UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN SKRIPSI
ANALISIS KAUSALITAS DAN KOINTEGRASI PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN EKSPOR INDONESIA
Diajukan Oleh : MARIANI PELLY 060501114 EKONOMI PEMBANGUNAN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Medan 2009 Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
Nama
: Mariani Pelly
NIM
: 060501114
Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Judul Skripsi
: Analisis Kausalitas dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi dengan Ekspor
Indonesia
Tanggal,_______________________ Pembimbing
(Dr. Murni Daulay,MSi) NIP. 131 124 048
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN
BERITA ACARA UJIAN
Hari
:
Tanggal
:
Nama
: Mariani Pelly
NIM
: 060501114
Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Judul Skripsi : Analisis Kausalitas dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia
Ketua Departemen
Pembimbing Skripsi
(Wahyu Ario Pratomo, SE, ME.c) NIP. 132 206 574
(Dr. Murni Daulay,MSi) NIP. 131 124 048
Penguji I
Penguji II
(Paidi Hidayat, SE, MSi) 19750920 200501 1 002
(Drs. Rahmad Sumanjaya, Msi) 19490808 198103 1 001
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
Nama
: Mariani Pelly
NIM
: 060501114
Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Judul Skripsi : Analisis Kausalitas dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi dengan Ekspor Indonesia
Tanggal, _______________________
Ketua Departemen
(Wahyu Ario Pratomo, SE,ME.c) NIP. 132 206 574
Tanggal, _______________________
Dekan
(Drs. Jhon Tafbu Ritonga,ME.c) NIP. 131 285 985 Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
ABSTRACT
This research titled “Analysis Causality and Cointegration between Economic Growth and Export in Indonesia. The goal of this research try to analysis the causality and cointegration realitionship between economic growth and export in Indonesia. This research uses annual data during 1970 until 2008, by using method of cointegration test and granger causality test and it’s processed by using Eviews 5. Before using cointegration test and granger causality test, this research use unit roots test and degree of integration to show stationary time series data. The unit roots test result that economic growth and export has stationary at 2difference data with confidence level α = 1%. The cointegration test show that economic growth and export in Indonesia has a consistent relationship in the long term. And, granger causality test show there is a bidirectional causality between economic growth and export in Indonesia. Keywords : Cointegration Test, Granger Causality Test, Economic Growth, Export.
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Analisis Kausalitas dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kausalitas dan kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data tahunan dari 1970 – 2008, dengan menggunakan Cointegration Test dan Granger Causality Test dan di proses dengan menggunakan Eviews 5. Sebelum menggunakan Cointegration Test dan Granger Causality Test, penelitian ini menggunakan Uji Akar Unit dan Uji Derajat Integrasi untuk melihat apakah data yang digunakan telah stasioner. Hasil Uji Akar Unit menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi dan ekspor telah stasioner pada derajat integrasi 2 atau I(2) dengan tingkat kepercayaan 1%. Hasil Cointegration Test menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia memiliki hubungan keseimbangan jangka panjang. Dan, Granger Causality Test menunjukkan bahwa terdapat hubungan dua arah atau timbal balik antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor Indonesia. Kata kunci : Cointegration Test, Granger Causality Test, Pertumbuhan Ekonomi, Ekspor.
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
KATA PENGANTAR
Alhamdullah, puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat, rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Kausalitas dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi dengan Ekspor Indonesia”. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kausalitas dan kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dengan ekspor di Indonesia selama periode 1970 – 2008. Disamping itu, penulisan skripsi ini juga ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi dari program pendidikan Strata-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari terdapat keterbatasan pengetahuan dalam menyelesaikan penelitian ini sehingga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Kedua orang tua penulis yang sangat penulis cintai Drs. Luthfy H. Pelly dan Syarifah Kalsum, yang telah mendidik, mengasihi, dan membimbing serta mendukung penulis didalam doa sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, serta kepada seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan dorongan dan motivasi selama masa perkuliahan dan pengerjaan skripsi ini. 2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M. Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Irsyad Lubis PhD, sebagai Wakil Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 5. Ibu Dr. Murni Daulay, Msi selaku dosen pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran, dan bimbingan yang baik mulai dari awal penulisan hingga selasainya skripsi ini. 6. Bapak Rahmad Sumanjaya, SE, M.Si selaku dosen penguji I yang telah memberikan petunjuk, saran, dan kritik dalam penyusunan skripsi ini. 7. Bapak Paidi Hidayat, M.Si selaku dosen penguji II yang juga telah memberikan petunjuk, saran, dan kritik dalam penyusunan skripsi ini. 8. Bapak Drs, Iskandar Syarif, MA selaku dosen wali penulis yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan penulis. 9. Seluruh staf pengajar dan karyawan pada Fakultas Ekonomi Univesitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan. 10. Kepada Bang Dafi yang telah memberikan dorongan dan motivasi selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini. Kepada teman – teman penulis (Hafni, Citra, Devi, Lili, Bang Andri, Adit, Erlina, Reni, Vera, Mona, Ovi, Ela, Nova, Eni) dan teman-teman lainnya yang tidak disebut yang telah memberikan dukungan serta semangatnya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
11. Kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah membalas segala budi dan pengorbanan yang telah diberikan. Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.
Medan,
Desember 2009
Penulis
Mariani Pelly
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT ..................................................................................................................
i
ABSTRAK ....................................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................
iii
DAFTAR ISI .................................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. . 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .....................................................................................
4
1.3 Hipotesis .......................................................................................................
4
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................................................
5
1.4.1 Tujuan Penelitian ...............................................................................
5
1.4.2 Manfaat Penelitian ...............................................................................
5
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
BAB II URAIAN TEORITIS .........................................................................................
6
2.1 Pertumbuhan Ekonomi ..................................................................................
6
2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi .......................................................
6
2.1.2 Perhitungan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi .......................................
7
2.1.3 Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi .....................................................
10
2.2 Perdagangan Internasional ...........................................................................
14
2.2.1 Latar Belakang Perdagangan Internasional ....................................... 14 2.2.2 Teori Perdagangan Internasional .......................................................... 16 2.2.3 Ekspor .................................................................................................. 20 2.2.4 Impor .................................................................................................... 24 2.3 Perekonomian Terbuka ................................................................................. 26 2.3.1 Arus Barang dan Modal dalam Pasar Internasional ............................ 26 2.3.2 Arus Barang : Ekspor, Impor, dan Ekspor Neto .................................. 27 2.3.3 Aliran Sumber Daya Keuangan : Arus Keluar Modal Neto ................. 28 2.3.4 Persamaan Ekspor Neto dan Investasi Luar Negeri Neto .................... 28 2.3.5 Tabungan, Investasi, dan Hubungannya dengan Arus Internasional .................................................................... 29 2.3.6 Kebijakan Pemerintah dalam Perekonomian Terbuka ......................... 30 Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
2.4 Penelitian Sebelumnya ................................................................................. 32 BAB III METODELOGI PENELITIAN ........................................................................... 34 3.1 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 34 3.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................................. 34 3.3 Pengolahan Data ............................................................................................ 34 3.4 Metode Analisis ............................................................................................. 35 3.5 Defenisi Operasional ..................................................................................... 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 39 4.1 Analisis Deskriptif ........................................................................................ 39 4.1.1 Keterbukaan Ekonomi Indonesia ..................................................... 39 4.1.2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi Indonesia .......................... 45 4.1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ............................ 46 4.1.4 Perkembangan Ekspor di Indonesia ................................................. 49 4.2 Analisis Data ................................................................................................ 52 4.2.1 Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) ............................................... 52 4.2.2 Hasil Uji Kointegrasi (Cointegration Test) ...................................... 54 4.2.3 Hasil Uji Granger Causality (Granger Causality Test) ...................... 54 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 56 5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 56
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
5.2 Saran ............................................................................................................. 57 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL No. Tabel 4.1
Judul
Halaman
Kemajuan Ekonomi Setelah Krisis Ekonomi 1997/1998 Negara Asia (% atau % terhadap PDB untuk utang luar negeri) ........................
4.2
42
Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sisi Permintaan 2001-2009 (% / tahun) ............................................................................
43
4.3
PDB Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku .........................................
48
4.4
Perkembangan Ekspor Indonesia ...........................................................
51
4.5
Hasil Pengujian ADF dengan Intercept .................................................
53
4.6
Hasil Uji Kointegrasi dengan Metode Johansen ....................................
54
4.7
Hasil Uji Granger Causality ...................................................................
55
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
DAFTRAR GAMBAR
No. Gambar
Judul
Halaman
2.1
Jumlah Penduduk Optimal ....................................................................
10
4.1
Perkembangan PDB Indonesia, Tahun 1970 – 2008 ............................
46
4.2
Perkembangan Ekspor Indonesia, Tahun 1970 – 2008 ........................
50
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran 1
Judul Hasil Uji Akar Unit untuk Y (Pertumbuhan Ekonomi) dengan 2nd Difference - Intercept
2
Hasil Uji Akar Unit untuk X (Ekspor) dengan 2nd Difference - Intercept
3
Hasil Uji Kointegrasi dengan Metode Johansen
4
Hasil Uji Granger Causality
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan
pembangunan suatu negara. Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan sasaran utama bagi negara yang sedang berkembang. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat pencapaian tingkat kesejahteraan hidup yang lebih baik bagi penduduknya. Selain itu dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga dimaksudkan untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain. Seperti halnya Indonesia yang terus menggalakkan pertumbuhan ekonomi untuk mengejar ketertinggalan dari negara lain. Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang paling menonjol adalah mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada wacana lain mengenai pengangguran, inflasi atau kenaikan barang-barang secara bersamaan, kemiskinan, pemerataan pendapatan dan lain sebagainya. Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam konteks perekonomian suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau pencapaian perekonomian bangsa tersebut. Bagi Indonesia, sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi merupakan instrumen utama untuk mencapai cita-cita nasionalnya. Ada indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan ini di antaranya adalah pertumbuhan ekonomi yang di ukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Permasalahan yang terkait dengan PDB Indonesia dapat diawali dengan pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dari tahun ke tahun. Dari pencermatan yang dilakukan dapat dilihat bagaimana peran ekspor yang dijadikan sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan mengalami peningkatan dalam kontribusinya pada pertumbuhan. Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Sejak saat itu, ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Ekspor memiliki peran yang penting dalam waktu-waktu mendatang, apalagi dengan digulirkannya perundingan-perundingan WTO menuju perdagangan dunia tanpa hambatan. Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang domestik, menjadi sesuatu yang sangat lazim. Persaingan sangat tajam antarberbagai produk. Selain harga, kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya saing suatu produk.
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Perdagangan internasional mempunyai peranan yang sangat penting baik di negara maju maupun di negara sedang berkembang. Pada umumnya negara-negara sedang berkembang, seperti Indonesia, mengandalkan kelancaran arus pendapatan devisa dan kegiatan ekonominya yang berasal dari ekspor dan dalam dunia modern seperti sekarang ini hampir semua negara mengikuti proses pembangunan yang menggantungkan diri pada ekspor sebagai penggerak pertumbuhan ekonominya (the export-led growth hypothesis). Hal ini sejalan dengan pendapat Soekartawi (1991), alasan yang mendesak mengapa suatu negara perlu menggalakkan ekspor adalah untuk meningkatkan kekayaan negara yang berarti pula akan meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat. Peranan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, selalu menarik untuk diteliti secara teori maupun empirik. Selama dua dekade terakhir ini sudah banyak studi empirik yang telah dilakukan untuk meneliti berapa besar peranan ekspor dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu negara atau hipotesis yang menyatakan bahwa ekspor (pertumbuhan ekspor) akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekspor yang tinggi akan menghasilkan devisa bagi suatu negara dan selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai impor dan untuk pembangunan sektor-sektor di dalam negeri. Karena secara teoritis (hipotesis) dapat dikatakan bahwa ada korelasi yang positif antara pertumbuhan ekspor dan pertumbuhan ekonomi disatu pihak dan peningkatan cadangan devisa, pertumbuhan impor, pertumbuhan output di dalam negeri, peningkatan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan masyrakat serta pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dipihak lainnya. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa dalam dunia yang sudah global ini, hampir tidak ada lagi satu negara pun yang benar-benar mandiri, tapi satu sama lain saling Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
membutuhkan dan saling mengisi. Kenyataan ini lebih meyakinkan kita akan bertambah pentingnya peranan perdagangan internasional dalam masa mendatangdemi kepentingan ekonomi nasional. Dalam hal ini, hubungan ekonomi internasional dalam suatu negara ditunjukkan oleh kegiatan perdagangan perdagangan yang meliputi kegiatan ekspor impor sebagai salah satu komponen penting dalam hubungan ekonomi luar negeri. Ekspor akan memperluas pasar barang buatan dalam negeri dan ini memungkinkan perusahaanperusahaan dalam negeri mengembangkan kegiatannya. Impor juga dapet memberikan sumbangan kepada pertumbuhan ekonomi karena industri-industrinya dapat mengimpor mesin-mesin dan bahan mentah yang diperlukannya. Di Indonesia jenis barang yang sering diperdagangkan ke luar negeri adalah barang migas dan non migas. Barang migas meliputi minyak dan gas, sedangkan barang non migas meliputi komoditi tradisional termasuk produk industri dan pariwisata. Indonesia dapat dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan ekspor, jika laju pertumbuhan ekspornya rata-rata pertahun tinggi dan komposisi ekspornya tidak lagi hanya didominasi oleh komoditas-komoditas pertanian dan pertambangan (termasuk migas), serta produk-produk ekspor Indonesia sudah memasuki pasar dunia. Berdasarkan uraian di atas, peranan ekspor bagi pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi bagi pertumbuhan ekspor di Indonesia menarik untuk di teliti. Untuk itu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kausalitas dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor di Indonesia”.
1.2
Perumusan Masalah
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Berapa besar keterbukaan ekonomi Indonesia saat ini ? 2. Bagaimana pola atau arah hubungan kausalitas (timbal balik) antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia ? 3. Bagaimana hubungan kointegrasi (keseimbangan jangka panjang) antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia ?
1.3
Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang
kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia. 2. Terdapat hubungan kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia.
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui perkembangan ekspor di Indonesia. 2. Untuk mengetahui pola atau arah hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia. 3. Untuk mengetahui hubungan kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia. Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
4. Untuk mengetahui apakah keterbukaan ekonomi Indonesia sudah cukup mengglobal. 1.4.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan studi dan literatur tambahan bagi mahasiswa/mahasiswi yang ingin melakukan penelitian selanjutnya. 2. Sebagai penambah wawasan bagi peneliti yang berkaitan dengan hubungan kausalitas dan kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia. 3. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau bagi instansi-instansi yang terkait. 4. Sebagai pelengkap sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian dengan topik yang sama yang sudah ada sebelumnya.
BAB II URAIAN TEORITIS
2.1
Pertumbuhan Ekonomi
2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan jika jumlah produksi barang dan jasanya meningkat. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan output dari tahun ke tahun yang merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat meningkat (Sukirno, 2003: 10). Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan. Hasil pertumbuhan ekonomi tersebut harus dapat dinikmati masyarakat sampai ke lapisan yang paling bawah. Pertumbuhan harus berjalan secara beriringan dan terencana untuk mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembangunan hasil-hasilnya dengan lebih merata. Bila pembangunan dan hasil-hasilnya tersebut terdistribusi secara merata maka daerah-daerah yang miskin, tertinggal, dan tidak produktif akan menjadi produktif dan akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
2.1.2 Perhitungan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Fluktuasi pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun tercermin dalam nilai Produk Domestik Bruto (PDB). PDB yaitu seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor atau lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di suatu domestik atau agregat. Perubahan nilai PDB akan menunjukkan perubahan jumlah kuantitas barang dan Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
jasa yang dihasilkan selama peride tertentu. Selain PDB, dalam suatu negara juga dikenal ukuran PNB (Produk Nasional Bruto) serta Pendapatan Nasional (National Income). Adapun konsep perhitungan pertumbuhan ekonomi dalam suatu periode (Rahardja, 2004: 118), yaitu :
x 100 %
Dimana: = Pertumbuhan ekonomi periode t.
Gt
PDBRt = Produk Domestik Bruto Riil periode t. PDBRt-1 = Produk Domestik Bruto Riil satu perode sebelumnya. Jika interval waktu lebih dari satu periode maka perhitungan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan eksponensial : PDBRt = PDBR0 ( 1 + r )t Di mana: PDBRt = PDBR periode t PDBR0 = PDBR periode awal r
= tingkat pertumbuhan
t
= jarak periode
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Untuk menghitung besarnya pendapatan nasional atau regional, maka ada tiga metode pendekatan yang dipakai : a) Pendekatan Produksi (Production Approach) Metode ini dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan sektor ekonomi produktif dalam wilayah suatu negara. Secara matematis (Rahardja, 2004: 16) : NI = P1Q1 + P2Q2 + . . . + PnQn Dimana : NI
= PDB (Produk Domestik Bruto).
P1, P2, . . . ,Pn = Harga satuan produk pada satuan masing-masing sektor ekonomi. Q1, Q2, . . , Qn = Jumlah produk pada satuan masing-masing sektor ekonomi. Yang dipakai hanya nilai tambah bruto saja agar dapat menghindari adanya perhitungan ganda. b) Pendekatan Pendapatan (Income Approach) Metode ini dihitung dengan menjumlah besarnya total pendapatan atau balas jasa setiap fakto-faktor produksi. Secara matematis (Rahardja, 2004: 19) : Y = Yw + Yr + Yi + Yp Dimana : Y
= Pendapatan nasional atau PDB.
Yw
= Pendapatan upah/gaji.
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Yr
= Pendapatan sewa.
Yi
= Pendapatan bunga.
Yp
= Pendapatan laba atau profit. c) Pendapatan Pengeluaran (Consumption Approach) Metode ini dihitung dengan menjumlahkan semua pengeluaran yang dilakukan
berbagai golongan pembeli dalam masyarakat. Secara matematis (Rihardja, 2004: 20) : Y = C + I + G + (X - M) Dimana : Y
= PDB (Produk Domestik Bruto).
C
= Pengeluaran rumah tangga konsumen untuk konsumsi.
I
= Pengeluaran rumah tangga perusahaan untuk investasi.
G
= Pengeluaran rumah tangga pemerintah.
(X – M) = Ekspor netto atau pengeluaran rumah tangga luar negeri. Yang dihitung hanya nilai transaksi-transaksi barang jadi saja, untuk menghindari adanya perhitungan ganda.
2.1.3 Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Teori-teori pertumbuhan ekonomi melihat hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa teori mengenai pertumbuhan ekonomi, yaitu: a) Teori Jumlah Penduduk Optimal (Optimal Population Theory) Teori ini telah lama dikembangkan oleh kaum klasik. Menurut teori ini, berlakunya The Law of Diminishing Return (TLDR) menyebabkan tidak semua penduduk dapat dilibatkan dalam proses produksi. Jika dipaksakan, justru akan menurunkan tingkat output perekonomian (Rahardja, 2004: 127). Total Produksi (Output)
Q3
TP2
Q1 Q2 TP1
0
L1
L2
Tenaga kerja
Gambar 2.1 : Jumlah Penduduk Optimal Pada gambar 2.1, kurva TP1 menunjukkan hubungan antara jumlah tenaga kerja dengan tingkat output (fungsi produksi). Kondisi optimal akan tercapai jika jumlah penduduk (tenaga kerja) yang terlihat dalam proses produksi adalah L1, dengan jumlah output (PDB) adalah Q1. Jika jumlah tenaga kerja ditambah menjadi L2 PDB justru berkurang menjadi Q2. Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Hal ini karena cepat terjadinya TLDR. Agar penambahan tenaga kerja ke L2 dapat meningkatkan output, misalnya menjadi Q2, yang harus dilakukan adalah investasi fisik (barang modal) dan SDM yang menunda terjadinya TLDR. Bahkan kedua investasi tersebut menimbulkan sinerji. Jika hal tersebut yang terjadi, maka fungsi produksi membaik. Hal itu digambarkan dengan bergesernya kurva produksi ke TP2. Penambahan tenaga kerja akan meningkatkan output (PDB). b) Teori Pertumbuhan Neo Klasik (Neo Classic Growth Theory) Teori ini dikembangkan oleh Solow (1956) dan merupakan penyempurnaan teori-teori klasik sebelumnya. Fokus pembahasan teori ini adalah akumulasi stok barang modal dan keterkaitannya dengan keputusan masyarakat untuk menabung atau melakukan investasi. Asumsi penting dari model Solow adalah (Rahardja, 2004: 128) : 1. Tingkat teknologi dianggap konstan (tidak ada kemajuan teknologi). 2. Tingkat depresiasi dianggap konstan. 3. Tidak ada perdagangan luar negeri atau aliran keluar masuk barang modal. 4. Tidak ada sektor pemerintah. 5. Tingkat pertambahan penduduk (tenaga kerja) juga dianggap konstan. 6. Seluruh penduduk bekerja sehingga jumlah pendapatan = jumlah tenaga kerja. Dengan asumsi-asumsi tersebut, dapat dipersempit faktor-faktor penentu pertumbuhan menjadi hanya stok barang modal dan tenaga kerja. Lebih lanjut lagi, dapat diasumsikan bahwa PDB per kapita semata-mata ditentukan olehstok barang modal per tenaga kerja. Jika Q = output atau PDB, K = barang modal, dan L = tenaga kerja, maka: y = f (k). Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Dimana: y = PDB per kapita atau Q/L k = barang modal per kapita atau K/L. c) Teori Schumpeter Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan kewirausahaan (entrepreneur). Sebab, para pengusahalah yang mempunyai kemampuan dan keberanian mengaplikasi penemuan-penemuan baru dalam aktivitas produksi. Langkah-langkah pengaplikasian penemuan-penemuan baru dalam dunia usaha merupakan langkah inovasi. Termasuk dalam langkah-langkah inovasi adalah penyusunan teknik-tahap produksi serta masalah organisasi-manajemen, agar produk yang dihasilkan dapat diterima pasar. Menurut Schumpeter, kemajuan perekonomian kapitalis disebabkan diberinya keleluasaan untuk para entrepreneur (inovator). Sayangnya, keleluasaan tersebut cenderung memunculkan monopoli kekuatan pasar. Monopoli inilah yang memunculkan masalahmasalah nonekonomi, terutama sosial-politik, yang pada akhirnya dapat menghancurkan sistem kapitalis itu sendiri. d) Teori Pertumbuhan Harrod-Domar Teori ini berkembang pada waktu yang bersamaan dengan teori klasik, yang dikemukakan oleh Roy F.Harrod (1948) dan Evsey D.Domar (1975) di Amerika Serikat. Teori Harrod-Domar didasari pada asumsi : Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
1. Perekonomian bersifat tertutup. 2. Hasrat menabung (MPS=s) adalah konstan. 3. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to scale). 4. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk.
Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut : g = K = n, dimana : •
g
= Growth (tingkat pertumbuhan output)
•
K
= Capital (tingkat pertumbuhan modal)
•
n
= Tingkat pertumbuhan angkatan kerja
Harrod-Domar mendasarkan teorinya berdasarkan mekanisme pasar tanpa campur tangan pemerintah. Akan tetapi kesimpulannya menunjukan bahwa pemerintah perlu merencanakan besarnya investasi agar terdapat keseimbangan dalam sisi penawaran dan sisi permintaan barang. e) Teori Pertumbuhan Rostow Menurut teori ini pembangunan ekonomi atau transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern merupakan proses yang berdimensi banyak. Dalam bukunya “The Stage of Economic” (1960), Rostow mengemukakan tahap-tahap dalam proses Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
pembangunan ekonomi yang dialami oleh setiap negara pada umumnya ke dalam lima tahap, yaitu :
a. Tahap masyarakat tradisional (The traditional society) b. Tahap peletakan dasar untuk tinggal landas (The preconditional society) c. Tahap tinggal landas (The take off) d. Tahap bergerak menuju kematangan (The drive to martirty) e. Tahap era konsumsi tinggi massa (The age of high mass consumption) 2.2
Perdagangan Internasional
2.2.1 Latar Belakang Perdagangan Internasional Perdagangan antarnegara atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional, sebanarnya sudah ada sejak zaman dahulu, namun dalam ruang lingkup dan jumlah yang terbatas, di mana pemenuhan kebutuhan setempat (dalam negeri) yang tidak dapat di produksi, dipenuhi dengan cara barter (pertukaran barang dengan barang lainnya yang dibutuhkan oleh kedua belah pihak, dimana masing-masing negara tidak dapat memproduksi barang tersebut untuk kebutuhannya sendiri). Hal ini terjadi karena setiap negara dengan negara rekan dagangnya mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya perbedaan kandungan sumber daya alam, iklim, penduduk, sumber daya manusia, spesifikasi tenaga kerja, konfigurasi geografis, teknologi, tingkat harga, struktur ekonomi, sosial dan politik, dan sebagainya. Dari perbedaan tersebut maka atas dasar kebutuhan yang saling menguntungkan, terjadilah proses pertukaran, yang dalam skala luas dikenal sebagai perdagangan internasional (Halmawi, 2002: 17). Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Karena itu timbul negara yang lebih unggul dan lebih istimewa dalam memproduksi hasil tertentu. Hal ini di mungkinkan karena adanya barang yang hanya di produksi didaerah dan iklim tertentu atau karena negara tersebut memiliki kombinasi faktor-faktor produksinya yang lebih baik dari negara lainnya, sehingga negara tersebut dapat menghasilkan barang yang lebih bersaing. Setiap negara memiliki tingkat kapasitas produksi yang berbeda baik secara kualitas maupun jenis produksinya. Perbedaan-perbedaan inilah yang menyebabkan timbulnya Perdagangan Internasional, antara lain: 1. Sumber daya alam (natural resources). 2. Sumber daya modal (capital resources). 3. Tenaga kerja (human resources). 4. Teknologi. Pada dasarnya, perdagangan timbul karena adanya dorongan atau motif untuk berdagang. Motif ini adalah kemungkinan diperolehnya manfaat dari perdagangan atau gains of trade. Dalam kasus pertukaran antara dua orang, manfaat ini ditunjukkan oleh kemungkinan untuk mencapai tingkat kepuasan atau indiferensi yang lebih tinggi. Beberapa faktor lain yang menyebabkan timbulnya perdagangan internasional selain motif gains of trade, yaitu: 1. Harga Ditentukan oleh biaya produksi, yaitu perbedaan biaya produksi akan menyebabkan perbedaan harga barang. Seseorang dapat membeli barang yang harganya lebih murah dan mungkin dapat menjual barang keluar negeri dengan harga yang relatif lebih tinggi. Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
2. Pendapatan. Meningkatnya pendapatan nasional menyebabkan meningkatnya pembelian barang dari luar negeri (impor) dan meningkatnya ekspor akan meningkatkan pendapatan nasional. 3. Selera. Misalnya seseorang lebih berselera produk luar negeri, maka ia cenderung membeli produkproduk luar negeri, begitu pula sebaliknya. 2.2.2 Teori Perdagangan Internasional a.
Merkantilisme Dalam perdagangan internasional terdapat beberapa aliran pemikiran, dimulai dari
aliran pemikiran yang dikenal sebagai aliran merkantilisme. Aliran merkantilisme ini merupakan suatu kelompok aturan yang merupakan pencerminan cita-cita atau ideologi kapitalisme komersil. Kebijakan ekonomi ini pernah dianjurakan dan dilaksanakan oleh sekelompok negarawan Eropa pada abad keenambelas dan tujuhbelas. Salah satu penganjur teori ini adalah Thomas Mun (Hady, 2004: 24). Merkantilisme
mempunyai
pokok-pokok
ajarannya
didalam
menjalankan
perekonomiannya. Pokok-pokok ajaran Merkantilisme adalah sebagai berikut : 1. Kemakmuran akan di peroleh dengan pemilikan emas dan perak sebanyak mungkin. 2. Surplus neraca perdagangan dengan ekspor lebih besar dari impor. 3. Penurunan bea masuk untuk bahan mentah agar harganya murah. 4. Melarang emigrasi ke luar negeri agar jumlah buruh melimpah dan upah buruh murah.
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
5. Memperluas (ekspansi) daerah pemasaran. Banyak negara Eropa yang mencari negeri jajahan, Inggris, Belanda, Prancis, Spanyol, Portugis, dll. 6. Menurut ajaran merkantilisme, kemajuan ekonomi suatu negara tergantung pada bagaimana pengelolahan hubungan ekonomi dengan negara lain, terutama dalam hal perdagangan. b.
Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage Theory) Teori keunggulan mutlak dari Adam Smith ini sering disebut teori murni perdagangan
internasional. Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa suatu negara akan memperoleh perdagangan internasional (gains of trade) karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak (absolute advantage), serta mengimpor barang jika negara tersebut memiliki ketidakunggulan mutlak (absolute disadvantage). Teori absolute advantage ini didasarkan kepada beberapa asumsi pokok antara lain sebagai berikut (Hady, 2004: 29) : 1. Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja. 2. Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama. 3. Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang. 4. Biaya transport diabaikan. Kelemahan teori Adam Smith : Perdagangan internasional terjadi dan menguntungkan kedua negara bila masingmasing negara memiliki keunggulan mutlak yang berbeda. Dengan demikian, bila hanya satu negara yang memiliki keunggulan mutlak untuk kedua jenis produk, maka tidak akan terjadi Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
perdagangan internasional yang menguntungkan. Hal ini merupakan kelemahan dari teori absolute advantage Adam Smith. c.
Teori Keunggulan Komparatif (comparative advantage) David Ricardo mengemukakan teori comparative advantage (keunggulan komparatif)
sebagai berikut : 1. Cost Comparative Advantage (Labor Efficiency) Teori David Ricardo didasarkan pada nilai tenaga kerja yang menyatakan bahwa nilai atau harga suatu produk ditentukan oleh jumlah waktu atau jam kerja yang diperlukan untuk memproduksinya. Menurut teori cost comparative advantage, suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif/tidak efisien. Dengan adanya spesialisasi pada masing-masing negara berdasarkan cost comparative advantage (labor efficiency), maka akan terjadi penghematan hari kerja. Penghematan hari kerja ini tentunya akan meningkatkan jumlah produksi kedua negara tersebut. 2. Production Comparative Advantage (Labor Productivity) Berdasarkan analisis production comparative advantage atau labor productivity dapat dikatakan sebagai berikut : Suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
berproduksi relatif lebih produktif serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang/tidak produktif. Akhirnya dapat disimpulkan sebagai berikut. Menurut teori comparative advantage dari David Ricardo, perdagangan internasional dari dua negara tetap terjadi walaupun hanya satu negara yang memiliki keunggulan mutlak, dengan masing-masing negara tersebut memiliki perbedaan dalam labor efficiency (cost comparative advantage) dan atau labor productivity (production comparative advantage). Kelemahan dari Teori comparative advantage : 1. Teori ini menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan fungsi faktor produksi (tenaga kerja). Perbedaan fungsi ini menimbulkan terjadinya perbedaan produktifitas (production comparative advantage) ataupun perbedaan efisiensi (cost comparative advantage). Akibatnya, terjadilah perbedaan harga barang yang sejenis diantara dua negara. 2. Jika fungsi faktor produksi (tenaga kerja) sama atau produktifitas dan efisiensi di kedua negara sama, maka tentu tidak akan terjadi perdagangan internasional karena harga barang yang sejenis akan menjadi sama di kedua negara tersebut. 3. Pada kenyataannya, walaupun fungsi faktor produksi (produktifitas dan efisiensi) sama diantara kedua negara, ternyata harga barang yang sejenis dapat berbeda, sehingga dapat terjadi perdagangan internasional. Dalam hal ini teori ini tidak dapat menjelaskan mengapa terjadi perbedaan harga untuk barang/produk sejenis walaupun fungsi faktor produksi (produktifitas dan efisiensi) sama di kedua negara.
2.2.3 Ekspor Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
a. Pengertian Ekspor Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing sesuai dengan ketentuan pemerintah dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan bahasa asing (Amir, 2004: 1). Jadi hasil yang diperoleh dari kegiatan mengekspor adalah berupa nilai sejumlah uang dalam valuta asing atau biasa disebut dengan istilah devisa yang juga merupakan salah satu sumber pemasukan negara. Yang dimaksud dengan ekspor adalah kegiatan perdagangan yang memberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan timbulnya industi-industri pabrik besar, bersamaan dengan struktur politik yang stabil dan lembaga sosial yang efisien (Todaro, 2000: 167). Ekspor merupakan salah satu sektor perekonomian yang memegang peranan penting melalui perluasan pasar antara beberapa negara dimana dapat mengadakan perluasan pasar dalam sektor industri, sehingga mendorong dalam sektor industri lain, selanjutnya mendorong sektor lainnya dan perekonomian. b. Peran Sektor Ekspor Berdasarkan definisi-definisi ekspor diatas maka dapat disimpulkan bahwa peranan sektor ekspor antara lain, yaitu: 1. Memperluas pasar diseberang lautan bagi barang-barang tertentu. Seperti yang telah ditekankan oleh para ahli ekonomi klasik, suatu industri dapat tumbuh dengan cepat jika industri itu dapat menjual hasilnya diseberang lautan dari pada hanya dipasar dalam negeri yang sempit. Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
2. Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru. Akibatnya barang-barang dipasr dalam negeri mencari inovasi yang ditujukan untuk menaikkan produktifitas. 3. Perluasan kegiatan ekspor mempermudah pembangunan, karena industri tertentu tumbuh tanpa membutuhkan investasi dalam kapital sosial sebanyak yang dibutuhkan seandainya barang-barang tersebut akan dijual di dalam negeri, misalnya karena sempitnya pasar dalam negeri akibat tingkat pendapatan riil yang rendah atau hubungan transportasi yang memadai. Dengan demikian selain menambah peningkatan produksi barang untuk dikirim keluar negeri, ekspor juga menambah permintaan dalam negeri, sehingga secara tidak langsung permintaan luar negeri mempengaruhi industri dalam negeri untuk menggunakan faktor produksinya, misalnya modal dan juga menggunakan metode produksi yang lebih murah dan efisien sehingga harga dan mutu dapat bersaing dipasar internasional. c. Aneka Cara Ekspor Dalam melaksanakan ekspor ke luar negeri dapat ditempuh beberapa cara antara lain sebagai berikut : 1. Ekspor Biasa Dalam hal ini barang dikirim ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan importir di luar negeri. 2. Barter
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Yang dimaksud dengan barter adalah pengiriman barang-barang ke luar negeri untuk ditukarkan langsung dengan barang yang dibutuhkan dalam negeri. Dalam hal ini pengiriman barang, tidak menerima pembayaran dalam mata uang asing, tapi dalam bentuk barang yang dapat di jualdi dalam negeri untuk mendapatkan kembali pembayaran dalam mata uang rupiah. 3. Konsinyasi Yang dimaksud dengan konsinyasi adalah pengiriman barang ke luar negeri untuk di jual sedangkan hasil penjualannya diperlakukan sama dengan hasil ekspor biasa, di dalam hal pengiriman barang sebagai barang konsinyasi belum ada pembeli yang tertentu di luar negeri. Cara penjualan di luar negeri ini dapat dilaksanakan dengan penjualan di pasar bebas, atau juga mungkin dengan mengikutsertakan barang tersebut di dalam pelelangan atau yang biasa disebut juga pada “commodities exchange”.
4. Pacaege-Deal Dalam rangka memperluas pasaran hasil bumi kita terutama dengan negara-negara sosialis, pemerintah adakalanya
mengadakan perjanjian perdagangan (trade
agreement) denga salah satu negara. Pada perjanjian ditetapkan sejumlah barang tertentu akan diekspor ke negara itu dan sebaliknya dari negara itu akan diimpor sejumlah jenis barang yang dihasilkan di negara tersebut dan yang kiranya kita butuhkan. Pada prinsipnya semacam barter, namun terdiri dari berbagai aneka komoditi. Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
5. Penyeludupan (Smuggling) Setiap usaha yang bertujuan memindahkan kekayaan dari satu negara ke negara lain tanpa memenuhi ketentuan yang berlaku dapat dianggap sebagai usaha penyeludupan atau smuggling. Bahaya dari setiap penyeludupan terletak adanya pelarian kekayaan ke luar negeri (assets flight) tanpa mendapatkan suatu kompensasi. Hal ini berarti suatu pengurasan atas kekayaan negara dan masyarakat. d. Kebijakan Ekspor Kebijakan ekspor diartikan sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan arah transaksi serta kelancaran usaha untuk peningkatan devisa ekspor suatu negara. Kebijakan ekspor dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan, yaitu: 1. Kebijakan Ekspor Dalam Negeri •
Kebijakan perpajakan dalam bentuk pembebasan, keringanan, pengembalian pajak ataupun pengenaan pajak ekspor untuk barang-barang ekspor tertentu.
Cth: Pajak ekspor atas CPO. •
Fasilitas kredit perbankan yang murah untuk mendorong peningkatan ekspor barang-barang tertentu.
•
Penerapan prosedur ekspor yang relatif murah.
•
Pemberian subsidi ekspor, seperti pemberian sertifikat ekspor.
•
Pembentukan asosiasi eksportir.
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
•
Pembentukan kelembagaan seperti bounded warehouse (Kawasan Berikat Nusantara), bounded island Batam, export processing zone, dan lain-lain.
•
Larangan/pembatasan ekspor, misalnya larangan ekspor CPO (Crude Palm Oil) oleh Menperindag.
2. Kebijakan Ekspor di Luar Negeri •
Pembentukan International Trade Promotion Centre (ITPC) di berbagai negara, seperti di Jepang (Tokyo), Eropa, AS, dan lain-lain.
•
Pemanfaatan General System of Preferency atau GSP, yaitu fasilitas keringanan bea masuk yang di berikan negara-negara industri untuk barang manufaktur yang berasal dari negara yang sedang berkembang seperti Indonesia sebagai salah satu hasil UNCTAD (United Nation Conference on Trade and Development).
•
Menjadi anggota Commodity Association of Producer, seperti OPEC dan lainlain.
•
Menjadi anggota Commodity Agreement between Producer abd Comsumer, seperti ICO (International Coffe Organization), MFA (Multifibre Agreement), dan lain-lain.
2.2.4 Impor a. Pengertian Impor Impor adalah pengiriman barang dagangan dari luar negeri ke pelabuhan di seluruh wilayah Indonesia kecuali wilayah bebas yang dianggap luar negeri, yang bersifat komersial Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
maupun bukan komersial. Barang-barang luar negeri yang diolah dan diperbaiki di dalam negeri dicatat sebagai barang impor meskipun barang olahan tersebut akan kembali ke luar negeri. Pengertian impor secara yuridis menurut UU No.10 Tahun 1995 Pasal 2 Ayat (1), yaitu pada saat barang memasuki Daerah Pabean dan menetapkan saat barang tersebut wajib Bea Masuk serta merupakan dasar yuridis bagi Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan pengawasan. b. Kebijakan Impor Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor diartikan sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan kelancaran usaha untuk melindungi/mendorong pertumbuhan industri dalam negeri dan penghematan devisa. Kebijakan impor dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan, yaitu: a. Kebijakan Tariff Barrier (TB) dalam bentuk bea masuk terdiri atas sebagai berikut: 1. Pembebasan bae masuk/tarif rendah adalah antara 0% sampai dengan 5% : Dikenakan untuk bahan kebutuhan pokok dan vital, seperti beras, mesin-mesin vital, alat-alat militer/pertahanan/keamanan, dan lain-lain.
2. Tarif sedang antara > 5% sampai dengan 20% :
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Dikenakan untuk barnag setengah jadi dan barang-barang lain yang belum cukup diproduksi di dalam negeri. 3. Tarif tinggi diatas 20% : Dikenakan untuk barang-barang mewah dan barang-barang lain yang sudah cukup diproduksi di dalam negeri dan bukan barang kebutuhan pokok. b. Kebijakan Non Tariff Barrier Kebijakan non tariff barrier adalah berbagai kebijakan perdaganagn selain bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan internasional.
2.3
Perekonomian Terbuka
2.3.1 Arus Barang dan Modal dalam Pasar Internasional Perekonomian terbuka atau perekonomian empat sektor adalah suatu sistem ekonomi yang melakukan kegiatan ekspor dan impor dengan negara-negara lain di dunia ini. Dalam perekonomian terbuka sektor-sektor ekonominya dibedakan kepada empat golongan, yaitu: rumah tangga, perusahaan, pemerintah, dan luar negeri (Sukirno, 2004: 202). Sebuah perekonomian terbuka berinteraksi dengan perekonomian lain melalui cara: membeli serta menjual barang dan jasa pada pasar produk dunia, dan membeli serta menjual aset, atau modal, seperti obligasi dan pasar saham pada pasar keuangan dunia (Mankiw, 2006: 230).
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
2.3.2 Arus Barang : Ekspor, Impor, dan Ekspor Neto Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri yang di jual secara luas di luar negeri, dan impor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri yang di jual di dalam negeri. Dengan demikian, sejauh mana ekspor dan impor mempengaruhi keseimbangan pendapatan nasional tergantung kepada ekspor neto. Ekspor neto suatu negara merupakan nilai ekspor negara tersebut dikurangi nilai impornya. Ekspor neto memperlihatkan apaka sebuah negara, secar keseluruhan, merupakan penjual atau pembeli dalam pasar dunia, ekspor neto disebut juga neraca perdagangan (trade balance). Jika ekspor neto bernilai positif, maka ekspor lebih besar dari impor, menunjukkan bahwa negara tersebut menjual barang dan jasanya secara luas melebihi pembeliannya dari negara lain. Pada kasus ini, negara tersebut mempunyai surplus perdagangan (trade surplus). Jika ekspor neto bernilai negatif, maka ekspor lebih kecil dari impor, menunjukkan bahwa negara tersebut menjual barang dan jasa lebih sedikit daripada jumlah pembelian barang dan jasanya dari negara lain. Jika demikian, negara tersebut dikatakan mempunyai defisit perdagangan (trade deficit). Jika ekspor neto bernilai nol, berarti ekspor dan impor negara tersebut sama besarnya, dan negara tersebut mengalami kondisi perdagangan seimbang (balanced trade). Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor, impor, dan ekspor neto dari sebuah negara meliputi : •
Selera konsumen untuk barang-barang produksi dalam dan luar negeri
•
Harga barang-barang di dalam dan luar negeri
•
Nilai tukar (kurs) yang menentukan jumlah mata uang domestik yang diperlukan untuk membeli sejumlah mata uang asing
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
•
Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri
•
Biaya membawa barang dari suatu negara ke negara lain
•
Kebijakan pemerintah terhadap perdagangan internasional
2.3.3 Aliran Sumber Daya Keuangan : Arus Keluar Modal Neto Arus keluar modal neto (net capital outflow) mengacu pada pembelian aset luar negeri oleh masyrakat dalam negeri dikurangi pembelian aset dalam negeri oleh masyarakat luar negeri (biasanya juga disebut investasi luar negeri neto). Beberapa variabel penting yang mempengaruhi investasi luar negeri neto, yaitu: •
Suku bunga riil yang dibayarkan atas aset luar negeri
•
Suku bunga riil yang dibayarkan atas aset dalam negeri
•
Risiko ekonomis dan politis dari aset di luar negeri
•
Berbagai kebijakan pemerintah yang mempengaruhi kepemilikan aset dalam negeri oleh investor asing.
2.3.4 Persamaan Ekspor Neto dan Investasi Luar Negeri Neto Ekspor
neto
dan
investasi
luar
negeri
neto
masing-masing
mengukur
ketidakseimbangan dari pasar dunia barang dan jasa dan pasar keuangan dunia.Ekspor neto mengukur ketidakseimbangan ekspor dan impor suatu negara. Investasi luar negeri neto mengukur keseimbangan antara jumlah aset luar negeri yang dibeli oleh investor dalam negeri dan jumlah aset dalam negeri yang dibeli oleh investor asing. Persamaan ekspor neto (NX) dan investasi luar negeri neto (NCO) : Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
NCO = NX Persamaan ini berlaku karena setiap transaksi yang mempengaruhi satu sisi dari persamaan in juga harus mempengaruhi sisi lainnya dengan jumlah yang persis sama.
2.3.5 Tabungan, Investasi, dan Hubungannya dengan Arus Internasional Tabungan dan investasi suatu negar penting bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pendapatan nasional dalam perekonomian terbuka terbagi menjadi empat komponen: konsumsi (C), investasi (I), pembelanjaan pemerintah (G), dan ekspor neto (NX). Dengan persamaan sebagai berikut: Y = C + I + G + NX Total pengeluaran pada output perekonomian barang dan jasa adalah penjumlahan dari pengeluaran terhadap konsumsi, investasi, pembelanjaan pemerintah, dan ekspor neto. Tabungan nasional merupakan pendapatan nasional yang tersisa setelah konsumsi dan pembelanjaan pemerintah. Tabungan nasional (S) sama dengan Y – C – G. Jika susun kembali persamaan diatas, maka persamaannya menjadi: Y – C – G = I + NX S = I + NX Karena ekspor neto (NX) juga sama dengan investasi luar negeri neto (NCO), juga dapat dituliskan rumus tersebut menjadi: S
=
I
+
NCO
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Tabungan = Investasi dalam negeri + Investasi luar negeri neto Persamaan diatas menunjukkan bahwa tabungan nasional harus sama dengan investasi dalam negeri ditambah investasi luar negeri neto. Dalam perekonomian tertutup, investasi luar negeri neto adalah nol (NCO = 0), jadi tabungan sama dengan investasi (S = I). Sebaliknya, perekonomian terbuka dapat memanfaatkan tabungannya untuk dua kegunaan: investasi dalam negeri dan investasi luar negeri neto.
2.3.6 Kebijakan Pemerintah dalam Perekonomian Terbuka Dalam perekonomian terbuka masalah ekonomi yang dihadapi adalah berbentuk seperti berikut (Sukirno, 2004: 405) : •
Perekonomian menghadapi masalah pengangguran, tetapi terdapat surplus dalam neraca pembayaran.
•
Perekonomian menghadapi masalah inflasi tetapi terdapat surplus dalam neraca pembayaran.
•
Perekonomian menghadapi masalah pengangguran dan disamping itu menghadapi masalah defisit dalam neraca pembayaran.
•
Perekonomian menghadapi masalah inflasi dan disamping itu menghadapi masalah defisit dalam neraca pembayaran.
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Kebijakan Memindahkan Perbelanjaan Kebijakan memindahkan perbelanjaan adalah langkah-langkah pemerintah untuk mengatasi masalah defisit dalam neraca pembayaran yang akan mengakibatkan pertambahan ekspor dan pengurangan impor. Kebijakan memindahkan perbelanjaan dijalankan apabila defisit neraca pembayaran muncul ketika perekonomian juga menghadapi masalah pengangguran. Langkah-langkah untuk mengurangi impor dan mendorong konsumsi barang dalam negeri adalah, sebagai berikut: •
Melakukan pembatasan impor.
•
Menekan (mengurangi penggunaan valuta asing).
•
Menurunkan nilai mata uang (devaluasi).
Langkah-langkah untuk menambah ekspor sehingga menambah penerimaan valuta asing adalah, sebagai berikut: •
Memberikan insentif fiskal dan moneter untuk menambah kegiatan dalam produksi barang ekspor.
•
Mewujudkan kestabilan upah dan harga.
•
Menurunkan nilai valuta.
Kebijakan Pengurangan Perbelanjaan
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Kebijakan pengurangan perbelanjaan adalah langkah-langkah pemerintah untuk mengatasi masalah kekurangan dalam neraca pembayaran dengan mengurangi perbelanjaan agregat dan tingkat kegiatan ekonomi negara. Kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah dalam neraca pembayaran dengan cara mengurangkan perbelanjaan akan dilakukan apabila: •
Perekonomian telah mencapai kesempatan kerja penuh dan disamping itu juga inflasi juga wujud.
•
Dalam perekonomian terdapat defisit yang berkepanjangan dalam neraca pembayaran.
Kebijakan mengurangi perbelanjaan dapat dilaksanakan dengan mengambil langkah-langkah berikut: a. Menaikkan pajak pendapatan. b. Menaikkan suku bunga dan menurunkan penawaran uang. c. Mengurangi pengeluaran penerintah.
2.4
Penelitian Sebelumnya Hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor selalu menarik untuk
diteliti. Dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor tidak selamanya ditemukan hubungan yang timbal balik diantara kedua variabel. Berikut ini beberapa hasil penelitian yang dilakukan dengan studi kasus yang berbeda.
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Salah satu penelitian yang dilakukan Ekanayake (1999) dengan judul Exports and Economic Growth in Asian Developing Countries : Cointegration and Error Correction Models. Penelitian ini mencoba menganalisa dengan menggunakan pendekatan kointegrasi dan model koreksi kesalahan (error correction models = ECM) untuk menganalisis hubungan kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia yang sedang berkembang. Dari hasil empiris menunjukkan bahwa variabel ekspor dan pertumbuhan ekonomi (GDP) memiliki hubungan yang kointegrasi untuk semua negara. Penelitian lainnya dilakukan oleh Siddique dan Selvanathan (1998), dengan penelitian yang berjudul Export Performance and Economic Growth : Cointegration and Causality Analiysis for Malaysia, 1966 – 1996. Dengan menggunakan uji Granger-Causality test memperlihatkan tidak adanya hasil atau fakta yang mendukung dari the export-led economic growth hypothesis di Malaysia untuk kedua variabel tersebut baik total ekspor maupun ekspor manufaktur. Dari uji Granger-Causality dalam penelitian ini menemukan adanya bukti terdapatnya hubungan searah searah dari hasil uji Granger-Causality test yakni dari pertumbuhan ekonomi ke ekspor manufaktur.
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. 3.1
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengkaji hubungan kausalitas dan kointegrasi antara pertumbuhan
ekonomi dan ekspor Indonesia selama kurun waktu 1970 – 2008 dan keterbukaan ekonomi Indonesia (share net export terhadap PDB).
3.2
Jenis dan Sumber Data
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan jenis data runtun waktu (time series) selama kurun waktu 1970 – 2008. Sumber data berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan sumber-sumber lainnya yang terkait dengan penelitian ini.
3.3
Pengolahan Data Pengolahan data yang digunakan dalam skripsi ini adalah menggunakan program
Eviews 5.
3.4
Metode Analisis Metode analisis dalam penelitian ini adalah Cointegration test dan Granger Causality
test. Analisis Cointegration test (Johansen test) bertujuan untuk melihat hubungan pertumbuhan ekonomi dan ekspor dalam jangka panjang. Sedangkan analisis Granger Causality test adalah untuk melihat hubungan timbal balik (causal) antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor Indonesia. Dalam kaitannya dengan metode tersebut maka pengujian terhadap perilaku data runtun waktu (time series) dan integrasinya dapat dipandang sebagai uji prasyarat bagi digunakannya metode Cointegration test dan Granger Causality test. Sebelum dilakukan estimasi terhadap kedua metode tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Uji akar unit dari Dickey Fuller maupun Phillips-Perron adalah untuk melihat stasionaritass data time series yang diteliti dengan mengunakan Eviews versi 5. Adapun formula dari uji Augmented Dickey Fuller (ADF) dapat dinyatakan sebagai berikut: DYt = a0 + γYt-1 +
iDYt-1+1
+ εt . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)
Sedangkan untuk uji Phillip-Perron (PP) adalah: DYt = a0 + λYt-1 + εt . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2) Dimana : D = Perbedaan atau differensi. Y = Variabel yang diamati pada tingkat periode tertentu. β = Operasi kelambanan waktu (backward lag operator).
Kedua uji dilakukan dengan hipotesis null γ = 0 untuk ADF dan λ = 1 untuk PP. Stasioner tidaknya data didasarkan pada perbandingan nilai statistik ADF dan PP yang diperoleh dari nilai t hitung koefisien γ dan λ dengan nilai kritis statistik dari Mackinnon maka data stasioner dan sebaliknya maka data tidak stasioner.
2. Uji Kointegrasi (Cointegration Test) Uji kointegrasi bertujuan untuk mengetahui hubungan keseimbangan dalam jangka panjang antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan Johansen test. Untuk menentukan jumlah arah kointegrasi tersebut maka Johansen menyarankan untuk melakukan dua uji statistik.
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Uji statistik pertama adalah uji trace (Trace test, λtrace) yaitu menguji hipotesis nol (null hypothesis) yang mensyaratkan bahwa jumlah dari arah kointegrasi adalah kurang dari atau sama dengan p dan uji ini dapat dilakukan sebagai berikut: λtrace (r) = - T
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3)
di mana λr+1, . . . ,λn adalah nilai eigenvectors terkecil (p – r). Null hypothesis yang disepakati adalah jumlah dari arah kointegrasi sama dengan banyaknya r. Dengan kata lain, jumlah vector kointegrasi lebih kecil atau sama dengan ≤)( r, di mana r = 0,1,2 dan seterusnya. Untuk uji statistik yang kedua adalah uji maksimum eigenvalue (λmax) yang dilakukan dengan formula sebagai berikut: λmax (r, r + 1) = - T in (1 – λr+1) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4) Uji berdasarkan pada uji null hypothesis bahwa terdapat r dari vector kointegrasi yang berlawanan (r + 1) dengan vector kointegrasi. Untuk melihat hubungan kointegrasi tersebut maka dapat dilihat dari besarnya nilai Trace statistik dan Max-Eigen statistik dibangdingkan dengan nilai critical value pada tingkat kepercayaan 5 persen. 3. Uji Granger Causality Pengujian ini untuk melihat hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor sehingga dapat diketahui kedua variabel tersebut secara statistik saling mempengaruhi (hubungan dua arah), memiliki hubungan searah atau sama sekali
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
tidak ada hubungan (tidak saling mempengaruhi). Berikut ini metode Granger Causality Test seperti berikut ini: Xt =
ai Xt-i +
bj Yt-j + μt . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5)
Yt =
ci Xt-i +
dj Yt-j + vt . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (6)
Dimana : Y
= Pertumbuhan ekonomi di Indonesia/PDB (Milyar).
X
= Ekspor di Indonesia (Juta US $).
μ, v = Error of Term. Di mana μt dan Vt adalah error terms yang diasumsikan tidak mengandung korelasi serial dan m = n = r = s. Berdasarkan hasil regresi linear di atas akan menghasilkan empat kemungkinan mengenai nilai koefisien-koefisien regresi dari persamaan (12) dan (13) adalah sebagai berikut : (1) Jika
bj ≠ 0 dan
dj = 0,
Maka terdapat kausalitas satu arah dari Y ke X. (2) Jika
bj = 0 dan
dj ≠ 0,
Maka terdapat kausalitas satu arah dari X ke Y. (3) Jika
bj = 0 dan
dj = 0,
Maka X dan Y bebas antara satu dengan yang lainnya. (4) Jika
bj ≠ 0 dan
dj ≠ 0,
Maka terdapat kausalitas dua arah antara Y dan X. Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Untuk memperkuat indikasi keberadaan berbagai bentuk kausalitas seperti yang disebutkan di atas maka dilakukan F-test untuk masing-masing regresi.
3.5
Defenisi Operasional a. Pertumbuhan ekonomi adalah persentase kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) tanpa memandang kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertumbuhan penduduk atau perubahan dalam struktur ekonomi yang di proxy dengan PDB harga berlaku dalam satuan miliar rupiah dari tahun 1970-2008. b. Ekspor adalah nilai barang dan jasa yang dikirim ke luar negeri dalam satuan juta US $.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Analisis Deskriptif
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
4.1.1 Keterbukaan Ekonomi Indonesia Pertumbuhan perekonomian dunia saat ini semakin dinamis dan cepat berubah mengikuti perkembangan teknologi dan informasi. Pelaku-pelaku ekonomi dituntut untuk terus mengikuti informasi agar dapat menentukan langkah-langkah kebijaksanaan demi memenangkan persaingan. Derajat globalisasi dari suatu negara di dalam perekonomian dunia dapat dilihat dari dua indikator utama. Pertama, rasio dari perdagangan internasional (ekspor dan impor) dari negara tersebut sebagai suatu persentase dari jumlah nilai atau volume perdagangan dunia, atau besarnya nilai perdagangan luar negeri dari negara itu sebagai suatu persentase dari PDB-nya. Semakin tinggi rasio tersebut menandakan semakin mengglobal perekonomian dari negara tersebut. Sebaliknya, semakin terisolasi suatu negara dari dunia. Kedua, kontribusi dari negara tersebut dalam pertumbuhan investasi dunia, baik investasi langsung atau jangka panjang (penanaman modal asing) maupun investasi tidak langsung atau jangka pendek. Dalam kondisi global, ekonomi suatu negara tentu tidak dapat berdiri sendiri, dan saling mempunyai pengaruh yang besar. Begitu juga dengan Indonesia, pertumbuhan negaranegara besar seperti Cina, India, Jepang, serta negara-negara ASEAN yang lebih baik sangat mempengaruhi ekonomi Indonesia secara positif dan juga sebagai tantangan bagi Indonesia untuk maju. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dengan target 8% pada tahun 2009, maka arus investasi dan luar negeri menjadi faktor yang paling penting. Dalam hal ini keterbukaan ekonomi dan perbaikan keamanan serta hukam yang lebih baik di samping intensif untuk investasi adalah sangat penting. Semuanya dilaksanakan secara bersamaan dengan penataan otonomi di setiap daerah.
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Menko Sri Mulyani menjelaskan kemajuan-kemajuan dalam bidang perekonomian dapat dilihat dari tiga indikator utama perekonomian. Pertama, akselerasi pertumbuhan ekonomi. Perkembangan pertumbuhan ekonomi sejak krisis moneter tahun 1997/1998 mengalami percepatan terutama dalam peride 2004-2008. Akselerasi ini di dukung pula dengan dengan makin seimbangnya sumber pertumbuhan ekonomi dimana investasi makin penting
perannya,
sementara
konsumsi
masyarakat
tetap
terjaga
tinggi
tingkat
pertumbuhannya. Dengan keberhasilan menciptakan stabilitas ekonomi makro (tercermin dari nilai tukar rupiah dan laju inflasi), pendapatan per kapita Indonesia diukur dalam dolar AS, meningkat 1,8 kali pada akhir 2008 dibandingkan akhir 2004 dan melebihi 2000 dolar AS per kapita pada akhir 2008. Kedua, penurunan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan stabilitas harga pokok telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan, walaupun sempat mengalami tingkat kenaikan pada peride 2005-2006. Data Susenas terakhir Maret 2008, menunjukkan tingkat kemiskinan mencapai titik terendah. Penurunan ini terjadi baik di daerah pedesaan maupun di perkotaan. Ketiga, penurunan tingkat pengangguran. Sejak krisis ekonomi 1998 sampai dengan 2005, jumlah pengangguran mengalami kenaikan baik secara nominal maupun secara persentase terhadap angkatan kerja. Namun sejak tahun 2006, akselerasi pertumbuhan ekonomi telah berhasil menciptakan net employment yang positif, sehingga menghasilkan tingkat pengangguran yang menurun baik secara absolut maupun secara persentase terhadap angkatan kerja. Ekspansi lapangan kerja ini didukung oleh penciptaan lapangan kerja di sektor formal.
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Dalam perspektif jangka menengah dan panjang, Indonesia tetap membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dalam dekade mendatang mengingat beberapa hal. Pertama, perubahan dalam teknologi telah menurunkan elastisitas penciptaan lapangan kerja per 1% pertumbuhan ekonomi. Artinya, jika ingin menurunkan tingkat pengangguran menuju sekitar 4-5%, maka dalam dekade mendatang sektor non migas harus selalu mampu tumbuh di atas 7%. Fenomena ini terjadi di seluruh dunia dan memaksa banyak negara melakukan reorentasi strategi pembangunan ekonominya. Kedua, tingkat kemiskinan Indonesia juga masih tergolong tinggi. Sebagian besar keluarga Indonesia masih hidup sedikit di atas garis kemiskinan. Laju pertumbuhan yang lebih tinggi dalam beberapa dekade mendatang akan dibutuhkan bukan hanya untuk mengentaskan kemiskinan absolut (yang dewasa ini sekitar 6%), namun juga untuk mengurangi penduduk yang tergolong nyaris miskin (near poor) yang jumlahnya hampir separuh rakyat Indonesia. Indonesia termasuk negara baik dalam kelompok negara sedang berkembang maupun kelompok negara-negara di Asia Tenggara yang kinerja perdagangan luar negerinya cukup baik. Ekspor nonmigas Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat sejak akhir 70-an, yang pada tahun-tahun berikutnya didorong lagi oleh kebijakan pemerintah yang mulai meliberalisasikan perdagangan luar negeri di tahun 1980-an, yang dilakukan secara bertahap. Selain itu, tahun 80-an juga merupakan periode yang mana pemerintah Indonesia melakukan sejumlah paket deregulasi di bidang-bidang lain, termasuk sktor keuangan, yang pada waktu itu diharapkan dapat menghilangkan semua distorsi pasar yang ada dan dengan itu dapat menstimulasi perkembangan dan pertumbuhan ekspor nonmigas. Rasio dari perdagangan internasional terhadap PDB Indonesia mulai bergerak naik menjelang akhir tahun 1970-an Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
dan mengalami suatu akselerasi yang signifikan menjelang tahun 1998, peride di mana krisis ekonomi mencapai tititk buruknya. Perbandingan Indonesia Dengan Negara-Negara Lain Indonesia sebenarnya mempunyai perkembangan yang cukup baik, terlihat dari perkembangan beberapa indikator ekonomi di beberapa negara Asia sejak krisis ekonomi tahun 1998. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah salah-satu yang terbaik di Asia khususnya dalam periode 2005-08. Hai ini dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini. Tabel 4.1 Kemajuan Ekonomi Setelah Krisis Ekonomi 1997/1998 Negara Asia (% atau % terhadap PDB untuk utang luar negeri) Negara
Laju Pertumbuhan Ekonomi 98-04 05-07 08 1,5 5,8 6,2 5,0 5,0 4,5 5,6 6,0 5,7 5,9 4,8 2,7 6,1 5,0 4,1
Inflasi
98 08 Indonesia 58,4 11,0 Thailand 8,1 3,0 Malaysia 5,2 4,3 Filipina 9,3 4,5 Korea 7,7 3,0 Selatan Sumber : IMF, International Financial Statistic.
Utang Luar Negeri 02 08 64,9 30,7 48,8 29,9 48,4 31,3 69,8 45,4 25,8 39,4
Tk.Pengangguran 00 8,3 2,4 3,5 11,2 4,4
08 8,3 1,4 3,3 7,3 3,5
Dengan adanya perkembangan yang cukup baik ini memulihkan kepercayaan dunia terhadap pemerintah Indonesia. Laporan Growth Commission yang dipimpin oleh salah satu pemegang hadiah Nobel, Profesor Michael Spence dan beranggotakan pelbagai prominent persons dari seluruh dunia telah mengidentifikasikan Indonesia sebagai salah-satu dari 15 negara dunia yang mampu mempertahankan laju pertumbuhan tinggi di masa lalu dan mempunyai potensi melaju lebih cepat di masa mendatang. Sehingga, pada tahun 2008 Indonesia bersama lima negar lain yaitu Cina, India, Afrika Selatan dan Brazil diundang
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
untuk menjadi Enhanced Engagement Countries klub negara-negara maju (OECD). Disini Indonesia telah diterima sebagai anggota penuh Development Center OECD. Prospek Indonesia Tahun 2009 Sumber pertumbuhan ekonomi berdasarkan sisi permintaan dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini. Konsumsi masyarakat dan investasi akan menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi di sepanjang tahun 2009. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan terjadi perlambatan selama semester I/2009 dan bertahap pulih kembali memasuki semester II/2009. Pola pertumbuhan ini sesuai dengan perkiraan siklus global dan pola pengeluaran pemerintah. Pada tahun 2009 Indonesia merupakan tahun pemilu. Kegiatan kampanye partai akan mencapai puncaknya pada akhir triwulan I dan awal triwulan II. Kegiatan ini kemudian akan diikuti dengan Pemilu Presiden. Dengan demikian, siklus pemilu ini diperkirakan akan menambah permintaan dan kegiatan ekonomi. Hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sisi Permintaan 2001-2009 (% / tahun) Permintaan Domestik - Konsumsi Masyarakat - Konsumsi Pemerintah - Investasi - Ekspor - Impor PDB
01 - 04 5,1 4,8 8,9 6,5 5,9 7,2 4,8
05 - 07 5,7 4,5 8,0 8,0 10,4 10,5 6,0
08 7,7 5,4 10,7 12,6 13,7 13,6 6,2
09 5,7 4,8 10,4 6,5 5,9 6,1 5,0
Sumber : Diolah dari dta BPS dan Estimasi Kemenko Perekonomian.
Dalam suatu perekonomian terbuka ekspor dan impor merupakan sektor kegiatan ekonomi suatu negara ditinjau dari sisi pengeluaran agregat yang biasa. Kegiatan tersebut Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
menggambarkan derajat keterbukaan ekonomi Indonesia. Pada saat ini total nilai ekspor dan impor bila dibandingkan dengan PDB telah mencapai sekitar 55% yang berarti memiliki keterbukaan yang cukup tinggi. Strategi mendorong ekspor bisa diterima sebagai kebijakan jangka panjang yang baik untuk menjamin kelangsungan pertumbuhan ekonomi secara lebih cepat. Dilain pihak impor juga merupakan komponen penting dalam pengeluaran agregat terutama import barang modal dan bahan baku untuk mendukung produksi di dalam negeri. Untuk itu komposisi impor juga merupakan faktor penting untuk melihat peranan impor untuk mendorong pertumbuhan atau malah membebankan pertumbuhan karena sifatnya yang konsumtif saja. Pengalaman selama ini terutama sejak krisis ekonomi impor kita juga didorong oleh barang-barang untuk kebutuhan konsumsi dan kurang berkembang impor barang-barang modal. Dari gambaran tersebut juga menunjukkan corak keterbukaan untuk pertumbuhan ekonomi domestik. Ekspor merupakan instrument penting bagi mendorong pertumbuhan jangka panjang, karena sekaligus akan merupakan instrument memperbaiki daya saing produk-produk dalam negeri. Apabila peningkatan ekspor juga diikuti oleh pengaturan insentif pemasukan devisa maka akan sangat penting artinya bagi pemeliharaan stabilitas nilai tukar dan neraca pembayaran. Dimensi lain yang tidak kalah pentingnya adalah ekspor jasa yang lebih terarah akan sangat membantu perolehan devisa secara lebih baik. Usaha penempatan tenaga kerja di luar negeri kita masih terlalu rendah, karena lemahnya dukungan institusi penunjang di dalam negeri yang belum dapat di tata secara memadai dengan tuntutan pasar internasional.
4.1.2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi Indonesia
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Kondisi perekonomian Indonesia sejak kemerdekaan mengalami perkembangan yang cukup menarik. Pada awal tahun 1960, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 2% per tahun dan pada peride tahun 1984-1993, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan di atas 6% per tahun. Dalam tahun 1988/1989, Neraca Pembayaran Internasional menunjukkan perkembangan yang cukup mantap. Hal ini ditandai oleh terus meningkatnya ekspor non migas dan terutama pada barang-barang manufaktur. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997 berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 13,1%. Hai ini terlihat pada posisi neraca transaksi berjalan yang selalu defisit dari tahun ke tahun. Disamping itu, kondisi makroekonomi Indonesia juga semakin kacau dengan meningkatnya inflasi yang menyebabkan tingginya tingkat pengangguran di Indonesia, lemahnya posisi sektor riil dan ;ain-lain. Sehingga keadaan perekonomian Indonesia semakin parah. Seiring dengan berjalannya waktu, kondisi perekonomian Indonesia berangsur membaik. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia menekan laju inflasi pada tahun 1998 sebesar 77,6% melalui kenaikan tingkat suku bunga SBI. Pada saat itu diharapkan uang yang beredar di masyarakat akan terserap oleh bank-bank umum akibat dari tingkat suku bunga perbankan yang juga ikut naik. Sehingga pada tahun 1999 inflasi mulai dapat di kendalikan dan PDB Indonesia tumbuhsebesar 0,8%. Sedangkan perekonomian makro Indonesia di tahun 2002 tidak terlepas dari pengaruh perkembangan ekonomi global yang masih ditandai oleh melemahnya perekonomian di negara-negara besar seperti: Jepang, Uni Eropa dan Amerika Serikat. Dengan adanya permasalahan struktural, secara keseluruhan selama tahun 2002 perekonomian Indonesia hanya mampu tumbuh sebesar 4,2% dan masih bertumpu pada konsumsi, sementara peranan investasi dan ekspor dalam mendorong pertumbuhan masih terbatas. Terbatasnya investasi Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
sebagai motor penggerak utama tersebut disebabkan masih ada berbagai masalah dasar di sektor riil, masih tinggi resiko dan ketidakpastian dalam perekonomian, serta pembiayaan investasi akibat belum pulihnya intermediasi perbankan, meningkatnya persaingan di Asia dalam menarik minat investasi asing dan mulai menurunnya daya saing Indonesia berakibat memperburuk kinerja ekspor. Kemudian pada tahun 2003 sampai tahun 2008, perekonomian Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 5,5%.
4.1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pertumbuhan ekonomi di indonesia juga mengalami banyak perubahan selama dekade 1970an dan 1980an, proses pembangunan di Indonesia mengalami banyak hambatan yang terutama disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti merosotnya harga minyak mentah internasional menjelang pertengahan tahun 1980an dan adanya resesi ekonomi dunia. Pada pertengahan dekade 1980an pemerintah mulai menghilangkan hambatan terhadap aktivitas ekonomi. Kebijakan ini ditujukan terutama pada sektor eksternal dan finansial, dan dirancang untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan di bidang ekspor non migas.
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Gambar 4.1: Perkembangan PDB Indonesia, Tahun 1970 – 2008. Pertumbuhan ekonomi di ukur dengan perubahan Produk Domestik Bruto setiap tahunnya. Sejak tahun 1986 hingga tahun 1989, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang di ukur melalui PDB terus menerus mengalami peningkatan, yaitu dari 5,9% di tahun 1986 menjadi 7,5% di tahun 1989. Pada tahun 1990 dan tahun 1991, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 7%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 1992-1997 mendekati angka 7% juga. Pada tahun 1998, terjadi krisis ekonomi, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi -13,1%. Namun, sejak tahun 1999 perekonomian Indonesia mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 1999 pertumbuhan ekonomi bertambah 0,8%, tahun 2000 sekitar 4,9%, tahun 2001 sekitar 3,5%, dan tahun 2002 bertambah menjadi 4,2%. Peningkatan pertumbuhan ini memberikan harapan kepada bangsa Indonesia agar bisa keluar dari krisis ekonomi, walaupun pertumbuhan masih berada di bawah target yang diinginkan. Hal ini memperlihatkan pemulihan perekonomian Indonesia sudah berjalan menuju apa yang di harapkan. Untuk lebih jelas pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini :
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Tabel 4.3 PDB Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998
PDB Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Milyar) 3339.7 3793.9 4548.0 6605.0 10708.0 12642.5 15466.7 19010.7 21967.4 32025.4 45445.7 54027.0 59632.6 73697.6 85914.4 96066.4 102545.9 124538.9 142104.8 167494.7 197721.0 227162.8 260786.3 382219.7 379209.4 454514.1 532630.8 672695.5 955753.5
Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,9 7,8 8,1 7,6 5,0 6,9 8,8 6,8 7,3 9,9 7,9 2,2 4,2 7,0 2,5 5,9 4,9 5,8 7,5 7,2 7,0 6,5 6,5 7,5 8,2 7,8 4,7 -13,13
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
1999 1109980.0 2000 1264919.0 2001 1467655.0 2002 1610565.0 2003 1786691.0 2004 2273142.0 2005 2774281.0 2006 3339480.0 2007 3957404.0 2008 4954000.0 Sumber : Indonesia Dalam Angka 2008.
0,8 4,9 3,5 4,2 4,6 4,9 5,6 5,5 6,3 6,4
Pada tabel 4.3 diatas dapat dilihat PDB Indonesia berdasarkan harga berlaku mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1970, PDB Indonesia tercatat sebesar Rp. 3,33 triliun dan menjadi Rp. 45,44 triliun di tahun 1980. Pada tahun 1997, PDB Indonesia sebesar Rp. 627,69 triliun. Setahun kemudian menjadi sebesar Rp. 955,75 triliun. Produk Domestik Bruto Indonesia berdasarkan harga berlaku pada tahun 2002 menjadi Rp. 1.610,56 triliun. Hal ini menunjukkan secara perlahan-lahan Indonesia berusaha memperbaiki kondisi perekonomiannya. Dengan meningkatnya PDB, maka diharapkan akan meningkatnya pertumbuhan ekonomi sehingga Indonesia dapat memiliki pembangunan ekonomi yang sehat. Selanjutnya pada tahun 2005 nilai PDB Indonesia sebesar Rp. 2.774,28 triliun, dengan pertumbuhan mencapai 22,04% dibanding tahun 2004. Perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan terbaik selama periode 2007 hingga semester I-2008 sejak krisis 1997-1998. Pertumbuhan ekonomi mencapai 6,3% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 6,4% selama semester I-2008.
4.1.4 Perkembangan Ekspor di Indonesia Perkembangan ekspor di Indonesia mengalami pola yang terus menerus berubah setiap tahunnya. Pada tahun 1970, ekspor Indonesia 1,1 milyar US $ dan mengalami Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
peningkatan sebesar 125,5 juta US $ pada tahun 1971. Peningkatan pertumbuhan ekspor Indonesia terjadi dari tahun ke tahun. Namun, pada tahun 1975, pertumbuhan ekspor menurun sebesar 4,36%. Begitu juga pada tahun 1997/1998, ekspor Indonesia juga mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan terjadinya krisis ekonomi pada saat itu yang menyebabkan penurunan kinerja ekspor Indonesia. Penurunan nilai tukar rupiah yang tajam disertai dengan terputusnya akses ke sumber dana luar negeri menyebabkan turunnya kegiatan produksi secara drastis sebagai akibat tingginya ketergantungan produsen domestik pada barang dan jasa impor. Para pengusaha mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban luar negeri yang segera harus dipenuhinya. Pemutusan hubungan kerja juga sangat mewarnai ekonomi Indonesia pada saat itu sebagai dampak semakin banyaknya perusahaan mengurangi aktivitas, atau bahkan menghentikan produksinya.Melemahnya kinerja ekspor disebabkan oleh permintaan produk ekspor yang berkurang dan atau menurunnya harga komoditas ekspor. Apabila penurunan kinerja ekspor tersebut berkelanjutan maka kemungkinan terjadi penurunan cadangan devisa.
Gambar 4.2 : Perkembangan Ekspor Indonesia, Tahun 1970 – 2008. Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Ekspor non migas lebih mendominasi pertumbuhan ekspor di Indonesia bila dibandingkan dengan ekspor migas. Pada tahun 2000, ekspor non migas Indonesia sebesar 47,75 milyar US $, sedangkan ekspor migasnya sebesar 14,36 milyar US $. Begitu juga pada tahun 2003, peningkatan ekspor non migas di dorong oleh peningkatan ekspor mesinmesin/pesawat mekanik sebesar 135,1 juta US $. Ekspor migas justru turun sebesar 7,45%. Ini menjelaskan bahwa ekspor non migas lebih berperan dari pada ekspor migas. Perkembangan ekspor di Indonesia pada tahun 1970 sampai 2008 dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini :
Tabel 4.4 Perkembangan Ekspor Indonesia Tahun 1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990
Ekspor (US $ Juta) 1108.1 1233.6 1777.7 3210.8 7426.3 7102.5 8546.5 10852.6 11643.2 15590.1 23950.4 25164.5 22328.3 21145.9 21887.8 18586.7 14805.0 17135.6 19218.5 22158.9 25675.3
Pertumbuhan Ekspor (%) 11,33 44,10 80,61 90,03 -4,36 20,33 26,98 7,28 33,89 53,63 5,06 -11,27 -5,29 3,50 -15,08 -20,34 15,74 12,15 15,29 15,86
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Sumber : Indonesia dalam Angka 2008.
29142.4 33967.0 36823.0 40053.4 45418.0 49814.8 53443.6 48847.6 48665.4 62124.0 56320.9 57158.8 61058.2 71584.6 85660.0 100798.6 114100.9
13,50 16,55 8,40 8,77 13,39 9,68 7,28 -8,59 -0,37 27,65 -9,34 1,48 6,82 17,23 19,66 17,67 13,19
136761.7
19,86
Pada tabel 4.4 di atas menunjukan ekspor yang selalu mengalami perubahan setiap tahunnya. Pada tahun 1978 tercatat sebesar 11,64 milyar US $ dan menjadi 25,67 milyar US $ di tahun 1990. Kemudian pada tahun 2003 pertumbuhan ekspor meningkat sebesar 6,82% dari tahun 2002. Laju pertumbuhan ekspor yang tinggi dapat memperbesar proporsi dari nilai ekspor atau perdagangan luar negeri di dalam pembentukan PDB. Berdasarkan data diatas dapat dilihat nilai ekspor pada tahun 2008 sebesar 136,76 milyar US $ meningkat sebesar 19,86% dibanding ekspor dari tahun sebelumnya. Sedangkan ekspor non migas mencapai 107,8 milyar US $ atau meningkat 17,16%. Secara kumulatif ekspor selama lima tahun terakhir menunjukkan trend yang meningkat setiap tahunnya, dan sampai dengan 2008 net ekspor masih positif, walaupun semakin menipis. Penurunan ekspor migas lebih disebabkan menurunnya harga migas di pasar internasional. Sedangkan menipisnya net ekspor juga disebabkan menurunnya harga komoditas dan diiringi penurunan
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
permintaan internasional terhadap produk ekspor Indonesia sebagai dampak melemahnya perekonomian di tahun 2008.
4.2
Analisis Data
4.2.1 Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) Uji stasioneritas ini digunakan untuk mengetahui apakah data ekspor dan PDB (pertumbuhan ekonomi) di Indonesia stasioner atau tidak. Pengujian yang dikembangan oleh Dickey Fuller ini dilakukan untuk menghindari model yang lancung (tidak efisien). Uji akar unit ini menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF) statistik untuk kurun waktu 1970-2008, berikut ini hasil dari uji ADF pada tabel 4.5 dibawah ini :
Tabel 4.5 Hasil Pengujian ADF dengan intercept
Variabel X Y Sumber : Lampiran 1. Catatan : *
Uji Akar Unit ADF -6.722960 -4.748730
Critical Value -3.632900*** -3.626784***
Derajat Integrasi I (2) I (2)
= Signifikan pada α = 10%
** = Signifikan pada α = 5% *** = Signifikan pada α = 1%
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Dari tabel 4.5 diatas, dapat dilihat bahwa hasil uji akar unit untuk variabel X (ekspor) dan Y (pertumbuhan ekonomi) stasioner pada derajat integrasi 2 atau pada I (2). Artinya, semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini stasioner pada data 2nd Difference dengan tingkat signifikasi pada α = 1%. Hal ini dapat dilihat berdasarkan angka ADF statistic yang diperoleh pada data X sebesar -6.722960, sedangkan nilai kritis untuk tingkat signifikasi 1% sebesar -3.632900, signifikan 5% sebesar -2.948404, dan signifikan 10% sebesar -2.612874. Hasil ini menunjukkan nilai ADF statistic lebih besar dari nilai kritisnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data telah stasioner. Begitu juga pada variabel Y, nilai ADF statistic Y sebesar -4.748730, sedangkan nilai kritis untuk tingkat signifikan 1% sebesar -3.626784, signifikan 5% sebesar -2.945842, dan -2.611531 untuk tingkat signifikan 10%. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai ADF statistic Y lebih besar dari nilai kritisnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa data tersebut telah stasioner.
4.2.2 Hasil Uji Kointegrasi (Cointegration Test) Setelah diketahui bahwa baik data ekspor dan pertumbuhan ekonomi keduanya stasioner, maka selanjutnya akan diuji apakah ada hubungan keseimbangan jangka panjang antara dua variabel tersebut. Uji kointegrasi bertujuan untuk mengetahui hubungan keseimbangan dalam jangka panjang antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan Johansen test. Tabel 4.6 Hasil Uji Kointegrasi dengan Metode Johansen Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Hypothesized No. of CE(s)
Eigenvalue
Trace Statistic
0.05 Critical Value
Prob.**
None * At most 1 *
0.415379 0.106624
24.03294 4.171653
15.49471 3.841466
0.0020 0.0411
Sumber : Lampiran 2. Dari hasil uji kointegrasi di atas dapat di lihat bahwa nilai trace statistic lebih besar dari critical value pada α = 5%. Hal ini berarti bahwa semua variabel yang ada memiliki hubungan jangka panjang. Dengan demikian dapat disimpulkan adanya hubungan keseimbangan dalam jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi (Y) dan ekspor (X) di Indonesia.
4.2.3 Hasil Uji Granger Causality (Granger Causality Test) Uji Granger Causality digunakan untuk melihat hubungan kausalitas antara variabelvariabel yang diteliti yakni pertumbuhan ekonomi dan ekspor Indonesia. Melelui uji dapat dilihat apakah kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang saling mempengaruhi (hubungan dua arah), memiliki hubungan searah atau sama sekali tidak ada hubungan (tidak saling mempengaruhi). Hasil pengujian Granger Causality dapat dilihat pada table 4.7 di bawah ini: Tabel 4.7 Hasil Uji Granger Causality Null Hypothesis: Y does not Granger Cause X X does not Granger Cause Y
Obs
F-Statistic
Probability
34
3.84059 2.71471
0.01123 0.04538
Sumber : Lampiran 3. Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Berdasarkan hasil uji Granger Causality di atas, untuk variabel pertumbuhan ekonomi dan ekspor memiliki hubungan dua arah (saling mempengaruhi). Hal ini juga dapat dilihat dari nilai probability yang signifikan pada α = 5 - 10%. Artinya, apabila pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekspor. Begitu juga sebaliknya, apabila pertumbuhan ekspor meningkat ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan ekspor Indonesia memiliki hubungan yang cukup erat.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian, perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia selama kurun waktu penelitian menunjukkan perkembangan yang berubah sepanjang tahun. Perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak krisis ekonomi 1997/1998 mengalami percepatan terutama dalam periode tahun 2004-2008. 2. Perkembangan ekspor Indonesia mengalami pola yang terus berubah setiap tahunnya.
Perkembangan ekspor Indonesia tergantung pada perkembangan pertumbuhan ekonomi. Penurunan ekspor yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh situasi perekon omian global yang kurang kondusif khususnya menurunya harga beberapa produk di pasar internasional. 3. Keterbukaan ekonomi Indonesia dapat dilihat dari rasio perdagangan internasional
(ekspor dan impor) Indonesia sebagai suatu persentase dari PDB-nya. Pada saat ini, total nilai ekspor dan impor Indonesia bila dibandingkan dengan PDB telah mencapai sekitar 55%. Hal ini berarti Indonesia memiliki keterbukaan ekonomi yang cukup tinggi. 4. Berdasarkan hasil uji akar unit menunjukkan bahwa variabel yang diteliti, yakni
pertumbuhan ekonomi dan ekspor Indonesia stasioner pada derajat integrasi 2 atau I (2). 5. Dari uji kointegrasi menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan ekspor Indonesia
memiliki hubungan keseimbangan dalam jangka panjang.
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
6. Berdasarkan uji Granger Causality menunjukkan bahwa hubungan pertumbuhan
ekonomi dan ekspor Indonesia saling mempengaruhi atau memiliki hubungan yang dua arah. 5.2
Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran kepada pihak yang terkait adalah sebagai
berikut : 1. Perlunya kebijakan yang diambil dan dijalankan pemerintah Indonesia untuk mendorong peningkatan ekspor dan menggerakkan perekonomian Indonesia. Upaya
untuk
meningkatkan
kinerja
ekspor,
antara
lain
dengan
cara
memperluas/diversifikasi tujuan negara ekspor (Timur Tengah, ASEAN, RRT, Korea Selatan, dan India), meningkatkan kualitas produk ekspor, menghapus ekonomi biaya tinggi, dan memberikan fasilitas kredit perbankan yang murah untuk mendorong peningkatan ekspor barang-barang tertentu. 2. Perlunya menjaga hubungan keseimbangan jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor Indonesia sehingga peran pemerintah Indonesia menjadi penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. 3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam lagi sehingga akan didapat suatu kesimpulan yang bisa menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan pemerintah bagaimana sebaiknya meningkatkan ekspor dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. DAFTAR PUSTAKA
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Amir, 2003, Ekspor Impor Teori dan Penerapannya, Jakarta: PPM. Arief, Sritua, 2006. Metodologi Penelitian Ekonomi, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Badan Pusat Statistik. Statistik Indonesia. 1970 - 2008. Basri, Faisal, 2002. Perekonomian Indonesia, Jakarta: Erlangga. Boediono, 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Gujarati, Damodar, 2003. Ekonometrika Dasar, Jakarta: Penerbit Erlangga. Hady, Hamdy, 2004. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. Helwani, Hendra, 2002. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. Mankiw, N. Gregory, 2006. Pengantar Ekonomi Makro, Jakarta : Salemba Empat. Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat, 2007. Pedoman Praktis Penggunaan Eviews dalam Ekonometrika, Medan: USU Press. Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung, 2001. Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi: Universitas Indonesia. Sukirno, Sadono, 2006. Ekonomi Pembangunan, Jakarta: Penerbit Kencana.
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Tambunan, Tulus T.H, 2004. Globalisasi dan Perdagangan Internasional, Jakarta: Ghalia Indonesia. __________________, 2001. Transformasi Ekonomi di Indonesia, Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Todaro, Michael, P. 2000. Pembangunan Ekonomi, Jakarta: Bumi Aksara.
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Lampiran 1 Hasil Uji Akar Unit untuk Y (Pertumbuhan Ekonomi) dengan 2nd Difference-Intercept Null Hypothesis: D(Y,2) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-4.748730 -3.626784 -2.945842 -2.611531
0.0005
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(Y,3) Method: Least Squares Date: 11/24/09 Time: 19:19 Sample (adjusted): 1973 2008 Included observations: 36 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(Y(-1),2) C
-1.073023 28914.79
0.225960 16028.79
-4.748730 1.803928
0.0000 0.0801
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.398767 0.381083 93319.11 2.96E+11 -462.0290 1.576467
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
10510.36 118619.1 25.77939 25.86736 22.55044 0.000036
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Lampiran 2 Hasil Uji Akar Unit untuk X (Ekspor) dengan 2nd Difference-Intercept Null Hypothesis: D(X,2) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-6.722960 -3.632900 -2.948404 -2.612874
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(X,3) Method: Least Squares Date: 11/24/09 Time: 19:16 Sample (adjusted): 1974 2008 Included observations: 35 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(X(-1),2) D(X(-1),3) C
-1.880233 0.385332 952.1936
0.279673 0.170855 845.4750
-6.722960 2.255323 1.126223
0.0000 0.0311 0.2684
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.708034 0.689786 4958.484 7.87E+08 -345.9046 1.988059
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
241.9857 8902.623 19.93740 20.07072 38.80083 0.000000
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Lampiran 3 Hasil Uji Kointegrasi dengan Metode Johansen Date: 11/24/09 Time: 19:28 Sample (adjusted): 1972 2008 Included observations: 37 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend Series: X Y Lags interval (in first differences): 1 to 1 Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized No. of CE(s)
Eigenvalue
Trace Statistic
0.05 Critical Value
Prob.**
None * At most 1 *
0.415379 0.106624
24.03294 4.171653
15.49471 3.841466
0.0020 0.0411
Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized No. of CE(s)
Eigenvalue
Max-Eigen Statistic
0.05 Critical Value
Prob.**
None * At most 1 *
0.415379 0.106624
19.86128 4.171653
14.26460 3.841466
0.0059 0.0411
Max-eigenvalue test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I): X -9.79E-06 0.000114
Y 4.03E-06 -2.52E-06
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha): D(X) D(Y)
1086.048 50067.38
1 Cointegrating Equation(s):
-1205.758 2882.427
Log likelihood
-817.4977
Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) X Y 1.000000 -0.411907 (0.08020) Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(X) -0.010633 (0.00667) D(Y) -0.490177 (0.10234)
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
Lampiran 4 Hasil Uji Granger Causality Pairwise Granger Causality Tests Date: 11/24/09 Time: 19:35 Sample: 1970 2008 Lags: 5 Null Hypothesis: Y does not Granger Cause X X does not Granger Cause Y
Obs
F-Statistic
Probability
34
3.84059 2.71471
0.01123 0.04538
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Mariani Pelly
NIM
: 060501114
Departemen : Ekonomi Pembangunan Fakultas
: Ekonomi
Adalah benar telah membuat skripsi dengan judul “Analisis Kausalitas dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia” guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Medan, Yang membuat pernyataan
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.
(Mariani Pelly) NIM. 060501114
Mariani Pelly : Analisis Kausalitas Dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi Dengan Ekspor Indonesia, 2010.