SENI PEMENTASAN LESBUMI NU GROBOGAN (Studi Living Hadis)
Disusun Oleh: Abdul Bashir, S.Th.I NIM: 1320511084
TESIS
Diajukan Kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga untuk memenuhi Salah satu syarat guna Memperoleh Gelar Magister Humaniora Program Studi Agama dan Filsafat Konsentrasi Studi al-Qur’an dan Hadis
YOGYAKARTA 2015
MOTTO
“Murih jiwa têntrêm lan santosa, kita kudu cêdhak marang Gusti Ingkang Akarya Jagad. Sapa wonge sing nyêdhak mring Gusti ora bakal kêjêglong uripe lan ora bakal wêdi ngadhêpi kahanan urip jalaran Gusti iku sanityasa nuntun lan paring kanugrahan kang ora bisa kaukur rêgane.”
(Pahlawan Nasional Nyi Agêng Serang)
vii
PERSEMBAHAN
Tesis ini dipersembahkan untuk: Seluruh leluhurku. Para pahlawan yang tidak pernah kutemukan nama-nama mereka dalam tulisantulisan. Para pahlawan yang kutemukan nama-nama mereka dalam tulisan-tulisan, tetapi jarang diziarahi dan jarang diingat. Orang yang membaca tulisan ini.
viii
ABSTRAK Manusia pada dasarnya tidak bisa lepas dari unsur-unsur kebudayaan. Di sisi lain masyarakat Islam mengalami proses interaksi dengan sunnah-sunnah Nabi saw yang terbukukan dalam kitab-kitab hadis, sirah Nabawiyah, tarikh ataupun lainnya yang dipraktekkan dalam kehidupan mereka yang kemudian lazim dikenal dengan istilah living hadis. Salah satu living hadis yang berkembang di Indonesia dapat ditemukan pada bidang kesenian yang telah mengalami akulturasi budaya dengan unsur-unsur setempat. Ada banyak kesenian Islam di Indonesia, salah satunya yang terdapat pada LESBUMI NU Grobogan. Kesenian-kesenian yang terdapat pada LESBUMI NU Grobogan tidak hanya berupa s{alawatan semata, tetapi di dalamnya juga terdapat musik lesung, tari sufi, tari angguk, tari barongan, bahkan atraksi kekebalan tubuh. Fenomena pada LESBUMI NU Grobogan yang tidak hanya menjadi fenomena living hadis, tetapi juga mengandung simbol-simbol akulturatif menarik untuk diteliti. Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan. Adapun pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan etnografi. Pengumpulan data meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan teori semiotika budaya Jurij M. Lotman. Sementara hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk deskriptif analitis. Adapun hasil penelitian tesis ini menunjukkan bahwa: (1) Seni Pementasan LESBUMI NU Grobogan merupakan salah satu fenomena living hadis. Para seniman LESBUMI NU Grobogan menggunakan hadis-hadis tentang kesenian sebagai landasan utama dalam berseni. Selain itu, masing-masing bidang kesenian memiliki landasan-landasan lainnya, yaitu (a) hadis tentang bersalawat pada s{alawatan pêpali, (b) kisah keindahan suara Dawud pada kanjêng lêsung, (c) hadis tentang kekuatan doa pada tari barong Ki Agêng Serang dan atraksi kekebalan tubuh, (d) hadis tentang cinta pada tari Sufi Purwodadi, (e) hadis tentang keutamaan Hamzah (paman Nabi saw) pada tari angguk Grobogan. (2) Ada beberapa simbol akulturatif yang bisa diambil makna dan pelajarannya dari LESBUMI NU Grobogan yang dapat ditemukan pada (a) lokasi domisili para koreografernya, (b) pakaian dan properti yang dipergunakan seperti pakaian putih, jubah, senjata tajam, ataupun selempang. (c) lagu, musik dan gerak tari yang ada seperti aransemen musik, gerakan memutar, ataupun formasi Goa Selarong. Kata kunci: living hadis, akulturasi, seni, Grobogan, simbol-simbol.
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. TRANSLITERASI ARAB-LATIN Penulisan transliterasi huruf Arab-Latin dalam tesis ini menggunakan pedoman transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543b/U/1987 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut: 1.
Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Huruf Latin
Keterangan
ا
Alif
Tidak dilambangkan
Tidak dilambangkan
ب
Ba>’
B
-
ت
Ta>’
T
-
ث
S|a>’
S|
S (dengan titik di atas)
ج
Ji>m
J
-
ح
H{a>’
H{
H (dengan titik di bawah)
خ
Kha>’
Kh
-
د
Da>l
D
-
ذ
Z|a>l
Z|
Z (dengan titik di atas)
ر
Ra>’
R
-
ز
Zai
Z
-
س
Si>n
S
-
ش
Syi>n
Sy
-
x
ص
S{a>d
S{
S (dengan titik di bawah)
ض
D{a>d
D{
D (dengan titik di bawah)
ط
T{a>’
T{
T (dengan titik di bawah)
ظ
Z{a>’
Z{
Z (dengan titik di bawah)
ع
‘Ain
‘
Koma terbalik di atas
غ
G{ain
G{
G (dengan titik di bawah)
ف
Fa>’
F
-
ق
Qa>f
Q
-
ك
Ka>f
K
-
ل
La>m
L
-
م
Mi>m
M
-
ن
Nun>
N
-
و
Waw
W
-
هـ
Ha>’-
H
-
ء
Hamzah
’
Apostrof
ي
Ya>
Y
-
2. Vokal Vokal bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
xi
a.
Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab lambangnya berupa tanda atau harakat yang transliterasinya dapat diuraikan sebagai berikut: Tanda
Nama Huruf
Latin
Nama
-َ-
Fath{ah
a
a
-َ-
Kasrah
i
i
-َ-
D{ammah
u
u
Contoh: – كتبkataba – يذهبyaz|habu b. Vokal rangkap Vokal rangkap bahsa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya sebagai berikut: Tanda
Nama
Huruf Latin
Nama
َو-
Fath{ah dan ya
ai
a dan i
َي-
Fath{ah dan wawu
au
a dan u
3.
Maddah Maddah atau vokal panjanng yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda: Tanda
Nama Huruf
Latin
Nama
َـا ى-
Fath{ah dan alif/Alif maksurah
a>
a dengan garis di atas
َي-
kasrah dan ya
i>
i dengan garis di atas
َو-
d{ammah dan wawu
u>
u dengan garis di atas
xii
4. Ta>’ marbu>t{ah Transliterasi untuk ta’ marbu>t{ah ada tiga: a. Ta’ marbu>t{ah hidup Ta’ marbu>t{ah yang hidup atau yang mendapat harakat fath{ah, kasrah, dan d{ammah, transliterasinya adalah (t) b. Ta’ marbu>t{ah mati Ta’ marbu>t{ah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah (h) Contoh: – طلحةT{alh{ah c. Kalau pada kata yang terakhir dengan ta’ marbu>t{ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang ‚al‛ serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta’ marbu>t{ah itu ditransliterasi dengan (h). Contoh: – الجنة روضةRaud{ah al-Jannah 5.
Syaddah (tasydid) Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda syaddah, dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Contoh: – ربّناRabbana> 6. Kata sandang Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu ‚ ‛ ال. Dalam transliterasi ini kata sandang tersebut tidak dibedakan atas kata sandang yang diikuti huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti huruf qamariyah.
xiii
a. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah Kata sandang yang diikuti huruf syamsiyah semuanya ditransliterasikan dengan bunyi ‚al‛ sebagaimana yang dilakukan pada kata sandang yang diikuti huruf qamariyah. Contoh: – الصارحal-S{a>rih{ b. Kata sandang yang diikuti qamariyah Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya. Bila diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah, kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan tanda sanbung (-). Contoh: – القلمal-Qalamu 7. Hamzah Sebagaimana dinyatakan di depan, hamzah ditransliterasikan dengan apostrof. Namun itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Bila terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif. Contoh: – شيئsyai’un 8.
Penulisan kata Pada dasarnya setiap kata, baik fi ‘il (kata kerja),isim atau huruf, ditulis
terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain, karena ada huruf Arab atau harakat yang dihilangkan, maka transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh: ّ – هللا وإنwa Innalla>ha 9. Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital
xiv
seperti yang berlaku dalam EYD, di antaranya = huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului kata sandang, maka yang ditulis huruf kapital tetap harus awal nama diri tersebut, bukan awal kata sandangnya. Penggunaan huruf kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalu penulisan itu disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka huruf kapital tidak dipergunakan 10. Bagi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman transliterasi ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan ilmu tajwid.
B. TRANSLITERASI JAWA-LATIN Penulisan transliterasi aksara Jawa-Latin dalam tesis ini menggunakan pedoman transliterasi berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah no. 9 tahun 2012 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut: Aksara Jawa
xv
Pasangan
xvi
Angka
xvii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat dan karunianya sehingga proses penelitian guna memenuhi syarat mencapai magister ini dapat selesai. Salawat serta salam kepada junjungan besar Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya, serta para pengikutnya hingga hari akhir. Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Akh. Minhaji Ph.D selaku rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga 2. Prof. Noorhaidi, M.A, M.Phil, Ph.D selaku Direktur Pascasarjana 3. Dr. Moch Nur Ichwan, M.A dan Dr. Mutiullah, M.A selaku ketua dan sekretaris Program Studi Agama dan Filsafat 4. Dr. Alfatih Suryadilaga, M.Ag selaku pembimbing tesis yang telah meluangkan waktu dan pikirannya 5. Seluruh jajaran dosen UIN Sunan Kalijaga yang telah mendidikku. 6. Para leluhur dan para seniorku. 7. Seluruh teman-teman yang pernah menginjakkan kakinya di bumi Mataram. 8. Para pengurus dan anggota LESBUMI NU Grobogan, Gus Rohib, Gus Jibril, Gus Mbodo, Koh Awang, Bu Sidi dan lain-lainnya.
xviii
9. Kanjeng Sunan Kalijaga, Ki Agêng Selo, Ki Agêng Tarub, Ki Agêng Mirah, Joko Tingkir, Nyi Agêng Serang, Pangeran Diponegoro, serta seluruh teladan umat yang telah lebih dahulu kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semoga Allah membalas kebaikan semua orang yang membantu penyelesaian tesis ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih ada banyak kekurangan di dalamnya. Oleh sebab itu, saran dan kritik diperlukan dari berbagai pihak. Yogyakarta, 28 April 2015 Hormat kami,
Abdul Bashir, S.Th.I NIM: 1320511084
xix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ........................................................... iii PENGESAHAN DIREKTUR ....................................................................... iv PENGESAHAN PEMBIMBING DAN PENILAI .......................................... v NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................................... vi MOTTO ....................................................................................................... vii PERSEMBAHAN ....................................................................................... viii ABSTRAK .................................................................................................... ix PEDOMAN TRANSLITERASI..................................................................... x A. Transliterasi Arab Latin ....................................................................... x B. Transliterasi Jawa Latin ..................................................................... xv KATA PENGANTAR............................................................................... xviii DAFTAR ISI................................................................................................ xx BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................................... 7 D. Kajian Pustaka ..................................................................................... 7 E. Kerangka Teoritik .............................................................................. 10 F. Metode Penelitian .............................................................................. 13 G. Sistematika Pembahasan ................................................................... 16 xx
BAB II SEKILAS TENTANG LESBUMI NU GROBOGAN ..................... 18 A. Kondisi Umum Kabupaten Grobogan ................................................ 18 B. Islam di Grobogan dan Keseniannya ................................................. 20 C. LESBUMI NU Grobogan dan Penggeraknya ..................................... 22 D. Hadis-hadis Utama yang Menjadi Alasan Para Pemain LESBUMI NU Grobogan dalam Berkesenian ...................................................... 31 BAB III FENOMENA LIVING HADIS PADA SENI PEMENTASAN LESBUMI NU GROBOGAN ...................................................................... 37 A. Salawatan Pêpali ............................................................................ 37 B. Kanjêng Lêsung.............................................................................. 52 C. Tari Barongan Ki Agêng Serang dan Atraksi Kekebalan Tubuh .. 59 D. Tari Sufi Purwodadi ....................................................................... 66 E. Tari Angguk Grobogan .................................................................. 70 BAB IV PEMAKNAAN SIMBOL-SIMBOL AKULTURATIF PADA LESBUMI NU GROBOGAN ...................................................................... 78 A. Hubungan Lokasi Domisili Para Koreografer dengan Kesenian yang Ditekuni...................................................................................... 78 B. Pemaknaan Pakaian dan Properti pada Seni Pementasan LESBUMI NU Grobogan ................................................................... 80 C. Pemaknaan Lagu, Musik dan Gerak Tari ......................................... 109 BAB V PENUTUP ..................................................................................... 149 A. Kesimpulan ....................................................................................... 149 B. Saran ................................................................................................. 153
xxi
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 154 LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 164 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... 185
xxii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan. Setiap aktivitas manusia terkait dengan unsur-unsur kebudayaan. Cara berpakaian, cara makan, atau cara berbicara sebuah masyarakat merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat tersebut. Kebudayaan awalnya dipahami sebagai semua hasil daya kesadaran manusia. Kebudayaan juga dipahami sebagai hasil peradaban manusia yang mencangkup kegiatan politik, kegiatan ekonomi dan kegiatan keagamaan di luar wahyu. Namun pada masa dewasa ini kebudayaan lebih terbatas pada kegiatan kesastraan, arsitektur, kesenian, teateral (pemanggungan), pers (media massa), pendidikan dan olahraga.1 Kesenian sebagai salah satu bagian kebudayaan dapat dijumpai pada berbagai kebudayaan, seperti Islam, Hindu, Eropa, maupun yang lainnya. Pada kebudayaan Islam, kegiatan yang bernuansa kesenian ini dapat dilacak sejak era Nabi SAW. Tari-tarian, nyanyian ataupun permainan alat musik merupakan kesenian yang telah ada pada masa Nabi. Beliau membiarkan kegiatan tersebut berlangsung, walaupun beliau sendiri tidak pernah diberitakan ikut serta di dalamnya. 2 Bahkan, Rasulullah SAW menyampaikan akan pentingnya sebuah nilai seni atau estetika pada setiap performa umatnya seperti memakai pakaian yang indah melalui sabdanya: 1 2
Hasbullah Bakry, Pedoman Islam di Indonesia, (Jakarta: UI Press, 1990), hlm 371-372. Ibid, hlm 374.
1
2
ِالل ه ِ َّال َجيلَّ حُِيبَّ ج اْله هم ه إنَّ َّه
"Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai sesuatu yang indah."3
Di sisi yang lain, masyarakat Islam juga mengalami proses interaksi dengan sunah-sunah Rasulullah saw. yang dibukukan dalam kitab-kitab hadis, tarikh, sirah Nabawiyah, ataupun yang lainnya. Pengertian sunnah dalam hal ini disamakan dengan hadis, yakni segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw. baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir (persetujuan), physic appearance (sifat fisik) maupun sifat akhlak/karakternya.4 Proses interaksi tersebut menghasilkan sebuah formulasi yang dinamakan dengan living hadis, yakni proses reevaluasi, reinterpretasi dan reaktualisasi atas teks-teks yang disandarkan kepada Nabi SAW yang kemudian diwujudkan dalam tindakan nyata oleh seseorang atau sekelompok orang. Berdasarkan bentuknya, living hadis dapat dibedakan menjadi tiga macam yakni living hadis tulisan, living hadis lisan dan living hadis praktek.5
3
Muslim bin al-H}ajjaj al-Naisa>buri, al-Musnad al-S}ah}i>h al-Mukhtas}ar bi Naql al-‘Adl ‘an al‘Adl ila> Rasu>lillah (tahqiq: Muh{ammad Fuad ‘Abdul Baqi), (Beirut: Da>r Ih}ya>’ al-Tura>s} al-‘Arabi>, tt), bab Tah{ri>m al-Kibr wa Baya>nihi hadis no 91; Ah{mad bin H{anbal al-Syaibani, Musnad Ah{mad (tahqiq: Syu ‘aib al-Arnaut} dkk), (Beirut: Muassasah al-Risa>lah, 2001,) bab Musnad ‘Abdullah bin Mas’u>d hadis no 3789; Abu Ya‘la al-Maus}u>li>, Musnad (tahqiq: H{usain Sali>m Asad), (Damaskus: Da>r al-Ma’mu>n li al-Tura>s}, 1984) bab Musnad Abi> Sa’i>d al-Khudri hadis no 1055; alAbu Bakr Ru>ya>ni, Musnad al-Ru>ya>ni, (Kairo: Muassasah Qurt{ubah, 1416 H), bab S|a>bit bin Qais hadis no 1003; Ibnu H{ibba>n al-Busti, S}ah}i>h} Ibnu Hibba>n bi Tarti>b Ibni Balba>n (tahqiq: Syu ‘aib al-Arnaut}), (Beirut: Muassasah al-Risa>lah, 1993), bab Z|ikr Ma> Yustah}abbu li al-Mar’i Tah}si>n S|iya>bihi wa ‘Amalihi Iz|a> Qas{ada bihi Gairu al-Dunya> hadis no 5466; Abu> al-Qa>sim al-T{abra>ni, al-Mu’jam al-Ausa>t, (Kairo: Da>r al-H{aramain, tt) bab Man Ismuhu ‘Abdurrahman hadis no 4668 dan bab Man Ismuhu Muh}ammad hadis no 6906; al-H{a>kim al-Naisa>buri, Al-Mustadrak ‘ala alS{ah{ih{ain (tahqiq: Mus}t}afa ‘Abdul Qadi>r ‘At}a>), (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1990), Kitab alI>ma>n bab wa Amma Hadi>s| Ma’mar hadis no 70 dan Kitab al-Liba>s bab wa Amma Hadi>s| ‘Abdulla>h bin ‘Abba>s hadis no 7365. 4 Nuruddi>n ‘Itr, Manhaj al-Naqd fi> ‘Ulu>m al-H{adi>s}, (Damaskus: Da>r al-Fikr, 1997), hlm 26. 5
Muhammad Alfatih Suryadilaga, ‚Model-model Living Hadis‛ dlm Syahiron (ed.),
Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: TERAS, 2007), hlm 116
3
Salah satu living hadis yang berkembang pada masyarakat Indonesia terdapat di bidang kesenian. Kesenian Islam asli Indonesia sebagian besarnya merupakan hasil akulturasi dengan budaya setempat. Hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari cara dakwah para penyebar agama Islam di Indonesia pada masa dahulu. Para Walisongo di Tanah Jawa misalnya, telah berhasil mengawinkan ajaran Islam dengan adat istiadat dan kebudayaan masyarakat setempat. Begitupun ulama di Aceh berhasil membuat sebuah tari bernama Seudati yang berasal dari kata Syahadatain.6 Para Walisanga dan para muridnya, sebagai penyebar agama Islam periode pertama, telah menggunakan kesenian dengan arif dan bijaksana. Kesenian tidak hanya digunakan sebagai media hiburan, tetapi juga sebagai media dakwah untuk menyebarkan agama Islam. Sunan Bonang misalnya, terkenal karena beliaulah yang membuat salah satu instrumen gamelan yang bernama ‚Bonang‛. Beliau juga menciptakan Suluk Bonang 7 yang banyak berisikan ajaran-ajaran tasawuf. Para Walisanga juga menciptakan berbagai macam macapat 8 dalam bidang seni suara untuk menyebarkan ajaran Islam.
6
Sigit Astono dkk, Apresiasi Seni: Seni Tari dan Seni Musik Kelas 1 SMA, (Yudhistira, 2006), hlm 5. 7 Penelitian tentang Suluk Bonang ini dilakukan oleh B.J.O Schriecke dalam tesisnya berjudul Het Boek van Bonang pada tahun 1916 di Universitas Leiden. 8 Macapat pada masa sekarang bisa diidentikkan dengan berbagai genre (aliran) musik, seperti pop, jazz, blues atau semisalnya. Macapat merupakan bentuk-bentuk genre musik yang mulai hidup di Tanah Jawa pada abad ke-15 sejak para Wali menyebarkan ajaran Islam. Ada beberapa bentuk genre (pupuh) pada masa itu, seperti Dhandhanggula, Mêgatruh, Mijil, Pocung, Gambuh, dan lain sebagainya.
4
Begitu pula dengan murid-murid mereka dan penerusnya. Salah satunya adalah Serat Pêpali karya Ki Agêng Selo9, yang kemudian menjadi salawatan pêpali. Kedua kesenian yang disebutkan pada kalimat terakhir dalam dua paragraf di atas – yakni Tari Sufi Purwodadi dan S{alawatan Pêpali10 – merupakan dua di antara kesenian yang ada dalam LESBUMI NU Grobogan, suatu lembaga kesenian di Kabupaten Grobogan yang menjadi cabang dari LESBUMI NU.11
9
Ki Agêng Sélo memiliki hubungan kekerabatan dengan Kerajaan Majapahit maupun Kerajaan Mataram Islam, yakni sebagai leluhurnya. Beliau merupakan salah satu murid Sunan Kalijaga yang berdomisili di Selo, Tawangharjo, Grobogan. 10 Kidung Pêpali karya Ki Agêng Sélo merupakan salah satu khazanah dari para penyebar agama Islam periode awal yang sempat hilang dalam ingatan masyarakat dan hanya tersimpan di rak-rak buku perpustakaan. Kidung Pêpali mulai kembali diperdengarkan oleh masyarakat luas setelah Bp. Langgeng Purnomo S.I.K, M.H. menjabat sebagai Kapolres Grobogan pada tahun 2012. Cerita tersebut berawal ketika Bp. Langgeng mendapatkan amanah dari ibunya ‚ le, awakmu yen tugas nek Grobogan aja lali ziarah nek makam’e Ki Agêng Sélo‛. Bp. Langgeng pun penasaran dengan sosok Ki Agêng Sélo. Beliaupun mencari keterangan tentang Ki Agêng Sélo di buku-buku hingga akhirnya menemukan Serat ‚Pêpali Ki Agêng Sélo‛ karya R.M. Soetardi Soeryohoedoyo dan terkesima dengan ajaran-ajarannya. Beliau lantas menggunakan beberapa bait Pêpali Ki Agêng Sélo yang bergenre Dhandhanggula sebagai sumpah setiap kali melaksanakan apel pagi. Setiap pagi para anggota Polres Grobogan itu mengepalkan tangan kanannya di depan dada kirinya sambil berkata: Putihé ati ingsun, mawi Pêpali Ki Agêng Sélo Aja gawé angkuh, aja ladak lan aja jail Aja ati sêrakah, lan aja celimut Aja mburu alêman lan aja ladak Wong ladak pan gêlis mati Lan aja ati ngiwa Setelah itu, Bp. Langgeng bertemu dengan pengurus LESBUMI NU Grobogan dan bekerja sama untuk membuat Salawatan Pêpali agar bisa ditampilkan lebih menarik, sehingga mudah diterima oleh masyarakat luas. Setelah berziarah ke makam Ki Agêng Sélo, LESBUMI NU Grobogan menyelaraskan Kidung Pêpali Ki Agêng Sélo dengan S{alawat T{ibb al-Qulu>b dan alatalat musik seperti hadrah, gamelan ataupun alat musik modern. Setelah diselaraskan, Salawatan Pêpali mulai diperdengarkan oleh masyarakat luas, termasuk Habib Syech. Demikian juga dengan para penganut Islam Kejawen di Kabupaten Grobogan mulai melantunkan Pêpali. (wawancara dengan Gus Mbodo pada 3 November 2014) 11 LESBUMI atau Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia merupakan salah satu badan otonom yang berada di bawah naungan NU. Badan otonom ini dibentuk pada tahun 1962. LESBUMI menghimpun berbagai macam pelukis, bintang film, pemain pentas dan sastrawan serta ulama yang memiliki latar belakang seni yang cukup baik. Kehadiran LESBUMI di lingkungan organisasi NU dicatat sebagai ‚sebuah penanda kemodernan‛. Sebagian besar pengurus LESBUMI memiliki latar belakang yang berbeda dari mayoritas orang-orang NU. (lihat: Choirotun Chisani, LESBUMI: Strategi Politik Kebudayaan, (Yogyakarta: LKIS, 2008), hlm 117-118)
5
Kesenian yang dapat digunakan sebagai media dakwah pada LESBUMI NU Grobogan bukan hanya Tari Sufi dan Pêpali saja. Di dalam LESBUMI NU Grobogan juga terdapat atraksi barongan, atrakasi kekebalan tubuh, tari Angguk, tembang-tembang kuno, puji-pujian kuno (s{alawatan), dan tembang dolanan. Di samping itu, ada pula drama yang melakonkan kisah penderitaan Bilal bin Rabbah ketika di Makah, kisah Umar bin al-Khat{t{ab sebelum masuk Islam, dan kisah Sunan Kalijaga. Ciri khas yang dimiliki oleh LESBUMI NU Grobogan ialah kemampuan untuk menyelaraskan alat-alat musik modern yang sudah biasa didengar oleh masyarakat luas dengan alat musik yang
jarang didengarkan
seperti musik lêsung. Mereka juga memiliki kemampuan untuk menyelaraskan antara s{alawatan dengan lagu-lagu Jawa kuno. Di samping itu, mereka juga mampu menyelaraskan antara tari Sufi dengan kesenian lainnya seperti atraksi Barongan.12 Meskipun LESBUMI NU Grobogan jarang ditampilkan secara bersamaan karena hanya dilakukan pada event-event besar, akan tetapi masing-masing kesenian yang berada di bawah naungan LESBUMI NU Grobogan sering ditampilkan dalam beberapa acara, seperti haul tokoh ulama, peringatan hari-hari besar keagamaan (Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj dan Muharram), resepsi pernikahan, aqiqah. Di antara acara yang pernah dihadiri oleh Seni pementasan LESBUMI NU Grobogan adalah Peringatan Hari Jadi Kabupaten Grobogan ke-286 pada
12
Wawancara dengan Gus Mbodo, 3 November 2014
6
tanggal 12 Maret 2012. 13 Seni pementasan LESBUMI NU Grobogan juga ditampilkan dalam Konser Seni Rakyat di Kantor eks-Kawedanan Kuwu pada 21 Desember 2012. 14 Pada tanggal 19 Agustus 2014 LESBUMI NU Grobogan diundang oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Jawa Tengah bekerja sama dengan Komisi E DPRD Jawa Tengah untuk memperingati HUT RI ke-69. Salah satu tamu undangan dalam acara tersebut, Muh. Zen Adv, anggota Komisi E DPRD, menyebutkan bahwa tari sufi, musik lêsung dan kidung pêpali merupakan bagian dari kesenian dan kebudayaan Islam.15 Kesenian-kesenian yang terdapat pada LESBUMI NU Grobogan merupakan kesenian Islami yang tidak kosong begitu saja. Di dalamnya terdapat banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik, seperti mengingat kematian pada tari sufi Purwodadi. Selain itu kesenian pada LESBUMI NU Grobogan tidak hanya
mengandung unsur Islam atau Arab semata, tetapi sekaligus juga
memiliki unsur-unsur budaya lokal, khususnya Kabupaten Grobogan. Banyak simbol-simbol akulturatif pada LESBUMI NU Grobogan yang perlu digali makna-maknanya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul ‚SENI PEMENTASAN LESBUMI NU GROBOGAN (Studi Living Hadis)‛ 13
Admin 1, ‚Peringatan Hari Jadi ke-286 Kabupaten Grobogan‛ dalam http://grobogan.go.id/info-daerah/berita-terbaru/561-peringatan-hari-jadi-ke-286-kabupatengrobogan.html diakses tanggal 19 Oktober 2014 14 Yon Haryono, ‚Atraksi Sembelih Leher dilakukan LESBUMI NU‛ dalam http://krjogja.com/read/155279/atraksi-sembelih-leher.kr diakses tanggal 19 Oktober 2014 15
M. Zainal Arifin, ‚Tari Sufi LESBUMI NU tampil di Grobogan dalam http://jateng.tribunnews.com/2014/08/20/tari-sufi-LESBUMI-nu-tampil-di-grobogan diakses tanggal 27 September 2014
7
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana fenomena living hadis pada Seni Pementasann LESBUMI NU Grobogan? 2. Bagaimana pemaknaan simbol-simbol akulturatif pada LESBUMI NU Grobogan?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini ialah: 1. Untuk mengetahui fenomena living hadis pada LESBUMI NU Grobogan. 2. Untuk mengetahui pemaknaan simbol-simbol akulturatif pada LESBUMI NU Grobogan. Di samping itu, penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan untuk: 1. Pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan dialog antara hadis dan kesenian dalam ranah akademis 2. Pengembangan seni budaya yang terinspirasi oleh hadis-hadis Nabi.
D. Kajian Pustaka Sepanjang penelusuran yang dilakukan penulis, beberapa penelitian sejenis yang telah ada antara lain: Penelitian Muhammad Abdul Aziz tentang Hadis-hadis Tentang Seni Musik (Kajian Ma’anil Hadis) menyebutkan bahwa hadis yang membahas seni musik ada dua macam, yakni hadis yang mengharamkan seni musik dan hadis
8
yang
memperbolehkannya.
Dalam
konteks
kekinian,
hadis
ini
dapat
direlevansikan pada umat Islam sekarang yang mendengarkan atau memainkan musik dengan harus memperhatikan lirik lagu yang dilantunkan, alat musik yang digunakan, cara penampilan, akibat yang ditimbulkan, dan aspek tasyabuh atau keserupaan dengan orang kafir. 16 Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Abdul Aziz tersebut dapat dikategorikan ke dalam penelitian ma’anil hadis. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian living hadis. Di samping perbedaan dari jenis penelitian yang dilakukan, perbedaan lainnya terletak pada objek kajian. Jika objek kajian yang dilakukan oleh Muhammad Abdul Aziz terbatas pada seni musik, maka objek penelitian penulis mencangkup seni suara, seni musik dan seni tari. Penelitian Muhammad Alfatih Suryadilaga tentang Pemaknaan Shalawat dalam Komunitas Joget Shalawat Mataram: Studi Living Hadis‛ menyebutkan bahwa Joged Sholawat Mataram merupakan sebuah fenomena tradisi sosialbudaya-keagamaan yang dapat dikategorikan sebagai tarian spiritual atau gerakan spritual art. Selain itu Joged Sholawat Mataram diyakini sebagai sebuah fenomena living hadis, sebab Joget Sholawat Mataram merupakan tarian spiritual yang bernafaskan nilai-nilai Islam. Hadis-hadis Nabi yang dijadikan prinsip dasar dalam JSM adalah hadis-hadis tentang perintah bers{alawat kepada Nabi SAW dan hadis-hadis tentang perintah meneladani akhlak Nabi. Joged Sholawat
16
Muhammad Abdul Aziz, ‚Hadis-hadis tentang Seni Musik (Kajian Ma’anil Hadis)‛, skripsi, (Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, 2009), hlm X
9
Mataram (JSM) juga mengandung fenomena ‚Syiar Budaya Religius‛ dan sebagai gerakan sosial. 17 Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Alfatih Suryadilaga ini memiliki beberapa kemiripan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
Pertama, penelitian yang dilakukan termasuk dalam kategori penelitian living hadis. Kedua, objek yang menjadi kajian sama-sama dalam bidang kesenian. Jika Muhammad Alfatih Suryadilaga melakukan penelitian di wilayah Mataram Islam, atau lebih tepatnya Yogyakarta semata, maka penelitian yang dilakukan penulis di tanah kelahiran Ki Agêng Selo yang menjadi leluhur dari raja-raja Mataram (Surakarta maupun Yogyakarta). Jika Muhammad Alfatih Suryadilaga lebih banyak menerapkan teori-teori budaya dan gerakan sosial, maka penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan teori semiotika budaya. Penelitian Abdul Gafur tentang Al-Qur’an dan Budaya Magi: Studi Antropologis Komunitas Keraton Yogyakarta dalam Memaknai al-Qur’an dengan Budaya Magi menjelaskan bahwa pemaknaan komunitas Keraton Yogyakarta dengan perangkat budaya magi merupakan bentuk akulturasi alQur’an dengan budaya magi. Di kalangan komunitas Keraton Yogyakarta terdapat tiga sumber pemaknaan al-Qur’an yakni sumber pengetahuan yang disandarkan pada otoritas, sumber pengetahuan yang berbasis rasio dan sumber pengetahuan intuisi. Ada dua alasan yang dipakai komunitas Keraton dalam memaknai al-Qur’an dengan perangkat budaya magi, yakni alasan berbasis
17
Muhammad Alfatih Suryadilaga, ‚Pemaknaan Shalawat dalam Komunitas Joget Shalawat Mataram: Studi Living Hadis‛, penelitian dosen, (Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, 2013), hlm iii
10
rasional yang lebih mengacu pada logika efektifnya magi dan alasan normatif yang merupakan penafsiran terhadap al-Qur’an. 18 Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Gafur tersebut memiliki kemiripan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, yakni penelitian living al-Qur’an dan living hadis. Jika Abdul Gafur menerapkan teori akulturasi dalam keterkaitan antara al-Qur’an dengan budaya magis semata, maka penulis menggunakannya dalam keterkaitan antara hadis dengan budaya dalam kesenian yang Islami, baik berhubungan dengan budaya magis maupun tidak. Berdasarkan penelusuran dalam berbagai literatur, maka belum ditemukan adanya penelitian yang membahas tentang seni pementasan LESBUMI NU Grobogan sebagai studi living hadis. Oleh sebab itu, penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian baru.
E.
Kerangka Teoritik Suatu karya seni dapat dikategorikan sebagai seni Islam bukan hanya
karena diciptakan oleh seorang Muslim, tetapi juga karena didasari wahyu Ilahi. Oleh sebab itu, seseorang harus bisa memahami dimensi batin Islam yang menjadi cikal bakal dari seni Islam. Dimensi batin tersebut juga harus dihubungkan dengan spiritualitas Islam. Istilah spiritualitas dalam bahasa Islami dikaitkan dengan kata ruh yang menunjuk ke spirit atau ma’na yang berarti makna. Sumber seni Islam harus dicari di dalam realitas-realitas batin (haqa>iq)
18
Abdul Gafur, ‚al-Qur’an dan Budaya Magi: Studi Antropologis Komunitas Keraton Yogyakarta dalam Memaknai al-Qur’an dengan Budaya Magi‛, tesis (Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2007), hlm vi
11
al-Quran yang juga merupakan realitas-realitas kosmos (alam semesta) dan realitas spiritual substansi Nabawi yang mengalirkan barakah Muhammadiyah. Tanpa dua mata air yang bersumber dari al-Qur’an dan barakah Muhammadiyah, tidak akan ada seni Islam.19 Kesenian yang bersumber dari al-Qur’an merupakan salah satu wujud adanya living al-Qur’an, sedangkan kesenian yang bersumber dari barakah Muhammadiyah menjadi salah satu wujud adanya living hadis. Pada ranah kesenian, pembicaraan mengenai estetika yang penting adalah mengupas tentang simbolisme. Hal ini karena manusia bukan saja sebagai makhluk pembuat seni, tetapi juga sebagai makhluk pembuat simbol melalui bahasa-bahasa visual. Dengan adanya simbol, manusia dapat menciptakan suatu dunia kultural yang di dalamnya terdapat bahasa, mitos, agama, kesenian, dan ilmu pengetahuan.
20
Pembahasan tentang estetika (seni), kebudayaan, dan
semiotika tidak dapat dipisahkan karena pemahaman mengenai kebudayaan beranjak dari penandaan dan estetika (seni) beranjak dari makna (meaning) dan kepekaan (sensibility)21. Juri M. Lotman dan Mazhab Tartu-nya dengan teori Semiotics of Culture menyatakan bahwa sebuah kebudayaan dibangun oleh sebuah sistem semiotika. Sementara di sisi yang lainnya sebuah kebudayaan dipengaruhi oleh kebudayaan lain yang muncul dan ada di sekitar kebudayaan tersebut. Menurut mazhab ini kebudayaan muncul dalam ruang lingkup yang dibatasi oleh fenomena sejarah 19 20
Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, (Bandung: Mizan, 2005), hlm 16-17 Agus Sachari, Estetika: Makna, Simbol, dan Daya, (Bandung: Penerbit ITB, 2002), hlm
14-15
21
Triyono Bramantyo, ‚Konteks Semiotika Kesenian dalam Kajian Kebudayaan‛ disampaikan dalam Pidato Ilmiah Dies Natalis Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada Rabu, 23 Juli 2003 hlm 4-5
12
manusia, pengalaman dan segala aktivitas yang terkait dengan manusia. ‘Teks’ yang menjadi bagian utama dari semiotika bila dikaitkan dengan budaya memiliki fungsi integral jika dilihat dari sudut pandang awal dan makna integral jika dilihat dari sisi yang lainnya. Hal yang demikian dapat dianggap sebagai elemen utama/unsur dasar budaya. Hubungan antara teks dengan keseluruhan budaya dan jaringan kode-kode atau simbol-simbol ditunjukkan oleh fakta bahwa pada tingkat yang berbeda, pesan yang sama mungkin muncul sebagai sebuah ‘teks’, bagian ‘teks’ atau seluruh rangkaian ‘teks’. Konsep ‘teks’ dalam hal ini tidak hanya mencakup makna atau pesan dari natural language (bahasa verbal), tetapi juga meliputi segala sesuatu yang dapat dimaknai seperti upacara atau ritual, sebuah tindakan yang mengandung unsur seni maupun sebuah lagu. Di sisi yang lain tidak setiap natural language (bahasa verbal) dapat disebut sebagai teks dari sudut pandang budaya.22 Melalui penelitian yang berbasis semiotika budaya ini, peneliti berusaha mencari makna-makna yang ada pada simbol-simbol akulturatif pada LESBUMI NU Grobogan Teks sebagai sebuah objek kajian terkait dengan hal-hal berikut ini23: 1.
Teks merupakan tanda (sign) yang integral dan teks merupakan rangkaian dari berbagai tanda (sign) yang ada.
2.
Dalam proses komunikasi budaya, particular significance (maknamakna tertentu yang bisa ditangkap) ditentukan oleh permasalahan tata bahasa antara penutur (addressor) dan audiens-nya (adresse)
22
Juri M. Lotman, dkk., ‚Theses on The Semiotics Study of Culture (as Applied to Slavic Texts)‛ dalam Mojmir (ed.), Structures of Texts and Semiotics of Culture, (Paris: Mouton, 1973), hlm 53-58 23 ibid, hlm 58-61
13
3.
Setiap masa memiliki karakteristik literatur dan corak keseniannya sendiri-sendiri
4.
Oleh karena memori termasuk saluran komunikasi antara pengirim dan penerima pada proses budaya, perbedaan pemahaman dibentuk antara
potensial receiver
(potensi penerima) dan actual receiver (aksi
penerima).
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam tesis ini merupakan penelitian lapangan (field
research). Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sumber datanya di lapangan – dalam hal ini LESBUMI NU Grobogan – untuk kemudian dideskripsikan dan dianalisis sehingga dapat menjawab persoalan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. 2. Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan etnografi. Bidang Etnografi fokus mempelajari tentang aspek-aspek tertentu pada sebuah masyarakat atau kebudayaan secara mendalam.Pendekatan etnografi pada penelitian sebagian besar berasal dari bidang antropologi. Penekanan dalam etnografi terletak pada konsep bahwa kebudayaan merupakan sebuah kesatuan yang utuh. Ide kebudayaan tersebut biasanya diikat oleh gagasan etnis dan lokasi geografis. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menjadi pengamat partisipan di
14
lapangan dan mencatat apa yang terjadi di sana.24 Pendekatan ini dipilih karena objek yang menjadi kajian penelitian hanya satu kelompok masyarakat tertentu yakni LESBUMI NU Grobogan semata. 3. Objek Penelitian Objek yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah seni pementasan pada LESBUMI NU Grobogan. 4. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Grobogan 5. Waktu Penelitian Aktivitas penelitian ini secara keseluruhan dilaksanakan selama 7 bulan, yakni sejak bulan Oktober 2014 sampai dengan bulan April 2015 yang dibagi mejadi tiga periode. Pertama, periode persiapan yang dilakukan sebelum bulan Desember 2014 yang meliputi survey awal hingga pembuatan proposal tesis.
Kedua, periode inti yang meliputi kegiatan observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 1 Desember 2014 s.d 15 Januari 2015, serta bimbingan tesis. Ketiga, periode akhir yang berupa penulisan tesis, bimbingan dan pengcroscek-an hasil penelitian dengan pengurus LESBUMI NU Grobogan. 6. Teknik Pengumpulan data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi: a.
Observasi Metode ini diartikan sebagai teknik pengumpulan data dengan cara
mengadakan pengamatan dan pendataan dengan sistematis tentang fenomena24
Saeideh Saedi, Research Apporach and Data Collection Technique, (Leeds Metropolitan University, 2002), hlm 21
15
fenomena yang diselidiki.25 Kegiatan-kegiatan yang ada pada seni pementasan LESBUMI NU Grobogan baik selama latihan ataupun pentas digunakan sebagai data observasi. b.
Wawancara Wawancara
adalah
suatu
percakapan
yang
dilakukan
untuk
mengumpulkan data tentang berbagai hal dari seseorang atau sekumpulan orang secara lisan dan langsung. Wawancara ini dapat dilakukan secara terarah (directive interview) maupun secara tidak terarah (nondirective interview) 26 . Kegiatan wawancara ini dilakukan dengan tokoh-tokoh yang terkait dengan seni pementasan LESBUMI NU Grobogan. c.
Dokumentasi Sumber yang dapat dijadikan sebagai dokumentasi pada penelitian ini
ialah segala sesuatu yang berhubungan dengan objek penelitian yang dikaji, seperti foto-foto atau video kegiatan seni pementasan LESBUMI NU Grobogan. 7.
Analisis Data Data yang berhasil dihimpun pada penelitian ini, akan dianalisa secara
kualitatif, yakni upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang dapat dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diinformasikan kepada orang lain. 8. 25
Penyajian Data
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta:Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1990), II:36 26 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta: LP3S, 1985), hlm 145
16
Data yang telah dianalisa pada penelitian ini akan disajikan secara deskriptif-analitis. Data yang disajikan menjelaskan secara rinci mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan seni pementasan LESBUMI NU Grobogan yang terkait dengan sejarah, living hadis maupun pemaknaan simbol-simbol akulturatif yang ada padanya.
G. Sistematika Pembahasan Secara umum, penelitian ini disusun dalam tiga bagian utama, yakni pendahuluan, isi dan penutup. Untuk memperoleh pembahasan yang utuh dan sistematis, maka pembahasan dalam tesis ini nantinya akan dibagi menjadi lima bab, dan masing-masing bab terdiri dari sub bab sebagaimana uraian berikut ini: Bab I berisi tentang pendahuluan. Bab ini diawali dengan latar belakang penelitian mengapa penelitian ini layak untuk dilakukan.Setelah itu dilanjutkan dengan melakukan rumusan masalah, kemudian dilanjutkan dengan memberikan tujuan dan kegunaan penelitian ini. Proses selanjutnya ialah melakukan kajian pustaka terhadap penelitian-penelitian yang sejenis, lalu dilanjutkan dengan menyajikan kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab II membahas sekilas tentang LESBUMI NU Grobogan. Bab ini diawali dengan pembahasan tentang kondisi umum Kabupaten Grobogan. Selanjutnya dibahas mengenai Islam di Grobogan. Setelah itu dibahas tentang LESBUMI NU Grobogan dan penggeraknya. Pada akhir bab dikemukakan tentang dalil-dalil yang memotivasi para seniman LESBUMI NU Grobogan dalam berkesenian.
17
Bab III berisi tentang fenomena living hadis pada seni pementasan LESBUMI NU Grobogan. Bab ini diawali dengan pembahasan tentang salawatan pêpali yang merupakan karya asli LESBUMI NU Grobogan. Selanjutnya membahas tentang ‘kanjeng lêsung’ yang menjadi musik andalan bagi LESBUMI NU Grobogan. Kemudian membahas tentang tari barongan dan atraksi-atraksi kekebalan tubuh yang mampu memukau penonton. Setelah itu dibahas tentang tari Sufi Purwodadi. Di akhir bab dibahas tentang tari angguk Grobogan. Bab IV berisi tentang pemaknaan simbol-simbol akulturatif pada LESBUMI NU Grobogan. Bab ini diawali dengan hubungan domisili para koreografer LESBUMI NU Grobogan dengan kesenian yang ditekuni. Kemudian dijelaskan tentang pemaknaaan pakaian dan properti pada Seni Pementasan LESBUMI NU Grobogan. Di akhir bab dijelaskan tentang pemaknaan lagu, musik, dan gerak tari pada seni pementasan LESBUMI NU Grobogan. Bab V berisi tentang penutup. Bab ini meliputi kesimpulan dan saransaran atas penelitian yang telah dilakukan.
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Setelah melakukan penelitian terhadap LESBUMI NU Grobogan, didapatkan
kesimpulan sebagai berikut: 1. Seni Pementasan LESBUMI NU Grobogan merupakan sebuah fenomena living hadis. Para seniman LESBUMI NU Grobogan menggunakan hadis-hadis tentang kesenian sebagai alasan utama mereka dalam berkesenian. Di samping itu, masing-masing kesenian yang beraneka ragam itu juga memiliki riwayat-riwayat lain yang mereka jadikan pedoman, yakni hadis tentang bersalawat untuk S{alawatan Pêpali, cerita tentang keindahan Mazmur Nabi Dawud untuk Kanjêng Lêsung, hadis tentang kekuatan doa untuk Tari Barongan dan Atraksi Kekebalan Tubuh, hadis tentang cinta untuk Tari Sufi Purwodadi, dan hadis tentang kepahlawanan Hamzah untuk Tari Angguk Grobogan baik angguk klasik maupun angguk modern.
2. Di dalam LESBUMI NU Grobogan terdapat sejumlah simbol-simbol akulturatif yang kaya akan makna. Simbol-simbol tersebut dapat dilihat pada: a. Domisili para koreografer. Kondisi lingkungan para koreografer LESBUMI NU Grobogan dapat dikatakan identik dengan kesenian yang mereka tekuni. b. Berbagai pakaian dan properti yang digunakan. Pakaian merupakan simbol yang berkaitan erat dengan rukun Islam, rukun Iman, dan rukun Ihsan. Tujuh macam warna jubah penari sufi Purwodadi merupakan simbol tujuh nafsu
149
150
pada manusia, tujuh tahapan yang akan dihadapi manusia sejak meninggal, dan tujuh macam fenomena lingkungan di Kabupaten Grobogan. Pakaian putih penari angguk merupakan simbol dari pasaran Lêgi, puasa mutih, puasa yaum al-bi>d{ dan kesucian. Rompi bêludru penari angguk modern merupakan simbol sifat lemah lembut, budaya Jawa yang adiluhung dan trend masa kini. Sarung merupakan simbol kehormatan dan pengendalian diri. Sementara sarung kotak-kotak merah putih merupakan simbol nasionalisme dan keseimbangan (yin dan yang). Topi sikke penari sufi merupakan simbol dari batu nisan dan kecongkakan manusia. Topi kompeni dan pakaian noni-noni Belanda penari angguk klasik merupakan simbol bahaya laten penjajahan dan kecerdikan. Selempang penari angguk merupakan simbol perjuangan yang tidak boleh terputus. Adapun cengger penari angguk modern merupakan simbol kehormatan dan harga diri, serta keberanian. Kostum singa barong merupakan simbol kelestarian alam dan hakikat kelemahan manusia. Sementara topeng pênthul menjadi simbol dari kepercayaan terhadap makhluk gaib dan sarana mendidik anak. Senjata tajam pada atraksi kekebalan tubuh merupakan simbol pentingnya tauhid dan pertahanan diri. Adapun 17 buah pedang yang digunakan untuk atraksi panjat pedang merupakan lambang dari jumlah rakaat salat wajib dan hari kemerdekaan Indonesia. Pecut penari angguk adalah simbol dari kepemimpinan, kebijaksanaan, dan keadilan. Adapun ilir penari angguk menjadi simbol dari kesejukan dakwah Islam dan salat tahajud di tengah malam.
151
c. lagu, musik dan gerak tari di dalam seni pementasan LESBUMI NU Grobogan. Pertama, S{alawat T{ibbal-Qulu>b merupakan simbol dari kecintaan kepada Nabi dan tawasul kepada beliau. Di samping itu juga mengandung simbol pengakuan adanya tiga posisi Nabi, yaitu sebagai dokter rohani, dokter jasmani, dan sebagai cahaya. Sementara bait pertama pupuh Dhandhanggula Sêrat Pêpali Ki Agêng Selo merupakan simbol wasiat atau nasehat dari leluhur dan tujuh larangan yang harus dijauhi oleh generasi penerus beliau yaitu aja angkuh (jangan sombong), aja ladak (jangan menghina), aja jail (jangan zalim), aja ati sêrakah (jangan serakah), aja cêlimut (jangan panjang tangan dan jangan khianat), aja mburu alêman (jangan mencari pujian), dan aja ati ngiwa (jangan memiliki hati dan pikiran yang negatif). Kedua, memukul lêsung merupakan tanda mencari jati diri dan pantang menyerah dalam menuntut ilmu. Alu dan lesung sendiri merupakan simbol dari segala sesuatu yang berpasangan. Bunyi thok thék gung mengandung makna penyembahan terhadap Tuhan hingga akhir hayat. Adapun aransemen ‘larasati’ yang menjadi aransemen musik LESBUMI NU Grobogan menjadi lambang dari sifat-sifat Larasati (salah satu istri Janaka) dan sifat aransemen itu sendiri yang laras ing ati (sesuai dengan kondisi jiwa).
Ketiga, atraksi makan beling bermakna aktivitas keseharian manusia, hewan, tumbuhan dan jin; serta sifat kedurhakaan dan kenakalan yang harus dihilangkan. Penari penthul merupakan simbol syaitan yang suka menggoda dan mengganggu manusia. Para penari barongan yang menyingkirkan diri
152
saat atraksi kekebalan tubuh dimulai bermakna nafsu binatang dan nafsu syetan yang harus dibuang oleh manusia. Atraksi kekebalan tubuh merupakan simbol dari ketahanan tubuh dan pentingnya ibadah gairu mah{d{ah. Keempat, gerakan memutar penari sufi merupakan simbol kembali ke masa lalu serta gerak rotasi dan gerak revolusi sebagai bentuk zikir kepada Allah. Posisi menengadahkan tangan penari sufi bermakna adab dalam berdoa. Sementara posisi bertapa penari sufi bermakna zuhud dan kebudayaan Jawa.
Kelima, Formasi yang berbentuk pengumpulan prajurit dan relawan pada tari angguk klasik bermakna persiapan sedini mungkin dalam menghadapi berbagai jenis musuh, yakni dengan al-amwa>l dan al-anfus. Formasi yang berbentuk turunnya hujan bermakna semangat yang tinggi dan tidak mengenal waktu serta tidak mengenal lelah dalam melawan berbagai jenis musuh. Formasi berbentuk aneka persiapan ataupun latihan militer bermakna pentingnya mujahadah ataupun latihan untuk menghadapi berbagai jenis musuh. Formasi berbentuk para pasukan Diponegoro yang memasuki goa Selarong bermakna pertahanan yang kuat harus dimiliki untuk menjaga diri dari berbagai jenis musuh. Formasi berbentuk kegiatan musuh atau pasukan Belanda bermakna pentingnya mengetahui posisi dan kondisi diri dan posisi dan kondisi berbagai jenis musuh yang dihadapi. Di sisi yang lain, formasi berbentuk penunggang kuda berlari-lari kecil pada tari angguk modern bermakna cara mengisi kemerdekaan dengan melalui kegiatan mobilitas. Formasi berbentuk suasana sekolah ataupun kampus bermakna cara mengisi kemerdekaan melalui jalur pendidikan. Formasi berbentuk bumi bermakna
153
cara mengisi kemerdekaan seperti bumi. Formasi berbentuk ombak laut bermakna cara mengisi kemerdekaan seperti laut. Formasi berbentuk gunung bermakna cara mengisi kemerdekaan seperti gunung. Formasi berbentuk kepulauan bermakna cara mengisi kemerderkaan seperti kepulauan. Formasi berbentuk relief bumi bermakna cara mengisi kemerdekaan seperti relief bumi. Formasi berbentuk suasana sêsrawungan/ta’aruf bermakna mengisi kemerdekaan dengan jalan saling memahami antara yang satu sama lainnya.
B.
Saran Penelitian tentang seni pementasan LESBUMI NU Grobogan hanyalah salah
satu penelitian tentang living hadis yang berkaitan dengan akulturasi budaya melalui bidang kesenian. Di tempat lain masih terdapat banyak objek penelitian yang mungkin bisa diteliti. Ada seni wayang kulit dan salawat emprak yang terdapat pada LESBUMI NU Yogyakarta pimpinan Jadul Maula dengan pusatnya di pesantren Kaliopak. Ada s{alawatan gladên yang terdapat di pesantren Mlangi Yogyakarta. Ada s{alawatan larasmadya yang terdapat di sejumlah bekas wilayah Mataram Islam baik Yogyakarta maupun Surakarta. Ada pula lagu-lagu dangdut yang dilihami oleh hadis Nabi seperti lagu berjudul ‘Munafik’ yang dinyanyikan oleh Ida Laila.
DAFTAR PUSTAKA al-‘Abasi, Ibnu Abi> Syaibah, Musnad Ibnu Abi Syaibah, Riya>d{: Da>r al-Wat{an, 1997. __________, Mus}annaf Ibnu Abi Syaibah , Riya>d{: Maktabah al-Rusyd, 1409 H. Abidin, Ahmad Zainal, Hati Putih Habib Syech, Yogyakarta: Saufa, 2014. Admin 1, ‚Peringatan Hari Jadi ke-286 Kabupaten Grobogan‛ dalam http://grobogan.go.id/info-daerah/berita-terbaru/561-peringatan-hari-jadike-286-kabupaten-grobogan.html diakses tanggal 19 Oktober 2014. Amir, Dja’far, Pendidikan Akhlak Aliyah/PGAA dan Sederajat, Solo: Siti Syamsiyah, 1980. Anwar, Musyawwir, al-Majmu> ‘ al-S{alawa>t: Kumpulan Salawat, Kanthi Ngemot Fadilah lan Khasiyatipun, Semarang: Pustaka al-‘Alawiyah, tt. Arifin, M. Zainal, ‚Tari Sufi LESBUMI NU tampil di Grobogan dalam http://jateng.tribunnews.com/2014/08/20/tari-sufi-LESBUMI-nu-tampildi-grobogan diakses tanggal 27 September 2014. Arifin, Syamsul, ‚Sekilas Tentang Ki Agêng Ganjur‛ dalam http://ki-agengganjur.blogspot.com/2009/03/sekilas-tentang-ki-ageng-ganjur.html diakses tanggal 12 Desember 2014 Arsip video LESBUMI NU Grobogan Arsip video milik bp. Supardi. al-As}baha>ni, Ibnu al-Muqri’, al-Mu ‘jam, Riya>d}: Maktabah al-Rusyd, 1998 al-‘Asqalani, Ibnu Hajar, Fath{ al-Ba>ri, Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1379 H. Astono, Sigit dkk, Apresiasi Seni: Seni Tari dan Seni Musik Kelas 1 SMA, Yudhistira, 2006. Astano, Sigit, Kothekan Lesung Banarata, Semarang: Intra Pustaka Utama, 2005. Asykur, Abdul Ghani, Rahasia Alam Jin, Kepanjen: CV Bintang Pelajar, 1987.
154
155
‘Ataillah, Ahmad bin, Matn al-Hikam (terj. Muhammad Salih bin ‘Umar), Semarang: Toha Putra, tt. Aziz, Muhammad Abdul, ‚Hadis-hadis tentang Seni Musik (Kajian Ma’anil Hadis)‛, skripsi, Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, 2009. al-Bag{awi, al-H{usain bin Mas ‘ud, Syarh} al-Sunnah (tahqiq: Syu ‘aib al-Arnaut} dan Muh{ammad Zuhair al-Sya>wi>sy), Damaskus: al-Maktab al-Isla>mi, 1983. Baha’uddin, ‚Tafsir al-Munir Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani Surat alNisa>’ ayat 59‛ (mp3) al-Baihaqi, Abu Bakr, Al-Asma>’ wa al-S{ifa>t (tahqiq: ‘Abdullah bin Muh{ammad al-Ha>syidi), Jedah: Maktabah al-Sawwa>di, 1993. __________, Dala>il al-Nubuwwah (tahqiq: ‘Abdul Mu ‘t{i al-Qa> ‘uji), Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1988. __________, al-Sunan al-Kubra> (tahqiq: Muh{ammad ‘Abdul Qa>dir ‘At{a>), Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2003. __________, Syu’b al-I>ma>n, Bombay: Da>r al-Salafiyah, 2003. Bakry,Hasbullah,Pedoman Islam di Indonesia, Jakarta: UI Press, 1990. al-Bazza>r, Abu Bakr, Musnad al-Bazzar al-Mansyu>r bi Ismi al-Bah{r al-Zakhkha>r (tahqiq: Mah{fu>zu{ rrahman Zainulla>h dkk), Madinah: Maktabah al-‘Ulum wa al-H{ukm, 2009. Bramantyo,Triyono, ‚Konteks Semiotika Kesenian dalam Kajian Kebudayaan‛ disampaikan dalam Pidato Ilmiah Dies Natalis Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada Rabu, 23 Juli 2003. al-Bukhari, Muh{ammad bin Isma’il. Al-Adab al-Mufrad (tahqiq: Muh{ammad Fuad ‘Abdul Ba>qi), Beirut: Da>r al-Basya>ir al-Isla>miyah, 1989. __________, al-Ja>mi’ al-Musnad al-S}ah}i>h al-Mukhtas}ar min Umu>ri Rasu>lilla>h wa Sunanihi wa Ayya>mihi (tahqiq: Muh{ammad Zuhair bin Nas}i>r al-Nas}i>r), Beirut: Da>r T}u>q al-Naja>h, 1422 H. Birr, Ibnu ‘Abdil, al-Isti>‘a>b fi> Ma ‘rifah al-S{ah{a>bah (tah{qiq: ‘Ali bin Muh{ammad al-Bajawi), Beirut: Da>r al-Ji>l, 1992.
156
al-Busti, Ibnu H{ibba>n, S}ah}i>h} Ibnu Hibba>n bi Tarti>b Ibni Balba>n (tahqiq: Syu ‘aib al-Arnaut}), Beirut: Muassasah al-Risa>lah, 1993. __________, al-Si>rah al-Nabawiyyah wa Akhba>r al-Khulafa>’, Beirut: Maktabah al-S{aqa>fiyah, 1417. Ch, M. Nashruddin Anshoriy, Neo Patriotisme: Etika Kekuasaan dalam Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: LKiS, 2008. Chisani, Choirotun. LESBUMI: Strategi Politik Kebudayaan, Yogyakarta: LKIS, 2008. al-Dainuwari, Ibnu al-Sunni, Amal al-Yaum wa al-Lailah (tahqiq: Kaus{ar alBarni), Jedah: Da>r al-Qiblah li al-S{aqa>fah al-Islamiyah, tt. Al-Da>rimi, Abu> Muh{ammad, Sunan al-Da>rimi (tahqiq: H{usain Sali>m Asad alDa>ra>ni), Jedah: Dar al-Mug{ni li al-Nasyr wa al-Tauzi’, 2000. Dewi, Alit Kumala, ‚Semiotika bagian I‛ dalam E- Jurnal Institut Seni Indonesia Denpasar, http://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/artikel/article/view/469/774 diakses tanggal 27 September 2014. ‚Di
mana makam Pitung yang Asli‛ dalam http://wisbenbae.blogspot.com/2013/06/dimana-makam-si-pitungasli.html diakses tanggal 20 Januari 2015
Evira,
Evi, ‚Beludru Kian Jadi Tren Kebaya Pengantin‛ dalam www.lifestyle.okezone.com/read/2015/03/08/194/1115524/beludru-kianjadi-tren-kebaya-pengantin diakses tanggal 8 Maret 2015
‚Filosofi Sarung‛ dalam http://badrus-sholeh.blogspot.com/2012/08/filosofisarung.html diakses tanggal 24 Desember 2014 Gafur, Abdul, ‚al-Qur’an dan Budaya Magi: Studi Antropologis Komunitas Keraton Yogyakarta dalam Memaknai al-Qur’an dengan Budaya Magi‛, tesis, Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2007 ‚Grebek Sukuh, Ritual Kesuburan dan Keharmonisan‛ dalam http://news.liputan6.com/read/78219/grebek-sukuh-ritual-kesuburan-dankeharmonisan diakses tanggal 20 Januari 2015 Grobogan, Badan Pusat Statistik Kabupaten, Grobogan dalam Angka 2013, Purwodadi: Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Grobogan, 2013.
157
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta:Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1990. Hamid, M. Nur H.A. dkk, Pendidikan Agama Islam (Jilid 3), Semarang: CV Ananta, 1996. al-H{anz}ali, Ish{a>q bin Rawa>haih, Musnad Ish{aq> bin Rawa>haih, Madinah: Maktabah al-Ima>n, 1991. al-H{arawi, Abu Mans{u>r, Tahz{i>b al-Lugah (tahqiq: Muh{ammad ‘Aud Mar’a>b), Beirut: Da>r Ihya>’ al-Tura>s| al-‘Ara>bi, 2001. Haryono, Yon, ‚Atraksi Sembelih Leher dilakukan LESBUMI NU dalam http://krjogja.com/read/155279/atraksi-sembelih-leher.kr diakses tanggal 19 Oktober 2014. Hitti, Philip K., History of Arabs (pent. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi), Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002. al-Himyari, Nasywan bin Sa’id, Syams al-‘Ulu>m wa Dawa’ Kala>m al-‘Arab min al-Kulu>m (tahqiq: H{usain bin Muh{ammad al-‘Amri dkk), Beirut: Da>r alFikr al-Ma‘a>s{ir, 1999. http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/retane/2014/01/25/empat-ekspresi-budayajawa-timur-masuk-nominasi-warisan-budaya-nasional/ diakses tanggal 20 Januari 2015 http://www.nu.or.id/a,public-m,static-s,detail-lang,id-ids,1-id,6-t,sejarah-.phpx http://www.nu.or.id/a,public-m,static-s,detail-lang,id-ids,1-id,12-t,struktur-.phpx diakses tanggal 4 Desember 2014 http://www.nu.or.id/a,public-m,static-s,detail-lang,id-ids,1-id,15-t,lajnah-.phpx diakses tanggal 4 Desember 201`4 http://www.nu.or.id/a,public-m,static-s,detail-lang,id-ids,1-id,14-t,lembaga-.phpx diakses tanggal 4 Desember 2014 http://www.nu.or.id/a,public-m,static-s,detail-lang,id-ids,1-id,16t,badan+otonom-.phpx diakses tanggal 4 Desember 2014 http://wikipedia.org/Paku_Alam_III diakses tanggal 20 Januari 2015 http://wikipedia.org/wiki/Yin_dan_Yang diakses tanggal 25 Februari 2015
158
Isarua,
Aisyah, ‚Jenis Bahan Tas Import Korea Terbaik‛ dalam http://www.aisyahisarua.com/jenis-bahan-tas-import-korea-terbaik/ diakses tanggal 25 Februari 2015
al-Isfaraini, Abu> ‘Awwa>nah, Mustakhraj Abu> ‘Awwa>nah (tahqiq: Aiman bin ‘A>rif al-Dimasyqi), Beirut: Da>r al-Ma ‘rifat, 1998. ‘Itr, Nuruddi>n.Manhaj al-Naqd fi> ‘Ulu>m al-H{adi>s}, Damaskus: Da>r al-Fikr, 1997. IV, Paku Buwono, Serat Wulang-Reh (alih bahasa: Darusuprapta), Surabaya: CV Putra Jaya, 1982. Jabadi, Ahmad, Tarjamah Ta ‘lim al-Muta ‘alim, Bandung: Syirkah al-Ma ‘arif li al-Tab ‘ wa al-Nasyr, tt. al-Jailani, Abdul Qadir, Sirr al-Asrar (terj. Zezen Zainal Abidin Zayadi Bazul Asyhab), Suryalaya: Pondok Pesantren Suryalaya, 1996. Jatim, Tim PWNU, Aswaja an-Nahdliyah: Ajaran Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah yang berlaku di Lingkungan Nahdlatul Ulama, Surabaya: LTN NU Jawa Timur, 2007. al-Jauzi, Ibnu, al-Birr wa al-S{ilah, Beirut: Muassasah al-Kutub al-Saqafiyah, 1993. Juri M. Lotman, dkk., ‚Theses on The Semiotics Study of Culture (as Applied to Slavic Texts)‛ dalam Mojmir (ed.) dkk, Structures of Texts and Semiotics of Culture, Paris: Mouton, 1973. Kabbani, Muhammad Hisyam, ‚The Origins of Whirling‛ dalam http://www.irfi.org/articles2/articles_2251_2300/The%20Origin%20of%2 0Whirling.HTM diakses tanggal 19 Oktober 2014. al-Kasysyi>, ‘Abd bin H{umaid, Al-Muntakhib min Musnad (tahqiq: Subh{ alSamara>i dan Mah{mu>d Muh{ammad Khali>l al-S}a ‘i>di), Kairo: Maktabah alSunnah, 1988. Abu Sa‘i>d, Bari>qah Mah{mu>diyyah fi> Syarh} Muh{ammadiyyatin, Alepo: Mat{ba ‘ah al-H{albi, 1348 H.
al-Kha>dimi,
T{ari>qatin
al-Maki, Abu> T{a>lib, Qaut al-Qulu>b fi> Mu’a>malah al-Mah{bu>b, Beirut: Da>r alKutub al-‘Ilmiyah, 2005. al-Manasif, Ibnu, al-Inja>d fi Abwa>b al-Jiha>d (tahqiq: Masyhur bin Hasan dkk), Beirut:Muassasah al-Rayan, tt.
159
al-Maqdi>si, D}iya>’uddi>n, Al-Ah{a>dis| al-Mukhta>rah, Beirut: Da{r Khadr li al-T{ab>’ah wa al-Nasyr wa al-Tauzi’, 2000. al-Maqri>zi, Taqiyyuddi>n, Imta>‘ al-Asma>‘ (tahqiq: Muh{ammad ‘Abdul H{umaid al-Numaisi), Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1999. al-Maus}u>li, Abu Ya‘la,> Musnad (tahqiq: H{usain Sali>m Asad), Damaskus: Da>r alMa’mu>n li al-Tura>s}, 1984. al-Marwazi, Nu ‘aim bin H{amma>d, Al-Fitan (tahqiq: Sami>r Ami>n al-Zuhairi), Kairo: Maktabah al-Tauh{i>d, 1422 H. Masduqi, Achmad, Riwayat Perjuangan Jam’iyyah Nahdlatul ‘Ulama’ (chm) Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei Jakarta: LP3S, 1985. ‚Mazmur‛ dalam http://sejarah.sabda.org/artikel/mazmur.htm diakses tanggal 5 Januari 2015 Merapi, Komunitas Lajur, ‚Riwayat Kesenian Tradisional Angguk Rame Sampai Kini‛ dalam http://lajurmerapi.blogspot.com/2012/04/riwayat-keseniantradisonal-angguk-rame.html diakses tanggal 20 Januari 2015 Mukhlis Paeni dkk, Sejarah Kebudayaan Indonesia: Seni Pertunjukan dan Seni Media, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), hlm 96 ‚Musik Girimulyo‛ dalam http://linguafranca.info/tag/gejlog-lesung/ diakses tanggal 20 Januari 2015 al-Naisa>buri, al-H{a>kim, Al-Mustadrak ‘ala al-S{ah{ih{ain (tahqiq: Mus}t}afa ‘Abdul Qadi>r ‘At}a>), Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1990. al-Naisaburi, Ibnu Khuzaimah, S{ah{ih} Ibnu Khuzaimah (tahqiq: Muh{ammad Mus}t}afa al-A ‘z>a>mi), Beirut: al-Maktab al-Isla>mi, tt. al-Naisa>buri, Muslim bin al-H}ajjaj, al-Musnad al-S}ah}i>h al-Mukhtas}ar bi Naql al‘Adl ‘an al-‘Adl ila> Rasu>lillah (tahqiq: Muh{ammad Fuad ‘Abdul Baqi), Beirut: Da>r Ih}ya>’ al-Tura>s} al-‘Arabi>, tt. al-Nasa>’i, Ah{mad bin Syu ‘aib, al-Muijtaba min al-Sunan (tahqiq: ‘Abdul Fatah ‘Abu> G{adah), Alepo: Maktab al-Mat{bu> ‘a>t al-Isla>miyah, 1986. __________, al-Sunan al-Kubra, Beirut: Muassasah al-Risa>lah, 2001.
160
Nirwana, A., ‚Sains di Masa Bani Umayyah‛ dalam Al-Fikr, Makasar: UIN Alauddin, 2012. Nasr, Seyyed Hossein, Spiritualitas dan Seni Islam, Bandung: Mizan, 2005. Observasi di Kediaman Koh Awang (Wirosari) tanggal 14-15 Desember 2014 Observasi di Makam Ki Agêng Tarub, desa Tarub kec. Tawangharjo tanggal 8 Desember 2014 Observasi di Makam Ki Agêng Selo di desa Selo kec. Tawangharjo tanggal15 Desember 2014 Observasi di Sanggar Bu Sidi di Kalisari Kradenan tanggal 21 Desember 2014 Observasi di Pondok Pesantren al-Falah Toroh tanggal 10-11 Januari 2015 Observasi di Pondok Pesantren Ki Agêng Serang Cingkrong Purwodadi tanggal 9-10 Januari 2015 Observasi di Pondok Pesantren al-Madinah Kradenan tanggal 21-22 Desember 2014 Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan no. 7 tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Kabupaten Grobogan tahun 2011-2031
Purwadi, Sejarah Sastra Jawa, Yogyakarta: Panji Pustaka, 2007. al-Qad{a> ‘i, Muh{ammad bin Sala>mah, Musnad al-Syiha>b (tahqiq: H{amdi bin ‘Abdul Majid al-Salafi), Beirut: Muassasah al-Risa>lah, 1986. al-Qazwaini, Ibnu> Ma>jah, Sunan Ibnu Ma>jah (tahqiq: Muh{ammad Fuad ‘Abdul Ba>qi), Kairo: Fais}al ‘I>sa> al-Ba>b al-H{alabi, tt. Radhakrishnan, S., Bhagawadgita (terj. Yudhi Murtanto), Yogyakarta: IRCiSoD, 2009. Rahimsyah, MB, Kisah Nyata dan Ajaran Para Sufi (Wali), Surabaya: Indah, 2004. Risalah Tari Sufi Ponpes Darul Falah ‚Ki Ageng Mbodo‛, tidak diterbitkan. Rohandi dan Abdul Lathief, Geografi 1 SMA, Bogor: Yudhistira, 2003.
161
Rokhyatmo, Amir, ‚Sastra Wulang: Sebuah Genre di Dalam Sastra Jawa dan Karya Sastra Lian Sejaman‛ dalam Jurnal JUMANTARA: Jurnal Manuskrip Nusantara vol 1 no 1, Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2010. __________, ‚Serat Menak dan Kisah Cinta Putri Cina‛ dalam http://sekarbudayanusantara.co.id/new/?p=1405 diakses tanggal 20 Januari 2015 Rokhim, Abdul, Kiai Ageng Selo: Sang Penakluk Petir, Tawangharjo: Juru Kunci Makam Ki Ageng Selo, 2014. al-Ru>ya>ni, Abu Bakr, Musnad al-Ru>ya>ni, Kairo: Muassasah Qurt{ubah, 1416 H. Sachari, Agus, Estetika: Makna, Simbol, dan Daya, Bandung: Penerbit ITB, 2002. Saedi, Saeideh, Research Apporach and Data Collection Technique, Leeds Metropolitan University, 2002 al-S{an’a>ni, ‘Abdurrazza>q, Musannaf, India: al-Majlis al-‘Ilmi>, 1403 H. Sarki>s,Yu>suf bin Ilya>n,Mu ‘jam al-Mat{bu> ‘a>t al-‘Arabiyyah wa al-Mu‘arrabah, Mesir: Mat{ba’ah Sarki>s, 1928. al-Sayyid, Abdul Basith Muhammad, Kitab Obat Hijau (terj. Nunuk Mas ‘ulah), Solo: Tiga Serangkai, 2013. Al-Sijistani, Abu> Da>wu>d, Sunan Abu> Da>wu>d, Beirut: Maktabah al-‘As{riyah, tt. Soerjohoedojo, R.M. Soetardi, Pepali Ki Ageng Selo, Surabaya: CV Citra Jaya, 1980. al-S{ah{a
d bin Rabi> ‘ah al-‘A>miri Di>wa>n Labi>d bin Rabi> ‘ah al-‘A>miri (pengantar: H{ammud T{amma>s), Beirut: Da>r al-Ma ‘rifah, 2004. Suryadilaga, Muhammad Alfatih, ‚Pemaknaan Shalawat dalam Komunitas Joget Shalawat Mataram: Studi Living Hadis‛, penelitian dosen, Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, 2013. Syahiron (ed.), Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, Yogyakarta: TERAS, 2007. al-Syaibani, Ah{mad bin H{anbal, Musnad Ah{mad (tahqiq: Syu ‘aib al-Arnaut} dkk), Beirut: Muassasah al-Risa>lah, 2001.
162
al-Sya>mani, Ah{mad bin Muh{ammad, Mazil al-Khafa’ ‘an Alfa>z{ al-Syaifa’, Beirut: Dar al-Fikr, 1988. al-T{abari, Muh{ammad bin Jari>r, Ta>rikh al-T{aba>ri, Beirut: Da>r al-Tura>s{ 1387 H. al-T{abra>ni, Abu> al-Qa>sim, al-Mu’jam al-Ausa>t, Kairo: Da>r al-H{aramain, tt. __________, al-Mu’jam al-Kabi>r, Kairo: Maktabah Ibnu Taimiyah, tt. __________, Mu’jam al-S{agi>r, Beirut: al-Maktab al-Isla>mi, 1985. al-T{ayalisi, Abu Da>wud, Musnad (tahqiq: Muh{ammad bin ‘Abdul Muh{sin alTurki), Mesir: Da>r Hijr, 1999. Al-Tirmi>z}i>, Muh{ammad bin ‘Isa>, Sunan al-Tirmiz{i (tahqiq: Ah{mad Muh{amamd Sya>kir dkk), Mesir: Mus{tafa al-Ba>b al-H{alabi, 1975. ‚Ulama Yaman: Membangun Indonesia Berarti Melindungi Seluruh Muslim‛ dalam http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,45-id,56633lang,id-c,internasionalt,Ulama+Yaman++Membangun+Indonesia+Berarti+melindungi+Seluruh +Muslim-.phpx diakses tanggal 25 Februari 2015 Umar, M. Ali Chasan, Bengkel Rokhani menurut Imam Ghozali, Semarang: Thoha Putra, 1986. ‘Umar, Ahmad Mukhtar, Mu’jam al-Lugah al-‘Arabiyah al-Mu ‘a>s{irah, Beirut: ‘A>lim al-Kutub, 2008. Wawancara dengan Bp. Supardi di Prayungan Pakis Kradenan tanggal 22 Desember 2014 Wawancara dengan Ibu Sidi Widiani di Kalisari Kradenan tanggal 8 Desember 2014 Wawancara dengan Ibu Sidi di Kalisari Kradenan tanggal 21 Desember 2014 Wawancara dengan K. Agus Zaenuri (Gus Jibril) di Pesantren Ki Agêng Serang Cingkrong Purwodadi tanggal 9 Januari 2015 Wawancara dengan K. Agus Zaenuri (Gus Jibril) di pesantren Ki Agêng Serang Cingkrong Purwodadi tanggal 10 Januari 2015
163
Wawancara dengan K. Muhammad Gufron (Gus Mbodo) di Pesantren al-Falah Toroh tanggal 3 November 2014 Wawancara dengan K. Muhammad Gufron (Gus Mbodo) di Pesantren al-Falah Toroh tanggal 11 Januari 2015 Wawancara dengan Muhammad Lutfi di Pesantren al-Falah Toroh tanggal 10 Januari 2014 Wawancara dengan Koh Awang di Wirosari tanggal 14 Desember 2014 Wawancara dengan Koh Awang di Wirosari tanggal 15 Desember 2014 Wawancara dengan K. Rohib Sumowijoyo (Gus Rohib) di Pesantren al-Madinah Kradenan tanggal 7 Desember 2014 Wawancara dengan K. Rohib Sumowijoyo (Gus Rohib) di Pesantren al-Madinah Kradenan tanggal 8 Desember 2014 Wawancara dengan K. Rohib Sumowijoyo (Gus Rohib) di Pesantren al-Madinah Kradenan tanggal 22 Desember 2014 Wawancara dengan K. Rohib Sumowijoyo (Gus Rohib) di rumah Bp. Supardi Prayungan Pakis Kradenan tanggal 22 Desember 2014 Wawancara dengan para penari angguk modern pimpinan Bu Sidi di Kalisari Kradenan tanggal 21 Desember 2014 Wawancara dengan para penari sufi Purwodadi di Pesantren Falah Toroh tanggal 11 Januari 2015 al-Yamani, Ma‘mar bin Ra>syid, Al-Ja>mi’ (tahqiq: Habiburrah{man al-A ‘z}a>mi), Beirut: Tauzi ‘ al-Maktab al-Isla>mi, 1403 H. Zahri, Mustafa, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya: Bina Ilmu, 1998. Zuhri, Saifuddin, Berangkat dari Pesantren, Jakarta: Gunung Agung, 1987.
LAMPIRAN DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
A.
Wawancara dengan Gus Rohib tanggal 7 Desember 2014 1.
Yi, punapa kawula sagêd nyuwun biografi utawi lampah gêsangipun panjênêngan wiwit lahir dumugi sak punika? (Dapatkah anda menyebutkan perjalanan hidup anda?)
2.
Kados pripun kesenian Islam ingkang mlampah wontên tlatah Grobogan? (Bagaimana bentuk kesenian Islam yang berkembang di Grobogan)
3.
Kados pundi sêjarahipun LESBUMI NU Grobogan? Punapa sami LESBUMI NU rumiyin kalihan LESBUMI NU Grobogan sak punika? Mênawi béntén, punapa bénténipun? (Bagaimana sejarah LESBUMI NU Grobogan? Samakah antara LESBUMI NU yang dahulu dengan LESBUMI era sekarang? Jika berbeda, dimanakah letak perbedaannya?)
4.
Punapa kêmawon kesenian ingkang wontên LESBUMI NU Grobogan sak punika? (Apa saja kesenian yang terdapat pada LESBUMI NU Grobogan?)
5.
Punapa kêmawon ingkang dados adhedhasaripun kesenian-kesenian punika, khususipun kaliyan hadis kanjêng Nabi? (Apa yang menjadi landasan kesenian-kesenian tersebut, khususnya yang terkait dengan hadis Nabi?)
164
165
Pripun kisahipun s{alawatan pêpali ingkang dados karya fonumentalipun
6.
LESBUMI NU Grobogan? (Bagaimana kisah s{alawatan pêpali yang jadi karya fonumental LESBUMI NU Grobogan?) 7.
Punapa ingkang dados adhedhasaripun s{alawatan pêpali punika, khususipun kaliyan hadis kanjêng Nabi? (Apa yang menjadi landasan s{alawatan pêpali, khususnya terkait dengan hadis Nabi?)
B.
Wawancara dengan Gus Rohib tanggal 8 Desember 2014 1.
Kala wingi sontên yai sampun matur bilih yai punika têdhakipun Raden Sumowijoyo ingkang dados salah satunggaling pimpinan prajurit tlatah Grobogan utawi Purwodadi rikala Perang Diponegoro. Kados pundi lampahipun
Perang
Diponegoro,
khususipun
ingkang
wontên
gêgayutanipun kaliyan tlatah Purwodadi/Grobogan? (Kemarin sore anda menyebutkan bahwa anda adalah keturunan Raden Sumowijoyo yang jadi salah satu pimpinan prajurit di Grobogan saat berlangsungnya Perang Diponegoro. Bagaimanakah jalannya Perang Diponegoro, khususnya yang berkaitan dengan Grobogan?) 2.
Punapa kêmawon makna, pelajaran, hikmah, utawi filosofi ingkang sagêd dipunpêndhêt saking s{alawatan pêpali punika? (Apa saja makna, pelajaran, hikmah, atau filosofi yang bisa diambil dari s{alawatan pêpali?)
C.
Wawancara dengan Bu Sidi tanggal 8 Desember 2014
166
Bu, punapa kawula sagêd nyuwun biografi utawi lampah gêsangipun
1.
panjênêngan wiwit lahir dumugi sak punika? (Dapatkah saya meminta biografi anda?) 2.
Punapa ingkang dados adhedhasaripun tari angguk Grobogan ingkang panjênêngan pimpin punika (angguk modern), khususipun kaliyan hadis kanjêng Nabi? (Apa yang menjadi landasan tari angguk Grobogan versi modern, khususnya terkait dengan hadis?)
3.
Punapa kêmawon makna, pelajaran, hikmah, utawi filosofi ingkang sagêd dipunpêndhêt saking tari angguk Grobogan (angguk modern) punika wiwit agêman lan propêrtinipun dumugi gerakanipun? (Apa saja makna, pelajaran, hikmah, atau filosofi yang dapat diambil dari tari angguk modern dari segi pakaian, properti maupun gerakannya?)
D.
Wawancara dengan Koh Awang tanggal 14 Desember 2014 1.
Koh, punapa kawula sagêd nyuwun biografi utawi lampah gêsangipun panjênêngan wiwit lahir dumugi sak punika? (Dapatkah saya meminta biografi anda?)
2.
Punapa ingkang dados adhedhasaripun seni musik wonten LESBUMI NU Grobogan, khususipun kaliyan hadis kanjêng Nabi? Apa yang menjadi landasan seni musik pada LESBUMI NU Grobogan, khususnya terkait dengan hadis Nabi?)
3.
Kados pripun musik ingkang panjênêngan garap wonten LESBUMI NU Grobogan? (Bagaimana anda meng-aransemen musik pada LESBUMI NU Grobogan?)
167
E.
Wawancara dengan Koh Awang tanggal 15 Desember 2014 Punapa kêmawon makna, pelajaran, hikmah, utawi filosofi ingkang
1.
sagêd dipunpêndhêt saking kanjêng lêsung? (Apa saja makna, pelajaran, hikmah, ataupun filosofi yang bisa diambil dari kanjêng lêsung?) 2.
Punapa kêmawon makna, pelajaran, hikmah, utawi filosofi ingkang sagêd dipunpêndhêt saking aransemen larasati? (apa saja makna, pelajaran, hikmah, ataupun filosofi yang bisa diambil dari aransemen larasati?)
F.
Wawancara dengan para penari angguk modern pimpinan Bu Sidi tanggal 21 Desember 2014 1.
Apa bae makna pakaian lan properti sing sampeyan ênggo? (apa saja makna pakaian dan properti yang kamu pakai?)
G. Wawancara dengan Gus Rohib tanggal 21 Desember 2014 1.
Pripun pêndhapatipun yai kaliyan budaya Jawa? (Bagaimana pendapat anda tentang budaya Jawa?)
2.
Punapa ingkang dados adhedhasaripun kanjêng lêsung, khususipun kaliyan hadis kanjêng Nabi? (Apa yang menjadi landasan kanjêng lêsung, khususnya terkait dengan hadis Nabi?)
3.
Punapa kêmawon makna, pelajaran, hikmah, utawi filosofi ingkang sagêd dipunpêndhêt saking pakaian lan properti ingkang wontên LESBUMI NU Grobogan? (Apa saja makna, pelajaran, hikmah, atau filosofi yang dapat diambil dari pakaian dan properti pada LESBUMI NU Grobogan?)
168
H.
Wawancara dengan Gus Rohib tanggal 22 Desember 2014 1.
Punapa kêmawon makna, pelajaran, hikmah, utawi filosofi ingkang sagêd dipunpêndhêt saking kanjêng lêsung? (Apa saja makna, pelajaran, hikmah atau filosofi yang bisa diambil dari kanjêng lêsung?)
2.
Punapa kêmawon makna, pelajaran, hikmah, utawi filosofi ingkang sagêd dipunpêndhêt saking pakaian putih? (Apa saja makna, pelajaran, hikmah, ataupun filosofi yang bisa diambil dari pakaian putih?)
I.
Wawancara dengan Bp. Supardi tanggal 22 Desember 2014 1.
Mbah, punapa kawula sagêd nyuwun biografi utawi lampah gêsangipun panjênêngan? (Dapatkah anda menyebutkan biografi anda?)
2.
Punapa kêmawon makna, pelajaran, hikmah, utawi filosofi ingkang sagêd dipunpêndhêt saking pakaian putih? (apa saja makna, pelajaran, hikmah atau filosofi yang bisa diambil dari pakaian putih?)
3.
Punapa ingkang dados adhedhasaripun tari angguk ingkang panjênêngan pimpin, khususipun kaliyan hadis kanjêng Nabi? (apa yang menjadi landasan tari angguk, khususnya terkait dengan hadis?)
4.
Punapa kêmawon makna, pelajaran, hikmah, utawi filosofi ingkang sagêd dipunpêndhêt saking tari angguk ingkang panjênêngan pimpin (angguk klasik) wiwit agêman lan propertinipun dumugi gerakanipun? (apa saja makna, pelajaran, hikmah, atau filosofi yang bisa diambil dari tari
angguk
gerakannya?)
klasik
yang
meliputi
pakaian,
properti
maupun
169
Kados pripun donga-donga Islam ingkang sampun dipunjawakakén?
5.
(Seperti apakah doa-doa Islam yang sudah dijawakan?) J.
Wawancara dengan Gus Jibril tanggal 9 Januari 2014 1.
Yi, punapa kawula sagêd nyuwun biografi utawi lampah gêsangipun panjênêngan? (Dapatkah anda menyebutkan bioografi anda?)
2.
Punapa ingkang dados adhedhasaripun tari barongan lan atraksi kekebalan tubuh ingkang panjênêngan pimpin, khususipun kaliyan hadis kanjêng Nabi? (Apa yang menjadi landasan tari barongan dan atraksi kekebalan tubuh, khususnya terkait dengan hadis Nabi?)
K.
Wawancara dengan Gus Jibril tanggal 10 Januari 2014 1.
Punapa kêmawon makna, pelajaran, hikmah, utawi filosofi ingkang sagêd dipunpêndhêt saking tari barongan kaliyan atraksi kekebalan tubuh ingkang panjênêngan pimpin wiwit agêman lan propertinipun dumugi gerakanipun? (Apa saja makna, pelajaran, hikmah atau filosofi yang dapat diambil dari tari barongan dan atraksi kekebalan tubuh yang meliputi pakaian, properti maupun gerakannya?
2.
Punapa
ingkang
dipunwastani
ilmu
rawa
ronték
ingkang
dipunkanggéakên wontên tari barongan kaliyan atraksi kekebalan tubuh? Pripun sejarahipun yai sagêd pikantuk ilmu punika? (Apa yang dimaksud dengan ilmu rawa rontek yang dipergunakan pada tari barongan dan atraksi kekebalan tubuh? Bagaimana anda mendapatkan ilmu tersebut?) L. Wawancara dengan Muhammad Luthfi tanggal 10 Januari 2014
170
1. Le, awakmu kok iso kuwat mubéng gag mumêt rahasiyane jane opo to? (Apa yang menjadi rahasia sehingga kamu tidak pusing saat kamu berputar? M. Wawancara dengan Gus Mbodo tanggal 11 Januari 2014 1. Punapa kêmawon makna, pelajaran, hikmah, utawi filosofi ingkang sagêd dipunpêndhêt saking tari sufi purwodadi ingkang panjênêngan pimpin wiwit agêman lan propertinipun dumugi gerakanipun? (Apa saja makna, pelajaran, hikmah, atau filosofi yang dapat diambil dari tari sufi Purwodadi yang meliputi pakaian, properti maupun gerakannya?) N. Wawancara dengan penari sufi Purwodadi tanggal 11 Januari 2014 1. Apa makna wêrno jubah sing sampeyan ênggo? (apa makna warna jubah yang kamu pakai?)
LAMPIRAN FOTO-FOTO
Pengurus LESBUMI NU Grobogan
Kaos LESBUMI NU Grobogan
171
172
Ponpes al-Madinah, Kradenan tempat Gus Rohib
Ponpes Ki Agêng Serang tempat Gus Jibril
173
Pêpali Ki Agêng Selo di makam Ki Agêng Selo
Gus Rohib bersama (mantan) Kapolres Grobogan yang sekarang menjabat Kapolres Klaten
174
Gus Jibril bersama KH Agus Syaiful Barnawi
Gus Mbodo bersama KH Budi Harjono
175
Koh Awang bersama mantan personel TEAMLO (Benjo dan Pangsit)
Penampilan perdana s{alawatan pêpali di depan umum (kerjasama LESBUMI NU Grobogan dan Polres Grobogan)
176
Kanjêng lêsung digunakan sebagai pengiring tari jathilan
Barongan Ki Agêng Serang
177
Salah satu penampilan tari Barong
Atraksi panjat pedang (diambil dari arsip fotonya Mas David Republik Seni Wirosari)
178
Anak-anak dilatih musik sejak dini di belakang rumah Koh Awang
Latihan gamelan di tempat Koh Awang
179
Penari Sufi di tempat Gus Mbodo
Salah satu penampilan tari sufi Purwodadi
180
Formasi masuk Goa Selarong pada tarii angguk klasik
Salah satu penampilan tari angguk modern
181
Penari Angguk Modern
182
Penonton tari angguk klasik
Penonton tari Sufi Purwodadi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Abdul Bashir, S.Th.I
Tempat/Tanggal lahir : Kab. Semarang, 18 Februari 1989 Alamat
: Kalegen Kidul, RT 07/RW 02, Dersansari, Kec. Suruh, Kab. Semarang
Nama Ayah
: Djuwaidi
Nama Ibu
: Muniroh
Pendidikan
:
-
SDN 1 Dersansari Kec. Suruh Kab. Semarang (1995-2001)
-
SMPN 3 Salatiga (2001-2004)
-
SMAN 3 Salatiga (2004-2007)
-
S1 UIN Sunan Kalijaga (2009-2013)
-
S2 UIN Sunan Kalijaga (2013-sekarang)
185