II. TELAAH TEORl PERDAGANGAN INTERNASIONAL
2.1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonoml pada Perdagangan Sernakin terbukanya perekonomian dunia maka peran perdagangan internasional sernakin strategis dalarn kegiatan perekonornian suatu negara. Negara-negara melakukan perdagangan internasional karena dua alasan yaitu (Chacholiades, 1978: Krugman, 1994: Caves, et. al., 1993):
1 . Setiap negara mernpunyai keunggulan komparatif yang berbeda-beda. sehingga
dengan
rnelakukan
perdagangan
rnaka
keuntungan
perdagangan (gains from trade) akan diterirna kedua belah pihak.
2. Negara melakukan perdagangan dengan tujuan rnencapai skala ekonorni (economies of scale) dalarn produksi. Maksudnya adalah apabila setiap negara hanya menghasilkan sejurnlah barang tertentu [spesialisasi), maka mereka dapat menghasilkan barang tenebut dengan skala yang lebih besar don karenanya lebih ef~iendibandingkan jika negara tersebut
.
mernproduksi seluruh jenis barang. Perturnbuhan akan mempengaruhi tingkat perdagangan suatu negara. Surnber dari perturnbuhan ekonorni adalah perturnbuhan tenaga keja. akurnulasi modal dan perkembangan teknologi.
Pertumbuhan ekonomi
rnenyebabkan kurva kernungkinan produksi (production possibilities frontier) bergeser ke luar. Tingkat produksi optimum tergantung pada pergeseran kurva kernungkinan produksi.
Asurnsi yang digunakan adalah setelah kurva
kernungkinan produksi frontier bergeser ke luar, maka terjadi kenaikan biaya
(increasing cost) yang berimpliksi pada spesialisasi yang tidak lengkap. Efek dari ketidaklengkapan spesialisasi, maka pengaruh perturnbuhan pada volume yang diperdagangkan (klasifikasi pertumbuhan) tergantung pada kombinasi perilaku dari konsumsi don produksi. Untuk memudahkan di dalam analisis pengawh perturnbuhan ekonomi pada perdagangan, rnaka pengawh dipisahkan ke dalam pergeseran konsumsi don produksi, serta kombinasi keduanya. Penga~h pertumbuhan ekonomi, rnenyebabkan pergeseran ke luar dari kurva konsumsi frontier secara paralel.
Pengaruh konsumsi adalah netral
apabila rata-rata kecendrungan konsumsi barang impor konstan, pengawh konsumsi adalah bias pro perdagangan apabila rata-rata kecendrungan konsumsi impor meningkat sejalan dengan pertumbuhan. Sernentara pengawh konsumsi adalah bias anti perdagangan apabila rata-rata kecendwngan konsumsi impor adalah menurun sejalan dengan pertumbuhan.
Sebagai
tambahan terdapat dua kondisi ekstrim adalah konsurnsi yang ultra bias pro perdagangan yaitu apabila kenaikan absolut dalam konsumsi impor lebih besar dari kenaikan absolut pendapatan nasional don bias ultra anti perdagangan apabila konsumsi dornestik barang-barang impor tuwn secara absolut. Apabila PIKI adalah kuwa kemungkinan konsumsi frontier awal, dimana produksi adalah PI
don konsumsi pada CI.
Asumsi negara melakukan
spesialisasi pada X, maka perekonomian mengekspor XiPi unit untuk ditukarkan dengan XIC~ dari barang Y.
Kemiringan dari kurva kemungkinan konsumsi
frontier KIP) adalah satu, konsisten dengan asurnsi ratio harga dunia adalah
tertentu dan sarna dengan satu. Pertumbuhan ekonorni akan rnenggeser kurva kemungkinan konsurnsi frontier pada K2P2 konsurnsi akhir tejadi pada berbagai titik di K2P2 (Chacholiades, 1978: Knrgmen. et. al., 1994).
Neutral
..
XI
XI
PI
Pt
Expor
Garnbar 1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Pada Konsumsi Pengaruh pertumbuhan ekonorni pada produksi ditunjukkan ooeh pergeseran ke atas kurva kemungkinan produksi frontier.
Pengaruh pada
produksi adalah netral apabila rata-rata kecendrungan produksi barang ekspor konstan, pengaruh produksi adalah bias pro perdagangan apabila rota-rata kecendrungan
produksi
barang
ekspor
rneningkat
sejalan
dengan
pertumbuhan. Sernentara pengaruh produksi adalah bias anti perdagangan apabila rata-rota kecenderungan produksi barang ekspor adalah menurun sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Duo kondisi ekstrirn adalah produksi yang bias ultra pro perdagangan yaitu apabila kenaikan absolut dalam
tertentu don soma dengan satu. Pertumbuhan ekonorni akan menggeser k u ~ a kemungkinan konsurnsi frontier pada K2P2 konsumsi akhir tejadi pada berbagai titik di K2P2 (Chacholiades, 1978: Krugmen, et. al., 1994).
XI
X2
PI
Pz
Expor
Garnbar 1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonorni Pada Konsurnsi Pengaruh pertumbuhan ekonomi pada produksi ditunjukkan ooeh pergeseran ke atas kurva kemungkinan produksi frontier.
Pengaruh pada
produksi adalah netral apabila rata-rata kecendrungan produksi barang ekspor konstan, pengaruh produksi adalah bias pro perdagangan apabila rota-rota kecendrungan
produksi
barang
ekspor
meningkat
sejalan
dengan
pertumbuhan. Sementara pengatuh produksi adalah bias anti perdagangan apabila rota-rota kecenderungan produksi barang ekspor adalah menurun sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Dua kondisi ekstrim adalah produksi yang bias ultra pro perdagangan yaitu apabila kenaikan absolut dalam
produksi barang ekspor lebih besar dari kenaikan absolut pendapatan dan kondisi sebaliknya disebut bias ultra anti perdogangan.
G
G ' F
Expor
Gambor 2. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Pada Produksl Pengaruh total don adanya perturnbuhan akonorni perdagangan, tergantung pada penjurnlahandampak pada produksi don konsurnsi. Apabila pengaruhnya pada produksi don konsumsi keduanya dengan arah yang sama. maka pengaruh total biasanya adalah bias. Apabila ado salah satu pengaruh dalam produksi atau konsumsi d a l a h netral, maka pengaruh total adalah bias dengan arah yang soma dengan bias pada pengaruh yang lain.
tetapi
apabila pengaruh pada produksi don konsurnsi bias dengan arah yang berbeda, rnaka pengaruh total tidak dapat diduga secara mudah.
Ketika
pengaruh pada produksi adalah bias ultra anti perdagangan rnaka pengaruh total adalah bias ultra anti perdagangan kecuali ketika pengaruh konsurnsi
adalah bias ultra pro perdagangansehingga pengaruh total sarna dengon not. apabila pengawh pada konsumsi adalah bias ultra anti perdagangan maka pengaruh total juga bias ultra anti perdagangan, kecuali ketika pengawh produksi adalah bias ultra pro perdagangan maka pengaruh total adalah no1 (Chacholiades, 1978: Krugman, et. al., 1994). 2.2. Keuntungan darl Perdagangan
2.2.1. Pengaruh Perdagangan pada Keselahteraan lndlvldu Perdagangan terjadi karena adanya perbedaan harga keseirnbangan barang-barang antar negara.
Tejadinya perdagangan rnaka harga relatif
barang-barang akan rnenuju keseimbangan.
P e n g a ~ h perdagangan
terhadap kesejahteraan individu tergantung pada kernarnpuan individu rnernenuhi konsumsi barang X atau barang Y (asurnsi dua pasar barang). Secara garis besar terdapat tiga
kelompok individu sebagai berikut
(Chacholiades. 1978): a. lndividu yang rnemproduksi sebanyak kebutuhan konsurnsi sendiri (self sufficient) dalam arti mencukupi sendiri kebutuhan faktor produksi don kebutuhan barang-barang. b. lndividu yong dalam kondisi keseimbangan urnurn menukarkan barang X untuk barang Y yaitu memproduksi lebih banyak X dan lebih sedikit Y dari yang dikonsumsinya. c. lndividu yang dalarn kondiii keseimbangan umum menukarkan barang Y untuk barang X atau rnernproduksi lebih sedikit X don lebih banyak Y dari pada yang dikonsurnsi.
N
0
V
X
a . Individu A rnemenuhikebutuhan sendiri
Y, U
M
N
0
V
.
X
b . lndividu B mempertukarkan X untuk Y
0
N
V
X
c. lndividu C rnempertukarkan Y untuk X G a r n b a r 3. Penggolongan lndividu D a l a m P e r d a g a n g a n
Gambar 3 rnernperlihatkan kurva MN sebagai kurva kemungkinan produksi frontier individu, UV adalah kurva kernungkinan konsurnsi frontier individu dan It' adalah kurva indiferen individu pada kondisi keseimbangan umum sebelurn perdagangan, Po adalah titik produksi optimum don optimum.
Co adalah titik konsurnsi
Apabila rasio harga dunia berubah dari (Px/Py), rnaka individu A
dapat rneningkatkan kesejahteraannya dengan ikut serta perdagangan. Pada setiap garis anggaran (selain UV] rnaka kurva kemungkinan produksi fronfier haws beninggungan dengan kurva II' dimana individu A dapat rnencapai kurva indiferen yang lebih tinggi. Keuntungan total perdagangan yang dapat dinikmati dalarn bentuk keuntungan konsumsi don keunfungan produksi. Pada tingkat produksi seperti sernula, individu A lebih sejahtera rnelalui pertukaran [keuntungan konsurnsi) atau kesejahteraannya juga
meningkat dengan
rnenggeser titik produksi (keuntunganproduksi]. Bagi individu B don C,
perdagangan tidak selalu rnernberikan
keuntungan. apabila rasio harga dunia berbeda dari ( P X I P ~ ) rnaka ~, salah satu individu akan lebih sejahtera don individu lain berkurang kesejahteraannya. Sebagai contoh apabila barang X relatif lebih murah pada pasar dunia, maka individu C akan rnampu rneraih kurva indiferen yang lebih tinggi dari II' yaitu ketika kurva UV rnenjadi lebih datar.
Sementara individu B berkurang
kesejahteraannya karena tidak rnarnpu rnencapai kurva indiferen pada 11'.
semula
2.2.2. Pengaruh Perdagangan Pada Penerlmaan Faktor Produksi Kasus lain dimana perdagangan intemasional merugikan salah satu individu adalah dalarn ha1 penerimaan faktor produksi. Diasumsikan dalarn perekonomian terdapat duo kelompok faktor produksi yaitu pekerja don pernilik tanah. Pernilik tanah tidak menawarkan tenaga kerja sernentara pekerja tidak memiliki tanah tetapi menawarkan tenaga.
Juga diasumsikan bahwa
perekonomian rnenghasilkan duo barang X dan Y dalam kondisi constant return to scale, don barang Y adalah relatif intensif tanah dari pada barang X. Rasio harga dunia (PxJPy) lebih kecil dari rasio harga domestik sebelum perdagangan atau harga barang X pada pasar dunia lebih murah. Akibatnya adalah barang Y akan diekspor untuk dipertukarkan dengan barang X. Sehingga produksi domestik Y meningkat sementara produksi domestik X mengalarni penurunan. Peningkatan produksi barang Y yang intensif tanah, rnenyebabkan kedua barang cenderung rnenjadi lebih intensif tenaga keja don marginal phisycal product dari tenga kerja menurun sernentara marginal phisycal product dari tanah meningkat di kedua industri. Sehingga rasio harga faktor w/r mengalami penurunan.
Pengaruh selanjutnya adalah pendapatan relafif
tenaga keja turun don pendapatan relatif tanah naik dan sumberdaya akan ditransfer dari industri X ke industri Y. Pengaruhnya terhadap kesejahteraan golongan faktor produksi ditentukan oleh pendapatan absolut dalam setiap golongan.
Apabila perdagangan intemasional rneningkatkan pendapatan
nasional, rnaka pendapatan absolut dari tenaga kerja juga rneningkat
walaupun pendapatan relatif mereka rnenurun. Dengan perkataan lain. faktor produksi yang digunakan secara intensif untuk mernproduksi barang yang mengalami kenaikan harga akan mendapat keuntungan dari perdagangan sementara faktor lainnya mengalarni kerugian. (Chacholiades, 1978: Krugrnan
d.a., 1 994). 2.2.3. Pengaruh Perdagangan pada Kerejahteraan Masyarakat Perdagangan mempengaruhi kesejahteraan individu, penerimaan faktor produksi serta kesejahteraan masyarakat. Keuntungan total dari perdagangan umumnya dibagi ke dalarn duo komponen yaitu (Chacholiades, 1978; Krugman
&. d.,1994) : a. Keuntungan dari pertukaran internasional atau keuntungan konsumsi yang tirnbul dalam perekonornian ketika kombinasi barang yang sama juga diproduksi saat terjadi perdagangan bebas. b. Keuntungan dari spesialisasi atau keuntungan produksi yang tirnbul dalam perekonomian dalam bentuk pergeseran titik produksi akibat perbedaan harga barang sebelum don setelah perdagangan. Perdagangan internasional rnernungkinkan perekonomian untuk bergerak dari kuwa indiferen sosial yang lebih rendah ke arah kurva indiferen sosial yang lebih tinggi. Asumsi bahwa kumpulan kurva indiferen sosial menjelaskan tidak hanya perilaku konsurnsi tetapi juga perubahan kesejahteraan sosial.
Dengan
menggunakan peta kurva indiferen sosial tertentu yang rnenggambarkan kesejahteraan sosial dalarn hubungannya dengan perilaku konsumsi, rnaka
perubahan kesejahteraan rnasyarakat akibat perdagangan dapat ditunjukkon pada gambar 4.
Garnbar 4. KeuntunganTotal Perdogangan. Keuntungan Konsurnsi don Keuntungan Produksi Kurva MPIPoN rnenunjukkan kurva kernungkinan produksi frontier. Sebelum perdagangan keseirnbongan tejadi pada Po, soot kurva kernungkinan produksi
beninggungan dengan
dirnungkinkannya
(SICi).
kurva
indiferen sosial
Ketika perdagangan dibuko,
tertinggi yang perekonomian
berproduksi poda PI dan konsurnsi pada E2. Garis lurus yang rnelolui P! don
E2
adalah kernungkinan konsurnsi frontier dad perekonornian. Kesejahteraan sosial meningkat sebab perekonomian bergerak dari SIC1 yang lebih rendah ke SIC3 yang lebih tinggi.
Untuk melihat keuntungon konsumsi, diasurnsikon seteloh
perdagangan produksi tetap pada PO.
Merupokon kasus pada ketidak
rnobilitasan yang sernpurna dari faktor produksi antar industti don harga faktor produksi fleksibel, yaitu ketika batas kemungkinan produksi adalah segi empat OVPoU.
Pada situasi tenebut keuntungan perdagangan ditunjukkan oleh
keuntungan konsurnsi yaitu pewbahan titik konsurnsi POke titik konsumsi El pada kurva indiferen sosial yang lebih tinggi (bergerak dari SIC1 ke SIC2). Sernentara keuntungan produksi ditunjukkan oleh pergerakan dari El ke EZ sebagai hasil pewbahan dari pola produksi (don POke PI).
2.3. Pelonggaran Hambatan Perdagangan 2.3.1. Pajak di Sektor Perfanian Pada perekonornian pasar, keterkaitan intenektoral don rnakroekonorni mempunyai pengaruh terhadap pernbangunan pertanian.
Banyak negara
industri rnelindungi don rnensubsidi sektor pertanian sementara negara-negara berkernbong mengenakan pajak terhadap sektor pertanian (Yeah et. al., 1994; FAO, 1993; FAO, 1994). Pengenaan pajak di sektor pertanian pada negaranegara berkernbang rnernpunyai beberapa tujuan yaitu : (FAO, 1993)
1. Menghasilkan pendapatan bagi pernenntah untuk rnernbiayai investasi umum dan pengeluaran konsurnsi pemerintah. Kaitan dengan ha1 tenebuf, maka penggunaan pajak pertanian untuk rnernbantu mentransfer modal don tenaga kerja dari pertanian ke industri dalarn hubungannya dengan transformasi ekonomi.
2. Kecukupon (self-sufficiency) dalarn produksi bahan rnakanan seringkali didorong oleh subsidi produksi pangan melalui penenmaan yang dihasilkan
dari pajak ekspor pertanian.
Penerimaan pajak pertanian juga sering
digunakan untuk menstabilkan harga pangan atau mensubsidi konsumen.
3. Pengenaan pajak dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dari penggunaan sumberdaya di sektor pertanian don untuk mengarahkan divenifikasi pertanian. 4. Pada negara-negara berkembang. pajak juga digunakan untuk mengurangi penawaran dari produk pertanian yang spesifik dimana negara yang bersangkutan mempunyai kekuatan monopoli pada pasar dunia. Sebagai contoh adalah pengenaan pajak pada tanaman padi oleh Myanmar don Thailand (1960) yang menghasilkan seperlima total ekspor dunia, serta pengenaan pajak pada karet oleh Indonesia don Malaysia yang menghasilkan 30 don 40 penen dari ekspor dunia (World Bank, 1986 dalam FAO, 1993). Pengenaan pajak ekspor tenebut untuk menjaga harga dunia
tetap tinggi dengan membatasi penawaran. Pengenaan pajak di sektor pertanian pada masa awal pembangunan erat kaitannya dengan pola transformasi don pembangunan.
Timer (1988)
memperlihatkan ada empat tahap yang berbeda dari transformasi pertanian dalam hubungannya dengan pembangunanyaitu :
1. Tahap pertama ditujukan ketika produktivitas pertanian output pangan per unit area atau per tenaga kerja meningkat. Pada tahap ini tejadi surplus pangan, surplus tenaga keja dan surplus tabungan finansial.
2. Tahap kedua adalah pengembangan industri don jasa lainnya dengan menggunakan surplus dari sektor pertanian.
3. Tahap ketiga dalam pembangunan yang memperlihatkan integrasi yang lebih baik dari sektor pertanian ke dalam perekonomian melalui penyediaan infrastwktur dan pasar.
4. Tahap keempat dimana sektor pertanian tidak dapat dipisahkan dari sektor lainnya.
Salah satu isu utama dalam pembangunan ekonomi adalah
bagaimana mempercepat proses transformasi tenebut. Pada tahap kedua dari pola transformasi struktural, sektor pertanian seringkali diabaikan sebagai sumber pertumbuhan don sektor industri dihargai sebagai sektor yang memberikan stimulus utama bagi perekonomian. Sektor pertanian dihargai sebagai kontributor bagi pembangunan ekonomi dalam hubungannya dengan surplus pangan, surplus tenaga kerja, surplus tabungan. surplus pertukaran luar negeri don surplus pengeluaran untuk rnembeli produk industri. Adanya surplus dan kenaikan pendapatan di sektor pertanian. akan rneningkatkan permintaan untuk modal don tenaga kerja non pertanian benesuaian dengan kenaikan bahan baku pertanian untuk menghasilkan output yang lebih besar. Kenaikan modal pada sektor non pertanian dapat dibiayai dari tabungan sektor pertanian atau melalui pengenaan pajak di sektor pertanian. Pada sebagian besar negara berkembang, pertanian memberikan pajak terbesar. Tetapi akibat dari pengenaan pajak tenebut adalah menurunnya produksi pertanian tewtama bila penerimaan marjinal akibat pajak adalah lebih rendah dari penerirnaan marjinal yang dapat diterirna dari kenaikan penawaran akibat tidak adanya pajak atau ketika biaya untuk pengumpulan
pajak lebih tinggi dari penerimaan yang dihasilkan.
Pajak dalam kondisi
tenebut, akan menuwnkan pertumbuhan pertanion, menurunkan pangan domestik dan penawaran bahan baku untuk industri dan menurunkan perrnintaan untuk produk industri, merugikan prospek pertanian don industn dalam jangka panjang (FAO, 1993: FAO, 1994). Pajak di sektor pertanion secara garis besar dibagi ke dalam duo golongan yaitu pengenaan pajak implisit dan pengenaan pajak eksplisit. Pajak implisit telah banyak dibohas baik dalam literatur moupun dalam tingkat kebijakan dibandingkan pajak eksplisit, karena sektor pertanion di negaranegara berkembang sebagian besar dikenakan pajak implisit terutama melalui penilaian yang lebih (overestimate) dari nilai tukar don intervensi harga. Pajak implisit tidak memberikan pendapatan bagi pemerintah [sehingga tidak mempengaruhi anggaran pemerintah secara langsung), tetapi melalui transfer pendapatan melalui perubahan harga relatif, yang mempunyai pengawh penting pada alokasi sumberdaya don diitribusi pendapatan (FAO, 1993). Meskipun pajak eksplisit merupakan h g i a n kecil dari pajak di sektor pertanian, pajak eksplisit juga memiliki peranan penting.
Peranan tenebut
adalah:
1. Pajak eksplisit mempengaruhi secara langsung anggaran pemerintah don transfer
intenektoral.
Sehingga
perubahan
pajak
eksplisit
mempengaruhiperanan pemerintah datam pembangunan ekonomi.
akan
2. Dalam era perdagangan bebas, pengenaan pajak eksplisit (pajak perdagangan intemasional) berupa pajak ekspor don tarif irnpor akan mempengaruhi daya saing produk pertanian (produk non migas). Instrumen pajak di sektor pertanian dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori (FAO, 1993 don F A 0 1994) yaitu :
1. Pajak yang memberikan pengaruh langsung kepada anggaran pemerintah tetapi tidak mengakibatkan transfer pendapatan swasta intenektoral. Pajak tenebut meliputi pajak implisit don pajak eksplisit, b e ~ p a Pajak bumi dan bangunan (PBB), serta subsidi input don subsidi output (merupakan program pengeluaran pemerintah) yang menghasilkan transfer sumberdaya dari pemerintah ke sektor pertanian.
2. Pajak yang memberikan pengaruh langsung kepada anggaran pemerintah don juga mengakibatkan transfer intenektoral. Pajak tenebut meliputi pajak eksplisit yaitu pajak cukai dan pajak penjualan, pajak ekspor, tarif impar dan pajak pemasaran.
Pajak tenebut memberikan penerimaan pada
pemerintah don sekaligus mempengaruhi pendapatan sektor pertanian melalui perubohan dalam harga relatif pertanian dibandingkan harga non pertanian.
3. Pajak yang tidak memberikan pengaruh pada anggaran pemerintah secara langsung tetapi mempengaruhi transfer pendapatan swasta intenektoral. Pajak tenebut merupakan pajak implisit meliputi kebijakan nilai tukar sektor pertanian, hambatan non tarif,
kebijkan kontrol harga, operasi stok
penyangga don upaya mendapatkan monopoli.
Pajak tenebut tidak
rnemberikan
penerimaan
kepada
pemerintah
tetapi
mentransfer
pendapatan dari pertanian ke sektor non perlanian melalui pewbahan harga relatif. Dalam era perdagangan bebas dirnana pengenaan harnbatan non tanf akan diubah rnenjadi hambatan dengan tarif, maka pengenaan tarif irnpor don pajak ekspor rnernegang peran penting dalarn rnenentukan daya saing suatu kornoditas di pasar dunia. Pengenaan pajak impor pada input sektor pertanian akan rneningkatkan biaya produksi pertanian.
Pengenaan pajak
ekspor pada kornoditas pertanian tertentu rnembuat biaya produksi rnenjadi lebih mahal, tetapi dapat juga digunakan untuk menjamin ketenediaan bahan baku industri di dalam negeri (rnisalnya pengenaan pajak ekspor untuk CPO don kayu gelondongan) atau rnenjaga harga dunia tetap tinggi dengan rnembatasi penawaran.
Pajak eksplisit dari kornoditas pertanian yang
diperdagangkan don tervtama yang daput diekspor rnencapai rota-rota 39,3 persen untuk negara-negara berkembang yang miskin dan rnencapai rata-rota 15.4 penen untuk negara-negara berkembang yang kayo (Tanzi, 1987). Hasil penelitian F A 0 (1993) menunjukkan bahwa negara-negara dimana pangsa sektor pertanian terhadap
GDP relatif kecil (dibawah 15 penen) rnaka pajak
sektor pertanian sebagian besar dalam bentuk pajak langsung yaitu pajak tanah don pajak pendapatan sekitar 28 penen pada tahun 1981-1987 (sepertiga doti total pajak di sektor pertanian). Sedangkan di negara-negara dimana pangsa sektor pertanian terhadap GDP relatif besar [diatas 25 penen) maka pajak ekspor sektor pertanian rnencapai 52 penen pada tahun 1981-
1987. Apabila negara-negara tenebut dikelompokkan berdasarkan pangsa ekspor sektor pertanian terhadap total ekspor maka negara-negara dimana pangsa ekspor sektor pertanian relatif kecil maka pajak ekspor pertanian hanya 8 penen dari total pajak sektor pertanian.
Sebaliknya, di negara-negara
dimana pangsa ekspor sektor pertanian relatif tinggi, maka pajak ekspor pertanian mencapai 54 penen pada tahun 1981-1987. Walaupun demikian sejak tahun 1980, banyak negara menurunkan pajak ekspornya don diganti dengan bentuk pajak tidak langsung lainnya yaitu pajak impor. Penggunaan model CGE untuk menganalisis dampak pengenaan pajak ekspor pada tanaman coklat di Filipino (1980)memperlihatkan bahwa kenaikan pajak ekspor sebesar 20 penen menyebabkan dampak negatif terhadap produksi coklat, harga-harga di sektor lain mengalami penutunan, permintaan don pendapatan tumahtangga mengalami penutunan terutama pada kelompok pendapatan rendah termasuk produsen dan konsumen coklat. Pengatuh pengenaan tarif impor di sektor pertanian tergantung pada tingkat produksi domestik. Apabila tidak ado produsen pertanian domestik, maka pengenaan tarif impor pertanian menyebabkan konsumsi domestik turun akibat harga domestik mengalami kenaikan.
Apabila tenedia produksi
pertanian domestik, maka pengenaan tarif impor pertanian pada dasamya melindungi produsen domestik.
Hasil yang didapat dengan menggunakan
sirnulasi model CGE memperlihatkan bahwa apabila petani skala kecil dalam satu kelompok dan petani skala besar pada kelompok yang lain, maka pengenaan pajak impor pada input pupuk dirasakan lebih besar dampaknya
pada petani-petani dengan skala besar. Sehingga dengan kata lain apabila tarif irnpor pada input pertanian dikurangi atau dihapuskan rnaka hasilnya akan lebih dirasakan rnenguntungkan petani skala besar dalarn bentuk manfaat yang lebih besar (FAO, 1993; FAO, 1994).
2.3.2.
Pengenaan Tarif lmpor
Ide dasar dari liberalisasi perdagangan dunia adalah untuk rnengurangi distoni yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah dalam bentuk kebijakan tarif maupun non tarif. Pengenaan tarif sebagai pajak menyebabkan biaya perdagangan rneningkat, harga barang-barang irnpor di negara pengimpor naik, harga yang lebih rendah untuk barang-barang ekspor don menurunnya volume
perdagangan.
Tarif
rnengurangi pendapatan dunia,
tetapi
memberikan keuntungan bagi kelornpok-kelornpok tertentu dalam negara pengekspor rnaupun pengimpor. Efek ekonomi dari pengenaan pajak ekspor adalah soma dengan pengenaan tarif irnpor.
Pajak ekspor rneningkatkan biaya ekspor don
mengurangi volume ekspor.
Untuk negara-negara kecil, harga dunia tidak
terpengaruh, don harga dornestik lebih rendah sebesar jurnlah pajak yang dikenakan (Grennes, 1984). Pengenaan tarif irnpor akan rnernberikan keuntungan kepada produsen
di negara-negara pengirnpor karena harga pcoduk dornestik rnenjadi relatif lebih rnurah dibandingkan produk sejenis yang berasal dari impor.
Tarif irnpor
merupakan penerimaan bagi pernerintah yang me~pakanpernbayaran transfer dari sektor swasta ke pernerintah. Tarif akan rnernpenga~hialokasi
sumber daya dalam perekonomian, yaitu apabila tarif menaikkan harga domestik dari barang-barang yang diimpor maka penggunaan tenaga keja dalam sektor yang diproteksi mengalami kenaikan. Selanjutnya apabila sektor pengirnpor don sektor pengekspor mempekejakan faktor produksi dalarn proponi yang berbeda, maka tarif akan menggeser permintaan faktor relatif don harga faktor relatif.
Tarif impor memberikan efek yang berlawanan
terhadap konsumen domestik dengan menaikkan harga barang-barang impor. Konsumen yang selalu mengkonsumsi barang-barang impor akan mentransfer pendapatannya kepada produsen domestik dengan mernbeli barang-barang domestik.
Efek ekonomi dari
pengenaan tarif irnpor dapat dilihat pada
gambar 5 berikut ini. Kuwa perrnintaan impor adalah B (Id)diturunkan dari kuwa permintaan domestik (Xd) dan kurva penawaran domestik (XS) pada bagian A. Perrnintaan impor pada setiap harga (Opl)adalah jarak horizontal (NW = AE) antara Xd don
XS. Negara pengimpor diasurnsikan sebagai negara kecil pada pasar dunia sehingga tidak dapat mempengaruhi harga dunia.
Asumsi negara kecil
berimplikasi bahwa kuwa penawaran impor (I?) adalah horizontal (elastik tak hingga). Keseimbangan a w l pada E dimana jumlah yang ingin dibeli negara pengimpor soma dengan jumlah yang ingin dijual oleh pengekspor ( 0 2 11 = AE). Apabila tidak ado tarif impor rnaka harga domestik sarna dengan harga luar negeri ( 0 2 A = OI~I),konsumsi domestik 01x1,produksi domestik 01Xzdan X2Xi = 0 2
11 adalah impor. Pengenaan tarif impor sebesar t akan menggeser kuwa
penawaran impor menjadi IS2= IS1+ t.
Pergeseran ke atas kurva IS rnenunjukkan bahwa negara pengekspor rnenanggung biaya yang lebih tinggi, pada harga awal 01p1, sekarang terdapat kelebihan perrnintaan.
Penaingan untuk kornoditas yang langka
menyebabkan harga naik ke Olp2,
dimana pasar rnencapai kondisi
keseimbangan. Nilai tarif yang dibayar oleh pengirnpor noik sebesar nilai tarif (t) don harga benih yang dibayar eksportir tetap pada Opt. Pada negara-negara kecil, konsurnen domestik tidak dapat mentransfer tarif kepada luar negeri. Volume irnpor turun rnenjadi
0212,
don penenmaan
tarif adalah area ABGF, adalah hasil dari penggunaan tarif per unit (AB) dengan volume irnpor
(0212
= AF). Konsurnsi dornestik turun rnenjadi 0 1 x 3 don produksi
dornestik naik ke 01x4.
2.3.3. Pengenaan Pajak Ebpor Efek ekonomi dari pengenaan pajak ekspor adalah soma dengan pengenaan tarif impor. Pengenaan pajak ekspor meningkatkan biaya ekspor don mengurangi volume ekspor. Untuk negara kecil maka harga dunia tidak terpengaruh don harga domestik adalah lebih rendah sebesar jumlah pajak ekspor yang dikenakan. Harga Ekspor
Harga X
+
4
Ez-Els + t
h
X
Ed
t
b 0 1
x2
X4
X
XI
Xd, X* 0,
Ez
El
E
Gambar 6. Pajak Ekspor Untuk Negara Kecil Apabila keseimbangan mula-mula pada titik E. Tingkaf harga adalah 0zA = 01p1 dan volume ekspor OzEi.
Pajak ekspor menggeser kurva
penawaran ekspor naik ke Ezl mengurangi ekspor ke 02E2. Harga domestik turun ke 0 2 B = Olp2, produksi tuwn ke 01%dan konsumsi naik ke 01x4. Pajak ekspor akan menu~nkanharga baik untuk produsen domestik maupun konsumen.