Farras 1 Azzah Alzahra Farras Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 17 Februari 2012 Signifikansi Judul Cerita Dalam Novel “Jermal” Karya Yokie Adityo Apa itu Jermal? Banyak sekali orang masih belum paham atau masih tidak mengerti dengan makna kata Jermal ini. Jermal adalah tempat yang terletak persis di tengah laut. Fungsi dari Jermal tersebut untuk menjaring ikan yang nantinya akan dijual. Para pekerja di atas Jermal bukanlah para lelaki dewasa yang kuat, melainkan anak-anak yang kuat dan kekar-kekar. Kehidupan yang terjadi di atas Jermal tidaklah seenak kehidupan yang masyarakat kini rasakan di daratan. Makanan dan minuman tidak selengkap dan seenak yang kini dirasakan oleh masyarakat di darat. Kehidupan di Jermal ini sudah diceritakan oleh seorang penulis bernama Yokie Adityo. Signifikansi judul cerita yang terdapat di dalam buku Jermal mengupas kejadian yang sebenarnya terjadi di atas jermal, seperti kekerasan yang terjadi terhadap sesama, ketidak tahuan orang tua akan kondisi anaknya menyempitkan kepedulian yang terjadi kepada anak, dan ketidak intensifnya pemerintah dalam menghentikan mempekerjakan anak anak di bawah umur. Kekerasan yang terjadi terhadap sesama memang sering kali terjadi di atas Jermal. Dari teman kepada teman juga dari mandor kepada anak-anak atau lebih tepatnya anak buah. Seperti yang terjadi di bab Hidup, baru saja Jaya datang menjadi anggota baru di Jermal, Gion si ketua geng dan teman-temannya yang Ia anggap sebagai anak buahnya datang menyambut Jaya dengan licik. Gion bertingkah sebagai anak yang baik dan sopan padahal Ia bermaksud untuk
Farras 2 mengganggu Jaya, hal tersebut dilakukan untuk menipu Jaya. “Geledah Barang!” (Adityo 30) yang dimaksudkan untuk mengobrak abrik barang-barang bawaan Jaya. Hal ini tidak hanya diceritakan di buku Jermal, melainkan juga terjadi di kehidupan sebenarnya. “Kekerasan yang tampak ke permukaan dari kehidupan seperti kehidupan di Jermal pada dasarnya dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu kekerasan fisik, kekerasan sosial, kekerasan psikologi, dan kekerasan seksual” (“Kekerasan seksual Terhadap Pekerja Anak Jermal di Pantai Timur Sumatera Utara”) Selain kekerasan yang terjadi terhadap sesama, ada juga ketidak tahuannya orang tua akan kondisi di Jermal sehingga membiarkan anaknya untuk bekerja di tempat yang kurang layak untuk dijadikan untuk menafkahi keluarga. Ketidak tahuan orang tua akan kondisi anaknya menyempitkan kepedulian yang terjadi kepada anak. Banyak sekali orang tua berfikir bahwa Jermal itu adalah tempat untuk bekerja yang nyaman dan tidak ada paksaan sama sekali. Jika orang tua tidak mendapat informasi sedikitpun tentang keadaan anaknya, mereka akan beranggapan anaknya baik-baik saja. Begitupun anak-anak calon pekerja Jermal, mereka pun mengira bahwa Jermal adalah tempat yang nyaman, berbeda dengan daratan yang sudah bertahun-tahun mereka rasakan. Padahal sebenarnya, banyak sekali hal-hal yang sangat tidak diinginkan bagi orang tua maupun anak-anak. Pekerjaan yang sangat berat, kurangnya istirahat pada malam hari, kurangnya bahan makanan, dan susahnya mencari air bersih untuk membersihkan badan. Semua hal positif tentang masyarakat salah karena mereka sendiripun belum pernah melihat kehidupan di dalam Jermal. Kebanyakan masyarakat salah menanggapi tentang apa itu Jermal, bahkan tahu artinya pun belum tentu, hal ini terlihat pada situs indoswara, ada satu warga Indonesia yang mengomentari buku Jermal ini dan dia menjelaskan bahwa dia sendiripun tadinya tidak paham Jermal adalah nama sebuah tempat, Ia
Farras 3 berfikir bahwa Jermal adalah nama karakter manusia dalam cerita tersebut. “Rendahnya pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian masyarakat, dan berbagai pihak lainnya dalam upaya penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak.” (Budiamin) Selain ketidak pahaman orang tua dan anak tentang Jermal, ada pula ketidak intensifnya pemerintah mencegah kegiatan mempekerjakan anak-anak dibawah umur. Ketidak intensifnya pemerintah mencegah kegiatan mempekerjakan anak anak dibawah umur juga dapat dijadikan pengetahuan baru bagi pembaca novel Jermal, pemerintah yang tadinya sudah membuat peraturan untuk tidak memperbolehkan anak-anak bekerja dibawah umur malah membiarkan operasi kerja-bekerja di Jermal berlanjut. Walaupun memang sebenarnya terkadang polisi suka berpatroli, tetapi mereka tidak terlalu tangkas dan teliti saat memeriksa tiap-tiap Jermal yang ada di tengah laut. “Kapal patroli pun pergi jauh-jauh. Tidak ada yang berkesan dari razia barusan. Semua lancar berjalan layaknya razia pada malam-malam lalu” (72) Patroli-patroli pun sangat mudah ditipu oleh anak-anak. Topan yang terlihat sangat muda mengaku ngaku berumur 18 tahun. “Topan jelas-jelas terlihat lebih muda. Mustahil ada yang percaya kata-katanya dengan tubuh semungil itu.” (71-72) Signifikansi judul buku cerita di novel Jermal adalah kekerasan yang terjadi di atas Jermal terhadap anak-anak, ketidak tahuan orang tua akan kondisi anaknya menyempitkan kepedulian yang terjadi terhadap anak, dan ketidak intensifnya pemerintah dalam memberhentikan mempekerjakan anak anak dibawah umur yang disertai kekerasan di dalamnya. Semua hal-hal tersebut dapat menjadi pengetahuan baru untuk pembaca. Masyarakat yang tadinya tidak mengetahui apa saja hal yang terjadi di atas Jermal kini terlihat, bahwa banyaknya kekerasan yang terjadi dan
Farras 4 beban-beban yang mereka kerjakan saat bekerja sangatlah berat untuk anak-anak dibawah umur.
Farras 5 Daftar Pustaka Adityo, Yokie. Jermal. Yogyakarta: Bentang, 2009. Print. "Kekerasan Seksual Terhadap Pekerja Anak Jermal Di Pantai Timur Sumatera Utara Kekerasan Seksual Terhadap Pekerja Anak Jermal Di Pantai Timur Sumatera Utara." Pushakumsu.com. Pushakumsu.com, 21 Apr. 2011. Web. 10 Feb. 2012.
. Budiamin, Amin. "Pekerja Anak Dan Implikasinya Bagi Pengembangan Bimbingan Dan Konseling." Upi.edu. Upi.edu. Web. 16 Feb. 2012. .