TUGAS AKHIR
SISTEM KEAMANAN KENDARAAN BERMOTOR MENGGUNAKAN HANDPHONE BERBASIS AT89C51
Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Sidang Tugas Akhir Strata Satu (S1) Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
DISUSUN OLEH : NAMA : M. Nurhidayat NIM : 0140311-064
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2007 i
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
SISTEM KEAMANAN KENDARAAN BERMOTOR MENGGUNAKAN HANDPHONE BERBASIS AT89C51 Nama :M. Nurhidayat NIM : 0140311-064
Disetujui dan Disahkan Oleh : Pembimbing
( Ir.Eko Ihsanto M.Eng )
Menyetujui
Keteua jurusan Teknik Elektro
Kordinator Tugas akhir
( Ir.Budi Yanto Husodo,MT )
( Ir.Yudhi Gunardi, MT )
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya yang betanda rtangan dibawah :
Nama
: M.Nurhidayat
NIM
: 0140311-064
Fakultas
: Teknologi Industri
Jurusan
: Teknik Elektro
Peminatan
: Elektronika
Menyatakan : Bahwa Tugas Akhir ini dibuat dan disesuikan secara mandiri dan bukan saduran karya orang lain. Dan jika terbukti tidak sesuai degan yang tewrsebut diatas, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku
Jakarta, April 2007
( M.Nurhidayat )
iii
ABSTRAK
Perangkat elektronik (alarm) sudah sangat lazim dipergunakan saat ini. Hampir semua kendaraan menggunakan alarm guna meningkatkan keamanan kendaraan. Pada Tugas Akhir ini penulis mencoba merancang bangun sebuah alarm yang dapat dikontrol dengan ,menggunakan telephone genggam berjaringan GSM. Telepone genggam (Handphone) ini berfungsi untuk mengaktifkan dan menonaktifkan alarm secara remote. Dan juga untuk memutus pengapian kendaraan CDI apabila terjadi pencurian. Ditambah dengan fitur pengiriman sms (short massaging service) apabila kendaraan tersebut dijalankan secara paksa.
iv
Kata Pengantar
Puji Syukur penulis panjatkan Allah SWT
yang telah melimpakan rahmat
dan hidayahNya sehingga penulisan tugas akhir dengan judul : KENDARAAN
“ SISTEM
BERMOTOR MENGGUNAKAN HENDPHONE BERBASIS
AT89C51 ” ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan tugas akhir ini di buat guna melengkapi salah satu syarat untuk kelulusan Di Universitas Mercu Buana, Dan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di perkuliahan Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis banyak mendapat bntuan dan dorongan Dari semua pihak,sehingga tugas akhir ini diselesaikan. Untuk iu perkenankan penuis mengucapkan banyak terimakasih sebesarnya kepada: 1. Bapak Ir.Eko Ihsanto selaku dosen pembimbing Tugas Akhir atas saran dan bibimbingannya selama peracangan dan penulisan Tugas Akhir. 2. Istri dan anak
tercinta Asmah Lubis dan Muhammad Ariiq Naufal
Athallah yang selalu mendampingin dan menyemangati pada saat penulisan Tugas Akhir ini. 3. Orang Tua tercinta atas doa restunya. 4. Temanku
Bang Zamzoni dan Didi atas bantuaannya sehingga Tugas
akhir ini dapat selesai . 5. Semua pihak yang telah membantu dan membimbing yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Dari uraian yang ada penilis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna danmasih banyak kekurangan disana-sini. Oleh karean itu penulis
v
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari pera pembaca yang budiman Akhir kata semoga tulisan ini data memberikan manfaat bagi para pembaca.
Jakarta, April 2007
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………………………………….i Halaman Pengesahan …………………………………………………………….. ii Pernataan …………………………………………………………………………... iii Abstrak ..…………………………………………………………………………...iv Kata pengantar ………………………………………………………………………v Daftar isi …………………………………………………………………………….vii Daftar gambar dan tabel …………………………………………………………....x BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang …………………………………………………………...1 1.2. Tujuan Penulisan …………………………………………………………1 1.3. Pembatasan Masalah …………………………………………………......1 1.4. Metode Penulisan ………………………………………………………...2 1.5. Sistem Penulisan …………………………………………………………2 BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori dasar GSM ………………………………………………................4 2.2. Sistem Kerja SMS ………………………………………………………..8 2.2.1. AT Commend…………...………………………………………8 2.2.2. AT Commend Untuk Komunikasi port………….……………...9 2.2.3. AT Commend Untuk Komunikasi SMS-Cantre ….……………9 2.2.4. PDU Sebagai Bahasa SMS dan Bagian-bagiannya……………..9 2.3. Mikrokontroler AT89C51 ………………………………………………17 2.3.1. Arsitektur Mikrokontroler AT89C51 ...……………………...19 2.3.2 Fungsi Pin-pin Mikrokontroler AT89C51 ..………………….20 vii
2.3.3. Timer /Counter ………………………………………………..24 2.3.4. Pewaktu CPU …………………...…………………………….25 2.3.5. Type Interuksi ………………………………………………...28 2.3.7. Mode Pengalamtan ..………………………………………...31 2.4. Komunikasi Serial RS-232 ..………...………………………………...34 2.5. Photo Dioda…... ………………………………………………………...35 2.6. Kunci Kontak…… ……………………………………………………...36 2.7. Relay……………………………………………………………………..37 2.8. Load Speaker …………………………………………………………....38 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Perangkat Keras …………………………………………..39 3.2. Input……………………………………………………………………..40 3.2.1. Pengirim Sinyal ……………………………………………….40 3.2.2. Penerima Sinyal ........................................................................ 40 3.2.3. Rangkaian Sensor ……………………………………………..40 3.2.4. Kunci Kontak………………………………………………….41 3.3. Proses …………………………………………………………………...41 3.3.1. Rangkaian Level Converter …………………………………..41 3.3.2. Rangkaian mikrokontroler ……………………………………42 3.4. Output …………………………………………………………………..43 3.4.1. Rangkaian Audio ……………………………………………..43 3.4.2. Rangkaian Pemutus CDI .…………………………………….44 3.5. Perancangan Perangkat Lunak …………………………………………45 3.5.1. Pembuatan Program ………………………………………….46 3.5.2. Penjelasan program …………………………………………..47 viii
BAB IV PENGUJIAN ALAT 4.1. Pengujian Sistem ……………………………………………………….50 4.1.1. Pengujian alat dengan kondisi alarm on/aktif dibuka dengan menggunakan kunci di masukan ke swicth/kontak secara paksa………………………………………………………….50 4.1.2. Pengujian alat dengan kondisi alarm On/aktif, dan stang bergerak ...................................................................................51 4.1.3. Pengujian alat dengan kondisi Off/tidak aktif, dan CDI nyala.51 BAB V PENUTUP Kesimpulan ..............................................................................................53 LAMPIRAN Daftar Pustaka Schematic Diagram Listing Program Datasheet
ix
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Tata Letak Header...................................................................................15 Gambar 2.2. Arsitektur AT89C51 ...............................................................................20 Gambar 2.3. Susunan Pin Pada Mikrokontroler AT89C51..........................................21 Gambar 3.1. Diagram Blok Rangkaian .......................................................................39 Gambar 3.2. Rangkaian Micro, Kunci Kontak dan Sensor .........................................41 Gambar 3.3. Rangkaian level Converter MAX 232 ....................................................42 Gambar 3.4. Rangkaian Micro, Kunci Kontak dan Sensor ………………………….43 Gambar 3.5. Rangkaian Audio ………………………………………………………44 Gambar 3.6. Rangkaian Pemutus CDI ………………………………………………45 Gambar 3.7. Diagram Alir ..........................................................................................46
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Tabel Bentuk SMS .....................................................................................12 Tabel 2.2. Skema7 Bit .................................................................................................13 Tabel 2.3. Tabel Fungsi lain dari Port 3.......................................................................22 Tabel 4.1. Hasil Pengujian alarm aktif kunci dibuka ..................................................50 Tabel 4.2. Hasil Pengujian alarm on ,stang bergerak ………………………………..51 Tabel 4.3. Hasil Pengujian alarm OF, stang bergerak………………………………..52
x
DAFTAR PUSTAKA
Putra Eko, Agfonto,
Belajar mikcrokontroler AT89C51/52/53
( Teori dan Aflikas )
Edisi Kedua, Gava Media Yogyakarta 2003. Bambang, Widodo, Interfacing Komputer dan Mikrokontroler, Komputindo,Jakarta
2004
www.atmel.com. www.elektronika.com www.Jason Homepage Electronics design & Prototype.htm www.MarkCrosbie’s Homepage.htm
xi
Elek media
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang. Alarm yang digunakan saat ini banyak yang menggunakan gelombang radio sebagai pengendalinya. Hal ini merupakan suatu kekurangan, karena terbatasnya daya jangkau gelombang radio. Untuk itu penulis mencoba memanfaatkan jaringan telephone, terutama telephone genggam yang menggunakan jaringan GSM. Hal ini sangat menguntungkan, sebab jaringan telephone genggam ini sangat luas jangkauannya dan sangat menguntungkan sebab dapat dipergunakan kapan saja dan dimana saja. Alarm ini dibuat dengan menggunakan mikrokontroler AT89C51 sebagai sebuah kontroller yang pengetahuan ini dicoba diaplikasikan dari bangku kuliah. Untuk itu Tugas akhir ini diberi judul : “SISTEM KEAMANAN KENDARAAN BERMOTOR MENGGUNAKAN HANDPHONE BERBASIS AT89C51.”
1.2. Tujuan Penulisan Tujuan Penulisan adalah ingin mengaplikasikan teori mikrokontroller AT89C51 sebagai sebuah proses otomatisasi secara elektronika yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari.
1.3. Pembatasan Masalah. Ruang
lingkup dibatasi pada analisa dan cara kerja alat ini secara
elektronik,
2
dimana
bahasan
pada
jaringan GSM
maupun
HANDPHONE secara
khusus tidak akan dibahas. Adapun PONSEL dimaksudkan sebagai media kendali semata.
1.4. Metode Penulisan Metodepenulisan yang digunakan penulis dilakukan dengan beberapa cara; a. Metode Observasi Dilakukan dengan melakukan observasi, baik tentang ide yng di tuangkan maupun tentang ketersediaan komponen-komponen yang digunakan. b. metode literature Dilakuakn dengan mencari referensi-referensi dari buku-buku maupun dari data internet yang menunjang tugas akhir.
1.5. Sistematika Penulisan. Sistematika Penulisan Tugas Akhir disusun sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Mengemukakan tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan , ruang lingkup penulisan, metoda penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II
DASAR TEORI Membahas tentang Landasan teori, teori secara logik, teori dasar peralatan,serta tinjauan pustaka yang menunjang.
BAB III PERANCANGAN ALAT
3
Membahas tentang perancangan proyek akhir, dimana akan dibahas tentang sistem kerja, baik secara hardware maupun software.
BAB IV PENGUJIAN
ALAT
Menerangkan tentang cara pengoperasian dan pengujian alat.
BAB V
PENUTUP Mengemukakan tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II DASAR TEORI
2.1.
TEORI DASAR GSM Handphone atau yang sering disebut Telepon Selular merupakan alat
komunikasi dengan teknologi yang lebih tinggi dibandingkan dengan telepon rumah (PSTN), karena pada Handphone/Telepon genggam banyak terdapat fasilitas-fasilitas (fitur) yang tidak terdapat pada PSTN. Teknologi yang digunakan sistem seluler sendiri beragam, ada AMPS, GSM, dan CDMA. Tapi, apa pun teknologinya, mereka termasuk keluarga telepon seluler. Sistem ini menyediakan komunikasi wireless bagi pelanggan (yang berlokasi dalam jangkauan radio sistem) untuk berhubungan dengan pelanggan seluler lain atau dengan pelanggan PSTN/Public Switch Telephone Network (di Indonesia, dipegang PT Telkom). Saat ini, sistem telepon seluler menyediakan layanan lebih banyak, dibanding sistem telepon kabel. Agar mampu menampung jumlah pelanggan dalam jangkauan area yang luas dapat dilakukan dengan membatasi jangkauan tiap BTS (Base Transceiver Station) menjadi satu area geografis kecil yang disebut sel. Tiga bentuk sel yang dipakai sebagai model adalah bujur sangkar (square), segitiga sama sisi (equilateral triangle), dan segi enam (hexagonal). Ketiga bentuk ini dipakai karena dapat disusun menjadi daerah tanpa overlap atau gap. Namun bentuk sel yang populer adalah segi enam, karena dengan jumlah sel yang sedikit dapat mencakup area yang luas. Beberapa buah sel (4, 7, 12, atau lainnya) disusun menjadi sebuah cluster. Oleh penyelenggara sistem seluler, seluruh spektrum frekuensi yang dialokasikan
5
untuknya dibagi ke seluruh sel dalam satu cluster. Misalkan lebar spektrum frekuensi yang dialokasikan kepadanya adalah 33 MHz dan jumlah sel per cluster-nya adalah 7, maka tiap lebar frekuensi tiap sel adalah 33/7 = 4,714 MHz. Kemudian, jika tiap kanal pembicaraan membutuhkan pita frekuensi 50 kHz, maka jumlah kanal tiap sel adalah 4714 kHz/50 kHz = 94 kanal. Karena seluruh alokasi pita frekuensi telah dipakai oleh satu cluster, maka untuk mendapatkan area yang lebar, cluster-cluster yang sama disusun seperti kita menyusun paving block. Konsep itu disebut frequency reuse, karena pita frekuensi yang sama digunakan oleh seluruh cluster lainnya. Penyusunannya harus sedemikian rupa, sehingga sel berpita frekuensi B (misalnya) pada suatu cluster tidak berdampingan dengan sel berpita frekuensi B cluster tetangga. Jika berdekatan, keduanya akan saling mengganggu (interferensi) dan mengakibatkan penurunan jumlah kanal. Sistem seluler dasar terdiri dari: mobile station (MS), base transceiver station (BTS), dan mobile switching centre (MCS). Kadang-kadang MCS disebut mobile telephone switching office (MTSO), karena ia bertanggung jawab untuk menghubungkan seluruh MS ke PSTN. Masing-masing MS berkomunikasi dengan salah satu BTS melalui gelombang radio. Jika percakapan dilakukan sambil pindah ke sel lain, MS ganti menggunakan BTS di sel baru. MS terdiri dari sebuah transceiver (pemancar dan penerima), sebuah antena, dan rangkaian kontrol. Perangkatnya bisa berbentuk unit yang terpasang di kendaraan atau berbentuk telepon genggam /handphone. BTS disusun dari sejumlah transmitter (pemancar) dan receiver (penerima), yang secara simultan melayani komunikasi full duplex (komunikasi dua arah sekaligus, seperti komunikasi telepon
6
kabel). BTS juga mempunyai menara/tower yang menyokong sejumlah antena pemancar dan penerima. BTS berfungsi sebagai jembatan bagi seluruh pelanggan mobile dalam sel. Ia menghubungkan pelanggan mobile dengan MSC melalui saluran telepon atau jaringan
microwave.
MSC
mengoordinasi
aktivitas
seluruh
BTS
dan
menghubungkan sistem seluler dengan PSTN. Biasanya MSC dapat menangani 100.000 pelanggan dan 5.000 percakapan simultan pada satu waktu. Standar yang ditentukan untuk komunikasi BTS dengan MS adalah standar common air interface (CAI). Standar ini menetapkan empat jenis kanal, yaitu: -
Forward Voice Channels (FVC), untuk mengirim sinyal suara dari BTS ke MS.
-
Reverse Voice Channels (RVC), untuk mengirim sinyal suara dari MS ke BTS.
-
Forward Control Channels (FCC), untuk mengirim sinyal inisialisasi dari BTS ke MS.
-
Reverse Control Channels (RCC), untuk mengirim sinyal inisialisasi dari MS ke BTS. Kedua control channel sering disebut setup channel karena hanya dipakai
untuk persiapan percakapan, selanjutnya pindah ke voice channel yang tidak dipakai. CC berfungsi sebagai rambu yang terus-menerus memancarkan formulir permintaan traffic (lalu lintas pembicaraan) untuk semua MS dalam sistem. Ia selalu dimonitor oleh MS yang tidak sedang melakukan percakapan (standby). Ketika telepon seluler mobile dinyalakan (dan tidak meminta panggilan), ia segera mencari kelompok FCC untuk mendapatkan salah satu kanal yang mempunyai sinyal paling kuat. Ponsel akan terus memonitor di salah satu FCC itu. Tapi kalau sinyal kanal FCC tersebut turun (drop) di bawah level yang digunakan,
7
telepon seluler kembali mencari kanal FCC lain untuk mendapatkan sinyal yang paling kuat. Ketika panggilan telepon ditujukan kepada seorang pelanggan seluler/MS, MSC mengirim panggilan ke seluruh BTS dalam sistem. MSC mengirim Mobile Identification Number (MIN) yang merupakan nomor telepon pelanggan. Panggilan dipancarkan sebagai pesan paging melalui FCC seluruh sistem seluler. MS dengan MIN yang sesuai akan menerima pesan paging dari BTS yang dimonitornya. Ia segera menjawab dengan memperkenalkan diri melalui RCC. BTS meneruskan jawaban yang dikirim oleh MS dan memberi tahu MSC tentang handshake / kesepakatan yang telah dilakukan. MSC memberi instruksi pada BTS untuk memindah panggilan ke sepasang voice channel (FVC dan RVC) yang tidak digunakan di selnya. Biasanya BTS mempunyai 10 hingga 16 pasang voice channel dan hanya sepasang control channel. Setelah itu, BTS memberi tanda pada MS untuk mengubah frekuensi ke pasangan FVC/RVC yang tidak digunakan. Selanjutnya, pesan alert dikirim melalui FVC untuk memerintahkan perangkat MS membunyikan belnya. Dan pelanggan seluler pun menjawab panggilan untuknya. Proses yang panjang ini hanya berjalan beberapa detik, sehingga tidak dapat diamati oleh si pelanggan. Segera setelah suatu percakapan berlangsung, MSC mengatur daya yang dipancarkan oleh MS serta mengubah kanal dari MS dan BTS untuk mempertahankan kualitas percakapan selama MS bergerak keluar masuk jangkauan tiap BTS. Proses mempertahankan kualitas akibat pergerakan MS disebut handoff. Dalam standar GSM, istilah handover digunakan untuk menyatakan handoff. Ketika sebuah MS memulai panggilan, permintaan inisialisasi dikirim melalui RCC. Dengan permintaan ini, MS mengirim nomor teleponnya (MIN), electronic
8
serial number (ESN), dan nomor telepon tujuannya. Ia juga mengirim stations class mark (SCM) yang menunjukkan berapa level daya pancar maksimumnya. BTS menerima data dan mengirim ke MSC. MSC akan mengesahkan permintaan, membuat hubungan dengan nomor tujuan lewat PSTN, dan memerintahkan BTS serta MS untuk pindah ke pasangan FVC/RVC yang tidak digunakan. Maka, percakapan dapat dimulai. Ketika MS bergerak memasuki sel lain saat percakapan sedang berlangsung, MSC secara otomatis akan memindah percakapan ke kanal baru yang ada di BTS baru. Proses pemindahan inilah yang disebut handoff. Operasi handoff tidak hanya membawa identifikasi BTS baru, tetapi juga memerlukan data di kanal mana sinyal suara dan kontrol akan ditempatkan di BTS baru. Proses handoff merupakan tugas penting pada sistem radio seluler apa pun. Biasanya proses handoff lebih diutamakan dibanding permintaan permulaan percakapan. Pokoknya, handoff harus dilakukan dengan sukses, sejarang mungkin, dan tidak terasa bagi pelanggan. Untuk mencapainya, banyak cara yang bisa digunakan.
2.2. Sistem Kerja SMS 2.2.1. AT Command Dibalik tampilan menu pada sebuah handphone sebenarnya adalah perintah AT Command. AT Command ini bisa digunakan untuk memerintahkan handphone melalui komputer dengan terlebih dahulu menghubungkan handphone kekomputer dengan menggunakan kabel data. Sebagai contoh apabila kita ingin menghubungi handphone dengan nomor 08151870045, maka perintah yang harus ditulis adalah : ATD +628151870045, kemudian tekan enter.
9
Dalam sebuah handphone terdapat banyak AT Command yang bisa digunakan, namun pada penulisan tugas akhir ini hanya akan dibahas AT Command yang digunakan untuk mengirim SMS.
2.2.2. AT Command untuk Komunikasi Port AT Command sebenarnya hampir sama dengan perintah > (prompt) pada DOS. Perintah-perintah yang dimasukan ke port dimulai dengan kata AT, lalu diikuti oleh karakter lainnya.
2.2.3. AT Command untuk Komunikasi dengan SMS – Centre AT Command tiap-tiap SMS device berupa ponsel seperti Nokia, Motorola, Siemens dan lainnya berbeda-beda, tapi pada dasarnya sama yaitu sebagai perintah untuk berkomunikasi. Dalam tugas akhir ini digunakan AT Command untuk Siemens. Dalam tugas akhir ini juga digunakan ponsel Siemens M55. Beberapa AT Command yang penting untuk SMS yaitu sebagai berikut: •
AT + CMGS : Untuk mengirim SMS
•
AT + CMGL : Untuk memeriksa SMS
•
AT + CMGD : Untuk menghapus SMS
2.2.4. PDU sebagai Bahasa SMS dan Bagian-bagiannya Informasi data yang mengalir ke /dari SMS-Centre harus berbentuk PDU (Protocol
Data
Unit).
PDU
berisi
bilangan-bilangan
heksadesimal
yang
mencerminkan bahasa I/O. PDU terdiri atas beberapa header. Header untuk kirim SMS ke SMS-Centre berbeda dengan SMS yang diterima dari SMS-Centre.
10
2.2.4.1. PDU Untuk Kirim SMS ke SMS-Centre •
Delapan Header untuk Kirim SMS PDU untuk mengirim SMS terdiri atas delapan header, sebagai berikut :
1. Nomor SMS-Centre Header pertama ini terdiri atas tiga subheader, yaitu: a. Jumlah pasangan heksadesimal SMS-Centre dalam bilangan heksadesimal b. Kode Nasional / International -
Untuk nasional, kode subheader-nya yaitu 81
-
Untuk internasional, kode subheader-nya yaitu 91
c. Nomor SMS-Centre-nya sendiri, dalam pasangan heksa dibalik-balik. Jika tertinggal satu angka heksa yang tidak memiliki pasangan, angka tersebut akan dipasangkan dengan huruf F didepannya. Contoh penulisan nomor SMS-Centre yang dapat ditulis dengan dua cara sebagai berikut: Cara 1 : 0816124 a. 05
ada 5 pasang (total)
b. 81
1 pasang
c. 806121F4
4 pasang
Digabung menjadi 0581806121F4 Cara 2 : 62816124 a. 05
ada 5 pasang (total)
b. 91
1 pasang
11
c. 26181642
4 pasang
Digabung menjadi : 059126181642
2. Tipe SMS-Centre Untuk mengirim tipe SMS = 1. Jadi bilangan heksanya adalah 01
3. Nomor Referensi SMS-Centre Nomor referensi ini dibiarkan dulu 0, jadi bilangan heksanya adalah 00. Nanti akan diberikan sebuah referensi otomatis oleh ponsel/alat SMS.
4. Nomor Ponsel Penerima Sama seperti cara menulis PDU Header untuk SMS-Center, header ini juga terbagi atas tiga bagian, sebagai berikut : a.
Jumlah bilangan nomor ponsel yang dituju dalam bilangan heksa.
b.
Kode nasional/internasional.
c.
•
Untuk nasional, kode subheader-nya : 81
•
Untuk internasional, kode subheader-nya : 91
Nomor ponsel yang dituju, dalam pasangan heksa di balik-balik. Jika tertinggal satu angka heksa yang tidak memiliki pasangan. Angka tersebut dipasangkan dengan huruf F di depannya.
Pada alat ini nomor ponsel yang dipakai adalah 6281315641021, jika nomor ponsel ini kita balik-balik maka akan menjadi 2618136514201. Untuk kode yang dipakai adalah internasional yaitu 91. Maka Format PDU untuk ponsel user adalah 0D912618136514201. 0D adalah banyaknya angka pada nomor ponsel user.
12
5. Bentuk SMS Bentuk SMS dapat dilihat pada table 2.1. Dibawah ini : Tabel 2.1. Tabel bentuk SMS 0
00
Dikirim sebagai SMS
1
01
Dikirim sebagai telex
2
02
Dikirim sebagai fax
Dalam hal ini, untuk mengirim dalam bentuk SMS tentu saja kita memakai 00
6. Skema Encoding Data I/O Ada dua skema, yaitu : a. Skema 7 bit Ditandai dengan angka 0 = 00 b. Skema 8 bit Ditandai dengan angka lebih besar dari 0 diubah ke heksa. Kebanyakan ponsel yang ada dipasaran sekarang menggunakan skema 7 bit sehingga kita menggunakan kode 00.
7. Jangka Waktu Sebelum SMS Expired Jika bagian ini di-skip, kita tidak membatasi waktu berlakunya SMS. Sedangkan jika kita isi dengan suatu bilangan integer yang kemudian diubah ke pasangan heksa tertentu, bilangan yang kita berikan tersebut akan mewakili jumlah waktu validitas SMS tersebut. Biasanya didalam ponsel sudah ada menu untuk
13
mengatur jangka waktu validitas SMS. Agar SMS kita pasti terkirim sampai ke ponsel penerima, sebaiknya kita tidak memberikan batasan waktu validnya.
8. Isi SMS Header ini terdiri atas dua subheader, yaitu : a. Panjang isi (jumlah huruf dari isi) misalnya : untuk kata “halo”ada 5 huruf, berarti menjadi 05. b. Isi pasangan berupa bilangan heksa. Untuk ponsel/SMS berskema encoding 7 bit, jika kita mengetikan suatu huruf berarti kita telah membuat 7 angka 1/0 berturut-turut Ada dua langkah yang harus kita lakukan untuk mengonversikan isi SMS, yaitu : Langkah pertama : mengubahnya menjadi 7 bit. Langkah kedua
: mengubah kode 7 bit menjadi 8 bit, yang diwakili oleh pasangan
heksa. Tabel 2.2. Skema 7 bit B7
0
0
0
0
1
1
1
1
B6
0
0
1
1
0
0
1
1
B5
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
2
3
4
5
6
7
@
∆
SP
0
-
P
!
1
A
Q
a
Q
Ф
“
2
B
R
b
R
#
3
C
S
c
S
4
D
T
d
T
B4
B3
B2
B1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
2
0
0
1
1
3
Г
0
1
0
0
4
Λ
$
P
14
0
1
0
1
5
Ω
%
5
E
U
e
U
0
1
1
0
6
Π
&
6
F
V
f
V
0
1
1
1
7
Ψ
‘
7
G
W
g
W
1
0
0
0
8
Σ
(
8
H
X
h
X
1
0
0
1
9
Θ
)
9
I
Y
i
Y
1
0
1
0
10
Ξ
*
:
J
Z
j
Z
1
0
1
1
11
+
;
K
Ä
k
Ä
1
1
0
0
12
,
<
L
Ö
l
Ö
1
1
0
1
13
-
=
M
1
1
1
0
14
.
>
N
1
1
1
1
15
/
?
O
LF
CR β
m Ü
n
Ü$
o
Contoh : untuk kata “halo” Langkah Pertama : h
110 1000
a
110 0001
l
110 1100
o
110 1111
Langkah Kedua : h 1
110 1000
a 00
110
l
000
111 110 11
o 0000 110 1
1 00 111
Oleh karena total 7 bit x 5 huruf = 35 bit, sedangkan yang kita perlukan adalah 8 bit x 5 huruf = 40 bit, maka diperlukan 5 bit lagi yang diisi dengan bilangan
15
0. Dengan demikian kata “halo” hasil konversinya menjadi : E830FB0D
9. Menggabungkan Delapan Header Setelah mempelajari
masing-masing header maupun subheader untuk
mengirim SMS diatas, kini kita akan menggabungkannya menjadi sebuah PDU yang lengkap. Contoh : Untuk mengirim kata “halo” ke ponsel nomor 6281315641021 lewat SMS-Centre sempati, tanpa membatasi waktu valid, maka PDU lengkapnya adalah : 0591261801000001000D91261813651420F000004E830FB0D Seperti yang terlihat pada gambar 2.1 penjelasan lengkap tentang tata letak Header.
Gambar 2.1. Tata letak Header
2.2.4.2. PDU Untuk SMS Terima dari SMS-Centre •
Delapan Header untuk SMS-Terima Kebanyakan Header dibawah ini telah dibahas sebelumnya, kecuali beberapa
yang berbeda, dijelaskan dibawah ini :
16
Nomor SMS-Centre
Tipe SMS, untuk SMS terima = 4, ditulis dalam PDU = 04
Nomor ponsel pengirim
Bentuk SMS
Skema Encoding
Tanggal dan waktu SMS Diwakili oleh 12 bilangan heksa dengan format dibalik-balik (6 pasangan) yang berarti : yy/mm/dd hh:mm:ss Contoh : 207022512380 dibaca 22 juli 2002 15:32:08 WIB
•
Batas waktu validalitas, jika tidak dibatasi dilambangkan dengan 00
Isi SMS.
Membedah Kedelapan Header Setelah mengupas satu demi satu header untuk SMS-terima ini, maka untuk
PDU dibawah ini : 05912618010000,04,0D91261813651420F,00,00,405062110581,00,04E830F B0D Dapat kita artikan sebagai berikut : 1. SMS tersebut dikirim lewat SMS-Centre : 6281100000 2. SMS tersebut merupakan SMS-Terima 3. SMS tersebut dikirim dari ponsel nomor 6281315641021 4. SMS tersebut diterima dalam bentuk SMS 5. SMS tersebut memiliki skema encoding 7 bit 6. SMS tersebut sampai di SMS-Centre pada tanggal 26 Mei 2004, pukul 11:50:18
17
7. SMS tersebut tidak memiliki batas waktu valid 8. SMS tersebut isinya adalah halo.
2.3. Mikrokontroler AT89C51 Mikrokontroler merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu Perancangan Elektronika, dengan teknologi Mikrokontroler kita dapat menemukan kemudahan dalam merancang suatu sistem elektronika terutama pada aplikasi otomatis dan sistem kendali. Pada masanya, kontroler dibangun dari komponen-komponen logika secara keseluruhan, sehingga menjadikannya besar dan berat. Setelah itu barulah dipergunakan mikrokprosesor sehingga keseluruhan kontroler masuk kedalam PCB yang cukup kecil. Hingga saat ini masih sering kita lihat kontroler yang dikendalikan oleh mikroprosesor biasa (Zilog Z80, Intel 8088, Motorola 6809, dsb). Proses pengecilan komponen terus berlangsung, semua komponen yang diperlukan guna membangun suatu kontroler dapat dikemas dalam satu keping. Maka lahirlah komputer
keping
tunggal
(one
chip
microcomputer)
atau
disebut
juga
mikrokontroler. Mikrokontroler adalah suatu IC dengan kepadatan yang sangat tinggi, dimana semua bagian yang diperlukan untuk suatu kontroler sudah dikemas dalam satu keping, biasanya terdiri dari: CPU (Central Processing Unit), RAM (Random Access Memory), EEPROM / EPROM / PROM / ROM, I/O, Serial & Parallel, Timer Interupt Controller. Rata-rata mikrokontroler memiliki instruksi manipulasi bit, akses ke I/O secara langsung dan mudah, dan proses interupt yang cepat dan efisien. Dengan kata lain mikrokontroler adalah "Solusi satu Chip" yang secara drastis mengurangi jumlah
18
komponen dan biaya disaign (harga relatif rendah). Mikrokontroler tersedia dalam beberapa pilihan, tergantung dari keperluan dan kemampuan yang diinginkan. Kita dapat memilih mikrokontroler 4, 8, 16 atau 32 bit. Disamping itu terdapat pula mikrokontroler dengan kemampuan komunikasi serial, penanganan keyboard, pemroses sinyal, pemroses video dll. Mikrokontroler adalah suatu rangkain LSI yang didesain untuk melaksanakan fungsi suatu unit pemrograman sentral suatu komputer digit atau suatu sistem logika universal yang dapat diprogram dan dimanukfaktur pada sebuah chip silikon. Mikrokontroler ini dirancang untuk menyederhanakan fungsi dari komponenkomponen elektronika yang cukup banyak seperti pengoperasian OR, AND, ADD, NOT, Comparator , Shift Register dan fungsi-fungsi lain dari beberapa IC Logika. Dengan Mikrokontroler ini akan memudahkan desainer untuk merancang suatu fungsi tertentu, dan mikrokontoler ini merupakan suatu chip yang menggabungkan beberapa jenis device, yaitu mikroprossesor (sebagai otak dari chip ini), internal Random Access Memory, internal Erasable Programmable Read Only Memory (EEPROM) sebagai program memory dan I/O port. Sehingga tidak memerlukan I/O external untuk pengambilan/pengeluaran data dan tidak memerlukan memory external untuk penyimpanan data, karena semua media tersebut telah ada dan disediakan didalam chip mikrokontroler tersebut. Hanya bila diperlukan fasilitas tersebut dapat ditambahkan dari luar chip.
Mikrokontroler
sendiri memiliki banyak jenis, dan untuk pembuatan dan perancangan alat ini akan digunakan jenis Mikrokontroler keluarga MCS-51 yaitu Mikrokontroler AT89C51.
19
2.3.1. Arsitektur Mikrokontroler AT89C51 Mikrokontroler AT89C51 adalah sebuah mikrokontroler 8 bit dengan low power supply dan performasi tinggi yang terdiri dari CMOS dengan Programmable and Erasable Read Only Memory (PEROM) sebesar 4 Kbyte didalamnya. Alat tersebut dibuat dengan menggunakan teknologi non-volatile berdensitas tinggi dari ATMEL yang kompatible dengan keluarga MCS-51, sehingga perintah-perintah dan fungsi-fungsi pin-nya sama dengan mikrokontroler keluarga MCS-51 yang merupakan standard industri. Dengan menggunakan flash memory dapat mengisi program dan menghapusnya secara electrikal, yaitu dengan memberikan kondisikondisi tertentu (high/low) pada pin-pinnya sesuai dengan konfigurasi untuk mengisi atau mengapus program. Cara ini lebih praktis dibandingkan dengan menggunakan EPROM karena program atau data yang ada di ROM dapat dihapus dengan menggunakan sinar ultraviolet. Mikrokontroler ini memiliki konfigurasi sebagai berikut :
8 bit CPU yang dikhusukan untuk aplikasi kontrol
64 Kbyte pengalamatan program memory
64 Kbyte pengalamatan data memory
4 Kbyte internal program memory
128 byte internal data RAM
4 x 8 bit jalur data yang dapat diprogram secara bidirectional
2 buah 16 bit Timer/Counter
Full Dupplex UART
Internal Clock Osscilator
20
Gambar 2.2. Arsitektur AT89C51
2.3.2. Fungsi pin-pin Mikrokontroler AT89C51 Susunan pin-pin pada Mikrokontroler AT89C51 dapat diperlihatkan pada Gambar 2.3 seperti di bawah ini :
21
Gambar 2.3. Susunan Pin Pada Mikrokontroler AT89C51
Penjelasan dari masing-masing pin adalah sebagai berikut :
a. Port 0 Port 0 berfungsi ganda (dual purpose port), pertama sebagai port I/0 dalam kondisi tinggi, berlokasi pada pin 32 – 39. Pada kondisi rendah digunakan sebagai memori eksternal, sehingga dapat menjadi multiplexer bus alamat dan bus data. Port ini terdiri atas 8 pin dengan code P0.1 – P0.7.
b. Port 1 Port 1 didesain khusus (dedicated) sebagai interface port I / O (pada kondisi tinggi) dengan peralatan luar, dan tidak ada alternative penggunaan pada pin ini
22
selain kondisi tinggi. Port ini terdiri atas 8 pin dan berlokasi pada pin 1 – 8 dengan code P1.1 – P1.7.
c. Port 2 Port 2 berfungsi ganda (dual-purpose) yaitu sebagai port I/O pada kondisi tinggi dan sebagai bus alamat dengan memori eksternal pada kondisi rendah, port ini terdiri dari 8 pin dan berlokasi pada pin 21 – 28 dengan code P2.0 – P2.7.
d. Port 3 Port 3 adalah dual-purpose port terletak pada pin 10 – 17 dengan code P3.0 – P3.7. Selain sebagai general purpose I/O, port ini juga memiliki fungsi pengganti (alternatife function) pada masing-masing pinnya. Fungsi-fungsi pengganti dari port 3 diperlihatkan pada Tabel 2.3 dibawah ini: Tabel 2.3. Fungsi-fungsi Lain Dari Port 3
e. PSEN (Program Store Enable) PSEN pada pin 29 adalah pengontrol sinyal untuk mengaktifkan program memory external. Digunakan bersamaan dengan pin EPROM Output Enable (OE)
23
untuk pembacaan program byte EPROM. Pada sinyal pulsa rendah PSEN mengaktifkan pembacaan pada EPROM sebagai bus data yang menahan instruksi register, sedang pada pulsa tinggi melaksanakan program memory internal EPROM.
f. ALE (Address Latch Enable) ALE yang terletak pada pin 30 berfungsi sebagai Demultiflexing bus data dan alamat pada sinyal pulsa rendah, ALE merupakan sinyal yang menahan sinyal alamat ke dalam register external selama 0,5 memory cycle yang pertama, ketika transfer data mengisi memory. Pulsa sinyal ALE berada pada 1/6 dari frekuensi oscilator sehingga dapat dijadikan clock untuk mereset sistem.
g. EA (External Addres) Input sinyal EA yang terdapat pada pin 30 untuk kondisi tinggi/high (5 volt) akan melaksanakan program dari internal ROM. Sedangkan pada kondisi rendah/low, program akan dilaksanakan dari memory external dan pulsa PSEN akan menjadi rendah.
h. RST (Reset) Input RST pada pin 9 adalah mereset master pada Mikrokontroler AT89C51, ketika sinyal ini tinggi untuk kira-kira 2 machine cycle, register internal AT89C51 akan diisi dengan data yang sesuai dengan sistem start up. Reset mikrokontroller AT89C51 yaitu dengan cara menahan RST pada posisi high sedikitnya dua kali perputaran mesin dan akan kembali menjadi posisi low. Dimana reset dapat dilakukan secara manual dengan saklar atau dapat diaktifkan
24
dengan otomatis melalui rangkaian R-C. Program Counter pada register ini pada alamat 000H, setelah RST kembali low, pengaktifan program dimulai pada lokasi pertama kode memori.
i. XTAL 1 XTAL1 pada pin 19 adalah kaki masukan ke rangkaian oscilator internal. Sebuah oscilator kristal atau sumber oscilator luar dapat digunakan.
j. XTAL 2 XTAL2 pada pin 18 adalah kaki keluaran ke rangkaian oscilator internal. Ini dipakai bila menggunakan oscilator dari luar.
2.3.3. Timer/Counter Pada Mikrokontroler AT89C51 terdapat dua buah timer yang dapat digunakan untuk : interval timing, event counting, dan baud rate generation bagi built-in serial port. Masing-masing adalah 16 bit timer. Pada aplikasi interval timing, sebuah timer diprogram agar overflow pada suatu interval waktu dan mengeset timer overfloe flag, flag ini digunakan untuk sinkronisasi program, yaitu untuk mengecek keadaan input atau untuk mengirimkan data ke output. Event counting digunakan untuk menentukan banyaknya kejadian dari suatu event atau untuk mengukur lamanya waktu dari suatu event. Pengoperasian Timer/Counter untuk mengaksesnya digunakan register khusus yang tersimpan dalam SFR (Special Function Register). Pencacah biner Timer 0 diakses melalui register TL0 (Timer 0 Low Byte, memory data internal
25
6AH) dan register TH0 (Timer 0 High Byte, memory data internal 6CH). Pencacah biner Timer 1 diakses melalui register TL1 (Timer 1 Low Byte, memory data internal 6BH) dan register TH1 (Timer 1 High Byte, memory data internal 6DH).
Timer Register Mode (TMOD) Register TMOD berisi 2 grup dari 4 bit yang diset dalam mode operasi untuk timer 0 atau timer 1. TMOD bukan bit alamat, pada dasarnya hanya dibebankan melalui software pada permulaan program ketika akan membangun mode timer.
Timer Control Register (TCON) Register TCON berisi status dan kontrol bit untuk timer 0 dan timer 1. Bit keempat teratas TCON (TCON.4 – TCON.7) digunakan untuk menjalankan dan mematikan timer. Bit keempat bagian bawah TCON (TCON.0 –TCON.3) tidak digunakan dalam timer. Mereka hanya untuk mendeteksi dan membangun internal interupt.
2.3.4. Pewaktu CPU Semua Mikrokontroler AT89C51 memiliki Oscilator On-chip, yang dapat digunakan sebagai sumber detak (clock) ke CPU. Untuk menggunakannya dengan cara menghubungkan sebuah resonator kristal atau keremaik diantara kaki-kaki XTAL1 dan XTAL2 dan dihubungkan dengan kapasitor ke ground.
2.3.5. Port serial Port serial pada Mikrokontroler AT89C51 bersifat duplex penuh atau full duplex, artinya port serial bisa menerima dan mengirim secara bersamaan. Selain itu
26
juga memiliki penyangga penerima, artinya port serial mulai bisa menerima byte yang kedua sebelum byte yang pertama dibaca oleh register penerima (jika sampai byte yang kedua selesai diterima, sedangkan byte yang pertama belum juga dibaca, maka salah satu byte akan hilang). Penerimaan dan pengiriman data port serial melalui register SBUF. Penulisan ke SBUF berarti membaca register-register pengiriman SBUF sedangkan pembacaan dari SBUF berati membaca
register
penerimaan SBUF yang memang terpisah secara fisik (secara perangkat lunak namanya menjadi satu yaitu SBUF). AT89C51 memiliki serial port yaitu pada pin TXD dan RXD, sedangkan akses perangkat lunak untuk serial port melalui dua buah SFR, yaitu SBUF (serial port buffer) dan SCON (serial port control register). Bila ingin mengirimkan data, kita harus menuliskan data tersebut pada SBUF, sedangkan bila ingin mengambil data, kita harus membaca nilai yang ada pada SBUF. Serial port pada AT89C51 memiliki empat mode operasi yang dapat dipilih melalui register SCON. Port serial dapat digunakan dalam 4 mode kerja yang berbeda. Dari 4 mode tersebut, 1 mode diantaranya bekerja secara sinkron sedangkan 3 yang lainnya bekerja secara asinkron. Adapun keempat mode tersebut adalah :
a. Mode 0 Mode ini bekerja secara sinkron, data serial dikirm dan diterima melalui kaki P3.0 (RxD), sedangkan kaki P3.1 (TxD) digunakan untuk menyalurkan detak pendorong data serial yang dibangkitkan. Data dikirim/diterima 8 bit sekaligus, mulai dari bit yang bobotnya paling kecil atau LSB (bit 0) dan diakhiri dengan bit
27
yang bobotnya paling besar atau MSB (bit 7). Kecepatan pengiriman data (baudrate) adah 1/12 frekuensi kristal yang digunakan.
b. Mode 1 Pada mode ini tetap, data dikirim melalui P3.1 (TxD) dan diterima melalui kaki P3.0 (RxD), secara asinkron (juga mode 2 dan 3). Pada mode 1 data dikirim/diterima 10 bit sekaligus, diawali dengan bit start, disusul dengan 8 bit data yang dimulai dari bit yang bobotnya paling kecil (bit 0) dan diakhiri dengan 1 bit stop. Pada Mikrokontroler AT89C51 yang berfungsi sebagai penerima bit stop adalah RB8 dalam registre SCON. Kecepatan pengiriman data (boudrate) bisa diatur sesuai dengan keperluan. Mode inilah (mode 2 dan 3) yang umum dikenal sebagai UART (Universal Asynchronous Receiver /Transmitter).
c. Mode 2 Data dikirim dan diterima 11 bit sekaligus, diawali dengan 1 bit start, disusul dengan 8 bit data yang dimulai dari bit yang bobotnya paling kecil (bit 0), kemudian bit ke-9 yang bisa diatur lebih lanjut, diakhiri dengan 1 bit stop. Pada Mikrokontroler AT89C51 yang berfungsi sebagai pengirim, bit ke-9 tersebut berasal dari TB8 dalam register SCON, yang berfungsi sebagai penerima 9 bit ditampung pada bit RB8 dalam register SCON, sedangkan bit stop diabaikan tidak ditampung. Kecepatan pengiriman data (boudrate) bisa dipilih antara 1/32 atau 1/64 frekuensi kristal yang digunakan.
28
d. Mode 3 Mode ini sama dengan mode 2, hanya saja kecepatan pengiriman data (boudrate) bisa di atur sesuai dengan keperluan, seperti halnya mode 1.
2.3.6. Type Instruksi Pada prosessor 8 bit, dimana mikrokontroler AT89C51 mempunyai opcode 8 bit, ini berarti terdapat 256 instruksi dari 28 bit. Dari 256 instruksi hanya satu saja yang belum didefinisikan, beberapa instruksi mempunyai satu atau dua bytes tambahan untuk data atau alamat, maka ada 139 buah instruksi satu byte, 92 buah instruksi 2 bytes dan 24 buah instruksi 3 bytes. Pemetaan Opcode dapat dilihat pada appendiks, untuk setiap opcode, mnemonics, jumlah bytes dari instruksi dan jumlah perputaran mesin untuk melaksanakan instruksi. Mikrokontroler AT89C51 mempunyai instruksi yang dibagi dalam 5 grup yaitu :
Aritmetika
Logika
Data Transfer
Variable Boolean
Percabangan Program
a. Instruksi Aritmetika Instruksi Aritmetika / ADD dapat dilaksanakan dengan 4 cara yaitu :
ADD
A,7FH
Pengalamatan langsung
ADD
A,@R0
Pengalamatan tak langsung
29
ADD
A,R7
Pengalamatan Register
ADD
A,#35H
Pengalamatan Immediate
Untuk aritmatika BCD (Binnary – Coded Decimal), ADD dan ADDC harus diikuti dengan operasi DA A (Decimal Adjust) untuk meyakinkan hasil dari BCD, dimana DA A akan merubah nomor binary menjadi BCD
b. Instruksi Logika Instruksi logika pada Mikrokontroler AT89C51 memberikan operasi Booelan (AND, OR, exlusive OR dan NOT) dalam byte data. Semua instruksi logika menggunakan akumulator pada pengoperasian pertama dalam sebuah cycle mesin. Operasi logika dapat ditampilkan dalam sebuah byte ruang memory internal data tanpa meninggalkan akumulator. Instruksi perputaran (RL A dan RR A) menggeser akumulator satu bit ke arah kiri atau kanan.
Untuk pergeseran ke kiri, MSB berputar ke arah LSB, untuk
pergeseran ke kanan LSB berputar ke arah posisi MSB. Variasi RLC A dan RRC A adalah pergeseran 9-bit yang menggunakan akumulator dan membawa pengikut ke dalam PSW. Instruksi SWAP A mengubah posisi tinggi ke posisi rendah dengan menggunakan akumulator.
c. Instruksi Data Transfer Internal RAM Instruksi ini memindahkan data dengan ruang memory internal yang akan dilaksanakan pada satu atau dua cycle mesin. Format instruksi ini adalah : MOV
,<sumber>
30
Menyediakan data untuk dipindahkan antar 2 internal RAM atau lokasi SFR dengan keluaran melalui akumulator. Bagian atas 128 byte data memory RAM hanya dapat diakses dengan pengalamatan langsung dan SFR hanya dapat diakses dengan pengalamatan langsung.
d. Instruksi Transfer Data Untuk Melihat Tabel Data Instruksi transfer data dapat dilakukan untuk melihat tabel dalam memory program. Sejak mengakses program memory, tabel hanya dapat dilihat tapi tidak dapat diperbaiki. Mnemonics MOVC untuk memindahkan konstan, maka digunakan hanya pada PC atau DPTR sebagai base register dan akumulator tetap.
e. Instruksi Boolean Mikrokontroler AT89C51 memiliki sebuah prosessor Booleanyang lengkap (bit-tunggal). RAM internal mengandung 128 bit yang dapat dialamati dan ruang SFR (Register Fungsi Khusus) dapat mendukung hingga 128 bit yang dapat dialamati lainnya. Semua jalur port juga merupakan bit yang dapat dialamati dan masingmasing dapat diperlakukan sebagai port bit tunggal yang terpisah. Instruksi-instruksi yang mengakses bit-bit ini tidak hanya dipencabangan bersyarat saja, namun lengkap meliputi instruksi-instruksi pemindahan data (move), set, cleaner, komplemen, OR dan AND.
31
f. Pengujian Bit Instruksi pengujian bit akan dilewati jika alamat bit set (JC, JB, JBC) atau jika alamat bit tidak diset (JNC dan JNB). Semua bit PSW adalah pengalamatan langsung, jadi parity bit atau flag yang digunakan secara umum, dapat juga digunakan sebagai bit instruksi set.
g. Instruksi Program Pencabangan Ada beberapa jenis variasi instruksi : SJMP, LJMP dan AJMP. Instruksi SJMP secara spesifik menunjukan alamat konstan 16-bit, instruksi AJMP merupakan alamat 11-bit. Pada SJMP, instruksi mempunyai panjang 2 byte, opcodenya berisi 3 dari 11 alamat bit dan 2 byte menahan bagian bawah 8 bit dari 11 bit dalam PC dan bagian tinggi menahan 5 bit pada PC yang sama. Tujuan yang akan dikirimkan harus sama dengan blok 2K pada instruksi AJMP. Jika 62K kode memory terdapat 32 blok, setiap bagian awal pada 2K alamat (0000H, 1000H sampai F800H).
h. Tabel Jump Instruksi JMP @A+DPTR mendukung penggunaan jump untuk jump tabel, tujuan alamat komputer pada waktu pelaksanaan pada penambahan 16 bit register DPTR dan akumulator. DPTR akan dibebankan dengan alamat dari jump tabel dan akumulator bereakasi sebagai indeks.
2.3.7. Mode Pengalamatan Mode pengalamatan adalah bagian integral dari setiap instruksi set komputer, disediakan sumber atau tujuan spesifik data dengan jalan yang berbeda tergantung
32
program yang dibuat. Pada bagian ini akan dijelaskan instruksi mikrokontroler AT89C51, yang dibagi dalam 8 mode yaitu : register, direct, indirect, immediate, relative, absolute, long dan indexed.
a. Pengalamatan Register Program 8951 dapat mengakses alamat yang di encoded dengan menggunakan bits dari bits instruksi opcode untuk mengindikasikan / register dengan ruang alamat logika. Kode fungsi alamat operand dapat dikombinasikan untuk membuat instruksi pendek (1 byte).
b. Pengalamatan Langsung (Direct) Pengalamatan langsung dapat mengakses setiap variable chip atau register hardware. Byte tambahan ditambahkan pada opcode di lokasi yang telah ditentukan. Ketergantungan pada bit order tinggi dari alamat langsung, yaitu satu dari dua chip memori yang dipilih. Ketika bit 7 = 0, alamat langsung antara 0 dan 127 (00H – 7FH) dan 128 order rendah lokasi chip RAM yang direferensikan. Semua port I / O dengan fungsi khusus, control atau register status menunjukkan alamat antara 128 256 (80H – FFH).
c. Pengalamatan Tak Langsung (Indirect) Mikrokontroler AT89C51 mempunyai solusi dengan pengalamatan tak langsung pada situasi ketika memanipulasi perputaran memeori, register atau alamat langsung tidak dapat digunakan. Sejak digunakannya pengoprasian alamat yang dikenal dengan nama waktu pengasemblian. R0 dan R1 menggunakan register
33
“POINTER” untuk mengindikasikan alamat dalam RAM dimana data ditulis atau dibaca. Bit dari instruksi opcode menyediakan register (R0 dan R1) yang digunakan sebagai pointer. Pengalamatan tak langsung di representasikan dengan tanda “at” *@) yang mewakili R0 arau R1.
d. Pengalamatan Immediate Ketika sumber operand berisi sebagian besar variable (contohnya : instruksi yang menggunakan nilai yang dikenal dengan nama “waktu pengasemblian”, ketika konstan maka dapat digabungkan menjadi instruksi sebagai byte data immediate. Dalam bahasa assembly, ditandai dengan tanda pagar (#). Operand dapat berisi angka konstan,
variable
symbol
atau
operator.
Semua
instruksi
menggunakan
pengalamayan data kosntan 8-bit dengan pengecualian ketika akan menginisialize data pointer sehingga data 16-bit dapat digunakan.
e. Pengalamatan Relative Pengalamatan ini hanya menggunakan instruksi JUMP, dengan menggunakan data 8-bit. Daerah untuk jumping adalah dari -128 sampai dengan +128 lokasi. Prioritas untuk penambahan, programn counter ditambahkan pada alamat melalui instruksi JUMP. Pengalamatan relative memiliki keunggulan dalam penyediaan posisi kode independent, namun kerugiannya adalah pembatasan daerah tujuan JUMP.
f. Pengalamatan Absolute Pengalamatan absolute digunakan hanya pada instruksi ACALL dan AJMP
34
Kedua byte isntruksi ini menyediakan pencabangan pada 2K kode memory dengan mengadakan 11 bits alamat tujuan dalam opcode (A10 – A8) dan 2 byte instruksi (A7 – A0). Pengalamatan absolute menyediakan kelebihan yaitu instruksi yang pendek (2 byte) namun kerugiannya adalah pembatasan daerah tujuan dan penyediaan posisi yang tergantung pada kode.
g. Pengalamatan Long Pengalamatan Long hanya digunakan pada instruksi LCALL dan AJMP, ketiga byte instruksi ini termasuk alamat tujuan 16 bit pada bytes 2 dan 3 dari instruksi. Keuntungan kode ruang 64K mungkin dapat digunakan namun kerugiannya instruksi menggunakan 3 byte panjang dan tergantung pada posisi, sebab program tidak dapat melaksanakannya pada alamat yang berbeda.
h. Pengalamatan Indexed Pengalamatan ini menggunakan register dasar dan offset dalam form alamat efektif untuk instruksi JMP atau MOVC.
2.4. KOMUNIKASI SERIAL RS-232 Komunikasi serial RS-232 memberikan ketentuan logic level sebagai berikut: -
Logic 1 (keadaan 1) disebut "Mark" terletak antara -3 Volt hingga -15 Volt
-
Logic 0 (keadaan 0) disebut "Space" terletak antara +3 Volt hingga +15 Volt Daerah tegangan antara -3 Volt hingga +3 Volt adalah Invalid level, yaitu
tegangan yang tidak lagi memeiliki keadaan logic, sehingga daerah ini harus dihindari. Demikian pula selama RS 232 yang mendapat isyarat logic pada daerah
35
negatif dari -15 Volt dan lebih positif dari +15 Volt dapat merusak logic translatornya atau line driver pada saluran RS 232. Standar RS-232 juga menentukan batas slew rate maksimum pada driver outputnya yaitu 30 V/μs dan baud rate maksimumnya adalah 20 kbps. Impedansi dari interface antara driver output dengan receivernya ditentukan antara 3kΩ sampai 7kΩ, sedangkan panjang kabel maksimumnya ditentukan dari nilai beban kapasitansi maksimum yaitu 2500 pF. Interface (antar muka) yang digunakan dalam RS-232 ditentukan dengan menggunakan konektor dengan 25-pin, atau sering disebut dengan “DB 25”. Dan karena tidak semua sinyal digunakan pada konektor dengan 25-pin dan dianggap terlalu banyak, sehingga sering digunakan juga konektor dengan 9-pin atau sering disebut “DB9S”. Pada komputer, interface untuk komunikasi serial RS-232 ini dapat ditemui pada bagian belakang, yaitu berupa DB-25 male connector aau DB-9 male connector. Perlu diperhatikan, biasanya serial port yang digunakan paa PC berupa DB-9, sedangkan DB-25 female connector biasanya digunakan untuk parallel port.
2.5. PHOTO DIODA Photo dioda adalah aplikasi dari
bidang
ilmu
yang
dinamakan
OPTOELEKTRONIKA yaitu perpaduan antara optic dan elektonika, ada juga yang menyebut QUANTUM Elektronika. Padadasarnya cara kerja semau potodioda adalah sama, ketikaarusmaju diberikan maka akan terjadi rekombinasi antara electron dan holes dari tinggkat energi ke tinggi ke tingkat eneergi rendah. Menurut fisaka kunatum maka rekombinasi iniakan menghasilkan/memancarkan radiasi elektro magnetic. Radiasi
36
dapat terjadi jika pita energi electron dan pita energi holes dalm susunan yang disebut deangan direct bandgap (ini istilah dalam fisika quantum yang artinya tidak selisih momentum antara kedua pita tersebut), bahan semkonduktor yang banyak dipakai yaitu silicon memiliki pita energi indirect bandgap sehingga tak dapat digunakan untukmenghasilkan cahaya,sehingga dicarilah bahan lain misalnya Gallium, pospida, Arsenida dan sebagainya bahan-inidisusun dengan perbandingan sedemikian rupa sehingga dapat mengahsilkan cahaya-cahaya dengan warna yang diinginkan Pada dasarnya warna cahaya (panjangn gelombang cahaya) yang dipacarkan itu tergantung pada ENERGI BANDGAP antara pita electron dan hole dan ENERGY BANDGAP ini tergantung dengan komposisi zat-zat yang digunakan. Saat ini photo dioda yang ada berpariasi dari warnainfra merah sampai ultraviolet. Warna LED
putih dihasilkan dengan berbagai cara,misalnya digunakan LED biru lalu
dilapisi dengan zat tertentu sehingga dari sebagian warna biru tersebut dirubah menjadi orange, sampai warna mata kita orange dan biru tersebut berpadu sehingga memberikan kesan putih pada mata kita.
2.6. KUNCI KONTAK Kunci kotak yang digunakan untuk menghubungkan dengan alat adalah kunci yang terdapat pada kendaraan yg di hubungkan dengan microprosesor .kunci kontak ini berfungsi ON/OFF . Kunci kontak ini untuk mengoperasikannya dengan cara memutar kunci kontak ke posisi tertentu dan mengembalikan kontak ke posisi normal dengan cra memutar ke posisi semula.
37
2.7. RELAY Sebagai mana kita ketahui, bahwa relay adalah saklar magnetic yang berguna untuk menghubungkan dan memutuskan rangkaian. Ralay di rancang untk penggunaan daya dibawah kontaktor.oleh karena itu ,relay digunakan sebagai perangkat control dan tidak dimaksudkan untuk rangkaian daya.relay apabila dihubungkan dengan sumber tegangan,pada mulanya akan mengambil aus yang lebih besar daripada keadan kerja nominal dan tidak dimaksudkan untuk memutus dan menghubungkan arus yang lebih besar dari pada kemampuan hantaran arus maksimal. Kontruksi umum di dalam relay terdapat dalam rangakain magnetik berupa kumparan, yang ditempatkan pada inti (Core) dan kontak-kontaknya (terdiri dari kontak utama dan kontak Bantu). Relay bekerja berndasarkan arus yang melalui kumparan (Coil).apa bila k\coil tersebut mendapat suplai teganan yang sesuai, maka akan menyebabkan kontak kontak pada relay tertarik (bekerja). Kontak-kontak utama bekerja sebagai penghubung atau pemutus terhadap input dengan beban. Sedangkan kontak-kontak Bantu akan menghubungkan atau memutuskan pada rangkaian kontrolnya. Bekerjanya kontak-kontak tersebut masih dilengkapi dengan kontak-kontak change over. Kemungkinan yang akan tibul dengan adanya kontak-kontak change over tersebut sebagai berikut • Meneruskan isyarat ke alat lain, misalnya pada penyalaan lampu penyebab relay ini bekerja • Menyimpan suatu isyarat, misalnya isyarat motor berjalan, pengerjaan oleh saklar tekan (saklar lainya) disimpan oleh kontak change over sampai ada
38
isyarat lain. Hal ini merupan unsur ingatan yang dapat di hapus oleh isyarat lain.
2.8. LOAD SPEAKER Load speaker (LS) adalah alat yang dipergunakan untuk memberi peringatan adanya gangguan pada peralatan output beban atau memantau kondisi-kondisi tertentu dengan adanya bunyi yang di timbulkan.pada prinsipnya LS
merupan
peralatan listrik yang didalamnya terdapat lilitan coil dan magnet , jika disuplay oleh arus listrrik maka coil akan bergetar dari getaran itu timbulan bunyi, LS yang digunakan pada alat ini adalah dengan sepesipikasi 8 ohm 0,25 W Untuk menyeting frequensi suara pada load speaker atau penyetingan frequensi sinyal aaudio dilakukan dengan manual dengan mengaur resistor pada rangkaian load speaker. Sehingga menghasilkan bunyi pulsa untuk loads spaker
BAB III PERANCANGAN ALAT
3.1. Perancangan Perangkat Keras Rangkaian alarm dengan mikrokontroller AT89C51 dan HP GSM ini dibagi menjadi bagian utama, yaitu : Input, terdiri dari rangkaian Pengirim dan penerima sinyal, sensor photodioda dan kunci kontak motor. Proses, Terdiri dari rangkaian mikrokontroller dan rangkaian konversi dari serial ke TTL. Output, terdiri dari rangkaian penguat bunyi (buzzer) dan relay pemutus cdi. Pemutus CDI
HP Pengirim sinyal
Switch Relay
HP Penerima sinyal
Level Converter MAX232
Mikrokontroler AT89C51
Photodioda
Gambar 3.1. Diagram Blok Rangkaian
Buzzer
40
3.2. Input 3.2.1
Pengirim Sinyal Rangkaian pengirim sinyal GSM ini adalah satu unit telepon sellular
termasuk sebuah kartu SIM (Subscribed Identified Memory Card) yang sudah terpasang dan beroperasi pada jaringan GSM. Identitas dari kartu SIM ini merupakan angka-angka atau yang kita kenal sebagai nomor handphone, yang nantinya angka-angka ini akan kita jadikan data pada program mikrokontroller
3.2.2 Penerima Sinyal Sebagai penerima sinyal, bagian ini juga terdiri dari satu unit telepon sellular termasuk sebuah kartu SIM (SIM Card) yang sudah terpasang, sama halnya seperti unit pengirim sinyal, yang tentunya beroperasi pada jaringan GSM juga. Karena pesawat telepon sellular ini akan dihubungkan dengan rangkaian Mikroprosessor, maka untuk unit HP penerima ini digunakan produk keluaran Siemens dengan spesifikasi seri C55, dengan alasan bersifat lebih terbuka artinya produk tersebut menyediakan perintah-perintah (AT Command Reference Set) yang mendukung komunikasi data antara Mikrokontroller dengan telepon sellular.
3.2.3. Rangkaian Sensor. Rangkaian sensor yang dipakai disini adalah sensor Photodioda dimana digunakan Port P2.5 sebagai input ke mikrokontroller. Sensor ini bekerja secara
41
aktiv “High” yang berarti apabila pencurian maka sensor akan mengirim pulsa “1” menuju ke mikrokontroller, maka mikrokontroller akan membaca masukan untuk proses selanjutnya.
3.2.4. Kunci Kontak. Kunci kontak disini akan bekerja apabila ada perubahan kondisi mekanik secara “paksa” pada saat alarm aktif, maka akan mengirim pulsa Low ke mikrokontroller agar alarm bekerja. Rangkaian ini menggunakan Port P2.4 U1 AT89C51
X1 11.0592MHz C6 33p
1 2 3 4 5 6 7 8 18 19 10 11
P3.0/RXD P3.1/TXD RST
+5V
C9 10u
P0.0/AD0 P0.1/AD1 P0.2/AD2 P0.3/AD3 P0.4/AD4 P0.5/AD5 P0.6/AD6 P0.7/AD7 P2.0/A8 P2.1/A9 P2.2/A10 P2.3/A11 P2.4/A12 P2.5/A13 P2.6/A14 P2.7/A15
XTAL2 XTAL1
9
C7 33p
P1.0 P1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P1.7
EA/VPP
Ke Rgk Buzzer
P3.5/T1 P3.4/T0 P3.3/INT1 P3.2/INT0
P3.6/WR P3.7/RD PSEN ALE/PROG
31
15 14 13 12
R7 8K2
39 38 37 36 35 34 33 32 21 22 23 24 25 26 27 28
Ke Rgk Relay
+5V
16 17
+5V
R7 8K2
R7 8K2
29 30 PHOTODIODE SW1
D1
D4 LED
KUNCI KONTAK Ke T1In Level Converter Dari R1Out Level Converter
Gambar 3.2. Rangkaian micro, kunci kontak dan sensor
3.3. Proses. 3.3.1 Rangkaian Level Converter Rangkaian serial berfungsi sebagai penghubung antara Handphone dengan mikrokontroller. Pada mikrokontroller AT89C51 pin yang digunakan untuk komunikasi serial adalah pin 10 (RxD) dan pin 11 (TxD). Interfacing komunikasi
42
serial pada masukan atau keluaran mikrokontroler dengan handphone, digunakan rangkaian komunikasi serial dengan IC MAX 232. IC MAX 232 berfungsi untuk mengubah sinyal keluaran dari kabel data handphone yang mempunyai tegangan 12 Volt untuk logika 1 (high) dan tegangan 12 Volt untuk logika 0 (low), menjadi format mikrokontroler yang mempunyai tegangan 5 Volt untuk logika 1 (high) dan tegangan 0 Volt untuk logika 0 (low). Begitu juga sebaliknya ketika mikrokontroler akan mengirim data ke handphone, IC MAX 232 akan merubah format tegangan mikrokontroler menjadi format tegangan yang dibutuhkan oleh handphone, seperti yang terlihat pada gambar berikut. +5V C3 4.7u/50V
Ke HP
U2 R1
4.7
R2 4.7
9 13 7 14
16
V+
5 9 4 8 3 7 2 6 1
2
+
DB9
R2OUT R1IN T2OUT T1OUT
VCC R1OUT T1IN C+
C1MAX232 10
T2IN
C2+
R2IN
C2-
Ke P3.0 uC Dari P3.1 uC
1 3
+ C4 4.7u/50V
4 5
+ C5 4.7u/50V
V-
8
12 11
GND
6
15
C8 + 4.7u/50V
Gambar 3.3. Rangkaian Level Converter MAX 232
3.3.2 Rangkaian Mikrokontroller Rangkaian ini terdiri dari IC mikrokontroller AT89C51, rangkaian tambahan untuk osilator yang terdiri dari 2 buah capacitor dan 1 buah crystal serta rangkaian power ON Reset yang terdiri dari capacitor dan resistor.
43
Crystal dan capacitor berfungsi untuk membangkitkan clock bagi mikroprosessor agar dapat bekerja. Rangkaian ini menggunakan frekuensi sebesar 11.0592 Mhz karena mudah mendapatkan baud rate (kecepatan komunikasi serial) sebesar 19.200 bps (byte per second) dan HP yang digunakan memiliki baud rate seperti diatas. Rangkaian power On reset berfungsi untuk mereset mikroprosessor agar Program Counter (PC) memulai proses dari alamat awal. Pin P2.0 dihubungkan ke rangkaian pemutus CDI. Rangkaian Mikrokontroller seperti pada gambar dibawah ini. U1 AT89C51
11.0592MHz
18 19 10 11
C7 33p
C9 10u R7 8K2
P0.0/AD0 P0.1/AD1 P0.2/AD2 P0.3/AD3 P0.4/AD4 P0.5/AD5 P0.6/AD6 P0.7/AD7 P2.0/A8 P2.1/A9 P2.2/A10 P2.3/A11 P2.4/A12 P2.5/A13 P2.6/A14 P2.7/A15
XTAL2 XTAL1 P3.0/RXD P3.1/TXD RST
+5V
P1.0 P1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P1.7
9
X1 C6 33p
1 2 3 4 5 6 7 8
EA/VPP
Ke Rgk Buzzer
P3.5/T1 P3.4/T0 P3.3/INT1 P3.2/INT0
31
15 14 13 12
P3.6/WR P3.7/RD PSEN ALE/PROG
39 38 37 36 35 34 33 32 21 22 23 24 25 26 27 28
Ke Rgk Relay
+5V
16 17
+5V
R7 8K2
R7 8K2
29 30 PHOTODIODE SW1
D1
D4 LED
KUNCI KONTAK Ke T1In Level Converter Dari R1Out Level Converter
Gambar 3.4. Rangkaian Mikrokontroller kuncikontak dan sensor
3.4. Output. 3.4.1 Rangkaian Audio Audio (Buzzer) digunakan apabila terjadi pencurian, yang disebabkan oleh pemaksaan kunci kontak secara mekanik pada saat alarm aktif dan Pemaksaan secara mekanik bergeraknya setang pada saat alarm aktif.
44
Rangkaian buzzer disini menggunakan ic LM389 yang merupakan ic penguat audio. Karena sinyal yang dikeluarkan oleh mikrokontroller masih sangat lemah untuk dapat membunyikan speaker. Sinyal yang dikeluarkan mikrokontroller berupa logika “Low”, kemudian dikuatkan oleh rangkaian resistor dan dioda sehingga akan didapat penguatan hingga 200 kali. Gambar Audio.
C1815
LS 8 Ohm 0.25 Watt
R7 1k
D10 1n4002 10K
Dari P1.0 uC
100K 22K
47u VOUT 16 5
1K
0.1u 8 9 15 3 4 12
47n +5V
IN+ C3 INB1 E1 C2 E2 B3 E3 B2 BYPS C1
U3 LM389
+5V
13 7
22K
11
10u
100K 10K
14 56K
10 6
GAIN GAIN
4.7 Ohm
1
10u 10K
VS
2 27 Ohm
Gambar 3.5. Rangkaian audio
3.4.2. Rangkaian Pemutus CDI. Rangkaian pemutus disini menggunakan ic 2803, yang merupakan ic penguat “Darlington” dan relay 12 V. Rangkaian ini akan aktif bila mendapatkan keluaran “Low” dari mikrokontroller, kemudian oleh ic ULN2803 sinyal dikuatkan dengan menggunakan penguat darlington untuk selanjutnya digunakan untuk mengontrol relay.
45
+12v
U6 ULN2803 1 2 3 4 5 6 7 8
Dari P2.1 uC
+12v
10
IN1 IN2 IN3 IN4 IN5 IN6 IN7 IN8
OUT1 OUT2 OUT3 OUT4 OUT5 OUT6 OUT7 OUT8
relay 18 17 16 15 14 13 12 11
COM
Gambar 3.4 Rangkaian Pemutus CDI.
3.5. Perancangan Perangkat Lunak
Selanjutnya pembuatan software (perangkat lunak) atau program ini berdasarkan konsep dasar dari ide kita merancang alat ini (perancangan perangkat keras). Kemudian dari ide itu diterjemahkan kedalam bahasa program assembler yang mempunyai tahapan-tahapan yang disusun melalui alur program atau flowchart
Berikut adalah gambar flowchart program.
46
Start
Inisialisasi Serial port
Baca Phonebook 1 & 2,simpan pada Ram Micro
Ada tlp masuk
Keamanan aktif
Reject Tlp masuk
No Tlp masuk cocock dengan h b k
Rubah status keamanan
Stang Bergerak
Kunci Dibuka
Bunyikan Buzzer
Bunyikan Buzzer
Kirim sms ke No 1 & 2
Kirim sms ke No 1 & 2
Buzzer Off
Keamanan aktif
-Keamanan tdk aktif - Nyalakan CDI
-Keamanan aktif - Matikan CDI
Gambar 3. 5 Diagram Alir
3.5.1. Pembuatan Program Pembuatan program untuk Mikrokontroller AT89C51 ini adalah dengan menulis listing program dalam bentuk mnemonic pada aplikasi text editor, yaitu
47
Microsoft Notepad For Windows yang kemudian disimpan (Save As) dengan ekstensi *.asm., dikarenakan pada proses berikutnya yang dapat diproses hanyalah dalam ekstensi ini. Setelah terbentuknya listing program dengan ekstensi “asm”, dilakukan proses compiling (penyusunan) dengan menggunakan program X8051.EXE keluaran A.D 2500 Software yang akan membentuk object file dengan ekstensi *.obj. dan tahap akhir ialah melakukan proses linking (penyatuan) dengan menggunakan program LINK.EXE keluaran A.D 2500 software yang akan membentuk sebuah file dengan ekstensi *.bin.
3.5.2. Penjelasan Program Program membutuhkan inisialisasi seri karena mikrokontroller akan melakukan operasi seri. Start: Clr P2.0 Mov Ie,#00h Mov Tmod,#20h Setb Tr1 Mov SCon,#50h
;Clear all interrupt sources ;Timer 1 = 8-bit auto reload ;Activate Timer 1 ;Communication = 8-bit
Mov Pcon,#80h Mov Th1,#FDh Mov 20h,#00h
; ;Baud rate 19200 bps ;Clear all status
UART
Register SCON merupakan register untuk Serial Control diatur pada Mode 1 UART 8 bit yang nilai Baud tergantung dari timer 1. Register TMOD yang merupakan pewaktu juga diatur dalam Mode Timer 8 BIT Auto Reload. Register 3 di isi data dengan 1000 1000B
dan baris terakhir pemanggilan prosedur
48
”Mov 20h,#00h” untuk mengkondisikan keadaan kendararan mati
dalam keadaan
setiap alat pertama kali dioperasikan. Prosedur yang dilakukan mikrokontroller untuk meminta data dari
rekaman nomor yang tersimpan pada Handphone penerima dengan mengirimkan perintah AT+CPBR. Read Target : Clr A Movc A, @A+Dp Mov Sbuf, A Jnb Ti, $ Clr Ti Inc Dptr Sjmp Read Target
BAB IV PENGUJIAN ALAT
Pada bab ini akan dibahas mengenai tahap akhir dari suatu perancangan alat yaitu pengujian alat. Tujuan dari pengujian adalah untuk mengetahui apakah semua komponen sudah bekerja dengan semestinya, sehingga alat dapat bekerja dengan baik. Pengujian alat akan dilakukan perkedaan atau kondisi
dari setiap kondisi
sehingga kita akan lebih mudah memastikan cara kerja setiap komponen Adapun yang akan diuji adalah : 1. Kondisi alarm “on” stang bergerak 2. Kondisi alarm “on” kunci di dibuka 3. Kondisi alarm “off” CDI menyala Sebelum dilakukan pengujian , peralatan perlu disiapkan dengan langkahlangkah sebagai berikut : 1. Sambungkan kabel data Siemens C55 ke konektor DB9 pada bagian pengendali. 2. Sambungkan HP Siemens M55 ke kabel data. 3. Masukan kunci kedalam swict 4. Pasangkan lampu 5. Nyalakan HP. 6. Nyalakan peralatan.
50
7. Untuk mengaktifkan alarm, yang telah di sambungkan dengan hp siemens, menggunakan No yang telah di program pada Hp siemens
4.1. Pengujian Sistem 4.1.1. Pengujian alat dengan kondisi alarm on/aktif dibuka dengan menggunakan kunci di masukan ke swicth/kontak secara paksa 1. Tujuan : Untuk Menguji apakah kondisi alam on dan kunci dibuka akan mengakibatkan alam aktif dan sms dikirim oleh HP siemens dan di terimah oleh HP Samsung dengan nomer 08881982764 2. Cara Pengujian : Aktifkan Alarm dengan cara menelpon dari nomer HP yang telah di program, masukan kunci kedalam swict/kontak 3. Hasil Pengujian : Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1. Hasil Pengujian alarm aktif kunci dibuka
No.
Alarm
Isi SMS yang dterima
1.
bunyi
Kunci dibuka
4. Analisa : Dari hasil pengujian pada tabel 4.2. dapat dilihat sistem sudah berjalan dengan baik.
51
4.1.2. Pengujian alat dengan cara alarm on/aktif stang di gerakan 1. Tujuan : Untuk Menguji apakah kondisi alarm on dan stang di gerakan akan mengakibatkan alarm aktif dan sms dikirim oleh HP siemens dan di terimah oleh HP samsung 2. Cara Pengujian : Aktifkan alarm, gerakan stang ke kiri atau ke kanan 3. Hasil Pengujian : Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.2. Hasil Pengujian alarm on ,stang bergerak
No.
Alarm
Isi SMS yang dterima
1.
bunyi
Stang bergerak
4. Analisa : Dari hasil pengujian pada Tabel 4.3. dapat dilihat sistem sudah berjalan dengan baik.
4.1.3. Pengujian alat dengan cara alarm no aktif ,CDI nyala 1. Tujuan : Untuk Menguji apakah kondisi CDI akan mati apabila Alarm di aktifkan dan sms di kirim 2. Cara Pengujian :
52
Non Aktifkan alarm, nyalakan CDI, miss call alat, maka akan mengakibatkan alarm on dan CDI mati 3. Hasil Pengujian : Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.3. Hasil Pengujian alarm OF ,stang bergerak
No.
Alarm
Isi SMS yang dterima
Kondisi CDI
1.
bunyi
Kunci dibuka/Stang bergerak
OFF
4. Analisa : Dari hasil pengujian pada Tabel 4.3. dapat dilihat sistem sudah berjalan dengan baik.
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan Setelah selesainya tahap pembahasan, pembuatan dan pengujian sistem/alat pada Tugas Akhir ini, maka didapat beberapa kesimpulan : 1. Berdasarkan tahap pengujian, sistem/alat yang dirancang dapat bekerja dengan baik sesuai dengan yang diinginkan. 2. Kondisi/keadaan yang menyebabkan alarm on/aktif yang digunakan pada alat ini dapat diseting sesuai dengan kebutuhan. 3. Dengan menggunakan Mikrokontroler AT89C51, memudahkan kita untuk mengimplementasikan deskripsi dari alat yang akan dibuat. 4. Penggunaan HP pada sistem/alat ini tidak tergantung dengan satu operator seluler tertentu. 5. Pengunaan SMS tidak tergantung dari jarak pengoperasian, selama jarak tersebut masih terjangkau oleh operator seluler yang digunakan.