Seminar Tugas Akhir
Juni 2016
Automatic Stainer (Blok Pengisian dan Pengosongan Chamber Air Kran) Erni Titis Prahesti1, Syaifudin2, Endro Yulianto3 Jurusan Teknik Elektromedik Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya Jln. Pucang Jajar Timur No. 10 Surabaya ABSTRAK Automatic Stainer merupakan alat untuk proses pewarnaan jaringan histologi pada kegiatan histoteknik yang telah diletakkan dikaca preparat dan telah melalui beberapa tahap proses kimiawi. Proses pewarnaan melalui beberapa tahapan yang dimasukkan ke dalam larutan-larutan yang sudah tersedia melalui tahapan pembilasan dengan air kran. Biasanya teknisi laboraturium selalu mengganti wadah yang berisi air kran setiap pemakaian secara manual. Modul ini dapat mengisi dan mengosongkan wadah larutan yang berisi air kran tersebut secara otomatis menggunakan pompa yang diatur oleh timer pada setiap tahap pembilasan air kran. Pembuatan modul ini menggunakan ATmega8535 sebagai pengolahan data dan pengontrol driver. Alat ini menggunakan dua pompa untuk mengisi dan mengosongkan chamber yang berisi air kran. Data pengambilan timer pada setiap tahap dilakukan sebanyak 5 kali. Berdasarkan hasil analisis pengukuran didapat nilai error pada pengisian sebesar 2% dan pengosongan sebesar sebesar 2%.
Kata Kunci: Pengisian, Pengosongan
1.1 Latar Belakang masalah Automatic Stainer merupakan alat untuk proses pewarnaan jaringan histologi pada kegiatan histoteknik yang telah diletakkan dikaca preparat dan telah melalui beberapa tahap proses kimiawi yaitu fiksasi (fixation), pemeriksaan kotor (gross examination), pengolahan jaringan (tissue processing), embedding, dan sectioning. Histoteknik itu sendiri merupakan suatu metode membuat sajian dari spesimen tertentu melalui suatu rangkaian proses hingga menjadi preparat histologi yang baik dan siap untuk dianalisis. (Ahmad Aulia Jusuf, 2012) Proses staining atau pewarnaan bertujuan untuk mewarnai jaringan yang telah dipreparat agar mempermudah saat operator menganalisis struktur jaringan yang telah diiris menggunakan mikroskop. Proses staining terdiri dari beberapa tahap dengan cairan dan waktu rendaman yang berbeda. Sesuai dengan pengamatan penulis di Laboratorium Patologi, beberapa kegiatan pewarnaan masih mencelupkan sediaan preparat yang berisi jaringan dengan menggunakan cara manual. Pembuatan
sajian histologi yang bersifat massal dan banyak biasanya dilakukan oleh teknisi laboratorium. Hal itu membuat teknisi tidak dapat mengerjakan pekerjaan lainnya dan waktunya menjadi tidak efisien, sehingga perlu ditambahkan pewarnaan secara otomatis yang mempermudah teknisi laboraturium. Proses pewarnaan melalui beberapa tahapan yang dimasukkan ke dalam larutanlarutan yang sudah tersedia. Sesuai prosedur pewarnaan tersebut preparat melalui beberapa tahapan yang panjang.Teknisi laboraturium masih menggunakan cara manual. Penulis ingin merancang alat yang dapat menyelupkan preparat secara otomatis. Mengacu pada hasil identifikasi masalah diatas, maka penulis ingin membuat alat yang dapat mempermudah pekerjaan teknisi laboratorium pada saat proses staining atau pewarnaan jaringan dengan nama “Automatic Stainer”. 1.2 Batasan Masalah 1.2.1 Menggunakan mikrokontroler ATmega8535 sebagai pengolah data dan pengontrol driver
1
Seminar Tugas Akhir
1.2.2 Membahas blok pengosongan dan pengisian pada chamber air kran secara otomatis 1.2.3 Menggunakan LCD sebagai tampilan timer 1.2.4 Menggunakan pompa untuk mengosongkan dan mengisi chamber yang berisi air kran 1.2.5 Menggunakan pengaturan waktu dalam masing-masing tahap sebagai berikut: a) Xylol 1 5 menit b) Xylol 2 5 menit c) Ethanol absolute 3 menit d) Ethanol absolute 3 menit e) Ethanol 90% 3 menit f) Ethanol 80% 3 menit g) Bilas dengan air kran 5 menit h) Larutan hematoksilin 6 menit i)Bilas dengan air kran 5 menit j)Larutan pembiru 1 menit k) Air kran 5 menit l)Larutan eosin 1 menit m) Bilas dengan air kran 5 menit 1.2 Rumusan Masalah Dapatkah dibuat alat “Automatic Stainer”? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Dibuatnya alat Automatic Stainer. 1.3.2 Tujuan Khusus Dengan acuan permasalahan tersebut diatas, maka secara operasional tujuan khusus pembuatan alat ini antara lain: 1.3.2.1 Membuat desain mekanik keseluruhan 1.3.2.2 Membuat rangkaian mikrokontroler sebagai pemroses data 1.3.2.3 Membuat program pongolahan data CV AVR 1.3.2.4 Membuat rangkaian optocoupler sebagai detektor chamber 1.3.2.5 Membuat rangkaian LCD sebagai display
Juni 2016
1.3.2.6 Membuat rangkaian driver pompa 1.3.2.7 Melakukan uji fungsi alat 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Menambah wawasan atau pengetahuan di bidang laboraturium klinis, serta dapat memberikan manfaat pada penelitian selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Praktis Dengan adanya alat ini dapat mempermudah operator dalam melakukan pekerjaannya dan dapat menyelesaikan tugasnya dengan cepat. 2. Telaah Pustaka 2.1 Teori Dasar Alat Automatic Stainer Penggunaan utama dari histopatologi dalam kedokteran klinis di mana biasanya melibatkan pemeriksaan biopsi yaitu sampel pembedahan atau spesimen yang diambil dari pasien untuk tujuan studi rinci oleh seorang dokter spesialis yang disebut ahli patologi. Seorang ahli patologi atau histopatologis mempelajari spesimen sel dan jaringan setelah sampel telah diambil dari pasien, kemudian diolah dengan menggunakan teknik histologis khusus yang disebut dengan Histoteknik. Histoteknik adalah metoda membuat sajian dari spesimen tertentu melalui suatu rangkaian proses hingga menjadi preparat histologi yang baik dan siap untuk dianalisis. Spesimen dapat berasal dari manusia dan hewan. Pembuatan sajian histologi yang bersifat massal dan banyak biasanya dilakukan oleh teknisi laboratorium. (Ahmad Aulia Jusuf, 2012) Setelah jaringan atau organ tubuh yang akan dibuat sajian histologi diisolasi dari sumbernya, jaringan tubuh tersebut kemudian diproses
2
Seminar Tugas Akhir
untuk memeriksa komponen jaringan yang berbeda di bawah mikroskop. Pada tahap pewarnaan bertujuan untuk mewarnai preparat agar mempermudah saat operator menganalisis struktur jaringan yang telah diiris menggunakan mikroskop. Proses staining atau pewarnaan terdiri dari beberapa tahap dengan cairan dan waktu rendaman yang berbeda. Alat Automatic Stainer ini mempunyai beberapa metode pewarnaan (staining) sebagai berikut: a) Xylol 1 5 menit b) Xylol 2 5 menit c) Ethanol absolute 3 menit d) Ethanol absolute 3 menit e) Ethanol 90% 3 menit f) Ethanol 80% 3 menit g) Bilas dengan air kran 5 menit h) Larutan hematoksilin 6 menit i) Bilas dengan air kran 5 menit j) Larutan pembiru 1 menit k) Air kran 5 menit l) Larutan eosin 1 menit m) Bilas dengan air kran 5 menit 2.2 Minimum Sistem Mikrokontroler merupakan IC yang dapat diprogram berulang kali, baik ditulis atau dihapus (Agus Bejo, 2007). Biasanya digunakan untuk pengontrolan otomatis dan manual pada perangkat elektronika. PB5 PB6 PB7 RESET GND
1 2 3 4 5
J7
PB0 PB1 PB2 PB3 PB4 PB5 PB6 PB7 RESET GND
J1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 11
VCC
PROGRAMMER
220 R3
10
VCC C1
R4
10uf /16v
PD0 PD1 PD2 PD3
14 15 16 17 18 19 20 21
PD5 PD6 PD7
+
4K7 12 13
SW4 1
PB0 ( XCK/T0 ) (ADC0) PA0 PB1 (T1) (ADC1) PA1 PB2 (INT1/AIN0)(ADC2) PA2 PB3 (OC0/AIN1)(ADC3) PA3 PB4 (SS) (ADC4) PA4 PB5 (MOSI) (ADC5) PA5 PB6 (MISO) (ADC6) PA6 PB7 (SCK) (ADC7) PA7 RESET GND VCC
GND
PD0 (RXD) PD1 (TXD) PD2 (INT0) PD3 (INT1) PD4 (OC1B) PD5 (OC1A) PD6 (ICP1) PD7 (OC2) XTAL2 XTAL1
(TOSC2) PC7 (TOSC1) PC6 PC5 PC4 PC3 PC2 (SDA) PC1 (SCL) PC0 AREF AVCC
40 39 38 37 36 35 34 33
PA0 PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7
31
GND
29 28 27 26 25 24 23 22
PC7 PC6 PC5 PC4 PC3 PC2 PC1 PC0
32 30
AREF AVCC
SW3 START SW2 1
2
LIMIT BAWAH SW1 1
2
LIMIT ATAS
2
VCC ATMEGA 8535 3
RESET VCC VCC
LCD1
MULTITUN1 D6
E RW RS VEE VDD VSS
1
DIODE ZENER
100k 14 13 12 11 10 9 8 7
PD7 PD6 PD5 PD3
6 5 4
PD2 PD1 PD0
2
D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0
16 15
3
LEDLED+
MULTITUN2
3 2 1
1
50K
2
hingga menjadi sajian histologi. Rangkaian proses pembuatan sajian histologi terdiri atas: 1) Fiksasi (Fixation) yaitu proses di mana konstituen sel adalah tetap dalam fisik dan sebagian juga dibagian kimia, sehingga mereka akan menahan perlakuan selanjutnya dari berbagai reagen dengan kerugian minimal, atau dekomposisi. Hal ini dicapai dengan mengekspos jaringan dengan kimia senyawa yang disebut fixatives. 2) Pemeriksaan kotor (Gross Examination) yaitu spesimen diperiksa dengan mencatat ciri-ciri anatomi itu. Perwakilan bagian jaringan yang dipilih untuk prosedur lebih lanjut saat biopsi kecil yang dipilih secara keseluruhan. 3) Pengolahan jaringan (Tissue Processing) yaitu proses yang melibatkan beberapa tahap yang dipilih bagian jaringan untuk melewati sejumlah bahan kimia secara berurutan. Dalam tahap ini jaringan yang diresapi dengan media pemadat untuk memfasilitasi sectioning halus. Setelah empat tahap yang terlibat, yaitu : a. Dehidrasi (Dehidration) b. Pembeningan (Clearing) c. Pembenaman 4) Embedding adalah tahap semua jaringan diproses diblokir di media pemadat (lilin paraffin) yang digunakan dalam tahap pembuahan. 5) Pemotongan (Sectioning). Blok parafin dari jaringan tersebut kemudian dipotong dengan menggunakan perangkat disebut sebagai Microtome. Bagian-bagian yang dihasilkan mampu mentransmisikan cahaya dan berada pada tingkat mikron ketebalan. 6) Pewarnaan (Staining). Bagian jaringan dipetik ke slide dan pewarnaan dilakukan dalam rangka
Juni 2016
LCD 2 X 16
Gambar 2.1 Rangkaian minimum sistem
Sistem minimum mikrokontroler adalah sistem elektronika yang terdiri
3
Seminar Tugas Akhir
dari komponen-komponen dasar yang dibutuhkan oleh suatu mikrokontroler untuk dapat berfungsi dengan baik. Pada umumnya, suatu mikrokontroler membutuhkan dua elemen (selain power supply), Kristal Oscillator (XTAL), dan rangkaian RESET. Analogi fungsi Kristal Oscillator adalah jantung pada tubuh manusia. Perbedaannya, jantung memompa darah dan seluruh kandungannya, sedangkan XTAL memompa data. Dan fungsi rangkaian RESET adalah untuk membuat mikrokontroler memulai kembali pembacaan program, hal tersebut dibutuhkan pada saat mikrokontroler mengalami gangguan dalam meng-eksekusi program. Pada sistem minimum AVR terdapat elemen tambahan (optional), yaitu rangkaian pengendalian ADC: AGND (= GND ADC), AVCC (VCC ADC), dan AREF (Tegangan Referensi ADC) dan konektor ISP untuk mengunduh (download) program ke mikrokontroler. 2.1 Rangkaian Driver Pompa Pompa merupakan mesin untuk menggerakan fluida. Pompa menggerakan fluida dari tempat bertekanan rendah ke tempat dengan tekanan yang lebih tinggi, untuk mengatasi perbedaan tekanan ini maka diperlukan tenaga (energi).
Juni 2016
dengan mikrokontroler seperti AT89S51 dan ATMega8535. LCD yang akan ini mempunyai lebar tampilan 2 baris dan 16 kolom atau biasa disebut sebagai LCD Karakter 2x16 dengan 16 pin konektor yang didifinisikan sebagai berikut : Tabel 2.1 Definisi 16 Konektor pada LCD Karakter 2x16 PIN Name Function 1 VSS Ground voltage 2 VCC +5V 3 VEE Contrast voltage Register Select 4 RS 0 = Instruction Register 1 = Data Register Read/ Write, to choose write or read mode 5 R/W 0 = write mode 1 = read mode Enable 0 = start to lacht data to LCD 6 E karakter 1= disable 7 DB0 LSB 8 DB1 9 DB2 10 DB3 11 DB4 12 DB5 13 DB6 14 DB7 MSB 15 BPL Back Plane Light 16 GND Ground voltage
Gambar 2.3 LCD 2X16 (Sumber: www.hobbytronics.co.uk)
Gambar 2.2 Pompa (Sumber: DX, 2013)
2.2 Liquid Crystal Display Liquid crystal display (LCD) merupakan suatu jenis media tampilan yang menggunakan kristal cair sebagai penampil utama. Modul LCD Karakter dapat dengan mudah dihubungkan
Display karakter pada LCD diatur oleh pin EN, RS dan RW. Jalur EN dinamakan Enable. Jalur ini digunakan untuk memberitahu LCD bahwa anda sedang mengirimkan sebuah data. Mengirimkan data ke LCD, maka melalui program EN harus dibuat logika low “0” dan set pada dua jalur kontrol yang lain RS dan RW. Ketika dua jalur yang lain telah siap,
4
Seminar Tugas Akhir
Juni 2016
set EN dengan logika “1” dan tunggu untuk sejumlah waktu tertentu (sesuai dengan datasheet dari LCD tersebut) dan berikutnya set EN ke logika low “0” lagi. Jalur RS adalah jalur Register Select. Ketika RS berlogika low “0”, data akan dianggap sebagi sebua perintah atau instruksi khusus (seperti clear screen, posisi kursor dll). Ketika RS berlogika high “1”, data yang dikirim adalah data text yang akan ditampilkan pada display LCD. Sebagai contoh, untuk menampilkan huruf “T” pada layar LCD maka RS harus diset logika high “1”. Jalur RW adalah jalur kontrol Read/ Write. Ketika RW berlogika low (0), maka informasi pada bus data akan dituliskan pada layar LCD. Ketika RW berlogika high “1”, maka program akan melakukan pembacaan memori dari LCD. Sedangkan pada aplikasi umum pin RW selalu diberi logika low ”0”. Pada akhirnya, bus data terdiri dari 4 atau 8 jalur (bergantung pada mode operasi yang dipilih oleh user). Pada kasus bus data 8 bit, jalur diacukan sebagai DB0 s/d DB7 Beberapa perintah dasar yang harus dipahami adalah inisialisasi LCD karakter. VCC LCD1
E RW RS VEE VDD VSS
14 13 12 11 10 9 8 7
PD7 PD6 PD5 PD3
6 5 4
PD2 PD1 PD0
VCC
3
D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0
MULTITUN2
3 2 1
1
50K
2
LEDLED+
16 15
LCD 2 X 16
Gambar 2.4 Rangkaian LCD
2.1 Rangkaian Driver Relay
Gambar 2.5 Relay SPDT (Sumber: Ardath Kristi. 2015)
Relay SPDT (Single-Pole DualTotem) yang berarti memiliki sebuah kontak NO dan sebuah kontak NC dengan sebuah COMMON. Pada saat kumparan tidak dialiri arus, maka kontak NC akan terhubung dengan COM. Jika kumparan dialiri arus, maka kontak akan bergerak dari NC ke NO, sehingga NO akan terhubung dengan COM. Tegangan kerja koil yang dimiliki sebesar 5 V. 5V K1 5
NC
4
NO
3 1 2 J1
R1 1K
1
RELAY SPDT Q1 BD139
MIKROKONTROLLER
Gambar 2.6 Rangkaian Driver Relay
Rangkaian diatas merupakan rangkaian driver relay untuk untuk menghidup atau mematikan relay dengan mikrokontroller. Ketika tegangan kerja relay sedangkan tegangan keluarannya tidak mencapai 5 V maka digunakan transistor untuk mendriver relay. Fungsi transistor ini sebagai saklar elektronik akan mengalirkan arus pada kaki basisnya dan akan menyumbat arus jika tidak terdapat arus bias pada kaki basisnya. Koil relay dihubungkan kolektor dari transistor. Jika inputan dari mikrokontroller yang berlogika 1 melewati resistor R1 ke basis transistor BD139 sebesar 0,8 V, transistor akan satu rasi sehingga kolektor-emitor transistor terhubung dan relay aktif. Kontak relay yang awalnya terhubung pada NC akan berpindah ke NO. Apabila inputan dari mikrokontroller berlogika 0 maka relay tidak aktif sehingga transistor tidak satu rasi, kontak relay akan tetap terhubung pada NC. 2.2 Detektor Air
5
Seminar Tugas Akhir
Juni 2016
Kabel
Gambar 2.7 Detektor Air (Sumber: Rizal Hidayat, 2014)
Rangkaian detektor air bisa dibuat memakai rangkaian driver relay. Sensor yang dipakai untuk mendeteksi ketinggian air tersebut adalah pin basis transistor yang diberikan bias tegangan yang berasal dari sumber tegangan lewat air. Resistansi air bisa dipakai sebagai pemberi tegangan ke basis transistor. Dengan keadaan seperti itu maka diperoleh suatu sensor pendeteksi air. Resistansi air dideteksi memakai sepasang ujung probe memiliki bahan logam atau konektor yang diletakan dengan cara sejajar sejauh 1 centimeter. (Corelita 2014)
berjalan. Alat ini menggunakan 2 pompa yang digunakan untuk mengisi dan mengosongkan chamber nomor 7, 9, 11 dan 13 yang berisi air kran. Output driver pompa pengisian digunakan untuk menghidupkan dan mematikan pompa pengisian air pada chamber nomor 7, 9, 11 dan 13. Sedangkan output driver pompa pengosongan menghidupkan dan mematikan pompa pengosongan pada chamber nomor 7, 9, 11 dan 13. Detektor air penuh untuk mendeteksi air pada chamber 7, 9, 11 dan 13 ketika air sudah penuh atau belum dan untuk mengontrol kerja atau tidaknya pompa pengisian. Detektor ini diletakkan pada chamber nomor 7. Sedangkan detektor air kosong untuk mendeteksi air pada chamber 7, 9, 11 dan 13 ketika belum kosong atau sudah kosong dan untuk mengontrol kerja atau tidaknya pompa pengosongan. Tombol start untuk menjalankan perintah dari mikrokontroller. 3.2 Diagram Alir Modul
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Blok
Begin
Pencelupan larutan xylol 2, timer berjalan
Inisialisasi
Pompa 1 Hidup
Motor 2 bergerak naik
No
Detektor level air penuh mendeteksi
Yes Pompa 1 mati
No
Tekan Start Yes Motor 2 bergerak turun
Pencelupan larutan xylol 1, timer berjalan
Gambar 3.1 Diagram Blok Automatic Stainer
Motor 2 bergerak naik
Motor 1 bergerak ke chamber 2
Keterangan: : blok yang dibahas
Motor 2 bergerak turun
Motor 1 bergerak ke chamber 3
Motor 2 bergerak turun Pencelupan larutan ethanol absolute, timer berjalan Motor 2 bergerak naik
Motor 1 bergerak ke chamber 4
Motor 2 bergerak turun Pencelupan larutan ethanol absolute, timer berjalan
A
Mikrokontroller sebagai tempat memasukkan program. Pada outputan LCD berfungsi untuk menampilkan timer dan nama larutan yang sedang
6
Seminar Tugas Akhir
A
Motor 1 bergerak ke chamber 7
Pembilasan air kran, timer berjalan
Motor 2 bergerak turun
Motor 2 bergerak naik
Pembilasan air kran, timer berjalan
Motor 1 bergerak ke chamber 10
Motor 2 bergerak naik
Motor 2 bergerak turun
Motor 1 bergerak ke chamber 8
Pencelupan larutan pembiru, timer berjalan
Motor 2 bergerak turun
Motor 2 bergerak naik
Pencelupan larutan hematoksilin, timer berjalan
Motor 1 bergerak ke chamber 11
Motor 2 bergerak naik
Motor 1 bergerak ke chamber 5
Motor 2 bergerak turun Pencelupan larutan ethanol 90%, timer berjalan Motor 2 bergerak naik
Motor 1 bergerak ke chamber 6
Juni 2016
Motor 2 bergerak turun
Motor 2 bergerak naik
Motor 2 bergerak turun
Pencelupan larutan ethanol 80%, timer berjalan
Motor 1 bergerak ke chamber 9
Pembilasan air kran, timer berjalan
Motor 2 bergerak naik
Motor 2 bergerak turun
B
B Motor 2 bergerak naik
Motor 1 bergerak ke chamber 12
Pompa 2 hidup
Detektor level air kuras mendeteksi
No
Yes Pompa 1 mati
Motor 2 bergerak turun End Pencelupan larutan eosin, timer berjalan
Motor 2 bergerak naik
Motor 1 bergerak ke chamber 13
Motor 2 bergerak turun
Pembilasan air kran, timer berjalan
Motor 2 bergerak naik
Gambar 3.2 Diagram Alir Automatic Stainer
Pada saat alat dinyalakan maka program akan menginisialisasi program dan program berjalan. Pompa 1 digunakan untuk mengisi air kran pada chamber nomor 7, 9, 11 dan 13. Pompa 2 digunakan untuk mengosongkan air kran pada chamber nomor 7, 9, 11 dan 13. Pompa 1 menyala jika detektor air penuh belum tersentuh air yang berarti chamber nomor 7, 9, 11 dan 13 belum terisi air secara penuh. Pompa 1 akan berhenti bekerja jika detektor air penuh sudah menyentuh air yang menandakan air pada chamber nomor 7, 9, 11 dan 13 sudah terisi air. Maka proses pencelupan bisa dilakukan. Ketika tombol start ditekan proses pencelupan dimulai. Motor 2 akan
bergerak turun sehingga proses pencelupan pada larutan xylol 1 berjalan sesuai waktu yang ditentukan. Setelah pencelupan selesai, motor 2 akan bergerak naik. Kemudian motor 1 akan bergerak ke chamber 2. Selanjutnya motor 2 akan bergerak turun sehingga proses pencelupan pada larutan xylol 2 berjalan sesuai waktu yang ditentukan. Setelah pencelupan selesai, motor 2 akan bergerak naik. Kemudian motor 1 akan bergerak ke chamber 3. Dari chamber 2, motor 2 akan bergerak turun sehingga proses pencelupan pada larutan ethanol absolute berjalan sesuai waktu yang ditentukan. Setelah pencelupan selesai, motor 2 akan bergerak naik. Kemudian motor 1 akan bergerak ke chamber 4. Dilanjutkan Motor 2 akan bergerak turun sehingga proses pencelupan pada larutan ethanol absolute berjalan sesuai waktu yang ditentukan. Setelah pencelupan selesai, motor 2 akan bergerak naik. Kemudian motor 1 akan bergerak ke chamber 5 Motor 2 akan bergerak turun sehingga proses pencelupan pada larutan ethanol 90% berjalan sesuai waktu yang ditentukan. Setelah pencelupan selesai, motor 2 akan bergerak naik. Kemudian motor 1 akan bergerak ke chamber 6. Setelah itu motor 2 akan bergerak turun sehingga proses pencelupan pada larutan ethanol 80% berjalan sesuai waktu yang ditentukan. Setelah pencelupan selesai, motor 2 akan bergerak naik. Kemudian motor 1 akan bergerak ke chamber 7. Motor 2 akan bergerak turun sehingga proses pembilasan air kran pada preparat berjalan sesuai waktu yang ditentukan. Setelah proses selesai, motor 2 akan bergerak naik. Kemudian motor 1 akan bergerak ke chamber 8. Motor 2 akan bergerak turun sehingga proses pencelupan pada
7
Seminar Tugas Akhir
larutan hematoksilin berjalan sesuai waktu yang ditentukan. Setelah pencelupan selesai, motor 2 akan bergerak naik. Kemudian motor 1 akan bergerak ke chamber 9. Motor 2 akan bergerak turun sehingga proses pembilasan air kran pada preparat berjalan sesuai waktu yang ditentukan. Setelah pencelupan selesai, motor 2 akan bergerak naik. Kemudian motor 1 akan bergerak ke chamber 10. Selanjutnya motor 2 akan bergerak turun sehingga proses pencelupan pada larutan pembiru berjalan sesuai waktu yang ditentukan. Setelah pencelupan selesai, motor 2 akan bergerak naik. Kemudian motor 1 akan bergerak ke chamber 11. Motor 2 akan bergerak turun sehingga proses pembilasan air kran pada preparat berjalan sesuai waktu yang ditentukan. Setelah pencelupan selesai, motor 2 akan bergerak naik. Kemudian motor 1 akan bergerak ke chamber 12. Motor 1 berhenti pada chamber 12, motor 2 akan bergerak turun sehingga proses pencelupan pada larutan pembiru berjalan sesuai waktu yang ditentukan. Setelah pencelupan selesai, motor 2 akan bergerak naik. Kemudian motor 1 akan bergerak ke chamber 13. Motor 2 akan bergerak turun sehingga proses pembilasan air kran pada preparat berjalan sesuai waktu yang ditentukan. Setelah pencelupan selesai, motor 2 akan bergerak naik. Proses pencelupan selesai. Saat semua proses sudah selesai maka detektor air kosong mendeteksi apakah air pada chamber nomor 7, 9, 11 dan 13 masih terisi air apa tidak. Jika detektor kosong mendeteksi chamber berisi air maka pompa 2 hidup sehingga mengosongkan chamber nomor 7, 9, 11 dan 13 yang sebelumnya berisi air kran. Pompa 2 akan berhenti bekerja jika detektor air kosong sudah tidak menyentuh air atau
Juni 2016
chamber telah kosong dan proses selesai. 3.3 Diagram Mekanik Sistem
Gambar 3.3 Diagram Mekanik Automatic Stainer
3.4 Alat dan Bahan Berikut ini disampaikan data bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan modul ini: Tabel 3.1. Tabel Daftar Komponen Nama Komponen
Banyaknya
X – TAL 12 MHz Resistor 220 Ω ¼ W Resistor 1KΩ ¼ W Resistor 4,7K Ω ¼ W Diode zener Capasitor 10uF/16V Capasitor 22pf Multitone 50K Multitone 100K LCD 2x16 IC ATmega835 Soket IC ATmega8535 Conector 8 pin
1 buah 1 buah 2 buah 1 buah 1 buah 3 buah 2 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 4 buah
Conector 2 pin Transistor BD139 Dioda IN4007 Relay SPDT 5v Limit switch Push Button
5 buah 2 buah 2 buah 2 buah 2 buah 2 buah
Sebagai penunjang dalam melaksanakan pembuatan modul, pengukuran, pengamatan, maupun pengujian digunakan beberapa
8
Seminar Tugas Akhir
peralatan. Peralatan-peralatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Alat ukur - Multimeter - Stopwatch 2. Alat elektrik - Solder dan timah - Bor 3. Alat bantu mekanik - Obeng - Tang - Toolset, dll 3.5 Jenis Penelitian Rancangan penelitian alat ini menggunakan metode pre-experimental dengan jenis penelitian one group post test design. Pada rancangan alat ini peneliti langsung memberikan perlakuan pada alat Automatic Stainer dengan menambahkan pengaturan pengisian dan pengosongan pada chamber air kran secara otomatis kemudian langsung dilakukan pengukuran pada hasilnya. Disini tanpa ada kelompok kontrol atau pembanding. Perlakuan diukur X -------------------------------- 0 X = treatmen/perlakuan yg diberikan (variabel Independen) 0 = Observasi (variabel dependen) 3.6 Variabel Penelitian 3.6.1 Variabel Bebas Sebagai variabel bebas adalah air kran. 3.6.2 Variabel Tergantung Pompa merupakan variabel tergantung karena proses pencelupan tergantung pada menyala atau matinya pada pompa selama proses pengisian dan pengosongan pada chamber berisi air kran. 3.6.3 Variabel Terkendali Sebagai variabel terkendali yaitu Mikrokontroler ATmega 8535. 3.7 Definisi Operasional
Juni 2016
Dalam kegiatan operasionalnya, variabel-variabel yang digunakan dalam pembuatan modul, baik variabel tekendali, tergantung, dan bebas memiliki fungsi-fungsi antara lain: Tabel 3.2 Definisi operasional dan variable
3.8 Teknik Analisis Data 3.8.1 Rata–rata Rata–rata adalah bilangan yang di dapat dari hasil pembagian jumlah nilai data oleh banyaknya data dalam kumpulan tersebut. Rumus rata–rata adalah: Dimana: X’ : rata-rata X1,..,Xn : nilai data n : banyak data 3.8.2 Nilai Error Error (Rata–rata simpangan) adalah selisih antara mean terhadap masing–masing data. Rumus Error adalah:
Dimana: X : data yang diukur X’ : rata-rata 3.9 Urutan Kegiatan Dalam penelitian dan pembuatan modul ini penulis terlebih dahulu mengadakan persiapan untuk proses
9
Seminar Tugas Akhir
Juni 2016
pembuatan dan pengamatan yang meliputi di bawah ini: a. Mempelajari teori – teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas melalui studi kepustakaan. b. Mempelajari dan merancang teknis pembuatan modul tersebut. c. Membuat diagram blok sistem d. Membuat diagram alir sebagai urutan cara kerja alat e. Merencanakan anggaran biaya pembuatan modul f. Menyusun proposal g. Menyiapkan bahan berupa komponen, box dan peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan modul h. Membuat layout rangkaian mikrokontroller, LCD, dan tombol READ i. Memasang komponen pada PCB j. Menyatukan semua rangkaian k. Mengintegrasikan semua rangkaian l. Menyusun program untuk menyalakan sistem m. Melakukan uji coba modul n. Melakukan kalibrasi modul o. Menyusun laporan KTI 3.10 Tempat dan Jadwal Penelitian 3.10.1 Tempat pembuatan modul Lokasi yang dilakukan pelaksanaan penelitian atau tempat mengambil data penelitian yaitu di Lab. Teknik Tenaga Listrik Kampus Teknik Elektromedik Surabaya. 3.10.2 Waktu pembuatan modul Jadwal kegiatan penulis susun menurut jadwal kalender Akademik yang ada di Poleteknik Kesehatan Jurusan Teknik Elektromedik Surabaya. 3.11
Jadwal Kegiatan Jadwal kegiatan penulis disusun
Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan
4. HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS 4.1 Hasil Pengukuran Test Point 4.1.1 Pengukuran Tegangan Power Supply Tabel 4.1 Pengukuran Tegangan Pada Output Power Supply Tegangan Pada Output Power Supply 5v 12 v
4.1.1 Test Point Output Mikrokontroller Test point ini dilakukan agar mengetahui output dari masingmasing pin mikrokontroller yang digunakan sebagai output dari ATmega8535. Output yang digunakan 2 buah pin yaitu PORTA.5 dan PORTA.6, sehingga dapat diketahui logika low high dari pin-pin tersebut. Tabel 4.2 Pengukuran Output Mikrokontroller Test point Keadaan Awal Output PORTA.5 0v 4,8 v PORTA.6 0v 4,8 v 4.1.2 Hasil Pengukuran Test Point pada Pompa Pengisian Tabel 4.3 Pengukuran Rangkaian Driver Pompa Pengisian Logika Mikro Vteori VB (V)
Vukur
menurut kalendar akademik yang ada di
Politeknik
Kesehatan
Jurusan
Teknik Elektromedik Surabaya.
Tegangan yang Terukur 5,01 v 12,06 v
VC (V)
Vteori Vukur
0 0V 0V 0V 0V 0V 0V 5V 4,95 V
1 0,8 V 0,78 V 0,79 V 0,82 V 0,8 V 0,82 V 0V 0,04 V
10
Seminar Tugas Akhir
Vteori Vin Pompa
(V)
Vukur
Keadaaan Pompa
Juni 2016
4,95 V 4,95 V 4,95 V 4,95 V 0V 0V 0V 0V 0V 0V Mati
0,04 V 0,04 V 0,04 V 0,05 V 5V 4,77 V 4,77 V 4,78 V 4,78 V 4,78 V Hidup
4.1.3 Hasil Pengukuran Test Point pada Pompa Pengosongan Tabel 4.4 Pengukuran Rangkaian Driver Pompa Logika mikro Vteori VB (V)
Vukur
Vteori VC (V)
Vukur
Vteori Vin Pompa
(V)
Vukur
Keadaaan Pompa
0 0V 0V 0V 0V 0V 0V 5V 4,95 V 4,95 V 4,95 V 4,95 V 4,95 V 0V 0V 0V 0V 0V 0V
1 0,8 V 0,84 V 0,84 V 0,83 V 0,81 V 0,83 V 0V 0,05 V 0,04 V 0,04 V 0,05 V 0,05 V 5V 4,79 V 4,77 V 4,77 V 4,78 V 4,78 V
Mati
Hidup
Vteori VC (V)
Vukur
Vteori Vin mikro (V)
Vukur
Keadaaan Pompa
Detektor Air Kuras Tabel 4.6 Pengukuran Detektor Air Kuras Keadaan Chamber Vteori VB (V)
Vukur
Vteori VC (V)
Vukur
Vteori Vin mikro (V)
Vukur
Keadaaan Pompa
Tabel 4.5 Pengukuran Rangkaian Detektor Air Penuh Keadaan Chamber Vteori VB (V)
Vukur
Air Belum penuh 0V 0V 0V 0V
Air Sudah Penuh 0,8 V 0,86 V 0,84 V 0,84 V
0,85 V 0,84 V 0V 0,08 V 0,06 V 0,06 V 0,06 V 0,07 V 5V 4,96 V 4,95 V 4,95 V 4,95 V 4,95 V Mati
4.1.5 Hasil Pengukuran Test Point pada
4.1.4 Hasil Pengukuran Test Point pada Detektor Air Penuh
0V 0V 5V 4,95 V 4,95 V 4,95 V 4,95 V 4,95 V 0V 0V 0V 0V 0V 0V Hidup
Air Belum Kosong 0,8 V 0,84 V 0,82 V 0,82 V 0,82 V 0,82 V 0V 0,08 V 0,07 V 0,08 V 0,07 V 0,07 V 5V 4,95 V 4,95 V 4,95 V 4,95 V 4,95 V Hidup
Air Sudah Kosong 0V 0V 0V 0V 0V 0V 5V 4,95 V 4,95 V 4,95 V 4,95 V 4,95 V 0V 0V 0V 0V 0V 0V Mati
5.1 Pembahasan Rangkaian 5.1.1 Modul Rangkaian Minimum Sistem ATmega8535 Spesifikasi Modul Rangkaian Minimum Sistem yang diperlukan adalah: 1. Tegangan yang dibutuhkan 5 VDC dan ground.
11
Seminar Tugas Akhir
Juni 2016
2. Membutuhkan sambungan MISO, MOSI, SCK, dan RESET untuk dapat memprogram 8535. 3. Membutuhkan tombol untuk memilih program. 4. Membutuhkan display LCD untuk menampilkan timer. J1 PB5 PB6 PB7 RESET
PB0 PB1 PB2 PB3 PB4 PB5 PB6 PB7 RESET
R1 220 VCC C1
R2
+
VCC
10uf /16v
4K7
10 PD0 PD1 PD2 PD3
SW4 1
2
14 15 16 17 18 19 20 21
RESET PD5 PD6 PD7
PA0 PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7
31
GND
29 PD0 (RXD) (TOSC2) PC7 28 PD1 (TXD) (TOSC1) PC6 27 PD2 (INT0) PC5 26 PD3 (INT1) PC4 25 PD4 (OC1B) PC3 24 PD5 (OC1A) PC2 23 PD6 (ICP1) (SDA) PC1 22 PD7 (OC2) (SCL) PC0
PC7 PC6 PC5 PC4 PC3 PC2 PC1 PC0
VCC
16 LED- 15 LED+
6 E 5 RW 4 RS 3 VEE 2 VDD 1 VSS
32 AREF 30 AVCC
START SW2 LIMIT BAWAH SW1
AREF AVCC
LIMIT BAWAH
5V VCC
ATMEGA 8535
K1
PD7 PD6 PD5 PD3
VCC
3
14 13 12 11 10 9 8 7
SW3
MULTITUN2 PD2 PD1 PD0
1
50K
PB0 PB1 PB2 PB3 PB4 PB5 PB6 PB7
1 2 3 4 5 6 7 8
5 3
MULTITUN1
J2 PA0 PA1 PA2 PA3 PA4
J3 1 2 3 4 5
D6 DIODE ZENER
1
C1 10uF/16v
D1 IN4007
J1 4
1 2
100k
1 2 POMPA ISI
RELAY SPDT
SENSOR 9-SENSOR 13
R1
SENSOR 1-SENSOR8
PORTA.5
Q1 BD139
2
D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0
GND
12 13 XTAL2 XTAL1
VCC
LCD1
40 39 38 37 36 35 34 33
PB0 ( XCK/T0 ) (ADC0) PA0 PB1 (T1) (ADC1) PA1 PB2 (INT1/AIN0)(ADC2) PA2 PB3 (OC0/AIN1)(ADC3) PA3 PB4 (SS) (ADC4) PA4 PB5 (MOSI) (ADC5) PA5 PB6 (MISO) (ADC6) PA6 PB7 (SCK) (ADC7) PA7 RESET GND
3
PROGRAMMER
J7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11
2
1 2 3 4 5
5.1.2 Modul Rangkaian Driver Pompa Pengisian Spesifikasi modul rangkaian driver pompa pengisian yang diperlukan adalah: 1. Membutuhkan inputan logika 1 dari mikro sebagai pemicu rangkaian. 2. Membutuhkan tegangan input 5 V untuk input rangkaian dan pompa. 3. Tegangan inputan pompa sebesar 4,2 V – 5 V. Jadi didapatkan rangkaian seperti gambar di bawah ini:
1K
LCD 2 X 16
Gambar 5.1 Rangkaian Minimum Sistem
Penjelasan Rangkaian Minimum Sistem: Tombol atau switch pada rangkaian minimum sistem ini berupa tombol START pada PINC.6 digunakan untuk menjalankan system. PINC.4 dan PINC.5 menggunakan limit switch yang berfungsi untuk pembatas motor pada saat naik atau turun dan mengirim logika ketika tertekan otomatis oleh gerakan motor sehingga mengirimkan input terhadap mikro, dan tigabelas sensor opcopler berfungsi untuk menghentikan motor saat perpindahan chamber ke chamber sehingga mengirimkan logika inputan ke micro melalui PORTB, PINA.0, PINA.1, PINA.2, PINA.3 dan PINA.4. LCD 2x16 berfungsi sebagai display untuk menampilkan proses TIMER sedang berjalan. Tombol reset digunakan untuk mengembalikan kondisi awal lagi. Konektor programmer yang terhubung dengan pin Mosi, Miso, SCK, Reset dan Ground berfungsi untuk memasukkan dan menghapus program pada mikrokontroller.
Gambar 5.2 Rangkaian Driver Pompa Pengisian
Penjelasan gambar 5.2 adalah sebagai berikut: Dalam tugas akhir ini menggunakan relay dengan tegangan kerja 5 V. Koil relay dihubungkan kolektor dari transistor. Kapasitor 10uF yang dihubungkan paralel dengan koil relay berfungsi untuk mempertahankan arus yang melalui koil relay. Dioda IN4007 berfungsi sebagai melindungi transistor untuk menghubung singkat tegangan induksi yang mungkin terjadi saat peralihan kondisi relay ketika aktif ke tidak aktif sehingga tidak akan menganggu sistem mikrokontroller. Jika inputan PORTA.5 berlogika 1 melewati resistor 1K ke basis transistor sebesar 0,8 V, transistor satu rasi sehingga kolektor-emitor transistor terhubung dan relay aktif. Kontak relay yang awalnya terhubung pada NC akan berpindah ke NO
12
Seminar Tugas Akhir
Juni 2016
sehingga pompa mendapatkan inputan tegangan 5 V. 5.1.3 Modul Rangkaian Driver Pompa Pengosongan Spesifikasi modul rangkaian driver pompa pengosongan yang diperlukan adalah: 1. Membutuhkan inputan logika 1 dari mikro sebagai pemicu rangkaian. 2. Membutuhkan tegangan input 5 V untuk input rangkaian dan pompa. 3. Tegangan inputan pompa sebesar 4,2 V – 5 V. Jadi didapatkan rangkaian seperti gambar di bawah ini: 5V
K2 5 3 C2 10uF/16v
D2 IN4007
J2 4
1 2
1 2 POMPA KURAS
RELAY SPDT
transistor terhubung dan relay aktif. Kontak relay yang awalnya terhubung pada NC akan berpindah ke NO sehingga pompa mendapatkan inputan tegangan 5 V. 5.1.4 Modul Rangkaian Detektor Air Penuh Spesifikasi modul rangkaian detektor air penuh yang diperlukan adalah: 1. Menggunakan kabel konektor sebagai detektor air. 2. Membutuhkan tegangan input 5 V untuk input rangkaian. 3. Kaki basis BD139 yang terhubung pada R1 pada chamber. 4. Kaki NC relay terhubung pada ground dan kaki NO relay terhubung pada 5 V. 5. Program mengontrol driver pompa pengisian dari inputan PORTA.7 yang terhubung pada kontak relay.
R2 PORTA.6
Q2 BD139 1K
Gambar 5.3 Rangkaian Driver Pompa Pengosongan
Jadi didapatkan rangkaian seperti gambar di bawah ini: K1 5V
5 PA7
5V
3 4
Penjelasan gambar 5.3 adalah sebagai berikut: Dalam tugas akhir ini menggunakan relay dengan tegangan kerja 5V. Koil relay dihubungkan kolektor dari transistor. Kapasitor 10uF yang dihubungkan paralel dengan koil relay berfungsi untuk mempertahankan arus yang melalui koil relay. Dioda IN4007 berfungsi sebagai melindungi transistor untuk menghubung singkat tegangan induksi yang mungkin terjadi saat peralihan kondisi dari on ke off sehingga tidak akan membuat reset sistem mikrokontroller. Jika inputan PORTA.6 berlogika 1 melewati resistor 1K ke basis transistor sebesar 0,8 V, transistor satu rasi sehingga kolektor-emitor
1 2 J1
5V RELAY SPDT
R1 2 1 CHAMBER
Q1 BD139 1K
Gambar 5.4 Rangkaian Detektor Air Penuh K2 5V
5 PC7
5V
3
Penjelasan gambar 5.41 adalah sebagai 2 berikut: 5V J2 RELAY SPDT R2 Relay yang digunakan pada 2 Q2 BD139 modul1 tugas akhir ini menggunakan CHAMBER 1K tegangan kerja 5 V. Kontak relay dihubungkan pada PINA.7 sebagai inputan pada mikro, NC relay terhubung pada ground dan NO relay terhubung pada 5 V. Sehingga ketika kontak relay tidak aktif maka menginputkan logika 0 pada mikro dan relay aktif akan menginputkan logika 1 pada mikro. Konektor J1 diletakkan pada chamber sebagai 4
13
Seminar Tugas Akhir
Juni 2016
detektor air. J1 akan terhubung jika menyentuh air. Pompa pengisian bekerja selama PINA.7 menginputkan logika 0 sebesar 0 V yang berarti relay tidak aktif karena konektor detektor belum menyentuh air. Pada saat konektor detektor menyentuh air maka basis transistor yang terhubung R1 mendapat tegangan sebesar 0,8 V sehingga transistor saturasi dan relay aktif. Kontak relay berpindah ke NO dan PINA.7 mendapat inputan logika 1 sebesar 4,95 V dan PORTA.5 berlogika 1 yang memerintahkan pompa pengisian berhenti bekerja. 5.1.5 Modul Rangkaian Detektor Air Kosong Spesifikasi modul rangkaian detektor air kosong yang diperlukan adalah: 1. Menggunakan kabel konektor sebagai detektor air. 2. Membutuhkan tegangan input 5 V untuk input rangkaian. 3. Kaki basis BD139 yang terhubung pada R2 pada chamber. 4. Kaki NC relay terhubung pada ground dan kaki K1 NO relay 5V 5 5V PA7 3 terhubung pada 5 V. 4 1 5. Program mengontrol driver pompa 2 5V PORTC.7 J1 pengisian dari inputan RELAY SPDT R1 kontak relay. 2 yang terhubung pada Q1 1
BD139
CHAMBER
1K
Jadi didapatkan rangkaian seperti gambar di bawah ini:
Penjelasan gambar 5.5 adalah sebagai berikut: Relay yang digunakan pada modul tugas akhir ini menggunakan tegangan kerja 5 V. Kontak relay dihubungkan pada PINC.7 sebagai inputan pada mikro, NC relay terhubung pada ground dan NO relay terhubung pada 5 V. Sehingga ketika kontak relay tidak aktif maka menginputkan logika 0 pada mikro dan relay aktif akan menginputkan logika 1 pada mikro. Konektor J1 diletakkan pada chamber sebagai detektor air. J1 akan terhubung jika menyentuh air. Pompa pengosongan bekerja selama PINC.7 menginputkan logika 1 sebesar 4,95 V yang berarti relay aktif karena konektor detektor menyentuh air. Basis transistor yang terhubung R1 mendapat tegangan sebesar 0,8 V transistor saturasi dan kontak relay terhubung ke NO sehingga PORTA.6 berlogika 1 yang memerintahkan pompa pengosongan bekerja. Ketika air di chamber sudah kosong maka konektor detektor air tidak menyentuh air sehingga basis transistor tidak mendapat tegangan dan relay tidak aktif. Kontak relay terhubung NC maka PINC.7 mendapat logika 0 sehingga memerintahkan PORTA.6 mengeluarkan logika 0 (0 V) dan pompa pengosongan berhenti bekerja.
K2 5V
5 PC7
5V
3 4 1 2
5V
J2
R2 2 1 CHAMBER
RELAY SPDT Q2 BD139
1K
Gambar 5.5 Rangkaian Detektor Level Air Kosong
5.2 Pembahasan Kinerja Keseluruhan Pada saat alat dihubungkan, power supply 5 V dan 12 V yang digunakan untuk mensupply seluruh rangkaian. Minimum sistem ATmega8535 aktif. Detektor level air penuh tidak menyentuh air, PINA.7 yang berlogika 0 akan memperintahkan mikro mengeluarkan output logika 1
14
Seminar Tugas Akhir
(4,95 V) melalui PORTA.5 dan pompa pengisian bekerja. Ketika chamber air sudah penuh, detektor air penuh akan menginputkan logika 1 (4,95 V) pada PINA.7 sehingga PORTA.5 akan mengeluarkan logika 0 untuk menghentikan pompa pengisian. Proses pencelupan berjalan dengan menekan tombol pada PINC.6. Ketika semua proses pencelupan pada larutan sudah selesai, mikro mengeluarkan output logika 1 melalui PORTA.6, saat detektor air kosong masih menginputkan logika 1 (4,95 V) pada PINC.7 yang berarti air masih ada pada chamber. Ketika chamber air sudah kosong maka detektor air kosong akan menginputkan logika 0 (0 V) pada PINC.7 sehingga PORTA.6 akan mengeluarkan logika 1 untuk menghentikan pompa pengosongan. Dalam modul yang telah dibuat ini mempunyai kekurangan pada sambungan-sambungan selang yang masih bocor dan adanya penambahan resin untuk mencetak dasar chamber 7, 9, 11 dan 13 miring agar pada saat proses pengosongan chamber bisa cepat kosong. Modul ini juga mempunyai kelebihan memiliki detektor level air, sehingga pada saat chamber terisi tidak, air tidak sampai meluap. Dan ketika chamber sudah kosong bisa menghentikan kerja pompa. DAFTAR PUSTAKA 1) Ahmad Aulia Jusuf. 2009. Histoteknik Dasar. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Bagian Histologi 2) Ardath Kristi. 2015. Bagaimana Cara Membuat Driver Relay. https://utakatikmikro.com/2015/03/04/ bagaimana-cara-membuat-driver-relayuntuk-menggerakan-kontaktor-3phase-
Juni 2016
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
motor-dll-untuk-mikrokontroler/. (diakses 1 Juli 2016) Ardi Winoto. 2008. Mikrokontroler AVR ATmega8/32/16/8535 dan Pemrogramannya dengan Bahasa C pada WinAVR. Bandung: Informatika Corelita. 2014. Cara Membuat Skema rangkaian Detektor Level Air Dengan Transistor. http://www.corelita.com/caramembuat-skema-rangkaian-detektorlevel-air-dengan-transistor/ (diakses pada tanggal 12 Juli 2016) DX. 2013. DIY Electric Motor Mini Water Pump – White. http://www.dx.com/p/diy-electricmotor-mini-water-pump229082#.V3ItyxJSE_Y. (diakses 19 Juni 2016) Lakshmi Anand K. 2008. 16x2 LCD Display Yellow/green LED Backlight. www.hobbytronics.co.uk. (diakses 19 Juni 2016) NE Simatupang - 2010. Rancang Bangun Miniatur Security Ruangan Menggunakan Pintu Otomatis Berbasis Mikrokontroler AVR ATmega8535. repository.usu.ac.id/bitstream/1234567 89/20194/4/Chapter%20II.pdf (diakses tanggal 7 Desember 2014) Rizal Hidayat. 2014. Konsep Dasar Pendeteksi Banjir Via SMS. http://mybroadcaster.blogspot.co.id/20 14/04/konsep-dasar-pendeteksi-banjirvia-sms.html (diakses 19 Juni 2016) Soekidjo Notoadmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Wikipedia. 2014. Pompa - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Pompa. (diakses 14 Desember 2015)
15