Simulasi Teknik Modifikasi Cuaca Hujan Buatan Dengan Menggunakan Adobe Flash (Deni Ahmad Jakaria – Cucu Tohir)
SIMULASI TEKNIK MODIFIKASI CUACA HUJAN BUATAN DENGAN MENGGUNAKAN ADOBE FLASH Deni Ahmad Jakaria1, Cucu Tohir2
1) Prodi Informatika STMIK DCI Jl. Komalasari II No. 28 Kota Tasikmalaya Email :
[email protected] 2) STMIK DCI Mangkubumi Kota Taikmalaya Email :
[email protected]
ABSTRAK Hujan buatan adalah usaha manusia untuk meningkatkan curah hujan yang turun secara alami dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam awan. Proses fisika yang dapat diubah meliputi proses tumbukan dan penggabungan (collision dan coalescense), proses pembentukan es (ice nucleation). Jadi jelas bahwa hujan buatan sebenarnya tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Untuk menerapkan usaha hujan buatan diperlukan tersedianya awan yang mempunyai kandungan air yang cukup, sehingga dapat terjadi hujan yang sampai ke tanah. Bahan yang dipakai dalam hujan buatan dinamakan bahan semai. Hujan buatan dibuat dengan cara menyemai awan dengan menggunakan bahan yang bersifat higroskopik (menyerap air) sehingga proses pertumbuhan butir-butir hujan di dalam awan akan meningkat dan selanjutnya akan mempercepat terjadinya hujan. Awan yang digunakan untuk membuat hujan buatan adalah jenis awan Cumulus (Cu) yang bentuknya seperti bunga kol. Setelah lokasi awan diketahui, pesawat terbang yang membawa bubuk khusus untuk menurunkan hujan diterbangkan menuju awan. Hujan buatan biasanya dibuat untuk membantu daerah yang sedang mengalami kekeringan, atau bisa juga dibuat untuk untuk pengisian waduk, danau, untuk keperluan air bersih, irigasi, pembangkit listrik (PLTA), juga antisipasi kebakaran hutan atau lahan dan kabut asap. Karena hujan buatan ini adalah modifikasi cuaca, maka hujan buatan bisa terjadi kapan saja tanpa harus menunggu langit mendung. Kata Kunci : Hujan Buatan, Model, Simulasi I.
Pendahuluan Curah hujan ialah jumlah air yang jatuh pada permukaan tanah selama periode tertentu bila tidak terjadi penghilangan oleh proses evaporasi, pengaliran dan peresapan, yang diukur dalam satuan tinggi. Tinggi air hujan 1mm berarti air hujan pada bidang seluas 1mm2 berisi 1 liter. Unsur-unsur hujan yang harus diperhatikan dalam mempelajari curah hujan ialah : jumlah curah hujan, dan
intensitas atau kekuatan tetesan hujan (Prof. Dr. Ir. Arifin, MS ). Air yang diatas permukaan tanah yang datar dianggap sama tinggi. Volume luas hujan pada luas permukaan tertentu dengan mudah dapat dihitung bila tingginya dapat diketahui. Maka langkah penting dalam pengukuran hujan ditujukan kearah pengukuran tinggi yang representatif dari hujan yang jatuh selama jangka waktu tertentu. WMO menganjurkan penggunaan 51
Simulasi Teknik Modifikasi Cuaca Hujan Buatan Dengan Menggunakan Adobe Flash (Tati Sumiati) Buatan Dengan Menggunakan Adobe Flash”.
satuan milimeter sampai ketelitian 0,2 mm. Dalam bidang klimatologi pertanian dilakukan pencatatan hujan harian(jumlah curah hujan) setiap periode 24 jam dan jumlah hari hujan. Berdasarkan pengertian klimatologi, satu hari hujan ialah periode selama 24 jam terkumpul curah hujan setinggi 0,5 mm atau lebih. Apabila kurang dari ketentuan tersebut, maka hari hujan dianggap nol meskipun curah hujan tetap diperhitungkan(prof. Dr.Ir. Syamsul Bahri, MS). Teknologi modifikasi cuaca menjadi bagian dari pengelolaan sumber daya air. Mendambakan turunnya hujan pada musim kering seperti sekarang, sering menjadi sebuah penantian panjang. Padahal, sumber-sumber air telah mengering dan kebutuhan air untuk beragam kebutuhan kian mendesak. Termasuk, misalnya, untuk pembangkit listrik. Untuk mempercepat turunnya hujan pada musim kering yang berkepanjangan, tak ada jalan lain selain melakukan campur tangan terhadap alam yaitu dengan mempercepat terjadinya hujan yang sudah secara luas dikenal sebagai hujan buatan. Oleh karena itu penulis mengusulkan untuk membuat “Simulasi Teknik Modifikasi Cuaca Hujan No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
II. 2.1
LANDASAN TEORI Pengertian Simulasi Simulasi dapat diartikan sebagai meniru suatu sistem nyata yang kompleks yang penuh dengan sifat probabilistik, tanpa harus mengalami keadaan yang sesungguhnya . Hal ini dapat dilakukan dengan membuat sebuah miniature yang representative dan valid denagn tujuan sampling dan survey statistik pada sistem nyata dapat dilakukan pada tiruan ini. Proses simulasi juga berhubungan dengan penyusunan tiruan sistem denagn menggunakan interaksi antar bilangan ramdom yang menuruti distribusi dari pola data tertentu. 2.2 Jenis-Jenis Simulasi Berdasarkan perangkat keras yang digunakan, maka ada 3 (tiga) jenis simulasi yaitu: 1. Simulasi Analog 2. Simulasi Digital 3. Simulasi Hybrid Di bawah ini adalah tabel perbedaan antara simulasi analog dan simulasi digital :
Simulasi Analog Menggunakan komputer analog Membentuk /menyusun analogi persoalan Menyajikan variabel fisis dengan pengukuran Operasi besar dilakukan oleh piranti khusus (satu tugas) yang jumlahnya relatif sedikit Biaya relatif rendah dan mudah Unsur-unsur terpisah untuk setiap operasi
52
Simulasi Digital Menggunakan Komputer digital Menguraikan persoalan menjadi hitungan Menyajikan angka-angka dengan pola diskret terkode Operasi dilakukan oleh piranti hitungan yang jumlahnya relatif banyak dan dapat saling tukar tugas Biaya relatif tinggi dan program sulit Unsur-unsur identik bekerja beruntun (operasi seri)
Simulasi Teknik Modifikasi Cuaca Hujan Buatan Dengan Menggunakan Adobe Flash (Tati Sumiati) 7.
Ketelitian hingga sekitar 1 dalam 104 tapi persoalan delay komputasi kecil
8.
Simpanan data yang tersebar pada berbagai piranti yang tidak dapat dipertukarkan
9.
Sebagai model atau pencerminan sistem yang sebenarnya, operasi biasanya dijalani dalam waktu nyata sistem fasis
10.
Mewakili/menggantikan besaranbesaran matematis atau fasis
11.
Sangat sesuai/cocok untuk mewakili besaran-beasaran terukur dan meniirukan respons sistem-sistem fisis dengan analogi maematis
2.3
Ketelitian besar hingga 1 dalam 1012 tetapi mempunyai persoalan”finite word length” dan delay komputasi Simpanan data terpusatkan di tempat tertentu dan dapat dipertukarkan serta tak terbatasi waktu Menghimpun data hitungan yang tak ada hubungannya dengan sistem yang diawakili, waktu proses biasanya tidak bersangkutan dengan waktu nyata Dapat mewakili angka-angka, maupun huruf-huruf atau simbolsimbol lain Sangat sesuai untuk menangani proses-proses acak diskret, data statistik dan masalah numeric dalam bidang ilmiah dan bisnis
Pengertian Hujan uap air lebih rendah daripada titik Hujan merupakan unsur fisik lingkungan embun uap air. yang paling beragam baik menurut waktu 2. Kemudian Uap-uap air ini akan maupun tempat dan hujan juga merupakan membentuk awan. Lalu, angin factor penentu serta factor pembatas bagi (yang terjadi karena perbedaan kegiatan pertanian secara umum. Oleh karena tekanan udara) akan membawa itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia butir-butir air ini. Tenggara umumnya) seluruhnya di kembangkan 3. Butir-butir air ini akan dengan menggunakan curah hujan sebagai menggabungkan diri (proses ini kriteria utama (Lakitan, 2002) disebut koalensi) dan akan semakin Proses terjadinya hujan : membesar akibat turbelensi udara, Berikut ini adalah proses atau tahapan-tahapan butir-butir air ini akan tertarik oleh terjadinya hujan, penjelasannya di bawah ini : gaya gravitasi bumi sehingga jatuh Sinar matahari menyinari bumi, energi ke permukaan bumi. dari sinar matahari ini mengakibatkan terjadinya 4. Dan ketika jatuh ke permukaan bumi, evaporasi (penguapan) di lautan, samudra, butir-butir air ini akan melewati danau, sungai dan sumber air lainnya sehingga lapisan yang lebih hangat di dihasilkan uap-uap air. bawahnya. Sehingga butir-butir air 1. Uap-uap air ini akan naik pada sebagian kecil menguap lagi ke atas ketinggian tertentu dan akan dan sebagian lainnya jatuh ke mengalami peristiwa yang disebut permukaan bumi sebagai hujan. kondensasi. Peristiwa kondensasi Inilah yang dinamakan dengan ini diakibatkan oleh suhu sekitar hujan. 53
Simulasi Teknik Modifikasi Cuaca Hujan Buatan Dengan Menggunakan Adobe Flash (Tati Sumiati) 2.4 Terminologi Teknik Modifikasi Cuaca Istilah yang lebih tepat untuk mendefinisikan aktivitas hujan buatan adalah Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), karena pada dasarnya hujan buatan merupakan aplikasi dari suatu teknologi. TMC merupakan usaha manusia untuk meningkatkan curah hujan yang turun secara alami dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam awan. Proses fisika yang diubah (diberi perlakuan) di dalam awan dapat berupa proses tumbukan dan penggabungan (collision and coalescense) atau proses pembentukan es (ice nucleation). Saat ini TMC menjadi salah satu solusi teknis yang dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi bencana yang ditimbulkan oleh karena adanya penyimpangan iklim/cuaca. TMC bukanlah hal baru di dunia, karena teknologi ini sudah dipakai oleh lebih dari 60 negara untuk berbagai kepentingan
fenomena terbentuknya kristal es dalam lemari pendingin, saat schaever secara tidak sengaja melihat hujan yang berasal dari nafasnya waktu membuka lemari es. Kemudian pada tahun 1947, Bernard Vonnegut mendapatkan terjadinya deposit es pada kristal perak iodida (Agl) yang bertindak sebagai inti es. Vonnegut tanpa disengaja suatu hari melihat titik air di udara ketika sebuah pesawat tebang dalam rangka reklame Pepsi Cola, membuat tulisan asap nama minuman itu. Kedua penemuan penting ini adalah merupakan tonggak dimulainya perkembangan modifikasi cuaca di dunia untuk selanjutnya. 2.6
Proses Hujan Buatan Sifat awan yang menyebabkan hujan oleh manusia digunakan untuk membuat hujan buatan. Dalam mempercepat hujan, orang memberi zat higroskopis sebagai inti kondensasi (perak dioksida, kristal es, es kering atau CO2 padat). Zat-zat tersebut ditaburkan ke udara dengan menggunakan pesawat terbang. Pembuatan hujan buatan disebut sebagai suatu proses pemodifikasian awan dengan menggunakan bahan-bahan kimia, terutama NaCl (garam dapur). Usaha ini dilakukan dengan menyebarkan zat kimia atau garam halus ke udara dengan bantuan pesawat terbang. Untuk tahap ini hujan yang diharapkan belum tentu akan turun, karena dilakukan proses lanjutan dengan menyebarkan butirbutiran besar di awan. Butiran tersebut akan bertumbukan dan bergantung dengan butir-butir atmosphere ini akan menjadi berat dan akan meninggalkan awan jatuh sebagai hujan.
2.4
Terminologi Hujan Buatan Hujan buatan adalah hujan yang sengaja dibuat oleh manusia. Sebenarnya istilah hujan buatan tidak dapat diartikan secara harfiah sebagai pekerjaan membuat atau menciptakan hujan, karena teknologi ini hanya berupaya untuk meningkatkan dan mempercepat jatuhnya hujan, yakni dengan cara melakukan penyemaian awan (cloud seeding) menggunakan bahan-bahan yang bersifat higroskopik (menyerap air) sehingga proses pertumbuhan butir-butir hujan dalam awan akan meningkat dan selanjutnya akan mempercepat terjadinya hujan. 2.5
Sejarah Modifikasi Cuaca Dunia Sejarah modifikasi cuaca di dunia diawali pada tahun 1946 ketika Vincent Schaefer dan Irving Langmuir mendapatkan 54
Simulasi Teknik Modifikasi Cuaca Hujan Buatan Dengan Menggunakan Adobe Flash (Tati Sumiati) 2.7
Proses Pembentukan Awan Udara di sekeliling kita banyak mengandung uap air. Tidak terhitung banyaknya gelembung udara yang terbentuk oleh busa laut secara terusmenerus dan menyebabkan partikelpartikel air terangkat ke langit. Partikelpartikel yang disebut dengan aerosol inilah yang berfungsi sebagai perangkap air dan selanjutnya akan membentuk titik-titik air. Selanjutnya aerosol ini naik ke atmosfer, dan bila sejumlah besar udara terangkat ke lapisan yang lebih tinggi, maka ia akan mengalami pendinginan dan selanjutnya mengembun. Kumpulan titik-titik air hasil dari uap air dalam udara yang mengembun inilah yang terlihat sebagai awan. Makin banyak udara yang mengembun, makin besar awan yang terbentuk. Awan yang dijadikan sasaran dalam kegiatan hujan buatan adalah jenis awan Cumulus (Cu) yang aktif, dicirikan dengan bentuknya yang seperti bunga kol. Awan Cumulus terjadi karena proses konveksi. Secara lebih rinci awan Cumulus terbagi dalam 3 jenis, yaitu: Strato Cumulus (Sc) yaitu awan Cumulus yang baru tumbuh; Cumulus, dan Cumulonimbus (Cb) yaitu awan Cumulus yang sangat besar dan mungkin terdiri beberapa awan Cumulus yang bergabung menjadi satu. Jenis awan Cumulus (Cu) yang bentuknya seperti bunga kol, merupakan jenis awan yang dijadikan sebagai sasaran penyemaian dalam kegiatan hujan buatan
jumlah curah hujan yang turun kepermukaan tanah per satuan luas, disebut Penakar Hujan. Satuan curah hujan yang umumnya dipakai oleh BMKG adalah millimeter (mm.). Jadi jumlah curah hujan yang diukur, sebenarnya adalah tebalnya atau tingginya permukaan air hujan yang menutupi suatu daerah luasan di permukaan bumi / tanah. Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi 1 (satu) millimeter atau tertampung air sebanyak 1 (satu ) liter atau 1000 ml. Misalnya disuatu daerah atau lokasi pengamatan curah hujannya 10 mm., itu berarti daerah luasan sekitar daerah / lokasi tergenangi oleh air hujan setinggi atau tebalnya 10 millimeter (mm.) Alat penakar hujan terbagi dalam 2 jenis yaitu : a. Penakar hujan biasa tipe Obervatorium (Obs.) atau non recording. b. Penakar hujan Otomatis / penakar hujan yang dapat mencatat sendiri (self-recording). Penakar hujan Otomatis terbagi dalam 2 type : 1. Penakar Hujan Otomatis type Hellmann yaitu penakar hujan yang menggunakan sistem pelampung ( Float ). 2. Penakar Hujan Otomatis yang menggunakan sistemTipping Bucket. III. ANALISA MASALAH 3.1 Analisis Proses Teknik Modifikasi Cuaca Menambah Curah Hujan Pada penerapan TMC untuk menambah curah hujan, diupaya kan proses hujan menjadi efektif. Upaya dilakukan dengan menambahkan partikel higroskopik dalam spektrum UGN (Ultra Giant Nuclei ) (> 5 mikron) ke dalam awan yang sedang dalam fasa berkembang atau
2.8
Alat Ukur Curah Hujan Hujan adalah peristiwa turunnya titik-titik air atau kristal-kristal es dari awan sampai ke permukaan tanah. Curah hujan (dalam satuan mm.) merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Alat untuk mengukur 55
Simulasi Teknik Modifikasi Cuaca Hujan Buatan Dengan Menggunakan Adobe Flash (Tati Sumiati) matang sehingga proses hujan dapat segera dimulai serta berkembang meluas ke seluruh awan. Penambahan partikel dengan spektrum CCN (Cloud Condencation Nucleus) tidak perlu dilakukan, karena partikel dengan spektrum ini sudah disediakan sendiri oleh alam. Dengan demikian, awan tidak perlu dibuat, karena dengan tersedianya CCN(Cloud Condencation Nucleus), awan dapat terbentuk dengan sendirinya bila kelembaban udara cukup. Pada kondisi tertentu, dengan masuknya partikel Higroskopik berukuran UGN ke dalam awan , maka proses hujan (tumbukan dan penggabungan) dapat dimulai lebih awal, durasi hujan lebih lama, dan daerah hujan pada awan semakin luas, serta frekuensi hujan di tanah semakin tinggi. Dari sinilah didapatkan tambahan curah hujan. Injeksi partikel berukuran UGN (Ultra Giant Nuclei ) ke dalam awan memberikan dua manfaat sekaligus, yang pertama adalah mengefektifkan proses tumbukan dan penggabungan sehinga menginisiasi (mempercepat) terjadinya proses hujan, dan yang kedua adalah mengembangkan proses hujan ke seluruh daerah di dalam awan.
Urea + H2O —- ion-ion – 425 K Cal (endoterm) Sifat garam-garam tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut: Sifat NaCl (garam dapur): berbentuk kristal, mudah larut dalam atmosphere (36 g/100 ml atmosphere daripada 20°C), dalam bentuk bubuk bersifat higroskopis, banyak terdapat di udara (dari atmosphere laut), campuran NaCl dengan es cair mencapai -20°C. Sedangkan CaCl2 adalah berbentuk kristal. Garam dapur yang dimaksud bukanlah garam meja, tetapi adalah garam yang mempunyai sifat higroskopis yang jauh lebih besar daripada garam meja, sehingga garam meja tak dapat digunakan. Beberapa jenis bahan higroskopik dapat digunakan, diantaranya Urea, CaCl2, dan NaCl (Sodium klorida). Bahan ini digiling halus, dengan menambahkan bahan anti gumpal "fumed silica" sebagai aditif sebanyak 0.5 - 3 % berat. Dengan campuran seperti ini, partikel tidak menggumpal sehingga ketika disebarkan, berupa beraian partikel tunggal. Penggilingan dengan teknik konvensional pada umumnya mampu menghasilkan partikel higroskopik pada spektrum UGN, dominan di daerah lebih besar dari 30 mikron. Bahan yang telah digiling halus, dikemas dalam kantung plastik kedap udara seberat 10 kgr. Sebanyak 800 - 1000 kgr bahan dimuat ke dalam pesawat yang dilengkapi dengan corong pembuangan keluar, dan terbang menuju awan kumulus yang berkembang, dengan ciri : penampilan berbentuk bunga kol, dengan dasar tidak lebih tinggi dari 5000 kaki, dan puncaknya lebih tinggi dari 11 000 kaki. Pesawat diminta memasuki awan, dan ketika berada di dalamnya, bahan dilepaskan keluar. Kegiatan ini disebut penyemaian (seed) awan.
3.2
Analisis Penaburan NaCl Garam-garaman yang telah disebarkan di udara punya sifat-sifat fisis tertentu, seperti NaCl dan CaCl2 bila bereaksi dengan atmosphere dapat mengeluarkan panas, sedangkan urea dapat menyerap panas. Karena itu waktu disebar di udara akan timbul reaksi sebagai berikut: NaCl + H2O —- ion-ion + 910 K Cal (eksoterm) CaCl2 + H2O — ion-ion + 915 K Cal (eksoterm) 56
Simulasi Teknik Modifikasi Cuaca Hujan Buatan Dengan Menggunakan Adobe Flash (Tati Sumiati) Beberapa alat ukur parameter cuaca ditempatkan di Posmet antara lain Theodolit-baloon (untuk mengukur arah dan kecepatan angin di berbagai ketinggian), Termometer (untuk mengukur temperatur), Barometer (untuk mengukur tekanan), Penakar Hujan (untuk mengukur curah hujan), dan Anemometer (untuk mengukur arah dan kecepatan angin di permukaan). Daerah sasaran penerbangan adalah lokasi yang akan dituju oleh pesawat dimana sebelumnya sudah diperoleh informasi dari Posmet mengenai keberadaan awan-awan potensial di sekitar daerah target operasi hujan buatan. Yang dijadikan daerah target dalam kegiatan hujan buatan adalah Daerah Aliran Sungai (DAS) atau catchment area dari waduk yang dijadikan sebagai sasaran. Jadi hujan tidak harus jatuh tepat di atas tubuh air dari waduk sasaran, asalkan terjadi di dalam daerah target curah hujan tersebut nantinya akan menjadi aliran (runoff) yang memberikan kontribusi terhadap penambahan volume air waduk.
artinya awan hujan telah terbentuk. Tindakan berikutnya adalah penyebaran larutan yang berkomposisi air, urea serta amonium nitrat dengan perbandingan 4 : 3 : 1 ke dalam kelompok-kelompok besar awan yang tampaknya hitam. Besarnya larutan yang disebarkan antara 50 u – 100 u dengan menggunakan peralatan mikron atmosphere yang dipasang di pesawat. Larutan ini cukup dingin yaitu sekitar 4° C, yang akan mengikat awan dan mudah meresap ke dalam awan, sehingga dapat mendorong pembentukan butir-butir atmosphere yang lebih besar karena berat butir-butir atmosphere tersebut akan turun dan menimbulkan hujan. 3.4
Analisis Proses Pembentukan Hujan Usaha ini dilakukan dengan menyebarkan zat kimia atau garam halus ke udara dengan bantuan pesawat terbang. Untuk tahap ini hujan yang diharapkan belum tentu akan turun, karena dilakukan proses lanjutan dengan menyebarkan butirbutiran besar di awan. Butiran tersebut akan bertumbukan dan bergantung dengan butir-butir atmosphere ini akan menjadi berat dan akan meninggalkan awan jatuh sebagai hujan.
3.3
Analisis Proses Yang Terjadi Di Awan Penyebaran bubuk urea dilakukan beberapa jam setelah penyebaran garamgaraman atau setelah tumbuh awan-awan kecil secara berkelompok pada beberapa beberapa tempat. Bubuk urea selain dapat membentuk awan lebih lanjut, juga bersifat endotermi (menyerap panas) yang sangat baik bila bereaksi dengan atmosphere atau uap air. Penyebaran bubuk urea di siang hari dapat mendinginkan lingkungan sekitarnya sehingga kelompok-kelompok kecil awan segera bergabung menjadi kelompokkelompok besar. Kelompok awan besar biasanya segera terlihat agak kehitam-hitaman
2.5 Analisis Perhitungan Waktu Yang Tepat Sebelum menyebarkan garamgaraman faktor-faktor klimatologi di daerah itu harus diperhitungkan. Penyebaran dilakukan pada ketinggian 4000-7000 kaki, dengan perhitungan faktor arah angin dan kecepatannya yang akan membawa awan ke daerah sasaran. Penyebaran NaCl dan CaCl2 hendaknya dilakukan pada pagi hari sekitar 07.30, dengan perhitungan karena pembentukan awan berlangsung pada pagi hari (dengan memperhatikan terjadinya penguapan). 57
Simulasi Teknik Modifikasi Cuaca Hujan Buatan Dengan Menggunakan Adobe Flash (Tati Sumiati) Penyebaran bubuk urea biasanya dilakukan sekitar pukul 12.00, dengan perhitungan awan dalam kelompokkelompok kecil telah terbentuk, sehingga memungkinkan penggabungan awan dalam kelompok besar. Kelompok awan besar yang dimaksud yang dasarnya tampak kehitam-hitaman. Saat awan besar dengan dasar yang kehitam-hitaman terbentuk, sekitar pukul 15.00 dilakukan penyebaran larutan campuran yang telah dikemukakan di atas. Perhitungannya pada jam-jam tersebut awan telah terbentuk. IV. 4.1
4.2
Perhitungan lainnya yang harus diperhatikan adalah faktor cuaca yang memenuhi persyaratan, yaitu yang mengandung uap air dengan kelembapan minimal 70%. Kelembapan harus memadai sehingga waktu inti kondensasi (NaCl dan CaCl2) disebarkan akan segera terjadi kondensasi. Kecepatan angin juga di daerah itu sekitar 10 knots dan tak terdapat lapisan inversi di udara. Jadi kesimpulannya untuk mempercepat turunnya hujan buatan dengan memberi zat higroskopis sebagai inti kondensasi (garam-garaman NaCl dan CaCl2) pada waktu yang tepat.
PERANCANGAN SISTEM Diagram Konteks
DFD Level 0
Gambar 4.2 Diagram Konteks
Gambar 4.3 Data Flow Diagram Level 0
58
Simulasi Teknik Modifikasi Cuaca Hujan Buatan Dengan Menggunakan Adobe Flash (Tati Sumiati) 4.3
Rancangan Antar Muka Program 1. Tampilan awal program
Gambar 4.4 Tampilan awal program 2. Tampilan program simulasi hujan buatan
Gambar 4.5 Tampilan program simulasi hujan buatan V. 5.1.
IMPLEMENTASI PROGRAM Implementasi Tahap implementasi merupakan tahap meletakan sistem agar siap untuk di oprasikan, tahap ini bertujuan untuk mengkaji rangkaian sistem baik hardware maupun software sebagai sarana pengolahan data.
1. Spesifikasi Hardware Spesifikasi Perangkat keras (hardware) yang digunakan untuk mendukung terlaksananya program ini adalah sebagai berikut: 1. AMD Brazor Dual Core E-450 2. RAM DDR 3 2GB 3. Harddisk 500 GB 4. VGA ATI Radeon HD 6320 1GB 5. Monitor 14.0” LCD 6. Keyboard dan Mouse Standard (PS/2 – USB)
5.2. Spesifikasi Software dan Hardware yang digunakan Adapun konfigurasi software dan hardware yang digunakan dalam pengimplementasian program yang dilakukan adalah sebagai berikut : 59
Simulasi Teknik Modifikasi Cuaca Hujan Buatan Dengan Menggunakan Adobe Flash (Tati Sumiati) 2. Spesifikasi Software Perangkat lunak (software) yang digunakan dalam menyeleseikan program tersebut, yaitu: 1. Sistem Operasi : Windows 7 Ultimate 64-bit (6.1, build 7600) 2. Software Aplikasi : Adobe Flash Profesional CS4, Adobe Photoshop CS3 Adapun dalam penulisan laporan ini menggunakan software aplikasi sebagai berikut: 1. Microsoft Office Word 2013 2. Microsoft Office Visio 2013
garam dan urea dan proses penyemaian awan pada pembuatan hujan, jenis teknologi dan juga hubungannya dengan hujan. 2. Dengan model dan simulasi ini kita bisa mengetahui bagaimana terjadinya proses teknik modifikasi cuaca hujan buatan. 3. Dengan model dan simulasi ini pula kita dapat menghitung berapa kebutuhan garam dan urea, jika suatu saat nanti akan menerapkan teknologi tersebut untuk kebutuhan jika terjadi kemarau panjang.
5.3 Spesifikasi Syarat Minimum Menjalankan Program 1. Syarat Minimum Hardware Syarat minimum hardware yang harus dipenuhi untuk menjalankan aplikasi model dan simulasi ini adalah sebagai berikut: 1. Intel Atom 2. RAM 512 MB 3. Harddisk 64 GB 4. VGA 126 MB 5. Monitor 17 inchi LCD 2. Syarat Minimum Software Syarat minimum software yang harus dipenuhi untuk menjalankan aplikasi model dan simulasi ini adalah sebagai berikut : 1. Sistem Operasi Windows XP SP2 2. Aplikasi Flash Player 9
VII. DAFTAR PUSTAKA Adamy, David.2006.Introduction to electronic warfare modeling and simulation.USA: scitech publishing Aldrian. E, 2002: Spatial Patterns of ENSO Impact on Indonesia Rainfall, Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 3, no. 1,59 Jumin,Hasan Basri. 2002. Agreokologi Suatu Pendekatan Fisiologi.PTRaja Grafindo Persada, Jakarta Karim,K.1985. Diktat Kuliah Dasar-Dasar Klimatologi. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Lakitan, Benyamin. 2002, Dasar-Dasar Klimatologi Cetakan Ke-dua RajaGrafarindo Persada. Jakarta Renan Rahadian,S.si.2014.3in1 solusi cerdas IPA SMP/MTS. Jakarta Selatan : Kawah media Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. Cetakan ke-2.IPB Press. Bandung Wahyuningsih, Utami. 2004. Geografi. Pabelan. Jakarta http://m.kaskus.co.id/thread/51efba62611 243f13d000004/bagaimana-caramembuat-hujan-buatan/
VI.
KESIMPULAN Setelah melakukan analisis, merancang dan mengimplementasikan perangkat lunak “Model dan Simulasi Teknik Modifikasi Hujan Buatan” kedalam media komputer, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan adanya model dan simulasi ini kita dapat memahami akan kinerja
60