MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PROGRAM KEAHLIAN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 PURBALINGGA TAHUN AJARAN 2012/2013
SKRIPSI Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Sri Lestari 1301409063
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian skripsi jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada tanggal 23 Agustus 2013.
Panitia Ujian Ketua
Sekretaris
Drs. Hardjono, M.Pd.
Dr. Awalya, M.Pd., Kons
NIP. 19510801 197903 1 007
19601101 198710 2 001
Penguji Utama
Prof. Dr. Sugiyo, M.Si NIP. 19520411 197802 1 001
Penguji / Pembimbing I
Penguji / Pembimbing II
Prof. Dr. D.Y.P. Sugiharto, M.Pd.,Kons NIP. 19611201 198601 1 001
Prof. Dr. Mungin E. W., M.Pd., Kons. NIP. 19521120 197703 1 002
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya, Nama
: SRI LESTARI
NIM
: 1301409063
Jurusan
: Bimbingan dan Konseling, SI
Fakultas
: Ilmu Pendidikan
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul ‖Meningkatkan Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga Tahun Ajaran 2012/2013‖, saya tulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan adalah benar-benar merupakan karya saya sendiri yang saya
hasilkan
setelah
melalui
penelitian,
pembimbingan,
diskusi,
dan
pemaparan/ujian. Semua kutipan baik yang diperoleh dari sumber kepustakaan, wahana elektronik, maupun sumber lainnya, telah disertai keterangan mengenai identitas sumbernya dengan cara sebagaimana yang lazim dalam penulisan skripsi. Sepenuhnya seluruh isi karya ilmiah ini menjadi tanggung jawab saya sendiri. Demikian, harap pernyataan ini dapat digunakan seperlunya. Semarang, 23 Agustus 2013 Penulis,
Sri Lestari NIM 1301409063
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO “ Aku tak ingin dikejar dan diperbudak oleh sang waktu dengan percuma, melainkan aku akan menaklukkan waktu untuk mengukir hidup ini seindah rona pelangi dalam bingkai waktu yang terus berputar mengitari poros dunia”
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk : 1. Bapak dan Ibuku terhormat yang tak berhenti mendoakan kelulusanku 2. Suamiku tercinta yang selalu ada setiap langkah perjalanan hidupku. 3. Buah hatiku yang jadi motivasi terbesarku. 4. Ketiga kakakku tercinta. 5. Adikku tersayang. 6. Kedua mertuaku terhormat yang selalu mendukungku. 7. Almamater BK kebanggaanku.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ―Meningkatkan Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga Tahun Ajaran 2012/2013‖. Dasar pemikiran penulisan skripsi ini berawal dari fakta yang didapat dari studi pendahuluan pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga yang menunjukkan indikator kurangnya penyesuaian diri terhadap program keahlian. Hal ini mendorong peneliti untuk meningkatkan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga melalui layanan bimbingan kelompok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris tentang peningkatan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga tahun ajaran 2012/2013 melalui layanan bimbingan kelompok. Keberhasilan penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan berbagai pihak, dengan hormat penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum.RektorUniversitas Negeri Semarang. 2. Drs. Hardjono, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
v
3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd., Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang. 4. Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd., Kons., Dosen Pembimbing 1 dan Penguji Skripsi. 5. Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons., Dosen Pembimbing II dan Penguji Skripsi. 6. Prof. Dr. Sugiyo, M.Si., selaku Dosen Penguji Utama Skripsi. 7. Kepala SMK Negeri 1 Purbalingga yang telah memberikan izin melaksanakan penelitian. 8. Nelly Amaliyah, S.Psi., dan rekan-rekan guru pembimbing yang telah membantu selama proses penelitian. 9. Siswa-siswi Kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga atas partisipasi serta kerja samanya. 10. Darto Wiyono dan Sugiyati, doa kalian adalah ridho Allah. 11. Nova Ristya W.P, yang selalu setia dan sabar mendampingi. 12. Khafi Rafardha Athalla, yang selalu jadi motivasi paling utama. 13. Mbak Eka dan Mas Anto, yang selalu memberikan masukan. 14. Mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling angkatan 2009 yang selalu memberikan motivasi dan dukungan. 15. Teman-temanku tercinta ―Dini, tari, dian, danti, pari, ira, ardiyan, dila, furqon‖ yang tak pernah lelah menemaniku. 16. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
vi
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini mungkin masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mohon maaf hal ini semata-mata karena keterbatasan dari penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Semarang,
Penulis
vii
Agustus 2013
ABSTRAK Lestari, Sri. 2013. Meningkatkan Penyesuaian Diri Terhadap Program Keahlian Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing 1 Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd.,Kons., dan Dosen Pembimbing II Prof. Dr. Mungin Eddy W., M.Pd., Kons. Kata kunci: penyesuaian diri, program keahlian, layanan bimbingan kelompok. Penelitian ini didasarkan data yang diperoleh dari studi pendahuluan pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga yang menunjukkan indikator kurangnya penyesuaian diri terhadap program keahlian. Apakah penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga tahun ajaran 2012/2013 dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris tentang peningkatan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga tahun ajaran 2012/2013 melalui layanan bimbingan kelompok. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen (eksperimental research). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga tahun ajaran 2012/2013. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling (sampling bertujuan). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang kurang dapat menyesuaikan diri terhadap program keahliannya. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala psikologis dengan jumlah 64 item yang sebelumnya telah diuji cobakan sehingga dapat digunakan dalam penelitian. Sedangkan metode analisis data yaitu deskriptif persentase dan uji hipotesis dengan uji Wilcoxon. Sebelum memperoleh layanan bimbingan kelompok, penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa termasuk dalam kriteria rendah (38.03%) dan setelah memperoleh layanan bimbingan kelompok kriteria penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa menjadi tinggi (83.50%). Dari uji Wilcoxon diperoleh Zhitung sebesar 2.083 dan nilai Ztabel pada taraf signifikansi 5% dan N=10 yaitu 1.96. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga tahun ajaran 2012/2013 dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok. Simpulannya adalah bahwa terdapat peningkatan signifikan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga sebelum dan setelah diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok. Saran yang dapat diberikan sebaiknya materi dalam bimbingan kelompok digunakan untuk meningkatkan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa dan siswa dapat melakukan perencanaan yang cermat dalam mengambil program keahlian, yaitu disesuaikan dengan bakat dan minat.
viii
DAFTAR ISI Halaman JUDUL………………………………………………………………………. LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ PERNYATAAN………………………………………………………….. ... MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………….. .... KATA PENGANTAR .................................................................................... ABSTRAK……………………………………………………………….. .... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL………………………………………………………… ... DAFTAR GAMBAR………………………………………………………... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... BAB I. PENDAHULUAN
i ii iii iv v viii ix xi xiii xiv
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 1.5 Garis Besar Penulisan Skripsi ................................................................. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 2.2 Penyesuaian Diri ..................................................................................... 2.2.1 Pengertian Penyesuaian Diri.. ....................................................... 2.2.2 Karakteristik Penyesuaian Diri ...................................................... 2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri .................. 2.2.4 Proses Penyesuaian Diri ................................................................ 2.3 Pogram Keahlian....................................................... .............................. 2.3.1 Pengertian Program Keahlian........................................................ 2.3.2 Tujuan Program Keahlian ............................................................. 2.3.3 Kriteria Masuk Program Keahlian ................................................ 2.3.4 Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian............................... 2.4 Layanan Bimbingan Kelompok....................................................... ....... 2.4.1 Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok .................................. 2.4.2 Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok ........................................ 2.4.3 Asas-Asas Layanan Bimbingan Kelompok ................................... 2.4.4 Pendekatan Kelompok................................................................... 2.4.5 Tahap-Tahap Bimbingan Kelompok ............................................. 2.4.6 Evaluasi Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok ...................... 2.4.7 Teknik-Teknik dalam Bimbingan Kelompok................................ 2.4.9 Kriteria Bimbingan Kelompok yang Efektif ................................. 2.5 Meningkatkan Penyesuaian Diri terhadap Pogram Keahlian pada Siswa melalui Layanan Bimbingan Kelompok……………. ................. 2.6 Hipotesis…………………………………………………….................. BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 3.2 Desain Penelitian .................................................................................... 3.3 Variabel Penelitian……………………………………………………..
1 11 12 13 13
ix
15 17 17 20 28 32 35 35 38 40 41 45 45 47 50 52 54 62 64 66 76 78 79 80 83
3.3.1 Definisi Operasional Variabel………………………………….. 3.4 Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 3.4.1 Populasi………………………………….. .................................. 3.4.2 Sampel………………………………….. .................................... 3.5 Metode dan Alat Pengumpul Data .......................................................... 3.5.1 Metode Pengumpulan Data………………………………….. .... 3.5.2 Alat Pengumpul Data………………………………….. ............ 3.6 Validitas Instrumen ................................................................................. 3.7 Reliabilitas instrument ............................................................................ 3.8 Analisis Data ...........................................................................................
84 85 85 87 89 89 90 96 98 100
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 4.1.1 Analisis Deskriptif Kuantitatif ...................................................... 4.1.2 Analisis Deskriptif Kualitatif ........................................................ 4.2 Pembahasan ............................................................................................ 4.3 Keterbatasan Penelitian........................................................................... 4.4 Keterbatasan Peneliti .............................................................................. BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ................................................................................................. 5.2 Saran ....................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA …… ....................................................................................... LAMPIRAN…… .....................................................................................................
x
102 102 125 152 167 168 169 170 171 175
DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 3.1 Rancangan Treatment ……………………………………………….. 83 Tabel 3.2 Populasi Penelitian ………………………………………………….. 86 Tabel 3.3 Jumlah Siswa Laki-Laki dan Perempuan……………………………. 86 Tabel 3.4 Penskoran Item ……………………………………………………... 92 Tabel 3.5 Kriteria Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian …………….. .94 Tabel 3.6 Kisi-Kisi Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian……………...94 Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas Soal……………………………….……………. 99 Tabel 4.1 Perhitungan Total Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian Sebelum Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok ………………..103 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Penyesuaain Diri terhadap Program Keahlian Sebelum Memperoleh Layanan Bimbingan Kelompok.....104 Tabel 4.3 Distribusi Indikator Kestabilan Emosi Sebelum Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok ……………………………………..………. 105 Tabel 4.4 Distribusi Indikator Mengelola Mekanisme Psikologis Sebelum Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok …………….……………106 Tabel 4.5 Distribusi Indikator Menekan Frustasi Pribadi Sebelum Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok …………………………………… 107 Tabel 4.6 Distribusi Indikator Pertimbangan Rasional dan Pengarahan Diri Sebelum Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok …………….. 108 Tabel 4.7 Distribusi Indikator Kemampuan Belajar Sebelum Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok.……………………………………………... 109 Tabel 4.8 Distribusi Indikator Menghargai Pengalaman Sebelum Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok …………………………………… 110 Tabel 4.9 Distribusi Indikator Bersikap Realistis dan Objektif Sebelum Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok ……………………………...…..….111 Tabel 4.10 Distribusi tiap Indikator Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian Siswa Sebelum Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok ……… 112 Tabel 4.11 Perhitungan Total Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian Setelah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok ……………….113 Tabel 4.12 Distribusi Indikator Kestabilan Emosi Setelah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok ……………………………………………..114 Tabel 4.13 Distribusi Indikator Mengelola Mekanisme Psikologis Setelah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok ……………………… 115 Tabel 4.14 Distribusi Indikator Menekan Frustasi Pribadi Setelah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok…....…………………..………… 116 Tabel 4.15 Distribusi Indikator Pertimbangan Rasional dan Pengarahan Diri Setelah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok ..……………. 117 Tabel 4.16 Distribusi Indikator Kemampuan Belajar Setelah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok ………………………………………….. 118 Tabel 4.17 Distribusi Indikator Menghargai Pengalaman Setelah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok ...……………………………… 119 Tabel 4.18 Distribusi Indikator Bersikap Realistis dan Objektif Setelah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok …………………………….……..120 xi
Tabel 4.19 Distribusi tiap Indikator Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian Setelah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok……………. ….122 Tabel 4.20 Perbedaan Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian Sebelum dan Sesudah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok ……………...123 Tabel 4.21 Hasil Uji Wilcoxon Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga ……………………….123 Tabel 4.22 Perbedaan Tiap Indikator Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian pada Siswa Sebelum dan Sesudah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok... …………………………………………………….... 124 Tabel 4.23 Deskripsi Proses Pelaksanaan Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok ………………………………………………………... 142
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 1 Desain Penelitian ………………………………………………… 81 Gambar 2 Hubungan antar Variabel …………………………………...… …. 84 Gambar 3 Prosedur Penyusunan Instrumen ………………………………… 90
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Uji Coba………………………………….
175
Lampiran 2 Skala Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian Uji Coba………………………………………………………………. 177 Lampiran 3 Data Uji Coba Skala Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian…………………………………………………………..185 Lampiran 4 Perhitungan Validitas Skala Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian………………………………………………………….197 Lampiran 5 Perhitungan Reliabilitas Skala Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian……………………………………………………………199 Lampiran 6 Kisi-kisi instrumen Skala Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian penelitian…………………………………………………201 Lampiran 7 Skala Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian penelitian…………………………………………………………...203 Lampiran 8 Hasil Uji Pre Test Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian……………………………………………………………210 Lampiran 9 Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian Sebelum Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok………………………....................225 Lampiran 10 Daftar Jumlah Per Kriteria Pre-Test………………………...……231 Lampiran 11 Daftar Anggota Bimbingan Kelompok…………………………. 232 Lampiran 12 Program Harian………………………………………………...…233 Lampiran 13 Satuan Layanan Program……………………………………........235
xiv
Lampiran 14 Materi Layanan……………………………...…………………... 262 Lampiran 15 Evaluasi Hasil Penilaian Segera (Laiseg) ………………….
297
Lampiran 16 Hasil Uji Post Test Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian…………………………………………………………..311 Lampiran 17 Perbedaan Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian Sebelum dan Sesudah Layanan Bimbingan Kelompok……………….……..317 Lampiran 18 Hasil Analisis Wilcoxon…………………………………………..318 Lampiran 19 Daftar Hadir Bimbingan Kelompok…………….………………..326 Lampiran 20 Dokumentasi Pre Test……………………………………………328 Lampiran 21 Dokumentasi Bimbingan Kelompok……………………………..329 Lampiran 21 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian………………………...330
xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapat di sekolah dan di luar sekolah siswa memiliki sejumlah pengetahuan, kecakapan, minat-minat dan sikap-sikap. Dengan pengalaman itu siswa secara berkesinambungan dibentuk menjadi seseorang pribadi seperti apa yang dia miliki sekarang dan menjadi seorang pribadi tertentu di masa mendatang. Salah satu yang dapat membentuk seseorang menjadi pribadi tertentu di masa yang akan datang adalah dapat menyesuaikan diri di sekolah, khususnya di Sekolah Menegah Kejuruan (SMK). Karena salah satu penyesuaian diri yang dialami siswa di Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) adalah ketika masuk langsung menempati program keahlian yang telah diambil. Dengan demikian, bagi siswa yang tidak dapat menyesuaikan diri mungkin akan mengalami permasalahan penyesuaian diri dengan guru, teman, dan mata pelajaran. Hal ini di karenakan siswa memasuki jenjang sekolah baru (SMK) yang berbeda ketika di SMP. Apabila siswa mengalami hal tersebut, maka dapat menyebabkan prestasi belajarnya menjadi menurun dibanding dengan prestasi sebelumnya.
16
17
Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0490/U/1992, pasal 1 menjelaskan tentang SMK, ‖Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah bentuk satuan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta mempersiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional‖. SMK selain merupakan sekolah yang mendidik siswanya memiliki keahlian dan keterampilan, juga mendidik siswa agar mampu memilih karir, berkompetisi, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian. Di SMK Negeri 1 Purbalingga memiliki lima program keahlian yang dapat dipilih siswa sesuai minat dan keahliannya, yaitu Akuntansi (AK), Administrasi Perkantoran (AP), Pemasaran (PM), Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), serta Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ). Siswa harus memilih salah satu dari ke lima program keahlian tersebut berdasarkan nilai UN dan minat siswa sesuai kuota kelas yang tersedia. Ketika seseorang sudah mengambil program keahlian, banyak yang harus dilakukan. Salah satunya yang paling penting adalah siswa harus mampu menyesuaikan diri dengan program keahliannya tersebut. Hal ini dikarenakan SMK mencetak lulusannya untuk siap bekerja dengan keterampilan yang telah dimiliki dari hasil belajar pada program keahlian yang diambil. Sehingga siswa harus dapat menyesuaikan diri dari sekarang sejak kelas X agar mendapatkan keahlian sejak awal, yang pada akhirnya ketika duduk di kelas XI dan XII sudah dapat lebih terampil dalam menekuni bidang keahliannya, bukan malah sebaliknya yaitu tidak mendapatkan atau mengetahui program keahliannya
18
sendiri. Dengan demikian, ketika siswa sudah lulus nanti akan dapat bekerja sesuai keahliannya tersebut. Selain itu, yang paling penting adalah siswa dapat memperoleh prestasi belajar yang baik. Untuk itu, siswa dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan program keahliannya agar tidak mengganggu perolehan prestasi belajarnya dan tidak menghambat karir masa depannya. Penyesuaian diri menurut Sofyan S. Willis (2010 : 55) adalah kemampuan siswa untuk hidup dan bergaul secara wajar dalam lingkungan sekolah, sehingga ia merasa puas terhadap dirinya dan terhadap lingkungannya tersebut. Sedangkan menurut Sunarto & Agung (2008 : 220) penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Penyesuaian diri ini dilakukan sebagai usaha individu untuk menyelaraskan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga kebutuhan hidup dapat berjalan dengan harmonis. Program keahlian adalah sebuah pilihan paket bidang studi yang lebih spesifik atau khusus dalam disiplin ilmu tertentu. Menurut Direktorat Pengembangan SMK Depdiknas (2007) program keahlian adalah
program
pendidikan kejuruan yang mampu membentuk lulusannya menguasai satu jenis profesi keahlian formal yang berjenjang dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri terhadap program keahlian merupakan suatu usaha atau kemampuan siswa terhadap program pendidikan kejuruan agar siswa menguasai satu jenis profesi keahlian formal yang berjenjang dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja untuk
19
hidup dan bergaul secara wajar terhadap program keahliannya, sehingga ia merasa puas terhadap dirinya dan terhadap program keahliannya tersebut. Pengambilan program keahlian bagi siswa bukanlah hanya sekedar pilihan yang telah dipilihnya, melainkan pilihan program keahlian yang benar-benar sesuai dan cocok dengan potensi diri, sehingga setiap siswa akan merasa senang menjalankan pilihan program keahlian yang telah dipilihnya. Selain itu siswa akan berusaha semaksimal mungkin dalam meningkatkan prestasi, mengembangkan potensi diri, lingkungan, serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang kegiatan belajarnya. Di samping itu siswa juga diharapkan mampu menjalankan pilihan program keahliannya tanpa beban dan tidak mengalami ―maladjustment” yang ditandai dengan perilaku menyimpang dan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di lingkungan. Stres terjadi apabila seseorang mengalami tekanan dari lingkungan atau ia mengalami hambatan dalam memenuhi kebutuhnnya yang mengakibatkan frustasi dan ia tidak mampu mengatasinya. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dari lima program keahlian yang terdapat di SMK Negeri 1 Purbalingga yang diambil oleh siswa yaitu Akuntansi (AK), Administrasi Perkantoran (AP), Pemasaran (PM), Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), serta Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), siswa masih memiliki tingkat yang rendah dalam hal penyesuaian diri terhadap program keahlian. Berdasarkan studi pendahuluan melalui hasil instrumentasi menggunakan angket yang dilakukan oleh guru BK tahun ajaran 2012/2013 diperoleh data 20 siswa kelas X di SMK Negeri 1 Purbalingga, terutama siswa kelas X kurang dapat
20
menyesuaikan diri dengan program keahliannya. Hasil angket tersebut menunjukkan bahwa siswa mengalami beberapa permasalahan antara lain yaitu: (1) kesulitan mengikuti mata pelajaran produktif atau keahlian yang diberikan, (2) kurang semangat mengikuti pelajaran (normatif, adaptif, produktif), (3) kesulitan konsentrasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, (4) menyalin tugas teman, kurang berpartisipasi pada saat pelajaran berlangsung, (5) kurang percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki, (6) tidak dapat bersaing dengan sehat, dan (7) merasa stres dalam mengikuti pelajaran. Hasil wawancara dengan guru BK juga di peroleh informasi bahwa dari data kesiswaan tercatat 18 siswa kelas X yang membolos dan sering datang terlambat ke sekolah sejak bulan juli 2012 sampai januari 2013. Selain itu hasil wawancara dari guru mata pelajaran menyatakan bahwa ada 15 siswa yang sering meninggalkan kelas pada saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung tanpa keterangan atau ijin terlebih dahulu. Untuk memperkuat permasalahan di atas, maka peneliti menyebar angket kepada siswa kelas X dari masing-masing program keahlian. Hasil angket tersebut menunjukkan bahwa 10% siswa mengalami kesulitan ketika mengikuti mata pelajaran produktif atau keahlian yang diberikan, sering meninggalkan kelas pada saat pelajaran berlangsung, menyalin tugas teman, dan merasa stres mengikuti pelajaran (normatif, adaptif, produktif). Peneliti juga melakukan wawancara dengan 10 siswa kelas X dari ke lima program keahlian tersebut diperoleh informasi bahwa 6 siswa dari program keahlian selain Akuntansi (AP, PM, RPL, TKJ) alasan mereka kurang bisa
21
menyesuaikan diri dengan program keahliannya dikarenakan dalam mengambil program keahlian nilainya tidak mencukupi untuk masuk Akuntansi yang menjadi favorit siswa. Jadi mereka mau masuk program keahlian lain yang penting bisa masuk di sekolah negeri dan favorit di daerahnya. Tetapi, pada kenyataannya masuk pada program keahlian yang bukan pilihannya tidak lah mudah. Sehingga mereka merasa kesulitan menerima mata pelajaran, khususnya mata pelajaran produktif atau yang berhubungan dengan program keahliannya saja, padahal mereka belum pernah mendapatkan sebelumnya. Sedangkan bagi 4 siswa yang diterima pada program keahlian Akuntansi mengaku bahwa dirinya terpaksa mau masuk program keahliannya tersebut dikarenakan merasa program keahlian Akuntansi adalah favorit siswa dan sekolah sudah menetapkan dengan hasil nilai UN yang diperolehnya. Padahal setelah masuk pada program keahlian tersebut, mereka juga merasa kesulitan menyesuaikan diri dengan mata pelajarannya (produktif) atau keahlian yang diberikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai raport semester 1 yang kurang memuaskan dibanding waktu SMP. Padahal ketika di SMP mereka selalu mendapat peringkat lima besar. Tetapi setelah masuk di SMK, nilainya menjadi jelek dan susah mengikuti mata pelajaran (produktif) atau keahliann yang diberikan. Ditambah lagi dari SMP siswa belum mengetahui informasi apapun mengenai program keahlian di SMK, karena guru BK kurang bisa menjelaskan secara rinci kepada siswa mengenai program keahlian tersebut. Mereka juga beranggapan bahwa di SMK lebih sedikit teori daripada prakteknya jadi tidak perlu berfikir dua
22
kali, tetapi cukup dengan menggunakan keterampilannya saja serta setelah lulus bisa langsung kerja. Sehingga mereka asal mengambil saja tanpa mengetahui lebih banyak informasi atau pengetahuan tentang program keahlian itu serta tanpa melakukan perencanaan yang cermat, yaitu tanpa disesuaikan dengan bakat dan minatnya. Hal ini menyebabkan mau tidak mau mereka harus menyukai program keahliannya tersebut, karena mereka sudah terlanjur memilihnya. Padahal idealnya siswa memerlukan penyesuaian diri yang baik dengan program keahlian yang sekarang dijalaninya agar siswa tersebut dapat hidup harmonis dan berkembang sesuai dengan program keahlian yang dijalaninya. Penyesuaian diri yang dialami remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kematangan emosi yang ada pada diri remaja tersebut. Remaja dikatakan telah mencapai kematangan emosi bila tidak meledakkan emosinya dihadapan orang lain, menilai situasi secara kritis, dan memiliki reaksi emosi stabil. Kematangan emosi yang baik menjadikan remaja dapat mengendalikan diri terhadap lingkungannya sehingga mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada (Dokter sehat.com). Secara psikologis siswa SMK tengah memasuki tahapan perkembangan masa remaja, yakni masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa ini merupakan masa yang singkat dan sulit dalam perkembangan kehidupan manusia. Biasanya individu mengalami ambivalensi kemerdekaan (Mamat Supriatna dan Nandang Budiman, 2012:18). Dalam kurun usia peserta didik di SMK, mereka memiliki kecenderungan untuk mencari identitas atau jati diri. Oleh karena itu, siswa biasanya menggunakan segala cara agar dianggap populer dalam
23
lingkungan sekolah, baik oleh teman maupun gurunya. Contohnya adalah siswa mengambil program keahlian yang dianggap favorit oleh siswa, sehingga siswa merasa bangga dan akan diakui oleh orang lain. Padahal, program keahlian yang diambil tersebut tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki sehingga siswa kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan jurusan atau program keahliannya. Hal diatas tersebut sejalan dengan kurikulum 2004 oleh Depdiknas yang menyatakan bahwa posisi siswa SMK yang sedang berada pada tahap eksplorasi dalam perkembangan kariernya, yaitu memperoleh latihan untuk mengembangkan keterampilan dan mempercepat memasuki pekerjaan atau jabatan guna memenuhi minat dan kemampuannya. Melalui program keahlian yang diambil siswa akan memperoleh sejumlah pelatihan dan keahlian, sehingga diharapkan siwa akan terampil ketika memasuki dunia kerja. Akan tetapi, siswa kurang memahami cara memilih program keahlian yang cocok dengan kemampuan dan minat sehingga akan menimbulkan permasalahan dalam hal penyesuaian diri (Sunarto, 2008;192). Masa SMK adalah merupakan masa penting untuk menentukan arah ke depan lebih baik. Dengan kata lain, karier seseorang dapat diihat dari program keahlian ketika di SMK. Problem yang sering terjadi adalah kurangnya informasi dalam dunia karir dan tidak menutup kemungkinan kurangnya potensi yang dimiliki sehingga hanya menghabiskan waktu, tenaga, dan biaya (digilib.uin-suka.ac.id). Untuk itu siswa diharapkan dapat menetukan pilihan karier dari sejak awal memasuki program keahliannya agar tidak mengalami permasalahan penyesuaian diri ketika dihadapkan dengan mata pelajaran produktif, adaptif, dan normatif (Willis, 2010:62). Seperti yang dikatakan (Prayitno, 1994) siswa kelas X sudah
24
dihadapkan pada pemilihan program jurusan, untuk melanjutkan cita-cita sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan siswa. Akan tetapi, fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan siswa kurang dapat menyesuaikan diri dengan program keahliannya. Apabila siswa dalam kondisi seperti itu dan tidak segera mendapatkan penanganan khusus, maka akan mengganggu perolehan prestasi belajar siswa itu sendiri dan yang lebih parah akan menghambat karier masa depannya. Hal ini dikarenakan pemilihan program jurusan merupakan serangkaian kegiatan bimbingan dalam membantu siswa agar dapat menyalurkan atau menempatkan dirinya dalam berbagai program sekolah, kegiatan belajar, kegiatan menuju sambungan atau dunia kerja secara tepat berdasarkan pertimbangan kecakapan, bakat, minat, kebutuhan dan ciri-ciri pribadi diri siswa yang bersangkutan, Mapiere (1984). Oleh karena itu konselor dituntut aktif untuk membantu siswa meningkatkan
penyesuaian
diri
terhadap
program
keahlian
agar
tidak
mengganggu perolehan hasil belajarnya dan menghambat karier masa depannya. Salah satu usaha untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa terhadap program keahlian adalah melalui layanan bimbingan kelompok. Wibowo (2005: 17) menyatakan bahwa ―bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bersama‖. Informasi yang diberikan dalam layanan bimbingan kelompok ini merupakan informasi yang berhubungan dengan penyesuaian diri terhadap program keahlian
25
bagi siswa. Materi yang diberikan disesuaikan dengan topik yang akan dibahas. Dalam hal ini topik yang diberikan adalah topik tugas yang mana berasal dari pemimpin kelompok, sehingga diharapkan tujuan dari layanan bimbingan kelompok dapat tercapai. Dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang berkembang, diharapkan dengan layanan bimbingan kelompok ini akan memberikan hasil yang positif dalam membantu penyesuaian diri terhadap program keahlian bagi siswa. Sehingga mereka dapat meningkatkan hasil prestasi belajarnya dan mendapatkan karier yang cemerlang di masa yang akan datang. Sebelum peneliti meneliti tentang Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga, maka peneliti membandingkan dengan penelitian terdahulu yang relevan sebagai bahan masukan bagi peneliti. Penelitan sebelumnya dilakukan oleh Asri Awaliyah (2010:75), ―Meningkatkan Penyesuaian Diri dalam Pemilihan Karier melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 14 Semarang Tahun Ajaran 2009/2010, menunjukkan bahwa ada peningkatan penyesuaian diri dalam pemilihan karier setelah diberikan bimbingan kelompok. Berdasarkan hasil perhitungan post test menunjukkan bahwa penyesuaian diri dalam pemilihan karier pada 10 siswa setelah diberikan perlakuan bimbingan kelompok dengan prosentase rata-rata sebesar 85,06% yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini membuktikan bahwa setelah diberikan perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok penyesuaian diri siswa dalam pemilihan karier mengalami peningkatan.
26
Penelitian tersebut sangat mendukung dalam penelitian ini karena layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa, sehingga memotivasi penulis untuk membuktikan penelitian ini bahwa layanan bimbingan kelompok sangatlah tepat untuk meningkatkan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa. Melihat fenomena yang terjadi pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga, yaitu masih rendahnya penyesuaian diri terhadap program keahlian, maka peneliti tertarik untuk meningkatkan penyesuaian diri terhadap program keahlian bagi siswa melalui layanan bimbingan kelompok. Sehingga tidak mengganggu perolehan
prestasi belajar dan tidak menghambat karier masa
depannya. Dalam upaya meningkatkan penyesuaian diri siswa terhadap program keahliannya, maka peneliti mencoba menyusun program eksperimen melalui layanan bimbingan kelompok program eksperimental melalui sebuah penelitian yang berjudul ―Meningkatkan Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga Tahun Ajaran 2012/2013‖.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tingkat penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga tahun ajaran 2012/2013 sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok?
27
2. Bagaimana tingkat penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga tahun ajaran 2012/2013 setelah diberikan layanan bimbingan kelompok? 3. Apakah layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga tahun ajaran 2012/2013?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah memperoleh data empiris tentang: 1. Deskripsi tingkat penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga tahun ajaran 2012/2013 sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok. 2. Deskripsi tingkat penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga tahun ajaran 2012/2013 setelah diberikan layanan bimbingan kelompok. 3. Peningkatan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga tahun ajaran 2012/2013 melalui layanan bimbingan kelompok.
28
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis a. Dapat memberikan sumbangan pikiran dan pengetahuan yang mendalam
tentang
pelaksanaan
bimbingan
kelompok
dalam
meningkatkan penyesuaian diri terhadap program keahlian bagi siswa. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu bagi jurusan Bimbingan dan Konseling.
1.4.2 Manfaat Praktis a. Siswa mempunyai penyesuaian diri terhadap program keahlian yang rendah dapat ditingkatkan melalui kegiatan bimbingan kelompok dan dapat mengembangkan potensi diri dengan memanfaatkan dinamika kelompok. b. Konselor dapat menerapkan bimbingan kelompok untuk meningkatkan penyesuaian diri terhadap program keahlian bagi siswa.
1.5 Garis Besar Penulisan Skripsi Untuk memberi gambaran yang menyeluruh dalam skripsi ini, maka perlu disusun sistematika penulisan skripsi. Skripsi ini terdiri dari 5 bab yaitu: Bab 1 Pendahuluan, pada bab ini dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika skripsi.
29
Bab 2 Landasan Teori, berisi kajian mengenai landasan teori yang mendasari penelitian: penelitian terdahulu, kajian teoritis mengenai penyesuaian diri terhadap program keahlian, kajian teoritis mengenai layanan bimbingan kelompok, dan hipotesis Bab 3 Metode Penelitian, pada bab ini berisi uraian metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi. Metode penelitian ini meliputi jenis penelitian, desain penelitian, variabel penelitian, populasi, sampel dan teknik sampling, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas penelitian, dan analisis data. Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan, Bab ini berisi tentang hasil penelitian yang meliputi persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, penyajian data, analisis data dan interpretasi data, pembahasan hasil penelitian, keterbatasan penelitian, serta keterbatasan peneliti. Bab 5 Penutup, bab ini berisi tentang penyajian simpulan hasil penelitian dan penyajian saran sebagai implikasi dari hasil penelitian yang diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang mendukung.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian terdahulu adalah penelitian yang sudah dilaksanakan sebelumnya oleh peneliti lain. Tujuannya adalah sebagai bahan masukan bagi peneliti dan untuk membandingkan antara penelitian yang satu dengan yang lain. Dalam penelitian terdahulu akan diuraikan pokok bahasan sebagai berikut : Penelitian yang dilakukan oleh Mas’ula Khuriatul Lailiya pada tahun 2008 tentang Meningkatkan Penyesuaian Diri di Sekolah melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas X SMA N 1 Bergas Tahun Ajaran 2007/2008, hasilnya menunjukkan adanya perubahan pada siswa yaitu siswa mulai percaya diri, peduli terhadap orang lain, dan mulai akrab dengan anggota yang lainnya, hal tersebut membuktikan bahwa layanan bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan penyesuaian diri di sekolah. penelitian ini yang akan dijadikan perbandingan oleh peneliti, karena sampel yang digunakan oleh peneliti adalah siswa kelas X SMK yang sebelumnya belum pernah mendapatkan mata pelajaran produktif dan adapatif atau dasar-dasarnya. Berbeda ketika di SMA, pelajaran yang diberikan sudah pernah didapatkan sebelumnya ketika di SMP. Dengan demikian penyesuaian diri lebih mengarah pada program keahliannya bukan pada sekolahnya.
15
16
Penelitian dilakukan oleh Wiratna Abdul Ghofar (2010), ―Meningkatkan Penyesuaian Diri Siwa melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Semarang Tahun ajaran 2010/2011, menunjukkan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan penyesuaian diri. Penelitian hanya menggambarkan penyesuaian diri secara umum, padahal penyesuaian diri itu banyak sekali. Jadi, peneliti lebih fokus pada penyesuaian diri terhadap program keahlian. Penelitian yang dilakukan oleh Asri Awaliyah (2010), ―Meningkatkan Penyesuaian Diri dalam Pemilihan Karier melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 14 Semarang Tahun Ajaran 2009/2010, menunjukkan bahwa ada peningkatan penyesuaian diri dalam pemilihan karier setelah diberikan bimbingan kelompok. Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Hal ini dikarenakan peneliti akan melakukan penelitian pada siswa kelas X SMK bukan kelas XI SMA. Kalau penjurusan di SMA dilakukan pada waktu kelas XI dan sudah pasti mendapatkan dasar-dasarnya ketika di kelas X jadi ketika di kelas XI sudah paham bagaimana pelajarannya. Ini berbeda dengan SMK, karena dari awal masuk siswa harus menempati program keahliannya tanpa mengetahui atau mendapatkan keahlian sebelumnya. Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut mengenai layanan bimbingan kelompok yang dapat meningkatkan penyesuaian diri siswa dan penyesuaian diri dalam pemilihan karier, maka penyesuaian diri terhadap program keahlian melalui layanan bimbingan kelompok belum pernah diteliti. Hal ini yang mendukung
17
peneliti untuk meneliti penyesuaian diri terhadap program keahlian melalui layanan bimbingan kelompok berdasarkan referensi yang sudah ada tersebut untuk memperkuat penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.
2.2 Penyesuaian Diri 2.2.1 Pengertian Penyesuaian Diri Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah suai. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha memuaskan kebutuhan jasmaninya. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya. Untuk lebih jelasnya, berikut akan diuraikan pengertian penyesuaian diri menurut beberapa ahli. Menurut Sofyan S. Willis (2010 : 55) penyesuaian diri adalah ―kemampuan siswa untuk hidup dan bergaul secara wajar dalam lingkungan sekolah, sehingga ia merasa puas terhadap dirinya dan terhadap lingkungannya tersebut‖. Sedangkan menurut Sunarto & Agung (2008 : 220) penyesuaian diri adalah ―proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
18
kebutuhan sesuai dengan lingkungan‖. Penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai ―interaksi anda yang kontinyu dengan diri anda sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia anda‖ (Calhoun dan Acocella, 1995 : 14). Gerungan (2004 : 59) mengartikan penyesuaian diri dalam arti yang luas dapat berarti: ―Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri. Penyesuaian diri dalam artinya yang pertama disebut juga penyesuaian diri yang autoplastis (dibentuk sendiri), sedangkan penyesuaian diri yang kedua disebut penyesuaian diri yang aloplastis (dibentuk yang lain). Jadi, penyesuaian diri ada artinya yang ―pasif, dimana kegiatan kita ditentukan oleh lingkungan, dan ada yang ―aktif‖, dimana kita mempengaruhi lingkungan‖. Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa penyesuaian diri menurut pandangan Gerungan adalah kita dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, tetapi kita juga dapat membentuk lingkungan sesuai dengan yang dikehendaki. Jadi, kita tidak harus memaksakan diri sesuai dengan keadaan yang ada atau pasrah begitu saja apabila tidak sesuai dengan harapan. Sebaliknya, kita harus mampu merubah keadaan agar diri kita memperoleh kepuasaan dengan lingkungan tersebut. Supriyo (2008 : 90-91) mengemukakan penyesuaian diri merupakan ―suatu proses yang dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya‖. Dalam proses penyesuaian diri selalu terjadi interaksi antara dorongan-dorongan dalam diri individu dengan suatu perangsang atau tuntutan lingkungan sosial. Untuk melakukan penyesuian diri diperlukan adanya proses pemahaman diri dan
19
lingkungannya, sehingga dapat terwujud keselarasan, kesesuaian, kecocokan atau keharmonisan interaksi diri dan lingkungan. Penyesuaian diri merupakan ―pola aktivitas dan sikap lain yang sesuai dengan keadaan baru yang dibentuk manusia sejak kecil‖ ( Gunarsa dan Yulia Singgih, 2012 : 106). Pola-pola yang dibentuk tersebut disebut mekanisme penyesuaian, yaitu individu berusaha memenuhi pemuasan kebutuhan agar dapat disetujui oleh umum. Sedangkan mekanisme pertahanan merupakan pemuasan kebutuhan dengan cara, alasan, dan tujuan lain yang dapat memberikan rasa aman bagi dirinya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa mekanisme pertahanan merupakan suatu bentuk penyesuaian yang dilakukan individu dengan dasar pengaruh lingkungan agar dapat diterima oleh umum. Sedangkan Ali dan Asrori (2005 : 173) mengartikan penyesuaian diri adalah ―dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment”. Hal ini selaras dengan pendapat Schneiders (dalam Ali dan Asrori, 2005: 173) bahwa ―penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang yaitu: a) penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaption); b) penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity); dan c) penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery)”. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah suatu usaha atau kemampuan seseorang untuk mengharmoniskan diri sendiri, orang lain dan lingkungan, sehingga ia merasa puas terhadap dirinya dan terhadap lingkungannya tersebut.
20
2.2.2 Karakteristik Penyesuaian Diri Karakteristik penyesuaian diri menurut Sunarto (2008 : 224-228) ada dua macam, yaitu: 1. Penyesuaian diri secara positif Mereka yang tergolong mampu menyesuaikan diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut: a. Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional b. Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis c. Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi d. Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri e. Mampu dalam belajar f. Menghargai pengalaman g. Bersikap realistis dan objektif 2. Penyesuaian diri secara negatif a. Reaksi bertahan (defence reaction) b. Reaksi melarikan diri (escape reaction) c. Reaksi menyerang (aggressive reaction) Karakteristik penyesuaian diri secara positif
tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut: a. Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional, yaitu individu mampu menghilangkan adanya ketegangan emosional yang ada pada diri individu dalam proses penyesuaian diri, salah satunya yaitu emosinya stabil. Dengan kata lain, individu mampu mengontrol dan mengendalikan emosinya serta mampu merespon emosi secara sehat dan wajar. Menurut Crow & crow (dalam Sunarto, 2008: 149) emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian diri dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Emosi timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu, dimana pekerjaan yang dilakukan terlampau keras dari susunan syaraf yang akan mempertinggi pekerjaan otak.
21
Agar individu tidak menunjukkan ketegangan emosional maka perlu mengelola keterampilan emosi, seperti mampu mengenal perasaan yang muncul (gembira, bahagia, marah, benci, takut, cemas, dan sedih), mampu mengemukakan perasaan dan menilai kadar perasaan, mampu mengelola perasaan, mampu mengendalikan diri sendiri, dan mampu mengurangi stres. Sehingga jika mampu mengelola emosinya dengan baik, maka akan mampu menyesuaikan diri dengan program keahliannya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan gejala-gejala, seperti tidak mudah tersinggung, tidak frustasi, tidak lekas marah, tidak dendam atau benci, tidak gelisah, dan tidak tertekan. Contoh individu yang memiliki emosi yang stabil dapat dilihat dalam bentuk antara lain menenangkan diri, mengatur emosi, mengatasi dorongan emosi dalam bentuk penyaluran emosi dengan melakukan kegiatan emosi, dan mempertahankan sikap positif yang realistis terutama dalam menghadapi masa-masa sulit. b. Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis, yaitu individu dapat mengelola mekanisme psikologis. Menurut Buss (1995, dalam skripsi Dicky Hastjarjo, 2009 : 5) merumuskan mekanisme psikologis sebagai sekumpulan proses di dalam diri organisme yang (a) ada dalam bentuk yang sekarang ini oleh karena mekanisme ini memecahkan satu problem khusus dari keberlangsungan hidup atau reproduksi individu secara berulang kali sepanjang sejarah evolusioner manusia, (b) hanya mengambil informasi atau input tertentu yang dapat bersifat internal atau eksternal, dapat disarikan secara aktif atau diterima secara pasif dari lingkungan, dan menetapkan bagi individu
22
problem adaptif tertentu yang dihadapinya, dan (c) mengubah informasi menjadi output melalui satu prosedur dimana outputnya akan mengatur aktivitas fisiologis, memberikan informasi pada mekanisme psikologis lain atau menghasilkan tindakan, dan memecahkan satu problem adaptif (penyesuaian) untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Fungsi mekanisme psikologis adalah memecahkan problem adaptif (penyesuaian) khusus yang telah didesain oleh proses seleksi alami. Mekanisme psikologis individu sangat tergantung stimulus dari luar yang merangsang individu untuk membuat aturan-aturan keputusan dan mengatur aktifitas fisiologis yang akan menghasilkan tindakan. Sehingga keterampilan mengelola mekanisme psikologis sangat diperlukan agar aktifitas fisiologis dapat bekerja dengan baik dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan aturan. Kesanggupan merespon konflik secara wajar dan sehat tanpa harus menerima kesedihan yang mendalam adalah kunci individu dalam melakukan penyesuaian diri. Hal ini dapat ditunjukkan dengan beberapa gejala, seperti tidak cemas, tidak tegang, tidak mengalami kebingungan, tidak mudah bosan, dan tidak mengalami kelelahan mental.
Contoh individu yang memiliki keterampilan mengelola mekanisme psikologis antara lain kondisi psikologis stabil dalam menghadapi masalah, memecahkan problem adaptif (penyesuaian), dan mengatur aktivitas fisiologi.
c. Menekan frustasi pribadi, yaitu individu mampu menghilangkan frustasi dalam menghadapi proses penyesuaian diri. Frustasi pribadi diartikan sebagai
23
perasaan tertekan dan nyaman yang mucul dari ketidakpuasan seseorang dalam mencapai tujuan. Dengan perkataan lain, frustasi pribadi ini terjadi karena adanya perbedaan antara tingkatan aspirasi dengan tingkatan kemampuannya. Dalam situasi ini, individu mampu mengontrol dan mengendalikan frustasi secara sehat, wajar, dan profesional, perasaan nyaman, menyembunyikan dan menekan sikap frustasi, serta bersaing secara sehat. d. Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri, yaitu individu dapat melakukan perencanaan yang cermat dengan mempertimbangkan untung dan rugi. Keputusan yang diambil tersebut tidak lah asal mengambil tindakan saja, tetapi setelah mempertimbangkan dari berbagai segi, yaitu segi untung dan rugi. Keputusan yang diambil tersebut akan mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan oleh individu. Sebagai bentuk pengarahan diri, maka individu akan memilih tindakan yang tepat, yaitu individu akan berusaha memilih tindakan mana yang harus dilakukan dan tindakan mana yang tidak perlu dilakukan. e. Mampu dalam belajar, yaitu individu akan belajar memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat membantu menyesuaikan diri. Kemampuan belajar dapat ditunjukkan seperti menyelesaikan tugas yang diberikan guru, mengikuti pelajaran produktif dengan baik, mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain, semangat dalam mengikuti pelajaran (normatif, adaptif, produktif), berpartisipasi pada saat pelajaran berlangsung, memusatkan perhatian terhadap pelajaran yang diikuti. f. Menghargai pengalaman, yaitu individu belajar dari pengalaman agar menjadi lebih baik, baik pengalaman yang baik dan buruk. Individu akan mengulang
24
kembali pengalaman yang menyehatkan, dan tidak mengulangi pengalaman yang traumatik. Pengalaman yang menyehatkan adalah peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan sebagai sesuatu yang mengenakkan, mengasyikkan, dan bahkan dirasa ingin mengulangnya kembali. Pengalaman seperti ini akan dijadikan dasar untuk ditransfer oleh individu ketika harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Adapun pengalaman traumatik adalah peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan sebagai sesuatu yang sangat tidak mengenakkan, menyedihkan, atau bahkan menyakitkan, sehingga individu tersebut sangat tidak ingin peristiwa itu terulang lagi. Individu yang mengalami pengalaman traumatik akan cenderung ragu-ragu dalam melakukan sesuatu, rendah diri, atau bahkan merasa takut ketika harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Contoh individu yang dapat menghargai pengalaman yaitu belajar dari pengalaman dan toleran terhadap pengalaman traumatik. g. Bersikap realistis dan objektif, yaitu individu mampu bertindak menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya secara objektif sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan rasional dan perasaan. Dalam situasi ini, individu dapat
bertindak
sesuai
dengan
potensi-potensi
positif
yang
layak
dikembangkan sehingga dapat menerima dan diterima oleh lingkungan, tidak disingkirkan oleh lingkungan maupun menentang dinamika lingkungan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan mengenali dan menerima diri sendiri apa adanya, bertindak sesuai dengan potensi-potensi positif, bersikap terbuka dan menerima umpan balik, dan menaati peraturan yang berlaku.
25
Karakteristik penyesuaian diri secara negatif dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Reaksi bertahan (defence reaction), yaitu dalam reaksi ini individu berusaha untuk mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak mengahadapi kegagalan. Individu selalu berusaha untuk menunjukkan bahwa dirinya tidak mengalami kegagalan. b. Reaksi melarikan diri (escape reaction), yaitu dalam reaksi ini individu mempunyai penyesuaian diri yang salah, yaitu menunjukkan tingkah laku yang bersifat menyerang untuk menutupi kegagalannya. Dalam hal ini, individu tidak mau menyadari kegagalannya. c. Reaksi
menyerang
(aggressive
reaction),
yaitu
individu
mempunyai
penyesuaian diri yang salah. Dalam hal ini, individu akan menunjukkan hal-hal seperti melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya, reaksinya akan nampak dalam tingkah laku, yaitu berfantasi seolah-olah telah tercapai, seperti dalam hal banyak tidur, minum-minuman keras, dan regresi yaitu kembali kepada tingkah laku pada tingkat perkembangan yang lebih awal. Menurut Supriyo (2008 : 91-92) ciri-ciri penyesuaian diri yang positif antara lain adalah sebagai berikut: a. Kemampuan menerima dan memahami diri sebagai mana adanya dan sanggup menerima kelemahan-kelemahan, kekurangankekurangan, di samping kelebihannya. b. Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya secara obyektif sesuai dengan perkembangan rasional dan perasaan dan memiliki ketajaman dalam memandang realitas. c. Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi diri, kemampuan yang ada pada dirinya dan kenyataan obyektif yang ada pada luar dirinya. d. Memiliki perasaan aman yang memadai. e. Rasa hormat pada sesama manusia dan mampu bertindak toleran.
26
f. Bersifat terbuka dan sanggup menerima umpan balik. g. Memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosi. h. Mampu bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, serta selaras dengan hak dan kewajibannya. Dari ciri-ciri penyesuaian secara positif tersebut dapat dijelaskan bahwa individu dikatakan mampu menyesuaikan diri secara positif apabila dirinya mampu memperoleh makna dan eksistensi dalam kehidupannya dan di sisi lain mendapat peluang atau tuntutan dari luar dirinya sendiri. Kemampuan penyesuaian diri tersebut dapat ditunjukkan dengan bertindak secara dinamis, luwes, tidak kaku, bertindak sesuai dengan potensi-potensi yang positif berdasarkan norma yang ada, bertindak secara terbuka, dan menerima kritik sehingga dapat menerima dan diterima oleh lingkungan. Penyesuaian yang baik (well adjusted person) menurut Ali dan Asrori (2005: 176) yaitu: ―Seseorang dikatakan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik (well adjusted person) manakala mampu melakukan responsrespons yang matang, efisien, memuaskan, dan sehat. Dikatakan efisien artinya mampu melakukan respons dengan mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat mungkin. Dikatakan sehat artinya bahwa respons-respons yang dilakukannya dengan hakikat individu, lembaga atau kelompok antarindividu, dan hubungan antara individu dengan penciptanya. Sebaliknya, reaksi yang tidak memuaskan , tidak efektif, dan tidak efisien seringkali diartikan sebagai penyesuaian diri yang kurang baik, buruk, atau dikenal dengan istilah ―malasuai‖ (maladjusted)”. Dari penjelasan tersebut dapat dimaknai bahwa penyesuaian diri yang baik adalah apabila individu mampu merespon keadaan di luar dirinya secara wajar, sehat, objektif, dan efektif. Individu juga dapat menciptakan hubungan yang memuaskan antara individu yang satu dengan yang lain maupun dengan penciptanya.
27
Karakteristik penyesuaian diri remaja menurut Ali dan Asrori (2005: 179180) yaitu: a. b. c. d. e. f. g.
Penyesuaian diri remaja terhadap peran dan identitasnya Penyesuaian diri remaja terhadap pendidikan Penyesuaian diri remaja terhadap kehidupan seks Penyesuaian diri remaja terhadap norma sosial Penyesuaian diri remaja terhadap penggunaan waktu luang Penyesuaian diri remaja terhadap penggunaan uang Penyesuaian diri remaja terhadap kecemasan, konflik, dan frustasi
Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam memasuki masa peralihan dari anak-anak menjadi masa dewasa, maka seseorang remaja akan mengalami krisis identitas atau masa topan dan badai yang seringkali menimbulkan kendala dalam penyesuaian diri terhadap kegiatan belajarnya. Sehingga remaja secara khas berjuang ingin meraih sukses dalam studi dengan cara-cara yang menimbulkan perasaan bebas dan senang, serta terhindar dari kecemasan, tekanan dan konflik maupun frustasi. Remaja juga ingin memahami kondisi seksual dirinya dan lawan jenisnya serta mampu bertindak untuk menyalurkan dorongan seksualnya yang dapat dimengerti dan dibenarkan oleh norma sosial dan agama. Tuntutan norma sosial merupakan hal yang paling penting, karena untuk mewujudkan internalisasi norma, baik remaja itu sendiri, lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat luas. Dalam kebebasan penggunanan waktu luang, remaja memerlukan dukungan finansial. Dengan melakukan penyesuaian, maka remaja dapat mengatur keuangan dengan baik. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa individu mampu melakukan penyesuaian diri yang baik apabila individu mampu merespon konflik, frustasi, dan stres secara wajar, sehat, matang, dan efisien serta dapat mengelola
28
dan mengendalikan diri secara obyektif berdasarkan norma yang ada. Sehingga dapat menciptakan hubungan yang harmonis dan memuaskan antara lingkungan maupun dengan penciptanya.
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Menurut Sunarto dan Hartono (2008: 229) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, yaitu: a. Kondisi-kondisi fisik termasuk di dalamnya keturunan, konstitusi fisik, susunan saraf, kelenjar, dan sistem otot, kesehatan, penyakit, dan sebagainya. b. Perkembangan dan kematangan, khususnya kematangan intelektual, sosial, moral, dan emosional. c. Penentu psikologis, termasuk di dalamnya pengalaman, belajarnya, pengkondisian, penentuan diri, frustasi, dan konflik. d. Kondisi lingkungan, khususnya keluarga dan sekolah. e. Penentu kultural, termasuk agama. Dari masing-masing faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri di atas akan diuraikan di bawah ini, yaitu: a. Kondisi-kondisi fisik termasuk di dalamnya keturunan, konstitusi fisik, susunan saraf, kelenjar, dan sistem otot, kesehatan, penyakit, dan sebagainya. Kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri. Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diproleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Hal ini berarti gangguan penyakit jasmaniah akan mengganggu proses penyesuaian diri.
29
b. Perkembangan dan kematangan, khususnya kematangan intelektual, sosial, moral, dan emosional. Dalam proses perkembangan, respon anak akan berkembang dari repon yang positif instinktif menjadi respon yang dari belajar dan pengalaman. Dengan bertambahnya usia perubahan dan perkembangan respon, tidak hanya melalui proses belajar saja, melainkan anak juga menjadi matang untuk melakukan respon dan ini menentukan pola-pola penyesuaian dirinya. c. Penentu psikologis, termasuk di dalamnya pengalaman, belajarnya, pengkondisian, penentuan diri, frustasi, dan konflik. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, diantaranya pengalaman, belajar, kebutuhan-kebutuhan, determinasi, dan frustasi. d. Kondisi lingkungan, khususnya keluarga dan sekolah. Berbagai lingkungan seperti keluarga dan pola hubungan di dalamnya, seperti sekolah, masyarakat, kultur, dan agama akan berpengaruh terhadap penyesuaian diri. e. Penentu kultural, termasuk agama. Proses penyesuaian diri mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara bertahap dipengaruhi oleh faktor-faktor kultur dan agama. Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa penyesuaian diri dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang saling berhubungan erat dan saling mempengaruhi antara satu dengan lain.
30
Menurut Supriyo (2008 : 92-94) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyesuaian diri, dapat berasal dari faktor internal maupun eksternal, antara lain: a. Seseorang yang mempunyai motif berafiliasi yang tinggi. b. Konsep diri merupakan bagaimana seseorang memandang terhadap dirinya sendiri. c. Persepsi adalah pengamatan dan penilaian seseorang terhadap obyek peristiwa dan realitas kehidupan. d. Sikap di sini berarti kecenderugan seseorang untuk beraksi ke arah hal-hal yang positif atau negatif. e. Kepribadian mengacu kepada tipe-tipe kepribadian individu peserta didik. f. Pola asuh demokratis dengan suasana keluarga yang diliputi keterbukaan lebih memberi peluang bagi anak untuk melakukan penyesuaian diri secara efektif dibandingkan dengan pola asuh keluarga yang otoriter maupun pola asuh yang penuh dengan kebebasan. g. Kondisi sekolah yang sehat di mana peserta didik betah dan bangga terhadap sekolahnya. h. Kelompok sebaya akan menguntungkan apabila kegiatan-kegiatan bersama terarah, terprogram dan dapat dipertanggungjawabkan secara psikologis, sosial, dan moral. Dari pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri berasal dari dalam dan luar individu yaitu konsep diri, sikap, dan kepribadian yang positif. Dengan demikian, akan tercipta hubungan yang serasi dan seimbang dengan sekolah, teman, maupun keluarga. Schneiders (1984) dalam Ali dan Asrori (2005 : 181-184) mengemukakan ―ada lima faktor yang dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri, yaitu: 1) kondisi fisik: (a) hereditas dan konstitusi fisik, (b) sistem utama tubuh, dan (c) kesehatan fisik; 2) kepribadian: (a) kemauan dan kemampuan untuk berubah (Modifiability), (b) pengaturan diri (Self-Regulation), (c) realisasi diri (SelfReliazation), dan (d) intelegensi; 3) edukasi/pendidikan: (a) belajar, (b) pengalaman, (c) latihan, dan (d) determinasi diri; 4) lingkungan: (a) lingkungan
31
keluarga, (b) lingkungan sekolah, dan (c) lingkungan masyarakat; serta 5) agama dan budaya‖. Faktor-faktor tersebut, merupakan bentuk realisasi diri individu dalam proses penyesuaian diri. Sehingga, kemampuan individu untuk mengatur diri, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat merupakan faktor determinan dalam kulturisasi penyesuaian diri. Fahmi (1977) dalam Sobur (2011 : 537-538) menyebutkan lima faktor penting yang dapat mempengaruhi dalam menciptakan penyesuaian diri pada individu, yaitu: a. Pemuasaan kebutuhan pokok dan kepribadian pribadi; b. Hendaknya ada kebiasaan-kebiasaan dan keterampilan yang dapat membantu dalam pemenuhan kebutuhan yang mendesak, c. Hendaknya dapat menerima dirinya; d. Kelincahan; serta e. Penyesuaian dan persesuaian. Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa penyesuaian diri yang baik adalah dapat menciptakan hubungan yang harmonis antara diri kita dengan lingkungan untuk memenuhi keperluan, hasrat dan keinginan, serta tuntutan yang wajar dari lingkungan agar mendekatkan pada tujuan hidup. Dari beberapa pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri berasal dari dalam dan luar individu yang sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan, keinginan serta tuntutan dari lingkungan agar tercipta hubungan yang serasi dan seimbang.
32
2.2.4 Proses Penyesuaian Diri Proses penyesuaian diri menurut Schneiders (1984) dalam Ali dan Asrori (2005 : 176) melibatkan tiga unsur, yaitu: 1. Motivasi 2. Sikap terhadap realitas 3. Pola dasar penyesuaian diri Dari masing-masing unsur tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Motivasi, yaitu respon penyesuaian diri, baik atau buruk, secara sederhana dapat dipandang sebagai suatu upaya organisme untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara keseimbangan yang lebih wajar. Kualitas respon, apakah itu sehat, efisien, merusak, atau patologis ditentukan oleh kekuatan motivasi. Selain itu, hubungan individu dengan lingkungan juga dapat menentukan kualitas yang baik atau buruk. 2. Sikap terhadap realitas, yaitu sikap yang sehat terhadap realitas dan kontak yang baik terhadap realitas itu sangat diperlukan bagi proses penyesuaian diri yang sehat. Sebaliknya, sikap yang kurang sehat terhadap realitas akan sangat menganggu hubungan antara penyesuaian diri dengan realitas. 3. Pola dasar penyesuaian diri, yaitu pola dasar penyesuaian diri akan menjadi tolak ukur dalam penyesuaian diri dalam kehidupan sehari-hari. Individu akan mengalami ketegangan dan frustasi apabila gagal dalam memenuhi keinginannya atau kebutuhannya. Sebaliknya, apabila individu dapat membebaskan diri ketegangan dan frustasi serta dapat mewujudkan
33
keinginannya tersebut, maka individu dapat melakukan penyesuaian diri yang baik pula. Sunarto dan Hartono (2008: 222) mengemukakan bahwa ―penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan‖. Oleh karena itu penyesuaian diri merupakan proses sepanjang hayat (life long process), dan manusia terus-menerus berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi yang sehat. Berdasakan penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa respon penyesuaian diri, baik atau buruk, dapat dimaknai sebagai suatu usaha atau kemampuan individu dalam mereduksi atau menjauhi ketegangan untuk memelihara kondisi-kondisi keseimbangan yang lebih wajar dan sehat antara tuntutan internal dan eksternal untuk membebaskan diri dari ketegangan tersebut agar tercipta hubungan yang harmonis. Alex Sobur (2011 : 530-531) mengartikan bahwa proses penyesuaian diri, yaitu: ―Pada dasarnya, pengertian luas mengenai proses penyesuaian diri itu terbentuk sesuai dengan hubungan individu dengan lingkungan sosialnya, yang dituntut dari individu, tidak hanya mengubah kelakuannya dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhan dirinya dalam dan keadaan di luar, dalam lingkungan tempat ia hidup, tetapi ia juga dituntut untuk menyesuaikan diri dengan adanya orang lain dan macam-macam kegiatan mereka. Maka, orang yang ingin menjadi anggota dari suatu kelompok, ia berada dalam posisi dituntut untuk menyesuaikan diri dengan kelompok itu‖. Menurut penjelasan dari pendapat tersebut, bahwa proses penyesuaian diri adalah proses adaptasi individu dengan anggota kelompoknya, dimana individu dituntut untuk mengikuti aturan yang berlaku pada kelompok tersebut. Sehingga,
34
bentuk-bentuk kegiatan yang akan dilakukan oleh kelompok wajib diikuti oleh masing-masing individu yang berada dalam kelompok itu. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa proses penyesuaian diri merupakan pola dasar penyesuaian diri untuk mencapai keseimbangan dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat agar menjadi pribadi yang sehat. Berdasarkan beberapa uraian di atas mengenai pengertian penyesuaian diri, karakteristik penyesuaian diri, faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, dan proses penyesuaian diri, maka aspek-aspek yang akan dijadikan indikator dalam penelitian ini diambil dari karakteristik penyesuaian diri secara positif yang terdiri dari tujuh indikator, yaitu: a. Kestabilan emosi, yaitu individu dapat menenangkan diri, mengatur emosi, mengatasi dorongan emosi dalam bentuk penyaluran emosi dengan melakukan kegiatan emosi, dan mempertahankan sikap positif yang realistis terutama dalam menghadapi masa-masa sulit. b. Mengelola mekanisme psikologis, seperti kondisi psikologis stabil dalam menghadapi masalah, memecahkan problem adaptif (penyesuaian), dan mengatur aktivitas fisiologi. c. Menekan
frustasi
pribadi,
yaitu
individu
mampu
mengontrol
dan
mengendalikan frustasi secara sehat, wajar, dan profesional, perasaan nyaman, menyembunyikan dan menekan sikap frustasi, serta bersaing secara sehat.
35
d. Pertimbangan rasional dan pengarahan diri, yaitu individu dapat melakukan perencanaan yang cermat dengan mempertimbangkan untung dan rugi dan memilih tindakan yang tepat. e. Kemampuan belajar, yaitu individu mampu menyelesaikan tugas yang diberikan guru, mengikuti pelajaran produktif dengan baik, mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain, semangat dalam mengikuti pelajaran (normatif, adaptif, produktif), berpartisipasi pada saat pelajaran berlangsung, memusatkan perhatian terhadap pelajaran yang diikuti. f. Menghargai pengalaman, yaitu individu belajar dari pengalaman dan toleran terhadap pengalaman traumatik. g. Bersikap realistis dan objektif, yaitu individu dapat mengenali dan menerima diri sendiri apa adanya, bertindak sesuai dengan potensi-potensi positif, bersikap terbuka dan menerima umpan balik, dan menaati peraturan yang berlaku.
2.3 Program Keahlian 2.3.1 Pengertian Program Keahlian Dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0490/U/1992, pasal 1 menjelaskan tentang SMK, ‖Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah bentuk satuan pendidikan menengah pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan
36
dasar serta mempersiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap professional‖. Program keahlian adalah sebuah pilihan paket bidang studi yang lebih spesifik atau khusus dalam disiplin ilmu tertentu. Menurut Direktorat Pengembangan SMK Depdiknas (2007) program keahlian adalah
program
pendidikan kejuruan yang mampu membentuk lulusannya menguasai satu jenis profesi keahlian formal yang berjenjang dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Pemilihan program jurusan, merupakan serangkaian kegiatan bimbingan dalam membantu siswa agar dapat menyalurkan atau menempatkan dirinya dalam berbagai program sekolah, kegiatan belajar, kegiatan menuju sambungan atau dunia kerja secara tepat berdasarkan pertimbangan kecakapan, bakat, minat, kebutuhan dan ciri-ciri pribadi diri siswa yang bersangkutan, Mapiere (1984). Pemilihan program jurusan menurut Ghani (1986) adalah suatu proses penempatan dalam pemilihan program studi. Hakim (2000) menyatakan bahwa siswa dikatakan tepat dalam memilih pemilihan program jurusan apabila telah memenuhi beberapa aspek yaitu sebagai berikut: a. Pemahaman diri Pemahaman diri adalah tingkat kemampuan siswa untuk dapat memahami tentang keadaan dirinya sendiri. Pemahaman diri meliputi: 1. Kesesuaian bakat dengan program jurusan
37
2. Bakat merupakan suatu potensi bawaan sejak lahir (kemampuan terpendam) yang memungkinkan seseorang memiliki kemampuan atau keterampilan tertentu. 3. Kesesuaian minat dengan program jurusan 4. Minat individu ditandai dengan adanya rasa senang dan tidak senang, suka atau tidak suka terhadap sesuatu pekerjaan, benda, dan situasi. 5. Kesesuaian prestasi akademik dengan program jurusan. Prestasi akademik merupakan kemampuan yang dicapai siswa dalam bidang studi atau mata pelajaran yang menggambarkan aspek kemampuan. 6. Kesesuaian cita-cita dengan program jurusan Cita-cita merupakan keinginan atau kebutuhan seseorang dalam kehidupan yang berhubungan dengan karir dan pekerjaan yang diinginkan. Penjurusan pada SMK sesuai dengan kurikulum KTSP SMK yang didasarkan pada sprektrum pendidikan yang diatur oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008). Yang dimaksud penjurusan pada SMK menyangkut dua hal: a. Pembukaan dan penutupan bidang/program studi keahlian dan kompetensi keahlian di SMK yang diatur dalam Kepmendiknas No.60/U/2002 dan keputusan Dirjen Mandikdasmen No.251/C/KEP/MN/2008. b. Persyaratan siswa memilih masuk kompetensi keahlian tertentu, meliputi: 1. Persyaratan akademik : seperti nilai hasil UN, nilai tes masuk 2. Non akademik : antara lain persyaratan administrasi, persyaratan tidak buta warna, tinggi badan (tergantung program keahlian)
38
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa program keahlian merupakan program pendidikan kejuruan agar siswa menguasai satu jenis profesi keahlian formal yang berjenjang dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Penjurusan di SMK mengacu pada kurikulum KTSP SMK yang didasarkan pada sprektrum pendidikan yang diatur oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008).
2.3.2 Tujuan Program Keahlian Pengurus besar IPBI (1998) menyatakan tujuan program penjurusan adalah: a) Siswa dapat memperoleh informasi yang lengkap dan jelas tentang berbagai kemungkinan pilihan yang ada bagi kelanjutan pendidikannya. b) Siswa dapat memilih program jurusan yang ada sesuai dengan kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat, minat, kecenderungan pribadi dan hal-hal yang dapat mempengaruhi kelanjutan pendidikannya. Ghani (1986) menyebutkan bahwa tujuan program penjurusan adalah: a) Mengelompokkan siswa yang mempunyai kecakapan dan kemampuan bakat dan
minat yang relatif sama. b) Membantu siswa dalam melanjutkan studi dan memilih dunia kerja c) Membantu meramalkan keberhasilan untuk mencapai prestasi yang baik dan
kelanjutan studi. d) Membantu memperkokoh keberhasilan dan kecocokan atas prestasi yang
akan dicapai diwaktu yang akan datang.
39
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2007) tujuan diadakannya penjurusan atau program keahlian yaitu: a. Mengelompokkan siswa sesuai kecakapan, kemampuan, bakat, dan minat yang relatif sama. b. Membantu mempersiapkan siswa melanjutkan keahlian dan memilih dunia kerja. c. Membantu memperkokoh keberhasilan dan kecocokan atas prestasi yang akan dicapai di waktu mendatang (kelanjutan keahlian dan dunia kerja). Dalam program keahlian ini, siswa diberi kesempatan memilih program keahlian yang cocok dengan karakteristik dirinya. Ketepatan memilih program keahlian dapat menentukan keberhasilan siswa. Sebaliknya, kesempatan yang sangat baik bagi siswa akan hilang karena kekurangtepatan menentukan program keahlian. Pengambilan program keahlian bagi siswa bukanlah hanya sekedar pilihan yang telah dipilihnya, melainkan pilihan program keahlian yang benar-benar sesuai dan cocok dengan potensi diri, sehingga setiap siswa akan merasa senang menjalankan pilihan program keahlian yang telah dipilihnya. Selain itu siswa akan berusaha semaksimal mungkin dalam meningkatkan prestasi, mengembangkan potensi diri, lingkungan, serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang kegiatan belajarnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan program keahlian yaitu siswa memperoleh informasi yang lengkap dan jelas bagi
40
kelanjutan pendidikannya serta siswa dapat memilih dengan tepat program keahlian yang sesuai dengan kemampuannya.
2.3.3 Kriteria Masuk Program Keahlian Telah dijelaskan di muka bahwa penjurusan pada SMK sesuai dengan kurikulum KTSP SMK yang didasarkan pada sprektrum pendidikan yang diatur oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008). Dengan demikian, kriteria masuk program keahlian di SMK negeri 1 Purbalingga juga dengan memperhatikan aspek akademik dan non akademik. Untuk itu, kriteria masuk program keahlian di SMK negeri 1 Purbalingga tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: a. Persyaratan akademik, yaitu siswa berhak memilih salah satu dari ke lima program keahlian, selanjutnya siswa akan diseleksi berdasarkan pada nilai hasil UN (ijasah SMP). Siswa-siswa yang bisa masuk adalah siswa yang mempunyai hasil nilai UN yang paling tinggi berdasarkan kuota kelas yang tersedia di masing-masing program keahlian yaitu untuk Akuntansi ada 3 kelas, Administrasi Perkantoran 3 kelas, Pemasaran 2 kelas, Rekayasa Perangkat Lunak 2 kelas dan Teknik Komputer Jaringan 2 kelas (Data Sekolah SMK Negeri 1 Purbalingga Tahun Ajaran 2012/2013). b. Non akademik, yaitu persyaratan administrasi, persyaratan tidak buta warna, tinggi badan (sesuai program keahlian).
41
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kriteria masuk program keahlian di SMK Negeri 1 Purbalingga dengan memperhatikan dua aspek, yaitu aspek akademik dan aspek non akademik.
2.3.4 Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian Penyesuaian diri terhadap program keahlian merupakan suatu usaha atau kemampuan siswa terhadap program pendidikan kejuruan agar menguasai satu jenis profesi keahlian formal yang berjenjang dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap program keahliannya, sehingga ia merasa puas terhadap dirinya dan terhadap program keahliannya tersebut. Super (dalam Suharlinah, 2006) menguraikan ―anak mulai mengembangkan bakat dan minatnya terhadap satu atau beberapa bidang, walaupun masih bersifat eksploratif (mencari-cari/mencoba-coba)‖. Sejalan dengan teori super ini maka perkembangan karir dapat disamakan dengan proses perkembangan penyesuaian diri. Apabila penyesuaian diri berubah maka akan terjadi perubahan pula dalam memilih karir. Banyak orang berpandangan, pilihlah jurusan yang gampang (gampang masuk dan gampang lulus), supaya gampang dapat pekerjaan dan regardless sesuai minat atau tidak. Sebenarnya pandangan ini perlu ditinjau ulang karena memilih suatu jurusan bukanlah persoalan yang mudah. Untuk memilih jurusan, siswa perlu memperhitungakan beberapa faktor seperti kemampuan, minat, bakat,
42
kepribadian, dan lain-lain. Salah memilih jurusan punya dampak yang signifikan terhadap kehidupan anak di masa mendatang. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri terhadap program keahlian yaitu kemampuan siswa dalam menempati program keahlian terhadap satu bidang keahlian. Dalam hal ini siswa harus mampu menyesuaikan diri dengan program keahliannya berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan oleh direktort PSMK.
Oleh karena itu, siswa harus dapat
memenuhi standar kompetensi yang ada. Standar kompetensi diberikan sebagai subtansi diklat menurut Depdiknas (2004 :8-9) dikemas menjadi tiga kelompok, yaitu: a) Program Normatif Program normatif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk peserta didik menjadi pribadi utuh, yang memiliki norma-norma kehidupan sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial (anggota masyarakat) baik sebagai warga negara Indonesia maupun sebagai warga dunia. Program normatif diberikan agar peserta didik bisa hidup dan berkembang selaras dalam kehidupan pribadi, sosial, dan bernegara. Program ini berisi mata diklat yang lebih menitikberatkan pada norma, sikap, dan perilaku yang harus diajarkan, ditanamkan, dan dilatihkan pada peserta didik, di samping kandungan pengetahuan dan keterampilan yang ada di dalamnya. Mata diklat pada kelompok normatif berlaku sama untuk semua program keahlian.
43
b) Program Adaptif Program adaptif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja, serta mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Program adaptif berisi mata diklat yang lebih menitikberatkan pada pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk memahami dan menguasai konsep dan prinsip dasar ilmu dan teknologi yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari dan atau melandasi kompetensi untuk bekerja. Program adaptif diberikan agar peserta didik tidak hanya memahami danmenguasai ―apa‖ dan ―bagaimana‖ suatu pekerjaan dilakukan, tetapi memberi juga pemahaman dan penguasaan tentang ―mengapa‖ hal tersebut harus dilakukan. Program adaptif terdiri dari kelompok mata diklat yang berlaku sama bagi semua program keahlian dan mata diklat yang hanya berlaku bagi program keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing program keahlian. c) Program Produktif Program produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Dalam hal SKKNI belum ada, maka digunakan standar kompetensi yang disepakati oleh forum yang dianggap mewakili dunia usaha/industri atau asosiasi profesi. Program produktif bersifat melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia
44
usaha/industri atau asosiasi profesi. Program produktif diajarkan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian. Ketika seseorang sudah mengambil program keahlian, banyak yang harus dilakukan. Salah satunya yang paling penting adalah siswa harus mampu menyesuaikan diri dengan program keahliannya tersebut. Hal ini dikarenakan SMK mencetak lulusannya untuk siap bekerja dengan keterampilan yang telah dimiliki dari hasil belajar pada program keahlian yang diambil. Sehingga siswa harus dapat menyesuaikan diri dari sekarang sejak kelas X agar mendapatkan keahlian sejak awal, yang pada akhirnya ketika duduk di kelas XI dan XII sudah dapat lebih terampil dalam menekuni bidang keahliannya, bukan malah sebaliknya yaitu tidak mendapatkan atau mengetahui program keahliannya sendiri. Dengan demikian, ketika siswa sudah lulus nanti akan dapat bekerja sesuai keahliannya tersebut. Selain itu, yang paling penting adalah siswa dapat memperoleh prestasi belajar yang baik. Untuk itu, siswa dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan program keahliannya, baik dengan guru, teman, ataupun mata pelajarannya agar tidak mengganggu perolehan prestasi belajarnya dan tidak menghambat karir masa depannya. Sehingga siswa akan berhasil dalam meraih prestasi di sekolah sebagai bekal untuk karier masa depan maupun untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
45
2.4 Layanan Bimbingan Kelompok 2.4.1 Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok Dalam bimbingan dan konseling ada beberapa layanan. Salah satu layanan yang ada dalam bimbingan dan konseling adalah layanan bimbingan kelompok. Prayitno (2004: 309) menyatakan bahwa bimbingan kelompok ialah layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok.
―Bimbingan kelompok
dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli atau peserta didik‖ (Mamat Supriatna, 2011 : 97). Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran. Robert L. Gibson dan Marianne H.Mitchell (2011 : 52) menyatakan bahwa ―bimbingan kelompok mengacu kepada aktivitas-aktivitas kelompok yang berfokus kepada penyediaan informasi atau pengalaman melalui sebuah aktivitas kelompok yang terencana dan terorganisasi‖. Contoh aktivitas bimbingan kelompok ini adalah kelompok orientasi, kelompok pengeksplorasian karier, hari kunjungan universtas, dan bimbingan kelas. Isi dari bimbingan kelompok mencakup informasi pendidikan, pekerjaan, pribadi atau sosial. Romlah (2001: 3) mengemukakan bahwa ―bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok‖. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa
46
bimbingan kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang dianutnya, dan dilaksanakan dalam situasi kelompok. Gazda (1978, dalam prayitno, 2004) mengemukakan bahwa ―bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat‖. Gazda juga menyebutkan bahwa ―bimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial‖. Kegiatan bimbingan kelompok berupa penyampaian informasi yang tepat mengenai masalah pendidikan, pekerjaaan, pemahaman pribadi, penyesuaian diri, dan masalah hubungan antar pribadi. Dengan demikian bahwa kegiatan dalam kelompok ialah pemberian informasi untuk keperluan tertentu bagi para anggota kelompok. Sedangkan menurut Sukardi (2008 : 64) ―layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (terutama guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat‖. Bimbingan kelompok juga dapat diartikan ―sebagai pelayanan bimbingan yang diberikan kepada lebih dari satu orang pada waktu yang bersamaan‖ (Winkel, 2004 : 563). Wibowo (2005: 17) menyatakan bahwa bimbingan kelompok adalah ―suatu kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi
47
dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bersama‖. Kegiatan bimbingan kelompok akan terlihat hidup jika di dalamnya terdapat dinamika kelompok. Dinamika kelompok merupakan media efektif bagi anggota kelompok dalam mengembangkan aspek-aspek positif ketika mengadakan komunikasi antarpribadi dengan orang lain. Prayitno (1995: 178) mengemukakan bahwa ―bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok‖. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya. Dari beberapa pengertian bimbingan kelompok di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok yaitu adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan sebagainya, dimana pemimpin kelompok menyediakan informasiinformasi
yang
bermanfaat
agar
dapat
membantu
individu
mencapai
perkembangan yang optimal.
2.4.2 Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok Ada beberapa tujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh beberapa ahli, adalah sebagai berikut:
48
Robert L. Gibson dan Marianne H.Mitchell (2011 : 52) mengemukakan bahwa ―tujuan diadakannya bimbingan kelompok adalah menyediakan kepada siswa informasi akurat yang akan membantu mereka membuat perencanaan hidup dan pengambilan keputusan yang lebih tepat‖. Bimbingan kelompok juga diorganisasikan untuk mencegah berkembangnya problem. Menurut Amti (1992: 108) bahwa ―tujuan bimbingan kelompok terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus‖. Secara umum bimbingan kelompok betujuan untuk membantu para siswa yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Selain itu juga mengembangkan pribadi masing-masing anggota kelompok melalui berbagai suasana yang muncul dalam kegiatan itu, baik suasana yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Secara khusus bimbingan kelompok bertujuan untuk: a) Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat di hadapan temantemannya. b) Melatih siswa dapat bersikap terbuka di dalam kelompok c) Melatih siswa untuk dapat membina keakraban bersama teman-teman dalam kelompok khususnya dan teman di luar kelompok pada umumnya. d) Melatih siswa untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan kelompok. e) Melatih siswa untuk dapat bersikap tenggang rasa dengan oran lain. f) Melatih siswa memperoleh keterampilan sosial. g) Membantu siswa mengenali dan memahami dirinya dalam hubungannya dengan orang lain.
49
Tujuan bimbingan kelompok seperti yang dikemukakan oleh (Prayitno, 1995: 178) adalah: a) Mampu berbicara di depan orang banyak b) Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan dan lain sebagainya kepada orang banyak c) Belajar menghargai pendapat orang lain d) Bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya e) Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan yang bersifat negatif) f) Dapat bertenggang rasa g) Menjadi akrab satu sama lainnya h) Membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau menjadi kepentingan bersama ―Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (terutama guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat‖ (Sukardi, 2008: 64). Layanan bimbingan kelompok merupakan media pengembangan diri untuk dapat berlatih berbicara, menanggapi, memberi menerima pendapat orang lain, membina sikap dan perilaku yang normatif serta aspek-aspek positif lainnya yang pada gilirannya individu dapat mengembangkan potensi diri serta dapat meningkatkan perilaku komunikasi antarpribadi yang dimiliki.
50
―Tujuan bimbingan kelompok adalah untuk memberi informasi dan data untuk mempermudah pembuatan keputusan dan tingkah laku‖ (Wibowo, 2005 : 17). Sedangkan Gazda (dalam Wibowo, 2005 : 18) menyatakan bahwa ―tujuan yang dicapai dalam bimbingan kelompok adalah untuk pengembangan pribadi, pembahasan topik-topik atau masalah-masalah umum secara luas dan mendalam yang bermanfaat bagi para anggota kelompok sehingga terhindar dari permasalahan yang berkaitan dengan topik atau masalah yang dibahas‖. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan kelompok adalah sebagai media pengembangan diri dan pemberian informasi untuk membahas masalah-masalah umum secara mendalam untuk melatih siswa, baik dalam berbicara, mengeluarkan pendapat, menanggapi pendapat orang lain maupun bertenggang rasa antar anggota kelompok dalam suasana yang menyenangkan maupun menyedihkan agar dapat memperoleh keterampilan sosial serta dapat mengembangkan potensi yang dimiliki.
2.4.3 Asas-Asas Layanan Bimbingan Kelompok Menurut Munro, dkk (dalam Prayitno, 2004 : 14) dalam penyelenggaraan kegiatan bimbingan kelompok terdapat beberapa asas yang perlu diterapkan oleh pemimpin kelompok, yaitu: (a) asas kesukarelaan; (b) asas keterbukaan, (c) asas kegiatan; (d) asas kenormatifan; dan (e) asas kerahasiaan. Dari masing asas-asas yang terdapat dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok di atas akan diuraikan sebagai berikut:
51
a) Asas kesukarelaan, yaitu kesukarelaan angota kelompok dimulai sejak awal rencana pembentukan kelompok oleh pemimpin kelompok. Kesukarelaan terus-menerus dibina melalui upaya pemimpin kelompok mengembangkan syarat-syarat kelompok yang efektif dan penstrukturan tentang layanan bimbingan kelompok. Dengan kesukarelaan tersebut, anggota kelompok dapat mewujudkan peran aktif diri mereka masing-masing untuk mencapai tujuan layanan. b) Asas keterbukaan, yaitu semua anggota dapat terbuka menampilkan diri secara spontan tanpa rasa takut, malu, ragu atau dipaksa oleh teman lain atau pemimpin kelompok. Keterusterangan dan kejujuran dari anggota kelompok dalam menyampaikan atau memberi masukan maupun menanggapi pendapat teman lain akan menciptakan suasana yang hangat dan intensif. Para anggota bebas dan terbuka mengemukakan pendapat, ide, saran, tentang apa saja yang dirasakan dan dipikirkannya tanpa adanya rasa malu dan ragu-ragu. c) Asas kegiatan, yaitu para anggota diminta berperan aktif dalam mengikuti kegiatan, yaitu anggota diminta mengeluarkan dan menanggapi pendapat teman serta memberi masukan yang dilakukan dalam bentuk diskusi. Sehingga diharapkan peran dari semua anggota kelompok dapat menciptakan dinamika kelompok untuk memperkaya isi bahasan agar masukan dan sentuhan semakin kaya dan terasa. d) Asas kenormatifan, yaitu semua anggota dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok wajib menaati norma-norma yang berlaku, baik dalam cara berkomunikasi, bertatakrama, dan dalam mengemas isi bahasan. Semua
52
anggota kelompok saling menghormati dan menghargai pendapat teman dan tidak boleh menyinggung maupun menyakiti hati anggota kelompok lain. Apapun yang dibicarakan dalam kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan kebiasaan yang berlaku. e) Asas kerahasiaan, yaitu segala sesuatu yang dibahas dan muncul dalam kelompok hendaknya menjadi rahasia kelompok yang hanya boleh diketahui oleh anggota kelompok dan tidak disebarluaskan ke luar kelompok. Para anggota harus menyimpan dan merahasiakan informasi apa yang dibahas dalam kelompok, terutama hal-hal yang tidak layak diketahui orang lain. Dari beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemimpin kelompok dapat menerapkan asas-asas yang berlaku dalam penyelenggaraan kegiatan bimbingan kelompok dan anggota kelompok wajib menaati asas-asas yang berlaku agar kegiatan dapat berjalan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dan tujuan bimbingan kelompok dapat tercapai dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang berkembang.
2.4.4 Pendekatan Kelompok Prayitno (1995) menyatakan bahwa ―dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling melalui pendekatan kelompok, terdapat dua jenis kelompok yang dikembangkan, yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas‖. Anggota dari kelompok bebas adalah melakukan kegiatan kelompok tanpa penugasan tertentu, dan kehidupan kelompok itu memang tidak disiapkan secara khusus sebelumnya. Pada kelompok tugas, arah dan isi kegiatan kelompok ditetapkan terlebih dahulu,
53
sesuai dengan namanya kelompok tugas pada dasarnya diberi tugas untuk menyelesaikan sesuatu atau membahas sesuatu, baik tugas itu dari dalam kelompok, maupun dari hasil kegiatan kelompok itu sebelumnya. Layanan bimbingan kelompok membahas materi atau topik-topik umum, baik topik tugas maupun topik bebas. Pada kelompok tugas, arah dan isi kegiatan kelompok ditetapkan terlebih dahulu, sesuai dengan namanya kelompok tugas pada dasarnya diberi tugas untuk menyelesaikan sesuatu atau membahas sesuatu, baik tugas itu dari dalam kelompok, maupun dari hasil kegiatan kelompok itu sebelumnya. Tohirin (2007) mengemukakan bahwa ―bimbingan kelompok dengan topik tugas merupakan bimbingan kelompok dimana isi atau bahasan bimbingan kelompok telah ditentukan oleh pimpinan kelompok‖. Topik tugas adalah topik atau bahasan yang diberikan oleh pembimbing (pimpinan kelompok) kepada kelompok untuk dibahas. Dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok dengan topik tugas merupakan pemberian bantuan terhadap individu dalam situasi kelompok berupa penyampaian informasi ataupun aktifitas kelompok yang membahas masalah pendidikan, pekerjaan, pindah program, peta sosiometri, pribadi dan sosial, dimana topik yang akan dibahas telah ditentukan oleh pemimpin kelompok. Berbagai informasi berkenaan dengan orientasi siswa baru, pilihan program jurusan (keahlian) dan peta sosiometri siswa serta bagaimana mengembangkan hubungan antar siswa dapat disampaikan dan dibahas dalam bimbingan kelompok (Mc. Daniel, 1956 dalam //http//blogspot.com).
54
Selain itu dijelaskan dalam (Hartinah, 2000) fungsi utama bimbingan kelompok adalah ―fungsi pemahaman dan pengembangan, dan salah satu materi utamanya ialah pemahaman tentang pilihan dan persiapan memasuki jurusan atau program studi dan pendidikan lanjutan‖. Tujuan umun bimbingan kelompok bimbingan kelompok dengan topik tugas menurut Prayitno (2004) ―bertujuan agar berkembangnya
kemampuan
sosialisasi
siswa,
khususnya
kemampuan
komunikasi peserta layanan‖. Secara khusus membahas topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual (hangat) dan menjadi perhatian peserta. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Dengan topik yang telah ditentukan oleh pemimpin kelompok yaitu konselor. Melalui topik tugas, yaitu dimana materi yang akan dibahas ditentukan oleh pemimpin kelompok sehingga arah pembahasan materi dapat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa.
2.4.5 Tahap-Tahap Bimbingan Kelompok Bimbingan kelompok berlangsung melalui empat tahap. Menurut (Prayitno, 1995: 40-60) tahap-tahap bimbingan kelompok adalah sebagai berikut: a. Tahap Pembentukan (Awal) Dalam tahap ini dimulai dengan perekrutan anggota kelompok melalui: 1) Pengenalan dan Pengungkapan Tujuan
55
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan masing-masing anggota ingin dicapai baik oleh masingmasing sebagian maupun seluruh anggota kelompok. Dalam tahap pembentukan ini peranan pemimpin kelompok memunculkan dirinya sehingga tertangkap oleh para anggota sebagai orang yang benar-benar bisa dan bersedia membantu para anggota kelompok mencapai tujuan mereka. Peranan pemimpin kelompok yaitu menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok. Selanjutnya pemimpin kelompok mengadakan permainan untuk mengakrabkan masing-masing anggota sehingga menunjukkan sikap hangat, tulus dan penuh empati. 2) Terbangunnya Kebersamaan Hasil
dari
suatu
kelompok
(yaitu
menjelang
dimasukinya
tahap
―pembentukan‖), mungkin adalah suatu keadaan dimana para anggota kelompok itu belum merasa adanya keterikatan antara anggota kelompok. Dengan keadaan seperti itu peranan utama pemimpin kelompok ialah merangsang dan memantapkan keterlibatan orang-orang baru itu dalam suasana kelompok yang diinginkan. Disamping itu,
pemimpin kelompok juga perlu membangkitkan
minat-minat dan kebutuhannya serta rasa kepentingan para anggota mengikuti kegiatan kelompok yang sedang dimulai digerakkan itu. Pemimpin kelompok harus mampu menumbuhkan sikap kebersamaan dan perasaan sekelompok. Jika pada awal sebagian besar anggota kelompok tidak
56
berkehendak untuk mengambil peranan dan tanggung jawab dalam keterlibatan kelompok, maka tugas pemimpin kelompok ialah membalikkan keadaan itu, yaitu merangsang dan menggairahkan seluruh anggota kelompok untuk mampu ikut serta secara bertanggung jawab dalam kegiatan kelompok. Penjelasan tentang asas kerahasiaan, kesukarelaan, kegiatan, keterbukaan, dan kenormatifan akan membantu masing-masing anggota untuk mengarahkan peranan diri sendiri terhadap anggota lainnya dan pencapaian tujuan bersama. 3) Keaktifan Pemimpin Kelompok Peranan pemimpin kelompok dalam tahap pembentukkan hendaklah benarbenar aktif. Ini tidak berarti bahwa pemimpin kelompok berceramah atau mengajarkan apa yang seharusnya dilakukan oleh anggota kelompok. Pemimpin kelompok perlu memusatkan usahanya pada: (a) penjelasan tentang tujuan kegiatan; (b) penumbuhan rasa saling mengenal antara anggota; (c) penumbuhan sikap saling mempercayai dan saling menerima; dan (d) dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan suasana perasaan dalam kelompok. b. Tahap Peralihan 1) Suasana Kegiatan Sebelum melangkah lebih lanjut ke tahap kegiatan, kelompok yang sebenarnya, pemimpin kelompok menjelaskan apa yang dilakukan oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan lebih lanjut dalam kegiatan kelompok, yaitu kegiatan yang inti dari keseluruhan kegiatan untuk memasuki ―tahap inti‖ maka tahap peralihan perlu ditempuh. Pada tahap ini pemimpin kelompok menjelaskan peranan para anggota kelompok dalam ‖kelompok bebas atau kelompok tugas‖.
57
Kemudian pemimpin kelompok menawarkan apakah para anggota sudah siap untuk kegiatan lebih lanjut. Tawaran ini barangkali menimbulkan suasana ketidakseimbangan para anggota atau para anggota itu dipenuhi oleh berbagai tanda tanya tentang ―apa yang akan terjadi pada kegiatan selanjutnya?‖.
2) Suasana Ketidakseimbangan Suasana ketidakseimbangan dapat mewarnai tahap peralihan ini. Sering kali terjadi konflik atau bahkan konfrontasi antara anggota kelompok dan pemimpin kelompok. Ketidaksesuaian disini terjadi dalam keadaan seperti itu, banyak anggota merasa tertekan ataupun resah yang menyebabkan tingkah laku mereka menjadi tidak sebagaimana biasanya. Keengganan atau bahkan penolakan dapat berkembang menjadi bentuk-bentuk (dengan kata-kata) terhadap anggota lain atau kelompok secara keseluruhan atau bahkan terhadap pemimpin kelompok. Bentukbentuk lain dari keengganan itu dapat berupa salah paham terhadap tujuan dan cara-cara kerja yang dikehendaki, menolak untuk melakukan sesuatu dan menginginkan pengarahan yang lebih banyak dari pemimpin kelompok. Dalam tahap ini pemimpin kelompok mampu menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka. Bila perlu, beberapa hal pokok yang telah diuraikan pada tahap pertama seperti tujuan dan asas-asas kegiatan kelompok ditegaskan dan dimantapkan kembali, sehingga anggota kelompok telah siap melaksanakan tahap bimbingan kelompok selanjutnya. 3) Jembatan antara Tahap I dan Tahap III
58
Tahap kedua merupakan ―jembatan‖ antara tahap pertama dan ketiga. Dalam hal ini pemimpin kelompok membawa para anggota meniti jembatan tersebut dengan selamat. Bila perlu, beberapa hal pokok yang telah diuraikan pada tahap pertama seperti tujuan dan asas-asas kegiatan kelompok ditegaskan dan dimantapkan kembali, sehingga anggota kelompok telah siap melaksanakan tahap bimbingan kelompok selanjutnya. c. Tahap kegiatan Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok. Namun, kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini amat tergantung pada hasil dari dua tahap sebelumnya. Jika dua tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka tahap ketiga itu akan berhasil dengan lancar. Pemimpin kelompok dapat lebih santai dan membiarkan para anggota sendiri yang melakukan kegiatan tanpa banyak campur tangan dari pemimpin kelompok. Di sini prinsip tut wuri handayani dapat diterapkan. Tahap kegiatan ini merupakan tahap inti dimana masing-masing anggota kelompok saling berinteraksi memberikan tanggapan dan lain sebagainya yang menunjukkan hidupnya kegiatan bimbingan kelompok yang pada akhirnya membawa ke arah bimbingan kelompok sesuai tujuan yang diharapkan. d. Tahap Pengakhiran Pada tahap ini merupakan tahap berhentinya kegiatan. Dalam pengakhiran ini terdapat kesepakatan kelompok apakah kelompok akan melanjutkan kegiatan dan bertemu kembali serta berapa kali kelompok itu bertemu. Dengan kata lain, kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan melakukan
59
kegiatan. Dapat disebutkan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah: (a) menjelaskan kegiatan akan diakhiri; (b) penilaian segera (UCA), dan pembahasan kegiatan lanjutan. Mamat Supriatna (2011 : 97-99) menyatakan bahwa ―penyelenggaraan bimbingan kelompok memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan kegiatan yang memadai, dari langkah awal sampai dengan evaluasi dan tindak lanjutnya‖. Adapun untuk masing-masing langkahnya akan diuraikan di bawah ini, yaitu: 1. Langkah Awal Langkah atau tahap awal diselenggarakan dalam rangka pembentukan kelompok sampai dengan mengumpulkan para peserta yang siap melaksanakan kegiatan kelompok. Langkah awal ini dimulai dengan penjelasan tentang adanya layanan bimbingan kelompok bagi para peserta didik, pengertian, tujuan, dan kegunaan bimbingan kelompok. Langkah selanjutnya adalah menghasilkan kelompok yang langsung merencanakan waktu dan tempat menyelenggarakan kegiatan bimbingan kelompok. 2. Perencanaan Kegiatan Perencanaan kegiatan bimbingan kelompok meliputi penetapan: a) materi layanan; b) tujuan yang ingin dicapai; c) sasaran kegiatan; d) bahan atau sumber bahan untuk bimbingan kelompok; e) rencana penilaian; f) waktu dan tempat. 3. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan yang telah direncanakan itu selanjutnya dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut:
60
a. Persiapan
menyeluruh
yang
meliputi
persiapan
fisik
(tempat
dan
kelengkapan), persiapan bahan, persiapan keterampilan, dan persiapan administrasi. Mengenai persiapan keterampilan, untuk penyelenggaraan bimbingan kelompok, guru pembimbing dan konseling diharapkan mampu melaksanakan teknik-teknik, seperti a) teknik umum yaitu ―Tiga M‖ : mendengar dengan baik, memahami secara penuh, merespons secara tepat dan positif; dorongan minimal; penguatan; dan keruntutan. b) keterampilan memberikan tanggapan: mengenal perasaan peserta; mengungkapkan perasaan sendiri; dan merefleksikan. c) keterampilan pengarahan : memberikan informasi; memberikan nasihat; bertanya secara langsung dan terbuka; mempengaruhi dan mengajak, menggunakan contoh pribadi; memberikan penafsiran; mengonfrontasikan; mengupas masalah; dan menyimpulkan. Satu hal lagi yang perlu dipersiapkan oleh guru bimbingan dan konseling ialah keterampilan memantapkan asas kerahasiaan kepada seluruh peserta. b. Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan. Tahap 1 atau pembentukan, yaitu temanya pengenalan, pelibatan dan pemasukan diri. Sedangkan kegiatannya berupa: a) mengungkapkan pengertian dan tujuan bimbingan kelompok; b) menjelaskan cara-cara dan asas-asas bimbingan dan kelompok; c) saling memperkenalkan dan
mengungkapkan
diri;
d)
teknik
khusus;
e)
permainan
penghayatan/pengakraban. Tahap 2 atau peralihan, yaitu kegiatannya berupa: a) menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap pada tahap berikutnya; b) menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap
61
menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; c) membahas suasana yang terjadi; d) meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota; e) kalau perlu kembali ke beberapa aspek tahap pertama/tahap pembentukan. Tahap 3 atau kegiatan, yaitu kegiatannya berupa: a) pemimpin kelompok mengemukakan suatu masalah atau topik; b) tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topik yang dikemukakan pemimpin kelompok; c) anggota membahas masalah atau topik tersebut secara mendalam dan tuntas; d) kegiatan selingan. 4. Evaluasi Kegiatan Penilaian kegiatan bimbingan kelompok difokuskan pada perkembangan pribadi peserta didik dan hal-hal yang dirasakan mereka berguna. Isi kesan-kesan yang diungkapkan oleh para peserta merupakan isi penilaian yang sebenarnya. Penilaian terhadap bimbingan kelompok dapat dilakukan secara tertulis, baik melalui essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana. Secara tertulis para peserta diminta mengungkapkan perasaannya, pendapatnya, harapannya, minat dan sikapnya terhadap berbagai hal, baik yang telah dilakukan selama kegiatan bimbingan kelompok (isi maupun proses), maupun kemungkinan keterlibatan mereka untuk kegiatan serupa selanjutnya. Kepada para peserta juga dapat diminta untuk mengemukakan (baik lisan maupun tertulis) tentang hal-hal yang paling berharga dan/atau kurang mereka senangi selama kegiatan bimbingan kelompok. Penilaian terhadap bimbingan kelompok berorientasi pada perkembangan, yaitu mengenali kemajuan atau perkembangan positif yang terjadi pada diri peserta. Lebih jauh, penilaian terhadap bimbingan kelompok lebih bersifat
62
penilaian ―dalam proses‖ yang dapat dilakukan: 1) mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung; 2) mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas; 3) mengungkapkan kegunaan bimbingan kelompok bagi mereka, 4) mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang kemungkinan kegiatan lanjutan; 5) mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan bimbingan kelompok. 5. Analisis dan Tindak Lanjut Hasil penilaian kegiatan bimbingan kelompok perlu dianalisis untuk mengetahui lebih lanjut seluk beluk kemajuan para peserta dan seluk beluk penyelenggaraan
bimbingan
kelompok.
Perlu
dikaji
apakah
hasil-hasil
pembahasan dan/atau pemecahan masalah sudah dilakukan sedalam atau setuntas mungkin, atau sebenarnya masih ada aspek-aspek penting yang belum dijangkau dalam pembahasan itu. Dalam analisis tersebut, satu hal yang menarik ialah analisis tentang kemungkinan dilanjutkannya pembahasan topik atau masalah yang telah dibahas sebelumnya. Usaha tindak lanjut mengikuti arah dan analisis tersebut di atas. Tindak lanjut itu dapat dilaksanakan melalui bimbingan kelompok selanjutnya atau kegiatan dianggap sudah memadai dan selesai sehingga upaya tindak lanjut secara tersendiri dianggap tidak diperlukan.
2.4.6 Evaluasi Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok Menurut Prayitno (2004 : 31-32) mengemukakan bahwa hasil dan proses layanan bimbingan kelompok perlu dinilai. Pada tahap pengakhiran untuk setiap
63
sesi dilakukan tinjauan terhadap kualitas kegiatan, kelompok dan hasil-hasilnya melalui pengungkapan kesan-kesan peserta. Kondisi UCA (understanding, comfort, dan action) menjadi fokus penilaian hasil-hasil bimbingan kelompok. Penilaian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu penilaian segera (laiseg), penilaian jangka pendek
(laijapen) dan penilaian jangka panjang (laijapang). Laiseg
dilakukan pada akhir setiap sesi layanan, sedangkan laijapen dan laijapang dilakukan pasca layanan. Penilaian ini dapat dilakukan secara lisan (melalui pengungkapan verbal) ataupun tulisan (dengan menggunakan format tertentu, misal essai; daftar cek; maupun daftar isian sederhana). Penilaian
atau
evaluasi
kegiatan
layanan
bimbingan
kelompok
diorientasikan kepada perkembangan pribadi siswa dan hal-hal yang dirasakan oleh anggota berguna. Setiap pertemuan, pada akhir kegiatan pemimpin kelompok meminta anggota kelompok untuk mengungkapkan perasaannya, pendapatnya, minat, dan sikapnya tentang sesuatu yang telah dilakukan selama kegiatan kelompok (yang menyangkut isi maupun proses). Selain itu anggota kelompok juga diminta mengemukakan tentang hal-hal yang paling berharga dan sesuatu yang kurang di senangi selama kegiatan berlangsung. Penilaian atau evaluasi dan hasil dari kegiatan layanan bimbingan kelompok ini bertitik tolak bukan pada kriteria ―benar atau salah‖, tetapi berorientasi pada perkembangan, yakni mengenali kemajuan atau perkembangna positif yang terjadi pada diri anggota kelompok. Prayitno (1995: 81) mengemukakan bahwa penilaian terhadap layanan bimbingan kelompok lebih bersifat ―dalam proses‖, hal ini dapat dilakukan melalui:
64
a.
Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung.
b.
Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas.
c.
Mengungkapkan kegunaan layanan bagi anggota kelompok, dan perolehan anggota sebagai hasil dari keikutsertaan mereka.
d.
Mengungkapkan minat dan sikap anggota kelompok tentang kemungkinan kegiatan lanjutan.
e.
Mengungkapkan tentang kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan layanan.
2.4.7 Teknik-Teknik dalam Bimbingan Kelompok Menurut Romlah (2001 : 87-123) teknik-teknik bimbingan kelompok adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Teknik pemberian informasi (expository techniques) Diskusi kelompok Teknik pemecahan masalah (problem-solving techniques) Permainan peranan (roleplaying) Permainan simulasi (simulation games) Karyawisata (fiel trip) Teknik penciptaan suasana kekeluargaan (homeroom)
Berdasarkan teknik-teknik bimbingan kelompok di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Teknik pemberian informasi (expository techniques), yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok pendengar, yang dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis.
65
2. Diskusi kelompok, yaitu percakapan yang sudah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan, di bawah pimpinan seorang pemimpin. 3. Teknik pemecahan masalah (problem-solving techniques), yaitu suatu proses yang kreatif di mana individu-individu menilai perubahan-perubahan yang ada pada dirinya dan lingkungannya, dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan, atau penyesuaian atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan-tujuan dan nilai-nilai hidupnya. 4. Permainan
peranan
mengembangkan
(roleplaying),
yaitu
keterampilan-keterampilan
suatu dan
alat
belajar
yang
pengertian-pengertian
mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya. Permainan peranan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu sosiodrama, psikodrama, permainan peranan terstruktur, dan perminan peranan tidak terstruktur. 5. Permainan simulasi (simulation games), yaitu permainan yang dimaksudkan untuk
merefleksikan
situasi-situasi
yang
terdapat
dalam
kehidupan
sebenarnya. Permainan simulasi ini merupakan gabungan antara teknik bermain peranan dan dengan teknik diskusi. 6. Karya wisata (field trip), yaitu kegiatan yang diprogramkan oleh sekolah untuk mengunjungi objek-objek yang ada kaitannya dengan bidang studi yang dipelajari siswa, dan dilaksanakan untuk tujuan belajar secara khusus.
66
7. Teknik penciptaan suasana kekeluargaan (homeroom), yaitu teknik untuk mengadakan pertemuan dengan sekelompok siswa di luar jam-jam pelajaran dalam suasana kekeluargaan, dan dipimpin oleh guru atau konselor. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok dapat menggunakan beberapa teknik yang dapat dilakukan oleh pemimpin kelompok sendiri maupun anggota kelompok tersebut. Untuk itu, konselor dituntut untuk dapat memilih dan menggunakan teknik-teknik yang tepat. Selain itu, konselor juga dapat mengembangkan diri dan kreaktif serta dapat memanfaatkan pemakaian masingmasing teknik semaksimal mungkin sesuai dengan tujuan-tujuan bimbingan yang ingin dicapai.
2.4.8 Kriteria Bimbingan Kelompok yang Efektif Bimbingan kelompok merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen yang saling berkaitan. Dapat terlaksana secara efektif dan efisien jika semua komponen dalam sistem tersebut mengarah pada perubahan dan pada sesuatu yang positif. Komponen sistem dalam bimbingan kelompok menurut Wibowo (2005: 189) adalah: ―Variabel raw input (siswa/anggota kelompok); instrumental input (konselor, program, tahapan dan sarana); envimental input (norma, Tujuan dan lingkungan); proses atau perantara (interaksi, perlakuan kontrak perilaku yang disepakati akan diubah dan dinamika kelompok); output yaitu berkenaan dengan perubahan perilaku atau penguasaan tugas-tugas‖. Komponen-komponen sistem dalam bimbingan kelompok tersebut adalah:
67
a. Raw Input
Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam bimbingan kelompok. Raw Input dalam bimbingan kelompok adalah siswa. Karena bimbingan kelompok sifatnya pengembangan dan topik yang dibahas merupakan topik-topik umum, maka siapapun dapat menjadi anggota kelompok. Berikut ini beberapa pertimbangan dalam membentuk suatu kelompok bimbingan kelompok adalah (Prayitno, 1995: 30): 1) Jenis
kelompok,
untuk
tujuan-tujuan
tertentu
mungkin
diperlukan
pembentukan kelompok dengan jumlah anggota yang seimbang antara lakilaki dan perempuan, atau mungkin juga semua jenis kelamin anggota sama. 2) Umur, pada umumnya dinamika kelompok lebih baik dikembangkan dalam kelompok-kelompok dengan anggota seumur 3) Kepribadian, keragaman atau keseragaman dalam kepribadian anggota dpat membawa keuntungan atau kerugian tertentu. Jika perbedaan diantara para anggota itu amat besar, maka komunikasi akan terganggu dan dinamika kelompok juga kurang hangat. 4) Hubungan awal, keakraban dapat mewarnai hubungan dalam anggota kelompok yang sudah saling bergaul sebelumnya, dan sebaliknya suasana keasingan akan dilaksanakan oleh para anggota yang belum saling kenal. Untuk kelompok tugas mungkin anggota yang seragam akan menyelesaikan tugas lebih baik. Sebaliknya, bagi kelompok bebas, khususnya dengan Tujuan kemampuan hubungan sosial dengan orang-orang baru, anggota kelompok yang beragam akan lebih tepat sasaran.
68
b. Intrumental Input
Konselor (pemimpin kelompok), program, dan tahapan, dan sarana merupakan instrumental input bimbingan kelompok. Konselor atau pemimpin kelompok harus menguasai keterampilan dan sikap yang memadai untuk terselenggaranya proses bimbingan kelompok yang efektif. Diantaranya pemimpin kelompok mampu melaksanakan teknik umum dengan istilah ―3M‖ Mendengar dengan baik, memahami secara penuh, dan merespon secara tepat dan positif. Program kegiatan selayaknya dikembangkan sesuai kebutuhan siswa, kondisi objektif sekolah, perkembangan yang terjadi di masyarakat, serta keterampilan dankemampuan konselor di sekolah yang bersangkutan (Wibowo, 2005: 252). c. Enviromental Input
Kegiatan layanan bimbingan kelompok dapat berjalan dengan lancar dan terarah, apabila terdapat norma kelompok. Norma kelompok merupakan aturan yang dibuat, dan disepakati serta digunakan dalam kegiatan bimbingan kelompok. Selain itu lingkungan kondusif dalam kelompok juga perlu diciptakan demi tercapainya bimbingan kelompok yang efektif. Lingkungan kondusif yang dimaksud adalah adanya suasana akrab dan hangat yang mewarnai dinamika kelompok. Dinamika kelompok merupakan interaksi dinamis antar anggota kelompok dan pemimpin kelompok dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok.
69
d. Proses
Kegiatan layanan bimbingan kelompok terlihat hidup apabila tercipta dinamika kelompok di dalamnya. Dinamika kelompok dapat dimanfaatkan dalam proses interaksi antar anggota dalam membahas topik yang disajikan, sehingga antar anggota dapat terjalin rasa empati, keterbukaan, rasa positif, saling mendukung dan merasa setara dengan anggota lain dalam kelompok tersebut. Oleh karena itu perlu diperhatikan pula peranan yang hendaknya dimainkan oleh anggota maupun pemimpin kelompok. Peran anggota dan pemimpin kelompok dapat dilihat pada uraian dimuka. Agar proses bimbingan kelompok dapat mencapai keberhasilan, perlu disediakan sarana pendukung yaitu merupakan seperangkat alat bantu untuk memperlancar proses bimbingan kelompok. Alat bantu tersebut anta lain ruangan, tempat duduk dan perlengkapan administrasi lainnya (Wibowo, 2005: 154). e. Output
Setelah mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok siswa diharapkan memiliki sikap dan keterampilan yang lebih baik. Dalam hal ini siswa diharapkan memiliki kemampuan verbal dan non verbal yang lebih baik. Selain itu siswa diharapkan memiliki keterbukaan, rasa positif, empati, sikap saling mendukung, dan memiliki rasa setara dan kebersamaan yang tinggi. Menurut Amti dan Marjohan (1992: 150) mengemukakan bahwa setelah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok diharapkan anggota mampu mengembangkan sikap dan keterampilan sebagai berikut:
70
1) Sikap, meliputi tidak mau menang sendiri, tidak gegabah dalam berbicara, ingin membantu orang lain, lebih melihat aspek positif dalam menanggapi pendapat teman-temannya, sopan dan bertanggung jawab, menahan dan mengendalikan diri, mau mendengar pendapat orang lain, dan tidak memaksakan pendapanya. 2) Keterampilan, meliputi mengemukakan pendapat kepada orang lain, menerima pendapat orang lain dan memberikan tanggapan secara tepat dan positif. Berdasarkan uraian di atas, maka tahap-tahap layanan bimbingan kelompok yang akan dieksperimenkan pada penelitian ini yaitu meliputi: 1. Tahap pembentukan Tahap pembentukan merupakan tahap pengenalan, yaitu tahap pelibatan diri anggota ke dalam kehidupan kelompok. Pada dasarnya dalam tahap ini melalui pemimpin kelompok para anggota kelompok saling memperkenalkan diri dan mengungkapkan tujuan dan harapan yang ingin dicapai oleh masing-masing anggota kelompok. Dalam tahap ini pemimpin kelompok berperan: (1) menjelaskan tujuan umum yang ingin dicapai melalui kegiatan kelompok beserta cara-cara
yang
ingin
ditempuh
untuk
mencapai
tujuan
tersebut;
(2)
mengemukakan tentang diri sendiri yang diperlukan untuk terselenggaranya kegiatan kelompok; (3) menampilkan tingkah laku dan komunikasi yang mengandung unsur-unsur penghargaan pada anggota kelompok, tulus hati dan kehangatan serta empati.
71
Dalam tahap pembentukan ini pemimpin kelompok harus mampu menumbuhkan sikap kebersamaan (terlebih lagi apabila pada tahap awal pembentukan kelompok para peserta belum lagi saling mengenal) sehingga tumbuh perasaan kelompok. Dengan demikian pemimpin kelompok dalam tahap pembentukan memusatkan perhatian dan usahanya untuk: (1) menjelaskan tujuan kegiatan kelompok, (2) menumbuhkan rasa saling mengenal antaranggota, (3) menumbuhkan sikap saling percaya, saling menghargai dan saling menerima, (4) membahas tentang tingkah laku dan suasana perasaan dalam kelompok. Teknikteknik pengakraban antaranggota kelompok dalam tahap ini perlu diterapkan, misalnya berbagai permainan kelompok yang merangsang tumbuhnya keakraban kelompok. 2. Tahap peralihan Pada tahap ini setelah suasana dan dinamika kelompok terbentuk sebelum membawa kegiatan kelompok kepada kegiatan kelompok yang sebenarnya, pemimpin kelompok menjelaskan hal-hal yang akan dilakukan oleh anggota kelompok dalam kegiatan inti (tahap kegiatan). Pemimpin kelompok dalam tahap peralihan menjelaskan peranan anggota kelompok dalam ―kelompok tugas‖ sesuai topik yang akan dibahas. Tahap peralihan merupakan transisi antara tahap pembentukan dan tahap kegiatan. Apabila terjadi hambatan bagi para anggota kelompok, misalnya terjadi keengganan atau anggota kurang mau membuka diri, maka pemimpin kelompok perlu menegaskan dan memantapkan kembali apa yang telah dijelaskan pada tahap pertama seperti tujuan kegiatan dan asas-asas kegiatan, dan sebagainya.
72
3. Tahap kegiatan Pada tahap kegiatan diselenggarakan kegiatan inti kelompok yaitu membahas topik yang menjadi fokus kegiatan kelompok sesuai dengan jenis bimbingan kelompok yang akan diselenggarakan yaitu kelompok tugas. Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap kegiatan ini adalah: (1) Mengemukakan topik Topik yang akan dibahas ditetapkan oleh pemimpin kelompok. Topik yang diajukan oleh pemimpin kelompok dapat dianalogkan sebagai ―pemberian tugas‖ kepada anggota kelompok untuk dibahas oleh kelompok secara mendalam dan tuntas. Topik yang dikemukakan oleh pemimpin kelompok yaitu tentang penyesuaian diri terhadap program keahlian. Materi disesuaikan dengan topik yang akan dibahas seputar penyesuaian diri siswa terhadap program keahliannya. Pertimbangan pemimpin kelompok memberikan topik tugas ini, yaitu (a) relevan dengan kebutuhan atau dialami umumnya oleh anggota kelompok, (b) cukup hangat, baru, sedang terjadi, (c) menimbulkan dampak yang cukup besar, (d) sesuai dengan tingkat perkembangan, kemampuan sebagian besar anggota, (e) menarik untuk dibahas, (f) dikemukakan dengan jelas, dan (f) bermanfaat bagi pengembangan pribadi anggota kelompok. (2) Tanya jawab tentang topik yang dikemukakan Tanya jawab tentang topik yang diajukan tersebut adalah untuk lebih meningkatkan pemahaman anggota kelompok terhadap materi yang akan dibahas. Dalam hal ini pemimpin kelompok memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
73
pada anggota kelompok untuk menanyakan hal-hal yang menyangkut penyesuaian diri terhadap pogram keahlian. Dalam tanya jawab ini pemimpin kelompok memberikan penjelasan seperlunya dan hanya bersifat teknis saja sehingga tidak terbawa sebagai orang yang mengerjakan tugas yang diberikan pada anggota kelompok (3) Pembahasan Pembahasan topik ini merupakan kegiatan inti kelompok secara keseluruhan, baik dari segi proses maupun dari segi isi/materi. Dari segi proses, pembahasan dalam tahap ini merupakan media bagi anggota kelompok untuk mengembangkan diri dalam berkomunikasi, tenggang rasa, pengendalian diri, saling memberi dan menerima, dan saling menghargai. Disamping itu, dari segi pembahasan terhadap topik diarahkan pada penambahan dan pemantapan pemahaman/wawasan dan keterampilan anggota kelompok terhadap isi/materi topik yang dibahas. Pembahasan yang dilakukan hendaknya mengarah pada pendalaman topik tugas yang diberikan sehingga anggota kelompok mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tujuan pembahasan. Selama kegiatan pembahasan suasana kelompok yang bebas dan dinamis perlu dikembangkan seluas-luasnya sehingga semua anggota kelompok perlu didorong dan dirangsang untuk ikut aktif dalam pembahasan secara mendalam. Tahap kegiatan dalam bimbingan kelompok merupakan tahap kehidupan yang sebenarnya dari bimbingan kelompok (Mungin Eddy Wibowo, 2005; Prayitno, 1984) sehingga pada tahap ini kegiatan bimbingan kelompok menjadi sangat
74
produktif dalam rangka membahas topik. Para anggota kelompok memfokuskan diri untuk meningkatkan diri dan / atau mencapai tujuan kegiatan kelompok. Selanjutnya pada tahap kegiatan tersebut anggota kelompok akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang baru, berdiskusi tentang suatu topik tertentu. Para anggota kelompok saling belajar, dan berbagi pengalaman sehingga setiap anggota memperoleh wawasan dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan guna membahas topik tugas yang telah diberikan. Keberhasilan pada tahap ini ditandai dengan selesainya poin-poin atau aspekaspek yang dibahas sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai serta memperoleh hasil yang cukup berharga bagi anggota kelompok. Pemimpin kelompok berinisiatif mengadakan kegiatan selingan agar suasana kelompok tetap hidup dan apabila ada anggota yang kelihatan bosan, maka dapat kembali semangat mengikuti kegiatan tersebut. Kemudian anggota kelompok melanjutkan hasil pembahasan secara tuntas dan mendalam, lalu menarik kesimpulan dari hasil pembahasan yang kemudian pemimpin kelompok merangkum secara keseluruhan kesimpulan tersebut. (4) Tahap pengakhiran Kegiatan bimbingan kelompok tidaklah berlangsung secara terus menerus. Setelah kegiatan bimbingan kelompok mencapai titik kulminasi pada tahap ketiga, maka kegiatan bimbingan kelompok akan menurun dan pemimpin kelompok mengakhiri kegiatannya sesuai dengan kesepakatan waktu yang dianggap tepat. Pada kegiatan ini, pemimpin kelompok memfokuskan pada pembahasan dan eksplorasi yang berkaitan dengan UCA (Action, Comfort, Action) yaitu
75
pemahaman baru yang diperoleh, bagaimana perasaan atau kesan selama mengikuti kegiatan, dan tindakan atau rencana apa yang akan dilaksanakan anggota kelompok setelah membahas topik tadi dan memperoleh hasil. Hal yang paling penting adalah anggota kelompok telah mempertimbangkan hasil pembahasan dan diuji terlebih dahulu untuk dapat dilaksanakan oleh anggota kelompok tanpa memberatkan salah satu anggota. Sehingga anggota kelompok mendapatkan pengetahuan, merasa senang dan dapat melakukan hasil pembahasan tersebut. Kemudian pemimpin kelompok menanyakan kembali apakah anggota kelompok mampu mengaplikasikan segala sesuatu yang telah dibahas dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini pemimpin kelompok berperan memberikan dorongan terhadap anggota kelompok dan penguatan (reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai anggota kelompok. Selanjutnya pemimpin kelompok membahas kegiatan lanjutan, yaitu menanyakan pada anggota kelompok terkait dengan apakah ada pertemuan lanjutan, kapan waktu pertemuan tersebut diadakan, dan kapan pertemuan kelompok dihentikan sama sekali. Penghentian pertemuan kelompok tidaklah diukur berapa kali pertemuan tetapi keberhasilan kelompok dapat mencapai tujuan. Hasil-hasil dari kegiatan bimbingan kelompok sebelumnya hendaknya mendorong anggota kelompok untuk melakukan kegiatan lebih lanjut sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh. Setelah disepakati kegiatan lanjutan, maka pemimpin kelompok segera mengakhiri kegiatan. Sebelum mengakhiri kegiatan, pemimpin kelompok
76
mengucapkan terima kasih atas partisipasi anggota kelompok selama mengikuti kegiatan, kemudian memimpin doa dilanjutkan dengan salam perpisahan.
2.5 Meningkatkan Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian pada Siswa melalui Layanan Bimbingan Kelompok
Telah dijelaskan di muka bahwa penyesuaian diri merupakan faktor yang penting untuk membentuk seseorang menjadi pribadi tertentu di masa yang akan datang. Oleh karena itu penyesuaian diri siswa terhadap program keahlian merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan karier masa depan. Untuk itu siswa harus mndapatkan keahlian sejak awal masuk, sehingga tidak mengalami kesulitan ketika duduk di kelas XI dan XII nanti. Apabila siswa belum mampu menyesuikan diri terhadap program keahliannya, maka mengganggu perolehan prestasi belajarnya. Untuk itu siswa memerlukan penyesuaian diri terhadap program keahliannya, baik dengan guru, teman, ataupun mata pelajarannya, agar tidak mengganggu perolehan hasil belajarnya dan menghambat karier masa depannya. Salah satu usaha untuk meningkatkan penyesuaian diri terhadap program keahlian bagi siswa adalah melalui layanan bimbingan kelompok. Seperti yang dikemukakan oleh Wibowo (2005: 17) bahwa bimbingan kelompok adalah ―suatu kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bersama‖.
77
Layanan bimbingan kelompok memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk berinteraksi antar pribadi yang khas. Interaksi sosial yang intensif
dan dinamis selama pelaksanaan layanan, diharapkan tujuan-tujuan
layanan yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan individu anggota kelompok dapat tercapai secara mantap. Untuk itu bimbingan kelompok dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga. Informasi yang diberikan dalam layanan bimbingan kelompok ini merupakan informasi yang berhubungan dengan penyesuaian diri siswa terhadap program keahlian. Materi yang diberikan disesuaikan dengan topik yang akan dibahas. Dalam hal ini topik yang diberikan adalah topik tugas yang mana berasal dari pemimpin kelompok, sehingga diharapkan tujuan dari layanan bimbingan kelompok dapat tercapai. Dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang berkembang, diharapakan dengan layanan bimbingan kelompok ini akan memberikan hasil yang positif dalam membantu penyesuaian diri terhadap program keahlian bagi siswa. Sehingga, siswa dapat meningkatkan hasil prestasi belajarnya dan mendapatkan karier yang cemerlang di masa yang akan datang. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil indikator penyesuaian diri terhadap program keahlian yang diambil melalui teori karakteristik penyesuaian diri secara positif dan akan dikembangkan sendiri oleh peneliti berdasarkan program keahlian produktif, adaftif, dan normatif yang ada dalam butir soal. Indikator tersebut yaitu menunjukkan kestabilan emosi, mengelola mekanisme
78
psikologis, menekan frustasi pribadi, pertimbangan rasional dan pengarahan diri, kemampuan belajar, menghargai pengalaman serta bersikap realistis dan objektif.
2.6 HIPOTESIS Hipotesis dalam penelitian ini adalah penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga tahun ajaran 2012/2013 dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok.
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian. Ketepatan dalam memilih metode akan mengatur arah serta tujuan penelitian. Dalam metode penelitian ini, terdapat beberapa hal yang dapat menentukan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan penelitian. Hal ini bertujuan agar dalam melaksanakan kegiatan penelitian dapat berjalan dengan baik, terarah, dan
sistematis. Adapun langkah-langkah yang harus ditentukan adalah jenis
penelitian, desain penelitian, variabel penelitian, populasi, sampel dan teknik sampling, metode dan alat pengumpul data, validitas instrumen, reliabilitas instrumen, dan analisis data.
3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen atau percobaan (eksperimental research). Menurut Ruseffendi (2010: 35), ―Penelitian eksperimen (eksperimental research) adalah penelitian yang benar-benar untuk melihat hubungan sebab-akibat‖. Perlakuan yang kita lakukan terhadap variabel bebas kita lihat hasilnya pada variabel terikat. Jadi, pada penelitian percobaan, peneliti melakukan perlakuan terhadap variabel bebas dan mengamati perubahan yang terjadi pada satu variabel terikat atau lebih‖.
79
80
Sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto (2010 : 9) ―penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu‖. Dengan kata lain, suatu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan pada individu untuk diketahui akibat perlakuan peneliti terhadap perilaku individu yang diamati. Manipulasi atau perlakuan yang dilakukan berupa tindakan tertentu kepada kelompok dan setelah itu dilihat pengaruhnya. Jadi proses pengukuran dilakukan pada tahap sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Dalam penelitian ini manipulasi dilakukan layanan
bimbingan
kelompok
dan
pengaruhnya
dengan
dilihat setelah kegiatan
bimbingan kelompok, sedangkan pengukurannya dilakukan sebelum dan sesudah bimbingan kelompok, yaitu peneliti membandingkan antara hasil pre test dan post test yang telah diberikan kepada kelompok eksperimen.
3.2. Desain Penelitian Desain penelitian adalah ―semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian‖ (Nazir, 2005: 84). Dengan desain yang baik, maka pengaturan variabel dan kondisi-kondisi eksperimental dapat dilakukan secara seksama, ketat dan tertib. Menurut Sugiyono (2010: 108-109), terdapat beberapa bentuk desain penelitian eksperimen yaitu Pre-Eksperimental Design, True Eksperimental Design, Factorial Design, dan Quasi Eksperiment Design. Penelitian ini termasuk jenis pre-eksperimental design, jadi tidak ada
81
kelompok kontrol dan sampel tidak dipilih secara random. Sedangkan bentuk preeksperimental design yang digunakan adalah One-Group Pretest-Posttest Design, yaitu adanya satu kelompok yang diberi perlakuan atau treatment dengan didahului pretest sebelum perlakuan, serta diberikan post-test setelah perlakuan. Maksudnya
yaitu
subjek
dikenakan
dua
kali
pengukuran,
pengukuran
(menggunakan format skala penyesuaian diri terhadap program keahlian) pertama dilakukan untuk mengukur tingkat penyesuaian diri siswa sebelum diberi layanan bimbingan kelompok (pre-test) dengan kode O1 dan pengukuran (menggunakan format skala penyesuaian diri terhadap program keahlian) yang kedua untuk mengukur tingkat penyesuaian diri siswa terhadap program keahlian setelah diberi layanan bimbingan kelompok (post-test) dengan kode O2. ―Perbedaan antara O1 dan O2 yakni O1 dan O2 diasumsikan merupakan efek dari treatment atau eksperimen‖ (Arikunto, 2006 : 85). Desain penelitian digambarkan sebagai berikut: Pre-Test
Perlakuan
O1
X
Post-Test O2
Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan: O1 = Pengukuran (pre-test atau skala penilaian awal), untuk mengukur tingkat penyesuaian diri siswa terhadap program keahlian sebelum dilakukan layanan bimbingan kelompok. X
= Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok.
82
O2 = Pengukuran (post-test atau skala penilaian akhir), untuk mengukur tingkat penyesuaian diri siswa terhadap program keahlian setelah dilakukan layanan bimbingan kelompok. Untuk memperjelas eksperimen dalam penelitian ini disajikan langkahlangkah sebagai berikut: 1) Melakukan pre-test, adalah pengukuran (dengan menggunakan skala penyesuaian diri terhadap program keahlian) kepada sampel penelitian sebelum diadakan perlakuan yaitu bimbingan kelompok. Tujuan pre-test adalah untuk mengetahui tingkat penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok, hasil pre-test ini akan menjadi perbandingan pada post-test. 2) Memberikan perlakuan (treatment), adalah pemberian suatu perlakuan yaitu layanan bimbingan kelompok yang akan diberikan selama 7 kali pertemuan dengan durasi 45 menit. Dalam penelitian ini peneliti melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok sebanyak 7 kali pertemuan serta pada setiap akhir pertemuan akan dilakukan penilaian (laiseg). Pengukuran dilakukan sebelum pemberian layanan bimbingan kelompok dan sesudah pemberian layanan bimbingan kelompok. Sedangkan pada proses pemberian layanan bimbingan kelompok berlangsung, dilakukan observasi dengan menggunakan pedoman observasi. Observasi dilakukan oleh observer supaya dapat diamati perubahan pada indikator yang terdapat dalam variabel penelitian. Materi yang diberikan berasal dari pemimpin kelompok sesuai dengan topik tugas, yaitu seputar penyesuaian diri terhadap program keahlian.
83
Tabel 3.1 Rancangan Treatment Materi
Indikator
Cara mengendalikan emosi dengan
Waktu
1. Kestabilan emosi
45 menit
kegiatan positif Pentingnya mengelola mekanisme psikologis
2. Mengelola
mekanisme
psikologis
Menekan frustasi pribadi secara
3. Menekan frustasi pribadi
sehat dan wajar Menyusun
perencanaan
yang
cermat
4. Pertimbangan
rasional
dan pengarahan diri
45 menit
45 menit
45 menit
Strategi belajar efektif
5. Kemampuan belajar
45 menit
Belajar dari pengalaman
6. Menghargai pengalaman
45 menit
Pentingnya mematuhi peraturan
7. Bersikap
realistik
objektif
dan
45 menit
3) Melakukan post-test sesudah pemberian layanan bimbingan kelompok dengan tujuan untuk mengetahui hasil apakah layanan bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan penyesuaian diri terhadap program keahlian. Post-test ini tidak dilakukan di setiap pertemuan, tetapi setelah 7 kali pertemuan. 4) Proses analisis data dengan menggunakan uji Wilcoxon.
3.3. Variabel Penelitian Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel tersebut adalah sebagai berikut:
84
a. Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi variabel yang lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah layanan bimbingan kelompok (X). b. Varibel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penyesuaian diri terhadap program keahlian (Y). Variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
X
Y
Gambar 3.2 Hubungan antar Variabel Variabel X mempengaruhi variabel Y. Layanan bimbingan kelompok sebagai variabel bebas (X) mempengaruhi penyesuaian diri terhadap program keahlian sebagai variabel terikat (Y).
3.3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: h. Penyesuaian diri siswa terhadap program keahlian dalam penelitian ini adalah suatu usaha atau kemampuan siswa terhadap program pendidikan kejuruan agar menguasai satu jenis profesi keahlian formal yang berjenjang dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap program keahliannya, sehingga ia merasa puas terhadap dirinya dan terhadap program keahliannya tersebut. Indikator dalam penelitian ini terdiri
85
dari satu variabel, yaitu penyesuaian diri terhadap program keahlian dan tujuh indikator yaitu kestabilan emosi, mengelola mekanisme psikologis, menekan frustasi pribadi, pertimbangan rasional dan pengarahan diri, kemampuan belajar, menghargai pengalaman, serta bersikap realistis dan objektif. i. Bimbingan kelompok dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan kelompok dimana
pimpinan
kelompok
menyediakan
informasi-informasi
dan
mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu
anggota-anggota kelompok untuk
mencapai
tujuan-tujuan
bersama. Bimbingan kelompok dikatakan efektif jika dalam bimbingan kelompok itu mengandung adanya hubungan yang dinamis antaranggota, adanya tujuan bersama, adanya hubungan antara besarnya kelompok (banyak anggota) dan sifat kegiatan kelompok, i’tikad dan sikap terhadap orang lain, serta kemampuan mandiri dari setiap anggota kelompok. Bimbingan kelompok dapat dilaksanakan melalui empat tahap yaitu tahap pembentukan (awal), peralihan, kegiatan, dan pengakhiran.
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006: 130). Sedangkan menurut Sugiyono (2006 : 117) ―populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
86
kesimpulannya‖. Jadi, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang mempunyai karakteristik atau ciri-ciri tertentu. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 3 kelas yang berjumlah 97 siswa. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 3.2 Populasi Penelitian No.
Kelas
Jumlah Siswa
1.
X Akuntansi (AK) 1
32
2.
X Administrasi Perkantoran (AP) 1
33
X Teknik Komputer dan Jaringan
3.
(TKJ) 1 Jumlah
32 97
Dari tabel di atas yang menyajikan populasi dengan jumlah 97 siswa yang terdiri dari 3 kelas dan jumlah siswa dari masing-masing kelas tersebut, maka perlu disajikan pula data jumlah siswa laki-laki dan perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.3 Jumlah Siswa Laki-Laki dan Perempuan No. 1. 2. 3.
Kelas X AK 1 X AP 1 X TKJ 1 Jumlah
Jumlah Siswa Laki-Laki Perempuan 4 28 2 31 18 14 24 73
Sumber : Data Sekolah SMK Negeri 1 Purbalingga Tahun Ajaran 2012/2013
87
3.4.2 Sampel Menurut Arikunto (2010 : 174) ―sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti‖. Sedangkan Sugiyono (2005 : 56) mengemukakan ―sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut‖. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sekelompok siswa yang bersifat sama dengan populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling, yaitu berdasarkan pertimbangan tertentu. Teknik ini digunakan karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu, yaitu siswa yang kurang dapat menyesuaikan diri terhadap program keahliannya. Dengan demikian, teknik ini dipandang lebih efektif dan efisien. Cara pengambilan sampel purposive yaitu sebanyak yang dianggap cukup memadai untuk memperoleh data penelitian yang mencerminkan (representatif) keadaan populasi. Maksudnya, data dari sampel purposif tersebut dianggap sudah bisa menggambarkan (menjawab) apa yang menjadi tujuan dan permasalahan penelitian (http://digilib.uny.ac.id). Jadi, peneliti mengambil 10% dari 97 siswa yang kurang dapat menyesuaikan diri terhadap program keahliannya. Menurut Arikunto (2010 : 183) ada beberapa syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peneliti untuk menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu tersebut , yaitu:
88
a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi. b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subjectis). c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengambilan sampel berdasarkan tujuan merupakan pemilihan subyek yang didasarkan atas ciri-ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Adapun pengambilan
sampel dalam penelitian ini berdasarkan rekomendasi dari guru pembimbing dan guru mata pelajaran yang menyatakan bahwa kelas X masih memiliki tingkat penyesuaian diri terhadap program keahlian yang rendah. Sampel dalam penelitian ini adalah 10 siswa kelas X yang diambil dari program keahlian Akuntansi (AK), Administrasi Perkantoran (AP), dan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) yang kurang
dapat menyesuaikan diri terhadap program
keahliannya yaitu siswa yang memperoleh skor terendah dalam hal penyesuaian diri terhadap program keahlian. Adapun cara pengambilan sampelnya yaitu dari hasil pre test yang berjumlah 97 diambil 10 siswa yang memiliki skor paling rendah, karena bimbingan kelompok yang efektif adalah 10-15 orang. Dengan perhitungan sebagai
berikut: 10 % x 156
= 0,01 x 97 = 9,7 = 10 anak
89
3.5. Metode dan Alat Pengumpul Data 3.5.1 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian. Mengumpulkan data berarti mengamati variabel yang akan diteliti dengan metode pengumpulan data. Dalam penelitian ini data yang akan diungkap berupa aspek psikologis yaitu penyesuaian diri terhadap program keahlian. Populasinya adalah siswa kelas X SMK Negeri
Purbalingga dengan jumlah sampel 10 siswa.
Berdasarkan hal di atas, maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologis dan alatnya adalah skala penyesuaian diri terhadap program keahlian. Skala psikologis sebagai alat ukur yang mempunyai karakteristik khusus yang membedakannya dari berbagai bentuk alat pengumpulan data yang lain. Adapun karakteristik alat ukur skala psikologis sebagai alat ukur seperti yang ditemukan oleh Azwar (2011: 4) adalah : 1. Stimulus berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan. 2. Atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku, sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk item-item. 3. Respons subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban ―benar‖ atau ―salah‖. Tetapi semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh. Dengan demikian skala psikologis dapat digunakan sebagai alat ukur yang dapat mengungkap indikator perilaku yang berupa pernyataan maupun pertanyaan sebagai stimulus. Responden tidak mengetahui arah jawaban dari pertanyaan
90
maupun pernyataan tersebut.
Dari hasil
jawaban
responden kemudian
diinterpretasikan sesuai dengan sesuatu yang hendak diukur.
3.5.2 Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data yang digunakan adalah skala penyesuaian diri terhadap program keahlian yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan teori. Dalam penelitian ini, data yang akan diungkap berupa konstruk untuk menggambarkan tingkat penyesuaian diri siswa terhadap program keahlian dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan sebagai stimulus yang tertuju pada indikator. Skala penyesuaian diri terhadap program keahlian ini diberikan pada awal dan akhir eksperimen. Skala penilaian awal digunakan untuk mengetahui tentang tingkat penyesuaian diri siswa terhadap program keahlian selama ini. Sedangkan skala penilaian akhir digunakan untuk mengetahui perubahan tingkat penyesuaian diri siswa terhadap program keahlian setelah dilakukan layanan bimbingan kelompok sebagai pembanding dari hasil skala penilaian awal. Berikut ini merupakan prosedur penyusunan instrument : Kisi-Kisi Instrumen Instrumen Jadi
Konsultasi Revisi II
Uji Coba
Revisi I Instrumen
Gambar 3.3 Prosedur Penyusunan Instrumen Gambar di atas merupakan langkah-langkah menyusun instrumen, yaitu pertama membuat kisi-kisi instrumen, lalu dikonsultasikan, hasil konsultasi
91
direvisi jika perlu, instrumen yang telah direvisi diuji cobakan, kemudian revisi kedua dan instrumen jadi yang siap disebarkan. Dalam penelitin ini skala sikap yang digunakan adalah skala sikap Likert. Sedangkan bentuknya berupa pernyataan-pernyataan tertutup dan diberikan secara langsung. Yang dimaksud pernyataan tertutup adalah bentuk pernyataan dimana responden tinggal memilih jawaban dari alternatif-alternatif jawaban yang telah disediakan yaitu sesuai dengan keadaan dirinya. Langsung artinya pernyataan diberikan
secara
langsung
kepada
responden
yang
dikenainya,
tanpa
menggunakan perantara (Walgito, 2001: 37). Nazir (2005: 338-340) mengemukakan bahwa prosedur dalam pembuatan skala likert adalah : 1. Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak, yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti yang terdiri dari item yang cukup terang disukai dan cukup terang tidak disukai. 2. Kemudian item-item tersebut dicoba kepada sekelompok responden yang cukup representative dari populasi yang ingin diteliti. 3. Responden di atas diminta untuk mengecek tiap item apakah ia menyenanginya (+) atau tidak menyukainya (-). Responsif tersebut dikumpulkan dan jawaban yang memberikan indikasi menyenangi diberikan skor tertinggi. Tidak ada masalah misalnya untuk memberikan angka lima yang tertinggi dan skor satu untuk yang terendah atau sebaliknya. Demikian juga apakah jawaban ―setuju‖ atau tidak ―tidak setuju‖ yang disebut yang disenangi, tergantung dari isi pernyataan dan isi dari item-item yang disusun. 4. Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari skor masing-masing item dari individu tersebut. 5. Responsif dianalisa untuk mengetahui item-item mana yang sangat nyata balasan antara skor tinggi dan skor rendah dalam skala total. Misalnya response responden pada upper 25% dan lower 25% dianalisa untuk melihat sampai berapa jauh tiap item dalam kelompok ini berbeda. Item-item yang tidak menunjukkan korelasi dengan total skor dibuang, atau yang tidak menunjukkan beda yang nyata apakah masuk ke dalam skor tinggi atau rendah juga dibuang untuk mempertahankan konsistensi internal dari pernyataan.
92
Skala yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai 5 alternatif jawaban dan responden bebas memilih salah satu jawaban dari kelima alternatif jawaban yang ada sesuai dengan keadaan masing-masing responden. Jawaban soal positif diberi skor 5, 4, 3, 2, 1, sedangkan jawaban soal negatif diberi skor 1, 2, 3, 4, 5, sesuai dengan arah pertanyaan yang dimaksud. Hal ini sesuai dengan pendapat Nazir (2003: 339) bahwa ―tidak ada masalah yang memberikan angka 5 untuk yang tertinggi dan skor 1 untuk yang terendah atau sebaliknya. Yang penting adalah konsistensi dari arah sikap yang diperlihatkan‖. Skala diberikan secara langsung yang terdiri dari skala penyesuaian diri terhadap program keahlian. Tabel 3.4 Penskoran Item Alternatif Jawaban Sangat Sesuai Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai Sangat Tidak Sesuai
Jenis Item (+) (-) 5 1 4 2 3 3 2 4 1 5
Format stimulusnya berbentuk pernyataan obyektif, sedangkan format responnya yaitu skala bertingkat. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa yang menjadi sasaran penelitian adalah yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu pertanyaan-pertanyaan tentang penyesuaian diri terhadap program keahlian. Format respon yang digunakan dalam instrumen terdiri dari 5 pilihan yang menyatakan tingkat penyesuaian diri terhadap program keahlian dari sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai.
93
Selanjutnya untuk menginterpretasikan tingkat penyesuaian diri terhadap program keahlian, maka jumlah skor tiap responden ditransformasi dalam bentuk prosentase skor dengan cara membagi dengan skor idealnya dan dikalikan dengan 100%. Selanjutnya prosentase skor tersebut dibandingkan dengan kriteria tingkat penyesuaian diri terhadap program keahlian dan akan diperoleh kriteria sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Penentuan kriteria tingkat penyesuaian diri terhadap program keahlian berdasarkan perhitungan skor adalah sebagai berikut: Data maksimal
= Skor tertinggi x Jumlah item = 5 x 64 = 320
Data minimal
= Skor terendah x Jumlah item = 1 x 64 = 64
Range
= Data maksimal – Data minimal = 320 – 64 = 256
Panjang kelas interval = Range : Panjang kelas = 256 : 5 = 51, 2 Sedangkan penentuan kriteria tingkat penyesuaian diri terhadap program keahlian berdasarkan prosentase dengan cara sebagai berikut : Prosentase skor tertinggi = (5:5) x 100% = 100% Prosentase skor terendah = (1:5) x 100% = 20% Rentang
= 100% - 20% = 80%
Lebar Interval
=
= 16,2%
94
Dengan panjang kelas interval 51, 2 dan interval prosentase 16,2 %, maka dapat ditentukan kriteria sebagai berikut : Tabel 3.5 Kriteria Pernyesuaian Diri terhadap Program Keahlian No.
Skor
Interval prosentase
Kriteria
1.
268, 8 < skor < 320
84,8% < % < 100,0%
Sangat Tinggi
2.
217,6 < skor < 267,8
68,6% < % < 83,8%
Tinggi
3.
166,4 < skor < 216,6
52,4% < % < 67,6%
Sedang
4.
115,2 < skor < 165,4
36,2% < % < 51,4%
Rendah
5.
64 < skor < 114,2
20,0% < % < 35,2%
Sangat Rendah
Kisi-kisi skala penyesuaian diri terhadap program keahlian dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel yaitu penyesuaian diri dan terdiri dari tujuh indikator yaitu menunjukkan kestabilan emosi, mengelola mekanisme psikologis, menekan frustasi pribadi, pertimbangan rasional dan pengarahan diri, kemampuan belajar, menghargai pengalaman serta bersikap realistis dan objektif. Adapun kisikisi dari skala penyesuaian diri terhadap program keahlian dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3.6 Kisi-Kisi Skala Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian
No. 1.
Variabel
Indikator
Deskriptor
Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian
1. Kestabilan emosi
1.1 Menenangkan diri 1.2 Mengelola emosi 1.3 Mengatasi dorongan emosi dalam bentuk penyaluran emosi dengan melakukan kegiatan positif 1.4 Mempertahankan sikap positif yang realistis
Item Jumlah Item (+) (-) 2 1 2 3 3, 4 5 2 6 7
2
8
9
95
terutama dalam menghadapi masa-masa sulit 2. Mengelola mekanisme psikologis
3. Menekan frustasi pribadi
4. Pertimbangan rasional dan pengarahan diri
5. Kemampuan belajar
2.1 Kondisi psikologis stabil dalam menghadapi masalah 2.2 Memecahkan problem adaptif (penyesuaian) 2.3 Mengatur aktivitas fisiologis 3.1 Mengontrol dan mengendalikan frustasi secara sehat, wajar, dan profesional 3.2 Perasaan nyaman 3.3 Menyembunyikan dan menekan sikap frustasi 3.4 Bersaing secara sehat
2
10
11
2
12
13
3
14, 15
16
2
17
18
2 2
19 21
20 22
2
23
24
4.1 Melakukan perencanaan yang cermat dengan mempertimbangkan untung dan rugi 4.2 Memilih tindakan yang tepat 5.1 Menyelesaikan tugas yang diberikan guru 5.2 Mengikuti pelajaran (produktif) dengan baik 5.3 Mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain 5.4 Semangat dalam mengikuti pelajaran (normatif, adaptif, produktif) 5.5 Berpartisipasi pada saat pelajaran berlangsung 5.6 Memusatkan perhatian terhadap pelajaran yang diikuti
4
25, 26
27, 28
29
30
3
31, 32
33
2
34
35
3
36
37, 38
2
39
40
2
41
42
4
43, 44
45, 46
2
96
6. Menghargai pengalaman
6.1 Belajar dari pengalaman 6.2 Toleran terhadap pengalaman yang traumatik
4 2
47, 48 51
49, 50 52
7. Bersikap realistik dan objektif
7.1 Mengenali dan menerima diri sendiri apa adanya 7.2 Bertindak sesuai dengan potensi-potensi positif 7.2 Bersikap terbuka dan menerima umpan balik 7.3 Menaati peraturan yang berlaku
2
53
54
4
55, 56
57, 58
3
59, 60
61
3
62
63, 64
3.6.Validitas Instumen Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang
kurang valid berarti
memiliki validitas rendah (Suharsimi Arikunto, 2006 : 168). Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengetahui apa yang diinginkan apabila dapat mengungkap data variabel secara diteliti secara tepat. Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstrak, karena validitas konstrak adalah proses yang terkait erat dengan perkembangan teori. Hanya teori yang bisa memberitahukan apa yang seharusnya dan tidak seharusnya menjadi pusat perhatian. Sedangkan teknik validitas yang digunakan adalah teknik product moment, menurut Sutrisno Hadi (2000: 299) bahwa validitas item dalam instrumen dicari dengan teknik product moment adalah sebagai berikut :
97
X
XY
N
rxy X
2
Y
X
2
N
Y
2
Y
2
N
Keterangan : rx y
XY
Korelasi Product Moment Jumlah XY
X
= Score Nomor Item
Y
= Score Total
N
= Jumlah Responden
Dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikan sebesar 5%. (Sutrisno Hadi, 1998 : 294) Kesimpulan yang dapat ditarik apabila koefisien korelasi yang didapat lebih besar dari harga kritik 95% maka item dikatakan valid dan sebaliknya bila keadaan lebih kecil maka item dikatakan tidak valid. Atau dengan kata lain bila peluang ralat item melebihi 5% menunjukkan item tidak valid dan selanjutnya sebaiknya tidak digunakan menjadi item pengungkap data. Bila r setiap item sama atau kurang dari 5%, maka item tersebut dapat menjadi bagian instrument yang baik untuk mengungkap data. Berdasarkan hasil try out yang dilaksanakan di kelas XI dengan jumlah 36 siswa, maka diperoleh hasil yaitu dari 76 item ada 12 item yang tidak valid. Item yang tidak valid adalah item nomor 5, 18, 35, 40, 55, 58, 60, 62, 69, 71, 73, 76. Karena item-item pernyataan yang tidak valid menyebar, artinya pada masing-
98
masing indikator masih terdapat item pernyataan yang mewakili, maka item-item pernyataan yang tidak valid tersebut dibuang atau tidak digunakan. Sedangkan item-item pernyataan lainnya yang valid tetap digunakan.
3.7.Reliabilitas Intrumen Mamat Supriatna (2011: 214) memandang reliabilitas menunjukkan tingkat keajegan suatu tes, yaitu sejauhman tes tersebut dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten. Kecermatan hasil pengukuran ditentukan oleh banyaknya informasi yang dihasilkan dan sangat berkaitan dengan satuan ukuran dan jarak rentang (range) dari skala yang digunakan. Menurut Soetarlinah Sukadji (2000: 31-32), reliabilitas dibagi menjadi empat jenis yaitu reliabilitas tes-retes, reliabilitas belah-dua, reliabilitas rasional ekuivalen, reliabilitas penyekor. Penelitian ini menggunakan reliabilitas tes-retes karena dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus alpha, karena perolehan skor skala tentang penyesuaian diri terhadap program keahlian merupakan rentangan yang berbentuk skala dari 1 sampai 5, jadi skor diperoleh bukan 1 dan 0 (Arikunto, 1990: 193). Adapun rumus alpha yang digunakan adalah: rii
k k 1
Keterangan : rii
2
1
= reliabilitas instrumen
2
t
b
99
k
= banyaknya butir pertanyaan
∑
2
b = jumlah varians butir
2
t
= varians total (Arikunto, 2006 : 196) Dengan varians butir:
Dengan varians total:
Suatu instrumen dinyatakan reliabel jika memiliki harga r11 > rtabel pada taraf signifikan 5%. Sebagai patokan kasar dapat ditentukan ukuran indeks reliabilitas sebagai berikut, (Danim, 2004: 202) : Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas Soal No.
Rentang Skor
Kriteria
1.
0,90-1,00
Reliabilitas tinggi
2.
0,60-0,89
Reliabilitas sedang
3.
< 0,59
Reliabilitas rendah
Kemudian rhitung dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf signifikansi 5%, jika rhitung lebih besar dari rtabel maka instrument dikatan reliabel. Hasil uji coba perhitungan reliabilitas dengan menggunakan rumus alpha pada taraf signifikansi 5% dan jumlah sampelnya adalah 36 atau N = 36, maka diperoleh
100
rtabel= 0,329. Dalam perhitungan skala reliabilitas instrumen skala penyesuaian diri terhadap program keahlian diperoleh r11 = 1,004. Instrumen dinyatakan reliabel jika r11 lebih besar dari rtabel. Jadi r11 > rtabel (1,004 > 0,329) maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel, dengan kriteria tingkat reliabilitas tinggi. Hasil validitas dan reliabilitas untuk lebih jelasnya pada lampiran.
3.8.Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah deskriptif persentase. Sedangkan Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode nonparametris, dengan menggunakan uji wilcoxon, karena mengacu pada variabel data yang ada dalam penelitian ini adalah variabel ordinal, selain itu uji wilcoxon tidak menerapkan syarat-syarat mengenai parameter-parameter populasi yang merupakan penelitian. Jadi penelitian teknik analisis datanya menggunakan Uji Wilcoxon Match Pairs Test yaitu dengan mencari perbedaan mean pre test dan post test, dengan menggunakan rumus : n(n 1) 4 n(n 1)(2n 1) 24 T
Z
Keterangan : T = Jumlah yang lebih kecil dari kedua kelompok ranking yang memiliki tanda sama n = Jumlah Sampel (Sugiyono, 2007: 134-137)
101
Guna mengambil keputusan menggunakan pedoman dengan taraf signifikansi 5% dengan ketentuan: 1. Ho ditolak & Ha diterima apabila Zhitung lebih besar atau sama dengan Ztabel. 2. Ho diterima dan Ha ditolak apabila Zhitung lebih kecil dari Ztabel.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada BAB IV ini hasil penelitian dan pembahasan tentang meningkatkan penyesuaian diri terhadap program keahlian melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga tahun ajaran 2012/2013 akan diuraikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Analisis Deskriptif Kuantitatif Berikut ini akan dikemukakan hasil analisis deskriptif penyesuaian diri terhadap program keahlian pada 10 siswa anggota layanan bimbingan kelompok di SMK Negeri 1 Purbalingga. Berdasarkan tujuan penelitian, maka hasil yang dapat dilaporkan adalah memperoleh data empiris tentang: (1) gambaran tingkat penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok (pre-test), (2) gambaran tingkat penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga setelah diberikan layanan bimbingan kelompok (posttest), (3) peningkatan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga melalui layanan bimbingan kelompok, maka dapat diuraikan hasil penelitian sebagai berikut :
102
103
4.1.1.1 Gambaran Tingkat Penyesuaian Diri Terhadap Program Keahlian Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga Sebelum Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu memperoleh data empiris tentang deskripsi penyesuaian diri terhadap program keahlian pada kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga sebelum diberi layanan bimbingan kelompok, akan diuraikan terlebih dahulu hasil pre test sebelum diberi perlakuan. Pelaksanaan pemberian pre test penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga dilaksanakan pada tanggal 7 dan 8 Juni 2013. Dari hasil pre test tersebut diambil 10 siswa yang memiliki kriteria penyesuaian diri terhadap program keahlian dengan nilai paling rendah sebagai anggota layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan penyesuaian diri terhadap program keahlian. Berikut ini tabel penyesuaian diri terhadap program keahlian sebelum mendapat layanan bimbingan kelompok. Tabel 4.1 Perhitungan Total Penyesuaian Diri Terhadap Program Keahlian Sebelum Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok Kode Resp. R-93 R-94 R-95 R-97 R-96 R-78 R-91 R-17 R-92 R-49 Rata-rata
Skor 144 134 132 129 121 116 112 111 110 108 121.70
Jumlah Total % Kategori 45.00 R 41.88 R 41.25 R 40.31 R 37.81 R 36.25 R 35.00 SR 34.69 SR 34.38 SR 33.75 SR 38.03 R
104
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa rata-rata penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa termasuk dalam kriteria rendah, yaitu dengan prosentase sebesar 38.03%. Nilai tersebut berkisar antara rentangan prosentase sebesar 45.00% sampai dengan 36.25% dengan kriteria rendah dan kriteria sangat rendah dengan prosentase sebesar 35.00% sampai dengan prosentase 33.75%. Sampel yang digunakan memiliki tingkat penyesuaian diri terhadap program keahlian yang memperoleh skor terendah dengan tujuan untuk dapat meningkatkan penyesuaian diri terhadap program keahlian tersebut menjadi lebih tinggi. Secara keseluruhan, deskripsi penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa sebelum memperoleh layanan bimbingan kelompok, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian Sebelum Memperoleh Layanan Bimbingan Kelompok
Interval 84,8% - 100,0% 68,6% - 83,8% 52,4% - 67,6% 36,2% - 51,4% 20,0% - 35,2%
Kriteri Tingkat Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Jumlah (N)
Jumlah Sampel Pre Test 0 0 0 6 4 10
Berikut ini akan disajikan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa sebelum pemberian perlakuan layanan bimbingan kelompok dalam tiap indikator penyesuaian diri terhadap program keahlian yaitu kestabilan emosi, mengelola
mekanisme psikologis, menekan frustasi pribadi, pertimbangan rasional dan
105
pengarahan diri, kemampuan belajar, menghargai pengalaman, serta bersikap realistik dan objektif. 4.1.1.1.1 Kestabilan Emosi Untuk mengetahui aspek kestabilan emosi siswa sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.3 Distribusi Indikator Kestabilan Emosi Sebelum Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok KESTABILAN EMOSI
No.
Kode Respon
Skor
%
Kategori
1.
R-93
16
35.56
SR
2.
R-94
21
46.67
R
3.
R-95
23
51.11
R
4.
R-97
16
35.56
SR
5.
R-96
14
31.11
SR
6.
R-78
21
46.67
R
7.
R-91
16
35.56
SR
8.
R-17
16
35.56
SR
9.
R-92
16
35.56
SR
10.
R-49
15
33.33
SR
17
38.67
R
Rata-rata
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa rata-rata kestabilan emosi pada siswa termasuk dalam kriteria rendah. Indikator kestabilan emosi termasuk dalam kriteria rendah yaitu dengan prosentase sebesar 38.67%. Nilai terendah dari indikator kestabilan emosi yaitu dengan prosentase 31.11% yang termasuk dalam kriteria sangat rendah. Sedangkan nilai tertinggi yaitu dengan prosesntase sebesar 51.11% yang masuk dalam kriteria rendah.
106
4.1.1.1.2 Mengelola Mekanisme Psikologis Untuk hasil indikator mengelola mekanisme psikologis pada siswa sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok, dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.4 Distribusi Indikator Mengelola Mekanisme Psikologis Sebelum Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok
No.
Kode Respon
1. R-93 2. R-94 3. R-95 4. R-97 5. R-96 6. R-78 7. R-91 8. R-17 9. R-92 10. R-49 Rata-rata
MENGELOLA MEKANISME PSIKOLOGIS Skor % Kategori 18 51.43 R 14 40.00 R 11 31.43 SR 9 25.71 SR 16 45.71 R 11 31.43 SR 13 37.14 R 11 31.43 SR 12 34.29 SR 12 34.29 SR 12.7 36.29 R
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa bahwa rata-rata mengelola mekanisme psikologis pada siswa sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok termasuk dalam kriteria rendah yaitu dengan prosentase sebesar 36.29%. Nilai terendah pada indikator mengelola mekanisme psikologis yaitu dengan prosentase 31.4% masuk dalam kriteria sangat rendah, sedangkan nilai tertinggi yaitu dengan prosentase sebesar 51.43% yang masuk dalam kriteria rendah.
107
4.1.1.1.3 Menekan Frustasi Pribadi Untuk mengetahui hasil indikator menekan frustasi pribadi pada siswa sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5 Distribusi Indikator Menekan Frustasi Pribadi Sebelum Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok
No.
Kode Respon
1. R-93 2. R-94 3. R-95 4. R-97 5. R-96 6. R-78 7. R-91 8. R-17 9. R-92 10. R-49 Rata-rata
MENEKAN FRUSTASI PRIBADI Skor % Kategori 14 35.00 SR 12 30.00 SR 19 47.50 R 11 27.50 SR 13 32.50 SR 14 35.00 SR 12 30.00 SR 12 30.00 SR 13 32.50 SR 13 32.50 SR 13 33.25 SR
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa rata-rata indikator menekan frustasi pribadi pada siswa prosentase yang diperoleh yaitu sebesar 33.25%. Dari nilai tersebut, maka indikator menekan frustasi pribadi pada siswa sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok termasuk dalam kriteria sangat rendah, dengan nilai terendah yaitu prosentase sebesar 27.50% yang masuk dalam kriteria sangat rendah, sedangkan nilai tertinggi yaitu dengan prosentase sebesar 47.50% masuk dalam kriteria rendah.
4.1.1.1.4 Pertimbangan Rasional dan Pengarahan Diri
108
Untuk mengetahui aspek pertimbangan rasional dan pengarahan diri siswa sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.6 Distribusi Indikator Pertimbangan Rasional dan Pengarahan Diri Sebelum Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok
No.
Kode Respon
1. R-93 2. R-94 3. R-95 4. R-97 5. R-96 6. R-78 7. R-91 8. R-17 9. R-92 10. R-49 Rata-rata
PERTIMBANGAN RASIONAL DAN PENGARAHAN DIRI Skor 14 13 10 14 9 10 10 10 9 9 10.8
% 46.67 43.33 33.33 46.67 30.00 33.33 33.33 33.33 30.00 30.00 36.00
Kategori R R SR R SR SR SR SR SR SR R
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa rata-rata pertimbangan rasional dan pengarahan diri pada siswa termasuk dalam kriteria rendah. Indikator pertimbangan rasional dan pengarahan diri termasuk dalam kriteria rendah yaitu prosentase sebesar 36.00%. Nilai terendah dari indikator pertimbangan rasional dan pengarahan diri yaitu dengan prosentase sebesar 30.00% yang termasuk dalam kriteria sangat rendah, sedangkan nilai yang tertinggi yaitu dengan prosentase sebesar 46.67% masuk dalam kriteria rendah.
109
4.1.1.1.5 Kemampuan Belajar Untuk hasil indikator kemampuan belajar siswa sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok, dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.7 Distribusi Indikator Kemampuan Belajar Sebelum Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Kode Respon R-93 R-94 R-95 R-97 R-96 R-78 R-91 R-17 R-92 R-49 Rata-rata
KEMAMPUAN BELAJAR Skor % Kategori 38 47.50 R 30 37.50 R 36 45.00 R 37 46.25 R 35 43.75 R 26 32.50 SR 27 33.75 SR 36 45.00 R 28 35.00 SR 28 35.00 SR 32.1 40.13 R
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa bahwa rata-rata kemampuan belajar pada siswa sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok termasuk dalam kriteria rendah yaitu dengan prosentase sebesar 40.13%. Nilai terendah pada indikator kemampuan belajar yaitu dengan prosentase sebesar 33.75% masuk dalam kriteria sangat rendah, sedangkan nilai tertinggi yaitu dengan prosentase sebesar 47.50% yang masuk dalam kriteria rendah.
110
4.1.1.1.6 Menghargai Pengalaman Untuk mengetahui hasil indikator dari menghargai pengalaman pada siswa sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok, dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.8 Distribusi Indikator Menghargai Pengalaman Sebelum Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok
No.
Kode Respon
1. R-93 2. R-94 3. R-95 4. R-97 5. R-96 6. R-78 7. R-91 8. R-17 9. R-92 10. R-49 Rata-rata
MENGHARGAI PENGALAMAN Skor % Kategori 13 43.33 R 13 43.33 R 10 33.33 SR 12 40.00 R 13 43.33 R 9 30.00 SR 10 33.33 SR 8 26.67 SR 11 36.67 R 11 36.67 R 11 36.67 R
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa rata-rata indikator menghargai pengalaman pada siswa termasuk dalam kriteria rendah, yaitu prosentase yang diperoleh sebesar 36.67%. Dari nilai tersebut, maka dapat diketahui bahwa nilai terendah yaitu dengan prosentase sebesar 26.67% yang masuk dalam kriteria sangat rendah, sedangkan nilai tertinggi yaitu dengan prosentase sebesar 43.33% masuk dalam kriteria rendah.
111
4.1.1.1.7 Bersikap Realistik dan Objektif Untuk mengetahui aspek bersikap realistik dan objektif sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.9 Distribusi Indikator Bersikap Realistik dan Objektif Sebelum Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok
No.
Kode Respon
1. R-93 2. R-94 3. R-95 4. R-97 5. R-96 6. R-78 7. R-91 8. R-17 9. R-92 10. R-49 Rata-rata
BERSIKAP REALISTIK DAN OBJEKTIF Skor % Kategori 31 51.67 R 31 51.67 R 23 38.33 R 30 50.00 R 21 35.00 SR 25 41.67 R 24 40.00 R 18 30.00 SR 21 35.00 SR 20 33.33 SR 24.4 40.67 R
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa rata-rata bersikap realistik dan objektif pada siswa termasuk dalam kriteria rendah, yaitu dengan prosentase sebesar 40.67%. Nilai terendah dari indikator bersikap realistik dan objektif yaitu dengan prosentase yang diperoleh sebesar 30.00% yang termasuk dalam kriteria sangat rendah, sedangkan nilai tertinggi yaitu dengan prosentase sebesar 51.67% masuk dalam kriteria rendah.
112
4.1.1.1.8 Hasil tiap Indikator Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga Sebelum Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok Hasil tiap indikator penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.10 Distribusi tiap Indikator Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian Sebelum Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Indikator Kestabilan Emosi Mengelola Mekanisme Psikologis Menekan Frustasi Pribadi Pertimbangan Rasional dan Pengarahan Diri Kemampuan Belajar Menghargai Pengalaman Bersikap Realistik dan Objektif Rata-rata
(%) 38.67 36.29 33.25 36.00 40.13 36.67 40.67 38.03
Kriteria R R SR SR R R R R
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa seluruh indikator penyesuaian diri terhadap program keahlian yaitu kestabilan emosi, mengelola mekanisme psikologis, menekan frustasi pribadi, pertimbangan rasional dan pengarahan diri, kemampuan belajar, menghargai pengalaman, serta bersikap realistik dan objektif, sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok seluruhnya masuk dalam kriteria rendah yaitu dengan prosentase rata-rata sebesar 38.03%.
113
4.1.1.2 Gambaran Tingkat Penyesuaian Diri Terhadap Program Keahlian Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga Setelah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok Setelah dilaksanakannya bimbingan kelompok selama tujuh kali pertemuan, selanjutnya dilakukan post test untuk mengetahui peningkatan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa. Perhitungan total tentang penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut : Tabel 4.11 Perhitungan Total Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian Setelah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok Jumlah Total
Kode Resp.
Skor
%
Kategori
R-93
244
76.25
T
R-94
279
87.19
ST
R-95
264
82.50
T
R-97
278
86.88
ST
R-96
277
86.56
ST
247
77.19
T
249
77.81
T
266
83.13
T
281
87.81
ST
286
89.38
ST
267.20
83.50
T
R-78 R-91 R-17 R-92 R-49 Rata-rata
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa rata-rata penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa termasuk dalam kriteria tinggi, yaitu dengan prosentase sebesar 83.50%. Perhitungan skor penyesuaian diri terhadap program keahlian pada 10 siswa setelah diberikan layanan
114
bimbingan kelompok yaitu terdapat 5 siswa yang termasuk dalam kriteria penyesuaian diri terhadap program keahlian sangat tinggi dengan prosentase 86.56% sampai dengan 89,38%, sedangkan 5 siswa temasuk dalam kriteria tinggi dengan prosentase sebesar 76.25% sampai dengan 83.13%. Hal ini menunjukkan bahwa setelah mendapat layanan bimbingan kelompok, penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa mengalami peningkatan. Sedangkan untuk hasil post test selengkapnya dapat dijelaskan berdasarkan tiap-tiap indikator penyesuaian diri terhadap program keahlian sebagai berikut.
4.1.1.2.1 Kestabilan Emosi Kestabilan emosi setelah diberikan layanan bimbingan kelompok lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.12 Distribusi Indikator Kestabilan Emosi Setelah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok No.
Kode Respon
1.
KESTABILAN EMOSI
R-93
Skor 36
% 80
Kategori T
2.
R-94
40
88.89
ST
3.
R-95
40
88.89
ST
4.
R-97
38
84.44
ST
5.
R-96
38
84.44
SR
6.
R-78
35
77.78
T
7.
R-91
38
84.44
ST
8.
R-17
35
77.78
T
9.
R-92
42
93.33
ST
10.
R-49
37
82.22
T
38
84.22
ST
Rata-rata
115
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa rata-rata kestabilan emosi pada siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok termasuk dalam kriteria sangat tinggi, yaitu dengan prosentase sebesar 84.22%, artinya bahwa kestabilan emosi pada siswa dengan menenangkan diri, mengelola emosi, mengatasi dorongan emosi dalam bentuk penyaluran emosi dengan melakukan kegiatan positif, dan mempertahankan sikap positif yang realistis terutama dalam menghadapi masa-masa sulit mengalami peningkatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kestabilan emosi pada siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok mengalami peningkatan.
4.1.1.2.2 Mengelola Mekanisme Psikologis Mengelola mekanisme psikologis pada siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.13 Distribusi Indikator Mekanisme Psikologis Setelah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok No.
Kode Respon
1. R-93 2. R-94 3. R-95 4. R-97 5. R-96 6. R-78 7. R-91 8. R-17 9. R-92 10. R-49 Rata-rata
MENGELOLA MEKANISME PSIKOLOGIS Skor % Kategori 26 74.29 T 31 88.57 ST 27 77.14 T 30 85.71 ST 31 88.57 ST 30 85.71 ST 27 77.14 T 28 80.00 T 32 91.43 ST 31 88.57 ST 29.3 83.71 T
116
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa rata-rata indikator mengelola mekanisme psikologis pada siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok termasuk dalam kriteria tinggi, yaitu dengan prosentase sebesar 83.71%, artinya kondisi psikologis stabil dalam menghadapi masalah, memecahkan problem adaptif (penyesuaian), dan mengatur aktivitas fisiologis dari siswa mengalami peningkatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mengelola mekanisme psikologis pada siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok mengalami peningkatan.
4.1.1.2.3 Menekan Frustasi Pribadi Menekan frustasi pribadi pada siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.14 Distribusi Indikator Menekan Frustasi Pribadi Setelah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok
No.
Kode Respon
1. R-93 2. R-94 3. R-95 4. R-97 5. R-96 6. R-78 7. R-91 8. R-17 9. R-92 10. R-49 Rata-rata
MENEKAN FRUSTASI PRIBADI Skor % Kategori 32 80.00 T 35 87.50 ST 33 82.50 T 37 92.50 ST 34 85.00 ST 35 87.50 ST 28 70.00 T 34 85.00 ST 35 87.50 ST 37 92.50 ST 34 85.00 ST
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa rata-rata indikator menekan frustasi pribadi pada siswa setelah diberikan layanan bimbingan
117
kelompok termasuk dalam kriteria sangat tinggi, yaitu dengan prosentase sebesar 85.00%, artinya mengontrol dan mengendalikan frustasi secara sehat, wajar, dan professional maupun perasaan nyaman, menyembunyikan dan menekan sikap frustasi serta bersaing dengan sehat dari siswa mengalami peningkatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menekan frustasi pribadi pada siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok mengalami peningkatan.
4.1.1.2.4 Pertimbangan Rasional dan Pengarahan Diri Pertimbangan rasional dan pengarahan diri siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.15 Distribusi Indikator Pertimbangan Rasional dan Pengarahan Diri Setelah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok
No.
Kode Respon
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
R-93 R-94 R-95 R-97 R-96 R-78 R-91 R-17 R-92 R-49
Rata-rata
PERTIMBANGAN RASIONAL DAN PENGARAHAN DIRI Skor % Kategori 22 73.33 T 28 93.33 ST 25 83.33 T 26 86.67 ST 26 86.67 ST 22 73.33 T 22 73.33 T 24 80.00 T 27 90.00 ST 29 96.67 ST 25.1
83.67
T
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa rata-rata indikator pertimbangan rasional dan pengarahan diri pada siswa setelah diberikan layanan
118
bimbingan kelompok termasuk dalam kriteria tinggi, yaitu dengan prosentase sebesar
83.67%,
artinya
melakukan
perencanaan
yang
cermat
dengan
mempertimbangkan untung dan rugi serta memilih tindakan yang tepat dari siswa mengalami
peningkatan.
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
pertimbangan rasional dan pengarahan diri pada siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok mengalami peningkatan.
4.1.1.2.5 Kemampuan Belajar Kemampuan belajar pada siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.16 Distribusi Indikator Kemampuan Belajar Setelah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok
No.
Kode Respon
1. R-93 2. R-94 3. R-95 4. R-97 5. R-96 6. R-78 7. R-91 8. R-17 9. R-92 10. R-49 Rata-rata
KEMAMPUAN BELAJAR Skor % Kategori 65 81.25 T 68 85.00 ST 66 82.50 T 69 86.25 ST 69 86.25 ST 60 75.00 T 64 80.00 T 68 85.00 ST 70 87.50 ST 70 87.50 ST 66.9 83.63 T
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa rata-rata indikator kemampuan belajar pada siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok
119
termasuk dalam kriteria tinggi, yaitu dengan prosentase sebesar 83.63%, artinya menyelesaikan tugas yang diberikan guru, mengikuti pelajaran (produktif) dengan baik, mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain, semangat dalam mengikuti pelajaran (normatif, adaptif, produktif), berpartisipasi pada saat pelajaran berlangsung, memusatkan perhatian terhadap pelajaran yang diikuti dari siswa mengalami peningkatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan belajar dari siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok mengalami peningkatan.
4.1.1.2.6 Menghargai Pengalaman Menghargai pengalaman pada siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.17 Distribusi Indikator Menghargai Pengalaman Setelah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok No.
Kode Respon
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
R-93 R-94 R-95 R-97 R-96 R-78 R-91 R-17 R-92 R-49
Rata-rata
MENGHARGAI PENGALAMAN Skor % Kategori 22 73.33 T 25 83.33 T 26 86.67 ST 26 86.67 ST 26 86.67 ST 21 70.00 T 22 73.33 T 27 90.00 ST 26 86.67 ST 28 93.33 ST 24.9
83.00
T
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa rata-rata indikator menghargai pengalaman pada siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok termasuk dalam kriteria tinggi, yaitu dengan prosentase sebesar
120
83.00%, artinya belajar dari pengalaman dan toleran terhadap pengalaman yang traumatik mengalami peningkatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menghargai pengalaman pada siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok mengalami peningkatan.
4.1.1.2.7 Bersikap Realistik dan Objektif Bersikap realistik dan objektif pada siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.18 Distribusi Indikator Bersikap Realistik dan Objektif Setelah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok Kode No. Respon 1. R-93 2. R-94 3. R-95 4. R-97 5. R-96 6. R-78 7. R-91 8. R-17 9. R-92 10. R-49 Rata-rata
BERSIKAP REALISTIK DAN OBJEKTIF Skor % Kategori 41 68.33 T 52 86.67 ST 47 78.33 T 52 86.67 ST 53 88.33 ST 45 75.00 T 48 80.00 T 50 83.33 T 49 81.67 T 54 90.00 ST 49.1 81.83 T
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa rata-rata indikator bersikap realistik dan objektif pada siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok termasuk dalam kriteria tinggi, yaitu dengan prosentase sebesar 81.83%, artinya mengenali dan menerima diri sendiri apa adanya, bertindak sesuai dengan potensi-potensi positif, bersikap terbuka dan menerima umpan balik,
121
menaati peraturan yang berlaku dari siswa mengalami peningkatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bersikap realistik dan objektif setelah diberikan layanan bimbingan kelompok mengalami peningkatan. Berdasarkan data mengenai penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa setelah pemberian perlakuan layanan bimbingan kelompok dalam tiap indikator penyesuaian diri terhadap program keahlian yaitu kestabilan emosi, mengelola mekanisme psikologis, menekan frustasi pribadi, pertimbangan rasional dan pengarahan diri, kemampuan belajar, menghargai pengalaman, serta bersikap realistik dan objektif, maka dapat disimpulkan bahwa dari ke tujuh indikator penyesuaian diri terhadap program keahlian tersebut, semua indikator mengalami peningkatan. Peningkatan yang paling rendah yaitu indikator menghargai pengalaman dengan prosentase sebesar 83.00% masuk dalam kriteria tinggi, sedangkan indikator tertinggi adalah menekan frustasi pribadi yaitu sebesar 85.00% masuk dalam kriteria sangat tinggi. 4.1.1.2.8 Hasil tiap Indikator Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga Setelah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok Hasil tiap indikator penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga setelah diberikan layanan bimbingan kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini.
122
Tabel 4.19 Distribusi tiap Indikator Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian Setelah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Indikator Kestabilan Emosi Mengelola Mekanisme Psikologis Menekan Frustasi Pribadi Pertimbangan Rasional dan Pengarahan Diri Kemampuan Belajar Menghargai Pengalaman Bersikap Realistik dan Objektif Rata-rata
(%) 84.22 83.71 85.00 83.67 83.63 83.00 81.83
Kriteria
83.50
ST T ST T T T T T
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa rata-rata indikator mengelola mekanisme psikologis, pertimbangan rasional dan pengarahan diri, kemampuan belajar, menghargai pengalaman, serta bersikap realistik dan objektif, setelah diberikan layanan bimbingan kelompok seluruhnya masuk dalam kriteria tinggi, yaitu prosentase berkisar antara 81.83% sampai dengan 83.71%. Sedangkan kestabilan emosi dan menekan frustasi pribadi masuk dalam kriteria sangat tinggi, yaitu dengan prosentase sebesar sebesar 84.22% dan 85%. 4.1.1.3 Peningkatkan Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga Setelah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok Untuk mengetahui peningkatan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga setelah diberikan layanan bimbingan kelompok, dapat dilihat melalui analisis dari hasil pre test dan post test dengan analisis uji Wilcoxon. Hasilnya adalah sebagai berikut :
123
Tabel 4.20 Perbedaan Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian Sebelum dan Sesudah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian Prosentase (%) Kode Resp. Pre test Post test Peningkatan 1 R-93 45.00 76.25 31.25 2 R-94 41.88 87.19 45.31 3 R-95 41.25 82.50 41.25 4 R-97 40.31 86.88 46.56 5 R-96 37.81 86.56 48.75 6 R-78 36.25 77.50 41.25 7 R-91 41.70 83.19 41.49 8 R-17 34.69 83.13 48.44 9 R-92 34.38 87.81 53.44 10 R-49 33.75 89.38 55.63 Rata-rata 38.03 83.50 45.47
No.
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa sebelum dan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok yaitu dengan prosentase sebesar 45.47%, artinya terdapat perbedaan penyesuaian diri terhadap program keahlian antara sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok. Setiap responden memiliki perbedaan berdasarkan indikator penyesuaian diri terhadap program keahlian. Tabel 4.21 Hasil Uji Wilcoxon Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga Variabel Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian
N
Z hitung
Z tabel
10
2.803
1.96
124
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa hasil perhitungan dengan analisis uji Wilcoxon diperoleh Zhitung= 2.803, Ztabel = 1.96, sehingga Z hitung=2.803 > Ztabel=1.96. Dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga menunjukkan adanya peningkatan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok. Tabel 4.22 Perbedaan Tiap Indikator Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian pada Siswa Sebelum dan Sesudah Diberikan Layanan Bimbingan Kelompok No.
Indikator
1
Kestabilan Emosi Mengelola Mekanisme Psikologis Menekan Frustasi Pribadi Pertimbangan Rasional dan Pengarahan Diri Kemampuan Belajar Menghargai Pengalaman Bersikap Realistik dan Objektif
2 3 4 5 6 7
Rata-rata
Pre Test (%) 38.67
Post Test (%) 84.22
Peningkatan (%) 45.56
Penurunan (%) -
36.29
83.71
47.43
-
33.25
85.00
51.75
-
36.00
83.67
47.67
-
40.13 36.67
83.63 83.00
43.50 46.33
-
40.67
81.83
41.17
-
38.03
83.50
45.47
-
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa peningkatan rata-rata 45.47%. Peningkatan tertinggi yaitu pada indikator menekan frustasi pribadi yaitu sebesar 51.75%, sedangkan peningkatan terendah yaitu pada indikator bersikap realistik dan objektif yaitu sebesar 41.17%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap indikator penyesuaian diri terhadap program keahlian mengalami peningkatan antara sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok.
125
4.1.2 Analisis Deskriptif Kualitatif Untuk analisis deskriptif kualitatif, maka akan dipaparkan hasil pengamatan progress selama proses bimbingan kelompok dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan terakhir. Kemudian untuk evaluasi hasil akhir dari pemberian layanan bimbingan kelompok, para anggota kelompok diberikan lembar penilaian segera (laiseg) setiap selesai pertemuan, yang di dalamnya berisi tentang pemahaman, perasaan dan rencana apa yang akan dilakukan berkaitan dengan materi yang telah dibahas. Di bawah ini diterangkan hasil evaluasi pelaksanaan bimbingan kelompok yang dilakukan dengan melakukan pengamatan selama proses pelaksanaan bimbingan kelompok. 1) Pertemuan 1 Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 24 Juni 2013 mulai pukul 10.00-10.45, yang bertempat di ruang kelas. Pada pertemuan ini, topik permasalahan yang dibahas adalah tentang ―Cara Mengendalikan Emosi dengan Kegiatan Positif‖. Pemimpin kelompok mengucapkan salam, menanyakan kabar anggota kelompok dan mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok. Saling memperkenalkan diri baik praktikan sebagai pemimpin kelompok maupun siswa sebagai anggota kelompok. Pemimpin kelompok menjelaskan tentang pengertian, tujuan dan asas-asas yang digunakan dalam bimbingan kelompok. Setelah hal tersebut pemimpin kelompok membuka pembicaraan dalam kelompok dengan topik tugas.
126
Pertemuan pertama pada tahap pembentukan memerlukan waktu yang lebih lama. Pada tahap ini pemimpin kelompok mencoba membentuk kelompok yang solid supaya tercipta dinamika kelompok yang dapat berkembang dengan baik. Meskipun memerlukan waktu yang lebih lama, pemimpin kelompok tetap mempertimbangkan antara efisiensi waktu, efektifitas pengembangan dinamika kelompok dan kondisi positif mental seluruh peserta. Proses bimbingan kelompok ini pada awalnya masih terlihat kaku, karena anggota kelompok tersebar dari berbagai kelas yang berbeda, sehingga ada yang belum saling kenal. Untuk mengatasi hal tersebut serta menumbuhkan dinamika kelompok, maka pemimpin kelompok mengadakan permainan sehingga suasana menjadi lebih nyaman dan tidak tegang. Pada tahap peralihan, pemimpin kelompok menanyakan kesiapan para anggota kelompok untuk masuk pada tahap kegiatan dan bagaimana perasaan anggota kelompok sepanjang kegiatan berlangsung. Menanggapi hal tersebut beberapa anggota terlihat sudah siap untuk masuk ke tahap kegiatan. Pada tahap kegiatan pemimpin kelompok menyampaikan materi yang akan dibahas dalam kegiatan yaitu ―Cara Mengendalikan Emosi dengan Kegiatan Positif‖ (materi terlampir). Pemberian topik tersebut bertujuan agar anggota kelompok dapat memahami dan mampu menenangkan diri, mengelola emosi, mengatasi dorongan emosi dalam bentuk penyaluran emosi dengan melakukan kegiatan positif, serta mempertahankan sikap positif yang realistis terutama dalam menghadapi masa-masa sulit dalam kelompok. Sebelum membahas topik, terlebih dahulu pemimpin kelompok menanyakan kepada anggota kelompok aspek-aspek
127
apa saja yang akan dibahas terkait dengan materi tersebut. Akan tetapi, anggota kelompok masih terlihat belum cukup aktif memberikan pendapatnya mengenai aspek-aspek apa saja yang akan dibahas. Melihat anggota kelompok masih diam dan bersikap acuh tak acuh, akhirnya pemimpin kelompok mengajukan beberapa aspek terkait dengan materi yang akan dibahas yaitu pengertian, ciri-ciri, jenis, kestabilan emosi dan faktornya, serta cara mengendalikan emosi dengan kegiatan positif. Lalu anggota kelompok menyepakati untuk membahas aspek-aspek yang diberikan pemimpin kelompok tersebut. Satu per satu aspek dibahas dengan baik walaupun ketika memberikan pendapatnya masih belum maksimal dalam mengungkapkannya. Apalagi semakin lama beberapa anggota kelompok saling beradu pendapat dan egois dengan dirinya sendiri, yaitu marah dan tidak terima ketika ada anggota yang tidak setuju dengan pendapatnya sehingga sebagian anggota kelompok yang merasa tidak berpendapat, takut dan enggan berkomentar lebih baik tidak berpendapat karena takut apabila berpendapat akan seperti itu. Akhirnya pemimpin kelompok berusaha menenangkan keadaan seperti semula dengan menjelaskan asas normatif, dimana anggota kelompok harus saling menghargai pendapat teman, tidak menyela ketika teman sedang berbicara, tidak memojokkan serta saling menyakiti. Sehingga seluruh anggota kelompok dapat kembali tenang dan dapat mengendalikan emosinya serta sedikit aktif atau semangat dan mulai bersikap peduli dengan anggota yang lain sehingga dapat melanjutkan pembahasan kembali sampai selesai dengan tuntas. Berikut merupakan beberapa pendapat yang muncul dalam proses kegiatan bimbingan kelompok ini adalah :
128
GR
: Kita harus mampu mengendalikan emosi kita.
TR
: Emosi bisa disalurkan melalui kegiatan yang positif.
PB
: Emosi ada berbagai macam jenisnya, dan kita harus bisa mengaturnya.
UH
: Emosi adalah luapan perasaan dari dalam diri seseorang.
Su
: Kestabilan emosi adalah sesuatu yang tidak berlebih-lebihan dalam
pengungkapan emosi Seiring berjalannya kegiatan terlihat bahwa beberapa anggota kelompok mulai terlihat bosan, sehingga pemimpin kelompok mengajak anggota kelompok untuk melakukan permainan lagi agar suasana kembali hidup dan anggota kelompok tidak bosan. Setelah itu, anggota kelompok diminta kembali untuk membahas topik sampai benar-benar tuntas dan mendalam sesuai dengan aspekaspek yang telah disepakati. Kemudian, pemimpin kelompok meminta beberapa anggota kelompok untuk menyimpulkan hasil pembahasan tadi. Barulah pemimpin kelompok merangkum secara keseluruhan kesimpulan dari semua hasil pembahasan tersebut. Untuk pengakhiran, pemimpin kelompok menanyakan pemahaman, perasaaan, dan rencana yang akan dilakukan oleh anggota kelompok terkait dengan materi yang telah dibahas. Serta tidak lupa juga pemimpin kelompok menawarkan kegiatan bimbingan kelompok selanjutnya pada anggota kelompok. Kegiatan pun diakhiri dengan berdoa bersama dan ditutup dengan ucapan terimakasih dan salam. 2) Pertemuan 2 Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 27 Juni 2013 mulai pukul 10.00-10.45, yang bertempat di ruang kelas. Pada pertemuan ini,
129
topik permasalahan yang dibahas adalah tentang ―Pentingnya Mengelola Mekanisme Psikologis‖. Pada tahap pembentukan pemimpin kelompok mengucapkan salam, menanyakan kabar anggota kelompok dan mengucapkan terimakasih atas keikutsertaan anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok. Setelah itu pemimpin kelompok mengadakan permainan dalam kelompok agar kedekatan dalam kelompok menjadi lebih baik serta untuk lebih menumbuhkan dinamika kelompok dan kelompok menjadi lebih sosial. Anggota kelompok sangat antusias dengan permainan tersebut sehingga terjalin keakraban antaranggota kelompok yang sebelumnya ada yang belum saling mengenal. Pada tahap peralihan pemimpin kelompok menanyakan kesiapan para anggota kelompok untuk masuk pada tahap kegiatan dan bagaimana perasaan anggota kelompok sepanjang kegiatan berlangsung. Menanggapi hal tersebut ternyata semua anggota kelompok telah siap untuk masuk dalam tahap kegiatan dalam bimbingan kelompok. Pada tahap kegiatan Pemimpin kelompok menyampaikan materi yang akan dibahas dalam kegiatan yaitu ―Pentingnya Mengelola Mekanisme Psikologis‖ (materi terlampir). Tujuan dari pemberian topik tersebut yaitu agar kondisi psikologis stabil dalam menghadapi masalah, memecahkan problem adaptif (penyesuaian), dan mengatur aktivitas fisiologis. Terlihat peningkatan dibanding pertemuan pertama. Anggota kelompok yang tadinya masih kurang sopan mengungkapkan pendapatnya, sudah mulai sedikit memperbaiki cara bicaranya di depan anggota kelompok yang lain. Selain itu anggota kelompok
130
juga sudah memperlihatkan emosi stabil dan sifat yang tidak egois dengan menerima pendapat dari anggota kelompok lain meskipun berbeda pendapat. Serta yang paling penting sikap positif seperti semangat, optimis, dan ramah dalam berbicara serta menanggapi pendapat anggota lain juga sudah mulai dipraktekkan. Selain itu juga anggota kelompok terlihat senang mengikuti bimbingan kelompok, yaitu tidak memperlihatkan kemarahan seperti waktu pertemuan pertama. Hal ini membuktikan bahwa dalam menghadapi situasi atau permasalahan, kondisi psikologis anggota kelompok dalam keadaan stabil dan dapat mengatur aktifitas fisiologis dengan baik. Kemudian seperti pertemuan sebelumnya bahwa setelah pemimpin kelompok mengemukakan topik bahasan meminta anggota kelompok untuk mengajukan aspek-aspek apa saja yang akan dibahas terkait dengan topik pentingnya mengelola mekanisme psikologis. Beberapa anggota kelompok ada yang mengajukan pengertian, caranya, dan fungsinya. Barulah pemimpin kelompok menyaring pendapat tersebut dan menyempurnakan bahwa yang akan dibahas adalah pengertian, dampak, pentingnya mengelola mekanisme psikologis, serta caranya. Lalu anggota kelompok menyepakati akan membahas aspek-aspek tersebut dengan tuntas. Hal ini membuktikan bahwa anggota kelompok dapat memecahkan problem adaptif (penyesuaian). Berikut merupakan beberapa pendapat yang muncul dalam proses kegiatan bimbingan kelompok ini adalah : Su
: Mekanisme adalah sekumpulan proses, sedangkan psikologis adalah
tentang kejiwaan seseorang. Jadi mekanisme psikologis adalah sekumpulan proses yang ada di dalam jiwa seseorang.
131
El
: Mengatur mekanisme psikologis dapat mengotrol jiwa yang sehat
sehingga tidak mudah stress. DA
: Mengatur mekanisme psikologis itu sangat penting bagi keberlangsungan
kehidupan kita. TR
: Jika kita bisa mengatur mekanisme psikologis kita maka hidup kita akan
tenang. HM
: Cara untuk mengelola mekanisme psikologis yaitu kondisi psikologis
juga harus stabil dalam menghadapi masalah. Di tengah-tengah kegiatan terlihat bahwa beberapa anggota kelompok mulai terlihat bosan, sehingga pemimpin kelompok mengajak anggota kelompok untuk melakukan permainan lagi agar suasana kembali hidup dan anggota kelompok tidak bosan. Setelah itu, anggota kelompok diminta kembali untuk membahas topik sampai benar-benar tuntas dan mendalam sesuai dengan aspekaspek yang telah disepakati. Kemudian, pemimpin kelompok meminta beberapa anggota kelompok untuk menyimpulkan hasil pembahasan tadi. Barulah pemimpin kelompok merangkum secara keseluruhan kesimpulan dari semua hasil pembahasan tersebut. Untuk pengakhiran, pemimpin kelompok menanyakan pemahaman, perasaaan, dan rencana yang akan dilakukan oleh anggota kelompok terkait dengan materi yang telah dibahas. Kemudian pemimpin kelompok menyampaikan rencana yang akan dilakukan setelah pertemuan ini, yaitu mengadakan kegitan bimbingan kelompok lanjutan dengan tema berbeda. Kegiatan pun diakhiri dengan berdoa bersama dan ditutup dengan ucapan terimakasih dan salam.
132
3) Pertemuan 3 Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 29 Juni 2013 mulai pukul 10.00-10.45, yang bertempat di ruang kelas. Pada pertemuan ini, topik permasalahan yang dibahas adalah tentang ―Menekan Frustasi secara Sehat dan Wajar‖. Pelaksanaan kegiatan dimulai dari tahap pembentukan dimana pemimpin kelompok membuka kegiatan dengan salam, ucapan tarima kasih atas kehadiran para anggota kelompok dan doa bersama. Pada tahap pembentukan ini juga diadakan permainan untuk lebih mengakrabkan sesama anggota kelompok serta dengan pemimpin kelompok. Pada tahap kegiatan pemimpin kelompok menjelaskan topik masalah yang dibahas yaitu tentang menekan frustasi pribadi secara sehat dan wajar dengan tujuan anggota kelompok dapat mengontrol dan mengendalikan frustasi secara sehat, wajar, dan professional, perasaan nyaman, menyembunyikan dan menekan sikap frustasi, bersaing secara sehat. Terlihat jalannya kegiatan bimbingan kelompok lebih baik terlihat dari mulai aktifnya semua anggota kelompok dalam mengungkapkan pendapatnya. Banyak pendapat yang muncul dari anggota kelompok mengenai topik yang dibahas yaitu menekan frustasi secara sehat dan wajar. Kemudian pemimpin kelompok meminta anggota kelompok untuk mengajukan apa saja yang akan dibahas. Anggota kelompok langsung ada yang mengajukan pengertian dan anggota yang lain saling melengkapi antara pendapat yang satu dengan pendapat anggota kelompok yang lain. Akhirnya disepakati aspek yang dibahas adalah pengertian frustasi, ciri-ciri, jenis, penyebab, dampak
133
positif dan negatif, pengertian frustasi pribadi, serta cara menekan frustasi secara sehat dan wajar. Berikut merupakan beberapa pendapat yang muncul dalam proses kegiatan bimbingan kelompok ini adalah : HM
: Frustasi adalah keadaan dimana seseorang berada pada posisi sedih yang sangat berlebihan.
SR
: Semua orang bisa mengalami frustasi.
TM
: Salah satu cara menghindari frustasi adalah dengan refreshing.
DA
: Kebanyakan masalah bisa mengakibatkan terjadinya frustasi.
UH
: Frustasi dapat dihilangkan jika kita selalu optimis. Pada akhir tahap kegiatan ini, setiap anggota kelompok mengemukakan
pemahaman mereka mengenai menekan frustasi secara sehat dan wajar, terlihat anggota kelompok antara satu dengan yang lain sudah dapat terlihat senang dan nyaman dengan anggota kelompoknya serta dapat bersaing dengan sehat, yaitu berpendapat sesuai dengan sopan dan menerima kritik atau saran dari anggota kelompok lain jika pendapatnya tidak sesuai. Setelah topik permasalahan selesai dibahas, pemimpin kelompok menarik kesimpulan dari semua hasil pembahasan tersebut. Pemimpin kelompok menanyakan bagaimana perasaan dan pemahaman, perasaan, dan rencana yang akan dilakukan anggota kelompok setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok. Anggota kelompok semakin sadar bahwa penyebab kurang dapat menyesuaikan diri adalah karena emosinya belum stabil, kurang dapat mengelola mekanisme psiklogis, dan belum dapat menenkan stress secara sehat dan wajar.Pemimpin kelompok juga tidak lupa menyampaikan rencana yang
134
akan dilakukan setelah kegiatan ini, yaitu mengadakan kegitan bimbingan kelompok lanjutan dengan tema berbeda. Kegiatan pun diakhiri dengan berdoa bersama dan ditutup dengan ucapan terimakasih dan salam. 4) Pertemuan 4 Pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Senin tanggal 1 Juli 2013 mulai pukul 10.00-10.45, yang bertempat di ruang kelas. Pada pertemuan ini, topik permasalahan yang dibahas adalah tentang ―Menyusun Perencanaan yang Cermat‖. Pada tahap pembentukan pemimpin kelompok mengucapkan salam, menanyakan kabar anggota kelompok dan mengucapkan terimakasih atas keikutsertaan anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok. Seperti pada pertemuan sebelumnya, pada tahap pembentukan tidak lupa pemimpin kelompok mengadakan permainan terlebih dahulu agar suasana hangat dan nyaman kembali terbentuk serta membentuk dinamika kelompok dan kelompok lebih sosial lagi. Setelah para anggota kelompok siap untuk masuk ke tahap kegiatan, langsung saja pemimpin kelompok membuka tahap kegiatan dengan membahas topik permasalahan tentang menyusun perencanaan yang cermat yang bertujuan untuk dapat melakukan perencanaan yang cermat dengan mempertimbangkan untung dan rugi, serta memilih tindakan yang tepat dalam kehidupan sehari-hari. Para anggota kelompok sudah mulai terlihat aktif dalam mengemukakan pendapat, ide, tanggapan, sehingga pada tahap kegiatan ini dapat membahas secara lancar topik permasalahannya. Para anggota sudah terbuka dalam
135
mengemukakan pendapatnya dan saling menghargai pendapat anggota kelompok lain. Hal ini dapat terlihat bahwa anggota kelompok tidak langsung menerima pendapat anggota lain begitu saja tetapi dipertimbangkannya terlebih dahulu barulah mengambil keputusan dan memilih tindakan yang tepat yaitu menanggapi dengan sopan tidak dengan emosi. Suasana kelompok pun menjadi semakin kondusif karena anggota kelompok benar-benar dapat menciptakan suasana tenang dan mengendalikan emosinya agar pembahasan dapat tuntas dan mendalam. Sesuai dengan topik masalah yang dibahas yaitu mengenai menyusun perencanaan yang cermat maka para anggota kelompok saling mengajukan pendapatnya untuk membahas aspek-aspek yang akan dibahas. Akhirnya disepakatilah aspek yang akan dibahas adalah pengertian perencaanaan, macammacam, tujuan, dan cara menyusun perencanaan yang cermat. Setelah itu segera anggota kelompok membahas satu per satu aspek tersebut secara mendalam. Berikut merupakan beberapa pendapat yang muncul dalam proses kegiatan bimbingan kelompok ini adalah : GR
: Perecanaan merupakan sesuatu hal yang sangat penting.
Su
: Dalam setiap hal kita perlu perencanaan yang matang.
PB
: Menyusun perencanaan yang cermat harus disesuaikan dengan keadaan.
UH
: Dengan adanya perencanaan yang cermat, kita bisa memperoleh keberhasilan. Setelah topik permasalahan selesai dibahas, pemimpin kelompok menarik
kesimpulan dari semua hasil pembahasan tersebut. Untuk pengakhiran, pemimpin kelompok meminta anggota kelompok untuk menyampaikan pemahaman,
136
perasaan, dan rencana yang akan dilakukan terhadap kegiatan bimbingan kelompok yang telah berlangsung. Serta tidak lupa juga pemimpin kelompok menawarkan kegiatan bimbingan kelompok selanjutnya pada anggota kelompok. Kegiatan pun diakhiri dengan berdoa bersama dan ditutup dengan ucapan terimakasih dan salam. 5) Pertemuan 5 Pertemuan kelima dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 4 Juli 2013 mulai pukul 10.00-10.45, yang bertempat di ruang kelas. Pada pertemuan ini, topik permasalahan yang dibahas adalah tentang ―Strategi Belajar Efektif‖. Pada tahap pembentukan pemimpin kelompok mengucapkan salam, menanyakan kabar anggota kelompok dan mengucapkan terimakasih atas keikutsertaan anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok. Setelah hal tersebut pemimpin kelompok mengadakan permainan dalam kelompok agar kedekatan dalam kelompok menjadi lebih baik serta untuk lebih menumbuhkan dinamika kelompok. Selanjutnya pemimpin kelompok menanyakan kesiapan anggota kelompok masuk ke tahap kegiatan. Setelah semua anggota kelompok siap untuk masuk tahap kegiatan maka pemimpin kelompok segera memberitahukan materi yang akan dibahas tentang strategi belajar efektif yang bertujuan agar dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru, mengikuti pelajaran (produktif) dengan baik, mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain, semangat dalam mengikuti pelajaran (normatif, adaptif, produktif), berpartisipasi pada saat pelajaran berlangsung, memusatkan perhatian terhadap pelajaran yang diikuti dalam
137
kehidupan sehari-hari. Seperti sebelumnya anggota kelompok sudah tahu tugasnya langsung saja para anggota mengusulkan aspek-aspek yang akan dibahas sehingga disepakatilah tentang pengertian, kiat mengatasi kesulitan belajar, dan strategi belajar efektif. Selain itu, para anggota kelompok juga sudah mulai saling melempar pertanyaan, sehingga muncul tanya jawab antaranggota kelompok tentang topik yang sedang dibahas. Pendapat yang mereka kemukakan sudah mulai membaik dan terlihat anggota kelompok lancar dalam mengungkapkan pendapatnya, hal ini dikarenakan sudah semakin akrabnya anggota kelompok yang satu dengan yang lain sehingga rasa takut atau enggan berbicara yang semula muncul sudah mulai hilang. Selain itu anggota kelompok juga sudah mulai terbiasa menghargai pendapat orang lain dapat menyelesaikan tugas dengan baik yang dibuktikan dengan semakin matangnya pembahasan topik. Kegiatan berjalan dengan baik dan terwujud dinamika kelompoknya. Pada pertemuan ini anggota kelompok mendapatkan pemahaman baru mengenai strategi belajar yang baik. Berikut merupakan beberapa pendapat yang muncul dalam proses kegiatan bimbingan kelompok ini adalah : El
: Strategi belajar yang efektif bagi setiap individu itu berbeda-beda, salah satunya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
TR
: Belajar di tempat yang tenang dan nyaman sangat mempengaruhi proses belajar kita agar kita dapat memusatkan perhatian terhadap pelajaran
TM
: Sebaiknya jika kita belajar harus tetap semangat dalam mengikuti pelajaran (normatif, adaptif, produktif).
138
SR
: Belajar yang baik adalah mengikuti pelajaran (produktif) dengan baik dan berpartisipasi pada saat pelajaran berlangsung.
HM
: Belajar yang baik itu harusnya dipahami bukan dihafalkan sehingga ketika ulangan dapat mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain. Pada akhir kegiatan, pemimpin kelompok menyimpulkan pemahaman
materi yang telah disampaikan pada pertemuan ini, serta agar lebih diperhatikan lagi untuk pertemuan selanjutnya. Tidak lupa pemimpin kelompok menanyakan pemahamannya, perasaannya dan rencana yang akan dilakukan pada masingmasing anggota kelompok. Kegiatan pun diakhiri dengan berdoa bersama dan ditutup dengan ucapan terimakasih dan salam. 6) Pertemuan 6 Pertemuan keenam dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 6 Juli 2013 mulai pukul 10.00-10.45, yang bertempat di ruang kelas. Pada pertemuan ini, topik permasalahan yang dibahas adalah tentang ―Belajar dari Pengalaman‖. Pelaksanaan kegiatan dimulai dari tahap pembentukan dimana pemimpin kelompok membuka kegiatan dengan salam, ucapan tarima kasih atas kehadiran para anggota kelompok dan doa bersama. Pada tahap pembentukan ini juga diadakan permainan untuk lebih mengakrabkan sesama anggota kelompok serta dengan pemimpin kelompok. Setelah para anggota kelompok siap untuk masuk ke tahap kegiatan, langsung saja pemimpin kelompok membuka tahap kegiatan dengan membahas topik permasalahan tentang belajar dari pengalaman yang bertujuan untuk dapat belajar dari pengalaman dan toleran terhadap pengalaman yang traumatik agar
139
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap kegiatan, anggota kelompok sudah mulai terbiasa dalam proses kegiatan dengan langsung tanggap pada keadaan dengan menyampaikan pendapatnya tanpa harus terlebih dahulu diperintah oleh pemimpin kelompok. Banyak pendapat yang muncul dari anggota kelompok, namun anggota kelompok bisa saling menerima serta menghormati pendapat-pendapat dari anggota kelompok yang lain. Anggota kelompok juga terlihat banyak mendapatkan pengalaman yang berharga selama menjadi bagian dari kelompok. Hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek yang akan dibahas yaitu mengenai pengertian, macam-macam, dan belajar dari pengalaman. Berikut merupakan beberapa pendapat yang muncul dalam proses kegiatan bimbingan kelompok ini adalah : Su
: Pengalaman adalah guru yang paling baik.
El
: Jadikan pengalaman sebagai pelajaran untuk melangkah ke masa depan.
GR
: Jika kita ingin berhasil, belajarlah dari pengalaman dan koreksi kesalahannya.
PB
: Orang yang sukses adalah orang yang punya banyak pengalaman.
TR
: Jangan terlalu menyesali pengalaman buruk di masa lalu, tapi kita harus jadikan pelajaran yang berharga. Setelah topik permasalahan selesai dibahas, pemimpin kelompok menarik
kesimpulan dari semua hasil pembahasan tersebut. Pemimpin kelompok menanyakan bagaimana perasaan anggota setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok dan rencana apa yang akan dilakukan. Masing-masing anggota kelompok rata-rata mengungkapkan hal sama yaitu memperoleh pemahaman
140
tentang pentingnya belajar dari pengalaman dan toleran terhadap pengalaman yang traumatik yang akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pemimpin kelompok menyampaikan rencana yang akan dilakukan setelah pengambilan kesimpulan kegiatan, yaitu mengadakan kegitan bimbingan kelompok lanjutan dengan tema berbeda. Kegiatan pun diakhiri dengan berdoa bersama dan ditutup dengan ucapan terimakasih dan salam. 7) Pertemuan 7 Pertemuan ketujuh dilaksanakan pada hari Senin tanggal 8 Juli 2013 mulai pukul 09.15-10.00, yang bertempat di ruang kelas. Pada pertemuan ini, topik permasalahan yang dibahas adalah tentang ―Pentingnya Mematuhi Peraturan‖. Pada tahap pembentukan pemimpin kelompok mengucapkan salam, menanyakan kabar anggota kelompok dan mengucapkan terimakasih atas keikutsertaan anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok. Setelah hal tersebut pemimpin kelompok mengadakan permainan dalam kelompok agar kedekatan dalam kelompok menjadi lebih baik serta untuk lebih menumbuhkan dinamika kelompok. Pada pertemuan ini topik yang dibahas yaitu mengenai pentingnya mematuhi peraturan yang bertujuan untuk memahami arti dan pentingnya aturan serta anggota kelompok mampu mematuhi setiap aturan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tahap kegiatan terlihat anggota kelompok lebih antusias untuk mengikuti topik yang dibahas, anggota kelompok dengan baik mengungkapkan pendapatnya serta saling melengkapi dan menanggapi pendapat anggota kelompok yang lain. Adapun aspek yang akan dibahas adalah pengertian, manfaat,
141
dan pentingnya mematuhi peraturan. Sangat terlihat jelas bahwa anggota kelompok sudah dapat memahami arti dan pentingnya aturan serta anggota kelompok mampu mematuhi setiap aturan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini ditunjukkan ketika di dalam kelompok, anggota kelompok dapat melakukan kegiatan dengan baik sesuai dengan prosedur, baik tahap, asas, tujuan,
dsb.
Sehingga pembahasan semakin terlihat sangat matang, tuntas dan mendalam. Berikut merupakan beberapa pendapat yang muncul dalam proses kegiatan bimbingan kelompok ini adalah : DA
: Peraturan adalah sesuatu yang wajib untuk ditaati.
UH
: Dengan adanya aturan maka segala hal akan berjalan dengan tertib.
HM
: Jika ada yang melanggar peraturan wajib dikenakan sanksi.
SR
: Peraturan di sekolah yang satu dengan yang lain pasti berbeda-beda.
TM
: Peraturan pasti dibuat untuk kebaikan bersama. Pada akhir tahap kegiatan, pemimpin kelompok memberikan simpulan
mengenai topik yang dibahas, dan anggota kelompok mengungkapkan pemahaman mereka mengenai topik yang dibahas pada pertemuan ini maupun sebelumnya. Para anggota mengungkapkan pemahamannya yaitu dapat mengenali karakteristik yang dimiliki dengan paham bahwa emosinya selama ini belum stabil, menghargai dan menerima masukan dari pendapat anggota kelompok, mampu membahas topik dengan mengambil keputusan yang tepat sesuai potensi yang dimiliki Pemimpin kelompok juga berpesan kepada semua anggota kelompok bahwa semua aspek penyesuaian diri terhadap program keahlian yang sudah nampak dimiliki oleh anggota kelompok untuk selalu dipraktekkan dalam
142
kehidupan mereka sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Untuk pengakhiran, pemimpin kelompok meminta untuk menyampaikan bagaimana perasaan dan rencana yang akan dilakukan dari anggota kelompok terhadap kegiatan bimbingan kelompok yang telah berlangsung. Kegiatan pun diakhiri dengan berdoa bersama dan ditutup dengan ucapan terimakasih dan salam. Berikut ini akan dikemukakan hasil pengamatan selama proses pelaksanaan layanan bimbingan kelompok selama tujuh kali pertemuan berupa proses dan peningkatan setiap indikator penyesuaian diri terhadap program keahlian dalam setiap pertemuan. Tabel 4.23 Deskripsi Proses Pelaksanaan Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok
Pertemuan Pertemuan ke-I Senin, 24 Juni 2013
Evaluasi Proses Layanan Bimbingan Kelompok Pertemuan pertama membahas mengenai ―Cara Mengendalikan Emosi dengan Kegiatan Positif‖, pada awal kegiatan bimbingan kelompok masih terlihat kaku, karena anggota kelompok tersebar dari berbagai kelas yang berbeda, sehingga ada yang belum saling kenal. Untuk mengatasi hal tersebut serta menumbuhkan dinamika kelompok, maka pemimpin kelompok mengadakan permainan sehingga suasana menjadi lebih nyaman dan tidak tegang. Pada tahap kegiatan pemimpin kelompok menyampaikan materi yang akan dibahas dalam kegiatan yaitu ―Cara Mengendalikan Emosi dengan Kegiatan Positif‖ (materi
Evaluasi Hasil Pada pertemuan pertama, setiap aspek belum sepenuhnya tampak pada anggota kelompok. Sifat egois dan menang sendiri masih sangat melekat pada diri masing-masing anggota kelompok. Serta masih ada beberapa anggota kelompok yang bersikap acuh dan enggan berpendapat sehingga menyulitkan jalannya pembahasan. Akan tetapi, pemimpin kelompok dapat mengatasi hal tersebut dengan menjelaskan asas normatif, dimana seluruh anggota kelompok dapat kembali tenang dan dapat mengendalikan emosinya serta sedikit aktif atau
143
terlampir). Sebelum membahas topik, terlebih dahulu pemimpin kelompok menanyakan kepada anggota kelompok aspek-aspek apa saja yang akan dibahas terkait dengan materi tersebut. Akan tetapi, anggota kelompok masih terlihat belum cukup aktif memberikan pendapatnya. Melihat anggota kelompok masih diam dan bersikap acuh tak acuh, akhirnya pemimpin kelompok mengajukan beberapa aspek terkait dengan materi yang akan dibahas yaitu pengertian, ciriciri, jenis, kestabilan emosi dan faktornya, serta cara mengendalikan emosi dengan kegiatan positif. Lalu anggota kelompok menyepakati untuk membahas aspek-aspek yang diberikan pemimpin kelompok tersebut. Satu per satu aspek dibahas dengan baik walaupun ketika memberikan pendapatnya masih belum maksimal dalam mengungkapkannya. Apalagi semakin lama beberapa anggota kelompok saling beradu pendapat dan egois dengan dirinya sendiri, yaitu marah dan tidak terima ketika ada anggota yang tidak setuju dengan pendapatnya sehingga sebagian anggota kelompok yang merasa tidak berpendapat, takut dan enggan berkomentar lebih baik tidak berpendapat karena takut apabila berpendapat akan seperti itu. Akhirnya pemimpin kelompok berusaha menenangkan keadaan seperti semula dengan menjelaskan asas normatif, dimana anggota kelompok harus saling menghargai pendapat teman, tidak menyela ketika teman sedang berbicara, tidak memojokkan serta saling menyakiti. Sehingga seluruh anggota kelompok dapat kembali tenang dan dapat mengendalikan emosinya serta sedikit aktif atau semangat dan mulai bersikap peduli dengan anggota yang lain sehingga
semangat dan mulai bersikap peduli dengan anggota yang lain sudah mulai terlihat sehingga dapat melanjutkan pembahasan kembali secara mendalam dan tuntas. Aspek penyesuaian diri terhadap program keahlian yang muncul pada pertemuan ini adalah kestabilan emosi.
144
Pertemuan ke-II Kamis,27 Juni 2013
dapat melanjutkan pembahasan kembali sampai selesai dengan tuntas. Sebelum mengakhiri kegiatan, anggota kelompok mengungkapkan pemahaman, perasaan, dan rencana yang akan dilakukan terkait dengan cara mengendalikan emosi dengan kegiatan positif. Pertemuan kedua ini membahas mengenai ―Pentingnya Mengelola Mekanisme Psikologis ―. Seperti pada pertemuan sebelumnya, pada tahap pembentukan tidak lupa pemimpin kelompok mengadakan permainan terlebih dahulu agar suasana hangat dan nyaman kembali terbentuk serta membentuk dinamika kelompok dan kelompok menjadi lebih sosial. Anggota kelompok sangat antusias dengan permainan tersebut sehingga terjalin keakraban antaranggota kelompok yang sebelumnya ada yang belum saling mengenal. Terlihat peningkatan dibanding pertemuan pertama. Anggota kelompok yang tadinya masih kurang sopan mengungkapkan pendapatnya, sudah mulai sedikit memperbaiki cara bicaranya di depan anggota kelompok yang lain. Selain itu anggota kelompok juga sudah memperlihatkan emosi stabil dan sifat yang tidak egois dengan menerima pendapat dari anggota kelompok lain meskipun berbeda pendapat. Serta yang paling penting sikap positif seperti semangat, optimis, dan ramah dalam berbicara serta menanggapi pendapat anggota lain juga sudah mulai dipraktekkan. Selain itu juga anggota kelompok terlihat senang mengikuti bimbingan kelompok, yaitu tidak memperlihatkan kemarahan seperti waktu pertemuan pertama. Hal ini
Pada pertemuan kedua ini, sudah mulai muncul aspek-aspek penyesuaian diri terhadap program keahlian yang juga sudah muncul pada pertemuan sebelumnya yaitu emosi dapat stabil dengan menghargai terhadap pendapat anggota lain, aspek sikap peduli dengan anggota lain, sikap positif. Serta dapat mengelola mekanisme psikologis seperti kondisi psikologis stabil ditunjukkan dengan rasa senang, aktivitas fisiologis baik ditunjukkan dengan tidak lekas marah, dan mampu memecahkan masalah adaptif (penyesuaian) dengan membahas aspek-aspek topik yang telah disepakati. Aspek penyesuaian diri terhadap program keahlian yang muncul pada pertemuan ini adalah kestabilan emosi dan mengelola mekanisme psikologis.
145
Pertemuan ke-III Sabtu, 29 Juni 2013
membuktikan bahwa dalam menghadapi situasi atau permasalahan, kondisi psikologis anggota kelompok dalam keadaan stabil dan dapat mengatur aktifitas fisiologis dengan baik. Kemudian seperti pertemuan sebelumnya bahwa setelah pemimpin kelompok mengemukakan topik bahasan meminta anggota kelompok untuk mengajukan aspek-aspek apa saja yang akan dibahas terkait dengan topik pentingnya mengelola mekanisme psikologis. Beberapa anggota kelompok ada yang mengajukan pengertian, caranya, dan fungsinya. Barulah pemimpin kelompok menyaring pendapat tersebut dan menyempurnakan bahwa yang akan dibahas adalah pengertian, dampak, pentingnya mengelola mekanisme psikologis, serta caranya. Lalu anggota kelompok menyepakati akan membahas aspek-aspek tersebut dengan tuntas. Hal ini membuktikan bahwa anggota kelompok dapat memecahkan problem adaptif (penyesuaian). Setelah itu pemimpin kelompok meminta anggota kelompok untuk mengungkapkan pamahaman, perasaan, dan rencana yang akan dilakukan setelah mengikuti bimbingan kelompok. Sesuai dengan harapan, pada pertemuan ketiga ini terlihat berjalan lebih baik dibanding dua pertemuan sebelumnya. Seperti biasanya pada tahap pembentukan, pemimpin kelompok mengadakan permainan yang membuat suasana kelompok menjadi semakin bersemangat. Pada pertemuan ketiga ini, topik yang dibahas yaitu mengenai ―menekan frustasi secara sehat dan wajar‖. Banyak pendapat yang muncul dari anggota kelompok mengenai topik yang dibahas yaitu
Pada pertemuan ketiga ini anggota kelompok mengalami peningkatan dalam hal penyesuaian diri terhadap program keahlian. Beberapa anggota kelompok yang pada pertemuan sebelumnya masih terlihat takut dan enggan berpendapat, pada pertemuan ketiga ini mulai bisa saling melengkapi pendapat anggota kelompok lain serta menambahkan saat masih ada yang kurang. Anggota
146
Pertemuan ke-IV Senin,1 Juli 2013
menekan frustasi secara sehat dan wajar. Kemudian pemimpin kelompok meminta anggota kelompok untuk mengajukan apa saja yang akan dibahas. Anggota kelompok langsung ada yang mengajukan pengertian dan anggota yang lain saling melengkapi antara pendapat yang satu dengan pendapat anggota kelompok yang lain. Akhirnya disepakati aspek yang dibahas adalah pengertian frustasi, ciri-ciri, jenis, penyebab, dampak positif dan negatif, pengertian frustasi pribadi, serta cara menekan frustasi secara sehat dan wajar. Dapat terlihat jalannya kegiatan bimbingan kelompok lebih baik terlihat dari mulai aktifnya semua anggota kelompok dalam mengungkapkan pendapatnya. terlihat anggota kelompok antara satu dengan yang lain sudah dapat terlihat senang dan nyaman dengan anggota kelompoknya serta dapat bersaing dengan sehat, yaitu berpendapat sesuai dengan sopan dan menerima kritik atau saran dari anggota kelompok lain jika pendapatnya tidak sesuai. Pada akhir tahap kegiatan ini, setiap anggota kelompok mengemukakan pemahaman, perasaan, dan rencana yang akan dilakukan. Anggota kelompok semakin sadar bahwa penyebab kurang dapat menyesuaikan diri adalah karena emosinya belum stabil, kurang dapat mengelola mekanisme psiklogis, dan belum dapat menenkan stress secara sehat dan wajar. Pada pertemuan keempat ini membahas mengenai topik ―menyusun perencanaan yang cermat‖. Seperti sebelumnya, pada tahap pembentukan pemimpin kelompok mengadakan permainan untuk menumbuhkan dinamika
kelompok juga terlihat senang dan nyaman dengan anggota kelompoknya serta dapat bersaing dengan sehat, yaitu berpendapat dengan sopan dan menerima kritik atau saran dari anggota kelompok lain jika pendapatnya tidak sesuai. Aspek penyesuaian diri terhadap program keahlian yang muncul pada pertemuan ini adalah kestabilan emosi, mengelola mekanisme psikologis, dan menekan frustasi pribadi.
Pada pertemuan keempat ini aspek penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa yang muncul yaitu pertimbangan rasional dan pengarahan diri. Anggota
147
kelompok sehingga suasana kelompok bisa lebih kondusif, hangat dan nyaman kembali terbentuk serta kelompok lebih sosial lagi. Pada tahap kegiatan yang membahas mengenai ―menyusun perencanaan yng cermat‖, para anggota kelompok sudah mulai terlihat aktif dalam mengemukakan pendapat, ide, tanggapan, sehingga pada tahap kegiatan ini dapat membahas secara lancar topik permasalahannya. Para anggota sudah terbuka dalam mengemukakan pendapatnya dan saling menghargai pendapat anggota kelompok lain. Sesuai dengan topik masalah yang dibahas yaitu mengenai menyusun perencanaan yang cermat maka para anggota kelompok saling mengajukan pendapatnya untuk membahas aspek-aspek yang akan dibahas. Akhirnya disepakatilah aspek yang akan dibahas adalah pengertian perencaanaan, macam-macam, tujuan, dan cara menyusun perencanaan yang cermat. Setelah itu segera anggota kelompok membahas satu per satu aspek tersebut secara mendalam. Hal ini menunjukkan bahwa indikator pertimbangan rasional dan pengarahan diri sudah muncul yaitu anggota kelompok tidak langsung menerima pendapat anggota lain begitu saja tetapi dipertimbangkannya terlebih dahulu barulah mengambil keputusan dan memilih tindakan yang tepat yaitu menanggapi dengan sopan tidak dengan emosi. Suasana kelompok pun menjadi semakin kondusif karena anggota kelompok benarbenar dapat menciptakan suasana tenang dan mengendalikan emosinya agar pembahasan dapat tuntas dan mendalam.
kelompok tidak langsung menerima pendapat anggota lain begitu saja tetapi dipertimbangkannya terlebih dahulu barulah mengambil keputusan dan memilih tindakan yang tepat yaitu menanggapi dengan sopan tidak dengan emosi. Angota juga dapat menciptakan suasana kelompok menjadi semakin kondusif yang terlihat anggota tenang dan dapat mengendalikan emosinya sehingga pembahasan dapat tuntas dan mendalam. Aspek penyesuaian diri terhadap program keahlian yang muncul pada pertemuan ini adalah kestabilan emosi, mengelola mekanisme psikologis, menekan frustasi pribadi, pertimbangan rasional dan pengarahan diri.
148
Pertemuan ke-V Kamis,4 Juli 2013
Pada akhir kegiatan, anggota kelompok diminta untuk menyimpulkan pemahaman mereka mengenai menyusun perencanaan yang cermat. Pada pertemuan kelima ini membahas topik ―strategi belajar efektif‖. Pada tahap pembentukan pemimpin kelompok mengadakan permainan untuk meningkatkan dinamika kelompok. Pada tahap kegiatan seperti sebelumnya anggota kelompok sudah tahu tugasnya langsung saja para anggota mengusulkan aspekaspek yang akan dibahas sehingga disepakatilah tentang pengertian, kiat mengatasi kesulitan belajar, dan strategi belajar efektif. Para anggota kelompok juga sudah mulai saling melempar pertanyaan, sehingga muncul tanya jawab antaranggota kelompok tentang topik yang sedang dibahas. Pendapat yang mereka kemukakan sudah mulai membaik dan terlihat anggota kelompok lancar dalam mengungkapkan pendapatnya, hal ini dikarenakan sudah semakin akrabnya anggota kelompok yang satu dengan yang lain sehingga rasa takut atau enggan berbicara yang semula muncul sudah mulai hilang. Selain itu anggota kelompok juga sudah mulai terbiasa menghargai pendapat orang lain dapat menyelesaikan tugas dengan baik yang dibuktikan dengan semakin matangnya pembahasan topik. Kegiatan berjalan dengan baik dan terwujud dinamika kelompoknya. Pada pertemuan ini anggota kelompok mendapatkan pemahaman baru mengenai strategi belajar yang baik. Pada akhir kegiatan, pemimpin kelompok menyimpulkan pemahaman materi yang telah disampaikan pada pertemuan ini, serta agar lebih
Pada pertemuan ini anggota kelompok sudah bisa memunculkan beberapa aspek penyesuaian diri terhadap program keahlian yang pada pertemuan sebelumnya juga sudah terlihat seperti anggota kelompok sudah tahu tugasnya sehingga para anggota langsung mengusulkan aspek-aspek yang akan dibahas. Para anggota kelompok juga sudah mulai saling melempar pertanyaan, sehingga muncul tanya jawab antaranggota kelompok tentang topik yang sedang dibahas. Pendapat yang mereka kemukakan sudah mulai membaik dan terlihat anggota kelompok lancar dalam mengungkapkan pendapatnya sehingga rasa takut atau enggan berbicara yang semula muncul sudah mulai hilang. Aspek penyesuaian diri terhadap program keahlian yang muncul pada pertemuan ini adalah kestabilan emosi, mengelola mekanisme psikologis, menekan frustasi pribadi, pertimbangan rasional dan pengarahan diri, serta kemampuan belajar.
149
Pertemuan ke-VI Sabtu, 6 Juli 2013
diperhatikan lagi untuk pertemuan selanjutnya. Tidak lupa pemimpin kelompok menanyakan pemahamannya, perasaannya dan rencana yang akan dilakukan pada masing-masing anggota kelompok. Pada pertemuan keenam ini topik yang dibahas yaitu mengenai ―belajar dari pengalaman‖. Sebelum masuk ke dalam tahap kegiatan, terlebih dahulu pemimpin kelompok mengadakan permainan untuk membuat suasana menjadi hidup serta membina dinamika kelompok. Pada tahap kegiatan, anggota kelompok sudah mulai terbiasa dalam proses kegiatan dengan langsung tanggap pada keadaan dengan menyampaikan pendapatnya tanpa harus terlebih dahulu diperintah oleh pemimpin kelompok. Banyak pendapat yang muncul dari anggota kelompok, namun anggota kelompok bisa saling menerima serta menghormati pendapat-pendapat dari anggota kelompok yang lain. Anggota kelompok juga terlihat banyak mendapatkan pengalaman yang berharga selama menjadi bagian dari kelompok. Hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek yang akan dibahas yaitu mengenai pengertian, macammacam, dan belajar dari pengalaman. Di akhir kegiatan, masingmasing mengungkapkan simpulan dan pemahaman mereka mengenai apa yang sudah mereka dapatkan dari topik yang dibahas yaitu mengenai belajar dari pengalaman. Pemimpin kelompok menanyakan bagaimana perasaan anggota setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok dan rencana apa yang akan dilakukan. Masing-masing anggota kelompok rata-rata mengungkapkan hal sama yaitu memperoleh pemahaman tentang
Pada pertemuan keenam ini, hampir semua aspek penyesuaian diri terhadap program keahlian sudah terlihat. Anggota kelompok sudah mulai terbiasa dalam proses kegiatan dengan langsung tanggap pada keadaan dengan menyampaikan pendapatnya tanpa harus terlebih dahulu diperintah oleh pemimpin kelompok. Walaupu banyak pendapat yang muncul dari anggota kelompok, tetapi anggota kelompok bisa saling menerima serta menghormati pendapat-pendapat dari anggota kelompok yang lain. Ditambah lagi snggota kelompok juga terlihat banyak mendapatkan pengalaman yang berharga selama menjadi bagian dari kelompok. Masing-masing anggota kelompok rata-rata mengungkapkan hal sama yaitu memperoleh pemahaman tentang pentingnya belajar dari pengalaman dan toleran terhadap pengalaman yang traumatik yang akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Aspek penyesuaian diri terhadap program keahlian yang muncul pada pertemuan ini adalah kestabilan emosi, mengelola mekanisme psikologis, menekan frustasi pribadi, pertimbangan rasional dan
150
Pertemuan ke-VII Senin, 8 Juli 2013
pentingnya belajar dari pengalaman dan toleran terhadap pengalaman yang traumatik yang akan diterapkan dalam kehidupan seharihari. Pada pertemuan ketujuh ini membahas mengenai ―pentingnya mematuhi aturan‖ pemimpin kelompok seperti biasa memberikan permainan untuk membuat kehangatan dalam kelompok serta lebih menumbuhkan dinamika kelompok. Dalam tahap kegiatan terlihat anggota kelompok lebih antusias untuk mengikuti topik yang dibahas, anggota kelompok dengan baik mengungkapkan pendapatnya serta saling melengkapi dan menanggapi pendapat anggota kelompok yang lain. Adapun aspek yang akan dibahas adalah pengertian, manfaat, dan pentingnya mematuhi peraturan. Sangat terlihat jelas bahwa anggota kelompok sudah dapat memahami arti dan pentingnya aturan serta anggota kelompok mampu mematuhi setiap aturan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini ditunjukkan ketika di dalam kelompok, anggota kelompok dapat melakukan kegiatan dengan baik sesuai dengan prosedur, baik tahap, asas, tujuan, dsb. Sehingga pembahasan semakin terlihat sangat matang, tuntas dan mendalam. Di akhir kegiatan, pemimpin kelompok meminta anggota kelompok menyimpulkan apa yang sudah mereka dapat dari topik yang dibahas yaitu mengenai pentingnya mematuhi peraturan. Para anggota mengungkapkan pemahamannya yaitu dapat mengenali karakteristik yang dimiliki dengan paham bahwa emosinya selama ini belum stabil, menghargai dan menerima masukan dari pendapat anggota kelompok,
pengarahan diri, kemampuan belajar, dan menghargai pengalaman.
Pada pertemuan ketujuh ini, sangat jelas terlihat indikator penyesuaian diri terhadap program keahlian dari anggota kelompok meningkat terutama pada aspek bersikap realistik dan objektif. Sangat terlihat jelas bahwa anggota kelompok sudah dapat memahami arti dan pentingnya aturan serta anggota kelompok mampu mematuhi setiap aturan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini ditunjukkan ketika di dalam kelompok, anggota kelompok dapat melakukan kegiatan dengan baik sesuai dengan prosedur, baik tahap, asas, tujuan, dsb. Sehingga pembahasan semakin terlihat sangat matang, tuntas dan mendalam. Para anggota mengungkapkan pemahamannya yaitu dapat mengenali karakteristik yang dimiliki dengan paham bahwa emosinya selama ini belum stabil, menghargai dan menerima masukan dari pendapat anggota kelompok, mampu membahas topik dengan mengambil keputusan yang tepat sesuai potensi yang dimiliki Aspek penyesuaian diri terhadap program keahlian yang muncul pada pertemuan ini adalah kestabilan emosi, mengelola mekanisme psikologis, menekan frustasi pribadi, pertimbangan rasional dan pengarahan diri, kemampuan
151
mampu membahas topik dengan belajar, menghargai mengambil keputusan yang tepat pengalaman, serta bersikap sesuai potensi yang dimiliki realistik dan objektif. Pemimpin kelompok juga berpesan kepada semua anggota kelompok bahwa semua aspek penyesuaian diri terhadap program keahlian yang sudah nampak dimiliki oleh anggota kelompok untuk selalu dipraktekkan dalam kehidupan mereka sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
Berdasarkan hasil kegiatan bimbingan kelompok, ada beberapa
yang
diungkapkan oleh anggota kelompok, yaitu kegiatan dalam bimbingan kelompok ini dirasa sangat menarik dan dapat meningkatkan semangat apabila siswa sedang merasakan bosan atau jenuh karena pelajaran yang sangat padat di sekolah. Selain itu anggota kelompok juga merasakan lebih dapat memahami serta menyerap ilmu dari topik permasalahan yang dibahas selama layanan bimbingan kelompok. Anggota kelompok juga menyatakan bahwa layanan bimbingan kelompok yang telah dilakukan selama tujuh kali pertemuan dapat bermanfaat karena dapat menambah wawasan, pengetahuan, informasi, mengakrabkan dengan teman, melatih kestabilan emosi, mengelola mekanisme psikologis, menekan frustasi pribadi, memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri, kemampuan belajar, menghargai pengalaman serta bersikap realistik dan objektif. Dengan diadakannya kegiatan bimbingan kelompok ini dapat membantu kemampuan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada diri anggota kelompok tersebut.
152
4.2 Pembahasan Berdasarkan pada tujuan dan hasil penelitian, maka akan dibahas data empiris tentang gambaran penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok, gambaran penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga setelah diberikan layanan bimbingan kelompok, dan peningkatan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga melalui layanan bimbingan kelompok. Dari hasil perhitungan analisis deskriptif menunjukkan bahwa layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga. Sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok, 6 siswa masuk dalam kriteria rendah dan 4 siswa masuk dalam kriteria sangat rendah. Rata-rata prosentase dari 10 siswa sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok yaitu sebesar 38.03%, masuk dalam kriteria rendah. Setelah diberikan layanan bimbingan kelompok, terjadi perubahan kriteria penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa yaitu 5 siswa masuk dalam kriteria penyesuaian diri terhadap program keahlian tinggi dan 5 siswa masuk dalam kriteria penyesuaian diri terhadap program keahlian sangat tinggi. Rata-rata prosentase dari 10 siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok yaitu sebesar 83.50%, masuk dalam kriteria tinggi. Dengan demikian terjadi peningkatan sebesar 45.47%. Adapun peningkatan pada indikator dalam penyesuaian diri terhadap program keahlian pada penelitian ini adalah :
153
4.2.1 Peningkatan Kestabilan Emosi Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Kestabilan emosi adalah tidak berlebih-lebihan dalam pengungkapan emosi,
karena
emosi
yang
diungkapkan
secara
berlebih-lebihan
bisa
membahayakan kesehatan fisik dan psikis manusia. Emosi dikatakan menuju ke tingkat stabil ditandai dengan hal-hal yaitu adanya organisasi dan integrasi dari semua aspek emosi, emosi menjadi bagian integral dari keseluruhan kepribadian, individu dapat menyatakan emosinya secara tepat dan wajar. Kestabilan emosi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain fisik, lingkungan, dan
pengalaman.
Melalui
bimbingan
kelompok,
siswa
dapat
belajar
mengendalikan emosinya atau menstabilkan emosinya dari pengalaman yang diperoleh, yaitu dapat mengetahu luapan emosi yang dikeluarkan apakah positif atau negatif ketika anggota kelompok memberikan penilaiannya dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok. Baik dari sikap yang ditunjukkan maupun dari cara menyampaikan dan menyanggah pendapat. Penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa akan muncul ketika berada dalam lingkungan kelompok baru. Sehingga siswa akan mudah menyesuaikan diri juga dengan program keahliannya. Dari hasil perhitungan pre test dan post test diperoleh hasil bahwa terdapat peningkatan antara pre test dan post test, yaitu sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok skor rata-rata yaitu 38.67% termasuk dalam kriteria rendah. Meningkat sebesar 45.56% menjadi 84.22% termasuk dalam kriteria sangat tinggi. Dengan demikian layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan kestabilan emosi siswa.
154
Selain berdasarkan perhitungan pre testdan post test, peningkatan kestabilan emosi siswa juga diperoleh dari hasil analisis wilcoxon. Berdasarkan hasil analisis wilcoxon terdapat peningkatan kestabilan emosi siswa dengan kriteria signifikan yaitu dengan Zhitung = 2.812 > Ztabel = 1.96. Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan layanan bimbingan kelompok, pada pertemuan pertama indikator kestabilan emosi ini sudah mulai muncul, begitu juga pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Peningkatan indikator tersebut terlihat dari siswa yang sudah mulai memahami arti serta manfaat dari kestabilan emosi setelah diberikan materi tentang mengendalikan emosi dengan kegiatan positif. Siswa dapat memahami dan menyerap materi yang dibahas dan hal ini mulai terlihat saat anggota kelompok yang sebelumnya masih egois yaitu tidak menghargai pendapat orang lain dan marah ketika pendapatnya disanggah anggota lain sudah dapat menyadari pentingnya menghargai pendapat orang lain dan menerima masukan dari orang lain. Selain itu bagi beberapa anggota kelompok yang semula belum berani berbicara dalam diskusi karena takut dan enggan serta bersikap acuh dan kurang peduli atau tidak berminat dengan topik yang dibahas, pada akhirnya yang sudah berani mengungkapkan pendapatnya dan bersikap positif serta aktif mengikuti jalannya kegiatan. Berdasarkan hasil pengamatan, hasil perhitungan pre test dan post test, dan juga hasil analisis wilcoxon dapat disimpulkan bahwa sampai akhir pertemuan ketujuh tentang kestabilan emosi siswa mengalami peningkatan.
155
4.2.2 Peningkatan Mengelola Mekanisme Psikologis Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Mekanisme psikologis sebagai sekumpulan proses di dalam diri organisme yang (a) ada dalam bentuk yang sekarang ini (b) hanya mengambil informasi atau input tertentu yang dapat bersifat internal atau eksternal, dan (c) mengubah informasi menjadi output melalui satu prosedur dimana outputnya akan mengatur aktivitas fisiologis. Individu akan memperlihatkan keterampilan mengelola mekanisme psikologis melalui kestabilan kondisi psikologis dalam menghadapi masalah, memecahkan problem adaptif (penyesuaian), dan mengatur aktivitas fisiologis. Dari hasil pre test prosentase skor rata-rata untuk indikator mengelola mekanisme psikologis yaitu 36.29% termasuk dalam kriteria rendah dan setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok terjadi peningkatan sebesar 47.43% menjadi 83.71% termasuk dalam kriteria tinggi. Selain berdasarkan perhitungan pre test dan post test, peningkatan indikator mengelola mekanisme psikologis juga diperoleh dari hasil analisis wilcoxon. Berdasarkan hasil analisis wilcoxon terdapat peningkatan mengelola mekanisme psikologis pada siswa dengan kriteria signifikan yaitu dengan Zhitung = 2.807 > Ztabel = 1.96. Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan layanan bimbingan kelompok, pada pertemuan pertama indikator mengelola mekanisme psikologis ini sudah mulai terlihat dari anggota kelompok, yaitu anggota kelompok yang tadinya mudah marah menjadi tidak lekas marah ketika pendapatnya tidak diterima anggota lain sehingga aktivitas fisiologisnya pun dapat terkontrol dengan baik.
156
Sedangkan pada pertemuan kedua dan selanjutnya, semua siswa terlihat telah mampu menerapkan keterampilan mengelola mekanisme psikologis pada dirinya. Hal ini bisa terlihat dari saling menghargai, saling menghormati serta menerima pendapat dari anggota kelompok lain meskipun pendapat mereka berbeda satu dengan yang lain. Para anggota kelompok juga dapat memecahkan masalah penyesuaian dengan membahas secara mendalam serta dalam mengikuti kegiatan menunjukkan rasa senang yang berarti bahwa kondisi psikologisnya stabil. Hasil data tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan mengelola mekanisme psikologis yang mendukung penyesuaian diri terhadap program keahlian antara sebelum dan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok. Berdasarkan hasil pengamatan, hasil perhitungan pre test dan post test, dan juga hasil analisis wilcoxon dapat disimpulkan bahwa sampai akhir pertemuan ketujuh tentang mengelola mekanisme psikologis pada siswa mengalami peningkatan. 4.2.3 Peningkatan Menekan Frustasi Pribadi Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Frustasi pribadi yaitu frustasi yang tumbuh dari ketidakmampuan orang itu sendiri dalam mencapai tujuan. Dengan perkataan lain, frustasi pribadi ini terjadi karena
adanya
kemampuannya.
perbedaan
antara
tingkatan
aspirasi
dengan
tingkatan
Frustasi dapat memberikan dampak yang positif juga yaitu
berupa penambahan kegiatan. Jadi berbagai kesulitan dan hambatan dalam kehidupan sehari-hari bisa menjadi tantangan sehingga sebagai reaksinya bisa terjadi satu pengumpulan untuk menjebol hambatan-hambatan yang menghalangi. Melalui kegiatan bmbingan kelompok, siswa akan diajarkan untuk mampu
157
mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi mengenai pembahasan topik dan segala aktivitas yang terjadi dalam kelompok. Sehingga mau tidak mau siswa harus berfikir secara mendalam dengan wawasan tajam dan jernih memanggil perspektif-perspektif baru dan memberikan kemungkinan-kemungkinan lain, juga memberikan kesempatan untuk menilai arti dari frustasi tersebut menurut proporsi sebenarnya. Dari hasil perhitungan sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok, kemampuan siswa dalam menekan frustasi pribadi yaitu 33.25% termasuk dalam kategori sangat rendah. Setelah mendapat layanan bimbingan kelompok terjadi peningkatan sebesar 51.75% menjadi 85.00% termasuk dalam kategori sangat tinggi. Peningkatan siswa dalam indikator menekan frustasi pribadi selain berdasarkan perhitungan pre test dan post test diperoleh juga dari hasil analisis wilcoxon. Berdasarkan hasil analisis wilcoxon bahwa terdapat peningkatan dalam menekan frustasi pribadi, hal ini terlihat dari hasil perhitungan Zhitung = 2.807 > Ztabel = 1.96. Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan layanan bimbingan kelompok sampai pada akhir pertemuan ketujuh terdapat peningkatan kemampuan siswa dalam menekan frustasi pribadi setelah diberikan layanan bimbingan kelompok. Peningkatan tersebut terlihat dari siswa dalam memberikan pendapat dan memberikan contoh terkait dengan indikator. Peningkatan siswa meningkat pada pertemuan ketiga sampai pertemuan ketujuh yaitu jalannya kegiatan bimbingan kelompok lebih baik terlihat dari mulai aktifnya semua anggota
158
kelompok dalam mengungkapkan pendapatnya. Banyak pendapat yang muncul dari anggota kelompok yang saling melengkapi antara pendapat yang satu dengan pendapat anggota kelompok yang lain mengenai topik yang dibahas terlihat anggota kelompok antara satu dengan yang lain sudah dapat terlihat senang dan nyaman dengan anggota kelompoknya serta dapat bersaing dengan sehat, yaitu berpendapat sesuai dengan sopan dan menerima kritik atau saran dari anggota kelompok lain jika pendapatnya tidak sesuai. Berdasarkan hasil pengamatan, hasil perhitungan pre test dan post test, dan juga hasil analisis wilcoxon dapat disimpulkan bahwa sampai akhir pertemuan ketujuh tentang menekan frustasi pribadi pada siswa mengalami peningkatan.
4.2.4 Peningkatan Pertimbangan Rasional dan Pengarahan Diri Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Perencanaan adalah kemampuan memilih satu kemungkinan dari berbagai kemungkinan yang tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan. Menyusun perencanaan yang cermat merupakan kunci utama seseorang mencapai kesuksesan. Untuk itu seseorang harus memfokuskan sasaran hidup yang jelas. Dari hasil pre test prosentase skor rata-rata untuk indikator pertimbangan rasional dan pengarahan diri yaitu 36.00% termasuk dalam kriteria rendah dan setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok terjadi peningkatan sebesar 32.16% menjadi 78.82% termasuk dalam kriteria tinggi. Selain berdasarkan perhitungan pre test dan post test, peningkatan pertimbangan rasional dan pengarahan diri pada siswa juga diperoleh dari hasil
159
analisis wilcoxon. Berdasarkan hasil analisis wilcoxon terdapat peningkatan sikap pertimbangan rasional dan pengarahan diri pada siswa yaitu dengan Zhitung = 2.812 > Ztabel = 1.96. Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan layanan bimbingan kelompok berlangsung sampai akhir pertemuan ketujuh, maka diperoleh hasil bahwa sejak pertemuan keempat sampai akhir pertemuan ketujuh terdapat peningkatan pertimbangan rasional dan pengarahan diri siswa. Peningkatan tersebut terlihat dari banyaknya anggota yang mengemukakan pendapatnya tetapi anggota kelompok lain tidak langsung menerima pendapat tersebut begitu saja melainkan dipertimbangkan terlebih dahulu barulah mengambil keputusan dan memilih tindakan yang tepat yaitu menanggapi dengan sopan tidak dengan emosi. Suasana kelompok pun menjadi semakin kondusif karena anggota kelompok benar-benar dapat menciptakan suasana tenang dan dapat mengendalikan emosinya agar pembahasan dapat tuntas dan mendalam. Berdasarkan hasil pengamatan, hasil perhitungan pre test dan post test, dan juga hasil analisis wilcoxon dapat disimpulkan bahwa sampai akhir pertemuan ketujuh tentang sikap pertimbangan rasional dan pengarahan diri mengalami peningkatan. 4.2.5 Peningkatan Kemampuan Belajar Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Melalui belajar individu akan
belajar memperoleh pengetahuan dan
keterampilan. Kemampuan belajar akan ditandai dengan berhasilnya individu dalam menempati bidang tertentu. Dalam kelompok, individu akan belajar
160
menghargai pendapat orang lain dan berusaha menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik melalui pembahasan topik secara tuntas dan mendalam. Dari hasil pre test prosentase skor rata-rata untuk indikator kemampuan belajar yaitu 40.13% termasuk dalam kriteria rendah dan setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok terjadi peningkatan sebesar 43.50% menjadi 83.63% yang termasuk dalam kriteria tinggi. Selain berdasarkan perhitungan pre test dan post test, peningkatan kemampuan belajar siswa juga diperoleh dari hasil analisis wilcoxon. Berdasarkan hasil analisis wilcoxon terdapat peningkatan kemampuan belajar siswa yaitu dengan Zhitung = 2.809 > Ztabel =1.96. Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan layanan bimbingan kelompok berlangsung sampai akhir pertemuan ketujuh, maka diperoleh hasil bahwa pada pertemuan ketujuh sampai akhir pertemuan, indikator kemampuan belajar terlihat muncul dari anggota kelompok. Peningkatan tersebut terlihat anggota kelompok yang sudah mulai saling melempar pertanyaan, sehingga muncul tanya jawab antaranggota kelompok tentang topik yang sedang dibahas. Pendapat yang mereka kemukakan sudah mulai membaik dan terlihat anggota kelompok lancar dalam mengungkapkan pendapatnya, hal ini dikarenakan sudah semakin akrabnya anggota kelompok yang satu dengan yang lain sehingga rasa takut atau enggan berbicara yang semula muncul sudah mulai hilang. Selain itu anggota kelompok juga sudah mulai terbiasa menghargai pendapat orang lain dapat menyelesaikan tugas dengan baik yang dibuktikan dengan semakin matangnya pembahasan topik.
161
Berdasarkan hasil pengamatan, hasil perhitungan pre test dan post test, dan juga hasil analisis wilcoxon dapat disimpulkan bahwa sampai akhir pertemuan ketujuh tentang kemampuan belajar siswa mengalami peningkatan. 4.2.6 Peningkatan Menghargai Pengalaman Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pengalaman adalah kejadian yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung, dan sebagainya) baik yang sudah lama atau baru saja terjadi. Pengalaman bisa berupa: yang terpenting dari pengalaman adalah hikmah atau pelajaran yang bisa diambil. Jadi dengan belajar dari pengalaman, maka individu akan menjadi lebih baik lagi karena dapat memaknai sesuatu dari hal yang telah dipelajari. Pengalaman yang menyakitkan jangan dianggap sesuatu yang menakutkan, melainkan menjadi sebuah tantangan untuk mentolerirnya sehingga tidak akan takut dan lebih tanggap untuk mengulanginya atau bahkan mengalami kejadian yang sama lagi. Peningkatan menghargi pengalaman pada siswa dari hasil pre test dan post test. Prosentase skor rata-rata dari hasil pre test yaitu 36.67% termasuk dalam kriteria rendah. Setelah mendapat perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok terjadi peningkatan sebesar 46.33% menjadi 83.00% termasuk dalam kriteria tinggi. Selain berdasarkan hasil perhitungan pre test dan post test peningkatan menghargai pengalaman pada siswa juga dilihat dari hasil analisis wilcoxon. Berdasarkan analisis wilcoxon terdapat peningkatan menghargai pengalaman pada siswa. Hal ini terlihat dari perhitungan Zhitung = 2.805 > Ztabel = 1.96.
162
Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketujuh diperoleh hasil bahwa sejak pertemuan kelima terdapat peningkatan menghargai pengalaman pada siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok. Hal ini terlihat dari pemahaman para anggota kelompok tentang pentingnya belajar dari pengalaman dan toleran terhadap pengalaman yang traumatik, yaitu emosi yang belum stabil menjadi stabil, dalam mengelola mekanisme psikologis menjadi baik, dapat menekan frustasi secara sehat dan wajar, mempertimbangkan segala sesuatu dengan cermat, mampu dalam belajar serta dapat bersikap lebih positif. Selain itu anggota kelompok juga akan menerapkan hal tersebut dalam kehidupan seharihari mereka.
4.2.7
Peningkatan Bersikap Realistis dan Objektif Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Bersikap realistis dan objektif merupakan mampu bertindak menerima dan
menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya secara objektif sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan rasional dan perasaan. Dalam situasi ini, individu dapat bertindak sesuai dengan potensi-potensi positif yang layak dikembangkan sehingga dapat menerima dan diterima oleh lingkungan, tidak disingkirkan oleh lingkungan maupun menentang dinamika lingkungan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan mengenali dan menerima diri sendiri apa adanya, bertindak sesuai dengan potensi-potensi positif, bersikap terbuka dan menerima umpan balik, dan menaati peraturan yang berlaku.
163
Dari hasil perhitungan pre test dan post test diperoleh hasil bahwa terdapat peningkatan antara pre test dan post test, yaitu sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok skor rata-rata yaitu 40.67% termasuk dalam kriteria rendah. Meningkat sebesar 41.17% menjadi 81.83% termasuk dalam kriteria tinggi. Dengan demikian layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan bersikap realistik dan objektif pada siswa. Selain berdasarkan perhitungan pre testdan post test, peningkatan bersikap relistik dan objektif pada siswa juga diperoleh dari hasil analisis wilcoxon. Berdasarkan hasil analisis wilcoxon terdapat peningkatan bersikap relistik dan objektif pada siswa yaitu dengan Zhitung = 2.807 > Ztabel = 1.96. Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan layanan bimbingan kelompok, pada pertemuan keempat indikator bersikap relistik dan objektif ini sudah mulai muncul, begitu juga pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Peningkatan indikator tersebut terlihat dari siswa yang sudah mulai memahami arti serta pentingnya bersikap relistik dan objektif setelah diberikan materi tentang pentingnya mematuhi peraturan. Selama ini mereka mengakui bahwa sering melanggar peraturan, sehingga membuat hidupnya tidak efektif. Siswa dapat memahami dan menyerap materi yang dibahas dan perilaku ini mulai terlihat saat anggota kelompok yang tahu lebih banyak tentang topik permasalahan yang dibahas diantaranya yaitu mengenali karakteristik yang dimiliki dengan paham bahwa emosinya selama ini belum stabil, menghargai dan menerima masukan dari pendapat anggota kelompok, mampu membahas topik dengan mengambil keputusan yang tepat sesuai potensi yang dimiliki.
164
Berdasarkan hasil pengamatan, hasil perhitungan pre test dan post test, dan juga hasil analisis wilcoxon dapat disimpulkan bahwa sampai akhir pertemuan ke tujuh tentang bersikap realistis dan objektif pada siswa mengalami peningkatan. Berdasarkan analisis data mengenai beberapa indikator penyesuaian diri terhadap program keahlian di atas diketahui bahwa hasil post test setelah diberikan layanan bimbingan kelompok, indikator yang memiliki skor prosentase terendah adalah bersikap realistis dan objektif yaitu sebesar 81.83% masuk dalam kriteria tinggi, sedangkan indikator dengan skor prosentase tertinggi yaitu menekan frustasi pribadi sebesar 85.00% masuk dalam kriteria sangat tinggi. Sehingga dapat diketahui bahwa peningkatan paling rendah terjadi pada indikator bersikap realistis dan objektif, sedangkan peningkatan paling tinggi terjadi pada indikator menekan frustasi pribadi. Indikator yang memiliki skor yang tinggi maupun indikator yang mengalami peningkatan yang tinggi disebabkan karena dalam pemberian layanan bimbingan kelompok dilaksanakan secara baik dengan memperhatikan prosedur yaitu tahap, asas serta dinamika kelompok dalam bimbingan kelompok. Serta peran pemimpin kelompok dalam memimpin jalannya layanan serta anggota kelompok yang semangat dalam mengikuti layanan bimbingan kelompok memberikan kontribusi positif terhadap hasil yang efektif dalam meningkatkan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa. Berdasarkan analisis data, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok. Hasil analisis data penelitian, diketahui bahwa rata-rata
165
penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa setelah diberikan layanan lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum memperoleh layanan. Hal ini berarti bahwa pemberian layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan penyesuaian diri terhadap program keahlian siswa. Jika dilihat secara keseluruhan, pemahaman siswa mengenai penyesuaian diri terhadap program keahlian mengalami peningkatan selama pemberian layanan bimbingan kelompok. Penguasaan materi tentang meningkatkan penyesuaian diri terhadap program keahlian yang dilihat dari hasil tes skala penyesuaian diri terhadap program keahlian rata-rata mengalami peningkatan baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga sebagai anggota kelompok layanan bimbingan kelompok sudah memahami serta dapat mengaplikasikan materi yang diberikan dalam layanan bimbingan kelompok. Selain itu, berdasarkan pengamatan terhadap siswa pada setiap pertemuan dalam layanan bimbingan kelompok terdapat perubahan indikator penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa. Dalam penelitian ini fungsi yang diharapkan tercapai yaitu fungsi pemahaman dan fungsi pengembangan. Hal ini terkait dengan pemahaman siswa tentang berbagai informasi tentang penyesuaian diri terhadap program keahlian, sehingga tingkat penyesuaian diri terhadap program keahlian siswa meningkat. Dengan demikian, siswa dapat menyesuaikan diri dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan memiliki kestabilan emosi, mengelola mekanisme psikologis, menekan frustasi pribadi, memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri, mampu belajar, dan dapat bersikap realistik dan objektif.
166
Penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa merupakan hasil pemahaman siswa terhadap berbagai informasi mengenai penyesuaian diri terhadap program keahlian yang disampaikan. Dari pemahaman tersebut siswa mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal dan yang paling penting dapat menyesuaikan diri dengan program keahliannya. Penyesuaian diri terhadap program keahlian tersebut diperoleh melalui pengalaman-pengalaman dari orang lain maupun informasi yang didapatnya sehingga mempengaruhi pola pikirnya yang akhirnya memperoleh pemahaman. Untuk dapat menguji hipotesis dalam penelitian ini yaitu mengetahui bahwa penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok, digunakan uji statistik analisis wilcoxon. Analisis Wilcoxon tentang peningkatan penyesuaian diri terhadap program keahlian melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga tahun 2012/2013 ditunjukkan berdasarkan hasil uji beda dua rata-rata yaitu pada pre test dan post test yang diperoleh yaitu Zhitung=2.803 sedangkan Ztabel=1,96. Karena Zhitung>Ztabel, berarti ada perbedaan tingkat penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa setelah memperoleh layanan bimbingan kelompok. Oleh karena itu, hipotesis yang menyatakan bahwa penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga tahun 2012/2013 dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok, diterima.
4.3 Keterbatasan Penelitian
167
Meskipun penelitian ini telah dilaksanakan dengan sebaik mungkin, namun penelitian ini tetap memiliki keterbatasan. Adapun keterbatasan penelitian dalam hal ini berkaitan dengan beberapa hal, yaitu: 1. Populasi yang digunakan masih terbatas hanya pada kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga sehingga sampel yang digunakan masih jauh dari harapan. 2. Sampel penelitian seharusnya heterogen, akan tetapi peneliti berasumsi dengan sampel yang homogen dapat digunakan dalam bimbingan kelompok. 3. Pengumpulan data yang menggunakan skala penyesuaian diri terhadap program keahlian dan pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok yang dilakukan oleh peneliti sendiri memiliki kemungkinan untuk bias sehingga data yang dihasilkan jauh dari kesempurnaan. 4. Hasil penelitian hanya berpacu pada perhitungan skala penyesuaian diri terhadap program keahlian, baik pre test dan psot tes dan uji wilcoxon sehingga hasilnya kurang maksimal. 5. Treatmen yang diberikan hanya menggunakan layanan bimbingan kelompok, besar kemungkinan masih dapat untuk menggunakan layanan bimbingan dan konseling yang lain maupun mengembangkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik lain.
4.4 Keterbatasan Peneliti Peneliti menyadari betul bahwa masih memiliki banyak kekurangan dalam melakukan penelitian ini. Keterbatasan peneliti yaitu menyangkut:
168
1. Dalam memberikan tretament berupa layanan bimbingan kelompok dilakukan oleh peneliti sendiri, sehingga kemungkinan memiliki bias yang berpengaruh pada hasil kegiatan. 2. Peneliti sadar memiliki kekurangan dalam menyelenggakan kegiatan bimbingan kelompok mengingat masih pada tahap belajar sehingga dalam memberikan layanan bimbingan kelompok masih kurang sempurna.
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian meningkatkan penyesuaian diri terhadap program keahlian melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok menunjukkan bahwa 5 aspek yaitu kestabilan emosi, mengelola mekanisme psikologis, kemampuan belajar, menghargai pengalaman, serta bersikap realistik dan objektif masih dalam kriteria rendah, serta 2 aspek yaitu menekan frustasi pribadi, pertimbangan rasional dan pengarahan diri masih dalam kriteria sangat rendah. 2. Penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok menunjukkan bahwa setiap aspek mengalami peningkatan, hal tersebut disebabkan siswa sudah memahami manfaat layanan bimbingan kelompok sebelumnya. Lima aspek meningkat menjadi tinggi yaitu mengelola mekanisme psikologis, pertimbangan rasional dan pengarahan diri, kemampuan belajar, menghargai pengalaman, bersikap realistik dan objektif, serta dua aspek meningkat menjadi sangat tinggi yaitu kestabilan emosi dan menekan frustasi pribadi.
169
170
3. Terdapat peningkatan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa sebelum dan setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok dari kriteria rendah dan sangat rendah menjadi kriteria tinggi dan sangat tinggi setelah diberikan layanan bimbingan kelompok. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga setelah diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan signifikan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga sebelum dan setelah diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok.
5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa penyesuaian diri terhadap program keahlian dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Sebaiknya materi dalam bimbingan kelompok digunakan untuk meningkatkan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa. 2. Sebaiknya siswa melakukan perencanaan yang cermat dalam mengambil program
keahlian,
yaitu
disesuaikan
dengan
bakat
dan
minat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Gani, R. 1986. Bimbingan Penjurusan. Bandung: CV Angkasa.
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2005. Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : PT Rineka Cipta. . 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : PT Rineka Cipta. Azwar, Saifuddin. 2012. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. . 2011. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Awaliyah, Asri. 2010. Meningkatkan Penyesuaian Diri dalam Pemilihan Karier melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas X1 SMA Negeri 14 Semarang Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Semarang : UNNES (Tidak Diterbitkan). Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 2004. Kurikulum SMK Edisi 2004. Online at (http://180.245.203.132/virlib/kurikulum.pdf) [diakses pada tanggal 23 Agustus 2013). Depdikbud. 1992. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0490/U/1992 Tentang Sekolah Menegah Kejuruan. Depdiknas. 2007. Direktorat PSMK. Jakarta : Direktorat PSMK. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga Propinsi Jawa Tengah. 2011. SMKN 1 Purbalingga. Purbalingga : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga Propinsi Jawa Tengah (Tidak Diterbitkan). Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. 2008. Seri bahan bimbingan teknis (Bimtek). Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (Tidak Diterbitkan).
171
172
Dokter Sehat. 2013. Pemahaman Kematangan Emosi Seseorang. Online at http://doktersehat.com [diakses pada tanggal 23 Agustus 2013). Fatimah, Enung. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Bulan Bintang. Hartinah, Siti. 2000. Konsep Dasar Bimbingan Konseling Kelompok. Bandung: PT Refika Aditama. Gerungan. 2004. Psikologi sosial. Bandung : Refika Aditama. Ghofar, Wiratna Abdul. 2010. Meningkatkan Penyesuaian Diri Siwa melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Semarang Tahun ajaran 2010/2011. Skripsi. Semarang : UNNES (Tidak Diterbitkan). Gibson, Robert L, dan Marianne H. Mitchell. 2011. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Gladding, T.S. 1995. Group Work: A Counseling Speciality. New Jersey: Prentice Hall. Gunarsa, Singgih D, dan Yulia Singgih D. Gunarsa. 2012. Psikologi untuk Membimbing. Jakarta : Libri. Hakim, Thuzan. 2000. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Soma.
Hastjarjo, Dicky. 2009. Mengenal Sepintas Psikologi Evolusioner. Skripsi. Yogyakarta : UGM (Tidak Diterbitkan). Ibrahim, Marwah Daud. 2003. Mengelola Hidup & Merencanakan Masa Depan. Jakarta : MHMMD Production. IPBI, Pengurus besar. 1998. Pedoman Umum Penjurusan SMA. Padang. Kristina, Dewi. 2011. Implementasi Bimbingan Karier pada Siswa SMK Tata Busana. Online at http://digilib.uin-suka.ac.id/pdf [diakses pada tanggal 23 Agustus 2013]. Lailiya, Mas’ula Khuriatul. 2008. Meningkatkan Penyesuaian Diri di Sekolah melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas X SMA N 1 Bergas Tahun Ajaran 2007/2008. Skripsi. Semarang : UNNES (Tidak Diterbitkan).
173
Mapiere, Andi. 1984. Pengantar Bimbingan dan Konseling disekolah. Surabaya: Usaha Nasional. Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (dasar dan profil). Padang : Ghalia Indonesia. dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Romlah, Tatiek. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang : Universeitas Negeri Malang. Ruseffendi, E. T. (2010). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang NonEksakta Lainnya. Edisi Cetak Pertama. Bandung.: Tarsito Sarwono, Sarlito W. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sobur, Alex. 2011. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R& D). Bandung : Alfabeta. Suharlinah, Lyn. 2006. Hubungan Pola Pengasuhan dengan Eksplorasi dan komitmen dalam pembentukan identitas Vokasional remaja, (Online) (Website. Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa,htm). Diakses pada tanggal 23 Agustus 2013. Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta. Sunarto dan Agung Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta. Supriatna, Mamat. 2011. Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi (Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor). Jakarta: PT Grafindo Persada. dan Nandang Budiman. 2012. Bimbingan Karir di SMK. online at http://file.upi.edu.pdf [diakses pada tanggal 23 Agustus 2013). Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Intregrasi). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
174
Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan dan Konseling. Semarang : CV. Nieuw Setapak. Wibowo, Mungin Eddy. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang : UNNES PRESS. Wilis, Sofyan S. 2010. Remaja & Masalahnya. Bandung: Alfabeta. Winkel, W.S dan Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi.
175
Lampiran 1
KISI-KISI SKALA PENYESUAIAN DIRI TERRHADAP PROGRAM KEAHLIAN
No. 1.
Variabel Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian
Indikator
Deskriptor
1. Kestabilan emosi
1.5 Menenangkan diri 1.6 Mengelola emosi 1.7 Mengatasi dorongan emosi dalam bentuk penyaluran emosi dengan melakukan kegiatan positif 1.8 Mempertahankan sikap positif yang realistis terutama dalam menghadapi masa-masa sulit
2. Mengelola mekanisme psikologis
3. Menekan frustasi pribadi
4. Pertimbangan rasional dan pengarahan diri
5. Kemampuan belajar
Item Jumlah Item (+) (-) 2 1 2 4 3, 4 5, 6 2 7 8
2
2.1 Kondisi psikologis stabil dalam menghadapi masalah 2.2 Memecahkan problem adaptif (penyesuaian) 2.3 Mengatur aktivitas fisiologis 3.1 Mengontrol dan mengendalikan frustasi secara sehat, wajar, dan profesional 3.2 Perasaan nyaman 3.3 Menyembunyikan dan menekan sikap frustasi 3.4 Bersaing secara sehat 4.3 Melakukan perencanaan yang cermat dengan mempertimbangkan untung dan rugi 4.4 Memilih tindakan yang tepat 5.1 Menyelesaikan tugas yang diberikan guru 5.2 Mengikuti pelajaran (produktif) dengan baik
9
10
2
11
12
2
13
14
4
15, 16
2
19
20
2 2
21 23
22 24
2
25
26
4
27, 28
2
31 4
33, 34
2
37
17, 18
29, 30
32 35, 36 38
176
Lampiran 1 5.3 Mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain 5.4 Semangat dalam mengikuti pelajaran (normatif, adaptif, produktif) 5.5 Berpartisipasi pada saat pelajaran berlangsung 5.6 Memusatkan perhatian terhadap pelajaran yang diikuti
4
39, 40
41, 42
2
43
44
2
45
46
4
47, 48
49, 50
6. Menghargai pengalaman
6.1 Belajar dari pengalaman 6.2 Toleran terhadap pengalaman yang traumatic
4 4
51, 52 55, 56
53, 54 57, 58
7. Bersikap realistik dan objektif
7.1 Mengenali dan menerima diri sendiri apa adanya 7.2 Bertindak sesuai dengan potensi-potensi positif 7.2 Bersikap terbuka dan menerima umpan balik 7.3 Menaati peraturan yang berlaku
4
59, 60
61, 62
4
63, 64
65, 66
4
67, 68
69, 70
6
71,72, 73,
74, 75, 76
177
Lampiran 2
SKALA PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PROGRAM KEAHLIAN A. IDENTITAS Nama
:
NIS
:
Kelas
:
B. PETUNJUK PENGISIAN Skala ini disusun dan disebarkan dalam rangka kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk memperoleh data empiris deskripsi tingkat penyesuaian diri terhadap program keahlian melalui layanan bimbingan kelompok bagi siswa. Berikut ini terdapat 76 buah pernyataan. Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri Anda, dengan cara memberi tanda silang ( X ) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia, yaitu: SS : Sangat Sesuai, apabila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan. S
:
Sesuai, apabila pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan yang Anda
rasakan. KS : Kurang Sesuai, apabila pernyataan tersebut Kurang Sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan.
178
Lampiran 2 TS : Tidak Sesuai, apabila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan. STS : Sangat Tidak Sesuai, apabila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan. Setiap orang dapat mempunyai jawaban yang berbeda dan tidak ada jawaban yang dianggap salah, oleh karena itu pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda. Isilah semua pernyataan, jangan ada yang terlewati. CONTOH:
No. 1.
Pilihan Jawaban
Pernyataan Saya marah jika ada orang meremehkan program keahlian saya
SS yang
S
KS
TS
STS
X
Dari jawaban Anda, berarti Anda sangat marah jika ada orang yang meremehkan program keahlian Anda
Akhirnya atas bantuan dan partisipasi Anda, kami mengucapkan terima kasih.
SELAMAT MENGERJAKAN
179
Lampiran 2 No.
Pernyataan
1.
Saya berusaha tenang saat praktek di (bisnis center, bank, bengkel, aksesoris komputer, dan receptionis) yang sesuai dengan program keahlian saya
2.
Saya tertekan ketika mengikuti mata pelajaran produktif
3.
Saya merasa senang dengan program keahlian yang saya ambil
4.
Saya merasa bangga dapat masuk pada program keahlian ini
5.
Saya marah jika ada orang yang meragukan kemampuan siswa-siswa pada program keahlian saya
6.
Saya tersinggung ketika ada yang mengatakan bahwa program keahlian yang saya ambil tidak menjajikan untuk prospek masa depan
7.
Saya lebih memilih praktek daripada teori
8.
Saya takut ketika produk/dagangan tidak habis terjual sesuai dengan target yang ditetapkan
9.
Saya tidak akan marah ketika guru-guru mengatakan bahwa siswa-siswayang masuk program keahlian saya tidak kompeten dibandingkan program keahlian lain
10.
Saya terbebani dengan nilai KKM mapel adaptif, normatif, dan produktif yang terlalu tinggi
11.
Saya tetap mengikuti pelajaran dengan baik apapun kondisinya
12. Saya cemas ketika melakukan kesalahan dalam Lampiran 2 praktek 13.
Saya akan belajar dari orang lain untuk melatih keterampilan saya yang sesuai dengan program keahlian ini
SS
Pilihan Jawaban S KS TS
STS
180
14.
Saya stres tidak dapat mengikuti kompetensi dasar yang diberikan
15.
Saya dapat mengatur nafas dengan baik ketika melihat nilai adaptif, normatif, dan produktif kurang dari KKM
16.
Saya tidak mengeluh menjadi petugas (bisnis center, bank, bengkel, aksesoris komputer, dan receptionis) yang sesuai dengan program keahlian saya
17.
Jantung saya berdebar kencang ketika nama saya dipanggil dulu untuk praktek
18.
Tekanan darah saya langsung naik ketika guru memberikan nilai yang sama dengan teman saya yang barang dagangannya belum terjual habis pada waktunya
19.
Saya senang mendapatkan pendidikan kecakapan hidup yang melatih kemandirian berwirausaha
20.
Saya frustasi mengikuti pelajaran kompetensi kejuruan
21.
Saya tenang saat menyelesaikan laporan hasil penjualan barang dagangan
22.
Saya grogi saat menawarkan barang dagangan kepada orang lain
23.
Saya selalu memperlihatkan kecintaan saya terhadap program keahlian ini pada orang lain
24.
Saya menunjukkan kekecewaan saya pada guru ketika nilai praktek saya jelek
25.
Saya tidak akan menghalalkan segala cara untuk memperoleh juara
26.
Saya berusaha untuk mendekati guru-guru agar memperoleh nilai lebih bagus dibanding teman lain
27.
Saya melakukan perencanaan yang cermat sebelum mengambil keputusan, yaitu memikirkan segala resiko dan keuntungan
181
Lampiran 2 yang akan diperoleh 28.
Saya sudah memikirkan dengan matang sebelum memilih program keahlian ini
29.
Saya asal mengambil program keahlian ini tanpa memikirkan baik dan buruknya
30.
Saya mengambil program keahlian ini karena peminatnya banyak
31.
Saya konsisten memilih program keahlian ini dengan banyak berlatih keterampilan pada orang yang ahli
32.
Saya bersikap acuh belum memiliki jiwa wirausaha yang baik
33.
Saya mengumpulkan tugas pada waktunya
34.
Saya mengerjakan tugas dengan sebaikbaiknya
35.
Saya membiarkan tugas terbengkalai untuk mengikuti kegiatan sekolah
36.
Saya memilih menyalin tugas teman agar dapat mengumpulkan
37.
Saya mudah mengikuti produktif
38.
Saya kesulitan mengikuti mata pelajaran produktif apabila gurunya kurang produktif
39.
Saya merasa percaya diri saat mengerjakan ulangan
40.
Saya menegur teman saya yang menyontek saat ulangan berlangsung
41.
Saya bertanya pada teman ketika menemukan soal yang rumit
mata pelajaran
Saya2mencari jawaban soal dari guru sebelum 42. Lampiran ulangan 43.
Saya selalu menanamkan motivasi yang tinggi dalam mengikuti pelajaran produktif
182
44.
Saya mudah bosan ketika mengikuti pelajaran adaptif
45.
Saya aktif bertanya kepada guru apabila ada materi yang kurang jelas
46.
Saya memilih diam tidak menanyakan materi yang kurang paham
47.
Saya selalu memusatkan perhatian pada guru yang menyampaikan materi di depan
48.
Saya tetap fokus mengikuti pelajaran dari awal sampai selesai
49.
Ketika ada masalah, saya sulit fokus dengan pelajaran
50.
Pikiran saya buyar ketika menerima pelajaran produktif
51.
Saya belajar dari orang-orang sukses untuk menjadi pribadi yang kreatif, inovatif, produktif, dan kompetitif dalam menekuni program keahlian ini
52.
Saya memperoleh pelajaran yang berharga ketika bergabung menjadi petugas (bisnis center, bank, bengkel, aksesoris komputer, dan receptionis) yang sesuai dengan program keahlian saya
53.
Saya sering mengulangi kesalahan ketika praktek
54.
Saya sering salah menghitung untung dan rugi ketika menjual barang dagangan
55.
Saya berani bersaing dengan teman untuk menjual habis barang dagangan sebelum waktu yang telah ditetapkan
56.
Saya akan belajar lebih keras lagi untuk memperoleh nilai praktek yang bagus
57.
Saya takut mengalami kegagalan lagi ketika praktek
58.
Saya takut bergabung dengan petugas-petugas
183 Lampiran 2 yang bekerja di (bisnis center, bank, bengkel, aksesoris komputer, dan receptionis) yang sesuai dengan program keahlian saya 59.
Saya mengenali dan memahami kekurangan yang saya miliki yang tidak sesuai dengan program keahlian ini
60.
Saya bersyukur diberi kelebihan yang sesuai dengan program keahlian ini
61.
Saya minder kurang kreatif, inovatif, produktif, dan kompetitif dalam program keahlian ini
62.
Saya belum dapat mengenali kelebihan pada diri saya yang cocok pada program keahlian ini
63.
Setelah mendapatkan teori dari guru, saya mencoba praktek sendiri di rumah sebelum praktek di sekolah
64.
Saya harus menguasai komputer, bahasa inggris dan kewirausahaan dengan baik agar mahir dalam program keahlian ini
65.
Sayabelum mampu menguasai kompetensi dasar yang harus dimiliki setiap program keahlian
66.
Saya belum dapat memanfaatkan peluang yang ada dengan baik
67.
Saya bersikap terbuka dengan siapa saja ketika menjadi petugas ((bisnis center, bank, bengkel, aksesoris komputer, dan receptionis) yang sesuai dengan program keahlian saya
68.
Saya senang dikritik guru dan teman lain ketika melakukan kesalahan dalam praktek
69.
Saya menutup diri dari teman-teman ketika berada di tempat praktek
70.
Saya acuh terhadap pendapat orang lain yang meremehkan program keahlian saya
71.
Saya masuk sekolah sesuai jadwal dari sekolah
184 Lampiran 2 72.
Saya selalu datang ke sekolah sebelum bel masuk
73.
Saya mengikuti pelajaran dengan baik dari masuk sampai pulang sekolah
74.
Saya sering terlambat mengumpulkan laporan praktek
75.
Saya sering tidak ikut praktek di ((bisnis center, bank, bengkel, aksesoris komputer, dan receptionis) yang sesuai dengan program keahlian saya
76.
Saya sering meninggalkan kelas pada saat KBM berlangsung
185
Lampiran 3
DATA UJI COBA SKALA PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PROGRAM KEAHLIAN no
kode 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1
R-1
5
5
5
5
5
5
5
5
5
2
5
3
4
2
R-2
4
4
4
5
5
5
4
4
4
2
5
4
5
3
R-3
4
5
5
4
5
5
5
4
5
5
5
5
4
4
R-4
5
5
5
5
5
1
5
5
5
2
5
4
5
5
R-5
4
4
3
4
3
5
5
5
4
3
3
4
4
6
R-6
5
5
4
4
5
4
5
5
5
4
4
4
5
7
R-7
3
4
4
5
3
5
4
3
4
2
5
4
5
8
R-8
5
5
5
5
5
1
5
4
4
4
5
3
5
9
R-9
4
5
5
5
5
1
5
4
4
3
4
4
4
10
R-10
4
5
5
5
4
5
4
4
5
5
5
5
5
11
R-11
4
5
4
5
5
2
4
4
5
2
5
5
5
12
R-12
5
4
5
5
5
1
4
5
5
4
5
5
5
13
R-13
4
5
5
5
5
2
5
5
5
3
4
5
4
14
R-14
4
4
5
5
5
5
4
4
5
3
4
4
4
15
R-15
4
4
3
5
3
2
4
4
4
3
4
4
4
16
R-16
5
5
5
5
4
1
5
5
5
2
4
4
5
17
R-17
5
5
5
5
2
5
5
5
5
3
4
5
5
18
R-18
5
5
1
5
4
1
4
4
4
4
3
3
4
19
R-19
3
1
4
5
5
3
4
4
5
3
4
3
4
20
R-20
4
4
3
4
4
3
4
3
4
3
3
3
4
21
R-21
4
4
3
4
4
1
2
4
5
2
2
3
4
22
R-22
4
5
5
4
5
5
3
4
2
4
4
3
4
23
R-23
4
4
4
3
5
2
4
4
4
2
3
3
2
24
R-24
5
5
5
5
4
5
4
4
5
2
4
5
4
25
R-25
5
5
4
4
4
1
4
4
5
4
4
4
4
26
R-26
4
5
5
5
5
5
4
5
4
2
5
4
4
27
R-27
4
4
4
4
4
5
4
5
5
3
4
4
4
28
R-28
4
5
4
5
3
2
5
4
4
3
4
4
4
29
R-29
4
4
5
5
5
1
5
5
4
2
5
5
4
30
R-30
5
4
5
5
5
1
5
4
4
5
5
5
4
31
R-31
4
5
4
5
4
5
5
4
5
3
5
4
4
32
R-32
4
5
4
4
4
1
5
4
5
3
5
4
4
33
R-33
5
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
186
Lampiran 3 R-34
4
5
5
4
4
1
5
5
4
3
5
3
4
35
R-35
4
5
5
5
5
1
5
5
5
5
5
5
5
36
R-36
1
1
3
5
3
4
3
3
1
1
4
3
3
SX
151
159
154
168
156
107
158
155
159
111
155
145
153
SX2
655
735
688
794
700
433
712
681
729
383
689
605
665
SXY
39731
41574
40548
44264
40862
29161
40905
40207
41556
28254
40126
38025
40040
rxy
0.46033
0.459619
0.711255
0.366865
0.421903
0.024147
0.505105
0.445627
0.496958
0.424574
0.61895
0.610269
0.646677
rtabel
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
valid
valid
valid
Valid
valid
Tidak
Valid
valid
valid
valid
valid
Valid
valid
-0.06348
1.93066
-1.62598
-2.0791
Validitas Reliabilitas
34
Kriteria
sb2
-1.7979
-1.71973
-1.66016
-2.75
-1.89063
2.350586
-2.12891
-2.18066
-1.90723
187
Lampiran 3 14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
3
3
5
2
3
4
5
3
3
3
2
5
5
4
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
5
4
5
4
4
5
5
4
4
4
4
5
4
3
4
5
5
4
4
5
4
5
3
4
5
5
1
4
5
4
4
5
5
4
3
3
4
4
3
2
5
5
5
5
3
4
5
4
2
5
4
4
1
4
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
5
3
3
5
4
3
4
5
4
4
5
4
5
5
3
4
5
5
4
2
5
5
4
4
5
5
4
3
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
4
3
5
4
4
5
4
5
4
4
2
4
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
3
4
4
3
3
4
4
3
5
4
5
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
2
3
1
4
4
3
2
3
3
3
4
4
3
2
5
5
5
5
4
5
4
4
5
4
5
4
2
5
1
4
5
4
5
5
4
5
4
5
5
2
4
5
4
4
1
4
4
3
4
4
4
4
3
5
2
4
5
4
5
4
3
3
4
3
4
3
4
5
4
4
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
1
4
4
3
4
3
3
3
4
3
3
4
2
1
4
3
3
4
4
4
3
5
4
3
2
4
1
4
4
4
5
3
4
3
4
5
5
1
4
1
4
4
4
5
5
5
3
5
5
3
2
4
1
4
4
2
4
4
4
4
3
4
4
3
4
3
4
4
3
5
4
3
4
4
5
5
3
4
1
4
4
4
5
4
3
4
4
4
4
2
4
3
4
5
5
4
3
3
5
4
4
3
5
3
1
4
5
4
5
5
5
5
4
4
4
3
4
1
5
4
4
5
4
5
5
4
4
5
2
4
1
5
4
5
4
5
4
5
4
4
3
3
4
1
4
4
4
4
4
3
5
4
3
3
4
4
1
4
3
4
5
4
4
3
4
4
3
5
4
1
4
5
5
4
4
3
4
4
5
3
5
4
1
4
4
4
5
4
3
5
4
5
5
3
2
1
2
5
2
4
3
3
4
2
3
3
110
141
106
149
149
135
164
146
134
141
145
153
143
26
593 386
571
436
633
635
541
762
606
518
581
599
667
188
Lampiran 3
27634
37074
30619
39418
39104
35095
43247
38542
35920
36758
38197
40351
38362
0.445066
0.58116
0.537312
0.488665
0.351283
0.431066
0.66549
0.624194
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.348637
0.47194
0.340043
0.481864
0.04857
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
valid
valid
0.246094
1.57129
valid
2.652344
Valid
tidak
-1.89941
1.83691
Valid
-0.8916
valid
Valid
valid
valid
Valid
valid
Valid
2.45313
-1.87891
-1.34766
-1.25879
-1.81348
-2.0166
-1.43848
189 Lampiran 3
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
5
5
4
4
3
5
4
5
5
3
5
4
3
5
3
4
4
3
5
3
4
5
4
5
4
4
5
4
5
4
3
5
5
5
5
3
5
5
4
4
4
5
4
3
5
3
5
5
4
5
3
4
5
4
4
4
3
4
3
3
3
4
3
3
4
5
5
5
5
1
4
4
1
3
5
3
4
4
4
4
4
4
4
4
2
5
4
4
4
3
4
5
4
5
4
4
4
3
3
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
3
4
5
5
5
5
5
5
5
3
5
5
5
5
4
5
2
5
5
3
5
5
4
1
4
5
5
5
5
4
5
5
2
5
5
5
1
4
5
4
5
5
4
4
5
4
5
5
4
1
3
5
4
4
5
4
4
4
4
4
4
5
1
4
5
4
5
4
3
4
4
2
3
4
3
1
3
3
4
4
5
4
1
5
3
4
3
3
2
5
2
4
4
4
4
3
5
4
4
4
4
1
4
2
5
4
3
4
3
4
4
3
3
4
4
2
4
5
4
4
5
4
4
3
5
5
5
5
4
5
4
4
4
3
4
4
2
3
3
3
3
4
3
4
4
4
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
4
3
4
2
4
4
3
3
3
4
5
4
5
4
1
4
4
4
4
2
5
3
3
3
5
3
4
5
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
2
3
2
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
2
5
2
5
5
4
5
5
4
1
4
5
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
1
3
4
4
4
5
5
4
3
3
4
3
4
1
4
3
4
4
5
5
4
5
5
5
5
5
1
4
1
4
4
5
3
4
5
2
5
2
5
1
4
5
5
4
5
4
4
4
3
3
3
3
1
4
3
4
4
4
3
4
4
3
3
3
3
2
4
2
4
4
4
4
5
4
4
5
4
3
1
4
4
5
4
4
4
5
5
3
5
5
5
1
4
3
4
4
4
3
5
5
3
5
5
5
5
4
5
4
4
3
1
3
4
2
4
2
3
1
3
4
1
2
158
132
148
154
113
154
135
139
98
137
140
145
138
190
Lampiran 3 708
518
632
670
387
680
539
569
364
539
588
605
556
42093
35066
38209
40258
29790
40367
35088
36478
26386
35882
37304
37988
36204
0.547582
0.404782
0.429528
0.570551
0.449085
0.630545
0.527193
0.418976
0.194294
0.466469
0.337765
0.505444
0.411889
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
Valid
Tidak
valid
Valid
valid
valid
-2.25391
-0.82813
-1.64063
-2.22266
-0.37598
-1.91016
-0.9541
-1.08691
1.996094
-1.48535
-0.76563
-1.62598
-1.22266
191
Lampiran 3 40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
3
5
5
4
5
4
3
4
5
4
5
3
3
2
4
5
4
4
4
4
5
5
4
2
3
2
3
5
4
3
5
4
3
5
5
5
4
3
3
2
5
5
5
5
5
5
5
5
5
2
3
2
2
3
3
3
4
4
4
3
4
5
3
4
3
3
3
4
3
4
5
4
4
5
5
4
3
2
3
5
4
5
4
4
4
5
4
4
3
4
3
3
5
4
4
4
4
4
5
5
4
5
3
3
3
4
5
4
5
4
4
5
4
3
5
4
3
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
3
3
3
2
5
4
4
5
5
4
3
5
4
3
3
3
2
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
4
4
3
4
5
4
4
4
4
5
5
4
5
2
3
2
4
5
5
5
4
4
5
4
4
4
3
4
3
4
3
3
4
2
3
3
4
4
3
2
2
2
5
5
4
5
5
4
5
5
4
3
4
2
2
4
4
4
5
4
4
4
5
5
5
4
2
4
3
4
4
5
4
4
3
4
4
2
3
3
3
4
3
4
3
4
4
4
5
5
3
4
3
2
4
4
3
4
4
4
3
4
4
3
3
3
4
3
5
3
3
4
3
1
5
4
3
3
3
2
4
4
3
4
4
4
4
4
5
5
3
3
3
2
4
3
5
5
5
5
4
4
5
3
1
3
4
5
3
5
4
4
3
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
5
5
5
5
4
4
4
4
5
5
3
3
3
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
2
3
3
3
4
3
4
4
4
3
4
4
5
3
3
3
5
5
5
5
4
4
5
4
4
5
3
2
3
5
5
4
5
4
3
5
5
5
5
3
2
3
3
3
3
3
4
4
3
5
4
3
2
2
3
3
3
3
3
4
4
3
5
4
3
2
2
3
4
3
3
4
5
4
5
5
5
5
3
3
3
4
3
3
4
4
5
5
5
5
4
3
3
2
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
3
3
3
4
3
3
4
3
3
4
3
3
2
2
1
100
148
152
137
157
150
144
149
163
156
137
109
96
192
Lampiran 3 290
632
664
543
701
638
588
651
749
688
563
343
272
26081
39235
40884
36563
41746
39091
37250
39012
42292
40518
35620
29031
25189
0.25047
0.645208
0.4757
0.62755
0.540205
0.569555
0.43691
0.631593
0.481405
0.5062
0.417263
0.427932
0.370041
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
tidak
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
Valid
Valid
valid
valid
valid
0.70313
-1.64063
1.8125
1.36035
-2.16504
-2.03516
-1.875
-1.33691
-2.54004
2.26563
-0.73535
-0.88379
-0.5
193 Lampiran 3 53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
4
4
3
5
5
3
4
4
4
3
4
4
3
4
5
4
5
5
2
4
2
5
2
5
4
4
5
5
5
5
4
2
4
3
4
3
3
4
4
5
5
3
5
5
2
5
1
5
2
5
5
4
5
4
3
3
2
3
4
4
3
2
3
4
4
4
5
3
4
4
2
5
3
4
3
4
5
3
4
4
2
5
5
5
4
4
4
3
5
4
4
5
4
5
5
4
3
5
5
4
3
5
4
5
5
4
4
5
4
5
5
4
5
3
4
4
4
4
5
5
5
3
2
4
4
5
4
5
4
5
5
5
5
3
3
3
5
3
4
2
5
5
5
4
4
2
5
5
4
4
4
5
2
4
5
4
4
4
3
5
5
3
4
3
5
3
3
5
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
2
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
5
4
2
4
5
4
5
5
4
4
4
4
5
5
4
2
4
5
4
4
4
3
3
3
3
4
3
3
4
4
4
4
4
4
5
4
3
2
4
4
4
3
3
5
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3
2
4
3
3
4
3
3
4
3
3
3
4
3
4
4
3
4
5
4
4
4
4
3
4
4
4
2
5
4
5
5
5
3
5
2
2
4
4
3
3
3
3
3
5
5
4
5
3
2
4
3
4
3
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
5
4
4
4
4
2
4
3
4
3
5
4
4
4
4
3
4
4
3
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
5
3
3
4
4
4
4
1
5
5
3
5
4
5
3
5
4
4
5
5
4
5
5
2
4
5
5
3
5
5
4
5
4
4
3
4
3
4
4
4
3
4
4
4
5
4
4
3
4
2
4
4
5
3
3
4
4
4
4
4
5
4
3
4
4
4
3
4
5
4
5
4
3
5
4
3
4
3
4
3
4
4
4
5
5
4
5
5
3
5
5
5
2
5
4
4
1
3
5
3
3
1
4
1
4
3
3
4
3
158
153
132
156
140
103
152
132
150
100
149
151
143
194
Lampiran 3 714
661
514
696
570
321
650
516
640
290
637
645
577
41237
40273
34406
40876
36503
27204
39897
34325
39127
26081
39393
39654
37568
0.518139
0.609045
0.00609
0.529262
0.477884
0.225111
0.507671
0.289946
0.523341
0.25047
0.492466
0.477186
0.469295
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
valid
valid
tidak
valid
valid
tidak
valid
tidak
valid
tidak
valid
valid
Valid
-2.06641
-2.2041
0.95313
-2.01563
-1.32813
-0.3291
-2.25
-0.89063
-1.97266
0.70313
-1.77441
-2.11035
-1.93848
195
Lampiran 3 Y
Y2
3
298
88804
4
2
302
91204
5
5
2
322
103684
4
5
5
2
315
99225
3
5
3
4
3
275
75625
3
3
4
3
5
2
297
88209
4
2
5
4
5
4
5
306
93636
4
4
2
4
3
4
4
3
314
98596
4
1
4
2
3
2
4
5
5
310
96100
5
5
4
4
2
5
4
5
5
2
343
117649
5
5
4
5
5
2
5
2
5
5
3
317
100489
5
4
4
1
5
2
5
1
5
4
4
322
103684
4
4
4
3
4
3
3
4
5
4
3
303
91809
4
4
4
1
4
2
4
4
5
5
3
303
91809
4
4
3
4
4
3
4
4
3
4
4
262
68644
5
5
4
4
5
4
4
4
4
5
4
312
97344
5
5
4
4
5
4
4
4
4
5
4
316
99856
4
4
3
1
4
3
3
2
3
4
3
268
71824
4
4
4
5
4
2
4
4
5
4
2
294
86436
4
4
3
4
4
2
4
3
4
4
3
266
70756
4
4
3
1
4
2
4
3
4
4
3
247
61009
5
4
4
3
5
5
5
3
4
4
3
288
82944
4
4
2
4
4
2
3
4
3
4
2
271
73441
4
3
4
1
5
2
3
3
5
4
2
289
83521
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
3
280
78400
5
4
3
4
4
3
4
4
4
4
2
308
94864
4
4
4
1
4
3
4
2
4
4
3
284
80656
5
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
286
81796
4
5
5
4
4
3
3
3
5
5
3
311
96721
4
4
4
1
4
3
5
3
5
4
2
310
96100
4
4
4
1
4
3
3
3
3
4
3
280
78400
4
4
3
1
4
3
3
3
3
4
2
266
70756
5
4
3
3
4
3
5
3
4
4
3
306
93636
4
4
3
5
5
3
4
3
3
4
3
297
88209
4
4
5
4
5
3
5
4
5
5
3
332
110224
3
4
4
1
3
2
3
4
4
4
1
214
45796
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
3
4
3
2
3
3
5
2
4
3
4
4
4
4
4
2
5
4
4
4
5
4
4
5
4
3
2
5
5
5
1
4
2
4
4
4
3
4
4
2
3
5
4
1
5
4
4
4
4
5
5
3
5
5
5
196
Lampiran 3 153
153
135
103
152
97
142
118
149
154
103
10614
3151856
663
659
523
375
652
281
582
414
637
668
321
k
=
76
40274
40520
35841
26759
39603
25077
36998
30778
39734
40500
27204
t2
=
-11521.1
0.512559
0.483482
0.497692
0.288803
0.461563
0.122117
0.438456
0.09882
0.557569
0.508631
0.225111
b2 =
103.3086
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
0.329
valid
valid
valid
tidak
valid
Tidak
valid
tidak
Valid
valid
Tidak
-2.1416
-2.2666
-1.4541
1.358398
-2.1875
-0.40723
-1.50391
0.66016
-1.77441
-2.28516
-0.3291
197 Lampiran 4 PERHITUNGAN VALIDITAS SKALA PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PROGRAM KEAHLIAN Rumus :
rxy
2
2
2
2
Kriteria Butir angket Valid jika rxy > rtabel Perhitungan : berikut ini merupakan perhutungan validitas pada butir nomor 1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
X 5 4 4 5 4 5 3 5 4 4 4 5 4 4
Y 298 302 322 315 275 297 306 314 310 343 317 322 303 303
X² 25 16 16 25 16 25 9 25 16 16 16 25 16 16
Y² 88804 91204 103684 99225 75625 88209 93636 98596 96100 117649 100489 103684 91809 91809
XY 1490 1208 1288 1575 1100 1485 918 1570 1240 1372 1268 1610 1212 1212
15
4
262
16
68644
1048
16 17 18
5 5 5
312 316 268
25 25 25
97344 99856 71824
1560 1580 1340
19
3
294
9
86436
882
20 21 22
4 4 4
266 247 288
16 16 16
70756 61009 82944
1064 988 1152
198
Lampiran 4 23
4
271
16
73441
1084
24 25 26 27
5 5 4 4
289 280 308 284
25 25 16 16
83521 78400 94864 80656
1445 1400 1232 1136
28
4
286
16
81796
1144
29 30 31
4 5 4
311 310 280
16 25 16
96721 96100 78400
1244 1550 1120
32
4
266
16
70756
1064
33 34 35 36 Jml
5 4 4 1 151
306 297 332 214 10614
25 16 16 1 655
93636 88209 110224 45796 3151856
1530 1188 1328 214 44841
Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh :
( 36 x 44841 ) – (151 x 10614 ) rxy
=
rxy
=
0.460
Pada a = 5% dengan N= 36 diperoleh r tabel = 0,329 karena r xy > r tabel, maka angket No. 1 tersebut Valid.
199
Lampiran 5 PERHITUNGAN RELIABILITAS SKALA PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PROGRAM KEAHLIAN
Rumus :
k
r11
2 b 2 t
1
k 1
Kriteria : Apabila r11 > r tabel, maka angket tersebut reliabel Perhitungan : 1. Varians total 2 2 2 t
st 2
3151856
=
-
3129361.00
36
=
-11521.098
2. Varians butir
X
X
2
2
2 b
Ssb12 =
655
-
633.36
= -1.798
702.25
= -1.720
36
Ssb22 =
735
36
200
Lampiran 5 Ssb32 =
688
-
658.78
= -1.660
294.69
= -0.329
36
Ssb762 =
321
36
Ssb2 =
-103.309
3. Koefisien reliabilitas
r11
= =
76 76 – 1
1-
-103.309 -11521.098
1.004
Pada a = 5% dengan n = 36, diperoleh r tabel = 0.329 Karena r11 > r tabel maka dapat disimpulkan bahwa angket tersebut reliable
201
Lampiran 6 KISI-KISI SKALA PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PROGRAM KEAHLIAN No. 1.
Variabel Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian
Indikator 1. Kestabilan emosi
2. Mengelola mekanisme psikologis
3. Menekan frustasi pribadi
4. Pertimbangan rasional dan pengarahan diri
5. Kemampuan belajar
Deskriptor 1.1 Menenangkan diri 1.2 Mengelola emosi 1.3 Mengatasi dorongan emosi dalam bentuk penyaluran emosi dengan melakukan kegiatan positif 1.4 Mempertahankan sikap positif yang realistis terutama dalam menghadapi masa-masa sulit
Item Jumlah Item (+) (-) 2 1 2 3 3, 4 5 2 6 7
2
8
9
2.1 Kondisi psikologis stabil dalam menghadapi masalah 2.2 Memecahkan problem adaptif (penyesuaian) 2.3 Mengatur aktivitas fisiologis 3.1 Mengontrol dan mengendalikan frustasi secara sehat, wajar, dan profesional 3.2 Perasaan nyaman 3.3 Menyembunyikan dan menekan sikap frustasi 3.4 Bersaing secara sehat
2
10
11
2
12
13
3
14, 15
16
2
17
18
2 2
19 21
20 22
2
23
24
4.1 Melakukan perencanaan yang cermat dengan mempertimbangkan untung dan rugi 4.2 Memilih tindakan yang tepat
4
25, 26
2
29
5.1 Menyelesaikan tugas yang diberikan guru 5.2 Mengikuti pelajaran (produktif) dengan baik 5.3 Mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain 5.4 Semangat dalam
3
31, 32
2
34
35
3
36
37, 38
2
39
40
27, 28
30 33
202
Lampiran 6 mengikuti pelajaran (normatif, adaptif, produktif) 5.5 Berpartisipasi pada saat pelajaran berlangsung 5.6 Memusatkan perhatian terhadap pelajaran yang diikuti
2
41
42
4
43, 44
45, 46
6. Menghargai pengalaman
6.1 Belajar dari pengalaman 6.2 Toleran terhadap pengalaman yang traumatic
4 2
47, 48 51
49, 50 52
7. Bersikap realistik dan objektif
7.1 Mengenali dan menerima diri sendiri apa adanya 7.2 Bertindak sesuai dengan potensi-potensi positif 7.2 Bersikap terbuka dan menerima umpan balik 7.3 Menaati peraturan yang berlaku
2
53
54
4
55, 56
57, 58
3
59, 60
61
3
62
63, 64
203
Lampiran 7
SKALA PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PROGRAM KEAHLIAN
A. IDENTITAS Nama
:
NIS
:
Kelas
:
B. PETUNJUK PENGISIAN Skala ini disusun dan disebarkan dalam rangka kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk memperoleh data empiris deskripsi tingkat penyesuaian diri terhadap program keahlian melalui layanan bimbingan kelompok bagi siswa. Berikut ini terdapat 64 buah pernyataan. Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri Anda, dengan cara memberi tanda silang ( X ) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia, yaitu: SS : Sangat Sesuai, apabila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan. S
:
Sesuai, apabila pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan yang Anda
rasakan. KS : Kurang Sesuai, apabila pernyataan tersebut Kurang Sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan.
204
Lampiran 7 TS : Tidak Sesuai, apabila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan. STS : Sangat Tidak Sesuai, apabila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan. Setiap orang dapat mempunyai jawaban yang berbeda dan tidak ada jawaban yang dianggap salah, oleh karena itu pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda. Isilah semua pernyataan, jangan ada yang terlewati.
CONTOH:
No. 1.
Pilihan Jawaban
Pernyataan Saya marah jika ada orang meremehkan program keahlian saya
SS yang
S
KS
TS
STS
X
Dari jawaban Anda, berarti Anda sangat marah jika ada orang yang meremehkan program keahlian Anda
Akhirnya atas bantuan dan partisipasi Anda, kami mengucapkan terima kasih.
SELAMAT MENGERJAKAN
205 Lampiran 7
No.
Pernyataan
1.
Saya berusaha tenang saat praktek di (bisnis center, bank, bengkel, aksesoris komputer, dan receptionis) yang sesuai dengan program keahlian saya
2.
Saya tertekan ketika mengikuti mata pelajaran produktif
3.
Saya merasa senang dengan program keahlian yang saya ambil
4.
Saya merasa bangga dapat masuk pada program keahlian ini
5.
Saya tersinggung ketika ada yang mengatakan bahwa program keahlian yang saya ambil tidak menjajikan untuk prospek masa depan
6.
Saya lebih memilih praktek daripada teori
7.
Saya takut ketika produk/dagangan tidak habis terjual sesuai dengan target yang ditetapkan
8.
Saya tidak akan marah ketika guru-guru mengatakan bahwa siswa-siswayang masuk program keahlian saya tidak kompeten dibandingkan program keahlian lain
9.
Saya terbebani dengan nilai KKM mapel adaptif, normatif, dan produktif yang terlalu tinggi
10.
Saya tetap mengikuti pelajaran dengan baik apapun kondisinya
11.
Saya cemas ketika melakukan kesalahan dalam praktek
12.
Saya akan belajar dari orang lain untuk melatih keterampilan saya yang sesuai dengan program keahlian ini
13.
Saya stres tidak dapat mengikuti kompetensi dasar yang diberikan
SS
Pilihan Jawaban S KS TS
STS
206
Lampiran 7 14.
Saya dapat mengatur nafas dengan baik ketika melihat nilai adaptif, normatif, dan produktif kurang dari KKM
15.
Saya tidak mengeluh menjadi petugas (bisnis center, bank, bengkel, aksesoris komputer, dan receptionis) yang sesuai dengan program keahlian saya
16.
Jantung saya berdebar kencang ketika nama saya dipanggil dulu untuk praktek
17.
Saya senang mendapatkan pendidikan kecakapan hidup yang melatih kemandirian berwirausaha
18.
Saya frustasi mengikuti pelajaran kompetensi kejuruan
19.
Saya tenang saat menyelesaikan laporan hasil penjualan barang dagangan
20.
Saya grogi saat menawarkan barang dagangan kepada orang lain
21.
Saya selalu memperlihatkan kecintaan saya terhadap program keahlian ini pada orang lain
22.
Saya menunjukkan kekecewaan saya pada guru ketika nilai praktek saya jelek
23.
Saya tidak akan menghalalkan segala cara untuk memperoleh juara
24.
Saya berusaha untuk mendekati guru-guru agar memperoleh nilai lebih bagus dibanding teman lain
25.
Saya melakukan perencanaan yang cermat sebelum mengambil keputusan, yaitu memikirkan segala resiko dan keuntungan yang akan diperoleh
26.
Saya sudah memikirkan dengan matang sebelum memilih program keahlian ini
27.
Saya asal mengambil program keahlian ini tanpa memikirkan baik dan buruknya
207
Lampiran 7 28.
Saya mengambil program keahlian ini karena peminatnya banyak
29.
Saya konsisten memilih program keahlian ini dengan banyak berlatih keterampilan pada orang yang ahli
30.
Saya bersikap acuh belum memiliki jiwa wirausaha yang baik
31.
Saya mengumpulkan tugas pada waktunya
32.
Saya mengerjakan tugas baiknya
33.
Saya memilih menyalin tugas teman agar dapat mengumpulkan
34.
Saya mudah mengikuti produktif
35.
Saya kesulitan mengikuti mata pelajaran produktif apabila gurunya kurang produktif
36.
Saya merasa percaya diri saat mengerjakan ulangan
37.
Saya bertanya pada teman ketika menemukan soal yang rumit
38.
Saya mencari jawaban soal dari guru sebelum ulangan
39.
Saya selalu menanamkan motivasi yang tinggi dalam mengikuti pelajaran (normatif, adaptif, produktif)
40.
Saya mudah bosan ketika mengikuti pelajaran adaptif
41.
Saya aktif bertanya kepada guru apabila ada materi yang kurang jelas
42.
Saya memilih diam tidak menanyakan materi yang kurang paham
43.
Saya selalu memusatkan perhatian pada guru yang menyampaikan materi di depan
44.
Saya tetap fokus mengikuti pelajaran dari awal
dengan sebaik-
mata pelajaran
208
Lampiran 7 sampai selesai 45.
Ketika ada masalah, saya sulit fokus dengan pelajaran
46.
Pikiran saya buyar ketika menerima pelajaran produktif
47.
Saya belajar dari orang-orang sukses untuk menjadi pribadi yang kreatif, inovatif, produktif, dan kompetitif dalam menekuni program keahlian ini
48.
Saya memperoleh pelajaran yang berharga ketika bergabung menjadi petugas (bisnis center, bank, bengkel, aksesoris komputer, dan receptionis) yang sesuai dengan program keahlian saya
49.
Saya sering mengulangi kesalahan ketika praktek
50.
Saya sering salah menghitung untung dan rugi ketika menjual barang dagangan
51.
Saya akan belajar lebih keras lagi untuk memperoleh nilai praktek yang bagus
52.
Saya takut mengalami kegagalan lagi ketika praktek
53.
Saya mengenali dan memahami kekurangan yang saya miliki yang tidak sesuai dengan program keahlian ini
54.
Saya minder kurang kreatif, inovatif, produktif, dan kompetitif dalam program keahlian ini
55.
Setelah mendapatkan teori dari guru, saya mencoba praktek sendiri di rumah sebelum praktek di sekolah
56.
Saya harus menguasai komputer, bahasa inggris dan kewirausahaan dengan baik agar mahir dalam program keahlian ini
57.
Saya belum mampu menguasai kompetensi dasar yang harus dimiliki setiap program
209
Lampiran 7
keahlian 58.
Saya belum dapat memanfaatkan peluang yang ada dengan baik
59.
Saya bersikap terbuka dengan siapa saja ketika menjadi petugas ((bisnis center, bank, bengkel, aksesoris komputer, dan receptionis) yang sesuai dengan program keahlian saya
60.
Saya senang dikritik guru dan teman lain ketika melakukan kesalahan dalam praktek
61.
Saya acuh terhadap pendapat orang lain yang meremehkan program keahlian saya
62.
Saya selalu datang ke sekolah sebelum bel masuk
63.
Saya sering terlambat mengumpulkan laporan praktek
64.
Saya sering tidak ikut praktek di ((bisnis center, bank, bengkel, aksesoris komputer, dan receptionis) yang sesuai dengan program keahlian saya
Lampiran 8 HASIL UJI PRE TEST PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PROGRAM KEAHLIAN
No
1
R-01
MENGELOLA MEKANISME PSIKOLOGIS
KESTABILAN EMOSI
Kode Resp.
Jml 1
2
3
4
5
6
7
8
9
4
5
5
3
3
3
3
3
4
33
%
73.3333
Kriteria
T
jml
%
10
11
12
13
14
15
16
5
3
3
3
3
4
4
25
71.43
MENEKAN FRUSTASI PRIBADI
Kriteria
jml
%
kriteria
4
32
80.00
T
4
4
31
77.50
T
17
18
19
20
21
22
23
24
T
4
4
4
4
4
4
4
74.29
T
3
4
4
4
4
4
2
R-02
4
4
3
2
3
2
3
4
3
28
62.2222
S
4
3
3
3
5
4
4
26
3
R-03
5
2
4
2
3
4
5
4
4
33
73.3333
T
5
2
2
3
5
3
5
25
71.43
T
1
1
1
1
5
3
3
5
20
50.00
R
2
18
51.43
R
2
3
5
3
4
3
5
4
29
72.50
T
4
27
77.14
T
1
4
4
4
5
3
4
4
29
72.50
T
4
30
85.71
ST
1
1
1
1
1
5
5
5
20
50.00
R
42.86
R
3
1
1
1
1
1
4
4
16
40.00
R
4 5 6
R-04 R-05 R-06
5 4 4
5 5 5
5 5 4
5 5 4
3 4 3
2 4 4
2 5 4
5 4 4
2 3 3
34 39 35
75.5556 86.6667 77.7778
T ST T
1 4 4
2 3 4
5 4 4
2 4 4
2 5 5
4 3 5
7
R-07
2
3
2
3
2
5
1
1
1
20
44.4444
R
1
4
1
3
2
2
2
15
8
R-08
4
4
5
5
2
5
2
2
2
31
68.8889
T
4
4
5
4
1
1
4
23
65.71
S
2
1
5
2
1
2
3
4
20
50.00
R
9
R-09
1
2
3
2
3
3
3
2
2
21
46.6667
R
2
2
3
1
4
5
3
20
57.14
S
4
4
1
4
1
2
2
2
20
50.00
R
1
15
42.86
R
5
1
3
2
2
5
1
2
21
52.50
S
3
22
62.86
S
1
1
2
5
1
1
4
2
17
42.50
R
48.57
R
4
1
5
4
1
1
1
4
21
52.50
S
10 11
R-10 R-11
4 4
4 5
4 5
4 3
4 5
4 4
4 3
4 4
4 4
36 37
80 82.2222
T T
2 3
2 3
2 3
2 5
5 1
1 4
12
R-12
4
4
5
5
5
5
1
1
3
33
73.3333
T
5
3
1
1
1
1
5
17
13
R-13
4
4
3
3
3
1
2
4
2
26
57.7778
S
5
5
5
5
5
3
5
33
94.29
ST
3
4
3
4
3
4
2
3
26
65.00
S
14
R-14
4
4
3
3
2
5
4
4
4
33
73.3333
T
5
1
1
5
1
1
1
15
42.86
R
1
4
4
4
4
4
4
4
29
72.50
T
5
27
77.14
T
1
3
4
1
1
1
4
4
19
47.50
R
4
26
74.29
T
1
4
3
1
5
1
3
4
22
55.00
S
1
11
31.43
SR
1
1
1
2
2
2
2
1
12
30.00
SR
74.29
T
4
4
4
4
1
4
1
1
23
57.50
S
57.14
S
3
4
1
1
1
4
4
1
19
47.50
R
15 16 17
R-15 R-16 R-17
5 2 1
2 3 1
5 5 2
4 5 2
1 2 1
5 4 3
4 4 2
3 3 1
2 4 3
31 32 16
68.8889 71.1111 35.5556
T T SR
5 4 1
5 4 4
5 3 1
5 4 1
1 4 1
1 3 2
18
R-18
4
4
5
3
4
4
2
4
4
34
75.5556
T
5
4
3
4
5
1
4
26
19
R-19
4
4
5
5
4
5
2
4
5
38
84.4444
ST
5
5
1
3
1
4
1
20
210
Lampiran 8 20
R-20
1
3
2
2
2
4
1
1
4
20
44.4444
R
4
4
4
3
4
4
4
27
77.14
T
5
5
2
4
1
5
1
1
24
60.00
S
21
R-21
5
4
1
1
4
1
3
1
4
24
53.3333
S
1
3
4
3
4
4
4
23
65.71
S
5
1
1
1
1
4
1
3
17
42.50
R
3
25
71.43
T
4
4
1
5
5
5
1
1
26
65.00
S
4
24
68.57
T
4
4
1
4
4
4
1
1
23
57.50
S
54.29
S
3
4
4
4
1
1
1
1
19
47.50
R
22 23
R-22 R-23
3 2
1 2
4 5
5 1
3 1
2 1
2 4
1 4
3 1
24 21
53.3333 46.6667
S R
4 5
4 4
4 1
2 4
3 5
5 1
24
R-24
3
5
1
4
3
4
2
3
5
30
66.6667
S
2
3
4
3
1
4
2
19
25
R-25
1
1
1
1
5
5
1
1
5
21
46.6667
R
4
3
5
1
4
4
5
26
74.29
T
4
4
4
1
1
1
1
1
17
42.50
R
26
R-26
5
5
5
3
5
4
3
4
2
36
80
T
5
5
4
2
5
2
2
25
71.43
T
3
4
4
4
3
4
1
3
26
65.00
S
2
24
68.57
T
4
4
5
4
4
4
4
1
30
75.00
T
1
21
60.00
S
4
4
4
4
3
4
5
3
31
77.50
T
57.14
S
4
4
4
4
3
4
4
3
30
75.00
T
27 28
R-27 R-28
1 5
5 5
1 1
1 1
1 5
1 5
1 1
5 1
4 4
20 28
44.4444 62.2222
R S
5 5
5 5
5 5
5 2
1 1
1 2
29
R-29
3
4
4
3
4
4
3
5
5
35
77.7778
T
2
1
5
1
5
1
5
20
30
R-30
3
4
5
1
4
5
3
5
4
34
75.5556
T
5
1
5
1
5
1
5
23
65.71
S
4
4
4
3
1
4
5
3
28
70.00
T
31
R-31
1
3
3
1
2
4
2
1
5
22
48.8889
R
4
4
4
3
4
4
4
27
77.14
T
4
4
3
5
1
5
1
1
24
60.00
S
3
22
62.86
S
4
4
4
1
1
5
1
1
21
52.50
S
2
17
48.57
R
4
1
1
1
2
5
2
3
19
47.50
R
1
20
57.14
S
4
5
4
3
2
4
1
1
24
60.00
S
77.14
T
4
4
1
1
1
1
3
1
16
40.00
R
32 33 34
R-32 R-33 R-34
5 4 4
2 4 1
2 3 3
3 2 3
3 3 3
1 4 3
3 1 3
4 1 1
3 1 1
26 23 22
57.7778 51.1111 48.8889
S R R
4 1 5
3 1 5
4 5 1
2 2 3
3 4 1
3 2 4
35
R-35
4
4
1
2
3
1
3
2
2
22
48.8889
R
5
5
5
5
1
5
1
27
36
R-36
4
5
2
2
2
4
2
3
3
27
60
S
4
4
4
5
1
5
1
24
68.57
T
4
4
4
4
1
1
1
1
20
50.00
R
37
R-37
4
2
2
3
2
5
5
1
3
27
60
S
2
1
1
3
2
4
2
15
42.86
R
3
5
1
1
3
4
4
1
22
55.00
S
2
16
45.71
R
4
4
5
4
4
5
4
3
33
82.50
T
4
25
71.43
T
3
3
4
4
3
3
4
3
27
67.50
S
62.86
S
5
5
1
1
1
4
1
1
19
47.50
R
38 39
R-38 R-39
4 5
4 1
1 1
2 2
4 2
1 5
4 5
1 1
1 1
22 23
48.8889 51.1111
R R
2 4
2 4
1 4
4 3
1 4
4 2
40
R-40
2
2
4
1
1
4
2
4
1
21
46.6667
R
4
4
4
1
4
1
4
22
41
R-41
3
4
1
3
1
4
1
3
3
23
51.1111
R
4
4
4
4
1
4
4
25
71.43
T
4
3
1
1
1
4
2
3
19
47.50
R
42
R-42
4
3
2
2
1
1
4
1
5
23
51.1111
R
4
3
4
4
1
1
1
18
51.43
R
4
4
4
4
3
3
4
3
29
72.50
T
211
Lampiran 8 43
R-43
4
1
1
4
4
1
4
5
4
28
62.2222
S
4
4
4
1
1
1
1
16
45.71
R
5
4
1
5
2
2
5
5
29
72.50
T
44
R-44
4
3
1
2
3
1
3
1
5
23
51.1111
R
5
4
5
4
1
2
1
22
62.86
S
4
1
2
4
5
4
5
5
30
75.00
T
1
17
48.57
R
4
4
2
5
1
5
5
1
27
67.50
S
5
17
48.57
R
4
4
4
5
1
2
5
5
30
75.00
T
48.57
R
5
5
4
1
2
1
4
4
26
65.00
S
45 46
R-45 R-46
5 4
5 5
5 4
1 3
1 4
5 2
1 2
4 4
1 1
28 29
62.2222 64.4444
S S
5 4
5 1
1 1
3 2
1 1
1 3
47
R-47
5
1
1
1
5
4
1
1
1
20
44.4444
R
5
2
5
1
1
1
2
17
48
R-48
1
5
5
1
1
4
4
1
2
24
53.3333
S
1
2
4
2
3
2
4
18
51.43
R
1
4
4
5
1
4
5
5
29
72.50
T
49
R-49
2
1
1
3
2
1
2
1
2
15
33.3333
SR
2
1
1
1
2
1
4
12
34.29
SR
4
1
1
2
1
1
2
1
13
32.50
SR
3
28
80.00
T
1
4
4
5
5
4
3
4
30
75.00
T
3
24
68.57
T
2
5
2
2
1
5
1
5
23
57.50
S
60.00
S
5
1
1
2
2
1
1
5
18
45.00
R
50 51
R-50 R-51
4 4
3 3
4 4
4 4
4 4
4 4
3 4
4 3
5 4
35 34
77.7778 75.5556
T T
5 4
3 4
4 4
5 4
5 3
3 2
52
R-52
4
2
3
5
3
1
1
3
5
27
60
S
2
3
5
2
4
2
3
21
53
R-53
1
4
5
1
4
1
4
1
5
26
57.7778
S
5
5
5
5
5
5
3
33
94.29
ST
2
1
2
1
5
1
1
5
18
45.00
R
54
R-54
4
3
1
4
2
2
2
3
1
22
48.8889
R
4
3
4
5
5
5
4
30
85.71
ST
1
5
1
5
1
5
1
5
24
60.00
S
3
28
80.00
T
1
5
1
5
1
5
1
5
24
60.00
S
2
17
48.57
R
3
4
4
4
4
4
3
5
31
77.50
T
2
28
80.00
T
2
3
3
3
4
4
3
4
26
65.00
S
37.14
R
2
4
2
2
4
2
1
1
18
45.00
R
55 56 57
R-55 R-56 R-57
5 4 5
1 2 5
4 5 1
4 2 1
5 2 2
5 1 2
4 5 1
3 1 1
4 5 5
35 27 23
77.7778 60 51.1111
T S R
4 4 4
4 1 4
4 2 4
5 3 4
4 2 5
4 3 5
58
R-58
5
2
1
2
1
5
1
1
5
23
51.1111
R
1
1
1
2
3
2
3
13
59
R-59
5
1
5
1
5
1
5
1
5
29
64.4444
S
4
5
4
4
4
4
4
29
82.86
T
3
1
4
1
4
5
3
5
26
65.00
S
60
R-60
5
1
5
1
5
1
5
1
5
29
64.4444
S
4
5
4
5
5
3
5
31
88.57
ST
5
1
5
1
5
1
2
1
21
52.50
S
5
31
88.57
ST
5
1
5
1
4
1
4
1
22
55.00
S
1
27
77.14
T
3
2
4
2
4
3
2
1
21
52.50
S
91.43
ST
4
1
4
2
2
4
2
2
21
52.50
S
61 62
R-61 R-62
4 4
3 2
4 3
4 3
4 3
4 4
4 4
3 3
5 4
35 30
77.7778 66.6667
T S
4 5
4 4
4 5
4 5
5 5
5 2
63
R-63
5
2
4
2
2
4
2
1
1
23
51.1111
R
5
5
5
5
5
4
3
32
64
R-64
1
3
1
4
1
4
5
3
5
27
60
S
5
4
5
4
4
2
4
28
80.00
T
3
4
2
4
2
4
3
4
26
65.00
S
65
R-65
5
5
1
5
1
5
1
2
1
26
57.7778
S
4
4
4
4
5
2
1
24
68.57
T
1
4
1
4
1
4
3
4
22
55.00
S
212
Lampiran 8 66
R-66
4
5
1
5
1
4
1
4
1
26
57.7778
S
4
3
4
4
2
3
4
24
68.57
T
4
1
4
4
1
4
4
4
26
65.00
S
67
R-67
1
3
2
4
2
4
3
2
1
22
48.8889
R
2
2
1
5
2
5
2
19
54.29
S
4
4
1
1
5
1
1
4
21
52.50
S
5
17
48.57
R
2
4
5
1
1
5
1
5
24
60.00
S
5
15
42.86
R
2
5
2
1
5
1
1
5
22
55.00
S
51.43
R
2
1
1
5
1
4
3
1
18
45.00
R
68 69
R-68 R-69
1 4
4 3
1 4
4 2
2 4
2 2
4 4
2 3
2 4
22 30
48.8889 66.6667
R S
4 5
1 1
1 1
4 1
1 1
1 1
70
R-70
4
1
4
1
4
1
4
3
4
26
57.7778
S
4
2
2
2
2
5
1
18
71
R-71
4
4
1
4
4
1
4
4
4
30
66.6667
S
1
4
1
4
3
2
1
16
45.71
R
4
5
4
4
4
4
2
5
32
80.00
T
72
R-72
2
4
4
1
1
5
1
1
4
23
51.1111
R
1
4
1
1
1
2
2
12
34.29
SR
5
3
4
5
5
3
3
3
31
77.50
T
4
27
77.14
T
4
4
4
4
3
2
3
1
25
62.50
S
4
27
77.14
T
2
3
5
2
4
2
3
1
22
55.00
S
74.29
T
5
5
5
5
5
5
3
1
34
85.00
ST
73 74
R-73 R-74
2 2
2 2
4 5
5 2
1 1
1 5
5 1
1 1
5 5
26 24
57.7778 53.3333
S S
4 4
3 4
4 4
5 4
4 4
3 3
75
R-75
5
2
1
1
5
1
4
3
1
23
51.1111
R
3
4
4
3
5
4
3
26
76
R-76
4
4
5
4
4
4
4
2
5
36
80
T
2
2
1
3
4
3
3
18
51.43
R
4
3
4
5
5
5
4
3
33
82.50
T
77
R-77
5
2
2
2
5
2
5
2
1
26
57.7778
S
1
2
3
4
4
5
3
22
62.86
S
4
4
4
5
4
4
3
2
30
75.00
T
2
11
31.43
SR
1
2
1
1
3
2
2
2
14
35.00
SR
4
24
68.57
T
2
5
3
4
5
5
3
3
30
75.00
T
4
23
65.71
S
3
4
4
4
4
3
2
3
27
67.50
S
71.43
T
2
2
3
5
2
4
2
3
23
57.50
S
78 79 80
R-78 R-79 R-80
2 5 1
3 2 5
2 1 1
3 3 5
3 4 1
1 4 2
1 4 2
2 2 4
4 4 4
21 29 25
46.6667 64.4444 55.5556
R S S
1 3 2
2 3 3
1 3 4
3 4 3
1 3 3
1 4 4
81
R-81
4
4
4
4
5
5
4
3
4
37
82.2222
T
4
5
4
4
2
4
2
25
82
R-82
3
4
3
3
2
3
4
2
1
25
55.5556
S
2
2
5
2
2
5
1
19
54.29
S
2
5
5
5
5
5
5
3
35
87.50
ST
83
R-83
2
3
2
3
3
1
1
2
4
21
46.6667
R
4
5
4
3
4
4
4
28
80.00
T
3
4
3
4
5
5
5
4
33
82.50
T
4
28
80.00
T
2
4
4
4
5
4
4
3
30
75.00
T
5
17
48.57
R
5
2
1
3
4
4
4
2
25
62.50
S
48.57
R
1
5
1
5
1
2
2
4
21
52.50
S
84 85
R-84 R-85
2 4
4 3
3 4
2 2
1 1
2 5
3 3
3 2
4 1
24 25
53.3333 55.5556
S S
4 5
4 1
4 1
3 1
4 2
5 2
86
R-86
2
3
1
1
4
1
2
1
2
17
37.7778
R
5
2
2
2
2
2
2
17
87
R-87
2
3
5
1
2
3
1
4
5
26
57.7778
S
3
3
2
2
1
5
4
20
57.14
S
4
4
4
4
5
5
4
3
33
82.50
T
88
R-88
1
2
4
5
2
3
1
2
1
21
46.6667
R
4
4
4
4
4
5
4
29
82.86
T
3
4
3
3
2
3
4
2
24
60.00
S
213
Lampiran 8 89
R-89
2
3
1
3
4
1
1
2
1
18
40
R
4
3
4
4
4
5
4
28
80.00
T
4
4
4
4
4
5
4
2
31
77.50
T
90
R-90
2
3
1
3
4
3
2
2
1
21
46.6667
R
5
1
1
3
5
1
1
17
48.57
R
4
3
4
4
4
5
4
3
31
77.50
T
2
13
37.14
R
1
1
2
2
1
1
1
3
12
30.00
SR
2
12
34.29
SR
2
2
1
1
2
1
2
2
13
32.50
SR
51.43
R
1
1
2
1
3
4
1
1
14
35.00
SR
91 92
R-91 R-92
1 2
3 2
1 2
2 3
3 1
1 1
3 2
1 2
1 1
16 16
35.5556 35.5556
SR SR
1 1
3 1
1 2
1 3
2 1
3 2
93
R-93
1
1
2
1
2
3
1
1
4
16
35.5556
SR
3
3
3
2
4
1
2
18
94
R-94
3
4
1
2
3
4
2
1
1
21
46.6667
R
2
4
1
1
3
1
2
14
40.00
R
1
1
2
3
1
2
1
1
12
30.00
SR
95
R-95
1
4
1
4
1
5
1
5
1
23
51.1111
R
2
2
1
2
1
2
1
11
31.43
SR
3
4
2
1
3
2
2
2
19
47.50
R
1
16
45.71
R
3
1
1
1
1
1
4
1
13
32.50
SR
1
9
25.71
SR
4
1
1
1
1
1
1
1
11
27.50
SR
96 97
R-96 R-97
3 5
1 2
1 1
3 1
1 1
1 1
1 2
2 2
1 1
14 16
31.1111 35.5556
SR SR
4 1
2 1
1 1
1 2
4 1
3 2
214
Lampiran 8 PERTIMBANGAN RASIONAL DAN PENGARAHAN DIRI
kriteria Jml
%
25
26
27
28
29
30
5
4
3
4
5
1
22
73.33
5
5
1
3
1
4
19
4
4
4
3
4
4
1
3
4
3
4
4
4
4
2
5
4
1
2
3
4
KEMAMPUAN BELJAR
kriteria 31
32
T
5
4
63.33
S
5
5
23
76.67
T
4
4
4
19
63.33
S
1
3
3
5
22
73.33
T
4
4
4
5
1
20
66.67
S
5
4
4
3
1
4
17
56.67
S
2
3
3
5
1
4
4
21
70.00
T
4
3
5
5
4
2
5
2
23
76.67
T
5
5
5
5
5
5
1
1
22
73.33
T
5
5
2
5
1
1
5
3
17
56.67
S
5
3
2
1
4
1
5
1
14
46.67
R
4
4
5
5
4
5
4
1
24
80.00
T
2
3
5
5
5
1
5
5
26
86.67
ST
5
5
5
4
1
5
5
1
21
70.00
T
4
3
5
5
5
2
5
2
24
80.00
T
4
4
2
1
1
4
1
1
10
33.33
SR
4
1
2
2
1
5
2
5
17
56.67
S
4
4
5
4
3
4
5
1
22
73.33
T
3
4
Jml
%
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
4
5
1
1
1
1
3
4
1
1
1
4
1
40
50.00
3
1
4
4
1
1
1
4
1
4
1
1
4
41
3
4
4
5
1
4
1
1
1
1
5
4
5
3
4
4
2
1
1
2
5
1
5
2
5
2
3
5
1
4
1
1
4
3
1
1
4
5
1
4
1
1
4
2
1
2
3
1
4
5
5
1
1
4
5
1
4
4
1
1
5
1
2
2
5
2
4
4
2
4
5
1
1
4
1
1
5
5
3
1
1
4
3
2
1
2
4
2
5
5
5
MENGHARGAI PENGALAMAN
kriteria
Jml
%
47
48
49
50
51
52
R
5
4
3
4
5
1
22
73.33
51.25
R
5
5
1
3
1
4
19
63.33
51
63.75
S
4
4
4
3
4
4
23
76.67
5
48
60.00
S
1
3
4
3
4
4
19
63.33
1
4
43
53.75
S
4
4
4
2
3
5
22
73.33
4
1
5
45
56.25
S
5
4
1
4
5
1
20
66.67
5
5
5
5
58
72.50
T
2
3
4
3
1
4
17
56.67
2
2
1
4
4
44
55.00
S
4
3
5
1
4
4
21
70.00
4
2
1
1
1
1
47
58.75
S
5
5
4
2
5
2
23
76.67
4
4
4
2
4
4
4
54
67.50
S
5
5
5
5
1
1
22
73.33
2
1
4
2
4
1
1
5
47
58.75
S
5
3
4
5
5
3
25
83.33
1
5
5
4
2
1
1
1
5
47
58.75
S
4
4
4
4
3
2
21
70.00
1
1
1
2
1
1
4
2
1
4
36
45.00
R
2
3
5
2
4
2
18
60.00
5
5
1
1
1
1
2
2
5
1
1
50
62.50
S
3
3
3
5
2
5
21
70.00
5
5
4
1
1
4
4
2
4
1
4
1
52
65.00
S
4
3
4
5
5
5
26
86.67
5
4
4
1
1
3
2
1
3
3
4
1
2
46
57.50
S
4
4
4
5
4
4
25
83.33
4
4
1
1
1
3
3
1
1
2
2
3
3
36
45.00
R
1
1
2
1
2
1
8
26.67
4
1
4
1
5
4
3
4
5
1
3
5
3
55
68.75
T
5
4
3
4
5
1
22
73.33
1
1
4
4
5
5
1
3
1
4
1
4
5
47
58.75
S
5
5
1
3
1
4
19
63.33
T
T S
S
T
T
S
S
T
T
S
S
S
S
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
S
S
T
T
ST
ST
T
T
SR T
SR T
S
S
T
215
Lampiran 8 T 5
5
1
3
1
4
19
63.33
S
5
5
4
4
4
3
4
4
23
76.67
T
5
1
1
3
4
3
4
4
19
63.33
S
4
4
4
4
4
2
3
5
22
73.33
T
4
4
5
4
1
4
5
1
20
66.67
S
3
4
2
3
4
3
1
4
17
56.67
S
4
4
4
3
5
1
4
4
21
70.00
T
3
4
5
5
4
2
5
2
23
76.67
T
4
4
5
5
5
5
1
1
22
73.33
T
4
4
5
3
4
5
5
3
25
83.33
T
4
4
4
4
4
4
3
2
21
70.00
T
4
4
2
3
5
2
4
2
18
60.00
S
4
4
5
5
5
5
5
5
30
100.00
ST
4
4
4
3
4
5
5
5
26
86.67
ST
4
1
4
4
4
5
4
4
25
83.33
T
4
5
4
1
2
3
2
3
15
50.00
R
4
4
4
4
4
4
5
5
26
86.67
ST
4
4
4
5
5
2
3
2
21
70.00
T
3
5
4
5
4
4
4
4
25
83.33
T
4
4
4
4
2
5
1
1
17
56.67
S
5
1
5
5
4
2
5
2
23
76.67
T
4
1
S 4
1
5
1
4
4
4
3
4
4
5
1
5
57
71.25
T
4
4
4
3
4
4
23
76.67
1
1
4
1
1
3
4
3
4
4
1
2
4
40
50.00
R
1
3
4
3
4
4
19
63.33
5
5
5
1
4
4
4
2
3
5
3
2
1
53
66.25
S
4
4
4
2
3
5
22
73.33
4
4
4
1
5
4
1
4
5
1
2
4
4
52
65.00
S
5
4
1
4
5
1
20
66.67
4
1
1
1
2
3
4
3
1
4
4
1
4
44
55.00
S
2
3
4
3
1
4
17
56.67
1
1
1
1
4
3
5
1
4
4
4
1
1
43
53.75
S
4
3
5
1
4
4
21
70.00
4
3
4
1
5
5
4
2
5
2
1
2
1
50
62.50
S
5
5
4
2
5
2
23
76.67
4
4
4
4
5
5
5
5
1
1
2
2
5
60
75.00
T
5
5
5
5
1
1
22
73.33
4
3
4
5
5
3
4
5
5
3
1
1
1
56
70.00
T
2
5
1
1
5
3
17
56.67
4
3
4
4
4
4
4
4
3
2
2
1
1
52
65.00
S
2
1
4
1
5
1
14
46.67
3
1
4
5
2
3
5
2
4
2
4
1
1
49
61.25
S
5
5
4
5
4
1
24
80.00
5
1
5
1
5
5
5
5
5
5
1
4
1
59
73.75
T
5
2
5
1
2
5
20
66.67
1
1
5
1
4
3
4
5
5
5
5
1
1
53
66.25
S
5
4
1
5
5
1
21
70.00
1
2
5
2
4
4
4
5
4
4
1
1
4
47
58.75
S
5
5
5
2
5
2
24
80.00
3
2
4
1
1
2
1
2
1
1
2
1
1
35
43.75
R
4
4
5
4
4
4
25
83.33
1
1
1
3
1
1
1
1
1
4
5
4
4
37
46.25
R
4
4
4
4
3
4
23
76.67
4
1
1
1
1
3
1
4
3
3
4
3
4
45
56.25
S
4
4
4
4
3
4
23
76.67
1
3
4
4
1
3
1
1
3
1
5
1
2
39
48.75
R
4
4
4
3
1
4
20
66.67
4
4
1
1
1
5
4
1
1
1
1
1
4
38
47.50
R
4
4
3
5
1
5
22
73.33
5
5
1
1
4
1
1
1
1
1
5
1
1
35
43.75
R
4
4
4
1
1
5
19
63.33
1
1
3
1
2
5
2
2
3
2
5
1
1
39
48.75
R
4
1
1
1
2
5
14
46.67
S
T
T
S
S
S
S
T
T
T
T
T
T
S
S
R
R
T
T
S
S
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
S
S
T
T
S
S
R
R
T
216
Lampiran 8 T 5
5
5
5
1
1
22
73.33
T
4
1
5
5
5
2
1
2
20
66.67
S
4
4
5
5
5
5
5
1
26
86.67
ST
4
1
5
1
5
1
5
1
18
60.00
S
5
4
4
4
4
3
4
4
23
76.67
T
5
4
4
3
4
1
1
3
16
53.33
S
2
1
5
1
5
4
1
4
20
66.67
S
4
4
2
5
5
5
4
3
24
80.00
T
1
1
2
1
2
1
1
2
9
30.00
SR
2
1
5
3
4
5
5
3
25
83.33
T
5
5
4
4
4
4
3
2
21
70.00
T
1
1
2
3
5
2
4
2
18
60.00
S
3
3
5
5
5
5
5
5
30
100.00
ST
4
4
4
3
4
5
5
5
26
86.67
ST
4
4
4
4
4
5
4
4
25
83.33
T
4
3
4
1
2
3
2
3
15
50.00
R
4
2
4
4
4
4
5
5
26
86.67
ST
3
1
1
1
1
2
3
2
10
33.33
SR
1
2
4
5
4
4
4
4
25
83.33
T
5
1
4
5
4
5
5
3
26
86.67
ST
2
3
4
4
4
4
5
5
26
86.67
ST
4
1
T 1
1
1
1
3
5
4
1
1
1
3
4
1
36
45.00
R
4
4
5
4
4
4
25
83.33
3
4
3
1
1
1
1
1
1
4
4
4
4
44
55.00
S
4
4
4
4
3
4
23
76.67
4
1
2
1
2
4
4
1
1
2
2
1
1
32
40.00
R
4
4
4
4
3
4
23
76.67
2
2
2
1
2
1
1
1
1
2
5
4
4
41
51.25
R
4
4
4
3
1
4
20
66.67
5
4
4
1
1
1
1
1
1
1
5
4
5
47
58.75
S
4
4
3
5
1
5
22
73.33
1
3
1
1
1
4
1
4
1
4
1
3
1
30
37.50
R
4
4
4
5
1
5
23
76.67
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
5
2
5
32
40.00
R
4
1
5
5
2
5
22
73.33
2
2
4
2
3
1
3
2
3
2
4
1
1
36
45.00
R
4
5
4
3
2
4
22
73.33
1
2
1
1
1
1
2
1
1
1
4
4
1
28
35.00
SR
4
1
2
1
2
1
11
36.67
1
1
4
4
1
1
4
1
1
1
1
3
4
38
47.50
R
5
4
3
4
5
1
22
73.33
1
1
3
2
4
2
4
4
2
2
1
3
1
36
45.00
R
5
5
1
3
1
4
19
63.33
4
2
2
2
3
3
2
3
2
4
2
4
4
46
57.50
S
4
4
4
3
4
4
23
76.67
4
3
1
1
4
2
2
5
2
1
3
1
1
42
52.50
S
1
3
4
3
4
4
19
63.33
2
2
4
2
1
5
5
5
3
1
4
1
1
46
57.50
S
4
4
4
2
3
5
22
73.33
4
5
4
4
4
4
3
1
1
1
1
1
1
46
57.50
S
5
4
1
4
5
1
20
66.67
4
5
4
5
5
3
4
4
1
5
1
5
1
57
71.25
T
2
3
4
3
1
4
17
56.67
4
4
4
4
5
5
1
5
4
1
4
1
5
56
70.00
T
4
3
5
1
4
4
21
70.00
5
4
5
5
5
2
5
5
3
1
5
1
4
58
72.50
T
5
5
4
2
5
2
23
76.67
5
5
5
5
5
4
5
1
1
1
3
5
5
61
76.25
T
5
5
5
5
1
1
22
73.33
5
4
5
4
4
2
1
5
5
1
1
5
2
53
66.25
S
2
5
1
1
5
3
17
56.67
4
4
4
4
5
2
5
1
2
1
1
1
5
48
60.00
S
2
1
4
1
5
1
14
46.67
T
T
T
S
S
T
T
T
T
T
T
T
T
R T
R T
S
S
T
T
S
S
T
T
S
S
S
S
T
T
T
T
T
T
S
S
R
R
T
217
Lampiran 8 T 5
4
5
5
5
2
26
86.67
ST
4
1
5
5
5
5
5
4
29
96.67
ST
4
1
5
4
5
4
4
2
24
80.00
T
5
3
4
4
4
4
5
2
23
76.67
T
5
5
4
3
4
4
2
3
20
66.67
S
1
3
2
4
3
3
2
5
19
63.33
S
4
3
3
3
3
4
3
4
20
66.67
S
4
5
2
3
4
3
3
4
19
63.33
S
2
4
4
5
4
4
2
4
23
76.67
T
2
4
2
2
5
2
2
5
18
60.00
S
2
4
4
5
4
3
4
4
24
80.00
T
2
5
4
4
4
3
4
5
24
80.00
T
1
5
1
4
1
1
2
2
11
36.67
R
2
5
2
5
1
3
2
5
18
60.00
S
1
4
2
4
2
3
2
2
15
50.00
R
3
3
2
2
1
1
1
1
8
26.67
SR
3
1
1
1
2
2
3
1
10
33.33
SR
3
1
3
3
3
4
3
4
20
66.67
S
4
3
2
3
4
3
3
4
19
63.33
S
3
1
4
5
4
4
2
4
23
76.67
T
1
1
2
2
5
2
2
5
18
60.00
S
2
2
S 1
1
5
5
1
3
1
4
1
3
1
4
1
41
51.25
R
5
5
4
5
4
1
24
80.00
5
1
4
4
4
3
4
4
3
1
4
1
1
48
60.00
S
5
2
2
1
5
5
20
66.67
1
3
1
3
4
3
4
4
2
2
2
5
5
52
65.00
S
5
4
1
5
5
1
21
70.00
5
4
4
4
4
2
3
5
2
2
4
2
1
57
71.25
T
5
5
5
2
5
2
24
80.00
1
1
5
4
1
4
5
1
1
2
4
5
4
47
58.75
S
2
5
5
2
2
1
17
56.67
4
5
2
3
4
3
1
4
4
4
3
3
5
56
70.00
T
3
5
5
2
2
2
19
63.33
4
1
4
3
5
1
4
4
3
1
2
2
5
49
61.25
S
2
3
1
2
3
5
16
53.33
4
4
4
4
4
2
5
2
3
4
2
1
2
52
65.00
S
2
4
4
4
3
5
22
73.33
4
5
5
3
5
5
1
1
3
4
3
3
4
57
71.25
T
2
5
1
3
2
5
18
60.00
4
4
5
5
4
5
5
3
4
3
4
3
2
61
76.25
T
3
4
2
3
2
2
16
53.33
5
5
5
2
4
4
3
2
2
3
4
4
1
55
68.75
T
3
2
3
5
3
5
21
70.00
5
5
5
4
5
2
4
2
4
2
3
2
3
57
71.25
T
5
1
2
5
3
5
21
70.00
5
4
4
2
5
5
5
5
2
1
2
2
4
57
71.25
T
2
2
4
4
4
4
20
66.67
4
4
5
2
4
5
5
5
3
3
4
2
2
57
71.25
T
1
4
3
4
4
4
20
66.67
2
3
4
4
4
5
4
4
2
4
2
2
4
52
65.00
S
2
3
3
4
3
4
19
63.33
1
1
1
4
2
3
4
1
2
3
2
4
37
46.25
R
1
2
5
2
1
2
13
43.33
1
1
1
2
1
3
1
2
1
4
1
1
1
26
32.50
SR
2
2
1
1
2
1
9
30.00
5
4
4
4
4
2
2
1
3
4
1
2
3
50
62.50
S
4
4
5
4
4
4
25
83.33
5
4
5
5
3
2
4
3
2
1
3
3
2
50
62.50
S
4
4
4
4
3
4
23
76.67
4
4
4
5
5
2
2
2
1
3
4
3
3
48
60.00
S
4
4
4
4
3
4
23
76.67
4
5
5
5
2
3
3
4
1
2
3
3
2
51
63.75
S
4
4
4
3
1
4
20
66.67
S
T
T
T
T
S
S
S
S
S
S
T
T
S
S
S
S
T
T
T
T
S
S
S
S
S
S R
R
3
SR T
SR T
T
T
T
T
S
S
T
218
Lampiran 8 T 4
5
4
3
4
4
24
80.00
T
2
2
4
4
4
3
4
5
24
80.00
T
3
1
5
5
5
5
5
5
30
100.00
ST
1
2
4
3
4
5
5
5
26
86.67
ST
4
5
4
4
4
5
4
4
25
83.33
T
4
5
2
1
3
4
4
4
18
60.00
S
4
4
5
1
5
1
2
2
16
53.33
S
5
4
4
4
4
5
5
4
26
86.67
ST
5
5
1
3
1
1
3
1
10
33.33
SR
2
1
1
2
1
1
2
2
9
30.00
SR
2
1
3
4
2
1
2
2
14
46.67
R
1
2
1
2
3
1
4
2
13
43.33
R
3
2
2
3
1
1
1
2
10
33.33
SR
3
4
1
2
1
1
1
3
9
30.00
SR
2
3
S 5
5
5
5
4
3
3
1
2
3
4
1
4
54
67.50
S
4
4
3
5
1
5
22
73.33
4
5
4
4
2
5
3
2
1
2
3
3
2
49
61.25
S
4
4
4
1
1
5
19
63.33
4
4
4
5
2
4
2
2
5
2
1
2
2
46
57.50
S
4
1
1
1
2
5
14
46.67
4
4
4
3
3
4
5
4
4
4
4
1
1
58
72.50
T
4
5
4
3
2
4
22
73.33
5
5
3
1
1
4
5
4
5
5
3
2
4
60
75.00
T
1
4
4
5
1
1
16
53.33
4
5
5
1
1
4
4
4
4
5
5
5
3
62
77.50
T
1
5
1
1
2
1
11
36.67
5
5
2
3
4
5
4
5
5
5
2
1
2
62
77.50
T
2
4
4
4
4
4
22
73.33
5
5
4
2
2
5
5
5
5
5
4
4
2
68
85.00
ST
2
3
4
3
3
4
19
63.33
2
2
1
3
1
2
2
1
3
2
1
2
1
27
33.75
SR
1
2
1
1
3
2
10
33.33
1
2
3
1
1
1
2
3
1
2
2
3
1
28
35.00
SR
3
2
1
2
2
1
11
36.67
1
2
1
3
2
2
4
3
4
3
3
3
1
38
47.50
R
4
2
1
1
1
4
13
43.33
1
2
3
1
1
3
1
3
2
1
3
2
1
30
37.50
R
1
2
3
4
1
2
13
43.33
1
1
2
3
1
4
2
3
1
2
2
2
3
36
45.00
R
2
1
1
2
3
1
10
33.33
3
1
2
3
4
1
3
2
2
1
3
2
1
35
43.75
R
2
3
1
4
2
1
13
43.33
S
R
R
T
T
S
S
R
R
T
T
S
S
SR
SR
R
R
R
R
R
R
SR
SR
R
R
R
219
Lampiran 8 BERSIKAP REALISTIK DAN OBJEKTIF
jumlah
%
kriteria
Jumlah Total
% Total
Kriteria Total
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
4
4
4
3
4
4
5
1
4
1
1
1
36
60.00
S
210
65.63
S
1
3
4
3
4
4
2
1
1
2
5
1
31
51.67
R
195
60.94
S
4
4
4
2
3
5
1
4
1
1
4
3
36
60.00
S
211
65.94
S
5
4
1
4
5
1
4
1
1
4
2
1
33
55.00
S
200
62.50
S
2
3
4
3
1
4
1
1
1
1
4
1
26
43.33
R
208
65.00
S
4
3
5
1
4
4
1
1
5
1
2
2
33
55.00
S
203
63.44
S
5
5
4
2
5
2
4
4
2
4
4
2
43
71.67
T
186
58.13
S
5
5
5
5
1
1
4
1
1
4
4
4
40
66.67
S
200
62.50
S
5
3
4
5
5
3
1
1
2
1
4
2
36
60.00
S
190
59.38
S
4
4
4
4
3
2
1
1
5
5
4
2
39
65.00
S
209
65.31
S
2
3
5
2
4
2
1
1
1
2
1
1
25
41.67
R
190
59.38
S
5
5
5
5
5
5
5
1
1
1
1
2
41
68.33
T
194
60.63
S
4
3
4
5
5
5
4
1
1
4
4
2
42
70.00
T
205
64.06
S
4
4
4
5
4
4
1
1
3
2
1
3
36
60.00
S
210
65.63
S
4
1
4
1
4
4
4
1
1
4
4
1
33
55.00
S
209
65.31
S
4
2
1
2
3
1
1
1
1
1
4
1
22
36.67
R
197
61.56
S
1
1
2
1
3
1
2
1
3
1
1
1
18
30.00
SR
111
34.69
SR
4
4
4
3
4
4
5
1
4
1
1
1
36
60.00
S
213
66.56
S
1
3
4
3
4
4
2
1
1
2
5
1
31
51.67
R
196
61.25
S
4
4
4
2
3
5
1
4
1
1
4
3
36
60.00
S
206
64.38
S
5
4
1
4
5
1
4
1
1
4
2
1
33
55.00
S
179
55.94
S
220
Lampiran 8 2
3
4
3
1
4
1
1
1
1
4
1
26
43.33
R
195
60.94
S
4
3
5
1
4
4
1
1
5
1
2
2
33
55.00
S
195
60.94
S
5
5
4
2
5
2
4
4
2
4
4
2
43
71.67
T
192
60.00
S
5
5
5
5
1
1
4
1
1
4
4
4
40
66.67
S
185
57.81
S
5
3
4
5
5
3
1
1
2
1
4
2
36
60.00
S
217
67.81
S
4
4
4
4
3
2
1
1
5
5
4
2
39
65.00
S
218
68.13
T
2
3
5
2
4
2
1
1
1
2
1
1
25
41.67
R
200
62.50
S
5
5
5
5
5
5
5
1
1
1
1
2
41
68.33
T
217
67.81
S
4
3
4
5
5
5
4
1
1
4
4
2
42
70.00
T
221
69.06
T
4
4
4
5
4
4
1
1
3
2
1
3
36
60.00
S
206
64.38
S
1
5
1
4
3
4
5
5
5
5
1
1
40
66.67
S
213
66.56
S
2
5
2
4
4
4
5
4
4
1
1
4
40
66.67
S
196
61.25
S
3
3
3
4
2
2
2
3
3
2
3
2
32
53.33
S
183
57.19
S
4
4
4
4
3
1
1
4
2
2
5
2
36
60.00
S
176
55.00
S
4
4
2
2
2
4
2
1
5
5
5
3
39
65.00
S
204
63.75
S
4
3
5
4
5
4
4
4
4
3
1
1
42
70.00
T
186
58.13
S
4
2
4
4
5
4
5
5
3
4
4
1
45
75.00
T
201
62.81
S
3
1
5
4
4
4
4
5
5
1
5
4
45
75.00
T
191
59.69
S
1
2
5
5
4
5
5
5
2
5
5
3
47
78.33
T
185
57.81
S
5
1
5
5
5
5
5
5
4
5
1
1
47
78.33
T
197
61.56
S
2
3
4
5
4
5
4
4
2
1
5
5
44
73.33
T
201
62.81
S
4
1
4
4
4
4
4
5
2
5
1
2
40
66.67
S
194
60.63
S
4
1
5
1
1
5
5
1
3
1
4
1
32
53.33
S
186
58.13
S
221
Lampiran 8 4
4
1
1
1
1
1
1
1
5
4
5
29
48.33
R
193
60.31
S
3
1
1
1
4
1
4
1
4
1
3
1
25
41.67
R
170
53.13
S
1
1
2
5
1
5
1
1
5
5
2
5
34
56.67
S
171
53.44
S
2
4
2
3
1
3
2
3
2
4
1
1
28
46.67
R
181
56.56
S
2
1
1
2
4
1
1
1
3
2
1
1
20
33.33
SR
108
33.75
SR
3
3
3
4
2
2
2
3
3
2
3
2
32
53.33
S
210
65.63
S
4
4
4
4
3
1
1
4
2
2
5
2
36
60.00
S
193
60.31
S
4
4
2
2
2
4
2
1
5
5
5
3
39
65.00
S
192
60.00
S
4
3
5
4
5
4
4
4
4
3
1
1
42
70.00
T
210
65.63
S
4
2
4
4
5
4
5
5
3
4
4
1
45
75.00
T
215
67.19
S
3
1
5
4
4
4
4
5
5
1
5
4
45
75.00
T
223
69.69
T
1
2
5
5
4
5
5
5
2
5
5
3
47
78.33
T
211
65.94
S
5
1
5
5
5
5
5
5
4
5
1
1
47
78.33
T
227
70.94
T
2
3
4
5
4
5
4
4
2
1
5
5
44
73.33
T
189
59.06
S
4
1
4
4
4
4
4
5
2
5
1
2
40
66.67
S
232
72.50
T
4
1
5
1
1
5
5
1
3
1
4
1
32
53.33
S
209
65.31
S
3
1
2
3
5
3
4
2
3
3
2
3
34
56.67
S
210
65.63
S
4
4
4
3
5
3
1
3
4
1
2
4
38
63.33
S
207
64.69
S
5
1
3
2
5
4
1
3
2
2
3
4
35
58.33
S
208
65.00
S
4
2
3
2
2
3
1
2
3
4
3
3
32
53.33
S
210
65.63
S
2
3
5
3
5
2
3
1
2
2
2
3
33
55.00
S
209
65.31
S
1
2
5
3
5
2
3
1
2
3
2
3
32
53.33
S
192
60.00
S
4
4
4
4
4
1
1
1
3
1
2
2
31
51.67
R
187
58.44
S
222
Lampiran 8 4
3
4
4
4
5
1
4
4
4
2
2
41
68.33
T
189
59.06
S
3
3
4
3
4
2
2
3
2
2
1
2
31
51.67
R
191
59.69
S
2
5
2
1
2
4
4
3
3
2
4
4
36
60.00
S
196
61.25
S
4
1
1
5
1
4
5
3
2
4
3
1
34
56.67
S
207
64.69
S
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
3
4
25
41.67
R
191
59.69
S
4
3
5
1
5
1
4
4
2
3
3
4
39
65.00
S
219
68.44
T
4
3
2
1
1
2
3
4
4
5
4
3
36
60.00
S
197
61.56
S
4
1
1
2
4
3
3
2
3
1
2
3
29
48.33
R
207
64.69
S
4
3
3
2
4
4
1
2
4
3
4
2
36
60.00
S
209
65.31
S
2
5
3
5
2
2
2
3
4
3
2
1
34
56.67
S
170
53.13
S
1
2
1
2
2
3
4
3
1
1
3
2
25
41.67
R
116
36.25
R
3
3
3
4
2
2
2
3
3
2
3
2
32
53.33
S
210
65.63
S
4
4
4
4
3
1
1
4
2
2
5
2
36
60.00
S
203
63.44
S
4
4
2
2
2
4
2
1
5
5
5
3
39
65.00
S
218
68.13
T
4
3
5
4
5
4
4
4
4
3
1
1
42
70.00
T
210
65.63
S
4
2
4
4
5
4
5
5
3
4
4
1
45
75.00
T
227
70.94
T
3
1
5
4
4
4
4
5
5
1
5
4
45
75.00
T
219
68.44
T
1
2
5
5
4
5
5
5
2
5
5
3
47
78.33
T
204
63.75
S
5
1
5
5
5
5
5
5
4
5
1
1
47
78.33
T
208
65.00
S
2
3
4
5
4
5
4
4
2
1
5
5
44
73.33
T
224
70.00
T
4
1
4
4
4
4
4
5
2
5
1
2
40
66.67
S
205
64.06
S
4
1
5
1
1
5
5
1
3
1
4
1
32
53.33
S
209
65.31
S
2
2
4
2
5
4
3
4
2
2
2
2
34
56.67
S
216
67.50
S
223
Lampiran 8 1
2
2
1
3
1
2
3
3
2
3
1
24
40.00
R
112
35.00
SR
3
1
1
2
1
1
3
2
1
1
2
3
21
35.00
SR
110
34.38
SR
1
2
1
2
2
4
3
2
3
4
4
3
31
51.67
R
144
45.00
R
3
4
2
3
2
3
1
3
4
3
2
1
31
51.67
R
134
41.88
R
4
1
1
1
1
2
3
3
1
2
3
1
23
38.33
R
132
41.25
R
1
5
2
1
1
1
1
1
4
1
2
1
21
35.00
SR
121
37.81
R
4
1
1
5
1
1
5
1
1
4
4
2
30
50.00
R
129
40.31
R
193.453608
60.45
S
224
Lampiran 9 PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PROGRAM KEAHLIAN SEBELUM PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
Kode Respon
KESTABILAN EMOSI %
Kategori
MENGELOLA MEKANISME PSIKOLOGIS
MENEKAN FRUSTASI PRIBADI
PERTIMBANGAN RASIONAL & PENGARAHAN DIRI
KEMAMPUAN BELAJAR
MENGHARGAI PENGALAMAN
BERSIKAP REALISTIK DAN OBJEKTIF
Jumlah Total
%
Kategori
%
Kategori
%
Kategori
%
Kategori
%
Kategori
%
Kategori
%
Kategori
R-01
73.33
T
71.43
T
80.00
T
73.33
T
50.00
R
73.33
T
60.00
S
65.63
S
R-02
62.22
S
74.29
T
77.50
T
63.33
S
51.25
R
63.33
S
51.67
R
60.94
S
R-03
73.33
T
71.43
T
50.00
R
76.67
T
63.75
S
76.67
T
60.00
S
65.94
S
R-04
75.56
T
51.43
R
72.50
T
63.33
S
60.00
S
63.33
S
55.00
S
62.50
S
R-05
86.67
ST
77.14
T
72.50
T
73.33
T
53.75
S
73.33
T
43.33
R
65.00
S
R-06
77.78
T
85.71
ST
50.00
R
66.67
S
56.25
S
66.67
S
55.00
S
63.44
S
R-07
44.44
R
42.86
R
40.00
R
56.67
S
72.50
T
56.67
S
71.67
T
58.13
S
R-08
68.89
T
65.71
S
50.00
R
70.00
T
55.00
S
70.00
T
66.67
S
62.50
S
R-09
46.67
R
57.14
S
50.00
R
76.67
T
58.75
S
76.67
T
60.00
S
59.38
S
R-10
80.00
T
42.86
R
52.50
S
73.33
T
67.50
S
73.33
T
65.00
S
65.31
S
R-11
82.22
T
62.86
S
42.50
R
56.67
S
58.75
S
83.33
T
41.67
R
59.38
S
R-12
73.33
T
48.57
R
52.50
S
46.67
R
58.75
S
70.00
T
68.33
T
60.63
S
R-13
57.78
S
94.29
ST
65.00
S
80.00
T
45.00
R
60.00
S
70.00
T
64.06
S
R-14
73.33
T
42.86
R
72.50
T
86.67
ST
62.50
S
70.00
T
60.00
S
65.63
S
R-15
68.89
T
77.14
T
47.50
R
70.00
T
65.00
S
86.67
ST
55.00
S
65.31
S
R-16
71.11
T
74.29
T
55.00
S
80.00
T
57.50
S
83.33
T
36.67
R
61.56
S
225
Lampiran 9 R-17
35.56
SR
31.43
SR
30.00
SR
33.33
SR
45.00
R
26.67
SR
30.00
SR
34.69
SR
R-18
75.56
T
74.29
T
57.50
S
56.67
S
68.75
T
73.33
T
60.00
S
66.56
S
R-19
84.44
ST
57.14
S
47.50
R
73.33
T
58.75
S
63.33
S
51.67
R
61.25
S
R-20
44.44
R
77.14
T
60.00
S
63.33
S
71.25
T
76.67
T
60.00
S
64.38
S
R-21
53.33
S
65.71
S
42.50
R
76.67
T
50.00
R
63.33
S
55.00
S
55.94
S
R-22
53.33
S
71.43
T
65.00
S
63.33
S
66.25
S
73.33
T
43.33
R
60.94
S
R-23
46.67
R
68.57
T
57.50
S
73.33
T
65.00
S
66.67
S
55.00
S
60.94
S
R-24
66.67
S
54.29
S
47.50
R
66.67
S
55.00
S
56.67
S
71.67
T
60.00
S
R-25
46.67
R
74.29
T
42.50
R
56.67
S
53.75
S
70.00
T
66.67
S
57.81
S
R-26
80.00
T
71.43
T
65.00
S
70.00
T
62.50
S
76.67
T
60.00
S
67.81
S
R-27
44.44
R
68.57
T
75.00
T
76.67
T
75.00
T
73.33
T
65.00
S
68.13
T
R-28
62.22
S
60.00
S
77.50
T
73.33
T
70.00
T
56.67
S
41.67
R
62.50
S
R-29
77.78
T
57.14
S
75.00
T
83.33
T
65.00
S
46.67
R
68.33
T
67.81
S
R-30
75.56
T
65.71
S
70.00
T
70.00
T
61.25
S
80.00
T
70.00
T
69.06
T
R-31
48.89
R
77.14
T
60.00
S
60.00
S
73.75
T
66.67
S
60.00
S
64.38
S
R-32
57.78
S
62.86
S
52.50
S
100.00
ST
66.25
S
70.00
T
66.67
S
66.56
S
R-33
51.11
R
48.57
R
47.50
R
86.67
ST
58.75
S
80.00
T
66.67
S
61.25
S
R-34
48.89
R
57.14
S
60.00
S
83.33
T
43.75
R
83.33
T
53.33
S
57.19
S
R-35
48.89
R
77.14
T
40.00
R
50.00
R
46.25
R
76.67
T
60.00
S
55.00
S
R-36
60.00
S
68.57
T
50.00
R
86.67
ST
56.25
S
76.67
T
65.00
S
63.75
S
R-37
60.00
S
42.86
R
55.00
S
70.00
T
48.75
R
66.67
S
70.00
T
58.13
S
R-38
48.89
R
45.71
R
82.50
T
83.33
T
47.50
R
73.33
T
75.00
T
62.81
S
R-39
51.11
R
71.43
T
67.50
S
56.67
S
43.75
R
63.33
S
75.00
T
59.69
S
226
Lampiran 9 R-40
46.67
R
62.86
S
47.50
R
76.67
T
48.75
R
46.67
R
78.33
T
57.81
S
R-41
51.11
R
71.43
T
47.50
R
73.33
T
45.00
R
83.33
T
78.33
T
61.56
S
R-42
51.11
R
51.43
R
72.50
T
66.67
S
55.00
S
76.67
T
73.33
T
62.81
S
R-43
62.22
S
45.71
R
72.50
T
86.67
ST
40.00
R
76.67
T
66.67
S
60.63
S
R-44
51.11
R
62.86
S
75.00
T
60.00
S
51.25
R
66.67
S
53.33
S
58.13
S
R-45
62.22
S
48.57
R
67.50
S
76.67
T
58.75
S
73.33
T
48.33
R
60.31
S
R-46
64.44
S
48.57
R
75.00
T
53.33
S
37.50
R
76.67
T
41.67
R
53.13
S
R-47
44.44
R
48.57
R
65.00
S
66.67
S
40.00
R
73.33
T
56.67
S
53.44
S
R-48
53.33
S
51.43
R
72.50
T
80.00
T
45.00
R
73.33
T
46.67
R
56.56
S
R-49
33.33
SR
34.29
SR
32.50
SR
30.00
SR
35.00
SR
36.67
R
33.33
SR
33.75
SR
R-50
77.78
T
80.00
T
75.00
T
83.33
T
47.50
R
73.33
T
53.33
S
65.63
S
R-51
75.56
T
68.57
T
57.50
S
70.00
T
45.00
R
63.33
S
60.00
S
60.31
S
R-52
60.00
S
60.00
S
45.00
R
60.00
S
57.50
S
76.67
T
65.00
S
60.00
S
R-53
57.78
S
94.29
ST
45.00
R
100.00
ST
52.50
S
63.33
S
70.00
T
65.63
S
R-54
48.89
R
85.71
ST
60.00
S
86.67
ST
57.50
S
73.33
T
75.00
T
67.19
S
R-55
77.78
T
80.00
T
60.00
S
83.33
T
57.50
S
66.67
S
75.00
T
69.69
T
R-56
60.00
S
48.57
R
77.50
T
50.00
R
71.25
T
56.67
S
78.33
T
65.94
S
R-57
51.11
R
80.00
T
65.00
S
86.67
ST
70.00
T
70.00
T
78.33
T
70.94
T
R-58
51.11
R
37.14
R
45.00
R
33.33
SR
72.50
T
76.67
T
73.33
T
59.06
S
R-59
64.44
S
82.86
T
65.00
S
83.33
T
76.25
T
73.33
T
66.67
S
72.50
T
R-60
64.44
S
88.57
ST
52.50
S
86.67
ST
66.25
S
56.67
S
53.33
S
65.31
S
R-61
77.78
T
88.57
ST
55.00
S
86.67
ST
60.00
S
46.67
R
56.67
S
65.63
S
R-62
66.67
S
77.14
T
52.50
S
86.67
ST
51.25
R
80.00
T
63.33
S
64.69
S
227
Lampiran 9 R-63
51.11
R
91.43
ST
52.50
S
96.67
ST
60.00
S
66.67
S
58.33
S
65.00
S
R-64
60.00
S
80.00
T
65.00
S
80.00
T
65.00
S
70.00
T
53.33
S
65.63
S
R-65
57.78
S
68.57
T
55.00
S
76.67
T
71.25
T
80.00
T
55.00
S
65.31
S
R-66
57.78
S
68.57
T
65.00
S
66.67
S
58.75
S
56.67
S
53.33
S
60.00
S
R-67
48.89
R
54.29
S
52.50
S
63.33
S
70.00
T
63.33
S
51.67
R
58.44
S
R-68
48.89
R
48.57
R
60.00
S
66.67
S
61.25
S
53.33
S
68.33
T
59.06
S
R-69
66.67
S
42.86
R
55.00
S
63.33
S
65.00
S
73.33
T
51.67
R
59.69
S
R-70
57.78
S
51.43
R
45.00
R
76.67
T
71.25
T
60.00
S
60.00
S
61.25
S
R-71
66.67
S
45.71
R
80.00
T
60.00
S
76.25
T
53.33
S
56.67
S
64.69
S
R-72
51.11
R
34.29
SR
77.50
T
80.00
T
68.75
T
70.00
T
41.67
R
59.69
S
R-73
57.78
S
77.14
T
62.50
S
80.00
T
71.25
T
70.00
T
65.00
S
68.44
T
R-74
53.33
S
77.14
T
55.00
S
36.67
R
71.25
T
66.67
S
60.00
S
61.56
S
R-75
51.11
R
74.29
T
85.00
ST
60.00
S
71.25
T
66.67
S
48.33
R
64.69
S
R-76
80.00
T
51.43
R
82.50
T
50.00
R
65.00
S
63.33
S
60.00
S
65.31
S
R-77
57.78
S
62.86
S
75.00
T
26.67
SR
46.25
R
43.33
R
56.67
S
53.13
S
R-78
46.67
R
31.43
SR
35.00
SR
33.33
SR
32.50
SR
30.00
SR
41.67
R
36.25
R
R-79
64.44
S
68.57
T
75.00
T
66.67
S
62.50
S
83.33
T
53.33
S
65.63
S
R-80
55.56
S
65.71
S
67.50
S
63.33
S
62.50
S
76.67
T
60.00
S
63.44
S
R-81
82.22
T
71.43
T
57.50
S
76.67
T
60.00
S
76.67
T
65.00
S
68.13
T
R-82
55.56
S
54.29
S
87.50
ST
60.00
S
63.75
S
66.67
S
70.00
T
65.63
S
R-83
46.67
R
80.00
T
82.50
T
80.00
T
67.50
S
73.33
T
75.00
T
70.94
T
R-84
53.33
S
80.00
T
75.00
T
80.00
T
61.25
S
63.33
S
75.00
T
68.44
T
R-85
55.56
S
48.57
R
62.50
S
100.00
ST
57.50
S
46.67
R
78.33
T
63.75
S
228
Lampiran 9 R-86
37.78
R
48.57
R
52.50
S
86.67
ST
72.50
T
73.33
T
78.33
T
65.00
S
R-87
57.78
S
57.14
S
82.50
T
83.33
T
75.00
T
53.33
S
73.33
T
70.00
T
R-88
46.67
R
82.86
T
60.00
S
60.00
S
77.50
T
36.67
R
66.67
S
64.06
S
R-89
40.00
R
80.00
T
77.50
T
53.33
S
77.50
T
73.33
T
53.33
S
65.31
S
R-90
46.67
R
48.57
R
77.50
T
86.67
ST
85.00
ST
63.33
S
56.67
S
67.50
S
R-91
35.56
SR
37.14
R
30.00
SR
33.33
SR
33.75
SR
33.33
SR
40.00
R
35.00
SR
R-92
35.56
SR
34.29
SR
32.50
SR
30.00
SR
35.00
SR
36.67
R
35.00
SR
34.38
SR
R-93
35.56
SR
51.43
R
35.00
SR
46.67
R
47.50
R
43.33
R
51.67
R
45.00
R
R-94
46.67
R
40.00
R
30.00
SR
43.33
R
37.50
R
43.33
R
51.67
R
41.88
R
R-95
51.11
R
31.43
SR
47.50
R
33.33
SR
45.00
R
33.33
SR
38.33
R
41.25
R
R-96
31.11
SR
45.71
R
32.50
SR
30.00
SR
43.75
R
43.33
R
35.00
SR
37.81
R
R-97
35.56
SR
25.71
SR
27.50
SR
46.67
R
46.25
R
40.00
R
50.00
R
40.31
R
Ratarata
57.92
S
61.83
S
59.12
S
67.73
S
58.41
S
65.09
S
59.21
S
60.45
S
229
Lampiran 9 PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PROGRAM KEAHLIAN SEBELUM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
Kode Respon
KESTABILAN EMOSI
MENGELOLA MEKANISME PSIKOLOGIS
MENEKAN FRUSTASI PRIBADI
PERTIMBANGAN RASIONAL DAN PENGARAHAN DIRI
MENGHARGAI PENGALAMAN
KEMAMPUAN BELAJAR
BERSIKAP REALISTIK DAN OBJEKTIK
Jumlah Total
Skor
%
Kategori
Skor
%
Kategori
Skor
%
Kategori
Skor
%
Kategori
Skor
%
Kategori
Skor
%
Kategori
Skor
%
Kategori
Skor
%
Kategori
R-93
16
35.56
SR
18
51.43
R
14
35.00
SR
14
46.67
R
38
47.50
R
13
43.33
R
31
51.67
R
144
45.00
R
R-94
21
46.67
R
14
40.00
R
12
30.00
SR
13
43.33
R
30
37.50
R
13
43.33
R
31
51.67
R
134
41.88
R
R-95
23
51.11
R
11
31.43
SR
19
47.50
R
10
33.33
SR
36
45.00
R
10
33.33
SR
23
38.33
R
132
41.25
R
R-97
16
35.56
SR
9
25.71
SR
11
27.50
SR
14
46.67
R
37
46.25
R
12
40.00
R
30
50.00
R
129
40.31
R
R-96
14
31.11
SR
16
45.71
R
13
32.50
SR
9
30.00
SR
35
43.75
R
13
43.33
R
21
35.00
SR
121
37.81
R
R-78
21
46.67
R
11
31.43
SR
14
35.00
SR
10
33.33
SR
26
32.50
SR
9
30.00
SR
25
41.67
R
116
36.25
R
R-91
16
35.56
SR
13
37.14
R
12
30.00
SR
10
33.33
SR
27
33.75
SR
10
33.33
SR
24
40.00
R
112
35.00
SR
R-17
16
35.56
SR
11
31.43
SR
12
30.00
SR
10
33.33
SR
36
45.00
R
8
26.67
SR
18
30.00
SR
111
34.69
SR
R-92
16
35.56
SR
12
34.29
SR
13
32.50
SR
9
30.00
SR
28
35.00
SR
11
36.67
R
21
35.00
SR
110
34.38
SR
R-49
15
33.33
SR
12
34.29
SR
13
32.50
SR
9
30.00
SR
28
35.00
SR
11
36.67
R
20
33.33
SR
108
33.75
SR
Rata-rata
17
38.67
R
12.7
36.29
R
13
SR
10.8
36.00
SR
32.1
40.13
R
11
36.67
R
24.4
40.67
R
121.70
38.03
R
33.25
230
231
Lampiran 10
Daftar Jumlah Per Kriteria Pre-Test
No.
Kriteria
Jumlah
1.
Sangat Tinggi
0
2.
Tinggi
27
3.
Sedang
60
4.
Rendah
6
5.
Sangat Rendah
4
Jumlah
97
232
Lampiran 11
DAFTAR ANGGOTA BIMBINGAN KELOMPOK
No
Kode Responden
Nama
1.
R-93
Sutrisno
2.
R-94
Eliawati
3.
R-95
Galih Rosantio
4.
R-97
Tika Rahayu
5.
R-96
Panji Barokah
6.
R-78
Uus Hidayatun
7.
R-91
Dana Adhitama
8.
R-17
Tri Maelatun
9.
R-92
Siti Rohmawati
10.
R-49
Haris Maulana
Kelas
%
Kategori
X-AK 1
45.00
R
X-AK 2
41.88
R
X-AK 3
41.25
R
X-AK 3
40.31
R
X-AP 1
37.81
R
X-AP 2
36.25
R
X-AP 3
35.00
SR
X-AP 3
34.69
SR
X-TKJ 1
34.38
SR
X-TKJ 2
33.75
SR
Lampiran 12
PROGRAM HARIAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH
No.
1.
: SMK N 1 Purbalingga
Hari/Tanggal
Waktu
Jumat-Sabtu / 7-8 Juni 2013
45 menit / kelas
Senin / 24 Juni 2013
Keg. Lay/ Pendukung
: Juni - Juli
PRAKTIKAN
: Sri Lestari
Materi Skala Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian
Kelas X
Himpunan data
45 menit
R-17,R-49, R-78, R91,R-92, R-93, R94,R-95, R-96, R-97
Bimbingan Kelompok
Cara mengendalikan emosi dengan kegiatan positif
Kamis / 27 Juni 2013
45 menit
R-17,R-49, R-78, R91,R-92, R-93, R94,R-95, R-96, R-97
Bimbingan Kelompok
Sabtu / 29 Juni 2013
45 menit
R-17,R-49, R-78, R91,R-92, R-93, R94,R-95, R-96, R-97
Senin / 1 Juli 2013
45 menit
R-17,R-49, R-78, R91,R-92, R-93, R94,R-95, R-96, R-97
2.
3.
4.
5.
Sasaran
BULAN
Tempat
Pelaksana Keterangan
Ruang kelas
Praktikan
Pre Test
Ruang kelas
Praktikan
Treatment
Pentingnya mengelola mekanisme psikologis
Ruang kelas Praktikan
Treatment
Bimbingan Kelompok
Menekan frustasi pribadi secara sehat dan wajar
Ruang kelas Praktikan
Treatment
Bimbingan Kelompok
Menyusun perencanaan yang cermat
Ruang kelas Praktikan
Treatment
233
Lampiran 12 Kamis / 4 Juli 2013
45 menit
R-17,R-49, R-78, R91,R-92, R-93, R94,R-95, R-96, R-97
Bimbingan Kelompok
Strategi belajar efektif
Ruang kelas Praktikan
Treatment
Sabtu / 6 Juli 2013
45 menit
R-17,R-49, R-78, R91,R-92, R-93, R94,R-95, R-96, R-97
Bimbingan Kelompok
Belajar dari pengalaman
Ruang kelas Praktikan
Treatment
Senin / 8 Juli 2013
45 menit
R-17,R-49, R-78, R91,R-92, R-93, R94,R-95, R-96, R-97
Bimbingan Kelompok
Pentingnya mematuhi peraturan
Ruang kelas Praktikan
Treatment
Selasa /9 Juli 2013
45menit
R-17,R-49, R-78, R91,R-92, R-93, R94,R-95, R-96, R-97
Himpunan Data
Skala Penyesuaian Diri terhadap Program Keahlian
Ruang kelas Praktikan
Post Test
6.
7.
8.
9.
Purbalingga,
Juli 2013
Mengetahui, Guru Pembimbing,
Praktikan,
Nelly Amaliyah, S.Psi NIP. 19790703 201001 2 019
Sri Lestari NIM.1301409063
234
235
Lampiran 13
SATUAN LAYANAN KEGIATAN BIMBINGAN KONSELING a. Topik
: Topik tugas tentang ‖Cara Mengendalikan Emosi dengan Kegiatan Positif‖
b. Bidang bimbingan
: Bidang Pribadi
c. Jenis Layanan
: Layanan Bimbingan Kelompok
d. Fungsi
: Fungsi Pemahaman dan Pengembangan
e. Tujuan
:
1. Siswa dapat memahami pengertian emosi positif dan negatif. 2.
Siswa dapat mengetahui ciri-ciri emosi dan jenis emosi.
3. Siswa dapat mengetahui dampak dari emosi. 4. Siswa dapat menjelaskan kestabilan emosi. 5. Siswa dapat mengetahui pentingnya mengendalikan emosi dengan kegiatan positif. 6. Siswa dapat menerapkan cara mengendalikan emosi dengan kegiatan positif dalam kehidupan sehari-hari f. Materi Layanan
: Terlampir
g. Uraian Kegiatan
:
Pertemuan
Waktu
1.
5 menit
Uraian Kegiatan a. Tahap Pembentukan: Menerima
kehadiran
kelompok
secara
anggota
terbuka
dan
mengucapkan terimakasih Memimpin doa Mengungkapkan tujuan
pengertian
kegiatan
dan
bimbingan
kelompok Menjelaskan kelompok
aturan
bimbingan
236
Lampiran 13 Perkenalan
dilanjutkan
dengan
permainan. Menumbuhkan suasana kelompok yang bebas dan terbuka. 5 menit
b. Tahap Peralihan: Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya Mengamati
dan
menanyakan
apakah para anggota kelompok sudah siap menjalani kegiatan ini pada tahap selanjutnya. 30 menit
c. Tahap Kegiatan: Pemimpin
kelompok
mengemukakan
topik
bahasan
dengan tema ‖Cara mengendalikan emosi dengan kegiatan positif‖ Anggota
kelompok
menjelaskan
diminta
pengertian
emosi
yang sebenarnya. Anggota
kelompok
diminta
menyebutkan ciri-ciri emosi dan jenis emosi. Anggota
kelompok
diminta
tentang
kestabilan
kelompok
diminta
menjelaskan emosi. Anggota
menyebutkan kegiatan
positif
macam-macam yang
dapat
dilakukan ketika sedang emosi. Anggota
kelompok
diminta
237 Lampiran 13 menjelaskan
pentingnya
mengendalikan
emosi
dengan
kegiatan positif. Anggota kelompok diminta untuk menjelaskan
bagaimana
mengendalikan
emosi
cara dengan
kegiatan positif. Anggota kelompok melanjutkan pembahasan topik tersebut secara tuntas
kemudian
ditarik
kesimpulan yang dapat menambah informasi bagi anggota kelompok itu sendiri. 5
Menit
d. Tahap Pengakhiran: Pemimpin
kelompok
mengemukakan
bahwa
kegiatan
akan segera diakhiri Pemimpin
kelompok
meminta
anggota
kelompok
untuk
mengemukakan (understanding,
UCA comfort,
action) Ucapan terimakasih Berdoa Perpisahan
h. Media dan Bahan
: Laiseg, daftar hadir, dan lembar resum.
i. Sasaran
: 10 siswa
j. Metode
: Diskusi
k. Pelaksanaan
: 1 x 45 menit / 24 Juni 2013
dan
238 Lampiran 13 l. Rencana Penilaian dan
:
Tindak Lanjut Evaluasi 1) Proses Mengamati atensi, respon, dan aktivitas siswa selama kegiatan berlangsung. 2) Hasil Siswa mampu mengendalikan emosi dengan kegiatan positif dalam kehidupan sehari-hari. Tindak Lanjut Mengadakan kegiatan layanan bimbingan kelompok selanjutnya apabila siswa belum dapat memahami cara mengendalikan emosi dengan kegiatan positif. m. Sumber
:
Sarwono, Sarlito W. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sunarto dan Agung Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta. Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan dan Konseling. Semarang : CV Nieuw Setapak. Wilis, Sofyan S. 2012. Remaja & Masalahnya. Bandung : Alfabeta.
Purbalingga, 24 Juni 2013 Mengetahui, Guru Pembimbing,
Praktikan,
Nelly Amaliyah, S.Psi
Sri Lestari
NIP. 19790703 201001 2 019
NIM.1301409063
239
Lampiran 13
SATUAN LAYANAN KEGIATAN BIMBINGAN KONSELING a) Topik
: Topik tugas tentang ‖Pentingnya Mengelola Mekanisme Psikologis ‖
b) Bidang bimbingan
: Bidang Pribadi
c) Jenis Layanan
: Layanan Bimbingan Kelompok
d) Fungsi
: Fungsi Pemahaman dan Pengembangan
e) Tujuan
:
1. Siswa dapat memahami pengertian mekanisme psikologis. 2. Siswa dapat mengetahui dampak mekanisme psikologis 3. Siswa dapat mengetahui pentingnya mengelola mekanisme psikologis. 4. Siswa dapat menerapkan keterampilan mengelola mekanisme psikologis dalam kehidupan sehari-hari f) Materi Layanan
: Terlampir
g) Uraian Kegiatan
:
Pertemuan
Waktu
1.
5 menit
Uraian Kegiatan a. Tahap Pembentukan: Menerima
kehadiran
kelompok
secara
anggota
terbuka
dan
mengucapkan terimakasih Memimpin doa Mengungkapkan tujuan
pengertian
kegiatan
dan
bimbingan
kelompok Menjelaskan
aturan
bimbingan
kelompok Perkenalan
dilanjutkan
dengan
permainan. Menumbuhkan suasana kelompok
240
Lampiran 13 yang bebas dan terbuka. 5 menit
b. Tahap Peralihan: Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya Mengamati
dan
menanyakan
apakah para anggota kelompok sudah siap menjalani kegiatan ini pada tahap selanjutnya. 30 menit
c. Tahap Kegiatan: Pemimpin
kelompok
mengemukakan dengan
topik
tema
bahasan
‖Mengelola
mekanisme psikologis‖ Anggota
kelompok
menjelaskan
diminta pengertian
mekanisme
psikologis
yang
sebenarnya. Anggota
kelompok
menyebutkan
dampak
diminta dari
mekanisme psikologis. Anggota
kelompok
diminta
menjelaskan pentingnya mengelola mekanisme psikologis. Anggota kelompok diminta untuk menjelaskan
bagaimana
cara
mengelola mekanisme psikologis. Pemimpin kelompok mengadakan kegiatan selingan agar suasana kelompok tetap hidup. Anggota kelompok melanjutkan
241
Lampiran 13 pembahasan topik tersebut secara tuntas
kemudian
ditarik
kesimpulan yang dapat menambah informasi bagi anggota kelompok itu sendiri. 6
menit
d. Tahap Pengakhiran: Pemimpin
kelompok
mengemukakan
bahwa
kegiatan
akan segera diakhiri Pemimpin
kelompok
meminta
anggota
kelompok
untuk
mengemukakan (understanding,
UCA comfort,
dan
action) Ucapan terima kasih Berdoa Perpisahan
h) Media dan Bahan
: Laiseg, daftar hadir, dan lembar resum.
i) Sasaran
: 10 siswa
n. Metode
: Diskusi
j) Pelaksanaan
: 1 x 45 menit / 27 Juni 2013
k) Rencana Penilaian dan
:
Tindak Lanjut Evaluasi 1) Proses Mengamati atensi, respon, dan aktivitas siswa selama kegiatan berlangsung. 2) Hasil Siswa mampu mengelola mekanisme psikologis dalam kehidupan sehari-hari.
242
Lampiran 13 Tindak Lanjut Mengadakan kegiatan layanan bimbingan kelompok selanjutnya apabila siswa belum dapat mengelola mekanisme psikologis.
l) Sumber
:
Hastjarjo, Dicky. 2009. Mengenal Sepintas Psikologi Evolusioner. Skripsi. Yogyakarta : UGM (Tidak Diterbitkan). Sarwono, Sarlito W. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Purbalingga, 27 Juni 2013 Mengetahui, Guru Pembimbing,
Praktikan,
Nelly Amaliyah, S.Psi
Sri Lestari
NIP. 19790703 201001 2 019
NIM.1301409063
243
Lampiran 13
SATUAN LAYANAN KEGIATAN BIMBINGAN KONSELING a. Topik
: Topik tugas tentang ‖Menekan Frustasi Pribadi secara Sehat dan Wajar‖
b. Bidang bimbingan
: Bidang Pribadi
c. Jenis Layanan
: Layanan Bimbingan Kelompok
d. Fungsi
: Fungsi Pemahaman dan Pengembangan
e. Tujuan
:
1. Siswa dapat memahami pengertian frustasi. 2. Siswa dapat menyebutkan ciri-ciri frustasi dan jenis frustasi. 3. Siswa dapat mengetahui penyebab frustasi. 4. Siswa dapat mengetahui dampak frustasi. 5. Siswa dapat memahami pengertian frustasi pribadi. 6. Siswa dapat mengetahui pentingnya menekan frustasi pribadi secara sehat dan wajar. 7. Siswa dapat menerapkan cara menekan frustasi pribadi secara sehat dan wajar dalam kehidupan sehari-hari f. Materi Layanan
: Terlampir
g. Uraian Kegiatan
:
Pertemuan
Waktu
1.
5 menit
Uraian Kegiatan a. Tahap Pembentukan: Menerima
kehadiran
kelompok
secara
anggota
terbuka
dan
mengucapkan terimakasih Memimpin doa Mengungkapkan tujuan
pengertian
kegiatan
dan
bimbingan
kelompok Menjelaskan
aturan
bimbingan
244
Lampiran 13 kelompok Perkenalan
dilanjutkan
dengan
permainan. Menumbuhkan suasana kelompok yang bebas dan terbuka. 5 menit
b. Tahap Peralihan: Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya Mengamati
dan
menanyakan
apakah para anggota kelompok sudah siap menjalani kegiatan ini pada tahap selanjutnya. 30 menit
c. Tahap Kegiatan: Pemimpin
kelompok
mengemukakan
topik
bahasan
dengan tema ‖Menekan frustasi pribadi‖ Anggota
kelompok
menjelaskan
pengertian
diminta frustasi
yang sebenarnya. Anggota
kelompok
diminta
menyebutkan ciri-ciri frustasi dan jenis frustasi. Anggota
kelompok
diminta
menyebutkan penyebab frustasi. Anggota
kelompok
diminta
menyebutkan dampak dari frustasi. Anggota menjelaskan pribadi.
kelompok pengertian
diminta frustasi
245
Lampiran 13 Anggota
kelompok
diminta
menjelaskan pentingnya menekan frustasi pribadi secara sehat dan wajar. Anggota kelompok diminta untuk menjelaskan
bagaimana
cara
menekan frustasi pribadi secara sehat dan wajar. Pemimpin kelompok mengadakan kegiatan selingan agar suasana kelompok tetap hidup. Anggota kelompok melanjutkan pembahasan topik tersebut secara tuntas
kemudian
ditarik
kesimpulan yang dapat menambah informasi bagi anggota kelompok itu sendiri. 7
menit
d. Tahap Pengakhiran: Pemimpin
kelompok
mengemukakan
bahwa
kegiatan
akan segera diakhiri Pemimpin
kelompok
meminta
anggota
kelompok
untuk
mengemukakan (understanding,
UCA comfort,
action) Ucapan terima kasih Berdoa Perpisahan
dan
246
Lampiran 13 h. Media dan Bahan
: Laiseg, daftar hadir, dan lembar resum.
i. Sasaran
: 10 siswa
j. Metode
: Diskusi
k. Pelaksanaan
: 1 x 45 menit / 29 Juni 2013
l. Rencana Penilaian dan
:
Tindak Lanjut Evaluasi 1) Proses Mengamati atensi, respon, dan aktivitas siswa selama kegiatan berlangsung. 2) Hasil Siswa mampu menekan frustasi pribadi secara sehat dan wajar dalam kehidupan sehari-hari. Tindak Lanjut Mengadakan kegiatan layanan bimbingan kelompok selanjutnya apabila siswa belum dapat menekan frustasi pribadi secara sehat dan wajar. m. Sumber
:
Ardani, Tristiadi Ardi dkk.2007. Psikologi Klinis. Graha ilmu: Yogyakarta Atkinson, Rita L dkk. 1983. Pengantar Psikologi. Erlangga: Jakarta Fauzi, Ahmad. 2008. Psikologi Umum. Pustaka Setia: Bandung Gunarsa, Singgih D, dan Yulia Singgih D. Gunarsa. 2012. Psikologi untuk Membimbing. Jakarta : Libri. Sarwono, Sarlito W. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Purbalingga,29 Juni 2013 Mengetahui, Guru Pembimbing,
Praktikan,
Nelly Amaliyah, S.Psi
Sri Lestari
NIP. 19790703 201001 2 019
NIM.1301409063
247
Lampiran 13
SATUAN LAYANAN KEGIATAN BIMBINGAN KONSELING : Topik tugas tentang ‖Menyusun Perencanaan
a. Topik
yang Cermat‖ b. Bidang bimbingan
: Bidang Pribadi
c. Jenis Layanan
: Layanan Bimbingan Kelompok
d. Fungsi
: Fungsi Pemahaman dan Pengembangan
e. Tujuan
:
1. Siswa dapat memahami pengertian perencanaan. 2. Siswa dapat menyebutkan macam-macam perencanaan. 3. Siswa dapat mengetahui tujuan membuat perencanaan. 4. Siswa dapat mengetahui pentingnya menyusun perencanaan yang cermat. 5. Siswa dapat menerapkan bagaimana menyusun perencanaan yang cermat dalam kehidupan sehari-hari f. Materi Layanan
: Terlampir
g. Uraian Kegiatan
:
Pertemuan
Waktu
1.
5 menit
Uraian Kegiatan a. Tahap Pembentukan: Menerima
kehadiran
kelompok
secara
anggota
terbuka
dan
mengucapkan terimakasih Memimpin doa Mengungkapkan tujuan
pengertian
kegiatan
dan
bimbingan
kelompok Menjelaskan
aturan
bimbingan
kelompok Perkenalan permainan.
dilanjutkan
dengan
248
Lampiran 13 Menumbuhkan suasana kelompok yang bebas dan terbuka. 5 menit
b. Tahap Peralihan: Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya Mengamati
dan
menanyakan
apakah para anggota kelompok sudah siap menjalani kegiatan ini pada tahap selanjutnya. 30 menit
c. Tahap Kegiatan: Pemimpin
kelompok
mengemukakan dengan
topik
tema
bahasan
‖Menyusun
Perencanaan yang cermat‖ Anggota
kelompok
menjelaskan
diminta pengertian
perencanaan yang sebenarnya. Anggota
kelompok
menyebutkan
diminta
macam-macam
perencanaan. Anggota
kelompok
menyebutkan
diminta
tujuan
membuat
kelompok
diminta
perencanaan. Anggota
menjelaskan pentingnya menyusun perencanaan yang cermat. Anggota kelompok diminta untuk menjelaskan bagaimana menyusun perencanaan yang cermat. Anggota kelompok melanjutkan
249 Lampiran 13 pembahasan topik tersebut secara tuntas
kemudian
ditarik
kesimpulan yang dapat menambah informasi bagi anggota kelompok itu sendiri. 8
menit
d. Tahap Pengakhiran: Pemimpin
kelompok
mengemukakan
bahwa
kegiatan
akan segera diakhiri Pemimpin
kelompok
meminta
anggota
kelompok
untuk
mengemukakan (understanding,
UCA comfort,
dan
action) Ucapan terima kasih Berdoa Perpisahan
h. Media dan Bahan
: Laiseg, daftar hadir, dan lembar resum.
i. Sasaran
: 10 siswa
j. Metode
: Diskusi
k. Pelaksanaan
: 1 x 45 menit /1 Juli 2013
l. Rencana Penilaian dan
:
Tindak Lanjut Evaluasi 1. Proses Mengamati atensi, respon, dan aktivitas siswa selama kegiatan berlangsung. 2. Hasil Siswa mampu menyusun perencanaan yang cermat dalam kehidupan sehari-hari.
250
Lampiran 13 Tindak Lanjut Mengadakan kegiatan layanan bimbingan kelompok selanjutnya apabila siswa belum dapat menyusun perencanaan yang cermat. m. Sumber
: Delmar dan S. Shane. December 2003. "Does Business Planning Facilitate the Development of New Ventures"Strategic Management Journal, , pp. 1165—1185. Ibrahim, Marwah Daud. 2003. Mengelola Hidup & Merencanakan Masa Depan. Jakarta : MHMMD Production. R. Molz. Oktober 1987. "How Leaders Use Goals." Long Range Planning. p. 81. Soekidjo Nototmodjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat (PrinsipPrinsip Dasar), Cetakan Kedua, Rineka Cipta, Jakarta. Suandy, Erly, 2003, Perencanaan Pajak, Edisi Revisi, Penerbit : Salemba Empat, Jakarta.
Purbalingga, 1 Juli 2013 Mengetahui, Guru Pembimbing,
Praktikan,
Nelly Amaliyah, S.Psi
Sri Lestari
NIP. 19790703 201001 2 019
NIM.1301409063
251
Lampiran 13
SATUAN LAYANAN KEGIATAN BIMBINGAN KONSELING a. Topik
: Topik tugas tentang ‖Strategi Belajar Efektif‖
b. Bidang bimbingan
: Bidang Pribadi
c. Jenis Layanan
: Layanan Bimbingan Kelompok
d. Fungsi
: Fungsi Pemahaman dan Pengembangan
e. Tujuan
:
1. Siswa dapat memahami pengertian belajar efektif. 2. Siswa dapat menyebutkan kiat-kiat mengatasi kesulitan belajar. 3.Siswa dapat mengetahui pentingnya strategi belajar efektif. 8. Siswa dapat menerapkan strategi belajar efektif dalam kehidupan seharihari f. Materi Layanan
: Terlampir
g. Uraian Kegiatan
:
Pertemuan
Waktu
1.
5 menit
Uraian Kegiatan a. Tahap Pembentukan: Menerima
kehadiran
kelompok
secara
anggota
terbuka
dan
mengucapkan terimakasih Memimpin doa Mengungkapkan tujuan
pengertian
kegiatan
dan
bimbingan
kelompok Menjelaskan
aturan
bimbingan
kelompok Perkenalan
dilanjutkan
dengan
permainan. Menumbuhkan suasana kelompok yang bebas dan terbuka.
252
5 menit
b. Tahap Peralihan: Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya Mengamati
dan
menanyakan
apakah para anggota kelompok sudah siap menjalani kegiatan ini pada tahap selanjutnya. 30 menit
c. Tahap Kegiatan: Pemimpin
kelompok
mengemukakan dengan
tema
topik
bahasan
‖Strategi
belajar
efektif‖ Anggota
kelompok
menjelaskan
pengertian
diminta belajar
efektif yang sebenarnya. Anggota
kelompok
diminta
menyebutkan kiat-kiat mengatasi kesulitan belajar. Anggota
kelompok
diminta
menjelaskan pentingnya strategi belajar efektif. Anggota kelompok diminta untuk menjelaskan bagaimana menyusun strategi belajar efektif. Anggota kelompok melanjutkan pembahasan topik tersebut secara tuntas
kemudian
ditarik
kesimpulan yang dapat menambah informasi bagi anggota kelompok itu sendiri.
253
Lampiran 13 9
Menit
d. Tahap Pengakhiran: Pemimpin
kelompok
mengemukakan
bahwa
kegiatan
akan segera diakhiri Pemimpin
kelompok
meminta
anggota
kelompok
untuk
mengemukakan (understanding,
UCA comfort,
dan
action) Ucapan terima kasih Berdoa Perpisahan
h. Media dan Bahan
: Laiseg, daftar hadir, dan lembar resum.
i. Sasaran
: 10 siswa
j. Metode
: Diskusi
k. Pelaksanaan
: 1 x 45 menit / 4 Juli 2013
l. Rencana Penilaian dan
:
Tindak Lanjut Evaluasi 1) Proses Mengamati atensi, respon, dan aktivitas siswa selama kegiatan berlangsung. 2) Hasil Siswa mampu menerapkan strategi belajar efektif dalam kehidupan sehari-hari. Tindak Lanjut Mengadakan kegiatan layanan bimbingan kelompok selanjutnya apabila siswa belum dapat menerapkan strategi belajar efektif.
254
Lampiran 13 m. Sumber
: Sarwono, Sarlito W. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Purbalingga, 4 Juli 2013 Mengetahui, Guru Pembimbing,
Praktikan,
Nelly Amaliyah, S.Psi
Sri Lestari
NIP. 19790703 201001 2 019
NIM.1301409063
255
Lampiran 13
SATUAN LAYANAN KEGIATAN BIMBINGAN KONSELING a. Topik
: Topik tugas tentang ‖Belajar dari Pengalaman‖
b. Bidang bimbingan
: Bidang Pribadi
c. Jenis Layanan
: Layanan Bimbingan Kelompok
d. Fungsi
: Fungsi Pemahaman dan Pengembangan
e. Tujuan
:
1. Siswa dapat memahami pengertian pengalaman. 2. Siswa dapat menyebutkan macam-macam pengalaman. 3. Siswa dapat mengetahui pentingnya belajar dari pengalaman. 4. Siswa dapat menerapkan bagaimana belajar dari pengalaman dalam kehidupan sehari-hari f. Materi Layanan
: Terlampir
g. Uraian Kegiatan
:
Pertemuan
Waktu
1.
5 menit
Uraian Kegiatan a. Tahap Pembentukan: Menerima
kehadiran
kelompok
secara
anggota
terbuka
dan
mengucapkan terimakasih Memimpin doa Mengungkapkan tujuan
pengertian
kegiatan
dan
bimbingan
kelompok Menjelaskan
aturan
bimbingan
kelompok Perkenalan
dilanjutkan
dengan
permainan. Menumbuhkan suasana kelompok yang bebas dan terbuka.
256
5 menit
b. Tahap Peralihan: Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya Mengamati
dan
menanyakan
apakah para anggota kelompok sudah siap menjalani kegiatan ini pada tahap selanjutnya. 30 menit
c. Tahap Kegiatan: Pemimpin
kelompok
mengemukakan
topik
dengan
‖Belajar
tema
bahasan dari
pengalaman‖ Anggota
kelompok
menjelaskan
diminta pengertian
pengalaman yang sebenarnya. Anggota
kelompok
menyebutkan
diminta
macam-macam
pengalaman. Anggota menjelaskan
kelompok pentingnya
diminta belajar
dari pengalaman. Anggota kelompok diminta untuk menjelaskan
bagaimana
belajar
dari pengalaman Anggota kelompok melanjutkan pembahasan topik tersebut secara tuntas
kemudian
ditarik
kesimpulan yang dapat menambah informasi bagi anggota kelompok itu sendiri. 10 Menit
d. Tahap Pengakhiran:
257
Pemimpin
kelompok
mengemukakan
bahwa
kegiatan
akan segera diakhiri Pemimpin
kelompok
meminta
anggota
kelompok
untuk
mengemukakan (understanding,
UCA comfort,
dan
action) Ucapan terima kasih Berdoa Perpisahan
h. Media dan Bahan
: Laiseg, daftar hadir, dan lembar resum.
i. Sasaran
: 10 siswa
j. Metode
: Diskusi
k. Pelaksanaan
: 1 x 45 menit / 6 Juli 2013
l. Rencana Penilaian dan
:
Tindak Lanjut Evaluasi 1) Proses Mengamati atensi, respon, dan aktivitas siswa selama kegiatan berlangsung. 2) Hasil Siswa mampu menerapkan tentang pentingnya belajar dari pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
Tindak Lanjut Mengadakan kegiatan layanan bimbingan kelompok selanjutnya apabila siswa belum dapat menerapkan belajar dari pengalaman.
m. Sumber
:
258
Lampiran 13 De Porter & Mike Hernacki. (1999) Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Terjemahan: Alawiyah Abdurrahman. Jakarta : KAIFA. Djiwandono, Esti (2002) Psikologi Pendidikan, Jakarta : Grasindo. Gulo, W., (2002) Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Grasindo. Harefa, Andrias., (2000) Menjadi Manusia Pembelajar, Jakarta : Kompas. Lunadi, AG., (1984) Pendidikan Orang Dewasa, Jakarta: Gramedia Press Syah, Muhibbin. (2003) Psikologi Belajar , Jakarta : PT. Grafindo Persada
Purbalingga, 6 Juli 2013 Mengetahui, Guru Pembimbing,
Praktikan,
Nelly Amaliyah, S.Psi
Sri Lestari
NIP. 19790703 201001 2 019
NIM.1301409063
259
Lampiran 13 SATUAN LAYANAN KEGIATAN BIMBINGAN KONSELING : Topik tugas tentang ‖Pentingnya Mematuhi
a. Topik
Peraturan‖ b. Bidang bimbingan
: Bidang Sosial dan Bidang Pribadi
c. Jenis Layanan
: Layanan Bimbingan Kelompok
d. Fungsi
: Fungsi Pemahaman dan Pengembangan
e. Tujuan
:
1. Siswa dapat memahami pengertian aturan. 2. Siswa dapat menyebutkan manfaat adanya aturan. 3. Siswa dapat mengetahui pentingnya mematuhi peraturan. 4. Siswa dapat mematuhi peraturan dalam kehidupan sehari-hari f. Materi Layanan
: Terlampir
g. Uraian Kegiatan
:
Pertemuan
Waktu
1.
5 menit
Uraian Kegiatan a. Tahap Pembentukan: Menerima
kehadiran
kelompok
secara
anggota
terbuka
dan
mengucapkan terimakasih Memimpin doa Mengungkapkan tujuan
pengertian
kegiatan
dan
bimbingan
kelompok Menjelaskan
aturan
bimbingan
kelompok Perkenalan
dilanjutkan
dengan
permainan. Menumbuhkan suasana kelompok yang bebas dan terbuka.
5 menit
b. Tahap Peralihan: Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya Mengamati
dan
menanyakan
apakah para anggota kelompok sudah siap menjalani kegiatan ini pada tahap selanjutnya. 30 menit
c. Tahap Kegiatan: Pemimpin
kelompok
mengemukakan dengan
topik
tema
bahasan
‖Pentingnya
mematuhi Peraturan‖. Anggota
kelompok
menjelaskan
diminta
pengertian
aturan
yang sebenarnya. Anggota
kelompok
menyebutkan
manfaat
diminta adanya
aturan. Anggota
kelompok
diminta
menjelaskan pentingnya mematuhi peraturan. Anggota kelompok melanjutkan pembahasan topik tersebut secara tuntas
kemudian
ditarik
kesimpulan yang dapat menambah informasi bagi anggota kelompok itu sendiri. 11 menit
d. Tahap Pengakhiran: Pemimpin mengemukakan
kelompok bahwa
kegiatan
260
Lampiran 13 akan segera diakhiri Pemimpin
kelompok
meminta
anggota
kelompok
untuk
mengemukakan (understanding,
UCA comfort,
dan
action) Ucapan terima kasih Berdoa Perpisahan
h. Media dan Bahan
: Laiseg, daftar hadir, dan lembar resum.
i. Sasaran
: 10 siswa
j. Metode
: Diskusi
k. Pelaksanaan
: 1 x 45 menit / 8 Juli 2013
l. Rencana Penilaian dan
:
Tindak Lanjut Evaluasi 1) Proses Mengamati atensi, respon, dan aktivitas siswa selama kegiatan berlangsung. 2) Hasil Siswa mampu mematuhi peraturan dalam kehidupan sehari-hari.
Tindak Lanjut Mengadakan kegiatan layanan bimbingan kelompok selanjutnya apabila siswa belum dapat mematuhi peraturan. m. Sumber
:
Djiwandono, Esti (2002) Psikologi Pendidikan, Jakarta : Grasindo.
261
Lampiran 13 Purbalingga, 8 Juli 2013 Mengetahui, Guru Pembimbing,
Praktikan,
Nelly Amaliyah, S.Psi
Sri Lestari
NIP. 19790703 201001 2 019
NIM.1301409063
262 Lampiran 14 Cara Mengendalikan Emosi dengan Kegiatan Positif
A. Pengertian Emosi Menurut Crow & crow (dalam Sunarto, 2002) emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian diri dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Emosi adalah sebagai sesuatu yang kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa (a strid up state) yang menyertai atau munculnya sebelum dan sesudah terjadinya perilaku (Syamsudin, 2005 dalam Supriyo, 2008). Emosi merupakan reaksi penilaian (positif atau negatif) yang kompleks dari sistem syaraf seseorang terhadap rangsangan dari luar atau dari dalam dirinya sendiri (Sarwono, 2012 : 124). Menurutya, Emosi juga sering disebut dengan perasaan Menurut perasaan itu bisa positif (senang) atau negatif (tidak senang). Perasaan senang atau tidak senang yang selalu mewarnai perilaku-perilaku kita sehari-hari itu, ketika masih dekat dengan pada tataran biologi dan fisiologi/faal disebut warna afektif (affective tone). Warna emosi afeksi ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar saja. Dalam hal warna afektif yang kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Apabila hal tersebut sudah mencapai tingkat mental atau psikologi, tidak lagi pada tingkat biologi atau fisiologi saja, maka perasaan-perasaan itu disebut dengan emosi. Beberapa macam emosi antara lain gembira, bahagia, terkejut, jemu, benci, was-was, dan sebagainya. Emosi
timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan
individu, dimana pekerjaan yang dilakukan terlampau keras dari susunan syaraf yang akan mempertinggi pekerjaan otak. Emosi diawali dengan adanya suatu rangsangan, baik dari luar (benda, manusia, situasi, cuaca) maupun dari dalam diri sendiri (tekanan darah, kadar gula, lapar, ngantuk, segar, dan lain-lain) pada indraindra. Selanjutnya, individu menafsirkan persepsi dirinya atas rangsangan itu sebagai suatu hal yang positif (menyenangkan, menarik) atau negatif (menakutkan, ingin menghindar) yang selanjutnya selanjutnya diterjemahkan dalam respons-respons fisiologik dan motorik (jantung berdebar, mulut
263
Lampiran 14 menganga, bulu roma berdiri, mata merah, dan sebagainya) dan pada saat itulah terjadi emosi. Misalnya, apabila individu mengalami frustasi, susunan syaraf bekerja sangat keras yang menimbulkan sekresi pada kelenjar-kelenjar tertentu yang dapat mempertinggi pekerjaan otak, sehingga menimbulkan emosi. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa emosi adalah perasaan yang timbul akibat reaksi dari adanya rangsangan dari luar maupun dalam diri individu secara kompleks dari susunan syaraf yang bekerja disertai dengan penyesuaian diri dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik serta berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
B. Ciri-Ciri Emosi Menurut Sarwono (2012 : 131-132) menyebutkan bahwa emosi yang kuat pada umumnya diikuti perubahan-perubahan pada tubuh, seperti: 1. Reaksi elektris pada kulit: meningkat bila terpesona 2. Peredaran darah: bertambah cepat bila marah 3. Denyut jantung: bertambah cepat bila terkejut 4. Pernafasan: bernafas panjang kalau kecewa 5. Pupil mata: membesar bila sakit atau marah 6. Liur: mengering kalau takut atau tegang 7. Bulu roma: berdiri kalau takut 8. Pencernaan: mencret-mencret kalau tegang 9. Otot: ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar (tremor) 10. Komposisi darah: komposisi darah akan ikut berubah dalam keadaan emosional karena kelenjar-kelenjar lebih aktif. Menurut Biehler (dalam Sunarto, 2002) membagi ciri-ciri emosional remaja yaitu: a. Pemberontakan remaja merupakan pernyataan-pernyataan atau ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak ke dewasa b. Karena bertambahnya kebebasan mereka, banyak remaja yang mengalami konflik dengan orang tua mereka
264 Lampiran 14 c. Siswa pada usia ini seringkali melamun, memikirkan masa depan mereka. Banyak di antara mereka yang terlalu tinggi menafsirkan kemampuan mereka sendiri dan merasa berpeluang besar untuk memasuki pekerjaan dan memegang jabatan tertentu.
C. Jenis Emosi Menurut Supriyo (2008 : 37) ada lima jenis emosi, yaitu: 1. Cinta atau kasih sayang Kebutuhan akan kasih sayang dapat diekspresikan jika seseorang mencari pengakuan dan kasih sayang dari orang lain, baik orang tua, teman atau orang dewasa lainnya. Kasih sayang akan sulit dipuaskan pada suasana yang mobilitasnya tinggi. Kebutuhan kasih sayang dapat dipuaskan melalui hubungan yang akrab dengan yang lain. Kasih sayang merupakan keadaan yang dimengerti secara mendalam dan diterima dengan sepenuh hati, kegagalan dalam mencapai kepuasaan kebutuhan kasih sayang merupakan penyebab utama dari gangguan emosional (Yusuf, 2005 dalam Supriyo, 2008). 2. Gembira dan Bahagia Rasa gembira akan dialami akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan individu akan mengalami kegembiraan jika ia diterima oleh orang lain. Perasaan bahagia muncul karena individu mampu menyesuaikan diri dengan baik dalam situasi, sukses dan memperoleh keberhasilan yang lebih baik dari orang lain atau berasal dari terlepasnya energi emosional dari situasi yang menimbulkan kegelisahannya. 3. Kemarahan dan permusuhan Rasa marah merupakan gejala yang penting di antara emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjolkan dalam perkembangan pengendalian emosional seseorang. Ada empat faktor yang sangat penting sehubungan dengan rasa marah: a) adanya kenyataan bahwa rasa marah berhubungan dengan usaha untuk memiliki dirinya dan menjadi dirinya sendiri, b) pertimbangan penting lainnya adalah ketika individu mencapai masa remaja, dia tidak hanya merupakan subjek kemarahan yang berkembang kemudian surut, tetapi juga mempunyai
265
Lampiran 14 sikap-sikap dimana ada sisa kemarahan dalam bentuk yang meliputi perasaan masa lalu, c) perasaan marah sengaja disembunyikan dan sering kali tampak dalam bentuk yang samar-samar. Bahkan seni dari cinta mungkin dipakai sebagai alat kemarahan, d) kemarahan mungkin berbalik pada dirinya sendiri. Dalam beberapa hal, aspek-aspek ini merupakan yang sangat penting dan juga paling sulit dipahami. 4. Ketakutan dan kecemasan Tidak ada seorangpun yang menerjunkan dirinya dalam kehidupan dapat hidup tanpa rasa takut. Satu-satunya cara menghindarkan diri dari rasa takut adalah menyerah terhadap rasa takut, seperti terjadi bila seseorang begitu takut sehingga ia tidak berani mencapai apa yang ada sekarang atau masa depan yang tidak menentu. Rasa takut yang disebabkan oleh otoriter yang dilakukan orang tua akan menyebabkan anak tidak berkembang daya kreatifitasnya dan menjadi orang yang penakut, apatis dan penggugup. Selanjutnya rasa apatis yang disebabkan oleh otoriter orang tua akan mengakibatkan anak menjadi pendiam, memencilkan diri, tidak sanggup bergaul dengan orang lain (Willis, 2012). 5. Frustasi dan dukacita Frustasi merupakan keadaan saat individu mengalami hambatan-hambatan dalam pemenuhan kebutuhannya, terutama bila hambatan tersebut muncul dari dirinya sendiri. Konsekuensi frustasi dapat menimbulkan perasaan rendah diri. Dukacita merupakan perasaan galau atau depresi yang tidak terlalu berat, tetapi mengganggu individu. Keadaan ini terjadi apabila kehilangan sesuatu atau seseorang yang sangat berarti buat kita. Kalau dialami serius akan depresi.
D. Pengertian Kestabilan Emosi Menurut Najati (2000) bahwa kestabilan emosi adalah tidak berlebihlebihan dalam pengungkapan emosi, karena emosi yang diungkapkan secara berlebih-lebihan bisa membahayakan kesehatan fisik dan psikis manusia. Abbas (1997) berpendapat bahwa emosi dikatakan menuju ke tingkat stabil ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: a. Adanya organisasi dan integrasi dari semua aspek emosi.
266 Lampiran 14 Individu akan mampu secara penuh mengekspresikan segala bentuk emosi baik yang positif maupun yang negatif. b.
Emosi menjadi bagian integral dari keseluruhan kepribadian. Individu memiliki sistem emosi yang profesional dalam keseluruhan
struktur pribadinya c. Individu dapat menyatakan emosinya secara tepat dan wajar.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Emosi Menurut Hurlock (1995) faktor yang mempengaruhi kestabilan emosi adalah: a. Fisik Kalau seseorang dalam kondisi sehat secara jasmani maka akan cenderung untuk tidak mudah marah dan cepat tersinggung. Individu akan merasa nyaman dan tentram dalam kondisi jasmaniahnya yang sehat. Tapi individu menjadi cepat marah dan cepat tersinggung bila ada salah satu angota badanya kurang sehat secara medis. Hal ini disebabkan karena ada sesuatu kekurangan yang dirasakan oleh individu, dan hal ini membuat individu merasa tidak nyaman. b. Kondisi lingkungan Adalah kondisi lingkungan tempat individu berada. Lingkungan yang bisa menerima kehadiran individu dan individu mudah diterima pada lingkungan tersebut akan membuat individu mengalami kestabilan dalam emosi. Akan tetapi bila lingkungan tidak bisa menerima kehadiran individu maka individu merasa tidak dianggap oleh lingkungan dan hal ini menyebabkan individu merasa tidak berharga dan terhina. c. Faktor pengalaman. Melalui pengalaman individu bisa mengetahui bagaimana anggapan orang lain tentang berbagai bentuk ungkapan emosi. Individu akan mempelajari bagaimana cara mengungkapkan emosi yang bisa diterima oleh lingkungan sosial dan bagaimana ungkapan emosi yang tidak diterima. Hal ini berkaitan dengan kondisi norma budaya setempat. Individu harus bisa mampu mempelajari kondisi
267
Lampiran 14 lingkungan tempat dia berada. Antara satu daerah dengan daerah yang lain tidak sama adat istiadatnya.
F. Cara Mengendalikan Emosi dengan Kegiatan Positif Adapun cara mengendalikan emosi dengan kegiatan positif adalah sebagai berikut: a. Menenangkan diri Menenangkan diri sedang emosi sangatlah penting. Hal ini dikarenakan saat emosi kita kehilangan kontrol diri yang mengakibatkan rentan melakukan tindakan yang sembrono. Cara yang paling mudah kita lakukan yaitu diam, tidak membuka situs jejaring sosial, menjauhi daerah konflik, mengatur nafas, dan mencari tempat sunyi. b. Mengelola emosi Mengelola emosi merupakan kemampuan emosionil untuk mengontrol, mengendalikan dan mengatasi emosi dalam diri sendiri. Agar individu dapat mengelola emosinya dengan baik, maka individu dapat mulai dari belajar mengenali emosi dan menghindari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang dapat menimbulkan respons emosional, belajar mengenal, menerima, dan mengekspresikan emosi positif (senang, bahagia, sayang) dan negatif (khawatir, sebal, sedih, marah), belajar menunda pemuasan kebutuhan. berfikiran positif, kekuatan dalam penguasaan diri, dan sikap lapang hati yang melegakan. c. Mengatasi dorongan emosi dalam bentuk penyaluran emosi dengan melakukan kegiatan positif Individu dapat melakukan kegiatan positif agar emosi yang dikeluarkan juga positif. Sehingga individu dapat menghindari emosi yang negatif. Adapun caranya yaitu ibadah, olahraga, mendengarkan musik, istirahat, menyalurkan hobi, menulis, mengembangkan rasa humor, dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
d. Mempertahankan sikap positif yang realistis terutama dalam menghadapi masa-masa sulit
268
Lampiran 14 Merupakan kemampuan individu untuk melihat sisi tentang kehidupan dan memelihara sikap positif, sekalipun kita berada dalam kesulitan. Hal ini mengasumsikan bahwa masih adanya harapan dalam diri seseorang dalam menghadapi kehidupan sekalipun berada dalam kesulitan. Individu tetap mempunyai harapan walaupun tipis kemungkinannya. Optimis, sikap positif dan realistis serta selalu berpikir positif adalah kunci individu untuk mencapai kebahagiaan.
269 Lampiran 14 Pentingnya Mengelola Mekanisme Psikologis
A. Pengertian Mekanisme Psikologis Semua perilaku yang kasat-mata akan dilandasi oleh mekanisme psikologis selain oleh input (Buss, 1995a). Misalnya, jika seorang anak dan seorang dewasa merespons secara berbeda stimulus yang sama, maka hal ini disebabkan karena mereka memiliki mekanisme psikologis yang berbeda. Contoh lain, jika seorang pria dan wanita mempunyai respons yang berbeda terhadap stimulus yang sama, hal itu disebabkan karena pria dan wanita memiliki mekanisme psikologis yang berbeda. Menurut Buss (1995, dalam skripsi Dicky Hastjarjo, 2009 : 5) merumuskan mekanisme psikologis sebagai sekumpulan proses di dalam diri organisme yang (a) ada dalam bentuk yang sekarang ini oleh karena mekanisme ini memecahkan satu problem khusus dari keberlangsungan hidup atau reproduksi individu secara berulang kali sepanjang sejarah evolusioner manusia, (b) hanya mengambil informasi atau input tertentu yang dapat bersifat internal atau eksternal, dapat disarikan secara aktif atau diterima secara pasif dari lingkungan, dan menetapkan bagi individu problem adaptif tertentu yang dihadapinya, dan (c) mengubah informasi menjadi output melalui satu prosedur dimana outputnya akan mengatur aktivitas fisiologis, memberikan informasi pada mekanisme psikologis lain atau menghasilkan tindakan, dan memecahkan satu problem adaptif (penyesuaian) untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Fungsi mekanisme psikologis adalah memecahkan problem adaptif (penyesuaian) khusus yang telah didesain oleh proses seleksi alami. Hal ini karena seleksi alam menghendaki
mekanisme-mekanisme
psikologis
yang
berfungsi
untuk
mempromosikan kelangsungan hidup dan reproduksi dari keturunan dan kerabat dekat seseorang. Mekanisme psikologis berjumlah banyak, bersifat kompleks, serta domain spesific. (Buss, 1995a, h. 7; Cosmides & Tooby, 1997). Problem adaptif yang dihadapi manusia di masa lalu akan bersifat kompleks, berjumlah banyak dan akan berbeda satu sama lain. Misalnya, rasa takut terhadap ular akan memecahkan problem adaptif dalam menghindari resiko lingkungan yang berbahaya dan bukan
270
Lampiran 14 untuk memecahkan problem adaptif dalam memilih makanan yangharus dikonsumsi. Problem adaptif yang berbeda akan memilih solusi adapatif yang berbeda pula. Secara prinsip, tidak ada mekanisme psikologis yang bersifat domaingeneral, yaitu satu mekanisme yang dapat digunakan dalam semua domain adaptif (bisa digunakan untuk menghindari ular vs mencari pasangan hidup), oleh semua umur (pada masa anak vs remaja), oleh semua jenis kelamin (pria vs wanita) dan dibawah semua kondisi individual (dalam kondisi tekanan sosial vs tidak ada tekanan sosial). Buss (1995a) memberi ilustrasi bahwa keahlian seorang tukang kayu tidak terbentuk karena ia memiliki satu kemampuan yang bersifat domaingeneral atau kemampuan serba-guna untuk memotong, menggergaji, memasang sekrup, memukul dengan palu, namun karena ia mempunyai banyak ketrampilan khusus. Cosmides dan Tobby (1997) memberikan analogi tentang jantung dan lever. Memompa darah dan mendetoksifikasi racun dalam tubuh adalah dua problemyang berbeda. Desain jantung mempunyai tugas khusus untuk memompa darah, sedangkan desain lever dikhususkan untuk mendetoksifikasi racun. Jantung tak bisa dipakai untuk mendetoksifikasi racun, dan sebaliknya lever tak bisa digunakan sebagai pomp darah. Dengan alasan yang sama, pikiran manusia terdiri dari sejumlah besar sirkuit syaraf yang fungsinya terspesialisasi. Pikiran manusia terdiri dari modul-modul khusus. Secara empiris mekanisme yang bersifat domain-general telah sering dilanggar.
B. Dampak dari Mekanisme Psikologis Dampak yang akan terjadi apabila individu tidak dapat mengelola mekanisme psikologisnya akan mengakibatkan individu mengalami stress, baik internal maupun eksternal (David A.tomb, 2004 : 140). Menurut Semiun (2006) individu yang mekanisme psikologisnya buruk akan mengalami kecemasan dan aktivitas fisiologis kurang sehat. Sehingga kelangsungan hidup individu pun akan terancam karena tidak mampu melakukan penyesuaian dan akan terseleksi oleh alam, di mana individu hanya dapat diterima oleh lingkungan secara pasif saja.
271
Lampiran 14 C. Pentingnya Mengelola Mekanisme Psikologis Telah dijelaskan di atas bahwa dampak yang akan terjadi apabila individu tidak dapat mengelola mekanisme psikologisnya akan mengakibatkan individu mengalami stress, baik internal maupun eksternal, kecemasan, aktivitas fisiologis kurang sehat sehingga mengancam kelangsungan hidup. Maka, individu sangat perlu memahami pentingnya mengelola mekanisme psikologis agar tidak terseleksi oleh alam dengan sendirinya sehingga dapat bertahan hidup/survive.
D. Cara Mengelola Mekanisme Psikologis Individu dikatakan mampu mengelola mekanisme psikologis apabila dalam memecahkan masalah tidak menggunakan mekanisme psikologis baik defence mekanisme maupun escape mekanisme, melainkan berdasarkan pertimbangan rasional, mengarah dari masalah yang dihadapi secara langsung dengan segalanya akibatnya. Individu harus mampu mengelola mekanisme psikologisnya dengan baik, yaitu dengan cara: a. Kondisi psikologis stabil dalam menghadapi masalah Kondisi psikologis adalah kondisi karakteristik psikofisik manusia sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam interaksinya dengan lingkungan. Kondisi psikologis stabil dapat di artikan sebagai keadaan psikologis yang tidak mudah berubah-ubah atau naik turun dalam menghadapi masalah. Individu yang mempunyai kondisi psikis yang stabil, yaitu apabila suasana hatinya baik yang menunjukkan senang, tenang, tidak tegang, bergairah (Sobur, 2003 : 246). Ketahanan psikologis yang tinggi cenderung lebih efektif dalam mengatasi stress dengan menggunakan pendekatan coping yang berfoku pada masalah secara aktif (Williams, dkk, 1992). Menurut Kobasa, dkk, 1982 : 169-170) ketahanan psikologis yang tinggi dapat dilihat dari komitmen yang tinggi, tantangan yang tinggi, dan pengendalian yang kuat terhadap hidup.
b. Memecahkan problem adaptif (penyesuaian) Masalah Merupakan hal yang paling tidak diharapkan hadir dalam kehidupan setiap kita, bahkan masalah bisa datang dengan sendirinya tanpa harus
272
Lampiran 14 dicari dan diundang kedatangannya. Dan itulah keunikan dari masalah, yaitu bisa datang dengan sendirinya atau harus dicari terlebih dahulu. Masalah apapun bentuknya, besar atau kecil, berat atau ringan pasti dapat dipecahkan. Cara memecahkan masalah atau
problem solving memiliki beberapa tahapan,
diantaranya yaitu: 1. Identifikasi masalah Buatlah deskripsi apa yang sebenarnya terjadi. Tulislah situasi dan kondisi sekarang yang menurut kita itu adalah sebuah masalah. Cobalah tanyakan dalam diri, apakah ini benar-benar sebuah masalah atau hanya kita sendiri yang mengada-adakan dan membesar-besarkan persoalan. Sesuatu yang sepele sering dianggap masalah itu sering terjadi. Lihatlah apakah masalah ini akan berpengaruh terhadap diri kita atau tidak. Terus pengaruhnya apa. Semakin besar dampak masalah buat diri kita berarti masalah itu harus diprioritaskan. Masalah yang berdampak jangka panjang juga mesti diperhatikan. Tanpa disadari kita ―memelihara‖ masalah karena efeknya belum terasa saat ini. Ada kebiasaan yang kita anggap hal biasa padahal bisa jadi masalah yang akan datang. Misalnya merokok, miras, menyontek, membolos, dll. 2. Cari akar masalah Apa yang nampak di permukaan belum tentu sama dengan apa yang ada di dalam. Kita harus mencari sumber atau asal permasalahan yang sudah kita identifikasikan di langkah pertama tadi. Apabila kita mengalami permasalahan, maka diuraikan dulu dengan jelas, ditelusuri hingga ditemukan sumbernya. Jika kita sudah bisa mengidentifikasi dan menemukan akar masalah, maka 50 % permasalahan kita sudah bisa dianggap selesai. Tentu saja proses ini tidak mudah dilakukan. Perlu waktu dan kejernihan berpikir agar bisa obyektif dalam menilai permasalahan.
3. Buat alternatif pemecahan masalah Setelah tahu masalah apa yang sebenarnya terjadi dan sumbernya dari mana, buatlah beberapa alternative pemecahan masalah yang mungkin dilakukan.
273
Lampiran 14 Tulislah cara-cara pemecahan masalah itu dengan tahapan-tahapannya. Apa saja langkah yang perlu diambil agar masalah tersebut bisa terselesaikan. Jangan lupa tuliskan juga resiko, waktu yang harus ditempuh, dan tingkat kesulitannya. Susunlah alternatif pemecahan masalah itu sesuai dengan urutan. Cara penyelesaian yang paling kecil resikonya, waktunya sedikit dan mudah dilaksanakan ditaruh di urutan pertama. Begitu terus di urutkan hingga yang terakhir. Jika masalah kita berhubungan dengan orang lain, usahakan bisa win-win solution. Jika tidak bisa sama-sama menang, pilihlah yang resikonya paling kecil. 4. Laksanakan pilihan terbaik dari alternatif pemecahan masalah Pilih satu alternatif pemecahan masalah yang sudah kita susun. Laksanakan pilihan tersebut. Selesaikan masalah dengan tuntas. Jangan sampai kita menyelesaikan masalah tapi menimbulkan masalah baru. Kita harus meniru slogan salah satu perusahaan BUMN yaitu ―menyelesaikan masalah tanpa masalah‖.
c. Mengatur aktivitas fisiologis Mengatur aktivitas fisiologis secara baik berarti telah mengendalikan kerja anggota tubuh agar perubahan-perubahan faal pada tubuh yang mengikuti emosi dapat terkontrol terukur dengan baik pula. Aktivitas fisiologis ini sangat tergantung stimulus dari luar yang merangsang individu untuk membuat aturanaturan keputusan yang akan menghasilkan tindakan. Sehingga keterampilan mengelola mekanisme psikologis sangat diperlukan agar aktifitas fisiologis dapat bekerja dengan baik dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan aturan
274
Lampiran 14 Menekan Frustasi Pribadi secara Sehat dan Wajar
A. Pengertian Frustasi Frustrasi
dari bahasa
Latin
frustratio,
yaitu perasaan kecewa atau
jengkel akibat terhalang dalam pencapaian tujuan. Frustasi dapat diartikan juga sebagai keadaan terhambat dalam mencapai suatu tujuan (Markam, 2003). Sarwono (2012 :141) mengemukakan frustasi adalah suatu keadaan emosi yang disebabkan oleh tidak tercapainya kepuasan atau suatu tujuan akibat adanya hambatan atau rintangan dalam usaha mencapai kepuasan atau tujuan tersebut. Singgih Gunarsa (2012:101) menyatakan bahwa frustasi adalah keadaan kejiwaan tertentu yang timbul pada diri seseorang manakala ia berada dalam situasi dimana kebutuhan tidak terpenuhi atau kehendak tidak terpuaskan atau tujuan tidak tercapai. Dengan kata lain frustasi terjadi bila lingkaran motifasi tidak terpenuhi (terhambat). Tristiadi (2007:37) menyatakan bahwa frustasi merupakan kekecewaan yang disebabkan oleh gagalnya pencapaian suatu tujuan a blocking or thwartin of goal-directed
activity atau
juga
suatu
keadaan
ketegangan
yang
tak
menyenangkan, dipenuhi perasaan dan aktivitas simpatetis yang yang semakin meninggi yang disebabkan oleh rintangan dan hambatan. Frustasi adalah rintangan atau penggagalan tingkah laku untuk mencapai sasaran, satu keadaan ketegangan yang tak menyenangkan, dipenuhi kecemasan, dan aktivitas simpatetis yang semakin meninggi disebabkan oleh perintangan dan hambatan (JP. Chaplin, 2006 : 201). Orang seringkali mengalami hambatan dalam pemuasan suatu kebutuhan, motif dan keinginan. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa frustasi adalah keadaan dimana kebutuhan dan keinginan tidak tercapai yang diikuti oleh reaksi kecemasan yang disebabkan terhalangnya hambatan dan rintangan.
B. Ciri-Ciri Frustasi 1. Mengeluh dan menyesali 2. Jiwa bisa tertekan karena banyaknya pikiran
275
Lampiran 14 3. Merasa hidupnya tak berarti lagi mungkin merasa kurang diperhatikan sehingga cenderung mencoba bunuh diri.
C. Jenis Frustasi Ada beberapa hal yang dapat merupakan sumber frustasi. Berbagai sumber frustasi menimbulkan pula berbagai jenis frustasi yang dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Frustasi lingkungan 2. Frustasi pribadi 3. Frustasi konflik a) Konflik mendekat-mendekat b) Konflik mendekat-menjauh c) Konflik menjauh-menjauh (Sarwono, 2012 : 142-144)
D. Penyebab Frustasi Frustrasi dapat berasal dari dalam (internal) atau dari luar diri (eksternal) seseorang yang mengalaminya. Sumber yang berasal dari dalam termasuk kekurangan diri sendiri seperti kurangnya rasa percaya diri atau ketakutan pada situasi sosial yang menghalangi pencapaian tujuan. Konflik juga dapat menjadi sumber internal dari frustrasi saat seseorang mempunyai beberapa tujuan yang saling berinterferensi satu sama lain. Penyebab eksternal dari frustrasi mencakup kondisi-kondisi di luar diri seperti jalan yang macet, tidak punya uang, atau tidak kunjung mendapatkan jodoh. Charles N. Cofer dalam Slamet Santoso (2010:123) menyebutkan sumbersumber penyebab frustasi adalah: 1. Physical barrier, yakni semua sumber penyebab frustasi yang berasal dari keadaan fisik seperti tinggi badan, kaki pendek sebelah, dan sebagainya. 2. Personal deficiencies, yakni semua sumber frustasi yang berasal dari kekurangan pribadi seperti : kurang pandai, rendah diri, pendiam, dan sebagainya.
276
Lampiran 14 3. Uncooperative social arrangement, yakni sumber frustasi yang berasal dari kekurangan kerja sama pengaturan sosial, seperti kurang berinteraksi sosial, menyendiri, ragu-ragu, dan sebagainya. David Kretch dan Richard S. Crutchfield dalam Slamet Santoso (2010:123) mengungkapkan bahwa penyebab frustasi adalah : 1. The physical environmental, yakni sumber-sumber yang berasal dari lingkungan fisik seperti orang haus di padang pasir dan tidak ada air, menyebabkan frustasi. 2. The biological limitation, yakni sumber penyebab frustasi yang berasal dari keterbatasan biologis individu sendiri, misal orang yang timpang kakinya tidak dapat menjadi pelari cepat. 3. Psychological complexity, yaitu suatu sumber penyebab frustasi yang berasal dari suasana psikologis dalam diri individu yang kompleks dan mungkin bertentangan akibat ketidaksesuaian lingkungan psikologis dengan kebutuhan dan tuntutan. Misal seorang individu ingin membeli buku, tetapi pada saat bersamaan ibunya menyuruh mengantarkan adiknya dan menunggui saat si adiknya belajar renang. 4. The social environmental, yakni sumber penyebab frustasi berasal dari lingkungan yang menyebabkan individu mengalami frustasi dalam bertingkah laku sosial, seperti adanya norma-norma sosial. Misal Andi yang diumpat teman-temannya karena ia memberi dengan tangan kiri pada temannya. Dalam hal ini pada masyarakat berlaku tabu memberi dengan tangan kiri. Singgih
Gunarsa
(2003:102)
menyatakan
bahwa
sumber
yang
menyebabkan terjadinya Frustasi: 1. Diri Pribadi Sendiri Frustasi terjadi karena kelemahan, ketidak mampuan, atau cacat yang terjadi dalam diri sendiri. Misalnya seorang yang ingin menjadi dokter gigi, tapi gagal karena ia buta warna. 2. Lingkungan Alam (Fisik)
277
Lampiran 14 Misalnya ingin menyebrangi sungai tidak bisa karena terlalu dalam dan arusnya deras sekali. Ingin datang ke sekolah tepat waktu tidak bisa karena ban sepedanya bocor. 3. Keadaan Objeknya sendiri Tujuan (objek) itu tidak sesuai dengan harapan sebelumnya. Misalnya ingin membeli kain, kain sudah dibeli tetapi ternyata luntur. 4. Adanya Konflik Frustasi disebabkan oleh konflik dari berbagai motif dalam diri seseorang. Dengan adanya motif yang saling bertentangan, maka pemuasan dari salah satu motif akan menyebabkan frustasi bagi motif lain.
E. Dampak Frustasi 1. Dampak positif a) Mobilisasi dan penambahan kegiatan Jika seseorang dalam usahanya mencapai satu tujuan mengalami satu rintangan besar. Maka sebagai reaksinya bisa terjadi satu pengumpulan untuk menjebol hambatan-hambatan yang menghalangi. Berbagai kesulitan dan hambatan dalam kehidupan sehari-hari bisa menjadi tantangan. Tantangan ini bisa terlalu berat sehingga terjadilah kegagalan dan kemusnahan yang tragis. b) Berfikir secara mendalam disertai wawasan jernih Setiap frustasi memberikan masalah sekaligus tantangan pada manusia untuk di atasi. Kejadian ini memaksa dirinya untuk melihat realitas dengan jalan mengambil jarak pengambilan distansi ini merupakan syarat pertama untuk berfikir secara mendalam disertai wawasan jernih. Berfikir secara mendalam dengan wawasan tajam dan jernih memanggil perspektif – perspektif baru dan memberikan kemungkinan-kemungkinan lain, juga memberikan kesempatan untuk menilai arti dari frustasi tersebut menurut proporsi sebenarnya.
278
Lampiran 14 c) Kompensasi atau substitusi dari tujuan-tujuan Kompensasi adalah usaha menggantikan atau usaha mengimbangi sesuatu yang dianggap minder atau lemah. Kegagalan seseorang dalam satu bidang yang banyak menimbulkan rasa kecemasan, ketegangan dan derita batin, kemudian dialihkan pada suatu pencapaian sukses di bidang lain.Satu kesibukan atau satu pelaksanaan tugas itu jika mengalami hambatan selalu saja akan memanggil satu system ketegangan yang kuat dan menuntut adanya penyelesaian. Penyelesaiannya dapat pula berbentuk penggantian tugas – tugas tadi.
2. Dampak Negatif a. Agresi Agresi adalah kemarahan yang meluap – luap dan orang melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar karena orang selalu gagal dalam usahanya, reaksinya sangat primitif, berupa kemarahan dan luapan emosi kemarahan yang meledak – ledak. Kadang – kadang disertai perilaku kegilaan tindak sadis dan usaha membunuh orang seperti yang diungkapkan Chaplin dalam Kartono. Agresi adalah sebarang reaksi terhadap frustasi berupa serangan, tingkah laku bermusuhan terhadap orang atau benda. Kemarahan – kemarahan semacam ini pasti mengganggu fungsi inteligensi, sehingga harga diri orang yang bersangkutan jadi merosot disebabkan oleh tingkah lakunya. Yang agresif berlebih – lebihan tadi, sebagai contoh : Seorang siswa yang sedang melaksanakan ujian semester, misalnya meminta jawaban dari teman yang lain, karena temannya tidak mau mengasih jawaban kepada siswa tersebut, siswa tersebut menjadi benci dan menjadi bermusuhan, bahkan siswa tersebut menghina temannya di depan kelas. Bila agresi berlebih – lebihan tersebut menjadi kemarahan yang kronis, maka hal ini sering menyebabkan timbulnya penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi.
279
Lampiran 14
b. Regresi Regresi adalah perilaku yang surut kembali pada pola reaksi atau tingkat perkembangan yang primitif, pada pola tingkah laku kekanak – kanakan, infantile dan tidak sesuai dengan tingkah usianya. Semua ini disebabkan karena individu yang bersangkutan mengalami frustasi berat yang tidak tertanggungkan. Pola resikonya antara lain, berupa : menjerit – jerit, berguling – guling di tanah, menangis meraung – raung, membanting kaki, mengisap ibu jari, mengompol, berbicara gagap. Tingkah laku demikian ini mungkin bisa menimbulkan respon simpati dari orang lain, terhadap dirinya dan orang yang bersangkutan untuk sementara waktu bisa terhibur atau merasa puas, akan tetapi pada hakekatnya tingkah laku kekanak – kanakan itu merupakan ekspresi dari rasa kalah, menyerah dan keputusasaan. c. Rasionalisasi Menurut Chaplin dalam Kartono Rasionalisasi adalah proses pembenaran kekalutan sendiri dengan mengemukakan alasan yang masuk atau yang bisa diterima secara sosial untuk menggantikan alasan yang sesungguhnya. Jika seseorang mengalami frustasi dan kegagalan, biasanya ia selalu mencari kesalahan dan sebab musababnya pada orang lain, atau mencarinya pada keadaan di luar dirinya, dia menganggap dirinya yang benar dan orang lain atau kondisi dan situasi dari luar yang menjadi bidang keladi dari kegagalannya. Dia tidak mau mengakuai kesalahan dan kekurangan sendiri. Ia selalu berusaha membelai-belai harga dirinya. Semua pujian dari luar dan pembenaran diharapkan bisa memuaskan perasaan sendiri, dan bisa membelai-belai harga dirinya. Dia selalu menuntut agar segala perbuatan dan alasannya dibenarkan oleh pikiran/akal orang lain. Karena itu perilakunya disebut sebagai rasionalisasi. Misal : seorang yang gagal melaksanakan tugasnya akan berkata ‖tugas itu terlalu berat bagi pribadi saya yang masih amat muda ini‖, atau dalih ‖tugas semacam itu bagi saya tidak ada harganya, dan tidak masuk dalam bidang perhatian saya.
280
Lampiran 14 F. Pengertian Frustasi Pribadi Frustasi pribadi yaitu frustasi yang tumbuh dari ketidakmampuan orang itu sendiri dalam mencapai tujuan. Dengan perkataan lain, frustasi pribadi ini terjadi karena adanya perbedaan antara tingkatan aspirasi dengan tingkatan kemampuannya. Misalnya, seorang anak yang ingin menjadi juara lari di sekolahnya, padahal keadaan fisiknya yang lemah dan sakit-sakitan tidak memungkinkan untuk itu.
G. Cara Menekan Frustasi Pribadi secara Sehat dan Wajar Mendengarkan musik dan atau menonton TV, video yang bahagia atau sejenisnya Bernyanyi dan juga bermain alat musik apa yang anda bisa mencurahkan isi hati . Keluar rumah sejenak untuk melihat yang segar segar , daun yang hijau dan pemandangan yang indah Rekreasi dan belanja dan juga jalan jalan Berolah raga dan lainya.
281
Lampiran 14
Menyusun Perencanaan yang Cermat
A. Pengertian Perencanaan Definisi perencanaan dikemukakan oleh Erly Suandy (2001:2) sebagai berikut “Secara umum perencanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi (perusahaan) dan kemudian menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas strategi-strategi (program), taktik-taktik (tata cara pelaksanaan program) dan operasi (tindakan) yang diperlukan untuk menc“apai tujuan perusahaan secara menyeluruh.” Menurut Indra Bastian, Perencanaan adalah suatu proses yang tidak pernah berakhir. Apabila sebuah rencana telah ditetapkan, maka dokumen menyangkut perencanaan terkait harus diimplementasikan. Menurut Deacon, Perencanaan adalah upaya menyusun berbagai keputusan yang bersifat pokok, yang dipandang paling penting dan yang akan dilaksanakan menurut urutannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan Menurut Drucker, Perencanaan adalah suatu proses yang diorganisasi dan dilaksanakan secara sistematis dengan emnggunakan pengetahuan yang ada sesuai keputusan yang telah ditetapkan bersama Menurut
Goetz,
Perencanaan
adalah
kemampuan
memilih
satu
kemungkinan dari berbagai kemungkinan yang tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan. Pengertian atau definisi perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisisan dan pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan demi masa depan yang baik.
B. Macam-Macam Perencanaan Perencanaan
atau
rencana
(plan) itu
merupakan
inti
dari
kegiatan manajemen, dan perencanaan memiliki banyak macam yaitu : 1. Perencanaan dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana Rencana Jangka Panjang (long term planning) adalah perencanaan yang
282
Lampiran 14 berlaku antara 10-25 tahun. Rencana Jangka Menengah (medium range planning) adalah perencanaan yang berlaku antara 5-7 tahun. Rencana Jangka Pendek (short range planning) adalah perencanaan umumnya berlaku hanya untuk 1 tahun. 2. Perencanaan dilihat dari tingkatannya Rencana Induk (masterplan), adalah perencanaan yang menitik beratkan uraian kebijakan organisasi. Rencana ini mempunyai tujuan jangka panjang dan mempunyai ruang lingkup yang luas. Rencana Operasional (operational planning) adalah perencanaan yang lebih menitik beratkan pada pedoman atau petunjuk dalam melaksanakan suatu program. Rencana Harian (day to day planning) adalah perencanaan harian yang bersifat rutin. 3. Perencanaan ditinjau dari ruang lingkupnya Rencana Strategis (strategic planning) adalah perencanaan yang berisikan uraian tentang kebijakan tujuan jangka panjang dan waktu pelaksanaan yang lama. Model perencanaan ini sulit untuk dirubah. Rencana Taktis (tatical planning) adalah rencana yang berisi uraian yang bersifat jangka pendek, mudah menyesuaikan kegiatan-kegiatannya, asalkan tujuan tidak berubah. Rencana
menyeluruh
(comprehensive
planning) ialah
rencana
yang
mengandung uraian secara menyeluruh dan lengkap. Rencana Terintegrasi (integrated planning) ialah rencana yang mengandung uraian yang menyeluruh bersifat terpadu.
C. Tujuan Perencanaan Stephen
Robbins dan Mary
Coulter mengemukakan
banyak
tujuan
perencanaan. Tujuan pertama adalah untuk memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan nonmanajerial. Dengan rencana, karyawan dapat mengetahui apa yang harus mereka capai, dengan siapa mereka harus bekerja
283
Lampiran 14 sama, dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa rencana, departemen dan individual mungkin akan bekerja sendiri-sendiri secara serampangan, sehingga kerja organisasi kurang efesien. Tujuan kedua adalah untuk mengurangi ketidakpastian. Ketika seorang manajer membuat rencana, ia dipaksa untuk melihat jauh ke depan, meramalkan perubahan, memperkirakan efek dari perubahan tersebut, dan menyusun rencana untuk menghadapinya. Tujuan ketiga adalah untuk meminimalisir pemborosan. Dengan kerja yang terarah dan terencana, karyawan dapat bekerja lebih efesien dan mengurangi pemborosan. Selain itu, dengan rencana, seorang manajer juga dapat mengidentifikasi dan menghapus hal-hal yang dapat menimbulkan inefesiensi dalam perusahaan. Tujuan yang terakhir adalah untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan
dalam fungsi selanjutnya,
pengevalusasian.
Proses
yaitu
pengevaluasian
proses
pengontrolan
atau evaluating adalah
dan proses
membandingkan rencana dengan kenyataan yang ada. Tanpa adanya rencana, manajer tidak akan dapat menilai kinerja perusahaan.
D. Perencanaan yang Cermat Menurut Ibrahim (2003) menyusun perencanaan yang cermat merupakan kunci utama seseorang mencapai kesuksesan. Untuk itu seseorang harus memfokuskan sasaran hidup yang jelas. Dalam menyusun rencana yang cermat adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan tujuan dan cita-cita menjadi fokus ke sasaran, misal fokus dan unggul dalam bidang tertentu 2. Tuliskan dengan jelas dan singkat apa yang Anda inginkan dalam hidup, misalnya
merumuskan
cita-cita
umum/masih
kabur
adan
cita-cita
spesifik/realistis. 3. Kembangkan garis besar rencana Anda untuk mencapai tujuan 4. Menyusun peta hidup, yaitu rencana jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang
284
Lampiran 14 5. Tetapkan jadwal yang pasti kapan tujuan Anda akan dicapai, yaitu tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang 6. Ingatlah tujuan utama dan rencana Anda. Ulangilah beberapa kali sehari 7. Lihatlah peluang yang ada, misalnya ada berapa, jenis peluang yang ada di sekitar Anda 8. Bayangkan Anda sudah mencapainya 9. Bersyukur akan setiap kemajuan yang sudah didapatkan
285 Lampiran 14 Strategi Belajar Efektif
A. Pengertian Belajar Efektif Belajar efektif adalah cara belajar yang dapat meraih tujuan yang ingin dicapai dari belajar itu sendiri, sesuai dengan kompetensi dasar dari materi yang diajarkan. Misalnya, siswa dapat melakukan operasi perkalian dan mampu menjawab soal gurunya dengan baik dan benar. Agar belajar menjadi efektif ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, yaitu: 1) Tumbuhkan motivasi untuk belajar, dengan pertanyaan berikut: 'mengapa saya harus belajar, untuk apa saya belajar? 2) Buatlah jadwal belajar yang rutin dan teratur, misalnya setiap hari ada tiga kali waktu untuk balajar (siang hari pkl 14.00- 16.00, malam hari pkl 19.00-21.00, dini hari pkl 03.30-05.00). Dalam menetapkan jadwal pelajaran, ada dua hal yang harus dipertimbangkan yaitu: Sesuaikan jenis pelajaran yang akan dipelajari dengan waktu belajar yang sudah ditetapkan, misalnya: waktu siang untuk mengulang, malam untuk pelajaran eksak Matematika/IPA, dini hari untuk hapalan. Porsi belajar di sekolah dan di rumah harus seimbang, artinya jika pelajaran matematika di sekolah belajar 3 x seminggu, maka di rumah pun harus belajar 3 x seminggu. Jika jadwal belajar sudah dibuat, maka hendaklah dipatuhi dan dilaksanakan. Belajar sedikit-sedikit tapi rutin masih lebih efektif daripada belajar banyak tetapi tidak rutin. Lakukan prinsip : 6 x @ 2 jam seminggu = 2 jam + 2 jam + 2 jam + 2 jam + 2 jam + 2 jam. Hindarkan prinsip : 2 x @ 6 jam seminggu = 6 jam + 6 jam 3) Siapkan fasilitas belajar, seperti tempat belajar, alat tulis, buku catatan dan latihan, buku pelajaran dan alat bantu belajar. 4) Jaga stamina baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) agar tetap kondisi prima dan berdoa.
B. Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar Beberapa langkah cara mengatasi kesulitan belajar, diantaranya:
286
Lampiran 14 1. Melakukan diagnosa berdasarkan indikasi kesulitan belajar , seperti nilai dibawah rata-rata kelas, prestasi belum tercapai dan perasaan siswa (tidak konsentrasi). 2. Pahami jenis kesulitan belajar dan sumbernya. 3. Tentukan jenis bimbingan belajar yang tepat. 4. Tetapkan kepada siapa harus berkonsultasi; guru, psikolog, psikiater, atau konselor. 5. Melakukan evaluasi. 6. Lakukan perbaikan untuk meningkatkan prestasi belajar sesuai potensi yang dimiliki.
C. Strategi Belajar Efektif Belajar mendadak menjelang ujian memang tidak efektif. Paling tidak sebulan sebelum ulangan adalah masa ideal buat mengulang pelajaran. Materi yang banyak bukan masalah. Ada sepuluh cara pintar supaya belajar kita menjadi efektif. 1. Belajar itu memahami bukan sekedar menghapal Fungsi utama kenapa kita harus belajar adalah memahami hal-hal baru. Kita boleh hapal 100% semua detail pelajaran, tapi yang lebih penting adalah apakah kita sudah mengerti betul dengan semua materi yang dihapal itu. Jadi sebelum menghapal, selalu usahakan untuk memahami dulu garis besar materi pelajaran. 2. Membaca adalah kunci belajar Supaya kita bisa paham, minimal bacalah materi baru dua kali dalam sehari, yakni sebelum dan sesudah materi itu diterangkan oleh guru. Karena otak sudah mengolah materi tersebut sebanyak tiga kali jadi bisa dijamin bakal tersimpan cukup lama di otak kita. 3. Mencatat pokok-pokok pelajaran Tinggalkan catatan pelajaran yang panjang. Ambil intisari atau kesimpulan dari setiap pelajaran yang sudah dibaca (ditulis) ulang. Kata-kata kunci inilah yang nanti berguna waktu kita mengulang pelajaran selama ujian.
287 Lampiran 14 4. Hafalkan kata-kata kunci Kadang, mau tidak mau kita harus menghapal materi pelajaran yang lumayan banyak. Sebenarnya ini bisa disiasati. Buatlah kata-kata kunci dari setiap hapalan, supaya mudah diingat pada saat otak kita memanggilnya. Misal, kata kunci untuk nama-nama warna pelangi adalah MEJIKUHIBINIU, artinya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. 5. Pilih waktu belajar yang tepat Waktu belajar yang paling enak adalah pada saaat badan kita masih segar. Memang tidak semua orang punya waktu belajar enak yang sama lo. Tapi biasanya, pagi hari adalah waktu yang tepat untuk berkonsentrasi penuh. Gunakan saat ini untuk mengolah materi-materi baru. Sisa-sisa energi bisa digunakan untuk mengulang pelajaran dan mengerjakan pekerjaan rumah. 6. Bangun suasana belajar yang nyaman Banyak hal yang bisa buat suasana belajar menjadi nyaman. Kita bisa pilih lagu yang sesuai dengan mood kita. Tempat belajar juga bisa kita sesuaikan. Kalau sedang bosan di kamar bisa di teras atau di perpustakaan. Kuncinya jangan sampai aktivitas belajar kita mengganggu dan terganggu oleh pihak lain. 7. Bentuk Kelompok Belajar Kalau lagi bosan belajar sendiri, bisa belajar bareng dengan teman. Tidak usah banyak-banyak karena tidak bakal efektif, maksimal lima orang. Buat pembagian materi untuk dipelajari masing-masing orang. Kemudian setiap orang secara bergilir menerangkan materi yang dikuasainya itu ke seluruh anggota lainnya. Suasana belajar seperti ini biasanya seru dan kita dijamin bakalan susah untuk mengantuk. 8. Latih sendiri kemampuan kita Sebenarnya kita bisa melatih sendiri kemampuan otak kita. Pada setiap akhir bab pelajaran, biasanya selalu diberikan soal-soal latihan. Tanpa perlu menunggu instruksi dari guru, coba jawab semua pertanyaan tersebut dan periksa sejauh mana kemampuan kita. Kalau materi jawaban tidak ada di buku, cobalah tanya ke guru.
288
Lampiran 14 9. Kembangkan materi yang sudah dipelajari Kalau kita sudah mengulang materi dan menjawab semua soal latihan, jangan langsung tutup buku. Cobalah kita berpikir kritis ala ilmuwan. Buatlah beberapa pertanyaan yang belum disertakan dalam soal latihan. Minta tolong guru untuk menjawabnya. Kalau belum puas, cari jawabannya pada buku referensi lain atau internet. Cara ini mengajak kita untuk selalu berpikir ke depan dan kritis. 10. Sediakan waktu untuk istirahat Belajar boleh kencang, tapi jangan lupa untuk istirahat. Kalau di kelas, setiap jeda pelajaran gunakan untuk melemaskan badan dan pikiran. Setiap 3045 menit waktu belajar kita di rumah selalu selingi dengan istirahat. Kalau pikiran sudah suntuk, percuma saja memaksakan diri. Setelah istirahat, badan menjadi segar dan otak pun siap menerima materi baru. 11. Masukkan rencana belajar dalam jadwal harianmu Tentunya kita sudah punya sendiri jadwal harian yang kita buat. Untuk itu penting bagi kita selalu memasukkan kegiatan belajar dalam jadwal harian kita, sehingga belajar kita pun akan menjadi teratur waktunya.
289
Lampiran 14 Belajar dari Pengalaman
A. Pengertian Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang telah dialami (Chaplin, 1968). Dalam hidupnya orang dewasa mempunyai banyak pengalaman yang beraneka ragam. Pada masa kanak-kanak pengalaman merupakan hal yang baru sehingga dalam proses belajar orang dewasa pengalaman dianggap sebagai sumber belajar yang sangat kaya. Bagaimana seseorang memperoleh pengalaman dapat dibedakan dalam dua cara yaitu (1) memperoleh pengalaman dengan cara tidak sengaja, yaitu apa yang dialami oleh seseorang dengan tidak sengaja itu dimasukkan dalam ingatannya; (2) memperoleh pengalaman dengan sengaja yang kemudian dimasukkan dalam ingatannya. Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung) (KBBI, 2005). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodic, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi. (Daehler & Bukatko, 1985 dalam Syah, 1003). Pengalaman merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari – harinya. Pengalaman juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman juga dapat diberikan kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi pedoman serta pembelajaran manusia. Pengalaman ibu dalam perawatan Luka Episiotomi juga merupakan hal yang tidak terlupakan, karena hampir semua ibu yang merawat luka bekas episiotomi mengharapkan hal yang terbaik untuk mempercepat penyembuhan luka episiotomi. Pengalaman adalah kejadian yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung dsb) baik yang sudah lama atau baru saja terjadi. Pengalaman bisa berupa :yang terpenting dari pengalaman adalah hikmah atau pelajaran yang bisa diambil. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993) pengalaman diartikan: (n) yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung, dan sebagainya). Berbagai
290
Lampiran 14 pengalaman bisa saja terjadi pada diri setiap orang, baik pengalaman lucu, mengharukan, menyedihkan, menggembirakan, maupun membanggakan.
B. Macam-Macam Pengalaman Pengalaman lucu adalah pengalaman yang menggelikan hati, jenaka, atau mampu menimbulkan tertawa. Pengalaman mengharukan adalah pengalaman yang mampu menimbulkan rawan hati atau merawankan hati karena mendengar / melihat sesuatu. Pengalaman menyedihkan adalah pengalaman yang menimbulkan rasa sedih atau (pilu) dalam hati atau menyusahkan hati. Pengalaman menggembirakan adalah pengalaman yang menjadikan seseorang gembira atau membangkitkan rasa gembira. Pengalaman membanggakan adalah pengalaman yang menimbulkan rasa bangga atau menjadikan besar hati. Pengalaman yang menyehatkan adalah peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan sebagai sesuatu yang mengenakkan, mengasyikkan, dan bahkan dirasa ingin mengulangnya kembali. Pengalaman seperti ini akan dijadikan dasar untuk ditransfer oleh individu ketika harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Pengalaman traumatik adalah peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan sebagai sesuatu yang sangat tidak mengenakkan, menyedihkan, atau bahkan menyakitkan, sehingga individu tersebut sangat tidak ingin peristiwa itu terulang lagi. Individu yang mengalami pengalaman traumatik akan cenderung ragu-ragu dalam melakukan sesuatu, rendah diri, atau bahkan merasa takut ketika harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Bobby de Porter (1999) mengatakan konteks adalah latar untuk pengalaman Anda. Ia mengatakan 4 (empat) aspek dari konteks sebagai berikut : Suasana yang menyenangkan dalam belajar. Yakin
akan
kemampuan
kemampuan itu sendiri.
dirinya
sangat
berpengaruh
terhadap
291
Lampiran 14 Adanya jalinan rasa simpati dan saling pengertian Perasaan riang dan takjub
C. Belajar dari Pengalaman Belajar dari pengalaman dapat dibedakan dalam dua cara yaitu : 1. Dengan cara tidak sengaja Memperoleh pengalaman dengan cara tidak sengaja, yaitu apa yang dialami oleh seseorang dengan tidak sengaja itu dimasukkan dalam ingatannya. Hal ini jelas terlihat pada anak-anak, contohnya gelas kalau jatuh dapat pecah, kayu itu keras kalau dipukulkan ke tubuh bisa menimbulkan rasa sakit. Pengalaman-pengalaman ini disimpannya dalam ingatan sebagai pengertian-pengertian. 2. Dengan cara sengaja Seseorang memperoleh pengalaman dengan sengaja yaitu apabila seseorang dengan sengaja memasukkan pengalaman-pengalaman dan pengetahuannya dalam psikisnya. Dalam bidang ilmu pada umumnya orang akan memperoleh pengetahuan dengan sengaja. Dengan demikian orang dengan sengaja mempelajari hal-hal atau keadaan-keadaan yang kemudian dimasukkan dalam ingatannya.
Orang dewasa telah memiliki sejumlah pengetahuan, sikap dan ketrampilan tertentu. Pada diri orang dewasa seringkali timbul keinginan untuk menambah pengetahuan untuk meningkatkan kinerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Orang dewasa akan termotivasi untuk belajar apabila mereka menyadari akan adanya kebutuhan yang dirasakan (felt needs), untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Menyadari kenyataan bahwa orang dewasa sebagai pembelajar berasal dari latar belakang berbeda, pengalaman yang bervariasi dan beragam, pada tempatnya apabila orang dewasa menjadi subjek didik difungsikan sebagai sumber belajar bagi subjek didik lainnya. Proses pembelajaran orang dewasa lebih bersifat
292
Lampiran 14 tukar menukar pengalaman (sharing experience) yang biasanya dipandu oleh pengajar. Orang dewasa cenderung mempelajari hal-hal praktis dan tidak sematamata yang teoritis. Orang dewasa akan belajar efektif apabila pada saat mempelajari sesuatu langsung sambil mempraktikannya (learning by doing). Seperti apa yang dikatakan ahli pendidikan orang dewasa dari negeri China, Kong Fu Chu, yang pada intinya mengatakan bahwa efektivitas belajar tinggi apabila subjek langsung mengerjakannya dan mengalaminya (experiential learning). ‖Saya kerjakan dan saya mengerti‖. Dalam pendidikan orang dewasa pengajar dituntut untuk memiliki kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan baru yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah mereka kuasai, pengalaman yang telah dimilki, sikap yang sudah tertanam, kemampuan yang tersedia dan kerangka pikir yang telah dimiliki dalam bekerja.
293 Lampiran 14 Pentingnya Mematuhi Aturan
Manusia merupakan mahluk sosial sehingga dalam kesehariannya selalu berhubungan dengan manusia-manusia yang lain. Karena seringnya terjadi interaksi anatar manusia tersebut, maka dibutuhkan sesuatu yang bersifat mengatur dan mengikat manusia-manusia tersebut untuk selalu mematuhi aturan yang telah ditetapkan. Peraturan dibuat untuk mengatur manusia - manusia yang terdapat dalam satu kelompok untuk menghindari sikap brutal, mau menang sendiri, dll.
A. Pengertian Aturan Menurut Tim Grasindo Peraturan merupakan patokan untuk menilai apakah sebuah aktivitas itu dimulai dengan baik. Peraturan merupakan salah satu bentuk keputusan yang harus ditaati dan dilaksanakan. Jadi, kita harus menaati peraturan agar semua menjadi teratur dan orang akan merasa nyaman (Joko Untoro & Tim Guru Indonesia). Menurut Lydia Harlina Martono peraturan merupakan pedoman agar manusia hidup tertib dan teratur. Jika tidak terdapat peraturan, manusia bisa bertindak sewenang-wenang, tanpa kendali, dan sulit diatur. Peraturan adalah tindakan yang harus dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan. Definisi aturan secara etimologi adalah suatu benda usaha untuk memberi batasan terhadap sesuatu yang dikehendaki seseorang untuk memindahkannya kepada orang lain. Dengan kata lain, menjelaskan materi yang memungkinkan cendekiawan untuk membahas tentang hakikatnya. Aturan juga dapat berarti seperangkat ketetapan yang diperlukan agar ada efisiensi dalam usaha mengejar sebuah tujuan. 1. hasil perbuatan mengatur; (segala sesuatu) yg sudah diatur 2. cara (ketentuan, patokan, petunjuk, perintah) yg telah ditetapkan supaya diturut: kita harus menurut ~ lalu lintas di jalan 3. tindakan atau perbuatan yg harus dijalankan: panitia sedang membicarakan ~ memberantas penyakit malaria;
294
Lampiran 14 4. adat sopan santun; ketertiban 5. tak seharusnya; menurut (kebiasaan dsb); biasanya: ~ (nya) dia harus datang sendiri;
B. Manfaat Adanya Aturan Adapun manfaat dari adanya aturan adalah sebagai berikut : 1. Melatih Kedisiplinan Tentu semua orang akan sepakat bahwa setiap peraturan dibuat untuk menciptakan kedisiplinan orang-orang yang dikenai aturan tersebut. Begitupun, peraturan karyawan. Dengan adanya peraturan, setiap orang akan merasa memiliki tanggung jawab besar terhadap pekerjaannya, sehingga ia akan berupaya melakukan yang terbaik. Adanya peraturan tidak berarti semua urusan selesai pada tahap itu. Ada kalanya, seseorang ―menyepelekan‖ peraturan berkaitan dengan kedudukannya. Sebagian orang kadang merasa bahwa peraturan merupakan sesuatu yang klise. Peraturan adalah formalitas yang tidak menuntut kepatuhan. Setiap sekolah memiliki tata tertib khusus yang ditetapkan bagi semua siswanya. Beda sekolah, pasti berbeda pula tata tertibnya. 2. Memelihara Ketertiban Setiap siswa diwajibkan untuk selalu menjaga dan memelihara ketertiban dan kebersihan dilingkungan sekolah. Siswa juga berkewajiban untuk menjaga seluruh barang sekolah yang bersifat inventaris agar tidak rusak atau risiko lainnya. Terutama, barang-barang yang berada dibawah tanggung jawab siswa bersangkutan. 3. Menjaga Sikap dan Perilaku Setiap siswa berkewajiban untuk menjaga sikap, menjaga tindakan dan perilaku, serta mengenakan pakaian yang telah ditetapkan dan sopan.
295
Lampiran 14 C. Pentingnya Mematuhi Peraturan Mengetahui sebuah aturan dan mentaatinya adalah sangat penting dalam upaya mencapai tujuan yang berhubungan dengan aturan terkait. Dalam kehidupan kita, dimana-mana akan kita temui aturan dan peraturan baik itu "tersurat" atau hanya "tersirat". Contohnya : ada aturan minum atau pemakaian obat, ada aturan penggunaan sebuah alat, ada aturan main dalam permainan atau games, dan sebagainya. Sudah banyak kejadian-kejadian fatal yang bahkan sampai merenggut nyawa akibat orang melanggar aturan atau peraturan atau disiplin. Contoh ringan misalnya seseorang menggunakan obat batuk sirop tanpa membaca aturan pakai, dia oles2kan obat batuk itu di lehernya dengan harapan menghangatkan dan mengurangi batuknya. Anda bisa bayangkan apa yang terjadi ? he..he..yang ini contoh lebai yang kemungkinannya sangat kecil dan saya hanya ingin membuat anda senyum senyum membacanya. Ada lagi seseorang yang menggunakan alat tanpa mengetahui atau lupa aturan penggunaannya, misalnya dalam penggunaan magic com alat menanak nasi listrik pernah anak saya masak nasi tapi lupa pijit tombol cook maka jadilah seisi rumah tidak bisa saur karena nasinya tidak matang. Di sekolah juga seperti kita ketahui ada aturan2 seperti yang saya baca pada artikel "Disiplin Siswa Di Sekolah ". Dalam artikel itu disebutkan bahwa "Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa" Kembali pada tujuan adanya aturan atau peraturan, adanya aturan penggunaan pemakaian obat misalnya tentu saja agar penggunaan obat lebih efektif. Bayangkan apabila kita minum obat hanya satu kali sehari padahal aturannya adalah tiga kali sehari ? Demikian juga keberadaan aturan di sekolah pasti punya tujuan yang baik, diantaranya adalah untuk mengefektifkan pencapai
296
Lampiran 14 tujuan Sekolah. Oleh sebab itu apabila ada siswa yang sulit mencapai tujuanyang –tujuan telah dicanangkan sekolah dan disepakati bersama mungkin saja karena dia tidak disiplin di sekolahnya.
297
Lampiran 15 TABEL EVALUASI HASIL PENILAIAN SEGERA (Laiseg) LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
Pertemuan
: 1 (pertama)
Topik
: Cara Mengendalikan Emosi dengan Kegiatan Positif
Hari/ Tanggal/ Waktu
No.
KR
1.
R-91
2.
R-92
3.
R-93
4.
R-94
5.
R-95
6.
R-78
7.
R-96
: Senin/ 24 Juni/ 1x45 menit
Aspek Penilaian Segera (Laiseg) Tindakan yang Pemahaman Perasaan akan dilakukan (Understanding) (Comfortable) (Action) Kita harus bisa Senang dapat bertukar Saya akan mencoba mampu pikiran dengan teman mengendalikan mengendalikan yang lain emosi dengan emosi kita melakukan positif Emosi bisa Merasa lebih tenang, Saya akan disalurkan melalui karena kegiatannya menyalurkan emosi kegiatan positif menyenangkan. melalui kegiatan positif agar hidup menjadi bermakna Emosi ada berbagai Senang, enjoy, dan Berusaha untuk macam jenisnya, dan menambah mengeluarkan kita harus bisa pengalaman emosi yang positif mengaturnya agar energi yang keluar positif pula Emosi adalah luapan Cukup puas karena Lebih mengenali perasaan dari dalam dapat berbagi/sharing emosi yang keluar diri seseorang tentang facebook dari dalam diri Kestabilan emosi Senang dan bisa Menstabilkan emosi adalah sesuatu yang berbagi ilmu dengan agar tidak mudah tidak berlebihteman. down lebihan dalam pengungkapan emosi Kita harus memiliki Kegiatannya Akan berusaha kestabilan emosi menyenangkan karena melakukan kegiatan agar hidup menjadi di sini kita bisa tau positif ketika emosi bahagia hal-hal yang baru. negatif keluar Dengan melakukan Bahagia karena Mengatur emosi kegiatan positif dapat wawasan bertambah lebih baik lagi
298
Lampiran 15
8.
R-17
9.
R-97
10.
R-49
mengeluarkan energi yang positif pula Kestabilan emosi dapat mempengaruhi produktivitas kita
luas
Emosi yang positif itu lebih baik dibanding emosi negative Kegiatan positif dapat digunakan sebagai media untuk melatih emosi kita agar tersalurkan dengan baik
Semakin yakin akan meniru bintang film.
Sangat senang karena dapat berpendapat
Mengendalikan emosi dengan bekerja lebih produktif Melakukan hobi agar tidak terpedaya oleh emosi
Senang sekali dapat Saya akan mencoba menghilangkan rasa menahan emosi jenuh dan bisa berbagi yang negative bersama.
299
Lampiran 15 TABEL EVALUASI HASIL PENILAIAN SEGERA (Laiseg) LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
Pertemuan
: 2 (kedua)
Topik
: Mengelola Mekanisme Psikologis
Hari/ Tanggal/ Waktu
: Kamis/ 27 Juni/ 1x45 menit
No.
KR
1.
R-91
2.
R-92
3.
R-93
4.
R-94
5.
R-95
6.
R-78
Aspek Penilaian Segera (Laiseg) Tindakan yang Pemahaman Perasaan akan dilakukan (Understanding) (Comfortable) (Action) Mekanisme Merasa lebih mantap Saya akan mengatur psikologis dapat mengikuti kegiatan mekanisme mempengaruhi ini psikologis agar tubuh aktifitas tubuh kita dapat bekerja dengan baik Mekanisme Tenang karena Mulai mengatur psikologis adalah teman-temannya aktivitas kegiatan sekumpulan proses menyenangkan sehari-hari yang ada di dalam jiwa seseorang Mengatur Sangat senang Mengontrol stres mekanisme karena mendapat dengan bijak yang psikologis dapat pelajaran berharga. dapat mengganggu mengotrol jiwa yang perasaan sehat sehingga tidak mudah stress Mengatur Nyaman sekali Berhati-hati dalam mekanisme berada di antara melakukan aktivitas psikologis itu sangat teman-teman yang sehari-hari penting bagi care keberlangsungan kehidupan kita Jika kita bisa Senang dan bisa Melakukan hal-hal mengatur mekanisme berbagi ilmu dengan yang positif psikologis kita maka teman. hidup kita akan tenang Cara untuk Fleksibel bisa Akan berusaha mengelola mengeluarkan menghadapi masalah mekanisme pendapat dengan berpikir
300
Lampiran 15
7.
R-96
8.
R-17
9.
R-97
10.
R-49
psikologis yaitu kondisi psikologis juga harus stabil dalam menghadapi masalah Apabila seseorang tidak mampu mengelola mekanisme psikologis, maka kehidupan pun kurang teratur Mengelola mekanisme sangat utama agar kita dapat survive Menjaga aktivitas tubuh sebaik mungkin sangat penting sekali untuk dilakukan Mengutamakan kesehatan tubuh agar mekanisme psikologis tidak terserang
positif thinking
Gembira karena mendapatkan ilmu baru
Mengontrol emosi yang keluar dengan baik agar aktivitas fisiologis dapat terkendali
Bahagia karena tidak membuang waktu dengan percuma
Mengerjakan sesuatu sesuai porsi tubuh
Puas karena kegiatannya sangat bermanfaat
Tidak terlalu menforsir kerja tubuh yang berlebihan
Senang mendapatkan informasi yang sangat berguna
Menjaga kesehatan tubuh dengan baik
301
Lampiran 15 TABEL EVALUASI HASIL PENILAIAN SEGERA (Laiseg) LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
Pertemuan
: 3 (ketiga)
Topik
: Menekan Frustasi Pribadi secara Sehat dan Wajar
Hari/ Tanggal/ Waktu
No.
KR
1.
R-91
2.
R-92
3.
R-93
4.
R-94
5.
R-95
6.
R-78
7.
R-96
: Sabtu/ 29 Juni/ 1x45 menit
Aspek Penilaian Segera (Laiseg) Tindakan yang Pemahaman Perasaan akan dilakukan (Understanding) (Comfortable) (Action) Frustasi adalah Senang dengan Saya akan berusaha keadaan dimana masukan temanmenghidari frustasi seseorang berada teman pada posisi sedih yang sangat berlebihan. Semua orang bisa Gembira karena dapat Saya tidak akan mengalami frustasi mengetahui beberapa terlalu menforsir cara untuk menekan pikiran untuk frustasi pribadi melakukan sesuatu Salah satu cara Happy jadi tahu Saya senang menghindari frustasi pentingnya menekan refreshing agar adalah dengan frustasi pribadi secara pikiran kembali refreshing sehat dan wajar jernih Kebanyakan masalah Puas dengan materi Ketika ada masalah, bisa mengakibatkan yang diberikan saya akan segera terjadinya frustasi menyelesaikannya Frustasi dapat Senang sekali Selalu optimis dalam dihilangkan jika kita memperoleh banyak menghadapi segala selalu optimis pengetahuan rintangan dan hambatan yang menghadang Mengenali masalah Sangat bahagia dapat Lebih mengenali yang muncul agar mengeluarkan masalah yang tidak fustasi pendapat muncul dan secepatnya mencari solusinya Frustasi adalah suatu Sangat senang Dalam mencapai keadaan emosi yang mendapatkan tujuan tidak terlalu
302
Lampiran 15
8.
R-17
9.
R-97
10.
R-49
disebabkan oleh tidak tercapainya tujuan tertentu yang diakibatkan oleh suatu hal Ciri-Ciri frustasi adalah banyak mengeluh dan menganggap dirinya tidak berarti
informasi yang sangat ngoyo penting
Sangat senang karena mengetahui banyak hal tentang cara menekan frustasi pribadi secara secara sehat dan wajar Frustrasi pribadi Merasa senang dapat berasal dari karena pengetahuan dalam atau luar diri saya jadi semakin seseorang bertambah. Salah satu cara untuk Enjoy sekali menekan frustasi melakukan kegiatan pribadi adalah yang sangat mendengarkan musik bermanfaat atau menonton TV
Tidak akan mengeluh lagi
Berusaha menekan frustasi dengan melakukan kegiatan lain Ketika menghadapi masalah, saya akan berbagi kepada teman agar hati kembali tenang
303
Lampiran 15 TABEL EVALUASI HASIL PENILAIAN SEGERA (Laiseg) LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
Pertemuan
: 4 (keempat)
Topik
: Menyusun Perencanaan yang Cermat
Hari/ Tanggal/ Waktu
: Senin/ 1 Juli/ 1x45 menit
No.
KR
1.
R-91
2.
R-92
3.
R-93
4.
R-94
5.
R-95
6.
R-78
Aspek Penilaian Segera (Laiseg) Tindakan yang Pemahaman Perasaan akan dilakukan (Understanding) (Comfortable) (Action) Perecanaan Bahagia Mulai membiasakan merupakan sesuatu mendapatkan diri untuk membuat hal yang sangat pengalaman baru perencanaan penting sebelum melakukan sesuatu Dalam setiap hal kita Happy dapat Merencanakan perlu perencanaan memahami segala sesuatu yang yang matang pentingnya menyusun matang sekalipun perencanaan yang hasilnya nihil cermat Menyusun Sangat senang Tidak memaksakan perencanaan yang dengan apa yang saya kehendak dalam cermat harus dapatkan. mencapai tujuan disesuaikan dengan keadaan Dengan adanya Enjoy mendapatkan Saya yakin akan perencanaan yang pengetahuan dan berhasil ketika cermat, kita bisa dapat melakukan mempertimbangkan memperoleh kegiatan yang dari segi untung dan keberhasilan. bermanfaat rugi sebelum bertindak Sebelum mengambil Lega dengan Berani mengambil keputusan, alangkah masukan-masukan resiko baiknya dari teman lain memikirkannya terlebih apa yang akan diperoleh dahulu termasuk resikonya Dengan melakukan Sangat puas dengan Melakukan tindakan
304
Lampiran 15
7.
R-96
8.
R-17
9.
R-97
10.
R-49
perencanaan yang cermat, maka tindakan yang dilakukan tepat pada sasaran Jangan ragu dalam mengambil keputusan Keputusan yang hanya setengahtengah hanya akan menghancurkan tujuan Untuk menetukan target hidup, maka perlu disusun rencana jangka pendek, menengah, dan panjang Menjadi tahu bagaimana menyusun perencanaan yang cermat
bahasan topik yang diberikan
yang tepat agar keinginan dapat terwujud
Senang bisa membantu teman yang kesusahan. Senang mendapat teman-teman yang bisa berbagi dengan saya.
Yakin dengan keputusan yang diambil Berusaha memikirkan rencana dengan matang sebelum mengambil keputusan Membuat rencana jangka pendek, menengah, dan panjang
Senang sekali memperoleh informasi yang berguna
Senang dengan materi yang disampaikan.
Segera menyusun perencanaan yang cermat dalam segala hal
305
Lampiran 15 TABEL EVALUASI HASIL PENILAIAN SEGERA (Laiseg) LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
Pertemuan
: 5 (kelima)
Topik
: Strategi Belajar Efektif
Hari/ Tanggal/ Waktu
: Kamis/ 4 Juli/ 1x45 menit
No.
KR
1.
R-91
2.
R-92
3.
R-93
4.
R-94
Aspek Penilaian Segera (Laiseg) Tindakan yang Pemahaman Perasaan akan dilakukan (Understanding) (Comfortable) (Action) Strategi belajar yang Senang karena Memilih waktu efektif bagi setiap mendapat banyak belajar yang tepat individu itu berbeda- pelajaran berharga. beda, salah satunya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru Belajar di tempat Bahagaia saya sangat Membentuk yang tenang dan mengerti arti dari kelompok belajar nyaman sangat belajar yang mempengaruhi sesungguhnya proses belajar kita agar kita dapat memusatkan perhatian terhadap pelajaran Sebaiknya jika kita Senang sekali Sambil belajar belajar harus tetap mendapat strategi diselingi istirahat semangat dalam belajar yang efektif sebentar biar tidak mengikuti pelajaran suntuk (normatif, adaptif, produktif). Belajar yang baik itu Puas sekali dengan Belajar sambil harusnya dipahami materi yang diberikan mendengarkan musik bukan dihafalkan sehingga ketika ulangan dapat mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain
306
Lampiran 15 5.
R-95
6.
R-78
7.
R-96
8.
R-17
9.
R-97
10.
R-49
Belajar yang baik adalah mengikuti pelajaran (produktif) dengan baik dan berpartisipasi pada saat pelajaran berlangsung Belajar efektif adalah cara belajar yang dapat meraih tujuan yang ingin dicapai dari belajar itu sendiri, sesuai dengan kompetensi dasar dari materi yang diajarkan Biar mendapat nilai bagus ternyata belajar ada caranya sendiri Kita harus mempunyai strategi belajar sendiri Strategi belajar yang baik adalah menumbuhkan motivasi dari dalam diri sendiri Jika belajar jangan SKS (sistem kebut semalam)
Saya senang dengan kegiatan ini.
Belajar mencari kata kunci tidak sekedar menghafal saja
Sangat senang dapat berbagi dengan teman
Membuat jadwal belajar rutin dan teratur
Senang bisa berpendapat untuk orang lain.
Belajar di tempat yang sepi
Nyaman sekali dengan suasana kelompok yang menyenangkan Saya senang karena mendapat banyak manfaat dari kegiatan ini.
Mencatat pokokpokok pelajaran
Lega karena mendapat banyak pencerahan.
Belajar jauh-jauh hari sebelum ulangan
Berusaha memahami materi dengan baik
307
Lampiran 15 TABEL EVALUASI HASIL PENILAIAN SEGERA (Laiseg) LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
Pertemuan
: 6 (keenam)
Topik
: Belajar dari Pengalaman
Hari/ Tanggal/ Waktu
: Sabtu/ 6 Juli/ 1x45 menit
No.
KR
1.
R-91
2.
R-92
3.
R-93
4.
R-94
5.
R-95
6.
R-78
Aspek Penilaian Segera (Laiseg) Tindakan yang Pemahaman Perasaan akan dilakukan (Understanding) (Comfortable) (Action) Pengalaman adalah Saya sangat senang Tidak takut dengan guru yang paling mandapat ilmu-ilmu pengalaman yang baik yang belum saya menyakitkan ketahui. Jadikan pengalaman Senang sekali secara Toleran terhadap sebagai pelajaran tidak langsung pengalaman yang untuk melangkah ke mendapatkan traumatic masa depan pengalaman yang berharga Jika kita ingin Lega memperoleh Menghargai berhasil, belajarlah banyak masukan dari pengalaman dari pengalaman dan teman koreksi Kesalahannya Orang yang sukses Tenang berada dalam Belajar dari adalah orang yang kelompok ini pengalaman punya banyak pengalaman Jangan terlalu Puas dengan banyak Menjadikan menyesali pelajaran yang saya kegagalan sebagai pengalaman buruk di dapat. langkah awal untuk masa lalu, tapi kita mencapai kesuksesan harus jadikan pelajaran yang berharga Pengalaman Gembira dapat Menjadikan diartikan sebagai berbagi pengalaman pengalaman sebagai sesuatu yang pernah motivasi diri untuk dialami (dijalani, meraih mimpi dirasai, ditanggung)
308
Lampiran 15 7.
R-96
8.
R-17
9.
R-97
10.
R-49
Lebih memahami arti pengalaman yang didapatkan Pengalaman menggembirakan adalah pengalaman yang menjadikan seseorang gembira atau membangkitkan rasa gembira Menjadi tahu macam-macam pengalaman Dapat memahami pentingnya belajar dari pengalaman
Menyenangkan berbagi ilmu dengan teman-teman. Nyaman sekali mempunyai temanteman yang mengasyikkan
Tidak mengulang pengalaman yang menyedihkan Akan menambah pengalaman agar pengetahuan lebih banyak lagi
Sangat senang dapat belajar bersama untuk membahas materi Semakin enjoy dengan kegiatan seperti ini
Belajar dari kesalahan orang lain
Bertukar informasi dengan orang-orang pintar
309
Lampiran 15 TABEL EVALUASI HASIL PENILAIAN SEGERA (Laiseg) LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
Pertemuan
: 7 (ketujuh)
Topik
: Pentingnya Mematuhi Peraturan
Hari/ Tanggal/ Waktu
: Senin/ 8 Juli/ 1x45 menit
No.
KR
1.
R-91
2.
R-92
3.
R-93
4.
R-94
5.
R-95
6.
R-78
7.
R-96
Aspek Penilaian Segera (Laiseg) Tindakan yang Pemahaman Perasaan akan dilakukan (Understanding) (Comfortable) (Action) Peraturan adalah Semakin Akan menaati sesuatu yang wajib menyenangkan peraturan yang untuk ditaati mengikuti kegiatan berlaku di sekolah ini. Bersikap realistik itu Sangat Lebih bersikap salah satunya menggembirakan realistik tidak seperti mematuhi peraturan karena banyak anak kecil lagi yang ada pemahaman baru yang didapat Jangan hanya Sangat puas sekali Membuat peraturan mematuhi peraturan dengan bahasan kali diri sendiri saja tetapi melanggar ini kewajiban pada diri sendiri Menerima dan Senang sekali dapat Akan mencoba mengenali diri apa saling berbagi mengenali diri sendiri adanya adalah salah dan menerima satu menaati peraturan kekurangan yang dimiliki Bersikap terbuka dan Senang dengan Mau menerima saran menerima kritik dari kegiatan ini. dari orang lain orang lain adalah dengan terbuka tanpa syarat menaati tersinggung peraturan sedikitpun Dengan adanya aturan Bahagia karena Tidak akan maka segala hal akan kegiatan ini sangat melanggar peraturan berjalan dengan tertib bermanfaat. lagi Jika ada yang Saya merasa sangat Menjadikan peraturan melanggar peraturan senang dengan sebagai patokan wajib dikenakan adanya kegiatan ini. dalam bertindak
310
Lampiran 15
8.
R-17
9.
R-97
10.
R-49
sanksi Peraturan di sekolah yang satu dengan yang lain pasti berbedabeda Peraturan pasti dibuat untuk kebaikan bersama Jadi tau manfaat dari peraturan salah satunya adalah menjaga sikap dan perilaku
Senang bisa ikut menjadi bagian dari kelompok ini
Memanage diri sendiri
Senang jika bisa menaati peraturan yang berlaku Senang sekali mendapatkan ilmu baru lagi
Lebih bijak lagi dalam menaati peraturan Tidak sembrono lagi menganggap enteng peraturan
Lampiran 16 HASIL UJI PRE TEST DAN POST TEST SKALA PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PROGRAM KEAHLIAN
Pre Test
Data
No
3
4
5
6
7
8
9
1
1
2
2
1
3
2
1
3
2
1
1
3
2
1
2
1
2
2
3
2
3
3
1
1
2
4
1
3
1
2
3
1
3
1
1
2
2
2
3
1
1
2
2
1
1
1
2
1
2
3
1
1
4
3
4
1
2
3
4
2
1
1
1
4
1
4
1
5
1
5
1
3
1
1
3
1
1
1
2
1
5
2
1
1
1
1
2
2
1
R-17
4
4
3
5
4
3
4
5
R-49
4
3
5
5
5
5
2
R-78
4
3
3
3
5
4
R-91
4
5
5
5
4
R-92
4
5
5
5
R-93
4
5
4
R-94
5
5
R-95
4
R-96
5
2
R-49
3
R-78
4
R-91
5
R-92
6
R-93
7
R-94
8
R-95
9
R-96
10
R-97
3 4 5 6 7 8 9
MENGELOLA MEKANISME PSIKOLOGIS Jml
2
R-17
2
KESTABILAN EMOSI 1
1
1
Post Test
Kode Resp.
%
Kriteria
MENEKAN FRUSTASI PRIBADI Jml
10
11
12
13
14
15
16
1
4
1
1
1
2
1
2
1
1
1
2
1
4
1
2
1
3
1
1
2
1
3
1
1
2
3
2
1
1
2
3
1
2
2
3
3
3
2
4
1
2
2
4
1
1
3
1
2
2
2
1
2
1
2
1
4
2
1
1
4
3
1
1
1
1
2
1
2
1
16
35.5556
SR
15
33.3333
SR
21
46.6667
R
16
35.5556
SR
16
35.5556
SR
16
35.5556
SR
21
46.6667
R
23
51.1111
R
14
31.1111
SR
16
35.5556
SR
3
35
77.7778
T
4
5
4
3
5
3
3
5
37
82.2222
T
5
5
5
2
5
5
4
4
35
77.7778
T
4
5
4
4
3
5
3
4
38
84.4444
ST
4
4
4
5
5
5
3
5
42
93.3333
ST
5
5
4
5
5
4
3
2
36
80
T
5
5
5
3
3
5
4
5
40
88.8889
ST
3
4
5
5
5
4
5
5
40
88.8889
5
4
4
4
4
3
5
4
38
84.4444
%
kriteria 17
18
19
20
21
22
23
24
1
1
1
2
2
2
2
1
4
1
1
2
1
1
2
1
1
2
1
1
3
2
2
2
1
1
2
2
1
1
1
3
2
2
1
1
2
1
2
2
1
1
2
1
3
4
1
1
1
1
2
3
1
2
1
1
3
4
2
1
3
2
2
2
3
1
1
1
1
1
4
1
4
1
1
1
1
1
1
1
Jml
%
kriteria
12
30.00
SR
13
32.50
SR
14
35.00
SR
12
30.00
SR
13
32.50
SR
14
35.00
SR
12
30.00
SR
19
47.50
R
13
32.50
SR
11
27.50
SR
11
31.43
SR
12
34.29
SR
11
31.43
SR
13
37.14
R
12
34.29
SR
18
51.43
R
14
40.00
R
11
31.43
SR
16
45.71
R
9
25.71
SR
4
28
80.00
T
4
4
5
4
5
4
5
3
34
85.00
ST
4
5
31
88.57
ST
4
3
5
5
5
5
5
5
37
92.50
ST
5
4
4
30
85.71
ST
4
4
4
4
5
5
5
4
35
87.50
ST
3
4
4
4
27
77.14
T
4
3
4
4
3
3
4
3
28
70.00
T
5
5
5
3
4
32
91.43
ST
4
5
5
3
5
4
5
4
35
87.50
ST
4
4
2
3
4
4
26
74.29
T
4
3
5
5
4
4
4
3
32
80.00
T
5
3
4
4
5
5
5
31
88.57
ST
2
4
5
5
5
4
5
5
35
87.50
ST
ST
4
4
5
2
4
4
4
27
77.14
T
4
4
3
5
5
5
3
4
33
82.50
T
ST
5
5
5
4
5
3
4
31
88.57
ST
5
5
4
4
4
3
5
4
34
85.00
ST
311
Lampiran 16 R-97
10
4
3
4
4
5
5
3
5
5
38
92.50
ST
%
f
%
0.00
0
0.00
0
0
0.00
0
0.00
0
0
0
0.00
0
0.00
0
3
25
4.00
33.33
1.00
8.333
7
58.333
6.00
50
9.00
75
6
50
6.00
50
7.00
58.33
4
33.333
4.00
33.33
3.00
25
0
0
0.00
0
0.00
0
0
0
0.00
0
0.00
0
0
0
0.00
0
0.00
0
17.4
38.667
R
12.7
36.29
R
13.3
33.25
SR
37.9
84.222
ST
29.3
83.71
T
34
85.00
ST
20.5
45.556
16.6
47.43
20.7
51.75
Kriteria
Pre test
ST T S R SR
Post test
ST T S R SR Pre Test Ratarata
Post Test Peningkatan
84.4444
ST
f
5
5
4
2
5
4
5
30
85.71
ST
%
f
0
0
0
4
4
5
4
5
5
5
5
37
312
Lampiran 16 PERTIMBANGAN RASIONAL DAN PENGARAHAN DIRI
KEMAMPUAN BELAJAR Jml
25
26
27
28
29
30
2
1
1
4
1
1
2
1
2
1
1
2
1
1
2
2
3
1
1
3
1
1
3
1
1
2
1
1
2
2
3
4
2
1
2
2
1
2
3
1
4
2
2
3
1
1
1
2
1
2
1
1
1
3
5
1
1
1
5
1
5
4
4
3
4
5
4
5
5
5
4
4
4
4
4
%
MENGHARGAI PENGALAMAN
Criteria
Jml 31
32
33
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
4
1
2
4
4
1
1
1
3
3
1
1
2
2
3
3
2
1
4
1
2
1
1
1
1
2
1
1
1
4
4
1
3
1
2
1
1
1
2
1
3
1
2
1
4
1
1
1
2
1
1
2
2
1
3
1
2
2
1
3
2
1
2
1
2
1
2
1
2
3
1
1
1
2
3
1
2
2
3
1
1
2
3
1
2
1
3
2
2
4
3
4
3
3
3
1
3
2
1
1
2
3
1
1
3
1
3
2
1
3
2
1
3
4
2
1
1
2
3
1
4
2
3
1
2
2
2
3
2
3
2
3
1
2
3
4
1
3
2
2
1
3
2
1
4
1
5
1
1
1
1
1
2
2
4
4
1
4
3
2
34
10
33.33
SR
9
30.00
SR
10
33.33
SR
10
33.33
SR
9
30.00
SR
14
46.67
R
13
43.33
R
10
33.33
SR
9
30.00
SR
14
46.67
R
4
24
80.00
T
4
4
4
4
4
5
4
4
5
4
4
3
4
5
5
5
5
29
96.67
ST
3
4
4
5
5
4
5
5
5
5
3
3
4
5
4
3
2
22
73.33
T
5
5
4
4
3
3
4
3
4
3
3
4
5
5
4
3
2
22
73.33
T
5
5
4
4
3
3
4
3
4
3
5
5
4
5
5
4
5
27
90.00
ST
4
5
5
5
4
3
5
4
5
3
4
4
2
4
5
4
3
22
73.33
T
4
4
4
3
4
4
5
3
4
3
4
4
5
5
5
5
28
93.33
ST
5
4
4
3
4
5
5
4
5
5
5
4
4
4
3
25
83.33
T
2
4
4
4
4
4
3
4
5
4
4
4
4
5
26
86.67
ST
5
5
5
3
3
3
4
5
3
4
5
4
5
26
86.67
ST
5
3
4
3
4
4
5
f 0.00
%
kriteria 47
48
49
50
51
52
1
1
2
1
2
1
4
1
2
1
2
1
2
2
1
1
2
1
1
2
1
1
3
2
3
2
1
2
2
1
4
2
1
1
1
4
1
2
3
4
1
2
2
1
1
2
3
1
2
3
1
4
2
1
1
4
1
4
1
1
jumlah
%
kriteria
8
26.67
SR
11
36.67
R
9
30.00
SR
10
33.33
SR
11
36.67
R
13
43.33
R
13
43.33
R
10
33.33
SR
13
43.33
R
12
40.00
R
36
45.00
R
28
35.00
SR
26
32.50
SR
27
33.75
SR
28
35.00
SR
38
47.50
R
30
37.50
R
36
45.00
R
35
43.75
R
37
46.25
R
5
68
85.00
ST
5
4
4
5
5
4
27
90.00
ST
5
5
70
87.50
ST
4
5
5
4
5
5
28
93.33
ST
2
4
4
60
75.00
T
4
4
4
3
2
4
21
70.00
T
5
3
4
4
64
80.00
T
4
4
5
4
2
3
22
73.33
T
5
4
5
5
4
70
87.50
ST
4
4
5
4
4
5
26
86.67
ST
5
5
5
4
4
4
65
81.25
T
4
3
4
4
3
4
22
73.33
T
4
4
5
4
5
3
4
68
85.00
ST
4
4
3
5
4
5
25
83.33
T
4
4
5
5
5
4
5
5
66
82.50
T
5
5
5
4
3
4
26
86.67
ST
4
5
5
5
5
5
3
4
5
69
86.25
ST
5
5
3
5
5
3
26
86.67
ST
5
5
4
5
4
5
5
4
4
69
86.25
ST
4
4
5
4
4
5
26
86.67
ST
%
f
%
f
%
0
0.00
0
0.00
0
313
Lampiran 16 0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
3.00
25
6.00
50
6.00
50
7.00
58.33
4.00
33.33
4.00
33.333
5.00
41.67
6.00
50
6.00
50
5.00
41.67
4.00
33.33
4.00
33.333
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
10.8
36.00
R
32.1
40.13
R
11
36.67
R
25.1
83.67
T
66.9
83.63
T
24.9
83.00
T
14.3
47.67
34.8
43.50
13.9
46.33
314
Lampiran 16 BERSIKAP REALISTIK DAN OBJEKTIF jumlah
%
kriteria
Jumlah Total
% Total
Kriteria Total
1
18
30.00
SR
111
34.69
SR
1
1
20
33.33
SR
108
33.75
SR
1
3
2
25
41.67
R
116
36.25
R
3
2
3
1
24
40.00
R
112
35.00
SR
2
1
1
2
3
21
35.00
SR
110
34.38
SR
3
2
3
4
4
3
31
51.67
R
144
45.00
R
3
1
3
4
3
2
1
31
51.67
R
134
41.88
R
1
2
3
3
1
2
3
1
23
38.33
R
132
41.25
R
1
1
1
1
1
4
1
2
1
21
35.00
SR
121
37.81
R
1
5
1
1
5
1
1
4
4
2
30
50.00
R
129
40.31
R
4
4
5
4
5
3
3
4
5
5
4
50
83.33
T
266
83.13
T
5
5
5
5
5
5
4
4
5
2
4
5
54
90.00
ST
286
89.38
ST
4
4
4
4
3
5
2
4
4
3
4
4
45
75.00
T
248
77.50
T
4
4
4
4
4
5
2
4
4
4
5
4
48
80.00
T
249
77.81
T
4
5
5
5
5
3
5
4
3
3
5
2
49
81.67
T
281
87.81
ST
4
2
4
4
3
3
4
3
3
3
4
4
41
68.33
T
244
76.25
T
5
4
4
5
5
5
4
3
4
5
4
4
52
86.67
ST
279
87.19
ST
4
5
5
4
4
4
2
4
4
4
4
3
47
78.33
T
264
82.50
T
5
5
5
5
3
3
5
5
5
4
5
3
53
88.33
ST
277
86.56
ST
5
4
5
4
4
5
4
4
4
4
4
5
52
86.67
ST
278
86.88
ST
f
%
F
%
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
1
1
2
1
3
1
2
1
3
1
1
2
1
1
2
4
1
1
1
3
2
1
2
1
2
2
3
4
3
1
1
2
2
1
3
1
2
3
3
1
1
2
1
1
3
1
2
1
2
2
4
3
4
2
3
2
4
1
1
1
1
5
2
4
1
4
315
Lampiran 16 0.00
0
0.00
0.00
0.00
0
0.00
0.00
0.00
0
0.00
0.00
6.00
50
6.00
50.00
4.00
33.333
4.00
33.33
4.00
33.333
5.00
41.67
6.00
50
5.00
41.67
0.00
0
0.00
0.00
0.00
0
0.00
0.00
0.00
0
0.00
0.00
24.4
40.67
R
121.70
38.03
R
49.1
81.83
T
267.20
83.50
T
24.7
41.17
145.50
45.47
316
317
Lampiran 17 PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PROGRAM KEAHLIAN SEBELUM DAN SESUDAH MENGIKUTI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
Pre Test No
Resp.
1
Post Test
% Skor
% Skor
Kriteria
% Skor
Kriteria
Peningkatan
R-17
34.69
SR
83.13
T
48.44
2
R-49
33.75
SR
89.38
ST
55.63
3
R-78
36.25
R
77.50
T
41.25
4
R-91
35.00
SR
77.81
T
42.81
5
R-92
34.38
SR
87.81
ST
53.44
6
R-93
45.00
R
76.25
T
31.25
7
R-94
41.88
R
87.19
ST
45.31
8
R-95
41.25
R
82.50
T
41.25
9
R-96
37.81
R
86.56
ST
48.75
10
R-97
40.31
R
86.88
ST
46.56
38.03
R
83.50
T
45.47
Rata-Rata
318
Lampiran 18
NPar Tests KESTABILAN EMOSI Des criptive Statis tics N KESTABILAN EMOSI (Pre Test) KESTABILAN EMOSI (Post Test)
Mean
Std. Deviation
Minimum
Max imum
10
17.4000
3.06232
14.00
23.00
10
37.9000
2.28279
35.00
42.00
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N KESTABILAN EMOSI Negative Ranks (Post Tes t) - KESTABILAN Positive Ranks EMOSI (Pre Test) Ties Total
0a 10 b 0c 10
Mean Rank .00 5.50
a. KESTABILAN EMOSI (Post Tes t) < KESTABILAN EMOSI (Pre Tes t) b. KESTABILAN EMOSI (Post Tes t) > KESTABILAN EMOSI (Pre Tes t) c. KESTABILAN EMOSI (Post Tes t) = KESTABILAN EMOSI (Pre Tes t)
Tes t Statis ticsb KESTABILAN EMOSI (Post Tes t) KESTABILAN EMOSI (Pre Tes t) Z -2.812a Asy mp. Sig. (2-tailed) .005 a. Based on negativ e ranks. b. Wilc oxon Signed Ranks Test
Sum of Ranks .00 55.00
319
Lampiran 18
NPar Tests MENGELOLA MEKANISME PSIKOLOGIS
Des criptive Statis tics N MENGELOLA MEKANISME PSIKOLOGIS (Pre Test) MENGELOLA MEKANISME PSIKOLOGIS (Pos t Test)
Mean
Std. Deviation
Minimum
Max imum
10
12.7000
2.66875
9.00
18.00
10
29.3000
2.11082
26.00
32.00
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N MENGELOLA MEKA NISME PSIKOLOGIS (Post Test) - MENGELOLA MEKA NISME PSIKOLOGIS (Pre Test)
Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
a
0 10
b
Mean Rank
Sum of Ranks
.00
.00
5.50
55.00
c
0 10
a. MENGELOLA MEKA NISME PSIKOLOGIS (Pos t Test) < MENGELOLA MEKA NISME PSIKOLOGIS (Pre Test) b. MENGELOLA MEKA NISME PSIKOLOGIS (Pos t Test) > MENGELOLA MEKA NISME PSIKOLOGIS (Pre Test) c. MENGELOLA MEKA NISME PSIKOLOGIS (Pos t Test) = MENGELOLA MEKA NISME PSIKOLOGIS (Pre Test)
Tes t Statis ticsb
Z Asy mp. Sig. (2-tailed)
MENGELOLA MEKANISME PSIKOLOGIS (Post Tes t) MENGELOLA MEKANISME PSIKOLOGIS (Pre Tes t) -2.807a .005
a. Based on negativ e ranks. b. Wilc oxon Signed Ranks Test
320
Lampiran 18
NPar Tests MENEKAN FRUSTASI PRIBADI Des criptive Statistics N MENEKAN FRUSTASI PRIBADI (Pre Test) MENEKAN FRUSTASI PRIBADI (Pos t Test)
Mean
Std. Deviation
Minimum
Max imum
10
13.3000
2.21359
11.00
19.00
10
34.0000
2.62467
28.00
37.00
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N MENEKAN FRUSTASI PRIBADI (Pos t Test) MENEKAN FRUSTASI PRIBADI (Pre Test)
Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
0a 10 b 0c 10
Mean Rank .00 5.50
Sum of Ranks .00 55.00
a. MENEKAN FRUSTASI PRIBADI (Pos t Test) < MENEKAN FRUSTASI PRIBADI (Pre Test) b. MENEKAN FRUSTASI PRIBADI (Pos t Test) > MENEKAN FRUSTASI PRIBADI (Pre Test) c. MENEKAN FRUSTASI PRIBADI (Pos t Test) = MENEKAN FRUSTASI PRIBADI (Pre Test)
Tes t Statisticsb
Z Asy mp. Sig. (2-tailed)
MENEKAN FRUSTASI PRIBADI (Pos t Test) MENEKAN FRUSTASI PRIBADI (Pre Tes t) -2.807a .005
a. Based on negative ranks. b. Wilc oxon Signed Ranks Test
321
Lampiran 18
NPar Tests PERTIMBANGAN RASIONAL DAN PENGARAHAN DIRI Des criptive Statistics N PERTIMBANGAN RASIONAL DAN PENGARAHAN DIRI (Pre Test) PERTIMBANGAN RASIONAL DAN PENGARAHAN DIRI (Post Tes t)
Mean
Std. Dev iation
Minimum
Max imum
10
10.8000
2.04396
9.00
14.00
10
25.1000
2.55821
22.00
29.00
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N PERTIMBANGAN RASIONAL DAN PENGARAHAN DIRI (Post Test) - PERTIMBANGAN RASIONAL DAN PENGARAHAN DIRI (Pre Test)
Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
a
0 10
b
Mean Rank
Sum of Ranks
.00
.00
5.50
55.00
c
0 10
a. PERTIMBANGAN RASIONAL DAN PENGARAHAN DIRI (Post Test) < PERTIMBANGAN RASIONAL DAN PENGARAHAN DIRI (Pre Test) b. PERTIMBANGAN RASIONAL DAN PENGARAHAN DIRI (Post Test) > PERTIMBANGAN RASIONAL DAN PENGARAHAN DIRI (Pre Test) c. PERTIMBANGAN RASIONAL DAN PENGARAHAN DIRI (Post Test) = PERTIMBANGAN RASIONAL DAN PENGARAHAN DIRI (Pre Test)
Tes t Statis ticsb
Z Asy mp. Sig. (2-tailed)
PERTIMBANGAN RASIONAL DAN PENGARAHAN DIRI (Post Tes t) PERTIMBANGAN RASIONAL DAN PENGARAHAN DIRI (Pre Test) -2.812a .005
a. Based on negative ranks. b. Wilc oxon Signed Ranks Tes t
322
Lampiran 18
NPar Tests KEMAMPUAN BELAJAR Des criptive Statis tics N KEMAMPUAN BELAJAR (Pre Tes t) KEMAMPUAN BELAJAR (Post Test)
Mean
Std. Deviation
Minimum
Max imum
10
32.1000
4.70106
26.00
38.00
10
66.9000
3.17805
60.00
70.00
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N KEMAMPUAN BELAJAR (Pos t Test) - KEMAMPUAN BELAJAR (Pre Test)
Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
0a 10 b 0c 10
Mean Rank .00 5.50
Sum of Ranks .00 55.00
a. KEMAMPUAN BELAJAR (Post Tes t) < KEMAMPUAN BELAJAR (Pre Tes t) b. KEMAMPUAN BELAJAR (Post Tes t) > KEMAMPUAN BELAJAR (Pre Tes t) c. KEMAMPUAN BELAJAR (Post Tes t) = KEMAMPUAN BELAJAR (Pre Tes t)
Tes t Statisticsb KEMAMPUAN BELAJAR (Post Tes t) KEMAMPUAN BELAJAR (Pre Tes t) Z -2.809a Asy mp. Sig. (2-tailed) .005 a. Based on negative ranks. b. Wilc oxon Signed Ranks Test
323
Lampiran 18
NPar Tests MENGHARGAI PENGALAMAN Des criptive Statis tics N MENGHARGAI PENGALAMAN (Pre Tes t) MENGHARGAI PENGALAMAN (Post Tes t)
Mean
Std. Deviation
Minimum
Max imum
10
11.0000
1.76383
8.00
13.00
10
24.8000
2.57337
20.00
28.00
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N MENGHARGAI Negative Ranks PENGALAMAN (Post Tes t) Positive Ranks - MENGHARGAI Ties PENGALAMAN (Pre Tes t) Total
0a 10 b 0c 10
Mean Rank .00 5.50
Sum of Ranks .00 55.00
a. MENGHARGAI PENGALAMAN (Post Test) < MENGHARGAI PENGALAMAN (Pre Test) b. MENGHARGAI PENGALAMAN (Post Test) > MENGHARGAI PENGALAMAN (Pre Test) c. MENGHARGAI PENGALAMAN (Post Test) = MENGHARGAI PENGALAMAN (Pre Test)
Tes t Statis ticsb MENGHARGAI PENGALAMAN (Post Test) - MENGHARGAI PENGALAMAN (Pre Test) Z -2.805a Asy mp. Sig. (2-tailed) .005 a. Based on negative ranks . b. Wilc oxon Signed Ranks Test
324
Lampiran 18
NPar Tests BERSIKAP REALISTIK DAN OBJEKTIF
Des criptive Statis tics N BERSIKAP REALISTIK DAN OBJEKTIF (Pre Tes t) BERSIKAP REALISTIK DAN OBJEKTIF (Post Test)
Mean
Std. Deviation
Minimum
Max imum
10
24.4000
4.76562
18.00
31.00
10
49.1000
4.01248
41.00
54.00
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N BERSIKAP REALISTIK DAN OBJEKTIF (Post Test) - BERSIKAP REALISTIK DAN OBJEKTIF (Pre Test)
Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
0a
Mean Rank .00
Sum of Ranks .00
10 b
5.50
55.00
c
0 10
a. BERSIKAP REALISTIK DAN OBJEKTIF (Post Test) < BERSIKAP REALISTIK DAN OBJEKTIF (Pre Tes t) b. BERSIKAP REALISTIK DAN OBJEKTIF (Post Test) > BERSIKAP REALISTIK DAN OBJEKTIF (Pre Tes t) c. BERSIKAP REALISTIK DAN OBJEKTIF (Post Test) = BERSIKAP REALISTIK DAN OBJEKTIF (Pre Test)
Tes t Statisticsb BERSIKAP REALISTIK DAN OBJEKTIF (Post Tes t) - BERSIKAP REALISTIK DAN OBJEKTIF (Pre Tes t) Z -2.807a Asy mp. Sig. (2-tailed) .005 a. Based on negative ranks. b. Wilc oxon Signed Ranks Tes t
325 Lampiran 18
NPar Tests HASIL UJI PRE TEST DAN POST TEST SKALA PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PROGRAM KEAHLIAN
Des criptive Statistics N Pre Tes t Post Tes t
Mean 121.7000 267.1000
10 10
Std. Deviation 12.35628 15.58097
Minimum 108.00 244.00
Max imum 144.00 286.00
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N Post Tes t - Pre Test
Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
a. Post Tes t < Pre Tes t b. Post Tes t > Pre Tes t c. Post Tes t = Pre Tes t
Tes t Statis ticsb
Z A sy mp. Sig. (2-tailed)
Post Tes t - Pre Test -2.803a .005
a. Based on negative ranks . b. Wilc oxon Signed Ranks Tes t
0a 10 b 0c 10
Mean Rank .00 5.50
Sum of Ranks .00 55.00
328 Lampiran 20
DOKUMENTASI PRE TEST
329
Lampiran 21
DOKUMENTASI BIMBINGAN KELOMPOK