. . 3. Sistem kontrol SPEEDTRONICTM Mark V secara garis besar terdiri dari tiga loop kontrol utama yaitu loop kontrol temperatur, kontrol kecepatan, dan kontrol start up. 4. Kontrol kecepatan mengatur perubahan bukaan bahan bakar (FSR) agar menghasilkan kecepatan putaran turbin sesuai yang diharapkan. 5. Frekuensi tegangan keluaran generator adalah 50Hz dengan kecepatan normal nya 3000rpm. 6. Sensor yang digunakan adalah srnsor Magnetic pickup berjumlah 3 buah dengan frekueansi keluaran sensor yang sebanding dengan kecepatan turbin yaitu 3000Hz.
3.3 Operator Interface Mark V Interface Mark V berfungsi sebagai upload, download, monitoring maupun pengontrolan sehingga dengan interface ini seluruh aktifitas dari Mark V kontrol panel bisa terwakili. Work Station Interface < I >, terdiri dari serangkaian alat – alat, antara lain: sebuah PC (Personal Computer) layar monitor berwarna, Cursor Positioning Device (Mouse, atau Trackball), Keyboard (QWERTY Keyboard) dan Printer. Peralatan-peralatan tersebut dapat menghubungkan antara operator dengan keadaan mesin atau sebagai work station pemeliharaan lokal, baik itu pengamatan peralatan turbin, pengontrolan turbin, pengamanan turbin maupun pemasukan data baru ke kontrol panel. 3.4 Hardware Input-Output Mark V di desain untuk berhubungan langsung dengan peralatan turbin dan generator seperti : • magnetic speed pickups • servos dan LVDT/Rs • sensor vibrasi • thermocouples • Resistive Temperature Devices (RTDs)
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power – UBP Semarang
IV. SISTEM KONTROL SPEEDTRONICTM MARK V SEBAGAI PENGENDALI KECEPATAN PADA GAS TURBINE GENERATOR 4.1 Kontrol Kecepatan Pengaturan kecepatan putaran turbin gas oleh SPEEDTRONICTM Mark V digunakan untuk mengetahui dan memantau kecepatan putaran dari turbin gas saat operasi, mulai dari start-up hingga pada kedaan beban penuh. Dengan pemantauan ini, maka dapat diketahui apakah turbin dalam keadaan normal atau tidak. Pada dasarnya komponen utama pengendali kecepatan putaran turbin adalah FSR (Fuel Stroke Reference), yang secara langsung mengatur suplai bahan bakar ke ruang pembakaran (combustion chamber). Untuk pengaturan FSR sendiri terbagi menjadi dua macam mode, yaitu mode kontrol isochronus dan mode kontrol speed droop.
turbin, sehingga program akan menaikkan nilai FSR untuk mencapai kembali putaran normal dan menjaga kecepatan putaran turbin tetap disekitar 3000 rpm. Dalam keadaan normal, setting droop yang dipilih sebesar 4% (Setting speed droop untuk semua Gas Turbine pada pembangkit di PLTG Semarang). Pada mode droop akan terjadi penurunan nilai TNR secara otomatis dan linier terhadap kenaikan beban. Hal itu dapat dilihat pada Gambar 5.2. Setpoint sebesar 104% akan menghasilkan referensi kecepatan dimana hasilnya merupakan nilai FSR pada FSNL. Setpoint 100% TNR akan menghasilkan sebuah nilai FSR yang dapat menghasilkan beban puncak. Selisih 4% pada FSNL tersebut masih bisa ditoleransi. Pada Gambar 5.3 dapat dilihat bahwa respon dengan kontrol droop lebih stabil dibandingkan dengan isochronous ketika terjadi kenaikan beban.
Gambar skema kontrol sederhana.
Pada saat turbin mencapai kecepatan FSNL (3000 rpm) kontrol kecepatan putaran berfungsi untuk menjaga kecepatan putaran turbin tetap konstan sehingga frekuensi tegangan keluaran generator tetap terjaga pada 50 Hz meskipun generator dalam keadaan berbagai beban. Sensor yang digunakan untuk mengukur kecepatan putaran aktual berupa magnetic pickup sensor ( 77NH-1, 2, 3). Untuk pengaturan kecepatan putaran itu sendiri terbagi menjadi dua macam mode, yaitu mode kontrol isochronus dan mode kontrol speed droop. Ketika generator dihubungkan pada jaringan maka generator akan mendapatkan beban dari jaringan. Pada kondisi tersebut maka akan mengalir arus pada kumparan stator generator, sehingga akan timbul gaya torsi pada rotor generator, yang melawan arah putaran turbin. Perlawanan torsi tersebut mengakibatkan menurunnya kecepatan putaran
Gambar Droop control curve
Ketika beroperasi dengan kontrol droop, FSR FSNL akan dipanggil untuk laju aliran bahan bakar yang cukup untuk kecepatan penuh dengan generator berada pada kondisi beban nol. Nilai TNR dapat diubah melalui perintah “RAISE” atau “LOWER” secara otomatis atau manual. Error yang dihasilkan oleh TNH dan TNR tersebut akan dikalikan dengan penguatan konstan (Gain) tergantung pada setting nilai droop yang diinginkan. Hasil dari operasi ini kemudian akan dijumlahkan dengan nilai setting FSR FSNL untuk menghasilkan nilai FSR yang dibutuhkan oleh turbin untuk menambah beban untuk menjaga frekuensi dari sistem.
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power – UBP Semarang
Gambar skema kontrol kecepatan
4.2 Sensor Kecepatan Sensor kecepatan pada kontrol kecepatan putaran turbin gas memiliki prinsip kerja yang sederhana. Sensor tersebut bekerja berdasarkan besar flux magnetic yang dihasilkan dalam pick up. Besarnya flux magnetic tersebut akan sebanding dengan perubahan jarak ujung pickup dengan rotor turbin. Bentuk dari rotor turbin ini berupa gerigi-gerigi yang akan berputar saat turbin beroperasi.. Frekuensi tegangan yang dihasilkan oleh sensor pada gigi rotor akan sebanding dengan kecepatan turbin. Jumlah gigi rotor pada rotor turbin adalah 60 buah. Kecepatan rotor turbin tersebut diukur dalam rotation per minute (RPM) dengan magnitude pengukuran tidak kurang dari 2 volt rms pada kecepatan 1000 rpm. Tegangan yang dihasilkan ini merupakan sebuah fungsi yang sebanding dengan kecepatan rotor. Frekuensi tegangan keluar dari sensor kecepatan putar dalam hertz (Hz) sama dengan kecepatan putaran turbin ketika beroperasi dalam rpm yaitu 3 kHz .
Gambar Sensor magnetik pickup.
4.3 Sistem Proteksi Sistem proteksi overspeed pada turbin gas yang dikontrol oleh SPEEDTRONICTM Mark V pada dasarnya dirancang dan digunakan untuk melindungi turbin gas terhadap adanya kemungkinan kerusakan akibat kecepatan rotor turbin yang berlebihan. Overspeed dapat terjadi disebabkan oleh beberapa hal yaitu: a. Terlepasnya beban mendadak yang dikarenakan adanya gangguan dan kerusakan pada jaringan listrik sehingga
beban yang dipikul turbin mendadak menjadi lebih ringan. b. Terjadinya kerusakan atau kegagalan pada sistem kontrol dan pengaturan bahan bakar. c. Adanya kerusakan atau kegagalan pada speed kontrol sehingga kecepatan turbin tidak dapat dikontrol dan tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Untuk proteksi overspeed elektronik, secara umum sistem tersebut dibagi menjadi dua yaitu overspeed electronic primer dan overspeed electronic sekunder. Untuk sistem proteksi primer terletak pada pengontrol
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power – UBP Semarang
b. Oversped Trip Mechanism
Gambar Electronic Overspeed
4.3.2 Mechanical Overspeed Protection Sistem proteksi overspeed secara mekanik terdiri dari komponen-komponen utama yang saling mendukung. Komponen - komponen tersebut adalah:
a. Oversped Bolt Assembly Baut overspeed (overspeed bolt) pada sistem proteksi ini dipasang pada poros accessory gear yang bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi overspeed atau tidak. Alat ini berupa baut pembebanan dengan pegas dan ditempatkan di dalam cartridge. Penempatan ini dirancang agar gaya pegas menahan baut pada posisinya sampai kecepatan trip tercapai. Dengan meningkatnya kecepatan poros, maka gaya sentrifugal yang bekerja pada baut akan diimbangi oleh gaya gaya pegas yang berada di dalam baut. Namun, pada saat kecepatan poros melebihi batas yang telah ditentukan maka gaya sentrifugal yang dihasilkan pada baut akan lebih besar dari gaya pegasnya. Akibatnya adalah baut bergerak dalam waktu kurang dari satu putaran poros. Dengan keluarnya baut ini maka akan terjadi kontak sehingga mentripkan mekanisme overspeed trip. Besarnya gaya poros dapat ditentukan sesuai kebutuhan sehingga bolt akan trip pada kecepatan poros yang diinginkan.
Peralatan trip ini juga dipasangkan pada accessory gear, berdekatan dengan baut overspeed (overspeed bolt assembly). Pada saat digerakkan, overspeed bolt akan mentripkan jari pengancing peralatan trip overspeed. Hal ini akan mengakibatkan terbukanya valve trip dan membuang tekanan oli sistem triping oil ke drain oil yang kemudian diikuti dengan menutupnya valve oil pengontrol tekanan hidrolik pada Main Fuel Stop Valve (valve utama bahan bakar) dan akan dibuang tekanannya ke drain, sehingga menyebabkan bergeraknya silinder aktuator hidrolik pada Main Fuel Stop Valve untuk menutup dengan cepat. Hal ini bertujuan untuk mencegah tekanan hidrolik didalam selinder actuator menahan Main Fuel Stop Valve dalam kedaan masih membuka. Tombol trip dan reset dipasangkan dengan limit switch mekanisme overspeed 12HA di luar accessory gear. Tombol ini merupakan suatu mekanisme trip overspeed yang dilakukan secara manual pula, sedangkan limit switch 12HA berfungsi sebagai indikator bahwa mechanical overspeed trip telah bekerja.
Gambar Overspeed Trip Mechanism
Gambar Overspeed Bolt
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power – UBP Semarang
V. KESIMPULAN 1. SPEEDTRONICTM MARK V adalah suatu sistem kontrol dan proteksi yang telah dikembangkan oleh General Electric (GE) dengan menggunakan software dan hardware yang modern. 2. SPEEDTRONICTM MARK V menggunakan sistem TMR yang terdiri dari tiga buah processor control
SPEEDTRONICTM Mark V Control Description and Application.Volume I, 1993. SPEEDTRONICTM Mark V Control Gas Turbine - Spesification Document Volume II, 1993. BIODATA Haryo Pamungkas S, adalah mahasiswa Teknik Elektro (S1) Universitas Diponegoro angkatan 2006 dengan mengambil konsentrasi Kontrol.
Semarang,
Agustus 2010
Mengetahui, Dosen Pembimbing
Budi Setiyono, ST., MT. NIP. 197005212000121001
VI. DAFTAR PUSTAKA Santoso, Junaidi. Sistem Kontrol SPEEDTRONICTM Mark V Sebagai Pengendali Turbin Pada Generator Turbin Gas (GTG), Laporan Kerja Praktek, Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro, Semarang. 2006 Subroto, Samsu Haryo, “SpeedtronicTM Mark V”, 2007 Lubis. Rahmat, Fundamental of SEEDTRONICTM Mark V Control System, Tambak Lorok Combyne Cycle Plant, 2002 MS-9000 Service Manual:Turbine, Accessories and Generator Volume I, PT.PLN (Persero) Tambak Lorok. MS-9000 Service Manual:Turbine, Accessories and Generator Volume IA, PT.PLN (Persero) Tambak Lorok.
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power – UBP Semarang