5
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Hakikat Pendidikan Kecakapan Hidup 2.1.1. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup Kecakapan hidup pada pendidikan nonformal menurut undang-undang No. 20 tentang sisdiknas pasal 26 ayat 3 merupakan salah satu dari pendidikan nonformal. Berbagai kecakapan atau keterampilan akan diperoleh melalui berbagai macam pelatihan yang diadakan oleh berbagai macam lembaga negara seperti: Pendidikan Luar Sekolah melalui lembaganya yaitu SKB, BPKB, BPNFI, PKBM, Lembaga Kursus, Depnaker, Depsos, Dinas Pertanian, dan sebagainya. Pelatihan kecakapan tersebut dinamakan dengan pelatihan kecakapan hidup. Pendidikan kecakapan hidup merupakan suatu upaya pendidikan untuk meningkatkan kecakapan seseorang untuk melaksanakan hidup dan kehidupannya secara tepat guna dan berdaya guna. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Broling (1989: 213) bahwa Kecakapan hidup mempunyai cakupan yang luas, berintegrasi antara pengetahuan atau ketrampilan yang diyakini sebagai unsur penting untuk hidup lebuh mandiri. Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang dianut memeliki secara sekaligus 4 jenis kecakapan hidup yaitu: (1). Kecakapan Pribadi (Personal Skills), (2). Kecakapan Sosial (Social Skills), (3). Kecakapan Akademik (academic skills), (4). Kecakapan Vokasional (vocational skills). Kecakapan hidup merupakan kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntunan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif. Dengan tujuan untuk memperbaiki semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulannya, sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat terukur dan diraih oleh semua, terutama dalam keaksaraan, angka dan kecakapan hidup(life skills).
6
Lingkup kecakapan hidup atau life skills menurut Broling (1989: 213) termasuk di antaranya: Daily Living Skills (Pengelolaan kebutuhan pribadi, pengelolaan keuangan pribadi, kesadaran kesehatan, kesadaran keamanan, pengelolaan makanan/gizi, pengelolaan pakaian, Tanggung jawab secara pribadi sebagai warga negara, Pengelolaan waktu luang, Rekreasi kesadaran hidup). Personal skills (Pemahaman potensi diri yang dimiliki, Percaya diri, Komunikasi dengan orang lain, Kemandirian dan kepemimpinan). Social skills (Tenggang rasa dan kepedulian sesama, Pemahaman masalah dan pemecahannya, Kecakapan menyesuaikan diri terhadap lingkungan). Vocational skills (Memilih pekerjaan, Perencanaan pekerjaan, keadaan untuk menguasi berbagai keterampilan, Persiapan keterampilan kerja, Penguasaan kompetensi, Menjalankan suatu profesi, Kemampuan menguasai menerapkan teknologi, merancang dan melaksanakan proses pekerjaan, Menghasilkan produk barang dan jasa). Mengacu pada lingkup pemikiran atau teori yang dikemukakan maka, dalam penelitian ini mengfokuskan masalah pada kecakapan vokasional. Artinya bahwa dalam sanggar belajar ini dibimbing oleh tutor yang punya keahlian dalam keterampilan tata rias, sehingga diraih keterampilan yang dimeliki oleh warga belajar. Kecakapan ini secara langsung berimplikasi terhadap kesanggupan warga belajar untuk merancang masa depan dengan keterampilan yang telah dimelikinya melalui kegiatan belajar. Setiap individu dipahami selama mengikuti kegiatan belajar, bukan hanya memperoleh pengetahuan dan keterampilan, melainkan mampu merumuskan dan memutuskan keinginan untuk menjadi apa saja, bekerja sebagai apa, atau merancang sebuah usaha tertentu yang mungkin bisa merekrut masyrakat disekitar sebagai karyawan usahannya. Demikian yang diharapkan kepada warga belajar Senggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota Gorontalo, warga belajar difasilitas pemerintah untuk meraih hidup dengan pengunjang keterampilan seperti pertukangan, administrasi, dan kursus tata rias kecantikan rambut.
7
Dalam menjalankan program ini, penyelengaraan pendidikan memprogram tiga tahap yang harus dilewati oleh warga belajar. Pertama, tahap dasar adalah tahap mengenal jenis model, jenis rambut, model-model potongan rambut, masalah-masalah pada rambut, dan keterampilan dasar memotong rambut. Kedua, tahap trampil ialah tahap warga belajar yang telah mampu mengidentifikasi, menilai dengan mengevaluasi rambut yang hendak dipotong. Ketiga, tahap mahir ialah tahap yang menunjukan tingkat kemampuan tinggi. Warga belajar sudah mampu memberikan ciri-ciri dan keterampilan masing-masing dalam menghadapi masalah dan metode rambut yang hendaknya dipotong. Tahap ini dapat dikatakan sebagai tahap persiapan memasuki dunia kerja pada masing-masing warga belajar. Kusumadewi (1979: 67). Meskipun kecakapan hidup telah didefenisikan berbeda-beda, namun esensi pengertiannya sama. Broling (1989: 310) mendefenisikan kecakapan hidup sebagai kontinyu pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang untuk berfunsi secara independen dalam kehidupan. Pendapat lain mengatakan bahwa kecekapan hidup adalah kecekapan sehari-hari yang diperlukan oleh seseorang agar sukses dalam menjalankan kehidupan. Melik Fajar (2000: 5) mendefenisikan kecakapan hidup sebagai kecakapan untuk bekerja berorentasi ke jalur akademik. Sementara itu, Tim Broad Education (2002: 25) menafsirkan bahwa kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimeliki seseorang mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menentukan solusi sehingga mampu mengatasinya. Meskipun terdapat perbedaan dalam pengertian kecakapan hidup, namum esensinya sama yaitu bahwa kecakapan hidup adalah kemampuan, kesanggupan dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan kehidupannya dengan nikmat dan bahagia.
8
Oleh karena itu, pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan yang memberi belal dasar dan latihan yang dilaksanakan secara benar kepada warga belajar tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar yang bersangkutan mampu, sangup dan terampil menjalakan kehidupannya, yaitu dapat menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya. Dengan defenisi tersebut, maka pendidikan kecakapan hidup harus merefleksikan nilai-nilai kehidupan nyata sehar-hari, baik yang bersifat preseratif maupun progresif. Pendidikan perlu diupayankan relevansinya dengan nilai-nilai kehidupan nyata sehari-hari. Dengan cara ini, pendidikan akan lebih realistis dan kontektual. Tidak akan mencabut warga dri akarnya, sehingga pendidikan akan lebih bermakna bagi warga belajar dan akan tumbuh subur. Seseorang dikatakan memeliki kecakapan hidup apabila yang bersangkutan mampu, sanggup dan terampil menjalankan kehidupan dengan nikmat dan bahagia. Kehidupan yang dimaksud meliputi kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, kehidupan tetangga, kehidupan perusahan, kehidupan masyarakat, kehidupan bangsa dan kehidupan-kehidupan lainnya. Ciri kehidupan perubahan selalu menuntut kecakapan-kecakapan untuk menghadapinya. Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika Pendidikan Luar Sekolah mengajarkan kecakapan hidup. 2.1.2. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup Tim Broad-Based Education Depdiknas (2002: 23) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan kecakapan hidup adalah untuk: (1). Mengaktualisasikan potensi warga belajar sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi, (2). Memberikan kesempatan kepada Pendidikan Luar Sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas dan (3). Mengoptimalkan pemanfataan sumber daya lingkungan PLS dengan memberi peluang pemanfataan sumber daya yang ada di masyarakat, sesuai dengan prinsip menejemen berbasis sekolah. Meskipun bervariasi dalam menyatakan tujuan pendidikan kecakapan hidup, namun konferegensinya cukup jelas yaitu bahwa tujuan utama pendidikan kecakapan hidup adalah
9
menyiapkan warga belajar agar yang bersangkutan mampu, sanggup dan terampil menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya dimasa mendatang. Esensi dari pendidikan kecakapan hidup adalah untuk meningkatkan relevansi pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata, baik preserfatif dan progresif. Tujuan kecakapan hidup dapat dikemukakan sebagai berikut. Pertama,memperdayakan aset kualitas batiniyah, sikap dan perubahan lahiriyah warga belajar melalui pengenalan (logos), penghayatan (etos) dan pengamalan (patos) nilainilai kehidupan sehari-hari sehingga dapat digunakan untuk menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya. Kedua, memberikan wawasan yang luas tentang pengembangan karir yakni dimulai dari pengenalan diri, eksplorasi karir, orientasi karir dan penyiapan karir. Ketiga, memberikan bekal dasar dan latihan-latihan yang dilakukan secara benar mengenai nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang dapat memampukan warga belajar untuk berfungsi menhadapi kehidupan masa depan yang sarat kompetisi dan kolaborasi sekaligus. Keempat, Mengoptimalkan sumber daya sekolah melalui manajemen berbasis sekolah dengan mendorong peningkatan kemandirian sekolah, partisipasi stakeholders dan fleksibilitasi pengelolaan sumber daya sekolah. Kelima, menfasilitasi warga belajar dalam memecahkan permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-hari misalnya kesehatan mental dan fisik, kemiskinan, kriminal, kemajuan dan Iptek. Depdiknas (2002: 26). 2.1.3. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup Pengenalan kecakapan hidup terhadap warga belajar bukanlah menganti kurikulum yang ada, sekarang agar benar-benar merefleksikan nilai-nilai kehidupan yang ada. Jadi pendidikan kecakapan hidup merupakan upaya untuk menjembatani kesenjangan kurikulum yang ada dengan tuntunak kehidupan nyata yang ada saat ini, bukan untuk merombaknya. Penyesuaian-penyesuaian kurikulum terhadap tuntunan kehidupan perlu dilakukan, mengingat kurikulum yang ada memang dirangcang per mata pelajaran yang belum tentu
10
sesuai dengan kehidupan nyata pada umumnya yang bersifat utuh (Tim Broad-Based Education Depdiknas, 2002: 10). Selain itu, kehidupan memeliki karakteristik untuk berubah sehingga sudah sewajarnya jika kurikulum yang ada perlu didekatkan dengan kehidupan nyata. Dalam pandangan ini, maka kurikulum merupakan sasaran yang bergerak dan bukan sasaran yang diam. Dengan demikian, kerangka pengembangan pendidikan yang berbasis kecakapan hidup idealnya ditempuh secara berurutan sebagai berikut. (Slamet PH, 2002: 30). Pertama, didefenisikan masukan dari hasil penelitian, pilihan-pilihan nilai dan dugaan para ahli tentang nilai-nilai kehidupan yang nyata yang berlaku. Kedua, masukan tersebut digunakan sebagai bahan, untuk mengembangkan kompetensi kecakapan hidup. Kompetensi kecakapan hidup yang dimaksud harus menunjukan kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan untuk menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya dalam dunia yang sarat perubahan. Ketiga, kurikulum dapat dikembangkan berdasarkan kompetensi kecakapan hidup yang telah dirumuskan. Artinya, apa yang harus, seharusnya dan apa yang mungkin yang diajarkan pada warga belajar disusun berdasarkan kompetensi yang telah dikembangkan. Keempat, Penyelengara pendidikan kecakapan hidup perlu dilaksanakan dengan jitu agar kurikulum berbasis kecakapan hidup dapat dilaksanakan secara cermat. Halhal yang diperlukan untuk penyelengaraan pendidikan kecakapan hidup seperti, misalnya tenaga kependidikan (tutor), pendekatan strategi metode pembelajaran, media pendidikan, fasilitas, tempat belajar dan durasi belajar harus siap. Kelima, evaluasi pendidikan kecakapan hidup perlu dibuat berdasarkan kompetensi kecakapan hidup yang telah dirumuskan pada langkah kedua, karena evaluasi belajar disusun berdasarkan kompetensi, maka penilaian terhadap prestasi belajar warga belajar tidak hanya dengan pensil dan papet tes melainkan juga dengan performent test dan bukan evaluasi otentik.
11
Pendidikan Luar Sekolah pada masa depan akan menekankan pada kecakapan hidup. Diharapkan tujuan pendidikan nasional lebih menekankan pada penguasaan kehidupan, kurikulum lebih merefleksikan kehidupan nyata, penyelengaraannya benar-benar jitu dengan merelesasikan kurikulum berbasisi kecakapan hidup yang ditujukan oleh tutor memeliki penguasaan kehidupan lebuh kuat, warga belajar mempelajari kenyataan dan aktif, metode pembelajaran lebih konkrit, kerja tim kuat, media pendidikan mengunakan kenyataan,tempat belajar tidak harus selalu dikelas tetapi juga dikencah/kehidupan, durasi pembelajaran tergantung pada kompetensi yang ingin dikuasai, referensi tidak selalu berupa buku tetapi juga kehidupan nyata/konteks, pengalaman hidup akan lebih kaya dan evaluasi belajar lebih ditekankan pada penilaian autentik. 2.1.4. Jenis-jenis Kecakapan Hidup 1. Kecakapan Dasar a. Kecakapan dasar terus-menerus Kecakapan belajar terus-menerus (sepanjang hayat) adalah kecakapan yang paling penting dibandingkan dengan semua kecakapan hidup lainnya. Pengetahuan, ilmu pendidikan dan teknologi, dan kehidupan berubah semakin cepat sehingga menuntut tamatan Pendidikan Luar Sekolah memeliki kemampuan untuk belajar terus-menerus. Kecakapan ini merupakan kunci yang dapat membuka kesuksesan masa depan. Dengan kecakapan ini, tamatan Pendidikan Luar Sekolah mudah menguasai kecapakan-kecakapan lainnya. Karena itu, tamatan Pendidikan Luar Sekolah perlu diberi tentang strategi, metode dan tekhnik belajar untuk memperoleh dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi baru dalam kehidupannya.
12
b. Kecakapan, Membaca, Menulis, Menghitung Pendidikan Luas sekolah diharapkan memeliki kecakapan membaca dan menulis secara fungsional, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa bahas asing, misalnya bahasa Inggris, Jerman, Arab, Prancis, Jepang, Mandaring atau yang lainnya. Kecakapan membaca, memahami den menafsirkan informasi tertulis dalam surat kabar, majalah, koran, Jurnal dan dokumen lainnya. Menulis, mengkomunikasikan pikiran, ide-ide, informasi dan pesan-pesan tertulis dan membuat dokumen-dokumen, seperti surat, arahan, bimbingan, pedoman kerja, manual, laporan, grafik dan diagram alir. Kecakapan menghitung, kemampuan dasar menghitung dan memecahkan masalah-masalah praktis, dengan memilih secara tepat dari tekhnik-tekhnik matematika yang ada tanpa bantuan tehknologi. c. Kecakapan berkomunikasi lisan, tertulis, tergambar, mendengar Manusia berinteraksi dengan manusia lain melalui komunikasi langsung, baik secara lisan, tertulis, tergambar dan bahkan melalui kesan pun bisa. Mengingat manusia mengunakan sebagian besar waktunya untuk berkomunikasi dengan orang lain, maka kecakapan berkomunikasi termasuk kecakapan mendengar harus dimeliki oleh tamatan Pendidikan Luar Sekolah. Suatu studi menyimpulkan bahwa kelemahan berkomunikasi akan menghambat pengembangan personal dan profesi seseorang. Bahkan para pebisnis memperkirakan bahwa kelemahan berkomunikasi akan menambah pembiayaan uasahanya akibat kesalahan yang dibuat. Mengingat era globalisasi telah tergulir, maka penguasaan salah satu bahasa asing oleh warga belajar merupakan keniscayaan. d. Kecakapan berpikir Tingkat kecakapan berpikir seseorang akan berpengaruh terhadap kesuksesan hidupnya. Mengingat kehidupan manusia sebagian besar dipengaruhi oleh cara berpikir, maka warga belajar perlu diberi bekal dasar dan latihan-latihan cara yang benar tentang kecakapan berpikir deduktif dan induktif ilmiah, kritis, nalar, rasional, lateral, sistem, kreatif,
13
eksplorasi, discorvery, inventory dan reasoning, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Selain itu warga belajar harus diberi bekal dasar tentang kecintaan terhadap kebenaran, keterbukaan terhadap kritik, saran dan berorientasi kedepaan. e. Kecakapan kalbu, iman (spiritual), rasa dan emosi Memeliki bangsa kecekapan kalbu yang baik merupakan aset kualitas batiniyah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan bangsa. Kecakapan kalbu yang terdiri dari iman (spiritual), rasa dan emosi merupakan unsur-unsur jiwa selain akal. Pada dasarnya jiwa merupakan peleburan iman, rasa, emosi dan akal. Jiwa merupakan sumber kekuatan dan kendali bagi setiap manusia dalam menyelesaikan sebuah persoalan yang dihadapai. Bahkan baik buruknya suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh baik buruknya kalbu bangsa yang bersangkutan. Erosi kalbu akan berpengaruh sangat dahsyat karena apapun tingginya derajat sesorang, tetapi tidak dilandasi oleh moral, spiritual dan emosional yang baik maka hanyalah kehancuran yang terjadi. Untuk itu warga belajar perlu dibekali dasar dengan latihan dengan cara yang benar tentang kecakapan moral, emosional dan spiritual. Intelegensi, kejujuran, solidaritas, kasih sayang pada orang lain, kesopanan, disiplin diri, menghargai orang lain, hak asasi, kepedulian, toleransi dan tanggung jawab adalah contoh-contoh kecakapan moral yang perlu diajarkan kepada warga belajar. Iman dan Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kedamaian antara umat beragama dan toleransi adalah contoh-contoh pendidikan kecakapan iman/spiritual yang merupakan payung bagi pendidikan kecakapan hidup lainnya. Bekerja keras semangat yang membaja, pintar bergaul, rajin, memeliki keinginan untuk maju dan upaya-upaya secara konsisten untuk mencapai keinginan untuk maju adalah contoh kecakapan emosional yang sangat signifikan kontribusinya terhadap kesuksesan hidup sesorang.
14
f. Kecakapan mengelolah kesehantan badan Warga belajar sudah selayaknya diberi bekal dasar tentang pengelolaan kesehatan badan agar yang bersangkutan memeliki kesehatan badan yang prima, bebas skit dan memeliki ketahanan badan yang kuat. Berolahraga secara teratur, makanan yang bergizi dan bervitamin, menjaga kebersihan dan beristirahat yang cukup merupakan pendidikan kecakapan mengelolah kesehatan badan yang harus diterapkan oleh warga belajar. Terkait dengan masalah penelitian ini, kecakapan ini sangat relevan dengan pengembangan keterampilan tata rias kecantikan rambut. Keterampilan ini bukan hanya sekedar kebutuhan ekonomi, melainkan didalamnya merupakan wujud kepeduliaan terhadap kesehatan jasmaniah terutama rambut, yang sampai saat ini dipahami bahwa rambut merupakan mahkota bagi manusia. g. Kecakapan merumuskan keinginan dan upaya-upaya untuk mencapainya Dua hal yang karakteristik sifatnya dalam kehidupan manusia adalah: (1). Adanya keinginan baru dan (2). Upaya yang diperlukan untuk mencapai keinginan baru tersebut. Kecakapan merususkan dua hal yang karakteristik ini merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Tujuan hidup yang realistis dan tujuan yang dirumuskan cukup realistis, jarang pula upaya-upaya yang ditempuh kurang sesuai. Kecakapan seperti ini perlu diajarkan kepada warga belajar agar yang bersangkutan mampu menjalankan kehidupan yang realistis. Perumusan tujuan study tour dan upaya-upaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan study tour adalah contoh pendidikan kecakapan merumuskan kegiatan dan upaya-upaya untuk mencapainya. h. Kecakapan berkeluarga dan sosial Warga belajar hidup dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam keluarga warga belajar tersebut berinteraksi dengan ayah, ibu dan saudara-saudaranya. Warga belajar harus memahami, menghayati dan menerapkan nilai-nilai kasih sayang, kesopanan,
15
toleransi, kedamaian, keadilan, respek, kecintaan, solidaritas dan tatakrama sebagai anak dan orang tuanya maupun sebagai saudara kepada saudara-saudara yang lain. Dalam pendidikan warga belajar harus memahami, menghayati dan menerapkan nilai-nilai sosial sebagai berikut: Menjunjung tinggi hak asasi manusai, peduli terhadap barang-barang milik publik, kerja sama, tanggung jawab dan akuntabilitas sosial, keterbukaan dan apresiasi terhadap keragaman. Warga belajar harus mampu berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal. Kelancaran komunikasi, selain memperbanyak kawan, juga untuk memupuk kesehatan mental. Karena warga belajar hidup didalam masyarakat yang menjunjung tinggi nilai kebersamaan, maka dia harus memeliki kemampuan untuk memimpin dan dipimpin. 2. Kecakapan Instrumental a. Kecakapan memanfatkan teknologi dalam kehidupan Teknologi telah merambah kesegala kehidupan dan merupakan alat penggerak utama bagi kehidupan. Bahkan keunggulan teknologi merupakan salah satu faktor daya saing yang ampuh. Salah satu faktor membuat nagara menjadi berkembang, tertinggal dan negara maju adalah ketertinggalan teknologi. Generasi muda agar diberi bekal agar mengapresiasi pentingnya teknologi bagi kehidupan dan mempersiapkannya untuk mempelajari dan mengemnagkan teknologi yang ada. Mereka harus dididik bagaimana bekerja dengan jenis-jenis teknologi dan disiapkan agar mereka memeliki kemampuan memanfatkan teknologi dalam berbagai kehidupan (Pertanian, perikanan, peternakan, kerajinan tangan, kerumahtanggan, kesahatan, komunikasi, industri manufaktur, perdagangan, kesenian, pertunjukan, olahraga, konstruksi, transportasi dan perbankan) warga belajar perlu dibekali cara-cara memilih teknologi, menggunakannya untuk tugas-tugas tertentu dan cara memeliharanya. Demikianlah halnya dengan tata rias kecantikan rambut, diperlukaan pemahaman dan penguasaan lebih baik terhadap jenis-jenis hasil teknologi yang digunakan. Baik menyangkut
16
efesiensi, efektifitas, dampak positif, dampak negatif dan berbagai kadar penggunaanya dalam menata rambut dengan baik. b. Kecakapan mengelolah sumber daya Warga belajar perlu diberi bekal tentang, arti, tujuan dan cara-cara mengidentifikasi, mengorganisasi dan mengalokasikan sumber daya. Lebih spesifiknya, warga belajar perlu dilatih: (1). Mengelola sumber daya alam; (2). Mengelola waktu; (3). Mengelola uang dengan melatih mereka membuat rencana teknis dan anggaran penggunaannya dan membuat penyesuaian-penyesuaian untuk mencapai tujuan; (4). Mengelola sumber daya ruang; (5). Mengelola sumberdaya sosial budaya; (6). Mengelola peralatan dan perlengkapan dan (7). Mengelola lingkungan. c. Kecakapan bekerja sama dengan orang lain Kehidupan baik perusahan, Bank, pendidikan maupun yang lain yang akan dimasuki oleh tamatan Pendidikan Luar Sekolah kelak pada umumnya bersifat kolektif. Tamatan Pendidikan luar sekolah hanyalah merupakan dari bagian dari kehidupan tersebut. Mereka nantinya bisa bekerja sama secara harmonis dengan yang lain. Karena itu, sejak dini mereka perlu dibeka dan latihan-latihan yang dilakukan tentang cara-cara bekerja sama, menghargai hak asasi orang lain, pentingnya kebersamaan, tanggung jawab dan akuntabilitas perbuatan, keterbukaan, apresepsi keanekaragaman, kemauan baik yang kreatif, kepemimpinan, menejmen negosiasi, dan masih banyak lagi hl-hal yang perlu diajarkan. d. Kecakapan memenfaatkan informasi Saat ini dan lebih-lebih pada masa yang mendatang, informasi akan mengalir secara cepat dan deras dalam berbagai kehidupan. Tertinggal informasi akan tertinggal pula dalam kehidupannya. Jadi, informasi sudah merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang. Untuk itu, wagra belajar perlu dibekali cara-cara mendapat dan memanfaatkan aneka ragam informasi yang ada. Mereka harus mendidik cara-cara mengevaluasi informasi, mengorganisasi dan memelihara informasi, menafsirkan dan
17
mengkomunikasikan informasi dan mengunakan komputer untuk mengelolah data agar menjadi informasi. e. Kecakapan mengunakan sistem dalam kehidupan Sistem adalah kumpulan proses berstruktur hirerarkis yang teikat pada tujuan. Warga belajar perlu memehami, menghayati dan menggunakan sistem dalam kehidupannya. Mereka perlu diberikan bekal dasar tentang cara berpikir, cara mengelolah dan menganalisis cara kehidupan sistem. Mereka harus mengetahui cara-cara kerja sistem kehidupan sehari-hari misalnya, Bank, perusahan, sekolah, pertanian, peternakan dan keluarga. Bahkan dirinya sebagai sistem harus dikenali secara baik. f. Kecakapan berwirausaha Kecakapan berwirausaha adalah kecakapan memobilisasi sumber daya yang ada disekitarnya untuk mencapai tujuan organisasinya atau untuk keuntungan ekonomi. Seringkali kehidupan kewirausahaan dikaitkan dengan income generating ativities (IGA). Memang kewirausahaan terkait dengan income generating ativities, tetapi kewirausahaan tidak sama dengan income generating ativities. Jika income generating ativities memeliki ciri-ciri mencari keuntungan ekonomi, kewirausahaan tidak selalu. Kewirausahaan memeliki ciri-ciri: (1). Bersikap dan berpikir mandiri; (2). Memeliki sikap berani menanggung resiko; (3). Tidak suka mencari kambing hitam; (4). Selalu berusaha menciptakan dan meningkatkan nilai sumber daya; (5). Terbuka terhadap umpan balik; (6). Selalu ingin perubahan lebih baik; (7). Tidak pernah merasa puas dan terus-menerus membuat inovasi dan improvisasi demi perbaikan selanjutnya dan (8). Memeliki tanggung jawab moral yang baik. g. Kecakapan kejujuran, termasuk olahraga dan seni (citra rasa) Tidak semua warga belajar menyukai keterampilan berpikir, sebagian dari mereka menyukai keterampilan-keterampilan kejujuran seperti, pertanian, peternakan, kerajinan, bisnis, boga, busana, industri, olahraga dan kesenian (seni kriya, seni musik, seni tari, seni lukis, seni suara dan seni pertunjukan). Juga tidak semua warga tidak melanjutkan
18
kependidikan lebih tinggi dan karenanya diberi bekal keterampilan kejujuaran agar mereka memeliki kemampuan untuk mencari nafkah. Lebih-lebih warga belajar yang berasal dari kalangan magrinal secara ekonomi sosial maka dipasikan bahwa mereka tidak akan melanjutkan kependidikan yan lebih tinggi dan mereka akan terjun dalam kehidupan. Untuk itu jelas mereka memerlukan keterampilan kejujuran yang secara praktis untuk digunakan mencari nafkah. h. Kecakapan memilih, menyiapkan dan mengembangkan karir Setiap tamatan Pendidikan Luas Sekolah kelak berharap memeliki karir yang sesuai dengan potensi dirinya dan sesuai dengan peluang yang ada. Selain itu, karir yang dimeliki diharapkan dapat memberikan perhagaan yang layak. Untuk sampai pada harapan tersebut, warga belajar perlu dengan potensi dirinya, jenis-jenis karir yang ada dalam kehidupan, persyaratan untuk memesuki jenis karir tersebut disiapkan agar kelak setelah lulus dar pendidikan luar sekolah mampu memilih, menyiapkan dan mengembangkan karir yang sesuai dengan potensi dirinya. Jangan sampai tamatan pendidikan luar sekolah tidak mengenal potensi dirinya sendiri dan jenis karir yang ada. i.Kecakapan menjaga harmoni dengan lingkungan Warga belajar hidup dalam lingkungan nyata dan lingkungan maya sekaligus. Lingkungan nyata berupa fisik yang dirasakan oleh panca indera, seperti tanah, air, udara dan lain-lain. Terhadap lingkungan fisik, warga belajar harus mampu menjaga kesehatan dirinya dan keharmonisan dalam alam sekitarnya. Lingkungan maya adalah susunan sosial yang dapat ditangkap oleh otak dan dirasakan oleh hati. Terhadap lingkungan maya warga belajar harus mampu menjaga keharmonisan dengan masyarakat disekitarnya. j. Kecakapan menyatukan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila
19
Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari keanekaragaman bhinekaan dalam suku,agama, ras dan asal-usul tetapi harus menjadi satu (Bhineka Tunggal Ika). Untuk mencapai bhineka tunggal ika diperlukan upaya-upaya nyata, salah satunya melalui pendidikan luar sekolah. Warga belajar perlu diberi bekal kemampuan mengintegrasikan kebhinekaan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menjaga kesatuan bangsa, demokrasi, keadilan sosial, kecintaan terhadap negara, kepahlawan dan apsesiasi terhadap pahlawan, apresiasai terhadap peninggalan budaya, kebebasan dan tanggung jawab, kesadara sebagai warga negara adalah contoh-contoh kecakapan hidup untuk menyatukan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Selain itu juga kecakapan hidup dapat dikategorikan menurut kualitas dibagi atas 4 bagian adalah sebagai berikut; (1). Kecakapan fisik dapat diukur dari derajat keterampilan; (2). Kecakapan akal dapat diukur dari kecakapan variasi daya pikir (dedukatif, indukatif, ilmiah, nalar, rasional, kritis, kreatif, laterar, discorvey, eksploratory dan sistem); (3). Kecakapan kalbu dapat diukur dari daya rasanya dan daya emosinya (rasa kasih sayang, kesopanan, toleransi, kejujuran, disiplin diri, komitmen dan integritas dan (4). Kecakapan spiritual ditunjukan oleh derajat keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Depdiknas (2002: 19) Warga belajar harus diberi bekal kecakapan hidup yang terdiri dari lima kompetensi (Kemampuan mengelolah sumber daya, kemampuan inter personal, kemampuan mencari dan mengunakan informasi, kemampuan mengunakan sistem dan kemampuan mengunakan teknologi dalam kehidupan). Dan tiga bagian elementer (kecakapan elementer dalam baca, tulis, hitung, bicara, mendengar, kecakapan berpikir dan kualitas personal). Meningat perubahan kehidupan berlangsung secara terus-menerus maka, diperlukan kecakapan-kecakapan yang mutakhir, adaptif dan antisipatif. Oleh karena itu prinsip belajar sekali dan tidak perlu lagi belajar, tidak relevan lagi. Pendidikan luar sekolah, selain harus
20
belajar sesuatu yang baru (laerning), harus melupakan pengalaman belajar yang lalu yang tidak relevan dengan kehidupan saat ini (unlearning) dan selalu belajar kembali (relearning). 2.2. Tinjauan Keterampilan Tata Rias Kecantikan Rambut 2.2.1. Hakikat Tata Rias Kecantikan Rambut Rambut adalah bagian tubuh yang baling banyak mengandung minyak. Karena itu kotoran, debu dan asap mudah melekat, dengan demikian maka pencucian rambut merupakan keharusan. Pencucian rambut dengan shampo dipandang cukup apabila dilakukan dua kali dalam seminggu. Depkes (2009: 12). Rambut yang sehat yaitu tidak mudah rontok dan patah, tidak terlalu berminyak dan tidak terlalu kering, serta tidak berketombe dan berkutu. Tujuan bagi klien yang membutuhkan perawatan rambut dan kulit kepala meliputi sebagai berikut. 1). Pola kebersihan dari klien normal. 2). Klien akan memilih rambut dan kulit kepala yang bersih dan sehat. 3). Klien akan mencapai rasa nyaman dan harga diri. 4). Klien dapat mandiri dalam kebersihan diri sendiri. 5). Klien akan berpartisipasi dalam praktek perawatan rambut. (Depkes, 2009: 20) Tata rias kecantikan rambut adalah suatu program yang mencetak sumber daya manusia yang handal dalam bidang tata rias rambut. Populasi masyarakat yang meningkat menyebabkan lebih banyak peluang pekerjaan bagi lulusan kursus dan pelatihan tata rias kecantikan rambut, untuk melayani kebutuhan akan tenaga penata rambut. Tujuan yang sangat penting dalam program ini adalah untuk memperoleh keahlian, baik secara teori maupun secara praktek dalam aspek-aspek desain tata rias kecantikan rambut. (Depkes, 2009: 27).
21
Program kursus dan pelatihan tata rias kecantikan rambut adalah program belajar jangkah pendek yang sangat efisien dan sangat efektif, karena dengan waktu belajar relatif singkat warga belajar dapat bengan cepat menguasai kecakapan hidup dibidang tata rias kecantikan rambut. Untuk mendapatkan sertifikat sebagai penata rambut yang handal, warga belajar harus menyelesaikan 3 kelas yang harus ditentukan yaitu tingkat dasar, tingkat terampil dan tingkat mahir dengan materi yang berbeda-beda terutama pada materi ketermpilannya sesuai dengan kurukulim yang berlaku. Kurikulum kursus kini sudah memakai kurikulum berbasis kompetensi, dimana untuk setiap unit kompetansi, telah disusun kompetensi dasar dan indikatornya yang mengandung aspek pengetahuan, keterampilan dengan sikap yang harus dimeliki oleh warga belajar kursus kecantikan tata rias rambut. Sungguh suatu kompetensi yang lengkap bagi warga belajar dalam menjawab tantangan jaman yang kian maju, dimana tidak hanya keterampilan yang diminta, tetapi juga ilmu pengetahuan dan sikap prilakunya dalam menghadapai persaingan didunia industri dan dunia usaha. Khususnya tata risa kecantikan rambut. (Depdiknas, 2009: 7). 2.2.2. Tujuan Tata Rias Kecantikan Rambut Tata rias kecantikan rambut sebagai salah satu program keahlian dan sebagai program kursus, dirancang untuk memenuhi tujuan tertentu. Dengan tujuan ini, warga belajar memastikankeahlian yang ditekuninya dapat berimplikasi positif terhadap peningkatan kesejahteraan. Dalam buku pedoman yang diterbitkan oleh Depdiknas (2009: 4) dijelaskan bahwa tata rias kecantikan rambut memeliki dua tujuan yaitu.
22
a.Tujuan Umum Untuk dapat memproduksi sumber daya manusia yang mengerti prinsip-prinsip dasar dari tata rias kecantikan rambut dan mengaplikasikan secara praktis untuk para konsumen dalam rangka memenuhi kebutuhan industri/salon. b. Tujuan Khusus Pada akhir program kursus dan pelatihan tata rias kecantikan rambut, warga belajar diharapkan untuk dapat : 1. Mendemonstrasikan pengetahuannya sehubungan dengan tata cara merawat dan menata rambut, pencucian, pemangkasan, pengeringan atau penelusuran, perawatan atau pemucatan, perawatan rambut, pratata, penata rambut pendek atau panjang, penata sanggul Hairprece atau ceramas dan penata sanggul daerah. 2. Mengenal dengan baik komestika yang digunakan untuk tata rias kecantikan rambut sesuai dengan konsisi rambut 3. Mendemonstrasikan kemampuan melayani pelanggan dengan baik dan memenuhi kebutuhan dan permintaan konsumen tentang perawatan dan penataan rambut. 4. Mengatur keamanan dan kesehatan serta kesalamtan kerja di salon. 2.2.3. Ruang Lingkup Tata Rias Kecantikan Rambut Kursus tata rias kecantikan rambut diselengarakan untuk memberikan pemahaman, pengetahuan, kemampuan dan nilai-nilai keahlian, yang nantinya menjadi konsep pengembangan keterampilan warga belajar. Ruang lingkup ini mencakup hal-hal yang harus menjadi perhatian dan pedoman nemjadi penata rambut yang baik dimasyarakat, terutama menjadi seorang penata rambut yang profesional. Depdiknas (2009: 7) menyebutkan bahwa kursus tata rias kecantikan rambut menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan dalam lingkup pekerjaan tata rias kecantikan rambut tang dirinci dalam cakupan sebagai berikut: a. Pemahaman tentang pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip dan elemen-elemen kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang penata rambut. b. Kemampuan-kemampuan dalam lingkup pekerjaan yang berkaitan dengan tata rias kecantikan rambut. c. Nilai-nilai, sikap dan etika kerja serta kemampuan berkomunikasi guna mencapai pekerja penata rambut.
23
2.3. Pengembangan Keterampilan Tata Rias Kecantikan Rambut Telah diuraikan panjang lebar sebelumnya tentang hakikat pengembangan keterampilan atau kecakapan hidup. Salah satu hal yang menjadi pengkajian adalah pengembangan keterampilan tata rias kecantikan rambut sebagai keterampilan vokasional. Menurut Kusumadewi, dkk (1993: 13) bahwa, Tugas dan wewenang penata rambut agak berbeda dengan rekan seprofesinya. Selain memberikan penata yang baik, penata rambut juga berkewajiban ikut menjaga dan merawat kesahatan para pelanggangnya. Itulah sebabnya pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi kulit dan rambut sangat diperlukan, juga berbagai penyakit dan kelainan pada rambut perlu dipahami. Sehingga seorang penata rambut dalam berbagai tingkat kemampuan menjadi konsultan dalam menghadapi keluhan pelanggang. Hal ini juga dijelaskan oleh Polapa, dkk (2007: 10) bahwa, kegiatan tata rias kecantiakan rambut merupakan salah satu bidang pelayanan jasa yang membutuhkan keterampilan khusus bagi konsumen maupun pelanggan. Hal ini disebabkan bahwa apa yang dalam pelayanan ini berkenaan dengan segala aspek keberadaan manusia. Hal ini mengingat pula bahwa rambut merupakan mahakota yang harus dijaga, dirawat dan dipelihara. Rambut yang bersentuhan dengan perasaan manusia, sehingga setiap pelayanan yang dilakukan perlu keterampilan yang memadai guna memuaskan konsumen. Berdasarkan kedua penjelasan tersebut, sepertinya pengembangan keterampilan penata rambut tidak serta merta dapat terwujud, namun memerlukan keahlian tertentu. Terdapat tiga klasifikasi tingkat keterampilan yang mungkin berkenaan dengan masalah penata rambut. Pertama, pengembangan keterampilan penata rambut pada tingkat dasar dimulai pada orientasi awal mulai terhadap berbagai peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan selama menata rambut. Instruktur dengan bertahap mulai mengenal nama, jenis, bentuk dan fungsi peralatan yang digunakan. Setelah itu diberikan berbagai orientasi anatomi
24
dan fisologis rambut yang mungkin saja dikemukan atau sering ditemukan. Kemudian dilanjutkan dengan pembekalan mengenai model-model rambut yang sesuai dengan bentuk kepala. Kedua, Pengembangan keterampilan penata rambut tingkat terampil lebih diarahkan pada pengembangan pemahaman dan pengetahuan yang telah diperoleh pada tingkat dasar. Penata rambut diperlukan keterampilan dan mengunakan peralatan secara cepat dan tepat, mengunakan bahan-bahan secara proposional, serta memodifikasi tata rambut dengan baik. Ketiga, Pengembangan keterampilan tingkat mahir lebih dikhususkan kepada kemampuan dalam memodifikasi rambut sesuai tuntunan dan kebutuhan dunia fashion atau kebutuhan lainnya yang memerlukan keahlian secara mendetail. Pada tingkatan ini, seorang penata rambut lebih bebas berekspresi dalam menentukan model atau bentuk tata rias rambut yang diinginkan atau sesuai keinginan dari pelangan. (Polapa, 2007: 12) Untuk itu dalam hal untuk mengembangkan keterampilan penata rambut, yang diperlukan pegetahuan dan pemahaman, tanpa pengetahuan dan pemahaman maka akan terjadi kesalahan-kesalahan yang akan menyebabkan pelangan. Selain itu juga sebagai seorang penata rambut harus dibekali keterampilan untuk mengunakan alat-alat secara baik. Dan apabila penata rambut yang sudah pada tingkat atas maka dapat memodifikasi rambutrambut pelanggan, pada tingkat ini harus dimeliki kemampuan dan kepercayaan diri yang tinggi sehingga menghasilkan modifikasi rambut yang memuaskan pelanggan, yaitu model dan rambut yang diinginkan oleh pelanggan.