Tim Penyusun : Pembina Penanggungjawab Ketua Anggota
Kontributor : : : : :
Achmad Poernomo Minhadi Noer Sjamu Sitti Hamdiyah Catur Pramono Adi Tri Handanari Tri Yuwono Bayu Bawono Yudho Bimantoro Joko Hardono Nur Achbariah Rizki Irfan Siregar Indriani Musthapia Hardian Kumara Wardhana
Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan Balai Riset Perikanan Laut Balai Riset Perikanan Perairan Umum Balai Riset Pemulihan Sumberdaya Ikan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Balai Riset Budidaya Ikan Hias Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar Pusat Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi Kelautan dan Perikanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Balai Riset dan Observasi Kelautan Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Diterbitkan Oleh : Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Kompleks Bina Samudera Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta Telp. : (021) 64711583 pes. 4214 / Fax. : (021) 64711438 E-mail :
[email protected] /
[email protected] Situs : www.litbang.kkp.go.id ii
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
Sambutan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas izin dan rahmat-Nya sehingga penyusunan Laporan Ringkas Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan 2010 dapat diselesaikan. Saya mengucapkan terimakasih kepada tim penyusun yang telah bekerja keras dan seluruh Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) atas bantuan dan kerjasamanya untuk menyelesaikan laporan ini. Laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) yang telah dilakukan oleh Balitbang KP sepanjang tahun 2010. Sangat disadari bahwa laporan ini belum secara sempurna menyajikan informasi seperti yang diharapkan karena memang disajikan secara ringkas, namun setidaknya masyarakat dan berbagai pihak yang berkepentingan dapat memperoleh gambaran tentang upaya dukungan litbang kelautan dan perikanan dalam pembangunan kelautan dan perikanan yang telah dilakukan oleh Balitbang KP, termasuk untuk mendukung program prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Balitbang KP menyadari sepenuhnya bahwa pembangunan kelautan dan perikanan harus dilaksanakan secara optimal dengan prinsip pembangunan secara berkelanjutan yang disusun berdasarkan kebijakan atas dasar pengetahuan secara kuantitatif dan kualitatif serta kebutuhan dan kemanfaatan bagi kesejahteraan rakyat. Jakarta, Juni 2011 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
Dr. Ir. Endhay Kusnendar, M.S
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
iii
Pengantar Dalam struktur organisasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) merupakan satu-satunya unit organisasi/eselon I yang mempunyai tugas di bidang penelitian dan pengembangan (litbang) ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) kelautan dan perikanan. Memperhatikan visi pembangunan kelautan dan perikanan tahun 2010 – 2014 yaitu menjadikan Indonesia sebagai Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar pada Tahun 2015, dan misinya Mensejahterakan Masyarakat Kelautan dan Perikanan, maka visi Balitbang KP dirumuskan sejalan dengan visi-misi itu yaitu Institusi Litbang yang Handal dalam Menghasilkan Iptek menuju Negara Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar 2015. Laporan Ringkas Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan 2010 ini di samping merupakan sebuah bentuk pertanggungjawaban penyampaian informasi kepada publik, juga merupakan sebuah dokumen yang memberikan gambaran ringkas mengenai kegiatan-kegiatan penelitian dan pengembangan Balitbang KP selama satu tahun. Laporan ini berusaha menyajikan segala kegiatan serta hasil yang telah diperoleh melalui serangkaian kegiatan litbang yang telah dilakukan oleh seluruh Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Balitbang KP diseluruh wilayah Indonesia. Sepanjang tahun 2010 telah dilaksanakan 150 judul kegiatan penelitian dan 159 judul sub kegiatan penelitian. Laporan Ringkas ini diharapkan memberikan kontribusi untuk mewujudkan salah satu tujuan Balitbang KP yaitu mengkomunikasikan, mendiseminasikan dan mendifusikan hasil litbang dalam membangun sistem bisnis atau kegiatan ekonomi kelautan dan perikanan yang produktif, kuat dan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Mohon maaf bilamana dalam penyelesaiannya terdapat kekeliruan yang tidak kami sengaja. Semoga laporan ini dapat memberikan informasi yang berguna serta gambaran yang lugas akan peran dan tanggungjawab kelembagaan secara menyeluruh, khususnya bagi Unit Kerja Eselon I lingkup KKP dan juga oleh pihakpihak yang memerlukannya. Jakarta, Juni 2011 Tim Penyusun
iv
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
Daftar Isi : Tim Penyusun.......................................................................................................................................................................................................... Sambutan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan .................................................................................................. Pengantar ................................................................................................................................................................................................................ Daftar Isi .................................................................................................................................................................................................................
ii iii iv v
Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan ....................................................................................................................................... Perikanan Laut ........................................................................................................................................................................................................ Perikanan Perairan Umum ...................................................................................................................................................................................... Pemulihan Sumberdaya Ikan ...................................................................................................................................................................................
1 9 29 39
Perikanan Budidaya ................................................................................................................................................................................................ Perikanan Budidaya Laut ........................................................................................................................................................................................ Perikanan Budidaya Air Payau ............................................................................................................................................................................... Perikanan Budidaya Air Tawar ............................................................................................................................................................................... Budidaya Ikan Hias ................................................................................................................................................................................................. Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar .......................................................................................................................................
47 79 105 145 173 191
Teknologi Kelautan dan Perikanan ..........................................................................................................................................................................
207
Sumberdaya Laut dan Pesisir .................................................................................................................................................................................. Observasi Kelautan ..................................................................................................................................................................................................
225 243
Pengolahan Produk dan Bioteknolgi Kelautan dan Perikanan .................................................................................................................................
253
Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan .................................................................................................................................................................
289
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
v
vi
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
Daftar Isi : 1. Analisis Karakteristik Sumberdaya Pesisir Kota Makassar .............................................................................................................
225
2. Karakterisasi Kelautan untuk Pengembangan Kawasan Minapolitan di WPP 711 dan 712 ....................................................................
226
3. Penelitian Karakteristik Sumberdaya Perairan Pesisir Laut Sawu untuk Pengelolaan secara Berkelanjutan .................................................
227
4. Aplikasi Survei Penelitian Legal Coastline dalam Mendukung Implementasi Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP3) ...............................
228
5. Pengembangan Kawasan Minapolitan di Selat Lombok Tahun 2010 ..................................................................................................
229
6. Analisis Kerentanan Pesisir Kawasan Budidaya terhadap Kenaikan Muka Air Laut ............................................................................
230
7. Variabilitas Fluks CO 2 di Perairan Teluk Banten.........................................................................................................................
231
8. Analisa Kebijakan Mitigasi dan Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim untuk Perikanan Budidaya ...........................................................
232
9. Java Upwelling Variation.......................................................................................................................................................
233
10. South China Sea and Indonesian Seas Transport/Exchange (SITE)..................................................................................................
234
11. Kajian Proses Sedimentasi dan Dampaknya terhadap Pengembangan Kawasan Budidaya ......................................................................
235
12. Studi Resiliensi Kawasan Budidaya terhadap Bahaya Laut di Carocok Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat ............................
236
13. Pemodelan Pola Arus Barotropik Musiman Tiga Dimensi (3D) untuk Mensimulasikan Fenomena Upwelling di Perairan Indonesia ...............
237
14. Kajian Morfostruktur dan Aktivitas Hidrotermal Bawah Laut Kawasan Perairan Sangihe-Talaud Sulawesi Utara .......................................
238
15. Kajian Potensi Sumberdaya Arkelogi Laut di Perairan Indonesia untuk Mendukung Penetapan Kawasan Konservasi Maritim dan Wisata Bahari ...............................................................................................................................................................................
239
16. Penelitian Karakteristik Sedimen Permukaan Dasar Pesisir Natuna untuk Mendukung Budidaya Laut .....................................................
240
17. Studi Potensi Bittern pada Tambak Garam Rakyat ........................................................................................................................
241
18. Studi Potensi Sumberdaya Hidrologi di Wilayah Pesisir untuk Pengembangan Budidaya ........................................................................
242
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2010
1. Analisis Karakteristik Sumberdaya Pesisir Kota Makassar Latar Belakang : Wilayah pesisir Kota Makassar berbatasan langsung dengan Selat Makassar, memiliki garis pantai sepanjang 32 km serta mencakup 11 pulau dengan luas keseluruhan 178,5 Ha atau 1,1% dari luas wilayah daratan. Pada tahun 2009, Presiden Republik Indonesia mencanangkan Kota Makassar sebagai kawasan strategis nasional, yakni pembangunan Wisma Negara di lokasi Tanjung Bunga. Di sisi lain Kota Makassar juga ditetapkan sebagai kawasan Minapolitan (Keputusan Menenteri Kelautan dan Perikanan No. 32/MEN/2010). Tujuan : 1. Mengetahui karakteristik perairan pesisir guna mendukung pembangunan di kawasan Kota Makassar. 2. Rekomendasi dalam penyusunan model pengelolaan kawasan pesisir Kota Makassar. Metode : 1. Analisis karakteristik perairan pesisir, meliputi parameter kualitas perairan dan pola arus. 2. Analisis distribusi spasial kualitas perairan menggunakan PCA (Principle Component Analysis). 3. Analisis karakteristik pantai menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil : 1. Kandungan nitrat dan fosfat tidak berpengaruh secara signifikan terhadap sebaran kandungan klorofil-a di perairan laut Kota Makassar. 2. Tipe pasang surut di perairan pesisir Makasar adalah tipe campuran yang cenderung diurnal (harian tunggal) dengan amplitudo sebesar 0,88 – 2,18 meter dari Mean Sea Level (MSL). 3. Hasil verifikasi simulasi model hidrodinamika terhadap data lapangan memiliki kesesuaian yang cukup baik dengan selisih sebesar 7%. 4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rangka penyusunan model pengelolaan kawasan pesisir antar lain adalah: a. Analisis dan evaluasi serta pengembangan program penanganan pencemaran dari sumber yang dapat dilacak (point sources pollution) dan sumber yang tak dapat dilacak (non point sources pollution). b. Membangun komitmen dan kesadaran para pihak dalam pengendalian pencemaran air. c. Mengingat keberadaan Sungai Jeneberang yang bermuara di selatan kota dan Sungai Tallo yang bermuara di utara kota, maka perlu kajian pengaruh sedimentsi pada daerah tersebut. d. Keberadaan pulau-pulau kecil dengan potensi terumbu karang yang cukup baik serta keberadaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan dermaga antar pulau menjadikan daerah ini sebagai potensi kawasan minapolitan. Karena itu perlu diintegrasikan dengan keberadaan Wisma Negara sehingga Kota Makassar dapat dikembangkan menjadi Water Front City. Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
: : : : :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 / E-mail :
[email protected] Sulawesi Selatan (Pesisir Kota Makassar) Triyono, S.Si., M.T. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Fakultas Ilmu Kelautan dan Ilmu Dr. Taslim Arifin Perikanan (FIKP) Universitas Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Hasanuddin (Unhas) dan Balai Sumber Dana : - RM : Rp. 310,672,000 Pengelolaan Sumberdaya Pesisir - PHLN : dan Lautan (BPSPL) Makassar - PNBP : Dana Pendamping : Pengguna :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
225
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2010
2. Karakterisasi Kelautan untuk Pengembangan Kawasan Minapolitan di WPP 711 dan 712 Latar Belakang : Kegiatan kajian karakterisasi ini menitikberatkan pada dua Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 711 dan 712 sebagai langkah awal pengkajian dari seluruh WPP yang ada di Indonesia. Tujuan : Mengkaji karakteristik kelautan di WPP 711 dan 712 yang selanjutnya dapat disusun profil kedua WPP sebagai langkah inventarisasi sumberdaya kelautan menurut satuan WPP. Revisi batas luar Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP)
Pertemuan dengan narasumber akademisi dan praktisi
Peta fisiografi WPP 711 dan 712
Model konsepsual Minapolitan oleh Dr. Agus Heri P. menjadi acuan pengembangan konsep Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
226
: : : : :
Metode : 1. Inventarisasi permasalahan karakteristik kelautan melalui kajian literatur, diskusi kelompok pakar dan pemangku kepentingan sebagai langkah awal memahami kebutuhan data, jenis data serta metodotogi yang akan digunakan. 2. Sarasehan minapolitan sebagai wahana pertukarpikiran dalam upaya penguatan analisa dan interprestasi data karakteristik kelautan untuk penyusunan rekomendasi konseptual mnapolitan. Hasil : 1. Revisi peta WPP. Laut Cina Selatan sebagai perairan yang dibatasi oleh banyak negara, memicu masing-masing negara untuk menegaskan batas lautnya. Segmen timur laut dari Laut Cina Selatan mendapatkan protes dari Republik Rakyat Cina (RRC) sehingga rapat interkementerian memutuskan untuk melakukan revisi pada batas maritim tersebut, yang juga bersesuaian dengan batas. 2. Draft Buku Karakteristik WPP. Sumberdaya laut dan darat merupakan satu kesatuan ekoregion yang saling terkait, sebagai contoh: perairan Laut Jawa yang didominasi substrat lumpur mendapat pasokan terus menerus dari sungai-sungai besar yang bermuara di perairan tersebut. Sama halnya dengan Perairan Laut Cina Selatan dengan dasar laut sedimen pasir dan berterumbu karang di beberapa tempat, mendapatkan arus laut dari utara dan bergabung dengan arus dari Selat Malaka, menghasilkan suatu area mengumpulkan sumberdaya ikan. Pelestarian sumberdaya laut non ikan menjadi prioritas utama. 3. Rekomendasi konseptual minapolitan. Minapolitan sebagai konsep pengembangan ekonomi perikanan, disusun dengan mendasarkan pada potensi dasar ekonomi dan kondisi sosial ekonominya. Konsep ekonomi wilayah atau regional economy mengurangi hingga sekecil mungkin kebocorankebocoran dari aliran komoditas perikanan dan kelautan. Beberapa wilayah pesisir di Laut Cina selatan banyak mendasarkan pada perikanan tangkap, maka pengembangan minapolitan diarahkan pengembangan pelabuhan perikanan dengan memanfaatkan jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) sebagai pintu keluar-masuk komoditas. Berbeda halnya dengan perairan pesisir pantai utara (pantura) Jawa yang telah terbangun tambak-tambak. Produksi tambak tidak menunjukkan kenaikan yang berarti sehingga perlu adanya inovasi dalam pemanfaatan tambak, misalnya dengan jenis-jenis ikan ataupun penggunaan sebagai tambak garam. Beberapa wilayah perairan pantura Jawa dapat dikembangkan sebagai lahan budidaya rumput laut di mana saat ini permintaannya jauh lebih tinggi dari suplai.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 / E-mail :
[email protected] DKI Jakarta, Jawa Barat (Kota Bogor), DI Yogyakarta Triyono, S.Si., M.T. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Triyono, S.Si., M.T. Dana Pendamping : Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Pengguna : Sumber Dana : - RM : Rp. 264,050,000 - PHLN : - PNBP :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2010
3. Penelitian Karakteristik Sumberdaya Perairan Pesisir Laut Sawu untuk Pengelolaan secara Berkelanjutan Latar Belakang : Berdasarkan amanah Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007, pengelolaan wilayah pesisir dan laut yang terpadu dan berkelanjutan merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan. Salah satu bentuk rencana pengelolaan tersebut adalah ditetapkannya Laut Sawu sebagai kawasan pencadangan konservasi (Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 38 Tahun 2009). Hal tersebut tidak berhenti sampai di situ saja, masih banyak langkah-langkah teknis yang perlu dilakukan hingga tujuan akhir dari pengelolaan wilayah pesisir dan laut bisa terwujud. Salah satu langkah strategisnya adalah dengan melakukan kajian mengenai karakteristik wilayah di antaranya karakteristik ekologi, sosial-ekonomi-budaya, oseanografi, klimatologi dan geomorfologi. Peta lokasi kegiatan penelitian
Dimensi morfologi dasar Laut Sawu
Tujuan : 1. Mengetahui kondisi ekosistem terumbu karang wilayah perairan laut dan pesisir Laut Sawu dengan memperhatikan komponenkomponen lingkungan yang mendukungnya sekaligus menjadi faktor pembatasnya. 2. Mengidentifikasi segala bentuk aktivtas manusia (antropogenik) baik yang langsung dilakukan oleh masyarakat atau kebijakan pemerintah terkait pengelolaan dan pemanfaatan ruang laut dan pesisir Laut Sawu. 3. Menyusun rekomendasi kebijakan pengelolaan kawasan perairan laut dan pesisir Laut Sawu secara berkelanjutan. Metode : 1. Penelitian ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengkaji kondisi fisik melalui analisis citra satelit. Tumpang susun dengan peta rupa bumi, peta laut dan peta geologi dasar laut memungkinkan untuk melakukan delineasi dan penentuan titik sampling. 2. Kegiatan di lapangan dilakukan dengan pengukuran kualitas air, karakter fisik lahan pantai-pesisir dan sifat-sifat oseanografi. 3. Analytic Hierarchy Process (AHP) dilakukan terhadap komponen-komponen fisik, biologi, kimia dan sosial ekonomi. Hasil : 1. Berdasarkan kajian kesesuaian parameter lingkungan, kawasan pesisir dan Laut Sawu masih memiliki faktor lingkungan yang ideal untuk eksistensi ekosistem. Namun beberapa catatan yang harus diperhatikan adalah menggeliatnya aktivitas perekonomian masyarakat di wilayah tersebut secara perlahan akan mendegradasi fungsi lingkungan sebagai penyeimbang apabila tidak dilakukan pengelolaan yang tepat, terpadu dan berkelanjutan. Kemudian masing-masing wilayah/stasiun (Kabupaten Kupang, Sumba Timur, Sumba Tengah, dan Manggarai Barat) memiliki masing-masing ciri khas/karakteristik pesisir yang berbeda berdasarkan parameter/faktor tersebut di atas. 2. Dari beberapa perbedaan karakteristik yang diperoleh, terdapat pola pemanfaatan dan pengelolaan wilayah oleh masyarakat dan pemerintah daerah yang memiliki kesamaan, di antaranya pengelolaan wilayah perairan dan pesisir sebagai kawasan budidaya rumput laut, kawasan penangkapan ikan, kawasan wisata bahari dan pantai, kawasan konservasi dan potensi wilayah sebagai kawasan minapolitan. 3. Berdasarkan analisis prioritas, persepsi stakeholder memberikan perhatian paling tinggi pada pengelolaan wilayah pesisir dan Laut Sawu berturut-turut sebagai kawasan konservasi, kawasan wisata pantai dan bahari, kawasan minapolitan dan sebagai kawasan budidaya laut/penangkapan ikan.
Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
: : : : :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 / E-mail :
[email protected] Perairan pesisir Laut Sawu (Nusa Tenggara Timur/NTT) Triyono, M.T. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Syahrial Nur Amri, M.Si. Dana Pendamping : Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Pengguna : Sumber Dana : - RM : Rp. 394,059,900 - PHLN : - PNBP :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
227
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2010
4. Aplikasi Survei Penelitian Legal Coastline dalam Mendukung Implementasi Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP3) Latar Belakang : Pengukuran garis pantai merupakan kegiatan yang utama dilakukan untuk mendapatkan garis pantai pasang maksimum dengan dikorelasikan pada data pasang surut dan batimetri. Kajian yuridis juga dilakukan untuk dapat mendukung dalam proses penetapan garis pantai (legal coastline) yang jelas antara yuridiksi darat dan yuridiksi laut. Kedua hal tersebut penting dilakukan dan berguna dalam penetapan zonasi untuk pemanfaatan ruang dan dapat mengurangi konflik kepentingan wilayah pemanfaatan. Tujuan : 1. Melakukan kegiatan penelitian dengan penekanan pada aplikasi legal coastline pada pengelolaan Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP3) berdasarkan definisi legal coastline. 2. Melakukan inventarisasi potensi sumberdaya pesisir berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dalam kerangka legal coastline dan HP3.
Pengambilan data titik detail legal coastline 106°37'10"
5°44'50" 5°45'00" 5°45'10"
5°44'20" 5°44'30" 5°44'40"
N
LEGENDA
106°36'30"
106°36'40"
106°36'50"
106°37'00"
106°36'40"
100
0
106°36'50"
100
Koordinat : Geografis Datum : WGS 1984
200 M
106°37'00"
106°37'10"
106°37'10"
Garis pantai pasang tinggi di Pulau Pramuka 111°00'
KETERANGAN
Garis Pantai Muka Air Rendah
106°36'30"
5°45'10"
Koordinat : Geografis Datum : WGS 1984
5°45'10"
200 M
5°45'00"
5°45'00"
100
5°44'50"
5°44'50"
0
106°37'10"
5°44'40"
5°44'40"
5°44'40"
5°44'30"
KETERANGAN 100
Garis Pantai Muka Air Tinggi
106°37'00"
106°36'50"
5°44'30"
5°44'20"
N
LEGENDA
106°36'40"
5°44'20"
5°44'20"
106°36'30"
5°44'30"
106°37'00"
5°44'50"
106°36'50"
5°45'00"
106°36'40"
5°45'10"
106°36'30"
Garis pantai surut rendah di Pulau Pramuka
111°3'
111°12'30"
111°13'00"
111°13'30"
111°14'00"
6°27'
6°27'
U
250
0
250 M
1
6°30'
6°30'
U
0
6°41'00"
6°41'00"
Garis Muka Air Tinggi
1
2 Km
Garis Muka Air Tinggi
111°12'30" 111°00'
111°13'00"
Metode : 1. Pengumpulan data primer dengan cara penentuan titik detail legal coastline melalui survei terhadap kedudukan muka air tertinggi, pengamatan pasang surut, pengukuran batimetri atau pemeruman (sounding) serta pengamatan sumberdaya pesisir dan pemanfaatan lahan eksisting. 2. Pengumpulan data sekunder berupa data sosial ekonomi secara insitu dengan cara melakukan wawancara dengan masyarakat setempat. 3. Analisis data menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) secara spasial untuk menetukan garis pantai muka air rata-rata dan garis pantai muka air rendah menggunakan data primer.
111°13'30"
111°3'
Garis pantai pasang tinggi Kecamatan Dukuhseti-Tayu, Kabupaten Pati
111°14'00"
Hasil : 1. Teraplikasikannya prinsip legal coastline dalam pengelolaan HP3. Konflik pemanfaatan lahan pesisir selalu terjadi sepanjang belum ada kejelasan mengenai kewenangan pengelolaan wilayah antara darat dan laut. Legal coastline adalah suatu wilayah paralel garis pantai dengan pembagian kewenangan pengusahaan yang jelas sehingga implementasi UU No 27 Tahun 2007 menemui sasaran yang jelas. 2. Data spasial legal coastline merupakan langkah awal dalam melakukan delineasi potensi sumberdaya kawasan pesisir dan perairan. Legal coastline dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan delineasi wilayah pengusahaan pesisir dan perairan, dengan memperhatikan kondisi oseanografi dan kepesisiran. 3. Wilayah pesisir Kepulauan Seribu memiliki karakter tataguna lahan yang berbeda dengan wilayah pesisir Kabupaten Pati dimana di Pulau Seribu penggunaan lahan wisata bahari dan area terbangun dominan sedangkan pesisir Kabupaten Pati banyak dimanfaatkan untuk budidaya tambak udang dan bandeng. Wilayah pasang-surut di Pulau Seribu lebih sesuai diupayakan untuk kegiatan kelautan dan perikanan sedangkan pesisir pantai di Pati pemanfaatannya harus mempertimbangkan kemungkinan pengalihgunaan lahan dari kelautan (tambak) ke non kelautan (pertanian/bangunan). Konsep legal coastline lebih kompleks terjadi pantai Pati daripada Pulau Seribu.
Garis pantai surut rendah Kecamatan Juwana-Batangan, Kabupaten Pati Unit Kerja : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Alamat : Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 / E-mail :
[email protected] Lokasi Kegiatan : DKI Jakarta (Pulau Pramuka-Kepulauan Seribu); Jawa Tengah (Kabupaten Pati) Penanggungjawab : Triyono, M.T. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Peneliti Utama Keg. : Restu Nur Afi Ati, M.Si. Dana Pendamping : Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Pengguna : Sumber Dana : - RM : Rp. 202,869,000 - PHLN : - PNBP :
228
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2010
5. Pengembangan Kawasan Minapolitan di Selat Lombok Tahun 2010 Latar Belakang : Minapolitan merupakan program nasional yang pertama kali digulirkan dan pelaksanaannya dimulai pada tahun 2009. Ada 24 kabupaten dan 56 daerah yang akan dijadikan sebagai pilot project konsep minapolitan yang tersebar di 33 provinsi di tanah air yang dipilih sebagai pusat pengembangan minapolitan salah satunya adalah provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Untuk mendukung berjalannya program ini dan sebagai tindak lanjut dari amanat tersebut, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) khususnya Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir (P3SDLP) mengkaji pengembangan kawasan minapolitan di Selat Lombok khususnya kawasan pesisir Kabupaten Lombok Barat Provinsi NTB. Tujuan : 1. Mengetahui pengembangan kawasan minapolitan di Selat Lombok khususnya kawasan pesisir Kabupaten Lombok Barat Provinsi NTB. 2. Memetakan pengembangan kawasan minapolitan di Selat Lombok khususnya kawasan pesisir Kabupaten Lombok Barat Provinsi NTB. Metode : 1. Studi pustaka dari laporan-laporan ilmiah mengenai Selat Lombok sebagai landasan menentukan teknik kerja lapangan. 2. Survei lapangan dilakukan dengan pengisian daftar isian survei (kuesioner) dan wawancara dengan pihak berkompeten di wilayah penelitian, baik dengan instansi kepemerintahan maupun dengan tokoh-tokoh pemberdaya masyarakat. 3. Analisis data dilakukan dengan teknik skoring kemudian dinilai potensi dan hambatannya dengan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats). Hasil : 1. Tersusunnya peta pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Lombok Barat Provinsi NTB. 2. 13 rencana strategi pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Lombok Barat Provinsi NTB, yaitu: (a) peningkatan kesadaran dan kemampuan masyarakat, (b) promosi hasil produksi, (c) pembangunan sarana-prasarana fisik, (d) Kredit Usaha Rakyat/KUR, (e) antisipasi resiko bencana alam, (f) partisipasi aktif masyarakat dalam minapolitan, (g) agro atau minawisata, (h) penegakan hukum dan aturan dalam pemanfaatan sumberdaya, (i) kegiatan minapolitan memperhatikan rencana strategis kawasan, (j) pengubahan sistem perikanan keramba menjadi kolam air deras, (k) perairan umum sebagai budidaya Keramba Jaring Apung/KJA, (l) penerapan aturan lokal berdasarkan local wisdom, (m) memperjelas kepemilikan lahan.
Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
: : : : :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 / E-mail :
[email protected] Nusa Tenggara Barat/NTB (Kabupaten Lombok Barat) Triyono, S.Si, M.T Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Yulius, S.Si, M.Si Dana Pendamping : Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Pengguna : Sumber Dana : - RM : Rp. 214.330.000 - PHLN : - PNBP :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
229
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2010
6. Analisis Kerentanan Pesisir Kawasan Budidaya terhadap Kenaikan Muka Air Laut
Abrasi pantai di Kota Padang
Akresi pantai di Kabupaten Pati
Latar Belakang : 1. Intergovermental Panel on Clilmate Change (IPCC) memperkirakan bahwa kenaikan muka air secara global dari 1990 – 2100 akan mencapai 23 – 96 cm sehingga berdampak pada negara kepulauan. 2. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) (1994), maka dampak kenaikan muka air laut dan banjir diperkirakan akan memberikan gangguan yang serius terhadap wilayah-wilayah seperti pantai utara (pantura) Jawa. 3. Untuk kawasan budidaya, maka perhatian yang lebih besar perlu diberikan untuk kota-kota pantai yang memiliki peran strategis bagi kawasan pesisir (ADB, 1994), yakni sebagai pusat pertumbuhan kawasan yang memberikan pelayanan ekonomi, sosial dan pemerintahan bagi kawasan tersebut. Tujuan : 1. Mengetahui dampak kenaikan muka air laut terhadap penggunaan lahan/land-use di wilayah pesisir dengan fokus kawasan budidaya. 2. Menganalisis variabel-variabel kerentanan pantai yang digunakan sebagai parameter penilaian faktor kerentanan relatif pantai dengan fokus kawasan budidaya perikanan.
Peta geologi Kabupaten Jepara
Peta geologi Kabupaten Pati
Peta grid empat parameter geomorfologi Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
230
Peta grid empat parameter elevasi
: : : : :
Metode : 1. Kegiatan persiapan (desk study) meliputi: pengumpulan data sekunder, data spasial, artikel ilmiah, literatur dan laporan teknis peneliti terdahulu. 2. Kegiatan koordinasi meliputi: konsultasi dengan narasumber dan koordinasi dengan beberapa instansi terkait. 3. Kegiatan survei lapangan meliputi: groundtruth kondisi eksisting landuse, pengamatan geomorfologi pantai. Hasil : Berdasarkan perhitungan Coastal Vulnerability Index (CVI) menurut Thieler et al (2002), maka indeks kerentanan untuk masingmasing lokasi penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kabupaten Jepara: dengan memasukkan parameter landuse, geologi, geomorfologi, elevasi dan faktor hazard sea level rise yang didukung dengan data tinggi gelombang, tunggang pasang-surut (pasut) dan sea level trend, maka Kabupaten Jepara bagian utara (Kecamatan Jepara, Tahunan, Keling) memiliki indeks kerentanan rendah (kelas 2) berdasarkan klasifikasi Gornitz et al. (1991, 1994). Sedangkan Kabupaten Jepara bagian selatan (Kecamatan Kedung) memiliki indeks kerentanan tinggi (kelas 4) (Keterangan: semakin tinggi indeks kerentanan, maka daerah tersebut memiliki risiko lebih tinggi terhadap ancaman kenaikan muka air laut). 2. Kabupaten Pati: secara keseluruhan (Kecamatan Dukuhseti, Tayu, Batangan, Juwana, Margoyoso) memiliki indeks kerentanan tinggi (kelas 4). 3. Kota Padang: bagian utara (Kecamatan Koto Tengah dan Padang Utara) memiliki indeks kerentanan tinggi (kelas 4). Sedangkan bagian selatan (Kecamatan Padang Barat, Lubuk Begalung, Bungus) memiliki indeks kerentanan sangat rendah (kelas 1).
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 / E-mail :
[email protected] Sumatera Barat (Kota Padang); Jawa Tengah (Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati) Gunardi Kusumah, M.T. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Gunardi Kusumah, M.T. Dana Pendamping : Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Pengguna : Sumber Dana : - RM : Rp. 365,342,000 - PHLN : - PNBP :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2010
7. Variabilitas Fluks CO 2 di Perairan Teluk Banten Latar Belakang : Kegiatan penelitian ini adalah implementasi dari sasaran prioritas dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) nomor empat turunan dari sasaran prioritas nomor sembilan Pembangunan Nasional di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010 – 2014, yakni prioritas pembangunan nasional terhadap lingkungan hidup dan pengelolaan bencana. Khususnya di bidang penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan pengelolaan risiko bencana untuk mengantisipasi perubahan iklim, sehingga Indonesia dapat menjadi penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar pada tahun 2015 (sebagai visi KKP), yang secara langsung mensejahterakan masyarakat kelautan dan perikanan (sebagai misi KKP). Profil Teluk Banten hingga Laut Jawa bagian barat di sekitar Pulau Tunda (Landsat ETM, 2008)
Total konsentrasi pCO 2 di Laut Jawa
Grafik pH dan Total CO 2 (DIC) di Perairan Teluk Banten Juli 2009 – Juli 2010
Grafik PP dan Total CO 2 di Perairan Teluk Banten Juli 2009 – Juli 2010 Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
: : : : :
Tujuan : 1. Mengkaji variabilitas distribusi dan kuantitas parameter karbon dioksida (CO 2 ) di Teluk Banten. 2. Mengkaji peran Teluk Banten sebagai “penyerap” atau “pelepas” CO 2 . 3. Mengkaji kesuburan perairan di Teluk Banten dan hubungannya dengan penyerapan/pelepasan CO 2 . Metode : 1. Pengambilan sampel air untuk mengetahui Dissolved Inorganic Carbon (total CO 2 , pH dan alkalinitas). 2. Pengukuran klorofil, produktivitas primer, kedalaman, Dissloved Oxygen (DO) dan suhu sebagai data pendukung di lapangan. 3. Analisa hasil sampling dan komputasi terhadap klorofil, penyerapan dan pelepasan CO 2 dan produktivitas primer. 4. Studi literatur untuk kondisi deskripsi oseanografi Perairan Teluk Banten. Hasil : 1. Total CO 2 di Laut Jawa relatif rendah dibandingkan dengan perairan lintang yang tinggi sampai ke antartika pada bujur yang sama. 2. Terdapat perbedaan variasi total CO 2 secara vertikal di Laut Jawa dengan kecenderungan naik seiring dengan bertambahnya kedalaman. 3. Pola variasi alkalinitas baik horizontal maupun vertikal menunjukkan pola yang sama dengan total CO 2 . 4. Adanya pola fluktuasi variabilitas Dissolved Inorganic Carbon (DIC) dan Total Alkalinitas (TA) pada permukaan perairan Teluk Banten. 5. Nilai DIC dan TA terdeteksi tinggi di sekitar pinggir teluk yang dipengaruhi oleh antropogenik dari sungai. 6. Nilai DIC rendah di ekosistem mangrove dan lamun, mengindikasikan bahwa kedua ekosistem menjadi carbon sink. 7. Perairan pesisir Teluk Banten pada waktu tertentu (Juli 2010) terjadi peyerapan karbon tertinggi ke atmosfer yang ditunjukkan oleh nilai p CO 2 negatif.
Grafik pCO 2 dan ∆pCO 2 di Perairan Teluk Banten Juli 2009 – Juli 2010 Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 / E-mail :
[email protected] DKI Jakarta dan Banten Novi S. Adi, S.T., M.Si. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Dr. Ing. Widodo S. Pranowo Dana Pendamping : Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Pengguna : Sumber Dana : - RM : Rp. 301,330,000 - PHLN : - PNBP :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
231
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2010
8. Analisa Kebijakan Mitigasi dan Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim untuk Perikanan Budidaya Latar Belakang : Fakta menunjukan bahwa pembagunan kelautan dan perikanan difokuskan pada budidaya perikanan melalui konsep minapolitan. Bahwa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana. Maka semua mata rantai aktivitas pembudidaya ikan rentan terkena dampaknya.
Paparan konsep minapolitan oleh narasumber
Pembukaan sarasehan minapolitan dalam perspektif tata ruang mempertimbangkan aspek kebencanaan
Diskusi dengan narasuber menanggapi isu terkini
Proses diskusi dan tukar informasi dengan peneliti berformat pertemuan teknis
Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
232
: : : : :
Tujuan : 1. Megkaji kebijakan kelautan khususnya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim di bidang budidaya ikan. 2. Menyusun rumusan kebijakan kelautan khususnya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim di bidang budidaya ikan. Metode : 1. Lokasi kajian sebagai daerah studi dibuat berimpit dengan Sapta Mitra Pantura (Sampan) Jawa Tengah yang terdiri lima kabupaten dan dua kota dimulai Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan dan Kabupaten Batang. 2. Kegiatan difokuskan pada tata guna lahan serta daerah rentan bencana di wilayah pesisir. 3. Budidaya perikanan dibatasi pada budidaya perikanan air payau dan laut serta perikanan tangkap wilayah kabupaten/kota studi. 4. Data dan informasi analisa diambil dari dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Sampan serta dokukmen/laporan terkait dengan minapolitan. Hasil : 1. Rumusan kebijakan kelautan khususnya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim di bidang budidaya ikan. Budidaya perikanan diarahkan pada jenis-jenis ikan yang tahan pada perubahan iklim, misalnya nila dan patin. Perubahan iklim yang terwujud dalam kenaikan muka air laut harus disikapi dengan arif, yaitu melakukan perlindungan pantai dan beradaptasi terhadap adanya banjir rob. 2. Sampan direkomendasikan sebagai pusat komunikasi antar wilayah baik dalam segi ekonomi wilayah maupun dalam sisi lingkungan biogeososial-ekonomi dan hirarki kewilayahan. Dengan adanya komunikasi antar wilayah maka perencanaan pembangunan daerah akan lebih sinkron dan sinergis. 3. Perlu adanya pemetaan biogeososial-ekonomi wilayah Sampan sebagai dasar gerak pembangunan wilayah pantai utara Jawa.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 / E-mail :
[email protected] Jawa Tengah (Sapta Mitra Pantura/Sampan: Kabupaten Brebes, Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Kabupaten Pemalang, Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang) Gunardi Kusumah, M.T. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Aris Wahyu Widodo, S.T. Dana Pendamping : Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Pengguna : Sumber Dana : - RM : Rp. 243.756.000 - PHLN : - PNBP :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2010
9. Java Upwelling Variation Latar Belakang : Java Upwelling Variation (JUV) Project yang telah berlangsung sejak tiga tahun lalu sebagai kolaborasi riset Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) dengan First Institute of Oceanography (FIO) Cina telah memberikan kontribusi data oseanografi dan atmosfir yang sangat berguna untuk kajian-kajian laut, atmosfir dan interaksi laut-atmosfir.
JUV Mooring Design
Buoy Configuration
Desain JUV Mooring
Desain JUV-RAMA Buoy
-4 JUV mooring
SUMATERA
RAMA buoy
-5
CTD station
-6
Latitude
140kn
-7
Metode : 1. Pengumpulan data sekunder yang berkaitan dengan dinamika arus dan karakteristik massa air di perairan selatan Jawa. 2. Pengumpulan data oseanografi dengan memasang mooring, akuisisi data in situ dengan teknik underway measurement. 3. Analisis terhadap data mooring time series, statistik dan permodelan.
JAK
JAVA
315kn
170kn
-8 410kn
(8S,100E)
(8.5S,106.75E)
-9 99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
Longitude
Lokasi JUVmooring 20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
110
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
104
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
96
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
90
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
120
120
120
120
120
120
120
120
120
120
108 106
102 100
Depth(m)
98
94 92
88 86 84 82 80 78 76 74 72 70
6 12 18 Dec
6 12 18 Jan
6 12 18 Feb
6 12 18 Mar
6 12 18 Apr
6 12 18 May
6 12 18 Jun
6 12 18 Jul
6 12 18 Aug
6 12 18 Sep
Month-by-month canonical day averages in Backscatter Intensity(DB)
2008/12/27-2009/9/8
Upwelling dan pergerakan VDM plankton
Tujuan : 1. Kajian yang lebih mendalam tentang karakteristik dan dinamika di perairan selatan Jawa dengan menggunakan metode terbaru. 2. Mengukur variabilitas Java upwelling dan peranannya terhadap Indian Ocean Dipole (IOD) yang berpengaruh dengan sistem hujan dan migrasi ikan.
Upwelling di bulan JuniJuli-Agustus
Hasil : 1. Berdasarkan data analisis hasil backscatter intensity dan kecepatan arus dari alat Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) menunjukkan adanya pergerakan zooplankton Vertical Diel Migration (VDM) yang bergerak ke arah lapisan lebih dalam saat matahari terbit dan sebaliknya. 2. Pada saat summer monsoon (Juni-Juli-Agustus) terlihat adanya intesnsitas yang tinggi dari VDM dikarenakan terjadi upwelling pada musim tersebut. 3. Indikasi upwelling dari hasil pemrosesan data JUV mooring ini memberikan informasi untuk fish product dan pergerakannya karena nutrisi ikan bergerak ke lapisan permukaan, hal ini didukung oleh data satelit yang memperlihatkan adanya intensitas krolofil yang tinggi. 4. Terdapat keterkaitan antara upwelling dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang sangat mempengaruhi sistem penghujan dan migrasi ikan di kepulauan Indonesia. 5. Arus di daerah Java Upwelling Mooring ini cukup kompleks diduga dipengaruhi oleh perubahan angin lokal, sistem arus (Indonesia Througflow) dan proses yang terjadi di daerah Equatorial Indian Ocean.
Plot data atmospheric RAMA buoy Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
: : : : :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 / E-mail :
[email protected] Laut selatan Jawa Gunardi Kusumah, M.T. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : First Institute of Oceanography Salvienty Makarim,S.Si., M.Sc. (FIO) Cina Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Dana Pendamping : Sumber Dana : - RM : Rp. 718,801,000 Pengguna : - PHLN : - PNBP :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
233
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2010
10. South China Sea and Indonesian Seas Transport/Exchange (SITE) Latar Belakang : Survei dan penelitian mengenai Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) sudah secara kontinu dilakukan oleh instansi penelitian dan universitas baik nasional maupun internasional sejak 1998 hingga saat ini. Sedangkan survei dan kajian yang mendalam mengenai Arus Monsun Indonesia (ARMONDO) hanya dilakukan oleh Wyrtki pada kurun waktu 1959 – 1961, setelahnya belum dilakukan lagi. Hal inilah yang menjadikan dasar mengapa penting dilakukannya Transport Exchange South China Sea and Indonesian Seas Transport/Exchange (SITE), Selat Sunda dan Selat Makassar, dimana kondisi karakteristik massa air dan dinamikanya pada saat terkini perlu diketahui. Maka dilakukan survei dan penelitian melalui kegiatan SITE Cruise terhadap South China Sea and Indonesian Seas Transport/Exchange (SITE) yang diharapkan dapat memberikan data oseanografi di daerah Selat Karimata dan Selat Sunda. Kegiatan ini merupakan penelitian kerjasama internasional yang telah berlangsung selama tiga tahun, melibatkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP), Lamonth Doherty Earth Observatory (LDEO)Amerika Serikat dan First Institute of Oceanography (FIO) Cina. Tujuan : Menghimpun data karakteristik massa air, arus di Selat Karimata dan Selat Sunda dan kondisi dinamikanya terkini melalui survei pengukuran underway cruise, dan pemasangan mooring. Lokasi penelitian di Selat Karimata dan Selat Sunda
Metode : 1. Kegiatan ini didahului dengan mengumpulkan data sekunder atau bahan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan penelitian dinamika arus dan karakteristik massa air di Selat Karimata dan Selat Sunda kemudian dilanjutkan dengan pengolahannya. 2. Metode survei laut dilakukan untuk mengumpulkan data oseanografi, antara lain dengan memasang mooring (Trawl-Resistant Bottom Mount atau TRBM), akuisisi data in situ dengan menggunakan teknik underway measurement dari kapal penelitian. 3. Data yang telah diperoleh tersebut di atas kemudian dianalisis baik secara analitik, statistik dan pemodelan.
Lokasi TRBM mooring di Selat Karimata
Lokasi TRBM Mooring di Selat Sunda
TRBM dengan Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP)
Penurunan Remotely Operated Vehicle (ROV)
Hasil : 1. Pengolahan data-data hasil mooring TRBM memberikan informasi tentang Arus Monsun Indonesia, karakteristik massa air dan dinamikanya di Selat Karimata dan Selat Sunda, di mana daerah-daerah tersebut dipengaruhi oleh dinamika laut Cina Selatan juga Arlindo (Indonesian Throughflow) sehingga variabilitas Selat Karimata dan Selat Sunda mempengaruhi perubahan cuaca dan iklim di kepulauan Indonesia. 2. Hasil simulasi arus di derah Selat Karimata menunjukkan adanya aliran massa air yang masuk ke wilayah Indonesia melalui Selat Karimata bervariasi musiman yang sangat dipengaruhi oleh arus musim Indonesia, dengan maksimum kecepatan arus rata-rata terjadi di musim barat (Januari) dan minimum pada musim peralihan I (April).
Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
234
: : : : :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 / E-mail :
[email protected] Selat Karimata dan Selat Sunda Gunardi Kusumah, M.T. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : First Institute of Oceanography Salvienty Makarim, S.Si., M.Sc. (FIO) Cina dan Lamont-Doherty Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Earth Observatory (LDEO)-Columbia Sumber Dana : - RM : Rp. 1,053,870,000 University Amerika Serikat - PHLN : Dana Pendamping : - PNBP : Pengguna :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2010
11. Kajian Proses Sedimentasi dan Dampaknya terhadap Pengembangan Kawasan Budidaya Latar Belakang : 1. Proses sedimentasi dapat menimbulkan pendangkalan dan penurunan kualitas air laut. 2. Kabupaten Sambas (Kalimantan Barat) ditetapkan sebagai daerah potensi perikanan tangkap, tambak dan Keramba Jaring Apung (KJA) berdasarkan peta Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil–Ditjen KP3K–KKP. Pengambilan sampel sedimen dasar laut menggunakan alat grab sampler
Pengukuran kualitas air menggunakan multi parameter
Tujuan : 1. Mengetahui proses sedimentasi; tekstur, arah pergerakan dan sumber sedimen; serta faktor yang mengontrol sedimentasi. 2. Mengetahui distribusi sedimen tersuspensi (diukur sebagai Total Suspended Solids/TSS), parameter kualitas air laut (pH, Dissolved Oxygen/DO, turbidity, temperatur, salinitas) serta kandungan logam berat untuk informasi kesesuain lahan budidaya. Metode : 1. Kegiatan persiapan meliputi: pengumpulan data sekunder, data spasial, artikel ilmiah, literatur dan laporan teknis terdahulu. 2. Kegiatan survei lapangan meliputi: persiapan, pengelompokan personal peneliti, penge-set-an (install) peralatan dan survei. 3. Analisis laboratorium meliputi: analisis besar butir, logam berat, suspensi sedimen (diukur sebagai TSS).
Peta kontur distribusi TSS
Peta sebaran sedimen dasar laut
Peta distribusi kualitas air
Peta pola arus saat kondisi pasang
Peta distribusi kandungan logam berat pada sampel air laut
Peta kesesuaian lahan budidaya berdasarkan parameter kualitas air laut
Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
: : : : :
Hasil : 1. Berdasarkan batimetri, kedalaman laut di perairan Pemangkat berubah secara berangsur hingga kedalaman 8 m dan berubah tajam mulai dari kedalaman 8 m dan seterusnya. Pola ini dapat ditafsirkan sebagai kawasan pantai sedimentasi ditandai oleh adanya pendangkalan di sekitar muara Sungai Sambas dan alur pelayaran menuju PPN Pemangkat. 2. Berdasarkan hasil analisis gravimetri sampel air laut, konsentrasi TSS perairan Pemangkat berkisar antara 5 – 414 mg/L. Dari data ini dapat diketahui bahwa kualitas perairan Pemangkat dilihat dari konsentrasi TSS kondisinya sudah sangat buruk, kecuali ke arah laut lepas konsentrasi TSS nya masih relatif kecil. 3. Berdasarkan hasil analisis besar butir, sedimen permukaan dasar laut di daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua satuan tekstur sedimen, yaitu: lanau (Z) dan lanau pasiran (sZ). 4. Hasil pemodelan sedimentasi menunjukkan penyebaran konsentrasi sedimen terlihat hampir sama dengan pola penyebaran sedimen hasil pengukuran lapangan. Pergerakan pasang surut sangat mendominasi penyebaran konsentrasi sedimen. Lumpur, sedimen kohesif sangat mudah terpengaruh oleh salinitas. Jika salinitas tinggi, akan terjadi flocculation (penggumpalan), sehingga pengendapan sedimen akan terjadi. 5. Berdasarkan kandungan konsentrasi logam berat (merkuri/Hg, timbal/Pb, Cd, tembaga/Cu dan seng/Zn) dalam air laut masih sesuai dengan nilai ambang batas yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (2004) untuk kepentingan biota laut. 6. Berdasarkan karakteristik proses sedimentasi, perairan Pemangkat memiliki resiko tinggi terhadap kehidupan biota dalam air ditunjukkan dengan tingginya nilai TSS. 7. Berdasarkan metode pembobotan parameter kualitas air, perairan Pemangkat masih sesuai untuk dikembangkan budidaya. Komoditas yang dibudidayakan harus memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan kondisi perairan seperti ikan kerapu lumpur, kerapu macan, kakap dan kekerangan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 / E-mail :
[email protected] Kalimantan Barat (Kabupaten Sambas) Gunardi Kusumah, M.T. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Tubagus Solihuddin, M.T. Dana Pendamping : Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Pengguna : Sumber Dana : - RM : Rp. 192,643,000 - PHLN : - PNBP :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
235
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2010
12. Studi Resiliensi Kawasan Budidaya terhadap Bahaya Laut di Carocok Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat Latar Belakang : Carocok terletak di Teluk Mandeh, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Lokasi terdapat tambak bandeng untuk umpan pemancingan ikan tuna. Setelah dikunjungi Menteri Kelautan dan Perikanan dan ditetapkan sebagai minapolitan, maka daerah terpacu meluaskan lahan tambak. Lokasi yang dipilih sebagian besar di lahan konservasi mangrove. Sayangnya draft perluasan lahan terlalu maksimal dan nantinya akan banyak membabat hutan mangrove alami. Tujuan : 1. Menginventarisasi wilayah pesisir Carocok yang rusak akibat abrasi, gempa, gelombang dan kenaikan muka air laut, sekaligus mengidentifikasi jenis kerusakannya. 2. Melakukan upaya ilmiah teknis dalam bentuk kajian, analisa dan modelling kawasan budidaya dalam bentuk penataan ruang terintegrasi mitigasi bencana. 3. Draf rekomendasi agar kegiatan budidaya tetap berkembang di kawasan yang berpotensi terkena dampak bahaya laut. Metode : 1. Pengumpulan data primer yang diambil dari hasil pengukuran kontur nol (0) menggunkan theodolit, tracking untuk mendapatkan batasan areal tambak bandeng eksisting, koreksi geometri data satelit, penentuan batasan zona, investigasi (wawancara), pengukuran batimetri menggunakan echosounder, pendataan karakteristik pantai-pesisir, pengukuran parameter ekosistem dan pendataan bencana yang ada. 2. Pengumpulan data sekunder melalui pembahasan dengan narasumber, pengumpulan data kepemilikan lahan, data prediksi pasang surut, data statistik dan kebencanaan. 3. Pengolahan terhadap data hasil survei dan data spasial menggunakan aplikasi Map Info, ER Mapper, Photoshop dan lain-lain. Hasil : 1. Batuan di lokasi mengalami pelapukan kuat dan terkena efek dari struktur geologi yang bekerja kuat di daerah tersebut berupa patahan Mentawai sehigga menjadi daerah rawan longsor. 2. Lokasi tambak hingga Tempat Pelelangan Ikan (TPI) rentan bahaya gelombang pasang. 3. Terjadi erosi pada penampang sungai yang menggereus tepian sungai dan tanggul tambak, mengakibatkan penurunan kualitas air laut suplai tambak. 4. Lokasi penelitian termasuk dalam zona efek gempa dari patahan Mentawai di Pulau Siberut-Mentawai. 5. Rekomendasi: a. Aspek lingkungan dan kemitigasian, perlu dilakukan studi kelayakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan survei penelitian terhadap pembangunan dengan prinsip ekobiogeokimia lingkungan. b. Aspek legal formal, penerapan prosedur perizinan untuk pengembangan kawasan minapolitan. c. Aspek teknis draf tata ruang pengembangan dan pertimbangan ilmiah yang ramah lingkungan dan berbasis mitigasi bencana agar resiliensi kawasan budidaya dapat semakin maju produktivitasnya dan relatif aman dari efek bahaya. Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
236
: : : : :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 / E-mail :
[email protected] Sumatera Barat (Carocok-Kabupaten Pesisir Selatan) Gunardi Kusumah, M.T. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Fajar Yudi Prabowo, S.T., M.T. Dana Pendamping : Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Pengguna : Sumber Dana : - RM : Rp. 276,000,000 - PHLN : - PNBP :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2010
13. Pemodelan Pola Arus Barotropik Musiman Tiga Dimensi (3D) untuk Mensimulasikan Fenomena Upwelling di Perairan Indonesia Latar Belakang : Perairan yang kaya akan nutrisi menjadi tempat berkumpulnya fitoplankton, akibatnya menjadi daerah potensial penangkapan ikan. Daerah tersebut umumnya ditemukan di tempat naiknya massa air dari perairan dalam ke permukaan yang dikenal dengan upwelling. Dalam usaha memetakan daerah potensial penangkapan ikan, maka dilakukan pemodelan arus barotropik musiman tiga dimensi untuk mensimulasikan fenomena upwelling di perairan Indonesia. Peta upwelling rata-rata Januari 2007 (Musim Barat)
Peta upwelling rata-rata April 2007 (Musim Peralihan I)
Peta upwelling rata-rata Agustus 2007 (Musim Timur)
Peta upwelling rata-rata Oktober 2007 (Musim Peralihan II) Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
: : : : :
Tujuan : Memodelkan pola sirkulasi arus tiga dimensi (3D) setiap musim agar fenomena upwelling yang diwakili oleh arus vertikal dapat disimulasikan. Metode : 1. Membuat desain domain model dengan kolom air yang dibedakan dalam 10 lapisan dengan ketebalan seragam, simulasi dilakukan pada bulan Januari mewakili musim barat, bulan April mewakili musim peralihan I, bulan Agustus mewakili musim timur dan bulan Oktober mewakili musim peralihan II. 2. Melakukan input data garis pantai, batimetri, pasang surut, angin dan tekanan udara permukaan laut. 3. Membuat simulasi pola arus dengan pemodelan hidrodinamika menggunakan metoda numerik finite volume dan bantuan Mike 21 software (DHI water and environment, 2005). Hasil : 1. Pola arus barotropik dengan metode finite volume memiliki hasil yang baik untuk daerah perairan terbuka. Hasil verifikasi elevasi dengan data observasi dari DART menunjukkan bahwa simulasi tersebut memiliki error RMS yang relatif kecil, yaitu 11,735 cm artinya simulasi model sudah mendekati data observasi. 2. Pola arus hasil simulasi menggambarkan Mindanao Eddy di lapisan paling dangkal dan melemah ke lapisan yang lebih dalam, sementara Halmahera Eddy terpetakan pada lapisan permukaan saja. Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) terpetakan pada semua lapisan kecuali lapisan permukaan 3. Hasil permodelan menunjukkan upwelling pada musim barat berada di daerah Indonesia timur yaitu di timur Kalimantan, Teluk Tomini, Teluk Bone, Laut Maluku, Laut Halmahera dan Laut Banda. Pada musim peralihan I, upwelling mulai muncul di selatan Jawa. Sementara, di Indonesia timur mengecil luasnya. Pada musim timur, upwelling mulai meluas ke barat Indonesia, dan menguat di timur Indonesia. Upwelling mulai muncul di selatan dan utara Sulawesi sampai Sangihe Talaud. Pada musim peralihan II, upwelling makin meluas ke arah barat sampai perairan Pulau Simeuleu. Sedangkan pada Indonesia timur semakin berkurang dibandingkan musim timur.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 / E-mail :
[email protected] Jakarta (DKI Jakarta); Jawa Barat (Kota Bandung, Kota Bogor) Gunardi Kusumah, M.T. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Eva Mustikasari, S.Si. Dana Pendamping : Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Pengguna : Sumber Dana : - RM : Rp. 291,211,000 - PHLN : - PNBP :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
237
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2010
14. Kajian Morfostruktur dan Aktivitas Hidrotermal Bawah Laut Kawasan Perairan Sangihe-Talaud Sulawesi Utara Latar Belakang : Sesuai dengan buku kebijakan kelautan yang dibuat oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berupa pengelolaan industri dan jasa kelautan, eksplorasi endapan mineral hidrotermal merupakan salah satu dari sepuluh bidang yang diharapkan dapat mendukung pembangunan perekonomian nasional. Dalam melaksanakan kegiatannya, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir (P3SDLP) menjadikan kebijakan kelautan tersebut menjadi acuan dalam pembuatan kegiatan ini. Berdasarkan hasil kesepakatan antara Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP/Badan Riset Kelautan dan Perikanan/BRKP)-KKP Republik Indonesia dengan United States of America-National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA-Amerika) dalam program yang dinamakan Indonesia-US Expedition Sangihe-Talaud (INDEX SATAL) telah menghasilkan persetujuan untuk mengembangkan kerjasama penelitian kelautan di wilayah perairan Indonesia. Topik penelitian yang diangkat adalah hydrothermal vents, volcanology, habitat characterization, deep sea flora and fauna, physical and chemical oceanography, seafloor mapping. Area penelitian merupakan wilayah yang sangat aktif ditinjau dari kondisi tektonik dan struktur geologi. Aktivitas hidrotermal bawah laut juga sangat aktif terjadi di sepanjang jalur struktur geologi pada lengan utara pulau Sulawesi. Tujuan : Identifikasi morfostruktur dan aktivitas hidrotermal bawah laut kawasan perairan Sangihe – Talaud, Sulawesi Utara. Metode : 1. Pemetaan batimetri (resolusi tinggi) menggunakan Seabeam 1050D dengan kemampuan di bawah 2.500 m. 2. Penggunaan single beam dan multi beam sonar untuk mengetahui kedalaman titik lokasi yang hendak dilakukan pengukuran Conductivity, Temperature and Depth (CTD). 3. Pengamatan langsung dasar air menggunakan Remotely Operated Vehicle (ROV) yang dilengkapi under water camera. 4. Pengolahan, interpretasi dan analisis data hasil cruise, batimetri, CTD, ROV, sampel batuan. Hasil : 1. Terdapat pola kelurusan utama (berarah utara-selatan) struktur geologi yang ada di kawasan Sangihe Talaud. 2. Keaktifan Gunung Kawio Barat teridentifikasi dengan terlihatnya aktifitas hidrotermal bawah laut ditandai dengan adanya kepulan asap dan gelembung cairan panas (bubles) dari lereng bagian bawah. 3. Terdapat indikasi perbedaan komposisi dan temperatur dari larutan hidrotermal ditandai dengan variasi warna asap yang tampak (putih, kuning, abu-abu cerah). 4. Larutan hidrotermal muncul ke permukaan dan membentuk suatu cerobong atau chimney hidrotermal di daerah yang secara tektonik dikontrol oleh konvergensi lempeng. 5. Penipisan kerak dapat diikuti oleh munculnya kegiatan kegunungapian seperti yang dijumpai di Kawio Barat. Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
238
: : : : :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 / E-mail :
[email protected] Perairan Sangihe-Talaud (Provinsi Sulawesi Utara) Eko Triarso, S.T., M.Si. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Pusat Penelitian GeoteknologiEko Triarso, S.T., M.Si. LIPI; PPPGL; BPPT; Dinas Hidro Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Oseanografi TNI – AL, ITB, dan Sumber Dana : - RM : Rp. 303,517,000 NOAA-Amerika Serikat - PHLN : Dana Pendamping : - PNBP : Pengguna :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2010
15. Kajian Potensi Sumberdaya Arkelogi Laut di Perairan Indonesia untuk Mendukung Penetapan Kawasan Konservasi Maritim dan Wisata Bahari
Cinnamon Route Map dan Selat Bangka jalur laut dari Asia Tenggara hingga ke Madagaskar sejak 2000 Sebelum Masehi (SM) dengan membawa kayu manis, cengkeh dan rempah-rempah lainnya
Latar Belakang : Sumberdaya arkeologi laut memiliki banyak nilai penting antara lain ilmu pengetahuan, wisata bahari dan keagamaan. Sumberdaya ini sangat rapuh terhadap pengaruh alam dan manusia, seperti bencana alam yang terjadi di laut, dinamika perairan dan organisme yang hidup di lingkungan situs serta aktivitas manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung mengganggu keberadaan situs. Selain itu sumberdaya ini termasuk sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui dan terbatas karena sumberdaya ini merupakan hasil kebudayaan maritim yang saat ini sudah tidak dapat ditemui atau dimiliki oleh masyarakat pesisir dan laut. Salah satu jenis sumberdaya arkeologi laut, yaitu Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) memiliki nilai ekonomis sangat tinggi dan telah diatur pemanfaatannya dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres RI) Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pengaturan Admistrasi untuk BMKT. Dan untuk melindungi sumberdaya arkeologi laut yang berada di Pesisir, Menteri Kelautan dan Perikanan telah mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) Nomor 17 Tahun 2008 mengenai penetapan kawasan konservasi maritim yang menyimpan sumberdaya arkelogi laut. Tujuan : Mengidentifikasi lokasi sumberdaya arkeologi laut di wilayah penelitian, kondisi perairan di sekitar situs, potensi situs dan lingkungannya.
Anomali sumberdaya berdasarkan pemetaan batimetri dan side-scan sonar
Kapal perang Jepang Ashigara
Metode : 1. Kajian kepustakaan untuk menentukan titik lokasi yang didasarkan kepada nilai sebaran sumberdaya arkeologi. 2. Survei menggunakan side scan sonar, fish finder dan Global Positioning System (GPS). 3. Verifikasi data sonar dengan melakukan penyelaman. 4. Pengukuran parameter fisika laut sebagai data pendukung. Hasil : 1. Pada koordinat 1°58’20,7579” Lintang Selatan (LS) – 104°56’24,9980” Bujur Timur (BT) di kedalaman 16,13 m; panjang 196,83 m; lebar maksimal 53,5 m dengan beda tinggi maksimal 17 meter. Dari dimensi ini dapat dilihat berarah barat laut – tenggara. Lokasi yang diduga kapal perang Jepang dari masa Perang Dunia II (Ashigara) yang tenggelam pada tanggal 8 Juni 1945 karena serangan sekutu. 2. Di sekitar posisi tenggelamnya kapal Ashigara diduga terdapat Kapal Frederik Hendrik yang tenggelam 1648, Schremer tenggelam tahun 1671 dan Prins Willem Hendrik tenggelam 1686, karena terdapat anomali hasil pemindaian sonar. 3. Kualitas air dan tipologi geologi pantai di lingkungan situs mendukung pengembangannya sebagai obyek wisata bahari bukan selam, sedangkan penetapan Kawasan Konservasi Maritim (KKM) perlu dilakukan di kawasan ini mengingat banyaknya aktivitas manusia yang dapat mengganngu keberadaan situs.
Tipologi pantai lingkungan situs, mendukung daya tarik situs untuk wisata bahari Unit Kerja : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Alamat : Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 / E-mail :
[email protected] Lokasi Kegiatan : Perairan Muntok Selat Bangka Kabupaten Bangka Barat (Provinsi Bangka Belitung) Penanggungjawab : Eko Triarso, S.T., M.Si. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Peneliti Utama Keg. : Ira Dillenia, S.S., M.Hum. Dana Pendamping : Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Pengguna : Sumber Dana : - RM : Rp. 191,517,000 - PHLN : - PNBP :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
239
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2010
16. Penelitian Karakteristik Sedimen Permukaan Dasar Pesisir Natuna untuk Mendukung Budidaya Laut Latar Belakang : Salah satu aspek penting yang perlu dipelajari mengenai karakteristik wilayah laut dan pesisir dalam usaha mendukung kegiatan budidaya adalah kondisi substrat dasar perairan yang dijadikan lokasi budidaya, karena masing-masing biota memerlukan kondisi substrat yang berbeda untuk kesesuaian hidupnya. Kondisi substrat dasar yang sesuai akan menentukan tingkat keberhasilan suatu usaha budidaya perairan. Tujuan : Mengetahui karakteristik sedimen permukaan dasar pesisir Natuna, serta data dukung lain untuk didayagunakan secara optimal dan berkelanjutan bagi pengembangan budidaya laut. Metode : 1. Pengumpulan data sekunder yang terdiri dari data spasial berbentuk peta sebagai data sekunder utama dan studi literatur sebagai penunjang. 2. Pengambilan data primer (survei data karakteristik perairan dan sedimen permukaan dasar untuk mengetahui jenis substrat, kandungan logam berat dan kandungan nutrien). 3. Analisis calay mineral di Laboratorium Tongji University of Shanghai dengan menggunakan metoda x-ray difractometer. 4. Pengolahan dan analisis data dengan mengkompilsi data primer dan sekunder. Hasil : 1. Jenis sedimen di lokasi penelitian adalah pasir, pasir lanauan dan lanau pasiran dengan dominasi mineral smectite dan kaolinite disekitar muara sungainya yang cocok untuk lokasi budidaya kerapu dan napoleon sebagai komoditas unggulan daerah tersebut. 2. Kualitas air di lokasi penelitian secara umum baik bagi kelangsungan kegiatan budidaya kecuali kandungan Pb (timbal) yang nilainya melebihi baku mutu air, hal ini diduga berasal dari bahan bakar kapal yang melewai perairan tersebut. 3. Kandungan logam berat Cd (Cadmium) yang terkandung dalam sedimen mengindikasikan di beberapa titik pada lokasi penelitian berada pada kondisi tercemar ringan dan sedang ditunjukkan dengan kandungan Cd 8 – 12 parts per million (ppm) yang berada di antara level tes dan level intervensi (7,5 dan 12 ppm) dengan level bahaya (30 ppm). 4. Nilai padatan tersuspensi yang tertahan pada saringan milipore berdiameter 0,45 mikron berkisar antara 8 – 12 mg/l, artinya masih dalam kategori baik karena nilai padatan tersuspensi harus kurang dari 20 mg/l berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. 5. Saran: a. Perlu dilakukan kajian terhadap kandungan logam berat dalam air laut mengingat pada penilaian ini nilainya tercatat melebihi baku mutu untuk biota laut. b. Kegiatan budidaya sebaiknya dilakukan di lokasi yang tidak berada pada alur pelayaran kapal-kapal nelayan maupun kapalkapal angkut. Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
240
: : : : :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 / E-mail :
[email protected] Perairan Sedanau dan Pulau Tiga, Kabupaten Natuna (Provinsi Kepulauan Riau) Eko Triarso, S.T., M.Si. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Yusmiana Puspitaningsih Rahayu, S.Kel. Dana Pendamping : Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Pengguna : Sumber Dana : - RM : Rp. 278,761,000 - PHLN : - PNBP :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2010
17. Studi Potensi Bittern pada Tambak Garam Rakyat
Perbandingan komposisi air laut dari Pulau Madura, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat
Latar Belakang : Bittern merupakan hasil samping atau limbah pada proses produksi garam. Selama ini bittern sebagian besar tidak dimanfaatkan oleh para petambak. Pada kenyataannya bittern memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai produk turunan garam. Kandung kalsium (Ca), magnesium (Mg) ataupun mineral lainnya yang terkandung dalam bittern dapat dimanfaatkan lebih lanjut seperti halnya sebagai bahan minuman mineral, pupuk atau produk lainnya. Dalam proses produksi garam dari 1 ton garam dibutuhkan 50 meter kubik air laut. Proses ini diperkirakan menghasilkan bittern sekitar 1,9 meter kubik. Berdasarkan perhitungan ini, maka Indonesia memiliki potensi bittern sangat besar. Pemahaman terhadap sebaran dan potensi bittern di Indonesia diharapkan dapat menjadi masukan pada upaya peningkatan kesejahtraan petambak garam. Bittern sebagai alternatif penghasilan tambahan. Tujuan : 1. Mengetahui sebaran potensi dan komposisi kandungan mineral bittern di sentra garam di pantai utara (pantura) Jawa dan Madura. Pengetahuan terhadap sebaran dan komposisi kandung mineral pada bittern selanjutnya digunakan sebagai bahan penyusunan pengembangan pemanfaatan bittern. 2. Membandingkan kandungan mineral bittern pada tiap lokasi. 3. Menyusun draf kajian potensi pemanfaatan bittern.
Kandungan logam pada lumpur tambak
Komposisi bitttern Jawa Timur
Komposisi bitttern Jawa Barat Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
: : : : :
Metode : 1. Inventarisasi permasalahan terkait bittern sebagai produk sampingan proses produksi garam, untuk mengetahui lebih lanjut potensi manfaat bittern dan jenis pemanfaatan bittern selama ini oleh petambak garam ataupun industri selama ini. 2. Pengumpulan data sekunder tentang sebaran sentra garam di pantura Jawa dan Madura sebagai dasar penyusunan desain survei pengambilan sampel. Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan pada 23 sampel bittern, empat sampel air laut dan satu sampel lumpur. 3. Pengolahan data hasil sampling di lapangan dilanjutkan dengan analisis laboratorium untuk mengetahui komposisi mineral. Hasil : 1. Penelitian telah menghasilkan pemahaman dan pengetahuan bahwa komposisi bittern Pulau Madura, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat memiliki karakteristik penyusun senyawa garam yang hampir seragam. 2. Pengambilan bittern akan optimal apabila dilakukan pada kondisi cuaca panas dan kering. Sample bittern yang pada pada kondisi basah atau hujan akan berdampak pada kesulitan menghitung kandungan senyawa Mg dan komposisinya, karena komposisi ion penyusun air laut masih cukup tinggi sebagai akibat curah hujan tinggi menghambat evaporasi. 3. Kalsium menempati urutan pertama komposisi penyusun garam hal ini disebabkan karena sifat kalsium yang mudah mengendap.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 / E-mail :
[email protected] Pantai utara Jawa serta Pulau Madura-Jawa Timur Eko Triarso, ST., M.Si. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Utami R. Kadarwati, M.Sc. Dana Pendamping : Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Pengguna : Sumber Dana : - RM : Rp. 287,863,000 - PHLN : - PNBP :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
241
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2010
18. Studi Potensi Sumberdaya Hidrologi di Wilayah Pesisir untuk Pengembangan Budidaya Latar Belakang : Kebijakan peningkatan produksi perikanan budidaya perlu dipahami secara integral. Salah satunya bahwa perkembangnya suatu wilayah untuk perikanan budidaya akan berpengaruh terhadap kebutuhan air tawar. Kebutuhan air tawar akan meningkat tidak hanya sebagai media, namun juga sebagai bahan dalam proses pengolahan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari air tawar untuk penduduk dan pekerja sentra perikanan budidaya yang sedang berkembang. Penelitian dilakukan untuk mengetahui ketersedian air tawar di wilayah pesisir Carocok Tarusan-Kecamatan Koto IX Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan – Provinsi Sumatera Barat. Wilayah pesisir Carocok merupakan kawasan sedang berkembang dan disadari bahwa masalah ketersedian air tawar terkadang menjadi salah satu hambatan berkembangnya wilayah pesisir, apabila tidak diketahui sejak awal. Upaya penyediaan air baku untuk penduduk perlu dikaji sehingga dapat memberikan informasi keterdapatan air tawar mengingat karakteristik hidrologi sumberdaya air tawar di wilayah pesisir memiliki perbedaan tersendiri dibandingkan dengan karakteristik hidrologi di wilayah kontinu. Tujuan : Melakukan studi potensi dan rekomendasi pemanfaatan sumberdaya air tawar di wilayah pesisir untuk mendukung pengembangan kawasan budidaya dan minapolitan. Metode : 1. Inventarisasi permasalahan air tawar di wilayah pesisir, kebutuhan air tawar untuk kawasan budidaya perikanan pesisir melalui pertemuan kelompok pakar dan para pemangku kepentingan. 2. Menyusun desain survei hidrogeologi, hidrogeofisika dan hidrometeorologi. 3. Pengolahan analisis data hidrogeologi, hidrogeofisika, dan hidrometeorologi. Hasil : 1. Kondisi potensi sumberdaya air di lokasi penelitian sangat baik, ketersediaan air permukaan cukup melimpah pada sungai besar Batang Tarusan dan anak-anak sungainya mengalir sepanjang tahun. Air tanah dangkal kualitasnya kurang baik untuk air baku. Berdasarkan parameter curah hujan dan neraca air, daerah penelitian menunjukkan adanya penurunan volume air karena hujan yang terjadi bulan Mei dan Juni (bulan kering) sehingga keretsediaan air mengalami penurunan dibanding bulan-bulan lainnya sepanjang tahun. 2. Berdasarkan identifikasi akuifer, perlu dipertimbangkan optimalisai akuifer di beberpa titik pengukuran geolistrik dan survei air permukaan yang memiliki prospek akuifer 1, berupa lapisan batu-pasir yang jika area imbuhan dengan daerah luahan mempunyai gradien hidrolik, maka kemungkinan terdapat sumur artesis cukup besar.
Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
242
: : : : :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 / E-mail :
[email protected] Sumatera Barat (Kawasan Carocok – Tarusan, Kenagarian Ampang Pulai, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan) Eko Triarso, S.T., M.Si. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Rainer Arief Troa, S.T., M.Si. Dana Pendamping : Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Pengguna : Sumber Dana : - RM : Rp. 371,610,000 - PHLN : - PNBP :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
Daftar Isi : 1. Analisis Time Series Variabel Oseanografi dari Penurunan Satelit Altimetri untuk Penangkapan Tuna di Samudra Hindia Selatan Jawa-Bali ...
243
2. Studi Operasional Oseanografi untuk Konservasi Ekosistem Terumbu Karang ......................................................................................
244
3. Observasi Karakteristik Dinamika Oseanografi di Wilayah Perairan Indonesia dari Data Satelit ..............................................................
245
4. Observasi Fenomena Genangan Rob Akibat Naiknya Muka Air Laut .................................................................................................
246
5. Pemantauan Suhu Permukaan Laut untuk Budidaya Laut .............................................................................................................
247
6. Pemanfaatan Data Satelit Penginderaan Jauh untuk Penentuan Lokasi Budidaya Laut .........................................................................
248
7. Studi Observasi Kualitas Ekosistem di Kawasan Estuari ................................................................................................................
249
8. Observasi dan Kajian Kawasan Konservasi Perairan.....................................................................................................................
250
9. Prakiraan Dinamika Parameter Fisik Perairan Indonesia dengan Menggunakan Integrasi Data Satelit dan Model Numerik...........................
251
10. Aplikasi Data Satelit untuk Observasi Garis Pantai dan Kerentanan Pulau-pulau Kecil Terhadap Perubahan Muka Laut ..............................
252
OBSERVASI KELAUTAN – TAHUN 2010
1. Analisis Time Series Variabel Oseanografi dari Penurunan Satelit Altimetri untuk Penangkapan Tuna di Samudra Hindia Selatan Jawa-Bali
Komposit kedalaman isothermal 15°C untuk NW 2004 – 2006 (kiri) dan SE 2004-2006 (kanan) yang di-overlay dengan data lokasi tangkapan tuna pada periode yang sama
Komposit variabel Sea Surface Height Anomalies (SSHA) untuk NW 2004 – 2006 (kiri) dan SE 2004 – 2006 (kanan), yang di-overlay dengan data lokasi tangkapan tuna pada periode yang sama
Latar Belakang : Ikan tuna merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan salah satu sumber devisa dari bidang perikanan. Untuk mendukung visi dan misi Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), terutama dalam meningkatkan hasil penangkapan ikan, diperlukan suatu metode ilmiah dalam menentukan daerah potensi penangkapan ikan. Satelit oseanografi yang mampu memberikan data kondisi oseanografi secara near real time dan terus menerus, dapat dimanfaatkan dalam menentukan daerah potensial penangkapan ikan. Tujuan : Memprediksi lokasi penangkapan ikan tuna di Samudra Hindia Selatan Jawa – Bali berdasarkan analisis time series data satelit oseanografi. Metode : 1. Pengumpulan dan pengolahan data satelit altimetri. 2. Pengolahan data satelit altimetri menjadi variabel arus geostrofik, eddy kinetic energy, 3. Overlay variabel oseanografi hasil penurunan dari data satelit altimetri dengan data penangkapan tuna, analisis statistik untuk pemilihan explanatory variables. 4. Pembentukan model statistik. 5. Prediksi lokasi potensial penangkapan tuna. Hasil : 1. Model Generalized Additive Model (GAM) untuk memprediksi lokasi potensial penangkapan tuna mata besar (bigeye tuna atau Thunnus obesus) dan tuna sirip kuning (yellowfin tuna atau Thunnus albacares) di Samudra Hindia selatan Jawa – Bali. 2. Model GAM untuk prediksi lokasi potensial penangkapan tuna mata besar adalah HR = eα + s ( SSC )+ s (v )+ s ( ISO15)+ε − 1 . Sedangkan model GAM untuk prediksi daerah potensial penangkapan sirip kuning adalah HR = eα + s ( SST )+ s (v )+ s ( ISO15)+ε − 1 ; HR adalah hook rate tuna, SSC adalah sea surface cholorophyll-a concentration, V adalah north component of eddy velocity field dan ISO15 adalah depth of isothermal 15°C.
Hasil prediksi daerah potensial penangkapan yellowfin tuna periode musim timur 2007, yang di-overlay dengan data tangkapan yellow fin tuna pada periode yang sama Unit Kerja : Balai Riset dan Observasi Kelautan (http://www.brok.kkp.go.id/) Alamat : Jl. Baru, Desa Perancak, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana 82251 – Bali / Telp. : (0365) 44266 / Fax. : (0365) 44277; (0365) 44278 / E-mail :
[email protected] /
[email protected] Lokasi Kegiatan : Samudra Hindia selatan Jawa – Bali Penanggungjawab : Drs. B. Realino, M.Si. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Peneliti Utama Keg. : Teja Arief Wibawa, S.Pi.; Dana Pendamping : Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Eko Susilo S.Pi.; Pengguna : Nelayan longline, Direktorat Sumber Dana : - RM : Rp. 112,890,000 Dinarika Jatisworo, S.Si. Jenderal Perikanan Tangkap - PHLN : (Ditjen PT) - PNBP :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
243
OBSERVASI KELAUTAN – TAHUN 2010
2. Studi Operasional Oseanografi untuk Konservasi Ekosistem Terumbu Karang Latar Belakang : Latar belakang dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Mendukung program Coral Triangle Initiative (CTI); (2) Sistem operasional oseanografi untuk konservasi ekosistem terumbu karang sampai sekarang belum ada sistem yang representatif atau bahkan belum ada; (3) Membangun sistem operasional oseanografi di Indonesia khususnya pada ekosistem terumbu karang. Tujuan : 1. Update desain sistem pemantauan karakteristik laut yang terkait dengan ekosistem terumbu karang. 2. Melakukan kajian lanjutan dampak perubahan iklim terhadap ekosistem terumbu karang.
Flow chart oseanografi operasional 2010
Kegiatan di lapangan
Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
244
: : : : :
Metode : (1) Identifikasi sebaran ekosistem dalam hal ini terumbu karang yang mengalami pemutihan dan penyakit di beberapa kawasan konservasi perairan dan calon kawasan konservasi perairan. (2) Pengolahan dengan menggunakan data citra. (3) Pengambilan data kualitas air laut. (4) Pertemuan dan diskusi dengan instansi terkait. (5) Pelatihan. (6) Pengolahan dan analisis data. Hasil : 1. Flowchart/sistem operasional oseanografi pada ekosistem terumbu karang. 2. Prevalence bleaching and diseased. 3. Kualitas air laut (pH, suhu, salinitas, Total Suspended Solid/TSS, Dissolved Oxygen/DO, klorofil, nitrat, nitrit, fosfat dan amonia) di Morotai, Raja Ampat dan Bunaken dari semua parameter yang diambil di lapangan menunjukkan masih dalam ambang batas normal hanya kadar nitrat (NO 3 -) yang telah melewati baku mutu yang telah ditetapkan yakni berkisar antara <0,001 – 0,0745. Kadar nitrat yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat pada perairan. 4. Analisa mucus bakteri (gram +/-) karang yang mengalami bleaching dan diseased. Prosentase hasil isolasi karang di Morotai yang terkontaminasi : 15% dan yang tidak terkontaminasi : 85%. Yang di-running untuk analisa adalah yang tidak terkontaminasi dan yang termasuk dalam kelompok bakteri gram positif 29 isolat, bakteri gram negatif 24 isolat. Acropora donei, Acropora teres, Acropora valencienns dan Acropora intermedia dari titik pengambilan Ngele-ngele Besar, Galo-galo dan Kolorai dari jenis yang sama mendapat perlakuan dengan tiga cara pengisolasian yang berbeda menunjukkan kelompok bakteri yang berbeda. Di Raja Ampat hasil prosentase sama dengan di Morotai yakni 15% terkontaminasi dan 85% tidak terkontaminasi. Dimana yang tidak terkontaminasi gram positif 14 isolat dan bakteri gram negatif 18 isolat. Sinularia sp dan Acropora valenceinnesi dari titik pengambilan sampel Saonek dari jenis yang sama mendapat perlakuan dengan tiga cara pengisolasian yang berbeda menunjukkan kelompok bakteri yang berbeda. Di Bunaken 38% terkontaminasi dan 62% tidak terkontaminasi dan terdapat delapn isolat bakteri gram positif dan sembilan isolat gram negatif yang tidak terkontaminasi dan didapatkan dari jenis Porites nigriscens dari titik Rons Point. 5. Analisis Principal Component Analysis (PCA) coral bleaching and diseased. Terjadinya coral bleaching dan disease berdasarkan PCA pada ketiga lokasi penelitian lebih dominan karena faktor fisika dan kimia air laut. 6. Sea Surface Temperature (SST) dari data satelit Advanced Land Observing Satelite (ALOS).
Balai Riset dan Observasi Kelautan (http://www.brok.kkp.go.id/) Jl. Baru, Desa Perancak, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana 82251 – Bali / Telp. : (0365) 44266 / Fax. : (0365) 44277; (0365) 44278 / E-mail :
[email protected] /
[email protected] Raja Ampat (Papua Barat), Taman Nasional Bunaken (Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Manado – Sulawesi Utara), Pulau Morotai (Kabupaten Pulau Morotai – Maluku Utara) E. Elvan Ampou, M. Sc. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Pemda, LSM (CI, TNC), Berny A. Subki; universitas, Ditjen KP3K Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Nyoman Dati Pertami, M.Si.; Dana Pendamping Sumber Dana : - RM : Rp. 338,210,000 Faizal Hamsah , S.Pi.; Pengguna : Pemda, Ditjen. KP3K, LSM (CI, - PHLN : Iis Triyulianti, M. Si. : TNC) - PNBP :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
OBSERVASI KELAUTAN – TAHUN 2010
3. Observasi Karakteristik Dinamika Oseanografi di Wilayah Perairan Indonesia dari Data Satelit
Suhu permukaan laut
Latar Belakang : Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat multiyear. Hasil penelitian di tahun pertama telah diketahui korelasi antara El Niño-Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) dengan parameter oseanografi (Sea Surface Temperature/SST dan Sea Level Anomalies/SLA) di perairan Indonesia, sementara parameter klorofil-a memiliki nilai korelasi yang kurang signifikan. Sehingga di tahun ke dua parameter klorofil tidak digunakan lagi. Sehingga untuk penelitian di tahun ke dua lebih difokuskan kolerasi ENSO dan IOD terhadap SST dan SLA dengan pendekatan yang dapat lebih detail. Tujuan : 1. Menganalisis karakteristik dinamika oseanografi tiap perairan dan fluktuasinya (ENSO dan IOD) sebagai akibat dari faktor yang mempengaruhinya (SST dan SLA) menggunakan data satelit dan pengukuran lapangan. 2. Pengembangan sistem informasi online berbasis data observasi kelautan.
Sea Level Anomalies
Variabilitas kontras wilayah timur dengan barat
Metode : 1. Pengolahan data meliputi data SST dari pemrosesan data satelit National Oceanic and Atmospheric Administration/Advanced Very High Resolution Radiometer (NOAA/AVHRR), data SLA dari pemrosesan data satelit Jason-1 dan Topex/POSEIDON, Index ENSO dan IOD, data insitu. 2. Data satelit diproses dengan perangkat lunak image processing, data insitu SST diukur dengan Water Quality Meter (WQM) dan Conductivity, Temperature, and Depth (CTD), penentuan posisi sampel dengan Global Positioning System (GPS) akurasi tinggi, wahana pengukuran data insitu menggunakan kapal dengan kapasitas memadai. 3. Metode analisis menggunakan Empirical Orthogonal Function (EOF). Hasil : 1. Berdasarkan analisis EOF dari SST menunjukan variabilitas tinggi di Selatan Jawa, Laut Jawa, Laut Flores dan Laut Banda pada bulan Agustus dari pada bulan Februari. 2. Variabilitas SLA sangat tinggi di Laut Arafura, Laut Maluku dan Utara Papua pada bulan Februari dari pada bulan Agustus. Untuk kolerasi SST dengan ENSO negatif pada saat nilai indeks el niño tinggi maka indeks korelasi negatif, artinya SST mengalami penurunan. Pada bulan Agustus korelasi lebih ekstrim dibandingkan bulan Februari, hal ini menandakan bahwa efek el niño terhadap SST lebih terlihat di bulan Agustus. Sedangkan korelasi SST dengan IOD cukup tinggi, pada bulan Agustus dan terlihat lebih ekstrim antara wilayah barat dan timur, korelasi negatif terlihat di Laut Banda dan Laut Arafura dan korelasi positif di selatan Jawa dan barat Sumatera. 3. SLA memiliki korelasi cukup tinggi terhadap ENSO dengan nilai negatif, artinya pada periode ENSO positif maka SLA akan turun. Korelasi tinggi terdapat di selatan Jawa dan barat Sumatera. Korelasi SLA dengan IOD cukup tinggi, pada bulan Februari korelasi SLA dengan IOD terlihat lebih ekstrim antara wilayah barat dengan timur dimana korelasi positif terlihat di barat Sumatera, Laut Jawa dan Laut Banda, sedangkan korelasi negatif terlihat di selatan Jawa dan Laut Arafura. Pada bulan Agustus kolerasi SLA dan IOD cukup tinggi terlihat di selatan Jawa, sekitar Selat Sunda dan Laut Sawu.
Variabilitas ekstrim di Samudera Hindia Unit Kerja : Balai Riset dan Observasi Kelautan (http://www.brok.kkp.go.id/) Alamat : Jl. Baru, Desa Perancak, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana 82251 – Bali / Telp. : (0365) 44266 / Fax. : (0365) 44277; (0365) 44278 / E-mail :
[email protected] /
[email protected] Lokasi Kegiatan : Perairan Indonesia Penanggungjawab : Drs. B. Realino, M.Si. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : BPPT, BMKG Peneliti Utama Keg. : Bambang Sukresno, M.Si. Dana Pendamping : Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Adi Wijaya, M.Si. Pengguna : nelayan, Ditjen Perikanan Sumber Dana : - RM : Rp. 268,805,000 Tangkap, P4KSI-Balitbang KP, - PHLN : peneliti oseanografi - PNBP : Rp. 8,000,000
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
245
OBSERVASI KELAUTAN – TAHUN 2010
4. Observasi Fenomena Genangan Rob Akibat Naiknya Muka Air Laut Latar Belakang : Kenaikan muka air laut merupakan dampak dari pemanasan global (global warming). Rata-rata suhu permukaan global meningkat 0,3 – 0,6°C sejak akhir abad 19 dan sampai tahun 2100 suhu bumi diperkirakan akan naik sekitar 1,4 – 5,8°C (Dahuri, 2002 dan Bratasida, 2002). Fenomena naiknya muka air laut dapat menyebabkan suatu kawasan di sekitar pesisir/pantai mengalami genangan air yang bisa menimbulkan suatu dampak yang serius bagi aktivitas masyarakat di sekitarnya, salah satunya kegiatan perikanan. Fenomena yang terjadi semacam ini biasa disebut sebagai rob. Fenomena rob dipengaruhi oleh dampak pemanasan global juga dipengaruhi oleh penurunan permukaan tanah (land subsidence). Tujuan : 1. Memperkirakan pengaruh sea level rise dan land subsidence terhadap fenomena genangan rob di wilayah pesisir Semarang dan Jakarta terutama wilayah tambak dan sarana-prasarana perikanan. 2. Melakukan kajian fenomena genangan rob sebagai bahan acuan dalam perencanaan pengelolaan kawasan pesisir/pantai terutama di kawasan budidaya tambak dan sarana prasarana pelabuhan perikanan. Metode : (1) Studi pustaka, koordinasi, konsultasi; (2) Mengumpulkan data sekunder; (4) Survei lapangan untuk validasi data dan untuk data pembanding dengan data sekunder dari hasil pengukuran sebelumnya oleh instansi lain; (5) Pengolahan dan analisis data hasil survei; (6) Analisa terintegrasi untuk pemantauan terhadap kenaikan muka laut pada kawasan yang dikaji; (7) Membuat menu yang informatif mengenai pemantauan muka laut dari hasil pengolahan data survei lapangan maupun data pendukung lainnya; (8) Penyusunan laporan; (9) Sosialisasi hasil penelitian. Hasil : 1. Diketahuinya nilai kenaikan Mean Sea Level (MSL) di Semarang tahun 1985 – 2010 (tanpa pengoreksian land subsidence), dengan range antara 4 – 8 cm/tahun atau rata-rata 5,577 cm/tahun dan tahun 2003 – 2010 (setelah pengoreksian land subsidence di lokasi pengukuran pasang-surut/pasut) sekitar 2,67 – 6,60 mm/tahun. 2. Diketahui nilai penurunan tanah (land subsidence) di sekitar stasiun pasut Semarang 1985 – 2010 sebesar 5,31 cm/tahun. 3. Diketahuinya tren MSL di Jakarta tahun 1992 – 2010 (tanpa pengoreksian land subsidende) 8 – 14,5 cm/tahun atau rata-rata 8,05 cm/tahun dan tahun 1992 – 2010 (setelah pengoreksian land subsidence di lokasi pengukuran pasut) adalah 6,50 mm/th. 4. Diketahui nilai penurunan tanah (land subsidence) di sekitar stasiun pasut Tanjung Priuk Jakarta 7,40 cm/tahun. 5. Berdasarkan hasil pengukuran geolistrik terjadi penyusupan air laut ke dalam akuifer atau disebut juga sebagai intrusi di wilayah utara Jakarta dan utara Semarang terutama di wilayah sarana-prasarana perikanan dan pertambakan, hal ini merupakan salah satu dampak yang ditimbulkan oleh penurunan muka air tanah akibat land subsidence. Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
246
: : : : :
Balai Riset dan Observasi Kelautan (http://www.brok.kkp.go.id/) Jl. Baru, Desa Perancak, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana 82251 – Bali / Telp. : (0365) 44266 / Fax. : (0365) 44277; (0365) 44278 / E-mail :
[email protected] /
[email protected] Pesisir utara Kota Semarang-Jawa Tengah( Terboyo, Tanjung Emas, Kecamatan Tugu) dan pesisir utara Jakarta ( Muara Baru, Muara Angke, Ancol dan Tanjung Priuk) Bayu Priyono, S.Si. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Wingking Era Rintaka Siwi, M.Si.; Dana Pendamping : Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Dessy Berlianti, M.Si.; Pengguna : Sumber Dana : - RM : Rp. 162,230,000 Bayu Priyono, S.Si.; - PHLN : Asmi Napitu, M.T.; - PNBP : Yuli Pancawati, S.Si.; Eko Susilo, S.Pi.
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
OBSERVASI KELAUTAN – TAHUN 2010
5. Pemantauan Suhu Permukaan Laut untuk Budidaya Laut
Perkembangan jumlah keramba tahun 2006 dan 2010
Latar Belakang : Produksi perikanan budidaya terus berkembang di seluruh dunia untuk memenuhi permintaan makanan laut yang meningkat. Pada tahun 2004, total produksi perikanan budidaya di seluruh dunia (termasuk tanaman air) adalah 45.500.000 ton (naik dari 42.300.000 di 2041) (Food and Agriculture Organization/FAO, 2006). Juga, diharapkan bahwa pendaratan perikanan tangkap telah mencapai puncaknya seperti saham yang sebagian besar penuh atau over dieksploitasi (Johnson 2004). Oleh karena itu, produk perikanan akan diperlukan untuk memenuhi banyaknya permintaan makanan laut akibat peningkatan populasi global yang berkembang. Satu studi terbaru yang kontroversial di jurnal Science, berpendapat bahwa dunia akan kehabisan makanan laut (penangkapan liar) pada tahun 2048 kecuali terjadi perubahan signifikan di panen, perlindungan habitat dan faktor lain yang dibuat (Worm et. al., 2006.). Tujuan : Membuat prototipe Sistem Informasi Geografis (SIG) di wilayah budidaya laut yang menampilkan informasi Suhu Permukaan Laut (SPL) dan beberapa parameter kualitas lingkungan yang penting seperti Dissolved Oxygen (DO), nitrat, nitrit, amoniak dan lainnya.
Tren Suhu Permukaan Laut (SPL) tahun 2008 – 2010
Prototipe web Geographic Information System (GIS)
Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
: : : : :
Metode : 1. Penyediaan data satelit oseanografi yang dapat mendeteksi ketinggian muka laut dan juga suhu permukaan laut. 2. Pengolahan data satelit dalam bentuk data American Standard Code for Information Interchange (ASCII) sehingga dapat digunakan dalam proses pencarian indeks. 3. Pengolahan data satelit oseanografi harian pada waktu sebelum terjadinya badai dan setelah terjadinya badai. Hasil : 1. Secara keseluruhan kondisi perairan Kecamatan Gerogak, Kabupaten Buleleng masih dalam keadaan sehat dan belum tercemar. 2. Tingginya amoniak di perairan Teluk Pegametan tidaklah berbahaya karena komponen ammonia terdapat ammonium yang merupakan unsur yang dapat menyuburkan perairan, dan hal ini dibuktikan dengan tingginya phytoplankton yang menguntungkan di perairan tersebut, yaitu phytoplankton dari famili Diatoms. 3. Informasi tentang Suhu Permukaan Laut (SPL) dari data satelit Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (Modis) dapat digunakan sebagai salah satu metode pemantauan. 4. Pada pemantauan SPL melalui data satelit terlihat membentuk tren dimana pada minggu I – VIII serta minggu XXXVII – XLVII, suhu permukaan laut cenderung dingin sehingga pada minggu-minggu tersebut sebaiknya kegiatan pembenihan memperhatikan suhu air yang masuk ke dalam kolam karena suhu dingin dapat menyebabkan gangguan pada juvenil-juvenil ikan dan juga pada saat memasuki musim kemarau di mana perairan laut mulai dingin. 5. Mulai dari tahun 2008 – 2010 terdapat peningkatan suhu yang harus dipantau terus menerus untuk keberlangsungan kegiatan budidaya di perairan Teluk Pegametan.
Balai Riset dan Observasi Kelautan (http://www.brok.kkp.go.id/) Jl. Baru, Desa Perancak, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana 82251 – Bali / Telp. : (0365) 44266 / Fax. : (0365) 44277; (0365) 44278 / E-mail :
[email protected] /
[email protected] Perairan Kecamatan Gerogak Kabupaten Buleleng (Bali) Drs. B. Realino, M.Si. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : UGM-Yogyakarta, BBRPBLDenny Wijaya Kusuma, M.Si.; Gondol Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Dinarika Jatisworo, S.Si. Dana Pendamping : Sumber Dana : - RM : Rp. 183,730,000 Pengguna : nelayan, pembudidaya, masyarakat - PHLN : pesisir, Dinas di Kabupaten - PNBP : Buleleng yang terkait
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
247
OBSERVASI KELAUTAN – TAHUN 2010
6. Pemanfaatan Data Satelit Penginderaan Jauh untuk Penentuan Lokasi Budidaya Laut Latar Belakang : Penentuan lokasi budidaya yang tepat merupakan salah satu faktor yang penting untuk menunjang keberhasilan suatu kegiatan budidaya. Parameter-parameter perairan yang penting yang harus diperhatikan antara lain, kriteria topografi lokasi, parameter fisik perairan, parameter kimia dan parameter biologi. Selain parameter perairan, akses transportasi (darat, laut, udara) cukup berpengaruh. Parameter fisik perairan yang dapat diamati dengan memanfaatkan data satelit penginderaan jauh adalah suhu permukaan laut (Sea Surface Temperature/SST) dan kekeruhan (turbudity). Pemanfaatan data satelit penginderaan jauh yaitu satelit Terra/Aqua Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) menggunakan band inframerah (band 31 dan 32) dapat digunakan untuk medeteksi suhu permukaan laut, sedangkan band 1 (panjang gelombang 620 – 670 nm) dapat digunakan untuk medeteksi konsentrasi Total Suspended Matter (TSM) yang sangat berkaitan erat dengan parameter kekeruhan perairan. Tujuan : Menentukan lokasi yang sesuai bagi kegiatan perikanan budidaya berdasarkan parameter-parameter yang datanya diperoleh dari satelit penginderaan jauh. Parameter yang menjadi pembatas adalah parameter suhu permukaan laut dan parameter muatan padat tersuspensi (total suspended matter) serta parameter kunci yang dipakai adalah peta kedalaman perairan (bathymetri).
Daerah potensi untuk pengembangan budidaya laut
Metode : 1. Survei di sekitar wilayah perairan Kabupaten Pulau Morotai, untuk memperoleh informasi kualitas air pada stasiun pengamatan. 2. Pemrosesan data citra satelit dengan menggunakan algoritma yang ada untuk mengetahui konsentrasi TSM dan suhu permukaan laut. 3. Pemrosesan data kedalaman perairan dari peta analog menjadi data digital. 4. Pengkelasan dan pembobotan setiap parameter berdasarkan kriteria kelayakan parameter perairan untuk budidaya. 5. Analisis Sistem Informasi Geografi (SIG) dengan metode tumpang susun (overlay) untuk memperoleh informasi mengenai lokasi yang layak bagi kegiatan budidaya. Hasil : 1. Berdasarkan data citra satelit, suhu permukaan laut tertinggi terjadi pada bulan April dan terendah pada bulan Agustus, sedangkan variabilitas padatan tersuspensi yang tertinggi terjadi pada bulan Januari dan terendah pada bulan Juni. 2. Lokasi yang menjadi arahan yang potensial untuk dikembangkan menjadi daerah budidaya laut di Kabupaten Pulau Morotai adalah pada daerah perairan barat dengan luas potensi sekitar 0,556 hektar atau sekitar 5.560 m2. 3. Selain sesuai berdasarkan parameter SST, TSM dan bathymetri, ketika dilakukan survei insitu ternyata daerah tersebut juga memiliki kualitas air (salinitas, Dissolved Oxygen/DO) yang sesuai dengan standar baku mutu untuk biota laut yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup.
Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
248
: : : : :
Balai Riset dan Observasi Kelautan (http://www.brok.kkp.go.id/) Jl. Baru, Desa Perancak, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana 82251 – Bali / Telp. : (0365) 44266 / Fax. : (0365) 44277; (0365) 44278 / E-mail :
[email protected] /
[email protected] Perairan Kabupaten Pulau Morotai (Maluku Utara) Drs. B. Realino, M.Si. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Komang Iwan Suniada, M.Si. Dana Pendamping : Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Pengguna : Dinas Perikanan dan Kelautan Sumber Dana : - RM : Rp. 133,180,000 Kabupaten Pulau Morotai - PHLN : - PNBP :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
OBSERVASI KELAUTAN – TAHUN 2010
7. Studi Observasi Kualitas Ekosistem di Kawasan Estuari Latar Belakang : Ekosistem mangrove (bakau) merupakan salah satu ekosistem pesisir yang mempunyai peran dan fungsi yang banyak. Di samping itu, mangrove juga mempunyai peran dalam mengurangi kontaminan/pencemar yang masuk ke dalam daerah estuari seperti logam berat. Proses reduksi kandungan logam berat pada mangrove bisa dilakukan melalui organ akar, dan ditranslokasikan ke dalam jaringan tumbuhan lain namun dalam jumlah yang sangat sedikit dan terbatas. Fitostabilisasi merupakan salah satu usaha tumbuhan untuk menyerap kontaminan melalui akar dan di translokasikan ke jaringan tumbuhan lainnya. Fitostabilisasi bisa digunakan sebagai alternatif pengurangan pencemaran di wilayah tercemar khususnya di pesisir dengan menggunakan media mangrove. Nilai reflektensi daun mangrove
Fraksinasi sedimen
Kandungan ion mayor pada sedimen
Kandungan logam berat pada akar
Kandungan khlorofil daun mangrove
Tujuan : Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan antara ekosistem mangrove di Muara Angke-Jakarta Utara dan Estuari Perancak-Jembrana, Bali. Adapaun tujuan secara khusus adalah: 1. Diketahuinya kandungan logam berat pada air, daun, akar mangrove serta substrat (sedimen) mangrove. 2. Diketahuinya kandungan kimia daun mangrove. 3. Diketahuinya hubungan nilai spektral daun dengan kandungan kimia daun. Metode : Kegiatan ini meliputi konsultasi dan koordinasi dengan narasumber, koordinasi, studi pustaka, survei dan pengambilan data primer, analisa laboratorium, perumusan hasil dan pelaporan. Hasil : 1. Kualitas air, indek storet, dan indeks pencemaran. 2. Kandungan logam berat (timbal/Pb, tembaga/Cu, dan seng/Zn) pada air, akumulasinya (Bioconcentration Factor/BCF, Translocation Factor/TF, dan fitoremediasi/FTD). 3. Kandungan ion mayor pada sedimen (kalsium/Ca, kalium/K, natrium/Na, dan magnesium/Mg), fraksinasi sedimen. 4. Kandungan ion makro pada daun (nitrogen/N, fosfat/P, K), dan khlorofil daun. 5. Indeks spektral daun mangrove. 6. PCA antara nilai spektral daun dan kandungan kimia daun. 7. Solusi/tindakan antisipatif atas pencemaran.
Proses pengukuran spektral daun mangrove Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
: : : : :
Balai Riset dan Observasi Kelautan (http://www.brok.kkp.go.id/) Jl. Baru, Desa Perancak, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana 82251 – Bali / Telp. : (0365) 44266 / Fax. : (0365) 44277; (0365) 44278 / E-mail :
[email protected] /
[email protected] Muara Angke (Jakarta Utara-DKI Jakarta) dan Estuari Perancak (Negara, Jembrana-Bali) E. Elvan Ampou, M. Sc. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Dinas KP DKI Jakarta, BKSDA Faisal Hamzah, S.Pi.; DKI Jakarta, BPPT, Dept Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Ariani Andayani, S.Si., M.Sc.; ITK IPB, P2O LIPI Sumber Dana : - RM : Rp. 158,320,000 Dwiyoga Nugroho, S.T., M.T.; Dana Pendamping : - PHLN : Camellia Tito Kusuma, S.Si. Pengguna : Dinas KP dan BKSDA DKI - PNBP : Rp. 12,000,000 Jakarta, pengelola mangrove
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
249
OBSERVASI KELAUTAN – TAHUN 2010
8. Observasi dan Kajian Kawasan Konservasi Perairan Latar Belakang : Kawasan Konservasi Laut (KKL) atau Kawasan Konservasi Perairan/KKP (menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 17 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi di Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta Permen KP No. 02 Tahun 2009 tentang Kawasan Konservasi Perairan) merupakan suatu kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Di wilayah tersebut diatur zona-zona untuk mengatur kegiatan yang dapat dan tidak dapat dilakukan, misalnya pelarangan kegiatan seperti penambangan minyak dan gas bumi, wilayah perlindungan ikan dan biota lainnya, guna menjamin perlindungan yang lebih baik. Pemerintah telah mencanangkan program perluasan KKL/KKP di Indonesia ditargetkan mencapai 10 juta hektar pada tahun 2010, yang kemudian ditingkatkan menjadi 15 juta hektar karena telah terpenuhi sebelum tahun 2010. Di tahun 2020, luas KKL yang ditargetkan adalah seluas 20 juta hektar. Identifikasi kawasan tersebut telah dirintis sejak tahun 2004. Penelitian ini diselenggarakan sebagai upaya untuk mendukung program pemerintah tersebut, melalui rekomendasi-rekomendasi berbasis ilmiah (scientific support) yang diberikan kepada para pengelola KKL/KKP di Indonesia, terutama pemerintah daerah (pemda) sebagai pihak yang secara langsung berinteraksi dengan kawasan. Penelitian ini merupakan kegiatan tahun jamak (multiyears) dan dimulai sejak tahun 2007. Tujuan : 1. Mengembangkan sistem monitoring dan observasi serta database ekosistem pesisir di Calon atau di Kawasan Konservasi Perairan. 2. Memberikan rekomendasi ilmiah terhadap pengelolaan di Calon atau di Kawasan Konservasi Perairan. Metode : 1. Melakukan pengambilan data ekosistem (ekosistem terumbu karang, ekosistem lamun dan ekosistem mangrove). 2. Monitoring bioreef yang telah di-deploy pada tahun 2008 di wilayah Pemuteran (Buleleng-Bali). 3. Pengambilan data dan analisis sampel parameter biologi-fisika-kimia air laut di wilayah pengambilan data terumbu karang, padang lamun dan juga kualitas air. Parameter kualitas air yang diukur dan dianalisis terdiri dari: (a) Parameter fisik: suhu, salinitas, kecerahan, pasang-surut; (b) Parameter kimia dan biologi; nitrat, nitrit, amonia, Biochemical Oxygen Demand (BOD), padatan tersuspensi (Total Suspended Solids/TSS), alkalinitas, analisa salinitas dan klorofil. 4. Pengolahan dan analisis data (kuantitatif dan deskripsi kualitatif). 5. Memberikan rekomendasi berbasis pendekatan ekosistem untuk pembentukan dan pengelolaan yang lestari di Calon/Kawasan Konservasi Perairan. Hasil monitoring bioreef
Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
250
: : : : :
Hasil : 1. Database ekosistem pesisir di KKP Nusa Penida dan Calon KKP (CKKP) Pulau Morotai. 2. Hasil monitoring bioreef di wilayah Pemuteran. 3. Rekomendasi ilmiah terhadap penetapan dan pengelolaan Calon atau Kawasan Konservasi Perairan.
Balai Riset dan Observasi Kelautan (http://www.brok.kkp.go.id/) Jl. Baru, Desa Perancak, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana 82251 – Bali / Telp. : (0365) 44266 / Fax. : (0365) 44277; (0365) 44278 / E-mail :
[email protected] /
[email protected] Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida (Klungkung, Bali), Perairan Pemuteran (Buleleng, Bali) dan Calon Kawasan Konservasi Perairan Pulau Morotai (Morotai, Maluku Utara) E. Elvan Ampou, M. Sc. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : TNC, Dinas PKP Kab Klungkung, Nuryani Widagti, M. Si.; Dinas PKPK Kab Morotai, CV. Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Iis Triyulianti, M. Si.; Nasijaha Multimedia Ternate, Sumber Dana : - RM : Rp. 281,365,000 Adi Wijaya, M. Si.; Ditjen KP3K-KKP, IPB - PHLN : Camellia Kusuma Tito, S.Si.; Dana Pendamping : - PNBP : Eko Susilo, S.Pi.; Pengguna : Pemda, universitas, Ditjen KP3KYuli Pancawati, S.Si. KKP
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
OBSERVASI KELAUTAN – TAHUN 2010
9. Prakiraan Dinamika Parameter Fisik Perairan Indonesia dengan Menggunakan Integrasi Data Satelit dan Model Numerik Latar Belakang : Terkait eratnya proses pemanfaatan potensi kelautan dengan kompleksitas dinamika laut yang dihadapi, memberikan sinyal kuat bahwa pemahaman dinamika laut perairan Indonesia yang komprehensif merupakan suatu kebutuhan yang tidak terhindarkan. Pemahaman tersebut bisa diperoleh dengan dukungan beragam faktor di mana salah satu faktor tersebut adalah ketersediaan data parameter-parameter dinamika laut yang diperoleh melalui observasi atau pengukuran langsung di lapangan. Namun demikian, ketersedian data yang memenuhi syarat ilmiah tidaklah mudah untuk dipenuhi mengingat luasnya perairan dan terbatasnya sumberdaya pendukung.
Contoh pola arus permukaan Indonesia hasil penurunan distribusi sea level anomaly
Contoh hasil prediksi distribusi Suhu Permukaan Laut (SPL) pada musim barat
Tujuan : 1. Mengaplikasikan data satelit altimetri guna menghasilkan database parameter-parameter dinamika laut secara spasial dan temporal yang akan diaplikasikan sebagai parameter untuk penentuan potensi perairan. 2. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut penelitian pemantauan anomali tinggi muka air untuk tahun ini bertujuan khusus mengaplikasikan data satelit altimetri guna menghasilkan database parameter-parameter dinamika laut secara spasial dan temporal. Metode : 1. Melakukan investigasi karakteristik dasar dari coastally trapped waves yang terdapat di sepanjang pesisir Jawa bagian selatan dengan menggunakan data Sea Level Anomaly (SLA). Selain data SLA dipergunakan juga data angin, salinitas dan temperatur. 2. Simulasi hidrodinamika tiga dimensi (3D) dengan pembangkit Sea Surface Hight (SSH) dilakukan dengan mempertimbangkan kompleksnya topografi dan keberadaan pulau-pulau kecil serta selat-selat sempit yang menjadi kendala tersendiri dalam pembuatan skenario pelaksanaan simulasi hidrodinamika di perairan Indonesia. Pelaksanaan simulasi model hidrodinamika 3D menggunakan model HYbrid Coordinate Ocean Model (HYCOM). 3. Survei pengambilan data primer yang meliputi wilayah perairan selatan Nusa Tenggara, yaitu Bali dan Lombok Hasil : Informasi pola arus permukaan di perairan Indonesia secara umum dan model prediksi parameter temperatur muka laut, salinitas permukaan, tinggi muka laut (Sea Surface Height/SSH) dan arus laut permukaan yang diperoleh dari simulasi model numerik.
Contoh hasil prediksi distribusi salinitas permukaan pada musim timur Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
: : : : :
Balai Riset dan Observasi Kelautan (http://www.brok.kkp.go.id/) Jl. Baru, Desa Perancak, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana 82251 – Bali / Telp. : (0365) 44266 / Fax. : (0365) 44277; (0365) 44278 / E-mail :
[email protected] /
[email protected] Seluruh perairan Indonesia Bayu Priyono, S.Si. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : ITB, BPPT, Pemda NTB Asmi Napitu, M.T.; Dana Pendamping : Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Bayu Priyono, S.Si.; Pengguna : Praktisi bidang kelautan dan Sumber Dana : - RM : Rp. 206,810,000 Tedy Firmansyah; perikanan, pengambil kebijakan - PHLN : I G. Putu Sukadana pengelolaan wilayah perairan, - PNBP : peneliti bidang kelautan di institusi penelitian dan universitas
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
251
OBSERVASI KELAUTAN – TAHUN 2010
10. Aplikasi Data Satelit untuk Observasi Garis Pantai dan Kerentanan Pulau-pulau Kecil Terhadap Perubahan Muka Laut Latar Belakang : Beberapa permasalahan terhadap perubahan muka laut yang diangkat dalam kegiatan ini, yaitu sebagai berikut: 1. Mengidentifikasikan perubahan garis pantai melalui pemanfaatan dan aplikasi data satelit. 2. Mengidentifikasikan tingkat kerentanan pulau-pulau kecil. Dengan latar belakang tersebut maka menarik untuk dilakukan studi yang bertujuan untuk mempelajari karakteristik fisik lahan pulau-pulau kecil dengan pendekatan geomorfologi kepesisiran dan penutup lahan dengan memilih Pulau Miangas Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara yang memiliki karakter fisik area perbatasan, sebagai daerah studi kasus. Dengan pemahaman tersebut diharapkan hasilnya dapat dimanfaatkan di tingkat nasional dan regional untuk menyusun suatu rencana pengembangan pulau-pulau kecil yang komprehensif dan terpadu dalam konsep pulau kecil terluar. Desain penelitian Lokasi Multispectral
Pankromatik
Pansharpened Image
Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Penanggungjawab Peneliti Utama Keg.
252
: : : : :
Tujuan : Memanfaatkan hasil pengolahan data satelit untuk observasi garis pantai dan memantau kerentanan pulau-pulau kecil terhadap perubahan muka laut. Metode : 1. Studi literatur; baik dari buku-buku yang berkaitan, penelitian yang pernah dilakukan, maupun dari situs internet. 2. Pengumpulan dan analisa data dari citra satelit Advanced Land Observing Satelite (ALOS) dan data sekunder lainnya. 3. Pengolahan citra termasuk digitasi daerah penelitian dan pengolahan data sekunder lainnya. 4. Analisis indeks kerentanan pesisir berdasarkan data yang terkumpulkan. 5. Penarikan analisis, kesimpulan dan rekomendasi. Hasil : Berdasarkan hasil kajian perubahan garis pantai di sepanjang pantai Pulau Miangas dengan menggunakan data citra ALOS serta analisa indeks kerentanan pesisir dan analisa resiko dari penggabungan data primer dan sekunder, dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat beberapa lokasi penambahan pantai (akresi) yaitu di bagian utara (Tanjung Laru) dan bagian timur (Tanjung Panci) sampai dengan Tanjung Larawa. Sedangkan yang terjadi pengurangan pantai (abrasi) adalah sepanjang pantai dari Pantai Rapapa (barat laut) hingga Tanjung Bora (barat daya) serta di daerah Pantai Warunto (selatan Pelabuhan Lobbo – bagian tenggara Miangas). 2. Dari kajian ini, Pulau Miangas diidentifikasi rentan terhadap perubahan muka laut, karena dapat merubah posisi perbatasan dengan negara lain (Filipina). Selain itu, dari analisis resiko terhadap perubahan muka laut, konsekuensi yang dihadapi dari dampak tersebut adalah jumlah pemukiman/penduduk dan kondisi ekosistem sekitar pesisir Miangas.
Balai Riset dan Observasi Kelautan (http://www.brok.kkp.go.id/) Jl. Baru, Desa Perancak, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana 82251 – Bali / Telp. : (0365) 44266 / Fax. : (0365) 44277; (0365) 44278 / E-mail :
[email protected] /
[email protected] Pulau Miangas, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara Bayu Priyono, S.Si. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : ITB, P3GL, BMKG, Pemerintah Dessy Berlianty, S.Si., M.Si.; Daerah (Pemda) Provnisi/Kota/ Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Wingking Era Rintaka Siwi, M.Si. Kabupaten di Sulawesi Utara dan Sumber Dana : - RM : Rp. 154,460,000 Kabupaten Kepulauan Talaud, - PHLN : Ditjen KP3K-KKP - PNBP : Dana Pendamping : Pengguna : Pemda setempat dan Ditjen teknis KKP
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
302
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010