SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG PENGARUH STRUCTURAL ASSURANCE DAN PERCEIVED REPUTATION TERHADAP TRUST PENGGUNA INTERNET DI SISTEM E-COMMERCE FITRA DHARMA Universitas Lampung Abstract The objective of this research is to find the empirical evidence whether structural assurance and perceived reputation have positive effect to trust in ecommerce system. Using e-mail method survey by convenience sampling had obtained 127 questionnaire. A number of 27 questionnaire accepted incomplete so that only 100 questionnaire which can be analysed. It used multiple-regression to analyze the data. Result of the study indicate that structural assurance and perceived reputation had positive and significant influences to trust in e-commerce system. Research in the future requires to check the other factors that influence trust in ecommerce such: personality, ease of use and transaction experience, industrial difference Keywords: structural assurance, perceived reputation, e-commerce, trust
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-SISIN 01
1
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Sistem informasi berbasis internet banyak digunakan saat ini. Hal ini menurut Rahardjo (2002) disebabkan internet merupakan platfrom yang terbuka (open platform) sehingga menghilangkan ketergantungan perusahaan pada vendor tertentu seperti jika menggunakan sistem yang tertutup (proprietary systems). Internet merupakan media yang paling ekonomis untuk digunakan sebagai basis sistem informasi. Hubungan antar komputer di internet dilakukan dengan menghubungkan diri ke link terdekat, sehingga hubungan fisik biasanya bersifat lokal. Perangkat lunak untuk mengembangkan sistem informasi berbasis internet secara murah dan bahkan gratis. Alasan-alasan di atas menyebabkan Internet menjadi media elektronik yang populer untuk menjalankan bisnis, yang kemudian dikenal dengan istilah electronic commerce atau e-commerce. Amazon.com dan e-bay adalah contoh perusahaan yang sukses melakukan perdagangan secara elektronik melalui jaringan internet. Di Indonesia transaksi bisnis melalui internet menjadi suatu fenomena bisnis baru. Banyak situs yang menawarkan barang atau jasa via internet
seperti
www.studiohandphone.com dan www.globalteleshop.com yang menjual telepon seluler, www.bhinneka.com dan www.glodokshop.com yang menjual komputer dan barang-barang elektronik. Bahkan perusahaan perbankan seperti Bank Mandiri, BCA, Bank Niaga, Lippo Bank, Bank Mega dan Bank Danamon menawarkan jasa perbankan via internet yang disebut dengan e-banking. Electronic commerce merupakan penggunaan jaringan komputer untuk melakukan pembelian dan penjualan barang, jasa dan informasi secara elektronis (Urbaczewski et al. 2002). Selain besarnya manfaat yang mampu diolah melalui jaringan yang mendunia, internet merupakan sistem jaringan komputer yang memiliki kerentanan (vulnerable). Software bug, hardware bug, serangan cracker dan hacker merupakan sumber kerentanan sistem internet yang dapat memicu kegagalan sistem dan kerusakan. Jarak jauh yang memisahkan konsumen dan situs belanja dan dan infrastruktur internet menghasilkan ketidakpastian dalam bertransaksi dengan evendor sehingga pelanggan memiliki risiko kehilangan uang dan privasinya (Pavlou, 2003). Ketidak-pastian sosial dan risiko dengan electronic vendor (e-vendor)
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-SISIN 01
2
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG menjadi tinggi karena perilaku e-vendor tidak dapat dimonitor (Reichheld dan Schefter 2000 dalam Gefen et.al 2003). Penelitian ini bertujuan untuk mencari bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan (trust) pengguna internet terhadap sistem elektronic commerce. Ketidakpastian yang melekat di electronic commerce membuat para peneliti berargumen bahwa membangun kepercayaan (trust) dan memperkecil risiko menjadi faktor paling penting dalam bertransaksi di electronic commerce (Pavlov, 2003, Gefen et al. 2003, Jarvenpaa dan Tractinsky, 1999, McKnight, 2002). Kepercayaan (trust) menjadi katalisator bagi transaksi penjual dan pembeli yang membuat konsumen memiliki harapan besar untuk puas terhadap hubungan tukar-menukar tersebut (Pavlou, 2003). Kepercayaan (trust) terhadap electronic vendor menentukan putusan konsumen untuk melakukan hubungan penyedia bisnis e-commerce (Friedman et al. 2000). Kekurang-percayaan terhadap web vendor akan menghalangi konsumen menggunakan produk web vendor (Bhattacherjee, 2002). Jarvenpaa dan Tractinsky (1999) mendefinisikan kepercayaan (trust) di
e-
commerce system sebagai kesediaan konsumen untuk bergantung pada penjual dan melakukan tindakan walaupun penjual dapat dengan mudah merugikan konsumen. Gefen et al. (2003) memperoleh bukti empiris bahwa structural assurance berpengaruh terhadap timbulnya trust terhadap sistem e-commerce. Structural assurance mengacu pada penilaian adanya mekanisme keamanan jaringan sistem electronic commerce yang memadai. Keyakinan terhadap struktur muncul karena pengguna yakin bahwa teknologi sistem e-commerce memberikan perlindungan sehingga konsumen yakin bahwa transaksi melalui internet dapat berjalan aman (McKnight et al., 2002). Jarvenpaa dan Tractinsky (1999) meneliti bahwa perceived reputation suatu situs belanja suatu situs belanja berpengaruh terhadap trust di e-commerce. Trust terhadap penjual bergantung pada keahlian, kemampuan untuk menyenangkan dan kesamaan penjual dengan konsumen (Doney dan Cannon, 1997 dalam Jarvenpaa dan Tractinsky 1999). Dalam konteks internet, website menggantikan penjual (Lohse dan Spiller, 1998). Reputasi menjadi faktor penting yang memberi konstribusi bagi kepercayaan konsumen terhadap organisasi penjualan (Anderson &
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-SISIN 01
3
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Weitz, 1989; Donney dan Cannon, 1997; Ganesan, 1994 dalam Jarvenpaa dan Tractinsky 1999). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan di sistem electronic commerce yang diuraikan di atas telah diuji pada setting luar negeri. Penelitian mengenai trust di e-commerce dengan setting Indonesia belum banyak dilakukan. Dari uraian diatas, penulis termotivasi untuk meneliti apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan (trust) pengguna internet di Indonesia terhadap business to consumer (B2C) sistem electronic commerce.
1.2 RUMUSAN MASALAH Masalah yang diteliti kemudian dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah structural assurance berpengaruh positif kepada kepercayaan (trust) terhadap sistem e-commerce ? 2. Apakah
perceived
reputation
website
berpengaruh
positif
kepada
kepercayaan (trust) terhadap sistem e-commerce ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan perumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris mengenai adanya pengaruh structural assurance, dan perceived reputation kepada kepercayaan (trust) pengguna internet terhadap sistem e-commerce.
2. KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 ELECTRONIC COMMERCE Electronic commerce didefinisikan beragam oleh para peneliti. Pada penelitian ini, penulis mengambil definisi electronic commerce yang dikemukakan oleh Urbaczewski et al. (2002) yakni penggunaan jaringan komputer untuk melakukan penjualan dan pembelian barang, jasa atau informasi secara elektronis dengan para suplier, konsumen atau kompetitor atau antar konsumen. Definisi ini membutuhkan dua persyaratan agar suatu perniagaan dapat disebut sebagai electronic commerce. Syarat pertama: perniagaan dilakukan secara online dan kedua, adanya pertukaran nilai (exchange value). Padang, 23-26 Agustus 2006
K-SISIN 01
4
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Perniagaan secara online mengindikasikan adanya penggunaan jaringan komputer yang menjadi dasar teknologi informasinya untuk mendukung akumulasi data, manipulasi atau komunikasi. Jaringan komputer yang digunakan dalam bertransaksi berupa jaringan terbuka seperti internet ataupun jaringan privat yang tertutup seperti intranet yang hanya dapat digunakan oleh kalangan tertentu yang diizinkan pengelola jaringan. Fokus penelitian ini adalah perniagaan secara elektronik pada jaringan internet. Pertukaran nilai (exchange value) yang dilakukan melalui electronic commerce melibatkan hal yang berkaitan dengan barang, jasa, informasi, uang, waktu dan kenyamanan. Perusahaan manufaktur, distributor ataupun pedagang eceran dapat menjual produknya melalui internet. Bila produk berupa barang digital (misal: software atau musik) dapat juga dijual melalui internet. Demikian pula suatu bank dapat memberikan pelayanan kepada konsumennya untuk membayar tagihan atau memperbaiki data pribadinya dengan menggunakan jaringan internet. Ada tiga elemen berbeda yang ditemui di e-commerce. Pertama, vendor yakni organisasi atau orang yang menjual barang
atau jasa secara elektronik.
Mereka disebut electronic vendor atau e-vendor. Kedua, konsumen yang menggunakan jasa elektronik untuk mencari informasi, memesan jasa atau membeli produk. Ketiga, teknologi berupa perangkat keras (komputer, internet, telepon seluler), perangkat lunak yang dapat digunakan untuk bertransaksi (Cowles et al. 2002). E-commerce berdasar pasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori: business to business (B2B) e-commerce dan business to consumer (B2C) e-commerce. Evendor yang bergerak di business to business (B2B) e-commerce akan melakukan pertukaran bisnis antar organisasi bisnis di pasar online tersebut. Sedang pasar yang dituju e-vendor yang bergerak di business to consumer (B2C) e-commerce adalah konsumen akhir yang akan mengkonsumsi barang atau jasa yang dibeli. Riset ini akan memfokuskan trust yang ada di business to consumer (B2C) e-commerce.
2.2 SISTEM APLIKASI E-COMMERCE Murthy (2004) mengklasifikasikan sistem electronic commerce sebagai sistem informasi akuntansi yang real time dan berbasis internet online. Sistem informasi akuntansi menurut Wilkinson et al. (2001) adalah kesatuan struktur pada Padang, 23-26 Agustus 2006
K-SISIN 01
5
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG suatu entitas bisnis yang menggunakan sumber daya fisik dan komponen lainnya untuk mengubah data ekonomi menjadi informasi akuntansi dengan tujuan memuaskan kebutuhan informasi bagi berbagai pengguna. Aplikasi web e-commerce beroperasi melibatkan dua sisi yakni sisi mesin server dan sisi client atau sering disebut server/client. Server bertugas menyediakan bermacam-macam jenis layanan misalnya adalah pengaksesan berkas, peripheral, database dan dihubungkan dengan berbagai client. Sedangkan client adalah sebuah terminal yang menggunakan layanan tersebut. Sebuah terminal client melakukan pemrosesan data di terminalnya sendiri dan hal itu menyebabkan spesifikasi dari server tidaklah harus memiliki performansi yang tinggi, dan kapasitas penyimpanan data yang besar karena semua pemrosesan data yang merupakan permintaan dari client dilakukan di terminal client (Raharja dkk, 2001). Jaringan komputer yang terdistribusi seperti LAN, WAN dan juga internet yang digunakan untuk ecommerce membutuhkan kontrol dan keamanan yang lebih kompleks, sehingga akuntan terutama fungsi internal audit perlu untuk mengevaluasi lingkungan pengendalian yang relevan dengan jaringan atau web servernya (Wilkinson et al., 2000).
2.3 TRUST DI ELECTRONIC COMMERCE Mengadopsi istilah yang digunakan Jarvenpaa dan Tractinsky (1999) penulis mendefinisikan kepercayaan (trust) di sistem e-commerce sebagai kesediaan konsumen untuk bergantung pada penjual dan melakukan tindakan pembelian walaupun penjual dapat dengan mudah merugikan konsumen. Trust adalah suatu harapan bahwa pihak yang telah dipercaya tidak akan berlaku curang dengan mengambil keuntungan pribadi dalam situasi tertentu (Gefen et al. 2003). Trust merupakan keyakinan bahwa masing-masing pihak saling bergantung dan saling membutuhkan (Kumar et al. 1995). Trust berkaitan dengan keyakinan bahwa pihak yang dipercaya akan memenuhi komitmennya (Luhman, 1979 dan Rotter, 1971 dalam Gefen et al. 2003). Jarak jauh yang memisahkan konsumen dan situs belanja dan infrastruktur internet menghasilkan ketidakpastian dalam bertransaksi dengan e-vendor sehingga pelanggan memiliki risiko kehilangan uang dan privasinya (Pavlou, 2003). Ketidakpastian sosial dan risiko dengan electronic vendor (e-vendor) menjadi tinggi karena Padang, 23-26 Agustus 2006
K-SISIN 01
6
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG perilaku e-vendor tidak dapat dimonitor (Reichheld dan Schefter 2000 dalam Gefen et al. 2003). Kurangnya rasa percaya menjadi alasan utama konsumen untuk tidak berhubungan dengan situs e-commerce (Keen dalam Pavlou, 2003). Ketidakpastian yang melekat di electronic commerce membuat para peneliti berargumen bahwa membangun kepercayaan (trust) dan memperkecil risiko menjadi faktor paling penting dalam bertransaksi di electronic commerce (Pavlov, 2003, Gefen et al. 2003, Jarvenpa dan Tractinsky, 1999, McKnight, 2002). Penelitianpenelitian sebelumnya dengan seting luar negeri telah membuktikan bahwa trust terhadap situs e-commerce akan menimbulkan niatan untuk membeli. Berbagai
penelitian
mengenai
trust
di
sistem
e-commerce
telah
mengindentifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi trust diantaranya structural assurance dan situational normality belief, calculative based-belief, perceived reputation dan perceived size, cognition based trust.
2.4 STRUCTURAL ASSURANCE dan TRUST Structural assurance mengacu pada penilaian terhadap keamanan jaringan electronic commerce seperti garansi, kontrak, ataupun prosedur lainnya ada dan berjalan dengan baik (McKnight et al. 2002, Shapiro, 1987 ). Seseorang memiliki persepsi structural assurance yang tinggi yakin bahwa teknologi internet (misal: enkripsi data) memberikan perlindungan, sehingga seseorang yakin bahwa transaksi melalui internet dapat berjalan aman (McKnight et al., 2002). Enkripsi, perlindungan hukum dan technology safeguard menjaga konsumen agar tidak kehilangan uang dan privacy. Menurut Gefen et al. (2003), structural assurance dapat terbangun ke dalam situs e-commerce melalui kerja sama dengan pihak ketiga yang memiliki reputasi baik dalam masalah keamanan jaringan dan memberikan standar jaminan keamanan internet dengan web assurance seal seperti Verisign, TRUSTe, Good House Keeping dan CPA Web Trust. Konsumen yang merasa aman terhadap lingkungan internet secara keseluruhan akan cenderung percaya terhadap website yang menyediakan pelayanan electronic commerce dibandingkan dengan orang yang merasa bahwa internet tidak aman karena tidak yakin adanya perlindungan yang memadai di situs e-commerce
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-SISIN 01
7
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG (Gefen et al., 2003, McKnight et al., 2002). Sehingga persepsi yang baik terhadap structural assurance akan menimbulkan trust terhadap situs e-commerce. Penelitian McKnight et al. (2002) dan Gefen et al. (2003) menemukan bukti empiris bahwa structural assurance akan menimbulkan trust pengguna internet terhadap system e-commerce. Berdasar uraian diatas maka diturunkan menjadi hipotesis berikut: H1:
Persepsi structural assurance berpengaruh positif kepada kepercayaan pengguna internet terhadap sistem e-commerce.
2.5 PERCEIVED REPUTATION dan TRUST Reputasi bagi organisasi yang memasarkan produk atau jasa menjadi menjadi faktor penting dalam peningkatan kepercayaan konsumen (Anderson & Weitz,1989, Doney & Cannnon, 1997, Ganesan, 1994 dalam Jarvenpa dan Tractinsky, 1999). Reputasi adalah keyakinan konsumen bahwa organisasi yang menjual barang atau jasa akan jujur dan peduli kepada konsumen mereka (Donney dan Cannon 1997 dalam Jarvenpa dan Tractinsky, 1999). Reputasi baik merupakan signal bahwa perusahaan di masa lalu berupaya dengan sabar untuk tidak bersikap oportunistik (Smith & Barclay, 1997). Penjual berusaha menghindarkan hal yang menyebabkan mereka memperoleh reputasi buruk. Perceived reputation memberikan keyakinan kepada pihak lain mengenai kemampuan, integritas dan goodwill. Keyakinan membantu untuk meningkatkan trust terutama ketika pihak-pihak tersebut belum pernah berinteraksi sebelumnya sehingga belum memiliki pengetahuan tentang masing-masing pihak (McKnight et al., 1998). Di electronic commerce, toko-toko online berusaha untuk membangun persepsi mengenai reputasi mereka dengan berbagai cara, misal: mempublikasikan kesaksian konsumen ketika bertransaksi melalui website mereka atau dengan memiliki sertifikat atau lisensi mengenai keamanan dan kepercayaan dari pihak ketiga, contoh lisensi dari veri sign). Berdasar uraian diatas maka diturunkan menjadi hipotesis berikut: H4:
Perceived reputation berpengaruh positif kepada kepercayaan pengguna internet terhadap sistem e-commerce.
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-SISIN 01
8
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG 2.6 MODEL PENELITIAN Berdasar uraian mengenai pengembangan hipotesis diatas maka penulis membangun sebuah model teoritis dari penelitian ini adalah: Gambar 1: model teoritis trust di e-commerce H1
Structural assurance
Trust di E-Commerce H2
Perceived Reputation
3. METODA PENELITIAN 3.1 SAMPEL dan PENGUMPULAN DATA Populasi dalam penelitian ini adalah semua pengguna internet di Indonesia. Agar penelitian dapat dilakukan lebih efektif, maka penelitian ini dilakukan dengan mengambil sekumpulan sampel sebagai unit analisis. Sampel penelitian ini adalah pengguna internet di Indonesia yang diambil secara nyaman (convenience sampling) pada beberapa grup-grup diskusi atau mailing list yang beranggotakan orang-orang Indonesia. Persyaratan menjadi responden adalah pengguna internet yang sering mengakses situs e-commerce dan atau pernah bertransaksi pada situs suatu e-commerce. Peneliti mengirimkan surat elektronik (electronic mail atau e-mail) permohonan untuk menjawab kuisioner kepada grup-grup diskusi yang relevan dengan topik penelitian yang isinya adalah permintaan kepada anggota milis untuk mengunjungi situs http://www.surveyfitra.info/ dan menjawab kuisioner yang ada pada halaman situs tersebut. Responden menjawab kuisioner dengan mengisi formulir yang ada pada situs riset dan jawaban responden kemudian akan dikirimkan ke e-mail peneliti yang ada
www.yahoo.com. Untuk menghindarkan adanya
responden yang menjawab kusioner berulang-kali, e-mail yang berisi jawaban responden akan mencantumkan IP address responden ketika mengakses situs riset http://www.surveyfitra.info/.
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-SISIN 01
9
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG 3.2 INSTRUMEN PENELITIAN Variabel trust merupakan variabel dependen yang diukur dengan instrumen yang digunakan oleh Jarvenpaa dan Tractinsky (1999) terdiri dari tiga item pertanyaan menggunakan 5 skala likert. Variabel independen terdiri dari dua yakni structural assurance dan perceived reputation diukur dengan 5 skala likert. Variabel structural assurance diukur dengan instrumen yang dipakai McKnight et al. (2002) yang terdiri dari empat item pertanyaan. Variabel perceived reputation diukur menggunakan instrumen yang dipakai Jarvenpaa dan Tractinsky (1999) terdiri dari dua item pertanyaan.
3.3 PENGUJIAN HIPOTESIS Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model pengujian regresi berganda dengan bantuan software SPSS versi 10. Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas) dengan tujuan mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati, 2003 dalam Ghozali 2005) Berdasar hipotesis dalam penelitian ini (lihat gambar model penelitian) maka ditransformasikan ke dalam persamaan regresi berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + ε Keterangan: Y
: trust
α
: konstanta
β
: koefisien regresi
X1
: structural assurance
X2
: perceived reputation
ε
: error
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-SISIN 01
10
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG 4. HASIL PENELITIAN 4.1. DESKRIPSI PENELITIAN Milis atau grup diskusi yang dikirim surat permintaan untuk menjawab kusioner berjumlah ke 28 milis dan kuisioner yang kembali berjumlah 127 atau berkisar 4,5 orang per milis yang merespon kuisioner. Sebanyak 27 kuisioner tidak lengkap sehingga tidak dapat digunakan untuk analisa data. Sehingga hanya 100 kuisioner yang dapat dianalisa (lihat tabel 4.1). Berdasarkan kuisioner yang digunakan, diketahui bahwa 86 responden berjenis kelamin pria dan 14 responden berjenis kelamin wanita. Respoden survei ini berumur rata-rata 28,13 tahun dengan standar deviasi 6,59. Responden termuda berumur 19 tahun dan responden tertua berumur tertua 59 tahun (lihat tabel 4.2) Hasil survei menunjukkan bahwa dari 100 responden, sebanyak 50 responden pernah melakukan transaksi pembelian melalui situs e-commerce dan 50 responden belum pernah melakukan transaksi pembelian melalui internet. Berdasar pengelompokan cara mengakses website yang paling sering dilakukan, sebanyak 56 responden (56%) mengakses internet paling sering saat di kantor, 17 respoden melalui warnet (17%), sebanyak 13 orang mengakses ketika di kampus (13%), sebanyak 13 orang paling sering mengakses internet di rumah (13%) dan 1 orang mengakses paling sering saat di café atau restoran yang memiliki hotspot akses internet (lihat tabel 4.3)
4.2. HASIL UJI VALIDITAS Menurut Huck (2000) korelasi yang kuat antara konstruk dan item-item pertanyaannya dan hubungan yang lemah dengan variabel lainnya merupakan salah satu cara untuk menguji validitas konstruk (construct validity). Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji validitas dapat dilakukan dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk. Hasil korelasi tiga item pertanyaan yang mengukur konstruk trust memiliki korelasi yang signifikan dengan total skor instrumen trust. Demikian pula item-item pertanyaan untuk mengukur konstruk structural assurance dan perceived reputation memiliki korelasi yang signifikan dengan total skor masing-masing instrumen. Hasil ini membuktikan bahwa kelima instrumen valid mengukur
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-SISIN 01
11
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG fenomena. Tabel 4.4 menjelaskan ringkasan korelasi antara skor indikator dan total skor konstruk. 4.3. HASIL UJI REABILITAS Menurut Nunally dan Bernstein (1994) reabilitas yang sedang antara 0,5 sampai 0,6 sudah cukup untuk menjustifikasi sebuah penelitian. Hasil uji reabilitas menunjukkan hasil cronbach alpha sebesar variabel structural assurance adalah 0,7873, variabel perceived reputation memiliki alpha 0,8845, variabel trust memiliki alpha 0,7478 yang berarti ketiga instrumen tersebut memiliki keandalan dan konsisten dalam mengukur fenomena (lihat tabel 4.5). 4.4 HASIL UJI KORELASI Uji korelasi terhadap hasil survei menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tiga variabel independen terhadap variabel dependen trust, sedangkan dua variabel independen lainnya tidak memiliki hubungan signifikan dengan variabel dependen. Uji korelasi menunjukkan bahwa variabel structural assurance dan variabel trust memiliki korelasi sebesar 0,686 dengan tingkat signifikansi 0,01. Korelasi antara perceived reputation dan trust adalah 0,582 yang signifikan pada tingkat 0,01 (lihat tabel 4.6)
4.5 UJI ASUMSI KLASIK 4.5.1 HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance kurang dari 0,10 atau sama dengan nilai VIF lebih besar dari 10. Hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa nilai tolerance setiap variabel tidak ada yang kurang dari 0,10 dan hasil perhitungan VIF menunjukkan tidak ada variabel yang memiliki nilai VIF lebih besar dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah multikolinieritas antar variabel dalam penelitian ini (lihat tabel 4.7)
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-SISIN 01
12
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG 4.5.2. HASIL UJI AUTOKORELASI Hasil uji autokorelasi menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson 2,122. Nilai Durbin Watson dibandingkan dengan menggunakan tabel dengan derajat kepercayaan 5%, jumlah sampel n=100 dan jumlah variabel independen sebanyak lima (k=2), di tabel Durbin-Watson didapat nilai dL=1,503 dU=1,583 lalu 4-dU adalah 4-1,583 = 2,417 Menurut Ghozali (2005) jika dU< DW< 4-dU maka tidak ada autokorelasi positif atau negatif. Hasil menujukkan bahwa 1,503 < 2,122 < 2,417 yang berarti tidak ada masalah autokorelasi positif dan negatif pada penelitian ini (tabel 4.8)
4.5.3. UJI NORMALITAS Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi variabel penggangggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dapat digunakan untuk menguji normalitas residual. Data berdistribusi normal jika probabilitas signifikannya di atas 0,05 (Ghozali, 2005). Hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukkan nilai 0,912 dengan tingkat signifikan 0,377 yang berarti di atas 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa redisual terdistribusi secara normal (tabel 4.9). 4.6. PENGUJIAN HIPOTESIS Setelah melakukan uji validitas, reabilitas, korelasi dan uji asumsi klasik maka untuk menguji hipotesis dilakukan uji regresi berganda menggunakan aplikasi komputer SPSS versi 10. Hasil perhitungan regresi dapat dilihat di lampiran dan ringkasannya ada pada tabel 4-9 berikut ini: Hasil uji F test didapat nilai F hitung sebesar 57,818 dengan probabilitas 0,000. Nilai probablitas F hitung yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa model regresi dengan variabel independen structural assurance dan
perceived
reputation secara bersama-sama berpengaruh terhadap timbulnya Trust pengguna internet terhadap sistem e-commerce. Koefisien determinasi (R2) untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi-variasi variabel dependen bernilai 0,544. Tetapi untuk model regresi dengan variabel independen lebih dari satu banyak peneliti
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-SISIN 01
13
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG menganjurkan untuk menggunakan adjusted R2 karena penambahan variabel independen dapat membuat adjusted R2 naik atau turun sedangkan bila menggunakan R2 penambahan variabel independen akan menaikkan nilai R2. Adjusted R2 hasil penelitian adalah 0,534 yang berarti variasi variabel Trust dapat dijelaskan oleh kedua variabel independen yakni structural assurance dan perceived reputation sebesar 53,4% sedang sisanya dijelaskan oleh sebab lain di luar model. Sehingga dari nilai adjusted R2 dapat disimpulkan bahwa variabel structural assurance dan perceived reputation secara bersama-sama berpengaruh pada munculnya Trust pengguna internet terhadap sistem e-commerce adalah sebesar 53,4%. Pengujian Hipotesis 1 Hipotesis pertama menyatakan bahwa persepsi structural assurance berpengaruh positif kepada kepercayaan pengguna internet terhadap sistem e-commerce. Hasil uji t menunjukkan nilai t = 6,596 p = 0,000 yang berada di bawah level probabilitas signifikan 0,05. Hasil itu menunjukkan bahwa variabel structural assurance berpengaruh positif pada munculnya trust pengguna e-commerce terhadap sistem ecommerce. Hasil penelitian mendukung hipotesis satu. Pengujian Hipotesis 2 Hipotesis kedua menyatakan bahwa Perceived reputation berpengaruh positif kepada kepercayaan pengguna internet terhadap sistem e-commerce Hasil uji t menghasilkan nilai t = 3,949 dan p= 0.000 yang berada dibawah tingkat probabilias signifikan 0,05. Hasil uji t menunjukkan nilai bahwa variabel Perceived Reputation signifikan mempengaruhi munculnya trust pengguna internet terhadap sistem ecommerce. Penelitian ini mendukung hipotesis keempat. Berdasar uji hipotesis kedua variabel independen yakni structural assuranc dan perceived reputation
berpengaruh signifikan terhadap trust di sistem e-
commerce.
5. DISKUSI, KESIMPULAN DAN KETERBATASAN 5.1. DISKUSI dan KESIMPULAN Penelitian ini berusaha untuk memperoleh bukti empiris mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi kepercayaan (trust) pengguna internet di Indonesia Padang, 23-26 Agustus 2006
K-SISIN 01
14
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG terhadap sistem e-commerce. Melalui temuan riset ini diharapkan memberikan konstribusi bagi entitas bisnis dot com dalam melakukan desain dan pengendalian bagi situs e-commerce yang dikelolanya. Penelitian ini menemukan bukti empiris bahwa structural assurance dan perceived reputation secara signifikan berpengaruh terhadap trust pengguna internet Indonesia terhadap situs e-commerce. Dari pengujian dapat disimpulkan bahwa: 1. Structural assurance berpengaruh secara signifikan pada kepercayaan (trust) pengguna internet di Indonesia terhadap sistem e-commerce. Temuan ini sejalan dengan penelitian Gefen et al. (2003) dan McKnight et al. (2002). Hal ini menandakan bahwa keyakinan terhadap adanya mekanisme kontrol dan prosedur keamanan seperti enkripsi, authentification, sertifikasi pengamanan dari pihak ketiga yang memadai terhadap situs e-commerce akan menimbulkan trust pengguna internet. 2. Kepercayaan (trust) pengguna internet di Indonesia terhadap sistem ecommerce juga dipengaruhi oleh variabel perceived reputation secara signifikan dengan probabilitas 0,000. Hasil ini mendukung temuan riset Jarvenpaa dan Tractinsky (1999) yang telah dilakukan di negara Australia, Israel dan Finlandia. Temuan ini menunjukkan bahwa tampilan muka situs ecommerce yang dipersepsikan sebagai pihak yang bereputasi baik akan menimbulkan trust. Kesaksian konsumen tentang pengalaman bertransaksi di toko online merupakan salah satu hal yang dilakukan situs e-commerce untuk mempersepsikan dirinya memiliki reputasi baik.
5.2 KETERBATASAN Keterbatasan penelitian ini adalah sedikitnya responden wanita (14%) dalam penelitian ini memungkinan adanya bias gender terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi trust di e-commerce. Penelitian Rodger dan Harris (2003) menemukan bahwa laki-laki memiliki rata-rata persepsi trust di e-commerce lebih tinggi daripada wanita.
5.3 RISET KEDEPAN Penelitian ini membuktikan bahwa structural assurance dan perceived reputation mempengaruhi trust pengguna internet terhadap situs e-commerce. Tetapi Padang, 23-26 Agustus 2006
K-SISIN 01
15
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG model penelitian ini hanya menjelaskan 52,3% faktor-faktor yang mempengaruhi trust terhadap situs e-ocmmerce. Riset-riset di masa depan perlu meneliti faktorfaktor lain yang mempengaruhi trust di sistem e-commerce seperti faktor kepribadian dan pengalaman bertransaksi serta jenis industri.
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-SISIN 01
16
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG DAFTAR PUSTAKA Bhattacherjee, A. (2002), Individual trust in online firms: Scale development and Initial Test. Journal Management Information System. Cowles, Deborah L., Kiecker, Pamela, & Little, Michael W. (2002), Using key Informant Insights as a Foundation for e-retailing theory development. Journal of Business Research 55, pp. 629-636 Doney, P.M., dan Cannon, J.P. (1997), An examination of the nature of trust in buyer-seller relationships. Journal of Marketing April 35-51 Friedman, B., P.H. Kahn, Jr., dan Howe, D.C. (2000), Trust online. Communications of the ACM 43 Vol. 12, 34-40 Gefen, David., Karahanna, Elena dan Straub, Detmar W. (2003), Trust And Tam In Online Shopping: An Integrated Model. MIS Quarterty, March 51-90. Ghozali, Imam. (2005), Aplikasi Analisis Mutlivariate dengan Program SPSS. Edisi Ketiga, BP Undip. Huck. Schuyler W. (2000), Reading Statistics And Research. Third Edition, Addision Wesley Longman. Inc. Jarvenpaa, S.L., dan Tractinsky, N. (1999), Consumer trust in an Internet store: Across-cultural Validation. Journal of Computer-Mediated Communication, Dec. 1-35 Jewels, Tony J., Timbrell, Greg T. (2001), Toward a definition of B2C dan B2B ecommerce. Procedings of the Twelfth Australian on Information System. Jogiyanto H.M. (2004), Metode Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman Pengalaman. BPFE-Yogyakarta. Kumar, N., Scheer, L.K. and Stenkamp, J.B.E.M., (1995), The Effect of Suppliers Fairness on Vulnerable Resellers. Journal of Marketing Research, Feb. 5465 Lohse, G.L., dan Spiller, P. (1998), Electronic Shopping. Communications of the ACM, 41 Vol.7, 81-87 McKnight, D. H., Choudhury, V., dan Kacmar, C. (2002), Developing and Validating Trust Measures for E-Commerce: An Integrative Typology. Information Systems Research 334-359.\ Murthy , Uday S. (2004), An Analysis of the Effects of Continuous Monitoring Controls on e-Commerce System Performance. Journal Of Information Systems Vol. 18, No. 2 Fall, 29-47 Nunnaly, J. C., dan Ira H. Bernstein.(1994), Psycometric Theory. Third Edition, Mc Graw Hill, Inc., New York. Pavlou, Paul A. (2003), Consumer Acceptance of Electronic Commerce: Integrating Trust and Risk with theTechnology Acceptance Model. International Journal of Electronic Commerce, Spring 101-134. Rahardjo, Budi. (2002), Keamanan Sistem Informasi berbasis Internet. http:// www.paume.itb.ac.id/rahard/id-cert/handbook.pdf. Raharja, R. A., Yunianto. A., Widyantoro W. (2001), Modul Pelatihan Administrasi Jaringan Linux. Open Source Campus Agreement. Reichheld, F. F., dan Schefter. P. (2000), E-Loyalty: Your Secret Weapon on the Web. Harvard Business Review 105-113. Rodger, S., Harris, M.A. (2003), Gender and E-Commerce An Exploratory Study. Journal of Advertising Research, Sept, 322-329
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-SISIN 01
17
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Shapiro, D.L., Sheppard, B.H., dan Cheraskin, L. (1992), Business on Handshake. Negotiation Journal, 365-377 Smith, J.B., dan Barclay, D.W. (1997), The Effect of Organizational Differences and Trust on The Effectiveness of Selling Partner Relationships. Journal of Marketing, 3-21 Urbaczewski, A., Jessup L.M., dan Wheeler, B. (2002) Electronic Commerce Research: A Taxonomy and Synthesis. Journal Of Organizational Computing And Electronic Commerce 12(4), 263–305 Wilkinson, W.J., Cerullo. J.M., Raval. V., Wong-on-Wing. B. (2000), Accounting Information Systems. Fourth Edition, John Wiley and Sons. Inc.
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-SISIN 01
18
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Appendiks Tabel 4.1 : Jumlah kuisioner kembali dan terpakai Milis yang di kirim 28 Kuisioner kembali 127 Kuisioner yang tidak lengkap 27 Kuisioner digunakan untuk analisa 100 Rata-rata anggota milis yang merespon 4,5 orang per milis Tabel 4.2 : Jenis kelamin dan usia Jenis kelamin Pria Wanita
jml 86 14
Jumlah
100
Usia Termuda Tertua Rata-rata Standar dev
19 th 59 th 28,13 th 6,59
Tabel 4.3 : Aktivitas transaksi dan cara menjelajahi internet Pernah bertransaksi via internet Ya pernah Tidak pernah
Akses internet paling sering Kantor Kampus Warnet Rumah Café
50 responden 50 responden
jumlah
%
56 13 17 13 1
56% 13% 17% 13% 1%
Tabel 4.4 : Ringkasan korelasi skor indikator dan total skor konstruk Trust
Structural Perceived Ket assurance reputation 1 0,831** 0,722** 0,953** valid 2 0,819** 0,814** 0,942** valid 3 0,803** 0,862 ** valid 4 0,716** valid ** = korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (2-tailed)
Tabel 4.5 : Tabel Reabilitas dengan cronbach alpha Structural assurance Perceived reputation Trust
Cronbach alpha 0.7873 0.8845 0.7478
Tabel 4.6 : Korelasi antar variabel (N=100) Structural assurance SA Sig. (2-tailed) Perceived reputation PR Sig. (2-tailed) Trust T Sig. (2-tailed)
SA 1
PR
0,509** 0,000 0,686** 0,000
1 0,582** 0,000
T
1
**. Korelasi signifikan pada tingkat 0,01
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-SISIN 01
19
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Tabel 4.7 : Multikolinieritas Collinearity statistics Tolerance VIF 0,619 1,616 0,727 1,376
Stuctural assurance (SA) Perceived reputation (PR)
Tabel 4-8: Autokorelasi Durbin Watson
Model 1
R a 0,737
R Square
Adjusted R Square
0,544
0,534
Estimasi Std. Error
DurbinWatson 2,122
0,35781
a. Predictors: (Constant), Perceived Reputation. Structural Assurance b. Variabel dependen: Trust
T a b e l 4 .9 : U ji N o rm a lita s d n g K o lm o g o ro v -S m irn o v T e st U n sta n d a rd iz e d N
100
N o rm a l
a ,b
Mean
.0 0 0 0 0 0
S td . D e v ia tio n M ost D iffe re n c e
.3 5 4 1 7 3 7 .0 9 1
A b s o lu te P o s itiv e
.0 5 8
N e g a tiv e
-.0 9 1
K o lm o g o ro v -
.9 1 2
A s y m p . S ig . (2 -
.3 7 7
a . T e s t d is trib u tio n is N o rm a l. b . C a lc u la te d fro m d a ta .
Tabel 4.10: Hasil regresi Unstandardized Coefficients B Std. Error 1,213 0,216 0,408 0,062
Model 1 konstanta Structural Assurance Perceived 0,252 Reputation R2 = 0,544 Sig = 0,000 Adjusted R2 = 0,534 F = 57,818 a Variabel dependen: Trust
Padang, 23-26 Agustus 2006
Standardized Coefficients Beta
0,064
K-SISIN 01
t
Sig.
0,526
5,607 6,596
0,000 0,000
0,315
3,949
0,000
20