SIMULASI ALIRAN DAYA PADA PENYULANG 2 GARDU INDUK RAWALO DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 7.0 Unggul Dzackiy K1, Ir. Bambang Winardi2 1
2
Mahasiswa dan Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Email :
[email protected]
Abstrak Studi aliran daya merupakan penentuan atau perhitungan tegangan, arus, daya aktif maupun daya reaktif yang terdapat pada berbagai titik jaringan listrik pada keadaan operasi normal, baik yang sedang berjalan maupun yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Dengan studi aliran daya dapat mengetahui tegangantegangan pada setiap bus yang ada dalam sistem, baik magnitude maupun sudut fasa tegangan, daya aktif dan daya reaktif yang mengalir dalam setiap saluran yang ada dalam system, kondisi dari semua peralatan, apakah memenuhi batasbatas yang ditentukan untuk menyalurkan daya listrik yang diinginkan. Untuk menyelesaikan studi aliran daya, metode yang sering digunakan adalah metode Gauss-Seidel dan metode Newton Raphson. Metode Newton Raphson lebih cepat mencapai nilai konvergen sehingga proses iterasi yang berlangsung lebih sedikit. Pada Laporan kerja praktek ini, penulis akan membahas tentang simulasi aliran daya pada penyulang 2 Gardu induk rawalo dengan menggunaka software ETAP 7.0. Adapun metode aliran daya yang digunakan adalah metode newton-raphson. Kata kunci:Aliran daya, newton-raphson, ETAP
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi aliran daya merupakan penentuan atau perhitungan tegangan, arus, daya aktif maupun daya reaktif yang terdapat pada berbagai titik jaringan listrik pada keadaan operasi normal, baik yang sedang berjalan maupun yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Dengan studi aliran daya dapat mengetahui tegangan-tegangan pada setiap bus yang ada dalam sistem, baik magnitude maupun sudut fasa tegangan, daya aktif dan daya reaktif yang mengalir dalam setiap saluran yang ada dalam system, kondisi dari semua peralatan, apakah memenuhi batasbatas yang ditentukan untuk menyalurkan daya listrik yang diinginkan. 1.2 Tujuan Mengetahui dan bisa menjalankan software ETAP Power Station untuk menganalisa aliran daya. Mengetahui losses dan drop tegangan pada penyulang 2 Gardu Induk Rawalo. 1.3 Pembatasan Masalah Makalah ini membahas mengenai analisis aliran daya pada Gardu Induk Rawalo dengan menggunakan ETAP Power Station 7.0.
Metode aliran daya yang digunakan adalah Newton-Raphson.
II. DASAR TEORI 2.1 Sistem Jaringan Distribusi Ada tiga bagian penting dalam proses penyaluran tenaga listrik, yaitu: Pembangkitan, Penyaluran (transmisi) dan distribusi seperti pada gambar berikut :
Gambar 1 Tiga komponen utama dalam penyaluran tenaga listrik
Jaringan Pada Sistem Distribusi tegangan menengah (Primer,20KV) dapat dikelompokkan menjadi lima model, yaitu Jaringan Radial, Jaringan hantaran penghubung (Tie Line), Jaringan Lingkaran (Loop), Jaringan Spindel dan Sistem Gugus atau Kluster.
Jaringan Radial Sistem distribusi dengan pola Radial seperti gambar di bawah ini. Sistem distribusi yang paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa penyulang yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial. Gambar 4 Konfigurasi Jaringan Loop
Jaringan Spindel Sistem Spindel seperti pada gambar di bawah ini adalah suatu pola kombinasi jaringan Gambar 2 Konfigurasi Jaringan Distribusi Radial
dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya
Jaringan Hantaran Penghubung (Tie Line) Sistem distribusi Tie Line seperti pada gambar di bawah ini digunakan untuk pelanggan
diberikan dari Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu Hubung (GH).
penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah Sakit, dan lainlain).
Gambar 3 Konfigurasi Jaringan Tie Line
Gambar 5 Konfigurasi Jaringan Spindel
Sistem Gugus atau Sistem Kluster
Jaringan Lingkar (Loop) Menengah
Konfigurasi Gugus seeperti pada gambar
Struktur Lingkaran (Loop) seperti gambar di
di bawah ini banyak digunakan untuk kota besar
bawah ini dimungkinkan pemasokannya dari
yang mempunyai kerapatan beban yang tinggi.
beberapa
Dalam sistem ini terdapat Saklar Pemutus
Pada
Jaringan
gardu
Tegangan
induk,
sehingga
dengan
demikian tingkat keandalannya relatif lebih baik.
Beban, dan penyulang cadangan.
hubung singkat, stabilitas, dan pembebanan ekonomis. Beberapa hal di atas inilah yang sangat diperlukan untuk menganalisa keadaan sekarang dari sistem guna perencanaan perluasan sistem yang akan datang. Persamaan umum untuk arus yang mengalir Gambar 6 Konfigurasi Jaringan Gugus atau Sistem
menuju suatu bus adalah (Pai,1979) : I1 = Y11 V1 + Y12 V2 + Y13 V3 + β¦ + Y1nVn
Kluster
I2 = Y21 V1 + Y22 V2 + Y23 V3 + β¦ + Y2n Vn 2.2
Studi Aliran Daya listrik
Studi aliran daya merupakan penentuan atau perhitungan tegangan, arus, daya aktif maupun daya reaktif yang terdapat pada berbagai titik jaringan listrik pada keadaan operasi normal, baik yang sedang berjalan maupun yang
I3 = Y31 V1 + Y32 V2 + Y33 V3 + β¦ + Y3n Vn . . . . . . . . . . . . . . . In = Yn1 V1 + Yn2 V2 + Yn3 V3 + β¦ + Ynn Vn (1)
diharapkan akan terjadi di masa yang akan
atau dapat juga ditulis dengan persamaan
datang (Stevenson,1996). Adapun tujuan dari studi analisa aliran
πΌπ =
daya antara lain (Sulasno,1993): a.
Untuk mengetahui tegangan-tegangan pada setiap bus yang ada dalam sistem, baik magnitude maupun sudut fasa tegangan.
b.
(2)
Daya kompleks pada bus p tersebut adalah : Sp = Pp + jQp = Vp Ip*
(3)
dengan memasukkan Persamaan (2) ke
reaktif yang mengalir dalam setiap saluran
ππ + πππ = ππ
π β β π=1 πππ ππ
(4)
Apabila bagian real dan imajiner dari
Untuk mengetahui kondisi dari semua
Persamaan (4) dipisahkan maka akan diperoleh :
peralatan, apakah memenuhi batasbatas
ππ = π
π ππ
yang ditentukan untuk menyalurkan daya
ππ = πΌπ ππ
Untuk memperoleh kondisi mula pada
selanjutnya
π β β π=1 πππ ππ
(5) (6)
seperti
siku-siku maka : Ypq = Gpq + jBpq
Untuk memperoleh kondisi awal untuk studi-studi
π β β π=1 πππ ππ
apabila impedansi dinyatakan dalam bentuk
perencanaan sistem yang baru. e.
; π = 1,2,3, β¦ , π
Persamaan (3) akan menghasilkan :
listrik yang diinginkan. d.
π π=1 πππ ππ
Untuk mengetahui daya aktif dan daya
yang ada dalam sistem. c.
berikut :
:
studi
sehingga persamaan daya pada Persamaan (5) dan (6) akan menjadi:
π π=1 ππ
ππ = ππ
πΊππ cos πΏπ β πΏπ +
π΅ππsinπΏπβπΏπ π π=1 ππ
ππ = ππ
dimana superskrip spec berarti yang ditetapkan (specified) dan calc adalah yang
(7)
dihitung (calculated).
πΊππ sin πΏπ β πΏπ +
π΅ππcosπΏπβπΏπ
Proses iterasi ini akan berlangsung sampai
(8)
perubahan daya aktif (ΞPp) dan perubahan daya reaktif (ΞQp) tersebut telah mencapai nilai Metode Newton Raphson
konvergen (Ξ΅ ) yang telah ditetapkan. Pada
Pada metode Newton Raphson, slack bus diabaikan
dari
perhitungan
iterasi
untuk
umumnya nilai konvergen antara 0,01 sampai 0,0001. (Sulasno,1993).
menentukan tegangan-tegangan, karena besar dan sudut tegangan pada slack bus telah ditentukan. Sedangkan pada generator bus , daya aktif dan magnitude tegangan bernilai tetap, sehingga hanya daya reaktif yang dihitung pada setiap iterasinya. Dalam analisa aliran daya, ada dua persamaan yang harus diselesaikan pada tiap-tiap bus. Kedua persamaan itu adalah
Matrik Jacobian terdiri dari turunan parsial dari P dan Q terhadap masing-masing variabel, besar dan sudut fasa tegangan, dalam Persamaan (7) dan Persamaan (8). Besar dan sudut fasa tegangan yang diasumsikan serta daya aktif dan daya reaktif yang dihitung digunakan untuk mendapatkan elemenelemen Jacobian. Setelah itu akan diperoleh harga dari perubahan
seperti pada Persamaan (7) dan Persamaan (8). Dalam penyelesaian iterasi pada metode Newton Raphson, nilai dari daya aktif (Pp) dan
besar tegangan,
Secara umum persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut (Pai,1979): βπ βπ
dengan persamaan berikut (Pai,1979): π πππ
βππ = ππ βππ =
π πππ ππ
β ππππππ β ππ
π π=1 ππ
πΏπ+π΅ππsinπΏπβπΏπ π πππ
β ππππππ
π ππ π
β ππ
βππ = ππ
πΏπβπ΅ππcosπΏπβπΏπ π = 1,2,3, β¦ . π
π» π½
π πΎ
βπΏ
π
βπ π
(11) π
turunan parsial dari Persamaan (7) dan (8) terhadap |V | dan Ξ΄, dimana matrik tersebut
π = 1,2,3, β¦ . π βππ = ππ
π
=
Submatrik H, N, J, L menunjukkan
πΊππ cos πΏπ β (9)
, dan perubahan sudut fasa
tegangan, ΞΞ΄.
daya reaktif (Qp) yang telah dihitung harus dibandingkan dengan nilai yang ditetapkan,
βπ π
disebut matrik Jacobian. Nilai dari masingπ π=1 ππ
πΊππ sin πΏπ β (10)
masing
elemen
Jacobian
sebagai
berikut
(Pai,1979): a.
Untuk p β q
π»ππ =
πππ ππΏ π
= ππ ππ πΊππ sinβ‘πΏπ β πΏπ β
π΅ππcosπΏπβπΏπ
πππ =
πππ π ππ
= ππ ππ πΊππ cos πΏπ β πΏπ +
MENGGUNAKAN ETAP
π΅ππsinπΏπβπΏπ πππ
π½ππ =
ππΏ π
III. SIMULASI ALIRAN DAYA DENGAN
= β ππ ππ πΊππ πππ πΏπ β πΏπ +
Diagram Segaris (Single Line Diagram).
π΅πππ πππΏπβπΏπ ππ
πΏππ = π ππ = ππ ππ πΊππ sinβ‘πΏπ β πΏπ β π
π΅ππcosπΏπβπΏπ (12) b.
Untuk p = q
π»ππ = πππ = π½ππ =
πππ ππΏ π πππ π ππ πππ ππΏ π
= βππ β π΅ππ ππ = ππ + πΊππ ππ = ππ + πΊππ ππ
πππ
2
2
2
πΏππ = π π = ππ β π΅ππ ππ
2
π
(13) dengan : ππ = ππ
π π=1 ππ
πΊππ cos πΏπ β πΏπ +
π΅ππsinπΏπβπΏπ ππ = ππ
π π=1 ππ
πΊππ sin πΏπ β πΏπ +
π΅ππcosπΏπβπΏπ
Gambar 7. Single line diagram penyulang 2 GI Rawalo
Kabel yang digunakan pada penyulang 2
Line Tabel 1 line data penyulang 2 GI Rawalo
ID Line 01 Line 02 Line 03 Line 04 Line 05 Line 06 Line 07 Line 08 Line 09 Line 10 Line 11 Line 12 Line 13 Line 14 Line 15 Line 16 Line 17 Line 18 Line 19 Line 20 Line 21 Line 22 Line 23 Line 24 Line 25 Line 26 Line 27 Line 28 Line 29 Line 30 Line 31 Line 32 Line 33 Line 34 Line 35 Line 36 Line 37 Line 38 Line 39
Connected Bus ID Panjang (m) From Bus To Bus BUS 02 BUS 03 100 BUS 03 BUS 04 50 BUS 04 BUS 05 150 BUS 05 BUS 06 200 BUS 06 BUS 07 650 BUS 07 BUS 08 455 BUS 08 BUS 09 65 BUS 09 BUS 10 455 BUS 10 BUS 11 150 BUS 11 BUS 12 150 BUS 12 BUS 13 50 BUS 13 BUS 14 195 BUS 14 BUS 15 65 BUS 15 BUS 16 390 BUS 16 BUS 17 325 BUS 17 BUS 18 1040 BUS 18 BUS 19 250 BUS 19 BUS 20 2400 BUS 20 BUS 21 260 BUS 21 BUS 22 390 BUS 22 BUS 23 1040 BUS 23 BUS 24 150 BUS 24 BUS 25 700 BUS 25 BUS 26 325 BUS 26 BUS 27 455 BUS 27 BUS 28 50 BUS 28 BUS 29 150 BUS 30 BUS 29 65 BUS 28 BUS 31 50 BUS 31 BUS 32 390 BUS 32 BUS 33 325 BUS 33 BUS 34 200 BUS 34 BUS 35 50 BUS 34 BUS 36 50 BUS 36 BUS 37 450 BUS 36 BUS 38 200 BUS 38 BUS 39 65 BUS 39 BUS 40 390 BUS 40 BUS 41 250
GI Rawalo adalah kabel jenis AAAC luas penampang 240mm2 dengan impedansi sebesar R1=R2=
0,1344
ohm/km,
jX1=jX2=0,3158
ohm/km, R0= 0,2824 ohm/km, jX0= 1,6033 ohm/km.
Beban Adapun data beban sebagai berikut: Tabel 2 data beban penyulang 2 GI Rawalo Bus ID kV BUS 05 20,000 BUS 06 20,000 BUS 07 20,000 BUS 08 20,000 BUS 09 20,000 BUS 10 20,000 BUS 13 20,000 BUS 14 20,000 BUS 15 20,000 BUS 16 20,000 BUS 17 20,000 BUS 18 20,000 BUS 19 20,000 BUS 20 20,000 BUS 21 20,000 BUS 22 20,000 BUS 23 20,000 BUS 25 20,000 BUS 26 20,000 BUS 27 20,000 BUS 29 20,000 BUS 30 20,000 BUS 31 20,000 BUS 32 20,000 BUS 33 20,000 BUS 35 20,000 BUS 37 20,000 BUS 38 20,000 BUS 39 20,000 BUS 40 20,000 BUS 41 20,000
Load MW Mvar 0.4713 0.2921 0.0428 0.0266 0.0428 0.0266 0.0214 0.0133 0.0428 0.0266 0.1500 0.0929 0.0425 0.0263 0.0214 0.0133 0.0214 0.0133 0.0428 0.0266 0.0643 0.0398 0.1500 0.0929 0.0214 0.0133 0.0428 0.0266 0.0129 0.0080 0.0214 0.0133 0.0214 0.0133 0.0428 0.0266 0.0214 0.0133 0.0428 0.0266 0.0214 0.0133 0.7713 0.4780 0.0428 0.0266 0.0428 0.0266 0.0214 0.0133 0.4071 0.2523 0.0428 0.0266 0.0428 0.0266 0.0428 0.0266 0.1071 0.0664 0.0214 0.0133
Hasil Simulasi dengan Menggunaka ETAP Tabel 3 Daya yang mengalir pada bus
Bus
Generation MW Mvar 2.7773 1.8389 0 0
ID BUS 01 BUS 02
kV 150 20
BUS 03
20
BUS 04
20
BUS 05
20
0
0
BUS 06
20
0
0
BUS 07
20
0
0
BUS 08
20
0
0
BUS 09
20
0
0
BUS 10
20
0
0
BUS 11
20
0
0
BUS 12
20
0
0
BUS 13
20
0
0
BUS 14
20
0
0
BUS 15
20
0
0
BUS 16
20
0
0
0
0 0
Load MW Mvar ID 0 0 BUS 02 0 0 BUS 03 BUS 01 0 0 BUS 02 BUS 04 0 0 BUS 03 BUS 05 0.4569 0.2832 BUS 04 BUS 06 0.0415 0.0257 BUS 05 BUS 07 0.0414 0.0257 BUS 06 BUS 08 0.0207 0.0128 BUS 07 BUS 09 0.0413 0.0256 BUS 08 BUS 10 0.1444 0.0895 BUS 09 BUS 11 0 0 BUS 10 BUS 12 0 0 BUS 11 BUS 13 0.0409 0.0253 BUS 12 BUS 14 0.0206 0.0128 BUS 13 BUS 15 0.0206 0.0128 BUS 14 BUS 16 0.0411 0.0255 BUS 15
MW 2.7773 2.7747 -2.7747 -2.7744 2.7744 -2.7742 2.7742 -2.7738 2.3169 -2.3164 2.2749 -2.2736 2.2322 -2.2312 2.2106 -2.2104 2.1691 -2.1682 2.0238 -2.0236 2.0236 -2.0233 2.0233 -2.0232 1.9823 -1.9820 1.9614 -1.9613 1.9407 -1.9401
Load Flow Mvar 1.8389 1.7522 -1.7522 -1.7513 1.7513 -1.7509 1.7509 -1.7496 1.4664 -1.4652 1.4395 -1.4357 1.4100 -1.4074 1.3946 -1.3942 1.3686 -1.3662 1.2767 -1.2760 1.2760 -1.2753 1.2753 -1.2750 1.2497 -1.2488 1.2360 -1.2358 1.2230 -1.2213
Amp 12.8205 96.1541 96.1541 96.1541 96.1541 96.1541 96.1541 96.1541 80.3946 80.3946 78.9625 78.9625 77.5321 77.5321 76.8174 76.8174 75.3883 75.3883 70.3904 70.3904 70.3904 70.3904 70.3904 70.3904 68.9749 68.9749 68.2615 68.2615 67.5482 67.5482
% PF 83.3802 84.5519 84.5519 84.5613 84.5613 84.5659 84.5659 84.5800 84.4970 84.5126 84.5037 84.5536 84.5453 84.5797 84.5757 84.5806 84.5726 84.6060 84.5779 84.5882 84.5882 84.5984 84.5984 84.6019 84.5937 84.6068 84.6026 84.6070 84.6028 84.6285
BUS 17
20
0
0
0.0616
BUS 18
20
0
0
0.1434
BUS 19
20
0
0
0.0205
BUS 20
20
0
0
0.0407
BUS 21
20
0
0
0.0122
BUS 22
20
0
0
0.0203
BUS 23
20
0
0
0.0202
BUS 24
20
0
0
0
BUS 25
20
0
0
0.0404
BUS 26
20
0
0
0.0202
BUS 27
20
0
0
0.0403
BUS 28
20
0
0
0
BUS 29
20
0
0
0.0202
BUS 30 BUS 31
20 20
0 0
0 0
0.7255 0.0403
BUS 32
20
0
0
0.0403
BUS 33
20
0
0
0.0201
BUS 17 0.0382 BUS 16 BUS 18 0.0889 BUS 17 BUS 19 0.0127 BUS 18 BUS 20 0.0252 BUS 19 BUS 21 0.0076 BUS 20 BUS 22 0.0126 BUS 21 BUS 23 0.0125 BUS 22 BUS 24 0 BUS 23 BUS 25 0.0250 BUS 24 BUS 26 0.0125 BUS 25 BUS 27 0.0250 BUS 26 BUS 28 0 BUS 27 BUS 29 BUS 31 0.0125 BUS 28 BUS 30 0.4496 BUS 29 0.0250 BUS 28 BUS 32 0.0250 BUS 31 BUS 33 0.0125 BUS 32 BUS 34
1.8990 -1.8985 1.8369 -1.8355 1.6921 -1.6918 1.6713 -1.6686 1.6279 -1.6276 1.6154 -1.6150 1.5947 -1.5936 1.5734 -1.5732 1.5732 -1.5725 1.5321 -1.5318 1.5116 -1.5112 1.4709 -1.4708 0.7457 0.7251 -0.7457 0.7255 -0.7255 -0.7251 0.6848 -0.6847 0.6444 -0.6444 0.6242
1.1958 -1.1945 1.1563 -1.1522 1.0634 -1.0626 1.0499 -1.0422 1.0170 -1.0162 1.0086 -1.0074 0.9948 -0.9918 0.9792 -0.9788 0.9788 -0.9768 0.9518 -0.9509 0.9384 -0.9372 0.9122 -0.9121 0.4622 0.4498 -0.4622 0.4497 -0.4496 -0.4498 0.4248 -0.4246 0.3996 -0.3994 0.3870
66.1225 66.1225 63.9851 63.9851 59.0053 59.0053 58.2942 58.2942 56.8765 56.8765 56.4514 56.4514 55.7431 55.7431 55.0359 55.0359 55.0359 55.0359 53.6229 53.6229 52.9167 52.9167 51.5050 51.5050 26.1102 25.3949 26.1102 25.4045 25.4045 25.3949 23.9834 23.9834 22.5722 22.5722 21.8667
84.6204 84.6414 84.6294 84.6944 84.6685 84.6829 84.6790 84.8160 84.8114 84.8259 84.8246 84.8462 84.8442 84.9011 84.8998 84.9079 84.9079 84.9458 84.9443 84.9615 84.9610 84.9846 84.9842 84.9867 84.9946 84.9787 84.9984 84.9984 85.0000 84.9799 84.9787 84.9880 84.9872 84.9944 84.9942
BUS 34
20
0
0
0
BUS 35 BUS 36
20 20
0 0
0 0
0.3826 0
BUS 37 BUS 38
20 20
0 0
0 0
0.0403 0.0403
BUS 39
20
0
0
0.0403
BUS 40
20
0
0
0.1007
BUS 41
20
0
0 TOTAL
0.0201 2.7598
0 BUS 33 BUS 35 BUS 36 0.2371 BUS 34 0 BUS 34 BUS 37 BUS 38 0.0250 BUS 36 0.0250 BUS 36 BUS 39 0.0250 BUS 38 BUS 40 0.0624 BUS 39 BUS 41 0.0125 BUS 40 1.7104
Dari tabel di atas dapat dilihat daya yang mengalir pada tiap bus. Besarnya daya yang mengalir tergantung pada beban yang terpasang pada bus tersebut. Pada beberapa bus besarnya nilai beban sebesar 0 (nol), hal ini disebabkan karena daya yang masuk pada bus tersebut sama dengan daya yang keluar dari bus tersebut.
-0.6242 0.3826 0.2416 -0.3826 -0.2416 0.0403 0.2013 -0.0403 -0.2013 0.1611 -0.1611 0.1208 -0.1208 0.0201 -0.0201
-0.3869 0.2371 0.1498 -0.2371 -0.1498 0.0250 0.1248 -0.0250 -0.1248 0.0998 -0.0998 0.0749 -0.0749 0.0125 -0.0125
21.8667 13.4024 8.4643 13.4024 8.4643 1.4108 7.0535 1.4108 7.0535 5.6428 5.6428 4.2320 4.2320 0.7053 0.7053
84.9985 84.9993 84.9973 85.0000 84.9977 84.9994 84.9973 85.0000 84.9987 84.9984 84.9988 84.9983 85.0000 84.9998 85.0000
Tabel 4 Losses dan drop voltage Tabel 5
Losses ID Trafo Line 01 Line 02 Line 03 Line 04 Line 05 Line 06 Line 07 Line 08 Line 09 Line 10 Line 11 Line 12 Line 13 Line 14 Line 15 Line 16 Line 17 Line 18 Line 19 Line 20 Line 21 Line 22 Line 23 Line 24 Line 25 Line 26 Line 27 Line 28 Line 29 Line 30 Line 31 Line 32 Line 33 Line 34 Line 35 Line 36 Line 37 Line 38 Line 39
Type Trafo Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Line Total
kW
kVar
2.6002 86.6385 0.3120 0.8757 0.1560 0.4378 0.4681 1.3135 0.4363 1.2243 1.3678 3.8384 0.9231 2.5904 0.1295 0.3633 0.8728 2.4491 0.2508 0.7039 0.2508 0.7039 0.0836 0.2346 0.3131 0.8786 0.1022 0.2869 0.6006 1.6853 0.4796 1.3458 1.4370 4.0326 0.2938 0.8244 2.7526 7.7243 0.2839 0.7966 0.4195 1.1771 1.0907 3.0606 0.1533 0.4303 0.7156 2.0081 0.3154 0.8851 0.4300 1.2067 0.0448 0.1256 0.0345 0.0969 0.0109 0.0305 0.0142 0.0397 0.0757 0.2125 0.0559 0.1568 0.0323 0.0906 0.0030 0.0085 0.0012 0.0034 0.0003 0.0008 0.0034 0.0094 0.0007 0.0020 0.0024 0.0066 0.0000 0.0001 17.5173 128.4993
% Vd in Vmag 1.4781 0.0220 0.0110 0.0329 0.0367 0.1172 0.0805 0.0114 0.0783 0.0241 0.0241 0.0080 0.0307 0.0101 0.0601 0.0490 0.1517 0.0336 0.3186 0.0336 0.0501 0.1318 0.0188 0.0875 0.0396 0.0546 0.0058 0.0089 0.0029 0.0037 0.0212 0.0166 0.0099 0.0015 0.0010 0.0014 0.0032 0.0008 0.0037 0.0004
Hasil simulasi tegangan pada tiap bus
Bus ID BUS 01 BUS 02 BUS 03 BUS 04 BUS 05 BUS 06 BUS 07 BUS 08 BUS 09 BUS 10 BUS 11 BUS 12 BUS 13 BUS 14 BUS 15 BUS 16 BUS 17 BUS 18 BUS 19 BUS 20 BUS 21 BUS 22 BUS 23 BUS 24 BUS 25 BUS 26 BUS 27 BUS 28 BUS 29 BUS 30 BUS 31 BUS 32 BUS 33 BUS 34 BUS 35 BUS 36 BUS 37 BUS 38 BUS 39
kV 150 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Voltage %Mag Ang.
100.0000 98.5219 98.4999 98.4890 98.4560 98.4193 98.3020 98.2215 98.2101 98.1318 98.1077 98.0836 98.0756 98.0449 98.0348 97.9747 97.9256 97.7739 97.7403 97.4217 97.3881 97.3380 97.2063 97.1875 97.1000 97.0605 97.0058 97.0000 96.9911 96.9874 96.9971 96.9759 96.9592 96.9493 96.9478 96.9484 96.9469 96.9452 96.9443
0.0000 -1.2363 -1.2463 -1.2513 -1.2664 -1.2831 -1.3366 -1.3735 -1.3787 -1.4146 -1.4257 -1.4367 -1.4404 -1.4545 -1.4592 -1.4868 -1.5094 -1.5794 -1.5949 -1.7427 -1.7584 -1.7818 -1.8434 -1.8522 -1.8933 -1.9119 -1.9376 -1.9404 -1.9446 -1.9463 -1.9417 -1.9517 -1.9596 -1.9643 -1.9650 -1.9647 -1.9654 -1.9662 -1.9666
BUS 40 BUS 41
20 20
96.9406 96.9402
-1.9684 -1.9686
[3] Turan Gonen, βModern Power System Analysisβ, John Wiley & Sons, 1988 [4] Sulasno,
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, semakin jauh/panjang saluran maka tegangan akan semakin turun dan perbedaan sudut akan semakin besar. Akan tetapi profil tegangan
Ir.
tenagaβ,Semarang:
βAnalisis
Sistem
Badan
Penerbit
Universitas Diponegoro, 1993 [5] Sulasno, Ir. βSistem Distribusi Tenaga Listrikβ,Semarang: Satya Wacana, 1993
masih dalam batas toleransi Β± 5% yaitu sebesar 96,9402% dari tegangan base (20 kV) atau sebesar 19.3880 kV.
BIODATA PENULIS
Unggul Dzackiy Kurniawan, IV. KESIMPULAN
lahir di Cilacap 10 April
1. Besarnya tegangan pada ujung bus (BUS 41)
1989.
yaitu sebesar 96.9402% masih dalam batas
pendidikan di SD Negeri
toleransi yaitu sebesar Β±5%. 2. Semakin besar beban maka lossesnya akan semakin besar pula, hal itu dikarenakan pada saat beban bertambah maka arus akan
Menempuh
Kalisabuk 03, SMP Negeri 2 Maos, SMA Negeri 1 Purwokerto dan sekarang sebagai mahasiswa Teknik Elektro Universitas Diponegoro
bertambah pula sehingga rugi-rugi saluran (I2R) akan semakin besar pula. 3. Total beban pada penyulang 2 Gardu Induk Rawalo sebesar 2.7598 MW dan 1.7104 Mvar
Semarang, November 2011 Mengetahui, Dosen Pembimbing
4. Total losses pada penyulang 2 Gardu Induk Rawalo sebesar 0.0175 MW dan 0.1285 Mvar.
DAFTAR PUSTAKA [1] John J. Grainger, William D. Stevenson, Jr., βPower System Analysisβ, McGraw-Hill Inc, 1994 [2] Hadi Saadat, βPower System Analysisβ, McGraw-Hill Inc, 1999
Ir. Bambang Winardi 19610616 199303 1 002