Jurnal KomTekInfo, Vol. 3, No. 1, 2016, Hal 11 – 22 , Copyright@2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN CETAK : 2356 – 0010, ISSN ONLINE :
2502-8758
SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT TANAMAN HIAS ANTHURIUM MENGGUNAKAN METODE FOWARD CHAINING Teri Mangkarisnal1, Muhammad Zaki Rusti1 Akademi Manajemen Informatika & Komputer (AMIK) ―Boekittinggi‖, Indonesia
[email protected] ABSTRACT The rapid tourism industry as the hospitality industry that does need beauty by presenting a wide variety of ornamental plants, ornamental plants, the demand is always increasing. It is at once a challenge for ornamental plant growers to constantly increase production both in quantity and quality that is ultimately expected to compete in the market. Problems that are often experienced by farmers is a disease of anthurium plants, even the farmers themselves experiencing errors in controlling the disease. This is due to lack of knowledge about the disease cope with the plant itself. The expert system used to diagnose diseases of ornamental plants anthurium, can solve problems and find solutions to diseases contained in anthurium. Thus the anthurium ornamental plant growers no longer need to go to consult the experts, but enough to search the data type of the disease and solutions in expert system application that has been made of this. Keywords: Anthurium, Foward Chaining, Expert System
1. Pendahuluan Sejalan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat serta pesatnya industri pariwisata seperti industri perhotelan yang memang memerlukan keindahan dengan menghadirkan berbagai macam tanaman hias, maka permintaan tanaman hias senantiasa semakin meningkat. Hal tersebut sekaligus merupakan tantangan bagi dunia petani tanaman hias untuk selalu meningkatkan produksi baik secara kuantitas maupun kualitas sehingga pada akhirnya diharapkan dapat bersaing dipasaran. Kebanyakan tanaman hias yang dibudidayakan dengan skala komersial merupakan tanaman eksotik, seperti anthurium, anggrek, krisan, mawar, gladiol, dan anyelir. Khususnya tanaman hias anthurium, untuk meningkatkan produksi tanaman hias tersebut ditentukan oleh kesuburan tanaman itu sendiri, dan untuk kesuburan tanamannya ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya kesuburan tanah, iklim, bibit unggul, dan penyakit. Walaupun faktor-faktor untuk kesuburan tanaman seperti tanah, iklim, dan bibit unggul telah dipenuhi, tetap saja tanaman tidak akan subur dan hasilnya tidak seperti yang diharapkan jika penyakit tanaman tersebut masih merajalela. Permasalahan yang sering dialami oleh banyak orang adalah seputar penyakit tanaman tersebut, bahkan petani itu sendiri dapat mengalami kekeliruan dalam pengendalian penyakit tanaman hias tersebut, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang penyakit tanaman itu sendiri. Permasalahan lainnya yang terjadi adalah kurangnya pakar atau ahli penyakit tanaman hias anthurium, sehingga masyarakat yang belum memiliki pengetahuan seputar penyakit tanaman hias anthurium, mengalami kesulitandalam mengatasi penyakit tanaman hias tersebut. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang terjadi, khususnya masalah kurangnya pakar yang tersedia, penulis mencoba membuat suatu aplikasi sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit pada tanaman hias anthurium.
11
Jurnal KomTekInfo, Vol. 3, No. 1, 2016, Hal 11 – 22 , Copyright@2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN CETAK : 2356 – 0010, ISSN ONLINE :
2502-8758
2. Tinjauan Literatur Sistem pakar adalah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar dalam bidang tersebut (Kusrini 2006: 11). Sedangkan, Sistem pakar (expert system) secara umum adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer dengan bantuan bahasa pemograman tertentu untuk dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli. Secara umum Sistem Pakar adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer agar komputer tersebut dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan para ahli (Pakar). Sistem pakar merupakan program-program prakris yang menggunakan strategi heuristic yang dikembangkan oleh manusia untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang spesifik (khusus). Disebabkan oleh keheuristikannya dan sifatnya yang berdasarkan pada pengetahuan, maka umumnya sistem pakar bersifat (Arhami, 2005:23): 1. Memiliki informasi yang handal, baik dalam menampilkan langkah-langkah maupun dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang proses penyelesaian. 2. Mudah dimodifikasi, yaitu dengan menambah atau menghapus suatu kemampuan dari basis pengetahuannya. 3. Heuristik dalam menggunakan pengetahuan (yang seringkali tidak sempurna) untuk mendapatkan penyelesainannya. 4. Dapat digunakan dalam berbagai jenis komputer. 5. Memiliki kemampuan untuk beradaptasi. 6. Terbatas pada bidang yang spesifik. 7. Dapat memberikan penalaran untuk data-data yang tidak lengkap. 8. Dapat mengemukakan rangkaian alasan yang diberikan dengan cara yang dapat dipahami. 9. Berdasarkan pada rule atau kaidah tertentu. 10. Dirancang untuk dapat dikembangkan secara bertahap. 11. Outputnya bersifat nasihat atau anjuran. 12. Output tergantung dari dialog dengan user. 13. Knowledge base dan Inference engine terpisah. Secara garis besar, ada banyak keuntungan bila menggunakan sistem pakar (Arhami, 2005), diantaranya adalah : 1. Menjadikan pengetahuan dan nasihat lebih mudah didapat. 2. Meningkatkan output dan produktivitas. 3. Menyimpan kemampuan dan keahlian pakar. 4. Meningkatkan penyelesaian masalah yaitu menerusi paduan pakar, penerangan, sistem pakar khas. 5. Meningkatkan reliabilitas dan memberikan jawaban (respons) yang cepat. 6. Merupakan panduan yang cerdas (intelligence). 7. Dapat bekerja dengan informasi yang kurang lengkap dan mengandung ketidakpastian. 8. Basis data cerdas (Intelligence database), bahwa sistem pakar dapat digunakan untuk mengakses basis data dengan cara cerdas. Menurut Kusrini (2006), ada beberapa kelemahan yang dapat diperoleh dengan mengembangkan sistem pakar, antara lain:
12
Jurnal KomTekInfo, Vol. 3, No. 1, 2016, Hal 11 – 22 , Copyright@2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN CETAK : 2356 – 0010, ISSN ONLINE :
2502-8758
1. Daya kerja dan produktivitas manusia menjadi berkurang karena semuanya dilakukan secara otomatis oleh sistem. 2. Pengembangan perangkat lunak sistem pakar lebih sulit dibandingkan dengan perangkat lunak konvensional. 3. Biaya pembuatannya mahal, karena seorang pakar membutuhkan pembuat aplikasi untuk membuat sistem pakar yang diinginkannya.
2.1 Struktur Sistem Pakar Sistem pakar disusun oleh dua bagian utama, yaitu lingkungan pengembangan (development environment) dan lingkungan konsultasi (consultation environment) (Arhami, 2005:13) yang dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini :
Gambar 1: Struktur Sistem Pakar
Pada gambar diatas dapat dilihat secara jelas seluruh komponen yang menyusun sistem pakar yaitu user intetrface (antarmuka pengguna), basi pengetahuan, akuisisi pengetahuan, mesin inferensi, workplace, fasilitas penjelasan dan perbaikan pengetahuan.
2.2 Komponen-komponen Sistem Pakar Sebuah program yang difungsikan untuk menirukan seorang pakar manusia harus bisa melakukan hal-hal yang dapat dikerjakan seorang pakar. Untuk membangun sistem seperti itu maka komponen-komponen dasar yang harus dimilikinya paling sedikit adalah sebagai berikut: Antar muka pemakai (User Interface), Basis pengetahuan (Knowledge Base), Mesin inferensi (Inteference Engine). Sedangkan untuk menjadikan sistem pakar menjadi lebih menyerupai seorang pakar yang berinteraksi dengan pemakai, maka dapat dilengkapi dengan fasilitas berikut : Fasilitas penjelasan (Explanation), Fasilitas Akuisisi pengetahuan (Knowledge acquisition facility), Fasilitas swa-pelatihan (self-training). Mesin inferensi adalah program komputer yang memberikan metedologi untuk penalaran tentang informasi yang ada dalam basis pengetahuan dan dalam workplace, dan untuk memformulasikan kesimpulan (Arhami, 2005:19).
13
Jurnal KomTekInfo, Vol. 3, No. 1, 2016, Hal 11 – 22 , Copyright@2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN CETAK : 2356 – 0010, ISSN ONLINE :
2502-8758
3. Metodologi 1. Perencanaan sistem, menyangkut kebutuhan data penyakit tanaman dan gejala dari penyakit tanaman anthorium dalam mendukung diagnosa sistem pakar. 2. Analisis sistem (System Analyze), Persyaratan analisis sistem : Requirement & Determination, Requirement & Strukturing, Alternative Generating Desaign 3. Desain sistem secara umum (logical desaign): Memberikan gambaran secara umum tentang sistem seperti mengidentifikasi secara logis tentang flowchart dari sistem pakar diagnosa penyakit tanaman anthorium. 4. Evaluasi dan seleksi Sistem: Untuk memilih perangkat keras dan perangkat lunak untuk perancangan sistem pakar. Tahap ini juga merupakan tahap pengembangan dalam diagnosa penyakit tanaman anthorium. 5. Desain Sistem Secara Rinci (Physical Desaign ): Hasil rancangan logika dalam suatu teknologi yaitu kerangka dari sistem pakar penyakit tanaman anthorium kedalam pemograman selama proses perancangan fisik. Pada tahap ini sudah ditentukan bahasa pemograman database, software, sistem operasi, dan spesifikasi perangkat keras. Hasil dari rancangan fisik adalah spesifikasi dari sistem secara fisik dan dalam bentuk yang telah dipahami untuk dilanjutkan oleh programmer. 6. Implementasi Sistem (Implementation): Tahap ini sistem pakar penyakit tanaman anthorium akan dilakukan penerapan dengan memperhatikan beberapa hal seperti pengumpulan data penyakit, data gejala, solusi dari penyakit tanaman anthorium hingga pembuatan program. 7. Maintenance: Sistem pakar diagnosa penyakit pada tahap ini perlu adanya perawatan baik secara hardware maupun secara software Proses Iterasi
Perencanaan Sistem Frontend Fase
Analisis Sistem
Desain Sistem Secara Umum Masing-masing siklus menghasilkan laporan
Evaluasi dan Seleksi Sistem
Desain Sistem secara Terinci Backend Fase
Implementasi Sistem
Maintenance Perawatan Sistem
. Gambar 2 : Diagram SDLC (System Development Life Cycle)
4. Hasil dan Pembahasan Desain Secara Global
14
Jurnal KomTekInfo, Vol. 3, No. 1, 2016, Hal 11 – 22 , Copyright@2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN CETAK : 2356 – 0010, ISSN ONLINE :
2502-8758
Gambar 3: Struktur Program
Kebutuhan Data a. Kutu Daun (Aphis sp) Gejala: Berwujud kutu berwarna kuning. Biasanya hidup bergerombol pada pucuk tanaman dan pangkal bunga. Daun yang terserang tumbuh tidak sempurna cenderung keriting, menghitam, dan kering. Solusi: Gunakan insektisida seperti Ye Man Te, Demiter, Supracide, Decis, Curacron, atau Basudin. Insektisida ini bersifat kombinasi antara contact killing dan nervous disturbing. Artinya, bila insektisida mengenai serangga, serangga langsung mati. Jika tidak mati kemampuan reproduksinya hilang, sehingga terputuslah siklus hidup serangga. Semprotkan insektisida ke bagian tanaman yang terserang aphid seminggu sekali dalam kurun waktu tiga minggu. Pencegahan dilakukan dengan menyemprotkan insektisida sekali dalam sebulan. b. Fungus Gnat Gejala: Bentuknya menyerupai nyamuk berwarna hitam. Hidup pada media tanam yang lembab. Yang terserang ditandai dengan adanya bintik hitam di kuncup bunganya. Solusi: Semprotkan insektisida, seperti Ye Man Te, Demier, atau Proleaf ke bagian tanaman yang terserang. Alternatif lain Trigard dan Agrimec dengan dosis 0.5/liter air. c. Mealy Bug Gejala: Berupa kutu berwarna putih dan mempunyai sejenis tepung yang dijumpai pada ketiak dan pucuk daun muda. Serangannya menyebabkan pertumbuhan pucuk yang abnormal. Solusi: Semprotkan insektisida, seperti Proleaf ke bagian tanaman yang terserang. d. Nematoda Gejala : Umumnya ditemukan di media tanam yang diberi pupuk kandang. Jika bagian yang sakit dicabut dari potnya akan terlihat semacam umbi di akar. 15
Jurnal KomTekInfo, Vol. 3, No. 1, 2016, Hal 11 – 22 , Copyright@2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN CETAK : 2356 – 0010, ISSN ONLINE :
2502-8758
Solusi : Penanggulangan cabut tanaman dari pot dan cuci akarnya pada air yang mengalir. Potong dan buang semua akar serabut yang rusak dan busuk. Selanjutnya akar direndam dalam larutan insektisida atau nematisida (misalnya atau nematisida Dazomet 98% dengan dosis sesuai anjuran) hingga seluruh akar dan pangkal batang terendam selama setengah jam. e. Root Mealy Bug Gejala: Tanaman yang terserang mengalami layu pucuk, kerusakan batang, dan disertai pembusukan akar. Jika media tanam dibongkar akan tampak hewan kecil bertepung putih yang menempel pada akar yang busuk. Solusi: Gunakan gabungan nematisida, insektisida, dan fungisida, seperti Sursban atau Diainon (dosis 1 ml/l) atau Dazomet 98% dengan cara disiramkan langsung ke media tanam, atau ganti seluruh media tanam dengan media tanam baru yang steril. Untuk pencegahan, bisa dilakukan penyemprotan insektisida sebulan sekali. f. Semut Gejala: Semut sering bersarang di dalam media tanam atau di bawah pot. Semut juga bersarang dibawah daun. Terlihat rusak pada akar dan tunas. Solusi: Penanggulangan merendam sebentar pot ke dalam air atau menyiramnya menggunakan obat antisemut atau furadan. g. Spider Mite Gejala: Bentuknya mirip laba-laba dan berwarna merah. Serangannya bisa fatal ditandai dengan gugurnya daun dan keringnya pucuk batang karena cairan tanaman terhisap habis. Pada tanaman sakit di bagian bawah daun atau batang ditemukan sarang tungau merah berupa benang halus. Solusi : Gunakan akarisida, misalnya Kelthane atau Omite. Semprotkan ke seluruh tanaman dan lingkungan sekitar dengan dosis yang dianjurkan. Penyemprotan dilakukan 2—4 kali setiap minggu. Pencegahan paling efektif adalah meletakkan tanaman di tempat yang memiliki sirkulasi udara baik, terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung. Hama ini tidak menyukai tempat yang berangin kencang dan terkena siraman air hujan terus menerus. h. Thrips Gejala: Wujudnya adalah kutu berwarna hitam yang bergerak cepat. Menyerang kuncup bunga sehingga gagal mengembang dan menjadi kering. Solusi : Penanggulangan dengan menyemprotkan insektisida, seperti Detimer, ke bagian yang terkena serangan. Tabel 1 : Nama Penyakit Kode Penyakit Nama Penyakit PA01 Aphis Sp. PA02 Fungus Gnat PA03 Mealy Bug PA04 Nematoda PA05 Root Mealy Bug PA06 Semut PA07 Spider Mite PA08 Thrips
Mengacu pada tabel 1 di atas, dapat dibuat pohon keputusan sebagai berikut : 1. Berwujud kutu berwarna kuning. 2. Biasanya hidup bergerombol pada pucuk tanaman dan pangkal bunga. 16
Jurnal KomTekInfo, Vol. 3, No. 1, 2016, Hal 11 – 22 , Copyright@2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN CETAK : 2356 – 0010, ISSN ONLINE :
2502-8758
3. Daun yang terserang tumbuh tidak sempurna cenderung keriting, menghitam, dan kering. 4. Bentuknya menyerupai nyamuk berwarna hitam. 5. Hidup pada media tanam yang lembab. 6. Yang terserang ditandai dengan adanya bintik hitam di kuncup bunganya. 7. Berupa kutu berwarna putih dan mempunyai sejenis tepung yang dijumpai pada ketiak dan pucuk daun muda. 8. Umumnya ditemukan di media tanam yang diberi pupuk kandang. 9. Jika bagian yang sakit dicabut dari potnya akan terlihat semacam umbi di akar. 10. Tanaman yang terserang mengalami layu pucuk, kerusakan batang, dan disertai pembusukan akar. 11. Jika media tanam dibongkar akan tampak hewan kecil bertepung putih yang menempel pada akar yang busuk. 12. Semut sering bersarang di dalam media tanam atau di bawah pot. 13. Semut juga bersarang dibawah daun. 14. Terlihat rusak pada akar dan tunas. 15. Bentuknya mirip laba-laba dan berwarna merah. 16. Serangannya bisa fatal ditandai dengan gugurnya daun dan keringnya pucuk batang karena cairan tanaman terhisap habis. 17. Pada tanaman sakit di bagian bawah daun atau batang ditemukan sarang tungau merah berupa benang halus. 18. Wujudnya adalah kutu berwarna hitam yang bergerak cepat. 19. Menyerang kuncup bunga sehingga gagal mengembang dan menjadi kering. 20. Serangannya menyebabkan pertumbuhan pucuk yang abnormal.
Gambar 4: Pohon Keputusan
17
Jurnal KomTekInfo, Vol. 3, No. 1, 2016, Hal 11 – 22 , Copyright@2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN CETAK : 2356 – 0010, ISSN ONLINE :
2502-8758
Context Diagram
Gambar 5: Context Diagram
Rules Tabel 2 : Rules Diagnosa penyakit pada tanaman anthurium No R1 R2 R3 R4 R5 R6 R6 R8
Rules IF G1 AND G2 AND G3 THEN PA01 IF G4 AND G5 AND G6 THEN PA02 IF G7 AND G20 THEN PA03 IF G8 AND G9 THEN PA04 IF G10 AND G11 THEN PA05 IF G12 AND G13 AND G14 THEN PA06 IF G15 AND G16 AND G17 THEN PA07 IF G18 AND G19 THEN PA08
Nama Penyakit Aphis Sp. Fungus Gnat Mealy Bug Nematoda Root Mealy Bug Semut Spider Mite Thrips
Data Flow Diagram
Gambar 6. Data Flow Diagram
18
Jurnal KomTekInfo, Vol. 3, No. 1, 2016, Hal 11 – 22 , Copyright@2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN CETAK : 2356 – 0010, ISSN ONLINE :
2502-8758
Relasi Antar Tabel
Gambar 7: Relasi Antar Tabel
Rancangan Tampilan Form Admin Form Konfirmasi Gejala
Gambar 8: Konfirmasi Gejala
Form Konfirmasi Penyakit
Gambar 9: Konfirmasi Penyakit
19
Jurnal KomTekInfo, Vol. 3, No. 1, 2016, Hal 11 – 22 , Copyright@2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN CETAK : 2356 – 0010, ISSN ONLINE :
2502-8758
Form Konfirmasi Solusi
Gambar 10: Konfirmasi Solusi
Form Input Gejala
Gambar 11: Input Gejala
Form Input Penyakit
Gambar 12: Input Penyakit
Form Input Solusi
Gambar 13: Input Solusi
20
Jurnal KomTekInfo, Vol. 3, No. 1, 2016, Hal 11 – 22 , Copyright@2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN CETAK : 2356 – 0010, ISSN ONLINE :
2502-8758
Rancangan Tampilan Form User Form Diagnosa
Gambar 14: Form Diagnosa
Desain
Output
Gambar 15: Output
5. Kesimpulan Setelah dilakukan proses pengujian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan adanya sistem pakar ini dapat membantu dalam mendiagnosa penyakit tanaman hias anthurium menjadi lebih baik dan optimal dan aplikasi ini sudah berjalan sesuai dengan yang penulis rencanakan.
21
Jurnal KomTekInfo, Vol. 3, No. 1, 2016, Hal 11 – 22 , Copyright@2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN CETAK : 2356 – 0010, ISSN ONLINE :
2502-8758
Daftar Pustaka [1] Arhami, Muhammad. 2005. Konsep Dasar Sistem Pakar. Yogyakarta: Andi Offset. [2] Boedi Sarojo & Suharso. 1976. Berkala Ilmu Kedokteran Jil.VIII. No.1 Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. [3] Bima Ifnu. 2011. Java Desktop Aplikasi POS Beraksitektur Three Tier Menggunakan Swing, Hibernate, dan Spring. Singapore. [4] Rohman & Fauzijah. 2008. Rancang Bangun Aplikasi Sistem Pakar untuk Menentukan Jenis Gangguan Perkembangan Pada Anak. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.. [5] Sri Wulan Manuhara. Y. 2008. Perbanyakan Anthurium Plowmanii Croat Menggunakan eksplan Daun dan Tangkai Daun Secara In Vitro. Surabaya.
22