SKRIPSI ANALISA EFEKTIFITAS PENERAPAN KONSEP MANAJEMEN PROYEK PADA PELAKSANAAN PEKERJAAN PELAPISAN LANDASAN PACU TAHAP III, TAXIWAY DAN APRON
Skripsi ini Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ( ST ) Pada Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo (UHO) OLEH :
AL DILAN E1A1 13 084
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
ANALISA EFEKTIFITAS PENERAPAN KONSEP MANAJEMEN PROYEK PADA PELAKSANAAN PEKERJAAN PELAPISAN LANDASAN PACU TAHAP III,TAXIWAY DAN APRON
SKRIPSI Diajukan Kepada : Universitas Halu Oleo Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1)
OLEH :
AL DILAN E1A1 13 086
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2015
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Al Dilan
Nim
: E1A1 13 084
Jurusan
: Teknik Sipil
Fakultas
: Teknik
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang saya tulis adalah benar-benar hasil karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Skripsi ini hasil dari ciplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kendari,
Maret 2016
AL DIlAN Nim. E1A1 13 084
iv
Abstrak Manajemen proyek sangat penting dalam suatu pekerjaan di lapangan, manjemen proyek berguna untuk meminimalisir agar tidak terajadi kegagalan pada proyek tersebut, maka dari itu pelaksanaan proyek harus sesuai dengan perencanaan sebelumnya
Dengan menganalisa efektifitas penerapan konsep manajemen proyek ini di harapkan dapat mengetahui perbandingan antara rencana dan realisasi pada pekerjaan pengaspalan bandara ini dan perbandingan mutu antara JMF (Job Mix Formula) dan kontrol kualitasnya. Metode yang di pakai pada penelitian ini adalah megambil data berupa kurva S, RAB, back up data, laporan mingguan, laporan bulanan, JMF, Quality kontrol.
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisa data bahwa analisa waktu yang terjadi pada pekerjaan pelapisan survace pada bulan september dan november mengalami keterlambatan karena mendapatkan nilai deviasi minus, sedangkan pada bulan oktober mempnyai nilai deviasi tinggi, dan adapun nilai deviasi pada bulan september adalah -4,458%, pada bulan oktober 12,247%, pada bulan november 7,751%. Data untuk efektifitas pekerjaan padabulan oktober adalah 14 hari kerja dari 30 hari kerja, sedangkan pada bulan november 10 hari dari 30 hari kerja. Data quality kontrol pada aspal hasil mix AMP HRS base kurang sesuai dengan data JMF, di mana hasil yang di dapat pada quality kontrol adalah kadar aspal 5,60%, kepadatan 2,370 t/m3, VFB 78,65%, VIMmarshal 3,501%, stabilitas, 1175,52 kg, kelelehannya 2,85 mm, dan nilai JMFnya adalah kadar aspal 5,62%, kepadatannya 2,318 t/m3, VFB 69,43%, VIMmarshal 5,556%, stabilitas 1080,44 kg, kelehan 3,65 mm Kata Kunci : Manajemen Waktu, Manajemen Mutu
v
Abstract Project management is very important in field working. Project management is used to minimilize unsuccessful risk to the project. Therefore, the implementation of the project must be same as the plan before. By analyzing the effectiveness of application of project management concept, it is hoped that it can know the comparison between plan and realization to the asphalting in the airport. The method used in the research was taking curve data S,RAB, backing up the data, weekly report, monthly report, JMF, and quality control. Based on the result of reviewing and data analyzing, time of surface coating on September and November were late because of getting negative for deviation value. Whereas, October has high deviation value. The deviation value on September was -4.458%, 12.247 for October and -7.751 for November. The data for effectiveness on October was 14 day working from 30 day working. Whereas, on November was 10 day working from 30 day working. The quality control data to the asphalt mixed with AMP HRS base is not suitable with JMF data. The results which are got in quality control are 5.60% for asphalt content, 2.370 t/m 3 for density, 78.65% for VFB, 3.501% for VIMmarshal, 1175.52kg for stability, 2.85mm for melting value. Whereas, the JMF values are 5.62% for asphalt content, 2.318 t/m3 for density, 69.43% for VFB, 5.556% for VIMmarshal, 1080.44kg for stability, and 3.65mm for melting value. Keyword : Time Management, Quality Management.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Skripsi yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Haluoleo berjudul “ANALISA EFEKTIFITAS PENERAPAN KONSEP MANAJEMEN PROYEK PADA PELAKSANAAN PEKERJAAN PELAPISAN LANDASAN PACU TAHAP III, TAXIWAY DAN APRON”. Terwujud penulisan ini berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada : 1. Allah SWT. 2. Kedua Orang tuaku Sudjono Anwar (ayah) dan Farida (Ibu) serta adik saya tercinta Indra Gunawan yang telah memberikan dukungan dan doa dalam penyusunan Laporan Skripsi ini. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, MS, selaku Rektor Universitas Halu Oleo. 4. Bapak Mustarum Musaruddin, ST.,MIT.,Ph.d, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo.
vii
5. Bapak Ahmad Syarif Sukri, ST.,MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Halu Oleo. 6. Bapak M.Akbar Kurdin, ST.,M.Eng.Sc selaku Dosen Pembimbing I. 7. Bapak Nasrul,ST.,MT. selaku Dosen Pembimbing II. 8. Para sepupu-sepupu regent, fajar, jibran, ronal, dian, yesi, ines yang telah memberikan dukungan bantuan dan support kepada saya. 9. Suwanto yang telah banyak membantu tersusunya laporan skripsi ini. 10. Seluruh kawan-kawan Sipil 13”, Ai, Jum, Aman, Aksa, Jasrin, Yazid, serta rekan-rekan saya di Fakultas Teknik Unhalu yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, yang telah memberi banyak bantuan dan support dalam penyusunan Skripsi ini. Penulis sangat menyadari akan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan dalam penyusunan Skripsi ini , sehingga masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata semoga ALLAH SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua dan semoga penulisan ini bermanfaat bagi seluruh pembaca terutama bagi penulis.
Kendari,
Maret 2016
Penyusun
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... KEASLIAN PENELITIAN .................................................................. ........... ABSTRAK ........................................................................................... ............. KATA PENGANTAR ...................................................................................... DAFTAR ISI ..................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................ DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1.2 Rumusan Masalah ................................................................ ...... 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ........................................... ........ 1.3.1 Maksud Penelitian ..................................................... ........ 1.3.2 Tujuan Penelitian ...................................................... ......... 1.4 Batasan Masalah ................................................................ ......... 1.5 Manfaat Penelitian ............................................................. ......... 1.6 Sistematika Penulisan ......................................................... ........
BAB II
i ii iii iv v vii ix xi xii
1 4 4 4 5 5 6 6
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6
Kinerja Pelaksanaan Proyek ....................................................... Prinsip dan Dasar Pelaksanaan Proyek ....................................... Sistem Manajemen Proyek ................................................. ........ Siklus Manajemen ............................................................. ......... Perencanaan Evaluasi Pelaksanaan ..................................... ....... Manajemen Biaya .............................................................. ......... 2.6.1 Kinerja Biaya ............................................................ ......... 2.6.2 Perkiraan Biaya ......................................................... ........ 2.6.3 Anggaran Biaya ........................................................ ......... 2.6.4 Hasil Dari Anggaran Biaya ......................................... ...... 2.7 Manajemen Mutu ........................................................................ 2.7.1 Kinerja Mutu ............................................................ ......... 2.7.2 Devenisi Kualitas/Mutu ............................................. ........ 2.7.3 Pengendalian Mutu Campuran Beraspal Panas ........... ...... 2.8 Manajemen Waktu ...................................................................... 2.8.1 Kinerja Waktu ........................................................... ........ 2.8.2 Kurva S .................................................................... ..........
ix
8 9 16 17 18 22 22 23 24 24 25 25 28 31 37 37 37
2.8.3 Laporan Kemajuan ................................................... ......... 37 2.8.4 Durasi Percepatan Proyek .................................................. 39 BAB III METODEOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ................................................................. 3.2 Penentuan Sumber Penelitian ..................................................... 3.3 Metode Penelitian ....................................................................... 3.3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................... ....... 3.3.2 Metode Penulisan ...................................................... ........ 3.3.3 Metode Pengumpulan Data ........................................ .......
42 43 43 43 43 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Proyek ........................................................... 4.2 Analisa Realisasi dan Deviasi .............................................. ...... 4.3 Analisa Evektifitas Manajemen .................................................. 4.4 Manajemen Mutu...................................................................... .. 4.4.1 Data Job Mix Formula (JMF) ..................................... ....... 4.4.2 Data Quality Control .................................................. ....... 4.5 Pembahasan ...................................................................... .......... BAB V
45 46 53 54 54 60 65
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................. 66 B. Saran ................................................................................. .......... 67
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pedoman Pemanfaatan Laboratorium ...............................................................
26
Tabel 4.1 Data Hasil Pemeriksaan Extrasi Untuk JMF ..................................................... 55 Tabel 4.2 Data Hasil Pemeriksaan Gradasi untuk JMF ..................................................... 56 Tabel 4.3 Hasil Percobaan Marshal JMF ........................................................................... 57 Tabel 4.4 Resume Hasil Pengujian Job Mix Formula ........................................................ 59 Tabel 4.5 Data Hasil Pemeriksaan Extrasi Kontrol Kualitas ............................................. 61 Tabel 4.6 Data Hasil Pemeriksaan Gradasi Kontrol Kualitas ............................................ 61 Tabel 4.7 Hasil Percobaan Marshal Kontrol Kualitas .......................................................
62
Tabel 4.8 Resume Hasil Pengujian Kontrol Kualitas ......................................................... 63
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Mekanisme Manajemen Proyek ........................................................
17
Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian ....................................................................................
42
xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Wakatobi merupakan daerah yang memiliki potensi besar sebagai salah satu tujuan pariwisata di Indonesia, yang terkenal dengan keindahan bawah lautnya, tidak sedikit wisatawan-wisatawan dalam negeri maupun luar negeri yang datang ke Wakatobi, hal ini di buktikan dengan terus bertambahnya wisatawan dari tahun pertahun. Namun salah satu kendala yang cukup signifikan untuk memajukan dan memperkenalkan Pusat Kawasan Segi Tiga Karang Dunia ini adalah sulitnya akses menuju Wakatobi, salah satu transortasi yang bisa mecapai Wakatobi dengan cepat adalah transportasi udara. Keberadaan bandara pada Wakatobi sangat penting terbukti pada saat beroperasi bandara Matohara tahun 2009 wisatawan yang berkujung terus mengalami peningkatan dan perekonomian di Wakatobi terus berkembang, maskapai lokal yang membuka rute ke Wakatobi yakni maskapai Susi Air, Merpati Air, dan Expres Air dan pesawat besar yang bisa masuk ke bandara Matohara baru Boeing 737-Series, sedangkan untuk Boeing 737-Next Generation membutuhkan Runway 2500 M. Bandara Matohara adalah salah satu bandara yang terletak di pulau wangi-wangi yang mulai beroperasi sejak tahun 2009, seiring perkembangan
1
pembangunan dan mobilitas masyarakat kabupaten Wakatobi keberadaan bandara Matohara terus mengalami peningkatan , baik dari kualitas pelayanan pada sisi terminal bandara maupun layanan penerbangan, sampai saat ini bandara Matohara telah memiliki panjang landasan 2500 M dengan Runway 2000 M dan Uprond 103 x 73 M, bandara Matohara juga telah di lengkapi dengan terminal penumpang Kegiatan suatu proyek pembangunan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang sementara berlangsung dalam jangka waktu terbatas. Perencanaan suatu proyek dapat diartikan sebagai pemberi pegangan bagi pelaksana mengenai alokasi sumberdaya untuk melaksanakan kegiatan dan memastikan penggunaan sumber daya secara evektif dan efisien. (abrar, 2009). Efektifitas adalah perbandingan antara input dan output dalam berbagai aktifitas kegiatan sampai dengan pencapain tujuan terpenuhi yang bisa dari berupa banyaknya kuantitas dan kualitas hasil kerja, maupun batas waktu
yang
sudah
di
tetapkan
atau
targetkan
sebelumnya.
http://www.materiakuntansi.com/pengertian-efektif-dan-efisien-menurutpara-ahli Manajemen proyek merupakan suatu tata cara mengorganisir dan mengelola sumber penghasilan yang penting untuk menyelesaikan proyek dari awal sampai terselesaikannya proyek tersebut. Manajemen proyek dapat diterapkan pada jenis proyek apapun, dan di pakai secara luas untuk menyelesaikan proyek yang besar dan kompleks. Fokus utama manajemen
2
proyek adalah pencapaian semua tujuan akhir proyek dengan segala batasan yang ada, waktu dan dana yang tersedia. Pelayanan jasa yang dapat mengendalikan tuntutan utama mengenai tingkat keakuratan kualitas, efisiensi pembiayaan dan ketepatan waktu, masih dan sangat diperlukan. Untuk keluar dari masalah tersebut adalah pelayanan manajemen konstruksi yang berfungsi sebagai alat bantu yang mampu mengendalikan seluruh proses dalam proyek sehingga akan mencapai hasil yang optimal dipandang dari segi triple constraint yaitu waktu (jadwal), biaya (anggaran) dan mutu (kualitas). Waktu atau jadwal proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah ditentukan. Dan anggaran proyek harus diselesaikan dengan Manajemen proyek sangat penting dalam suatu pekerjaan di lapangan, manjemen proyek berguna untuk meminimalisir agar tidak terajadi kegagalan pada proyek tersebut, maka dari itu pelaksanaan proyek harus sesuai dengan perencanaan sebelumnya biaya yang tidak melebihi anggaran. Selain itu, mutu produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi tugas yang dimaksudkan atau sering disebut sebagai fit for intended use. Dengan manajemen waktu, biaya dan mutu pelaksanaan yang baik, maka resiko sebuah proyek akan mengalami keterlambatan semakin kecil. Secara langsung hal tersebut akan mengurangi pembengkakkan biaya proyek, serta pada akhirnya keuntungan tersendiri bagi para kontraktor sebagai pelaksanaan proyek. Sehingga system pengendalian proyek sangat perlu diperhitungkan secara matang karena hal ini
3
berhubungan dengan biaya yang digunakan, waktu yang diperlukan serta mutu yang dihasilkan. Pada Proyek Analisa Efektifitas penerapan konsep manajemen proyek pada pelaksanaan pekerjaan pelapisan landasan pacutahap III, taxiway dan apron”penulis mencoba menganalisa tentang pelaksanaan system manajemen proyek tersebut, yaitu dalam pengendalian biaya, pengendalian mutu dan pengendalian waktu. Dan dalam pelaksanaan system pengendalian yang diteliti yaitu PT. Tunas Harapan Lakina Wolio sebagai kontraktor pembangunan proyek tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka rumusan yang akan di teliti dari permasalahan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perbandingan antara rencana dan realisasi di lapangan 2. Bagaimana waktu efektifiatas kerja pada pekerjaan pengaspalan bandara 3. Bagaimana kontrol data hasil uji laboratorium terhadap pelaksanaan lapangan berdasarkan data uji di lapangan dan JMF 1.3 Maksud dan Tujuan Peneliitian 1.3.1 Maksud penelitian Mengetahui kinerja dari proyek tersebut dengan membandingkan antara rencana dan realisasi serta mengetahui kontrol data hasil uji laboratorium terhadap pelaksanaan berdasarkan data uji di lapangan
4
1.3.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui analisa perbandingan antara rencana dan realisasi pada proyek pelaksanaan pekerjaan pelapisan landasan pacu tahap III, taxiway dan apron. 2. Untuk mengetahui evektifitas waktu pelaksanaan pekerjaan pelaisan landasan pacu taxiway dan apron 3. Untuk mengetahui kontrol data hasil uji laboratorium pada proyek pelaksanaan pekerjaan pelapisan landasan pacu tahap III, taxiway dan apron berdasarkan data yang ada.
1.4 BatasanMasalah Untuk mempermudah pembahasan pada penulis membatasi masalah pada : 1. Data yang di ambil hanya dari Proyek Pelapisan Landasan Pacu Tahap III, Taxiay Dan Apron 2. Data-data yang di peroleh hanya dari kontraktor pelaksanaan proyek tersebut 3. Data yang di ambil hanya berupa Kurva S, RAB, bak up data, laporan migguan, laporan bulanan dan hasil uji lapangan yang di laksanakan oleh kontraktor pelaksana 4. Membahas mengenai deviasi antara rencana dan realisasi pekerjaan pelaapisan landasan pacu tahap III, taiway dan apron
5
5. Membahas mengenai waktu efektifitas kerja 6. Membandingkan antara JMF dan quality kontrol
1.5 ManfaatPenelitian Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi tenang tahapan manajemen proyek pada pekerjaan pelapisan landasan pacu tahap III, taxiway dan apron 2. Sebagai bahan masukan terhadap pekerjaan dalam manajemen proyek konstruksi pada masa yang akan datang 3. Dapat dipakai sebagai tambahan informasi bagi penelitian lebih lanjut
1.6 Sistematika Penulisan Adapun sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : Bab 1 (satu) Pendahuluan, dalam bab ini akan diuraikan latar belakang dari penulisan, maksud dan tujuan penellitian, pokok bahasan dan batasan masalah yang akan dikemukakan, serta sistimatika dari penulisan. Bab II (dua) Kajian Pustaka, dalam bab ini menjelaskan tentang dasar teori yang mendukung analisa dan permasalahan yang akan dilakukan kemudian.
6
Bab III (tiga) Metodologi Penelitian, dalam Bab ini dijelaskan tentang metode penelitian yang menerangkan tentang rancangan penelitian, penentuan sumber penelitian dan metode penelitian. Bab IV (empat) Hasil Dan Pembahasan, dalam bab ini akan menerangkan tentang pengumpulan data, sampel proyek, deskripsi umum proyek, analisis dan pembahasan tentang tinjauan pengendalian mutu perkerasan. Bab V (lima) Kesimpulan Dan Saran, dalam bab ini berisi tentang kesimpulan atas hasil akhir penelitian yang diperoleh dari data-data yang ada serta memberikan saran - saran untuk penelitian lebih lanjut.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kinerja Pelaksanaan Proyek Agar proyek dapat terlaksana sesuai dengan sasaran, maka perlu diperhatikan kinerja dari proyek tersebut.Untuk melihat apakah kinerja proyek telah sesuai dengan sasaran, perlu diamati anggaran, jadwal dan mutu.Anggaran biasanya diamati dari segi biaya, jadwal diamati dari segi waktu, sedangkan mutu diamati dari segi kinerja biaya dan waktu.Kadang-kadang, dalam pelaksanaan suatu proyek, pihak kontrktor kurang memperhatikan kinerja pelaksanaan proyek. Padahal kinerja pelaksanaan suatu proyek akan menentukan apakah proyek tersebut akan tepat sasaran atau tidak. Kinerja proyek sangat diperlukan untuk mengetahui efisiensi dan evektifitas pelaksanaannya sehingga permasalahan yang timbul dalam pengelolaan proyek dapat diidentifikasi dan dicari solusinya serta dijadikan pelajaran untuk pelaksanaan proyek-proyek serupa berikutnya. (Sumber:http://jurnalonlineteknikunbara.blogspot.com/2013/05/analisa-kinerjaproyek-infrastruktur.html) Kinerja proyek dapat diukur dari indikator kinerja biaya, mutu, waktu, serta keselamatan kerja dengan merencanakan secara cermat, teliti dan terpadu seluruh alokasi sumberdaya manusia, peralatan, material, serta biaya yang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.Semua itu diselaraskan dengan sasarn dan tujuan proyek.
8
Agar hasilnya efektif dan efisien, standar kinerja proyek selama proses berlangsung harus ditetapkan sedetail dan seakurat mungkin untuk meminimalkan penyimpangan, biaya, mutu, dan waktu, dan keselamatan merupakan tolak ukur kinerja proyek dalam mencapai sasaran dan tujuan proyek. Optimasi pencapaian paling penting adalah keselamatan kerja, karena bila factor ini diabaikan dapat mempengaruhi kinerja biaya, mutu, dan waktu, yang lebih jauh dapat mengakibatkan kerugian materi dan jiwa yang besar. Defenisi dari kata efektif yaitu suatu pencapaian tujuan secara tepat atau memilih yujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternative atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari efisien yaitu tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya) maupun menjalankan tugas dengan tepat dan cermat, berdaya guna, dan bertepat guna.(sumber:http://mancinginfo.blogspot.com/2012/12/pengertian-efektif-danefisien.html)
2.2 Prinsip dan dasar manajemen proyek Dalam proses penyelesaian proyek ini ada hal yang sangat penting dari awal sampai akhir yang menjadi tanggung jawab baik pemilik, konsultan maupun kontraktor pelaksana, maka di pilih suatu cara yang tepat yaitu sistem manajemen guna memecahkan masalah-masalah yang terjadi di lapangan, di perlukan suatu cara/suatu proses atau keragka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan atau maksud yang nyata, diantaranya meniadakan kecenderungan untuk melaksanakan sendiri semua urusan. Sejalan
9
dengan perkembangan kebudayaan manusia pengetahuan manajemen sebagai karya-karya praktik yang nyata sebab, manajemen merupakan suatu kekuatan yang mempunyai yang mempunyai fungsi sbagai alat pemersatu, penggerak, dan pengkoordinir faktor alam, tenaga dan modal. Diperlukannya manajemen sebab manajemen adalah sebagai ilmu dan seni yang merupakan bentuk kerja, berfungsi penting sebagai pedoman kegiatan, standar pelasanaan, sumber motifasi maupun sebagai rasional pengoganisasian agar pelaksanaan kegiatan-kegiatan dapat mencapai suatu tujuan yang berhasil dan berdaya guna secara cepat, efektif dan efisien. Dari kalangan para ahli belum terdapat adanya konsesus keseragaman dalam membagi jumlah fungsi manajemen. Tetapi pada umumnya kita dapat membagi fungsi manajemen itu dalam defenisi yang di uraikan dengan singkatan POMC (Planning, Organizing and Staffing, Motivating , controlling). 1. Perencanaan (Planning) : mempunyai tiga arti, yaitu : a) Pengambilan keputusan (decision making) b) Memikirkan secara mendalam untuk memutuskan apa yang harus diperbuat c) Menetapkan sasaran dan menjabarkan cara mencapai sasaran-sasaran tersebut Tujuan perencanaan adalah menemukan kesempatan-kesempatan di
masa
mendatang
dan
membuat
rencana-rencana
untuk
memanfaatkannya. Rencana yang paling efektif adalah memanfaatkan
10
kesematan dan meghilangkan halangan atas dasar kekuatan dan kelemahan dari organisasi. 2. Pengaturan dan Penyediaan Staff (Organizing and Staffing) Dalam suatu pekerjaan umumnya terdiri dari beberapa orang yang bersepakat untuk bekerja sama, maka diperlukan suatu pengaturan yang jelas, siapa yang mengerjakan apa, dan kepada siapa orang yang bekerja tersebut harus mempertanggung jawabkan pekerjaannya (memberikan laporan). Maka tercipta struktur organisasi yang berfungsi sebagai sarana penent dan pengatur, serta pmbagi tugas antara orang/kelompok orang. Dalam struktur organisasi ada beberapa hal yang perlu di perhatikan, antara lain : Hubugan antara bawahan dan atasan harus jelas, komunikasi timbal balik harus terpelihara. Tugas disertai pemberian wewenang ang berimbang dengan tanggung jawab (responsibility) yang dipikul Tanggung gugat (accounbility) terhadap atasan juga harus ada. Uraian tugas pekerjaan untuk staff dan pimpinan perlu dijabarkan dengan jelas dan konkrit (job discription) Makin tinggi jenjang manajerial makin sedikit bawahannya, dan sebaliknya makin kebawah makin banyak orang yang dibawahinya (struktur piramida)
11
3. Menggerakan (Motivating) Menggerakan yang di maksud adalah kemampuan dari seoang manager proyek untuk memberikan alasan kepada bawahannya untuk pengembangan sumber daya manusia dan bimbingan kerja (yang berperan di sini adalah faktor leadership/jiwa kepemimpinan). Pemimpin proyek selalu berusaha agar para bawahannya menjadi ahli dalam bidang pekerjaannya dan terampil dalam bidang manajemennya. Motoivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan , menyalurkan dan memelihara perilaku manusia .dan motivasi ini merupakan suatu subyek yang penting bagi manager, karena meurut devenisi manager harus bekerja dengan melaui orang lain, maka manager perlu memahami orang-orang yang berperilau tertentu agar dapat mepengaruhi untuk bekerja sesuai dengan yang di inginkan organisasi. Namun motivasi adalah juga subyek yang membingungkan, karena motivasi tidak dapat di amati atau di ukur secara langsung, tetapi harus di simpulkan dari perilaku orang yang tampak. Motivasi bukan haya satu-satunya faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi seseorang. Dua faktor lainnya yang terlibat adalah kemampuan individu dan pemahaman tentang perilaku yang di pelukan untuk mencapai prestasi yang tinggi atau di sebut persepsi peranan adalah saling berhubungan. Jadi bila salah satu faktor rendah, maka tingkat prestasi akan rendah walaupun faktor-faktor lain tinggi.
12
Faktor Motivasi yang perlu diciptakan oleh seseorang manager proyek, meliputi: Komunikasi timbal balik antara atasan dan bawahan, sehingga trcipta iklim kerja yang berkesinambungan. Diciptakan
unsur
partisiasi
dalam
memecahkan
masalah
dan
pengambilan keputusan. Metoda, program kerja yang mantap dan jelas. Berorientasi kepada hasil pekerjaan. Delegasi pekerjaan harus disertai tanggung jawab yang jelas, limitasi wewenag untuk dapat mengambil keputusan serta kriteria tentang hasil pekerjaan. Menghargai bawahan yang berprestasi dan ciptakan disiplin yang tegas. Menciptakan suasana agar bawahan memilki kemampuan untk bekerja sama secara kelompok (team work) 4. Pengontrolan (Controlling) Pengontrolan dilakukan untuk melihat perkembangan pekerjaan, apakah sesuai degan rencana, atau apakah ada penyimpangan ? Pengontrolan bisa dilakukan dari laporan dan dari pengecekkan lapangan, dan dari keduanya dilakukan pencocokan mana yang lebih aktual mendeteksi kondisi nyata. Tujuan pengntrolan tidak mecari kesalahan orang, melainkan untuk manjaga dan melihat apakah hasil pekerjaan sesuai dengan recana atau tidak, sesuai rencana yang dimaksud adalah kegiatan proyek dapat
13
dimulai, dilaksanakan dan diselesaikan menurut jadwal yang telah ditentukan, budget yang disediakan, mutu pekerjaan yang di tetapkan dan sumber daya alam serta sumber daya manusia yang tersedia. 5. Langkah dalam melakukan fungsi kontrol a) Adanya prestasi standard sebagai tolak ukur b) Mengukur hasil prestasi pekerjaan c) Membandingkan dan mengevaluasi hasil prestasi aktual dengan standard prestasi yang diharapkan d) Melakukan tindakan koreksi, bilamana standard prestasi tidak tercapai. Secara spesifikkonsep manajemen adalah merupakan suatu proses, dimana di dalamnya diberikan input dan diharapkan manajemen dapat menghasilkan output sesuai sasaran sebagaimana yang di tetapkan. Input dalam proses manajemen terdiri dari bermacam-macam sumber daya (resource), seperti: -
Sumer daya manusia (tenaga kerja)
-
Sumber Daya Alam/ Material (Bahan)
-
Sumber Modal (Dana)
-
Mesin Peralatan (Alat)
-
Metode Kerja Manajemen proyek adalah sebagai satu usaha kegiatan untuk
meraih sasaranyang telah didefinisikan dan di tentukan dengan jelas secara efisien dan seefektif mungkin dengan menggunakan anggaran dana serta
14
sumber daya yang tersedia, yang harus diselesikan dalam jangka waktu tertentu. Ciri-ciri umum manajemen proyek sebagai berikut: 1. Tujuan, sasaran, harapan-harapan, dan strategi proyek hendaknya dinyatakan secara jelas dan terinci sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk mewujudkan dasar ksepakatan segenap individu dan satuan organisasi yang terlibat. 2. Diperlukan Rencana Kerja, Jadwal dan anggaran Belanja yang realitas. 3. Diperlukan
kejelasan
dan
Kesepakatan
tentang
peran
dan
tanggungjawab diantara semua satuan organisasi dan individu yang terlibat dalam proyek untuk berbagai strata jabatan. 4. Diperlukan
mekanisme
untuk
memonitor,
mengkoordinasikan
mengendalikan, dan mengawasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pada berbagai strata organisasi. 5. Diperlukan mekanisme sistem evaluasi yang diharapkan dapat memberikan umpan balik bagi manajemen. Informasi umpan balik akan dimanfaatkan sebagai pelajaran dan dipakai sebagai pedoman didalam upaya peningkatan produktifitas proyek. 6. Diperlukan satuan organisasi proyek yang dapat dimungkinkan untk melakukan kegiatan-kegiatan yang mungkin harus bergrak diluar kerangka organisasi, akan tetapi tetap berorientasi pada terapainya produktivitas.
15
7. Diperlukan pengertian dn pemahaman mengenai tatacara dan dasardasar peraturan birokrasi, dan pengetahuan tentang cara-cara mengatasi kendala birokrasi. 2.3 Sistem Manajemen Proyek Sisitem manajemen proyek disusun dan dijabarakan menjadi seperangkat pengertian, alat dan petunjuk tatacara yang mudah untuk dilaksanakan sedemikan rupa sehingga : 1. Mampu menghubungkan dan menjembatani kesenjangan persepsi diantara para perencana dan pelaksana, sehingga kesemuanya mempunyai satu kerangka konsep yang sama tentang kriteria keberhasilan suatu proyek. 2. Dapat memberikan kesamaan bahasa yang sekaligus memadkan tertib teknis dan sosial, yang dapat diterapkan pada setiap proyek dengan cara sederhana, jelas, sitematis dan efisien. 3. Mampu mewujudkan duatu bentuk kerjasama dan koordinasi antar satuan organisasi pelaksana sehingga terwujud suatu semangat bersama untuk merencanakan proyek secara lebih terperinci dan cukup cermat dalam mengantisipasi masalah-masalah yang akan timbul dalam pelaksanaan
16
2.4 Siklus Manajemen Semua kegiatan proyek merupakan suatu siklus mekanisme manajemen yang didasarkan atas 3 (tiga) tahapan, yaitu Perencanaan dan evaluasi. Siklus mekanisme manajemen tersebut merupakan proses terus menerus selama proyek berjalan, oleh karenanya pelaksanaan proyek berlansung dalam suatu tata hubungan kompleks yang selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi mutakhir dengan memanfaatkan umpan balik dari hasil evaluasi. Keberhasilan pelaksanaannya tergantng pda jabatan diberbagai jenjang manajemen. Siklus mekanisme manajemen proyek tersebut ditunjukan pada gambar :
PERENCANAAN SASARAN PROYEK
PELAKSANAAN
BERITA ACARA TERCAPAI EVALUASI
PENYERAHAN HASIL PROYEK Pengendalian (monitoring)
Gambar 2.1. Siklus Mekanisme Manajemen Proyek
17
2.5 Perencanaan Evaluasi Pelaksanaan Untuk membentuk suatu sistem manajemen proyek yang lengkap dan kokoh, dalam pelaksanaan pada masing-masing tahapan siklus mekanisme tersebut memerlukan perangkat manajemen yang terdiri dari : a) Analisa masalah, dalam merencanakan suatu proyek yang merupakan perangkat manajemen yang terdiri dari keragka strategi program, diperlukan
cara
analisa
yang
sistematis,
sederhana
mudah
dikomunikasikan, dan didasarkan pada suatu kerangka pemikiran logis, pendekatan akan dipermudah dengan mewujudkannya dalam bentuk bagan yang dapat menjelaskan seluruh harapan-harapan serta tujuan program. b) Erangka logis, suatu proyek pada hakekatnya merupakan proses ntuk merubah suatu keadaan yang dipilih dari sejumlah proyek pilihan, yang mewakili kemungkinan terbaik untuk mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan program.
Agar dapat melakukan analisis, maka diperlukan suatu pedoman kerangka proses berfikir secara sitematis dan logis untuk digunakan sebagai alat perencanaan, pengorganisasian dan komunikasi, yang akan sangat membantu dalam merancang dan menetapkan proyek terpilih. Kerangka logis merupakan “penelasan urut dan nalar dalam proses perencanaan proyek-proyek yang berhasil guna” , terutama dipandang dari aspek pendanaan dimulai sejak dari latar belakang sampai dengan tercapainya tujuan. Kerangka logis juga berungsi sebagai alat komunikasi
18
yang dapat menjelaskan sasaran pokok proyek secara ringkas, ukuranukuran keberhasilannya, analisa segenap keadaan yang berpengaruh terhadap
keberhasilan
proyek.
Dengan
demikian
kerangka
logis
merupakan seperangkat pengertian yang saling berkaitan, yang mampu menjelaskan secara logis tentang : -
Mengapa suatu proyek harus dilaksanakan
-
Bagaimana proyek aan dilaksanakan
-
Faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan ketidakpastian keberhasilan proyek
-
Bagaimana wujud proyek tersebut apabila sudah selesai
-
Bagaimana menetapkan ukuran keberasilan proyek yang sudah selesai
c) Analisa anggaran keuangan, angaran keuangan disusun secara realistis, bertahap, dengan berorientasi pada keluaran atau kegiatan-kegiatan proyek. Analisis anggaran keuangan bukan hanya dibuat berdasarkan Daftar Rencana Kerja pada saat perencanaan proyek saja, akan tetapi harus ditunjang dengan suatu istem akuntansi yang benar dan aik selama proyek berjalan. Analisis anggaran keuangan berguna untuk membagikan sumber daya yang terbatas guna hasil keseluruhan yang optimal , menganalisa perbandingan antara pembiayaan dan manfaat yang diperoleh, serta menyusun anggaran belanja yang realistis.
19
d) Rincian Tanggung Jawab, salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan proyek adalah adanya peranan dan tanggung jawab yang jelas bagi setiap personil, yang disetujui bersama oleh sesama pelaku-pelakunya
Suatu organisasi dengan melibatkan bnyak unsur apabila tanpa dilandasi dengan kesepakatan yang jelas, cenderung akan mengandug masalah yang akan megakibatkan kekacauan, kelambatan, bahkan pembekakan biaya. Untuk itu suatu organisasimemerlukan baian rincian tanggunga jawab yang merupakan salah satu perngkat Sistem Manajemen Proyek dengan kegunaannya antara lain sebagai berikut : 1) Dapat membat tercapainya kesepakatan menenai peran dan tanggung jawab masing-masing individu dalam organsasi yang terlibat dalam pelaksanaan proyek. 2) Untuk menyederhanakan pelaksanaan koordinasi proyek dan sebagai sarana untuk media komunikasi antar masing-masing penanggung jawab. 3) Memperhatikan hbungan tugas dan jabatan secara jelas, sehingga membantu memastikan bahwa tugas dan seluruh personil yang diperlukan untuk pelaksanaan dapat bejalan. e) jadwal pelaksanaan proyek, jadwal berguna untuk menentukan waktu dan urutan kegiatan-kegiatan proyek. Perankat manajemen yang berupa jadwal ini menunjukan kapan suatu kegiatan harus di mulai dan diselesaikan, serta memberikan landasan dalam penyusunan sistem monitoring dan pelaporan
20
secara
terus
menerus/kontinyu.
Terdapat
bermacam-macam
cara
penjadwalan proyek yang dikenal, seperti jaringan kerja (networ planning), bagan balok (bar chart) dan kurva-S (s curve). f) Sistem Monitoring dan Pelaporan, dalam rangka pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan proek dibutuhkan suatu media atau alat yang mampu merangkum informasi yang harus secara aktif diketahui, diikuti dan diamati selama pelaksanaan yang dikenal dengan Sistem Monitoring dan pelaporan. Media sistem monitoring dan pelaporan tersebut umumnya berupa formulir-formulir isian yang berfungsi sebagai media masalah-masalah yang muncul, serta peluang-peluang yang dapat dioptimlkan guna pengambilan keputusan/tindakan. g) Sistem Evaluasi, sistem ini ditujukan untuk penyempernaan pelaksanaan proyek, sehingga lebh bersifat berorientasi ke depandalam upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan proyek. Sistem evaluasi diterapkan untuk dapat memeriksa kemajuan dan kemampuan proyek dalam mengatasi segenap permasalahan yang dihadapi, serta perlu tidaknya melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam pelaksanaan. Ruang lingkup evaluasi lebih luas dibandingkan dengan monitoring, dimana monitoring adalah kegiatan mengukur apahkah proyek masih tetap berjalan pada jalurnya, sedangkan evaluasi menanyakan apakah proyek berjalan pada jalur yang benar. Perencanaan evaluasi hendaknya sudah harus dipertimbangkan pada saatpenyusunan rencana proyek secara terinci atau pada saat tahap awal pelaksanaan proyek.
21
h) Konsep
pendekatan
team,
team
approach
merupakan
upaya
membangkitkan semangat untuk menggalang persatuan dalam bekerja sama, memudahkan tindakan, meningkatkan komunikasi, mengurangi masalah dan mendorong keikutsertaan mereka yang diperlukan demi keberhasilan proyek. Pendekatan team proyek hendaknya diterapkan sedini mungkin, sejak dimlainya proyek dan terus berlangsung selama pelaksanaan proyek. 2.6 Manajemen Biaya 2.6.1 Kinerja Biaya Seluruh urutan kegiatan proyek perlu memiliki standar kinerja biaya proyek yang dibuat dengan akurat dengan cara membuat format perencanaan seperti di bawah ini. 1. Kurva S, selain dapta mengetauhui proses waktu proyek, kurva S berguna juga untuk mengendalikan kinerja biaya, hal ini ditujuakandari bobot pengeluaran kumulatif masing-masing kegiatan yang dapat dikontrol dengan membandingkan dengan baseline periode tertentu sesuai dengan kemajuan actual proyek. 2. Diagram Cash Flow, diagram yang menunjukan rencana aliran pengeluaran dan pemasukan biaya selama proyek berlangsung. Diagram ini diharapkan dapat mengendalikan keseluruhan biaya proyek secara detail sehingga tidak mengganggu keseimbangan kas proyek.
22
3. Kurva Earned Value, yang menyatakan nilai uang yang telah dikeluarkan pada baseline tertentu sesuai dengan kemajuan actual proyek. Bila ada indikasi biaya yang dikeluarkan melebihi rencana, maka biaya ini dikoreksi dengan melakukan penjadwalan ulang dan meramalkan seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan sampai akhir proyek karena penyimpangan tersebut. 4. Balance sheet, yang menyatakan besarnya aktiva dan pasiva keuangan perusahaan selama periode satu tahun dengan keseluruhan proyek yang telah dikerjakan beserta asset-aset yang dimiliki perusahaan. Keempat hal tersebut dibuat dalam laporan periodic dengan maksud agar dari waktu dapat dievaluasi serta dikendalikan dan menjadi rujukan dalam membuat keputusan terkait dengan tindakan koreksi bila terjadi penyimpangan. 2.6.2 Perkiraan Biaya
Perkiraan biaya melibatkan pendekatan (perkiraan) dari biaya sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan proyek. Dalam aproksimasi biaya, estimator menganggap penyebab variasi estimasi akhir untuk tujuan lebih baik mengelola proyek. Ketika harus
sebuah
dilakukan
proyek
dilakukan
di
bawah
kontrak,
perawatan
untuk membedakan perkiraan biaya dari harga. Perkiraan
biaya melibatkan pengembangan penilaian yang kemungkinan hasil kuantitatif. berapa biayanya organisasi
melakukan
untuk
menyediakan produk atau
23
layanan yang terlibat? Harga adalah bisnis keputusan berapa banyak biaya yang dilakukan organisasi untuk produk atau layanan yang menggunakan perkiraan biaya sebagai satu dari banyak pertimbangan. Perkiraan biaya termasuk mengidentifikasi dan mempertimbangkan berbagai alternatif biaya. Sebagai contoh, di unit aplikasi yang paling banyak bekerja, tambahan selama desain fase banyak diadakan untuk memiliki potensi untuk mengurangi
tahap biaya
produksi. Proses estimasi biaya harus mempertimbangkan apakah biaya tambahankarya desain akan diperhitungkan oleh tabungan yang diharapkan 2.6.3 Anggaran Biaya Penganggaran
Biaya
melibatkan
pengalokasian
perkiraan
biaya
keseluruhan untuk kegiatan individu atau bekerja untuk mendirikan sebuah paket biaya dasar untuk mengukur kinerja proyek. Realitas dapat mendikte bahwa perkiraan yang dilakukan setelah persetujuan anggaran adalah disediakan, namun perkiraan harus dilakukan sebelum permintaan anggaran 2.6.4 Hasil dari Anggaran Biaya Baseline biaya anggaran bertahap waktu yang akan digunakan untuk mengukur dan memonitor kinerja biaya pada proyek tersebut. Hal ini dikembangkan oleh penjumlahan estimasi biaya dengan periode dan biasanya ditampilkan dalam bentuk kurva-S, banyak proyek, khususnya yang lebih besar, mungkin memiliki beberapa data dasar untuk biaya aspek yang berbeda ukuran kinerja biaya.
24
2.7 Manajemen Mutu 2.7.1 Kinerja Mutu Jaminan mutu (quality assurance) dapat diperoleh dengan melakukan proses berdasarkan kriteria material atau kerja yang telah ditetapkan hingga didapat standart produk akhir, dapat pula dengan melakukan suatu proses prosedur kerja yang berbentuk system mutu hingga didapat standart system mutu terhadap produk akhir. Pengandalian tiap-tiap proses (quality control) dimaksudkan untuk menjamin mutu material atau kerja yang diperoleh sesuai dengan sasaran dan tujuan yang ditetapkan. Pengendalian mutu merupakan suatu sistim pengumpulan, analisa dan penafsiran dari ukuran-ukuran serta data lain mengenai karakteristik yang ditetap akan dari suatu bahan, proses dan suatu produk untuk menentukan kesesuaiannya terhadap persyaratan-persyaratan yang ditetapkan. Pada pokoknya semua itu merupakan fungsi pengawasan. (Buku Pondasi Jalan, oleh Ir.Rudy Setiawan, tahun 1999) Tujuan pengendalian mutu adalah untuk menjamin bahwa pekerjaan yang telah selesaikan, betul-betul memenuhi persyaratan dan rancangan yang telah direncanakan serta bahan-bahan dan keterampilan kerjanya juga memenuhi standar yang cukup tinngi untuk pelaksanaan pekerjaan yang memuaskan (dan secara ekonomis) dalam jangka waktu yang diiginkan. Pengendali mutu dapat dianggap sebagai cara yang formal untuk mencapai hasil yang di inginkan dan secara berurutan pelaksanaannya adalah :
25
1. Program pengendalian mutu merupakan upaya untuk meyakinkan terhadap tercapainya kualitas hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan apa yang dikehendaki spesifikasi dan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. 2. Pengendalian mutu dilaksanakan sejak awal pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pasca pelaksanaan . 3. Program pengendalian mutu harus disusun proyek / bagian proyek dan dibahas pada saat Rapat Pra Pelaksanaan (Pre Construction Meeting / PCM). Program tersebut dapat direvisi sesuai dengan perkebangan lingkup pekerjaannya. 4. Progam pengendalian mutu proyek berisi paling tidak meliputi : a. Informasi Proyek b. Organisasi Pelaksanaan Proyek (termasuk Konsultan Supervisi danKontraktor) c. Jadual Pelaksanaan d. Langkah-langkah Pengendalian Mutu e. Jadual pengujian yang telah dikaji Atasan Langsung Pimpro / Pimbagpro dari program pengendalian mutu pekerjaan proyek. 5. Untuk
melaksanakan
pengujian
laboratorium
dalam
rangka
pengendalian mutu pekerjaan, Proyek / Bagian Proyek harus mempedomani pemanfaatan laboratorium sebagai berikut :
26
NO. 1.
Tabel : 2. 1 Pedoman Pemnafaatan Laboratorium JENIS PENGUJIAN PERIODE PENGUJIAN Pengujian Dasar Persyaratan Awal Pelaksanaan Dasar
2.
Laboratorium Mix Formula
3.
Pengujian Rutin Selama Pelaksanaan
4.
Pengujian untuk pengawasan Melekat
5.
Pengujian Pekerjaan
Serah
Awal Pelaksanaan Selama Pelaksanaan
Selama Pengawasan Melekat Terima Saat Serah Terima Pekerjaan / PHO
TEMPAT PENGUJIAN Lab. DPU Bina Marga Lab. DPU Bina Marga Lab. Kontraktor / DPU Bina Marga / lainnya Lab. DPU Bina Marga Prop. Jatim Lab. DPU Bina Marga
Menurut Stephan P. Robin (2003,5)Pengendalian dapat didefinisikan Sebagai proses pemantauan aktivitas untuk memastikan bahwa proses tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan yang telah direncanakan dan memperbaik perbedaan yang signifikan. Selanjutnya menurut Juran (1995:20) pengendalian mutu berkaitan dengan pelaksanaan rencana penyelenggaraan untuk mencapai tujuan. Pengendalian mutu mencakup pemantauan terhadap operasi untuk dapat mengenali perbedaan antara kinerja nyata dengan tujuan. Sebagai tambahan dapat disebutkan bahwa pengendalian mutu mencakup pengambilan tindakan untuk memperbaiki keadaan pada saat muncul penyimpangan. Pengendalian mutu meliputi mengindentifikasi butir-butir persoalan mendiagnosis dan menganalisi penyebab, dan dilanjutkan dengan tindakan pengendalian Analisa statistik merupakan sarana Pengendalian Mutu yang sangat penting. Dikarenakan Pengendalian Mutu mulai dengan menjelaskan permasalahan dan mencari sebabsebabnya, maka Pengendalian Mutu merupakan sebuah sistim pengendalian mutu berdasarkan alasan faktual. Hanya setelah fakta-fakta aktual diklarifikasi dan
27
analisis obyektif dibuat maka barulah dimungkinkan untuk menetapkan ukuran yang efektif. 2.7.2
Definisi Kualitas / Mutu Dalam industri konstruksi, kualitas dapat didefinisikan sebagai persyaratan
/ keinginan dari pihak perencana, kontraktor, badan pemerintah dan pemilik proyek. Menurut ASCE, kualitas dapat didefinisikan sebagai berikut : 1. Dipenuhinya persyaratan pihak pemilik proyek terhadap : a. Kemampuan fungsional proyek b. Waktu dan biaya penyelesaian yang sesuai budget c. Life Cycle Cost yang minimum d. Biaya operational dan maintenance yang minimum 2. Dipenuhinya persyaratan pihak perencana terhadap : a. Ketentuan lingkup proyek b. Penggunaan staff yang qualified, terlatih dan berpengalaman c. Budget dalam mendapatkan data lapangan yang sehubungan dengan design d. Ketentuan timely decision oleh pemilik proyek dan perencana e. Kontrak untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dibutuhkan pada imbalan yang wajar dan time allowance yang layak. 3. Dipenuhinya persyaratan dari pihak kontraktor terhadap : a. Ketentuan perencanaan kontrak, spesifikasi dan dokumendokumen lain yang telah dipersiapkan secara mendetail oleh kontraktor sebagai harga proposal pelelangan 28
b. Penerjemahan persyaratan / tuntutan kontrak yang wajar dan memungkinkan dalam segi waktu dari staff design lapangan dan staff pengawas lapangan. c. Kontrak untuk melakukan pekerjaan dalam jadwal yang wajar dan dapat menghasilkan keuntungan yang layak 4. Dipenuhinya tuntutan dari pihak badan pemerintah terhadap : a. Keamanan dan kesehatan umum b. Pertimbangan lingkungan c. Perlindungan terhadap kepemilikan umum termasuk fasilitasfasilitasnya d. Sesuai dengan ketentuan hukum, peraturan dan norma yang berlaku. Oleh karena itu, kualitas dari suatu proyek didefinisikan sebagai terpenuhinya aspek legal, astetik dan kebutuhan / spesifikasi / persyaratan dari proyek tersebut. Kebutuhan yang dimaksud mungkin sederhana mungkin juga kompleks, maka kualitas dapat dicapai jika persyaratan yang tertulis terpenuhi dan proyek yang diselesaikan memenuhi persyaratan. Menurut ISO 8402, kualitas adalah totalitas dari suatu bentuk dan karakteristik dari suatu produk atau layanan jasa yang memenuhi kebutuhan / persyaratan yang dibebankan padanya secara langsung maupun tidak langsungsuatu produk atau layanan jasa dapat terpenuhi secara totalitas. Menurut Crosby ( 1979 ), kualitas adalah kesesuaian terhadap persyaratan (conformance to requirement )Artinya apa yang di syaratkan dalam ketentuan
29
dapat terpenuhi. Menurut Juran ( 1989 ), kualitas adalah Kecocokan dengan kegunaannya ( Quality is fitness foruse ). Artinya apa yang disyaratkan ada kecocokan dengan kegunaan. Dan definisiini sendiri mempunyai dua aspek utama, yaitu : 1. Ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan. Kualitas yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan meningkatkan kepuasan pelanggan, dapat bersaing dengan pesaing, meningkatkan pangsa pasar 2. Bebas dari kekurangan Kualitas produk yang lebih tinggi menyebabkan perusahaan dapat mengurangi tingkat kesalahan, mengurangi ketidak puasan pelanggan, dan memperbaiki kinerja penyampaian produk atau jasa Hal yang sangat menarik adalah usaha pemuasan / pemenuhan persyaratan dan harapan pelanggan menjadi unsur utama dalam semua definisi mutu diatas. Oleh karena itu kemampuan untuk mendefinisikan atau menerjemahkan dan memenuhi tuntutan / harapan para pelanggan termasuk dalam bidang perencanaan ( design ), kinerja ( performance ), harga, waktu penyerahan, fungsional proyek, keselamatan ( safety ) dan lain-lain, akan menempatkan perusahaan konstruksi tersebut diatas para pesaingnya. Penerapan dari sistim mutu yang efektif akan menghemat biaya pelaksanaan proyek. Sebagai tambahan dari biaya operasional dan keuntungan, terdapat satu lagi elemen yang dibutuhkan yaitu biaya mutu ( quality cost ).
30
2.7.3
Pengendalian Mutu Campuran Beraspal Panas a. Spesifikasi Campuran 1) Komposisi Umum Campuran Campuran beraspal dapat terdiri dari agregat, bahan pengisi, bahan aditif, dan aspal. 2) Kadar Aspal dalam Campuran Persentase aspal yang aktual ditambahkan ke dalam campuran ditentukan berdasarkan percobaan laboratorium dan lapangan sebagaimana tertuang dalam Rencana Campuran Kerja (JMF) dengan memperhatikan penyerapan agregat yang digunakan. 3) Prosedur Rancangan Campuran a. Sebelum diperkenankan untuk menghampar setiap campuran beraspal dalam Pekerjaan, Penyedia Jasa disyaratkan untuk menunjukkan semua usulan metoda kerja, agregat, aspal, dan campuran yang memadai dengan membuat dan menguji campuran percobaan di laboratorium dan juga dengan penghamparan campuran percobaan yang dibuat di instalasi pencampur aspal. b. Pengujian yang diperlukan meliputi analisa ayakan, berat jenis dan penyerapan air, dan semua jenis pengujian lainnya sebagaimana yang dipersyaratkan pada seksi ini untuk semua agregat yang digunakan. Pengujian pada campuran beraspal percobaan akan meliputi penentuan Berat Jenis Maksimum
31
campuran
beraspal
,pengujian
sifat-sifat
Marshall
dan
Kepadatan Membal (Refusal Density) campuran rancangan (BS 598 Part 104 - 1989). c. Contoh agregat untuk rancangan campuran harus diambil dari pemasok dingin (cold bin) dan dari penampung panas (hot bin). Rumusan campuran kerja yang ditentukan dari campuran di laboratorium harus dianggap berlaku sementara sampai diperkuat oleh hasil percobaan pada instalasi pencampur aspal dan percobaan penghamparan dan pemadatan lapangan. d. Pengujian percobaan penghamparan dan pemadatan lapangan harus dilaksanakan dalam tiga langkah dasar berikut ini : Penentuan proporsi takaran agregat dari pemasok dingin untuk dapat menghasilkan komposisi yang optimum. Perhitungan proporsi takaran agregat dari bahan tumpukan yang optimum harus digunakan untuk penentuan awal bukaan pemasok dingin. Contoh dari pemasok panas harus diambil setelah penentuan besarnya bukaan pemasok dingin. Selanjutnya proporsi takaran pada pemasok panas dapat ditentukan. Suatu Rumusan Campuran Rancangan (Design Mix Formula, DMF) kemudian akan ditentukan berdasarkan prosedur Marshall. Dalam segala hal DMF harus memenuhi semua sifat-sifat bahan dan sifat-sifat campuran
32
4) Rumus Campuran Rancangan (Design Mix Formula) Paling sedikit 30 hari sebelum dimulainya pekerjaan aspal, Penyedia Jasa harus menyerahkan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan, usulan DMF untuk campuran yang akan digunakan dalam pekerjaan. Rumus yang diserahkan harus menentukan untuk campuran berikut ini: a. Sumber-sumber agregat. b. Ukuran nominal maksimum partikel. c. Persentase setiap fraksi agregat yang cenderung akan digunakan Penyedia Jasa, pada penampung dingin maupun penampung panas. d. Gradasi agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang e. Kadar aspal optimum dan efektif terhadap berat total campuran. f. Rentang temperatur pencampuran aspal dengan agregat dan temperatur saat campuran beraspal dikeluarkan dari alat pengaduk (mixer). Penyedia Jasa harus menyediakan data dan grafik hubungan sifatsifat campuran beraspal terhadap variasi kadar aspal hasil percobaan laboratorium untuk menunjukkan bahwa campuran memenuhi semua kriteria tergantung campuran aspal mana yang dipilih. Dalam tujuh hari setalah DMF diterima, Direksi Pekerjaan harus :
33
a. Menyatakan bahwa usulan tersebut yang memenuhi Spesifikasi dan meng-ijinkan Penyedia Jasa untuk menyiapkan instalasi pencampur aspal dan peng-hamparan percobaan. b. Menolak usulan tersebut jika tidak memenuhi Spesifikasi. Bilamana DMF yang diusulkan ditolak oleh Direksi Pekerjaan, maka Penyedia Jasa harus melakukan percobaan campuran tambahan dengan biaya sendiri untuk memperoleh suatu campuran rancangan yang memenuhi Spesifikasi. Direksi Pekerjaan, menurut pendapatnya,
dapat
menyarankan
Penyedia
Jasa
memodifikasi sebagian rumusan rancangannya atau
untuk mencoba
agregat lainnya.
5) Rumusan Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF) Percobaan campuran di instasi pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP) dan penghamparan percobaan yang memenuhi ketentuan akan menjadikan DMF dapat disetujui sebagai JMF. Segera setelah DMF disetujui oleh Direski Pekerjaan, Penyedia Jasa harus melakukan penghamparan percobaan paling sedikit 50 ton untuk setiap jenis campuran yang diproduksi dengan AMP, dihampar dan dipadatkan dengan peralatan dan prosedur yang diusulkan. Penyedia Jasa harus menunjukkan bahwa setiap alat penghampar (paver) mampu menghampar bahan sesuai dengan tebal yang disyaratkan tanpa segregasi, tergores, dsb. Kombinasi
34
penggilas yang diusulkan harus mampu mencapai kepadatan yang disyaratkan dalam rentang temperatur pemadatan Contoh campuran harus dibawa ke laboratorium dan digunakan untuk membuat benda uji Marshall maupun untuk pemadatan
membal
(refusal).
Hasil
pengujian
ini
harus
dibandingkan bilamana percobaan tersebut gagal memenuhi Spesifikasi pada salah satu ketentuannya maka perlu dilakukan penyesuaian dan percobaan harus diulang kembali. Direksi pekerjaan tidak akan menyetujui DMF sebagai JMF sebelum penghamparan percobaan yang dilakukan memenuhi semua ketentuan dan disetujui. Pekerjaan pengaspalan yang permanen belum dapat dimulai sebelum diperoleh JMF yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana telah disetujui, JMF menjadi definitif sampai Direksi Pekerjaan menyetujui JMF pengganti lainnya. Mutu campuran harus dikendalikan, terutama dalam toleransi yang diijinkan. Dua belas benda uji Marshall harus dibuat dari setiap penghamparan percobaan. Contoh campuran beraspal dapat diambil dari instalasi pencampur aspal atau dari truk di AMP, dan dibawa ke laboratorium dalam kotak yang terbungkus rapi. Benda uji Marshall harus dicetak dan dipadatkan dan menggunakan jumlah penumbukan Kepadatan rata-rata (Gmb) dari semua benda uji yang diambil dari penghamparan percobaan yang memenuhi
35
ketentuan harus menjadi Kepadatan Standar Kerja (Job Standard Density), yang harus dibandingkan dengan pemadatan campuran beraspal terhampar dalam pekerjaan. 6) Penerapan JMF dan Toleransi Yang Diijinkan a. Seluruh campuran yang dihampar dalam pekerjaan harus sesuai dengan JMF, b. Setiap hari Direksi Pekerjaan akan mengambil benda uji baik bahan maupun campurannya seperti yang digariskan dalam Spesifikasi ini, atau benda uji tambahan yang dianggap perlu untuk pemeriksaan keseragaman campuran. Setiap bahan yang gagal memenuhi batas-batas yang diperoleh dari JMF dan Toleransi Yang Diijinkan harus ditolak. c. Bilamana setiap
bahan pokok memenuhi batas-batas yang
diperoleh dari JMF dan Toleransi Yang Diijinkan, tetapi menunjukkan perubahan yang konsisten dan sangat berarti atau perbedaan yang tidak dapat diterima atau jika sumber setiap bahan berubah, maka suatu JMF baru harus diserahkan dengan cara seperti yang disebut di atas dan atas biaya Penyedia Jasa sendiri untuk disetujui, sebelum campuran beraspal baru dihampar di lapangan. d. Interpretasi Toleransi Yang Diijinkan Batas-batas absolut yang ditentukan oleh JMF maupun Toleransi Yang diijinkan menunjukkan bahawa Penyedia Jasa
36
harus bekerja dalam batas-batas yang digariskan pada setiap saat. 2.8 Kinerja Waktu Standar kinerja waktu ditentukan dengan merujuk seluruh tahapan kegiatan proyek beserta durasi dan pengguanaan sumber daya. Dari semua informasi dan data yang diperoleh, dilakukan proses penjadwalan sehingga aka nada output berupa format-format laporan lengkap mengenai indikator progress waktu . 2.8.1 Kurva S Menurut barrie (1995), bentuk kurva S berasal dari pemaduan kemajuan setiap than waktu untuk mendapatkan kemajuan kumulatif yang digunakan dalam pemantauan pekerjaan. Ukuran kemajuan dititikberatkan pada prestasi kerja dan biaya.Sumbu X menunjukan skala waktu, sedangkan pada sumbu Y merupakan skala biaya atau prestasi kerja.Pada sebagian besar proyek, pengeluaran dari sumber daya untuk setiap satuan waktu condong berjalan lambat, berkembang ke puncak, kemudian berangsur-angsur berkurang bila mendekati ujung akhir.Karena itulah kemajuan sering tergambar seperti huruf S.
2.8.2 Laporan Kemajuan Laporan minggun merupakan sebuah pertanggung jawaban dalam bentuk tertulis mengenai kegiatan yang sudah dijalankan selama satu minggu untuk
37
kemudian dituangkan dalam bentuk tertulis.Laporan mingguan ini dibuat oleh kontraktor atau konsultan pengawas untuk diberikan kepada owner atau pemilik proyek. Dengan adanya laporan ini maka proses pelaksanaan pekerjaan dapat diarsipkan. Sebelum membuat laporan mingguan proyek maka terlebih dahulu dibuat laporan harian proyek yang merupakan laporan per hari mengenai pekerjaan yang sedang dilaksanakan, dari 7 laporan harian proyek tersebut maka dapat dibuat rekap selama satu minggu dalam bentuk laporan mingguan. Laporan mingguan proyek kontraktor berisi berbagai data pekerjaan yang antara lain sebagai berikut : 1. Nomor laporan mingguan 2. Nama kontraktor dan nama konsultan 3. Judul laporan 4. Periode tanggal dan waktu laporan 5. Jumlah tenaga kerja dan keahlian masing-masing tenaga kerja selama satu minggu bekerja di proyek, dapat dibuat dalam bentuk mengisi jumlah absen harian. 6. Pekerjaan yang dilaksanakan dibuat sejelas mungkin mengenai lokasi pekerjaan, namapekerjaan dan besarnya volume progress yang sudah diselesaikan selama satu minggu penuh. 7. Bahan atau material yang digunakan. 8. Alat kerja yang dipakai untuk melaksanakan pekerjaan.
38
9. Laporan curah hujan atau cuaca selama proses pelaksanaan proyek berlangsung satu minggu, laporan cuaca ini dapat digunakan kontraktor sebagai alas an keterlambatan kerja untuk menghindari denda keterlambatan pekerjaan dikemudian hari. 10. Form persetujuan konsultan pengawas atau manajemen konstruksi 11. Form pengajuan kontraktor atau yang membuat laporan mingguan proyek. 12. Lampiran-lampiran foto pelaksanaan proyek maupun hasil akhir kegiatan. 13. Serta data-data lain menyesuaikan kebutuhan dan permintaan pemilik proyek. Masing-masing perusahaan kontraktor atau konsultan pengawas biasanya mempunyai standar formulir laporan mingguan tersendir untuk digunakan disetiap pekerjaan proyek.Dari laporan mingguan proyek ini kemudian didapat rekap dalam bentuk bulan selama 1 bulan penuh. Dengan demikian, setiap selesai perekapan laporan kemajuan oleh pihak kontraktor atau konsultan pengawas, laporan tersebut dapat dikirim dan di lakukan pengimputan pada program primavera project planner. Dengan kata lain, pengguna software tidak harus berada dilokasi pengerjaan untuk melakukan pelaporan?reporting ke dalam software primavera project planner. 2.8.3 Dursai Dipercepatnya Proyek Pada awal saat proyek direncanakan, durasi aktivitas direncanakan dengan sumber daya yang tersedia (sumber daya normal). Bila kemudian hari penyelesaian pekerjaan ingin dipercepat karena alsan tertentu seperti penambahan
39
sumber daya yang mengakibatkan pertambahan biaya langsung, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu : 1. Penambahan jam kerja (lembur) Bila dokumen kontrak menurut jadwal kerja yang singkat, maka harus dipertimbangkan kemungkinan program kerja lembur dalam upaya memenuhi target waktu. Kerja lembur dapat dilakukan dengan menambahkan jam kerja (lembur), maka perlu dievaluasi dampak dari jadwal terhadap pembiayaan. Upah tenaga kerja untuk penambahan jam kerja lembur adalah sebesar 1,5 sampai 2upah kerja normal. Hal ini disebabkan karena produktivitas kerja lembur tidak sama dengan produktivitas kerja normal. 2. Pembagian Giliran Kerja. Jika tenaga kerja cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan mungkin dapat diatur dengan cara bergantian yaitu unit pekerja giliran sore sampai malam. Untuk menjaga agar produktivitas ini tetap maka giliran kerja diprioritaskan dan diusahakan agar seseorang pekerja dapat bekerja sam dengan timnya. 3. Penambahan Tenaga Kerja. Penabahan tenaga kerja dimaksudkan sebagai penambahan jumlah pekerja dalam satu unit pekerja untuk melaksanakan suatu aktivitas tampa menambahkan jam kerja, tetapi penambahan tenaga kerja yang optimum akan meningkatkan produktivitas kerja, tetapi penambahan yang terlalu banyak justru menurunkan produktivitas kerja.
40
4. Penambahan atau Pergantian Peralatan. Penambhan atau pergantian peralatan dimaksudkan untuk menambah produktivitas kerja, mencegah keletihan kerja yang lebih dan mengurangi jumlah tenaga kerja manusia. 5. Pergantian atau Perbaikan Metode Kerja Pergantiann atau perbaikan metode kerja dilakukan bila metode yang sudah dilakukan terlalu terlambat atau tidak efisien. 6. Konsentrasi Pada Aktivitas Tertentu Konsentrasi ini berarti penambahan/pemindahan peralatan pada suatu aktivitas tertentu 7. Kombinasi dan Alternatif Yang Ada. Dalam
perencanaan,
percepatan
durasi
dapat
dilakukan
dengan
mengkombinasikan alternatf-alternatif yang ada sehingga menghasilkan suatu cara yang sesuai dengan proyek tersebut, terutama pada proyek yang berskala besar dan mempunyai banyak aktifitas.
41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Rancangan Penelitian
Mulai
Studi Pendahuluan -
Perumusan Masalah Studi Pustaka Tujuan Batasan Masalah
Survei dan Pengumpulan Data
Analisis data dan pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 3.1. Bagan alir penelitian
42
3.2
Penentuan Sumber Penelitian Penelitian dilakukan pada proyek Pelapisan Landasan Pacu Tahap III, Taxiway dan Appron Dengan Hotmix Tebal Rata-rata 5 cm Termksud Marking, data proyek diperoleh melalui personil senior yang bertanggung jawab atas pelaksanaan proyek, seperti setingkat Manajer Proyek, Kepala Proyek maupun Koordinator Proyek.
3.3
Metode Penelitian 3.3.1
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 14 januari 2015 dan lokasi penelitian ini terletak di Wanci (Wakatobi)
3.3.2
Metode Penulisan Metode penulisan adalah studi penelitian dengan cara deskriftif, yaitu dengan memusatkan pada masalah-masalah yang sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya di lapangan.
3.3.3
Metode Pengumpulan Data Dalam melakukan penelitian, data yang dikumpul akan digunakan untuk memecahkan masalah yang ada senhingga data tersebut harus benar – benar dapat dipercaya dan akurat. Dalam suatu penelitian ilmiah, metode pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh bahan – bahan yang relavan, akurat, dan terpercaya.
43
Metode pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah : a. Wawancara Wawancara sebagai tehnik pencairan dan pengumpulan informasi dilakukan dengan menanyai pihak pelaku kegiatan untuk
dimintai
keterangan
mengenai
sesuatu
yang
diketahuinya (biasa mengenai suatu kejadian, fakta maupun pendapat responden) (Subiyanto, 2000) b. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara teliti dan sistematis atas gejalah – gejalah (Fenomena) yang sedang diteliti (Soeratno dan Arsyad, 2008) c. Studi Pustaka Pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca buku – buku literature, jurnal – jurnal, internet, majalah dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Metode – metode ini dibutuhkan untuk mendapatkan data sekunder, data sekunder yaitu data – data lapangan yang bersumber dari pihak instansi terkait dan data – data yang didapat melalui asumsi dan teori – teori yang diperoleh melalui buku – buku literature yang berhubungan dengan penelitian ini.
44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Gambaran Umum Proyek Berikut data-data proyek dan data volume pekerjaan perkerasan proyek : Owner
:
direktorat
Jendral
Perhubungan
Udara
Haluoleo Kendari Nama Paket
:
peningkatan Landasan Pacu, taxiway dan Apron Dengan Hotmix Tebal Rata-rata 5 cm Termasuk Marking dan Pengawasan
Waktu Pelaksanaan
:
180 hari kerja
Nilai Kontrak
:
Rp 8.485.666.370.03
Tanggal Mulai Kerja :
24 juni 2014
Nomor Kontrak
:
KU.003/SPP.04-II/HLO/VI/2014
Tanggal PHO
:
19 Desember 2014
Kontraktor Pelaksana :
PT. Tunas Harapan Lakina Wolio
Konsultan Supervisi :
PT. La’mally
45
4.2
Analisa Realisasi dan deviasi Pada Pekerjaan Pelapisan Landasan Pacu Tahap III, Taxiway, Dan Apron Analisa realisasi pekerjaan dilakukan agar mengentahui deviasi antara rencana dan realisasi dan bagimana cara mendapatkan nilai realisasi, pada laporan ini penulis akan membahas mengenai progres tercapainya atau realisasi pekerjaan dan deviasi perbulan pada dua pekerjaan yang mempunyai bobot paling besar pada pekerjaan ini yaitu pekerjaan pelapisan surface course tebal = 5cm, padat. Pada rencana, pekerjaan ini mempunyai bobot sebesar 80,962 % dari 100% pekerjaan dan harga satuannya adalah Rp 248.577,88/ m2 serta di lakukan selama 90 hari kerja. Pekerjaan pelapisan surface course memiliki perkiraan kuantitas sebanyak 27.638,00 dan di bagi menjadi 3 bulan pekerjaan yaitu september, oktober, november, tetapi di karenakan pada bulan september hanya menyisahkan 2 minggu, sehingga hanya di bagi menjadi 2 bulan pekerjaan, pada bulan oktober mempunyai luasan 18.000,00 m2 dan pada bulan november mempunyai luasan 9.638,00 Adapun analisa realisasi pekerjaan perbulannya adalah sebagai berikut : 4.2.1. Pekerjaan pelapisan surface course tebal = 5cm, padat pada bulan ke 4 (september) Pada bulan ke 4 (september) di kerjakan pada 14 hari dan memiliki bobot 4,458% sehingga
46
Rencana
=
4,458 %
Realisasi
=
0%
Deviasi
=
-4,458 %
Realisasinya pekerjaannya adalah 0 dikarenakan belum adanya pekerjaan di bulan ke 4 ini sehingga nilai deviasi atau perbandingan antara rencana da realisasinya adalah -4,458 % 4.2.2. Pekerjaan pelapisan surface course tebal = 5cm, padat pada bulan ke 5 ( oktober) Pada bulan ini pekerjaan dilakukan selama 28 hari dan memiliki bobot rencana sebesar 40,482% sehingga bobot realisasi pekerjaannya dapat di hitung dengan cara : mula-mula dengan mengetahui Pekerjaan
= Pelapisan Landasan Pacu
panjang pekerjaan
= 600 m
Lebar pekerjaan
= 30 m
Harga satuannya
= Rp. 248.577,88
Total harga
= Rp. 8.485.666.370,03
jadi nilai relaisasi pekerjaan pada bulan ini adalah 600 m x 30 m
= 18.000,00 m2
1800,00 m2 x Rp. 248.577,88
= Rp. 4.474.401.840
Rp. 4.474.401.840 Rp. 8.485.666.370,03
X 100 %
= 52,729 %
47
Jadi progres tercapainya adalah
sebesar 52, 729 % sehingga
deviasinya dengan rencana adalah : Rencana = 40,482 % Realisasi = 52,729 % Deviasi = 52,729 % – 40,482 % = 12,247 % Berdasarkan data analisa di atas maka diketahui bahwa pekerjaan pelapisan surface pada bulan oktober tidak mengalami keterlambatan 4.2.3 Pekerjaan pelapisan surface course tebal = 5 cm, padat pada bulan ke 6 ( november) Pada bulan ini pekerjaan dilakukan selama 28 hari dan memiliki bobot rencana sebesar 35,984% sehingga bobot realisasi realisasi pekerjaannya dapat diketahui dengan cara Mula-mula harus mengetahui pekerjaan taxiway r1
L
r2
= panjang pekerjaan
= 25 m
Lebar pekerjaan
= 44 m
Luas pekerjaan
= 1.100 m2
= panjang pekerjaan
= 73 m
Lebar pekerjaan
= 18 m
Luas pekerjaan
= 1.314 m2
= panjang pekerjaan
=9m
Lebar pekerjaan
= 26 m
48
Luas pekerjaan
= 234 m2
Pekerjaan appron panjang pekerjaan
= 73 m
Lebar pekerjaan
= 103 m
Luas pekerjaan
= 7.519 m2
Harga satuannya
= Rp. 248.577,88
Total harga
= Rp. 8.485.666.370,03
Berdasarkan data di atas maka nilai realisasi pekerjaan pada bulan ini adalah : luas kseluruhan = 1.100 m2 + 1.314 m2 + 234 m2 + 7.519 m2 = 10.167,00 m2 10.167,00 m2 x Rp. 248.577,88 Rp. 2.527.291.306 X 100 % Rp. 8.485.666.370,03 Jadi progres tercapainya adalah
= Rp. 2.527.291.306 = 28,233 % sebesar 28,233 % sehingga
deviasinya dengan rencana adalah : Rencana = 35,984% Realisasi = 28,233% Deviasi = 28,233 – 35,984 = -7,751% Berdasarkan kurva S diketahui bahwa bulan november merupakan bulan terakhir pengerjaan tack cout maka pekerjaan tack cout pada bulan november selesai sebelum batas waktu yang di tentukan
49
Jadi realisasi keseluruhan untuk pekerjaan pelapisan surface adalah : 0% + 52,729% + 28,233% = 80,962% dan deviasinya adalah : Rencana = 80,962% Realisasi = 80,962% Deviasinya = 0% 4.3 Analisa Efektifitas Manajemen Proyek Pekerjaan Pelapisan Landasan Pacu Tahap III, Taxiway Dan Apron Pada analisa efektifitas ini penulis akan membahas mengenai pekerjaan pelapisan surface course. Pada pekerjaan pelapisan surface merupakan pekerjan pengaspalan lapis permukaan sehingga alat-alat yang di gunakan adalah 1. AMP (Asphalt Mixing Plant)
= 1 unit
2. Wheel Loader
= 1 unit
3. Dump Truck
= 4 unit kapasitas 10 ton 8 unit kapasitas 5 ton
4. Asphalt Finisher
= 1 unit
5. Tandem Roller
= 1 unit
6. TR ( Tire Roller)
= 1 unit
Itulah alat-alat yang digunakan pada pekerjaan pelapisan survace wheel loader di gunakan 1 karena muatan bucket loader ±1,5 m3 sudah mampu melayani 4 cold bin dengan nilai buka AMP 700 kg/ 2 menit dan
50
menurut data yang ada bin 1 adalah abu batu, bin 2 abu batu, bin 3 medium, bin 4 CA, Di ketahui bahwa split yag di butuhkan AMP untuk mixing setiap 2 menit pada bin 1 adalah 0,26285 m3, bin 3 adalah 0,2050 m3, bin 4 adalah 0,00685 m3, dengan kapasitas cold bin sebesar ±3,5 kubik dan bucket loader adalah 1,25 m3, jadi nilai pengeluaran tiap bin masih jauh di bandingkan nilai kapasita bucket wheel loader 4.3.1
Analisa Evektifitas Pekerjaan Pelapisan Survace Pada Bulan September Setelah melihat data yang sudah ada maka diketahui bahwa pada bulan ini tidak ada pekerjaan pengaspalan pelapisan survace, karena hanya menyisahkan 14 hari pekerjaan, sehingga pekerjaan di limpahkan pada bulan selanjutnya
4.3.2
analisa efektifitas pekerjaan pelapisan Surface Pada Bulan Oktober Dikarenakan bulan lalu tidak ada pekerjaan sehingga pekerjaan landasan pacu dilakukan semua pada bulan ini, adapun spesifikasi pekerjaan landasan pacu adalah : Panjang pekerjaan
= 600 m
Lebar pekerjaan
= 30 m
Tebal pekerjaan
= 0,05 m
Kepadatannya
= 2,37
51
1. Kebutuhan tonasenya adalah Kebutuhan tonasenya adalah : = panjang x lebar x tebal x kepadatan = 600 m x 30 m x 0,05 m x 2,37 = 2133 ton Jadi dalam satu bulan pekerjaan landasan pacu membutuhkan tonase 2133 ton. 2. Efektifitas Waktu Pekerjaan AMP yang digunakan adalah merek MBW-800 (PT Melu Bangunan Wikeka) dengan kapasitas satu kali buka 700 kg/mixing sehingga : Kapsitas AMP sekali buka
= 700 kg
Waktu lama mixing
= ± 2 menit
Waktu efektif kerja/hari
= 6 jam
Sehingga kapasitas AMPnya adalah Jika 700 kg = 2 menit Maka 700 x 30 = 21000 kg = 1 jam Waktu efektif kerja/hari = 6 jam di karenakan ada gangguan pesawat Maka 21000 x 6 = 126000 kg = 126 ton / 6 jam Tonase yang di butuhkan dalam 1 bulan
= 2133 ton
Kapasitas AMP/hari
= 126 ton
2133 ton 126 ton
= 17 hari
52
Sehingga efektifitas waktu kerja untuk pekerjaan pelapisan surface untuk bulan oktober adalah 17 hari dalam waktu jam kerja normal. 4.3.3
Analisa Efektifitas Pekerjaan Pelapisan Surface Pada Bulan November pekerjaan bulan november mencakup pekerjaan taxiway dan apron, sehingga yang di ambil adalah luas keseluruhan adapun keterangannya adalah sebagai berikut : Luas pekerjaan
= 10.167 m2
Tebal pekerjaan
= 0,05 m
Kepadatannya
= 2,37
1. Kebutuhan tonasenya adalah Kebutuhan tonasenya adalah : = Luas keseluruhan x tebal x kepadatan = 10.167 m2 x 0,05 m x 2,37 = 1204,79 ton Jadi dalam satu bulan pekerjaan landasan pacu membutuhkan 1204,79 ton, 2. Efektifitas Waktu Pekerjaan AMP yang digunakan adalah merek MBW (PT Melu Bangunan Wikeka) dengan kapasitas satu kali buka 800 kg/mixing sehingga : Kapsitas AMP sekali buka
= 700 kg
53
Waktu lama mixing
= ± 2 menit
Waktu efektif kerja/hari
= 6 jam dikarenakan ada pesawat
Sehingga kapasitas AMPnya adalah Jika 700 kg = 2 menit Maka 700 x 30 = 21000 kg = 1 jam Waktu efektif kerja/hari = 6 jam di karenakan ada pesawat Maka 21000 x 6 = 126000 kg = 126 ton / 6 jam Tonase yang di butuhkan keseluruahan
= 1204,79 ton
Kapasitas AMP
= 126 ton
1204,79 ton = 10 hari 126 ton Sehingga waktu efektif pengerjaan pelapisa surface pada bulan november adalah 10 hari 4.4 Manajemen Mutu Pada Proyek Pelapisan Landasan Pacu Tahap III, Taxiway dan Apron Pada proyek ini material yang digunakan berasal dari palu sulawesi selatan, dan aspal yang digunakn adalah aspal 60/70 ESSO, aspal minyak yang berasal dari singapura. Data JMF dilakukan di laboratorium kontraktor itu sendiri yaitu di laboratorium PT. Tunas Harapan Lakinawolio, sedangkan kontrol kualitas (Quality Controul) adalah tes pengujian selama melakukan produksi yang mengacu pada JMF, kontrol kualitas ini dilakukan setiap melakukan produksi.
54
4.4.1 Data Job Mix Formula (JMF) Pemeriksaan extrasi dan gradasi HRS base JMF( Job Mix Formula) merupakan acuan untuk pengujian lapangan, Pengujian extrasi dan gradasi menggunakan material dari palu, pengujian dilakukan di laboratorium PT. Tunas Harapan Lakinawolio, aspal yang digunakan adalah aspal 60/70 ESSO, aspal yang berasal dari singapura. Adapun hasil pengujiannya adalah sebagai berikut : 4.4.1.1 Pemeriksaan Extrasi Dan Gradasi Pengujian extrasi dan gradasi ini menggunakan material dari palu, untuk gradasi mengacu pada SNI-1968-1990, dan extrasi mengacu pada SNI-3640-1994 adapu hasil pemeriksaan extrasi dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Data Hasil Pemeriksaan Extrasi Untuk JMF HASIL PENGUJIAN I II 1 Berat contoh campuran 349,90 348,15 2 Berat saringan 4,35 4,61 3 Berat contoh campuran setelah ekstrasi 329,95 329,18 4 Berat Mineral + Saringan 334,30 333,79 5 Berat aspal 19,95 18,97 (1-3) 6 Kadar aspal 5,70 5,45 5/1 X 100 5,6 Sumber : Job Mix Formula (JMF) Pekerjaan Pelapisan Landasan Pacu Taxiway dan appron, 2014 No
U R A I A N
55
Tabel 4.2 Data Hasil Pemeriksaan Gradasi Untuk JMF Berat tertimbang : 652,39 Gram Jumlah Persen Nomor Berat Saringan Tertahan Inc Mm Tertahan 0,00 3/4 " 19,1 0,00 7,82 1/2 " 12,7 51,00 37,65 3/8 " 9,5 245,65 61,35 #8 2,36 400,23 69,50 # 30 0,6 453,4 78,55 # 50 0,3 512,43 93,69 # 200 0,075 611,23
Lolos 100,00 92,18 62,35 38,65 30,50 21,45 6,31
Spec. Control Min Max 100,00 100,00 90,00 100,00 55,00 70,00 32,00 44,00 15,00 35,00 5,00 35,00 4,00 8,00
Kel.
56
4.4.1.2 Percobaan Marshall Hasil Mix AMP AC-WC Setelah mendapatkan hasil extrasi dan gradasi yang di inginkan, maka harus dilakukan pula percobaan marshal yang bertujuan untuk mengetahui kondisi aspal, adapun hasil dari percobaan marshal adalah : Tabel 4.3 Hasil Percobaan Marshal Pada JMF Kal. Proving ring = No. Kadar Aspal A 1 2
B
94,38 5,62 94,38 5,62
Berat Benda Uji C
D
E
Isi Benda Kepadatan GMM VMA VIM VFB Uji
Satabilitas
F
1196,6 1199,8 684,6 515,2 1191,3 1194,7 679,9 514,8
G
h
i
j
k
L
m
2,323 2,314
2,455 2,455
18,1 18,4
5,4 5,7
70,1 68,7
46 45
1136,776 1091,305 1114,133 1069,568
2,318
2,455
18,2
5,6
69,43
Sumber : Job Mix Formula (JMF) Pekerjaan Pelapisan Landasan Pacu Taxiway dan appron, 2014
57
n
1080,44
55,66
Flow MQ
Kadar Aspal Efektif
o
p
Q
3,8 3,5
287,2 5,29 305,6 5,29
3,7
296,4 5,29
Abs.
:
0,354
Keterangan : a. b. c. d. e.
58
% aspal terhadap agregat % aspal terhadap campuran Berat kering (gr) Berat dalam keadaan jenuh (gr) Berat dalam air (gr)
f. Isi (d-e) g. Berat (c/f) h. Berat jenis maksimum (teoritis) i. % rongga terhadap agregat j. % rongga terhadap campuran
k. % rongga terisi aspal p. Hasil bagi marshal l. Pembacaan arloji stabilitas q. Kadar aspa efektif m. stabilitas n. Stabilitas (kg) o. Kelelehan (mm)
4.4.1.3 Hasil Resume Pengujian Trial Job Mix Formula Setelah melakukan percobaan di atas maka di ketahui resume hasil pengujiannya adalah : Tabel 4.4 Resume hasil pengujian trial job mix formula AC-WC
No
1
2
No
Jenis pengujian
Gradasi Gabungan 1" 3/4 " 1/2 " 3/8 " # 8 # 30 # 50 # 200
Kadar Aspal Parameter
Metode Pengujian
Hasil Pengujian
Spesifikasi Min Max
SNI - 1968 – 1990 100,00 92,03 63,12 37,82 32,19 15,28 5,17 SNI - 3640 – 1994
5,62
Hasil
Satuan
100,00 82,00 70,00 60,00 42,00 30,00 15,00 8,00
100,00 100,00 90,00 82,00 70,00 60,00 40,00 26,00
Spesifikasi Min Max
Kadar Aspal 5,62 % Optimum 2 Kepadatan 2,318 t/m3 3 VFB 69,43 % 68 4 VIMmarshall 5,566 % 4 6 5 Stabilitas 1080,44 Kg 800 6 Kelelehan 3,65 Mm 3 Sumber : Job Mix Formula (JMF) Pekerjaan Pelapisan Landasan Pacu Taxiway dan appron, 2014 1
59
Jadi di ketahui data inilah yang dibutuhkan dalam pekerjaan pelapisan surface sehingga data dilapangan harus mendekati atau menyamai data JMF ini 4.4.2 Data Quality Control Setelah dilaksanakan pembuatan Job Mix Formula(JMF) maka hasil dari JMF dijadikan patokan atau acuan untuk pelaksanaan di lapangan dimana data-data dari JMF merupakan pembanding untuk control campuran selama pelaksanaan dilapangan. Pelaksanaan control campuran selama pelaksanaan di lapangan pada proyek ini merujuk kepada sampel benda uji yang diambil di lapangan kemudian di uji di laboratorium kontraktor. Pelaksanaan pengujian dilakukan setiap hari produksi RMA, adapun data hasil pemeriksaan kualitas adalah : 4.4.2.1 Pemeriksaan Extrasi dan Gradasi Seperti halnya JMF pada pemeriksaan extrasi dan gradasi pada kontrol kualitas ini menggunakan material dari palu, untuk gradasi mengacu pada SNI1968-1990 dan extrasi mengacu pada SNI-3640-1994 adapu hasil pemeriksaan extrasi dapat di lihat pada tabel berikut :
60
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Extrasi Kontrol Kualitas HASIL PENGUJIAN I II 1 Berat contoh campuran 476,11 487,43 2 Berat saringan 4,35 4,61 3 Berat contoh campuran setelah ekstrasi 449,4 460,16 4 Berat Mineral + Saringan 453,75 464,70 5 Berat aspal 26,71 27,34 (1-3) 6 Kadar aspal 5,61 5,61 5/1 X 100 5,61 Sumber : Quality Countrol Pekerjaan Pelapisan Landasan Pacu Taxiway dan appron, 2014 No
U R A I A N
Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Gradasi Kontrol Kualitas Berat tertimbang : 758,35 Gram Jumlah Persen Nomor Spec. Kel. Berat Saringan Control Tertahan Lolos Inc Mm Tertahan Min Max 0,00 100,00 100,00 100,00 3/4 " 19,1 0,00 8,61 91,39 75,00 95,00 1/2 " 12,7 65,30 27,24 72,76 60,00 82,00 3/8 " 9,5 206,55 42,97 57,03 42,00 70,00 #4 4,75 325,87 51,50 48,50 30,00 60,00 # 10 2 390,54 73,52 26,48 15,00 40,00 # 40 0,42 557,56 82,07 17,93 8,00 26,00 # 80 0,177 622,39 94,77 5,23 3,00 8,00 # 200 0,075 718,66 Sumber : Quality Countrol Pekerjaan Pelapisan Landasan Pacu Taxiway dan appron, 2014 4.4.2.2 Percobaan Marshall Hasil Mix AMP AC-WC Seperti halnya JMF setelah mendapatkan hasil extrasi dan gradasi yang di inginkan, maka harus dilakukan pula percobaan marshal yang bertujuan untuk mengetahui kondisi aspal, adapun hasil dari percobaan marshal adalah :
61
Tabel 4.7 Hasil Percobaan Marshall Kontrol Kualitas
No. Kadar Aspal A 1 2
B
94,39 5,60 94,39 5,60
Berat Benda Uji C
D
E
1195,7 1199,4 693,9 1191,5 1194,3 692,4
Kal. Proving ring
= 55,66 Flow MQ
Kadar Aspal Efektif
o
p
q
2,9 2,8
409,5 5,27 415,5 5,27
2,85
412,5 5,27
Abs.
:
Isi Kepad Benda atan Uji
GMM
VMA
VIM
VFB
Satabilitas
f
G
h
i
J
k
l
M
505,5 501,9
2,365 2,374
2,455 2,455
16,542 16,238
3,667 3,326
77,8 79,5
49 48
1237,121 1187,64 1211,874 1163,4
2,370
2,455
16,390
3,501
78,65
n
1175,52
Sumber : Job Quality Countrol Pekerjaan Pelapisan Landasan Pacu Taxiway dan appron, 2014
Keterangan : a. b. c. d. e.
62
% aspal terhadap agregat % aspal terhadap campuran Berat kering (gr) Berat dalam keadaan jenuh (gr) Berat dalam air (gr)
f. Isi (d-e) g. Berat (c/f) h. Berat jenis maksimum (teoritis) i. % rongga terhadap agregat j. % rongga terhadap campuran
k. % rongga terisi aspal p. Hasil bagi marshal l. Pembacaan arloji stabilitas q. Kadar aspa efektif m. stabilitas n. Stabilitas (kg) o. Kelelehan (mm)
0,354
4.4.2.3 Hasil Resume Pengujian Kontrol Kualitas Setelah melakukan percobaan di atas maka di ketahui resume hasil pengujiannya adalah : Tabel 4.8 Resume hasil pengujian kuality control AC-WC
No
1
2 No
Jenis pengujian
Gradasi Gabungan 1" 3/4 " 1/2 " 3/8 " # 8 # 30 # 50 # 200
Metode Pengujian
Spesifikasi Min Max
SNI - 1968 – 1990 100,00 92,03 63,12 37,82 32,19 15,28 5,17
100,00 100,00 75,00 60,00 42,00 30,00 15,00 8,00
100,00 100,00 90,00 82,00 70,00 60,00 40,00 26,00
5,60
Kadar Aspal Parameter
Hasil Pengujian
Hasil
Satuan
Spesifikasi Min Max
Kadar Aspal 5,60 % Optimum 2 Kepadatan 2,370 t/m3 3 VFB 78,65 % 68 4 VIMmarshall 3,501 % 4 6 5 Stabilitas 1175,52 Kg 800 6 Kelelehan 2,85 Mm 3 Sumber : Quality Countrol Pekerjaan Pelapisan Landasan Pacu Taxiway dan appron, 2014 1
63
Berdasarkan data kontrol kualitas di atas dapat dilihat bahwa ada beberapa pekerjaan d bawah standart JMF. 1. Untuk pemeriksaan gradasi mengacu pada SNI-1968-1990 dengan ukuran saringan 1”, ¾”, 3/8”, 8, 30,50,200, sehigga di dapatkan hasil di tabel. 2. Untuk extrasi dilakukan dengan mengacu SNI - 3640 – 1994, dengan mengacu pada berat contoh campuran,berat saringan, berat contoh campuran setelah extrasi, berat mineral+saringan, berat aspal, sehingga di dapat kadar aspal seperti di tabel. 3. Nilai kepadatan aspal di dapat dari percobaan marshal hasil mix AMP dimana berat kering di bagi dengan nilai isi benda uji sehingga di dapat nilai tersebut. 4. VFB adalah nilai persen rongga terhadap aspal nilai tersebut di dapat pada percobaan marshal dengan rumus (100x(nilai persen rongga terhadap agregat (VMA)-nilai persen rongga terhadap campuran (VIM)))/ nilai persen rongga terhadap agregat, sehingga di dapat nilai VFB. 5. VIMmarshal adalah nilai persen rongga terhadap campuran berdasarkan hasil
percobaan
marshal
nilai
tersebut
di
dapat
dari
100-
(100x(kepadatan/gmm)), gmm di tentukan berdasarkan AASHTO T 209 pada kadar aspal optimum perkiraan (pb). 6. Stabilitas merupakan kelenturan aspal tersebut nilai ini di ambil dari percobaan marshal 7. Kelelehan aspal / flow nilai ini di ambil dari percobaan marshal.
64
4.5 Pembahasan Berdasarkan hasil analisa di atas maka dapat di uraikan sebagai berikut : 1. Manajemen waktu yang terjadi pada pekerjaan pelapisan surface berjalan tepat waktu walupun pada prosesnya tidak berjalan sesuai rencana di mana pada bulan september dan november kegiatan tersebut tidak mencapai bobot yang sudah di rencanakan 2. Pada pekerjaan pelapisan surface pada bulan oktober waktu efektif pengaspalan adalah selama 17 hari pada satu bulan kerja, sedangkan pada bulan november waktu efektif kerjanya adalah 10 hari pengaspalan 3. Kontrol kualitas yang dilakukan pada kegiata Pelapisan Landasan Pacu, Taxiway, dan Apron, tidak semua sesuai dengan data JMF dan adapun pengetesan yang tidak sesuai adalah VIMmarshal dimana hanya mencapai 3,501% nilai ini tidak mencapai nilai minimum di mana nilai minimumnya adalah 4% sedangkan nilai JMF nya adalah 5,556%, kelelehan dimana pengetesan ini hanya mencapai nilai 2,85% tidak mencapai nilai minimum di mana nilai minimumnya 3% dan nilai JMF nya adalah 3,65%.
65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan 1. Berdasarkan data hasil pembahasan bahwa perbandingan atau deviasi antara rencana dan realisasi pada pekerjaan pelapisan surface course tebal 5 cm, padat adalah pada bulan september yaitu -4,458% dengan rencana lebih besar dari realisasi, pada bulan oktober yaitu 12, 247% dengan rencana kurang dari realisasi, dan pada bulan november - 7,751% dengan rencana lebih besar dari realisasi. Dan keterlambatan kerja pada pekerjaan pekerjaan pelapisan surface course tebal 5 cm, padat terdapat pada bulan september dan november 2. Efektifitas waktu pekerjaan pelapisan surface course pada bulan oktober adalah 17 hari sedangkan pada bulan november evektivitas waktu pekerjaannya adalah 10 hari 3. Kontrol kualitas yang dilakukan pada kegiata Pelapisan Landasan Pacu, Taxiway, dan Apron, tidak semua sesuai dengan data JMF dan adapun pengetesan yang tidak sesuai adalah VIMmarshal dimana hanya mencapai 3,501% nilai ini tidak mencapai nilai minimum di mana nilai minimumnya adalah 4% sedangkan nilai JMF nya adalah 5,556%, kelelehan dimana pengetesan ini hanya mencapai nilai 2,85% tidak
66
4. mencapai nilai minimum di mana nilai minimumnya 3% dan nilai JMF nya adalah 3,65%. 5.2 Saran Berdasarkan data yang sudah analisa dan di bahas adapun saran penulis adalah : 1.
Berdasarkan data di atas banyak sekali waktu yang tersisa di setaip bulan pekerjaan, sehingga sebaiknya pengerjaan di kejar sehingga bisa memperoleh keuntungan
2.
Pengujian yang dilakukan d kontrol kualitas harusnya sesuai lebih di perhatikan lagi
67
DAFTAR PUSTAKA
Soeharto, Imam. Katalog Dalam Terbitan, Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional. Cetakan 3. Erlangga. Jakarta : 1997. Soeharto, Imam. Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional. Edisi 2, Cetakan 1. Erlangga. Jakarta : 1995. Husen,
A.
Manajemen
Proyek
Perencanaan,
Penjadwalan
&
Pengendalian Proyek. C.V Andi Offset. Yogyakarta : 2009. Djojowirono, Soegeng. Manajemen Konstruksi, Edisi keempat. Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta : 2005. Anonim,
2013.
Analisa
Kinerja
http://jurnalonlineteknikunbara.
Proyek
Infrastruktur.
Blogspot.com/2013/05/analisa-
kinerja-proyek-infrastruktur.html Abrar,
2009.
Merancang
Proyek.
http//Tekniksipil.
Blogspot.com/arti_perancangan_proyek.html Basuki,H.,2008, Merancang dan Merencana Lapangan Terbang, Penerbit Alumni, Bandung Reksodigrijo S., 1987. Manajemen Proyek, Edisi kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta Soeharto, Imam. Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional. Edisi 3. Erlangga. Jakarta : 1995.