dari 753 siswa (24 kelas) di SMP Negeri 24 Semarang, hanya
15
yang
bersedia
mendatangi
konselor
untuk
menceritakan
permasalahannya sedangkan sisanya karena dipanggil. Sebagaimana penelitian yang dilakukan Yennisa Yuni Asih. 2010. “korelasi antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dan sikap proaktif siswa terhadap pemanfaatan layanan konseling perorangan pada siswa kelas VIII SMP N 37 Semarang”. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada korelasi yang signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dan sikap proaktif siswa terhadap pemanfaatan layanan konseling perorangan pada siswa kelas VIII SMP N 37 Semarang. Pelayanan bimbingan dan konseling akan berjalan optimal apabila adanya sikap positif yang ditampilkan siswa pada pelaksanaan layanan-layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Sedangkan pada penelitian awal, dari hasil wawancara dengan enam siswa SMP N 24 Semarang mengenai persepsi mereka tentang kepribadian guru BK di sekolahnya, hasil dari wawancara tersebut diketahui bahwa empat siswa (dapat di sebut dengan siswa 2, siswa 4, siswa 5, dan siswa 6) menyatakan bahwa kepribadian guru BK yang ada di sekolah mereka galak, tegas, kurang sabar, dan suka membentak. Dua siswa diantaranya pernah melihat guru BK membentakbentak siswanya pada saat di ruang BK. Hal ini yang membuat siswa menjadi
7
takut dengan guru BK sehingga siswa enggan untuk masuk ke ruang BK dan siswa juga merasa takut apabila ingin mengajukan pertanyaan dan ikut berperan aktif di kelas pada saat guru BK memberikan pelayanan. Enam siswa juga menganggap bahwa BK adalah suatu bagian yang ada di sekolah yang khusus menangani masalah siswa yang melanggar peraturan sekolah, seperti terlambat, membolos, berkelahi, merokok, dan sebagainya. Sehingga siswa enggan untuk berurusan dengan BK karena takut dianggap siswa yang bermasalah. Berdasarkan fenomena tersebut menunjukkan bahwa sikap siswa kurang positif terhadap pelayanan BK di sekolah, seperti takut, malas dan enggan untuk mengikuti dan berperan aktif pada layanan-layanan bimbingan dan konseling di sekolah, salah satu faktor yang mempengaruhi sikap siswa tersebut adalah berdasarkan persepsi siswa terhadap kepribadian guru BK di sekolah. Dengan demikian peneliti perlu mengkaji lebih dalam melalui sebuah penelitian yang berjudul “Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor dan Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 24 Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimanakah gambaran persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor di SMP Negeri 24 Semarang tahun pelajaran 2014/2015? b. Bagaimanakah gambaran sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 24 Semarang tahun pelajaran 2014/2015?
8
c. Apakah ada hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dengan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 24 Semarang tahun pelajaran 2014/2015?
1.3 Tujuan Penelitian Memperhatikan dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu: a. Mengetahui gambaran mengenai persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor di SMP Negeri 24 Semarang tahun pelajaran 2014/2015 b. Mengetahui gambaran tentang sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konselingdi SMP Negeri 24 Semarang tahun pelajaran 2014/2015 c. Mengetahui hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dengan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 24 Semarang tahun pelajaran 2014/2015?
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis manfaat penelitian ini yaitu 1) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk menambah wawasan dan sumbangan pemikiran ilmiah mengenai persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling disekolah.
9
2) Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya pada kajian yang sama tetapi dalam ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam. 1.4.2
Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi konselor Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan instropeksi dan motivasi untuk meningkatkan kompetensi kepribadiannya sehingga menjadi konselor yang lebih berkepribadian baik dan dapat meningkatkan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling. 1.4.2.2 Bagi Kepala Sekolah Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pembinaan Kepala Sekolah kepada konselor sehingga konselor dapat memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan kompetensi kepribadian konselor 1.4.2.3 Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan masukan sehingga ketika kelak menjadi seorang konselor harus menampilkan pribadi yang baik sesuai dengan kompetensi kepribadian konselor agar sikap siswa akan baik pula terhadap pelayanan BK yang konselor berikan.
1.5 Sistematika Skripsi Untuk memberi gambaran yang menyeluruh dalam skripsi ini, maka disusun sistematika skripsi. Skripsi ini terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian pokok dan bagian akhir. Berikut adalah penjelasan mengenai garis besar sistematika skripsi tersebut:
10
1.5.1
Bagian Awal Skripsi Bagian ini terdiri atas sampul, lembar berlogo, lembar judul, lembar
pengesahan, lembar pernyataan keaslian tulisan, lembar motto dan persembahan, kata pengantar, lembar abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran. 1.5.2
Bagian Isi Skripsi Bagian ini terdiri lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab
agar pembahasannya lebih teratur dan sistematis. Adapun penulisannya sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan,
berisi
latar
belakang,
rumusan
masalah,
tujuanpenelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab 2 Tinjauan Pustaka, berisi uraian teoritis atau teori-teori yang mendasari pemecahan tentangmasalah-masalah yang berhubungan dengan judul skripsi yaitu tentang persepsi, kompetensi kepribadian konselor, sikap, pelayanan bimbingan konseling dan rumusan hipotesisnya. Bab 3Metode Penelitian, berisi tentang jenis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, metode dan instrumen pengumpulan data, validitas dan realibilitas instrumen serta metode analisis data. Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi semua hasil penelitian dan pembahasan penelitian. Bab 5 Penutup, berisi simpulan dan saran-saran yang berkaitan dengan hasil penelitian.
11
1.5.3
Bagian Akhir Skripsi Bagian akhir skripsi, berisi daftar pustaka untuk memberikan informasi
tentang semua buku sumber dan literatur lainnya yang digunakan dalam penulisan skripsi ini dan lampiran-lampiran dari hasil perhitungan-perhitungan statistik, instrumen penelitian, ijin penelitian, dan dokumentasi penelitian.
12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, akan diuraikan teori tentang persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor, sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, dan hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselordan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling.
2.1 Penelitian Terdahulu Sebelum melakukan penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan yaitu hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselordan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 24 Semarang tahun pelajaran 2014/2015, terlebih dahulu akan dipaparkan mengenai penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Penelitian terdahulu adalah penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini, dengan variabel yang sama. 2.1.1 Asih, Yennisa Yuni. 2010. Korelasi antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dan sikap proaktif siswa terhadap pemanfaatan layanan konseling perorangan pada siswa kelas VIII SMP N 37 Semarang Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yennisa Yuni Asih menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dan sikap proaktif siswa terhadap pemanfaatan layanan konseling perorangan di SMP N 37 Semarang tahun 2009/2010. Hal ini dibuktikan dengan r
hitungsebesar
0,770 dengan r
12
tabelsebesar
0,301 pada taraf
13
signifikasi 5% dengan N = 43. Persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian konselor berada dalam kriteria tinggi yaitu sebesar 74,42% dan sikap proaktif siswa berada dalam kriteria tinggi yaitu sebesar 81,40%. Dengan adanya persepsi yang baik tentang konselor, maka akan timbul kesadaran akan pentingnya bimbingan bimbingan dan konseling di sekolah. 2.1.2 Oktaviani, Santi Nur. 2014. Hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi konselor dengan self disclosure siswa terhadap konselor di SMA Negeri 14 Semarang Hasil penelitian yang dilakukan oleh Santi Nur Oktaviani menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) pada hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi paedagogik konselor dengan self disclosure siswa terhadap konselor adalah sebesar 9,6%. Nilai koefisien determinasi (R2) pada hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dengan self disclosure siswa terhadap konselor adalah sebesar 37,8%. Nilai koefisien determinasi (R2) pada hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi sosial konselor dengan self disclosure siswa terhadap konselor adalah sebesar 15,9%. Dan nilai koefisien determinasi (R2) pada hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi profesional konselor dengan self disclosure siswa terhadap konselor adalah sebesar 23,6%. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan baik kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional dengan self disclosure siswa di SMA Negeri 14 Semarang. 2.1.3 Sisrianti, dkk. 2013. Persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian guru Bimbingan dan Konseling/ Konselor di SMP N 5 Pariaman Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Sisrianti, dkk., diperoleh gambaran persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian guru BK/ Konselor
14
secara rata-rata siswa menyatakan bahwa 46,83% guru BK selalu menampilkan kompetensi kompetensi kepribadiannya, 30,99% siswa menyatakan guru BK sering menampilkan kompetensi kepribadiannya, 20,77% siswa menyatakan kadang-kadang dan 1,41% siswa menyatakan guru BK tidk pernah menampilkan kompetensi kepribadiannya. Dengan melihat hasil penelitian tersebut, sebagian siswa berpandangan bahwa konselor memilki kompetensi kepribadian yang baik, namun sebagian siswa belum memiliki persepsi yang demikian. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu dari empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang konselor yaitu kompetensi kepribadian sudah dimiliki konselor cukup baik. Hal ini bertolak belakang dengan fakta yang ditemukan peneliti dilapangan. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor disekolah. 2.1.4 Siswanti, Dewi Septin Tri. 2013. Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi Siswa di SMA Negeri Se- Kabupaten Pemalang Tahun Ajaran 2012/2013 Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi Septin Tri Siswanti, diperoleh hasil penelitian bahwa rata-rata profil kompetensi kepribadian konselor termasuk kriteria baik pada berimhan YME (83,23%), pada menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan memilih (77,07%), pada menjunjung integritas stabilitas kepribadian yang kuat (79,97%), dan menampilkan kinerja yang berkualitas tinggi (77,40%). Kemampuan kompetensi kepribadian konselor yang paling unggul yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME (83,23%), sedangkan yang paling rendah yaitu menghargai
15
dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan memilih (77,07%). Sehingga simpulan dari penelitian ini adalah profil kompetensi kepribadian konselor menurut persepsi siswa termasuk dalam kriteria baik. Dari empat penelitian terdahulu diatas memberikan gambaran kepada peneliti bahwa dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah perlu mendapat perhatian dari konselor atau guru BK. Adapun perhatian tersebut sangat erat kaitannya terhadap aspek sikap siswa dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling. Sesuai pemaparan hasil terdahuludiatas juga diperoleh pemahaman bahwa sikap siswa dalam mengikuti pelayanan bimbingan dan konseling dipengaruhi oleh variabel guru pembimbing atau konselor dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.Oleh karena hal itu, sikap siswa dalam proseslayanan bimbingan dan konseling di sekolah ada kaitannya juga mempertimbangkan dari sisi guru BK yang ditampilkan melalui kepribadian yang dimilikinya seperti halnya penelitian terdahulu diatas mendukung penelitian yang hendak dilakukan peneliti bahwa sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling ada kaitannya dengan persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor.
2.2 Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Kepribadian Konselor 2.2.1
Persepsi
2.2.1.1 Pengertian Persepsi Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap sesuatu benda atau suatu kejadian yang dialami. Persepsi menurut
Walgito
(2003:46)
adalah
“suatu
proses
pengorganisasian,
16
penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu”. Sebagai aktivitas yang integrated, maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu ikut aktif berperan dalam persepsi itu. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi juga dapat diartikan sebagai “proses menyimpulkan informasi dan menafsirkan kesan yang diperoleh melalui alat inderawi kita” (Sugiyo 2005:34). Alat indera tersebut akan menerima stimulus, kemudian diteruskan ke pusat susunan syaraf (otak) dan terjadilah proses psikologis sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar, diraba dan sebagainya. Persepsi dapat menjadi mediasi antara kita dengan lingkungan. Penerimaan rangsang atau stimulus oleh alat indera disebut juga penginderaan atau sensasi. Penginderaan belum dapat menangkap pengertian terhadap dunia sekitar sebelum terjadi interpretasi atau pemaknaan terhadap stimulus tersebut. Tiap-tiap individu menggunakan indera yang sama atau sejenis dalam menerima stimulus yang sama. Namun, dalam hal persepsi masing-masing individu bisa berbeda tergantung pengalaman masa lalu individu. Apa yang dipersepsi pada waktu tertentu tidak tergantung stimulus itu sendiri, melainkan pengalaman terdahulu yang akan ikut mewarnai pemaknaan pada waktu
17
melakukan persepsi. Pengalaman masa lalu termasuk kondisi perasaan pada waktu itu, prasangka, keinginan, sikap, dan lain-lain. Sedangkan
Rakhmat
(2005:51)
mendefinisikan
persepsi
sebagai
“pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”. Persepsi ialah proses pemberian makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Tahap paling awal dalam penerimaan informasi adalah sensasi. Sensasi merupakan bagian dari persepsi. Meskipun begitu, dalam menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekpektasi, motivasi dan memori.Hasil persepsi seseorang mengenai suatu objek selain dipengaruhi oleh penampilan objek itu sendiri juga pengetahuan seseorang mengenai objek itu. Dengan demikian, suatu objek dapat dipersepsi berbeda oleh dua orang akibat perbedaan pengetahuan yang dimiliki masing-masing orang mengenai objek tersebut. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses penginterpretasian seseorang atau kelompok terhadap objek, peristiwa, atau stimulus dengan melibatkan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan objek tersebut untuk mneyimpulkan informasi dan penafsiran pesan yang akan membentuk konsep tentang objek tersebut.
2.2.1.2
Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks dan ditentukan oleh
dinamika yang terjadi dalam diri seseorang dengan melibatkan aspek psikologis dan panca inderanya. Persepsi melibatkan proses yang saling melengkapi, bukan berjalan sendiri-sendiri. Menurut Siagian (2004: 98-105) yang mengemukakan
18
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain “faktor dalam diri orang yang bersangkutan, faktor sasaran persepsi, dan faktor situasi”. Faktor dari diri orang yang bersangkutan berarti apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi terhadap apa yang dilihatnya, orang tersebut dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya, seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman, dan harapan. Faktor sasaran persepsi merupakan fokus persepsi terhadap benda, orang, maupun peristiwa. Sedangkan menurut Krech & Cruthfield S dalam Rakhmat (2005: 55) bahwa persepsi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: faktor fungsional dan faktor struktural. (1) Faktor fungsional Merupakan faktor yang berasal dari kebutuhan pengalaman masa lalu. Faktor ini juga dikenal dengan faktor personal dimana persepsi tidak ditentukan oleh jenis atau bentuk stimulus melainkan didominasi oleh karakteristik individu yang akan memberikan respon pada suatu objek. Objek yang mndapat tekanan dalam persepsi biasanya objek yang memenuhi tujuan individu melakukan persepsi yang tergantung pada pemenuhan kebutuhan, kesiapan mental, emosi, minat, dan keadaan biologis serta latar belakang budaya. (2) Faktor struktural Merupakan faktor yang semata-mata berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf tertentu. Faktor struktural ini akan lebih mudah dipahami jika
19
memiliki fakta-fakta yang tidak terpisah sehingga dipandang secara keseluruhan yaitu konteks, lingkungan, dan situasi objek yang dipersepsi. Pendapat lain juga dikemukakan Sugiyo (2005:38-41), secara garis besar terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecermatan persepsi antar pribadi, yaitu “faktor situasional dan faktor personal”. Faktor situasional berhubungan dengan deskripsi verbal, petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, dan petunjuk paralinguistik. Deskripsi verbal berhubungan dengan rangkaian kata sifat yang dapat menentukan persepsi seseorang. Petunjuk proksemik berhubungan dengan penggunaan jarak/ruang dan waktu dalam menyampaikan pesan. Jarak ini terbagi menjadi jarak publik, jarak sosial, jarak personal, dan jarak akrab. Petunjuk kinesik berkaitan dengan gerakan, sedangkan petunjuk paralinguistik merupakan cara seseorang mengucapkan lambang-lambang verbal. Faktor personal terbagi menjadi pengalaman, motivasi, kepribadian, intelegensi, kemampuan menarik kesimpulan, dan objektivitas. Faktor personal ini berhubungan dengan orang yang melakukan persepsi. Pengalaman yang banyak akan mendorong persepsi semakin cermat. Motivasi yang tinggi terhadap objek persepsi akan menyebabkan persepsi menjadi bias atau kurang objektif. Kepribadian mengandung arti bahwa orang yang memiliki penilaian baik terhadap diri sendiri cenderung memberikan penilaian yang positif pula bagi orang lain. Sementara itu, intelegensi, kemampuan menarik kesimpulan dan objektivitas yang baik akan memicu persepsi yang baik pula. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal berhubungan dengan segi
20
kejasmaniahan dan psikologi sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, kerangka acuan, dan motivasi.
2.2.1.3
Proses Terjadinya Persepsi De Vito dalam Sugiyo (2005:34) mengemukakan bahwa proses persepsi
melalui tiga tahap yaitu “stimulasi sensori terjadi, stimulasi organisasi terorganisasi, dan stimulasi sensori diinterpretasikan”. Stimulasi sensori misalnya mendengarkan lagu,mencium bau parfum, dan lain-lain. Stimulasi sensori tersebut akan berlanjut dengan proses pemahaman, kemudian apa yang telah diterima akan ditafsirkan oleh individu yang melakukan persepsi. Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk mengubah tingkah laku seseorang harus dimulai dengan mengubah persepsinya. Sobur (2003:447) menjabarkan komponen utama dalam proses persepsi antara lain “seleksi, interpretasi, dan reaksi”. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. Setelah diseleksi kemudian diorganisasikan atau diinterpretasi, proses ini melibatkan pengalaman masa lalu, nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, kecerdasan, dan sebagainya. Selanjutnya, interpretasi dan persepsi tersebut diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber melalui panca indera. Setelah diterima, rangsangan atau data diseleksi untuk diproses lebih lanjut. Rangsangan yang diterima selanjutnya
21
diorganisasikan dalam suatu bentuk. Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, penerima menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Proses penafsiran inilah yang dinamakan persepsi. Persepsi pada intinya adalah memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima. Setelah melakukan penafsiran atau persepsi maka akan diwujudkan dalam reaksi atau tindakan tertentu terhadap objek yang dipersepsi. Walgito (dalam Sugiyo, 2005: 35) mengemukakan proses persepsi terbagi menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut: (1) Proses kealaman, dimana objek objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. (2) Proses fisiologis, merupakan proses dimana stimulus yang diterima alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. (3) Proses psikologis, merupakan proses yang terjadi di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang ia terima melalui alat indera sebagai akibat dari stimulus yang diterimanya.
Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi itu. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Namun, tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapatkan respon tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Penafsiran terhadap stimulus bersifat subjektif sehingga pemaknaan stimulus yang sama belum tentu menghasilkan interpretasi yang sama pula. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman, kebutuhan, nilai dan harapan yang ada pada diri individu.
22
Berdasarkan keterangan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa proses persepsi berlangsung dalam beberapa tahap. Proses tersebut dimulai dengan adanya stimulus yang mengenai alat indera. Stimulus ini berasal dari objek atau kejadian yang menjadi pengalaman individu. Stimulus yang diterima akan diteruskan oleh syaraf sensoris ke pusat susunan syaraf (otak). Setelah informasi sampai ke otak terjadi proses kesadaran, yaitu individu mampu menyadari apa yang dilihat, dirasa dan sebagainya. Setelah menyimpulkan dan menafsirkan informasi yang diterimanya, individu memunculkan respon sebagai reaksi terhadap stimulus yang diterimanya. Dalam penelitian ini, objek yang akan dipersepsi oleh siswa adalah kompetensi kepribadian konselor. Objek tersebut akan menjadi stimulus yang akan diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak kemudian ditafsirkan. Proses penafsiran ini dapat berbeda antara siswa satu dengan lainnya, hal ini tergantung pengalaman masing-masing siswa khususnya yang berkaitan dengan kompetensi kepribadian konselor.
Bagan 2.1 Proses Terjadinya Persepsi St
St
St
St
SP
Respon
Fi
Fi
Fi
Fi
23
Keterangan: St = Stimulus Fi = Faktor internal SP = Struktur Pribadi individu Adanya suatu objek dapat menimbulkan stimulus, stimulus tersebut mengenai alat indera atau resptor, proses stimulus mengenai alat indera sebagai proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima diteruskan oleh syaraf sensorik menuju otak, proses ini merupakan proses fisiologis. Pada saat sampai keotak terjadi proses kesadaran. Individu mampu menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar dan apa yang dirasa. Proses ini merupakan merupakan bagian akhir dari persepsi.
2.2.2
Kompetensi Kepribadian Konselor
2.2.2.1 Pengertian Kompetensi Konselor Permendiknas No 27 Tahun 2008 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor bahwa sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan kompetensi profesional. Kompetensi merupakan kemampuan yang seharusnya/ dapat dilakukan oleh guru sesuai dengan kualifikasi, fungsi, dan tanggung jawab mereka sebagai pengajar dan pendidik. Kemampuan melakukan sesuatu sesuai dengan kualifikasi, fungsi, dan tanggung jawab tersebut lebih sekedar mengetahui dan memahami. Dalam UU RI No 14 Tahun 2005, tentang guru dan dosen bahwa kompetensi pendidik/ guru meliputi :
24
1. Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan dalam mengelola pembelajaran peserta didik, 2. Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peser didik memenuhi standar kompetensi yang diterapkan dalam standar nasional, 3. Kompetensi sosial adalah kemampuan berkomuniksi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali, serta masyarakat sekitar, 4. Kompetensi kepribadian adalah kepribadian yang harus melekat pada pendidik yang merupakan pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia, serta dapat dijadikan teladan bagi peserta didik. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi konselor merupakan kemampuan yang dimiliki oleh konselor yang mencakup kepribadian, sikap dan tingkah laku konselor yang ditunjukkan dalam setiap gerak-gerik sesuai dengan tuntutan profesi sebagai konselor, dan kompetensi profesional konselor meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti tentang kompetensi kepribadian konselor.
2.2.2.2 Jenis-Jenis Kompetensi Konselor Depiknas (2007: 261-266) sosok utuh kompetensi konselor terdiri atas dua komponen yang berbeda namun terintegrasi dalam praksis sehingga tidak dapat dipisahkan yaitu kompetensi akademik dan kompetensi profesional. 1. Kompetensi Akademik Konselor Kompetensi akademik konselor yang utuh diperoleh melalui Program S-1 Pendidikan Profesi Konselor. Untuk menjadi pengampu pelayanan di bidang bimbingan dan konseling, tidak dikenal adanya pendidikan profesional konsekutif
25
sebagaimana yang berlaku di bidang pendidikan profesi guru. Kompetensi akademik konselor profesional terdiri atas kemampuan: a. Mengenal secara mendalam konseli yang hendak dilayani. Sosok kepribadian serta dunia konseli perlu didalami oleh konselor yaitu menghormati kerangka pikir konseli yang memperhadapakan karakteristik konseli yang telah bertumbuh dalam latar belakang keluarga dan lingkungan budaya tertentu sebagai rujukan normatif beserta berbagai permasalahan serta solusi yang harus dipilihnya dalam rangka memetakan lintasan perkembangan kepribadian konseli dari keadaan sekarang ke arah yang dikehendaki. Sebagai konselor dalam upaya mengenal secara mendalam konseli yang dilayani, konselor harus mempunyai sikap empatik, menghormati keragaman, serta mengedepankan kemaslahatan konseli dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling. b. Menguasai khasanah teoritik dan prosedural termasuk teknologi dalam bimbingan dan konseling. Penguasaan khasanah teoretik dan prosedural serta teknologi dalam bimbingan dan konseling mencakup kemampuan: 1) Menguasai secara akademik teori, prinsip, teknik dan prosedur, dan sarana yang digunakan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling. 2) Mengemas teori, prinsip dan prosedur serta sarana bimbingan dan konseling sebagai pendekatan, prinsip, teknik dan prosedur dalam penyelenggaraan memandirikan.
pelayanan
bimbingan
dan
konseling
yang
26
3) Menyelenggarakan layanan ahli bimbingan dan konseling yang memandirikan. 2. Kompetensi Profesional Konselor Penguasaan Kompetensi Profesional Konselor terbentuk melalui latihan dalam menerapkan kompetensi akademik dalam bidang bimbingan dan konseling yang telah dikuasai itu dalam otentik di sekolah atau arena terapan layanan ahli lain yang relevan melalui melalui Program Pendidikan Profesi Konselor berupa Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang sistematis dan sungguh-sungguh. Untuk
menumbuhkan
kemampuan
profesional
konselor,
maka
kriteria
keberhasilan dalam keterlibatan konselor dalam Program Pendidikan Profesi Konselor berupa Program Pengalaman Lapangan itu adalah pertumbuhan kemampuan konselor dalam menggunakan rentetan panjang keputusan- keputusan kecil yang dibingkai kearifan dalam mengorkestrasikan optimasi pemanfaatan dampak layanannya demi tercapainya kemandirian konseli dalam konteks tujuan utuh pendidikan. Kompetensi profesional konselor meliputi: kompetensi pedagogik, komptensi profesional, komptensi sosial, dan komptensi kepribadian. Dalam UU RI No 14 Tahun 2005, tentang guru dan dosen bahwa kompetensi pendidik/ guru meliputi : 1. Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan dalam mengelola pembelajaran peserta didik, 2. Kompetensi professional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang diterapkan dalam standar nasional, 3. Kompetensi sosial adalah kemampuan berkomuniksi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali, serta masyarakat sekitar,
27
4. Kompetensi kepribadian adalah kepribadian yang harus melekat pada pendidik yang merupakan pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia, serta dapat dijadikan teladan bagi peserta didik. Pada keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi konselor yaitu kompetensi akademik dan kompetensi profesional konselor yang meliputi empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Dalam penelitian ini dari keempat kompetensi konselor tersebut akan dibahas salah satu kompetensi konselor yaitu kompetensi kepribadian konselor.
2.2.2.3 Kompetensi Kepribadian Konselor Standar kompetensi konselor telah dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor, maka rumusan kompetensi akademik dan professional konselor dirumuskan
ke
dalam
kompetensi
pedagogik,
kepribadian,
sosial,
dan
professional. Kompetensi kepribadian adalah kepribadian yang harus melekat pada pendidik yang merupakan pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia serta dapat dijadikan teladan bagi peserta didik. Kompetensi ini mencakup penampilan/ sikap yang positip terhadap keseluruhan tugas sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidik beserta unsur-unsurnya. Di samping itu pemahaman dan penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang segogyanya dianut oleh seorang guru dan penampilan diri sebagai panutan anak didiknya. Secara rinci kompetensi kepribadian mencakup: a) menampilkan diri
28
sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, b) menampilkan diri sebagai yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik dan masyarakat, c) mengevaluasi kinerja sendiri, d) mengembangkan diri secara berkelanjutan. Dalam Permendiknas No 27 Tahun 2008 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor menyebutkan bahwa kompetensi kepribadian konselor mencakup aspek-aspek, yaitu sebagai berikut : Tabel 2.1 Kompetensi Kepribadian Konselor Kompetensi Inti Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan dalam memilih
Menunjukkan integritas stabilitas kepribadian yang kuat
Menampilkan kinerja berkualitas tinggi
Sub Kompetensi 1. menampilkan kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2. Konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain, 3. Berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur 1. Mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, social, individual, dan berpotensi, 2. Menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan konseli pada khususnya, 3. Peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya, 4. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya, 5. Toleran terhadap permasalahan konseli, 6. Bersikap demokratis 1. Menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan konsisten), 2. Menampilkan emosi yang stabil, 3. Peka, bersikap empati, serta menghormati karagaman dan perubahan, 4. Menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stress dan frustasi. 1. Menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif. 2. Bersemangat, berdisiplin, dan mandiri, 3. Berpenampilan menarik dan menyenangkan, 4. Berkomunikasi secara efektif.
29
Dari bagan diatas dapat dirangkum bahwa kompetensi kepribadian konselor meliputi: 1.
Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, meliputi (a) menampilkan kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain, (c) berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur,
2.
Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih, meliputi (a) mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, social, individual, dan berpotensi, (b) menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan konseli pada khususnya, (c) peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya, (d) menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya, (e) toleran terhadap permasalahan konseli, (f) bersikap demokratis,
3.
Menunjukkan integritas stabilitas kepribadian yang kuat, meliputi (a) menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan konsisten), (b) menampilkan emosi yang stabil, (c) peka, bersikap empati, serta menghormati karagaman dan perubahan, (d) menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stress dan frustasi.
4. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi, meliputi (a) menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif. (b) bersemangat, berdisiplin, dan
30
mandiri, (c) berpenampilan menarik dan menyenangkan, (d) berkomunikasi secara efektif. Menurut Standar Nasional Pendidikan, pasal 28 ayat 3 butir b dalam Mulyasa (2008: 117) bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta
didik
dan
berakhlak
mulia.
Kompetensi
ini
mencakup
penampilan/sikap yang positif terhadap keseluruhan tugas sebagai konselor dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya. Di samping itu, pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang dianut oleh konselor dan penampilan diri sebagai panutan peserta didiknya. Kompetensi kepribadian sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan dalam membentuk kepribadian siswa, dan berpengaruh besar terhadap keberhasilan pendidikan. Konselor dituntut untuk memiliki kompetensi kepribadian yang memadai, kompetensi kepribadian konselor merupakan kompetensi konselor yang melandasi kompetensi- kompetensi lainnya. Dimick dalam Latipun (2006: 57) mengemukakan bahwa kesadaran konselor terhadap persoalan akan menguntungkan klien. Dimensi persoalan yang harus disadari konselor dan perlu dimiliki secara singkat sebagai berikut : (1) Spontanitas, (2) Fleksibilitas, (3) Konsentrasi, (4) Keterbukaan, (5) Stabilitas emosi, (6) Berkeyakinan akan kemampuan untuk berubah, (7) Komitmen pada rasa kemanusiaan, (8) Kemampuan membantu klien, (9) Pengatahuan konselor, dan (10) Totalitas. 1. Spontanitas Sikap spontanitas (spontanity) konselor merupakan aspek yang sangat penting dalam hubungan konseling. Spontanitas menyangkut
31
kemampuan konselor untuk merespon peristiwa yang sebagaimana yang dilihatnya dalam hubungan konseling. Pengalaman dan pengetahuan diri yang mendalam akan sangat membantu konselor untuk mengantisipasi respon dengan lebih teliti. Makin banyak pengetahuan dan pengalaman konselor dalam menangani klien akan semakin memiliki spontanitas yang lebih baik. 2. Fleksibilitas Fleksibilitas
(flexibility)
adalah
kemampuan
konselor
untuk
mengubah, memodifikasi, dan menetapkan cara-cara yang digunakan jika keadaan mengharuskan. Fleksibilitas mencakup spontanitas dan kreativitas yang keduanya tidak dapat dipisahkan dari fleksibilitas. Sikap fleksibilitas ini klien akan mampu untuk merealisasikan potensinya. Fleksibilitas merupakan tidak ada cara yang tetep dan pasti bagi konselor dan klien untuk mengatasi masalahnya. Fleksibilitas terjadi tidak hanya dalam hubungan konseling saja, tetapi juga dalam sehari-hari konselor. 3. Konsentrasi Kepedulian
konselor
kepada
kliennya
ditunjukkan
dengan
kemampuan berkonsentrasi dalam hubungan konseling. Konsentrasi menunjuk kepada keadaan konselor untuk berada “di sini” dan “saat ini”. Konselor bebas dari berbagai hambatan dan secara total memfokuskan pada perhatiannya kepada klien. Konsentrasi mencakup dua dimensi, yaitu verbal dan non verbal. Konsentrasi secara verbal yaitu konselor mendengarkan verbalisasi klien, cara verbalisasi itu diungkapkan dan makna bagi klien
32
(personal meaning) yang ada dibalik kata-kata yang diungkapkan. Sedangkan
konsentrasi
secara
non
verbal
merupakan
konselor
memperhatikan seluruh gerekan, ekspresi, intonasi, dan perilaku lainnya yang ditunjukkan oleh klien dan semua yang berhubungan dengan pribadi klien. 4. Keterbukaan Keterbukaan
(openness)
adalah
kemampuan
konselor
untuk
mendengarkan dan menerima nilai-nilai orang lain, tanpa melakukan distorsi dalam menemukan kebutuhannya sendiri. Keterbukaan bukan berarti konselor itu bebas nilai, konselor tidak perlu melakukan pembelaan diri dan tidak perlu berbasa-basi jika mendengar dan menerima nilai orang lain. Nilai yang dianut konselor berbeda dengan nilai yang dianut oleh klien. Konselor yang efektif dan toleran terhadap adanya perbedan-perbedaan nilai itu. Keterbukaan tidak bermakna konselor menyetujui dan tidak menyetujui apa yang dipikirkan, dirasakan atau dikatakan klien. Keterbukaan mengandung arti kemauan konselor bekerja keras untuk menerima pandangan klien sesuai dengan yang dirasakan dan/atau yang dikomunikasikan. Keterbukaan juga merupakan kemauan konselor untuk secara terus menerus menguji kembali dan
menetapkan
nilai-nilainya
sendiri
dalam
pertumbuhan
dan
perkembangannya. 5. Stabilitas Emosi Konselor yang efektif memiliki stabilitas emosional (emotional stability). Stabilitas emosional berarti jauh dari kecenderungan keadaan
33
psikopstologis. Dengan kata lain, secara emosional konselor dalam keadaan sehat, tidak mengalami gangguan mental yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangannya. Stabilitas emosional tidak berarti konselor harus selalu tampak senang dan gembira, tetapi keadaan konselor yang menunjukkan sebagai peson yang dapat menyesuaikan diri dan terintegratif. Penngalaman emosional yang tidak stabil dapat saja dialami setiap orang termasuk konselor itu sendiri. Pengalaman ini dapat dijadikan sebagai kerangka untuk lebih dapat memahami klien dan sikap empatik, dan jangan sampai pengalaman ini dapat berefek negative dalam hubungan konseling. 6. Berkeyakinan akan Kemampuan untuk Berubah Keyakinan akan kemampuan untuk berubah selalu ada dalam bidang psikologi,
pendidikan
dan
konseling.
Apa
perlunya
bidang
itu
dikembangkan jika bukan sebagai proses untuk mengubah perilaku, sikap, keyakinan dan perasaan individu. Konselor selalu berkeyakinan bahwa setiap orang pada dasarnya berkemampuan untuk mengubah keadaanya yang mungkin belum sepenuhnya optimal dan tugas konselor adalah membantu sepenuhnya proses perubahan menjadi lebih efektif. 7. Komitmen Pada Rasa Kemanusiaan Komitmen perlu dimiliki konselor dan menjadi dasar dalam usahanya membantu klien mencapai keinginan, perhatiannya, dan kemauannya. 8. Kemauan Membantu Klien Mengubah Lingkungannya
34
Konselor yang efektif bersedia untuk selalu membantu klien mencapai
pertumbuhan,
keistimewaan,
berkebebasab,
dan
keotentikan.Erhatian konselor bukan membantu klien tunduk atau menyesuaikan dengan lingkungannya sesuai dengan potensi yang dimiliki. Dengan demikian, klien menjadi subyek yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungannya bukan orang yang selalu mengikuti apa kata lingkungannya. 9. Pengetahuan Konselor Tugas konselor membantu kliennya untuk meningkatkan dirinya secara keseluruhan.Konselor perlu menjadi pribadi yang utuh. Untuk dapat mencapai pribadi yang utuh, konselor harus mengetahui ilmu perilaku, mengetahui filsafat, mengetahui lingkungannya. Konselor harus bijak dalam memahami dirinya sendiri, orang lain, kondisi dan pengalamannya dalam hal peningkatan aktualisasi dirinya sebagai pribadi yang utuh. Usaha untuk terus belajar mengenai diri dan orang lain menjadi tuntutan seorang konselor. Konselor harus siap untuk melakukan koreksi terhadap dirinya sendiri dan terbuka dari kritik orang lain. 10. Totalitas Konselor sebagai pribadi yang total, berbeda dan terpisah dengan orang lain. Dalam konteks ini konselor perlu memiliki kualitas pribadi yang baik, yang mencapai kondisi kesehatan mentalnya secara positif. Konselor memiliki otonomi, mandiri, dan tidak menggantungkan pribadinya secara emosional kepada orang lain. Kualitas pribadi konselor perlu memperoleh
35
perhatian
dari
konselor
itu
sendiri.
Kegagalan
konselor
dalam
menumbuhkan pribadinya akan sangat berpengaruh terhadap hubungan dan efektivitasnya dalam konseling. Mulyasa (2008:121) juga mengemukakan kompetensi kepribadian, yang meliputi : 1. Kepribadian yang matap, stabil, dan dewasa Hal ini penting karena banyak masalah pendidikan yang disebabkan oleh faktor kepribadian yang kurang mantap, kurang stabil, dan kurang dewasa. Kondisi seperti ini yang nantinya akan mengakibatkan konselor bersifat kurang profesional. Kepribadian yang mantap akan membuat siswanya menjadi percaya kepada konselor pada saat proses penanganan masalah ataupun proses pengembangan diri siswa. Emosi yang stabilpun akan berpengaruh pada pengambilan keputusan untuk solusi masalah yang dialami siswa. Pribadi yang dewasa akan membentuk perasaan nyaman pada konselornya dan percaya bahwa konselornya mampu membantu memecahkan masalahnya. 2. Disiplin, arif, dan berwibawa Dalam mendisiplinkan siswa, sangatlah penting jika seorang konselor berusaha untuk mendisiplinkan dirinya terlebih dahulu. Pembentukkan pribadi yang disiplin pada siswa, nantinya akan membantu menemukan dirinya; mengatasi masalah, memecahkan timbulnya masalah. Seorang konselor perlu mempunyai pribadi yang disiplin, arif, serta berwibawa. Wibawa akan menjadikan siswa menghormati konselornya, namun tidak mengurangi perasaan percaya
36
bahwa konselornya mampu menjadi pribadi yang fleksibel, yaitu mampu menjadi teman curhat sekaligus pendidik yang profesional. 3. Menjadi teladan bagi peserta didik Untuk menjadi teladan tentunya harus mempunyai sesuatu yang baik, yang nantinya dapat diturunkan pada peserta didik. Seorang konselor dengan perilaku serta kepribadian baik, sudah tentu pantas untuk ditiru oleh siswanya. Selalu menjaga sikap dihadapan siswa menjadi kunci untuk dijadikan teladan yang baik. 4. Berakhlak mulia Semua aspek tidak ada artinya jika aspek yang satu ini tidak terpenuhi. Akhlak mulia merupakan hal utama karena dengan berakhlak mulia, dengan mudah aspek yang disebutkan di atas dapat dimiliki oleh setiap konselor. Seorang konselor
harus
mempunyai
andil
yang besar
terhadap
keberhasilan pendidikan, juga berperan dalam pembentukan pribadi siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa seoranng konselor dituntut untuk mempunyai kompetensi kepribadian yang memadai karena kompetensi inilah yang menjadi landasan dari kompetensi konselor yang lainnya.
2.2.3
Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Kepribadian Konselor Persepsi adalah suatu pendapat yang merupakan hasil pemaknaan dari
obyek yang diamati seseorang. Dalam proses persepsi individu (siswa) akan mengadakan penyeleksian apakah stimulus itu berguna atau tidak baginya, serta menentukan apa yang terbaik untuk dilakukan. Berdasarkan atas pengertian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka persepsi berkaitan dengan tingkah laku. Oleh sebab itu, individu (siswa) yang persepsinya secara tepat tentang
37
obyek, ia akan bertingkah laku positif tentang obyek itu. Sedangkan kompetensi kepribadian konselor adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Berkaitan dengan penelitian ini, objek dalam penelitian ini adalah kompetensi kepribadian konselor menurut persepsi siswa. Objek tersebut akan menimbulkan rangsang atau stimulus terhadap alat indera. Alat indera akan menangkap kompetensi kepribadian konselor untuk kemudian dimaknai dan dinilai oleh siswa sehingga menimbulkan persepsi tentang kompetensi kepribadian konselor. Siswa dapat mempersepsi konselor melalui hal-hal yang tampak dari konselor, seperti sikap, tingkah laku, pengetahuan, dan kemampuan atau kepribadian yang tercermin dalam diri konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling. Dengan kata lain, siswa akan mempersepsi konselor berdasarkan pengalaman dan pengetahuan siswa mengenai konselor, khususnya yang berkaitan dengan kompetensi kepribadian konselor. Persepsi siswa terhadap konselor tersebut bisa berbeda satu sama lain, hal ini dapat dipengaruhi oleh penampilan dan sikap konselor itu sendiri serta pengetahuan dan pemahaman siswa tentang kompetensi kepribadian konselor. Hal ini dapat mempengaruhi respon atau sikap yang ditunjukkan siswa terhadap konselor. Misalnya, siswa yang memiliki persepsi baik menjadi rajin datang untuk konseling karena menurut siswa konselor dapat membantunya mengatasi masalah. Sebaliknya, siswa yang memiliki persepsi kurang baik menjadi malas melakukan konseling meskipun sebenarnya mereka mengalami masalah.
38
2.3 Sikap Siswa Terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling 2.3.1
Sikap
2.3.1.1 Pengertian Sikap Secord dan Backman (1964) dalam Azwar (2005:5) berpendapat bahwa “sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal ini perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya”. Thurstone dalam Dayaksini (2009: 89) berpandangan bahwa “sikap merupakan suatu tinngkatan afek, baik positif maupun negatif dalam hubungannya dalam obyek-obyek psikologis”. Untuk dapat memahami pengertian sikap, perlu dijelaskan secara lengkap. Pada dasarnya sikap adalah derajat atau tingkat kesesuaian seseorang terhadap obyek tertentu yang dinyatakan dalam skala (Mar’at, 1982:21).Menurut Kendler dalam Yusuf, LN dan Nurihsan (2005:169-170), sikap adalah kondisi mental yang relatif menetap untuk merespon suatu obyek atau perangsang tertentu yang mempunyai arti, baik bersifat positif, netral, atau negatif, menyangkut aspek-aspek kognisi, afeksi, dan kecenderungan untuk bertindak.Thurstone (dalam Walgito, 2003: 109) mengemukakan pendapat bahwa: “An attitude as the degree of positive or negative affect associated with some psychological object. By psychological object Thurstone means any symbol, phrase, slogan, person, institution, ideal, or idea, toward which people can differ with respect to positive or negative affect” Dari pendapat tersebut diatas dapat dikemukakan bahwa Thurstone memandang sikap sebagai suatu tingkatan afeksi baik yang bersikap positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang
39
positif yaitu afeksi senang, sedangkan afeksi negatif adalah afeksi yang tidak menyenangkan. Menurut Sherif & Sherif (1956) dalam Dayaksini(2009: 89) mengemukakan bahwa “sikap menentukan keajegan dan kekhasan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian tertentu”. Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku. Dari beberapa pendapat tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap merupakan integrasi antara pemikiran, perasaan,
dan keinginan
untuk merespon terhadap suatu objek sikap. Dalam melihat suatu objek seseorang dapat merespon positif atau negatif tergantung apa yang ada pada feeling seseorang, kemudian tergantung pada anggapan seseorang apakah objek tersebut perlu atau tidak untuk direspon dalam bentuk tindakan.
2.3.1.2 Ciri-Ciri Sikap Sikap dapat dilihat dari cara seseorang itu bertingkah laku dan bertindak, maka
sikap
dapat
pula
diketahui
ciri-cirinya.
Gerungan
(2004:163)
mengemukakan ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut: 1) Sikap itu tidak dibawa sejak lahir, tetapi dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. 2) Attitude dapat berubah-ubah, karena itu attitude dapat dipelajari orang; atau sebaliknya attitude-atittude dapat dipelajari sehingga attitude-attitude dapat berubah ada seseorang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya attitude pada orang itu. 3) Objek attitude dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi attitude dapat berkaitan dengan suatu objek saja tetapi juga berkaitan dengan sederetan objek yang serupa.
40
4) Attitude mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membeda-bedakan attitude dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki seseorang.
Ciri-ciri sikap menurut Walgito (2003:113) yang menyatakan bahwa ciriciri sikap antara lain: 1) Sikap itu tidak dibawa sejak lahir. Ini berarti bahwa manusia pada waktu dilahirkan belum membawa sikap-sikap tertentu terhadap suatu objek. Karena sikap tidak dibawa sejak individu dilahirkan, ini berarti bahwa sikap itu terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan. Oleh karena itu sikap terbentuk atau dibentuk, maka sikap itu dapat dipelajari, dan karenanya sikap itu dapat diubah. 2) Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap. Oleh karena itu sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan objek-objek tertentu, yaitu melalui proses persepsi terhadap objek tersebut. Hubungan yang positif atau negatif antara individu dengan objek tertentu, akan menimbulkan sikap tertentu pula dari individu terhadap objek tersebut. 3) Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi dapat tertuju pada sekumpulan objek-objek. Bila seseorang mempunyai sikap yang negatif pada seseorang, orang tersebut akan mempunyai kecenderungan untuk menunjukkan sikap yang negatif pula kepada kelompok dimana seseorang tersebut bergabung didalamnya. Disini terlihat adanya kecenderungan untuk menggeneralisasikan objek sikap. 4) Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar. Kalau sesuatu sikap telah terbentuk dan telah merupakan nilai dalam kehidupan seseorang, secara relatif sikap itu akan lama bertahan pada diri orang yang bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah, dan kalupun dapat berubah akan memakan waktu yang relatif lama. Tetapi sebaliknya tidak bertahan lama, dan sikap tersebut akan mudah berubah. 5) Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi Ini berarti bahwa sikap terhadap suatu objek tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan tertentu yang bersifat positif (yang menyenangkan) tetapi juga dapat bersifat negatif (yang tidak menyenangkan) terhadap objek tersebut.
41
Disamping itu sikap juga merupakan motivasi, ini berarti bahwa sikap itu mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek yang dihadapinya.
Dari berbagai pendapat diatas mengenai ciri-ciri sikap, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri sikap antara lain: 1) Sikap tidak dibawa sejak lahir, bahwa sejak individu dilahirkan belum membawa sikap-sikap tertentu terhadap objek, melainkan sikap itu diperolah sejalan dengan proses perkembangan individu dalam berinteraksi dengan individu lainnya. Oleh karena itu sikap dapat dibentuk atau terbentuk dengan sendirinya, maka sikap itu dapat dipelajari 2) Sikap selalu berhubungan dengan objek sikap, bahwa melalui proses persepsi sikap dapat terbentuk, dalam mempersepsi selalu membutuhkan adanya objek tertentu. 3) Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi dapat tertuju pada sekumpulan objek-objek, seseorang akan mempunyai sikap yang negatif terhadap suatu kelompok atau kumpulan orang-orang, jika seseorang tersebut telah mempunyai sikap yang negatif terhadap satu orang yang berada dalam kumpulan atau kelompok tersebut. Pada ciri ini terlihat bahwa seseorang akan mempunyai sikap yang sama terhadap kumpulan orang yang dianggap sama. 4) Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar, bahwa jika sikap telah terbentuk dan merupakan nilai dalam kehidupan seseorang, maka sikap tersebut akan bertanah lam dalam diri seseorang dan hal itu akan sulit
42
berubah, namun jika sikap itu bukan merupakan suatu nilai dalam kehidupan seseorang, maka sikap tersebut akan mudah berubah. 5) Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi sikap dapat berubah-ubah bergantung pada interaksi individu dengan individu lainnya dan keadaan, sikap selalu terbentuk karena adanya persepsi individu dengan suatu objek, dalam berinteraksi individu dengan individu lainnya akan selalu membawa pengaruh yang besar terhadap cara pandang dan cara pikir individu tersebut terhadap suatu objek sehingga mempengaruhi individu dalam bersikap. Jika suasana hati atau perasaan individu sedang baik atau buruk hal ini akan berpengaruh pada persepsi individu terhadap objek sehingga akan berpengaruh pada sikap yang akan dibentuk. Sikap dapat mendorong seseorang untuk berperilaku tertentu terhadap objek sikap.
2.3.1.3 Fungsi Sikap Selain mempunyai ciri-ciri sikap juga memiliki fungsi bagi individu yang bersangkutan. Menurut Katz dalam Walgito (2003: 111) Fungsi sikap antara lain: 1) Instrumental, atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat Fungsi ini adalah berkaitan dengan sarana tujuan. Di sini sikap merupakan sarana untuk mencapai tujuan, orang memandang sejauh mana objek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau sebagai alat dalam rangka pencapaian tujuan. Objek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap positif terhadap objek sikap tesebut, demikian sebaliknya bila objek sikap menghambat dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap objek sikap yang bersangkutan. 2) Fungsi pertahanan ego
43
Merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau Akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu yang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya. 3) Fungsi ekspresi nilai Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dalam mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan karena dapat menunjukkan keadaan dirinya. 4) Fungsi pengetahuan Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti, dengan pengalamannya, untuk memperoleh pengatahuan. Elemen-elemen dari pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah sedemikian rupa sehingga menjadi konsisten Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi sikap antara lain: 1) Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian yang berhubungan dengan sarana dan tujuan, bahwa sikap merupakan sarana untuk mencapai tujuan, sejauh mana objek sikap yang digunakan sebagai sarana atau alat untuk mencapai tujuan. 2) Fungsi pertahanan ego merupakan sikap yang diambil oleh siswa untuk mempertahankan ego 3) Fungsi ekspresi nilai, siswa dapat mengekspresikan nilai dalam dirinya, dalam mengekspresikan melalui pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan oleh konselor sekolah 4) Fungsi pengetahuan, siswa mempunyai dorongan atau motivasi ingin mengerti, dengan pengalamannya untuk memperoleh pengetahuan, elemen-
44
elemen dari pengalaman yang tidak konsisten maka dengan pengetahuan yang diperolehnya itu akan diubah dan disusun kembali menjadi konsisten.
2.3.1.4 Komponen Sikap Berdasarkan pengertian sikap yang telah dipaparkan diatas, sikap terbentuk dari beberapa komponen. Menurut Azwar (2005: 24-27) sikap terdiri atas tiga komponen yang membentuk strutur sikap, yaitu: a) Komponen kognitif adalah kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. b) Komponen afektif adalah komponen yang menyangkut masalah emosional subyektif seseorang berkaitan dengan perasaan pada suatu subyek. c) Komponen konatif adalah komponen yang menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya. Menurut pendapat Walgito (2003: 111) sikap mempunyai beberapa komponen diantaranya: a)
Komponen kognitif (komponen perseptual) yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, dan keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap b) Komponen afektif (komponen emosional) yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjuk arah sikap yaitu positif dan negatif c) Komponen konatif (komponen perilaku atau action component) yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukan intensitas sikap yaitu menunjukan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap
45
Dari kedua pendapat tersebut diatas, dapat di simpulkan bahwa komponenkomponen sikap antara lain: a) Komponen kognitif yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, dan keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap. Dalam penerapannya komponen ini berkaitan dengan pikiran, pengetahuan, pandangan dan keyakinan atau kepercayaan siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah b) Komponen afektif yaitu komponen yang menyangkut masalah emosional subjektif, perasaan, emosi seseorang terhadap objek terutama dalam penilaian. Dalam komponen afektif ini yang menyangkut masalah emosional subjektif, perasaan, emosi seseorang terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah c) Komponen
konatif
yaitu
menunjukan
perilaku
atau
kecenderungan
berperilaku yang berkaitan pada diri seseorang berkaitan dengan objek yang dihadapinya. Pada komponen ini menunjukan perilaku atau kecenderungan berperilaku siswa yang berkaitan dengan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
2.3.1.5 Proses Pembentukan Sikap Pembentukan sikap pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor yang ada didalam diri individu dan faktor yang ada diluar diri individu yang keduanya saling berinteraksi. Menurut Gerungan (2004: 166) pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya tetapi senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia
46
dan berkaitan dengan objek tertentu. Interaksi sosial didalam maupun diluar kelompok dapat mengubah sikap atau membentuk sikap yang baru. Dibawah ini dijelaskan proses terjadinya sikap menurut Mar’at (dalam Walgito, 2003: 115): Bagan 2.2 Pembentukan Sikap
Faktor Internal -Fisiologis -Psikologis SIKAP Faktor eksternal -Pengalaman -Situasi -Norma -Hambatan -Pendorong
Objek Sikap
Reaksi
Dari bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa sikap yang ada pada diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor biologis dan psikologis, serta faktor eksternal. Faktor eksternal dapat berwujud situasi yang dihadapi
individu,
norma-norma
masyarakat,
hambatan-hambatan
atau
pendorong-pendorong yang ada dalam masyarakat. Reaksi yang diberikan individu terhadap objek sikap dapat bersifat positif, tetapi juga bersifat negatif. Bagaimana reaksi yang timbul pada diri indiviidu dapat diikuti dalam bagan persepsi berikut ini:
47
Bagan 2.3 Persepsi
Pengalaman
Pengetahuan
Proses belajar
PERSEPSI K E P R I B A D I A N
Kognisi Evaluasi
OBJEK SIKAP
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
Afeksi
Konasi
Senang/ Tidak Senang
Objek sikap akan dipersepsi individu, dan hasil persepsi akan dicerminkan dalam sikap yang diambil oleh individu yang bersangkutan. Dalam mempersepsi objek sikap individu akan dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, pengetahuan, dan hasil proses persepsi ini akan merupakan pendapat atau keyakinan individu mengenai objek sikap dan berkaitan juga dengan segi kognisi.
2.3.1.6 Pengukuran Sikap Mengukur sikap bukan suatu hal yang mudah sebab sikap adalah kecenderungan, pandangan pendapat, atau pendirian seseorang untuk meneliti suatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai dengan penilainnya dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam menghadapi suatu objek. Dalam
48
penelitian sikap, tergantung pada kepekaan dan kecermatan pengukurannya. Perlu diperhatikan masalah metode yang berhubungan dengan penukuran sikap, bagaimana instrumen itu dapat dikembangkan dan digunakan untuk mengukur sikap. Azwar (2005:90) menjelaskan bahwa metode yang biasa digunakan untuk pengungkapan sikap, yaitu: 1)
Observasi Perilaku Kalau seseorang menampakkan perilaku yang konsisten (terulang). Perilaku tertentu bahkan kadang-kadang sengaja ditampakkan untuk menyembunyikan sikap yang sebenarnya. Dengan demikian perilaku yang kita amati mungkin saja dapat menjadi indikator sikap dalam situasional tertentu.
2) Pertanyaan Langsung Asumsi yang mendasari metode pertanyaan langsung guna pengungkapan sikap, pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri dan kedua adalah asumsi keterusterangan bahwa manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya. 3) Pengungkapan Langsung Suatu metode pertanyaan langsung adalah pengungkapan langsung (Direct Assessment) secara tertulis yang dapat menggunakan item tunggal maupun dengan menggunakan item ganda. Prosedur pengungkpan langsung dengan item ganda sangat sederhana. Responden diminta untuk menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju, penyajian dan pemberian responden yang dilakukan secara tertulis
49
memungkinkan individu untuk menyatakan sikap secara lebih jujur. Pengukuran sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pengungkapan langsung yaitu dengan menggunakan skala psikologis yang diberikan pada objek.
2.3.1.7 Hubungan Sikap Dan Perilaku Pembentukan sikap yang paling efektif adalah melalui pengalaman sendiri dan sikap dapat berpengaruh pada perilaku, sehingga perilaku juga dapat membentuk sikap karena perilaku adalah pengalaman yang paling langsung pada diri seseorang. Pengaruh sikap pada perilaku juga terjadi karena apa yang dikatakan atau diperbuat cenderung dipercayai oleh orang itu sendiri (saying is believing). Berikut adalah bagan yang memperlihatkan hubungan antara sikap dengan perilaku. Bagan 2.4 Hubungan Sikap dan Perilaku Menurut Ajzen (1988, 1991) dalam Sarwono (2002:250) Keyakinan tentang konsekuensi perilaku
Sikap Penilaian tentang keyakinan
Intensi untuk berperilaku
Tokoh Panutan Motivasi untuk mengikuti tokoh panutan
Norma Subjektif
Kendala yang dipersiapkan
Perilaku
50
Bagan diatas merupakan bagan yang menggambarkan hubungan antara sikap dengan perilaku, melalui bagan diatas dapat dilihat bahwa sikap yang menentukan perilaku, adanya keyakinan tentang konsekuensi perilaku, dan penilaian tentang keyakinan (konsekuensi yang harus dijalankan) yang akan membentuk sikap dan adanya tokoh panutan atau contoh serta adanya motivasi untuk mengikuti tokoh panutuan akan membentuk norma subjektif, yang kemudian sikap dan norma subjektif akan membentuk perilaku dan kendalakendala yang kemungkinan akan dihadapi sudah dipersiapkan. 2.3.2
Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah/ madrasah merupakan
usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karier (Hikmawati, 2010: 19). Pelayanan Bimbingan dan Konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara individual, kelompok dan/ atau klasikal sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dihadapi peserta didik. Dalam kaitannya penelitian ini, peneliti menggunakan Bimbingan Konseling Pola 17 plus dengan alasan karena sekolah yang akan peneliti gunakan untuk penelitian yaitu SMP Negeri 24 Semarang menggunakan Pola umum 17 plus sehingga penelitian yang nantinya dilakukan akan lebih terarah karena menggunakan kajian yang sama seperti yang sudah diterapkan di sekolah tersebut.
51
2.3.2.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling Dalam mencari berbagai istilah yang
telah berhubungan dengan
Bimbingan dan Konseling yaitu dua kata yang memiliki makna tersendiri tetapi ada keterkaitan makna, fungsi dan tujuannya. Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. Menurut Rochman Notowidjaja dalam Yusuf dan Juntika Nurihsan (2010: 6) mengartikan Bimbingan sebagai “Suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya”. Menurut Rochman Natawidjaja dalam Winkel dan Sri Hastuti (1991:29) mengartikan “Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntunan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti”. Sedangkan menurut Mugiarso dkk (2011: 4) yang dimaksud bimbingan adalah “proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri
52
dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Konseling adalah salah satu upaya untuk membantu mengatasi konflik, hambatan,dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan individu, sekaligus sebagai upaya peningkatan kesehatan mental. Konseling merupakan salah satu bentuk bantuan yang secara khusus di rancang untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi individu. Menurut Robinso, M.Surya. dkk. dalam Yusuf dan Juntika Nurhisan (2010: 7) mengartikan konseling adalah semua bentuk hubungan dua orang, dimana seorang, yaitu konseli di bantu untuk lebih mampu untuk menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. ASCA (American school counselor association) dalam Yusuf dan Juntika Nurihsan (2010: 8).
Mengemukakan bahwa: “Konseli adalah hubungan tatap-
muka yang bersipat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada konseli, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu konseli mengatasi masalah-masalahnya”. Shertzer
dan
Stone
dalam
Yusuf
dan
Juntika
Nuhrisan
(2010:
8)
mengelompokkan konseli di dasarkan pada ranah perilaku yang merupakan kepeduliannya, yaitu yang berorientasi pada ranah kognitif dan ranah afektif. Dari uraian tersebut dapat menggambarkan bahwa betapa sulit merumuskan definisi konseling yang konprehensif dan berlaku untuk setiap orang dari berbagai aliran. Berikut di uraiakan beberapa generalisasi yang menggambarkan karakteristik utama kegiatan konseling:
53
a. Konseling
merupakan
salah
satu
bentuk
hubungan
yang
bersifat
membantu. Makna bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk membuat orang lain agar ia mampu tumbuh kearah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang di alami dalam kehidupannya. Dalam hal ini tugas konselor adalah menciptakan kondisi- kondisi yang dipelukan bagi pertumbuhan dan perkembangan konseli. b. Hubungan dalam konseling bersifat interpersonal. Terjadi dalam bentuk wawancara secara tatap muka antara konselor dan konseli. Hubungan itu, melainkan melibatkan semua unsur kepribadian yang meliputi: Pikiran, perasaan, pengalaman, nilai-nilai, kebutuhan, harapan, dan lain-lain. c. Dalam proses konseling kedua belah pihak hendaknya menggunakan kepribadian yang asli. Hal ini dimungkinkan karena konseling itu dilakukan secara pribadi dan dalam suasana rahasia. d. Keefektifan konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan antara konselor dan konselinya. Dilihat dari segi konselor, kualitas hubungan itu bergantung pada kemampuannya dalam menerapkan teknik-teknik konseling dan kualitas pribadinya.
54
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat di simpulkan, konseling merupakan suatu proses bantuan yang sistematis, terencana dan terukur yang diberikan oleh konselor kepada konseli, dengan tujuan untuk konseli mampu memahami diri sendiri dan mandiri dalam
memecahkan masalah-masalah
sehingga konseli dapat berkembang dan kemampuannya. Dengan melihat uraian tentang bimbingan dan konseling di atas maka dapat di rumuskan tentang pengertian bimbingan dan konseling adalah upaya normatif yang bersandar dan terarah kepada pengembangan manusia sesuai dengan hakikat eksistensinya. Barangkat dari penjelasan dari para ahli, dengan kata
lain
bahwa Bimbingan dan Konseling adalah suatu proses pemberian
bantuan kepada pihak yang membutuhkan (konseli) baik perseorangan (individu) maupun
perkelompok
agar
mampu
memahami
diri
sendiri
dan
mengaktualisasikan kemanpauan yang dmiliki akan terarah, dan proses bantuan tersebut dilaksanakan/ dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dalam bidang Bimbingan dan Konseling.
2.3.2.2 Fungsi Bimbingan danKonseling Bimbingan dan konseling sebagai salah satu subbidang dari bidang pembinaan siswa mempunyai fungsi yang khas bila dibandingakan dengan sub bidang yang lain, meskipun semua subbidang itu merupakan pelayanan khusus pada siswa. Fungsi yang khas bersumber pada corak, pelayanan bimbingan dan konseling sebagai bantuan yang bersifat psikis atau psikologis. Fungsi bimbingan dan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat
55
ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan tersebut. Fungsi-fungsi itu banyak dan dapat dikelompokkan menjadi empat fungsi pokok yaitu:(a) fungsi pemahaman, (b) fungsi pencegahan (c) fungsi pengentasan, (d) fungsi pemeliharaan dan pengembangan (Prayitno, 2004: 197). Adapun uraian penjelasannya sebagai berikut: a. Fungsi Pemahamanadalah fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli
agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif. b. Fungsi pencegahan yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. c. Fungsi pengentasan merupakan penjelasan mengenai orang yang mengalami
masalah dianggap berada dalam suatu keadaan yang tidak mengenakan sehingga perlu diangkat atau dikeluarkan dari benda yang tidak mengenakan. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah upaya pengentasan melalui pelayanan bimbingan dan konseling.Upaya pengentasan masalah pada dasarnya dilakukan secara perorangan, sebab setiap masalah adalah unik. Masalah-masalah yang diderita oleh individu yang berbeda tidak
56
boleh disamaratakan. Dengan demikian penanganannya pun harus secara unik disesuaikan terhadap kondisi masing-masing masalah itu. d. Fungsi Pemeliharaanyaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu
konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli. Sedangkan fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif, yang memfasilitasi
perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara
sinergi
sebagai
teamwork
berkolaborasi
atau
bekerjasama
merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. 2.3.2.3Tujuan Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan untuk peserta didik baik individu maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, kariier; melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku. Menurut Hikmawati (2011: 64) “tujuan bimbingan dan konseling yaitu untuk membantu
57
memandirikan peserta didik dalam mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal”. Prayitno dan Erman Amti (2004: 114) mengemukakan bahwa “tujuan umum bimbingan dan konseling adalah membantu individu mengembangkan diri secara optimal sesuai tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya”. Sedangkan menurut Sudrajat (dalam Hikmawati, 2011: 65) menyatakan bahwa “pelayanan bimbingan konseling disekolah diarahkan pada ketercapaian tujuan pendidikan dan tujuan pelaksanaan konseling”. Selanjutnya menurut Winkel (2005: 32) mengemukakan bahwa “tujuan bimbingan dan konseling yaitu supaya orang-perorangan atau kelompok orang yang dilayani menjadi mampu menghadapi tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas mewujudkan kesadaran dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana serta mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri secara memadai. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pelayanan bimbingan dan konseling yaitu agar siswa dapat: 1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier serta kehidupannya dimasa yang akan datang 2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin 3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kerjanya 4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dalam lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
58
2.3.2.4 Asas-asas Bimbingan dan Konseling Dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya mengacu pada asas-asas bimbingan dan konseling, karena pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional (Mugiarso dkk, 2011: 24). Menurut Prayitno (2004: 115) asas-asas bimbingan dan konseling yaitu “ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu”. Sedangkan menurut Sukardi (2008: 14) mengungkapkan bahwa “asas-asas itu dapat dianggap sebagai suatu rambu-rambu dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling” Asas-asas yang dimaksudkan adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan, dan tut wuru handayani (Prayitno, 2004: 115) 1. Asas Kerahasiaan Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada oranglain, atau lebih-lebih hal atau keterangan yang tidak boleh atau tidak layak diketahui oranglain. Asas kerahasiaan ini merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan dan konseling. Jika asas ini benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggara atau pemberi bimbingan akan mendapat kepercayaan dari semua pihak, sebaliknya jika konselor tidak dapat memegang asas kerahasiaan dengan baik, maka hilanglah kepercayaan klien. 2. Asas Kesukarelaan
59
Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari pihak si terbimbing atau klien, maupun dari pihak konselor. Klien diharapkan sukarela dan rela tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa, menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan segenap fakta, data, dan seluk beluk berkenaan dengan konselor dan konselor juga hendaknya dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa, atau dengan kata lain konselor memberikan bantuan dengan ikhlas. 3. Asas Keterbukaan Dalam pelaksanaan bimbingan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan, baik keterbukaan dari konselor maupun keterbukaan dari klien. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar bersedia menerima saran-saran dari luar, diharapkan masing-masing pihak bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah. Individu yang membutuhkan bimbingan diharapkan bersikap jujur dan dapat berterus terang . 4. Asas Kekinian Masalah individu yang ditanggulangi adalah masalah-masalah yang sedang dirasakan bukan masalah yang sudah lampau, dan juga bukan masalah yang mungkin akan dialami di masa yang akan datang. Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh menunda-nunda pemberian bantuan. 5. Asas Kemandirian Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan klien dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada oranglain atau tergantung pada konselor.
60
Individu yang dibimbing setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri pokok mampu mengenal diri sendiri dan lingkungan seadanya, menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis, mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri, mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampan-kemampuan yang dimilikinya. 6. Asas Kegiatan Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan buah yang berarti bila klien tidak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Hasil usaha bimbingan dan konselng tidakakan tercapai dengan sendirinya, melainkan harus dengan kerja giat dari klen sendiri. 7. Asas Kedinamisan Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan itu tidaklah sekedar mengulang hal yang sama melainkan perubahan yang selalu menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang lebih maju, dinamis, sesuai dengan arah perkembangan klien yang dikehendaki. 8. Asas Keterpaduan Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha memadukan berbagai aspek kepribadian klien. Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki wawasan yang luas tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber yang dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien.
61
9. Asas Kenormatifan Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan normanorma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma hukum, norma ilmu, maupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. 10. Asas Keahlian Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pelayanan profesional yang diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli yang khusus dididik untuk pekerjaan itu. Asas keahlian selain mengacu kepada kualifikasi konselor, juga kepada pengalaman. Teori dan praktek bimbingan dan konseling perlu dipadukan. Oleh karena itu, seorang konselor ahli harus benar-benar menguasai teori dan praktek konseling secara baik. 11. Asas Alih Tangan Dalam pemberian layanan bimbingn dan konseling, asas alih tangan jika konselor sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu, namun individu yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan maka konselor mengirim individu tersebut kepada petugas, atau badan yang lebih ahli. 12. Asas Tutwuri Handayani Asas ini merujuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara konselordan klien. Lebih-lebih dilingkungan
62
disekolah, asas ini makin dirasakan keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso”.
2.3.2.5 Layanan Bimbingan dan Konseling Suatu kegiatan bimbingan dan konseling disebut pelayanan apabila kegiatan tersebut dilakukan melalui kontak langsung dengan sasaran pelayanan (klien/konseli), dan secara langsung berkenaan dengan permasalahan ataupun kepentingan tertentu yang dirasakan oleh sasaran pelayanan itu. Kegiatan yang merupakan pelayanan itu mengemban fungsi tertentu dan pemenuhan fungsi tersebut serta dampak positif pelayanan yang dimaksudkan diharapkan dapat secara langsung dirasakan oleh sasaran (konseli) yang mendapatkan pelayanan tersebut. Berbagai jenis pelayanan perlu dilakukan sebagai wujud nyata penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling terhadap
sasaran
pelayanan, yaitu peserta didik. Ada sejumlah pelayanan dalam bimbingan dan konseling di sekolah jika dikaitkan dalam BK Pola 17 Plus, diantaranya sebagai berikut: 1. Layanan orientasi Layanan orientasi yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien memahami lingkungan yang baru dimasukinya untuk mempermudah dan memperlancar berperannya klien dalam lingkungan baru tersebut. Tujuan pelayanan orientasi ditujukan untuk siswa baru dan untuk pihak-pihak yang lain guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasuki.
63
2. Layanan Informasi Layanan informasi yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan klien. 3. Layanan Penempatan dan Penyaluran Layanan penempatan dan penyaluran yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat yang sesuai dengan bakat dan kemampuan masingmasing. Penempatan dan penyaluran siswa di sekolah dapat berupa penempatan siswa di kelas, penempatan dan penyaluran ke dalam kelompokkelompok belajar, ke dalam kegiatan ekstrakurikuler dan ke dalam jurusan atau program studi yang sesuai. 4. Layanan Penguasaan Konten Layanan penguasaan konten yakni layanan konseling yang memungkinkan klien mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya. 5. Layanan Konseling Individual Layanan konseling individual pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (konseli) mendapatkan pelayanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing (konselor) dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dialami.
64
6. Layanan Bimbingan Kelompok Layanan bimbingan kelompok yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu dan/ atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari. 7. Layanan Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok merupakan konseling yang diselenggarakan dalam kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjadi di dalam kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan (yaitu bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan, karier). 8. Layanan Mediasi Layanan mediasi yakni layanan konseling yang memungkinkan permasalahan atau perselisihan yang dialami klien dengan pihak lain dapat terentaskan dengan konselor sebagai mediator. 9. Layanan Konsultasi Pengertian konsultasi dalam BK adalah sebagai suatu proses penyediaan bantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas peserta didik atau sekolah. konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada klien,
65
tetapi secara tidak langsung melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain.
2.3.2.6 Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling Pelaksanaan
berbagai
jenis
layanan
bimbingan
dan
konseling
memerlukan sejumlah kegiatan pendukung yaitu meliputi kegiatan pokok; 1) aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling; 2) himpunan data; 3) konferensi kasus; 4) kunjungan rumah; 5) alih tangan kasus (Mugiarso, 2011: 71) a.
Aplikasi instrumentasi Aplikasi instrumentasi menurut Prayitno(2012:291) merupakan “kegiatan
menggunakan instrumen untuk mengungkapkan kondisi tertentu. Kegiatan dengan menggunakan instrumen harus dilakukan dengan cermat dengan penggunaan hasil yang tepat”. Data aplikasi instrumentasi digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penyelenggaraan layanan konseling dan/atau menjadi isi dari layanan agar layanan konseling terhadap klien akan lebih efektif dan efisien.Fungsi kegiatan pendukung aplikasi instrumentasi adalah fungsi pemahaman. Data hasil aplikasi instrumentasi dapat digunakan untuk memahami kondisi klien, seperti potensi dasar, bakat, minat, kondisi diri, lingkungan serta masalah yang dialami klien b.
Himpunan data Himpunan data menurut Dewa Ketut (2008:80) merupakan “kegiatan
pendukung untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan klien”. Himpunan data perlu diselenggaraan secara berkelanjutan,
sistematis,
komprehensif,
terpadu,
dan
bersifat
tertutup.
66
Penyelenggaraan himpunan data bermaksud menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan siswa dalam berbagai aspeknya. Data yang terhimpun merupakan hasil dari upaya aplikasi instrumentasi, dan apa yang menjadi isi himpunan data dimanfaatkan sebesarbesarnya dalam kegiatan layanan bimbingan. Fungsi yang digunakan dalam himpunan data ini
adalah fungsi
pemahaman, pencegahan,pengentasan,
pemeliharaan dan pengembangan serta fungsi advokasi. c.
Konferensi kasus Konferensi kasus menurut Dewa Ketut (2008:81) merupakan “kegiatan
pendukung untuk membahas permasalahan yang dialami oleh klien dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak, dimana pihak ini diharapkan dapat memberikan bahan keterangan dan komitmen untuk terentaskannya masalah klien”. Tujuan konferensi kasus yakni: 1) Memperoleh gambaran tentang inti masalah. 2) Memperoleh gambaran tentang latar belakang serta berbagai faktor yang memungkinkan menjadi penyebab masalah klien. 3) Untuk memperoleh langkah-langkah dalam memecahkan masalah klien. d.
Kunjungan rumah Kunjungan rumah menurut Dewa Ketut (2008:91) merupakan “kegiatan
pendukung untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen untuk terentaskannya permasalahan klien melalui kunjungan ke rumah klien”. Tujuan kunjungan rumah yakni: a) untuk memperoleh berbagai keterangan data yang diperlukan dalam pemahaman lingkungan dan permasalahan klien; b) untuk
67
pembahasan dan pengentasan permasalahan klien. Fungsi yang digunakan dalam kunjungan rumah ini adalah fungsi pemahaman dan fungsi pengentasan. e.
Alih tangan kasus Alih tangan kasus Dewa Ketut (2008:91) merupakan kegiatan pendukung
untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang diahadapi klien dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang erat dan mantap antara berbagai pihak yang dapat memberikan bantuan atas penangan masalah tersebut. 2.3.3
Sikap Siswa Terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sikap dalam penelitian ini adalah integrasi antara aspek pemikiran
(kognisi), perasaan (afeksi), dan kecenderungan untuk bertindak (konasi) baik yang bersifat positif maupun negatif yang mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah/ madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan Bimbingan dan Konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara individual, kelompok dan/ atau klasikal sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dihadapi peserta didik.Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah bila dikaitkan dengan BK Pola 17 Plus. Melalui
proses
pembentukan
sikap
terdapat
faktor-faktor
yang
mempengaruhi antara lain faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain
68
psikologis dan fisiologis, sedangkan faktor eksternal antara lain pengalaman, situasi, norma, hambatan dan pendorong. Hal inilah yang berpengaruh pada kognitif, afektif dan konatif siswa. Sikap yang terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen kognitif yang berkaitan dengan pikiran, pengetahuan, pandangan, keyakinan atau kepercayaan siswa terhadap pelayanan BK, hal ini dapat diketahui atau diungkap melalui pemahaman siswa terhadap pelaksanaan layanan-layanan bimbingan dan konseling, dan pelaksanaan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling Afektif yaitu menyangkut masalah emosional subyektif, perasaan atau emosi seseorang terhadap objek terutama dalam penilaian, hal ini dapat diketahui melalui perasaan senang atau tidak senang. Pada komponen afektif ini menyangkut masalah emosional subyektif, perasaan atau emosi siswa terhadap pelayanan BK terutama pelaksanaan layanan-layanan bimbingan dan konseling, dan pelaksanaan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling Konatif yaitu menunjukkan
perilaku atau kecenderungan berperilaku
siswa yang berkaitan dengan pelayanan BK, yang mana dalam perilaku ini dapat terwujud melalui sikap yaitu besar atau kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku terhadap pelayanan BK baik pada pelaksanaan layanan-layanan bimbingan dan konseling, dan pelaksanaan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. Hal ini bisa dilihat dari pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh siswa. Berkaitan dengan penelitian ini, maka yang dimaksud sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah integrasi antara aspek
69
pemikiran (kognisi), perasaan (afeksi), dan kecenderungan untuk bertindak (konasi) baik yang bersifat positif maupun negatif yang menimbulkan perilaku tertentu yang berkaitan dengan layanan-layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh konselor, yang pada akhirnya siswa dapat memanfaatkan pelayanan bimbingan dan konseling tersebut.Hal inilah yang selanjutnya akan diungkap dalam skala psikologis.
2.4
Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor dengan Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling Persepsi merupakan respon yang ditunjukkan oleh individu terhadap objek
stimulus yang ada. Objek persepsi bisa bermacam-macam, semua dapat dilihat melalui hal-hal yang nampak seperti: tingkah laku, pengetahuan, dan kemampuan. Seperti yang dikemukakan oleh Calhoun dan Accocella dalam Sugiyo (2005:33) “bahwa ada tiga dimensi persepsi yang salah satunya yaitu pengetahuan tentang pribadi orang lain, diantaranya wujud lahiriah, perilaku, masa lalu, perasaan, dan motif”. “Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kegiatan berfikir dan bertindak (Mulyasa, 2003: 37)”. Kompetensi kepribadian adalah “kemampuan yang berkaitan dalam performans pribadi seorang pendidik, seperti berpribadi mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia (Rifa’i, 2011: 9)”. Kompetensi kepribadian konselor menjadi salah satu faktor yang sangat penting bagi kelangsungan proses pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
70
Untuk dapat melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dengan baik maka seorang konselor sebagai pribadi harus mampu menampilkan jati dirinya secara utuh, tepat serta mampu membangun hubungan antarpribadi yang unik, dinamis, harmonis, dan kreatif, sehingga menjadi motor penggerak keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Di luar memberikan pelayanan bimbingan dan konseling pun seorang konselor harus tetap menampilkan kompetensi kepribadian sebagai seorang konselor, apabila syarat ini diabaikan maka akan mempengaruhi persepsi siswa. Siswa akan mempersepsi negatif sehingga akan sangat mempengaruhi sikap siswa dalam mengikuti layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Siswa dapat mempersepsi kompetensi kepribadian konselor melalui beberapa indikator-indikator yang ditampilkan konselor sebagai berikut: 1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Indikator ini dapat dilihat siswa apabila konselor dapat menampilkan kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain; serta berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur 2. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan memilih Indikator ini dapat dilihat siswa apabila konselor dapat mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral,
sosial,
individual,
dan
berpotensi;
menghargai
dan
mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan konseli pada
71
khususnya; peduli terhadap kemaslahatan manusia pada khususnya; menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya; toleran terhadap permasalahan konseli; bersikap demokratis 3. Menunjukkan integritas stabilitas kepribadian yang kuat Indikator ini dapat dilihat siswa apabila konselor dapat menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan konsisten); menampilkan emosi yang stabil; bersikap empati; serta menghormati keragaman dan perubahan; menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stess dan frustasi 4. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi Indikator ini dapat dilihat siswa apabila konselor dapat menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produkif; bersemangat, berdisiplin dan mandiri; berpenampilan menarik dan menyenangkan; dan berkomunikasi secara efektif. Sikap merupakan reaksi individu dalam mempersepsi suatu objek. Dalam sikap memiliki tiga komponen yaitu komponen afektif, komponen konatif, dan komponen kognitif. Pada komponen afektif ini berhubungan dengan afeksi atau perasaan seseorang, maka seseorang akan bersikap positif atau negatif terhadap suatu objek itu tergantung pada bagaimana seseorang mempunyai pengalaman terhadap objek tersebut. Menurut Chave (1928), Bogardus (1931), La dierre (1934), Gardon A (1935) mendefinisikan bahwa sikap adalah semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud adalah kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu,
72
apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon (Saifudin Azwar, 2005:5). Sesuai dengan ciri sikap bahwa sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap, maka dalam penelitian ini objek sikap ditekankan pada pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Melalui proses persepsi siswa tentang kepribadian konselor, baik persepsi yang positif maupun yang negatif yang akan menimbulkan sikap tertentu dari siswa terhadap objek tersebut, sehingga hal itu akan tercermin dari bagaimana siswa dalam berperilaku dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Apabila persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian konselor baik, maka siswa akan bersikap positif, begitupun sebaliknya. Misalnya siswa melihat konselor di sekolahnya baik, ramah kepada semua siswa, tidak membeda-bedakan siswa, bersahabat, dan memperhatikan keadaan siswa maka secara umum siswa akan memberikan persepsi yang positif terhadap konselor tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor akan menghasilkan suatu sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, sehingga keduanya memiliki hubungan. Berikut ini akan disajikan bagan yang menghubungkan antara persepsi siswa tentang kompetensi konselor dengan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah:
73
Siswa bersikap positif yaitu cenderung bersikap, bertindak dan ikut berperan aktif dalam mengikuti pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
Baik
Persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian Tidak Baik
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.5
Siswa bersikap negatif yaitu cenderung bersikap menghindar, tidak mau mengikuti dan memanfaatkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010: 110). Berdasarkan landasan teori diatas, maka dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan peneliti adalah “ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dengan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 24 Semarang tahun pelajaran 2014/2015”. Adapun rumus hipotesis statistik sebagai berikut: Ho
: Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dengan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 24 Semarang tahun pelajaran 2014/2015
74
Ha
: Ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dengan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 24 Semarang tahun pelajaran 2014/2015
75
BAB 3 METODE PENELITIAN
Suatu kegiatan penelitian harus menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini agar penelitian yang dilakukan dapat mencapai tujuan penelitian yaitu dapat memecahkan permasalahan dalam suatu penelitian. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010: 6) bahwa “untuk menemukan data valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan”. Metode penelitian merupakan langkah yang harus ditempuh dalam suatu penelitian, yang bertujuan untuk memperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Metode penelitian memilki pengaruh besar terhadap kualitas suatu penelitian. Semakin tepat penggunaan metode penelitian maka semakin berhasil penelitian yang dilaksanakan. Ada beberapa kegiatan dalam suatu metode penelitian. Kegiatan tersebut adalah menentukan jenis penelitian, variabel penelitian,
populasi, sampel, metode pengumpulan data, uji validitas dan
reliabilitas, serta teknik analisis data. Langkah-langkah tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
3.1Jenis Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut pandang, antara lain dari pendekatan analisisnya, kedalaman analisisnya, serta sifat permasalahannya.
75
76
Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi menjadi dua macam yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif lebih menekankan pada analisis data numerik (angka) yang diolah dengan menggunakan metode statistika, sedangkan penelitian yang menggunakan pendekatan
kualitatif
analisis
yang dilakukan
lebih
menekankan
pada
penyimpulan induktif dan dedukatif pada hubungan antar fenomena yang diamati secara ilmiah. Berdasarkan kedalaman analisisnya, penelitian dibedakan atas penelitian deskriptif dan inferensial. Sedangkan jika dilihat dari sifat permasalahannya penelitian dibagi atasdelapan jenis
yaitu penelitian historis, deskriptif,
perkembangan, penelitian kasus, korelasional, kausal komparatif, eksperimen, dan penelitian tindakan. “Penelitian korelasional bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya hubungan antar variabel satu dengan variabel yang lain, dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berari atau tidaknya hubungan itu (Arikunto, 2010: 313). Dengan penelitian korelasional, peneliti dapat memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi. Berdasarkan judul dalam penelitian ini yaitu “Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor dengan Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 24 Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015”, maka dapat disimpulkan bahwa jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif korelasional. Hal ini dikarenakan penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel dan dalam proses analisis data penelitian ini menggunakan data-data numerik atau angka yang
77
diolah
dengan
metode
statistik,
setelah
diperoleh
hasilnya
kemudian
dideskripsikan dengan menguraikan kesimpulan yang didasari oleh angka dengan metode statistik tersebut.
3.2Variabel Penelitian 3.2.1
Identifikasi Variabel Variabel merupakan “objek penelitian, atau apa ang menjadi titik perhatian
suatu penelitian” (Arikunto, 2010: 161).Berdasarkan pada definisi di atas dapat disimpulkan bahwa variabel merupakan obyek yang bervariasi dan dapat dijadikan sebagai titik perhatian suatu penelitian. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang muncul sebagai akibat dari variabel bebas atau variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel bebas. 3.2.2
Hubungan Antar Variabel Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi siswa tentang kompetensi
kepribadian konselor dan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling. Hubungan antara dua variabel X dan Y dapat digambarkan sebagai berikut: 1) Variabel bebas (X) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang diselidiki pengaruhnya. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor.
78
2) Variabel terikat (Y) adalah variabel yang muncul sebagai akibat dari variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling.
X
Y
Gambar 3.1 Hubungan Antar Variabel
Gambar diatas menunjukan adanya hubungan antar variabel bebas (X) yaitu persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dan variabel terikat (Y) yaitu sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Hubungan dua variabel dinyatakan positif bila nilai suatu variabel ditingkatkan, maka akan meningkatkan variabel yang lain. Sebaliknya, jika suatu variabel diturunkan, maka akan menurunkan variabel yang lain. 3.2.3
Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel yaitu merumuskan definisi variabel secara
operasional sehingga dapat diukur (Azwar, 2005:74). Dalam penelitian ini, peneliti akan mengungkap dua variabel, yaitu persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor sebagai variabel bebas dan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling sebagai variabel terikat. 1) Persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor Persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor adalah suatu pendapat yang merupakan hasil pemaknaan dari obyek yang diamati siswa
79
dapat mempersepsi konselor melalui hal-hal yang tampak dari konselor, seperti sikap, tingkah laku, pengetahuan, dan kemampuan atau kepribadian yang tercermin dalam diri konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling. Dengan kata lain, siswa akan mempersepsi konselor berdasarkan pengalaman dan pengetahuan siswa mengenai konselor, khususnya yang berkaitan dengan kompetensi kepribadian konselor. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala persepsi, dan indikator yang digunakan adalah (a)beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa; (b) menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih; (c) menunjukkan integritas stabilitas kepribadian yang kuat; serta (d) menampilkan kinerja berkualitas tinggi. 2) Sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling Sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling yaitu integrasi antara aspek pemikiran (kognisi), perasaan (afeksi), dan kecenderungan untuk bertindak (konasi) baik yang bersifat positif maupun negatif yang menimbulkan perilaku tertentu yang berkaitan dengan pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh konselor, yang pada akhirnya siswa dapat memanfaatkan dan ikut serta berperan aktif dalam pelayanan bimbingan dan konseling tersebut. Adapun objek sikap yang akan diteliti adalah pelayanan bimbingan dan konseling dengan indikator: a) pelaksanaan layanan-layanan BK; dan b) pelaksanaan kegiatan pendukung BK.
80
3.3Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1
Populasi Penelitian Populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian” (Arikunto, 2010:173).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan individu atau obyek penelitian yang diduga mempunyai ciri-ciri atau sifat yang sama untuk diambil kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasi yang akan diteliti adalah seluruh siswa SMP Negeri 24 Semarang dari kelas VII sampai dengan kelas IX yang berjumlah 753 siswa. Pada penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 24 Semarang, gambaran populasi siswanya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Jumlah Populasi Penelitian VII VIII IX Kelas Jumlah Kelas Jumlah Kelas Jumlah VII A 34 VIII A 34 IX A 32 VII B 34 VIII B 33 IX B 32 VII C 30 VIII C 32 IX C 32 VII D 34 VIII D 32 IX D 32 VII E 32 VIII E 32 IX E 24 VII F 32 VIII F 33 IX F 31 VII G 32 VIII G 31 IX G 30 VII H 24 VIII H 31 IX H 30 JML 252 JML 258 JML 243
3.3.2
Sampel Penelitian Suatu penelitian tidak selalu perlu meneliti semua anggota populasi,
karena disamping memakan biaya yang besar juga membutuhkan waktu yang lama. Jadi penelitian hanya dilakukan terhadap sampel dari populasi dan tidak pada keseluruhan populasi. Menurut Arikunto (2010: 174) sampel adalah sebagian
81
atau wakil populasi yang diteliti. Selain itu sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi (Hadi, 2004: 182). Pengambilan sampel ini dimaksudkan untuk memperoleh keterangan mengenai obyek penelitian, dan mampu memberikan gambaran dari populasi. Menurut Sugiyono (2010: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Proporsional Stratified Random Sampling. Menurut Sugiyono (2010: 120) teknik ini digunakan apabila anggota atau unsur dalam populasi bersifat tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Jadi karena populasi yang akan diteliti adalah kelas VII, VIII dan IX yang memiliki strata yang sifatnya heterogen baik ditinjau dari tingkatan kelas, jenis kelamin maupun tingkatan umur sehingga pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Proporsional Stratified Random Sampling. Sedangkan dalam menentukan ukuran sampel, peneliti mengacu pada pendapat Sugiyono (2006: 62) yang menyatakan “terdapat cara menentukan ukuran sampel yang sangat praktis yaitu dengan tabel dan nomogram. Nomogram yang digunakan adalah nomogram Harry King. Dengan adanya nomogram tersebut tidak perlu dilakukan penghitungan yang rumit dalam menentukan jumlah sampel penelitian. Harry King menghitung sampel tidak hanya didasarkan pada kesalahan 5% saja, tetapi bervariasi mulai dari 0,3% sampai dengan kesalahan 15%. Selain itu jumlah populasi yang paling tinggi adalah 2000 (Sugiyono, 2007: 72). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan nomogram Harry King dengan taraf
82
kesalahan 10% untuk menentukan ukuran sampel. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 753 orang, jika ditarik dari garis populasi tersebut didapatkan persentase sampel sebesar 10%. Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 75 orang. Sesuai dengan teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Proporsional Stratified Random Sampling maka pengambilan sampel pada masing-masing strata atau tingkatan kelas harus proporsional sesuai dengan populasi. Jumlah populasinya adalah 753 orang, jumlah sampelnya adalah 75 orang, maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
Kelas
Tabel 3.2 Perhitungan Sampel Penelitian Jumlah Perhitungan Sampel
Kelas Sampel VII C VIII F IX B
VII 252 252:753 x 75 = 25,2 25 VIII 258 258:753 x 75 = 25,6 26 IX 243 243:753 x 75 = 24,2 24 Total 753 75 75 Berdasarkan pada perhitungan tersebut, untuk mencapai jumlah sampel sejumlah 75 siswa maka diambil 3 kelas yang akan dijadikan sebagai sampel penelitian. Pengambilan sampel dilakukan secara random pada masing-masing tingkatan karena setiap tingkat
kelas memiliki sifat yang heterogen dalam
tingkatannya sehingga masing-masing tingkat kelas diambil 1 kelas secara acak atau random untuk dijadikan sampel penelitian. Pada kelas VII, sampel yang digunakan adalah kelas VII C. Jumlah keseluruhan adalah 30 siswa sedangkan sampel yang digunakan adalah 25 siswa. Maka untuk memenuhi jumlah tersebut pengambilan sampel pada kelas VII C dilakukan secara random dengan cara dadu. Pada kelas VIII, sampel yang
83
digunakan adalah kelas VIII F. Jumlah keseluruhan adalah 33 siswa sedangkan sampel yang digunakan adalah 26 siswa. Maka untuk memenuhi jumlah tersebut pengambilan sampel pada kelas VIII F juga dilakukan secara random dengan cara dadu. Sedangkan pada kelas IX, sampel yang digunakan adalah kelas IX B. Jumlah keseluruhan adalah 32 siswa sedangkan yang digunakan menjadi sampel adalah 24 siswa. Maka untuk memenuhi jumlah tersebut pengambilan sampel pada kelas IX juga dilakukan secara random dengan cara dadu. Adapun rekapitulasi siswa yang menjadi responden dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Kode Responden R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22
Tabel 3.3 Rekapitulasi Responden Penelitian L/P Kelas Sampel Jumlah P L P P P L P P L P L L L P P P P L L P L P
Kelas VII C
25
84
R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50 R51 R52 R53 R54 R55 R56 R57 R58 R59 R60 R61 R62 R63 R64 R65 R66
P L L L P P P P P P L P L L L L P P L L P P L P L P P P L L P P P P P P L L P L L L L
Kelas VIII F
26
Kelas IX B
26
85
R67 R68 R69 R70 R71 R72 R73 R74 R75
P P P L P P P P L Jumlah
75
3.4Metode dan Alat Pengumpul Data 3.4.1
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam penelitian
ilmiah, karena data itu akan digunakan untuk menguji data yang diperoleh. Oleh karena itu, data yang dikumpulkan harus cukup valid, artinya data tersebut dapat digunakan. Menurut Arikunto (2006:96) metode pengumpulan data adalah “suatu langkah yang standar dan sistematis untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam suatu penelitian”. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah skala psikologis. Skala psikologis digunakan untuk mengetahui persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian
konselor dan sikap siswa
terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Baik persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor maupun sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan aspek-aspek psikologis yang tidak dapat dilihat secara langsung. 3.4.2
Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang diberikan adalah skala persepsi dan skala
sikap yang diberikan kepada responden sebagai pihak yang diteliti dengan
86
menggunakan model Likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial yang telah diterapkan secara spesifik oleh peneliti atau disebut variabel peneltian (Sugiyono, 2010:134). Skala psikologis yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai lima alternatif jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak sesuai. Responden bebas memilih salah satu jawaban dari kelima alternatif jawaban yang ada sesuai dengan keadaan masing-masing responden. Adapun bentuk penskalaannya adalah sebagai berikut: Tabel 3.4 Bentuk Penskalaan Alternatif Jawaban Sangat Sesuai (SS) Sesuai (S) Kurang Sesuai (KS) Tidak Sesuai (TS) Sangat Tidak Sesuai (STS)
Skor Positif (+) 5 4 3 2 1
Negatif (-) 1 2 3 4 5
3.5Penyusunan Instrumen Instrumen merupakan alat yang digunakan pada waktu melakukan suatu penelitian dengan menggunakan metode tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala psikologi sabagai alat pengumpulan data untuk mencari data tentang persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling. Sehingga dalam penelitian ini terdapat dua instrumen yaitu skala persepsi dan skala sikap.
87
3.5.1 Menyusun Kisi-kisi Instrumen Menyusun kisikisi instrumen
Uji Coba (Try Out)
Menyusun Instrumen
Instrumen Jadi
Revisi Instrumen
Gambar 3.2 Prosedur Penyusunan Instrumen Penelitian
Berdasarkan bagan tentang prosedur penusunan instrumen diketahui bahwa untuk menyusun sebuah instrumen penelitian, peneliti harus melewati beberapa tahap diatas, diantaranya menyusun kisi-kisi instrumen, menyusun instrumen, kemudian diujicobakan (try out) pada responden, berikutnya merevisi instrumen untuk menghilangkan item-item instrumen yang tidak valid dan tidak reliabel. Setelah instrumen diujicobakan dan sudah valid serta reliabel barulah instrumen dikatakan sudah jadi dan siap digunakan untuk penelitian. Berikut adalah tabel kisi-kisi instrumen skala persepsi dan skala sikap yang akan digunakan dalam membuat instrumen dalam penelitian ini terdapat pada tabel 3.4 dan tabel 3.5 sebagai berikut:
88
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Skala Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Kepribadian Konselor Variabel
Indikator
Sub Indikator
Deskriptor
Item Pertanyaan +
Persepsi
1.
1.1
B
Menampilk 1.1.1 Konselor mampu menunjukkan
Siswa
eriman dan
an kepribadian yang beriman dan bertaqwa
kepribadian yang beriman dan bertaqwa
Tentang
bertaqwa
kepada Tuhan YME
kepada Tuhan Yang Maha Esa dihadapan
Kompetensi
kepada Tuhan
Kepribadian
YME
Konselor
1, 4
2, 3
siswa 1.2 Konsisten dalam menjalankan kehidupan
1.2.1 Konselor mampu menunjukkan konsisten 5,6, 8
beragama dan toleran terhadap pemeluk
dalam menjalankan kehidupan beragama
agama lain
dan toleran terhadap pemeluk agama lain
1.3 Berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur
1.3.1 Konselor mampu menunjukkan sikap
7,9
11,12
10,13
15,16
14, 17,
akhlak mulia dan berbudi pekerti luhur 2.
2.1 Mengaplikasikan M pandangan positif dan
2.1.1 Konselor selalu berpandangan positif
enghargai dan
dinamis tentang manusia sebagai makhluk
serta dinamis terhadap siswa sebagai
menjunjung
spiritual, bermoral, sosial, individual, dan
makhluk spiritual, bermoral, sosial,
18
89
tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
berpotensi 2.2 Menghargai dan mengembangkan potensi
individual, dan berpotensi 2.2.1 Konselor selalu menghargai dan
individualitas
positif individu pada umumnya dan konseli
mengembangkan sikap positif yang
dan kebebasan
pada khususnya
dimiliki oleh siswa
memilih
2.3 Peduli terhadap kemaslahatan manusia pada 2.3.1 Konselor mampu peduli terhadap umumnya dan konseli pada khusunya
permasalahan yang siswa alami
2.4 menjunjung tinggi harkat sesuai dengan hak 2.4.1 Konselor menghargai harkat dan asasinya
19,20, 22 21, 23
24, 25,
27, 28,
26
29
30,31
32,33
36,37
34,35
38,40
39, 41,
martabat siswa sesuai dengan haknya sebagai siswa
2.5 Toleran terhadap permasalahan konseli
2.5.1 Konselor bersikap toleransi terhadap permasalahan siswa
2.6 Bersikap demokratis
2.6.1 Konselor selalu bersikap demokratis terhadap siswa
3.
3.1 Menampilkan M kepribadian dan perilaku
3.1.1 Konselor bersikap berwibawa, jujur,
enjunjung
yang terpuji (seperti berwibawa, jujur,
sabar, ramah, dan konsisten ketika
integritas
sabar, ramah, dan konsisten)
menghadapi siswa
42 43,44,45
46, 47, 48
90
stabilitas
3.2 Menampilkan emosi yang stabil
kepribadian yang kuat
3.2.1 Konselor selalu menjaga sikap dan
49, 51
50,53, 52
54,55
56, 57
58,59
60,61
62,63,66
64,65
68,69,70
67,71, 72
74,76,78
73, 75,77
perilaku serta nada bicara 3.3 Peka, bersikap empati, serta menghormati keragaman dan perubahan
3.3.1 Konselor menghormati serta memahami siswa sesuai dengan tugas perkembangannya
3.4 Menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stes dan frustasi 4.
3.4.1 Konselor mentolerir sikap siswa yang stres menghadapi masalahnya
4.1 Menampilkan M tindakan yang cerdas, kreatif, 4.1.1 Konselor membantu siswa menghadapi enampilkan
inovatif, dan produktif
masalah dengan memunculkan solusi
kinerja
yang cerdas, kreatif, inovatif, dan
berkualitas
produktif
tinggi
4.2 Bersemangat, berdisiplin, dan mandiri
4.2.1 Konselor selalu semangat dalam melakukan kegiatan BK
4.3 Berpenampilan menarik dan menyenangkan 4.3.1 Konselor membantu dirinya dengan berpakaian sopan, dan baik dalam bersikap didepan siswa
91
4.4 Berkomunikasi secara efektif
4.4.1 Konselor berkomunikasi dengan siswa
79,80, 81 82,84, 83
sesuai dengan kapasitasnya Total item
42
42
92
Tabel 3.6 Kisi-kisi Skala Sikap Siswa Terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Variabel
Indikator
Sub Indikator
Deskriptor
Komponen Sikap
Juml ah
Kognitif
Afektif (Perasaan
Konatif
(Pemahaman
senang/ tidak senang
(Kecenderungan
terhadap
terhadap pelayanan
perilaku terhadap
pelayanan BK)
BK)
pelayanan BK)
+ Sikap siswa
Pelayanan BK
terhadap
meliputi:
pelayanan
1. Pelaksanaan 1.2 Layanan informasi 1.2.1 Memahami segala
BK
1.1 Layanan orientasi
1.1.1 Memahami
-
+
-
+
-
1, 5
3
4, 6
2
9
7, 8
9
10
13
14, 15
12
16, 18
17, 11
9
lingkungan baru
layanan-
bentuk informasi
layanan BK
dan seluk beluknya
93
1.3 Layanan penguaaan konten
1.3.1 Mengembangkan
19, 21
20, 27
23
24, 26
22
25
9
28
30
29, 32
31
33, 34
35, 36
9
37, 38
39, 42
40
41, 43
44, 46
45
9
47, 49
48
50, 51
52
54, 55
53
9
sikap dan kebiasaan belajar yang baik
1.4 Layanan
1.4.1 Penempatan
penempatan dan
danpenyaluran
penyaluran
tentang pengembangan bakat dan minat
1.5 Layanan
1.5.1 Pemahaman dan
bimbingan
pengembangan
kelompok
kemampuan sosial
1.6 Layanan konseling 1.6.1 Pembahasan kelompok
masalah pribadi melalui dinamika
94
kelompok 1.7 Layanan konseling 1.7.1 Pengentasan individual
56
57, 58
59
62, 64
61
60, 63
9
65
66
68
69, 73
71, 72
67, 70
9
74,75
76
77, 81
78
79
80, 82
9
84
83, 89
85, 90
87
88
86
9
91, 93
92
96
94, 95
97
98, 99
9
masalah yang dihadapi
1.8 Layanan mediasi
1.8.1 Penyelesaian dan perbaikan hubungan antara belah pihak
1.9 Layanan konsutasi 1.9.1 Penanganan kondisi atau permasalahan 2. Pelaksanaan kegiatan
2.1 Aplikasi instrumentasi
2.1.1 Instrumen untuk mengumpulkan
pendukung
data dan
BK
keterangan siswa 2.2 Himpunan data
2.2.1 Menghimpun
95
segala data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan siswa 2.3 Konferensi kasus
2.3.1 Membahas permasalahan
100,
102
105, 107
103
101
104,
106
9
114,
9
108
siswa dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak terkait yang dapat memberikan keterangan 2.4 Kunjungan rumah
2.4.1 Memperoleh keterangan dan
109, 115
110
111
113, 117
112
116
96
membangun komitmen dari pihak keluarga 2.5 Alih tangan kasus
2.5.1 Kegiatan untuk memperoleh
118
119,
122, 125
121
124
120,
123
9
126
penanganan yang lebih tepat dan tuntas Jumlah Item
Kognitif (42)
Afektif (42)
Konatif (42)
126
97
3.6Validitas dan Reliabilitas Penelitian 3.6.1
Uji Validitas Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2007: 5). Validitas merujuk kepada suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Peneliti mengukur validitas dengan melakukan uji coba instrumen dilapangan. Jadi instrumen yang telah disusun diujicobakan dilapangan kemudian diukur validitasnya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan validitas konstruk (construct validity) yaitu konsep validitas yang berangkat dari konstruksi teoritik tentang variabel yang hendak diukur oleh jenis alat ukur. Konstruksi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling. Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total, rumus yang digunakan adalah rumus Product Momentyang dikemukakan oleh Karl Pearson yaitu rumus Pearson Correlation. Rumus korelasi Product Moment : rxy =
N . XY X Y
N. X
2
X N . Y 2 Y 2
2
Keterangan : rxy
= Koefisien korelasi
N
= Jumlah subyek yang diteliti
98
∑X
= Jumlah skor masing-masing item (total)
∑Y
= Jumlah skor seluruh item (total)
∑ XY
= Jumlah perkalian item X dengan item Y
∑ X2
= Jumlah kuadrat skor X
∑ Y2
= Jumlah kuadrat skor total (Arikunto, 2009:121)
Pengujian validitas instrumen dengan mengkorelasikan skor tiap butir soal dengan skor total, dengan menggunakan rumus Product Momentdiperoleh dan kemudian dibandingkan dengan r tabel dengan taraf signifikansi 5%, jika r hitung> r tabelmaka
3.6.2
item dinyatakan valid.
Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah “indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan” (Singarimbun, 1995: 140).Realibilitas merujuk pada suatu pengertian bahwa instrumen apa yang dapat dipercaya dan instrumen yang tidak bersifat tendensius untuk mengarahkan responden dalam memilih dan menjawab atau suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena menunjukkan keajegan hasil pengukurannya. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen skala psikologis dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha. Alasan penggunaan rumus Alpha dalam penghitungan reliabilitas instrumen ini dikarenakan data yang dihasilkan merupakan data rating skala (1, 2, 3, 4) dan bisa digunakan untuk jumlah item ganjil atau genap. Adapun alasan penggunaan rumus alpha karena jawaban pada
99
kuesioner ini berbentuk skala yang jawabannya bukan 0 atau 1 melainkan 1 sampai 5. Adapun rumus Alpha adalah sebagai berikut:
k .b 2 r11= 1 k 1 .t 2 Keterangan : r11
= Reliabilitas instrumen
k
= Banyaknya butir-butir pertanyaan
.b .t 2
2
= Jumlah Varian butir = Varian total (Arikunto, 2009: 171)
Kriteria pengujian realibilitas instrumen dikatakan reliabel yaitu jika memiliki harga r hitung> r tabel dengan taraf signifikasi 5%. Besar kecilnya koefisien mengidentifikasikan kuat dan lemahnya hubungan yang ada. Nilai r
hitungyang
lebih besar dari rtabel berarti instrumen semakin berkurang reliabilitasnya. Penjelasannya adalah sebagai berikut: Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas Instrumen Koefisien Korelasi Kriteria 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah Negatif – 0,20 Sangat Rendah
100
3.7Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian 3.7.1
Hasil Uji Validitas Skala Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian
Skala persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor berjumlah 84 butir item peryataan dengan jumlah responden yang diujicobakan adalah 28 siswa. Uji validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus product moment dengan taraf signifikasi 5% diketahui r tabel = 0,374, maka dengan r hitung> rtabel terdapat 21 item yang tidak valid atau tidak memenuhi syarat. Item pernyataan yang tidak memenuhi syarat dihilangkan dan tidak digunakan dalam penelitian karena item-item yang lain telah mewakili dan sesuai dengan indikator yang akan dicari dalam instrumen. Selanjutnya penomorannya diurutkan kembali guna pengambilan data penelitian. Sehingga item yang akan digunakan dalam instrumen penelitian 63 butir item pernyataan. Untuk perhitungannya secara statistik dapat dilihat pada lampiran. Item-item valid dan gugur dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.8 Distribusi Butir Item Valid dan Gugur Skala Persepsi Variabel Indikator Nomor Item Jumlah Total Valid Gugur Valid Gugur Persepsi Beriman dan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 13 11 2 13 siswa bertaqwa kepada 7, 9, 10, 11, 12 tentang Tuhan YME kompetensi Menghargai dan 14, 15, 16, 18, 17, 22, 22 7 29 kepribadian menjunjung tinggi 19, 20, 21, 23, 26, 29, nilai-nilai 24, 25, 27, 28, 31, 41, kemanusiaan, 30, 32, 33, 34, 42 individualitas, dan 35, 36, 37, 38, kebebasan memilih 39,40 Menjunjung 43, 44, 45, 47, 46, 49, 14 5 19 integritas stabilitas 48, 50, 51, 53, 52, 58,
101
kepribadian yang kuat Menampilkan kinerja berkualitas tinggi
Total 3.7.2
54, 55, 56, 57, 59, 61 63, 64, 65, 67, 69, 70, 72, 74, 75, 76, 77, 80, 81, 83, 84
60 62, 68, 71, 73, 78, 79, 82
15
7
22
63
21
84
Hasil Uji Validitas Skala Sikap Siswa Terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling Skala sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling berjumlah
126 butir item peryataan dengan jumlah responden yang diujicobakan adalah 28 siswa. Uji validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus product moment dengan taraf signifikasi 5% diketahui r tabel = 0,374, maka dengan r hitung> r
tabel
terdapat 25 item yang tidak valid atau tidak memenuhi syarat. Item
pernyataan yang tidak memenuhi syarat dihilangkan dan tidak digunakan dalam penelitian karena item-item yang lain telah mewakili dan sesuai dengan indikator yang akan dicari dalam instrumen. Selanjutnya penomorannya diurutkan kembali guna pengambilan data penelitian. Sehingga item yang akan digunakan dalam instrumen penelitian 101 butir item pernyataan. Item-item valid dan gugur dapat dilihat pada tabel berikut:
Variabel Sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling
Tabel 3.9 Distribusi Butir Item Valid dan Gugur Skala Sikap Indikator Nomor Item Jumlah Total Valid Gugur Valid Gugur Pelaksanaan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 7, 17, 67 15 82 layanan9, 10, 11, 12, 13, 18, 21, layanan 14, 15, 16, 19, 20, 26, 29, bimbingan 22, 23, 24, 25, 27, 36, 39, dan 28, 30, 31, 33, 34, 47, 51, konseling 35, 37, 38, 40, 41, 58, 64, 42, 43, 44, 45, 46, 69, 70, 48, 49, 50, 52, 53, 75
102
54, 55, 56, 57, 59, 60, 61, 62, 63, 65, 66, 67, 68, 71, 72, 73, 74, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82 Pelaksanaan 84, 85, 86, 87, 88, kegiatan 89, 91, 92, 94, 95, pendukung 96, 97, 98, 101, 102, 103, 105, 106, 107, 108, 110, 111, 112, 113, 114, 115, 116, 118, 120, 121, 123, 124, 125, 126 Jumlah
3.7.3
83, 90, 93, 99, 100, 104, 109, 117, 119, 122
34
10
43
101
25
126
Hasil Uji Reliabilitas Skala Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan SPSS 20 dan
menggunakan rumus Alpha, diperoleh koefisien reliabilitas skala persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor sebesar 0,956. Pada taraf kesalahan 5% dengan N = 28 diperoleh harga r tabel = 0,374. Dengan demilian r hitung> r tabel maka instrumen tersebut reliabel dengan kriteria reliabel sangat tinggi. Dengan perhitungan statistik sebagai berikut: Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,956
N of Items 84
103
3.7.4
Hasil Uji Reliabilitas Skala Sikap Siswa Terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan SPSS 20 dan
menggunakan rumus Alpha, diperoleh koefisien reliabilitas skala persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor sebesar 0,975. Pada taraf kesalahan 5% dengan N = 28 diperoleh harga r tabel = 0,374. Dengan demilian r hitung> r tabel maka instrumen tersebut reliabel dengan kriteria reliabel sangat tinggi. Dengan perhitungan statistik sebagai berikut: Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,975
N of Items 126
3.8Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh suatu kesimpulan untuk mencapai tujuan penelitian. Ada pun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor, untuk mengetahui sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, dan untuk mengetahui hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling. 3.8.1
Analisis Deskriptif Analisis ini digunakan dengan maksud untuk memberikan gambaran
mengenai hasil penelitian, bagaimana karakteristik subyek penelitian berhubungan
104
dengan variabel-variabel yang diteliti. Guna mengetahui dan menganalisis data tentang deskripsi persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, maka digunakan analisis deskriptif persentase. Data atau skor dari jawaban responden diperoleh dari alternatif jawaban yang disediakan kemudian dimasukkan kedalam tabel, diskor, dijumlahkan dan dinyatakan dalam persentase. Rumus yang digunakan untuk memperoleh persentase adalah: P
n x100 % N
Keterangan: P
: Persentase nilai yang diperoleh
n
: jumlah skor yang diperoleh
N
: jumlah seluruh skor (Ali, 1997: 186) Untuk penentuan kriteria tingkat persepsi siswa tentang kompetensi
kepribadian didasarkan pada perhitungan skor yaitu sebagai berikut: Data maksimal
= skor tertinggi x jumlah item
= 5 x 63
= 315
Data minimal
= skor terendah x jumlah item
= 1 x 63
= 63
Range
= Data maksimal – data minimal
= 315 – 63
= 252
= 252 : 5
= 50,4
Panjang kelas interval = Range : panjang kelas
Sedangkan untuk memperoleh kriteria persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut: Persentase skor maksimum
= (5:5) x 100% = 100%
Persentase skor minimum
= (1:5) x 100% = 20%
105
Rentang persentase skor
= 100% - 20% = 80%
Panjang kelas interval
= 80% : 5
= 16
Tabel 3.10 Kriteria Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Skor
Interval
264,6 < skor ≤ 315 84% < % ≤ 100% 214,2 < skor ≤ 263,6 68% < % ≤ 83% 163,8 < skor ≤ 213,2 52% < % ≤ 67% 113,4 < skor ≤ 162,8 36% < % ≤ 51% 63 ≤ skor ≤112,4 20% ≤ % ≤ 35% Sumber: hasil perhitungan peneliti
Kriteria Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Konselor Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik
Untuk penentuan kriteria tingkat sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling didasarkan pada perhitungan skor yaitu sebagai berikut: Data maksimal
= skor tertinggi x jumlah item
= 5 x 101
= 505
Data minimal
= skor terendah x jumlah item
= 1 x 101
= 101
Range
= Data maksimal – data minimal
= 505 - 101
= 404
= 404 : 5
= 80,8
Panjang kelas interval = Range : panjang kelas
Sedangkan untuk memperoleh kriteria sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut: Persentase skor maksimum
= (5:5) x 100% = 100%
Persentase skor minimum
= (1:5) x 100% = 20%
Rentang persentase skor
= 100% - 20% = 80%
Panjang kelas interval
= 80% : 5
= 16%
106
Tabel 3.11 Kriteria Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling Skor
Interval
424,2 < skor ≤ 505 84% < % ≤ 100% 343,4 < skor ≤ 423,2 68% < % ≤ 83% 262,6 < skor ≤ 342,4 52% < % ≤ 67% 181,8 < skor ≤ 261,6 36% < % ≤ 51% 101 ≤ skor ≤ 180,8 20% ≤ % ≤ 35% Sumber: hasil perhitungan peneliti
3.8.2
Kriteria sikap siswa terhadap pelayanan bmbingan dan konseling Sangat Positif Positif Sedang Negatif Sangat Negatif
Analisis Statistik Analisis data secara statistik digunakan untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya. 3.8.2.1 Uji Normalitas Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui variabel dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas memiliki tujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data penelitian masing-masing variabel penelitian. Untuk menguji kenormalannya digunakan rumus Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan aplikasi komputer (SPSS). Data tersebut berdistribusi normal jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) >0,05 level of significant (α) 3.8.2.2 Uji Hipotesis Penelitian ini akan menguji hipotesis ada tidaknya hubungan yang posiif dan signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi yang bertujuan untuk membuktikan ada atau
107
tidaknya hubungan dua variabel. Menurut Sugiyono (2007: 153) untuk menguji hipotesis assosiatif/ hubungan bila datanya berbentuk interval digunakan: 1) Korelasi product moment digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen 2) Korelasi ganda digunakan untuk menguji hipotesis tentang hubungan dua variabel independen atau lebih secara bersama-sama dengan satu variabel dependen 3) Korelasi parsial digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara dua variabel atau lebih, bila terdapat variabel yang dikendalikan 4) Analisis regresi digunakan untuk melakukan prediksi, bagaimana perubahan nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dinaikkan atau diturunkan nilainya Untuk mencari hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling menggunakan rumus korelasi product moment, dengan alasan karena teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio dan pada penelitian ini hanya memiliki dua variabel yaitu satu variabel independen (persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor) dan satu variabel dependen sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling). Untuk menghitung koefisien korelasi dapat digunakan rumus korelasi product moment, berikut rumus yang akan digunakan:
108
rXY
XY
X Y
2 X 2 Y 2 X Y 2
Keterangan
:
rXY
: Koefisien korelasi antara variabel X dan Y .
X2
: Kuadrat dari X
Y2
: Kuadrat dari Y
XY
: Jumlah perkalian X dan Y
N
: Jumlah subyek (Arikunto, 2009:243). Setelah diperoleh nilai “r“, kemudian dikonsultasikan ke tabel nilai r
product moment. Data yang diperoleh dianalisis dengan statistik korelasi product moment karena korelasi ini digunakan untuk menetukan hubungan antaras dua variabel yang dikorelasikan dalam bentuk data nominal. SyaratProduct Moment atau aturan keputusan adalah sebagai berikut : 1.
Kalau r
hitung
sama atau lebih besar dari r
tabel
disebut signifikan,
konsekuensinya: hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis kerja (Ha) diterima. 2.
Kalau r
hitung
lebih kecil dari r
tabel
disebut tidak signifikan,
konsekuensinya: hipotesis nihil (Ho) diterima dan hipotesis kerja (Ha) ditolak.
109
Untuk memberikan interpretasi terhadap Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment (rxy), pada umumnya digunakan pedoman Guilford (dalam Sugiyono, 2009: 184) sebagai beriku: Tabel 3.12 Interpretasi Besarnya “r” Product Moment (rxy) Besarnya “r” Product Moment (rxy) 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Interpretasi
Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah/ rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada) Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang lemah/ rendah Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang cukup/ sedang Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang kuat/ tinggi Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang sangat kuat/ sangat tinggi
152
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa di SMP Negeri 24 Semarang tahun pelajaran 2014/2015 : 1) Persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor termasuk dalam kriteria baik. 2) Sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling termasuk dalam kriteria positif. 3) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling.
5.2 Saran Saran merupakan upaya lanjut dan masukan yang diberikan kepada lembaga atau pihak-pihak yang dipandang berkepentingan dengan hasil penelitian. Adapun saran yang dapat diberikan difokuskan pada substansi berdasarkan hasil penelitian dan ditunjukkan pihak-pihak terkait yaitu konselor sekolah, kepala sekolah, dan peneliti selanjutnya: 1) Bagi Guru BK di SMP Negeri 24 Semarang, peneliti menyarankan agar hasil
penelitian ini hendaknya bisa dijadikan bahan evaluasi atau instrospeksi diri
152
153
serta motivasi dalam menjaga dan meningkatkan aktualisasi diri dalam kompetensi
kepribadiannya
dengan
cara
memperhatikan
nilai-nilai
kemanusiaan dan stabilitas kepribadiannya dengan berperilaku terpuji, menjaga kestabilan emosi, empati, serta peka terhadap siswa dengan harapan nantinya siswa mempunyai persepsi yang baik tentang kompetensi kepsibadian konselor sehingga sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan konseling semakin positif. 2) Kepala Sekolah SMP N 24 Semarang sebagai seseorang yang memiliki wewenang dalam menentukan kebijakan hendaknya memberikan perhatian khusus pada konselor yang belum bisa menampilkan emosi yang stabil dengan cara memberikan pembinaan dan motivasi sehingga kompetensi kepribadian konselor menjadi meningkat. 3) Bagi peneliti berikutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan konseling di sekolah, dapat melakukan penelitian dengan menggunakan metode dan pendekatan lain agar hasil yang diperoleh lebih luas dan lengkap. Misalkan dengan melakukan penelitian eksperimen yaitu dengan upaya meningkatkan persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dengan menggunakan teknik maupun metode yang ada di dalam bimbingan dan konseling.
154
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1997. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Dan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Asih, Yennisa Yuni. 2010. Korelasi antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dan sikap proaktif siswa terhadap pemanfaatan layanan konseling perorangan pada siswa kelas VIII SMP N 37 Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang Azwar, Saifuddin. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset Azwar, Saifuddin. 2007. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dayaksini, Tri & Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press Dinartiwi, Astri. 2010. Persepsi siswa tentang layanan bimbingan dan konseling di SMK Grafika yayasan Lektur Jakarta Selatan. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Depdiknas. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Dirjen Dikti Gerungan, W. A. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama Hadi, Sutrisno. 2004. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset. Hikmawati, Fenti. 2011. Bimbingan Konseling Edisi Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Jalaludin, Rahmat. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Latipun. 2006. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press Mar’at. 1982. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukuran. Bandung: Ghalia Indonesia.
154
155
Mugiarso, Heru dkk. 2011. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang. Mulyasa. 2008. Standar Kompetens idan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. RemajaRosda Oktaviani, Santi Nur. 2014. Hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi konselor dengan self disclosure siswa terhadap konselor di SMA Negeri 14 Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang Permendiknas No. 27 Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor Prayitno &Erman Amti. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Rifa’i, Achmad & Chatarina Tri Anni. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press Siagian, S.P, 2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES Siswanti, Dewi Septin Tri. 2013. Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi Siswa di SMA Negeri Se- Kabupaten Pemalang Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Universitas Negeri Semarang Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia Sugiyo. 2005. Komunikasi Antarpribadi. Semarang: UNNES Press Sugiyono. 2007. Statistika untuk Peneitian. Bandung: CV Alfabeta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelakasanaan ProgramBimbingan dan Konseling. Jakarta:Rineka Cipta. Tim Penyusun UNNES. 2010. Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: UNNES Press
156
Tim Penyusun UNNES. 2011. Pedoman Praktik Pengalaman Lapangan. Semarang: UNNES Press Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset. Winkel, W.S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Berbagai Institusi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2010. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Kerjasama Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT. Remaja Rosdakarya.
157
LAMPIRAN
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Skala Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Kepribadian Konselor Variabel
Indikator
Sub Indikator
Deskriptor
Item Pertanyaan +
Persepsi
5.
5.1
B
Menampilk 1.1.1 Konselor mampu menunjukkan
Siswa
eriman dan
an kepribadian yang beriman dan bertaqwa
kepribadian yang beriman dan bertaqwa
Tentang
bertaqwa
kepada Tuhan YME
kepada Tuhan Yang Maha Esa dihadapan
Kompetensi
kepada Tuhan
Kepribadian
YME
Konselor
1, 4
2, 3
siswa 1.2 Konsisten dalam menjalankan kehidupan
1.2.1 Konselor mampu menunjukkan konsisten 5,6, 8
beragama dan toleran terhadap pemeluk
dalam menjalankan kehidupan beragama
agama lain
dan toleran terhadap pemeluk agama lain
1.3 Berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur
1.3.1 Konselor mampu menunjukkan sikap
7,9
11,12
10,13
15,16
14, 17,
akhlak mulia dan berbudi pekerti luhur 6.
2.1 Mengaplikasikan M pandangan positif dan
2.1.1 Konselor selalu berpandangan positif
enghargai dan
dinamis tentang manusia sebagai makhluk
serta dinamis terhadap siswa sebagai
menjunjung
spiritual, bermoral, sosial, individual, dan
makhluk spiritual, bermoral, sosial,
tinggi nilai-nilai
berpotensi
individual, dan berpotensi
18
kemanusiaan,
2.2 Menghargai dan mengembangkan potensi
2.2.1 Konselor selalu menghargai dan
individualitas
positif individu pada umumnya dan konseli
mengembangkan sikap positif yang
dan kebebasan
pada khususnya
dimiliki oleh siswa
memilih
2.3 Peduli terhadap kemaslahatan manusia pada 2.3.1 Konselor mampu peduli terhadap umumnya dan konseli pada khusunya
permasalahan yang siswa alami
2.4 menjunjung tinggi harkat sesuai dengan hak 2.4.1 Konselor menghargai harkat dan asasinya
19,20, 22 21, 23
24, 25,
27, 28,
26
29
30,31
32,33
36,37
34,35
38,40
39, 41,
martabat siswa sesuai dengan haknya sebagai siswa
2.5 Toleran terhadap permasalahan konseli
2.5.1 Konselor bersikap toleransi terhadap permasalahan siswa
2.6 Bersikap demokratis
2.6.1 Konselor selalu bersikap demokratis terhadap siswa
7.
3.1 Menampilkan M kepribadian dan perilaku
3.1.1 Konselor bersikap berwibawa, jujur,
enjunjung
yang terpuji (seperti berwibawa, jujur,
sabar, ramah, dan konsisten ketika
integritas
sabar, ramah, dan konsisten)
menghadapi siswa
stabilitas kepribadian
3.2 Menampilkan emosi yang stabil
3.2.1 Konselor selalu menjaga sikap dan perilaku serta nada bicara
42 43,44,45
46, 47, 48
49, 51
50,53, 52
yang kuat
3.3 Peka, bersikap empati, serta menghormati keragaman dan perubahan
3.3.1 Konselor menghormati serta memahami
54,55
56, 57
58,59
60,61
62,63,66
64,65
68,69,70
67,71, 160 72
74,76,78
73, 75,77
siswa sesuai dengan tugas perkembangannya
3.4 Menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stes dan frustasi 8.
3.4.1 Konselor mentolerir sikap siswa yang stres menghadapi masalahnya
4.1 Menampilkan M tindakan yang cerdas, kreatif, 4.1.1 Konselor membantu siswa menghadapi enampilkan
inovatif, dan produktif
masalah dengan memunculkan solusi
kinerja
yang cerdas, kreatif, inovatif, dan
berkualitas
produktif
tinggi
4.2 Bersemangat, berdisiplin, dan mandiri
4.2.1 Konselor selalu semangat dalam melakukan kegiatan BK
4.3 Berpenampilan menarik dan menyenangkan 4.3.1 Konselor membantu dirinya dengan berpakaian sopan, dan baik dalam bersikap didepan siswa 4.4 Berkomunikasi secara efektif
4.4.1 Konselor berkomunikasi dengan siswa
79,80, 81 82,84, 83
sesuai dengan kapasitasnya Total item
42
42
Tabel 3.4 Kisi-kisi Skala Sikap Siswa Terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Variabel
Indikator
Sub Indikator
Deskriptor
Komponen Sikap
Juml ah
Kognitif
Afektif (Perasaan
Konatif
(Pemahaman
senang/ tidak senang
(Kecenderungan
terhadap
terhadap pelayanan
perilaku terhadap
pelayanan BK)
BK)
pelayanan BK)
+ Sikap siswa
Pelayanan BK
terhadap
meliputi:
pelayanan BK
1.2 Layanan orientasi
1.2.1 Memahami
-
+
-
+
-
1, 5
3
4, 6
2
9
7, 8
9
10
13
14, 15
12
16, 18
17, 11
9
19, 21
20, 27
23
24, 26
22
25
9
lingkungan baru
3. Pelaksanaan 3.2 Layanan informasi 3.2.1 Memahami segala layanan-
bentuk informasi
layanan BK
dan seluk beluknya
3.3 Layanan penguaaan konten
3.3.1 Mengembangkan sikap dan
kebiasaan belajar yang baik 3.4 Layanan
3.4.1 Penempatan
penempatan dan
danpenyaluran
penyaluran
tentang
28
30
29, 32
31
33, 34
35, 36
9
167
pengembangan bakat dan minat 3.5 Layanan
3.5.1 Pemahaman dan
bimbingan
pengembangan
kelompok
kemampuan sosial
3.6 Layanan konseling 3.6.1 Pembahasan kelompok
37, 38
39, 42
40
41, 43
44, 46
45
9
47, 49
48
50, 51
52
54, 55
53
9
56
57, 58
59
62, 64
61
60, 63
9
65
66
68
69, 73
71, 72
67, 70
9
masalah pribadi melalui dinamika kelompok
3.7 Layanan konseling 3.7.1 Pengentasan individual
masalah yang dihadapi
3.8 Layanan mediasi
1.8.1 Penyelesaian dan perbaikan hubungan antara
belah pihak 3.9 Layanan konsutasi 3.9.1 Penanganan
74, 75
76
77, 81
78
79
80, 82
9
84
83, 89
85, 90
87
88
86
9
kondisi atau permasalahan 4. Pelaksanaan kegiatan
2.1 Aplikasi instrumentasi
2.1.1 Instrumen untuk
pendukung
data dan
BK
keterangan siswa 4.2 Himpunan data
168
mengumpulkan
4.2.1 Menghimpun
91, 93
92
96
94, 95
97
98, 99
9
100,
102
105, 107
103
104,
106
9
segala data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan siswa 4.3 Konferensi kasus
4.3.1 Membahas permasalahan siswa dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak terkait
101
108
yang dapat memberikan keterangan 4.4 Kunjungan rumah
4.4.1 Memperoleh keterangan dan
109,
110
111
113, 117
112
115
114,
9
116
membangun komitmen dari pihak keluarga 4.5 Alih tangan kasus
4.5.1 Kegiatan untuk memperoleh
118
119,
122, 125
121
124
120,
123
9
126
penanganan yang lebih tepat dan tuntas Jumlah Item
Kognitif (42)
Afektif (42)
Konatif (42)
126
166
INSTRUMEN PENELITIAN SEBELUM UJI COBA SKALA PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI KEPRRIBADIAN KONSELOR
1. Pengantar Dengan hormat, saya meminta Anda untuk mengisi pernyataan di bawah ini. Hasil pengisian ini sama sekali tidak berpengaruh terhadap nilai pelajaran. Jadi diharapkan Anda dapat mengisi dengan jujur dan bersungguh-sungguh. Segala sesuatu yang berkaitan dengan informasi yang Anda berikan akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya untuk kepentingan penelitian. Atas bantuan dan partisipasi Anda, saya ucapkan terima kasih. 2. Petunjuk Pengisian 1) Isilah identitas diri anda pada lembar jawab yang telah di sediakan 2) Pilihkan salah satu jawaban sesuai dengan keadaan diri Anda dengan memberikan tanda silang (√) pada lembar jawab yang telah tersedia. Adapun pilihan jawabannya adalah sebagai berikut: SS : jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai Guru BK lakukan S : jika pernyataan tersebut Sesuai Guru BK lakukan KS : jika pernyataan tersebut Kurang Sesuai Guru BK lakukan TS : jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai Guru BK lakukan STS : jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai Guru BK lakukan 3) Isilah sesuai dengan keadaan diri anda 4) Di mohon lembar soal tidak di kotori 3. Contoh No 1
Pernyataan
Pilihan Jawaban S KS TS STS
SS Guru BK mengawali dan mengakhiri kegiatan di kelas dengan √ berdoa Keterangan: Pada contoh diatas memberi keterangan bahwa pada pernyataan tersebut sangat sesuai yang guru BK lakukan yaitu mengawali dan mengakhiri kegiatan di kelas dengan berdo’a
167
No
Pernyataan SS
1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8.
9. 10. 11. 12. 13. 14.
15. 16. 17. 18.
Guru BK mengawali dan mengakhiri kegiatan di kelas dengan berdoa Guru BK mengawali dan mengakhiri kegiatan tanpa mengucapkan salam Guru BK tidak bersedia membantu siswa lawan jenis karena alasan bukan muhrim Guru BK membantu siswa dengan niat tulus ikhlas Guru BK bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma agama dalam pemberian layanan Guru BK memilih siswa untuk menjadi anggota dalam kegiatan layanan BK yang bersifat kelompok tanpa membeda-bedakan agama Guru BK mendahulukan siswa yang seagama dalam membantu mengatasi/ manangani masalah Guru BK memberi kesempatan kepada siswa untuk beribadah, apabila tiba waktu beribadah pada saat proses pemberian layanan Guru BK hanya membantu siswa yang seagama saja Guru BK membantu menyelesaikan masalah siswa dengan meminta imbalan Guru BK bertanggungjawab dalam membantu siswa menyelesaikan masalahnya. Guru BK bersikap sopan dalam memberikan layanan BK Guru BK bersikap menggurui siswa dalam proses pemberian bantuan kepada siswa Guru BK menganggap siswa yang datang ke ruang BK adalah siswa yang tidak mampu menyelesaikan masalahnya Guru BK memandang positif siswa, meskipun siswa dalam kondisi tertekan Guru BK meyakini bahwa semua siswa adalah individu yang baik Guru BK memandang bahwa munculnya masalah adalah karena kesalahan yang dilakukan siswa Guru BK menyimpulkan sesuatu yang mencurigakan tanpa mendengar penjelasan dari siswa
Pilihan Jawaban S KS TS
STS
168
19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
27. 28. 29.
30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.
Guru BK menunjukkan sikap menerima pada siswa yang bermasalah Guru BK memahami bahwa kebutuhan siswa berbedabeda Guru BK memandang siswa yang menemuinya adalah siswa yang memiliki masalah Guru BK memberikan kepercayaan penuh kepada siswa untuk mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi Guru BK tidak pernah menyemangati siswa dalam menyelesaikan masalahnya Guru BK melaksanakan/ melakukan konseling individu di tempat umum bukan di ruang konseling Guru BK memanggil siswa yang bermasalah untuk melakukan konseling individu Guru BK melakukan kerjasama dengan guru mapel untuk mengetahui kondisi siswa pada saat proses pembelajaran Guru BK memberikan layanan hanya kepada siswa yang datang ke ruang BK saja Guru BK tidak bertanya apapun kepada siswa yang datang ke ruang BK untuk menceritakan masalahnya Guru BK menyerahkan pengambilan keputusan sepenuhnya kepada siswa tanpa memberikan bantuan beberapa solusi Guru BK menjaga kepercayaan siswa dengan tidak menceritakan masalahnya kepada pihak lain Guru BK memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat mengenai solusi masalahnya Guru BK tidak memberikan kesempatan kepada siswa yang membutuhkan bantuan Guru BK tidak memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyampaikan masalahnya Guru BK membantu siswa hanya pada masalah tertentu saja yang dirasa mudah Guru BK menunjukkan sikap marah kepada siswa yang bermasalah Guru BK bersedia membantu siswa menyelesaikan masalahnya sampai tuntas Guru BK lebih mengutamakan siswa untuk membantu
169
38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56.
dari pada menyelesaikan pekerjaan lain Guru BK menyerahkan sepenuhnya pengambilan keputusan kepada siswa Guru BK memanggil siswa yang dianggap memiliki masalah untuk datang keruang BK Guru BK memberikan kebebasan kepada siswa kapan waktu untuk pelayanan BK Guru BK memaksakan sebuah solusi untuk siswa dalam menyelesaikan permasalahan Guru BK memaksakan siswa untuk mengikuti layananlayanan BK yang diselenggarakan Guru BK ramah kepada siswa pada saat di kelas maupun saat berpapasan dengan siswa Guru BK sabar dalam membantu siswa mengembangkan bakat yang dimiliki siswa Guru BK menyediakan waktu luang untuk siswa yang ingin mendapatkan bantuan layanan BK Guru BK lebih mengutamakan pekerjaan lain daripada mengatasi masalah siswa Guru BK jarang tersenyum apabila menerima kehadiran siswa yang ingin mendapat layanan BK Guru BK membentak siswa pada saat menyelesiakan masalah di ruang BK Guru BK menjanjikan waktu lain kepada siswa untuk menyelesaikan masalah yang tertunda Guru BK bersikap marah kepada siswa tanpa alasan yang jelas Guru BK mendengarkan cerita siswa sampai selesai tanpa memotong pembicaraan siswa Guru BK kurang memperhatikan siswa pada saat siswa sedang menceritakan masalahnya Guru BK marah kepada siswa yang melanggar tata tertib sekolah berulang kali Guru BK membantu masalah siswa sesuai dengan tingkatan perkembangan siswa Guru BK berusaha memahami perasaan siswa yang memiliki masalah Guru BK menertawakan masalah siswa karena menganggap yang diceritakan adalah masalah sepele
170
57. 58. 59. 60.
61. 62. 63.
64.
65.
66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74.
Guru BK ikut menceritakan masalah pribadinya kepada siswa ketika mempunyai masalah yang sama Guru BK menjaga perasaan siswa yang mudah tersinggung karena sedang menghadapi masalah Guru BK memaklumi sikap siswa yang mudah menangis Guru BK membatasi siswa dalam mengekspresikan perasaan yang dirasakan siswa pada saat menceritakan masalahnya Guru BK tidak peduli terhadap perilaku siswa yang sedang mengalami masalah Guru BK memberikan berbagai pilihan solusi untuk menyelesaikan masalah siswa Guru BK menciptakan suasana yang menyenangkan saat pemberian layanan di kelas sehingga siswa tidak merasa tertekan Guru BK membiarkan siswa untuk mencari solusi sendiri tanpa berusaha mencoba membantu mencari solusinya Guru BK tidak menyampaikan solusi masalah secara langsung kepada siswa karena takut memberikan solusi yang salah Guru BK membantu siswa menyelesaikan masalah tanpa melibatkan pihak lain Guru BK melimpahkan masalah siswa kepada guru BK lain Guru BK melaksanakan semua layanan kepada siswa sesuai jadwal yang telah diprogramkan Guru BK memberikan layanan hingga terselesaikannya masalah siswa Guru BK melaksanakan kegiatan dengan tepat waktu sesuai dengan kesepakatan Guru BK melaksanakan kegiatan lain selain kegiatan BK (misalnya tambahan jam untuk mapel lain) Guru BK masuk memberikan layanan bk dikelas tidak sesuai denga jadwal pelayanan BK Guru BK memakai aksesoris yang berlebihan untuk mendapat perhatian dari siswa Guru BK menyelipkan humor dalam memberikan
171
75. 76. 77. 78. 79. 80. 81.
82. 83. 84.
layanan agar siswa tidak tegang Guru BK selalu cemberut dan galak pada siswa dengan alasan menjaga wibawa dihadapan siswa Guru BK berpakaian rapi sesuai dengan kondisi atau lingkungan sekitar Guru BK memakai pakaian yang tidak sopan Guru BK bersikap serius tapi santai ketika menghadapi siswanya Pada proses konseling, guru BK memberikan motivasi agar siswa tidak merasa tertekan Guru BK berbicara dengan sopan tanpa menyinggung perasaan siswa Guru BK menggunakan bahasa sehari-hari dalam memberikan layanan BK sehingga mudah dipahami siswa Guru BK menanyakan hal-hal pribadi siswa yang tidak berkaitan dengan topik masalah Guru BK memotong pembicaraan siswa saat menceritakan masalahnya Guru BK terlalu bertele-tele saat menyampaikan materi layanan
172
INSTRUMEN PENELITIAN SEBELUM UJI COBA SKALA SIKAP SISWA TERHADAP PELAYANAN BK 1. Pengantar Dengan hormat, saya meminta Anda untuk mengisi pernyataan di bawah ini. Hasil pengisian ini sama sekali tidak berpengaruh terhadap nilai pelajaran. Jadi diharapkan Anda dapat mengisi dengan jujur dan bersungguh-sungguh. Segala sesuatu yang berkaitan dengan informasi yang Anda berikan akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya untuk kepentingan penelitian. Atas bantuan dan partisipasi Anda, saya ucapkan terima kasih. 2. Petunjuk Pengisian 5) Isilah identitas diri anda pada lembar jawab yang telah di sediakan 6) Pilihkan salah satu jawaban sesuai dengan keadaan diri Anda dengan memberikan tanda silang (√) pada lembar jawab yang telah tersedia. Adapun pilihan jawabannya adalah sebagai berikut: SS : jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan kalian S
: jika pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan kalian
KS : jika pernyataan tersebut Kurang Sesuai dengan keadaan kalian TS : jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan keadaan kalian STS : jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan kalian 7) Isilah sesuai dengan keadaan diri anda 8) Di mohon lembar soal tidak di kotori
3. Contoh Pilihlah jawaban pada lembar jawab: No 1
Pernyataan SS Menurut saya layanan orientasi membantu saya untuk √ menyesuaikan diri atau beradaptasi pada lingkungan yang baru
Pilihan Jawaban S KS TS STS
173
No
Pernyataan SS
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
11. 12. 13. 14.
15. 16. 17. 18.
Menurut saya layanan orientasi membantu saya untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi pada lingkungan yang baru Saya tidak menyukai layanan orientasi karena materi yang disampaikan tidak menarik/membosankan Layanan orientasi hanya ditujukan untuk siswa yang tidak bisa menyesuaikan diri saja Saya merasa senang karena dapat mengenal lingkungan baru setelah mengikuti layanan orientasi Menurut saya layanan orientasi membantu saya mengenal tentang keadaan fisik sekolah maupun tata tertib sekolah Saya merasa senang mengikuti layanan orientasi karena saya mendapatkan banyak manfaat Saya lebih baik membolos dari pada mengikuti layanan orientasi Saya akan berpura-pura mendengarkan guru BK saat memberikan layanan orientasi Saya akan ikut berperan aktif (bertanya) ketika guru bk memberikan layanan orientasi Bagi saya tujuan layanan informasi adalah untuk membekali saya dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna bagi diri saya Saya akan pura-pura mendengarkan guru BK saat menyampaikan materi layanan informasi Saya merasa bosan dengan materi yang disampaikan guru BK dalam layanan informasi Layanan informasi hanya memberikan sesuatu yang tidak penting kepada saya Saya menyukai apa yang disampaikan guru BK dalam layanan informasi karena materinya membuat saya tahu tentang banyak hal Saya merasa senang mengikuti layanan informasi karena banyak pengetahuan yang bisa saya dapatkan Saya akan mendengarkan guru bk ketika sedang menyelenggarakan layanan informasi Saya lebih baik mengerjakan PR mata pelajaran lain saat layanan informasi berlangsung Saya akan ikut berperan aktif (bertanya) ketika guru BK
Pilihan Jawaban S KS TS
STS
174
19. 20. 21.
22. 23.
24. 25. 26. 27. 28.
29.
30. 31.
32.
33. 34.
memberikan layanan informasi Sepengetahuan saya layanan penguasaan konten bertujuan untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik Menurut saya layanan penguasaan konten tidak membuat siswa menjadi terampil dan mengembangkan kebiasaan belajar Bagi saya layanan penguasaan konten memberikan keterampilan yang diterapkan pada diri siswa misalnya berlatih percaya diri di depan umum Saya akan mengikuti dan mempraktekan dengan baik apa yang disampaikan guru BK dalam layanan penguasaan konten Saya merasa senang mengikuti layanan penguasaan konten karena membuat saya bisa menata diri dan kebiasaan saya menjadi lebih baik Saya tidak suka dengan layanan penguasaan konten karena tidak bermanfaat bagi saya Saya tidak akan mengikuti apa yang diperintahkan guru bk dalam layanan penguasaan konten karena tidak ada manfaatnya Saya tidak menyukai layanan penguasaan konten karena materi yang disampaikan guru BK sudah saya dapatkan Menurut saya layanan penguasaan konten mengajarkan suatu hal yang bermanfaat bagi saya Menurut saya layanan penempatan dan penyaluran membuat saya menjadi tahu apa bakat dan minat saya sehingga saya bisa memilih ekstrakurikuler dengan tepat Saya merasa tertarik mengikuti layanan penempatan dan penyaluran karena saya dapat mengetahui pilihan yang tepat untuk saya Layanan penempatan dan penyaluran yang dilakukan guru bk tidak berdasarkan bakat dan minat saya Saya tidak menyukai layanan penempatan dan penyaluran karena yang dilakukan guru BK tidak menyesuaikan bakat minat saya Saya merasa senang mengikuti layanan penempatan dan penyaluran karena saya dapat mengetahui posisi dan pilihan yang tepat sesuai dengan bakat minat saya Saya akan ikut bertanya ketika guru BK memberikan layanan penempatan dan penyaluran Saya mengikuti layanan penempatan dan penyaluran dengan sungguh-sungguh
175
35. 36. 37. 38. 39. 40.
41. 42. 43. 44. 45. 46. 47.
48. 49. 50. 51. 52. 53.
Saya mengobrol ketika guru BK menyelenggarakan layanan penempatan dan penyaluran Saya lebih baik pergi ke kantin ketika guru BK menyelenggarakan layanan penempatan dan penyaluran Bimbingan kelompok merupakan layanan yang membahas bersama-sama suatu topik tertentu di dalam kelompok Bimbingan kelompok bermanfaat melatih kita untuk berani mengungkapkan pendapat di dalam kelompok Bimbingan kelompok merupakan layanan yang tidak membuat siswa menjadi lebih baik lagi Saya menyukai layanan bimbingan kelompok karena disamping membahas topik tetapi juga ada permainan didalamnya sehingga menyenangkan Saya merasa bosan ketika mengikuti layanan bimbingan kelompok Bagi saya layanan bimbingan kelompok hanya ada permainan saja didalamnya tidak membahas suatu topik Saya tidak suka dengan layanan bimbingan kelompok karena tidak bermanfaat bagi saya Saya akan bersedia mengikuti dengan sukarela apabila guru BK menyelenggarakan bimbingan kelompok Saya akan menolak ketika guru BK menunjuk saya mengikuti layanan bimbingan kelompok Saya akan mengikuti layanan bimbingan kelompok dengan sungguh-sungguh Menurut saya materi yang dibahas dalam konseling kelompok disesuaikan dengan permasalahan yang dipilih siswa dalam kelompok Bagi saya konseling kelompok tidak membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi Konseling kelompok dilakukan diruang khusus agar lebih kondusif dan terjaga rahasianya Saya senang mengikuti konseling kelompok karena bisa membantu teman menyelesaikan masalah Saya merasa nyaman ketika mengikuti konseling kelompok karena ada janji kerahasian sehingga kerahasiaannya terjaga Konseling kelompok adalah kegiatan yang membosankan dan membuang waktu Apabila ditunjuk guru BK untuk mengikuti konseling
176
54. 55. 56.
57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64 65.
66. 67. 68. 69.
70. 71.
kelompok saya akan berusaha menolak Apabila guru BK mengadakan konseling kelompok dengan senang hati saya akan mengikuti Saya akan bersedia mengikuti konseling kelompok karena kegiatannya sangat bermanfaat Bagi saya layanan konseling individu membantu mencapai kesehatan mental yang positif dan dapat membantu menyelesaikan masalah yg sedang dialami Menurut saya konseling individu hanya diberikan bagi siswa yang mengalami masalah saja Menurut saya layanan konseling individu hanya menangani masalah berat saja Saya merasa senang jika mengikuti konseling karena masalah saya dapat teratasi Saya tidak akan menceritakan masalah saya kepada guru BK karena guru bk saya galak Jika tidak bisa menyelesaikan masalah saya akan mendatangi guru BK Saya takut kalau masalah saya diketahui orang lain setelah mengikuti konseling individu Saya terpaksa megikuti konseling individu karena dipaksa oleh guru BK Saya tidak suka jika masalah saya dicampuri oleh siapapun termasuk guru BK Menurut saya layanan mediasi membantu menyelesaian masalah dan memperbaiki hubungan antara beberapa pihak yang bermasalah dengan dibantu guru BK sebagai mediator Bagi saya layanan mediasi hanya akan menambah masalah antara beberapa pihak Saya akan menolak ketika guru BK saya menyelesaikan masalah saya dengan layanan mediasi Saya kurang suka apabila guru BK menjadi mediator dalam permasalahan Saya senang ketika layanan mediasi diberikan kepada saya ketika mempunyai masalah dengan pihak lain sehingga memerlukan bantuan dari guru BK Saya tidak akan mau mengikuti layanan mediasi karena saya tidak bersedia masalah saya dicampuri oleh pihak lain Saya bersedia mengikuti layanan mediasi ketika saya
177
72. 73. 74.
75.
76.
77. 78. 79.
80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89.
mempunyai masalah dengan pihak lain Jika ditunjuk guru BK untuk mengikuti layanan mediasi saya akan mengikutinya dengan sungguh-sungguh Saya takut apabila saya disuruh guru bk mengikuti layanan mediasi Menurut saya layanan konsultasi merupakan proses penyediaan bantuan untuk orang tua siswa, guru atau guru bk lainnya dalam memperbaiki masalah siswa Layanan konsultasi ditujukan bukan hanya untuk siswa saja tetapi bisa ditujukan untuk orang tua yang ingin berkonsultasi terkait permasalahan siswa di sekolah Layanan konsultasi di selenggarakan bukan untuk orang tua siswa, guru atau guru bk lainnya dalam memperbaiki masalah siswa Saya senang apabila bisa melakukan layanan konsultasi kepada guru BK terkait masalah yang saya hadapi Saya tidak nyaman apabila berkonsultasi kepada guru BK Apabila masalah saya harus diselesaikan dengan layanan konsultasi maka saya akan bersedia dengan senang hati mengikutinya Saya tidak mau mengikuti layanan konsultasi dengan guru BK karena guru bk saya galak Apabila permaslahan saya di selesaikan dengan konsultasi kepada guru BK saya merasa nyaman Saya tidak akan menemui guru BK apabila masalah saya di selesikan melalui layanan konsultasi Bagi saya penyebaran angket yang dilakukan guru bk tidak bermanfaat karena hanya menyita waktu saya Menurut saya apabila guru bk menyebarkan angket sematamata untuk mengumpulkan data terkait dengan data diri saya Saya merasa senang ketika bisa membantu guru bk dengan mengisikan angket yang diberikan Saya akan menjawab/ mengisi angket yang diberi guru BK dengan asal-asalan Saya tidak suka ketika guru BK memberikan angket untuk diisi karena menurut saya hanya membuang-buang waktu saja Saya akan mengisi angket yang diberikan guru BK dengan jawaban yang sesungguhnya Menurut saya angket yang di sebarkan oleh guru BK tidak ada
178
90. 91. 92. 93. 94. 95. 96.
97. 98. 99. 100.
101. 102. 103. 104.
105. 106.
manfaatnya Saya merasa senang karena dilibatkan guru BK dalam pengisian angket Saya memiliki buku data pribadi yang dipegang guru BK yang didapat dari hasil himpunan data yang dikumpulkan guru bk Menurut saya pada saat guru BK menghimpun data terkait data pribadi tidak ada manfaatnya Bagi saya guru BK menghimpun segala data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan siswa Saya tidak suka apabila guru BK saya mempunyai data-data pribadi tentang saya Saya merasa takut data pribadi tentang saya di salahgunakan oleh guru BK saya Saya merasa senang apabila guru BK saya mempunyai data pribadi tentang saya karena saya yakin itu untuk kepentingan sekolah Saya akan bersedia apabila diminta guru BK untuk menghimpun data dan keterangan tentang data diri siswa Saya keberatan apabila diminta guru bk untuk menghimpun data dan keterangan tentang data diri siswa Saya akan menghindar apabila diminta guru BK untuk menghimpun data dan keterangan tentang data diri saya Pengalihan kasus membahas permasalahan yang dialami oleh siswa dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak, dimana pihak ini diharapkan dapat memberikan bahan keterangan dan komitmen untuk terentaskannya masalah siswa Pengalihan kasus dilakukan melibatkan wali kelas, guru, ortu guna membantu pemecahan masalah Menurut saya guru BK tidak perlu memanggil orangtua murid ketika siswa mengalami permasalahan Saya merasa takut ketika orangtua saya dipanggil untuk memenuhi panggilan guru BK Saya bersedia jika permasalahan saya dibahas dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh beberapa pihak (orangtua, teman, guru) yang dapat memberikan keterangan Saya senang ketika orangtua saya dipanggil karena saya merasa ada pihak lain yang akan membantu menyelesaikan masalah Saya akan menghindar jika permasalahan saya dibahas dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh beberapa pihak (orangtua,
179
107.
108.
109. 110. 111. 112. 113. 114. 115.
116. 117. 118.
119. 120.
121. 122. 123.
teman, guru) yang dapat memberikan keterangan Saya merasa tidak takut ketika orangtua saya dipanggil karena saya merasa ada pihak lain yang akan membantu menyelesaikan masalah Saya akan mengikuti dengan sungguh-sungguh jika permasalahan saya dibahas dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak terkait misalnya guru, orangtua, teman yang dapat memberikan keterangan Menurut saya guru bk melaksanakan kunjungan rumah untuk memperoleh data tentang kondisi rumah dan orangtua Masalah pribadi keluarga menjadi alasan guru bk melakukan kunjungan rumah Saya merasa takut apabila guru bk saya berkunjung ke rumah untuk menanyakan sesuatu hal kepada keluarga saya Saya akan bersedia menemui guru bk saya apabila berkunjung kerumah Saya senang ketika guru bk saya berkunjung kerumah karena tandanya guru bk saya peduli dengan masalah saya Saya akan bersembunyi apabila guru BK saya berkunjung kerumah Menurut saya guru BK melakukan kunjungan rumah untuk memperoleh keterangan dan membangun hubungan yang baik dari pihak keluarga Saya tidak mau menemui guru BK saya ketika melakukan kunjungan rumah Saya merasa malu ketika guru BK melakukan kunjungan ke rumah saya Menurut saya pengalihan kasus dilakukan karena guru bk menemukan permasalahan siswa diluar kemampuan atau kewenangan guru bk Guru BK tidak mau menangani masalah yang berat Saya bersedia apabila masalah saya di alihkan ke orang lain yang tepat sesuai dengan keahliannya karena saya yakin demi terselesaikannya masalah saya Saya takut apabila permasalahan saya dialihkan ke pihak lain yg lebih berkompeten Saya merasa lebih nyaman apabila masalah saya dialihkan ke pihak yang tepat sesuai dengan keahliannya Saya tidak mau apabila masalah saya di alihkan ke orang lain
180
124. 125. 126.
walaupun orang lain itu yang mampu menangani masalah saya Menurut saya pengalihan kasus dilakukan karena guru bk menghindari permasalahan siswa saja Saya merasa senang apabila masalah saya dialihkan ke pihak yang tepat sesuai dengan keahliannya Saya akan mengikuti dengan sungguh-sungguh apabila masalah saya dialihkan ke pihak yang tepat
181
RELIABILITAS PERSEPSI Case Processing Summary N Valid a
Cases
Excluded Total
% 28
100,0
0
,0
28
100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
,956
84 Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted ITEM_1 ITEM_2 ITEM_3 ITEM_4 ITEM_5 ITEM_6 ITEM_7 ITEM_8 ITEM_9 ITEM_10 ITEM_11 ITEM_12 ITEM_13 ITEM_14 ITEM_15 ITEM_16 ITEM_17 ITEM_18 ITEM_19 ITEM_20 ITEM_21 ITEM_22 ITEM_23 ITEM_24 ITEM_25 ITEM_26 ITEM_27 ITEM_28 ITEM_29 ITEM_30 ITEM_31 ITEM_32 ITEM_33
272,36 272,86 272,32 272,46 272,68 272,82 272,57 273,46 272,36 273,29 273,18 273,57 274,18 273,39 273,07 273,32 273,29 274,04 273,75 272,64 273,71 273,46 272,64 274,04 273,32 274,18 272,86 272,71 274,14 273,86 274,00 273,25 273,32
Scale Variance if Item Deleted 1697,868 1703,534 1703,041 1705,147 1690,300 1698,597 1689,143 1749,443 1683,053 1711,545 1694,300 1707,884 1719,782 1700,025 1689,402 1701,115 1718,582 1700,999 1707,157 1692,757 1698,212 1736,925 1691,720 1695,962 1683,411 1719,782 1694,497 1677,545 1730,053 1678,423 1739,037 1680,565 1684,967
Corrected ItemTotal Correlation ,673 ,570 ,557 ,591 ,689 ,541 ,595 -,102 ,810 ,432 ,482 ,396 ,298 ,391 ,703 ,510 ,318 ,550 ,447 ,705 ,492 ,071 ,655 ,480 ,732 ,298 ,544 ,665 ,172 ,587 ,058 ,610 ,486
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,955 ,956 ,956 ,956 ,955 ,956 ,955 ,957 ,955 ,956 ,956 ,956 ,956 ,956 ,955 ,956 ,956 ,956 ,956 ,955 ,956 ,957 ,955 ,956 ,955 ,956 ,956 ,955 ,957 ,955 ,957 ,955 ,956
182
ITEM_34 ITEM_35 ITEM_36 ITEM_37
273,61 273,64 272,79 274,21
1691,433 1678,683 1707,138 1680,989
,463 ,670 ,482 ,589
,956 ,955 ,956 ,955
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted ITEM_38 ITEM_39 ITEM_40 ITEM_41 ITEM_42 ITEM_43 ITEM_44 ITEM_45 ITEM_46 ITEM_47 ITEM_48 ITEM_49 ITEM_50 ITEM_51 ITEM_52 ITEM_53 ITEM_54 ITEM_55 ITEM_56 ITEM_57 ITEM_58 ITEM_59 ITEM_60 ITEM_61 ITEM_62 ITEM_63 ITEM_64 ITEM_65 ITEM_66 ITEM_67 ITEM_68 ITEM_69 ITEM_70 ITEM_71 ITEM_72 ITEM_73 ITEM_74
273,04 272,68 272,50 273,43 273,93 273,71 273,50 273,46 273,11 272,96 274,00 272,39 272,68 272,71 273,54 272,50 273,57 273,21 273,96 274,46 273,93 273,07 273,82 273,50 274,14 273,57 274,36 274,04 272,68 272,75 274,07 273,29 273,61 274,11 273,18 274,11 273,39
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
1682,480 1691,041 1688,630 1737,735 1732,143 1664,508 1695,296 1749,443 1724,396 1709,591 1700,741 1719,433 1706,448 1698,656 1737,888 1688,037 1695,217 1676,915 1692,110 1697,739 1719,550 1687,772 1748,819 1688,111 1720,423 1670,995 1701,868 1701,665 1683,782 1686,713 1737,550 1690,508 1698,544 1733,729 1688,745 1718,766 1679,729
,623 ,530 ,626 ,072 ,127 ,620 ,469 -,102 ,227 ,520 ,431 ,287 ,392 ,504 ,061 ,612 ,526 ,575 ,525 ,418 ,296 ,621 -,074 ,542 ,289 ,664 ,401 ,408 ,744 ,548 ,066 ,475 ,416 ,122 ,589 ,327 ,536
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,955 ,956 ,955 ,957 ,957 ,955 ,956 ,957 ,956 ,956 ,956 ,956 ,956 ,956 ,957 ,955 ,956 ,955 ,956 ,956 ,956 ,955 ,957 ,956 ,956 ,955 ,956 ,956 ,955 ,956 ,957 ,956 ,956 ,957 ,955 ,956 ,956
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted ITEM_75 ITEM_76 ITEM_77 ITEM_78
274,00 272,75 272,79 273,93
Scale Variance if Item Deleted 1688,815 1692,713 1697,582 1741,180
Corrected ItemTotal Correlation ,451 ,547 ,540 ,011
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,956 ,956 ,956 ,957
183
ITEM_79 ITEM_80 ITEM_81 ITEM_82 ITEM_83 ITEM_84
274,04 273,50 273,61 273,29 272,36 272,79
1767,147 1688,333 1695,803 1718,582 1689,868 1697,878
-,319 ,490 ,480 ,318 ,794 ,610
,958 ,956 ,956 ,956 ,955 ,955
184
RELIABILITAS SIKAP Case Processing Summary N Valid a
Cases
Excluded Total
% 28
100,0
0
,0
28
100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,975
N of Items 126 Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033
415,25 415,43 415,00 415,86 415,32 415,43 416,57 414,93 415,11 416,64 416,36 415,25 416,32 415,25 416,64 415,93 416,43 416,57 415,14 415,29 416,07 416,21 416,25 415,43 416,82 415,86 415,61 416,61 415,07 416,96 416,64 415,82 416,57
Scale Variance if Item Deleted 4108,713 4083,439 4062,963 4101,312 4084,448 4082,254 4133,735 4095,624 4076,544 4088,164 4092,090 4076,713 4090,597 4076,935 4079,201 4063,772 4133,513 4141,365 4107,164 4082,804 4151,624 4065,582 4052,120 4102,624 4068,226 4134,497 4107,210 4092,321 4133,106 4087,147 4090,905 4055,189 4085,291
Corrected ItemTotal Correlation ,489 ,582 ,793 ,495 ,601 ,645 ,174 ,554 ,622 ,585 ,528 ,729 ,474 ,663 ,517 ,741 ,163 ,097 ,495 ,627 ,042 ,537 ,708 ,491 ,546 ,180 ,498 ,430 ,186 ,445 ,426 ,575 ,480
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,975 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,975 ,975 ,974 ,974 ,975 ,974 ,974 ,974 ,974 ,975 ,974 ,974 ,975 ,974 ,974 ,974 ,974
185
VAR00034 VAR00035 VAR00036 VAR00037
417,07 415,79 416,50 414,96
4083,772 4069,360 4125,074 4075,813
,442 ,617 ,266 ,784
,974 ,974 ,975 ,974
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted VAR00038 VAR00039 VAR00040 VAR00041 VAR00042 VAR00043 VAR00044 VAR00045 VAR00046 VAR00047 VAR00048 VAR00049 VAR00050 VAR00051 VAR00052 VAR00053 VAR00054 VAR00055 VAR00056 VAR00057 VAR00058 VAR00059 VAR00060 VAR00061 VAR00062 VAR00063 VAR00064 VAR00065 VAR00066 VAR00067 VAR00068 VAR00069 VAR00070 VAR00071 VAR00072 VAR00073 VAR00074
415,39 415,96 416,00 416,61 415,36 415,39 416,18 415,82 416,57 415,89 415,89 416,21 415,68 416,11 416,18 416,96 416,64 415,29 415,36 416,61 416,61 416,07 416,64 416,36 415,25 416,32 416,71 414,93 415,07 415,29 415,43 416,64 416,68 415,25 416,64 415,93 415,29
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
4081,655 4134,184 4057,481 4073,581 4076,905 4086,470 4078,819 4055,189 4085,291 4155,729 4084,321 4081,286 4071,115 4144,840 4042,300 4087,147 4090,905 4065,841 4071,794 4092,321 4127,729 4104,291 4088,164 4092,090 4076,713 4090,597 4146,878 4095,624 4099,032 4078,286 4083,439 4140,979 4153,856 4076,935 4079,201 4063,772 4078,360
,660 ,172 ,549 ,452 ,566 ,544 ,559 ,575 ,480 ,009 ,427 ,464 ,626 ,099 ,686 ,445 ,426 ,741 ,538 ,430 ,237 ,433 ,585 ,528 ,729 ,474 ,064 ,554 ,586 ,666 ,582 ,128 ,023 ,663 ,517 ,741 ,521
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,974 ,975 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,975 ,974 ,974 ,974 ,975 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,975 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,975 ,974 ,974 ,974 ,974 ,975 ,975 ,974 ,974 ,974 ,974
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted VAR00075 VAR00076 VAR00077 VAR00078
416,54 416,21 416,25 415,39
Scale Variance if Item Deleted 4148,184 4065,582 4052,120 4099,284
Corrected ItemTotal Correlation ,071 ,537 ,708 ,504
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,975 ,974 ,974 ,974
186
VAR00079 VAR00080 VAR00081 VAR00082 VAR00083 VAR00084 VAR00085 VAR00086 VAR00087 VAR00088 VAR00089 VAR00090 VAR00091 VAR00092 VAR00093 VAR00094 VAR00095 VAR00096 VAR00097 VAR00098 VAR00099 VAR00100 VAR00101 VAR00102 VAR00103 VAR00104 VAR00105 VAR00106 VAR00107 VAR00108 VAR00109 VAR00110 VAR00111
416,82 416,11 415,29 415,11 416,54 416,61 415,32 416,64 416,36 415,29 416,32 415,43 416,11 415,11 416,43 415,36 415,46 414,93 415,07 415,29 415,93 415,82 415,11 415,14 416,11 416,43 414,96 415,89 415,79 416,18 416,39 416,64 415,79
4068,226 4085,358 4078,360 4070,247 4143,813 4073,581 4077,115 4088,164 4092,090 4080,063 4090,597 4137,587 4085,358 4094,321 4127,143 4076,905 4089,665 4095,624 4099,032 4078,286 4141,847 4127,115 4094,321 4107,164 4085,358 4134,402 4065,221 4102,766 4085,212 4097,930 4126,914 4090,905 4069,360
,546 ,458 ,521 ,648 ,107 ,452 ,572 ,585 ,528 ,718 ,474 ,145 ,458 ,648 ,268 ,566 ,631 ,554 ,586 ,666 ,112 ,251 ,648 ,495 ,458 ,169 ,801 ,485 ,462 ,435 ,229 ,426 ,617
,974 ,974 ,974 ,974 ,975 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,975 ,974 ,974 ,975 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,975 ,975 ,974 ,974 ,974 ,975 ,974 ,974 ,974 ,974 ,975 ,974 ,974
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted VAR00112 VAR00113 VAR00114 VAR00115 VAR00116 VAR00117 VAR00118 VAR00119 VAR00120 VAR00121 VAR00122 VAR00123 VAR00124 VAR00125 VAR00126
416,18 416,96 415,39 415,29 415,36 415,96 415,36 416,68 416,25 415,39 416,54 416,64 416,36 415,25 416,32
Scale Variance if Item Deleted 4042,300 4087,147 4081,433 4065,841 4071,794 4134,184 4076,905 4131,560 4052,120 4099,284 4131,073 4088,164 4092,090 4076,713 4090,597
Corrected ItemTotal Correlation ,686 ,445 ,633 ,741 ,538 ,172 ,566 ,213 ,708 ,504 ,204 ,585 ,528 ,729 ,474
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,975 ,974 ,975 ,974 ,974 ,975 ,974 ,974 ,974 ,974
187
INSTRUMEN PENELITIAN SKALA PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI KEPRIBADIAN KONSELOR 1. Pengantar Dengan hormat, saya meminta Anda untuk mengisi pernyataan di bawah ini. Hasil pengisian ini sama sekali tidak berpengaruh terhadap nilai pelajaran. Jadi diharapkan Anda dapat mengisi dengan jujur dan bersungguh-sungguh. Segala sesuatu yang berkaitan dengan informasi yang Anda berikan akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya untuk kepentingan penelitian. Atas bantuan dan partisipasi Anda, saya ucapkan terima kasih. 2. Petunjuk Pengisian a) Isilah identitas diri anda pada lembar jawab yang telah di sediakan b) Pilihkan salah satu jawaban sesuai dengan keadaan diri Anda dengan memberikan tanda silang (√) pada lembar jawab yang telah tersedia. Adapun pilihan jawabannya adalah sebagai berikut: SS : jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai Guru BK lakukan S
: jika pernyataan tersebut Sesuai Guru BK lakukan
KS : jika pernyataan tersebut Kurang Sesuai Guru BK lakukan TS : jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai Guru BK lakukan STS : jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai Guru BK lakukan c) Isilah sesuai dengan keadaan diri anda d) Di mohon lembar soal tidak di kotori 3. Contoh Pilihlah jawaban pada lembar jawab: No 1
Pernyataan
Pilihan Jawaban S KS TS STS
SS Guru BK mengawali dan mengakhiri kegiatan di kelas dengan √ berdoa Keterangan: Pada contoh diatas memberi keterangan bahwa pada pernyataan tersebut sangat sesuai yang guru BK lakukan yaitu mengawali dan mengakhiri kegiatan di kelas dengan berdo’a
188
No
Pernyataan
Pilihan Jawaban SS
1.
Guru BK mengawali dan mengakhiri kegiatan di kelas dengan berdoa
2.
Guru BK mengawali dan mengakhiri kegiatan tanpa mengucapkan salam
3.
Guru BK tidak bersedia membantu siswa lawan jenis karena alasan bukan muhrim
4.
Guru BK membantu siswa dengan niat tulus ikhlas
5.
Guru BK bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma agama dalam pemberian layanan
6.
Guru BK memilih siswa untuk menjadi anggota dalam kegiatan layanan BK yang bersifat kelompok tanpa membeda-bedakan agama
7.
Guru BK mendahulukan siswa yang seagama dalam membantu mengatasi/ manangani masalah
8.
Guru BK hanya membantu siswa yang seagama saja
9.
Guru BK membantu menyelesaikan masalah siswa dengan meminta imbalan
10.
Guru BK bertanggungjawab dalam membantu siswa menyelesaikan masalahnya.
11.
Guru BK bersikap sopan dalam memberikan layanan BK
12.
Guru BK menganggap siswa yang datang ke ruang BK adalah siswa yang tidak mampu menyelesaikan masalahnya
13.
Guru BK memandang positif siswa, meskipun siswa dalam kondisi tertekan
14.
Guru BK meyakini bahwa semua siswa adalah individu yang baik
15.
Guru BK menyimpulkan sesuatu yang mencurigakan tanpa mendengar penjelasan dari siswa
16.
Guru BK menunjukkan sikap menerima pada siswa yang bermasalah
17.
Guru BK memahami bahwa kebutuhan siswa berbeda-beda
S
KS
TS
STS
189
18.
Guru BK memandang siswa yang menemuinya adalah siswa yang memiliki masalah
19.
Guru BK tidak pernah menyemangati siswa dalam menyelesaikan masalahnya
20.
Guru BK melaksanakan/ melakukan konseling individu di tempat umum bukan di ruang konseling
21.
Guru BK memanggil siswa yang bermasalah untuk melakukan konseling individu
22.
Guru BK memberikan layanan hanya kepada siswa yang datang ke ruang BK saja
23.
Guru BK tidak bertanya apapun kepada siswa yang datang ke ruang BK untuk menceritakan masalahnya
24.
Guru BK menjaga kepercayaan siswa dengan tidak menceritakan masalahnya kepada pihak lain
25.
Guru BK tidak memberikan kesempatan kepada siswa yang membutuhkan bantuan
26.
Guru BK tidak memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyampaikan masalahnya
27.
Guru BK membantu siswa hanya pada masalah tertentu saja yang dirasa mudah
28.
Guru BK menunjukkan sikap marah kepada siswa yang bermasalah
29.
Guru BK bersedia membantu siswa menyelesaikan masalahnya sampai tuntas
30.
Guru BK lebih mengutamakan siswa untuk membantu dari pada menyelesaikan pekerjaan lain
31.
Guru BK menyerahkan sepenuhnya pengambilan keputusan kepada siswa
32.
Guru BK memanggil siswa yang dianggap memiliki masalah untuk datang keruang BK
33.
Guru BK memberikan kebebasan kepada siswa kapan waktu untuk pelayanan BK
34.
Guru BK ramah kepada siswa pada saat di kelas maupun saat berpapasan dengan siswa
35.
Guru BK sabar dalam membantu siswa mengembangkan bakat yang dimiliki siswa
36.
Guru BK menyediakan waktu luang untuk siswa yang ingin
206
190
mendapatkan bantuan layanan BK 37.
Guru BK jarang tersenyum apabila menerima kehadiran siswa yang ingin mendapat layanan BK
38.
Guru BK membentak siswa pada saat menyelesiakan masalah di ruang BK
39.
Guru BK bersikap marah kepada siswa tanpa alasan yang jelas
40.
Guru BK mendengarkan cerita siswa sampai selesai tanpa memotong pembicaraan siswa
41.
Guru BK marah kepada siswa yang melanggar tata tertib sekolah berulang kali
42.
Guru BK membantu masalah siswa sesuai dengan tingkatan perkembangan siswa
43.
Guru BK berusaha memahami perasaan siswa yang memiliki masalah
44.
Guru BK menertawakan masalah siswa karena menganggap yang diceritakan adalah masalah sepele
45.
Guru BK ikut menceritakan masalah pribadinya kepada siswa ketika mempunyai masalah yang sama
46.
Guru BK memaklumi sikap siswa yang mudah menangis
47.
Guru BK tidak peduli terhadap perilaku siswa yang sedang mengalami masalah
48.
Guru BK menciptakan suasana yang menyenangkan saat pemberian layanan di kelas sehingga siswa tidak merasa tertekan
49.
Guru BK membiarkan siswa untuk mencari solusi sendiri tanpa berusaha mencoba membantu mencari solusinya
50.
Guru BK tidak menyampaikan solusi masalah secara langsung kepada siswa karena takut memberikan solusi yang salah
51.
Guru BK membantu siswa menyelesaikan masalah tanpa melibatkan pihak lain
52.
Guru BK melimpahkan masalah siswa kepada guru BK lain
53.
Guru BK memberikan layanan hingga terselesaikannya masalah siswa
54.
Guru BK melaksanakan kegiatan dengan tepat waktu sesuai
207
191
dengan kesepakatan 55.
Guru BK masuk memberikan layanan bk dikelas tidak sesuai denga jadwal pelayanan BK
56.
Guru BK menyelipkan humor dalam memberikan layanan agar siswa tidak tegang
57.
Guru BK selalu cemberut dan galak pada siswa dengan alasan menjaga wibawa dihadapan siswa
58.
Guru BK berpakaian rapi sesuai dengan kondisi atau lingkungan sekitar
59.
Guru BK memakai pakaian yang tidak sopan
60.
Guru BK berbicara dengan sopan tanpa menyinggung perasaan siswa
61.
Guru BK menggunakan bahasa sehari-hari dalam memberikan layanan BK sehingga mudah dipahami siswa
62.
Guru BK memotong pembicaraan siswa saat menceritakan masalahnya
63.
Guru BK terlalu bertele-tele saat menyampaikan materi layanan
208
192
INSTRUMEN PENELITIAN SKALA SIKAP SISWA TERHADAP PELAYANAN BK 1. Pengantar Dengan hormat, saya meminta Anda untuk mengisi pernyataan di bawah ini. Hasil pengisian ini sama sekali tidak berpengaruh terhadap nilai pelajaran. Jadi diharapkan Anda dapat mengisi dengan jujur dan bersungguh-sungguh. Segala sesuatu yang berkaitan dengan informasi yang Anda berikan akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya untuk kepentingan penelitian. Atas bantuan dan partisipasi Anda, saya ucapkan terima kasih. 2. Petunjuk Pengisian a) Isilah identitas diri anda pada lembar jawab yang telah di sediakan b) Pilihkan salah satu jawaban sesuai dengan keadaan diri Anda dengan memberikan tanda silang (√) pada lembar jawab yang telah tersedia. Adapun pilihan jawabannya adalah sebagai berikut: SS : jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan kalian S
: jika pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan kalian
KS : jika pernyataan tersebut Kurang Sesuai dengan keadaan kalian TS : jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan keadaan kalian STS : jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan kalian c) Isilah sesuai dengan keadaan diri anda d) Di mohon lembar soal tidak di kotori 3. Contoh Pilihlah jawaban pada lembar jawab: No 1
Pernyataan SS Menurut saya layanan orientasi membantu saya untuk √ menyesuaikan diri atau beradaptasi pada lingkungan yang baru
SELAMAT MENGERJAKAN
Pilihan Jawaban S KS TS STS
193
No
Pernyataan SS
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12. 13.
14. 15. 16. 17. 18.
Menurut saya layanan orientasi membantu saya untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi pada lingkungan yang baru Saya tidak menyukai layanan orientasi karena materi yang disampaikan tidak menarik/membosankan Layanan orientasi hanya ditujukan untuk siswa yang tidak bisa menyesuaikan diri saja Saya merasa senang karena dapat mengenal lingkungan baru setelah mengikuti layanan orientasi Menurut saya layanan orientasi membantu saya mengenal tentang keadaan fisik sekolah maupun tata tertib sekolah Saya merasa senang mengikuti layanan orientasi karena saya mendapatkan banyak manfaat Saya akan berpura-pura mendengarkan guru BK saat memberikan layanan orientasi Saya akan ikut berperan aktif (bertanya) ketika guru bk memberikan layanan orientasi Bagi saya tujuan layanan informasi adalah untuk membekali saya dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna bagi diri saya Saya akan pura-pura mendengarkan guru BK saat menyampaikan materi layanan informasi Saya merasa bosan dengan materi yang disampaikan guru BK dalam layanan informasi Layanan informasi hanya memberikan sesuatu yang tidak penting kepada saya Saya menyukai apa yang disampaikan guru BK dalam layanan informasi karena materinya membuat saya tahu tentang banyak hal Saya merasa senang mengikuti layanan informasi karena banyak pengetahuan yang bisa saya dapatkan Saya akan mendengarkan guru bk ketika sedang menyelenggarakan layanan informasi Sepengetahuan saya layanan penguasaan konten bertujuan untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik Menurut saya layanan penguasaan konten tidak membuat siswa menjadi terampil dan mengembangkan kebiasaan belajar Saya akan mengikuti dan mempraktekan dengan baik apa yang
Pilihan Jawaban S KS TS
STS
194
19.
20. 21. 22. 23.
24. 25.
26.
27. 28. 29. 30. 31. 32.
33. 34. 35.
disampaikan guru BK dalam layanan penguasaan konten Saya merasa senang mengikuti layanan penguasaan konten karena membuat saya bisa menata diri dan kebiasaan saya menjadi lebih baik Saya tidak suka dengan layanan penguasaan konten karena tidak bermanfaat bagi saya Saya tidak akan mengikuti apa yang diperintahkan guru bk dalam layanan penguasaan konten karena tidak ada manfaatnya Menurut saya layanan penguasaan konten mengajarkan suatu hal yang bermanfaat bagi saya Menurut saya layanan penempatan dan penyaluran membuat saya menjadi tahu apa bakat dan minat saya sehingga saya bisa memilih ekstrakurikuler dengan tepat Layanan penempatan dan penyaluran yang dilakukan guru bk tidak berdasarkan bakat dan minat saya Saya tidak menyukai layanan penempatan dan penyaluran karena yang dilakukan guru BK tidak menyesuaikan bakat minat saya Saya merasa senang mengikuti layanan penempatan dan penyaluran karena saya dapat mengetahui posisi dan pilihan yang tepat sesuai dengan bakat minat saya Saya akan ikut bertanya ketika guru BK memberikan layanan penempatan dan penyaluran Saya mengikuti layanan penempatan dan penyaluran dengan sungguh-sungguh Saya mengobrol ketika guru BK menyelenggarakan layanan penempatan dan penyaluran Bimbingan kelompok merupakan layanan yang membahas bersama-sama suatu topik tertentu di dalam kelompok Bimbingan kelompok bermanfaat melatih kita untuk berani mengungkapkan pendapat di dalam kelompok Saya menyukai layanan bimbingan kelompok karena disamping membahas topik tetapi juga ada permainan didalamnya sehingga menyenangkan Saya merasa bosan ketika mengikuti layanan bimbingan kelompok Bagi saya layanan bimbingan kelompok hanya ada permainan saja didalamnya tidak membahas suatu topik Saya tidak suka dengan layanan bimbingan kelompok karena
195
36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46.
47. 48. 49. 50. 51. 52. 53.
tidak bermanfaat bagi saya Saya akan bersedia mengikuti dengan sukarela apabila guru BK menyelenggarakan bimbingan kelompok Saya akan menolak ketika guru BK menunjuk saya mengikuti layanan bimbingan kelompok Saya akan mengikuti layanan bimbingan kelompok dengan sungguh-sungguh Bagi saya konseling kelompok tidak membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi Konseling kelompok dilakukan diruang khusus agar lebih kondusif dan terjaga rahasianya Saya senang mengikuti konseling kelompok karena bisa membantu teman menyelesaikan masalah Konseling kelompok adalah kegiatan yang membosankan dan membuang waktu Apabila ditunjuk guru BK untuk mengikuti konseling kelompok saya akan berusaha menolak Apabila guru BK mengadakan konseling kelompok dengan senang hati saya akan mengikuti Saya akan bersedia mengikuti konseling kelompok karena kegiatannya sangat bermanfaat Bagi saya layanan konseling individu membantu mencapai kesehatan mental yang positif dan dapat membantu menyelesaikan masalah yg sedang dialami Menurut saya konseling individu hanya diberikan bagi siswa yang mengalami masalah saja Saya merasa senang jika mengikuti konseling karena masalah saya dapat teratasi Saya tidak akan menceritakan masalah saya kepada guru BK karena guru bk saya galak Jika tidak bisa menyelesaikan masalah saya akan mendatangi guru BK Saya takut kalau masalah saya diketahui orang lain setelah mengikuti konseling individu Saya terpaksa megikuti konseling individu karena dipaksa oleh guru BK Menurut saya layanan mediasi membantu menyelesaian masalah dan memperbaiki hubungan antara beberapa pihak yang bermasalah dengan dibantu guru BK sebagai mediator
196
54. 55. 56. 57. 58. 59. 60.
61.
62. 63. 64.
65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72.
Bagi saya layanan mediasi hanya akan menambah masalah antara beberapa pihak Saya akan menolak ketika guru BK saya menyelesaikan masalah saya dengan layanan mediasi Saya kurang suka apabila guru BK menjadi mediator dalam permasalahan Saya bersedia mengikuti layanan mediasi ketika saya mempunyai masalah dengan pihak lain Jika ditunjuk guru BK untuk mengikuti layanan mediasi saya akan mengikutinya dengan sungguh-sungguh Saya takut apabila saya disuruh guru bk mengikuti layanan mediasi Menurut saya layanan konsultasi merupakan proses penyediaan bantuan untuk orang tua siswa, guru atau guru bk lainnya dalam memperbaiki masalah siswa Layanan konsultasi di selenggarakan bukan untuk orang tua siswa, guru atau guru bk lainnya dalam memperbaiki masalah siswa Saya senang apabila bisa melakukan layanan konsultasi kepada guru BK terkait masalah yang saya hadapi Saya tidak nyaman apabila berkonsultasi kepada guru BK Apabila masalah saya harus diselesaikan dengan layanan konsultasi maka saya akan bersedia dengan senang hati mengikutinya Saya tidak mau mengikuti layanan konsultasi dengan guru BK karena guru bk saya galak Apabila permaslahan saya di selesaikan dengan konsultasi kepada guru BK saya merasa nyaman Saya tidak akan menemui guru BK apabila masalah saya di selesikan melalui layanan konsultasi Menurut saya apabila guru bk menyebarkan angket sematamata untuk mengumpulkan data terkait dengan data diri saya Saya merasa senang ketika bisa membantu guru bk dengan mengisikan angket yang diberikan Saya akan menjawab/ mengisi angket yang diberi guru BK dengan asal-asalan Saya tidak suka ketika guru BK memberikan angket untuk diisi karena menurut saya hanya membuang-buang waktu saja Saya akan mengisi angket yang diberikan guru BK dengan
197
73. 74. 75. 76. 77. 78.
79. 80. 81. 82. 83. 84. 85.
86.
87.
88. 89.
jawaban yang sesungguhnya Menurut saya angket yang di sebarkan oleh guru BK tidak ada manfaatnya Saya memiliki buku data pribadi yang dipegang guru BK yang didapat dari hasil himpunan data yang dikumpulkan guru bk Menurut saya pada saat guru BK menghimpun data terkait data pribadi tidak ada manfaatnya Saya tidak suka apabila guru BK saya mempunyai data-data pribadi tentang saya Saya merasa takut data pribadi tentang saya di salahgunakan oleh guru BK saya Saya merasa senang apabila guru BK saya mempunyai data pribadi tentang saya karena saya yakin itu untuk kepentingan sekolah Saya akan bersedia apabila diminta guru BK untuk menghimpun data dan keterangan tentang data diri siswa Saya keberatan apabila diminta guru bk untuk menghimpun data dan keterangan tentang data diri siswa Pengalihan kasus dilakukan melibatkan wali kelas, guru, ortu guna membantu pemecahan masalah Menurut saya guru BK tidak perlu memanggil orangtua murid ketika siswa mengalami permasalahan Saya merasa takut ketika orangtua saya dipanggil untuk memenuhi panggilan guru BK Saya senang ketika orangtua saya dipanggil karena saya merasa ada pihak lain yang akan membantu menyelesaikan masalah Saya akan menghindar jika permasalahan saya dibahas dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh beberapa pihak (orangtua, teman, guru) yang dapat memberikan keterangan Saya merasa tidak takut ketika orangtua saya dipanggil karena saya merasa ada pihak lain yang akan membantu menyelesaikan masalah Saya akan mengikuti dengan sungguh-sungguh jika permasalahan saya dibahas dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak terkait misalnya guru, orangtua, teman yang dapat memberikan keterangan Masalah pribadi keluarga menjadi alasan guru bk melakukan kunjungan rumah Saya merasa takut apabila guru bk saya berkunjung ke rumah
198
90. 91. 92. 93.
94. 95.
96.
97. 98. 99. 100. 101.
untuk menanyakan sesuatu hal kepada keluarga saya Saya akan bersedia menemui guru bk saya apabila berkunjung kerumah Saya senang ketika guru bk saya berkunjung kerumah karena tandanya guru bk saya peduli dengan masalah saya Saya akan bersembunyi apabila guru BK saya berkunjung kerumah Menurut saya guru BK melakukan kunjungan rumah untuk memperoleh keterangan dan membangun hubungan yang baik dari pihak keluarga Saya tidak mau menemui guru BK saya ketika melakukan kunjungan rumah Menurut saya pengalihan kasus dilakukan karena guru bk menemukan permasalahan siswa diluar kemampuan atau kewenangan guru bk Saya bersedia apabila masalah saya di alihkan ke orang lain yang tepat sesuai dengan keahliannya karena saya yakin demi terselesaikannya masalah saya Saya takut apabila permasalahan saya dialihkan ke pihak lain yg lebih berkompeten Saya tidak mau apabila masalah saya di alihkan ke orang lain walaupun orang lain itu yang mampu menangani masalah saya Menurut saya pengalihan kasus dilakukan karena guru bk menghindari permasalahan siswa saja Saya merasa senang apabila masalah saya dialihkan ke pihak yang tepat sesuai dengan keahliannya Saya akan mengikuti dengan sungguh-sungguh apabila masalah saya dialihkan ke pihak yang tepat
199
UJI NORMALITAS DATA
NPar Tests
Descriptive Statistics N Persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor
Sikap siswa terhadap pelayanan BK
Mean
Std. Deviation
Minimum
75
252,11
20,694
196
75
388,53
35,775
295
Descriptive Statistics Maximum Persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian Konselor
293 464
Sikap siswa terhadap pelayanan BK
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian Konselor
Sikap siswa terhadap pelayanan BK
200
N
75
75
Mean
252,11
388,53
Std. Deviation
20,694
35,775
Absolute
,073
,076
Positive
,043
,048
Negative
-,073
-,076
Kolmogorov-Smirnov Z
,629
,661
Asymp. Sig. (2-tailed)
,824
,774
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
201
HASIL PERHITUNGAN KORELASI MENGGUNAKAN SPSS
Correlations
Correlations Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Kepribadian Konselor Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Kepribadian Konselor
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation
Sikap Siswa Terhadap Pelayanan BK Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sikap Siswa Terhadap Pelayanan BK ,633** ,000
75
75
,633**
1
,000 75
75
202
203
204