SEMINAR SURGA DAN NERAKA
21 September 2013
Pdt. Antonius Steven Un, M.Th
Mengapa kita perlu membahas surga dan neraka? 1. Sosok yang paling banyak membahas tentang neraka adalah Yesus. 2. Jika Yesus mengganggap hal tersebut penting, kita perlu mengertinya dengan konteks yang benar sehingga pemahaman kita tidak kacau. 3. Etika kehidupan Kristen selalu melihat kekekalan sehingga mempengaruhi sikap hidup kita masa kini. Seperti Paulus yang mengejar kemuliaan sehingga ia sabar menanggung segala penderitaan. Pendahuluan Ada surga dan neraka. Siapa yang berhak masuk ke surga atau neraka ditentukan oleh sebuah standard dari pengadilan Tuhan (Roma 2). Standard dari pengadilan Tuhan adalah : Wahyu dari Tuhan yang kemudian direspon dengan perbuatan baik. Jika dia memenuhi standard ini, maka dia layak masuk surga, sedangkan upah bagi mereka yang tak mampu mencapai standard (definisi dosa) adalah maut (Roma 6 :23). Sedang di dalam kitab Yesaya tertulis bahwa tidak ada seorangpun yang benar di hadapan Tuhan, sehingga semua orang tanpa terkecuali harus membayarnya dengan maut. Maka Yesus yang tidak berdosa dia rela mati, padahal ia tidak perlu mati (karena tidak berdosa) sehingga kematianNya melunasi upah yang seharusnya dibayar oleh orang-orang yang percaya kepadaNya. Jadi harus dipahami, keselamatan dalam Kristen bukan berarti Standard keadilan Allah dihilangkan, namun Yesus telah membayarnya lunas. Sehingga salib adalah bukti keadilan dan anugerah Allah. Maka dalam Efesus 2 tertulis bahwa karena anugerah Allah saja kita beroleh keselamatan, bukan usaha kita sendiri. Jadi mereka yang menolak Yesus layak dihukum dan membayar upah dosa mereka masing-masing. Mengapa Yesus adalah satu-satunya Juruselamat Dunia ? 1. Alkitab mengatakannya ( Yohanes 14:6, Kis 4:12, 1 Tim 2:5 ) 2. Semua manusia bermasalah dalam dosa. Maka penyelesaiannya harus dari luar manusia.
3. Dosa adalah tindakan manusia melawan Allah, sehingga manusialah yang bersalah. Maka tidak mungkin syarat atau cara penyelesaiannya menurut cara manusia, harus sesuai syarat yang dikehendaki Allah. Analoginya jika kita menabrak mobil seseorang, maka korbanlah yang menentukan bagaimana kerugiannya dianggap lunas, bukan yang menabrak. 4. Yesus adalah Allah sejati sekaligus manusia sejati. Ini adalah syarat perantara karena perantara harus memahami kedua pihak. Dosa adalah masalah Allah dan pergumulan manusia (Ibrani 4 :14-15) Dia tahu Allah, dia memahami betul pergumulan manusia. 5. Hanya Yesus yang menyelesaikan dosa dan mati untuk orang berdosa, sehingga murka Allah lunas di dalam pengorbanan Yesus. SURGA MENURUT ALKITAB Surga itu : Hidup kekal tanpa akhir di dalam sukacita, kebahagiaan dan kemuliaan Tuhan. Bersekutu dekat dan menikmati Tuhan sampai selama-lamanya. Dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru hal ini yang terus menjadi kerinduan bagi umat Allah dan tujuan Allah sendiri. Bahwa Allah menjadi Allah bagi umat percaya. Penggambaran surga 1. Tidak terjelaskan Apa yg indah di surga tidak bisa dijelaskan dengan apapun yang ada di bumi. Kitab Wahyu selalu menggunakan kata “bagaikan” dan hal yang dikatakan tidak ada duanya di bumi ini. Contohnya dalam Wahyu 4 : 3 tertulis “Dia yang duduk di tahta itu nampaknya bagaikan permata yaspis (Diamond) dan permata sardis.” Permata sardis berwarna merah darah, permata yaspis berwarna putih dan kedua warna itu dicampur. Sehingga tahta ini tidak bisa dijelaskan dengan apapun hal yang berharga bahkan batu-batu permata sekalipun. Selanjutnya “suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang gemilang bagaikan zamrud rupanya.” Pelangi umumnya ada 7 warna, namun zamrud berwarna hijau, jadi ini seperti pelangi tapi bukan pelangi. Karena itu kecantikan dan kemegahannya tidak terjelaskan. 2. Rumah Bapa Yesus mengatakan Surga bagaikan Rumah Bapa. Ia menggambarkan disana ada : -
Sense of intimacy Yesus mengatakan bahwa di rumah Bapa akan banyak “tempat tinggal”, hal itu dikatakan pada murid-muridNya yang gelisah ketika Yesus mengatakan akan pergi meninggalkan mereka. Yesus berkata akan mempersiapkan tempat bagi mereka, kemudian menjemput mereka. Ada semacam hubungan cinta kasih yang intim, sebuah ekspresi kasih Allah hingga menyiapkan sesuatu disana layaknya seorang ibu yang menyiapkan baju dan ruang bayi
saat ia hamil. Disana kelak mereka akan tinggal bersama Yesus yang begitu mengasihi mereka. -
Sense of Home Setiap orang hidup memerlukan rumah. Rumah artinya tujuan pulang terakhir, tujuan yang jelas setelah kita beraktifitas sehari-hari dan disanalah kita menemukan peristirahatan dan kenyamanan. Begitu juga dengan surga. Disanalah tempat peristirahatan selamanya bagi jerih lelah umat Tuhan.
Sense of Home dan Sense of Intimacy digabungkan maka inilah apa yang coba Yesus gambarkan tentang surga. Tempat dimana kita beristirahat selama-lamanya dan menikmati hubungan dengan Tuhan yang begitu mengasihi kita. Ini adalah alasan mengapa para hamba Tuhan di bumi ingin selalu terus menjaga hubungan dengan Tuhan. Mereka begitu mengasihi Tuhan sehingga rela disiksa. Ketika mereka pulang ke surga Tuhan akan menyambutnya dan disanalah hubungan mereka tidak bisa lagi disamakan dengan ketika mereka di bumi. Selama-lamanya mereka hidup bersama dalam cinta kasih surgawi, tidak ada keindahan dan perasaan kebahagiaan yang sanggup menggambarkan hal ini. Tingkatan berkat dalam surga Di surga ada tingkatan berkat. Namun ini bukan lagi bicara tentang keselamatan namun sebagai upah akan jerih lelah kita. Hal tersebut tercatat dalam 2 Korintus 5 : 9-10, 1 Korintus 15 : 58 dan Matius 5. Bahwa setiap orang menerima upah menurut perbuatannya masing –masing ketika di bumi. Standard yang dipakai dalam menentukan tingkatan berkat adalah : 1. Firman Tuhan yang telah diterima apakah sudah dilakukan dengan baik atau belum. 2. Anugerah yang diberikan apakah sudah direspon dan dipertanggungjawabkan dengan baik. NERAKA MENURUT ALKITAB Jika di surga keindahannya tidak terjelaskan, siksaan di Neraka juga tidak terjelaskan. Beberapa ide untuk menggambarkannya : 1. Ide Api Dalam Perjanjian Baru neraka disebut dengan istilah Gehenna. Sama seperti dalam Yeremia 32:35 yang artinya lembah Hinnon. Lembah Hinnon adalah lembah untuk mempersembahkan anak bagi Molokh. Disana ada api yang terus menyala tanpa henti. Dalam Matius 13 : 42 ide ini kembali Yesus tegaskan sebagai perapian yang menyala-nyala. 2. Ide kejijikan
Masih berhubungan dengan lembah Hinnon, ketika orang Israel mendengar daerah tersebut maka mereka akan langsung merasa mual dan jijik. 3. Ide kegelapan Muncul dalam Matius 22 : 13 yaitu perpisahan dari terang. Ini adalah kematian kekal. Jika kematian jasmani adalah berpisahnya tubuh dengan jiwa, kematian rohani adalah manusia dengan Tuhan, kematian kekal adalah neraka. 4. Ide ratapan Dalam Matius 22 : 13 juga mencatat adanya ratapan. Ratapan melebihi sekedar siksaan fisik, namun sebuah siksaan batin, penyesalan yang begitu dalam dan tak terselesaikan. Seperti penyesalan Esau dan Yudas dimana mereka ingin merubah keadaan namun tidak ada lagi jalan bagi mereka. 5. Ide kertakan Gigi Matius 22 : 13 juka mencatat istilah kertakan gigi. Menurut William Hendriksen ini adalah suatu bentuk penyiksaan dan perasaan marah yang luar biasa. Penyiksaan yang tidak ada habisnya dan sebuah kemarahan yang tak terselesaikan (Unsolved anger). 6. Ide kekekalan Dalam Markus 9 : 43, 48 tertulis adanya api yang tak terpadamkan dan ulat bangkai yang tidak mati. Sehingga disana tubuh tidak akan binasa bertemu dengan api yang tidak akan padam, maka penyiksaan yang tak tertahankan dan berlangsung selamanya. Semua ide tersebut digabungkan dalam kekekalan dan terus terjadi tanpa jalan keluar. Itulah gambaran yang akan dialami orang-orang dalam neraka. Namun hal ini saja masih terbatas, kenyataan akan kengerian neraka tidak bisa digambarkan dengan bahasa manusia. Derajat hukuman di neraka Di neraka juga ada derajat hukuman (Matius 11:20-24), hal yang menjadi tolak ukurnya : 1. Wahyu dan hati nurani (Roma 1-2) bagaimana dia meresponinya. 2. Perbuatan baik. Jadi jika dibandingkan, di surga adalah perbedaan derajat berkat, di neraka adalah derajat hukuman. PENGLIHATAN-PENGLIHATAN Jaman sekarang penglihatan-penglihatan akan surga dan neraka semakin marak. Mereka memiliki ciri khas : 1. Memodifikasi ayat di sana-sini. 2. Berbeda satu sama lain, setiap versi saling berbenturan (contoh ada yang mengatakan dalam penjara, ada yang mengatakan saling berperang. Jadi tidak sinkron).
3. Saat berbicara tentang surga mereka berbicara tentang apa yang berharga di dunia, jika tentang neraka apa yang buruk di dunia. Padahal wahyu dan penglihatan selalu melampaui dan tak terjelaskan dengan apapun yang ada di bumi. Sumber-sumber penglihatan Penglihatan tidak hanya dari Tuhan, bisa dari sumber yang lain : 1. Iblis Setan bisa melakukan karena : - Dia adalah bapa segala dusta. - 2 kor 1:14 Dia bisa menyamar. - 2 Tes 2, Dia bisa melakukan mujizat. Kepentingan setan sehingga ia menipu manusia dengan penglihatan : -
Meninggikan manusia. Mereka yang mendapat penglihatan akan merasa lebih dan mendapat perlakuan istimewa oleh beberapa kalangan. Berbeda sekali dengan orangorang di Alkitab yang mendapat Wahyu, mereka dalam kondisi tertekan, merenungkannya dan harus menghadapi hidup yang berat karena Wahyu tersebut (Abraham, Maria, Elizabeth, Paulus, dll)
-
Membuat orang berpaling dari Alkitab dan lebih mempercayai dan mencari penglihatan-penglihatan.
2. Halusinasi dan depresi. Masalah fisik Rata-rata orang yang mengklaim sering mendapat penglihatan sebelumnya mengalami sakit keras. Memang secara psikologi terbukti orang yang mengalami sakit keras bisa menciptakan halusinas-halusinasi. 3. Rekayasa Karena mereka sadar bahwa wahyu dan penglihatan bisa menambah kekayaan dan keuntungan maka mereka memanfaatkan dan merekayasanya. Karena itu penglihatan-penglihatan seperti itu sulit dipercaya karena : 1. Penglihatan tersebut sering tidak konsisten dan relatif. Yang konsisten adalah kembali kepada Firman. 2. Pemanggilan arwah dicatat dalam Alkitab sebagai perbuatan yang sangat dibenci Tuhan. Lalu ketika mereka pergi ke surga atau neraka berkomunikasi dengan arwah lalu bisa pulang maka jelas itu bukan dari Tuhan. 3. Alkitab sudah lengkap, sehingga penglihatan-penglihatan tersebut tidak memiliki signifikansi apa-apa. End