Peran Petugas Kesehatan Masyarakat dalam Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu Pasca Mdgs 2015 PERAN PETUGAS KESEHATAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU PASCA MDGs 2015 Siti Uswatun Chasanah1 1
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKES Wira Husada Jl. Babarsari, Glendongan, Tambak Bayan, Depok, Sleman
[email protected] Diterima : 5 Januari 2016 Disetujui : 30 Januari 2016
ABSTRAK Angka kematian ibu di Indonesia masih jauh dari tujaun dalam Millenium Development Goals (MDGs) yaitu tujuan yang ke lima. Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah juga sudah maksimal, akan tetapi angka kematian ibu di Indonesia masih jauh dari target MDGs yang diharapkan yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup. Oleh karena itu berbagai upaya tetap harus dilanjutkan dan dilaksanakan. Empat terlalu dan tiga terlambat yang menjadi penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia merupakan tanggung jawab bersama, sehingga perlunya peran tenaga kesehatan masyarakat dalam meningkatkan kembali pemberdayaan masyarakat yang sudah luntur dimasyarakat, optimalisasi kegiatan posyandu dalam peningkatan pengetahuan, cepat tanggap dalam mengambil keputusan, dan memudahkan akses pelayanan kesehatan. Dan kepemimpinan kesehatan masyarakat juga merupakan suatu peran yang harus dikembangkan oleh tenaga kesehatan masyarakat. Kata Kunci : Peran, Kesehatan Masyarakat, AKI
ABCTRACT Maternal mortality rate in Indonesia is still far from the goal of five. Varios effort made by the goverment also has a maximum, but the maternal mortality rate in Indonesia is still far form the expected MDGs target is 102 per 100.000 live births. Therefore, efforts should be continued and implemented. Four and three is too late that the cause of the high maternal mortality rate inIndonesia is a shared responsibility, so that the need for the role of community health workers in improving the empowerment of the people who had run in the community, optimization of Posyandu activities to improve knowledge, quick response in taking decisions, and facilitate access to health services. And public health leadership is also a role that must be developed by public health personnel. Keywords: role, public health, maternal mortality
pemerintah
PENDAHULUAN Perbaikan
kesehatan
ibu
telah
dalam
meningkatkan
kesehatan ibu. Kemajuan suatu negara,
menjadi prioritas utama dari pemerintah,
pada
hakikatnya
tidak
terlepas
dari
berbagai upaya telah dilakukan oleh
kualitas kesehatan ibu dan anak, karena
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT – VOL. 09 NO. 01/ MARET/ 2016
dari kesehatan seorang ibu yang baik
Indonesia (SDKI) 2007 didapatkan data
maka akan terlahir
angka kematian ibu
generasi penerus
(AKI) sebesar 228
bangsa yang bertanggung jawab. Akan
per 100.000 kelahiran hidup, data tersebut
tetapi, sampai saat ini masih diwarnai oleh
menunjukkan penurunan dan lebih baik
rawannya derajat kesehatan ibu dan anak,
jika dibandingkan dengan angka kematian
terutama pada kelompok yang paling
ibu (AKI) tahun 2002 yaitu 307 per
rawan yaitu ibu hamil, bersalin dan nifas,
100.000 kelahiran hidup. Walaupun masih
serta bayi baru lahir, yang menyebabkan
jauh jika dilihat dari target MDGs untuk
masih tingginya angka kematian ibu
AKI tahun 2015 adalah sebesar 102 per
(AKI), angka lahir mati, dan angka
100.000 kelahiran hidup. Akan tetapi hasil
kematian bayi beru lahir.
dari SDKI 2012 angka kematian ibu
Upaya penurunan AKI telah dirintis
mengalami
kenaikan
yang
cukup
dan diintensifkan sejak tiga puluh tahun
signifikan yaitu sebesar 359 per 100.000
lalu, namun penurunan AKI masih belum
kelahiran hidup(1).
diperlukan
Angka kematian bayi dan anak hasil
pengkajian masalah yang lebih mendalam
SDKI 2012 lebih rendah dari hasil SDKI
dan program kerja dalam pencapaian
2007. Untuk periode lima tahun sebelum
penurunan angka kematian ibu. Angka
survei, angka kematian bayi hasil SDKI
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
2012 adalah 32 kematian per 1.000
Bayi
kelahiran
memuaskan,
(AKB)
sehingga
merupakan
salah
satu
hidup
dan kematian
balita
indikator utama derajat kesehatan suatu
adalah 40 kematian per 1.000 kelahiran
negara. Sejalan dengan hal tersebut,
hidup. Sedangkan target MDGs angka
kesehatan reproduksi yang menempatkan
kematian bayi pada tahun 2015 sebesar 23
perempuan
per
sebagai
subjek
yang
1.000
kelahiran
hidup.
Jika
menentukan hak dan perempuan dalam
dibandingkan dengan negara lain, angka
memperoleh layanan kesehatan.
kematian
Saat ini status kesehatan ibu dan
bayi
di
Indonesia
masih
tergolong tinggi, seperti Singapura yaitu 3
anak di Indonesia masih jauh dari yang
per
diharapkan,
masih
Darussalam yaitu 8 per 1.000 kelahiran
tingginya angka kematian ibu (AKI), dan
hidup dan Malaysia yaitu 10 per 1.000
angka kematian bayi (AKB). Berdasarkan
kelahiran hidup(1).
Survei
ditandai
Demografi
dengan
dan
Kesehatan
1.000
kelahiran
hidup,
Brunei
Peran Petugas Kesehatan Masyarakat dalam Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu Pasca Mdgs 2015
Besarnya masalah kesehatan ibu
tahun 2011. Dari program – program yang
akan berpengaruh terhadap kesehatan bayi
dirintis
baru lahir yang merupakan calon sumber
tujuannya hanya satu yaitu menurunkan
daya
angka kematian ibu, bayi dan anak di
manusia
dimasa
depan,
oleh
pemerintah
mengisyaratkan upaya penurunan angka
Indonesia.
kematian ibu menjadi prioritas. Banyak
kenyataannya, yang ada angka kematian
faktor yang mempengaruhi dalam upaya
ibu, tidak sesuai dengan target yang
penurunan
angka
kematian
diharapkan.
Indonesia,
yaitu
diantaranya
adalah
pendidikan
dan
pengetahuan,
sosial
budaya,
sosial
ekonomi,
ibu
di
geografis,
Akan
Indonesia
tetapi
Permasalahan dimasyarakat
pada
yang
ada
membuat
capaian
menurunkan angka kematian anak dan
lingkungan, dan aksebilitas ibu pada
meningkatkan
fasilitas
itu
lambat. Tingginya angka kematian ibu
diperlukan kerjasama yang bersinergis
terkait dengan penyebab langsung yaitu
secara lintas program dan lintas sektor
kematian
dalam upaya mensejahterakan kesehatan
didominasi
ibu, bayi dan anak di Indonesia.
kehamilan
kesehatan.
Oleh
karena
Upaya yang dilakukan pemerintah
kesehatan
ibu oleh dan
di
ibu
berjalan
Indonesia
kesehatan persalinan,
masih
ibu
saat
sedangkan
penyebab tidak langsungnya dipengaruhi
angka
oleh empat terlalu dan tiga terlambat.
kematian ibu juga sudah cukup optimal
Kondisi “4 T” atau biasa yang disebut
dalam mengembangkan berbagai program
empat
kesehatan,
masalah yang sulit untuk diselesaikan
Indonesia
dalam
penurunan
diantaranya
pengembangan
terlalu
masih
menjadi
suatu
bidang
secara tuntas, yaitu terlalu tua untuk
kesehatan, program keterpaduan Keluarga
hamil, terlalu muda untuk hamil, terlalu
Berencana (KB)
dan Pos Pelayanan
banyak jumlah anak, dan terlalu dekat
Terpadu (Posyandu), Gerakan Sayang Ibu
jarak kelahiran kurang dari dua tahun.
pada tahun 1996, Desa Siaga pada tahun
Dan dipengaruhi oleh tiga terlambat yaitu
2004, Program Nasional Pemberdayaan
terlambat
Masyarakat (PNPM) Generasi Bidang
persalinan dan mengambil keputusan,
Kesehatan pada tahun 2007, dan berbagai
terlambat dirujuk ke fasilitas pelayanan
program jaminan kesehatan salah satunya
kesehatan, dan terlambat ditangani oleh
yaitu Jaminan Persalinan (Jampersal) pada
tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
pemberdayaan
masyarakat
mengenali
tanda
bahaya
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT – VOL. 09 NO. 01/ MARET/ 2016
Selain hal tersebut di atas ibu melahirkan
dalam
mengalami kematian karena perdarahan,
merencanakan
eklamsia, infeksi dan aborsi. Empat faktor
masalahnya, melaksanakan serta menilai
ini merupakan 70 persen penyebab yang
usaha – usaha pemecahan yang akan
menimbulkan kematian ibu(3,4).
dilaksanakan.
Kondisi
tersebut
tidak
hanya
berperan
kesehatan,
kegiatan
kerjasama
antara
masalah,
alternatif
Tenaga
dilakukan oleh pemerintah terutama sektor perlu
menentukan
pemecahan
kesehatan
aktif
dalam
masyarakat menggalakkan
pemberdayaan
masyarakat
stakeholder terkait juga yang memiliki
dibidang kesehatan, kegiatan ini dibantu
peran dan tanggungjawab yang sama. oleh
oleh kader kesehatan yang bersumber dari
karena itu, tidak hanya peran tenaga
masyarakat setempat yang dipilih dengan
bidan, perawat dan dokter saja yang
sukarela. Kader yang ada dimasyarakat
berperan akan tetapi juga dibutuhkan
dapat membantu petugas kesehatan. Kader
peran dari tenaga kesehatan masyarakat
kesehatan inilah yang menjadi motor
yang harus ikut berperan dalam upaya
penggerak dan pengelola upaya kesehatan
penurunan
primer ditingkat keluarga dan masyarakat.
angka
kematian
ibu
di
Indonesia.
Kader diharapkan mampu menggerakkan masyarakat untuk melakukan kegiatan
Pembahasan Pemberdayaan
swadaya dalam upaya peningkatan derajat Masyarakat
Bidang
Kesehatan
kesehatan (4). Upaya
Pemberdayaan hakikatnya
adalah
menumbuhkan
dan
masyarakat
pada
dilakukan
cara
untuk
semestinya
mengembangkan
positif
kesehatan oleh
kader
mendapat dari
primer
yang
kesehatan
tanggapan
masyarakat,
yang karena
norma yang membuat masyarakat mampu
mempunyai
untuk berprilaku hidup bersih dan sehat.
Kredibilitas kemampuan kader diperoleh
Pemberdayaan masyarakat juga bertujuan
melalui
agar rakyat lebih mampu, proaktif, dan
kesehatan, sehingga seorang kader mampu
aspiratif.
memberikan penyuluhan dan pelatihan
Dalam
pemberdayaan
kredibilitas
pendidikan
masyarakat tenaga kesehatan baik medis
kesehatan,
sehingga
maupun
nasihat
mengajak
non
kemampuan.
dan
pelatihan
seorang
mampu
medis
pada
dasarnya
memberi
masyarakat
untuk
terampil
kesehatan. Melalui keterampilan ini secara
dan
penyuluhan
Peran Petugas Kesehatan Masyarakat dalam Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu Pasca Mdgs 2015
bertahap
kader
akan
akan
Adanya kader sebagai mitra, dapat
mengembangkan citra dirinya sebagai
membantu pemerintah dalam mengatasi
seorang yang dapat dipercaya. Disinilah
masalah kesehatan yang ada dimasyarakat
peran tenaga kesehatan masyarakat dapat
terutama penurunan angka kematian ibu
membantu dan memfasilitasi kader dalam
(AKI), karena pemerintah tidak mungkin
memperoleh kredibitasnya, jika antara
mangatasi masalah ini tanpa bantuan dari
petugas kesehatan masyarakat dan kader
masyarakat.
dapat tercipta suatu interaksi yang bersifat
kesehatan
masyarakat
kemitraan dan supervisi.
meningkatkan
kesehatan
Akan terjadi
Apapun
peranan
petugas dalam
masyarakat
sebaliknya jika kader hanya diperlakukan
secara mandiri tidak dapat berjalan lancar
sebagai perpanjangan tangan maka kader
tanpa adanya partisipasi aktif dari kader
akan
dan
kehilangan
kredibilitasnya
dimasyarakat.
masyarakat.
Pemberdayaan
masyarakat telah diakui oleh Departemen
Peran petugas kesehatan masyarakat
Kesehatan untuk mendorong kemandirian
dalam pemberdayaan kader sangat penting
masyarakat agar hidup sehat, mengetahui
dan sangat dibutuhkan. Dalam upaya
dan cepat tanggap terhadap permasalahan
penurunan angka kematian ibu, bayi dan
kesehatan
yang
ada
anak, petugas kesehatan wajib bermitra
walaupun
kader
belum
dengan kader, karena kader yang berada
menggunakan tujuh prinsip pemberdayaan
dan dikenal oleh masyarakat setempat.
masyarakatsebagai upaya pemberdayaan
Pembinaan
masyarakat.
dan
pengembangan
kader
Kader
dimasyarakat, sepenuhnya
dalam
diperlukannya unsur kesukarelaan, karena
kegiatan
kader bertgas secara sosial. Akan tetapi
upaya peningkatan pengetahuan, bukan
tidak
berarti
memerlukan bersifat
lebih
berupa
kader
tidak
pada cepat dalam mengambil keputusan
baik
yang
dan
ataupun
yang
pelayanan kesehatan(5). Oleh karena itu,
seorang penghargaan
non-material
pemberdayaan
melakukan
memudahkan
tenaga
dikembangkan suatu sistem penghargaan,
advokasi
di mana secara melekat fungsi sebagai
pemberdayaan
kader
melakukan
pemasaran
bagaimana
menjaga kesehatan selama
sesuatu
yang
menimbulkan kebanggaan dan kepuasan.
perlu
terhadap
bersifat material. Oleh karena itu, perlu
merupakan
kesehatan
akses
dalam
memberikan meningkatkan
masyarakat sosial
untuk tentang
masa kehamilan, secara periodik sehingga
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT – VOL. 09 NO. 01/ MARET/ 2016
kader
lebih
percaya
diri
dalam
pemberdayaan masyarakat.
penggunaan Rikesdas
KB
tahun
di
Indonesia
dari
(55,8%)
dan
2010
dan
Rikesdas 2013 (59,7%), secara umum
rehabilitatif oleh petugas kesehatan tidak
terjadi peningkatan dalam tiga tahun
mungkin dapat
terakhir. Penggunaan KB di tahun 2013
Pendekatan
secara
kuratif
menuntaskan
masalah
penurunan angka kematian ibu, bayi dan
bervariasi
anak di Indonesia, akan tetapi peran
penggunaan KB terendah di propinsi
petugas
Papua (19,8%) dan tertinggi di Lampung
kesehatan
masyarakat
yang
bermitra dengan kader dan masyarakat
menurut
propinsi.
Proporsi
(70,5%) (2).
secara aktif dan berkesinambungan yang
Penanggulangan tiga terlambat juga
berperan secara promotif dan preventif,
tidak
mungkin dapat meningkatkan kesehatan
masyarakat, dengan program – program
ibu dan menekan angka kematian bayi dan
yang
anak
desa yang mandiri membuat masyarakat
di
suatu
masyarakat
tanpa
mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.
terlepas
ada
dari
pemberdayaan
dimasyarakat.
Pembentukan
tanggap terhadap tanda bahaya persalinan,
Peran petugas kesehatan masyarakat
kultur masyarakat
umumnya
meminta
dalam pemberdayaan masyarakat bidang
nasihat kepada anggota keluara yang
kesehatan bersama kader dan masyarakat
dituakan, karena tingkat persepsi dan
diharapkan dapat menanggulangi empat
pengetahuan yang dituakan dalam kondisi
terlalu dan tiga terlambat melalui usaha
kritis
promotif dan preventif. Upaya promotif
merujuk terlambat diambil.Membawa ibu
dan preventif pada kelompok remaja
hamil ke pelayanan kesehatan dengan
sangat diperlukan. Kehamilan yang terlalu
transportasi yang tersedia dari rumah,
muda masih terjadi yaitu pada kelompok
sehingga keterlambatan dalam mencapai
remaja (15-19 tahun) adalah 1,97 persen
fasilitas kesehatan dapat dihindari dan
pada
ini
terbatas,
maka
keputusan
lebih
tinggi
dapat ditangani oleh petugas kesehatan
dibandingkan perkotaan (1,28%).
Pada
dengan cepat, karena penolong persalinan
pencegahan
oleh tenaga kesehatan yang kompeten
terjadinya kehamilan juga harus terus
merupakan salah satu indikator MDGs
dipromosikan
yang kelima.
pedesaan
pasangan
masyarakat
usia
(2,71%)
subur
dengan mandiri
membentuk sadar
dengan
menggunakan alat kontrasepsi. Proporsi
Optimalisasi Kegiatan Posyandu
Peran Petugas Kesehatan Masyarakat dalam Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu Pasca Mdgs 2015
Posyandu
merupakan salah satu
Posyandu perlu dilanjutkan sebagai upaya
bentuk upaya kesehatan bersumber daya
investasi
masyarakat
manusia yang dilaksanakan secara merata,
yang
menjadi
milik
pembangunan
sumber
daya
masyarakat dan menyatu dalam kehidupan
(5)
dan
mengkoordinasikan kegiatan posayandu
budaya
masyarakat.
Posyandu
berfungsi sebagai wadah pemberdayaan
Mensosialisasikan
dan
dengan melibatkan peran masyarakat
(4)
.
masyarakat dalam pemberian informasi
Program pelayanan KB di Posyandu
dan keterampilan dari petugas kepada
mempunyai daya ungkit terbesar terhadap
masyarakat
penurunan
dan
antar
masyarakat
angka
kematian
ibu
dan
mendekatkan pelayanan kesehatan dasara
mensejahterahkan kesehatan ibu dan anak
terutama berkaitan dengan peningkatan
(KIA). Sasaran penduduk yang dilayani
kesehatan ibu, dan penurunan angka
dari Posyandu adalah wanita usia subur,
kematian bayi.
ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak
Optimalisasi salah
satunya
program
adalah
Keluarga
merupakan
posyandu
balita, maka pelayanan lima program
mensukseskan
tersebut perlu dipadukan di satu tempat
kegiatan
program
Berencana
(KB)
palayanan agar memudahkan bagi yang
prioritas
dalam
dilayani maupun yang melayani. Adanya
rangka mengendalikan laju pertambahan
pelayanan
penduduk.
terpadu
menjangkau pelayanan KIA lebih dekat
(Posyandu) sebagai wadah operasional
dengan masyarakat, biaya relatif murah,
penggerakan
jangkauan
masyarakat
Pos
pelayanan
dan dibidang
pemberdayaan KB.
Ada
lima
KB
di
lebih
Posyandu
meluas,
dan
dapat
peran
masyarakat lebih meningkat. Selain itu
keutamaan kegiatan posyandu yaitu (1)
pula,
posyandu merupakan upaya pemenuhan-
pengoptimalkan
pemenuhan kebutuhan kesehatan dasar
dengan memberi edukasi kepada kader
dan peningkatan status gizi masyarakat,
sehingga adanya peningkatan penjaringan
(2) Posyandu mampu berperan sebagai
kehamilan
wadah pelayanan kesehatan dasar berbasis
peningkatan upaya rujukan kelainan dan
masyarakat, (3) Pelaksanaan Posyandu
gangguan
perlu
dengan risiko tinggi.
menghimpun
seluruh
kekuatan
masyarakat berperan serta secara aktif sesuai
dengan
kemampuannya,
(4)
peran
tenaga
risiko
kesehatan
kegiatan
tinggi
kehamilan
dan
dalam
posyandu
dan
adanya
kehamilan
Menurut data Kementrian Kesehatan tahun 2011, sebanyak 268.439 posyandu
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT – VOL. 09 NO. 01/ MARET/ 2016
tersebar diseluruh Indonesia. Namun, bila
pihak
ditinjau
seperti
dari
aspek
kualitas,
masih
pimpinan camat
pemerintah
dan
lurah
setempat
mempunyai
ditemukan banyak masalah. Diantaranya,
keperdulian yang cukup tinggi dalam
kelengkapan sarana
dan keterampilan
penanggulangan
kader
kurang
pembinaan
yang
masih
memadai,
angka
secara
kematian
rutin
dari
ibu, Dinas
dimana kader Posyandu adalah anggota
Kesehatan, serta adanya bantuan tenaga
masyarakat yang dipilih, bersedia mampu,
dan dana dari masyarakat.
dan memiliki waktu dalam mengelola
Keberhasilan
posyandu
pada
posyandu. Oleh karena itu, posyandu
dasarnya
dalam penurunan angka kematian ibu
komitmen
perlu dioptimalkan. Hambatan yang sering
Pemerintah Daerah, adanya kemitraan
ditemui juga yaitu sistem lima meja yang
lintas program dan lintas sektor, adanya
harusnya
dukungan sumber daya program yang
diterapkan
dalam
kegiatan
ditentukan dan
dari
adanya
dukungan
politis
posyandu belum sepenuhnya dilakukan
memadai,
oleh posyandu-posyandu yang ada di
pembimbingan, dan pemantauan pada
Indonesia. Selain itu pula, posyandu di
berbagai tingkatansampai tingkat desa,
Indonesia para kader belum diberikan
dilakukan
kemampuan pemeriksaan dasar untuk
pembimbingan dan pemantauan kader
pemeriksaan bagi ibu hamil.
secara
Peran petugas kesehatan masyarakat
terarah
dilakukan
pembinaan,
pembinaan
periodik, dan
kader,
berkesinambungan,
terencana.
Peran
tenaga
sangat penting dalam perjalanan posyandu
kesehatan sebagai fasilitator Posyandu
secara kontinu, untuk mencegah adanya
berkewajiban
kondisi yang tidak diinginkan, seperti
inovasi dan atau mempengaruhi penerima
risiko persalinan dan mampu bermitra
manfaat dalam hal ini semua unsur terkait
dengan tokoh masyarakat dan menggalang
dalam Posyandu melalui metoda dan
kemitraan dengan berbagai lembaga dan
teknik – teknik tertentu, sehingga dengan
melakukan
Dinas
kesadaran dan kemampuannya sendiri
Kesehatan. Kerjasama yang baik antara
Posyandu dapat mengadopsi inovasi yang
berbagai
disampaikan (6).
koordinasi
pihak
dengan
maka
Posyandu
sebenarnya dapat dimaksimalkan untuk penanggulangan angka kematian ibu di Indonesia, dengan dukungan dari berbagai
untuk
menyampaikan
Peran Petugas Kesehatan Masyarakat dalam Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu Pasca Mdgs 2015
Kepemimpinan Kesehatan Masyarakat
kebijakan yang mengarah pada perbaikan
Pencapaian MDGs masih kurang
sistem pelayanan kesehatan ibu dan bayi,
dari harapan, dan banyak penyebab yang
dan pemerintah pusat dapat mendorong
ditimbulkan. Pemberdayaan masyarakat
pemerintah
dan optimalisasi kegiatan posyandu yang
mengembangkan
masih rendah adapula penyebab lain yang
sehingga target MDGs 2015 bidang
paling penting, yaitu kepemimpinan dari
kesehatan dapat tercapai(9).
daerah
untuk
berinovasi
kebijakan
kesehatan
setiap daerah. Pemahaman yang kurang
Pemimpin mampu dalam melakukan
sama antar setiap pemimpin di daerah
evaluasi dan menganalisis suatu kebijakan
mengenai kesehatan dan target MDGs,
yang dibuat oleh pemerintah. Misalnya,
juga
seorang pemimpin mampu melakukan
dijadikan
penyebab
kurang
ketercapaiannya MDGs (7). Pembangunan
evaluasi
bidang
membutuhkan
pribadi
yang
kemampuan
pengelolaan
dan
menganalisis
kebijakan
kesehatan
program Jampersal yang berkaitan dengan
memiliki
penurunan AKI. Hasil penelitian yang
masalah
dilakukan
oleh
Helmizar,
sosialisasi
kesehatan yang tangguh. Ketangguhan
kebijakan Jampersal sangat kurang, baik
kepemimpinan seseorang berangkat dari
kepada Pemerintah daerah Kabupaten dan
kemampuan
Kota, unit-unit pelaksana, dan masyarakat
menggairahkan
bawahan
untuk menjadi pemimpin bagi dirinya(8).
pengguna
Jampersal.
Begitu
pula
Peran tenaga kesehatan masyarakat
penelitian yang dilakukan oleh Aulia
juga harus mampu menunjukkan diri
adanya perbedaan kepentingan pemimpin
sebagai seorang leader (pemimpin), baik
dalam
bagi
sebagai
integrasi Jamkesda ke sistem Jaminan
empowering
Kesehatan Nasional (JKN). Dari contoh
dirinya
pemimpin
sendiri
juga
yang
mengatasi
(pemberdaya) dan berfokus pada para
tersebut,
pengikutnya. Menjadikan dirinya sebagai
dalam
pemimpin yang mempunyai kekuatan dan kebijakan
sehingga orang
berinovasi.
Hasil
penelitian
dilakukan
Saputra
disetiap
penelitiannya
lain
untuk
ditemukan
bahwa
kesehatan
kebijakan
kepemimpinan
masyarakat
sangat
(10,11)
dibutuhkan
mendorong
kemampuan
jelas
polemik
.
Seorang leader dapat harus mampu
lebih
mendorong masyarakat, para tokoh, mitra,
yang
untuk
daerah
sendiri,
inovasi
tujuan,
berinisiatif, percaya dan
bertanggung diri, mampu
jawab
merencanakan mengatasi
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT – VOL. 09 NO. 01/ MARET/ 2016
permasalahan. Satu bagian penting dari
untuk mengenali tanda – tanda bahaya
seorang
pada
dalam
pemimpin
bidang
penurunan
mengharuskan
kesehatan
AKI
ialah
lain
untuk
orang
ibu
hamil,
edukasi
kehamilan
sehingga jaringan kehamilan risiko tinggi dapat
tertangani
dengan
kegiatan
cepat.
berpengetahuan pada masalah – masalah
Optimalisasi
posyandu
kesehatan di daerahnya. Demikian jelas
harus menggalang mitra dan kerjasama
ciri seorang pemimpin, sehingga dapat
dengan
membawa perubahan bagi orang lain
masyarakat,
dalam memimpin dirinya sendiri, berjiwa
kerjasama
inovasi, menggeser paradigma kuratif ke
peningkatan kesehatan ibu bukan hanya
akar masalah yang lebih essensial.
tanggung jawab bidang kesehatan saja
masyarakat, Dinas lintas
para
juga
tokoh
Kesehatan, sektor.
dan Karena
tetapi juga bidang pendidikan, ekonomi Kesimpulan
dan sosial.
Peran tenaga kesehatan masyarakat
Kepemimpinan
dalam
kesehatan
dalam penurunan angka kematian ibu
masyarakat
pasca MDGs 2015, sangat diperlukan
tenaga
terutama
bermakna. Pemimpin yang tepat dapat
pada
peran
pemberdayaan
dapat
menjadikan
peran
kesehatan
masyarakat
lebih
kegiatan
menggairahkan pembangunan kesehatan.
dalam
Mampu menjadikan leader – leader dalam
Dalam
masyarakat yang mandiri dan berjiwa
pemberdayaan masyarakat peran tenaga
inovasi dalam mengatasi dan membuat
kesehatan
kebijakan dalam penyelesaian masalah
masyarakat, posyandu,
optimalisasi dan
kesehatan
kepemimpinan masyarakat.
masyarakat
dapat
bermitra
dengan kader dan tokoh masyarakat dalam
angka
penanggulangan empat terlalu dan tiga
meningkatkan kemampuan pengetahuan
terlambat,
dan
aktif
sehingga
dalam
masyarakat
kegiatan
promotif
dapat dan
kematian
kesadaran
ibu,
dengan
masyarakat
tentang
pencegahan AKI di Indonesia.
preventif. Optimalisasi
kegiatan
posyandu
DAFTAR PUSTAKA
dalam penurunan angka kematian ibu harus terus dilakukan secara kontinu dan berkesinambungan,
meningkatkan
keterampilan para kader di Posyandu
Aulia, 2014. Polemik Kebijakan Integrasi Jaminan
Kesehatan
Sistim
Jaminan
Daerah
ke
Kesehatan
Peran Petugas Kesehatan Masyarakat dalam Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu Pasca Mdgs 2015
Nasional. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas volume 8, No.2. FKM Andalas, Universitas Andalas. BKKBN, 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, Laporan Pendahuluan. Kementrian Kesehatan, Jakarta Helmizar, 2014. Evaluasi Kebijakan Jaminan Persalinan dalam Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat
9 (2) (2014). Unnes,
Semarang Mardikanto
dan
Soebianto,
2013.
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik. Alfabeta, Bandung Pramono, 2013. Penurunan AKI Belum Sesuai Target MDGs. Gemari Edisi 113/ Tahun XI/ Juni, 2010, Jakarta Pranata,
Pratiwi
dan
Sugeng,
2011.
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan, Gambaran Peran Kader Posyandu dalam Upaya
Penurunan
Angka Kematian Ibu dan Bayi di Kota Manado dan
Palangkaraya. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol.
14 No.2 April 2011. Kementrian Kesehatan, Jakarta Ridwan, 2013. Peran Keilmuan Kesehatan Masyarakat Dalam Pembangunan Kependudukan Pasca MDGs 2015, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, FKM Universitas Jember, Jember Rikesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan, Jakarta Saptono, 2013. Jalan Terjal Menurunkan Angka Kematian Ibu, Laporan Penelitian No. 1/2013. INFID, Jakarta Saputra, 2013. Efektivitas Kebijakan Daerah Dalam Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, volume 7 No. 12, Juli 2013. Universitas Indonesia, Jakarta Sulaeman, 2012. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan Teori dan Implementasi. Gajah Mada University Press, Yogyakarta