Volume 7 No.2 September 2011
Sistem Informasi Jadwal Penerbangan Berbasis SMS Gateway Di Bandara Soekarno-Hatta Hernalom Sitorus dan Fery Prasetyo Implementasi Filtering Situs Porno Dan Judi Online Menggunakan Mikrotik Petrus Sianggian Purba Kualitas Sumber Air Bersih Penduduk Di RW 1 Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Kecamatan Kebayoran Lama Yusriani Sapta Dewi dan Gilang Rizky Pratama Pembuatan Program Perangkat Ajar Kerangka Tubuh Manusia Menggunakan Actionscript Flash MX Berlin Sitorus dan Rinto Mariden Sistem Pendukung Keputusan Kredit Sepeda Motor Berbasis Web Di PT. Federal International Finance Pertumpun Gurusinga dan Irwan Setiawan
I S SN
9
2161184
7 7 2 1 6 1
1 8 4 4 0 0
ISSN 0216-1184
Volume 7 Nomor 2 Tahun 2011
ISSN 0216-1184
JURNAL ILMIAH FAKULTAS TEKNIK L I M I T’S SUSUNAN REDAKSI Pimpinan Umum/Penanggung Jawab: Berlin Sitorus, S.Kom.,M.Kom (Dekan Fakultas Teknik) Staff Ahli: Dr. Ir. Jupiter Sitorus, M.Eng. Dr. Yusriani Sapta Dewi, MSi. Dr. Ir Tambak Manurung, MS. Drs. S.H. Hutapea, M.Kom Pimpinan Redaksi: Ir. Nunung Nurhayati, M.Si Sekretaris Redaksi: Kiki Kusumawati, ST, MMSi. Anggota Dewan Redaksi: Drs. Charles Situmorang, M.Si. Sukarno Bahat Nauli Sitorus, S.Kom., M.Kom. Agung Priambodo, S.Kom., M.Kom. Dra. Pertumpun Gurusinga, M.MSi. Hernalom Sitorus, ST.,M.Kom. Bosar Panjaitan, SSi.,M.Kom. Riama Sibarani, SSi.M.MSi Prionggo Hendradi, S.Kom.M.Kom Sekretariat: Lina Mursadi, SE. Alamat Redaksi Publikasi Ilmiah: Fakultas Teknik – Universitas Satya Negara Indonesia Jl. Arteri Pondok Indah No. 11 Jakarta Selatan 12240 Indonesia Telp. (021) 7398393, Fax: (021) 7200352 http://www.usni.ac.id
DAFTAR ISI
Sistem Informasi Jadwal Penerbangan Berbasis SMS Gateway Di Bandara Soekarno-Hatta Hernalom Sitorus dan Fery Prasetyo
1 - 18
Implementasi Filtering Situs Porno Dan Judi Online Menggunakan Mikrotik Petrus Sianggian Purba
19 - 33
Kualitas Sumber Air Bersih Penduduk Di RW 1 Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Kecamatan Kebayoran Lama Yusriani Sapta Dewi dan Gilang Rizky Pratama
34 - 45
Pembuatan Program Perangkat Ajar Kerangka Tubuh Manusia Menggunakan Actionscript Flash MX Berlin Sitorus dan Rinto Mariden
46 - 56
Sistem Pendukung Keputusan Kredit Sepeda Motor Berbasis Web Di PT. Federal International Finance Pertumpun Gurusinga dan Irwan Setiawan
57 - 65
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.2
KUALITAS SUMBER AIR BERSIH PENDUDUK DI RW 1 KELURAHAN KEBAYORAN LAMA UTARA, KECAMATAN KEBAYORAN LAMA Yusriani Sapta Dewi dan Gilang Rizky Pratama Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Satya Negara Indonesia
[email protected] Abstrak Sumber air bersih yang berada di sekitar limbah industri tempe kemungkinan dapat tercemar bakteri, karena jarak antara sumur dengan limbah tempe tersebut. Tujuan penelitian adalah mengetahui kualitas sumur penduduk di RW 1 Kelurahan Kebayoran Lama Utara dengan adanya industri tempe di sekitarnya. Metode penelitian deskriptif dengan analisis data Rancang Acak Lengkap. Hasil yang didapatkan dari 4 titik pengamatan yang dilakukan sumber air bersih penduduk tidak memenuhi syarat baku mutu Permenkes No. 416 Tahun 1990. Dari uji statistik yang dilakukan pada 10 parameter didapatkan hasil 9 parameter tidak memberikan perbedaan yang nyata dan satu parameter yaitu Mn, memberikan perbedaan yang sangat nyata. Kadar Mn yang tertinggi berasal dari air sumur yang berasal dari dekat pembuangan septictank. Kata kunci : sumber air bersih, pencemaran, limbah tempe Abstract Source of clean water around the waste industry are likely to be contaminated with bacteria tempeh, because the distance between the wells with the tempeh waste. The research objective was to determine the quality of the well population in RW 1 Village North Kebayoran Lama with the soybean industry in the vicinity. Descriptive research method of data analysis Complete Randomized Design. The results obtained from observations made 4 point sources of clean water are not eligible population Permenkes No. standards. 416 of 1990. Of statistical tests were performed on 10 parameters 9 parameters showed no significant differences and provide the parameters of Mn, giving a very real difference. The highest levels of Mn derived from water that comes from wells near the disposal of septic tank. Keywords: clean water sources, pollution, waste tempe PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Di Indonesia 65% sumber air bagi kebutuhan rumah tangga yaitu air sumur. Agar air sumur memenuhi syarat kesehatan maka sebagian sumur rumah tangga atau penduduk sekitar harus bebas dari cemaran. Salah satu cemaran air sumur oleh karena mikroorganisme atau bahan kimia dapat menimbulkan perubahan warna, rasa, bau, serta dapat menyebabkan keracunan bagi kesehatan manusia apabila terkontaminasi oleh mikroba atau zat kimia. (V.Wheeler, 1989). Salah satu penyebab tercemarnya air sumur adalah limbah dari industri di sekitarnya, dalam hal ini adalah industri tempe. Sebagian industri tempe mengambil lokasi disekitar sungai ataupun selokan selokan guna memudahkan proses pembuangan limbahnya, akan sangat mencemari lingkungan perairan di sekitarnya. Hal ini dapat terjadi karena belum adanya upaya penanggulangan limbah. Proses produksi tempe, memerlukan banyak air yang digunakan untuk perendaman, perebusan, pencucian serta pengupasan kulit kedelai. Limbah yang diperoleh dari proses-proses tersebut di atas dapat berupa limbah cair maupun limbah padat. Sebagian besar limbah padat yang berasal dari kulit kedelai, kedelai yang rusak dan mengambang pada proses pencucian serta lembaga yang lepas pada waktu pelepasan kulit, sudah banyak yang dimanfaatkan untuk makanan ternak. Limbah cair berupa air bekas rendaman kedelai dan air bekas rebusan kedelai masih dibuang langsung diperairan di sekitarnya. Jika limbah tersebut langsung dibuang ke perairan maka dalam waktu yang relatif singkat akan menimbulkan bau busuk dari gas H2S, amoniak ataupun fosfin sebagai akibat dari terjadinya fermentasi limbah organik tersebut. Adanya proses pembusukan, akan menimbulkan bau yang tidak sedap, terutama pada musim kemarau dengan debit air yang berkurang. Ketidakseimbangan lingkungan baik fisik, kimia maupun
34
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.2 biologis dari perairan yang setiap hari menerima beban limbah dari proses produksi tempe ini, akan dapat mempengaruhi kualitas air dan kehidupan organisme di perairan tersebut. (http://www.bppt.depprindag.id) Sumur yang berada di sekitar limbah industri tempe kemungkinan dapat tercemar bakteri, karena jarak antara sumur dengan limbah tempe tersebut tidak jauh dari pemukiman penduduk yang kehidupan sehari-harinya menggunakan air tersebut untuk mandi, mencuci, makan dan minum oleh karena itu aliran limbah tempe yang mengalir dari proses pembuatan tempe kemungkinan juga masih mengandung kadar protein yang tinggi, sehingga dapat terjadi perembesan aliran limbah ke dalam air sumur dan mungkin sangat cocok untuk pertumbuhan bakteri proteolitik, seperti Proteus Sp serta bakteri lain seperti Escherecia coli, Enterobacter, Basillus Sp. Bakteri ini merupakan flora normal pada usus besar dan pada saluran pencernaan pada mausia yang menyebabkan diare, gatal-gatal, infeksi saluran kemih, infeksi pada luka, sehingga kita dapat mengantisipasi cara penanggulangannya sebelum air digunakan untuk mandi, cuci, kakus. Oleh karena itu sebelum air di konsumsi harus dimasak terlebih dahulu.. Pada industry, penggunaan air bersih banyak digunakan pemanfaatannya salah satunya adalah industri tempe. Dengan penggunaan air bersih yang cukup tinggi dalam aktivitas pencucian kedelai yang mengakibatkan jumlah limbah cair pencucian tinggi, padahal air bersih sudah mulai berkurang jumlahnya. Pada proses produksi tempe, memerlukan banyak air yang digunakan untuk perendaman, perebusan, pencucian serta pengupasan kulit kedelai. Air bersih yang digunakan penduduk berasal dari air sumur gali yang umumnya belum memenuhi persyaratan kesehatan. Kemungkinan penyebab sumber air yang digunakan tidak memenuhi syarat antara lain karena faktor teknis, faktor sosial, serta pengetahuan masyarakat yang masih kurang. Di dalam memenuhi kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari masyarakat di Indonesia banyak memanfaatkan sumber-sumber air yang mempunyai kualitas yang kurang baik. Begitu juga dengan sumber air bersih di RW 1 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Kecamatan Kebayoran Lama Provinsi DKI Jakarta, masih banyak yang menggunakan sarana air bersih yang tidak memenuhi persyaratan, di antaranya sarana sumur gali, pompa tangan dan jetpam. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas bakteriologi, fisik dan kimia dari sumur gali, maka dapat dilakukan upaya-upaya untuk melindungi sumber air bersih terhadap pencemaran bakteriologis, kimia dan fisik di RW 1 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Kecamatan Kebayoran Lama Provinsi DKI Jakarta. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang diambil dalam penulisan ini adalah “Bagaimana kualitas sumur penduduk di RW 1 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Kecamatan Kebayoran Lama Provinsi DKI Jakarta dalam kaitannya dengan limbah industry tempe?”. Tujuan Penelitian Mengetahui kualitas sumur penduduk di RW 1 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Kecamatan Kebayoran Lama Provinsi DKI Jakarta dengan adanya industri tempe di sekitarnya. LANDASAN TEORI Pengertian dan Persyaratan Air Bersih Pengertian air bersih menurut Permenkes No. 416/MENKES/PER/IX/1990 adalah air yang digunakan keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Secara umum air harus memenuhi syarat - syarat seperti di bawah ini : 1. Syarat Kuantitas Yaitu jumlah air bersih yang dibutuhkan oleh orang dalam satu hari, untuk memenuhi kebutuhannya. Pemakaian air rata – rata tiap orang di beberapa negara berbeda, tergantung dari tingkat kehidupannya. Sebagai kebutuhan pokok, air bersih mutlak diperlukan. Kebutuhan tubuh manusia adalah 2,5 liter perhari. Namun kebutuhan lain perlu dipertimbangkan khususnya untuk menjaga kesehatan. Kondisi emergency, setiap jiwa membutuhkan minimal 7,5 – 15 liter perhari untuk kebutuhan minum, memasak dan membersihkan tangan serta peralatan makan. (Dharmayanti, 2001)
35
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.2 2. Syarat Kualitas Air bersih harus memenuhi syarat kualitas. Standar kualitas air bersih menurut Permenkes 416/MENKES/PER/IX/1990 terdiri dari empat syarat, yaitu : a. Syarat fisik Air bersih harus jernih, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna. b. Syarat bakteriologi air Harus dipenuhi agar tidak menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya adalah 10 MPN golongan bakteri Coliform per 100 ml untuk air bersih yang berasal dari perpipaan, dan 50 MPN golongan bakteri Coliform per 100 ml untuk air bersih bukan dari perpipaan. c. Syarat kimia air Air yang dipergunakan untuk mencuci, mandi dan makan minum tidak mengandung bahan kimia berlebihan yang berbahaya bagi kesehatan atau yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis maupun ekonomis. ”Derajat keasaman (pH), apabila pH lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 mengkibatkan korosifitas pada pipa - pipa air yang dibuat dari logam ; beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang dapat mengganggu kesehatan manusia; mempengaruhi mikroba akan tumbuh dengan baik pada pH 6,0-8,0.” (Dirjen PPM dan PLP, 1990) d. Syarat radioaktif air 1) Gross alpa activity ; kadar yang diperbolehkan adalah 0,1 Bq/liter 2) Gross beta activity ; kadar yang diperbolehkan adalah 1 Bq/liter Mikrobiologi Air Mikroorganisme yang terdapat di dalam air berasal dari berbagai sumber seperti udara, tanah, sampah, lumpur tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau mati, kotoran manusia atau hewan, dan bahan organik lainnya. Mikroorganisme tersebut mungkin dapat bertahan lebih lama atau tidak dapat bertahan lama hidupnya dalam air karena lingkungan hidupnya tidak cocok (Fardiaz, 2003). Air merupakan medium pembawa mikroorganisme patogenik yang berbahaya bagi kesehatan. Bakteri pathogen yang sering ditemukan dalam air terutama adalah penyebab infeksi saluran pencernaan seperti Vibrio cholerae penyebab penyakit kolera, Shigella dysentriae penyebab disentri basiller, Salmonella thyposa penyebab tipus, dan Salmonella paratyphi penyebab paratifus, virus polio, dan hepatitis, dan Entamoeba histolytica penyebab disentri amuba. Lebih lanjut Fardiaz (2003) menjelaskan bahwa jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat dalam air bervariasi tergantung dari berbagai faktor yaitu : 1. Sumber Air Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh sumber air tersebut, misalnya air atmosfer, air permukaan, air tanah, air tergenang, air laut dan sebagainya. 2. Komponen Nutrient dalam air Air terutama air buangan sering mengandung komponen - komponen yang dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu, sebagai contoh, air yang banyak mengandung besi yaitu Ferrobacillus (F. Ferrooksidans), air yang mengandung H2S sering ditumbuhi oleh bakteri belerang yaitu Thiobacillus (T.Thiooxidans), dan air yang mengandung metana sering ditumbuhi oleh bakteri yang mengoksidasi metana. Mikroorganisme yang bersifat saprofit organotropik sering tumbuh pada air buangan yang mengandung sampah tanaman dan hewan yang telah mati. Semua air secara alamiah juga mengandung mineral - mineral yang cukup untuk kehidupan mikroorganisme di dalam air. 3. Komponen beracun Komponen beracun yang terdapat dalam air mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air tersebut. Hydrogen sulfida yang diproduksi oleh mikroorganisme pembusuk dari sampahsampah organik bersifat racun terdapat ganggang dan mikroorganisme lainnya. Bakteri fotosintetik menggunakan H2S sebagai donor elektron/hidrogen untuk mereduksi karbondioksida.
36
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.2 4. Organisme Air Adanya organisme lain dalam air dapat mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme air. Sebagai contoh, plankton yang merupakan organisme yang pemakan bakteri, ganggang dan plankton lainnya begitu juga dengan protozoa dan bakteriofag mengurangi jumlah bakteri di dalam air karena kedua organisme tersebut dapat membunuh bakteri, selain itu beberapa bakteri air memproduksi antibiotik yang dapat membunuh bakteri lainnya. 5. Faktor Fisik Jumlah dan jenis mikroorganisme juga dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik air seperti, suhu, pH, tekanan osmotik, tekanan hidrostatik, aerasi dan penetrasi sinar matahari. Selain itu dapat juga dipengaruhi oleh jenis polutan air tersebut. Misalnya air yang terpolusi oleh kotoran hewan dan manusia mengandung bakteri-bakteri yang berasal dari kotoran E. Coli, Clostridium perfringens. Air yang mengandung tanaman mati atau hewan yang telah mati biasanya mengandung bakteri coliform yang tergolong Enterobakter, sedangkan adanya sampah organik yang mengumpul pada dasar tabung sering menyebabkan pertumbuhan bakteri anaerobik seperti Desulfovibrio sp dan Clostridium sp. Air yang banyak mengandung tanah sering tercemar oleh mikroorganismesaprofit tanah seperti Spirilium sp, Vibrio sp, Sarcina sp, Staphylococus sp, Bacillus sp, khamir, kapang dan ganggang. Kualitas Bakteriologi Air Menurut Fardiaz (2000) bahwa kualitas air yang telah diolah atau air alam bervariasi. Idealnya air bersih tidak lagi mengandung mikroorganisme yang bersifat pathogen apapun. Disamping itu juga harus bebas dari bakteri yang memberi indikasi pencemaran tinja, untuk menjamin bebas penyediaan air bersih memenuhi kualitas bakteriologis maka perlu dilakukan pengambilan sampel secara teratur terhadap adanya indikator pencemaran tinja. Indikator bakteri utama untuk tujuan lebih disarankan mempergunakan Coliform sebagai organisme secara keseluruhan. Walaupun sebagai suatu group mereka tidak seluruhnya berasal dari tinja, mereka biasanya hadir dalam jumlah besar dalam tinja manusia juga hewan berdarah panas lainnya. Dengan demikian mudah dideteksi setelah terjadi pengenceran. Pendeteksian organisme coli tinja khususnya Escherichia coli menunjukkan secara nyata terjadi pencemaran oleh tinja. Metode-metode yang digunakan untuk mendeteksi dan menegaskan adanya organisme golongan coli dirancang sedemikian rupa sehingga menunjukkan satu atau lebih sifat – sifatnya dalam kondisi tertentu. Istilah organisme coliform menunjukan semua bakteri yang berbentuk batang, tak membentuk spora, bersifat gram negatif, dapat tumbuh dalam kemampuan ada garam empedu atau senyawa surface active yang mempunyai kemampuan menghambat yang sama, bersifat 0 0 sitokrom oksidasi negatif, dan dapat mempermentasikan laktosa pada suhu 35 C atau 37 C dengan menghasilkan asam, gas dalam waktu 24 – 48 jam. 0 0 Bakteri yang mempunyai kemampuan sedemikian pada suhu 44 C atau 44,5 C dikenal sebagai organisme Coliform tinja / thermotoleran coliform. Coliform tinja yang mepermentasikan 0 0 laktosa dan substrat lain yang cocok seperti menitol pada suhu 44 C atau 45 C dengan menghasilkan gas dan juga membentuk indol dan tryptopan dikenal sebagai uji praduga untuk golongan Coliform. Konfirmasi E. Coli dapat ditunjukan dengan adanya hasil positif pada merah metil, kegagalan untuk menghasilkan acethyl methyl carbinol dan kegagalan, menggunakan sitrat sebagai sumber tunggal karbon. Tahap penegasan dan pendekatan organisme golongan coli di atas harus dilakukan secara bertahap berkelanjutan, sasaran kebutuhannya tergantung dari masing-masing sampel sesuai dengan tipe airnya, tujuan pemeriksaannya, dan tergantung kemampuan laboratoriumnya. Organisme indikator tambahan, seperti Streptococcus faecalis dan sulfite-reducing clostridia kadangkadang berguna untuk menentukan apakah pencemaran benar-benar berasal dari tinja serta menentukan efisiensi proses pengolahan. Limbah Tempe Limbah industri pangan dapat menimbulkan masalah karena sejumlah besar nutrisi sehingga dapat bertindak sebagai sumber makanan untuk pertumbuhan mikroba. Umumnya limbah industri pangan tidak membahayakan kesehatan masyarakat, karena tidak terlibat langsung dalam perpindahan penyakit. Akan tetapi limbah industri pangan dapat berperan sebagai pasokan makanan berlimpah bagi mikroorganisme, yang bila berkembang biak dengan cepat akan mereduksi oksigen terlarut dalam air dan menimbulkan bau yang tidak diinginkan. (Jenie dan Rahayu, 1989)
37
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.2 Limbah padat berupa kulit kedelai dihasilkan pada tahap pengupasan, sedangkan limbah cair dihasilkan pada tahap perebusan, perendaman (pengasaman alami) dan pencucian. Air limbah rendaman kedelai banyak mengandung bahan-bahan terlarut seperti gula dan protein. Air limbah rendaman kedelai mengandung bakteri penghasil asam laktat seperti Lactobacillus sp organik dan bakteri lain seperti bakteri pembusuk yang secara alami terdapat dalam air rendaman (Yeong et al, 1999). Kandungan bahan organik dan mikroorganisme dalam air limbah rendaman kedelai meningkatkan nilai BOD (Biologycal Oxygen Demand) dan menghabiskan oksigen terlarut dalam air. Apabila suplai oksigen terus menurun, keseimbangan ekologi air terganggu bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya (Jenie dan Rahayu, 1989). METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dipakai adalah metode deskriptif dengan pengambilan sampling purposive sampling. Analisis data dengan Rancang Acak Lengkap.
Kerangka Konsep Kualitas Sumber Air Bersih Penduduk di RW 1
Kualitas Kimiawi Sumber Air Bersih
Kualitas Fisik Sumber Air Bersih
Kualitas Bakteriologis Sumber Air Bersih
Analisis Fisik: TDS, Kekeruhan, Bau, Suhu, Warna dan Rasa Kimia: Fe, Kesadahan, Cl, Mn, Nitrat, Nitrit, pH, Sulfat dan Zat Organik Biologi: Total Bakteri Coliform
Pengolahan Data Menggunakan Rancangan Acak Lengkap
Standar baku mutu Permenkes No. 416/MENKES/PER /IX/1990
Gambar 1 : Kerangka Konsep Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melakukan penelitian dari bulan April sampai bulan Juni 2011 tentang kualitas sumur air bersih penduduk di RW 1 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Kecamatan Kebayoran Lama Provinsi DKI Jakarta, kemudian melakukan uji analisis di Laboratorium dan pengolahan data menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) maka didapat hasil sebagai berikut :
38
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.2 Analisis Uji Laboratorium Dari hasil uji laboratorium didapatkan hasil bahwa 12 sampel yang diperiksa 100 % sampel tidak memenuhi standar baku mutu yang ada yakni PerMenKes No. 416 tahun 1990. Ini dikarenakan hampir seluruhnya sampel mengandung total bakteri coliform yang melebihi baku mutu air bersih yakni diatas 50 per 100 ml. Tabel 1. Hasil Analisis Uji Laboratorium *): Yang bercetak tebal tidak memenuhi standar baku mutu Permenkes No.416 Tahun 1990 Total Dissolved Solid (TDS) SAMPEL NO
PARAMETER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
TDS Kekeruhan Bau Suhu Warna Rasa Fe CaCO3 Klorida Mn Nitrat Nitrit pH Sulfat Zat Organik Coliform
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1600 30 Tidak 29,3 53 Tidak 1,21 450 55 0,12 1,29 0,06 7,4 31 10,5 1600
330 10 Tidak 29,5 12 Tidak 0,31 303 45 0,39 0,09 0,04 7,5 38 7,8 700
359 13 Tidak 29,5 13 Tidak 0,21 359 55 0,44 1,35 0,03 7,28 48 6,8 1650
514 15 Tidak 29,2 17 Tidak 0,41 375 69 0,21 1,01 0,03 7,3 35 7,9 600
1710 28 Tidak 29,3 52 Tidak 1,41 475 125 0,44 1,51 0,05 7,35 38 6,8 1660
1560 26 Tidak 29,4 41 Tidak 1,14 520 80 0,47 0,95 0,07 7,29 47 7,1 1700
1560 27 Tidak 29,5 39 Tidak 0,12 415 95 0,59 1,21 0,05 7,35 39 9,1 850
750 21 Tidak 295 21 Tidak 0,21 435 75 0,09 1,12 0,06 7,45 37 8,5 39
810 21 Tidak 29,4 29 Tidak 0,39 313 65 0,14 0,83 0,07 7,35 41 6,5 54
1550 28 Tidak 29,6 54 Tidak 0,74 545 605 0,41 0,95 0,06 7,4 29 7,5 1025
1670 30 Tidak 29,3 49 Tidak 1,54 550 625 0,55 0,85 0,04 7,5 35 10,3 925
1600 30 Tidak 29,5 51 Tidak 0,89 490 550 0,37 0,45 0,04 7,25 36 6,5 850
Dari seluruh sampel air sumur yang dianalisis ada 7 sampel yang melebihi baku mutu Permenkes N0.416 Tahun 1990. Ditinjau dari kondisi lingkungan, pembuangan limbah rumah tangga dilakukan dengan penyerapan langsung ke dalam tanah, selain itu di tambah lagi dengan pembuangan limbah dari industri tempe yang langsung ke sungai tanpa melakukan pengolahan limbah terlebih dahulu. Kekeruhan dan Warna Dari seluruh sampel yang dianalisa terdapat 7 sampel yang melebihi baku mutu air untuk kekeruhan dan 4 sampel yang melebihi baku mutu air untuk warna. Kekeruhan dan warna saling berkaitan. Kekeruhan dan warna disebabkan oleh banyak faktor, antara lain debu, tanah liat, bahan organik, dan mikroorganisme. Kekeruhan menyebabkan air menjadi kotor dan tidak jernih. Hal ini mengganggu penetrasi sinar matahari sehingga mengganggu proses fotosintesis tanaman air. Selain itu patogen dapat berlindung di sekitar bahan penyebab kekeruhan tersebut. Dan akan dengan mudah berkembang biak disana. (anonim, 2009) Fe dan Mn Dari seluruh sampel terdapat 4 sampel yang melebihi baku mutu air untuk Fe dan 2 sampel yang melebihi baku mutu untuk Mn. Air yang mengandung banyak Fe dan Mn akan berwarna kuning kecoklatan, menimbulkan bau yang kurang enak dan menyebabkan rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari metal. Besi merupakan salah satu unsur yang merupakan hasil pelapukan batuan induk yang banyak ditemukan diperairan umum. Batas maksimal Fe yang terkandung didalam air adalah 1,0 mg/l dan untuk Mn adalah 0,5 mg/l.
39
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.2 CaCO3 (Kesadahan) Dari seluruh sampel yang dianalisa terdapat 3 sampel yang melebihi baku mutu air. Kesadahan air disebabkan adanya kandungan mineral dalam kation logam bervalensi dua dalam jumlah yang berlebihan, biasanya adalah kalsium dan magnesium. Dengan adanya kesadahan air dalam air dengan jumlah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan kerugian dari segi ekonomi dan segi kesehatan. Dari segi ekonomi mengakibatkan berkurangnya efektivitas kerja sabun, menyebabkan lapisan kerak pada peralatan dapur yang terbuat dari logam dan sayuran akan menjadi keras apabila dicuci dengan air sadah. Dari segi kesehatan dapat menyebabkan penyumbatan penyumbatan pada ginjal, kencing batu dan juga memperlambat proses petumbuhan tulang pada anak. Cl (Chlorida) Dari seluruh sampel yang dianalisa terdapat 2 sampel yang melebihi baku mutu air. Chlorida dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya bagi manusia. Chlorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan namun apabila berlebihan dan berinteraksi dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin dan korosi pada pipa air. Zat Organik Dari seluruh sampel yang dianalisa terdapat 2 sampel yang melebihi baku mutu air. Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsur hara makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup di perairan Total Coliform Total coliform merupakan indicator pertama yang digunakan untuk mementukan aman atau tidaknya air untuk dikonsumsi. Bila coliform dalam air ditemukan dalam jumlah tinggi maka kemungkinan ditemukan bakteri patogenik seperti Giardia dan Cryptosporidium didalamnya (anonim, 2007). Dari seluruh sampel yang dianalisa hanya satu sampel yang memenuhi syarat, sisanya melebihi baku mutu. Hal ini dikarenakan RW 1 merupakan daerah padat penduduk sehingga jarak sumur dengan pembuangan limbah domestic dan septic tank dekat. Oleh karena itu air limbah mudah meresap ke dalam tanah sehingga air tanah dapat dengan mudah terkontaminasi oleh bakteri coliform. Pengolahan Data Menggunakan Rancangan Acak lengkap Setelah diketahui hasil dari analisis uji laboratorium maka penulis mengolah data yang ada dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dan mengambil beberapa parameter yang ada untuk diolah yaitu TDS, Kekeruhan, Warna, Fe, Mn, Nitrat, Nitrit, Sulfat, Zat Organik dan Total Coliform (10 parameter) dan dari 4 titik pengamatan yang dilakukan sampling dengan total 12 sampel, didapatkan hasil sebagai berikut : Total Dissolved Solid (TDS) Tabel 2. Kandungan TDS dalam Sumur Penduduk Perlakuan
Dekat Sungai
Dekat Pembuangan Sampah
Dekat Septictank
160 171 81 412 137.3333
33 156 155 344 114.6667
35.9 156 167 358.9 119.6333
Sampel 1 2 3 Jumlah Rata-rata
Dekat Pembuangan Limbah Tempe 51.4 75 16 142.4 47.4667
1257.3 104.775
40
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.2 Tabel 3. Hasil Analisis Uji Varian Kandungan TDS dalam Sumur Penduduk Sumber Keragaman (SK) Rata-rata Perlakuan Galat
Derajat Bebas (DB) 1 3 8
Jumlah Kuadrat (JK)
Kuadrat Tengah (KT)
F hitung
13988.7157 27166.4468
4662.905233 3395.8058
1.373
F Tabel 0.05
0.01
4.07
7.59
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa F hitung (1.373) < F tabel (4.07) berarti rata-rata kelompok pengamatan tidak berbeda nyata, sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut.
Kekeruhan Perlakuan Sampel 1 2 3 Jumlah Rata-rata
Tabel 4. Kandungan Kekeruhan dalam Sumur Penduduk Dekat Sungai Dekat Dekat Dekat Pembuangan Septictank Pembuangan Sampah Limbah Tempe 30 28 21 79 26.3333
10 26 28 64 21.3333
13 27 30 70 23.3333
15 21 30 66 22
279 23.25
Tabel 5. Hasil Analisis Uji Varian Kandungan Kekeruhan dalam Sumur Penduduk Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F Tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah (KT) 0.05 0.01 (SK) (DB) (JK) Rata-rata 1 4.07 7.59 Perlakuan 3 44.2499 14.74996667 0.2278 Galat 8 518.0001 64.7500125 Pada tabel 5dapat dilihat bahwa F hitung (0.2278) < F tabel (4.07) berarti rata-rata kelompok pengamatan tidak berbeda nyata, sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut.
Warna Tabel 6. Kandungan Warna dalam Sumur Penduduk Perlakuan
Dekat Sungai
Dekat Pembuangan Sampah
Dekat Septictank
Dekat Pembuangan Limbah Tempe
53 52 29 134 44.67
12 41 54 107 35.67
13 39 49 101 33.67
17 21 51 89 29.67
Sampel 1 2 3 Jumlah Rata-rata
431 35.92
41
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.2 Tabel 7. Hasil Analisis Uji Varian Kandungan Warna dalam Sumur Penduduk Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F Tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah (KT) 0.05 0.01 (SK) (DB) (JK) Rata-rata 1 4.07 7.59 Perlakuan 3 362.24987 120.7499567 0.3612 Galat 8 2674.6668 334.33335 Pada tabel 10 dapat dilihat bahwa F hitung (0.3612) < F tabel (4.07) berarti pengamatan tidak berbeda nyata, sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut. Fe (Besi) Tabel 8. Kandungan Fe dalam Sumur Penduduk Perlakuan
Dekat Sungai
Dekat Pembuangan Sampah
Dekat Septictank
Dekat Pembuangan Limbah Tempe
1.21 1.41 0.39 3.01 1.00
0.31 1.14 0.74 2.19 0.73
0.21 0.12 1.54 1.87 0.62
0.41 0.21 0.89 1.57 0.50
Sampel 1 2 3 Jumlah Rata-rata
rata-rata kelompok
8.58 0.71
Tabel 9. Hasil Analisis Uji Varian Kandungan Fe dalam Sumur Penduduk Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F Tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah (KT) 0.05 0.01 (SK) (DB) (JK) Rata-rata 1 4.07 7.59 Perlakuan 3 0.4096 0.1365 0.4480 Galat 8 2.4377 0.3047 Pada tabel 9 dapat dilihat bahwa F hitung (0.4480) < F tabel (4.07) berarti rata-rata kelompok pengamatan tidak berbeda nyata, sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut.
Mn
Sampel
Tabel 10. Kandungan Mn dalam Sumur Penduduk Dekat Sungai Dekat Dekat Dekat Pembuangan Septictank Pembuangan Sampah Limbah Tempe
1 2 3 Jumlah Rata-rata
0.12 0.44 0.14 0.70 0.23
Perlakuan
0.39 0.47 0.41 1.27 0.42
1.35 1.21 0.85 3.41 1.37
0.67 0.09 0.37 0.67 0.22
6.05 0.56
Tabel 11. Hasil Analisis Uji Varian Kandungan Mn dalam Sumur Penduduk Sumber Keragaman (SK) Rata-rata Perlakuan Galat
Derajat Bebas (DB) 1 3 8
Jumlah Kuadrat (JK)
Kuadrat Tengah (KT)
F hitung
F Tabel 0.05 0.01 4.07
1.6763 0.2402
0.558767 0.030025
7.59
18.61**
42
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.2 Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa F hitung (18.61) > F tabel (4.07) berarti pengamatan sangat berbeda nyata. Nitrat
rata-rata kelompok
Tabel 12. Kandungan Nitrat dalam Sumur Penduduk Perlakuan
Dekat Sungai
Dekat Pembuangan Sampah
Dekat Septictank
Dekat Pembuangan Limbah Tempe
1.29 1.51 0.83 3.63 1.21
0.09 0.95 0.95 1.99 0.66
1.35 1.21 0.85 3.41 1.14
1.01 1.12 0.45 2.58 0.86
Sampel 1 2 3 Jumlah Rata-rata
11.61 0.9675
Tabel 13. Hasil Analisis Uji Varian Kandungan Nitrat dalam Sumur Penduduk Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F Tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah (KT) 0.05 0.01 (SK) (DB) (JK) Rata-rata 1 4.07 7.59 Perlakuan 3 0.5744 0.191466667 1.3613 Galat 8 1.1252 0.14065 Pada tabel 13 dapat dilihat bahwa F hitung (1.3613) < F tabel (4.07) berarti pengamatan tidak berbeda nyata, sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut.
rata-rata kelompok
Nitrit Tabel 14. Kandungan Nitrit dalam Sumur Penduduk Perlakuan
Dekat Sungai
Dekat Pembuangan Sampah
Dekat Septictank
Dekat Pembuangan Limbah Tempe
0.06 0.05 0.07 0.18 0.06
0.04 0.07 0.06 0.17 0.06
0.03 0.05 0.04 0.12 0.04
0.03 0.06 0.04 0.13 0.04
Sampel 1 2 3 Jumlah Rata-rata
0.60 0.05
Tabel 15. Hasil Analisis Uji Varian Kandungan Nitrit dalam Sumur Penduduk Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F Tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah (KT) 0.05 0.01 (SK) (DB) (JK) Rata-rata 1 4.07 7.59 Perlakuan 3 0.0008 0.000267 1.5257 Galat 8 0.0014 0.000175 Pada tabel 15 dapat dilihat bahwa F hitung (1.5257) < F tabel (4.07) berarti rata-rata kelompok pengamatan tidak berbeda nyata, sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut.
43
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.2
Sulfat Tabel 16. Kandungan Sulfat dalam Sumur Penduduk Perlakuan
Dekat Sungai
Dekat Pembuangan Sampah
Dekat Septictank
Dekat Pembuangan Limbah Tempe
31 38 41 110 36.67
38 47 29 114 38
48 39 35 122 40.67
35 37 36 108 36
Sampel 1 2 3 Jumlah Rata-rata
454 37.835
Tabel 17. Hasil Analisis Uji Varian Kandungan Sulfat dalam Sumur Penduduk Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F Tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah (KT) 0.05 0.01 (SK) (DB) (JK) Rata-rata 1 4.07 7.59 Perlakuan 3 38.3333 12.7776667 0.3037 Galat 8 336.5834 42.072925 Pada tabel 17 dapat dilihat bahwa F hitung (0.3037) < F tabel (4.07) berarti rata-rata kelompok pengamatan tidak berbeda nyata, sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut.
Zat Organik
Sampel
Tabel 18. Kandungan Zat Organik dalam Sumur Penduduk Dekat Sungai Dekat Dekat Dekat Pembuangan Septictank Pembuangan Sampah Limbah Tempe
1 2 3 Jumlah Rata-rata
10.5 6.8 6.5 23.8 7.93
Perlakuan
Sumber Keragaman (SK) Rata-rata Perlakuan Galat
7.8 7.1 7.5 22,4 7.47
6.8 9.1 10.3 26.2 8.73
7.9 8.5 6.5 22.9 7.63
95.2 7.94
Tabel 19. Hasil Analisis Uji Varian Kandungan Zat Organik dalam Sumur Penduduk Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F Tabel Bebas Kuadrat Tengah (KT) 0.05 0.01 (DB) (JK) 1 4.07 7.59 3 2.8424 0.9475 0.4074 8 18.6068 2.3258
Pada tabel 19 dapat dilihat bahwa F hitung (0.4074) < F tabel (4.07) berarti pengamatan tidak berbeda nyata, sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut.
rata-rata kelompok
44
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.7 No.2 Total Coliform Tabel 20. Kandungan Total Coliform dalam Sumur Penduduk Perlakuan
Dekat Sungai
Dekat Pembuangan Sampah
Dekat Septictank
Dekat Pembuangan Limbah Tempe
160 166 5.4 331.4 110.4667
70 170 102.5 342.5 114.1667
165 85 92.5 342.5 114.1667
60 3.9 85 148.9 49.6333
Sampel 1 2 3 Jumlah Rata-rata
1165.3 97.10835
Tabel 21. Hasil Analisis Uji Varian Kandungan Total Coliform dalam Sumur Penduduk Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F Tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah (KT) 0.05 0.01 (SK) (DB) (JK) Rata-rata 1 4.07 7.59 Perlakuan 3 9042.8827 3014.294233 0.8777 Galat 8 29134.6465 3641.830813 Pada tabel 21 dapat dilihat bahwa F hitung (0.8777) < F tabel (4.07) berarti pengamatan tidak berbeda nyata, sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut.
rata-rata kelompok
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap kualitas air bersih di RW 1 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Kecamatan Kebayoran Lama Provinsi DKI Jakarta, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari 4 titik pengamatan yang dilakukan dengan jumlah 12 sampel didapatkan hasil bahwa 100 % (12 sampel) tidak memenuhi syarat baku mutu Permenkes No. 416 Tahun 1990. 2. Dari uji statistik yang dilakukan pada 10 parameter didapatkan hasil 9 parameter tidak memberikan perbedaan yang nyata dan satu parameter yaitu Mn, memberikan perbedaan yang sangat nyata. 3. Kadar Mn yang tertinggi berasal dari air sumur yang berasal dari dekat pembuangan septictank. Saran 1. Setiap air limbah yang dihasilkan dari produksi tempe sebaiknya dilakukan treatment (perlakuan) terlebih dahulu seperti penyaringan atau pengolahan air limbah, agar air limbah yang dikeluarkan tidak mencemari lingkungan di sekitarnya. 2. Bila masyarakat ingin menggunakan air sumur pompa untuk minum sebaiknya dimasak o terlebih dahulu dengan suhu diatas 100 C, agar bakteri yang ada di dalam air bisa mati dan tidak membahayakan diri. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Peneliian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta. Anon. 1990. Kualitas Air. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Anon. 1990. Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990. Dharmayanti, I. 2001. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Bakteriologi Air Tanah di RW. 07 Kelurahan Serdang, Jakarta Pusat. Fakultas Kedokteran UI, Depok Fardiaz. 2003. Polusi Air dan Udara. Kanisius, Yogyakarta. Wheeler, V. 1989. Mikrobiologi Dasar. Terjemahan oleh Markham., Erlangga, Jakarta.
45