29
TELEKONTRAN, VOL. 2, NO. 1, NOVEMBER 2014
Sistem Pengaman Kendaraan Bermotor Roda Dua Menggunakan Kunci Kontak Wireless Berbasis Mikrokontroler Security System of Motorcycle Using Wireless Ignition Key Based Microcontroller Raden Bayu Zaky Mahardhika Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipati ukur No 112, Bandung Email :
[email protected]
Abstrak Paper ini mempresentasikan perancangan sebuah sistem pengaman kendaraan bermotor roda dua dengan mengganti kunci kontak kendaran menggunakan RFID dan bluetooth. Alat ini dirancang untuk menggantikan kunci kontak konvensional untuk mengurangi terjadinya pembobolan kendaraan melalui kunci kontak, juga mengatasi kecerobohan pengguna dalam penggunaan kunci kontak konvensional. Sistem ini dibangun menggunakan sensor saklar magnet pada beberapa titik kendaraan kemudian solenoid sebagai kunci dan relay sebagai pengganti saklar utama, mikrokontroler yang digunakan adalah ATmega328 dengan menggunakan bahasa pemrogram Arduino. Dengan demikian, perangkat ini akan menggantikan fungsi dari kunci konvensional pada kendaraan, dan menghindarkan pengguna tertinggal kunci pada kendaraan karena kunci tidak terpasang pada kendaran. Kata Kunci : Atmega328, RFID, Bluetooh, Arduino Abstract This paper presented the design of a system of two-wheeled motor vehicle sacurity by replacing ignition key vehicles using RFID and bluetooth. This tool is designed to replace the conventional ignition key to reduce the occurrence of vehicle break-ins through the ignition, also overcome user carelessness in the use of conventional ignition. The system is built using a magnetic switch sensor at some point of vehicle then solenoid as a vehicle lock and relay as a replacement main switch, microcontroller used is ATmega328 microcontroller by using the Arduino programming language. So, this devices can replace the function of a vehicle konventional key, and avoid users left the key on the vehicle because the key is not mounted on vehicle. Keyword – Atmega328, RFID, Bluetooth, Arduino
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pesatnya jumlah kendaraan roda dua baik di kota-kota besar maupun di daerah berbanding lurus dengan kenaikan angka kehilangan pada kendaraan roda dua. Hal ini dipicu oleh dampak dari era globalisasi yang menuntut seseorang untuk bekerja dengan cepat sehingga membuat seseorang menjadi ceroboh yaitu lupa untuk mencabut kunci pada kontak kendaraan bermotornya sehingga hilangnya kendaraan tidak terhindarkan. Radio Frequency Identification (RFID) adalah suatu metoda penyimpan dan mengambil kembali data melalui gelombang radio menggunakan suatu
peralatan yang disebut RFID tags atau transponders. Data yang ditransmisikan dapat berupa kode-kode yang bertujuan untuk mengidentifikasi suatu obyek tertentu. Bluetooth merupakan sebuah teknologi komunikasi wireless (tanpa kabel) yang beroperasi dalam pita frekuensi 2,4 GHz unlicensed ISM (Industrial, Scientific and Medical) mampu menyediakan layanan komunikasi data secara real-time antara host-host bluetooth dengan jarak jangkauan yang terbatas. Dari hal-hal tersebut, didapatkan ide untuk membuat sebuah switch kontrol pada kontak kendaraan bermotor roda dua dengan memanfaatkan mikrokontroller, RFID, dan Bluetooth. Di dalam aplikasinya, switch kendaraan bermotor roda dua akan otomatis
30
TELEKONTRAN, VOL. 2, NO. 1, NOVEMBER 2014 menjadi on apabila teridentifikasi RFID tags yang telah terprogram di kendaraan dan pengendara. Pengguna dapat menyimpan perangkat ini di mana pun, di area cakupan RFID. Selain itu dapat menggunakan telepon genggam sebagai kontrol manual layaknya remote dengan memanfaatkan teknologi bluetooth di dalamnya.
B. Tujuan Tujuan dari pembuatan penelitian ini, yaitu : 1. membuat sebuah sistem yang dapat menggantikan kunci kontak pada kendaraan bermotor roda dua saat ini dengan menggunakan teknologi wireless, 2. membuat sebuah sistem yang dapat mengatasi kecerobohan seseorang yang lupa mencabut kunci pada kendaraan roda dua.
3. Memiliki pin I/O digital sebanyak 14 pin 6 diantaranya PWM (Pulse Width Modulation) output. 4. 32 x 8-bit register serba guna. 5. Dengan clock 16 MHz kecepatan mencapai 16 MIPS. 6. 32 KB Flash memory dan pada arduino memiliki bootloader yang menggunakan 2 KB dari flash memori sebagai bootloader. 7. 130 macam instruksi yang hampir semuanya dieksekusi dalam satu siklus clock.
B. RFID Readers
C. Batasan Masalah Adapun batasan masalah dari penelitian ini, yaitu : 1. teknologi wireless yang digunakan adalah bluetooth dan RFID, 2. kendaraan yang digunakan adalah scootermatic, 3. pengamanan kendaraan berfokus pada bagian kunci kontak kendaraan, 4. RFID tags yang digunakan adalah RFID tags berbentuk gelang, 5. jarak baca RFID reader 0 – 100 cm, 6. bluetooth digunakan dari telepon pintar dengan sistem operasi android,
II.
LANDASAN TEORI
A. Mikrokontroler ATMega328 ATMega328 adalah mikrokontroler keluaran dari atmel yang mempunyai arsitektur RISC (Reduce Instruction Set Computer) yang mana setiap proses eksekusi data lebih cepat dari pada arsitektur CISC (Completed Instruction Set Computer). Mikrokontroler ini memiliki beberapa fitur antara lain: 1. Memiliki EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) sebesar 1KB sebagai tempat penyimpanan data semi permanen karena EEPROM tetap dapat menyimpan data meskipun catu daya dimatikan. 2. Memiliki SRAM (Static Random Access Memory) sebesar 2KB.
Gambar 1 RFID Readers RFID merupakan suatu peranti yang dapat digunakan untuk identifikasi. Aplikasi yang umum digunakan adalah kartu parkir/jalan tol berlangganan, presensi karyawan atau murid, dan pendeteksian barang di gudang. RFID memiliki dua bagian, yaitu reader dan transponder. Setiap transponder memiliki nomor sendiri-sendiri. Dan, nomor inilah yang digunakan untuk identifikasi mobil atau karyawan pada contoh di atas. Setiap pengemudi membawa transponder-nya sendirisendiri atau setiap karyawan yang memasuki gerbang perusahaan membawa transponder-nya sendiri-sendiri. Gambar 1 menunjukkan RFID Readers.
C. RFID Tags
Gambar 2 RFID Tags Transponder pasif hanya terdiri atas kumparan. Jika kumparan tersebut terinduksi oleh medan listrik yang ditimbulkan oleh reader, maka nomor identifikasi akan dikirimkan ke
31
TELEKONTRAN, VOL. 2, NO. 1, NOVEMBER 2014 penerima/reader. Jarak antara reader dan transponder untuk jenis ini tidak terlalu jauh, bahkan hanya beberapa sentimeter. Bentuk transponder pasif bermacam-macam, diantaranya wrist band (seperti jamtangan), card (kartu), tag (kancing).
solenoida. Solenoida disebut ideal bila medan magnet di dalam solenoida bersifat homogen dan diluarnya nol.
F. Bluetooth
D. Switch Magnetic Gambar 5 Bluetooth Module
Gambar 3 Saklar Magnetik Electromagneticswitch merupakan switch yang bekerja berdasarkan ada tidaknya medan magnet yang mempengaruhi switch. Switch ini didalamnya mempunyai dua buah lempengan logam yang terbuat dari nikel dan besi (NiFe) dimana secara umum keadaan electromagnetic door switch ini adalah normaly open. Ketika magnet diletakkan di dekat Electromagnetic door switch maka dua lempengan logam akan menempel dan switch ini akan tersambung sehingga keadaanya adalah normally closed. Ketika magnet dijauhkan dari switch ini, maka reed switch akan kembali ke posisi semula yaitu normally open. Electromagnetic door switch dapat dilihat pada Gambar.
E. Solenoid
Bluetooth adalah sebuah teknologi nirkabel dengan menggunakan media gelombang radio yang bekerja pada frekuensi 2.4 GHz. Bluetooth menggunakan sistem Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS) yang mempunyai kecepatan maksismum 1 Mbps. Bluetooth terbagi menjadi 2 kelas yaitu kelas 1 yang mempunyai jangkauan maksismum 100 m dan kelas 2 yang mempunyai jangkauan maksimum 15 m. Pada awalnya teknologi bluetooth dipromosikan untuk penggunaan LAN. Namun, mengingat jangkauan maksimum yang tidak terlalu luas, bluetooth kemudian dipromosikan untuk penggunaan persnal area network (PAN).
III.
HASIL PERCOBAAN
A. Pengujian Saklar Magnet Pada perancangan sistem ini, penempatan posisi antara magnet dan switch berada berdekatan. Tidak terdapat toleransi jarak penempatan posisi antara magnet dan switch. Hal ini dikarenakan magnet bergerak tidak tegak lurus dengan switch. Sehingga jarak pendeteksian magnet terhadap switch akan semakin pendek. Terdapat tiga penempatan saklar magnet pada sistem ini, dapat dilihat pada Gambar 6 – 8.
Gambar 4 Solenoid Solenoida merupakan kawat berbahan konduktor yang disusun sehingga membentuk kumparan (koil) dan dapat dialiri arus listrik. Kuat medan magnet di dalam (sumbu) solenoida jauh lebih besar bila dibanding dengan di luar
Gambar 6 Saklar Magnetik Standar Samping
32
TELEKONTRAN, VOL. 2, NO. 1, NOVEMBER 2014
pasangannya. Dimana tegangan masukan kepada mikrokontroler adalah sebesar 5,02-5,03 V.
B. Pengujian Saklar Magnet Tabel 2. Pengujian Arah Baca terhadap Jarak Baca dan Respon Waktu Tanpa Penghalang Arah Baca Percobaan ke
Gambar 7. Saklar Magnetik Kemudi
Gambar 8. Saklar Magnetik Standar Tengah Berikut adalah hasil pengukuran toleransi jarak saklar magnet dengan jarak pengujian 1-5 cm untuk mengetahui besarnya tegangan masukan pada mikrokontroler serta respon dari saklar magnet. Tabel 1. Pengukuran Tegangan Masukan Mikrokontroler dan Respon dari Saklar Magnet Tegangan Jarak Masukan Respon (cm) Mikrokontroler (Volt) Tidak 1 0,58-0,59 Aktif 2 5,02-5,03 Aktif 3 5,02-5,03 Aktif 4 5,02-5,03 Aktif 5 5,02-5,03 Aktif Dari hasil pengujian yang dilakukan, maka dapat dianalisis bahwa sensor saklar magnet akan mulai aktif ketika berjarak 2 cm dari
Atas
Kiri
Kanan
Bawah
Jarak Baca (cm)
Respon Waktu (sekon)
Jarak Baca (cm)
Respon Waktu (sekon)
Jarak Baca (cm)
Respon Waktu (sekon)
Jarak Baca (cm)
Respon Waktu (sekon)
1
10
±1
10
±1
10
±1
10
±1
2
20
±1
20
±1
20
±1
20
±1
3
30
±1
30
±1
30
±1
30
±1
4
40
±1
40
-
40
-
40
±1
5
50
±1
50
-
50
-
50
±1
6
60
±1
60
-
60
-
60
±1
7
70
-
70
-
70
-
70
-
8
80
-
80
-
80
-
80
-
9
90
-
90
-
90
-
90
-
10
100
-
100
-
100
-
100
-
Dari hasil pengujian pada Tabel 2 jarak baca maksimal RFID readers tanpa penghalang yaitu dari arah atas dan bawah dengan maksimal jarak baca 60cm. Sedangkan dari arah samping yaitu 30 cm. Pada penerapan pada sistem RFID readers terhalangi oleh body kendaraan yang terbuat dari plastik dengan ketebalan 2mm. Pada Tabel 4.3 pengujian arah baca terhadap jarak baca dan respon waktu dilakukan kembali menggunakan penghalang plastik dengan ketebalan 2 mm. Tabel 1 Pengujian Arah Baca terhadap Jarak Baca dan Respon Waktu Dengan Penghalang Percobaan ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Atas
Kiri
Arah Baca Kanan
Bawah
Jarak Baca (cm)
Respon Waktu (sekon)
Jarak Baca (cm)
Respon Waktu (sekon)
Jarak Baca (cm)
Respon Waktu (sekon)
Jarak Baca (cm)
Respon Waktu (sekon)
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
±1 ±1 ±1 ±1 ±1 ±1 -
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
±1 ±1 ±1 -
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
±1 ±1 ±1 -
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
±1 ±1 ±1 ±1 ±1 ±1 -
Dari hasil pengujian pada Tabel 3 dapat terlihat bahwa penghalang tidak berpengaruh terhadap jarak baca dan respon waktu RFID readers pada uji coba ini. Sehingga jarak baca maksimal RFID readers tidak berubah yaitu untuk atas dan bawah pada 60 cm sedangkan dari samping 30 cm.
33
TELEKONTRAN, VOL. 2, NO. 1, NOVEMBER 2014
C. Pengujian Saklar Magnet Pengujian bluetooth ini dilakukan untuk mengukur jarak kerja. Selain itu pengaruh penghalang pada jarak kerja bluetooth juga pengaruh pada respon waktu. Tabel 2. Pengujian Pengiriman Data pada Bluetooth Jarak (meter) 1 2 3 4 5 6 8 10 12 14 16 18 20
Tanpa halangan Respon Waktu Respon (sekon) ±1 Berhasil ±1 Berhasil ±1 Berhasil ±1 Berhasil ±1 Berhasil ±1 Berhasil ±1 Berhasil ±1 Berhasil Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal
Dengan halangan Respon Waktu Respon (sekon) ±1 Berhasil ±1 Berhasil ±1 Berhasil ±1 Berhasil ±1 Berhasil Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal
Dari pengujian diatas didapatkan jarak maksimal komunikasi bluetooth adalah 10m pada kondisi tanpa halangan, sedangkan dengan halangan adalah 5 m . Selain pengujian diatas tujuan dari pengujian ini adalah untuk melihat proses komunikasi bluetooth berjalan dengan baik. Berikut adalah hasil pengujian pengiriman pesan singkat yang terlihat dalam program Hyper Terminal pada Personal Computer.
(B) Hasil Pengujian pada Smartphone sebagai Pengirim Pengujian dilakukan dengan mengirim data ASCII. Dengan menekan tombol “On” berisi kode “*1#” dapat dilihat pada kedua sisi baik smartphone (pengirim) maupun hyperterminal (penerima). Kemudian menekan tombol “Off” berisi kode “*2#” juga dapat dikirim dan diterima dengan baik. Hal ini membutikan bahwa komunikasi melalui bluetooth berjalan dengan baik.
D. Push Button Tabel 3. Pengujian Respon Berdasarkan Kondisi Push Button Kondisi Ditekan Tidak ditekan
Tegangan Masukan Mikrokontroler (Volt) 0-0 5,00
Respon Aktif Tidak Aktif
Dari hasil pengujian diatas push button dapat bekerja dengan baik memberikan logika pada mikrokontroler. Saat push button ditekan, menghubungkan port PC0 dengan GND sehingga port PC0 berlogika 0. Sedangkan ketika tidak ditekan port PC0 berlogika 1.
E. Pengujian Proses Dari hasil pengujian yang dilakukan, logika 1 pada pin mikrokontroler berkisar antara 4,86 V – 4,87 V dan logika 0 pada pin mikrokontroler adalah sebesar 0,00V – 0,01 V. Sehingga hasil pengujian rangkaian sistem minimum mikrokontroler ATMega328 bekerja dengan baik.
F. Pengujian Relay
(A)
(B)
Gambar 9. (A) Hasil Pengujian pada Hyperterminal sebagai Penerima
Tujuan dari pengujian relay adalah untuk mendapat tegangan masuk pada relay agar berfungsi dengan baik. Pada perancangan sistem pengaman kendaraan bermotor roda dua menggunakan kunci kontak wireless berbasis mikrokontroler, relay berfungsi sebagai pengganti saklar yang biasanya berupa kunci motor. Relay bertugas memutus dan menghubungkan jalur pelistrikan dan mesin pada kendaraan roda dua ini. Relay diberi masukan dari port PB1 mikrokontroler ATmega328, ketika port PB1 mengirim logika 1 maka relay akan mengalirkan
34
TELEKONTRAN, VOL. 2, NO. 1, NOVEMBER 2014 tegangan 12V dari ACCU ke sistem pelistrikan dan mesin pada kendaraan roda dua, sehingga mengubah kondisi kendaraan roda dua menjadi menyala. Sedangkan apabila port PB1 mengirim logika 0 maka relay akan memutuskan tegangan tersebut, dan menyebabkan kondisi kendaraan roda dua menjadi mati. Tabel 4. Pengujian Respon Relay Code Bahasa Arduino digitalWrit e(relay1,1) digitalWrit e(relay1,0)
Tegangan Keluaran Pada Mikrokontroler (Volt)
Respon Relay
Tegangan Beban Relay (Volt)
0,58-0,59
Terhubung
12
5,02-5,03
Terputus
0
Dari hasil pengujian yang dilakukan, relay dikatakan bekerja dengan baik. Hal ini dikarenakan relay akan mengalirkan tegangan 12 V ketika diberi logika 1 atau high, sedangkan ketika masukan relay diberi logika 0 atau low maka relay tidak mengalirkan tegangan.
Gambar 11. Solenoid Kunci Jok Solenoid tersebut bekerja pada tegangan 9-12 V. Terdapat 2 kabel pada solenoid yaitu kabel berwarna biru dan hijau. Kabel berwarna biru dan hijau dihubungkan dengan driver relay untuk mengatur terhubung atau putusnya tegangan sebesar 10 V. Sedangkan driver relay mendapat masukan dari port I/O mikrokontroler. Port yang dihubungkan dengan driver relay untuk solenoid kemudi yaitu port PD6 dan PD7, sedangkan untuk solenoid jok menggunakan port PB0. Tabel 5. Pengujian Respon Solenoid
G. Pengujian Solenoid
Solenoid
Code Bahasa Arduino
Solenoid kemudi
digitalWrite(relay1,0); digitalWrite(relay2,1); digitalWrite(relay1,1); digitalWrite(relay2,0);
Solenoid jok
Gambar 10. Solenoid Kunci Kemudi
Respon Solenoid Mendorong Menarik
digitalWrite(relay1,0);
Normal
digitalWrite(relay1,1);
Menarik
Dari hasil pengujian yang dilakukan pada solenoid, ketika tegangan output 5 V mikrokontroler port PD6 terhubung ke rangkaian driver relay maka mengubah posisi relay sehingga kabel biru mendapat tegangan 12 V dan kabel hijau menjadi GND sehingga mekanik solenoid bergerak mendorong. Ketika tegangan output 5 V mikrokontroler port PD7 terhubung ke rangkaian driver relay maka mengubah posisi relay sehingga kabel biru menjadi GND dan kabel hijau mendapat tegangan 12Vdc sehingga mekanik solenoid bergerak sebaliknya. Pada solenoid jok, ketika tegangan output 5 V mikrokontroler port PB0 terhubung ke rangkaian driver relay maka mengubah posisi relay sehingga kabel biru menjadi GND dan kabel hijau mendapat tegangan 12 V sehingga mekanik solenoid bergerak menarik. Ketika port PB0 diberi logika low maka hubungan tegangan 12 V ke solenoid akan terputus.
H. Pengujian LED
35
TELEKONTRAN, VOL. 2, NO. 1, NOVEMBER 2014
I. Pengujian Buzzer Dari hasil pengujian yang dilakukan, buzzer dikatakan bekerja dengan baik. Hal ini dikarenakan buzzer akan aktif ketika PC1 diberi logika 1 atau high, sedangkan ketika PC1 diberi logika 0 atau low maka buzzer tidak akan aktif. Tabel 9 menunjukkan hasil pengujian respon Buzzer. Tabel 8. Pengujian Respon LED Warna LED
Biru
Putih
Hijau
Code (Bahasa Arduino)
Tegangan Keluaran Mikrokontroler (Volt)
Respon LED
digitalWrite(LED3,0)
0,58-0,59
Tidak aktif
digitalWrite(LED3,1)
5,02-5,03
Aktif
digitalWrite(LED2,0)
0,58-0,59
Tidak aktif
digitalWrite(LED2,1)
5,02-5,03
Aktif
digitalWrite(LED4,0)
0,58-0,59
Tidak aktif
digitalWrite(LED4,1)
5,02-5,03
Aktif
digitalWrite(LED1,0)
0,58-0,59
Tidak aktif
digitalWrite(LED1,1)
5,02-5,03
Aktif
Merah
Kondisi standby merupakan kondisi dimana kendaraan dalam kondisi mati. Pada saat ini kondisi standar samping diturunkan ke bawah sehingga sensor saklar magnet dalam kondisi high. Pada kondisi ini terdapat dua kemungkinan yang berpengaruh terhadap output yaitu kondisi 1 kemudi dalam keadaan mengunci dan kondisi 2 kemudi dalam keadaan terbuka. Hasil pengujian kondisi standby dapat dilihat pada Tabel 4.10. Pada kondisi pertama sensor saklar magnet yang terdapat pada kemudi terhubung sehingga secara otomatis menggerakan solenoid untuk mengunci kemudi, indikator LED akan menyalakan LED berwarna merah sebagai indikator sistem yang mati. Kondisi ini tergolong kondisi mati sempurna karena selain sistem mesin dan listrik yang sudah mati, kemudi kendaraan sudah terkunci. Sedangkan pada kondisi kedua kondisi sensor saklar magnet yang terdapat pada kemudi tidak terhubung sehingga hal tersebut digolongkan pada kondisi tidak sempurna karena kemudi tidak bisa terkunci, sehingga menyalakan LED berwarna merah sebagai indikator sistem yang mati dengan diikuti bunyi buzzer untuk mengingatkan pengguna bahwa masih ada kondisi yang belum sempurna. Tabel 10. Pengujian Sistem pada Kondisi Standby
Input
Dari hasil pengujian yang dilakukan, ketika port mikrokontroler yang dihubungkan dengan rangkaian LED diberi logika 1 atau high, maka LED mendapat tegangan 5 V mengakibatkan LED dalam kondisi aktif. Sedangkan saat diberi logika 0 atau low, maka akan mengakibatkan LED dalam kondisi aktif. Tabel 8 menunjukkan hasil pengujian respon LED.
Tabel 9. Pengujian Respon Buzzer
digitalWrite(buzzer,0) digitalWrite(buzzer,1)
J.
Respon Buzzer Tidak Aktif Aktif
Pengujian Sistem
Setelah menguji bagian input, proses dan output selanjutnya perlu diuji coba sistem secara keseluruhan. Pengujian sistem bertujuan untuk menguji dan menganalisis apakah input dan output dapat diproses sesuai dengan sistem yang diharapkan. Kondisi Standby
Relay Kontak
Output
Code (Bahasa Arduino)
Tegangan Keluaran Pada Mikrokontroler (Volt) 0,58-0,59 5,02-5,03
Komponen Saklar Magnet Standar Samping Bluetooth RFID Saklar Magnet Standar Tengah Saklar Magnet Kemudi Push Button
Relay Kontak RFID Solenoid Kemudi Solenoid Jok LED Buzzer
Kondisi 1
Kondisi 2
High
High
Tidak aktif Tidak aktif Tidak berpengaruh
Tidak aktif Tidak aktif Tidak berpengaruh
Low
High
Tidak berpengaruh
Tidak berpengaruh
Off
Off
Off
Off
Mengunci
Terbuka
Mengunci Jok Merah Diam
Mengunci Jok Merah Berbunyi
Kondisi Menyala Kondisi menyala merupakan kondisi dimana kendaraan dalam kondisi menyala secara keseluruhan. Pada saat ini kondisi standar samping naik sehingga sensor saklar magnet dalam kondisi low. Pada kondisi ini terdapat dua
36
TELEKONTRAN, VOL. 2, NO. 1, NOVEMBER 2014 input yang dapat mengaktifkan kendaraan yaitu bluetooth dan RFID.
Kemudi Solenoid Jok LED
Mengaktifkan Menggunakan Bluetooth
Buzzer
Tabel 11. Pengujian Sistem pada Kondisi Kendaraan Menyala menggunakan Bluetooth Kondisi 1
Kondisi 2
Kondisi 3
Low
Low
Low
#1 Tidak aktif Tidak berpenga ruh Tidak berpenga ruh
#1 Tidak aktif Tidak berpenga ruh Tidak berpenga ruh
Push Button
Low
High
Relay Kontak Relay Kontak RFID Solenoid
On
On
#2 Tidak aktif Tidak berpenga ruh Tidak berpenga ruh Tidak berpenga ruh Off
Off
Off
Off
Terbuka
Terbuka
Terbuka
Komponen Saklar Magnet Standar Samping Bluetooth
Input
RFID Saklar Magnet Standar Tengah
Output
Saklar Magnet Kemudi
Mengunc i Jok Hijau + Biru Diam
Mengunc i Jok Merah Diam
Mengaktifkan Menggunakan RFID Pada mode RFID kontak akan aktif apabila RFID readers mendeteksi adanya tags ID yang dikenali. Jika tags ID dikenali maka program akan mengirim logika high pada relay kontak untuk menyalakan kendaraan. Setelah relay menyala maka program akan mengirim logika low pada relay ID untuk mematikan RFID readers selama 30 detik. Selanjutnya ketika RFID readers aktif akan mencari kembali tags ID yang dikenali, jika tidak menemukan tags ID maka sistem mematikan kendaraan, tetapi jika ditemukan maka sistem mengulang proses sebelumnya. Kondisi Memanaskan Kondisi memanaskan merupakan kondisi dimana kendaraan dalam kondisi menyala tidak secara keseluruhan. Pada saat ini kondisi standar samping naik sehingga sensor saklar magnet dalam kondisi low, namun kondisi standar tengah diturunkan sehingga sensor saklar magnet dalam kondisi high. Pada kondisi ini terdapat dua input yang dapat mengaktifkan mode memanaskan kendaraan yaitu bluetooth dan RFID. Memanaskan Menggunakan Bluetooth Kondisi 1 adalah kondisi ketika bluetooth telah mengirim perintah untuk memanaskan kendaraan. Setelah kendaraan aktif kemudian pengguna menekan push button jok untuk membuka jok kendaraan, maka output yang dihasilkan adalah kondisi relay menjadi terhubung sesuai perintah bluetooth, solenoid kemudi tetap terkunci karena pada standar tengah berlogika high, LED indikator menyala berwarna putih sebagai indikator kendaraan on dan biru sebagai indikator komunikasi yang digunakan adalah bluetooth. Solenoid kunci jok menjadi terbuka karena push button ditekan. Tabel 12. Pengujian Sistem pada Kondisi Kendaraan Dipenaskan menggunakan Bluetooth Input
Kondisi 1 adalah kondisi ketika bluetooth telah mengirim perintah untuk menyalakan kendaraan kemudian kendaraan aktif kemudian pengguna menekan push button jok untuk membuka jok kendaraan, maka output yang akan dihasilkan adalah kondisi relay menjadi terhubung sesuai perintah bluetooth, solenoid kemudi membuka kunci karena pada kondisi relay on, LED indikator menyala berwarna putih sebagai indikator kendaraan on dan biru sebagai indikator komunikasi yang digunakan adalah bluetooth. Solenoid kunci jok menjadi terbuka karena push button ditekan. Kondisi 2 adalah kondisi ketika bluetooth telah mengirim perintah untuk menyalakan kendaraan kemudian kendaraan aktif, namun pengguna tidak menekan push button jok. Sehingga kondisi yang dihasilkan sama dengan perbedaan pada solenoid jok yang posisinya mengunci. Kondisi 3 adalah kondisi ketika bluetooth telah mengirim perintah untuk mematikan kendaraan sehingga relay kontak menjadi terputus sesuai perintah bluetooth, tetapi kunci kemudi tetap terbuka karena koneksi bluetooth masih tetap terhubung. Led indikator berwarna merah dan biru sebagai indikator bahwa kendaraan dalam posisi mati namun koneksi bluetooth tetap terhubung. Pada kondisi ini apabila push button ditekan tidak akan membuka kunci solenoid jok.
Membuk a Jok Hijau + Biru Diam
Komponen Saklar Magnet Standar Samping Bluetooth
Kondisi 1
Kondisi 2
Kondisi 3
Low
Low
Low
#1
#1
#2
37
TELEKONTRAN, VOL. 2, NO. 1, NOVEMBER 2014 RFID Saklar Magnet Standar Tengah Saklar Magnet Kemudi Push Button
Tidak aktif
Tidak aktif
Tidak aktif
High
High
High
Low
Low
Output
Relay Kontak Relay Kontak RFID Solenoid Kemudi Solenoid Jok LED Buzzer
Low
On
On
Tidak berpengar uh Off
Off
Off
Off
Terkunci
Terkunci
Terkunci
Membuka Jok Hijau + Biru Diam
Mengunci Jok Hijau + Biru Diam
Mengunci Jok
Low
High
Melakukan Pairing
Merah Diam
Kondisi 2 adalah kondisi ketika bluetooth telah mengirim perintah untuk memanaskan kendaraan kemudian kendaraan aktif, namun pengguna tidak menekan push button jok. Sehingga kondisi yang dihasilkan sama, dengan perbedaan pada solenoid jok yang posisinya mengunci. Pada kondisi 1 dan 2 jika standar tengah diturunkan dan mengubah logika sensor saklar magnet pada standar menjadi low, hal tersebut akan langsung mengubah kondisi relay kontak yang semula terhubung menjadi terputus.
Gambar 12. Tampilan Hasil Pengujian Pencarian Perangkat Menggunakan Bluetooth Smartphone Samsung Galaxy Ace Dari hasil ujicoba ditemukan perangkat dengan nama HC-05 yang merupakan perangkat sistem pegaman kendaraan bermotor menggunakan kunci kontak wireless berbasis mikrokontroler. Setelah perangkat ditemukan, pengujian dilanjutkan dengan pairing kedua perangkat tersebut.
Memanaskan Menggunakan RFID Memanaskan kendaraan menggunakan RFID, pengguna harus mengaktifkan sistem terlebih dahulu seperti ketika mengaktifkan sistem pada umumnya. Perbedaan terletak pada sensor tambahan yang dibutuhkan yaitu sensor saklar magnet yang terletak pada standar tengah. Ketika standar tengah berlogika 1 (dibuka/tidak terhubung) maka menghentikan pencarian tags ID oleh RFID reader. Sehingga pada kondisi ini walaupun user tidak berada didekat kendaraan, hal tersebut tidak akan mematikan sistem. Ketika standar tengah kembali dinaikan dan menghubungkan saklar tengah sehingga berlogika 0, akan kembali mengidentifikas tags ID ada berada disekitar kendaraan. Pengaturan Sistem pengaman kendaraan bermotor roda dua menggunakan kunci kontak wireless berbasis mikrokontroler ini memiliki sistem pengaturan yang dilakukan menggunakan komunikasi bluetooth, diantaranya melakukan pairing devices dan mengganti tags ID.
Gambar 13. Tampilan Hasil Pengujian Permintaan Pairing Dari hasil ujicoba permintaan pairing diatas perangkat meminta PIN dengan pin default 1234. Indikasi proses pairing telah berhasil dilakukan dapat dilihat pada daftar paired devices pada Smartphone Samsung Galaxy Ace. HC-05 sudah terdaftar didalamnya menunjukan uji coba pairing devices telah berhasil dan berjalan dengan baik. Percobaan selanjutnya dilakukan dengan menghubungkan aplikasi Bluetooth Serial N7 dengan
38
TELEKONTRAN, VOL. 2, NO. 1, NOVEMBER 2014
Gambar 14. Tampilan Hasil Pengujian Menghubungkan Devices ke Perangkat Dari hasil ujicoba menghubungkan devices ke perangkat sistem pegaman kendaraan bermotor menggunakan kunci kontak wireless berbasis mikrokontroler dapat dilihat bahwa percobaan berjalan lancar dengan indikator pada aplikasi Bluetooth Serial N7 muncul pop up “Connected to HC-05”. Dengan demikian kinerja sistem untuk menerima pairing berjalan dengan baik. Mengganti dan Menyimpan RFID tags Dalam pengujian ini penggantian kode lama diganti menjadi “009192512”. Saat sistem dalam keadaan aktif, lalu menekan “Reset ID” kemudian dilanjutkan dengan menekan “009192512” pada dan menekan kembali “Reset ID”. Command yang terkirim dapat dilihat pada communication logs untuk cek kembali apa yang telah dikirim ke perangkat. Hasil dari ujicoba dapat dilihat pada Gambar 4.9. Tags ID lama telah berhasil diganti menjadi tags ID dan tersimpan di EEPROM.
Gambar 15. Hasil Pengiriman Command untuk Mengganti Tags ID
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil pengujian dan analisis pada bab sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan
yang berkaitan dengan hasil analisis tersebut, diantaranya sebagai berikut. 1. Sistem pengaman ini dapat menggantikan fungsi kunci kontak secara keseluruhan, karena setiap fungsi kunci kontak sudah digantikan oleh perangkat. Fungsi ignition switch dan kontak listrik digantikan oleh relay, sedangkan kunci pengaman kemudi digantikan oleh solenoid. Kunci pada jok kendaraan digantikan oleh push button dan solenoid. 2. Teknologi wireless yang digunakan yaitu bluetooth dan RFID dapat menjadi pengontorol yang baik bagi sistem pengaman ini. Berdasarkan percobaan dan analisis pada bab v, baik bluetooth maupun RFID dapat menjadi input yang memberi perintah untuk menggerakan perangkat pada kendaraan.
B. Saran 1. Penggunaan komunikasi bluetooth perlu kembangkan pada bagian PIN sebagai pengaman dalam akses komunikasi/pairing. Agar dalam mengganti PIN tidak perlu dilakukan 2. Pemilihan RFID readers perlu diperhatikan kembali dari segi ukuran dengan dimensi 260x260x35 mm mempersulit penempatan mekanik pada kendaraan. Selain itu dari segi daya tahan perangkat kurang baik.
DAFTAR PUSTAKA [1] Jama, Jalius., & Wagino. ---- Teknik Sepeda Motor Jilid 1 untuk SMK, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. [2] Jama, Jalius., & Wagino. ---- Teknik Sepeda Motor Jilid 2 untuk SMK, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. [3] Jama, Jalius., & Wagino. ---- Teknik Sepeda Motor Jilid 3 untuk SMK, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. [4] Kurniawan, Deddy., M.B. , Sulistiyo., & Budikarso, A. ---Rancangan Bangun Sistem Penganti Kunci Kontak Kendaraan Bermotor Roda Dua Berbasis Bluetooth. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, http://repo.eepisits.edu/246/1/7207030047_m.pdf, 10 Oktober 2013 [5] Permana, Cresta. (2013). Rancang Bangun Brankas Pengaman Otomatis Berbasis Multimedia Message Service (MMS) Menggunakan ATMEGA 32. Skripsi. Teknik dan Ilmu Komputer/S1. Universitas Komputer Indonesia. Bandung. [6] Delta Electronic Article. (2008). Identifikasi Menggunakan RFID. RF – RFID. http://delta-electronic.com/article/wpcontent/uploads/2008/09/an0104.pdf, 6 Oktober 2013. [7] Bitar, Hazim. (2012). HC-03/05 Embedded Bluetooth Serial Communication Module AT Command Set. Cheap 2-Way Bluetooh Connection Betwen Arduino and PC. http://www.techbitar.com/bluetooth-comm-for-arduino-andpc.html.. 17 Januari 2014.