SISTEM REPRODUKSI UNGGAS BETINA Oleh : Setyo Utomo Pada umumnya sistem reproduksi ternak betina terdiri atas ovarium dan sistem duktus (saluran), demikian halnya pada burung atau unggas. Sistem tersebut tidak hanya menerima telur-telur yang diovulasikan oleh ovarium dan membawa telur-telur yang diovulasikan oleh ovarium dan membawa telur-telur ke tempat implantasi (oviduk) tetapi juga menerima sperma dan membawanya ketempat fertilisasi. Ovarium Unggas Ovarium kanan yang rundimenter.
Pada sebagian besar bangsa unggas
hanya mempunyai ovarium kiri yang fungsional. Pada waktu embryo,ovarium kanan ditemukan dan secara makroskopis masih dapat dilihat sampai beberapa hari setelah menetas. Pada unggas yang dewasa, bangunan ini hanya tinggal sebagai sisa-sisa jaringan yang hanya dapat dilihat secara makroskopis. Apabila ovarium kiri yang fungsional disingkirkan atau dihilangkan dengan proses pembedahan atau rusak karena penyakit, maka rudimen kanan membesar dan menjadi berfungsi. Umur saat pengambilan ovarium kiri yang fungsional perkembangan rudimen berikutnya.
akan menentukan
Bila ovarium diambil pada saat ayam berumur
kurang dari 20 hari, maka rudimen akan mengalami hipertrofi menjadi struktur yang mirip dengan testis dan mampu melakukan spermatogenesis. Tetapi oleh karena sistem duktusnya tidak berkembang pada betina genetik, maka tidak terbentuk duktus penghubung antara testis dengan organ kopulatori di kloaka. Apabila ovarium diambil pada umur yang lebih tua, maka rudimen berkembang menjadi ovarium yang fungsional lengkap dengan ova yang mampu diovulasikan. Tetapi telur yang telah diovulasikan tersebut tidak akan dikeluarkan karena sistem duktus Muller pada unggas betina berkembang secara unilateral sehingga tidak ada oviduk pada sisi gonad yang rudimenter. Pengambilan ovarium pada umur-umur pertengahan dapat menyebabkan rudimen membentuk ovotestis, dimana terdapat sel-sel lembaga dari kedua jenis sex tetapi biasanya dalam kondidi yang tidak terdiferensiasikan. Ika terbentuk testis atau ovotestis setelah hilangnya ovarium fungsional maka betina genetik tersebut akan berkembang ke arah sifat-sifat sex jantan, termasuk jengger yang membesar berwarna merah, tumbuhnya bulu-bulu jantan, dapat berkokok dan menunjukan tingkah laku mengawini betina normal.
Kemampuan ambiseksual pada unggas ternyata telah mengejutkan imajinasi para naturalis dan para pendongeng selama berabad-abad lamanya. Perubahan seks pada unggas ternyata sudah digambarkan dan diperkirakan oleh Aristoteles dan bahkan telah dicatat sebeluym jamannya. Sekitar abad XVIII ayam betina yang berkokok dan ayam jago yang bertelur telah dihubungkan dengan supranatural. Ovarium kiri yang fungsional. Secara morfologis ovarium unggas berbeda dengan ovarium mamalia, karena ovarium unggas terdiri atas dua lobus besar. Dalam setiap lobus, terdapat banyak folikel yang berpangkal pada tangkai-tangkai folikel.
Perbedaan lainnya adalah
bahwa ovum unggas ternyata sangat kaya akan kuning telur (Yolk), sehingga jika dibandingkan dengan bagian lembaganya, maka bagian lembaga ini hanya merupakan porsi yang tidak berarti. Folikel unggas tidak mempunyai rongga atau antrum maupun cairan folikel, dan ovum mengisi penuh kantung folikuler. Folikel unggas dibatasi oleh sel-sel granulosa, serta susunan dari teka interna maupun eksterna yang sangat mirip dengan susunan yang terdapat pada mamalia. Demikian juga gambaran histologisnya, sel-sel inipun sangat mirip dengan mamalia. Folikel unggas
merupakan bangunan yang paling cepat pertumbuhannya
terutama yang terdapat pada golongan vertebrata tingkat tinggi.
Dimulai dari
bangunan dengan garis tengah kurang dari 1 mm dengan berat kurang dari 100 mg, ovum akan mencapai ukuran masak dengan berat 18 – 20 g dalam waktu 9 hari. Untuk pengangkutan dan penimbunan materi kuning telur ke dalam ovum, maka dikembangkanlah
sustu sistem sirkulasi yang kompleks.
Ciri utama sistem ini
adalah suatu pengembangan suplai venosa yang sedemikian luas, yang tersusun dalam tiga lapisan konsentrik di sekitar folikel, serta berakhir dengan jala-jala kapiler venosa yang sangat halus yang membungkus ovum yang sedang tumbuh. Sebaliknya suplai darah
arterial kurang berkembang. Sistem ini sangat
tergantung pada suplai darah yang masuk ke dalam anyaman venosa tersebut, sedangkan untuk mengangkut kuning telur ke dalam telur, ternyata memerlukan jarak yang cukup jauh untuk ditempuh.
Bagaimana mekanisme perlintasan
lipoprotein melalui membran kapiler, melalui sel-sel yang membatasi folikel, serta melalui membran vitelina dari ovum pada ayam ternyata belum diketahui secara pasti. Sistem sirkulasi folikuler yang kompleks seperti yang digambarkan di atas terutama tidak hanya ditemukan pada salah satu dari folikel-folikel besar, tetapi juga
ditemukan pada folikel-folikel yang lebih kecil yang jumlahnya banyak dan tumbuh bersama-sama dalam satu tangkai dengan folikel yang besar tadi. Apabila folikel yang besar tadi sudah diovulasikan maka arteri-arteri yang berbentuk spiral pada dinding folikel menyempit, hal ini disebabkan hilangnya tegangan karena mengkerutnya dinding folikel. Aliran darah ke kantung folikel yang sekarang kosong tentu saja sangat berkurang. Hal inilah yang menyebabkan pada rongga folikel yang telah mengalami ovulasi pendarahan sangat jarang terjadi. Stigma dibandingkan dengan dinding folikel yang berada di dekatnya mempunyai pembuluh darah yang lebih sedikit. Meskipun aliran darah yang mengalir ke dalam kantung folikel yang sudah mengalami ovulasi berkurang, aliran darah ini masih cukup untuk memberi kesempatan
tumbuh secara cepat kepada sekelompok folikel yang berada
disepanjang tangkai folikel.
Salah satu dari folikel ini diarahkan untuk tumbuh
membesar sehingga sistem akliran darahnya tumbuh semakin kompleks secara cepat sampai mencapai ukuran ovulasi dan kemudian pecah, selanjutnya seluruh proses ini diulangi dengan folikel terbesar yang ke dua. Jadi sebagian besar sistem aliran darahnya tumbuh semakin kompleks,
digunakan untuk kepentingan
pertumbuhan folikel yang berada di tangkai folikel dan mereka menunggu giliran sampai sistem sirkulasi cukup untuk pertumbuhan yang cepat. Setelah mengalami ovulasi folikel yang kosong akan mengkerut, namun masih dapat diamati dalam waktu yang cukup lama. Pada unggas tidak terdapat bangunan yang dapat dibandingkan dengan corpus luteum pada mamalia, tetapi folikel yang kosong rupanya memainkan peranan pada siklus reproduksi ayam. Pada ovarium ayam, sel-sel interstitial berbentuk besar dan berwarna jernih terdapat dalam wujud kelompok-kelompok di dekat teka. Sel-sel yang sama juga dapat ditemukan pada ketiga tipe gonad yang rudimenter. Sel-sel ini berdegenerasi setelah hipofisektomi. Karena ayam betina mensekresikan androgen dalam level cukup banyak maka terdapat suatu anggapan bahwa androgen ini dihasilkan oleh sel-sel tersebut. Data penelitian yang mendukung hal ini tidak ada dan anggapan bahwa sel-sel ini diduga menghasilkan progesteron ternyata juga tidak ada, karena progesteron ditemukan dalam darah dan dalam dinding folikel ayam. Mungkin juga bahwa sel-sel jernih tadi samasekali tidak berfungsi untuk sekresi.
Sistem Duktus pada Unggas.
Sistem duktus pada unggas ternyata berupa saluran yang memiliki diameter hampir sama dengan suatu perluasan tunggal unilateral dekat kloaka.
Sistem
duktus pada unggas tidak berpasangan sebagaimana pada mamalia, tetapi pada sebagian besar unggas hanya
bagian kiri duktus Mullernya yang berkembang,
sedangkan sisi bagian kanan mengalami degenerasi secara sempurna atau bertahan dalam bentuk rudimen yang biasanya tidak jelas. Pada ayam dan unggasunggas lainnya kadang-kadang dapat ditemukan beberapa individu (mungkin strain genetik) yang memiliki sisi sitem duktusnya berkembang dan mampu menjalankan fungsi fisiologisnya secara normal.
ANATOMI SISTEM DUKTUS. Berdasarkan fungsi fisiologis dan struktur mikroskopis duktus Muller (pada unggas = oviduk) dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu : Infundibulum, Magnum, Ismus, kelenjar kerabang telur (Shall Gland) dan vagina. Infundibulum terdiri atas corong atau fimbrae yang menerima telur yang telah diovulasikan dan pada bagian Kalasiferos merupakan tempat terbentuknya kalaza. Kalaza merupakan suatu bangunan yang tersusun dari dua tali mirip ranting yang bergulung memanjang dari kuning telur sampai ke kutub-kutub telur. Mengenai fungsi kalaza masih belum begitu jelas. Setelah bagian infundibulum, saluran melanjutkan ke magnum yang merupakan bagian terpanjang dari oviduk. Batas antara infundibulum dan magnum tak terlihat dari pandangan luar. Magnum disebut juga sebagai penghasil albumen, karena selama melalui bangunan tersebut albumen ditambahkan disekitar kuning telur. Antara magnum dengan ismus terlihat garis pemisah yang jelas yang melingkari kedua duktus dan dapat tampak dari luar, bagian ini disebut penghubung magnum-ismus. Kuning telur pada saat di ismus telah diselubungi albumen dan mendapatkan selaput kerabang lunak pada saluran ini. Dari ismus telur akan menuju bagian belakang oviduk yang melebar dan disebut kelenjar kerabang, pada bagian tersebut telur menerima kerabang keras dari garam-garam Kalsium.
Sebaiknya istilah uterus tidak lagi digunakan untuk
menyebut bagian saluran ini. Setelah pembentukan telur yang dilakukan oleh kelenjar kerabang telah sempurna, maka telur akan dikeluarkan melalui vagina yang pendek, telur ditempat
ini singkat waktunya hanya mendapatkan lapisan mukus. Mukus berguna untuk menyumbat pori kerabang untuk menghalangi inervasi bakteri. Waktu yang dibutuhkan oleh telur untuk melewati
bagian-bagian yang
berbeda pada duktus, serta panjang di setiap bagiannya adalah sebagai berikut. Setiap 5 cm magnum menghasilkan albumen sebanyak 5 – 6 g dalam waktu 30 menit, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh telur untuk melewati jarak sepanjang 5 cm tadi.
Telur membutuhkan waktu terpanjang
untuk melewati kelenjar kerabang,
meskipun sekresinya memiliki berat yang terkecil tetapi 98% dari sekresi tersebut berupa bahan padat.
Kalsium karbonat serta mineral-mineral lain ditambahkan
dengan kecepatan 0,3 g per jamnya. Tabel 2. Bagian-bagian dari oviduk ayam, panjang rata-rata, kontribusi pada pembentukan telur dan waktu yang dibutuhkan telur untuk melewati tiap-tiap bagiannya. ============================================================= Kontribusi bagian - bagian Panjang Rata-rata (cm)
Macam
Jml (gram)
% padat
Waktu lewat telur (jam)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------Infundibulum 11,0 Kalaza …………. …….. ¼ Magnum 33,6 Albumen 32,9 12,2 3 Ismus 10,6 Selaput kerabang 0,3 80,0 1¼ K.Kerabang 10,1 Kerabang garam kapur 6,1 98,4 18-22 Vagina 6,9 Mukus 0,1 …… 1/60 -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
HISTOLOGI SISTEM DUKTUS. Untuk menjalankan fungsi mentransfer dan mensekresikan kira-kira sebanyak 40 g, yaitu 10 g bahan padat dan 30 g air, dalam waktu 26 jam, oviduk ayam haruslah memiliki struktur histologis yang kompleks untuk mendukung fungsi tersebut. Struktur histologis oviduk secara garis besar terdiri atas lapisan peritoneal eksternal (lapisan serosa) , lapisan otot longitudinal luar dan sikuler dalam, lapisan jaringan pengikat yang membawa pembuluh darah dan saraf, dan lapisan mukosa yang melapisi seluruh duktus. Pada ayam yang masih muda mukosa sederhana tanpa suatu liapatan. Saat ayam mendekati dewasa kelamin serta pada saat oviduk mulai mendapat stimulus dari estrogen dan progesteron maka oviduk menjadi sangat kompleks karena terbentuknya lipatan-lipatan primer, sekunder serta tersier.
Banyak ditemukan banyak kelenjar disepanjang duktus, pada puncak aktivitas sekresinya, sel-sel ini menunjukan variasi bentuk dari kolumner tinggi simpleks sampai ke kolumnar transisional yang sebagian besar akan memiliki silia. Kelenjarkelenjar ini akan mensekresikan bahan-bahan khusus yang sesui dengan tempat ditemukannya bagian yang bersangkutan disepanjang oviduk, albumen bersatu membentuk
kumpulan
globuli besar serta kasar yang mengisi sel dan lumen
kelenjar-kelenjar ini. Ternyata oviduk burung tidak dapat membedakan antara sebuah ovum dengan benda-benda asing lainnya dan oviduk tersebut mensekresikan albumen maupun kerabang lunak, serta kerabang keras di sekitar benda asing tersebut yang terdapat dalam oviduk. Tidak diketahui kekuatan fisik apa yang mampu membentuk bentuk telur (ujung posterior runcing). Bentuk ini sudah terbentuk jauh sebelum telur tersebut menjadi keras, karena mendapatkan kerabang luar yang keras. Realitanya sudah dapat dilihat di bagian magnum, ditempat tersebut ovum hanya menerima lapisan albumen yang tipis yang ditambahkan disekitar ovum. Soal. 1. Jelaskan sistem reproduksi unggas betina ditinjau dari aspek histologi sistem duktusnya. 2. Jelaskan proses pembentukan telur pada unggas lengkap dengan kontribusi dari masing-masing bagian duktusnya. 3.
Apa fungsi penambahan mukus pada vagina terhadap telur yang akan dikeluarkan ?
4. Jelaskan suplai darah yang menuju ke ovarium unggas. 5. Jelaskan perbedaan ovarium unggas dengan mamalia ! Kerjakan dan jawaban dikirim via email:
[email protected], paling lambat 1 minggu setelah elearning.