Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
SISTEM INSTRUMENTASI DAN KENDALI REAKTOR TRIGA 2000 (Sudjatmi K.A.*, P. Ilham Y.*, Didi Gayani *)
ABSTRAK Sistem Instrumentasi dan Kendali Reaktor TRIGA 2000. Untuk mengatasi permasalahan instrumentasi yang timbul akibat ketregantungan perangkat lunak yang penuh dari pemasok sistem instrumentasi reaktor dalam hal ini General Atomic, telah dilakukan modifikasi terhadap sistem instrumentasi dan kendali reaktor TRIGA 2000 Bandung. Modifikasi dilakukan secara bertahap mulai dari pembuatan panel kontrol dalam mode manual sampai dengan penggunaan komputer untuk sistem pengamatan dan selanjutnya diteruskan dengan penggunaan dalam mode otomatik. Modifikasi sistem instrumentasi reaktor TRIGA 2000 Bandung dilakukan agar kelangsungan pemeliharaan dan perbaikan sistem instrumentasi reaktor dapat dilaksanakan dengan lebih baik serta merupakan latihan untuk menyongsong kemandirian dalam perancangan sistem instrumentasi dan kendali reaktor. Prioritas utama dalam kegiatan ini adalah membuat sistem kontrol daya reaktor, mengatur gerak naik turun batang kendali reaktor secara aman, kemudian dilanjutkan dengan pengamatan pengukuran pengukuran teknis melalui komputer. Pengujian hasil modifikasi dilakukan melalui tahap komisioning sesuai prosedur yang diketahui BAPETEN. Kata kunci: Sistem Instrumentasi dan Kendali (SIK), Instrumentasi Reaktor
ABSTRACT Instrumentation and Control System of TRIGA 2000 Reactor. To solve the problem arise from the software dependence upon the vendors i.e. General Atomic, the modification of the Instrumentation and Control of reactor TRIGA 2000 Bandung is performed. Modification being performed in several stage of activity, starting from the modification of panel control of reactor control in manual mode up to the usage of computer system for monitoring and control. Modification of instrumentation and control of reactor TRIGA 2000 is conducted in the order to assure the continuity of repair and maintenance of reactor instrumentation can be done better and get experience to build the capability in reactor instrumentation design. The main priority in this activity is to make the control system of reactor power, to raise and lower the control rod in the safe operation. The testing of modification is performed through the stage of commissioning along the procedure of BAPETEN. Key words: Instrumentation and Control (I & C), Reactor Instrumentation
523
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
LATAR BELAKANG Sistem instrumentasi reaktor Triga 2000 dibangun sebagai sistem instrumentasi berbasiskan mikrokomputer. Walaupun sistem instrumentasi reaktor tersebut mempunyai mode pengoperasian reaktor secara manual dan otomatis, tetapi kinerja seluruh sistem tersebut sangat tergantung sepenuhnya pada kondisi normal dari komputer yang terlibat beserta sistem jaringan (network) antar sub sistem yang tercakup dalam keseluruhan sistem instrumentasi reaktor tersebut. Gambar 1 memperlihatkan diagram blok dari sistem instrumentasi reaktor Triga 2000. [1] Keunggulan sistem tersebut adalah kompleksitas kinerja peralatan dapat dengan mudah ditangani dengan bantuan komputer melalui program perangkat lunak yang menyertainya. Dalam sistem tersebut digunakan 2 buah komputer yang masingmasing ditempatkan pada bagian DAC (Data Acquisition & Control) dan bagian CSC (Control System Console). DAC berfungsi sebagai interface yang mengatur interaksi antara kegiatan di ruang kontrol dengan apa yang terjadi di reaktor, sedangkan CSC berfungsi sebagai interface antara operator dengan sistem instrumentasi. Dalam hal ini segala tindakan operator terhadap sistem kontrol reaktor akan dibaca dan diterjemahkan melalui komputer yang ada di CSC, dan informasi dari sistem teramati oleh operator baik melalui layar monitor ataupun melalui indikator lampulampu yang bersangkutan. Komunikasi antara masingmasing komputer dilakukan melalui saluran network yang mempunyai saling ketergantungan. Kendala sistem yang tersebut di atas bagi pemakai adalah ketergantungan sepenuhnya terhadap komputer dan sistem perangkat lunak yang menyertainya. Pengalaman menunjukkan bahwa sering terjadi kerusakan pada perangkat lunak dan bahkan pada media penyimpan perangkat lunak (harddisk). Pada saat terjadi hal demikian dan posisi pemakai yang tidak mempunyai program sumber dari perangkat lunak, maka hal ini akan sangat tergantung sekali pada pemasok sistem dalam hal ini General Atomic. Ketergantungan ini akan sangat menyulitkan baik dalam hal biaya, waktu maupun risiko ketiadaan suku cadang yang sudah dianggap usang. Dalam mengantisipasi kesulitan tersebut di atas, timbul pemikiran untuk memodifikasi sistem instrumentasi tersebut dengan rancangan atas kemampuan mandiri dengan tetap memperhatikan sistem keselamatan yang sudah baku serta memanfaatkan bagian perangkat keras yang sudah ada dan dianggap mempunyai unjuk kerja yang baik.
524
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
linear power
NM1000
fission chamber
Amplifier, Counters / Transmitter
bar graph
period log
Display Microprocessor Keypad
ion chamber
power trend recorder
% power FT #1
NP1000
direct wired indicator
FT #2
Power Safety Channel
power monitor channel
% power
fuel temp. # 1
% power Thermocouple amplifier # 1
fuel temp. # 2 fuel temp. # 3
Thermocouple amplifier # 2
monochrome display
Control System Computer (CSC)
rod control switches high resolution color monitor
Thermocouple amplifier # 3
water temp. # 1 cooling system
Data Acquisition And Control Unit (DAC)
water temp. # 2
RTD amplifier # 2
reactor mode switches
high speed transmitter
RTD amplifier # 1 DAC computer
reactor status display monitor
CSC computer
RTD amplifier # 3
water temp. # 3
printer
analog inputs digital inputs
% power
Rod Drives (5)
ion chamber
computer keyboard
computer keyboard
NPP1000 Pulse Channel
Gambar 1. Diagram blok Sistem Instrumentasi Reaktor TRIGA 2000 525
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Sistem yang direncanakan adalah sistem yang mampu mengendalikan daya secara manual dan mampu bekerja melakukan pengendalian daya melalui komputer. Pekerjaan ini dilakukan dalam beberapa tahap perencanaan.
BAHAN DAN TATA KERJA Lingkup pekerjaan : Modifikasi yang dilakukan adalah membuat sistem instrumentasi tersebut mampu bekerja secara manual tanpa ketergantungan komputer. Lingkup pekerjaan yang dilakukan adalah bagaimana membuat suatu panel kontrol baru yang dapat mengaktifkan secara langsung sistem rele penggerak (relay actuation system) motor untuk naik / turunnya batang kendali dengan tetap memperhatikan kriteria keselamatan operasi yang sudah baku. Untuk sistem pengamatan ketinggian posisi batang kendali dibahas pada kesempatan lain termasuk dalam sistem pengamatan parameter parameter dalam pengoperasian reaktor seperti daya, temperatur dan sebagainya. Rancangan modifikasi dilakukan dengan memahami kinerja peralatan yang sudah ada dan dianggap baik, sehingga tidak banyak melakukan perubahan dari rancangan semula yang sudah ada. Gambar 2 merupakan blok fungsional kinerja kendali reaktor yang sudah ada.[1,2,3] Pada gambar tersebut terlukiskan bahwa kinerja kendali reaktor secara manual terjadi sebagai berikut :
1. Operator melakukan penekanan tombol pada blok rod Up / Down. Status tombol Up atau Down yang ditekan dan dipilih untuk batang kendali (rod control) yang bersangkutan akan dideteksi oleh Digital Input Scanner (DIS064) dan diinformasikan kepada komputer CSC.
2. Komputer CSC akan menganalisa berdasarkan kriteria keselamatan dan setelah itu perintah yang sesuai akan disalurkan melalui network ke komputer DAC.
3. Perintah dari komputer CSC akan diartikan oleh komputer DAC dan diteruskan melalui blok Digital Ouput Module (DOM32) untuk mengaktifkan rele (relay) yang bersangkutan pada blok rangkaian rele.
4. Selanjutnya aktifnya rele yang bersangkutan akan menentukan aktifnya blok translator yang bersangkutan sebagai penggerak motor langkah (stepping motor) untuk membawa batang kendali naik atau turun sesuai dengan perintah yang diaktifkan oleh operator. Dalam kondisi normal batang kendali yang bersangkutan terpegang oleh elektromagnet yang diaktifkan.
5. Posisi ketinggian batang kendali dideteksi oleh sensor potensiometer dan diakuisisi melalui blok Analog to Digital Converter (AIO16) yang diaktifkan oleh komputer DAC. 526
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
6. Informasi ketinggian posisi batang kendali yang bersangkutan dikirimkan oleh komputer DAC melalui network ke komputer CSC dan ditampilkan pada layar monitor yang dapat diamati oleh operator.
( console
CRT displays
) ( console
Modifikasi
( console )
)
DIS064 digital input scanner
rod up / down
CSC network
( console ) ( DAC )
( DAC)
( DAC)
DOM32 digital output module
relay actuation
network DAC
( reactor room ) translator
Panel Meter Dijital
( stepping rod drive )
drive moves up / down ( core bridge )
drive position pot.
AIO16 # 1 0 10 Volt
( core bridge )
( DAC)
Gambar 2. Blok fungsional mode manual sistem instrumentasi reaktor Dalam modifikasi yang direncanakan dengan tetap mengacu pada gambar tersebut di atas dapat diterangkan sebagai berikut :
1. Untuk sementara komputer terpasang tidak diaktifkan. Hal ini terlihat dengan silang garis di antara blok rod Up / Down dan blok DIS064, antara blok DOM32 dan blok relay actuation, serta antara blok rod drive potentiometer dan blok AIO16.
2. Aktifitas penekanan tombol pengaturan batang kendali oleh operator melalui rangkaian lojik akan diteruskan untuk mengaktifkan blok relay actuation, seperti terlihat pada gambar melalui garis terputusputus.
3. Selanjutnya urutan kinerja tetap seperti semula sampai pendeteksian posisi ketinggian batang kendali yang bersangkutan melalui sensor potensiometer. Sinyal dari potensiometer tersebut yang awalnya diberikan kepada komputer melalui blok ADC (AIO16), dialihkan untuk ditampilkan melalui blok Digital Panel 527
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Meter yang dipasangkan sebagai blok yang baru, terlihat sebagai blok dengan garis terputusputus. Kriteria rancangan modifikasi : Kegiatan modifikasi dalam tahap ini adalah membuat panel kontrol kendali reaktor secara manual tanpa melibatkan komputer. Kriteria rancangan modifikasi tersebut akan tetap memperhatikan faktor keselamatan yang telah dibangun sebelumnya melalui sistem scram maupun interlock dalam mengatur gerak batang kendali. Di samping itu rancangan modifikasi akan tetap melibatkan bagianbagian perangkat keras yang digunakan dan telah dianggap sebagai rancangan yang baik. Kriteria rancangan yang dibuat dapat dibagi dalam 2 kategori. 1.
Kriteria tampilan : a.
Panel kontrol harus mempunyai tomboltombol untuk menaikkan batang kendali yang dipegang melalui pengaktifan magnet pemegang batang kendali. Untuk lima buah batang kendali berarti mengharuskan adanya 5 buah tombol untuk menaikkan batang kendali, yaitu Shim 1, Shim 2, Shim 3, Shim 4 dan Shim 5. Panel kontrol harus mempunyai tomboltombol untuk menurunkan batang kendali yang dipegang melalui pengaktifan magnet pemegang batang kendali. Untuk lima buah batang kendali berarti mengharuskan adanya 5 buah tombol untuk menurunkankan batang kendali, yaitu Shim 1, Shim 2, Shim 3, Shim 4 dan Shim 5.
b.
Panel kontrol harus mempunyai fasilitas tombol untuk melepaskan batang kendali secara individu melalui penghilangan arus magnet pemegang batang kendali ( scram individu ). Untuk lima buah batang kendali berarti mengharuskan adanya 5 buah tombol untuk membuat scram secara individu melalui penghilangan arus magnet, yaitu Mag. Shim 1. Mag. Shim 2, Mag. Shim 3, Mag. Shim 4, Mag. Shim 5.
c.
Panel kontrol harus mempunyai tombol untuk melakukan pelepasan batang kendali secara bersama dari 5 buah batang kendali yang digunakan ( Manual Scram ).
d.
Panel kontrol harus mempunyai indikator posisi batang kendali untuk lima buah batang kendali, yaitu posisi Shim 1, posisi Shim 2, posisi Shim 3, posisi Shim 4 dan posisi Shim 5.
e.
Panel kontrol mempunyai saklar kunci (key switch) sebagai pengaman untuk mengaktifkan arus magnet dalam keadaan normal dan fasilitas untuk
528
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
mereset arus magnet dalam kondisi normal pada awal operasi atau untuk kondisi normal setelah adanya gangguan scram pada lingkaran jalur scram. f.
Panel kontrol harus mempunyai indikator lampu yang menyatakan masing masing batang kendali tersebut dalam posisi batas atas dan batas bawah. Masingmasing indikator tersebut dinyatakan sebagai Mag UP, Mag DN, dan Rod DN.
Gambar dari panel kontrol yang direncanakan terlihat seperti pada Gambar 3.
/ MAG.PWR
RESET
ROD POSITION
888
777
888
888
567
M
M
M
M
M
U
U
U
U
U
D
D
D
D
D
SHIM 1
SHIM 2
SHIM 3
SHIM 4
SHIM 5
MAN. SCRAM
ACK.
Gambar 3. Panel Kontrol Batang Kendali 2. Kriteria kinerja panel kontrol : Kinerja dari panel kontrol diatur secara elektronis melalui rangkaian lojik pengaturan batang kendali yang memberikan kondisikondisi sebagai berikut : a. Naik / turunnya penggerak batang kendali hanya dilakukan melalui penekanan tombol yang bersangkutan pada panel kontrol. b.
Secara manual naiknya batang kendali hanya diijinkan satu melalui penekanan tombol yang tunggal. Jika ada lebih dari satu buah tombol naik (UP) ditekan, maka tidak ada gerak motor yang menaikkan batang kendali.
c.
Secara manual turunnya batang kendali dapat dilakukan secara bersamasama melalui penekanan tombol turun (DN) dari masing masing yang bersangkutan.
d.
Jika ada satu tombol naik (UP) batang kendali ditekan dan satu atau lebih tombol turun (DN) dari batang kendali yang lainnya ditekan, maka hal tersebut diijinkan.
e. Tercapainya batas atas atau bawah dari posisi magnet pembawa batang kendali diindikasikan dengan lampu yang menyala pada tombol yang bersangkutan untuk masingmasing batang kendali. f.
Terbawa naiknya batang kendali oleh magnet harus diindikasikan oleh lampu yang menyala. 529
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
g.
Batas posisi ketinggian batang kendali yang digerakkan diinformasikan melalui digital panel meter dalam jangkauan dari 0 sampai dengan 999.
h.
Scram individu diaktifkan melalui penekanan tombol yang bersangkutan untuk maksud pemutusan arus magnet pemegang batang kendali yang bersangkutan.
i.
Scram bersama secara serentak dapat dilakukan melalui penekanan tombol Manual Scram dengan maksud melakukan pemutusan arus magnet pemegang selruh batang kendali secara total.
j.
Tomboltombol tersebut harus baik dan stabil tidak mudah teraktifkan hanya dengan sentuhan ringan.
k.
Untuk menghindari kesalahan yang tidak diinginkan serta mengingatkan operator, pengaturan arus magnet (Mag. Reset) dalam keadaan normal pada saat awal atau setelah penghilangan penyebab scram dilakukan dengan pemutaran saklar kunci (key switch) ke posisi tertentu.
3. Kriteria keselamatan dalam sistem a.
Untuk mencegah hal yang tak diinginkan, pada saat awal dalam kondisi minimum source tidak tercapai harus terjadi interlock untuk tidak bisa menaikkan batang kendali.
b.
Untuk menjamin keselamatan operasi, modifikasi panel kontrol batang kendali akan tetap memperhatikan sistem keselamatan yang baku dan telah ada pada sistem sebelumnya melalui pengaktifan kondisi scram secara hardwired, kecuali untuk halhal yang disebabkan oleh komputer melalui kondisi perangkat watchdog. Gambar 4a dan 4b memperlihatkan jalur arus magnet yang dapat diputuskan atas kondisi scram melalui kondisi abnormal dari masingmasing elemen pendukungnya yang telah ada sebagai sistem semula. Pada kondisi sebagai rancangan yang baru, elemen pendukung sistem scram dari watchdog 1 (WD1) dan watchdog 2 (WD2) baik dari unit CSC maupun dari unit DAC akan ‘dinonaktifkan’ untuk sementara sejalan dengan tidak digunakannnya sistem komputer. Pada gambar ditandai dengan kotak garis terputusputus.
Kriteria Penerimaan : Kriteria penerimaan hasil modifikasi, haruslah tersangkut pada kriteria rancangan modifikasi. Uji coba hasil modifikasi didahului dengan pengamatan kesesuaian kriteria tampilan yang direncanakan dengan hasil fisik. Pengujian kriteria kinerja peralatan dilakukan melalui prosedur pengujian yang disesuaikan dengan syaratsyarat yang tertuliskan dalam 530
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
kriteria kinerja peralatan yang direncanakan. Kriteria penerimaan dalam aspek yang berhubungan keselamatan operasi dilakukan melalui prosedur pengujian yang dilakukan melalui pengujian dingin dan pengujian panas, yang utamanya menguji sistem pengaktifan kondisi scram.
531
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
PRI FLOW
WD1
WATER LVL
EXT. SCRAM 1
A1
DAC
100 K MAG SUPPLY 20 V
100 K
DIS064
E/I
AIO16
P16 14 15
1
to CSC
2
WD2
DAC
A1
B1
EXT. SCRAM 2
PERIOD
FT1
NP LEVEL
NP HV.
NPP LEVEL
NPP HV.
A2
DAC
FT2
OUTLET TEMP
FT3
B1
B2
DAC
532
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Gambar 4a. Diagram garis pengkawatan sistem scram MANUAL SCRAM
WD1
A2
CSC P16
A3
sw11 MANUAL SCRAM
TB2
1
MAG. POWER
sw14 2
CSC TB2
14 15
B3 B2
WD2
CSC Belum diaktifkan
A3
A4 RESET REG SCRAM
SH1 SCRAM
SH2 SCRAM
SH3 SCRAM
SH4 SCRAM
HOLD A24
120 OHM 1 WATT REG MAG.
SHIM 1 MAG
SHIM 2 MAG
SHIM 3 MAG
SHIM 4 MAG SCRAM CLEAR
A24
B4
B3
Gambar 4b. Diagram garis pengkawatan sistem scram (lanjutan) 533
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Pengaturan gerak motor penaikturun batang kendali
Dalam membuat rangkaian elektronik untuk pengaturan naik turun batang kendali, dilakukan dengan tetap memperhatikan rangkaian dari sistem yang sudah terpasang sebelumnya. Dalam hal ini perlu diperhatikan blok relay actuation untuk pengaturan gerak batang kendali yang terdapat pada Gambar 2 dan diperlihatkan secara rinci pada Gambar 5 untuk setiap kontrol batang kendali. Jika kita perhatikan Gambar 5 tersebut maka untuk menggerakkan motor pembawa batang kendali adalah dengan mengaktifkan rele rele yang berhubungan dengan pengaturan gerak motor. Pengaktifan tersebut dilakukan melalui DOM 32 yang dikendalikan oleh kompuer. Sebagai contoh untuk menaikkan batang kendali maka akan diaktifkan rele KMU sehingga menyebabkan terminal kontak rele KMU tersebut akan terhubung dan mengalirkan sinyal luaran dari V/F Converter diteruskan ke translator gerak motor langkah setelah melalui microswitch di rod assembly dan rangkaian Signal Conditioning. Demikian juga pada saat menurunkan penggerak batang kendali maka akan diaktifkan rele KMD sehingga menyebabkan terminal kontak rele KMD akan terhubung dan mengalirkan sinyal luaran V/F Converter diteruskan ke Translator setelah melalui microswitch di rod assembly dan rangkaian Signal Conditioning. Pada kondisi gerak manual sinyal penggerak motor langkah berasal dari tegangan searah 5 Volt yang diubah menjadi untaian pulsa oleh rangkaian Voltage to Frequency Converter. Sedangkan pada mode otomatis semua rele baik untuk manual UP , manual DN dan AUTO akan diaktifkan dan sinyal penggerak motor langkah berasal dari rangkaian DAC (Digital to Analog Converter) sebagai bagian dari sistem pengaturan. Polaritas tegangan dari DAC dapat positip atau negatip yang akan menentukan gerak pembawa batang kendali bersangkutan nnaik atau turun. Sedangkan posisi batang electromagnet pembawa batang kendali akan dideteksi melalui potensiometer yang akhirnya dibaca oleh rangkaian ADC. Selain itu posisi magnet pada batas terbawah atau teratas dan juga posisi batang kendali di bawah akan dibaca oleh digital input scanner melalui kopling optis. Jadi dalam hal memodifikasi panel kontrol gerak batang kendali yang tidak tergantung komputer, dilakukan dengan cara membuat suatu rangkaian yang menggantikan fungsi DOM32 dengan masukan dari operator, rangkaian monitor lojik sebagai pengganti digital input scanner baik untuk deteksi posisi ekstrim electromagnet dan batang kendali maupun untuk fungsi keselamatan melalui sistem cram serta rangkaian yang berfungsi sebagai pengukuran analog pengganti ADC.
534
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Rangkaian naik turun penggerak batang kendali
Rangkaian ini dibentuk sebagai rangkaian lojik yang mendapat masukan dari tombol penaik dan penurun batang kendali yang terpasang pada panel kontrol dan memberikan luaran lojik untuk menggerakkan rele yang bersangkutan pada rangkaian penggerak batang kendali (relay actuation) untuk masing masing batang kendali. Rangkaian ini dirancang untuk memberikan fungsi interlock bila terjadi penekanan tombol naik lebih dari satu. Sedangkan rangkaian untuk penurun batang kendali mempunyai prioritas utama artinya; bila terjadi penekanan tombol naik dan turun secara bersamaan untuk satu batang kendali maka yang diaktifkan adalah gerakan penurunan batang kendali. Rangkaian ini juga memungkinkan untuk penurunan semua batang kendali secara bersamaan melalui penekanan tombol turun batang kendali. Rangkaian ini dibentuk melalui penggunaan beberapa gerbang lojik TTL yang mampu untuk menggerakkan rangkaian rele selanjutnya. Untuk memudahkan pengamatan dalam melakukan troubleshooting, rangkaian ini dilengkapi dengan lampu led yang terpasang pada masing masing luaran dari sinyal gerak naik dan turun dari semua batang kendali. Gambar 6 memperlihatkan rangkaian lojik yang dibuat untuk merealisasikan gerak motor penaik/penurun batang kendali.
535
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
MAG UP Sig.
Scram
optocoupler & Digital input scanner
K 0
MAG UP
ROD DN Sig.
K 0
Scram Circuit
MAG DN Sig.
MAG DN Add On card DOM 32 (IBM)
5 V DC K A O
Auto ON
+ 12 V
K M U
Manual UP
ROD DN
Power supply,
Manual DN 15V
K M D K M UA K M DA K A OA K A OB
c + c
voltage divider & Filter
K M UA K M DA
Electro Magnet
Add on Card DAC (IBM)
K A OB 1 2 3 4 5 6 7 8
Dn()
Add on Card ADC (IBM)
Up(+)
V / F
Sig. Cond
Rod Position
cw/ccw (+) cw/ccw () pulse (+) pulse ()
Translator Step Motor Dod Drive Assembly
Gambar 5. Skema Rangkaian Penggerak Batang Kendali 536
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
+5 V U1
1
Shim 1 UP
2
U2
1
3
U5
2
6 5
+5 V U1
3
4
9
led 1 / mrh
U2
8
U6
10 U2
12
5
Shim 3 UP
U1
6
1
U3
3
U7
U10
U11
9
Shim 4 UP
U1
8
9
6 led 3 / mrh
U3
8
U8
10
U10
11
13
11
U1
10
Shim 4 NAIK
U11
U3
12 +5 V
Shim 3 NAIK
U3
5
+5 V
Shim 2 NAIK
led 2 / mrh
4
1
led 4 / mrh
U4
3
U9
2 U4
4 +5 V
U11
11
2
Reg UP
U10
13
+5 V
Shim 1 NAIK
U11
U2
4
Shim 2 UP
U10
5
U10
U12
REG NAIK
6 led 5 / mrh
SHIM 1 TURUN
Shim 1 DN
led 1 / kng +5 V
SHIM 2 TURUN
Shim 2 DN
led 2 / kng +5 V
Shim 3 DN
SHIM 3 TURUN
+5 V
led 3 / kng
Shim 4 DN SHIM 4 TURUN
+5 V
led 4 / kng
Reg DN
REG TURUN
led 5 / kng
Gambar 7. Rangkaian logik untuk naik turun batang kendali 537
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Rangkaian Pengaktif/non_aktif elektromagnet Jika kita lihat gambar 4b, maka terlihat bahwa electromagnet pembawa masing masing batang kendali selain tergantung pada semua komponen pendukung lingkaran arus magnet, juga tergantung pada masing masing rele scram dari Shim 1, Shim 2, Shim 3, Shim 4 dan Shim 5. Oleh karena itu untuk menjatuhkan batang kendali secara individu, dapat dilakukan dengan menon aktifkan (deenergize) dari masing masing rele scram yang bersangkutan melalui penekanan tombol masing masing pada panel kontrol. Gambar 8 memperlihatkan rangkaian lojik untuk mengakfif / non aktifkan rele scram dari masing masing batang kendali. Rangkaian deteksi posisi ekstrim batang kendali & magnet Rangkaian ini dibentuk untuk mendeteksi posisi ekstrim batang kendali apakah berada pada posisi teratas atau terbawah. Ada 3 macam pendeteksian yaitu posisi terbawah dan teratas dari electromagnet pembawa batang kendali dan posisi terbawah dari batang kendali. Pendeteksian ini berguna bagi operator untuk mengetahui posisi dari batang kendali dengan pengaktifan nyala lampu yang disediakan untuk indikator masing masing batang kendali. Pendeteksian ini dilakukan dengan pendeteksian status dari mikroswitch yang diaktifkan oleh gerak pembawa batang kendali. Gambar 9 memperlihatkan rangkaian pendeteksi dari status microswitch untuk DN Magnet yang berada pada rod assembly. Rangkaian yang mirip juga dilakukan untuk pendeteksian UP Magnet dan DN Rod. Pada gambar terlihat pendeteksian dari status microswitch dilakukan melalui kopling optik, hal ini dilakukan untuk menghindari interaksi langsung antara rangkaian yang dideteksi dalam hal ini microswitch dengan rangkaian yang mendeteksi.
538
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Catatan : 1. Pengaktifan magnet individu dalam keadaan normal dimulai dengan pengaktifan kunci reset magnet 2. Scram individu dilakukan dengan penekanan tombol scram yang bersangkutan. 3. Scram simultan yang terjadi pada scram loop , akan dipulihkan kembali oleh kunci reset magnet, setelah menghilangkan semua penyebab scram pada jalur scram loop
.
diaktifkan oleh kunci reset magnet
V mag, arus magnet 2K12 reset 120 Ohm 1 Watt
A24 " Scram Clear
CA
V mag, arus magnet ( return )
CB
rangkaian ini terdapat dalam rak 4 dari unit DAC
NCA NOA NCB NOB
+5 V
SHIM 1 MAG Scram
Shim 1 Scram
led 1 / pth
sama dengan atas untuk SHIM 2 sama dengan atas untuk SHIM 3 sama dengan atas untuk SHIM 4 +5 V
SHIM 5 MAG Scram
Shim 5 Scram
led 4 / pth
Gambar 8. Rangkaian lojik untuk mengaktif/nonaktifkan rele scram individu
539
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Cat : Pada posisi
in between
status semua
limit switch
tertutup + PS2 4 c A
1
+ PS1
limit switch Sh 1
5
1 2
13 c B
16
6 nc A 8 no A 11 nc B 9 no B
4
lampu 1 dalam perangkat push button DN Sh 1
Switch terbuka oleh posisi batas bawah DN MAG SHIM 1 sama dengan atas untuk SHIM 2 sama dengan atas untuk SHIM 3 sama dengan atas untuk SHIM 4
+ PS2 1
4 c A
+ PS1
limit switch Sh 5
5
1 2
16
4
13 c B
6 nc A
8 no A 11 nc B 9 no B
lampu 5 dalam perangkat push button DN Sh 5
Switch terbuka oleh posisi batas bawah DN MAG SHIM 5
Gambar 9. Rangkaian Pendeteksi Posisi Ekstrim Electromagnet
AKUISISI DATA Akuisisi data dengan komputer dilakukan untuk pengamatan daya reaktor untuk kanal linear dan logaritmis, besaran temperatur bahan bakar, besaran temperatur air pendingin, posisi ketinggian batang kendali, limit batas posisi batang kendali, kondisi scram, penyebab kondisi scram dan lain sebagainya. Jadi dalam hal ini akuisisi data dilakukan dengan kartu interface komputer yang berfungsi sebagai analog to digital converter serta fungsi lojik input/output. Pengukuran Analog dan Lojik Berikut adalah diagram blok untuk akuisisi besaran analog untuk setiap alat ukur : 540
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Indikator sensor
Alat Ukur
sensor
Transmitter
V out
Interface
Komputer ADC
I out
Interface
Komputer ADC
R
+V no A
no B
scram circuit
DPDT relay coil
+5V
c A
c B
nc A
nc B
user circuit
Interface
Komputer I/O
Gambar 10. Diagram Blok Akuisisi data Analog & Digital dengan Komputer
Disamping akuisisi data secara parallel melalui komputer, juga dilaksanakan akuisisi data dengan komunikasi serial melalui RS232 yang disediakan secara khusus oleh peralatan NM1000 untuk memberikan data pengukuran daya linear, logaritmik, perioda daya dan lain sebagainya. Sedangkan pengukuran lojik sebagai indikasi status lojik seperti limit switch batang kendali atau indikasi status penyebab scram dilakukan melalui kontak kontak rele seperti yang terlihat pada Gambar 10.
541
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
HASIL DAN KESIMPULAN Rancangan modifikasi ini telah direalisasikan dan diuji coba dan dilakukan komisioning menurut prosedur yang diterapkan oleh BAPETEN dan hasilnya dapat diterima. Macam macam pengujian dilakukan diantaranya adalah pengaturan gerak naik turun batang kendali sebagai pengatur daya reaktor, pengujian sistem interlock untuk penggerak batang kendali serta pengujian sistem keselamatan melalui sistem scram. Modifikasi ini merupakan tahap pertama dari rancangan keseluruhan Sistem Instrumentasi dan Kendali yang bertujuan membentuk sistem instrumentasi kendali Reaktor Triga 2000 yang berbasiskan mikrokomputer. Untuk pengembangan selanjutnya dalam mode otomatik dapat dilakukan dengan tetap memanfaatkan rangkaian penunjang yang telah ada seperti yang digunakan oleh General Atomic seperti V/F Converter, Tranlator VEXTA dan sebagainya.
542
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
DAFTAR PUSTAKA
1.
Operation And Maintenance Manual for The Microprocessor Based Instrumentation And Control System, TRIGA Reactor, General Atomic
2. Operation And Maintenance Manual for The Microprocessor Based Instrumentation And Control System, TRIGA Reactor, Appnd. C part 1 & part 2. 3. Vendor’s Manual, TRIGA Reactor, General Atomic
543
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
DISKUSI DAN TANYA JAWAB
Penanya: Diella Ayudya S. ( BAPETEN ) Pertanyaan: a.Uji cicip apakah sudah pernah dilakukan direaktor Jogja dan Serpong? b.Menarik sekali istilah uji cicip. Kesan pertama, uji dilakukan dengan mencicip ( merasakan dengan lidah ). Ternyata uji dengan mencacah. Jawaban: a.Uji cicp ini baru pertama kali dilakukan di Reaktor TRIGA 2000 Bandung sementara reaktor Kartini Jogja dan RS GAS Serpong setahu Saya belum pernah melakukannya. b.Istilah awalnya adalah dalam bahasa inggris “ Sipping Test “ sehingga istilah tersebut di Indonesiakan menjadi uji cicip. Penanya: Aminuddin ( BAPETEN ) Pertanyaan: a.Proseur atau cara kerja untuk uji cicip? Jawaban: a.Prosedur atau cara kerja cara kerja cicip sangat sederhana, secara singkat adalah sebagai berikut: Elemen bakar yang akan diperiksa kita masukkan kedalam tabung dan di isi aquadest. Pengadukan dilakukan untuk mendapatkan kondisi homogen dan dilanjutkan dengan pengambilan cuplikan air pertama ( Background ). Elemen bakar didiamkan atau direndam selama waktu tertentu. Culikan air kedua ( Sipping ) diambil dengan sebelumnya dilakukan pengadukan dengan menggunakan kompresor. Kedua Cuplikan air yang diperoleh dicacah dengan spektrometer gamma untuk di identifikasi adanya C5137 dan diukur aktivitasnya. Jika terdapat kenaikan C5137 pda cuplikan maka elemen bakar tersebut dapat diduga mengalami kebocoran. Penanya: Dedi Sunaryadi ( BAPETEN ) Pertanyaan: a.Seberapa andal uji cicip dapat mendeteksi kebocoran atau produk fisi yang keluar dari elemen bakar? Jawaban: 544
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
a.Uji cicip memiliki kelebihan yaitu dapat mendeteksi adanya kebocoran suatu elemen bakar dengan teknik yang sederhana. Dalam uji cicip, kebocoran hanya ditentukan dari adanya hasil fisi ( C5137 ) diair rendaman elemen bakar. Keluarnya hasil fisi adalah akibat masuknya air kedalam elemen bakar melalui celah kebocoran kemudian melarutkan hasil fisi yang berada diruang antara pelet dengan kelongsong dan karena perbedaan konsentrasi maka hasil fisi dapat keluar dari elemen bakar. Proses ini menjadikan uji cicip memiliki dua keterbatasan dimana elemen bakar yang diperiksa harus yang telah memiliki fraksi bakar tinggi yang memungkinkan hasil fisi telah banyak terkumpul di ruang pelet – kelongsong dan tingkat kebocoran kelongsong yang tinggi dengan bentuk dan ukuran kebocoran yang memungkinkan air dapat masuk. Penanya: Darwin ( BAPETEN ) Pertanyaan: a.Apa yang dimaksud uji cicip? Jawaban: a.Uji cicip adalah salah satu metode untuk mendeteksi adanya kebocoran pada kelongsong elemen bakar dengan memanfaatkan teridentifikasinya C5137 di air rendaman elemen bakar.
545