Khotbah Jangkep Minggu, 6 November 2011 Pekan Biasa Ketiga Puluh Dua (Hijau)
SEPERTI GADIS BIJAKSANA SAAT KEDATANGAN TUHAN Bacaan I: Amos 5:18-24; Tanggapanm: Mazmur 70 Bacaan II: 1 Tesalonika 4:13-18; Bacaan III: Injil Matius 25:1-13 Tujuan: Jemaat diajak untuk menjadi bijaksana dalam rangka menantikan kedatangan Tuhan yang kedua kali. Kebijaksanaan itu ditampakkan dalam sikap percaya dan tindakan yang nyata.
Dasar Pemikiran Kesempurnaan keselamatan adalah ketika umat Tuhan bertemu muka dengan muka dengan Dia sendiri. Namun agar dapat menuju kesempurnaan, maka perlu kewaspadaan serta kebijaksanaan sehingga mereka mampu mempertahankan imannya kepada Tuhan. Oleh karena itu sikap waspada, bijaksana, berhikmat serta cerdik perlu dibangun dalam rangka menyongsong kedatangan-Nya kembali.
Keterangan Tiap Bacaan Amos 5:18-24 (Datangnya Hari Tuhan) Ide tentang hari Tuhan di dalam kesaksian Amos tersebut berkaitan dengan hal-hal yang telah dilakukan oleh Israel. Penulis Amos menyatakan bahwa Allah membenci serta menghina perayaan yang diadakan Israel. Demikian pula korban bakaran dan sajian yang dipersembahkan Israel tidak disukai oleh Allah. Bahkan nyanyian dan gambus pujian Israel Allah tidak berkenan mendengarkan. Inilah hari di mana Israel kehilangan hubungan yang akrab dengan Allah.
Khotbah Jangkep November 2011
Mazmur 70 (Jangan Berlambat Datang) Mazmur ini merupakan doa mohon pertolongan Tuhan. Pemazmur memohon agar Allah segera datang melepaskannya dari kesesakan atau menolongnya dari orang-orang yang akan membuatnya celaka. Pemazmur menyatakan bahwa dirinya sengsara dan miskin sehingga mengharap Tuhan segera datang dan meluputkannya dari kesengsaraan. Pokok utama Mazmur ini adalah adanya pengharapan akan pemulihan dari Tuhan sendiri. 1 Tesalonika 4:13-18 (Penurut Jemaat Allah) Metafor kedatangan Tuhan digambarkan dengan sangat jelas di dalam bacaan tersebut. Inti pengajarannya adalah bahwa siapa pun yang membangun relasi baik dengan Tuhan, maka pada saatnya dia akan menikmati persekutuan yang sempurna bersama-Nya. Dengan kata lain mereka akan bertemu muka dengan muka secara langsung dengan Tuhan. Injil Matius 25:1-13 (Menyambut Kedatangan Tuhan) Kesaksian Matius tersebut merupakan gambaran sikap manusia dalam menanggapi kedatangan Tuhan. Ada dua gambaran sikap manusia yaitu seperti gadis yang bijaksana di mana mereka membawa cadangan minyak agar pelita mereka tetap hidup. Sementara di sisi lain ada sekelompok gadis bodoh yang menanti kedatangan sang mempelai namun tidak membawa cadangan minyak. Inti pengajaran dari kesaksian ini adalah kewaspadaan, kecerdikan, kejelian serta kebijaksanaan menggunakan akal budi di dalam menantikan hari Tuhan. Sebab mereka yang tidak mempunyai sikap demikian akan kehilangan kesempatan untuk bercengkerama bersama Sang Mempelai sejati. Harmonisasi Bacaan Tindakan Israel dalam ibadah yang semu dan palsu menjadi contoh bagaimana umat Tuhan menanggapi hari Tuhan yang akan datang. Padahal sebagai umat-Nya seharusnya mereka memohon karunia seperti pemazmur, sehingga kehidupan umat Tuhan senantiasa ada dalam bimbingan-Nya. Pengajaran tentang datangnya hari Tuhan memang jelas tertulis di dalam surat rasuli maupun Injil hari ini. Oleh karena itu, sikap yang perlu dibangun oleh umat Tuhan dalam rangka menyambut kedatangan-Nya itu lebih penting ketimbang hidup semaunya sendiri.
Khotbah Jangkep November 2011
Pokok dan Arah Pewartaan Membangun sikap benar melalui tindakan nyata adalah penting dalam rangka menyambut kedatangan hari Tuhan. Hanya dengan jalan demikian, maka umat Tuhan akan memperoleh kesempatan masuk dalam kesempurnaan keselamatan dan kesempurnaan kehidupan yang kekal.
Khotbah Jangkep Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus, asih ingatkah peristiwa perkawinan akbar abad ini, yaitu perkawinan Pangeran William dan putri Kate Middleton pada tanggal 29 April yang lalu di Inggris? Perkawinan yang spektakuler di mana hampir seluruh media massa meliput peristiwa akbar tersebut serta dilihat miliaran pemirsa. Para juru masak terbaik di Inggris dipersiapkan untuk menjamu para tamu undangan. Kota London dihias dengan simbol-simbol negara dan kerajaan. Hotel penuh sesak dibanjiri tamu-tamu dari luar Inggris yang akan menyaksikan perkawinan calon pewaris Kerajaan Inggris tersebut. Dan yang menarik dari sekian unsur yang dapat kita temukan dalam peristiwa perkawinan tersebut adalah orang-orang yang rela bermalam, mendirikan tenda serta mencari tempat yang strategis di jalan-jalan utama yang akan dilalui calon pengantin, agar mereka dapat melihat Pangeran William dan Kate Middleton menuju Westminster Abbey maupun kembali ke istana Buckingham. Akurasi komposisi menu makanan yang sempurna untuk jamuan para tamu, para juru masak terbaik dipilih dengan menu spesial yang mereka siapkan, dekorasi Gereja Westminster Abbey yang cukup sempurna mendukung kemegahannya, gaun pengantin yang sederhana namun elegan dirancang sempurna oleh Sarah Burton dan persiapan-persiapan yang lain. Untuk pelaksanaan perkawinan Pangeran William dan Kate Middleton saja, persiapan dilakukan sangat detail dan sempurna. Padahal peristiwa tersebut adalah peristiwa duniawi. Sekarang, bagaimana persiapan kita sebagai orang percaya ketika kita akan dijemput Sang Mempelai sejati untuk menikmati jamuan sempurna dalam pesta sorgawi? Apakah kita juga sudah mempersiapkan dengan sangat detail dan sempurna seperti yang dilakukan pihak kerajaan menjelang perkawinan Pangeran William dan Kate Middleton tersebut?
M
Khotbah Jangkep November 2011
Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus, Belajar dari kesaksian Firman Tuhan hari ini, kita akan menemukan pengajaran yang cukup penting dalam rangka mempersiapkan diri menjelang datangnya hari Tuhan. Maka mari kita perhatikan hal pertama, Amos 5:18-24 di mana kesaksian tersebut menggambarkan tindakan Israel sebagai umat pilihan Tuhan yang menanggapi kasih karunia Tuhan dengan seenaknya sendiri. Mereka memang menaikkan puji-pujian serta melakukan ritual, ibadah, upacara maupun perayaan. Namun, apa yang mereka lakukan justru membuat Allah tidak berkenan untuk mendengar maupun melihat kepalsuan dan ritual semu yang dilakukan oleh Israel. Allah tidak berkenan terhadap tindakan Israel sebagai umat-Nya di mana mereka cenderung melecehkan Allah. Tampak jelas bagaimana Israel bermain-main dengan imannya, sehingga iman mereka bukan iman otentik yang memuliakan Tuhan dengan sungguh-sungguh. Dengan kata lain, akibat ulah mereka sendiri mereka telah kehilangan kesempatan merasakan persekutuan yang sempurna dengan Allah sendiri. Seharusnya Israel mau merendahkan diri di hadapan Tuhan, seperti mazmur tanggapan dari Mazmur 70. Mazmur tersebut berisi permohonan doa pemazmur ketika merasakan kesesakan dan pergumulan menghadapi orang-orang yang akan mencelakakannya. Pemazmur menyatakan bahwa dirinya amat sengsara dan miskin di hadapan Tuhan, sehingga dengan berharap akan datangnya hari Tuhan ia mempunyai suatu pengharapan luput dari segala macam bentuk kesengsaraan. Maka kita dapat menemukan suatu pola iman pemazmur di mana dia sangat menundukkan dirinya di bawah kuasa Tuhan. Ada pola iman yang tampak yaitu mengabdikan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Sementara itu, melalui bacaan kedua yaitu 1 Tesalonika 4:13-18 di sana termaktub pengharapan umat akan suasana yang terbangun saat datangnya hari Tuhan. Penulis Tesalonika mengimani bahwa ketika umat mempunyai relasi yang baik dengan Tuhan maka pada saat kedatangan hari Tuhan itu mereka akan merasakan persekutuan yang sempurna bersama dengan Tuhan sendiri. Itu berarti bahwa ada kesadaran menjelang kedatangan hari Tuhan umat diajak untuk mempersiapkan diri dengan serius sehingga mereka tidak akan kehilangan kemuliaan yang terpancar pada saat kedatangan hari Tuhan. Lalu bagaimana sikap yang perlu dibangun umat menjelang kedatangan hari Tuhan? Bacaan Injil Matius 25:1-13 berisi pengajaran yang tampak nyata di mana umat Tuhan harus memilih seperti gadis bijaksana yang menantikan kedatangan Sang Mempelai Agung sehingga mereka diperkenankan untuk menikmati jamuan sempurna bersama Sang Mempelai. Metafor gadis bijaksana tersebut seharusnya menjadi pilihan umat dalam rangka menyambut kedatangan hari Tuhan di mana seperti gadis bijaksana umat Tuhan harus membangun sikap: waspada, cerdik, jeli serta benar-benar bijaksana. Gadis bijaksana tersebut mewaspadai datangnya Sang Mempelai yang tiba-tiba tanpa dapat diprediksi waktunya Khotbah Jangkep November 2011
secara akurat. Mereka juga cerdik di mana mereka mempersiapkan cadangan minyak supaya pelita mereka dapat tetap hidup. Mereka juga jeli melihat situasi penantian mereka di malam hari, sehingga ketika mereka terlelap dan saatnya Sang Mempelai datang mereka dapat segera turut serta karena persiapan mereka cukup matang. Dan mereka juga bijaksana yaitu dengan menggunakan akal budi supaya mereka tidak tertinggal dalam pesta agung bersama Sang Mempelai sejati. Sementara itu gadis yang bodoh adalah metafor dari sikap manusia yang tidak mau mewaspadai kedatangan hari Tuhan, tidak mempersiapkan diri dengan baik untuk menyambut kedatangan-Nya, bertindak ceroboh sehingga tanpa persiapan sama sekali dan mereka cenderung menyepelekan kedatangan Sang Mempelai Agung tersebut. Padahal, ketika umat Tuhan hidup seperti gadis bodoh maka mereka tidak diperkenankan masuk ke dalam pesta agung jamuan sempurna bersama Sang Mempelai Sejati yaitu Tuhan sendiri dalam kerajaan-Nya. Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus, Jika Kate Middleton sangat berbahagia karena sebagai perempuan bukan golongan bangsawan namun dipersunting calon pewaris takhta kerajaan Inggris apalagi dari pihak kerajaan untuk menyambut sang pendamping Pangeran dilakukan dengan begitu sempurna; bukankah lebih bahagia kita ketika Sang Mempelai Agung yaitu Tuhan menjemput kita masuk ke pesta suci di dalam kerajaan-Nya? Namun bagaimana kita hendak menyambut Dia? Apakah kita sudah seperti gadis bijaksana atau justru seperti gadis bodoh? Sementara masih ada waktu untuk menyambut kedatangan-Nya, melalui Firman Tuhan hari ini kita diajar untuk menjadi umat yang bijaksana. Pelita yang tidak lain adalah iman kita sendiri harus tetap menyala. Agar supaya pelita tersebut tetap menyala baiklah setiap saat kita wawas diri melihat keberadaan diri kita yang sering terjebak dalam godaan dunia sehingga terlelap menikmati dosa. Seringkali kita tidak membiarkan iman kita terpelihara dengan ritual-ritual ibadah, doa, pendalaman Alkitab yang kita bangun; namun kita sudah merasa cukup puas dengan apa yang kita lakukan bahkan merasa bahwa dengan kekuataan sendiri kita telah memperoleh kesuksesan, kekayaan serta kehormatan. Tidak jarang hidup kita justru memusuhi Tuhan dengan perilaku hidup yang jahat dan keji, sehingga kita mencoreng nama Tuhan dengan tindakan-tindakan yang tidak bermoral. Jika demikian yang terjadi dalam hidup kita tanpa kita mau menyadarinya, maka jangan harap jika kelak Sang Mempelai datang akan menggandeng kita menuju kerajaan-Nya. Sebaliknya kita akan ditinggal seperti gadisgadis yang bodoh karena kita tidak melakukan persiapan dengan serius. Amin.
Khotbah Jangkep November 2011
Rancangan Bacaan Alkitab: Berita Anugerah Petunjuk Hidup Baru Nas Persembahan
: Mazmur 147:5-6 : Amsal 1:5 : Mazmur 136:1-5
Rancangan Nyanyian Ibadah Nyanyian Pembukaan Nyanyian Penyesalan Nyanyian Kesanggupan Nyanyian Persembahan Nyanyian Penutup
: KJ 395:1, 2 : KJ 28:1, 2 : KJ 463:1, 2 : KJ 288:1: KJ 340:1, 2
Khotbah Jangkep November 2011
Khotbah Jangkep Minggu, 6 November 2011 Pekan Biasa Kaping Tigang Dasa Kalih (Ijo)
KADOSDENE PRAWAN WICAKSANA ING DINTEN RAWUHIPUN GUSTI Waosan I: Yesaya 51:1-6; Tanggapan: Jabur Masmur 138 Waosan II: Rum 12:1-8; Waosan III: Injil Mateus 16:13-20 Ancas/tujuwan: Pasamuwan kaatag ngudi gesang wicaksana ing salebeting wekdal ngantu-antu rawuhipun Gusti.
Khotbah Jangkep Para sedherek ingkang kinasih wonten ing patunggilanipun Gusti, ok menawi panjenengan taksih kemutan neningkahanipun Pangeran William kaliyan Kate Middleton (kawaos: Két Midelten) rikala tanggal 29 April kepengker ing Inggris ngrika? Neningkahan ingkang ngerameramaken, meh sadaya serat kabar, televisi punapa dene radio sami nggiyaraken lelampahan kasebat. Para juru masak ingkang paling wasis ing Inggris dipun-cawisaken kangge tamu sinedhahan. Kitha London (kawaos: Londen) dipun-renggani kanthi regeng sanget. Papan panginepan kebak jalaran kathahipun tamu saking negari manca ingkang kepengin nekseni piyambak neningkahan calon ratu Karajan Inggris kasebat. Lan ingkang mirunggan saking sawarnining prakawis ingkang saged kita panggihaken ing pacawisan tumrap neningkahan kasebat inggih punika kathah tiyang ingkang rila nyipeng, ugi wonten ingkang ngedegaken tendha ing margi-margi kitha London, ingkang badhe dipun-langkungi calon temanten. Angkahipun tiyang-tiyang punika supados saged nyipati kanthi permana Pangeran William lan Kate Middleton tumuju gedhong Greja Wesminster Abbey (kawaos: Wesminster Abei) makaten ugi tumuju dhateng karaton Buckingham (kawaos: Bakinghem). Segahan ingkang dipun tata kanthi sampurna tumrap para tamu sinedhahan, juru masak mirunggan nyegah ingkang paling eca, rerenggan ing Greja Wesminster Abbey ingkang edi peni, agemanipun panganten putri ingkang
B
Khotbah Jangkep November 2011
karancang prasaja nanging katingal wibawanipun karancang sampurna dening Sarah Burton makaten ugi pacawisan-pacawisan sanesipun. Pacawisan kangge neningkahanipun Pangeran William lan Kate Middleton kemawon dipun-tindakaken kanthi satiti lan sampurna, kamangka lelampahan kasebat mujudaken lelampahan limrah kadonyan. Samangke, kados pundi pacawisan kita minangka tiyang pitados nalika kita badhe kapapag dening Panganten Kakung lan kagandheng tumuju pambujanan sampurna wonten ing pista kaswargan? Punapa kita nyawisakan kanthi satiti lan sampurna kados ingkang dipun-tindakaken dening karajan Inggris nalika badhe kalampahan neningkahanipun Pangeran William lan Kate Middleton kasebat? Para sedherek ingkang kinasih wonten ing patunggilanipun Gusti, Nyinau saking paseksining Kitab Suci dinten punika, kita badhe manggihaken piwulang ingkang wigati ing salebeting kita anyawisaken dhiri ndhungkap rawuhipun Gusti. Sumangga kita gatosaken prakawis setunggal, paseksining Amos 5:18-24. Paseksi kasebat nggambaraken tumindakipun Israel minangka umat pilihaning Allah ingkang nanggapi sih-katresnanipun Gusti kanthi sikep sasekecanipun piyambak. Pancen umatipun Gusti sami ngaturaken pepujen saha nindakaken upacara-upacara pahargyan. Nanging, punapa ingkang dipun-tindakaken dening Israel njalari Gusti Allah boten mranani pamirengipun Gusti, makaten ugi Gusti boten kepranan mirsani upacaraupacara ingkang namung lelamisan. Gusti Allah boten nyarujuki tumindakipun Israel minangka umat kagunganipun dene Israel boten temen-temen ngrembakakaken kapitadosan, temah kapitadosanipun sanes kagem nggunggung asmanipun Gusti. Tegesipun, awit pratingkahipun piyambak Israel sampun kecalan kalodhangan ngraosaken patunggilan ingkang sampurna kaliyan Gusti Allah piyambak. Prayoginipun Israel purun andhap-asor wonten ing ngarsanipun Gusti, kados masmur tanggapan saking Jabur Masmur 70. Masmur kasebat ngewrat pandonga panyuwunipun juru masmur nalika ngraosaken pameteg saha reribed badhe dipun-damel cilaka mengsahipun. Juru masmur mratelakaken bilih dhirinipun punika sangsara saha sekeng wonten ing ngarsanipun Gusti, temah kanthi ngajeng-ajeng dinten rawuhipun Gusti piyambakipun nggadhahi satunggaling pangajeng-ajeng inggih punika uwal saking sawarnaning kasangsaran. Mila kita saged manggihaken titikan kapitadosanipun juru masmur dene piyambakipun mendhak ing sangandhaping panguwaosipun Gusti. Kababar titikaning kapitadosan inggih punika ngabdi dhumateng Gusti. Ing sisih sanes, saking waosan kalih inggih puniak 1 Tesalonika 4:13-18 ing ngriku kawrat pangajeng-ajengipun umat magepokan kaliyan kawontenan ingkang kabangun ing dinten rawuhipun Gusti. Panyerat Tesalonika pitados bilih nalika umat nggadhahi sesambetan ingkang sae kaliyan Gusti, mila wekdal rawuhipun Gusti, benjing tiyang-tiyang kasebat badhe ngrasuk patunggilan ingkang sampurna sesarengan kaliyan Gusti piyambak. Punika ateges bilih wonten panglenggana Khotbah Jangkep November 2011
ndhungkap dinten rawuhipun Gusti umat kaatag nyawisaken dhiri kanthi tumemen, temah tiyang-tiyang kasebat boten badhe kecalan kamulyan ingkang sumunar ing dinten rawuhipun Gusti. Lajeng kados pundi anggenipun tiyang pitados mbabar sikep ingkang prelu kabangun wekdal ndungkap dinten rawuhipun Gusti? Waosan Injil Mateus 25:1-13 ngewrat piwulang tumrap umat kagunganipun Gusti, dene prayogi sanget umat milih sikep kadosdene prawan wicaksana ingkang ngantu-antu rawuhipun Sang Panganten Agung temahan dipun-paringi wewengan kembul bujana sampurna sesarenga Sang Panganten Agung. Gambaran prawan ingkang wicaksana kasebat kedahipun dados pilihaning umat ing salebeting ngantu-antu dinten rawuhipun Gusti. Kados dene prawan ingkang wicaksana, umatipun Gusti kedah saged mbangun sikep: maspadakaken samukawis, wasis, satiti lan mbabar wicaksana. Prawan ingkang wicaksana kasebat maspadakaken rawuhipun Sang Panganten ingkang dumadakan tanpa saged dipun-kinten wekdalipun kanthi gumathok. Prawan kasebat sinebat winasis, golonganing prawan wicaksana nyawisaken lisah serepan supados diyanipun tetep gesang. Prawan wicaksana punika pinter mbiji kawontenan, temah sinaosa dalu ngantos dumugi sami tilem, nalika Sang Panganten rawuh para prawan punika enggal-enggal tangi lajeng ndherek mlebet wonten ing pambujanan sampurna jalaran pacawisanipun utawi rancanganipun para prawan wicaksana sae sanget. Para prawan kasebat wicaksana jalaran anggenipun ngginakaken nalar bebuden supados boten sami tinilar wonten ing pista agung sesarengan Sang Panganten sejati. Ing sisih sanes, prawan ingkang bodho punika sejatosipun gegambaran sikepipun manungsa ingkang boten maspadakaken dinten rawuhipun Gusti, boten nyawisaken kanthi prayogi anggenipun mapag rawuhipun lan tumindakipun condhong nyepelekaken rawuhipun Sang Panganten Agung. Kamangka, nalika umatipun Gusti gesang kados dene prawan bodho, anjalari tiyang-tiyang kasebat boten badhe dipun paringi wewengan ndherek kembul bujana ing pista agung ingkang sampurna sesarengan Sang Panganten Sejati inggih punika Gusti piyambak wonten ing kratonipun. Para sedherek ingkang kinasih wonten ing patunggilanipun Gusti, Kate Middleton bingah sanget jalaran minangka wanita ingkang sanes golongan ningrat nanging dipun-dadosaken sisihanipun pangeran karajan Inggris. Punapa malih karajan Inggris anggenipun cecawis magepokan kaliyan neningkahanipun Pangeran William lan Kate Middleton kacawisaken saha katindakaken kanthi sampurna prasasat tanpa cacad. Temtunipun linangkung bingah menawi kita manungsa ingkang asor punika kapapag dening Sang Panganten Agung inggih punika Gusti lan dipun-paringi wewengan ndherek kembul bujana pista ing dipun-cawisaken wonten ing swarga. Nanging kadospundi anggenipun kita badhe mapag rawuhipun? Punapa kita sampun kadosdene prawan wicaksana utawi malah kados prawan bodho? Samangke taksih wonten wekdal anggen kita badhe mapag rawuhipun Gusti. Saboten-botenipun lumantar pangandika dinten punika kita kawulang supados purun dados umat ingkang wicaksana. Diyan punika gambaran kapitadosan kita, dene diyan kasebat kedahipun tansah gesang. Supados diyan tetep gesang prayogi menawi Khotbah Jangkep November 2011
kita tansah mawas dhiri ningali kawontenaning dhiri kita ingkang asring kablithuk ing panggodhaning jagad temah tanpa sadhar karem nindakaken dosa. Asring kalampahan kapitadosan kita boten tuwuh ngrembaka sarana pangibadah, pandonga punapa dene paladosan ingkang kita tindakaken, nanging kita rumaos sampun cekap nggadhahi iman ingkang pas-pasan. Malah asring rumaos kuwagang nindakaken punapa kemawon temah panganggepipun gesangipun kasil, dados sugih, kajen keringan jalaran kasagedanipun piyambak. Kita ugi asring dados mengsahipun Gusti lumantar tumindak kita ingkang asor. Menawi kados makaten, tumraping umatipun Gusti tanpa wonten panglenggana punapa dene pamratobat, tangeh lamun saged ndherek kembul bujana wonten ing kratonipun Gusti. Tundhonipun malah badhe dipun-tilar kadosdene prawan bodho ingkang boten nyawisaken uba-rampe anggenipun mapag Sang Panganten kanthi prayogi. Amin.
Rancangan Waosan Kitab Suci: Pawartos Sih Rahmat Pitedah Gesang Anyar Nas Pisungsung
: Jabur Masmur 147:5-6 : Wulang Bebasan 1:5 : Jabur Mazmur 136:1-5
Rancangan Kidung Pamuji: Kidung Pambuka Kidung Panalangsa Kidung Kasanggeman Kidung Pisungsung Kidung Pangutusan
: KPK BMGJ 34:1, 2 : KPK BMGJ 45:1, 2 : KPK BMGJ 116:1, 2 : KPK BMGJ 185:1, 2 : KPK BMGJ 193:1, 3
Khotbah Jangkep November 2011
Khotbah Minggu, 13 November 2011 Pekan Biasa Ke Tiga Puluh Tiga (Hijau)
AJARLAH AKU MENGHITUNG HARI-HARIMU Bacaan I: Zefanya 1:7,12-18; Tanggapan: Mazmur 90:1-8,(9-11),12 Bacaan II: I Tesalonika 5:1-11; Bacaan III: Injil Matius 25:14-30 Tujuan: Mengajak Jemaat untuk mempersiapkan diri. Bukan sekadar mencari tahu kapan hari akhir, tetapi mempersiapkan diri untuk menghadapinya
Dasar Pemikiran Seringkali kita terjebak pada perbincangan mengenai hari akhir dan hanya tertarik untuk mengetahui kapan datangnya dengan rasa ketakutan dan panik. Sedangkan cara kita mempersiapkan diri malah sering terlewatkan.
Penjelasan Tiap Bacaan Zefanya 1:7, 12-18 Menjelaskan mengenai datanganya hari Tuhan. Ketika hari itu datang, Tuhan akan menghukum siapa saja. Tidak akan ada yang selamat dari pengadilan Tuhan. Tidak ada siapapun yang bisa menyelamatkan manusia. Mzm 90:1-8,(9-11),12 Permohonan Daud untuk bisa menghitung hari dengan bijaksana. Daud merasa lemah di hadapan Allah yang Mahakuasa. Dengan demikian berharap Allah akan menolongnya menghitung hari dengan bijaksana sehingga bisa selamat dari murka Tuhan.
Khotbah Jangkep November 2011
I Tesalonika 5:1-11 Rasul Paulus mengingatkan supaya jemaat di Tesalonika senantiasa berjaga-jaga karena kedatangan Tuhan seperti pencuri. Rasul Paulus juga mengajak jemaat di Tesalonika berjaga-jaga dengan mengenakan baju zirah iman dan berketopong pengharapan. Matius 25:14-30 Perumpamaan gadis yang bodoh dan bijaksana memberikan gambaran dua kelompok manusia dalam mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Tuhan. Kebijaksanaan dikaitkan dengan kesiapan untuk menghadapi segala kemungkinan. Kebodohan dikaitkan dengan ketidakmampuan mempersiapkan diri sebaik-baiknya menanti kedatangan Sang Mempelai. Harmonisasi Bacaan Bacaan kita dikaitkan dengan dua kata, hari akhir. Semuanya berbicara mengenai keharusan kita mempersiapkan diri dengan berjaga-jaga setiap saat untuk menyambut kedatangan Tuhan.
Khotbah Jangkep Jemaat yang dikasihi Tuhan, asih segar dalam ingatan kita mengenai kegemparan film 2012. Film ini menceritakan bencana besar yang terjadi pada tahun 2012 yang didasari oleh rumor perhitungan kiamat berdasar perhitungan kalender suku Maya. Antrian tiket bioskop di Yogyakarta memanjang sampai ke Jalan Solo. Orang rela antri membeli tiket dari pagi hanya untuk melihat film 2012. Hal ini menimbulkan pertanyaan, ”Mengapa film bencana kok sampai begitu menarik perhatian?” Tentu di samping karena special effect yang bagus, film ini menarik perhatian karena adanya rumor bahwa film ini diangkat dari ramalan suku Maya mengenai hari kiamat, “hari akhir”. Yah, “hari akhir”. Hari akhir memang selalu menarik untuk dibicarakan. Orangorang berusaha untuk mengetahui tentang “hari akhir” ini. Bermacam pendekatan dilakukan. Melalui pendekatan mistis berupa ramalan-ramalan sekuler, maupun pendekatan secara religius melalui penyelidikan ajaran-ajaran tertentu yang kemudian dikaitkan dengan prediksi waktu datangnya hari kiamat. Fenomena menarik juga muncul di televisi. Pakar ilmu pengetahuan sampai pemuka agama laris manis di televisi ketika
M
Khotbah Jangkep November 2011
berbicara mengenai “hari akhir”. Keadaan ini semakin dihangatkan lagi ketika dikaitkan dengan keadaan sekarang ini, ketika bencana alam terjadi di berbagai tempat. ”Wah, bener, nih, kiamat sudah dekat. (ada sinetronnya lagi)”. Begitulah. Berbicara mengenai kiamat memang tidak ada habisnya. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Ketika kita asyik berbicara mengenai hari akhir, seringkali kita malah lupa akan hal yang terpenting. Seringkali kita hanya berusaha dan tertarik untuk mengetahui waktu terjadinya, sementara yang terpenting kita lupakan, yaitu pertanyaan, ”Apakah kita sudah siap?” Bacaan kita menyatakan bahwa hari kiamat memang sudah dekat. Meskipun demikian penekanannya bukan sekadar dimensi waktu, tetapi juga penggunaan hari-hari yang tinggal sebentar untuk memperlengkapi diri. Daud berbicara mengenai penggunaan hari-hari dengan bijaksana. Daud mengharapkan Allah mengajarkan cara menghitung hari-harinya dengan bijaksana. Rasul Paulus juga berbicara bahwa jemaat harus menggunakan hari-hari penantian akan hari akhir ini dengan berjaga-jaga. Berjaga-jaga adalah hal yang membedakan antara anak-anak terang dan anak-anak gelap dalam menantikan hari akhir. Berjaga-jaga menjadi penting karena hari akhir menurut akan datang seperti pencuri. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Kita akan memfokuskan renungan dengan tema “hari akhir” pada bacaan Injil Matius 25:1-13. Kondisi kita menunggu kedatangan kerajaan surga digambarkan melalui perumpamaan sepuluh orang gadis yang akan menyambut datangnya mempelai di malam hari. Cerita ini memberikan gambaran pertama-tama mengenai kapan kerajaan Allah akan datang. Kerajaan Allah akan datang di waktu malam hari. Malam hari tentu bukan sekadar dimensi waktu, tetapi merupakan sebuah kiasan. Malam hari menggambarkan situasi saat orang biasanya tertidur, terlena, dan tidak berjaga-jaga. Rasul Paulus menggambarkan, malam hari adalah saat pencuri datang, karena orang mulai kehilangan kewaspadaan. Dari sini kita diberikan pemahaman bahwa waktu kedatangan kerajaan Allah itu, tidak diketahui secara pasti oleh siapapun. Jadi, percuma kita meramalkan waktu kedatangan “hari akhir”. Ketika kita menyadari bahwa tidak ada yang mengetahui waktu kedatangan “hari akhir” dan kemungkinan besar datang ketika kita kehilangan kewaspadaan, maka hal terpenting adalah cara seharusnya kita mempersiapkan diri. Dalam bacaan kita, hal ini diwakili oleh dua kelompok gadis yang diundang untuk menjemput mempelai di malam hari. Khotbah Jangkep November 2011
Sebelum berbicara mengenai perbedaan, sebaiknya kita juga membicarakan persamaan antar dua kelompok perempuan dalam cerita perumpamaan itu (Perumpamaan Perumpamaan Tuhan Yesus, James Montgomery Boice, YAKIN, Surabaya, P-103-111). Kesepuluh gadis itu sama-sama diundang untuk menjemput mempelai. Hal ini diartikan bahwa kita semua diberi undangan dan kesempatan yang sama untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga dan selamat dari hari akhir yang membinasakan. Akan tetapi, untuk bisa memasuki perjamuan kawin tersebut, sangat tergantung dari bagaimana perilaku kita dalam menunggu kehadiran Sang Mempelai. Setelah berbicara mengenai persamaannya marilah kita berbicara mengenai perbedaan antara para gadis tersebut. Perbedaan itu dengan jelas digambarkan dengan lima gadis bijaksana yang diperhadapkan dengan lima gadis bodoh. Kebijaksanaan dan kebodohan mereka bukan sesuatu yang melekat atau takdir awal yang menentukan masuk tidaknya mereka ke dalam perjamuan kawin. Tadi sudah dibahas bahwa mereka sama-sama diundang dan sama-sama antusias untuk menerima undangan tersebut. Kwalitas bijak dan bodoh mulai terlihat ketika yang mereka alami tidak seperti yang telah direncanakan. Mereka memang mempersiapkan kehadiran mempelai itu di malam hari, sehingga mereka mempersiapkan lampu untuk menjemputnya. Sampai di sini mereka sama-sama pintar dan cerdas. Kwalitas benar-benar teruji ketika mempelai itu datang pada larut malam. Lima gadis kehabisan minyak, sementara lima gadis lainnya mempersiapkan diri dengan membawa minyak cadangan. Dari sinilah tampak kwalitas diri yang disebut bijaksana. Inilah kuncinya. Ketika mempelai datang, gadis-gadis yang bijaksana mengisi kembali lampunya dengan minyak, sehingga mereka bisa menjemput mempelai dan ikut rombongan menuju tempat perjamuan. Sedangkan lima gadis bodoh harus mencari minyak terlebih dahulu, tetapi hal itu menyebabkan mereka terlambat. Sementara mereka mencari minyak, pesta sudah dimulai dan pintu ditutup. Sia-sia saja mereka menyusul dan mengetuk pintu. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Perumpamaan ini memberikan pemahaman bahwa kita semua, seperti kesepuluh gadis tadi, diundang untuk menjemput mempelai dan mengikuti perjamuan bersama. Bisa tidaknya kita masuk ke perjamuan kawin itu sangat bergantung pada cara kita mempersiapkan diri menyambut Sang Mempelai. Hal yang terpenting adalah tetap waspada, tidak lelah berjaga-jaga, dengan mengenakan baju zirah iman dan kasih, serta berketopongkan pengharapan keselamatan (I Tesalonika 5:8).
Khotbah Jangkep November 2011
Kunci penting supaya kita bisa berjaga-jaga adalah pengharapan keselamatan. Jangan berhenti berharap. Dengan tetap berharap akan membuat kita senantiasa berjaga-jaga dengan iman yang teguh meskipun tidak tahu waktu datangnya hari itu. Yang terpenting bukan persoalan waktu kedatangan-Nya, tetapi kesiapan kita. Karena Dia akan datang seperti pencuri, jadi berjaga-jagalah, berpengharapanlah, dan yang terakhir WASPADALAH! Amin.
Rancangan Bacaan Alkitab: Berita Anugrah Petunjuk Hidup Baru Nats Persembahan
: Wahyu 19 : 9 : Matius 6 : 20 : Lukas 21 : 1 -4
Rancangan Nyanyian Pujian: Nyanyian Pembukaan Nyanyian Penyesalan Nyanyian Kesanggupan Nyanyian Persembahan Nyanyian Penutup
: KJ 292 : 1-3 : KJ 358 : 1-4 : KJ 260 : 1-3 : KJ 332:1: KJ 1 : 1-2
Khotbah Jangkep November 2011
Khotbah Minggu, 13 November 2011 Pekan Biasa Kaping Tigang Dasa Tiga (Ijo)
KASAGEDNA KAWULA NGETANG DINTENDINTEN PEPARING PADUKA Waosan I: Zefanya 1:7, 12-18; Tanggapan: Jabur 90:1-8, (9-11), 12; Waosan II: 1 Tesalonika 5:1-11; Waosan III: Injil Mateus 25:14-30 Tujuan: Ngatag pasamuwan supados tansah cecawis ngadhepi rawuhipun Gusti ingkang kaping kalih.
Khotbah Jangkep Pasamuwan ingkang kinasih wonten ing Gusti Yesus,
T
aksih seger wonten ing manah kita nalika tiyang rame ngrembag film 2012. Film punika nyariyosaken wontenipun prahara ageng ing taun 2012, ingkang kadhasaraken saking petangan dinten kiamat saking penanggalan tiyang suku Maya. Tiyang purun antri wiwit enjing kangge tumbas karcis bioskop. Ingkang punika lajeng nukulaken pitakenan, “Kenging punapa film ingkang isinipun cariyos prahara kok ngantos samanten narik kawigatosan?” Temtu kajawi karana saking pangolahing anggenipun damel film sinebat “special effect” ingkang sae, film punika narik kawigatosan karana wontenipun pamangggih ing masyarakat Maya ngengingi “dinten kiamat utawi pungkasaning jaman.” “Pungkasaning jaman.” Dinten ingkang pungkasan tansah narik kawigatosan yen dipun dadosaken pirembagan. Kathah tiyang ingkang mbudidaya saged nyumerepi kadospundi “pungkasaning jaman” punika. Maneka warni pamanggih dipun tindakaken tiyang, petangan mistis arupi ramalan-ramalan ngelmu kawruh, punapa dene ingkang asipat agami lumantar piwulang ing kitab, lajeng kasambetaken kaliyan panginten dhatengipun dinten kiamat. Sesawangan ingkang narik inggih lajeng kagiyaraken wonten ing televisi. Wiwit saking para ahli winasis ngantos ngantos para pangagenging agami Khotbah Jangkep November 2011
ngrembag bab dinten kiamat wau ing televisi. Taksih dipun damel sangsaya rame karana kawewahan lelampahan ing wekdal jaman samangke, nalika horeging bumi kalampah ing sawetawis panggenan. “Wah, bener ya, kiamat wis cedhak. (ana sinetrone maneh)” Makaten alokipun tiyang menggahing dinten kiamat pancen boten nate telas. Pasamuwan ingkang kinasih, Nalika nedheng-nedhengipun ngrembag bab dinten kiamat utawi pungkasaning jaman, kita asring kesupen dhateng punapa ingkang langkung wigati. Kita kedayan kepingin sumerep wekdal kalampahanipun, ananging ingkang wigati kita lirwakaken. Inggih punika punapa kita sampun cumawis? Ing waosan kala wau nerangaken menggah dinten kiamat ingkang sampun celak. Sanadyan makaten, ingkang dipun tengenaken punika sanes lampahing wekdal, nanging kadospundi ngginakaken dinten-dinten inkang kantun sakedhik kangge maranata dhiri. Sang Prabu Dawud ngrembag kadospundi ngginakaken wekdal kanthi wicaksana. Rasul Paul inggih ngendika bilih pasamuwan kedah ngginakaken dinten-dinten pangrantu dhateng dinten pungkansan akanthi jumaga. Jumaga punika inggih mengku teges saged memilah antawisipun para anak-anaking pepadhang kaliyan anak-anaking pepeteng, anggenipun sami ngrantu dinten pungkasan punika. Jumaga dados wigati sanget karana dhatengipun kadosdene pandung. Pasamuwan ingkang kinasih, Kita badhe ngeneraken pangraosing pangandikanipun Gusti kanthi jejer “Dinten Pungkasan” kados wonten ing Injil Mateus 25:1-13. Kawontenan nengga dhatengipun kraton swarga ginambar kadosdene ing pasemon prawan sadasa ingkang badhe nambut dhatengipun panganten kakung ing wanci dalu. Cariyos punika ingkang sepisanan badhe nerangaken bab wekdal dhatengipun Kratoning Allah. Kratoning Allah badhe rawuh ing wanci dalu. Temtu punika namun pasemon, wanci dalu wancinipun tiyang sami tilem, sami lena, lan boten jumaga. Rasul paul nggambaraken, wanci dalu punika wancinipun pandung, tiyang saged kecalan kawaspadan. Saking ngriki kita kaparingan seserepan bilih rawuhipun Kratoning swarga, boten saged kininten dening sok sintena tiyang, dados boten wonten paedahipun kita manungsa nginten-nginten wekdal dhatengipun “dinten pungkasan” Nalika kita nglenggana bilih boten wonten tiyang ingkang saged nginten lan saged kalampahan dhatengipun rikala kita kecalan kawaspadan, awit saking punika wigati sanget manawi kita cumawis dhiri. Ing waosan pangandikanipun Gusti, ingkang kapratelakaken lumantar prawan ingkang dipun ulemi nambut rawuhipun panganten ing wanci dalu. Saderengipun kita Khotbah Jangkep November 2011
ngrembag bab bedaning prawan- prawan wau, prayogi manawi kita inggih ngrembag bab ingkang sami ing antawisipun prawan punika. Prawan sadasa wau dipun ulemi kangge mapag sang panganten. Punika nelakaken bilih kita sadaya nampi uleman ingkang sami tuwin wewengan ingkang sami kangge lumebet dhateng Kraton Swarga lan wilujeng kalis saking dinten pungkasan ingkang nyirnakaken. Ananging kangge lumebet dhateng pambujanan pawiwahan kasebat, gumantung sanget dhateng kadospundi patrap pandamel kita salebeting nyrantos rawuhipun sang Pinanganten. Sasampunipun ngrembag babagan ingkang sami, lah samangke kita ngrembag babagan ingkang beda ing antawising para prawan wau. Bedaning prawan wau ginambar saking perangan gangsal prawan wicaksana kaliyan gangsal prawan ingkang bodho. Kawicaksanan lan kabodhoanipun boten kabekta saking takdir wiwit sakawit ingkang nemtokaken mlebet lan botenipun dhateng pawiwahan manten. Jalaran kekalihipun sampun sami nampi uleman ingkang sami. Aosing kawicaksanan lan kabodhoan nembe katingal nalika ingkang kalampahan punika beda kaliyan punapa ingkang karancang. Piyambakipun sami-sami cecawis mapag temanten ing wanci dalu, satemah lajeng nyawisaken diyan piyambak-piyambak. Dumugi ing ngriki taksih ketingal sami-sami pinteripun. Mentesing kapinteranipun nembe kadadar nalika temanten dhatengipun ing wanci tengah dalu. Gangsal prawan katelasan lisah, dene gangsal prawan malih nyamektakaken dhiri kanthi mbekta wadhah isi lisah. Inggih ing perangan punika ingkang mentes ing kapinteranipun sinebat wicaksana. Punika kuncinipun. Nalika temanten rawuh, prawan ingkang wicaksana tumunten gampil ngisi lisahipun malih, satemah kepareng ndherekaken temanten lumebet dhateng pambujanan. Dene ingkang gangsal ingkang sinebat bodho kedah ngupadi lisah rumiyin, ananging lajeng katelasan wekdal. Salebeting ngupadi lisah korining pambujanan sampun minep, wasana tanpa gina piyambakipun nusul lan nyuwun dipun wengani. Pasamuwan ingkang kinasih, Pasemon punika mbabaraken piwulang kange kita sadaya, kadosdene sadasa prawan wau, nampi ulem kangge mapag temanten lan ndherek kembul bujana sesarengan. Saged lan botenipun ndherek ing pambujanan punika gumantung wonten ing caranipun kita cecawis mapag temantenipun. Prakawis ingkang wigati inggih punika tetep jumaga lan waspada, sami ngrasuk kerening pitados lan katresnan, atetopong pangajeng-ajenging karahayon (I Tesalonika 5: 8)
Khotbah Jangkep November 2011
Kunci ingkang sakelangkung wigati inggih punika pangajeng-ajenging karahayon. Jangan kendel ngajeng-ajeng. Kanthi tetep ngajeng-ajeng badhe njalari kita tansah jumaga sarana iman ingkang bakuh sanadyan boten sumerep benjing punapa dhatengipun dinten punika. Ingkang wigati sanes wekdalipun ananging kadospundi anggen kita cecawis. Karana rawuhipun kadosdene pandung, awit saking punika tansaha jumaga, ndarbeni pangajeng-ajeng lan waspada. Amin.
Rancangan Waosan Kitab Suci: Pawartos Sih Rahmat Pitedah Gesang Enggal Pangatag Pisungsung
: Wahyu 19 : 9 : Mateus 6 : 20 : Injil Lukas 21 : 1 -4
Rancangan Kidung Pamuji: Kidung Pambuka Kidung Panelangsa Kidung Kesanggeman Kidung Pisungsung Kidung Panutup
: KPK-BMGJ no. 60 : 1-3 : KPK-BMGJ no. 111 : 1,2 : KPK-BMGJ no. 78 : 1,2 : KPK-BMGJ no. 187 : 1 : KPK-BMGJ no. 141 : 1,3
Khotbah Jangkep November 2011
Khotbah Jangkep Minggu, 20 November 2011 Pekan Biasa Ke Tiga Puluh Empat - Hari Raya Kristus Raja (Putih)
TUHAN YESUS SANG RATU ADIL Bacaan I: Yehezkiel 34:11-16, 20-24; Tanggapan: Mazmur 95:1-7a Bacaan II: Efesus 1:15-23; Bacaan III: Injil Matius 25:31-46 Tujuan: Jemaat mengenal dan percaya bahwa Yesus Kristus adalah Ratu Adil serta bersedia hidup menurut petunjuk-Nya
Dasar Pemikiran Dalam kehidupan bersama, kita sering diperhadapkan pada situasi yang penuh ketidakpedulian, pementingan diri sendiri, keserakahan, ketidakadilan, dan kesewenang-wenangan, yang menjadikan kehidupan manusia menjadi susah, sulit, dan menderita. Situasi semacam itu membutuhkan hadirnya seorang Ratu Adil.
Keterangan Tiap Bacaan Yehezkiel 34:11-16,20-24 (Tuhan akan menyelamatkan dan memulihkan umat) Bagian ini merupakan lanjutan dari nubuat yang harus disampaikan oleh nabi Yehezkiel kepada para pemimpin (gembala) Israel. Setelah nubuat tentang kemarahan Tuhan terhadap gembala yang tidak menggembalakan umat-Nya dengan baik (ay.1-10), dinyatakan bahwa Tuhan sendiri akan mengambil alih peran sebagai gembala dan akan menyelamatkan serta memulihkan umat. Ia sendiri akan mengutus orang pilihan-Nya untuk menggembalakan umat-Nya. Mazmur 95:1-7a (Tuhan adalah Raja, Pencipta dan Pelindung umat-Nya) Mazmur ini dipakai sebagai iringan arak-arakan peribadahan. Di sini umat diajak untuk memuji Allah, Raja dan Pencipta alam semesta serta Pelindung umat-Nya. Umat diajak untuk menyatakan pengakuannya bahwa Allah telah menciptakan mereka dan mereka adalah umat gembalaan Tuhan, kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Khotbah Jangkep November 2011
Pengakuan ini sekaligus sebagai pernyataan kesediaan untuk menjadi domba yang dituntun oleh Tuhan. Efesus 1:15-23 (Pengenalan akan Kristus dan panggilan-Nya kepada umat) Sekalipun jemaat di Efesus telah menjalani hidup beriman kepada Kristus dan penuh kasih kepada semua orang kudus, menurut Rasul Paulus hal itu belum cukup. Oleh karena itu ia berdoa agar jemaat dikaruniai Roh hikmat dan wahyu sehingga mengenal Kristus dan pengharapan yang terkandung dalam panggilan-Nya, yaitu bahwa Tuhan akan melimpahkan berkat-berkat yang indah bagi umat-Nya dan bahwa Allah bekerja dengan penuh kuasa dalam umat yang percaya. Injil Matius 25:31-46 (Yesus hakim yang adil) Perikop ini berbicara tentang cara Tuhan Yesus menghakimi manusia pada akhir zaman kelak. Orang-orang yang dalam hidupnya mau memperhatikan orang lain yang mengalami kesulitan hidup akan menerima Kerajaan yang telah disediakan sejak dunia dijadikan. Sebaliknya, yang tidak melakukannya akan dimasukkan ke tempat siksaan yang kekal. Renungan atas bacaan Kehidupan masyarakat Indonesia nampaknya semakin semrawut. Banyak terjadi ketidakpedulian, pementingan diri sendiri, keserakahan, ketidakadilan, dan kesewenang-wenangan. Situasi semacam ini membutuhkan hadirnya Ratu Adil. Sang Ratu Adil itu adalah Kristus. Ia menghendaki keadilan dan damai sejahtera terwujud di dunia. Ketika dunia menunjukkan yang sebaliknya, Yehezkiel 34:1-10 menunjukkan bahwa Ia sendiri berinisiatif untuk menyelamatkan, menata, mengatur, melindungi, dan memulihkan umat-Nya (ay. 11-16). Ia juga mengangkat orang pilihanNya untuk menjadi alat-Nya menciptakan dunia yang lebih baik (ay. 20-24). Tuhan tidak tinggal diam terhadap perbuatan jahat manusia. Dia akan menghakimi manusia dan memberikan ganjaran sesuai dengan perbuatan-Nya (Matius 25:31-46). Namun, umat pilihan-Nya diberi kesempatan istimewa, yaitu dipanggil menerima keselamatan dan menjadi alat karya keselamatan. Yang perlu dilakukan adalah percaya dan menerima panggilan serta tuntunan Roh-Nya. (Efesus 1:15-19). Tuhan Sang Raja, Pencipta alam semesta dan pelindung umat (Mazmur 95:1-7a) akan melengkapi dan meneguhkan. Kita dipanggil untuk menyatakan pembaharuan di tengah-tengah kehidupan. Walaupun kita hanya kelompok kecil/minoritas, tetapi kita akan dimampukan oleh-Nya. Kita dipanggil untuk menjadi kelompok kecil yang kreatif atau creative minorities, yang walaupun menjadi korban dari masyarakat yang kurang menghargai kelompok Khotbah Jangkep November 2011
minoritas, tetap berani membawa perubahan. Dengan kekuatan iman, kemampuan, dan ilmu yang kita punya, didasari kecintaan kita pada Tuhan dan sesama, kita akan mampu menjadi satria-satria piningit. Satria piningit yang peduli pada keadaan di sekitarnya, berilmu tinggi, dan memutuskan untuk beraksi. Marilah kita beraksi, melawan segala bentuk ketidakadilan dan hal-hal yang tidak benar di bawah kekuatan Tuhan. Tuhan memanggil kita untuk mewujudkan itu agar kerajaan Sang Ratu Adil bisa terwujud di dunia ini. Harmonisasi/Benang Merah Bacaan Leksionari Teks Yehezkiel dan Matius menyaksikan bagaimana Allah (Kristus) menghakimi manusia yang tidak melakukan kasih. Dia sendiri akan menolong dan mengentaskan manusia dari penderitaannya melalui utusan-Nya. Mazmur dan Efesus meneguhkan bahwa umat dipanggil menjadi utusan-Nya dan akan diperlengkapi untuk tugas panggilan itu. Pokok dan Arah Pewartaan Yesus Kristus adalah Raja dan Hakim yang adil. Ia akan datang untuk menghakimi, sekaligus memulihkan kehidupan manusia. Terkait dengan hal itu, umat dipanggil untuk menjadi utusan-Nya.
Khotbah Jangkep Jemaat yang dikasihi Tuhan ita sering melihat, mendengar, menjumpai, atau mengalami ketidakpedulian, pementingan diri sendiri, keserakahan, ketidakadilan, dan kesewenangwenangan. Hal ini tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai pangkat atau jabatan tinggi, tetapi juga oleh orang-orang sederhana. Misalnya yang dilakukan oleh sesama TKI di Arab Saudi seperti cerita seorang TKW kepada seorang Pendeta dalam perjalanan menuju Indonesia. TKW itu ditipu oleh sesama orang Indonesia yang mengaku akan menguruskan segala keperluan untuk pulang ke Indonesia. Semua uang yang dipercayakan hilang. Orang yang menipu itu mengaku lebih lama tinggal di Arab Saudi sehingga dianggap bisa menolong.
K
Jemaat yang dikasihi Tuhan, Ketidakadilan terjadi di mana-mana. Ketidakadilan pembagian kerja, pemerataan pendidikan, pemerataan kesejahteraan hidup, dll. Orang mengeluh dan mengatakan Khotbah Jangkep November 2011
bahwa kehidupan zaman dulu lebih baik. Sekarang harga barang-barang dan biaya pendidikan sangat mahal. Banyak orang kesulitan mendapatkan pekerjaan. Petani pun mengalami kesulitan karena ketidakjelasan iklim. Selain itu aturan harga panen tidak memihak rakyat kecil. Dalam situasi seperti ini, orang mengharapkan datangnya penolong yang akan melepaskan dari persoalan hidup yang begitu kompleks. Seseorang yang akan menghakimi orang-orang yang berbuat jahat dan menolong serta memulihkan orangorang baik, yang tertindas, dan menderita. Berharap akan datangnya sang ratu adil. Pengharapan ini selalu muncul dalam masyarakat yang kacau, saat penguasa tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik, bencana terjadi di mana-mana, dan kejahatan merajalela, seperti korupsi yang sudah menggurita di Indonesia. Yang menjadi pertanyaan adalah, ”Siapakah sang ratu adil itu? Di mana dan bagaimana kita dapat menjumpainya?” Jemaat yang dikasihi Tuhan, Yehezkiel 34:11-16 (juga ay.1-10) memperlihatkan Allah yang kecewa dan marah terhadap pemimpin (gembala) Israel. Mereka hanya mementingkan ambisi dan keselamatan pribadi. Umat dibiarkan menjadi korban keganasan, kebuasan, dan keserakahan. Selain itu di antara para domba ada persaingan, saling menjegal, yang kuat mendesak dan menyakiti yang lemah. Tuhan tidak tinggal diam. Ia berinisiatif untuk mengambil alih peran sebagai gembala dan menyelamatkan serta memulihkan umatNya. Ia juga mengutus orang pilihan-Nya untuk menggembalakan umat-Nya. Allah tidak pernah tinggal diam ketika melihat ketidakadilan dan penderitaan terjadi. Matius 25:31-46 menggambarkan Tuhan Yesus akan menghakimi manusia atas apa yang telah diperbuat di dunia, terutama terkait dengan perwujudan kehidupan yang baik. Kehidupan yang baik diwujudkan melalui perhatian kepada orang-orang yang mengalami kesulitan hidup (lapar, haus, telanjang, sakit, dalam penjara, dll). Itulah pemenuhan kehendak Tuhan atas alam semesta, seperti firman-Nya pada saat penciptaan bahwa semuanya baik adanya. Selanjutnya, dinyatakan bahwa orang-orang yang hidupnya baik akan menerima Kerajaan yang telah disediakan sejak dunia dijadikan. Sebaliknya, yang tidak baik akan dimasukkan ke tempat siksaan yang kekal. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Tuhan sendiri akan bertindak dengan kuasa-Nya untuk mengatasi segala kemelut kehidupan dan ketidakadilan yang terjadi karena Dia adalah Sang Ratu Adil. Ia bisa memakai apa saja untuk menyatakan tindakan-Nya itu. Yehezkiel 34:23 menyatakan, ”Aku akan mengangkat satu gembala atas mereka, yang akan menggembalakannya…” Khotbah Jangkep November 2011
Efesus 1:22-23 mengungkapkan, ”… dan Dia (Kristus) telah diberikan-Nya (diberikan oleh Allah) kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.” Ayat ini menunjukkan bahwa jemaat Tuhan dipanggil untuk menyatakan yang hendak Kristus nyatakan kepada dunia, yaitu semua yang baik, yang mendatangkan damai sejahtera dan suka cita bagi semua orang, bukan hanya bagi segelintir atau sekelompok orang. Jemaat adalah tubuh Kristus, pengejawantahan Kristus dalam kehidupan masa kini. Segala hal yang dilakukan jemaat sebagai tubuh Kristus harus mencerminkan Kristus. Itulah panggilan Tuhan kepada kita semua. Hal itu bisa dilakukan kalau kita, seperti jemaat di Efesus, hidup dalam iman yang teguh kepada Yesus Kristus dan dapat menunjukkan kasih kepada semua orang, tidak hanya kepada saudara seiman. Jemaat di Efesus telah menjalani hidup beriman kepada Kristus dan kasih kepada semua orang kudus (Efesus 1:15). Namun Rasul Paulus menyatakan bahwa hal itu belum cukup. Oleh karena itu ia berdoa agar jemaat dikaruniai Roh hikmat dan wahyu sehingga mengenal Kristus dengan benar dan mengerti akan pengharapan yang terkandung dalam panggilan-Nya kepada mereka. Kristus pernah hidup dan berkarya di dunia untuk semua orang, Yahudi maupun bukan, kaya maupun miskin, berkedudukan maupun tersisih dalam masyarakat. Ia menolong ketika manusia mengalami kesulitan hidup (sakit penyakit, lapar, haus, dan persoalan hidup lainnya). Ia ada untuk semua dan demi kebaikan semua. Jemaat, juga kita, harus tahu tentang hal itu sehingga dapat mewujudnyatakan Kristus dalam hidup. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Melakukan semua itu tidak mudah karena kelemahan kedagingan kita. Namun Tuhan menjanjikan kita bisa melakukannya. Ada pengharapan yang terkandung dalam panggilan-Nya, yaitu bahwa Tuhan akan melimpahkan berkat-berkat yang indah bagi umat-Nya dan bahwa Ia akan bekerja dengan penuh kuasa di dalam umat yang percaya (Efesus 1:18). Yang perlu kita lakukan adalah memohon kepada Tuhan agar hati kita dipenuhi dengan Roh hikmat dan wahyu sehingga mata hati kita menjadi terang dan kita dapat mengerti akan pengharapan yang dijanjikan-Nya itu. Dunia, terutama dunia tempat kita hidup, membutuhkan hadirnya Sang Ratu Adil. Sang Ratu Adil itu adalah Kristus dan kita adalah tubuh Kristus, perwujudan/pengejawantahan kehendak Kristus. Kalau Kristus adalah Sang Ratu Adil maka kita adalah satria-satria piningit yang dipanggil untuk melakukan perubahan di tengah masyarakat. Perubahan yang terlebih dahulu harus dimulai dari diri sendiri dan hal-hal kecil yang menuju pada perubahan yang lebih besar. Seperti apakah satria piningit itu? Khotbah Jangkep November 2011
Jemaat yang dikasihi Tuhan Selalu ada orang yang belajar dari situasi gelap, kacau, dan menderita. Di antara banyak orang lupa, selalu ada orang yang ingat, walau cuma satu atau segelintir orang saja. Kadang-kadang kerusakan itu justru membakar jiwanya untuk berbuat sesuatu, belajar, berjuang, dan berkurban. Arnold J. Toynbee, seorang sejarawan modern dari Inggris, menamakan orangorang yang membawa perubahan demikian sebagai creative minorities (kelompok kecil yang kreatif, yang walaupun menjadi korban dari masyarakat yang kurang menghargai kelompok minoritas, tetap berani membawa perubahan). Mereka adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dahsyat, yaitu ilmu dan kecintaan pada bangsa, sesama manusia, dan Tuhannya. Satria piningit adalah orang-orang yang peduli pada keadaan di sekitarnya, berilmu tinggi, dan memutuskan untuk beraksi. Merekalah yang bisa melawan kehancuran dan membangkitkan peradaban. Jumlah orang Kristen di Indonesia tidak banyak, tetapi bisa menjadi creative minorities. Tuhan memanggil kita semua, tidak hanya yang berpendidikan atau berpangkat tinggi, untuk mewujudkan itu agar kerajaan Sang Ratu Adil bisa terwujud di dunia ini. Amin.
Rancangan Bacaan Alkitab: Berita Anugerah Petunjuk Hidup Baru Persembahan
: I Petrus 2:9-10 : Galatia 2:19-20 : Roma 12:1
Rancangan Nyanyian Pujian Nyanyian Pembukaan Nyanyian Penyesalan Nyanyian Kesanggupan Nyanyian Persembahan Nyanyian Penutup
: KJ 10:1,2 : KJ 27:1,2 : KJ 363:1,2 : KJ 365b:1: KJ 376:1,3,4
Khotbah Jangkep November 2011
Khotbah Jangkep Minggu, 20 November 2011 Pekan Biasa Kaping Tigang Dasa Sekawan - Hari Raya Kristus Raja (Pethak)
GUSTI YESUS SANG RATU ADIL Waosan I: Yehezkiel 34:11-16, 20-24; Tanggapan: Jabur 95:1-7a Waosan II: Efesus 1:15-23; Waosan III: Injil Mateus 25:31-46 Tujuan: Pasamuwan tepang tuwin pracaya bilih Gusti Yesus Kristus punika Ratu Adil, ing pangajab kasuwun nulad sarta ngestokaken sadaya dhawuh-iPun.
Khotbah Jangkep Pasamuwan ingkang kinasih ing patunggilanipun Gusti Yesus Kristus, ng gesang padintenan, kita asring ningali, mireng lan mbok bilih malah ngalami piyambak tumindak-tumindak ingkang boten preduli dhateng tiyang sanes, ingkang mentingaken dhiri pribadi, lampah ingkang serakah, tumindak ingkang boten adil lan ingkang sawiyah-wiyah. Tumindak ingkang kados makaten boten namung katindakaken dening tiyang ingkang gadhah pangkat ananging ugi tiyang ingkang limrah. Wonten satunggaling pengalaman ingkang mirunggan inggih punika nalika kula numpak pesawat terbang jejer kaliyan TKW (Tenaga Kerja Wanita) ingkang taksih anem sanget, ingkang badhe wangsul dhateng Indonesia. TKW kala wau nyariyosaken pengalamanipun ingkang boten sae. Piyambakipun nate dipun apusi dening tiyang Indonesia ingkang ugi wonten ing Arab Saudi. Tiyang punika janji badhe ngurus anggenipun TKW punika badhe wangsul Indonesia. Sasampunipun nampi arta saking TKW wau lajeng boten nate ketingal. TKW punika saestu sedhih lan kuciwa sanget amargi tiyang ingkang dipun anggep kanca sak negari lan sami-sami mrantau, ananging malah mitunani piyambakipun. Ananging piyambakipun taksih rumaos beja amargi taksih wonten tiyang ingkang saged mbiyantu. Nalika kula tangkleti: kenging napa piyambakipun saged mitadosaken artanipun ingkang kathah punika dhateng tiyang ingkang dereng dipun tepangi. Piyambakipun asung jawaban bilih sadaya punika katindakaken amargi tiyang punika sami-sami tiyang Indonesia lan ngaken sampun
I
Khotbah Jangkep November 2011
dangu manggen lan nyambut damel ing Arab Saudi. TKW punika nggadhahi pamanggih bilih tiyang punika mesthi saged mbiyantu, ananging kasunyatanipun beda. Pasamuwan kekasihipun Gusti, Tumindak utawi kawontenan ingkang boten adil ugi dumados ing pundi-pundi, contonipun “ketidakadilan” ing bab andum lapangan padamelan, ing bab pendhidhikan, karaharjan, lsp. Kathah tiyang ingkang sesambat lan mratelakaken bilih jaman rumiyin langkung sae katimbang jaman sapunika. Sapunika reregening kabetahaning gesang awis sanget, makaten ugi beya kangge pendidikan, kamangka pados pangupa jiwa kemawon rekaos raosipun. Pedamelanipun para petani ugi saya dangu saya rekaos amargi mangsanipun sampun boten tumata malih lan aturan ngengingi reregen hasiling panenan boten migatosaken karaharjaning para tani. Ing satengahing kawontenan ingkang kados makaten, tiyang sami ngajeng-ngajeng pitulungan ingkang saged luwar saking prekawising gesang ingkang sangsaya ruwet punika. Tiyang sami ngajeng-ngajeng rawuhipun sang ratu adil ingkang badhe ngadili tiyang ingkang tumindak wengis lan ingkang badhe mulihaken kawontenanipun tiyang ingkang tumindakipun sae, ingkang katindhes lan sangsara. Pangajeng-ajeng ingkang kados makaten padatanipun tuwuh saking masyarakat ingkang gesangipun boten tumata, ingkang para panguwaosipun boten saged nindakaken tugasipun kanthi sae matemah rakyat sami gesang sangsara, ingkang kathah nemahi reribed lan kaculikaning manungsa sumrambah ing sadaya tata gesanging manungsa tanpa dipun-raosaken dening manungsa piyambak (contonipun bab korupsi ingkang sampun dados prekawis limrah ing satengahing masyarakat). Ing wekdal sapunika, tiyang sami ngajeng-ajeng pangluwaran saking kawontenaning gesang ingkang saya awrat. Ingkang dados pitakenan inggih punika: sinten ta sang ratu adil punika? Ing pundi lan kados pundi caranipun amrih kita saged pinanggih? Pasamuwan ingkang kinasih ing patunggilanipun Gusti Yesus Kristus, Waosan kita ing Yehezkiel 34:11-16 (ugi ing ayat 1-10) nedahaken ngengingi Gusti Allah ingkang kuciwa lan duka dhateng para pemimpining umat Israel ingkang namung mikiraken pepinginan pribadi, ngutamekaken kawilujenganipun piyambak lan ndadosaken rakyatipun dados korban saking tumindakipun ingkang boten sae. Nalika samanten ing satengah-tengahing gesanging umat ugi tuwuh regejegan ing antawisipun umat. Umat ingkang gagah, kiyat lan prakosa nindhes ingkang ringkih. Tumraping kawontenan ingkang kados makaten, Gusti boten saged mendel. Panjenenganipun piyambak ingkang kagungan karsa dados hakim ing antawisipun menda ngenKhotbah Jangkep November 2011
ngenanipun sarta mundhut wangsul jejibahan pinangka pangen saking para pemimpining umat lan badhe milujengaken sarta mulihaken kawontenaning umatipun. Panjenenganipun piyambak badhe miji lan ngutus tiyang ingkang mangkenipun kadhawuhan ngengen umatipun. Gusti Allah boten nate mendel, menawi pirsa tumindak ingkang boten adil lan ingkang mitunani manungsa, ingkang ndadosaken gesangipun manungsa dados sangsara. Panjenenganipun badhe ngadili, pundi ingkang sae utawi leres lan pundi ingkang boten. Bab punika saged kita tingali saking Injil Mateus 25:31-46. Ing ngriku dipun-cariyosaken bilih Gusti Yesus badhe ngadili manungsa miturut punapa ingkang dipun-tindakaken ing jagad punika, mirunggan ingkang sesambetan kaliyan kawujudipun gesang ingkang sae ing jagad punika. Gesang ingkang sae ingkang kawujud lumantar anggenipun paring kawigatosan lan pambiyantu tumrap tiyang ingkang ngalami awrating gesang (tiyang ingkang kaluwen, ingkang kekirangan sandhang lan papan, tiyang ing pakunjaran, slp.). Punika satunggaling pambudidaya mujudaken karsanipun Gusti, inggih punika kasaenan tumrap gesanging manungsa, kados ingkang dipunngendikakaken nalika nitahaken jagad punika. Ing salajengipun, Injil Mateus 25:31-46 mratelakaken bilih tiyang ingkang tansah mbudidaya amrih kawujudipun gesang ingkang sae, badhe nampi karajan ingkang sampun dipun-cawisaken wiwit jagad punika katitahaken. Dene ingkang boten nindakaken kados makaten, badhe nampeni paukuman langgeng. Pasamuwan ingkang kinasihan dening Gusti, Gusti piyambak ingkang badhe tumindak kanthi panguwaosipun nanggulangi sadaya ruwet rentenging gesangipun manungsa, amargi panjenenganipun punika Sang Ratu Adil ingkang dipun ajeng-ajeng dening manungsa. Panjenenganipun saged ngagem punapa kemawon kangge nedahaken pakaryanipun. Yehezkiel 34:23 nedahaken: “Ingsun bakal ngangkat sawijining pangon kanggo wedhus-wedhus iku, kang bakal ngengon…“ Lan serat Efesus 1:22-23 mratelakaken “… lan Panjenengane wus kaparingake marang pasamuwan minangka Sesirahing samubarang kang ana. Dene pasamuwan iku kang dadi sarirane, kang kapenuhan ing Panjenengane, kang menuhi samubarang kabeh“. Ayat punika nedahaken bilih umatipun Gusti katimbalan mbabar punapa ingkang dipun-kersakaken Gusti inggih punika sadaya ingkang sae, ingkang ndhatengaken tentrem rahayu lan kabingah kangge sadaya tiyang, boten namung kangge sagolonganing tiyang kemawon. Pasamuwan punika sariranipun Kristus, ingkang mbabar Sang Kristus ing gesangipun. Punika ateges, punapa ingkang katindakaken dening pasamuwan kedah nedahaken Sang Kristus lan pakaryanipun. Ingkang kados makaten punika ingkang dados Khotbah Jangkep November 2011
timbalanipun Gusti dhateng kita sadaya. Kita saged nindakaken timbalan punika, kados dene pasamuwan ing Efesus, menawi kita pitados saestu dhateng Gusti Yesus lan saged nandukaken katresnan tumrap sadaya tiyang, boten namung sedherek sapatunggilan. Pasamuwan ing Efesus sampun nglampahi gesang ingkang ngener dhateng Sang Kristus lan nandukaken katresnan dhateng sadherek-sadherek sapatunggilan (Efesus 1:15). Rasul Paulus ananging ngendikakaken bilih punika dereng jangkep. Pramila rasul Paulus ndedonga kangge pasamuwan supados sami pinaringan rohing kawicaksanan lan wahyu satemah sami saged wanuh dhateng Gusti kanthi saleresipun lan saged sumerep tumrap pangajeng-ajeng ingkang kamot ing timbalanipun. Sang Kristus nate rawuh lan makarya ing jagad punika kangge sadaya tiyang, dadosa tiyang Yahudi punapa dene tiyang sanes Yahudi, tiyang sugih punapa dene mlarat/sekeng, tiyang pangkat punapa dene tiyang ingkang kasisihaken saking masyarakat. Panjenenganipun mitulungi nalika manungsa ngalami ruwet-rentenging gesang (dadosa sesakit, kaluwen, lan prakawising gesang sanesipun). Panjenenganipun rawuh kangge sadaya lan demi kasaenaning sadaya. Pasamuwan ing samudayanipun, kedah mangretos bab punika satemah kita saged mujudaken Sang Kristus ing gesang kita. Pasamuwan ingkang kinasih ing patunggilanipun Gusti, Pancen boten gampil nindakaken ingkang kados makaten wau, amargi kadagingan kita punika ringkih. Ananging Gusti sampun mrasetyakaken dhateng kita bilih panjenenganipun badhe mitulungi kita nindakaken dhawuhipun. Wonten pangajengajeng ingkang kamot ing timbalanipun Gusti kangge kita inggih punika bilih Gusti badhe ngluntakaken berkah-berkahipun kangge kita lan Panjenenganipun badhe makarya kanthi panguwaos wonten ing umat ingkang pitados dhateng Panjenenganipun (Efesus 1:18). Ingkang prelu kita tindakaken namung nyuwun dhateng Gusti supados manah kita kapenuhan ing rohing kawicaksanan lan wahyu satemah manah kita saged padhang lan kita saged mangretos tumrap pangajeng-ajeng ingkang sampun kaprasetyakaken dhateng kita. Jagad punika, mirunggan jagad ingkang kita panggeni, inggih punika masyarakat kita, mbetahaken rawuhipun Sang Ratu Adil. Lan Sang Ratu Adil ingkang sejati punika inggih namung Gusti Yesus piyambak, inggih Sesirahing Pasamuwan. Lan kita punika sariranipun Sang Kristus, ingkang mujudaken Sang Kristus lan pakaryanipun. Menawi Sang Kristus punika Sang Ratu Adil piyambak, punika ateges bilih kita punika satriyasatriya piningit ingkang dipun-timbali nindakaken ewah-ewahan ing satengah-tengahing masyarakat kita. Ewah-ewahan punika kedah kawiwitan saking dhiri kita piyambak langkung rumiyin lan saking ewah-ewahan ingkang alit tumuju dhateng ewah-ewahan ingkang langkung ageng. Khotbah Jangkep November 2011
Lajeng, satriya piningit punika tiyang ingkang kados pundi? Pasamuwan ingkang kinasihan dening Gusti Yesus Kristus, Ing jaman ingkang kebak ing pepeteng, ingkang semrawut lan ingkang kebak ing kasangsaran padatanipun mesthi badhe jumedhul tiyang ingkang purun sinau saking kawontenan ingkang dumados. Ing antawisipun tiyang-tiyang ingkang kesupen, taksih wonten tiyang ingkang kengetan, tiyang ingkang tumindak sae, sanadyan mbok bilih namung ijen, boten wonten sanesipun, utawi namung saperangan alit kemawon. Kadhangkala, kawontenan ingkang risak, ingkang mrihatosaken saged mbereg manungsa nindakaken ewah-ewahan: purun nyinau kawontenan, mbudidaya kanthi taberi kangge ngadhepi kawontenan lan purun ngurbanaken punapa kewawon kangge mujudaken jagad ingkang langkung sae. Kathah seserepan ngengingi manungsa-manungsa ingkang mirunggan, ingkang mbekta ewah-ewahan ing jagad punika. Arnold J. Toynbee, satunggaling sejarawan modern saking Inggris, nyebat tiyang-tiyang ingkang mbekta ewah-ewahan punika kanthi istilah “Creative Minorities” (inggih punika kelompok ingkang alit, ingkang cacahipun boten kathah, ingkang mbokbilih ugi ingkang ngraosaken bab-bab ingkang boten sekeca amargi dados kelompok ingkang alit/minoritas, ananging ingkang kuwagang lan wantun nindakaken ewah-ewahan). Tiyang-tiyang punika boten namung “manungsa-manungsa mirunggan/ajaib, ananging ugi tiyang-tiyang ingkang gadhah kekiyatan ingkang ngedab-edabi, inggih kakiyatan ngelmu, katresnan dhateng bangsanipun, dhateng sesaminipun lan dhateng Gustinipun. Satriya piningit inggih punika tiyang-tiyang ingkang preduli dhateng kawontenan sakiwa-tengenipun, ingkang nggadhahi ngelmu ingkang sembada, ingkang nemtokaken keputusan tumindak kangge mujudaken ewah-ewahan ingkang sae. Namung tiyang-tiyang ingkang kados makaten punika, ingkang saged nglawan reridhu lan pungkasanipun saged nuwuhaken gesang ingkang langkung endah lan tumata. Cacahing tiyang Kristen ing Indonesia, inggih kita punika, boten kathah, ananging kita saged dados “Creative Minorities” (kelompok alit ingkang kreatif, ingkang sanadyan dados korban amargi dados kelompok minoritas, ananging kuwagang lan wantun nindakaken ewah-ewahan). Gusti nimbali kita sadaya, boten namung ingkang sampun nggayuh pawiyatan inggil punapa dene pangkat, kangge mujudaken timbalan punika satemah kratoning Sang Ratu Adil saged kawujud ing jagad punika, amin.
Khotbah Jangkep November 2011
Rancangan Waosan Kitab Suci: Pawartos Sih Rahmat : I Petrus 2:9-10 Pitedah Gesang Enggal : Galati 2:19-20 Pangatag Pisungsung : Rum 12:1
Rancangan Kidung Pamuji: Kidung Pambuka Kidung Panelangsa Kidung Kasanggeman Kidung Pisungsung Kidung Panutup
: KPK 28:1-3 : KPK 52: 1,2 : KPK 141:1,2 : KPK 187:1: KPK 139:1,2
Khotbah Jangkep November 2011
Khotbah Jangkep Minggu, 27 November 2011 Pekan Adven Pertama (Ungu)
MENYONGSONG KEDATANGAN YESUS KRISTUS DENGAN SIAP IMAN Bacaan I: Yesaya 64:1-9; Tanggapan: Mazmur 80:1-7,17-19; Bacaan II: 1 Korintus 1:3-9; Bacaan III: Injil Markus 13:24-37 Tujuan: Jemaat dapat mengetahui tentang kedatangan Tuhan Yesus, serta menyongsongnya dengan iman yang teguh dan perilaku yang benar.
Dasar Pemikiran Saat ini merupakan waktu untuk menunggu kedatangan Tuhan Yesus pada akhir zaman. Setiap orang dipanggil untuk menunggu tanpa bosan, dengan penuh iman, dan perilaku yang benar. Berhati-hati dan waspada adalah perilaku yang bijaksana di dalam menyongsong kedatangan Tuhan Yesus ke-dua.
Keterangan Tiap Bacaan Yesaya 64:1-9 (umat yang bertobat dan mau diatur oleh Tuhan) Umat mengakui dosanya di hadapan Tuhan. Umat mengakui diri banyak dosa, bagaikan kain kotor yang tidak berguna lagi. Namun umat bertobat, meninggalkan dosanya, membuka diri untuk menerima kehadiran Tuhan dalam hidupnya sehingga siap dibentuk oleh Allah dan hidupnya diatur oleh Allah. Maka umat memohon, kiranya hidupnya dijauhkan dari murka Allah. Mazmur 80:1-7,17-19 (Orang saleh hidup dalam anugerah Tuhan) Umat menyadari ketika perilakunya tidak berkenan di hadapan Tuhan, mereka jauh dari anugerah Tuhan. Suatu kondisi yang tidak membahagiakan hidupnya. Mereka sadar akan hal itu maka memohon kepada Tuhan supaya keadaan mereka dipulihkan. Hidup di jalan dan kebenaran Tuhan, sekaligus dalam berkat-Nya. Umat juga mengakui bahwa Khotbah Jangkep November 2011
Tuhan akan melindungi dan mempedulikan, sebagaimana Tuhan memelihara orang yang saleh. I Kor.1:3-9 (bersyukur atas perilaku umat yang berkenan di hadapan Allah) Rasul Paulus bersyukur kepada Tuhan karena jemaat di Korintus berada dalam anugerah Tuhan. Tuhan memelihara dan mempedulikan hidup umat. Itu terjadi karena umat juga memperhatikan kehendak Allah melalui perkataan dan perbuatan yang benar. Semua ini karena anugerah Allah. Hal demikian kiranya berlangsung terus dalam perjalanan hidup umat. Umat hidup tanpa cacat dan dosa, serta beperilaku yang berkenan kepada Tuhan, sampai Tuhan datang ke-dua kali. Markus 13:24-37 (Berjaga-jaga dalam menyongsong kedatangan Anak Manusia) Kedatangan Tuhan Yesus ke-dua kali pasti terjadi dan terdapat tanda-tanda yang mendahului. Namun waktunya hanya diketahui oleh. Bapa di sorga. Bagi umat, waktu tidak penting. Yang penting adalah kesiapan dalam menyongsong kedatangan itu. Baik segera atau masih lama, umat harus senantiasa berhati-hati dan berjaga-jaga supaya bisa ikut menyongsong kedatangan-Nya. Bagaikan tuan yang tidak diketahui waktu kedatangannya. Para pekerja pun selalu bersiap sedia. Renungan Bacaan Umat tidak perlu menerka kapan kedatangan Tuhan Yesus ke-dua. Kedatangan-Nya pasti terjadi, dengan waktu yang tidak bisa ditentukan dan tidak diketahui siapapun. Kewenangan menentukan kedatangan-Nya berada dalam kuasa Allah Bapa. Meski tidak mengetaui waktunya, bukan berarti umat santai dan seenak sendiri. Umat perlu bertindak positif, yakni bertobat, meninggalkan perilaku dosanya di hadapan Tuhan. Umat harus meninggalkan dosanya untuk menghadap Tuhan dengan perilaku yang benar. Yesus Kristus sebagai Juru Selamat akan memberkati dan melindungi umat yang setia kepada-Nya dan melakukan kebenaran. Sehingga umat senantiasa siap menyongsong kedatangan Tuhan kapanpun waktunya, bagaimanapun keadaannya. Umat perlu berhati-hati dan berjaga-jaga dalam iman dan perilaku yang benar sesuai dengan kehendak Kristus. Kiranya umat hidup tanpa cacat, jauh dari dosa dalam menyongsong kedatangan-Nya. Pertanyaan pergumulan: Apakah Tuhan Yesus hanya datang pada akhir zaman? Apa yang disiapkan jemaat dalam menyongsong kedatangan Tuhan Yesus? Khotbah Jangkep November 2011
Apakah otomatis semua orang Kristen bisa menyiapkan diri dalam menyongsong kedatangan Tuhan Yesus yang ke-dua? Harmonisasi Bacaan Kedatangan Tuhan Yesus yang ke-dua pasti terjadi. Tidak perlu diragukan. Perkara waktu memang tidak ada yang tahu. Bagi umat, hal tersebut tidak perlu menggoyahkan iman. Yang perlu dilakukan adalah berhati-hati, berjaga-jaga, bertobat, dan berperilaku benar. Kapan pun Dia datang, umat siap menyongsong dengan penuh iman. Arah Pewartaan Kedatangan Tuhan Yesus yang ke dua pasti terjadi. Umat perlu menyiapkan diri setiap waktu. Ada pertobatan dalam hidupnya, datang kepada Yesus Kristus dengan iman dan perilaku yang benar.
Khotbah Jangkep Jemaat yang dikasihi Tuhan, anyak orang sepakat bahwa tindakan paling membosankan adalah menunggu. Maka banyak pihak tidak menghendaki menunggu. Mereka pilih tepat waktu. Maka muncullah istilah on time atau tepat waktu. Misal, ibadah tepat waktu, tidak mundur menunggu Pengkhotbah, Song leader atau Pemain musik. Resepsi manten tepat waktu dan cepat. Artinya dimulai pada jam yang ditentukan alias tidak mundur, serta tidak bertele-tele dalam upacara maupun sambutan. Bukankah temanten juga setuju dan senang bila resepsi cepat rampung? Tapi kenyataannya, tidak semua bisa berjalan dalam kondisi tepat waktu atau on time. Ada saja faktor pencetus mundurnya suatu kegiatan, misal hujan. Mengikuti perhitungan manusia, tidak ada yang tahu waktu kedatangan Tuhan Yesus. Ini merupakan peristiwa tepat waktu atau mundur tidak ada yang tahu juga. Seperti sabda dalam Markus 13:32 ”Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja”. Artinya, kapan datangnya hari Tuhan atau kedatangan Tuhan Yesus ke-dua tidak ada yang tahu, kecuali Allah Bapa. Maka apapun alasannya, kedatangan Tuhan Yesus tidak bisa disebut tepat waktu alias on time atau sebaliknya molor. Oleh karena manusia tidak ada yang tahu, munculah pertanyaan, Apakah kedatangan Tuhan Yesus yang ke-dua akan benar-benar terjadi? Jawabannya ya, pasti. Kedatangan Tuhan Yesus ke-dua bukan suatu kemungkinan, mungkin terjadi atau
B
Khotbah Jangkep November 2011
mungkin tidak. Melainkan suatu kepastian. Kedatangan Tuhan Yesus pasti terjadi. Allah setia pada janji-Nya. Itu semua dalam kewenangan Allah Bapa. Ia yang tahu dan menentukan kepastiannya. Umat tidak perlu meragukan benar tidaknya kedatangan Tuhan Yesus ke-dua kali. Mantapkan iman, dan percaya dengan sungguh, bahwa hari Tuhan pasti datang. Dalam hal ini, umat perlu membedakan peran. Penentu waktu hari Tuhan datang adalah peran Allah Bapa. Manusia tidak perlu cawe-cawe menghitung, apalagi membuat rumusan sesuai pengertiannya. Semua itu hanya spekulasi atau untung-untungan manusia belaka. Sesungguhnya hal ini pembodohan iman. Tidak perlu dilakukan karena bukan kewenangan manusia. Manusia melakukan apa yang menjadi urusannya, yakni menyiapkan diri dalam menyongsong kedatangan Tuhan. Dalam Markus 13:33 menegaskan hal di atas ”Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba.” Maksudnya, oleh karena manusia tidak mengetahui waktunya, maka manusia jangan berdiam diri. Umat melakukan porsi tindakannya sesuai dengan perannya, yaitu berhati-hati dan berjaga-jaga. Bagaimana pengertian dua kata tersebut? Berhati-hati dan berjaga-jaga dalam bertindak. Jangan sampai tergoda dan jatuh ke dalam dosa. Berhati-hati terhadap tipu muslihat iblis yang mengecoh dan menjerumuskan ke dalam dosa; sepertinya indah dan enak, tetapi racun yang mematikan. Berhati-hati dan berjaga-jaga dalam iman. Dalam keadaan apapun, umat memiliki iman yang mantap. Siap hati, iman, dan perbuatan baik dalam menyongsong kedatangan Tuhan Yesus yang ke-dua. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Pengertian kedatangan hari Tuhan memiliki dua makna. Pertama, sebagai eskatologis, yaitu kedatangan Tuhan Yesus pada akhir zaman. Kedatangan pada akhir kehidupan dunia ini untuk menghakimi seluruh umat manusia. Hal itu belum terjadi dan kita tidak mengetahui waktunya. Kedua, kedatangan Tuhan secara aktif bertindak menghukum atau memberkati umat. Kedatangan ini terjadi saat ini, masa lalu, dan yang akan datang. Saat ini Tuhan Yesus datang untuk menghukum orang berdosa yang tidak mau bertobat. Sebaliknya Ia memberkati umat yang setia dan hidup dalam kebenaran. Kedatangan Tuhan semacam ini disebut realized eschatology. Eskatologi atau akhir zaman yang sudah nyata pada saat ini. Eskatologi yang sudah terjadi. Sebagai pengikut Kristus, orang Kristen tetap peduli dengan dua pemahaman tersebut. Berhati-hati dan berjaga-jaga menyongsong kedatangan Tuhan Yesus pada akhir zaman, juga pada hari ini. Hari ini atau saat ini adalah ”hari Tuhan”, hari Khotbah Jangkep November 2011
kedatangan Tuhan Yesus dalam hati setiap orang percaya. Siapapun wajib membuka hati dan memberi tempat kedatangan Yesus Kristus. Membiarkan Tuhan Yesus bekerja dan menguasai orang beriman sehingga hidupnya dalam kasih dan kuasa Kristus. Setiap orang Kristen dalam tuntunan tangan-Nya. Bagaimana sikap yang benar dalam menyongsong kedatangan Tuhan Yesus? Dalam bacaan Yesaya 64:1-9 maupun Mazmur 80:1-7,17-19, diungkapkan kondisi umat yang berdosa, jauh dari anugerah Tuhan. Dirasakan sungguh memprihatinkan, karena dalam kesengsaraan hidup. Oleh karenanya mereka mau bertobat, meninggalkan salah dan dosanya, kembali dalam persekutuan dengan Tuhan. Mau dipulihkan dan kembali hidup bersama Tuhan. Sikap orang beriman saat ini juga demikian. Menyongsong kedatangan Yesus Kristus dengan hati bertobat, bersih dari dosa. Menghadap Tuhan dengan sepenuh hati, sepenuh iman dan perilaku yang benar. Hidup sesuai dengan kehendak Kristus. Kondisi demikian juga menjadi pengharapan Rasul Paulus terhadap jemaat di Korintus. Dalam bacaan I Korintus 1:3-9, diharapkan jemaat memiliki iman dan perilaku yang tidak bercacat. Artinya memiliki iman mantap dan perilaku yang benar. Perkataan dan perbuatannya sesuai kehendak Tuhan. Ini adalah anugerah Tuhan yang terus dijaga sampai hari Tuhan datang. Suatu pengharapan indah dalam persekutuan Kristus. Jemaat yang dikasihi Tuhan Kalau menunggu adalah hal yang tidak disukai orang, menjadi pergumulan kita, akankah kita merasa bosan menunggu kedatangan Tuhan Yesus? Jawabannya perlu serempak: tidak bosan!. Benar. Jangan sampai kita bosan menunggu kedatangan Tuhan Yesus. Orang bisa bosan menunggu, bila dirinya tidak memiliki pengharapan. Sebaliknya orang yang berpengharapan tidak akan bosan menunggu. Orang Kristen memiliki pengharapan yakni ikut menyongsong kedatanganTuhan Yesus, baik saat ini maupun akhir zaman. Maka jangan sampai bosan. Tidak ada kata ‘bosan’ dalam menunggu kedatangan Kristus. Bagaimana resepnya agar tidak bosan? Secara teologis, percaya dalam iman bahwa hari ini, saat ini adalah harinya Tuhan, hari kedatangan Yesus Kristus untuk memanggil orang berdosa agar bertobat. Juga memberkati orang setia dan hidup dalam kebenaran-Nya. Hari ini adalah hari kedatangan Tuhan Yesus untuk menuntun dan memberkati perjalanan hidup orang beriman. Hal ini menyebabkan dalam dirinya tidak ada rasa bosan, malah sebaliknya semangat menyongsong kedatangan Tuhan. Secara etika, jemaat memiliki dan menunjukkan perilaku yang benar. Etika bertanggungjawab yang diwujudkan dalam berpikir, berkata, maupun bertindak. Khotbah Jangkep November 2011
Memilki cara hidup benar. Dalam diri ada semangat hidup melakukan yang benar karena mengakui bahwa Tuhan datang dalam dirinya pada hari ini. Maka jemaat menyiapkan segala sesuatunya dengan ”bersih”, jauh dari dosa. Jemaat yang dikasihi Tuhan Pada Minggu Adven pertama ini, tunjukkanlah semangat hidup menyongsong Tuhan Yesus! Menyongsong setiap hari dengan semangat iman dan perilaku benar. Juga menyongsong Natal, peringatan kelahiran Tuhan Yesus dengan penuh semangat. Diwujudkan dengan hati yang bersih, ada pertobatan bagi hati yang kotor, dan setia dalam iman kepada Kristus. Tuhan memberkati kita. Amin.
Rancangan Bacaan Alkitab: Berita Anugerah Petunjuk Hidup Baru Nats Persembahan
: Roma 5:1,2 : 1 Tesalonika 4:1-7 : Mazmur 136:1-3
Rancangan Nyanyian Pujian: Nyanyian Pujian Nyanyian Penyesalan Nyanyian Kesanggupan Nyanyian Persembahan Nyanyian Penutup
: KJ 76:1-2 : KJ 33:1-3 : KJ 408:1,3 : KJ 235:1-3 : KJ 85:1,10
Khotbah Jangkep November 2011
Khotbah Jangkep Minggu, 27 Nopember 2011 Pekan Adven Kaping Sepisan (Ungu)
MAPAG RAWUHIPUN SANG KRISTUS KANTHI GUMOLONGING MANAH Waosan I: Yesaya 64:1-9; Tanggapan: Jabur 80:1-7,17-19; Waosan II: 1 Korinta 1:3-9; Waosan III: Injil Markus 13:24-37 Tujuwan: Warganing Pasamuwan saged sumerep rawuhipun Sang Kristus, tuwin mapag rawuhipun kanthi kapitadosan ingkang bakuh tuwin tumindak ingkang leres.
Khotbah Jangkep: Pasamuwan ingkang kinasih wonten ing Gusti Yesus Kristus, athah ingkang sarujuk bilih kawontenan ingkang mbosenaken punika bab nengga. Mila tuwuh tetembungan: “Kawontenan ingkang paling mbosenaken punika rikala nengga”. Mila kathah sadherek ingkang boten purun nengga. Dene ingkang dipun-kersakaken netepi wekdal. Jam pinten ingkang dipun-sarujuki, jam punika ugi dipun-tindakaken. Kados ta, pangibadah netepi wekdal utawi tepat waktu, boten mulur ngentosi Pengkhotbah, Song Leader utawi pangarsaning pepujen, utawi ingkang ngungelaken musik. Ing resepsi manten kalampah makaten ugi. Adicara kawiwitan kanthi tepat waktu sokur rikat. Boten kedangon ing upacara lan tanggapwacananipun. Temanten piyambak mesthinipun sarujuk pawiwahan cepet rampung, supados enggal lodhang. Sanadyan ing kasunyatanipun boten mesthi makaten, awit wonten kemawon prakawis ingkang dados pepalang lan ndadosaken muluring wekdal, kados ta jawah. Nggatosaken prakawis wekdal rawuhipun Putraning Manungsa Gusti Yesus, boten wonten ingkang saged nyumerepi langkung rumiyin. Boten wonten tiyang ingkang saged netepaken wekdalipun Gusti rawuh. Kados pangandika ing Markus 13:32: “Nanging mungguh dinane lan wayahe, iku ora ana wong kang sumurup, para malaekat ing swarga ora ngerti, sarta Sang Putra iya ora, kajaba mung Sang Rama.” Tegesipun benjang
K
Khotbah Jangkep November 2011
punapa rawuhipun Gusti Yesus kaping kalih boten wonten ingkang saged nginten, kejawi Allah Sang Rama. Mila kanthi alesan punapa kemawon bab rawuhipun Gusti Yesus kaping kalih boten saged katemtokaken. Awit manungsa boten wonten ingkang sumerep benjang punapa rawuhipun Gusti Yesus, mila tuwuh pitakenan: Rawuhipun Gusti Yesus kaping kalih punika punapa saestu leres? Wangsulanipun cetha: Inggih. Rawuhipun Gusti Yesus boten mbokbilih. Mbok bilih rawuh utawi mbokbilih boten. Nanging rawuhipun Gusti Yesus kaling kalih saestu kelampahan. Gusti Allah Sang Rama setya ing prajanji. Panjenenganipun boten mblenjani janji. Dene minangka umat, kita sadaya boten prelu tidha-tidha, Inggih punapa boten. Tansaha mantep ing pitados bilih Gusti Yesus saestu rawuh ing jagad. Dinten rawuhipun Gusti saestu kelampahan. Ing bab punika kita sadaya sageda sumerep bab bedaning tanggeljawab. Ingkang nemtokaken dinten rawuhipun Gusti Yesus tanggeljawabipun Allah Sang Rama. Mila manungsa boten prelu bingung. Saya malih damel petangan dinten lan tanggal rawuhipun Gusti Yesus. Punika namung dados panginten utawi rekadayanipun manungsa kemawon. Ingkang sayektinipun boten prelu kaudi lan kasumerepen dening manungsa, awit manungsa nyahak karsanipun Gusti. Manunga namung nindakaken ingkang dados bageyanipun, inggih punika cecawis ing manah mangayubagya rawuhipun Gusti Yesus. Ing Markus 13:33 mratelakaken prakawis punika: “Sing padha ngati-ati lan tansah padha meleka! Sabab kowe ora padha sumurup ing wektune.” Tegesipun: sinaosa umat boten sumerep bab wekdal rawuhipun Gusti Yesus kaping kalih, nanging sampun ngantos namung kendel kemawon. Minangka umatipun Gusti kedah nindakaken pakaryan miturut bageyanipun, inggih punika ngatos-atos lan jumaga. Punapa tegesipun ngatos-atos lan jumaga? Ngatos-atos lan jumaga ing tumindak. Sampun ngantos dhumawah ing panggodhaning dosa. Ngatos-atos lan jumaga ing bab rekadaya lan apusapusipun iblis. Pambujukipun pancen sae nanging saestunipun njlomprongaken dhateng ing dosa. Ngatos-atos lan jumaga ing pitados. Minangka warganing pasamuwan tansah pitados kanthi temen-temen dhateng Gusti Yesus. Ing kawontenan kados pundi kemawon tansah ngeneraken kapitadosanipun dhumateng Sang Kristus. Pasamuwan ingkang kinasih, Makna bab rawuhipun Gusti Yesus ngemu kalih prakawis. Sepisan, minangka eskatologi, inggih punika rawuhipun Gusti Yesus ing pungkasaning jaman. Panjenenganipun rawuh ing jagad badhe ngadili tiyang ingkang gesang kaliyan ingkang pejah. Bab punika dereng kelampahan, kita sadaya tansah ngantos-antos rawuhipun. Kaping kalih, rawuhipun Gusti Yesus kanthi ndhawahaken bebendu dhateng tiyang ingkang tumindak awon lan boten purun mratobat. Kosokwangsulipun, Gusti ugi paring Khotbah Jangkep November 2011
nugraha dhateng tiyang ingkang setya lan pitados dhateng panjenenganipun. Bab punika sampun kelampahan ing wekdal punika, kala rumiyin lan ing tembe. Rawuhipun Gusti Yesus ingkang makaten punika dipun sebat realized eschatology. Ingih punika bab pungkasaning jaman ingkang sampun kelampahan ing wekdal punika. Eskatologi ingkang sampun kawujud cetha ing wekdal samangke. Minangka kagunganipun Sang Kristus, kita nggatosaken kalih prakawis wau. Ing gesang tansah ngatos-atos punapa dene jumaga anggen kita mapag rawuhipun Gusti Yesus ing pungkasaning jaman. Punapa dene rawuhipun ing dinten punika. Dinten punika minangka dintenipun Gusti. Dinten rawuhipun Gusti Yesus anggenipun mberkahi para tiyang pitados. Wekdal anggenipun Gusti Yesus paring kanugrahan kawilujengan dhateng para kagunganipun. Kita sadaya tansah tinarbuka lan bingah ing manah nampi rawuhipun Gusti. Tuwin matur: “Sumangga Gusti, Paduka makarya ing manah kawula sacara pribadi punapadene sesarengan sapasamuwan.” Kados pundi tumindak ingkang leres anggenipun methukaken dinten rawuhipun Gusti Yesus? Ing Yesaya 64:1-9, ugi Jabur 80:1-7,17-19, mratelakaken kawontenanipun umat ingkang dhumawah ing dosa. Piyambakipun tebih saking kanugrahanipun Gusti. Prakawis punika karaosaken saestu, mrihatosaken lan ndadosaken kasangsaranipun. Prelu umatipun Gusti sami mratobat, nilaraken tumindak duraka. Salajengipun kapulihaken ing kawontenanipun. Kawontenan ingkang mbingahaken, rumaket kaliyan Gusti, gesang ing kanugrahanipun Gusti. Gesang ing salebeting karsanipun Gusti. Mapag rawuhipun Gusti kanthi gumolonging manah. Kanthi manah ingkang resik lan tementemen. Ugi tumindak ingkang leres cundhuk kaliyan pangandikanipun Gusti. Kawontenan ingkang makaten punika ingkang dados pangajeng-ajengipun Rasul Paulus tumrap pasamuwan ing kitha Korinta. Ing waosan 1 Korinta 1:3-9 kapratelakaken warganing pasamuwan sageda nggadhahi kapitadosan tuwin tumindak ingkang tanpa cacat ing dinten rawuhipun Gusti Yesus. Tegesipun warganing pasamuwan nggadhahi kapitadosan ingkang kiyat lan tumindak ingkang leres, jumbuh kaliyan karsanipun Gusti. Kawontenan makaten punika minangka kanugrahanipun Gusti ingkang kedah dipun-jagi ngantos dinten rawuhipun Sang Kristus. Sampun ngantos ical lan pinanggih tumindak duraka ing gesangipun warga. Pasamuwanipun Gusti Yesus Kristus, Nggatosaken malih tetembungan “nengga minangka tumindak ingkang paling mboseni”, samangke dados tarunging batin kita sadaya. Punapa kita rumaos bosen anggenipun ngantos-antos mapag rawuhipun Gusti Yesus? Wangsulanipun cetha: boten bosen. Sampun ngantos bosen anggenipun mapag rawuhipun Sang Kristus. Warganing pasamwan saged tuwuh raos bosen menawi boten wonten pangajeng-ajeng ing Khotbah Jangkep November 2011
gesangipun. Minangka kagunganipun Sang Kristus kedah nggadhahi pangajeng-ajeng ndherek mapag rawuhipun Sang Kristusm, ing wekdal samangke lan ing pungkasaning jaman. Tumrap kita sadaya boten wonten tembung bosen utawi ical ing pangajengajeng mapag dinten rawuhipun Sang Kristus. Kados pundi murih boten nggadhahi raos bosen? Sacara teologis, tansah mitadosi bilih dinten punika dintenipun Gusti. Dinten rawuhipun Sang Kristus nimbali tiyang dosa sageda mratobat. Ugi Gusti mberkahi para tiyang pitados, ingkang setya ing patunggilanipun. Dinten punika dinten rawuhipun Gusti Yesus mberkahi kita sadaya para kagunganipun. Mila sampun ngantos bosen, kepara gumregah ing manah methukaken rawuhipun Gusti. Sacara etika, tansah nedahaken ing bab tumindak ingkang leres lan tanggeljawab. Nggadhahi cara gesang ingkang pener lan leres miturut pangandikanipun Gusti. Kawujudaken ing cara menggalih, pangandikan lan tumindak. Kanthi mitados bilih Gusti Yesus rawuh ing dinten punika, warganing pasamuwan tansah cecawis tumindak ingkang resik, prayogi tuwin tebih saking kadurakan. Pramila ing pangibadah Minggu Adven sepisan punika, kita sadaya sageda ambabar sumringahing gesang. Mapag dinten Natal, dinten pengetan wiyosipun Sang Kristus kanthi sukabingah lan gumolonging manah. Gesang ing pamratobat kanthi resik ing pitados lan tumindak. Gusti mberkahi kita sadaya. Amin.
Rancangan Waosan Kitab Suci: Pawartosing Sih Rahmat : Rum 5:1,2 Pitedah Gesang Anyar : 1 Tesalonika 4:1-7 Pangatag Pisungsung : Jabur 136:1-3
Rancangan Kidung Pamuji: Kidung Pamuji Kidung Panelangsa Kidung Kesanggeman Kidung Pisungsung Kidung Panutup
: KPK-BMGJ no. 214:1-3 : KPK-BMGJ no. 29:1,2 : KPK-BMGJ no. 148:1,3 : KPK-BMGJ no. 122:1-4 : KPK-BMGJ no. 210:1,2
Khotbah Jangkep November 2011