SEKOLAH SENI DAN GALERI DENGAN KONSEP PENCAHAYAAN ALAMI DI BSD Ardian Hindra.S, Riyadi Ismanto, Michael Djimantoro Unversitas Bina Nusantara. Jln K.H Syahdan 9, Kemanggisan, Palmerah, 021-5345830 Email :
[email protected]
ABSTRACT Art School and Gallery is a building that provides facilities such as education, especially in the field of fine arts, in addition to the function of the gallery itself is to showcase the work of students from art schools as well as public facilities that can be accessed by the general public. Along with the issue of the concept of sustainable architecture, art school and gallery are made to respond to this issue is by utilizing sunlight instead of artificial lighting during the day so as to save power energy than the natural light can also be used as a decorative function for this building. Data was collected through literature studies as well as studies on the location of the projects that apply a similar concept in particular in terms of natural lighting. (AH) Keywords: Natural Lighting, Energy Efficiency, Art School and Gallery, Sustainable Architecture.
ABSTRAK Sekolah seni dan galeri merupakan sebuah bangunan yang memberikan fasilitas berupa pendidikan khususnya dalam bidang seni murni,selain itu fungsi dari galeri itu sendiri yaitu untuk memamerkan hasil karya siswa dari sekolah seni dan juga sebagai fasilitas umum yang dapat diakses oleh masyarakat umum. Seiring dengan isu konsep sustainable architecture, sekolah seni dan galeri ini dibuat untuk menanggapi isu tersebut yaitu dengan cara memanfaatkan cahaya matahari sebagai pengganti penerangan buatan pada siang hari sehingga dapat menghemat energi listrik selain itu cahaya alami juga dapat digunakan sebagai fungsi dekoratif untuk bangunan ini. Pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur serta studi lokasi pada proyek-proyek yang menerapkan konsep serupa khususnya dalam hal pencahayaan alami. (AH)
Kata Kunci: Pencahayaan Alami, Efisiensi Energi, Sekolah Seni dan Galeri, Arsitektur Berkelanjutan.
PENDAHULUAN Gedung atau bangunan mempunyai pengaruh yang begitu besar terhadap kehidupan manusia di dunia. Bangunan tersebut dapat memfasilitasi suatu komunitas, kesehatan, mendukung kegiatan, pendidikan dan bisnis. Perlu juga diketahui bahwa bangunan juga mempunyai pengaruh pada budaya dan lingkungan. Salah satu jenis bangunan yang diangkat yaitu sekolah seni dan galeri. Seperti yang diketahui bahwa Indonesia memiliki seni dan budaya yang beragam, namun sangat disayangkan bahwa dalam hal pendidikan, seni seringkali dikesampingkan dan dianggap tidak terlalu penting. Tetapi perlu diketahui bahwa seni dapat membuat para pelajar untuk dapat lebih berkreatifitas dalam kehidupan dari segi apapun. Alasan utama dipilihnya sekolah khusus seni murni karena seni murni merupakan seni dasar yang seringkali dilupakan. Banyak karya-karya seni murni yang dapat menunjukan ciri khas budaya Indonesia.
1
Maka dipilihlah sebuah proyek sekolah seni murni yang diharapkan dapat menjadi salah satu solusi yang dapat memecahkan masalah ini selain itu juga sebuah galeri yang nantinya akan digunakan untuk memamerkan hasil karya para siswa seni yang diharapkan dapat menjadi sebuah fasilitas bagi mereka untuk mengekspresikan hasil karya nya dan dapat untuk dinikmati semua orang selain itu juga dapat membuat bangunan yang dapat menunjukan nilai seni yang tinggi, namun perlu diketahui bahwa biaya untuk sebuah sekolah dan galeri cukup tinggi, maka kasus inilah yang akan diselesaikan dengan sebuah konsep desain yang low-cost energy dimana bangunan akan di desain dengan memaksimalkan pencahayaan alami sehingga dapat menjadi sebuah bangunan yang hemat energi. Sekolah seni merupakan sebuah jenis tempat pendidikan yang memberikan fasilitas pendidikan seperti sekolah pada umumnya dengan fasilitas yang lengkap dan luasan yang disesuaikan dengan kebutuhan dari pengguna sekolah tersebut. Untuk peletakan ruang-ruang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna seperti adanya ruang kelas, ruang workshop, galeri, ataupun fasilitas penunjang lainnya seperti kantin, dll. Sekolah ini dikhususkan yaitu hanya untuk studi di bidang seni rupa seperti karya membuat lukisan dan patung atau ukiran yang nantinya karya-karya tersebut akan di pamerkan di sebuah galeri yang telah disediakan. Bangunan akan di desain sesuai dengan konsep hemat energi. Hemat energi dalam arsitektur adalah meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan, maupun produktivitas penghuninya. Secara lebih luas hemat energi harus dimulai dari masing-masing cara pengoperasian bangunan. Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada penghematan penggunaan listrik, baik bagi pendinginan udara, pemanas ruangan, penerangan buatan, maupun peralatan listrik lain. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat dimodifikasi, sehingga iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman tanpa banyak mengonsumsi energi. Kebutuhan energi per kapita dan nasional dapat ditekan jika secara nasional bangunan dirancang dengan konsep hemat energi. Diangkatnya topik pemanfaatan cahaya alami mempuyai latar belakang tersendiri, karena saat ini Indonesia banyak mengkonsumsi energi terlalu besar. Dikarenakan banyaknya penggunaan energi tidak terbarukan namun tanpa menutup kemungkinan adanya penggunaan energi dengan sumber daya tidak terbarukan maka dirancang pula penggunaan energi secara efisien dan terbatas. Bangunan-bangunan di Indonesia yang terus bermunculan akan menambah konsumsi energi. Kebanyakan dari gedung-gedung tersebut menggunakan energi penerangan berlebihan. Seperti yang kita ketahui energi listrik menggunakan pembakaran fosil yang menimbulkan efek tidak baik pada alam. Saat ini isu konsep sustainable development menjadi wawasan baru dalam pertimbangan perencanaan pembangunan. Salah satu hal yang di sorot adalah konsumsi energi untuk bangunan gedung yang cukup besar. Hal ini memacu dikembangkannya konsep arsitektur baru yang lebih sadar energi dengan merancang sebuah bangunan yang membutuhkan energi serendah mungkin, konsep ini juga sering disebut sebagai Green Building Karya arsitektur harus seminimal mungkin menggunakan sumber daya alam dan menimbulkan dampak negatif sekecil mungkin terhadap alam, terhadap lingkungan dimana manusia hidup. Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada penghematan penggunaan listrik, baik bagi pendinginan udara, penerangan buatan, maupun peralatan listrik lain. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat memodifikasi kondisi termal luar yang tidak nyaman menjadi kondisi termal ruang yang nyaman tanpa banyak mengonsumsi energi listrik. Pencahayaan alami yang menjadi fokus utama dalam pengembangan sekolah seni dan galeri ini dimana cahaya matahari menjadi topik utama bangunan ini. Memaksimalkan cahaya alami menjadi sangat penting karena terbatasnya sumber daya alam terutama bahan bakar yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut sangat terbatas.
Kualitas penerangan yang disediakan dalam ruangan ditentukan oleh:
2
a. penggunaan ruangan, khususnya ditinjau dari segi beratnya pembebanan pada mata oleh aktivitas yang harus dilakukan dalam ruangan, dan b. lamanya waktu aktivitas dengan daya mata tinggi dan sifat aktivitasnya. Tabel 1 Penggolongan penggunaan ruang untuk kualitas penerangan alami. Kerja Halus Sekali
Kerja Sedang
Kerja Kasar
Pekerjaan cermat terus menerus, antara lain: - menggambar detail kecil, - dan sebagainya.
Pekerjaan tanpa konsentrasi yang besar dari pelaku, antara lain: - pekerjaan kayu, - dan sebagainya.
Seperti pekerjaan pada: - gudang, - lorong lalu lintas orang, - dan sebagainya.
(Sumber : Prasasto Satwiko)
Sebagai bahan pembanding, dapat mempelajari ukuran penerangan yang disyaratkan seperti pada tabel di bawah ini. (Prasasto Satwiko, 2008).
Tabel 2 Kebutuhan Penerangan NO
KERJA VISUAL
PENERANGAN (LUX)
1
Penglihatan Biasa
100
2
Kerja kasar dengan detail besar
200
3
Kerja umum dengan detail wajar
400
4
Kerja yang lumayan keras dengan detail kecil (studio gambar, mejahit)
600
5
Kerja keras, lama, detail (peradin barang halus, menjahit dengan tangan)
900
(Sumber : Prasasto Satwiko)
Dalam tulisan Basaria Talarosha (2005) , Egan menyatakan intensitas cahaya matahari umumnya memberikan cahaya berlebih sehinga mengakibatkan panas matahari yang begitu tinggi dan silau , hal tersebut menyebabkan ketidak nyamanan secara fisik, visual. Keuntungan sun shading mengeluarkan panas, membantu mendinginkan bagian dalam bangunan, mengurangi masuknya cahaya matahari yang membuat silau (A. Bamban. Yuuwono, 2007).
Tabel 3 Tabel Posisi Matahari Tahunan
3
Length of day
Solar noon Distance
Date
Sunrise
Sunset
This day
Difference
Time
Altitude
15 Jan 2013
05:49
18:15
12h 26m 23s
-11s
12:02
75.1º
147.152
15 Feb 2013
05:58
18:16
12h 17m 52s
-19s
12:07
83.5º
147.767
15 Mar 2013
05:57
18:06
12h 08m 20s
-20s
12:02
85.9 º
148.775
15 Apr 2013
05:54
17:52
11h 58m 07s
-18s
11:53
74.0 º
150.087
15 May 2013
05:54
17:44
11h 50m 11s
-12s
11:49
65.0 º
151.223
15 Jun 2013
06:00
17:46
11h 46m 07s
-02s
11:53
60.6 º
151.951
15 Jul 2013
06:05
17:53
11h 47m 57s
+08s
11:59
62.4 º
152.051
15 Aug 2013
06:00
17:55
11h 54m 29s
+16s
11:57
69.9 º
151.502
15 Sep 2013
05:46
17:50
12h 03m 57s
+19s
11:48
80.9 º
150.432
15 Oct 2013
05:32
17:46
12h 14m 04s
+20s
11:39
87.6 º
149.207
15 Nov 2013
05:26
17:49
12h 23m 39s
+15s
11:37
77.6 º
147.964
15 Dec 2013
05:33
18:02
12h 28m 45s
+03s
11:48
72.9 º
147.233
(million km)
Sistem Perancangan Terkait Pencahayaan Kebutuhan utama yang dibutuhkan dalam sebuah ruang galeri yaitu cahaya dimana panjang gelombang, intensitas, dan durasi berkontribusi secara kolektif dengan laju degradasi material dalam pameran. Intensitas cahaya di layar ruang harus cukup rendah untuk menghindari kerusakan benda, tetapi cukup terang untuk dilihat. Sebuah toleransi pelindung pencahayaan tingkat rendah dapat dibantu dengan mengurangi tingkat cahaya ke tingkat lebih rendah dari yang jatuh di pameran. Spectrum optic tingkat harus dipelihara di antara 50 lux dan 100 lux tergantung pada kepekaan cahaya objek. Sebuah tingkat toleransi lukisan akan tergantung pada media lukis dan durasi waktu pameran. Waktu maksimum pameran harus ditentukan untuk setiap benda yang dipamerkan berdasarkan kepekaan cahaya, diantisipasi tingkat cahaya, dan diproyeksikan eksposur kumulatif pameran. Radiasi UV harus dihilangkan sejauh mungkin secara fisik, tetapi disarankan agar cahaya dengan panjang gelombang di bawah 400 nm (ultraviolet radiasi) dibatasi tidak lebih dari 75 microwatts per lumen pada 10-100 lux. Karena sumber UV terbesar berasal dari paparan cahaya alami maka untuk mengurangi radiasi digunakan UV-filtering film dan UV-filtering panel di jendela atau lubang-lubang sumber cahaya. Fungsi dari material bangunan juga mempengaruhi efektifitas penggunaan energi, misalnya: Dinding kaca yang terbuat dari bahan yang 20 persennya merupakan komponen keramik berfungsi mengurangi panas cahaya matahari tanpa mengorbankan cahaya yang masuk ke dalam bangunan. Penggunaan tabir air pada dinding timur ini mampu menurunkan suhu udara di dalamnya hingga 10 derajat Celsius. Dinding bangunan sisi selatan diberi lembaran semitransparan yang diperkuat dengan konstruksi baja. Selain sebagai elemen estetika yang mencitrakan layar kapal yang menjadi simbol kejayaan Inggris di laut, juga berfungsi mengurangi radiasi panas sisi selatan. Langkah merancang bangunan hemat energi seperti di atas perlu dicermati. Sudah waktunya para arsitek Indonesia memulainya. Jika dalam waktu dekat Indonesia menjadi negara pengimpor minyak neto dan harga BBM dan tarif listrik dalam negri melambung, sebagian besar bangunan yang boros energi tidak
4
lagi dapat berfungsi. Pemakai bangunan akan menemui kesulitan menanggung biaya listrik untuk lift, penerangan, AC, pompa, dan peralatan lain, yang tinggi. (sumber : TRI HARSO KARYONO Bekerja di Pusat pengkajian Kebijakan Inovasi Teknologi BPPT, Pengajar Arsitektur di Universitas Tarumanegara, Harian Kompas.) Sifat-Sifat Penerangan Menurut Suma’mur (2009), sifat-sifat penerangan yang baik yaitu : 1) Pembagian luminansi dalam lapangan penglihatan. 2) Pencegahan kesilauan. 3) Arah sinar. 4) Warna. 5) Panas penerangan terhadap kelelahan mata.
METODE PENELITIAN Penelitian diawali dengan konteks permasalahan dan penentuan tujuan. Berdasarkan tujuan tersebut, direncanakan metode yang digunakan yaitu dengan cara pengumpulan data dan analisis data. a)
Tahap Pengumpulan Data Studi dokumentasi adalah tehnik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada sebuah penelitian, namun melalui dokumen serta menjalankan penelitian yang sudah ditentukan. Tahap pengumpulan data yang akan di lakukan adalah: • Studi Literatur: Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan literatur, jurnal, browsing internet dan bacaan-bacaan yang ada kaitannya dengan topik yang diambil. • Interview: Teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab atau konsultasi langsung dengan warga sekitar lokasi proyek. • Observasi: Mengadakan pengamatan langsung ke lapangan.
b) Tahap Analisa Tahap selanjutnya yaitu tahap analisa. Setelah dilakukan pengumpulan data, maka data tersebut dianalisa untuk mendapatkan kesimpulan. Bentuk teknik dalam teknik analisa data sebagai berikut: • Kualitatif: Analisa yang di lakukan yaitu pada data berupa kata-kata dan persepsi. • Kuantitatif: Analisa yang di lakukan yaitu pada data berupa angka dan grafik.
HASIL DAN BAHASAN Pencahayaan alami akan diterapkan kedalam design bangunan dengan cara membuat bukaan-bukaan jendela secara terdesign agar cahaya bisa masuk kedalam bangunan. Namun yang menjadi inti permasalahan adalah pada gedung galeri yang sebagian besar barang-barang yang dipamerkan tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung maka akan menjadi perhatian khusus dalam membuat bukaan pada bangunan ini. Sebagian besar cahaya yang masuk kedalam bangunan adalah cahaya hasil pantulan dan juga cahaya skylight dan bukan matahari langsung. Pada gedung galeri akan didesign secara aktif dan pasif. Perancangan pasif pada gedung galeri ini diterapkan dengan cara membuat sebuah kulit bangunan yang pasif dan tidak mengikuti arah datangnya sinar matahari namun tetap diperhatikan intensitas cahaya yang masuk dan juga didesign agar cahaya yang terpantul dapat sesuai dengan yang direncanakan. Perancangan aktif pada gedung galeri ini diterapkan dengan cara membuat bukaan yang flexible pada titik-titik tertentu yang dapat menyesuaikan dengan arah datangnya cahaya matahari yang berubah-ubah setiap bulan nya. Pada gedung sekolah hanya diterapkan pencahayaan alami secara pasif yaitu sebuah bukaan jendela dan juga kulit bangunan secara pasif seperti pada gedung galeri. Analisa manusia
5
Analisa Pengguna Pengguna dibagi menjadi tiga kelompok besar dengan karakteristik dan kebutuhan berbeda : A. Siswa sekolah seni Siswa sekolah seni adalah pengguna utama dari bangunan ini dimana seluruh fasilitas yang ada digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan pagi pengguna. Untuk kegiatan yang dilakukan diperkirakan jam aktif dari pagi hari hingga sore hari dari jam 7.00-17.00. B. Tamu Publik untuk Galeri Galeri ini didedikasikan kepada ruang publik yang bisa dipergunakan untuk umum (lingkungan sekitar), kehadiran galeri ini bertujuan untuk membantu dari sekolah seni tersebut. Diperkirakan untuk jam aktif dari jam 10.00-20.00. C. Staf sekolah seni dan galeri (Administrasi) Staf yang bekerja dalam bagian administrasi, meliputi yang bekerja dalam ruang pengelola atau staff yang langsung terlibat dengan para pengunjung. D. Staf fasilitas penunjang (Service) Meliputi teknisi, perawatan bangunan, keamanan. Analisa Pelaku, kegiatan, lokasi, dan kebutuhan Kebutuhan ruang serta fasilitas – fasilitas yang menunjang bagi pengguna tidak terlepas dari pola perilaku atau aktivitas/kegiatan mereka sebagai pelaku utama. Pelaku kegiatan di dalam sekolah seni dan galeri ada empat, yaitu: - Siswa sekolah - Pengunjung galeri - Pemilik sekolah seni dan galeri - Pengelola gedung Alur Kegiatan Berdasarkan hasil survei lapangan, kegiatan utama siswa sekolah yang menjadi fokus adalah kegiatan studi. Kegiatan lain merupakan hasil sarana yang disediakan pihak sekolah. Berikut ini adalah data mengenai kegiatan harian siswa sekolah secara umum yang didapatkan berdasarkan hasil survei lapangan : Hal ini skema rutinitas dilakukan setiap hari. 7.00 – 17.00 = Belajar (tergantung dari shift kelas yang tersedia) 11.30 – 13.30 = Istirahat (membaca buku, bersantai, makan, dll) Penerapan pada bangunan Cahaya matahari dimanfaatkan pada siang hari untuk menerangi sebagian ruangan-ruangan dari gedung sekolah maupun galeri. Karena letak lokasi pada garis lintang 6º maka posisi matahari tidak tepat tegak lurus terhadap tapak. Oleh sebab itu posisi orientasi massa bangunan akan dibuat sesuai dengan jalur lintas matahari dan juga posisi matahari setiap bulan nya berbeda maka untuk bukaan pada titik-titik tertentu akan dibuat flexible mengikuti arah matahari khususnya pada gedung galeri yang akan memanfaatkan pencahayaan alami secara aktif dan pasif. Pencahayaan alami akan diterapkan kedalam design bangunan dengan cara membuat bukaan-bukaan jendela secara terdesign agar cahaya bisa masuk kedalam bangunan. Namun yang menjadi inti permasalahan adalah pada gedung galeri yang sebagian besar barang-barang yang dipamerkan tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung maka akan menjadi perhatian khusus dalam membuat bukaan pada bangunan ini. Sebagian besar cahaya yang masuk kedalam bangunan adalah cahaya hasil pantulan dan juga cahaya skylight dan bukan matahari langsung. Pada gedung galeri akan didesign secara aktif dan pasif. Perancangan pasif pada gedung galeri ini diterapkan dengan cara membuat sebuah kulit bangunan yang pasif dan tidak mengikuti arah datangnya sinar matahari namun tetap diperhatikan intensitas cahaya yang masuk dan juga didesign agar cahaya yang terpantul dapat sesuai dengan yang direncanakan. Perancangan aktif pada gedung galeri ini diterapkan dengan cara membuat bukaan yang flexible pada titik-titik tertentu yang dapat menyesuaikan dengan arah datangnya cahaya matahari yang berubah-ubah setiap bulan nya. Pada gedung sekolah hanya diterapkan pencahayaan alami secara pasif yaitu sebuah bukaan jendela dan juga kulit bangunan secara pasif seperti pada gedung galeri.
6
Berdasarkan studi literlatur maka suhu optimal berada pada kisaran 24-26 24 derajat celcius dan lux optimal sekitar 400 lux.. Hal ini berarti terpaut 9 derajat dengan suhu sekitar tapak dan 1100 lux dalam ruangan semi outdoor. Untuk menurunkan suhu pada tapak bisa menggunakan pohon sebagai peneduh secara mikro.
Gambar 1 Lux Analysis Arah Barat Sumber : Analisa Pribadi
Gambar 2 Lux Analysis Arah Selatan Sumber : Analisa Pribadi
7
Gambar 3 Lux Analysis Arah Timur Sumber : Analisa Pribadi
Gambar 4 : Lux Analysis Arah Utara Sumber : Analisa Pribadi
Pada gambar terlihat bahwa penggunaan sun-shading sun shading cukup efektif untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Ruangan mendapatkan cahaya yang optimal yaitu kisaran 400 – 600 lux.
8
Analisa SunShading dengan perhitungan HSA dan VSA Berdasarkan analisa menggunakan bantuan software ecotect analysis dengan menggunakan data arah matahari tahunan sebagai acuan maka didapatkan HSA(Horizontal Shadow Angle) dan VSA(Vertical Shadow Angle) yang digunakan untuk menentukan sudut dan juga panjang dari sirip yang berfungsi sebagai sun-shading.
Gambar 5 HSA dan VSA Analysis Dari hasil anaslisa tersebut diatas maka diperoleh lah hasil untuk panjang sunshading dan overhang dengan H sebagai tinggi bukaan dan y sebagai panjang overhang serta L sebagai panjang bukaan dan x sebagai panjang sirip horizontal.
9
Gambar 6 Gambar sunshading arah Timur
Gambar 7 Gambar sunshading arah Barat
10
Gambar 8 Skylight Galeri Pada gedung galeri menggunakan skylight agar cahaya matahari dapat masuk kedalam bangunan untuk memberikan penerangan pada koridor dan area pameran.
Gambar 9 Side Lighting Galeri Pada sisi gedung galeri terdapat bukaan pada bagian sisi atas tiap dinding perlantai dengan memanfaatkan pantulan cahaya untuk masuk kedalam gedung sehingga cahaya tidak masuk secara langsung kedalam bangunan karena dengan dipantulkannya cahaya dapat mengurangi sinar ultra violet.
11
Gambar 10 Kisi-kisi gedung Pada sisi bangunan utama material dominan kaca agar cahaya dapat masuk secara leluasa namun untuk mengurangi efek silau dan panas maka diperlukan sunshading berupa kisi-kisi agar intensitas masuknya cahaya dapat lebih terkontrol.
SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari analisa yang sudah dilakukan, dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut: • Posisi matahari tidak melintas secara tetap setiap harinya dan selalu berubah • Sistem sun-shading secara aktif diperlukan untuk menanggapi hal ini karena arah matahari yang berubah setiap harinya • Bentuk bangunan yang dominan berbentuk lingkaran dapat menangkap sinar matahari dari segala arah • Penggunaan skylight pada galeri diperlukan untuk menghindari sinar matahari secara langsung pada karya-karya yang dipamerkan • Kesimpulan pada bab ini adalah masalah utama dalam pemanfaatan cahaya matahari adalah panas dan silau yang ditimbulkan dari cahaya matahari dan dengan beberapa analisa dapat mengurangi efek tersebut dan dapat menjadikannya sebagai sesuatu yang dapat dimanfaatkan kedalam bangunan. • Saran Cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap bangunan mulai dari arah orientasi bangunan dan juga jenis bukaan sekaligus juga mempengaruhi jumlah energy yang di konsumsi oleh bangunan tersebut. Namun apabila cahaya matahari tersebut dapat dimanfaatkan secara tepat maka dapat menjadi sebuah nilai positif yang dapat menjadi nilai tambah dari bangunan tersebut yang selama ini cahaya matahari selalu dihindari karena memiliki beberapa hal negatif seperti radiasi panas dan juga sinar ultraviolet.
12
REFERENSI Amin, Nurhani . (2011). Optimasi Sistem Pencahayaan Dengan Joseph De Chiare, John Hancock Callender, Time SaverStandard For Residential Development, McGraw-Hill, New York Juwana, J.S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta : Erlangga Karyono, Tri Harso, 1999, Arsitektur : Kemapanan Pendidikan Kenyamanan dan Penghematan Energi, Catur Libra Optima Lechner, Norbert., (2001). Heating, Cooling, Lighting : Design Methods for Architects. M.C.Lam, William, (1986). Sunlighting as Formgiver for Achitecture. New York : Van Nostrand Reinhold Company. Mary, Guzowski . (2000). Daylighting for Sustainable Design. Memanfaatkan Cahaya Alami. Mintorogo, Danny Santoso. 1999. Strategi Daylighting Pada Bangunan Multi Lantai diatas dan dibawah Permukaan Tanah. N. Fachrizal . 2008. Pemandu Cahaya Matahari Untuk Pencahayaan Alami di Bangunan. Priatman, Jimmy. Arsitektur Hemat Energi.205 Sassi, Paola. 2006. Strategies for Sustainable Architecture. USA and Canada : Taylor & Francis Group Satwiko, Prasasto. 2008. Fisika Bangunan 1 BAB 1 Iklim. Jakarta. SNI. No. 03-2396-2001 : Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami Pada Bangunan Gedung. Stephen Bailey, Architecture Data, Ernst Neufert:Office, jilid2 www.timeanddate.com diakses pada tanggal 5 Mei 2013
RIWAYAT PENULIS Ardian Hindra Satria lahir di kota Kediri pada 2 September 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang ilmu Arsitektur pada tahun 2014.
13