Selamat Datang, Peraih Nobel! UNAIR NEWS – Universitas Airlangga akan memberikan gelar doktor kehormatan kepada penerima nobel ekonomi tahun 2003 Profesor Robert Fry Engle III. Calon doktor kehormatan UNAIR itu dijadwalkan akan memberikan kuliah tamu berjudul “The Prospects for Global Financial Stability” di hadapan 2.000 peserta, Senin depan (20/2), di Airlangga Convention Center (ACC) Kampus C UNAIR. Siapakah Robert Engle? Selain menjadi sosok penerima nobel ekonomi pada tahun 2003, Engle merupakan pengajar dan peneliti di Stern School of Business, Universitas New York (NYU). Ia juga anggota National Academy of Science dan Dewan Penasihat International Peace Foundation. Saat ini, Robert Engle menjabat sebagai Direktur Institut Volatilitas Stern, NYU. Dia juga salah satu pendiri dan presiden dari The Society for Financial Econometrics (SoFiE), sebuah organisasi non-profit di NYU berskala global. Namun, siapa sangka, penerima nobel ekonomi ini justru memiliki latar keilmuan sebagai sarjana Fisika. Robert Engle berhasil menamatkan pendidikan sarjana dari Williams College pada tahun 1964. Ia lantas melanjutkan pendidikan masternya di bidang Fisika di Universitas Cornell pada tahun 1966. Kiprah pendidikan formalnya di bidang Ilmu Ekonomi dimulai saat ia lulus dari Cornell tiga tahun kemudian, yakni tahun 1969. Setelah menamatkan pendidikan doktornya, Robert Engle dipromosikan sebagai profesor madya Ilmu Ekonomi di Massachusetts Institute of Technology (MIT). Ia kemudian menjadi pengajar di Universitas California, San Diego (UCSD) pada tahun 1975. Dua tahun kemudian, ia didapuk menjadi profesor di UCSD pada tahun 1977. Sampai sekarang, selain ia menjadi pengajar di NYU, Robert Engle juga menjadi profesor emeritus dan masih aktif meneliti di UCSD.
Profesor berusia 75 tahun itu bahkan masih aktif melakukan review terhadap jurnal-jurnal ilmiah di bidang ekonomi. Salah satu jurnal tentang ekonomi yang ia gawangi saat ini sebagai asisten editor adalah “Journal of Applied Econometrics”. Menerima nobel Pertemuannya dengan Profesor Clive W.J. Granger dari UCSD mengawali karirnya sebagai pengajar ekonomi perkotaan di UCSD. Seperti dilansir dalam laman resmi Nobel Prize, Robert Engle bahkan menyebut permulaan karirnya sebagai pengajar di UCSD adalah masa keemasan untuk mengembangkan ekonometrika rangkaian waktu. Tahun 2003, Robert Engle bersama dengan Profesor Clive W.J. Granger dari UCSD menerima nobel ekonomi. Keduanya mengembangkan metode analisis rangkaian waktu ekonomi dengan volatilitas yang bervariasi dengan waktu. Ia mengerjakan sebagian besar karya terbaiknya di era 70-an dan 80-an, ketika ia tengah mengembangkan teknik matematis yang lebih baik untuk mengevaluasi dan memprediksi risiko secara lebih akurat. “Penghargaan Nobel Ekonomi adalah bentuk pengakuan yang luar biasa atas kinerja yang telah saya lakukan selama sekian tahun bersama mahasiswa dan kolega peneliti. Kami telah bekerja keras sekaligus merasa beruntung karena apa yang kami kembangkan begitu penting untuk diterapkan dalam bidang keuangan. Saya masih begitu heran bagaimana ide yang sederhana bisa berkembang sedemikian rupa,” tutur Robert Engle. “Menengok perjalanan karir saya sebelumnya, (menerima) penghargaan Nobel adalah titik puncak bagi karir saya. Saya merasakan adanya kasih sayang yang lebih, ya, walaupun kurang dramatis sih. Ini adalah masa-masa di mana saya menemukan wawasan. Masa-masa di mana saya menemukan topik penelitian baru, atau harus diakui bahwa ada masa-masa yang terlihat tidak berhubungan, tapi nyatanya ada hubungannya,” imbuh Robert Engle.
Teknik yang ia kembangkan dapat memudahkan para peneliti untuk menguji, apakah volatilitas sebuah masa berhubungan dengan volatilitas di masa yang lain. Penelitian ini relevan dengan analisis pasar uang, di mana nilai investasi pengembalian aset dianalisis berdasarkan risikonya dan menentukan harga saham yang akan menunjukkan volatilitas yang ekstrem. Masa turbulensi ekonomi yang kuat dapat mengakibatkan fluktuasi harga yang besar dalam pasar saham. Sering kali, hal ini diikuti dengan fluktuasi yang kecil dan relatif tenang. Sejalan dengan model pendekatan ARCH (Autoregressive Conditional Heteroskedasticity) milik Robert Engle, volatilitas yang banyak terjadi adalah kekeliruan acak, yang bergantung pada kekeliruan sebelumnya, sebab kekeliruan yang masif akan diikuti kekeliruan yang masif, dan kekeliruan kecil akan diikuti oleh kekeliruan kecil pula. Hal ini berlawanan dengan model sebelumnya di mana kesalahan acak diasumsikan konstan dari waktu ke waktu. Metode dan model ARCH milik Robert Engle menyebabkan bertambah dan berkembangnya alat untuk menganalisis saham serta memudahkan para ekonom untuk membuat prediksi yang lebih akurat. Robert Engle mengembangkan model statistik volatilitas baru yang bisa menangkap kecenderungan harga saham dan variabel keuangan lainnya untuk bergerak di antara periode volatilitas yang tinggi dan volatilitas yang rendah. Metode dan model ARCH telah menjadi alat yang sangat diperlukan, bukan hanya untuk peneliti, tetapi juga analis pasar keuangan yang menggunakannya untuk menentukan harga aset dan mengevaluasi risiko portofolio. Sebagian besar dari metode ini ditampilkan di laman inovasi publik V-LAB di mana perkiraan volatilitas harian dan korelasi dari lebih seribu aset dapat ditemukan. Di tengah rutinitasnya dalam meneliti di bidang ekonometrika keuangan yang meliputi ekuitas, suku bunga, nilai tukar dan opsi harga, ia kini tengah mengembangkan metode untuk
menganalisis sistem aset yang lebih besar, volatilitas waktu nyata, pasar mikro, dan pergerakan pasar yang ekstrem, dan keinginannya untuk melanjutkan analisis tentang pasar keuangan. Profesor kelahiran Syracuse, New York, Amerika Serikat ini juga telah menerbitkan lebih dari seratus artikel ilmiah dan menulis empat buku. Penelitiannya juga telah menghasilkan model statistik yang inovatif seperti ko-integrasi, fitur umum, autoregressive conditional duration (ACD), model CAViaR dan korelasi prasyarat yang dinamis (DCC/dynamic conditional correlation). Dilansir dari laman International Peace Foundation dan Nobel Prize Penulis: Defrina Sukma S Editor: Nuri Hermawan
Rusdianto Sesung, Wisudawan Terbaik S3 FH karena Mencintai Ilmu UNAIR NEWS – Tradisi menjadi lulusan terbaik selalu dipertahankan oleh Dr. Rusdianto Sesung, S.H., MH. Buktinya, sejak Rusdianto masih di bangku SD hingga menengah atas, ia selalu lulus dengan nilai ujian nasional tertinggi. Di saat kuliah sarjana hingga doctor pun, Rusdi selalu menjadi wisudawan terbaik. Tahun 2009 ia menjadi lulusan terbaik S-1 Fakultas Hukum Universitas Mataram dengan IPK 4,0. Lalu tahun 2011 ia juga
lulus yang terbaik S-2 FH Universitas Airlangga dengan IPK 3,95. Kini, Rusdi kembali dinyatakan sebagai lulusan terbaik S-3 FH UNAIR dengan IPK 3,87. “Dari jenjang S-1 hingga S-3 saya mengambil ilmu hukum tata negara. Jadi selalu linier,” jelasnya. Ditanya kiatnya menjadi yang terbaik, dosen FH Universitas Narotama Surabaya ini berprinsip sederhana, yakni mencintai ilmu. “Cintailah ilmu yang telah kamu pilih, sebagaimana kamu mencintai pasangan hidupmu, niscaya kejenuhan selama menyelesaikan studi akan terobati,” katanya. Ilmu yang dimiliki juga telah ia sumbangkan pada pihak-pihak yang membutuhkan. Selain sebagai mahasiswa dan dosen, ia juga menjadi tenaga ahli DPRD Provinsi Jawa Timur, DPRD Kab. Sidoarjo, konsultan hukum Pemprov Jawa Timur, Kab. Gresik, dan Kab. Tuban. Ia meyakini pilihan untuk berkarir yang sejalan dengan bidang ilmunya merupakan pilihan tepat. “Ketika Anda sudah memilih, maka syukurilah, niscaya Allah akan menambahkan nikmat-Nya kepada kita,” kata Doktor berusia 28 tahun ini. Dalam disertasinya, Ketua Prodi Magister Ilmu Hukum Universitas Narotama ini membahas otonomi daerah. Judulnya “Prinsip Kesatuan Hukum Nasional Dalam Pembentukan Produk Hukum Pemerintahan Daerah Otonomi Khusus atau Istimewa”. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Deprina Sukma Satiti
Target Ika Ayu Tercapai, Lulus Terbaik Fakultas Vokasi UNAIR UNAIR NEWS – Perjuangan yang dilalui Ika Ayu Sulistiyoningrum terbayar sudah. Ika, sapaan akrabnya, yang sewaktu kuliah harus menempuh pulang pergi sejauh 20 kilometer dari kampus ke rumahnya. Jadi ia pantas berbangga setelah dinobatkan sebagai wisudawan terbaik Fakultas Vokasi Universitas Airlangga. Ika pun nyaris meraih nilai IPK sempurna, yakni 3,93. “Saya tinggal bersama kedua orang tua, jadi harus pulang pergi. Kalau benar-benar capek, biasanya saya tidur di kos seorang teman yang sudah menjadi basecamp tempat saya dan teman-teman berkumpul,” kenang Ika. Anak pertama dari dua bersaudara ini dalam penelitiannya mengangkat tema “Mekanisme Penerapan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 pada PT A”. Dalam tugas yang diselesaikan dalam Praktik Kerja Lapangan (PKL) itu, Ika menjelaskan bahwa alasan memilih penelitian tersebut karena permasalahan yang kompleks, terutama terkait penerapan peraturan sebagai akibat adanya peralihan bidang usaha perusahaan dalam tahun berjalan. “Selain itu, hal itu terjadi karena adanya ketidaksesuaian pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan perusahaan, sehingga analisa permasalahan secara mendalam perlu dilakukan untuk mencari solusinya,” terangnya. Dalam wawancara dengan News UNAIR, perempuan yang hobi berpetualang dan olah raga ini, tidak lupa berbagi trik agar menjadi mahasiswa berprestasi. Bagi Ika, tips dan trik menjadi mahasiswa berprestasi itu sangatlah sederhana, selain membuat beberapa capaian dan target, bagi Ika hal yang sangat penting adalah komitmen.
“Saya lebih memfokuskan diri untuk memperhatikan setiap penyampaian materi selama perkuliahan, mengatur waktu untuk setiap aktivitas yang dijalankan, membuat capaian dan target yang diharapkan serta berkomitmen untuk meraihnya, serta tetap menjaga kesehatan dan senantiasa berdoa kepada Allah SWT,” pungkas Ika. (*) Penulis : Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S
Soroti Penderita Kusta, Nur Maziyya Jadi Wisudawan Terbaik Keperawatan UNAIR NEWS – Stigma masyarakat terhadap penderita kusta masih negatif. Ada yang merasa miris saja, menghindar, bahkan mengucilkannya. Menjadikan penderitanya sangat kasihan. Tetapi sebagai seorang perawat (ners), Nur Maziyya membuang jauh-jauh stigma buruk tersebut, kemudian melakukan penelitian terhadap kehidupan para penderita kusta. Hasil penelitiannya kemudian ia tuangkan ke dalam skripsinya. Jadilah karya tulis ilmiah bertajuk “Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup Penderita Kusta Berbasis Teori Health Belief Model (HBM) di Puskesmas Surabaya Utara”, yang sekaligus ikut mengantarkan Nur Maziyya meraih predikat membanggakan, yakni wisudawan terbaik S1 Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga dalam wisuda edisi Maret 2016. Ia membukukan IPK 3,91. Anak nomer tiga dari lima bersaudara ini memutuskan untuk meneliti kehidupan penderita kusta karena angka kejadian kusta
di Provinsi Jawa Timur masih cukup tinggi. Nur meneliti tentang kualitas hidup penderita kusta, yang kebetulan juga masih relatif sedikit yang menelitinya. ”Itulah alasan mengapa saya tertarik mengambil penelitian tentang pehidupan penderita kusta,” kata mahasiswa yang berasal dari alih jenis kelahiran Kota Surabaya, 17 Maret 1993 ini. Selain menekuni kuliah, Nur Maziyya juga banyak mengoleksi prestasi. Antara lain pernah meraih peringkat I (pertama) dalam evaluasi belajar tahap I tahun 2014. Kemudian sempat juga mengikuti student exchange di Thailand. Prestasinya di bidang non-akademik juga tergolong bagus, antara lain turut mengantarkan tim basketnya menjadi Juara II kejuaraan basket putri Dekan Cup 2014. ”Kalau perlombaan-perlombaan saya jarang ikut, bahkan hampir tidak pernah ikut. Ya maklum karena program B, jadi saya fokusnya kuliah dan kuliah,” tambah Nur. Ditanya mengenai resepnya untuk menjadi wisudawan terbaik, mahasiswa yang memiliki kelompok belajar bernama “Funt4stic” ini, mengaku selama menempuh studi di Fakultas Keperawatan UNAIR, selama ini hanya berusaha melakukan yang terbaik. Tetapi tidak pernah berpikir untuk menjadi yang terbaik. “Selain itu kami berusaha semaksimal mungkin, berdoa, selalu minta restu kepada kedua orang tua. Tidak hanya untuk belajar tetapi juga dalam segala urusan,” kata Nur Maziyya. (*) Penulis : Nuri Hermawan Editor : Bambang Bes
Ika Prastiani Tak Berjuang Sendiri Untuk Jadi Wisudawan Terbaik UNAIR NEWS – Mengangkat judul penelitian “Hubungan Antara Lingkungan Fisik, Kimia, Sosial Budaya dengan Kepadatan Jentik (Studi di Wilayah Kec. Gunung Anyar Kota Surabaya)”, mengantarkan Ika Prastiani menjadi wisudawan terbaik S1 FKM Universitas Airlangga. Perempuan kelahiran Surabaya, 3 Oktober 1994 ini mengaku tertarik dengan penelitian ini karena sebagai mahasiswa yang terjun di dunia kesehatan, baginya penting untuk meneliti lebih jauh tentang kejadian DBD. “Indonesia sendiri memiliki risiko tinggi terhadap penularan penyakit DBD, karena virus dan nyamuk sebagai vektor penularnya telah tersebar di seluruh wilayah mulai pedesaan hingga perkotaan, baik di permukiman dan tempat umum. Untuk itu saya tertarik meneliti hubungan antara faktor lingkungan dengan kepadatan jentik yang dapat berpotensi menyebabkan penyakit DBD,” terangnya. Anak pertama dari dua bersaudara ini menuturkan, selama menempuh pendidikan S1 di FKM UNAIR, tak terlalu aktif di organisasi. Meski demikian, ia bukanlah tipikal mahasiswa kuliah-pulang kuliah-pulang. Baginya, apapun tanggungjawab yang dipilih nanti tidak boleh dilakukan setengah-setengah, apalagi sampai lalai melupakan tanggungjawabnya. Sebagai mahasiswa ia lebih mengutamakan serius kuliah dan hanya mengikuti beberapa organisasi. ”Walaupun saya tak banyak mengikuti organisasi namun juga rajin mengikuti workshop dan kegiatan kepanitian atau eventevent karena sifatnya tidak terikat, dan saya tetap bisa mendapat pengalaman dan manfaat melalui kegiatan kepanitian tersebut,” terangnya.
Penggemar novel dan menonton film ini juga tidak menyangka dirinya terpilih menjadi wisudawan terbaik. Sebab ia menilai rekan seperjuangannya ketika kuliah banyak yang punya kemampuan lebih darinya. “Sebenarnya saya tidak menyangka kenapa saya terpilih jadi wisudawan terbaik? Karena saya pribadi merupakan saksi bahwa sebenarnya teman-teman seangkatan yang lain banyak yang lebih hebat dibandingkan saya,” imbuhnya. Bagi Ika, membuat keluarga bangga memang motivasinya. Karenanya ia terus berusaha sebaik mungkin melakukan berbagai hal. Baginya, perlu banyak usaha dan kerja keras yang harus dilakukan, tapi keyakinannya bahwa usaha tidak ada yang mengkhianati hasil. “Jadi, kalau kita menginginkan sesuatu maka kita harus benarbenar berusaha mencapainya, intinya hanya fokus. Tapi saya tidak berjuang sendiri, namun juga doa orang tua, doa keluarga dan dukungan teman-teman,” pungkasnya. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Dilan Salsabila.
Hikmah Sering Ganti Judul, Farida Amalia Lulus Terbaik S1 FEB UNAIR NEWS – Berulangkali ganti judul penelitian adalah salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh Farida Nur Amalia dalam mengerjakan skripsinya. Ada banyak kendalanya, memang. Salah satunya adalah minimnya data dan tingkat kesulitan dalam
pengolahan data tersebut. “Saya membutuhkan banyak sekali data, dan sempat mengalami kesulitan dalam mengolah data. Namun demikian akhirnya saya bisa fokus dengan satu judul,” kata Farida, wisudawan terbaik S-1 dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga ini ketika diwawancarai. Ia berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Tingkat Utang, Ukuran Perusahan, Kompensasi Manajer dan Peralatan Laba terhadap Persistensi Laba Perusahaan Non Finansial yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Selama satu tahun, wisudawan yang meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,96 ini berusaha dengan giat untuk menyempurnakan penelitian skripsinya. Tak jarang, ia juga meminta bantuan beberapa dosennya serta gemar mengikuti pelatihan-pelatihan di luar kampus. Ketika ditemui Warta UNAIR, Farida berbagi tentang kiat-kiat dalam upaya untuk menjadi lulusan yang terbaik. “Kita wajib menghargai orang lain, khususnya dosen ketika menyampaikan materi perkuliahan di kelas. Kita sebaiknya juga berusaha membantu teman yang kesulitan, misalnya dalam memahami materi. Bagaimana pun, ilmu yang kita miliki juga harus dibagikan kepada rekan-rekan yang membutuhkan bantuan,” imbuh perempuan lulusan Sekolah Menengah Atas Negeri 15 Kota Surabaya ini. ”Dalam mengerjakan tugas-tugas kampus, juga usahakan untuk memahami tugas yang akan kita kerjakan, walaupun sebagian soal dilengkapi manual solution,” kata Farida menambahkan. (*) Penulis: Achmad Janni Editor : Defrina Sukma S.
Sebarkan Sastra Lisan, Eggy Fajar Andalas Lulus Terbaik S2 FIB UNAIR UNAIR NEWS – Di awal masa perkuliahan, Eggy Fajar Andalas sempat menghadapi “shock” dengan mata kuliah di Program Magister Kajian Sastra dan Budaya FIB Universitas Airlangga. Pasalnya, dalam perkuliahan terhitung jarang membahas mengenai bidang yang ia gemari: sastra lisan. Keadaan itu membuat Eggy harus belajar sendiri melalui beberapa bacaan. Karena kegemarannya menelisik sastra lisan, ia merelakan waktu tidurnya untuk membaca buku-buku yang membahas sastra lisan. Berkat kerja kerasnya itu, Eggy Fajar Andalan, SS., M.Hum berhasil meraih predikat wisudawan terbaik pada periode Wisuda Desember 2016. Dalam tesis yang berjudul “Sastra Lisan Lakon Lahire Panji pada Pertunjukan Wayang Topeng Malang Padepokan Mangun Dharma”, Eggy mengulas mengenai Cerita Panji yang disebarkan secara lisan dan saat ini tetap hidup di kalangan masyarakat maupun seni pertunjukan tradisional. “Oleh karenanya, penelitian saya berfokus membahas mengenai Cerita Panji lisan dalam pertunjukan Wayang Topeng Malangan, karena pertunjukan tersebut merupakan salah satu sarana tradisi untuk melestarikan, menyimpan, dan merekam Cerita Panji,” jelas Eggy. Meskipun harus mencari dan belajar sendiri tentang sastra lisan, tak membuatnya patah arang untuk tetap menyelesaikan tesisnya. Kegemarannya membaca buku-buku sastra lisan, membuat Eggy mudah untuk mencari referensi untuk data dalam tesisnya. “Bagi saya membaca merupakan sebuah investasi. Kumpulan pengetahuan yang telah kita baca akan berguna, meski tidak saat itu juga, tapi di kemudian hari,” katanya.
Di lingkup keluarganya, Eggy merupakan salah satu anak yang tergolong beda. Ia selalu memiliki nilai pas-pasan dibanding dengan saudara yang lain. Orang tuanya sempat khawatir akan masa depannya, tapi hal itu kini bisa dipatahkan dengan prestasi Egy menjadi lulus terbaik dengan IPK 3.90. “Saya percaya bahwa kesuksesan tidak ditakdirkan untuk seseorang yang ber-IQ tinggi, tetapi kemauan dan kerja keras merupakan faktor pembeda antara satu individu dengan individu yang lain dalam kesuksesan,” paparnya. Hal yang terpenting yang membuatnya termotivasi menjalani kuliah ialah kedua orang tuanya. Eggy mengaku semangatnya timbul ketika melihat senyum kedua orang tuanya. “Melalui halhal sederhana yang saya lakukan, seperti memasang foto mereka di layar laptop, menyimpan fotonya di dompet saya, dan menempelnya di dinding kamar kos, menjadikan saya terpacu saat rasa malas menghampiri saya untuk belajar dan berkarya. Ya dengan melihat foto mereka,” terangnya. Selain membaca, Eggy juga gemar menulis. Ia menuangkan pemikirannya mengenai sastra lisan ini dalam sebuah buku. Buku tersebut kini sudah masuk percetakan di sebuah penerbit dan siap dipasarkan tahun 2017 mendatang.(*) Penulis : Faridah Hari Editor : Nuri Hermawan.
Suka Duduk Paling Depan, Alfiatis Jadi Wisudawan
Terbaik FKp UNAIR NEWS – Kita sering mendengar istilah “posisi menentukan prestasi”. Itulah yang diterapkan Alfiatis Su’diyah, S.Kep., selama menjalani kuliah di Universitas Airlangga. Bangku terdepan merupakan tempat favoritnya saat mengikuti perkuliahan. Karena menurut gadis asal Pamekasan ini, selain bisa lebih jelas mendengarkan paparan dosen, juga bisa lebih kosentrasi dalam belajar saat berada di bangku terdepan. Dan, sejak semester awal Alfiatis tak pernah berpindah posisi, selalu memilih bangku terdepan. “Kalau duduk di
tengah, apalagi di belakang, pasti diajak
ngomong sama teman, dan omongannya kadang gak terkait sama perkuliahan. Jadi agar fokus, ya duduk depan,” ujar Alfiatis, yang saat ini menjadi lulusan terbaik S-1 Fakultas Keperawatan (FKp) untuk wisuda edisi September 2016. Ia meraih IPK 3,66. Dengan predikat ini ia merasa senang dan tentu saja merasa bersyukur. “Tips menjadi wisudawan terbaik, diantaranya niat yang lurus, ibadah yang benar, restu orang tua, belajar yang rajin, attitude dijaga, berpenampilan sopan dan bersih, serta yang terakhir Jangan suka TA (Titip Absen,red),” ujar Alfiatis ketika ditanya kiat-kiatnya menjadi yang terbaik. Ia katakan bahwa namanya pernah dicoret dari daftar absen ketika ia mencoba menitipkan absen pada temannya. Dari situ Alfi menyesal dan merasa kapok. Lalu berjanji agar tidak mengulangi lagi. Terkait penelitiannya, Alfiatis mengangkat judul “Hubungan Pelaksanaan Tugas Keluarga dalam Perawatan dengan Motivasi dan Kepatuhan Berobat Pasien Tuberculosis (TB) Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Palengaan Pamekasan”. Disitu ia mengulas mengenai kasus TB yang ada di Pamekasan. Sebab kasus TB di daerah tempat tinggalnya itu tergolong banyak dan
penanganannya diprioritaskan. Setelah resmi diwisuda, ia berharap mendapatkan beasiswa guna melanjutkan studi ke jenjang Magister untuk memenuhi citacitanya untuk berprofesi sebagai NERS. (*) Penulis: Faridah Hariani Editor: Dilan Salsabila
Dekan Vokasi Widi Hidayat Pastikan Prospek Cerah Lulusan Studi Terapan UNAIR NEWS – Dr. H. Widi Hidayat, S.E., MSi., Ak., CA., CMA adalah salah satu pakar akuntansi dan audit yang dimiliki Universitas Airlangga. Kiprahnya sudah tidak bisa diragukan lagi. Jejak rekam Widi di internal kampus maupun di luar UNAIR untuk memberi sumbangsih pada masyarakat sudah terjamin. Sejak 1994, Widi selalu mengemban jabatan struktural di kampus. Hingga kini, lelaki kelahiran Karanganyar ini diberi amanah sebagai Dekan Fakultas Vokasi. Yang artinya, dia diminta menjadi nahkoda di sana. Menjadi seorang dekan di sebuah fakultas yang tergolong baru berdiri, merupakan tantangan tersendiri bagi mantan Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi UNAIR ini. Dia terpacu untuk mengembangkan disiplin ilmu berbasis terapan yang menjadi semangat tiap prodi fakultas tersebut. Dinyatakan Widi, para mahasiswa Vokasi diajari praktik secara spesifik. Di sisi lain, ini memperjelas kepakaran mereka dengan pasar kerja yang sudah terang pula. Di sisi lain,
keahlian mereka dalam satu bidang menjadi benar-benar terasah dan mendalam. Hal ini membuat mereka benar-benar siap untuk terjun ke dunia kerja. Terbukti, hingga sekarang para lulusan yang telah magang di sebuah perusahaan, langsung ditawari pekerjaan di sana. Artinya, prospek para ahli madya atau jebolan Fakultas Vokasi terang benderang. Saat ditanya, bagaimana dengan bidang ilmu Akuntansi yang ditekuni Widi? Widi menjelaskan, prospek bidang ilmu ini pun tak kalah baik. Terlebih, dalam bidang auditing. Sebab, semua perusahaan dan instanasi pemerintah, pasti butuh akuntan dan auditor. Jadi, sudah barang tentu kebutuhan akan lulusan di bidang ini pun tidak pernah surut. Seiring perkembangan zaman yang memberi implikasi positif pada pertumbuhan ekonomi. “Keahlian di bidang auditing pasti selalu diperlukan pada tiap zaman. Termasuk, di masa datang,” urai pria kelahiran Karanganyar ini. Selain mengajar, sebagai dosen, Widi juga aktif melakukan penelitian. Termasuk, menjalankan pengabdian masyarakat. Karya ilmiah maupun publikasi yang sudah dia torehkan tergolong pemikiran aplikatif. Khususnya, di bidang auditing. Widi juga sering menjadi pembicara/pemakalah dalam banyak lokakarya, simposium, maupun seminar ilmiah. Undangan menjadi pembicara dalam berbagai diskusi publik pun selalu diterimanya dalam banyak kesempatan. Seminar/simposium internasional yang pernah diikutinya antara lain bertajuk “International Symposium: Toward Development in The New Era of The Holistic Economics” dan “The International Seminar and Syimposium on Implementation of Islamic Economics in The World as Alternative of Conventional Economic System”. (*) Penulis : Rio F. Rachman Editor : Defrina Sukma Satiti
Diah Ayu Puspitarini, Juara Pencak Silat yang Jadi Wisudawan Terbaik UNAIR NEWS – Awalnya, Diah Ayu Puspitarini belum pernah mengetahui ada program studi Budidaya Perairan di Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR. Meski demikian, ketidaktahuan itu tak menyurutkan niatnya untuk mengukir prestasi. Gadis kelahiran Lamongan 29 April 1994 ini berhasil menjadi wisudawan terbaik S-1 FPK dengan IPK 3,69. Skripsinya berjudul “Identifikasi dan Prevalensi Cacing Endoparasit pada Saluran Pencernaan Ikan Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus) di Keramba Jaring Apung Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung” berhasil mengantarkannya pada gerbang wisuda terbaik ini. Selain aktif menjalani perkuliahan, Diah juga aktif berorganisasi di Unit Kegiatan Mahasiswa Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) UNAIR. Ketekunannya sebagai atlet karate pernah membawanya menjadi juara II Seni Regu Putri pada The 2nd Sebelas Maret International Pencak Silat Persaudaraan SH Terate Championship 2014, serta juara I Seni Regu Putri pada kejuaraan UNEJ Cup II PSHT 2013. “Pagi sampai sore kuliah, malamnya latihan di UKM. Ibaratnya pagi sampai sore otak bekerja dan malamnya fisik yang bekerja. Benar-benar membutuhkan tekad yang kuat. Apalagi kalau musim kejuaraan pencak silat bareng musim ujian praktikum atau UAS,” kenangnya. Sejak 2012-2016, Diah tercatat sebagai penerima Beasiswa
Unggulan CIMB NIAGA dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Itu sebabnya, setelah lulus ia sudah harus menjalani pekerjaan baru di Jakarta. Tak lupa, kepada UNAIR NEWS, Diah membagi tipsnya untuk mahasiswa yang sedang menjalani studi jenjang S1. “Intinya dari semua adalah apa yang kita lakukan harus seimbang, sesuai porsinya. Kita harus tau kapan waktunya belajar, kapan beribadah, kapan waktunya bermain, dan kapan waktu lainnya. Manfaatkan waktu semaksimal mungkin dengan kegiatan sebaik mungkin,” pungkas alumni SMAN I Bluluk, Lamongan ini. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S.