PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SIKAP REMAJA TERHADAP KAUM WARIA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Program Studi Psikologi
Disusun oleh: Stepanus Budi Setiyawan NIM : 019114075
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PENGESAHAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERSEMBAHAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kupersembahkan kepada: Bapak, ibu, adikku, dan kekasihku Tami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR MOTTO ”Bila anda tak mungkin menjadi pohon pinus di puncak bukit, jadilah sebatang perdu di lembah, tetapi perdu terbaik di tepi sungai. Jadilah pohon semak belukar, jika anda tak mungkin menjadi pohon yang tinggi. Bila anda tak mungkin menjadi pohon kecil di tengah taman, jadilah sekedar rumput di tepi jalan, yang bisa menyegarkan pandangan mata orang. Jadilah rumput yang paling membahagiakan dua sejoli yang sedang pacaran. Tak mungkin semua menjadi nahkoda, sebagian pasti menjadi anak buah. Pekerjaannya mungkin berbeda, tetapi setiap tugas itu sama mulia. Bila anda tak mungkin menjadi jalan raya, jadilah jalan setapak saja. Bila anda tak mungkin menjadi sang surya, jadilah bintang yang bercahaya. Bukan ukuran dan takaran anda, yang menentukan keberhasilan anda, melainkan manfaat yang sebenarnya, yang sempat anda garap dengan daya upaya, demi kepribadian anda !“
(Douglas Malloch)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 5 Februari 2007 Penulis
Stepanus Budi Setiyawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Sikap Remaja terhadap Kaum waria Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap remaja terhadap kaum waria, dalam arti respon remaja terhadap keberadaan kaum waria. Subyek dalam penelitian ini terdiri dari 4 orang remaja akhir, 2 pria dan 2 wanita, yaitu umur 18 tahun 1 orang, 19 tahun 1 orang, 20 tahun 1 orang, dan 21 tahun 1 orang. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan pedoman umum. Analisa data dilakaukan dengan cara membuat verbatim dan melakukan kategorisasi terhadap tema-tema yang muncul dengan kode-kode yang telah dibuat sebelumnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja bersikap positif dan menerima kaum waria. Akan tetapi, tidak semua kaum waria bisa diterima keberadaannya oleh remaja. Kaum waria yang suka mangkal dan menjajakan diri atau yang menjadi PSK belum bisa diterima oleh remaja. Hal ini dikarenakan remaja merasa jijik dan takut terhadap kaum waria yang menjadi PSK. Kata kunci: sikap, remaja, waria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Adolescences’ Attitude toward Transvestite Community This research aimed to know about how adolescences attitude toward transvestite community. The subject in this research consisted of 4 late adolescences both 2 boys and 2 girls, the meaning is how adolescences’ response to clan transvestite existence. Those were a 18 year-old person, a 19 year-old person, a 20 year-old person, and a 21 year-old person. The method of data gathering was done by making verbatim and doing categorization toward the themes that appeared with the codes made before. The result of the research showed that adolescences had positive attitude and accepted the transvestite community. However, not all the existence of transvestite community could be accepted by adolescences. Transvestite community who liked to stand-by and peddle themselves or who worked as prostitutes could not be accepted by adolescences. This was caused adolescences felt disgusted and afraid of the transvestite community who worked as prostitutes. Keywords: attitude, adolescence, transvestite
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas perlindungan, dan petunjukNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi denga judul “Sikap Remaja terhadap Kaum Waria”. Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucakan terima kasih kepada: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanat Dharma dan mengajar untuk beberapa mata kuliah yang saya ambil; 2. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi sekaligus selaku dosen pembimbing akademik; 3. Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar memberikan petunjuk selama proses penulisan skripsi ini; 4. Ibu Ch. Siwi Handayani, S.Psi., M.Si., Bapak Y. Heri Widodo, S.Psi., dan Ibu P. Henrietta PDADS., S.Psi., yang pernah menjadi dosen pembimbing akademik dan juga mengajar untuk beberapa mata kuliah yang saya ambil; 5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang banyak membantu selam penulis menempuh kuliah hingga penulisan skripsi ini; 6. Bapak, Ibu, dan adikku yang selalu mendukung setiap pilihan hidupku, dan menunjukkan kenyataan hidup serta memberikan kasih sayang dan pengorbanan;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Kekasihku Tami yang dengan setia dan tak henti-hentinya memberikanku semangat untuk menyelesaikan skripsi ini serta selalu menatih saat aku terjatuh dan memberikan warna dalam kehidupanku; 8. Ibu Sujarmi, Mas Krisna, Mbak Niken, Detha, yang menerimaku dengan baik dan memberikanku pengalaman hidup yang sangat berarti; 9. Shiro, terima kasih sudah menjadi sahabatku dan banyak membimbingku untuk bisa menerima kenyataan hidup dan selalu menatih aku saat aku terjatuh. Memang Setiap orang harus memanggul salibnya sendiri dan kebahagiaan atau kesedihan itu akan selalu datang, dan kita harus siap menerimanya; 10. Teman-teman
di Fakultas Psikologi, Bayu, Gibon, Cethol, Seto, Aris,
Tumbur, tetap semangat choi…, Dini, Indri, Reni, Ninik, Dian, Kucrut, dan teman-teman lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih telah mendukungku dan memberikan warna di Fakultas Psikologi; 11. Teman-teman yang telah menjadi subyek dalam penelitianku, terima kasih atas bantuannya; 12. Teman-teman KKN yang menjadi keluargaku selama satu bulan di Tegaltapen, teima kasih atas pengalaman hidup bersama; 13. Teman-teman FRENZ band dan manajemen, mami, mari kita wujudkan citacita kita bersama, tetap semangat FRENZ; 14. Dan pihak-pihk lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………..
ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………..
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………… iv LEMBAR MOTTO ………………………………………………………...
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………… vi ABSTRAK …………………………………………………………………. vii ABSTRACT ……………………………………………………………….. viii KATA PENGANTAR ……………………………………………………..
ix
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
xi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………
xii
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………
1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….
1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………...
4
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………
5
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………..
5
BAB II. LANDASAN TEORI …………………………………………….
6
A. Pengertian Sikap ……………………………………………….
6
B. Komponen Sikap ………………………………………………
8
C. Ciri-ciri Sikap …………………………………………………..
9
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap ……….
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Definisi dan Batasan Remaja …………………………………...
13
F. Ciri-ciri Massa Remaja …………………………………………
13
G. Heteroseksual Remaja ………………………………………….
15
H. Pengertian Waria ……………………………………………….
17
I. Faktor-faktor Penyebab ………………………………………… 19 J. Perbedaan Waria dan Homoseksualitas ………………………… 21 K. Dinamika Sikap Remaja terhadap Kaum Waria ………………… 23 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ………………………………….. 27 A. Jenis Penelitian …………………………………………………. 27 B. Definisi Operasional ……………………………………………. 27 1. Sikap ……………………………………………………. 27 2. Remaja ………………………………………………….. 28 3. Waria …………………………………………………… 28 C. Subyek Penelitian ………………………………………………. 28 D. Metode Pengumpulan Data …………………………………….. 30 E. Analisis Data Kualitatif ………………………………………… 31 1. Kredibilitas ……………………………………………... 32 2. Dependabilitas ………………………………………….. 34 BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ………………… 36 A. Pelaksanaan Penelitian …………………………………………. 36 1. Penentuan Subyek Penelitian …………………………… 36 2. Waktu dan Tempat Penelitian ………………………….. 37 B. Laporan Hasil Penelitian ……………………………………….. 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Deskripsi Tiap-tiap Subyek …………………………….. 40 b. Kategorisasi Subyek ……………………………………. 49 c. Rangkuman Hasil Wawancara Keempat Subyek ………. 59 C. Gambaran Sikap Remaja terhadap Kaum Waria ……………….. 62 BAB V. PENUTUP ………………………………………………………… 66 A. Kesimpulan ……………………………………………………... 66 B. Saran ……………………………………………………………. 66 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 69 LAMPIRAN ………………………………………………………………… 72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 1.
Blue Print Wawancara ……………………………………..
31
Tabel 2.
Kode Analisis Data …………………………………….…..
34
Tabel 3.
Demografi Subyek ……………………………………….…
38
Tabel 4.
Kategorisasi Subyek ……………………………………….
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah “Jangan ganggu banci! / jangan ganggu banci! / jangan ganggu banci! /
jangan, ganggu...”. Penggalan lirik lagu dari Project Pop tersebut kian mengakrabkan kosakata “banci” atau yang lebih kita kenal dengan sebutan “waria” di telinga kita. Sebenarnya, bukan kosakatanya saja yang dekat dengan kita, tapi juga wujud aslinya. Kita dapat mengetahui beritanya baik di media cetak maupun media elektronik. Kita juga bisa melihat mereka sedang bekerja di butikbutik, di salon, bahkan di pinggir-pinggir jalan saat mereka mengamen atau pun berkumpul dengan komunitasnya dan menjajakkan diri. Kaum waria, pada pertenggahan tahun 2005 yang lalu mengadakan hajatan besar. Tepatnya hari Minggu 26 Juni 2005 yang lalu, di Gedung Sarinah lantai 4 Jakarta diadakan pemilihan Miss Waria Indonesia. Sebanyak 30 waria dari berbagai daerah di Indonesia mengikuti kontes ini. Mereka menunjukkan kebolehan masing-masing seperti bernyanyi, menari, dan tentunya berperilaku serta berdandan seperti wanita. Akhirnya, kontestan dari Jakarta bernama Olivia terpilih menjadi Miss Waria Indonesia 2005. Penyematan mahkota langsung dilakukan Miss Waria Indonesia 2004, Megi Megawati. Ria Irawan, sebagai ketua dewan juri mengatakan bahwa salah satu penilaiannya adalah kesempurnaan fisik peserta
yang
menyerupai
wanita
http://rosalinda.blogdrive.com/).
(Liputan
6,
27
Juni
2005;
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Waria adalah seorang laki-laki yang secara jasmani sempurna dan jelas, namun secara psikis cenderung bertingkah laku sebagai orang dari jenis kelamin yang berlainan (Koeswinarno, 1996; dan P. Esty dan Sugoto, 1998). Dari sudut psikologi-ilmiah, waria digolongkan pada gangguan identitas jenis (gender identity disoders). Gangguan ini ditandai dengan adanya perasaan tidak senang terhadap jenis kelamin sehingga ia berperilaku seperti lawan jenisnya (http://rudi.landak.com; Agustus 2005). Kaum waria tidak begitu saja diterima di masyarakat. Sari (2003) mengungkapkan bahwa pandangan waria adalah “penyakit kejiwaan”, “aib”, “abnormal”, “dosa”, “menyalahi kodrat”, dan sebutan lainnya masih diyakini oleh sebagian besar masyarakat. Hak-hak biologis mereka juga dianggap patologis, anomali, atau abnormal oleh masyarakat. Oleh karena itu, tempat-tempat pertemuan mereka selalu diidentifikasikan sebagai tempat maksiat. Hal ini juga terungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh Nastiti (dalam P. Esty dan Sugoto, 1998) dan Elisabeth (1996) yang menyatakan bahwa banyak orang yang memandang bahwa waria menentang kodratnya, dan tingkah laku seksualnya tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Akibatnya, masyarakat tidak menyenangi mereka dan sering tidak menerima serta menolak mereka, bahkan pihak keluarganya sendiri juga menolak keberadaan mereka. Kaum
waria
dalam
kehidupan
sehari-hari
sering
didiskriminasi,
dimarjinalkan, serta kurang mendapatkan hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, maupun budayanya, tidak hanya oleh masyarakat luas, aparat keamanan, aparat pemerintah, tetapi juga oleh keluarganya sendiri. Kaum waria juga sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendapat cercaan, dipandang sinis, dilecehkan, ditertawakan, dan menjadi bahan gunjingan. Sebagai contoh, Andrea menuturkan pengalamannya ketika ia sakit dan datang ke dokter. Dokter yang seharusnya memeriksa justru sama sekali tidak mau memeriksa dan hanya memberinya obat serta mengolok-oloknya. Kisah waria yang lain adalah Tiara dari Makasar menceritakan bahwa saat dirazia polisi mereka ditangkap dan diceburkan ke laut dahulu sebelum dibawa ke kantor polisi. Lalu ia diperintahkan membuka “bra” dan menunjukkan alat kelaminnya di depan polisi (http://www.kompas.com; Agustus 2005). Uraian di atas, jika kita cermati maka akan menimbulkan pertanyaan: Masyarakat mana yang bersikap negatif terhadap kaum waria? masyarakat yang memandang negatif waria, mendiskriminasikan, dan memarjinalkan kaum waria yang terungkap dalam penelitian dan uraian di atas kiranya belum jelas. Kalau kita cermati lebih lanjut, ternyata ada juga kelompok masyarakat yang bisa menerima kaum waria. Sebagai contoh adalah Avi dan Dorce. Mereka diterima sebagai penghibur multitalent, bahkan Avi justru pernah mendapatkan penghargaan sebagai pemeran video klip terbaik bersama group band naïf. Di perkampungan Kricak Yogyakarta misalnya, banyak waria yang tinggal di sana. Namun masyarakat sekitar tidak mengucilkan kaum waria di sana. Kaum waria yang tinggal di Kricak ternyata bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar dengan baik (Hariyanti, 2004). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui sikap remaja terhadap kaum waria. Hal ini juga menarik digali karena walaupun banyak penolakan, namun kaum waria tetap ada dan bermunculan di berbagai daerah. Faiz (2002)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menyebutkan bahwa jumlah male-to-female transseksual atau waria adalah 1 dari setiap 18.000 sampai dengan 33.000 laki-laki. Sedangkan data yang masuk di Direktorat Jenderal Administrasi dan Kependudukan Departemen Dalam Negeri tahun 2005 menyebutkan bahwa jumlah waria di Indonesia tercatat sebanyak 400 ribu. Jumlah itu tersebar di berbagai daerah di Indonesia, dan terbanyak di Pulau Jawa. Diyakini estimasi jumlah tersebut hampir selalu merupakan fenomena “gunung es” (http://www.tempointeraktif.com; Agustus 2005). Sikap remaja terhadap kaum waria penting digali karena pada masa remaja, mereka mulai menentukan sikap tanpa bergantung pada orang lain yang lebih dewasa dari mereka (Mappiare, 1982). Mereka juga mempunyai sikap dan pandangan yang lebih realistis. Pada masa ini pula mereka mulai mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita dan mencapai hubungan baru yang lebih matang (Havinghurst, dalam Hurlock, 1996). Lebih lanjut, pada masa ini identitas seksual seseorang mulai terbentuk dan menetap. Oleh karena itu, pada masa ini seseorang akan menentukan identitas seksual dan identitas gendernya.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan di atas, maka penelitian
ini berusaha menjawab pertanyaan : Bagaimana sikap remaja terhadap kaum waria ? C.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap remaja terhadap kaum
waria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D.
Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi psikologi sosial khususnya mengenai sikap remaja terhadap kaum waria. b. Penelitian ini diharapkan berguna bagi peneliti lain untuk memberikan masukan khususnya mereka yang akan meneliti lebih lanjut mengenai kaum waria. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan bagi masyarakat dan pembaca mengenai sikap remaja terhadap kaum waria. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran bagi kaum waria mengenai sikap kelompok masyarakat terhadap keberadaan mereka sehingga mereka dapat membangun strategi konstruktif dalam menghadapi sikap masyarakat terhadap mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Sikap Sikap, seperti halnya dengan pengertian-pengertian lain, terdapat beberapa
pendapat diantara para ahli. Tentunya ahli yang satu dengan ahli yang lainnya memberikan definisi dengan batasan-batasan yang berbeda. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah beberapa penertian sikap menurut beberapa ahli. Louis Thurstone (dalam Edwards, 1957) mengatakan bahwa sikap adalah suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan obyek-obyek psikologis. Afeksi positif yang dimaksud adalah afeksi senang, sedangkan afeksi negatif yang dimaksud adalah afeksi yang tidak menyenangkan. Thurstone melihat sikap hanya mengandung komponen afeksi saja. G.W. Allport (dalam Marie, Jahoda, and Neil Warren, 1966; White, 1982 ; Mar’at, 1982; Sears, dkk., 1988) mengatakan bahwa sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamis atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Allport (dalam Hall dan Lindzey, 1993) mengatakan bahwa sikap adalah predisposisi, yang mungkin juga bersifat khas yang bisa memulai atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengarahkan tingkah laku dan merupakan hasil dari faktor-faktor genetik dan belajar. Newcomb (dalam walgito, 1990; Mar’at, 1981) mengatakan bahwa sikap merupakan suatu kesatuan kognisi yang mempunyai valensi dan akhirnya berintegrasi ke dalam pola yang lebih luas. Krech dan Crutchfield (dalam Jahoda, Marie, and Neil Warren, 1966) mengatakan bahwa sikap adalah organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai beberapa aspek dunia individu. Rokeach (dalam Walgito, 1990) juga memberikan pendapatnya mengenai sikap. Ia mendefinisikan sikap sebagai predisposing untuk merespon, untuk berperilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan predisposisi untuk berbuat atau berperilaku. Myers (dalam Walgito, 1990) mengatakan bahwa sikap adalah suatu kecenderungan ke arah beberapa obyek; meliputi kepercayaan seseorang, perasaan, dan kecenderungan perilaku terhadap obyek. Gerungan
(dalam Walgito, 1990) mengatakan bahwa, pengertian
mengenai attitude itu dapat kita terjemahkan dengan kata sikap terhadap obyek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, yang disertai dengan kecenderungan bertindak sesuai dengan sikap terhadap obyek tadi. Jadi attitude itu lebih tepat diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan bereaksi terhadap sesuatu hal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saifuddin Azwar (2005) mengatakan bahwa sikap adalah suatu respon evaluatif. Sedangkan Mar’at (1981) mengatakan bahwa sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek tersebut. Banyak sekali pengertian sikap menurut beberapa ahli yang ada. Hal ini dimungkinkan karena sikap merupakan masalah yang penting dan menarik dalam lapangan psikologi khususnya psikologi sosial. Bahkan ada ahli yang berpendapat bahwa psikologi sosial menempatkan sikap sebagai problem sentralnya (Crutchfield, dalam Walgito, 1990). Dari bermacam-macam pendapat tersebut, dapat ditarik suatu pengertian bahwa sikap adalah suatu kumpulan pendapat, keyakinan seseorang mengenai obyek yang relatif menetap, yang disertai perasaan tertentu, dan memberikan dasar untuk membuat kecenderungan berperilaku atau merespon obyek tersebut dengan cara tertentu.
B.
Komponen Sikap Dilihat dari strukturnya, sikap terdiri atas tiga komponen yang saling
menunjang, yaitu : 1. Komponen Kognitif, yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan tentang obyek. 2. Komponen Afektif, yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang (emosional) atau penilaian terhadap obyek. Rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
senang merupakan hal positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. 3. Komponen
Konatif,
yaitu
komponen
yang
berhubungan
dengan
kecenderungan bertindak terhadap obyek. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak seseorang terhadap obyek sikap (Shaver, Kelly, G., 1977; Zanden, and James W. Vander, 1977; Mar’at, 1981; Sears, dkk., 1988; Walgito, 1990; Azwar, 2005).
C.
Ciri-ciri Sikap Sherif dan Sherif (dalam Walgito, 1984) mengungkapkan bahwa sikap
merupakan suatu pendorong yang menimbulkan tingkah laku tertentu yang memiliki ciri-ciri, yaitu : 1. Sikap bukan merupakan suatu yang dibawa sejak lahir. Sikap terbentuk dalam perkembangan individu. Oleh karena itu, sikap dapat dipelajari dan dapat berubah walau mempunyai kecenderungan agak tetap. Dalam hal ini faktor pengalaman penting dalam pembentukan dan perubahan sikap. 2. Dapat berlangsung lama maupun sebentar. Jika sikap sudah tertanam menjadi salah satu nilai dalam kehidupan seseorang, maka akan memerlukan waktu yang relatif lama untuk mengalami perubahan. 3. Selalu ada hubungan yang positif atau negatif antara subyek dengan obyek, melalui proses pengenalan atau persepsi terhadap obyek. Proses ini menimbulkan sikap tertentu pada individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Dapat
meliputi
satu
obyek
dan
meliputi
sekumpulan
obyek
(kecenderungan untuk menggeneralisasikan obyek sikap). 5. Mengandung faktor perasaan dan faktor motif. Jadi sikap terhadap obyek tertentu selalu ada perasaan yang menyertai dan mempunyai motivasi untuk bertindak tertentu terhadap obyek yang dihadapi individu.
D.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap
tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya. Azwar (2005) mengatakan ada enam faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu: 1. Pengalaman pribadi Apa yang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Pengalaman pribadi tersebut akan menjadi dasar pembentukan sikap apabila mempunyai kesan yang kuat. Oleh karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Seseorang yang kita anggap penting bagi kita, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi gerak-tindak dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. 3. Pengaruh kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang
menjadi
anggota
kelompok
masyarakat
asuhannya.
Hanya
kepribadian individu yang kuat yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individu. 4. Media massa Sebagai sarana komunikasi, media massa mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesanpesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. 5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. 6. Pengaruh faktor emosional Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula bertahan lama. Suatu contoh bentuk sikap yang didasari emosi adalah prasangka. Misalnya prasangka rasialis dalam bentuk perusakan toko-toko milik Cina, dan penjarahan yang pernah terjadi. Hal ini terjadi karena didasari oleh faktor emosi yang berawal dari frustasi ketidakberdayaan menyamai atau melawan dominasi orang Cina di bidang ekonomi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E.
Definisi dan Batasan Remaja Remaja atau adolescence berasal dari kata kerja latin adolescere yang
berarti tumbuh menjadi dewasa. Piaget (dalam Hurlock, 1996) mengatakan bahwa istilah adolescence ini mempunyai arti luas, mencakup kematangan mental, emosional dan sosial. Gunarsa (1986) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa, yaitu antara 12 tahun sampai 21 tahun. Masa ini lebih menunjuk pada masa peralihan dengan semua perubahan psikis yang dialami seseorang. Sedangkan Monks (1991) membagi usia remaja menjadi tiga bagian, yaitu masa remaja awal (12 – 15 tahun), masa remaja pertengahan (15 – 18 tahun), dan masa remaja akhir (18 – 21 tahun). Dalam hal ini, penulis lebih mengarahkan kepada Subyek usia remaja akhir. Jadi, yang dimaksud remaja dalam penelitian ini adalah seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang berusia 18 – 21 tahun.
F.
Ciri-ciri Masa Remaja Mappiare (1982) mengatakan bahwa ada perubahan yang terjadi dalam diri
seorang remaja. Perubahan itu antara lain adalah mulainya remaja memiliki stabilitas dalam hal sikap atau pandangan yang menjadi relatif menetap, dan tidak mudah digoyahkan oleh orang lain. Perasaan senang atau tidak senang terhadap suatu objek didasarkan pada hasil pemikirannya sendiri. Keinginan mereka dalam menentukan sikap tidak bergantung pada orang lain yang lebih dewasa. Remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mempunyai citra diri dan sikap atau pandangan yang lebih realistis. Mereka mulai menilai dirinya sebagaimana adanya, dan menghargai orang lain seperti keadaan yang sesungguhnya. Petro Blos (dalam Sarwono, 1989) mengatakan bahwa pada masa remaja akhir, remaja mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan memperoleh pengalaman baru. Diungkapkan pula bahwa pada masa ini identitas seksual sudah terbentuk dan tidak berubah lagi. Sementara itu, Hurlock (1996) mengungkapkan bahwa pada masa remaja, seseorang mulai mencapai kematangan emosi dengan menilai situasi secara kritis terlebih dahulu. Selain itu, dalam hal pemilihan teman, remaja mulai berkeras untuk memilih sendiri teman-temannya tanpa campur tangan orang dewasa. Havighurst (dalam Hurlock, 1996) mengatakan bahwa seseorang dalam sepanjang rentang kehidupannya mempunyai tugas perkembangan, termasuk pada usia remaja. Sebagian dari tugas perkembangan usia remaja adalah menjalin hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita dan dimulainya kemandirian emosional dari mereka. Dalam menjalin hubungan ini, remaja bebas menentukan pilihannya untuk bergaul dengan siapa saja tanpa harus memperoleh persetujuan dari orang lain. Remaja juga mulai dapat menghargai orang lain sesuai dengan keadaan yang sesunguhnya. Sedangkan tercapainya kemandirian emosional pada masa remaja ini berkaitan dengan pambentukan sikap mereka terhadap suatu obyek sesuai dengan pemikiran mereka sendiri yang realistis dan kritis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penulis menggunakan kelompok remaja sebagai Subyek dalam penelitian ini karena pada usia ini seseorang memulai kemandirian dan kestabilan emosi yang mempengaruhi bagaimana mereka menyikapi suatu hal sesuai dengan pemikiran mereka sendiri tanpa campur tangan dari pihak lain. Selain itu juga karena masa ini adalah masa mereka mencapai peran jenisnya sebagai laki-laki atau perempuan dan terbentuknya identitas seksual yang menetap.
G.
Heteroseksual Remaja Pada awalnya, remaja mengelakkan bergaul dengan lawan jenis, dan lebih
ingin ada bersama dengan kawan sejenisnya. Kebersamaan ini memberikan perasaan kebanggaan, dan kenikmatan tersendiri. Akan tetapi keadaan ini tidak akan terus demikian. Setelah gejolak sekitar haid dan ejakulasi pertama, mereka mulai merasa tertarik kepada lawan jenisnya. Inilah tahap perkembangan heteroseksual (Riberu, 1985). Ketika mereka secara seksual sudah matang, laki-laki maupun perempuan mulai mengembangkan sikap yang baru pada lawan jenisnya dan mengembangkan minat pada kegiatan-kegiatan yang melibatkan laki-laki dan perempuan. Minat yang baru ini bersifat romantis dan disertai dengan keinginan yang kuat untuk memperoleh dukungan dari lawan jenis (Hurlock, 1996). Tugas perkembangan berikutnya yang harus dikuasai remaja adalah belajar memerankan peran seksual yang diakui (Hurlock, 1996). Peran seksual pada hakikatnya adalah bagian dari peran sosial pula. Sama halnya dengan anak yang harus mempelajari perannya sebagai anak terhadap orang tua atau sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
murid terhadap guru, maka ia pun harus memepelajari perannya sebagai anak sebagai jenis kelamin tertentu terhadap jenis kelamin lawannya. Jadi, peran seksual ini tidak hanya ditentukan oleh jenis kelamin yang bersangkutan tetapi juga oleh lingkungan dan faktor-faktor lainnya. Dengan demikian tidak otomatis seorang laki-laki harus bermain mobil-mobilan dan robot-robotan sedangkan anak perempuan bermain boneka dan rumah-rumahan. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak anak laki-laki tertarik pada boneka-boneka dan anak perempuan pada robot-robotan dan akhirnya mereka tetap menjadi orang dewasa pria atau wanita yang normal atau tidak menjadi banci (Sarwono, 1989). Pada masa remaja, perkembangan kebutuhan seks dan pembentukan peranan jenis berjalan sejajar dan menentukan akan menjadi wanita atau pria bagaimanakah kelak. Pada suatu saat tertentu terlihat bahwa para remaja mengalami keraguan tentang peranan jenisnya masing-masing. Sering timbul keraguan mengenai bakat kelaki-lakian atau kewaniaannya. Apakah mereka tertarik pada jenis laki-laki atau wanita. Tambahan pula pengaguman pada terhadap seorang yang sama jenisnya, akhirnya menyebabkan timbulnya ikatan dan terbentuknya tingkah laku yang terwujud dalam perilaku seksual yang menyimpang: wadam, bencong, homoseks dan lesbian (Gunarsa dan Gunarsa, 1984). Sebagai contoh adalah kasus anak keenam dari enam bersaudara yang semuanya laki-laki. Pada waktu anak keenam ini lahir ibunya kecewa karena ibunya sangat menginginkan anak wanita. Sejak masa bayi, ibunya sudah mengeluarkan pakaian bayi yang telah disiapkan untuk bayi perempuan. Sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
agak besar ia masih mengenakan baju perempuan hingga saat SD seakan-akan terpaksa memakai celana dan kemeja laki-laki. Ternyata pada umur 12 tahun, kukunya dipelihara dan diberi pewarna kuku. Demikian pula matanya diberi make up khusus di mana akhirnya ia menjadi “korban” homoseksualitas. Dari contoh di atas terlihat pada mulanya hanya keinginan untuk memakai pakaian dari lawan jenis, kemudian terjadi peralihan dari tingkahlaku ini ke halhal yang seksual. Bahkan selanjutnya terjadi peralihan peranan jenis yang berganti-ganti sebagai akibat lingkungan termasuk lingkungan keluarganya. Contoh penyimpangan seperti di atas ternyata banyak ditemukan. Sebagai kesimpulan dapat dikemukakan bahwa pengalaman seseorang dapat menjadi faktor penyebab timbulnya penyimpangan perkembangan heteroseksual (Gunarsa dan Gunarsa, 1984).
H.
Pengertian Waria Waria adalah seorang laki-laki namun cenderung bertingkah laku sebagai
wanita (Koeswinarno, 1996; dan P. Esty dan Sugoto, 1998). Misalnya dalam penampilannya, ia mengenakan busana dan aksesoris seperti halnya wanita. Begitu pula dalam perilaku sehari-hari, ia juga merasa dirinya sebagai wanita yang memilki sifat lemah lembut. Elisabeth (1996) mengatakan bahwa seorang waria adalah seseorang yang memiliki fisik laki-laki tetapi psikis wanita yang diperoleh sejak lahir. Mereka terdiri atas dua golongan, yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.
Interseksualita dengan organ seksual laki-laki tetapi juga mempunyai hormon perempuan, dan;
2.
Transseksualisme sebagai seseorang yang mempunyai fisik laki-laki tetapi psikis wanita.
Istilah waria pada dasarnya memang ditujukan pada penderita transseksual atau seseorang yang memiliki fisik berbeda dengan jiwanya, yaitu secara fisik laki-laki, namun jiwanya perempuan. Oleh karena itu, mereka mempunyai keinginan yang kuat untuk mengubah alat-alat seksnya dengan jalan pembedahan dan penyuntikan hormon agar tercapai bentuk anatomis serta fisiologisnya sesuai dengan seks yang diinginkannya (Yanti dalam P. Esty dan Sugoto, 1998). Kartono (1989) juga mengatakan bahwa waria termasuk dalam kelainan seksual yang disebut dengan transseksual. Ia menyebutkan bahwa seorang waria mempunyai keinginan untuk menolak sebagai laki-laki dan merasa memiliki seksualitas yang berlawanan dengan struktur fisiknya. Implikasi lebih lanjut adalah orientasi seksual mereka bukan heteroseksual melainkan homoseksual. Jadi dapat dijelaskan bahwa waria adalah seseorang yang mempunyai fisik sempurna sebagai laki-laki, namun bersifat, bertingkah laku, serta berperasaan seperti wanita sehingga cenderung menampilkan diri sebagai wanita dan menolak sebagai laki-laki, bahkan mempunyai keinginan untuk mengubah alat-alat seksnya menjadi wanita dengan cara pembedahan dan penyuntikan hormon. Implikasi selanjutnya adalah orientasi seksual mereka homoseksual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
I.
Faktor-faktor Penyebab a. Lingkungan Freud mengatakan bahwa sebagian besar penyebab menjadi waria adalah pengaruh dari luar atau sesudah dilahirkan (Yanti dalam P. Esty dan Sugoto, 1998). Dalam beberapa teori psikologi disebutkan bahwa kecenderungan orang menjadi waria salah satunya disebabkan oleh heterophobia, yaitu adanya ketakutan pada hubungan seks dari jenis kelamin yang lain karena pengalaman yang salah (Davidson dan Neale, 1978 dalam Koeswinarno, 1996). b. Proses Pembelajaran Proses pembelajaran yang memberikan cukup pengaruh adalah pembelajaran pada masa anak-anak yang biasanya melalui identifikasi terhadap suatu tokoh. Sebagai contoh, anak laki-laki mengidentifikasi ayah, sedangkan anak perempuan mengidentifikasi dirinya kepada ibu. Jika terjadi kebalikannya, maka akan terjadi kekacauan (Yanti dalam P. Esty dan Sugoto, 1998). Pada umumnya para orang tua tidak menyadari secara lebih dini bahwa anak mereka mengalami kelainan kepribadian. Mereka kurang menyadari bahwa akibat dari perilaku sehari-hari yang dianggap wajar, pada akhinya akan menciptakan pribadi-pribadi yang menyimpang. Meskipun tahap-tahap perkembangan libido ditentukan secara biologis, harus diakui bahwa perkembangan anak-anak dipengaruhi oleh reaksi tokoh-tokoh penting, yaitu melalui cara-cara pengasuhan, sikap orang tua dan sebagainya (Koeswinarno, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Cara Mendidik yang Salah Stoller mengatakan bahwa waria dapat terjadi karena peran ibu terlalu dominan dalam diri anak laki-laki (Yanti dalam P. Esty dan Sugoto, 1998). Kelahiran anak yang “cantik” ini membuat ibu tergugah untuk membentuk ikatan emosional yang erat dengan anaknya. Selain itu, adanya keinginan-keinginan terpendam dari orang tua untuk memiliki anak dari jenis kelamin yang berlawanan mengakibatkan cara mendidik anak yang keliru, dan ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terciptanya pribadi waria (Koeswinarno, 1996). d. Biologis Tim peneliti JN Zhou, MA Hofman, LJ Gooren, DF Swaab dari Belanda telah menemukan bukti awal bahwa waria mempunyai struktur otak yang berbeda dengan laki-laki pada umumnya. Paling tidak dalam satu area kunci yang kira-kira 1 – 8 inchi lebarnya. Mereka meneliti satu bagian dari hypothalamus yang disebut Central Division of The Bed Nucleus of The Strim Terminalis (BSTc). Area ini yang diperkirakan dapat meningkatkan perilaku seksual, rata-rata lebih besar 44 % terdapat pada laki-laki dari pada perempuan. Para ilmuwan dari Institut Penelitian Otak Belanda melaporkan bukti awal bahwa BSTc pada waria lebih menyerupai BSTc perempuan dari pada laki-laki. Tapi pada kenyataannya, rata-rata BSTc pada waria sedikit lebih kecil dari pada BSTc pada perempuan. Para peneliti menemukan bahwa sedikitnya terdapat satu motif biologis yang menyebabkan waria ingin mengganti alat kelaminnya, walaupun mungkin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hal ini bukan satu-satunya alasan (Yanti dalam Hariyanti, 2004; dan Kompas, 9 Agustus 2004). Hingga saat ini penyebab seseorang menjadi waria masih terus dipelajari. Teori yang ada dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: (1) teori bawaan; (2) hasil didikan lingkungan; (3) konsumsi beberapa zat kimia, dan terdapat bukti tentang sejumlah polutan yang memberikan efek sama. Teori yang semakin sering dibicarakan dan diyakini kebenarannya saat ini adalah teori pertama, yaitu sehubungan dengan kondisi hormonal dan otak janin dalam kandungan (Faiz, 2002; dan Kompas, 9 Agustus 2004).
J.
Perbedaan Waria dan Homoseksualitas Waria memang identik dengan homoseksual. Keduanya memang dapat
digolongkan sebagai penyimpangan seksual yang menyukai seseorang dengan jenis kelamin yang sama. Namun sebenarnya waria dan homoseksual merupakan dua fenomena yang terpisah. Homoseksual adalah relasi seks dengan jenis kelamin yang sama, atau rasa tertarik dan mencintai jenis seks yang sama. Homoseksual ini dapat mencakup segenap jajaran tingkah laku dari seksualitas seperti masturbasi timbal balik, memasukkan penis dalam mulut orang lain lalu menggesek-gesekkannya dengan bibir serta lidah untuk membangkitkan orgasme (fellatio), atau persenggamaan dubur (anal intercousel) sampai pada hasrat terhadap lawan jenis yang ditekan kuat-kuat (Chaplin, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Freud menjelaskan bahwa homoseksual adalah individu yang mengalami ketertarikan hanya dengan mereka yang memiliki jenis kelamin yang sama dan timbul hasrat seksual. Sedangkan orang dengan jenis kelamin yang berlawanan tidak lagi memberikan daya tarik seksual, bahkan dalam beberapa kasus yang ekstrim dapat menimbulkan kebencian yang mendalam (Freud, 2002). Kaum waria merupakan laki-laki yang berpenampilan seperti wanita. Mereka merasa terjebak dalam tubuh yang salah. Mereka memperoleh kesenangan dan kenikmatan dengan memainkan peran sosial lawan jenisnya, yaitu perempuan sehingga secara fisik mereka berusaha mengadakan perubahan sesuai dengan karakteristik khas seorang perempuan seperti bentuk tubuh yang sintal dan suara yang lembut (Supratiknya, 1995). Batasan tegas antara waria dengan homoseksual biasanya diungkapkan lewat pakaian. Seorang homoseksual tidak perlu menyatakan dirinya dengan berpakaian wanita karena mereka tidak menganggap dirinya sebagai wanita. Sedangkan waria memiliki dorongan psikis menjadi seorang wanita sehingga mereka terdorong untuk berpenampilan layaknya seorang wanita (Koeswinarno, 1996; dan Faiz, 2002). Atmojo (dalam P. Esty dan Sugoto, 1998) mengatakan bahwa ada perbedaan yang hakiki antara homoseksual dengan waria, yaitu : a. Homoseksual tidak terganggu dengan keadaan fisiknya; b. Waria merasa bahwa alat kelaminnya, juga ciri-ciri fisiknya tidak pada tempatnya dan mereka ingin mengubah ciri-ciri fisiknya sesuai dengan jiwanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jadi waria berbeda dengan homoseksual, walaupun pada batas-batas tertentu keduanya masih dapat digolongkan sebagai penyimpangan seksual. Terdapat perbedaan yang mendasar antara waria dan homoseksual, yaitu homoseksual tidak terganggu dengan keadaan fisiknya, sedangkan waria merasa bahwa alat kelamin dan ciri-ciri fisiknya tidak pada tempatnya sehingga mereka mempunyai keinginan untuk mengubah ciri-ciri fisiknya sesuai dengan jiwanya. Selain itu, seorang homoseksual tidak perlu menyatakan dirinya dengan berpakaian wanita karena mereka tidak menganggap dirinya wanita, sedangkan waria memiliki dorongan psikis bahwa dirinya adalah seorang wanita sehingga mereka terdorong untuk berpenampilan layaknya seorang wanita. Seorang lakilaki yang berpenampilan kewanitaan tidak bisa disebut sebagai waria jika di dalam dirinya tidak ada dorongan untuk menjadi wanita.
K.
Dinamika Sikap Remaja terhadap Kaum Waria Sikap sosial adalah masalah yang erat hubungannya dengan norma dan
sistem nilai dalam kelompok masyarakat. Dengan masuknya individu dalam suatu kelompok, maka akan diperoleh suatu sistem nilai atau norma yang akan menentukan sikap sosialnya sampai juga pada tingkah laku perbuatannya (Wuryo, dan Saifullah, 1983). Oleh karena itu, dalam masyarakat terjadi pro dan kontra terhadap kaum waria. Ada masyarakat yang menolak kaum waria dan ada juga masyarakat yang bisa menerima kaum waria. Namun, masyarakat mana yang menolak kaum waria dan masyarakat mana yang bisa menerima kaum waria belum jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lalu bagaimana dengan sikap remaja? Seperti yang telah diuraikan di atas, dalam menentukan sikap, remaja tidak bergantung pada orang lain yang lebih dewasa. Hal ini dikarenakan pada masa remaja seseorang sudah mencapai kemandirian dan kestabilan emosi. Perasaan senang dan tidak senang terhadap suatu obyek didasarkan pada hasil pemikirannya sendiri dengan realistis dan kritis. Remaja juga dapat menghargai orang lain sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Selain itu, pada masa ini remaja mempunyai kecenderungan untuk mewujudkan dirinya sendiri dan berdiri sendiri dengan membebaskan dirinya dari lindungan orang tuanya. Hal ini tidak hanya berarti bahwa ia mencoba untuk membebaskan dirinya dari pengaruh kekuasaan orang tua, baik dalam segi afektif maupun dalam segi ekonomi seperti halnya remaja yang bekerja, namun hal ini juga berarti bahwa remaja secara mental tidak suka lagi menurut pada orang tuanya. Kewibawaan wakil-wakil generasi tua seperti orang tua, guru, pemimpinpemimpin agama dan sebagainya tidak lagi begitu saja diterima. Remaja akan mengkritisi norma-norma dan nilai-nilai yang berada dalam masyarakat dan tidak begitu saja menerimanya (Monks, 1991). Jika demikian yang terjadi pada remaja, maka remaja akan menyikapi kaum waria berdasarkan pemikirannya sendiri yang realistis dan kritis tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Norma atau nilai-nilai yang ada di masyarakat tidak begitu saja diterima karena mereka tentu akan mengkritisi norma atau nilai-nilai yang ada di masyarakat dan akan menyikapi kaum waria secara obyekif dan realistis berdasarkan pemikiran mereka sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jadi, remaja sebagai bagian dari masyarakat bisa bersikap menerima atau menolak terhadap kaum waria. Oleh karena itu, remaja bisa bersikap positif atau negatif terhadap kaum waria. Sikap positif ditunjukkan remaja dengan menerima kaum waria dan sikap negatif ditunjukkan remaja dengan menolak kaum waria. Sikap remaja terhadap kaum waria juga bisa berubah apabila ketiga komponen sikap, yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif tidak selaras atau tidak konsisten. Ketiga komponen tersebut menjadi tidak selaras atau tidak konsisten karena berbagai cara seperti yang telah dijabarkan di atas. Penelitian yang dilakukan oleh Nastiti (dalam P. Esty dan Sugoto, 1998) dan Elisabeth (1996) yang telah dijabarkan di latar belakang di atas, menyatakan bahwa banyak orang yang memandang bahwa waria menentang kodratnya, dan tingkah laku seksualnya tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Akibatnya,
masyarakat
tidak
menyenangi
mereka,
mendiskriminasikan mereka dan sering tidak menerima serta menolak mereka, bahkan pihak keluarganya sendiri juga menolak keberadaan mereka. Remaja adalah bagian dari masyarakat. Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa remaja juga cenderung akan bersikap negatif terhadap kaum waria. Asumsi ini juga diperkuat dengan adanya sistem nilai, norma dan agama yang ada di masyarakat yang juga akan mempengaruhi sikap seseorang terhadap suatu hal. Selain itu, jika kita cermati informasi yang sering kita dapat baik melalui media cetak dan media elektronik mengenai waria lebih cenderung menampilkan informasi mengenai kaum waria yang negatif, seperti razia kaum waria di jalan, demonstrasi penolakan pemilihan miss waria, dan hal-hal negatif lainnya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dilakukan oleh kaum waria. Informasi yang ada jarang sekali yang menampilkan informasi mengenai kaum waria yang berprestasi dan kegiatan positif mereka lainnya. Padahal informasi ini akan mempengaruhi sikap orang yang mendapatkan informasi tersebut termasuk remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif-deskriptif, yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 1989). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta atau keadaan tertentu, yaitu sikap remaja terhadap kaum waria. Sedangkan Travers dan Sevilla (dalam Halida, 2004), mengatakan bahwa data yang diperoleh bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan yang sementara berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.
B.
Definisi Operasional 1. Sikap Sikap adalah suatu kumpulan pendapat, keyakinan seseorang mengenai obyek yang relatif menetap, yang disertai perasaan tertentu, dan memberikan dasar untuk membuat kecenderungan berperilaku atau merespon obyek tersebut dengan cara tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Remaja Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang berusia 18 – 21 tahun.
3. Waria Waria adalah seseorang yang mempunyai fisik sempurna sebagai laki-laki, namun bersifat, bertingkah laku, serta berperasaan seperti wanita sehingga cenderung menampilkan diri sebagai wanita dan menolak sebagai laki-laki, bahkan mempunyai keinginan untuk mengubah alat-alat seksnya menjadi wanita dengan cara pembedahan dan penyuntikan hormon.
C.
Subyek Penelitian Subyek akan diambil dengan teknik pemilihan yang disesuaikan dengan
tujuan penelitian. Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah empat orang remaja yang bertempat tinggal di Yogyakarta dengan kriteria sebagai berikut : 1. Pria atau wanita yang sedang menempuh pendidikan di SLTA atau pun yang sudah di perguruan tinggi. 2. Berusia 18 – 21 tahun dengan rincian satu orang berusia 18 tahun, satu orang berusia 19 tahun, satu orang berusia 20 tahun, dan satu orang berusia 21 tahun. 3. Tahu apa yang disebut waria sesuai dengan definisi operasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Jarak tempat tinggal subyek dengan lokasi kaum waria biasa berkumpul. Keempat subyek yang diambil bertempat tinggal di Yoyakarta, mulai dari yang bertempat tinggal dekat dengan lokasi kaum waria berkumpul hingga jauh dari lokasi kaum waria biasa berkumpul, yaitu kurang 1 Km, antara 1 Km – 5 Km, antara 5 Km – 10 Km, dan lebih dari 10 Km. Sejauh penelusuran peneliti, di Yogyakarta ada beberapa tempat yang sering digunakan untuk mangkal para waria, yaitu di Parangkusumo, di Jalan Lingkar Selatan, tepatnya di utara pabrik gula Madukismo yang dikenal dengan sebutan “Krasil”, di sebelah timur perempatan terminal Giwangan, di taman kota (depan Bank Indonesia), di sekitar stasiun Tugu dan stasiun Lempuyangan termasuk di perempatan Pengok, perempatan Galeria, dan Jalan Kaliurang mulai perempatan mirota kampus sampai perempatan Barek. Pengambilan subyek didasarkan pada jarak tempat tinggal subyek dengan lokasi kaum waria biasa berkumpul karena diasumsikan bahwa subyek yang tempat tinggalnya dekat dengan lokasi kaum waria biasa berkumpul, akses pengetahuannya tentang waria lebih banyak karena lebih sering melihat dan memperhatikan kaum waria dan tentu hal ini akan mempengaruhi sikap mereka. Sedangkan subyek yang tempat tinggalnya jauh dari lokasi kaum waria biasa berkumpul diasumsikan akses pengetahuannya tentang waria lebih sedikit dibanding yang dekat sehingga mungkin akan terjadi perbedaan sikap antara subyek yang dekat dengan subyek yang jauh tempat tinggalnya dengan lokasi kaum waria biasa berkumpul. Dengan kriteria di atas diharapkan mampu mewakili
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
populasi remaja yang ada sehingga subyek bisa representatif dan sesuai dengan tujuan penelitian.
D.
Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan teknik wawancara dalam memperoleh
datanya. Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Banister dkk, dalam Poerwandari 2005). Wawancara ini dilakukan untuk memeperoleh pengetahuan tentang makna-makna subyektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, yaitu sikap remaja terhadap kaum waria. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan pedoman umum. Dalam proses wawancara ini, peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tanpa bentuk pertanyaan eksplisit. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist) apakah aspek-aspek yang relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan (Poerwandari, 2005). Secara umum, isi wawancara yang akan ditanyakan kepada subyek ini mencakup dua hal, yaitu peneliti menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan proses pemahaman dan interpretasi subyek terhadap obyek yang diteliti. Sedangkan hal yang kedua adalah pertanyaan mengenai perasaan yang melibatkan proses evaluasi dan dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman tentang aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
afektif dalam diri subyek, misalnya tentang respon-respon emosional subyek terhadap pengalaman dan pemikiran-pemikiran mereka atas sesuatu (Poerwandari, 2005). Untuk komponen konatif, pertanyaan dibuat untuk mengetahui kecenderungan perilaku subyek terhadap obyek yang diteliti yaitu kaum waria. Tabel 1. Blue Print Wawancara
Komponen Sikap Komponen Kognitif
Topik
Distribusi Pertanyaan
Pengertian waria
1, 5, 7
Pengetahuan
2, 3, 4
tentang
kegiatan kaum waria
Pendapat tentang kaum
8, 11, 14, 16, 18,
waria Komponen Afektif
Perasaan
terhadap
kaum waria Komponen Konatif
Terhadap
6, 10, 13, 17, 19, 21, 28
keberadaan
9, 12, 15, 20, 22,
kaum waria (menerima
23, 24, 25, 26, 27
/ tidak)
Dalam proses wawancara terhadap subyek juga akan dilakukan pengembangan pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang lebih beragam. Dalam hal ini akan dipertanyakan pula tentang pengalaman subyek berkaitan dengan kaum waria, apakah ada pengaruh dari orang lain, ataupun budaya serta media massa dalam proses pembentukan sikap serta adakah faktor emosional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E.
Analisis Data Kualitatif Dalam setiap penelitian perlu disertakan standar yang dipakai untuk
mengevaluasi penelitian tersebut. Begitu pula dengan jenis penelitian kualitatif, untuk dapat menjadi suatu penelitian yang baik harus mampu memenuhi standarstandar tertentu. Standar-standar tersebut adalah sebagai berikut: a. Kredibilitas Kredibilitas dimaksudkan untuk merangkum bahasan menyangkut kualitas penelitian kualitatif (Poerwandari, 2005). Kredibilitas studi kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial, atau pola interaksi yang kompleks. Istilah kredibilitas ini pada dasarnya merupakan pengganti konsep validitas. Namun, beberapa peneliti tetap menggunakan istilah validitas. Stangl (1980) dan Sarantakos (1993) menyampaikan bahwa dalam penelitian kualitatif, validitas dicapai tidak melalui manipulasi variabel, melainkan melalui orientasinya, dan upayanya mendalami dunia empiris dengan menggunakan metode paling cocok untuk pengambilan dan analisis data (dalam Poerwandari, 2005). Konsep yang digunakan antara lain validitas kumulatif, validitas komunikatif, validitas argumentatif dan validitas ekologis. Validitas kumulatif dicapai bila temuan dari studi-studi lain mengenai topik yang sama menunjukkan hasil yang kurang lebih serupa. Validitas komunikatif dilakukan melalui dikonfirmasikannya kembali data dan analisisnya kepada subyek penelitian. Validitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
argumentatif dapat tercapai bila presentasi temuan dan kesimpulan dapat diikuti dengan baik rasionalnya, serta dapat dibuktikan dengan melihat kembali ke data mentah. Sementara itu, validitas ekologis menunjuk pada sejauh mana studi dilakukan pada kondisi alamiah dari partisipan yang diteliti, sehingga justru kondisi “apa adanya” dan kehidupan sehari-hari menjadi konteks penting penelitian (Sarantakos, dalam Poerwandari, 2005). Dalam penelitian ini, langkah-langkah peneliti dalam melakukan analisis adalah sebagai berikut: 1. Membuat verbatim berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan bantuan tape recorder. 2. Membuat kode-kode atas tema-tema utama yang muncul untuk diberikan pada proses kategorisasi. 3. Melakukan kategorisasi terhadap tema-tema utama yang muncul dari verbatim wawancara dengan kode-kode yang telah dibuat sebelumnya; 4. Melakukan cross check dengan subyek untuk mendapatkan validitas atas data yang diperoleh peneliti. 5. Peneliti juga secara terbuka mau mendiskusikan proses penelitian, hasil temuan dari pengumpulan data tersebut dengan pihak lain, seperti dengan sesama peneliti yang sedang melakukan penelitian dan juga dengan dosen pembimbing, sehingga dimungkinkan mendapatkan saran dan kritik yang bisa meningkatkan kualitas atau kepercayaan dari penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 2. Kode Analisis Data Kode Struktur Sikap a. Komponen kognitif b. Komponen afektif c. Komponen konatif Pembentukan Sikap a. Pengalaman pribadi b. Pengaruh orang lain c. Pengaruh kebudayaan d. Media massa e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama f. Pengaruh faktor emosional Waria a. Pengertian b. Kegiatan kaum waria
KK KA KO Pr Po Pk Pm Pl Pe Pt Kg
b. Dependabilitas Dependabilitas menggantikan istilah reliabilitas. Melalui konstruk dependabilitas, peneliti memperhitungkan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi menyangkut fenomena yang diteliti, juga perubahan dalam desain sebagai hasil dari pemahaman yang lebih mendalam tentang setting yang diteliti. Yang dapat dilakukan adalah mengkonsentrasikan diri pada pencatatan rinci fenomena yang diteliti, termasuk interrelasi aspekaspek yang berkait. Dengan melakukan pencatatan rinci tersebut, peneliti mengundang orang lain untuk mempelajari dengan seksama hasil penelitian tersebut. Akhirnya, dengan data mentah yang terkumpul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lengkap dan diorganisasikan dengan baik, peneliti memungkinkan pihak lain untuk mempelajari data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis bila perlu, bahkan melakukan analisis kembali (Marshall dan Rossman, dalam Poerwandari, 2005). Langkah-langkah
yang
dilakukan
peneliti
untuk
mencapai
dependabilitas penelitian adalah sebagai berikut : 1. Pemberian uraian deskriptif yang konkret, catatan ucapan, dan percakapan verbatim, kutipan yang cermat sehingga tidak memberi kemungkinan tafsiran yang beragam. 2. Pencatatan info dengan alat mekanis seperti alat perekam sehingga respon dari subyek dapat ditangkap dengan cermat dan jelas. 3. Port folio, yaitu mencatat hal-hal penting yang muncul saat wawancara dilakukan. 4. Penyatuan dependabilitas dan konfirmabilitas. Konfirmabilitas merupakan suatu bentuk obyektifitas dalam penelitian kualitatif. Obyektifitas disini dalam pengertian transparansi, yaitu kesediaan peneliti untuk mengungkapkan secara terbuka proses dan elemen-elemen penelitiannya sehinga memungkinkan pihak lain melakukan penilaian (Sarantakos, dalam Poerwandari, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A.
Pelaksanaan Penelitian
1. Penentuan Subyek Penelitian Subyek penelitian ini terdiri dari empat orang baik laki-laki ataupun perempuan yang tergolong dalam kriteria remaja akhir, yaitu umunr 18 tahun sampai umur 21 tahun. Pemilihan subyek secara rinci diambil satu orang yang berumur 18 tahun, satu orang yang berumur 19 tahun, satu orang yang berumur 20 tahun, dan satu orang lagi yang berumur 21 tanpa mempertimbangkan
jenis
kelamin
subyek.
Pemilihan
subyek
juga
didasarkan jarak tempat tinggal subyek dengan tempat yang sering digunakan oleh kaum waria untuk berkumpul, yaitu dari yang jaraknya dekat sampai yang jaraknya jauh dari tempat kaum waria biasa berkumpul di Yogyakarta. Selain itu, pemilihan subyek juga didasarkan pendidikannya, yaitu dari lembaga pendidikan yang favorit di Yogyakarta sampai yang biasa saja.
Jarak
tempat
tinggal
subyek
dan
pendidikan
responden
dipertimbangkan karena diasumsikan ada perbedaan sikap antara subyek yang bertempat tinggal dekat dengan tempat kaum waria biasa berkumpul dan subyek yang bertempat tinggal jauh dari tempat kaum waria biasa berkumpul, serta juga ada perbedaan sikap antara subyek yang sedang menempuh pendidikan di lembaga pendidikan favorit dan biasa saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil penelitian ini bertujuan bukan untuk generalisasi, tetapi untuk menggambarkan atau mendeskripsikan tentang bagaimana sikap subyek terhadap kaum waria. 2.
Waktu dan Tempat Penelitian Proses pengambilan data wawancara dilakukan sebanyak empat kali sesuai dengan kesepakatan antara peneliti dan subyek penelitian. Berikut ini waktu dan pelaksanaan penelitian: Subyek 1 Nama
: TYS
Jenis Kelamin : Perempuan Umur
: 21 tahun
Sekolah
: Universitas Gadjah Mada
Jarak
: Sekitar 400 meter dari perempatan Barek Jalan Kaliurang
Wawancara
: Hari Senin, 11 September 2006 di rumah subyek.
Subyek 2 Nama
: RBY
Jenis Kelamin : Perempuan Umur
: 20 tahun
Sekolah
: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Jarak
: Sekitar 1,5 Km meter dari Krasil
Wawancara
: Hari Senin, 11 September 2006 di rumah subyek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subyek 3 Nama
: WCK
Jenis Kelamin : Laki-laki Umur
: 19 tahun
Sekolah
: Universitas Pembangunan Nasional
Jarak
: Sekitar 14 Km meter dari perempatan Duta Wacana
Wawancara
: Hari Kamis, 14 September 2006 di rumah subyek.
Subyek 4 Nama
: CAP
Jenis Kelamin : Laki-laki Umur
: 18 tahun
Sekolah
: SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
Jarak
: Sekitar 6 Km meter dari stasiun Lempuyangan
Wawancara
: Hari Jumat, 22 September 2006 di rumah peneliti. Tabel 3. Demografi Subyek
Subyek
Jenis
Umur
Sekolah
Jarak
kelamin TYS
Perempuan
21
UGM
400 M
RBY
Perempuan
20
UIN
1,5 Km
WCK
Laki-laki
19
UPN
13 Km
CAP
Laki-laki
18
SMA PL
6 Km
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B.
Laporan Hasil Penelitian a. Deskripsi Tiap-tiap Subyek 1.
Subyek 1 Subyek 1 adalah TYS. Ia berumur 21 tahun dan sedang menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Jarak tempat tinggal responden dengan tempat waria biasa berkumpul sangat dekat, yaitu sekitar 400 meter. Tempat kaum waria biasa berkumpul yang dekat dengan tempat tinggal subyek
adalah di sekitar jalan
Kaliurang, mulai perempatan Mirota Kampus sampai perempatan Barek. Kaum waria di daerah itu biasanya mengamen secara bergerombol di warung-warung makan lesehan sepanjang jalan tersebut. Di tempat itu pula, di salah satu warung subyek pernah bertemu dengan waria yang sedang mengamen. Dari hasil wawancara, dapat diketahui bahwa pada komponen kognitif, subyek mengetahui bahwa waria adalah sifat bawaan seseorang yang tidak wajar, misalnya laki-laki tetapi mempunyai sifat bawaan wanita (lihat lampiran R1; 3 - 13). Responden juga mengetahui bahwa kegiatan kaum waria diantaranya adalah menjadi pengamen dan PSK (lihat lampiran R1; 8 – 23). Selain itu, subyek juga mengetahui pendapat warga sekitar tempat tinggalnya
yang juga menganggap
bahwa waria itu tidak wajar sehingga mereka belum bisa diterima dan masih mendapat cibiran-cibiran (lihat lampiran R1; 125 – 131). Hal itu dikarenakan faktor pendidikan dari masyarakat yang kurang dan juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengaruh Agama yang pada dasarnya belum bisa menerima keberadaan waria. Subyek juga menyebutkan bahwa sebenarnya lembaga pendidikan dan kemasyarakatan atau sekolah sudah mulai terbuka dan bisa memahami kaum waria (lihat lampiran R1; 238 – 249). Begitu juga dengan teman-teman sebayanya, walaupun pendapat teman sebaya subyek ada yang bisa mengerti, menghargai dan menerima kaum waria dan ada yang tidak peduli, namun kebanyakan cenderung menerima kaum waria walaupun terkesan tidak peduli dalam arti jadi waria itu urusan mereka (lihat lampiran R1; 325 – 332). Secara pribadi, subyek menganggap bahwa waria itu adalah hal tidak normal (lihat lampiran R1; 541 – 551). Walaupun begitu, subyek menganggap hal itu wajar terjadi karena itu adalah sifat bawaan dan sudah takdir, malah menurutnya akan menambah variasi (lihat lampiran R1; 359 – 367). Pada komponen afektif, sehubungan dengan keberadaan kaum waria, subyek merasa biasa-biasa saja karena ada atau tidak adanya kaum waria bagi subyek tidak masalah dan tidak mempengaruhinya, walaupun sebenarnaya ada perasaan takut jika tiba-tiba didatangi oleh waria atau saat ia bertemu dengan waria yang mengamen (lihat lampiran R1; 387 – 391). Subyek justru merasa kasihan terhadap kaum waria yang
pada kenyataannya masih sering diperlakukan secara
diskriminatif di masyarakat sehingga mungkin saja mereka harus mengamen dan jadi PSK untuk mempertahankan eksistensinya (lihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lampiran R1; 103 – 116, 207 – 224, 476 – 484). Subyek juga merasa kasihan dan prihatin melihat kaum waria diperlakukan semena-mena saat dirazia (lihat lampiran R1; 291 – 297). Begitu pula subyek akan merasa kasihan dan sedih apabila ada saudara atau temannya yang menjadi waria, namun tidak merasa malu karena itu sudah takdir (lihat lampiran R1; 406 – 425, 441 – 449). Selain itu subyek juga merasa salut dan bangga terhadap kaum waria yang berprestasi karena mereka tidak minder bahkan justru mampu memanfaatkan potensi yang ada walaupun mereka sering mendapatkan penolakan (lihat lampiran R1; 68 – 78). Subyek pernah juga merasa takut akan tanggapan masyarakat jika bergaul dengan kaum waria, tetapi rasa takut itu bisa dihilangkan dan tidak dipermasalahkan karena kegiatan tersebut positif (lihat lampiran R1; 621 – 629). Pada komponen konatif, warga sekitar tempat tinggal subyek masih belum bisa menerima kaum waria (lihat lampiran R1; 120 – 132). Namun, teman-teman sebaya subyek bisa menerima kaum waria. Begitu pula dengan Lembaga pendidikan dan kemasyarakatan atau sekolah yang juga mulai terbuka dan memahami kaum waria, (lihat lampiran R1; 238 – 244, 351 - 352). Secara pribadi, subyek menerima keberadaan kaum waria dan mau bergaul jika waria tersebut sopan dan tidak macam-macam (lihat lampiran R1; 488 – 494). Bahkan subyek mau melakukan kegiatan yang positif bersama kaum waria termasuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menjadi rekan kerja kaum waria (lihat lampiran R1; 508 – 520, 572 – 582).
2. Subyek 2 Subyek 2 adalah RBY. Ia berumur 20 tahun dan sedang menempuh
pendidikan
di
Universitas
Islam
Sunan
Kalijaga
Yogyakarta. Jarak tempat tinggal subyek sekitar 1,5 Km dari tempat kaum waria biasa berkumpul, yaitu krasil. Krasil terletak di pinggir Ring Road selatan, tepatnya di sebelah utara Pabrik Gula Madukismo. Di situ, kaum waria biasa berkumpul untuk menjajakan diri. Dari hasil wawancara dengan subyek dapat diketahui bahwa pada komponen kognitif, responden mengetahui bahwa waria adalah pria yang suka memakai pakaian wanita dan bertingkah laku seperti wanita dan mereka biasanya bekerja di salon dan menjadi PSK (lihat lampiran R2; 3 – 6, 9 - 15). Warga sekitar tempat tinggal subyek menganggap bahwa waria itu tidak normal (lihat lampiran R2; 127 - 136). Walaupu begitu, warga sekitar tempat tinggal subyek memandang waria itu sama saja seperti masyarakat lainnya tetapi masyarakat juga berjagajaga supaya tidak timbul gosip yang tidak mengenakkan (lihat lampiran R2; 86 – 90). Sepengetahuan subyek, lembaga pendidikan hanya mengenal hanya mengenal pria dan wanita dengan segala perannya masing-masing (lihat lampiran R2; 147 – 154). Teman-teman sebaya subyek ada yang setuju dan mau berteman dengan kaum waria, tetapi ada juga yang tidak setuju dan menganggap kaum waria itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menjijikan, namun kebanyakan teman-teman sebaya subyek tidak setuju dan menganggap waria itu menjijikan (lihat lampiran R2; 194 – 196, 201 – 203, dan 223 – 225). Secara pribadi, subyek menganggap waria itu tidak normal, namun tidak mempermasalahkannya dan tetap menganggapnya seperti manusia biasa karena sama-sama ciptaan Tuhan (lihat lampiran R2; 236 – 242, 246, 263 – 268, dan 281 – 285). Pada komponen afektif, sehubungan dengan keberadaan kaum waria, subyek merasa biasa saja seperti teman, bahkan saat subyek potong di salon waria ia tidak takut karena menurut subyek waria juga manusia (lihat lampiran R2; 72 – 79, 250 – 255). Subyek merasa kasihan terhadap kaum waria yang sering dijauhi dan diperlakukan diskriminatif oleh masyarakat serta diperlakukan seperti hewan saat dirazia (lihat lampiran R2; 188 – 189, 332 – 337). Subyek merasa bangga terhadap kaum waria yang berprestasi karena walaupun ada kelemahan tetapi dapat menunjukkan kelebihannya (lihat lampiran R2; 49 – 52). Akan tetapi, subyek merasa malu jika ada temannya yang menjadi waria, terlebih jika saudaranya menjadi waria subyek akan malu dengan tetangganya karena itu adalah aib keluarga dan bisa menimbulkan pembicaraan yang tidak mengenakkan (lihat lampiran R2; 302 – 305). Subyek juga merasa takut dicap atau dibicarakan di masyarakat jika bergaul dengan kaum waria tetapi bagi subyek hal itu tidak masalah karena yang dilakukan adalah hal yang baik (lihat lampiran R2; 414 – 420).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada komponen konatif, warga sekitar tempat tinggal subyek bisa menerima kaum waria bahkan justru diajak berkegiatan bersama seperti voli dan sepak bola bersama (lihat lampiran R2; 102 – 104). Begitu pula dengan subyek, secara pribadi subyek menerima keberadaan kaum waria dan mau berdiskusi, bergaul, bekerja dan melakukan kegiatan bersama kaum waria, namun subyek tidak mau melakukannya dengan waria yang menjadi PSK (lihat lampiran R2; 292, 359 – 362, 373 – 380, 389 – 391, 398, dan 400 – 405). Sepengetahuan subyek, lembaga pendidikan dan kemasyarakatan atau sekolah belum bisa menerima kaum waria sehingga bila ada waria, maka ia akan dikeluarkan supaya waria tersebut tidak diejek dan dikucilkan serta supaya ada kesetaraan (lihat lampiran R2; 155 – 158, 162 – 167). Teman-teman sebaya subyek ada yang bisa menerima atau setuju dengan keberadaan kaum waria sehingga mau bergaul dengan mereka, tetapi ada juga yang tidak setuju dan menjauhi kaum waria (lihat lampiran R2; 212 – 216). Namun, kebanyakan teman-teman sebaya subyek tidak setuju atau tidak menerima kaum waria (lihat lampiran R2; 223 – 225).
3. Subyek 3 subyek 3 adalah WCK. Ia berumur 19 tahun dan sedang menempuh pendidikan di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Jarak tempat tinggal subyek dari tempat kaum waria biasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berkumpul sekitar 13 Km. Tempat kaum waria biasa berkumpul tersebut adalah daerah Stasiun Lempuyangan sampai sekitar perempatan Duta Wacana. Kaum waria di tempat tersebut ada yang menjajakkan diri dan juga mengamen di perempatan Duta Wacana. Di tempat itu pula, tepatnya di perempatan Duta Wacana subyek pernah digoda oleh waria. Dari hasil wawancara dengan subyek diketahui bahwa pada komponen kognitif, subyek mengetahui bahwa waria adalah setengah laki-laki setengah wanita tetapi aslinya adalah laki-laki (lihat lampiran R3; 3 – 5). Subyek juga mengetahui bahwa kegiatan waria yang ecekecek atau yang kelas bawah hanya mangkal cari om-om, tetapi yang kelas atas jadi desainer dan artis (lihat lampiran R3; 9 – 15). Sepengetahuan subyek, warga sekitar tempat tinggal subyek, temanteman sebaya subyek, dan lembaga pendidikan dan kemasyarakatan atau sekolah berpandangan biasa saja terhadap kaum waria karena sama-sama manusia (lihat lampiran R3; 74 – 78, 126 – 130, dan 183 190). Secara pribadi subyek menganggap bahwa waria itu tidak normal (lihat lampiran R3; 250 – 259). Pada komponen afektif, sehubungangan dengan keberadaan kaum waria subyek merasa kasihan terhadap kaum waria karena mereka tidak seratus persen wanita dan tidak seratus persen laki-laki sehingga sebagian orang menjauhi mereka, bahkan diperlakukan semena-mena saat dirazia (lihat lampiran R3; 177 – 179, 230 – 237).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subyek juga merasa kasihan terhadap kaum waria yang baik-baik diperlakukan secara diskriminatif, tetapi tidak merasa kasihan jika waria yang diperlakukan secara diskriminatif itu adalah waria yang suka bawa tamu ke kos atau yang neko-neko (lihat lampiran R3; 350 – 358, 365 – 368). Subyek merasa bangga dan minder terhadap kaum waria yang berprestasi karena waria saja bisa berprestasi kenapa kita yang normal tidak (lihat lampiran R3; 39 – 44). Saat didatangi oleh waria seperti pengalamannya di perempatan Duta Wacana, subyek merasa takut dan panik karena itu pasti waria yang aneh-aneh (lihat lampiran R3; 62 – 63, 438 – 445). Namun berbeda jika ada saudara atau teman subyek yang ternyata adalah seorang waria, subyek justru merasa sedih dan kasihan jika ternyata ada saudara atau temannya yang menjadi waria (lihat lampiran R3; 321 – 324). Akan tetapai, subyek tidak merasa malu jika ternyata ada saudara atau temannya yang menjadi waria (lihat lampiran R3; 279 – 292). Subyek juga pernah merasa takut dicap dan dibicarakan oleh masyarakat jika bergaul dengan kaum waria, tetapi itu tergantung bagaimana cara mengantisipasinya dan subyek akan tetap berteman dengan kaum waria (lihat lampiran R3; 310 – 312). Pada komponen kognitif, warga sekitar tempat tinggal subyek bisa menerima kaum waria, seperti lembaga pendidikan dimana subyek menempuh pendidikan yang juga memperlakukan waria yang menjadi mahasiswa seperti mahasiswa pada umumnya (lihat lampiran R3; 82 –
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89, 139 – 140). Teman-teman sebaya subyek pun memperlakukan kaum waria seperti manusia biasa tergantung dari perilaku waria itu sendiri, kalau waria yang suka mangkal ya akan dijauhi (lihat lampiran R3; 208 – 214). Begitu pula dengan subyek, secara pribadi subyek bisa menerima kaum waria, bergaul, melakukan kegiatan bersama, dan bekerja dengan mereka kecuali kaum waria yang suka mangkal dan mencari om-om (lihat lampiran R3; 239 – 245, 372 – 284, 390 – 393, 397 – 400, 410 – 412, dan 419 - 423).
4. Subyek 4 Subyek 4 adalah CAP. Ia berumur 18 tahun dan masih menempuh pendidikan di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Jarak tempat tinggal subyek dengan tempat kaum waria biasa berkumpul sekitar 6 Km. Tempat kaum waria biasa berkumpul tersebut adalah daerah Stasiun Lempuyangan sampai perempatan Duta Wacana. Kaum waria di daerah tersebut ada yang menjajakkan diri dan juga ada yang mengamen di perempatan Duta Wacana. Subyek mempunyai pengalaman dengan kaum waria, yaitu pernah dikejar waria di Taman Kota. Dari hasil wawancara dengan subyek dapat diketahui pada komponen
kognitif, subyek mengetahui
bahwa
waria
adalah
transseksual atau wanita jadi-jadian (lihat lampiran R4; 3 – 6). Subyek juga mengetahui bahwa kaum waria ada yang bekerja di salon dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menjadi PSK (lihat lampiran R4; 9 – 11). Warga sekitar tempat tinggal subyek sama dengan teman-teman sebaya subyek menganggap bahwa kaum waria itu adalah hal aneh dan menjijikkan (lihat lampiran R4; 68 – 73, 134 - 138). Begitu pula secara pribadi subyek menganggap bahwa waria itu tidak normal sehingga menjijikkan dan memalukan (lihat lampiran R4; 170 – 173, 148 – 150). Pada komponen afektif, subyek merasa jijik dan kasihan terhadap kaum waria karena mungkin saja mereka menjadi waria karena terpaksa, (lihat lampiran R4; 176 – 181, dan 183 – 190). Subyek juga merasa kasihan terhadap kaum wariayang dijauhi oleh masyarakat, apalagi sampai diperlakukan semena-mena saat dirazia (lihat lampiran R4; 84 – 89, 125 – 130). Begitu pula jika ada saudara atau teman subyek yang menjadi waria, subyek akan merasa kasihan karena bisa menjadi bahan ejekan (lihat lampiran R4; 195 – 198). Selain itu, subyek tentunya juga akan merasa sedih dan kecewa jika ternyata ada saudara atau temannya yang menjadi waria, walaupun tidak akan merasa malu (lihat lampiran R4; 201 – 205). Subyek merasa takut jika tiba-tiba didatangi waria seperti pengalamannya didatangi dan dikejar waria di Taman Kota (lihat lampiran R4; 59, 302 – 303). Begitu pula subyek merasa takut dibicarakan di masyarakat apabila melakukan kegiatan bersama waria, tetapi kalau kegiatan itu positif tidak masalah (lihat lampiran R4; 287 – 291). Terhadap waria yang berprestasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
subyek merasa bangga karena kaum waria bisa mendapatkan uang yang halal (lihat lampiran R4; 32 – 39). Pada komponen konatif, warga sekitar tempat tinggal subyek tidak menerima kaum waria dan akan menjauhi mereka (lihat lampiran R4; 78 – 79). Begitu pula dengan teman-teman sebaya subyek akan menjauhi kaum waria karena takut dan akan menggodanya (lihat lampiran R4; 141 – 146). Lembaga pendidikan dan kemasyarakatan atau sekolah ada yang bisa menerima dan ada yang tidak bisa menerima kaum waria tergantung perilaku waria itu (lihat lampiran R4; 94 – 102). Begitu pula dengan subyek, secara pribadi subyek bisa menerima kaum waria tergantung dari perilaku waria itu sendiri (lihat lampiran R4; 225 – 226). Subyek juga kurang bisa bergaul dengan kaum waria karena takut, tetapi bisa bergaul dengan waria yang baikbaik (lihat lampiran R4; 231 – 233, 235 – 238). Subyek juga mau berdiskusi, bekerja, dan melakukan kegiatan bersama dengan kaum waria (lihat lampiran R4; 225 – 226, 242 – 245, 256 – 257, 268 – 269, dan 277 – 278).
b. Kategorisasi Subyek
Tabel 4. Kategori Subyek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Coding Komponen Kognitif • Pengertian waria
R1
R2
Sifat bawaan seseorang yang tidak wajar, misalnya laki-laki tapi punya sifat bawaan wanita (S1; 3 – 13).
Waria adalah pria yang suka memakai pakaian wanita dan bertingkah laku seperti wanita (S2; 3 – 6).
R3
R4
wanita Waria adalah setengah Transseksual, laki-laki setengah jadi-jadian (S4; 3 – 6). wanita, tapi aslinya lakilaki (S3; 3 – 5).
kaum Mengamen dan jadi Waria bekerja di salon, Kegiatan waria yang Kegiatan kaum waria di dan menjadi PSK (S2; 9 ecek-ecek mangkal cari salon dan jadi PSK (S4; PSK (S1; 18 – 23). om-om, tapi yang kelas 9 – 11). – 15). atas jadi artis, desainer (S3; 9 – 15).
•
Kegiatan waria
•
sekitar Pendapat warga Warga menganggap bahwa sekitar terhadap waria itu tidak wajar kaum waria sehingga kaum waria belum bisa diterima dan masih mendapatkan cibiran-cibiran (S1; 125 – 131).
Warga sekitar menganggap kaum waria tidak normal (S2; 127 – 136). Pandangan masyarakat sekitar tempat tinggal terhadap kaum waria sama saja dengan masyarakat lain, walaupun tetap berjagajaga supaya tidak timbul gosip (S2; 86 – 90, 93 95).
Pendapat warga sekitar biasa-biasa saja kan sama-sama manusia, mereka tidak berhak mengatur hidup seseorang (S3; 74 – 78).
Menganggap bahwa waria itu hal aneh dan menjijikan (S4; 68 – 73).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
•
Pendapat lembaga Sudah mulai terbuka dan pendidikan dan memahami waria (S1; kemasyarakatan atau 238 – 249). sekolah terhadap kaum waria
Lembaga pendidikan hanya mengenal pria dan wanita dengan segala perannya masingmasing (S2; 147 – 154).
Biasa saja, seperti Biasa saja seperti siswa mahasiswa pada lain (S4; 94 – 95). umumnya, seperti yang terjadi di UPN dan perguruan tinggi lainnnya (S3; 126 – 130)
•
Pendapat teman Pendapat teman-teman berbeda-beda, sebaya terhadap sebaya ada yang bisa menerima, kaum waria mengerti, dan menghargai kaum waria, tapi ada yang masih tidak peduli dan mencibir (S1; 301 – 312). Kebanyakan teman sebaya bisa menerima walaupun tidak peduli dengan kaum waria (S1; 325 – 332).
Ada yang setuju dan mau berteman dengannya, tetapi ada juga yang tidak setuju dan menganggap waria itu menjijikan (S2; 194 – 196, 201 - 203 ) Kebanyakan tidak setuju (S2; 223 – 225).
Pendapat teman sebaya Waria dianggap aneh biasa saja dalam arti dan menjijikkan (S4; seperti manusia biasa 134 – 138). terhadap kaum waria (S3; 183 – 190).
•
Pendapat pribadi Kaum waria adalah hal terhadap kaum waria yang tidak normal (S1 541 – 551). Tetapi itu wajar terjadi karena itu adalah sifat bawaan dan sudah takdir, malah banyak variasi (S1; 359 – 367).
Waria memang tidak Tidak normal (S3; 250 – 259) mempermasalahkan waria atau tidak, tapi berharap bisa berubah sedikit demi sedikit (S2; 236 – 242). Kaum waria dipandang seperti manusia biasa (S2; 246).
Pendapat pribadi waria itu tidak normal jadi nggilani (menjijikan) dan memalukan (S4; 170 - 173, 148 – 150).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Waria memang tidak normal dan beda dengan kita tapi kan sama-sama ciptaan Tuhan (S2; 263 – 268, 281 – 285). Komponen Afektif • Perasaan terhadap Senang dan bangga terhadap waria yang kaum waria berprestasi, karena mereka tidak minder dan mampu memanfaatkan potensi yang mereka miliki (S1; 68 – 78). Pernah diameni waria, dan saat diameni perasaan takut muncul karena dalam pikiran muncul jangan-jangan kalau tidak dikasih uang nanti sifat laki-lakinya muncul (S1; 86 – 92, 96 - 101). Muncul juga perasaan kasihan karena waria dilahirkan seperti itu (tidak normal) dan beberapa kalangan tidak bisa menerimanya sehingga mereka harus ngamen dan jadi PSK
Bangga terhadap waria berprestasi karena bisa mendapatkan uang yang halal (S4; 32 – 39).
Bangga kepada waria yang berprestasi, karena walaupun ada kelemahan tetapi dapat menunjukkan kelebihannya (S2; 49 – 52).
Perasaan terhadap kaum waria yang berprestasi bangga dan minder, waria aja bisa kenapa kita tidak (S3; 39 – 44).
Tidak merasa takut saat potong di salon waria, karena waria juga manusia (S2; 78 – 79).
Pernah digoda dan Muncul perasaan takut dicolak-coleh oleh saat dikejar waria (S4; waria, saat itu takut dan 59). panik saat (S3; 56 – 59, 62 - 63).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk mempertahankan eksistensinya (S1; 103 – 116). Biasa saja melihat masyarakat bisa menerima kaum waria (S2; 117 – 125).
Senang melihat perlakuan warga sekitar yang bisa menerima dan biasa-biasa saja terhadap kaum waria, karena tidak dikucilkan di masyarakat atau dimanusiakan (S3; 102 – 104, 106 - 113).
Kasihan melihat kaum waria dijauhi oleh masyarakat karena tentu waria itu akan merasa tertekan (S4; 83 – 89).
Merasa prihatin melihat Kasihan melihat waria seperti waria diseret-seret saat diperlakukan hewan saat razia (S2; razia (S1; 291 – 297). 188 – 189).
Kasihan melihat waria diperlakukan semenamena saat dirazia (S3; 177 – 179).
Kasihan melihat waria yang diperlakukan semena-mena saat dirazia (S4; 125 – 130).
Perasaan terhadap keberadaan kaum waria biasa saja dan dianggap seperti teman biasa (S2;
Kasihan terhadap kaum waria karena mereka tidak seratus persen wanita dan tidak seratus
Kadang merasa jijik dan kadang merasa kasihan juga dengan kaum waria karena mungkin itu sudah
Merasa kasihan melihat warga sekitar yang mencibir, mengejek dan sinis terhadap waria karena itu tidak adil, seakan-akan yang salah adalah warianya, padahal itu sudah takdir, jika ditawari pun kita tidak mau jadi waria. Merasa salut juga karena kaum waria tetap mau bekerja dan bersosialisasi dengan warga walaupun tidak sepenuhnya diterima (S1; 207 – 224).
Perasaan terhadap keberadaan waria biasa saja karena ada atau tidak ada waria tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengaruh (S1; 387 – 250 – 255). 391).
persen laki-laki serta sebagian orang menjauhi dan merasa jijik (S3; 230 – 237).
takdir dan mungkin saja mereka jadi waria karena terpaksa (S4; 176 – 181, 183 - 190). Kasihan jika ada saudara atau teman yang jadi waria karena bisa jadi bahan ejekan (S4; 195 – 198).
Kasihan dan sedih jika ada teman atau saudara yang ternyata waria (S1; 406 – 425).
Sedikit malu jika ada saudara atau teman yang menjadi waria (S2; 302 – 305).
Sedih dan kasihan jika ada saudara atau teman yang menjadi waria (S3; 321 – 324).
Tidak malu bila ada teman atau saudara yang jadi waria karena itu sudah takdir, kalau malu malah kasihan dia jadi tidak punya teman dan semangat hidup (S1; 441 – 449). Merasa kasihan dan prihatin terhadap kaum waria yang sering dijauhi dan diperlakukan diskriminatif (S1; 476 – 484).
Malu dengan tetangga karena itu aib keluarga, inginnya bisa menghindari pembicaraan yang tidak enak (S2; 309 – 314).
Tidak merasa malu jika Ada juga rasa sedih dan ada teman atau saudara kecewa, tapi tidak malu yang menjadi waria (S4; 201 – 205). karena pernah juga mempunyai teman seorang waria (S3; 279 282).
Kasihan terhadap waria yang sering dijauhi dan diperlakukan diskriminatif oleh masyarakat (S2; 332 – 337).
Perasaan terhadap waria yang suka bawa tamu ke kos (neko-neko) jika didiskriminasi ya biasa saja itu sudah pantas didapatkannya tapi kasihan kalu waria baikbaik didiskriminasi (S3; 350 – 358, 365 – 368).
Kasihan melihat kaum waria dijauhi oleh masyarakat karena tentu waria itu akan merasa tertekan (S4; 83 – 89).
Awalnya ada rasa takut Ada sedikit perasaan Pernah merasa takut Ada perasaan takut dan dicap atau dibicarakan dan dicap malu dengan masyarakat akan tanggapan takut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
karena berkegiatan dengan waria, tetapi kalau positif tidak masalah (S4; 287 – 291).
masyarakat jika bergaul dengan kaum waria, tapi rasa takut itu bisa dihilangkan dan tidak dipermasalahkan karena kegiatan tersebut positif (S1; 621 – 629).
dibicarakan di masyarakat jika bergaul dengan kaum waria, tetapi tidak masalah karena yang kita lakukan adalah hal yang baik (S2; 414 – 420).
oleh masyarakat karena bergaul dengan waria, tapi tergantung kita mengantisipasinya dan tetap berteman (S3; 310 – 312).
Saat sendirian tiba-tiba didatangi waria muncul secara spontan perasaan takut (S1; 637 – 646).
Perasaan saat sendirian tiba-tiba didatangi waria biasa saja seperti didatangi orang lain (S2; 437 – 440).
Panik dan bertanya- Takut saat sendirian tibatanya saat didatangi tiba didatangi waria (S4; 302 – 303). waria karena itu pasti waria yang aneh-aneh (S3; 438 – 445).
Masyarakat sekitar tempat tinggal bisa menerima dan justru mengajak kaum waria berkegiatan bersama seperti voli dan sepak bola (S2; 102 – 104).
Bagi warga sekitar tidak masalah dan bisa dibilang menerima (S3; 82 – 89).
Komponen Konatif • Menerima / tidak Warga sekitar belum bisa menerima kaum kaum waria waria dan kadang malah mencibir dan sinis terhadap waria (S1; 120 – 132, 191 – 201). Warga sekitar belum bisa menerima karena kurang pendidikan dan kurang pengetahuan tentang waria sehingga tidak mencoba melihat dari sisi lain mengapa dia jadi waria serta agama yang masih menentang keberadaan
Warga sekitar tidak menerima dan akan menjauhi waria (S4; 78 – 79).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kaum waria, padahal warga memegang teguh agama (S1; 142 – 149, R1; 156 – 179). Ada yang menerima dan ada yang tidak tergantung perilaku si waria, kalau keterlaluan pasti tidak akan diterima karena meresahkan (S4; 94 – 102).
Lembaga pendidikan dan kemasyarakatan atau sekolah sudah mulai terbuka dan memahami waria (S1; 238 – 244).
Jika ada waria ya dikeluarkan dari sekolah supaya waria itu tidak diejek dan dikucilkan serta biar ada kesetaraan (S2; 155–158, 162 167).
Pihak Universitas juga memperlakukan dia seperti mahasiswa pada umumnya (S3; 139 – 140).
Melihat di tv saat polisi melakukan razia, waria diseret-seret bahkan dengan kekerasan seperti pencuri (S1; 279 –284).
Saat dirazia, kaum waria diperlakukan secara kasar seperti diseretseret (S2; 174 – 177, 181 - 185).
Saat dirazia waria Lihat di tv waria dikejardiperlakukan semena- kejar, diseret-seret saat mena seperti ditarik- dirazia (S4; 118 – 122). tarik, dikejar-kejar, dan lain-lain (S3; 156 – 157, 160 - 169).
Perlakuan teman sebaya terhadap waria menerima tapi biasa saja, ada waria ya sudah (S1; 351 – 352).
Perlakuan teman sebaya, yang tidak setuju menjauhi kaum waria, dan yang setuju mau berteman dan ngobrol dengan mereka (S2; 212 – 216).
Perlakuan teman sebaya terhadap waria seperti manusia biasa, tapi tergantung perilaku waria itu sendiri, kalau waria yang suka mangkal ya dijauhi (S3; 208 – 214).
Teman-teman akan menjauhi karena takut atau akan menggodanya (S4; 141 – 146).
Secara pribadi bisa Secara pribadi bisa Secara pribadi mau Secara pribadi bisa menerima waria karena menerima kaum waria berteman dengan waria, menerima kaum waria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mereka pun baik-baik (S2; 292). saja dan tidak merugikan (S1; 359 – 367, 371 - 379).
tapi kalau dengan waria asal tidak mengganggu yang mangkal dan suka (S4; 225 – 226). cari om-om tidak mau dan akan dijauhi (S3; 239 – 245).
Akan membantu teman atau saudara yang jadi waria supaya bisa menerima keadaannya dan bisa mengolah potensi yang ada untuk bertahan hidup (S1; 454 – 469).
Memberitahu teman atau saudara yang menjadi waria supaya bisa berubah sesuai dengan jati dirinya (S2; 318 – 327).
Mau berteman dan menerima teman atau saudara yang menjadi waria serta memotivasi dia untuk bisa menerima kenyataan (S3; 336 – 343).
Saya akan berdoa agar teman atau saudara yang menjadi waria itu diberi jalan yang terbaik dan sebisa mungkin membantu teman atau saudara yang jadi waria, tapi tidak dijauhi (S4; 209 – 213, 217 – 221).
Sejauh dia sopan dan tidak macam-macam bisa menerima dan mau bergaul dengan kaum waria (S1; 488 – 494).
Mau bergaul dan bekerja dengan kaum waria, tapi tidak mau dengan waria yang jadi PSK (S2; 359 – 362).
Mau bergaul dengan kaum waria karena banyak waria yang mempunyai kelebihan, tapi tidak mau kalau dengan waria yang suka mangkal (S3; 372 – 384).
Kurang bisa bergaul dengan waria karena takut dan itu merupakan hal aneh (S4; 231 – 233, 235 - 238).
Selama tidak merugikan mau bekerja dengan kaum waria di bidang apa saja (S3; 390 – 393).
Mau bekerja dengan kaum waria di dunia entertaint (S4; 242 – 245).
Mau bekerja di salon dan bidang lain bersama kaum waria asal mereka bisa bekerja sama (S1; 508 – 520).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mau berdiskusi atau bertukar pendapat dengan kaum waria, karena mungkin mereka justru punya ide-ide yang lebih bagus (S1; 524 – 540).
Mau berdiskusi dan bertukar pendapat dengan kaum waria (S2; 373 – 380).
Mau berdiskusi atau bertukar pendapat dengan kaum waria karena bisa menambah pengetahuan (S3; 397 – 400).
Mau berdiskusi atau bertukar pendapat dengan kaum waria tetapi tidak sendirian (S4; 256 – 257).
Mau melakukan kegiatan yang positif bersama siapa saja termasuk bersama kaum waria (S1; 572 – 582).
Mau melakukan kegiatan bersama kaum waria seperti masak, dan lain-lain (S2; 389 – 391).
Mau berkegiatan bersama kaum waria seperti sepak bola, voli dan lain-lain (S3; 410 – 412).
Mau melakukan kegiatan bersama kaum waria seperti voli dan sepak bola karena bisa dijadikan hiburan (S4; 268 – 269).
Mau melakukan kegiatan kepedulian terhadap kaum waria seperti pendampingan atau penyuluhan HIVAIDS (S1; 588 – 592).
Mau melakukan kegiatan kepedulian terhadap kaum waria seperti pendampingan dan penyuluhan HIVAIDS karena bagus dan bermanfaat (S2; 398, 400 – 405).
Mau melakukan kegiatan kepedulian seperti pendampingan atau penyuluhan HIVAIDS karena itu hal yang positif (S3; 419 – 423).
Mau melakukan pendampingan atau penyuluhan HIV-AIDS terhadap kaum waria (S4; 277 – 278).
Jika tiba-tiba didatangi waria akan mengajak waria itu berkomunikasi (S1; 650 – 654).
Jika tiba-tiba didatangi waria, kalau diajak bicara ya ngobrol tidak masalah, tapi kalau tidak diajak bicara ya tidak bicara (S2; 443 – 448).
Jika tiba-tiba didatangi waria akan menolaknya dengan halus tapi kalau tidak mau ya dengan kekerasan (S3; 429 – 435).
Jika saat sendirian tibatiba didekati oleh waria lebih baik lari (S4; 302 303).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
c. Rangkuman Hasil Wawancara Keempat Subyek Subyek 1 memberikan pengertian waria sebagai sifat bawaan seseorang yang tidak wajar. Subyek 1 menuturkan bahwa seseorang menjadi waria itu sudah takdir sehingga kemungkinan untuk berubah kecil. Konsep ini juga muncul pada subyek 3 dan subyek 4 yang juga cenderung menginterpretasikan waria ke teori bawaan. Subyek 3 mengatakan bahwa waria adalah setengah laki-laki dan setengah wanita tetapi aslinya adalah seorang laki-laki, sedangkan subyek 4 mengatakan bahwa waria adalah transseksual atau wanita jadi-jadian. Berbeda dengan subyek 2 yang mengatakan bahwa waria adalah pria yang suka memakai pakaian wanita dan bertingkah laku seperti wanita. Subyek 2 memberikan konsep waria cenderung ke behavioral sehingga ada kemungkinan untuk diubah menjadi laki-laki normal. Respon masing-masing subyek terhadap kaum waria juga berbedabeda. Subyek 1, subyek 3, dan subyek 4 merasa takut terhadapkaum waria. Hal ini dimungkinkan karena pengalaman pribadi masing-masing subyek. Subyek 3 dan subyek 4 misalnya yang pernah mempunyai pegalaman digoda oleh waria, bahkan sampai dikejar-kejar. Sedangkan subyek 1 pernah bertemu dengan waria yang mengamen dan ia merasa takut karena saat itu muncul dalam pikirannya jangan-jangan jika tidak diberi uang waria itu akan marah. Berbeda dengan subyek 2 yang tidak merasa takut terhadap waria. Hal ini juga dikarenakan pengalaman subyek yang sering berinteraksi dengan waria khususnya di salon karena subyek 2 lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
senang ke salon waria. Selain itu, subyek 2 tidak takut terhadap waria juga dikarenakan di kampung tempat tinggal subyek 2, warga sekitar justru mengajak kaum waria untuk bermain voli bersama saat acara tujuhbelasan. Selain itu juga setiap pembukaan giling di Pabrik Gula Madukismo, sering juga mengundang waria untuk bertanding sepak bola. Hal ini dibenarkan oleh peneliti karena kebetulan tempat tinggal subyek 2 dekat dengan peneliti. Peneliti sendiri juga ikut dalam acara tersebut, dan menurut observasi peneliti, animo masyarakat sangat besar saat ada acara voli dan sepak bola bersama dengan kaum waria. Masyarakat yang melihat acara tersebut lebih banyak dari pada acara voli dan sepak bola tanpa waria. Keempat subyek juga merasa bangga dan kasihan terhadap kaum waria. Bangga terhadap kaum waria yang berprestasi karena mereka dapat menunjukkan potensi yang ada dalam diri mereka ditengah-tengah cibiran dan penolakan terhadap eksistensi mereka. Keempat subyek kasihan terhadap kaum waria karena masih banyak kaum waria yang belum diterima dimasyarakat sehingga banyak mendapatkan perlakuan yang diskriminatif bahakan tidak jarang diperlakukan semena-mena khususnya saat dirazia. Subyek 2 merasa malu jika ada temannya yang ternyata adalah seorang waria, terlebih jika saudaranya yang menjadi waria. Subyek 2 merasa malu dengan tetanggannya karena itu adalah aib keluarga dan tentu akan memunculkan pembicaraan yang tidak mengenakkan. Berbeda dengan subyek 1, subyek 3, dan subyek 4 yang tidak merasa malu apabila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
ada teman bahkan saudaranya yang ternyata adalah waria. Subyek 1 tidak merasa malu karena subyek 1 menganggap itu sudah takdir. Subyek 1 dan subyek 4 justru merasa kasihan kalau harus malu karena tentu waria itu tidak mempunyai teman dan semangat hidup. Sedangkan subyek 3 tidak merasa malu karena subyek 3 memang mempunyai teman waria dan ia merasa nyaman berteman dengannya. Secara umum, keempat responden bisa menerima keberadaan kaum waria, bahkan bergaul, melakukan kegiatan bersama, dan bekerja sama dengan kaum waria. Akan tetapi tidak semua waria bisa diterima oleh keempat subyek. Keempat subyek belum bisa menerima kaum waria yang suka mangkal dan menggoda atau yang menjadi PSK. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa keempat subyek mendapatkan berbagai macam informasi yang berbeda. Informasi tersebut diperoleh remaja baik melalui pengalaman pribadi, masyarakat sekitar, teman sebaya, sekolah, dan media massa. Informasi yang diterima masing-masing subyek berbeda dikarenakan jarak tempat tinggal subyek yang berbeda sehingga mempengaruhi akses informasi masing-masing subyek. Informasi yang didapatkan masingmasing subyek tentu akan mempengaruhi bagaimana subyek menyikapi kaum waria walaupun informasi yang ada tidak begitu saja diterima oleh subyek. Informasi tersebut akan dikritisi dan subyek akan menyikapi kaum waria bedasarkan pemikiran mereka sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
C.
Gambaran Sikap Remaja terhadap Kaum Waria Sikap adalah suatu kumpulan pendapat, keyakinan seseorang terhadap
suatu obyek yang relatif menetap, yang disertai perasaan tertentu, dan memberikan dasar untuk membuat kecenderungan berperilaku atau merespon obyek tersebut dengan cara tertentu. Seperti yang sudah diuraikan dalam bab sebelumnya, sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Komponen kognitif adalah komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan tentang obyek, komponen afektif adalah komponen yang berhubungan dengan perasaan atau emosional respondentif terhadap obyek tertentu, sedangkan komponen konatif adalah komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap obyek (Azwar, 1998). Tekait dengan hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa keempat subyek mendapatkan bermacam-macam informasi mengenai waria. Informasi tersebut pun berbeda-beda karena latar belakang subyek yang berbeda-beda. Akan tetapi, informasi yang didapat tidak begitu saja diterima. Keempat subyek tetap menyikapi kaum waria berdasarkan pemikirannya sendiri secara kritis dan obyektis. Subyek 1 menginterpretasikan waria cenderung ke teori bawaan, yaitu sifat bawaan seseorang yang tidak wajar dan ini sudah takdir. Respon subyek 1 terhadap kaum waria yang muncul bermacam-macam. Subyek 1 merasa takut terhadap kaum waria karena subyek1 pernah bertemu dengan waria yang mengamen dan subyek 1 takut waria itu marah jika tidak diberi uang. Subyek 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
juga merasa bangga terhadap kaum waria yang berprestasi karena mereka dapat menunjukkan potensi yang ada dalam diri mereka ditengah-tengah cibiran dan penolakan terhadap eksistensi mereka. Selain itu, subyek 1 merasa kasihan terhadap kaum waria yang masih sering diperlakukan diskriminatif di masyarakat terutama kasihan terhadap kaum waria yang diperlakukan semena-mena saat dirazia oleh petugas. Subyek 1 tidak merasa malu jika ada teman atau saudaranya yang ternyata seorang waria. Bisa dikatakan bahwa subyek 1 bisa menerima keberadaan kaum waria, bahkan subyek 1 tidak keberatan bergaul dan bekerjasama dengan kaum waria. Akan tetapi tidak semua waria bisa diterima oleh subyek 1. Subyek 1 belum bisa menerima kaum waria yang suka mangkal dan menggoda atau yang menjadi PSK. Subyek 2 menginterpretasikan waria cenderung ke behavioral, yaitu pria yang suka memakai pakaian wanita dan bertingkah laku seperti wanita. Subyek 2 tidak takut dengan waria bahkan dalam hal tata rambut, subyek 2 lebih sengan ke salon waria karena menurut subyek 2 lebih rapi. Sama seperti subyek 1, subyek 2 juga merasa bangga dan kasihan terhadap kaum waria. Namun subyek 2 merasa malu apabila ada teman atau saudaranya yang menjadi waria. Subyek 2 malu dengan tetangga karena itu adalah aib dan tentu akan memunculkan pembicaraan yang tidak mengenakkan. Subyek 2 juga bisa menerima, bergaul, dan bekerja sama dengan kaum waria walaupun tidak untuk waria yang menjadi PSK. Sama dengan subyek 1, subyek 3 dan subyek 4 menginterpretasikan waria cenderung ke teori bawaan. Subyek 3 mengatakan babhwa waria adalah setengah laki-laki dan setengah wanita namun aslinya adalah seorang laki-laku, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
subyek 4 mengatakan bahwa waria adalah transseksual atau wanita jadi-jadian. Respon yang muncul pun sama dengan subyek 1, yaitu merasa takut, bangga dan kasihan terhadap kaum waria, serta tidak merasa malu jika ada teman atau saudara yang ternyata adalah serang waria. Subyek 3 dan subyek 4 juga bisa menerima, bergaul, dan bekerja sama dengan kaum waria walaupun belum bisa menerima waria yang suka menggoda atau menjadi PSK. Melihat hasil penelitian ini, sikap remaja terhadap kaum waria bisa dikatakan positif dan cenderung menerima. Sikap tersebut muncul karena pemikiran dan pengolahan masing-masing subyek sendiri berdasarkan informasi dan pengalaman yang didapatkan subyek. Perbedaan tempat tinggal subyek yang menyebabkan informasi yang didapatkan subyek berbeda-beda tidak begitu saja diterima oleh subyek untuk menyikapi kaum waria. Subyek tetap menyikapi kaum waria bedasarkan pemikirannya sendiri dan berdasarkan keadaan yang sesungguhnya. Sebagai contoh, subyek mengetahui bagaimana sikap warga sekitar tempat tinggalnya, teman-teman sebayanya, dan lembaga pendidikan dan kemasyarakatan atau sekolah yang berbeda-beda, yaitu ada yang bisa menerima dan ada yang tidak. Akan tetapi, dari perbedaan tersebut, keempat subyek tetap bersikap positif dengan menerima kaum waria. Tidak semua kaum waria disikapi positif dengan diterima oleh remaja. Seperti yang telah diuraikan di atas, remaja belum bisa menerima kaum waria yang yang suka mangkal dan menggoda di pinggir-pinggir jalan atau menjadi PSK karena takut, jijik dan lain-lain. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa diterima atau tidak kaum waria, tergantung dari perilakunya sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
Untuk meningkatkan kualitas penelitian ini, peneliti menggunakan validitas komunikatif, yaitu mengkonfirmasikan kembali data dan analisisnya kepada subyek penelitian. Selain itu, peneliti juga secara terbuka mendiskusikan proses penelitian dan hasil temuan dari pengumpulan data dengan pihak lain, yaitu dengan dosen pembimbing, teman, sesama peneliti, dan pihak lain yang dianggap kompeten sehingga mendapatkan saran dan kritik untuk meningkatkan kualitas penelitian ini. Selain validitas, peneliti juga menggunakan reliabilitas yang telah ditempuh dengan cara menggunakan alat perekam saat wawancara, memberikan uraian deskriptif yang konkret, catatan ucapan, dan percakapan verbatim sehingga tidak menimbulkan tafsiran yang beragam. Selain itu, peneliti melampirkan penelitian lain mengenai waria yang hasilnya kurang lebih sama dengan penelitian ini untuk mendukung kualitas penelitian ini. Penelitian lain tersebut adalah penelitiannya Hariyanti (2004) yang hasilnya menyebutkan bahwa waria dapat berinteraksi dengan baik di masyarakat sekitar tempat tinggal waria tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1. Sikap remaja terhadap kaum waria cenderung positif dan menerimanya. 2. Remaja tetap menyikapi kaum waria bedasarkan pemikirannya sendiri dan berdasarkan keadaan yang sesungguhnya. 3. Kaum waria yang suka mangkal dan menjajakan diri atau yang menjadi PSK belum bisa diterima oleh remaja.
B.
Saran
1.
Bagi Remaja Manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Oleh karena itu kita sebagai sesama manusia sebaiknya tidak menilai seseorang dari kekurangannya saja. Alangkah baiknya bila kita bisa menyikapi orang lain dengan bijak dan membantu seseorang tersebut bisa menerima kekurangan yang ada dan memaksimalkan potensi yang ada. Begitu pula dengan kaum waria yang memang mempunyai kekurangan dalam peran jenisnya. Biar bagaimanapun, mereka juga manusia yang juga mempunyai hak untuk diterima dan dihargai dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Jika bisa memilih, tentu kaum waria tidak akan memilih menjadi waria. Oleh karena itu sikapilah kaum waria dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
bijak dan akan lebih mulia lagi bisa membantu mereka untuk menerima keadaan yang ada sehingga bisa bangkit untuk mengaktualisasikan diri sesuai potensi yang ada.
2.
Bagi Peneliti Berikutnya Penelitian yang telah dilakukan ini tentu masih sangat terbuka untuk
dilanjutkan. Peneliti yang akan melakukan penelitian khususnya mengenai kaum waria bisa melanjutkan penelitian untuk mengetahui perbedaan sikap antara remaja putra dan remaja putri terhadap kaum waria, sehingga dapat mengetahui apakah ada perbedaan sikap antara remaja putra dan remaja putri terhadap kaum waria. Selain itu bisa juga melanjutkan penelitian untuk mengetahui bagaimana sikap komponen masyarakat yang lain seperti orang dewasa, manula, biarawan, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini juga terdapat keterbatasan dalam prosesnya, yaitu: 1. Subyek penelitian tidak tepat dalam memahami dan menjawab pertanyaan yang diutarakan saat wawancara. Sebagai contoh dalam mengutarakan jawaban mengenai pandangan atau pendapat terhadap kaum waria justru mengutarakan perasaannya terhadap kaum waria sehingga peneliti harus menanyakan lebih lanjut mengenai pandangan atau pendapat sehingga apa yang diutarakan sesuai dengan yang diminta oleh peneliti. 2. Sumber pustaka berupa buku yang membahas mengenai kaum waria sulit didapat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
3. Akses relasi subyek terhadap kaum waria sangat sulit diukur secara pasti, sehingga peneliti menggunakan ukuran jarak tempat tinggal subyek dengan tempat berkumpulnya kaum waria sebagai patokan akses relasi dengan kaum waria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
DAFTAR PUSTAKA Andalina, E. R., and Allgerer, A. R. (1991). Sexual Interaction. Toronto: De Health & Company. Azwar, Saiffudin. (2005). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bismoko, J., dan A. Supratiknya. (2004). Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Chaplin. (2000). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Edward, A. L. (1957). Techniques of Attitude Scale Construction. New York: Appleton-Century-Crofts, Inc. Faiz. (2000). Transseksualisme?. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Handout. Freud, Sigmund. (2000). Psikoanalisis Sigmund Freud. Yogyakarta: Ikon Teralitera. Gunarsa, Singgih D. (1986). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Gunarsa, dan Gunarsa. (1984). Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. Halida, Aril. (2004). Sikap Pihak yang Dikenai dan Pihak Pengguna Tes Psikologi. Skripsi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Hall, Calvin, S., dan Gardner Lindzey. (1978). Theories of Personality. Psikologi Kepribadian 3, Teori-teori dan Behavioristik. terj. Drs. Yustinus Msc. OFM. Yogyakarta: Kanisius. Hariyanti. (2004). Interaksi Waria dengan Masyarakat di Sekitar Tempat Mereka Tinggal. Skripsi: Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Hurlock, Elizabeth, B. (1996). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
Hartoko, V. Didik Suryo, dan Christina S. Handayani. (2003). Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Jahoda, Marie, and Neil Warren. (1966). Attitudes. London: Cox & Wyman Ltd. Kartono, Kartini. (1989). Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Mandar Maju. Koeswinarno. (1996). Waria dan Penyakit Menular. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada. Mappiare, Andi. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional. Mar’at. (1981). Sikap Manusia Perubahan serta Pengukuran. Jakarta: Ghalia Indonesia. Moleong, L. J. (1989). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Monks, F. J., dkk. (1991). Psikologi Perkembangan. Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. P. Esthy, J., dan Sugoto, P. Srisuni. (1998). Hubungan Penerimaan Diri terhadap Kondisi Fisik dengan Kesehatan Mental pada Waria. Fakultas Psikologi Universitas Surabaya: Anima, vol. XIII. No. 51, April – Juni 1998. Poerwandari, E. K. (2005). Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendekatan Psikologi (LPSP3). Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Riberu, J. (1985). Kemelut Anak, Remaja, dan Problema Keluarganya. Jakarta: Mega Media. Sari, Dian, K. Kelompok Seksual Minoritasdalam Realitas Sosial. Makalah. Jakarta: 19 Januari 2003. Sarwono, Sarlito Wirawan. (1989). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers. Sears, dkk. (1988). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. Shaver, Kelly, G. (1977). Principles of Social Psychology. Cambridge, Massachusetts: WinthropPublishers, Inc.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
Supratiknya, A. (1995). Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius. Walgito, Bimo. (1990). Psikologi Sosial, Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi Offset. Walgito, Bimo. (1994). Psikologi Sosial, Suatu Pengantar. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. White, C.J., Mower. (1982). Consistency in Cognitive Social Behaviour. An Introduction to Social Psychology. London: Routledge & Kegan Paul Ltd. Wuryo, Kasmiran, dan Ali Saifullah. (1983). Pengantar Ilmu Jiwa Sosial. Jakarta: Erlangga. Zenden, and James W. Vander. (1977). Social Psychology. Third Edition. New York: Random House, Inc. http://rosalinda.blogdrive.com/. http://rudi.landak.com/postnuke/html/modules.php?op=modloal&name=sections &file=index®=printpage&artid=16241. http://www.kompas-cetak/0409/16/humaniora/1271895.htm. http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2005/08/20/brk,2005082065524,id.html. http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1996/10/02/0054.htmlkars3oktober96 Kompas, 9 Agustus 2004.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
VERBATIM PENELITIAN Keterangan: KK KA KO Pr Po Pk Pm Pl Pe Pt Kg
: Komponen Kognitif : Komponen Afektif : Komponen Konatif : Pengalaman pribadi : Pengaruh orang lain : Pengaruh kebudayaan : Pengaruh media massa : Pengaruh lembaga pendidikan dan lembaga agama : Pengaruh faktor emosional : Pengertian : Kegiatan kaum waria
Subyek 1 Nama : TYS Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 21 tahun Sekolah : Universitas Gadjah Mada Jarak : Sekitar 400 meter dari perempatan Barek Jalan Kaliurang Wawancara : Hari Senin, 11 September 2006 di rumah subyek. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Hasil Wawancara Tanya: Apa yang anda ketahui tentang waria? Jawab: E… apa ya, waria… kalau menurut saya cenderung ke ini, sifat bawaan seseorang yang, e…, beda, maksudnya nggak wajar gitu ajalah, biasanya kan kalau sifat bawaan seseorang gitukan yang cowok cowok cewek cewek, tapi kalau waria itu, misal cowok tapi punya sifat bawaan cewek, maksudnya kurang wajar gitu ajalah, tapi cenderung ke sifat bawaan, sifat bawaan seseorang. Tanya: Cuma itu ya? Jawab: he-em he…he… Tanya: Terus, sepengetahuan anda apa saja kegiatan kaum waria? Jawab: Kegiatan kaum waria paling ya… mengamen gitu ya, ngamen terus
Kategori
Kode
Sifat bawaan seseorang yang tidak wajar, misalnya lakilaki tapi punya sifat bawaan wanita.
Pt, KK
Mengamen dan jadi PSK.
Kg, KK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
e… nggak tahu sih cuma perkiraan aja kaya m… pie yo, kaya yang berhubungan dengan seksual gitu lo, kaya pemenuhan kebutuhan seksual. Tanya: Semacam psk gitu? Jawab: Semacam psk ho-o. Tanya: E… terus apakah anda kenal satu atau lebih waria? Jawab: O belum, sejauh ini nggak kenal, maksudnya nggak, belum pernah kenal waria. Tanya: E… kemudian apakah anda tahu satu atau lebih kaum waria yang berprestasi misalnya dalam pendidikan, artis, atau yang lainnya? Jawab: Si sopo mas, itu lo artis… apa mas, artis itu lo, si…e…, yang malah dia sakit terus meninggal. Tanya: Avi? Jawab: Na Avi, ho-o, Avi itu, saya kira dia berprestasi di bidang apa entertainment ya, di juga m, walaupun dia waria tapi dia mampu memaksimalkan potensi yang dimilikinya, yaitu di bidang entertainment itu. Tanya: Sebagai itu ya, artis video klip itu ya? Jawab: He-em, iya, iya. Tanya: E, terus, e… itu tadi kan informasi tentang waria, kira-kira dari mana, dari mana anda mengetahui segala macam informasi itu tadi? Jawab: M… dari temen (sambil tertawa), ho-o dari temen, terus pernah baca buku, tapi lupa karangannya siapa, tapi pernah lah baca berita itu juga, aktifitas waria biasanya itu, e… mereka cenderung ke pemenuhan kebutuhan seksual terus di, dia PD banget jadi waria, kira-kira itulah. Tanya: Dari buku dan teman? Jawab: he-e, dari buku sama teman. Tanya: Terus, e… bagaimana perasaan anda terhadap e… kaum waria yang berprestasi, seperti tadi Avi atau kalau
Belum pernah kenal dengan waria.
KK
Mengetahui waria berprestasi di bidang entertaint, yaitu Avi.
KK
Informasi mengenai waria didapat dari teman dan baca buku.
Pm, Po
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111
ada berita yang terakhir ini tentang pemilihan ratu waria dan sebagainya? Jawab: M, perasaannya biasa aja, tapi kalau untuk waria berprestasi seneng ya, maksudnya seneng, senengnya tu mereka bisa memanfaatkan potensi yang mereka miliki jadi nggak, nggak sekedar nongkrong-nongkrong aja maksudnya melakukan hal yang nggak berguna gitu, ya sedikit banggalah sama mereka bisa menjadi contoh buat waria-waria lain, paling nggak, nggak minder, mensyukuri keadaan gitu aja. Tanya: Terus e… apakah anda mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan kaum waria? Jawab: Sejauh ini belum (sambil tertawa). Tanya: Maksudnya diameni atau gimana? Jawab: O iya, kalau, kalau ketemu waria ngamen itu sering, kan sering makan di Jakal (Jalan Kaliurang) nah, jadinya ketemu waria-waria gitu, ngamen, terus, terus ya cuman ketemu pas ngamen aja, tapi kalau kenal gitu nggak. Tanya: Pengalaman diameni, na saat, saat diameni itu apa yang ada di pikiran anda? Jawab: Yo kadang malah takut, takutnya tu e…, kadang kan saya mikirnya gini mas, e… jangan-jangan kalau saya nggak ngasih mereka juga, maksudnya sifat laki-lakinya tu langsung keluar, takutnya itu deh, tapi kadang juga merasa kasihan, o iyaya wah mereka itu dilahirkan dengan sifat bawaan seperti itu, terus mereka harus bekerja, maksudnya kan ada ya beberapa kalangan yang tidak bisa menerima, menerima kondisi mereka seperti itu na, kadang timbul rasa kasihan, wah mereka masih harus berjuang ini, untuk apa ya istilahnya
Perasaan senang, bangga terhadap waria yang berprestasi, karena mereka tidak minder dan mampu memanfaatkan potensi yang mereka miliki.
KA
Pernah diameni waria saat makan di warung Jalan Kaliurang.
Pr
Saat diameni perasaan takut muncul. Karena dalam pikiran muncul jangan-jangan kalau tidak dikasih uang nanti sifat lakilakinya muncul. Muncul juga perasaan kasihan karena waria dilahirkan seperti itu (tidak normal) dan beberapa kalangan tidak bisa menerimanya sehingga mereka harus ngamen dan jadi PSK
KA
KA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157
mempertahankan eks, eksistensi mereka dengan, ya cuman, bisanya ya cuman apa, ngamen, terus e… nongkrong-nongkrong gitu, kasihan juga sih kadang. Tanya: Terus e… setahu anda bagaimana pendapat atau pandangan warga sekitar tempat tinggal anda? Jawab: M, kalau pandangan warga sekitar, e… sekarang mau nyeritain yang di rumah ya, itu di rumah itu kebetulan ada waria gitu mas, nah pandangan masyarakat sekitar itu kayaknya, mereka yo masih belum bisa menerima sepenuhnya dengan keadaan seperti itu, kadang mereka mencibir “wah ngapain itu cowok kok suka ama cowok”, pokoknya nggak wajar gitu, kadang cibiran-cibiran itu sering timbul, jadi belum ada rasa menghormati terus rasa o-yo-yo itu kan bukan salah dia kalau dia itu jadi waria, itu tu cuman, e itu memang takdir gitu, kadang masyarakat tu belum bisa menerima tetangga saya yang kebetulan waria seperti itu. Tanya: E… berarti kira-kira masyarakat sekitar tadi masih, apa ya, menganggap itu tidak normal, jijik dan sebagainya gitu ya? Jawab: He-em, iya-ya, kebanyakan mereka seperti itu, mungkin kurang pendidikan juga ya mereka, maksudnya warga sekitar tu cuman taunya ya udah cowok suka ma cowok gitu, nggak nglihat dari sisi apanya, o itu takdir terus itu gimana-gimana gitu, kurang menyadarilah. Tanya: Kira-kira anda tadi mengatakan bahwa masyarakat sekitar masih banyak yang belum bisa menerima dan sebagainya (responden sambil jawab iya), nah kira-kira kenapa mereka bisa e… berpandangan seperti itu? Jawab: E… ya itu mungkin, apa ya, kurangnya pendidikan ya bisa, terus
untuk mempertahankan eksistensinya.
Warga sekitar menganggap itu tidak wajar sehingga kaum waria belum bisa diterima dan masih mendapatkan cibirancibiran.
KK, KO
Itu bukan salah warianya karena itu sudah takdir.
KK
Warga sekitar belum bisa menerima karena kurang pendidikan dan kurang pengetahuan tentang waria sehingga tidak mencoba melihat dari sisi lain mengapa dia jadi waria.
KO, Pl
Warga sekitar belum
Pl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203
e… ini kadang masalah agama, kan iya, kebanyakan agama kan menentang ya adanya apa itu waria, nggak tau kalau tepatnya kenapa alasannya menentang itu kurang tahu, tapi masyarakat ini-ni cenderung, mereka tu percaya sama agama tanpa tahu sebenarnya agama tu bener atau salah mengajarkan, kan tidak semua ajaran agama tu bener ya mas, e… mungkin mereka tu, masyarakat cuman patokannya cuma satu agama, nah agama itu mengajarkan apa, memberitahukan kalau waria tu, sebenarnya tu, pie yo, nggak, yo…, kurang, kurang menerima lah, kurang menerima kondisi waria, na mungkin masyarakat, masyarakat kan cuma patokannya agama, ya udah agama bilang seperti itu, yo wis kae nggak bisa menerima sepenuhnya tentang waria gitu. Tanya: OK, terus e… setahu anda e… perlakuan warga sekitar tempat tinggal anda terhadap kaum waria tadi bagaimana? Jawab: Gimana mas? Tanya: Perlakuan, tadi kan bisa dikatakan bahwa mereka tidak menerima ya, nah e… dengan tidak menerima itu kira-kira perlakuannya seperti apa terhadap kaum waria itu tadi? Jawab: M, kalau perlakuannya cuman se, sejauh mencibir gitu kok, tapi nggak, nggak terus mengasingkan gitu nggak, cuman, cuman ngejek aja kalau pas ada waria lewat, pokoknya mereka tu sinis gitu tapi nggak sampai terus melakukan, apa tindakan kekerasan apa apa gitu enggak, tapi yo… cuman, kadang sadis gitu lah, mencibir, ya sekedar omongan gitu aja, yang nggak ngenakin. Tanya: Terus e… bgaimana perasaan anda melihat perlakuan warga sekitar
bisa menerima waria karena pendidikan dan agama yang masih menentang keberadaan kaum waria, padahal warga memegang teguh agama.
Warga mencibir, sinis, mengejek (hanya sebatas omongan saja) terhadap waria
KO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249
tempat tinggal tadi yang seperti itu, mencibirlah, mungkin sadis dan sebagainya? Jawab: Kalau, yo saya malah kasihan ya sama mereka, maksudnya kok nggak adil gitu lo kalau warga-warga, e… warga itu maksudnya memperlakukan waria tu seperti itu, soalnya seakan-akan kan, kalau seperti itu kan salahnya si orang itu ya ngapain jadi waria, padahal kalau ditawarin pun kita nggak mau jadi waria itu kan sudah takdir gitu yo kasihan aja sama mereka, tapi juga ada salutnya karena dengan kondisi seperti itu si waria itu tetep ya istilahnya dia mau berkarya ya khususnya di tempat saya itu ya dia tetep mau bekerja, mau inilah sosialisasi dengan masyarakat sekitar walaupun masyarakat itu kadang nggak menerima dia sepenuhnya, salut juga. Tanya: Terus, e… setahu anda bagaimana pendapat lembaga pendidikan dan kemasyarakatan atau sekolah terhadap kaum waria itu tadi? Jawab: M…, setahu saya kalau, mereka sudah ini ya, sudah istilahnya memberikan pengetahuan sama, sama…, apa istilahnya muridnya gitu, memeberikan pengertian kalau, m… sejauh ini lo saya lihat ini, sejauh ini e… mereka, guru-guru tenaga pendidik itu dah mengajarkan, e memberitahukan kepada siswa kalau, memberikan pengertian kalau waria itu memang sifat bawaan jadi janganlah gitu terus memperlakukan dia seenaknya atau bahkan tidak mengakui eksistensi si waria itu di lingkungan kita gitu, sudah mulai memberikan pengertian yang baik lah tentang waria. Tanya: Jadi bisa dikatakan lebih terbuka dan memahami e… posisi si waria itu ya? Jawab: He-em (sambil menganggukanggukkan kepala)
Merasa kasihan melihat warga sekitar yang mencibir, mengejek dan sinis terhadap waria karena itu tidak adil, seakanakan yang salah adalah warianya, padahal itu sudah takdir, jika ditawari pun kita tidak mau jadi waria. Merasa salut juga karena kaum waria tetap mau bekerja dan bersosialisasi dengan warga walaupun tidak sepenuhnya diterima.
KA
Lembaga pendidikan KK, KO, Pl dan kemasyarakatan atau sekolah sudah mulai terbuka dan memahami waria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
250 251 252 253 254 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296
Tanya: Ok, lalu e… bagaimana perlakuan aparatur pemerintah seperti satpol p.p, polisi dan sebagainya itu kan sering merazia kaum waria itu, pernah tahu nggak bagaimana perlakuan saat mereka di razia? Jawab: M… kalau lihat, melihat di tv ya, mereka si polisi itu, nggak ngerti mereka itu ngapain meraziasi waria, mungkin karena, bukan, bukan ke warianya ya menurutku, maksudnya tindakan warianya itu tadi yang kurang, mungkin kurang senonoh terus maka polisi melakukan tindakan kaya merazia itu kan, jadi menurut saya kalau polisi itu kan bukan ke… dia waria terus dia ditindak lanjuti, maksudnya terus ditangkap atau di razia tapi karena perbuatan si waria itu mungkin apa gitu, missal tentang, kaya tadi ya ada yang jadi psk itu, na mungkin cenderung ke tindakannya terus polisi itu menindak lanjuti kegiatannya. Tanya: Saat, saat e… polisi atau satpol pamong praja me, merazia itu, anda pernah melihat nggak perlakuan mereka seperti apa saat merazia itu? Jawab: Cuman di tv itu ya, yo… seperti ini merazia pencuri apa-pa, asal, di seret gitu, jadi kurang ini ya, kenapa kok harus dengan seperti itu kekerasan gitu lo, baik-baik aja mungkin saya bisa ya, tapi mungkin karena pendidikan polisi dasarnya kaya gitu ya kekerasan yo… seperti itu. Tanya: Nah e… lalu perasaan anda gimana melihat perlakuan seperti itu, yang diseret-seret lah atau mungkin sampai dipukuli? Jawab: Kadang cuman “ya ampun”, cuman ngeluh aja, kok yo dengan cara seperti itu, ya cuman bisa prihatin aja lah, polisi itu selalu dengan kekerasan, identik dengan kekerasan gitu lo, cuman prihatin aja, nggak bisa ngapa-
Yang dirazia itu sebenarnya bukan karena dia menjadi waria tetapi karena kegiatannya seperti menjadi PSK.
KK
Melihat di tv saat polisi melakukan razia, waria diseret-seret bahkan dengan kekerasan seperti pencuri.
Pm
Merasa prihatin melihat waria diseretseret saat razia.
KO
KA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343
ngapain. Tanya: E… ke pendapat, kira-kira pendapat teman sebaya anda itu seperti apa? Jawab: M… beda-beda ya mas, e… beda-beda sih ada yang mereka bisa welcome, terus yo nggak papalah itu tu waria itu kan juga sifat bawaan kita harus juga menghormati terus paling nggak e… yo menghargai lah keberadaan mereka, terus ada yang cuek gitu ngapain ngurus waria, biarin lah mereka mau hidup kaya apa ya biarin, ada yang cuek ada yang peduli, ada yang dia masih mencibir, macemmacem gitu pendapat temen-temen. Tanya: E… setahu anda yang anda temui kebanyakan yang, yang, e…, yang mencibir atau apakah yang berpandangan itu jelek atau… Jawab: Kalau temen ya, kalau temen kebanyakan sih mereka yang cuek, tapi kalau warga di rumah itu yang mencibir gitu, kalau yang di sini mereka cuek, cuek aja. Tanya: Cueknya dalam artian gimana maksudnya? Jawab: Cueknya nggak peduli gitu, yo biarin, maksudnya ya berarti cenderung ke menerima ya, menerima kondisi waria itu, cuek tapi ya biarin nggak papa mereka, mereka punya sifat kayak gitu ya nggak papa bukan urusanku, tapi cenderung ke tetep menghargai mereka gitu. Tanya: E… lalu kira-kira perlakuan teman sebayamu terhadap kaum waria itu seperti apa? Jawab: Perlakuannya, e… maksudnya? Tanya: Yang dilakukan, kan tadi bisa dikatakan menerima, lalu kira-kira kalau menerima itu bagaimana perlakiannya? Jawab: Ya cuman ini mas, maksudnya cuman ya udah ada waria terus, sejauh ini nggak pernah melakukan kegiatan
Pendapat teman-teman sebaya berbeda-beda, ada yang bisa menerima, mengerti, dan menghargai kaum waria, tapi ada yang masih tidak peduli dan mencibir.
KK
Kebanyakan teman sebaya bisa menerima walaupun tidak peduli dengan kaum waria.
KO
Perlakuan teman sebaya terhadap waria menerima tapi biasa
KO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389
apa-apa yang berhubungan dengan waria, maksudnya, istilahnya, o… saya peduli dengan waria terus saya mengadakan acara seperti ini-seperti ini untuk waria, enggak, setahu saya cuman sebatas omongan aja gitu lo mas, setahu saya cuman sebatas omongan saja, ya nggak papa ada waria gitu. Tanya: Biasa-biasa saja ya, ada waria apa nggak? Jawab: He-em. Tanya: Sekarang beralih ke anda pribadi, e… bagaimana to pendapat anda pribadi tentang kaum waria itu? Jawab: M… kalau pendapat saya pribadi yo… itu hal yang inilah, hal yang wajar lah, itu sudah sifat bawaan, maksudnya udah, udah takdir, Tuhan menciptakan ada pria ada wanita kok ya ndilalahe ada yang waria gitu lo, ditengah-tengahnya, yo memang itulah hidup, e… malah banyak variasi malah asik kok, yo… menerima aja. Tanya: Menerima nggak masalah ya? Jawab: Nggak masalah. Tanya: Kenapa kok bisa menerima? Jawab: Ya… soalnya kayaknya ada waria pun kita tidak merasa dirugikan gitu lo (sambil tertawa), maksudnya mereka pun baik-baik saja gitu lo, ya nggak, nggak apa ya, yo wis lah nggak merugikan kan, sejauh nggak merugikan orang lain nggak masalah menurut saya, apa pun jenis kelamin orang itu. Tanya: Lalu e…, dapatkah anda jelaskan apa yang anda rasakan terhadap kaum waria, secara umum, kalau tadi kan saat dirazia, tapi ini secara umum, karena keberadaan waria mau tidak mau ya memang ada, na perasaan anda bagaimana? Jawab: Perasaan saya tentang keberadaan waria, m… kalau jujur biasa aja ki mas, nggak ngaruh gitu lo,
saja, ada waria ya sudah.
Pendapat pribadi, bisa menerima karena waria adalah hal yang wajar itu adalah sifat bawaan dan sudah takdir, malah banyak variasi.
KO, KK
Bisa menerima waria karena mereka pun baik-baik saja dan tidak merugikan
KO
Perasaan terhadap waria biasa saja karena ada atau tidak
KA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435
ada waria atau tidak ada waria kayaknya biasa-biasa wae. Tanya: Kalau saat tadi, saat diameni itu? Jawab: O…ho-o… kadang memang ada ya rasa takut gitu, tapi takutnya nggak, nggak keterlaluan, itu cuman rasa takut aja, wah ya ampun deg gitu, tapi terus udah biasa aja gitu. Tanya: Jadi secara umum biasa? Jawab: He-em secara umum biasa aja. Tanya: E… apa yang ada dalam pikiran anda apabila ternyata ada saudara atau teman anda yang seorang waria, ketahuan kalau ternyata dia waria? Jawab: E… walaupun saya ini mas, tadi kan ada pertanyaan gimana tanggapan, maksudnya adanya waria gitu, saya bilang biasa aja seperti itu ya, tapi kalau, jujur aja kalau seumpama misal ada salah satu dari anggota saya, keluarga saya yang seperti itu, terus terang sedih, kalau yang satu darah itu rasanya sedihnya tu aduh kasihan gitu lo, apa cenderungnya, apa mereka bisa bertahan gitu lo, tetep eksis dengan, kan ada ya waria yang nggak bisa menerima kenyataannya, maksudnya wah aku kok seperti ini terus pelariannya ke hal-hal yang negatif gitu, na ya sedih itu mesti ada lah sedih, sedihnya sedih kasihan gitu tapi tetep bisa menerima lah seandainya ada gitu. Tanya: Terus itu tadi yang, lebih cenderung ke perasaan ya, sedih atau kasihan, e… saat tahu itu apa yang ada dalam pikiran anda, yang anda pikirkan? Jawab: Saat tahu, m… wah pie nanti kedepannya, maksudnya spontan aja, gimana ini nanti terus nikah ama siapa (sambil tertawa), maksudnya untuk kedepannya, ia akan berdampingan
ada waria pengaruh.
tidak
Kasihan dan sedih jika ada teman atau saudara yang ternyata waria.
Tapi tetep menerima
KA
bisa
Spontan akan berpikir bagaimana masa depannya.
KK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473 474 475 476 477 478 479 480 481
dengan siapa gitu. Tanya: Ada pandangan misalnya wah ini saudaraku aku jadi malu, mencemarkan nama baik keluarga dan sebagainya gitu ada? Jawab: Kalau malu… nggak ya, kalau saya rasa, saya nggak akan malu dengan seperti itu, soalnya yo itu sudah takdir lah nggak bisa dilawan kan, malah kalau saya malu malah kasihan nanti dia nggak punya temen nggak punya semangat hidup gitu, kalau sedih, prihatin sih iya, kalau malu saya rasa sih saya nggak akan malu. Tanya: Terus kira-kira kalau anda mengetahui saudara atau teman anda tadi waria, kira-kira apa yang akan anda lakukan? Jawab: Yo… memberikan pengertian sama dia aja, saat dia merasa, maksudnya merasa down, merasa nggak punya… arti, maksudnya wah aku kok nggak sempurna kayak kalian, maksudnya cowok cowok, cewek cewek ya, saya sebisa mungkin semaksimal mungkin saya memberikan pengertian aja, itu dah takdir dari Tuhan, sekarang bagaimana aja caranya kamu memaksimalkan potensimu nggak usah meratapi nasibmu itu seperti ini-seperti ini, tapi bagaimana kamu itu tetep bisa hidup, maksudnya tetep eksis di sini gitu aja memberikan pengertian sama dia. Tanya: Berarti mengarahkan supaya, e… menerima keadaan dirinya ya. Ok, terus e… bagaimana perasaan anda terhadap kaum waria yang sering dijauhi oleh masyarakat atau diperlakukan secara diskriminatif. Jawab: Ya kasihan ya mas, prihatin aja kok, soalnya masyarakat itu nggak bisa ini lah, nggak bisa, nggak bisa punya pengertian kalau itu tu sebenarnya dah diatur sama yang di Atas, nggak keinginan si orang itu, maksudnya
Tidak malu bila ada teman atau saudara yang jadi waria karena itu sudah takdir, kalau malu malah kasihan dia jadi tidak punya teman dan semangat hidup.
KA
Akan membantu dia untuk bisa menerima keadaannya dan bisa mengolah potensi yang ada untuk bertahan hidup.
KO
Merasa kasihan dan prihatin terhadap kaum waria yang sering dijauhi dan diperlakukan diskriminatif .
KA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
482 483 484 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 495 496 497 498 499 500 501 502 503 504 505 506 507 508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523 524 525 526 527
waria itu, ya kasihan aja, prihatin aja sama si warianya itu, yo… yo… itu cenderung prihatin lah. Tanya: Terus sehubungan dengan keberadaan kaum waria, e… kira-kira anda bisa menerimanya nggak? Jawab: E… sejauh ini bisa, karena kan saya merasakan ada waria di kampung saya aja pun saya nggak, enjoy aja saya nggak, maksudnya nggak papa, dia juga sering main ke rumah, orangnya baik, sejauh dia baik itu saya rasa nggak pa-pa, bisa menerima. Tanya: Terus, berarti bisa dikatakan anda menerima dan mau bergaul ya kalau tadi e… ada waria yang datang… Jawab: Sejauh dia sopan terus nggak berbuat yang macem-macem ya nggak masalah sih. Tanya: Jadi tergantung dari perilaku dia sendiri ya? Jawab: He-em, iya-iya. Tanya: M… terus kira-kira anda mau nggak bekerja dengan mereka, misalnya di salon atau di dunia entertaint sebagai artis gitu? Jawab: Kalau memang keadaan memungkinkan, maksudnya memaksa saya untuk harus bekerja dengan mereka, ya saya jalani aja gitu, misalnya kalau m, misal kalau saya gini, saya punya keahlian untuk bekerja di salon dan temen-temen saya itu waria-waria, na berarti itukan keadaan yang memang memaksa saya harus bekerja dengan mereka itu nggak masalah, saya bekerjanya dengan mereka, sejauh mereka bisa bekerja sama dengan saya nggak pa-pa. Tanya: Terus, e… apakah anda mau berdiskusi atau bertukar pendapat denga mereka kaum waria? Jawab: Sangat mau, saya pikir saya sangat mau, karena kemungkinan mereka juga punya ide-ide yang lebih… mungkin ya lebih bagus dari
Sejauh dia sopan dan tidak macam-macam bisa menerima keberadaan kaum waria karena pengalaman bergaul dengan waria yang baik di kampung.
KO, Pr
Mau bekerja di salon dan bidang lain bersama kaum waria asal mereka bisa bekerja sama.
KO
Mau berdiskusi atau bertukar pendapat dengan kaum waria, karena mungkin
KO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
528 529 530 531 532 533 534 535 536 537 538 539 540 541 542 543 544 545 546 547 548 549 550 551 552 553 554 555 556 557 558 559 560 561 562 563 564 565 566 567 568 569 570 571 572 573
orang-orang yang normal seperti kita ya, tapi mungkin kan, kadang mereka ini, nggak, nggak PD nggak berani gitu, malah saya punya pikiran kalau seandainya saya punya temen kayak mereka saya pengen banget menggali, maksudnya apa yang ada dalam pikiran mereka kita saling beradu pendapat gitu malah saya pikir mereka malah ini apa, lebih… bisa… apa ya istilahnya, ide-ide mereka yo bisa kok lebih cemerlang dari pada kita yang normal seperti ini. Tanya: Anda tadi mengatakan bahwa mungkin ide-ide kaum waria kadang lebih bagus dari pada kita yang normal, nah yang saya garis bawahi di sini kata normal tadi, berarti secara tidak langsung anda menganggap bahwa waria itu tidak normal? Jawab: Ya kira-kira semacam itu lah, tapi bukan berarti terus saya tidak menerima dia, saya tetep menerima dia seperti yang saya katakana tadi. Tanya: E.. sekarang kalau misalnya ada kegiatan, e… kan di iwayo itu ada sepak bola atau voli yang dilakukan oleh kaum waria oleh masyarakat setempay, nah kira-kira anda mau nggak bergabung, dalam arti misalnya suatu saat disini iwayo itu datang terus mengajak main voli dengan masyarakat di sini dan anda bergabung anda mau nggak? Jawab: Kalau untuk ikut lombanya gitu nggak mau soalnya kan nggak bisa (sambil tertawa), maksudnya untuk terlibat dalam acara untuk persiapan dan sebagainya gitu yo mau aja sih. Tanya: Terlibat, maksudnya entah, entah oleh raga atau kegiatan yang lain, misalnyakan tadi semacam voli atau sepak bola, atau mungkin, mungkin memasak misalnya? Jawab: Ya saya mikir dulu, kalau memang, memang kegiatan itu e… bisa
mereka justru punya ide-ide yang lebih bagus.
Kaum waria tidak normal, tetapi tetap menerimanya.
KK, KO
Mau melakukan kegiatan yang positif
KO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
574 575 576 577 578 579 580 581 582 583 584 585 586 587 588 589 590 591 592 593 594 595 596 597 598 599 600 601 602 603 604 605 606 607 608 609 610 611 612 613 614 615 616 617 618 619
menambah pengalaman buat saya gitu mem, opo bisa membawa kemajuan buat diri saya nggak masalah, sama siapapun, jadi nggak, nggak melihat ke subyeknya, siapa yang ikut tapi kegiatannya itu menambah kebaikan nggak sama saya, kalau iya nggak masalah, sama waria pun nggak masalah. Tanya: Ok, terus, apakah anda juga mau melakukan kegiatan kepedulian seperti misalnya pendampingan dengan kaum waria atau penyuluhan HIVAIDS terhadap kaum waria itu? Jawab: Sebenernya sangat mau kalau saya punya waktu saya pengen sekali kayak ikut di, kayak Lsm gitu ya, mau sih, mau-mau aja kalau ada ini, apa ada waktu terus ada kesempatan mau aja. Tanya: E… kenapa anda mau melakukan segala macam tadi bentuk kegiatan dengan waria? Jawab: E… apa ya, e… pertama yo ingin menambah pengalaman aja ya, maksudnya pengen melihat kehidupan mereka itu kayak apa karena kalau sama orang-orang yang normal sih, oya seperti biasa di kampus ketemu orang, dimana pun, tapi kalau sama waria itu kan kayaknya kesempatan yang langka sekali kan, jadi kalau ada kesempatan sama waktu mau aja. Tanya: Nggak terlintas rasa takut atau rasa…takut akan dicap di masyarakat, misalnya anda dicap wah gaulnya sama waria, terus dijauhi, pernah terlintas, pernah merasa seperti itu jika melakukan, apa dekat-dekat dengan kaum waria? Jawab: Ya pernah sih merasa takut, tapi takutnya malah bukan ke tanggapan masyarakat tapi takutnya kadang ke warianya itu, maksudnya takutnya aduh saya bisa nggak diterima sama mereka gitu, terus kalau masalah
bersama siapa saja termasuk bersama kaum waria.
Mau melakukan kegiatan kepedulian terhadap kaum waria seperti pendampingan atau penyuluhan HIVAIDS.
KO
Mau melakukan berbagai macam kegiatan bersama kaum waria karena selain menambah pengalaman juga karena tertarik dengan kehidupannya.
KK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
620 621 622 623 624 625 626 627 628 629 630 631 632 633 634 635 636 637 638 639 640 641 642 643 644 645 646 647 648 649 650 651 652 653 654 655 656 657 658 659
tanggapan orang lain saya sih biasanya cenderung apa ya, ya udahlah, pertama memang iya takut aduh pie, nanti orang-orang gimana sama saya tanggapannya, tapi kadang saya bisa membuang rasa, ya udah biarin, kalau ini memang bisa memb, memb, membuat kemajuan, apa menambah pengalaman buat saya nggak masalah, biasanya saya cuekin aja kayak gitu. Tanya: Jadi hiraukan omongan orang ya, maju terus? Jawab: Iya, ho-o. Tanya: Nah, sekarang pertanyaan terakhir, e… bagaimana perasaan anda jika di suatu tempat anda sendirian, nah tiba-tiba didatangi oleh seorang waria? Jawab: Pertama takut, terus, maksudnya takutnya waduh ngapain ini, spontan aja ya, tapi ya gimana lah caranya mengendalikan, mengendalikan keadaan ajalah, mengkondisikan keadaan pie ben rasa takut ini bisa… bisa hilang terus malah bisa menimbulkan apa ya istilahnya komunikasi yang baik sama si waria itu. Tanya: Jadi cenderung anda akan melakukan komunikasi dengan waria itu? Jawab: Iya, iya, jadi malah tak ajak berkomunikasi gitu biar sama-sama enak, tapi kalau tasa takut itu mesti langsung secara spontan itu ada ya mas. Tanya: Jadi setelah rasa takut muncul, e… diolah lagi, dinetralkan buat berkomunikasi. Jawab: Ho-o, ho-o. Tanya: Ok, ok, ya dah terima kasih ya. Jawab: ya…
Awalnya ada rasa takut akan tanggapan masyarakat jika bergaul dengan kaum waria, tapi rasa takut itu bisa dihilangkan dan tidak dipermasalahkan toh kegiatan tersebut positif.
KA
Saat sendirian tiba-tiba didatangi waria muncul secara spontan perasaan takut, tapi rasa takut itu akan dihilangkan dan justru akan mengajak waria itu berkomunikasi.
KA, KO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
Subyek 2 Nama : Jenis Kelamin : Umur : Sekolah : Jarak : Wawancara : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
RBY Perempuan 20 tahun Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Sekitar 1,5 Km meter dari Krasil Hari Senin, 11 September 2006 di rumah subyek.
Hasil Wawancara Tanya: Apa yang anda ketahui tentang waria? Jawab: Waria itu…pria yang suka memakai pakaian wanita dan bertingkah laku seperti manusi… eh…wanita. Tanya: Sepengetahuan anda, apa saja kegiatan kaum waria? Jawab: Ya ada yang di salon, ada yang e…ini di jalan-jalan gitu. Kebanyakan sih ya gimana ya, mereka kurang… mereka kurang berpengalaman dan ketrampilan jadinya banyak yang ini di jalanjalanan jadi WTS. Tanya: Apakah anda kenal satu atau lebih waria? Jawab: Ya aku nggak kenal sih cuma pernah lihat aja. Tanya: Lihat dimana, bisa diceritain nggak? Jawab: Ya lihatnya itu ada yang di jalan tapi aku lebih sering lihat ini…di salon-salon. Tanya: Terus apakah anda tahu satu atau lebih kaum waria yang berprestasi, misalnya dalam pendidikan, jadi artis atau yang lainnya? Jawab: Saya tahu tapi aku lupa namanya sih…ada yang ini…jadi aktivis waria yang terpilih jadi ini waria…eh apa ya…kejuaraan waria di Singapura. Tanya: Tapi lupa namanya ya? Jawab: He eh, lupa.
Kategori
Kode
Waria adalah pria yang suka memakai pakaian wanita dan bertingkah laku seperti wanita.
Pt, KK
Waria bekerja di salon, dan menjadi PSK.
Kg, KK
Tidak kenal dengan waria tapi pernah lihat di jalan-jalan dan di salon.
Pr
Tahu ada waria yang berprestasi menjadi aktivis dan pemilihan waria.
KK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83
Tanya: Selain itu? Jawab: Udah, nggak tau. Tanya: E… dari mana anda mengetahui informasi tentang waria? Jawab: Ya…saya tau ini dari tv, dan Informasi mengenai waria didapat dari juga media massa juga disebutkan. media massa. Tanya: E…bagaimana perasaan anda terhadap kaum waria yang berprestasi seperti tadi pemilihan ratu waria atau yang jadi artis tadi? Jawab: Ya…gimana ya, ya bangga Bangga kepada waria berprestasi, juga sih karena mereka itu bi, biarpun yang ada kelemahan tapi dia, mereka karena walaupun ada kelemahan tetapi dapat berusaha untuk kelebihannya. menunjukkan kelebihannya. Tanya: Terus apakah anda mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan kaum waria? Jawab: Belum, belum punya pengalaman. Tanya: Belum pernah? Misalnya di jalan digodain atau mungkin tadi anda bilang di salon, pernah ke salon waria? pernah Jawab: Ya… cuma ini, mbak potong Pengalaman apa? Cuma gitu doang. potong di salon waria. Tanya: Tapi berarti pernah mencoba apa e…potong rambut di salon waria ya? Jawab: Ya pernah. Tanya: Kira-kira saat potong dengan waria dulu, apa yang ada dalam pikiran anda saat itu? Jawab: Ya nggak ada masalah sih, nggak berpikiran apa-apa yang Saat potong dengan penting rapi, Gitu aja waria tidak berpikiran apa-apa yang penting hehehe…(tertawa). Tanya: Nggak merasa… apa ya, rapi. mungkin takut atau gimana? Jawab: Enggak lah, ngapain takut wong dia juga manusia kok ditakutin. Tidak merasa takut saat potong di salon waria, Tanya: Berarti nggak masalah ya? karena waria juga Jawab: Nggak masalah. Tanya: Terus, setahu anda bagaimana manusia. pendapat atau pandangan warga
Pm
KA
Pr
KK
KA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129
sekitar tempat tinggal anda tentang waria? Jawab: Mereka sih menganggap sama aja dengan masyarakat yang lain, ya cuma mereka selalu berjaga-jaga agar ini… nggak jadi gossip yang nggak mengenakkan lah. Tanya: Gosip yang nggak mengenakkan gimana maksudnya? Jawab: Ya dikirain ini, ya nggak normal lah, suka ma waria lah, ya ada yang seperti itu. Tanya: O… berarti juga dari omongan orang lain gitu? Jawab: Iya. Tanya: Setahu anda bagaimana e… perlakuan warga sekitar tempat tinggal anda terhadap kaum waria? Jawab: Biasa aja, setelah ini..diajak olah raga seperti voli, sepak bola, diajak pertandingan. Tanya: Jadi bisa dikatakan mereka menerima kaum waria? Jawab: Ya mereka menerima lah. Tanya: Bagaimana perasaan anda melihat perlakuan warga sekitar tempat tinggal anda tadi yang bisa dikatakan menerima? Jawab: E… biasa aja sih. Tanya: Biasa saja dalam arti bagaimana? Bisa dijelaskan lebih lanjut nggak? Jawab: Ya biasa aja lah. Wong ini bermasyarakat kan tidak harus yang saling mengucilkan. Kalau ada yang menerima ya udah, berarti masyarakat itu gimana ya…dapat menerima orang biarpun itu nggak…e…ya dikatakan nggak normal lah. Tapi juga gimana ya… kalau aku ngatakan normalnormal juga sih (tertawa). Tanya: Kalau anda mengatakan normal, berarti tadi anda mengatakan nggak normal berarti masyarakat itu
KK Pandangan masyarakat sekitar tempat tinggal terhadap kaum waria sama saja dengan masyarakat lain, Tapi tetap berjaga-jaga supaya tidak muncul omongan orang yang tidak mengenakkan.
Po
Masyarakat sekitar tempat tinggal bisa menerima dan justru mengajak kaum waria berkegiatan bersama seperti voli dan sepak bola.
KO
Biasa saja melihat masyarakat bisa menerima kaum waria, bermasyarakat kan tidak harus saling mengucilkan, masyarakat dapat menerima biarpun menganggap waria itu tidak normal.
KA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175
cenderung menganggap waria tidak normal? Jawab: Iya, soalnya ini, pria kan berperilaku seperti wanita, jadinya ya gimana ya… perilaku seperti wanita kan gini, mereka juga genit-genit kayak cewek kan (sambil tertawa). Tanya: Bisa disimpulkan bahwa walaupun masyarakat menganggap tidak normal tapi seperti yang anda katakan tadi mereka tetap menerima gitu? Jawab: Ya, mereka tetep menerima. Tanya: Terus e… setahu anda bagaimana pendapat lembaga pendidikan dan kemasyarakatan atau sekolah terhadap kaum waria? Jawab: Ya mereka itu kayak, sepengetahuan saya ya, waria itu di…, di pendidikan ya, kayaknya nggak ada deh di fakulltas-fakultas yang lain gitu nggak ada yang waria, mereka diwajibkan seperti pria yang bi, biasa, jika dia datang pakai rok ya harus, harus keluar dari situ. Tanya: Berarti bisa dikatakan kalau e… ada waria di kampus di keluarkan begitu? Jawab: Iya. Tanya: Mengapa, kira-kira mengapa kok ada kebijakan kampus semacam itu? Jawab: Ya mungkin agar ini semua mahasiswa tidak saling mengejek lah, juga menjaga agar anak itu gimana ya, nggak dikucilkan sama tementemennya juga, jadi ya disetarakenlah dengan temen-temen yang lain. Tanya: Terus e… anda kan tahu e… waria tu sering dirazia, anda tahu nggak bagaimana to perlakuan aparatur pemerintah, katakanlah satpol p.p atau polisi saat merazia itu terhadap kaum waria? Jawab: Ya mereka terlalu kasarlah untuk, perilaku mereka kasar ya kayak
Masyarakat menganggap kaum waria tidak normal.
KK
Tapi tetap menerima.
KO
Lembaga pendidikan hanya mengenal pria dan wanita dengan segala perannya masing-masing, Jika ada waria ya dikeluarkan supaya waria itu tidak diejek dan dikucilkan serta biar ada kesetaraan.
Pl, KK
Saat dirazia, kaum waria diperlakukan
KO
KO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221
bukan manusia aja kayak di ini, di… diperkirakan kayak hewan lah. Tanya: Bisa dikasih contoh nggak yang konkrit perilaku kasarnya seperti apa? Jawab: Ya ini, dengan raz, razia itu mereka mengejar dan menyeret-nyeret mereka, padahal kalau di apa, dideketin sama diperhalus kan juga bisa. Tanya: Bagaimana perasaan anda melihat perlakuan tersebut? Jawab: Ya kasihan aja manusia kok dianggap seperti hewan. Tanya: Terus e… setahu anda bagaimana to pendapat teman sebaya anda terhadap kaum waria itu? Jawab: Ya sepengetahuan saya sih kalau teman ya ada yang nggak setuju ada juga yang setuju sih. Tanya: Bisa dijelaskan nggak lebih lanjut, yang setuju yang seperti apa yang nggak setuju seperti apa dan mengapa? Jawab: Ya yang setuju mereka mau berteman, yang tidak setuju itu merasa jijik kalau ada waria. Tanya: Kalau, e… berati konsekwensinya berteman, e… kalau setuju mau berteman dan yang jijik e… menjauhi mereka ya? Jawab: Iya. Tanya: Terus e… setahu anda kirakira bagaimana perlakuan teman sebayamu terhadap kaum waria? Jawab: Yang ini, dari segi yang nggak setuju ya, mereka itu menjauhi dan menyia-nyiakan kaum waria, tapi kalau yang setuju itu ya mau berteman juga mau ngobrol bersama. Tanya: E… kira-kira, e… terlepas dari setuju dan nggak setuju tadi kirakira yang banyak anda temui itu yang setuju atau yang e… tidakmenyetujui
secara kasar diseret-seret.
seperti
Kasihan melihat waria diperlakukan seperti hewan saat razia.
KA
Teman sebaya ada yang setuju dan tidak setuju.
KK
Yang tidak setuju merasa jijik dan menjauhi kaum waria, dan yang setuju mau berteman dan ngobrol dengan mereka.
KA KO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267
waria? Jawab: E… yang tak temuin itu banyak-banyaknya ini yang nggak setuju dengan waria. Tanya: Bisa dikasih tahu nggak kirakira kenapa kok mereka tidak setuju atau nggak menerima dengan waria? Jawab: Ya gimana ya, aku juga nggak tahu lah itu juga prinsip mereka masing-masing, aku nggak begitu tahu, aku kan orangnya cuek. Tanya: Ok, sekarang beralih ke pribadi anda, bagaimana pendapat anda pribadi tentang kaum waria? Jawab: Ya gimana ya, ya aku sih nggak, nggak mempermasalahkan antara waria apa nggaknya, tapi kalau bisa ya agak ini, bisa berubahlah, ya itu memang udah sifat dari dulunya tapi sedikit demi sedikit kan bisa untuk perubahan. Tanya: E… lebih dalam lagi e… pandangan anda terhadap waria itu seperti apa? Jawab: Ya seperti manusia biasa. Tanya: Ok, terus e… dapatkah anda jelaskan apa yang anda rasakan terhadap kaum waria? Jawab: Ya perasaan saya sih ini, gimana ya, ya biasa aja soalnya ya mereka ini, nggak, nggak begitu dekat ma aku sih jadinya ya nggak tak anggep wong cuma manusia, tak anggep seperti teman sih. Tanya: Seperti orang-orang pada umunya? Jawab: Iya. Tanya: E… mengapa, mengapa anda bisa e… menganggap e… waria seperti orang-orang pada umumnya yang lain? Jawab: Ya kan juga ciptaan man, e ciptaan Tuhan, mengapa kita harus membenci ciptaan Tuhan, memang dia itu dibedakan dengan kita, tapi juga itu kan sama-sama ciptaan Tuhan,
Kebanyakan teman sebaya tidak setuju dengan kaum waria.
KK
Pandangan pribadi tidak mempermasalahkan waria atau tidak, tapi berharap bisa berubah sedikit demi sedikit.
KK
Seperti manusia biasa
KK
Perasaan terhadap waria biasa saja dan dianggap seperti teman biasa.
KA
Memang waria beda dengan kita tapi kan sama-sama ciptaan Tuhan.
KK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313
padahal Tuhan juga tidak membenci. Tanya: Apa yang ada dalam pikiran anda apabila ternyata ada saudara atau teman anda yang menjadi waria? Jawab: Ya kalau aku sih inginnya dia itu berubah, nggak, nggak seratus persen berubah tapi dikit demi sedikit berusaha untuk berubah menjadi orang yang normal seperti laki-laki biasa. Tanya: Normal, anda bilang berubah menjadi normal, nah berarti secara tidak langsung apakah anda menganggap waria itu tidak normal? Jawab: Ya dari segi fisik memang di, ya saya perkirakan nggak normal, soalnya gini, dia kan posturnya cowok, tapi dia berpikiran seperti wanita. Tanya: Ok, e… terlepas itu tadi, bisa dikatakan berarti anda juga menganggap bahwa waria tidak normal namun bagi anda pribadi itu bukan suatu masalah ya, anda tetap menerima keberadaan mereka? Jawab: Iya, masih menerima. Tanya: Terus bagaimana perasaan anda e… terhadap saudara atau teman anda tadi yang misalnya jadi waria? Jawab: Ya perasaan saya sih ya… nggak ada masalah yang penting juga nggak mempengaruhi saya sih. Tanya: E… nggak merasa apa ya, malu, risih, dan atau yang lainnya? Jawab: Ya kalau malu sih pasti mungkin ada walaupun sedikit, tapi kalau risih juga nggak, ngapain harus risih. Tanya: Bisa dijelaskan nggak, malunya itu malu e… karena apa, malu dengan siapa? Jawab: E… kalau malu ya itu namanya juga aib keluarga, malunya ya kepada tetangga-tetangga lah gitu, kok bisa begitu, kami kan harus meng ini, pengennya menghindari omongan
Berharap saudara atau teman yang menjadi waria bisa berubah menjadi normal.
KK
Berpandangan bahwa waria itu tidak normal.
KK
Tapi bisa menerima kaum waria.
KO
Sedikit malu jika ada saudara atau teman yang menjadi waria.
KA
Malu dengan tetangga karena itu aib keluarga, inginnya bisa menghindari pembicaraan yang tidak
KA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359
orang yang nggak begitu. Tanya: Ok, kira-kira apa yang akan anda lakukan terhadap saudara atau teman anda tadi? Jawab: Ya saya akan memberi tahulah demi sedikit kalau itu juga perbuatannya gimana ya, kok nggak sesuai dengan fisiknya sekarang, ya itu memang, mungkin ada juga yang dari pihak keluarga yang harus memaksakan dia seperti apa, tapi ya kalau aku sih intinya cuma ini menasihati agar dia itu sesuai lah dengan jati dirinya sendiri. Tanya: E… lalu bagaiman perasaan anda terhadap kaum waria yang sering dijauhi masyarakat dan diperlakukan secara diskriminatif? Jawab: Ya perasaan saya sih kasihan, dia kan juga manusia mengapa harus, harus dihindari, ya kita coba memasyarakatkan dirilah dengan seperti orang biasa, ya gimana ya, ya kasihan itu aja. Tanya: E… sehubungan, ya mau tidak mau bahwa terlepas dari ada yang menolak dan ada yang tidak, waria itu memang kenyataannya ada ya, dan, dan, dan, ya kita tahu sendiri adalah keberadaannya itu memang ada, trus apakah anda pribadi bisa menerimanya dengan segala, dengan segala ya katakanalah dengan apa adanya? Jawab: Ya menerima, ya dengan apa adanya. Tanya: Mengapa anda bisa mengatakan menerima? Jawab: Dia kan juga manusia hehehe…(tertawa), ciptaan Tuhan sama dengan kita, mengapa harus dihindari, kita kan bermasyarakat, bukan individual. Tanya: Ok, terus apakah anda mau bergaul dengan kaum waria? Jawab: Ya bergaul sih nggak masalah
enak.
Memberitahu supaya bisa berubah sesuai dengan jati dirinya.
KO
Kasihan terhadap waria yang sering dijauhi dan diperlakukan diskriminatif oleh masyarakat.
KA
Secara pribadi bisa menerima kaum waria.
KO
Waria juga manusia ciptaan Tuhan sama seperti kita jadi mengapa harus dihindari.
KK
Mau
KO
bergaul
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
360 361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405
kalau itu cuman sekedar teman atau partner kerja, tapi kalau yang jadi wtswts ya nggak. Tanya: Berarti anda mau bergaul dengan mereka atau bekerjasama dengan catatan mereka e… waria yang katakanlah dalam tanda kutip baikbaik gitu ya, tidak yang mangkal di pinggir-pinggir jalan jadi psk gitu? (responden menganggukkan kepala). Ok, terus e… berarti apakah anda secara langsung mau berdiskusi atau bertukar pendapat dengan mereka? Jawab: Ya kalau bertukar pendapat ya mau aja kalau mereka itu, gimana ya, bisalah untuk bertukar pendapat, sharing-sharing juga, saya juga kemampuan kan kurang, kalau mereka kemampuan lebih, kemampuannya lebih dari saya untuk, untuk apa kok nggak harus dimanfaatkan. Tanya: Ok, terus anda tadi pernah e… mengatakan bahwa kadang diajak voli e… kaum waria itu atau mungkin sepak bola dan sebagainya, kira-kira anda mau nggak bergabung misalnya saja e… mereka ada acara masak atau yang lainnya, apakah anda mau bergabung dengan mereka? Jawab: Ya mau saja, kita kan ini berbagi ilmu, mengapa harus menolak berbagi ilmu. Tanya: Terus apakah anda mau melakukan kegiatan kepedulian e… seperti pendampingan atau penyuluhan HIV-AIDS terhadap kaum waria? Jawab: Ya mau saja. Tanya: Bisa dijelaskan alasannya? Jawab: Ya kan ini, saya mau kegiatan sosialkan, na kegiatan sosial tentang penyuluhan HIV kan juga bagus buat mereka buat saya juga, dan ini kan suatu pendidikan yang baiklah, menurutku baik untuk masa depan.
bekerja dengan kaum waria, tapi tidak mau dengan waria yang jadi PSK.
Mau berdiskusi dan bertukar pendapat dengan kaum waria.
KO
Mau melakukan kegiatan bersama kaum waria seperti masak, dan lain-lain.
KO
Mau melakukan kegiatan kepedulian terhadap kaum waria seperti pendampingan dan penyuluhan HIVAIDS karena bagus dan bermanfaat.
KO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450
Tanya: E… dari kegiatan, berbagai macam kegiatan yang tadi anda menyatakan mau melakukan dengan kaum waria, pernah nggak merasa apa ya, e… takut, takut berkegiatan bersama waria, e… takut dicap atau dibicarakan, di… istilah Jawanya dirasani gitu? Jawab: Ya kalau takut sih pasti ada, tapi kalau aku sih nggak, nggak peduli lah omongan orang, untuk apa kit, kita kan juga berbuat baik nggak berbuat buruk. Tanya: Ok, terus e… pertanyaan terakhir, e… jika suatu saat anda sendirian di suatu tempat, nah tiba-tiba ada waria yang mendatangi anda, kira-kira e… apa yang anda rasakan. Jawab: Yang saya rasakan sih ada apa kok mendatangi saya jika ada kepentingan, yang penting ya, ya saya tanya ada apa, kalau nggak ada kepentingan cuma sekedar deket aja juga nggak masalah, kalau dia nunggu temennya apa gimana. Tanya: E… itu tadi bisa dibilang yang ada di pikiran anda, na ini sekarang e… perasaan anda saat didekati e…, didekati waria tadi? Jawab: Perasaan saya sih ya nggak masalahlah itu kan sama saja dengan didekatai sama sesama orang, ya nggak masalah itu juga ciptaan Tuhan. Tanya: Terus kira-kira apa yang akan anda lakukan? Jawab: Ya kalau, aku kan orangnya gini, kalau nggak diajak bicara dulu kan nggak, nggak bicara, tapi kalau dia mengajak, menyapa saya dulu ya gantian tak sapa, kami ngobrol juga nggak masalah. Tanya: Makasih ya… Jawab: Yuk…
Ada sedikit perasaan takut dicap atau dibicarakan di masyarakat, tetapi tidak masalah karena yang kita lakukan adalah hal yang baik.
KA
Bertanya-tanya kenapa waria mendatangi saya.
KK
Perasaannya biasa saja seperti didatangi orang lain.
KA
Kalau diajak bicara ya ngobrol tidak masalah, tapi kalau tidak diajak bicara ya tidak bicara.
KO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
Subyek 3 Nama : Jenis Kelamin : Umur : Sekolah : Jarak : Wawancara : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
WCK Laki-laki 19 tahun Universitas Pembangunan Nasional Sekitar 14 Km meter dari perempatan Duta Wacana Hari Kamis, 14 September 2006 di rumah subyek.
Hasil Wawancara Kategori Kode Tanya: Apakah yang anda ketahui tentang waria? Jawab: Waria itu laki menjadi wanita, Waria adalah setengah Pt, KK setengah laki setengah wanita, tapi laki-laki setengah wanita, tapi aslinya aslinya memang laki. laki-laki. Tanya: Terus, e…sepengetahuan anda apa saja kegiatan kaum waria? Jawab: Wah tegantung sih kalau, Kegiatan waria yang Kg, KK kalau, kaum waria kelas ecek-ecek ecek-ecek mangkal cari paling ya mangkal cari om-om, kalau om-om, tapi yang kelas waria dah kelas atas mungkin ada atas jadi artis, desainer. yang jadi desainer, ada yang jadi…opo, miss waria, bintang film dan lain-lain. Tanya: Terus apakah anda kenal satu atau lebih waria? Jawab: Kalau kenal sih nggak ya, Tidak kenal waria Pm, KK hanya tahu dari televisi paling cuma tahu. seperti Avi, dan Bobi, Tanya: Siapa kira-kira? Jawab: Avi, almarhum Avi, Bobi, yang jadi artis. Bobi artis, ya paling itu aja. Tanya: Tahunya dari mana, informasi tadi tahunya dari mana? Jawab: Tv dong, dua ribu enam gitu lo, he…he… Tanya: Ok, terus selain dari televisi, kira-kira dari mana lagi anda mendapatkan informasi mengenai kaum waria? Pm Jawab: Media cetak, koran, majalah Selain dari telvisi, tahu tentang waria dari dan sebagainya. media cetak. Tanya: Terus bagaimana perasaan anda terhadap kaum waria yang berprestasi, ya seperti tadi anda mengatakan pemilihan ratu waria,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83
artis, dan lain-lain? Jawab: Bangga dan minder ya mas ya, bangganya tu ada orang yang bisa punya kemauan keras untuk bisa mencapai sesuatu, tapi mindernya juga kaum waria aja bisa kenapa kita nggak gitu. Tanya: Terus e… apakah anda mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan kaum waria? Jawab: Pernah sih, paling-paling ya digodain biasa-biasa lah, waria pada umumnya paling cuma digodain, dicolak-colek gitu, hi… (sambil menunjukkan ekspresi tidak suka). Tanya: Gimana prosesnya, bisa diceritain nggak prosesnya saat digoda itu? Jawab: Di… tepatnya di depan Bosa, maksudnya di daerah Duta Wacana, gimana ya, paling ya lagi naik motor itu atau di… godain gitu aja, biasa aja. Tanya: Saat digodain itu apa yang muncul dalam pikiran anda? Jawab: Takut, panik, pokoknya campur aduk. Tanya: Terus, e… kira-kira apa, e… saat itu apa yang anda lakukan , kan takut, panik? Jawab: Diem, selebihnya diem, dari pada ditanggepin tar jadi masalah ya kan. Tanya: E… terus setahu anda bagaimana pendapat atau pandangan warga sekitar tempat tinggal anda terhadap kaum waria? Jawab: Ya mungkin selebihnya malah biasa-biasa aja ya, kita juga samasama manusia, cari makan, mereka nggak ada hak gitu ya untuk mengatur hidup seseorang. Tanya: Jadi kira-kira nggak masalah ya? Jawab: Nggak masalah. Tanya: E… bisa dikatakan menerima nggak untuk warga sekitar?
Perasaan terhadap kaum waria yang berprestasi bangga dan minder, waria aja bisa kenapa kita tidak.
KA
Pernah digoda, dicolakcolek waria di daerah Duta Wacana.
Pr
Takut, dan panik saat digoda waria.
KA
Karena takut dan panik maka diam saja.
Pe
Pendapat warga sekitar biasa-biasa saja kan sama-sama manusia, mereka tidak berhak mengatur hidup seseorang.
KK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129
Jawab: Mungkin bisa, soalnya warga sini nggak terlalu pusing lah dengan kayak gitu, itu pribadi seseorang, artinya itu kehidupan pribadi seseorang, orang lain nggak boleh ikut campur, ya nggak masalah. Tanya: Nggak masalah ya, terus e… ada kan yang biasanya mengganggap itu jijik, tidak normal atau gimana berarti warga sekitar sini tidak menganggap seperti itu? Jawab: Saya rasa tidak. Tanya: Terus bagaimana perasaan anda melihat perlakuan warga sekitar sini terhadap kaum waria, kalau anda tadi mengatakan menerima, biasabiasa aja, nah perasaan anda bagaimana? Jawab: Ya seneng sih kalau misalnya warga sini bisa menerima waria apa adanya, ya seneng itu tadi. Tanya: Mengapa senang? Jawab: Ya karena mereka merasa diterima ya kaum waria merasa diterima dan tidak di…, tidak dikucilkan di masyarakatkan kita juga ikut seneng, kalau kita lihat ada orang dikucilkan kita tertawa terbahak-bahak kan ya nggak, ya kita merasa seneng kalau warga tu dianggep lah. Tanya: Dimanusiakan gitu ya? Jawab: Dimanusiakan kurang lebih. Tanya: Terus setahu anda bagaimana pendapat lembaga pendidikan dan kemasyarakatan atau sekolah terhadap kaum waria tadi? Jawab: Wah kalau itu saya pie yo…, lembaga pendidikan, contohnya apa kira-kira sekolah apa? Tanya: Ya itu tadi, sekolah atau mungkin di universitas bagaimana, di kampus maksud saya. Jawab: Ya…saya rasa ya biasa aja ya, banyak kan di kampus-kampus gitu kan yang waria, seperti aduh siapa itu namanya lupa, ada sih waria di UPN
Bagi warga sekitar tidak masalah dan bisa dibilang menerima.
KO
Senang melihat perlakuan warga sekitar yang bisa menerima dan biasa-biasa saja terhadap kaum waria, karena tidak dikucilkan di masyarakat atau dimanusiakan.
KA
Pendapat lembaga pendidikan dan kemasyarakatan atau sekolah terhadap kaum
Pl, KK, Pr
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175
itu, biasa aja banyak, banyak temen. Tanya: Jadi anda punya teman ya di kampus anda yang waria? Jawab: Bukan temen sih, tapi tahu aja, namanya siapa, Dona atau siapa nggak tahu. Tanya: Kira-kira pihak kampus itu e… memberi perlakuan seperti apa sama dia? Jawab: Sama, seperti mahasiswa pada umumnya.
waria biasa-biasa saja. Seperti yang terjadi di UPN dan perguruan tinggi lainnya.
Pihak Universitas juga memperlakukan dia seperti mahasiswa pada umumnya.
Tanya: Terus kalau teman-temannya? temanJawab: Teman-temannya yo… sama, Tanggapan juga biasa sama kayak temen-teman biasa itu, ya teman seperti teman-teman tanggepannya biasa. yang lain. Tanya: Jadi nggak ada bedanya ya antara kampus dan teman-teman? (Responden menganggukkan kepala). Ok, terus tentu anda pernah melihat waria yang dirazia ya, nah e… setahu anda bagaimana perlakuan aparatur pemerintah misalnya satpol atau polisi saat merazia itu? Jawab: Semena-mena, sangat semenamena. Tanya: Contohnya konkrit semenaSaat dirazia, waria mena bagaimana? Jawab: Ditarik-tarik, di ya dikejar- diperlakukan semenakejar terus di-cemplung-cemplungin, mena seperti ditarikditarik-tarik, di-bekekeng-bekekeng, tarik, dikejar-kejar, dan apa ya, merazianya itu nggak pandang lain-lain. bulu gitu, kadang bukan waria tapi dianggep waria, ikut ketangkep, terus, tapi ya untuk warianya sendiri aku rasa semena-mena, teramat sangat semena-mena, sama-sam cari uang untuk makan. Tanya: Terus e… anda tahu secara langsung atau tahu dari mana saat merazia itu? Tahu dari televisi. Jawab: Televisi dong. Tanya: Ok, terus bagaimana perasaa anda melihat, melihat e… perlakuan
KO
KO
KO
Pm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221
saat dirazia tadi? Jawab: Yang pertama pasti kasihan ya mas ya, karena mereka kan juga manusia, ya itu kasihan itu. Tanya: Terus e… setahu anda lagi, bagaimana pendapat teman sebaya anda terhadap kaum waria? Jawab: Biasa aja sih, nggak ada yang spesial, nggak ada sesuatu yang istimewa. Tanya: E… secara langsung biasa saja itu bisa diartikan bahwa, e… tetep memandang dia juga seperti manusia biasa gitu ya? Jawab: Ya, ya. Tanya: Mengapa, mengapa bisa berpandangan seperti itu, karena ya kenyataannya banyak orang yang membedakan antara waria dengan laki-laki tulen atau wanita tulen? Jawab: Ya… karena sama-sama manusia aja, kita kan nggak bisa memilih hidup, aku tu pengennya gini-gini-gini harus kayak gini, tapi pada kenyataannya terpaksa mungkin ada yang trauma, ada yang mungkin dari kecil hidup di lingkungan cewek-cewek kaya gitu atau gimana. Tanya: Terus e… kira-kira perlakuan temen-temen sebaya anda terhadap kaum waria seperti apa? Jawab: Perlakuannya, ya seperti manusia pada umumnya, diajak ngobrol ya ngobrol, tapi waria-waria tertentu sih, kalau misalnya waria yang di, suka mangkal gitu mungkin agak sedikit, agak menjauh. Tanya: Jadi tergantung perilaku waria itu sendiri ya? Jawab: Iya, iya. Tanya: E… sekarang beralih ke anda pribadi, secara pribadi bagaimana pendapat anda terhadap kaum, keberadaan kaum waria?
Kasihan melihat waria diperlakukan semenamena saat dirazia.
KA
Pendapat teman sebaya biasa saja dalam arti seperti manusia biasa terhadap kaum waria.
KK
Karena sama-sama manusia, kita tidak bisa memilih hidup, hanya bisa menerima kenyataan mungkin dia jadi waria karena trauma, faktor lingkungan.
KK
Perlakuan teman sebaya terhadap waria seperti manusia biasa, tapi tergantung perilaku waria itu sendiri, kalau waria yang suka mangkal ya dijauhi.
KO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267
Jawab: Keberadaan, maksudnya secara kuantitas apa? Tanya: Ya secara umum, mau tidak mau kan kenyataannya kaum waria itu ada, nah terlepas dari pro kontra yang terjadi, nah pendapat anda terhadap keberadaan kaum waria itu, pendapat and pribadi seperti apa? Jawab: Ya… kasihan sih menurutku. Tanya: Bisa dikasih tahu alasannya? Jawab: Alasannya ya, mereka ya gimana ya, tidak seratus persen cewek tidak seratus persen cowok juga kan, di tengah tengah gitu, banyak orang yang, maksudnya sebagianlah menjauhi apa merasa jijik apa, tapi menurut aku pribadi kaum waria kalau misalnya mau bertemen ya nggak masalah, kalau misalnya waria-waria yang suka di pinggir jalan yang suka cari om-om apa yang cari mangsa-mangsa gitu ya itu jauh-jauh itu. Tanya: Jadi nggak mau kalau dengan waria-waria yang seperti itu ya? Jawab: Ya. Tanya: Ok, oya tadi anda mengatakan setengah cowok setengah cewek atau setengah-setengah, e… bisa, apakah itu artinya anda juga menganggap waria itu tidak normal? Jawab: Memang tidak normal, secara fisik tu dah tidak normal, apalagi secara anatomi walah, anatomi tubuhnya juga berbeda, ada yang suntik silikom, dan sebagainya. Tanya: Tapi walaupun seperti itu anda bisa menerima ya, dengan catatan tergantung dari perilaku si waria itu sendiri. Jawab: Iya. Tanya: Ya, sekarang e… kira-kira apa yang ada dalam pikiran anda bila ternyata ada saudara atau teman anda yang ternyata adalah seorang waria?
Kasihan terhadap kaum waria karena mereka tidak seratus persen wanita dan tidak seratus persen laki-laki serta sebagian orang menjauhi dan merasa jijik.
KA
Secara pribadi mau berteman dengan waria, tapi kalau dengan waria yang mangkal dan suka cari om-om tidak mau dan akan dijauhi.
KO
Waria memang tidak normal.
KK
Tapi tetap bisa menerimanya tergantung dengan perilaku se waria itu sendiri.
KO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313
Jawab: Waria mangkal atau waria biasa-biasa mas? Tanya: Ya pokoknya dia ingin jadi wanita kan batasannya di situ. Jawab: Nggak masalah sih selama nggak ngganggu, selama masih bisa diajak ngomong baik-baik nggak masalah. Tanya: Nggak merasa malu atau gimana? Jawab: Nggak, biasa aja, ada sih temen SMA yang kayak cowok kayak cewek, sampai sekarang masih bertemen nggak masalah. Tanya: Mengapa, mengapa kok bisa berteman katakanlah dari pengalaman anda sendiri tadi saat SMA, mengapa anda sampai sekarang bisa, masih bisa berteman dengan katakanlah bisa disebut waria kayak gitu? Jawab: Ya bisa no, kenalan kok, dari SMA kenalan, kenal-kenal gini ya udah ngomong, ngajak ngomongngomong bareng, main-main, biasa aja, bisa kenal yo bisa, satu sekolah. Tanya: E… ada perasaan takut nggak selama bergaul dengan dia, dalam artian takut dicap oleh masyarakat atau di, di… istilah jawanya dirasani karena bergaul dengan semacam itu? Jawab: Kalau ngrasani mesti ada tapi ya tergantung sikap kita kepada publik, maksudnya kalau kita sikapnya dah aneh-aneh gitu pasti orang nganggepnya juga aneh-aneh, kalau sikap kita biasa aja dan wajar saya rasa orang-orang pikirannya juga wajar. Tanya: Terus kembali ke pertanyaan, e… pernah merasa itu tadi takut dengan masyarakat mengecap? Jawab: Ya perasaan takut itu pasti ada, tapi ya bagaimana kita mengantisipasinya. Tanya: Tapi tetep jalan terus
Jika ada saudara atau teman yang ternyata waria tidak masalah selama masih bisa diajak bicara baik-baik.
KK
Tidak merasa malu. Pengalaman pribadi berteman dengan waria dari SMA.
KA, Pr
Kenalan, ngobrolngobrol dan main biasa saja.
Pr, KO
Dibicarakan di masyarakat itu tergantung sikap kita.
KK
Pernah merasa takut dibicarakan dan dicap oleh masyarakat karena bergaul dengan waria,
KA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359
pertemanannya ya? Jawab: Yoi. Tanya: Terus e… perasaan anda bagaimana kalau ternyata ada saudara atau teman anda yang ternyata adalah seorang waria? Jawab: Perasaannya ya sedih campur… gimana ya, sedih juga kalau dipikir, dirasa-rasain sedih, bisanya gini, sedih, kasihan. Tanya: Ok, terus apa yang akan anda lakukan kira-kira apabila tadi ada teman atau saudara yang menjadi waria? Jawab: Yang saya lakuin, yo… gimana yo…biasa wae sih, yang saya lakuin, dalam arti apa ini maksudnya? Tanya: Ya apakah berteman, menjauhi atau justru membantu dia, mendorong dia supaya bisa menerima kenyataan hidup. Jawab: Ya bertemen lah, kan mereka kan juga manusia sosial, kan nggak bisa hidup sendiri, kita harus memberi dorongan, motivasi untuk menerima kenyataan, bukan kita memojokkan atau apa, nah disitulah peran kita, kita me, me opo yo, memberi dorongan itu tadi. Tanya: Ok, terus mau tidak mau bahwa ada juga masyarakat yang memperlakukan waria secara diskriminatif atau menjauhi dan sebagainya, nah perasaan anda saat melihat hal itu bagaimana? Jawab: Tergantung warianya juga, kalau warianya emang neko-neko suka bawa tamu ke, misalnya ke dalam wilayah itu dia ngekos disitu lalu dimasukin ke kos-kosannya, itu kalau misalnya ada diskriminasi itu ya wajar sih, perasaannya ya sudah wajar emang sudah layak dan sepantasnya he…he…, ya gitu. Tanya: Berarti kembali tergantung ke
tapi tergantung kita mengantisipasinya dan tetap berteman.
Sedih dan kasihan jika ada saudara atau teman yang menjadi waria.
KA
Tapi tetap mau berteman dan menerimanya serta memotivasi dia untuk bisa menerima kenyataan.
KO
Perasaan terhadap waria yang suka bawa tamu ke kos (nekoneko) jika didiskriminasi ya biasa saja itu sudah pantas didapatkannya.
KA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
360 361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405
perilaku si waria. Berarti kalau misalnya si warianya itu katakanlah baik-baik nggak neko-neko seperti itu kalau tetap didiskriminasi berarti, e… perasaan anda bagaimana? Jawab: Kalau misalnya perilakunya baik-baik kalau misalnya tetap didiskriminasi, ya perasaannya ya kasihan lah, mereka kan juga manusia. Tanya: Ok, terus apakah anda mau bergaul dengan kaum waria? Jawab: Ya mau lah. Tanya: Kenapa? Jawab: Ya waria banyak yang punya talent lebih lah, ya mau aja, tapi kalau waria yang ecek-ecek misalnya pinggir jalan di Jalan Kapas yang suka mangkal-mangkal gitu ya nggak deh, jauh-jauh,kalau waria kayak, yo wariawaria normal lah, maksudnya nggak neko-neko memang dari luarnya fisiknya maksudnya secara fisicly cowok tapi dalam perilaku keseharian sebagai seorang wanita, saya rasa nggak masalah. Tanya: Ok, kira-kira anda mau nggak bekerja dengan mereka kaum waria entah itu di, katakanlah di dunia entertaint, di salon atau di bidang yang lain? Jawab: Selama nggak merugikan nggak masalah, buat diriku sendiri asalkan nggan merugikan nggak masalah. Tanya: Terus apakah anda juga mau berdiskusi atau bertukar pendapat dengan waria? Jawab: Maulah pasti, buat tambahtambah ilmu juga, tambah-tambah pengalaman, tambah-tambah apa ya, tambah-tambah segalanya. Tanya: Ok terus e…apakah anda juga mau melakukan kegiatan bersama denga kaum waria seperti e… sepak bola bersama, terus voli, itu kan ada
Kalau waria baik-baik yang didiskriminasiya merasa kasihan.
KA
Mau bergaul dengan kaum waria karena banyak waria yang mempunyai kelebihan, tapi tidak mau kalau dengan waria yang suka mangkal.
KO
Selama tidak merugikan mau bekerja dengan kaum waria di bidang apa saja.
KO
Mau berdiskusi atau bertukar pendapat dengan kaum waria karena bisa menambah pengetahuan.
KO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447
itu e… waria yang sering melakukan hal itu dengan masyarakat setempat, anda mau nggak kira-kira bergabung dalam, berkegiatan seperti itu? Jawab: Dengan senang hati mau, Mau berkegiatan soalnya itu kegiatan yang teramat bersama kaum waria seperti sepak bola, voli sangat positif. dan lain-lain. Tanya: Terus e…apakah anda juga mau melakukan kegiatan kepedulian seperti pendampingan atau misalnya penyuluhan HIV-AIDS terhadap kaum waria? melakukan Jawab: Kalau aku mampu why not, Mau kepedulian karena ya itu, kembali lagi itu kegiatan kegiatan yang teramat sangat positif ya, seperti pendampingan membantu waria-waria supaya nggak atau penyuluhan HIVAIDS karena itu hal terjerumus ke lubang hitam. yang positif. Tanya: Ok, pertanyaan terakhir, e… bagaimana perasaan anda jika saat sendirian di suatu tempat tiba-tiba anda didatangi oleh waria? Jawab: Nah itu pasti waria yang aneh- Waria yang mendatangi itu pasti waria yang aneh, aneh-aneh. menolaknya pasti saya akan menolak dengan, yah Akan dengan speak-speak, dengan halus lah, dengan halus tapi kalau kalau tetep nggak mau gajul, nggak tidak mau ya dengan kekerasan. mau pergi gajul. Tanya: Itu kan tindakan, perasaannya kira-kira saat didatangi? Jawab: Pastinya panik lah, panik dan Panik dan bertanyabertanya-tanya ini mau ngapain, tapi tanya saat didatangi kalau misalnya dalam, di malam hari waria lagi sendirian di suatu tempat itu pasti karena itu pasti waria kan waria yang aneh-aneh kan, ya yang aneh-aneh aneh bertingkah laku aneh dan mencari kegiatan yang aneh-aneh itu pasti ya, kabuuur… Tanya: Ok, thanks ya. Jawab: Nggih.
KO
KO
KK KO
KA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
Subyek 4 Nama : Jenis Kelamin : Umur : Sekolah : Jarak : Wawancara : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
CAP Laki-laki 18 tahun SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Sekitar 6 Km meter dari stasiun Lempuyangan Hari Jumat, 22 September 2006 di rumah peneliti.
Hasil Wawancara Tanya: Apa yang anda ketahui tentang waria? Jawab: Wanita transseksual, eh wanita jadi-jadian laura, lanang wedok, wedok yo ora(laki perempuan, permpuan juga tidak), he… Tanya: Sepengetahuan anda apa saja kegiatan kaum waria? Jawab: Bekerja di salon, e… jadi banci, maksute (maksudnya) e… pekerja seks komersil. Tanya: Terus apakah anda kenal e… satu atau lebih waia? Jawab: Kebetulan saya nggak kenal. Tanya: E… terus apakah anda tahu satu atau lebih kaum waria yang berprestasi dalam pendidikan, artis atau yang lainnya? Jawab: Kemarin saya lihat di tv ada, e… kayak waria yang ikut perlombaan ratu sejagat se-Indonesia. Tanya: Dari mana anda mendapatkan segala informasi mengenai waria tadi? Jawab: Wah… banyak media, dari tv, dari teman, dan media lainnya, koran dan lain-lain. Tanya: Ok, e… lalu bagaimana perasaan anda terhadap kaumwaria yang berprestasi seperti tadi anda mengatakan jadi ratu sejagat atau yang lainnya? Jawab: Wah itu, berprestasi itu hebat, selain itu dia pasti akan bisa mendapatkan uang yang halal, dari misalnya siaran-siaran di tv atau e… acara-acara, lelucon-lelucon komedi di tv atau… atau mungkin malah jadi,
Kategori Transseksual, jadi-jadian.
Kode wanita
Pt, KK
Kegiatan kaum waria di Kg, KK salon dan jadi PSK.
Tidak kenal waria.
KK
Lihat tv, waria yang Pm, KK ikut pemilihan ratu waria. Informasi didapat dari media dan teman.
Pm, Po
Bangga terhadap waria berprestasi karena bisa mendapatkan uang yang halal.
KA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83
kerja di salon atau jadi, apa, model foto, atau, atau apalah. Tanya: Jadi senang ya melihat waria yang berprestasi? Jawab: Ya kalau berprestasinya… baik mungkin saya, ya…, ya… bangga dia bisa mendapatkan prestasinya. Tanya: Apakah anda mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan kaum waria? Jawab: Kebetulan… dikejar banci (sambil tertawa). Tanya: Gimana, kisahnya gimana itu kok sampai bisa dikejar waria? Jawab: Itu di taman kota (depan SMPN 2 Yk.), iseng-iseng baru tetenguk-tetenguk alah (sambil tertawa), nongkrong-nongkrong di deket sana lalu dideketi banci. Tanya: Pas didekati itu perasaan anda gimana? Jawab: Takut lalu pergi, lari aja. Tanya: Bersama teman-teman juga ikut lari? Jawab: Ya, lari terkencing-kencing (sambil tertawa) Tanya: Setahu anda, e… bagaimana pendapat atau pandangan warga sekitar tempat tinggal anda trhadap kaum waria? Jawab: Mungkin di… pendapat di daerah saya mungkin dapat… kurang menerima, nggak tahu karena apa sebabnya, mungkin dianggap jijik mungkin atau… dianggap aneh, nggak normal.
Pengalaman dikejar waria di taman kota bersama teman-teman.
Pr
Muncul perasaan takut lalu lari bersama teman-teman.
KA, Pe
Pandangan warga sekitar terhadap kaum waria kurang menerima karena masih menganggap bahwa waria itu hal aneh dan menjijikan.
KK
Tanya: Terus… kalau tadi tidak menerima, kira-kira perlakuan warga sekitar anda bagaimana? Jawab: E… apa ya, e… akan Warga akan menjauhi waria. menjauhi, apa…ya, ya itu aja. Tanya: Bagaimana perasaan anda melihat perlakuan warga tempat tinggal anda terhadap kaum waria? Jawab: Wa itu juga, kasihan juga, Kasihan melihat kaum
KO
KA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129
pasti si waria itu sendiri akan merasa tertekan dalam hidupnya, mengapa dia bisa seperti ini, tapi dia mesti juga bisa berpikir positif bahwa aku bisa mendapatkan sesuatu dari ini, hal positifnya. Tanya: E… setahu anda e… bagaimana to pendapat lembaga pendidikan dan kemasyarakatan terhadap kaum waria? Jawab: Kalau sekolah kelihatannya biasa aja seperti siswa lain, e… mungkin ada yang menerima dan mungkin ada yang tidak menerima seperti itu, kalau keterlaluan mungkin jelas-jelas tidak diterima di sekolah itu, kalau hanya sekedar perlakuan, perlakuannya seperti wanita mungkin masih, mungkin bisa diterima. Tanya: Jadi cenderung kalau itu cenderung meresahkan tidak diterima begitu? Jawab: Ya, memb, membuat orang lain menjadi resah. Tanya: Ada tidak perlakuan khusus teman anda di sekolah atau gimana? Jawab: E… itu jelas ada, pasti temanteman menggoda dan mengerjainnya. Tanya: Terus, e… setahu anda bagaimana perlakuan aparatur pemerintah seperti satpol p.p atau polisi dan lainnya, e… saat merazia kaum waria? Jawab: O… di tv itu ada penangkapan sampai warianya dikejar sampai ada yang mlompat (lompat) ke dalam selokan sampai ada yang diseret-seret lah kayak gitu. Tanya: Bagaimana perasaan anda melihat seperti itu? Jawab: Perasaannya ya… kasihan sih kalau sampai diperlakukan semenamena seperti itu, tapi ya kalau dianya juga mengganggu, meng, kan seperti itu mengganggu juga, e… godain yang
waria dijauhi oleh masyarakat karena tentu waria itu akan merasa tertekan.
Pendapat lembaga pendidikan dan kemasyarakatan atau sekolah memandang waria biasa saja seperti siswa lain, ada yang menerima dan ada yang tidak, tergantung perilaku si waria, kalau keterlaluan pasti tidak akan diterima karena akan meresahkan.
KK, Pl
Teman-teman akan menggoda dan ngerjain dia.
KO
KO
Lihat di tv waria Pm, KO dikejar-kejar, diseretseret saat dirazia.
Kasihan melihat waria yang diperlakukan semena-mena saat dirazia.
KA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175
lewat dan sebagainya. Tanya: Terus, e… setahu anda baaimana to pendapat teman sebaya anda terhadap kaum waria? Jawab: Ya semuanya hampir…, pendapatnya hampir sama ya, kaum waria dianggap sesuatu hal yang aneh, dan e… apa ya, ya itu… pokoknya yang, istilahnya jijik, ya itu. Tanya: Lalu bagaimana juga perlakuan teman-teman anda? Jawab: O… perlakuannya pasti banyak yang takut atau menjauh, terus apa lagi ya… banyak yang istilahnya, ada yang, ada yang menggoda juga, ada yang… ya istilahnya ditakuti juga, nggilani. Tanya: E… bagaimana pendapat anda pribadi tentang kaum waria? Jawab: Ya… kadang-kadang saya juga merasa gilo, soalnya wanita eh opo, waria itu kadang-kadang e… apa ya nggilani gitu, apa… kadang-kadang bikin malu, apa namanya, dan kadangkadang saya juga kasihan karena, karena mereka dilahirkan di bumi seperti itu, tidak sesuai dengan kodratnya. Tanya: Bisa anda terangkan nggak sikap nggilani dari waria itu seperti apa? Jawab: Ya… gitu-itu sukanya mungkin, “grepek-grepek” gitu (sambil menirukan suara waria dan tertawa). Tanya: E… anda tadi mengatakan bahwa waria tidak sesuai dengan kodratnya ya, e… apakah itu bisa diartikan bahwa anda menganggap bahwa waria itu adalah tidak normal? Jawab: Ya kira-kira seperti itu, namanya juga laura, lanang wedok, wedok yo ora (laki perempuan, perempuan juga tidak. Tanya: Lalu, e… apa yang anda rasakan terhadap kaum waria?
Pendapat teman sebaya waria dianggap aneh dan menjijikkan.
KK
Perlakuan teman Pe, KA, KO sebaya ya menjauhinya karena takut, dan menggodanya juga.
Pendapat pribadi nggilani (menjijikan) dan memalukan.
KK
Merasa kasihan juga karena mereka dilahirkan tidak sesuai kodratnya.
KA
Takut waria.
digerayangi
KA
Waria itu tidak normal.
KK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221
Jawab: Melihat kaum waria seperti itu ya saya kadang hi… gitu (sambil menunjukkan ekspresi gilo atau jijik), kadang-kadang juga wah mesakke, kasihan juga dia seperti itu, na gitu aja. Tanya: Mengapa anda kasihan? Jawab: Ya dia seharusnya bisa menjadi seorang ya apa ya… ya itu dah kehendak Tuhan ding, dan atau mungkin, mungkin dia nggak punya kerjaan lalu iseng-iseng jadi banci untuk mencari uang, tapi dengan terpaksa di seperti itu, melakukan hal seperti itu. Tanya: Apa yang ada dalam e… pikiran anda apabila ada saudara atau teman anda yang ternyata adalah seorang waria? Jawab: Wah ya kasihan dong, nanti dia bisa dikerjain terus (sambil tertawa), ya kasihan lah dia nanti bisa jadi bahan ejek-ejekan. Tanya: Ada rasa kecewa, marah atau malu mungkin? Jawab: Ya semuanya itu pasti ada, campur-campur lah, ada rasa kasihan, ada juga rasa malu, tapi kalau malu ya kasihan orangnya ya, pokoknya sedihlah. Tanya: Lalu kira-kira apa yang akan anda lakukan bila tadi ternyata saudara atau teman anda ternyata waria? Jawab: Yang saya lakukan opo yo, mungkin saya berdoa pada Tuhan agar diberi jalan yang paling baik, banyak jalan menuju Roma wa… (sambil tertawa). Tanya: Nggak misalnya mencoba membantu atau justru malah menjauhi gitu? Jawab: Kalau mau membantu, membantu apa ya… ya kalau bisa saya bantu ya saya bantu sebisa saya, ya apa aja, dan kalau menjauhi… ya kasihan juga kalau dijauhi.
Kadang merasa jijik dan kadang merasa kasihan juga dengan waria.
KA
Kasihan karena mungkin itu sudah takdir dan mungkin saja mereka jadi waria karena terpaksa.
KA
Kasihan jika ada saudara atau teman yang jadi waria karena bisa jadi bahan ejekan.
KA
Ada juga rasa kasihan, sedih, dan kecewa, tapi kalau malu juga ksihan orangnya.
KA
Saya akan berdoa agar waria itu diberi jalan yang terbaik.
KO, Pl
Sebisa mungkin membantu teman atau saudara yang jadi waria, tapi tidak dijauhi.
KO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139
222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267
Tanya: Ok, sekarang, e… sehubungan dengan keberadaan kaum waria, apakah anda bisa menerimanya? Jawab: Ya nggak masalah asalkan Bisa menerima kaum tidak mengganggu aja. waria asal tidak mengganggu. Tanya: Terus kalau anda menerima, apakah anda juga mau bergaul dengan mereka? Jawab: Wah kalau mungkin bergaul Kurang bisa bergaul saya kurang bisa, karena, karena itu dengan waria. sesuatu hal yang aneh. Tanya: Kenapa aneh? Jawab: E… karena… akan, mungkin Karena takut dengan saya bisa di-grepek-grepek atau waria. digodain atau gimana, kan saya jadi takut di gituin (sambil tertawa). Tanya: Terus, e… apakah anda mau bekerja dengan kaum waria misalnya di salon, atau dunia entertain? Jawab: Ya mau, di entertainment Mau bekerja dengan mungkin bisa membantu seperti nanti kaum waria di dunia main di komedi-komedi, dia jadi entertaint. bahan, bahan lelucon begitu. Tanya: Mengapa anda mau kalau di entertainment? Jawab: Ya kalau di entertain dia, Mau karena kalau di mungkin masyarakat dapat melihat ini entertaint masyarakat melihat ini sesuatu hal yang dapat, atau ngejual akan bahan istilahnya sebagai bahan ketawaan sebagai tertawaan. lucu-lucu gitu. Tanya: Apakah e… anda juga mau berdiskusi atau bertukar pendapat dengan kaum waria? Jawab: Ya… mungkin kadang- Mau berdiskusi atau pendapat kadang, ya kalau ada waktu saya mau. bertukar dengan kaum waria. Tanya: Mengapa anda mau? Jawab: Ya mungkin untuk sekali- Tetapi takut kalau sekali sharing-lah, tapi harus, jangan, sendirian jadi harus ada tapi kalau empat mata saya agak takut, temannya. mendingan sekelas atau beramairamai. Tanya: Apakah anda mau melakukan kegiatan bersama dengan kaum waria Mau melakukan seperti sepak bola atau voli?
KO
KO
KA
KO
KK
KO
KA
KO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304
Jawab: Why not (mengapa tidak), kegiatan bersama kaum waria seperti voli dan dianggap saja sebagai hiburan. sepak bola karena bisa dijadikan hiburan. Tanya: Terus apakah anda mau melakukan kegiatan kepedulian terhadap kaum waria seperti pendampingan atau penyuluhan HIVAIDS? KO melakukan Jawab: E… ya mau dan kita ambil Mau pendampingan atau hal positifnya aja. penyuluhan HIV-AIDS Tanya: E… kenapa anda mau? Jawab: Karena…, ya, ya karena saya terhadap kaum waria. suka kepedulian dengan warga masyarakat sekitar. Tanya: E… pernah nggak ada perasaan malu dengan masyarakat atau takut di bicarakan karena anda mau berkegiatan bersama waria? KA Jawab: Ya, mungkin ada perasaan e… Ada perasaan takut masyarakat takut, tapi ya kembali ke kegiatannya dengan berkegiatan positif atau tidak, lagian kalau karena kegiatannya negatif saya juga tidak dengan waria, tetapi kalau positif tidak mau, masalah. KO, warianya yang suka godain gitu saya Tetapi tidak mau kalau KA juga tidak mau kalau sendirian, kan warianya suka godain karena takut. takut. Tanya: Ok, pertanyaan terakhir sekarang, e… bagaimana perasaan anda jika e… di suatu tempat anda sendirian dan tiba-tiba anda didatangi waria? Jawab: Kemrotok, deg-degan, ya Takut saat sendirian KA, Pe, KO didekati waria dan mending lari aja, hi… serem. lebih baik lari saja. Tanya: Ok, makasih ya. Jawab: Yoi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141
GUIDE WAWANCARA 1. Apa yang anda ketahui tentang waria? 2. Sepengetahuan anda apa saja kegiatan kaum waria? 3. Apakah anda kenal satu atau lebih waria? (siapa, dimana, bagaimana bisa kenal) 4. Apakah anda tahu satu atau lebih kaum waria yang berprestasi dalam pendidikan, artis atau yang lainnya? 5. Dari mana anda mendapatkan informasi mengenai waria? 6. Bagaimana perasaan anda terhadap kaum waria yang berprestasi seperti di pemilihan ratu waria, menjadi artis, dan lain-lain? 7. Apakah anda mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan kaum waria? 8. Setahu anda, bagaimana pendapat atau pandangan warga sekitar tempat tinggal anda terhadap kaum waria? (mengapa) 9. Setahu anda bagaimana perlakuan warga sekitar tempat tinggal anda terhadap kaum waria? (menerima / tidak) 10. Bagaimana perasaan anda melihat perlakuan warga sekitar tempat tinggal anda terhadap kaum waria? 11. Setahu anda bagaimana pendapat lembaga pendidikan dan kemasyarakatan atau sekolah terhadap kaum waria? (mengapa) 12. Setahu anda bagaimana perlakuan aparatur pemerintah (Satpol PP, polisi, dll) saat merazia kaum waria? 13. Bagaimana perasaan anda melihat perlakuan aparatur pemerintah saat merazia tersebut? 14. Setahu anda bagaimana pendapat teman sebaya anda terhadap kaum waria? (mengapa) 15. Setahu anda bagaimana perlakuan teman sebayamu terhadap kaum waria? 16. Bagaimana pendapat anda pribadi tentang kaum waria? (mengapa) 17. Dapatkah anda (mengapa)
jelaskan apa yang anda rasakan terhadap kaum waria?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142
18. Apa yang ada dalam pikiran anda apabila ada saudara atau teman anda yang ternyata adalah seorang waria? (mengapa) 19. Bagaimana perasaan anda apabila ada saudara atau teman anda yang ternyata adalah seorang waria? (mengapa) 20. Apa yang akan anda lakukan apabila ada teman atau saudaramu yang menjadi waria? 21. Bagaimana perasaan anda terhadap kaum waria yang sering dijauhi masyarakat dan diperlakukan secara diskriminatif? 22. Sehubungan dengan keberadaan kaum waria, apakah anda bisa menerimanya? (mengapa) 23. Apakah anda mau bergaul dengan kaum waria? (mengapa) 24. Apakah anda mau bekerja di salon atau di dunia entertain dengan kaum waria? (mengapa) 25. Apakah anda mau berdiskusi atau bertukar pendapat dengan kaum waria? (mengapa) 26. Apakah anda mau melakukan kegiatan bersama dengan kaum waria (seperti sepak bola, voli,dll)? 27. Apakah anda mau melakukan kegiatan kepedulian seperti pendampingan atau penyuluhan HIV-AIDS terhadap kaum waria? (mengapa) 28. Bagaimana perasaan anda jika saat sendirian di suatu tempat, tiba-tiba anda didatangi oleh seorang waria? (apa yang akan anda lakukan)