Setiap orang tentu punya impian untuk membangun keluarga yang ideal. Setuju ya ?
Begitu juga dengan saya saat sebelum menikah dulu. Memiliki isteri yang sholehah, anak yang juga sholeh tentu impian setiap orang. Tapi cara mewujudkannya yang terkadang berbeda – beda.
Ada beberapa hal yang nanti bisa Anda terapkan saat sudah menikah kelak. Agar impian Anda untuk mewujudkan keluarga ideal bis terwujud. Apa saja itu ? -------------------------------------------------------------------
PONDASINYA TAUHID Ibarat sebuah bangunan, pondasi yang tidak kokoh bisa membuat bangunan roboh. Pondasi sebuah rumah tangga yaitu tauhid.
Kalimah tauhid yang kita hafal semua yaitu ‘Laa Ilaaha Ilallah’. Tiada Tuhan selain Allah. Semestinya pondasi akidah ini yang bisa memperkuat keutuhan semua anggota keluarga. Baik itu istri dan suami, suami dan istri, juga antara orang tua dan anak.
Jika landasan cinta seorang suami karena akidah maka keluarga makin indah Jika landasan cinta seorang istri karena akidah maka hidup makin berkah Jika landasan cinta seorang anak karena akidah maka hidup terasa mudah
Anak yang dididik dengan cinta yang berdasar tauhid mencintai orangtua dan saudara bukan hanya karena mereka terlahir dengan ikatan darah. Atau dipaksa mencintai karena ikatan anak dan orangtua. Tapi jauh lebih mulia dari hal tersebut ia melakukan semuanya karena ingin mendapatkan ridho TuhanNya. Kita tentu ingat kisah seorang sahabat, Sa’ad bin Waqash yang diberi dua pilihan oleh ibunya yang masih musyrik: kembali kepada kemusyrikan atau ibunya akan mogok makan dan minum sampai mati.
Ketika sang ibu tengah melakukan aksinya selama tiga hari tiga malam, beliau berkata, ”Wahai Ibu, seandainya Ibu memiliki 1000 jiwa kemudian satu per satu meninggal, tetap aku tidak akan meninggalkan agama baruku (Islam).
Karena itu, terserah ibu mau makan atau tidak.” Melihat sikap Sa’ad yang bersikeras itu maka ibunya pun menghentikan
aksinya. Sehubungan dengan peristiwa itu, Allah menurunkan ayat : “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15)
Indahnya jika cinta dibingkai dengan tauhid. Seperti Nabi Ibrahim yang diuji Allah untuk menyembelih putra yang dicintainya, Isma’il. Berat dirasa namun karena kecintaan pada Tuhan melebihi cinta pada selainNya maka perintah pun ditaati.
Nabi Ibrahim as. dalam tidurnya bermimpi menyembelih anaknya sendiri, Isma’il. Bagi seorang Nabi, mimpi adalah wahyu dan ini berarti ia mendapat perintah menyembelih anaknya itu. Perintah itu disampaikannya kepada Ismail dan meminta pendapatnya. Tanpa ragu-ragu sang anak meminta sang bapak melaksanakan perintah Tuhan itu.
Maka terjadilah peristiwa yang sama sekali tidak dapat diterima akal. Sang bapak bersama sang anak keluar dari rumah menuju tempat penyembelihan. Dalam perjalanan, kedua anak beranak itu digoda syaitan dengan maksud agar keduanya mengabaikan perintah Allah, akan tetapi tidak mereka hiraukan dan mereka bahkan melemparnya. Kisah kedua orang yang berhati teguh itu kemudian mencapai titik puncak, sang bapak siap menyembelih dan sang anak siap disembelih. Ketika mata pisau diletakkan di leher sang anak, maka pada detik yang amat kritis itu Allah berbuat lain. Kedua insan itu dinilai telah melaksanakan perintahNya dengan sepenuh hati dan untuk itu pantas diberi imbalan.
Dengan kekuasaan-Nya dan tanpa disadari oleh Nabi yang patuh itu, Allah mengganti tubuh Isma’il dengan seekor hewan sembelihan, sehingga sang anak luput dari penyembelihan. Bila hari ini kita melakukan penyembelihan
hewan kurban, ibadah ini merujuk pada pengorbanan Nabi yang patuh dan teguh hati itu. -----------------------------------------------------------------
DINDINGNYA ILMU Apa jadinya jika bangunan tak berdinding? Dingin terasa, tak ada privasi, yang pasti kenyamanan pasti kurang. Nah, begitu juga dengan keluarga yang dibangun. Dengan dinding ilmu bisa menjadikan keluarga yang dibangun menjadi keluarga idaman yang sakinah, mawaddah warahmah.
Suatu saat Imam Ali Bin Abi Thalib ra. Pernah ditanya tentang keutamaan ilmu oleh beberapa orang yang berbeda. Dan dengan cerdasnya beliau menjawab 10 keutamaan ilmu :
1. Ilmu adalah warisan para Nabi dan Rasul, sedangkan harta adalah warisan Fir’aun dan Qarun.
2. Ilmu akan menjaga kita, sedangkan harta sebaliknya, kitalah yang harus menjaganya.
3. Semakin banyak ilmu semakin banyak orang yang menyayangi dan menghormatinya. sedangkan semakin banyak harta, semakin banyak musuh dan orang yang iri kepadanya.
4. Ilmu jika diamalkan malah akan semakin bertambah, sedangkan harta jika digunakan akan semakin bekurang.
5. Pemilik ilmu akan dihormati dan mendapat sebutan baik, sedangkan pemilik harta seringkali dicemooh dan mendapat julukan yang buruk.
6. Ilmu tidak ada pencurinya sedangkan harta banyak pencurinya.
7. Pemilik ilmu akan diberi syafaat (pertolongan) dihari akhir kelak, sedangkan pemilik harta akan dihisab diusut asal muasal hartanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
8. Ilmu akan kekal selamanya, sedangkan harta akan habis suatu saat nanti.
9. Pemilik ilmu akan dijunjung tinggi dengan kualitas manusianya, sedangkan pemilik harta akan dijunjung tinggi dengan kualitas hartanya. 10. Ilmu itu akan menyinari pemiliknya, sehingga hatinya menjadi lembut. sedangkan harta akan membuat gelap mata pemiliknya, hati menjadi keras dan hidup tidak tentram. ----------------------------------------------------------------Indahnya jika keluarga yang mempunyai dinding ilmu. Ilmu mendidik anak, ilmu menjadi suami idaman, ilmu mendidik istri, ilmu ta’at pada suami, ilmu menjemput rizki, ilmu fikih,
akidah, akhlak, tarikh (sejarah islam), ilmu bahasa Arab, ilmu Al-Quran, ilmu sains dan teknlogi dan ilmu-ilmu lainnya. Sungguh terkesan membaca sebuah artikel yang ditulis oleh salah seorang inspirator, Ary Ginanjar Agustian tentang " BANDUL PERADABAN ".
Menurut beliau perjalanan sejarah dunia ini ibarat sebuah bandul raksasa yg begerak lambat dari kiri ke kanan. Kadang peradaban dunia bergerak terlalu ke kiri, dan suatu masa terlalu ke kanan. Antara agama dan science. Pada 700 tahun sebelum masehi dunia berada pada bandul sebelah kiri, dimana era Romawi dan Yunani begitu mengagungkan science, seni dan budaya. Tapi terlalu ke kiri.
Lalu awal tahun pertama masehi turun Nabi Isa as. lalu bandul bergerak ke kanan. Ke arah agama. Tapi akhirnya terlalu ke kanan. Pada saat itu para scientist dibunuh karena science dianggap bertentangan dengan agama. Bandul itu berada pada sisi kanan selama 700 tahun.
Lalu 700 tahun kemudian lahir Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi wasallam. Surat pertama yang diturunkan " Iqra bismirobika ".
Iqra adalah membaca : “science" dan Robbika adalah Tuhan. Maka semenjak saat itu peradaban berada pada titik keseimbangannya dibawah kepemimpinan Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam. Keseimbangan antara agama dan science. Maka pada saat itulah dunia mengalami masa keemasannya. Selama 700 tahun hingga tahun 1400. Sebuah contoh ummatan wasathan".
Lalu bandul bergerak lagi ke sebelah kiri hingga kejayaan Andalusia. Puncaknya adalah Granada Spanyol yang akhirnya runtuh karena bergeser terlalu ke kiri. Hingga lahirlah kaum sufi yang memprotes hal itu, berbagai ilmu sufi lahir. Tapi akhirnya kembali, tapi bergeser terlalu ke kanan, ekonomi dan science ditinggalkan.
Kini adalah awal abad ke 21, yaitu 700 tahun berikutnya, dimana seharusnya kesempatan berada di tangan kita. Kita harus kembali menguasai science, ekonomi, dan praksis, akan tetapi science, ekonomi dan praksis yg berlandaskan agama dan Al Qur'an dan hadits. Sebaliknya kita pun harus kembali kepada Al Qur'an dan hadits, akan tetapi tanpa meninggalkan dunia ekonomi science dan praksis.
"Dan demikian Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan (ummatan wasathan) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu". (QS. Al Baqarah: 143)
------------------------------------------------------------------
ATAPNYA KASIH SAYANG Cinta pada seseorang menimbulkan harapan Sayang pada seseorang menumbuhkan pengorbanan
Cinta membutuhkan pertemuan fisik
Sayang menembus batas ruang dan waktu
Cinta hadir karena sebab dan hilang saat sebab tak ada lagi Sayang hadir tanpa sebab, ia abadi di sanubari
Cinta itu memberi untuk menerima Tapi sayang memberi untuk menumbuhkan
Cinta bertemu karena kesamaan persepsi Sayang tumbuh karena kesamaan visi
Cinta identik dengan, “Kamu adanya apa?” Sayang identik dengan, “Kamu apa adanya!”
Cinta berkata, “Aku suka wajahnya!” Sayang berkata, “Aku senang kepribadiannya” Cinta.. hari ini kau mencintainya, esok bisa jadi kau membencinya Sayang, hari ini, kemarin, esok dan selamanya kau tetap menyayanginya
-----------------------------------------------------------------Ada jatuh cinta, tapi tak pernah ada jatuh sayang. Dalam beberapa detik kau bisa mencintainya, namun tidak begitu
dengan sayang. Karena sayang itu proses mengerti, memahami, menolong, serta mendahulukan dalam rentang waktu yang panjang. Di lima tahun pertama usia pernikahan mungkin cinta yang dominan, namun selanjutnya yang membuat ikatan pernikahan senantiasa langgeng adalah sayang. (Buku “Jangan Jatuh Cinta! Tapi Bangun Cinta”) -----------------------------------------------------------------
HIASANNYA AKHLAK Pernah lihat ada wanita cantik tapi bicaranya ketus? Pernah sebel sama lelaki macho tapi sikapnya sombong? Atau pernah lihat ada anak orang kaya yang sok hebat? Tentu kita tak berharap keluarga yang dibangun seperti itu. Bandingkan dengan kisah asli yang melegenda ini :
"Istriku sayang, aku harap kau memilih antara dua, emas berlian yang kau pakai atau aku yang mendampingimu?"
Lalu sang istri pun memilih suaminya dan serta merta melucuti semua perhiasan yang menempel di tubuhnya dan disedekahkan ke baitul mal. Lalu hidup begitu sederhana, meninggalkan segala kemewahan dunia.
Ya, dialah Umar Bin Abdul Azis dan Sang Istri, yang saat diberi amanah menjadi khalifah mengubah life style, dari ningrat menjadi hidup gaya orang terpapa di masyarakatnya.
Sampai untuk urusan keluarga ia matikan cahaya lampu di tempat kerjanya. Yang mengagumkan, cukup 2 tahun 5 bulan ia memimpin namun sejarah mencatat tinta kejayaan umat Islam begitu luar biasa. Sampai tak ada yang mau menerima zakat karena setiap warga masyarakat merasa cukup dan sejahtera. Adakah Umar Bin Abdul Azis abad ini? semoga kita bisa meneladaninya. ------------------------------------------------------------------
JENDELANYA VISI
Apa jadinya kapal tanpa nahkoda? Apa jadinya pesawat tanpa pilot? Apa jadinya pula keluarga tanpa pemimpin dan visi. Visi yang membuat arah menjadi jelas, visi yang membuat semua anggota paham arah yang kan dituju.
Jika keluarga yang dibangun tanpa visi maka yang terjadi kesemrawutan. Suami bisa selingkuh, istri sibuk bergosip, anak asyik dengan narkoba dan sex bebas. Jangan salahkan
jika ketenangan dalam rumah semakin hilang, jangan salahkan jika keberkahan dalam keluarga makin sulit dicapai.
Misalnya ada keluarga yang bervisi surga. Cita-citanya reuni di surga, semangatnya untuk saling membantu untuk bisa mendapatkan surga.
Ada juga keluarga yang visinya Quran, bagaimana menjadi ahli Al Qur’an. Maka setiap hari tak luput dari kegaiatan membaca, menghafal, memahami serta mengamalkan AlQur’an. ------------------------------------------------------------------
MERANCANG RUMAH IDAMAN Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda, "Empat hal yang termasuk kebahagiaan: istri shalihah, rumah yang lapang nan luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. Dan ada empat hal yang termasuk kesengsaraan: tetangga yang berperangai buruk, istri yang
berakhlak jelek, rumah yang sempit dan kendaraan yang tak nyaman." (HR. Ibnu Hibban)
DALAM RIWAYAT YANG LAIN : “Setiap sesuatu yang tidak termasuk mengingat Allah, ia merupakan permainan yang sia-sia kecuali empat hal : seorang lelaki berjalan di antara dua tujuan (untuk memanah), melatih berkuda, bermesraan dengan keluarga dan mengajarinya berenang.” (HR. At-Thabrani).
Nah, jika berpedoman pada dua hadits di atas begitu idealnya sosok seorang muslim yaitu mempunyai istri yang sholehah, rumah yang lapang dan luas, tetangga yang baik dan kendaraan yang nyaman. Belum lagi kriteria untuk bisa mengajari berkuda, memanah dan berenang. Terbayang, luasnya dan lengkapnya fasilitas rumah idaman.
Ini dapat dijadikan motivasi yang baik bagi kita untuk terus menerus meningkatkan kapasitas dan kualitas hidup kita. Juga sekaligus sebagai sebuah patokan rumah seperti apa yang mesti dibangun. Misalnya, sebelum memilih tempat
tinggal lihat dulu siapa tetangganya, baik atau tidak. Lingkungannya baik dan memudahkan untuk ibadah atau tidak, dekat dengan masjid atau tidak.
Begitu juga dengan tuntunan untuk membuat rumah, Islam menganjurkan untuk membuat rumah yang lapang dan luas. Karena dalam sebuah penelitian anak yang dibesarkan di rumah yang luas dan lapang membuat hatinya luas dan berpikiran besar. ‘Kasihan kan’ jika anak sedang senang berlari-lari setiap menit ‘kejedot’ pintu ‘saking’ sempitnya. Tapi biarpun rumah sempit kalau hatinya lapang insyaAllah tetap bahagia. Tuntunan tersebut yang telah disebutkan di atas hanya sebagai arahan yang ideal.
Tentang kendaraan pun, Islam memberikan arahan bagaimana mempunyai kendaraan yang nyaman. Di Indonesia, kendaraan yang masuk dalam kelas nyaman bisa berarti Mercedec Benz, Alphard, Lexus, Land Rover, dan
lain-lain. Namun, dapat Avanza, Grand Livina atau Mobilio pun Alhamdulillah.
Rasulullah pun mempunyai kuda dan unta terbaik. Dimana bisa memudahkan Rasul untuk berdakwah dan berjihad. Bagaimana dengan diri kita?
InsyaAllah, saya do’akan semoga Allah menganugerahkan kita rumah yang luas, kendaraan yang nyaman, istri sholehah, juga tetangga yang baik. Aamiin. -----------------------------------------------------------------
ANAK BANYAK YANG SHOLEH Saya pernah bercanda sama teman yang istrinya penyuluh KB di Jawa Tengah. “Mas, kan Rasulullah menganjurkan untuk banyak anak, kok istri sampean ngajarin untuk KB?”.
Dijawab dengan baik oleh beliau, “Mas, KB itu kan keluarga berencana. Terserah mau rencananya 5, 7, 10. Yang penting merencanakan.” Hehe.. iya juga.
Dalam sebuah riwayat disebutkan : “Nikahilah perempuan yang penyayang dan dapat mempunyai anak banyak karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu dihadapan para Nabi nanti pada hari kiamat”. (HR. Ahmad)
Zaman ini trennya sedikit anak, takut tak bisa ngurus anak, takut habis waktu dan tak bahagia karena banyak anak. Padahal nabi berbangga dengan umatnya yang mempunyai banyak anak.
Bukankah indah jika banyak anak dan sholeh sholehah. Semua bahu membahu mendo’akan ibu bapaknya agar bisa selamat dan bahagia dunia dan akhirat.
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh”
(HR. Muslim)
So, kenapa takut mempunyai banyak anak ? Justru bertekadlah punya banyak anak sholeh-sholehah yang menguatkan nilai-nilai Illahi di muka bumi serta menjadi pemimpin peradaban yang bisa mengembalikan kegemilangan Islam. -----------------------------------------------------------------Sudah sampai di ebook ini, sudah tau lebih tentang ilmu – ilmu pernikahan ya ? Inget, ini baru setengah loh… Masih ada 15 ebook lagi yang khusus saya tulis untuk Anda yang ingin serius menikah. Bisa lanjut ke ebook berikutnya.
Selamat Membaca, Semoga bermanfaat Setia Furqon Kholid