SISTEM SOSIAL MASYARAKAT ISLAM PADA MASA RASUL
Samsinas (Dosesn Jurusan Dakwah STAIN Datokarama Palu)
Abstract: Islam came at a time when Arab societies were experiencing deviation in their life. It offered an alternative system for Arabs to improve and build their life. Prophet Muhammad was a very important personage for this change. He built a life social system through three processes: (a) change Yastrib into Medina; (b) construction of social institutions; (c) application of the mu'akhah (fraternizing) system; and (d) creation of Madina‟s charter.
فق ّدم اإلسالم نظاما بديال.جاء اإلسالم والعرب تعاني انحرافا بالغا في حياتها هى شخصٌ بار ٌز في. م. والرسىل محمد ص.للعرب في بناء حياتها وتحسينها لقد قام الرسىل ببناء نظام حياة العرب الجديدة خالل.تغيير حياة العرب ه ذا ) بناء المؤسساث2 ) تغيير يثرب إلى المدينت؛1 : وهي،ثالث عملياث .) صنع ميثاق المدينت4 ) تطبيق نظام المؤاخت بين المجتمع؛ و3 اإلجتماعيت؛ Kata Kunci: islam, sistem sosial, masa rasul. Pendahululan Pada masa awal, jazirah Arab didiami oleh dua suku besar, yakni suku Adnan1 dan suku Qaththan. Suku Qaththan mendiami bagian utara jazirah Arab sedangkan suku Adnan mendiami wilayah Selatan jazirah Arab 1
Adalah salah satu suku keturunan Nabi Ismail putra Nabi Ibrahim as., yang secara tutun temurun menjaga ka‟bah.
Samsinas, Sistem Sosial Masyarakat Islam Pada Masa Rasul
termasuk wilayah Mekah. Bersamaan dengan proses berjalannya waktu, kemudian kedua suku ini berbaur menjadi satu kesukuan, yakni suku Badui. Meskipun demikian kelompok suku Adnan dan Qaththan masih tetap eksis dan beberapa suku-suku lain seperti Ghassan dan Jurhum. Suku Quraisy merupakan nama suku turunan Adnan Bin Ismail, dalam rangka untuk bertanggungjawab, termasuk suku Adnan mempertahankan kesucian Ka‟bah mempertahankan sebagai warisan nenek moyang mereka untuk peribadatan. Dan Mekah menjadi pusat keagamaan bangsa Arab2 sepanjang sejarah berdirinya Ka‟bah hingga sekarang. Pada masa menjelang Islam datang, suku-suku bangsa Arab cukup banyak, namun yang menguasai secara politik dan agama adalah suku Quraisy. Semua suku bangsa Arab tunduk pada kekuasaan suku Quraisy 3. Agama yang dianut mayoritas masyarakat Arab adalah Paganisme diikuti agama Majusi, Nasrani dan Yahudi. Umumnya suku-suku bangsa Arab hidupnya berpindah-pindah (nomaden), dan banyak masyarakat Yahudi memiliki perkampungan-perkampungan sendiri. Hanya saja mereka tidak membentuk negara atau daerah kekuasaan sendiri, mereka hanya mendapat perlindungan dari pimpinan mereka masing-masing sebagai pimpinan suku. Masyarakat Arab sendiri hanya sedikit yang menetap, yakni disekitar Ka‟bah di Mekah, disekitar pantai dan wilayah selatan Yaman dan Yastrib. Yastrib atau Madinah lebih kecil dari kota Mekah, akan tetapi kehidupan di Madinah lebih kompleks, dan persoalan yang dihadapi Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000), h. 9 3 Quraisy adalah gelar dari salah seorang pemimpin suku Adnan atau turunan dari Nabi Ismal yang bernama Fihr. Dan Muhammad Saw., adalah merupakan turunan dari Fihr atau suku Quraisy ini. 2
2
Al-Mishbah. Vol. 7 No. 1, Januari-Juni 2011: 1-12
masyarakatnya lebih beragam. Hal ini karena adanya agama, lingkungan dan budaya yang beragam pula. Pada masa Islam diturunkan, bangsa Arab dikenal dengan sebutan “kaum jahiliyah”. Kaum Quraisy penduduk Mekah sebagai bangsawan di kalangan bangsa Arab hanya memiliki 17 orang yang pandai tulis baca. Suku Aus dan Khazraj penduduk Yatsrib (Madinah) hanya memiliki 11 orang yang pandai membaca.4 Hal ini menyebabkan bangsa Arab sedikit sekali mengenal ilmu pengetahuan dan kepandaian lain selain bersyair dan berdagang. Hidup mereka mengikuti hawa nafsu, berpecah belah, saling memerangi satu dengan yang lain karena sebab yang sepele, yang kuat menguasai yang lemah, wanita tidak ada harganya. Keistimewaan mereka hanyalah ketinggian dalam bidang syair-syair Jahili yang disebarkan secara hafalan. Agama warisan Nabi Ibrahim as. Dan nabi Ismail as. Hanya tinggal bekas-bekasnya yang telah diselewengkan Sedangkan kondisi sosial masyarakat Madinah mengalami kekacauan politik yang berkepanjangan. 5 tahun sebelum hijraturrasul, telah terjadi perang antara suku aus dan khajraz dengan kemenangan dan kekalahan yang silih berganti, masyarakatnya jenuh dengan kekerasan dan terjadi krisir kepemimpinan dikalangan mereka, sampai akhirnya mereka mendengar informasi tentang kearifan Rasulullah, seorang pemimpin menyerukan perdamain dengan agama barunya di Mekah. Merekapun mendatangi Rasulullah di Mekah dan masuk Islam. Itulah yang disebut perjanjian aqabah, yakni perjanjian orang-orang Madinah untuk membela Rasulullah terutama ketika Rasulullah ke Madinah kelak. Masyarakat Madinah terdiri dari beberapa suku, dua suku besar yakni Aus dan Khazraj. Dan suku bangsa Yahudi seperti bani Nadhir, bani
4
Ahmad Amin, Fajr al-Isl±m, (Kairo: Maktabah al-Nahdah, 1965), h. 141.
3
Samsinas, Sistem Sosial Masyarakat Islam Pada Masa Rasul
Qainuqa dan bani Quraizah. Suku Yahudi selalu menjadi penolong salah satu suku yang berperang, tapi sekaligus pemicu peperangan antar suku di Madinah. Bani Qainuqa tinggal di kota Madinah, bani Nadhir berada di „Aliyah di lembah Bathan sekitar 2-3 mill dari Madinah, sedangkan bani Quraizhah mendiami wilayah Mahzur yang terletak beberapa mil di selatan Madinah.5 Menghadapi kenyataan itu nabi Muhammad, diutus Allah dengan tujuan untuk memperbaiki akhlak, baik akhlak untuk berhubungan dengan Tuhan maupun sesama manusia dan alam sekitar. Situasi yang tidak kondusif, kondisi yang kacau dan rumit di Madinah tidak bisa dicairkan sepenuhnya dalam sebuah bejana aqidah dan dakwah yang sama, kecuali oleh seorang Rasul Allah. Seorang Rasul yang dianugerahi hikmah dan kejelasan pembicaraan; yang dianugerahi kekuatan untuk menyatukan berbagai elemen manusia; yang kuat dalam bergumul dengan keinginankeinginan yang berlawanan. Bagaimana aktivitas sosial umat Islam pada masa Rasulullah?, demikianlah yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini. Pembahasan
Sistem Sosial Masyarakat Islam Pada Masa Rasul. Pada dasarnya, sistem sosial masyarakat Islam pada masa Rasul adalah aplikasi dari ajaran Islam. Wahyu yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Kota Madinah. Dengan demikian, pada periode Madinah adalah periode pembangunan sosial politik dan ekonomi, dimana Nabi Muhammad Saw selain sebagai pemimpin spiritual, juga sebagai pemimpin negara. Sebagai kepala Negara, Rasulullah Saw Abul Hasan „Ali al-Husani an-Nadwi, Sirah Nabaw³ah Sejarah Lengkap Nabi Muhammad Saw.,terjemah (Cet. I; Damaskus: Darul Qalam, 2001), h. 197-198. 5
4
Al-Mishbah. Vol. 7 No. 1, Januari-Juni 2011: 1-12
segera melakukan perubahan drastis dalam menata kehidupan masyarakat Madinah, terutama bidang sosial politik, ekonomi dan muamalat. Rasulullah juga membangun sebuah kehidupan sosial, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, institusi, maupun pemerintahan, yang bersih dari berbagai tradisi, ritual dan norma masa lalu. Proses pembangunan sistem sosial tersebut adalah: 1. Penentuan “Madinah” Sebagai Icon Wilayah Peradaban Islam Awal. Hijrah Rasul dan kaum muslimin ke Madinah merupakan inovasi politik bagi pengembangan dakwah dan pembangunan sistem sosial yang lebih baik. Oleh karena itu, ketika memasuki Yastrib, Rasulullah segera mengganti nama Yastrib menjadi Madinah. Penggantian nama ini memiliki makna yang sangat prospektif dimana Madinah menampilkan sistem sosial masyarakat Islam menjadi tujuan perjuangan dakwah Rasulullah-Adalah membangun sistem masyarakat kota yang terorganisir, terstruktur, sistemik dan islami. Madinah menjadi sebuah cita-cita tentang konfigurasi sistem masyarakat Islam awal sebagai acuan bagi umat Islam era kemudian. 2. Membangun Wadah Sosialisasi dan Pelayanan. Setelah menetapkan Madinah sebagai kota pembangunan sistem sosial masyarakat Islam, Rasulullah membangun berbagai wadah bagi setiap aktivitas ibadah dan sosial masyarakat muslim. Yakni pembangunan masjid Quba dan masjid Nabawi. Pembangunan masjid menjadi wadah sosialisasi dan pelayanan umat. Sosialisasi dan pelayanan menjadi dasar interaksi sosial dalam berbagai struktur sosial masyarakat Madinah. Tujuannya adalah internalisasi ajaran Islam pada setiap individu maupun kelompok sebagai dasar pembangunan masyarakat Islam.
5
Samsinas, Sistem Sosial Masyarakat Islam Pada Masa Rasul
3. Menerapkan Sistem Mu'akhah Sistem mu’akhah, adalah sistem norma dan nilai yang dibangun berdasarkan Alqur'±n dan Sunnah yang dibangun dalam sistem mu'akhah (persaudaraan berdasarkan ikatan keyakinan yang sama bagi kaum Anshor dan Muhajirin). Rasulullah menciptakan suatu bentuk persaudaraan baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama, yang menggantikan persaudaraan berdasarkan darah.6 Sistem mu'akhah ditetapkan sebagai bentuk persaudaraan umat Islam pada masa itu, khususnya antara Ansor (masyarakat muslim sebagai tuan rumah di Madinah yang membela Rasulullah dan kaum muslim pendatang) dan Muhajirin (masyarakat pendatang atau umat Islam yang hijrah dan menetap di Madinah). Diharapkan setiap umat Islam merasa terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan. Disini Rasulullah mengajarkan untuk saling peduli satu sama lain. Sesungguhnya Rasulullah Saw. sendiri telah mengingatkan kita dalam sebuah haditsnya agar kaum muslimin menjadi pembela orang-orang miskin (alhadith). Tidak boleh kefakiran dibiarkan merajalela di mana-mana, karena kefakiran itu sesungguhnya hanya akan menyebabkan dekatnya orang dengan kekufuran (alhadith). Mengkhianati kaum miskin hanya akan mengundang kemurkaan Allah. Keberkahan hidup akan dicabut dan berbagai bencana akan datang silih berganti (alhadith).
4. Piagam Madinah. Adalah pengaturan tata nilai hubungan sosial politik masyarakat Madinah, baik antara sesama muslim maupun dengan non-muslim. Baik hubungan antara sesama warga negara maupun hubungan struktural antara warga muslim, non-muslim dengan pemimpin mereka yang ketika itu otoritas diberikan kepada Muhammad. Semua persoalan dalam 6
6
Badri Yatim, Op. Cit., h. 26
Al-Mishbah. Vol. 7 No. 1, Januari-Juni 2011: 1-12
kelompok tertentu ataupun antar kelompok diberikan wewenang untuk menyelesaikannya sendiri sesuai hukun agama dan norma-norma yang berlaku dalam kelompok, tetapi jika persoalan internal kelompok suku tidak terselesaikan, maka mereka harus tunduk pada hukum Islam sebagai agama yang berkuasa pada saat itu. Dan Rasulullah memiliki otoritas untuk menentukan penyelesainya. Secara sosial politik, masyarakat Madinah dari berbagai kelompok harus tunduk pada kepemimpinan Rasulullah berdasarkan perjanjian Madinah yang sudah disepakati oleh berbagai kelompok pula, dan bagi kelompok yang melanggar perjanjian tersebut konsekwensinya telah diatur dalamnya. Sampai suatu waktu orang-orang Yahudi melanggar perjanjian tersebut. Bani Nadhir kemudian dikepung dan diusir dari daerah pemukimannya, begitu pula dengan bani Quraizah yang bekerja sama dengan kafir Quraisy Mekah untuk melawan kaum muslimin pada perang Ahz±b atau perang Khandaq (parit). Mu’akhah membentuk sistem yang terbatas pada lingkup muslim sedangkan mithaq al-Madinah (piagam madinah) merupakan sistem yang mengatur pola hubungan pada lingkup yang lebih luas. Piagam Madinah merupakan kosntitusi tertinggi dan norma bagi setiap institusi sosial masyarakat Madinah yang mengatur pola hubungan antara masyarakat dari berbagai struktur masyarakat. Persaudaraan dan solidaritas antar kelompok yang diciptakan Rasulullah merupakan upaya penertiban terhadap kondisi sosial disorder akibat peperangan antar suku, menjadi suatu hubungan sosial yang harmonis. Penertiban dan harmonisasi masyarakat yang terluka oleh perang saudara dan kecerai-beraian oleh konflik nilai melalui komunitas baru yang disebut ummah, sebuah sistem komunitas persaudaraan yang mengintegrasikan individu-individu, klan, kota dan bahkan kelompok etnik menjadi sebuah komunitas yang lebih besar yang mana puncak loyalitas 7
Samsinas, Sistem Sosial Masyarakat Islam Pada Masa Rasul
keagamaan mencakup seluruh bentuk loyalitas lainnya tanpa disertai penghapusan terhadap sejumlah loyalitas tersebut, dan yang mana sebuah hukum baru yang bersifat umum dan otoritas politik dapat dibangun untuk mengatur segala urusan populasi sebagai sebuah keutuhan. 7 Seiring dengan proses turunnya Alqur'±n yang berangsur berdasarkan problema dan kepentingan umat, tidak terlepas pula dengan problema umat dibidang sosial, masalah institusi keluarga, hubungan antara suami istri, hubungan antara orang tua dan anak, saudara muslim yang satu dengan yang lainnya serta hubungan dengan non-muslim diuraikan oleh Rasulullah, diatur menjadi sebuah tatanan dalam nilai-nilai keislaman. Allah memberikan penjelasan melalui Alquran dan Sunnah Rasulullah dan aktivitas Rasulullah dan sahabat pun merupakan aktualisasi nilai-nilai tersebut. Namun sistem sosial pada masa Rasul masih harus mengalami perubahan seiring dengan proses turunnya Wahyu sebagai petunjuk pembentukan pola sistem sosial yang Qurani atau sesuai kehendak Tuhan. Gagasan mengenai keluarga merupakan inti dari konsepsi Islam tentang ummah, komunitas orang mukmin. Keluarga ideal mengukuhkan kembali konsep individualitas melalui penekanan arti pentingnya keagamaan individu sebagai makhluk Tuhan daripada sekedar obyek dalam sistem masyarakat kelompok, dan melalui penekanan pertanggungjawaban individual terhadap hubungan moral dalam keluarga. Maka individualitas adalah sangat esensial bagi apresiasi ajaran Islam mengenai ke-Esaan Allah dan mengenai pertanggungjawaban di hari Akhir. Jadi ajaran mengenai keluarga adalah ensensial bagi etika individualitas yang pada akhirnya menjadi dasar pandangan keagamaan.
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Jilid 1-2, (Cet.I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1999), h. 50-51 7
8
Al-Mishbah. Vol. 7 No. 1, Januari-Juni 2011: 1-12
Sebaliknya pandangan keagamaan memelihara etika pertanggungjawaban yang pada akhirnya mempengaruhi organisasi dan kepemimpinan kehidupan keluarga atau masyarakat dalam lingkup yang lebih besar. Alqur'±n yang sangat kontras dengan pandangan paganisme, mengukuhkan makna keutuhan dunia, kesatuan masyarakat, dan integritas pribadi sebagai aspek-aspek dari pandangan transendensi realitas yang tunggal. Sistem sosial dibidang perekonomian tercipta dalam bentuk sistem jual beli atau perdagangan, merupakan kebiasaan yang membudaya dalam suatu kelompok masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka untuk survive, Aktivitas perekonomian pada Masyarakat muslim Madinah, masa Rasul didasarkan pada nilai-nilai syari‟at Islam dengan pola perekonomian yang sudah dijelaskan dalam Alqur'±n. Norma-norma transaksi bisnis dikemukakan sebagai anjuran untuk bersikap secara adil, kontak perburuhan, menyampaikan kesaksian secara jujur, dan tidak memungut keuntungan riba.8 Bagi sahabat yang terlibat dalam peperangan melawan kaum kafir Quraisy dan mengalami kemenangan dibolehkan oleh Rasulullah agar mereka mengambil harta rampasan perang sebagai hadiah atau imbalan atas kerja keras mereka melawan musuh sekaligus menjadi harta yang dapat dikelola dan dimanfaatkan untuk dakwah Islam dan kesejahteraan keluarga mereka. Banyak pula sahabat yang bertani seperti diwilayah kaki bukit uhud, daerah uhud merupakan salah satu daerah persawahan milik kaum muslimin yang pernah dicabik-cabik oleh kaum kafir Quraisy untuk memancing kemarahan kaum muslimin agar mau berperang melawan mereka akibat kekalahan mereka pada perang badar. Persawahan
8
Ira M. Lapidus, Op. Cit., h. 46
9
Samsinas, Sistem Sosial Masyarakat Islam Pada Masa Rasul
merupakan salah satu sumber perekonomian kaum muslimin pada masa itu. Sehubungan dengan itu, Rasulullah Saw meletakkan manhaj Islam yang taw±zun (seimbang), antara ikhtiar dan tawakal. Kegiatan ekonomi harus dipandu oleh aqidah supaya tidak menyimpang dan angkuh di hadapan Khalik-Nya, juga supaya akal tidak terjerumus ke dalam kubangan materialistik yang mencemari nilai kemanusiaan manusia. Begitu pula bahwa roh yang sarat dengan nilai-nilai aqidah dapat mengarahkan akal supaya tidak melampui batas dan tersesat, dengan demikian hasil kerjanya akan bernilai ilmiah sekaligus manusiawi. Seluruh „‟pembuluh darahnya‟‟ dialiri dengan „‟darah kebaikan‟‟ dalam berbagai orientasinya. Ia tidak memberikan porsi yang berlebihan kepada segi materi dan mengabaikan segi rohaninya. Seluruh aspek kehidupan masyarakat disusun berdasarkan nilai-nilai qurani, seperti persaudaraan, persamaan, kebebasan dan keadilan.9 Dari sisi etika sosial, Rasulullah memiliki sikap yang sangat terpuji terhadap kelompok non-muslim, seperti ketika seorang Nasrani meninggal dan lewat dihadapan Rasulullah, Rasulullah bangkit dan berdiri memberi penghormatan kepada sang mayat. Demikian pula ketika Rasulullah hendak melakukan penaklukan atas kota Mekah, Rasulullah mengatur strategi sedemikian rupa agar jangan sampai terjadi pertumpahan darah atau pun masuk Islam secara paksa dan pula tidak ada dendam bagi mereka yang merasa ditaklukkan secara kasar, sehingga hubungan baik tetap terjaga dan dakwah dapat berjalan dengan baik di Mekah. Dan alhasil, setelah penaklukan Mekah terjadi, orang-orang Mekah pun
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Cet.III, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), 23. 9
10
Al-Mishbah. Vol. 7 No. 1, Januari-Juni 2011: 1-12
berbondong-bondong masuk Islam, Rasulullah dan sahabat-sahabat yang datang dari Madinah pun disambut baik oleh orang-orang Mekah. Penutup Sistem sosial masyarakat Islam pada masa Rasulullah, senantiasa bergulir mengikuti proses turunnya wahyu dengan latarbelakang masyarakat yang berbeda dan beragam, baik karakter, agama, budaya maupun suku. Ada tiga langkah proses pembentukan sistem sosial masyarakat Madinah dalam kepemimpinannya. Pertama; Mengganti Yastrib menjadi Madinah, Kedua; Mendirikan wadah sosialisasi dan pelayanan social seperti masjid. Masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga menjadi pusat sosialisasi dan pelayanan masyarakat Islam, ketiga, Menciptakan persaudaraan Islam antara masyarakat Anshor dan masyarakat Muhajirin, Persaudaraan yang didasari oleh ikatan aqidah atau agama yang sama. Perjanjian Madinah, perjanjian antara masyarakat Islam dengan non-muslim yang kemudian disepakati oleh para pimpinan dari semua kelompok masyarakat dari berbagai suku yang ada di Madinah. Intinya Piagam Madinah melegalkan otoritas Rasulullah sebagai pemimpin semua kelompok masyarakat di Madinah, dan hubungan sosial diatur didalamnya. Daftar Pustaka Abul Hasan „Ali al-Husani an-Nadwi, 2001, Sirah Nabaw³ah Sejarah Lengkah Nabi Muhammad Saw.,terjemah Cet. I; Damaskus: Darul Qalam. Ahmad Amin, Fajr al-Isl±m, Kairo, Maktabah al-Nahdah, Tahun1965. Ahmad Amin, Dhuha al-Isl±m, Kairo, Maktabah al-Nahdah, Tahun 1972 11
Samsinas, Sistem Sosial Masyarakat Islam Pada Masa Rasul
Ahmad, Akbar S., Rekonstruksi sejarah Islam di tengah Pluralitas Agama dan peradaban Cet. II; Yogyakarta: Fajar Pustaka, Tahun 2003. K.Ali, Sejarah Islam : Tarikh Pramodern. Cet. III; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2000. Karim, Adiwarman Azwar, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Cet.III, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Lapidus, Ira, M. Sejarah Sosial Umat Islam, Jilid 1-2, Cet.I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1999. Mahmudunnasir, Syeed., Islam: Konsepsi dan Sejarahnya . Jakarta: Rosdakarya, 1993. Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam. Cet. XI; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000.
12