SKRINING KEJADIAN DEHIDRASI PADA BALITA DENGAN DIARE DI RS PKU MUHAMMADIYAH I YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : Riskawati Abd. Kadir 20120320033 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
2
3
Screening incidence diarrhea dehydration in children under five at the RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta Skrining kejadian dehidrasi pada balita dengan diare di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta. Riskawati Abd. Kadir1, Nur Chayati2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UMY, 2Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UMY e-mail :
[email protected] ABSTRACT Background : Diarrhea disease is still one important public health problem and a major contributor to morbidity third. Diarrhea diseases in the city of Yogyakarta is still a major health problem. Diarrhea become the number two cuse of death in children under five years. Dehydration caused by diarrhea is the leading cause of death in infants and children under five years. Cases of dehydration in children under five years is higher than infants. Dehydration will lead to health problem, starting from mild disorder. The purpose of this study was to knowing the incidence diarrhea dehydration in children under five years at the RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta. Research Method :This study was an observational descriptive quantitative. The sampling technique used was consecutive sampling. Total population in this study were 460 population, a population of 460 were taken 10% or 46 respondents as sample. Result : Characteristics of the respondent’s age at most between the ages of 1 – 3 years as many 32 respondents (69,5%), female gender as much 25 respondents (54,3%), and male as much 21 respondents (45,7%), temperature respondents were normal (36,5 – 37,50C) of 23 respondents (50%) and hyperthermia (>37,50C) of 23 respondents (50%). Total incidence of dehydration in children under five years with diarrhea in the RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta most mild/moderate dehydration as much 31 respondents (67,4%), severe dehydration as much 5 respondents (10,9%), and without dehydration as much 10 respondents (21,7%). Conclusion : Total incidence of dehydration in children under five years with diarrhea in the RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta most are mild/moderate dehydration as much 31 respondents (67,4%), the majority aged 1 – 3 years as many 22 respondents (47,7%), female gender as much 16 respondents (34,8%), and hyperthermia temperature of 18 respondents (39,1%). Suggestion : There should be more research regarding the relationship between weight gain in children under five with the degree of dehydration. Keywords: Dehydration, Diarrhea, Toddlers
4
Riskawati Abd. Kadir. (2016). Skrining Kejadian Dehidrasi pada Balita dengan Diare di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta. Dosen Pembimbing : Nur Chayati, S.Kep., Ns., M.Kep.
INTISARI Latar Belakang: Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting dan penyumbang utama ketiga angka kesakitan. Penyakit diare di kota Yogyakarta masih merupakan masalah kesehatan utama. Diare menjadi penyebab kematian terbanyak nomor dua pada anak berusia dibawah lima tahun. Dehidrasi yang disebabkan diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan balita. Kasus dehidrasi pada balita lebih tinggi daripada anak-anak. Dehidrasi akan memicu gangguan kesehatan, dimulai dari gangguan ringan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian dehidrasi pada balita dengan diare di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta. Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat observasional deskriptif kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling. Jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 460 populasi, dari 460 populasi tersebut diambil 10% atau 46 responden sebagai sampel penelitian. Hasil Penelitian: Karakteristik umur responden yang paling banyak antara umur 1 – 3 tahun sebanyak 32 responden (69,5%), jenis kelamin perempuan sebanyak 25 responden (54,3%), dan laki-laki sebanyak 21 responden (45,7%), suhu responden yang normal (36,5 – 37,50C) sebanyak 23 responden (50%) dan yang hipertermi (>37,50C) sebanyak 23 responden (50%). Jumlah kejadian dehidrasi pada balita dengan diare di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta paling banyak dehidrasi ringan/sedang sebanyak 31 responden (67,4%), dehidrasi berat sebanyak 5 responden (10,9%), dan tanpa dehidrasi sebanyak 10 responden (21,7%). Kesimpulan: Jumlah kejadian dehidrasi pada balita dengan diare di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta yang paling banyak adalah dehidrasi ringan/sedang sebanyak 31 responden (67,4%), mayoritas berusia 1 – 3 tahun sebanyak 22 responden (47,7%), jenis kelamin perempuan sebanyak 16 responden (34,8%), dan suhu hipertermi 18 responden (39,1%). Saran: Perlu diadakan penelitian lebih lanjut terkait hubungan antara berat badan dengan derajat dehidrasi. Kata Kunci: Dehidrasi, diare, balita.
5
I.
tahun dengan 1,5 juta anak
Pendahuluan Penyakit
diare
masih
meninggal tiap tahunnya2.
menjadi salah satu masalah
Penyakit diare di kota
kesehatan masyarakat yang
Yogyakarta
penting karena merupakan
merupakan
penyumbang
kesehatan utama. Pasien diare
utama
ketiga
juga
masih masalah
angka kesakitan dan kematian
yang
anak
puskesmas pada tahun 2007
di
berbagai
termasuk
negara
Indonesia.
Diperkirakan
1,3
miliar
datang
menempati setelah pernapasan
kematian
dengan
tahun
pada
urutan infeksi
serangan diare dan 3,2 juta per
berobat
ke
kedua saluran
atas
(ISPA)
jumlah
kasus
7769
kasus,
balita disebabkan oleh diare.
sejumlah
Setiap
mengalami
sedangkan
tahun
2008
episode serangan diare rata-
meningkat
menjadi
9.640
rata 3,3 kali setiap tahun.
kasus
tahun
2009
Lebih kurang 80% kematian
bertambah kembali menjadi
terjadi pada anak berusia
10.995 kasus. Kasus diare
kurang dari dua tahun1. Diare
yang berobat ke rumah sakit
menjadi penyebab kematian
di
terbanyak nomor dua pada
tahun 2009 adalah
anak berusia dibawah lima
kasus meningkat dari tahun
anak
dan
kota Yogyakarta
pada 8.835
2008 dan 2007 yang masing-
6
diare5.
masing 8.819 kasus dan 2.993
dan
kasus3.
data
terbanyak pada diare adalah
disimpulkan
72,7% dehidrasi dan 50%
peningkatan
muntah6.
Berdasarkan
diatas
dapat
bahwa terjadi
kejadian diare dari tahun –
2007
2009
di
kota
Manifestasi
Prevalensi
kasus
dehidrasi pada balita tinggi daripada anak-anak7. Rentang
Yogyakarta. suatu
usia balita adalah 0-5 tahun8.
ditandai
Rentang usia balita menurut
bertambahnya
Manajemen Terpadu Balita
frekuensi defekasi lebih dari
Balita Sakit (MTBS) tahun
tiga kali sehari yang disertai
2008 adalah 2 bulan sampai 5
dengan perubahan konsistensi
tahun. Dehidrasi pada balita
tinja menjadi lebih cair4. Saat
sebesar 48% dan pada anak-
anak mengalami diare anak
anak
menjadi cengeng dan gelisah,
Prevalensi
gangguan gizi akibat asupan
tinggi
makanan berkurang, muntah-
70,1% 9.
Diare keadaan dengan
adalah
yang
sebesar
44,5%.
dehidrasi
juga
balita,
yaitu
pada
muntah,
hipoglikemi,
Dehidrasi
adalah
dehidrasi
menyebabkan
suatu
gangguan
keseimbangan
keseimbangan
air
metabolisme karena asupan
disebabkan
pengeluaran
cairan tidak seimbang dengan
melebihi pemasukan sehingga
pengeluaran melalui muntah
jumlah
gangguan
air
pada
dalam yang
tubuh
7
berkurang. Meskipun yang
Dehidrasi
hilang adalah cairan tubuh,
gangguan
tetapi dehidrasi juga akan
Gangguan kesehatan tersebut
disertai
gangguan
dimulai dari gangguan ringan
keseimbangan elektrolit yang
seperti mudah mengantuk,
dapat
hingga penyakit berat seperti
dengan
terjadi
karena
akan
memicu kesehatan.
kekurangan air, kekurangan
penurunan fungsi ginjal13.
natrium, dan juga kekurangan
Berdasarkan
air
dan
natrium
bersama-sama10. yang
secara
Dehidrasi
disebabkan
merupakan
diare
penyebab
studi
hasil
pendahuluan
yang
peneliti lakukan pada tanggal 12 Desember 2015 di ruang IGD
RS
PKU
kematian utama pada bayi
Muhammadiyah I didapatkan
dan balita11. Selama episode
bahwa tiga orang perawat di
diare,
ruang
air
dan
elektrolit
IGD
dapat
(natrium, klorida, kalium, dan
membedakan
bikarbonat) hilang melalui
gejala
tinja cair, keringat, urin, dan
dehidrasi ringan, dehidrasi
pernapasan.
sedang, dan dehidrasi berat.
tanpa
tanda
dan
dehidrasi,
Dehidrasi terjadi jika
Dari hasil wawancara dengan
kehilangan air dan elektrolit
salah satu perawat di ruang
tidak diganti melalui larutan
IGD bahwa untuk pelatihan
Oral
terkait dehidrasi masih jarang
Rehydration
Salts
(ORS) atau melalui infus12.
dilakukan
sehingga
perlu
8
untuk melakukan deteksi dini
dehidrasi sedang dan 31,3%
dehidrasi.
pasien mengalami dehidrasi
Di
Rumah
Sakit
berat16.
Umum Daerah Pasar Rebo Jakarta
ditemukan
Dehidrasi
juga
bahwa
dijelaskan dalam Al-quran
30,5% pasien dengan diare
surah Al-baqarah ayat 168
mengalami dehidrasi ringan,
yang artinya “Hai sekalian
87,3% pasien dengan diare
manusia,
mengalami dehidrasi sedang,
halal lagi baik dari apa yang
dan 11,7% pasien dengan
terdapat
diare mengalami dehidrasi
janganlah kamu mengikuti
berat14. Pola tata laksana
langkah-langkah
diare
karena sesungguhnya syaitan
dibeberapa
Rumah
Sakit di Jakarta, didapatkan
itu
47,3%
bagimu”17.
pasien
yang
mengalami dehidrasi ringan,
makanlah
di
adalah
yang
bumi,
musuh
Berdasarkan
dan
syaitan;
yang
uraian
78% pasien yang mengalami
tersebut diatas, maka peneliti
dehidrasi sedang dan 13%
akan melakukan penelitian
pasien mengalami dehidrasi
tentang screening kejadian
berat15. Di Rumah Sakit PKU
dehidrasi ringan, dehidrasi
Muhammadiyah, didapatkan
sedang, dehidrasi berat pada
16,7%
balita dengan diare.
pasien
yang
mengalami dehidrasi ringan, 52,1%
pasien
mengalami
9
II.
di RS PKU Muhammadiyah I
Metode Penelitian Penelitian ini termasuk
Yogyakarta.
jenis penelitian yang bersifat observasional kuantitatif.
deskripitif Penelitian
ini
bertujuan untuk mengetahui kejadian dehidrasi pada balita dengan diare di RS PKU Muhammadiyah
I
Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien balita yang menderita diare di IGD dan ruang Ibnu Sina RS PKU Muhammadiyah
I
Yogyakarta.
III. I.
Hasil Penelitian Karakteristik Responden Tabel 3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Suhu Karakteristik Responden Umur 1 – 3 tahun 4 – 5 tahun Jenis Kelamin Perempuan Laki-Laki Suhu Normal Hipertermi
(n)
%
32 14
69,5 30,5
25 21
54,3 45,7
23 23
50 50
Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat
bahwa
responden
berdasarkan umur yang paling pengambilan
banyak antara umur 1 – 3 tahun
sampel didalam penelitian ini
dengan jumlah 32 responden
adalah dengan menggunakan
(69,5%), responden berdasarkan
consecutive sampling dengan
jenis kelamin dengan jumlah 25
kriteria inklusi didapatkan 46
responden
(54,3%)
dan
responden.
responden
berdasarkan
suhu
Teknik
Penelitian
dilakukan pada Juli-Agustus
dengan jumlah 23 responden
2016. Tempat penelitian ini
(50%).
10
II.
Derajat Dehidrasi Responden Tabel 4.1 Karakteristik Derajat Dehidrasi
responden didapatkan sebagian
Responden Derajat Dehidrasi Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Ringan/Sedang Dehidrasi Berat
besar (n)
responden
mengalami
(%) dehidrasi ringan/sedang yaitu
10 31
21,7 67,4
sebanyak
5
10,9
(67,4%).
31
responden
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat III.
bahwa
dari
46
Karakteristik Balita dengan Derajat Dehidrasi. Tabel 5.1 Karakteristik Balita dengan Derajat Dehidrasi Karakteristik Responden Umur 1–3 4-5 Total Gender Perempuan Laki-laki Total Suhu Normal Hipertermi Total
Tanpa Dehidrasi
Derajat Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi Berat Ringan/ Sedang
7 (15,2%) 3 (6,5%)
22 (47,7%) 9 (19,5%)
3 (6,5%) 2 (4,4%)
10
31
5
7 (15,2%) 3 (6,5%)
16 (34,8%) 15(32,6%)
2 (4,3%) 3 (6,5%)
10
31
5
6 (13,0%) 4 (8,7%) 10
13(28,2%) 18(39,1%) 31
4 (8,7%) 1 (2,2%) 5
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa didapatkan responden yang berusia 1 – 3 tahun yang mengalami dehidrasi ringan/sedang sebanyak 22
11
responden (47,7%), jenis kelamin perempuan sebanyak 16 responden (34,8%) dan suhu hipertermi sebanyak 18 responden 39,1%. lebih IV.
peka
terhadap
perubahan kadar air dan
Pembahasan 1. Karakteristik Responden
mineral18. Dehidrasi bukan
(Umur, Jenis Kelamin,
saja kondisi kekurangan
Suhu).
cairan
Karakteristik responden
tubuh
tetapi
kehilangan mineral tubuh
berdasarkan
juga. Pada balita yang
umur pada penelitian ini
berusia
paling
adalah
kekurangan cairan tubuh
responden yang berusia 1
tidak bisa hanya diberikan
– 3 tahun dengan jumlah
air
responden
menggantikan cairan yang
banyak
sebanyak
responden
32
(69,5%).
hilang
1
-3
tahun
putih
untuk
karena
air
bisa
Menurut asumsi peneliti,
melarutkan mineral yang
umur
salah
sudah rendah di dalam
resiko
tubuh mereka, sehingga
satu
merupakan faktor
mengalami
dehidrasi,
bisa
membuat
seperti halnya balita yang
dehidrasi
berusia 1 – 3 tahun lebih
memburuk19.
rentan dehidrasi.
mengalami Balita
yang
berusia 1 – 3 tahun itu
kondisi semakin
Karakteristik responden jenis
berdasarkan
kelamin
pada
12
penelitian ini responden
terjadi
yang
ketidakseimbangan
paling
adalah
banyak
perempuan
elektrolit
dalam tubuh
dengan jumlah responden
sehingga
dapat
sebanyak 25 responden
menurunkan
(54,3%),
laki-laki
cairan
dalam
dengan jumlah responden
Tidak
ada
21 responden (45,7%).
antara jenis kelamin dan
Dehidrasi
dehidrasi22.
dan
lebih sering
terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki
dengan
tubuh21. hubungan
Karakteristik berdasarkan suhu pada
pada
penelitian
laki-laki komposisi otot
responden
lebih
dominan
mempunyai suhu normal
sedangkang
pada
sebanyak 23 responden
perempuan
adanya
pengaruh
karena
asupan
(50%)
ini
yaitu yang
dan
responden
hormonal
yang mempunyai suhu
sehingga rentan terhadap
hipertermia sebanyak 23
dehidrasi dalam tubuh20.
responden (50%). Saat
Pengaruh hormon pada
dehidrasi,
perempuan menyebabkan
hanya
perempuan lebih banyak
tetapi
mengalami dehidrasi. Hal
elektrolit dan glukosa.
ini
Dimana
disebabkan
karena
tubuh
kehilangan juga
tidak air
kehilangan
tubuh
akan
13
langsung
merespon
jumlah
dehidrasi
awal
sebanyak 22 responden
(kehilangan sekitar 2%
(47,7%). Menurut asumsi
cairan
tubuh)
dengan
peneliti
gejala
merasa
sangat
terdapat
kering,
tahun
liur
pun
di
Indonesia,
diare merupakan endemis
haus, mulut dan lidah air
responden
disepanjang dan
puncak
berkurang, dan produksi
tertinggi pada peralihan
urin menurun23. Apabila
musim
hilangnya air meningkat
kemarau
menjadi 3 – 4% dari
komplikasi
berat
tersebut
badan,
penurunan
terjadi
penghujan dan sehingga dari
diare dapat
gangguan
menyebabkan terjadinya
performa tubuh sehingga
dehidrasi. Dari beberapa
suhu tubuh menjadi naik,
referensi
panas
penelitiannya
dan
biasanya
diikuti meriang24.
menyatakan bahwa balita
2. Karakteristik dengan
hasil
Balita Derajat
mengalami dehidrasi
Dehidrasi. Berdasarkan
dengan diare lebih sering
hasil
dehidrasi
kejadian ringan
dan
sedang.
penelitian ini yang paling
Kejadian dehidrasi ringan
banyak adalah dehidrasi
lebih sering terjadi pada
ringan/sedang
balita
dengan
dibandingkan
14
anak-anak, dimana balita
(47,7%), jenis kelamin
diare yang mengalami
perempuan sebanyak 16
dehidrasi
akan
responden (34,8%), dan
terjadi penurunan berat
suhu hipertermi sebanyak
badan 2,5 – 5% dan
18 responden (39,1%).
kehilangan air 5% dari
Dehidrasi
ringan
bukan
berat badan. Selain itu
saja kondisi kekurangan
balita
cairan
juga
gelisah
menjadi
dan
tubuh
tetapi
rewel,
kehilangan mineral tubuh
matanya menjadi cekung,
juga. Pada balita yang
dan turgor kulit balita
berusia 1 – 3 tahun
kembali lambat25
kekurangan cairan tubuh
Ada beberapa hal yang
mempengaruhi
tidak
bisa
hanya
diberikan air putih untuk
derajat dehidrasi antara
menggantikan
lain usia, jenis kelamin,
yang hilang karena air
suhu. Hasil penelitian ini
bisa melarutkan mineral
karakteristik
yang sudah rendah di
yang
paling
adalah
banyak
mengalami
dehidrasi yang
responden
ringan/sedang
paling
banyak
dalam
tubuh
cairan
mereka,
sehingga bisa membuat kondisi
dehidrasi
memburuk26.
berusia 1 – 3 tahun
Daya tahan tubuh
sebanyak 22 responden
anak-anak jauh lebih kuat
15
dari daya tahan tubuh
dan mencegah terjadinya
balita
penurunan berat badan30.
sehingga
memiliki lebih
resiko besar
menderita
balita yang untuk
dehidrasi
Selain
itu
kelamin
jenis juga
mempengaruhi
derajat
dibandingkan
anak-
dehidrasi.
anak28.
yang
hasil penelitian ini yang
dehidrasi
paling banyak mengalami
Balita
mengalami
Berdasarkan
ringan dapat diberikan
dehidrasi
secara
perempuan.
oral
pemberian
dengan oralit
adalah
asumsi
Menurut peneliti
sebanyak 75ml/kg berat
kemungkinan
badan diberikan dalam 3
balita yang mengalami
jam pertama dilayanan
dehidrasi sedang sampai
kesehatan, namun jika
dehidrasi
tidak
dapat
dikarenakan berat badan
diganti dengan air tajin,
balita tersebut kurang.
kuah sayur, sari buah, air
Selain itu komposisi otot
teh atau air matang29.
juga
Balita
yang menderita
derajat dehidrasi tetapi
diare dengan dehidrasi
peneliti tidak mengambil
tetap diberikan makanan
data terkait berat badan
untuk memberikan nutrisi
balita. Dehidrasi lebih
tersedia
sering
beberapa
berat
mempengaruhi
terjadi
pada
16
perempuan laki-laki
dibanding karena
pada
terjadi
penurunan
gangguan performa tubuh
laki-laki komposisi otot
sehingga
lebih dominan sedangkan
menjadi naik, panas dan
pada perempuan adanya
biasanya
pengaruh
meriang33.
hormonal
suhu
tubuh
diikuti Beberapa
sehingga rentan terhadap
penelitian menyebutkan
dehidrasi dalam tubuh31.
bahwa suhu lingkungan
Pada kasus tertentu jenis
yang
kelamin
mengakibatkan
mempengaruhi
tinggi
dapat
terjadinya penyakit tetapi
terjadinya dehidrasi yang
untuk kasus diare dengan
progresif.
dehidrasi jenis kelamin
mengakibatkan
tidak mempengaruhi32
penurunan
cardiac
output.
Dengan
menurunnya
cardiac
Selain yang
itu
faktor
mempengaruhi
Hipertermia
derajat dehidrasi yaitu
output aliran darah ke
suhu tubuh. Berdasarkan
kulit
hasil penelitian ini suhu
juga menurun. Hal ini
tubuh responden adalah
menunnjukkan
normal dan hipertermi.
aliran darah ke jaringan
Apabila
air
dan organ juga menurun.
meningkat menjadi 3 –
Suhu lingkungan yang
4% dari berat badan,
tinggi dapat berdampak
hilangnya
secara signifikan
bahwa
17
V.
pada kehilangan cairan
Yogyakarta
tubuh34.
berusia 1 – 3 tahun, berjenis
Kesimpulan Berdasarkan penelitian
mayoritas
yang
hasil
kelamin
perempuan, dan memiliki
dilakukan
suhu hipertermi.
kepada 46 responden pasien
3. Karakteristik
balita diare di ruang Ibnu
responden
Sina dan ruang IGD di RS
mengalami dehidrasi
PKU
berat
Muhammadiyah
Yogyakarta,
dapat
berjenis kelamin lakilaki
RS PKU Muhammadiyah
berusia 1 – 3 tahun, kelamin
perempuan, dan memiliki
Karakteristik responden
di
memiliki
4.
Secara
keseluruhan
didapatkan hasil bahwa kejadian dehidrasi pada balita diare yang paling
suhu normal.
dehidrasi
dan
suhu normal.
I Yogyakarta mayoritas
yang
I
usia 1 - 3 tahun,
yang tanpa dehidrasi di
2.
PKU
Yogyakarta mayoritas
Karakteristik responden
berjenis
RS
Muhammadiyah
disimpulkan bahwa : 1.
di
yang
mengalami ringan/sedang RS
Muhammadiyah
PKU
banyak
di
RS
Muhammadiyah Yogyakarta dehidrasi ringan.
PKU I yaitu
18
VI.
VII.
Saran 1. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan
menggunakan
hasil penelitian ini untuk menggiatkan
program
pendidikan
kesehatan
dianggota masyarakat terkait karakteristik dehidrasi pada
Daftar Pustaka 1. World Health Organization. Diarrhoeal
disease.
2009
(diunduh 27 Maret 2012. Tersedia
dari:
http://www.who.intmediacent re/factsheets/fs330/en/index.h tml.) 2. Dinkes DIY. (2010). Profil Kesehatan D.I. Yogyakarta 2010. Yogyakarta.
balita dengan diare.
3. Suraatmaja, S. (2010). Kapita selekta
2. Bagi Rumah Sakit Diharapkan
petugas
kesehatan
gastroenterologi
anak. Jakarta: Sagung Seto. 4. Widjaja,
M.
memperhatikan
Mengatasi
dan meningkatkan pelayanan
Keracunan
kesehatan oleh
yang
tenaga
diberikan kesehatan
terhadap balita diare yang
diadakan
penelitian
lebih lanjut terkait hubungan antara
berat
badan
Diare
dan
pada
Balita.
5. Prasetyo, Dwi. (2010). Faktor Resiko
Diare
Akut
pada
Balita. Jakarta: EGC. M.
(2011).
Hubungan Antara dehidrasi 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Perlu
(2010).
Jakarta: Kawan Pustaka.
6. Gustam,
mengalami dehidrasi.
C..
balita
dengan derajat dehidrasi.
Dengan Kejadian Diare Akut pada Balita di Kabupaten Klaten.
Yogyakarta:
FK
UGM. 7. Depkes RI. (2009). Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan.
19
8. Tawaniate.
(2012).
Profil
Diare Akut dengan Dehidrasi Berat di Ruang Perawatan Intensif
Anak.
Manado:
Tangerang:
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta. 14. Wulandari.
(2013).
Hubungan Antara
Tingkat
Departemen Ilmu Kesehatan
Pengetahuan
dengan
Anak,
Penanganan Dehidrasi pada
Universitas
Sam
Ratulangi RSU Prof. Dr. R.D. 9. Notoatmojo,
S.
(2010).
Metodelogi
Penelitian
Kesehatan.
Jakarta: Rineka
Cipta.
Balita
Ibu
dengan
Wilayah
Kerja
Manyaran
Diare
Puskesmas Semarang.
Diakses tanggal 18 Agustus 2016
10. Riwidikdo,
H.
(2013).
Statistika Dengan Aplikasi Program
R
dan
SPSS.
Yogyakarta: Rohima Press.
di
dari:
http//www.ncbi.nlm.gov/pmc /articles/PMC30933165 15. Arisman. (2014). Gambaran Balita
diare
serta
11. Arikunto, S. (2006). Prosedur
Karakteristik di Puskesmas
Penelitian Suatu Pendekatan
Peusangan Kabupaten Bireun
Praktek Edisi V. Jakarta:
2014.
Rineka Cipta.
Muhammadiyah Aceh.
12. Nursalam.
(2012).
Manajemen Aplikasi
Keperawatan: Dalam
Keperawatan
Praktek
Profesional
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. 13. Adriani. faktor dengan
Tangerang
dkk.
Derajat
Dehidrasi
Gangguan
(2013).
Fungsi
dan Ginjal
pada Diare Akut. Jakarta: Salemba Medika. Kenali
Faktor-
Bahaya
Dehidrasi
yang
berhubungan
Memicu
derajat
Inap
16. Murniwaty,
(2011).
dehidrasi
pada balita diare di Ruang Rawat
Universitas
17. Retnowati. (2013). yang
Skripsi.
Gangguan
Kesehatan. Jakarta: EGC 18. Faujiyah.
(2014).
Faktor-
RSU
Kota
faktor yang Mempengaruhi
Selatan
2013.
Kejadian Diare di Ruang
20
Inap RSUD Bekasi. Skripsi. FKM UI. Surakarta.
Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT
19. Wagiyo. (2012). Pengaruh Antara
Derajat
25. Almatsier, S. (2009). Prinsip
Dehidrasi
Gramedia Pustaka Utama. 26. Rajab,
Wahyudin.
dan Berat Badan pada Balita
Buku
Diare
untuk Mahasiswa Kebidanan.
di
RS
Cipto
Mangunkusumo. Jakarta: FK UI.
Epidemiologi
Jakarta: Kedokteran EGC. 27. Prasetyo, Dwi. (2010). Faktor
20. Simadibrata.
(2009).
Ilmu
Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta: Interna Publishing. 21. Sodikin.
(2011).
Keperawatan
Rineka Cipta.
dan Jakarta:
Gambaran
Klinis
Jakarta:
Anak Salemba
Medika.
Pada
30. Kemenkes RI. (2011). Situasi
FK
Diare dengan Dehidrasi di
Semarang: 42
Jakarta:
29. Polanco, Isabel, dkk. (2009).
Diare.
22. Leksana, Eri. (2015). Strategi
Vol
pada
Balita. Jakarta: EGC.
Anak Sistem
Cairan
Akut
28. Noor, Nur Nasry. (2011).
Salemba Medika.
Dehidrasi.
Diare
Epidemiologi.
Hepatobilier.
Terapi
Resiko
Asuhan
Gastrointestinal
UNDIP.
Ajar
(2010).
No
1.
Indonesia.
(tanggal
Diakses 11 Januari 2016 dari
Agustus
http://www.kalbemed.com/Po
darihttp://www.depkes.go.id/
rtals/6/23_224Praktis-
downloads/Buletin%20Diare
Strategi%20Terapi%20Cairan
_Final(1).pdf
%20pada%20Dehidrasi.pdf 23. Jurnal
Ilmiah
Kesehatan
2016)
26
Diakses
31. Kartika. (2012). Hubungan Antara Status Gizi Dengan
Diagnosis Volume 5 Nomor 1
Derajat
Tahun 2014 ● ISSN : 2302-
Balita Diare di RSU PKU
1721.
Muhammadiyah Yogyakarta.
24. Hasan, Rusepno., Alatas, H. (2010). Ilmu Kesehatan Anak . Jakarta: Infomedika.
Dehidrasi
Yogyakarta: FK UMY.
Pada
21
32. Juffrie, M. (2010). Modul Pelatihan
Diare.
UKK
Gastro-Hepatologi IDAI 33. Gustam,
M.
(2011).
Hubungan Antara dehidrasi Dengan Kejadian Diare Akut pada Balita di Kabupaten Klaten. UGM.
Yogyakarta:
FK