SELF REGULATED LEARNING DITINJAU DARI GOAL ORIENTATION (Studi Komparasi Pada Siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang)
SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
oleh Anggi Puspitasari 1511409010
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
i
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini dengan judul “Self Regulated Learning ditinjau dari Goal Orientation (Studi Komparasi Siswa SMA N 1 Mertoyudan Kab. Magelang)” benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 22 Agustus 2013
Anggi Puspitasari 1511409010
ii
PENGESAHAN Skripsi berjudul “Self Regulated Learning ditinjau dari Goal Orientation (Studi Komparasi Siswa SMA N 1 Mertoyudan Kab. Magelang)” telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada tanggal 22 Agustus 2013.
Panitia Ketua
Sekretaris
Drs. Sutaryono M.Pd NIP 19570825 198303 1 015
Liftiah S. Psi, M.Si NIP 19690415 199703 2 002
Penguji utama
Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A NIP 19791203 200501 1 002
Penguji I
Penguji II
Dr. Edy Purwanto, M.Si. NIP 19630121 198703 1 001
Dyah Indah N., S.Psi., M.Psi. NIP 19771127 200912 2 005
iii
MOTTO DAN PERUNTUKAN
Motto 1. Bismillahirrahmanirrahim (Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) 2. Sedih seperlunya, marah sekedarnya, bersyukur sebanyak-banyaknya
PERUNTUKAN: Kupersembahkan karya sederhana ini untuk: Ibu Indah Cahyani Bapak Saptono Adik Rizal Reynaldo Satria W. Teman-teman Psikologi Unnes Angkatan 2009
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan rahmat, serta hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Self Regulated Learning ditinjau dari Goal Orientation (Studi Komparasi Siswa SMA N 1 Mertoyudan Kab. Magelang)”. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya: 1. Drs. Hardjono, M. Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang 2. Dr. Edy Purwanto, M.Si., Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan saran serta arahan dan membantu kelancaran ujian skripsi. 3. Drs. Sutaryono M.Pd., sebagai ketua panitia pengujian skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan 4. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., sebagai penguji utama sidang skripsi 5. Dyah Indah Noviyani, S.Psi., M.Psi. dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan, motivasi, dan masukan kepada penulis. 6. Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi., M.Si sebagai dosen wali, terima kasih atas saran, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan.
v
7. Seluruh warga sekolah SMA Negeri 1 Mertoyudan Kab. Magelang yang telah banyak membantu serta berpartisipasi dalam penelitian. 8. Mama, Papa dan Adikku, yang selalu mendoakan untuk kesuksesan penulis serta mendukung dalam keadaan apapun, hanya dua kata keajaiban yang selalu ingin aku ucapkan ”Maaf dan Terima Kasih” 9. Teman terdekat penulis, Atika terimakasih untuk segala dukungan dan motivasi yang sudah diberikan selama ini. 10. Teman-teman Psikologi 2009 (khususnya Happy, Riris dan Trias) terima kasih atas pengalaman dan perjuangan bersama kita selama menempuh kuliah di Psikologi ini. 11. Keluarga Semarang tercinta, Om Agus, Mbak Dyah, Nadia, Reza terima kasih untuk kasih sayang dan kebersamaannya selama 4 tahun. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu menyelesaikan skripsi. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih setulus hati kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini memberikan manfaat dan kontribusi dalam bidang psikologi pada khususnya dan semua pihak pada umumnya.
Semarang, 22 Agustus 2013 Penulis
vi
ABSTRAK
Puspitasari, Anggi. 2013. Self Regulated Learning Ditinjau dari Goal Orientation (Studi Komparasi Pada Siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang). Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dr. Edy Purwanto, M.Si., Pembimbing II: Dyah Indah Noviyani, S.Psi., M. Psi. Kata Kunci : Self Regulated Learning, Goal Orientation, Siswa SMA. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena masih kurangnya pengaturan diri siswa dalam belajar (self regulated learning), di mana hal tersebut dapat berpengaruh negatif pada kualitas dan kuantitas pembelajaran. Perbedaan goal orientation antara mastery goal dengan performance goal dapat menjadi penyebab tinggi rendahnya self regulated learning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan self regulated learning ditinjau dari goal orientation siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang. Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif Komparasi. Subjek penelitian berjumlah 128 siswa yang dibagi menjadi dua kelompok mastery goal dan performance goal. Teknik sampling yang digunakan adalah Probability Sampling berupa Simple Random Sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Data penelitian diambil menggunakan skala self regulated learning dan skala goal orientation. Skala self regulated learning terdiri dari 51 aitem valid dan koefisien alpha cronbach reliabilitasnya 0,939. Skala goal orientation terdiri dari 7 aitem mastery goal valid dan 10 aitem performance goal valid dengan koefisien alpha cronbach sebesar 0,780 untuk aitem mastery goal dan 0,752 untuk aitem performance goal. Berdasarkan uji perbedaan menggunakan teknik uji t dengan bantuan program SPSS 17.0 for windows diperoleh nilai t = 6,823 dengan nilai signifikansi atau p = 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan self regulated learning antara siswa mastery goal dengan siswa performance goal. Berdasarkan hasil uji analisis menunjukkan bahwa self regulated learning siswa mastery goal lebih baik daripada siswa performance goal, di mana mean empirik siswa mastery goal lebih tinggi dari mean empirik siswa performance goal (147,03>129,83)
vii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i PERNYATAAN .................................................................................................. ii PENGESAHAN ................................................................................................. iii MOTTO DAN PERUNTUKAN ......................................................................... iv KATA PENGANTAR ........................................................................................ v ABSTRAK ....................................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1
Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .................................................................................. 12
1.3
Tujuan Penelitian ................................................................................... 12
1.4
Manfaat Penelitian ................................................................................. 13
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 14 2.1
Self Regulated Learning ......................................................................... 14
2.1.1
Pengertian Self Regulated Learning ........................................................ 14
2.1.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Regulated Learning .................. 19
2.1.3
Strategi Self Regulated Learning ............................................................ 23
2.1.4
Karakteristik Siswa yang Memiliki Self Regulated Learning .................. 29 viii
2.2
Remaja Awal.......................................................................................... 30
2.2.1
Karakteristik Remaja Awal .................................................................... 30
2.2.2
Tugas-tugas Perkembangan Remaja Awal ............................................. 33
2.3
Goal Orientation .................................................................................... 35
2.3.1
Pengertian Goal Orientation................................................................... 35
2.3.2
Karakteristik Goal Orientation .............................................................. 37
2.4
Perbedaan Self Regulatd Learning ditinjau dari Goal Orientation Siswa SMA ..................................................................................................... 44
2.5
Hipotesis ................................................................................................ 48
BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 49 3.1
Jenis Penelitian....................................................................................... 49
3.2
Desain Penelitian.................................................................................... 49
3.3
Variabel Penelitian ................................................................................. 50
3.3.1
Identifikasi Variabel Penelitian .............................................................. 50
3.3.2
Definisi Operasional Variabel ................................................................ 51
3.3.3
Hubungan Antar Variabel Penelitian ...................................................... 52
3.4
Populasi dan Sampel .............................................................................. 53
3.4.1
Populasi ................................................................................................. 53
3.4.2
Sampel ................................................................................................... 54
3.5
Metode Pengumpulan Data .................................................................... 55
3.5.1
Skala Goal Orientation .......................................................................... 57
3.5.2
Skala Self Regulated Learning ................................................................ 60
3.6
Validitas dan Reliabilitas ........................................................................ 61
ix
3.6.1
Validitas Instrumen Penelitian ................................................................ 61
3.6.2
Validitas ................................................................................................ 65
3.6.3
Reliabilitas ............................................................................................. 65
3.7
Pelaksanaan Uji Coba ............................................................................ 67
3.8
Metode Analisis Data ............................................................................. 68
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 70 4.1
Persiapan Penelitian ............................................................................... 70
4.1.1
Orientasi Kancah Penelitian ................................................................... 70
4.1.2
Penentuan Subjek Penelitian................................................................... 71
4.2
Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 72
4.2.1
Pengumpulan Data ................................................................................. 72
4.2.2
Pelaksanaan Skoring .............................................................................. 72
4.3
Analisis Deskripsi .................................................................................. 73
4.3.1
Gambaran Umum Self Regulated Learning pada Siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang ditinjau dari Goal Orientation........... 73
4.4
Hasil Pengujian Hipotesis ...................................................................... 89
4.4.1
Hasil Uji Asumsi .................................................................................... 89
4.4.2
Uji Perbedaan data T-test ....................................................................... 92
4.5
Pembahasan ........................................................................................... 93
4.5.1
Pembahasan Analisis Deskriptif Gambaran Self Regulated Learning ditinjau dari Goal Orientation Siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang..................................... ........................................ 93
x
4.5.2
Pembahasan Analisis Inferensial Perbedaan Self Regulated Learning ditinjau dari Goal Orientation Siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang ............................................................................. 97
4.6
Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 102
BAB 5 PENUTUP ........................................................................................... 103 5.1
Simpulan .............................................................................................. 103
5.2
Saran .................................................................................................. 103
Daftar Pustaka ................................................................................................. 105 Lampiran ......................................................................................................... 109
xi
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
3.1
Blue Print Skala Goal Orientation .......................................................... 58
3.2
Kriteria Mastery Goal ............................................................................. 58
3.3
Kriteria Performance Goal ...................................................................... 59
3.4
Blue Print Skala Self Regulated Learning................................................ 61
3.5
Perbaikan Item Uji Coba Kualitatif ......................................................... 62
3.6
Sebaran item Uji Coba Skala Self Regulated Learning Setelah Uji Coba . 64
3.7
Sebaran Item Penelitian Self Regulated Learning .................................... 64
3.8
Reliability Statistic Skala Goal Orientation kelompok Mastery goal ...... 66
3.9
Reliability Statistc Skala Goal Orientation Kelompok Performance Goal 67
3.10 Reliability Statistic Skala Self Regulated Learning .................................. 67 3.11 Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Hipotetik.................. 68 4.1
Kriteria Self Regulated Learning ............................................................. 74
4.2
Gambaran Self Regulated Learning ......................................................... 74
4.3
Gambaran Rehearsing and Memorizing................................................... 76
4.4
Deskriptif Statistik Rehearsing and Memorizing ..................................... 77
4.5
Gambaran Goal Setting and Planning ..................................................... 78
4.6
Deskriptif Statistik Goal Setting and Planning ........................................ 79
4.7
Gambaran Self Evaluating ....................................................................... 79
4.8
Deskriptif Statistik Self Evaluating .......................................................... 80
xii
4.9
Gambaran Self Consequenting................................................................. 81
4.10 Deskriptif Statistik Self Consequenting ................................................... 82 4.11 Gambaran Seeking Information ............................................................... 82 4.12 Deskriptif Statistik Seeking Information .................................................. 83 4.13 Gambaran Keeping Records and Self Monitoring .................................... 84 4.14 Deskriptif Statistik Keeping Record and Self Monitoring ........................ 85 4.15 Gambaran Environmental Structuring ..................................................... 86 4.16 Deskriptif Statistik Environmental Structuring ........................................ 87 4.17 Gambaran Seeking Social Asisstance....................................................... 87 4.18 Deskriptif Statistik Seeking Social Assistance.......................................... 88 4.19 Rangkuman Penjelasan Deskriptif Self Regulated Learning Ditinjau dari Goal Orientation ..................................................................................... 89 4.20 Hasil Uji Normalitas Data Penelitian ....................................................... 90 4.21 Uji Homogenitas Data Penelitian ............................................................ 91 4.22 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan T-test ................................................... 92 4.23 Deskriptif Grup Statistik ......................................................................... 93
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
Analysis of Self-Regulated Functioning ................................................... 20
2.2
Kerangka Berpikir ................................................................................... 48
3.1
Hubungan Antar Variabel ....................................................................... 53
4.1
Gambaran Umum Self Regulated Learning pada Siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Magelang ............................................................................ 75
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1.
Matriks Item Goal Orientation ................................................................. 110
2.
Instrumen Penelitian ................................................................................. 113
3.
Gambaran Populasi Penelitian .................................................................. 123
4.
Tabulasi Data Skor Penelitian ................................................................... 125
5.
Uji Validitas & Reliabelitas Instrumen ..................................................... 139
6.
Hasil Uji Asumsi ...................................................................................... 150
7.
Hasil Uji Perbedaan .................................................................................. 152
8.
Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 154
9.
Surat-Surat Penelitian ............................................................................... 156
xv
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai melalui jenjang pendidikan dasar (SMA, MTs, dan sederajatnya). Hal ini dicantumkan dalam UUSPN RI Nomor 20 tahun 2003 : Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar yang terdiri atas pendidikan umum dan pendidikan menengah kejuruan yang berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
Dalam dunia pendidikan, terdapat istilah kurikulum yang menjadi rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelanggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (BSNP, 2006). Menurut BSNP (2006) kurikulum tersebut disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerahnya. Pengembangan kurikulum tersebut sering dinamakan dengan sebutan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Pada KTSP jenjang pendidikan menengah, diharapkan dapat meningkatkan kecerdasaan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan siswa untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
1
2
Siswa sekolah menengah menurut Monks (2006: 262) termasuk dalam masa remaja awal yang mempunyai usia berkisar 15 sampai dengan 18 tahun. Salah satu karateristik masa remaja awal menurut Slazman adalah perubahan dari sikap tergantung ke arah kemandirian (Pikunas, 1976 dalam Yusuf, 2011: 184). Adapun salah satu tugas perkembangan masa remaja awal menurut Hurlock (1991: 209-10) adalah mencapai kemandirian ekonomi dan sosial. Berdasarkan beberapa pendapat dan tujuan kurikulum pendidikan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) diharapkan dapat mencapai kemandirian, baik dalam sosial ekonomi dan pembelajaran. Siswa yang mandiri akan cenderung memilih dan bertanggung jawab atas dirinya. Kemandirian ini juga diharapkan muncul pada saat proses belajar, dimana siswa seharusnya dapat mengatur jam belajar sendiri, memilih kegiatan-kegiatan mana yang dapat menunjang prestasi akademiknya, menyusun strategi-strategi dalam belajar dan perilaku-perilaku lainnya yang menandakan bahwa siswa bertanggung jawab atas dirinya agar dapat berprestasi. Kecenderungan siswa yang mandiri dalam belajar berbanding lurus dengan kemampuan siswa untuk mengatur dirinya. Siswa yang mengatur dirinya akan mengontrol diri agar mendapatkan prestasi dalam belajar. Kemampuan mengatur diri siswa dalam proses belajar ini sering disebut dengan kemampuan Self Regulated Learning (SRL). SRL sendiri dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan kemandirian belajar atau regulasi diri dalam pembelajaran. Salah satu komponen dalam self regulation, yaitu
3
meregulasi usaha yang mempunyai hubungan dengan prestasi dan mengacu pada niat siswa untuk mendapatkan sumber, energi, dan waktu untuk dapat menyelesaikan tugas akademis yang penting (Wolters dkk., 2003: 24). Shunck (1996, dalam Shunck dkk, 2008: 157) juga berpendapat bahwa siswa yang mengeksplorasi bagaimana tujuan dan evaluasi diri akan mempengaruhi hasil prestasinya. Oleh karena itu, tujuan dan evaluasi merupakan bagian dari siklus self regulation. Kemampuan SRL sendiri dibutuhkan siswa agar mampu mengatur dan mengarahkan dirinya sendiri, mampu menyesuaikan dan mengendalikan diri dalam menghadapi tugas-tugas pembelajaran. SRL merupakan kemampuan individu pemantauan diri, pengaturan, dan pengendalian yang diarahkan oleh tujuan belajar dan kondisi lingkungan. Oleh karena itu, dengan adanya self regulated learning siswa diharapkan lebih bisa menunjukkan perilakuperilaku atau usaha yang dapat menunjang keberhasilannya dalam proses belajar. Siswa yang memiliki self regulated learning tinggi akan lebih memilih kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang cita-citanya. Bukti konkrit siswa harus memilih hal yang dapat menunjang cita-citanya adalah pada saat siswa menduduki bangku SMA. Siswa dituntut untuk mulai memilih jurusan seperti Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial atau Bahasa. Pada masa perkembangan siswa SMA ini, terdapat penguatan dalam mengambil keputusan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Mappiare (1982) bahwa memang pada masa remaja, minat dan cita-cita berkembang, dan hal
4
itu bersifat pemilihan dan berarah-tujuan. Pemilihan jurusan seharusnya ditentukan sesuai dengan keinginan yang dicapai, bagaimana nanti menjalankannya, dan bagaimana mempertanggungjawabkan apa yang telah dipilih. Berdasarkan segi kognitif, perkembangan strategi kognitif yang mencakup rehearsal, elaboration, dan organizational pada siswa SMA sudah mencapai pada tahap yang lebih kompleks dari sebelumnya. Pada siswa SMA menurut McDevitt & Ormord (2002, dalam Desmita, 2011: 143), strategi elaboration siswa menggunakan pengetahuan lama guna memperluas atau memperdalam pengetahuan baru sehingga dapat lebih efektif dalam mempelajarinya, digunakan oleh siswa yang memiliki prestasi akademik tinggi. Strategi kognitif elaboration lebih komplek dibandingkan kedua strategi yang lain. Menurut Carol & David R (1995, dalam Desmita, 2011: 94) pada masa remaja, terjadi reorganisasi lingkaran saraf frontal lobe (belahan otak bagian depan sampai pada belahan atau celah sentral). Frontal lobe ini berfungsi dalam aktivitas kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan merumuskan perencanaan strategi atau kemampuan mengambil keputusan. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa seharusnya SRL berkembang pada siswa SMA untuk menunjang prestasi belajarnya Hal positif lain dari self regulated learning berada pada penentuan tujuan, perencanaan, dan memonitor diri yang menjadi aspek penting bagi prestasi anak dan remaja (Anderman & Wolters, 2006; Schunk, Pintrich, & Meece, 2008; Wigfield & lainnya, 2006, dalam Santrock, 2009: 498). Oleh
5
karena itu, pentingnya siswa memiliki kemampuan self regulated learning untuk menunjang keberhasilan proses belajarnya. Fakta yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa masih rendahnya self regulated learning siswa dalam proses belajar mengajar. Terdapat fenomena yang terjadi di SMP Negeri 2 Rajapolah tahun ajaran 2008/2009 sampai tahun ajaran 2010/2011 dalam penelitian Pujiati (2010) menunjukkan bahwa kemandirian belajar yang belum “ajeg” mencakup perilaku (1) terlambat ke sekolah, (2) tidak menyelesaikan tugas-tugas sekolah dengan alasan tertinggal di rumah, (3) mencontek pada saat ulangan, (4) kurang memanfaatkan fasilitas perpustakaan sebagai sumber belajar, (5) serta pernyataan beberapa siswa yang mengatakan bahwa belajar di sekolah tidak akan mempengaruhi hasil prestasi yang dicapainya, karena anggapan negatif dari luar tentang dirinya. Penelitian Yoenanto (2010: 92) pada siswa akselerasi di SMP di Jawa Timur menunjukkan data tingkat SRL siswa SMP N 2 Jember memiliki skor rerata = 51,66. Siswa akselerasi SMP N 1 Bondowoso rerata = 51,56 dan siswa SMP N 1 Surabaya dengan rerata 50,85 serta yang paling rendah tingkat SRLnya yaitu siswa SMP N 1 Tuban dengan rerata sebesar 48,36. Apabila rerata siswa SMP akselerasi ini ditotal terdapat tingkat SRL sebesar 50,13. Dengan demikian, hanya sebagian dari total siswa yang memiliki SRL tinggi dari berbagai SMP akselerasi. Penelitian yang dilakukan oleh Widiyastuti (2012) diperoleh data tingkat self regulated learning siswa kelas XI SMA Negeri 1 Nagreg tahun
6
pelajaran 2011/2012 sebanyak 2,73% berada pada tingkat SRL tinggi, 15,45% tingkat SRL sedang, 46,36% tingkat SRL rendah dan 35,45% tingkat SRL sangat rendah. Siswa dengan SRL yang rendah seperti tidak tuntasnya nilai KKM siswa, rendahnya keinginan untuk mengerjakan tugas dengan usaha optimal dan tepat waktu, rendahnya usaha dan kemauan siswa dalam meminta perbaikan (remedial) kepada guru mata pelajaran yang nilainya belum tuntas, siswa tidak memiliki jadwal belajar rutin setiap hari, dan siswa belajar saat akan ujian dengan metode klasik ‘belajar kebut semalam’ (SKS). Indikasi lain yang menunjukkan self regulated learning rendah adalah melakukan kecurangan akademik seperti mencontek. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki self regulated learning tinggi akan mempersiapkan diri dengan berbagai usaha dan strategi dalam belajar, maka kecenderungan melakukan kecurangan akademik akan rendah. Diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Ashifa (2011) di SMPN 10 Bandung menyatakan bahwa terdapat hubungan antara self regulated learning dengan perilaku mencontek. Berdasarkan beberapa indikator siswa yang memiliki SRL rendah dari penelitian sebelumnya, peneliti melakukan wawancara pada bulan Februari 2013 terhadap beberapa siswa dan dua guru mata pelajaran. Hasil dari wawancara tersebut menyatakan bahwa beberapa siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang masih memiliki nilai yang belum tuntas, mencontek pada saat ulangan dan pekerjaan rumah teman, kurang memanfaatkan fasilitas perpustakaan, terlambat mengumpulkan tugas, siswa
7
suka berbicara atau melakukan kegiatan lain pada waktu diterangkan oleh guru, lebih suka membicarakan hal-hal yang tidak masuk dalam pelajaran. Berdasarkan fenomena di atas kita dapat melihat bahwa masih kurangnya self regulated learning dalam proses pembelajaran. Seharusnya proses pembelajaran dilakukan karena kemauan, pilihan dan tanggung jawab sendiri, bukan untuk sekadar masuk ke sekolah favorit, sarana memperoleh gelar, status sosial yang lebih tinggi atau sekedar menyenangkan orang tua. Self regulated learning (SRL) selalu mengarah pada beberapa tujuan, yang terangkum dalam beberapa tahap yang mencakup (1) memiliki dan menentukan tujuan belajar, (2) membuat perencanaan dan (3) memilih strategi pencapaian tujuan. Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa goal orientation menjadi penunjangnya (Markus dan Wurf, dalam Deasyanti dan Anna 2007: 14). Menurut Schunk, Pintrich dan Meece (2008: 142) siswa dengan tujuan dan efikasi diri dalam mencapai keinginannya cenderung akan terlibat dalam kegiatan yang dia percaya dapat menunjang keinginannya tersebut dengan memperhatikan proses, berlatih mengingat informasi, berusaha dan bertahan. Self regulated learning yang dihasilkan mengacu pada pikiran, perasaan dan tingkah laku yang ditujukan untuk pencapaian target dengan melakukan perencanaan terarah (Zimmerman, dalam Schimtz dan Wiese 2006: 66). Kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa goal orientation yang jelas akan meningkatkan kemampuan self regulated learning pula, karena self regulated
learning
menuntut
siswa
memiliki
perencanaan
terarah.
8
Perencanaan terarah siswa dalam pembelajaran dapat muncul karena adanya goal orientation siswa, dimana goal orientation akan menjadi pendorong siswa untuk berusaha. Hal ini dapat diperkuat Schunk, Pintrich dan Meece (2008: 174) bahwa ketika individu tidak memiliki komitmen untuk mencapai tujuan maka dia tidak akan bekerja maksimal dan tidak memiliki keinginan untuk berprestasi. Selanjutnya Woolfolk (2009: 198) mengemukakan bahwa goal memotivasi individu untuk berperilaku tertentu (self regulated learning) sebagai usaha mengurangi diskrepansi kondisi antara “where the are” (di mana mereka berada kini) dan “where they want to be” (ke mana mereka ingin berada). Menurut Ormord (2004: 327) komponen yang membentuk self regulated learning adalah goal setting, planning, self motivation, attention control, application of learning strategies, self monitoring, self evaluation, self reflection. Beberapa penelitian mendapati bahwa goal orientation berperan aktif dalam membentuk motivasi berprestasi (Anderman dan Wolters, 2006; Pintrich, 2000a, 2000c, 2000d, dalam Pintrich, Schunk dan Meece, 2008 : 183). Kedua pernyataan ini juga menguatkan bahwa goal orientation dapat meningkatkan self regulated learning. Goal orientation ini dapat memicu timbulnya motivasi dan memperjelas tujuan siswa sehingga dapat membantu dalam pembentukan self regulated learning. Berdasarkan faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi regulasi diri menurut Bandura (dalam Alwisol, 2010: 285-7). Faktor internal
9
bersumber pada tiga bentuk yaitu observasi diri, proses penilaian atau mengadili tingkah laku, dan reaksi diri afektif, untuk melakukan tiga bentuk ini harus ada tujuan yang menjadi standar siswa tersebut. Adapun faktor eksternal bersumber pada dua hal yaitu interaksi dengan lingkungan dan bentuk penguatan (reinforcement). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa goal orientation termasuk dalam faktor internal. Locke dan Latham (dalam Woolfolk, 2009: 198-200) mengemukakan empat alasan mengapa goal dapat memperbaiki performance atau usaha yang dilakukan yaitu goals mengarahkan perhatian individu terhadap tugas yang dihadapi, goals menggerakkan usaha, goals mengurangi rasa putus asa sebelum mencapai tujuan, dan goals meningkatkan perkembangan strategi baru. Goal orientation dikembangkan secara khusus untuk menjelaskan cara belajar anak dan performance dalam menjalankan tugas-tugas akademiknya. Di dalam goal orientation terdapat dua karakteristik yang membedakan cara belajar dan performance anak, antara lain: mastery goal dan performance goal. Mastery goal adalah orientasi siswa untuk menguasai materi pelajaran, sedangkan performance goal adalah orientasi siswa untuk mendapatkan hasil yang baik. Hal tersebut diperkuat dengan penelitian Susetyo (2007) tentang orientasi tujuan, atribusi penyebab, dan belajar berdasar regulasi diri siswa Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta, dengan hasil penelitian F = 36,814
10
dan p = 0,000 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan belajar berdasar regulasi diri ditinjau dari orientasi tujuan. Perbedaan goal orientation yang siswa miliki dapat menimbulkan usaha yang berbeda pula. Siswa dengan mastery goal berhenti belajar bila merasa menguasai materi pelajaran dengan baik, sedangkan siswa dengan performance goal berhenti belajar bila merasa nilainya sudah baik. Dalam penelitian Mattern (2005: 30) yang menunjukkan bahwa siswa dengan mastery goal memiliki level prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa dengan performance goal. Siswa yang cenderung mastery goal akan mencari tantangan, menggunakan strategi pembelajaran efektif yang lebih tinggi, termasuk strategi metakognitif, pelaporan dan sikap terhadap sekolah yang lebih positif, dan memiliki tingkat self-efficacy yang lebih tinggi (kepercayaan pada kemampuan diri untuk berhasil dalam situasi tertentu) daripada siswa-siswa yang cenderung performance goal. Beberapa penelitian yang terdapat pada buku “Motivation in education: theory, research, and applications” yang ditulis oleh Schunk, Pintrich dan Meece (2008: 192-6) menyatakan bahwa approach performance goals dapat memunculkan perilaku-perilaku yang positif menunjang prestasi. Segi afektif approach performance goals memiliki hubungan positif dengan minat, motivasi instrinsik, dan nilai-nilai tugas. Segi kognitif dapat mengarahkan pada penggunaan strategi yang lebih mendalam dan pengaturan kognitif diri. Terakhir dari segi perilaku approach performance goals ini
11
menyebabkan kinerja lebih baik karena siswa dengan orientasi tujuan ini ingin memiliki nilai akademis yang lebih tinggi dari siswa lain. Perbedaan goal orientation pada setiap siswa dapat menimbulkan self regulated learning yang berbeda pula. Hal ini sejalan dengan pendapat Ames dan Archer (1998, dalam Schunk, 2012: 278) bahwa goal orientation menentukan bagaimana siswa belajar dan usaha yang dilakukannya untuk mencapai hasil yang diharapkannya. Usaha-usaha yang dilakukan siswa untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam proses pembelajaran ini salah satunya adalah menunjukkan kemampuan self regulated learning. Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah hubungan antara efikasi diri dengan kemandirian belajar (SRL) siswa pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2010/2011 (Pujiati 2010). Dalam penelitian ini menyatakan bahwa efikasi diri dengan kemandirian belajar (SRL) siswa memiliki derajat hubungan yang sedang (0,559), dengan koefisien korelasi yang bernilai positif, artinya efikasi diri memiliki pengaruh signifikan terhadap kemandirian belajar siswa. Berdasarkan
hasil
penelitian
tersebut,
maka
penting
untuk
mengungkap bagaimana hubungan antara goal orientation dengan self regulated learning siswa di sekolah sebagai upaya membantu mengatasi permasalahan yang sedang terjadi. Self regulated learning lebih ditentukan oleh faktor internal siswa. Penelitian yang dilakukan Pratiwi (2009) menyatakan bahwa hubungan antara kecemasan akademis dengan self regulated learning hanya mempunyai sumbangan sebesar 8,6% walaupun
12
kecemasan akademis juga termasuk faktor internal dari self regulated learning. Hal ini menunjukkan bahwa 91,4% keeratannya masih lebih besar ditentukan oleh faktor atau variabel lain, maka peneliti tertarik untuk mencari perbedaan goal orientation sebagai faktor internal siswa yang menentukan self regulated learning. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui perbedaan self regulated learning ditinjau dari goal orientation pada siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan pemamparan fenomena pada latar belakang masalah
diatas maka terdapat perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu : 1. Apakah ada perbedaan self regulated learning ditinjau dari goal orientation siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang? 2. Bagaimana gambaran self regulated learning ditinjau dari goal orientation siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang?
1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka didapat tujuan penelitian ini, yaitu : 1. Untuk mengetahui perbedaan self regulated learning ditinjau dari goal orientation siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang. 2. Untuk mengetahui gambaran self regulated learning ditinjau dari goal orientation siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang.
13
1.4 Manfaat Penelitian Adapun kontribusi penelitian yang akan diperoleh, yaitu : 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukan tentang perbedaan tingkat self regulated learning antara mastery goal dan performance goal. b. Sarana untuk peneliti selanjutnya dalam memberikan data dan informasi sebagai bahan studi. 2. Manfaat praktis a. Bagi Bimbingan Konseling sekolah, dapat menjadi input yang senantiasa melaksanakan proses Bimbingan dan Konseling di sekolah untuk meningkatkan self regulated learning siswa. b. Dapat mengetahui bagaimana tingkat self regulated learning siswa SMA agar dapat mengembangkan diri menjadi pribadi yang mandiri untuk masa depan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Self Regulated Learning
2.1.1
Pengertian Self Regulated Learning Dalam bahasa Indonesia self regulated learning sering disamaartikan
dengan kemandirian belajar, regulasi-diri pembelajaran, dan pengelolaan diri dalam belajar. Pintrich (dalam Boekaerts et al., 2000: 453), self regulated learning (SRL) didefinisikan sebagai proses konstruktif ketika siswa menetapkan tujuan belajar sekaligus mencoba memantau, mengatur, dan mengendalikan pengamatan motivasi, serta perilakunya yang dibatasi oleh tujuan belajar dan kondisi lingkungan. Zimmerman (dalam Schunk, dkk, 2012: 254) Self-regulation adalah proses dimana siswa mengaktifkan dan mempertahankan kognisi, perilaku, dan pengaruh yang sistematis berorientasi pada pencapaian tujuan mereka. Self regulated learning adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri dalam berbagai cara sehingga mendapat hasil belajar yang optimal (Wolters 1998: 4). Menurut Pintrich dan Zusho (dalam Nicol dan Macfarlane-Dick 2006: 202) self regulated learning merupakan proses konstruktif aktif dimana siswa menetapkan tujuan belajarnya dan kemudian berusaha untuk memonitor, mengatur, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan tingkah lakunya agar sesuai dengan tujuannya dan kondisi kontekstual dari lingkungannya.
14
15
Berdasarkan perspektif sosial kognitif, peserta didik yang dapat dikatakan sebagai self regulated learner adalah peserta didik yang secara metakognitif, motivasional, dan behavioral aktif dan turut serta dalam proses belajar mereka (Zimmerman, 1989: 330). Peserta didik tersebut dengan sendirinya memulai usaha belajar secara langsung untuk memperoleh pengetahuan dan keahlian yang diinginkan, tanpa bergantung pada guru, orang tua atau orang lain. Konsep self regulated learning dikemukakan pertama kali oleh Bandura dalam latar teori belajar sosial. Menurut Bandura, “bahwa individu memiliki kemampuan untuk mengontrol cara belajarnya dengan mengembangkan langkahlangkah mengobservasi diri, menilai diri dan memberikan respon bagi dirinya sendiri.” Self regulated learning sangat penting dimiliki oleh individu dalam proses pembelajaran. Seseorang yang memiliki self regulated learning, akan cenderung lebih memiliki prestasi yang baik. Hal ini diperkuat ketika siswa memiliki self regulated learning, mereka menetapkan tujuan akademik yang lebih tinggi untuk diri mereka sendiri, belajar lebih efektif dan berprestasi di kelas (Broson, 2000; Butler dan Winne, 1995; Winne, 1995a; Zimmerman dan Bandura, 1994; Zimmerman dan Risemberg, 1997 dalam Ormord 2004: 327). Bandura (dalam Alwisol, 2009: 286) berpendapat bahwa dinamika proses beroperasinya self regulated learning antara lain terjadi dalam subproses yang berisi ‘self-observation’, ‘self judgement’, dan ‘self reaction’. Ketiganya memiliki hubungan yang sifatnya resiprositas seiring dengan konteks persoalan yang mereka hadapi. Hubungan resiprositas ini tidak selalu bersifat simetris melainkan
16
lentur dalam arti bisa terjadi salah satu di konteks tertentu lebih dominan dari aspek lainnya, demikian pula sebaliknya. Menurut Ormord (2008: 38-9) menyatakan bahwa self regulated learning memiliki beberapa komponen di dalamnya, yaitu : 1) Goal Setting Goal setting merupakan pengidentifikasian hasil akhir yang diinginkan untuk kegiatan belajarnya. Siswa yang memiliki self regulated learning tahu apa yang dia ingin capai ketika mereka belajar. Siswa memegang tujuannya untuk kegiatan belajar tertentu untuk tujuan jangka panjang dan aspirasinya. Selanjutnya saat siswa mencapai perguruan tinggi, siswa dapat menetapkan tengang waktu untuk diri mereka sendiri sebagai cara untuk memastikan mereka tidak meninggalkan tugas-tugas belajar yang penting sampai akhir. 2) Planning Planning adalah menentukan atau merencanakan cara terbaik untuk menggunakan waktu yang tersedia untuk belajar. Siswa dengan self regulated learning memiliki rencana ke depan berhubungan dengan tugas belajar dan menggunakan waktu mereka secara efektif untuk mencapai tujuannya. 3) Self-motivation Mempertahankan motivasi instrinsik untuk menyelesaikan tugas belajar. Siswa dengan self regulated learning cenderung memiliki self-efficacy yang tinggi mengenai kemampuan mereka untuk menyelesaikan tugas
17
belajar dengan sukses. Selain itu, siswa menggunakan berbagai strategi untuk mempertahankan semangatnya mungkin dengan cara menghiasi tugasnya agar lebih menyenangkan, mengingatkan diri akan pentingnya melakukan dengan baik, akhirnya mereka memvisualisasikan kesuksesan atau menjanjikan sendiri hadiah ketika mereka selesai. 4) Attention control Memaksimalkan perhatian pada tugas belajar. Siswa dengan self regulated learning akan mencoba untuk memusatkan perhatian mereka pada tugasnya dan menghilangkan pikiran mereka yang berpotensi mengganggu pikiran dan emosi. 5) Application of learning strategies Memilih dan menggunakan cara yang tepat pengolahan bahan yang akan dipelajari. Siswa mengatur sendiri memilih strategi pembelajaran yang berbeda tergantung pada tujuan yang spesifik sesuai yang ingin mereka capai, misalnya mereka membaca sebuah artikel majalah berbeda, tergantung pada apakah mereka membacanya untuk hiburan atau belajar untuk ujian. 6) Self-monitoring Siswa akan mengevaluasi secara berkala untuk melihat apa kemajuan mencapai tujuan. Siswa dengan self regulated learning akan terus memantau perkembangannya selama proses belajar dan siswa akan mengubah strategi belajarnya atau tujuannya jika perlu.
18
7) Self-evaluation Menilai hasil akhir dari usaha individu. Siswa dengan self regulated learning akan menilai hal yang mereka pelajari cukup untuk tujuan yang telah ditetapkan. 8) Self-reflection Menentukan sejauh mana strategi belajar seseorang telah berhasil dan efisien, dan mungkin mengidentifikasi alternatif yang mungkin lebih afektif dalam situasi belajar masa depan. Self regulated learner menerapkan agency ketika mereka terlibat dalam siklus empat tahap utama : menganalisis tugas, menerapkan tujuan dan merancang rencana, menetapkan taktik dan strategi untuk menyelesaikan tugas, dan meregulasi pembelajaran (Woolfolk 2009: 132). 1
Menganalisis tugas pembelajarannya,
yaitu pembelajar memeriksa
informasi apa pun yang mereka anggap relevan untuk mengkonstruksikan sense tentang seperti apa tugasnya, sumberdaya apa yang harus dimiliki, dan bagaimana perasaannya tentang tugas yang akan dikerjakan. 2
Menetapkan tujuan dan menyusun rencana, yaitu mengetahui kondisi kondisi yang mempengaruhi hasil kerja dan memberikan informasi yang digunakan oleh pembelajar untuk mencapai tujuan belajar serta mencari cara untuk mengembangkan rencana untuk mencapai tujuannya.
3
Menetapkan taktik dan strategi untuk menyelesaikan tugas. Individu sangat siaga selama tahap ini karena mereka selalu memantau seberapa baikkah rencananya berjalan.
19
4
Meregulasi pembelajaran. Dalam tahap ini, pembelajar mengambil keputusan tentang apakah perlu dilakukan perubahan pada ketiga tahap sebelumnya. Menurut Zimmerman (1989: 329) siswa dikatakan telah memiliki self
regulated learning bila siswa tersebut telah memiliki strategi untuk mengaktifkan metakognisi, motivasi, dan tingkah laku dalam proses belajar mereka sendiri. Lebih lanjut dijelaskan bahwa self regulated learning adalah pengetahuan potensial yang dimiliki individu untuk meningkatkan prestasi akademik, merancang strategi belajar, menentukan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan belajar, serta mengevaluasi keberhasilan dan kekurangan yang diperoleh. Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa self regulated learning adalah usaha individu yang dilakukan secara sistematis untuk memfokuskan pikiran, perasaan, dan perilaku pada pencapaian tujuan. 2.1.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Regulated Learning Menurut Zimmerman (1989: 330) setidaknya terdapat 3 faktor yang
mempengaruhi self regulated learning pada gambar 2.1 Triadic Analysis of SelfRegulated Functioning sebagai berikut :
20
Person (self)
BEHAVIORAL SELF-REGULATION
COVERT SELF-REGULATION
Environment
Behavior ENVIRONMENTAL SELF-REGULATION
Gambar 2.1 Analysis of Self-Regulated Functioning Berikut adalah penjelasan dari gambar bagan diatas, antara lain : a. Faktor Pribadi, dalam triadic diatas dilambangkan siswa dapat menggunakan proses pribadi untuk mengatur strategi perilaku dan lingkungan belajar segera. b. Faktor Perilaku, dalam triadic diatas dilambangkan siswa secara proaktif menggunakan strategi self evaluation sehingga mendapatkan informasi tentang akurasi dan apakah harus terus memeriksa melalui umpan balik enactive. c. Faktor
Lingkungan,
dalam
triadic
dilambangkan
siswa
proaktif
menggunakan strategi manipulasi lingkungan yang melibatkan intervensi ruang urutan perilaku
mengubah respon,
seperti menghilangkan
21
kebisingan, mengatur pencahayaan yang memadai, dan mengatur tempat untuk menulis. Sedangkan menurut Boekaerts (1996: 101) “mengatakan bahwa banyak peneliti sepakat bahwa faktor yang paling mendasar dari self regulated learning adalah keinginan untuk mencapai tujuan”. Atribut personal lain yang juga terlibat dalam mempengaruhi self regulated learning antara lain yaitu : (1) Kesadaran akan penghargaan terhadap diri sendiri. (2) Keinginan untuk mencoba. (3) Komitmen. (4) Manajemen waktu. (5) Kesadaran akan metakognitif. (6) Penggunaan strategi yang efisien. Ada pula faktor-faktor yang memunculkan self regulated learning yang buruk antara lain impulsivitas, tujuan akademik yang rendah, penghargaan diri yang rendah, kontrol yang buruk, serta perilaku menghindar. Menurut Bandura (dalam Alwisol, 2010: 285-7) ada dua faktor yang mempengaruhi regulasi diri, yaitu : a) Faktor Eksternal Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara, pertama faktor eksternal memberi standar untuk mengevaluasi tingkah laku. Faktor lingkungan berinteraksi dengan pengaruh-pengaruh pribadi, membentuk standar evaluasi diri seseorang. Melalui orang tua dan guru anak-anak belajar baik dan buruk, tingkah laku yang dikehendaki dan tidak
22
dihendaki. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas anak kemudian mengembangkan standar yang akan dipakai untuk menilai prestasi diri. Kedua, faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan (reinforcement). Hadiah intrinsik tidak selalu memberi kepuasan, orang membutuhkan insentif yang berasal dari lingkungan eksternal. Standar tingkah laku dan penguatan biasanya bekerja sama; ketika orang dapat mencapai standar tingkah laku tertentu, perlu penguatan agar tingkah laku semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan lagi. b) Faktor Internal Faktor eksternal berinteraksi dengan faktor internal dalam pengaturan diri sendiri. Bandura mengemukakan tiga bentuk pengaruh internal, yaitu : 1) Observasi diri (self observation): dilakukan berdasarkan faktor kualitas penampilan, kuantitas penampilan, orisinal tingkah laku diri, dan seterusnya. Orang harus mampu memonitor performansinya, walaupun tidak sempurna karena orang cenderung memilih beberapa aspek dari tingkah lakunya dan mengabaikan tingkah lakunya yang lain. Apa yang diobservasi seseorang tergantung kepada minat dan konsep dirinya. 2) Proses penilaian atau mengadili tingkah laku (judgemental process): melihat
kesesuaian
tingkah
laku
dengan
standar
pribadi,
membandingkan tingkah laku dengan norma standar atau dengan
23
tingkah laku orang lain, menilai berdasarkan pentingnya suatu aktivitas, dan memberi atribusi performansi. 3) Reaksi diri afektif (self response): berdasarkan pengamatan dan judgement itu, orang mengevaluasi diri sendiri positif atau negatif, dan kemudian menghadiahi atau menghukum dirinya sendiri. Bisa terjadi tidak muncul reaksi afektif, karena fungsi kognitif membuat keseimbangan yang mempengaruhi evaluasi positif atau negatif menjadi kurang bermakna secara individual. 2.1.3
Strategi Self Regulated Learning Zimmerman (1989: 11) menekankan untuk dapat dianggap self-regulated,
proses belajar siswa harus menggunakan strategi-strategi khusus untuk mencapai tujuan akademis. Strategi dalam self regulated learning mengarah pada tindakan dan proses yang diarahkan pada perolehan informasi atau keterampilan yang melibatkan
perngorganisasian
(agency),
tujuan
(purpose)
dan
persepsi
instrumental seseorang. Agency adalah kemampuan individu untuk memulai dan mengarahkan suatu tindakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Purpose adalah tujuan yang diharapkan untuk tercapai dari pelaksanaa setiap tindakan yang dapat membantu meraih tujuan. Self regulated learning merupakan strategi yang harus dimiliki oleh siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga diperoleh hasil belajar sesuai dengan keinginan
dan cita-citanya.
Zimmerman
dan Martinez-pons
(1990: 7)
mengindentifikasi strategi-strategi dalam self regulated learning yang diperoleh dari teori kognitif sosial, didalamnya melibatkan unsur-unsur metakognitif,
24
lingkungan dan motivasi. Setiap strategi bertujuan meningkatkan regulasi diri siswa pada fungsi personal, behavioral, dan environmental. a. Strategi untuk optimalisasi fungsi personal (personal function), meliputi : 1) Organizing and transforming (pengorganisasian dan transformasi). Siswa menelaah kembali materi-materi pembelajaran untuk meningkatkan pembelajaran. Misalnya, siswa mempelajari materi pembelajaran dari awal sampai akhir. 2) Goal setting and planning (penetapan tujuan dan perencanaan). Siswa menetapkan tujuan belajar serta merencanakan urutan, waktu, dan penyelesaian aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan tujuan. Misalnya siswa menentukan jadwal belajar. 3) Rehearsing and Memorizing (melatih dan menghapal). Siswa berusaha untuk berlatih dan menghapalkan materi. Contohnya siswa mengerjakan soal-soal latihan dan siswa membaca ulang materi pelajaran agar dapat menghapalkannya. b. Strategi untuk optimalisasi fungsi tingkah laku (behavioral function), meliputi : 1) Self-evaluating (evaluasi diri). Siswa melakukan evaluasi terhadap kualitas atau kemajuan dari pekerjaannya. Contohnya siswa meneliti ulang tugas-tugas untuk memastikan sudah dikerjakan dengan baik atau belum, siswa mengevaluasi hasil ujian agar dapat menilai kemampuan belajarnya.
25
2) Self-consequenting (konsekuensi diri). Siswa membayangkan reward atau punishment yang didapat jika memperoleh kesuksesan atau
kegagalan.
Contohnya
siswa
merasa
malu
apabila
mendapatkan hasil ujian buruk, siswa menganggap keberhasilan sebagai motivasi untuk dapat mempertahankan keberhasilannya. c. Strategi
untuk
optimalisasi
fungsi
lingkungan
(environmental
function), meliputi : 1) Seeking information (pencarian informasi). Siswa berusaha untuk mencari informasi lebih lengkap dari sumber-sumber nonsosial. Contohnya siswa berusaha melengkapi materi pelajaran dari sumber lain atau literature perpustakaan. 2) Keeping records and self monitoring (pembuatan catatan dan mengamati diri). Siswa berusaha untuk mencatat berbagai kejadian atau hasil yang diperoleh dalam proses belajar. Contohnya siswa mencatat hal-hal penting untuk dipelajari, siswa mencatat hal-hal yang tidak dipahami untuk dipelajari ulang. 3) Enviromental
structuring
(penyusunan
lingkungan).
Siswa
berusaha untuk memilih atau mengatur lingkungan fisik sehingga proses belajar menjadi lebih mudah. Contohnya siswa mematikan televisi saat belajar untuk membantu konsentrasi. 4) Seeking social assistance (pencarian bantuan sosial). Siswa berusaha mencari bantuan dari teman sebaya, guru, orang dewasa lainnya yang dianggap bisa membantu. Contohnya siswa bertanya
26
kepada guru saat kesulitan mengerjakan tugas atau memahami pelajaran. 5) Reviewing Records (melihat kembali catatan). Siswa berusaha melihat kembali catatan untuk menghadapi ujian. Contohnya siswa membaca ulang catatan, melihat referensi tugas sebelumnya, dan membaca buku-buku pedoman. Menurut Wolters, et. al (2003, dalam Fasikhah dan Siti 2013: 144) strategi self regulated learning secara umum meliputi tiga macam strategi, yaitu : a. Strategi regulasi kognitif Strategi yang berhubungan dengan pemrosesan informasi yang berkaitan dengan berbagai jenis kegiatan kognitif dan metakognitif yang
digunakan
individu
untuk
menyesuaikan
dan merubah
kognisinya, mulai dari strategi memori yang paling sederhana, hingga strategi lebih rumit. Strategi kognitif meliputi : rehersal, elaborasi dan metakognisi. b. Strategi regulasi motivasional Strategi yang digunakan individu untuk mengatasi stres dan emosi yang dapat membangkitkan usaha mengatasi kegagalan dan untuk meraih kesuksesan dalam belajar. Strategi motivasional meliputi : (1) konsekuensi diri, (2) kelola lingkungan (environmental structuring), (3) mastery self-talk, (4) meningkatkan motivasi ekstrinsik (extrinsic self-talk), (5) orientasi kemampuan (relative ability self-talk), (6) motivasi intrinsik, dan (7) relevansi pribadi (relevance enchancement).
27
c. Strategi regulasi behavioral akademik Aspek regulasi diri yang melibatkan usaha individu untuk mengontrol tindakan dan perilakunya sendiri. Strategi regulasi behavioral yang dapat dilakukan oleh individu dalam belajar meliputi : mengatur usaha (effort regulation), mengatur waktu dan lingkungan belajar (regulating time and study environment) serta mencari bantuan (help-seeking). Zumbrunn, et. al. (2011: 9-13) menyatakan bahwa ada 8 strategi pembentukan self regulated learning siswa, yaitu : a. Goal Setting Tujuan dianggap sebagi standar yang mengatur tindakan individu. Tujuan jangka pendek sering digunakan untuk mencapai aspirasi jangka panjang, sebagai contoh jika seorang siswa menetapkan tujuan jangka panjang untuk mengerjakan ujian dengan baik, maka dia menetapkan
tujuan
seperti
menetapkan
waktu
belajar
dan
menggunakan strategi khusus untuk keberhasilan ujiannya. b. Planning Planning mirip dengan goal setting, planning dapat membantu siswa mengatur diri sebelum terlibat dalam tugas-tugas belajar. c. Self-Motivation Motivasi diri siswa self-regulated learner terjadi ketika mereka menggunakan satu atau lebih strategi untuk pencapaian tujuannya. Siswa yang termotivasi akan membuat kemajuan menuju tujuannya.
28
Siswa lebih bertahan melalui tugas yang sulit dan menemukan proses belajar yang memuaskan. d. Attention Control Siswa
dapat
mengendalikan
perhatian
mereka
dengan
cara
menghindari hal-hal yang mengganggu pikiran serta mengkondisikan lingkungan belajar agar kondusif. e. Flexibel Use of Strategies Siswa menggunakan strategi-strategi belajar untuk memfasilitasi kemajuan mereka guna pencapaian tujuan yang meliputi : mencatat, menghafal, berlatih, dan sebagainya. f. Self-Monitoring Siswa memantau sendiri kemajuan mereka menuju pada tujuan pembelajarannya. g. Help-seeking Siswa mencoba mencari bantuan bila diperlukan agar dapat memahami pembelajaran untuk pencapaian tujuan h. Self-Evaluation Siswa dapat mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri, terlepas dari penilaian guru. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan ada 8 strategi dalam self regulated learning meliputi rehearsing and memorizing, goal setting and planning, self-evaluating, self-consquenting, seeking information, keeping records and self monitoring, seeking social assistance.
29
2.1.4
Karakteristik Siswa yang Memiliki Self Regulated Learning Beberapa peneliti mengemukakan karakteristik perilaku siswa yang
memiliki ketrampilan self regulated learning antara lain sebagai berikut (Montalvo, 2004: 3) : 1
Terbiasa dengan dan tahu bagaimana menggunakan strategi kognitif (pengulangan, elaborasi dan organisasi) yang membantu mereka untuk memperhatikan, mentransformasi, mengorganisasi, mengelaborasi, dan menguasai informasi.
2
Mengetahui mengarahkan
bagaimana proses
merencanakan,
mental
untuk
mengorganisasikan,
mencapai
tujuan
dan
personal
(metakognisi). 3
Memperlihatkan seperangkat keyakinan motivasional dan emosi yang adaptif, seperti tingginya keyakinan diri secara akademik, memiliki tujuan belajar, mengembangkan emosi positif terhadap tugas (senang, puas, antusias), memiliki kemampuan untuk mengontrol dan memodifikasinya, serta menyesuaikan diri dengan tuntutan tugas dan situasi belajar khusus.
4
Mampu merencanakan, mengontrol waktu, dan memiliki usaha terhadap penyelesaian tugas, tahu bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, seperti mencari tempat belajar yang sesuai atau mencari bantuan dari guru dan teman jika menemui kesulitan.
5
Menunjukkan usaha yang besar untuk berpartisipasi dalam mengontrol dan mengatur tugas-tugas akademik, iklim, dan struktur kelas.
30
6
Mampu melakukan strategi disiplin, yang bertujuan menghindari gangguan internal dan eksternal, menjaga konsentrasi, usaha, dan motivasi selama menyelesaikan tugas. Peneliti menyimpulkan bahwa definisi self regulated learning adalah
kemampuan siswa dalam proses belajar untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan serta mengutamakan konteks lingkungan.
2.2
Remaja Awal Menurut Mappiare (1982: 25) masa remaja memiliki rentang usia antara
13-21 tahun, yang dibagi dalam masa remaja awal usia 13/14 sampai dengan 17 tahun, dan remaja akhir 17 sampai 21 tahun. Menurut Hurlock (1991 dalam Ali dan Asrori 2011: 9) adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Monks (2006: 259) mengatakan bahwa pada masa ini, remaja sebenarnya tidak memiliki tempat yang jelas. Remaja tidak masuk golongan anak, tetapi tidak termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Pada umumnya mereka masih belajar di sekolah Menengah atau Perguruan Tinggi. Sedangkan Desmita (2011: 37) berpendapat masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa ini dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego identity) 2.2.1
Karakteristik Remaja Awal Menurut Slazman karakteristik masa remaja adalah perubahan dari sikap
tergantung ke arah kemandirian, minat-minat seksual, perenungan diri, dan
31
perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. Dalam budaya Amerika, periode remaja ini dipandang sebagai masa "Strom dan Stress”, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralineasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Pikunas, 1976 dalam Yusuf, 2011: 184) Mappiare (1982: 32) mengemukakan ciri-ciri remaja awal ditunjukkan pada beberapa indikasi, sebagai berikut : 1. Kestabilan keadaan perasaan dan emosi Perasaan yang sangat peka, remaja mengalami badai dan topan dalam kehidupan perasaan dan emosinya. Ini menimbulkan remaja cepat berganti suasana yang sesekali sangat bersemangat dalam bekerja tiba-tiba berganti lesu, kegembiraan yang meledak bertukar rasa sedih, rasa yakin diri berganti rasa ragu diri yang berlebihan. 2. Hal sikap dan moral Organ-organ seks yang telah matang menyebabkan remaja mendekati lawan jenis. Ada dorongan-dorongan seks dan kecenderungan memenuhi dorongan itu, sehingga kadang-kadang dinilai oleh masyarakat tidak sopan. 3. Hal kecerdasaan atau kematangan mental Alfred Binet mengemukakan bahwa pada usia 12 tahun kemampuan anak untuk mengerti informasi abstrak baru sempurna. Kesempurnaan mengambil kesimpulan dan informasi abstrak dimulai pada usia 14 tahun. Akibatnya remaja awal sering menolak hal-hal yang tidak masuk akal.
32
4. Hal status remaja awal sangat sulit ditentukan Adanya keraguan orang dewasa untuk memberi tanggungjawab kepada remaja dengan dalih mereka masih anak-anak. Pada lain kesempatan, remaja awal sering mendapat teguran sebagai orang yang sudah besar jika remaja bertingkah laku kekanak-kanakan. Akibatnya, remaja awal pun mendapat sumber kebingungan tentang statusnya. 5. Memiliki banyak masalah yang dihadapi Dari ciri-ciri sebelumnya menjadikan remaja awal banyak menghadapi masalah. Sebab lain adalah sifat emosional remaja awal. 6. Masa yang kritis Pada masa ini remaja dituntut untuk dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya sendiri. Keadaan remaja yang dapat menghadapi masalahnya dengan baik menjadi modal dasar dalam menghadapi masalah-masalah selanjutnya, sampai ia dewasa. Ketidakmampuan menghadapi masalahnya dalam masa ini akan menjadikannya orang dewasa yang bergantung. Desmita (2011: 37-38) berpendapat masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu : 1
Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya.
2
Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
3
Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif.
4
Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya.
33
5
Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya.
6
Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak.
7
Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga Negara.
8
Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
9
Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
10 Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas. 2.2.2
Tugas-tugas Perkembangan Remaja Awal Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1991:
209-10) meliputi usaha-usaha sebagai berikut : 1) Mampu menerima keadaan fisiknya. 2) Mampu menerima dam memahami peran seks usia dewasa. 3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis. 4) Mencapai kemandirian emosional. 5) Mencapai kemandirian ekonomi. 6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat. 7) Memahami dam menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.
34
8) Mengembangkan perilaku tanggungjawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa. 9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan. 10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga. Menurut Mappiare (1982: 106) tugas-tugas perkembangan khusus untuk masa remaja awal yaitu : (1) Memiliki kemampuan mengontrol diri sendiri seperti orang dewasa Sejak remaja awal diharapkan dapat mengadakan pengontrolan diri sendiri atas perbuatan-perbuatannya. (2) Memperoleh kebebasan Hal ini berarti remaja awal diharapkan belajar dan berlatih bebas membuat rencana, bebas membuat alternatif pilihan, bebas menentukan pilihan dan bebas membuat keputusan-keputusan sendiri, melaksanakan keputusannya itu serta bertanggungjawab sendiri atas keputusan dan pelaksanaan keputusannya. (3) Bergaul dengan teman lawan jenis Remaja awal sadar akan dirinya ada rasa simpati, rasa tertarik untuk selalu bersama-sama dengan lawan jenisnya. (4) Mengembangkan keterampilan-keterampilan baru Pada masa ini remaja mempersiapkan diri memasuki masa dewasa, maka mulai dalam masa remaja awal dan sepanjang masa remaja, seseorang
35
diharapkan berlatih dan mengembangkan berbagai tuntutan hidup dan pergaulannya dalam masa dewasa kelak. (5) Memiliki citra diri yang realistik Remaja diharapkan dapat mengukur atau menafsirkan apa yang lebih dan kurang pada diri mereka serta dapat menerima apa adanya diri mereka, memelihara dan memanfaatkannya secara positif.
2.3
Goal Orientation
2.3.1
Pengertian Goal Orientation Goal orientation merupakan susunan utama teori tujuan. Goal (sasaran
atau tujuan) adalah hasil atau pencapaian yang pemenuhannya diperjuangkan seseorang (Locke dan Latham, 2002 dalam Woolfolk, 2009: 198). Pintrich (2003, dalam Schunk, Pintrich, dan Meece 2008: 184) menyatakan bahwa goal orientation adalah tujuan atau alasan yang melibatkan seseorang untuk berprestasi. Sedangkan Schunk (2012: 513) mengatakan bahwa goal orientation (orientasi tujuan) mengacu pada tujuan dan fokus keterlibatan seseorang dalam aktivitas berprestasi, sedangkan goal setting (penetapan tujuan) lebih berfokus pada bagaimana tujuan dibangun dan diubah serta peran sifat-sifat tujuan itu untuk mendesak dan mengarahkan perilaku. Locke dan Latham’s (1990, dalam Schunk, Pintrich, dan Meece 2008: 184) teori goal orientation berkaitan dengan mengapa individu ingin mendapatkan kebenaran, bagaimana cara dan kinerjanya. Goal orientation menentukan bagaimana seseorang berusaha untuk mencapai hasil yang diinginkannya (Ames dan Archer 1998, dalam Schunk, Pintrich, dan Meece 2008: 183).
36
Goal orientation adalah konstruk yang menggambarkan bagaimana individu merespon, memberikan reaksi dan menginterpretasikan situasi untuk mencapai suatu prestasi atau kinerja tertentu (Vande Walle, dkk 1999: 250). Hal yang menjadi penentu perbedaan individu terhadap perilaku adalah goal orientation (Button, Mathieu dan Zajac, 1996; Farr, Hofman, dan Ringenbach, 1993 dalam VandeWalle, dkk 1999: 249). Konstruk tentang goal orientation muncul dari program penelitian yang dilakukan oleh Carol Dweck, Dweck memberikan konsep bahwa tujuan secara luas dapat diartikan sebagai dimensi kepribadian individu dan individu tersebut memiliki preferensi goal orientation untuk berprestasi (Dweck dan Leggett, 1988; Elliot dan Dweck, 1988 dalam VandeWalle, dkk 2001: 630). Sedang menurut Ames (dalam Schunk, Pintrich, dan Meece 2008: 184) goal orientation merupakan pola yang terintegrasi dari keyakinan yang mengarah pada cara-cara berbeda dalam proses, perilaku, dan tanggungjawabnya dalam berperilaku untuk berprestasi. Dapat dilihat bahwa goal orientation menjadi alasan individu berperilaku tertentu untuk mencapai tujuan. Woolfolk (2009: 198) mengemukakan bahwa goal memotivasi individu untuk berperilaku tertentu (self regulated learning) sebagai usaha mengurangi diskrepansi kondisi di antara “where the are” (di mana mereka berada kini) dan “where they want to be” (ke mana mereka ingin berada). Sedangkan Urdan (1997 dalam Schunk, Pintrich, dan Meece 2008: 184) mengatakan goal orientation adalah alasan mengapa individu ingin berprestasi, bukan hanya untuk menampilkan perilaku.
37
Menurut Ames (dalam Schunk, Pintrich, dan Meece, 2008: 184) goal orientation disebutkan sebagai gambaran integrasi pola belief yang memiliki peranan penting untuk membedakan pendekatan yang dipakai, cara menggunakan, dan respon terhadap situasi prestasi. Selain itu, goal orientation mencerminkan jenis standar dengan mana individu-individu menilai kinerja diri sendiri, keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan (Elliot, 1997; Pintrich, 2000a, 2000c, 2000d dalam Schunk, Pintrich, dan Meece, 2008: 184). Berdasarkan pengertian-pengertian goal orientation di atas, dapat disimpulkan bahwa goal orientation merupakan orientasi yang menjadi alasan individu ketika mencoba berusaha yang mencakup proses dan perilaku untuk mencapai atau memperoleh tujuan tertentu. 2.3.2
Karakteristik Goal Orientation Karakteristik goal orientation dibagi menjadi dua yaitu learning goal dan
performance goal (Dweck dan Legget, 1988; Elliott dan Dweck,1988 dalam Schunk, Pintrich dan Meece 2008: 185). 1. Learning goal Individu dengan learning goals yang kuat cenderung suka dengan tantangan dan menetapkan tujuan yang tinggi serta tidak takut dengan kegagalan pencapaian tujuan. Slavin (2009: 119) siswa yang berorientasi motivasi ke arah sasaran pembelajaran (learning goal) melihat maksud sekolah untuk memperoleh kompetensi dalam kemampuan yang diajarkan dan siswa dengan goal ini kemungkinan akan mengambil mata pelajaran yang sulit dan mencari tantangan.
38
2. Performance goal Individu dengan performance goal kuat akan menetapkan tujuan yang kurang menantang dan takut mengalami kegagalan. Menurut Slavin (2009: 119) siswa yang berorientasi ke arah sasaran kinerja (performance goal) berupaya memperoleh penilaian positif atas kompetensi mereka dan menghindari penilai negatif. Menurut Nicholls (1984 dalam Schunk, Pintrich, dan Meece 2008: 184-5) karakteristik goal orientation dibagi menjadi dua, yaitu : 1) Task-involved goal Merasa sukses ketika mempelajari hal yang disukai, merasa sukses ketika mempelajari hal yang ingin diketahui, merasa sukses ketika mempelajari sesuatu yang memunculkan suatu ide. 2) Ego-involved goal Merasa sukses saat menjadi pintar, lebih mengetahui atau lebih berwawasan luas daripada orang lain, mendapat hasil tes yang tinggi. Berbeda dengan Ames dan Archer (1988 dalam Schunk, Pintrich, dan Meece 2008: 185) menyatakan karakteristik goal orientation sebagai berikut : (1) Mastery goal Mastery goal merupakan suatu orientasi motivasional yang dimiliki individu, yang menekankan diperolehnya pengetahuan dan perbaikan diri. Penguasaan
orientasi
tujuan
didefinisikan
sebagai
fokus
pada
pembelajaran, menguasai tugas sesuai dengan standar yang ditetapkan sendiri atau pengembangan diri, mengembangkan keterampilan baru,
39
meningkatkan atau mengembangkan kompetensi, mencoba mencapai suatu hal yang menantang, dan mencoba untuk mendapatkan pemahaman atau wawasan. Woolfolk (2009: 201) memaksudkan orientasi ini sebagai intens pribadi untuk memperbaiki kemampuan dan memahami apa yang dipelajari, tanpa memperdulikan buruknya performa yang ditampilkan seorang individu yang memiliki orientasi tujuan penguasaan akan memfokuskan diri pada kegiatan belajar itu sendiri, berusaha menguasai tugas, mengembangkan keterampilan baru, memperbaiki kompetensinya, menyelesaikan tugas yang menantang dan berusaha untuk memperoleh pengalaman terhadap apa yang dipelajari. Menurut Schunk, Pintrich, dan Meece (2008: 185) ciri individu dengan mastery goal yang kuat adalah belajar dengan sungguhsungguh, kesalahan adalah bagian dari belajar. Ormord (2008: 111) memberikan gambaran lebih lengkap mengenai karakteristik siswa dengan mastery goal sebagai berikut : a. Percaya bahwa kompetensi dapat berkembang melalui latihan dan usaha. b. Memilih tugas-tugas yang dapat memaksimalkan kesempatan untuk belajar. c. Bereaksi terhadap tugas yang mudah dengan perasaan yang bosan dan kecewa. d. Memandang usaha sebagai sesuatu yang penting untuk meningkatkan kompetensi.
40
e. Lebih termotivasi secara instrinsik untuk mempelajari materi pelajaran. f. Menampilkan perilaku dan belajar yang lebih bersifat self regulated. g. Menggunakan strategi belajar yang mengarah pada pemahaman materi yang sesungguhnya. h. Mengevaluasi kinerja sendiri dalam kerangka kemajuan yang sudah dibuat. i. Memandang kesalahan sebagai sesuatu yang normal dan bagian yang bermanfaat dalam proses belajar, memanfaatkan kesalahan untuk membantu perbaikan kinerja. j. Merasa puas terhadap kinerja jika sudah berusaha keras, meskipun usaha tersebut mengalami kegagalan. k. Menginterpretasikan kegagalan sebagai tanda bahwa diperlukan usaha yang lebih keras. l. Memandang guru sebagai sumber daya dan penuntun untuk membantu individu belajar. (2) Performance goal Performance goal berfokus pada menunjukkan kompetensi atau kemampuan dan bagaimana kemampuan akan dinilai relatif terhadap orang lain, misalnya mencoba untuk melampaui standar kinerja normatif, mencoba untuk menjadi orang terbaik dengan menggunakan standar perbandingan sosial, berjuang untuk menjadi yang terbaik dalam grup atau kelas pada saat mengerjakan tugas, menghindari penilaian kemampuan rendah atau tampak bodoh tentang dirinya, dan mencari regocnition publik
41
tingkat kinerja tinggi. Menurut Schunk, Pintrich, dan Meece (2008: 185) individu dengan performance goal yang kuat memiliki karakteristik berusaha untuk mendapatkan peringkat tinggi dan tidak suka membuat kesalahan. Ormord (2008: 111) berpendapat ada beberapa karakteristik performance goal sebagai berikut : a. Percaya bahwa kompetensi merupakan karakteristik yang bersifat stabil. Ada orang yang memilikinya dan ada yang tidak. b. Memilih
tugas
yang
memaksimalkan
kesempatan
untuk
mendemonstrasikan kompetensi, menghindari tugas dan tindakan (misalnya bertanya) yang membuat terlihat tidak kompeten. c. Bereaksi terhadap tugas yang mudah dengan perasaan bangga. d. Memandang
usaha
sebagai
tanda
kompetensi
yang
rendah,
beranggapan bahwa orang yang berkompeten seharusnya tidak perlu berusaha keras. e. Lebih termotivasi secara ekstrinsik, seperti penguat dan hukuman eksternal cenderung menyontek untuk mendapatkan nilai yang tinggi. f. Kurang menampilkan belajar dan perilaku yang self regulated. g. Menggunakan strategi belajar yang hanya bersifat rote learning (misalnya pengulangan, mencontoh, mengingat kata per kata). h. Mengevalusi kinerjanya dalam kerangka perbandingan dengan orang lain. i. Memandang kesalahan sebagai tanda kegagalan dan tidak kompeten. j. Merasa puas dengan kinerja hanya jika berhasil.
42
k. Menginterpretasikan kegagalan sebagai tanda rendahnya kemampuan dan karena itu meramalkan kegagalan berulang di waktu yang akan dating. l. Memandang guru sebagai penilai, pemberi hadiah atau hukuman. Kemudian menurut Maehr dan Midgley (1991 dalam Shunck, Pintrich, dan Meece 2008: 185) ada tiga karakteristik goal orientation yaitu : 1
Task-focused Karakteristik siswa dengan task focused suka belajar dari pekerjaan rumahnya bahkan bila dia membuat banyak kesalahan, alasan siswa mengerjakan pekerjaan sekolah karena siswa ingin belajar hal baru, dan alasan terakhir siswa adalah siswa ingin menjadi lebih baik.
2
Performance-approach Siswa dengan performance approach memiliki karakteristik adalah ingin menunjukkan pada guru, bahwa dia lebih pintar dari siswa lain; siswa ingin melakukan hal yang lebih baik daripada siswa lain di kelas; siswa akan merasa sangat baik bila siswa tersebut menjadi satu-satunya siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru di kelas.
3
Performance-avoid Karakteristik siswa dengan performance avoid, di mana siswa sangat penting tidak terlihat bodoh di kelas, alasan siswa mengerjakan tugasnya agar orang lain tidak akan berpikir bahwa siswa itu bodoh, alasan siswa menghindari tugasnya agar siswa tidak terlihat tidak bisa mengerjakannya.
43
Berdasarkan beberapa teori tentang karakteristik goal orientation oleh beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik goal orientation terbagi menjadi dua yaitu : mastery/learning/task focused/task involved goals dan performance/ego involved goals. Terdapat perbedaan antara mastery goal dan performance goal. Diterangkan bahwa mastery goal ini lebih memiliki motivasi instrinsik, di mana siswa dengan mastery goal akan cenderung mementingkan bagaimana cara siswa agar dapat memahami materi. Hal ini terjadi sebaliknya pada siswa dengan performance goal, siswa lebih memiliki motivasi ekstrinsik. Siswa cenderung mementingkan mendapatkan nilai baik dan pengakuan secara sosial tentang dirinya yang berkompeten. Cara siswa untuk mendapatkan pengakuan ini terkadang menggunakan usaha yang maladaptif, misalnya menyontek agar mendapat nilai dan dipuji. Berdasarkan pemaparan di atas, menunjukkan bahwa siswa dengan mastery goal lebih baik dibandingkan siswa dengan performance goal. Hal ini sejalan dengan penelitian Mattern (2005: 30) yang menunjukkan bahwa siswa dengan mastery goal orientation memiliki level prestasi belajar yang lebih tinggi dari pada siswa dengan performance goal orientation. Schunk, Pintrich, dan Meece (2008: 287) mengatakan bahwa siswa dengan mastery goal lebih menggunakan strategi pengaturan diri yang seperti perencanaan, kesadaran dan pemonitoran. Berbeda dengan siswa dengan performance goal yang hanya menggunakan strategi yang lebih dangkal seperti penghafalan. Siswa yang cenderung mastery goal akan mencari tantangan, menggunakan strategi pembelajaran efektif yang lebih tinggi, termasuk strategi metakognitif, pelaporan dan sikap terhadap sekolah
44
yang lebih positif, dan memiliki tingkat self-efficacy yang lebih tinggi (kepercayaan pada kemampuan diri untuk berhasil dalam situasi tertentu) dibandingkan siswa-siswa yang cenderung performance goal.
2.4
Perbedaan Self Regulated Learning ditinjau dari Goal Orientation Siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang Pendidikan merupakan hal pokok bagi individu, karena dengan adanya
pendidikan individu tersebut dapat mengembangkan dirinya. Fakta yang terjadi pendidikan juga menjadi ketakutan bagi peserta didiknya. Hal ini dibuktikan adanya ketidaklulusan siswa, tidak naik kelas karena tidak memenuhi KKM, dan persaingan yang semakin ketat. Siswa SMA masuk dalam kategori masa remaja awal, di mana menurut Mappiare (1982: 25) pada masa ini siswa berusia 13/14 sampai dengan 17 tahun. Di dalam dunia pendidikan, siswa SMA sudah mulai menentukan dan memasuki masa penjurusan. Umumnya jurusan yang terdapat di SMA adalah jurusan Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Siswa yang sudah mulai mempersiapkan dan memasuki penjurusan seharusnya dapat mengembangkan ilmu yang sedang dipelajarinya sesuai dengan keinginannya. Selain itu, siswa dituntut dapat mempertanggungjawabkan hal (jurusan) yang dia pilih saat ini. Ormord (2008: 39) menjelaskan pada masa SMA ini terjadi peningkatan perencanaan belajar dan motivasinya. Berdasarkan kenyataan yang ada, tidak semua siswa sesuai dengan harapan. Terdapat beberapa siswa yang sering membolos dengan alasan bosan, tidak mengumpulkan tugas,
45
lebih suka membicarakan hal-hal yang tidak termasuk dalam pelajaran, dan lain sebagainya. Self regulated learning adalah proses atau usaha individu yang dilakukan secara sistematis untuk memfokuskan pikiran, perasaan, dan perilaku pada pencapaian tujuan. Terdapat beberapa siswa yang tidak memiliki kemampuan self regulated learning sehingga masih ada siswa yang mengalami permasalahan belajar. Kemampuan self regulated learning dalam dunia pendidikan sangat penting karena siswa yang mempunyai self regulated learning yang tinggi akan dengan mudah mencapai prestasi yang optimal. Rencana belajar siswa merupakan salah satu cara yang dibuat untuk mengontrol self regulated learning agar tidak memunculkan perilaku seperti yang dicontohkan sebelumnya dan terdapat pencapaian prestasi yang optimal. Self regulated learning (SRL) selalu mengarah pada beberapa tujuan, yang terangkum dalam beberapa tahap yang mencakup (1) memiliki dan menentukan tujuan belajar, (2) membuat perencanaan dan (3) memilih strategi pencapaian tujuan. Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa goal orientation menjadi penunjangnya (Markus dan Wurf, dalam Deasyanti dan Anna 2007: 14). Menurut Schunk, Pintrich dan Meece (2008: 142) siswa dengan tujuan dan efikasi diri dalam mencapai keinginannya cenderung akan terlibat dalam kegiatan yang dia percaya dapat menunjang keinginannya tersebut dengan memperhatikan proses, berlatih mengingat informasi, berusaha dan bertahan. Self regulated learning yang dihasilkan mengacu pada pikiran, perasaan dan tingkah laku yang
46
ditujukan untuk pencapaian target dengan melakukan perencanaan terarah (Zimmerman, dalam Schimtz dan Wiese 2006: 66). Kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa goal orientation yang jelas maka akan meningkatkan kemampuan self regulated learning pula, karena komponen dari self regulated learning adalah perencanaan terarah. Perencanaan terarah siswa dalam pembelajaran dapat muncul karena adanya goal orientation siswa, dimana goal orientation akan menjadi pendorong siswa untuk berusaha. Hal ini dapat diperkuat Schunk, Pintrich dan Meece (2008: 174) bahwa ketika individu tidak memiliki komitmen untuk mencapai tujuan maka dia tidak akan bekerja maksimal dan tidak memiliki keinginan untuk berprestasi. Goal orientation terdapat dua karakteristik yang membedakan cara belajar dan performance anak, antara lain: mastery goal dan performance goal. Mastery goal adalah orientasi siswa untuk menguasai materi pelajaran, sedangkan performance goal adalah orientasi siswa untuk mendapatkan hasil yang baik. Perbedaan goal orientation yang siswa miliki dapat menimbulkan usaha yang berbeda pula. Siswa dengan mastery goal berhenti belajar bila merasa menguasai materi pelajaran dengan baik, sedangkan siswa dengan performance goal berhenti belajar bila merasa nilainya sudah baik. Siswa
yang
cenderung
mastery
goal
akan
mencari
tantangan,
menggunakan strategi pembelajaran efektif yang lebih tinggi, termasuk strategi metakognitif, pelaporan dan sikap terhadap sekolah yang lebih positif, dan memiliki tingkat self-efficacy yang lebih tinggi (kepercayaan pada kemampuan
47
diri untuk berhasil dalam situasi tertentu) daripada siswa-siswa yang cenderung performance goal. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan goal orientation siswa dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan siswa. Ames dan Archer (1998, dalam Schunk, 2012: 278) berpendapat bahwa goal orientation menentukan bagaimana siswa belajar dan usaha yang dilakukannya untuk mencapai hasil yang diharapkannya. Usaha-usaha yang dilakukan siswa untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam proses pembelajaran ini salah satunya adalah menunjukkan kemampuan self regulated learning. Mastery goal lebih termotivasi secara instrinsik daripada performance goal. SRL lebih dipengaruhi motivasi secara instrinsik, maka mastery goal lebih berpengaruh dibandingkan performance goal. Perbedaan goal orientation akan berpengaruh positif ataupun negatif untuk meningkatkan self regulated learning. Dapat dikatakan tingkat SRL siswa SMA dengan mastery goal lebih tinggi dibandingkan siswa SMA dengan performance goal.
48
Goal Orientation
Mastery Goal
1. Siswa memilih tugas-tugas yang dapat memaksimalkan pemahaman materi 2. Siswa menganggap usaha sebagai hal yang penting untuk meningkatkan pemahaman atau kompetensi 3. Siswa mementingkan penguasaan materi pelajaran 4. Siswa menganggap kegagalan sebagai tanda diperlukan usaha yang lebih keras 5. Siswa membandingkan kinerja dengan kerangka kemajuan yang sudah dibuat
Performance goal
1. Siswa memilih tugas-tugas yang memaksimalkan kesempatan untuk menunjukkan kompetensinya 2. Siswa menganggap good performance adalah hal yang utama 3. Siswa mementingkan penguatan dari luar 4. Siswa menganggap kegagalan merupakan kinerja yang buruk 5. Siswa membandingkan kinerjanya dengan kinerja orang lain
SRL Tinggi
SRL Rendah
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
2.5
Hipotesis Berdasarkan uraian teoritis yang telah dikemukakan, maka hipotesis dalam
penelitian ini yaitu “Ada perbedaan self regulated learning antara siswa dengan mastery goal dan siswa dengan performance goal di SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang”. Siswa dengan mastery goal memiliki tingkat self regulated learning dibandingkan siswa dengan performance goal.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif, yakni
penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya (Arikunto 2010: 27). Menurut Azwar (2011: 5) penelitian kuantatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika dan dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) serta menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan hipotesis nihil.
3.2
Desain Penelitian Desain penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif komparasi,
dengan tujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat melalui pengamatan terhadap konsekuensi yang sudah terjadi dan menengok ulang data penelitian untuk menemukan faktor-faktor penyebab yang mungkin terdapat disana (Azwar 2011: 9). Aswarni (dalam Arikunto 2010: 267) berpendapat bahwa penelitian komparatif merupakan penelitian yang dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide–ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu idea atau suatu prosedur kerja. Penelitian komparatif juga membandingkan kesamaan pandangan atau perubahan-perubahan pandangan orang, grup atau Negara,
49
50
terhadap kasus, terhadap orang, peristiwa atau terhadap suatu ide. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan self regulated learning ditinjau dari goal orientation siswa SMA N 1 Mertoyudan Kab. Magelang, maka penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif komparasi.
3.3
Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang
maupun objek yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dpelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2009: 38). Variabel menurut Azwar (2011: 59) adalah konsep yang mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif atau secara kualitatif. Arikunto (2010: 118) juga berpendapat bahwa variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. 3.3.1
Identifikasi Variabel Penelitian Identifikasi variabel merupakan langkah penetapan variabel-variabel
utama dalam penelitian dan penentuan fungsinya masing-masing (Azwar 2011: 61). Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu : (1) Variabel Bebas Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain (Azwar 2011: 62). Menurut Cozby (2009: 126) variabel yang menjadi “sebab” disebut dengan variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah goal orientation, di mana goal orientation merupakan variabel diskrit yang membedakan antara mastery goal dan performance goal.
51
(2) Variabel Terikat Variabel terikat atau disebut juga variabel tergantung adalah variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain (Azwar 2011: 62). Cozby (2009: 126) mengatakan bahwa varibel yang merupakan “akibat” disebut dengan variabel tergantung. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah self regulated learning. 3.3.2
Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional adalah sebuah definisi dari variabel dalam bentuk
operasi atau teknik yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur atau memanipulasi (Cozby 2009: 107). Menurut Azwar (2011: 74) definisi operasional sebagai definisi yang memiliki arti tunggal dan diterima secara objektif bila mana indikator variabel yang bersangkutan tersebut tampak. Berikut adalah definisi operasional dari variabel penelitian : 1) Variabel bebas dalam penelitian ini goal orientation mengacu pada orientasi yang menjadi alasan siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan ketika mencoba berusaha yang mencakup proses dan tindakannya untuk mencapai atau memperoleh tingkat tertentu, dimana klasifikasi skala goal orientation siswa diukur berdasarkan karakteristik goal orientation menurut Ames dan Archer dapat dibagi menjadi dua, yaitu : a. mastery goal (tujuan penguasaan). b. performance goal (tujuan kinerja).
2) Variabel terikat dalam penelitian ini self regulated learning adalah usaha siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan yang dilakukan secara sistematis untuk
52
memfokuskan pikiran, perasaan, dan perilaku pada pencapaian tujuan. Dalam penelitian ini, perolehan skor self regulated learning dibuat berdasarkan strategi-strategi untuk melakukan self regulated learning, yaitu : a. fungsi personal (personal function), yang mencakup rehearsing & memorizing dan goal setting & planning. b. fungsi tingkah laku (behavioral function), yang mencakup self-evaluating dan self-consequenting. c. fungsi lingkungan (environment function), yang mencakup keeping records & self monitoring, environmental structuring, dan seeking social assistance. 3.3.3
Hubungan Antar Variabel Penelitian Hubungan antar dua variabel adalah cara umum di mana nilai-nilai
berbeda dari satu variabel diasosiasikan dengan nilai-nilai berbeda dari variabel yang lain (Cozby 2009: 109). Berdasarkan hipotesis penelitian, diasumsikan bahwa variabel goal orientation dapat mempengaruhi variabel self regulated learning. Hubungan antar variabel pada penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat self regulated learning yang dipengaruhi oleh perbedaan goal orientation individu tersebut. Hubungan antar variabel dapat ditunjukkan dalam bagan sebagai berikut : Variabel bebas
: goal orientation
Variabel tergantung
: self regulated learning
53
Goal Orientation
SRL
Gambar 3.1 Hubungan Antar Variabel
3.4
Populasi dan Sampel
3.4.1
Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto 2010: 173).
Definisi lain dari populasi adalah kelompok subjek yang akan diteliti atau dikenai generalisasi hasil penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kab. Magelang tahun ajaran 2012/2013 dari kelas X, XI berjumlah 415 siswa dengan rincian kurang lebih 30 siswa per kelas. Adapun gambaran jumlah 415 siswa yang terbagi menjadi dua karakteristik goal orientation sebagai berikut (1) siswa kelas X1 terdapat 10 siswa mastery goal, 7 siswa performance goal dan 14 siswa tidak terbedakan, (2) siswa kelas X3 terdapat 9 siswa mastery goal, 9 siswa performance goal dan 12 siswa tidak terbedakan, (3) Siswa kelas X4 terdapat 7 siswa mastery goal, 7 siswa performance goal dan 16 siswa tidak terbedakan, (4) Siswa kelas X5 terdapat 8 siswa mastery goal, 10 siswa performance goal dan 11 siswa tidak terbedakan, (5) Siswa kelas X6 terdapat 7 siswa mastery goal, 9 siswa performance goal dan 14 siswa tidak terbedakan, (6) Siswa kelas X7 terdapat 6 siswa mastery goal, 11 siswa performance goal dan 11 siswa tidak terbedakan, (7) Siswa kelas X8 terdapat 6 siswa mastery goal, 10 siswa performance goal dan 16 siswa tidak terbedakan, (8) Siswa kelas XIIS2 terdapat 9 siswa mastery goal, 9 siswa performance goal dan 12 siswa tidak terbedakan, (9) Siswa kelas XIIS3 terdapat 6 siswa mastery goal, 11
54
siswa performance goal dan 10 siswa tidak terbedakan, (10) Siswa kelas XIIS4 terdapat 7 siswa mastery goal, 10 siswa performance goal dan 11 siswa tidak terbedakan, (11) Siswa kelas XIIA1 terdapat 10 siswa mastery goal, 6 siswa performance goal dan 15 siswa tidak terbedakan, (12) Siswa kelas XIIA2 terdapat 8 siswa mastery goal, 8 siswa performance goal dan 14 siswa tidak terbedakan, (13) Siswa kelas XIIA3 terdapat 9 siswa mastery goal, 8 siswa performance goal dan 13 siswa tidak terbedakan, (14) Siswa kelas XIIA4 terdapat 7 siswa mastery goal, 9 siswa performance goal dan 13 siswa tidak terbedakan. Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat populasi secara keseluruhan terdiri dari 109 siswa mastery goal, 124 siswa performance goal, dan 182 siswa tidak terbedakan. Data tersebut terangkum pada lampiran halaman 118. Siswa kelas XII tidak digunakan karena sudah mengakhiri masa sekolah tahun ajaran 2012/2013. Karakteristik dari populasi penelitian ini sebagai berikut : 1. siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kab. Magelang Tahun Ajaran 2012/2013. 2. Siswa yang memiliki mastery goal. 3. Siswa yang memiliki performance goal. 3.4.2
Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi representasi atau
mewakili populasi. Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi (Arikunto 2010: 174). Analisis penelitian didasarkan pada data sampel sedangkan kesimpulannya nanti akan diterapkan pada populasi maka sangatlah penting untuk memperoleh sampel yang representatif bagi populasinya (Azwar 2011: 79-80).
55
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Probability Sampling berupa Simple Random Sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan karena anggota populasi dianggap homogen (Sugiyono, 2010: 120). Berdasarkan hasil penggolongan karakteristik goal orientation diperoleh populasi siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kab. Magelang tahun ajaran 2012/2013 yang memiliki mastery goal berjumlah 109 siswa, sedangkan siswa yang memiliki performance goal berjumlah 124 siswa. Menurut McMillan dan Sally (2011: 177) ukuran sampel penelitian komparasi minimal 30 subjek untuk masing-masing kelompok. Sampel penelitian yang akan diambil untuk masingmasing karakteristik goal orientation sebanyak 64 siswa. Pengambilan sampel dengan cara pengundian. Undian dilakukan pada siswa yang memiliki mastery goal sebanyak 109 siswa dan siswa yang memiliki performance goal sebanyak 124 siswa. Pengambilan undian dilakukan per kelas yang akan diambil 4 s.d. 5 siswa untuk masing-masing karakteristik goal orientation, dengan cara mengambil secara acak melalui nomer absen siswa-siswa per kelas. Siswa yang namanya terpanggil akan menjadi subjek penelitian.
3.5
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah cara pengumpulan data atau disebut
dengan instrumen. Menurut Suryabrata (2006: 38) kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambil data atau alat pengukurnya. Bila alat pengambil data cukup reliabel dan valid, maka datanya juga akan cukup reliabel dan valid.
56
Pengumpul data dalam penelitian ini adalah menggunakan skala psikologi, karena skala psikologi memiliki karakteristik khusus yang membedakan dari berbagai bentuk alat pengumpul data lain seperti angket atau yang lainnya, sehingga skala psikologi dapat menggali secara dalam data yang ingin didapat. Menurut Azwar (2011: 3) karakteristik skala psikologi adalah sebagai berikut : 1) Stimulusnya berupa pernyataan atau pertanyaan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dan atribut yang bersangkutan. 2) Skala psikologi selalu berisi banyak item. Jawaban subyek dari satu item baru merupakan bagian dari banyak indikator mengenai atribut yang diukur sedangkan kesimpulan akhir sebagai suatu diagnosis baru dapat dicapai bila semua item telah direspon. 3) Respon subyek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah, semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguhsungguh. Hanya saja jawaban yang berbeda akan diinterpretasikan berbeda pula. Skala psikologi yang digunakan dalam penelitian ini memiliki empat alternatif jawaban, tanpa menggunakan jawaban netral. Pemilihan empat alternatif jawaban tanpa jawaban netral tersebut berdasarkan pada pertimbangan sebagai berikut (Hadi, 1991: 20) : 1) Kategori undecided itu mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban (menurut konsep aslinya), bisa juga diartikan netral, setuju tidak, tidak setujupun tidak, atau bahkan ragu-ragu
57
2) Adanya pilihan tengah atau netral membuat responden menjadi ragu-ragu 3) Maksud kategorisasi jawaban SS-S-TS-STS adalah terutama untuk melihat kecenderungan pendapat responden, ke arah setuju atau ke arah tidak setuju. 3.5.1
Skala Goal Orientation Skala psikologi goal orientation ini dimaksudkan untuk mengungkap
bagaimana goal orientation siswa dalam pembelajaran. Skala goal orientation pada penelitian ini dibuat dalam bentuk pernyataan dengan empat alternatif pilihan jawaban, antara lain : STS (Sangat Tidak Sesuai), TS (Tidak Sesuai), S (Sesuai), SS (Sangat Sesuai). Aspek-aspek untuk mengungkap goal orientation menggunakan mastery goal dan performance goal. Mastery goal adalah orientasi siswa untuk menguasai materi pelajaran dan performance goal adalah orientasi siswa untuk mendapatkan hasil yang baik. Aitem dari skala goal orientation ini mengadaptasi skala goal orientation yang telah dirumuskan oleh Button, Mathieu, dan Zajac (1996) dan Boyle dan Klimoski (1995, dalam Breland 2001); VandeWalle, Cron, dan Slocum (2000). Aitem-aitem ketiga peneliti tersebut ditunjukkan dengan rincian matriks pada lampiran. Skala goal orientation ini disusun dengan cara membandingkan aítemaitem yang sudah dipaparkan oleh tiga peneliti sebelumnya. Aitem-aitem tersebut digabungkan menjadi satu, dimana aítem yang memiliki maksud sama menjadi satu aítem. Berdasarkan perbandingan kumpulan matriks di atas, maka terdapat 17 aitem untuk skala goal orientation. Aspek mastery goal memiliki 7 aitem dan aspek performance goal memiliki 10 aitem. Perbedaan jumlah aitem pada kedua
58
aspek ini didasarkan karena peneliti tidak membedakan aspek performance goal menjadi 2 karakteristik. Tabel 3.1. Blue Print Skala Goal Orientation Aspek Mastery Goals Performance Goals
Nomor Item 3, 4, 6, 7, 10, 12, 14 1, 2, 5, 8, 9, 11, 13, 15, 16, 17 Total
Total 7 10 17
Pengelompokkan antara siswa yang memiliki mastery goal dan siswa yang memiliki performance goal dengan cara membandingkan kriteria kedua kelompok tersebut, di mana kriteria pada masing-masing karakteristik goal orientation siswa dibagi menjadi tiga bagian yaitu tinggi, sedang dan rendah. Adapun perhitungan dan kriteria masing-masing karakteristik goal orientation sebagai berikut : Kelompok Mastery Goal Jumlah aitem Rentang Maksimum Rentang minimum Mean teoretis (M)
:7 : (jumlah aitem x skor tertinggi) = 7 x 4 = 28 : (jumlah aitem x skor terendah) = 7 x 1 = 7 : (skor tertinggi + skor terendah) : 2 : (28 + 7) : 2 = 17,5 Standar Deviasi (Ϭ) : (skor tertinggi - skor terendah) : 6) : (28 – 7) : 6) = 3,5
Tabel 3.2 Kriteria Mastery Goal Interval Skor (M + 1,0 Ϭ) ≤ X (M – 1,0 Ϭ ) ≤ X < ( M + 1,0 Ϭ ) X < (M – 1,0 Ϭ )
Interval 21 ≤ X 14 ≤ X < 21 X < 14
Kriteria Tinggi Sedang Rendah
59
Kelompok Performance Goal Jumlah aitem Rentang Maksimum Rentang minimum Mean teoretis (M)
: 10 : (jumlah aitem x skor tertinggi) = 10 x 4 = 40 : (jumlah aitem x skor terendah) = 10 x 1 = 10 : (skor tertinggi + skor terendah) : 2 : (40 + 10) : 2 = 25 Standar Deviasi (Ϭ) : (skor tertinggi - skor terendah) : 6) : (40 – 10) : 6) = 5
Tabel 3.3 Kriteria Performance Goal Interval Skor (M + 1,0 Ϭ) ≤ X (M – 1,0 Ϭ ) ≤ X < ( M + 1,0 Ϭ ) X < (M – 1,0 Ϭ )
Interval 30 ≤ X 20 ≤ X < 30 X < 20
Kriteria Tinggi Sedang Rendah
Sesuai dengan kriteria di atas, siswa yang termasuk mastery goal tinggi memiliki skor 21 ≤ X, siswa dengan mastery goal sedang memiliki skor 14 ≤ X < 21 dan siswa dengan mastery goal rendah
X < 14. Siswa yang termasuk
performance goal tinggi memiliki skor 30 ≤ X, siswa dengan performance goal sedang memiliki 20 ≤ X < 30 dan siswa dengan performance goal rendah memiliki skor X < 20. Setelah mengklasifikasikan siswa sesuai dengan kriterianya pada kedua karakteristik goal orientation tersebut, dalam diambil kriteria keputusan sebagai berikut : 1. Siswa dikatakan kelompok mastery goal, apabila kriteria mastery goal lebih dominan atau lebih tinggi daripada kriteria performance goal 2. Siswa dikatakan kelompok performance goal, apabila kriteria performance goal lebih dominan atau lebih tinggi daripada kriteria mastery goal
60
3. Siswa dikatakan tidak terbedakan atau tidak termasuk ke dalam kelompok mastery goal maupun performance goal, apabila kriteria kedua kelompok memiliki hasil yang sama. 3.5.2
Skala Self Regulated Learning Skala psikologi self regulated learning dalam penelitian ini dimaksudkan
untuk mengungkap seberapa tinggi usaha siswa yang dilakukan secara sistematis untuk memfokuskan pikiran, perasaan, dan perilaku pada pencapaian tujuan. Dalam skala psikologi ini menggunakan empat alternatif jawaban, antara lain : STS (Sangat Tidak Sesuai), TS (Tidak Sesuai), S (Sesuai), SS (Sangat Sesuai). Sedangkan jenis pertanyaan atau pernyataan terdiri dari dua jenis antara lain: favorable dan unfavorable. Skor aitem yang digunakan adalah 1, 2, 3, 4. Pemberian skor untuk pertanyaan favorable, untuk jawaban STS diberi skor 1, jawaban TS diberi skor 2, jawaban S diberi skor 3, dan jawaban SS diberi skor 4. Begitu juga sebaliknya untuk pertanyaan unfavorable jawaban STS diberi skor 4, jawaban TS diberi skor 3, jawaban S diberi skor 2, dan jawaban SS diberi skor 1. Aspek-aspek yang digunakan dalam skala self regulated learning siswa adalah (1) personal function, (2) behavior function, (3) environmental function yang diturunkan menjadi beberapa indikator rehearsing & memorizing (siswa berusaha untuk berlatih dan menghapalkan), goal setting & planning (penetapan tujuan belajar serta merencanakan urutan, waktu, dan penyelesaian aktivitasaktivitas yang berhubungan dengan tujuan), self-evaluating (siswa melakukan evaluasi terhadap kualitas atau kemajuan dari pekerjaanya), self-consequenting (siswa membayangkan reward dan punishment yang didapat jika memperoleh
61
kesuksesan atau kegagalan), seeking information (siswa berusaha untuk mencari informasi lebih lengkap dari sumber-sumber nonsosial), keeping records & selfmonitoring (siswa berusaha untuk mencatat berbagai kejadian atau hasil yang diperoleh dalam proses belajar), environmental structuring (siswa berusaha untuk memilih atau mengatur lingkungan fisik sehingga proses belajar menjadi lebih mudah), dan seeking social assistance (siswa berusaha mencari bantuan dari teman sebaya, guru, orang dewasa lainnya yang dianggap bisa membantu). Tabel 3.4 Blue Print Skala Self Regulated Learning Aspek
Indikator
Personal Function Behavior Function
Rehearsing & memorizing Goal setting & planning Self-evaluating Self-consequenting Seeking information Keeping records & selfmonitoring Environmental structuring Seeking social assitance Total
Environmental Function
3.6
Validitas dan Reliabilitas
3.6.1
Validitas Intrumen Penelitian
Nomor Item F UF 1,10,14,25 2,11,19,47 5,20,32,29 6,15,55,63 8,34,40,48 4,18,33,36 17,43,51,56 9,16,41,61 12,23,37,45 13,24,44,57
Total 8 8 8 8 8
39,53,58,60
21,26,38,62
8
3,7,27,35 22,31,42,64 32
28,49,54,59 30,46,50,52 32
8 8 64
Penelitian ini menggunakan skala psikologi untuk mengukur goal orientation dan self regulated learning siswa SMA. Penelitian ini menggunakan skala dengan jumlah 81 aitem. Dua skala psikologi ini dalam pelaksanaannya telah mengalami beberapa pengembangan. Skala awal diujicobakan pada kelompok kecil subjek, yaitu 4 orang subjek yang kemudian peneliti mencoba
62
melihat apakah aitem-aitem dalam skala terdapat kesulitan dalam penggunaan kata-kata, bahasa atau pilihan jawaban yang kurang tepat. Berdasarkan uji coba kualitatif yang dilakukan peneliti, untuk skala goal orientation menurut 4 orang siswa tidak terdapat kata atau kalimat yang sulit dimengerti. Hasil uji coba kualitatif skala self regulated learning terdapat beberapa kata dan kalimat yang kurang tepat, seperti : Tabel 3.5 Perbaikan Item Uji Coba Kualitatif No 1
2
3
4
5
Item Lama Saya menempatkan buku-buku pelajaran di rak agar mudah menemukannya Setelah mendapat tugas dari guru, saya langsung mengerjakannya sesampainya di rumah Jika saya kesulitan mengerjakan tugas dirumah, saya meminta bantuan kakak atau saudara yang mengerti Saya menggunakan media internet untuk jejaring sosial atau game saja
Item Baru Saya menata kembali buku-buku pelajaran, setelah selesai menggunakannya Apabila mendapatkan tugas dari guru, saya langsung mengerjakannya pada hari itu juga Jika saya kesulitan mengerjakan tugas di rumah, saya meminta bantuan anggota keluarga yang mengerti Saya lebih suka menggunakan media internet untuk jejaring sosial tau game daripada mencari bahan untuk materi mata pelajaran Saya membandingkan nilai-nilai Saya membandingkan nilai-nilai ujian dan tugas dengan target nilai ujian dengan target nilai yang sudah yang sudah saya buat dibuat sendiri Skala kemudian direvisi kembali dengan tepat mempertahankan format 81
aitem dengan perubahan pada aitem-aitem yang dianggap kurang tepat. Skala tersebut disusun dalam bentuk booklet dan diujicobakan kepada 56 orang siswa. Pelaksanaan uji coba skala pada hari kamis 30 Mei 2013 dimaksudkan untuk mengujicobakan skala goal orientation dan skala self regulated learning yang disebarkan langsung kepada subjek penelitian yang sebenarnya. Dalam penelitian
63
ini dilakukan uji coba murni yaitu mengujicobakan alat ukur terlebih dahulu kepada uji coba yang mempunyai karakteristik sama dengan subjek penelitian. Analisis validitas data uji coba goal orientation dan skala self regulated learning
menggunakan
teknik
uji
coba
Product
Moment
dari
Pearson, sedangkan analisis reliabilitasnya menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS Versi 17.0 For Windows. Hasil uji coba yang menggunakan SPSS Versi 17.0 For Windows adalah sebagai berikut : 1. Skala Goal Orientation Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh hasil bahwa skala goal orientation berjumlah 17 aitem yang terdiri dari 10 aitem performance goals dan 7 aitem mastery goals dinyatakan valid. Aitem dinyatakan valid apabila signifikansi aitem tersebut lebih besar dari p> 0,01 atau p> 0,05. Sebaliknya, apabila signifikansi aitem lebih kecil dari p < 0,01 atau p < 0,05 maka aitem dinyatakan tidak valid. 2. Skala Self Regulated Learning
Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh hasil bahwa skala self regulated learning yang terdiri dari 64 item terdapat 51 aitem yang valid dan 13 aitem yang tidak valid. Aitem dinyatakan valid apabila signifikansi aitem tersebut lebih besar dari p>0,01 atau p>0,05. Sebaliknya, apabila signifikansi aitem lebih kecil dari p<0,01 atau p<0,05 maka aitem dinyatakan tidak valid. Aitem yang tidak valid terdapat pada nomor 7, 8, 9, 10, 15, 18, 22, 28, 32, 34, 43, 55, dan 61. Aitem yang valid kemudian disusun kembali dan digunakan sebagai alat pengambilan data pada penelitian yang sebenarnya, sedangkan aitem yang
64
dinyatakan tidak valid tersebut dibuang, sehingga pada skala self regulated learning yang baru terdapat 51 aitem pernyataan. Aitem-aitem yang gugur dan yang memenuhi syarat selengkapnya dapat dilihat pada hasil uji coba dalam tabel 3.6. Tabel 3.6 Sebaran item Uji Coba Skala Self Regulated Learning Setelah Uji Coba Aspek
Indikator
Personal Function Behavior Function
Environmental Function
Rehearsing & memorizing Goal setting & planning Self-evaluating Self-consequenting Seeking information Keeping records & selfmonitoring Environmental structuring Seeking social assitance Total
Nomor Item F UF 1,10*,14,25
2,11,19,47
Total 8
5,20,32*,29 6,15*,55*,63 8*,34*,40,48 4,18*,33,36 17,43*,51,56 9*,16,41,61* 12,23,37,45 13,24,44,57
8 8 8 8
39,53,58,60
21,26,38,62
8
3,7*,27,35
28*,49,54,59
8
22*,31,42,64 32
30,46,50,52 32
8 64
Tanda (*) : Nomor item yang tidak valid Penyebaran butir-butir item penelitian variabel self regulated learning dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.7 Sebaran Item Penelitian Self Regulated Learning Aspek
Indikator
Personal Function Behavior Function
Rehearsing & memorizing Goal setting & planning Self-evaluating Self-consequenting Seeking information Keeping records & selfmonitoring Environmental structuring Seeking social assitance Total
Environmental Function
Nomor Item F UF 1,14,25 2,11,19,47 5,20,29 6,10 40,48 4,33,36 17,32,51 16,41 12,23,37,45 13,24,44,57
Total 7 5 5 5 8
39,53,58,60
21,26,38,62
8
3,27,35 31,34,42 25
7,28,49 22,30,46,50 26
6 7 51
65
3.6.2
Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto 2010: 168). Suatu instrumen yang sahih mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang sahih berarti memiliki validitas yang rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Validitas skala goal orientation dan skala self regulated learning siswa dalam penelitian ini diukur menggunakan pendekatan validitas konstrak karena mengukur sejauh mana skala goal orientation dan skala self regulated learning siswa mengungkapkan konsep teoritik yang ingin diukur. Liftiah (2013: 104) menyatakan bahwa validitas konstrak ini mempersoalkan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrumen yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut. Validitas konstrak tersebut akan dianalisis secara statistika. Adapun cara pengukuran validitas tersebut adalah dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari pearson, karena aitem yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan korelasi antara skor aitem dan skor total aitem. 3.6.3
Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto 2010: 178). Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarah responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu.
66
Apabila datanya memang sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali pun diambil tetap saja hasilnya akan sama. Reliabilitas skala goal orientation dan skala self regulated learning siswa dalam penelitian ini menggunakan reliabilitas internal karena hanya melakukan perhitungan berdasarkan data dari instrumen saja. Menurut Azwar (2010: 63-64) pendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan untuk melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri. Uji tingkat reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach, karena dalam pengambilan data menggunakan skala bertingkat sehingga skornya 1, 2, 3, dan 4. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas dengan rentang angka 0 sampai 1,00. Koefisien reliabilitas yang mendekati angka 1,00 berarti alat ukur yang digunakan memiliki reliabilitas yang tinggi, dan sebaliknya angka yang mendekati 0 berarti memiiki reliabilitas alat ukur yang rendah. Berdasarkan hasil pengujian melalui SPSS Versi 17.0 For Windows diperoleh hasil untuk reliabilitas skala goal orientation kelompok mastery goal sebesar 0,780, sedangkan skala goal orientation kelompok performance goal sebesar 0,752. Berdasarkan hasil tersebut, maka skala goal orientation secara keseluruhan dinyatakan reliabel. Tabel 3.8 Reliability Statistic Skala Goal Orientation kelompok Mastery goal Cronbach's Alpha
N of Items
.780
7
67
Tabel 3.9 Reliability Statistc Skala Goal Orientation Kelompok Performance Goal Cronbach's Alpha
N of Items
.752
10
Hasil uji reliabilitas pada skala self regulated learning diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,939. Berdasarkan hasil tersebut, maka skala self regulated learning reliabel. Tabel 3.10 Reliability Statistic Skala Self Regulated Learning
3.7
Cronbach's Alpha
N of Items
.939
51
Pelaksanaan Uji Coba Pelaksanaan uji coba dilakukan pada tanggal 29 Mei 2013 diberikan
kepada 56 siswa, yaitu siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan kelas X2 dan kelas XIIS1. Pemilihan subjek ini didasarkan pada kesamaan karakteristik populasi sebenarnya. Pelaksanaan uji coba ini menggunakan instrumen penelitian dengan jumlah total 81 aitem. Instrumen tersebut diisi dan dikembalikan saat itu juga, kemudian diolah untuk mengetahui aitem yang valid. Instrumen awal diujicobakan pada kelompok subjek yang kemudian peneliti mencoba melihat adanya kesulitan dalam penggunaan kata-kata dan bahasa yang kurang tepat dalam instrumen penelitian. Setelah aitem diperbaiki kemudian dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengumpulkan data penelitian.
68
3.8
Metode Analisis Data Metode análisis data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua. Metode
análisis data yang pertama adalah análisis deskriptif variabel self regulated learning secara umum dan secara spesifik. Perhitungan análisis deskriptif penelitian ini menggunakan kriteria sebagai berikut : Tabel 3.11 Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Hipotetik Interval Skor (M + 1,0 Ϭ) ≤ X (M – 1,0 Ϭ ) ≤ X < ( M + 1,0 Ϭ ) X < (M – 1,0 Ϭ ) Keterangan
Kriteria Tinggi Sedang Rendah
:
M
: mean teoritis
Ϭ
: mean deviasi Metode analisis data selanjutnya digunakan untuk mencari perbedaan
tingkat self regulated learning ditinjau dari goal orientation siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kab. Magelang yang menggunakan uji coba t (t-test). Perhitungan uji hipotesis dengan teknik komparasi dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS versi 17 for Windows. Umumnya teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Setelah data dalam penelitian terkumpul, untuk membuktikan hipotesisnya maka dapat digunakan rumus t-test sebagai berikut: t =
M − M SD
keterangan : MX
= Rerata dari sampel siswa yang memiliki mastery goal
MY
= Rerata dari sampel siswa yang memiliki performance goal
69
SDbm
= Standar kesalahan perbedaan mean sampel siswa yang memiliki
mastery goal dan sampel siswa yang memiliki performance goal. Terdapat asumsi dari teknik analisis statistik t-test adalah sebagai berikut : 1. Varian antar dua kelompok adalah homogen 2. Distribusi dari dua kelompok adalah normal Pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik t-test beda kelompok yaitu perbedaan self regulated learning antara siswa yang memiliki mastery goal dan siswa yang memiliki performance goal. Dikatakan beda kelompok karena digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata antara dua sampel yang berbeda (tidak berhubungan). Teknik ini digunakan untuk menguji pengaruh suatu variabel independen terhadap variabel dependennya.
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
Persiapan Penelitian
4.1.1
Orientasi Kancah Penelitian Orientasi kancah merupakan salah satu langkah awal sebelum penelitian
dilaksanakan. Peneliti perlu memahami kancah atau tempat penelitian. Orientasi kancah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaian karakteristik subjek penelitian dengan lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang, beralamatkan Jl. Pramuka 49 Mertoyudan Kabupaten Magelang. Subjek penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 415 siswa terdiri dari kelas X dan XI yang diambil sampel sebanyak 109 siswa untuk kelompok mastery goal dan sampel sebanyak 124 siswa untuk kelompok performance goal. Peneliti memilih lokasi penelitian di SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang untuk penelitian tentang “Perbedaan Self Regulated Learning ditinjau dari Goal Orientation” berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan. Terdapat beberapa fakta bahwa sebagian siswa yang masih memiliki nilai yang belum tuntas, mencontek pada saat ulangan dan pekerjaan rumah teman, kurang memanfaatkan fasilitas perpustakaan atau hanya memanfaatkan fasilitas perpustakaan hanya pada saat diminta guru, terlambat mengumpulkan tugas, sebagian besar siswa suka berbicara atau melakukan
70
71
kegiatan lain pada waktu diterangkan oleh guru, lebih suka membicarakan hal-hal yang tidak masuk dalam pelajaran. Fakta-fakta yang terjadi pada siswa tersebut menggambarkan memang terdapat masalah yang sesuai dengan topik penelitian dan memenuhi syarat tercapainya tujuan penelitian. 4.1.2
Penentuan Subjek Penelitian Subjek dari penelitian adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan
Kabupaten Magelang tahun ajaran 2012/2013, namun yang menjadi subjek penelitian hanya kelas X dan XI karena siswa kelas XII sudah dinyatakan lulus. Peneliti menetapkan jumlah sampel penelitian untuk kelompok siswa yang memiliki mastery goal sebanyak 64 siswa dari total 109 siswa dan untuk kelompok siswa yang memiliki performance goal sebanyak 64 siswa dari total 124 siswa. Total sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 128 siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara Simple Random Sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, hal ini dilakukan karena anggota populasi dianggap homogen. Pengambilan sampel dengan cara pengundian. Undian dilakukan pada siswa yang memiliki mastery goal sebanyak 109 siswa dan siswa yang memiliki performance goal sebanyak 124 siswa. Pengambilan undian dilakukan per kelas yang akan diambil 4 s.d. 5 siswa untuk masing-masing karakteristik goal orientation, dengan cara mengambil secara acak melalui nomer absen siswa-siswa per kelas. Siswa yang namanya terpanggil akan menjadi subjek penelitian.
72
4.2
Pelaksanaan Penelitian
4.2.1
Pengumpulan Data Penelitian ini dilaksanakan pada hari Sabtu sampai dengan Selasa, 15-19
Juni 2013. Pengumpulan data menggunakan skala goal orientation yang diberikan kepada 415 siswa dan skala self regulated learning yang diberikan kepada 128 siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang tahun ajaran 2012/2013. Skala goal orientation dan skala self regulated learning memiliki empat pilihan jawaban, yaitu sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai dan sangat sesuai. Setelah melalui pertimbangan, item-item yang tidak valid dibuang. Hal ini dikarenakan setiap aspek masih terwakili oleh item-item yang valid. Item-item yang valid disusun kembali untuk keperluan penelitian dan analisis hasil penelitian kepada subjek penelitian yang sebenarnya, dengan demikian ditetapkan skala goal orientation berjumlah 17 item dan skala self regulated learning berjumlah 51 item dengan total item untuk penelitian sebanyak 68 item. 4.2.2
Pelaksanaan Skoring Langkah selanjutnya setelah pengumpulan data selesai dilakukan adalah
melakukan skoring pada skala goal orientation dan skala self regulated learning berdasarkan jawaban yang diberikan oleh subjek penelitian. Rentang skor skala goal orientation dan self regulated learning berkisar satu sampai empat. Skoring berdasarkan jawaban subjek penelitian disajikan dalam bentuk tabulasi data yang kemudian dilakukan pengolahan data, yang meliputi uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis
73
4.3
Analisis Deskripsi Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparasi. Cara
menganalisis hasil penelitian, peneliti menggunakan angka yang dideskripsikan dengan menguraikan kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik. Metode statistik digunakan untuk menghitung besarnya Mean Hipotetik (Mean Teoritik), dan Standard Deviasi (σ) dengan mendasarkan pada jumlah aitem, dan skor maksimal serta skor minimal pada masing-masing alternatif jawaban. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kategorisasi model distribusi normal (Azwar, 2010 : 108-9). Penggolongan subjek ke dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. 4.3.1 Gambaran Umum Self Regulated Learning pada Siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang Ditinjau dari Goal Orientation Self regulated learning adalah usaha yang dilakukan secara sistematis untuk memfokuskan pikiran, perasaan, dan perilaku pada pencapaian tujuan. Gambaran self regulated learning pada siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang yang memiliki mastery goal dan siswa yang memiliki performance goal dapat ditinjau secara umum maupun khusus (ditinjau berdasarkan indikator). Data self regulated learning dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan skala self regulated learning dengan jumlah aitem sebanyak 51 butir, skor tertinggi 4 dan skor rendah 1 pada masing-masing aitem. Rentang minimumnya adalah 51 dan maksimumnya adalah 204 dengan mean teoretis 127,5 dan standar deviasi 25,5. Berikut perhitungannya :
74
Jumlah aitem Rentang maksimum Rentang minimum Mean Teoretis (M)
: 51 : (jumlah item x skor tertinggi) = 51 x 4 = 204 : (jumlah item x skor terendah) = 51 x 1 = 51 : (skor tertinggi + skor terendah) : 2 : (204 + 51 ): 2 = 127,5 Standar Deviasi (Ϭ) : (skor tertinggi - skor terendah) : 6) : (204 – 51) : 6) = 25,5
Tabel 4.1. Kriteria Self Regulated Learning Interval Skor (M + 1,0 Ϭ) ≤ X (M – 1,0 Ϭ ) ≤ X < ( M + 1,0 Ϭ ) X < (M – 1,0 Ϭ )
Interval 153 ≤ X 102 ≤ X < 153 X < 102
Kriteria Tinggi Sedang Rendah
Sesuai dengan kriteria self regulated learning di atas, maka siswa yang memiliki skor 153 ≤ X berarti memiliki tingkat self regulated learning tinggi, skor 102 ≤ X < 153 memiliki tingkat self regulated learning sedang dan skor X < 102 memiliki tingkat self regulated learning rendah. Tabel 4.2. Gambaran Self Regulated Learning Kriteria Tinggi Sedang Rendah TOTAL
Mastery Goal F % 23 35,94% 41 64,06% 64 100%
Performance Goal F % 5 7,81% 59 92,19% 64 100%
Berdasarkan kriteria pada tabel 4.2, maka dapat disimpulkan bahwa siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang yang termasuk kelompok mastery goal memiliki tingkat self regulated learning lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang termasuk kelompok performance goal, walaupun keduanya
75
rata-rata berada pada skor tingkat self regulated learning sedang dan tidak memiliki skor tingkat self regulated learning rendah. Siswa yang termasuk kelompok mastery goal memiliki tingkat self regulated learning tinggi dengan jumlah 23 siswa (35,94%) dan siswa yang memiliki tingkat self regulated learning sedang dengan jumlah 41 siswa (64,06%), sedangkan siswa yang termasuk kelompok performance goal memiliki tingkat self regulated learning tinggi dengan jumlah 5 siswa (7,81%) dan siswa yang memiliki tingkat self regulated learning sedang berjumlah 59 siswa (92,19%). Data tersebut dapat dilihat pada gambar grafik sebagai berikut :
Self Regulated Learning 92.19%
100 80
64.06%
60
35.94%
7.81%
40 0%
20 0
0% Tinggi
Mastery Goal
Sedang Rendah
Performance Goal
Gambar 4.1 Gambaran Umum Self Regulated Learning pada Siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Magelang
76
4.3.1.1 Gambaran Self Regulated Learning pada Siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang Berdasarkan Tiap Indikator Ditinjau dari Goal Orientation Self regulated learning terdiri dari delapan indikator, yaitu rehearsing and memorizing, goal setting and planning, self evaluating, self consequenting, seeking information, keeping records and self monitoring, environmental structuring dan seeking social assistance. Berikut ini merupakan deskripsi self regulated learning berdasarkan masing-masing indikator. 4.3.1.1.1
Gambaran
Spesifik
Self
Regulated
Learning
Berdasarkan
Rehearsing and Memorizing Ditinjau Dari Goal Orientation Rehearsing and memorizing merupakan salah satu strategi dalam self regulated learning, dimana siswa menelaah kembali materi-materi pembelajaran untuk meningkatkan pembelajaran. Guna melihat gambaran self regulated learning siswa berdasarkan indikator rehearsing and memorizing dapat dilihat dari aitem sebanyak 7 butir. Gambaran rehearsing and memorizing siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.3 Gambaran Rehearsing and Memorizing Interval
Kriteria
21 ≤ X Tinggi 14 ≤ X < 21 Sedang X < 14 Rendah TOTAL
Mastery Goal F % 31 48,44% 33 51,56% 0% 64 100%
Performance Goal F % 13 20,31% 46 71,98% 5 7,81% 64 100%
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rehearsing and memorizing siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten
77
Magelang yang termasuk kelompok mastery goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 31 siswa (48,44%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 33 siswa (51,56%) dan tidak terdapat siswa yang berada dalam kriteria rendah. Kemudian siswa yang termasuk kelompok performance goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 13 siswa (20,31%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 46 siswa (71,98%) dan berada dalam kriteria rendah 5 siswa (7,81%). Kesimpulan dari hasil di atas menunjukkan bahwa usaha siswa menelaah kembali materi-materi pembelajaran untuk meningkatkan pembelajaran antara siswa dengan mastery goal dengan performance goal sama-sama dominan dalam kriteria sedang yaitu 51,56% untuk siswa dengan mastery goal dan 71,98% untuk siswa dengan performance goal. Mean empirik self regulated learning berdasarkan rehearsing and memorizing untuk siswa yang memiliki mastery goal sebesar 20,42, sedangkan siswa yang memiliki performance goal sebesar 17,48. Hasil tersebut diperoleh dari uji statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Deskriptif statistik untuk indikator rehearsing and memorizing dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Deskriptif Statistik Rehearsing and Memorizing Descriptive Statistics N Mastery Goal Performance Goal Valid N (listwise)
Range 64 64 64
Mean 12 14
20.42 17.48
Std. Deviation 2.369 2.856
Variance 5.613 8.158
78
4.3.1.1.2
Gambaran Spesifik Self Regulated Learning Berdasarkan Goal
Setting and Planning Ditinjau Dari Goal Orientation Strategi lain yang ada dalam self regulated learning yaitu goal setting and planning, dimana siswa berusaha untuk berlatih dan menghapalkan materi. Guna melihat gambaran self regulated learning siswa berdasarkan indikator goal setting and planning dapat dilihat dari aitem sebanyak 5 butir. Gambaran goal setting and planning siswa dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Gambaran Goal Setting and Planning Interval
Kriteria
15 ≤ X Tinggi 10 ≤ X < 15 Sedang X < 10 Rendah TOTAL
Mastery Goal F % 35 54,69% 29 45,31% 0% 64 100%
Performance Goal F % 13 20,31% 49 76,56% 2 3,13% 64 100%
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa goal setting and planning siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang yang termasuk kelompok mastery goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 35 siswa (54,69%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 29 siswa (45,31%) dan tidak terdapat siswa yang berada dalam kriteria rendah. Kemudian siswa yang termasuk kelompok performance goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 13 siswa (20,31%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 49 siswa (76,56%) dan berada dalam kriteria rendah 2 siswa (3,13%). Kesimpulan dari hasil di atas menunjukkan bahwa usaha siswa yang memiliki mastery goal untuk berlatih dan menghapalkan materi berada pada kriteria tinggi dengan prosentase sebanyak 54,69%, sedangkan siswa yang
79
memiliki performance goal berada pada kriteria sedang dengan prosentase sebanyak 76,56%. Mean empirik self regulated learning berdasarkan goal setting and planning untuk siswa yang memiliki mastery goal sebesar 14,41, sedangkan siswa yang memiliki performance goal sebesar 12,97. Hasil tersebut diperoleh dari uji statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Deskriptif statistik untuk indikator goal setting and planning dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Deskriptif Statistik Goal Setting and Planning Descriptive Statistics N Master Goal Performance Goal Valid N (listwise)
4.3.1.1.3
Range 64 64 64
Mean 8 11
Std. Deviation
14.41 12.97
1.788 2.175
Variance 3.197 4.729
Gambaran Spesifik Self Regulated Learning Berdasarkan Self
Evaluating Ditinjau Dari Goal Orientation Strategi self regulated learning selanjutnya yaitu self evaluating, dimana siswa melakukan evaluasi terhadap kualitas atau kemajuan dari pekerjaanya. Guna melihat gambaran self regulated learning siswa berdasarkan indikator self evaluating dapat dilihat dari aitem sebanyak 5 butir. Gambaran self evaluating siswa dapat dilihat pada tabel 4.7 Tabel 4.7 Gambaran Self Evaluating Interval
Kriteria
15 ≤ X Tinggi 10 ≤ X < 15 Sedang X < 10 Rendah TOTAL
Mastery Goal F % 33 51,56% 31 48,44% 0% 64 100%
Performance Goal F % 7 10,94% 53 82,81% 4 6,25% 64 100%
80
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa self evaluating siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang yang termasuk kelompok mastery goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 33 siswa (51,56%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 31 siswa (48,44%) dan tidak terdapat siswa yang berada dalam kriteria rendah. Kemudian siswa yang termasuk kelompok performance goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 7 siswa (10,94%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 53 siswa (82,81%) dan berada dalam kriteria rendah 4 siswa (6,25%). Kesimpulan dari hasil di atas menunjukkan bahwa usaha siswa yang memiliki mastery goal untuk melakukan evaluasi terhadap kualitas atau kemajuan dari pekerjaanya berada pada kriteria tinggi dengan prosentase sebanyak 51,56%, sedangkan siswa yang memiliki performance goal berada pada kriteria sedang dengan prosentase sebanyak 82,81%. Mean empirik self regulated learning berdasarkan self evaluating untuk siswa yang memiliki mastery goal sebesar 14,50, sedangkan siswa yang memiliki performance goal sebesar 12,27. Hasil tersebut diperoleh dari uji statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Deskriptif statistik untuk indikator self evaluating dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Deskriptif Statistik Self Evaluating Descriptive Statistics N Master Goal Performance Goal Valid N (listwise)
Range 64 64 64
Mean 9 7
14.50 12.27
Std. Deviation 1.919 1.748
Variance 3.683 3.055
81
4.3.1.1.4
Gambaran Spesifik Self Regulated Learning Berdasarkan Self
Consequenting Ditinjau Dari Goal Orientation Strategi self regulated learning yang lain yaitu self consequenting, dimana Siswa membayangkan reward atau punishment yang didapat jika memperoleh kesuksesan atau kegagalan. Guna melihat gambaran self regulated learning berdasarkan indikator self consequenting dapat dilihat dari aitem sebanyak 5 butir. Gambaran self consequenting siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.9. Gambaran Self Consequenting Interval
Kriteria
15 ≤ X Tinggi 10 ≤ X < 15 Sedang X < 10 Rendah TOTAL
Mastery Goal F % 25 39,06% 38 59,38% 1 1,56% 64 100%
Performance Goal F % 17 26,56% 42 65,63% 5 7,81% 64 100%
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa self consequenting siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang yang termasuk kelompok mastery goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 25 siswa (39,06%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 38 siswa (59,38%) dan berada dalam kriteria rendah berjumlah 1 siswa (1,56%). Kemudian siswa yang termasuk kelompok performance goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 17 siswa (26,56%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 42 siswa (65,63%) dan berada dalam kriteria rendah 5 siswa (7,81%). Kesimpulan dari hasil di atas menunjukkan bahwa tindakan siswa dalam mengambil keputusan tentang hasil yang diperolehnya antara siswa dengan mastery goal dengan performance goal sama-sama berada dalam kriteria sedang
82
yaitu 59,38% untuk siswa dengan mastery goal dan 65,63% untuk siswa dengan performance goal. Mean empirik self regulated learning berdasarkan self consequenting untuk siswa yang memiliki mastery goal sebesar 13,94, sedangkan siswa yang memiliki performance goal sebesar 12,66. Hasil tersebut diperoleh dari uji statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Deskriptif statistik untuk indikator self consequenting dapat dilihat pada tabel 4.10. Tabel 4.10. Deskriptif Statistik Self Consequenting Descriptive Statistics N Master Goal Performance Goal Valid N (listwise)
4.3.1.1.5
Range 64 64 64
Mean 8 12
Std. Deviation
13.94 12.66
1.680 2.509
Variance 2.821 6.293
Gambaran Spesifik Self Regulated Learning Berdasarkan Seeking
Information Ditinjau Dari Goal Orientation Strategi self regulated learning selanjutnya yaitu seeking information, dimana siswa berusaha untuk mencari informasi lebih lengkap dari sumbersumber nonsosial. Guna melihat gambaran self regulated learning berdasarkan indikator seeking information dapat dilihat dari aitem sebanyak 8 butir. Gambaran seeking information siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.11. Gambaran Seeking Information Interval
Kriteria
24 ≤ X Tinggi 16 ≤ X < 24 Sedang X < 16 Rendah TOTAL
Mastery Goal F % 33 51,56% 30 46,88% 1 1,56% 64 100%
Performance Goal F % 12 18,75% 50 78,12% 2 3,13% 64 100%
83
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seeking information siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang yang termasuk kelompok mastery goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 33 siswa (51,56%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 30 siswa (46,88%) dan berada dalam kriteria rendah berjumlah 1 siswa (1,56%). Kemudian siswa yang termasuk kelompok performance goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 12 siswa (18,75%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 50 siswa (78,12%) dan berada dalam kriteria rendah 2 siswa (3,13%). Kesimpulan dari hasil di atas menunjukkan bahwa usaha siswa yang memiliki mastery goal untuk mencari informasi lebih lengkap dari sumbersumber nonsosial berada pada kriteria tinggi dengan prosentase 51,56%, sedangkan siswa yang memiliki performance goal berada pada kriteria sedang dengan prosentase 78,12%. Mean empirik self regulated learning berdasarkan seeking information untuk siswa yang memiliki mastery goal sebesar 23,41 sedangkan siswa yang memiliki performance goal sebesar 20,55. Hasil tersebut diperoleh dari uji statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Deskriptif statistik untuk indikator seeking information dapat dilihat pada tabel 4.12. Tabel 4.12. Deskriptif Statistik Seeking Information Descriptive Statistics N Master Goal Performance Goal Valid N (listwise)
Range 64 64 64
Mean 15 15
23.41 20.55
Std. Deviation 2.764 3.157
Variance 7.642 9.966
84
4.3.1.1.6
Gambaran Spesifik Self Regulated Learning Berdasarkan Keeping
Records and Monitoring Ditinjau Dari Goal Orientation Keeping records and self monitoring ini termasuk dalam strategi self regulated learning, dimana siswa berusaha untuk mencatat berbagai kejadian atau hasil yang diperoleh dalam proses belajar. Guna melihat gambaran self regulated learning siswa berdasarkan indikator keeping records and self monitoring dapat dilihat dari aitem sebanyak 8 butir. Gambaran keeping records and self monitoring siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.13. Gambaran Keeping Records and Self Monitoring Interval
Kriteria
24 ≤ X Tinggi 16 ≤ X < 24 Sedang X < 16 Rendah TOTAL
Mastery Goal F % 36 56,25% 28 43,75% 0% 64 100%
Performance Goal F % 10 15,62% 51 79,69% 3 4,69% 64 100%
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keeping records and self monitoring siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang yang termasuk kelompok mastery goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 36 siswa (56,25%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 28 siswa (43,75%) dan tidak terdapat siswa yang berada dalam kriteria rendah. Kemudian siswa yang termasuk kelompok performance goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 10 siswa (15,62%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 51 siswa (79,69%) dan berada dalam kriteria rendah 3 siswa (4,69%). Kesimpulan dari hasil di atas menunjukkan bahwa usaha siswa yang memiliki mastery goal untuk mencatat berbagai kejadian atau hasil yang diperoleh
85
dalam proses belajar berada pada kriteria tinggi dengan prosentase 56,25%, sedangkan siswa yang memiliki performance goal berada pada kriteria sedang dengan prosentase 79,69%. Mean empirik self regulated learning berdasarkan keeping records and self monitoring untuk siswa yang memiliki mastery goal sebesar 23,41 sedangkan siswa yang memiliki performance goal sebesar 20,55. Hasil tersebut diperoleh dari uji statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Deskriptif statistik untuk indikator keeping records and self monitoring dapat dilihat pada tabel 4.14. Tabel 4.14. Deskriptif Statistik Keeping Record and Self Monitoring Descriptive Statistics N Master Goal Performance Goal Valid N (listwise)
4.3.1.1.7
Gambaran
Range 64 64 64
Spesifik
Mean 10 15
Self
Std. Deviation
23.86 20.36
Regulated
2.322 2.930
Learning
Variance 5.393 8.583
Berdasarkan
Environmental Structuring Ditinjau Dari Goal Orientation Enviromental Structuring merupakan strategi selanjutnya dalam self regulated learning, dimana siswa berusaha untuk memilih atau mengatur lingkungan fisik sehingga proses belajar menjadi lebih mudah. Guna melihat gambaran self regulated learning berdasarkan indikator environmental structuring dapat dilihat dari aitem sebanyak 6 butir. Gambaran environmental structuring siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
86
Tabel 4.15. Gambaran Environmental Structuring Interval
Kriteria
18 ≤ X Tinggi 12 ≤ X < 18 Sedang X < 12 Rendah TOTAL
Mastery Goal F % 45 70,31% 19 29,69% 0% 64 100%
Performance Goal F % 16 25% 47 73,44% 1 1,56% 64 100%
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas menunjukkan bahwa environmental structuring siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang yang termasuk kelompok mastery goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 45 siswa (70,31%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 19 siswa (29,69%) dan tidak terdapat siswa yang berada dalam kriteria rendah. Kemudian siswa yang termasuk kelompok performance goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 16 siswa (25%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 47 siswa (73,44%) dan berada dalam kriteria rendah 1 siswa (1,56%). Kesimpulan dari hasil di atas menunjukkan bahwa usaha siswa yang memiliki mastery goal untuk memilih atau mengatur lingkungan fisik sehingga proses belajar menjadi lebih mudah berada pada kriteria tinggi sebesar 70,31%, sedangkan siswa dengan performance goal berada pada kriteria sedang sebesar 73,44%. Mean empirik self regulated learning berdasarkan environmental structuring untuk siswa yang memiliki mastery goal sebesar 18,77 sedangkan siswa yang memiliki performance goal sebesar 15,86. Hasil tersebut diperoleh dari uji statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Deskriptif statistik untuk indikator environmental structuring dapat dilihat pada tabel 4.16.
87
Tabel 4.16. Deskriptif Statistik Environmental Structuring Descriptive Statistics N Master Goal Performance Goal Valid N (listwise)
4.3.1.1.8
Range 64 64 64
Mean 9 12
Std. Deviation
18.77 15.86
2.151 2.531
Variance 4.627 6.408
Gambaran Spesifik Self Regulated Learning Berdasarkan Seeking
Social Assistance Ditinjau Dari Goal Orientation Seeking social assistance merupakan strategi self regulated learning yang lainnya, dimana siswa berusaha mencari bantuan dari teman sebaya, guru, orang dewasa lainnya yang dianggap bisa membantu. Guna melihat gambaran self regulated learning berdasarkan indikator seeking social assistance dapat dilihat dari aitem sebanyak 7 butir. Gambaran seeking social assistance siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.17. Gambaran Seeking Social Asisstance Interval
Kriteria
21 ≤ X Tinggi 14 ≤ X < 21 Sedang X < 14 Rendah TOTAL
Mastery Goal F % 34 53,12% 30 46,88% 0% 64 100%
Performance Goal F % 9 14,06% 51 79,69% 4 6,25% 64 100%
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seeking social asisstance siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang yang termasuk kelompok mastery goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 34 siswa (53,12%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 30 siswa (46,88%) dan tidak terdapat siswa yang berada pada kriteria rendah. Kemudian siswa yang
88
termasuk kelompok performance goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 9 siswa (14,06%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 51 siswa (79,69%) dan berada dalam kriteria rendah 4 siswa (6,25%). Kesimpulan dari hasil di atas menunjukkan bahwa usaha siswa yang memiliki mastery goal untuk mencatat berbagai kejadian atau hasil yang diperoleh dalam proses belajar berada pada kriteria tinggi dengan prosentase 53,12%, sedangkan siswa yang memiliki performance goal berada pada kriteria sedang dengan prosentase 79,69%. Mean empirik self regulated learning berdasarkan seeking social assistance untuk siswa yang memiliki mastery goal sebesar 20,94 sedangkan siswa yang memiliki performance goal sebesar 17,69. Hasil tersebut diperoleh dari uji statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Deskriptif statistik untuk indikator seeking social assistance dapat dilihat pada tabel 4.18. Tabel 4.18. Deskriptif Statistik Seeking Social Assistance Descriptive Statistics N Mastery Goal Performance Goal Valid N (listwise)
Range 64 64 64
Mean 10 11
Std. Deviation
20.94 17.69
2.563 2.654
Variance 6.567 7.044
Adapun ringkasan hasil analisis deskriptif variabel self regulated learning ditinjau dari goal orientation dapat dilihat pada tabel 4.19.
89
Tabel 4.19 Rangkuman Penjelasan Deskriptif Self Regulated Learning Ditinjau dari Goal Orientation Indikator Rehearsing and Memorizing Goal Setting and Planning Self Evaluating
Self Consequenting
Seeking Information
Keeping Records and Self Monitoring Environmental Structuring Seeking Social Assistance
Kriteria Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
4.4
Hasil Pengujian Hipotesis
4.4.1
Hasil Uji Asumsi
Mastery Goal F % 31 48,44% 33 51,56% 0% 35 54,69% 29 45,31% 0% 33 51,56% 31 48,44% 0% 25 39,06% 38 59,38% 1 1,56% 33 51,56% 30 46,88% 1 1,56% 36 56,25% 28 43,75% 0% 45 70,31% 19 29,69% 0% 34 53,12% 30 46,88% 0%
Performance Goal F % 13 20,31% 46 71,98% 5 7,81% 13 20,31% 49 76,56% 2 3,13% 7 10,94% 53 82,81% 4 6,25% 17 26,56% 42 65,63% 5 7,81% 12 18,75% 50 78,12% 2 3,13% 10 15,62% 51 79,69% 3 4,69% 16 25% 47 73,44% 1 1,56% 9 14,06% 51 79,69% 4 6,25%
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan self regulated learning antara siswa yang memiliki mastery goal dengan siswa yang memiliki
performance
goal.
Simpulan
yang
dihasilkan
harus
dapat
dipertanggungjawabkan, sehingga hal penting yang perlu diperhatikan sebelum
90
memulai keabsahan sampel, yaitu dengan menguji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu. 4.4.1.1 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Uji normalitas dan uji homogenitas data dilakukan sebagai prasyarat untuk melakukan uji perbedaan, dari hasil uji prasyarat tersebut akan diketahui apakah data berdistribusi normal dan homogen atau sebaliknya. Hal ini perlu diketahui untuk menentukan jenis statistika yang akan digunakan dalam uji beda. Apabila data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji beda dilakukan dengan statistika parametrik dengan menggunakan t-test. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov Test yang dapat dilihat pada tabel 4.20. Tabel 4.20. Hasil Uji Normalitas Data Penelitian One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Mastery Goal N Normal Parametersa Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. b.
Performance Goal
64 147.03 13.984 .054 .038 -.054 .432 .992
Test distribution is Normal. Calculated from data.
Berdasarkan tabel 4.21 uji normalitas untuk kelompok self regulated learning siswa yang memiliki mastery goal diperoleh koefisien K-S-Z sebesar 0,432 dengan nilai signifikansi 0,992 (p > 0,01), sedangkan uji normalitas untuk kelompok self regulated learning siswa yang memiliki performance goal diperoleh koefisien K-S-Z sebesar 0,682 dengan nilai signifikansi 0,741 (p >
64 129.83 14.536 .085 .085 -.052 .682 .741
91
0,01), maka dapat disimpulkan bahwa untuk data kelompok self regulated learning siswa yang memiliki mastery goal maupun siswa yang memiliki performance goal berdistribusi normal. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan Levene Test. Hasil uji homogenitas data penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.21. Uji Homogenitas Data Penelitian Test of Homogeneity of Variances Self Regulated Learning Levene Statistic
df1
df2
Sig.
.274
1
126
.601
Terlihat pada tabel 4.21 kolom Levene Statistic dengan signifikansi 0,601 atau signifikansi di atas 0,01 maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini homogen. 4.4.1.2 Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji homogenitas pada hasil penelitian ini maka langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik statistik t-test bantuan SPSS versi 17.0 for windows. Dengan hasil sebagai berikut : Hasil dari perhitungan uji t-test self regulated learning ditinjau dari goal orientation pada siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang diperoleh dengan taraf signifikansi p = 0,000. Hasil ini p > 0,01, berarti Ha diterima yang artinya ada perbedaan self regulated learning ditinjau dari goal orientation pada siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang.
92
4.4.2
Uji Perbedaan data T-test Hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata data T-test dapat disajikan
pada tabel 4.22. Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan T-test Independent Samples Test SRL Equal variances assumed Levene's Test for Equality of Variances
F
.274
Sig.
.601
t-test for Equality of Means
T Df Sig. (2-tailed)
6.823
6.823
126
125.812
.000
.000
17.203
17.203
2.521
2.521
Lower
12.214
12.213
Upper
22.193
22.193
Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference
Equal variances not assumed
Hipotesis yang digunakan : Ho :
Tidak Terdapat perbedaan Self Regulated Learning antara Siswa dengan Mastery Goal dan Siswa dengan Performance Goal.
Ha :
Terdapat perbedaan Self Regulated Learning antara Siswa dengan Mastery Goal dan Siswa dengan Performance Goal. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung = 6,823 dengan nilai sig =
0,000. Karena nilai sig < 1%, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan self regulated learning antara siswa dengan mastery goal dan siswa dengan performance goal. Dengan demikian dapat dikatakan tingkat self regulated learning antara siswa dengan mastery goal dan siswa yang memiliki performance goal pada dasarnya berbeda, dimana tingkat self regulated learning
93
siswa yang memiliki mastery goal lebih tinggi daripada siswa yang memiliki performance goal. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan mean empirik siswa yang memiliki mastery goal diketahui sebesar 147,03, sedangkan siswa yang memiliki performance goal diketahui sebesar 129,83. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel deskriptif grup statistik berikut : Tabel 4.23. Deskriptif Grup Statistik Group Statistics Kelompok Self Regulated Learning
N
Mean
Std. Deviation Std. Error Mean
Mastery
64
147.03
13.984
1.748
Performan ce
64
129.83
14.536
1.817
4.5
Pembahasan
4.5.1
Pembahasan Analisis Deskriptif Gambaran Self Regulated Learning
ditinjau dari Goal Orientation Siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang Self regulated learning dipandang sebagai usaha individu yang dilakukan secara sistematis untuk memfokuskan pikiran, perasaan, dan perilaku pada pencapaian tujuan. Di dalam melakukan usaha ini siswa memiliki strategi-strategi untuk mencapai tujuannya tersebut, dimana setiap siswa memiliki orientasi tujuan (goal orientation) berbeda satu sama lain. Ames dan Archer (1998, dalam Schunk, 2012: 278) berpendapat bahwa goal orientation menentukan bagaimana siswa belajar dan usaha yang dilakukannya untuk mencapai hasil yang diharapkannya. Perbedaan goal orientation yang ada pada masing-masing siswa memunculkan tingkat perbedaan
94
self regulated learning pula. Dapat dikatakan self regulated learning siswa berbeda-beda berdasarkan kecenderungan goal orientation yang dimilikinya. Goal orientation siswa dalam belajar dapat dibedakan dalam dua karakteristik, yaitu siswa dengan mastery goal dan siswa dengan performance goal Berdasarkan perhitungan tingkat kriteria diperoleh gambaran umum self regulated learning pada siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang yang memiliki mastery goal dan siswa yang memiliki performance goal samasama berada pada kriteria sedang dengan prosentase 64,06% untuk siswa yang memiliki mastery goal dan 92,19% untuk siswa yang memiliki performance goal. Hasil yang diperoleh tetap menunjukkan bahwa self regulated learning siswa mastery goal yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat berdasarkan skor mean empirik yang ada pada tabel 4.23 yang menunjukkan bahwa skor siswa mastery goal lebih tinggi dibandingkan skor siswa performance goal (147,03>129,83). Self regulated learning memiliki delapan strategi yang dapat dijadikan indikator tingkatannya, yaitu rehearsing and memorizing, goal setting and planning, self evaluating, self consequenting, seeking information, keeping records and self monitoring, environmental structuring dan seeking social assistance. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh gambaran indikator rehearsing and memorizing antara siswa yang memiliki mastery goal dengan siswa yang memiliki performance goal berada dalam kriteria sedang dengan prosentase 51,56% untuk siswa yang memiliki mastery goal dan 71,98% untuk siswa yang memiliki performance goal. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa
95
mastery goal dan siswa yang memiliki performance goal sama-sama menggunakan strategi berlatih dan menghapalkan materi. Aspek kedua yaitu goal setting and planning. Berdasarkan hasil analisis deskriptif aspek goal setting and planning siswa yang memiliki mastery goal berada pada kriteria tinggi dengan prosentase 54,69%, sedangkan siswa yang memiliki performance goal berada pada kriteria sedang dengan prosentase 76,56%. Hasil data tersebut dapat diartikan cara siswa dengan mastery goal dalam menetapkan tujuan serta merencanakan sistematika aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan tujuan lebih baik daripada siswa dengan performance goal. Aspek ketiga yaitu self evaluating, dapat dilihat dari tabel 4.7 siswa dengan mastery goal berada pada kriteria tinggi dengan prosentase 51,56%. Siswa dengan performance goal berada pada kriteria sedang dengan prosentase 82,81%. Data tersebut dapat diartikan usaha untuk mengevaluasi kualitas atau kemajuan pekerjaannya lebih banyak dilakukan oleh siswa mastery goal dibandingkan siswa performance goal. Indikator keempat yaitu self consequenting, yang ditunjukkan pada tabel 4.9 terdapat siswa dengan mastery goal dan siswa dengan performance goal berada pada kriteria sedang. Prosentase siswa dengan mastery goal sebesar 59,38%, sedangkan prosentase siswa dengan performance goal sebesar 65,63%. Berdasarkan data tersebut dapat diartikan siswa dengan mastery goal dan siswa dengan performance goal sama-sama memiliki perencanaan reward atau punishment yang didapat jika memperoleh kesuksesan atau kegagalan.
96
Indikator kelima yaitu seeking information, di mana hasil analisis deskriptif statistik pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa siswa dengan mastery goal berada pada kriteria tinggi dengan prosentase 51,56% dan siswa dengan performance goal berada pada kriteria sedang dengan prosentase 78,12%. Hal ini dapat artikan siswa dengan mastery goal lebih berusaha mencari informasi lebih lengkap yang berasal dari sumber-sumber nonsosial dibandingkan siswa dengan performance goal. Indikator keenam yaitu keeping records and self monitoring. Berdasarkan hasil analisis deskriptif indikator keeping records and self monitoring diketahui siswa dengan mastery goal berada pada kriteria tinggi dengan prosentase 56,25%, sedangkan siswa dengan performance goal berada pada kriteria sedang dengan prosentase 79,69%. Data tersebut dapat artikan usaha untuk mencatat berbagai kejadian atau hasil yang diperoleh dalam proses belajar lebih banyak digunakan oleh siswa dengan mastery goal dibandingkan siswa dengan performance goal. Indikator ketujuh pada self regulated learning yaitu environmental structuring. Berdasarkan hasil analisis deskriptif indikator ini yang ada pada tabel 4.15 menunjukkan bahwa siswa dengan mastery goal berada pada kriteria tinggi dengan prosentase 70,31%, sedangkan siswa dengan performance goal berada pada kriteria sedang dengan prosentase 73,44%. Hal ini dimaksudkan siswa dengan mastery goal lebih berusaha untuk memilih atau mengatur lingkungan fisik pada saat belajar dibandingkan siswa dengan performance goal. Indikator kedelapan yaitu seeking social assistance. Berdasarkan hasil analisis deskriptif aspek seeking social assistance yang dipaparkan pada tabel
97
4.17 diketahui siswa dengan mastery goal berada pada kriteria tinggi dengan prosentase 53,12%, sedangkan siswa dengan performance goal berada pada kriteria sedang dengan prosentase 79,69%. Data tersebut dapat diartikan bahwa usaha untuk mencari bantuan dari orang lain yang dianggap dapat membantu lebih banyak digunakan oleh siswa dengan mastery goal dibandingkan siswa dengan performance goal. 4.5.2
Pembahasan Analisis Inferensial Perbedaan Self Regulated Learning
ditinjau dari Goal Orientation Siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang Berdasarkan hasil uji perbedaan t-test, diketahui bahwa hipotesis kerja berbunyi “Ada perbedaan self regulated learning antara siswa dengan mastery goal dan siswa dengan performance goal” diterima. Hasil perbandingan self regulated learning antara siswa dengan mastery goal dan siswa dengan performance goal, menunjukkan bahwa siswa dengan mastery goal memiliki tingkat self regulated learning lebih tinggi dibandingkan siswa dengan performance goal. Self regulated learning (SRL) selalu mengarah pada beberapa tujuan, yang terangkum dalam beberapa tahap yang mencakup (1) memiliki dan menentukan tujuan belajar, (2) membuat perencanaan dan (3) memilih strategi pencapaian tujuan (Markus dan Wurf, dalam Deasyanti dan Anna 2007: 14). Tujuan untuk menunjang adanya tingkat self regulated learning yang tinggi adalah goal orientation.
98
Adanya goal orientation siswa akan mempengaruhi tingkat self regulated learning. Hal ini disebabkan siswa yang memiliki tujuan dalam belajarnya akan membuat siswa mengarahkan dirinya pada aktivitas-aktivitas yang mendukung pencapaian tujuan tersebut. Didukung dengan pendapat Schunk, Pintrich dan Meece (2008: 142) siswa dengan tujuan dan efikasi diri dalam mencapai keinginannya cenderung akan terlibat dalam kegiatan yang dia percaya dapat menunjang keinginannya tersebut dengan memperhatikan proses, berlatih mengingat informasi, berusaha dan bertahan. Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa goal orientation menjadi penunjang self regulated learning. Penelitian yang mendukung dengan pendapat tersebut adalah penelitan Susetyo (2007) tentang orientasi tujuan, atribusi penyebab, dan belajar berdasar regulasi diri siswa Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta, dengan hasil penelitian F = 36,814 dan p = 0,000 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan belajar berdasar regulasi diri ditinjau dari orientasi tujuan. Goal orientation siswa dalam belajar dapat dibedakan dalam dua karakteristik, yaitu siswa dengan mastery goal dan siswa dengan performance goal. Siswa dengan mastery goal akan lebih memiliki tingkat self regulated learning yang tinggi daripada siswa dengan performance goal. Hal ini disebabkan karena siswa dengan mastery goal cenderung lebih termotivasi secara instrinsik, di mana siswa dengan mastery goal akan mementingkan bagaimana cara atau usahanya agar dapat memahami dan menguasai materi pelajaran. Berbeda dengan siswa yang performance goal yang cenderung lebih termotivasi secara ekstrinsik,
99
di mana siswa cenderung berfokus pada cara mendapatkan nilai baik dan pengakuan secara sosial tentang dirinya yang berkompeten. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Bell dan Kozlowski (2002) serta hasil penelitian Vande Walle et al. (1999) yang menyatakan bahwa learning goal orientation berhubungan positif dan signifikan dengan self-efficacy, knowledge, dan performance seseorang, sedangkan performance goal orientation berhubungan negatif dengan individual performance. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Mayasari (2011) yang berjudul “Pengaruh Orientasi Tujuan dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Peserta Bimbingan Belajar LBB Primagama” menyatakan bahwa ada perbedaan prestasi belajar antara siswa task-involved orientation dengan siswa ego-involved orientation. Prestasi siswa task-involved orientation lebih tinggi dibandingkan dengan siswa ego-involved orientation. Siswa learning goal orientation ditandai dengan kecenderungan menyukai tantangan dan menetapkan tujuan yang tinggi serta tidak takut dengan kegagalan, kemudian siswa task-involved orientation ditandai dengan kecenderungan suka mempelajari hal ingin diketahui dan mempelajari sesuatu yang memunculkan suatu ide. Hal ini sejalan dengan karakteristik siswa dengan mastery goal yang ditandai dengan kecenderungan ingin menguasai tugas sesuai dengan standar yang ditetapkan sendiri, mengembangkan keterampilan baru, menyukai tugas yang menantang dan beranggapan bahwa kegagalan adalah tanda diperlukan usaha yang lebih keras.
100
Selanjutnya
siswa
ego-involved
orientation
ditandai
dengan
kecenderungan bangga ketika menjadi pandai dari orang lain dan mengutamakan hasil yang tinggi. Karakteristik tersebut juga sejalan dengan karakteristik siswa performance goal yang mengutamakan hasil dari pada proses dan berusaha menjadi lebih baik dari orang lain. Hasil tersebut juga sejalan dengan teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini bahwa siswa-siswa yang memiliki mastery goal akan cenderung mencari tantangan, menggunakan strategi pembelajaran efektif yang lebih tinggi, termasuk strategi metakognitif, pelaporan dan sikap terhadap sekolah yang lebih positif, dan memiliki tingkat self-efficacy yang lebih tinggi (kepercayaan pada kemampuan diri untuk berhasil dalam situasi tertentu) daripada siswa-siswa yang memiliki performance goal. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki mastery goal lebih memiliki motivasi instrinsik, di mana siswa mementingkan bagaimana caranya agar dapat memahami dan menguasai materi pelajaran yang akan membuat tingkat self regulated learning siswa tinggi. Berbeda dengan siswa yang memiliki performance goal. Siswa performance goal lebih memiliki motivasi ekstrinsik, di mana
siswa
mementingkan cara mendapatkan nilai baik dan pengakuan secara sosial tentang dirinya yang berkompeten yang akan membuat kurangnya tingkat self regulated learning siswa. Menurut Pintrich, Shunck, dan Meece (2008: 185) ciri siswa dengan mastery goal yang kuat adalah belajar dengan sungguh-sungguh, kesalahan adalah bagian dari belajar, sedangkan ciri siswa dengan performance
101
goal yang kuat memiliki karakteristik berusaha untuk mendapatkan peringkat tinggi dan tidak suka membuat kesalahan. Siswa dengan mastery goal orientation akan cenderung lebih menyukai tantangan baru dan terus berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya. Hal ini sesuai dengan Dweck (dalam Arias, 2004: 42) bahwa mastery goal memungkinkan siswa mencari peluang untuk meningkatkan kompetensi dan menguasai tantangan baru. Lain halnya siswa dengan performance goal orientation akan lebih fokus pada citra diri, nilai tinggi dan selalu menjadi yang pertama sesuai dengan pendapat
Santrock
(2008:
523)
bahwa
performance
orientation
lebih
memperhatikan hasil daripada proses. Bagi siswa yang berorientasi pada kinerja atau prestasi, kemenangan atau keberhasilan itu penting dan kebahagiaan dianggap sebagai hasil dari kemenangan atau keberhasilan. Penyebab lain siswa dengan mastery goal lebih mendapatkan prestasi akademik yang baik dibandingkan siswa dengan performance goal, karena siswa dengan mastery goal akan terus berlatih dan berusaha untuk mengembangkan kompetensinya, sedangkan siswa dengan performance goal memandang berlatih dan berusaha adalah tanda orang memiliki kompetensi yang rendah. Perbedaan pandangan pada siswa yang memiliki mastery goal dengan siswa yang memiliki performance goal membuat usaha-usaha yang ditampilkan berbeda pula. Pandangan siswa yang memiliki mastery goal ini akan membuatnya sukses dalam bidang akademiknya, karena dia akan terus berusaha dan berlatih untuk memahami atau menguasai materi pelajaran. Berbanding terbalik dengan
102
pandangan siswa yang memiliki performance goal ini akan menjadi hambatan dalam belajar, karena siswa hanya senang mengerjakan soal-soal yang menurutnya mudah.
4.6
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang disebabkan antara lain
sebagai berikut : a. Kurangnya pemberian penjelasan tentang kegunaan pengerjaan skala yang dilakukan secara acak setiap kelas. Hal ini menyebabkan responden takut memberikan gambaran yang sebenarnya, karena dalam setiap kelas hanya beberapa saja yang menjadi subjek penelitian. b. Pada skala self regulated learning tidak mencantumkan indikator transforming and organizing yang ada dalam strategi self regulated learning, sehingga kurang mampu mengungkap kemampuan organisasi materi pembelajaran siswa. c. Pada karakteristik performance goal variabel goal orientation, peneliti tidak membedakan antara siswa yang memiliki performance-approach goal dan siswa yang memiliki performance-avoid goal. Hal ini menyebabkan tidak dapat memberikan gambaran yang lebih mendalam dengan membedakan tujuan siswa yang ingin terlihat pandai dibandingkan yang lain (performanceapproach goal) dan tujuan siswa yang ingin menghindari hal-hal yang membuatnya terlihat bodoh (performance-avoid goal).
BAB 5 PENUTUP 5.1
Simpulan Dari hasil penelitian, analisis data dan pembahasan diperoleh simpulan
sebagai berikut: 1.
Terdapat perbedaan self regulated learning antara siswa dengan mastery goal orientation dan siswa dengan performance goal orientation. Tingkat self regulated learning siswa dengan mastery goal orientation lebih tinggi dibandingkan tingkat self regulated learning siswa dengan performance goal orientation.
2.
Self regulated learning antara siswa dengan mastery goal dan siswa dengan performance goal sama-sama berada dalam kriteria sedang, tetapi tingkat self regulated pada kriteria tinggi lebih didominasi oleh siswa dengan mastery goal daripada siswa dengan performance goal.
5.2
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis akan
mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi Guru Hendaknya guru dapat meningkatkan self regulated learning siswa dengan cara mengarahkan dan menumbuhkan orientasi penguasaan (mastery goal) pada siswa dalam proses belajar.
103
104
2. Bagi Peneliti Lain a. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melaksanakan penelitian serupa hendaknya pada saat pemberian dapat menjelaskan kegunaan pengerjaan skala dan menjelaskan adanya kerahasiaan data sehingga responden tidak merasa cemas dalam mengisi skala dan dapat memberikan data yang lebih sebenarnya. b. Peneliti selanjutnya dapat mengukur lebih mendalam tentang variabel goal orientation dengan membedakan siswa dalam tiga karakteristik, yaitu mastery goal, performance-approach goal dan performance-avoid goal dan variabel self regulated learning dengan mengungkap indikator organizing and transforming.
105
DAFTAR PUSTAKA Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press. Arias, J.F. 2004. Recent perspectives in the studi of motivation: goal orientation theory. Electronic Journal of Research in Educational Psychology. 2(1) : 35-62. ISSN: 1696-2095. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta. Ashifa. 2011. Pengaruh Strategi Self Regulated Learning dengan Perilaku Mencontek Pada Siswa Kelas VII SMPN 10 Bandung. Skripsi (online). Bandung : UPI. Azwar, Saifudin. 2010. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. . 2011. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar. Bell, B., dan Steve W. J. Kozlowski. 2002. Goal orientation and ability : interactive effects on self-efficacy, performance, and knowledge. Journal of Applied Psychology. 87 : 497-505. Bokaerts, M., Pintrich, P. R., dan Zeidner, M. 2000. Handbook of Self regulated. New York : Academic Press. Bokaerts, M., 1996. Self regulated learning at the junction of cognition and motivation. European Psychologist. Vol. I, No. 2 : 100-112. Breland, B. T. 2001. Learning and Performance Goal Orientations Influence on The Goal Setting Process: Is there an interaction effect. Thesis (online). Virginia Polytechnic Institute and State University. Cozby, P. C. 2009. Methods In Behavioral Research (9 th Ed.). Translated by Maufur. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Deasyanti dan Anna, A. R. 2007. Self regulation learning pada mahasiswa fakultas ilmu pendidikan universitas negeri Jakarta. Perspektif Ilmu Pendidikan. 16 : 13-21. Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Fasikhah, S. S., dan Siti Fatimah. 2013. Self-regulated learning dalam meningkatkan prestasi akademik pada mahasiswa. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Vol. 01, No. 01 : 142-152.
106
Hadi, S. 1991. Analisis Butir untuk Instrumen Angket, Tes dan Skala Nilai dengan BASICA. Yogyakarta: ANDI OFFSET. Hurlock, E. B. 1991. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (5th Ed.). Translated by Istiwidiyanti dan Soedjarwo. Jakarta : Erlangga. Liftiah. 2013. Pengantar Psikodiagnostik. Semarang: UNNES. Mappiare, Andi. 1892. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional. Mattern, R.A. 2005. College student’s goal orientations and achievement. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education. USA: University of Delaware. 17 (1) : 27-32. Mayasari, Dini. 2011. Pengaruh Orientasi Tujuan dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Peserta Bimbingan Belajar LBB Primagama. Skripsi (online). Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah. McMillan, J. H., dan Sally S. 2001. Research in Education : A Conceptual Introduction (5th Ed.). US : Longman Inc. Monks, F.J., dan Knoers A.M.P. 2006. Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam Berbagainya. Translated by Haditono, S. R. Yogyakarta : UGM Press. Montalvo, F, T, dan Torres, M. C. G. 2004. Self regulated learning : current & future directions. Electronics Journals of Research in Educational Psychology. 2(1).1-34. ISSN : 1698-2095. Nicol, D.J., dan Macfarlane-Dick, D. 2006. Formative assessment and selfregulated learning: a model and seven principles of good feedback practice. Studies in Higher Education. 31(2) : 199-218. Ormrod, J. E. 2004. Human Learning. (4th Ed.). Ohio: Pearson. Pratiwi, P.A. 2009. Hubungan Antara Kecemasan Akademis dengan SelfRegulated Learning Pada Siswa Rintitsan Sekolah Bertaraf Internasional Di SMA Negeri 3 Surakarta. Skripsi (online). Semarang : UNDIP. Pujiati, Indah N. 2010. Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Kemandirian Belajar Siswa : Studi Terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi (online). Bandung : UPI.
107
Roebken, H. 2007. The influence of goal orientation on student satisfaction, academic engagement and achievement. Electronic Journal of Research in Educational Psychology. 13, 5 (3) : 679-704. Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan (2nd Ed.). Translated Tri Wibowo, B. S. Jakarta: Kencana. Santrock. 2009. Child Development. (12th Ed). New York : McGraw Hill Companies, Inc. Schmitz, B. dan Wiese, B. 2006. New prespectiv es for the evaluation of training sessions in self-regulated learning : time-series analyses of diary data. Contemporary Educational Psychology. 31 : 64-96. Schunk. H.D, Pintrich, P. R, dan Mecce. L.J. 2008. Motivational In Education: theory, research, and application . Ohio : Pearson Press. Schunk, H.D. 2012. Learning Theories: An educational perspective (6th Ed). Translated by Hamdiah, E dan Rahmat, F. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Slavin, Robert E. 2009. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik (8th Ed.). Translated by Samosir, M. Jakarta : PT. Indeks. . 2011. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktek (9th Ed.). Translated by Samosir, M. Jakarta : PT. Indeks. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : ALFABETA. Suryabrata, S. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Susetyo, Yuli F. 2007. Orientasi Tujuan, Atribusi Penyebab, dan Belajar Berdasar Regulasi Diri Siswa Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta : UGM. VandeWalle, D. et al. 1999. The influence of goal orientation and self-regulation tactics on sales performance : a longitudinal field test. Journal of Applied Psychology. Vol. 84, No. 2 : 249-259. VandeWalle, D. et al. 2001. The role of goal orientation following performance feedback. Journal of Applied Psychology. Vol, 86, No. 4 : 629-640. Widiyastuti, Hessy. 2012. Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg. Tesis (online). Bandung : UPI.
108
Wolters, Christopher A. 1998. Self-regulated learning and college students’ regulation of motivation. Journal of Educational Psychology. Vol. 90, No. 2 : 224-235. Woolfolk, A. 2009. Educational Psychology (10 th Ed.). Translated by Soetjipto, P.H., dan Soetjipto, M. S. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Yoenanto, N.H. 2010. Hubungan antara self-regulated learning dengan selfefficacy pada siswa akselerasi sekolah menengah pertama di Jawa Timur. INSAN. 12 (02), 88-94. Zimmerman, B. J. 1989. A social cognitive view of self-regulated academic learning. Journal of Educational Psychology, Vol. 81, No. 3 : 329-339. Zimmerman, B. J., dan Martinez-Pons, M. 1990. Student differences in selfregulated learning: relating grade, sex, and giftedness to self-efficacy and strategy use. Journal of Educational Psychology, 82 : 51–59. Zumbrunn, S., Joseph Tadlock, dan Elizabeth D. R. 2011. Encoraging selfregulated learning in the classroom : a review of the literature. Metropolitan Educational Research Consortium. 1-28.
109
LAMPIRAN
110
LAMPIRAN 1 : MATRIKS ITEM GOAL ORIENTATION
111
Goal Orientation
Boyle, K.A, dkk
Performance goal
I am eager to prove to others how good I am at this task I wonder how my score on the next trial will compare with people scores I am eager to show how much I know about the materials and procedures for this task I want to appear competent on the upcoming task I want to do better than others on the next trial
Mastery goal
VandeWalle, dkk It’s important that others know that I am a good student I think that it’s important to get good grades to show how intelligent you are It’s important for me to prove that I am better than others in the class To be honest, I really like to prove my ability to others
I intend to learn I prefer as much as I challenging and can while difficult classes performing this so that I’ll learn task a great deal I want to really I truly enjoy understand the learning for the material and sake of learning procedures for I like classes this task that really force I look forward me to think to mastering the hard
Button, dkk I prefer to do things that I can do well rather than things that I do poorly I’m happiest at work when I perform tasks on which I know that I won’t make errors The things I enjoy the most are the things I do the best The opinions others have about how well I can do certain things are important to me I feel smart when I do something without making any mistakes I like to be fairly confident that I can successfully perform a task before I attempt it I like to work on tasks that I have done well on in the past I fell smart when I can do something better than most other people The opportunity to do challenging work is important to me When I fail to complete a difficult task, I plan to try harder the next time I work on it I prefer to work on tasks thet force me to learn new things The opportunity to
112
challenges of this simulation If I don’t understand the components of the task right away, I will keep trying until I do
I’m willing to enroll in a difficult course if I can learn a lot by taking it
learn new things is important to me I do my best when I’m working on a fairly difficult task I try hard to improve on my past performance The opportunity to extend the range of my abilities is important to me When I have difficulty solving a problem, I enjoy trying different approaches to see which one will work
113
LAMPIRAN 2 : INSTRUMEN PENELITIAN
114
SKALA PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
115
Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Jurusan Psikologi FIP UNNES, saya membutuhkan sejumlah data yang hanya akan saya peroleh dengan adanya kerja sama dari anda dalam mengisi skala ini. Skala ini terdiri dari dua bagian yaitu skala I dan skala II. Cara menjawabnya akan dijelaskan pada petunjuk pengisian. Untuk itu saya mengharapkan agar anda memperhatikan petunjuk pengisian dengan baik.Bila telah selesai dikerjakan, periksalah kembali jawaban anda agar tidak ada pernyataan yang terlewati untuk dijawab. Dalam mengisi skala ini, tidak ada jawaban yang benar dan salah, karena setiap orang akan memiliki jawaban yang berbeda. Saya mengharapkan jawaban yang paling sesuai dengan diri anda. Dengan demikian anda dapat memberikan jawaban sendiri, jujur, dan tanpa mendiskusikannya dengan orang lain Kesediaan anda untuk mengisi skala ini merupakan bantuan yang amat besar bagi keberhasilan penelitian ini.Untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih.
Hormat Saya,
(Anggi Puspitasari)
116
PETUNJUK PENGISIAN SKALA I
Pada skala I ini terdapat 51 pernyataan.Bacalah dan pahami baik-baik setiap pernyataan.Anda diminta untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang tersedia dilembar jawab dari setiap pernyataan berdasarkan pada kondisi anda yang sebenarnya.Berilah tanda () pada salah satu alternatif jawaban. Berikut pilihan jawaban yang tersedia: SS : Sangat Sesuai S
: Sesuai
TS : Tidak Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai
Contoh Pengisian Skala:
1. Saya belajar hanya pada saat ada ujian saja
Lembar Jawab No 1
SS
S
TS
STS
Apabila anda ingin mengganti jawaban yang telah anda berikan sebelumnya, maka berilah tanda (=) pada tanda () dan berikan tanda () pada alternatif jawaban yang menurut anda sesuai.
Contoh Koreksi Jawaban No 1
SS
S
TS
STS
117
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Pernyataan Agar dapat memahami sebuah materi, saya mencoba mengerjakan latihan-latihan soal Pada saat mengerjakan ujian, saya membaca catatan kecil atau buku materi ujian agar dapat membantu saya saat lupa Saya menata kembali buku-buku pelajaran,setelah selesai menggunakannya Setelah mempelajari suatu materi pelajaran, saya merasa itu cukup tanpa harus mengetahui seberapa jauh pemaham saya Apabila mendapatkan tugas dari guru, saya langsung mengerjakannya pada hari itu juga Saya belajar hanya pada saat ada ujian saja Saya lebih senang bercerita dengan teman, ketika guru menerangkan materi Menurut saya LKS dan buku yang dipakai guru sudah cukup untuk mempelajari materi Pada saat guru membahas PR, saya menyimak dan meneliti bagian mana saja yang salah dari PR yang sudah dikerjakan Karena mengikuti banyak kegiatan, saya tidak memiliki waktu untuk belajar di rumah Saya mudah bosan ketika membaca ulang materi yang sudah diterangkan oleh guru Pada saat mengerjakan tugas, saya mencari buku atau media lain yang dapat mendukung pengerjaan tugas tersebut Menurut saya,mencari buku-buku lain selain yang dipakai guru hanya membuat bingung Saya membuat jembatan keledai atau strategi khusus agar mudah menghapalkan materi pelajaran Ketika diskusi kelompok, orang yang perlu mencatat hasil diskusi adalah sekretaris/salah satu dari kelompok tersebut Setelah ujian selesai, saya langsung refresing walaupun hasilnya kurang memuaskan Apabila nilai ujian menurun, saya mengurangi jam kegiatan ekstra Ketika diterangkan oleh guru, saya mencatat hal-hal penting dari materi yang diterangkan Saya belajar semampunya saja tanpa menggunakan strategi-strategi khusus dalam belajar Saya mengatur jam belajar sendiri setiap harinya minimal 2 jam di luar jam sekolah Pada saat pengoreksian jawaban tugas, saya meneliti jawaban tanpa harus mencatat hal-hal yang salah dari jawaban saya
118
No 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Pernyataan Saya malu bertanya kepada guru tentang materi pelajaran yang diterangkan Selain buku atau LKS yang digunakan guru, saya menggunakan buku lain yang mendukung materi mata pelajaran Saya lebih suka menggunakan media internet untuk jejaring sosial/game daripada mencari bahan untuk materi pelajaran Setelah mendapatkan sebuah materi di sekolah, saya membaca ulang materi tersebut di rumah Bila tidak masuk sekolah, saya membiarkan catatan pelajaran yang tertinggal Saya menata tempat/ruang belajar agar saya nyaman pada saat belajar Pada saat di kelas, saya lebih memilih tempat duduk di belakang daripada di depan Saya sudah menentukan target nilai di setiap mata pelajaran Apabila saya kurang memahami tugas yang diberikan guru, saya mengerjakan semampu saya Saya akan berdiskusi dengan teman, apabila saya belum mengerti tentang materi pelajaran Jika mendapatkan nilai ujian yang rendah, saya menambah jam belajar Saya membiarkan hasil ujian yang sudah dikerjakan, karena ujian yang sudah berlalu biarlah berlalu Agar dapat lebih memahami materi yang diterangkan guru, saya bertanya pada guru atau teman tentang materi tersebut Ketika belajar, saya akan mematikan televisi agar dapat berkonsentrasi Saya mengumpulkan tugas, tanpa harus memeriksa jawabannya Saya suka mencari tahu tentang informasi yang menyangkut materi pelajaran dari internet Karena sudah mempunyai buku, saya hanya perlu mengikuti mata pelajaran saja tanpa harus mencatat Saya mencatat peningkatan nilai ujian yang lalu sampai dengan sekarang Sebelum mengumpulkan pekerjaan rumah kepada guru, saya memeriksanya kembali Saya tetap melakukan aktivitas-aktivitas yang disukai, walaupun nilai ujian menurun Setelah guru memberikan tugas, saya membentuk kelompok belajar untuk mengerjakan bersama Setelah hasil ujian diumumkan, saya memeriksa kembali hasil ujian agar tahu pada materi mana yang perlu dipelajari lagi Pada saat mengerjakan tugas, saya hanya menggunakan buku atau LKS yang dipakai guru untuk mengerjakannya Ketika waktu senggang, saya lebih suka menghabiskan waktu untuk membaca buku-buku yang mendukung materi-materi pelajaran di perpustakaan Saya diam saja, walaupun tidak mengerti materi yang diterangkan guru
119
No 47 48 49 50 51
Pernyataan Saya lebih suka bermain dengan teman daripada harus mengerjakan soal-soal latihan Setelah ujian dilaksanakan, saya tertarik membahas kembali soal-soal ujian Saya sulit menemukan tempat belajar yang nyaman di rumah Walaupun tidak mengerti tentang materi suatu pelajaran, saya hanya mempelajari semampunya Saya berjanji memberikan hadiah pada diri sendiri, apabila mendapat nilai tinggi
Ψ-Ψ-Ψ-SILAHKAN LANJUT KE SKALA II-Ψ-Ψ-Ψ
120
PETUNJUK PENGISIAN SKALA II
Pada skala II ini terdapat 17 pernyataan.Bacalah dan pahami baik-baik setiap pernyataan.Anda diminta untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang tersedia di lembar jawab dari setiap pernyataan berdasarkan pada kondisi anda yang sebenarnya.Berilah tanda () pada salah satu alternatif jawaban. Berikut pilihan jawaban yang tersedia: SS : Sangat Sesuai S
: Sesuai
TS : Tidak Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai
Contoh Pengisian Skala:
1. Saya harus lebih baik dari teman-teman di kelas
Lembar Jawab No 1
SS
S
TS
STS
Apabila anda ingin mengganti jawaban yang telah anda berikan sebelumnya, maka berilah tanda (=) pada tanda () dan berikan tanda () pada alternatif jawaban yang menurut anda sesuai.
Contoh Koreksi Jawaban No 1
SS
S
TS
STS
121
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Pernyataan Mendapatkan peringkat di kelas adalah hal yang penting untuk menunjukkan kepandaian saya Di setiap pelajaran, saya ingin menunjukkan bahwa saya bisa memahami materinya Saya suka mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah, agar saya bisa belajar lebih banyak Pada saat belajar matematika, saya ingin memahami materi dan proses mengerjakannya Rasa percaya diri saya muncul, pada saat saya merasa mampu memahami materi mata pelajaran Saya merasa puas, apabila dapat mengerjakan soal-soal baru dan sulit bagi saya Apabila saya tidak memahami materi pelajaran, saya berusaha mencari informasi agar dapat memahaminya Saya ingin menunjukkan bahwa saya menguasai materi bab selanjutnya Saya merasa pandai, pada saat saya bisa lebih memahami materi pelajaran daripada teman-teman di kelas Pada saat mengerjakan soal yang sulit, saya mengerjakannya sebaik mungkin Pendapat orang lain tentang kepandaian saya merupakan hal yang penting Apabila saya gagal dalam ujian, saya belajar lebih giat lagi Saya lebih suka mengerjakan soal-soal yang sudah saya kuasai Kesempatan belajar di kegiatan ekstrakulikuler sangat penting bagi saya Saya senang, apabila saya bisa mengerjakan soal-soal tanpa ada kesalahan Saya lebih suka mengerjakan soal-soal yang sudah saya kerjakan dengan benar sebelumnya Saya lebih mementingkan meningkatkan nilai-nilai mata pelajaran saya
Ψ-Ψ-Ψ-TERIMA KASIH-Ψ-Ψ-Ψ
122
123
LAMPIRAN 3 : GAMBARAN POPULASI PENELITIAN
124
Kelas X1 X3 X4 X5 X6 X7 X8 XIIS2 XIIS3 XIIS4 XIIA1 XIIA2 XIIA3 XIIA4 Total
Mastery Goal 10 9 7 8 7 6 6 9 6 7 10 8 9 7 109
Performance Goal 7 9 7 10 9 11 10 9 11 10 6 8 8 9 124
Tidak Terbedakan 14 12 16 11 14 11 16 12 10 11 15 14 13 13 182
Total 31 30 30 29 30 28 32 30 27 28 31 30 30 29 415
125
LAMPIRAN 4 : TABULASI DATA SKOR PENELITIAN
126
Tabulasi SRL Mastery Goal No Item
Sbjk 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
1
3
3
3
3
3
3
4
2
4
2
2
3
3
3
2
2
3
3
3
2
2
3
3
1
2
3
2
4
4
2
3
2
2
3
3
2
3
1
3
3
3
2
3
2
2
3
2
4
2
3
4
2
4
3
3
2
3
2
2
4
3
4
3
2
4
2
3
2
3
3
3
3
4
2
2
3
3
3
3
2
2
2
3
3
3
3
2
1
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
4
1
4
3
3
4
4
4
3
2
4
3
3
3
3
2
4
2
3
3
3
4
2
3
1
2
2
4
2
3
1
3
3
1
4
4
3
1
3
2
1
3
2
5
3
2
3
3
4
4
3
3
4
3
3
4
3
4
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
2
3
3
4
4
4
4
3
6
4
2
3
3
3
3
3
4
3
1
2
2
3
4
3
3
3
4
3
3
3
3
4
4
4
3
4
2
4
4
4
4
4
4
4
7
3
2
4
3
3
4
3
3
3
3
2
3
2
3
3
2
3
3
2
3
2
2
4
1
3
2
4
1
4
2
3
4
2
4
3
8
3
2
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
1
3
3
4
4
3
3
3
2
2
3
3
4
2
3
2
4
4
3
4
3
9
4
2
4
4
4
4
4
3
4
2
2
4
3
4
3
2
2
4
2
4
4
4
4
1
4
4
4
1
3
3
4
4
3
4
4
10
3
2
3
3
2
3
3
3
3
3
2
4
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
4
3
3
2
4
3
3
4
4
11
4
3
2
3
4
2
3
3
4
2
2
4
4
4
1
2
2
4
3
3
3
4
4
3
3
2
4
3
3
2
4
3
3
4
4
12
4
1
4
3
3
1
2
3
3
2
2
3
4
3
2
2
4
3
4
2
2
4
3
1
2
2
4
1
4
4
3
4
1
3
4
13
3
1
4
2
2
3
2
3
3
3
2
3
3
3
1
3
2
2
3
2
3
3
3
2
3
3
3
2
3
1
4
2
2
3
2
14
2
2
3
2
2
2
3
2
3
2
2
3
2
3
3
2
3
3
3
2
3
2
2
2
2
2
3
2
4
1
4
3
3
3
3
15
4
1
3
2
3
2
3
3
3
2
3
2
2
2
2
2
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
4
2
3
3
16
4
1
2
3
2
2
3
4
2
3
2
3
1
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
17
4
2
2
4
2
3
4
4
4
3
2
3
4
4
3
2
3
4
3
2
4
3
4
2
3
3
4
3
3
2
4
4
3
3
3
18
3
2
4
3
2
3
3
1
4
3
3
4
3
4
1
3
3
3
4
2
1
4
3
2
4
4
4
2
3
2
4
3
2
3
4
19
3
3
4
4
4
3
4
2
4
2
3
4
4
3
2
1
2
3
4
2
2
3
4
3
3
4
4
2
4
2
2
3
1
3
1
20
3
2
4
3
4
4
3
2
4
4
3
4
3
4
2
3
2
4
2
3
2
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
3
4
4
4
21
3
1
2
3
4
4
4
3
4
2
3
4
4
4
2
1
2
3
2
2
3
3
4
3
3
4
4
3
4
1
2
3
1
3
2
127
22
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
4
4
23
4
4
4
2
3
3
3
1
3
3
2
4
2
2
4
1
2
3
2
4
2
3
3
1
3
3
2
2
4
2
3
2
2
4
2
24
3
3
4
4
1
4
4
2
4
3
2
4
3
4
4
1
3
4
2
4
3
4
4
2
3
1
4
3
3
2
4
3
4
4
3
25
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
4
3
3
3
4
3
2
2
2
3
3
3
3
3
26
3
2
3
3
2
2
2
3
3
3
2
4
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
27
4
1
4
3
3
4
4
2
4
3
4
4
4
4
2
3
1
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
28
3
3
4
3
3
4
4
2
4
3
2
3
3
3
1
2
3
3
3
2
2
2
4
2
3
4
4
4
4
1
4
4
3
3
3
29
3
2
4
3
4
3
4
3
3
3
3
3
3
4
2
4
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
3
30
4
3
3
3
2
2
4
2
3
1
2
3
2
3
3
2
3
3
3
2
3
3
2
2
2
4
3
2
4
2
3
3
3
3
3
31
3
2
2
3
2
2
3
3
3
2
3
3
3
3
2
2
2
3
2
3
3
3
2
2
3
2
3
2
2
2
3
2
2
2
3
32
4
4
4
3
3
2
3
4
3
3
3
4
3
4
2
2
3
3
3
2
2
4
2
1
3
3
4
4
4
3
4
3
3
4
4
33
3
3
3
3
3
3
4
2
4
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
2
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
4
4
34
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
4
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
35
3
1
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
3
1
4
2
3
2
3
3
3
3
1
3
1
3
4
2
3
4
36
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
4
3
4
3
3
3
4
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
4
2
4
3
3
4
4
37
3
4
4
3
3
4
4
4
3
3
3
3
3
4
1
3
3
4
3
2
3
3
3
4
3
3
4
3
3
3
4
3
3
4
4
38
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
1
3
3
3
3
2
3
3
3
4
3
3
4
3
3
3
4
3
3
4
4
39
3
3
4
2
2
4
3
3
2
3
3
3
3
4
2
2
3
2
3
2
3
4
4
4
3
4
2
3
4
3
3
3
3
4
4
40
4
3
3
3
3
4
4
3
4
3
4
3
3
4
2
3
3
4
4
2
4
3
3
3
4
3
4
3
3
3
4
4
4
3
4
41
3
1
4
2
2
3
4
3
4
2
2
4
1
4
2
2
3
4
3
2
3
2
2
2
3
4
4
4
3
2
2
3
2
3
4
42
4
4
3
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
3
2
2
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
4
3
43
4
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
1
3
2
3
3
2
3
2
44
4
2
3
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
45
3
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3
2
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
3
3
4
4
4
4
4
46
3
3
4
3
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
2
4
4
3
3
4
3
4
3
3
3
4
4
4
3
128
47
4
4
3
3
3
4
3
3
3
4
3
4
3
2
2
3
3
4
3
3
3
4
4
2
3
3
3
2
2
2
3
4
3
3
3
48
3
1
4
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
4
2
2
2
3
3
3
3
3
3
4
3
4
4
1
2
2
4
4
2
4
4
49
4
3
4
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
4
2
3
2
2
3
3
4
2
3
2
4
4
4
3
3
50
4
1
4
3
3
3
4
3
3
3
3
4
2
4
2
3
4
4
4
2
3
4
3
3
4
4
3
3
4
3
4
3
2
3
3
51
4
1
4
3
3
3
4
3
3
3
2
4
3
2
3
3
3
3
3
2
4
3
4
4
3
3
4
3
3
2
4
2
3
3
4
52
4
4
3
3
3
3
3
3
4
2
3
3
3
4
2
3
4
4
3
3
4
3
4
4
3
4
4
4
3
2
4
4
3
4
3
53
3
2
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3
3
4
2
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
2
3
3
3
3
3
54
3
2
3
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
4
4
3
3
3
2
4
3
2
3
4
3
4
2
4
3
3
4
3
4
55
4
4
4
2
3
3
3
3
3
3
2
4
3
3
2
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
4
3
3
3
4
56
3
1
3
3
2
1
4
3
3
2
2
4
4
3
2
2
4
4
4
4
2
3
4
4
2
4
4
4
2
2
4
3
2
4
4
57
4
2
4
3
3
1
3
3
4
2
3
4
4
3
3
1
3
3
2
2
2
2
3
3
2
3
4
2
2
2
3
3
2
3
2
58
3
2
4
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
4
3
2
3
3
4
2
3
3
3
4
3
3
2
4
3
4
4
4
59
4
2
2
4
2
3
4
4
4
3
2
3
4
4
4
2
3
3
3
1
4
4
3
3
3
3
2
2
2
2
3
2
3
4
3
60
3
1
4
2
2
1
3
2
3
3
2
2
1
2
4
2
1
3
3
3
2
4
2
2
2
4
4
2
3
2
3
4
2
3
4
61
4
3
1
3
2
3
4
2
4
3
2
4
3
3
2
3
3
4
2
4
3
4
4
4
4
4
4
2
3
3
4
4
2
4
4
62
3
1
2
3
3
3
3
3
4
4
3
4
3
3
3
2
4
4
2
3
3
2
4
2
3
4
4
1
3
2
3
3
2
3
3
63
3
4
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
64
4
3
3
2
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
1
2
3
3
1
2
3
3
2
2
2
3
3
4
4
2
3
3
3
3
2
129
Tabulasi SRL Mastery Goal No Item
Subjek
Total
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
1
3
3
4
2
3
2
2
3
2
2
3
3
2
2
3
3
2
3
3
3
3
4
2
3
4
2
3
2
3
4
3
2
3
3
3
4
4
2
3
3
2
2
3
2
3
3
3
2
2
4
4
2
4
3
4
3
1
3
2
4
3
1
3
4
3
2
2
5
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
4
3
2
6
3
3
4
3
3
3
3
4
3
3
4
3
2
2
3
2
7
3
2
3
3
3
3
4
3
3
3
3
2
3
3
3
4
8
3
4
3
3
3
2
4
3
2
2
3
3
4
3
2
4
9
3
3
3
3
3
2
4
4
3
4
4
4
4
3
3
4
10
4
4
3
2
2
3
4
4
2
2
4
4
3
4
2
1
11
3
3
3
3
3
2
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
12
4
4
3
3
3
2
3
4
4
2
4
4
3
3
3
3
13
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
3
2
4
14
3
3
3
3
3
3
2
3
2
2
4
3
2
4
2
4
134 137 144 122 151 143 136 161 162 146 150 170 136 153
130
157 15
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
16
3
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
2
2
2
2
3
17
3
4
3
3
3
2
1
3
3
3
3
2
2
3
2
4
18
4
3
3
2
3
4
2
4
2
3
4
2
4
3
4
2
19
2
4
3
1
1
1
2
4
2
2
3
1
3
4
3
4
20
3
3
3
3
3
3
3
4
2
4
3
3
3
3
3
2
21
2
4
3
1
1
1
2
4
2
2
4
1
3
4
3
4
22
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
23
3
3
2
3
2
2
2
4
2
2
3
1
3
2
3
4
24
3
4
3
4
4
3
3
4
3
3
4
4
4
3
2
4
25
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
2
3
2
26
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
27
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
28
3
3
1
2
3
3
3
3
3
3
3
3
4
2
3
2
29
3
3
3
3
2
2
2
3
3
3
3
2
2
2
3
3
30
3
4
3
3
3
3
3
3
2
2
4
3
3
2
2
3
31
3
2
3
2
3
2
3
2
2
3
3
3
2
3
2
3
124 131 149 115 128 134 140 138 154 152 142 165 141 159 126 135
131
165 32
4
4
3
2
4
1
2
2
3
2
3
3
4
3
3
3
33
3
3
3
3
3
3
2
3
2
2
3
3
3
4
3
2
34
4
3
4
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
35
3
3
2
3
4
3
4
4
1
4
3
3
3
3
1
4
36
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
3
3
3
3
3
2
37
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
3
4
3
4
38
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
3
4
39
3
4
4
2
2
2
3
2
3
3
3
2
2
2
2
2
40
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
4
3
4
41
3
4
4
2
2
2
3
2
3
3
3
3
4
1
2
4
42
3
3
3
3
3
4
3
3
2
3
4
4
4
3
3
3
43
3
3
3
2
2
3
2
3
3
2
3
1
3
3
2
2
44
3
3
3
3
3
2
2
3
3
2
3
3
3
3
2
3
45
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
2
46
3
3
4
4
4
4
3
3
3
2
4
4
2
3
3
3
47
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
48
3
3
4
2
2
3
2
3
2
3
3
4
3
3
3
3
140 122 151 145 181 149 127 145 131 141 128 156 153 153 140 169
132
167 49
4
3
3
2
3
3
3
3
3
2
2
4
4
3
3
3
50
3
3
4
2
3
3
3
3
4
2
4
3
3
3
3
1
51
3
4
1
2
2
3
3
3
3
3
3
3
2
1
3
2
52
3
3
3
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
2
3
2
53
3
4
3
3
3
3
3
3
3
2
3
4
2
2
2
3
54
4
2
3
2
3
4
2
3
3
2
4
2
3
3
4
2
55
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
56
2
4
4
3
3
3
2
2
2
2
3
4
3
3
2
3
57
4
4
4
2
2
2
2
4
3
2
3
1
2
2
2
3
58
3
3
3
2
2
2
3
3
3
2
4
3
2
3
2
3
59
3
2
4
1
1
2
3
3
4
1
4
2
3
1
3
2
60
2
2
4
2
2
2
3
3
2
1
4
1
2
3
3
3
61
3
4
2
4
4
2
4
4
4
4
3
2
3
1
3
2
62
3
2
4
2
3
3
2
3
2
2
2
3
3
2
2
3
63
3
2
3
1
2
2
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
64
3
4
3
3
3
3
3
3
2
3
4
3
3
2
2
4
164 148 169 143 160 137 147 160 165 153 148 159 149 165 145
133
Tabulasi SRL Performance Goal No Item
Subjek 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
1
4
3
3
1
2
4
4
2
4
4
2
3
4
3
3
3
3
4
4
4
2
2
3
4
3
4
4
4
4
3
4
4
2
4
4
2
3
2
4
2
2
4
3
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
3
2
2
2
3
2
2
2
2
3
3
3
3
3
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
3
2
3
3
3
2
2
2
3
3
3
4
3
3
1
3
2
3
3
2
2
3
4
3
1
2
2
3
2
3
3
2
2
4
2
2
2
4
3
3
1
3
3
4
3
3
1
3
1
3
1
3
3
3
4
2
4
2
5
3
2
2
2
2
2
3
2
3
1
2
3
2
2
2
1
3
2
2
2
3
2
2
1
2
3
2
1
3
2
2
2
1
3
4
6
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
3
3
4
3
3
3
3
4
4
4
4
3
3
4
3
4
4
3
3
3
7
3
1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
4
2
2
2
3
2
3
2
3
2
1
2
2
3
3
3
2
3
2
1
3
3
8
3
2
4
3
3
3
2
2
4
2
2
4
2
3
1
2
4
3
2
4
3
3
3
1
3
3
4
1
2
2
3
3
2
2
2
9
3
3
2
2
1
1
2
2
3
3
3
3
1
4
2
1
2
3
2
2
1
3
1
1
2
4
4
2
3
1
3
2
3
3
1
10
4
1
4
3
2
1
2
4
4
3
2
4
3
3
3
1
3
2
2
2
2
2
2
1
2
2
4
1
3
3
2
3
1
3
3
11
4
2
2
3
2
2
2
3
3
2
2
3
2
2
2
1
2
2
2
2
2
3
2
1
2
2
2
2
3
2
3
2
2
3
2
12
3
2
4
2
2
2
3
2
2
2
2
3
2
2
3
3
2
4
1
4
1
1
3
1
4
2
3
1
2
1
3
2
2
3
3
13
3
1
3
2
3
4
1
2
2
1
2
3
1
4
2
3
3
4
1
3
2
2
2
3
3
1
4
2
1
4
2
4
2
3
2
14
3
2
2
1
3
1
1
3
3
2
3
3
4
2
3
3
3
2
1
1
3
1
3
3
2
2
4
1
2
1
4
2
1
1
1
15
3
4
4
2
1
1
4
2
2
1
3
4
1
1
1
1
1
3
1
1
3
1
1
3
1
3
3
3
3
1
3
1
1
4
1
16
4
2
2
3
2
2
2
3
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
1
2
2
2
2
3
2
3
2
2
3
2
17
3
4
3
2
2
3
3
3
4
2
3
4
4
2
3
2
3
4
3
4
3
4
3
2
3
4
2
4
4
3
3
3
3
3
3
18
3
3
4
2
3
2
4
2
4
2
2
3
3
4
4
2
2
4
3
4
4
3
3
1
3
3
4
2
1
2
4
2
4
3
4
19
3
3
4
3
3
2
1
2
4
3
2
3
3
3
1
2
3
3
3
2
2
2
4
2
3
4
4
4
4
1
4
3
3
3
3
20
3
2
4
2
4
3
2
3
3
4
3
3
3
3
1
1
1
4
1
4
2
4
2
2
2
4
4
4
2
1
4
2
1
3
1
21
4
1
3
3
3
2
3
1
3
3
1
4
1
2
1
1
2
3
4
4
3
4
4
1
3
4
3
1
3
4
2
3
3
4
4
134
22
3
2
2
2
3
2
3
1
2
3
2
2
2
2
2
1
3
3
1
2
2
3
3
1
2
3
3
3
3
2
4
3
2
4
2
23
4
1
3
3
2
4
4
2
3
4
2
4
2
2
2
1
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
4
4
3
3
3
2
2
3
4
24
3
1
3
2
3
2
2
2
3
2
2
3
2
3
2
1
4
2
3
2
1
2
2
2
4
2
3
2
3
1
2
1
2
2
2
25
3
2
3
2
2
1
2
2
3
1
1
3
2
4
2
2
2
1
1
4
3
3
2
2
2
3
2
3
4
2
3
2
3
3
2
26
2
1
3
1
2
1
1
3
2
3
2
4
1
2
3
3
3
3
1
3
2
1
3
1
2
2
4
1
4
1
4
4
3
4
3
27
3
2
3
3
2
2
2
2
2
2
1
3
2
2
3
1
3
2
2
2
3
3
2
2
2
3
1
1
3
1
2
3
1
2
2
28
3
1
3
2
2
2
2
2
3
2
1
2
1
3
1
2
3
2
2
2
1
3
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
3
3
29
3
2
4
2
2
1
3
2
3
3
2
3
2
3
2
2
2
3
2
2
2
3
2
3
3
3
1
2
4
2
3
3
2
3
3
30
3
2
2
3
3
2
2
2
3
2
2
3
2
3
2
1
3
3
2
2
3
3
3
1
2
2
3
1
3
2
3
3
2
3
2
31
4
3
4
2
3
2
2
2
3
3
2
3
2
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
4
3
4
3
32
3
3
3
3
4
4
3
2
4
3
3
3
4
3
2
3
2
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
4
4
3
3
2
33
3
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
3
3
3
2
2
2
2
2
3
3
3
2
3
2
3
2
2
3
2
34
3
3
4
2
2
2
2
3
2
3
2
4
3
2
2
3
2
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
2
4
2
3
2
3
3
35
4
4
3
3
4
4
3
3
3
4
3
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
3
4
3
3
3
2
3
3
3
3
2
2
36
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
4
2
3
3
3
3
3
3
3
4
2
3
2
3
3
37
4
3
2
2
2
2
2
3
2
4
2
4
3
2
2
3
2
3
3
3
3
2
3
2
2
3
3
2
2
4
2
3
2
2
3
38
2
2
3
3
3
1
3
4
3
2
1
2
2
2
3
2
2
2
4
2
3
1
3
1
2
4
3
3
4
3
1
3
4
2
3
39
3
2
3
3
2
4
2
4
2
4
2
3
2
2
1
3
2
2
4
3
4
1
4
2
2
3
4
4
3
3
1
3
1
2
2
40
3
1
4
2
2
2
3
3
2
2
2
3
2
2
2
3
3
2
3
3
2
2
1
2
4
4
3
4
1
4
2
3
1
1
4
41
4
1
4
1
4
1
1
3
2
2
1
3
2
3
3
3
1
3
2
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
1
3
2
2
4
42
3
3
3
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
2
2
3
2
2
2
43
3
3
3
1
3
1
3
2
1
3
2
2
3
4
2
3
3
3
4
3
3
3
2
1
2
2
3
2
2
3
2
4
2
2
2
44
3
3
3
3
2
3
2
3
2
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
2
3
45
3
1
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
2
3
2
3
2
2
3
46
4
2
3
3
2
3
1
4
2
4
2
3
3
2
2
2
2
3
3
2
4
2
3
2
3
2
3
2
3
3
2
3
2
3
2
135
47
3
1
3
2
2
1
3
3
2
3
2
3
3
2
3
2
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
2
2
2
3
2
2
3
48
4
3
2
2
3
2
2
3
3
2
2
2
1
2
2
2
1
2
3
2
2
2
4
1
2
3
4
3
2
4
3
2
3
2
1
49
3
2
4
3
2
4
3
3
1
3
2
3
2
2
4
2
2
2
4
4
3
2
1
4
4
1
4
4
2
1
3
1
3
2
2
50
3
4
3
3
2
3
2
4
3
2
3
3
2
2
3
3
4
3
3
3
3
2
3
3
4
4
3
4
3
3
4
2
2
2
4
51
3
4
2
2
1
2
1
3
1
4
3
2
3
2
2
2
1
1
4
3
4
1
3
2
1
1
2
4
3
1
2
1
3
1
2
52
3
2
4
3
2
2
1
4
2
4
2
4
2
3
3
2
2
3
3
4
3
2
3
2
3
3
3
2
4
3
3
2
2
3
2
53
3
2
3
2
2
2
2
3
2
3
1
3
2
3
3
3
1
3
1
4
4
2
3
2
4
2
3
3
3
2
1
2
2
2
2
54
3
1
4
2
2
2
1
4
1
3
1
2
3
1
3
2
1
2
2
4
2
2
4
1
3
3
2
2
2
3
2
3
2
2
2
55
3
3
2
3
2
3
2
3
3
4
2
2
3
2
2
4
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
2
3
3
2
3
56
3
2
3
2
2
1
2
4
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
2
3
2
2
3
2
3
3
2
3
2
2
2
2
2
3
2
57
3
3
3
2
2
3
2
1
3
3
3
2
2
2
2
3
3
2
4
3
4
2
4
4
2
4
2
3
3
3
2
3
2
2
4
58
2
4
2
2
2
2
2
3
2
3
3
2
1
2
2
2
1
2
2
3
2
1
2
1
2
2
3
2
2
2
1
2
2
2
3
59
4
2
3
2
2
2
3
4
3
4
2
3
3
2
3
4
2
3
3
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
60
3
2
3
3
2
3
2
2
2
3
2
2
2
1
2
2
1
1
2
3
3
2
3
2
2
3
3
3
1
3
2
2
2
1
2
61
4
4
3
3
3
2
3
4
3
3
2
4
2
4
3
4
2
3
3
4
4
1
4
3
4
4
2
4
2
3
2
2
3
1
2
62
3
3
3
2
2
3
2
4
1
3
2
4
3
2
2
4
1
3
2
4
4
2
4
3
3
3
4
3
2
3
2
3
3
2
3
63
3
2
3
3
2
3
2
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
2
3
64
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
2
3
136
Tabulasi SRL Performance Goal No Item
Subjek
TOTAL
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
1
4
3
4
1
3
2
2
3
2
2
4
3
2
2
3
3
158
2
3
3
2
3
3
3
3
3
2
2
4
3
2
2
3
3
135
3
3
3
3
3
2
2
3
2
3
3
1
2
2
2
2
2
123
4
2
2
2
4
3
2
2
3
2
3
1
3
3
1
2
4
129
5
4
4
2
3
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
115
6
3
4
4
3
3
2
4
3
3
3
3
3
3
2
3
2
164
7
3
3
2
1
1
1
3
3
2
3
2
1
3
4
2
3
121
8
2
2
2
2
2
3
2
2
1
2
2
2
3
3
2
4
128
9
4
3
2
3
3
2
3
3
1
1
3
1
2
4
1
4
119
10
3
3
3
3
3
2
2
3
2
3
2
1
3
2
3
3
128
11
2
3
2
2
2
2
4
2
2
2
2
1
2
2
2
2
112
12
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
2
2
2
116
13
1
4
2
3
4
3
3
4
2
2
1
1
3
2
1
1
122
14
4
1
2
1
1
1
4
2
3
2
1
1
2
4
1
4
111
15
3
4
2
1
1
1
1
2
3
1
1
2
1
4
1
1
102
16
2
3
2
2
2
2
4
2
2
2
2
1
2
2
2
2
112
17
4
4
4
3
3
2
2
3
2
2
4
2
2
3
3
4
155
18
3
3
1
1
3
1
3
2
4
3
1
2
3
2
1
3
139
19
3
3
1
2
3
1
4
2
2
3
1
3
1
4
1
1
134
20
1
2
2
1
2
2
2
3
1
1
3
1
2
3
2
1
121
21
2
4
2
2
4
2
2
4
2
2
2
2
2
4
2
3
136
137
22
3
4
3
2
4
2
2
3
2
2
1
1
2
1
2
4
121
23
2
3
3
2
3
2
4
3
3
2
4
2
3
3
2
3
143
24
2
1
2
4
2
3
2
2
1
3
2
3
3
4
3
3
118
25
3
3
3
2
3
2
4
3
2
1
2
2
2
2
2
4
122
26
2
4
3
2
1
3
4
1
3
4
1
1
2
1
1
4
120
27
3
1
3
2
2
3
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
105
28
2
2
1
1
2
2
1
2
3
4
2
1
2
3
2
3
104
29
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
4
2
3
3
3
3
126
30
2
3
2
2
2
3
3
2
2
2
3
2
2
2
2
3
120
31
3
3
3
3
3
3
3
4
2
3
3
3
4
2
2
4
148
32
4
3
3
3
2
3
3
3
2
2
4
3
3
3
3
2
155
33
2
2
2
3
3
3
2
3
2
2
3
1
3
3
2
3
121
34
2
2
3
3
4
3
3
2
4
3
3
1
3
2
3
4
138
35
3
2
3
3
2
3
3
2
4
3
2
3
3
3
3
3
150
36
2
3
2
2
4
3
3
2
4
3
3
1
3
2
3
4
144
37
2
2
3
3
4
3
3
2
4
3
3
1
3
2
3
4
136
38
1
2
3
3
3
2
4
1
2
2
4
1
2
2
1
3
124
39
1
4
1
1
4
2
4
3
3
2
4
1
3
4
4
2
135
40
1
3
4
1
3
4
4
2
3
2
4
2
4
3
4
4
135
41
2
3
2
2
3
1
3
2
3
2
3
2
4
2
2
3
127
42
2
2
2
2
3
2
2
2
3
3
3
3
3
2
2
4
125
43
3
3
2
1
3
3
2
2
3
2
3
3
3
2
2
3
127
44
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
141
45
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
140
46
2
3
2
2
3
2
3
2
3
2
2
2
3
2
2
3
129
138
47
3
3
3
3
2
3
3
3
2
2
3
2
3
2
3
3
130
48
2
3
3
2
2
1
4
1
2
3
3
1
1
1
4
4
120
49
2
2
1
2
2
2
3
1
3
4
2
3
2
2
3
2
128
50
3
4
2
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
4
3
151
51
2
2
3
1
2
1
2
2
2
1
1
2
4
1
4
3
110
52
3
3
2
2
3
2
3
2
3
2
2
1
3
2
3
2
133
53
2
3
3
2
3
3
2
2
3
3
2
2
3
3
3
3
127
54
1
1
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
2
3
112
55
2
2
2
3
4
2
3
3
4
3
4
3
3
3
3
4
142
56
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
119
57
3
2
3
2
4
3
3
4
2
3
3
4
3
2
3
4
143
58
2
2
4
2
2
3
3
2
1
3
2
2
3
2
3
3
112
59
3
3
2
2
4
3
3
3
2
3
3
4
3
3
2
3
148
60
2
2
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
112
61
2
2
4
2
3
4
4
3
4
2
4
4
3
2
3
4
154
62
3
3
2
2
4
3
3
3
4
3
3
2
3
3
3
4
145
63
3
2
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
146
64
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
143
139
LAMPIRAN 5 : UJI VALIDITAS & RELIABILITAS INSTRUMEN
140
Skala Self Regulated Learning 1. Uji Validitas Correlations total VAR00001
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00002
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00003
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00004
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00005
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00006
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00007
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00008
56 .446
**
.001 56 .400
**
.002 56 .430
**
.001 56 .587** .000 56 -.078 .566 56
56
Pearson Correlation
.124
Sig. (2-tailed)
.364 56
Pearson Correlation
.162
Sig. (2-tailed)
.232
Pearson Correlation N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00013
.005
.153
Sig. (2-tailed) VAR00012
56 .368**
Sig. (2-tailed)
N VAR00011
.000
.193
N VAR00010
**
Pearson Correlation N
VAR00009
.525
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
56 .530
**
.000 56 .365
**
.006 56 .515
**
.000
141
N VAR00014
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00015
.497
Pearson Correlation
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00019
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00020
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00021
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00022
Pearson Correlation
Pearson Correlation N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00027
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00028
56 .402
**
.002 56 -.141 .300 56 .471
**
.000 56 .720
**
.000 56 .359
**
.007 56 .073
Sig. (2-tailed)
VAR00026
.006
Sig. (2-tailed)
N
VAR00025
**
.241
Sig. (2-tailed) VAR00024
56 .360
Pearson Correlation N
VAR00023
56
Sig. (2-tailed)
N
VAR00018
.000 .093
Sig. (2-tailed) VAR00017
**
Pearson Correlation N
VAR00016
56 .512
Pearson Correlation
56 .761
**
.000 56 .719
**
.000 56 .715
**
.000 56 .362
**
.006 56 .455** .000 56 .126
142
Sig. (2-tailed) N VAR00029
Sig. (2-tailed)
.011
Pearson Correlation N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00032
Pearson Correlation
Pearson Correlation
Pearson Correlation
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00041
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00042
.007 56
56 .722
**
.000 56 .088
N
VAR00040
**
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed)
VAR00039
.354
.230
N
VAR00038
56
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
VAR00037
.006
.451
N
VAR00036
**
.103
N
VAR00035
.365
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed) VAR00034
56
Pearson Correlation N
VAR00033
*
.339
Sig. (2-tailed) VAR00031
56
Pearson Correlation N
VAR00030
.356
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
56 .578
**
.000 56 .367** .005 56 .521
**
.000 56 .382
**
.004 56 .440
**
.001 56 .554** .000 56 .540
**
.000 56 .442
**
.001 56
143
VAR00043
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00044
.019
Pearson Correlation
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00048
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00049
Pearson Correlation
Pearson Correlation N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00054
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00055
56 .735
**
.000 56 .558
**
.000 56 *
56 .500
**
.000 56 .492
**
.000 56 .468
**
.000 56 .606
**
.000 56 .657
**
.000 56 .132
Sig. (2-tailed)
.333
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00057
.000
Pearson Correlation N
VAR00056
**
.021
Sig. (2-tailed)
VAR00053
56 .563
Sig. (2-tailed)
N
VAR00052
.000
.308
Sig. (2-tailed) VAR00051
56 .513**
Pearson Correlation N
VAR00050
*
Sig. (2-tailed)
N
VAR00047
56 .313
Sig. (2-tailed) VAR00046
.873
Pearson Correlation N
VAR00045
-.022
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
56 .681
**
.000 56 .343
**
.010
144
N VAR00058
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00059
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00060
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00061
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00062
56 .507
**
.000 56 .541
**
.000 56 -.124 .361 56 *
Sig. (2-tailed)
.028
Pearson Correlation N
56 .375
**
.004 56 *
Pearson Correlation
.303
Sig. (2-tailed)
.023
N total
.000
.294
Sig. (2-tailed) VAR00064
**
Pearson Correlation N
VAR00063
56 .632
56
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N
56
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed).
145
2. Uji Reliabilitas Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 56
100.0
0
.0
56
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .939
N of Items 51
146
Skala Goal Orientation
1. Uji Validitas Mastery Goal Correlations Total VAR00001
Pearson Correlation
.738
Sig. (2-tailed)
.000
N VAR00002
Pearson Correlation
56 .703
Sig. (2-tailed) Pearson Correlation
56 .530
Sig. (2-tailed) Pearson Correlation
56 .696
Sig. (2-tailed) Pearson Correlation
56 .663
Sig. (2-tailed) Pearson Correlation
56 .734
Sig. (2-tailed) Pearson Correlation
56 .590
Sig. (2-tailed) N Total
**
.000
N VAR00007
**
.000
N VAR00006
**
.000
N VAR00005
**
.000
N VAR00004
**
.000
N VAR00003
**
Pearson Correlation
**
.000 56 1
Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed).
56
147
2. Uji Validitas Performance Goal Correlations Total VAR00001
Pearson Correlation
.553
Sig. (2-tailed)
.000
N VAR00002
Pearson Correlation
56 .675
Sig. (2-tailed) Pearson Correlation
56 .554
Sig. (2-tailed) Pearson Correlation
56 .663**
Sig. (2-tailed)
.000
N VAR00005
Pearson Correlation
56 .611
Sig. (2-tailed) Pearson Correlation
56 .490
Sig. (2-tailed) Pearson Correlation
56 .474
Sig. (2-tailed) Pearson Correlation
56 .515
Sig. (2-tailed) Pearson Correlation
56 .478
Sig. (2-tailed) Pearson Correlation
56 .608
Sig. (2-tailed) N Total
**
.000
N VAR00010
**
.000
N VAR00009
**
.000
N VAR00008
**
.000
N VAR00007
**
.000
N VAR00006
**
.000
N VAR00004
**
.000
N VAR00003
**
Pearson Correlation
**
.000 56 1
Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed).
56
148
3. Uji Reliabilitas Mastery Goal Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 56
100.0
0
.0
56
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .780
N of Items 7
149
4. Uji Reliabelitias Performance Goal
Case Processing Summary N Cases
Valid
% 56
a
Excluded Total
100.0
0
.0
56
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .752
N of Items 10
150
LAMPIRAN 6 : HASIL UJI ASUMSI
151
Hasil Uji Asumsi
1. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Mastery Goal N Normal Parametersa
64 147.03 13.984 .054 .038 -.054 .432 .992
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) c. d.
Test distribution is Normal. Calculated from data.
2. Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances Self Regulated Learning Levene Statistic .274
df1
df2 1
Sig. 126
.601
Performance Goal 64 129.83 14.536 .085 .085 -.052 .682 .741
152
LAMPIRAN 7 : HASIL UJI PERBEDAAN
153
Hasil Uji Perbedaan
Group Statistics Kelompok Self Regulated Learning
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Mastery
64
147.03
13.984
1.748
performance
64
129.83
14.536
1.817
Independent Samples Test SRL Equal variances assumed Levene's Test for Equality of Variances
F
.274
Sig.
.601
t-test for Equality of Means
T Df Sig. (2-tailed)
6.823
6.823
126
125.812
.000
.000
17.203
17.203
2.521
2.521
Lower
12.214
12.213
Upper
22.193
22.193
Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference
Equal variances not assumed
154
LAMPIRAN 8 : DOKUMENTASI PENELITIAN
155
Dokumentasi Penelitian
Studi Pendahuluan dengan guru mata pelajaran dan guru BK
Responden mengerjakan skala
Memberikan pengarahan petunjuk skala
Pengumpulan skala
156
LAMPIRAN 9 : SURAT-SURAT PENELITIAN
157
158
159
160