Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Lokasi BTS menggunakan metode Promethee 1
Ariyasti Ulfa1, Yuli Fitrisia2, Yohana Dewi Lulu W3 Program Studi Teknik Informatika Multimedia, Jurusan Komputer, Politeknik Caltex Riau 2 Program Studi Teknik Komputer, Jurusan Komputer, Politeknik Caltex Riau 3 Program Studi Sistem Informasi Industri, Jurusan Komputer, Politeknik Caltex Riau Politeknik Caltex Riau, Jl. Umban Sari no 1 Pekanbaru 1
[email protected] 2
[email protected] 3
[email protected] ABSTRAK
BTS (Base Transceiver Station) adalah Sebuah terminologi baru dan mulai populer di era booming seluler saat ini. BTS berfungsi menjembatani perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju jaringan lain. Komunikasi seluler adalah komunikasi modern yang mendukung mobilitas yang tinggi, sehingga dalam pembangunan lokasi BTS diperlukan lokasi yang dirasa sangat baik agar kelancaran komunikasi seluler dapat terjaga dengan baik. Oleh karena itu, penulis akan merancang suatu sistem pendukung keputusan penentuan lokasi BTS yang terkomputerisasi menggunakan metode Promethee, dimana pengambil keputusan dapat dengan mudah mengambil keputusan dari beberapa alternatif pemecahan yang ada. Sistem ini dibangun berbasis web dengan menggunakan bahasa pemograman PHP dan bersifat statis pada jumlah kriteria sebanyak 4(empat) berdasarkan rekomendasi dari beberapa perusahaan provider yang telah ditetapkan, dan bersifat dinamis pada alternatif.
Kata Kunci : Sistem Pendukung Keputusan, BTS(Base Transceiver Station), PHP, Promethee
I.
PENDAHULUAN Latar belakang BTS (Base Transceiver Station) adalah sebuah terminologi baru dan mulai populer di era booming seluler saat ini. BTS berfungsi menjembatani perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju jaringan lain. Komunikasi seluler adalah komunikasi modern yang mendukung mobilitas yang tinggi, sehingga dalam pembangunan lokasi BTS diperlukan lokasi yang dirasa sangat baik serta layak agar kelancaran komunikasi seluler dapat terjaga dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem pendukung keputusan penentuan pembangunan lokasi BTS yang terkomputerisasi dengan baik.
1.1
Sistem ini dibangun bukan untuk menggantikan peran seorang pembuat keputusan (decision maker), tetapi lebih bersifat sebagai asisten atau pembantu, sehingga setiap keputusan yang dibuat tetap merupakan hasil dari proses yang dilakukan oleh decision maker. Dengan adanya sistem ini, akan memudahkan pembuat keputusan mengambil keputusan dengan baik yaitu, meningkatkan kemampuan berpikir secara logis dan realistis, sehingga mempunyai kemampuan analisa dan memahami persoalan dengan baik, menggunakan
sebuah metode yang tepat untuk mengatasi dan memecahkan masalah Sistem ini dibuat untuk dapat diakses oleh seorang manager. Didalamnya terdapat berbagai informasi yang terkait tentang pembangunan lokasi BTS. Sistem nantinya akan membantu dalam proses pendukung keputusan penentuan pembangunan lokasi BTS yang dianggap baik, layak dan cocok. 1.2 1. 2.
1.3
Tujuan Tujuan pembuatan sistem ini adalah: Membangun Sistem Pendukung Keputusan menggunakan metode Promethee. Memberikan hasil output berupa nilai prioritas yang akan menjadi pertimbangan dalam penentuan pembangunan lokasi BTS (Base Tranceiver Seluler).
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang terdapat perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana membangun sistem berbasis web pengambilan keputusan menggunakan metode Promethee. 2. Bagaimana membangun sistem berbasis web untuk membantu manager dalam penentuan pembangunan lokasi BTS yang bersifat dinamis pada alternatif dan
bersifat statis pada kriteria. berdasarkan survey ke beberapa perusahaan provider yang ada di Pekanbaru. 1.4
Ruang Lingkup Dalam penulisan proposal ini, penulis membatasi ruang lingkup masalah yang akan diambil, antara lain: 1. Lokasi yang akan dijadikan penelitian hanya khusus pada kota Pekanbaru-Riau saja dengan studi kasus pada PT.Indosat Jl.Marpoyan Pekanbaru-Riau. 2. Sistem yang dibuat berbasis web menggunakan bahasa pemograman PHP. 3. Sistem bersifat dinamis pada alternatif dan bersifat statis pada kriteria. 4. Sistem dibuat dengan menggunakan perhitungan metode Promethee. 1.5
Manfaat Adapun manfaat dari pembuatan sistem pendukung keputusan ini adalah mempermudah seorang manager dalam mengambil keputusan penentuan alternatif lokasi BTS yang akan dibangun.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Sistem Pendukung Keputusan [5]Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah: 1.Sistem yang berbasis komputer. 2.Sistem yang menghasilkan berbagai alternatif keputusan yang diurut berdasarkan ranking. 3.Sistem yang membantu kerja si pembuat keputusan (decision maker). 4.Sistem yang dapat memecahkan masalah semi (terstruktur dan tidak terstruktur). 5.Sistem yang menggunakan data, basis data, dan model keputusan. [4]Masalah keputusan dapat dibagi menjadi dua kategori sesuai dengan jumlah kriteria yaitu Single Criteria Decision Making (SCDM) yaitu pengambilan keputusan kriteria tunggal dan Multiple Criteria Decision Making (MCDM) yaitu pengambilan keputusan kriteria jamak. Multiple Criteria Decision Making (MCDM) [6] MCDM merupakan teknik pengambilan keputusan dari beberapa pilihan alternatif yang ada. Kriteria merupakan ukuran, aturan-aturan ataupun standar-standar yang memandu suatu pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dilakukan melalui pemilihan atau memformulasikan atributatribut, obyektif-obyektif, maupun tujuan-tujuan yang berbeda, maka atribut, obyektif maupun tujuan dianggap sebagai kriteria. Kriteria dibangun dari kebutuhan-kebutuhan dasar manusia serta nilai-nilai yang diinginkannya.
2.3
Metode Promethee [1] Promethee (Preference Ranking Organization Method for Enrichment) adalah salah satu metode penentuan urutan atau prioritas dalam analisis multikriteria. Dugaan dari dominasi kriteria yang digunakan dalam promethee adalah penggunaan nilai dalam hubungan outranking. Promethee menyediakan kepada user untuk menggunakan data secara langsung dalam bentuk tabel multikriteria sederhana. Promethee mempunyai kemampuan untuk menangani banyak perbandingan, decision maker hanya mendefenisikan skala ukurannya sendiri tanpa batasan, untuk mengindikasi prioritasnya dan preferensi untuk setiap kriteria, dengan memusatkan pada nilai (value) tanpa memikirkan tentang metode perhitungannya. Penggunaan promethee adalah menentukan dan menghasilkan keputusan dari beberapa alternatif. Masalah pokoknya adalah kesederhanaan, kejelasan dan kestabilan. Promethee berfungsi untuk mengolah data, baik data kualitatif sekaligus. Dimana semua data digabung menjadi satu dengan bobot penilaian yang telah diperoleh melalui penilaian atau survey. Adapun Langkah-langkah perhitungan dengan metode promethee dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini:
2.2
Gambar 1. Flowchart Promethee 2.3.1 Nilai Hubungan Outranking dalam Promethee 1. Dominasi Kriteria Nilai f merupakan nilai nyata dan suatu kriteria : f : K → ℜ .Untuk setiap alternatif
a ∈ K , f (a) merupakan evaluasi dan alternatif tersebut untuk suatu kriteria. Pada saat dua alternatif dibandingkan a, b ∈ K , harus dapat
ditentukan perbandingan preferensinya. Intensitas (P) dan preferensi alternatif a terhadap alternatif b sedemikian rupa sehingga: i.
2.3.2 Rekomendasi Fungsi Preferensi Untuk Keperluan Aplikasi Dalam Promethee disajikan enam bentuk fungsi preferensi kriteria. Hal ini tentu saja tidak mutlak, tetapi bentuk ini cukup baik untuk beberapa kasus. Untuk memberikan gambaran yang lebih baik terhadap area yang tidak sama, digunakan fungsi selisih nilai kriteria alternatif H(d) dimana hal ini mempunyai hubungan langsung pada fungsi preferensi P:
∀a, b ∈ A f (a) > f (b) ⇔ aPb (1) f (a), f (b) f (a) = f (b) ⇔ aΙb Kriteria Biasa (Usual Criterion) 0 jika d = 0 H (d) = 1 jika d ≠ 0 Dimana
d
=
Selisih
{d = f (a) − f (b)} .
b.
nilai
Kriteria Quasi (Quasi Criterion) 0 jika –q ≤ d ≤ q H (d) = 1 jika d < -q atau d > q
Kriteria dengan Preferensi Linier d/p jika –p ≤ d ≤ p H (d) = 1 jika d < ‐p atau d > p
(2) kriteria
(3)
c.
d.
Kriteria Level (Level Criterion) 0 jika |d| ≤ q, H (d) = 0,5 jika q < |d| ≤ p, 1 jika p < |d|
Kriteria dengan Preferensi Linier dan Area yang Tidak Berbeda 0 jika |d| ≤ q
H (d) =
P(a, b) = 0 , berarti tidak ada beda
(indifferent) antara a dan b atau tidak ada Preferensi dari a lebih baik dari b. ii. P(a, b) ~ 0 ,berarti lemah preferensi dari a lebih baik dari b. iii. P(a, b) ~ 1 ,berarti kuat preferensi dari a lebih baik dari b. iv. P(a, b) = 1 , berarti mutlak preferensi dari a lebih baik dari b. Dalam metode ini, fungsi preferensi seringkali menghasilkan nilai fungsi yang berbeda antara dua evaluasi, sehingga : P(a,b) = P (f(a) – f(b)). Untuk semua kriteria, suatu alternatif akan dipertimbangkan memiliki nilai kriteria yang lebih baik ditentukan oleh nilai f dan akumulasi dari nilai ini menentukan nilai preferensi atas masing-masing alternatif yang akan dipilih.
a.
e.
| d | −q jika q < |d| ≤ p p−q
(6)
1 jika p < |d| f.
Kriteria Gaussian (Gaussian Criterion) H (d) = 1 – exp { -d2 / 2 σ 2 }
(7)
2.3.3 Indeks Preferensi Multikriteria Tujuan pembuat keputusan adalah menetapkan fungsi preferensi Ρ i dan πi untuk semua kriteria fi (i = 1, … … k) dan masalah optimasi kriteria majemuk. Bobot (weight) πi merupakan ukuran relatif dari kepentingan kriteria , jika semua kriteria memiliki nilai kepentingan yang sama dalam pengambilan keputusan maka semua nilai bobot adalah sama. Indeks preferensi kriteria majemuk ditentukan berdasarkan rata-rata bobot dari fungsi preferensi yaitu sebagai berikut: n
δ (a, b) = ∑ πΡi(a, b) : ∀a, b ∈ Α
(8)
i =1
Keterangan: = indeks preferensi = weight (bobot) = fungsi preferensi atau intensitas
δ (a, b) merupakan intensitas preferensi pembuat keputusan yang menyatakan bahwa alternatif a lebih baik dari alternatif b dengan pertimbangan secara simultan dari seluruh kriteria. Hal ini dapat disajikan dengan nilai antara 0 dan 1, dengan ketentuan sebagai berikut: i. δ (a, b) ≈ 0 , menunjukkan preferensi yang lemah untuk alternatif a lebih dari alternatif b berdasarkan semua kriteria. ii. δ (a, b) ≈ 1 , menunjukkan preferensi yang kuat untuk alternatif a lebih dari alternatif b berdasarkan semua kriteria. Indeks preferensi ditentukan berdasarkan nilai hubungan outranking pada sejumlah kriteria dan masing-masing alternatif. Hubungan ini dapat disajikan sebagai grafik nilai outranking, nodenodenya merupakan alternatif berdasarkan penilaian kriteria tertentu.
(4)
(5)
2.3.4 Promethee Ranking Untuk setiap node a dalam grafik nilai outranking ditentukan berdasarkan leaving flow, dengan persamaan :
Φ + (a) =
1 ∑ δ (a, x) n − 1 x∈Α
(9)
Dimana δ (a, x) menunjukkan preferensi bahwa alternatif a lebih baik dari alternatif x. Leaving flow adalah sejumlah dari nilai garis lengkung yang memiliki arah menjauh dari node a dan hal ini merupakan karakter pengukuran outranking. Secara simetris dapat ditentukan entering flow. Entering flow diukur berdasarkan karakter outranking dari a dengan persamaan:
Φ ‐ (a) =
1 ∑ δ ( x, a) n − 1 x∈Α
(10)
Penjelasan dan hubungan outranking dibangun atas pertimbangan untuk masing-masing alternatif pada grafik nilai outranking, berupa urutan parsial (Promethee I) atau urutan lengkap (Promethee II) pada sejumlah alternatif yang mungkin, yang dapat diusulkan kepada pembuat keputusan untuk memperkaya penyelesaian masalah. a.
Promethee I Nilai terbesar pada leaving flow dan nilai terkecil dari entering flow merupakan alternatif terbaik. Leaving flow dan entering flow menyebabkan:
(11)
Partial preorder diajukan kepada pembuat keputusan untuk membantu pengambilan keputusan masalah yang dihadapinya. Dengan menggunakan metode Promethee I masih menyisakan bentuk incomparable, atau dengan kata lain hanya memberikan solusi partial preorder (sebagian). b.
Promethee II Dalam kasus complete preorder dalam K adalah penghindaran dari bentuk incomparable, Promethee II complete preorder disajikan
diciptakan dan telah digunakan oleh masyarakat diseluruh dunia. Orang bisa berbicara ke orang dibelahan benua lain dengan telepon tanpa kabel, hal ini disebabkan komunikasi atau hubungan dapat terjadi dengan menggunakan media udara (air interface) dari hand phone ke BTS (Base Tranceiver Seluler) merupakan station pemancar dan penerima fisiknya berupa menara atau tower yang dilengkapi dengan peralatannya dengan kecepatan 22,8 Kb/s. BTS (Base Tranceiver Seluler) adalah bagian dari sebuah komunikasi seluler dan berfungsi menjembatani perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju jaringan lain. Satu cakupan pancaran BTS dapat disebut Cell. Dari beberapa BTS kemudian dikontrol oleh satu Base Station Controller (BSC) yang terhubungkan dengan koneksi microwave ataupun serat optik. 2.5
PT.Indosat [3]
PT.Indosat (Indonesian Satellite Corporation Tbk) merupakan sebuah perusahaan penyelenggara jasa telekomunikasi sekaligus sebagai studi kasus yang dijadikan penulis sebagai bahan referensi pengambilan keputusan penentuan lokasi BTS (Base Tranceiver Seluler) dengan 4 kriteria yaitu permukiman penduduk, struktur tanah, harga tanah, dan akses jalan. 2.6
Flowchart Perancangan ini digunakan untuk menggambarkan alur suatu program menjadi lebih sederhana sehingga program tersebut dapat lebih dimengerti. 2.6.1 Flowchart Pimpinan Gambar 2 merupakan flowchart digunakan oleh seorang Pimpinan.
dalam bentuk net flow berdasarkan pertimbangan persamaan:
(12) Melalui complete preorder, informasi bagi pembuat keputusan lebih realistis. Pada kasus ini, pengambil keputusan mempertimbangkan peningkatan preferensi secara linier dari tidak berbeda hingga preferensi mutlak dalam area antara dua kecenderungan q dan p. Dua parameter tersebut telah ditentukan. 2.4 BTS (Base Tranceiver Seluler) [2] Untuk memenuhi kebutuhan manusia berkomunikasi kapanpun, dimanapun, dan dengan siapapun, sistem telekomunikasi bergerak seluler
Gambar 2. Flowchart Pimpinan
yang
2.6.2 Flowchart Admin Gambar 3 merupakan digunakan oleh seorang Admin.
flowchart
yang
Gambar 5. Use case diagram Admin 2.8 ERD (Entity Relationship Diagram) ERD adalah perancangan yang menggambarkan relasi antar tabel dimana setiap tabel yang memiliki relasi dengan tabel lain dapat saling memberi data yang dibutuhkan oleh tabel tersebut. Gambar 6 merupakan ERD yang akan digunakan pada sistem. Gambar 3. Flowchart Admin 2.7
UseCase \Diagram Pada Perancangan Use Case Diagram ini akan menjelaskan hal-hal yang dapat dilakukan masing-masing user atau actor, yaitu : Pimpinan dan Admin. 2.7.1 UseCase Diagram Pimpinan Gambar 4 merupakan use case diagram pada Pimpinan. Gambar 6. Entity Relationship Diagram 2.9 Hasil
Gambar 4. Use case diagram Pimpinan
Sistem ini memiliki 2 level hak akses, yaitu hak akses sebagai admin dan pimpinan. Masingmasing hak akses memiliki halaman masing-masing sesuai dengan hak akses yang dimiliki dari setiap pengguna tersebut. 2.9.1 Halaman Admin
2.7.2 UseCase Diagram Admin Gambar 5 merupakan use case diagram pada Admin.
Pada halaman ini, admin dapat mengakses beberapa menu setelah login. Menu-menu yang dapat diakses oleh admin adalah menu beranda, menu ubah password, menu pengguna, menu kriteria, menu alternatif, menu penilaian, menu perhitungan dan terakhir adalah menu hasil ranking. Gambar 7 merupakan tampilan menu alternatif, dimana admin dapat menginputkan alternatif yang akan digunakan.
2.10 Kesimpulan Setelah dilakukan pengujian terhadap sistem yang telah dibuat, dapat disimpulkan bahwa: 1.
2. Gambar 7. Input alternatif Pada gambar 8 admin dapat mengisi nilai berpasangan dari kriteria dan alternatif.
Sistem telah memberikan hasil rekomendasi lokasi BTS yang sesuai dengan pertimbangan kriteria yang digunakan dalam memilih lokasi yang tepat. Sistem membantu user dalam mengambil keputusan untuk menentukan lokasi alternatif BTS yang tepat sesuai dengan jumlah alternatif yang dibutuhkan.
2.11 Saran Pada pengembangan lebih lanjut, sistem dibuat lebih dinamis untuk penambahan kriteria penentuan lokasi BTS sebagai pertimbangan bagi pimpinan dalam memilih lokasi yang tepat untuk pembangunan sebuah BTS. 2.12 Daftar Pustaka [1] Kadarsah, Suryadi, Ali M, Ramdhani. (2002). Sistem Pendukung Keputusan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Gambar 8. Input nilai berpasangan kriteria dan alternatif
[2] Perkembangan Persaingan Telekomunikasi Indonesia. Diambil tanggal 12 Januari 2011 dari http://persaingantelekomunikasi.wordpress.co m/2009/04/23/bts-base-transceiver-station/
Gambar 9 merupakan ranking alternative berdasarkan hasil dari perhitungan Promethee.
[3] Profil PT.Indosat Tbk. Diambil tanggal 17 Februari 2011 dari http://informasimedia.blogspot.com/2007/12/profil-ptindosat-tbk.html [4] Sonmez, M. (2007). Data Transformation in The Evidential Reasoning-based Decision Making Process. Intl. Trans. In Op. Res, 4, p.411-429.
Gambar 9. Hasil ranking Promethee 2.9.2 Halaman Pimpinan
[5] Wardhani, Kartina Diah Kusuma. (2009). Sistem Pendukung Keputusan. Pekanbaru:Politeknik Caltex Riau
Pimpinan dapat melihat hasil perangkingan berdasarkan project yang diinputkan oleh Admin seperti pada gambar 10.
[6] Yustina, Rosa. (2000). Penerapan MultiCriteria Decision Making Dalam Pengambilan Keputusan Sistem Perawatan. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Gambar 10. Hasil ranking Promethee