PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII B DI SMP NEGERI 1 KEJAYAN KABUPATEN PASURUAN APPLICATION OF NON MODEL EXAMPLE EXAMPLE LEARNING TO IMPROVE STUDENT LEARNING MOTIVATION AND RESULTS SUBJECT TO CITIZENSHIP EDUCATION IN B IN CLASS VIII OF JUNIOR HIGH SCHOOL 1 KEJAYAN PASURUAN Selvia Rosalina Pembimbing: Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.Si Hj. Yuniastuti, S.H, M.Pd Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Email:
[email protected] ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk mendeskripsikan penerapan model Example non Example; (2) Untuk menganalisis penerapan model Example non Example dalam meningkatkan motivasi belajar siswa; (3) Untuk menganalisis penerapan model Example non Example dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam dua siklus tindakan. Hasil penelitian tindakan pada siklus 1 dan siklus 2 sesuai dengan hipotesis penelitian yang dikemukakan oleh peneliti. Selain itu terbukti dengan peningkatan nilai motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa dari tiap pertemuan ke pertemuan selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran example non example dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas VIII B di SMP Negeri 1 Kejayan Kabupaten Pasuruan. Kata Kunci: motivasi, hasil belajar, example non example ABSTRACT- This study aims to: (1) To describe the application of non Example Example models; (2) To analyze the application of non Example Example models in increasing students' motivation; (3)To analyze the application of non Example Example models in improving student learning outcomes. This study is an action research (Classroom Action Research) were conducted in two cycles of action. The results of the action research cycle 1 and cycle 2 in accordance with the hypothesis put forward by the study investigators. In addition to the proven value increase student motivation and student learning outcomes of each meeting to the next meeting.
1
Based on the results of this study concluded that by using the example of non example learning model can improve motivation and learning outcomes of students in civic education subjects in class VIII B of Junior High School 1 Kejayan Pasuruan. Key Words : motivation, learning outcomes, example non example Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran umum yang wajib ada dalam setiap jenjang pendidikan mulai Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan bahkan sampai Perguruan Tinggi dan harus ada di setiap satuan pendidikan, baik sekolah umum maupun sekolah yang berbasis agama. Mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan hukumnya wajib karena materi keilmuannya mencakup dimensi pengetahuan (knowledges), ketrampilan (skills) dan nilai (values) yang sejalan dengan tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sesuai yang dikemukanan Departemen Pendidikan Nasional yaitu membentuk warga negara yang ideal yang memiliki pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai sesuai dengan konsep dan prinsipprinsip kewarganegaraan sebagai harapan terwujudnya masyarakat yang demokratis konstitusional. Pendidikan kewarganegaraan berangkat dari kehidupan sehari-hari tentang peristiwa maupun kejadian-kejadian yang ada disekitar. Menurut Aunurrahman (2011:146) model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, serta berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang pas untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini adalah Model Example non Example. Model Example non Example.merupakan model pembelajaran yang tidak hanya menekankan pada keaktifan fisik semata, melainkan juga aspek intelektual, sosial, mental, dan emosional. Melalui model pembelajaran Example non Example guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan ide-ide mereka sendiri (Riensuciati : 2013). Oleh sebab itu konsep tersebut sangat tepat untuk diterapkan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dimana siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran yang berlangsung. Pembelajaran yang aktif akan lebih mudah tersimpan dan teringat oleh memori otak manusia dari pada hanya sekedar pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah. Berdasarkan Observasi Pratindakan yang dilaksanakan pada Hari Selasa tanggal 21 Januari 2014 di kelas VIII B SMP Negeri 1 Kejayan dengan materi Demokrasi menunjukkan tingkat keaktifan di kelas tersebut masih tergolong rendah. Hal itu ditunjukkan dengan respon 2
siswa ketika diberi pertanyaan oleh guru. Respon jawaban yang diberikan siswa cenderung lambat dan tidak menyeluruh. Sedangkan secara matematis dapat dihitung jumlah siswa yang menjawab pertanyaan dengan berani mengancungkan tangan selama 2 jam pelajaran hanya satu orang saja. Selebihnya siswa harus ditunjuk terlebih dahulu agar mau menjawab. Apabila siswa belum paham dengan materi yang disampaikan oleh guru, siswa memilih bertanya kepada teman sebangkunya. Selama pelajaran di hari tersebut tidak ada satupun siswa yang mengajukan pertanyaan. Kesimpulannya, pembelajaran PKn di Kelas VIII B SMP Negeri 1 Kejayan berlangsung secara pasif. PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMP Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun 2006, mata pelajaran yang memfokuskan kajian pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter sesuai dengan tujuan Negara Indonesia yang termaktub dalam alinea keempat pembukaan Undang-undang Dasar 1945 adalah Pendidikan Kewarganegaraan yang kemudian disingkat menjadi PKn. Menurut Winarno (2013:64) mengemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan program pendidikan yang materi pokoknya adalah demokrasi politik yang ditujukan kepada peserta didik atau warga negara yang bersangkutan. Secara garis besar pendidikan kewarganegaraan berperan untuk mengajarkan atau membiasakan peserta didik agar berperilaku baik menaati norma-norma yang berlaku dimasyarakat dan UUD 1945. Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk membangun dan menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang mencintai tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para calon-calon penerus bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai ilmu pengetahuaan dan teknologi serta seni. Dalam pembukaan UUD 1945 pendidikan kewarganegaraan telah mengalami perubahan khususnya pada Alenia ke-4 yang menyatakan bahwa pembentukan Pemerintah Negara Indonesia dimaksudkan untuk : ‘’…melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekan, perdamaian abadi dan keadilan sosial maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.
3
Ruang Lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 yang meliputi : (1) persatuan dan kesatuan bangsa; (2) norma, hukum dan peraturan; (3) hak asasi manusia; (4) kebutuhan warga negara; (5) konstitusi Negara; (6) kekuasaan dan politik; (7) Pancasila; dan (8) globalisasi. MODEL PEMBELAJARAN Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Upaya pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya oleh guru dalam rencana pelaksanaan pembelajaran membutuhkan suatu strategi. Sebagaimana dikemukakan Kemp yang dikutip oleh Rusman (2011:132) strategi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Pemilihan model pembelajaran ditentukan oleh beberapa hal yaitu: (1) sesuai dengan materi; (2) tingkat berpikir siswa; (3) kemampuan dari guru itu sendiri. Dalam pelaksanaannya, sebaik apapun model pembelajaran tersebut apabila guru tidak mampu untuk menerapkannya pada siswa, maka tidak akan diperoleh hasil yang maksimal. Model pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Dengan penerapan kurikulum KTSP dan tuntutan untuk mengembangkan model pembelajaran kreatif maka guru harus pula mampu mengikuti tuntutan perkembangan dunia pendidikan terkini. Guru harus berani berinovasi dan beradaptasi dengan pendekatan pembelajaran PAIKEM seperti menggunakan model pembelajaran Example non Example sehingga tidak terpaku pada metode ceramah saja. MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE Model Pembelajaran Example Non Example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Menurut teori konstruktivisme, prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa melainkan membantu siswa membanguan pengetahuan berdasarkan pengalamannya sendiri. Melalui model pembelajaran Example non Example guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan ide-ide mereka sendiri (Riensuciati : 2013).
4
Model Example non Example adalah salah satu model yang dapat di gunakan untuk membuat siswa lebih leluasa, lebih bebas, lebih mandiri, lebih menyenangkan, lebih semangat dalam mengerjakan tugas sebab kalau siswa senang mereka tidak akan merasa memiliki beban untuk mengerjakan tugas. Menurut (Novianto: 2013) langkah-langkah dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan. •
Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
•
Guru menempelkan gambar di papan tulis.
•
Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan/menganalisis gambar.
•
Melalui diskusi kelompok 5-6 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas.
•
Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
•
Guru mulai menjelaskan mulai dari pertanyaan, komentar, dan jawaban.
•
Guru dan peserta didik menyimpulkan materi.
MOTIVASI BELAJAR Motivasi belajar dalam bahasa Inggris adalah motivation yang berarti to move atau menyebabkan terjadinya aktivitas-aktivitas seseorang. Motivasi disebut juga sebagai sesuatu yang melatarbelakangi terjadinya perilaku si pembelajar. “ motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar.” (Dimyati&Mudjiono,2006:239). Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan psikis yang bersifat non intelektual yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan energi dalam diri seseorang yang menyangkut persoalan kejiwaan, perasaan, dan emosi yang dapat menentukan tingkah lakunya. Dalam proses belajar, motivasi sangat di perlukan karena apabila seseorang tidak mempunyai motivasi dalam belajar maka tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar yang efektif. Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seorang siswa. Menurut Suherman (2008), motivasi di bagi menjadi 2 jenis, yaitu: Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik. Motivasi Intrinsik adalah dorongan untuk melakukan sesuatu yang berasal dari diri individu itu sendiri. Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan untuk melakukan sesuatu karena adanya perangsang dari luar individu. Menurut Dimyati (2006:85) motivasi belajar sangat penting bagi siswa dan guru. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa adalah sebagai berikut: (a) Menyadarkan kedudukan 5
awal belajar, proses, dan hasil belajar; (b) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang membandingkan dengan teman sebaya; (c) Mengarahkan kegiatan belajar; (d) Membesarkan semangat belajar; (e) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar. Fungsi motivasi untuk mendorong timbulnya kekuatan, fungsi motivasi itu adalah; (Hamalik, 2008:161) a. Mendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar. b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan. c. Motivasi sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi belajar siswanya, ialah sebagai berikut: (Hamalik, 2008:166) (1) Memberi Angka; (2) Pujian; (3) Hadiah; (4) Kerja Kelompok. Dalam kerja kelompok di mana melakukan kerja sama dalam belajar. Setiap anggota kelompok kadang-kadang perasaan untuk mempertahankan nama baik kelompok itu menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar. a. Persaingan Baik kerja kelompok maupun persaingan memberikan motif-motif sosial kepada murid hanya saja persaingan individual akan menimbulkan pengaruh yang tidak baik. b. Tujuan dan level of aspiration Dari keluarga akan mendorong kegiatan siswa c. Penilaian Penilaian secara continue akan mendorong murid-murid untuk belajar karena setiap anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik. “siswa belajar bahwa ada keuntungan yang diasosiasikan dengan nilai yang tertinggi, dengan demikian memberikan tes dan nilai mempunyai efek dalam memotivasi untuk belajar”, (Slameto,2003:177). d. Karyawisata Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar oleh karena dalam kegiatan ini akan mendapat pengalaman langsung dan bermakna baginya. e. Film pendidikan Setiap siswa merasa senang menonton film. Gambaran dan isi cerita film lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. Para siswa mendapat pengalaman baru yang merupakan suatu unit cerita yang bermakna. 6
HASIL BELAJAR Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar yaitu nilai yang di peroleh selama kegiatan belajar mengajar. Menurut (Hamalik, 2008:159) menyatakan bahwa “hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar merupakan indikator adanya derajat perubahan adanya tingkah laku siswa”. Sedangkan hasil belajar adalah hasil yang telah diperoleh siswa berdasarkan pengalaman-pengalaman atau latihan-latihan yang diikuti selama pembelajaran yang berupa keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotorik (Dimyati, 2006:201) Menurut Gagne (dalam Slameto, 2003:14) membagi lima kategori hasil belajar yang disebut the domains of learning, yaitu: (1) informasi verbal; (2) keterampilan intelektual; (3) stategi kognitif; (4) sikap; (5) keterampilan motoris. Hasil belajar diukur pada pembelajaran yang berlandaskan kurikulum 2006 (KTSP) meliputi kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotorik. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:239) hasil belajar merupakan hasil proses belajar atau proses pembelajaran. Hasil belajar atau prestasi akademik biasanya diukur dari nilai sehari-hari dan hasil tes di sekolah. Grounlund (dalam Dimyati, 2006:5) menyatakan bahwa dasar tes hasil belajar hendaknya; (1). Mengukur tujuan belajar; ( 2). Mengukur yang representative; ( 3). Menurut item-item yang paling cocok; (4). Sesuai dengan maksud penggunaannya; (5). Ditafsirkan secara cermat; (6). Memperbaiki dan meningkatkan belajar. Benyamin S. Bloom (dalam Winkel, 2005:275) membagi hasil belajar ke dalam tiga ranah yaitu: (1) Ranah Kognitif ; (2) Ranah Psikomotorik; (3) Ranah Afektif. Hasil belajar yang diperoleh siswa kadang-kadang baik dan kurang baik. Hal ini tentu saja tidak lepas dari usaha belajar siswa. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar sangatlah banyak. Menurut Slameto (2003:54) faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa di golongkan menjadi dua yaitu: a. Faktor Intern Faktor intern adalah faktor-faktor yang berada dalam diri anak didik. Faktor Intern adalah sebagai berikut: (1) Faktor Jasmaniah; (2) Faktor Psikologis, faktor ini terdiri dari: (a) Intelegensi; (b) Perhatian; (c) Minat; (d) Bakat; (e) Motivasi; (f) Kematangan; (g) Kesiapan. Faktor Ekstern b. Faktor ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang berada diluar anak didik,yang terdiri dari 3 faktor yaitu: (1) Faktor Keluarga, faktor ini terdiri dari: (a) Cara orang tua mendidik; (b)
7
Relasi antar anggota keluarga; (c) Suasana rumah; (d) Keadaan ekonomi keluarga. (2) Faktor Sekolah; (3) Faktor Masyarakat.
METODE PENELITIAN Berdasarkan tujuan, penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan hasil belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VIII B SMP Negeri 1 Kejayan Kabupaten Pasuruan dengan menerapkan model pembelajaran Example non Example. Arikunto (2010:3) menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1) penelitian, (2) tindakan, (3) kelas dari ketiga kata tersebut bisa diartikan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang proses pembelajaran PKn dengan menggunakan metode example non example. Data diperoleh dengan observasi pada saat proses pembelajaran. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru pendidikan kewarganegaraan VIII B di SMPN 1 Kejayan Kabupaten Pasuruan. Sesuai dengan tujuan peneliti ini, maka teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif . Analisis data kuantitatif merupakan jenis analisis statistik yang bermaksud mendeskripsikan sifat-sifat sampel atau populasi dengan persentase rumus untuk mengolah data yang berupa deskriptif persentase. Analisis data kualitatif dilakukan dengan mengikuti prosedur pelaksanaan tindakan kelas berupa kalimat dan proses pembelajarannya, baik yang terjadi di awal maupun yang terjadi setelah diterapkan tindakan. HASIL Tabel Perbandingan Hasil Motivasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II Interval Nilai 0-39 40-54 55-69 70-84 85-100 Jumlah
Kriteria Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Frekuensi 0 2 7 17 10 36
Siklus I Persentase 0 5,5 19,4 47,2 27,7 100
Nilai E D C B A
Frekuensi 0 0 0 20 18 38
Siklus II Persentase 0 0 0 52,6 47,4 100
Tabel Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II Keterangan
Siklus 1
8
Siklus II
Nilai E D C B A
Rata – rata
71
86
Tidak tuntas
29 siswa
6 siswa
Tuntas
7 siswa
32 siswa
Refleksi Tindakan Siklus 1 Pada setiap akhir siklus dilakukan refleksi tindakan yang didasarkan pada hasil observasi. Dari hasil refleksi pada siklus I tersebut, maka peneliti mengetahui kelebihan dan kekurangan selama proses belajar mengajar, selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan pada siklus II. Kelebihan-kelebihan selama proses pembelajaran antara lain: 1)
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi lebih menarik siswa sehingga siswa antusias mengikuti pembelajaran PKn
2)
Guru model tidak menghendaki jawaban bersama jadi setiap siswa yang menjawab pertanyaan diharuskan untuk mengangkat tangannya
3)
Guru model sering mengitari siswa dan mendatangi setiap kelompok secara bergantian sehingga memudahkan siswa yang ingin bertanya
4)
Siswa mampu menggunakan sumber belajar lain selain buku teks sehingga lebih merangsang mereka untuk aktif pada saat diskusi
Kekurangan-kekurangan selama proses pembelajaran antara lain: 1)
Siswa masih kurang dapat fokus terhadap pembelajaran
2)
Beberapa siswa terpaksa dalam berkelompok
3)
Guru kurang memperhatikan kelompok 2 yang duduk di bagian belakang sebelah selatan sehingga kelompok tersebut terlihat paling pasif bila dibandingkan dengan kelompok yang lain
4)
Guru terlalu percaya kepada siswa sehingga pada saat presentasi guru hanya berada di depan mendengarkan kelompok yang presentasi jadi pada saat suara penyaji tidak kedengar sampai ke belakang
5)
Manajemen waktu belum maksimal
6)
Hanya beberapa siswa yang aktif dalam diskusi dalam kelompok masing-masing
Refleksi Siklus II
9
Tahap refleksi pada siklus II yaitu dengan mengumpulkan dan menganalisis hasil observasi kemudian dilakukan refleksi untuk mengetahui apakah penerapan model Example non Example mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru juga akan direfleksi untuk mengetahui perubahan yang terjadi. Setelah dianalisis, motivasi dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Peningkatan pada motivasi belajar dari siklus I ke siklus II yaitu aspek displin sebesar 16%, aspek semangat mengalami peningkatan sebesar 13%, aspek kerjasama mengalami peningkatan sebesar 7%, sedangkan aspek tanggung jawab tidak mengalami peningkatan. Secara keseluruhan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dapat dikatakan mengalami peningkatan antara siklus I dan siklus II walaupun diakhir siklus II aspek kerjasama tidak mengalami peningkatan dari siklus I. Sementara itu, pada hasil belajar rata-rata siklus I yaitu 71 dan siklus II mengalami peningkatan menjadi 86. Ketuntasan belajar pada siklus II mencapai 84% yang berarti secara klasikal kelas VIII B yang sudah tuntas dalam pembelajaran PKn. Ada 6 siswa yang belum tuntas pada siklus II. Setelah melaksanakan rangkaian pembelajaran, guru melakukaan wawancara dengan 2 orang siswa masing-masing bernama Lutfiah dan Ali. Dari wawancara dapat disimpulkan bahwa siswa lebih senang belajar dengan menggunakan gambar-gambar dan diskusi daripada ceramah, karena pada saat diskusi mereka dituntut lebih aktif sehingga materi pelajaran akan lebih mudah diingat dan akan memudahkan mereka dalam ulangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada siklus II pembelajaran model Example Non Example mampu meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar siswa kelas VIII B di SMP Negeri 1 Kejayan. PEMBAHASAN Penerapan model Example Non Example di kelas VIIIB SMP Negeri 1 Kejayan Penerapan Model Pembelajaran Example Non Example dilaksanakan selama 2 kali siklus dengan masing-masing siklus 2 kali pertemuan, serta pemberian evaluasi pada tiap-tiap pertemuan untuk mengukur hasil belajar siswa. Mata Pelajaran PKn di kelas VIII B berlangsung pada hari Selasa jam ke 1-2 dan dilaksanakan di Kelas VIII B. Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2014 dan 18 Maret 2013. Pada siklus 1 pembelajaran yang berlangsung terdiri dari 4 tahap yaitu, perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/ observasi, dan refleksi. Dalam tahap perencanaan peneliti merancang rencana pelaksanaan pembelajaran dan model Example Non Example yang akan digunakan
10
dalam pembelajaran yang kemudian akan di diskusikan dengan guru Pendidikan Kewarganegaraan. Menurut Riensuciati (2013), melalui model pembelajaran Example non Example guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan ide-ide mereka sendiri. Paparan data penelitian ini menunjukkan bahwa guru mengajak siswa untuk menemukan ide atau gagasannya dengan cara berdiskusi kelompok. Dengan cara ini diharapkan siswa lebih terbuka lagi dalam menyampaikan ide-idenya terutama dengan teman satu kelompoknya. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Example Non Example antara guru dan siswa terjalin hubungan yang terbina secara dialogis, hal ini terbukti dari sikap guru yang selalu mendekati tiap-tiap kelompok saat kerja kelompok sedang berlangsung serta mengajak mereka untuk berdiskusi apa ada kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Selain itu, hal tersebut adalah untuk membangun kedekatan antara guru dan siswa sehingga tidak hanya siswa yang belajar dari guru, guru juga dapat belajar dari siswa. Aspek displin diterapkan didalam kelas, dalam kelas siswa dituntut untuk masuk ke dalam kelas tepat waktu. Pada saat pelajaran diberlangsung siswa dituntut untuk tidak membuat keributan didalam kelas dengan berbicara sendiri dengan teman sebangkunya. Aspek semangat dan tanggung jawab diterapkan siswa dituntut aktif dalam mengikuti pelajaran, aktif berkomunikasi dengan menyumbangkan ide-ide dalam diskusi mereka. Ide yang diberikan harus sesuai dengan teori atau realita yang ada, bukan hanya asal memberikan tapi siswa dituntut untut dpat mempertanggung jawabkan ide-ide yang mereka sumbang. Dalam presentasi atau diskusi kelas, pertanyaan dan jawaban yang diberikan harus sesuai dengan pengetahuan yang siswa pahami. Aspek kerjasama diterapkan dengan pembagian kelompok yang selalu berubah disetiap pertemuan, ini dilakukan untuk melatih siswa agar dapat bekerjasama dengan siapapun dalam dikelas tanpa membedakan antara yang pintar dengan yang biasa-biasa saja. Penerapan model Example Non Example dapat meningkatkan Motivasi Belajar Siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Kejayan Penerapan model Example Non Example dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII B SMPN 1 Kejayan. Hasil penelitian kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Example Non Example menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar siswa dari siklus pertama ke siklus kedua. Tahapan pembelajaran dalam model Example Non Example menuntut siswa untuk selalu terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut meliputi : displin, semangat, tanggung jawab, dan kerjasama. 11
Dari paparan data pada BAB IV, aspek displin dari siklus I sebesar 72 % ke siklus II 88%. Aspek semangat pada siklus I 72% pada siklus II 85%. Aspek tanggung jawab pada siklus I 79% pada siklus II 86%. Aspek Kerjasama pada siklus I 83% dan pada siklus II 83%. Temuan penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Dimyati&Mudjiono, 2006:239 yang menyatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang melatarbelakangi terjadinya perilaku si pembelajar, motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Dari paparan data diatas dapat disimpulkan bahwa peningkatan yang terjadi pada siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa perilaku siswa menunjukkan bahwa siswa termotivasi pada saat proses belajar yang sedang berlangsung. Pada siklus 2 selain hasil mengenai berkelompok, diperoleh juga hasil pengamatan sikap siswa pada saat proses pembelajaran, dibandingkan dengan hasil pengamatan pada siklus 1 maka pada siklus 2 ini sudah terlihat peningkatan yang cukup baik, siswa yang menyimpang menjadi lebih disiplin, siswa melakukan proses belajar dengan baik, dan siswa sudah menguasai tahap-tahapan model pembelajaran Example Non Example dengan baik. Penerapan model Example Non Example dapat meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Kejayan Pada siklus I jumlah siswa yang telah tuntas belajar meningkat sebanyak 7 siswa atau 19% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 71. Nilai rata-rata kelas dapat dikatakan belum tuntas karena dibawah KKM, dan belum mencapai ketuntasan belajar klasikal karena siswa yang tuntas belajar masih dibawah 80%. Pada siklus II siswa yang tuntas belajar sebanyak 32 siswa atau 84% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 86. Ketuntasan belajar klasikal dan nilai ratarata kelas sudah tercapai setelah siklus II. Hasil belajar akan terlihat apabila individu telah mempunyai sikap dan nilai yang diinginkan, menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tujuan yang harus dicapai. Menurut (Hamalik, 2008:159) menyatakan bahwa hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar merupakan indikator adanya derajat perubahan adanya tingkah laku siswa. Hal tersebut sesuai dengan temuan penelitian yaitu hasil belajar meningkat dari siklus I ke siklus II yang berarti tujuan pembelajaran telah tercapai. Pemahaman siswa terhadap materi dapat diasah melalui pembelajaran di kelas dan review materi yang dilakukan siswa saat belajar di rumah. Pembelajaran yang menarik bagi siswa adalah pembelajaran yang menuntut mereka untuk aktif dalam pembelajaran sehingga model pembelajaran Example Non Example akan lebih menarik bagi siswa apabila dibandingkan dengan metode ceramah dan hal tersebut akan dapat meningkatkan hasil belajar 12
siswa yang ditunjukkan dengan nilai atau angka. Hasil belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan dalam penelitian ini dibuktikan dengan angka-angka yang telah disebutkan. Dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII B dengan menggunakan model Example Non Example berhasil. Dari paparan data siklus 2 dapat disimpulkan bahwa penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang dikemukakan oleh peneliti yaitu dengan metode Example Non Example yang diterapkan akan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Kejayan. Selain itu nilai afektif dan nilai kognitif siswa terbukti mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Berdasarkan hasil dari siklus 2, semua indikator telah mencapai standar ketuntasan minimal sehingga penelitian ini pun diakhiri sampai siklus 2. Pada siklus I hasil belajar siswa mengalami peningkatan namun belum mencapai KKM dan pada siklus 2 hasil belajar siswa yang sudah terbiasa dengan menggunakan metode Example Non Example sudah mengalami peningkatan dan sudah memenuhi nilai KKM. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Tabel Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus 2 Keterangan
Siklus 1
Siklus II
Rata – rata
71
86
Tidak tuntas
29 siswa
6 siswa
Tuntas
7 siswa
32 siswa
Berdasarkan tabel diatas, pada siklus I sebanyak 29 siswa tidak tuntas belajar dan pada siklus II sebanyak 6 siswa tidak tuntas belajar. Secara klasikal, kelas VIII B tuntas belajar pada siklus II karena siswa yang mendapat nilai ≥ 80 sebanyak 32 siswa atau 84%. Sedangkan pada siklus I presentase ketuntasan belajar klasikal sebanyak 7 siswa atau 19%. Sementara itu, nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan dari siklus I, dan meningkat lagi pada siklus II.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, paparan data, dan pembahasan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
13
1. Penerapan model pembelajaran Example non Example di kelas VIII B dilaksanakan dengan tahapan-tahapan yaitu: Pembukaan, Inti pembelajaran, Refleksi, serta Evaluasi 2. Penelitian yang dilakukan di kelas VIII B SMP Negeri 1 Kejayan dengan menggunakan model pembelajaran Example non Example dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada Standart Kompetensi memahami makna kedaulatan rakyat. 3. Penelitian yang dilakukan di kelas VIII B SMP Negeri 1 Kejayan dengan menggunakan model pembelajaran Example non Example dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada Standart Kompetensi memahami makna kedaulatan rakyat.
SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Untuk Guru a) Guru harus dapat mengelola waktu dan kelas dengan baik pada pembelajaran model Example non Example agar pembelajaran dapat berjalan sesuai rencana dan tujuan yang diharapkan b) Guru harus melibatkan siswa dalam pembelajaran agar tidak membuat siswa jenuh, terutama untuk siswa yang sudah memiliki input yang bagus dengan menggunakan berbagai model pembelajaran yang lain. 2. Untuk Siswa a) Siswa seharusnya datang kesekolah tidak dengan tangan kosong, melainkan sudah membawa bekal terkait dengan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan pada hari tersebut sehingga akan mempermudah proses pembelajaran b) Siswa harus jujur dan saling memberi yang terbaik, yaitu bertanya apabila tidak paham dengan materi dan memberi tahu pada teman yang kesulitan memahami materi pelajaran dengan jujur. 3. Untuk Peneliti Selanjutnya a) Pembelajaran model Example non Example dapat menjadi pilihan yang baik untuk mengatasi masalah rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa pada matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran.
14
b) Penggunaan model Example non Example hendaknya diterapkan untuk materi yang menuntut siswa untuk aktif, tidak hanya sekedar teori tetapi juga bagaimana prakteknya, sehingga akan mendorong siswa untuk berpikir lebih aktif. c) Pada awal pembukaan¸ lagu yang dinyanyikan seharusnya disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. 4. Untuk Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan a) Jurusan Hukum Kewarganegaraan agar menindaklanjuti penelitian ini sehingga model pembelajaran Example non Example ini bisa terus berkembang dan diterapkan untuk siswa. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan bentuk yang berbeda, misalnya : penelitian pengembangan ataupun eksperimen agar khasanah rujukan untuk model pembelajaran yang serupa bisa lebih banyak. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Penelitian dan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta Aunurrahman. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Dhedhinovianto. 2013. Metode Example Non Example (Online), (http://dhedhinovianto.weebly.com/metode-example-non-example.html) diakses 13 Maret 2013 Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Riensuciati. 2013. Model Pembelajaran Example Non Example (Online), (http://riensuciati99.blogspot.com/2013/04/model-pembelajaran-example-nonexample.html) diakses 15 Maret 2014 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Winarno. 2013. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan: Isi, Strategi dan Penilaian.Jakarta: Bumi Aksara Winkel. W S.2005. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo
15