I-STATEMENT STIMIK ESQ | I-4 Volume 1 Nomor 1, Maret 2015
ISSN : 2442-8337
Sistem Antrian Untuk Mempermudah Pelayanan Pasien Rawat Jalan Pada Puskesmas XYZ Ester Lumba Fakultas Ilmu Komputer dan Ilmu Komunikasi, Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis Jl. Pulomas Selatan Kav. 22, Jakarta Timur, Indonesia Email:
[email protected] Abstract: Puskesmas is a functional organization for providing health service which is comprehensive, integrates, equal, reachable and cost friendly for the people. Puskemas emphasizes its service on the optimum level of health to the wider society. To enhance the quality of the services to the public, it is time for a clinic to be supported by a computer application that can help the patients who have to wait with a long queue when they want to get the services from it. Queuing application with web-based system can help the patients by online registration and get the queuing number without come to the clinic before their visit. By this system, the patients can also observe the progress of the queue from the website, take their time to wait in the outside of the clinic and arrange their coming without stay for a longer time before their turn. The clinic itself may apply First Come First Served (FCFS) queuing system which means a patient will get handled until the previous patient is finished. Furthermore, this application will help the clinic officer to manage the existing data in it without keep calling the patients one by one manually. Subsequently, the operator will only press the button in the queuing application to call the next patient. Keywords: clinic, patient, queuing, FCFS Abstrak: Puskesmas adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat. Puskesmas menitikberatkan pelayanan kepada masyarakat luas guna mencapai derajad kesehatan yang optimal. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, sudah saatnya sebuah Puskesmas dilengkapi dengan aplikasi komputer untuk menangani pasien yang seringkali harus antri panjang untuk mendapatkan pelayanan medis. Aplikasi antrian berbasis web dapat membantu pasien untuk mendaftar secara online dan meminta nomor antrian tanpa harus datang ke Puskesmas terlebih dahulu. Pasien dapat memantau nomor antrian yang sedang dilayani melalui website, sehingga dapat memprediksi waktu untuk datang ke Puskesmas tanpa harus menunggu lama di Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan. Pada Puskesmas menerapkan aturan antrian First Come First Served (FCFS) yaitu pasien yang mendaftar terlebih dahulu yang akan mendapatkan pelayanan. Aplikasi antrian juga dapat membantu petugas Puskesmas untuk mengelolah data-data pasien tanpa harus di repotkan memanggil pasien satu persatu. Petugas Puskesmas tinggal menekan tombol pada aplikasi antrian untuk memajukan nomor antrian berikutnya jika pasien sudah selesai di layani. Kata kunci: Puskesmas, pasien, antrian, FCFS
Ester Lumban
Page 41
Puskesmas, FCFS
I-STATEMENT STIMIK ESQ | I-4 Volume 1 Nomor 1, Maret 2015 1. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Kemajuan teknologi informasi telah mempengaruhi gaya hidup masyarakat masa kini. Khususnya masyarakat perkotaan di mana sarana dan prasarana sudah memadai. Oleh karena itu bukan menjadi penghalang untuk menerapkan teknologi terkini dalam mendukung kinerja di suatu institusi atau lembaga. Demikian juga sebuah Puskesmas yang melayani pasien rawat jalan, tentu membutuhkan bantuan teknologi berbasis komputer dan internet untuk mempermudah proses pelayanan kepada pasiennya. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di bawah supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Secara umum, mereka harus memberikan pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif baik melalui upaya kesehatan perorangan (UKP) atau upaya kesehatan masyarakat (UKM). Puskesmas dapat memberikan pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan. Hal ini disepakati oleh puskesmas dan dinas kesehatan yang bersangkutan. Perawat memberikan pelayanan di masyarakat, puskesmas biasanya memiliki subunit pelayanan seperti puskesmas pembantu, puskesmas keliling, posyandu, pos kesehatan desa maupun pos bersalin desa (polindes). Pada Puskesmas tertentu banyak di kunjungi oleh pasien dari berbagai kalangan. Penyebab ramainya Puskesmas di kunjungi pasien di sebabkan karena beberapa faktor, di antaranya fasilitas Puskesmas dan spesialisasi dokter yang menangani pasien. Untuk dapat meningkatkan kinerja pelayanan sebuah Puskesmas dapat menerapkan aplikasi berbasis komputer dan internet. Untuk mendapatkan pelayanan pasien biasanya harus mendaftar terlebih dahulu untuk mendapatkan kartu berobat. Selanjutnya pasien yang sudah mendaftar akan mendapatkan nomor antrian sesuai
Ester Lumban
Page 42
dengan urutan pada pendaftaran pelayanan pasien. Jika jumlah pasien yang berobat banyak maka antrian pasien yang akan dilayani juga akan semakin panjang. Antrian pasien yang panjang akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien yang mendaftar belakangan. Hal ini karena pihak Puskesmas menerapkan aturan antrian First Come First Served (FCFS) [1]. Dimana pasien yang mendaftar lebih awal yang akan dilayani terlebih dahulu. Misalkan jam operasional Puskesmas dimulai jam 08.00 am. Pasien datang ke Puskesmas pada jam 09.00 am dan memiliki nomor antrian 50 maka akan membutuhkan waktu beberapa jam untuk menunggu sampai pasien tersebut mendapat giliran pelayanan medis. Oleh sebab itu untuk memberi kemudahan atau kenyamanan bagi pasien yang berobat, maka dibutuhkan aplikasi antrian berbasis web. Hal ini di lakukan agar pasien dapat mendaftar secara online dan dapat memantau nomor antrian pasien yang sedang dilayani. 1.2.
Rumusan Masalah
Untuk mempermudah proses pelayanan pasien rawat jalan pada sebuah Puskesmas maka dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana membangun aplikasi komputer yang menangani sistem antrian pasien rawat jalan pada sebuah Puskesmas. 2. Bagaimana membangun sistem pendaftaran online pasien berbasis web. 1.3.
Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan pembuatan sistem antrian pasien rawat jalan pada Puskesmas adalah untuk mempermudah pelayanan kepada pasien. Sedangkan manfaatnya adalah agar pasien dapat mendaftar secara online dan meminta nomor antrian. Pasien dapat memantau nomor anrian pasien yang sedang di layani. Hal ini dibuat agar pasien dapat memprediksi waktu untuk datang ke Puskesmas tersebut sehingga tidak perlu mengantri terlalu lama di Puskesmas.
Puskesmas, FCFS
I-STATEMENT STIMIK ESQ | I-4 Volume 1 Nomor 1, Maret 2015 2.
METODE PENELITIAN
Pembangunan aplikasi antrian ini menggunakan model sekuensial linier. Sekuensial linier adalah sebuah pendekatan pengembangan perangkat lunak yang sistematik dan sekuensial. [3]. Model sekuensial linier melingkupi aktivitas seperti ditunjukkan pada Gambar 8:
Test tingkah laku untuk error yang tidak tertangani dan memastikan bahwa pendefinisian masukan akan memberikan hasil yang aktual dan sesuai dengan hasil yang dibutuhkan. Penulis juga melakukan studi literatur, melakukan pengamatan bagaimana sebuah Puskesmas melayani pasien yang berobat. 2.1.
Gambar 8 Model Sekuensial Linier
System atau Information Enginnering merupakan bagian dari sistem yang terbesar dalam pengerjaan suatu aplikasi. Menetapkan berbagai kebutuhan semua elemen yang diperlukan sistem dan mengalokasikannya ke dalam pembuatan perangkat lunak. Analisis merupakan tahap menganalisa halhal yang diperlukan dalam pelaksanaan pembuatan aplikasi perangkat lunak. Design merupakan tahap dimana perangkat lunak secara aktual merupakan beberapa langkah proses yang berfokus pada empat buah atribut berbeda dari program yaitu struktur data, arsitektur perangkat lunak, representasi antarmuka dan detail prosedural (algoritma). Coding merupakan tahap dimana hasil desain harus ditranslasikan ke dalam bentuk yang dimengerti oleh mesin dalam hal ini adalah bahasa pemrograman. Jika desain dilakukan dalam cara yang detail, maka pembuatan kode dapat di kerjakan secara mekanistik. Testing adalah tahap pengujian program yang sudah di buat. Proses testing di fokuskan pada logika internal dari perangkat lunak, memastikan bahwa semua statement telah di uji dan pada eksternal fungsional.
Ester Lumban
Page 43
Definisi
Antrian terdapat pada kondisi apabila obyekobyek menuju suatu area untuk dilayani, namun kemudian menghadapi keterlambatan disebabkan oleh mekanisme pelayanan mengalami kesibukan. Untuk mempertahankan pelanggan, sebuah organisasi selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Pelayanan yang terbaik tersebut diantaranya adalah memberikan pelayanan yang cepat sehingga pelanggan tidak dibiarkan menunggu (mengantri) terlalu lama. Namun demikian, dampak pemberian layanan yang cepat ini akan menimbulkan biaya bagi organisasi, karena harus menambah fasilitas layanan. Oleh karena itu, layanan yang cepat akan sangat membantu untuk mempertahankan pelanggan, yang dalam jangka panjang tentu saja akan meningkatkan keuntungan perusahaan. Komponen dasar proses antrian adalah kedatangan, pelayan dan antri. Kedatangan adalah setiap masalah antrian melibatkan kedatangan, misalnya orang, mobil, atau panggilan telepon untuk dilayani. Unsur ini sering disebut proses input. Proses input meliputi sumber kedatangan atau biasa dinamakan calling population, dan cara terjadinya kedatangan yang umumnya merupakan proses random. Pelayan atau mekanisme pelayanan dapat terdiri dari satu atau lebih pelayan, atau satu atau lebih fasilitas pelayanan. Contohnya pada sebuah check out counter dari suatu supermarket terkadang hanya ada seorang pelayan, tetapi bisa juga diisi seorang kasir dengan pembantunya untuk memasukkan
Puskesmas, FCFS
I-STATEMENT STIMIK ESQ | I-4 Volume 1 Nomor 1, Maret 2015 barang-barang ke kantong plastik. Sebuah bank dapat mempekerjakan seorang atau banyak teller. Di samping itu, perlu diketahui cara pelayanan dirampungkan, yang kadangkadang merupakan proses random. Antri merupakan inti dari analisis antrian adalah antri itu sendiri. Timbulnya antrian terutama tergantung dari sifat kedatangan dan proses pelayanan. Penentu antrian lain yang penting adalah disiplin antri. Disiplin antri adalah aturan keputusan yang menjelaskan cara melayani pengantri, misalnya datang awal dilayani dulu yang lebih dikenal dengan istilah First Come First Served (FCFS) atau First In First Out (FIFO), datang terakhir dilayani dulu Last Come First Serve (LCFS) atau Last In First Out (FIFO), berdasar prioritas, berdasar abjad, berdasar janji, dan lain-lain. Jika tak ada antrian berarti terdapat pelayan yang nganggur atau kelebihan fasilitas pelayanan. 2.2.
Proses Antrian
Proses antrian pada umumnya dikelompokkan ke dalam empat struktur dasar menurut sifat-sifat fasilitas pelayanan, yaitu: [2] 1. Satu saluran satu tahap Proses antrian seperti ini biasanya terjadi pada pasien yang berobat pada dokter praktek. Dimana pasien hanya dilayani oleh satu dokter. Gambar 9, menunjukkan proses antrian dengan satu saluran dan satu tahap.
dengan banyak saluran namun satu tahap saja.
Gambar 10 Proses antrian banyak saluran satu tahap
3. Satu saluran banyak tahap Proses antrian seperti ini biasanya terjadi pada calon nasabah suatu bank yang mengantri untuk melakukan pembukaan rekening baru pada petugas bank.
Antrian
Pelayan
Pelayan
Gambar 11 menunjukkan proses antrian satu saluran namun banyak tahap yang harus dilalui.
Antrian
Pelayan
Pelayan
Gambar 11 Proses antrian satu saluran banyak tahap
4. Banyak saluran banyak tahap Proses antrian seperti ini biasanya terjadi pada kantor imigrasi untuk proses pembuatan passport. Seseorang yang akan membuat passport akan melewati beberapa tahap namun petugas tersedia di beberapa loket. Gambar 5 menunjukkan proses antrian dengan banyak saluran dan banyak tahap.
Gambar 9 Proses antrian satu saluran satu tahap
2. Banyak saluran satu tahap Proses antrian seperti ini biasanya terjadi pada nasabah suatu bank yang mengantri untuk melakukan transaksi penyetoran uang pada teller bank. Gambar 10 menunjukkan proses antrian
Ester Lumban
Page 44
Pelayan
Puskesmas, FCFS
Pelayan
I-STATEMENT STIMIK ESQ | I-4 Volume 1 Nomor 1, Maret 2015 Gambar 12 Proses antrian banyak saluran banyak tahap
2.3.
Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat, yang lebih dikenal dengan singkatan Puskesmas, adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajad kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya [4]. Pengertian pasien adalah sebagai berikut “Pasien adalah orang sakit yang dirawat oleh seorang dokter”. Jadi pasien adalah seseorang yang kondisi badannya tidak pada semestinya atau kurang baik dimana orang tersebut dirawat oleh seorang dokter. Pasien adalah: “… setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit” [5]. Rawat jalan adalah pelayanan pengobatan di fasilitas pelayanan kesehatan dengan tidak harus menginap di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut baik didalam gedung dan diluar gedung. Pelayanan rawat jalan adalah
Ester Lumban
Page 45
pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap (hospitalization). Pelayanan rawat jalan ini termasuk tidak hanya yang diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan yang telah lazim dikenal rumah sakit atau Puskesmas. Pelayanan rawat jalan juga dapat diselenggarakan di rumah pasien (home care) serta di rumah perawatan (nursing homes). [8]. Dokter (dari Bahasa Latin yang berarti “guru”) adalah seseorang yang karena keilmuannya berusaha menyembuhkan orang-orang yang sakit [6]. Untuk menjadi seorang dokter biasanya diperlukan pendidikan dan pelatihan khusus dan mempunyai gelar dalam bidang kedokteran. Untuk menjadi seorang dokter, seseorang harus menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran selama beberapa tahun dan juga terggantung pada sistem yang dipakai oleh perguruan tinggi tempat Fakultas Kedokteran itu berada. Di Indonesia Pendidikan Dokter mengacu pada suatu Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia (KIPDI). Saat ini digunakan KIPDI III yang menggunakan system Problem Based Learning Pendidikan dokter di Indonesia membutuhkan 10 semester untuk menjadi seorang dokter, 7 semester untuk mendapatkan gelar sarjana (Sarjana Kedokteran atau di singkat S.Ked) ditambah 3 sampai 4 semester kepaniteraan Puskesmas senior atau ko-asisten (clerkship) di Rumah Sakit. Dokter spesialis adalah dokter yang telah mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Di Indonesia sekarang terdapat lebih dari 30 jenis spesialisasi yang dapat dipilih. Dokter spesialis akan berpraktik pada layanan kesehatan sekunder dan tersier (di rumah sakit). Dokter praktik umum sendiri adalah dokter yang berpraktik di layanan primer (puskesmas atau Puskesmas medik). Dokter praktik umum menjadi pintu gerbang pelayanan kedokteran.
Puskesmas, FCFS
I-STATEMENT STIMIK ESQ | I-4 Volume 1 Nomor 1, Maret 2015
Menurut UU RI NO 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, mendefinisikan Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakkan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. [7]. Menurut International Council of Nurses, perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di Negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien. 3.
PEMBAHASAN
Pada bagian ini penulis akan membahas aplikasi antrian untuk mempercepat proses pelayanan kepada pasien pada sebuah Puskesmas. Pasien yang akan berobat bisa datang langsung ke Puskesmas. Namun pasien juga dapat mendaftarkan melalui website. Dalam penelitian ini penulis melakukan percobaan pada localhost dan belum malakukan hosting. Berikut ini adalah langkah-langkah menjalankan aplikasi antrian pasien pada Puskesmas: 1. Pada address bar di browser ketikan url http://localhost/Puskesmas lalu tekan tombol enter di keybord. 2. Selanjutnya pada welcome page atau homepage website akan terlihat nomor antrian pada tanggal website tersebut di akses. Nomor antrian akan di reset setiap hari pada pukul 00.00. Gambar berikut ini menunjukkan nomor antrian setelah di reset dan belum ada pasien yang mengambil nomor pada saat tersebut.
Gambar 13 Nomor antrian di reset setiap hari
Ester Lumban
Page 46
Jika ada pasien yang baru yang mendaftar pertama kali dan meminta nomor antrian setelah nomor antrian di reset maka pasien tersebut akan memiliki nomor antrian satu (1). Atau jika pasien yang sudah terdaftar pada database login ke website dan meminta nomor antrian, maka pasien tersebut akan mendapatkan nomor antrian satu (1). 3. Jika pasien baru pertama kali berobat ke Puskesmas tersebut maka harus melakukan pendaftaran terlebih dahulu sebelum mendapatkan nomor antrian. 4. Pada bagian menu terdapat link untuk mendaftarkan pasien baru. Pendaftaran dapat dilakukan oleh petugas Puskesmas namun dapat juga dilakukan sendiri oleh pasien. Gambar berikut ini merupakan form pendaftaran untuk pasien baru.
Gambar 14 Form Pendaftaran Pasien
5. Pada form tersebut silahkan masukan data - data pasien. Setelah melengkapi form tersebut klik tombol daftar pada bagian bawah form untuk melakukan pendaftaran. 6. Setelah melakukan pendaftaran maka pasien akan mendapatkan userid yang di generate oleh program. Userid tersebut akan di gunakan oleh pasien untuk login ke website untuk meminta nomor antrian. Gambar berikut ini
Puskesmas, FCFS
I-STATEMENT STIMIK ESQ | I-4 Volume 1 Nomor 1, Maret 2015 menunjukkan userid pasien yang baru melakukan pendaftaran.
Gambar 15 Userid pasien baru
} else { $this -> form_validation -> set_message ( 'regex_check', "Wrong Pattern" ); } return $res == 0 ? false : true; } }
7. Selanjutnya dengan menggunakan userid tersebut dan password pasien dapat login untuk mendapatkan nomor antrian. Gambar berikut menunjukkan form login yang digunakan baik oleh pasien, dokter dan petugas administrasi atau resepsionis. Petugas administrasi pada Puskesmas biasanya adalah seorang perawat.
8. Setelah login pasien akan melihat tampilan bahwa user dengan ID P00001 belum memiliki nomor antrian. Gambar berikut adalah tampilan pada saat login ke website dan belum ada pasien yang meminta nomor antrian.
Gambar 16 Form login pasien, dokter atau petugas administrasi
Untuk membedakan apakah yang login ke website adalah seorang pasien, dokter atau petugas administrasi harus menggunakan fungsi. Pada program fungsi tersebut di beri nama regex_check(). Funsgi ini melakukan callback pengecekan menggunakan regular expression, digunakan dengan form_validation pada form login, dengan pola [P|D|R]#####. Dimana @param str String yang akan dicocokan dan @return true jika sesuai dengan pattern dan false jika tidak sesuai dengan pattern. public function regex_check ($str=null) { if ( $str == null ) { return false; } $res = preg_match('/[D|R|P][09]{5,5} /', $str); if ( $res === false ) { $this->form_validation -> set_message ('regex_check', preg_last_error () ); return false;
Ester Lumban
Page 47
Gambar 17 Pasien belum meminta nomor antrian
9. Selanjutnya pasien tersebut dapat meminta nomor antrian dengan mengklik link pada bagian menu Minta Nomor. 10. Setelah melakukan permintaan nomor antrian maka pasien tersebut akan mendapatkan nomor antrian. Karena pasien dengan userid P00001 dan nama pasien adalah Priskila Mawansi merupakan pasien yang pertama kali mendaftar dan meminta nomor antrian pada tanggal tersebut, maka pasien tersebut mendapatkan nomor antrian 1. Kode program untuk mendapatkan nomor antrian pasien menggunakan fungsi antrian(). public function antrian() { $this -> load -> model ('user'); $nomor = $this -> user-> get_antrian(); $this -> load -> view(' antrianajax', array ( 'nomor' => $nomor )); }
Puskesmas, FCFS
I-STATEMENT STIMIK ESQ | I-4 Volume 1 Nomor 1, Maret 2015 Pada fungsi antrian() di atas terdapat pemanggilan file ajax dengan nama antrianajax.js. File ajax tersebut akan di load dan di tampilkan pada halaman website dan semua pasien dapat melihatnya. Gambar berikut ini menunjukkan nomor antrian 1 yang di minta oleh pasien bernama Priskila Mawansi dengan userid P00001.
secara manual dan akan dilayani setelah semua pasien yang antri selesai di layani. 11. Pada percobaan ini penulis melakukan simulasi menggunakan 5 orang pasien yang sudah terdaftar pada database di table pasien. Tidak semua pasien yang terdaftar dalam database yang melakukan antrian. Yang melakukan antrian adalah pasien yang akan berobat saja. Table 1 menunjukkan daftar pasien yang akan berobat pada hari yang sama. ID Pasien
Gambar 18 Nomor antrian 1
Setiap userid pasien hanya boleh melakukan satu kali permintaan nomor antrian. Jika pasien yang sama meminta nomor antrian lagi maka sistem ini akan memanggil fungsi alert() dan memberikan pesan belum bisa mengambil nomor antrian. Gambar berikutnya adalah pesan bahwa pasien yang sama tidak boleh melakukan permintaan nomor antrian lebih dari satu kali.
Gambar 19 Pesan jika pasien meminta nomor antrian lebih dari satu kali
Jika pasien yang sudah memiliki nomor antrian datang terlambat ke Puskesmas untuk berobat, maka nomor antrian tersebut akan di lompati (skip). Sekalipun pasien tersebut di lompati, tetap dapat dilayani namun harus melapor ke petugas Puskesmas. Pendaftaran akan dilakukan secara manual dan dilayani setelah semua pasien yang memiliki nomor antrian selesai di layani. Aplikasi ini belum bisa menangani jika pasien yang datang terlambat. Itu sebabnya harus dilakukan pendaftaran
Ester Lumban
Page 48
P00001 P00005 P00018 P00009 P00010
Nama Pasien Priskila Mawansi Prasti Kristanti Adrian Fernando Amalia Lusiana Ferdy Ananta
Nomor Antrian 1 2 3 4 5
Tabel 22 Daftar pasien dengan nomor antrian
Pada tabel di atas terlihat bahwa ID Pasien tidak berurut. Hal ini di sebabkan karena aplikasi antrian menerapkan aturan antrian First Come First Serve (FCFS) atau First In First out (FIFO). Jadi pasien yang mengambil atau meminta nomor antrian yang terlebih dahulu yang akan dilayani. Pelayanan kepada pasien akan dilakukan secara berurut sesuai dengan nomor antrian masing-masing pasien. Setiap pasien yang berobat pada Puskesmas harus melakukan pengambilan atau permintaan nomor antrian. Pengambilan nomor antrian dapat dilakukan dengan datang ke petugas Puskesmas atau bisa dilakukan oleh pasien sendiri melalui website. Satu pasien hanya berhak mendapatkan satu nomor antrian setiap harinya. Gambar berikut ini menunjukkan bahwa nomor antrian sudah mencapai lima orang pasien pada hari yang sama.
Puskesmas, FCFS
I-STATEMENT STIMIK ESQ | I-4 Volume 1 Nomor 1, Maret 2015
Gambar 20 Nomor antrian terakhir
Pada gambar di atas terlihat bahwa user dengan userid P00010 dan nama Ferdy Ananta memiliki nomor antrian 5. Namun pada antrian berikutnya masih terlihat 0. Hal itu berarti belum ada pasien yang dilayani. Pasien bisa mendaftarkan diri atau login ke sistem untuk mengambil atau mendapatkan nomor antrian mulai pukul 00.01 dini hari setiap hari. Namun untuk memajukan nomor antrian harus dilakukan oleh pihak petugas atau administrasi Puskesmas atau perawat yang bertugas di bagian pendaftaran pasien. Pasien dapat memantau antrian melalui website. Jika pasien meminta nomor antrian melalui sistem pada pukul 05.00 am. Misalkan jam operasional Puskesmas mulai pukul 08.00 am maka pasien dapat memprediksi waktu untuk datang ke Puskesmas tersebut melalui website. Pada halaman depan atau di homepage terdapat nomor antrian pasien yang sedang di layani. Untuk memajukan nomor antrian petugas harus login terlebih dahulu ke sistem. 1. Klik menu login pada menu bar sama seperti form login pasien. Gambar 14 menunjukkan form login dan yang akan login adalah petugas Puskesmas. Hal ini dapat di lihat pada inisial userid ada R. Inisial R merupakan inisial bagi userid untuk petugas Puskesmas bagian pendaftaran pasien.
username dan password ditemukan dalam database atau valid maka petugas tersebut akan masuk ke member area khusus petugas. 2. Setelah login petugas administrasi Puskesmas akan melihat bahwa nomor antrian masih 0. Hal ini jika petugas baru login untuk memulai pelayanan pada setiap pagi. Gambar 15 menunjukkan bahwa pasien belum ada yang dilayani. Setiap hari nomor antrian akan dimulai dari angka 1 dan angka nol menunjukkan bahwa tidak ada pasien yang dilayani.
Gambar 22 Belum ada pasien yang dilayani.
Jika dokter dan seluruh petugas dan peralatan yang akan digunakan sudah siap, maka pasien pertama akan di panggil melalui sistem. 3. Selanjutnya petugas administrasi Puskesmas dapat menekan tombol Majukan Antrian untuk memajukan antrian dari 0 ke pasien pertama atau antrian nomor 1. Gambar berikut menunjukkan pasien dengan nomor antrian 1 di panggil dan di layani.
Gambar 23 Pasien dengan nomor antrian 1
Gambar 21 Form login untuk petugas bagian pendaftaran pada Puskesmas
Petugas harus memasukan username dengan kode R, lalu masukan password. Selanjutnya tekan tombol login. Jika
Ester Lumban
Page 49
Adapun fungsi memajukan antrian dalam program bahasa pemrograman PHP framework codeigniter sebagai berikut:
nomor dengan dengan adalah
Puskesmas, FCFS
I-STATEMENT STIMIK ESQ | I-4 Volume 1 Nomor 1, Maret 2015 public function next() { $this -> load -> model (' recep_model '); if ( !$this -> recep_model-> next()) { $this -> session-> set_flashdata ('message', 'Nomor antrian tidak bisa dimajukan! '); } $this-> generateView ("recep /home", 'Welcome' ); } 4. Selanjutkan pada halaman website akan terlihat nomor antrian pasien yang sedang di layani. Jadi pasien dapat memantau nomor antrian pasien yang sedang di layani kapan pun dan di mana pun pasien berada. Gambar 17 menunjukkan nomor antrian pasien yang sedang di layani. Dan nomor antrian ini akan tampil di halaman depan website atau homepage.
Gambar 24 Tampilan nomor antrian pada homepage
Nomor antrian ini juga akan tampil pada member area pasien yang sudah terdaftar pada database Puskesmas. Jadi pada saat pasien meminta nomor antrian nomor antrian pasien yang sedang dilayani dapat juga di ketahui pasien yang akan meminta atau mengambil nomor antrian baru. 4.
SIMPULAN
Aplikasi antrian berbasis web sangat berguna untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien di sebuah Puskesmas. Hal ini disebabkan karena aplikasi antrian dapat membantu pasien untuk memantau urutan pasien yang sedang dilayani. Aplikasi antrian berbasis web ini memungkinkan pasien Ester Lumban
Page 50
mendaftar secara online. Pasien juga dapat meminta atau mengambil nomor antrian secara online tanpa harus datang ke Puskesmas. Pasien dapat memprediksi waktu untuk datang ke Puskesmas dan tidak perlu menganti panjang di Puskesmas menunggu giliran untuk di layani. Aplikasi antrian berbasis web ini dapat menghemat waktu pasien dalam menunggu proses pelayanan di Puskesmas. Kelemahan aplikasi antrian ini belum dapat menangani pasien yang datang terlambat yang menyebabkan nomor antriannya di lompati (skip). 5.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Taha, Hamdy A. Operations Research: an introduction Eighth Edition. Upper Saddle River, NJ: Pearson Prentice Hall., 2007, 552. [2] Dwijanto. Riset Operasi, Karisma, 2008, 98. [3] Pressman, Roger S. Software Engineering a Practitione’s Approach. New York: McGeraw-Hill, 2010, 28. [4] Peraturan menteri kesehatan tentang pusat kesehatan masyarakat. [online] http://www.depkes.go.id/resources/do wnload/peraturan/PMK-No-75-Th2014-ttg-Puskesmas.pdf, diakses 30 Januari 2015. [5] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit [online]. http://www.hukumonline.com, diakses 30 Januari 2015. [6] Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), [online], http://kbbi.web.id/dokter, diakses 10 Februari 2015. [7] UU RI NO 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. [online]. http://www.pustakaindonesia.or.id diakses 14 Januari 2015. [8] Definisi Pasien Rawat Jalan. [online]. http://www.dinkesjatim.go.id, diakses 23 Januari 2015.
Puskesmas, FCFS