SISTEM KEAMANAN RUMAH OTOMATIS DENGAN TEKNOLOGI INFRA MERAH Mohamad Saefudin, Skom STMIK Jakarta STI&K
[email protected] Abstrak Seiring dengan perkembangan pada dunia teknologi yang semakin pesat terutama bidang teknik elektro, maka penggunaan sistem keamanan otomatis telah menjadi pilihan pada saat ini, selain biaya yang dibutuhkan tidak terlalu mahal serta pengoperasiannya tidak terlalu rumit bagi orang yang masih awan terhadap teknologi tersebut. Isu keamanan pada kehidupan saat ini terus menjadi perhatian, karena tingkat kejahatan serta bentuknya setiap tahun selalu meningkat, sehingga sistem keamanan lingkungan dan sistem keamanan rumah akan sangat menarik sebagai bahan proyek akhir, terutama dengan penggunaan sistem keamanan otomatis Tulisan ini membuat sebuah alat yang berfungsi sebagai sistem keamanan pada rumah dengan menggunakan teknologi infra merah. Pemilihan teknologi infra merah karena bahan komponen pembuatannya mudah ditemukan di pasar bebas dengan harga yang tidak mahal dan dapat digunakan untuk sistem keamanan otomatis, sehingga alat tersebut akan memiliki nilai ekonomis yang tinggi Kata Kunci: Rumah, Infra red, Keamanan, Otomatis, Alat, Elektonik
1. Pendahuluan Sistem keamanan lingkungan merupakan sistem perlindungan bagi warga di lingkungan dan sekitarnya dari gangguan kejahatan baik yang datang dari luar lingkungan ataupun dari dalam lingkungan itu sendiri. Sistem keamanan lingkungan yang baik harus dimulai dari lingkungan yang terkecil kemudian berlanjut dan terintegrasi antar sistem keamanan lingkungan kecil dengan sistem keamanan lingkungan yang lebih besar. Sistem keamanan lingkungan yang terkecil adalah sistem keamanan pada rumah. Sebuah sistem keamanan lingkungan akan baik, jika setiap rumah dalam lingkungan tersebut telah memiliki sistem keamanan yang baik. Hal itu akan memperkecil ruang gerak kejahatan pada lingkungan tersebut, sehingga setiap kejahatan yang muncul dapat langsung dideteksi lebih awal. Sistem keamanan pada sebuah rumah terbagi atas dua jenis, yaitu:
1. Sistem keamanan manual, yaitu sistem keamanan dimana proses pengamanan tidak melibatkan teknologi, seperti kegiatan ronda oleh penghuni rumah, pemasangan gembok atau rantai dan lain sebagainya. 2. Sistem keamanan otomatis, yaitu sistem keamanan dimana proses pengamanan menggunakan teknologi, seperti pemasangan sensor gerak, pemasang sensor panas, alarm, pemasangan sensor infra merah dan lain sebagainya. Seiring dengan perkembangan pada dunia teknologi yang semakin pesat terutama bidang teknik elektro, maka penggunaan sistem keamanan otomatis telah menjadi pilihan pada saat ini, selain biaya yang dibutuhkan tidak terlalu mahal serta pengoperasiannya tidak terlalu rumit bagi orang yang masih awan terhadap teknologi tersebut.
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
Isu keamanan pada kehidupan saat ini terus menjadi perhatian, karena tingkat kejahatan serta bentuknya setiap tahun selalu meningkat, sehingga sistem keamanan lingkungan dan sistem keamanan rumah akan sangat menarik sebagai bahan proyek akhir, terutama dengan penggunaan sistem keamanan otomatis.
2. Untuk mengetahui cara pembuatan serta cara kerja alat sistem keamanan rumah dengan menggunakan teknologi infra merah. 3. Untuk mengetahui tingkat kehandalan penggunaan teknologi infra merah dalam melakukan pengamanan lingkungan rumah. Peralatan Pendukung
Tulisan ini membuat sebuah alat yang berfungsi sebagai sistem keamanan pada rumah dengan menggunakan teknologi infra merah. Pemilihan teknologi infra merah karena bahan komponen pembuatannya mudah ditemukan di pasar bebas dengan harga yang tidak mahal dan dapat digunakan untuk sistem keamanan otomatis, sehingga alat tersebut akan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Pada penulisan ilmiah ini, penulis akan membuat sebuah alat yang berfungsi sebagai sistem keamanan otomatis dengan teknologi infra merah yang dapat digunakan pada rumah. Alat sistem keamanan rumah yang dibuat, akan menggunakan sistem searah, dimana hanya terdapat satu pemancar infra merah dan satu alat penerima infra merah. Kedua alat tersebut akan mendapat suplai tegangan searah dari sumber baterai. Berdasarkan hasil pembuatan alat tersebut dilakukan pengukuran tegangan dan arus pada komponen yang digunakan. Serta dari hasil pengukuran ini, akan dilakukan perbandingan dengan hasil perhitungan tegangan dan arus secara teori (perhitungan matematis). Penulisan ini dibatasi pada cara pembuatan alat, cara kerja alat serta perbedaan karakteristik komponen pada alat berdasarkan perbandingan hasil pengukuran dan perhitungan. Adapun tujuan penulisan dari proyek akhir ini adalah: 1. Untuk mengetahui karakteristik komponen pada alat sistem keamanan rumah dengan menggunakan teknologi infra merah melalui perbandingan nilai tegangan dan arus antara hasil pengukuran dengan hasil perhitungan.
Faktor penunjang penggunaan teknologi infra merah antara lain adalah:
pada
Multivibrator Multivibrator adalah suatu rangkaian generatif dengan dua buah piranti aktif yang dirancang sedemikian sehingga salah satu piranti bersifat penghantar pada saat piranti lain terpancung. Multivibrator dapat menyimpan bilangan biner, mencacah pulsa, menyerempakan operasi-operasi aritmatika serta melaksanakan fungsi-fungsi lainya dalam sistem digital. Multivibrator digolongkan menjadi tiga jenis yaitu: Multivibrator Bistabil Flip-flop adalah nama lain dari multivibrator bistabil, yakni multivibrator yang keluarannya adalah suatu tegangan rendah atau tinggi (0 atau 1). Keluaran ini tetap rendah atau tinggi, untuk mengubah rangkaian yang bersangkutan harus didrive oleh suatu masukan yang disebut pemicu (trigger). Sampai datangnya pemicu, tegangan keluaran tetap rendah atau tinggi untuk waktu selang terbatas. Rangkaian dasar dari multivibrator pada gambar 2.1 gandengan silang dari masingmasing kolektor ke basis pada sisi yang berlawanan. Gandengan ini menghasilkan umpan balik positif, oleh sebab itu jika Q1 jenuh, tegangan kolektor Q1 yang rendah akan mendorong Q2 ke keadaan terpancung. Demikian juga jika pada suatu saat kita dapat menjenuhkan Q2 maka keadaan ini akan mendorong Q1 terpancung. Maka terdapat dua keadaan kerja yang stabil. Q1dan Q2 terpancung atau Q1 terpancung dan Q2 jenuh. Untuk mengendalikan keadaan flip-flop, harus ditambahkan masukan-masukan pemicu
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
jika suatu tegangan diterapkan pada masukan S (set), maka Q1 jenuh, hal ini mendorong Q2 ke keadaan terpancung, pemicu pada masukan S dapat dihilangkan. Demikian pula suatu keadan tinggi dapat diterapkan pada masukan R (reset)
hal ini menjenuhkan Q2 dan mendorong Q1 ke keadaan terpancung. (Wasito S, Vademekum Elektronika Edisi Kedua, 2004, PT. Gramedia Pustaka Utama)
+ 5V
2K
2K 100K
100K
TR1
TR2
100K GND
100K GND
S R
Gambar1 Rangkaian Dasar Multivibrator Bistabil (Wasito S, Vademekum Elektronika Edisi Kedua, 2004, PT. Gramedia Pustaka Utama)
Multivibrator Monostabil Multivibrator monostabil akan mengalami stabil pada salah satu keadaan namun tidak stabil pada keadaan yang lainnya. Bila dipicu rangkaian berpindah dari keadaan stabil ke keadaan tidak stabil. Rangkain ini menetap pada keadaan tak stabil ini selama sesaat dan selanjutnya kembali keadaan semula. Rangkaian dasar pada gambar 2 memperlihatkan satu cara untuk menyusun sebuah multivibrator monostabil. Keadaan stabil adalah Q1 mati atau Q2 hidup, yang berkaitan dengan keluaran rendah pada saat suatu pinggiran pulsa lonceng positif tiba, pinggiran ini didefinisikan oleh kapasitor guna mendapatkan suatu impuls positif yang sempit pada basis Q1. Impuls ini menghidupkan Q1 dan menurunkan tegangan kolektor Q1, penurunan tegangan ini digandengkan (Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
ke basis Q2, sehingga mematikan transistor ini. Namun kondisi Q1 hidup dan kondisi Q2 mati hanya berlaku sementara, karena dengan berubahnya muatan kapasitor, pra tegangan muncul pada basis Q2 akan hilang setelah selang waktu tertentu yang ditentukan oleh tetapan waktu Rc pada rangkaian basis Q2, Q2 kembali hidup dan Q1 mati. +5v
R1 1k
RL1 1k
R2 1k
RL2 1k
1 uF +
Y
Q1
Q2
+
1 uF R3 1k
GND
Gambar 2 Rangkaian Dasar Multivibrator Monostabil (Wasito S, Vademekum Elektronika Edisi Kedua, 2004, PT. Gramedia Pustaka Utama) Setiap kali suatu pinggiran pulsa lonceng positif tiba pada basis Q, tegangan keluaran Y berpindah dari rendah ke tinggi selama sesaat dan selanjutnya kembali ke keadaan rendah. Terdapat sebuah pulsa segiempat bagi setiap pinggiran pulsa lonceng positif. (Wasito S, Vademekum Elektronika Edisi Kedua, 2004, PT. Gramedia Pustaka Utama)
Multivibrator Astabil Multivibrator astabil mempunyai dua keadaan, namun tidak stabil pada salah satu keadaan diantaranya dengan perkataan lain. Multivibrator akan berada pada salah satu keadaanya selama sesaat dan kemudian berpindah ke keadaan yang lain. Disini Multivibrator tetap untuk sesaat sebelum kembali ke keadaan semula, perpindahan pulang pergi berkesinambungan ini menghasilkan suatu gelombang segiempat dengan waktu bangkit yang sangat cepat. Karena tidak dibutuhkan sinyal masukan untuk memperoleh suatu keluaran.
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
+ 5V
Rc
Rb 100K
2K
Rb 100K
Rc 2K
100 uF Q1
Q2
GND
Gambar 3 Rangkaian Dasar Multivibrator Astabil (Wasito S, Vademekum Elektronika Edisi Kedua, 2004, PT. Gramedia Pustaka Utama) Kerja rangkaian dasar Multivibrator astabil seperti pada flip flop RS salah satu transistor jenuh pada saat yang lainnya terpancung, perpindahan dari suatu keadaan ke keadaan yang lainnya akibat adanya pandangan kapasitor, maka keadaan tersebut tidak stabil dengan begitu kapasitor akan mengisi dan mengosongkan muatan selama sesaat dan mengakibatkan salah satu transistor menghantar, kemudian transistor lainnya. Pengatur waktu NE 555 adalah sebuah IC dengan berbagai fungsi yang berlainan, termasuk operasi astabil. Rangkaian ini bekerja bebas pada frekuensi yang ditentukan oleh dua buah resistor dan 1 buah kapasitor.
Ra 10K 1 2 3 4
8
IC NE 555
7
+
VCC
6 5
GND
Rb 10K 0,1 uF
GND
Gambar 4 Multivibrator Astabil pada IC NE 555 (Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
IC NE 555 Integrated Circuit atau yang disingkat IC, merupakan sebagian unit komponen elektronika yang berfungsi tertentu didalam proses kerjanya. Tiap – tiap tipe IC yang diproduksi pabrik mempunyai penggunaan tertentu. IC yang tidak sama tipe dan proses kerjanya tidak dapat kita pergunakan untuk menggantikan IC yang rusak. IC merupakan sebagian komponen elektronika biasanya terbuat dari rangkaian transistor, resistor, kondensator kecil, dan dioda. Suatu rangkaian IC biasanya terdiri dari puluhan buah transistor dan resistor serta beberapa dioda dan kondensator kecil dirangkai menjadi satu unit proses kerja dengan beberapa kaki terminal sampai puluhan kaki terminal, kemudian dicetak secara vakum udara dengan bahan isolasi seperti gelas atau keramik dalam bentuk tertentu (biasanya IC berbentuk plat atau papan empat persegi panjang dengan beberapa kaki sampai puluhan kaki sebagai penghubung kebagian rangkaian elektronik lainnya). Tujuan pembuatan IC oleh pabrik adalah untuk menyederhanakan suatu rangkaian elektronika, untuk mengurangi efek sampingan seperti cacat suara karena distorsi, rumitnya suatu rangkaian elektronika dan untuk mengurangi bocornya suatu rangkaian elektronika yang haknya dilindungi oleh undang–undang, sehingga pabrik lainnya tidak mudah untuk meniru barang produksinya. Untuk mengetahui baik atau rusaknya suatu IC, dapat ditempuh cara sebagai berikut: 1. Membuat suatu unit rangkaian elektronika yang memakai IC tersebut, pada rangkaian elektronika tersebut digunakan soket IC sehingga IC yang di test dapat dengan mudah dilepaskan dari soketnya. IC yang baik akan menunjukkan bahwa rangkaian elektronika tersebut berjalan dengan baik, sedangkan IC yang rusak menunjukkan bahwa rangkaian elektronika tersebut tidak berjalan atau rangkaian elektronika tersebut berjalan tetapi cacat adanya. Sistem ini banyak dipergunakan pada pabrik. 2. Para teknisi memeriksa IC rusak dengan menggunakan AVO-meter atau osiloskop. (Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
Pada penulisan proyek akhir ini penulis menggunakan IC NE 555. IC NE 555 adalah pengatur yang mantap dan mampu membangkitkan tundaan waktu ataupun guncangan yang cermat. Ada terminal–terminal tambahan guna penyulutan atau pengkondisian ulang ( reset ), jika keadaan tersebut diinginkan. Dalam ragam operasi tundaan waktu, waktu dikemudikan dengan teliti dengan sebuah kondensator dan resistor ekstern. Untuk operasi tak mantap sebagai osilator, frekuensi bebas, dan daur aktif (Duty Cycle) dikemudikan dengan teliti oleh dua buah resistor dan satu buah kondensator ekstern. Adapun sifat – sifat dari IC NE 555 ini yaitu : 1. Waktu mati (Off) kurang dari 20 μsecond (mikrodetik). 2. Frekuensi operasi tertinggi besar dari 500 Khz. 3. Pewaktu (Timing) dari mikrodetik hingga jam. 4. Beroperasi dalam ragam astabil dan monostabil. 5. Arus keluaran tinggi. 6. Daur aktif (Duty Cycle) dapat diatur. 7. Serba cocok dengan TTL. 8. Kemantapan suhu 0,005 % per ºC. Diagram koneksi pada IC NE 555 ditunjukkan pada gambar 5 dibawah ini :
Gambar 5 Diagram Koneksi pada IC NE 555 Keterangan pena – pena pada IC NE 555 adalah sebagai berikut : 1. Pena 1 (Ground) merupakan tempat paling negatif sumber tegangan, yang secara umum penggunaannya dihubungkan kebagian negatif sumber tegangan (adaptor). (Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
2. Pena 2 (Trigger/Pemicu) digunakan sebagai input lower komponen dan digunakan untuk menutup (sebagai pintu) yang mana berjalan apabila tegangan di kapasitor telah mencapai 1/3 dari tegangan masukkan. 3. Pena 3 (Output/Keluaran) merupakan output dari pemprosesan. Dengan adanya hubungan darlington didalam IC NE 555, maka tegangan High State Output adalah 1,7 Volt, kurang dari tegangan sumber (adaptor). 4. Pena 4 (Reset) digunakan untuk mereset dan kembali dengan keadaan tegangan yang rendah. 5. Pena 5 (Control Voltage/Pengontrol Tegangan) merupakan pena yang mampu mengakses 2/3 Volt ditambah titik pembagi tegangan, level rujukkan dari komparator lebih rendah. 6. Pena 6 (Threshold/Ambang) digunakan sebagai input Upper Comparator dan digunakan mereset pintu yang mana disebabkan output menjadi rendah. Untuk mereset digunakan tegangan sebesar 2/3 dari tegangan masukkan. 7. Pena 7 (Discharge/Pelepasan) mempunyai 2 kondisi yaitu ketika “ON” outputnya dari pin ini rendah dan apabila “OFF” outputnya tinggi . 8. Pena 8 (Vcc/Input) terminal sumber tegangan positif. Sumber tegangan IC atau timer berada diantara +4,5 Volt (minimum) hingga +16 volt (maksimum), dan komponen ini dikhususkan untuk operasi pada + 5 volt dan + 15 volt. Dalam range ini komponen akan tetap beroperasi secara baik tanpa mengubah periode waktunya. Sebenarnya yang paling berubah secara besar pada pengoperasian ini ialah pada pengendalian output, yang ikut meningkat peningkatan arus dan tegangan.
Fototransistor Fototransistor adalah salah satu contoh dari paduan antara fotodioda dengan sebuah chip silikon. Kombinasi ini disatukan agar supaya mengatasi kesalahan utama dari fotodioda. Banyak penggunaan alat ukur keluaran cahaya dari fotodetector, lalu dapat menghasilkan fotodioda sendiri. Sementara itu signal dari fotodioda dapat selalau terus menguatkan penggunaanya dari luar Op(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
Amp atau kontak lain. Pendekatan ini sering kali tidak praktis atau tidak efektif dalam penggunaan fototransistor. Fototransistor dapat dipandang sebagai fotodioda yang kekuatan arus listriknya menjadi tegangan basis dari fototransistor. Dalam operasinya fototransistor memiliki sensitifitas yang besar dalam pengoperasiannya. Tegangan yang melebihi batas kapasitas dari fototransistor tersebut serta proses penyolderan fototransistor yang terlalu panas, maka fototransistor tersebut akan berakibat rusak. Reaksi dari kecepatan fototransistor selalu didominasi oleh kapasitas total dari pertemuan antara kolektor dan basis dengan nilai tidak melebihi dari nilai tahanan.
+ 9 Volt R
GND
Gambar 6 Rangkaian Sumber Cahaya Fototransistor Ketika berkas cahaya inframerah di fokuskan ke kaki basis pada fototransistor dengan intensistas yang cukup. Ini berarti arus yang dapat mengalir dari sumber tegangan adalah 8 volt yang melalui resistor dan kemudian melalui kaki kolektor menuju kaki emitor yang diteruskan menuju ground atau sumber tegangan negatif. Jika berkas cahaya infra merah tidak difokuskan kekaki basis atau berkas cahaya infra merah terhalang oleh suatu benda, maka arus tidak dapat mengalir dari kaki kolektor fototransistor ke kaki emitor fototransistor.
Dioda Infra Merah Dioda Infra Merah memiliki semua dari sifat cahaya yang tampak, kecuali kita tidak dapat melihat secara normal. Cahaya infra merah mempunyai beberapa keuntungan dimana cocok digunakan sebagai sensor. LED ( Light Emiting Dioda ) dapat memancarkan cahaya infra merah
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
sangat biasa dan murah. LED ini digunakan untuk mengontrol VCR atau TV Encoder, sistem keamanan rumah dan lain sebagainya.
+ 5 Volt R
GND
Gambar .7 Rangkaian Sumber Cahaya Infra Merah (R.A Penfold, Dasar-Dasar Elektronika Untuk Pemula, 2002, CV. Pionir Jaya)
Anoda
Katoda
Gambar 8 Dioda Infra Merah (R.A Penfold, Dasar-Dasar Elektronika Untuk Pemula, 2002, CV. Pionir Jaya)
Sebagai catatan bahwa kaki yang lebih panjang pada dioda infra merah adalah katoda dihubungkan pada resistor (arus positif) dan yang lebih pendek adalah anoda yang di hubungkan ke ground (arus negatif). Resistor ini digunakan untuk melindungi dioda infra merah dengan rangkaian diberikan dengan dioda infra merah. Nilai dari resistor tersebut antara 220 kΩ hingga 330 kΩ dan harus dapat bekerja dengan baik. (R.A Penfold, Dasar-Dasar Elektronika Untuk Pemula, 2002, CV. Pionir Jaya)
Resistor Resistor adalah suatu komponen elektronika yang dapat menghambat arus listrik. Fungsi resistor dapat digambarkan sebagai sekeping papan yang dipergunakan untuk menahan aliran air (Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
yang deras di selokan/parit kecil. Dengan memakai tahanan papan ini, maka arus air dapat terhambat alirannya. Makin besar papan yang dipergunakan untuk menahan arit parit, makin kecil air yang mengalir. Begitu pula kejadian ini dapat diterapkan dalam pelajaran elektronika. Makin besar resistansi (tahanan), makin kecil arus listrik dan tegangan yang melaluinya. Jadi resistor berfungsi sebagai: 1. Menahan sebagian arus listrik agar sesuai dengan kebutuhan suatu rangkaian elektronika. 2. Menurunkan tegangan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh rangkaian elektronika. 3. Membagi tegangan. 4. Bekerja sama dengan transistor dan kondensator dalam suatu rangkaian untuk membangkitkan frekuensi tinggi dan frekuensi rendah. Resistor dapat di bagi menjadi 2 (dua) yaitu: 1. Resistor Tetap Resistor tetap adalah resistor yang memiliki nilai hambatan yang tetap. Artinya resistor hanya dapat dioperasikan dengan daya maksimal sesuai dengan kemampuan dayanya, resistor tetap di bagi dua jenis: a. Resistor kawat logam Resistor kawat logam adalah tahanan dari kawat logam yang digulungkan di permukaan pipa tabung kaca. Dalam rangkaian elektronika dapat di simbolkan pada gambar 2.9 dan digambarkan pada gambar 2.10.
Gambar 2.9 Simbol Resistor Kawat Logam (Dedy Rusmadi, Mengenal Komponen, 2001, CV. Pionir Jaya)
Gambar 2.10 Resistor Kawat Logam (Dedy Rusmadi, Mengenal Komponen, 2001, CV. Pionir Jaya)
b. Resistor arang (resistor komposisi) (Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
Resistor ini paling banyak dipergunakan pada rangkaian alat-alat elektronika. Dalam rangkaian elektronika dapat disimbolkan pada gambar 2.11 dan digambarkan pada gambar 2.12. (Dedy Rusmadi, Mengenal Komponen, 2001, CV. Pionir Jaya)
Gambar 2.11 Simbol Resistor Arang (Dedy Rusmadi, Mengenal Komponen, 2001, CV. Pionir Jaya)
Gambar 2.12 Resistor Arang (Dedy Rusmadi, Mengenal Komponen, 2001, CV. Pionir Jaya) 2.Resistor Tidak Tetap (Resistor Variabel) Resistor tidak tetap adalah resistor yang besarnya dapat diatur sesuai dengan yang dibutuhkan (nilai hambatannya dapat diubah-ubah). Resistor tidak tetap dapat dibagi dua yaitu: a. Potensiometer. Resistor yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah dengan memutar poros yang tersedia. Pontensiometer dapat disimbolkan pada gambar 2.13.
Gambar 2.13 Simbol Potensiometer (Dedy Rusmadi, Mengenal Komponen, 2001, CV. Pionir Jaya) b. Trimpot Resistor yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah dengan cara memutar porosnya dengan menggunakan obeng. Trimpot dapat disimbolkan pada gambar 2.14.
Gambar 2.14 Simbol Trimpot (Dedy Rusmadi, Mengenal Komponen, 2001, CV. Pionir Jaya)
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
Resistor arang diberi kode warna untuk mempermudah penentuan ukurannya. Kode warna diciptakan oleh RMA (Radio Manufactures Association) yang merupakan perkumpulan pabrikpabrik di Eropa dan Amerika. Kode warna yang ditetapkan oleh RMA ini menentukan besarnya ukuran resistor (tahanan). Resistor diukur dengan OHM, dalam praktek sehari-hari peminat elektronika harus dapat menentukan besarnya ukuran resistor pada waktu membaca kode warna resistor tersebut. Untuk menguji kebenarannya kita dapat menggunakan Ohmmeter yang terdapat pada AVO-meter. Adapun kode warna resisrtor dijelaskan pada tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Kode Warna Resistor (Dedy Rusmadi, Mengenal Komponen, 2001, CV. Pionir Jaya) Warna Hitam Coklat Merah Oranye Kunig Hijau Biru Violet (Ungu) Abu-Abu Putih Emas Perak Tak berwarna
Gelang Ke-1 dan
Gelang Ke-3
Gelang Ke-4
Gelang Ke-2
(Faktor perkalian)
(Toleransi)
0
1
-
1
10
-
2
100
-
3
1000
-
4
10
-
5
100
-
6
1000
-
7
10.000.000
-
8
100.000.000
-
9
1.000.000.000
-
-
0,1 0,1
5% 10%
-
-
20%
Contoh:
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
Gelang ke-2 Gelang ke-1
Gelang ke-4
Gelang ke-3
Perhatikan RMA kode warna pada tabel 2.1.di atas 27 x 1.000 = 27.000 Ω = 27 KΩ Gelang ke-1 dan ke-2 menunjukkan bilangan, gelang ke-3 menunjukkan faktor perkalian dan gelang ke-4 menunjukkan persentase toleransi yang harus ditambahkan atau dikurangkan pada hasil penilaian ukuran resistor tersebut. Gelang ke-4 pada contoh resisitor berwarna emas,maka toleransinya 5%, jadi hasil perkalian itu bukan 27.000 Ω tetapi hasilnya 27.000 Ω ± (5% x 27.000Ω). Jadi dengan adanya toleransi 5% pada contoh diatas berarti resistor tersebut tidak pasti 27.000 Ω, tetapi mungkin diatas atau dibawah 27.000 Ω, jadi tepatnya resistor tersebut berukuran: 27.000 Ω + (5% x 27.000 Ω) = 28.350 Ω atau 27.000 Ω – (5% x 27.000 Ω) = 25.650 Ω atau resistor itu berkisar antara 25.650 Ω sampai dengan 28.350 Ω. (Dedy Rusmadi, Mengenal Komponen, 2001, CV. Pionir Jaya) Kondensator (Kapasitor) Kondensator adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk memuat (menyimpan) elektron-elektron atau tenaga listrik selama waktu yang tidak tertentu. Kemampuan untuk menyimpan tenaga listrik pada kondensator disebut kapasitas (kasiteit) kondensator. Penyimpanan tenaga listrik oleh kapasitor tidak disertai proses kimia, berbeda dengan akumulator yang dipakai pada kendaran bermotor yang juga menyimpan tenaga listrik tetapi mengalami proses kimia. Tiap-tiap kapasitor mempuyai daya tampung elektron dan daya tahan terhadap tegangan tertentu. Daya tahan ini perlu diperhatikan betul-betul pada waktu praktek. Pemberian tegangan (Volt) melebihi batas tegangan yang ditetapkan akan mengakibatkan kondesator itu meledak, kondensator dapat meledak biasanya kondensator elektrolit yang disingkat ELCO. Cara pemasangan elco ini harus diperhatikan, kaki kondensator yang berkutub positif harus dipasang bersambung dengan kutub positif dari catu daya (sumber tengangan), begitu juga kaki (Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
kondensator yang berkutub negatif. Jika terjadi kesalahan pemasangan, kondensator itu dapat rusak dan mungkin juga meledak. Kondensator adalah alat yang sangat penting dan sangat banyak dipergunakan dalam teknik radio, amplifier, televisi, adaptor dan alat elektronik lainnya. Kondensator sedikitnya terdiri dari dua plat logam yang berhadapan satu sama lain dan dipisahkan oleh bahan isolasi yang disebut DIELEKTRIKUM. Adapun plat logam pada kondensator dapat dilihat pada gambar 2.15 berikut ini.
Dielektrikum Plat A Plat B +++++ +++++ +++++ +++++ +++++
---- ---- ---- ---- ---- -
Dinamo
Gambar 15 Mengisi Kondensator Dengan Listrik Dinamo (Dedy Rusmadi, Mengenal Komponen, 2001, CV. Pionir Jaya) Kedua plat kondensator (plat A dan plat B) dihubungkan ke dinamo. Suatu ketika kondensator tersebut itu sudah terisi penuh tenaga listrik. Setelah kondensator itu terisi penuh dengan tenaga listrik, lalu dilepaskan dari dinamo. Kemudian kaki plat A dan kaki plat B dari kondensator disambung secara hubungan singkat, maka timbul loncatan bunga api ketika terjadi hubungan singkat tersebut, kejadian ini membuktikan bahwa kondensator dapat menyimpan listrik. Kondensator dapat di bagi menjadi dua jenis yaitu:
Kondensator Tetap Kondensator tetap umumnya mempunyai dielektrikum mika, kertas parafin dan keramik. Kondensator tetap merupakan kondensator yang memiliki kapasitas tetap dalam menyimpan elektron (tenaga listrik), misalnya kondensator mika, kondensator kertas, kondensator keramik, kondensator milar, kondensator MKM dan kondensator polyester. Simbol kondensator tetap seperti pada gambar 2.16.
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
Gambar 2.16.Simbol Kondensator Tetap (Dedy Rusmadi, Mengenal Komponen, 2001, CV. Pionir Jaya)
+
atau
-
-
+
Sedangkan kondensator elektrolit dapat disimbolkan :
Gambar 2.17.Simbol Kondensator Elektrolit (Dedy Rusmadi, Mengenal Komponen, 2001, CV. Pionir Jaya) Ada juga ukuran kondensator yang ditentukan oleh kode warna seperti kode warna pada resistor. Sedangkan pada kondensator tetap lainnya tercantum ukuran kapasitas dan daya tahannya terhadap suatu tegangan (Volt). Mengenai kode warna kondensator, dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Gelang ke-1 dan ke-2 menunjukan angka. 2. Gelang ke-3 menunjukan faktor perkalian. 3. Gelang ke-4 menunjukan persen toleransi. 4. Gelang ke-5 menunjukan daya tahan terhadap tengangan.
Untuk gelang ke-1, gelang ke-2 dan gelang ke-3 cara hitungnya seperti cara menentukan ukuran resistor dengan memakai kode warna RMA. Sedangkan gelang ke-4 dengan kode warna yang terperinci sebagai berikut : 1. Warna hijau dengan toleransi 5% 2. Warna putih dengan toleransi 10% 3. Warna hitam dengan toleransi 20% Untuk gelang ke-5 dengan kode warna yang terperinci sebagai berikut : 1. Warna merah daya tahan terhadap tegangan sebesar 250 volt 2. Warna kuning daya tahan terhadap tegangan sebesar 400 volt Untuk perhitungan ukuran warna kondensator dimulai dengan gelang ke-1 (dari atas) menuju kekaki kondensator (kebawah). (Dedy Rusmadi, Mengenal Komponen, 2001, CV. Pionir Jaya)
Kondensator Variabel Kondensator Variabel adalah kondensator yang memiliki nilai kapasitasi (kemampuan dalam menyimpan tenaga listrik) yang dapat diubah-ubah. Kondensator variable ada yang dielektirkum nya dengan udara dan ada juga yang dieletirkum nya dengan mika. Kondensator variable dan Varco di beri simbol seperti gambar 2.18 (Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
Gambar 2.18 Simbol Kondensator Variabel dan Varco (Dedy Rusmadi, Mengenal Komponen, 2001, CV. Pionir Jaya)
Sedangkan kondensator trimer diberi simbol seperti pada gambar 2.19
Gambar 2.19 Simbol Kondensator Trimer (Dedy Rusmadi, Mengenal Komponen, 2001, CV. Pionir Jaya)
Kondensator variable dibuat dari kawat tembaga atau plat alumunium dengan badan besi serta di elektrikum udara. Sedangkan varco dibuat dari lembaran tipis tembaga atau alumunium dan dielektrikum dengan mika seperti kertas plastic dan dibungkus dengan kantong plastik. Kedua jenis kondensator variable tersebut dapat digunakan untuk radio transistor. Mengenai konstanta di elektrikum ( Badan isolasi yang memisahkan Plat-plat kondensator ), yang disingkat ε kecil, dijelaskan pada tabel 2.2 Tabel 2.2 Konstanta Dielektrikum (ε) (Dedy Rusmadi, Mengenal Komponen, 2001, CV. Pionir Jaya) Konstanta Bahan Isolasi
Konstanta Bahan Isolasi
Dielektrikum
Dielektrikum
Akuades
80
Kertas Keras
2-3
Bakelit
2,5
Kondensa
40-80
Ebonit
3
Kerafar
80
Fiber
4-5
Mika
5-7
Gelas
3-7
Mikalex
6-8
Udara
1
Marmer
7-9
Kertas Minyak
5
Porcelein
5
Kertas Biasa
2,5
Sellac
3-4
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
Kertas Parafin
3
Stealite
6
Fungsi – fungsi dari kapasitor secara umum adalah sebagai berikut: •
Pembagi arus dan tegangan
•
Pemisah antara arus searah dengan bolak – balik
•
Buffer dengan penyangga
•
Filter
(Dedy Rusmadi, Mengenal Komponen, 2001, CV. Pionir Jaya)
Dioda Dioda merupakan suatu semikonduktor yang hanya dapat menghantar arus listrik dan tegangan listrik pada satu arah saja. Bahan pokok untuk pembuatan dioda adalah Germanium ( Ge ) dan Silikon atau Silsium ( Si ). Dioda terdiri dari :
Dioda Kontak Titik (Point Contact Diode) Dioda dipergunakan untuk mengubah frekuensi tinggi menjadi frekuensi rendah. Dioda ini tidak mengalirkan arus yang besar dan banyak dipergunakan pada rangkaian radio dan televisi. Dioda kontak titik ini dibuat dari kawat wolfram dengan ujung yang runcing ditempelkan secara kuat pada lempengan germanium atau silikon serta ditutup dengan kotak dari kaca. Dioda ini hanya dapat mengalirkan arus listrik pada arah sebaliknya. Konstruksi dioda kontak titik dapat dilukiskan pada gambar 2.20 dan simbol dioda kontak titik pada gambar 2.21. (R.A Penfold, Dasar-Dasar Elektronika Untuk Pemula, 2002, CV. Pionir Jaya)
Kaca
Lempeng Silikon/ Germanium Kawat Logam
Anoda
Katoda Gambar 2.20 Konstruksi Dioda Kontak Titik
(R.A Penfold, Dasar-Dasar Elektronika Untuk Pemula, 2002, CV. Pionir Jaya) (Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
Anoda
Katoda
Gambar 2.21 Simbol Dioda Kontak Titik (R.A Penfold, Dasar-Dasar Elektronika Untuk Pemula, 2002, CV. Pionir Jaya)
Dioda Hubungan Dioda hubungan dapat mengalirkan arus listrik yang besar hanya satu arah dan tidak dapat mengalirkan arus sebaliknya. Dioda ini biasanya dipergunakan untuk perata arus Power Supply ( catu daya atau sumber tegangan ). Dioda ini dipasarannya umumnya disebut silikon saja dan memiliki simbol seperti digambarkan pada gambar 22.
Anoda
Katoda
Gambar 2.22 Simbol Dioda Hubungan (R.A Penfold, Dasar-Dasar Elektronika Untuk Pemula, 2002, CV. Pionir Jaya)
Dioda ini berkapasitas besar yang dinyatakan dengan Amper dan mempunyai daya tahan terhadap tegangan yang dinyatakan dengan Volt. Jadi setiap silikon yang dibeli di toko elektronika, mempunyai kapasitas daya tahan terhadap arus dan tegangan yang berbeda. Sebagai contoh adalah silikon 1 N 4002, ada dua macam yakni berkapasitas 1A/50Vdan berkapasitas 1A/100V. Silikon 1 N 4001 berkapasitas 1A/50V silikon lainya 1N4148. Banyak silikon yang berkapasitas besar, mulai dari 1A hingga 30A dengan daya tahan terhadap tegangan 25 V hingga ribuan Volt.
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
SR 3 AM
Anoda
Katoda
1N 4002
Anoda
Katoda
BY 127
Anoda
Katoda
Gambar 2.23 Jenis-Jenis Silikon (R.A Penfold, Dasar-Dasar Elektronika Untuk Pemula, 2002, CV. Pionir Jaya)
Silikon ini terdiri dari hubungan PN (positif dan negatif) dan biasanya berwarna hitam, ada juga silikon yang berwarna merah dan hijau seperti BY 127. Selain dari perata silikon diatas, ada dua perata yang telah terrangkai disebut silikon bridge. Silikon ini terbentuk dari empat silikon biasa dan dicetak dalam bentuk papan dengan empat kaki terminalnya. Dua kaki yang diberi symbol (~) dihubungkan ke AC Volt dari output transformator, sedangkan kaki terminal (+) dan kaki terminal (-) pada silikon bridge dihubungkan kekaki kondensator elektrolit sehingga terbentuk sebuah catu daya. Silikon bridge ini mempunyai kapasitas daya tahan arus dan tegangan dengan ukuran 1A hingga 30A dengan kapasitas tegangan dari 50 Volt sampai di atas 1000 Volt. (R.A Penfold, Dasar-Dasar Elektronika Untuk Pemula, 2002, CV. Pionir Jaya)
+
~
+
~ -
-
~
~ Gambar 2.24 Silikon Bridge
(R.A Penfold, Dasar-Dasar Elektronika Untuk Pemula, 2002, CV. Pionir Jaya) (Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
Dioda Zener Dioda zener disebut juga dioda tegangan konstan karena alat ini dapat mengalirkan arus dengan tegangan yang tetap sesuai dengan kapasitas dari dioda zener tersebut. Dioda zener biasa disingkat ZD (zener diode), dioda ini kebanyakan mempunyai daya tahan ½ Watt. Dioda zener dapat dipergunakan untuk menstabilkan tegangan yang ada pada catu daya (Power Supply) atau sumber tegangan (DC Volt). Type dari dioda zener dibedakan oleh tegangan pembatasnya. Dioda banyak digunakan sebagai pembatas tegangan. Dioda zener umumnya diberikan simbol seperti pada gambar 2.25. (Malvino, Prinsip-Prinsip Elektronika, 1999, Salemba Teknika)
Anoda
Katoda
Gambar 2.25. Simbol Dioda Zener (Malvino, Prinsip-Prinsip Elektronika, 1999, Salemba Teknika)
Dioda Pemancar Cahaya (LED) Dioda ini akan mengeluarkan cahaya bila diberi tegangan sebesar 1,8V dengan arus1,5 mA. LED digunakan sebagai alat peraga (display), digunakan sebagai indikator aktif atau tidaknya suatu rangkaian elektronik, sebagai lampu isyarat dan lampu hias. Simbol dioda pemancar cahaya dapat digambarkan pada gambar 2.26.
Anoda
Katoda
Atau Anoda
Katoda
Gambar 2.26 Simbol Dioda Pemancar Cahaya (Prinsip-Prinsip Elektronika, Edisi Ketiga, 1985, PT. Erlangga)
Sinar LED dapat dibentuk menjadi angka-angka melalui suatu proses kerja komputer mini yang ada pada suatu kalkulator. Setiap angka pada kalkulator merupakan suatu rangkaian dari 7 buah LED. LED ada bermacam-macam warna antara lain warna merah, hijau, kuning, dan putih. (Prinsip-Prinsip Elektronika, Edisi Ketiga, 1985, PT. Erlangga)
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
Kaki LED yg dihubungkan ke tegangan positif (Anoda)
Kaki LED yg dihubungkan ke tegangan negatif (Katoda)
Gambar 2.27 Dioda Pemancar Cahaya (LED) (Prinsip-Prinsip Elektronika, Edisi Ketiga, 1985, PT. Erlangga) Transistor Transistor merupakan salah satu semikonduktor yang dapat dipergunakan untuk perataan arus, menahan sebagian arus, menguatkan arus, membangkitkan frekuensi rendah maupun tinggi. Frekuensi rendah adalah frekuensi yang dapat dinikmati manusia, misalnya frekuensi suara yang dihasilkan oleh tape. Frekuensi tinggi adalah frekuensi yang tidak dapat ditangkap oleh telinga manusia, misalnya frekuensi yang dipancarkan oleh pemancar radio, televisi, telegram dan sebagainya. Transisitor yang dibuat dari bahan germanium disebut transistor germanium dan transistor yang dibuat dari bahan silikon disebut transistor silikon. Transistor yang banyak dipergunakan dalam teknik elektronika antara lain transistor PNP dan transistor NPN. Pada umumnya transistor terdiri dari 3 (tiga) buah kaki yang masing-masing diberi nama kolektor, basis, emitor. Jika terdapat kaki keempat, maka dinamakan sasis. Umumnya pabrik-pabrik yang memproduksi transistor memberi tanda tertentu pada badan tertentu untuk memudahkan penentuan salah satu kaki transistor tersebut. Adapun tanda kolektor yang diberikan pada transistor sebagai berikut
-
Hitam
-
Merah atau Hitam
-
Merah atau Hitam
-
Hitam
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
Setelah kaki kolektor diketahui, kita dapat menentukan basis dan kaki emitor yakni dengan cara membalikkan transistor, sehingga kaki transistor menghadap ke langit, sedangkan badannya menghadap ke bumi. Kaki basis biasanya terletak disamping kiri kolektor dengan arah berlawanan pada putaran jarum jam, setelah kaki basis terdapat kaki emitor dari transistor (perhatikan gambar pada gambar 2.28).
B E
C
* Emitor Disingkat Dengan E * Basis Disingkat Dengan B * Kolektor Disingkat Dengan C Atau K
Gambar 28 Transistor Germanium (R.A Penfold, Dasar-Dasar Elektronika Untuk Pemula, 2002, CV. Pionir Jaya)
Tanda kolektor ini biasa diberikan oleh pabrik transistor, pada setiap transistor germanium maupun silikon. Sedangkan tanda kolektor pada transistor silikon seperti juga tanda yang terdapat pada transistor germanium, hanya kadang-kadang transistornya tidak diberikan tanda atau tandanya sudah luntur sehingga tidak ditemukan tanda kolektornya. Umumnya orang beranggapan transistor terbentuk dari dua buah dioda yang dihubungkan, anggapan demikian karena transistor bertingkah seperti dua dioda yang dihubungkan, hal ini terlihat jika kita mengukur basis tiap-tiap transistor dengan ohmmeter yang terendah batas ukurnya, yaitu pointer ohmmeter menunjukkan ukuran yang sama antara basis dengan kolektor dan basis dengan emitor. Tentu saja anggapan demikian tidak dapat kita pergunakan untuk membuat transistor dengan menghubungkan dua dioda tersebut. Karena transistor selain mempunyai tingkah laku lainya yang tidak dimiliki oleh sambungan dua dioda. Tingkah laku transistor lainnya adalah bahwa emitor dan kolektor yang diukur secara bolakbalik mempunyai perlawanan yang berbeda jauh ukurannya bila diukur dengan ohmmeter, tingkah laku tidak dimiliki oleh sambungan dua dioda, sebab itu kita tidak dapat mengganti transistor
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
dengan sambungan dua dioda. Makin besar perlawanan antara emitor dan kolektor dari suatu transistor yang diukur secara bolak balik dengan Ohmmeter ,makin baik mutu transistor tersebut. Basis transistor bertingkah seperti sambungan dua dioda yang menuju satu sasaran yang sama (jenis transistor PNP) atau menuju arah yang berlawanan (jenis transistor NPN) untuk jelasnya simbol transistor dapat dilihat pada gambar 2.29 dan gambar 2.30. (R.A Penfold, Dasar-Dasar Elektronika Untuk Pemula, 2002, CV. Pionir Jaya)
C
E
B Gambar 2.29 Simbol Transistor PNP (R.A Penfold, Dasar-Dasar Elektronika Untuk Pemula, 2002, CV. Pionir Jaya)
C
E
B Gambar 2.30 Simbol Transistor NPN (R.A Penfold, Dasar-Dasar Elektronika Untuk Pemula, 2002, CV. Pionir Jaya)
ANALISA RANGKAIAN
Analisa rangkaian dilakukan melalui analisa pada diagram blok, seperti terlihat pada gambar 3.1.
PENERIMA INPUT BLOK I
MEDIA
BLOK IIISSN: 1412-9434) (Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, TRANSMISI PEMANCAR BLOK III
BEBAN OUTPUT
Gambar 31 Blok Diagram Rangkaian
Blok Input Pada blok ini penulis nenggunakan blok input yang berupa pencatu daya sederhana yang terbuat dari trasformator tenaga dengan empat buah silikon yang dihubungkan secara jembatan. Saklar putar dapat dipasang pada rangkaian gambar 3.2 agar tegangan yang dibutuhkan dapat dipilih dengan memutar saklar putar .
T
0
110 Fuse 220 1A
6 9 12
D1 -D4 + 9 Volt 1
0
+
Steker
C1
-
240 Gambar 3.2 Diagram Rangkaian Input (Catu Daya Sederhana)
Blok Rangkaian Pemancar Radiasi infra merah yang dihasilkan oleh dua buah dioda lampu LED (Light Emitting Diode) infra merah D2 dan D3. Ketika LED ini dihidupkan akan memberikan kilatan cahaya yang sangat singkat, namun dengan intesitas cahaya yang sangat tinggi. Ini akan lebih mudah dideteksi pada jangkauan yang lebih jauh. Dasar rangkaian pemancar ini dengan menggunakan sebuah IC NE 555 yang berfungsi sebagai astabil multivibrator. Pada kapasitor CI mengisi muatan melalui resistor R. Output pada IC (pena 3) (Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
dihubungkan dengan kaki positif dioda D1. Resistor R1 berfungsi sebagai pembatas arus, sehingga arus yang melewati D1 tidak akan lebih dari 0,5 mA. Komsumsi arus seluruh rangkaian ini sekitar 0,5 mA yang telah cukup untuk mengoperasikan IC dengan komponen sekitarnya. Kapasitor C2 digunakan sebagai penghemat sumber tegangan. Rangkaian pemancar ini menggunakan sumber tegangan sebesar 8 Volt.
+ 9 Volt DC C1
R
4 6
8
2
C2 5
3
D1 D2
1
D3
Gambar 33. Blok Diagram Rangkaian Pemancar Blok Media Transmisi Media transmisi adalah bagian fisik antara pemancar dan penerima didalam sistem transmisi. Media transmisi dapat dibagi menjadi 2 yaitu : a. Guided Media Merupakan media yang dapat mengendalikan gelombang melalui media fisik, seperti kabel twisted pair, kabel coaxial dan kabel fiber optik. b. Unguided Media Merupakan media yang dapat mengendalikan gelombang melalui media atmosfer (udara), seperti gelombang bunyi, spread spectrum, radio, gelombang infra merah dan sebagainya. Wireless Transmission adalah sebuah sistem dimana pemancaran dan penerimaan data dibawa melalui media udara. Pada wireless transmission terdapat dua konfigurasi dasar yaitu :
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
a.
Directional Bagian pemancar diarahkan pada sudut tertentu ke penerima untuk mengirim signal gelombamg.
b.
Omnidirectional Bagian penerima dapat menerima gelombang dari arah mana saja yang dipancarkan oleh pemancar. Sebuah sistim trasmisi data dalam perancangannya lebih ditunjukkan kepada kecepatan dan
jarak pengiriman . Semakin cepat pengiriman data, semakin baik sistem tersebut, begitu juga dengan jarak. Faktor yang menentukan kecepatan dan jarak transmisi dalam suatu sistem adalah: 1. Bandwidth Adalah jarak jalur pengiriman, sehingga semakin besar bandwidth maka semakin cepat data yang diterima. 2. Transmission Impairments Adalah pelemahan signal transmisi (atenuasi). Semakin kecil pelemahan signal , maka jarak pengiriman data akan semakin jauh . 3. Interference Adalah gangguan yang terdapat pada media transmisi. Gangguan ini dapat berupa noise pada unguided media. 4. Banyaknya penerima Semakin banyak penerima, maka kemungkinan terjadi atenuasi semakin besar. Hal ini dapat mempengaruhi kecepatan dan jarak pengiriman. Pada blok media transmisi ini penulis menggunakan media transmisi unguided media yang berupa gelombang infra merah. Gelombang infra merah ini banyak digunakan untuk komunikasi jarak dekat. Remote control yang dipakai untuk televisi, VCR dan peralatan stereo, yang semua peralatan tersebut menggunakan komunikasi infra merah. Gelombang-gelombang ini relatif direksionai, murah, dan mudah dibuatnya. Akan tetapi terdapat kekurangannya, antara lain tidak dapat menembus benda padat (coba berdiri diantara remote control dan televisi). (Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
Di lain pihak, kenyataan bahwa sistem infra merah tidak dapat menembus dinding merupakan keuntungan juga. Ini berarti bahwa sistim infra merah di sebuah ruangan tidak akan mengganggu sistem infra merah yang ada di ruang sekitarnya. Di samping itu, keamanan infra merah terhadap para penyadap lebih baik dibandingkan dengan sistem radio. Dengan alasan ini, tidak diperlukan izin pemerintah untuk mengoperasikan sistem infra merah. Kebalikannya dengan sistem radio memerlukan izin pemerintah.
Blok Rangkaian Penerima Blok Fototransistor Pada blok ini ketika berkas cahaya infra merah difokuskan ke kaki basis pada fototransistor dengan intensitas yang cukup. Ini berarti arus yang dapat mengalir dari sumber tegangan adalah 8 Volt yang melalui resistor dan kemudian melalui kaki kolektor menuju kaki emitor yang diteruskan menuju ground atau sumber tegangan negatif. Jika berkas cahaya infra merah tidak difokuskan ke kaki basis atau berkas cahaya infra merah terhalang oleh suatu benda, maka arus tidak dapat mengalir dari kaki kolektor fototransistor ke kaki emitor fototransistor. Ketika berkas cahaya infra merah jatuh pada kaki basis, akan men-switch “ON” (transistor dalam keadaan jenuh). Arus mengalir dari kolektor ke emitor dan tegangan pada kaki kolektor akan terdorong jauh mendekati 0 volt. Ketika berkas cahaya dari infra merah dipotong atau terhalang oleh benda yang berada diantaranya, maka masukan kaki basis fototransistor akan “OFF” (transistor dalam keadaan menyumbat). Tegangan pada kolektor akan naik, ketika tidak ada arus yang melewati kaki kolektor ke kaki emitor. Tegangan akan sama seperti sumber tegangan yaitu 8 Volt.
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
+ 9 Volt R1 C1
SPT
Gambar 34 Blok Diagram Rangkaian Fototransistor
Blok Penguat Penguat adalah suatu rangkaian elektronik yang dapat dipakai untuk menguatkan daya, tegangan dan arus listrik. Pada blok penguat ini terdapat, transistor TR1, TR2, TR3, TR4, resistor R2, R3, R4, R5, R6, R7, R8, R9, dan kondesator C2, C3, C4 yang digunakan sebagai komponenkomponen dasar dari rangkaian ini. Jika pada transistor TR1 menjadi panas, maka arus pada kaki kolektor akan condong naik. Arus pada kaki kolektor tersebut akan menaikkan tegangan diantara terminal-terminal resistor R3, karena tegangan diterminal-terminal transistor R3 naik, maka turunlah tegangan pada kolektor- emitor (Vce), maka tegangan pada kaki basis akan ikut menjadi turun (karena tegangan untuk kaki basis disadap dari kaki kolektor oleh sebuah resistor R2). Pada transistor TR2 terjadi penguatan tunggal emitor tanpa menggunakan stabilisasi. Dalam rangkaian TR2 ini harus mengalir arus yang rendah, karena itu penguat pada transistor TR2 ini hanya dapat dipakai sebagai penguat arus yang sangat rendah atau kecil saja. Pada transistor TR3 arus yang berasal dari kaki kolektor transistor TR2 akan dihubungkan kekaki basis transistor TR3 oleh sebuah kondesator C3. Selama terdapat denyut-denyut masukan pada transistor TR3, kaki basis dan emitor terukur adanya tegangan –tegangan terbalik. Tegangan yang dihasilkan pada kaki emitor transistor TR3 akan diteruskan menuju kaki basis transistor TR4 yang melalui resistor R8 yang akan menghambat atau menahan tegangan yang akan masuk kekaki (Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
basis transistor TR4. Arus negatif yang dihasilkan oleh kaki kolektor TR4 akan segera diteruskan ke dioda LED D1, sehingga dioda LED D1 akan diberi tegangan muka maju yang akan dapat mengaktifkan dioda LED D1 (menyala terang).
+ 9 Volt R4
R3
+
R6
-
C6
R10
C2 GND
TR3
C3
R2
TR2
TR1
TR4
R8
+ R5
R7
-
C4
R9
Gambar 35 Blok Diagram Rangkaian Penguat
Blok Penyearah Pada rangkaian ini terdapat komponen resistor R10, dioda D2, D3, D4, D5, serta sebuah kondesator C5 sebagai komponen dasar rangkaian penyearah. Pada blok penyearah ini mendapatkan arus keluaran yang berasal dari blok penguat. Pada rangkaian ini dapat mengalirkan arus listrik yang besar hanya satu arah saja dan tidak dapat mengalirkan arus sebaliknya. Dioda D2, D3, D4, D5, ini berkapasitas besar yang dinyatakan dengan Ampere dan mempunyai daya tahan terhadap tegangan yang dinyatakan dengan Volt. Dioda ini berkapasitas besar mulai dari 1 A dengan daya tahan terhadap tegangan 25 Volt hingga ribuan Volt.
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
+ 9 Volt R10
D2 D3 D4 D5
+
-
C5
Gambar 36 Blok Rangkaian Penyearah
Blok Output Pada rangkaian ini terdapat komponen transistor TR5 type CS 9013 jenis NPN, dioda D6, resistor R11 dan trimpot VR serta sebuah relay R1 sebagai komponen dasar. Keluaran dari hasil penyearahan dioda, D2, D3, D4, D5, pada blok penyearahan dapat mengaktifkan trnsistor TR5. Arus yang masuk ke basis lebih positif dari emitornya yang di ground-kan dan memicu kolektor ke emitor sehingga TR5 disini menghantar (aktif) dan dapat berfungsi sebagai saklar (switch). Hal ini mengakibatkan dioda D6 dalam keadaan bias revers. Signal output yang tersedia untuk menggerakkan alat apa saja yang nanti terhubung kerangkaian sehingga rangkaian ini akan secara lansung bekerja ketika ada yang memotong berkas cahaya yang dipancarkan pada rangkaian penerima.
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
+6V - +9V SW D6
RL
VR
TR5
R11
GND
Gambar 37. Blok Rangkaian Output
Blok Beban Pada blok ini penulis memberikan rangkaian berupa rangkaian sirene polisi yang dihubungkan ke relay. Disini penulis tidak membahas bagaimana cara kerja dari rangkaian sirene polisi ini.
Analisa Rangkaian Secara detail Pendeteksian pulsa-pulsa infra merah dari rangkaian pemancar dengan menggunakan fototransistor SPT. Dengan perantara gelombang infra merah menjadikan pendeteksian SPT ini boleh dikatakan sangat sensitive, asalkan masih dalam batas jangkauannya. Resistor R1 merupankan sebagai pembatas tegangan terhadap SPT yang akan memberikan “ bias revers ”pulsapulsa infra merah dari rangkaian pemancar untuk kemudian diperkuat oleh rangkaian berikutnya. Kondesator C1 sebagai kople (penggabung siyal dari sumber sinyal kepada penguat) output SPT sebelum masuk menuju kaki basis TR1. Setelah mengalami penguatan sinyal masukan dari TR1, sinyal-sinyal rendah atau kecil yang diberikan oleh transistor TR1 akan diperkuat oleh transistor TR2, transistor TR2 ini hanya dapat di pakai pada arus yang rendah dengan kondesator C3 sebagai (Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
penggabung sinyal dari sumber siyal (dari kolektor TR2) kepada penguat dan menuju kaki basis transistor TR3. Arus yang mengalir dari kaki emitor TR3 terukur adanya tegangan –tegangan terbalik yang akan ditahan oleh sebuah resistor R8 yang kemudian akan diteruskan menuju basis TR4. Arus negatif yang dihasilkan pada kaki kolektor TR4 akan menghidupkan atau mengaktifkan dioda D1 (LED) yang digunakan sebagai indikator, lalu diteruskan dan searahkan oleh D2, D3, D4, dan D5. Tegangan positif yang dihasilkan dari penyearah dioda ini selanjutnya dipergunakan pada kaki basis TR5. Sebelum arus positif memasuki TR5 arus positif tersebut akan melewati sebuah potensiometer, yang kegunaanya sebagai pengatur naik atau turunnya tegangan pada kaki basis dan kaki emitor pada TR5 Berhubung potensiometer tersebut tidak tahan terhadap arus yang besar, maka rangkaian ini diberi tahanan muka yaitu pada resistor R10. Pemberian tegangan positif pada basis TR5 dan memberikan tegangan arus negatif pada emitor TR5 yang disebut juga dengan pemberian tegangan muka maju dengan ukuran tertentu akan bertingkah sebagai saklar yang menutup dan membuka secara bergantian (berulang-ulang) tanpa henti, jika kaki basis TR5 tersebut tetap dialiri arus positif. Transistor TR5 berfungsi sebagai pengerak relay RL, pada saat TR5 dalam keadaan “ON”, maka relay yang bersifat “normally open” dalam keadaan tertutup akan menghidupkan beban dengan dioda D6 berfungsi sebagai pengaman gulungan (coil) pada relay RL dan juga digunakan sebagai penghubung singkat tegangan induksi yang terjadi pada saat saklar berguling ke “OFF”. C4, C5, dan C6 merupakan komponen yang berfungsi sebagai penghemat pemakaian arus dari catu daya atau sumber tegangan.
Cara Konfigurasi dan Pemasangan Konfigurasi rangkaian yang telah dipasangkan pada sumber tegangan 8 Volt. Dengan mengatur potensiometer 10 KΩ, kita setel potensiometer dengan memasang pada perkiraan 5 KΩ dari 0 sampai 10 KΩ. Sehingga kita dapat menganggap bahwa hambatan potensiometer sekitar 5-10 KΩ. (Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
Bila potensiometer disetel sekitar 0 sampai 5 KΩ, maka alat ini akan dapat memicu sebuah relay dan mengaktifkan sebuah rangkaian alarm. Alat ini dipasang pada suatu jarak tertentu dan terpisah antara pemancar dan penerima.
Hasil Uji Coba Langkah-langkah penyelesaian, pemeriksaan dan pengujian yaitu setelah pengukuran dilakukan, kemudian diperiksa kembali penyolderan dan perancangan komponen yang kurang baik, yang terakhir setelah selesai pemeriksaan dan tidak ada kekurangan, langkah selanjutnya yaitu pengujian untuk menguji tegangan keluaran pada detektor (fototransistor). Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan instrumen-instrumen catu daya DC atau power suplay dan multimeter analog. Setelah detektor (fototransistor) ini selesai diuji, tahap selanjutnya adalah melakukan pengukuran tegangan keluaran masing-masing rangkaian penguat pada rangkaian penerima. Setelah kita melakukan tahap pengukuran tegangan keluaran masingmasing rangkaian penguat, langkah selanjutnya kita menguji rangkaian penyearah dan rangkaian output. Berikut ini merupakan hasil pengujian rangkaian : Tabel 41 Hasil Pengujian Rangkaian Pada Rangkaian Pemancar Nama Rangkaian Pemancar
Hasil Pengujian Rangkaian Pada Titik IC
Pada Titik D1
Vin = 8 Volt
Vin = 1,6 Volt
Vout = 1,6 Volt
Vout = 1,4 Volt
Iin = 0,5 mA
Iin = 0,005 mA
Iout = 0,5 mA Pada Titik D2
Pada Titik D3
Vin = 1,4 Volt
Vin = 0,2 Volt
Vout = 0,2 Volt
Vout = 0 Volt
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
Tabel 42 Hasil Pengujian Rangkaian Pada Rangkaian Penerima Nama Rangkaian
Hasil Pengujian Rangkaian
Penerima Blok I
Pada Titik Fototransistor
(Fototransistor)
Vin = 8 Volt VC = 0 Volt VB = 0 Volt VE = 0 Volt
Blok II
Pada Titik TR1
(Penguat)
VB = 0,2 Volt
IB = 0,08 mA
VC = 1,2 Volt
IC = 0,3 mA
VE = 0,1 Volt
IE = 0,3 mA
VCE = 4 Volt Pada Titik TR2 VB = 8 Volt
IB = 0,2 mA
VC = 8 Volt
IC = 0,2 mA
VE = 0,9 Volt
IE = 0,1 mA
Pada Titik TR3 VB = 6 Volt
Ic = 0,50 mA
Vc = 8 Volt
IB = 0,03 mA
VE = 1 Volt
IE = 1 mA
Pada Titik TR4 VC = 5,2 Volt
IC = 0,2 mA
VB = 0,2 Volt
IB = 0,2 mA
VE = 0,2 Volt IE = 0,3 mA (Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
Blok III
Pada Titik D2
Pada Titik D4
(Penyearah)
Vin = 2,4 Volt
Vin = 0,8 Volt
Vout = 1 Volt
Vout = 0,4 Volt
Pada Titik D3
Pada Titik D5
Vin = 1 Volt
Vin = 0,4 Volt
Vout = 0,8 Volt
Vout = 0,2Volt
Tabel 43 Hasil Pengujian Rangkaian Pada Rangkaian Output Nama Rangkaian Output
Hasil Pengujian Rangkaian Pada Titik TR5 VC = 8 Volt
IC = 0,5 mA
VB = 0,2 Volt
IB = 0,02 mA
VE = 0,4 Volt
IE = 0,52 mA
Vout = 8 Volt Pada Titik Relay Vin = 8 Volt
Vout = 8 Volt
Pada dasarnya alat ini dapat bekerja dengan baik asalkan dalam membuatmya kita tidak melakukan kesalahan yang fatal. Misalkan dalam pemasangan kaki-kaki kapasitor dan IC-nya jangan terbalik serta nilai atau besar dari resistor. Apabila kita melakukan kesalahan dalam meletakkan dan memasangkan komponen-komponen tersebut, alat ini tidak akan berfungsi dan tidak tertutup kemungkinan komponen-komponen tersebut akan rusak bahkan akan terbakar. Hasil Perhitungan
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
Setelah kita melakukan pengujian secara praktek, langkah selanjutnya kita menganalisa hasil uji coba tersebut dengan mencocokkanya dengan menggunakan teori-teori atau perhitunganperhitungan yang dapat kita pelajari pada buku-buku panduan. Berikut ini adalah table hasil perhitungan : Tabel 44. Hasil Perhitungan Rangkaian Pada Rangkaian Pemancar. Nama Rangkaian
Pemancar
Hasil Perhitungan Rangkaian
Keterangan
Pada Titik IC
Vout D3 = 0 Volt
Iin = 0,5 mA
(Karena pada Vout Dioda D3
Iout = 0,5 mA
terjadi proses pembuangan muatan (+) yang bertemu dengan muatan (-))
Pada Titik D1 Vin = 1,6 Volt Vout = 1,4 Volt Pada Titik D2
Pada Titik D3
Vin = 1,4 Volt
Vin = 0,2 Volt
Vout = 0,2 Volt
Vout = 0 Volt
VTotal = Vout D1 + Vout D2 + Vout D3 = 1,4 Volt + 0,2 Volt + 0 Volt VTotal = 1,6 Volt
Tabel 45. Hasil Perhitungan Rangkaian Pada Rangkaian Penerima Nama Rangkaian Penerima Blok I (Fototransistor)
Hasil Perhitungan Rangkaian Pada Titik Fototransistor IC = VC / RC = 8 Volt / 1 K
RC = R1 = 1 K
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
IC = 8 mA
IB = 0 mA
IE = IB + IC
VCE = 1/2 . VCC
= 0 mA + 8 mA IE = 8 mA Blok II (Penguat)
= 1/2 x 8 Volt VCE = 4 Volt
Pada Titik TR1 ISUMBER = 0,5 mA RB = R2 = 470 K
RC = R3 = 3,9 K
IC = VC/RC = 1,2 Volt / 3,9 K
IB = VCE/RB = 4 Volt / 470 K
IC = 0.308 mA
IB = 0,009 mA
IE = IB + IC = 0,009 mA + 0,308mA
VCE = 1/2 . VCC = 1/2 x 8 Volt
IE = 0,317 mA
VCE = 4 Volt
HFE = IC/IB = 0,308 mA / 0,009 mA HFE = 34,222 VB = IB. RB + 0,6 Volt = 0,009mA x 470 K VB = 4,83 Volt VC = ISUMBER . RC = 0,5 mA . 3,9 K VC = 1,95 Volt VBE= 0,6 Volt (Transistor Silikon) VBE= 0,2 Volt (Transistor Germanium) Pada Titik TR2 RB = R5 = 47 K
RC = R6 = 22 K
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
IC = VCC/RC = 8 Volt / 22 K
IB = (VCC – VBE)/RB = (8 Volt - 0,6 Volt) / 47 K
IC = 0,364 mA
IB = 0,157 mA
IE = IB + IC = 0,157 mA + 0,364 mA
VCE = VCC – IC . RC = 8 Volt - 0,364 mA x 22 K
IE = 0,521 mA
VCE = -0,008 Volt = 0,008 Volt
HFE = IC/IB = 0,364 mA / 0,157 mA HFE = 2,318 VB = IB. RB + 0,6 Volt = 0,157 mA x 47 K VB = 7,979 Volt Pada Titik TR3 IC = ISUMBER = 0,5 mA RB = R7 = 180 K
IB = VB/RB = 6 Volt / 180 K
VCE = 1/2 . VCC = 1/2 x 8 Volt
IB = 0,033 mA
VCE = 4 Volt
HFE = IC/IB = 0,5 mA / 0,033 mA HFE = 15,152 VB = IB. RB + 0,6 Volt = 0,033 mA x 180 K VB = 6,54 Volt Pada Titik TR4 RC = R10 = 1 K (Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
IC = VC/RC
IB = VB/RB
= 0,1 Volt / 1 K
= 0,2 Volt / 0,47 K
IC = 0,1 mA
IB = 0,426 mA
IE = IB + IC = 0,426 mA + 0,1 mA
VCE = 1/2 . VCC = 1/2 x 8 Volt
IE = 0,526 mA
VCE = 4 Volt
HFE = IC/IB = 0,1 mA / 0,426 mA HFE = 0,235 Iin = VCC/R10 = 8 Volt / 1 K Iin = 8 mA Blok III
PadaTitik D2
Pada Titik D4
(Penyearah)
Vin = 2,4 Volt
Vin = 0,8 Volt
Vout = 1 Volt
Vout = 0,4 Volt
Pada Titik D3
Pada Titik D5
Vin = 1 Volt
Vin = 0,4 Volt
Vout = 0,8 Volt
Vout = 0,2 Volt
VTotal = Vout D2 + Vout D3 + Vout D4 + Vout D5 = 1 Volt + 0,8 Volt + 0,4 Volt + 0,2 Volt VTotal = 2,4 Volt
Tabel 46 Hasil Perhitungan Rangkaian Pada Rangkaian Output Nama Rangkaian Output
Hasil Perhitungan Rangkaian Pada Titik TR5
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
IC = ISUMBER = 0,5 mA IB = VB/RB = 0,2 Volt / 10 K IB = 0,02 mA IE = IB + IC = 0,02 mA + 0,5 mA IE = 0,52 mA HFE = IC/IB = 0,5 mA / 0,02 mA HFE = 25 VB = IB . RB + 0,6 Volt = 0,02 mA x 10 K VB = 0,8 Volt VCE = 0 (dalam keadaan jenuh) VCE = VCC (dalam keadaan tersumbat) Titik Pada Relay Vin = Vout Arus yang dibutuhkan relay, agar relay dapat aktif I = VCC/RB = 8 Volt / 8,2 K I = 0,976 mA
Cara Menggunakan (Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
Alat ini sangat sensitive sehingga pengaruh gerakan manusia yang melintas diantara pemancar dan penerima atau kita meletakan suatu benda yang menghalagi berkas cahaya yang dipancarkan oleh infra merah yang diterima oleh fototransistor dapat mempengaruhi kerja alat tersebut. Manfaat alat ini dapat dipergunakan untuk melindungi barang-barang berharga yang ada didalam rumah kita, ketika kita tidak sedang ada dirumah.
Pemasangan Detektor Pemancar dan penerima harus dipasang pada sisi yamg berlawanan satu sama lain dalam satu ruangan atau pada sudut yang berlawanan jika dikehendaki. Sebaiknya berkas cahaya melalui jalur diagonal . Hal ini diyakinkan banyak orang bahwa pemasangan alat sistim keamanan rumah dengan menggunakan teknologi infra merah sangat dibutuhkan sehingga rumah akan aman dari gangguan keamanan. Jika pemancar dan penerimanya di pasang dengan ketinggian sekitar 1 m dari lantai, maka alat sistim keamanan rumah dengan menggunakan teknologi infra merah akan sulit dilewati oleh orang pejalan kaki, namun memungkinkan hewan peliharaan lalu lalang dibawahnya. Jika pemancar dan penerima ditutupi, maka bagi pejalan kaki yang akan melewati tidak akan curiga, sampai akhirnya alat itu berbunyi. Alat ini sangat mudah disembunyikan misalnya dengan memasangnya didalam perabot rumah tangga atau membuatnya tidak kelihatan seperti alat yang tidak membahayakan bagi pejalan kaki yang akan melewati. Bila pemancar dan penerima sudah diletakkan dengan sempurna, hidupkan dayanya. LED biasanya hidup dan SW berbunyi jika dayanya dihubungkan. LED bisa dipadamkan dan SW bisa dimatikan dengan cara menekan tombol reset (dengan asumsi kita tidak berdiri diantara pemancar dan penerima). Sekarang sistemnya aktif. Begitu berkas sinar dipatahkan, LED-nya akan menyala dan SW-nya akan berbunyi.
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
Kesimpulan Berdasarkan uraian, perancangan, pembahasan, dan analisa diatas, serta sesuai dengan tujuan dari pembuatan penulisan ilmiah, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Dengan memanfaatkan keunggulan dan teknologi yang ada pada saat ini, alat ini dapat kita desain lebih kecil dan sederhana tanpa mengurangi dari kehandalan alat tersebut. 2. Pada rancangan alat ini terdapat sedikit kelemahan, yaitu dalam pengoperasian alat ini pada dasarnya, dikarenakan oleh faktor kualitas dari kualitas masing-masing komponen yang berbeda dari standarisasi suatu komponen tersebut. Setelah melalui beberapa pengamatan yang dilakukan pada alat ini serta dilakukan beberapa pengujian, maka saran-saran yang ingin diberikan penulis untuk meningkatkan kegunaan dari alat ini, yaitu : 1. Sebelum melakukan pengujian alat, sebaiknya dilakukan pengecekan pada komponenkomponen, kondisi sumber tegangan, pemasangan terminal yang dihubungkan dengan instrumen-instrumen yang ada. 2. Usahakan pada saat pengujian alat ini, kita tidak berada diantara pemancar dan penerima yang dapat membuat alat ini dapat terhalang. 3. Sebaiknya dalam perancangan atau pembuatan alat ini setiap rangkaiannya dibuat pada layout PCB yang berbeda atau sendiri-sendiri sehingga jarak antara pemancar dan penerima dapat diatur sesuai yang dikehendaki..
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)
DAFTAR PUSTAKA
1. Malvino, Albert Paul, Prinsip-Prinsip Elektronik, PT Erlangga, Jakarta, 1999. 2. Penfold, R.A, Dasar-Dasar Elektronika Untuk Pemula, CV. Pionir Jaya, Bandung, 2002. 3. Sumisjokartono, Elektronika Praktis, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 1985. 4. Wasito S, Pelajaran Elektronika, Karya Utama, Jakarta, 1977. 5. Wasito, S,
Vademekum Elektronika Edisi Kedua, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2004.
(Jurnal Ilmiah ”Komputasi”, Vol. 07 No. 1, Juni 2008, Hal.43-68, ISSN: 1412-9434)